kawasan lindung (banyumas dan boyolali)

4
POLA TATA RUANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009 – 2029 BERDASARKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2010 Pola tata ruang Provinsi Jawa Tengah dibagi menjadi dua kawasan yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Masing-masing kawasan dibagi menjadi beberapa kawasan lagi sesuai dengan fungsi aslinya sebagai kawasan lindung atau budidaya. Berikut akan dibahas masing-masing kawasan di Jawa Tengah berpedoman pada RTRW Provinsi Jawa Tengah. A. Kawasan Lindung Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan. Macam-macam rencana kawasan lindung di Provinsi Jawa Tengah adalah sebgai berikut. a. Hutan Lindung Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Kawasan hutan lindung di Kabupaten Banyumas seluas kurang lebih 9.121 tersebar di 14 kecamatan yang salah satunya adalah Kecamatan Baturaden terletak berdekatan dengan Gunung Slamet. Bagian Selatan dari Gunung Slamet memang merupakan daerah Kabupaten Banyumas. Gunung Slamet memiliki lereng yang cukup luas. Pada lereng Gunung Slamet memiliki berbagai macam pola penggunaan lahan dari seperti hutan lindung pada pegunungan, turun ke bawah adalah hutan produksi terbatas yang dikelola oleh Perhutani, selanjutnya adalah Hutan Rakyat (hutan hak) dan kawasan pertanian, peternakan dan pemukiman masyarakat (Yance Arizona : 2008). Penggunaan lahan demikian bertujuan untuk penyangga ekosistem dan pencadangan air. Sebagian wilayah Kecamatan Kedungbanteng, Baturaden dan Sumbang masuk ke dalam zona berbahaya II yang berpotensi terlanda aliran lava, awan panas, dan lahar hujan dan sebagian

Upload: desitta-fathimah-aziz

Post on 29-Sep-2015

41 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

kawasan lindung banyumas, kawasan lindung boyolali

TRANSCRIPT

POLA TATA RUANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009 2029BERDASARKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAHNOMOR 6 TAHUN 2010

Pola tata ruang Provinsi Jawa Tengah dibagi menjadi dua kawasan yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Masing-masing kawasan dibagi menjadi beberapa kawasan lagi sesuai dengan fungsi aslinya sebagai kawasan lindung atau budidaya. Berikut akan dibahas masing-masing kawasan di Jawa Tengah berpedoman pada RTRW Provinsi Jawa Tengah.A. Kawasan LindungKawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan. Macam-macam rencana kawasan lindung di Provinsi Jawa Tengah adalah sebgai berikut.a. Hutan LindungHutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Kawasan hutan lindung di Kabupaten Banyumas seluas kurang lebih 9.121 tersebar di 14 kecamatan yang salah satunya adalah Kecamatan Baturaden terletak berdekatan dengan Gunung Slamet. Bagian Selatan dari Gunung Slamet memang merupakan daerah Kabupaten Banyumas. Gunung Slamet memiliki lereng yang cukup luas.Pada lereng Gunung Slamet memiliki berbagai macam pola penggunaan lahan dari seperti hutan lindung pada pegunungan, turun ke bawah adalah hutan produksi terbatas yang dikelola oleh Perhutani, selanjutnya adalah Hutan Rakyat (hutan hak) dan kawasan pertanian, peternakan dan pemukiman masyarakat (Yance Arizona : 2008). Penggunaan lahan demikian bertujuan untuk penyangga ekosistem dan pencadangan air. Sebagian wilayah Kecamatan Kedungbanteng, Baturaden dan Sumbang masuk ke dalam zona berbahaya II yang berpotensi terlanda aliran lava, awan panas, dan lahar hujan dan sebagian kecil masuk ke dalam zona berbahaya III yang selalu terancam aliran lava, gas racun dan awan panas.Areal Hutan Lindung Baturaden menyimpan dan mengalirkan air yang digunakan untuk memasok kebutuhan air di areal sawah, PDAM Kabupaten Banyumas, hotel-hotel dan instansi pemerintah yang ada di Baturaden, Pembangkit Tenaga Listrik Ketenger, and rumah tangga masyarakat Munggangsari dan Windusari. Areal sawah yang mendapatkan pengairan dari air yang berasal dari hutan lindung Baturraden adalah areal sawah di desa-desa: Karangsalam, Limpakuwus, Kotayasa, Karangnangka, Beji (Kecamatan Baturaden) and Bobosan (Kecamatan Purwokerto Utara). Selain itu juga terdapat hutan lindung yang dipergunakan selain untuk tujuan ekologis juga untuk tujuan ekonomi yaitu Wana Wisata Baturaden, hutan lindung yang dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan sarana untuk menanamkan rasa cinta kepada alam. Wana Wisata Baturraden terletak 2 km arah timur Lokawisata Baturaden. Keindahan alamnya akan membuat wisatawan betah karena kesejukan udara pengunungan yang bebas dari polusi, ditambah dengan kicauan burung dan ayam hutan yang beterbangan dari satu pohon ke pohon lainnya. Kawasan ini pernah dijadikan ajang Jambore Daerah dan Jambore Nadional. Disamping sebagai cagar alam, Wana Wisata Baturaden juga merupakan hutan produksi dan pusat persemaian tanaman damar, mahoni dan pinus.

b. Kawasan LindungKawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat menurut RTRW Provinsi Jawa Tengah salah satunya terdapat di Kabupaten Boyolali. Kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat Boyolali berupa kawasan lindung resapan air terletak di Kecamatan Ampel, Cepogo, Musuk dan Selo seluas kurang lebih 1.418 Ha. Mata Air Simuncar, Sipendok, Jaran Mati di Kecamatan Ampel serta Mata Air Tuk Pakis, Tuk Babon di Kecamatan Selo yang menjadi mata air yang dimanfaatkan untuk menopang kehidupan masyarakat di sekitar Gunung Merbabu terletak di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu. Pemanfaatan sumber mata air ini dengan cara mendistribusikannya ke pipa-pipa yang menuju rumah-rumah warga. Sayangnya, dimusi kemarau debit air yang mengalir berkurang sehingga terkadang terjadi konflik perebutan air antar masyarakat. Perebutan air yang sering terjadi saat distribusi mata air khususnya Tuk Babon dan Tuk Pakis. Mata air Tuk Babon dimanfaatkan oleh masyarakat dari 5 desa yaitu Desa Selo, Desa Samiran, Desa Lencoh, Desa Suroteleng dan Desa Genting. Sedangkan mata air Tuk Pakis dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Tarubatang, Desa Jeruk dan Desa Senden. (Akhmadi : 2011). Kecamatan Selo berada di antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi yang mempunyai karakteristik lereng pegunungan. Kecamatan Selo yang merupakan wilayah lereng pegunungan mempunyai curah hujan yang cukup tinggi yaitu 2.681 mm (Tahun 2009) dengan jumlah hari hujan 135 Hh. Iklim di Kecamatan Selo termasuk dalam iklim tipe C basah sebagian wilayah sangat mendukung untuk usaha pertanian (BPS Kabupaten Boyolali, 2010).Kecamatan Selo merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Boyolali yang terdiri dari 10 desa, yaitu Desa Tlogolele, Desa Klakah, Desa Jrakah, Desa Lencoh, Desa Samiran, Desa Suroteleng, Desa Selo, Desa Tarubatang, Desa Senden dan Desa Jeruk. Pada sepuluh desa tersebut mempunyai penggunaan sebagian besar adalah lahan berupa tegal, pekarangan, padang gembala dan hutan negara yang termasuk dalam kategori lahan kering. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar daerah di Kabupaten Boyolali yang berupa lahan kering seperti tegal dan pekarangan yang membutuhkan sumber air untuk dapat melangsungkan produktivitas tanamannya.