kata sambutan p - berkas.dpr.go.id filekeuangan kementerian/lembaga tahun anggaran 2015 yang disusun...

96
i KATA SAMBUTAN uji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga atas perkenan-Nya kami dapat menyelesaikan Kutipan dan Telahan Hasil Pemeriksaan BPK RI Semester I Tahun 2016 atas Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai . Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan bahwa Akuntabilitas adalah evaluasi terhadap proses pelaksanaan kegiatan/kinerja organisasi untuk dapat dipertanggungjawabkan sekaligus sebagai umpan balik bagi pimpinan organisasi untuk dapat lebih meningkatkan kinerja organisasi pada masa yang akan datang. Dengan demikian diharapkan akuntabilitas dapat mendorong terciptanya kinerja yang baik dan terpercaya. Di Indonesia, sebagai negara berkembang, tema akuntabilitas sudah menjadi jargon yang terus dibicarakan oleh banyak kalangan. Jangankan media massa dan elit, istilah ini bahkan sudah mulai digunakan oleh komunitas terpinggirkan yang umumnya dalam bentuk kritik atas praktek penganggaran baik APBN maupun APBD. Persoalan akuntabilitas bukan lagi wacana, tapi anggaran tidak akuntabel mulai disadari bahkan oleh kelompok masyarakat sebagai salah satu problem mendasar di ranah pengambilan keputusan publik kita. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu fungsi Legislasi, fungsi Anggaran dan fungsi Pengawasan yang juga menerima hasil pemeriksaan BPK secara berkala tentunya akan ditindaklanjuti oleh DPR dalam Raker, RDP dengan mitra kerja. Dengan demikian kehadiran Badan Keahlian DPR RI sebagai supporting system Dewan di bidang keahlian pada umumnya dan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara pada khususnya dapat mendukung kelancaran pelaksanaan wewenang dan tugas DPR RI di bidang pengawasan berupa hasil kajian dan analisis terhadap laporan hasil pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga pemerintah pusat. Untuk itu, dokumen yang hadir dihadapan ini merupakan satu diantara hasil kajian yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara yang dinamakan dengan judul ‘Hasil Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan BPK’. Kami menyadari bahwa dokumen ini masih banyak memiliki kekurangan. Untuk itu saran dan masukan serta kritik konstruktif guna perbaikan isi dan struktur penyajian P

Upload: ngohanh

Post on 18-Jun-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

i

KATA SAMBUTAN

uji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas segala rahmatNYA sehingga atas perkenan-Nya kami

dapat menyelesaikan Kutipan dan Telahan Hasil

Pemeriksaan BPK RI Semester I Tahun 2016 atas Laporan

Keuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang

disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan

Keahlian DPR RI hingga selesai .

Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan bahwa Akuntabilitas adalah evaluasi

terhadap proses pelaksanaan kegiatan/kinerja organisasi untuk dapat

dipertanggungjawabkan sekaligus sebagai umpan balik bagi pimpinan organisasi untuk

dapat lebih meningkatkan kinerja organisasi pada masa yang akan datang. Dengan

demikian diharapkan akuntabilitas dapat mendorong terciptanya kinerja yang baik dan

terpercaya.

Di Indonesia, sebagai negara berkembang, tema akuntabilitas sudah menjadi

jargon yang terus dibicarakan oleh banyak kalangan. Jangankan media massa dan elit,

istilah ini bahkan sudah mulai digunakan oleh komunitas terpinggirkan yang umumnya

dalam bentuk kritik atas praktek penganggaran baik APBN maupun APBD. Persoalan

akuntabilitas bukan lagi wacana, tapi anggaran tidak akuntabel mulai disadari bahkan

oleh kelompok masyarakat sebagai salah satu problem mendasar di ranah pengambilan

keputusan publik kita.

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang mempunyai 3 (tiga) fungsi

yaitu fungsi Legislasi, fungsi Anggaran dan fungsi Pengawasan yang juga menerima hasil

pemeriksaan BPK secara berkala tentunya akan ditindaklanjuti oleh DPR dalam Raker,

RDP dengan mitra kerja.

Dengan demikian kehadiran Badan Keahlian DPR RI sebagai supporting system

Dewan di bidang keahlian pada umumnya dan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan

Negara pada khususnya dapat mendukung kelancaran pelaksanaan wewenang dan tugas

DPR RI di bidang pengawasan berupa hasil kajian dan analisis terhadap laporan hasil

pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan

tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga pemerintah pusat. Untuk itu,

dokumen yang hadir dihadapan ini merupakan satu diantara hasil kajian yang disusun

oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara yang dinamakan dengan judul ‘Hasil

Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan BPK’.

Kami menyadari bahwa dokumen ini masih banyak memiliki kekurangan. Untuk

itu saran dan masukan serta kritik konstruktif guna perbaikan isi dan struktur penyajian

P

Page 2: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

ii

sangat kami harapkan, agar dapat dihasilkan kajian atas telaahan yang lebih baik di masa

depan. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dan kerjasama semua

pihak.

Page 3: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

uji syukur kami panjatkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga

Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara (PKAKN) dalam

rangka memberikan dukungan (supporting system) keahlian dapat

menyusun dan menyajikan Kutipan dan Telaahan Hasil Pemeriksaan

BPK RI Semester I Tahun 2016 Atas Laporan Keuangan

Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 kepada Dewan

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Kutipan dan Telaahan ini dapat dijadikan awal bagi komisi-komisi untuk melakukan pendalaman atas

kemampuan dan kinerja mitra kerja dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan negara,

serta dapat melengkapi sudut pandang atas kualitas Opini BPK dan rekomendasi BPK terhadap kinerja

sektor publik.

Dengan terbitnya buku kutipan dan telaahan ini semoga dimanfaatkan sebagai bahan dalam rapat-

rapat Alat Kelengkapan Dewan dalam menindaklanjuti rekomendasi BPK.

P

Page 4: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

iv

DAFTAR ISI

1. Kata Sambutan Kepala Badan Keahlian DPR RI ......................................... i

2. Kata Pengantar Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas ......................................... iii

Keuangan Negara

3. Daftar Isi ......................................... iv

4. Gambaran Umum Kementerian Perhubungan ........... ............................. 1

5. LHP Kementerian Perhubungan ......................................... 2

6. Gambaran Umum Kementerian Pekerjaan ......................................... 24

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

7. LHP Kementerian Pekerjaan Umum dan ......................................... 25

Perumahan Rakyat

8. Gambaran Umum Loan ADB No 2654-INO MSMHP...................................... 43

9. LHP Loan ADB No 2654-INO MSMHP ......................................... 44

10. Gambaran Umum Loan ADB No 2768-INO USRI ........................................ 49

11. LHP Loan ADB No 2768-INO USRI ......................................... 50

12. Gambaran Umum Loan ADB No 2817-INO RRDP ......................................... 54

13. LHP Loan ADB No 2817-INO RRDP ........................................ 55

13. Gambaran Umum Loan ADB No 3122-INO NUSP Phase 2 ............................. 58

14. LHP Loan ADB No 3122-INO NUSP Phase 2 ......................................... 59

15. Gambaran Umum Loan World Bank No 8043-ID WINRIP............................... 62

16. LHP Loan World Bank No 8043-ID WINRIP ......................................... 63

17. Gambaran Umum Loan World Bank/IBRD No 8121-ID JUFMP...................... 64

18. LHP Loan World Bank/IBRD No 8121-ID JUFMP ......................................... 65

Page 5: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

v

19. Gambaran Umum Kementerian Desa, PDT & Transmigrasi ............................. 69

20. LHP Kementerian Desa, PDT & Transmigrasi ........................................ 70

21. Gambaran Umum Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.................... 76

22. LHP Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ........................................ 77

23. Gambaran Umum Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo ............................ 79

24. LHP Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo ........................................ 80

25. Gambaran Umum Badan SAR Nasional ........................................ 82

26. LHP Badan SAR Nasional ........................................ 83

27. Gambaran Umum Badan Pelaksana Badan ........................................ 88

Pengembangan Wilayah Suramadu

28. LHP Badan Pelaksana Badan Pengembangan ........................................ 89

Wilayah Suramadu

Page 6: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 15/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 1

GAMBARAN UMUM

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil

pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan

tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat tahun

2015 yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan

terhadap Laporan Keuangan Kementerian Perhubungan. Sedangkan tujuan dari kajian adalah

untuk menyediakan informasi sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK sebagai

pelaksanaan wewenang, tugas dan fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas

administrasi keuangan negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai berikut:

Opini BPK

Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Kondisi Aset dalam Neraca 2015 (Audited)

K

OPINI BPK RI

2014

WTP-DPP

2015

WTP

LRAAnggaran

65.094.449.724.000

Realisasi

47.118.024.636.62772%

Aset Lancar

• 7.827.415.111.578

Aset Tetap

• 178.581.759.717.628

Aset Lainnya

•6.153.401.162.783

Page 7: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 15/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 2

KUTIPAN DAN TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

TAHUN ANGGARAN 2015

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian

Intern

1. Penatausahaan Aset Tetap pada Enam

Satker Ditjen Hubdat dan Dua Satker Ditjen

Hubla Kementerian Perhubungan Belum

Memadai

Neraca Kemenhub per 31 Desember 2015

menyajikan saldo Aset Tetap senilai

Rp178.581.759.717.628,00. Berdasarkan hasil

pemeriksaan secara uji petik atas saldo Aset

Tetap per 31 Desember 2015 pada Satker

Kemenhub, menujukkan bahwa terdapat

permasalahan pada penatausahaan Aset Tetap

sebagai berikut:

a. Penatausahaan Tanah dan Gedung dan

Bangunan pada Dua Satker Ditjen Hubla

Belum Sesuai Ketentuan

1) Kantor KSOP Kelas II Palembang

Kantor KSOP Kelas II Palembang telah

mengajukan usulan penghapusan aset

Tanah Bangunan Rumah Negara

Golongan III` kepada Sekretaris

Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

Namun sampai dengan saat ini, usulan

penghapusan atas lima aset tersebut

belum disetujui dikarenakan kurangnya

kelengkapan dokumen berupa surat

pengalihan status Rumah Negara

Golongan II menjadi Rumah Negara

Golongan III.

2) Kantor Pusat Ditjen Hubla

Berdasarkan Data SIMAK-BMN per 31

Desember 2015 diketahui terdapat Aset

Tetap Kantor Pusat Perhubungan Laut

berupa mess sebanyak delapan unit

senilai Rp5.974.480.934,00.

Berdasarkan dokumen pendukung aset

dan wawancara dengan petugas

SIMAK-BMN/Kasubag Umum pada

Kantor Pusat Perhubungan Laut Tahun

2015 diketahui hal-hal sebagai berikut:

a) Petugas BMN menyatakan bahwa

bangunan ini dibangun oleh

Koperasi Karyawan Perhubungan

Laut sedangkan tanahnya sendiri

merupakan asset Perhubungan

Laut.

b) Terdapat perbedaan nilai pada KIB

atas delapan unit mess senilai

BPK merekomendasikan

Menteri Perhubungan agar:

a. Menginstruksikan Dirjen

Hubdat untuk

memerintahkan kepada

KPB satker-satker

terkait:

1) Melakukan

pengawasan

terhadap aset

kendaraan dinas di

Lingkungan Ditjen

Hubdat;

2) Meng-input Aset

Tetap Alat

Angkutan sebesar

Rp1.152.508.145.04

3,00 ke dalam KIB;

3) Menginventarisasi

dan menyajikan

secara memadai

Aset Tetap

Peralatan dan Mesin

berupa Aset Tetap

Alat Angkutan

sebanyak 90

(76+14) unit senilai

Rp20.723.842.299,0

0 (Rp18.642.480.

299,00 + Rp2.081.

362.000,00)

4) Menginventarisasi

dan menelusuri

keberadaan fisik

Aset Tetap

Kendaraan Dinas

sebanyak 53 unit

(diantaranya 28 unit

belum diketahui

keberadaan fisik

kendaraan) dan jika

terbukti belum

tercatat pada

Laporan Keuangan

dan merupakan Aset

Tetap Ditjen

Hubdat, agar dicatat

Untuk menyelesaikan masalah

tersebut maka Kementerian

Perhubungan harus:

a. Menginstrusikan Kuasa

Pengguna Barang pada

Kantor Pusat Setjen

Kemenhub dan Kantor

KSOP Kelas II Palembang

untuk meningkatkan

pengawasan penatausahaan

dan pengelolaan BMN di

lingkungan satkemya

b. Menginstrusikan KPB

satker terkait pada Ditjen

Hubdat dan Hubla untuk

meningkatkan pengawasan

terhadap pengelolaan BMN

yang berada di lingkungan

kerjanya;

c. Menginstrusikan Petugas

SIMAK-BMN pada Kantor

Pusat Ditjen Hubla agar

lebih cernat dalam

menatausahakan aset;

d. Menginstrusikan Pelaksana

penatausahaan satker terkait

pada Ditjen Hubdat dan

Hubla agar lebih cermat

dalam menatausahakan

BMN yang ada di

lingkungannya;

Page 8: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 15/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 3

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Rp5.688.288.400,00 dengan di

SIMAK-BMN Rp5.974.480.934,00

yaitu sebesar Rp286.192.534,00

yang belum dapat teijelaskan.

b. Penatausahaan Peralatan dan Mesin Berupa

Kendaraan pada Enam Satker Ditjen Hubdat

dan Satu Satker Ditjen Hubla Belum Sesuai

Ketentuan

1) Ditjen Hubdat

a) Aset Tetap Alat Angkutan Ditjen

Hubdat Senilai Rpl.152.508.

145.043,00 Data Rinciannya

Belum Di-input ke Dalam KIB

b) Pencatatan Aset Tetap Alat

Angkutan Ditjen Hubdat Belum

Didukung dengan Rincian KIB

Alat Angkutan yang Memadai dan

Belum Dapat Ditelusuri Senilai

Rp18.642.480.299,00

c) Terdapat Aset Tetap Alat

Angkutan Sebanyak 53 Unit

Berindikasi Belum Tercatat pada

KIB

d) Adanya Indikasi Pencatatan Ganda

Kendaraan Dinas Roda Empat

yang Sama Plat Mobil, Nomor

Rangka, dan Nomor Mesin pada

Dua Satker dengan Nilai Total

Rp2.081.362.000,00

e) Pengamanan dan

Pengadministrasian Bukti

Kepemilikan Aset Tetap

Kendaraaan Dinas yang Berada

pada Enam Satker Terkait Belum

Tertib

2) Ditjen Hubla

a) Pengelolaan dan Pengadaan

Kendaraan Roda Dua serta Roda

Empat di Lingkungan Kantor Pusat

Perhubungan Laut Belum Sesuai

Ketentuan dan Belum Tertib

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun

2014 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah pada:

1) Pasal 1 ayat (24)

2) Pasal 7 ayat (2)

3) Pasal 42 pada ayat (1) dan ayat (2)

b. Peraturan Menteri Keuangan (PMK):

1) PMK Nomor 120/PMK.06/2007

tanggal 27 September 2007 tentang

Penatausahaan Barang Milik Negara,

pada:

sebagai Aset Tetap

pada Laporan

Keuangan

5) Menelusuri

keberadaan Aset

Tetap Kendaraan

Dinas yang ada

bukti kepemilikan

sebanyak lima unit

yang tercatat pada

Laporan Keuangan

senilai

Rp865.040.500,00

(Rpl 73.008.100,00

x 5 unit);

6) Menelusuri

keberadaan Aset

Tetap Kendaraan

Dinas sebanyak 89

unit yang tercatat

pada Laporan

Keuangan (baik

KIB lengkap

maupun tidak

lengkap) senilai

Rp16.606.220.900,0

0 yang belum

diketahui

keberadaan bukti

kepemilikan dan

fisik kendaraannya

7) Supaya pemakaian

seluruh Aset Tetap

Kendaraan Dinas

dilengkapi dengan

dokumen pinjam

pakai yang resmi

pada Satker

Setditjen, LLASDP,

LLAJ, KTD, dan

PTSDP Ditjen

Hubdat

b. Menginstruksikan Dirjen

Hubla agar:

1) Memerintahkan

Kepala Bagian

Umum melalui

Sesditjen selaku

KPB melakukan:

a) Inventarisasi

aset kendaraan

Kantor Pusat

Ditjen

Page 9: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 15/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 4

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

a) Pasal 1 ayat (34) dan (43)

b) Pasal 2

c) Pasal 8

d) Pasal 12 ayat (1) dan ayat (2)

2) PMK Nomor 76/PMK.06/2015 tanggal

14 April 2015 tentang Standar Barang

dan Standar Kebutuhan Barang Milik

Negara Berupa Alat Angkutan Darat

Bermotor Dinas Operasional Jabatan di

Dalam Negeri. Lampiran II

3) PMK Nomor 50/PMK.06/2014 tentang

Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan

Barang Milik Negara:

a) Pasal 13

b) Pasal 14 ayat (2) dan ayat (3)

c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor

PM.39 Tahun 2011 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik

Negara di Lingkungan Kementerian

Perhubungan:

1) BAB III Pasal 7

2) Lampiran I angka 2.1.

d. SPPKD/SPPKB, dalam pasal ketentuan

pemakaian kendaraan dinas dan pemyataan

dari yang menggunakan kendaraan dinas

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Nilai Aset Tetap Tanah dalam Neraca

Kantor KSOP Kelas II Palembang per 31

Desember 2015 tidak mencerminkan

kondisi yang sebenamya

b. Aset Tetap Alat Angkutan sebesar Rpl

.152.508.145.043,00 yang data rinciannya

belum di-input ke dalam KIB dan tidak

dapat ditelusuri membuka peluang

penyalahgunaan;

c. Penyajian Aset Tetap Peralatan dan Mesin

berupa Aset Tetap Alat Angkutan sebanyak

90 (76 + 14) unit yang ada pada enam satker

pada Ditjen Hubdat senilai

Rp20.723.842.299,00 (Rp18.642.480.

299,00+Rp2.081.362.000,00) tidak bisa

diyakini kewajarannya;

d. Aset Tetap Kendaraan Dinas sebanyak 53

unit (antara lain 28 unit belum diketahui

keberadaan fisik kendaraan) yang tidak

tercatat pada Laporan Keuangan TA 2015

berisiko hilang

e. Aset Tetap Kendaraan Dinas sebanyak lima

unit yang tercatat pada Laporan Keuangan

senilai Rp865.040.500,00 (Rpl

73.008.100,00 x 5 unit) yang ada bukti

kepemilikan namun belum diketahui

keberadaan fisik kendaraan berisiko hilang;

Perhubungan

Laut;

b) Penarikan

BPKB yang

disimpan oleh

direktorat lain

untuk disimpan

Bagian Umum

sebagai

pengamanan

atas bukti

kepemilikan

aset Kantor

Pusat

Perhubungan

Laut;

c) Pemutakhiran

data aset

kendaraan;

d) Pembuatan

SPPKB/SPPKD

sesuai dengan

pemegang

kendaraan

sebenamya dan

menarik

kendaraan dinas

dari pemegang

yang tidak

berhak; dan

e) Penelitian atas

pengusulan

penghapusan

oleh direktorat

terkait sesuai

dengan kondisi

aset

sebenarnya.

2) Memberikan sanksi

sesuai ketentuan

yang berlaku kepada

Kepala Kantor

KSOP Kelas II

Palembang yang

lalai dalam

melaksanakan tugas

dan fungsinya

terkait penata

usahaan Aset Tetap

dan segera meng

ajukan usulan peng

hapusan atas Aset

Tetap berupa Tanah

Page 10: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 15/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 5

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

f. Aset Tetap Kendaraan Dinas sebanyak 89

unit yang tercatat pada Laporan Keuangan

(baik KIB lengkap maupun tidak lengkap)

senilai Rpl6.606.220.900,00 yang belum

diketahui keberadaan bukti kepemilikan dan

fisik kendaraan berisiko hilang Pemakaian

seluruh Aset Tetap Kendaraan Dinas tanpa

dilengkapi dengan dokumen pinjam pakai

pada Satker Setditjen, LLASDP, LLAJ,

KTD dan PTSDP Ditjen Hubdat berisiko

hilang;

g. Atas kepemilikan aset yang tidak diketahui

keberadaannya pada Ditjen Hubla berisiko

hilang

h. Atas usulan penghapusan Aset Tetap

Kendaraan Dinas yang belum rusak berat

berpotensi hilang

Bangunan Rumah

Negara Golongan

III yang telah

disewabelikan;

3) Menginstruksikan

Kepala Bagian

Umum dalam hal ini

Petugas SIMAK-

BMN melalui

Sesditjen selaku

KPB untuk

melakukan

penelusuran atas

perbedaan nilai KIB

dengan SIMAK-

BMN untuk

mendapatkan nilai

aset sebenamya

yang tercatat;

4) Membuat MoU

/Nota Kesepahaman

antara Dirjen Hubla

dengan Ketua

Primkokarmar

tentang pengelolaan

aset Ditjen

Perhubungan Laut

yang dikuasai

Primkokarmar;

5) Menginstruksikan

Sesditjen Hubla

selaku KPB agar

melakukan

pengawasan

terhadap aset

kendaraan dinas di

Lingkungan Ditjen

Hubla;

6) Menetapkan status

renovasi aset yang

dilakukan oleh

Pengelola Mess

Primkokarmar; dan

7) Memerintahkan

KPA satker terkait

mematuhi Peraturan

Menteri Keuangan

No.76/PMK.06/201

5 tanggal 14 April

2015 tentang

Standar Barang dan

Standar Kebutuhan

Barang Milik

Page 11: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 15/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 6

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Negara Berupa Alat

Angkutan Darat

Bermotor Dinas

Operasional Jabatan

di Dalam Negeri

dan Peraturan

Menteri

Perhubungan

Nomor PM.39

Tahun 2011 tentang

Petunjuk

Pelaksanaan

Pengelolaan Barang

Milik Negara di

Lingkungan

Kementerian

Perhubungan.

Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan

Terhadap Perundang-Undangan

1. Terdapat Kelebihan Pembayaran atas

Pelaksanaan Pekerjaan pada Enam Eselon I

Hal ini terlihat sebagai berikut:

a. Pada Sekertariat Jenderal atas Satu Paket

Pekerjaan terdapat Kelebihan Perhitungan

Volume RAB atas Pembangunan Pekerjaan

FunctionHall Museum Transportasi TMII

sebesar Rp191.912.721,41

b. Pada Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

atas Sembilan Paket Pekerjaan terdapat

kelebihan pembayaran sebesar

Rp2.151.228.766,39

c. Pada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut

atas 11 Paket Pekerjaan terdapat kelebihan

pembayaran sebesar Rp34.235.119.381,13

d. Pada Direktorat Jenderal Perhubungan

Udara Pada Empat Paket Pekerjaan terdapat

kelebihan pembayaran pada satker-satker di

lingkungan Ditjen Perhubungan Udara,

sebagai berikut:

1) Kelebihan Pembayaran atas Dua Paket

Pekerjaan yaitu Pekerjaan Apron dan

Pekerjaan Overlay Runway pada

Kantor Unit Penyelenggara Bandar

Udara Dewadaru Karimunjawa Jawa

Tengah sebesar Rp1.367.702.105,85

2) Kelebihan Pembayaran atas Pekerjaan

Pembangunan Gedung Operasional

Direktorat Kelaikudaraan dan

Pengoperasian Pesawat Udara

(DKPPU) Tahap II Senilai

Rp360.867.861 ,97

3) Kelebihan Pembayaran Bahan pada

Pembuatan Taxiway Bara (145 m x 23

BPK merekomendasikan

kepada Menteri

Perhubungan agar

menginstruksikan Sekjen

Kemenhub, Dirjen

Perhubungan Darat, Dirjen

Perhubungan Laut, Dirjen

Perhubungan Udara, Dirjen

Perkeretaapian, dan Kepala

BPSDM Perhubungan

supaya:

a. Memerintahkan KPA

masing-masing satker di

lingkungan Ditjen

Perhubungan Laut untuk

menyetor kelebihan

pembayaran senilai

Rp28.115.633.202,72

serta menyampaikan

salinan bukti setor

kepada BPK

b. Melakukan koreksi atas

pencatatan aset di

Neraca ( Persediaan dan

Aset Tetap) sekurang-

kurangnya sebesar

Rp31.008.045.564,43

(Rp28.189.132.331,30 +

PPN Rp2.818.913.233,

13) jika kelebihan

pembayaran telah disetor

kembali ke Kas Negara

atas masing-masing

paket pekerjaan

c. Memberikan sanksi

sesuai ketentuan yang

berlaku kepada:

1) KPA masing-

masing satker yang

Untuk menyelesaikan masalah

tersebut, maka Kuasa Pengguna

Anggaran (KPA) masing-

masing satker harus lebih

optimal dalam melakukan

pengawasan atas pelaksanaan

pekerjaan yang menjadi

tanggung jawabnya, dan PPK

masing-masing satker harus

cermat dalam melaksanakan

tugasnya dalam mengendalikan

pelaksanaan kontrak, serta

Pejabat Penerima Hasil

Pekerjaan (PPHP) masing-

masing satker harus lebih

cermat dalam memeriksa hasil

pekerjaan yang menjadi

tanggung jawabnya.

Page 12: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 15/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 7

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

m ), Pembuatan Fillet (580,5 M2) dan

Pembuatan Apron (100 m x 80 m)

termasuk Marking sebesar

Rp155.598.531,09

e. Pada Direktorat Jenderal Perkeretaapian

pada Dua Paket Pekerjaan terdapat

kelebihan pembayaran, sebagai berikut:

1) Kelebihan Pembayaran atas Pekerjaan

Pembangunan Jembatan BH 715

Bentang 12,50 Meter Sebesar

Rp222.537.889,60

2) Kelebihan Pembayaran atas Pekerjaan

Pembangunan Drainase Beton di Jalur

Double Track antara Cempaka - Giham

pada KM 165+949 - 171 +949 Sebesar

Rp138.959.545,22

f. Pada Badan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Perhubungan pada Tiga Paket

Pekerjaan terdapat kelebihan pembayaran,

sebagai berikut :

1) Kelebihan Pembayaran atas

Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan

Balai Pendidikan dan Pelatihan llmu

Pelayaran ( BP2 IP) Sumatera Barat

Tahap IV pada Satker Pusbang SDM

Hubla sebesar Rp364.914.352,00

2) Kelebihan Pembayaran atas

Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan

Akademi Perkeretaapian Tahap V pada

Satker Pusbang SDM Hubdat Sebesar

Rp628.262.682,80

3) Kelebihan Pembayaran atas

Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Pusdiklat Pembangunan Karakter SDM

Perhubungan Tahap III pada Satker

Sekretariat BPSDMP Sebesar

Rp290.374. 092, 50

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010

sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan

Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada:

1) Pasal 11 ayat (1)

2) Pasal 17 ayat (1)

3) Pasal 18 ayat (5)

4) Pasal 51 ayat (2) huruf c

b. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun

2013 tentang Tata Cara Pelaksana Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara, pada Pasal

65 ayat (1)

c. Kontrak/Surat Perjanjian masing-masing

pekerjaan

Kondisi tersebut mengakibatkan:

kurang optimal

melakukan

pengawasan atas

pelaksanaan

pekerjaan yang

menjadi tanggung

jawabnya;

2) PPK masing-masing

satker yang tidak

cermat dalam

melaksanakan

tugasnya dalam

mengendalikan

pelaksanaan

kontrak;

3) PPHP masing-

masing satker yang

lalai dalam

memeriksa hasil

pekerjaan yang

menjadi tanggung

jawabnya.

Page 13: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 15/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 8

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

a. Kelebihan pembayaran sebesar

Rp28.115.633.202,72 pada Unit Eselon I

Ditjen Perhubungan Laut

b. Kelebihan catat aset sekurang-kurangnya

sebesar Rp31.008.045.564,43 (Rp28.

189.132.331,30 + PPN

Rp2.818.913.233,13), yang terdiri atas:

1) Kelebihan catat Aset Tetap sebesar

Rp30.720.635.042,69 (Rp27.927.850.

038,81 + PPN Rp2.792.785.003,88)

atas kelebihan bayar yang belum

dikembalikan ke Kas Negara ataupun

yang sudah dikembalikan ke Kas

Negara namun belum dilakukan

koreksi atas pencatatan aset di Neraca;

2) Kelebihan catat Persediaan sebesar

Rp287.410.521,74 (Rp261.282.292,49

+ PPN Rp26.128.229,25) atas

kelebihan bayar yang sudah

dikembalikan ke Kas Negara namun

belum dilakukan koreksi atas

pencatatan Persediaan di Neraca;

2. Terdapat Potensi Kelebihan Pembayaran

atas Pelaksanaan pada Tiga Eselon I untuk

Pekerjaan yang Belum Dibayarkan 100%

Berdasarkan hasil pemeriksaan secara uji petik

terdapat 14 kontrak pekerjaan yang berpotensi

terjadi kelebihan pembayaran sebesar

Rp28.218.567.641,50 pada Ditjen Perhubungan

Laut, Ditjen Perhubungan Udara dan Ditjen

Perkeretaapian. Potensi kelebihan pembayaran

tersebut terjadi karena kelebihan perhitungan

volume pekerjaan yang masing-masing

kontraknya belum dibayarkan 100%.

Atas permasalahan tersebut ada yang sudah

ditindaklanjuti oleh Satker dengan melakukan

penyetoran ke Kas Negara sebesar

Rp2.036.304.654,14.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010

sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan

Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada

Pasal 11 ayat (1) dan Pasal 51 ayat (2)

b. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun

2013 tentang Tata Cara Pelaksana Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara, pada Pasal

65 ayat (1)

c. Kontrak/Surat Perjanjian masing-masing

pekerjaan.

Kondisi tersebut mengakibatkan potensi

kelebihan pembayaran sebesar

Rp26.182.262.987,36, yang terdiri atas:

BPK merekomendasikan

kepada Menteri

Perhubungan agar

menginstruksikan:

a. Dirjen Perhubungan

Udara dan Dirjen

Perkeretaapian

memerintahkan KPA

masing-masing satker

pada Ditjen

Perhubungan Udara dan

Ditjen Perkeretaapian

agar mempertanggung

jawabkan potensi

kelebihan pembayaran

senilai Rp26.182.262.

987,36 (Rp2.522.592.

419,20 + Rp23.659.

670.187,36);

b. Dirjen Perhubungan

Laut, Dirjen

Perhubungan Udara dan

Dirjen Perkeretaapian

supaya memberikan

sanksi sesuai ketentuan

yang berlaku kepada:

1) KPA masing-

masing satker yang

kurang optimal

melakukan

pengawasan atas

pelaksanaan

pekerjaan yang

menjadi tanggung

jawabnya;

2) PPK masing-masing

Untuk menyelesaikan masalah

tersebut, maka Kuasa Pengguna

Anggaran (KPA) masing-

masing satker harus lebih

optimal dalam melakukan

pengawasan atas pelaksanaan

pekerjaan yang menjadi

tanggung jawabnya, dan PPK

masing-masing satker harus

cermat dalam melaksanakan

tugasnya dalam mengendalikan

pelaksanaan kontrak, serta

Pejabat Penerima Hasil

Pekerjaan (PPHP) masing-

masing satker harus lebih

cermat dalam memeriksa hasil

pekerjaan yang menjadi

tanggung jawabnya.

Page 14: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 15/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 9

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

a. Potensi kelebihan pembayaran Unit Eselon I

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara

sebesar Rp2.522.592.800,00; dan

b. Potensi kelebihan pembayaran Unit Eselon I

Direktorat Jenderal Perkeretaapian sebesar

Rp23.659.670.187,36.

satker yang tidak

cermat dalam

melaksanakan

tugasnya dalam

mengendalikan

pelaksanaan

kontrak; dan

3) PPHP masing-

masing satker yang

lalai dalam

memeriksa hasil

pekerjaan yang

menjadi tanggung

jawabnya

Page 15: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

10

LHP No. 109/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

PNBP TA 2013, 2014, DAN SEMESTER I TAHUN 2015 TERHADAP

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Kajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil pemeriksaan

BPK RI atas pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian

Perhubungan tahun 2015 yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016. Berdasarkan Hasil

pemeriksaan BPK menyimpulkan bahwa rancangan dan implementasi SPI atas PNBP Tahun

2013, 2014 dan Semester I Tahun 2015 belum sepenuhnya efektif menjamin pencapaian

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam penetapan target penerimaan,

penatausahaan, dan penyetoran PNBP serta penyajian informasi keuangan atas PNBP.

Seecara khusus Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) bertujuan untuk menilai

apakah: 1) Sistem pengendalian intern atas pelaksanaan PNBP yang meliputi tata cara

penetapan target, penatausahaan, dan penyetoran PNBP berikut aplikasi Teknologi Informasi

(Tl)-nya telah dirancang dan dilaksanakan secara memadai untuk mencapai tujuan

pengendalian; 2) Penetapan target penerimaan, penatausahaan, dan penyetoran PNBP telah

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan 3) Penyajian informasi keuangan

atas PNBP tahun 2013, 2014, dan semester 1 tahun 2015 telah sesuai ketentuan yang berlaku.

Sedangkan tujuan dari kajian adalah untuk menyediakan informasi sebagai bahan tindaklanjut

DPR atas LHP BPK sebagai pelaksanaan wewenang, tugas dan fungsi pengawasan parlemen

atas akuntabilitas administrasi keuangan negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai berikut:

Perbandingan Realisasi PNBP, Kas di Bendahara Penerimaan, dan

Piutang PNBP Tahun 2013, 2014, dan Semester I Tahun 2015

PNBPTh 2013

1.893.404.541.039

Th 2014

2.013.747.142.168

Th 2015 (Smstr 1)

1.191.977.350.599

Kas di Bendahara

Penerimaan

Th 2013

10.121.153.259

Th 2014

14.426.548.539

Th 2015 (Smstr 1)

42.120.402.680

Piutang Bukan Pajak

Th 2013

167.358.155.328

Th 2014

134.172.732.011

Th 2015 (Smstr 1)

129.563.245.002

Page 16: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

11

LHP No. 109/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS PNBP TA 2013, 2014, DAN SEMESTER I TAHUN 2015 TERHADAP

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

TAHUN ANGGARAN 2015

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian

Intern

1 Pengendalian dan Penatausahaan Blanko

Pungutan PNBP Belum Memadai

Hal ini terlihat sebagai berikut:

a. Ditjen Hubla tidak melakukan administrasi,

monitoring, dan pelaporan atas penggunaan dan

sisa blanko PNBP. Penatausahaan blanko PNBP

pada Direktorat Teknis Ditjen Hubla sebatas

pencatatan atas pengiriman blanko kepada UPT

tanpa dilakukan monitoring dan pelaporan atas

penggunaan dan sisa blanko.

Hasil uji petik pada Kantor Kesyahbandaran

Utama Tanjung Priok dan KSOP Kepulauan

Seribu menunjukkan terdapat perbedaan jumlah

penggunaan blanko PNBP antara kantor pusat

dengan UPT selama tahun 2013 s.d. Semester I

tahun 2015.

b. Satker dilingkungan Ditjen Hubla tidak

melakukan administrasi, monitoring, dan

pelaporan atas penggunaan dan sisa blanko

PNBP.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013

tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara, Pasal 8

b. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut

Nomor KU.007/2/10/DJPL-13 Tahun 2013,

terakhir diubah dengan KU.404/2/11/ DJPL-15

Tahun 2015 tentang Tata Cara Penerimaan,

Penyetoran, Penggunaan dan Pelaporan

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku

pada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut:

1) Pasal 3 Ayat (1), (2), (3), (4), (5) dan (6)

2) Pasal 42 Ayat (2)

3) Pasal 49 Ayat (2)

c. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut

Nomor KU.404/2/11/DJPL-15 Tahun 2015

tentang Tata Cara Penerimaan, Penyetoran,

Penggunaan dan Pelaporan Penerimaan Negara

Bukan Pajak yang Berlaku pada Direktorat

Jenderal Perhubungan Laut, yaitu:

1) Pasal 3 Ayat (4) dan (5)

2) Pasal 49 Ayat (2)

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Jumlah dan nilai sisa blanko tidak diketahui dan

tidak dapat dilaporkan sebagai persediaan akhir

periode; dan

b. Berpotensi terjadi penyalahgunaan blanko dan

berdampak kepada penyalahgunaan PNBP.

BPK merekomendasikan

kepada Menteri

Perhubungan agar

memerintahkan Dirjen

Perhubungan Laut meng

instruksikan Direktur Teknis

dilingkungan Ditjen Hubla ,

Kepala Kantor Kesyah

bandaran Utama Tanjung

Priok, Kepala KSOP

Kepulauan Seribu, Kepala

KUPP Tanjung Laut, Kepala

KUPP Tanjung Redeb,

Kepala Satker UPP Sungai

Danau, Kepala Satker UPP

Tanah Grogot, Kepala

KSOP Kotabaru, dan Kepala

KUPP Sebuku untuk:

a. Meningkatkan

pengawasan dan

pengendalian atas

blanko PNBP; dan

b. Memerintahkan kepada

Petugas BMN dan

Pengelola PNBP

masing-masing satker

melaksanakan

melaksanakan tugas dan

fungsi sesuai aturan

yang berlaku.

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka

Kepala Satker terkait harus

optimal dalam melakukan

pengawasan dan pengen

dalian atas blanko PNBP,

serta Petugas BMN dan

pengelola PNBP terkait

harus melaksanakan tugas

dan fungsi sesuai aturan

yang berlaku

Page 17: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

12

LHP No. 109/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

Hasil Pemeriiksaan Atas Kepatuhan Terhadap

Perundang-undangan

1 Kekurangan Penerimaan Jasa Labuh dan Tambat

Sebesar Rp103.975.387,93 dan Potensi

Kekurangan Penerimaan Jasa Labuh dan Tambat

Sebesar Rp57.354.253.838,81 dan USD690, 156.04

Hal ini terlihat sebagai berikut:

a. Kekurangan Penerimaan Jasa Labuh dan Tambat

pada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan

Kolas III Kintap sebesar Rp103.975.387,93

Kekurangan perhitungan tersebut disebabkan

jangka waktu labuh yang kurang dibebankan

oleh Petugas Operasional dan Bendahara

Penerimaan. Rincian pada tabel berikut:

b. Potensi Kekurangan Penerimaan Jasa Labuh dan

Tambat sebesar Rp57.354.253.838,81 dan

USD690,156.04

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009

tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan

Negara Bukan Pajak Yang Berlaku pada

Departemen Perhubungan, pada Lampiran

II.A.1.a.1).a).(1)

b. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2015

tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan

Negara Bukan Pajak Yang Berlaku pada

Kementerian Perhubungan, pada Lampiran III.

B

c. Surat Menteri Perhubungan Nomor KU

202/108/20 phb 2015 tanggal 31 Juli 2015

kepada Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia

1, II, III, dan IV (Persero) pada angka 3

d. Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan

Laut Nomor UM003/46/9/DTM_15 tanggal 6

Juli 2015 tentang Pelaksanaan Pungutan Jasa

Kepelabuhanan Sesuai Peraturan Pemerintah

Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Jenis dan Tarif

Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

Yang Berlaku Pada Kementerian Perhubungan

pada :

1) Angka 1 huruf a

2) Angka 2

e. Surat Direktur Jenderal Perhubungan Laut

Nomor Pp.001/4/15/DTPL_15 tanggal 19

Agustus 2015 kepada Direktur Utama PT

Pelabuhan Indonesia I, II, III, dan IV (Persero)

dan Para Direksi Badan Usaha Pelabuhan

Lainnya, angka 1

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Kekurangan Penerimaan Jasa Labuh dan Tambat

pada KUPP Kelas III Kintap sebesar

Rp103.975.387,93; dan

BPK merekomendasikan

kepada Menteri

Perhubungan agar:

a. Memberikan sanksi

sesuai ketentuan yang

berlaku kepada

Petugas operasional

pada KUPP Kintap,

KSOP Balikpapan dan

KSOP Kotabaru yang

lalai dalam melakukan

perhitungan nota tagih;

b. Memerintahkan

Kepala satuan kerja

terkait untuk mening

katkan pengendalian

dan pengawasan

terhadap pcnerimaan

PNBP; dan

c. Memerintahkan

Kepala Otoritas

Pelabuhan Utama

Tanjung Priok, Kepala

KSOP Banjarmasin,

Kepala KSOP

Balikpapan, Kepala

KSOP Samarinda dan

Kepala KSOP

Kotabaru, supaya

melakukan koordinasi

dan rekonsiliasi

dengan PT Pelindo II,

III dan IV terkait

kekurangan

penerimaan jasa labuh

dan tambat, serta

segera menagih

kekurangan

pembayaran jasa labuh

dan tambat kepada PT

Pelindo II, 111 dan IV

untuk disetorkan ke

Kas Negara.

Selanjutnya salinan

bukti setor

disampaikan kepada

BPK.

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka :

a. Petugas operasional

pada KUPP Kintap,

KSOP Balikpapan, dan

KSOP Kotabaru harus

melakukan

perhitungan Nota

Tagih;

b. Kepala Kantor Otoritas

Pelabuhan Utama

Tanjung Priok, Kepala

KSOP Kelas I

Banjarmasin harus

menyiapkan SDM dan

tempat yang memadai

untuk melakukan

penerimaan Jasa

Labuh dan Tambat

sesuai PP 11 tahun

2015;

c. Kepala satuan kerja

terkait harus lebih

optimal dalam

melakukan pengen

dalian dan pengawasan

terhadap penerimaan

PNBP.

Page 18: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

13

LHP No. 109/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

b. Potensi kekurangan Penerimaan Jasa Labuh dan

Tambat sebesar Rp57.354.253.838,81 dan

USD690,156.04, yaitu pada KSOP Utama

Tanjung Priok sebesar Rp48.268.544.773,01,

KSOP Kotabaru sebesar Rp4.216.139.540,68,

dan KSOP Kelas I Balikpapan sebesar

Rp4.869.569.525,12 serta pada KSOP Kelas I

Banjarmasin sebesar USD447,982.70 dan KSOP

Kelas II Samarinda sebesar USD242,173.34

2 Kekurangan Penerimaan atas Pendapatan Jasa

Pandu dan Tunda Serta Denda Keterlambatan

pada Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung

Priok

Hal ini terlihat sebagai berikut:

a. Kekurangan Penerimaan atas Kontribusi Jasa

Pemanduan dan Penundaan

Berdasarkan hasil Rekonsiliasi perhitungan

kekurangan pembayaran menyebutkan bahwa

pihak Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung

Priok dan PT JAI Tanjung Priok telah sepakat

mengenai nilai PNBP jasa pemanduan dan

penundaan kapal sebesar Rp4.423.888.398,00.

Rincian atas kekurangan kontribusi pada tabel

berikut:

b. Denda Keterlambatan Jasa Pemanduan dan

Penundaan

Berdasarkan hasil perhitungan atas denda

keterlambatan pembayaran kekurangan

kontribusi jasa pemanduan dan penundaan

diketahui bahwa PT Pelindo II Cabang Tanjung

Priok dhi PT JAI Tanjung Priok belum

dikenakan denda, minimal sebesar

Rp422.556.265,86, dengan rincian sebagai

berikut:

BPK merekomendasikan

kepada Menteri

Perhubungan agar:

a. Melakukan koordinasi

dengan PT Pelindo II

Cabang Tanjung Priok

dhi PT Jasa Armada

Indonesia, terkait

kekurangan

pembayaran dan denda

keterlambatan

pembayaran kontribusi

jasa pemanduan dan

penundaan, serta segera

menagih kekurangan

pembayaran dan denda

keterlambatan

pembayaran kontribusi

jasa pemanduan dan

penundaan kepada PT

Jasa Armada Indonesia

untuk disetorkan ke

Kas Negara .

Selanjutnya Salinan

bukti setor diserahkan

kepada BPK;

b. Memerintahkan

Bendahara Penerimaan

dan Pengelola PNBP

Kantor Otoritas

Pelabuhan Utama

Tanjung Priok untuk

melakukan rekonsiliasi

PNBP dengan PT

Pelindo II Cabang

Tanjung Priok dhi. PT

Jasa Armada Indonesia

secara tertib; dan

c. Memerintahkan

Pengelola PNBP untuk

mengenakan denda

keterlambatan kepada

PT Pelindo II Cabang

Tanjung Priok dhi . PT

Jasa Armada Indonesia

atas penerimaan

kontribusi jasa

pemanduan dan

penundaan yang

terlambat diterima.

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka

Bendahara Penerimaan dan

Pengelola PNBP Kantor

Otoritas Pelabuhan Utama

Tanjung Priok harus tertib

dalam melakukan

rekonsiliasi PNBP dengan

PT Pelindo II Cabang

Tanjung Priok dhi PT JAI

Tanjung Priok, serta

Pengelola PNBP Kantor

Otoritas Pelabuhan Utama

Tanjung Priok harus

memahami peraturan

mengenai denda

keterlambatan kekurangan

pembayaran kontribusi jasa

pemanduan dan penundaan.

Page 19: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

14

LHP No. 109/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2015

tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang

Berlaku pada Kementerian Perhubungan:

1) Pasal 1 Ayat (2)

2) Pasal 11 Ayat (1)

3) Pasal 14

4) Lampiran III.B.1.b

b. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009

tentang Tata Cara Penentuan Jumlah,

Pembayaran, dan Penyetoran Penerimaan Negara

Bukan Pajak yang Terutang pada Pasal 6 Ayat

(1), (2), dan (3)

c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57

Tahun 2015 tentang Pemanduan dan Penundaan

Kapal Pasal 43 Ayat (5)

d. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut

Nomor KU.404/2/11/DJPL-15 tentang Tata Cara

Penerimaan, Penyetoran, Penggunaan dan

Pelaporan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang

Berlaku pada Direktorat Jenderal Perhubungan

Laut pasal 6

e. Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan

Laut Nomor PP.00/18/7/DP- 15 tanggal 5 Juni

2015 tentang Pelaksanaan Pungutan Jasa

Kepelabuhanan Sesuai Peraturan Pemerintah

Nomor 11 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif

atas Jenis PNBP yang Berlaku pada Kementerian

Perhubungan pada poin 2.b.2)

f. Surat Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan

Laut Nomor UK. 11/29/3/DTPC-10 tanggal 6

Agustus 2010 kepada Direktur Keuangan PT

Pelindo I, II, III , dan IV

Kondisi tersebut mengakibatkan penerimaan

PNBP dari kontribusi jasa pemanduan dan

penundaan termasuk denda atas keterlambatan

kekurangan pembayaran tersebut dari PT Pelindo

II ( Persero) Cabang Tanjung Priok dhi. PT JAI

Tanjung Priok belum diterima Kas Negara

masing-masing sebesar Rp4.229.435.503,71 dan

Rp393.643. 907,61

Page 20: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

15

LHP No. 109/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

3 Terdapat Kekurangan Penerimaan Jasa Barang

Sebesar Rp1.736.749.745,00 pada KSOP Kelas I

Banjarmasin

Hal ini terlihat sebagai berikut:

Berdasarkan hasil penelaahan atas Laporan

Penerimaan Jasa Barang Semester I TA 2015, LK3,

dan Register SPB terhadap kapal rute luar negeri

yang melakukan kegiatan bongkar muat di Perairan

Taboneo, diketahui terdapat jasa barang Ship to Ship

(STS) yang seharusnya dipungut sejak tanggal 26

Maret s.d 30 Juni 2015, namun belum

dipungut/belum diterbitkan nota tagihan sampai

dengan tanggal 16 Desember 2015 senilai

Rp1.736.749.745,00, dengan rincian:

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 11

Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis

Penerimaan Bukan Pajak yang berlaku pada

Kementerian Perhubungan,III.B Angka 2.b. yang

menyatakan bahwa jasa kegiatan alih muat antar

kapal adalah kegiatan alih muat muatan kapal

(Ship to Ship) tanpa melalui dermaga di dalam

dan / atau di luar daerah lingkungan kerja/daerah

lingkungan kepentingan pelabuhan di wilayah

perairan yang ditetapkan oleh pemerintah yang

berfungsi sebagai pelabuhan dengan tarif per ton

per m3 adalah 20% dari tarif jasa pelayanan

barang;

Kondisi tersebut mengakibatkan kekurangan

penerimaan atas Jasa Barang STS sebesar

Rp1.736.749.745,00.

BPK merekomendasikan

kepada Menteri

Perhubungan agar:

a. Memerintahkan Pe

tugas Operasional pada

Bidang Lala KSOP

Kelas 1 Banjarmasin

melakukan koordinasi

dengan Petugas

Kesyahbandaran pada

Bidang KPBB, terkait

pemungutan PNBP

jasa STS;

b. Memerintahkan

Kepala Bidang Lalu

Lintas Angkutan Laut

dan Kepelabuhanan,

serta Kepala Seksi

Lalu Lintas Angkutan

Laut dan Usaha

Pelabuhan untuk

meningkatkan

pengawasan dan

pengendalian atas

penerimaan PNBP;

dan

c. Menagih kekurangan

pembayaran Jasa

Barang STS sebesar

Rp1.736.749.745,00

dan menyetorkannya

ke Kas Negara .

Selanjutnya salinan

bukti setor

disampaikan kepada

BPK.

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka

Petugas Operasional pada

Bidang Lala KSOP Kelas 1

Banjarmasin harus me

lakukan koordinasi dengan

Petugas Kesyahbandaran

pada Bidang KPBB, terkait

pemungutan PNBP jasa

STS, serta Kepala KSOP

Kelas 1 Banjarmasin,

Kepala Bidang Lalu Lintas

Angkutan Laut dan

Kepelabuhanan, serta

Kepala Seksi Lalu Lintas

Angkutan Laut dan Usaha

Pelabuhan harus lebih

optimal dalam melakukan

pengawasan dan

pengendalian atas

penerimaan PNBP .

Page 21: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

16

LHP No. 103/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

KEGIATAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT PADA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DAN INSTANSI TERKAIT LAINNYA TAHUN

2010 S.D. 2014

Kajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil pemeriksaan

BPK RI atas Kinerja kegiatan pembangunan dan pengembangan pelabuhan laut pada

Kementerian Perhubungan dan instansi terkait lainnya tahun 2010 s/d 2014 yang dikeluarkan

pada semester 1 tahun 2016. Berdasarkan Hasil pemeriksaan BPK menyimpulkan bahwa

pengelolaan kegiatan pembangunan dan pengembangan pelabuhan laut pada Kementerian

Perhubungan belum sepenuhnya dilaksanakan secara efektif. Secara khusus Pemeriksaan

Kinerja bertujuan untuk menilai efektivitas terkait kegiatan pembangunan dan pengembangan

pelabuhan laut. Sasaran pemeriksaan pada tiga aspek kegiatan pelabuhan laut, yaitu (i)

perencanaan pembangunan dan pengembangan pelabuhan laut, (ii) pelaksanaan pembangunan

dan pengembangan pelabuhan laut, dan (iii) monitoring/evaluasi pembangunan dan

pengembangan pelabuhan laut. Sedangkan tujuan dari kajian adalah untuk menyediakan

informasi sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK sebagai pelaksanaan wewenang,

tugas dan fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas administrasi keuangan negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai berikut;

Alokasi Anggaran APBN Tahun 2010 s.d.2014

Dalam ribuan

No Tahun Anggaran

Belanja

Jumlah Belanja Belanja

Pegawai

Belanja

Barang

Belanja

modal

1 2010 Anggaran 737.609.233 1.218.724.124 2.666.682.643 4.623.016.000

Realisasi 668.774.058 1.043.963.999 2.334.078.619 4.046.816.676

2 2011 Anggaran 792.765.956 1.533.378.954 5.432.782.608 7.758.927.518

Realisasi 741.232.892 1.334.533.910 4.459.148.123 6.534.914.925

3 2012 Anggaran 831.863.377 1.822.891.485 8.908.229.642 11.562.984.504

Realisasi 802.179.352 1.544.442.998 7.649.616.865 9.996.239.215

4 2013 Anggaran 885.625.312 2.219.867.877 8.516.751.805 11.622.244.994

Realisasi 827.245.950 1.937.623.443 7.178.307.094 9.943.176.487

5 2014 Anggaran 933.911.084 2.685.574.362 6.000.464.143 9.619.949.589

Realisasi 845.936.607 2.326.803.109 4.557.512.072 7.730.251.788

6

2015

Anggaran 1.505.948.695 4.504.526.133 16.832.481.189 22.842.956.017

Realisasi *) 602.938.890 808.563.137 404.512.976 1.816.015.003

*)Realisasi sampai dengan 30 Juni 2015

Page 22: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

17

LHP No. 103/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS KINERJA KEGIATAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT PADA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DAN INSTANSI TERKAIT LAINNYA TAHUN 2010 S.D. 2014

TAHUN ANGGARAN 2015

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Hasil Pemeriksaan atas Kinerja Kegiatan

Pembangunan Dan Pengembangan Pelabuhan

Laut Pada Kementerian Perhubungan Dan

Instansi Terkait Lainnya Tahun 2010 S.D. 2014

1 Tidak Terdapat Peraturan yang Mengatur

Jangka Waktu Penyelesaian Pembangunan

Hingga Siap Dioperasikan

Hal ini terlihat sebagai berikut:

Hasil penelusuran secara uji petik menunjukkan

bahwa terdapat pembangunan pelabuhan yang tidak

dilakukan secara berturut-turut tahun anggarannya,

antara lain:

a. Pembangunan Fasilitas pelabuhan (Faspel)

Telaga Biru di Kabupaten Bangkalan, Jawa

Timur, Pelabuhan dibangun pada tahun 2011 s.d

2013, namun terhenti pada tahun 2014;

b. Pembangunan Faspel Tanjung Wangi di

Kabupaten Banyuwangi, dimulai pada tahun

2011, namun dihentikan pada tahun 2013;

c. Pembangunan Faspel Laut Tanjung Api-Api di

Sumatera Selatan, pembangunan tahap pertama

telah dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2013

dan mendapatkan anggaran pada tahun 2015,

namun pada tahun 2014 tidak ada kegiatan

lanjutan pembangunan;

d. Pembangunan Faspel Laut Serasan di Kepulauan

Natuna, terdapat pembangunan pada tahun 2011,

terhenti pada tahun 2012 dan 2013, dan

dilanjutkan kegiatan pembangunannya pada

tahun 2015; dan

e. Pembangunan Faspel Tanjung Tiram di Sumatera

Utara, terdapat pembangunan tahap pertama

yang dimulai pada tahun 2010, terhenti pada

tahun 2011, dan kegiatan pembangunan

dilanjutkan kembali pada tahun 2012.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Pernyataan Kesepahaman atas Kriteria antara

BPK dengan Direktorat Pelabuhan dan

Pengerukan Ditjen Perhubungan Laut pada

Kriteria 1.1.2 Terdapat peraturan yang mengatur

jangka waktu penyelesaian pembangunan hingga

siap dioperasikan.

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Potensi kerugian negara karena pengeluaran

belanja modal tidak dapat dimanfaatkan;

b. Potensi berkurangnya kualitas bangunan atau

bahan bangunan yang belum digunakan

BPK merekomendasikan

Menteri Perhubungan agar

memerintahkan Direktur

.lenderal Perhubungan Laut

untuk menyusun atau

merevisi regulasi yang

mengatur tentang batas

jangka waktu penyelesaian

pembangunan fasilitas

pelabuhan hingga siap

dioperasikan.

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut maka harus

adanya aturan yang

mengatur penyelesaian

pembangunan dari awal

hingga beroperasinya

pelabuhan, serta Kesalahan

perencanaan harus

menggunakan proyeksi

pembangunan pelabuhan.

Page 23: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

18

LHP No. 103/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

2 Belum Terdapat Peraturan-Perundangan yang

Menjabarkan Sanksi yang Tegas Terkait

Pelanggaran Perencanaan Pembangunan Fasilitas

Pelabuhan

Hal ini terlihat sebagai berikut:

a. Belum ada ketentuan dalam peraturan

perundang-undangan yang menjabarkan tentang

sanksi yang mengikat kepada pihak-pihak yang

terkait dengan proses penyusunan dokumen

perencanaan pembangunan dan pengembangan

pelabuhan;

b. Terdapat pekerjaan pembangunan pelabuhan

yang tidak didukung dengan dokumen

perencanaan yang memadai namun masih bisa

dilanjutkan kegiatan pembangunannya.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Pernyataan Kesepahaman atas Kriteria antara

BPK dengan Direktorat Pelabuhan dan

Pengerukan Ditjen Perhubungan Laut pada

Kriteria 1.1.5 Terdapat peraturan perundangan

yang menjabarkan sanksi yang tegas terkait

pelanggaran perencanaan pembangunan fasilitas

pelabuhan

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Pihak-pihak yang terkait dalam pembangunan

fasilitas pelabuhan tidak memprioritaskan

penyelesaian penyusunan dokumen perencanaan;

b. Potensi terhambatnya kegiatan pembangunan dan

pengembangan pelabuhan;

c. Potensi tidak dapat diselesaikan pembangunan

pelabuhan (mangkrak);

BPK merekomendasikan

Menteri Perhubungan agar

memerintahkan Direktur

Jenderal Perhubungan Laut

untuk menyusun atau

merevisi regulasi yang

mengatur tentang sanksi

tegas yang mengikat bagi

pihak-pihak yang melakukan

pelanggaran dalam

penyusunan suatu dokumen

perencanaan pembangunan

dan pengembangan

pelabuhan serta pihak yang

bertanggung jawab atas

penyelesaian pekerjaan

pembangunan dan

pengembangan pelabuhan.

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut maka

Direktur Jenderal

Perhubungan Laut harus

segera menyusun

peraturan/regulasi yang

mengatur sanksi tegas yang

mengikat pihak-pihak yang

bertanggung jawab atas

penyusunan suatu dokumen

perencanaan pembangunan

dan pengembangan

pelabuhan serta pihak yang

bertanggungjawab atas

penyelesaian pekerjaan

pembangunan dan

pengembangan pelabuhan.

3 Belum Terdapat Basis Data Pelabuhan yang Sah

dan Mutakhir Sebagai Bahan Pertimbangan

Dalam Perencanaan Pembangunan Fasilitas

Pelabuhan

Hal ini terlihat sebagai berikut:

a. Basis data Pelabuhan Belum Disusun

Berdasarkan Data/Kondisi yang Sebenarnya

1) Jumlah data pelabuhan yang tercakup dalam

sistem hanya meliputi 1235 pelabuhan.

Dengan demikian masih terdapat lima data

pelabuhan yang belum tercakup dalam

sistem informasi pelabuhan ini

2) Penelusuran atas data pelabuhan,

menunjukkan bahwa data yang telah diinput

sebagian besar adalah data umum pelabuhan,

sedangkan data lainnya sebagian besar

masih kosong, antara lain data mengenai

fasilitas pelabuhan, fasilitas terminal,

fasilitas wilayah kerja, dokumen

perencanaan, layanan pemanduan,

operasional pelabuhan;

3) Data dokumen perencanaan yang dimiliki

oleh pelabuhan rata-rata masih kosong;

4) Sistem informasi juga belum

mengakomodasi penyusunan informasi basis

BPK merekomendasikan

Menteri Perhubungan agar:

a. Menyusun basis data

kepelabuhanan yang

akurat dan terkini

terutama terkait

dokumen perencanaan,

pelaksanaan pemba

ngunan, dan pengo

perasian pelabuhan, serta

aset-aset yang dimiliki

oleh tiap pelabuhan;

b. Memerintahkan penye

lenggaraan pelabuhan

untuk mengirimkan

laporan data termutakhir

atas pelabuhan dan

wilayah kerja yang

berada di bawah

kewenangannya;

c. Mengusulkan

pembentukan satuan

kerja yang secara khusus

bertanggung jawab atas

sistem informasi

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut maka harus

adanya upaya yang

maksimal dari pihak

Direktur Pelabuhan dan

Pengerukan untuk

memutakhirkan data Sistem

Informasi Pelabuhan, dan

Kepala OP/KSOPAJPP

harus mengirimkan laporan

data termutakhir atas

pelabuhan dan wilayah kerja

yang berada di bawah

kewenangannya. Serta

adanya satuan kerja

tersendiri yang secara

khusus bertanggungjawab

atas sistem informasi

pelabuhan.

Page 24: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

19

LHP No. 103/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

data dokumen perencanaan berdasarkan

masing-masing kategori (praFS, FS, RIP,

Amdal, SID, danDED), sehingga dari basis

data tersebut belum dapat diakses informasi

jumlah pelabuhan yang telah raemiliki

dokumen pra FS, FS, RIP, Amdal, SID, dan

DED;

b. Basis data Belum Dilakukan Pemutakhiran/

Terbarukan/Terkini

1) Informasi data dokumen RIP yang disajikan

oleh Subdirektorat Pengembangan

Pelabuhan berbeda dengan data dokumen

RIP yang disajikan oleh Subdirektorat

Perancangan Fasilitas Pelabuhan.

2) Informasi data dokumen perencanaan yang

disajikan oleh Subdirektorat Perancangan

Fasilitas Pelabuhan belum termutakhirkan.

Hal ini dapat dilihat dari data dokumen FS

yang disajikan hanya ada dua, sedangkan

dalam uji petik diketahui terdapat pelabuhan

lain yang telah didukung dokumen FS,

antara lain Pelabuhan Pangandaran dan

Palabuhan Ratu di Jawa Barat, Pelabuhan

Pulau Kambuno, Munte dan Kepulauan

Tanakeke di Sulawesi Selatan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Undang-undangNomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran, pada:

1) Pasal 270 huruf b

2) Pasal 272 ayat (2)

b. Pemyataan Kesepahaman atas Kriteria antara

BPK dengan Direktorat Pelabuhan dan

Pengerukan Ditjen Perhubungan Laut pada:

1) Kriteria 1.2 Terdapat basis data pelabuhan

yang valid dan update sebagai bahan

pertimbangan dalam perencanaan

pembangunan fasilitas pelabuhan;

2) Kriteria 1.2.1 Basis data pelabuhan disusun

berdasarkan data yang benar/kondisi

sebenarnya;

3) Kriteria 1.2.2 Basis data dilakukan

pemutakhiran/terbarukan/terkini.

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Perencanaan atas pembangunan dan

pengembangan pelabuhan tidak mendapatkan

data informasi yang akurat;

b. Potensi kesalahan dalam pengambilan keputusan

perencanaan pembangunan dan pengembangan

pelabuhan;

c. Meningkatnya potensi basis data yang telah

dimiliki oleh Kementerian Perhubungan yaitu

Sinfopel (sistem informasi pelabuhan) tidak

digunakan.

pelabuhan.

Page 25: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

20

LHP No. 103/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

4 Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN)

Belum Menjadi Rencana Induk yang

Komprehensif

Berdasarkan Hasil analisis perbandingan dan

konfirmasi atas data pelabuhan yang tercantum dalam

RIPN dengan data pembangunan/pengembangan

pelabuhan pada kurun waktu tahun 2010 - 2014

dengan Subdirektorat Perancangan Fasilitas

Pelabuhan, terdapat minimal 29 pelabuhan yang

belum tercantum dalam RIPN namun telah

dilaksanakan pembangunannya

RIPN belum mencakup semua pelabuhan dibawah

kementerian yang terkait dengan kepelabuhan antara

Iain: KKP, Pariwisata, Lingkungan Hidup,

Perindustrian, Pertambangan dan Perdagangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bagian Hukum

Ditjen Hubla mengenai penetapan RIPN, diakui

bahwa RIPN memang hanya mengatur tentang

pelabuhan umum. Hal ini disebabkan karena

Kementerian Perikanan menganggap pelabuhan

perikanan sebagai pelabuhan mereka sendiri, hal ini

juga didukung dengan adanya Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 2013 tentang perikanan yang

mengatur juga hal terkait pelabuhan perikanan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Pernyataan Kesepahaman atas Kriteria antara

BPK dengan Direktorat Pelabuhan dan

Pengerukan Ditjen Perhubungan Laut pada;

1) Kriteria 1.3.3 RIPN merupakan rencana

induk yang komprehensif;

2) Kriteria 1.3.3.1 RIPN mencakup pelabuhan

yang akan/sedang/telah dibangun;

3) Kriteria 1.3.3.2 RIPN mencakup semua

pelabuhan di bawah kementerian yang

terkait dengan kepelabuhanan antara lain:

KKP, Pariwisata, Lingkungan Hidup,

Perindustrian, Pertambangan dan

Perdagangan.

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Potensi tumpang tindihnya pelabuhan laut

dengan pelabuhan lainnya;

b. Potensi mengganggu keselamatan pelayaran.

BPK merekomendasikan

Menteri Perhubungan untuk

merevisi Rencana Induk

Pelabuhan Nasional yang

komprehensif dan

terintegrasi yang mencakup

seluruh pelabuhan yang

akan/sedang/telah dibangun,

dan meliputi seluruh

pelabuhan di wilayah

Indonesia.

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut maka RIPN

harus disusun secara

terintegrasi dan

komprehensif secara

nasional, serta harus adanya

koordinasi antar

kementerian terkait

penyusunan RIPN.

5 Pembangunan Fisik Pelabuhan Tidak Sesuai

dengan Surat Perjanjian (Kontrak) dan

Perubahannya

Hal ini terlihat sebagai berikut:

a. Terdapat 13 paket pekerjaan dengan total nilai

kontrak Rp182.184.049.000,00 yang terindikasi

kurang volume senilai Rp3.396.668.265,17,

dengan persentase sebesar 1,86% dari jumlah

paket atau sebesar 0,30% dari nilai total

pekerjaan. (Rincian pada Lampiran 1).

b. Terdapat dua paket pekerjaan dengan total nilai

kontrak Rp55.422.276.000,00 yang terindikasi

BPK merekomendasikan

Menteri Perhubungan agar:

a. Memerintahkan KPA

terkait untuk menye

torkan kelebihan pem

bayaran total sebesar

Rp3.747.895.752,21

(Kelebihan pembayaran

atas kekurangan volume

pekerjaan sebesar Rp3.

396.668.265,17 + Kele

bihan pembayaran atas

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka :

a. KPA pada satker terkait

harus optimal

melakukan pengawasan

atas pelaksanaan

pekerjaan yang menjadi

tanggung jawabnya;

b. PPK pada satker terkait

harus lebih cermat

dalam mengendalikan

pelaksanaan pekerjaan

oleh penyedia barang/

jasa;

Page 26: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

21

LHP No. 103/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

kelebihan perhitungan senilai Rp351.227.487,04,

dengan persentase sebesar 0,63% dari jumlah

paket atau sebesar 0,03% dari nilai total

pekerjaan. (Rincian pada Lampiran 2).

c. Terdapat 22 paket pekerjaan dengan total nilai

kontrak Rp478.296.694.000,00 dengan

persentase sebesar 41,74% dari nilai total

pekerjaan yang menunjukkan indikasi

kekurangan mutu/tidak sesuai dengan kualitas

beton yang dipersyaratkan dalam kontrak.

(Rincian pada Lampiran 3)

d. Permasalahan kekurangan volume, kelebihan

perhitungan, dan ketidaksesuaian kualitas beton

tersebut menunjukan kurang memadainya proses

pelaksanaan pembangunan dan pengembangan

fasilitas pelabuhan jika dibandingkan dengan

perencanaan pembangunan yang telah tercantum

pada kontrak.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Pernyataan Kesepahaman atas Kriteria antara

BPK dengan Direktorat Pelabuhan dan

Pengerukan Ditjen Perhubungan Laut pada

Kriteria 2.3 Pembangunan Fisik Pelabuhan Telah

Sesuai dengan Surat Perjanjian (Kontrak) dan

Perubahannya.

b. Peraturan Presiden R1 Nomor 70 Tahun 2012

tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden

Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah, pada:

1) Pasal 11 ayat (1)

2) Pasal 89 ayat (4)

3) Pasal 95 ayat (3) dan (4)

4) Lampiran III Pekerjaan Konstruksi huruf

C.2.i.l).c)

c. Lampiran Keputusan Menteri Perhubungan(KM)

Nomor 31 Tahun 2006 tentang Pedoman dan

Proses Perencanaan di Lingkungan Kementerian

Perhubungan, Bab III Dokumen Perencanaan,

poinD: Rencana Teknis Pengembangan

Perhubungan (RTPP).

d. Kontrak masing-masing pekerjaan.

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Tujuan peruntukan pelabuhan sebagaimana

tercantum dalam dokumen SID berpotensi tidak

tercapai;

b. Kelebihan pembayaran atas kekurangan volume

pekerjaan sebesar Rp3.396. 668.265,17;

c. Kelebihan pembayaran atas kelebihan

perhitungan pekerjaan sebesar Rp351.

227.487,04;

kelebihan perhitungan

pekerjaan sebesar

Rp351.227.487,04);

b. Memerintahkan KPA

terkait untuk

berkordinasi dan

meminta advis kepada

direktorat yang

kompeten sehubungan

dengan kualitas beton

yang dibawah spesifikasi

yang dipersyaratkan

daiam kontrak;

c. Memberikan sanksi

sesuai ketentuan yang

berlaku kepada:

1) KPA pada satker

terkait yang kurang

optimal melakukan

pengawasan atas

pelaksanaan

pekerjaan yang

menjadi tanggung

jawabnya;

2) PPK pada satker

terkait yang kurang

cermat dalam

mengendalikan

pelaksanaan

pekerjaan oleh

penyedia

barang/jasa;

d. Memerintahkan KPA

untuk memberikan

sanksi sesuai ketentuan

yang berlaku kepada

PPHP pada pekerjaan

terkait yang lalai dalam

memeriksa dan

menerima hasil

pekerjaan yang menjadi

tanggung jawabnya.

c. Panitia Penerima Hasil

Pekerjaan (PPHP) pada

pekerjaan terkait harus

teliti dalam memeriksa

dan menerima hasil

pekerjaan yang menjadi

tanggung jawabnya

Page 27: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

22

LHP No. 103/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

Lampiran 1

Lampiran 2

Page 28: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

23

LHP No. 103/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

Lampiran 3

Page 29: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

24

GAMBARAN UMUM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil

pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan

tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat tahun

2015 yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan

terhadap Laporan Keuangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Sedangkan tujuan dari kajian adalah untuk menyediakan informasi sebagai bahan tindaklanjut

DPR atas LHP BPK sebagai pelaksanaan wewenang, tugas dan fungsi pengawasan parlemen

atas akuntabilitas administrasi keuangan negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai berikut:

Opini BPK

Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Kondisi Aset dalam Neraca 2015 (Audited)

K

OPINI BPK RI

2014

WTP-DPP

2015

WDP

LRAAnggaran

119.676.979.684.000

Realisasi

109.454.332.938.82691%

Aset Lancar

• 7.805.412.528.045

Aset Tetap

• 658.079.829.408.872

Aset Lainnya

• 146.640.214.168.595

Page 30: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No.23/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 25

KUTIPAN DAN TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

TAHUN ANGGARAN 2015

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Hasil Pemeriksaan Atas Sistem

Pengendalian Intern

1. Piutang pada Badan Layanan Umum

Bidang Pendanaan Sekretariat Badan

Pengatur Jalan Tol (BLU-BP set BPJP)

Berpotensi Tidak Tertagih

Neraca Bagian Anggaran (BA) 033 pada

Satuan Kerja (Satker) Badan Layanan

Umum Bidang Pendanaan Sekretariat Badan

Pengatur Jalan Tol (BLU- BP Set BPJT)

Tahun Anggaran (TA) 2015 mencatat saldo

Piutang dari Kegiatan Operasional BLU

senilai Rp544.819.482.901,00 dengan

rincian piutang nilai tambah (bunga) Badan

Usaha Jalan Tol (BUJT)

Rp414.587.980.834,00 dan piutang denda

nilai tambah BUJT senilai

Rp130.231.502.067,00

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan

konfirmasi kepada BLU diketahui terdapat

satu (1) BUJT yaitu PT. Trans Lingkar Kita

Jaya (PT. TLKJ) yang tidak menyetujui

perhitungan nilai tambah dan denda nilai

tambah sesuai dengan yang disajikan di

Neraca. BLU telah mengirim surat

konfirmasi piutang nilai tambah dan denda

nilai tambah pada PT. TLKJ dan telah

dijawab oleh PT. TLKJ dengan surat nomor

D1-015-EB/0216 tanggal 17 Februari 2016.

Uraian Berdasar

Perhitungan BLU Berdasar

Perhitungan PT. TLKJ

Selisih

Nilai Tambah

Hingga 31 Desember 2015 Pembayaran Hingga 31 Des 2015 Sisa Saldo Piutang NIlai Tambah

177.902.076.578

48.132.219.812

129.769.856.767

78.423.368.648

48.132.219.812

30.291.148.836

99.478.707.930

-

99.478.707.930

Denda Nilai

Tambah

56.445.333.184 - 56.445.333.184

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun

2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintah Lampiran I Kerangka

Konseptual Akuntansi Pemerintahan

Berbasis Akrual Paragraf 91

b. Akta Perjanjian Layanan Dana

BPK RI merekomendasikan

kepada Menteri Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat

agar menginstruksikan Kepala

Satker BLU BP Set BPJT untuk

mengungkapkan potensi tidak

tertagihnya piutang nilai tambah

dalam Laporan Keuangan dan

mengambil langkah-langkah

penyelesaian untuk menghindari

potensi tidak tertagihnya

piutang nilai tambah tersebut.

Untuk menyelesaikan masalah

tersebut, maka Kementerian PU-PR

harus:

a. Menginstrusikan Kepala

Satker BLU-BP Set BPJT

untuk mengungkapkan

potensi tidak tertagihnya

piutang nilai tambah dalam

laporan keuangan.

b. Mengambil langkah

penyelesaian atas perbedaan

perhitungan untuk

menghindari potensi tidak

tertagihnya piutang

c. Lebih cermat dalam

mengantisipasi adanya

potensi tidak tertagihnya

piutang nilai tambah

Page 31: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No.23/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 26

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Bergulir No 02 Tanggal 5 Januari 2010

Pasal 6 Tentang Masa Pembebanan

Nilai Tambah dan Besarnya Nilai

Tambah Pinjaman

Hal tersebut mengakibatkan potensi

hilangnya penerimaan negara berupa

nilai tambah dan denda nilai tambah

sebesar Rp186.215.189.950

2. Nilai Transfer Masuk dan Transfer

Keluar atas Aset Tetap pada Satker

Likuidasi Direktorat Cipta Karya Ke

Satker Penerima Tidak Sama.

Hal ini terlihat sebagai berikut :

a. Hasil penelusuran secara uji petik pada

tiga satuan yang terlikuidasi di

lingkungan Direktorat Cipta Karya atas

data SIMAK BMN Eselon 1 diketahui

terdapat perbedaan mutasi transfer

keluar dan transfer masuk atas nilai

Aset sebesar Rp38.592.735.672,00

b. Hasil pemeriksaan atas laporan

penutup dan laporan likuidasi pada

satker PBL sulbar diketahui sbb:

1) Perbedaan mutasi akun gedung

dan bangunan sebesar

Rp6.399.653.000,00

2) Perbedaan mutasi akun Jalan,

Jaringan dan Irigasi sebesar

Rp3.890.468.800,00

3) Adanya perbedaan nilai asset

tetap lainnya yang disajikan

antara laporan penutup dari

laporan likuidasi dengan nilai

transfer masuk dan keluar pada

SIMAK BMN Eselon 1

Direktorat Cipta Karya.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun

2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintah Lampiran I,01 Kerangka

konseptual Akuntansi Konseptual

Paragraf 38

b. PMK Nomor 272/PMK.05/2014

tanggal 31 Desember 2014 tentang

Pelaksanaan Likuidasi Entitas

Akuntansi dan Entitas Pelaporan pada

Kementerian/Lembaga;

1) Pasal 13 ayat (1)

2) Pasal 13 ayat (2)

3) Pasal 13 ayat (3)

4) Pasal 13 ayat (4)

5) Pasal 23 ayat (2)

BPK RI merekomendasikan

kepada Menteri Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat

agar menginstruksikan kepada

Sekretaris Jenderal dan Direktur

Jenderal Cipta Karya untuk

melakukan koordinasi dengan

satker terkait dan melakukan

koreksi transfer keluar dan

masuk pada SIMAK BMN.

Untuk menyelesaikan masalah

tersebut Kementerian PU-PR harus:

a. Meningkatkan koordinasi

antara Sekretaris Jenderal

dengan Direktur Jenderal Cipta

Karya dan satker terkait serta

melakukan koreksi transfer

keluar dan masuk pada SIMAK

BMN

b. Mengoptimalkan rekonsiliasi

data SIMAK BMN antara

Bagian Umum Sesditjen

Direktorat Cipta Karya selaku

Unit Akuntansi Pembantu

Pengguna Anggaran-Eselon 1

(UAPPB-E1) dengan Satker

Likuidasi dan satker Penerima

Aset Likuidasi Lebih cermat

dalam menyusun laporan

SIMAK BMN.

Page 32: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No.23/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 27

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

6) Pasal 26 ayat (1)

7) Pasal 31 ayat (1)

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Kurang saji Aset Tetap Lainnya pada

satker PBL Sulbar sebesar

Rp1.912.083.000,00

b. Potensi lebih saji Aset Tetap pada

satker PAM Sulut sebesar

Rp146.400.000,00

c. Potensi lebih saji Aset Tetap pada

satker Bangkim Papua Barat sebesar

Rp28.156.213.272,00

3. Aset Tetap Eks Kementerian Perumahan

Rakyat Sebesar Rp5.571.208.773 Belum

Dilakukan Pendataan

Hal ini terlihat sebagai berikut :

a. Penggabungan nilai aset Kemenpera ke

Kementerian PUPR tidak didahului

dengan inventarisasi aset untuk

meyakinkan kepemilikan dan

keberadaan aset.

b. Asset tetap dan asset lain lain yang

masing-masing sebesar Rp5.459.883.

031.003 dan Rp111.325.742.347 belum

dapat diyakini keberadaannya karena

tidak adanya inventarisasi aset pada saat

penggabungan nilai asset Kemenpera ke

Kementerian PUPR

c. Terhadap nilai persediaan, telah

dilakukan stock opname pada posisi per

31 Desember 2015, namun demikian

masih terdapat persediaan sebesar

Rp425.004.965.671,00. Selanjutnya

diketahui pula bahwa tidak diperoleh

hasil pendataan aset tetap oleh satker

yang akan dilikuidasi pada Kementerian

Perumahan Rakyat. Aset tetap tersebut

termasuk didalamnya adalah Aset Tetap

Dalam Renovasi sebesar

Rp13.541.429.816,00 yang tidak

diketahui keberadaannya

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun

2014 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah;

1) Pasal 6 ayat (2)

2) Pasal 42 ayat (1) dan ayat (2)

3) Pasal 84

4) Pasal 92

5) Pasal 94

b. PMK RI No. 272/PMK.05/2014 Tentang

Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi

BPK RI merekomendasikan

kepada Menteri Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat

agar menginstruksikan Direktur

Jenderal Penyediaan Perumahan

untuk melakukan inventarisasi

aset guna meyakinkan

kepemilikan dan keberadaan

aset yang berasal dari transfer

masuk eks Kementerian

Perumahan Rakyat.

Untuk menyelesaikan masalah

tersebut Kementerian PU-PR harus:

1. Melakukan pencatatan dan

inventarisasi asset untuk

meyakinkan kepemilikan dan

keberadaan asset yang berasal

dari eks Kementerian

Perumahan Rakyat.

2. Melakukan uji tuntas (due

diligence) oleh Dirjen

Penyediaan Perumahan selaku

penanggungjawab likuidasi

untuk Kementerian Perumahan

Rakyat untuk melihat

kendala/hambatan dari aspek

penyajian laporan keuangan.

Page 33: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No.23/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 28

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

dan Entitas Pelaporan pada Kementerian

Negara/Lembaga pada Pasal 21 ayat (4)

dan (5)

c. Lampiran Surat Menteri Keuangan

Nomor : S-17/MK.6/2015 tanggal 26

Januari 2015 tentang Pedoman Langkah-

langkah Pengalihan Barang Milik

Negara (BMN) sebagai Tindak Lanjut

atas Perubahan Nomenklatur

Kementerian/Lembaga (K/L)

Hal tersebut mengakibatkan transfer

masuk asset tetap dari eks Kementerian

Perumahan Rakyat senilai

Rp5.571.208.773.350 belum dapat

diyakini keberadaannya

Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan

Terhadap Perundang-Undangan

1. Pendapatan pada Satuan Kerja Balai

Pendidikan dan Pelatihan IV dan Balai

Pelaksanaan Jalan Nasional IX

Digunakan Langsung, Seluruhnya

Sebesar Rp3.684.168.306,00

Permasalahan tersebut terlihat pada beberapa

permasalahan berikut, antara lain :

a. Pendapatan atas Penyelenggaraan

Pendidikan dan Pelatihan pada Balai

Pendidikan dan Pelatihan IV Bandung

digunakan langsung sebesar

Rp3.253.204.306,00.

Berdasarkan pemeriksaan pada

pembukuan Bendahara Penerima dan

rekening korannya selama Tahun 2015

diketahui terdapat pendapatan dari

pelayanan jasa sebesar

Rp3.820.520.807,00. Dari pendapatan

tersebut yang telah disetor ke Kas

Negara sebesar Rp567.316.501,00 dan

sisanya sebesar Rp3.253.204.306,00

digunakan langsung untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran

diluar mekanisme APBN

b. Pendapatan atas Jasa Pengujian

Laboratorium Balai Pelaksanaan Jalan

Nasional IX Maluku dan Maluku Utara

Digunakan Langsung Sebesar Rp

430.964.000,00

Berdasarkan hasil pengujian dokumen

dan konfirmasi dengan Kepala Seksi

Pengendalian Sistem Pelaksanaan

Pengujian dan Peralatan selaku Manajer

Teknis diperoleh informasi bahwa

selama Tahun 2015 telah memperoleh

BPK RI merekomendasikan

Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat untuk

menginstruksikan Kepala

BPSDM dan Dirjen Bina Marga

untuk memberikan teguran dan

memerintahkan Kepala Balai

Diklat IV Bandung dan Kepala

BPJN IX untuk segera

menyetorkan setiap penerimaan

PNBP secara langsung ke Kas

Negara dan menganggarkan

belanja untuk pengeluaran

operasional kegiatan sesuai

ketentuan yang berlaku

Untuk memperbaiki permasalahan

tersebut, maka Kepala Balai Diklat

IV Bandung dan Kepala BPJN IX

Maluku dan Maluku Utara selaku

Kuasa Pengguna anggaran harus

melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya secara maksimal

sehubungan dengan pengenaan dan

pengelolaan pendapatan pada

satuan kerjanya.

Page 34: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No.23/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 29

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

penerimaan dari hasil pengujian alat-alat

laboratorium sebesar Rp551.355.000,00.

Penerimaan dari hasil pengujian yang

disetor ke Kas Negara pada Tahun 2015

sebesar Rp65.196.000,00, selanjutnya

pada tanggal 15 Januari 2016, dilakukan

penyetoran kembali ke Kas Negara

sebesar Rp55.195.000,00 sehingga yang

telah disetorkan sebesar Rp120.391.

000,00. Hasil biaya pengujian sebesar

Rp430.964.000,00 digunakan untuk

pembelian alat tulis kantor, keperluan

sehari-hari pegawai dan bahan-bahan

laboratorium. Hal ini terjadi karena

dalam DIPA Tahun 2015 tidak

dianggarkan biaya operasional

laboratorium

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tanggal 14 Januari 2004 tentang

Perbendaharaan Negara, yaitu :

1) Pasal 16 ayat (2)

2) Pasal 16 ayat (3)

b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997

tentang PNBP pada pasal 2 ayat (3)

c. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun

2012 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis

Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang

Berlaku Pada Kementerian Pekerjaan

Umum, yaitu :

1) Pasal 4

2) Pasal 6

Hal tersebut mengakibatkan pendapatan

dan belanja pada LRA TA 2015 pada

Balai Diklat IV Bandung dan BPJN IX

tidak menggambarkan kondisi yang

sebenarnya sebesar Rp3.684.168.306,00

dan berpotensi untuk disalahgunakan

2 Belanja Jasa pada Lima Satuan Kerja

Dilaksanakan Tidak Sesuai Ketentuan

Sehingga Terdapat Kelebihan

Pembayaran Sebesar Rp3.194.596.745,10

Permasalahan tersebut dapat terlihat pada

beberapa hal berikut, antara lain :

a. Satuan Kerja Direktorat Bina

Kompetesnsi dan Produktivitas

Konstruksi Direktorat Jenderal Bina

Konstruksi.

1) Pada pekerjaan Manajemen

Pengendalian Pelatihan terdapat

belanja paket meeting (fullboard)

dengan bukti pembayaran yang

BPK RI merekomendasikan

Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat untuk

menginstruksikan kepada

Sekretaris Jenderal, Dirjen Bina

Konstruksi, Dirjen Cipta Karya

dan Dirjen Bina Marga agar:

a. Memerintahkan Kepala

Satuan Kerja bersangkutan

supaya mempertanggung

jawabkan kelebihan

pembayaran tersebut,

dengan menyetorkan

sebesar Rp2.466.867.345,10

Untuk memperbaiki permasalahan

tersebut, maka Kepala Satuan Kerja

selaku Kuasa Pengguna Anggaran

harus lebih optimal dalam

melaksanakan pengawasan dan

pengendalian pekerjaan. Selain itu,

Pejabat Pembuat Komitmen,

Kelompok Kerja/Panitia Pengadaan

dan Panitia Penerima Hasil

Pekerjaan, serta Penyedia Jasa juga

harus segera melaksanakan tugas

dan kewajibannya

Page 35: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No.23/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 30

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

dipertanggungjawabkan sebesar

Rp91.900.000,00 namun

berdasarkan hasil pemeriksaan,

biaya yang riil dibayarkan sebesar

Rp23.270.000,00 sehingga terjadi

kelebihan pembayaran sebesar

Rp68.630.000,00. Terdapat juga

pembayaran uang harian dan

transport untuk peserta yang

melebihi atau tidak sesuai dengan

SBU TA 2015 sebesar

Rp34.075.000,00.

2) Pada pertanggungjawaban biaya

survey konsultan dhi PT CNC,

terdapat bukti pertanggungjawaban

pelaksanaan survey yang berupa

tiket pesawat dan boarding pass

dengan maskapai GI untuk tujuh

surveyor (14 penerbangan pulang

pergi) tidak sesuai dengan hasil

konfirmasi kepada maskapai yang

bersangkutan sebesar Rp48.793.

800,00.

3) Pertanggungjawaban biaya

pelaksanaan workshop oleh

konsultan, dhi PT SMD, pada

Pekerjaan Manajemen

Pengendalian Pelatihan Konstruksi

tidak sesuai kondisi sebenarnya

sebesar Rp51.700.000,00.

b. Satuan Kerja Pengembangan Kawasan

Permukiman dan Penataan Bangunan

dan Pengembangan Infrastruktur

Permukiman di Provinsi Jawa Timur

Direktorat Jenderal Cipta Karya.

1) Pelaksanaan pekerjaan supervisi

Pembangunan Infrastruktur

Permukiman Kumuh Kota

Probolinggo oleh CV AH tidak

sesuai dengan surat perjanjian yaitu

senilai Rp194.318.181,82 dan

terdapat biaya sewa atas pemakaian

kendaraan yang melebihi

pelaksanaan yang sebenarnya

senilai Rp14.100.000,00 sehingga

terjadi kelebihan pembayaran

senilai Rp208.418.181,81.

2) Pelaksanaan pekerjaan Pengawasan

Teknik dan Supervisi Kelurahan

Polehan oleh PT SP tidak sesuai

dengan surat perjanjian yaitu

senilai Rp107.800.000,00 dan

{Rp3.194.596.745,10 -

(Rp102.705.000,00 +

Rp625.024.400,00)} ke

rekening Kas Negara dan

menyampaikan bukti setor

kepada BPK.

b. Memberikan sanksi sesuai

ketentuan yang berlaku

kepada Kepala Satuan

Kerja, Pejabat Pembuat

Komitmen, Kelompok

Kerja/Panitia Pengadaan

dan Panitia Penerima Hasil

Pekerjaan atas kelalaian

dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya.

Page 36: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No.23/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 31

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

terdapat biaya sewa atas pemakaian

kendaraan yang melebihi

pelaksanaan yang sebenarnya

sebesar Rp8.800.000,00 sehingga

terjadi kelebihan pembayaran

sebesar Rp116.600.000,00.

c. Satuan Kerja Perencanaan dan

Pengawasan Jalan Nasional (P2JN) di

Provinsi Maluku Direktorat Jenderal

Bina Marga.

Berdasarkan pengujian bukti-bukti

pertanggungjawaban pengadaan jasa

konsultansi, diketahui terdapat kelebihan

pembayaran biaya langsung personil dan

biaya langsung non personil sebesar

Rp1.744.707.277,28

d. Satuan Kerja Pengembangan Kawasan

Permukiman Berbasis Masyarakat

Direktorat Jenderal Cipta Karya Satuan

Kerja Pengembangan Kawasan

Hasil pemeriksaan mengungkapkan

bahwa sampai saat pemeriksaan berakhir

pekerjaan penggadaan DVD seluruhnya

belum dikerjakan, namun penyedia jasa

telah dibayar lunas 100%. BAST sebagai

dasar pembayaran dibuat tidak sesuai

kondisi yang sebenarnya, sehingga

terjadi kelebihan pembayaran sebesar

Rp625.024.400,00.

e. Satuan Kerja Pengembangan,

Pengendalian dan Pelaksanaan Pekerjaan

Strategis Bidang PUPR Lainnya

Sekretariat Jenderal.

Pada pekerjaan operasional dan

pemeliharaan Green Gedung Utama

Kementerian PUPR yang dilaksanakan

oleh PT AP terdapat kelebihan

pembayaran biaya personil seluruhnya

sebesar Rp296.648.086,00.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun

2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara pada Pasal 65 ayat (1) mengatur

bahwa “penyelesaian tagihan kepada

negara atas beban anggaran belanja

negara yang tertuang dalam APBN

dilaksanakan berdasarkan hak dan bukti

yang sah untuk memperoleh

pembayaran”.

b. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010

yang diubah terakhir dengan Peraturan

Page 37: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No.23/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 32

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Presiden No.04 Tahun 2015 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,

yaitu

1) Pasal 6 huruf g

2) Pasal 49 ayat 7 huruf c

3) Pasal 49 ayat 7 huruf d

4) Lampiran IV.A tentang Tata Cara

Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi

Berbentuk Badan Usaha poin A.3.i)

c. Peraturan Direktur Jenderal

Perbendaharaan Nomor 22 Tahun 2013

tentang Ketentuan Lebih Lanjut

Pelaksanaan Perjalanan Dinas Dalam

Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai

Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap, pada

Pasal 10

d. Surat Perjanjian (Kontrak) masing-

masing pekerjaan konsultansi, pada:

1) Pokok Perjanjian;

2) Surat Penawaran berikut Data

Penawaran Biaya;

3) Syarat-syarat Khusus Kontrak;

4) Syarat-syarat Umum Kontrak;

5) Kerangka Acuan Kerja (KAK);

6) Data Teknis selain KAK;

7) Dokumen-dokumen kelengkapan

seleksi.

Hal tersebut mengakibatkan kelebihan

pembayaran sebesar Rp3.194.596.745,10

(Rp102.705.000,00 + Rp48.793.800,00 +

Rp51.700.000,00 + Rp208.418.181,82 +

Rp116.600.000,00 + Rp1.744.707.277,28 +

Rp625.024.400,00 + Rp296.648.086,00).

3. Kelebihan Pembayaran Belanja Modal

atas Pekerjaan yang Dilaksanakan

Kurang dari Kontrak, Tidak Sesuai

Spesifikasi dan Penambahan Volume

pada Pekerjaan dengan Harga Satuan

Timpang Sebesar Rp81.978.509.115,91

Permasalahan tersebut dapat terlihat pada

beberapa hal berikut, antara lain :

a. Pekerjaan Kurang Dilaksanakan atau

Kekurangan Volume Fisik Sebesar

Rp47.291.746.029,85

b. Pekerjaan Dilaksanakan Tidak Sesuai

Spesifikasi Kontrak Sebesar

Rp29.554.508.932,75

c. Penambahan Volume Pekerjaan atas

Harga Satuan Timpang Tidak

Mengikuti Ketentuan Sebesar

Rp5.132.254.153,31

BPK RI merekomendasikan

Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat untuk

menginstruksikan kepada Dirjen

Bina Marga, Dirjen Cipta

Karya, Dirjen Sumber Daya Air,

Kepala Balitbang dan Kepala

BPSDM agar:

1. Memerintahkan Kepala

Satuan Kerja bersangkutan

supaya mempertanggung

jawabkan kelebihan

pembayaran tersebut,

dengan menyetorkan

sebesar Rp43.795.584.

662,31 {(Rp47.291.746.

029,85+Rp5.132.254.153,31

) - Rp8.628.415.520,85} ke

rekening Kas Negara dan

Untuk memperbaiki permasalahan

tersebut, maka perlu melakukan

beberapa hal berikut antara lain :

a. Kepala Satuan Kerja selaku

Kuasa Pengguna Anggaran

harus lebih optimal melakukan

pengawasan dan pengendalian

atas pelaksanaan

program/kegiatan.

b. PPK, Pengawas Lapangan dan

Konsultan Pengawas harus

lebih cermat dalam melakukan

pengawasan pekerjaan fisik di

lapangan dan menguji

kebenaran perhitungan

volume/kuantitas yang dibuat

oleh penyedia jasa.

c. Tim Peneliti Kontrak harus

cermat dalam perhitungan harga

atas penambahan volume yang

diajukan oleh penyedia jasa.

Page 38: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No.23/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 33

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010

yaang telah mengalami beberapa kali

perubahan, terakhir dengan Peraturan

Presiden No.04 Tahun 2015 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,

yaitu:

1) Pasal 51 ayat 2

2) Pasal 89 ayat (4)

3) Pasal 92 ayat (1)

4) Lampiran III Bagian B.1.f.10).

a).(2)

b. Lampiran Peraturan Kepala LKPP No.

14 Tahun 2012 tanggal 11 Desember

2012 tentang Petunjuk Teknis

Peraturan Presiden RI No. 70 Tahun

2012 tentang Perubahan Kedua atas

Peraturan Presiden RI No. 54 Tahun

2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah,

c. Surat perjanjian masing-masing

pekerjaan jalan pada Direktorat

Jenderal Bina Marga, pada Spesifikasi

khusus Divisi 6, seksi 6.3.a Campuran

Beraspal Panas dengan Asbuton

menyatakan:

1) Persyaratan Toleransi

2) Pengukuran dan Pembayaran

d. Surat perjanjian masing-masing

pekerjaan jalan pada Direktorat

Jenderal Bina Marga, Spesifikasi

Umum, pada:

1) Divisi 1, Seksi 1.1.5

2) Divisi 5.1.3.3)

3) Divisi 5.1.4.1).a) tentang cara

pengukuran dan pembayaran

4) Divisi 6, Seksi 6.3.1.4).f)

5) Divisi 6, Seksi 6.3.8.1).a)

6) Divisi 6, Seksi 6.3.8.1).b)

Hal tersebut mengakibatkan kelebihan

pembayaran Belanja Modal sebesar

Rp81.978.509.115,91 (Rp47.291.746.

029,85 + Rp29.554.508.932,75 +

Rp5.132.254.153,31)

menyampaikan bukti setor

kepada BPK.

2. Memerintahkan Kepala

Satuan Kerja bersangkutan

untuk

mempertanggungjawabkan

kelebihan pembayaran

sebesar

Rp29.554.508.932,75 atas

pekerjaan yang tidak sesuai

spesifikasi melalui

perbaikan sesuai spesifikasi

dalam perjanjian dan

apabila tidak dapat

dilakukan perbaikan untuk

disetorkan ke Kas Negara

3. Memberikan sanksi sesuai

ketentuan yang berlaku

kepada Kepala Satuan

Kerja, Pejabat Pembuat

Komitmen, Pengawas

Lapangan dan Tim Peneliti

Kontrak atas

ketidakcermatannya dalam

melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya

Page 39: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No.23/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 34

4. Potensi Kelebihan Pembayaran Belanja

Modal TA 2015 atas Pelaksanaan

Pekerjaan Tahun Jamak (Multi Years)

dan Pembayaran 100% Tidak Sesuai

Kondisi Riil, Seluruhnya Sebesar

Rp109.033.718.829,93

Permasalahan tersebut terlihat pada beberapa

hal berikut, antara lain :

a. Adanya Potensi Kelebihan Pembayaran

atas Pekerjaan dengan Kontrak Tahun

Jamak Sebesar Rp26.935.642.943,99.

Hasil pengujian secara uji petik atas

beberapa pekerjaan yang telah dilakukan

pembayaran, menemukan pembayaran

yang melebihi dari prestasi fisik di

lapangan, yaitu pada Ditjen Bina Marga

dengan nilai potensi kelebihan

pembayaran sebesar Rp8.531.541.860,36

atas 6 paket pekerjaan dan pada Ditjen

Sumber Daya Air dengan nilai potensi

kelebihan pembayaran sebesar

Rp18.404.101.083,63 atas 4 paket

pekerjaan

b. Adanya Potensi Kelebihan atas

Pembayaran 100% yang Tidak Sesuai

Kondisi Riil Sebesar

Rp82.098.075.885,94. Pada saat

pemeriksaan lapangan pada periode

bulan Februari-Maret 2016, pekerjaan

belum selesai 100% atau masih

dikerjakan sedangkan Pembayaran telah

dilakukan 100% (lunas) atau melebihi

prestasi pekerjaan yang sebenarnya.

Pembayaran yang tidak sesuai kondisi

riil tersebut terbesar terdapat pada

Direktorat Jenderal Penyediaan

Perumahan, sebesar

Rp44.049.098.811,46 atas enam paket

pekerjaan. Selain itu masih terdapat 12

paket pekerjaan rumah susun pada

Direktorat Jenderal Penyediaan

Perumahan yang belum selesai dengan

nilai sebesar Rp53.500.951.256,10.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Undang Undang No. 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara Pasal 21

ayat 1.

b. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010

yaang telah mengalami beberapa kali

perubahan,terakhir dengan Peraturan

Presiden No.04 Tahun 2015 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,

yaitu:

1) Pasal 51 ayat 2

BPK RI merekomendasikan

Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat untuk

menginstruksikan kepada Dirjen

Bina Marga, Dirjen Sumber

Daya Air dan Dirjen Penyediaan

Perumahan agar:

a. Memerintahkan Kepala

Satuan Kerja bersangkutan

supaya

mempertanggungjawabkan

potensi kelebihan

pembayaran sebesar

Rp109.033.718.829, 93

tersebut dengan cara

menyampaikan bukti

pelaksanaan pekerjaan dan

atau bukti pemotongan

terhadap realisasi

pembayaran kepada

penyedia barang/jasa. Jika

dokumen dimaksud tidak

dapat mengakomodasi nilai

potensi kelebihan

pembayaran,

pertanggungjawaban

dilakukan dengan cara

menyetorkannya ke

rekening Kas Negara, dan

bukti setornya disampaikan

kepada BPK.

b. Memberikan sanksi sesuai

ketentuan yang berlaku

kepada Kepala Satuan

Kerja, Pejabat Pembuat

Komitmen dan Pengawas

Lapangan atas kelalaian

dalam melaksanakan tugas

dan tanggungjawabnya.

c. Memerintahkan Kepala

Satuan Kerja bersangkutan

supaya memberikan sanksi

sesuai

d. ketentuan yang berlaku

kepada Konsultan Pengawas

atas kelalaiannya dalam

melaksanakan

kewajibannya.

Untuk memperbaiki permasalahan

tersebut, maka Kepala Satuan Kerja

harus lebih optimal melakukan

pengawasan dan pengendalian atas

pelaksanaan program/kegiatan.

Selain itu, PPK, Pengawas

Lapangan dan Konsultan Pengawas

harus segera melakukan

pengawasan pekerjaan fisik di

lapangan dan menguji kebenaran

perhitungan volume yang dibuat

oleh penyedia jasa.

Page 40: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No.23/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 35

2) Pasal 89 ayat 2a

3) Pasal 89 ayat (4)

c. Spesifikasi Umum pada kontrak Bina

Marga, Divisi 1, Seksi 1.1.5.

Hal tersebut mengakibatkan potensi

kelebihan pembayaran sebesar

Rp109.033.718.829,93 (Rp26.935.642.

943,99 + Rp82.098.075.885,94)

5. Pelaksanaan Pekerjaan Tidak Dapat

Diselesaikan Sesuai Jangka Waktu yang

Diperjanjikan dengan Denda

Keterlambatan Sebesar Rp66.239.696.

401,08

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas

penyelesaian paket-paket pekerjaan di

Kementerian PUPR dengan melakukan uji

petik pada Eselon I dan satuan kerja-satuan

kerja pada 17 provinsi mengungkapkan

terdapat pekerjaan-pekerjaan yang tidak

dapat diselesaikan sesuai jangka waktu yang

telah ditentukan. Atas keterlambatan

tersebut, sampai saat pemeriksaan berakhir,

kontraktor pelaksana belum dikenakan

denda keterlambatan sebesar

Rp66.239.696.401,08 (Rp17.044.943.222,97

+ Rp49.194.753.178,11), hal ini terjadi pada

29 satuan kerja pada 95 paket pekerjaan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010

yang telah mengalami beberapa kali

perubahan, terakhir dengan Peraturan

Presiden No.04 Tahun 2015 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada

Pasal 120

b. Peraturan Menteri Keuangan

No.194/PMK.05/2014 tanggal 6 Oktober

2014 dan perubahan terakhir PMK

243/2015 tentang Pelaksanaan Anggaran

Dalam Rangka Penyelesaian Pekerjaan

yang Tidak Terselesaikan s.d. Akhir

Tahun Anggaran Pasal 11 ayat (2)

c. Kontrak masing-masing antara satuan

kerja dengan Kontraktor Pelaksana

d. Dokumen pengadaan pekerjaan

konstruksi pasca kualifikasi kontrak

harga satuan untuk paket-paket

pekerjaan jalan Ditjen Bina Marga di

Provinsi Maluku:

1) Bab X. Huruf (x) tentang syarat-

syarat khusus kontrak;

2) Bab X. Huruf (z) tentang syarat-

syarat khusus kontrak.

BPK RI merekomendasikan

Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat untuk

menginstruksikan kepada Dirjen

Bina Marga, Dirjen Sumber

Daya Air, Dirjen Penyediaan

Perumahan dan Kepala BPSDM

agar:

a. Memerintahkan Kepala

Satuan Kerja bersangkutan

supaya mengenakan denda

keterlambatan sebesar

Rp62.014.457.137,83

kepada penyedia barang/jasa

dan menyetorkan ke Kas

Negara, serta

menyampaikan bukti

setornya kepada BPK.

b. Memberikan teguran kepada

Kepala Satuan Kerja,

Pejabat Pembuat Komitmen

dan Pengawas Lapangan

supaya lebih optimal dalam

melaksanakan tugasnya

dalam mengendalikan dan

mengawasi pekerjaan.

Untuk memperbaiki permasalahan

tersebut, maka Kepala Satuan Kerja

harus lebih optimal dalam

melakukan pengawasan dan

pengendalian atas pelaksanaan

pekerjaan, serta Pejabat Pembuat

Komitmen harus lebih cermat

dalam mengendalikan pelaksanaan

pekerjaan

Page 41: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No.23/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 36

Hal tersebut mengakibatkan pekerjaan

yang belum selesai tidak dapat segera

dimanfaatkan secara tepat waktu dan

kekurangan penerimaan negara dari

denda keterlambatan yang belum dibayar

sebesar Rp62.014.457.137,83 (Rp66.239.

696.401,08 - Rp4.225.239.263,25).

Page 42: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 105/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 37

KINERJA PENANGGULANGAN KEMISKINAN

MELALUI PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN DAN

PROGRAM RUMAH SANGAT MURAH

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Kajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil pemeriksaan

BPK RI atas Kinerja penanggulangan kemiskinan melalui program PNPM Mandiri Perkotaan

dan program Rumah Sangat Murah Tahun Anggaran 2010-2014 yang dikeluarkan pada

semester 1 tahun 2016. Berdasarkan Hasil pemeriksaan BPK menyimpulkan bahwa

pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan sudah efektif. Sedangkan pelaksanaan

Program Rumah Sangat Murah masih kurang efektif, hal ini ditunjukan dengan tidak

dinyatakannya program secara eksplisit dalam rencana strategis maupun rencana kerja

tahunan, serta tidak dialokasikan anggaran secara khusus untuk Program Rumah Sangat

Murah dalam DIPA maupun RKA K/L. Secara khusus Pemeriksaan Kinerja bertujuan untuk

memberikan masukan kepada Pemerintah dalam rangka meningkatkan efektivitas pengelolaan

program penggulangan kemiskinan yaitu dengan mengidentifikasi sebab-sebab tidak

tercapainya target penurunan angka kemiskinan melalui PNPM Mandiri Perkotaan dan

Program Rumah Sangat Murah. Sedangkan tujuan dari kajian adalah untuk menyediakan

informasi sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK sebagai pelaksanaan wewenang,

tugas dan fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas administrasi keuangan negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai berikut:

Alokasi Pagu Dana BLM Wilayah Jawa-Bali

Alokasi Pagu Dana BLM Wilayah Luar Jawa-Bali

Alokasi Pagu Dana BLM Wilayah Luar Jawa-Bali

Page 43: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 105/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 38

KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS KINERJA PENANGGULANGAN KEMISKINAN

MELALUI PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN DAN

PROGRAM RUMAH SANGAT MURAH

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

TAHUN ANGGARAN 2015

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Hasil Pemeriksaan kinerja atas penanggulangan

kemiskinan melalui program PNPM mandiri

perkotaan dan program rumah sangat murah

Tahun Anggaran 2010 – 2014

1 Alokasi Dana BLM Tahun 2010 s.d 2014 yang

Ditetapkan Kementerian Pekerjaan Umum Tidak

Sama Dengan Kementerian Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat dan Tim Nasional

Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)

Hal ini terlihat sebagai berikut:

a. Penetapan alokasi Bantuan Langsung Masyarakat

(BLM) tidak sama, perhitungan antara Daflok

yang dibuat oleh TNP2K, konsultan, dan Direktur

PBL menunjukan bahwa alokasi dana BLM

berbeda.

b. Cara perhitungan program tambahan pemotongan

subsidi BBM tahun 2013 tidak jelas, berdasarkan

realisasi penyaluran diketahui bahwa pembagian

dana P4IP tidak merata sehingga tidak semua

kabupaten/kota memperoleh alokasi dana tersebut.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Kriteria Pemeriksaan Kinerja Program

Penanggulangan Kemiskinan Nomor 1.2 Apakah

Kementerian PU-PR melakukan perencanaan

sesuai dengan mekanisme yang berlaku;

b. Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Skema penanggulangan kemiskinan melalui

program PNPM MP belum sepenuhnya tercapai;

b. Terdapat penerima BLM Program Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Infrastruktur Pemukiman

(P4IP) yang tidak tepat sasaran

BPK merekomendasikan

kepada Menteri Pekerjaan

Umum dan Perumahan

Rakyat melalui Direktur

PBL, agar dalam

menetapkan Daftar lokasi

dan alokasi (Daflok) selalu

berkoordinasi dengan

Kementerian/Lembaga

terkait lainnya serta sesuai

dengan pedoman.

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka

Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan

Rakyat melalui Direktur

PBL dalam menetapkan

Daflok penerima dana

BLM harus berpedoman

pada Daflok yang telah

dibuat oleh Kemkokesra

dan TNP2K.

2 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan

PNPM MP Belum Dilaksanakan Secara Maksimal

Hal ini terlihat sebagai berikut:

a. BKM/LKM dan KSM Tidak Membuat Laporan

Pertanggungjawaban Sebagaimana Yang

Dipersyaratkan

b. Dana Bergulir Yang Tercantum Dalam SIM

Berbeda Dengan Hasil Audit KAP

c. Realisasi Uang Dan Kegiatan Di BKM/LKM Pade

Angen Desa Sakra Berbeda Dengan Dokumen

Usulan Rencana Pemanfaatan Dan Dokumen

Pencairan BLM Tahap 1 dan 2

d. Nilai Pekerjaan Yang Tercantum Dalam Kontrak

Berbeda Dengan Nilai Realisasi

e. Lokasi Kegiatan Berbeda Dengan Dokumen

Proposal

f. Dokumen Laporan Pertanggungjawaban Hilang

g. Penyajian Pada Neraca UPK Untuk Cadangan

Risiko Pinjaman Tidak memenuhi Ketentuan Yang

BPK merekomendasikan

Menteri Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat agar

menegur dan memberikan

sanksi kepada pihak-pihak

yang bertanggungjawab atas

proses pelaporan program

PNPM MP supaya

melaksanakan tugasnya

dengan seksama.

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut maka

Kementerian PU-PR harus:

a. Menginstrusikan

Kepala Satker PKPBM

agar meningkatkan

pemantauan

pelaksanaan program;

b. Menginstrusikan

Konsultan mulai dari

Fasilitator Kelurahan,

Asisten Kota,

Kordinator Kota dan

Konsultan Manajemen

Wilayah agar

meningkatkan

pendampingan,

pembinaan dan

pengawasan

Page 44: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 105/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 39

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Berlaku

h. Terdapat Nilai Kas UPK Melebihi Nilai Yang

Diijinkan Oleh Aturan Yang Berlaku

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Kriteria Pemeriksaan Kinerja Penanggulangan

Kemiskinan

1) Nomor 2.2 Apakah mekanisme pelaksanaan

program PNPM Perkotaan sesuai dengan yang

ditetapkan.

2) Nomor 2.4 Apakah pengendalian program

PNPM Perkotaan cukup untuk memastikan

tujuan dan target program tercapai

b. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan

Infrastruktur

c. Pedoman Teknis Kegiatan Tridaya (Sosial,

Ekonomi, Lingkungan)

d. Petunjuk Teknis Pinjaman Bergulir, Halaman 16.

Setiap kolektibilitas memiliki bobot risiko berbeda

(sesuai ketentuan umum pengelolaan pinjaman

untuk BPR yang dikeluarkan BI

No.13/26/PBI/2011), bahwa pembentukan PPAP

(cadangan risiko pinjaman) untuk kolektibilitas

lancar minimal 0,5%, kurang lancar minimal 10%,

diragukan 50% dan macet 100% dengan

mengalikan saldo masing-masing diperoleh

perhitungan cadangan risiko pinjaman sebagai

berikut:

e. SPK UPK BKM/LKM, Pasal 2.

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Pengelolaan dan pertanggungjawaban dana BLM

tidak dapat diyakini kewajarannya;

b. Pemanfaatan dan penggunaan dana BLM rawan

disalahgunakan dan tidak tepat sasaran.

pelaksanaan kegiatan

PNPM MP di BKM/

LKM;

c. Menginstrusikan

BKM/LKM dan KSM

dalam melaksanakan

PNPM Mandiri

Perkotaan harus

berpedoman pada

aturan yang ada.

3 Rencana Strategis dan Rencana Kerja Anggaran

Kementerian Perumahan Rakyat Tidak

Menyebutkan Secara Eksplisit Program Rumah

Sangat Murah

RPJMN 2010 – 2014, telah menetapkan program

prioritas dan bidang pembangunan yang akan

dilaksanakan. RPJMN tersebut dijabarkan dalam

rencana strategis (Renstra) masing-masing K/L. Dalam

Renstra Kementrian Perumahan Rakyat (Kemenpera)

antara lain menyatakan Bidang Pembangunan yang

terkait langsung dengan Kemenpera adalah Bidang

sarana dan prasarana, dengan pengembangan arah

kebijakan meningkatkan aksesibilitas masyarakat

berpenghasilan rendah terhadap hunian yang layak dan

terjangkau, dengan:

a. Meningkatkan penyediaan hunian yang layak dan

terjangkau bagi MBR

b. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat

berpenghasil menengah – bawah terhadap hunian

yang layak dan terjangkau

c. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman

BPK merekomendasikan

kepada Menteri Pekerjaan

Umum dan Perumahan

Rakyat agar memerintahkan

Dirjen Penyediaan

Perumahan dalam menyusun

perencanaan lebih cermat

untuk menindaklanjuti

program-program yang

menjadi prioritas

pemerintah.

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut maka

Dirjen Penyediaan

Perumahan harus

menjabarkan Program

Rumah Sangat Murah

secara jelas dan lugas atas

dalam renstra maupun

RKP.

Page 45: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 105/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 40

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

melalui penyediaan prasaran dasar dan utilitas

umum yang memadai dan terpadu dengan

pengembangan kawasan perumahan dalam rangka

mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh

d. Meningkatkan jaminan kepastian hukum dalam

bermukim melalui fasilitasi pra sertifikasi dan

pendampingan pasca sertifikasi tanah bagi MBR,

serta standarisasi perijinan dalam rangka

membangun rumah.

e. Meningkatkan kualitas perencanaan dan

penyelenggaraan pembangunan perumahan dan

permukiman Memantabkan pasar primer dan

pembiayaan sekunder perumahan yang didukung

oleh sumber pembiayaan jangka panjang yang

berkelanjutan melalui pengembangan informasi

dan standarisasi KPR.

Dalam renstra tersebut tidak secara eksplisit

menyatakan adanya Program Rumah Sangat Murah.

Demikian juga dengan hasil reviu terhadap dokumen

DIPA maupun RKA Kemenpera dalam TA 2010

sampai dengan 2014 tidak menyebutkan secara khusus

adanya anggaran untuk penanggulangan kemiskinan

dhi. Program Rumah Sangat Murah.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Dokumen resmi yang menetapkan Program

Penanggulangan Kemiskinan dhi Program Rumah

Sangat Murah dan mendukung kebijakan dalam

RPJMN antara lain:

1) Kriteria Pemeriksaan Kinerja Penanggulangan

Kemiskinan Nomor 1.1 Apakah perencanaan

program Rumah Sangat Rumah ditetapkan

dalam dokumen resmi dan mendukung

kebijakan dalam RPJMN

2) RKA K/L menyebutkan secara eksplisit

prioritas penanggulangan kemiskinan

3) Renstra K/L menyebutkan secara eksplisit

jenis program/kegiatan yang masuk dalam

upaya penanggulangan kemiskinan

4) Program Penanggulangan Kemiskinan pada

K/L ditujukan untuk mendukung target

penurunan angka kemiskinan di RPJMN

Kondisi tersebut mengakibatkan dari Program Pro

Rakyat khususnya Program Rumah Sangat Murah

yaitu agar rakyat dapat membeli rumah dengan

harga sangat murah dengan sebagian dibantu oleh

pemerintah tidak tercapai

4 Gambar Kerja dan Rincian Penggunaan Dana

Senilai Rp439.369.000,00 tidak Bermanfaat dalam

Pelaksanaan Program BSPS

Hal ini terlihat sebagai berikut:

Dalam Peraturan Deputi Bidang Perumahan Swadaya

Nomor 2 tahun 2014 tentang Pedoman tentang

Pembuatan Gambaran Kerja (GK) dan Rincian

Pengguna Dana (RPD) BSPS, Pasal 6 butir (1) yang

menyatakan bahwa GK dan RPD dibuat oleh penerima

bantuan secara berkelompok sesuai keinginan masing-

masing anggota KPB dan difasilitasi oleh PPK.

Namun dari hasil pemeriksaan di kabupaten/kota yang

menjadi sampel pemeriksaan diketahui bahwa

BPK RI merekomendasikan

kepada Menteri Pekerjaan

Umum dan Perumahan

Rakyat agar menegur

memerintahkan Kepala

Satker Pemberdayaan

Rumah Swadaya untuk

menegur PPK sesuai

ketentuan atas kelalaiannya.

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut maka

Kepala Satker Pember

dayaan Rumah Swadaya

dan PPK harus lebih

cermat dalam memahami

ketentuan yang berlaku,

sehingga tidak akan terjadi

kekeliruan dalam membuat

perjanjian kontrak kerja

dengan pihak ketiga.

Page 46: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 105/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 41

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Penerima Bantuan (PB) pada umumnya tidak

mengetahui adanya GK maupun RPD. Dalam

pelaksanaannya, PB dibantu oleh Tim Pendamping

Masyarakat (TPM) menyusun sendiri kebutuhan bahan

bangunan yang diperlukan, yang hasilnya dituangkan

dalam Rencana Pembelian Bahan Bangunan (RPB2).

Berdasarkan kondisi yang terjadi, maka GK dan RPD

yang dibuat oleh konsultan perencana dengan nilai

minimal sebesar Rp517.383.000,00 pada realisasinya

tidak dipergunakan/dimanfaatkan oleh PB dalam

rangka memperbaiki/membangun rumahnya.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. Kriteria Pemeriksaan Kinerja Penanggulangan

Kemiskinan Nomor 1.2 Apakah Kementerian PU –

PR melakukan perencanaan sesuai dengan

mekanisme yang berlaku.

b. Peraturan Deputi Bidang Perumahan Swadaya

Nomor 2 tahun 2014 Pasal 6 butir (1).

c. SE Deputi Deputi Bidang Perumahan Swadaya

Nomor 01/SE/DPS/2013 tentang Pedoman

Pembuatan GK dan RPD BSPS

Hal ini mengakibatkan hasil GK dan RPD yang

tidak dipergunakan oleh penerima bantuan BSPS

mengakibatkan pemborosan keuangan negara

minimal sebesar Rp517.383.000,00.

5 Terdapat Kelebihan Pembayaran atas Kontrak

Konsultan Manajemen Tenaga Pendamping pada

Pelaksanaan Program BSPS

Hal ini terlihat sebagai berikut:

a. Terdapat Kelebihan Pembayaran Sebesar

Rp3.039.963.000,00 atas Pekerjaan Jasa

Konsultansi Konsultan Manajemen Tenaga

Pendamping

b. Terdapat Selisih Pembayaran Antara Kontrak Jasa

Konsultan Dengan Kontrak Kepada Tenaga

Pendamping di Provinsi Jawa Tengah Sebesar

Rp174.029.000,00

c. Dokumen Bukti Pertanggungjawaban atas

Pelaksanaan Perjalanan Dinas Sebesar

Rp141.200.000,00 dan Biaya Pelaporan Sebesar

Rp67.643.600,00 Tidak Ada

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. PeraturanPresiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang

Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah, pasal 89 ayat (4)

b. Syarat-syarat umum kontrak huruf A.1.16 tentang

ketentuan umum

c. Syarat-syarat Khusus Kontrak huruf K.2 tentang

dokumen yang disyaratkan untuk mengajukan

tagihan pembayaran

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. kelebihan pembayaran sebesar

Rp3.213.992.000,00 (Rp3.039.963.000,00 +

Rp174.029.000,00);

BPK merekomendasikan

Menteri Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat agar:

a. Menegur Kepala Satker

dan PPK Pemberdayaan

Perumahan Swadaya

terkait agar lebih cermat

dalam melakukan

pengendalian atas

kewajaran tagihan dari

konsultan;

b. Memerintahkan

konsultan untuk

menyetorkan kelebihan

pembayaran dengan

rincian sebagai berikut:

PT Citra Yasa Persada

sebesar

Rp1.554.363.000, PT

Disiplan Consult sebesar

Rp403. 429.000,00, PT

Maxitech Utama

Indonesia sebesar

Rp1.062. 700.000,00,

dan PT Gafa Multi

Consultants sebesar

Rp193. 500.000,00.

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut maka

Kepala Satuan Kerja dan

PPK Pemberdayaan

Perumahan Swadaya

Kementerian Perumahan

Rakyat harus cermat dalam

melakukan pengendalian

atas kewajaran tagihan

rekanan, serta Rekanan

dalam melaksanakan

seluruh kewajiban harus

berpedoman pada

dokumen kontrak dan juga

harus memiliki itikad yang

baik dalam menjalankan

usahanya

Page 47: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 105/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 42

b. Pengeluaran atas biaya perjalanan dinas sebesar

Rp141.200.000,00 dan biaya pelaporan sebesar

Rp67.643.600,00 tidak bisa dipertanggung

jawabkan

Page 48: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

43

LHP No. 91/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

GAMBARAN UMUM

LAPORAN KEUANGAN LOAN ADB NOMOR 2654-INO TERHADAP

METROPOLITAN SANITATION MANAGEMENT AND HEALTH PROJECT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil

pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan

dengan tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat

tahun 2015 yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan

terhadap Laporan Keuangan Loan ADB No 2654 INO MSMHP Dirjen Cipta Karya pada

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Sedangkan tujuan dari kajian adalah

untuk menyediakan informasi sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK sebagai

pelaksanaan wewenang, tugas dan fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas

administrasi keuangan negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai berikut:

OPINI BPK RI

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

K

OPINI BPK RI

2014

WTP-DPP

2015

WDP

PinjamanAnggaran

42.684.866.000

Realisasi

5.075.515.32612%

Page 49: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

44

LHP No. 91/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS LAPORAN KEUANGAN LOAN ADB NOMOR 2654-INO TERHADAP

METROPOLITAN SANITATION MANAGEMENT AND HEALTH PROJECT

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

TAHUN ANGGARAN 2015

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian

Intern

1 Pengelolaan Aset Tetap pada Empat Paket

Pekerjaan MSMHP di Propinsi Sumatera Utara

Senilai Rp126.654.587.012,46 Belum Sesuai

Ketentuan

Hal ini terlihat sebagai berikut :

a. Serah Terima Aset Hasil Pekerjaan Sewerage

System Medan-Optimization (NCB) Paket 2 dan

Sewerage System Medan-Expansion (NCB) Civil

Work Paket 3 Senilai Rp59.012.188.000,00

Belum Sesuai Ketentuan

b. Aset Pipa air limbah hasil pekerjaan Sewerage

Sytem Medan-Expansion Zona 12 (NCB-Civil

Work) MSMHP-4 Package dan Sewerage Sytem

Medan-Expansion Zona 10,11 (NCB-Civil Work)

MSMHP-5 Package senilai Rp67.642.399.

012,46 belum bisa diserahterimakan kepada

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Loan Agreement atas Metropolitan Sanitation

Management and Health Project (MSMHP) Loan

Number 2654-INO tanggal 21 september 2010

dalam schedule 5 mengenai Project Assets (Aset

Proyek) Poin 5

b. Project Administration Manual: Sanitation

Management and Health Project (MSMHP), Juni

2010, BAB VIII.

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Timbulnya risiko kehilangan asset hasil

pekerjaan Sewerage System Medan-Optimization

(NCB) Civil Work Paket 3 dan penyertaan modal

kepada BUMD di PDAM Tirtanadi tidak dapat

diproses

b. Aset Pekerjaan Sewerage System Medan-

Optimization (NCB) Civil Work Paket 3,

Sewerage System Medan-Expansion Zona 12

(NCB-Civil Work) MSMHP-5 Package

berpotensi membebani APBN untuk

pemeliharaannya.

c. Instansi calon penerima asset MSMHP dhi.

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tidak dapat

menganggarkan pemeliharaan, karena asset

tersebut masih tercatat di Satker PSPLP.

BPK RI merekomendasikan

kepada Direktur Jenderal

Cipta Karya selaku

Executing Agency agar:

a. Menginstruksikan

Kepala Satker PSPLP

Segera memproses serah

terima hasil pekerjaan

kepada PPMU Provinsi

Sumatera Utara

b. Meminta PPMU

Provinsi Sumatera Utara

memproses penyertaan

modal atas asset hasil

pekerjaan MSMHP

kepada PDAM Tirtanadi

sesuai ketentuan yang

berlaku

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka

Kepala Satkel PSPLP harus

memproses serah terima

asset hasil pekerjaan

MSMHP dengan PPMU

Provinsi Sumatera Utara,

serta harus memperhatikan

ketentuan dalam Loan

agreement terkait

penyerahan aset kepada

calon penerima.

Page 50: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

45

LHP No. 91/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

2 Pekerjaan MSMHP Paket 4 dan 5 pada Satker

PSPLP tidak dapat diselesaikan sesuai target yang

ditentukan

Berdasarkan Hasil Pemeriksaan terhadap dokumen

kontrak, Withdrawal Application (WA) DAN SP3

menunjukan sebagai berikut :

a. Perencanaan Konstruksi Kegiatan MSMHP

Paket 4 dan 5 pada Satker PSPLP Tidak

Memadai.

Adanya Perubahan metode kerja pada

Perencanaan Konstruksi Paket Pekerjaan

Sewerage System Medan – Expansion Zona

10,11 (NCB – Civil Work) MSMHP – 5 Package

menyebabkan terdapat peningkatan harga

pekerjaan yaitu Rp98.317.922.000,00 dari awal

sebesar Rp62.792.384.000 atau meningkat

sebesar 56,58%. Bertambahnya biaya sebesar

56,58% menunjukan bahwa desain awal dan

Review desain yang dilakukan oleh konsultan

pengawas tidak memadai karena tidak bisa

digunakan oleh kontraktor, sehingga pekerjaan

menjadi terhenti karena pertambahan biaya

sebesar Rp35.525.538.000 tidak bisa dilakukan.

Dan juga Perubahan metode kerja pada

Perencanaan Konstruksi Paket Pekerjaan

Sewerage System Medan – Expansion Zona

10,11 (NCB – Civil Work) MSMHP – 4 Package

menyebabkan terdapat peningkatan harga

pekerjaan yaitu Rp81.364.749.000,00 dari awal

sebesar Rp44.174.379.000 atau meningkat

sebesar 84.19%. Bertambahnya biaya sebesar

84.19% menunjukan bahwa desain awal dan

Review desain yang dilakukan oleh konsultan

pengawas tidak memadai karena tidak bisa

digunakan oleh kontraktor, sehingga pekerjaan

menjadi terhenti karena pertambahan biaya

sebesar Rp37.190.370.000 tidak bisa dilakukan.

b. Penyelesaian Paket Pekerjaan Sewerage System

Medan – Expansion Zona 10,11 (NCB – Civil

Work) MSMHP – 5 Package Tidak dapat

diselesaikan seluruhnya.

Berdasarkan Hasil Pemeriksaan terhadap

addendum XIII yang merupakan addendum

terakhir menunjukan bahwa telah dilakukan

perubahan volume pekerjaan dan penghentian

pekerjaan yang dilakukan oleh PPK. Kondisi

tersebut dikarenakan perencanaan dan Review

design yang dilakukan oleh konsultan pengawas

yang tidak memadai yang mengakibatkan adanya

perubahan metode pekerjaan pemasangan pipa

yang akan menambah biaya pelaksanaan sebesar

Rp35.525.538.000 atau bertambah sekitar

56,58% dari kontrak awal.

c. Pelaksanaan Paket Pekerjaan Sewerage System

BPK RI merekomendasikan

kepada Direktur Jenderal

Cipta Karya selaku

Executing Agency agar:

a. Menegur secara tertulis

Kepala Satker PSPLP

yang tidak melakukan

pengendalian yang

memadai terhadap

pelaksanaan pekerjaan

b. Menginstrusikan Kepala

Satker PSPLP untuk

menegur secara tertulis

PPK yang tidak cermat

dalam melakukan

pengawasan atas

pelaksanaan fisik

dilapangan.

c. Menginstrusikan Satker

PSPLP agar

berkoordinasi dengan

pihak terkait untuk

melanjutkan secepatnya

Paket 4 dan 5.

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka

Kepala Satker PSPLP harus

melakukan pengendalian

yang memadai terhadap

pelaksanaan pekerjaan, serta

Kepala Satker PSPLP harus

meningkatkan berkoordinasi

dengan pihak-pihak terkait.

Dan PPK harus lebih cermat

dalam melakukan

pengawasan atas

pelaksanaan fisik di

lapangan.

Page 51: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

46

LHP No. 91/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

Medan – Expansion Zona 12 (NCB – Civil Work)

MSMHP – 4 Package Tidak dapat diselesaikan

seluruhnya.

Berdasarkan Hasil Pemeriksaan terhadap

addendum XIV yang merupakan addendum

terakhir menunjukan bahwa telah dilakukan

perubahan volume pekerjaan dan penghentian

pekerjaan yang dilakukan oleh PPK. Kondisi

tersebut dikarenakan perencanaan dan Review

design yang dilakukan oleh konsultan pengawas

yang tidak memadai yang mengakibatkan adanya

perubahan metode pekerjaan pemasangan pipa

yang akan menambah biaya pelaksanaan sebesar

Rp37.190.370.000,00 atau bertambah sekitar

84,19% dari kontrak awal.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Loan Agreement pada schedule description of

the project, “Part 2: Infrastructure Development

for Sewerage Under this Part, the Project shall

(a) rehabilitate and expand existing off-site

sanitation systems in the Participating Cities; (b)

provide approximately 28.000 additional house

connections in the Participating Cities; and (c)

Construct 2 decentralized wastewater treatment

systems for low-cost housing blocks in Medan.

b. Contracts for Consultans’ Services of

Metropolitan Sanitation Management and Health

Project (MSMHP) Loan ADB Nomor 2654-INO

Nomor HK.02.03/PAL-PPLP/MSMHP /53

tanggal 27 oktober 2011 pada appendix A:

Description of Services pada poin 23

c. Kondisi umum kontrak Huruf A.15

d. Syarat Khusus Kontrak Sewerage System Medan

– Expansion Zona 10,11 (NCB – Civil Work)

MSMHP – 5 Package

e. Syarat Khusus Kontrak Sewerage System Medan

– Expansion Zona 12 (NCB – Civil Work)

MSMHP – 4 Package

f. Gambar Lelang Paket Sewerage System Medan –

Expansion Zona 12 (NCB – Civil Work) MSMHP

– 4 Package dan Sewerage System Medan –

Expansion Zona 10,11 (NCB – Civil Work)

MSMHP – 5 Package

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Pembayaran yang membebani APBN yaitu biaya

penyelesaian pekerjaan paket 4 dan 5 minimal

sebesar Rp72.715.908.000,00

(Rp35.525.538.000,00 + Rp37.190.370.000, 00)

b. Hasil pekerjaan MSMHP Sewerage System

Medan paket 4 dan 5 tidak dapat dimanfaatkan

sampai berakhirnya Loan Agreement.

Page 52: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

47

LHP No. 91/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

Hasil Pemeriiksaan Atas Kepatuhan Terhadap

Perundang-undangan

1 Uang Muka Pekerjaan Metropolitant Sanitation

Management and Health Project (MSMHP)

Package Nomor 2, 3, 4 dan 5 Belum Dikembalikan

Sebesar Rp7.865.224.208,85

Berdasarkan Withdrawal Application (WA) dan SP3

terkait pemotongan uang muka untuk Paket Kegiatan

MSMHP No. 2, 3, 4 dan 5 diketahui bahwa nilai

kontrak final mengalami perubahan yang signifikan.

Terhadap pembayaran uang muka atas empat paket

pekerjaan MSMHP tersebut sebesar

Rp24.619.964.400,00, yang sudah dikembalikan

sebesar Rp16.486.207.066,75, sedangkan sisanya

sebesar Rp7.865.244.208,85 belum dikembalikan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Kepala LKPP Nomor 14 Tahun 2012

tentang Petunjuk Teknis Perpres Nomor 70

Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas

Perpres Nomor 54 Tahun 2010 Tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pada huruf

F, Pembayaran Uang Muka, Poin 6)

b. Ketentuan Umum Kontrak dalam kontrak poin

48.1 dan 48.3 tentang Uang Muka

Kondisi tersebut mengakibatkan kekurangan

penerimaan Negara atas pengembalian uang

muka pekerjaan sebesar Rp7.865.224.208,85.

BPK RI merekomendasikan

kepada Direktur Jenderal

Cipta Karya selaku

Executing Agency agar:

a. Menegur secara tertulis

Kepala Satker PSPLP

dan PPK MSMHP

Package Nomor 2, 3, 4

dan 5 di Kota Medan

yang tidak cermat dalam

melakukan pengawasan

dan pengendalian

b. Menginstrusikan Kepala

Satker PSPLP Provinsi

Sumatera Utara untuk

menagih sisa

pengembalian uang

muka saat pembayaran

termin 100% (lunas)

sebesar Rp7.865.224.

208,85.

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka

Kepala Satker PSPLP harus

cermat dalam melakukan

pengawasan dan

pengendalian terhadap

proses pencairan WA dan

SP3, serta PPK MSMHP

Package Nomor 2, 3, 4 dan

5 di Kota Medan harus

cermat dalam menentukan

pemotongan atas

pengembalian uang muka.

2 Pembayaran Pekerjaan Sewarage System Medan –

Expansion Zona 12 (NCB – Civil Work) MSMHP –

4 Package melebihi progres pekerjaan sebesar

Rp2.181.427.819,00 dan Terdapat Kerusakan

Pekerjaan Jalan yang Harus Diperbaiki

Hal ini terlihat sebagai berikut :

a. Pembayaran sebesar Rp2.181.427.819,00 tidak

berdasarkan progres pekerjaan terpasang.

Berdasarkan hasil inventarisasi fisik tersebut

diketahui bahwa pembayaran yang sudah

dilakukan oleh PPK sampai termin ke 7 atau s/d

31 desember 2015 sebesar Rp32.795.716.818,00,

sedangkan volume terpasang sebesar

Rp30.614.289.012,46, sehingga terdapat

kelebihan pembayaran sebesar

Rp2.181.427.819,00 dengan uraian sebagai

berikut

BPK RI merekomendasikan

kepada Direktur Jenderal

Cipta Karya selaku

Executing Agency agar:

a. Menegur secara tertulis

Kepala CPMU supaya

menyelenggarakan

pengendalian dan

pengawasan kegiatan

MSMHP di Medan

secara ketat dan

berkesinambungan

b. Menginstrusikan Kepala

CPMU supaya menegur

secara tertulis PPMU,

Kepala Satker PSPLP,

serta Konsultan PISC

atas kelalaiannya dalam

pengawasan pekerjaan

c. Menginstrusikan Kepala

PSPLP agar meminta

rekanan mengembalikan

kelebihan pembayaran

ke Kas Negara sebesar

Rp2.181.427.819,00

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka :

a. Kepala CPMU dan

Kasatker PSPLP harus

cermat dalam melakukan

pengendalian atas

pelaksanaan pekerjaan

b. Pejabat Pembuat

Komitmen harus:

1) Meningkatkan

pengawasan atas

pelaksanaan

pekerjaan yang

menjadi tanggung

jawabnya

2) Lebih cermat dalam

mengawasi

pengajuan

penagihan termin

c. Konsultan pengawas

harus lebih cermat

dalam melakukan

pengawasan pekerjaan

sesuai dengan yang

diatur dalam Kontrak

dan Kerangka Acuan

Kerja

Page 53: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

48

LHP No. 91/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

b. Terdapat Jalan rusak sepanjang 133,83 m pada

ruas Jl. Durian/HM Said dan Manhole yang

tergenang dan dipenuhi sampah

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik secara uji

petik dilapangan menunjukan bahwa terdapat

jalan dengan kondisi aspal sudah terkelupas

seluruhnya (Rusak Berat) sehingga memerlukan

perbaikan dengan segara dan adanya lubang di

tengah jalan yang berbahaya bagi masyarakat

yang melintas.

Hal tersebut dikarenakan pipa yang belum

tersambung satu dengan yang lain menyebabkan

saluran akan tersumbat karena tidak memiliki

tempat pembuangan sehingga perlu pemeliharaan

untuk membersihkan saluran tersebut agar tidak

tersumbat.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Perjanjian Kontrak pekerjaan Sewerage System

Medan – Expansion Zona 12 (NCB – Civil

Work) MSMHP – 4 Package pada pasal 3

b. Kondisi umum kontrak Huruf A.15

c. Spesifikasi teknik dokumen kontrak:

1) 4.1.4.B Manhole

2) 1.10.1. Perlindungan dan pemeliharaan lalu

lintas

3) Lampiran Rencana Aksi Pengelolaan

Lingkungan (RPAL) Dan Program

Pemantauan Lingkungan (PPL)

d. Berita Serah Terima Pertama (PHO) Nomor

1308/BA.STP/MSMHP-4/2016

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Terdapat kelebihan pembayaran pekerjaan

sebesar Rp2.181.427.819,00

b. Hasil pekerjaan berisiko mengalami kerusakan

apabila tidak dilakukan pemeliharaan

Page 54: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

49

LHP No. 92/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

GAMBARAN UMUM

LOAN ADB NOMOR 2768-INO TERHADAP

URBAN SANITATION AND RURAL INFRASTRUCTURE (USRI) Support to PNPM

Mandiri Project

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Kajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil pemeriksaan

BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang

disusun oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat tahun 2015 yang dikeluarkan pada

semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan terhadap Laporan Keuangan Loan

ADB No 2768 INO USRI Dirjen Cipta Karya pada Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat. Sedangkan tujuan dari kajian adalah untuk menyediakan informasi

sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK sebagai pelaksanaan wewenang, tugas dan

fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas administrasi keuangan negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat ebagai berikut:

Opini BPK

Laporan Realisasi Anggaran Loan 2768-INO

OPINI BPK RI

2014

WTP

2015

WTP

LRA Anggaran

15.756.077.000

Realisasi

12.648.036.31780%

Page 55: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

50

LHP No. 92/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS LAPORAN KEUANGAN LOAN ADB NOMOR 2768-INO TERHADAP

URBAN SANITATION AND RURAL INFRASTRUCTURE (USRI) Support to PNPM Mandiri Project

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

TAHUN ANGGARAN 2015

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern

1 Pembayaran Bunga atas Loan 2768-INO Urban

Sanitation and Rural Infrastructure Support to PNPM

Mandiri Project TA 2015 dan 2016 Membebani

APBN Sebesar USD844.738,68 Ekuivalen

Rp11.434.805.561,64

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Loan Agreement

2768-INO, Laporan Keuangan TA 2015 dan Laporan

Rekening Khusus Tahun 2015 diketahui hal-hal sebagai

berikut:

a. Terdapat dana/saldo pada Rekening Khusus Bank

Indonesia per 31 Desember 2015 sebesar

USD1.888.958,93

b. Rekening Khusus Kementerian Keuangan untuk

USRI Support to PNPM Mandiri pada Bank

Indonesia belum ditutup (closing account)

Proses penutupan rekening khusus tersebut belum

dapat dilakukan karena perlu dilakukan proses

pengembalian sisa dana yang tidak digunakan untuk

implementasi kegiatan kepada ADB sebesar

USD1.920.146,19. Pengembalian dana tersebut

belum dapat dilakukan karena masih terdapat

pengeluaran yang ineligible yaitu berupa kesalahan

pembebanan tiga SP2D kegiatan RIS-PNPM Tahun

2012 yang seharusnya didanai dari APBN namun

dibebankan pada Rekening Khusus Loan 2768-INO

senilai Rp300.000.000,00 ekuivalen USD31.187,26,

dengan rincian sebagai berikut:

Atas permasalahan tersebut di atas, berdasarkan hasil

konfirmasi kepada Direktorat Jenderal Pengelolaan

Pembayaran dan Risiko Kementerian Keuangan berupa

data base penetapan bunga yang telah dibayarkan oleh

pemerintah diketahui bahwa atas sisa dana Loan yang

masih berada di Rekening Khusus Bank Indonesia maka

Pemerintah dikenakan bunga yaitu untuk periode Maret

dan September 2015 sebesar USD493.489,98 atau

ekuivalen Rp6.838.013.824,74 dan periode Maret 2016

sebesar USD351.248,70 atau ekuivalen sebesar

Rp4.596.791.736,90

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Loan Agreement Number 2768-INO Urban

Sanitation and Rural Infrastructure Support to

PNPM Mandiri Project between Republic Of

Indonesia and Asian Development Bank Dated 30

September 2011

b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

BPK RI

merekomendasikan kepada

Menteri Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat

agar menginstruksikan

Dirjen Cipta Karya untuk:

a. Menegur secara

tertulis kepada

Kepala CPMU

supaya lebih cermat

dalam melakukan

koordinasi, pembi

naan dan pengen

dalian atas penyeleng

garaan kegiatan seca

ra berjenjang.

b. Memerintahkan

Kepada Kepala

Satker Keterpaduan

Infrastruktur

Permukiman dan

Kepala Satker

Pengembangan

Kawasan Permu

kiman untuk segera

menyelesaikan per

masalahan penge

luaran ineligible.

c. Memerintahkan

Kepala CPMU untuk

menegur secara

tertulis kepada PPK

supaya lebih cermat

dalam melakukan

pengelolaan dana

pinjaman

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka

Kepala Central Project

Management Unit

(CPMU) harus lebih

optimal dalam melakukan

koordinasi, pembinaan dan

pengendalian atas

penyelenggaan kegiatan

dari tingkat nasional

sampai provinsi, Kepala

Satker Keterpaduan

Infrastruktur Permukinan

harus berkoordinasi

dengan Kepala Satker

Pengembangan Kawasan

Permukinan dalam

menindaklanjuti

permasalahan pengeluaran

ineligible, serta PPK harus

lebih` cermat dalam

melakukan pengelolaan

dana pinjaman.

Page 56: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

51

LHP No. 92/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Keuangan Negara, Pasal 3 ayat (1)

c. Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun 2011

tentang Tata Cara Pengadaan pinjaman Luar Negeri

dan Penerimaan Hibah, Pasal 2

Kondisi tersebut mengakibatkan pembayaran bunga

Tahun 2015 dan Tahun 2016 (periode Maret 2016)

memboroskan Keuangan Negara sebesar

USD844.738,68 ekuivalen Rp11.434.805.561,64

Hasil Pemeriiksaan Atas Kepatuhan Terhadap

Perundang-undangan

1 Item Pekerjaan Housing Allowance Sebesar

Rp114.150.000,00 Tidak Sesuai Dengan Ketentuan

Salah satu item pekerjaan yang dilakukan

amandemen/addendum kontrak RPMC pada tahun 2013

adalah penambahan item pekerjaan housing allowance

untuk provincial team dan district/city team yang

merupakan operational cost dan bagian dari komponen

out of pocket expenses, dengan rincian sebagai berikut.

Housing allowance tersebut merupakan uang yang

diberikan kepada Provincial Team dan District/City

Team yang digunakan untuk membayar sewa tempat

tinggal selama di tempat penugasan, dengan bukti

pertanggungjawaban pada PT.Virama Karya berupa slip

gaji sebesar Rp46.250.000,00 dan PT.Adhicipta

Engineering berupa kuitansi pembayaran sewa rumah

sebesar Rp67.900.000,00.

Atas hal tersebut maka seharusnya item pekerjaan

housing allowance sudah diperhitungkan ke dalam

komponen biaya langsung personil/Remuneration dan

tidak dimasukkan ke dalam komponen biaya langsung

non personil

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010

sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan

Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah, Lampiran IV.A, pada:

1) Poin 3.a.2.g;

2) Poin 3.a.2.i

b. Kontrak Nomor HK.02.03/SPK/KPT/LOAN-

ADB/01/2013 tanggal 6 Maret 2013 dan Kontrak

Nomor HK.02.03/SPK/KPT/LOAN-ADB/02/2013

tanggal 6 Maret 2013 pada Kondisi Umum Kontrak:

1) Poin 6.2.c;

2) Poin 6.2.d.

Kondisi tersebut mengakibatkan pemborosan

keuangan negara sebesar Rp114.150.000,00

(Rp46.250.000,00 + Rp67.900.000,00).

BPK RI

merekomendasikan kepada

Menteri Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat

agar mengintruksikan

Dirjen Cipta Karya untuk:

a. Menegur secara

tertulis kepada Kepala

CPMU agar lebih

cermat dalam

melakukan pembinaan

dan pengendalian atas

penyelenggaraan

kegiatan yang

dilakukan oleh

konsultan

b. Memerintahkan

Kepala CPMU supaya

memberikan teguran

tertulis kepada PPK

memedomani

peraturan yang berlaku

dalam melaksanakan

tugas dan tanggung

jawabnya

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka

Kepala Central Project

Management Unit

(CPMU) harus melakukan

pembinaan dan

pengendalian

penyelenggaraan kegiatan

yang dilakukan oleh

konsultan, serta PPK harus

memedomani peraturan

yang berlaku dalam

melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya

Page 57: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

52

LHP No. 92/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

2 Bukti Pertanggungjawaban Item Pekerjaan Out of

Pocket Expenses dan Provisional Sums Tidak Sah

Sebesar Rp108.812.500,00

Berdasarkan hasil pengujian terhadap kwitansi

pembayaran untuk item pekerjaan out of pocket

expenses, dan provisonal sum adalah sebagai berikut:

a. Item Pekerjaan Out of Pocket Expenses

Pengujian kualitas efluen pada PT.Virama Karya

sebesar Rp77.400.000,00 dilakukan oleh Balai

Pengujian dan Informatika Konstruksi Dinas Cipta

Karya dan Tata Ruang Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah.

Berdasarkan hasil konfirmasi kepada Kepala Balai

Pengujian dan Informatika Konstruksi Dinas Cipta

Karya dan Tata Ruang Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah tanggal 26 Mei 2016 diketahui bahwa

pembayaran biaya uji adalah sebesar

Rp74.880.000,00

b. Item Pekerjaan Provisional Sums

Berdasarkan hasil pengujian terhadap invoice serta

konfirmasi kepada pihak hotel terkait atas

pelaksanaan kegiatan pelatihan yang diajukan oleh

ketiga konsultan di tahun 2015 diketahui hal-hal

sebagai berikut:

1) Invoice senilai Rp140.000.000,00 dari

PT.Virama Karya untuk pembayaran kegiatan

Training of Trainer (ToT) yang dilaksanakan

di Hotel Horison Ultima Purwokerto tanggal

28-29 Mei 2015

Berdasarkan hasil konfirmasi kepada pihak

Hotel Horison Ultima, Purwokerto pada

tanggal 23 Mei 2016 diketahui bahwa nilai

invoice untuk kegiatan tersebut adalah sebesar

Rp63.700.000,00.

2) Invoice senilai Rp50.835.000,00 dari

PT.Adhicipta Engineering Consultant untuk

pembayaran kegiatan Pelatihan KPP yang

dilaksanakan di hotel Griya Sintesa, Manado

tanggal 28-29 April 2015

Berdasarkan hasil konfirmasi kepada pihak

hotel Griya Sintesa, Manado pada tanggal 20

Mei 2016 diketahui bahwa nilai invoice untuk

kegiatan tersebut adalah sebesar

Rp37.610.000,00

3) Invoice senilai Rp18.300.000,00 dari

PT.Adhicipta Engineering Consultant untuk

pembayaran kegiatan RPMC coordination

meeting yang dilaksanakan di Hotel d'Season,

Surabaya tanggal 7-8 Januari 2014

Berdasarkan hasil konfirmasi kepada pihak

Hotel d'Season, Surabaya pada tanggal 20 Mei

2016 diketahui bahwa nilai invoice untuk

kegiatan tersebut adalah sebesar

Rp12.150.000,00

4) Invoice senilai Rp51.297.500,00 dari

PT.Inacon Luhur Pertiwi untuk pembayaran

kegiatan Training of Trainer (ToT) yang

dilaksanakan di Hotel Kartika Graha, Malang

tanggal 2-3 Januari 2014.

Hasil konfirmasi kepada pihak Hotel Kartika

Graha, Malang pada tanggal 25 Mei 2016

diketahui bahwa nilai invoice untuk kegiatan

BPK RI

merekomendasikan kepada

Menteri Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat

agar mengintruksikan

Dirjen Cipta Karya untuk

memerintahkan Kepala

CPMU supaya

memberikan teguran

tertulis kepada:

a. Pejabat Penandatangan

SPM agar lebih cermat

dalam melakukan

pengujian tagihan dari

konsultan

b. PPK agar lebih optimal

dalam melakukan

pengawasan dan

pengendalian atas

pembayaran tagihan

dan memerintahkan

PPK untuk

mempertanggungjawa

bkan kelebihan

pembayaran sebesar

Rp108.812.500,00

dengan menyetorkan

ke Kas Negara.

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka

Pejabat Penandatangan

SPM harus lebih cermat

dalam melakukan

pengujian tagihan dari

konsultan, serta PPK harus

lebih optimal dalam

melakukan pengawasan

dan pengendalian atas

pembayaran tagihan

Page 58: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

53

LHP No. 92/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

tersebut adalah sebesar Rp40.680.000,00

Dengan demikian terdapat kelebihan pembayaran kepada

konsultan sebesar Rp108.812.500,00

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Lampiran IV-A Perpres Nomor 54 Tahun 2010

tentang Tata Cara Pemilihan Penyedia Jasa

Konsultansi Berbentuk Badan Usaha, Bagian A

Point 3

b. Kontrak nomor HK.02.03/SPK/KPT/LOAN-

ADB/06/2012 tanggal 26 Desember 2012, Kondisi

Umum Kontrak, Pembayaran kepada konsultan,

point 6.2 c

c. Kontrak nomor HK.02.03/SPK/KPT/LOAN-

ADB/01/2013 tanggal 6 Maret 2013, Kondisi Umum

Kontrak, Pembayaran kepada konsultan, point 6.2 c.

d. Kontrak nomor HK.02.03/SPK/KPT/LOAN-

ADB/02/2013 tanggal 6 Maret 2013, Kondisi Umum

Kontrak, Pembayaran kepada konsultan, point 6.2 c

Kondisi tersebut mengakibatkan kelebihan

pembayaran sebesar Rp108.812.500,00.

Page 59: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

54

LHP No. 93/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

GAMBARAN UMUM

LAPORAN KEUANGAN LOAN ADB NOMOR 2817-INO

REGIONAL ROADS DEVELOPMENT PROJECT

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil

pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan

dengan tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat

tahun 2015 yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan

terhadap Laporan Keuangan Loan ADB No 2817 INO RRDP Dirjen Bina Marga pada

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Sedangkan tujuan dari kajian adalah

untuk menyediakan informasi sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK sebagai

pelaksanaan wewenang, tugas dan fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas

administrasi keuangan negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai berikut:

OPINI BPK RI

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

K

OPINI BPK RI

2014

WTP

2015

WTP

PinjamanAnggaran

592.784.151.000

Realisasi

521.112.565.75288%

Page 60: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

55

LHP No. 93/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS LAPORAN KEUANGAN LOAN ADB NOMOR 2817-INO TERHADAP

REGIONAL ROADS DEVELOPMENT PROJECT

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

TAHUN ANGGARAN 2015

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Hasil Pemeriiksaan Atas Kepatuhan Terhadap

Perundang-undangan

1 Perubahan Personil dan Pelaksanaan Mobilisasi

Tenaga Ahli pada Paket Design and Supervision

Consultants (DSC-1) Kalimantan Region Regional

Roads Development Project Tidak Sesuai Kontrak

Berdasarkan hasil analisa lebih lanjut atas dokumen

kontrak, dokumen pembayaran dan dokumen

pendukung lainnya diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Pergantian sembilan orang personil tenaga ahli

belum tertuang dalam amandemen kontrak, dengan

rincian sebagai berikut:

Berdasarkan hasil konfirmasi kepada PPK dan

pihak terkait diperoleh informasi bahwa

penggantian personil hanya berdasarkan usulan

personil pengganti yang diusulkan rekanan ke

PPK, serta pergantian personil belum tertuang

dalam amandemen kontrak. Beberapa personil

pengganti tersebut telah menerima pembayaran

sebesar Rp188.620.000,00

b. Empat orang personil tenaga ahli regional team

dimobilisasi kurang dari jangka waktu pelaksanaan

yang telah ditetapkan dalam kontrak yaitu selama

33 bulan, personil tersebut baru dimobilisasi antara

bulan Desember 2013 s.d. Februari 2014, sehingga

terdapat biaya remunerasi yang tidak dapat

ditagihkan/dibayar sebesar USD50.925,00 dan

Rp381.360.000,00

c. Seorang personil tenaga ahli social

environment/resettlement engineer regional team

belum dimobilisasi sampai berakhirnya

pemeriksaan lapangan (22 Mei 2016), padahal

sesuai dengan kontrak personil tersebut sudah

harus dimobilisasi pada bulan ke-10 atau bulan

Oktober 2014, maka terdapat biaya remunerasi

yang tidak dapat ditagihkan/dibayar sebesar

Rp291.840.000,00.

d. Penyusunan AMDAL sebesar Rp1.366.600.000,00

belum dapat dilaksanakan karena personil tenaga

BPK merekomendasikan

kepada Direktur Jenderal

Bina Marga selaku

Executing Agency (EA)

agar:

a. Memberikan sanksi

sesuai ketentuan yang

berlaku kepada Kepala

BBPJN VII dan PPK

Bidang Pelaksanaan II

karena lemah dalam

melakukan pengendalian

dan pengawasan atas

kegiatan yang menjadi

tanggung jawabnya.

b. Memerintahkan Kepala

BBPJN VII untuk

menginstruksikan PPK

Bidang Pelaksanaan II

supaya memberikan

sanksi sesuai ketentuan

yang berlaku kepada

rekanan karena tidak

sungguh-sungguh dalam

melaksanakan pekerjaan

sesuai yang ditetapkan

dalam kontrak.

c. Memerintahkan Kepala

BBPJN VII untuk

menginstruksikan PPK

Bidang Pelaksanaan II

untuk menghilangkan

biaya penyusunan

AMDAL sebesar

Rp1.366.600.000,00 dan

mempercepat proses

pelegalan atas personil

pengganti serta

perpanjangan jangka

waktu kontrak untuk

selanjunya diajukan dan

dimintakan persetujuan

dari ADB

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka

Kepala BBPJN VII harus

meningkatkan

pengendalian dan

pengawasan atas kegiatan

yang menjadi tanggung

jawabnya, serta PPK harus

tegas dalam mengawasi

rekanan yang tidak

sungguh-sungguh dalam

melaksanakan pekerjaan

sesuai yang ditetapkan

dalam kontrak.

Page 61: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

56

LHP No. 93/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

ahli Tim AMDAL 1 belum dimobilisasi,

berdasarkan hasil konfirmasi dengan PPK

diperoleh informasi bahwa ruas jalan yang akan

dibuatkan dokumen AMDAL telah memiliki

dokumen lingkungan

e. Tiga orang personil tenaga ahli field team-30-

RCP-01 dimobilisasi kurang dari jangka waktu

pelaksanaan yang telah ditetapkan dalam kontrak

yaitu selama 31 dan 30 bulan, personil tersebut

baru dimobilisasi antara bulan Januari s.d.

September 2015, sehingga terdapat biaya

remunerasi yang tidak dapat ditagihkan/dibayar

sebesar Rp729.295.000,00,

f. Tiga orang personil tenaga ahli 30-RCP-02

dimobilisasi kurang dari jangka waktu pelaksanaan

yang telah ditetapkan dalam kontrak yaitu selama

33 bulan, personil tersebut baru dimobilisasi bulan

Desember 2013, sehingga terdapat biaya

remunerasi yang tidak dapat ditagihkan/dibayar

sebesar Rp60.795.000,00

g. Tiga orang personil tenaga ahli 30-RCP-03

dimobilisasi kurang dari jangka waktu pelaksanaan

yang telah ditetapkan dalam kontrak yaitu selama

33 bulan, personil tersebut baru dimobilisasi bulan

Desember 2013, sehingga terdapat biaya

remunerasi yang tidak dapat ditagihkan/dibayar

sebesar Rp33.215.000,00

h. Satu orang personil tenaga ahli quality engineer

field team 34-RCP-04 belum dimobilisasi sampai

berakhirnya pemeriksaan lapangan (22 Mei 2016),

padahal sesuai dengan kontrak personil tersebut

sudah harus dimobilisasi pada bulan ke-5 atau

bulan Mei 2014. Apabila personil tersebut

dimobilisasi pada awal juni 2016, sehingga

terdapat biaya remunerasi yang tidak dapat

ditagihkan/dibayar sebesar sebesar

Rp425.040.000,00

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara pasal 3 ayat 1

b. Loan Agreement ADB Nomor 2817-INO

Appendix 1 (ADB Review of Procurement

Decision) pada angka 3 tentang Modifications

c. Project Administration Manual

d. Terms of Reference

e. Kontrak No. 01/DSC-1/CS/ADB/2817/1113

tanggal 21 November 2013 sebagaimana telah

diubah melalui amandemen tanggal 10 April 2015

f. Surat mobilisasi pertama Nomor PL.02.01-

Bz/RRDP-Plks.II/01/2014 tanggal 21 Januari 2014

yang mengatur bahwa mobilisasi pertama

dilaksanakan pada tanggal 16 Desember 2013.

Page 62: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

57

LHP No. 93/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Pembayaran remunerasi sembilan personil tenaga

ahli pengganti sebesar Rp188.620.000,00 belum

memiliki dasar hukum dan berpotesi tidak disetujui

oleh ADB, serta pengawasan atas pelaksanaan

pekerjaan fisik tidak berjalan optimal karena

personil tenaga ahli pengganti membutuhkan

waktu dalam memahami tugas dan tanggung

jawabnya sebagai tenaga ahli pengganti.

b. Nilai remunerasi sebesar USD50.925,00 dan

Rp1.921.545.000,00 (Rp381.360.000,00 +

Rp291.840.000,00 + Rp729.295.000,00 +

Rp60.795.000,00 + Rp33.215.000,00 +

Rp425.040.000,00) berpotensi tidak dapat

dibayarkan

c. Biaya penyusunan AMDAL sebesar

Rp1.366.600.000,00 berpotensi memboroskan

keuangan Negara karena dilakukan di lokasi yang

sama

Page 63: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

58

LHP No. 94/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

GAMBARAN UMUM

NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE 2

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil

pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan

tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat tahun

2015 yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan

terhadap Laporan Keuangan Loan ADB No 2654 INO NUSP-2 Dirjen Cipta Karya pada

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Sedangkan tujuan dari kajian adalah

untuk menyediakan informasi sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK sebagai

pelaksanaan wewenang, tugas dan fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas

administrasi keuangan negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat ebagai berikut;

Opini BPK

Laporan Realisasi Loan 3122-INO

K

OPINI BPK RI

2014

......*

2015

WTP

PinjamanAnggaran

71.048.057.000

Realisasi

51.196.953.91072%

*BPK belum memeriksa pinjaman luar negeri pada

Tahun tersebut

Page 64: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

59

LHP No. 94/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS LAPORAN KEUANGAN LOAN ADB NOMOR 3122-INO TERHADAP

NEIGHBORHOOD UPGRADING AND SHELTER PROJECT PHASE 2

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

TAHUN ANGGARAN 2015

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian

Intern

1 Pelaksanaan Peningkatan Infrastruktur

Permukiman Kumuh Pada Lima Kabupaten/Kota

Belum Terealisasi Sebesar Rp8.500.000.000,00

Berdasarkan pemeriksaan atas dokumen

pertanggungjawaban atas realisasi kegiatan kategori 1

(works) menunjukkan bahwa diantaranya terdapat 5

(lima) kabupaten/kota yang anggarannya tidak

direalisasikan/dilaksanakan sebesar

Rp8.500.000.000,00.

Hasil konfirmasi lebih lanjut dengan PPK NUSP-2

terkait tidak direalisasikan beberapa kegiatan pada 5

(lima) kabupaten/kota tersebut diperoleh informasi

bahwa:

a. BKM belum menyusun dokumen Rencana Aksi

Perbaikan Lingkungan (Neighborhood

Upgrading Action Plan/NUAP), BKM baru

memasuki tahap Survei Kampung Sendiri (SKS)

b. BKM/LKM belum siap melaksanakan program

NUSP-2 Tahun 2015

c. Pihak kelurahan belum bersedia menerima

program NUSP-2 Tahun 2015 dan hanya melihat

pelaksanaan NUSP-2 di kelurahan lain terlebih

dahulu

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan

Nomor PER-56/PB/2012 tanggal 28 Desember

2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembebanan

Dana Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri

Melalui Mekanisme Rekening Khusus pada Bab

II Prinsip Dasar Pelaksanaan Pasal 2

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Penyerapan anggaran atas kegiatan kategori 1

(works) ADB Loan 3122-INO Tahun 2015

belum optimal

b. Penumpukan dana pada Reksus yang tidak

terserap membuka peluang timbulnya bunga

lebih besar sampai dengan saat pemeriksaan.

BPK RI merekomendasikan

kepada Direktur Jenderal

Cipta Karya Kementerian

Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat sebagai

Executing Agency

memerintahkan Ketua

Project Management Unit

untuk:

a. Memberikan sanksi

sesuai ketentuan kepada

Local Coordinating

Office yang belum

optimal dalam

melaksanakan tugas dan

fungsinya

b. Lebih intensif

berkoordinasi Local

Coordinating Office

dalam menentukan

lokasi sasaran proyek

yang tepat dan

memberikan bimbingan

terkait kesiapan BKM.

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka

Local Coordinating Office

(LCO) harus lebih optimal

dalam melaksanakan

tugasnya yang antara lain

mengajukan usulan lokasi

sasaran proyek, menjamin

pelaksanaan NUSP-2 berada

pada lokasi yang tepat dan

memberikan masukan dan

memfasilitasi penyusunan

NUAP, serta melakukan

proses verifikasi usulan

RKM yang disusun oleh

BKM.

Hasil Pemeriiksaan Atas Kepatuhan Terhadap

Perundang-undangan

1 Pembayaran Bunga dan Commitment Charge atas

Kegiatan Pengembangan Lingkungan

Permukiman Perkotaan/NUSP-2 ADB Loan 3122-

INO Membebani APBN Sebesar

Rp2.083.272.006,21 atau Ekuivalen dengan

USD153.913,41

Hal ini terlihat sebagai berikut :

a. Pembayaran bunga atas ADB Loan 3122-INO

tahun 2015 telah membebani APBN sebesar

Rp1.712.236.529,73 atau ekuivalen dengan

USD127.563,33

b. Pembayaran commitment charge atas ADB Loan

BPK RI merekomendasikan

kepada Direktur Jenderal

Cipta Karya Kementerian

Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat sebagai

Executing Agency (EA)

untuk

a. Lebih optimal dalam

melaksanakan

perencanaan,

pengawasan, dan

pengendalian NUSP-2;

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka

Kepala Satker, Daily

Implementing Agency (DIA),

dan Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK) harus

meningkatkan perencanaan

program NUSP-2, serta

Executing Agency (EA)

harus lebih optimal dalam

melaksanakan perencanaan,

pengawasan, dan

Page 65: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

60

LHP No. 94/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

3122-INO tahun 2015 telah membebani APBN

sebesar Rp371.035.476,48 atau ekuivalen dengan

USD26.350,08

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara pada Pasal 3 ayat (1)

b. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011

tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar

Negeri dan Penerimaan Hibah pada Pasal 2

c. Loan Agreement Article II at:

1) Section 2.02: The Borrower shall pay to ADB

interest on the principal amount on the loan

withdrawn and outstanding from time to time

at the rate for each interest period equal to the

sum of:

a) LIBOR; and

b) 0,6% as provided by Section 3.02 of the

loan regulations less a credit of 0,1% as

provided by Section 3.03 of the loan

regulations.

2) Section 2.03: The Borrower shall pay a

commitment charge of 0,15% per annum. Such

charge shall accrue on the full amount of the

loan (less amounts withdrawn from time to

time), commencing 60 days after the date of

this loan agreement.

3) Section 2.04: Interest and other charges on

the loan shall be payable semiannually on 1

March and 1 September in each year

Kondisi tersebut mengakibatkan pemborosan dan

pembebanan keuangan Negara (APBN) sebesar

Rp2.083.272.006,21 atau ekuivalen dengan

USD153.913,41

b. Menegur secara tertulis

Ketua Project

Management Unit

(PMU) dan PPK yang

lemah dalam

perencanaan program

NUSP-2; dan

c. Memerintahkan Ketua

Project Management

Unit dan Pejabat

Pembuat Komitmen

(PPK) untuk segera

melaksanakan/merealisa

sikan kegiatan NUSP-2

yang telah direncanakan

sehingga tidak terjadi

penumpukan dana pada

rekening khusus maupun

rekening ADB Manila.

pengendalian.

2 Biaya Kontingensi Jasa Konsultansi (Consulting

Service) atas Kegiatan Pengembangan

Lingkungan Permukiman Perkotaan/NUSP-2

ADB Loan 3122- INO Tidak Sesuai Ketentuan

Sebesar Rp4.098.111.500,00

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas dokumen kontrak

konsultan, realisasi pembayaran selama tahun 2015,

dan kertas kerja pembentukan harga perkiraan sendiri

(HPS) oleh PPK, diketahui terdapat biaya kontingensi

yang merupakan biaya yang dicadangkan untuk

pengeluaran yang tidak terduga dan belum dapat

diperkirakan selama masa kontrak.

Pemeriksaan lebih lanjut atas dokumen realisasi

pembayaran dan kertas kerja diketahui bahwa biaya

kontingensi tersebut sebesar Rp4.098. 111.500,00

belum digunakan/direalisasikan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Project Administration Manual LOAN 3122-INO

NUSP-2 Tahun 2014 Section VI poin B line 86,

about Procurement of goods, works, and

consulting services

b. Lampiran IV.A tentang Tata Cara Pemilihan

Penyedia Jasa Konsultansi Berbentuk Badan

Usaha pada Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun

2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah Nomor 3 poin a.k)

BPK RI merekomendasikan

kepada Direktur Jenderal

Cipta Karya Kementerian

Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat sebagai

Executing Agency (EA)

untuk

a. Menegur secara tertulis

Ketua Project

Management Unit yang

belum optimal dalam

melaksanakan

pengawasan dan

pengendalian anggaran;

dan

b. Memerintahkan Ketua

Project Management

Unit supaya:

1) Menegur secara

tertulis PPK yang

tidak mempedomani

peraturan yang

berlaku dalam

perencanaan dan

penyusunan HPS;

dan

2) Bersama PPK agar

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka PPK

harus berpedoman pada

peraturan yang berlaku

dalam perencanaan dan

penyusunan HPS, serta

Kepala satker harus optimal

dalam melaksanakan

pengawasan dan

pengendalian

Page 66: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

61

LHP No. 94/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Kondisi tersebut mengakibatkan potensi

kelebihan pembayaran atas penggunaan biaya

yang tidak terduga dan tidak terencana.

menghilangkan

biaya kontingensi

yang tercantum

dalam kontrak jasa

konsultansi sesuai

dengan ketentuan.

Page 67: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

62

LHP No. 95/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

GAMBARAN UMUM

WESTERN INDONESIA NATIONAL ROADS IMPROVEMENT PROJECT

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil

pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan

dengan tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat

tahun 2015 yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan

terhadap Laporan Keuangan Loan World Bank No. 8043-ID WINRIP Dirjen Bina Marga

pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Sedangkan tujuan dari kajian

adalah untuk menyediakan informasi sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK sebagai

pelaksanaan wewenang, tugas dan fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas

administrasi keuangan negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat ebagai berikut:

Opini BPK

Laporan Realisasi Loan No 8043-ID

K

OPINI BPK RI

2014

WTP

2015

WTP

PinjamanAnggaran

1.174.715.709.000

Realisasi

657.788.884.46656%

Page 68: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

63

LHP No. 95/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS LAPORAN KEUANGAN LOAN NO. 8043-ID TERHADAP

WESTERN INDONESIA NATIONAL ROADS IMPROVEMENT PROJECT

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

TAHUN ANGGARAN 2015

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Hasil Pemeriiksaan Atas Kepatuhan Terhadap

Perundang-undangan

1 Terdapat Kelebihan Pembayaran Sebesar

Rp369.847.676,86 pada Empat Paket Pekerjaan

Konstruksi

Hal ini terlihat sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pemeriksaan secara uji petik atas

dokumen kontrak dan realisasi pembayaran civil

works serta pemeriksaan fisik bersama dengan satker

dan penyedia barang/jasa menunjukkan adanya

kekurangan volume pekerjaan sehingga terdapat

kelebihan pembayaran sebesar Rp369.847.676,86

(Rp95.669.749,67 + Rp150.419.590,62 +

Rp98.715.593,54 + Rp25.042.743,03) pada empat

paket pekerjaan konstruksi

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015, pada Pasal

89 ayat (4)

b. Condition of Contract for Construction FIDIC:

1) Bab poin 4.8 Safety Procedures

2) Bab poin 4.9 Quality Assurance

3) Bab poin 12.1 Works to be Measured

4) Bab poin 12.2 Method of Measurement

c. Spesifikasi Umum Bina Marga (Revisi 1):

1) Divisi 6 Angka 6.3.7. tentang Pengendalian

Mutu dan Pemeriksaan di Lapangan angka 2

huruf a)

2) Divisi 6 Angka 6.3.8. tentang Pengukuran

dan Pembayaran angka 1 huruf b)

d. General Conditions of Contract part 12

Measurement and Evaluation:

1) point 12.1 about Works to be Measured

2) point 12.2 about Method of Measurement

Kondisi tersebut mengakibatkan kelebihan

pembayaran sebesar Rp369.847.706,86.

BPK merekomendasikan

kepada Dirjen Bina Marga

selaku Executing Agency

agar:

a. Menginstruksikan

Kepala Satker PJN

Wilayah I Sumatera

Barat dan PJN Wilayah

II Lampung supaya

memerintahkan PPK

untuk

mempertanggungjawabk

an kelebihan

pembayaran sebesar

Rp369.847.706,86;

b. Memberikan sanksi

sesuai peraturan

perundang-undangan

kepada Kepala Satker

PJN Wilayah I Sumatera

Barat dan PJN Wilayah

II Lampung, PPK,

Pengawas Lapangan dan

Konsultan Pengawas

supaya lebih cermat

dalam menguji

kewajaran tagihan yang

diajukan kontraktor.

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka

Kepala Satker dan PPK

harus cermat dalam

melaksanakan

pengendalian pelaksanaan

pekerjaan, serta Pengawas

Lapangan dan Konsultan

Pengawas (DSC) juga

harus cermat dalam

menjalankan tugas

pengawasan

Page 69: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

64

LHP No. 96/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

GAMBARAN UMUM

LOAN WORLD BANK/ IBRD NOMOR 8121-ID TERHADAP

JAKARTA URGENT FLOOD MITIGATION PROJECT (JUFMP)/JAKARTA

EMERGENCY DREDGING INITIATIVE (JEDI)

DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil

pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan

dengan tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat

tahun 2015 yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan

terhadap Laporan Keuangan LoanWorld/ IBRD No 8121-ID JUFMP/JEDI Dirjen Sumber

Daya Air pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Sedangkan tujuan dari

kajian adalah untuk menyediakan informasi sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK

sebagai pelaksanaan wewenang, tugas dan fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas

administrasi keuangan negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat ebagai berikut:

Opini BPK

Project Sources and Uses of Funds JUFMP/JEDI

K

OPINI BPK RI

2014

WDP

2015

WTP

GOI Anggaran

174.001.850.461

Realisasi

123.074.532.24371%

World Bank Anggaran

462.937.293.329

Realisasi

238.690.653.50652%

Page 70: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

65

LHP No. 96/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS LAPORAN KEUANGAN LOAN WORLD BANK/ IBRD NOMOR 8121-ID TERHADAP

JAKARTA URGENT FLOOD MITIGATION PROJECT (JUFMP)/JAKARTA EMERGENCY DREDGING

INITIATIVE (JEDI)

DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

TAHUN ANGGARAN 2015

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian

Intern

1 Proporsi Pembayaran Pekerjaan atas Dana

Sharing GOI APBN/APBD dan Loan World Bank

(IBRD) pada JUFMP ICB Project Activities No.

1(a), dan 1(c) Tidak Sesuai dengan Loan

Agreement

Proporsi pencairan dana sampai dana sampai dengan

31 Desember 2015 untuk Kategori 1(a) sebesar

13,12% dari dana sharing GOI APBN dan 86,80%

dari Loan World Bank (IBRD), dan kategori 1(c)

sebesar 47,22% dari sharing GOI APBD dan 52,78%

dari Loan World Bank (IBRD).

Berdasarkan Loan Agreement JUFMP/JEDI Tahun

2012 antara Pemerintah RI dengan International

Bank For Reconstruction And Development (IBRD)

bahwa persentase pengeluaran yang akan dibiayai

World Bank untuk kategori 1(a) sebesar 80%, 1(b)

sebesar 80%, dan 1(c) sebesar 67%

Pada tahun 2014 kondisi serupa terjadi pada kategori

1(c) untuk pekerjaan Dredging and Embankment of

Ciliwung-Gunung sahari Drain and Waduk Melati,

proporsi pembiayaan yang bersumber dari Loan

World Bank (IBRD) lebih besar Rp5.538.858.877,57

(Rp120.308.375.048-(67%x Rp171.297.785.329,00)

dan yang bersumber dari sharing GOI APBD kurang

sebesar Rp5.538.858.877,57 (Rp50.989.410.281,00-

(33%x Rp171.297.785.329,00). Sampai dengan 31

desember 2015, permasalahan yang sama terjadi pada

kategori 1(a), 1(b), dan 1(c)

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Loan Agreement JUFMP/JEDI Section IV

Withrawal pf Loan Proceeds –A. General pada

poin nomor 2.

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Pembiayaan Works under Part 1 of the project

1(a) DGWR Project sites yang bersumber dari

Loan World Bank (IBRD) mengalami kelebihan

sebesar Rp21.079.644.519,60 dan yang

bersumber dari sharing GOI APBN mengalami

kekurangan sebesar Rp21.079.644.519,60

b. Pembiayaan Works under Part 1 of the project

1(b) DGWR Project sites yang bersumber dari

Loan World Bank (IBRD) mengalami kelebihan

BPK merekomendasikan

kepada Dirjen SDA selaku

Executing Agency, agar

memerintahkan ketua PIU

Ditjen Cipta Karya (DGHS)

d.h.i Kepala Satker

Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Jabodetabek,

dan Ketua PIU DKI Jakarta

d.h.i Kepala Dinas Tata Air

Provinsi DKI Jakarta, untuk

menganggarkan dan

mengajukan klaim

pembayaran sesuai dengan

proporsi yang diatur dalam

Loan Agreement IBRD No.

8121-ID

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka

Ketua CPIU harus lebih

optimal dalam melakukan

pengendalian atas pengajuan

klaim pembiayaan oleh

masing-masing PIU, dan

Ketua PIU Ditjen SDA

(DGWR), PIU Ditjen Cipta

Karya (DGHR), dan PIU

DKI Jakarta harus teliti lagi

dalam memperhitungkan

dan mengajukan klaim

pembayaran sesuai dengan

proporsi yang diatur dalam

Loan Agreement IBRD No.

8121-ID.

Page 71: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

66

LHP No. 96/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

sebesar Rp3.208.199.890,60 dan yang

bersumber dari sharing GOI APBN mengalami

kekurangan sebesar Rp3.208.199.890,60

c. Pembiayaan Works under Part 1 of the project

1(c) DGWR Project sites yang bersumber dari

Loan World Bank (IBRD) mengalami kelebihan

sebesar Rp45.592.605.240,71 dan yang

bersumber dari sharing GOI APBN mengalami

kekurangan sebesar Rp45.592.605.240,71

Hasil Pemeriiksaan Atas Kepatuhan Terhadap

Perundang-undangan

1 Kelebihan Pembayaran atas Tiga Item Pekerjaan

sebesar Rp1.464.183.116,25 pada Paket Pekerjaan

Dredging and Embankment of Lower Cengkareng

Floodway Sub-Project of JUFMP Package No.2A

Berdasarkan Pemeriksaan atas dokumen kontrak,

addendum, Back Up Quantity beserta dokumen

pendukungnya Monthly Certificate beserta lampiran,

Shop Drawing dan gambar terlaksana menunjukan

hal-hal sebagai berikut:

a. Kelebihan pembayaran pekerjaan Dredging and

Disposal sebesar Rp9.827.756,25

Berdasarkan pemeriksaan terhadap dokumen

Back Up Quantity diketahui bahwa ada

rekapitulasi perhitungan volume pekerjaan

Dredging and Disposal terdapat kesalahan

perhitungan pada segmen 7+70 s.d. 7+750.

Volume pada segmen 7+700 – 7+750 seharusnya

sebesar 3.786,3 m3. Terdapat selisih sebesar

120,957 m3 (3.907,257m3-3.786,3 m3) atau

senilai Rp9.827.756,25 (120,957 m3 x

Rp81.250,00/m3) atas kesalahan perhitungan

tersebut.

b. Kelebihan pembayaran pekerjaan Furnishing of

Concrete Pile 30x30 sebesar Rp442.760.960,00

Rekapitulasi jumlah Back Up yang terbayar

berdasarkan data dari dokumen Back Up

Quantity, disajikan berikut

No. Uraian Pile 10 m

Batang

Pile 12 m

Batang

Total Panjang

(m)

1. MC 02 650 420 11.540

2. MC 03 881 0 8.810

3. MC 09 0 160 1.920

Total 1.531 580 22.270

Berdasarkan hasil analisis pada Addendum

Kontrak II, seharusnya seluruh Back Pile yang

diadakan adalah Back Pile dengan panjang

batang sebesar 10 meter sehingga seharusnya

volume Furnishing of Concrete Pile 30x30

dikoreksi menjadi sebesar 21.110 m ((1.531 x

10m) + (580 x 10 m)). Terdapat selisih sebesar

BPK merekomendasikan

kepada Ditjen SDA selaku

Executing Agency , agar

memerintahkan PIU Ditjen

SDA (DGWR) d.h.i.Kepala

Balai Besar Wilayah Sungai

Ciliwung-Cisadane untuk:

a. Menegur dan

memerintahkan PPK,

supaya:

1) Menarik kelebihan

pembayaran sebesar

Rp1.464.183.116,25

dan menyetorkannya

ke rekening Kas

Negara

2) Menegur PT. Adhi

Karya, PT. Hutama

Karya dan PT Jaya

Konstruksi MP Joint

Venture dalam

mengajukan Back Up

Quantity pembayaran

tidak sesuai yang

diperjanjikan dan

melaksanakan

pekerjaan tidak sesuai

dengan jsutifikasi

teknis

3) Menegur dan

memerintahkan

Konsultan Supervisi,

supaya optimal dalam

melakukan

pengendalian terhadap

personil yang

melakukan

pengawasan

pengukuran pekerjaan

khususnya Furnishing

of Corrugated

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka PPK

dan Direksi Lapangan harus

cermat dalam melakukan

evaluasi melalui pengukuran

lapangan dan meliti Back Up

Quantity yang diajukan

sebagai dukungan pengajuan

pembayaran, dan Konsultan

Supervisi harus lebih

optimal dalam melakukan

pengendalian terhadap

personil yang melakukan

pengawasan pengukuran

pekerjaan khususnya

Furnishing of Corrugated

Prestress Concrete Pile

W325, serta PT Adhi Karya,

PT. Hutama Karya dan PT

Jaya Konstruksi MP Joint

Venture dalam mengajukan

Back Up Quantity

pembayaran harus sesuai

yang diperjanjikan dan

melaksanakan pekerjaan

harus sesuai dengan

justifikasi teknis.

Page 72: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

67

LHP No. 96/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

1.160m (22.270 m – 21.110 m) atau senilai

Rp442.760.960,00 ((420m x Rp390.000,00) +

(160m x Rp359.878,00)).

c. Kelebihan pembayaran pekerjaan Furnishing of

Corrugated Prestress Concrete Pile W325

sebesar Rp1.011.594.400,00

Berdasarkan dokumen Pile Driving Record dan

Soft copy Back Up Quantity item pekerjaan

Driving of Corrugated Prestress Concrete Pile

W325 adalah sebagai berikut:

No Uraian Panjang

Sheet

Pile

(meter)

Keterangan

1. MC 02 53.714

2. MC 03 13.080

3. MC 04 3.612

4. MC 05 4.534

5. MC 06 26.551

6. MC 07 5.080 Hasil penjumlahan sepanjang

5.152. Atas perhitungan

tersebut dikurangi sepanjang 72

meter karena adanya 4 batang

W450 yang sudah

diperhitungkan dalam item

pekerjaan no 231.a dan

dikurangkan sepanjang 28

meter atas duplikasi

penjumlahan barang

Total 106.571

Sesuai dokumen pembayaran terakhir diketahui

bahwa volu\me Furnishing of Corrugated

Prestress Concrete Pile W325 yang terbayar

adalah 107.893 m. Terdapat selisih sebesar 1.322

m (107.893 m – 106.571 m ) atau senilai

Rp1.011.594.400,00 (1.322 m x Rp765.200/m)

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. General Condition yang termuat dalam dokumen

kontrak Nomor HK.02.03/PPKSP-SNVT

PJSACC/XI/315.3 tanggal 11 November 2013,

pada:

1) Poin 12.1 Works to be measured

2) Poin 13.1

3) Poin 13.2 Value Engineering.

b. Surat PPK nomor PW.03.02/PPK SP-SNVT

PJSACC/I/22/06 tanggal 22 januari 2014 tentang

Approval for Design and Additional Sheet Pile

Locations for Dredging and Embankment of

Cengkareng Floodway Sub-Project ff JUFMP

ICB Package No. JUFMP-2A yang merupakan

satu kesatuan dan bagian tida terpisahkan dari

Amandemen II Kontrak nomor

HK.02.03/AMD/PPKSP-SNVT PJSACC/II/41.5

tanggal 10 Februari 2014

Prestress Concrete

Pile W325, dan

b. Menegur dan

memerintahkan PPK dan

Direksi Lapangan,

supaya lebih cermat

dalam melakukan

evaluasi melalui

pengukuran lapangan

dan meliti Back Up

Quantity yang diajukan

sebagai dukungan

pengajuan pembayaran.

Page 73: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

68

LHP No. 96/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Kondisi tersebut mengakibatkan kelebihan

pembayaran sebesar Rp1.464.183.116,25

(Rp9.827.756,25 +Rp442.760.960,00+Rp1.011.594

.400,00)

Page 74: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

69

GAMBARAN UMUM

KEMENTERIAN DESA PEMBANGUNAN

DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil

pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan

tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat tahun

2015 yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan

terhadap Laporan Keuangan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi. Sedangkan tujuan dari kajian adalah untuk menyediakan informasi sebagai

bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK sebagai pelaksanaan wewenang, tugas dan fungsi

pengawasan parlemen atas akuntabilitas administrasi keuangan negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai berikut;

Opini BPK

Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Kondisi Aset dalam Neraca 2015 (Audited)

K

OPINI BPK RI

2014

WDP

2015

WDP

LRAAnggaran

8.963.910.292.626

Realisasi

6.179.517.565.10569%

Aset Lancar

• 3.327.510.602.846

Aset Tetap

• 2.552.514.834.351

Aset Lainnya

• 1.877.066.326.574

Page 75: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 46/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 70

KUTIPAN DAN TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN INTELEJEN NEGARA

TAHUN ANGGARAN 2015

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian

Intern

1. Program-program di Lingkungan

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal dan Transmigrasi Tidak Tepat

Guna dan Tidak Tepat Sasaran Senilai Rp7,75

Millar

Hal ini terlihat sebagai berikut :

a. Pengadaan Kandang Biogas Kabupaten

(Kab.) Lombok Timur senilai

Rp189.355.454,55.

b. Pekerjaan Pengadaan Sarana dan Prasarana

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kab.

Dompu senilai Rp907.449.800,00.

Berdasarkan pemeriksaan dokumen dan

pemeriksaan lapangan secara uji petik

bersama dengan pihak yang mewakili dari

Kemendesa, pihak Dinas Pendidikan, Pemuda

dan Olahraga Kab. Dompu dan pihak

penerima bantuan diketahui bahwa:

1) Pemberian Bantuan Pengadaan Sarana dan

Prasarana PAUD di Kab. Dompu tidak

sesuai ketentuan

2) Terdapat Bantuan Pengadaan Sarana dan

Prasarana PAUD di Kab. Dompu yang

belum dimanfaatkan

c. Pembangunan PLTS Tersebar 80 WP Paket 4

di Kab. Lombok Barat (PDT.Energi-06)

senilai Rp2.311.248.000,00 dan

Pembangunan PLTS Tersebar 80 WP di Kab.

Bima (PDT.Energi-03) senilai

Rp2.379.400.909,09.

d. Pekerjaan Pengadaan Benih Jagung di Kab.

Bima senilai Rp950.382.000,00 .

e. Pekerjaan Rumah Industri Jagung di KTM

Labangka Kab. Sumbawa senilai

Rp1.012.598.278,94

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 70 Tahun

2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah :

Pasal 6

b. Peraturan Menteri Pertanian Nomor

46/Permentan/PK.2I0/8/2015 tanggal 14

Agustus 2015 tentang pedoman Budidaya

Sapi potong yang baik BAB II B sarana poin

c

c. Petunjuk Teknis Pemberian Juknis

Pelaksanaan Kebijakan Peningkatan Sarana

dan Prasarana Tahun 2015 pada Direktorat

BPK merekomendasikan

Menteri Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi agar :

a. Mengkaji dan merevisi

Standar Operasional

Prosedur, Petunjuk Teknis

dan Petunjuk Pelaksanaan

terkait pemberian bantuan

kandang, bantuan Sarana

dan Prasarana PAUD.

b. Memberikan sanksi sesuai

ketentuan kepada Direktur

Rawan Pangan Ditjen

PDTu, Direktur

Pembangunan Sarana dan

Prasarana Kawasan

Perdesaan, Direktur

Sarana dan Prasarana

Ditjen PDT, Direktur

Rawan Pangan Ditjen

PDTu, Direktur

Pengembangan Usaha

Ditjen PKT dan Inspektur

TA 2015 yang tidak

melakukan pengendalian

dan pengawasan secara

memadai.

c. Memerintahkan Kepala

Badan Penelitian dan

Pengembangan,

Pendidikan dan Pelatihan,

dan Informasi untuk

melaksanakan diklat

terkait perencanaan

program bagi para Eselon

II dan Eselon III bagian

perencanaan masing-

masing Satker Eselon I

Untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut maka

Direktorat Rawan Pangan

Ditjen PDTu, Direktur

Pembangunan sarana dan

prasarana kawasan

perdesaan, Direktur Sarana

dan Prasarana Ditjen PDT

dan Direktur Pengembangan

Usaha Ditjen PKT harus

cermat dalam melaksanakan

perencanaan serta

meningkatkan pengendalian

dan pengawasan Kuasa

Pengguna Anggaran Ditjen

PDTu TA 2015, Ditjen PKP

TA 2015 dan Inspektur

Kemendesa atas pelaksanaan

kegiatan bantuan Kegiatan

Fasilitasi Penanganan

Daerah Rawan Pangan

Pekerjaan Pengadaan Irigasi

dan Kandang Biogas

Page 76: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 46/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 71

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Sarana dan Prasarana Direktorat Jenderal

Pembangunan Daerah Tertinggal.

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Bantuan kandang komunal terintegrasi

(Biogas), Bantuan Pekerjaan Pengadaan

Sarana dan Prasarana Pendidikan Anak Usia

Dini (PAUD) di Kabupaten Dompu, Bantuan

Stimulan Pengembangan Infrastruktur Energi

Listrik Tenaga Surya (PLTS) Tersebar SHS

80 WP. Pengadaan Bantuan Penyediaan

Bantuan Benih Jagung di Kabupaten Bima,

dan Pekerjaan Rumah Industri Jagung di

KTM Labangka Kab. Sumbawa tidak tepat

sasaran dan tidak tepat guna.

b. Pemborosan Keuangan Negara atas bantuan

kandang komunal terintegrasi (Biogas),

Bantuan Pekerjaan Pengadaan Sarana dan

Prasarana Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) di Kabupaten Dompu, Bantuan

Stimulan Pengembangan Infrastruktur Energi

Listrik Tenaga Surya (PLTS) Tersebar SHS

80 WP. Pengadaan Bantuan Penyediaan

Bantuan Benih Jagung di Kabupaten Bima,

dan Pekerjaan Rumah Industri Jagung di

KTM Labangka Kab. Sumbawa, yang tidak

sesuai dengan tujuan pemberian bantuan

senilai Rp7.750.434.442,58

{Rp189.355.454,55+ Rp907.449.800,00 +

Rp4.690.648.909,09 (Rp2.311.248.000,00 +

Rp2.379.400.909,09) + Rp950.382.000,00 +

Rp1.012.598.278,94}

Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap

Perundang-Undangan

1. Pengelolaan dan Pelaksanaan Anggaran pada

Kegiatan Peningkatan Kesejahteraan

Keluarga Berbasis Pemberdayaan Masyarakat

(PKKPM) Senilai Rp392,00 Miliar Tidak

Memadai

Hal ini terlihat sebagai berikut :

a. Kesalahan Penganggaran PKKPM.

Berdasarkan pemeriksaan atas dokumen

diketahui bahwa PKKPM dianggarkan dalam

MAK 526 yaitu belanja barang untuk

diserahkan kepada masyarakat/Pemerintah

Daerah, PKKPM tidak dianggarkan dalam

belanja bantuan sosial. PKKPM seharusnya

dianggarkan ke dalam belanja bantuan sosial

karena dalam pelaksanaannya PKKPM

merupakan penyediaan BLM dalam bentuk

Bantuan Sosial kepada masyarakat miskin.

Dan kemendesa hanya menyalurkan dana tsb,

b. Bukti pertanggungjawaban PKKPM belum

lengkap

Hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban

PKKPM menunjukkan bahwa bukti

BPK merekomendasikan

Menteri Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi agar :

a. Memerintahkan PPK

melengkapi bukti

penggunaan dana

PK.KPM sebesar

Rp392.000.000.000,00.

Selanjutnya meminta Itjen

meneliti kebenaran

pembayaran dana tersebut

dan apabila ditemukan

adanya kerugian negara

agar diproses sesuai

ketentuan.

b. Memerintahkan KPA

untuk mengkaji ulang

skema pembayaran dan

pertanggungjawaban

pelaksanaan Keglatan

PKKPM.

Untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut UPK

harus mematuhi kewajiban

yang tercantum dalam

Perjanjian Kerja Sama, serta

SOP juga harus sudah

mengatur mengenai

mekanisme

pertanggungjawaban

penggunaan dana.

Page 77: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 46/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 72

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

pertanggungjawaban kegiatan PKKPM berada

di masing-masing TPK dan UPK. Sampai

dengan pemeriksaan tanggal 15 April 2016,

Kemendesa belum menyampaikan dokumen

pertanggungjawaban atas penggunaan dana

oleh TPK kepada BPK sehingga

pertanggungjawaban PKKPM tidak dapat

diuji.

c. Saldo dana PKKPM per 31 Desember 2015

tidak dapat Diketahui

Berdasarkan laporan rekapitulasi diketahui

bahwa rekening UPK terdapat sisa dana

PKKPM Pengembangan Penghidupan

Berkelanjutan (P2B) dan Pengembangan

Infrastruktur ekonomi (PIE) per 31 desember

2015 sebesar Rp4.794.398.201,00. Jumlah

tersebut belum termasuk 49 UPK yang

sampai akhir pemeriksaan masih tidak

diketahui berapa jumlah penarikannya. Dalam

hal ini Kemendesa tidak menyampaikan

rekening UPK secara lengkap ke BPK,

sehingga realisasi dan sisa dana PKKPM

tidak dapat diyakini kewajarannya.

Pemeriksaan juga menemukan dana yang

dicairkan oleh TPK pada 31 Desember 2015

sebesar Rp63.704.325.081,00 dinyatakan

telah habis digunakan, namun laporan dari

konsultan menyebutkan sebagian dari dana

tersebut masih berada di TPK berupa uang

tunai. Dalam hal ini sisa dana tunai yang

berada di TPK tidak dapat diketahui karena

tidak bukti yang mendukung jumlahnya

secara pasti.

d. Realisasi pelaksanaan fisik pada laporan

konsultan tidak sesuai dengan realisasi

keuangan

Hasil uji petik terhadap pertanggunaawaban

atas penggunaan dana PKKPM menunjukkan

bahwa dokumen pertanggungjawaban belum

lengkap berada di Kantor PKKPM. Hasil

reviu atas dokumen laporan konsultan juga

menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:

1) Foto –foto fisik tidak semua ada

2) Hasil fisik belum 100% namun uang

sudah terealisasi 100% (bahkan ada fisik

hanya 24,5% namun uang terealisasi

100%).

3) Penggunaan dana setelah 31 Desember

2015 tidak dapat dipantau.

e. Penggunaan dana Kegiatan PKKPM tidak

sesuai peraturan perundang-undangan

1) Pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan

tidak sesuai kondisi sebenarnya.

Berdasarkan uji petik di kabupaten bogor

di dalam dokumen pertanggungjawaban

c. Memberikan sanksi sesuai

dengan ketentuan kepada

PPK, dan UPK yang tidak

cermat dalam

pengendaiian dan

pelaksanaan belanja untuk

PKKPM.

d. Menyempumakan SOP

program PKKPM

sehingga mengatur tata

cara pertanggungjawaban

penggunaan dana

Page 78: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 46/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 73

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

menyebutkan bahwa seluruh pembelian

bahan material dibeli dari CV GP senilai

Rp1.029.399.200. namun hasil konfirmasi

menyebutkan bahwa CV GP tidak pernah

melakukan transaksi dengan TPK.. UPK

ternyata meminjam nama CV GP untuk

melakukan transaksi.

2) Penggunaan dana PKKPM sebagai Dana

Bergulir

Salah satu kegiatan yang menggunakan

dana PKPPM berupa pemberian dana

pinjaman yang akan dikembalikan oleh

masyarakat senilai Rp78.000.000.000,00 .

Kegiatan tersebut memiliki karakteristik

dana bergulir, namun pada kenyataannya

Kemendesa tidak melaporkan dana

tersebut dalam APBN sebagai dana

bergulir, namun menggunakan MAK 526

yang merupakan Beban Barang untuk

diserahkan kepada masyarakat/pemda.

f) Persediaan yang Dihasilkan dari PKKPM

Tidak Tercatat dan Tidak Diketahui Nilainya.

Penggunaan MAK 526 mengakibatkan

timbulnya kewajiban bagi kemendesa untuk

mencatat asset yang dihasilkan dari belanja

tersebut serta menyampaikan dokumen serah

terima apabila asset tersebut akan diserahlkan

kepada masyarakat. PKKPM PIE dalam

pelaksanaannya menghasilkan Persediaan

berupa: (1) Gedung dan Bangunan; (2)

Peralatan dan Mesin; serta (3) Jalan, Irigasi,

dan Jaringan. Namun demikian aset-aset basil

dari kegiatan PKKPM tidak dapat

teridentifikasi. Selama belum ada dokumen

serah terima yang memadai maka aset-aset

tersebut seharusnya dicatat dalam Neraca

Kemendesa. Namun, aset-aset tersebut tidak

dicatat dalam Neraca Kemendesa.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2013

tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara:

1) Pasal 13

2) Pasal 65 ayat (1)

b. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor

214 tahun 2013 tentang Bagan Akun Standar,

Bab II Segmen Bagan Akun Standar; Terkait

dengan akun realisasi pada LRA, pedoman

penggunaan akun belanja adalah sebagai

berikut:

1) Huruf B

2) Huruf G

c. PMK Nomor 168 tahun 2015 tentang

Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan

Pemerintah pada Kementerian

Page 79: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 46/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 74

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Negara/Lembaga:

1) Pasal 40 ayat (4)

2) Pasal 40 ayat (5)

d. PMK Nomor 254 tahun 2015 tentang Belanja

Bantuan Sosial pada Kementerian

Negara/Lembaga:

1) Pasal 1 ayat (1)

2) Pasal 6 ayat (1)

e. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor

16 tahun 2015 tentang Pedoman Umum

Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan

Pemerintah di Lingkungan Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmgrasi:

1) Pasal 38 ayat (4)

2) Pasal 38 ayat (5)

f. Perjanjian Kerja Sama Pencairan Dana

Bantuan Lainnya yang Memiiiki Karakteristik

Bantuan Pemerintah antara PPK dengan Unit

Pengelola Kegiatan (UPK/UPKS) tentang

Pencairan Bantuan Lainnya yang Memiiiki

Karakteristik Bantuan Pemerintah Tahun

2015 Pasal 9 poin Sanksi yang menyatakan

bahwa Apabila PIHAK KEDUA tidak

menyampaikan laporan kegiatan dan

pertanggungjawaban kepada PIHAK

KESATU, maka PIHAK KEDUA dikenakan

sanksi berupa tidak diberikan bantuan

pemerintah pada tahun berikutnya.

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Belanja Barang pada Ditjen PKP Kemendesa

belum menggambarkan kondisi yang

sebenarnya.

b. Saldo persediaan per 31 Desember 2015 yang

dihasilkan dari PKKPM tidak dapat diyakini

kewajarannya.

2. Kelebihan Pembayaran atas Pekerjaan Fisik

pada Direktorat Jenderal Pengembangan

Kawasan Pedesaan (Ditjen PKP) Sebesar

Rp2,09 Miliar dan Denda Keterlambatan yang

Belum Dikenakan Sebesar Rp25,70 Juta

Hal ini terlihat sebagai berikut :

a. Kekurangan Volume Pekerjaan Pembangunan

Jalan Kawasan Perdesaan Ruas Seram -

Kabisonta di Kabupaten Maluku Tengah

Sebesar Rp72.556.854,03

b. Kekurangan Volume Pekerjaan Pembangunan

Jalan Kawasan Perdesaan Ruas Seram -

Morokay di Kabupaten Maluku Tengah

Sebesar Rp292.068.454,73

c. Kekurangan Volume Pekerjaan Pembangunan

Jalan Kawasan Perdesaan di Kabupaten

Lombok Timur Sebesar Rp735.929.974,54

d. Denda Keterlambatan Pekerjaan Penyediaan

BPK merekomendasikan

Menteri Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi agar :

a. Memberikan sanksi sesuai

dengan ketentuan kepada

KPA, PPK dan Panitia

Penilai dan Penerima

Pengadaan Barang/Jasa

yang tidak cermat dalam

pengendalian dan

pelaksanaan kontrak.

b. Memerintahkan PPK

untuk menarik dan

menyetor kerugian negara

dari kelebihan

pembayaran atas

kekurangan volume

Untuk memperbaiki

permasalahan tersebut, maka

Kuasa Pengguna Anggaran

harus meningkatkan

pengendalian dan

pengawasan dalam

penggunaan anggaran

belanja, serta Pejabat

Pembuat Komitmen harus

cermat dalam

mengendalikan pelaksanaan

kontrak, dan Panitia

Penerima Barang juga harus

cermat dalam melaksanakan

tugasnya. Selain itu, para

rekanan dan manajemen

konstruksi harus teliti dalam

melaksanakan pekerjaan

Page 80: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

LHP No. 46/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 75

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan

Anak Usia Dini Di Kabupaten Dompu

Minimal Sebesar Rp25.706.000,00

e. Kekurangan Volume Pekerjaan Pembangunan

Jalan Kawasan Perdesaan Ruas Kaliki di

Kabupaten Merauke Sebesar

Rp305.419.258,56

f. Kekurangan Volume Pekerjaan Pembangunan

Jalan Kawasan Perdesaan di Ruas Senegi di

Kabupaten Merauke Sebesar

Rp282.305.960,73

g. Kekurangan Volume Pekerjaan Pembangunan

Jalan Kawasan Perdesaan dl Wayau

Kabupaten Merauke Sebesar

Rp237.609.576,08

h. Kekurangan Volume Pekerjaan Pembangunan

Jalan Kawasan Perdesaan di Kabupaten

Fakfak Sebesar Rp143.312.300,44

i. Kekurangan Volume Pekerjaan Penyediaan

Jaringan Informasi Desa Wilayah V Sebesar

Rp30.000.000,00

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara yang

menyatakan bahwa;

1) Pasal 18 ayat (3)

2) Pasal 21 ayat (1)

3) Pasal 54

b. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012

tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah:

1) Pasal 6

2) Pasal 11 ayat (1) huruf e

3) Pasal 18 ayat (5)

4) Pasal 89 ayat (4)

5) Pasal 95 ayat (2) dan (4)

c. Syarat-Syarat Khusus masing-masing

Kontrak.

d. Syarat-Syarat Umum masing-masing kontrak

pada poin 66.2.

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Kerugian negara dari kelebihan pembayaran

atas kekurangan volume pekerjaan sebesar

Rp2.099.202.379,11 (Rp72.556.854,03 +

Rp292.068.454,73 + Rp735.929.974,54 +

Rp305.419.258,56 + Rp282.305.960,73 +

Rp237.609.576,08 + Rp 143.312.300,44 +

Rp30.000.000,00).

b. Kekurangan penerimaan Negara dari denda

keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang

belum dikenakan sebesar Rp25.706.000,00.

c. Lebih saji Beban dan Belanja Barang sebesar

Rp2.099.202.379,11.

pekerjaan sebesar

Rp2.099.202.379,11, ke

Kas Negara dan

menyampaikan bukti setor

kepada BPK.

c. Memerintahkan PPK

memperhitungkan dan

menyetor denda

keterlambatan sebesar

Rp25.706.000,00 ke Kas

Negara saat melunasi

pembayaran kepada

rekanan dan

menyampaikan bukti setor

kepada BPK.

d. Memerintahkan PPK

untuk memberikan teguran

tertuiis kepada rekanan

dan manajemen konstruksi

yang terkait pekerjaan

tersebut.

sebagaimana diatur kontrak.

Page 81: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

76

LHP No. 49/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

GAMBARAN UMUM

BADAN METEOROLOGI KLIMATIOLOGI DAN GEOFISIKA

ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil

pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan

dengan tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat

tahun 2015 yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan

terhadap Laporan Keuangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Sedangkan

tujuan dari kajian adalah untuk menyediakan informasi sebagai bahan tindaklanjut DPR atas

LHP BPK sebagai pelaksanaan wewenang, tugas dan fungsi pengawasan parlemen atas

akuntabilitas administrasi keuangan negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai berikut:

Opini BPK

Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Kondisi Aset dalam Neraca 2015 (Audited)

K

OPINI BPK RI

2014

WDP

2015

WTP

LRAAnggaran

1.921.453.980.000

Realisasi

1.798.928.684.03594%

Aset Lancar

• 94.068.549.493

Aset Tetap

• 3.213.375.938.065

Aset Lainnya

• 439.964.842.606

Page 82: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

77

LHP No. 49/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN METEOROLOGI KLIMATIOLOGI DAN GEOFISIKA

TAHUN ANGGARAN 2015

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian

Intern

1. Sistem Pengendalian atas PNBP Jasa

Penerbangan dari LPPNPI Belum Memadai

Hal ini terlihat sebagai berikut:

a. BMKG Tidak Memiliki Data Pembanding atas

PNBP yang seharusnya diterima dari LPPN

b. Terdapat Perbedaan Nilai Mutasi PNBP antara

Laporan Bulanan LPPNPI dengan Data PNBP

dari LPPNPI sebesar Rp2,65 miliar dan

USD202,39 ribu

Hal tersebut tidak sesuai dengan:

Peraturan Kerja Sama LPPNPI, Nomor

KS.303/009/RO.3/XII/2014/PJJ.04.04/00/LPPNPI/12

/2014/003 tanggal 4 Desember 2015 tentang

mekanisme penarikan, penerimaan, penyetoran dan

rekonsiliasi PNBP atas pelayanan informasi

meteorologi penerbangan pada:

a. Pasal 3 Ayat 1, Huruf (a)

b. Pasal 4a

c. Buletin Teknis Sistem Akuntansi Pemerintah

tentang akuntansi piutang berbasis akrual pada

Bab III angka 3.3

Hal tersebut mengakibatkan:

Potensi kurang saji Pendapatan LO dan piutang

PNBP sebesar Rp2.653.368.669,36 dan

USD202,398.52.

BPK merekomendasikan

kepada Kepala BMKG

untuk menginstruksikan

Sekretaris Utama BMKG

supaya memerintahkan:

a. Kepala Sub Bagian Gaji

dan PNBP lebih cermat

dalam melakukan

perhitungan PNBP saat

melakukan rekonsiliasi

penerimaan PNBP yang

berasal dari LPPNPI;

dan

b. Kepala Bagian

Keuangan dan Kepala

Biro Umum

meningkatkan

pengendalian dan

pengawasan atas

penerimaan PNBP dan

pencatatan piutang

PNBP.

Untuk memperbaiki

permasalahan tersebut,

maka perlu dilakukan

beberapa hal berikut,

antara lain :

a. Kepala Sub Bagian

Gaji dan PNBP harus

cermat dalam

melakukan

perhitungan PNBP saat

melakukan rekonsiliasi

penerimaan PNBP

yang berasal dari

LPPNPI; dan

b. Kepala Bagian

Keuangan dan Kepala

Biro Umum harus

melakukan

pengendalian dan

pengawasan atas

penerimaan PNBP dan

pencatatan piutang

PNBP.

Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap

Perundang-Undangan

1. Pekerjaan Pemeliharaan pada Bagian

Pengelolaan Gempa Bumi dan Tsunami dan

Bagian Pengelolaan Seismologi Teknik Geofisika

Potensial dan Tanda Waktu Dilaksanakan Tidak

Sesuai Ketentuan

Hal ini terlihat sebagai berikut:

a. Terdapat kelebihan pembayaran pekerjaan

pemeliharaan yaitu tenaga ahli yang merangkap

pekerjaan yang sama pada waktu yang bersamaan

untuk kontrak yang berbeda sebesar Rp935,84

Juta (Rp527,72 Juta + Rp408,12 Juta).

b. Spesifikasi Pekerjaan Teknisi Tidak Sesuai

Dokumen Kontrak

Hal tersebut tidak sesuai dengan:

1. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara Pasal 18 ayat (3)

2. Perpres Nomor 54 Tahun 2010 jo Perpres Nomor

70 Tahun 2012 Pasal 5

3. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 134/PMK.06/2005 Tahun 2005 tentang

Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pasal

7 ayat (2)

4. Struktur Organisasi LEN untuk Kegiatan

Pemeliharaan Sistem Processing INATEWS Poin

4.1 Pimpinan Proyek.

5. Syarat-syarat Umum Kontrak Pemeliharaan

BPK merekomendasikan

kepada Kepala BMKG agar

menginstruksikan Sekretaris

Utama untuk memberikan

sanksi sesuai ketentuan yang

berlaku kepada PPK Deputi

Bidang Geofisika yang lalai

dalam melaksanakan tugas,

kewenangan dan tanggung

jawabnya.

Untuk memperbaiki

permasalahan tersebut,

maka PPK Deputi Bidang

Geofisika harus teliti

dalam melakukan

pengawasan dan

pengendalian pekerjaan

Page 83: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

78

LHP No. 49/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Sistem Processing INATEWS Point E tentang

Personil dan/atau Peralatan Penyedia, yaitu:

a. Angka 56.1

b. Angka 56.2

c. Angka 56.3

6. Spesifikasi Teknis, huruf D. Manajemen Proyek,

Pemeliharaan Jaringan Accelerograph Non

Colocated Intensity Meter dan Grounding yang

dilaksanakan oleh PT Mindotama Avia Teknik

7. Daftar kuantitas dan harga Pemeliharaan Sistem

Monitoring Gempa Bumi dan Tsunami LIBRA

Ex Jepang dan Ex. China, dilaksanakan oleh PT

Mindotama Avia Teknik,

Hal tersebut mengakibatkan kelebihan pembayaran

sebesar Rp990.212.120,91, yang terdiri dari:

1. Kelebihan pembayaran pekerjaan pemeliharaan

karena tenaga ahli yang merangkap pekerjaan

yang sama pada waktu yang bersamaan sebesar

Rp935.848.484,55 (Rp527.727.272,73 +

Rp408.121.211,82); dan

2. Spesifikasi pekerjaan teknisi tidak sesuai

dokumen kontrak sebesar Rp54.363.636,36.

2. Pelaksanaan Pekerjaan Pada Empat Paket

Pengadaan Penguatan Infrastruktur Pusat

Jaringan Komunikasi Tidak Sesuai Ketentuan

Hal ini terlihat sebagai berikut:

1. Penawaran seluruh peserta lelang mendekati HPS

2. Adanya Kesamaan Karakteristik Properties

dokumen

3. Kesamaan alamat IP Address pada saat

mengunggah dokumen penawaran

4. Kesamaan alamat domain E-mail yang

dicantumkan saat mendaftar sebagai peserta

lelang

5. Pekerjaan Pada Empat Paket Pekerjaan

Dilakukan Oleh Bukan Tenaga Ahli Yang

Tercantum Dalam Dokumen Penawaran

Hal tersebut tidak sesuai dengan Perpres Nomor 54

Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Jo

Perpres Nomor 70 Tahun 2012 menyatakan bahwa:

1. Pasal 83 ayat (1) huruf e

2. Penjelasan Pasal 83 ayat (1) huruf e

3. Pasal 118 ayat (7)

Hal tersebut mengakibatkan:

Indikasi kerugian negara yang berasal dari

keuntungan yang seharusnya tidak diperoleh PT

Jatraco Multi Sarana sebesar Rp313.638.502,00.

BPK merekomendasikan

kepada Kepala BMKG agar

menginstruksikan Sekretaris

Utama untuk memberikan

sanksi sesuai ketentuan yang

berlaku kepada PPK, Panitia

Pengadaan Barang dan Jasa

dan PPHP Deputi Bidang

Inskaljarkom yang lalai

dalam melaksanakan tugas,

kewenangan dan tanggung

jawabnya sesuai ketentuan.

Untuk memperbaiki

permasalahan tersebut,

maka perlu dilakukan

beberapa hal berikut antara

lain :

1. PPK Deputi Bidang

Inskaljarkom harus

melakukan

pengawasan dan

pengendalian

pekerjaan yang benar;

2. Panitia Pengadaan

Barang dan Jasa

Deputi Inskaljarkom

harus tepat dalam

melaksanakan evaluasi

lelang dan mendeteksi

adanya indikasi

persaingan usaha tidak

sehat antar peserta

lelang; dan

3. PPHP Deputi Bidang

Inskaljarkom harus

teliti dalam memeriksa

prestasi pekerjaan

sesuai dengan item

pekerjaan dalam

perjanjian.

Page 84: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

79

GAMBARAN UMUM

BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO

ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil

pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan

tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat tahun

2015 yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan

terhadap Laporan Keuangan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo. Sedangkan tujuan dari

kajian adalah untuk menyediakan informasi sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK

sebagai pelaksanaan wewenang, tugas dan fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas

administrasi keuangan negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai berikut;

Opini BPK

Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Kondisi Aset dalam Neraca 2015 (Audited)

K

OPINI BPK RI

2014

WTP-DPP

2015

WDP

LRAAnggaran

843.229.100.000

Realisasi

401.304.769.06548%

Aset Lancar

• 544.455.021

Aset Tetap

• 4.567.804.596.528

Aset Lainnya

• 810.795.684

Page 85: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

80

LHP No. 71/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO

TAHUN ANGGARAN 2015

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian

Intern

1

Terdapat Aset Tanah dan Bangunan yang Telah

Dibeli BPLS Dikuasai dan Dimanfaatkan oleh

Pihak Ketiga

Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS)

melaporkan jumlah aset tetap sebesar

Rp4.567.347.250.906,00 dalam Neraca per 31

Desember 2015. Dalam pemeriksaan atas LK BPLS

Tahun 2015, terdapat beberapa kelemahan Sistem

Pengendalian Intern atas pengelolaan asset yaitu:

a. Tanah dan/atau bangunan yang dibeli tahun

2013-2014 dalam rangka penanganan masalah

sosial kemasyarakatan senilai

Rp112.582.425.000,00 masih ditempati warga.

b. Tanah yang dibebaskan dalam rangka relokasi

jalan, terdapat bacthing plant milik PT Merak

Jaya Beton yang didirikan pada tanah milik

BPLS yang terletak di antara jalan Arteri Siring-

Porong tepatnya di Desa Wunut, Kecamatan

Porong.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Aset BPLS yang dikuasai dan dimanfaatkan oleh

pihak ketiga berpotensi menjadi sengketa dan

menimbulkan tambahan pengeluaran yang

menjadi beban negara di kemudian hari; dan

b. Ancaman terhadap keselamatan warga yang

masih menghuni di daerah tidak aman sekitar

luapan lumpur Sidoarjo.

BPK RI merekomendasikan

Kepala Badan

Penanggulangan Lumpur

Sidoarjo (BPLS) agar :

a. Segera menindaklanjuti

rekomendasi BPK untuk

menertibkan aset milik

BPLS sesuai dengan

ketentuan atas

tanah/bangunan yang

masih dihuni dan

dimanfaatkan oleh pihak

lain; dan

b. Bekerjasama dengan

pihak-pihak terkait

untuk meminta warga

segera mengosongkan

aset-aset yang sudah

dibeli BPLS.

Untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut

maka Pengguna Barang

dhi. Kepala Badan

Penanggulangan Lumpur

Sidoarjo harus lebih

optimal dalam

menindaklanjuti temuan

BPK RI dalam melakukan

pengamanan aset; dan

Kepala BPLS harus

berkoordinasi/sosialisasi

dengan warga untuk

memberikan pemahaman

bahwa warga harus segera

meninggalkan rumahnya

sesuai Perjanjian Jual-Beli

.

Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap

Perundang-undangan

1 Pembayaran Biaya Pemeliharaan Alat Tidak

Sesuai Dengan Kondisi Sebenarnya Sebesar

Rp1.755.913.264,61 dan Tidak Dapat Diyakini

Kewajarannya Sebesar Rp6.189.673.067,77

Hal ini terlihat sebagai berikut :

a. Biaya pemeliharaan atas Kapal Keruk (KK)

Hamson 02 dan Kapal Keruk (KK) Waterman

BPLS diperhitungkan menggunakan harga pokok

tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

b. Total biaya pemeliharaan lima unit KK milik

BPLS yang milik BPLS yang dioperasikan oleh

penyedia jasa sebesar Rp6.189.673.067,77 tidak

menunjukan nilai yang sebenarnya

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Presiden Nomor 4 tahun 2015 tentang

perubahan Keempat atas Peraturan Presiden No

54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah;

1) Pasal 5

2) Pasal 6 huruf (g)

b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 11 tahun

2013 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan

BPK RI merekomendasikan

Kepala Badan

Penanggulangan Lumpur

Sidoarjo (BPLS) agar :

a. Menegur Kepala Pokja

Penanganan Semburan

dan Luapan Lumpur dan

Pejabat Pembuat

Komitmen agar lebih

cermat dalam menyusun

perencanaan dan

anggaran dhi. Engginer

Estimate (EE) dan Harga

Perkiraan Sendiri (HPS);

serta memerintahkan

untuk menyetorkan ke

kas negara atas

kelebihan pembayaran

pekerjaan yang tidak

dilaksanakan sebesar

Rp1.755.913.264,61;

dan

Untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut

maka Kepala Pokja

Penanganan Semburan

dan Luapan Lumpur harus

cermat dalam melakukan

pengawasan dan

pengendalian atas

pelaksanaan kegiatan yang

menjadi tanggung

jawabnya, serta Pejabat

Pembuat Komitmen harus

cermat dalam melakukan

pengendalian atas

kewajaran harga dalam

penyusunan OE dan daftar

rincian harga Kontrak

yang diajukan penyedia

jasa.

Page 86: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

81

LHP No. 71/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum

1) Pasal 1 ayat (12)

2) Pasal 6 ayat (1)

c. P2HSPP Suplemen P.5, Tahun 1999, Bab IV,

Poin D

d. Surat Perjanjian Penggunaan Peralatan (SPPP)

antara BPLS dengan Penyedia Jasa Tahun

Anggaran 2015 Nomor

01/SPPP.Prltn/PLS/IV/2015, Pasal 5:

1) Ayat (3)

2) Ayat (7)

e. SPPP.

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Biaya pemeliharaan peralatan BPLS yang

dikelola oleh Penyedia Jasa sebesar

Rp6.189.673.067,77 tidak dapat diyakini

kewajarannya; dan

b. Kelebihan pembayaran atas penentuan harga KK

02 dan Waterman BPLS ke dalam perhitungan

biaya pemeliharaan AHSP Kapal Keruk yang

tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya sebesar

Rp1.755.913.264,61

b. Memerintahkan Kepala

Pokja Penanganan

Semburan dan Luapan

Lumpur dan Pejabat

Pembuat Komitmen

menghitung kembali

biaya riil pemeliharaan

peralatan BPLS yang

menjadi hak Penyedia

Jasa (PTK I/PTK II/PTL

III) dan menyetorkan

sisanya ke kas Negara.

Page 87: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

82

GAMBARAN UMUM

BADAN SAR NASIONAL

ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil

pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan

tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat tahun

2015 yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan

terhadap Laporan Keuangan Badan SAR Nasional. Sedangkan tujuan dari kajian adalah untuk

menyediakan informasi sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK sebagai pelaksanaan

wewenang, tugas dan fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas administrasi keuangan

negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai berikut:

Opini BPK

Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Kondisi Aset dalam Neraca 2015 (Audited)

K

OPINI BPK RI

2014

WTP

2015

WTP

LRAAnggaran

2.620.464.707.000

Realisasi

2.510.647.193.08896%

Aset Lancar

• 38.848.946.619

Aset Tetap

• 4.243.825.624.236

Aset Lainnya

• 150.939.800.513

Page 88: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

82

LHP No. 73/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN SAR NASIONAL

TAHUN ANGGARAN 2015

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian

Intern

1 Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak

dan Piutang Bukan Pajak Masih Belum Memadai

Hal ini terlihat sebagai berikut :

a. Bendahara Penerima terlambat melakukan

penagihan atas sewa areal gedung dan

bangunan, yaitu lebih dari lima hari kerja

setelah perjanjian ditandatangani, dengan

rincian pada Lampiran I

Keterlambatan penerbitan Nota Tagihan oleh

Bendahara Penerima ini mengakibatkan

pembayaran sewa oleh pihak ketiga terlambat

dilakukan.

b. Basarnas belum menetapkan dan menagih

denda keterlambatan kepada pihak penyewa.

c. Penetapan pajak atas kontrak sewa gedung dan

bangunan dengan pihak ketiga belum sesuai

ketentuan.

d. Terdapat keterlambatan pembuatan perjanjian

sewa gedung dengan Piterson Tanos dan Bank

Mandiri

e. Pembayaran cicilan piutang PT Merpati

Nusantara Airlines (MNA) macet dan Basarnas

tidak melakukan perpanjangan perjanjian sewa

gedung dan bangunan per 1 Maret 2015.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tanggal

31 Desember 1983 tentang Pajak Penghasilan

sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang

Perubahan Keempat atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak

Penghasilan, Pasal 2 ayat (3) huruf (b)

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

96/PMK.06/2007 tanggal 4 September 2007

tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan,

Pemanfaatan, Penghapusan, dan

Pemindahtanganan Barang Milik Negara:

1) Pasal 5 ayat (4)

2) Lampiran II tentang Tata Cara Pelaksanaan

Sewa Barang Milik Negara, romawi VI,

angka 2, huruf g

c. Buletin Teknis Nomor 6 tentang Akuntansi

Piutang, Bab III, Huruf B tentang Pengakuan

Piutang, yang menyatakan bahwa untuk dapat

diakui sebagai piutang harus dipenuhi kriteria:

1) Telah diterbitkan surat ketetapan; dan/atau

2) Telah diterbitkan surat penagihan dan telah

dilaksanakan penagihan;

d. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan

No.PER-85/PB/2011 tentang Penatausahaan

Piutang PNBP pada Satuan Kerja Kementerian

Lembaga, pada Pasal 8

e. Peraturan Kepala Basarnas Nomor PK.14 Tahun

2013 tanggal 10 September 2013 tentang SOP

PNBP Basarnas,

BPK merekomendasikan

kepada Kepala Basamas

agar menginstruksikan

Sekretaris Utama Basamas

untuk memerintahkan:

a. Bendahara Penerimaan:

1) Menerbitkan nota

tagihan atas PNBP

dan denda

keterlambatan

pembayaran PNBP

kepada seluruh

penyewa ruangan di

area Gedung

Basarnas secara tepat

waktu;

2) Menagih kekurangan

pembayaran sewa

oleh PT FMI sebesar

Rp1.890.000,00 dan

menyetorkan ke Kas

Negara, serta

menyampaikan bukti

setoran ke BPK.

b. Kepala Biro Umum:

1) Lebih mempelajari

dan memahami

semua ketentuan dan

peraturan terkait

pemanfaatan BMN

oleh pihak ketiga dan

penatausahaan

PNBP;

2) Membuat surat

perjanjian

kontrak/sewa gedung

dan bangunan

dengan seluruh

penyewa secara tepat

waktu;

3) Membuat surat

perjanjian

kontrak/sewa gedung

dan bangunan

dengan PT MNA

untuk periode 1

Maret 2015 s.d. 29

Februari 2016;

4) Melakukan

koordinasi dengan

Kementerian

Keuangan terkait

piutang macet PT.

MNA.

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka

Basarnas harus:

a. Menerbitkan nota

tagihan atas PNBP dan

denda keterlambatan

pembayaran PNBP

secara tepat waktu

melalui Bendahara

Penerima

b. Menginstrusikan

Kepala Biro Umum

selaku Kuasa

Pengguna Barang dan

Bendahara Penerima

untuk lebih memahami

tentang ketentuan

umum perpajakan;

c. Lebih cermat dalam

menyiapkan dokumen

kontrak perpanjangan

sewa dengan Piterson

Tanos dan Bank

Mandiri

d. Meningkatkan

koordinasi antara

Basarnas dengan

Kementerian keuangan

terkait penyelesaian

piutang sewa PT MNA

yang macet

Page 89: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

83

LHP No. 73/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

1) Pasal 7

2) Pasal 8

3) Pasal 12

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Pihak ketiga terlambat melakukan pembayaran

sewa sebesar Rp985.455.800,00;

b. PNBP Basarnas dari PT FMI kurang diterima

sebesar Rp3.780.000,00;

c. PNBP dari denda keterlambatan pembayaran

sewa belum diterima sebesar Rp776.660,00

(PT FMI sebesar Rp434.700,00, PT Telkomsel

sebesar Rp140.000,00, dan Piterson Tanos

sebesar Rp201.960,00); dan

d. Atas kondisi sewa menyewa dengan PT MNA:

1) Basarnas berpotensi kehilangan

kesempatan mendapatkan PNBP minimal

sebesar Rp5.625.600.000,00 atas

pemakaian gedung dan bangunan oleh PT

MNA; dan

2) Piutang sewa PT MNA yang berstatus

macet serta terus bertambah membebani

laporan keuangan Basarnas.

2 Penatausahaan Aset Tetap Kantor Pusat, Banda

Aceh, Ambon, Balikpapan,

Bandung,Jakarta,Makasar dan Sorong Tidak

Tertib

Hasil pemeriksaan uji petik atas akun Aset Tetap

adalah sebagai berikut:

a. Pencatatan Aset Tanah pada Kantor SAR

Ambon, Sorong dan Balikpapan belum tertib

1) Terdapat dua bidang tanah yang belum

tercatat dalam Laporan BMN Kantor SAR

Ambon

Berdasarkan Penelusuran lebih lanjut atas

SIMAK BMN Kantor SAR Ambon

menunjukkan bahwa terdapat tanah seluas

5.000 m2 yang belum tercatat dalam laporan

SIMAK BMN, yaitu:

a) Tanah seluas 3.718 m2 yang terletak di

Kabupaten Maluku Tengah, Kecamatan

Banda, Desa Kampung Baru, Maluku;

dan

b) Tanah seluas 1.282 m2 yang terletak di

Kabupaten Maluku Tengah, Kecamatan

Banda, Desa Nusantara, Maluku.

2) Kesalahan pencatatan luas tanah pada

Kantor SAR Sorong

3) Aset Tanah Kantor SAR Balikpapan seluas

5.194 m2 belum memiliki sertifikat tanah

Berdasarkan hasil konfirmasi dengan

petugas SIMAK BMN, diketahui bahwa

tanah seluas 5.194 m2 berlokasi di Sangatta

dan belum memiliki sertifikat tanah. Kondisi

tersebut disebabkan karena tanah yang

dipergunakan untuk Pos SAR Sangatta

tersebut berada dalam wilayah lahan

sengketa antara dua kelompok tani di daerah

tersebut

4) Hasil temuan kelebihan bayar atas

pengadaan tanah di Kator SAR Tanjung

Pinang oleh Inspektorat Basamas belum

BPK merekomendasikan

kepada Kepala Basarnas

agar menginstruksikan

Sekretaris Utama Basarnas

untuk:

a. Memerintahkan PPK,

Petugas Gudang, dan

Petugas SIMAK BMN

pada satker Kantor Pusat

untuk lebih

berkoordinasi melalui

pelatihan pengelolaan

administrasi dan transfer

aset ke Kantor SAR,

termasuk penerbitan

BASTO atas seluruh aset

tetap yang telah

ditransfer ke Kantor-

kantor SAR

b. Memerintahkan Kuasa

Pengguna Barang pada

satker Kantor Pusat,

Kantor SAR Aceh,

Kantor SAR Makasar,

Kantor SAR Balikpapan,

Kantor SAR Ambon,

Kantor SAR Sorong,

Kantor SAR Jakarta dan

Kantor SAR Bandung

untuk lebih

meningkatkan

pengawasan atas

pengelolaan aset negara

yang menjadi tanggung

jawabnya;

c. Memerintahkan Kepala

Kantor SAR Ambon

untuk berkoordinasi

dengan Pemerintah

Untuk menyelesaikan

masalah tersebut, maka

Basarnas harus:

a. Membuat Berita

Acara Serah Terima

hibah atas tanah

seluas 5.000 m2 di

Kantor SAR Ambon

yang merupakan

hibah dari Pemerintah

Daerah Maluku

Tengah;

b. Menginstrusikan

petugas BMN agar

lebih cermat dalam

melakukan input

kedalam aplikasi

SIMAK;

c. Meningkatkan

koordinasi antara

PPK, Petugas

Gudang, dan Petugas

Simak BMN di

Kantor Pusat di

Kantor-kantor SAR

terkait transfer barang

dari Kantor Pusat dan

administrasinya;

d. Meningkatkan

pengawasan Kuasa

Pengguna Barang atas

aset negara yang

menjadi tanggung

jawabnya;

e. Menginstrusikan

petugas SIMAK

BMN untuk

memberikan

label/kode barang;

Page 90: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

84

LHP No. 73/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

dikoreksi nilai aset tercatatnya

b. Penatausahaan Aset Tetap Peralatan dan Mesin

belum tertib

1) Terdapat kesalahan atas pencatatan dan

klasifikasi pada Aset Tetap Peralatan dan

Mesin

2) Terdapat kekurangan pencatatan dalam

laporan SIMAK BMN terhadap Aset Tetap

Peralatan dan Mesin.

3) Terdapat Aset Tetap Peralatan dan Mesin

yang telah dikirim dari Kantor Pusat

Basamas ke masing-masing Kantor SAR

tetapi masih tercatat sebagai Aset Tetap di

Kantor Pusat

4) Terdapat Aset Tetap Peralatan dan Mesin

yang tidak dapat ditunjukkan keberadaannya

oleh Petugas BMN dan Petugas gudang

Dalam pemeriksaan fisik secara uji petik

pada beberapa satker terdapat asset dengan

nilai minimal sebesar Rp14.058.740.150,00

yang tidak dapat ditunjukkan oleh petugas

BMN dan petugas gudang

5) Terdapat beberapa aset kendaraan bermotor

yang tidak didukung dokumen kepemilikan

6) Terdapat aset dengan kondisi rusak dan

belum diusulkan penghapusannya

c. Terdapat Berita acara pengiriman barang yang

tidak terdapat tanda tangan penerima barang

d. Aset Tetap belum memiliki label kode barang

e. Terdapat pencatatan ganda pada alat komunikasi

f. Terdapat pembangunan rumah susun oleh

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat di atas Tanah Balai Diklat Basarnas

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2014

tentang Pengelolaan Barang Milik Negara, pada:

1) Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2)

2) Pasal 42 ayat (1) dan ayat (2)

3) Pasal 43 ayat (3)

4) Pasal 44 ayat (1) dan ayat (3)

5) Pasal 84 pada ayat (2)

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan

Barang Milik Negara,pada:

1) Pasal 2

2) Lampiran VII tentang Kebijakan

Penatausahaan Barang Milik Negara, Huruf

C, angka 2

c. Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor

29/PMK.06/2010 tentang Penggolongan dan

Kodefikasi Barang Milik Negara

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Aset tanah Basamas kurang catat seluas 5.000

m2 pada Kantor SAR Ambon;

b. Aset tanah di Kansar Sorong seluas 21.381 m2

senilai Rp6.300.396.000,00 tidak menyatakan

kondisi luasan tanah yang sebenamya;

c. Aset tanah seluas 5.194 m2 senilai

Rp2.054.799.000,00 di Kantor SAR Balikpapan

yang tidak didukung dokumen kepemilikan

berpotensi untuk terjadi sengketa dan/atau

Daerah Maluku Tengah

mengenai Berita Acara

Serah Terima hibah atas

tanah seluas 5.000 m2

sebagai dasar pencatatan

Aset Tanah di SIMAK

BMN;

d. Memerintahkan

Inspektur Basarnas, KPB

Basarnas dan Kepala

Kansar Balikpapan

untuk mempercepat

proses status

kepemilikan tanah Pos

SAR Sangatta di

Kabupaten Kutai Timur;

e. Memerintahkan

Inspektur Basarnas, KPB

Basarnas dan Kepala

Kansar Ambon,

Balikpapan, Bandung,

Makassar, Jakarta, dan

Sorong untuk

menelurusi kembali atas:

1) Aset Tetap

Peralatan dan Mesin

hasil transfer dari

Kantor Pusat yang

belum tercatat di

masing- masing

Kantor SAR;

2) Keberadaan Aset

Tetap yang tidak

dapat ditunjukkan

oleh Petugas BMN

masing-masing

Satker;

3) Aset repeater

RX/TXyang telah

dicatat ganda di

Kantor Pusat

Basarnas;

f. Memerintahkan

Inspektur Basarnas

untuk berkoordinasi dan

menyampaikan setiap

temuan yang

berhubungan dengan

keuangan dan aset

Basarnas dengan Kepala

Biro Umum yang

membawahi Bagian

Keuangan dan Bagian

Perlengkapan dan

Rumah Tangga

Basarnas;

g. Memerintahkan KPB

Basarnas, KPB Kantor

SAR Balikpapan, dan

KPB Kantor SAR

f. Meningkatkan

koordinasi antara

inspektorat dengan

petugas SIMAK

BMN dan Sub Bagian

Akuntansi mengenai

temuan pemeriksaan

yang berdampak pada

keuangan dan aset

Basamas; dan

g. Meningkatkan

koordinasi antara

KPB Basarnas dengan

pihak Kementerian

PUPR mengenai

hibah aset.

Page 91: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

85

LHP No. 73/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

dikuasai pihak lain;

d. Aset Tetap Peralatan dan Mesin Basamas berupa

aset perahu karet, inflatable life craft, speed

boat/motor tempel, rescue truck, truck and

attachment dan kapal patroli tidak

menggambarkan nilai saldo sebenarnya;

e. Atas aset yang tidak diketahui keberadaaannya

mengakibatkan nilai aset tidak diyakini

kewajarannya dan menimbulkan potensi

kerugian negara masingmasing sebesar

Rp14.058.740.150,00;

f. Atas aset kendaraan bermotor di Kantor SAR

yang tidak didukung bukti kepemilikan

mengakibatkan potensi kehilangan aset BMN;

g. Tidak adanya label/kode barang pada aset tetap

mengakibatkan kesulitan dalam mengidentifikasi

aset yang memiliki tipe dan spesifikasi yang

identik sama;

h. Aset repeater rx/tx di Kantor Pusat Basamas

senilai Rp24.483.990.300,00 tidak diyakini

kewajarannya; dan

i. Pembangunan rumah susun di atas tanah

Basamas oleh Kementerian PU dan Perumahan

Rakyat tidak memiliki dasar hukum.

Sorong untuk saling

berkoordinasi terkait

keberadaan STNK

kendaraan bermotor

yang telah ditransfer ke

Kantor SAR Balikpapan

dan Sorong;

h. Memerintahkan KPB

Kantor SAR Bandung

untuk mengusulkan

penghapusan atas aset

tetap yang telah rusak

kepada KPB Basarnas;

dan

i. Memerintahkan KPB

Basarnas untuk segera

berkoordinasi dengan

Kementerian PU dan

Perumahan Rakyat

mengenai status

pembangunan rumah

susun di tanah Balai

Diklat Basarnas.

Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap

Perundang-undangan

1 Bukti Penerimaan Negara Surat Setoran Pajak

dan Nota Konfirmasi Penerimaan Negara pada

Kantor SAR Jakarta Terindikasi Fiktif Minimal

Sebesar Rp329,55 Juta

Hal ini terlihat sebagai berikut :

a. Berdasarkan Hasil penelusuran terhadap 338

NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara)

yang tercantum dalam BPN SSP dan Nota

Konfirmasi Penerimaan Negara yang

diserahkan kepada Tim BPK, hanya satu NTPN

yang sesuai dengan database NTPN pada

portal e-audit BPK, sedangkan 337 lainnya

atau sebesar Rp329.551.511,00 tidak

ditemukan dan/atau tidak sesuai dengan

database NTPN.

b. Berdasarkan penelusuran dokumen dan

konfirmasi dengan KPPN Jakarta IV bahwa

Bendahara Pengeluaran telah memberikan

dokumen pembayaran pajak (PPh Pasal 21,

PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, dan PPn) yang

berindikasi fiktif minimal sebesar

Rp329.551.511,00, dengan rincian sebagai

berikut:

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

162/PMK.05/20I3 tentang Kedudukan dan

Tanggung Jawab Bendahara pada Satuan Kerja

BPK merekomendasikan

kepada Kepala Basarnas

agar menginstruksikan

Sekretaris Utama untuk :

a. Memberikan sanksi

berat sesuai dengan

ketentuan yang berlaku

kepada Bendahara

Pengeluaran yang lalai

melaksanakan tugas

dan tanggung jawab

perpajakan;

b. Memberikan sanksi

sesuai dengan

ketentuan yang berlaku

kepada Kepala Kansar

Jakarta dan PPK yang

lalai melaksanakan

tugas dan tanggung

jawabnya;

c. Menagih kekurangan

setoran kewajiban PPh

kepada Bendahara

Pengeluaran sebesar

Rp1.559.454,00

(Rp329 .551.511,00 -

Rp327.992.057,00)

dan

d. menyetorkan ke Kas

Negara serta

menyampaikan copy

bukti setor kepada

BPK;

e. Memerintahkan

Untuk memperbaiki

permasalahan tersebut,

maka Bendahara

Pengeluaran harus segera

menyetorkan pajak yang

telah dipungut, dan kepada

Kepala Basarnas agar

segera memberikan sanksi

kepada Bendahara

Pengeluaran karena telah

memalsukan bukti setoran

pajak. Selain itu, PPK dan

KPA harus cermat dalam

melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya terkait

pelaksanaan dan

pengawasan kegiatan

belanja barang yang

dipungut pajak.

Page 92: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

86

LHP No. 73/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Pengelola APBN:

1) Pasal 26 ayat (1), (2) dan (4)

2) Pasal 29 ayat (1) dan (2)

3) Pasal 35 ayat (2) huruf a

b. Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-

148/PJ/2007 tanggal 8 Oktober 2007 tentang

Pelaksanaan Modul Penerimaan Negara, Pasal

2

c. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007

tanggal 17 Juli 2007 tentang Perubahan Ketiga

atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan, Pasal 39A

d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004

tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara, Pasal 24

ayat (4)

Kondisi tersebut mengakibatkan kerugian negara

dari pajak yang tidak disetor sebesar

Rp329.551.511,00.

Inspektur Basarnas

untuk memeriksa,

menghitung ulang, dan

merekap seluruh

pemenuhan kewajiban

perpajakan yang telah

dilakukan Kansar

Jakarta (termasuk

rekap NTPN) untuk

periode tahun 2014 s.d.

tahun 2015, serta

melaporkan hasilnya

kepada BPK.

2 Sembilan Paket Pekerjaan di Kantor Pusat

Basarnas dan Delapan Paket Pekerjaan di Satker

Lainnya Kurang Volume Sebesar Rp995,07 Juta

Hal ini terlihat sebagai berikut :

a. Pada Kantor Pusat Basarnas, berdasarkan hasil

pemeriksaan dengan uji petik atas belanja

modal menunjukkan terdapat kekurangan

volume pekerjaan sebesar Rp342.649.696,80

b. Pada Diklat Basarnas, berdasarkan hasil

pemeriksaan dengan uji petik atas belanja

modal menunjukkan terdapat kekurangan

volume pekerjaan sebesar Rp 142. 751.790,90

c. Pada Kantor SAR Sorong, berdasarkan hasil

pemeriksaan dengan uji petik atas belanja

modal menunjukkan terdapat kekurangan

volume pekerjaan sebesar Rp356.913.009,93

d. Pada Kantor SAR Sorong, berdasarkan hasil

pemeriksaan dengan uji petik atas belanja

modal menunjukkan terdapat kekurangan

volume pekerjaan sebesar Rp120.452.973,93

e. Pada Kantor SAR Sorong, berdasarkan hasil

Penelusuran atas dokumen dan kelengkapannya

serta fisik pekerjaan pada tanggal 25 Februari

2016 menunjukkan bahwa terdapat kelebihan

pembayaran atas pekerjaan sebesar

Rp32.308.242,74

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Surat Perjanjian (Kontrak) masing-masing

pekerjaan pada Nomor 3.

Kondisi tersebut mengakibatkan kerugian negara

sebesar Rp995.075.714,30 (Kantor Pusat sebesar

Rp342.649.696,80; Balai Diklat sebesar

Rp142.751.790,90; Kansar Sorong sebesar

Rp356.913.009,93; Kansar Ambon sebesar

Rp120.452.973,93 dan Kansar Balikpapan sebesar

Rp32.308.242,74).

BPK merekomendasikan

Kepala Basarnas agar

Sekretaris Utama :

a. Memberikan sanksi

kepada KPA dan PPK

Tahun Anggaran 2015

sesuai ketentuan yang

berlaku terkait dengan

kelalaian dalam

pengawasan dan

pengendalian atas

pelaksanaan

program/kegiatan.

b. Menagih sisa kelebihan

pembayaran sebesar Rp

455.988.724,73 (Kantor

Pusat sebesar

Rp7.277.196,80; Balai

Diklat sebesar

Rp91.798.518,30 dan

Kantor SAR Sorong

sebesar

Rp356.913.009,93) dan

menyetorkan ke Kas

Negara serta

menyampaikan copy

bukti setor kepada BPK.

Untuk memperbaiki

permasalahan tersebut,

maka Penyedia Jasa harus

melaksanakan pekerjaan

sesuai dokumen kontrak,

dan Panitia Penerima

Pekerjaan dan PPK harus

membuat Berita Acara

Serah Terima pekerjaan

sesuai dengan dokumen

kontrak. Serta KPA harus

melakukan pengawasan

dengan baik atas

pelaksanaan pekerjaan.

Page 93: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

87

LHP No. 73/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

Lampiran I

Rekapitulasi Tanggal Penerbitan Nota Tagihan

Page 94: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

88

LHP No. 75/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

GAMBARAN UMUM

BADAN PELAKSANA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU

ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil

pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan

dengan tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat

tahun 2015 yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan

terhadap Laporan Keuangan Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Suramadu.

Sedangkan tujuan dari kajian adalah untuk menyediakan informasi sebagai bahan tindaklanjut

DPR atas LHP BPK sebagai pelaksanaan wewenang, tugas dan fungsi pengawasan parlemen

atas akuntabilitas administrasi keuangan negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai berikut:

Opini BPK

Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Kondisi Aset dalam Neraca 2015 (Audited)

K

OPINI BPK RI

2014

WDP

2015

WTP

LRAAnggaran

295.507.000.000

Realisasi

277.159.817.80594%

Aset Lancar

• 156.895.278.647

Aset Tetap

• 352.692.468.347

Aset Lainnya

• 67.483.044.888

Page 95: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

89

LHP No. 75/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016 ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN PELAKSANA BADAN PENGEMBANGAN

WILAYAH SURAMADU

TAHUN ANGGARAN 2015

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern

1 Realisasi atas Belanja Modal Tanah Tahun 2015

Belum Didukung Pengendalian yang Memadai

Hal ini terlihat sebagai berikut :

a. Proses Penetapan Harga Dasar Pasar Oleh

Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) Tidak

Diyakini Kewajarannya

b. Hasil Pengadaan Tanah Belum Didukung

Dengan Pengamanan Aset Yang Memadai

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012

sebagaimana telah diubah pada Peraturan

Presiden Nomor 40 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum pada

Pasal 56 ayat (1) dan Pasal 97.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah pada Pasal 42.

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Penetapan nilai penggantian wajar pengadaan

tanah tidak dapat diyakini kewajarannya;

b. Berpotensi menimbulkan perselisihan dan tanah

hasil pengadaan dimanfaatkan pihak yang tidak

berhak.

BPK merekomendasikan

kepada Kepala BP-BPWS

agar melakukan pengamanan

atas tanah-tanah hasil

pengadaan secara memadai

bekerja sama dengan Kantor

Pertanahan Kabupaten

Bangkalan.

Untuk memperbaiki

permasalahan tersebut,

maka Pelaksana

Pengadaan Tanah dalam

melakukan proses

pengadaan harus

mempertimbangkan tanah-

tanah yang masih dalam

perselisihan dan bukti

kepemilikan tanah yang

belum diserahkan

seluruhnya ke pihak BP-

BPWS, serta Kuasa

Pengguna Barang (KPB)

harus segera melakukan

tindakan pengamanan yang

memadai atas hasil

pengadaan tanah dan

bukti-bukti kepemilikan

tanah. Selain itu,

pengambilan survey harga

pasar oleh Appraisal KJPP

IJR harus berdasarkan

harga penawaran dan data

transaksi riil.

Hasil Pemeriiksaan Atas Kepatuhan Terhadap

Perundang-undangan

1 Kelebihan Pembayaran atas Kekurangan Volume

Pekerjaan Konstruksi Sebesar Rp994.400.001,41

dan Pekerjaan Konstruksi yang Tidak Sesuai

Spesifikasi Sebesar Rp1.383.171.306,09

Hal ini terlihat sebagai berikut :

a. Kelebihan Pembayaran atas Kekurangan Volume

Pekerjaan Konstruksi Sebesar Rp994.400.001,41

Hasil pengujian dokumen kontrak dan dilanjutkan

dengan pemeriksaan fisik menunjukkan terdapat

kekurangan volume pekerjaan sebesar

Rp994.400.001,41 dengan uraian sebagai berikut.

b. Kelebihan Pembayaran atas Pekerjaan Konstruksi

Tidak Sesuai Spesifikasi Sebesar

Rp1.383.171.306,09

Hasil pengujian dokumen kontrak dan dilanjutkan

dengan pemeriksaan fisik menunjukkan terdapat

pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi

kontrak sebesar Rp1.383.171.306,09 dengan uraian

sebagai berikut:

BPK RI merekomendasikan

kepada Kepala BP-BPWS

agar :

a. Memerintahkan PPK

untuk memproses

kelebihan pembayaran

sebesar

Rp2.377.571.307,50

sesuai ketentuan yang

berlaku serta

menyetorkan ke Kas

Negara; dan

b. Memerintahkan KPA

meningkatkan

pengawasan dan

pengendalian.

Untuk memperbaiki

permasalahan tersebut,

maka Panitia Penerima

Hasil Pekerjaan dalam

melaksanakan tugasnya

harus mempedomani

spesifikasi umum dan

spesifikasi teknis kontrak,

serta PPK harus cermat

dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya. Selain itu

juga KPA harus

meningkatkan pengawasan

dan pengendalian

Page 96: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.id fileKeuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai

90

LHP No. 75/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang

Perubahan Kedua Atas Perpres Nomor 54 Tahun

2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

pada Pasal 89 ayat (4),

b. Surat Perjanjian Kerja masing-masing kontrak di

atas yang antara lain menyatakan:

1) PPK memiliki kewajiban untuk mengawasi

dan memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh

Penyedia;

2) Penyedia berkewajiban melaksanakan dan

menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai

dengan yang telah ditetapkan dalam Surat

Perjanjian; dan

3) Pembayaran dilakukan senilai pekerjaan yang

telah terpasang tidak termasuk bahan/material

dan peralatan yang ada di lokasi pekerjaan;

c. Spesifikasi Umum Bina Marga Kementerian

Pekerjaan Umum 2010 (revisi 3), Divisi 6, Seksi

6.3, Bagian 6.3.8

Kondisi tersebut mengakibatkan kelebihan

pembayaran sebesar Rp2.377.571.307,50 terdiri

dari:

a. Kekurangan volume pekerjaan sebesar

Rp994.400.001,41, yaitu pada pekerjaan:

1) Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Akses

Kabupaten Sumenep oleh PT DPK sebesar

Rp227.722.272,33;

2) Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Akses

Kabupaten Pamekasan oleh PT DPK sebesar

Rp155.456.878,78;

3) Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan

Lingkungan Kabupaten Pamekasan oleh PT

AJKA sebesar Rp466.013.624,46; dan

4) Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan

Kabupaten Sampang oleh PT RIS dan PT SE,

KSO sebesar Rp145.207.225,84

b. Pekerjaan tidak sesuai spesifikasi sebesar

Rp1.383.171.306,09, yaitu pada pekerjaan:

1) Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Akses

Kabupaten Sumenep oleh PT DPK sebesar

Rp301.343.227,00;

2) Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan Akses

Kabupaten Pamekasan oleh PT DPK sebesar

Rp423.753.366,55;

3) Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan

Lingkungan Kabupaten Pamekasan oleh PT

AJKA sebesar Rp460.937.082,58; dan

4) Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan

Kabupaten Sampang oleh PT RIS dan PT SE,

KSO sebesar Rp197.137.629,96.