kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar … · vi abstrak supatmi, dwi. 2007. “kata...

87
i KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Dwi Supatmi 024114025 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

Upload: buikhuong

Post on 13-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

i

KATA POLIMORFEMIK

YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Dwi Supatmi

024114025

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

Page 2: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi
Page 3: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi
Page 4: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk

Bapakku tercinta Beni Atmoko

Ibuku tercinta Painem

Kedua kakakku Mas Bowo & Mbak Trie

Dia yang memberiku semangat Andi Kristiawan

Mas Eko & Mbak Yantie yang selalu meluangkan waktu untukku

Yang selalu membuatku kacau Dyan imoet

Dan untuk orang-orang yang mengasihiku.

Page 5: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

v

MOTTO

Kita lebih banyak mendapat kebijaksanaan daripada kegagalan yang sebanding

dengan kesuksesan. Kita sering mengetahui apa yang akan kita buat, dengan

menentukan apa yang tidak akan kita buat. Orang yang tidak pernah membuat

kesalahan, mereka tidak pernah membuat penemuan.

Samuel Smiles

Page 6: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

vi

ABSTRAK

Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”.

Skripsi Strata I (S-I). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia,

Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Dalam skripsi ini dibahas kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar.

Pembahasan ini meliputi: bentuk, tahap pembentukan, kategori kata, dan makna.

Keempat permasalahan tersebut dipecahkan secara terpadu dalam skripsi ini.

Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan proses pembentukan kata polimorfemik

yang berasal dari morfem ajar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang

mendeskripsikan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Penelitian ini

dilakukan melalui tiga tahapan strategis, yaitu (i) tahap pengumpulan data, (ii)

tahap analisis data, (iii) tahap penyajian analisis data. Dalam pengumpulan data

digunakan metode simak, yaitu menyimak penggunaan bahasa pada sumber data.

Penggunaan bahasa yang disimak adalah kalimat yang mengandung kata

polimorfemik yang berasal dari morfem ajar. Metode ini diterapkan dengan

teknik simak bebas libat cakap atau teknik SBLC, yakni tidak berpartisipasi dan

hanya menyimak penggunaan bahasa saja.

Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode agih, yaitu

metode penelitian yang menggunakan bahasa itu sendiri sebagai alat penentunya.

Teknik yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung, caranya dengan

membagi kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar. Setelah data

dianalisis dengan teknik bagi unsur langsung dilanjutkan dengan teknik perluas,

adalah teknik yang dilaksanakan dengan memperluas satuan lingual yang

bersangkutan kekanan atau kekiri dan perluasan itu menggunakan unsur-unsur

tertentu, dan teknik parafrase, dengan cara memparafrase unsur satuan lingual

yang bersangkutan.

Hasil analisis data disajikan dengan metode informal dan metode formal.

Penyajian dengan metode informal adalah penyajian hasil analisis data dengan

menggunakan kata-kata biasa. Penyajian dengan metode formal adalah perumusan

hasil analisis data dengan tanda dan lambang. Tanda yang dimaksud diantaranya:

tanda bintang (*) dan bagan. Selain itu, dalam penelitian ini digunakan juga

diagram pohon untuk menyajikan unsur langsung kata polimorfemik yang berasal

dari morfem ajar.

Penelitian ini menghasilkan temuan-temuan sebagai berikut. Pertama,

ditemukan tiga puluh delapan kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar,

yaitu mengajar, diajar, belajar, ajarkan, ajari, mengajarkan, diajarkan,

mengajari, diajari, pelajari, mempelajari, dipelajari, terajar, terajari, terajarkan,

ajaran, pengajar, pengajaran, pelajar, pelajaran, berpelajaran, terpelajar,

membelajarkan, pembelajar, pembelajaran, pemelajar, pemelajaran, keterajaran,

kepelajaran, kepengajaran, keterpelajaran, bahan ajar, mata pelajaran, buku

ajar, buku pelejaran, mata ajar, bintang pelajar, dan kurang ajar.

Kedua, berdasarkan tahap pembentukannya, kata polimorfemik yang

berasal dari morfem ajar dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu (1) satu

Page 7: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

vii

tahap pembentukan, (2) dua tahap pembentukan, dan (3) tiga tahap pembentukan.

Kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar yang mengalami satu tahap

pembentukan adalah mengajar, diajar, belajar, ajarkan, ajari, ajaran, pengajar,

pengajaran, pelajar, pelajaran, terajar, bahan ajar, buku ajar, mata ajar, dan

kurang ajar. Kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar yang mengalami

dua tahap pembentukan adalah mengajarkan, diajarkan, mengajari, diajari,

pelajari, terajari, terajarkan, keterajaran, kepelajaran, kepengajaran,

berpelajaran, terpelajar, pembelajar, pembelajaran, pemelajar, pemelajaran, dan

mata pelajaran. Kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar yang

mengalami tiga tahap pembentukan adalah mempelajari, dipelajari, dan

membelajarkan.

Ketiga, pembentukan kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar

terdiri dari tiga macam kategori kata, yaitu (1) kategori verba, (2) kategori

nomina, dan (3) kategori adjektiva. Kata polimorfemik yang berasal dari morfem

ajar yang termasuk kategori verba adalah mengajar, diajar, belajar, ajarkan,

ajari, mengajarkan, diajarkan, mengajari, diajari, pelajari, mempelajari,

dipelajari, terajar, terajari, terajarkan, pengajaran, pelajaran, membelajarkan,

pembelajaran, dan pemelajaran. Kata polimorfemik yang berasal dari morfem

ajar yang termasuk kategori nomina adalah ajaran, pengajar, pelajar,

berpelajaran, pembelajar, pemelajar, keterajaran, kepelajaran, kepengajaran,

keterpelajaran, bahan ajar, mata pelajaran, buku ajar, buku pelajaran, mata ajar,

dan bintang pelajar. Kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar yang

termasuk kategori adjektiva adalah terpelajar dan kurang ajar.

Keempat, dari analisis data ditemukan adanya beberapa kata polimorfemik

yang berasal dari morfem ajar yang memiliki hubungan makna. Nomina pengajar

‟orang yang mengajar‟ dan pengajaran „proses mengajar‟ memiliki hubungan

makna dengan verba mengajar. Nomina pelajar „orang yang belajar‟ dan

pelajaran „perihal belajar‟ memiliki hubungan makna dengan verba belajar.

Nomina bahan ajar „bahan yang diajarkan‟ memiliki hubungan makna dengan

verba diajarkan. Nomina pembelajar „orang yang membelajarkan‟ dan

pembelajaran „proses membelajarkan‟ memiliki hubungan makna dengan verba

membelajarkan. Nomina pemelajar „orang yang mempelajari‟ dan pemelajaran

„proses mempelajari‟ memiliki hubungan makna dengan verba mempelajari. Dari

contoh-contoh tersebut tampak bahwa makna nomina polimorfemik yang berasal

dari morfem ajar berkaitan erat dengan verba polimorfemik yang berasal dari

morfem ajar. Keterkaitan makna antar kata-kata polimorfemik itu disebut

hubungan paradigmatis.

Page 8: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

viii

ABSTRACT

Supatmi, Dwi, 2007. “Polymorphemic Words Derived from the Morpheme

Ajar”. An Udergraduate Thesis. Indonesian Letters Study Programme,

Department of Indonesian Lettera,Faculty of Letters, Sanata Dharma

University.

This study discusses polymorphemic words derived from the morpheme

ajar. The discussion includes the form phase, formation, words category, and

meaning. In this study four issues are solved. The objective is to describe the

formation process of polymorphemic words derived from the morpheme ajar.

This study is a descriptive, i.e. a type of research that describes the object

of the study based on the fact. The research was conducted through three strategic

steps. Those are collecting data, analyzing data, and presenting data analysis.

Collecting the data, a complete attention method is used, that is examining the

language usage in the data sources. In the language uses is some sentences contain

the polymorphemic words derived from the morpheme ajar. Are closely the

method applied using SBLC (or simak bebas libat cakap) technique.

The method applied in analyzing data was distribution (agih) method, i.e. a

research method which uses the language it self as the determiner. The apllied

technique was direct element division technique (teknik bagi unsur langsung) by

categorizing the polymorphemic words derived from the morpheme ajar. After

being analyzed using the previous technique, the data were analyzed using

extending technique (teknik perluas) by extending the language unit – preceeding

on following the existing language using particular elements, and paraphrase

technique (teknik parafrase) usies was done by paraphrasing the related lingual

element unit.

The results of the data analysis are presented with both informal and

formal methods. The informal method of presentation is the data analysis result

in ordinary words, while the formal method of presentation is formulation of the

data analysis result using signs and symbols. The signs include the star (*) and

chart. In addition, this research also uses three diagrams for the presentation of

direct elements of the polymorphyemic words derived from the morpheme ajar.

The research finds the following findings. First, thirty eight polymorphemic words

derived from the morpheme ajar are found, those are mengajar, diajar, belajar,

ajarkan, ajari, mengajarkan, diajarkan, mengajari diajari, pelajari, mempelajari,

dipelajari,terajar,terajari,terajarkan,ajaran,pengajar,pengajaran,pelajar,pelajar

an, berpelajaran, terpelajar, membelajarkan, pembelajar, pembelajaran,

pemelajar, pemelajaran, keterajaran, kepelajaran, kepengajaran, keterpelajaran,

bahan ajar, mata pelajaran, buku ajar, buku pelajaran, mata ajar, bintang

pelajar, and kurang ajar.

The research finds the following findings. First, thirty eight

polymorphemic words derived from the morpheme ajar are found, those are

mengajar, diajar, belajar, ajarkan, ajari, mengajarkan, diajarkan, mengajari

diajari, pelajari, mempelajari, dipelajari, terajar, terajari, terajarkan, ajaran,

Page 9: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

ix

pengajar,pengajaran,pelajar,pelajaran, berpelajaran, terpelajar, membelajarkan,

pembelajar, pembelajaran, pemelajar, pemelajaran, keterajaran, kepelajaran,

kepengajaran, keterpelajaran, bahan ajar, mata pelajaran, buku ajar, buku

pelajaran, mata ajar, bintang pelajar, and kurang ajar.

Second, the polymorphemic step formation of words derived from the

morpheme ajar can be categorized into three phases, which were (1) one

formation step, (2) two formation step, and (3) three formation step. The

polymorphemic words derived from the morpheme ajar that has one formation

step are mengajar, diajar, belajar, ajarkan, ajarkan, ajari, ajaran, pengajar,

pengajaran, pelajar, pelajaran, terajar, bahan ajar, buku ajar, mata ajar, and

kurang ajar. The polymorphemic words derived from the morpheme ajar that has

two formation steps are mengajarkan, diajarkan, mengajari, diajari, pelajari,

terajari, terajarkan, keterajaran, kepengajaran, berpelajaran, terpelajar,

pembelajaran, pemelajaran, pembelajar, pemelajar, mata pelajaran, buku

pelajaran, and bintang pelajar. The polymorphemic words derived from the

morpheme ajar that has three formation steps are mempelajari, dipelajari,

membelajarkan, and keterpelajaran..

Third, the polymorphemic words derived from the morpheme ajar consist

of three word categories, which are (1) verb, (2) noun, and (3) adjective. The

polymorphemic word originated from the morpheme ajar, which belongs to verb

category are mengajar, diajar, belajar, ajarkan, ajari, mengajarkan, diajarkan,

mengajari, diajari, pelajari, mempelajari, dipelajari, terajar, terajari, terajarkan,

pengajaran, pelajaran, membelajarkan, pembelajaran ,and pemelajaran. The

polymorphemic words derived from the morpheme ajar that belongs to noun are

ajaran, pengajar, pelajar, berpelajaran, pembelajar, pemelajar, keterajaran,

kepelajaran, kepengajaran, keterpelajaran, bahan ajar, mata pelajaran, buku

ajar, buku pelajaran, mata ajar, and bintang pelajar. The polymorphemic words

derived from the morpheme ajar that belongs to adjective are terpelajar, and

kurang ajar.

Fourth, from the data analysis, it was found that there are some

polymorphemic words derived from the morpheme ajar that has correlation in

meaning. The noun pengajar, „a person who teachs‟, and pengajaran, „teaching

processes, have correlation in meaning with the verb mengajar. The noun pelajar,

„a person who studies‟, and pelajaran, „a teaching‟, have correlation in meaning

with the verb belajar. The noun bahan ajar, „the subject to be taught‟, has

correlation in with diajarkan. The noun pembelajar, „a person who teach‟, and

pembelajaran, „learning processes‟ has correlation in meaning with the verb

membelajarkan. The noun pembelajar, „the person who learn”, and pemelajaran,

„learning process‟, have correlation in meaning with the verb mempelajari. From

these examples, it were appeares that the noun meaning of the polymorphemic

words derived from the morpheme ajar has strong correlation with meaning verb

of the polymorphemic words derived from the morpheme ajar. The correlation

among the polymorphemic words are called paradigmatic relationship.

Page 10: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

x

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

daftar pustaka. Sebagaimana layaknya karangan ilmiah.

Yogyakarta, 3 April 2007

Penulis

Page 11: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

xi

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada

berbagai pihak yang telah membantu dan memperlancar proses penulisan skripsi

ini:

1. Dr. Praptomo Baryadi I., M.Hum., selaku dosen pembimbing I, atas bimbingan,

masukan, kesabaran, serta semangat yang selama ini telah diberikan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

2. Drs. Hery Antono, M.Hum., selaku dosen pembimbing II, atas bimbingan dan

masukan yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

3. Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum., Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Drs. Yoseph Yapi

Taum, M.Hum., Drs. FX. Santosa, M.S, S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., Dra. F.

Tjandrasih Adji, M.Hum., Drs. Arwan Tuti Artha, atas perkuliahan yang telah

diberikan kepada penulis selama menempuh kuliah di Universitas Sanata

Dharma,

4. Staf Sekretariat Sastra Universitas Sanata Dharma, atas pelayanannya,

5. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan

peminjaman buku yang diperlukan penulis serta fasilitas komputer yang telah

membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini,

6. Bapak (Beni Atmoko) dan Ibu (Painem), atas doa dan kasih sayangnya,

Page 12: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

xii

7. Kedua kakakku Sugiarto Wibowo, S.E. dan Sustri Mulyani, S.Si. atas

semangatnya,

8. Andi Kristiawan, S.S & keluarga, atas semangat dan dukungannya selama ini.

Yogyakarta, 3 April 2007

Penulis

Page 13: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv

MOTTO ..................................................................................................... v

ABSTRAK .................................................................................................. vi

ABSTRACT ............................................................................................... viii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... x

KATA PENGANTAR ................................................................................ xi

DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 .. Latar Belakang...................................................................... 1

1.2 .. Rumusan Masalah ................................................................. 2

1.3 .. Tujuan Penelitian ................................................................. 3

1.4 .. Manfaat Penelitian ................................................................ 3

1.5 .. Tinjauan Pustaka................................................................... 3

1.6 .. Landasan Teori ..................................................................... 5

1.6.1 Pengertian Proses Morfologis ................................... 6

1.6.2 Pengertian Bentuk Asal dan Bentuk Dasar ................. 9

1.6.3 Pengertian Kategori Kata dalam Pembentukan Kata .. 10

Page 14: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

xiv

1.6.4 Pengetian Makna dalam Pembentukan Kata .............. 10

1.6.5 Pengertian Proses Morfofonemik............................... 11

1.6.6 Pengertian Hubungan Paradigmatis ........................... 11

1.7 Metodologi Penelitian ........................................................... 12

1.7.1 Jenis Penelitian .......................................................... 12

1.7.2 Prosedur Penelitian .................................................... 12

1.7.2.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ....... 12

1.7.2.2 Metode dan Teknik Analisis Data ............... 13

1.7.2.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ........ 16

1.8 Sistematika Penyajian ........................................................... 16

BAB II. PROSES PEMBENTUKAN KATA POLIMORFEMIK YANG

BERASAL DARI MORFEM AJAR ............................................ 17

2.1 Pengantar ................................................................................ 17

2.1.1 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Mengajar ..... 17

2.1.2 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Diajar .......... 19

2.1.3 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Belajar......... 20

2.1.4 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Ajarkan ........ 21

2.1.5 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Ajari ............ 22

2.1.6 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik

Mengajarkan ............................................................... 22

2.1.7 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Diajarkan .... 24

Page 15: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

xv

2.1.8 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik

Mengajari ................................................................... 25

2.1.9 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Diajari ......... 27

2.1.10 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pelajari ....... 28

2.1.11 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik

Mempelajari ................................................................ 29

2.1.12 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Dipelajari .... 31

2.1.13 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Terajar ........ 32

2.1.14 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Terajari ........ 33

2.1.15 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Terajarkan ... 34

2.1.16 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Ajaran ......... 35

2.1.17 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pengajar ...... 36

2.1.18 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pengajaran . 37

2.1.19 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pelajar......... 38

2.1.20 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pelajaran ..... 39

2.1.21 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik

Berpelajaran ............................................................... 40

2.1.22 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Terpelajar .... 42

2.1.23 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik

Membelajarkan ........................................................... 43

2.1.24 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik

Pembelajar .................................................................. 45

Page 16: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

xvi

2.1.25 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik

Pembelajaran .............................................................. 46

2.1.26 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik

Pemelajar.................................................................... 47

2.1.27 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik

Pemelajaran ................................................................ 48

2.1.28 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Keterajaran .. 49

2.1.29 Proses Pembentukn Kata Polimorfemik Kepelajaran.... 51

2.1.30 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik

Kepengajaran.............................................................. 52

2.1.31 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik

Katerpelajaran ............................................................ 53

2.1.32 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik

Bahan Ajar .................................................................. 54

2.1.33 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik

Mata Pelajaran ........................................................... 56

2.1.34 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Buku Ajar ..... 58

2.1.35 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik

Buku Pelajaran ........................................................... 59

2.1.36 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Mata Ajar ..... 61

2.1.37 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik

Bintang Pelajar ........................................................... 62

Page 17: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

xvii

2.1.38 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik

Kurang Ajar ................................................................ 64

BAB III PENUTUP .................................................................................... 66

3.1 Kesimpulan ............................................................................ 66

3.2 Saran ...................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 69

LAMPIRAN ............................................................................................... 70

Page 18: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam skripsi ini dibahas kata polimorfemik yang berasal dari morfem

ajar. Kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar dijadikan objek penelitian

ini karena keproduktifannya. Hal ini tampak pada berbagai kamus. Dalam Kamus

Umum Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta (1976:22-23) terdaftar dua

belas macam turunan dari morfem ajar, yaitu belajar, mengajar, mengajari,

mengajarkan, ajaran, pengajar, pengajaran, pelajar, mempelajari, terpelajar,

pelajaran, dan berpelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang

diterbitkan oleh Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1990:13) terdaftar

dua belas macam turunan dari morfem ajar, yaitu belajar, mengajar, mengajari,

mengajarkan, mempelajari, terpelajar, ajaran, pelajar, pelajaran, berpelajaran,

pengajar, dan pengajaran. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan

Badudu (1994:19-20) terdaftar tiga belas macam turunan dari morfem ajar, yaitu

kurang ajar, masak ajar, belajar, mengajar, mengajari, mengajarkan,

mempelajari, pelajar, terpelajar, pelajaran, pengajar, pengajaran, dan ajaran.

Alasan berikutnya, proses pembentukan kata polimorfemik yang berasal

dari morfem ajar mempunyai variasi pentahapan. Ada kata polimorfemik yang

dibentuk melalui satu tahap, misalnya mengajar, ada kata polimorfemik yang

dibentuk melalui dua tahap, misalnya mengajarkan, dan ada kata polimorfemik

yang dibentuk melalui tiga tahap, misalnya mempelajari.

Page 19: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

2

Hal lain yang penting untuk dibahas adalah adanya hubungan makna

antara kata polimorfemik yang satu dengan kata polimorfemik yang lain.

Misalnya nomina pengajar ‘orang yang mengajar’ dan pengajaran ‘proses

mengajar’ memiliki hubungan makna dengan verba mengajar. Nomina pelajar

‘orang yang belajar’ dan pelajaran ‘perihal belajar’ memiliki hubungan makna

dengan verba belajar. Fenomena ini sungguh menarik untuk dikaji lebih lanjut,

khususnya bagaimana hubungan makna antar kata polimorfemik bisa terjadi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah yang

dibahas adalah proses pembentukan kata polimorfemik yang berasal dari morfem

ajar. Masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

a. Apa saja kata polimorfemik yang dibentuk dari morfem asal ajar?

b. Bagaimana tahap pembentukan kata polimorfemik yang berasal dari morfem

ajar?

c. Apa saja kategori kata yang dibentuk dari kata polimorfemik yang berasal

dari morfem ajar?

d. Apa saja makna yang dihasilkan dari kata polimorfemik yang berasal dari

morfem ajar?

Keempat permasalahan tersebut dipecahkan secara terpadu dalam skripsi ini.

Page 20: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

3

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mendeskripsikan bentuk kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar.

b. Mendeskripsikan tahap pembentukan kata polimorfemik yang berasal dari

morfem ajar.

c. Mendeskripsikan kategori kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar.

d. Mendeskripsikan makna kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat pada bidang tata bahasa khususnya dalam

bidang morfologi, yaitu untuk menjelaskan kaidah pembentukan kata

polimorfemik yang berasal dari morfem ajar. Selain itu, hasil dari penelitian ini

juga bermanfaat dalam bidang linguistik terapan terutama leksikografi, yaitu

untuk melengkapi turunan atau gloss dari entri ajar dalam kamus.

1.5 Tinjauan Pustaka

Pembahasan tentang morfem ajar telah dilakukan oleh para ahli bahasa,

yaitu antara lain oleh Kridalaksana (1989:28), Tarigan (1985:33), dan Verhaar

(2001:143). Kridalaksana (1989:28) dalam bukunya yang berjudul Pembentukan

Kata Dalam Bahasa Indonesia menjelaskan proses afiksasi morfem ajar

kedalam afiks pembentuk nomina. Dalam hal ini morfem ajar yang berperan

sebagai verba mendapat bubuhan prefiks per- menjadi pelajar dan berperan

Page 21: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

4

sebagai nomina, melalui contoh tersebut, terlihat bahwa proses pembentukan kata

(afiksasi) menyebabkan berubahnya fungsi suatu kata.

Tarigan (1985:33) dalam bukunya Pengajaran Morfologi menganalisis

morfem ajar dalam segi morfofonemik. Menurutnya, jika kita berbicara mengenai

proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia, maka terdapat tiga hal yang

penting, yaitu: (1) proses perubahan fonem , (2) proses penambahan fonem, dan

(3) proses penanggalan fonem. Dalam bukunya ia memaparkan adanya perubahan

fonem /r/ pada morfem ber- dan morfem per- berubah menjadi fonem /l/. Hal ini

terjadi sebagai akibat pertemuan morfem tersebut dengan dasar kata yang berupa

morfem ajar, menjadi belajar dan pelajar.

Verhaar (2001:143) dalam bukunya Asas-Asas Linguistik Umum

mengemukakan dua proses morfemis, yaitu infleksi dan derivasi. Kaidah

infleksional atau yang disebut dengan kaidah yang “tak beruntun” urutannya.

Kaidah seperti ini biasa kita jumpai dalam kamus, seperti bentuk ajar, mengajar,

mengajari, mengajarkan, mempelajari, pelajar, terpelajar, pelajaran, pengajar,

pengajaran, ajaran. Lain halnya dengan kaidah derivasi atau yang disebut

dengan kaidah “beruntun”. Bentuk-bentuk mengajar, pengajar, pengajaran,

belajar, pelajar, pelajaran, dan seterusnya yang merupakan turunan dari pradasar

ajar. Namun, yang perlu digarisbawahi di sini adalah pengajar berasal dari

mengajar, tidak sebaliknya, dan tidak juga dari pengajaran; pelajar berasal dari

belajar, tidak sebaliknya, dan juga tidak dari pelajaran. Penerapan kaidah derivasi

ini sebenarnya ingin menunjukkan suatu pola penurunan kata yang saling

bertalian.

Page 22: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

5

Penelitian ini tentunya berbeda dengan apa yang telah dibahas oleh para

ahli di atas. Pertama, melalui penelitian ini, diupayakan untuk menemukan

selengkap mungkin kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar. Kedua,

melalui penelitian ini, peneliti bermaksud menerangkan tahap pembentukan kata

polimorfemik yang berasal dari morfem ajar. Ketiga, melalui penelitian ini,

peneliti bermaksud menjelaskan kategori kata polimorfemik yang berasal dari

morfem ajar. Keempat, melalui penelitian ini, peneliti bermaksud menjelaskan

hubungan makna kata-kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar.

1.6 Landasan Teori

Untuk menerangkan proses pembentukan kata diperlukan berbagai

konsep. Pertama, proses morfologis diterapkan untuk menerangkan proses

pembentukan kata-kata baru yang berasal dari morfem ajar. Kedua, dalam proses

pembentukan kata diperlukan juga perihal pengertian bentuk asal dan bentuk

dasar untuk menunjukkan asal mula pembentukan kata. Ketiga, setelah proses

pembentukan kata tentunya kata akan berganti kategori, untuk dapat menerangkan

kategorisasi tersebut maka akan dihadirkan perihal pengertian kategori dalam

pembentukan kata. Keempat, dalam proses pembentukan kata diterapkan juga

perihal pengertian makna yang muncul setelah kata menjadi bentuk yang lebih

kompleks. Kelima, dalam proses morfologis khususnya afiksasi adanya perpaduan

antara morfem yang satu dengan morfem yang lain pada bentuk tertentu akan

menimbulkan adanya proses morfofonemik, untuk dapat menerangkan proses

tersebut maka dalam proses pembentukan kata ini dihadirkan perihal pengertian

Page 23: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

6

proses morfofonemik. Keenam, proses pembentukan kata dapat menunjukkan

adanya keterkaitan makna antar kata, keterkaitan makna antar kata inilah yang

disebut dengan hubungan paradigmatis, untuk itulah dalam proses pembentukan

kata ini akan dihadirkan perihal pengertian hubungan paradigmatis.

1.6.1 Pengertian Proses Morfologis

Kridalaksana dalam bukunya yang berjudul Pembentukan Kata Dalam

Bahasa Indonesia (1989:12-181) mendefinisikan proses morfologis sebagai

proses pembentukan kata-kata baru dari bentuk lain yang merupakan bentuk

dasarnya. Kridalaksana dalam bukunya menyajikan enam macam proses

morfologis, yaitu derivasi zero, afiksasi, reduplikasi, abreviasi, komposisi, dan

derivasi balik.

Pertama, derivasi zero, dalam proses ini leksem menjadi kata tunggal

tanpa perubahaan apa-apa. Proses ini hanya meliputi sejumlah kata yang amat

terbatas jumlahnya, ialah kata-kata makan, minum, minta, dan mohon, yang

semuanya termasuk golongan kata bentuk aktif. Kata-kata makan, minum, minta,

dan mohon termasuk golongan kata kerja aktif, karena kata-kata ini dapat diikuti

objek dan juga dapat dipasifkan: makan → dimakan, minum → diminum,

minta → diminta, mohon → dimohon. Sebagai kata kerja bentuk pasif, kata-kata

tersebut tidak ditandai dengan afiks me(N)-. Maka perubahan dari kata-kata

makan, minum, minta, dan mohon sebagai bentuk dasar menjadi kata-kata makan,

minum, minta, dan mohon sebagai kata kerja bentuk aktif itu sebagai derivasi

Page 24: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

7

zero, yang sebenarnya berarti perubahan kosong atau tidak ada perubahan, dan

prosesnya disebut derivasi zero.

Kedua, afiksasi adalah proses pengubahan leksem menjadi kata

kompleks. Dalam proses ini, leksem (1) berubah bentuknya, (2) menjadi kategori

tertentu, sehingga berstatus kata (atau bila telah berstatus kata berganti kategori),

(3) sedikit banyak berubah maknanya. Adapun afiks-afiks itu ialah prefiks, yaitu

afiks yang diletakkan dimuka dasar, contoh: me-, di-, ber-, ke-, ter-, pe-, per-, se-;

infiks, yaitu afiks yang diletakkan didalam dasar, contoh: -el-, -er-, -em-, -in-;

sufiks, yaitu afiks yang diletakkan dibelakang dasar, contoh: -an, -kan, -i;

simulfiks, yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang

dileburkan pada dasar; konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, satu

dimuka bentuk dasar dan satu dibelakang bentuk dasar, contoh: ke-an, pe-an, per-

an, ber-an; superfiks atau suprafiks, yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan

ciri-ciri suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem

suprasegmantal; dan kombinasi afiks, yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih

yang bergabung dengan dasar, contoh: me-kan, me-i, memper-kan, memper-i, ber-

kan, ter-kan, per-kan, pe-an, se-nya. Misalnya pembubuhan afiks pe(N)- pada

bentuk ajar menjadi pengajar. Dalam proses pembubuhan afiks ini terlihat bahwa

selain mengalami perubahan bentuk, berubah pula kategorisasinya menjadi

nomina dan tentunya memiliki makna yang berbeda dari makna sebelumnya.

Ketiga, reduplikasi atau proses pengulangan ialah pengulangan bentuk,

baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.

Hasil pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan yang diulang merupakan

Page 25: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

8

bentuk dasar. Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, pengulangan dapat

digolongkan menjadi empat golongan, yaitu (1) Pengulangan seluruh, ialah

pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem, dan tidak

berkombinasi dengan pembubuhan afiks. Misalnya: sepeda → sepeda-sepeda.

(2) Pengulangan sebagian, ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya.

Dalam pengulangan sebagian, ada kecenderungan untuk hanya mengulang bentuk

asalnya saja, seperti dalam contoh berikut; membaca → membaca-baca.

(3) Pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks. Misalnya:

anak → anak-anakan. (4) Pengulangan dengan perubahan fonem. Misalnya:

bolak-balik dibentuk dari bentuk dasar balik yang diulang dengan perubahan

fonem, dari /a/ menjadi /o/, dan dari /i/ menjadi /a/.

Keempat, abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian

leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata,

sedang hasil prosesnya disebut kependekan. Diantara bentuk-bentuk kependekan

terdapat: (1) singkatan, yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa

huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf, seperti: KKN

(Kuliah Kerja Nyata), (2) penanggalan, yaitu proses pemendekan yang

mengekalkan salah satu bagian dari leksem, seperti: Prof (Profesor), (3) akronim,

yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian

yang lain yang ditulis dan dilafalkan (sebagai sebuah kata) yang sedikit banyak

memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia, seperti: FKIP /efkip/ dan bukan /ef/, /ka/,

/i/, /pe/, dan (4) kontraksi, yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem

dasar atau gabungan leksem, seperti: tak dari tidak.

Page 26: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

9

Kelima, komposisi ialah proses penggabungan dua leksem atau lebih yang

membentuk kata. Adapun ciri dari komposisi ialah ketaktersisipan, ketakterluasan,

dan ketakterbalikan. Sebagai contoh kata mata pelajaran, kata ini terdiri dari dua

leksem mata dan leksem pelajaran. Kata ini memenuhi ciri sebagai komposisi,

pertama, ketaktersisipan diantara leksem mata dan leksem pelajaran tidak dapat

disisipi kata lain *mata dan pelajaran; kedua, ketakterluasan, kata mata pelajaran

tidak dapat diperluas *bermatapelajaran, dan ketiga, ketakterbalikan, diantara

leksem mata dan leksem pelajaran tidak dapat dipertukarkan posisinya

*pelajaran mata.

Keenam, derivasi balik diartikan sebagai proses pembentukan kata yang

didasarkan pada pola-pola yang ada. Misalnya pembentukan kata pungkir dalam

dipungkiri yang dipakai orang karena mengira bentuk itu merupakan padanan

pasif dari memungkiri. Terjadinya mungkir ← pungkir didasarkan pada pola

peluluhan fonem.

1.6.2 Pengertian Bentuk Asal dan Bentuk Dasar

Ramlan dalam bukunya Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif

(1979:25-26) memberikan pengertian yang berbeda antara bentuk asal dan bentuk

dasar. Bentuk asal ialah bentuk yang paling kecil yang menjadi asal suatu kata

kompleks. Bentuk dasar ialah bentuk linguistik, baik tunggal maupun kompleks

yang menjadi dasar bentukan bagi bentuk kompleks. Sebagai contoh kata

berpelajaran memiliki bentuk asal ajar dan bentuk dasar pelajaran. Kata

pelajaran memiliki bentuk asal dan bentuk dasar ajar.

Page 27: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

10

1.6.3 Pengertian Kategori Kata dalam Pembentukan Kata

Kridalaksana (1989:22) menjelaskan bahwa kategorisasi atau klasifikasi

terjadi sesudah kata terbentuk. Kategorisasi hanya diberikan kepada satuan

sintaktis, yaitu kata. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa morfem tidak

berkategori karena satuan ini baru diperoleh dari kata. Kategorisasi dalam bahasa

Indonesia terbagi atas: verba, adjektiva, nomina, pronomina, numeralia, adverbia,

interogatifa, demonstrativa, artikula, preposisi, konjungsi, kategori fatis, dan

interjeksi.

1.6.4 Pengertian Makna dalam Pembentukan Kata

Chaer dalam bukunya Pengantar Semantik Bahasa Indonesia

(1994:60-62) memberikan pengertian makna leksikal dan makna gramatikal.

Makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat

leksem, atau bersifat kata. Selain itu makna leksikal dapat pula dikatakan sebagai

makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi

alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam hidup kita. Sebagai

contoh kata janda makna leksikalnya adalah ‘wanita yang tidak bersuami lagi,

karena bercerai ataupun karena ditinggal mati suaminya’. Makna gramatikal

adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal separti proses

afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi. Sebagai contoh kata menjanda

makna gramatikalnya adalah ‘menjadi janda’.

Page 28: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

11

1.6.5 Pengertian Proses Morfofonemik

Ramlan (1979:52) menjelaskan bahwa morfofonemik ialah ilmu yang

mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan

morfem dengan morfem lain. Proses morfofonemis terbagi kedalam tiga proses,

yaitu (1) proses perubahan fonem, (2) proses penambahan fonem, dan (3) proses

hilangnya fonem. Morfem ber-, misalnya, terdiri dari tiga fonem, ialah /b, ,r/.

Akibat pertemuan morfem tersebut dengan morfem ajar, fonem /r/ berubah

menjadi /l/, hingga pertemuan morfem ber- dengan morfem ajar menghasilkan

kata belajar. Demikianlah di sini terjadi proses morfofonemis yang berupa

perubahan fonem, ialah perubahan fonem /r/ pada ber- menjadi /l/.

1.6.6 Pengertian Hubungan Paradigmatis

Kentjono (1982:134) mendefinisikan hubungan paradigmatis sebagai

hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-

unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan. Hubungan ini

disebut pula hubungan in absentia atau hubungan asosiatif. Dalam morfologi,

hubungan paradigmatis digunakan untuk menunjuk hubungan makna antar kata-

kata polimorfemik yang memiliki bentuk asal yang sama. Sebagai contoh makna

kata pengajar ‘orang yang mengajar’ memiliki hubungan dengan kata mengajar

‘perbuatan aktif ajar’.

Page 29: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

12

1.7 Metodologi Penelitian

1.7.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang mendeskripsikan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada

(Sudaryanto,1988:62). Pada penelitian ini akan dideskripsikan proses

pembentukan kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar meliputi; bentuk,

tahap pembentukan, kategori kata, dan makna sebagai hasil dari proses morfologis

morfem ajar.

1.7.2 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan strategi sebagaimana yang

dikemukakan Sudaryanto (1993:5), yaitu pengumpulan data, analisis data, dan

penyajian hasil analisis data. Setiap tahapan itu dilakukan dengan metode tertentu

sehingga terdapat metode yang digunakan untuk mengumpulkan data,

menganalisis data, dan menyajikan hasil analisis data.

1.7.2.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap penyediaan data digunakan metode simak, yaitu metode yang

dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 135). Yang

disimak adalah proses pembentukan morfem ajar menjadi kata polimorfemik.

Metode ini diterapkan dengan teknik simak bebas libat cakap atau teknik SBLC,

yakni tidak berpartisipasi dan hanya menyimak penggunaan bahasa saja

(Sudaryanto, 1993: 134). Dari penyimakan itu, dapat diperoleh data berupa proses

Page 30: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

13

pembentukan kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar beserta dengan

bentuk, tahap pembentukan, kategori kata, dan makna setelah mengalami proses

morfologis.

1.7.2.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Pada tahap analisis data digunakan metode agih, yaitu metode yang alat

penentunya merupakan bagian dari bahasa itu sendiri (Sudaryanto,1993:15). Pada

metode agih digunakan teknik dasar, yaitu teknik bagi unsur langsung atau teknik

BUL. Disebut demikian karena peneliti membagi satuan lingual datanya menjadi

beberapa unsur. Unsur tersebut dipandang sebagai bagian yang langsung

membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 1993: 31). Misalnya kata

pengajar dan pelajar, unsur pembentuk kedua kata ini dapat ditunjukkan dengan

diagram (1a) dan (2a) berikut. .

(1a) pengajar

peng- ajar

(2a) pelajar

per- ajar

Pada metode agih ini digunakan teknik perluas, yaitu untuk menentukan

segi-segi kemaknaan (aspek semantis) satuan lingual tetentu (Sudaryanto,

1993:55). Penggunaan teknik perluas penting untuk kadar kesinoniman bila

menyangkut dua satuan atau dua unsur satuan yang berlainan tetapi diduga

Page 31: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

14

bersinonim satu sama lain. Dalam hal ini, sinonim berarti sama informasinya,

mirip maknanya, dan berbeda bentuknya. Umum dikenal bahwa kalimat aktif dan

kalimat pasif itu saling berparafrasa. Pernyataan itu berarti bahwa kedua kalimat

itu bersinonim, sama informasinya dan mirip maknanya. Jadi kalimat (1) berikut

sama informasinya dan mirip maknanya dengan kalimat (2) berikut ini.

(1) Guru baru itu mengajar siswa kelas satu.

(2) Siswa kelas satu diajar oleh guru baru itu.

Hal ini akan lebih jelas terlihat manakala kedua kalimat itu sama-sama diperluas

baik kekiri maupun kekanan menjadi (3) dan (4) berikut.

(3) Sewaktu Pak Ali tidak masuk untuk mengajar saya melihat, guru baru itu

mengajar siswa kelas satu, dengan penuh kesabaran.

(4) Sewaktu Pak Ali tidak masuk untuk mengajar saya melihat, siswa kelas

satu diajar oleh guru baru itu, dengan penuh kesabaran.

Akan tetapi, apakah kalimat (5) berikut bersinonim pula dengan kalimat (6)

berikutnya, kepastian itu akan jelas terlihat manakala teknik perluas digunakan

untuk mengujinya, sebagaimana terlihat pada kalimat (7) dan (8) berikutnya.

(5) Guru baru itu tidak mengajar siswa kelas satu.

(6) Siswa kelas satu tidak diajar oleh guru baru itu.

(7) Sewaktu Pak Ali tidak masuk untuk mengajar saya melihat, guru baru itu

tidak mengajar siswa kelas satu, dengan penuh kesabaran.

(8) Sewaktu Pak Ali tidak masuk untuk mengajar saya melihat, siswa kelas

satu tidak diajar oleh guru baru itu, dengan penuh kesabaran.

Page 32: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

15

Dari hasil penggunaan teknik perluas terlihat kadar kesinoniman dua pasang

kalimat, yaitu (1)-(2) dan (5)-(6), berbeda. Dua kalimat aktif-pasif yang positif,

yaitu (1)-(2), kadar kesinonimannya tinggi; dua kalimat aktif-pasif yang negatif,

yaitu (5)-(6), kadar kesinonimannya rendah.

Selain itu, pada metode agih ini digunakan juga teknik parafrase. Teknik

parafrase ini setidak-tidaknya memiliki tiga kegunaan, yaitu (a) menentukan

satuan makna konstituen sintaksis yang disebut “peran” (seperti pelaku atau

agentif, penderita atau objektif, dsb); (b) mengetahui pola struktural peran, dan

(c) mengetahui tipe tuturan berdasarkan pola strukturalnya. Perhatikan contoh

berikut.

(9) Ia mengajarkan materi itu kepada murid-muridnya yang baru.

(10) Materi itu diajarkannya kepada murid-muridnya yang baru.

(11) Materi itu diajarkan kepada murid-muridnya yang baru olehnya.

Atau, dari bentuk kalimat (10) dan (11), contoh tuturan (9) dapat berubah menjadi

kalimat (12).

(9) Ia mengajarkan materi itu kepada murid-muridnya yang baru.

(12) Ia mengajari murid-muridnya yang baru dengan materi itu.

Kalimat (12) pun dapat diubah wujudnya dengan teknik ubah wujud atau

parafrase menjadi (13) dan (14) sebagaimana (9) menjadi (10) dan (11).

(12) Ia mengajari murid-muridnya yang baru dengan materi itu.

(13) Murid-muridnya yang baru diajari (nya) dengan materi itu.

(14) Murid-muridnya yang baru diajari (dengan) materi itu (olehnya).

Page 33: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

16

Melalui contoh di atas, terlihat bahwa pengubahan wujud itu

menghasilkan bentuk tuturan parafrase yang gramatikal secara bentuk dan

berterima secara maknawi. Parafrase hasil pengubahan wujud bukan saja harus

mempertahankan informasi semula, tetapi juga harus tetap bermakna sepenuhnya

(Sudaryanto, 1993:85).

1.7.2.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Pada tahap penyajian hasil analisis data digunakan metode penyajian

informal dan metode penyajian formal sebagaiman yang diungkapkan Sudaryanto

(1993: 145). Metode penyajian informal adalah metode yang dalam penyajian

hasil analisis datanya menggunakan kata-kata biasa. Metode penyajian formal

adalah perumusan dengan tanda dan lambang. Tanda yang dimaksud diantaranya:

tanda bintang (*) dan bagan, selain itu dalam penelitian ini digunakan juga

diagram pohon untuk menyajikan unsur langsung kata polimorfemik yang berasal

dari morfem ajar.

1.8 Sistematika Penyajian

Hasil penelitian ini disajikan dalam tiga bab. Bab I merupakan bab

pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan

sistematika penyajian. Bab II uraian tentang proses pembentukan kata

polimorfemik yang berasal dari morfem ajar. Bab III merupakan penutup berisi

kesimpulan dan saran.

Page 34: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

17

BAB II

PROSES PEMBENTUKAN KATA POLIMORFEMIK

YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR

2.1 Pengantar

Morfem ajar dapat menjadi asal pembentuk kata polimorfemik. Kata

polimorfemik yang dibentuk dari morfem ajar adalah mengajar, diajar, belajar,

ajarkan, ajari, mengajarkan, diajarkan, mengajari, diajari, pelajari,

mempelajari, dipelajari, terajar, terajari, terajarkan, ajaran, pengajar,

pengajaran, pelajar, pelajaran, berpelajaran, terpelajar, membelajarkan,

pembelajar, pembelajaran, pemelajar, pemelajaran, keterajaran,kepelajaran,

kepengajaran, keterpelajaran, bahan ajar, mata pelajaran, buku ajar, buku

pelajaran, mata ajar, bintang pelajar, dan kurang ajar.

2.1.1 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Mengajar

Kata mengajar merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari me(N)-

dan ajar. Unsur me(N)- dalam mengajar mengalami proses morfofonemik, yaitu

fonem /N/ pada morfem me(N)- berubah menjadi fonem /n/. Hal ini tidak lain

sebagai akibat petemuan morfem tersebut dengan morfem asal ajar sehingga

morfem me(N)- berubah menjadi meng-. Unsur pembentuk kata mengajar dapat

ditunjukkan dengan diagram berikut.

Page 35: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

18

mengajar

me(N)- ajar

Afiks meng- pada morfem mengajar berfungsi membentuk verba aktif

transitif. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(15) Pak Guru mengajar siswa kelas satu. S P O

Secara fungsional kalimat (15) terdiri dari tiga fungsi, yaitu Subjek (S),

Predikat (P) dan Objek (O). Fungsi S diisi kata Pak Guru yang termasuk kategori

N, fungsi P diisi kata mengajar yang termasuk kategori V, dan fungsi O diisi kata

siswa kelas satu yang termasuk kategori N.

Kata mengajar pada contoh (15) termasuk verba karena dapat dinegatifkan

dengan kata ingkar tidak. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(15a) Pak Guru tidak mengajar siswa kelas satu. S P O

Kata mengajar termasuk verba aktif transitif karena apabila digunakan

dalam kalimat akan menuntut hadirnya O (objek). Selain itu, kata mengajar

termasuk verba aktif transitif karena dapat diubah menjadi verba pasif diajar.

Apabila dipasifkan kata atau frase yang menduduki fungsi O dalam kalimat aktif

transitif selalu menduduki fungsi S pada kalimat pasif sebagaimana tampak pada

contoh (15b) berikut.

(15b) Siswa kelas satu diajar oleh Pak Guru. S P KET

Page 36: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

19

Frase Siswa kelas satu yang mengisi fungsi O dalam kalimat aktif transitif

(15) berubah menduduki fungsi S dalam kalimat pasif (15b). Maka pelaku

tindakan tidak lagi terdapat pada S, melainkan pada KET, ialah Pak Guru.

Dengan demikian, kata mengajar merupakan verba yang menyatakan makna

‘tindakan aktif’ yaitu ‘melakukan perbuatan mengajar’.

2.1.2 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Diajar

Kata diajar merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari di- dan

ajar. Unsur pembentuk kata diajar dapat ditunjukkan dengan diagram berikut.

diajar

di- ajar

Afiks di- pada morfem diajar berfungsi sebagai pembentuk verba pasif.

Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(16) Siswa kelas kami diajar oleh guru baru. S P KET

Secara fungsional kalimat (16) terdiri dari tiga fungsi, yaitu Subjek (S),

Predikat (P) dan Keterangan (KET). Fungsi S diisi kata Siswa kelas kami yang

termasuk kategori N, fungsi P diisi kata diajar yang termasuk kategori V, dan

fungsi KET diisi kata oleh guru baru yang termasuk frase preporsional.

Kata diajar pada contoh (16) termasuk verba karena dapat dinegatifkan

dengan kata ingkar tidak. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(16a) Siswa kelas kami tidak diajar oleh guru baru. S P KET

Page 37: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

20

Kata diajar termasuk verba pasif karena apabila digunakan dalam kalimat

verba tersebut menghadirkan fungsi S yang diisi oleh peran ‘penderita’

sebagaimana tampak pada contoh (16) S diisi oleh ‘penderita’ Siswa kelas kami.

Dengan demikian, kata diajar merupakan verba yang menyatakan makna

‘tindakan pasif’.

2.1.3 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Belajar

Kata belajar merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari ber- dan

ajar. Unsur ber- dalam belajar mengalami proses morfofonemik, yaitu

berubahnya fonem /r/ pada morfem ber- menjadi fonem /l/. Hal ini tidak lain

sebagai akibat pertemuan morfem tersebut dengan morfem asal ajar sehingga

morfem ber- berubah menjadi bel-. Unsur pembentuk kata belajar dapat

ditunjukkan dengan diagram berikut.

belajar

ber- ajar

Afiks ber- pada morfem belajar berfungsi membentuk verba intransitif.

Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(17) Adik belajar di kamar. S P KET

Secara fungsional kalimat (17) terdiri dari tiga fungsi, yaitu Subjek (S),

Predikat (P) dan Keterangan (KET). Fungsi S diisi kata Adik yang termasuk

Page 38: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

21

kategori N, fungsi P diisi kata belajar yang termasuk kategori V, dan fungsi KET

diisi kata di kamar yang termasuk frase preporsional.

Kata belajar pada contoh (17) termasuk kategori verba karena dapat

dinegatifkan dengan kata ingkar tidak. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(17a) Adik tidak belajar di kamar. S P KET

Kata belajar termasuk verba intransitif karena apabila digunakan dalam

kalimat tidak menuntut hadirnya fungsi O, sebagaimana tampak pada contoh (17).

Dengan demikian, kata belajar merupakan verba yang menyatakan makna

‘tindakan’.

2.1.4 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Ajarkan

Kata ajarkan merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari ajar dan

-kan. Unsur pembentuk kata ajarkan dapat ditunjukkan dengan diagram berikut.

ajarkan

ajar -kan

Afiks -kan pada morfem ajarkan berfungsi sebagai pembentuk verba pasif

imperatif. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(18) Ajarkan sopan santun padanya! P S KET

Secara fungsional kalimat (18) terdiri dari tiga fungsi, yaitu Predikat (P),

Subjek (S) dan Keterangan (K). Fungsi P diisi kata ajarkan yang termasuk

Page 39: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

22

kategori V, fungsi S diisi kata sopan santun yang termasuk kategori Adj, dan

fungsi KET diisi kata padanya yang termasuk kategori N. Dengan demikian, kata

ajarkan merupakan verba yang menyatakan makna ‘tindakan pasif’.

2.1.5 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Ajari

Kata ajari merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari ajar dan

-i. Unsur pembentuk kata ajari dapat ditunjukkan dengan diagram berikut.

ajari

ajar -i

Afiks -i pada morfem ajari berfungsi sebagai pembentuk verba pasif

imperatif. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(19) Ajari anak ini menggambar! P S KET

Secara fungsional kalimat (19) terdiri dari tiga fungsi, yaitu Predikat (P),

Subjek (S) , dan Keterangan (KET). Fungsi P diisi kata Ajari yang termasuk

kategori V, fungsi S diisi kata anak ini yang termasuk kategori N, dan fungsi KET

diisi kata menggambar yang termasuk kategori V. Dengan demikian, kata ajari

merupakan verba yang menyatakan makna ‘tindakan pasif’.

2.1.6 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Mengajarkan

Kata mengajarkan merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari

me(N)- dan ajarkan. Kata ajarkan itu sendiri terdiri dari unsur langsung, yaitu

Page 40: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

23

ajar dan –kan. Unsur me(N)- dalam mengajarkan mengalami proses

morfofonemik, yaitu fonem /N/ pada morfem me(N)- berubah menjadi /n/. Hal ini

tidak lain sebagai akibat petemuan morfem tersebut dengan morfem asal ajar

sehingga morfem me(N)- berubah menjadi meng-. Unsur pembentuk kata

mengajarkan dapat ditunjukkan dengan diagram berikut.

mengajarkan

ajarkan

meng- ajar -kan

Afiks meng- pada morfem mengajarkan berfungsi sebagai pembentuk

verba aktif transitif. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(20) Pak guru mengajarkan perilaku sopan santun kepada siswa-siswanya. S P O KET

Secara fungsional kalimat (20) terdiri dari empat fungsi, yaitu Subjek (S),

Predikat (P), Objek (O), dan Keterangan (KET). Fungsi S diisi kata Pak guru

yang termasuk kategori N, fungsi P diisi kata mengajarkan yang termasuk

kategori V, fungsi O diisi kata perilaku sopan santun yang termasuk kategori N,

dan fungsi KET diisi kata siswa-siswanya yang termasuk kategori N.

Kata mengajarkan pada kalimat (20) termasuk verba karena dapat

dinegatifkan dengan kata ingkar tidak. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(24a) Pak guru tidak mengajarkan perilaku sopan santun kepada siswa- S P O KET siswanya

Page 41: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

24

Kata mengajarkan termasuk verba aktif transitif karena apabila digunakan

dalam kalimat akan menuntut hadirnya O (objek). Selain itu kata mengajarkan

termasuk verba aktif transitif karena dapat diubah menjadi verba pasif diajarkan,

apabila dipasifkan kata atau frase yang menduduki fungsi O dalam kalimat aktif

transitif selalu menduduki fungsi S pada kalimat pasif sebagaimana tampak pada

contoh (20b) berikut.

(20b) Perilaku sopan santun diajarkan oleh Pak guru kepada siswa-siswanya. S P KET Pel Frase perilaku sopan santun yang mengisi fungsi O dalam kalimat aktif transitif

(20) berubah menduduki fungsi S dalam kalimat pasif (20b). Maka pelaku

tindakan tidak lagi terdapat pada Subjek, melainkan pada keterangan, yakni frase

oleh Pak guru. Dengan demikian, kata mengajarkan merupakan verba yang

menyatakan makna ‘tindakan aktif’ yaitu ‘hal pengajaran’.

2.1.7 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Diajarkan

Kata diajarkan merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari di- dan

ajarkan. Kata ajarkan itu sendiri terdiri dari unsur langsung, yaitu ajar dan -kan.

Unsur pembentuk kata diajarkan dapat ditunjukkan dengan diagram berikut.

diajarkan

ajarkan

di- ajar -kan

Page 42: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

25

Afiks di- pada morfem diajarkan berfungsi sebagai pembentuk verba

pasif. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(21) Lagu itu diajarkan oleh ibu kepada anaknya S P O KET

Secara fungsional kalimat (21) terdiri dari empat fungsi, yaitu Subjek (S),

Predikat (P), Objek (O), dan KET (Keterangan). Fungsi S diisi kata lagu itu yang

termasuk kategori N, fungsi P diisi kata diajarkan yang termasuk kategori V,

fungsi O diisi kata oleh ibu yang termasuk kategori N, dan fungsi KET diisi kata

kepada anaknya yang termasuk kategori N.

Kata diajarkan pada contoh (21) termasuk verba karena dapat dinegatifkan

dengan kata ingkar tidak. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(21a) Lagu itu tidak diajarkan oleh ibu kepada anaknya. S P O KET Kata diajarkan termasuk verba pasif karena apabila digunakan dalam kalimat

verba tersebut menghadirkan fungsi S yang diisi oleh peran ‘penderita’

sebagaimana tampak pada contoh (21) S diisi oleh ‘penderita’ lagu itu. Dengan

demikian, kata diajarkan merupakan verba yang menyatakan makna ‘tindakan

pasif’.

2.1.8 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Mengajari

Kata mengajari merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari me(N)-

dan ajari. Kata ajari itu sendiri terdiri dari unsur langsung, yaitu ajar dan –i.

Unsur me(N)- dalam mengajari mengalami proses morfofonemik, yaitu

berubahnya fonem /N/ pada morfem me(N)- menjadi /n/. Hal ini tidak lain sebagai

Page 43: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

26

akibat pertemuan morfem tersebut dengan morfem asal ajar sehingga morfem

me(N)- berubah menjadi meng-. Unsur pembentuk kata mengajari dapat

ditunjukkan dengan diagram berikut.

mengajari

ajari

me(N)- ajar -i

Afiks me(N)- pada morfem mengajari berfungsi sebagai pembentuk verba

aktif transitif. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(22) Pak Guru mengajari anak-anak dengan sabar. S P O KET

Secara fungsional kalimat (22) terdiri dari empat fungsi yaitu Subjek (S),

Predikat (P), Objek (O), dan KET (Keterangan). Fungsi S diisi kata Pak Guru

yang termasuk kategori N, fungsi P diisi kata mengajari yang termasuk kategori

V, fungsi O diisi kata anak-anak yang termasuk kategori N, dan fungsi KET diisi

kata dengan sabar yang termasuk kategori konjungsi.

Kata mengajari pada contoh (22) termasuk verba karena dapat

dinegatifkan dengan kata ingkar tidak. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(22a) Pak Guru tidak mengajari anak-anak dengan sabar. S P O KET

Kata mengajari termasuk verba aktif transitif karena apabila digunakan

dalam kalimat akan menuntut hadirnya O (objek). Selain itu kata mengajari

Page 44: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

27

termasuk verba aktif transitif karena dapat diubah menjadi verba pasif diajari.

Apabila dipasifkan kata atau frase yang menduduki fungsi O dalam kalimat aktif

transitif selalu menduduki fungsi S pada kalimat pasif sebagaimana tampak pada

contoh (22b) berikut.

(22b) Anak-anak diajari dengan sabar oleh Pak guru. S P Pel KET Frase anak-anak yang mengisi fungsi O dalam kalimat aktif transitif (22) berubah

menduduki fungsi S dalam kalimat pasif (22b). Maka pelaku tindakan tidak lagi

terdapat pada S, melainkan pada KET, yakni frase oleh Pak Guru. Dengan

demikian, kata mengajari merupakan verba yang menyatakan makna ‘tindakan

aktif’, yaitu ‘melakukan tindakan pengajaran’.

2.1.9 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Diajari

Kata diajari merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari di- dan

ajari. Kata ajari itu sendiri terdiri dari unsur langsung, yaitu ajar dan –i. Unsur

pembentuk kata diajari dapat ditunjukkan dengan diagram berikut.

diajari

ajari

di- ajar -i

Page 45: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

28

Afiks di- pada morfem diajari berfungsi sebagai pembentuk verba pasif .

Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(23) Saya diajari menari oleh ibu. S P Pel KET

Secara fungsional kalimat (23) terdiri dari empat fungsi, yaitu Subjek (S),

Predikat (P), Pelengkap (Pel), dan KET (Keterangan). Fungsi S diisi kata saya

yang termasuk kategori N, fungsi P diisi kata diajari yang termasuk kategori V,

fungsi Pel diisi kata menari yang termasuk kategori N, dan fungsi KET diisi kata

oleh ibu yang termasuk kategori N.

Kata diajari pada contoh (23) termasuk verba karena dapat dinegatifkan

dengan kata ingkar tidak. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(23a) Saya tidak diajari menari oleh ibu. S P Pel KET

Kata diajari termasuk verba pasif karena apabila digunakan dalam kalimat

verba tersebut menghadirkan fungsi S yang diisi oleh peran ‘penderita’

sebagaimana tampak pada contoh (23) S diisi oleh ‘penderita’ saya. Dengan

demikian, kata diajari merupakan verba yang menyatakan makna ‘tindakan pasif’.

2.1.10 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pelajari

Kata pelajari merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari per-

dan ajari. Kata ajari itu sendiri terbentuk dari unsur langsung ajar dan –i. Unsur

per- dalam pelajari mengalami proses morfofonemik, yaitu berubahnya fonem /r/

pada morfem per- menjadi fonem /l/. Hal ini tidak lain sebagai akibat pertemuan

Page 46: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

29

morfem tersebut dengan morfem asal ajar sehingga morfem per- berubah menjadi

pel-. Unsur pembentuk kata pelajari dapat ditunjukkan dengan diagram berikut.

pelajari

ajari

per- ajar -i

Afiks per- pada morfem pelajari berfungsi sebagai pembentuk verba pasif

imperatif. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(24) Pelajari materi ini dengan baik. P O KET

Secara fungsional kalimat (24) terdiri dari tiga fungsi, yaitu Predikat (P),

Objek (O), dan Keterangan (KET). Fungsi P diisi kata pelajari yang termasuk

kategori V, fungsi O diisi kata materi ini yang termasuk kategori N, dan fungsi

KET diisi kata dengan baik yang termasuk kategori konjungsi. Dengan demikian,

kata pelajari merupakan verba yang menyatakan makna ‘tindakan pasif’.

2.1.11 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Mempelajari

Kata mempelajari merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari

mem- dan pelajari. Kata pelajari terbentuk dari per- dan ajari. Kata ajari itu

sendiri terbentuk dari unsur langsung ajar dan –i. Unsur per- dalam pelajari

mengalami proses morfofonemik, yaitu fonem /r/ pada morfem per- berubah

menjadi fonem /l/. Hal ini tidak lain sebagai akibat pertemuan morfem tersebut

Page 47: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

30

dengan morfem asal ajar sehingga morfem per- berubah menjadi pel-. Unsur

pembentuk kata mempelajari dapat ditunjukkan dengan diagram berikut.

mempelajari

pelajari

ajari

mem- per- ajar -i

Afiks mem- pada morfem mempelajari berfungsi sebagai pembentuk

verba aktif transitif. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(25) Para ilmuwan mempelajari struktur lapisan bumi. S P O

Secara fungsional kalimat (25) terdiri dari tiga fungsi, yaitu Subjek (S),

Predikat (P), Objek (Objek). Fungsi S diisi kata para ilmuwan yang termasuk

kategori N, fungsi P diisi kata mempelajari yang termasuk kategori V, dan fungsi

O diisi kata struktur lapisan bumi yang termasuk kategori N.

Kata mempelajari pada contoh (25) termasuk verba karena dapat

dinegatifkan dengan kata ingkar tidak. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(25a) Para ilmuwan tidak mempelajari struktur lapisan bumi. S P O

Kata mempelajari termasuk verba aktif transitif karena apabila digunakan

dalam kalimat akan menuntut hadirnya O (Objek). Selain itu kata mempelajari

termasuk verba aktif transitif karena dapat diubah menjadi verba pasif dipelajari.

Apabila dipasifkan kata atau frase yang menduduki fungsi O dalam kalimat aktif

Page 48: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

31

transitif selalu menduduki fungsi S pada kalimat pasif sebagaimana tampak pada

contoh (25b) berikut.

(25b) Struktur lapisan bumi dipelajari oleh para ilmuwan. S P KET

Frase struktur lapisan bumi yang mengisi fungsi O dalam kalimat aktif transitif

(25) berubah fungsi menjadi S dalam kalimat pasif (25b). Maka pelaku tindakan

tidak lagi terdapat pada S melainkan pada KET, ialah oleh para ilmuwan. Dengan

demikian, kata mempelajari merupakan verba yang menyatakan makna ‘tindakan

aktif ‘ yaitu ‘melakukan perbuatan mempelajari’.

2.1.12 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Dipelajari

Kata dipelajari merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari di- dan

pelajari. Kata pelajari terbentuk dari per- dan ajari. Kata ajari itu sendiri

terbentuk dari unsur langsung ajar dan –i. Unsur per- dalam pelajari mengalami

proses morfofonemik, yaitu berubahnya fonem /r/ pada morfem per- menjadi

fonem /l/. Unsur pembentuk kata dipelajari dapat ditunjukkan dengan diagram

berikut.

dipelajari

pelajari

ajari

di- per- ajar -i

Page 49: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

32

Afiks di- pada morfem dipelajari berfungsi sebagai pembentuk verba

pasif. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(26) Materi ini dipelajari dengan teliti. S P KET

Secara fungsional kalimat (26) terdiri dari tiga fungsi, yaitu Subjek (S),

Predikat (P), dan KET (Keterangan). Fungsi S diisi kata materi ini yang termasuk

kategori N, fungsi Pdiisi kata dipelajari yang termasuk kategori V, dan fungsi

KET diisi kata dengan teliti yang termasuk kategori konjungsi.

Kata dipelajari pada contoh (26) termasuk verba karena dapat

dinegatifkan dengan kata ingkar tidak. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(26a) Materi ini tidak dipelajari dengan teliti. S P KET

Kata dipelajari termasuk verba pasif karena apabila digunakan dalam

kalimat verba tersebut menghadirkan fungsi S yang diisi oleh peran ‘penderita’

sebagaimana tampak pada contoh (26a) S diisi oleh ‘penderita’ materi ini. Dengan

demikian, kata dipelajari merupakan verba yang menyatakan makna ‘tindakan

pasif’.

2.1.13 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Terajar

Kata terajar merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari ter- dan

ajar. Unsur pembentuk kata terajar dapat di tunjukkan dengan diagram berikut.

terajar

ter- ajar

Page 50: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

33

Afiks ter- pada morfem terajar berfungsi sebagai pembentuk verba.

Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(27) Tenaga pendidik di sekolah itu sangat minim maka 75 siswanya S O tidak terajar dengan baik. P

Secara fungsional kalimat (27) terdiri dari tiga fungsi, yaitu Subjek (S),

Objek (O), dan Predikat (P). Fungsi S diisi kata tenaga pendidik di sekolah itu

sangat minim yang termasuk kategori N, fungsi O diisi kata maka 75 siswanya

yang termasuk kategori N, dan fungsi P diisi kata tidak terajar dengan baik yang

termasuk kategori V.

Kata terajar termasuk verba karena dapat dinegatifkan dengan kata ingkar

tidak, sebagaimana tampak pada contoh (27). Dengan demikian, kata terajar

merupakan verba yang menyatakan makna ‘dapat diajar’.

2.1.14 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Terajari

Kata terajari merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari ter- dan

ajari. Kata ajari itu sendiri terbentuk dari unsur langsung ajar dan –i. Unsur

pembentuk kata terajari dapat ditunjukkan dengan diagram berikut.

terajari

ajari

ter- ajar -i

Page 51: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

34

Afiks ter- pada morfem terajari berfungsi sebagai pembentuk verba pasif.

Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(28) Budi tidak terajari dengan sendirinya sebagi penjudi.

S P KET

Secara fungsional kalimat (28) terdiri dari tiga fungsi, yaitu Subjek (S),

Predikat (P), dan Keterangan (KET). Fungsi S diisi kata Budi yang termasuk

kategori N, fungsi P diisi kata terajari dengan sendirinya yang termasuk kategori

V, dan fungsi KET diisi kata sebagai penjudi yang termasuk kategori N.

Kata terajari termasuk verba karena kata tersebut dapat dinegatifkan

dengan kata ingkar tidak, sebagaimana tampak pada contoh (28). Dengan

demikian, kata terajari merupakan verba yang menyatakan makna ‘dapat diajari’.

2.1.15 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Terajarkan

Kata terajarkan merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari ter-

dan ajarkan. Kata ajarkan itu sendiri terbentuk dari unsur langsung ajar dan –

kan. Unsur pembentuk kata terajarkan dapat ditunjukkan dengan diagram berikut.

Terajarkan

ajarkan

ter- ajar -kan

Page 52: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

35

Afiks ter- pada morfem terajarkan berfungsi sebagai pembentuk verba

pasif. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(29) Buku sejarah yang disusun menurut kurikulum 2004 akan ditarik sehingga

S

kemelut seputar Supersemar tidak terajarkan secara lengkap.

KET P

Secara fungsional kalimat (29) terdiri dari tiga fungsi, yaitu Subjek (S),

Keterangan (KET), dan Predikat (P). Fungsi S diisi kata Buku sejarah yang

disusun menurut kurikulum 2004 akan ditarik yang termasuk kategori N, fungsi

KET diisi kata sehingga kemelut seputar Supersemar yang termasuk kategori N,

dan fungsi P diisi kata tidak terajarkan secara lengkap yang termasuk kategori V.

Kata terajarkan termasuk dalam verba karena kata tersebut dapat

dinegatifkan dengan kata ingkar tidak, sebagaimana tampak pada contoh (29).

Dengan demikian, kata terajarkan merupakan verba yang menyatakan makna

‘dapat diajarkan’.

2.1.16 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Ajaran

Kata ajaran merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari ajar dan

–an. Unsur pembentuk kata ajaran dapat ditunjukkan dengan diagram berikut.

ajaran

ajar -an

Page 53: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

36

Afiks -an pada morfem ajaran berfungsi sebagai pembentuk nomina.

Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(30) Ajaran itu mengingatkan aku pada suatu hal. S O KET

Secara fungsional kalimat (30) terdiri dari tiga fungsi, yaitu Subjek (S),

Objek (O), dan Keterangan (KET). Fungsi S diisi kata ajaran itu yang termasuk

kategori N, fungsi O diisi kata mengingatkan aku yang termasuk kategori N, dan

fungsi KET diisi kata pada suatu hal yang termasuk kategori N.

Kata ajaran termasuk dalam nomina karena kata tersebut dapat diikuti

kata itu yang bersifat diektik, sebagaimana tampak pada contoh (30). Dengan

demikian, kata ajaran merupakan nomina yang menyatakan makna ‘suatu hal

yang diajarkan’.

2.1.17 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pengajar

Kata pengajar merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari pe(N)-

dan ajar. Unsur pe(N)- dalam pengajar mengalami proses morfofonemik, yaitu

berubahnya fonem /N/ pada morfem pe(N)- menjadi fonem /n/. Hal ini tidak lain

sebagai akibat pertemuan morfem tersebut dengan morfem asal ajar sehingga

morfem pe(N)- berubah menjadi peng-. Unsur pembentuk kata pengajar dapat

ditunjukkan dengan diagram berikut.

pengajar

pe(N)- ajar

Page 54: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

37

Afiks pe(N)- pada morfem pengajar berfungsi sebagai pembentuk nomina.

Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(31) Pengajar itu profesional dalam segala bidang. S KET

Secara fungsional kalimat (31) terdiri dari dua fungsi, yaitu Subjek (S) dan

Keterangan (KET). Fungsi S diisi kata pengajar itu yang termasuk kategori N,

dan fungsi KET yang diisi kata profesional dalam segala bidang yang termasuk

kategori N.

Kata pengajar termasuk dalam nomina karena kata tersebut dapat diikuti

kata itu yang bersifat diektik, sebagaimana tampak pada contoh (31). Dengan

demikian, kata pengajar merupakan nomina yang menyatakan makna ‘seorang

yang mengajar’.

2.1.18 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pengajaran

Kata pengajaran merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari

pe(N)-/-an dan ajar. Unsur pe(N)- pada konfiks pe(N)-/-an dalam pengajaran

mengalami proses morfofonemik, yaitu berubahnya fonem /N/ pada morfem

pe(N)- menjadi /n/. Hal ini tidak lain sebagai akibat bertemunya morfem tersebut

dengan morfem asal ajar sehingga morfem pe(N)- berubah menjadi peng-. Unsur

pembentuk kata pengajaran dapat ditunjukkan dengan diagram berikut

pengajaran

pe(N)-/-an ajar

Page 55: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

38

Afiks pe(N)-/-an pada morfem pengajaran berfungsi sebagai pembentuk

nomina. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(32) Pengajaran itu dilakukan secara bertahap. P KET

Secara fungsional kalimat (32) terdiri dari dua fungsi, yaitu Predikat (P)

dan fungsi Keterangan (KET). Fungsi P diisi kata pengajaran itu yang termasuk

kategori V, dan fungsi KET diisi kata dilakukan secara bertahap yang termasuk

kategori N.

Kata pengajaran termasuk dalam nomina karena kata tersebut dapat

diikuti kata itu yang bersifat diektik sebagaimana tampak pada contoh (32).

Dengan demikian, kata pengajaran merupakan nomina yang menyatakan makna

‘proses mengajar’.

2.1.19 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pelajar

Kata pelajar merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari per- dan

ajar. Unsur per- dalam pelajar mengalami proses morfofonemik, yaitu

berubahnya fonem /r/ pada morfem per- menjadi fonem /l/. Hal ini tidak lain

sebagai akibat pertemuan morfem tersebut dengan morfem asal ajar sehingga

morfem per- berubah menjadi pel-. Unsur pembentuk kata pelajar dapat

ditunjukkan dengan diagram berikut.

pelajar

per- ajar

Page 56: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

39

Afiks per- pada morfem pelajar berfungsi sebagai pembentuk nomina.

Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(33) Pelajar itu mendapat penghargaan dari kepala sekolah. S P KET

Secara fungsional kalimat (33) terdiri dari tiga fungsi, yaitu Subjek (S),

Predikat (P), dan Keterangan (KET). Fungsi S diisi kata pelajar itu yang termasuk

kategori N, fungsi P diisi kata mendapat penghargaan yang termasuk kategori N,

dan fungsi KET diisi kata dari Kepala Sekolah yang termasuk kategori N.

Kata pelajar termasuk dalam nomina karena kata tersebut dapat diikuti

kata itu yang bersifat diektik, sebagaimana tampak pada contoh (33). Dengan

demikian, kata pelajar merupakan nomina yang menyatakan makna ‘orang yang

belajar’.

2.1.20 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pelajaran

Kata pelajaran merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari

per-/-an dan ajar. Unsur per- pada konfiks per-/-an dalam pelajaran mengalami

proses morfofonemik, yaitu berubahnya fonem /r/ pada afiks per- menjadi /l/. Hal

ini tidak lain sebagai akibat pertemuan morfem tersebut dengan morfem asal ajar

sehingga morfem per- berubah menjadi pel-. Unsur pembentuk kata pelajaran

dapat ditunjukkan dengan diagram berikut.

pelajaran

per-/-an ajar

Page 57: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

40

Afiks per-/-an pada morfem pelajaran berfungsi sebagai pembentuk

nomina. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(34) Pelajaran sejarah itu sangat membosankan S P

Secara fungsional kalimat (34) terdiri dari dua fungsi, yaitu Subjek (S) dan

Predikat (P). Fungsi S diisi kata pelajaran sejarah itu yang termasuk kategori N,

dan fungsi P diisi kata sangat membosankan yang termasuk kategori Adj.

Kata pelajaran termasuk dalam nomina karena kata tersebut dapat diikuti

kata itu yang bersifat diektik, sebagaimana tampak pada contoh (34). Dengan

demikian, kata pelajaran merupakan nomina yang menyatakan makna ‘suatu hal

yang dipelajari’.

2.1.21 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Berpelajaran

Kata berpelajaran merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari

ber- dan pelajaran. Kata pelajaran itu sendiri terbentuk dari unsur langsung

per-/-an dan ajar. Unsur per- pada konfiks per-/-an dalam pelajaran mengalami

proses morfofonemik, yaitu terjadinya perubahan fonem /r/ pada afiks per-

menjadi /l/. Hal ini terjadi sebagai akibat bertemunya morfem tersebut dengan

morfem asal ajar sehingga morfem per- menjadi pel-. Unsur pembentuk kata

berpelajaran dapat ditunjukkan dengan diagram berikut.

Page 58: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

41

berpelajaran

pelajaran

ber- per-/-an ajar

Afiks ber- pada morfem berpelajaran berfungsi sebagai pembentuk verba.

Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(35) Kelas 6 berpelajaran Bahasa Indonesia S P KET

Secara fungsional kalimat (35) terdiri dari tiga fungsi, yaitu Subjek (S),

Predikat (P), dan Keterangan (KET). Fungsi S diisi kata kelas 6 yang termasuk

kategori N, fungsi P diisi kata berpelajaran yang termasuk kategori V, dan fungsi

KET diisi kata Bahasa Indonesia yang termasuk kategori N.

Kata berpelajaran pada contoh (35) termasuk verba karena dapat

dinegatifkan dengan kata ingkar tidak. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(35a) Kelas 6 tidak berpelajaran bahasa Indonesia. S P KET

Kata berpelajaran termasuk verba intransitif karena apabila digunakan

dalam kalimat tidak menuntut hadirnya fungsi O, sebagaimana tampak pada

contoh (35). Dengan demikian, kata berpelajaran merupakan verba yang

menyatakan makna “memiliki pelajaran”.

Page 59: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

42

2.1.22 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Terpelajar

Kata terpelajar merupakan kata kompleks yang terdiri dari ter- dan

pelajar. Kata pelajar itu sendiri terbentuk dari unsur langsung pel- dan ajar.

Unsur per- dalam pelajar mengalami proses morfofonemik, yaitu berubahnya

fonem /r/ pada morfem per- menjadi fonem /l/. Hal ini tidak lain sebagai akibat

bertemunya morfem tersebut dengan morfem asal ajar. Unsur pembentuk kata

terpelajar dapat ditunjukkan dengan diagram berikut.

terpelajar

pelajar

ter- per- ajar

Afiks ter- pada morfem terpelajar berfungsi sebagai pembentuk adjektiva.

Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(36) Dia pemuda terpelajar di kampung. S P KET

Secara fungsional kalimat (36) terdiri dari tiga fungsi, yaitu Subjek (S),

Predikat (P), dan Keterangan (KET). Fungsi S diisi kata dia yang termasuk

kategori N, fungsi P diisi kata pemuda terpelajar yang termasuk kategori Adj, dan

fungsi KET diisi kata di kampung yang termasuk kategori N.

Sebagai bentuk Adjektiva kata terpelajar mempunyai ciri sebagai berikut;

Pertama, adjektiva dapat diberi keterangan pembanding seperti lebih, kurang,

dan paling. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

Page 60: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

43

(36a) Dia pemuda paling terpelajar di kampung. S P KET Kedua, adjektiva dapat diberi keterangan penguat seperti, amat, sangat, dan

sekali. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(36b) Dia pemuda sangat terpelajar di kampung. S P KET Ketiga, adjektiva dapat diingkari dengan kata ingkar tidak. Berikut ini contohnya

dalam kalimat.

(36c) Dia pemuda tidak terpelajar di kampung. S P KET

Kata terpelajar termasuk adjektiva karena, pertama dapat diberi

keterangan pembanding, kedua dapat diberi keterangan penguat, dan ketiga dapat

diingkari dengan kata ingkar tidak, sebagaimana tampak pada contoh (36a), (36b),

dan (36c). Dengan demikian, kata terpelajar merupakan adjektiva yang

menyatakan makna ‘orang yang terpelajar’.

2.1.23 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Membelajarkan

Kata membelajarkan merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari

mem- dan belajarkan. Kata belajarkan terbentuk dari ber- dan ajarkan. Kata

ajarkan itu sendiri terbentuk dari unsur langsung ajar dan –kan. Unsur ber- dalam

belajarkan mengalami proses morfofonemik, yaitu berubahnya fonem /r/ pada

morfem ber- menjadi /l/. Hal ini tidak lain sebagai akibat bertemunya morfem

tersebut dengan morfem asal ajar sehingga morfem ber- berubah menjadi bel-.

Unsur pembentuk kata membelajarkan dapat ditunjukkan dengan diagram berikut.

Page 61: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

44

membelajarkan

belajarkan

ajarkan

me(N)- ber- ajar -kan

Afiks me(N)- pada morfem membelajarkan berfungsi sebagai pembentuk

verba aktif transitif. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(37) Ibu guru membelajarkan materi baru dengan sempurna. S P O KET

Secara fungsional kalimat (37) terdiri dari empat fungsi, yaitu Subjek (S),

Predikat (P), Objek (O), dan Keterangan (KET). Fungsi S diisi kata Ibu guru yang

termasuk kategori N, fungsi P diisi kata membelajarkan yang termasuk kategori

V, fungsi O diisi kata materi baru yang termasuk kategori N, dan fungsi KET

diisi kata dengan sempurna yang termasuk kategori konjungsi.

Kata membelajarkan pada contoh (37) termasuk verba karena dapat

dinegatifkan dengan kata ingkar tidak. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(37a) Ibu guru tidak membelajarkan materi baru dengan sempurna. S P O KET

Kata membelajarkan termasuk verba aktif transitif karena apabila

digunakan dalam kalimat verba tersebut akan menuntut hadirnya Objek (O).

Selain itu, kata membelajarkan termasuk verba aktif transitif karena dapat diubah

menjadi verba pasif dibelajarkan. Apabila dipasifkan kata atau frase yang

menduduki fungsi O dalam kalimat aktif transitif selalu menduduki fungsi S

dalam kalimat pasif sebagaimana tampak pada contoh (37b) berikut.

Page 62: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

45

(37b) Materi baru dibelajarkan dengan sempurna. oleh Ibu guru. S P Pel KET Frase materi baru yang mengisi fungsi O dalam kalimat aktif transitif (37)

berubah menduduki fungsi S dalam kalimat pasif (37b). Maka pelaku tindakan

tidak lagi trdapat pada S melainkan pada KET, ialah oleh Ibu guru. Dengan

demikian, kata membelajarkan merupakan verba yang menyatakan makna

‘tindakan aktif’ yaitu ‘melakukan perbuatan membelajarkan’.

2.1.24 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pembelajar

Kata pembelajar merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari pem-

dan belajar. Kata belajar itu sendiri terbentuk dari unsur langsung ber- dan ajar.

Unsur ber- dalam belajar mengalami proses morfofonemik, yaitu berubahnya

fonem /r/ pada morfem ber- menjadi /l/. Hal ini tidak lain sebagai akibat

bertemunya morfem tersebut dengan morfem asal ajar sehingga morfem be-l

berubah menjadi bel-. Unsur pembentuk kata pembelajar dapat ditunjukkan

dengan diagram berikut.

pembelajar

belajar

pem- ber- ajar

Afiks pem- pada morfem pembelajar berfungsi sebagai pembentuk

nomina. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

Page 63: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

46

(38) Pembelajar itu ramah dan baik hati. S P

Secara fungsional kalimat (38) terdiri dari dua fungsi, yaitu Subjek (S) dan

Predikat (P). Fungsi S diisi kata pembelajar itu yang termasuk kategori N, dan

fungsi P diisi kata ramah dan baik hati yang termasuk kategori Adj.

Kata pembelajar termasuk dalam nomina karena kata tersebut dapat

diikuti kata itu yang bersifat diektik, sebagaimana tampak pada contoh (38).

Dengan demikian, kata pembelajar merupakan nomina yang menyatakan makna

‘orang yang membelajarkan’.

2.1.25 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pembelajaran

Kata pembelajaran merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari

pem-/-an dan belajar. Kata belajar itu sendiri terbentuk dari unsur langsung ber-

dan ajar. Unsur ber- dalam belajar mengalami proses morfofonemik, yaitu

berubahnya fonem /r/ pada morfem ber- menjadi /l/. Hal ini tidak lain sebagai

akibat bertemunya morfem tersebut dengan morfem asal ajar sehingga morfem

bel- berubah menjadi bel-. Unsur pembentuk kata pembelajaran dapat

ditunjukkan dengan diagram berikut.

pembelajaran

belajar

pem-/-an ber- ajar

Page 64: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

47

Afiks pem-/-an pada morfem pembelajaran berfungsi sebagai pembentuk

nomina. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(39) Pembelajaran matematika itu dilakukan secara bertahap. S P Pel

Secara fungsional kalimat (39) terdiri dari tiga fungsi, Subjek (S), Predikat

(P), dan Pelengkap (Pel). Fungsi S diisi kata pembelajaran matematika itu yang

termasuk kategori N, fungsi P diisi kata dilakukan yang termasuk kategori V, dan

fungsi Pel diisi kata secara bertahap yang termasuk kategori N.

. Kata pembelajaran termasuk dalam nomina karena kata tersebut dapat

diikuti dengan kata itu yang bersifaf diektik, sebagaimana tampak pada contoh

(39). Dengan demikian, kata pembelajaran merupakan nomina yang menyatakan

makna ‘proses atau perbuatan membelajarkan’.

2.1.26 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pemelajar

Kata pemelajar merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari pem-

dan pelajar. Kata pelajar itu sendiri terbentuk dari unsur langsung per- dan ajar.

Unsur per- dalam pelajar mengalami proses morfofonemik, selain mengalami

perubahan fonem /r/ menjadi /l/, terjadi pula penghilangan fonem awal /p/ pada

morfem per-. Hal ini tidak lain karena bertemunya fonem awal /p/ pada afiks per-

dengan fonem akhir /m/ pada afiks pem-. Unsur pembentuk kata pemelajar dapat

ditunjukkan dengan diagram berikut.

Page 65: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

48

pemelajar

pelajar

pem- per- ajar

Afiks pem- pada morfem pemelajar berfungsi sebagai pembentuk nomina.

Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(40) Pemelajar itu paling cerdas di kelasnya. S P KET

Secara fungsional kalimat (40) terdiri dari tiga fungsi, yaitu Subjek (S),

Predikat (P), dan KET (Keterangan). Fungsi S diisi kata pemelajar itu yang

termasuk kategori N, fungsi P diisi kata paling cerdas yang termasuk kategori

Adj, dan fungsi KET yang diisi kata di kelasnya yang termasuk kategori N.

Kata pemelajar termasuk dalam nomina karena kata tersebut dapat diikuti

kata itu yang bersifat diektik, sebagaimana tampak pada contoh (40). Dengan

demikian, kata pemelajar merupakan nomina yang menyatakan makna ‘orang

yang mempelajari’.

2.1.27 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pemelajaran

Kata pemelajaran merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari

pem-/-an dan pelajar. Kata pelajar itu sendiri terbentuk dari unsur langsung per-

dan ajar. Unsur per- dalam pelajar mengalami proses morfofonemik, selain

mengalami perubahan fonem /r/ menjadi /l/, terjadi pula penghilangan fonem awal

/p/ pada morfem per-. Hal ini tidak lain karena bertemunya fonem awal /p/ pada

Page 66: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

49

afiks per- dengan fonem akhir /m/ pada afiks pem-. Unsur pembentuk kata

pemelajaran dapat ditunjukkan dengan diagram berikut.

pemelajaran

pelajar

pem-/-an per- ajar

Afiks pem-/-an pada morfem pemelajaran berfungsi sebagai pembentuk

nomina. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(41) Pemelajaran itu berlangsung dengan sempurna. S P

Secara fungsional kalimat (41) terdiri dari dua fungsi, yaitu Subjek (S) dan

Predikat (P). Fungsi S diisi kata pemelajaran itu yang termasuk kategori N, dan

fungsi P diisi kata berlangsung dengan sempurna yang termasuk kategori V.

Kata pemelajaran termasuk dalam nomina karena kata tersebut dapat

diikuti kata itu yang bersifat diektik, sebagaimana tampak pada contoh (41).

Dengan demikian, kata pemelajaran merupakan nomina yang menyatakan makna

‘proses atau perbuatan mempelajari’.

2.1.28 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Keterajaran

Kata keterajaran merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari

ke-/-an dan terajar. Kata terajar itu sendiri terbentuk dari unsur langsung ter- dan

Page 67: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

50

ajar. Unsur pembentuk kata keterajaran dapat ditunjukkan dengan diagram

berikut.

keterajaran

terajar

ke-/-an ter- ajar

Afiks ke-/-an pada morfem keterajaran berfungsi sebagai pembentuk

nomina. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(42) Tingkat keterajaran siswa di sekolah pelosok itu sangat rendah akibat

S P

kehadiran guru hanya 3 kali/minggu.

KET

Secara fungsional kalimat (42) terdiri tiga fungsi, yaitu Subjek (S),

Predikat (P), dan Keterangan (KET). Fungsi S diisi frase tingkat keterajaran

siswa di sekolah pelosok itu yang termasuk kategori N, fungsi P diisi kata sangat

rendah yang termasuk kategori Adj, dan fungsi KET diisi kata akibat kehadiran

guru hanya 3 kali /minggu yang termasuk kategori N.

Kata keterajaran termasuk dalam nomina karena kata tersebut dapat

diikuti dengan kata itu yang bersifat diektik, sebagaimana tampak pada contoh

(42). Dengan demikian, kata keterajaran menyatakan makna ‘perihal dapat

diajar’.

Page 68: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

51

2.1.29 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Kepelajaran

Kata kepelajaran merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari

ke-/-an dan pelajar. Kata pelajar itu sendiri terbentuk dari unsur langsung per-

dan ajar. Unsur per- dalam pelajar mengalami proses morfofonemik, yaitu

berubahnya fonem /r/ menjadi fonem /l/ pada afiks per-. Hal ini tidak lain karena

bertemunya morfem tersebut dengan morfem ajar. Unsur pembentuk kata

kepelajaran dapat ditunjukkan dengan diagram berikut.

kepelajaran

pelajar

ke-/-an per- ajar

Afiks ke-/-an pada morfem kepelajaran berfungsi sebagai pembentuk

nomina. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(43) Kepelajaran-nya ia manfaatkan untuk memajukan pendidikan

S KET

di kampung.

Secara fungsional kalimat (43) terdiri dari dua fungsi, yaitu Subjek (S) dan

Keterangan (KET). Fungsi S diisi kata kepelajaran-nya yang termasuk kategori

nomina, dan fungsi KET diisi kata ia manfaatkan untuk memajukan pendidiklan

di kampung yang termasuk kategori N. Dengan demikian, kata kepelajaran

merupakan nomina yang menyatakan makna ‘perihal pelajar’.

Page 69: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

52

2.1.30 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Kepengajaran

Kata kepengajaran merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari

ke-/-an dan pengajar. Kata pengajar itu sendiri terbentuk dari unsur langsung

pe(N)- dan ajar. Unsur pe(N)- dalam pengajar mengalami proses morfofonemik,

yaitu berubahnya fonem /N/ pada morfem pe(N)- menjadi fonem /n/. Hal ini tidak

lain sebagai akibat bertemunya morfem tersebut dengan morfem ajar. Unsur

pembentuk kata kepengajaran dapat ditunjukkan dengan diagram berikut.

kepengajaran

pengajar

ke-/-an pe(N)- ajar

Afiks ke-/-an pada morfem kepengajaran berfungsi sebagai pembentuk

nomina. Berikut ini contohnya dalam kalimat

(44) Kendala-kendala kepengajaran itu di bahas dalam musyawarah guru. S P KET Secara fungsional kalimat (44) terdiri dari tiga fungsi, yaitu Subjek (S),

Predikat (P), dan Keterangan (KET). Fungsi S diisi kata kendala-kendala

kepengajaran itu yang termasuk kategori N, fungsi P diisi kata di bahas yang

termasuk kategori V, dan fungsi KET diisi kata dalam musyawarah guru yang

termasuk dalam N.

Kata Kepengajaran termasuk dalam nomina karena kata tersebut dapat

diikuti dengan kata itu yang bersifat diektik, sebagaimana tampak pada contoh

Page 70: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

53

(44). Dengan demikian, kata kepengajaran merupakan nomina yang menyatakan

makna ‘perihal pengajaran’.

2.1.31 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Keterpelajaran

Kata keterpelajaran merupakan kata polimorfemik yang terbentuk dari

ke-/-an dan terpelajar. Kata terpelajar terbentuk dari unsur ter- dan pelajar. Kata

pelajar itu sendiri terbentuk dari unsur langsung per- dan ajar. Unsur per- pada

pelajar mengalami proses morfofonemik, yaitu berubahnya fonem /r/ pada

morfem per- menjadi fonem /l/. Hal ini tidak lain sebagai akibat bertemunya

morfem tersebut dengan morfem asal ajar. Unsur pembentuk kata keterpelajaran

dapat ditunjukkan dengan diagram berikut.

keterpelajaran

terpelajar

pelajar

ke-/-an ter- per- ajar

Afiks ke-/-an pada morfem keterpelajaran berfungsi sebagai pembentuk

nomina. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(45) Soekarno, Yamin, Soetomo, dan seangkatan mereka merupakan generasi

S P

awal kaum terpelajar Indonesia. Keterpelajaran mereka itu oleh Romo

S

Page 71: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

54

Mangun dijuluki sebagai ‘angkatan paling cerdas’ dalam sejarah

P

perjuangan bangsa Indonesia.

Kalimat (45) terdiri dari dua kalimat, secara fungsional kalimat pertama

terdiri dari dua fungsi, yaitu Subjek (S) dan Predikat (P). Fungsi S diisi kata

Soekarno, Yamin, Soetomo, dan seangkatan mereka yang termasuk kategori N,

dan fungsi P diisi kata merupakan generasi awal kaum terpelajar Indonesia yang

termasuk dalam kategori N. Pada kalimat kedua, terdiri dari dua fungsi , yaitu

Subjek (S) dan Predikat (P). Fungsi S diisi kata keterpelajaran mereka itu yang

termasuk kategori N, dan fungsi P diisi kata oleh Romo Mangun dijuluki sebagai

‘angkatan paling cerdas’ dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang

termasuk kategori N.

Kata keterpelajaran termasuk dalam nomina karena kata tersebut dapat

diikuti dengan kata itu yang bersifat diektik, sebagaimana tampak pada contoh

(45). Dengan demikian, kata keterpelajaran merupakan nomina yang menyatakan

makna ‘perihal terpelajar’.

2.1.32 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Bahan Ajar

Kata bahan ajar merupakan komposisi yang terbentuk melalui proses

penggabungan dua leksem. Unsur pembentuk kata bahan ajar dapat ditunjukkan

dengan diagram berikut.

Page 72: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

55

bahan ajar

bahan ajar

Persenyawaan leksem bahan dengan leksem ajar berfungsi membentuk

nomina. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(46) Bahan ajar matematika itu menarik. S KET

Secara fungsional kalimat (46) terdiri dari dua fungsi, yaitu Subjek (S) dan

Keterangan (KET). Fungsi S diisi kata bahan ajar matematika itu yang termasuk

kategori N, dan fungsi KET diisi kata menarik yang termasuk kategori Adj.

Sebagai bentuk komposisi kata bahan ajar memiliki ciri yang mendasar,

adapun ciri itu ialah;

Pertama, adanya sifat ketaktersisipan, dimana diantara kata bahan ajar tidak

dapat disisipi dengan kata apapun. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(46a) *Bahan dan ajar matematika itu menarik.

Kedua, adanya sifat ketakterluasan, dimana kata bahan ajar tidak dapat di

afiksasikan atau dimodifikasikan menjadi bentuk lain. Berikut ini contohnya

dalam kalimat.

(46b) *Berbahan ajaran matematika itu menarik.

Ketiga, adanya sifat ketakterbalikan, dimana diantara komponen dalam kedua

kata itu tidak dapat dipertukarkan posisinya. Berikut ini contohnya dalam kalimat

(46c) *Ajar bahan matematika itu menarik.

Page 73: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

56

Tentunya ketiga bentuk *bahan dan ajar, *berbahan ajaran, dan *ajar bahan

tidak dapat diterima keberadaannya karena ketiga bentuk itu memang tidak lazim

digunakan dalam bahasa Indonesia.

Kata bahan ajar termasuk dalam nomina karena kata tersebut dapat diikuti

dengan kata itu yang bersifat diektik, sebagaimana tampak pada contoh (46).

Dengan demikian, kata bahan ajar merupakan nomina yang menyatakan makna

‘bahan yang diajarkan’.

2.1.33 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Mata Pelajaran

Kata mata pelajaran merupakan komposisi yang terbentuk melalui

penggabungan dua leksem. Unsur pembentuk kata mata pelajaran dapat

ditunjukkan dengan diagram berikut.

mata pelajaran

pelajaran

mata per-/-an ajar

Persenyawaan leksem mata dengan leksem pelajaran berfungsi

membentuk nomina. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(47) Mata pelajaran itu dapat ia kuasai dengan baik. S KET

Page 74: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

57

Secara fungsional kalimat (47) terdiri dari dua fungsi, yaitu Subjek (S) dan

Keterangan (KET). Fungsi S diisi kata mata pelajaran itu yang termasuk kategori

N, dan fungsi KET diisi kata dapat ia kuasai dengan baik yang termasuk kategori

Adv.

Sebagai bentuk komposisi kata mata pelajaran memiliki ciri yang

mendasar, adapun ciri itu ialah;

Pertama, adanya sifat ketaktersisipan, dimana diantara kata kurang ajar tidak

dapat disisipi dengan kata apapun. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(47a) *Mata dan pelajaran dapat ia kuasai dengan baik.

Kedua, adanya sifat ketakterluasan, dimana kata mata pelajaran tidak dapat di

afiksasikan atau dimodifikasikan menjadi bentuk lain. Berikut ini contohnya

dalam kalimat.

(47b) *Bermata dipelajaran dapat ia kuasai dengan baik.

Ketiga, adanya sifat ketakterbalikan, dimana diantara komponen dalam kedua

kata itu tidak dapat dipertukarkan posisinya. Berikut ini contohnya dalam kalimat

(47c) *Pelajaran mata dapat ia kuasai dengan baik.

Tentunya ketiga bentuk *mata dan pelajaran, *bermata pelajaran, dan

*pelajaran mata tidak dapat diterima keberadaannya karena ketiga bentuk itu

memang tidak lazim digunakan dalam bahasa Indonesia.

Kata mata pelajaran termasuk dalam nomina karena kata tersebut dapat

diikuti dengan kata itu yang bersifat diektik, sebagaimana tampak pada contoh

(47). Dengan demikian, kata mata pelajaran merupakan nomina yang menyatakan

makna ‘bahan yang diajarkan atau suatu bahan pelajaran’.

Page 75: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

58

2.1.34 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Buku Ajar

Kata buku ajar merupakan komposisi yang terbentuk melalui

penggabungan dua leksem. Unsur pembentuk kata buku ajar dapat ditunjukkan

dengan diagram berikut.

buku ajar

buku ajar

Persenyawaan leksem buku dan leksem ajar berfungsi membentuk

nomina. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(48) Buku ajar itu ia peroleh dari gurunya.

S P KET

Secara fungsional kalimat (48) terdiri dari tiga fungsi, yaitu Subjek (S),

Predikat (P), dan Keterangan (KET). Fungsi S diisi kata buku ajar yang termasuk

kategori N, fungsi P diisi kata ia peroleh yang termasuk kategori V, dan fungsi

KET diisi kata dari gurunya yang termasuk kategori N.

Sebagai bentuk komposisi kata buku ajar memiliki ciri yang mendasar,

adapun ciri itu ialah;

Pertama, adanya sifat ketaktersisipan, dimana antara kata buku ajar tidak dapat

disisipi dengan kata apapun. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(48a) *Buku dan ajar ia peroleh dari gurunya.

Kedua, adanya sifat ketakterbalikan, dimana antara komponen dalam kedua kata

itu tidak dapat dipertukarkan posisinya. Berikut ini contohnya dalam kalimat

Page 76: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

59

(48b) *ajar buku ia peroleh dari gurunya.

Tentunya kedua bentuk *buku dan ajar, dan *ajar buku tidak dapat diterima

keberadaannya karena kedua bentuk itu memang tidak lazim digunakan dalam

bahasa Indonesia.

Kata buku ajar termasuk dalam nomina karena kata tersebut dapat diikuti

dengan kata itu yang bersifat diektik, sebagaimana tampak pada contoh (48).

Dengan demikian, kata buku ajar merupakan nomina yang menyatakan makna

‘buku yang dipakai untuk mengajar’.

2.1.35 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Buku Pelajaran

Kata buku pelajaran merupakan komposisi yang terbentuk melalui

penggabungan dua leksem. Unsur pembentuk kata buku pelajaran dapat

ditunjukkan dengan diagram berikut.

buku pelajaran

pelajaran

buku per-/-an ajar

Persenyawaan leksem buku dan leksem pelajaran berfungsi membentuk

nomina. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

Page 77: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

60

(49) Buku Pelajaran bahasa Indonesia itu di beli di toko buku.

S P KET

Secara fungsional kalimat (49) terdiri dari tiga fungsi, yaitu Subjek (S),

Predikat (P), dan Keterangan (KET). Fungsi S diisi kata buku pelajaran bahasa

Indonesia itu yang termasuk kategori N, fungsi P diisi kata di beli yang termasuk

kategori V, dan fungsi KET diisi kata di toko buku yang termasuk kategori N.

Sebagai bentuk komposisi kata buku pelajaran memiliki ciri yang

mendasar, adapun ciri itu ialah;

Pertama, adanya sifat ketaktersisipan, dimana antara kata buku pelajaran tidak

dapat disisipi dengan kata apapun. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(49a) *Buku dan pelajaran bahasa indonesia itu di beli di toko buku.

Kedua, adanya sifat ketakterluasan, dimana kata buku pelajaran tidak dapat di

afiksasikan atau dimodifikasikan menjadi bentuk lain. Berikut ini contohnya

dalam kalimat.

(49b) *Berbuku dipelajaran bahasa Indonesia itu di beli di toko buku.

Ketiga, adanya sifat ketakterbalikan, dimana diantara komponen dalam kedua

kata itu tidak dapat dipertukarkan posisinya. Berikut ini contohnya dalam kalimat

(49c) *Pelajaran buku bahasa Indonesia itu di beli di toko buku.

Tentunya ketiga bentuk *buku dan pelajaran, *berbuku dipelajaran, dan

*pelajaran buku tidak dapat diterima keberadaannya karena ketiga bentuk itu

memang tidak lazim digunakan dalam bahasa Indonesia.

Kata buku pelajaran termasuk dalam nomina karena kata tersebut dapat

diikuti dengan kata itu yang bersifat diektik, sebagaimana tampak pada contoh

Page 78: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

61

(49). Dengan demikian, kata buku pelajaran merupakan nomina yang menyatakan

makna ‘buku yang dipakai untuk belajar’.

2.1.36 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Mata ajar

Kata mata ajar merupakan komposisi yang terbentuk melalui

penggabungan dua leksem. Unsur pembentuk kata mata ajar dapat ditunjukkan

dengan diagram berikut.

mata ajar

mata ajar

Persenyawaan leksem mata dan leksem ajar berfungsi membentuk

nomina. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(50) Mata ajar itu dapat ia kuasai dengan sempurna.

S P KET

Secara fungsional kalimat (50) terdiri dari tiga fungsi, yaitu Subjek (S),

Predikat (P), dan Keterangan (KET). Fungsi S diisi kata mata ajar itu yang

termasuk kategori N, fungsi P diisi kata dapat ia kuasai yang termasuk kategori

V, dan fungsi KET diisi kata dengan sempurna yang termasuk kategori konjungsi.

Sebagai bentuk komposisi kata mata ajar memiliki ciri yang mendasar,

adapun ciri itu ialah;

Pertama, adanya sifat ketaktersisipan, dimana antara kata mata ajar tidak dapat

disisipi dengan kata apapun. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

Page 79: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

62

(50a) *Mata dan ajar itu dapat ia kuasai dengan sempurna.

Kedua, adanya sifat ketakterbalikan, dimana diantara komponen dalam kedua

kata itu tidak dapat dipertukarkan posisinya. Berikut ini contohnya dalam kalimat

(50b) *Ajar mata itu dapat ia kuasai dengan sempurna.

Tentunya kedua bentuk *mata dan ajar, dan *ajar mata tidak dapat diterima

keberadaannya karena kedua bentuk itu memang tidak lazim digunakan dalam

bahasa Indonesia.

Kata mata ajar termasuk dalam nomina karena kata tersebut dapat diikuti

dengan kata itu yang bersifat diektik, sebagaimana tampak pada contoh (50).

Dengan demikian, kata mata ajar merupakan nomina yang menyatakan makna

‘hal yang dipelajari’.

2.1.37 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Bintang Pelajar

Kata bintang pelajar merupakan komposisi yang terbentuk melalui

penggabungan dua leksem. Unsur pembentuk kata bintang pelajar dapat

ditunjukkan dengan diagram berikut.

bintang pelajar

pelajar

bintang per- ajar

Persenyawaan leksem bintang dan leksem pelajar berfungsi membentuk

nomina. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

Page 80: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

63

(51) Bintang pelajar itu tidak pernah sombong.

S P

Secara fungsional kalimat (51) terdiri dari dua fungsi, yaitu Subjek (S),

dan Predikat (P). Fungsi S diisi kata bintang pelajar itu yang termasuk kategori

N, fungsi P diisi kata tidak pernah sombong yang termasuk kategori Adj.

Sebagai bentuk komposisi kata bintang pelajar memiliki ciri yang

mendasar, adapun ciri itu ialah;

Pertama, adanya sifat ketaktersisipan, dimana antara kata bintang pelajar tidak

dapat disisipi dengan kata apapun. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(51a) *Bintang dan pelajar itu tidak pernah sombong.

Kedua, adanya sifat ketakterluasan, dimana kata bintang pelajar tidak dapat di

afiksasikan atau dimodifikasikan menjadi bentuk lain. Berikut ini contohnya

dalam kalimat.

(51b) *Berbintang pelajaran itu tidak pernah sombong.

Ketiga, adanya sifat ketakterbalikan, dimana diantara komponen dalam kedua

kata itu tidak dapat dipertukarkan posisinya. Berikut ini contohnya dalam kalimat

(51c) *Pelajar bintang itu tidak pernah sombong.

Tentunya ketiga bentuk *bintang dan pelajar, *berbintang pelajaran, dan

*pelajar bintang tidak dapat diterima keberadaannya karena ketiga bentuk itu

memang tidak lazim digunakan dalam bahasa Indonesia.

Kata bintang pelajar termasuk dalam nomina karena kata tersebut dapat

diikuti dengan kata itu yang bersifat diektik, sebagaimana tampak pada contoh

Page 81: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

64

(51). Dengan demikian, kata bintang pelajar merupakan nomina yang

menyatakan makna ‘bintangnya seorang pelajar’.

2.1.38 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Kurang Ajar

Kata kurang ajar merupakan komposisi yang terbentuk melalui

penggabungan dua leksem. Unsur pembentuk kata kurang ajar dapat ditunjukkan

dengan diagram berikut.

kurang ajar

kurang ajar

Persenyawaan leksem kurang dengan leksem ajar berfungsi membentuk

Adjektiva. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(52) Anak itu kurang ajar. S P

Secara fungsional kalimat (52) terdiri dari dua fungsi, yaitu fungsi Subjek

(S) dan Predikat (P). Fungsi S diisi kata anak itu yang termasuk kategori N, dan

fungsi P diisi kata kurang ajar yang termasuk kategori Adj.

Sebagai bentuk komposisi kata kurang ajar memiliki ciri yang mendasar,

adapun ciri itu ialah;

Pertama, adanya sifat ketaktersisipan, dimana diantara kata kurang ajar tidak

dapat disisipi dengan kata apapun. Berikut ini contohnya dalam kalimat.

(52a) Anak itu *kurang dan ajar.

Page 82: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

65

Kedua, adanya sifat ketakterbalikan, dimana diantara komponen dalam kedua

kata itu tidak dapat dipertukarkan posisinya. Berikut ini contohnya dalam kalimat

(52b) Anak itu *ajar kurang..

Tentunya kedua bentuk *kurang dan ajar, dan *ajar kurang tidak dapat

diterima keberadaannya karena kedua bentuk itu memang tidak lazim digunakan

dalam bahasa Indonesia. Namun ada pengecualian pada kata ini, karena kata

kurang ajar dapat diperluas dengan afiksasi atau dimodifikasi, menjadi

kekurangajaran. Dengan demikian, kata kurang ajar merupakan adjektiva yang

menyatakan makna ‘sifat kurang ajar’.

Page 83: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

66

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab II dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut. Pertama, morfem ajar merupakan bentuk dasar produktif yang dapat

membentuk kata polimorfemik. Kata polimorfemik yang dibentuk dari morfem

ajar adalah mengajar, diajar, belajar, ajarkan, ajari, mengajarkan, diajarkan,

mengajari, diajari, pelajari, mempelajari, dipelajari, terajar, terajari, terajarkan,

ajaran, pengajar, pengajaran, pelajar, pelajaran, berpelajaran, terpelajar,

membelajarkan, pembelajar, pembelajaran, pemelajar, pemelajaran, keterajaran,

kepelajaran, kepengajaran, keterpelajaran bahan ajar, mata pelajaran, buku

ajar, buku pelajaran, mata ajar, bintang pelajar, dan kurang ajar.

Kedua, tahap pembentukan kata polimorfemik yang berasal dari morfem

ajar dapat dikelompokkan menjadi tiga pentahapan, yaitu (1) satu tahap

pembentukan, (2) dua tahap pembentukan, dan (3) tiga tahap pembentukan. Kata

polimorfemik yang berasal dari morfem ajar yang mengalami satu tahap

pembentukan adalah mengajar, diajar, belajar, ajarkan, ajari, ajaran, pengajar,

pengajaran, pelajar, pelajaran, terajar, bahan ajar, buku ajar, mata ajar dan

kurang ajar. Kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar yang mengalami

dua tahap pembentukan adalah mengajarkan, diajarkan, mengajari, diajari,

pelajari, terajari, terajarkan, keterajaran, kepelajaran, kepengajaran,

berpelajaran, terpelajar, pembelajaran, pemelajaran, pembelajar, pemelajar,

Page 84: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

67

mata pelajaran, buku pelajaran dan bintang pelajar. Kata polimorfemik yang

berasal dari morfem ajar yang mengalami tiga tahap pembentukan adalah

mempelajari, dipelajari, membelajarkan, dan keterpelajaran..

Ketiga, pembentukan kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar

terdiri dari tiga macam kategori kata, yaitu (1) kategori verba, (2) kategori

nomina, dan (3) kategori adjektiva. Kata polimorfemik yang berasal dari morfem

ajar yang termasuk kategori verba adalah mengajar, diajar, belajar, ajarkan,

ajari, mengajarkan, diajarkan, mengajari, diajari, pelajari, mempelajari,

dipelajari, terajar, terajari, terajarkan, pengajaran, pelajaran, membelajarkan,

pembelajaran, dan pemelajaran. Kata polimorfemik yang berasal dari morfem

ajar yang termasuk kategori nomina adalah ajaran, pengajar, pelajar,

berpelajaran, pembelajar, pemelajar, keterajaran, kepelajaran, kepengajaran,

keterpelajaran, bahan ajar, mata pelajaran, buku ajar, buku pelajaran, mata

ajar dan bintang pelajar. Kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar yang

termasuk kategori adjektiva adalah terpelajar, dan kurang ajar.

Keempat, dari analisis data ditemukan adanya beberapa kata

polimorfemik yang berasal dari morfem ajar yang memiliki hubungan makna.

Nomina pengajar ‘orang yang mengajar’ dan pengajaran ‘proses mengajar’

memiliki hubungan makna dengan verba mengajar. Nomina pelajar ‘orang yang

belajar’ dan pelajaran ‘perihal belajar’ memiliki hubungan makna dengan verba

belajar. Nomina bahan ajar ‘bahan yang diajarkan’ memiliki hubungan makna

dengan verba diajarkan. Nomina pembelajar ‘orang yang membelajarkan’ dan

pembelajaran ‘proses membelajarkan’ memiliki hubungan makna dengan verba

Page 85: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

68

membelajarkan. Nomina pemelajar ’orang yang mempelajari’ dan pemelajaran

‘proses mempelajari’ memiliki hubungan makna dengan verba mempelajari. Dari

contoh-contoh tersebut tampak bahwa makna nomina polimorfemik yang berasal

dari morfem ajar berkaitan erat dengan verba polimorfemik yang berasal dari

morfem ajar. Keterkaitan makna antara kata-kata polimorfemik itu disebut

hubungan paradigmatis.

3.2 Saran

Penelitian mengenai morfem ajar yang menghasilkan kata-kata

polimorfemik ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti berharap

adanya penelitian berikutnya yang dapat melengkapi. Penelitian tersebut dapat

membahas sisi lain dari pembentukan kata polimorfemik dengan menggunakan

landasan teori dan metode penelitian yang lain dari yang sudah ada. Apabila

penelitian ini khusus membahas kata polimorfemik yang dihasilkan oleh morfem

ajar, maka penelitian berikutnya dapat membahas kata polimorfemik yang berasal

dari morfem lain yang tentunya menggunakan landasan teori dan metode

penelitian yang lain. Dengan demikian, penelitian tentang proses pembentukan

suatu morfem menjadi kata polimorfemik dapat lebih lengkap.

Page 86: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

69

DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J.S. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.

Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta. Kentjono, Djoko. 1982. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta: Fakultas Sastra

Universitas Indonesia. Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia.

Jakarta: Gramedia. Parera, Jos Daniel.1988. Morfologi. Jakarta: Gramedia. Poerwadarminta, W.J.S.1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ramlan, M. 1979. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono. Samsuri. 1991. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar

Penelitian Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa.

Verhaar, J. W. M. 2001. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Page 87: KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR … · vi ABSTRAK Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”. Skripsi Strata I (S-I). Program Studi

70

LAMPIRAN