kata pengantarhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2019/12/...pengertian a. sifat hujan sifat...
TRANSCRIPT
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] i
KATA PENGANTAR
Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan
hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika
mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi,
politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah
satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program
pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan
Barelang (Batam, Rempang, Galang), Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya
menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.
Buletin Meteorologi edisi Desember 2019 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan
iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan November 2019, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut
bulan Desember 2019. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi
meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.
Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak
kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin
ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai
isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I
HANG NADIM BATAM
ttd
I WAYAN MUSTIKA, S.Si, M.Si.
NIP. 19670305 199102 1 005
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] ii
TIM REDAKSI
Pelindung : I Wayan Mustika, S.Si, M.Si.
Penanggung Jawab : Suratman, S.Kom.
Editor : Hana Solihah, S.Si.
Tim Pengumpulan Data : Heritan, S.E.
Aprilia Susilowati, S.Tr.
Tim Analisis dan Prakiraan : Pande Made Rony Kurniawan, SST.
Ibnu Susilo, S.Tr.
Tim Distribusi : Suryanti Agustina, S.P., M.Ling.
Sri Rameiyana, S.E.
Desain : M. Taufiq, S.SI.
Teknisi : Kuswito
Alamat Redaksi
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
Jalan Batu Besar, Bandara Hang Nadim Batam
Batu Besar, Batam 29466
Telpon : 0778-761415
Fax : 0778-761401
Website : hangnadim.kepri.bmkg.go.id
Email : [email protected]
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] iii
DAFTAR ISI
Kata pengantar .............................................................................................................................................................. i
Tim Redaksi .................................................................................................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................................................................................... iii
I. RINGKASAN ....................................................................................................................................................... 1
II. PENGERTIAN ...................................................................................................................................................... 1
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM NOVEMBER 2019 ................................................................................... 2
IV. PRAKIRAAN CUACA DESEMBER 2019 .................................................................................................. 11
V. PRAKIRAAN PASANG SURUT DESEMBER 2019 .................................................................................. 16
VI. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI DESEMBER 2019 ........................ 19
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................................................... 22
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 1
RINGKASAN
1. Berdasarkan data curah hujan bulan November 2019 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang
Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan November 2019 adalah sebagai
berikut:
a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam yaitu berada pada kondisi di bawah normal terhadap rata
– ratanya. Sedangkan kondisi angin dilaporkan dominan bertiup dari arah utara – timur laut dari
dasarian I hingga dasarian III pada kecepatan rata – rata 3,7 km/jam.
b. Pada bulan November, nilai IOD yang berada pada kondisi positif serta nilai SOI yang netral
kurang memberikan pengaruh pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk
wilayah Kepulauan Riau.
II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive
Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Desember 2019
hingga November 2020. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim
periode Desember 1998 s.d November 2019. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA
dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.93686 dan RMSE (error)
26.3106 yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Desember 2019 pada dasarian I, II dan III
diprakirakan berada pada kisaran normalnya.
PENGERTIAN
A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan
dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:
1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.
2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.
3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.
B. NORMAL CURAH HUJAN
1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1
November 1901 s/d 31 November 1930, 1 November 1931 s/d 31 November 1960, 1
November 1961 s/d 31 November 1990, dan seterusnya.
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)
KRITERIA CH CH/hari CH/Jam
Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm
Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm
Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm
Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 2
ANALISA CUACA DAN IKLIM NOVEMBER 2019
A. KERAGAMAN HUJAN
Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati
garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua
Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional
(Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai
Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan
matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun
mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman
iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan
kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan.
Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis.
Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar
pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke
tahun.
El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan
menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia.
Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan
equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole)
hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.
Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern
Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi
intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Desemberan Oscillation) juga mempengaruhi
keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya
variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya
dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (November-Desember) dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan curah hujan sekitar 200%.
Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase.
Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-
3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia (
100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah (
160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB).
Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit
mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan
memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah
pada satelit.
B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN NOVEMBER 2019
1. Monsun
Pada bulan November, matahari telah melewati equator dan sudah berada di Bumi Bagian Selatan
dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 6° yaitu dari 16°LS menuju 22°LS. Hal ini berdampak ke
peningkatan suhu muka laut di sekitar wilayah equator dan BBS yang memicu terbentuknya pola-pola
tekanan udara rendah. Pada bulan November 2019 tercatat ada 5 kejadian Typhoon dan 2 badai tropis.
Dimana hal ini cukup berpengaruh terhadap bertambah maupun berkurangnya jumlah curah hujan di
wilayah Kepulauan Riau.
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan November 2019
berkisar antara 27.00 - 31.00C (Gambar.1) dengan anomali -2.50 hingga +1.50C (Gambar.2). Di wilayah
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 3
Kepulauan Riau, anomali suhu muka laut berkisar antara -0.50C hingga +1.50C yang menunjukkan
suhu muka laut masih dalam kondisi yang sedikit hangat sehingga cukup memberi pasokan uap air di
udara. Suhu muka laut yang hangat serta anomali suhu muka laut yang positif di wilayah Kepulauan
Riau cukup mendukung untuk proses pertumbuhan awan-awan yang berpotensi menjadi hujan.
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png
Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut November 2019
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png
Gambar 2. Peta Anomali Suhu Muka Laut Bulan November 2019
Pada bulan November 2019, tekanan udara di BBS secara umum sama dengan tekanan udara
yang ada di BBU. Hal ini menyebabkan massa udara dari BBU dan BBS bergerak dan bertemu di
sekitar equator, sehingga menyebabkan adanya zona konvergensi intertropis di wilayah equator
(ITCZ). Pada daerah-daerah tersebut terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan
penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara yang berpotensi dalam
pembentukan awan–awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 4
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan November 2019
Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG
Gambar 4. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan November 2019
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan November 2019
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 5
Berdasarkan hasil analisis (Gambar.4 dan 5), pada daerah Kepulauan Riau angin pada bulan
November umumnya bertiup dari arah Barat Laut hingga Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 0
hingga 5 knot (Gambar. 5).
2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation)
ENSO berada pada kondisi netral yaitu antara −0.8 °C sampai +0.8 °C. Pada akhir bulan
November 2019, nilai anomali SST Nino 3.4 yaitu sebesar +0.43 dan nilai rata-rata harian SOI (Southern
Oscillation Index) selama bulan November sebesar -8.1. Hal tersebut mengindikasikan tidak adanya
pengaruh terhadap pengurangan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia
khususnya Indonesia bagian timur.
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 6. Grafik indeks SST Nino3.4
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 7. Grafik indeks ENSO / SOI
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 6
3. MJO (Madden-Novemberan Oscillation)
a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 8. Rata-rata OLR November 2019
OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa.
Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa. Awan-awan
konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut. Suatu
wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang
kecil/rendah. Pada bulan November 2019, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat di
wilayah bagian Utara Pulau Sumatera, Kalimantan bagian Barat dan Papua bagian Utara yaitu berkisar
antara 160 – 200 W/m2, sementara untuk wilayah Kepulauan Riau secara keseluruhan, nilai OLR
seperti yang ditunjukkan pada gambar 8 berada pada kisaran 200 - 220 W/m2. Hal ini mengindikasikan
bahwa tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau pada bulan November 2019 cukup banyak.
b. Fase MJO
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Gambar 9. Fase MJO
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 7
MJO selama bulan November 2019 berada pada fase 5 sampai 8 dengan perambatan kuat pada
awal hingga akhir bulan. Wilayah Indonesia berada pada fase 3 sampai 5. Pada gambar (9) terlihat
bahwa pada minggu pertama bulan November wilayah Indonesia terlewati oleh perambatan MJO
dengan sifat kuat. Secara teori, kondisi MJO ini cukup memberikan pengaruh pada penambahan curah
hujan di wilayah Indonesia termasuk juga untuk wilayah Kepulauan Riau.
4. IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada
kisaran normal dengan kondisi netral (-0.4 s.d 0.4). Pada akhir bulan November 2019 nilai IOD
berada pada kondisi positif yang bernilai +1.14. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan
November 2019 secara umum IOD berpengaruh dalam mengurangi peluang pertumbuhan awan di
wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 10. Grafik IOD
C. ANALISIS HUJAN BULAN NOVEMBER 2019
Berdasarkan data curah hujan bulan November 2019 yang diterima dari Stasiun Meteorologi
Hang Nadim di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah
hujan dan sifat hujan bulan November 2019 adalah sebagai berikut:
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 8
D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN NOVEMBER 2019
a. Hujan
Hujan bulan November 2019 Barelang bersifat Bawah Normal (BN) dengan curah hujan selama
satu bulan berkisar 12,8 mm – 251 mm atau antara 5,1% - 99,6%. Curah hujan terendah terjadi di Piayu
dan tertinggi di Mukakuning. Khusus di Hang Nadim dalam bulan November 2019 terdapat 10 hari
hujan terukur dan 3 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 109,8 mm atau
berkisar 43,6% dari rata-rata, yang berarti sifat hujan Bawah Normal (BN). Pada dasarian I terjadi 1 hari
hujan dengan jumlah curah hujan 19,5 mm, pada dasarian II terjadi 4 hari hujan dengan jumlah curah
hujan 55,9 mm, pada dasarian III terjadi 5 hari hujan dengan jumlah curah hujan 34,4 mm. Curah hujan
tertinggi 37,9 mm terjadi pada tanggal 20 November 2019.
Gambar 12. Grafik Curah Hujan bulan November 2019 di Hang Nadim
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 9
b. Suhu Udara
Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 26,3 °C – 29,7 °C. Suhu udara terendah dalam
bulan November 2019 adalah 23,9°C terjadi pada tanggal 3 dan 20 November 2019 pagi hari dan suhu
udara tertinggi 34,2 °C terjadi pada tanggal 7 dan 10 November 2019 siang hari.
Gambar.13 Grafik Suhu Udara bulan November 2019 di Hang Nadim
c. Kelembapan Udara
Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 74% - 91%. Kelembaban udara terendah
mutlak 49% terjadi pada tanggal 2 November 2019 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi
100% terjadi pada tanggal 27 November 2019 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan
November 2019 lebih kering dibandingkan bulan Oktober 2019.
Gambar.14 Grafik Kelembaban Udara Bulan November 2019 di Hang Nadim
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 10
d. Angin Permukaan
Selama periode dasarian I – III November 2019, angin permukaan secara umum didominasi dari
Utara – Timur Laut dengan kecepatan rata-rata 3,7 km/jam. Arah dan kecepatan maksimum dari Timur
Laut dengan kecepatan 18,5 km/jam terjadi pada tanggal 13 November 2019.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 11
PRAKIRAAN CUACA DESEMBER 2019
A. DINAMIKA ATMOSFER
1. Tekanan Udara dan Angin
Pada bulan Desember, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBS (Belahan Bumi
Selatan) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 1,5° yaitu dari 22°LS menuju 23,5°LS
(http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah
pada bulan Desember berada pada wilayah bumi bagian selatan.
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Desember 2019 Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Desember 2019
Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5
http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html
Gambar 15. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Desember 2019
Pola angin rata-rata bulan Desember secara dominan bertiup dari Belahan Bumi Utara (BBU)
namun angin dari Belahan Bumi Selatan (BBS) sudah mulai menguat dan membentuk pola belokan
angin dan pertemuan angin (konvergensi) di sekitar wilayah ekuator. Berdasarkan gambar 16,
terdapat pola belokan angin di sekitar wilayah Kepulauan Riau yang menyebabkan perlambatan
kecepatan angin sehingga mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Sumber: Meteo Publik, BMKG
Gambar 16. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Desember 2019
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 12
2. ENSO (EL-NinoSouthern Oscillation)
ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan
curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia.
Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu JMA (Japan Meteorology Agency), NCEP,
ECMWF, BMKG dan BOM/ POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) menyatakan
bahwa pada bulan Desember 2019 dalam kondisi Netral. Secara umum, ENSO akan diprediksi tidak
memberi pengaruh terhadap penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah
Indonesia khususnya wilayah Indonesia bagian timur.
Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG
Gambar 17. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of
Meteorology Australia) hingga akhir November 2019 menunjukkan nilai SOI sebesar -8.1, sehingga
tidak memberikan pengaruh terhadap pengurangan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di
wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian timur.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 18. Grafik SOI Bulan Januari 2017 s.d. Awal Desember 2019
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 13
3. MJO (Madden-Novemberan Oscillation)
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gambar 19. Grafik Fase MJO pada Bulan November 2019 dan prakiraan Bulan Desember 2019
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif
Gambar 20. Anomali OLR sampai dengan 02 Desember 2019 dan prakiraan 15 hari kedepan
Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia,
khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut
NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan Desember 2019 dengan sifat kuat dan
berada pada fase 2 hingga 5 sehingga cukup memberikan pengaruh terhadap penambahan curah hujan
pada pertengahan bulan di wilayah Indonesia (Gambar 19). Nilai anomali OLR bernilai negatif berada
di wilayah Indonesia bagian barat (Gambar 20) pada pertenghan bulan Desember. Hal tersebut
mengindikasikan tutupan awan konvektif di wilayah Indonesia bagian barat cukup banyak termasuk
di wilayah Kepulauan Riau.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 14
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya
Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM dan BMKG (gambar 21) bulan
Desember 2019 DMI akan berada pada kondisi netral sehingga tidak memberikan pengaruh dalam
pengurangan maupun penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia, khususnya Indonesia bagian
barat.
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg
Gambar 21. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
5. Tinjauan Klimatologis
Kondisi cuaca bulan Desember di Batam berdasarkan data klimatologis selama 26 tahun
(1993-2018) diketahui:
Secara klimatologis selama 16 tahun (1996 – 2011) jumlah curah hujan pada bulan Desember
dibagi menjadi tiga bagian di Pulau Batam. Hampir seluruh wilayah Batam sekitar 200 – 250 mm,
Batam bagian Utara sekitar 150 – 200 mm dan Batam bagian Selatan sekitar 250 – 300 mm.
Kesimpulan:
Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam
pada bulan Desember 2019 cukup besar jika dibandingkan dari bulan November 2019.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 15
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2019
1. Prakiraan Hujan Dasarian
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai
Desember 2019 hingga November 2020. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan
dasarian Hang Nadim periode Desember 1998 s.d November 2019.
Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian
periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.93686 dan RMSE (error) 26.3106. Hasilnya
menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Desember 2019 diprakirakan:
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II dan
III berada pada kisaran normalnya.
2. Prakiraan Hujan Bulanan
Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil
prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Desember 2019 di wilayah Barelang sebagai
berikutDengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian
periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.93686 dan RMSE (error) 26.3106. Hasilnya
menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Desember 2019 diprakirakan:
Tabel Prakiraan Curah Hujan Bulan Desember 2019
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Desember di Barelang dapat
diprakirakan sebagai berikut:
Tabel Prakiraan Sifat Hujan Bulan Desember 2019
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 16
PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) DESEMBER 2019
A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan
angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun
terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air.
Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan
gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
B. Pola Pasang Surut
Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya.
Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide
(air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut
mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda
dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air
untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam
jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata
ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.
C. Paras Pasang Surut.
Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt
Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide.
Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang
surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti
bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini
kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten
Kota sebagai berikut :
1. KOTA BATAM
i. BATU AMPAR
ii. SEKUPANG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 17
2. KABUPATEN BINTAN
i. TANJUNG UBAN
3. KABUPATEN KARIMUN
i. TANJUNG BALAI KARIMUN
ii. TANJUNG PINANG
4. KABUPATEN LINGGA
i. DABO SINGKEP
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 18
5. KABUPATEN ANAMBAS
i. SELAT PENINTING
6. KABUPATEN NATUNA
i. SEDANAU
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 19
PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM
BULAN DAN MATAHARI DESEMBER 2019
1. BATAM
Location : E104 07, N01 07, December 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0551 1754 0952 2213
2 0551 1755 1041 2301
3 0551 1755 1127 2346
4 0552 1755 1211 0000
5 0552 1756 1252 0029
6 0553 1756 1333 0111
7 0553 1757 1414 0153
8 0553 1757 1456 0235
9 0554 1757 1539 0318
10 0554 1758 1626 0403
11 0555 1758 1716 0452
12 0555 1759 1809 0544
13 0556 1759 1906 0640
14 0556 1800 2004 0737
15 0557 1800 2102 0836
16 0557 1801 2159 0933
17 0558 1801 2253 1028
18 0558 1802 2346 1120
19 0559 1802 0000 1211
20 0559 1803 0036 1300
21 0600 1803 0126 1349
22 0600 1804 0217 1439
23 0601 1804 0308 1531
24 0601 1805 0401 1624
25 0602 1805 0456 1719
26 0602 1806 0552 1814
27 0603 1806 0647 1909
28 0603 1807 0741 2002
29 0604 1807 0832 2052
30 0604 1807 0920 2139
31 0605 1808 1005 2224
2. TANJUNGPINANG
Location : E104 32, N00 55, December 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0549 1753 0950 2211
2 0549 1753 1039 2259
3 0549 1754 1125 2345
4 0550 1754 1209 0000
5 0550 1754 1251 0028
6 0551 1755 1331 0110
7 0551 1755 1412 0151
8 0551 1756 1454 0233
9 0552 1756 1538 0316
10 0552 1756 1624 0402
11 0553 1757 1714 0450
12 0553 1757 1808 0542
13 0554 1758 1904 0638
14 0554 1758 2003 0735
15 0555 1759 2101 0834
16 0555 1759 2157 0931
17 0556 1800 2252 1026
18 0556 1800 2344 1118
19 0557 1801 0000 1209
20 0557 1801 0035 1258
21 0558 1802 0125 1348
22 0558 1802 0215 1438
23 0559 1803 0306 1529
24 0559 1803 0359 1623
25 0600 1804 0454 1717
26 0600 1804 0550 1813
27 0601 1805 0645 1908
28 0601 1805 0739 2001
29 0602 1806 0830 2051
30 0602 1806 0918 2138
31 0603 1807 1003 2222
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 20
3. RANAI
Location : E108 24, N03 55, December 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0538 1733 0939 2151
2 0538 1733 1028 2240
3 0539 1733 1113 2326
4 0539 1734 1156 0000
5 0540 1734 1236 0010
6 0540 1734 1316 0053
7 0541 1735 1356 0135
8 0541 1735 1437 0218
9 0542 1736 1519 0302
10 0542 1736 1605 0349
11 0542 1736 1654 0438
12 0543 1737 1747 0531
13 0543 1737 1843 0627
14 0544 1738 1941 0725
15 0544 1738 2040 0823
16 0545 1739 2137 0919
17 0545 1739 2233 1013
18 0546 1740 2326 1105
19 0546 1740 0000 1154
20 0547 1741 0018 1243
21 0547 1741 0109 1331
22 0548 1742 0201 1419
23 0548 1742 0253 1510
24 0549 1743 0347 1602
25 0549 1743 0443 1656
26 0550 1744 0539 1752
27 0550 1744 0634 1846
28 0551 1745 0728 1940
29 0551 1745 0818 2030
30 0552 1746 0906 2118
31 0552 1746 0950 2204
4. TANJUNG BALAI KARIMUN
Location : E103 23, N01 03, December 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0553 1757 0955 2216
2 0554 1758 1044 2304
3 0554 1758 1130 2349
4 0555 1758 1214 0000
5 0555 1759 1255 0033
6 0555 1759 1336 0114
7 0556 1800 1417 0156
8 0556 1800 1459 0238
9 0557 1800 1542 0321
10 0557 1801 1629 0406
11 0558 1801 1719 0455
12 0558 1802 1812 0547
13 0559 1802 1909 0643
14 0559 1803 2007 0740
15 0600 1803 2105 0839
16 0600 1804 2202 0936
17 0600 1804 2256 1031
18 0601 1805 2349 1123
19 0601 1805 0000 1214
20 0602 1806 0039 1303
21 0602 1806 0129 1352
22 0603 1807 0220 1442
23 0603 1807 0311 1534
24 0604 1808 0404 1627
25 0604 1808 0459 1722
26 0605 1809 0555 1818
27 0605 1809 0650 1912
28 0606 1810 0744 2005
29 0606 1810 0835 2055
30 0607 1811 0923 2142
31 0607 1811 1008 2227
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 21
5. DABO SINGKEP
Location : E104 34, S00 28, December 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0548 1753 0949 2212
2 0548 1754 1038 2300
3 0549 1754 1125 2345
4 0549 1755 1208 0000
5 0549 1755 1250 0028
6 0550 1755 1331 0110
7 0550 1756 1412 0151
8 0551 1756 1454 0232
9 0551 1757 1538 0316
10 0551 1757 1625 0401
11 0552 1758 1715 0449
12 0552 1758 1809 0541
13 0553 1758 1905 0637
14 0553 1759 2003 0734
15 0554 1759 2101 0833
16 0554 1800 2158 0930
17 0555 1800 2252 1025
18 0555 1801 2344 1118
19 0556 1801 0000 1209
20 0556 1802 0035 1258
21 0557 1802 0124 1348
22 0557 1803 0215 1438
23 0558 1803 0306 1530
24 0558 1804 0359 1623
25 0559 1804 0453 1718
26 0559 1805 0549 1814
27 0600 1805 0644 1908
28 0600 1806 0738 2001
29 0601 1806 0829 2051
30 0601 1807 0917 2138
31 0602 1807 1002 2222
6. TAREMPA
Location : E106 15, N03 12, December 2019
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm Hm
1 0545 1742 0947 2201
2 0546 1743 1035 2249
3 0546 1743 1121 2335
4 0547 1743 1204 0000
5 0547 1744 1245 0019
6 0548 1744 1325 0102
7 0548 1745 1405 0144
8 0548 1745 1446 0226
9 0549 1745 1529 0310
10 0549 1746 1615 0357
11 0550 1746 1704 0446
12 0550 1747 1757 0539
13 0551 1747 1853 0635
14 0551 1748 1951 0732
15 0552 1748 2050 0830
16 0552 1748 2147 0927
17 0553 1749 2242 1021
18 0553 1749 2335 1113
19 0554 1750 0000 1203
20 0554 1750 0027 1251
21 0555 1751 0118 1340
22 0555 1751 0209 1429
23 0556 1752 0301 1519
24 0556 1752 0355 1612
25 0557 1753 0450 1707
26 0557 1753 0546 1802
27 0558 1754 0642 1857
28 0558 1754 0736 1950
29 0559 1755 0826 2040
30 0559 1755 0914 2128
31 0600 1756 0958 2213
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.072] 22
DAFTAR ISTILAH
Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan
angin kencang.
Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia
bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian : Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD
(Indian Ocean Dipole)
: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera
Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
DMI
(Dipole Mode Index)
: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang
bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera,
sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak
menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy,
maka cenderung banyak hujan.
El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum
menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO
(El Nino-Shouthern Oscillation)
: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas
ITCZ (Intertropical
Convergence Zone)
: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan
hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan
curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO (Madden-
Novemberan
Oscillation)
: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah)
di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai
pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari
barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur
dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing
Longwave Radiation)
Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode
(minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun
Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia
berkaitan dengan musim kemarau.
Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang
tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave
Radiation)
: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan
nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-
1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara
tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.
Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-
1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan
fenomena cuaca