kata pengantar.docx

22
Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang macam-macam tafsir. Harapan penulis sebagai pembuat makalah ini agar makalah ini dapat memenuhi tugas, serta bermanfaat bagi penulis dan Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir khususnya kelas IQTA IV A dalam mengisi dan menambah sedikit pengetahuan tentang macam- macam tafsir. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah tentang macam-macam tafsir ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami berterima kasih kepada Muhammad Yasir selaku dosen pembimbing mata pelajaran Ulumul Qur’an. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Demikian kata pengatar ini kami buat, semoga bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca pada umumnya. Pekanbaru, 11 April 2016 1

Upload: anonymous-qoi3j4

Post on 10-Jul-2016

216 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kata Pengantar.docx

Kata PengantarDengan mengucapkan puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas

rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang macam-

macam tafsir.

Harapan penulis sebagai pembuat makalah ini agar makalah ini dapat memenuhi

tugas, serta bermanfaat bagi penulis dan Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir khususnya

kelas IQTA IV A dalam mengisi dan menambah sedikit pengetahuan tentang macam-macam

tafsir.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah tentang macam-macam tafsir ini

tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami

berterima kasih kepada Muhammad Yasir selaku dosen pembimbing mata pelajaran Ulumul

Qur’an.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak

kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami. Untuk itu kritik dan

saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian kata pengatar ini kami buat, semoga bermanfaat khususnya bagi kami

dan bagi pembaca pada umumnya.

Pekanbaru, 11 April 2016

1

Page 2: Kata Pengantar.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..2

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang…………………………………………………………….... 3

B.     Rumusan Masalah………………………………………………………………3

BAB II

ISI

A.   Macam-Macam Tafsir……………………………………………………………4

B.     Macam-Macam Kitab Tafsir……………………………………………………12

BAB III PENUTUPAN……………………………………………………………..20

2

Page 3: Kata Pengantar.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Al-Quranul karim adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

SAW, mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ilmu pengetahuan, kisah-

kisah, filsafat, peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku dan tata cara hidup manusia,

baik sebagai makhluk individu ataupun sebagai makhluk sosial, sehingga berbahagia hidup di

dunia dan di akhirat.

Al-Quranul karim dalam menerangkan hal-hal tersebut di atas, ada yang dikemukakan

secara terperinci, seperti yang berhubungan dengan hukum perkawinan, hukum warisan dan

sebagainya, dan ada pula yang dikemukakan secara umum dan garis besarnya saja. Yang

diterangkan secara umum dan garis-garis besarnya ini, ada yang diperinci dan dijelaskan

hadist-hadist Nabi Muhammad SAW, dan ada yang diserahkan pada kaum muslim sendiri

yang disebut Ijtihad.

Kalau pada masa Rasul saw., para sahabat menanyakan persoalan-persoalan yang

tidak jelas kepada Rasul saw., maka setelah wafatnya mereka harus melakukan ijtihad,

khususnya mereka yang mempunyai kemampuan, seperti Ali bin Abi Thalib dan yang

lainnya. Pada konteks seperti inilah, tafsir atas ayat-ayat Al-Quran diperlukan.

Dalam perspektif 'ulum Al-Quran, setidaknya ditemukan beberapa terminology

penafsiran yang sering digunakan yaitu tafsir Bi al-Ma'tsur, tafsir Bi al-Ra'yi dan tafsir Bil

Iqtirani. Tafsir Bi al-Ma'tsur diartikan sebagai tafsir yang dilakukan dengan jalan riwayat,

yakni Penafsiran bersumberkan Al-Quran, Hadits, Riwayat Shahabat Ra. dan Tabi’in Ra.

Tafsir Bi al-Ra'yi didefinisikan sebagai upaya menyingkap isi kandungan Al-Quran dengan

ijtihad yang dilakukan dengan mengapresiasi eksistensi akal. Dan tafsir Bil Iqtirani (perpadun

antara Bi al-Ma’tsur dan Bi al-Ra’yi)

Oleh karena perlu kiranya dikaji secara utuh dan mendalam tafsir tersebut sehingga

pemahaman terhadap tafsir tidak dangkal, baik tafsir bi al-ma'tsur, bi al-ra’yi maupun bil

iqtirani. 

B.     Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1.      Apa pengertian tafsir Bi al-Ma’tsur, Bi al-Ra’yi dan Iqtirani?

2.      Bagaimana sumber-sumber penafsirannya?

3.      Apa kelebihan dan kekurangannya?

4.      Apa contoh-contoh kitabnya?

3

Page 4: Kata Pengantar.docx

BAB II

PEMBAHASAN

1. Macam-macam tafsir

Tafsir Al-Quran apabila ditinjau dari segi metode penafsirannya dibagi menjadi

empat,yaitu: metode tahlily, metode ijmaly, metode muqaran dan metode maudhui.

a. Tafsir Tahlili

Tafsir tahlili dalah mengkaji ayat-ayat al-Qur'an dari segala segi dan maknanya, ayat

demi ayat dan surat demi surat, sesuai dengan urutan dalam mushaf Utsmani. Untuk itu,

pengkajian metode ini kosa kata dan lafadz, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang

dituju dan kandungan ayat, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan

kandungan ayat, menjelaskan apa yang dapat di-istnbath-kan dari ayat serta mengemukakan

kaitan antara ayat-ayat dan relevansinya dengan ayat sebelumnya dan sesudahnya. Untuk itu

ia merujuk kepada sebab-sebab turunnya ayat, hadits-hadits Rasulullah saw dan riwayat dari

para sahabat dan tabi'in. Para ulama membagi wujud tafsir al-Qur'an dengan metode tahlili

kepada tujuh macam, yaitu: tafsir bi al-ma'tsur, tafsir bi al ra'yi, tafsir shufi, tafsir fikih, tafsir

falsafi, tafsir fiqhi, tafsir 'ilmi dan tafsir adabi.1

1. Tafsir bi al-Ma'tsur

Dinamakan dengan bil ma’tsur (dari kata “atsar” yang berarti sunnah, hadits, jejak,

peninggalan) karena dalam melakukan penafsiran, seorang mufasir menelusuri jejak atau

peninggalan masa lalu dari generasi sebelumnya, hingga kepada Nabi SAW. Tafsir bi al-

Ma’tsur adalah penafsiran Al-Quran  yang mendasarkan pada penjelasan  Al-Quran sendiri,

penjelasan Rasul, penjelasan para sahabat melalui ijtihadnya, dan dengan perkataan tokoh-

tokoh besar tabi'in. Tafsir bil ma’tsur adalah tafsir yang berlandaskan naqli (Dalil naqli yaitu

dalil yang berasal dari Al-Qur'an atau As-Sunnah ) yang shahih, dengan cara menafsirkan Al-

Qur'an dengan Al-Qur'an atau dengan sunnah, yang merupakan penjelas kitabullah. Atau

dengan perkataan para sahabat yang merupakan orang- orang yang paling tahu tentang

kitabullah, atau dengan perkataan tabi'in yang belajar tafsir dari para sahabat.2

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah : "Wajib diketahui bahwa nabi telah

menjelaskan makna-makna Al-Qur'an kepada para sahabat sebagaimana telah menjelaskan

lafadz-lafadznya kepada mereka. Karena firman Allah : "agar kamu menerangkan pada umat

1 Samsurrohman, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Amzah, 2014), hal. 1202 Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015), hal. 434

4

Page 5: Kata Pengantar.docx

manusia apa yang telah dirurunkan kepada mereka" (QS. An-Nahl: 44) mencakup

penjelasan lafadz-lafadz dan makna. (Majmu' Fatawa: 13/331)

Dan beliau juga berkata,"Jika ada orang yang bertanya, "Apa jalan tafsir yang

terbaik?" Maka jawabannya adalah : Yang paling shahih dari cara menafsirkan Al-Qur'an

adalah menafsirkan Al-Qur'an dengan Al-Qur'an. Apa yang dimaksud mujmal di suatu ayat,

dijelaskan di ayat lainnya. Apa yang diringkas dalam suatu ayat, diperpanjang di tempat yang

lain. Kalau hal ini menyulitkanmu maka wajib bagimu mencarinya dalam sunnah Rasulullah,

karena sunnah adalah pemberi keterangan Al-Qur'an dan penjelas baginya. Allah berfirrman :

"Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia

apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan". (QS. An-Nahl:

44). Dan karena inilah Rasulullah bersabda : "Ketahuilah aku telah diberi Al-Qur'an dan

yang semisalnya (yaitu As-Sunnah) bersamanya. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan

Tirmidzi, dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Hadits Hujjatun binafsihi hal.

32.)

Jika kita tidak menjumpai tafsir dalam Al-Qur'an dan sunnah, maka kita merujuk

kepada perkataan para sahabat. Karena mereka lebih tahu tentang tafsir dengan apa-apa yang

mereka persaksikan dari Al-Qur'an dan keadaan-keadaan khusus bagi mereka. Juga apa yang

dimiliki mereka dari pemahaman yang sempurna, ilmu yang shahih dan amal yang shahih.

Dan jika kita tidak mendapatkan tafsir dalam Al-Qur'an dan tidak juga dalam As-Sunnah dan

tidak juga dari perkataan para sahabat, maka banyak para imam yang merujuk kepada

perkataan tabi'in seperti Mujahid bin Jabr, Sa'id bin Jubair, Ikrimah, Atho' bin Abi Robah, Al-

Hasan Al-Bashri, Masruq bin Al-Ajda', Sa'in bin Al-Musayyib, Abul 'Aliyah, Robi' bin Anas,

Qotadah, Adh-Dhohak bin Muzaahim dan yang selain mereka dari tabi'in. (Majmu'

Fatawa13/363 - 369, 368 - 369 dengan sedikit ringkasan.)3

Contoh dari Tafsir Bi al-Ma’tsur adalah pada Surat Ali-Imran Ayat 133:

Artinya :

3 Ibid, hal. 437

5

Page 6: Kata Pengantar.docx

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang

luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”

Adapun yang dimaksud dengan “Al-Muttaqin” (orang-orang yang bertakwa). Pada

ayat tersebut, ditafsirkan sebagai berikut:

Artinya:

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun

sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan)

orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.

2. Hukum Tafsir bil Ma’tsur.

Tafsir bil ma'tsur adalah yang wajib diikuti dan diambil. Karena terjaga dari

penyelewengan makna kitabullah. Ibnu Jarir berkata : "Ahli tafsir yang paling tepat mencapai

kebenaran adalah yang paling jelas hujjahnya terhadap sesuatu yang dia tafsirkan dengan

dikembalikan tafsirnya kepada Rasulullah dengan khabar-khabar yang tsabit dari beliau dan

tidak keluar dari perkataan salaf. (Tafsir Thobari: 1/66 dengan beberapa ringkasan.)

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah : "Dan kita mengetahui bahwa Al-Qur'an telah

dibaca oleh para sahabat, tabi'in dan orang-rang yang mengikuti mereka. Dan bahwa mereka

paling tahu tentang kebenaran yang dibebankan Allah kepada Rasulullah untuk

menyampaikannya. (Majmu' Fatawa: 13/362.)4

3. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Bi al-Ma’tsur

Kelebihan

Menekankan pentingnya bahasa dalam memahami Al-Quran, memaparkan ketelitian

redaksi ayat ketika menyampaikan pesan-pesannya, mengikat mufassir dalam bingkai ayat-

ayat sehingga membatasinya untuk tidak terjerumus dalam subjektivitas yang berlebihan.

4http://tafsirdanpembagiannya.blogspot.co.id/2015/04/makalah-tafsir-dan-pembagiannya_5.html diakses pada hari senin tgl 11 april 2016 pkl 09.00

6

Page 7: Kata Pengantar.docx

Kekurangan

Terjadi pemalsuan (wadh’) dalam tafsir, masuknya unsur Israiliyat yang didefinisikan

sebagai unsur-unsur Yahudi dan Nashrani yang masuk ke dalam penafsiran Al-Quran,

penghilangan sanad, terjerumusnya sang mufassir ke dalam uraian kebahasaan dan kesastraan

yang bertele-tele sehingga pesan pokok Al-Quran menjadi kabur.

4. Sumber-Sumber Penafsiran Tafsir Bi al-Ma’tsur

Ada empat hal yang menjadi sumber penafsiran tafsir bi al-ma’tsur:

a)      Al-Quran, hanya Al-Quran sendiri yang dipandang sebagai penafsir terbaik

b)      Hadits nabi Muhammad SAW, yang berfungsi sebagai mubayyin (penjelas) Al-Quran.

c)      Penjelasan sahabat, yang dipandang sebagai orang yang banyak mengetahui Al-Quran.

d)     Penjelasan tabi’in, yang dianggap sebagai orang yang bertemu langsung dengan sahabat.

2. Tafsir Bi al-Ra’yi

Tafsir bi al-ra’yi berasal dari kata tafsir, bi dan al-ra’yi. Secara bahasa al-ra'yi berarti

al-I'tiqadu (keyakinan), al-'aqlu (akal) dan al-tadbiru ( perenungan). Al-ra’yi juga identik

dengan ijtihad. Karena itu tafsir bi al-ra'yi disebut tafsir bi al-'aqly dan bi al-ijtihady, tafsir

atas dasar nalar dan ijtihad. Menurut istilah, tafsir bi al-Ra'yi adalah  upaya untuk memahami

nash Al-Quran atas dasar ijtihad seorang ahli tafsir (mufassir) yang memahami betul bahasa

Arab dari segala sisinya, mengerti betul lafadz-lafadznya dan dalalahnya, mengerti syair syair

Arab sebagai dasar pemaknaan, mengetahui betul ashab nuzul, mengerti nasikh dan mansukh

di dalam Al-Quran, dan menguasai juga ilmu-ilmu lain yang dibutuhkan seorang mufassir.

Husein al-Dzahabi meyimpulkan bahwa ada beberapa ilmu yang harus dikuasai

seorang mufassir, yaitu: ilmu bahasa, ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu al-Isytiqaq, ilmu al-

Ma'ani, Ilmu al-bayan, ilmu al-badi', ilmu al-Qira'at, ilmu Ushul al-Din, ilmu ushul al-fiqh,

ilmu asbab an-nuzul, ilmu al-qashash, ilmu nasikh dan mansukh, haids-hadis yang

menjelaskan ayat-ayat mujmal dan mubham dan ilmu al-Mauhibah.5

Dalam menerima tafsir bi al-ra’yi, para ulama terbagi ke dalam dua kelompok.5 Ibid, hal. 440

7

Page 8: Kata Pengantar.docx

1. Kelompok yang melarangnya

Ulama  yang menolak penggunaan “corak” tafsir ini mengemukakan argumen-

argumen berikut ini:

a.       Menafsirkan Al-Quran berdasarkan ra’yi berarti membicarakan (firman) Allah tanpa

pengetahuan. Dengan demikian, hasil penafsirannya hanya bersifat perkiraan semata.

Padahal, Allah berfirman:

Artinya :

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan

tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan

diminta pertanggungan jawabnya.”(QS. Al-Isra: 36)

b.      Yang berhak menjelaskan Al-Quran hanyalah Nabi, berdasarkan firman Allah:

ر�ون   ك�� ك� ك ك م� ر �� ك ك� ك� كو م� ه م� ك� ه�� ك� ز� ر� ك�ا ه� �ا� ك ه�� �ك ز� �ك ر ه� ك� م� ز ٱ� ك" م� ك� ه�� اا �ك م� ك� ك$�� كوArtinya:

“Dan kami turunkan kepadamu Al-Quran, agar kamu menerangkan kepada umat

manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”

(Q.S. Al-Nahl: 44)

c.       Rasulullah bersabda:

ه% .3 �ا� ك �� �ك ه� ر& ر' ك� م) ك� م$� )� ك �ك ك ك� م� ك* م� ك� م� ك ك,ا ك-ا ه. مو ك$� ه/ ه م$� ك� ه. هن م�� ر) م� � ه*ى ك� ك1ا �م ك�Artinya:

“Siapa saja menafsirkan Al-Quran atas dasar pikirannya semata, atas dasar sesuatu

yang belum diketahuinya, maka persiapkanlah mengambil tempat di neraka”

d.      Sudah merupakan tradisi di kalangan sahabat dan tabi’in untuk berhati-hati ketika

berbicara tentang penafsiran Al-Quran.6

2. Kelompok yang mengizinkannya. Mereka mengemukakan argumentasi-argumentasi

berikut:

a. Di dalam Al-Quran banyak ditemukan ayat-ayat yang menyerukan untuk mendalami

kandungan-kandungan Al-Quran.

6 http://hukumzone.blogspot.co.id/2011/05/macam-macam-tafsir-dan-corak-penafsiran.html

diakses pada hari senin tgl 11 april 2016 pkl 09.00

8

Page 9: Kata Pengantar.docx

b.      Seandainya tafsir bi Ar-ra’yi dilarang, mengapa ijtihad diperbolehkan. Nabi sendiri tidak

menjelaskan setiap ayat Al-Quran. Ini menunjukkan bahwa umatnya diizinkan berijtihad

terhadap ayat-ayat yang belum dijelaskan Nabi.

c.       Para sahabat sudah biasa berselisih pendapat mengenai penafsiran suatu ayat. Ini

menunjukkan bahwa mereka pun menafsirkan Al-Quran dengan ra’yi-nya. Seandainya tafsir

bi Ar-ra’yi dilarang, tentunya tindakan para sahabat itu keliru.

Selanjutnya, para ulama membagi “corak” tafsir bi ar-ra’yi pada dua bagian: Ada

tafsir bi ar-ra’yi yang dapat diterima/terpuji (maqbul/mahmudah) dan ada pula yang

ditolak/tercela (mardud/madzmum). Tafsir bi ar-ra’yi dapat diterima selama menghindari hal-

hal berikut:

1.      Memaksakan diri mengetahui makna yang dikehendaki Allah pada suatu ayat, sedangkan

ia tidak memenuhi syarat untuk itu.

2.      Mencoba menafsirkan ayat-ayat yang maknanya hanya diketahui Allah (otoritas Allah

semata)

3.      Menafsirkan Al-Quran dengan disertai hawa nafsu dan sikap istihsan (menilai bahwa

sesuatu itu baik semata-mata berdasarkan persepsinya)

4.      Menafsirkan ayat-ayat untuk mendukung suatu madzhab yang salah dengan cara

menjadikan paham madzhab sebagai dasar, sedangkan penafsirannya mengikuti paham

madzhab tersebut.

5.      Menafsirkan Al-Quran dengan memastikan bahwa makna yang dikehendaki Allah adalah

demikian... tanpa didukung dalil.

2. Hukum Tafsir bi Ra’yi

Adapun menafsirkan Al-Qur'an dengan akal semata, maka hukumnya adalah harom. Sebagaimana rman Allah, Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.(QS.Al-Isro':36). Rasulullah bersabda : "Barangsiapa yang berkata tentang Al-Qur'an dengan akalnya semata, maka hendaknya mengambil tempat duduknya di neraka. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya: 1/58 dengan yang shahih mauquf (terputus), tetapi mempunyai hukum marfu' (bersambung sampai kepada Nabi) karena berhubungan dengan hal ghoib yang tidak mungkin bersumber dari akal semata.)

Karena inilah, banyak ulama salaf yang merasa berat menafsirkan suatu ayat Al-Qur'an tanpa ilmu, sebagaimana dinukil dari Abu Bakar Ash-Shiddiq bahwa ia berkata, Bumi manakah yang bisa membawaku, dan langit manakah yang akan menaungiku jika aku mengatakan sesuatu tentang Al-Qur'an yang aku tidak punya ilmunya? (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya: 1/58 dengan sanad yang shahih.)Dari Ibnu Abi Malikah bahwasanya Ibnu Abbas ditanya tentang suatu ayat yang jika sebagian di antara kalian ditanya tentu akan berkata tentangnya, maka ia enggan berkata tentangnya. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya: 1/62-63 dengan sanad yang shahih.)

9

Page 10: Kata Pengantar.docx

Berkata Ubaidullah bin Umar : "Telah aku jumpai para fuqoha Madinah, dan sesungguhnya mereka menganggap besar bicara dalam hal tafsir. Di antara mereka adalah Salim bin Abdullah, Al-Qosim bin Muhammad, Sain bin Musayyib dan Na '. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya: 1/62 dengan sanad yang shahih.)

Masyruq berkata, "Hati-hatilah kalian dari tafsir, karena dia adalah riwayat dari

Allah." (Diriwayatkan oleh Abu Ubaid dengan sanad yang hasan sebagaimana dinukil oleh

Ibnu Katsir dalam tafsirnya: 1/12.)Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : "Secara umum,

barangsiapa yang berpaling dari madzhab sahabat dan tabi'in dan tafsir mereka kepada tafsir

yang menyelisihinya, maka telah berbuat kesalahan, bahkan berbuat bid'ah (sesuatu hal yang

baru yang tidak ada contohnya dari Rasulullah) dalam agama. (23Majmu' Fatawa: 13/361.)

3. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir bi al-Ra’yi

Kelebihan

a)      Mufassir bisa memberikan cakrawala yang luas dalam menafsirkan Al-Quran sesuai

dengan kondisi dan situasi.

b)      Kemungkinan mufasir dapat menafsirkan seluruh komponen ayat Al-Quran secara

dinamis sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c)      Menjadikan tafsir Al-Quran dapat berkembang dalam menjawab segala permasalahan

yang timbul seiring dengan kehidupan umat islam spanjang masa.

d)     Mendorong umat Islam untuk senantiasa berfikir dan bertadabbur atas kebesaran ayat-

ayat Al-Quran, dan tidak lekas menerima apa adanya (taqlid) terhadap tafsir-tafsir ulama

salaf.

Kekurangan

a)      Mufasir menjustifikasikan pendapatnya dengan Al-Quran padahal Al-Quran tidak

demikian.

b)      Mufassir akan menafsirkan Al-Quran dengan penafsiran yang salah, karena kedangkalan

ilmu pengetahuan mufassir atau tidak memenuhi persyaratan sebagai mufassir.7

3. Tafsir Shufi

            Penafsiran yang dilakukan para sufi yang pada umumnya dikuasai oleh ungkapan

mistik. Ungkapan-ungkapan tersebut tidak dapat dipahami kecuali oleh orang-orang sufi yang

melatih diri untuk menghayati ajaran tasawwuf. Diantara kitab tafsir shufi adalah kitab:

Tafsir al-Qur'an al-'Adzim, karangan Imam al-Tusturi.

4. Tafsir Fikih

            Penafsiran ayat al-Qur'an yang dilakukan (tokoh) suatu madzhab untuk dapat

dijadikan sebagai dalil atas kebenaran madzhabnya. Tafsir fikih banyak ditemukan dalam

7 Samsurrohman, op.cit. hal, 169

10

Page 11: Kata Pengantar.docx

kitab-kitab fikih karangan imam-imam dari berbagai madzhab yang berbeda, sebagaimana

kita temukan sebagian para ulama mengarang kitab tafsir fikih adalah kitab: "Ahkam al-

Qur'an" karangan al-Jasshash.

5. Tafsir Falsafi

            Penafsiran ayat-ayat al-Qur'an dengan menggunakan teori-teori filsafat. Contoh kitab

tafsir falsafi adalah kitab: Mafatih al-Ghaib yang dikarang al-fakhr al-Razi. Dalam kitab

tersebut ia menempuh cara ahli filsafat keituhan dalam mengemukakan dalil-dalil yang

didasarkan pada ilmu kalam dan simantik (logika)

6. Tafsir 'Ilmi

            Penafsiran ayat-ayat kauniyah yang terdapat dalam al-Qur'an dengan mengaitkannya

dengan ilmu-ilmu pengetahuan modern yang timbul pada masa sekarang. Diantara kitab tafsir

'ilmi adalah kitab: al-Islam Yata'adda, karangan al-'Allamah Wahid al-Din Khan.

7. Tafsir Adabi

            Penafsiran ayat-ayat al-Qur'an dengan mengungkapkan segi balaghah al-Qur'an dan

kemu'jizatannya, menjelaskam, makna-makna dan saran yang dituju al-Qur'an,

mengungkapkan hukum-hukum alam, dan tatanan kemasyarakatan yang dikandungnya.

Tafsir adabi merupakan corak baru yang menarik pembaca dan menumbuhkan kecintaannya

terhadap al-Qur'an serta memotivasi untuk menggali makna-makna dan rahasia al-Qur'an. Di

antara kitab tafsir adabi adalah kitab tafsir al-Manar, karya Muhammad Abduh dan Rasyid

Ridha.

b. Tafsir Ijmaly

Tafsir Ijmaly adalah metode tafsir alquran yang menjelaskan makna ayat secara

global. Metode tafsir ini sangat mengutamakan pemahaman dengan mudah bagi yang

membacanya. Tafsir ini menafsirkan sesuai dengan susunan alquran. penafsiran ayat Al-

Qur’an dengan cara singkat, padat dan jelas. Tanpa penjelasan yang panjang lebar  atau dapat

dikatakan juga suatu cara penafsiran Al-Qur’an / menjelaskan ayat-ayat dengan singkat

dengan menggunakan bahasa-bahasa yang populer dan mudah dimengerti dan dipahami oleh

umat.8

c. Tafsir Muqaran

adalah menafsirkan tafsir dengan mengambil pendapat ulama yang mengarang kitab

tafsir atau tidak dengan menghimpun dalam kitabnya sendiri. Tafsir muqaran mengambil

pendapat baik para ulama yang dahulu (salaf) ataupun ulama yang kemudian (Khalaf). Selain

mengutip juga membandingkan pendapat mereka masing –masing dari arah yang beragam.8 Jani Arni, Metode Penelitian Tafsir, (Riau: Daulat Riau, 2013), hal. 63

11

Page 12: Kata Pengantar.docx

d. Tafsir Maudhui

Secara bahasa maudhu’i berasal dari kata wadha’a yang merupakan bentuk dari isim

maf’ul yang bermakna judul, tema, atau topik. sedangkan menurut istilah adalah Metode

maudhu’i ialah metode yang membahas ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan tema atau judul

yang telah ditetapkan. Maudhui adalah metode tafsir yang mana menghimpun ayat-ayat sanga

saling berhubungan dengan ayat yang lain baik pada satusurat atau pada surat yang lain. Ayat

–ayat ini dapat diketahui dengan meilihat asbabunnuzul, inti kasus kemudian seorang penafsir

mengambil kesimpulan dari hal yang diatas tersebut.9

2. Macam-macam Kitab Tafsir

1.      Tafsir Bi al-Ma’tsur

Contoh KitabKarya

-       Jami’ Al-Bayan fi Tafsir Al-Quran

-       Anwar At-Tanzil

-       Al-Durr Al-Mantsur fi At-Tafsir bi Al-Mat’tsur

-       Tanwir Al-Miqbas fi Tafsir  Ibn Abbas

-       Tafsir Al-Quran Al-Adzim

-       Ibnu Jarir Ath-Thabari

-       Aal-Baidhawi

-       Jalal Ad-Din As-Suyuthi

-       Fairuz Zabadi

-       Ibnu Katsir

2.      Tafsir Bi al-Ra’yi

Contoh KitabKarya

-       Mafatih Al-Ghaib

-       Anwar At-Tanzil wa Asrar at-Takwil

-       Madarik At-Tanzil wa Haqa’iq Al-Takwil

-       Lubab At-Takwil fi Ma’ani At-Tanzil

-       Fakhr Ar-Razi

-       Al-Baidhawi

-       An-Nasafi

-       Al-Khazin

3.      Tafsir Bil Iqtirani

Contoh KitabKarya

-       Tafsir al Manar

-        AL Jawahirul Fi Tafsiri Qur’an

-       Tafsir al Maraghi

-       Fi Dhilal Al Qur’an

-       Syekh M. Abduh & Rasyid Ridla

-       Thanthawi Al Jauhari

-       Syekh Musthafa alMaraghi

-       Sayyid Quthub

Selain dari kitab-kitab tafsir tersebut di atas, ada beberapa kitab tafsir terkenal yang di tulis oleh beberapa ulama Fiqh yang juga biasa disebut dengan Tafsir Para Fuqaha seperti :

9 Ibid, hal. 80

12

Page 13: Kata Pengantar.docx

Ahkam Alquran, Al JAshash Ahkam Alquran, Al Kiya’ Al Harras (manuskrip) Ahkam Al Quran, Ibnul ‘Arabi Jami’il Ahkam Alquran. A Qurthubi Al Tafsirah Al Ahmadiyah fi Bayani ayat Asyar’yah, Mulla Geon (india) Al iklil fi Istinbath At TAnzil, Assuyuthi (manuskrip) Tafsir Ayat Al Aham, Syaikh Muhammad As sayis Tasfiru Ayat Al Ahkam, Syaikh Manna’ Al Qathan AdhWa’u Al Bayan, Syaikh Muhammad Asy Syinqithi

BAB III

13

Page 14: Kata Pengantar.docx

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Metode tafsir Al-Quran apabila ditinjau dari segi sumber penafsirannya ada 3 macam,

yaitu : Tafsir Bi al-Ma’tsur, Tafsir Bi al-Ra’yi, dan Tafsir Bil Iqtirani. Ketiga tafsir tersebut

memiliki sumber penafsiran berbeda. Tafsir Bi al-Ma’tsur bersumberkan Al-Quran, Hadits,

Riwayat Sahabat Ra. Dan Tabi’in Ra. Pada Taafsir Bi al-Ra’yi penafsiran bersumberkan

ijtihad dan pemikiran mufassir terhadap tuntutan bahasa Arab dan kesusateraannya, serta

teori ilmu pengetahuan. Sedangkan Tafsir Bil Iqtirani sumber penafsirannya dengan

memadukan antara keduanya, yaitu sumber riwayah yang kuat dan shahih dengan sumber

hasil ijtihad pikiran yang sehat. Metode tafsir tersebut juga terdapat kelebihan dan

kekurangan pada masing-masing penafsiran, contohnya adalah pada Tafsir Bi al-Ma’tsur,

kelebihannya dapat  membatasi untuk tidak terjerumus dalam subjektivitas yang berlebihan.

Dan kekurangannya adalah terjerumusnya sang mufassir ke dalam uraian kebahasaan dan

kesastraan yang bertele-tele sehingga pesan pokok Al-Quran menjadi kabur.

B.     Saran

Dalam memahami al-qur’an dibutuhkan ilmu yang dikenal dengan istilah tafsir.

Sekalipun demikian, aktivitas menafsirkan al-Qur'an bukanlah pekerjaan gampang,

mengingat kompleksitas persoalan yang dikandungnya serta kerumitan yang digunakannya.

Di dalam makalah ini, telah penulis bahas sedikit mengenai tafsir dan pembagiannya, akan

tetapi makalah ini masih jauh dari materi yang sempurna, oleh karena itu penulis memberikan

saran agar pembaca dapat mencari sendiri informasi lebih lengkap mengenai tafsir.

DAFTAR PUSTAKA

14

Page 15: Kata Pengantar.docx

Al-Qaththan, Manna, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015

Arni, Jani, Metode Penelitian Tafsir, Riau: Daulat Riau, 2013

Samsurrohman, Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta: Amzah, 2014

http://tafsirdanpembagiannya.blogspot.co.id/2015/04/makalah-tafsir-dan-pembagiannya_5.html diakses pada hari senin tgl 11 april 2016 pkl 09.00

http://hukumzone.blogspot.co.id/2011/05/macam-macam-tafsir-dan-corak-penafsiran.html

diakses pada hari senin tgl 11 april 2016 pkl 09.15

15