kata pengantar - file · web viewrevoluis hijau adalah sebutan tidak resmi yang...

26
Makalah Akhir Dampak Revolusi Hijau terhadap Petani di Indonesia Oleh: Yulanda Chaesfa I34080125 Mata Kuliah Berpikir dan Menulis Ilmiah Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia

Upload: vukhanh

Post on 30-Jan-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA PENGANTAR -    file · Web viewRevoluis hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian

Makalah Akhir

Dampak Revolusi Hijau terhadap Petani di Indonesia

Oleh:

Yulanda Chaesfa

I34080125

Mata Kuliah Berpikir dan Menulis Ilmiah

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

2010

Page 2: KATA PENGANTAR -    file · Web viewRevoluis hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian

ABSTRAK

Green revolution, this program begins known in indonesia around year

1960-an. Green revolution principal aim raises agricultural sector productivity,

especially sub-sector food agriculture, pass modern agriculture technology

package that consist of fertilizer non-organik, plants patron medicines, and high

yield rice seed. Pass this program, in the year 1984, indonesia success be the

biggest country of self sufficiency in food. Actually, green revolution doesn't has

big influence in farmer welfare, especially little farmer. Influence that feeled by

farmer green revolution existence only shaped farmer habit change in will do

agricultural activity. Green revolution poverty beginning impact more increases.

With program existence, farmer is dependence, can not thoroughly get out of three

green revolution principal pillars.

i

Page 3: KATA PENGANTAR -    file · Web viewRevoluis hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian

KATA PENGANTAR

Makalah ini merupakan sebuah tinjauan dari hasil studi pustaka mengenai

revolusi hijau di Indonesia. Revoluis hijau adalah sebutan tidak resmi yang

dipakai untuk menggambarkan perubahan dalam pemakaian teknologi budidaya

pertanian yang dimulai pada tahun 1950-an hingga 1980-an di banyak negara

berkembang, terutama di Asia. Hasil yang nyata adalah tercapainya swasembada

pangan di sejumlah negara yang sebelumnya dilanda kelaparan, seperti India,

Banglades, Thailand, serta Indonesia. Norman Borlaug, penerima penghargaan

Nobel Perdamaian 1970, adalah orang yang dipandang sebagai bapak gerakan ini.

Dalam makalah ini dijelaskan pengaruh dan dampak yang telah diterima

oleh petani akibat adanya revolusi hijau di Indonesia. Karena pada kenyataannya,

dibalik kesuksesan revolusi hijau petani di Indonesia justru semakin terpuruk

keadaanya. Penulis berupaya semaksimal mungkin untuk menjelaskan masalah

yang dibahas dalam makalah ini dengan sumber dari berbagai bahan rujukan.

Tentu banyak sekali kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, baik

dalam teknik penulisan maupun isi dari makalah. Untuk itu saran dan kritik

membangun sangat diharapkan oleh penulis. Dan untuk kesudiaanya penulis

mengucapkan beribu terima kasih kepada berbagai pihak yang sudah banyak

membantu dalam pembuatan makalah ini.

Bogor, 11 Januari 2010

Penulis

Yulanda Chaesfa

ii

Page 4: KATA PENGANTAR -    file · Web viewRevoluis hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian

DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL...................................................................................................iv

Tabel 1.................................................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1

1. 1 Latar Belakang..........................................................................................1

1. 2 Perumusan Masalah...................................................................................2

1. 3 Tujuan dan Manfaat...................................................................................2

3.1 Pengaruh Revolusi Hijau terhadap Petani.................................................1

3.2 Kemiskinan merupakan Dampak Revolusi Hijau terhadap Petani...........1

BAB 4. KESIMPULAN...........................................................................................1

4.1 Kesimpulan.....................................................................................................1

4.2 Saran...............................................................................................................1

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................1

iii

Page 5: KATA PENGANTAR -    file · Web viewRevoluis hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian

DAFTAR TABEL

1. Kemiskinana di sembilan sektor ekonomi di Indonesia

Tabel 1, halaman 6, tabel teks.

Tabel 1

Kemiskinan di Sembilan Sektor Ekonomi di Indonesia,

Februari 1996 dan Februari 1999 (%)

Sektor

Februari 1996 Februari 1999

Poverty

incidence

Kontibusi

terhadap

Kemiskinan

Poverty

incidence

Kontibusi

terhadap

Kemiskinan

Pertanian 26,29 68,54 39,69 58,38

Perdagangan, hotel, dan restotan 7,96 8,10 17,63 11,13

Industri pengolahan 10,69 5,71 22,92 7,71

Jasa-jasa 5,73 5,72 13,13 7,36

Pengangkutan dan komunikasi 8,85 3,32 24,02 5,58

Bangunan 14,04 5,42 28,97 5,52

Pertambangan dan penggalian 15,34 1,01 29,81 1,00

Keuangan, asuransi, dan persewaan 1,24 0,06 5,23 0,23

Listrik, gas, dan air bersih 6,10 0,16 14,48 0,17

iv

Page 6: KATA PENGANTAR -    file · Web viewRevoluis hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian

BAB I. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Revolusi hijau merupakan suatu program yang dikhususkan pada

pembangunan sektor pertanian. Program ini mulai dikenal di Indonesia sekitar

tahun 1960-an, yaitu pada masa kepemimpinan Soeharto. Loekman Soetrisno

(2002) menjelaskan bahwa, Tujuan utama revolusi hijau adalah untuk menaikkan

produktifitas sektor pertanian, khususnya sub-sektor pertanian pangan, melalui

paket teknologi pertanian modern. Paket tersebut terdiri atas pupuk non-organik,

obat-obatan pelindung tanaman, dan bibit padi unggul.

Melalui program ini, pada tahun 1984, Indonesia berhasil menjadi negara

swasembada pangan terbesar. Dalam waktu yang cukup lama yaitu sekitar 20

tahun, program revolusi hijau juga telah berhasil mengubah kebiasaan dan sikap

para petani Indonesia yang awalnya memakai sistem bertani secara tradisional

menjadi sistem bertani yang modern dimana para petani mulai menggunakan

teknologi-teknologi pertanian yang ditawarkan oleh program revolusi hijau.

Perubahan sikap tersebut sangat berpengaruh terhadap kenaikan produktifitas sub-

sektor pertanian pangan, sehingga Indonesia mampu mencapai swasembada

pangan. Keberhasilan Indonesia ini adalah akibat dari meningkatnya hasil panen

sebagai akibat berjuta-juta petani di Indonesia, khususnya di Jawa, menggunakan

bibit unggul baru dan pupuk kimia.

Tetapi dibalik itu semua, banyak dampak negatif yang dialami oleh para

petani Indonesia. Salah satunya adalah banyak petani yang malah kehilangan

pekerjaan bertani mereka sehingga tidak sedikit petani yang hidup semakin

miskin. Sikap dan kebiasaan petani pun mulai berubah yang awalnya “anti

teknologi” menjadi ketergantungan terhadap teknologi pertanian yang modern.

Selain itu pemakaian bahan-bahan kimia yang digunakan pada hasil pertaian juga

menyebabkan khususnya para petani mengalami kesusahan dan berpengaruh juga

pada masyarakat luas pada umumnya.

Makalah ini akan membahas secara lebih jelas mengenai pengaruh apa

saja yang diakibatkan oleh revolusi hijau terhadap petani di Indonesia. Dalam

1

Page 7: KATA PENGANTAR -    file · Web viewRevoluis hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian

makalah ini akan dibahas sedikit banyak mengenai pengaruh dan dampak apa saja

yang telah ditimbulkan oleh adanya revolusi hijau.

1. 2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain yaitu:

a. Apa saja pengaruh yang telah diakibatkan oleh revolusi hijau terhadap

lingkungan dan petani secara khusus?

b. Bagaimana dampak revolusi hijau terhadap kehidupan para petani di

Indonesia?

1. 3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah:

a. Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Berpikir dan Menulis Ilmiah

b. Untuk mengetahui pengaruh yang telah diakibatkan oleh revolusi hijau.

c. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari revolusi hijau terhadap

petani.

d. Agar dapat mempelajari kehidupan para petani, sehingga dapat memberi

solusi untuk membantu kehidupan para petani

Dan manfaat dari dibuatnya makalah ini adalah:

1. Bagi masyarakat, untuk memberikan informasi mengenai kehidupan petani

ketika masa revolusi hijau.

2. Bagi kalangan akademis diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber

informasi ataupun bahan rujukan.

3. Bagi pemerintah makalah ini dapat digunakan sebagai informasi

tambahan.

2

Page 8: KATA PENGANTAR -    file · Web viewRevoluis hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Istilah Revolusi Hijau sebenarnya muncul sejak Norman Borlaugh

mendapat julukan Bapak Revolusi Hijau pada tahun 1944, atas keberhasilannya

meningkatkan pangan di Meksiko. Sejak itu bisnis teknologi pertanian menjadi

marak dan mendunia. Program ini mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1960-

an, yaitu pada masa kepemimpinan Soeharto. Tujuan utama revolusi hijau adalah

untuk menaikkan produktifitas sektor pertanian, khususnya sub-sektor pertanian

pangan, melalui paket teknologi pertanian modern. Paket tersebut terdiri atas

pupuk non-organik, obat-obatan pelindung tanaman, dan bibit padi unggul.

Melalui program ini, pada tahun 1984, Indonesia berhasil menjadi negara

swasembada pangan terbesar. Dalam waktu yang cukup lama yaitu sekitar 20

tahun, program revolusi hijau juga telah berhasil mengubah kebiasaan dan sikap

para petani Indonesia yang awalnya memakai sistem bertani secara tradisional

menjadi sistem bertani yang modern dimana para petani mulai menggunakan

teknologi-teknologi pertanian yang ditawarkan oleh program revolusi hijau.

Sebenarnya revolusi hijau tidak mempunyai pengaruh yang besar dalam

kesejahteraan petani, khususnya petani kecil. Keuntungan yang didapat dari

meningkatnya produksi padi sehingga pernah berhasil membawa Indonesia

menjadi negara swasembada beras terbesar, tidak ikut dirasakan oleh petani.

Pengaruh yang dirasakan oleh petani akan adanya revolusi hijau hanya berupa

perubahan kebiasaan petani dalam melakukan kegiatan pertanian. Perubahan itu

berupa kegiatan pertanian yang pada awalnya mengandalkan sumber daya alam

dan manusia yang ada berubah menjadi kegiatan mekanisasi pertanian dan

mengandalkan produk-produk kimia.

Revolusi hijau adalah dampak awal kemiskinan yang semakin meningkat.

Dengan adanya program tersebut, petani menjadi ketergantungan, tidak bisa

sepenuhnya lepas dari tiga pilar utama revolusi hijau. Mahalnya sarana dan

prasarana pertanian dan terjeratnya petani dalam sistem kredit menyebabkan

1

Page 9: KATA PENGANTAR -    file · Web viewRevoluis hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian

petani terpaksa menjual lahan. Akibatnya petani mengalami penurunan

pendapatan rill. Hal ini juga menyebabkan petani menjadi tertinggal dalam

mengikuti teknologi modern yang ada. Selain itu rendahnya tingkat pendidikan

juga menyebabkan petani semakin tertinggal. Oleh karena itu, kemiskinan belum

bisa lepas dari kehidupan petani.

Kebijakan revolusi hijau juga telah mengubah pola pertanian lokal. Sebelum

kebijakan itu diterapkan, petani menggunakan tenaga kerja manusia dan ternak,

bibit, dan pupuk kandang buatan rumah tangga sendiri. Akan tetapi selama

revolusi hijau, selain terjadi mekanisai pertanian, juga telah mendorong perubahan

pola tanam karena paket kredit pupuk dan bibit diperuntukkan bagi para petani

pemilik lahan minimal dengan luas 1 ha. Akibatnya, jumlah pengangguran

meningkat.

Selain itu, lumbung desa yang dikelola oleh masyarakat sebagai kas pangan

saat paceklik atau gagal panen pun diganti pemerintah dengan sistem Koperasi

Unit Desa (KUD) yang kemudian dikuasai oleh para birokrat. Kondisi ini

menyebabkan kedaulatan pangan diambil alih menjadi urusan pemerintah atau

birokrasi. Akhirnya, banyak petani miskin yang tersingkir karena tidak siap

menerima perubahan yang ditimbulkan oleh modernisasi.

2

Page 10: KATA PENGANTAR -    file · Web viewRevoluis hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Revolusi Hijau terhadap Petani

Istilah Revolusi Hijau sebenarnya muncul sejak Norman Borlaugh

mendapat julukan Bapak Revolusi Hijau pada tahun 1944, atas keberhasilannya

meningkatkan pangan di Meksiko. Sejak itu bisnis teknologi pertanian menjadi

marak dan mendunia. Empat puluh tahun kemudian (1984) Indonesia mencapai

swasembada beras, yang merupakan puncak dari piramida perdagangan benih

unggul, pupuk kimia, dan pestisida di Indonesia (Indra Tata, 2000).

Revolusi hijau mendasarkan diri pada tiga pilar penting: penyediaan air

melalui sistem irigasi, pemakaian pupuk kimia dan penerapan pestisida untuk

menjamin produksi, dan penggunaan varietas unggul sebagai bahan baku

berkualitas. Melalui penerapan teknologi non-tradisional ini, terjadi peningkatan

hasil tanaman pangan berlipat ganda dan memungkinkan penanaman tiga kali

dalam setahun untuk padi, suatu hal yang tidak dapat dimungkinkan tanpa tiga

pilar tersebut.1 Melalui tiga pilar inilah Indonesia pernah mengalami masa

kejayaannya dalam sektor pertanian, yaitu berhasil mencapai swasembada beras.

Oleh karenanya, revolusi hijau cukup memiliki pengaruh besar terhadap

petani di Indonesia. Meskipun subsidi pestisida telah dicabut pada tahun 1986,

ketergantungan petani terhadap pestisida tidak mudah lepas begitu saja.

Kerusakan-kerusakan lingkungan pertanian telah hampir merata di sentra-sentra

tanaman padi dan sayuran. Sampai pada krisis berikutnya pada tahun 1997-2000,

yang dibarengi dengan krisis ekonomi, petani masih sangat tergantung pada

pestisida kimia (Indra Tata, 2000).

Penemu pestisida pertama kali di dunia, Paul Muller dari Swiss pada tahun

1948 mendapat Nobel atas karyanya menemukan DDT. DDT dipakai hampir

semua negara di dunia, baik untuk membasmi nyamuk malaria maupun untuk

membasmi hama tanaman. Petani merasakan manfaat DDT bagi tanamannya,

sehingga permintaan pestisida terus meningkat. Dengan munculnya penemuan-

1 Lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Hijau.

1

Page 11: KATA PENGANTAR -    file · Web viewRevoluis hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian

penemuan baru bahan aktif pestisida dan disusul dengan munculnya produsen

pestisida baru, penjualan pestisida dunia terus meningkat. Sasaran penjualan

pestisida terutama ditujukan ke negara-negara Dunia Ketiga (Indra Tata, 2000).

Peningkatan permintaan pestisida juga dialami oleh negara Indonesia sehingga

industri-industri pestisida mulai muncul dan berkembang di Indonesia. Akibatnya,

muncul lah berbagai merek pestisida di pasaran.

Menurut Tata (2000):

“Pada saat munculnya ratusan merek pestisida baru, selain membuat ketergantungan, juga membingungkan petani. Meski petani membelinya dengan harga murah (menurut versi formulator), petani dihadapkan pada banyak pilihan yang harus dibeli karena adanya ketergantungan pada merek tertentu. Ketika pemerintah pada tahun 1988 mulai mengurangi subsidi pestisida dan pada akhirnya subsidi pestisida dicabut total (1989), mengakibatkan harga pestisida meningkat di pasaran.”

Penggunaan pestisida sangat berpengaruh besar kepada petani. Menurut

Indra Tata (2000), pengendalian hama dengan menggunakan pestisida, telah

mengubah pola pikir dan perilaku petani. Bagi petani, menggunakan pestisida

lebih mudah dan cepat membunuh hama dibandingkan menggunakan cara alami

seperti tumpang sari. Oleh sebab itu, petani belum mampu sepenuhnya lepas dari

penggunaan pestisida. Padahal sebenarnya penggunaan pestisida secara terus

menerus dapat membuat hama menjadi kebal akan zat kimia tersebut (residu),

selain itu pestisida tidak hanya akan membunuh hama saja, melainkan juga dapat

membunuh hewan lain yang sebenarnya “teman-teman” petani di lapangan.

Selain penggunaan pestisida, penggunaan pupuk kimia dan varietas unggul

yang jauh lebih terlihat hasilnya juga tidak dapat dipungkiri oleh petani. Dengan

menggunakan pupuk kimia dan varietas unggul yang dirawarkan oleh pemerintah,

petani dapat melakukan panen sebanyak tiga kali dalam setahun. Ini menyebabkan

meningkatnya produksi padi. Indonesia memang mengalami peningkatan produksi

padi pada era reformasi, tetapi hal ini tidak berpengaruh kepada kesejahteraan

petani di Indonesia.

“Suskesnya teknologi revolusi hijau mulai dipertanyakan setelah muncul adanya kerusakan lingkungan pertanian, dan tidak berubahnya

2

Page 12: KATA PENGANTAR -    file · Web viewRevoluis hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian

kesejahteraan petani meski hasil panen meningkat pesat. Studi-studi tandingan mulai muncul untuk mencari korelasi antara kenaikan produksi pangan dengan peningkatan pendapatan petani kecil. Studi-studi yang didapat menunjukan bahwa teknologi revolusi hijua lebih banyak diserap ileh oetani kaya dibanding petani kecil” (Indra Tata, 2000).

Dari semua pernyataan diatas dapat diketahui bahwa sebenarnya revolusi

hijau tidak mempunyai pengaruh yang besar dalam kesejahteraan petani,

khususnya petani kecil. Keuntungan yang didapat dari meningkatnya produksi

padi sehingga pernah berhasil membawa Indonesia menjadi negara swasembada

beras terbesar, tidak ikut dirasakan oleh petani. Pengaruh yang dirasakan oleh

petani akan adanya revolusi hijua hanya berupa perubahan kebiasaan petani dalam

melakukan kegiatan pertanian. Perubahan itu berupa kegiatan pertanian yang pada

awalnya mengandalkan sumber daya alam dan manusia yang ada berubah menjadi

kegiatan mekanisasi pertanian dan mengandalkan produk-produk kimia.

3.2 Kemiskinan merupakan Dampak Revolusi Hijau terhadap Petani

Revolusi hijau yang digulirkan pada era tahun 1960an dan 1970an di banyak

negara di Asia membawa paket modernisasi pertanian. Bibit unggul, teknologi

pertanian, irigasi yang lebih baik, dan pupuk kimia adalah paket yang ditawarkan.

Sayangnya, paket yang bertujuan untuk meningkatkan panen beras menjadi dua

kali dalam setahun ini tidak memperhatikan status sosial petani. Akibatnya,

kesuksesan yang didapat harus dibayar dengan penderitaan dan tersingkirnya

petani miskin. Dengan kata lain, revolusi hijau menyebabkan petani semakin

miskin.

Indra Tata (2000) menjelaskan bahwa salah satu masalah yang

menyebabkan kemiskinan adalah sistem kredit pertanian. Petani yang terjerat

sistem kredit pertanian yang tidak terbayar, akhirnya menjual lahan pertaniannya

sedikit demi sedikit. Kasus pelepasan tanah oleh petani menunjukkan bahwa hasil

pertanian mereka tidak banyak membantu kesejahteraan keluarga, sehingga

mereka harus mencari mata pencaharian lain yang pilihannya sering kali

perdagangan yang memerlukan modal atau menjadi buruh di kota. Karena itu,

sering terjadi kasusu pelepasan tanah secara bertahap selain digunakan untuk

3

Page 13: KATA PENGANTAR -    file · Web viewRevoluis hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian

modal bertani seperti membeli pupuk kimia, pestisida dan benih, juga untuk

modal berdagang. Setelah pelepasan tanah, si petani mengolah tanahnya yang

sempit atau sekaligus menjadi penggarap di tanah orang lain. Dengan semakin

banyaknnya petani miskin menyebabkan sektor pertanian menjadi sumber utama

kemiskinan di Indonesia.

Studi-studi yang dilakukan dengan menggunakan data SUSENAS hasilnya

menunjukkan bahwa kontribusi paling besar terhadap kemiskinan di Indonesia

ternyata berasal dari sektor pertanian. Pada tahun 1996 diperkirakan hampir 69%-

nya dari jumlah orang miskin di Indonesia berasal dari sektor tersebut, walaupun

pada tahun 1999 kontribusinya menurun sedikit menjadi 58,4% (Tabel 1).

Didasarkan pada tabel dibawah ini, dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian

merupakan sumber terbesar dari pertumbuhan kemiskinan di Indonesia

(Tambunan, 2006).

Tabel 1

Kemiskinan di Sembilan Sektor Ekonomi di Indonesia,

Februari 1996 dan Februari 1999 (%)

Sektor

Februari 1996 Februari 1999

Poverty incidence

Kontibusi terhadap

Kemiskinan

Poverty incidence

Kontibusi terhadap

Kemiskinan

Pertanian 26,29 68,54 39,69 58,38

Perdagangan, hotel, dan restotan 7,96 8,10 17,63 11,13

Industri pengolahan 10,69 5,71 22,92 7,71

Jasa-jasa 5,73 5,72 13,13 7,36

Pengangkutan dan komunikasi 8,85 3,32 24,02 5,58

Bangunan 14,04 5,42 28,97 5,52

Pertambangan dan penggalian 15,34 1,01 29,81 1,00

Keuangan, asuransi, dan persewaan 1,24 0,06 5,23 0,23

Listrik, gas, dan air bersih 6,10 0,16 14,48 0,17

4

Page 14: KATA PENGANTAR -    file · Web viewRevoluis hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian

Sumber: BPS dalam Tabel 5 di Pradhan dkk (2000)

Tidak sulit menduga sumber penyebab kemiskinan di sektor pertanian.2

Revolusi hijau adalah dampak awal kemiskinan yang semakin meningkat. Dengan

adanya program tersebut, petani menjadi ketergantungan, tidak bisa sepenuhnya

lepas dari tiga pilar utama revolusi hijau. Mahalnya sarana dan prasarana

pertanian dan terjeratnya petani dalam sistem kredit menyebabkan petani terpaksa

menjual lahan. Akibatnya petani mengalami penurunan pendapatan rill. Hal ini

juga menyebabkan petani menjadi tertinggal dalam mengikuti teknologi modern

yang ada. Selain itu rendahnya tingkat pendidikan juga menyebabkan petani

semakin tertinggal. Oleh karena itu, kemiskinan belum bisa lepas dari kehidupan

petani.

Kebijakan revolusi hijau juga telah mengubah pola pertanian lokal. Sebelum

kebijakan itu diterapkan, petani menggunakan tenaga kerja manusia dan ternak,

bibit, dan pupuk kandang buatan rumah tangga sendiri. Akan tetapi selama

revolusi hijau, selain terjadi mekanisai pertanian, juga telah mendorong perubahan

pola tanam karena paket kredit pupuk dan bibit diperuntukkan bagi para petani

pemilik lahan minimal dengan luas 1 ha. Akibatnya, jumlah pengangguran

meningkat. Hal ini bukan saja karena mekanisasi pertanian telah menggantikan

pekerjaan yang semula dikerjakan oleh buruh tani, tetapi juga banyak petani kecil

akhirnya harus menjual tanahnya kerana antara biaya produksi dan hasil yang

diperolehnya tidak sesuia atau merugi.3

Selain itu, lumbung desa yang dikelola oleh masyarakat sebagai kas pangan

saat paceklik atau gagal panen pun diganti pemerintah dengan sistem Koperasi

Unit Desa (KUD) yang kemudian dikuasai oleh para birokrat. Kondisi ini

menyebabkan kedaulatan pangan diambil alih menjadi urusan pemerintah atau

2 Dr. Tulus T. H. Tambuan, Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia: Beberapa Isu Penting (Yogyakarta: Ghalia Indonesia, 2006), hlm 155.3 Nurul H.A, Revolusi Hijau 60an-70an Miskinkan Perempuan (http://www.langitperempuan.com/2008/12/revolusi-hijau-60an-70an-miskinkan-perempuan/) diakses tanggal 25 Desember 2009.

5

Page 15: KATA PENGANTAR -    file · Web viewRevoluis hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian

birokrasi. Akhirnya, banyak petani miskin yang tersingkir karena tidak siap

menerima perubahan yang ditimbulkan oleh modernisasi.4

4 Ibid.,

6

Page 16: KATA PENGANTAR -    file · Web viewRevoluis hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian

BAB 4. KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Revolusi hijau merupakan program yang dikhususkan pada pembangunan di

sektor pertanian. Tujuan utama dari revolusi hijau adalah meningkatkan

produktifitas khususnya sub-sektor pertanian pangan, melalui teknik modernisasi,

yaitu irigasi yang baik, penggunaan varietas unggul, dan pupuk kimia. Melalui

teknik modernisasi ini, Indonesia berhasil menjadi negara swasembada beras

terbesar di Asia pada tahun 1984.

Akan tetapi, revolusi hijau tidak ikut membawa perubahan terhadap

kesejahteraan petani, khususnya petani kecil. Pengaruh yang diraskan oleh petani

hanya berupa perubahan kegiatan pertanian yang pada awalnya mengandalkan

sumber daya alam dan manusia berubah menggunakan teknik modernisasi yang

justru mengakibatkan petani menjadi ketergantungan.

Pada awalnya memang revolusi hijau berhasil membantu petani menaikkan

produksi padinya, tetapi pada akhirnya malah membawa dampak negatif kepada

petani. Kemiskinan makin meningkat dikalangan petani. Mereka yang tidak

sanggup membeli pupuk kimia, pestisida, dan bibit padi serta terjerat sistem kredit

pertanian terpaksa menjual tanahnya. Akhirnya pendapatan rill para petani pun

semakin berkurang. Hal ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya taraf

kemiskinan di sektor pertanian.

4.2 Saran

Alam telah menyediakan segalanya. Manusia sudah seharusnya

memanfaatkannya dengan benar. Tetapi dengan memasukkan unsur kimia

kedalam lingkungan pertanian bukanlah pilihan yang tetap. Oleh sebab itu

sebaiknya, petanian organik mulai dicanangkan kembali. Pertanian organik tidak

membutuhkan biaya produksi yang besar, karena semua tersedia dari alam.

Seperti penggunaan pupuk kandang dan kompos serta sistem tumpang sari yang

dapat memberantas hama tanpa menimbulkan kerusakan pada lingkungan. Selain

1

Page 17: KATA PENGANTAR -    file · Web viewRevoluis hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian

itu hasil produksi pertanian organik dijual mahal di pasaran sehingga dapat ikut

meningkatkan pendapatan petani.

Diharapkan juga pemerintah dapat memberikan perhatian lebih pada

kesejahteraan petani. Seharusnya, pemerintah dan petani saling bekerja sama

dalam meningkatkan produksi pertanian, bukan memaksakan kehendak

pemerintah karena petani sebenarnya juga tahu apa yang terbaik untuk pertanian.

2

Page 18: KATA PENGANTAR -    file · Web viewRevoluis hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. “Revolusi Hijau”, dalam

http://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Hijau. 25 Desember.

Nurul HA. 2009. “Revolusi Hijau 60an-70an Miskinkan Perempuan”, dalam

http://www.langitperempuan.com/2008/12/revolusi-hijau-60an-70an-

miskinkan-perempuan/. 25 Desember 2009.

Soetrisno, Loekman. 2002. Pembangunan Pertanian: Sebuah Tinjauan

Sosiologis. Kanisius: Yogyakarta.

Tata, Indra. 2000. Menggugat Revolusi Hijau Generasi Pertama. Tirta

Karangsari: Yogyakarta.

Tambuan, Dr. Tulus T. H. 2006. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia:

Beberapa Isu Penting. Ghalia Indonesia: Yogyakarta.

1