kata pengantar - ppid.bnn.go.id · rahmat dan ridhonya, laporan tahunan badan narkotika nasional...
TRANSCRIPT
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan ridhoNya, Laporan Tahunan Badan Narkotika Nasional (BNN) Tahun
2016 ini berhasil disusun dan dipublikasikan.
Penyusunan laporan ini merupakan amanat dari pasal 70 (j) Undang-undang
(UU) Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang menyatakan BNN mempunyai
tugas membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.
Laporan Tahunan ini, berisi tentang gambaran penyelenggaraan dan hasil
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi BNN selama Tahun 2016, yaitu Program
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNN dan Program
Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba.
Dengan semakin berkembangnya organisasi BNN, berdampak pula pada
peningkatan kinerja organisasi dalam pelaksanaan program dan kegiatan dibidang
P4GN terutama di Provinsi dan Kabupaten/Kota yang sudah terbentuk.
Sedangkan BNN di Kabupaten/Kota yang belum terbentuk pemerintah
daerah seolah berlomba mengajukan pembentukan organisasi BNN diwilayah
kerjanya, oleh karena semakin maraknya masalah penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkoba yang menyebar hingga kepedesaan.
Semoga laporan tahunan ini, menjadi bagian sarana komunikasi dan
informasi terkait dengan penanganan permasalahan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkoba di Indonesia, dan kepada semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan laporan ini saya ucapkan terima kasih.
Jakarta, Januari 2017
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 ii
RINGKASAN SINGKAT
LAPORAN TAHUNAN BNN TAHUN ANGGARAN 2016
Laporan tahunan ini, menjelaskan terkait dengan pelaksanaan 2 Program
dengan gambaran realisasi kegiatan dan anggaran sebagai berikut:
I. Program Dukungan Manajemen.
1. Sekretariat Utama BNN berhasil merealisasikan kegiatan sebesar
98,82% dan anggaran sebesar 87,86%.
2. Inspektorat Utama BNN berhasil merealisasikan kegiatan sebesar
99,26% dan anggaran sebesar 85,79%.
3. Puslitdatin berhasil merealisasikan kegiatan sebesar 93,33% dan
anggaran sebesar 96,43%.
4. Balai Pendidikan dan Pelatihan BNN berhasil merealisasikan kegiatan
sebesar 97,81% dan anggaran sebesar 75,97%.
5. Balai Laboratorium Narkoba BNN berhasil merealisasikan kegiatan
sebesar 127,36% dan anggaran sebesar 89,32%.
Secara kumulatif Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya BNN Tahun 2016, kegiatan dapat terealisir sebesar
103,32% dan anggaran sebesar 87,07%.
II. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).
1. Bidang Pencegahan berhasil merealisasikan kegiatan sebesar 99,39%
dan anggaran sebesar 90,76%.
2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat berhasil merealisasikan kegiatan
sebesar 88,40% dan anggaran sebesar 92,47%.
3. Bidang Rehabilitasi berhasil merealisasikan kegiatan sebesar 67,25%
dan anggaran sebesar 70,36%.
4. Bidang Pemberantasan berhasil merealisasikan kegiatan sebesar
100% dan anggaran sebesar 48,06%.
5. Bidang Hukum dan Kerjasama berhasil merealisasikan kegiatan
sebesar 132,26% dan anggaran sebesar 84,74%.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 iii
Secara kumulatif Program P4GN Tahun 2016, kegiatan dapat terealisir
sebesar 97,46% dan anggaran sebesar 72,3%.
Dari segi persentase penyerapan total anggaran BNN Tahun 2016 adalah
sebesar 72,3%. Sisa anggaran merupakan penghematan dari belanja pegawai,
Belanja Barang dan Belanja Modal termasuk penghematan dengan blokir
langsung oleh Kementerian Keuangan. Jika realisasi anggaran BNN dikurang
dengan anggaran yang di blokir, maka realisasi anggaran BNN sesungguhnya
tahun 2016 adalah sebesar 89%.
Pada umumnya seluruh satuan kerja di lingkungan BNN telah berupaya
melaksanakan kegiatan sesuai dengan target kinerja anggaran yang tersedia.
Penghematan anggaran dari segi kegiatan merupakan efisiensi penggunaan
langganan daya dan jasa. Pelelangan barang/jasa (termasuk belanja Modal) serta
pengeluaran kegiatan operasional dilakukan seefisien mungkin.
Adanya kebijakan pemerintah terkait dengan pemotongan anggaran
berdampak pada pencapaian target tidak bisa optimal, sesuai dengan target dalam
rencana kerja yang ditetapkan sebelumnya.
Realisasi kegiatan dan anggaran BNN selama tahun 2016, perlu ditindak
lanjuti pada tahun 2017, tentunya dengan mengambil hikmat dari keberhasilan
maupun dari kegagalan dari setiap pelaksanaan program dan kegiatan.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i RINGKASAN SINGKAT LAPORAN TAHUNAN BNN TAHUN ANGGARAN 2016 ………………………………………………………………..
ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1
A. LATAR BELAKANG ………………………………………..... 1
B. DASAR HUKUM …………………………………………….... 3
C. MAKSUD DAN TUJUAN …………………………………….. 3
D. LINGKUP LAPORAN ………………………………………… 4
E. SISTEMATIKA PENULISAN ………………………………… 4
F. STRUKTUR ORGANISASI ………………………………….. 4 BAB II PROGRAM DAN KEGIATAN BNN TAHUN ANGGARAN 2016. 5
A. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA BNN ………
5
1. Sekretariat Utama BNN ………………………………… 5 2. Inspektorat Utama BNN ………………………………… 6 3. Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN ……………. 6 4. Balai Diklat BNN …………………………………………. 6 5. Balai Laboratorium Uji Narkoba BNN …………………. 7
B. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) …………………………………………..
7
1. Bidang Pencegahan BNN ………………………………. 7
2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN ……............. 8
3. Bidang Rehabilitasi BNN ……………………………….. 9
4. Bidang Pemberantasan BNN …………………………... 11
5. Bidang Hukum dan Kerja sama BNN ………………….. 12 BAB III REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN BNN TAHUN
ANGGARAN 2016 …………………………………………………...
13
A. REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA BNN…………………………………………………
13 1. Sekretariat Utama BNN ………………………………… 13 2. Inspektorat Utama BNN ………………………………… 14 3. Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN ……………. 14 4. Balai Diklat BNN ………………………………………… 14 5. Balai Laboratorium Uji Narkoba BNN …………………. 14
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 v
B. REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) ……………………………………………
15
1. Bidang Pencegahan BNN ……………………………… 15
2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN ……............. 15
3. Bidang Rehabilitasi BNN ……………………………….. 16
4. Bidang Pemberantasan BNN ………………………….. 17
5. Bidang Hukum dan Kerja Sama BNN …………………. 18
C. GAMBARAN REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN UTAMA BNN TAHUN ANGGARAN 2016 ………………….
19
1. Sekretariat Utama BNN ………………………………… 19 2. Inspektorat Utama BNN ………………………………… 26
3. Pusat Penelitian, Data dan Informasi BNN …………… 27
4. Balai Diklat BNN ………………………………………… 34
5. Balai Laboratorium Narkoba BNN ……………………... 36
6. Bidang Pencegahan BNN ……………………………… 37
7. Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN …………….. 42
8. Bidang Rehabilitasi BNN ……………………………….. 50
9. Bidang Pemberantasan BNN ………………………….. 60
10. Bidang Hukum dan Kerjasamam BNN ………………... 77
D. PERMASALAHAN DAN SOLUSI PEMECAHAN
MASALAH ……………………………………………………...
86
1. Permasalahan …………………………………………… 86 2. Solusi Mengatasi Hambatan …………………………… 98
E. DUKUNGAN ANGGARAN TAHUN 2016 …………………. 105
BAB IV PENUTUP …………………………………………………………….. 108
A. KESIMPULAN ………………………………………………… 108 B. SARAN …………………………………………………………. 109
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penanganan permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkoba memerlukan keseriusan dan kerja keras dari seluruh komponen
masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini disebabkan permasalahan Narkoba
merupakan kejahatan yang luar biasa, terorganisir, tanpa batas (global), dan
sudah multi etnis (melibatkan berbagai suku bangsa).
Deklarasi politik PBB menganjurkan penanganan permasalahan
Narkoba harus dilaksanakan secara seimbang antara demand reduction dan
supply reduction dengan mengedepankan prinsip “common and share
responsibility”. Dewasa ini terjadi perubahan paradigma penanganan
penyalahgunaan Narkoba dengan memberikan hukuman alternatif selain
pidana penjara yaitu rehabilitasi bagi penyalah guna atau pecandu Narkoba.
Penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba merupakan kejahatan
luar biasa (extraordinary crime) yang mengancam dunia dan bisa digunakan
sebagai salah satu senjata dalam proxy war untuk melumpuhkan kekuatan
bangsa. Oleh karena itu, kejahatan ini harus diberantas dan ditangani secara
komprehensif.
Sebagai negara yang menjadi salah satu sasaran terbesar dalam
peredaran narkotika yang dikendalikan oleh jaringan nasional dan
internasional, Indonesia telah mengambil langkah tegas dalam menghadapi
bentuk perang modern ini.
Di awal pemerintahannya, Presiden Joko Widodo menyatakan kepada
seluruh bangsa Indonesia, bahwa Indonesia berada dalam situasi darurat
Narkoba dan menyerukan PERANG BESAR terhadap segala bentuk
kejahatan Narkoba.
Sebagai bukti nyata kehadiran negara dalam melindungi generasi
bangsa dari ancaman Narkoba, Presiden Joko Widodo telah menolak grasi
terpidana kasus narkotika dan menyetujui dilaksanakan eksekusi mati kasus
narkotika. Meski menuai kontroversi dari pihak asing, sebanyak 15 terpidana
mati baik WNA maupun WNI kasus narkotika telah dieksekusi, salah satunya
adalah Freddy Budiman, gembong narkotika kelas ‘kakap’ di Indonesia, yang
kerap terlibat kasus-kasus penyelundupan narkotika dari mancanegara
meskipun tengah mendekam di balik jeruji besi.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 2
Tindakan tegas ini mendorong Badan Narkotika Nasional (BNN),
sebagai lembaga negara yang bertugas melaksanakan pemerintahan di
bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkotika (P4GN), untuk lebih agresif dalam menangani
permasalahan narkotika di Indonesia melalui strategi demand reduction, yaitu
dengan tindakan preventif guna memberikan kekebalan kepada masyarakat
agar imun terhadap penyalahgunaan narkotika, dan strategi supply reduction,
melalui penegakan hukum yang tegas dan terukur agar sindikat narkotika
jera.
Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai focal point penanggulangan
Narkoba di tanah air telah melakukan berbagai upaya penanggulangan
permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, melalui
Bidang Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, Rehabilitasi dan
Pemberantasan serta meningkatkan kerja sama regional dan Internasional
guna mencegah Narkoba masuk ke Indonesia.
Di samping itu, BNN juga membangun kerja sama dan bersinergi
dengan Kementerian/Lembaga/Instansi (K/L/I) pemerintah guna membangun
dan mendorong partisipasi aktif seluruh komponen masyarakat dalam upaya
perlawanan terhadap kejahatan Narkoba.
Pelaksanaan kerja sama Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) ditingkat pusat
dengan Kementerian/Lembaga/Instansi didukung dengan perubahan
kebijakan pemerintah dalam sistem penganggaran dari semula
penganggaran berbasis fungsi (Money Follow Function) berubah menjadi
penganggaran berbasis program (Money Follow Program) yang berdampak
pada kemudahan bagi K/L/I mengalokasikan anggaran masing-masing
dalam pelaksanaan program P4GN.
Ditingkat Provinsi, Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) saat ini
sudah terbentuk di 33 Provinsi, dan telah menunjukkan peningkatan peran
kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah daerah dengan dukungan
dari berbagai elemen masyarakat setempat.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 3
Sedangkan di tingkat Kabupaten/Kota, pelaksanaan P4GN secara
perlahan juga telah menunjukkan perkembangan yang berarti seiring dengan
bertambahnya Satuan Kerja BNNKab./Kota dari semula 129 Satker menjadi
146 Satker. Hal ini tentunya akan memperkuat keberadaan BNN, dalam
upaya menggerakkan partisipasi masyarakat dalam memerangi
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
Penyusunan laporan ini dimaksudkan sebagai informasi kepada
stakeholder dan masyarakat lainnya terkait dengan berbagai kegiatan yang
telah dilaksanakan BNN, sepanjang tahun 2016.
B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;
2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika
Nasional;
3. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 16 Tahun 2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional;
4. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 06 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi
dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota.
C. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud.
Maksud penyusunan laporan tahunan 2016 ini, adalah sebagai betuk
pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BNN,
melaksanakan tugas pelayanan kepada masyarakat. Selain itu juga
sebagai sarana pemberian informasi berkaitan dengan permasalahan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
2. Tujuan.
Sedangkan tujuan dari penyusunan laporan tahunan ini, guna
memberikan informasi/gambaran tentang realisasi kegiatan dan
anggaran BNN selama tahun anggaran 2016.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 4
D. LINGKUP LAPORAN
Laporan ini menggambarkan mengenai pelaksanaan dan pencapaian
kegiatan melalui 2 (dua) Program yaitu Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNN, dan Program Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba yang
ditetapkan untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BNN.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam laporan ini termuat beberapa Bab yang berisi mengenai
penjelasan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dari Badan Narkotika
Nasional, yaitu:
1. BAB I Pendahaluan berisi Latar Belakang, Tugas Pokok dan Fungsi,
Lingkup Laporan, dan Sistematika Penulisan.
2. BAB II Program dan Kegiatan BNN Tahun 2016.
3. BAB III Realisasi Program dan Kegiatan BNN Tahun 2016.
4. BAB IV Penutup.
F. STRUKTUR ORGANISASI
SETTAMA
KEPALA
ITTAMA
DEPUTI BIDANG
PENCEGAHAN
DEPUTI BIDANG
DAYAMAS
DEPUTI BIDANG
BERANTAS
DEPUTI BIDANG
REHABILITASI
DEPUTI BIDANG
HUKUM & KERMA
PUS LITDATIN
BNNP
PUSLITDATIN
BALAI DIKLAT BALAI LAB BALAI REHAB
BNNK/KOTA
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 5
BAB II
PROGRAM DAN KEGIATAN BNN
TAHUN ANGGARAN 2016
A. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN
TUGAS TEKNIS LAINNYA BNN
Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya BNN, merupakan program generik/penunjang, guna mendukung
pelaksanaan kegiatan dukungan yang dilaksanakan oleh bagian
Sekretariat Utama BNN, Inspektorat Utama BNN, Pusat Penelitian Data
dan Informasi BNN, Balai Pendidikan dan Pelatihan BNN dan Balai Uji
Laboratorium Narkoba BNN, dengan gambaran kegiatan sebagai berikut:
1. Sekretariat Utama BNN.
Program dan kegiatan Sekretariat Utama tahun 2016 adalah
sebagai berikut :
NO. URAIAN KEGIATAN TARGET
OUTPUT SATUAN PAGU (RP.) 1 2 3 4 5
1. Layanan Perkantoran 276 Layanan 425.679.361.000
2. Dokumen Pengelolaan
Keuangan BNN
313 Dokumen 11.009.398.000
3. Perangkat Pengolah
Data dan Komunikasi
27 Unit 122.805.000
4. Urusan Organisasi,
Tatalaksana, dan
Kepegawaian
101 Dokumen 17.953.577.000
5. Layanan Perkantoran 48 Layanan 340.650.000
6. Perangkat Pengolah
Data dan Komunikasi
3 Unit 24.000.000
7. Dokumen Perencanaan
dan Kinerja
227 Dokumen 27.005.259.000
8. Peralatan dan Fasilitas
Perkantoran
16.625 Unit 151.441.109.000
9. Gedung/Bangunan 11.270 M2 46.942.577.000
10. Layanan Perkantoran 1.764 Layanan 144.520.930.000
11. Kendaraan Bermotor 251 Unit 43.842.791.000
12. Perangkat Pengolah
Data dan Komunikasi
2.061 Unit 15.011.602.000
13. Layanan Urusan Umum 1.391 Layanan 77.869.094.000
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 6
2. Inspektorat Utama BNN.
Program dan kegiatan Inspektorat Utama tahun 2016 adalah
sebagai berikut :
NO. URAIAN KEGIATAN TARGET
OUTPUT SATUAN PAGU (RP.)
1 2 3 4 5
1. Layanan Perkantoran 12 Layanan 1.206.108.000
2. Perangkat Pengolah
Data dan Komunikasi
45 Unit 616.040.000
3. Hasil Pengawasan
Kinerja dan Keuangan
199 Laporan 6.251.652.000
4. Hasil Penegakan Disiplin
dan Kode Etik Pegawai
14 Laporan 96.200.000
3. Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN.
Program dan kegiatan Pusat Penelitian, Data dan Informasi
tahun 2016 adalah sebagai berikut :
NO. URAIAN KEGIATAN TARGET
OUTPUT SATUAN PAGU (RP.)
1 2 3 4 5
1. Peralatan dan Fasilitas
Perkantoran
4 Unit 21.147.000
2. Layanan Perkantoran 12 Layanan 1.990.709.000
3. Data dan Informasi 14 Informasi 16.082.743.000
4. Balai Diklat BNN.
Program dan kegiatan Balai Pendidikan dan Pelatihan tahun
2016 adalah sebagai berikut :
NO. URAIAN KEGIATAN TARGET
OUTPUT SATUAN PAGU (RP.)
1 2 3 4 5
1. Layanan Perkantoran 12 Layanan 5.924.642.000
2. Perangkat Pengolah
Data dan Komunikasi
23 Unit 651.500.000
3. Pegawai yang Mengikuti
Diklat
831 Orang 9.650.112.000
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 7
5. Balai Laboratorium Narkoba BNN.
Program dan kegiatan Balai Laboratorium Narkoba BNN tahun
2016 adalah sebagai berikut :
NO. URAIAN KEGIATAN TARGET
OUTPUT SATUAN PAGU (RP.)
1 2 3 4 5
1. Peralatan dan Fasilitas
Perkantoran
3 Unit 945.174.000
2. Layanan Perkantoran 12 Layanan 3.144.427.000
3. Perangkat Pengolah
Data dan Komunikasi
1 Unit 47.748.000
4. Layanan Pengujian
Narkoba
1 Laporan 715.298.000
5. Laporan Pemeriksaan Uji
Narkotika, Psikotropika,
Prekursor dan Bahan
Adiktif Lainnya
16.000 Laporan 4.480.000.000
B. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA
(P4GN)
Program P4GN merupakan program teknis yang dilaksanakan oleh
Kedeputian BNN yang terdiri dari Deputi Bidang Pencegahan BNN, Deputi
Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Deputi Bidang Rehabilitasi BNN, Deputi
Bidang Pemberantasan BNN, Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama BNN
dan juga oleh Satker BNN di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pelaksanaan
program tersebut dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan masyarakat
Indonesia “IMUN” dari bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkoba. Adapun gambaran kegiatan terkait program teknis dimaksud
adalah sebagai berikut:
1. Bidang Pencegahan BNN.
Program dan kegiatan Bidang Pencegahan tahun 2016 adalah
sebagai berikut:
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 8
NO. URAIAN KEGIATAN TARGET
OUTPUT SATUAN PAGU (RP.)
1 2 3 4 5
1. Layanan Perkantoran 12 Layanan 523.615.000
2. Perangkat Pengolah
Data dan Komunikasi
35 Unit 320.000.000
3. Advokasi Pembangunan
Berwawasan Anti
Narkoba kepada Institusi
Pemerintah dan Swasta
369 Advokasi 9.855.380.000
4. Advokasi Pembangunan
Berwawasan Anti
Narkoba kepada
Kelompok Masyarakat
dan Institusi Pendidikan
820 Advokasi 11.030.268.000
5. Layanan Perkantoran 12 Layanan 2.246.832.000
6. Informasi P4GN kepada
Keluarga
739 Informasi 7.669.382.000
7. Informasi P4GN kepada
Pelajar/Mahasiswa
1099 Informasi 16.659.102.000
8. Informasi P4GN kepada
Pekerja
408 Informasi 9.090.484.000
9. Informasi P4GN kepada
Kelompok Masyarakat
931 Informasi 125.916.593.000
2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN.
Program dan kegiatan Bidang Pemberdayaan Masyarakat
tahun 2016 adalah sebagai berikut:
NO. URAIAN KEGIATAN TARGET
OUTPUT SATUAN PAGU (RP.) 1 2 3 4 5
1. Layanan Perkantoran 12 Layanan 543.510.000
2. Kendaraan Bermotor 80 Unit 39.659.360.000
3. Perangkat Pengolah Data
dan Komunikasi
9 Unit 75.000.000
4. Pemberdayaan Anti
Narkoba Di Kawasan atau
Wilayah Rawan
363 Pember-
dayaan
12.882.019.000
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 9
1 2 3 4 5
5. Layanan Perkantoran 12 Layanan 4.520.084.000
6. Perangkat Pengolah Data
dan Komunikasi
16 Unit 115.463.000
7. Pemberdayaan Penggiat
Anti Narkoba Di Instansi
pemerintah
253 Pember-
dayaan
11.084.881.000
8. Pemberdayaan Penggiat
Anti Narkoba Di Dunia
Usaha/Swasta
157 Pember-
dayaan
6.264.739.000
9. Pemberdayaan Penggiat
Anti Narkoba Di Lingkungan
Masyarakat
687 Pember-
dayaan
20.863.148.000
10. Pemberdayaan Penggiat
Anti Narkoba Di Lingkungan
Pendidikan
454 Pember-
dayaan
15.435.944.000
3. Bidang Rehabilitasi BNN.
Program dan kegiatan Bidang Rehabilitasi tahun 2016 adalah
sebagai berikut:
NO. URAIAN KEGIATAN TARGET
OUTPUT SATUAN PAGU (RP.)
1 2 3 4 5
1. Gedung/Bangunan 3.72.4 M2 3.505.520.000
2. Kendaraan Bermotor 6 Unit 309.900.000
3. Lembaga Rehabilitasi
Medis dan Lembaga
Rehabilitasi Sosial Milik
Instansi Pemerintah dan
Komponen Masyarakat
yang Memperoleh
Peningkatan Kemampuan
215 Lembaga 22.473.333.000
4. Mantan Penyalah Guna,
Korban Penyalah Guna,
dan Pecandu Narkotika
yang Mengikuti Layanan
Pasca Rehabilitasi
16.185 orang 45.535.242.000
5. Peralatan dan Fasilitas
Perkantoran
125 Unit 423.660.000
6. Gedung/Bangunan 550 M2 1.500.000.000
7. Perangkat Pengolah Data
dan Komunikasi
9 Unit 63.000.000
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 10
1 2 3 4 5
8. Lembaga rehabilitasi
Narkoba Medis dan Sosial
Milik Instansi Pemerintah
yang Memperoleh
Peningkatan Kemampuan
1318 Lembaga 125.368.379.000
9. Penyalah Guna, Pecandu
dan/Korban Penyalah
Guna yang Memperoleh
Layanan Rehabilitasi
Rawat Jalan
12423 Orang 51.590.689.000
10. Lembaga Rehabilitasi
Narkoba Medis dan Sosial
Milik Komponen
Masyarakat yang
Memperoleh Peningkatan
Kemampuan
497 Lembaga 40.629.087.000
11. Peralatan dan Fasilitas
Perkantoran
103 Unit 1.026.818.000
12. Layanan Perkantoran 36 Layanan 32.068.120.000
13. Perangkat Pengolah Data
dan Komunikasi
51 Unit 286.240.000
14. Layanan rehabilitasi
Pecandu dan Korban
Penyalahgunaan Narkoba
Milik BNN
2 Layanan 2.610.921.000
15. Korban Penyalahgunaan
dan Pecandu Narkoba
yang Mendapat Pelayanan
Terapi dan Rehabilitasi
Medis dan Sosial Di Balai
Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Tanah
Merah
200 Orang 4.375.950.000
16. Korban Penyalahgunaan
dan Pecandu Narkoba
yang Mendapat Pelayanan
Terapi dan Rehabilitasi
Medis dan Sosial Di Balai
Besar Rehabilitasi BNN
750 Orang 18.041.496.000
17. Korban Penyalahgunaan
dan Pecandu Narkoba
yang Mendapat Pelayanan
Terapi dan Rehabilitasi
Medis dan Sosial Di Balai
Rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional
Baddoka
300 Orang 6.053.050.000
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 11
4. Bidang Pemberantasan BNN.
Program dan kegiatan Bidang Pemberantasan tahun 2016
adalah sebagai berikut:
NO. URAIAN KEGIATAN TARGET
OUTPUT SATUAN PAGU (RP.)
1 2 3 4 5
1. Peralatan dan Fasilitas
Perkantoran
221 Unit 426.834.223.000
2. Layanan Perkantoran 16 Layanan 430.900.000
3. Perangkat Pengolah Data
dan Komunikasi
157 Unit 42.506.615.000
4. Kasus Tindak Pidana
Narkotika Di Pintu Masuk
Bandar Udara, Pelabuhan
Laut, Perairan, Darat dan
Lintas Batas Wilayah
Indonesia yang Terungkap
dan Terselesaikan
125 Kasus 21.726.080.000
5. Layanan Perkantoran 12 Layanan 8.575.454.000
6. Informasi Jaringan
Sindikat Kejahatan
Narkoba
151 Informasi 185.813.144.000
7. Layanan Perkantoran 12 Layanan 721.820.000
8. Hasil Pengawasan dan
Perawatan Tahanan dan
Barang Bukti Tindak
Pidana Narkotika dan
Prekursor Narkotika
319 Laporan 12.231.450.000
9. Peralatan dan Fasilitas
Perkantoran
60 Unit 387.720.000
10. Layanan Perkantoran 12 Layanan 142.480.000
11. Perangkat Pengolah Data
dan Komunikasi
33 Unit 339.000.000
12. Kasus Tindak Pidana
Prekursor Narkotika dan
Psikotropika yang
Terungkap dan
Terselesaikan
19 Kasus 3.557.520.000
13. Layanan Perkantoran 12 Layanan 269.760.000
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 12
1 2 3 4 5
14. Tersangka dalam Daftar
Pencarian Orang (DPO)
Kasus Tindak Pidana
Narkotika dan Prekursor
Narkotika yang
Ditangkap
9 Tersang-
ka
86.125.535.000
15. Peralatan dan Fasilitas
Perkantoran
22 Unit 199.800.000
16. Layanan Perkantoran 12 Layanan 120.360.000
17. Perangkat Pengolah
Data dan Komunikasi
46 Unit 1.477.820.000
18. Kasus Tindak Pidana
Narkotika yang
Terungkap dan
Terselesaikan
1541 Kasus 64.024.947.000
19. Lahan Tanaman Ganja
dan Tanaman Terlarang
Lainnya yang
Dimusnahkan
5 Spot 2.665.585.000
20. Layanan Perkantoran 12 Layanan 196.500.000
21. Perangkat Pengolah
Data dan Komunikasi
1 Unit 849.504.000
22. Tersangka Tindak
Pidana Narkoba yang
Disidik Asetnya Terkait
Hasil Tindak Pidana
Narkoba
19 Kasus 5.890.620.000
5. Bidang Hukum dan Kerja Sama BNN.
Program dan kegiatan Bidang Hukum dan Kerja Sama tahun
2016 adalah sebagai berikut:
NO. URAIAN KEGIATAN TARGET
OUTPUT SATUAN PAGU (RP.)
1 2 3 4 5
1. Layanan Perkantoran 12 Layanan 222.120.000
2. Produk Hukum 6 Rancangan 4.367.045.000
3. Bantuan Hukum 5 Bankum 1.210.835.000
4. Layanan Perkantoran 12 Layanan 138.120.000
5. Kerja Sama Nasional,
Bilateral, Regional, dan
Internasional
27 Kerma 6.771.880.000
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 13
BAB III
REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN BNN
TAHUN ANGGARAN 2016
A. REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN DUKUNGAN
MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA
BNN
Gambaran realisasi program dan kegiatan dukungan manajemen
dan pelaksanaan tugas teknis lainnya BNN selama tahun anggaran 2016
adalah sebagai berikut:
1. Sekretariat Utama BNN.
NO. URAIAN KEGIATAN
TARGET REALISASI
OUT-PUT
SATUAN PAGU (RP.) OUT-PUT
SATUAN PAGU (RP.)
1 2 3 4 5
1. Layanan Perkantoran 276 Layanan 425.218.203.000 276 Layanan 389.257.947.171
2. Dokumen Pengelolaan
Keuangan BNN
313 Dokumen 11.009.398.000 313 Dokumen 9.100.608.965
3. Perangkat Pengolah Data
dan Komunikasi
27 Unit 122.805.000 27 Unit 122.795.000
4. Urusan Organisasi,
Tatalaksana, dan
Kepegawaian
101 Dokumen 17.953.577.000 100 Dokumen 15.542.306.308
5. Layanan Perkantoran 48 Layanan 340.650.000 48 Layanan 244.805.000
6. Perangkat Pengolah Data
dan Komunikasi
3 Unit 24.000.000 3 Unit 23.950.000
7. Dokumen Perencanaan
dan Kinerja
227 Dokumen 27.016.612.000 222 Dokumen 16.667.256.065
8. Peralatan dan Fasilitas
Perkantoran
16713 Unit 151.764.290.000 16399 Unit 139.319.967.567
9. Gedung/Bangunan 11270 M2 46.942.577.000 11270 M2 14.482.885.900
10. Layanan Perkantoran 1764 Layanan 144.997.870.000 1764 Layanan 135.246.342.589
11. Kendaraan Bermotor 255 Unit 44.437.321.000 293 Unit 41.039.750.785
12. Perangkat Pengolah Data
dan Komunikasi
2083 Unit 15.164.602.000 1959 Unit 13.375.454.162
13. Layanan Urusan Umum 1391 Layanan 77.973.524.000 1393 Layanan 71.655.405.876
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 14
2. Inspektorat Utama BNN.
NO. URAIAN KEGIATAN TARGET REALISASI
OUT-PUT
SATUAN PAGU (RP.) OUT-PUT
SATUAN PAGU (RP.)
1 2 3 4 5
1. Layanan Perkantoran 12 Layanan 1.206.108.000 12 Layanan 1.075.610.100
2. Perangkat Pengolah Data
dan Komunikasi
45 Unit 616.040.000 45 Unit 595.133.553
3. Hasil Pengawasan Kinerja
dan Keuangan
199 Laporan 6.251.652.000 199 Laporan 5.301.413.180
4. Hasil Penegakan Disiplin
dan Kode Etik Pegawai
14 Laporan 96.200.000 12 Laporan 37.334.889
3. Pusat Penelitian Data dan Informasi BNN.
NO. URAIAN KEGIATAN TARGET REALISASI
OUT-PUT
SATUAN PAGU (RP.) OUT-PUT
SATUAN PAGU (RP.)
1 2 3 4 5
1. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
4 Unit 21.147.000 4 Unit 21.045.000
2. Layanan Perkantoran 12 Layanan 1.990.709.000 12 Layanan 1.720.807.411
3. Data dan Informasi 14 Informasi 16.082.743.000 12 Informasi 15.706.720.544
4. Balai Pendidikan dan Pelatihan BNN.
NO. URAIAN KEGIATAN TARGET REALISASI
OUT-PUT
SATUAN PAGU (RP.) OUT-PUT
SATUAN PAGU (RP.)
1 2 3 4 5
1. Layanan Perkantoran 12 Layanan 5.924.642.000 12 Layanan 5.254.042.303
2. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
23 Unit 651.500.000 23 Unit 630.291.600
3. Pegawai yang Mengikuti Diklat
831 Orang 9.650.112.000 812 Orang 6.443.051.932
5. Balai Laboratorium Narkoba BNN.
NO. URAIAN KEGIATAN TARGET REALISASI
OUT-PUT
SATUAN PAGU (RP.) OUT-PUT
SATUAN PAGU (RP.)
1 2 3 4 5
1. Peralatan dan Fasilitas
Perkantoran
3 Unit 945.174.000 3 Unit 863.684.000
2. Layanan Perkantoran 12 Layanan 3.144.427.000 12 Layanan 2.613.989.923
3. Perangkat Pengolah Data
dan Komunikasi
1 Unit 47.748.000 1 Unit 46.213.000
4. Layanan pengujian
Narkoba
1 Laporan 715.298.000 1 Laporan 577.340.601
5. Laporan Pemeriksaan Uji
Narkotika, Psikotropika,
Prekursor dan Bahan
Adiktif Lainnya
16000 Laporan 4.480.000.000 20382 Laporan 4.234.703.874
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 15
B. REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN PENCEGAHAN
DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN
PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN)
Sedangkan realisasi program dan kegiatan P4GN yang dilakukan oleh
satuan kerja terkait program teknis adalah sebagai berikut:
1. Bidang Pencegahan BNN.
NO. URAIAN KEGIATAN
TARGET REALISASI
OUT-PUT
SATUAN PAGU (RP.) OUT-PUT
SATUAN PAGU (RP.)
1 2 3 4 5
1. Layanan Perkantoran 12 Layanan 523.615.000 12 Layanan 419.022.800
2. Perangkat Pengolah Data
dan Komunikasi
35 Unit 320.000.000 35 Unit 316.692.300
3. Advokasi Pembangunan
Berwawasan Anti
Narkoba kepada Institusi
Pemerintah dan Swasta
369 Advokasi 10.006.905.000 352 Advokasi 8.510.908.275
4. Advokasi Pembangunan
Berwawasan Anti
Narkoba kepada
Kelompok Masyarakat
dan Institusi Pendidikan
820 Advokasi 11.030.268.000 811 Advokasi 10.250.871.539
5. Layanan Perkantoran 12 Layanan 2.246.832.000 12 Layanan 1.775.498.764
6. Informasi P4GN kepada
Keluarga
739 Informasi 7.669.382.000 740 Informasi 7.156.092.674
7. Informasi P4GN kepada
Pelajar/Mahasiswa
1099 Informasi 16.659.102.000 1075 Informasi 15.861.348.990
8. Informasi P4GN kepada
Pekerja
408 Informasi 9.090.484.000 404 Informasi 8.450.545.759
9. Informasi P4GN kepada
Kelompok Masyarakat
931 Informasi 126.476.934.000 957 Informasi 114.279.580.803
2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN.
NO. URAIAN KEGIATAN TARGET REALISASI
OUT-PUT
SATUAN PAGU (RP.) OUT-PUT
SATUAN PAGU (RP.)
1 2 3 4 5
1. Layanan Perkantoran 12 Layanan 543.510.000 12 Layanan 354.832.470
2. Kendaraan Bermotor 80 Unit 39.659.360.000 80 Unit 39.646.640.000
3. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
9 Unit 75.000.000 9 Unit 75.000.000
4. Pemberdayaan Anti Narkoba Di Kawasan atau Wilayah Rawan
363 Pember-dayaan
12.882.019.000 361 Pember-dayaan
10.879.948.696
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 16
1 2 3 4 5
5. Layanan Perkantoran 12 Layanan 4.520.084.000 12 Layanan 3.379.459.403
6. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
16 Unit 115.463.000 16 Unit 115.463.000
7. Pemberdayaan Penggiat Anti Narkoba Di Instansi pemerintah
253 Pember-dayaan
11.283.631.000 249 Pember-dayaan
10.084.845.973
8. Pemberdayaan Penggiat Anti Narkoba Di Dunia Usaha/Swasta
157 Pember-dayaan
6.305.880.000 153 Pember-dayaan
5.514.506.615
9. Pemberdayaan Penggiat Anti Narkoba Di Lingkungan Masyarakat
687 Pember-dayaan
21.151.898.000 487 Pember-dayaan
19.395.472.420
10. Pemberdayaan Penggiat Anti Narkoba Di Lingkungan Pendidikan
454 Pember-dayaan
15.623.444.000 427 Pember-dayaan
14.264.929.840
3. Bidang Rehabilitasi BNN.
NO. URAIAN KEGIATAN TARGET REALISASI
OUT-PUT
SATUAN PAGU (RP.) OUT-PUT
SATUAN PAGU (RP.)
1 2 3 4 5
1. Gedung/Bangunan 3724 M2 3.505.520.000 1122 M2 2.594.709.563
2. Kendaraan Bermotor 6 Unit 309.900.000 6 Unit 264.872.500
3. Lembaga Rehabilitasi Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial Milik Instansi Pemerintah dan Komponen Masyarakat yang Memperoleh Peningkatan Kemampuan
215 Lembaga 22.473.333.000 186 Lembaga 19.526.993.887
4. Mantan Penyalah Guna, Korban Penyalah Guna, dan Pecandu Narkotika yang Mengikuti Layanan Pasca Rehabilitasi
16185 orang 45.535.242.000 10078 orang 31.309.655.707
5. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
125 Unit 423.660.000 167 Unit 219.391.000
6. Gedung/Bangunan 550 M2 1.500.000.000 550 M2 1.278.437.000
7. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
9 Unit 63.000.000 9 Unit 62.100.000
8. Lembaga Rehabilitasi Narkoba Medis dan Sosial Milik Instansi Pemerintah yang Memperoleh Peningkatan Kemampuan
1318 Lembaga 125.368.379.000 1383 Lembaga 74.733.835.796
9. Penyalah Guna, Pecandu dan/Korban Penyalah Guna yang Memperoleh Layanan Rehabilitasi Rawat Jalan
12423 Orang 51.590.689.000 8964 Orang 32.938.420.145
10. Lembaga Rehabilitasi Narkoba Medis dan Sosial Milik Komponen Masyarakat yang Memperoleh Peningkatan Kemampuan
497 Lembaga 40.629.087.000 477 Lembaga 30.668.742.466
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 17
1 2 3 4 5
11. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
103 Unit 1.026.818.000 103 Unit 1.012.055.264
12. Layanan Perkantoran 36 Layanan 32.068.120.000 36 Layanan 28.838.283.676
13. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
51 Unit 286.240.000 51 Unit 284.176.950
14. Layanan Rehabilitasi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkoba Milik BNN
2 Layanan 2.610.921.000 2 Layanan 2.350.728.190
15. Korban Penyalahgunaan dan Pecandu Narkoba yang Mendapat Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi Medis dan Sosial Di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah Merah
200 Orang 4.375.950.000 301 Orang 4.011.762.843
16. Korban Penyalahgunaan dan Pecandu Narkoba yang Mendapat Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi Medis dan Sosial di Balai Besar Rehabilitasi BNN
750 Orang 18.041.496.000 750 Orang 14.255.197.187
17. Korban Penyalahgunaan dan Pecandu Narkoba yang Mendapat Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi Medis dan Sosial Di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Baddoka
300 Orang 6.053.050.000 356 Orang 6.022.450.850
4. Bidang Pemberantasan BNN.
NO. URAIAN KEGIATAN TARGET REALISASI
OUT-PUT
SATUAN PAGU (RP.) OUT-PUT
SATUAN PAGU (RP.)
1 2 3 4 5
1. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
221 Unit 426.834.223.000 36 Unit 23.463.664.840
2. Layanan Perkantoran 16 Layanan 430.900.000 14 Layanan 420.776.900
3. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
157 Unit 42.506.615.000 157 Unit 34.877.351.420
4. Kasus Tindak Pidana Narkotika Di Pintu Masuk Bandar Udara, Pelabuhan Laut, Perairan, Darat dan Lintas Batas Wilayah Indonesia yang Terungkap dan Terselesaikan
125 Kasus 21.726.080.000 114 Kasus 18.612.598.994
5. Layanan Perkantoran 12 Layanan 8.575.454.000 12 Layanan 7.481.979.795
6. Informasi Jaringan Sindikat Kejahatan Narkoba
151 Informasi 185.813.144.000 176 Informasi 172.918.195.375
7. Layanan Perkantoran 12 Layanan 721.820.000 12 Layanan 721.709.976
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 18
1 2 3 4 5
8. Hasil Pengawasan dan Perawatan Tahanan dan Barang Bukti Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika
319 Laporan 12.231.450.000 355 Laporan 10.362.430.338
9. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
60 Unit 387.720.000 60 Unit 384.440.000
10. Layanan Perkantoran 12 Layanan 142.480.000 12 Layanan 137.495.838
11. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
33 Unit 339.000.000 33 Unit 310.261.800
12. Kasus Tindak Pidana Prekursor Narkotika dan Psikotropika yang Terungkap dan Terselesaikan
19 Kasus 3.557.520.000 35 Kasus 3.445.144.006
13. Layanan Perkantoran 12 Layanan 269.760.000 12 Layanan 269.760.000
14. Tersangka dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Kasus Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika yang Ditangkap
9 Tersangka 86.125.535.000 15 Tersangka 76.649.135.215
15. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
22 Unit 199.800.000 22 Unit 177.100.000
16. Layanan Perkantoran 12 Layanan 120.360.000 12 Layanan 120.360.000
17. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
46 Unit 1.477.820.000 44 Unit 525.407.000
18. Kasus Tindak Pidana Narkotika yang Terungkap dan Terselesaikan
1541 Kasus 64.394.664.000 1644 Kasus 57.046.281.637
19. Lahan Tanaman Ganja dan Tanaman Terlarang Lainnya yang Dimusnahkan
5 Spot 2.665.585.000 8 Spot 2.043.080.000
20. Layanan Perkantoran 12 Layanan 196.500.000 12 Layanan 193.262.630
21. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
1 Unit 849.504.000 1 Unit 838.940.000
22. Tersangka Tindak Pidana Narkoba yang Disidik Asetnya Terkait Hasil Tindak Pidana Narkoba
19 Kasus 5.890.620.000 30 Kasus 4.925.975.813
5. Bidang Hukum dan Kerja Sama BNN.
NO. URAIAN KEGIATAN
TARGET REALISASI
OUT-PUT
SATUAN PAGU (RP.) OUT-PUT
SATUAN PAGU (RP.)
1 2 3 4 5
1. Layanan Perkantoran 12 Layanan 222.120.000 12 Layanan 206.470.000
2. Produk Hukum 6 Rancangan 4.367.045.000 8 Rancanga
n
3.503.951.428
3. Bantuan Hukum 5 Bankum 1.210.835.000 7 Bankum 953.930.225
4. Layanan Perkantoran 12 Layanan 138.120.000 12 Layanan 127.968.500
5. Kerja Sama Nasional,
Bilateral, Regional, dan
Internasional
27 Kerma 6.771.880.000 43 Kerma 5.978.691.034
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 19
C. GAMBARAN REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN UTAMA
BNN TAHUN ANGGARAN 2016.
Sebagai lembaga pemerintah yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden, BNN memberikan pelayanan kepada masyarakat
untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya terkait dengan “Nawa Cita”
Presiden Jokowi-JK.
Tugas pokok dan fungsi BNN, terkait dengan butir ke enam “Nawa
Cita” yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama
bangsa-bangsa Asia lainnya, dengan gambaran realisasi program dan
kegiatan utama sebagai berikut:
1. Sekretariat Utama BNN.
Sekretariat Utama BNN, membawahi 4 Satuan Kerja yaitu Biro
Perencanaan, Biro Kepegawaian dan Organisasi, Biro Umum dan Biro
Keuangan. Masing-masing Biro mempunyai tugas dan fungsi yang
berbeda. Adapun gambaran pelaksanaan tugas utama yang dilakukan
oleh masing-masing Biro di jajaran Sekretariat Utama BNN adalah
sebagai berikut:
a. Biro Perencanaan.
Biro Perencanaan mengkoordinasikan pelaksanaan dan
pengembangan kegiatan Kebijakan dan Strategi Nasional
dibidang P4GN, mengkoordinasikan pelaksanaan Kebijakan dan
Strategi BNN, mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan
program dan anggaran BNN serta pelaksanaan monitoring dan
evaluasi program kegiatan BNN sebagai berikut:
1) Penyusunan Norma Standar Prosedur Kriteria (NSPK) terkait
dengan Strategi BNN dalam pelaksanaan Program P4GN;
2) Penyusunan Grand Design P4GN;
3) Grand Design BNN;
4) Reviu Renstra BNN dan Renja BNN 2017;
5) Penyusunan Norma Biaya;
6) Penyusunan Rencana Kerja Anggaran BNN 2017;
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 20
7) Revisi Rencana Kerja Anggaran;
8) Penyusunan POK/DIPA;
9) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan PMK Nomor 249 Tahun
2011;
10) Penyusunan Laporan Kinerja BNN Tahun 2016;
11) Penyusunan Lampiran Pidato Presiden;
12) Penyusunan Laporan Triwulan I;
13) Penyusunan Laporan Triwulan III;
14) Penyusunan Laporan Semester I;
15) Penyusunan Laporan Monitoring dan Program P4GN.
Dalam rangka pertanggungjawaban atas pelaksanaan
program dan kegiatan BNN, telah dilakukan penyusunan Laporan
Kinerja (LK) atas pelaksanaan tugas dan fungsi yang telah diper-
janjikan oleh Kepala BNN dengan melibatkan seluruh Satuan
Kerja (Satker) dari Pusat, Provinsi hingga Kabupaten/Kota.
Guna sinergi program dan kegiatan antar Satker
dilingkungan BNN, telah dilakukan Musyawarah Perencanaan
BNN. Melalui pelaksanaan Musyawarah Perencanaan, BNN,
BNNP dan BNNK/Kota, telah tercipta suatu kondisi kebersamaan
untuk di implementasikan oleh seluruh Satker dari Pusat, Provinsi
hingga Kabupaten/Kota.
Kemudian rumusan hasil Musren menjadi bahan masukan
dalam pelaksanaan Pertemuan Tiga Pihak/Trilateral Meeting,
antara BNN dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS. Hasil
pelaksanaan Pertemuan Tiga Pihak/Trilateral Meeting menjadi
bahan dasar penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA)
BNN.
Dalam hal penyusunan RKA BNN Tahun Anggaran 2017,
Biro Perencanan mengubah pola kegiatan dengan pembatasan
mengundang Satker daerah ke Jakarta, Satker daerah diundang
hanya saat finalisasi penyusunan kegiatan dan anggaran
Satker.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 21
Hal tersebut dimaksudkan dalam rangka efisiensi anggaran,
yang apabila dalam setiap fase penyusunan anggaran
mengundang Satker daerah membutuhkan banyak anggaran baik
untuk biaya transportasi maupun kegiatan pertemuan rapat seperti
akomodasi dan konsumsi.
Sedangkan untuk mengetahui manfaat realisasi program dan
kegiatan yang ditetapkan pada Rencana Kerja Satker, pada setiap
akhir tahun anggaran, Biro Perencanaan melakukan monitoring
dan evaluasi kegiatan Satker ke berbagai Provinsi.
Kegiatan tersebut dimaksudkan guna mengetahui
sejauhmana realisasi kegiatan yang direncanakan dapat
terlaksana dan juga bagaimana pelaksanaan kegiatan dapat
mewujudkan visi misi organsisasi.
Hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi (monev) menjadi
data pendukung dalam proses pengambilan keputusan untuk
pengembangan program dan kegiatan dimasa mendatang.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi tersebut merupakan
amanat dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249 Tahun 2011
tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas pelaksanaan
RKA-K/L. Perumusan hasil monitoring dan evaluasi juga sebagai
bahan pelaporan kinerja BNN kepada instansi pemerintah terkait.
b. Biro Kepegawaian dan Organisasi.
1) Tahun 2016 KEMENPAN & RB telah mengeluarkan
persetujuan penambahan Satker BNNKab./Kota sebanyak
16 Satker. Dengan demikian hingga berakhirnya tahun 2016,
kondisi Satker BNNP sudah terbentuk di 33 Provinsi
sedangkan di Kabupaten/Kota baru 145 BNNKab./Kota yang
telah terbentuk.
2) Realisasi dan Keberhasilan Penyusunan Peraturan Kepala
BNN tentang Pengembangan Organisasi dengan
terlaksananya sembilan kegiatan pengembangan organisasi
yang menghasilkan:
a) Tersusun Usulan Pembentukan dan Pengisian Personil
pada Instansi Vertikal.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 22
b) Tersusun Identifikasi Kebutuhan SDM, Anggaran,
Fasilitas dan Sarana Prasarana.
c) Tersusun Persiapan SDM, Anggaran, Fasilitas dan
Sarana Prasarana untuk serta Pembekalan bagi
BNNKab./Kota yang baru terbentuk.
d) Tersusun Kebutuhan Personil, Anggaran, Sarana
Prasarana dan Pembekalan untuk 16 BNNKab./Kota
yang baru.
e) Teridentifikasi Kebutuhan SDM, Anggaran, Fasilitas
dan Sarana Prasarana.
f) Tersusun Laporan Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan
Peraturan Kepala BNN tentang Pengembangan
Organisasi.
g) Tersusun Tanggapan Kementerian PAN & RB tentang
pembentukan Loka Rehabilitasi BNN Deli Serdang.
h) Tersusun Pembahasan Rencana Perwakilan BNN di
Luar Negeri.
i) Tersusun Laporan Revisi Peraturan Presiden Nomor 23
Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional.
3) Realisasi dan Keberhasilan Penyusunan Dokumen
Pengembangan Tata Laksana dengan terbitnya:
a) Peraturan Kepala BNN Nomor 12 Tahun 2016 tentang
Pembina Fungsi Jabatan Fungsional Penyuluh
Narkoba, Tata Kerja Tim Penilai Kinerja Jabatan
Fungsional Penyuluh Narkoba dan Tata Cara Penilaian
Kinerja Jabatan Fungsional Penyuluh Narkoba.
b) Keputusan Kepala BNN Nomor : KEP/137/IV/KA/
OT.01/2016/BNN tentang Pelaksanaan Uji Kompetensi
Penyesuaian/Inpassing Jabatan Fungsional Penyuluh
Narkoba Di Lingkungan Badan Narkotika Nasional.
4) Realisasi dan Keberhasilan Penyusunan Dokumen Jabatan
Fungsional Penyidik.
5) Realisasi dan Keberhasilan Penyusunan Dokumen Jabatan
Fungsional Konselor.
6) Realisasi dan Keberhasilan Supervisi dan Evaluasi
Organisasi, Kepegawaian, dan Reformasi Birokrasi di 33
Provinsi.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 23
7) Realisasi dan Keberhasilan Inpassing Jabatan Fungsional
Penyuluh Narkoba.
c. Biro Umum.
Pada tahun 2016 Biro Umum Settama BNN telah
melaksanakan pengadaan Satwa Anjing sebanyak 50 (lima puluh)
ekor. Adapun jenis satwa anjing antara lain: Belgian Malinois,
German Sheaperd, Labrador, dan Beagle. Sebagai catatan bahwa
satwa anjing yang dibeli BNN berdasarkan seleksi khusus dengan
kemampuan deteksi Narkoba.
Pemilihan satwa anjing selain dilihat dari jenis tetapi juga
dilihat dari Fisik (sehat, tidak cacat, dan proporsional) serta
kemampuan dalam mendeteksi Narkoba. Saat ini satwa anjing
BNN dititipkan di Direktorat Polsatwa Baharkam Polri mengingat
pembangunan sarana prasarana satwa anjing BNN masih
Pembangunan Tahap I (Pekerjaan Akses Jalan Utama, Jogging
Track, Drainer dan Trotoar, Pekerjaan Pemagaran Precast
Keliling, Pekerjaan Bangunan Toilet Barak Personil, Pekerjaan
Bangunan Pos Jaga dan Gerbang Utama, serta Pekerjaan
Bangunan Barak Personil).
Untuk menjaga dan memelihara serta mengoperasionalkan
satwa anjing diperlukan pawang khusus satwa anjing. Pawang ini
nantinya akan dijadikan anggota Unit K9 BNN. Namun demikian,
mengingat personil Aparatur Sipil Negara (ASN) khusus pawang
satwa anjing belum tersedia maka tenaga tersebut akan
diambilkan dari Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
(PPNPN). Adapun jumlah tenaga pawang yang dibutuhkan sesuai
perbandingan dengan jumlah satwa anjing adalah sebanyak 100
orang (1 satwa anjing 2 orang pawang).
Satwa anjing merupakan makhluk hidup yang mempunyai
karakteristik khusus (animal instinc) maka untuk penggunaan/
pemanfaatannya dilakukan pelatihan khusus bagi para pawang
oleh Instruktur dari Direktorat Polisi Satwa Baharkam Polri dan
Instruktur dari Australian Border Force (ABF). Pelatihan ini
dimaksudkan untuk melihat kemampuan pawang dalam
mengendalikan satwa anjing dan membekali pawang dalam
melatih, merawat dan mengoperasionalkan satwa anjing.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 24
d. Biro Keuangan.
Biro Keuangan melaksanakan pengelolaan urusan
keuangan dengan menyelenggarakan pelaksanaan pengeluaran
dan penerimaan anggaran, pelaksanaan urusan perbendaharaan,
pertimbangan masalah perbendaharaan, ganti rugi, dan bahan
pembinaan tata usaha keuangan anggaran, pelaksanaan urusan
verifikasi dan akuntansi serta penyusunan laporan keuangan.
Gambaran kegiatan yang dilakukan Biro Keuangan Tahun 2016
diuraikan sebagai berikut:
1) Penyusunan NSPK di Bidang Keuangan.
2) Bimbingan Teknis Pengelolaan Keuangan.
3) Penyusunan Laporan Keuangan.
4) Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Keuangan.
5) Layanan Perkantoran berupa pembayaran Gaji dan
Tunjangan serta Operasional dan Pemeliharaan Kantor.
Dalam melaksanakan tugas sebagai Pembina fungsi bidang
keuangan, Biro Keuangan pada tahun 2016 memberikan
beberapa Bimbingan Teknis sebagai berikut:
1) Bimbingan Teknis Pengelolaan Belanja Pegawai
Semakin berkembangnya organisasi BNN sampai ketingkat
BNNP dan BNN Kab./Kota dan bertambahnya jumlah
pegawai BNN maka dalam rangka upaya memberikan
pelayanan yang prima dan optimal terkait belanja pegawai
bagi seluruh pegawai BNN, terhitung mulai tahun 2016 sudah
ada beberapa BNNP yang telah diberikan kewenangan
mengelola Gaji dan tunjangan melekat lainnya secara
mandiri tidak lagi melalui Biro Keuangan Settama BNN.
Ditahun 2017 direncanakan beberapa Satker di wilayah
Pulau Sumatera akan mengelola gaji dan tunjangan melekat
lainnya, oleh karena itu tahun 2016 dilaksanakan Bimbingan
Teknis Pengelolaan Belanja Pegawai di Badan Narkotika
Nasional Provinsi sebagai berikut:
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 25
a) BNNP Sumatera Utara
b) BNNP Sumatera Barat
c) BNNP Sumatera Selatan
d) BNNP Bengkulu
e) BNNP Kepulauan Riau
f) BNNP Riau
g) BNNP Aceh
2) Bimbingan Teknis Bagi Para Bendahara dan Penguji
Tagihan.
Bimbingan Teknis ini ditujukan bagi para Bendahara, staf
pengelola keuangan dan penguji tagihan, kegiatan ini
bertujuan untuk memberikan pengetahuan terkait
pengelolaan anggaran keuangan pemerintah. Melalui
Bimbingan Teknis ini diharapkan para pengelola keuangan
dan penguji tagihan pada satuan kerja di lingkungan BNN
mampu mengelola dan mempertanggungjawabkan
pelaksanaan APBN sesuai dengan peraturan dan ketentuan
yang berlaku. Bimbingan Teknis ini dilaksanakan di 3 (tiga)
Provinsi sebagai berikut: DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa
Timur.
Dalam hal penyusunan laporan keuangan, Biro Keuangan
melalui Sekretariat Utama selaku Unit Akuntansi Kuasa
Pengguna Anggaran (UAKPA) dan Unit Akuntansi Pengguna
Anggaran (UAPA) bertugas menyusun dan
mengkonsolidasikan laporan Keuangan yang sudah di susun
secara berjenjang oleh Unit Akuntansi seluruh satuan kerja
di BNN. Laporan Keuangan BNN disusun berdasarkan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang berlaku dan
disajikan secara transparan, akurat dan akuntabel. Kegiatan
Penyusunan Laporan Keuangan terdiri dari:
a) Penyusunan Laporan Keuangan Triwulan I.
b) Penyusunan Laporan Keuangan Triwulan III.
c) Penyusunan Laporan Keuangan Semester I.
d) Penyusunan Laporan Keuangan Unaudited.
e) Penyusunan Laporan Keuangan Audited.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 26
Selain bimtek dan penyusunan laporan keuangan, Biro
Keuangan juga melaksanakan kegiatan Monitoring dan Evaluasi
Pengelolaan Keuangan. Kegiatan monitoring dan evaluasi
pengelolaan keuangan dilakukan pada beberapa satker di BNN
untuk mengevaluasi capaian penyerapan dan realisasi anggaran
serta dokumen pertanggungjawaban keuangan serta beberapa
kendala dan hambatan yang dihadapi oleh satker di lingkungan
BNN dalam melakukan penyerapan anggaran.
Layanan Perkantoran yang meliputi pembayaran gaji dan
tunjangan serta operasional dan pemeliharaan kantor. Dalam hal
ini Biro Keuangan melaksanakan pengelolaan serta pembayaran
belanja pegawai baik gaji, tunjangan melekat lainnya, uang makan
bagi PNS dan tunjangan kinerja bagi para pegawai di lingkungan
BNN.
Di tahun 2016 beberapa satker yang sudah mengelola
anggaran belanja pegawai secara mandiri yaitu Inspektorat
Utama, Puslitdatin, Balai Laboratorium, Balai Diklat, Balai Besar
Rehabilitasi, BNNP Jawa Barat, BNNP Jawa Tengah, BNNP DIY,
BNNP Banten, BNNP DKI Jakarta, BNNP Bali, BNNP NTT, BNNP
NTB dan BNNP Lampung.
Dalam hal capaian output, pada Dokumen Pengelolaan
Keuangan ditetapkan target output sebanyak 12 dokumen dan
sudah terealisasi sebanyak 12 dokumen (100%). Sedangkan
untuk Layanan Perkantoran yang terdiri dari Gaji dan Tunjangan
serta Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran ditetapkan
target 12 bulan layanan sudah terealisasi sebanyak 12 bulan
layanan (100%).
2. Inspektorat Utama BNN.
Pengawasan dan pengembangan akuntabilitas kinerja. Target
output ditetapkan sebanyak 199 laporan, terealisasi 247 laporan
(124,12%), Capaian ini melebih dari target yang ditetapkan karena
adanya penambahan kegiatan hasil dari efisiensi biaya. Adapun
kegiatan yang melebihi target antara lain:
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 27
a. Kegiatan verifikasi serah terima jabatan, target yang ditetapkan 14
laporan, terealisasi 45 laporan (321,43%), dikarenakan:
1) Adanya efisiensi biaya perjalanan dinas dari 3 (tiga) orang
menjadi 2 (dua) orang.
2) Efisiensi kegiatan dengan menggabungkan pelaksanaan
verifikasi dengan pelaksanaan audit.
b. Kegiatan pemeriksaan tujuan tertentu/khusus, target yang
ditetapkan 6 (enam) laporan, terealisasi 17 (tujuh belas) laporan
(283,33%), dikarenakan banyaknya jumlah pengaduan
masyarakat yang diterima sebanyak 36 kasus.
c. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Audit BPK RI dan Ittama BNN,
target yang ditetapkan 8 laporan, terealisasi 13 laporan (162,5%),
dikarenakan setiap bulannya dilakukan pemantauan atas tindak
lanjut temuan BPK maupun Ittama.
d. Penegakan disiplin dan kode etik pegawai BNN. Target output
ditetapkan sebanyak 14 laporan, terealisasi sebanyak 12 laporan
(85,71)%. Capaian ini tidak mencapai target dikarenakan belum
adanya evaluasi mengenai tingkat kedisiplinan kehadiran pegawai
selama periode semester dan tahunan.
3. Pusat Penelitian, Data, dan Informasi BNN
Pusat Penelitian, Data, dan Informasi merupakan unsur
pendukung dalam pelaksanaan program P4GN yang mempunyai tugas
melaksanakan penelitian dan pengembangan, dan pengelolaan data
dan informasi di bidang P4GN.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Pusat
Penelitian, Data dan Informasi menyelenggarakan fungsi :
a. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang P4GN;
b. Pengelolaan data, dokumentasi, sistem informasi dan jaringan
komunikasi di bidang P4GN.
c. Pelaksanaan pembangunan dan pengembangan teknologi
informasi dan komunikasi.
d. Pelaksanaan pelayanan data dan informasi; dan
e. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 28
Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, Pusat
Penelitian, Data, dan Informasi BNN pada tahun 2016 melaksanakan
berbagai kegiatan. Beberapa kegiatan utama yang dilakukan antara
lain:
1. Survei Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di Indonesia.
Survei Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di Indonesia
Tahun 2016 bekerjasama antara Badan Narkotika Nasional (BNN)
dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indone-sia
(Puslitkes UI). Survei ini dilaksanakan di 18 Provinsi yaitu : DKI
Jakarta, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau,
Sulawesi Utara, Jawa Barat, Maluku, Sulawesi Selatan, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat dan
Kalimantan Utara dengan metode kuantitatif dan kualitatif dengan
jumlah responden sebanyak 32.547 responden.
Pelaksanaan survei nasional penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa
dari tanggal 15 Januari – 15 Desember 2016. Capaian target
survei nasional tersebut adalah sebesar 100%. Keberhasilan
tersebut disebabkan antara lain karena koordinasi BNN dengan
instansi terkait, diantaranya : BNNP, BNNKabupaten/Kota,BPS,
Pemda/Instansi Terkait setempat, Perguruan Tinggi/Universitas
setempat di 18 provinsi, serta jejaring penelitian yang telah
terbentuk dari setiap Perguruan Tinggi di setiap Provinsi. Adapun
hasil Survei Nasional Penyalahgunaan dan Perderan Gelap
Narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa, diantaranya:
a) Angka prevalensi penyalahgunaan Narkoba cenderung
semakin menurun dalam 10 tahun terakhir, baik untuk pernah
pakai dan setahun pakai. Angka prevalensi pernah pakai
menurun dari 8,1% (2006) menjadi 3,8% (2016). Atau bisa
diartikan, jika pada tahun 2006 ada 8 dari 100 orang
pelajar/mahasiswa yang pakai Narkoba maka sekarang
hanya ada 4 orang yang pakai Narkoba (2016).
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 29
Jadi dalam 1 dekade, telah berhasil dikurangi separuh
pelajar/mahasiswa yang pernah pakai Narkoba.
Kecenderungan angka prevalensi di kalangan pelajar
ditopang pula terjadinya penurunan pada kelompok lain,
terutama di kelompok rumah tangga.
b) Angka prevalensi setahun terakhir juga cenderung turun dari
5.2% (2006) menjadi 1,9% (2016). Atau bisa dikatakan pada
tahun 2006 mereka yang pakai Narkoba dalam setahun
terakhir (current users) ada 5 dari 100 pelajar/mahasiswa,
tetapi saat ini hanya ada 2 orang saja (2016).
Dengan demikian, lebih dari separuh mereka yang pakai
Narkoba dalam setahun terakhir dapat dikurangi dalam 1
dekade terakhir. Di tahun 2016, dari mereka yang pernah
pakai Narkoba (3,8%), sekitar separuhnya masih
mengkonsumsi Narkoba dalam setahun terakhir (1,9%).
Grafik Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba 2006-2016 Menurut
Waktu
2. Survei Pelaporan Kebutuhan Data Masyarakat (Pelajar dan
Mahasiswa) Melalui PPID Tahun 2016.
Survei pelaporan kebutuhan data masyarakat (pelajar dan
mahasiswa) melalui PPID dilaksanakan di Provinsi DKI Jakarta,
terdiri dari 34 Sekolah dan Universitas atau Perguruan Tinggi.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 30
Capaian target survei tersebut adalah sebesar 100%.
Keberhasilan tersebut disebabkan antara lain karena koordinasi
BNN dengan instansi terkait, diantaranya : BNNProvinsi DKI
Jakarta, BPS, Pemda/Instansi Terkait setempat, Perguruan
Tinggi/Universitas di DKI Jakarta.
Adapun rekomendasi dari survei ini adalah:
a) Dalam memenuhi kebutuhan data oleh masyarakat (dalam
hal ini pelajar dan mahasiswa), BNN telah melakukan
berbagai kegiatan akan tetapi penyampaian data dan
informasi belum memperoleh feedback yang maksimal dari
penerima data dan informasi, oleh karena itu perlu adanya
informasi yang komprehensif tentang bahaya, dampak
penyalahgunaan Narkoba, upaya pencegahan penyalah-
gunaan narkotika dan cara menjaga lingkungan agar bebas
dari bahaya Narkoba yang dikemas secara menarik.
b) Penyampaian data dan informasi yang komprehensif dan
dapat diakses dengan cepat, tepat dan sederhana harus
dilakukan melalui PPID.
c) Untuk itu, dalam rangka keterbukaan informasi publik, BNN
harus segera membentuk struktural PPID agar data dan
informasi yang diberikan kepada masyarakat lebih tepat dan
efisien bukan justru membuka peluang masyarakat untuk
melakukan kejahatan narkotika.
d) Dalam mengembangkan data dan informasi, untuk Bidang
Pencegahan disarankan agar lebih banyak melakukan
pengkaderan Satgas Anti Narkoba. Melalui kegiatan ini
diharapkan masyarakat (pelajar dan mahasiswa) memiliki
kemampuan menyebarkan informasi khususnya tentang
P4GN sehingga dapat mendukung tupoksi dari pada PPID,
selain itu kegiatan diskusi/dialog interaktif/talkshow perlu
ditingkatkan agar terjadi komunikasi 2 (dua) arah yang lebih
efektif. Dalam kegiatan kampanye oleh BNN disarankan agar
mengedepankan informasi tentang bahaya dan dam-pak
negatif dari penyalahgunaan Narkoba karena dari hasil
survei menunjukkan bahwa masyarakat memerlukan itu.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 31
e) Untuk Bidang Dayamas disarankan agar mensosialisasikan
kegiatan Satgas Anti Narkoba, sehingga para mahasiswa ini
tertarik dan turut serta dalam kegiatan P4GN. Sama halnya
dengan kegiatan Pelatihan P4GN disarankan agar
melalukan kegiatan TOT dengan harapan terlatihnya para
mahasiswa dalam penanganan permasalahan Narkoba
sehingga mampu berinteraksi dengan masyarakat lain.
Selain itu kegiatan pengembangan kapasitas perlu
ditingkatkan lagi mengingat kecilnya animo masyarakat
(kusus pelajar dan mahasiswa) terhadap kegiatan ini.
f) Untuk Deputi Bidang Pemberantasan, disarankan agar
memberikan informasi tangkapan kasus dan tersangka
pengedar Narkoba namun tidak memberikan informasi yang
sifatnya rahasia. Terkait isue peredaran NPS berdasarkan
hasil penelitian sedikit yang mengetahuinya, disarankan agar
memberikan informasi tentang dampak negatif dari
penyalahgunaan NPS dan tetap menghimbau masyarakat
agar tidak mendekati peredaran gelap NPS.
g) Untuk Bidang Rehabilitasi disarankan agar dilakukan
sosialisasi kepada pelajar dan mahasiswa khususnya
tentang IPWL baik itu informasi prosedur pelaporan maupun
Institusi mana saja yang sudah ditunjuk sebagai IPWL.
Selain itu perlu pula disosialisasikan tempat tempat
pelaksanaan rehabilitasi baik milik pemerintah maupun non
pemerintah, hal ini mengingat banyak masyarakat yang
hanya mengetahui metode terapi yang bersifat keagamaan.
Hal ini dilakukan agar mereka dapat menginformasikan
kembali kepada masyarakat lainnya ketika terjadi
penyalahgunaan Narkoba.
h) Untuk Bidang Hukum dan Kerja Sama disarankan agar
melakukan sosialisasi tentang sanksi hukum
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Selain itu
informasi tentang bantuan hukum baik konsultasi maupun
pembelaan hukum harus lebih gencar disebarluaskan.
Dalam hal kerja sama BNN dengan Sekolah/Kampus
disarankan agar bentuk kerja samanya lebih menekankan
pada Satgas Anti Narkoba. BNN juga disarankan agar lebih
banyak membuka kerja sama dengan pihak swasta.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 32
i) Untuk Bagian Humas disarankan agar mensosialisasikan
website dan media sosial BNN langsung tertuju kepada
pelajar dan mahasiswa. Hal ini dilakukan karena sebagian
mereka enggan membuka website yang sifatnya milik
pemerintah.
3. Laporan Informasi Melalui Layanan Contact Center BNN
Tahun 2016.
Kegiatan ini adalah dalam rangka pengumpulan informasi
dari masyarakat melalui layanan contact center BNN. Layanan
Contact Center BNN dibangun sejak tahun 2007 dan baru sebatas
melalui telepon dan SMS. Kemudian tahun 2015 dilakukan
pengembangan dalam rangka menjaring informasi yang lebih
banyak lagi, yang terdiri dari:
a) Telepon : 021-80880011
b) SMS : 081221675675
c) Whatsapp : 081221675675
d) BBM : 2BF297D7
e) Email : [email protected]
f) Twitter : @cc_bnn
g) Facebook : contact center bnn
Adapun target yang ditetapkan adalah sebanyak 5.659
informasi, sedangkan informasi yang masuk melalui Contact
Center BNN Januari – Desember 2016 adalah sebanyak 5.754
informasi, hal ini menunjukkan bahwa realisasi melebihi target
yang ditetapkan yaitu sebesar 101,7%. Hal ini disebabkan kare-na
gencarnya sosialisasi contact center BNN yang dilakukan oleh
Puslitdatin dan satuan kerja di lingkungan BNN serta semakin
pedulinya masyarakat terhadap Contact Center BNN.
Rincian data layanan masyarakat melalui Call Center dan
SMS Center BNN selama tahun 2016 sebanyak 5.754 informasi
adalah sebagai berikut:
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 33
1) Rehabilitasi : 423 Informasi
2) Berantas : 2.915 Informasi
3) Cegah : 160 Informasi
4) Humas : 27 Informasi
5) Datin : 48 Informasi
6) Informasi umum : 2.174 Informasi
7) Dumas Ittama : 7 Informasi
Dalam rangka meningkatkan layanan informasi dari
masyarakat tentang adanya penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkoba di lingkungannya, maka dilakukan kegiatan analisa
dan evalusi Contact Center BNN. Kegiatan analisa dan evaluasi
Contact Center BNN tahun 2016 dilaksanakan sebanyak 2 (dua)
kali yaitu:
1) Rapat pertama dilaksanakan tanggal 20 Juli 2016.
2) Rapat kedua dilaksanakan pada tanggal 7 Desember 2016.
Data layanan Contact Center BNN 5 (lima) tahun terakhir
(tahun 2011 – 2015) adalah sebagai berikut:
NO. INFORMASI
YANG MASUK
TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015
1. Rehabilitasi 359 183 305 365 684
2. Cegah 68 55 81 92 166
3. Humas 21 3 15 8 47
4. Informasi umum 793 2.615 2.948 4.391 2.917
5. Datin 29 11 12 5 58
6. Berantas 729 607 1.737 1.098 2.421
7. Dumas Ittama 2 1 18
JUMLAH 1.999 3.474 5.099 5.915 6.311
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 34
Grafik Data Layanan Contact Center BNN 5 (lima) tahun terakhir (Tahun 2011 – 2015)
4. Balai Diklat BNN.
Sebagaimana rencana kegiatan yang telah ditetapkan dalam
program kerja dan anggaran tahun anggaran 2016, Balai Diklat BNN
telah melaksanakan berbagai Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) baik
Struktural maupun Fungsional. Pelaksanaan Diklat bagi personil BNN,
dilaksanakan dengan cara menggunakan sarana dan prasarana yang
ada milik BNN dan pelaksanaan Diklat melalui kerja sama dengan
Kementerian/Lembaga terkait. Adapun pelaksanaan Diklat yang telah
dilaksanakan sebagai berikut:
a. Diklat Auditor Muda untuk 6 (enam) orang personil dari lingkungan
Inspektoran Utama yang dilaksanakan di Pusdiklatwas BPKP
Ciawi.
b. Pelatihan Advance Trauma Life Support (ATLS) yang diikuti oleh
1 (satu) orang personil Balai Diklat, kegiatan dilaksanakan di
Baktikes Puskes TNI Jakarta.
c. Pelatihan Training Of Facilitator (TOF PIM IV) yang diikuti oleh 5
(lima) orang personil Balai Diklat, kegiatan dilaksanakan di
Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI.
d. Diklat Prajabatan CPNS BNN Golongan II yang diikuti oleh 5 (lima)
orang pegawai BNN, Diklat tersebut dilaksanakan di Pusdikmin
Lemdikpol Polri dan Pusdiklat BMKG.
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
2011 2012 2013 2014 2015
35
9
18
3
30
5
36
5 68
4
68
55 81 92 16
6
79
3
26
15 29
48
43
91
29
17
72
9
60
7
17
37
10
98
24
21
Rehabilitasi Cegah Humas Info Umum Datin Berantas Dumas Ittama
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 35
e. TOT Umum Bagi Non Widyaiswara yang diikuti oleh 4
(empatorang personil Balai Diklat, kegiatan dilaksanakan
di Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI.
f. Pelatihan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kelas A, B, C, D,
dan E di laksanakan di Balai Diklat BNN, yang diikuti oleh 178
(seratus tujuh puluh delapan) orang pegawai BNN/BNNK.
g. Pelatihan Manajemen SDM, dilaksanakan di Balai Diklat BNN,
yang diikuti oleh 40 (empat puluh) orang pegawai BNN
h. Pelatihan Kehumasan, dilaksanakan di Balai Diklat BNN, yang
diikuti oleh 40 (empat puluh) orang pegawai BNN/BNNP.
i. Diklat PIM III, dilaksanakan di Balai Diklat BNN bekerjasama
dengan LAN RI, Diklat tersebut diikuti oleh 40 (empat puluh) orang
pegawai BNN/BNNP.
j. Pelatihan Pelayanan Publik bagi Pegawai ASN, dilaksanakan
di LAN RI, Diklat tersebut di ikuti oleh 5 (lima) orang personil Balai
Diklat BNN.
k. Pelatihan Media Online, dilaksanakan di Balai Diklat BNN, yang
diikuti oleh 40 (empat puluh) orang pegawai BNN.
l. Diklat PIM IV, dilaksanakan di Balai Diklat BNN, Diklat tersebut
diikuti oleh 29 (dua puluh sembilan) orang pegawai BNN/BNNP/
BNNK/Kota.
m. Workshop Logic Model Kelas A dan B, Workshop Logic Model
diselenggarakan di Balai Diklat BNN, yang diikuti oleh 40 (empat
puluh) orang pegawai BNN.
n. Diklat Prajabatan CPNS BNN Golongan III, Diklat Prajabatan
CPNS BNN Golongan III yang diikuti oleh 7 (tujuh) orang pegawai
BNN, Diklat tersebut dilaksanakan di Pusdikmin Lemdikpol Polri.
o. Pelatihan Tindak Pidana Pencucian Uang Kelas A, dan B
dilaksanakan di Balai Diklat BNN, Diklat tersebut diikuti oleh 70
(tujuh puluh) orang pegawai BNN.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 36
p. Pelatihan Teknis Pemetaan Jaringan Kelas A, B, C dan D
dilaksanakan di Balai Diklat BNN, yang diikuti oleh 129 (seratus
dua puluh sembilan) orang pegawai BNN/BNNK.
q. Pelatihan Petugas Pusat Komando Interdiksi Terpadu,
diselenggarakan di Balai Diklat BNN, diikuti oleh 40 (empat puluh)
orang pegawai BNN.
r. Pelatihan Revolusi Mental Bagi ASN di Lingkungan BNN,
diselenggarakan di Balai Diklat BNN, diikuti oleh 40 (empat puluh)
orang pegawai BNN.
s. Pelatihan Audit Pengadaan Barang dan Jasa, diselenggarakan
di Pusdiklatwas BPKP Ciawi diikuti oleh 36 (tiga puluh enam)
orang pegawai BNN.
t. Pelatihan Training Officer Course, diselenggarakan oleh Lembaga
Admnistrasi Negara (LAN), diikuti oleh 10 (sepuluh) orang
pegawai BNN.
u. Diklat Penyidik BNN Tingkat Dasar Angkatan I dan II,
diselenggarakan di Pusdikreskrim Megamendung, diikuti oleh 60
(enam puluh) orang pegawai BNN.
v. Pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS),
diselenggarakan Kantor AGD Dinkes Pemprov DKI Jakarta, diikuti
oleh 1 (satu) orang pegawai Balai Diklat BNN.
w. Diklat Auditor Utama Di Pusdiklatwas BPKP Ciawi, diikuti oleh 1
(satu) orang pegawai Ittama BNN.
5. Balai Laboratorium Narkoba BNN
Tahun 2016 Balai Laboratorium Narkoba BNN menargetkan
jumlah sampel yang diuji sebanyak 16.000 sampel, namun jumlah
sampel yang dikirim pengguna layanan melebihi target yaitu 18.812
sampel. Diantara sampel yang diuji tersebut, Balai Laboratorium
Narkoba BNN mendeteksi beberapa senyawa narkotika jenis baru (New
Psychoactive Substances/NPS) sebanyak 9 (sembilan) senyawa.
Hingga tahun 2016, total NPS beredar yang telah diidentifikasi
sebanyak 46 (empat puluh enam) senyawa. Jumlah sampel yang
dilaporkan tersebut belum termasuk sampel spesimen (rambut) dalam
rangka seleksi calon peserta Pilkada serentak 2017 sebanyak 293 (dua
ratus sembilan puluh tiga).
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 37
Dari hasil survei kepuasan pelanggan yang dilakukan secara
berkala (triwulan) diperoleh indeks sebesar 83 (delapan puluh tiga)
yang menunjukkan bahwa kualitas layanan Balai Laboratorium Narkoba
BNN termasuk kategori “sangat baik”. Beberapa aspek layanan yang
dinilai sangat baik oleh para penyidik adalah :
a. Kepuasan terhadap kecepatan dalam mendapatkan hasil
pengujian.
b. Bebas pungutan.
c. Etika petugas.
d. Kepuasan terhadap janji layanan.
Dengan demikian, pelibatan partisipasi para penyidik dalam
meningkatkan kualitas layanan, peningkatan kemudahan mendapat-
kan informasi/akses layanan, dan mempertahankan/meningkatkan
lingkup Akreditasi ISO 17025:2008 ternyata mampu memberikan
pengaruh terhadap kualitas layanan. Kualitas layanan yang sangat baik
tersebut secara signifikan memengaruhi jumlah sampel yang diuji
sehingga melebihi target.
6. Bidang Pencegahan BNN.
Sebagai upaya untuk melindungi generasi bangsa dari kejahatan
narkotika, pada tahun 2016, BNN semakin aktif melakukan langkah-
langkah preventif yang bertujuan memberikan peningkatan
pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang bahaya
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, yang pada akhirnya
diharapkan masyarakat semakin imun dari penyalahgunaan Narkoba.
Langkah ini merupakan salah satu solusi yang paling tepat untuk
menimalisir pangsa pasar Narkoba di Indonesia, sehingga Indonesia
tidak lagi menjadi lahan yang subur bagi sindikat narkotiba.
Pada tahun 2016, BNN dengan menggandeng masyarakat
melakukan berbagai kegiatan pencegahan baik melalui tatap muka
termasuk dengan pertunjukan rakyat tradisional maupun melalui
berbagai media (Cetak, Elektronik, Media Sosial). Pelaksanaan
komunikasi langsung melalui: advokasi, sosialisasi, dan kampanye
STOP Narkoba telah dilakukan sebanyak 12.566 kegiatan yang
melibatkan 9.177.785 orang dari berbagai kalangan, baik kelompok
masyarakat, pekerja, maupun mahasiswa/pelajar. Kegiatan
pencegahan merupakan komunikasi “Gethok Tular”.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 38
Tercatat sebanyak 894 instansi pemerintah dan swasta, serta 834
kelompok masyarakat dan lingkungan pendidikan, yang didorong BNN
untuk peduli terhadap permasalahan narkotika, hingga akhirnya
memiliki kebijakan pembangunan berwawasan Anti Narkoba di
lingkungannya masing-masing. Sepanjang tahun 2016, juga telah
terbentuk 15.772 relawan P4GN yang siap sedia membantu BNN dalam
menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih dari penyalahgunaan
narkotika.
Dalam upaya mengoptimalkan penyebar luasan informasi
pencegahan bahaya Narkoba, BNN senantiasa berinovasi dalam
mengemas pesan STOP Narkoba, salah satunya dengan meluncurkan
36 unit mobil sosialisasi P4GN yang tersebar di seluruh provinsi
di Indonesia. Dengan mobil ini diharapkan dapat menjangkau seluruh
pelosok negeri sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan
masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkoba.
a. Kegiatan Advokasi.
Kegiatan Advokasi Bidang Pencegahan BNN periode
Januari – Desember 2016 dengan gambaran kegiatan sebagai
berikut:
1) Advokasi pembangunan berwawasan anti Narkoba kepada
institusi pemerintah dan swasta meliputi kegiatan:
a) Rapat koordinasi.
b) Sinegeritas pelaksanaan advokasi.
c) Bimbingan teknis reginonal 1 dan 2.
d) Penjajakan membangun jejaring.
e) Membangun Jejaring
f) Asistensi dalam rangka pembangunan berwawasan
anti Narkoba di Provinsi Gorontalo.
g) Supervisi di Provinsi Sulawesi Barat, Nusa Tenggara
Timur dan Gorontalo.
h) Forum Komunikasi
i) Asistensi kebijakan berwawasan anti Narkoba
j) Asistensi penguatan
k) Intervensi advokasi P4GN
l) Monitoring dan evaluasi.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 39
2) Advokasi pembangunan berwawasan anti Narkoba kepada
kelompok masyarakat dan institusi pendidikan meliputi
kegiatan:
a) Rapat koordinasi.
b) Asistensi.
c) Membangun jejaring.
d) Asistensi penguatan.
e) Intervensi di lingkungan melalui salam pagi.
f) Supervisi.
g) Sarasehan.
h) Pekan Indonesia sehat 1 dan 2.
i) Monitoring dan evaluasi.
Dari rangkaian kegiatan diatas kegiatan membangun jejaring
adalah kegiatan yang sangat efektif karena kegiatan advokasi
dalam rangka membangun kebijakan P4GN ini diselenggarakan
dalam bentuk anjangsana oleh pihak BNN ke institusi pemerintah
dan swasta melalui komunikasi tatap muka yakni presentasi dan
dilanjutkan dengan diskusi antara dua instansi terkait.
Adapan tujuan kegiatan jajaring adalah:
1) Kegiatan membangun koordinasi antara BNN dengan
seluruh lembaga institusi pemerintah dan swasta terkait
upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba di lingkungan
kerja.
2) Melahirkan gagasan-gagasan alternatif yang sinergis antara
BNN dengan instansi pemerintah dan swasta dengan
mengoptimalisasi kebijakan yang sudah ada maupun yang
baru akan dibangun sehingga terbentuknya lingkungan kerja
yang bersih Narkoba.
3) Mendorong juga secara perlahan adanya kegiatan langsung
pada masyarakat melalui sosialisasi maupun pemberdayaan
masyarakat hidup sehat oleh masing-masing lembaga
pemerintah sesuai dengan tugas dan fungsinya.
4) Menghasilkan rekomendasi yang mendorong adanya
penguatan implementasi kebijakan P4GN secara sistematis
di instansi.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 40
b. Diseminasi Informasi.
Diseminasi Informasi adalah kegiatan penyebaran informasi
tentang P4GN bidang Pencegahan yang ditujukan kepada
kelompok target atau individu agar memperoleh pengetahuan,
menimbulkan sikap kesadaran, dan akhirnya berubah perilakunya
untuk menghindari penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkoba.
Dalam melakukan Diseminasi Informasi, dibutuhkan media
sebagai alat penyampaian atau sarana kepada masyarakat.
Adapun media komunikasi yang digunakan adalah media
elektronik dan media non elektronik yang meliputi media
penyiaran, media online, media cetak dan media konvensional.
Hal tersebut dapat ditunjukkan pada bagan dibawah ini:
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 41
Media elektronik meliputi media penyiaran dan media
online. Diseminasi informasi yang dilakukan melalui media
elektronik antara lain pembuatan konten pencegahan (PSA TV
dan Radio, jingle, video animasi, filler), penayangan PSA melalui
media televisi dan radio skala nasional, insert program P4GN di
LPP RRI, pengadaan dan penempatan videotron di 13 (tiga belas)
provinsi rawan Narkoba, pengadaan mobil sosialisasi sebanyak 36
(tiga puluh enam) unit yang didistribusikan ke BNNP di seluruh
Indonesia, pengelolaan radio streaming Indonesia bergegas,
placement melalui media online nasional baik berbasis website
maupun microblogging dan media sosial lainnya, pengelolaan
website Indonesia bergegas (www.indonesiabergegas.bnn.go.id)
serta pengelolaan sosial media Bidang Pencegahan yang meliputi:
1) Twitter : @BNNbergegas
2) Facebook : BNNbergegas
3) Path : BNN Indonesia Bergegas
4) Instagram : bnn_indonesiabergegas
5) Website : www.indonesiabergegas.bnn.go.id
6) YouTube : INDONESIA BERGEGAS ON YOUTUBE
Sedangkan Media Non Elektronik terdiri dari media cetak dan
media konvensional, antara lain adalah pemuatan konten
pencegahan di beberapa media cetak nasional berupa komik dan
iklan kuping, penyebaran informasi P4GN dalam bentuk media
luar ruang: visualisasi narkotika sintetis, stiker, poster, leaflet,
spanduk, umbul-umbul serta kegiatan tatap muka dalam bentuk
sosialisasi berupa talkshow, seminar, workshop, pameran, forum
komunikasi, dan pergelaran seni budaya.
Diseminasi informasi sampai dengan triwulan empat tahun
2016, telah berhasil mencapai target sasaran (output) sebesar
100%, adapun yang menjadi sasaran kegiatan ditujukan kepada
keluarga, pelajar/mahasiswa, pekerja, kelompok masyarakat.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 42
7. Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN.
Banyak faktor yang menyebabkan maraknya penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkoba di Indonesia antara lain disebabkan
kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang bahaya
Narkoba itu sendiri. Disamping itu bisnis Narkoba merupakan peluang
yang menggiurkan bagi bandar Narkoba ataupun oleh masyarakat yang
terhimpit masalah ekonomi untuk memperoleh penghasilan secara
mudah dengan keuntungan yang berlipat ganda, meskipun pun
dihadapkan pada resiko terkena aturan hukum yang berat sampai
dengan ancaman hukuman mati.
Oleh karena itu tak dapat dipungkiri bahwa suburnya pangsa
pasar narkotika menjadi alasan bagi beberapa orang untuk menjadikan
narkotika sebagai ladang bisnis. Bahkan bagi beberapa daerah yang
dikenal rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, bisnis
kejahatan ini bersifat turun temurun.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka BNN melakukan kegiatan
pemberdayaan masyarakat berupa penyuluhan dan pelatihan
keterampilan yang bertujuan untuk menggali potensi diri masyarakat,
khususnya yang berada di daerah rawan narkotika, untuk melahirkan
individu mandiri yang memiliki etos kerja yang baik sehingga tidak lagi
menjadikan narkotika sebagai pilihan bisnis untuk melanjutkan
kehidupan.
Pada tahun 2016, BNN telah melakukan 2.932 kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang melibatkan 423.961 orang. Kegiatan
ini telah mampu meningkatkan potensi diri masyarakat daerah rawan
narkotika sehingga lebih produktif dan kreatif dalam menciptakan
peluang bisnis yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan hidup
sekaligus mampu mengubah daerah rawan narkotika menjadi daerah
yang kondusif dan layak huni.
Sebagai upaya deteksi dini penyalahgunaan narkotika, BNN
memfasilitasi kegiatan tes urine yang diikuti oleh 180.858 orang,
dengan hasil sebanyak 844 orang terindikasi positif mengonsumsi
narkotika.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 43
Guna memaksimalkan pelayanan tes urine, pada tahun 2016 BNN
juga telah menambah armada fungsional pemberdayaan masyarakat
sebanyak 80 unit yang berfungsi untuk membantu pelaksanaan tes
urine di beberapa provinsi rawan narkotika di Indonesia.
Dalam upaya meningkatkan peran serta seluruh potensi
masyarakat dalam melakukan perlawanan terhadap kejahatan
Narkoba, BNN telah bersinergi dengan potensi masyarakat baik
dilingkungan pendidikan, lingkungan kerja dan lingkungan masyarakat
membentuk satuan tugas anti Narkoba.
Satuan tugas tersebut dimaksudkan untuk menjadi kader anti
Narkoba dalam upaya menciptakan lingkungan bebas dari masalah
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Adapun gambaran
uraian kegiatan pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui 2
(dua) bidang kegiatan yaitu:
a. Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat.
1) Pemberdayaan Penggiat Anti Narkoba di Instansi
Pemerintah.
2) Pemberdayaan Penggiat Anti Narkoba di Dunia Usaha/
Swasta.
3) Pemberdayaan Penggiat Anti Narkoba di Lingkungan
Masyarakat.
4) Pemberdayaan Penggiat Anti Narkoba di Lingkungan
Pendidikan.
Keberhasilan program Pemberdayaan Peran Serta
Masyarakat dalam mendorong masyarakat, instansi pemerintah
maupun dunia usaha/swasta untuk dapat berperan secara aktif
dan mandiri dalam pelaksanaan program Pencegahan dan
Pemberdayaan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN) antara lain :
1) Pelaksanaan pemberdayaan dan tes urine berkala di
lingkungan instansi pemerintah.
2) Mudik aman tanpa Narkoba yang digagas BRI kerjasama
dengan Direktorat Peran Serta Masyarakat.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 44
3) Sosialisai bahaya penyalahgunaan Narkoba dengan peserta
terbanyak yang dilakukan oleh SOGO Group kerjasama
dengan Direktorat Peran Serta Masyarakat hingga
mendapatkan rekor MURI.
b. Pemberdayaan Alternatif.
1) Raker Pemetaan
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka melakukan pemetaan
dan membangun sinergitas dengan stakeholder dan
masyarakat, seperti :Instansi Pemerintah, Dunia Usaha
(Swasta), Tokoh Masyarakat dan serta seluruh komponen
masyarakat lainnya.
2) Pelatihan dalam Peningkatan Life Skill
Kegiatan Pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan hidup
(life skill) bagi sasaran agar memiliki pemahaman tentang
hidup sehat tanpa Narkoba, memiliki keterampilan untuk
meningkatkan pendapatan dan mampu membangun jejaring
kerja dengan mitra kerja (Dinas pemerintah dan dunia
usaha). Life skill dilakukan secara berjenjang mulai tahapan
pemula, tahapan menengah dan mahir. Beberapa life skill
yang dilatihkan antara lain: peningkatan kemampuan
wirausaha Kain Perca (Decoupage), Sablon, dan
Snack/Kuliner.
3) Hasil Pembinaan Alternatif.
a) Peta Kerawanan Narkoba
Dari hasil rapat kerja pemetaan kawasan rawan
Narkoba di seluruh Indonesia oleh BNN, BNNP dan
BNNKab./Kota telah dihasilkan hasil pemetaan sebagai
berikut:
NO. PELAKSANA
RAKER KEGIATAN PESERTA SASARAN
1. BNN 2 100 3
2. BNNP 33 990 33
3. BNNK 129 3.870 129
JUMLAH 163 4.960 163
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 45
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pemetaan
kawasan rawan oleh BNN dilakukan 163 kali kegiatan
yang diikuti 4.960 peserta dari berbagai unsur
(Pemerintah, Swasta dan Masyarakat) dan
merekomendasi sasaran program pada 163 kawasan
rawan Narkoba.
b) Pelatihan (Pemberdayaan Alternatif) dalam rangka Alih
Profesi
Rapat kerja pemetaan merekomendasi wilayah rawan
Narkoba dan sasaran penerima manfaat program.
Pada setiap Rapat Pemetaan merekomendasi 1 (satu)
atau 2 (dua) lokasi rawan Narkoba yang dipilih
(diprioritaskan) dari banyak alternatif kawasan rawan
Narkoba yang akan disasar baik di Perkotaan maupun
di Perdesaan.
Selanjutnya dari tiap 1 (satu) kawasan rawan dipilih
hanya beberapa orang yang diprioritaskan untuk
mendapatkan manfaat program berupa pelatihan
(Pemberdayaan Alternatif atau Dayatif) dalam rangka
alih profesi. Selengkapnya tersaji dalam tabel berikut:
NO. PELAKSANA
DAYATIF (SATKER) KAWASAN
BINAAN PESERTA DAYATIF
1. BNN 3 190
2. BNNP 46 460
3. BNN Kab./Kota 21 210
JUMLAH 70 860
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa program dayatif
bagi kawasan rawan Narkoba menyasar 70 kawasan
rawan Narkoba baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Kegiatan dayatif diterima manfaatnya oleh 860 peserta
dengan menerima materi-materi tentang pola hidup
sehat dan tidak mengedarkan Narkoba serta bentuk
beragam latihan yang disesuaikan dengan kearifan
lokal masyarakat.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 46
c) Sinergitas Program Pemberdayaan Alternatif.
Bentuk kegiatan lain untuk mendukung program
pemberdayaan alternatif adalah menggerakkan potensi
sumber daya instansi pemerintah dan komponen
masyarakat melalui peningkatan sinergitas, kerjasama
dan kemitraan. Sebagai contoh yang dilakukan oleh
BNN, beberapa hasil kegiatan sinergitas tersebut,
antara lain:
(1) Dukungan Swasta melalui Pemanfaatan
Corporate Social Responsibility (CSR), seperti:
NO. PEMERINTAH PUSAT & LSM
BANTUAN CSR PENERIMA MANFAAT
1. APRINDO dan Matahari Group
Pemberian instruktur bidang manajemen wirausaha
25 orang
2. AKUMANDIRI Pemberian instruktur dalam pelatihan kuliner di Kampung Permata
25 orang
3. HIPMIKINDO Pemberian instruktur bidang manajemen wirausaha
25 orang
JUMLAH 75 orang
(2) Dukungan Instansi Pemerintah Pusat dalam
pemberdayaan alternatif di kawasan rawan
Narkoba di DKI Jakarta, antara lain:
NO. PEMERINTAH PUSAT & LSM
BANTUAN PROGRAM PENERIMA MANFAAT
1. Kemenkop & UKM Penyediaan gallery Indo-nesia WOW di Smesco
10 orang
2. Kemendagri Pameran Produk Binaan di TMII
20 orang
3. Kemeneg PPPA Bantuan 50 Mesin Jahit 50 orang
JUMLAH 80 orang
(3) Dukungan Instansi Pemerintah Daerah dalam
pemberdayaan alternatif di kawasan rawan
penanaman Ganja bagi mantan penanam Ganja,
antara lain:
NO. PEMERINTAH
DAERAH PROGRAM
LUAS LAHAN
JUMLAH PETANI
1. Dinas Perkebunan dan Kehutanan
Bantuan sarana produksi pertanian
10 Ha 20 orang
2. Dinas Pertanian & Ketahanan Pangan
Cetak sawah 110,2 Ha 55 orang
JUMLAH 2 program 120,2 Ha 75 orang
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 47
d) Binaan Pemberdayaan Alternatif BNN sebagai Role
Model.
Bentuk kegiatan lain sebagai keberhasilan program
pemberdayaan alternatif adalah dijadikannya binaan
pemberdayaan alternatif di kawasan rawan Narkoba,
sebagai role model (contoh sukses) program
penciptaan lingkungan bersih Narkoba. Sebagai contoh
yang dilakukan oleh binaan BNN, yang dijadikan role
model, antara lain:
(1) Kunjungan International Narcotics And Law
Enforcement Affairs (INL) dan Community Anti
Drug Coalition of America (CADCA) untuk survey
ke daerah rawan di Johar Baru, Pegangsaan,
Putat Jaya dan Penggilingan.
(2) Kunjungan BNN Kota Mataram telah mengadakan
study banding ke workshop Komplek Permata dan
Kampung Pertanian sebagai role model untuk
Program pemberdayaan alternatif di kota
Mataram.
e) Pameran Hasil Kerajinan Binaan Pemberdayaan
Alternatif.
Kegiatan ini adalah capaian hasil binaan BNN yang
disaksikan secara antusias oleh masyarakat dan
diharapkan mengubah paradigma bahwa masyarakat
rawan Narkoba sekalipun dapat dibina dan mandiri,
sebagai contoh yang dilakukan oleh BNN, beberapa
event tentang pameran tersebut, antara lain:
(1) Acara off road di Pemda Kabupaten Bogor pada
tanggal 23 – 24 Maret 2016.
(2) Hari Anti Narkoba Internasional (HANI 2016) di
Lapangan Parkir Kota Tua pada tanggal 26 Juni
2016.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 48
(3) Nusantara Expo dan Forum Menuju Indonesia
Mandiri yang diselenggarakan oleh Kementerian
Dalam Negeri melibatkan K/L dan Swasta di
Pelataran Keong Mas pada tanggal 19 – 23
Oktober 2016.
f) Pengadaan Kendaraan Bermotor (Mobil Fungsional
Pemberdayaan Masyarakat).
Dalam upaya meningkatkan mobilitas BNN dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, pada
tahun 2016 telah terlaksana pengadaan kendaraan
fungsional Pemberdayaan Masyarakat, pendistribusian
kendaraan ditujukan khusus pada wilayah yang masih
tergolong sangat rawan peredaran dan
penyalahgunaan Narkoba, adapun rincian wilayah yang
mendapat kendaraan dimaksud adalah: .
NO. TUJUAN PENGIRIMAN JUMLAH KETERANGAN
1 2 3 4
1. Kantor BNNP Aceh di
Banda Aceh
1 Unit BNNP Aceh
2. Kantor BNNP Sumatera
Utara di Medan
12 Unit BNNP Sumatera Utara, BNN
Kab./Kota (Pematang Siantar,
Deli Serdang, Langkat,
Asahan, Mandailing Natal,
Tapanuli Selatan, Serdang
Begadai, Karo, Tanjung Balai,
Binjai dan Gunung Sitoli)
3. Kantor BNNP Sumatera
Selatan di Palembang
1 Unit BNNP Sumatera Selatan
4. Kantor BNNP Riau di
Pekanbaru
1 Unit BNNP Riau
5. Kantor BNNP Kepulauan
Riau di Tanjung Pinang
4 Unit BNNP Kepulauan Riau, BNN
Kab./Kota (Tanjung Pinang,
Karimun dan Batam)
6. Kantor BNNP Banten di
Serang
1 Unit BNNP Banten
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 49
NO. TUJUAN PENGIRIMAN JUMLAH KETERANGAN
1 2 3 4
7. Kantor BNN Pusat dan
BNNP DKI Jakarta di
Jakarta
8 Unit PSM 2 Unit, Dayatif 2 Unit,
BNNP DKI Jakarta dan BNN
Kota (Jakarta Selatan,
Jakarta Timur dan Jakarta
Utara) masing-masing 1 Unit.
8. Kantor BNNP Jawa Barat
di Bandung
12 Unit BNNP Jawa Barat, BNN
Kab./Kota (Depok, Garut,
Kuningan, Ciamis, Karawang,
Cirebon, Bogor, Cimahi,
Bandung, Cianjur dan
Sukabumi)
9. Kantor BNNP Jawa Tengah
di Semarang
1 Unit BNNP Jawa Tengah
10. Kantor BNNP DIY di
Yogyakarta
3 Unit BNNP DI Yogyakarta, BNN
Kota (Yogyakarta dan
Sleman)
11. Kantor BNNP Jawa Timur
di Surabaya
16 Unit BNNP Jawa Timur, BNN
Kab./Kota (Batu, Kota
Malang, Surabaya, Kediri,
Nganjuk, Tulungagung, Kab.
Malang, Gresik, Trenggalek,
Lumajang, Blitar, Kediri,
Sidoarjo, Mojokerto dan
Sumenep)
12. Kantor BNNP Kalimantan
Barat di Pontianak
1 Unit BNNP Kalimantan Barat
13. Kantor BNNP Kalimantan
Timur di Samarinda
4 Unit BNNP Kalimantan Timur,
BNN Kab./Kota (Samarinda,
Balikpapan, Tarakan)
14. Kantor BNNP Sulawesi
Selatan di Makassar
4 Unit BNNP Sulawesi Selatan, BNN
Kab.Kota (Palopo, Tana
Toraja, Bone)
15. Kantor BNNP Sulawesi
Utara di Manado
4 Unit BNNP Sulawesi Utara, BNN
Kab./Kota (Manado, Bitung,
Bolaang)
16. Kantor BNNP Bali di
Denpasar
4 Unit BNNP Bali, BNN Kab./Kota
(Denpasar, Badung, Gianyar)
17. Kantor BNNP Maluku di
Ambon
3 Unit BNNP Maluku, BNN Kab./
Kota (Tual, Buru Selatan)
18. Deputi Bidang
Pemberdayaan Masyarakat
4 Unit BNN Pusat
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 50
8. Bidang Rehabilitasi BNN.
Salah satu kebijakan yang dilaksanakan pemerintah dalam rangka
mengurangi peredaran Narkoba di tengah-tengah masyarakat adalah
dengan pelaksanaan program rehabilitasi (medis dan sosial), pelaksaan
rehabilitasi korban Narkoba dewasa ini telah dijalankan baik oleh
lembaga rehabilitasi instansi pemerintah (Rumah Sakit Pusat dan
Daerah, Rehabilitasi Sosial Kemensos, dan Balai Rehabilitasi BNN,
Lembaga Pemasyarakatan) maupun oleh rehabilitasi komponen
masyarakat (Pondok Pesantren, Yayasan Sosial dan Keagamaan).
Rehabilitasi merupakan salah satu poin penting dalam menekan
angka prevalensi penyalah guna narkotika. Selain dapat memulihkan
penyalah guna, dengan rangkaian program rehabilitasi dapat
mencegah penyalah guna terperosok lebih dalam pada candu narkotika
serta mencegah agar mereka tidak kambuh kembali (relapse).
Pada tahun 2016, BNN telah merehabilitasi 16.185 penyalah guna
narkotika, baik di balai rehabilitasi maupun di dalam lembaga
pemasyarakatan, dan telah memberikan layanan pasca rehabilitasi
kepada 10.078 mantan penyalah guna narkotika.
Untuk mengoptimalkan program rehabilitasi, BNN yang
sebelumnya telah memiliki 4 (empat) balai rehabilitasi, yaitu Balai Besar
Rehabilitasi Lido – Jawa Barat, Balai Rehabilitasi Baddoka – Sulawesi
Selatan, Balai Rehabilitasi Tanah Merah – Kalimantan Timur, dan Loka
Rehabilitasi Batam – Kepulauan Riau, pada tahun ini terdapat
penambahan fasilitas rehabilitasi di 2 (dua) tempat, yaitu Loka
Rehabilitasi Kalianda – Lampung dan Balai Rehabilitasi Deli Serdang –
Sumatera Utara.
Selain meningkatkan fasilitas lembaga rehabilitasi, BNN juga
memaksimalkan jangkauan penyelenggaraan program rehabilitasi
dengan memberikan dukungan kepada lembaga rehabilitasi instansi
pemerintah dan komponen masyarakat yang tersebar di seluruh
Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Deputi
Rehabilitasi BNN yaitu memberikan penguatan baik ke lembaga
rehabillitasi instansi pemerintah maupun lembaga rehabilitasi
komponen masyarakat.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 51
Dalam rangka memenuhi hak penyalah guna narkotika yang
sedang dalam proses hukum untuk memperoleh layanan rehabilitasi,
pada tahun 2016 BNN juga telah melaksanakan layanan asesmen
terpadu kepada 2.676 orang. Jumlah ini meningkat dua kali lipat atau
sekitar 111% dari tahun sebelumnya.
Melalui rehabilitasi massif ini, diharapkan mantan penyalah guna
narkotika dapat kembali hidup di tengah-tengah masyarakat secara
normatif, produktif, dan dapat berfungsi secara sosial, serta menekan
angka prevalensi penyalah guna narkotika secara signifikan di tahun
mendatang. Deputi Rehabilitasi sebagai pembina fungsi rehabilitasi
melaksanakan fungsinya melalui 3 (tiga) direktorat yang ada dengan
uraian kegiatan yang dilakukan selama tahun 2016 sebagai berikut:
a. Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah.
Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah
selama kurun waktu 1 (satu) tahun anggaran (Januari– Desember
2016), telah melaksanakan tugas utama yaitu peningkatan
kemampuan lembaga rehabilitasi Narkoba medis dan sosial milik
instansi pemerintah baik pusat, provinsi hingga kabupaten/kota.
Selama tahun 2016, Lembaga Rehabilitasi Instansi
Pemerintah yang telah memperoleh peningkatan kemampuan
sebanyak 1.135 (seribu seratus tiga puluh lima) dari seluruh target
yang ditetapkan (86,12%).
Bentuk kegiatan penguatan yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
1) Pelatihan Asesmen kepada 840 petugas rehabilitasi Klinik
BNNP/BNNKab./Kota, RSUD/Puskesmas, dan petugas
lapas di 26 provinsi, serta Petugas Psikologi Polri.
2) Pelatihan Motivational Interviewing (MI), kepada 870 petugas
rehabilitasi Klinik BNN/BNNP/BNNKab./Kota, Balai
Rehabilitasi BNN, dan RSUD/Puskesmas di 29 provinsi.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 52
3) Pelatihan rehabilitasi rawat jalan kepada 540 petugas
rehabilitasi Klinik BNN/BNNP/BNNK, Balai Rehabilitasi BNN,
RSUD/Puskesmas, dan RS Bhayangkara di 18 provinsi.
4) Pelatihan Cognitive Behavior Therapy (CBT) kepada 30
petugas rehabilitasi Klinik dan Balai Rehabilitasi BNN.
5) Pelatihan rehabilitasi melalui modalitas TC bagi 128 petugas
rehabilitasi di Lapas, dan 28 personil Rindam.
6) Pelatihan rehabilitasi melalui modalitas TC berbasis Rumah
Sakit bagi 90 petugas rehabilitasi Klinik BNNP, RSUD/RSJ
dan RS Bhayangkara dari 32 provinsi.
7) Pelatihan Kurikulum Konselor Adiksi Kurikulum 1 dan 2
kepada 180 petugas rehabilitasi Klinik BNN/BNNP/BNNK,
RSUD/Puskesmas, petugas Balai Rehabilitasi BNN, dan
petugas lapas di 5 provinsi.
8) Magang petugas rehabilitasi kepada 210 petugas Balai/Loka
Rehabilitasi BNN, petugas Lapas dan petugas RSUD/RSJ
dan RS Bhayangkara.
9) Sertifikasi ISO 9001:2015 di 6 Balai/Loka Rehabilitasi BNN
dan Sertifikasi ISO 14001: 2015 untuk Manajemen
Lingkungan di 2 (dua) Balai Rehabilitasi BNN (Balai Besar
Rehabilitasi Lido-Jawa Barat dan Balai Rehabilitasi
Baddoka-Sulawesi Selatan).
Selain melakukan peningkatan kemampuan kepada
lembaga rehabilitasi instansi pemerintah, Direktorat Penguatan
Lembaga Rehabilitasi Instansi Pemerintah juga melakukan
pelayanan rehabilitasi rawat jalan kepada korban penyalah guna,
pecandu dan/korban penyalah guna.Target layanan rehabilitasi
rawat jalan semula direncanakan untuk 12.423 orang, namun yang
dapat tereralisasi hanya 8.964 orang (72,15%).
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 53
Adapun jenis layanan pada output ini adalah berupa
pemberian dukungan layanan rehabilitasi (klaim pembiayaan
layanan) rawat inap dan rawat jalan di loka rehabilitasi Batam, loka
rehabilitasi Kalianda, loka rehabilitasi Deli Serdang dan klinik
IPWL BNN.
Kegiatan lainnya yaitu pemberian layanan terapi dan
rehabilitasi medis dan sosial di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika
Nasional Tanah Merah. Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi Medis
dan Sosial di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Tanah
Merah telah melampaui target output kegiatan yang direncanakan
semula yaitu sebanyak 288 (dua ratus delapan puluh delapan)
orang dari target yang telah ditetapkan sebanyak 200 (dua ratus)
orang (144,00%).
Selain pelayanan terapi dan rehabilitasi korban
penyalahgunaan di Tanah Merah, BNN juga melaksanakan
Rehabilitasi Medis dan Sosial di Balai Rehabilitasi di Baddoka,
Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Dari sisi target pelayanan di
Baddoka juga melebihi target yang direncanakan. Adapun jumlah
target yang ditetapkan adalah 300 orang, akan tetapi target telah
melampaui menjadi 306 orang (102%).
Target kegiatan pelayanan terapi dan rehabilitasi di seluruh
tempat rehabilitasi milik BNN, telah melampaui target yang
ditetapkan, hal ini menunjukkan animo masyarakat untuk
mengikuti Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi Medis dan Sosial di
Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional mengalami
peningkatan dari yang direncanakan.
b. Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido.
Balai Besar Rehabilitasi BNN merupakan satuan kerja
mandiri yang melaksanakan tugas pelayanan masyarakat berupa
rehabilitasi penyalah guna dan / atau pecandu Narkoba secara
terpadu berdasarkan aspek medis, psikologis, dan sosial. Balai
Besar Rehabilitasi BNN berada dalam ruang lingkup pelaksanaan
tugas dan fungsi Deputi Bidang Rehabilitasi.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 54
Pelayanan di Balai Besar Rehabilitasi BNN pada tahun 2016
telah memenuhi target 100% dari angka yang ditetapkan 750
orang. Secara detail jika dilihat dari total residen yang
mendapatkan layanan di Balai Besar Rehabilitasi BNN tahun 2016
berjumlah 1145 orang dengan rincian 306 residen lanjutan dari
tahun 2015 dan sebanyak 839 residen yang masuk pada tahun
2016 terhitung tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan tanggal 30
Desember 2016. Adapun rincian dari 1145 adalah 1083 residen
voluntary dan 62 residen compulsory. Total residen yang pulang
tahun 2016 berjumlah 848 residen dengan rincian 795 residen
voluntary dan 53 residen compulsary. Sehingga jumlah residen
yang masih menjalani rehabilitasi saat ini sebanyak 297 residen
per tanggal 30 Desember 2016.
c. Penguatan Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat.
Lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang
memperoleh penguatan, dorongan, atau fasilitasi/capacity building
selama tahun 2016 tercapai sebanyak 477 lembaga dari target
semula 497 lembaga (95,97%).
Alur mekanisme penetapan Lembaga Rehabilitasi
Komponen Masyarakat yang menjadi pedoman BNNP/K/Kab
dalam merekomendasikan lembaga rehabilitasi komponen
masyarakat adalah sebagai berikut:
ALUR MEKANISME PENETAPAN LRKM
Pembuatan PKS
BNNP/ Kab/ Kota: 1. Verifikasi
materiil, dan/atau 2. Verifikasi faktual
Lolos Verifikasi
Tdk Lolos Verifikasi
Rekomendasi LRKM untuk PKS (lampirkan
lembar verifikasi)
Dit.PLRKM Dep. Bid. Rehab BNN: 1. Verifikasi mate-
riil, max. 4 hari 2. Verifikasi faktual
(bila diperlukan)
BNNP/Kab/Kota: - Koordinasi dengan LRKM untuk melengkapi berkas sesuai dengan Perka Nomor 4 Tahun 2015
Pengajuan proposal dari LRKM dengan melampirkan: 1. Profil lembaga (visi-misi, tujuan, struktur organisasi, program,
kegiatan, kapasitas per tahun (rawat jalan) atau per periode (rawat inap), SDM, sarpras, data klien 1 tahun terakhir)
2. Rincian biaya perawatan per klien per bulan/ pola tarif lembaga 3. Salinan legalitas lembaga 4. Salinan NPWP an. Lembaga 5. Salinan rekening bank a.n. lembaga
BNNP/Kab/Kota: - Koordinasi
dengan LRKM untuk penanda-tanganan PKS (max. 1 minggu)
Dit PLRKM
Depbid
Rehab
BNN:
- Verifikasi
final
Penerbitan
Surat
Keputusan
Kepala BNN
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 55
Penguatan lembaga rehabilitasi dilaksanakan melalui
kegiatan yang dilaksanakan di tingkat pusat dan daerah:
1) Tingkat Pusat.
a) Peningkatan kompetensi petugas lembaga rehabilitasi
komponen masyarakat berupa: Pelatihan kurikulum
adiksi, pelatihan asesmen dan manajemen
penyelenggaraan rehabilitasi, pelatihan motivational
interviewing dan CBT, penanganan pertama
kegawatdaruratan medis dan psikiatris, serta magang
di lembaga rehabilitasi medis dan social.
b) Bimbingan teknis peningkatan mutu layanan lembaga
rehabilitasi komponen masyarakat, dengan cara
mengidentifikasi masalah serta penyelesaiannya,
menerapkan suatu sistem layanan terstruktur melalui
peningkatan kapasitas program, kompetensi petugas
dan mutu layanan serta memberikan dampak positif
pada suatu sistem layanan rehabilitasi yang bergerak
secara dinamis sesuai kebutuhan wilayah.
c) Penilaian grade lembaga rehabilitasi komponen
masyarakat.
Penilaian grade ini dilakukan kepada lembaga
rehabilitasi komponen masyarakat yang telah 2 (dua)
tahun atau lebih mendapatkan penguatan dari Deputi
Bidang Rehabilitasi.
2) Tingkat Daerah.
Fasilitasi dan dukungan lembaga rehabilitasi komponen
masyarakat, kegiatan ini meliputi pemetaan lembaga
rehabilitasi, verifikasi lembaga rehabilitasi dan dukungan
pembiayaan layanan rehabilitasi komponen masyarakat.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 56
d. Pascarehabilitasi.
Realisasi program dan kegiatan Pascarehabilitasi selama
kurun waktu 1 (satu) tahun anggaran (Januari – Desember 2016)
dengan gambaran sebagai berikut:
1) Rapat Integrasi Program Pascarehabilitasi.
Rapat Integrasi Program Pascarehabilitasi dengan
tujuan menyamakan pemahaman dalam melaksanakan
program pascarehabilitasi kepada lembaga penyelenggara
pascarehabilitasi.
Adapun lembaga yang mengikuti rapat integrasi
program rehabilitasi adalah sebagai berikut:
NO. JENIS LEMBAGA JUMLAH LEMBAGA
1. BNN 1
2. BNNP 33
3. BNNKab./Kota 29
4. Bapas 34
5. Rumah Sakit Bhayangkara 21
6. Yayasan Rumah Damping 11
TOTAL 129
2) Peningkatan Kompetensi Petugas Lembaga
Penyelenggara Pascarehabilitasi.
Pelaksanaan kegiatan Peningkatan Kompetensi
Petugas Lembaga Penyelenggara Pascarehabilitasi di
Tingkat Nasional diikuti 129 lembaga dari 130 lembaga
(99,23%) dari yang direncanakan.
Tujuan dari kegiatan tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan dan memberikan gambaran
secara spesifik mengenai pekerjaan yang harus dilakukan
oleh pelaksana program pascarehabilitasi.
Adapun peningkat kompetensi yang diberikan kepada
lembaga adalah sebagai berikut:
a) Peningkatan Kompetensi Program Manajer Layanan
Pascarehabilitasi dan Rawat Lanjut.
b) Peningkatan Kompetensi Program Manajer Rumah
Damping.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 57
c) Peningkatan Kompetensi Pendamping Layanan
Pascarehabilitasi.
d) Peningkatan Kompetensi Pendamping Rawat Lanjut.
e) Peningkatan Kompetensi Pendamping Rumah
Damping.
f) Peningkatan Kompetensi Petugas Verifikasi.
g) Peningkatan Kompetensi Petugas rehabilitasi
Berkelanjutan.
h) Peningkatan Kompetensi Kompetensi Pembina Fungsi
Pascarehabilitasi.
i) On Job Training.
3) Layanan Pascarehabilitasi.
Layanan Pascarehabilitasi Tahun 2016 hanya
terlaksana kepada 10.078 orang dari 16.185 orang (62,26%)
yang ditargetkan. Layanan pascarehabilitasi kepada mantan
penyalah guna Narkoba di BNNP, BNNKab./Kota, dan
Bapas. Layanan pascarehabilitasi adalah layanan
rehabilitasi intensif yang diberikan kepada klien setelah
mengikuti rehabilitasi rawat jalan ataupun rawat inap.
Layanan pascarehabilitasi dilakukan dengan sistem
rawat jalan dimana klien mendatangi tempat layanan secara
periodik sesuai jadwal yang telah ditentukan sesuai
kesepakatan dengan target 7 kali pertemuan atau 2 bulan
layanan.
Adapun kegiatan yang diberikan pada layanan
pascarehabilitasi adalah sebagai berikut:
a) Peer Group (Interaksi teman Sebaya).
Peer Group bertujuan untuk menciptakan hubungan
timbal balik beberapa klien yang memiliki masalah
penyalahgunaan narkotika untuk saling memberikan
dukungan dan saling menguatkan dalam proses
pemulihan.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 58
b) Seminar Pengembangan Diri.
Seminar pengembangan diri bertujuan untuk
memberikan pengetahuan kepada klien untuk dapat
mengembangkan dirinya dalam lingkungan masyarakat
c) Konseling.
Konseling bertujuan memberikan informasi dan
edukasi, membantu klien dalam mengambil keputusan
yang bijaksana dan realistis agar mampu mengemban
konsekuensi yang ditimbulakan dalam permasalahan
ketergantungan narkotika.
d) Family Support Group (Kelompok Dukungan Keluarga)
FSG bertujuan memberikan informasi kepada keluarga
cara bagaimana mendukung klien dalam membantu
pemulihan dari ketergantungan narkotika.
4) Layanan Rumah Damping.
Kegiatan Layanan Pascarehabilitasi tahun 2016
berhasil dilaksanakan kepada 1.380 orang dari 2.405
(57.38%). Layanan rumah damping diberikan kepada
mantan penyalah guna Narkoba di BNNProvinsi.
Layanan rumah damping adalah layanan rehabilitasi
intensif yang diberikan kepada klien setelah mengikuti
rehabilitasi rawat inap. Layanan rumah damping dilakukan
dengan sistem rawat inap selama 50 hari dengan kegiatan
rutin yang telah terjadwal kepada klien dengan kriteria
sebagai berikut:
a) Tidak ada dukungan sosial.
b) Tidak memiliki pekerjaan.
c) Tinggal di lingkungan yang rawan.
d) Mengalami ketergantungan tingkat berat.
Adapun kegiatan yang diberikan pada layanan rumah
damping adalah sebagai berikut:
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 59
a) Mempertahankan Pemulihan (Relapse Prevention).
Relapse Prevention adalah cara yang diberikan oleh
pendamping kepada klien dalam mempertahankan
pemulihan klien, seperti mengetahui apa saja yang
menjadi pemicu dalam kekambuhan, bagaimana cara
merubah pikiran jika keinginan memakai kembali
muncul, dan bagaimana cara mengatasi rasa ingin
memakai kembali.
b) Life Skill (Pelatihan Keterampilan).
Pelatihan keterampilan bertujuan untuk memberikan
keterampilan/keahlian yang dapat digunakan oleh klien
setelah kembali ke masyarakat untuk produktif.
c) Konseling.
Konseling bertujuan memberikan informasi dan
edukasi, membantu klien dalam mengambil keputusan
yang bijaksana dan realistis agar mampu mengemban
konsekuensi yang ditimbulkan dalam permasalahan
ketergantungan narkotika.
5) Layanan Rawat Lanjut
Pelaksanaan kegiatan Layanan Rawat Lanjut
terlaksana kepada 1.171 orang dari 3.578 orang target
(60.68%). Layanan Rawat Lanjut ditujukan kepada mantan
penyalah guna Narkoba di BNNP dan BNN Kab./Kota.
Layanan Rawat Lanjut adalah layanan tahapan akhir
dari program rehabilitasi berkelanjutan yang diberikan
kepada klien yang telah menjalankan rehabilitasi dan
pascarehabiitasi rawat jalan dan rawat inap, layanan ini
dilakukan selama 4 – 6 bulan.
Adapun kegiatan yang diberikan pada layanan rawat
lanjut adalah sebagai berikut:
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 60
a) Mempertahankan Pemulihan (Relapse Prevention).
Relapse Prevention adalah cara yang diberikan oleh
pendamping kepada klien dalam mempertahankan
pemulihan klien, seperti mengetahui apa saja yang
menjadi pemicu dalam kekambuhan, bagaimana cara
merubah pikiran jika keinginan memakai kembali
muncul, dan bagaimana cara mengatasi rasa ingin
memakai kembali.
b) Konseling Klien dan Keluarga.
Konseling bertujuan memberikan informasi dan
edukasi, membantu klien dalam mengambil keputusan
yang bijaksana dan realistis agar mampu mengemban
konsekuensi yang ditimbulkan dalam permasalahan
ketergantungan narkotika, dan mengedukasi keluarga
bagaimana dalam memberikan dukungan kepada klien
dalam proses pemulihannya.
9. Bidang Pemberantasan BNN.
Selain mengintensifkan upaya preventif (primer dan sekunder),
BNN juga semakin mengintensifkan pemberantasan Narkoba termasuk
dengan peningkatan kerjasama dengan instansi pemerintah terkait,
baik pusat maupun daerah. Hal ini dimaksudkan untuk mempersempit
ruang gerak penyelundupan Narkoba masuk ke Indonesia.
Guna mendukung upaya penegakan hukum yang lebih baik dalam
memerangi narkotika, BNN mempersenjatai diri dengan senjata yang
lebih modern serta menambah kekuatan pasukan dengan K9 sebanyak
50 unit beserta 100 orang Satgas K9 BNN.
Dengan penguatan yang telah dilakukan, pada periode 2016 ini,
BNN telah mengungkap 807 kasus narkotika dan mengamankan 1.238
tersangka, yang terdiri dari 1.217 WNI dan 21 WNA. Sedangkan
barang bukti narkotika yang disita BNN pada periode tersebut adalah
berupa:
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 61
NO. BARANG BUKTI JUMLAH SITAAN SATUAN
1. Ganja 2.687.624,89 Gram
2. Pohon Ganja 20.000 Batang
3. Ladang Ganja 16 Ha
4. Sabu 1.016.198,95 Gram
5. Ekstasi 754.094 Butir
568,15 Gram
6. Heroin 581,5 Gram 7. Morfin 108,12 Gram
8. Kokain 4,94 Gram 9. Hashish 0,32 Liter
10. Daftar G 5.012 Butir 11. Benzodiazepine 2 Butir
Sedangkan untuk kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)
hasil kejahatan narkotika, BNN telah mengungkap 21 kasus dari 30
tersangka dan melakukan penyitaan aset yang nilainya mencapai
Rp. 261.863.413.345,-.
Dari jumlah tersebut, jika dibandingkan dengan tahun 2015,
pengungkapan kasus narkotika sebanyak 638 kasus dan TPPU
sebanyak 15 kasus, maka terjadi peningkatan sebanyak 56% dalam
pengungkapan kasus narkotika dan 58% dalam kasus TPPU.
Meskipun pemberantasan terhadap peredaran gelap narkotika
kian gencar dilakukan, nyatanya sindikat narkotika tetap berusaha
mencari celah menyusupi negara ini dengan narkotika melalui jenis dan
bentuk baru untuk menghindari jerat hukum.
Sebagai lembaga negara yang bertanggung jawab dalam
penanganan permasalahan narkotika, BNN terus meningkatkan
kewaspadaan terhadap ancaman narkotika jenis baru atau NPS (New
Psychoactive Substances) tersebut dan sampai dengan akhir tahun
2016, BNN telah mengidentifikasi 46 NPS.
Dari jumlah tersebut, 18 diantaranya sudah masuk dalam lampiran
Permenkes No. 13 Tahun 2014, sedangkan 28 lainnya masih dalam
tahap pembahasan dan akan segera masuk dalam lampiran Permenkes
sehingga memiliki ketegasan hukum.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 62
Adapun capaian kegiatan Bidang Pemberantasan Tahun 2016,
termasuk yang dilaksanakan oleh daerah berupa pemutusan jaringan
sindikat narkotika baik jaringan Internasional maupun Nasional dengan
gambaran capaian sebagai berikut:
a. Jaringan Malaysia dengan tersangka Lim Angie Sugianto dan
ditangkap 3 tersangka dengan barang bukti Sabu 13.777.7 gram
Tempat Kejadian di Tangerang, Banten.
b. Jaringan Malaysia, dengan tersangka Hairul Amri Harahap
bersama 4 orang, telah ditangkap di terminal Amplas Medan,
dengan barang bukti berupa Sabu seberat 25.431,9 gram
c. Jaringan Nigeria, dengan tersangka Bowen Tobias Alexander
Penangkapan di Blok A4 Kamar 6, LP Klas IIA Bulak Kapal Bekasi,
jaringan ini mengendalikan jaringan dari dalam Lapas dengan
menggunakan 5 (lima) unit handphone beserta SIM CARDnya.
d. Terungkapnya kasus ini berawal dari tertangkapnya 3 orang (LKN
03) Lim Angie Sugiarto, May Aldrin dan Sri Lestari dengan barang
bukti berupa 28 bungkus narkotika seberat 13777,7 gram yang
disembunyikan di dalam 14 buah water heater.
e. Jaringan Nigeria dengan tersangka Abraham Yakobus Kanatalo
dan 2 orang kawan terlibat dalam jaringan Nigeria di tangkap di
Apartement The Habitat, Tower George Town, Unit G27,
Karawaci, Kota Tangerang, Banten, kedapatan membawa Sabu
seberat 668,7 gram.
f. Jaringan Akiong Cipinang (China) dengan tersangka Fery Septian
als. Fery di tangkap di tempat penitipan barang Carefour Taman
Palem Cengkareng Jakarta Barat, dengan barang bukti berupa
Sabu seberat 2.000 gram.
g. Jaringan China yang dikendalikan oleh LI YIN LIN beserta 3 orang
di tangkap di Didepan RS. Atmajaya Jalan. Pluit Raya RT. 21/08
Penjaringan Jakarta Utara dengan barang bukti berupa Sabu
seberat 12.307 gram.
h. Jaringan Riaz Pakistan telah ditangkap Muhammad Riaz als. Mr.
Khan, WNA Pakistan beserta 7 orang lainnya, menyimpan/
menguasai narkotika jenis Sabu seberat 97.155,8 gram dengan
TKP Desa Pekalongan RT. 07 RW. 02 Kec. Batealit Jepara Jawa
Tengah, dengan modus menyimpan narkotika dalam Genset.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 63
i. Jaringan TPPU Agung Adiyaksa. Penangkapan di Kalimantan
Barat.terhadap seorang tersangka laki-laki WNA Malaysia
bernama Teoh Wooi Hang als. Hendry Hendra als. Henry Teoh
kasus TPPU dengan barang bukti adanya bukti transaksi rekening
bank dengan anggota jaringan sindikat lain.
j. Jaringan Acin MedanPenangkapan terhadap seorang wanita WNI
yang terkait tindak pidana narkotika bernama Mirawati als. Achin
(LKN/36-P2/IV/2016/BNN) dengan barang bukti Sabu 19.800 dan
Ekstasi 46.000 dari TKP di Jl. Depan Kantor BBLKIM di Jl. Gatot
Subroto KM 7,8 Medan Sumatera Utara, Selanjutnya dari jaringan
ini dikembangkan dan ditangkap juga seorang wanita WNI
bernama Janti (LKN /38-TPPU/IV/2016/BNN) karena terlibat
kasus tindak pidana pencucian uang. Anggota jaringan lainnya
pun berhasil ditangkap yaitu Tjun Hin als. Ahin dan Ichwan lubis
(LKN/44-TPPU/IV/2016/BNN) karena terlibat kasus tindak pidana
pencucian uang.
k. Pemutusan Jaringan Anshar, dengan penangkapan terhadap dua
laki-laki WNI yang terkait tindak pidana narkotika (LKN/37-
INTD/IV/2016/BNN) dengan barang bukti 2.839 gram dari TKP di
Depan Polsek Gunung Tabur, Jl. Bulungan, RT.08, Kelurahan
Gunug Tabur, Kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau,
Kalimantan Timur.
l. Jaringan Lim Aceh, telah ditangkap Ayunda als. Linarti Binti
beserta 3 orang di Bandara Terminal 1B Bandara Internasional
Juanda, Jl. Ir. Haji Juanda No. 1 Sidoarjo, JawaTimur yang
membawa Narkotika jenis Sabu disimpan di dalam sanggul dan di
dalam kaos kaki yang disembunyikan pada kemaluan tersangka
dengan menggunakan jalur udara/pesawat, dengan barang bukti
narkotika jenis Sabu seberat 2.000 gram. Dan juga ditangkap
Syukri bin M.Harun di Jl. Raya Merak (Tol Atas) Kel. Grem Kec.
Grogol Merak Banten, didapatkan Narkotika yang disembunyikan
bersama 4 bungkus plastik teh China dan dibawa menggunakan
mobil truk FUSO dari Aceh menuju Jakarta. Adapun Sabu yang
ditemukan seberat 3.980,8 gram.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 64
m. Jaringan Adam Cs (Malaysia – Batam – Jakarta).
Telah ditangkap Denny Satria als. Denny beserta 6 orang lain
terkait dengan penyelundupan narkotika jenis Sabu dan Ekstasi
modus nya dengan menyimpan narkotika jenis Sabu dan Ekstasi
di dalam Ban mobil diangkut kapal KM Mufida Pelabuhan Merak,
Banten. Adapun barang bukti Sabu 54.276,9 gram dan Ekstasi
40.894 butir.
n. Jaringan Adam Cs (Malaysia-Batam-Jakarta)/Jaringan TPPU.
Pengungkapan jaringan TPPU yang merupakan bagian dari
jaringan Muhammad Adam als. Adam, pengungkapan kasus ini
merupakan hasil pengembangan dari kasus sebelumnya dan
berhasil menyita assetnya.
o. Jaringan Aceh Klimik, telah ditangkap Iswandi Bin M. Yacob dan
temannya membawa Sabu 254,1 gram di tangkap di Depan
Terminal Induk Pal 6 Jl. Pramuka Kel. Pemurus Luar Kec.
Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan
Selatan, modus operandi yaitu disembunyikan ke dalam dubur
tersangka.
p. Jaringan Akiong LP Cipinang telah ditangkap Endro Joso Susan-
to als. Endro Bin Alm. Edy beserta 3 (tiga) orang, di Gang Misbar
Jl. Rawa Bebek RT. 01 RW. 12 No. 9 Kelurahan Penjaringan
dengan barang bukti Sabu 36.000 gram dengan modus
mengemas dan menyembunyikan Sabu dalam Hydraulic Pump.
q. Jaringan Pony Tjandra telah ditangkap Loei Kok Min als. Aming
als. Koming, dalam pengembangan kasus TPPU dengan menyita
asset bergerak dan tidak bergerak di Wilayah Hukum Jakarta.
r. Operasi Jaringan TPPU: “Jaringan TPPU Akiong”, Berdasarkan
LKN/62-TPPU/VII/2016/BNN pada tanggal 11 Juli 2016. Telah
diungkap kasus TPPU dengan tersangka Chandra Halim als.
Akiong dengan peran sebagai pengendali pengiriman narkotika di
Indonesia yang mengendalikan jaringan dari Lapas Cipinang dan
pengusutan assetnya terkait kasus penyelundupan narkotika jenis
Sabu seberat 34.502,6 gram yang disimpan di dalam hydraulic
pump dengan tersangka Endang Setiawati,dkk.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 65
s. Operasi Jaringan China: “Jaringan HK-ACAY”, berdasarkan
LKN/66-P2/VII/2016/BNN pada tanggal 30 Juli 2016.
Pengungkapan jaringan Hong Kong yang menyelundupkan/
membawa narkotika jenis Sabu yang disimpan di Apartemen
Mediterania. Hasil penggerebekan ditemukan narkotika jenis Sabu
seberat 15.281,9 gram. Pelaku: Lu Chu Wen als. ACAY.
t. Operasi Jaringan Malaysia: “Jaringan Sulaiman Malaysia - Aceh”,
berdasarkan LKN/-72/P2/VIII/2016/BNN Tanggal 4 Agustus 2016.
Telah diungkap jaringan penyelundupan narkotika di Kp. Bulak
Tanjung Pinang Timur, Kepulauan Riau dan menangkap Idrizal
Efendi yang kedapatan membawa narkotika jenis Sabu dan
Ekstasi dengan menyimpan narkotika dalam ban mobil. Jumlah
narkotika Ekstasi sebanyak 150.298 butir dan Sabu 44.676,5 gr.
u. Operasi Jaringan Clandestine Laboratory: “Jaringan Lab.
Narkotika Aceh”. berdasarkan LKN/74–P2/VIII/2016/BNN tanggal
13 Agustus 2016. Clandestin Lab yang memproduksi Sabu di
Gudang milik Edi Subhan di Desa Palo Lada, Dewantara, Aceh
Tengah dan menangkap 2 orang tersangka ( Muldani dan Edy
Subhan) dengan barang bukti prekursor narkotika / bahan
pembuat Sabu dan Operasi Jaringan Clandestine Laboratory:
“Jaringan Lab Ecstasy Tangerang”, berdasarkan LKN/84–P2/IX/
2016/BNN tanggal 28 September 2016.
v. Pengungkapan Clandestin Laboratory di Jalan Utama 1 Neglasari
Tangerang dan menangkap tersangka KOK HWA als. ACAI.
Dengan barang bukti narkotika jenis ekstasi sebanyak 2.262 tablet
dan 13,5 gram bubuk kristal dan juga disita peralatan yang
digunakan untuk mengolah Ekstasi.
w. Operasi Jaringan Malaysia: “Jaringan Susanto Malaysia –
Pontianak-Jakarta”, berdasarkan LKN/81-P2/IX/2016/BNN
tanggal 10 September 2016. Pengungkapan kasus TPPU yang
melibatkan jaringan Susanto als. Acun terkait pengiriman
narkotika jenis Sabu seberat 10.414,2 gram yang dimasukkan
dalam keranjang pisang kepok yang berasal dari Singkawang ke
Pontianak.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 66
a. Penanganan Kasus Narkotika.
Kasus Tindak Pidana narkotika yang terungkap pidana dan
terselesaikan hingga berakhirnya tahun anggaran 2016 sebanyak
1.644 kasus dari Target 1.541 kasus (106,68%) Pengungkapan
kasus narkotika menunjukkan kesungguhan petugas dalam
pelaksanaan tugas pemberantasan serta didukung dengan
peralatan teknologi informasi yang memadai.
Salah satu kasus tindak pidana narkotika yang berhasil
diungkap adalah pemutusan jaringan sindikat narkotika di Jepara,
Jawa Tengah yang dikendalikan oleh WNA asal Pakistan bernama
Muhammad Riaz als. Mr. Khan. Modus operandi yang digunakan
pelaku adalah dengan menyimpan narkotika jenis Sabu di dalam
mesin genset dengan total mencapai 97.155,8 Kg Sabu.
Pemusnahan tanaman ganja dan tanaman terlarang
dilakukan melalui 3 (tiga) kegiatan yaitu:
1) Pemetaan ladang ganja dan tanaman terlarang lainnya untuk
dimusnahkan,
2) Penyelidikan ladang ganja dan tanaman terlarang lainnya,
dan
3) Pemusnahan ladang Ganja dan tanaman terlarang lainnya.
Pemetaan, penyelidikan dan pemusnahan ladang ganja
dilakukan atas kerja sama yang dilakukan BNN dengan Polda
Aceh, Polres Aceh Besar, TNI, Brimob, dan BNNP Aceh yang telah
banyak membantu dilakukannya pemusnahan ladang ganja.
Salah satu lahan yang dimusnahkan adalah di Kaki Gunung
Seulawah Desa Lamkabeu Kec. Selimum Kab. Aceh Besar
dengan luas lahan ±19.953 m².
b. Psikotropika dan Prekursor.
Kasus yang menonjol kegiatan pemberantasan psikotropika
dan Prekursor adalah:
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 67
1) Clandestein Laboratory (CL) Medan.
Berdasarkan informasi dari masyarakat bahwa
di wilayah Kec. Medan Area tepatnya dialamat Jl. Ar Hakim
Nomor 2 Lingkungan XII Kel. Sukarame Kec. Medan Area
Kota Medan Sumatera Utara ada sebuah rumah yang
memproduksi narkotika jenis Sabu dan Ekstasi, kemudian
Tim BNN melakukan penyelidikan dengan pemantauan
terhadap alamat atau TKP di atas, yang diduga menjadi
tempat atau rumah yang digunakan untuk memproduksi
narkotika dan prekursor Narkotika jenis Sabu dan Ekstasi.
Kemudian Tim bergerak ke TKP dan melakukan
penangkapan terhadap tersangka yang diduga sebagai
pelaku tindak pidana narkotika dan prekursor Narkotika,
kemudian Tim melakukan penggeledahan secara bersama-
sama dengan disaksikan pengurus lingkungan setempat,
dan didalam rumah tersebut ditemukan peralatan-peralatan
laboratorium atau clandestine lab yang digunakan untuk
memproduksi atau membuat narkotika jenis Sabu dan
Ekstasi.
Barang bukti yang disita :
a) Narkotika :
(1) Sabu : 4,983 gram
(2) Ekstasi : 468 butir / 171,9 gram
b) Prekursor :
- Acetone : 40 ml
c) Bahan Kimia Lain :
(1) Metanol : 800 ml
(2) Amoniak : 800 ml
(3) Theopylin : 762 gram
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 68
d) Peralatan Laboratorium :
(1) Gelas ukur pyrex 500 ml
(2) Gelas ukur pyrex 1.000 ml
(3) Kompor listrik
(4) Kompor elektrik
(5) Batang pengaduk
(6) Batang reaksi
(7) Timbangan digital
(8) Alumunium foil
(9) Saringan plastic.
2) Clandestein Laboratory (CL) Aceh.
Pengungkapan kasus clandestein laboratory (CL) di
Aceh dengan alamat Jl. Raya Medan – Banda Aceh Dusun
Tengoh Desa paloh lada Kec. Dewantara, Kab. Aceh Utara.
Pengungkapan kasus tersebut atas dukungan
informasi dari masyarakat, kemudian Tim BNN melakukan
penyelidikan dengan pemantauan terhadap alamat atau
TKP diatas, yang diduga menjadi tempat atau rumah yang
digunakan untuk memproduksi narkotika dan prekursor
Narkotika jenis Sabu.
Kemudian Tim BNN dengan dibantu Tim dari BNNK
Lhokseumawe melakukan penangkapan dan
penggerebekan, di TKP ditemukan 2 (dua) orang diduga
sebagai pelaku tindak pidana narkotika dan prekursor
narkotika yang sedang bekerja memproduksi narkotika jenis
Sabu (methamphetamine).
Selanjutnya ke 2 (dua) tersangka diamankan dan di
interogasi dan diketahui dari kedua tersangka bahwa
kegiatan memproduksi Narkotika dan prekursor Narkotika
sudah mulai pada hari kamis tanggal 11 Agustus 2016, dan
diketahui bahwa semua alat-alat dan bahan kimia prekursor
didapat dari kiriman seseorang dari Medan melalui kiriman
Paket Bus.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 69
Setelah dilakukan olah TKP dan pengumpulan barang
bukti kedua tersangka selanjutnya oleh Tim BNN dibawa
kekantor BNN Pusat Jl. MT Haryono No. 11 Cawang Jakarta
Timur untuk dilakukan proses penyidikan selanjutnya.
Barang bukti yang disita :
a) Prekursor.
(1) Ephedrine : 102,1 gram
(2) Acetone : 10.600 ml
(3) Toluene : 5.500 ml
(4) HCl : 30.200 ml
(5) H2SO4 : 14.400 ml
b) Bahan Kimia Lain.
(1) Metanol : 2.300 ml
(2) NaOH : 468,3 gram
(3) Iodine : 728,5 gram
(4) Red fosfor : 529,8 gram
c) Peralatan Laboratorium.
(1) Beaker glass pyrex 500 ml.
(2) Beaker glass pyrex 1.000 ml.
(3) Kompor listrik.
(4) Timbangan digital
(5) Batang pengaduk.
(6) Tabung erlemeyer.
(7) Tabung destilasi.
(8) Kertas PH.
(9) Pipet tetes.
(10) Allumunium foil.
(11) Corong kaca.
(12) Saringan plastik.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 70
c. Interdiksi.
Adapun kegiatan utama Interdiksi tahun 2016 adalah
sebagai berikut:
1) Operasi Interdiksi di bandar udara, pelabuhan laut, perairan,
darat dan lintas batas wilayah Indonesia.
2) Koordinasi penyelidikan dan menghadiri konferensi
Internasional.
3) Operasi Bersama Interdiksi Terpadu 2016.
4) ASEAN Seaport Interdiction Task Force (ASITF) Meeting
2016.
5) Pembinaan teknis iterdiksi terpadu di pintu masuk bandar
udara, pelabuhan laut, perairan, darat dan lintas batas.
6) Berkas perkara kasus kejahatan Narkoba di bandar udara,
pelabuhan laut, perairan, darat dan lintas batas wilayah
Indonesia.
7) Layanan perkantoran.
8) Perangkat pengolah data dan komunikasi.
9) Peralatan dan fasilitas perkantoran.
Kasus tindak pidana pada Interdiksi yang berhasil terungkap
dan terselesaikan hingga akhir Desember 2016 adalah 48 (empat
puluh delapan) kasus (Laporan Kasus Narkotika) dalam 103
(seratus tiga) Berkas Perkara, dengan total barang bukti:
1) Sabu Kristal sebanyak 224.641,52 (dua ratus dua puluh
empat ribu enam ratus empat puluh satu koma lima puluh
dua) gram.
2) Ganja sebanyak 730,37 (tujuh ratus tiga puluh koma tiga
puluh tujuh) gram.
3) Ekstasi sebanyak 12.649 (dua belas ribu enam ratus empat
puluh sembilan) butir.
4) MDMA sebanyak 82,5 (delapan puluh dua koma lima) gram.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 71
5) Heroin sebanyak 581,3 (lima ratus delapan puluh satu koma
tiga) gram.
6) Kokain sebanyak 174,6 (seratus tujuh puluh empat koma
enam) gram.
7) THC sebanyak 9,2 (sembilan koma dua) gram.
Hasil tersebut bisa tercapai berkat dukungan kerja sama
antara BNN dengan instansi terkait seperti Bea & Cukai, Dirjen
Lapas Menkumham; Jasa Pengiriman Paket; Tokoh Masyarakat;
dukungan anggaran dan peralatan teknologi informasi yang
memadai (analis).
Adapun kasus tindak pidana Narkotika melalui interdiksi
yang berhasil diungkap adalah sebagai berikut:
1) Pemutusan jaringan sindikat Narkotika yang dikendalikan
oleh Warga Binaan di dalam Lembaga Permasyarakatan
Kelas IIA Bulak Kapal Bekasi Jl. Pahlawan Nomor 1 Bulak
Kapal, Bekasi yang bernama Bowen Alexander Tobias als.
Brother als. Alex.
Modus operandi barang yang diduga berisi Narkotika
Golongan I jenis Sabu Kristal dengan total berat bruto
13.777,7 (tiga belas ribu tujuh ratus tujuh puluh tujuh koma
tujuh) gram, yang disimpan/dimasukkan ke dalam 13 (tiga
belas) unit mesin.
2) Pemutusan jaringan sindikat Narkotika yang dikendalikan
oleh Warga Binaan di dalam Lembaga Permasyarakatan
Wanita Kelas IIA Tangerang Jl. Moh Yamin, Tangerang,
Banten yang bernama Pa Thida als. Thida (WN Kamboja).
Modus operandi yang dilakukan dengan cara menyuruh
temannya yang bernama Meirian Syah untuk mengambil 2
(dua) buah koli Paket kiriman yang berisi gulungan selang
yang didalamnya berisi Narkotika Golongan I Jenis Sabu
Kristal dengan total berat bruto 2.994,7 (dua ribu sembilan
ratus sembilan puluh empat koma tujuh) gram di daerah
Cileungsi, Kab. Bogor.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 72
3) Pemutusan 2 (dua) kelompok jaringan sindikat Narkotika
yaitu kelompok Jakarta yang ditangkap di Halaman Parkir
Hotel Aruni Jalan RE Martadinata Jakarta Utara dengan
tersangka Andi Candra, Muhammad Jufri, Fauzi als. Andi,
Udin Muas als. Kumis dan Halte Bis Terminal 1B Bandara
Internasional Soekarno Hatta dengan tersangka MHD Said
Harahap, Muhammad Wishnu, Andi Pratama Putra.
Modus operandi MHD Said Harahap, Muhammad Wishnu,
Andi Pratama Putra dengan mengambil paket di daerah
Bekasi dimana paket tersebut berisi 2 (dua) buah peti yang
didalamnya berisi 38 (tiga puluh delapan) bungkus plastik
warna coklat yang berisi Narkotika Golongan I jenis Sabu
Kristal dengan total berat bruto 39.606 (tiga puluh sembilan
ribu enam ratus enam) gram. Tersangka kasus tersebut yaitu
Saiful Hadi als. Agam bin Abdul Jalil, Irwansyah als. Ade bin
Suwandi, Fahrul Razi als. Radir als. Raden bin alm Yusuf,
Mukhtaruddin als. Din bin alm Kamaruzaman, Ik Min als.
Amin bin alm Ami. Adapun barang bukti Narkotika Golongan
I jenis Sabu Kristal dengan total berat bruto 11.005 gram dan
ekstasi 4.951 butir.
4) Pemutusan jaringan sindikat Narkotika di daerah Berau
Kalimantan Timur, yang merupakan barang masuk melalui
perbatasan Indonesia-Malaysia, dengan berhasil ditangkap
di Jl. Bulungan, Kel. Gunung Tabur, Kec. Gunung Tabur,
Kab. Berau, Prov. Kalimantan Timur dengan tersangka
Hendri dan Ashar. Barang bukti kasus tersebut berupa
Narkotika Golongan I jenis Sabu Kristal dengan total berat
bruto 2.839 (dua ribu delapan ratus tiga puluh Sembilan)
gram.
5) Pemutusan jaringan sindikat Narkotika di Gang Misbar Jl.
Rawa Bebek RT.01 RW. 12 No. 9 Kelurahan Penjaringan
Kec. Penjaringan Jakarta Utara dengan tersangka Endro
Joso Susanto als. Endro, Gunawan Gozali als. Deni, Dedy
Hartono als. Dedy, Harjono Djawoto als. Akiong als. Iwan,
Endang Setiawan als. Dessy Kristianti. Adapun barang
buktinya adalah Narkotika Golongan I jenis Sabu Kristal
dengan total berat bruto 34.502,6 gram.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 73
6) Pada hari Selasa, tanggal 22 Juni 2016, di Pergudangan
Wira Jl. Ancol Barat III No. 6 Kel. Ancol Barat Kec. Pade-
mangan Jakarta Utara dengan tersangka Chandra Halim als.
Akiong. Dengan barang bukti Narkotika Golongan I jenis
Sabu Kristal dengan total berat bruto 33.610,2 gram.
d. Pengawasan Tahanan dan Barang Bukti.
Pada tahun 2016 ini, Direktorat Pengawasan Tahanan dan
Barang Bukti melaksanakan 16 (enam belas) kegiatan
pemusnahan barang bukti dengan uraian sebagai berikut:
NO. BARANG BUKTI MUSNAH KETERANGAN
1. Sabu 798.586,10 gram
2. Heroin 568,80 gram
3. Ganja 823.140,10 gram
4. Ekstasi Butir 505.585 butir
5. Prekursor Cairan 78.370,00 ml Aceton, dll
6. Sabu Cair 290,00 ml
Sedangkan barang bukti narkotika yang disita oleh Penyidik
BNN pada tahun 2016 dan diserahkan ke Direktorat Pengawasan
Tahanan dan Barang Bukti adalah:
NO. BARANG BUKTI MUSNAH KETERANGAN
1. Sabu 770.952,80 gram 2. Heroin 581,30 gram 3. Ganja 581,30 gram 4. Ekstasi Butir 506.998,00 butir 5. Prekursor Cairan 78.370,00 ml Aceton, dll 6. Sabu Cair 290,00 ml
Dalam hal barang bukti yang dimusnahkan dengan barang
bukti yang disita ada perbedaan, hal ini terjadi karena ada barang
bukti yang disita pada akhir tahun 2015 dan dilakukan
pemusnahan barang bukti narkotika pada awal tahun 2016.
Pengawasan tahanan dan barang bukti dalam tahun 2016
telah terlaksana dengan baik, BNN telah melakukan pengawasan
tahanan, pengelolaan/penyimpanan barang bukti dan monitoring
dan evaluasi pelaksanaan pengawasan dan perawatan serta
pembinaan tahanan dan barang bukti tindak pidana narkotika dan
presursor narkotika Kegiatan utama yang dilakukan yaitu:
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 74
1) Pemusnahan barang bukti yang telah mendapat penetapan
dari Kejaksaan Negeri dengan jumlah barang bukti yang
disita dari tersangka.
2) Penyerapan makan tahanan menyesuaikan jumlah tahanan
yang ada dalam Rutan BNN, sehingga anggaran tidak
terserap sesuai target yang ditentukan.
Adapun pelaksanaan pemusnahan Barang Bukti Narkotika
yang dilakukan BNN tahun 2016 sebagai berikut:
1. Pemusnahan Barang Bukti yang kesatu dilaksanakan pada
tanggal 3 Februari di Lapangan Parkir BNN dengan barang
bukti narkotika jenis Sabu yang dimusnahkan sebanyak
27.992,5 gram.
2. Pemusnahan Barang Bukti yang kedua dilaksanakan pada
tanggal 10 Februari di Gargabe Plants Bandara Udara
Soekarno Hatta dengan barang bukti narkotika yang
dimusnahkan terdiri dari:
a. Sabu 14.838,7 gram.
b. Ekstasi 80 butir.
c. Ganja 822.669,1 gram.
3. Pemusnahan Barang Bukti yang ketiga dilaksanakan pada
hari Jumat tanggal 26 Februari 2016 di Lapangan Parkir Jl.
Cengkeh, Taman Sari – Jakarta Barat dengan barang bukti
narkotika jenis Sabu yang dimusnahkan sebanyak 110.365,6
gram.
4. Pemusnahan Barang Bukti yang keempat dilaksanakan pada
hari Jumat tanggal 15 April 2016 di Gargabe Plants Bandara
Udara Soekarno Hatta dengan barang bukti narkotika yang
dimusnahkan terdiri dari:
a. Sabu 107.718,08 gram.
b. Ekstasi 59.470 butir.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 75
5. Pemusnahan Barang Bukti yang kelima dilaksanakan pada
hari Rabu tanggal 11 Mei 2016 di Lapangan Parkir BNN
dengan barang bukti narkotika yang dimusnahkan terdiri dari:
a. Sabu 115.415, 94 gram.
b. Ekstasi 14 butir.
c. Ganja 250,2 gram.
6. Pemusnahan Barang Bukti yang keenam dilaksanakan pada
hari Jumat tanggal 27 Mei 2016 di RSPAD Gatot Subroto
dengan barang bukti narkotika yang dimusnahkan terdiri dari:
a. Sabu 54.149,883 gram.
b. Ekstasi 1191.982 butir.
c. Sabu cair 290 ml.
d. Prekusor Narkotika Cair 10 ml.
7. Pemusnahan Barang Bukti yang ketujuh dilaksanakan pada
tanggal 30 Juni 2016 di Lapangan Parkir BNN dengan
barang bukti narkotika jenis Sabu yang dimusnahkan
sebanyak 6.190,9 gram.
8. Pemusnahan Barang Bukti yang kedelapan dilaksanakan
pada tanggal 4 Agustus 2016 di Lapangan Parkir BNN
dengan barang bukti narkotika jenis Sabu yang dimusnahkan
sebanyak 68.097,8 gram.
9. Pemusnahan Barang Bukti yang kesembilan dilaksanakan
pada tanggal 25 Agustus 2016 di Lapangan Parkir BNN
dengan barang bukti narkotika jenis ganja yang
dimusnahkan sebanyak 230,8 gram.
10. Pemusnahan Barang Bukti yang kesepuluh dilaksanakan
pada hari Rabu tanggal 31 Agustus 2016 di Lapangan Parkir
BNN dengan barang bukti narkotika yang dimusnahkan
terdiri dari:
a. Sabu 74.073,10 gram.
b. Ekstasi 88.273 butir.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 76
11. Pemusnahan Barang Bukti yang ke 11 dilaksanakan pada
hari Rabu tanggal 7 September 2016 di RSPAD Gatot
Subroto dengan barang bukti narkotika jenis Sabu yang
dimusnahkan sebanyak 45.703,40 gram.
12. Pemusnahan Barang Bukti yang ke 12 dilaksanakan pada
hari Selasa tanggal 27 September 2016 di PT. Prasadha
Pamunah Limbag Industri, Cilengsi-Bogor dengan barang
bukti Prekursor Narkotika yang dimusnahkan terdiri dari:
a. Prekursor Narkotika Cair 78.340 ml.
b. Prekursor Narkotika Padat 3.318,4 gram.
13. Pemusnahan Barang Bukti yang ke 13 dilaksanakan pada
hari Jumat tanggal 7 Oktober 2016 di Lapangan Parkir BNN
dengan barang bukti narkotika yang dimusnahkan terdiri dari:
a. Sabu 22.027,2 gram.
b. Ekstasi 24.883 butir.
14. Pemusnahan Barang Bukti yang ke 14 dilaksanakan pada
hari Jumat tanggal 24 Oktober 2016 di Lapangan Parkir BNN
dengan barang bukti narkotika jenis Sabu yang dimusnahkan
sebanyak 32.710,50 gram.
15. Pemusnahan Barang Bukti yang ke 15 dilaksanakan pada
hari Jumat tanggal 6 Desember 2016 di Lapangan Monas
dengan barang bukti narkotika yang dimusnahkan jenis Sabu
sebanyak 219.470,50 gram dan Ekstasi 140.840 butir.
16. Pemusnahan Barang Bukti yang ke 16 dilaksanakan pada
hari Selasa tanggal 20 Desember 2016 di Lapangan BNN
dengan barang bukti narkotika yang dimusnahkan jenis
Heroin yang sebanyak 568,80 gram.
e. Kasus Tindak Pidana Pencucian Uang.
Dalam penangan kasus tindak pidana narkotika, para
penyidik BNN selalu mengembangkan setiap penanganan kasus
dengan menelisik harta benda bandar Narkoba yang biasanya
disamarkan melalui berbagai cara untuk mengelabui petugas.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 77
Hasil penyelidikan dalam penanganan kasus sejak tahun
2010 sampai dengan tahun 2016 menunjukkan adanya
peningkatan jumlah asset bandar Narkoba yang berhasil disita
penyidik BNN, dengan gambaran sebagai berikut:
DATA PENYITAAN ASET BANDAR NARKOTIKA OLEH BNN
NO. TAHUN JUMLAH KASUS
JUMLAH TERSANGKA
JUMLAH ASET YANG DISITA
(Rp.) (USD)
1. 2010 2 8 3.628.442.314 279.111
2. 2011 9 16 33.173.753.301 2.551.827
3. 2012 14 18 24.620.666.864 1.893.897
4. 2013 15 18 52.375.590.387 4.028.892
5. 2014 11 12 83.207.159.514 6.400.551
6. 2015 12 14 85.330.158.337 6.563.858
7. 2016 17 24 89.882.569.508 6.914.044
f. Penindakan dan Pengejaran.
Penindakan dan Pengejaran DPO terhadap bandar dan
jaringan Narkoba, selama kurun waktu 1 (satu) tahun anggaran
(periode Januari – Desember 2016) telah terlaksana dengan baik
dengan melampaui target yang ditetapkan.
Semula target penindakan dan pengejaran tersangka
kejahatan kasus narkotika dalam tahun anggaran 2016 ditetap-
kan target penindakan dan pengejaran DPO sebanyak 9 kasus,
namun karena kasus Narkoba sangat banyak target tersebut
melebihi dari target yang ditentukan yaitu sebanyak 13 (tiga belas)
DPO. Penindakan dan pengejaran juga sangat dipengaruhi kasus
yang ditangani oleh Satuan kerja lainnya terutama Satker Pusat.
Capaian 13 (tiga belas) kegiatan penindakan dan pengejaran
terhadap DPO dengan melakukan penggerebekan dan
penangkapan, pengejaran terhadap pelaku dan pengamanan
barang bukti.
10. Bidang Hukum dan Kerjasama BNN.
Penanganan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika
bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, tetapi juga menjadi
tanggung jawab seluruh elemen bangsa.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 78
Selain menjalin kerja sama dengan aparat penegak hukum dalam
penanganan pemberantasan narkotika, pada tahun 2016, BNN juga
telah membangun sinergitas terkait pencegahan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika, baik nasional maupun internasional.
Di lingkup nasional, BNN menjalin kerja sama dengan 31 (tiga
puluh satu) elemen bangsa, yang terdiri dari 8 (delapan) instansi
pemerintah, 4 (empat) lingkungan pendidikan, dan 19 (sembilan belas)
kelompok masyarakat. Sedangkan di lingkup Internasional, BNN
membangun kerja sama dengan berbagai negara, diantaranya
Kolombia dan Thailand.
Bidang hukum dan kerja sama, perlu lebih di dorong untuk
menciptakan sinergitas diseluruh elemen bangsa, hal ini diperlukan
sebagai akselerasi terciptanya Indonesia yang terbebas dari
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.
Berikut gambaran kinerja dari bidang hukum dan kerjasama,
dalam mendukung sinergitas dalam pelaksanaan P4GN dengan uraian
sebagai berikut:
a. Direktorat Hukum.
Pada tahun 2016 Direktorat Hukum berhasil melaksanakan
kegiatan produk hukum berupa peningkatan jumlah rancangan
sehingga capaian melebihi target yang ditentukan.Selain
peningkatan capaian Direktorat Hukum melaksanakan kegiatan
terkait Revisi Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika. Adapun penjelasan keberhasilan kegiatan lainnya
sebagai berikut:
1) Kegiatan Produk Hukum
a) Adanya pembahasan Revisi Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
b) Penyusunan Rancangan Naskah Akademik.
c) Pelaksanaan rapat konsinyering dan rapat lainnya
untuk mendukung Revisi Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 79
d) Peningkatan jumlah rancangan produk hukum
didukung adanya perhatian khusus dari Pimpinan BNN.
e) Penambahan rancangan di luar program perencanaan
pembentukan Peraturan Kepala BNN berasal dari
kebutuhan organisasi sebagai landasan operasional
kinerja.
f) Adanya kesempatan bagi satuan kerja dilingkungan
BNN mengajukan usul Rancangan Peraturan Kepala
sebagaimana pengaturannya tercantum dalam Pasal 6
Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 4
Tahun 2016 tentang Tata Cara Pembentukan
Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional.
2) Kegiatan Bantuan Hukum.
Keberhasilan kegiatan Bantuan Hukum yang semula
ditargetkan 4 (empat) kasus meningkat menjadi 8 (delapan)
kasus yang ditangani disebabkan adanya gugatan pidana
dan perdata terutama pada kasus pra peradilan.
Selain kasus pada kegiatan Bantuan Hukum yang
bersifat litigasi, Direktorat Hukum juga melaksanakan
Kegiatan Bantuan Hukum yang bersifat non litigasi yaitu
berupa konsultasi hukum terkait implementasi peraturan
perundang-undangan dan proses kasus yang sedang
dihadapi sebelum memasuki proses hukum.
Keberhasilan yang dilaksanakan pada Bantuan Hukum
non litigasi sebagai berikut:
a) Pelayanan Hukum Non Litigasi di Provinsi DKI Jakarta
I.
b) Pelayanan Hukum Non Litigasi di Provinsi Jambi.
c) Pelayanan Hukum Non Litigasi di Provinsi DKI Jakarta
II.
d) Pelayanan Hukum Non Litigasi di Provinsi Aceh.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 80
e) Pelayanan Hukum Non Litigasi di Provinsi Bangka
Belitung.
f) Pelayanan Hukum Non Litigasi di Provinsi Kalimantan
Tengah.
g) Pelayanan Hukum Non Litigasi di Provinsi Maluku
Utara.
h) Pelayanan Hukum Non Litigasi di Provinsi Papua Barat.
b. Direktorat Kerja Sama.
Pada tahun 2016, Direktorat Kerja Sama juga telah berhasil
melaksanakan kegiatan penandatangan Nota Kesepahaman dan
Perjanjian Kerja Sama yang tidak didukung dengan anggaran
APBN, melainkan pelaksanaan kegiatan tersebut didukung
dengan anggaran dan atas inisiasi dari mitra yang bekerja sama
dengan BNN di bidang P4GN yaitu sebanyak 19 (sembilan belas)
penandatanganan Nota Kesepahaman yang terdiri dari 6 (enam)
penandatanganan Nota Kesepahaman BNN dengan Instansi
Pemerintah dan 13 (tiga belas) penandatanganan Nota
Kesepahaman antara BNN dengan komponen masyarakat.
Hal ini menunjukkan meningkatnya kesadaran instansi
pemerintah dan komponen masyarakat untuk ikut berpartisipasi
pada kegiatan-kegiatan di bidang P4GN dalam menghadapi
situasi Indonesia Darurat Narkoba guna mewujudkan masyarakat
Indonesia yang bersih dari penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkoba.
Adapun 19 (sembilan belas) keberhasilan pelaksanaan
kegiatan penantanganan Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja
Sama atas partisipasi instansi pemerintah dan komponen
masyarakat dalam upaya P4GN adalah sebagai berikut:
1) Penandatanganan Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja
Sama antara BNN dengan Instansi Pemerintah.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 81
a) Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara
Badan Narkotika Nasional dengan Bank Rakyat
Indonesia.
b) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Badan
Narkotika Nasional dengan Universitas Negeri Manado.
c) Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara
Sekretariat Utama Badan Narkotika Nasional dengan
Bank Rakyat Indonesia.
d) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Badan
Narkotika Nasional dengan PT. Pelayaran Indonesia IV.
e) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Badan
Narkotika Nasional dengan Universitas Hasanuddin.
f) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Badan
Narkotika Nasional dengan Lembaga Perlindungan
Saksi dan Korban.
2) Penandatanganan Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja
Sama antara BNN dengan Komponen Masyarakat:
a) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Badan
Narkotika Nasional dengan Komite Olah Raga Nasional
Indonesia.
b) Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara
Badan Narkotika Nasional dengan Persaudaraan
Shourinji Kempo Indonesia.
c) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Badan
Narkotika Nasional dengan Indonesia Off-Road
Expedition Adventure Club.
d) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Badan
Narkotika Nasional dengan Universitas Pelita Harapan.
e) Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara
Badan Narkotika Nasional dengan Keluarga Besar
Putra Putri Polri.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 82
f) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Badan
Narkotika Nasional dengan Partai Keadilan Sejahtera.
g) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Badan
Narkotika Nasional dengan Kamar Dagang dan Industri
Indonesia.
h) Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara
Badan Narkotika Nasional dengan Assosiasi Industri
Usaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia.
i) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Badan
Narkotika Nasional dengan Palang Merah Indonesia.
j) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Badan
Narkotika Nasional dengan Universitas Lampung.
k) Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara
Badan Narkotika Nasional dengan PT. First Media Tbk.
l) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Badan
Narkotika Nasional dengan Lembaga Dakwah Islam
Indonesia.
m) Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Badan
Narkotika Nasional dengan Dewan Masjid Indonesia
3) Kemitraan BNN Tingkat Internasional.
Selain kerjasama dalam negeri dengan Kementerian/
Lembaga/Instansi, BNN juga melaksanakan kerja sama
internasional dengan berbagai negara dan juga mengikuti
berbagai kerja sama internasional untuk memutus jaringan
peredaran Narkoba sebagai berikut:
a) ASEAN Ministerial Meeting on Drugs Matters (AMMD).
AMMD merupakan pertemuan tingkat menteri negara-
negara ASEAN yang menangani permasalahan
Narkotika di wilayah ASEAN untuk menegaskan
kembali komitmen masing-masing negara dalam
mewujudkan ASEAN Bebas Narkoba. Hasil AMMD
ditindaklanjuti pada pertemuan ASEAN Senior Official
Meeting on Drug Matters (ASOD).
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 83
AMMD kelima pada Tahun 2016 di Singapura diadopsi
ASEAN Work Plan on Securing Communities Against
Illicit Drugs 2016-2025 yang menjadi rujukan kerja
sama dalam menangani penyalahgunaan Narkoba di
kawasan ASEAN
b) ASEAN Senior Official on Drug Matters (ASOD).
Pertemuan ASOD dilaksanakan setiap tahun, dihadiri
oleh para pejabat senior dari instansi yang menangani
permasalahan Narkoba untuk melaporkan
perkembangan penanganan Narkoba. Dalam setiap
pertemuan terdapat 5 Working Group, yaitu : (a)
Preventive Education (Pendidikan Pencegahan), (b)
Therapy and Rehabillitation (Terapi dan Rehabilitasi),
(c) Law Enforcement (Penegakan Hukum), (d)
Research (Penelitian), (e) Alternative Development
(Pemberdayaan Alternatif).
c) Heads of National Drug Law Enforcement Agencies
(HONLEA) Asia Pacific.
Pertemuan HONLEA Asia Pasific dilaksanakan setiap
tahun yang dihadiri oleh pejabat tinggi negara anggota
yang menangani isu narkotika untuk membahas
penanganan perdagangan obat-obat terlarang oleh
para penegak hukum.
Negara anggota HONLEA Asia Pacific adalah negara-
negara di kawasan Asia Pasifik, yaitu: Australia, China,
Fiji, India, Indonesia, Iran, Hong Kong, Japan, Macau,
Malaysia, Myanmar, New Zealand, Pakistan,
Philippines, Korea, Singapura, Sri Lanka, Thailand.
Negara observer yaitu: Kanada, Jerman, Rusia, dan
Italia.
d) Commission on Narcotics Drugs (CND).
CND merupakan pertemuan antara Badan – Badan
PBB dengan negara anggota serta pengamat di
seluruh dunia. Agenda komisi dibagi menjadi 2 (dua)
segmen, yaitu:
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 84
(1) Segmen Normatif untuk menangani isu
pengendalian dan pengawasan Narkoba serta
tren masa kini.
(2) Segmen Operasional dimana komisi melak-
sanakan perannya sebagai badan utama dari
program Narkoba United Nations Office on Drugs
and Crime (UNODC) dalam mempertimbangkan
isu-isu terkait policy guidance.
e) United Nations General Assembly Special Session on
the World Drug Problem (UNGASS).
UNGASS adalah pertemuan khusus sidang khusus
PBB yang membicarakan permasalahan narkotika.
UNGASS 2016 mereview kemajuan implementasi
political declaration and plan of action on international
cooperation towards an integrated and balanced
strategy to counter the world drug problem 2009. Pada
forum tersebut akan dibahas juga capaian dan
tantangan dalam menghadapi persoalan obat – obatan
global dalam kerangka tiga konvensi pengawasan
narkotika internasional.
f) International Drugs Enforcement Conference (IDEC).
IDEC Merupakan konferensi internasional penegakan
hukum Narkotika di dunia, dihadiri para penegak
hukum di bidang pemberantasan kejahatan Narkotika
dari negara anggota dan pengamat. Dalam forum ini
selain pertukaran informasi mengenai sindikat,
pertukaran data dan juga kerja sama dalam bidang
capacity building atau peningkatan sumber daya ma-
nusia (SDM), berupa pelatihan di bidang penyidikan.
g) The Asean Work Plan on Securing Communities
Against Illicit Drugs 2016-2025.
ASEAN Work Plan on Securing Communities Against
Illicit Drugs 2016-2025 dihasilkan dalam AMMDM Ke-5
di Singapura,19-20 Oktober 2016. ASEAN Work Plan
on Securing Communities Against Illicit Drugs 2016-
2025 terdiri dari 7 bidang yaitu:
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 85
(1) Umum/General.
(2) Pendidikan pencegahan/Preventive Education.
(3) Penegakan Hukum/Law Enforcement.
(4) Terapi dan Rehabilitasi/Treatment and
Rehabilitation.
(5) Penelitian/Research.
(6) Pemberdayaan Alternatif/Alternative
Development.
(7) Kerja Sama regional/Extra-Regional Cooperation.
ASEAN Work Plan on Securing Communities Against
Illicit Drugs 2016-2025 merupakan tindak lanjut ASEAN
Work Plan on Combating Illicit Drug Production,
Trafficking and Use 2009-2015 yang disepakati
bersama pada Pertemuan ASOD Ke-30 di Phnom
Penh Kamboja Tahun 2009.
Segala pencapaian yang diraih pada tahun 2016 dan tahun-tahun
sebelumnya, tak menjadikan BNN berpuas diri dan larut dalam rasa bangga.
Hal ini menjadi motivasi bagi BNN untuk tetap berkomitmen memberantas
peredaran gelap narkotika secara tegas, sesuai dengan hukum yang berlaku,
serta meningkatkan kinerja demi melindungi generasi bangsa di masa yang
akan datang.
Kedepan, BNN akan tetap fokus pada strategi penanganan
permasalahan narkotika, yaitu supply reduction dan demand reduction,
dengan melakukan pencegahan penyalahgunaan narkotika secara massif
serta meningkatkan kerja sama nasional dan internasional di bidang P4GN.
Dengan adanya komitmen dan kerja sama yang kuat, BNN optimis
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dapat diberantas hingga ke
akar-akarnya. BNN juga mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat
untuk terus mengobarkan api semangat berjuang bersama melawan
kejahatan narkotika.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 86
D. PERMASALAHAN DAN SOLUSI PEMECAHAN MASALAH.
1. Permasalahan.
a. Sekretariat Utama.
Sebagai Satker pengemban fungsi pembinaan bidang
dukungan administrasi kepada seluruh Satker di lingkungan
BNN, Sekretariat Utama melaksanakan program dan kegiatan
dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada, namun
demikian masih dihadapkan pada berbagai permasalahan dan
kendala yang langsung maupun tidak langsung sangat
berpengaruh pada upaya pelayanan menjadi kurang optimal
sebagaimana uraian berikut:
1) Biro Perencanaan.
a) Pada umumnya para pelaksana perencana di Satker
belum pernah mendapat pelatihan fungsi perencana
(perencana ototidak).
b) Kurang matangnya perencanaan terkait dengan
penetapan target kegiatan dan jangka waktu
pelaksanaan kegiatan yang berakibat revisi rencana
kegiatan dan anggaran.
c) Koordinasi antar Satker belum bisa berjalan optimal
oleh karena keterbatasan sumber daya manusia.
d) Sarana dan prasarana kerja yang kurang representatif.
2) Biro Kepegawaian dan Organisasi.
a) Masih kurangnya Peraturan Kepala BNN yang dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam penyusunan
dokumen.
b) Kurangnya koordinasi dan kerja sama yang dibangun
oleh BNNP dan BNNK dengan pemerintah daerah
setempat sehingga proses pelaksanaan upaya P4GN
belum optimal.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 87
c) Kurangnya sosialisasi dan pendekatan jajaran BNNP
dan BNN Kab./Kota kepada pimpinan daerah setempat
sehingga proses vertikalisasi belum optimal
dilaksanakan.
d) Jumlah kebutuhan pegawai BNN yang terpenuhi baru
24% sehingga masih sangat kurang, sedangkan
pemerintah mengeluarkan kebijakan moratorium
pengadaan CPNS.
e) Pegawai BNN terdiri dari PNS organik, PNS
dipekerjakan dan Polri yang diperbantukan sehingga
muncul beberapa perbedaan data.
f) Pengetahuan akan persyaratan administrasi untuk
mutasi jabatan di BNNP dan BNN Kab./Kota masih
kurang dipahami.
3) Biro Keuangan.
a) Belum maksimalnya pengelolaan keuangan di
lingkungan satuan kerja BNN. Hal ini terlihat dari masih
berulangnya temuan inspektorat utama dan BPK.
b) Terbatasnya kualitas sumber daya manusia yang
memahami dan menguasai analisa akuntansi dan
laporan keuangan.
c) Frekuensi perubahan kebijakan pemerintah yang cukup
banyak dan cepat terkait akuntansi dan pelaporan
keuangan.
d) Aplikasi dan dukungan Teknologi Informatika masih
kurang memadai.
e) Perubahan jumlah pegawai BNN tiap bulan tidak dapat
diprediksi sehingga berpengaruh pada belanja pegawai
(gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan beras,
tunjangan struktural, tunjangan umum dan tunjangan
PPh. 21).
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 88
b. Inspektorat Utama.
Gambaran umum kendala pelaksanaan tugas inspektorat utama
adalah sebagai berikut:
1) Keterbatasan pegawai dalam bidang pengawasan
dikarenakan belum adanya ruang untuk jabatan auditor
utama sebagai pengendali mutu dan auditor madya serta
masih kurangnya jumlah personil pada Inspektorat
Utama...auditor
2) Belum optimalnya koordinasi dan komunikasi dengan satuan
kerja di lingkungan BNN karena masih ditemukan gap antara
auditor dan auditi sehingga menghambat dalam
pengumpulan data.
3) Keterbatasan ruang keja gedung BNN mengakibatkan
terpisah-pisahnya ruang kerja dan kendaraan operasional
bagi pegawai Inspektorat Utama BNN, sehingga mengalami
kendala dalam koordinasi dan kecepatan penyelesaian
pekerjaan.
4) Keterbatasan aplikasi e audit yang dimiliki oleh Inspektorat
Utama dan belum dimanfaatkan secara optimal aplikasi
e audit yang ada oleh para Auditor.
c. Puslitdatin BNN.
1) Masih minimnya kualitas maupun kuantitas personel di
bidang penelitian, data dan informasi.
2) Keterbatasan anggaran dan personil untuk menindaklanjuti
informasi yang masuk melalui Contact Center BNN
mengenai adanya peredaran gelap Narkoba di masyarakat.
3) Tidak adanya pendidikan dan pelatihan bagi petugas
operator untuk menggali informasi dari masyarakat,
sehingga informasi mengenai adanya peredaran gelap
Narkoba masih banyak yang sumir.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 89
4) Masih rangkap jabatan operator aplikasi Sistem Informasi
Narkoba (SIN) baik di lingkungan BNN, BNNP maupun BNN
Kabupaten/Kota sehingga entri data tidak realtime.
d. Deputi Bidang Pencegahan.
Beberapa permasalahan pada Deputi Bidang Pencegahan BNN
sebagai berikut:
1) Direktorat Advokasi.
a) Kurang matangnya perencanaan antar target dan
jangka waktu pelaksanaan yang berakibat penjadualan
ulang pelaksanaan kegiatan.
b) Sulitnya pelaksanaan koordinasi antar instansi dengan
pelaksanaan progam.
c) Belum terbitnya regulasi pedoman penyusunan
rencana aksi P4GN bagi Kementerian/Lembaga/
Instansi sebagai pengganti Inpres Nomor 12 Tahun
2011 tentang pelaksanaan Kebijakan dan Strategi
Nasional di bidang P4GN.
2) Direktorat Diseminasi Informasi.
a) Program peningkatan kualitas sumber daya manusia
(capacity building) belum optimal, demikian juga dari
sisi kuantitas perlu penambahan pegawai, baik staf
maupun pegawai administrasi.
b) Kegiatan di bidang Media Elektronik dan non Elektronik
khususnya di BNN Provinsi dan Kabupaten, belum
optimal hal ini dipengaruhi kurangnya jumlah SDM yang
bisa bertanggung jawab dalam mengisi konten di media
online maupun memberikan informasi-informasi
kepada publik dalam menyelenggrakan kegiatan
konvensional maupun media cetak.
c) Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan
prasarana penunjang pelaksanaan tugas dan fungsi
belum optimal.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 90
d) Para pengelola/manajemen media (cetak dan
elektronik), masih lebih memperhitungkan sisi ekonomi
terkait dengan penyiaran materi P4GN, yang berakibat
penyampaian informasi P4GN melalui media massa
kepada masyarakat belum optimal.
e. Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat.
Gambaran permasalahan yang dihadapi Deputi Bidang
Pemberdayaan Masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan alternatif BNN adalah:
1) Belum adanya legalisasi para binaan, sehingga proses untuk
pinjaman modal atau masuk display di Smesco agak
terhambat.
2) Jarak yang jauh antara tim pemberdayaan alternatif BNN
Pusat ke lokasi kegiatan di Provinsi Aceh, sehingga banyak
waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
pemberdayaan alternatif.
3) Kondisi keamanan dan geografis dilokasi binaan yang
notabene adalah pegunungan dan melewati tebing/jurang
merupakan situasi yang sangat beresiko bagi tim
pemberdayaan alternatif.
4) Komunikasi dengan masyarakat perdesaan yang masih
banyak kurang mengerti bahasa Indonesia.
5) Belum semua instansi yang terkait di Provinsi Aceh
bersinergi dalam program Alternative Development dalam
rangka menciptakan kawasan rawan menjadi bersih
Narkoba.
f. Deputi Bidang Rehabilitasi.
Gambaran permasalahan yang dihadapi Deputi Bidang
Rehabilitasi dalam pelaksanaan kegiatan adalah:
1) Pada Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi
Pemerintah sebagai berikut:
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 91
a) Belum maksimalnya dukungan pimpinan institusi/
pemangku kepentingan dalam pelaksanaan rehabilitasi
di beberapa daerah.
b) Dukungan terhadap rehabilitasi di daerah tergantung
pemahaman pimpinan daerah.
c) Status RS/PKM mitra rehabilitasi BLUD sehingga
kesulitan dalam klaim pembiayaan.
d) Tugas rehabilitasi bukan tugas pokok petugas RS/PKM,
dan tidak ada perintah langsung dari
Kadinkes/Gubernur.
e) Kesulitan mendapatkan klien, Klinik/PKM/RS bersifat
pasif (tidak ada penjangkauan).
f) WBP Klien rehabilitasi yang tidak selesai program juga
tidak melanjutkan program rehabilitasi di BNNP/BNN
Kab./Kota.
g) Pelaksanaan rehabilitasi melalui rekomendasi TAT
beberapa daerah tidak dilaksanakan karena perbedaan
persepsi diantara penegak hukum.
h) Belum mencukupinnya ketersediaan SDM yang terlatih
di lembaga yang menjalankan rehabilitasi.
i) Kompetensi (pengetahuan dan keterampilan) SDM
mengenai adiksi dan penanganan rehabilitasi belum
maksimal).
j) SDM terlatih tidak melakukan layanan di RSU/RSUD/
Puskesmas.
k) Ditemukan asesmen dilakukan oleh petugas yang tidak
terlatih/tersertifikasi.
l) Kurangnya konselor yang dapat membantu
menjalankan program rehabilitasi dan konselor yang
ada kompetensinya kurang.
m) Belum terpenuhinya kebutuhan fasilitas untuk
mendukung layanan rehabilitasi.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 92
(1) Tidak memenuhi standar layanan.
(2) Tidak memenuhi standar keamanan.
n) Di beberapa Lapas tidak ada blok khusus dan kegiatan
rehabilitasi dicampur dengan kegiatan lainnya.
o) Beberapa BNNP/BNN Kab./Kota terkendala dalam
pembentukan klinik.
p) Di beberapa lembaga pelaksanaan rehabilitasi belum
sesuai petunjuk teknis:
(1) Kriteria klien yang direhabilitasi rawat inap/jalan
masih belum sesuai.
(2) Layanan program belum dilaksanakan sesuai
petunjuk teknis.
q) Kualitas pelaksanaan rehabilitasi belum memenuhi
standar pelayanan rehabilitasi karena petugas baru
dilatih dan dikenalkan dengan program.
r) Sistem pembayaran reimburse yang cukup menyulitkan
lembaga dalam menjalankan program rehabilitasi (di
lembaga tidak ada anggaran untuk melaksanakan
rehabilitasi di awal program).
s) Pelaporan pertanggungjawaban terlambat sehingga
klaim terlambat dibayar.
3) Permasalahan Direktorat Penguatan Lembaga
Rehabilitasi Komponen Masyarakat sebagai berikut:
a) Belum maksimalnya dukungan pimpinan institusi/
pemangku kepentingan dalam pelaksanaan rehabilitasi
di beberapa daerah.
b) Dukungan terhadap rehabilitasi di daerah tergantung
pemahaman pimpinan daerah.
c) Belum mencukupinnya ketersediaan SDM yang terlatih
di lembaga yang menjalankan rehabilitasi.
d) Kompetensi (pengetahuan dan keterampilan) SDM
mengenai adiksi dan penanganan rehabilitasi belum
maksimal).
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 93
e) Ditemukan asesmen dilakukan oleh petugas yang tidak
terlatih/tersertifikasi.
f) Kurangnya konselor yang dapat membantu
menjalankan program rehabilitasi dan konselor yang
ada kompetensinya kurang.
g) Belum terpenuhinya kebutuhan fasilitas untuk
mendukung layanan rehabilitasi:
(1) Tidak memenuhi standar layanan.
(2) Tidak memenuhi standar keamanan.
h) Kualitas pelaksanaan rehabilitasi belum memenuhi
standar pelayanan rehabilitasi karena petugas baru
dilatih dan dikenalkan dengan program.
i) Sistem pembayaran reimburse yang cukup menyulitkan
lembaga dalam menjalankan program rehabilitasi (di
lembaga tidak ada anggaran untuk melaksanakan
rehabilitasi di awal program).
j) Pelaporan pertanggungjawaban terlambat sehingga
klaim dibayar terlambat.
k) Beberapa lembaga yang sudah memenuhi standar
layanan sudah menjadi IPWL.
l) Munculnya lembaga rehabilitasi baru yang di
rekomendasikan oleh BNNP/BNN Kab./Kota yang
belum memenuhi standar layanan.
4) Permasalahan pelaksanaan kegiatan Direktorat
Pascarehabilitasi adalah sebagai berikut:
a) Belum maksimalnya dukungan pimpinan institusi/
pemangku kepentingan dalam pelaksanaan rehabilitasi
di beberapa daerah dimana dukungan terhadap
rehabilitasi di daerah tergantung pemahaman pimpinan
daerah.
b) Kesulitan mendapatkan klien untuk mengikuti program
pascarehabilitasi.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 94
c) Belum mencukupinya ketersediaan SDM yang terlatih
di lembaga yang menjalankan pascarehabilitasi dan
kompetensi (pengetahuan dan keterampilan) SDM
mengenai adiksi dan penanganan pascarehabilitasi
belum maksimal.
d) Belum terpenuhinya kebutuhan fasilitas untuk
mendukung layanan pascarehabilitasi:
(1) Tidak memenuhi standar layanan.
(2) Tidak memenuhi standar keamanan.
e) Di beberapa lembaga pelaksanaan pascarehabilitasi
belum sesuai petunjuk teknis.
f) Kriteria klien yang dipascarehabilitasi rawat inap/jalan
masih belum sesuai.
g) Layanan program belum dilaksanakan sesuai juknis.
h) Kualitas pelaksanaan pascarehabilitasi belum
memenuhi standar pelayanan rehabilitasi karena
petugas baru dilatih dan dikenalkan dengan program.
i) Pencatatan dan pelaporan layanan tidak seragam.
g. Bidang Pemberantasan.
Permasalahan pelaksanaan tugas pada Satker di lingkungan
Deputi Bidang Pemberantasan sebagai berikut:
1) Direktorat Intelijen.
a) Terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) pada
Direktorat Intelijen.
b) Terbatasnya anggaran, sehingga pelaksanaan
pengungkapan jaringan hasilnya belum maksimal,
karena dalam pengungkapan jaringan sindikat
narkotika perlu mobilitas yang tinggi dan perlu adanya
dukungan operasional yang memadai.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 95
c) Dengan perubahan Pola dan Modus jaringan sindikat
Narkotika di Indonesia, maka Bidang Pemberantasan
BNNP/BNNKab./Kota perlu mobilitas yang tinggi dan
berupaya menggunakan peralatan Teknologi Intelijen
dalam rangka pengungkapan jaringan yang ada di
daerah serta ingin adanya peningkatan pengungkapan
yang lebih besar, sedangkan peralatan Teknologi yang
ada masih terbatas, sehingga akan menghambat
pelaksanaan kerja dan saat ini dirasakan hasil masih
kurang maksimal.
2) Direktorat Psikotropika dan Prekursor.
Belum tersedianya peralatan untuk mendeteksi bahan-
bahan kimia prekursor atau bahan kimia lain, serta peralatan
keselamatan (safety) untuk para petugas lapangan/penyidik
yang berada di Tempat Kejadian Perkara (TKP).
3) Direktorat Penindakan dan Pengejaran.
a) Terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) pada
Direktorat Penindakan dan Pengejaran.
b) Terbatasnya Sarana dan Prasana di Direktorat
Penindakan dan Pengejaran.
c) Terbatasnya anggaran, sehingga pelaksanaan
pengungkapan jaringan hasilnya belum maksimal,
karena dalam pengungkapan jaringan sindikat
narkotika perlu mobilitas yang tinggi dan perlu adanya
dukungan operasional yang memadai.
d) Masih adanya tumpang tindih dalam Tupoksi.
h. Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama.
Permasalahan pelaksanaan tugas pada Satker di lingkungan
Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama adalah sebagai berikut:
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 96
1) Direktorat Hukum.
a) Pelaksanaan Kegiatan.
(1) Produk hukum yang dihasilkan oleh satuan kerja
lain di luar Direktorat Hukum masih belum melalui
pembahasan yang melibatkan Direktorat Hukum
sehingga dalam proses pengundangan masih
terdapat kesalahan dan harus dikembalikan.
(2) Pelibatan Direktorat Hukum masih terbatas pada
permintaan paraf sehingga informasi yang
berkaitan dengan pembentukan peraturan
perundang-undangan belum tersampaikan.
(3) Kasus hukum pada Bantuan Hukum yang bersifat
Litigasi belum sepenuhnya disampaikan oleh
instansi vertikal.
(4) Hambatan implementasi peraturan perundang-
undangan dan potensi kasus belum disampaikan
sepenuhnya oleh instansi vertikal.
(5) Kurangnya kegiatan yang mempunyai
kemampuan teknis di bidang hukum baik
pembentukan peraturan perundang-undangan
dan litigasi.
(6) Kurangnya kegiatan dukungan yang bertugas
mengadministrasikan dan mengolah data.
b) Pelaksanaan Realisasi Anggaran.
(1) Adanya penurunan tingkat perwakilan peserta
atau narasumber dari pejabat yang dituju kepada
bawahan pejabat sehingga anggaran tidak
terserap sempurna.
(2) Durasi waktu perjalanan dinas yang dikurangi
sehingga anggaran tidak terserap pada durasi
waktu yang dikurangi.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 97
(3) Penggantian biaya transportasi peserta yang lebih
kecil dari Pagu Anggaran pada kegiatan berskala
nasional atau kegiatan yang mengundang peserta
luar daerah.
(4) Anggaran honor Panitia Anggaran antar
Kementerian penyusunan Revisi Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika tidak
terserap sempurna karena Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia sudah menganggarkan.
2) Direktorat Kerja Sama.
Seluruh kegiatan pada Direktorat Kerja Sama selama
tahun 2016 telah berhasil dilaksanakan, namun demikian
terdapat beberapa permasalahan dalam pelaksanaan
kegiatan-kegiatan tersebut, yaitu sebagai berikut:
a) Perbedaan struktur organisasi antara BNN dengan
instansi negara lain dimana BNN menangani
penegakan hukum, rehabilitasi, pencegahan, dan
pemberdayaan masyarakat, sedangkan pada instansi
lain hanya mencakup bidang yang spesifik.
b) Kebijakan dari negara lain tidak sama dengan kebijakan
yang ada di Indonesia;
c) Perubahan kurs dollar ketika penyusunan rencana kerja
dengan saat implementasi kegiatan yang berpengaruh
pada alokasi anggaran kegiatan.
d) Penentuan jadwal pelaksanaan penandatanganan
Nota Kesepahaman antara BNN dengan instansi
pemerintah terkait dikarenakan kesibukan para
pimpinan dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
e) Tingginya ego sektoral masing-masing instansi
Pemerintah dalam upaya penanganan upaya P4GN.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 98
2. Solusi Mengatasi Hambatan.
a. Sekretariat Utama.
1) Biro Perencanaan.
a) Peningkatan peran teknologi informasi (aplikasi
monevgar, e-budgeting) guna menjembatani efisiensi
kegiatan dan pendanaan.
b) Mengajukan usul pendidikan dan pelatihan kepada
Ninstansi terkait (Bappenas) untuk fungsi
perencanaan.
c) Optimalisasi segala sumber daya yang ada termasuk
sarana dan prasarana.
2) Biro Kepegawaian dan Organisasi.
a) Ditingkatkan peran serta aktif pihak pemerintah daerah
kabupaten/kota yang mengusulkan proses vertikalisasi
pembentukan Satker BNNK/Kota.
b) Optimalisasi Sumber Daya Manusia yang ada,
termasuk proses alih status pegawai yang
dipekerjakan.
c) Peningkatan pengetahuan dan kemampuan SDM yang
ada baik melalui pendidikan maupun melalui pelatihan.
3) Biro Keuangan.
a) Dilaksanakannya bimbingan teknis bagi para pengelola
keuangan di lingkungan BNN.
b) Merevisi peraturan Kepala BNN Nomor 1 Tahun 2013
tentang Akuntansi dan Pelaporan Keuangan. Peraturan
Kepala BNN ini digunakan untuk menyamakan persepsi
di semua satuan kerja di BNN sekaligus sebagai
jembatan teknis atas standar akuntansi pemerintahan
berbasis akrual yang diterapkan.
c) Menyusun Petunjuk Pelaksanaan Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan di lingkungan BNN.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 99
d) Bekerja sama dengan Balai Diklat BNN secara
berkelanjutan dalam hal penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan teknis akuntansi dan pelaporan
keuangan di lingkungan Badan Narkotika.
e) Diseminasi/sosialisasi secara periodik. Hal tersebut
dapat digunakan untuk menyerap input berupa saran
ataupun keluhan dari daerah terkait akuntansi dan
pelaporan keuangan berbasis akrual di lingkungan
BNN.
b. Inspektorat Utama.
1) Dengan melakukan rekruitmen pegawai baik dari pengadaan
pegawai maupun mutasi pegawai dari instansi lain serta
melakukan perbaikan pada DSP Inspektorat Utama
mengenai ruang Auditor Utama dan Auditor Madya.
2) Untuk kedepannya diharapkan auditor melakukan
pendekatan kepada auditi dengan mengubah mindset
watchdog menjadi konsultan.
3) Dengan memenuhi ruang kerja dengan pengadaan gedung
kantor.
4) Dengan melakukan pelatihan kepada para auditor untuk
menggunakan aplikasi e-audit yang digunakan dalam
kegiatan audit.
c. Puslitdatin BNN.
1) Berkoordinasi dengan Biro Kepegawaian dan Organisasi
Settama BNN untuk peningkatan kemampuan personel
yang ada terkait bidang penelitian, data dan informasi.
2) Berkoordinasi dengan Biro Perencanaan Settama BNN
untuk mendapat tambahan dukungan anggaran.
3) Berkoordinasi dengan Balai Diklat BNN untuk diadakan
pendidikan dan pelatihan bagi para operator Contact Center
BNN.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 100
4) Berkoordinasi dengan Kepala BNNP, BNN Kabupaten/Kota
dan para Kasatker di lingkungan BNN agar para operator
aplikasi SIN tidak rangkap jabatan.
d. Deputi Bidang Pencegahan.
1) Direktorat Advokasi.
a) Semua kegiatan harus dibuat time line sehingga kita
bisa melaksanakan kegiatan sesuai perencanaan.
b) Dalam melaksanakan kegiatan harus dipersiapkan
kurang lebih 2 (dua) minggu.
c) Tim pelaksana harus sering menelpon peserta untuk
selalu mengingatkan akan kehadiran.
2) Direktorat Diseminasi Informasi.
a) Mengoptimalkan Sumber Daya Manusia melalui
pelaksanaan RDK terkait dengan perencanaan
kegiatan untuk mematangkan kegiatan di lapangan.
b) Koordinasi dengan para peserta di lapangan dalam hal
tatap muka jauh sebelum melaksanakan kegiatan tatap
muka.
c) Memberikan sosialisasi kepada stakeholders baik yang
berhubungan dengan media penyiaran dan media
online serta jajaran yang melaksanakan publikasi lewat
sarana transportasi sehinggga mereka memahami dan
tergerak sendiri untuk melakukan sinergitas kegiatan
Anti Narkoba kepada masyarakat.
e. Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat.
1) Proses legalisasi para binaan supaya dipercepat (kaitannya
dengan persyaratan yang diminta AKU MANDIRI), sehingga
dapat mempermudah dalam meminjam modal melalui Bank.
2) Supaya rincian biaya yang diperlukan dihitung dengan
cermat sehingga cepat mendapatkan pinjaman modal.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 101
3) Lebih mengedepankan sinergitas dengan stakeholder
(instansi terkait) di Provinsi Aceh terkait dengan pembinaan
teknis bagi proses alih fungsi lahan dan alih profesi petani
baik melalui alih komoditi legal maupun alih usaha diluar
sektor pertanian.
4) Pembangunan infrastruktur oleh instansi terkait bagi
pembangunan jalan menuju lokasi binaan, supaya lebih
aman dan menjangkau sampai pelosok pedesaan.
5) Melalui pendekatan dengan tokoh masyarakat dan tokoh
pemuda mempermudah komunikasi dengan masyarakat
perdesaan di Provinsi Aceh.
6) Melalui penyusunan Grand Design Alternative Development,
akan merumuskan peran dan tanggung jawab stakeholder
baik dari tingkat pusat (kementerian/lembaga) dan
pemerintah daerah serta swasta (perusahaan/CSR/ LSM).
f. Deputi Bidang Rehabilitasi.
Solusi mengatasi masalah pelaksanaan kegiatan Bidang
Rehabilitasi sebagai berikut:
1) Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Instansi
Pemerintah.
a) Peningkatan komunikasi, advokasi, terhadap pimpinan
institusi/pemangku kepentingan dalam rangka
pelaksanaan rehabilitasi.
b) Rapat koordinasi.
c) Materi penyuluhan di RS/PKM dimasukkan tentang
rehabilitasi.
d) Penetapan lembaga rehabilitasi milik Pemerintah
Daerah melalui Surat Keputusan Gubernur.
e) Penambahan jumlah SDM yang mendapat peningkatan
kemampuan.
f) Asistensi kepada stakeholder.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 102
g) Peningkatan kemampuan SDM mengenai Adiksi yang
lebih mendalam.
h) Penilaian kebutuhan pelatihan.
i) Evaluasi training atau pelatihan untuk SDM terlatih
yang tidak melakukan layanan di RSU/RSUD/
Puskesmas.
j) Merekrut konselor adiksi.
k) Peningkatan kemampuan konselor.
l) Berkoordinasi dengan stakeholder untuk mendorong
kebijakan pemanfaatan dan penambahan sarana
prasarana yang dapat mendukung pelaksanaan
layanan rehabilitasi.
m) Mendorong dan memfasilitasi terbentuknya klinik di
BNNP/BNNKab./Kota.
n) Bimbingan teknis pelaksanaan rehabilitasi.
o) Monitoring dan controlling dari BNNP/BNN Kab./Kota
p) Pengajuan dana awal untuk pelaksanaan program
rehabilitasi di lapas.
q) Pelatihan Pencatatan dan Pelaporan untuk
keseragaman pembuatan laporan.
2) Direktorat Penguatan Lembaga Rehabilitasi Komponen
Masyarakat.
a) Komunikasi, advokasi, terhadap pimpinan institusi/
pemangku kepentingan dalam rangka pelaksanaan
rehabilitasi.
b) Rapat roordinasi.
c) Penambahan jumlah SDM yang mendapat peningkatan
kemampuan.
d) Peningkatan kemampuan SDM mengenai adiksi yang
lebih mendalam.
e) Penilaian kebutuhan pelatihan.
f) Merekrut konselor adiksi.
g) Peningkatan kemampuan konselor.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 103
h) Berkoordinasi dengan stakeholder untuk mendorong
kebijakan pemanfaatan dan penambahan sarana
prasarana yang dapat mendukung pelaksanaan
layanan rehabilitasi.
i) Bimbingan Teknis Pelaksanaan Rehabilitasi.
j) Monitoring dan controlling dari BNNP/BNN Kab./Kota.
k) Pengajuan dana awal untuk pelaksanaan program
rehabilitasi.
l) Pelatihan Pencatatan dan Pelaporan untuk
keseragaman pembuatan laporan.
3) Direktorat Pascarehabilitasi.
a) Komunikasi, advokasi dan mengadakan rapat teknis
denngan pimpinan institusi/pemangku kepentingan
dalam rangka pelaksanaan pascarehabilitasi.
b) Mensosialisaikan kembali terkait rehabilitasi
berkelanjutan.
c) Penambahan jumlah SDM yang mendapat peningkatan
kemampuan SDM.
d) Berkoordinasi dengan stakeholder untuk mendorong
kebijakan pemanfaatan dan penambahan sarana
prasarana yang dapat mendukung pelaksanaan
layanan pascarehabilitasi.
e) Bimbingan teknis pelaksanaan rehabilitasi.
f) Monitoring dan controlling kepada BNNP/BNN
Kab./Kota.
g) Pelatihan pencatatan dan pelaporan untuk
keseragaman pembuatan laporan.
g. Deputi Bidang Pemberantasan.
1) Direktorat Intelijen.
a) Perlu ada penambahan anggaran dalam rangka
pengungkapan jaringan yang lebih banyak, sementara
saat ini target masih banyak sementara anggaran
sudah habis.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 104
b) Peningkatan kemampuan dengan melakukan
pelatihan terhadap personil di Pusat dan Daerah, dan
adanya sinergitas antara Pusat dan Daerah.
2) Direktorat Psikotropika dan Prekursor.
- Perlu di anggarkan / Pengadaan untuk alat pendeteksi
prekursor narkotika dan peralatan kesalamatan untuk
penyidik.
h. Deputi Bidang Hukum dan Kerjasama.
1) Direktorat Hukum.
Sebagai upaya dalam mengatasi permasalahan yang
ada di atas, maka direkomendasikan solusi untuk
pemecahan masalah tersebut yaitu sebagai berikut:
a) Rancangan Produk Hukum yang berasal dari satuan
kerja di luar Direktorat Hukum seyogyanya
melaksanakan pembahasan dengan Direktorat Hukum
untuk mengevaluasi Rancangan sebelum dilaksanakan
pengundangan.
b) Peningkatan kompetensi pegawai dapat dilakukan
dengan mengikuti Diklat Teknis atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh swasta.
c) Perlu adanya penambahan pegawai yang mempunyai
kompetensi sesuai peraturan perundang-undangan.
d) Pada kegiatan yang melibatkan kementerian/lembaga
perlu ditindaklanjuti dengan koordinasi secara terpadu
agar dapat memfasilitasi segala persepsi dan
kepentingan.
e) Agar serapan anggaran dapat terserap dengan optimal
maka strategi yang dilakukan adalah memaksimalkan
penyerapan serta pelaksanaan kegiatan pada awal
tahun pelaksanaan kegiatan serta disusunnya rencana
kegiatan selama 1 (satu) tahun.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 105
2) Direktorat Kerja Sama.
Sebagai upaya dalam mengatasi permasalahan yang
ada atas pelaksanaan kegiatan Direktorat Kerja Sama tahun
2016, maka direkomendasikan solusi untuk pemecahan
masalah tersebut yaitu sebagai berikut:
a) Berkoordinasi secara optimal dengan bidang yang
menangani permasalahan Narkoba di instansi negara
lain sehingga diharapkan perbedaan struktur tersebut
tidak lagi menjadi permasalahan dalam menjalin
kerjasama dalam upaya penanganan permasalahan
Narkoba.
b) Bersikap fleksibel dalam menyikapi perbedaan
kebijakan negara lain dan kebijakan Indonesia
sehingga bisa dihasilkan kebijakan yang dapat
mengakomodir kepentingan dan kebijakan negara lain
dan kepentingan dan kebijakan Indonesia mengenai
penanganan permasalahan Narkoba.
c) Pada implementasi kegiatan internasional tetap
berpedoman pada nilai kurs yang ada pada saat
pelaksanaan kegiatan internasional.
d) Melakukan koordinasi secara maksimal mengenai
pengaturan jadwal pelaksanaan penandatanganan
Nota Kesepahaman.
e) Upaya persamaan persepsi dalam penanganan
permasalahan Narkoba di Indonesia dengan seluruh
intansi pemerintah dan komponen masyarakat.
E. DUKUNGAN ANGGARAN TAHUN 2016.
Tahun 2016 BNN mendapat alokasi anggaran sebesar
Rp. 2.545.000.699.000,- (Dua triliun lima ratus empat puluh lima milyar
enam ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah) dengan rincian sebagai
berikut:
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 106
NO. JENIS
BELANJA PAGU (Rp.) REALISASI (Rp.) SISA (Rp.) %
1. Belanja Pegawai 443.685.155.000 404.261.574.424 39.423.580.576 91,1%
2. Belanja Barang 950.667.057.000 782.156.055.417 168.511.001.583 82,3%
3. Belanja Modal 1.150.648.487.000 652.461.479.966 498.187.007.034 56,7%
TOTAL 2.545.000.699.000 1.838.879.109.807 706.121.589.193 72,3%
Dari segi persentase penyerapan total anggaran BNN Tahun 2016
adalah sebesar 72,3%. Sisa anggaran merupakan penghematan dari
belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal termasuk penghematan
dengan blokir langsung oleh Kementerian Keuangan. Jika realisasi
anggaran BNN dikurang dengan anggaran yang di blokir, maka realisasi
anggaran BNN sesungguhnya tahun 2016 adalah sebesar 89%.
Pada umumnya seluruh satuan kerja di lingkungan BNN telah
berupaya melaksanakan kegiatan sesuai dengan target kinerja anggaran
yang tersedia.
Penghematan anggaran dari segi kegiatan merupakan efisiensi
penggunaan langganan daya dan jasa, pelelangan barang/jasa (termasuk
belanja modal) serta pengeluaran kegiatan operasional dilakukan seefisien
mungkin.
Adanya kebijakan pemerintah terkait dengan pemotongan anggaran
berdampak pada pencapaian target tidak bisa optimal, sesuai dengan target
dalam rencana kerja yang ditetapkan sebelumnya. Adapun gambaran
realisasi anggaran BNN Tahun 2016 tergambar dalam grafik berikut ini.
Grafik Realisasi Anggaran BNN Tahun 2016 Sebelum Pagu Blokir
Pagu, 2,545,000,699,000
Realisasi, 1,838,879,109,807
(72,3%)
Sisa, 706,121,589,193
(27,7%)
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 107
Grafik Realisasi Anggaran BNN Tahun 2016 Setelah Pagu Blokir
Pagu, 2,066,658,926,000
Realisasi, 1,838,879,109,807
(89%)
Sisa, 227,779,816,193
(11%)
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 108
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
Adapun kesimpulan dalam pelaksanaan program dan kegiatan BNN
Tahun 2016 adalah sebagai berikut:
1. Semangat kebersamaan dan pantang menyerah untuk selalu
memberikan pengabdian yang terbaik kepada masyarakat, merupakan
sikap profesional yang ditumbuhkembangkan oleh seluruh personil
BNN dalam melaksanakan tugas P4GN.
2. Semakin tumbuhnya kebersamaan dan kerja sama antara BNN dengan
Kementerian/Lembaga maupun dengan Kelompok masyarakat lainnya
dalam pelaksanaan program P4GN.
3. Eksekusi pelaksanaan rehabilitasi yang dilakukan di lembaga
rehabilitasi instansi pemerintah dan komponen masyarakat tahun 2015
yang lalu, mesti didahului dengan evaluasi menyeluruh (terkait dengan
metode rehabilitasi, bentuk kerja sama), berakibat pencapaian target
sebagaimana program kerja dan anggaran tidak terlaksana secara
optimal.
4. Berdasarkan penanganan kasus dan juga penangkapan bandar dan
jaringan narkotika baik yang berskala nasional maupun internasional
selama tahun 2016, membuktikan bahwa Indonesia memang telah
menjadi target pemasaran narkotika baik oleh jaringan nasional maupun
jaringan internasional.
5. Pelaksanaan kerjasama nasional dan internasional terus ditumbuh
kembangkan terkait dengan tukar menukar informasi guna memutus
rangkaian peredaran narkotika.
6. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang menjadi kewajiban setiap
Satker BNN sepanjang tahun 2016, dilakukan evaluasi secara rutin
guna mendapatkan umpan balik, baik internal maupun external BNN.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 109
7. Nilai Kinerja BNN tahun 2015, yang biasanya dikeluarkan oleh instansi
terkait di akhir tahun anggaran berikutnya, hingga penyusunan laporan
ini belum dikeluarkan oleh Kemenpan & RB. Sedangkan penilaian
laporan keuangan BNN Tahun 2016 atas audit keuangan BNN Tahun
anggaran 2015 oleh BPK RI adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
8. Guna mengetahui realisasi program dan kegiatan P4GN yang
dilaksanakan oleh BNN, Biro Perencanaan Settama BNN
melaksanakan Monitoring dan Evaluasi (Monev) di 20 provinsi. Tujuan
pelaksanaan Monev adalah untuk mengetahui sejauhmana manfaat
pelaksanaan kegiatan dan program P4GN yang telah dilaksanakan
BNN selama tahun 2016.
9. Target sasaran pelaksanaan Monev ditujukan kepada masyarakat yang
pernah menerima program dari BNN, yang terdiri dari: Siswa,
Mahasiswa, Guru, Dosen, Pegawai Pemerintah termasuk TNI/Polri,
Pegawai Swasta, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda,
LSM, mereka diminta pendapat melalui pengisian kuesioner yang telah
dipersiapkan sebelumnya, untuk mengisinya sesuai dengan kenyataan
yang ada.
10. Hasil rekapitulasi data masukan dari masyarakat kemudian menjadi
masukan untuk Laporan Kinerja BNN Tahun 2016, kegiatan tersebut
juga sejalan dengan amanat dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor
249 Tahun 2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas
Pelaksanaan RKA-KL.
11. Selain itu, laporan tahunan ini juga menjadi media evaluasi terhadap
berbagai upaya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkoba dan juga terkait dengan langkah-langkah operasional P4GN
yang telah dilaksanakan selama ini.
B. S A R A N.
1. Agar seluruh personil BNN lebih meningkatkan peran sertanya dalam
setiap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
2. Dukungan dan peran serta seluruh Kementeritan/Lembaga dan
Komponen masyarakat yang sudah tumbuh harus dipelihara dan
ditingkatkan dimasa yang akan datang.
Laporan Tahunan BNN Tahun 2016 110
3. Oleh karena harapan masyarakat yang tinggi terhadap keberadaan
BNN termasuk dalam pelaksanaan rehabilitasi korban Narkoba, agar
menetapkan pola baku yang terintegrasi dengan pola dan metode
aspek kesehatan dan aspek sosial.
4. Pelaksanaan pengungkapan jaringan pengedar narkotika dan juga
pengungkapan asset bandar untuk terus lebih ditingkatkan dan jangan
sampai ada anggota yang tergoda yang main mata dengan bandar
narkotika.
5. Pelaksanaan kerja sama nasional dan internasional, agar lebih selektif
dan perlu diadakan evaluasi efektivitas pelaksanaan dari kerja sama
tersebut.
6. Agar para pelaksana kegiatan melakukan evaluasi mandiri terkait
dengan tugas pekerjaan yang dilaksanakan, hasil evaluasi kegiatan
menjadi landasan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
7. Yang paling nyata dari nilai kinerja adalah sambutan masyarakat atas
pelaksanaan tugas, semakin tumbuh kebersamaan antara pemerintah
dan masyarakat, diyakini masalah Narkoba bisa lebih cepat
ditanggulangi. Oleh karena itu, dukungan yang telah didapat saat ini
tidak boleh berhenti disitu saja akan tetapi harus tetap ditingkatkan.
8. Pelaksanaan Monev kinerja merupakan upaya mengetahui sambutan
dan manfaat program dan kegiatan yang dilaksanakan dapat memenuhi
harapan masyarakat dan juga guna mengetahui peran serta
masyarakat dalam pelaksanaan program P4GN, oleh karena itu agar
hasil masukan masyarakat terkait dengan pelaksanaan program dan
kegiatan menjadi masukan yang berharga untuk meningkatkan kinerja
dimasa yang akan datang.