kata pengantar - repositori.unud.ac.id · kesimpulan studi larap, rencana kerja tindakan, dan...
TRANSCRIPT
i i
Pekerjaan Studi LARAP (Land Acquasition and Resettlement Action Plan)
Tahun Anggaran 2015 ini merupakan kelanjutan dari Studi Kelayaran Jalan
Lingkar Nusa Penida tahun anggaran 2014. Kegiatan ini dilaksanakan dalam
upaya menemukenali kondisi dan kehidupan Penduduk Terkena Proyek (PTP),
untuk membuat rencana program tindakan (action plan). Studi ini meliputi tujuh
wilayah desa yaitu Desa Batununggul, Desa Kutampi Kaler, Desa Sakti, Desa
Bunga Mekar, Desa Batumadeg, Desa Batukandik, dan Desa Sekar Taji.
Pada dasarnya, Laporan Akhir ini, berisi hasil survai penduduk terkena
proyek (PTP), laporan diskusi kelompok terarah, tabulasi kuesioner PTP,
kesimpulan studi larap, rencana kerja tindakan, dan rekomendasi studi larap. Pada
bagian akhir laporan, dilampirkan data-data Daftar Penduduk Terkena Proyek,
luas pengadaan lahan, dan resume fokus grup.
Akhir kata, kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan
pertimbangan dalam penyusunan Laporan Akhir Studi Larap Jalan Lingkar Nusa
Penida dan Rencana Pembangunan Jalan IKK Nusa Penida, kami ucapkan banyak
terima kasih.
Denpasar, Desember 2015
Tim Penyusun Studi LARAP
Fakultas Teknik Unud
KATA PENGANTAR
ii ii
Kata Pengantar ............................................................................................. i
Daftar Isi ............................................................................................... ......... ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... . iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ . iv
Bab I PENDAHULUAN ............................................................................... I-1
1.1 Latar Belakang Studi ......................................................................... I-2
1.2 Maksud dan Tujuan............................................................................ I-4
1.3 Sasaran ............................................................................................... I-4
1.4 Lingkup Kegiatan............................................................................... I-4
1.5 Metodelogi ......................................................................................... I-4
1.6 Lokasi Proyek .................................................................................... I-7
1.7 Pengadaan Tanah ............................................................................... I-8
Bab II DESKRIPSI WILAYAH STUDI ..................................................... II-1
2.1 Potensi dan Kondisi Sumber Daya Alam .......................................... II-1
2.2 Potensi dan Kondisi Sumber Daya Manusia................... ................... II-3
2.3 Potensi dan Kondisi Ekonomi ............................................................ II-5
2.4 Keterkaitan Studi dengan Proyek Jalan Existing ............................... II-8
2.5 Kaji Ulang Kebijakan dan Sasaran Perencanaan ............................... II-9
2.6 Kaji Ulang Lingkungan dan Tata Ruang ........................................... II-11
2.7 Kaji Ulang Pengadaan Lahan............................................................. II-12
2.8 Formulasi Alternatif-Alternatif Solusi ............................................... II-13
Bab III HASIL SURVAI WARGA TERKENA PROYEK ................. ...... III-1
3.1 Kondisi Dasar Penduduk ................................................................... III-1
3.2 Kondisi Aset dan Biaya Pengadaan .................................................. III-6
3.3 Kemungkinan Dampak Positif dan Negatif Proyek
terhadap Warga, Aset budaya, dan Lingkungan ................................ III-7
3.4 Persepsi dan Aspirasi PTP terhadap Proyek ...................................... III-12
Bab IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ....................................... IV-1
4.1 Kesimpulan Studi LARAP ................................................................ IV-1
4.2 Rencana Kerja Tindakan (Actions Plan) Studi LARAP ................... IV-2
4.3 Rekomendasi Studi LARAP ............................................................. IV-8
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
LAMPIRAN
DAFTAR ISI
iii iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk di Tiap Kecamatan di Kabupaten Klungkung . II-4
Tabel 2.2. Jumlah dan kepadatan penduduk pada kecamatan Nusa Penida .. II-4
Tabel 2.3. PDRB Kabupaten Klungkung ...................................................... II-5
Tabel 2.4. Distribusi Persentase PDRB ......................................................... II-6
Tabel 2.5. Data Produksi Rumput Laut di Nusa Penida ................................ II-7
Tabel 3.1. Jumlah populasi PTP .................................................................... III-1
Tabel 3.2. Kondisi struktur mata pencaharian PTP ........................................ III-2
Tabel 3.3. Kondisi jumlah penghasilan PTP ................................................. III-3
Tabel 3.4. Jumlah anggota keluarga PTP ...................................................... III-5
Tabel 3.5. Rencana Penggunaan Tanah Setelah Terkena Proyek ................. III-8
Tabel 3.6. Ganti Kerugian yang diinginkan PTP .......................................... III-9
Tabel 3.7. Rencana Penggunaan Biaya Pengadaan oleh PTP ....................... III-10
Tabel 4.1. Rencana kerja tindakan (action plan) Studi LARAP ................... IV-6
iv iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Tahapan Rencana Pembangunan .............................................. I-2
Gambar 1.2. Lokasi Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida ....................... I-8
Gambar 1.3. Tahapan Pengadaan tanah Bagi Pembangunan ........................ I-11
Gambar 1.4. Trase terpilih relokasi jembatan Tk. Yeh Nusa ....................... I-9
Gambar 1.5. Trase terpilih relokasi jembatan Tk. Yeh Nu ............................ I-10
Gambar 3.1. Mata Pencaharian ..................................................................... III-1
Gambar 3.2. Penghasilan PTP ....................................................................... III-3
Gambar 3.3. Komposisi Anggota Kluarga PTP ............................................ III-5
Gambar 3.4. Status Penggunaan Tanah ........................................................ III-9
Gambar 3.5. Ganti Kerugian Yang Diinginkan ............................................ III-10
Gambar 3.6. Bentuk Pemanfaatan Ganti Kerugian ....................................... III-10
Gambar 3.5. Ganti Kerugian Yang Diinginkan ............................................ III-10
Gambar 3.5. Ganti Kerugian Yang Diinginkan ............................................ III-10
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana I-1
1.1 Latar Belakang
Infrastruktur jalan sebagai bagian sistem transportasi jalan nasional, berperan
penting dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan. Jaringan
jalan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai
keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkukuh
kesatuan nasional serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran
pembangunan nasional.
Ruas-ruas jalan di Pulau Nusa Penida kurang memenuhi standar yang disyaratkan
oleh Bina Marga. Untuk mengantisipasi hal tersebut supaya pulau Nusa Penida bisa
tumbuh perekonomiannya perlu memprioritaskan pembangunan jalan sebagai infrastruktur
yang akan memajukan perekonomian di Pulau Nusa Penida. Pemerintah memanfaatkan
dananya yang berasal dari Dana APBD Kabupaten Klungkung tahun 2015. Namun,
sebelum adanya proses desain dilaksanakan diperlukan adanya studi pengadaan tanah
untuk melakukan identifikasi tentang kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat
sekitar, khususnya yang secara langsung terkena proyek.
Jadi akar permasalahan disparitas wilayah di kabupaten Klungkung bila dilihat dari
sudut transportasi sebagai suatu sistem adalah adanya kesenjangan antara sisi permintaan
(demand) dari transportasi yang meningkat dibanding dengan sediaan (supply) yang
terbatas. Dalam hal ini, dukungan sistem jaringan dan sarana transportasi tidak memadai.
Bila kondisi ini tidak ditangani secara terencana, maka dikhawatirkan ketidakseimbangan
(disparity) pertumbuhan wilayah di Kabupaten Klungkung tidak akan pernah tercapai.
Pada akhirnya demokratisasi ruang tidak akan pernah terwujud. Oleh karena itu,
perencanaan penyediaan sistem jaringan sangat mendesak dan harus dapat memprediksi
secara akurat kebutuhan pergerakan yang diakibatkan oleh sistem kegiatan.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana I-2
Land Acquisition and Resettlement Action Plan (LARAP) adalah suatu kegiatan
pencarian pola aksi dalam pembebasan lahan, bangunan dan tanaman (Land Acquisition)
serta pemindahan penduduk (Resettlement) dengan menggunakan pendekatan partisipasi,
sehingga mendapatkan suatu kerangka kerja dalam pelaksanaan kegiatan pembebasan
lahan yang dibutuhkan dalam pembangunan. Karena kegiatan pembebasan sering
menimbulkan dampak pada lingkungan sosial ekonomi, sesuai Petunjuk Operasional Bank
Dunia (OD No.4.30), maka dilengkapi dengan Studi Land Acquisition and Resettlement
Action Plan (LARAP), sehingga pembebasan dapat dilakukan dengan panduan atau
kerangka acuan kerja yang jelas.
Dalam hal ini kegiatan yang dimaksud dapat dijabarkan melalui Penyusunan
LARAP Jalan Lingkar Nusa penida dan Rencana Pembangunan Jalan IKK Nusa Penida
pada tahun 2015 dimana pada tahun 2014 sebelumnya sudah dilaksanakan studi Kelayakan
jalan, yang hasilnya pembangunan jalan lingkar layak untuk dilaksanakan. Apabila studi
LARAP telah mendapat persetujuan dari Pemerintah Kabupaten Klungkung, maka studi
tersebut akan dipakai pedoman dalam pelaksanaan Pengadaan Tanah.
Tahapan rencana Pembangunan Jalan Lingkar Nusa Penida dapat dirunut sebagai
berikut: Studi Kelayakan dan Amdal (Tahun 2014), Studi Pengadaan Tanah/Larap (Tahun
2015-2016), Desain (Tahun 2017), Konstruksi Fisik (Tahun 2018-2021), dan Operasional
(Tahun 2022). Tahapan Pembangunan dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Tahapan Rencana Pembangunan
TAHAPAN RENCANA PEMBANGUNAN
STUDI KELAYAKAN DAN
AMDAL (2014)
STUDI PENGADAAN TANAH
(2015-2016)
DESAIN
(2017)
KONSTRUKSI FISIK
(2018-2021)
OPERASIONAL
(2022)
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana I-3
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari pekerjaan ini adalah untuk memperoleh gambaran secara rinci dan
akurat mengenai penduduk yang akan terkena dampak proyek jalan dan pembangunan
jembatan, serta dampak sosial lainnya yang akan timbul sebagai akibat pembebasan
bangunan dan tanaman serta pembayaran ganti ruginya. Hasil studi juga membantu
Pemrakarsa Proyek sebagai acuan dalam penyediaan anggaran, sesuai siklus kegiatan
pembangunan serta melaksanakan pembebasan lahan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan kesepakatan bersama masyarakat.
Tujuan hasil studi dan pendataan terhadap penduduk yang terkena proyek jalan,
akan dijadikan dasar dalam proses pengadaan lahan sesuai tujuan studi LARAP
sebagaimana disebutkan berikut ini:
a. Mengetahui kondisi sosial ekonomi penduduk terkena proyek (Petani dan Penggarap
Tanah) dan memprediksi perubahan indikator-indikator kondisi tersebut, apakah
keadaan/ penghidupan penduduk terkena proyek menjadi lebih baik setelah pengadaan
lahan.
b. Memperkirakan secara baik dan akurat tentang jumlah penduduk, bangunan dan
tanaman yang akan terkena jalan.
c. Mendata pemilik yang kena jalur jalan baru pada rencana pembangunan Jalan Lingkar
Nusa Penida dan Rencana Pembangunan Jalan IKK Nusa Penida.
d. Memberikan informasi secara obyektif, baik kepada pihak Pemerintah Kabupaten
Klungkung maupun kepada para instansi terkait, terhadap :
- Pelaksanaan Pengadaan Tanah yang akan dilakukan oleh Panitia Pengadaan Tanah
setempat berpedoman kepada undang-undang dan peraturan-peraturan yang berlaku.
- Prediksi kondisi sosial dan ekonomi penduduk sebelum pengadaan lahan.
- Memprediksi isu-isu yang terjadi sebelum pengadaan lahan dan aspirasi penduduk
yang terkena proyek terhadap isu tersebut.
- Mengetahui kebutuhan dan keinginan penduduk yang terkena proyek untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya.
e. Menyusun suatu Rencana Kerja Tindakan (action plan) untuk membebaskan tanah,
jadwal pelaksanaan serta rencana memperbaiki kondisi kehidupan dan kondisi sosial
ekonomi penduduk terkena proyek (Petani dan Penggarap Tanah).
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana I-4
1.3 Sasaran
Sasaran utama Studi LARAP adalah untuk :
a. Gambaran kondisi sosial ekonomi penduduk sebelum pengadaan lahan dan prediksi
kondisi penduduk sesudah pelaksanaan pengadaan tanah.
b. Informasi aspirasi dan tanggapan penduduk tentang proyek yang akan dilaksanakan,
kompensasi yang akan diberikan, dan proses pengadaan tanah yang akan
dilaksanakan.
c. Prediksi kebutuhan penduduk yang terkena proyek (Petani dan Penggarap Tanah)
untuk meningkatkan kehidupannya setelah terjadi pengadaan lahan guna menyusun
Rencana Pengadaan Tanah, seperti rencana sosialisasi, rencana survei, rencana
pengukuran, rencana kesepakatan, dan rencana pembayarannya.
1.4 Lingkup Kegiatan
Kegiatan jasa konsultansi ini harus dilaksanakan di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Lokasi pekerjaan berada Kecamatan Nusa Penida di Kabupaten
Klungkung. Lokasi studi ini terbagi dalam dua lokasi yaitu:
a. Di jalan lingkar selatan dan barat melewati 5 desa yaitu: Desa sakti, Desa Bunga
Mekar, Desa Batukandik, Desa Batumadeg, dan Desa Sekartaji.
b. Di jalan IKK melewati Desa Batununggul dan Desa Kutampi Kaler.
11..55 MM ee tt oo dd oo ll oo gg ii
1.5.1 Umum
Peningkatan pertumbuhan perekonomian suatu daerah memacu peningkatan
jaringan lalu lintas berupa jaringan jalan. Hal ini dikarenakan distribusi pembangunan
serta pemerataan hasil-hasilnya sangat tergantung pada pengembangan jaringan sarana dan
prasarana jalan. Kondisi ini memacu Pemerintah Provinsi Bali berupaya memenuhi dan
mengembangkan prasarana dan sarana jalan. Proyek-proyek pembangunan jalan baru, yang
sebagian atau seluruh pembangunannya nanti diharapkan dibiayai dari Pusat, memerlukan
pengadaan tanah dan/atau permukiman kembali, diwajibkan menyerahkan Rencana Kerja
Pengadaan Tanah, Permukiman Kembali dan Pembinaan (RK-PTPKP) atau Land
Acquisition and Resettlement Action Plan (LARAP).
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana I-5
Apabila studi LARAP telah mendapat persetujuan, maka studi tersebut akan
dipakai pedoman dalam pelaksanaan pengadaan tanah dan permukiman kembali oleh
Kepala Daerah Kabupaten/Kota yang diwujudkan dalam bentuk Surat Keputusan.
Untuk pekerjaan pembangunan/peningkatan jalan, persampahan, sanitasi/air
limbah, pembangunan terminal, pasar, parkir, dan lain-lain, yang telah melakukan seluruh
atau sebagian Pekerjaan Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali, tetapi belum
menyusun dokumen LARAP diwajibkan untuk melakukan Studi Napak Tilas (Tracer
Study) untuk memberikan gambaran apakah pengadaan tanah dan permukiman kembali
yang dikerjakan dilakukan dengan baik, tanpa merugikan penduduk yang terkena
pekerjaan tersebut. Atau apakah penduduk yang terkena proyek (pemilik dan penggarap
tanah) kehidupannya meningkat atau setidaknya sama dengan kondisi mereka sebelum
terkena proyek (pemilik dan penggarap tanah).
Sekiranya ada penduduk yang terpaksa dipindahkan, maka kepada mereka
diperlukan rehabilitasi untuk meningkatkan penghidupan mereka, atau sekurang-
kurangnya sama dengan sebelum dipindahkan.
Bali telah ditetapkan sebagai Pusat Pengembangan Pariwisata untuk Kawasan
Tengah, sehingga akan semakin meningkat pertumbuhan ekonominya. Hal ini membawa
konsekuensi semakin meningkatnya arus lalu lintas pada jalan-jalan di Bali, baik jalan
nasional, provinsi, maupun jalan-jalan kabupaten yang ada, yang disebabkan semakin
bertambahnya jumlah kendaraan pendatang dengan tujuan Bali, atau dengan tujuan yang
lain. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Klungkung, dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum,
di dukung oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali bermaksud mewujudkan jalan lingkar
Nusa Penida di Kecamatan Nusa Penida.
1.5.2 Metoda Studi
Metoda dan pendekatan penanganan studi dilakukan dengan pengumpulan data dan
analisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penentuan Lokasi Studi
Penentuan lokasi penelitian, yaitu:
Ruas Jalan lingkar Nusa Penida yang melewati lima desa yaitu: Desa sakti, Bunga
Mekar, Batukandik, Batumadeg, dan Desa Sekartaji.
Ruas Jalan IKK yang melewati Desa Batununggul dan Kutampi Kaler.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana I-6
2. Penentuan Jumlah Sampel
Populasi Penduduk Terkena Proyek (PTP) di tujuh desa sebanyak ± 446 orang. Sampel
dalam studi ini didapat 174 orang. Prosentase sampel terhadap popolasi sebesar
39,01%, Prosentase sampel sudah melebihi 20%. Pengumpulan data melalui
penyebaran kuesioner kepada responden dilakukan dengan mengudang peduduk
terkena proyek di kantor desa setempat. Responden yang datang dianggap sebagai
sampel Penduduk Terkena Proyek.
3. Cara Pengumpulan Data
Data lapangan dikumpulkan dengan cara: wawancara terstruktur (kuesioner), diskusi
kelompok terarah (focus group discussion), dan pengamatan lapangan sebagai berikut:
Wawancara menggunakan kuesioner secara terstruktur, ini ditujukan kepada PTP
(Penduduk Terkena Proyek) atau Perwakilannya yang merupakan ahli warisnya
dari PTP.
Diskusi kelompok terarah (focus group discussion) ditujukan kepada sejumlah
informan seperti: kepala desa, lurah, kelian banjar, kelian adat, pemuka
masyarakat, LSM, pimpinan partai politik, pemuka agama, dan beberapa wakil
penduduk terkena proyek (Pemilik dan Penggarap Tanah) dengan tujuan
mengetahui lebih dalam tentang pandangan-pandangan mereka terhadap
pengadaan lahan pembangunan ruas jalan baru di wilayah studi.
Pengamatan lapangan dilakukan terutama untuk mengetahui keadaan fisik
lingkungan dan pembangunan ruas jalan yang telah dikerjakan pada saat
penelitian dilakukan sehingga dapat diamati apa saja yang terjadi dan sudah
dilaksanakan di lapangan.
4. Cara Pengolahan Data
Data yang terkumpul diindentifikasi menurut data primer dan sekunder, kemudian
ditabulasikan menurut urgensinya, sehingga dapat disusun dalam suatu daftar tabulasi
data. Dari daftar tabulasi data inilah diadakan analisis dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
Data dan permasalahan dalam studi ini diuraikan dalam bentuk kualitatif dan
kuantitatif (persentil) disesuaikan dengan tingkat urgensinya.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana I-7
Analisis dalam studi ini menggunakan metode deskriptif yang pelaksanaannya
sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan pengamatan lapangan
dilakukan, dan dikerjakan secara intensif di tempat kerja sesudah meninggalkan
lapangan. Untuk memudahkan proses analisis, maka data dibagi dalam berbagai
tingkatan kemudian dilakukan pembahasan atau rasionalisasi tertentu, sehingga
mencapai hasil sesuai tujuan dan sasaran studi.
5. Rekomendasi
Berdasarkan hasil studi dan analisis lebih lanjut dapat disusun suatu rekomendasi yang
paling tepat sebagai program lanjutan pengadaan lahan yang sifatnya operasional, yang
terlebih dahulu dikonsultasikan dan disepakati oleh pemerintah kabupaten.
1.6 Lokasi Proyek
Lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 2, secara umum dibagi menjadi dua lokasi
yaitu:
a) Lokasi rencana pembangunan jalan IKK di Desa Batununggul dan Kutampi Kaler.
b) Lokasi Jalan lingkar Selatan-Barat di Desa Sakti, Bunga Mekar, Batumadeg,
Batukandik, dan Sekartaji.
Lokasi Studi Larap adalah sepanjang Selatan-Barat Pulau Nusa Penida dan Rencana
Pembangunan Jalan IKK Nusa Penida, yang terdiri dari tujuh desa yaitu:
a) Desa Batununggul
b) Desa Kutampi Kaler
c) Desa Sakti (Dusun: Sebunibus dan Sakti)
d) Desa Bunga Mekar (Dusun: Sompang, Penangkidan, Karangdawa dan Sebuluh).
e) Desa Batumadeg (Dusun: Salak, Saren 1, dan Pangkung Gede)
f) Desa Batukandik (Dusun: Sukun, Antapan, Guyangan, Dungkap 1, dan Dungkap 2)
g) Desa Sekartaji (Dusun: Tabuanan dan Sekartaji)
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana I-8
Gambar 1.2. Lokasi Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
1.7 Pengadaan Tanah
Untuk memastikan terwujudnya pembangunan fisik berupa prasarana dan sarana
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dengan tetap
menjamin kepentingan penduduk/masyarakat, maka dibutuhkan satu mekanisme yang baik
untuk menjamin tersedianya lahan yang memadai dan cukup untuk terlaksananya
pembangunan fisik tersebut. Pemerintah, dalam hal ini pemerintah pusat dan atau daerah
mempunyai kewajiban untuk menjamin tersedianya lahan tersebut.
Pemerintah telah mengundangkan UU No.2 Tahun 2012 yang mengatur tentang
Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Adapun pokok-pokok
pengadaan tanah tersebut meliputi kewajiban-kewajiban pemerintah pusat dan atau
pemerintah daerah serta pihak-pihak yang berhak (penduduk/masyarakat yang terkena
pengadaan tanah) untuk melakukan pengadaan tanah. Pengadaan tanah untuk kepentingan
umum diselenggarakan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana
Jalan Lingkar Selatan-Barat
Jalan IKK
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana I-9
Pembangunan Nasional/Daerah, Rencana Strategis dan Rencana Kerja setiap Instansi yang
memerlukan tanah. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum ini diselenggarakan melalui
perencanaan dengan melibatkan semua pengampu dan pemangku kepentingan.
Penyelengaraan pengadaan tanah untuk kepentingan umum dapat meliputi berbagai
kepentingan pembangunan yang meliputi berbagai aspek yang menunjang kesejahteraan
dan kemakmuran masyarakat seperti pertahanan dan keamanan nasional, dan berbagai
prasarana seperti transportasi, energi, telekomunikasi, pendidikan, kesehatan,
permukiman, olah raga, kesenian dan lain-lain.
Pengadaan tanah untuk kepentingan umum diselenggarakan dengan melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) tahap perencanaan, (2) tahap persiapan, (3) tahap
pelaksanaan, dan (4) tahap penyerahan hasil. Tahapan pengadaan tanah untuk
pembangunan kepentingan umum dapat dilihat pada gambar 1.3.
Pada tahap perencanaan ini pihak yang memerlukan tanah (instansi) harus
membuat perencanaan pengadaan tanah yang didasarkan atas RTRW dan prioritas
pembangunan yang tercantum dalam RPJM, Renstra, dan rencana kerja instansi yang
bersangkutan. Perencanaan pengadaan tanah ini hendaknya disusun dalam satu dokumen
perencanaan pengadaan tanah yang sekurang-kurangnya memuat tentang maksud dan
tujuan rencana pembangunan, kesesuaian dengan RTRW, letak tanah, luas tanah yang
dibutuhkan, gambaran umum status tanah, perkiraan waktu pelaksanaan pengadaan tanah,
perkiraan jangka waktu pembangunan, perkiraan nilai tanah, dan rencana penganggaran.
Dokumen perencanaan pengadaan tanah ini disusun berdasarkan dokumen Studi
Kelayakan yang dilaksanakan untuk rencana pembangunan tersebut.
Tahapan berikutnya adalah berturut-turut tahap persiapan yang berisi kegiatan
berupa pemberitahuan rencana pembangunan, pendataan awal lokasi rencana
pembangunan dan Konsultasi Publik rencana pembangunan. Tahap pelaksanaan
pengadaan tanah ini meliputi aktivitas dari pihak/instansi yang memerlukan tanah untuk
mengajukan pelaksanaan pengadaan tanah kepada Lembaga Pertanahan. Tahap
pelaksanaan ini meliputi (a) inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah; (b) penilaian Ganti Kerugian; (c) musyawarah
penetapan Ganti Kerugian; (d) pemberian Ganti Kerugian; dan (e) pelepasan tanah
Isntansi.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana I-10
Dalam melakukan penilaian terhadap Ganti Kerugian, Lembaga Pertanahan
menetapkan Penilai yang akan bertugas untuk melaksanakan penilaian Objek Pengadaan
Tanah. Penilai ini wajib bertanggung jawab terhadap penilaian yang telah dilaksanakan
dan bila terdapat pelanggaran terhadap kewajiban penilai maka penilai akan dikenakan
saksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Penilaian Ganti Kerugian yang dilakukan oleh Penilai adalah terhadap bidang per bidang
tanah, meliputi:
tanah;
ruang atas tanah dan bawah tanah;
bangunan;
tanaman;
benda yang berkatian dengan tanah; dan/atau
kerugian lain yang dapat dinilai
Nilai Ganti Kerugian yang diberikan oleh Penilai merupakan nilai pada saat
pengumuman penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum. Besarnya nilai
Ganti Kerugianberdasarkan hasil penilaian Penilai dituangkan kedalam Berita Acara dan
diserahkan kepada Lembaga Pertanahan. Nilai hasil penilaian Penilai ini akan menjadi
dasar musyawarah penetapan Ganti Kerugian.
Pemberian Ganti Kerugian dapat berupa/dalam bentuk (a) uang; (b) tanah; (c) permukiman
kembali; (d) kepemilikan saham; atau (e) bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah
pihak. Pemberian Ganti Kerugianatas Objek Pengadaan Tanah diberikan langsung kepada
pihak yang Berhak berdasarkan hasil penilaian yang ditetapkan dalam musyawarah dan
pada saat pemberian Ganti Kerugian, yang Berhak menerima Ganti Kerugian wajib (a)
melakukan pelepasan hak; dan (b) menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan Objek
Pengadaan Tanah kepada Instansi yang memerlukan tanah melalui Lembaga Pertanahan.
Tahapan yang terakhir dari mekanisme Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum ini
adalah Tahap Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah. Pada tahap ini Lembaga Pertanahan
menyerahkan hasil Pengadaan Tanah kepada instansi yang memerlukan tanah setelah
pemberian Ganti Kerugian kepada Pihak yang Berhak dan Pelepasan Hak dan/atau
pemberian Ganti Kerugian telah dititipkan di Pengadilan Negeri dalam hal Pihak yang
Berhak menolak bentuk dan/atau besarnya Ganti Kerugian berdasarkan hasil musyawarah.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana I-11
Pendanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) dan sumber-sumber lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dana Pengadaan Tanah ini meliputi dana (a) perencanaan; (b) persiapan; (c)
pelaksanaan; (d) penyerahan hasil; (e) administrasi dan pengelolan; dan (f) sosialisasi.
Dalam penyelengaraan Pengadaan Tanah, Pihak yang Berhak mempunyai hak
untuk mengetahui rencana penyelenggaraan Pengadaan Tanah dan memeperoleh informasi
mengenai Pengadaan Tanah. Masyarakat dapat berperan serta antara lain untuk
memberikan masukan secara lisan atau tertulis serta memberikan dukungan dalam
penyelenggaraan Pengadaan Tanah.
Gambar 1.3 Tahapan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana II-1
2.1 Potensi dan Kondisi Sumber Daya Alam
Ruang daratan Kecamatan Nusa Penida terdiri dari: 3 (tiga) pulau kecil
berpenghuni mencakup Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan dan 17 (tujuh
belas) buah pulau kecil tidak berpenghuni di Kecamatan Nusa Penida. Pulau Nusa Penida
merupakan pulau yang didominasi oleh daerah perbukitan karst. Satuan morfologinya
merupakan satuan morfologi perbukitan karst menggelombang membentuk perbukitan dan
lembah dengan puncak tertinggi mencapai 528 meter (Puncak/Bukit Mundi). Berdasarkan
hubungan antara sungai induk dengan anak-anak sungainya maka pola aliran sungai yang
berkembang di daerah ini adalah pola aliran paralel yaitu pola aliran yang arah aliran anak
sungai dan induknya hampir sejajar. Jika dilihat berdasarkan kuantitas airnya maka sungai-
sungai yang ada di wilayah ini dapat dikategorikan sebagai sungai Episodis (Ephemeral)
yaitu sungai yang mengalir pada musim penghujan saja, sedangkan pada musim kemarau
kering airnya. Pulau ini merupakan Pulau Kars yang litologi utamanya merupakan batu
gamping terumbu. Satuan batuan ini dapat dimasukkan ke dalam Formasi Selatan yang
berumur Miosen Akhir. Litologi berupa aluvium hanya terdapat di bagian pantai Utara di
wilayah sekitar desa Kutampi, dan desa Batununggul yang merupakan pusat pemerintahan
kecamatan Nusa Penida.
Kondisi geologi dan morfologi pembentukan pulau-pulau (Nusa Penida, Nusa
Ceningan dan Nusa Lembongan) mempengaruhi potensi sumber daya alam. Potensi
sumber daya alam dimaksud adalah: potensi hasil bumi seperti pertanian/perkebunan,
peternakan dan perikanan, serta pertambangan dan energi. Keadaan bentang alam juga
menyimpan berbagai potensi untuk dikembangkan dan bersifat terbarukan, seperti energi
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana II-2
terbarukan, pariwisata dan penelitian-penelitian. Potensi hilir lainnya adalah potensi yang
muncul sebagai akibat dari keberhasilan pengelolaan potensi dasar seperti hasil kerajinan
dan perdagangan, industri jasa khususnya dalam bidang pariwisata.
Di bidang pertanian dan perkebunan, komoditi utama seperti kelapa dan jambu
mente menjadi andalan pada sektor ini. Strategi pengembangan potensi dibidang pertanian
dan perkebunan adalah dengan mengembangkan sistem pertanian terintegrasi dengan
meningkatkan perekonomian berbasis pertanian, industri kecil serta pesisir dan kelautan.
Usaha memantapkan potensi pertanian lahan kering, perkebunan dan peternakan melalui
pengembangan Kawasan Agropolitan Nusa Penida. Budi daya dan eksploitasi rumput laut
merupakan komoditi primadona yang hingga kini masih bertahan serta masih
berkontribusi sangat baik secara ekonomi sebagai komoditi unggulan yang mampu
bersaing, baik pada skala nasional maupun internasional. Pada sektor peternakan,
khususnya ternak sapi, pemeliharaan ternak sapi dilakukan secara terintegrasi guna
mewujudkan kawasan Nusa Penida sebagai pusat pembibitan sapi Bali.
Di bidang perdagangan dan kerajinan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(Disperindag) Bali memberikan pelatihan Tehnik Tenun ATBM (Alat Tenun Bukan
Mesin) di Desa Tanglad Kecamatan Nusa di tahun 2014. Nusa Penida memiliki banyak
potensi kerajinan yang bisa dikembangkan. Salah satunya adalah kerajinan tenun. Seperti
di Desa Tanglad dikenal dengan tenun ―Cepuk‖nya, sedangkan Desa Suana dan Desa
Karang dengan kain "Rang-rang"-nya.
Di bidang energi Nusa Penida menyimpan potensi sumber daya terbarukan yang
belum tereksplorasi dan tereksploitasi dengan maksimal. Wind Power atau Pembangkit
Listrik Tenaga Bayu (PLTB) adalah salah satu energi terbarukan yang ramah lingkungan
karena energinya berasal dari hasil konversi tenaga angin menjadi tenaga listrik. Proyek
percontohan PLTB di Indonesia diantaranya dilakukan di Pulau Nusa Penida yang
bertempat di Puncak/Bukit Mundi. PLTB Nusa Penida mulai dibangun sejak tahun 2005
sebanyak 1 (satu) unit dan kemudian dilanjutkan 1 (satu) unit di tahun 2006 dimana
masing-masing berkapasitas 80 kW. Pada tahun 2007, sebanyak 7 (tujuh) unit PLTB
dengan kapasitas masing-masing 80 kW dibangun di areal perbukitan Puncak Mundi.
Disamping itu, 1 (satu) unit pembangkit listrik tenaga surya telah diujicobakan di pesisir
timur Pulau Nusa Penida. Dengan demikian, Nusa Penida telah mampu memanfaatkan
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana II-3
sumber daya alam terbarukan di bidang tenaga listrik dengan menyulang sebesar 735 kW
tenaga listrik untuk kebutuhan domestik.
Pada bidang pertambangan, secara umum, Pulau Nusa Penida yang terbentuk oleh
batuan limestone memberikan potensi quarry yang memadai baik dari segi kuantitas
maupun kualitas untuk kebutuhan konstruksi lokal. Namun, pemanfaatan batuan limestone
sebagai bahan konstruksi khususnya sebagai bahan agregat jalan belum dieksplorasi secara
menyeluruh. Sebuah karya penelitian dalam rangka pemanfaatan limestone sebagi bahan
agregat perkerasan jalan telah dilakukan oleh Fakultas Teknik Universitas Udayana. Hasil
analisis memperlihatkan bahwa gradasi agregat kasar dan halus memenuhi standar baku
mutu Bina Marga, walaupun agregat sedang cenderung agak kasar. Sifat fisik agregat batu
kapur yaitu berat jenis bulk (semu) berkisar antara 2,4 – 2,5 gr/cm3 dan berat jenis
apparent (nyata/effective) berkisar 2,54 – 2,60 gr/cm3 masih dalam batas baku mutu 2,5
kg/cm3 cukup memenuhi standar mutu. Sedangkan dari aspek penyerapan berkisar 1.77 –
2.7 % mendekati standar mutu 3% dan dari aspek kekerasan sangat baik dengan nilai
abrasi 27% kurang dari 40% standar Bina Marga. Gambaran tersebut jelas memperlihatkan
bahwa batu kapur Nusa Penida, dapat digunakan untuk bahan konstruksi dan perkerasan
jalan (Negara, I.N.W dan T.G.S. Putra, 2010).
2.2 Potensi dan Kondisi Sumber Daya Manusia
Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Klungkung selama periode 2000
sampai dengan 2010 adalah 0,95 % tiap tahun. Jumlah penduduk di Kabupaten Klungkung
Tahun 2012 adalah sebanyak 175.053 jiwa, terdiri dari 86.422 jiwa (49,37%) penduduk
laki-laki dan 88.631 jiwa (50,63%) penduduk perempuan, dengan kepadatan rata-rata 556
jiwa/km2. Bila laju pertumbuhan dianggap tetap, maka diperkirakan jumlah penduduk
pada tahun 2016 (awal pembangunan fisik rencana jalan) akan menjadi 181.705 jiwa.
Secara lengkap jumlah dan kepadatan penduduk untuk 4 (empat) kecamatan di Kabupaten
Klungkung dan 16 (enam belas) desa yang dicakup dalam wilayah studi Nusa Penida
adalah seperti ditampilkan dalam Tabel 2.1 dan Tabel 2.2, berikut ini.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana II-4
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk di tiap Kecamatan di Kabupaten Klungkung.
No Kecamatan Luas Lahan
(km2)
Penduduk (jiwa) Kepadatan
(jiwa/km2)
Laki-laki Perempuan Jumla
h
1 Nusa Penida 202,84 22.721 23.085 45.806 226
2 Banjarangkan 45,73 19.070 19.222 38.292 837
3 Klungkung 29,05 27.894 28.993 56.887 1.958
4 Dawan 37,38 16.737 17.331 34.068 911
Sumber: Klungkung Dalam Angka, 2013
Tabel 2.2. Jumlah dan kepadatan penduduk di tiap desa di kecamatan Nusa Penida.
No Desa Luas
(km2)
Jumlah
KK
Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan
(jiwa/km2)
Laki-
laki
Perem-
puan
Total
1 Sakti 13,16 1.109 1.770 1.791 3.561 271
2 Bunga Mekar 19,73 734 1.176 1.297 2.473 125
3 Batumadeg 13,56 569 1.206 1.175 2.381 176
4 Klumpu 13,58 1.028 1.658 1.663 3.321 245
5 Batukandik 21,66 1.318 1.886 2.354 4.240 196
6 Sekartaji 15,39 440 770 843 1.613 105
7 Tanglad 15,24 553 1.013 1.167 2.180 143
8 Pejukutan 10,84 838 1.660 1.780 3.440 317
9 Suana 10,42 978 1.645 1.684 3.329 319
10 Batununggul 13,45 1.436 2.048 2.260 4.308 320
11 Kutampi 13,14 743 1.507 1.561 3.068 233
12 Kutampi Kaler 10,75 733 1.393 1.286 2.679 249
13 Ped 21,15 1.075 1.927 1.897 3.824 181
14 Toyepakeh 0,65 149 279 318 597 918
15 Lembongan 6,150 1.036 2.203 2.088 4.291 698
16 Jungutbatu 3,97 765 1.566 1.689 3.255 820
Sumber: Kecamatan Nusa Penida Dalam Angka (2013)
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana II-5
2.3 Potensi dan Kondisi Ekonomi
Potensi dan kondisi ekonomi akan digunakan dalam melihat tingkat pertumbuhan
penduduk serta kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang akan mempengaruhi tingkat
pertumbuhan kendaraan dan selanjutnya untuk prediksi terhadap kebutuhan prasarana pada
wilayah studi. Kondisi ekonomi dapat dilihat dari perkembangan Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB) melalui dua sektor yang paling dominan, yaitu aktivitas sektor
pertanian, dan aktivitas perdagangan, hotel dan restoran.
PDRB Kabupaten Klungkung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan,
pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku nilai PDRB sebesar 3.347.198,61 (juta rupiah),
dan atas dasar harga konstan tahun 2012 sebesar 1.467.352,42 (juta rupiah). Data PDRB
atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat perubahan struktur ekonomi suatu
daerah dan untuk menghitung besarnya pendapatan per kapita dari penduduknya.
Sedangkan, data PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi suatu daerah, karena data ini mencerminkan pertumbuhan produksi barang dan
jasa secara riil dari satu tahun ke tahun berikutnya. PDRB Kabupaten Klungkung dalam 3
tahun terakhir disajikan dalam Tabel 2.3 di bawah ini.
Tabel 2.3. PDRB Kabupaten Klungkung.
No PDRB 2010 2011 2012
I Atas dasar harga berlaku
1. Nilai PDRB (jt Rp.) 2.748.354,59 3.022.786,71 3.347.198,61
2. Laju pertumbuhan (%) 12,55 9,99 10,73
3. PDRB per kapita (Rp.) 16.115.317,47 17.365.052,08 19.121.058,25
II Atas Dasar harga konstan tahun 2000
1. Nilai PDRB (jt Rp.) 1.307.888,95 1.383.890,23 1.467.352,42
2. Laju pertumbuhan (%) 5,43 5,81 6,03
3. DPRB per kapita(Rp.) 7.668.968,85 7.950.056,75 8.382.332,33
Sumber: BPS Klungkung dalam Angka, 2013.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana II-6
Pertumbuhan ekonomi Klungkung selama 2010-2012 adalah rata-rata sebesar 5,75
% per tahun. Selisih antara pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan penduduk
merupakan cerminan makro dari kenaikan taraf kehidupan ekonomi masyarakat. Tahun
2012 pertumbuhan PDRB perkapita atas harga berlaku adalah 10,73% per tahun,
sedangkan pertumbuhan tahun yang sama atas harga konstan tahun 2012 adalah 6,03%
per tahun.
Dilihat dari kontribusi masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB pada
tahun 2010-2012 nampaknya sektor pertanian masih mendominasi. Distribusi presentase
PDRB Kabupaten Klungkung dari sektor-sektor lapangan usaha atas dasar harga berlaku
tahun 2010-2012 disajikan dalam Tabel 2.4, berikut ini.
Tabel 2.4 Distribusi presentase PDRB Kabupaten Klungkung atas harga berlaku.
No Lapangan Usaha 2010 2011 2012
1 Pertanian 30,77 29,28 28,33
2 Perdagangan, Hotel dan Restoran 20,77 21,32 22,11
3 Jasa-jasa 15,84 16,55 16,63
4 Industri pengolahan 10,40 10,24 9,89
5 Bangunan 7,68 8,01 8,43
6 Pengangkutan dan komunikasi 6,29 6,44 6,57
7 Pertambangan 3,63 3,47 3,26
8 Keuangan persewaan dan jasa
perusahaan
2,99 3,02 2,99
9 Listrik, Gas dan Air 1,62 1,68 1,80
PDRB 100,00 100,00 100,00
PDRB (juta rupiah) 2.748.354,59 3.022.786,71 3.347.198,61
Sumber: BPS Klungkung dalam Angka, 2013.
Berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku ada 2 (dua) sektor yang mempunyai
peranan cukup besar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Klungkung yaitu: sektor
pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana II-7
a). Sektor Pertanian
Sektor pertanian menunjukkan peranan yang paling dominan dalam pembentukan
PDRB Kabupaten Klungkung. Kondisi ini menunjukkan bahwa struktur perekonomian
Kabupaten Klungkung masih bercorak agraris. Peranan sektor pertanian terus mengalami
penurunan dari tahun 2010 (30,77%), tahun 2011 (29,28%), dan tahun 2012 (28,33%).
Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya peranan sub sektor Tabama (Tanaman Bahan
Makanan), dibandingkan tahun sebelumnya dimana terjadi penurunan luas panen dan
produksi.
Selain sub sektor Tabama, sub sektor perikanan juga mempunyai andil yang cukup
besar dalam pembentukan PDRB sektor ini, karena kabupaten Klungkung mempunyai laut
yang luas dimana produksi ikan laut cukup banyak. Selain ikan laut di Kabupaten
Klungkung juga banyak menghasilkan rumput laut dari Kecamatan Nusa Penida yang
diekspor ke luar negeri. Rumput laut merupakan sektor andalan di kabupaten Klungkung,
dengan produksi rata-rata disajikan dalam Tabel 2.5 di bawah ini.
Tabel 2.5 Data produksi rumput laut Nusa Penida.
Tahun Produksi (ton) Nilai (Rp.)
2010 101.514,6 99.939.014.000
2011 106.951,4 224.125.654.000
2012 100.197,1 83.713.830.000
2013 100.859,5 118.462.865.000
Sumber: Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Bali, 2007-2013
Budidaya rumput laut saat ini sudah menjadi pekerjaan utama bagi masyarakat
pesisir Utara Pulau Nusa Penida, hal ini karena permintaan rumput laut untuk memenuhi
pasar ekspor cukup tinggi. Rumput laut kering dikirim ke Denpasar atau Surabaya,
selanjutnya di ekspor ke negara-negara tujuan seperti Jepang, Cina, Taiwan, Australia, dan
negara lainya.
Sub sektor peternakan walaupun sumbangannya belum sebesar sub sektor
perikanan, tetapi sub sektor ini juga memberikan andil dalam pembentukan PDRB sektor
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana II-8
pertanian. Peternakan yang banyak di Kabupaten Klungkung, khususnya di kecamatan
Nusa Penida adalah ternak sapi dan babi.
b) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel dan restoran menduduki urutan ke dua, dimana
peranannya cendrung terus meningkat, pada tahun 2010 kontribusinya 20,77%, tahun 2011
meningkat menjadi 21,32%, dan tahun 2012 menjadi 22,11%. Sub sektor yang mendukung
sektor ini adalah sub sektor perdagangan besar dan eceran serta sub sektor restoran/rumah
makan. Sedangkan, sub sektor hotel memberikan sumbangan paling rendah. Tingginya
share sub sektor perdagangan disebabkan karena kabupaten Klungkung memiliki pasar
Galiran yang merupakan sentra perekonomian di Bali bagian Timur. Bahkan pedagang
dari Denpasar banyak yang bertransaksi secara grosir di pasar Galiran. Hotel memberikan
share yang terendah karena jumlah hotel di Kabupaten Klungkung sangat sedikit.
2.4 Keterkaitan Studi dengan proyek Jalan Existing
Rencana jalan baru lingkar Barat-Selatan Nusa Penida akan melalui wilayah 5
(lima) Desa di Kecamatan Nusa Penida. Desa-desa tersebut adalah Desa Sakti, Bunga
Mekar, Batumadeg, Batukandik, dan Sekartaji. Sebetulnya desa-desa ini sudah terhubung
oleh jalan masuk, namun jalannya masih sempit dan belum memenuhi standar geometrik
maupun perkerasan jalannya. Dari gambaran umum kondisi alam wilayah studi dapat
diketahui kondisi masing-masing desa yang masuk wilayah studi, termasuk iklim dan
topografi yang nanti akan berguna sebagai bahan masukan dalam memprediksi kebutuhan
pelayanan jalan dimasa yang akan datang dan meningkatkan kenyamanan trase yang telah
disepakati. Demikian pula rencana keberadaan jalur-jalur baru maupun perbaikan jalur-
jalur lama yang sudah ada, akan mampu bersinergi memberikan kontribusi positif terhadap
kualitas pelayanan jalan Nusa Penida, apabila secara geometrik diperbaiki sesuai
ketentuan-ketentuan peraturan perencanaan jalan yang ada, dan tidak hanya sekedar
pelebaran atau pelapisan perkerasan saja. Dari wilayah studi ini pula, dapat ditentukan
titik-titik diperlukannya persimpangan, kebutuhan jembatan, kebutuhan gorong-gorong
dan jenis maupun tebal perkerasan jalan pada masing-masing segmennya.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana II-9
Deskripsi wilayah studi juga sangat penting artinya sebagai dasar analisis dampak
lingkungan, serta menjadi dasar pertimbangan survei fisik, sosial dan lingkungan wilayah
rencana koridor jalan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, pembangunan jalan
lingkar ini sangat penting karena akan bermanfaat bagi pembangunan Nusa Penida secara
keseluruhan. Namun, untuk mencegah alih fungsi lahan khususnya pada segmen jalan baru
dari Guna Lahan Pertanian sebagai lahan mata pencaharian masyarakat, harus segera
dibatasi dengan peraturan daerah maupun undang-undang, agar wilayah hijau tersebut
tidak berubah fungsi menjadi perumahan dan wilayah terbangun lainnya. Dengan demikian
lahan-lahan hijau relatif akan terjaga keberadaannya.
2.5 Kaji Ulang Kebijakan dan Sasaran Perencanaan
Sebelumnya, pembangunan semata-mata dipandang sebagai ―fenomena ekonomi‖
saja. Kemajuan pembangunan suatu wilayah hanya diukur berdasarkan kenaikan PDRB.
Indeks ekonomi lainnya yang juga sering digunakan adalah tingkat pertumbuhan
pendapatan perkapita (income per capita). Dalam fenomena ini diasumsikan bahwa
kenaikan pendapatan akan dengan sendirinya menciptakan lapangan pekerjaan dan akan
menumbuhkan berbagai peluang ekonomi lainnya. Namun, kenyataan menunjukkan
bahwa ketika suatu wilayah, mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, ternyata
tetap gagal memperbaiki taraf hidup sebagian besar penduduknya.
Akhir-akhir ini pembangunan mengalami redefinisi menjadi penghapusan atau
pengurangan tingkat kemiskinan, penanggulangan ketimpangan pendapatan dan
penyediaan lapangan pekerjaan dalam konteks perekonomian yang terus berkembang.
Bahkan, Bank Dunia sendiri dalam salah satu publikasi resminya, yakni World
Development Report tahun 1991, menyatakan dengan tegas bahwa pembangunan adalah
memperbaiki kualitas kehidupan dengan persyaratan, sbb.:
- pendapatan yang lebih tinggi,
- pendidikan yang lebih baik,
- peningkatan standar kesehatan dan nutrisi,
- pemberantasan kemiskinan,
- perbaikan kondisi lingkungan hidup,
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana II-10
- pemerataan kesempatan kerja,
- peningkatan kebebasan individual, dan
- pelestarian ragam kehidupan budaya.
Dalam pencapaian tujuan-tujuan pembangunan yang umumnya ditetapkan secara
berkala oleh pemerintah, khususnya pemerintah daerah masing-masing, keberadaan
prasarana pembangunan, khususnya prasarana transportasi menjadi sangat vital.
Pembangunan jalan lingkar adalah salah satu variabel penentu kesuksesan pembangunan
Nusa Penida, karena dalam perencanaannya telah mengakomodasi persyaratan-persyaratan
di atas. Hal ini berarti pembangunan jaringan jalan ini diharapkan mampu menunjang
upaya pemerataan dan penyebaran pembangunan, pertumbuhan ekonomi serta stabilitas
wilayah Nusa Penida. Dengan semakin terbatasnya anggaran, maka pembangunan semakin
menuntut perubahan pola pikir ke arah perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan
dan pengembangan prasarana secara efektif, sesuai permintaan/kebutuhan yang
berdasarkan pada data riil pola aktivitas, pola bangkitan pergerakan, sebaran pergerakan
serta keunggulan komparatif antar zona dalam suatu wilayah, yang seyogyanya terbentuk
dalam suatu tatanan transportasi wilayah dan sejalan dengan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis/prioritas Nusa Penida.
Disisi lain, dengan adanya kebijakan ―Desentralisasi‖ merupakan pengurangan
peran Pemerintah Pusat dan peningkatan peran Pemerintah Daerah dalam perencanaan,
pembiayaan dan pelaksanaan pembangunan daerah. Perubahan tersebut tertuang dalam UU
Nomor 22 tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Seiring berlakunya Undang-undang tersebut, setiap Pemerintah
Daerah (Kabupaten/Kota) memiliki kewenangan dalam merencanakan dan melaksanakan
pembangunan sesuai kebutuhan dan potensi yang dimiliki. Masing-masing aparat
pemerintah daerah, terutama Kepala Dinas Sektoral di masing-masing daerah dituntut
untuk mampu merencana dan mengidentifikasi keunggulan komparatif (comparative
advantages) wilayahnya. Keunggulan komparatif wilayah tersebut untuk selanjutnya harus
dapat diarahkan dan dipadukan, serta dikembangkan secara terencana, sehingga tercapai
pengembangan wilayah yang optimal.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana II-11
Khusus untuk Nusa Penida, dengan mengandalkan industri pariwisata dalam
pembangunan ekonominya, kedepannya pembangunan sektor ini tentu akan semakin
padat, khususnya untuk menunjang perkembangan pariwisata pada zona-zona Kawasan
Efektif Pariwisata (KEP). Berdasarkan kota dan kawasan-kawasan yang dihubungkan
bukan merupakan kota/kawasan utama, maka kebijakan pembangunan jalan kolektor yang
ditunjang oleh perbaikan geometrik jalan-jalan lokal tentu sudah sangat representatif
sebagai kawasan tujuan wisata. Meningkatnya pembangunan perekonomian wilayah dan
adanya peningkatan kunjungan wisatawan, akan meningkatkan kebutuhan transportasi
jalan secara langsung maupun tidak langsung ditahun-tahun mendatang. Namun, dengan
kondisi topografi alam yang berbukit dengan lembah yang relatif lebar untuk
pembangunan sebuah jembatan, maka jalan lingkar Nusa Penida relatif masih berbelok-
belok dan maksimal mempunyai kecepatan rencana (Vr) 60 km/jam. Bahkan, pada
beberapa segmen terpaksa harus diturunkan menjadi 40 km/jam dan inipun karena alasan
topografi yang tidak memungkinkan lagi untuk kecepatan 60 km/jam.
2.6 Kaji Ulang Lingkungan dan Tata Ruang
Kecamatan Nusa Penida yang berpusat di Ibu Kota Kecamatan Sampalan, yang
berada pada tepian / pantai utara pulau Nusa Penida. Pusat keramaian tentunya
berkembang diseputaran Sampalan dengan kondisi lalu lintas yang sudah padat dan macet
pada jam-jam sibuk, karena kawasan ini merupakan pintu keluar/ masuk dari Bali. Kajian
terhadap beberapa komponen lingkungan/tata ruang menghasilkan deskripsi, sbb.:
Potensi jalan raya: lebih terkonsentrasi pada tepian Utara/Timur Pulau Nusa Penida ini,
yakni adanya jalan utama dari Desa Sakti sampai Suana sampai Semaya, jalan ini
merupakan jalan lingkar utara yang menyisir pantai. Sedangkan, jalan lingkar selatan
mulai dai Desa Sakti—Klumpu—Batu Madeg--Batu Kandik—Tanglad—Pejukutan dan
nyambung kembali ke Suana. Jalan lingkar selatan ini adanya diatas / di puncak bukit yang
posisinya jauh dari pantai Selatan maupun Barat.
Kahyangan Jagat: letaknya tersebar di kepulauan Nusa Penida ini merupakan obyek obyek
yang sangat padat dikunjungi oleh wisatawan spiritual yang datang dari Bali. Sementara
ini yang sering dikunjungi mengingat aksesnya lebih mudah, adalah: Pura Batu Medau,
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana II-12
Pura Gua Giri Putri, Pura Dalem Ped, Pura Puncak Mundi, Pura Saab. Sedangkan, pura
yang berada di belahan selatan belum ramai dikunjungi mengingat aksesnya lebih sulit.
Pelabuhan yang ada di Nusa Penida untuk hubungan dengan luar terutama ke Bali lebih
efektif yang berada diseputaran Sampalan sampai Toya Pakeh. Pelabuhan penyeberangan
dengan kapal jenis Roro lokasinya berada di desa Kutampi Kaler dan Batununggul. Akses
keluar masuk dari pelabuhan penyeberangan ini pada jalan yang relatif sempit dengan
lalulintas yang cukup padat terutama pada jam jam keberangkatan maupun kedatangannya.
Berdasarkan beberapa ketimpangan kondisi lingkungan dan tata ruang tersebut yang
dapat menjadi lesson learn dalam perencanaan jalan lingkar Nusa Penida, antara lain:
a. Perlu adanya perumusan dan pendefinisian pemerataan pembangunan di wilayah
Utara/Timur dan Barat/Selatan, serta untuk mengembangkan perencanaan partisipatif
berbasis komunitas, sehingga dalam pelaksanaannya menjadi lebih murah,
partisipatif dan lancar.
b. Perlu adanya otoritas untuk berperan aktif dalam perencanaan dan implementasi
perencanaan ditingkat regional Nusa Penida, sehingga dapat lebih fokus dalam
pencapaian tujuan pembangunan Nusa Penida.
c. Perlu pengaturan khusus dalam pemanfaatan lokasi-lokasi privat bagi kepentingan
umum dan penataan wilayah sekitar jalan lingkar seiring dengan perencanaan dan
pembangunan jalan lingkar Nusa Penida, sesuai tata ruang yang direncanakan.
d. Perlunya peningkatan akses dari Kabupaten Klungkung Daratan dan Kepulauan,
sehingga pembangunan di wilayah terkebelakang Nusa Penida dapat dipacu dan
direncanakan secara bertahap.
e. Perlu ada kebijakan khusus dalam hal kependudukan serta strategi pengembangan
pusat-pusat permukiman baru, untuk menghindari wilayah liar dan kumuh
dikemudian hari, dan kawasan-kawasan wisata Nusa Penida dapat berkembang
menjadi objek tujuan pariwisata yang diperhitungkan.
2.7 Kaji Ulang Pengadaan Lahan
Pengadaan lahan merupakan langkah pertama dalam pembangunan konstruksi
jalan. Agar tak menimbulkan masalah dalam pelaksanaan pembangunan jalan, maka
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana II-13
Ruang Milik Jalan (Rumija) harus disesuaikan dengan bentuk struktur dan kebutuhan
lahan masing-masing segmen jalan, antara lain: pembebasan selebar 20 meter sepanjang
jalan, kecuali pada beberapa lokasi jembatan dan timbunan sekitar 40 meter.
Mempertimbangkan berbagai hal yang mungkin terjadi yang dapat mengurangi kinerja
dalam Pembangunan Jalan Lingkar Nusa Penida ini, maka beberapa tahapan tindak lanjut
perencanaan, adalah:
o Langkah awal perlu dilakukan pengamanan daerah koridor rencana jalan dengan
pengawasan pemberian ijin perubahan fungsi lahan, sesuai lebar Rumija yang
dibutuhkan.
o Memberikan penyuluhan dan informasi tentang maksud, tujuan pembangunan
jalan dan kebutuhan pembebasan lahan, seperti seberapa luas kebutuhan lahan
bagi kepentingan pembangunan jalan lingkar Nusa Penida, khususnya terhadap
penduduk yang terkena lokasi jalur jalan.
o Luas tanah dan bangunan yang akan dibebaskan dibatasi, sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan saja, sehingga biaya pembangunan minimal, serta
terselesaikan pada saat awal dimulainya pembangunan jalan lingkar tersebut.
o Melakukan sosialisasi dalam penetapan ganti rugi tanah dan bangunan, serta
memberikan ganti rugi yang memadai, sehingga tidak menimbulkan berbagai
gejolak dimasyarakat.
o Lahan harus dibebaskan sesuai dengan mekanisme peraturan dan perundangan
yang berlaku. Estimasi biaya pengadaan lahan disesuaikan dengan Keppres No.
55 tahun 1993 dan Keputusan Kepala BPN No. 1 tahun 1994 atau mengikuti
Pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum.
o Memperlancar proses pelaksanaan ganti rugi dan menindak tegas setiap kegiatan
yang merugikan masyarakat luas.
2.8 Formulasi Alternatif-Alternatif Solusi
Alternatif-alternatif solusi permasalahan transportasi wilayah umumnya cenderung
berbasis pada multi aspek/sektor, yaitu melalui kapasitas daerah, Sumber Daya Manusia
(SDM), kelembagaan, pembiayaan, kesenjangan antar kota-desa atau antar desa-desa, dst.
Rute terpilih untuk jalan lingkar Nusa Penida merupakan rute terbaik dalam
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana II-14
mengakomodasi topografi Nusa Penida yang berlembah dan berbukit. Alternatif rute
terpilih sudah direncanakan sesuai peraturan perencanaan geometrik dan perkerasan jalan
antar kota klasifikasi jalan kolektor dengan kecepatan rencana 60 km/jam. Rute sudah
mempertimbangkan pemilihan jenis jembatan yang jumlahnya 10 buah dan
dikombinasikan dengan gorong-gorong yang berjumlah 37 buah dalam usaha untuk
menghemat biaya pelaksanaan dan operasionalnya.
Untuk menindaklanjuti agar jalan lingkar Nusa Penida menjadi ―the real‖ alternatif
solusi dari permasalahan wilayah saat ini, maka dimasa depan perlu adanya reorientasi
paradigma. Kota/desa harus tumbuh menjadi entity kawasan atau wilayah, yang berarti
kota/desa bukan saja sebagai ―Regional Growth‖ tetapi sekaligus menjadi ―kota/desa yang
nyaman/layak huni, Berkelanjutan dan Berkeadilan‖. Dengan demikian pembangunan
jalan lingkar Nusa Penida harus pula dibarengi arah kebijakan pembangunan kota/desa
yang memenuhi fungsi entity kawasan/wilayah tersebut, yang dapat dideskripsikan secara
detail sebagai berikut:
1. Nyaman/layak huni (livable)
Memenuhi kebutuhan manusia akan kenyamanan hidup, fisik, sosial budaya,
dan lingkungan.
2. Berkelanjutan (sustainable)
Antisipasi terhadap perubahan iklim dan bencana alam serta memenuhi
keperluan hidup manusia kini dengan tanpa mengabaikan keperluan hidup
manusia masa datang
3. Berkeadilan (justice, equitable)
Menyediakan ruang hidup dan berusaha bagi seluruh golongan masyarakat
perkotaan
4. Pendorong pertumbuhan (engine of growth)
Mampu berkompetisi dalam perkembangan ekonomi global dengan
memanfaatkan potensi sosial budaya dan kreatifitas lokal (ekonomi kreatif);
serta mampu menciptakan hierarki pasar bagi perkotaan dan perdesaan.
Secara definisi, pembangunan adalah untuk memenuhi keperluan hidup manusia kini
dengan tanpa mengabaikan keperluan hidup manusia masa datang. Bila dikaitkan dengan
rencana pembangunan jalan lingkar Nusa Penida, maka pembangunan dapat juga
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana II-15
dilakukan secara bertahap sesuai ―demand‖ volume lalu lintas yang ada. Namun,
keberadaan rute dan penguasaan lahan harus sudah terselesaikan sebelum pembangunan
dilakukan.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana III-1
3.1 Kondisi Dasar Penduduk
3.1.1 Karakteristik Ekonomi
A. Jumlah Populasi (PTP)
Survei pengumpulan data dilakukan pada Penduduk Terkena Proyek (PTP), hasilnya
disajikan dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Jumlah Populasi/PTP (Pemilik Tanah)
Desa
Penduduk Terkena Proyek/PTP
(orang)
Pemilik Penggarap Responden
1 Batununggul 91 0 25
2 Kutampi Kaler 36 0 6
3 Sakti 74 0 36
4 Bunga Mekar 92 0 38
5 Batumadeg 43 0 22
6 Batukandik 35 0 28
7 Sekar Taji 75 0 19
Jumlah 446 0 174
Sumber: Hasil Survei Kuesioner PTP Tahun 2015.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana III-2
Dari 446 orang PTP tersebut diatas semuanya pemilik tanah (pemegang hak atas tanah)
dan tidak ada penggarap/penyakap tanah yang tanah garapannya terkena proyek. Sejumlah
174 orang dari PTP tersebut telah berpartisipasi sebagai responden atau sampel survei
kuesioner yang dilakukan oleh tim studi.
B. Struktur Mata Pencaharian
Mayoritas mata pencaharian PTP bekerja pada sektor Pertanian (78,74 %) sebagai
mata pencaharian utama, kemudian diikuti oleh sektor Wirausaha (11,49 %). Sektor
pertanian yang dimaksud disini adalah pertanian lahan kering (tegalan) dan peternakan
utamanya ternak sapi. Komposisi berikutnya adalah PNS 6,32 %, dan Lain-lain 3,45%.
Kategori Lain-lain termasuk pejabat Kepala Desa (Perbekel), Bendesa Adat, Kepala
Dusun, dll. Hasil selengkapnya disajikan dalam Tabel 3.2, dan secara grafik ditampilkan
dalam Gambar 3.1.
Tabel 3.2 Kondisi Struktur Mata Pencaharian PTP
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase
(%)
1 Petani 137 78,74
2 Wiraswasta 20 11,49
3 PNS 11 6,32
4 Lain-lain 6 3,45
Total 174 100
Sumber: Hasil Survei Kuesioner PTP Tahun 2015
.
Gambar 3.1 Mata pencaharian
PTP
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana III-3
C. Jumlah Penghasilan
Penghasilan PTP dalam sebulannya masih sangat rendah dan bervariasi. Untuk
memudahkan pemetaan dilakukan kategorisasi atau pengelompokan penghasilan, seperti
ditunjukkan dalam Tabel 3.3 dan dalam betuk grafik seperti pada Gambar 3.2.
Tabel 3.3. Kondisi Jumlah Penghasilan PTP
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase
(%)
1 ≤ 500K 92 52,87
2 501K – 1000K 42 24,14
3 1001K – 2000K 25 14,37
4 2001K – 3000K 6 3,54
5 >3000K 9 5,17
Total 174 100
Sumber: Hasil Survei Kuesioner PTP Tahun 2015
Gambar 3.2 Penghasilan PTP
Penghasilan dengan kategori terendah yaitu ≤ Rp. 500.000,-/bulan menduduki
peringkat pertama yaitu 52,87%, diikuti oleh ketegori kedua dengan penghasilan antara
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana III-4
Rp. 500.000, - Rp. 1000.000, sebesar 24,14%. Penghasilan ini masih jauh dibawah Upah
Minimum Kabupaten Klungkung Tahun 2013 yaitu sebesar Rp. 1.190.000,- per bulan.
Sedangkan kategori ketiga sebesar 14,37 % berada sekitar upah mnimum kabupaten, dan
hanya kaetgori 4 dan 5 yang berjumlah 8,71% berada diatas upah minimum kabupaten.
D. Kegiatan Usaha Potensial
Kegiatan usaha potensial pada wilayah studi bila dilihat dari penggunaan lahan, maka
sektor yang terkena pengadaan lahan adalah sektor pertanian lahan kering (tegalan)
dengan tingkat produktivitas sangat rendah.
Keberadaan Jalan Lingkar Nusa Penida ini dapat memberikan kontribusi positif untuk
pengembangan usaha potensial terutama di desa yang dilalui jalan tersebut. Sedangkan
luas lahan pertanian lahan kering, setelah terjadi pengadaan lahan untuk pembangunan
proyek jalan ini, tentunya akan mengalami penurunan luasan. Sebagai lahan potensial,
tanah sisa pengadaan lahan harus lebih diintensifkan, khususnya dari segi produktivitas
agar memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan bermanfaat bagi penduduk.
3.1.2 Karakteristik Kependudukan dan Sosial Budaya
A. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah keluarga yang terkena pengadaan lahan pada proyek ini sebanyak 446 orang
yang tersebar di tujuh desa (Tabel 3.1). Sebanyak 174 orang berpartisipasi sebagai
responden. Hasil FGD yang disampaikan dalam kuesioner disajikan dalam Tabel 3.4, dan
secara grafik ditampilkan dalam Gambar 3.3.
Tabel 3.4. Jumlah Anggota Keluarga PTP
Jumlah Anggota
Keluarga
Responden
(orang)
Persentase
(%)
1-4 orang 98 56,32
5-7 orang 69 39,36
8-10 orang 7 4,02
Jumlah 174 100
Sumber: Hasil Survai Kuesioner PTP Tahun 2015
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana III-5
Gambar 3.3 Komposisi Anggota Keluarga PTP
Jumlah anggota keluarga ≤ 4 orang dimiliki oleh 98 orang responden atau
56,32%. Sedangkan keluarga yang terdiri dari 5-7 orang sebanyak 69 responden atau
39,36% , dan antara 8-10 orang sebanyak 7 responden atau 4 %, dan tidak terdapat PTP
yang memiliki anggota keluarga lebih dari 10 orang.
Jumlah anggota keluarga antara 8-10 orang umumnya merupakan keluarga besar
(ayah, ibu, anak, menantu, cucu) yang berkumpul pada suatu area perumahan. Setiap
anggota keluarga yang menikah, tetap tinggal di area tersebut, namun dalam massa
bangunan yang berbeda, sehingga dalam suatu area perumahan akan terdapat beberapa
massa bangunan sebagaimana umumnya pola massa bangunan arsitektur tradisional Bali.
Sedangkan jumlah anggota keluarga kurang dari 5 orang umumnya merupakan keluarga
inti (ayah, ibu, anak) yang berarti bahwa anggota keluarga belum ada yang menikah atau
masih di bawah umur, atau berarti juga ada anggota keluarga yang sudah menikah, tetapi
pindah dari area tersebut.
B. Sosial Budaya
PTP pembangunan jalan ini seperti masyarakat Bali pada umumnya, memiliki jiwa
keagamaan (Hindu) yang sangat kuat dari segala yang bersifat filosofis diturunkan dari
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana III-6
ajaran agama Hindu. Sedangkan tata kehidupan sosialnya, selain mengacu kepada
pemerintahan, juga mengacu pada sistem adat. Sistem adat dapat dilembagakan menjadi
Bendesa Adat.
Aktivitas keagamaan yang dilaksanakan oleh penduduk (Hindu) pada wilayah studi
ini terkecuali dilandasi oleh ajaran agama Hindu, juga dilandasi oleh dresta (tradisi) yang
telah ada dan dianggap benar oleh penduduk setempat.
C. Karakteristik Fisik Lingkungan
1. Penggunaan Lahan
Lahan yang terkena pengadaan proyek di wilayah studi ini seluruhnya digunakan
sebagai pertanian lahan kering (tegalan).
2. Penggunaan dan Kondisi Bangunan
Bangunan yang terkena pengadaan tanah ini persentasenya sangat kecil, bahkan boleh
dikatakan tidak ada, karena hampir semua lahan berupa lahan tegalan berupa jurang
dan bukit sehingga tidak terdapat bangunan pada lahan tersebut.
3. Tanaman
Tanaman yang terdapat pada lahan terkena pengadaan jalan ini sebagian besar adalah
pohon bunut, jati, akasia, kelapa, nangka, mangga, bambu, dan pisang.
3.2. Kondisi Aset dan Biaya Pengadaan
3.2.1 Identitas Lahan Terkena Proyek
Tabulasi data keseluruhan populasi melalui wawancara terstruktur (kuesioner) dan
data sekunder dari instansi terkait dapat dilihat pada Lampiran.
3.2.2 Peran Pemerintah dalam Pengadaan Lahan
Pemerintah dalam pengadaan lahan untuk proyek ini telah melakukan berbagai
penanganan, di antaranya dengan melakukan perhitungan luas tanah, bangunan, dan
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana III-7
tanaman. Sosialisasi pengadaan lahan dimana penetapan harga akan dilakukan oleh
Konsultan Jasa Penilai Publik (KJPP) yang mempunyai kewenangan menaksir harga.
3.3. Kemungkinan Dampak Positif dan Negatif Proyek
terhadap Warga, Aset Budaya, dan Lingkungannya
Setiap kegiatan pembangunan akan berdampak terhadap lingkungan, baik dampak
positif maupun dampak negatif. Pengaruh dampak proyek terhadap suatu masyarakat
(warga yang terkena proyek) ditentukan dari jenis dan besaran aset warga yang terkena
proyek, di antaranya yang paling menonjol adalah nilai dan besaran fisik yang antara lain
menyangkut nilai tanah, tanaman, dan bangunan yang akan ditetapkan oleh Penaksir Harga
bersama warga berdasarkan besaran yang akan disepakati bersama melalui musyawarah,
sedangkan lainnya berupa aset non-fisik yang secara langsung dapat dikonversi menjadi
aset yang jelas mempunyai besaran yaitu penghidupan dan mata pencaharian yang hilang
disebabkan oleh proyek.
Secara lebih terperinci, berikut ini akan diuraikan mengenai jenis dan besaran dampak
yang diperkirakan timbul akibat kegiatan pengadaan lahan bagi proyek ini:
Pertama, hilangnya hak kepemilikan/penguasaan warga atas aset produktif.
Pembangunan jalan ini membutuhkan lahan yang sebagian besar merupakan lahan milik
warga, bukan milik negara/pemerintah Kabupaten Klungkung. Dengan adanya pengambil-
alihan lahan tersebut untuk kepentingan proyek melalui proses pengadaan tanah, maka
secara otomatis hak kepemilikan/penguasaan warga atas seluruh lahan tersebut menjadi
hilang, termasuk, hak untuk memanfaatkan aset lainnya yang melekat/terkait dengan tanah
tersebut.
Lahan yang telah diambil alih oleh proyek tersebut, selanjutnya fungsi
peruntukannya/penggunaannya akan dikonversi menjadi lahan DAMIJA (daerah milik
jalan) untuk kegiatan lalu lintas angkutan jalan. Bagi warga yang tanahnya terkena
seluruhnya atau sebagian tetapi sisa lahannya tidak dapat dimanfaatkan lagi (tidak layak
huni), maka warga cenderung tidak dapat memanfaatkannya lagi secara optimal. Hal ini
disebabkan karena adanya peraturan sempadan jalan dan kemungkinan ditetapkannya jalur
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana III-8
hijau. Kondisi ini tentunya merugikan masyarakat dan hendaknya menjadi perhatian
Pemerintah, sehingga tidak memicu turunnya kesempatan masyarakat dalam berusaha.
Kedua, gangguan terhadap mata pencaharian dan pendapatan. Sebagaimana telah
dijelaskan di atas, bahwa kegiatan pengadaan tanah untuk keperluan pembangunan jalan
ini akan mengkonversi lahan tegalan yang dimiliki/diusahakan oleh sekitar 446 pemilik
tanah Dengan terkonversinya lahan tegalan tersebut menjadi badan jalan, maka hal
tersebut akan mengganggu, bahkan menghilangkan, mata pencaharian PTP, yang pada
gilirannya dapat menurunkan pendapatan keluarga mereka, karena lahan tersebut
merupakan sumber penghidupan bagi PTP.
Ketiga, kondisi sosial ekonomi penduduk dapat dilihat dari perubahan pekerjaan
yang akan dilakukan setelah lahannya terkena proyek jalan. Pada Tabel 3.5 menunjukkan
bahwa sebanyak 12,07% memiliki rencana untuk menggunakan sebagai tempat usaha
setelah pengadaan lahan. Secara grafik dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Tabel 3.5. Rencana Penggunaan Tanah Setelah Terkena Jalan
Rencana Penggunaan
Lahan
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Tempat tinggal 5 2,87
Ladang 3 1,72
Tegalan 145 83,33
Tempat Usaha 21 12,07
Jumlah 174 100
Sumber: Hasil Survei Kuesioner PTP Tahun 2015
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana III-9
Gambar 3.4 status Penggunaan Tanah
Keempat, jika dilihat dari betuk ganti rugi yang diinginkan, maka 88,51% PTP
menginginkan dalam bentuk uang tunai. Selengkapnya ditampilkan dalam Tabel 3.6, dan
dalam bentuk grafik pada Gambar 3.5. Keinginan ganti kerugian dalam bentuk uang tunai
mengindikasikan akan digunakan untuk membuka usaha baik berdagang ataupun jasa
lainnya.
Tabel 3.6 Ganti Kerugian yang Diinginkan oleh PTP
Bentuk Ganti Kerugian yang
Diinginkan
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Uang tunai 154 88,51
Tanah pengganti 18 10,34
Lain-lain 2 1,15
Jumlah 174 100
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana III-10
Gambar 3.5 Ganti kerugian yang diinginkan
Kelima, jika dilihat dari rencana penggunaan atau pemanfaatan biaya pengadaan yang
diberikan oleh Pemerintah, 47,13% menyatakan untuk modal usaha (berdagang dan usaha
jasa lainnya), dan 28,74% untuk ditabung. Rencana penggunaan biaya pengadaan tanah
tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.7, dan grafik pada Gambar 3.6.
Tabel 3.7 Rencana Penggunaan Biaya Pengadaan oleh PTP
Pemanfaatan Ganti Kerugian
yang Diinginkan
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Ditabung 50 28,74
Modal usaha 82 47,13
Membeli tanah 14 8,05
Membeli rumah 3 1,72
Lain-lain 25 14,37
Jumlah 174 100
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana III-11
Sumber: Hasil Survei Kuesioner PTP Tahun 2015
Gambar 3.6 Bentuk Pemanfatan Ganti Kerugian
Dalam kaitannya dengan penggunaan biaya pengadaan, sebagian besar PTP akan
menggunakan sebagai modal usaha atau berwirausaha. Berdasarkan survei kuesioner, uang
biaya pengadaan dimanfaatkan dalam berbagai bidang wirausaha. Dengan demikian dapat
diperkirakan bahwa, perubahan yang terjadi pada masyarakat cenderung mengarah kepada
pola hidup masyarakat perkotaan yang heterogen dan banyak memberikan peluang
berbagai macam usaha.
Keenam, tanah sisa tegalan yang masih mereka miliki tidak sepenuhnya dapat
dimanfaatkan untuk pertanian lahan kering/tegalan. Dari keadaan yang demikian,
nampaknya usaha untuk meningkatkan fungsi lahan tegalan atau aset yang mendukung
pertumbuhan ekonomi haruslah dapat ditingkatkan sehingga proyek pembangunan ini
tidak menurunkan tingkat kesejahteraan PTP.
Ketujuh, dari hasil survei kuesioner, Keberadaan jalan memberi dampak adanya kenaikan
secara tajam harga tanah disekitar lokasi yang membuat para pemilik tertarik untuk
menjual tanahnya.
Kedelapan, sisa tanah yang berukuran luas kurang dari satu are (kapling kecil) di
sepanjang jalan cenderung tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat
mengingat adanya peraturan sempadan jalan dan kemungkinan ditetapkannya jalur hijau.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas Udayana III-12
Kondisi ini tentunya merugikan masyarakat dan hendaknya menjadi perhatian Pemerintah
sehingga tidak memicu turunnya kesempatan masyarakat dalam berusaha.
3.4. Persepsi dan Aspirasi PTP terhadap Proyek
Persepsi masyarakat terhadap proyek ini akan menyangkut pengetahuan (tahu/tidaknya)
tentang proyek, ada/tidaknya manfaat proyek terhadap masyarakat, preferensi tentang
pengambilalihan aset mereka untuk kepentingan proyek dan alternatif kompensasi/ganti
rugi, informasi tentang spekulan dan harga tanah, serta aspirasi warga terhadap proses
pelaksanaan proyek, khususnya kegiatan pengadaan tanah. Informasi tersebut merupakan
salah satu masukan kunci dalam merumuskan kerangka kebijakan pelaksanaan pengadaan
tanah yang aspiratif.
3.4.1 Pengetahuan PTP tentang Rencana Proyek
Mayoritas PTP telah mengetahui bahwa di lokasi yang bersangkutan akan dibangun jalan
baru Lingkar Nusa Penida, dan akan terjadi pembebasan tanah yang akan melewati lokasi
tanah dan aset mereka. Masyarakat mengetahui adanya pembebasan lahan dari aparat desa
dan kerabat/saudara. Hal ini mengindikasikan bahwa rencana proyek jalan ini, termasuk
kegiatan pengadaan tanahnya, telah tersosialisasi secara meluas.
3.4.2 Preferensi PTP tentang Rencana Proyek
Secara umum, preferensi PTP terhadap rencana proyek nampaknya sangat baik, yang
tercermin dari pendapat mereka tentang ada/tidaknya manfaat proyek bagi masyarakat,
dimana mayoritas PTP menyatakan sangat bermanfaat, dengan harapan proyek ini segera
dilaksanakan.
3.4.3 Pilihan Ganti Rugi
Dalam kaitannya dengan pilihan ganti rugi yang diinginkan, mayoritas PTP memilih ganti
rugi dalam bentuk uang sebanyak 88,51%, di samping itu ada juga PTP yang
menginginkan lahan/tanah pengganti.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas udayana IV-1 IV-1
4.1 Kesimpulan Studi LARAP
Kesimpulan Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida dan Rencana Pembangunan Jalan
IKK Nusa Penida, setelah dilakukan diskusi kelompok terarah/ focus group discussion dan
analisis kuesioner adalah sebagai berikut:
1. Sosialisasi oleh team studi Larap dilakukan di 7 desa yaitu: Batununggul, Kutampi
Kaler, Sakti, Bunga Mekar, Batumadeg. Batukandik, dan Sekartaji. Isi sosialisasi
menyampaikan rencana pemerintah untuk membangun jalan lingkar dan rencana
pembangunan jalan IKK Nusa Penida.
2. Antusias penduduk dari ketujuh desa sangat tinggi untuk mendukung pelaksanaan
proyek jalan lingkar dan rencana pembangunan jalan IKK Nusa Penida, dengan
harapan bisa meningkatkan perekonomian di Pulau Nusa Penida.
3. Seluruh pemilik tanah mengharapkan agar terjadi transparansi di dalam proses
pengadaan tanah, baik proses pengukuran, penentuan dan penggantian biaya
pengadaan, hingga pengurusan sertifikat.
4. Sebagian besar warga mengharapkan penggantian biaya pengadaan lahan ditentukan
secara wajar, yang dikeluarkan oleh konsultan KJPP (Konsultan Jasa Penilai Publik)
dan berdasarkan hasil kesepakatan antara masyarakat dan Pemerintah.
5. Beberapa penduduk menginginkan agar penggantian biaya pengadaan lahan dapat
dilakukan secara tunai atau penggantian tanah di tempat lain, sehingga tidak terjadi
perubahan mata pencaharian penduduk terkena proyek.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas udayana IV-2 IV-2
6. Pemilik tanah yang tidak memiliki tanah di tempat lain, apabila tanah mereka habis
terkena pembebasan, mereka berharap agar kelangsungan hidupnya dapat diperhatikan
oleh Pemerintah, sehingga taraf ekonomi mereka tidak menurun setelah terjadi
pembebasan lahan.
7. Berdasarkan hasil dari kuesioner bahwa rencana penggunaan biaya pengadaan oleh
penduduk sangat positif, sebagian besar penduduk berencana menggunakan untuk
modal usaha yang nantinya produktif untuk peningkatan ekonomi mereka (income
generating).
8. Pemilik tanah yang memiliki sisa kapling tanah yang kecil dan bentuknya tidak
beraturan (kurang 2 are), bahwa mereka sepakat tanah mereka dibeli oleh pemerintah,
namun jika tidak, mereka berharap sisa kapling yang kecil dapat disertifikatkan oleh
Pemerintah.
9. Semua warga mengharapkan kepada pihak Pemerintah mengantisipasi dengan
memasukkan ke dalam rencana kerja tindakan/program kerja mengenai dampak yang
akan terjadi setelah pengadaan lahan, seperti: menurunnya produktivitas lahan,
penundaan pemberlakuan jalur hijau dan kenaikan pajak tanah, pengukuran kembali
tanah penduduk setelah pengadaan serta terhambatnya proses ritual dan aktivitas
warga.
10. Pemerintah diharapkan memberikan konsultan pendamping PTP, supaya proses bisa
berjalan sesuai rencana, mengingat rendahnya tingkat pendidikan PTP di 7 lokasi desa
yang dilalui jalan lingkar Nusa Penida.
4.2 Rencana Kerja Tindakan (Actions Plan) Studi LARAP
4.2.1 Prinsip Pengadaan Tanah
Prinsip dasar pengadaan lahan dalam pelaksanaan proyek ini adalah:
1. Seluruh aset PTP, baik tanah, bangunan, dan tanaman, maupun aset lainnya, berupa aset
non-fisik akan diberikan kompensasi/ganti rugi dan/atau santunan yang layak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas udayana IV-3 IV-3
2. Pemerintah Kabupaten Klungkung memberikan kompensasi/ganti rugi kepada PTP
berupa uang tunai.
3. Seluruh PTP berhak mendapatkan kompensasi/ganti rugi yang setara dengan nilai tanah,
bangunan, tanaman, dan aset lain yang menjadi miliknya. Konpensasi ganti rugi
dihitung oleh konsultan penaksir harga / KJPP (Konsultan Jasa Penilai Publik).
4. Pengurusan surat tanah/sertifikat yang baru setelah pembebasan, biayanya ditanggung
oleh Pemerintah Kabupaten Klungkung.
5. Semua bentuk kompensasi dan santunan yang diterima oleh PTP dibebaskan dari segala
pajak dan pungutan lainnya.
4.2.2 Kriteria PTP yang Berhak Mendapatkan Kompensasi/Ganti Rugi
Kriteria PTP yang berhak mendapatkan kompensasi/ganti rugi dalam pelaksanaan proyek
ini adalah:
1. Orang-orang, badan hukum atau lembaga atau unit-unit usaha yang karena pelaksanaan
suatu bagian proyek, mengalami atau akan mengalami dampak negatif pada:
Hak, kepemilikan atau manfaat atas tanah, bangunan, tanaman, dan aset yang
melekat bagi sebagian atau seluruhnya, untuk sementara atau selamanya.
Bagi PTP yang tanahnya terkena proyek seluruhnya serta dibuktikan dengan surat
kepemilikan yang sah, maka mereka berhak mendapat kompensasi/ganti rugi berupa
uang tunai yang besarnya tergantung kesepakatan warga dengan Panitia Pengadaan
Tanah. Harga kesepakatan sudah berdasarkan batasan hitungan konsultan penaksir
harga KJPP.
Rumah, tempat kerja, pekerjaan, unit usaha, lahan/usaha dan/atau sarana
lingkungannya, fasilitas umum dan tempat ibadah.
Pendapatan atau tingkat kehidupannya.
Ganti rugi yang tunai akan diberikan untuk tanah yang disertai suatu bukti kepemilikan
yang sah, tanaman, dan bangunan, baik dilengkapi dengan IMB maupun tidak, termasuk
fasilitas kelengkapannya, seperti sambungan listrik/PLN, fasilitas jaringan air bersih/PAM.
Nilai ganti rugi yang diberikan akan ditetapkan berdasarkan hasil kesepakatan PTP dengan
Panitia Pengadaan Tanah.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas udayana IV-4 IV-4
Sebelum memperoleh kompensasi/ganti rugi, PTP hendaknya:
Mengetahui sepenuhnya luas tanah dan bangunan yang terkena proyek.
Memiliki bukti kepemilikan atas tanah dan bangunannya.
Sehubungan dengan ganti rugi dalam bentuk uang tunai, maka direncanakan diadakan
negosiasi dengan Tim Pengendali Kegiatan Pembebasan/Pengadaan Tanah guna
menetapkan nilai ganti rugi atas tanah, bangunan, dan aset lainnya.
Selama berlangsungnya musyawarah/negosiasi untuk menetapkan nilai ganti rugi tanah
dan bangunan, pemilik tanah memberitahu Panitia Pengadaan Tanah/Tim Pengendali
Kegiatan Pembebasan Tanah tentang pilihan yang diambil.
Menghadiri sendiri setiap pertemuan penyuluhan dan sosialisasi, pengukuran dan
inventarisasi, pertemuan konsultasi untuk menetapkan nilai ganti rugi dengan Panitia
Pengadaan Tanah.
4.2.3 Penilaian Aset dan Tingkat Kompensasi
Jenis aset yang dapat diberikan ganti rugi meliputi:
- Tanah;
- Bangunan dan prasarana pendukung;
- Tanaman.
Cara Penilaian Tanah
Untuk menaksir nilai tanah dapat dilakukan dengan mengacu pada harga pasar dan harga
NJOP. Di samping itu, sebagai bahan pendukung dalam menaksir harga tanah tersebut,
perlu juga dipertimbangkan aspirasi warga dan harga sekitarnya.
Harga pasar, adalah harga yang telah terjadi atas transaksi jual beli tanah dan
bangunan yang terjadi di lokasi tersebut dan sekitarnya, yang kondisinya setara dengan
lokasi tapak proyek saat ini.
Harga NJOP, adalah harga yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak melalui
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP-PBB) Kabupaten Klungkung.
Harga Sekitar, adalah harga yang relevan dengan kondisi adanya proyek, seperti kelas
jalan, fungsi lahan mayoritas tanah tersebut, dan kondisi lingkungan sekitar. Harga ini
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas udayana IV-5 IV-5
dapat didekati berdasarkan taksiran harga di kantor notaris atau PPAT (Pejabat Pembuat
Akta Tanah) setempat.
Di antara ketiga acuan tersebut, harga yang paling ideal untuk PTP sebenarnya (mendekati)
harga pasar, mengingat akan kebutuhan dan persediaan pasar. Namun demikian,
mengingat data yang ada berbeda-beda dan sangat fluktuatif, khususnya pada lokasi yang
aksesbilitasnya memadai, maka taksiran harga tanah digunakan pendekatan berdasarkan
harga rata-rata. Pendekatan ini cukup realisitis karena apabila Pemerintah membayar ganti
rugi yang jauh di atas NJOP, akan dianggap sebagai penyalahgunaan pengelolaan
keuangan negara, karena peraturan perundangan yang ada (Keppres No. 55 Tahun 1993)
menentukan bahwa pemberian ganti rugi atas tanah harus mempertimbangkan NJOP.
Dalam menaksir harga tanah harus memakai konsultan KJPP.
Pengurusan Surat Tanah/Sertifikat
Adanya pemotongan bidang tanah bagi kepentingan pembangunan jalan ini berakibat
pemecahan surat tanah/sertifikat. PTP tidak harus membayar biaya pengurusan sertifikat
baru setelah pembebasan. Pengurusan dan biaya dianggarkan dari Pos Anggaran
Pembebasan Tanah. Lama Pengurusannya antara 3 sampai 6 bulan. PTP berhak menerima
tanda terima atas surat tanah yang diserahkan kepada Pemkab Klungkung. Apabila
pengurusannya ingin dilakukan sepenuhnya oleh PTP, konsekuensinya segala biaya dan
lain-lain ditanggung sendiri dengan catatan PTP harus membuat surat pernyataan yang
ditandatangani di atas materai Rp. 6.000,00.
4.2.4 Rencana Kerja Tindakan (Actions Plan)
Mengingat Desa Batununggul, Kutampi Kaler, Sakti, Bunga Mekar, Batumadeg,
Batukandik dan Sekartaji tanahnya masih dalam tahap sosialisasi, sehingga berdasarkan
atas studi dan aspirasi warga pemilik tanah dapat dirumuskan adanya suatu rencana kerja
tindakan (actions plan) yang dapat dipakai sebagai dasar bagi Pemerintah dalam
mengambil langkah dan program selanjutnya. Tabel 4.1 akan menguraikan tentang rencana
program (actions plan), warga sasaran, waktu, pembiayaan, dan juga instansi yang
bertanggung jawab.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas udayana IV-6
Tabel 4.1 Rencana Kerja Tindakan (Actions Plan) Studi LARAP
No
. Isu-isu Program
Warga Sasaran
Desa Rencana Kerja
Waktu
Kegiatan/
Target
Selesai
Jumlah/
Sumber
Anggaran
Pihak/ Instansi
Penanggung
Jawab
Progres
penanganan
1 Transparansi proses
penentuan biaya
pengadaan lahan
Batununggul
Kutampi Kaler
Sakti
Bunga Mekar
Batumadeg
Batukandik
Sekartaji
Sosialisasi untuk
membicarakan
besarnya biaya
pengadaan lahan
2016/2017 - PPK
Pengadaan
Tanah
PPK bersedia
mengadakan
sosialisasi.
2 Sisa kapling yang
sangat kecil dan
terkena sempadan
jalan
Batununggul
Kutampi Kaler
Sakti
Bunga Mekar
Batumadeg
Batukandik
Sekartaji
Pemilik tanah sepakat
bahwa sisa tanah
tersebut agar dibeli
oleh pemerintah. Jika
tidak, mereka
berharap agar sisa
tanah tersebut dapat
disertifikatkan oleh
Pemerintah
2016/2017 - PPK
Pengadaan
Tanah
Akan
ditangani
oleh PPK
Pengadaan
Tanah
3 Tanah Negara dan
jalan milik desa
yang terkena
pengadaan tanah
tidak diganti rugi
Batununggul
Kutampi Kaler
Sakti
Bunga Mekar
Batumadeg
Batukandik
Sekartaji
Pendataan ulang
status kepemilikan
tanah (tanah milik
desa/subak atau tanah
negara)
2016/2017 - PPK
Pengadaan
Akan
ditangani
oleh PPK.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas udayana IV-7
4 Kemungkinan
kenaikan pajak
tanah yang tinggi.
Kemungkinan
membayar pajak
dengan luas tanah
seperti sebelum
pengadaan tanah
Batununggul
Kutampi Kaler
Sakti
Bunga Mekar
Batumadeg
Batukandik
Sekartaji
Penundaan atau tidak
terjadinya kenaikan
pajak yang tinggi
setelah tanah
dibebaskan mengingat
tanah ini merupakan
lahan tegalan
Penyesuaian
pembayaran pajak
sesuai luas tanah
setelah pengadaan
tanah
2016/2017 - PBB
Kabupaten
Klungkung
Dispenda
Kabupaten
BPN
Kabupaten
Instansi
terkait akan
mengantisip
asi hal ini
5 Kemungkinan
terjadinya batas-
batas kepemilikan
tanah yang tidak
jelas setelah
pengadaan lahan
Batununggul
Kutampi Kaler
Sakti
Bunga Mekar
Batumadeg
Batukandik
Sekartaji
Pengukuran
kembali/pemasangan
patok/pal batas-batas
kepemilikan tanah
warga setelah
pengadaan lahan
2016/2017 - PPK
Pengadaan
BPN
Kabupaten
Isu ini akan
diantisipasi
oleh PPK
pengadaan
lahan dan
BPN
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas udayana IV-8
4.3 Rekomendasi Studi LARAP
Rekomendasi Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida dan Rencana Pembangunan
Jalan IKK Nusa Penida adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pengadaan tanah hendaknya lebih konsultatif (antara pemilik tanah,
pemuka desa/adat, aparat desa dan Pemerintah/Panitia Pengadaan Tanah), partisipatif,
lebih transparan (transparancy), dan dapat dipertanggungjawabkan (accountability)
baik dari tahap sosialisasi sampai kepada pasca pengadaan lahan.
2. Pengadaan lahan seharusnya dilaksanakan secara menyeluruh (integrated) dan sinkron
untuk menghindari terjadinya fluktuatif harga lahan dan permainan para spekulan
tanah.
3. Sosialisasi pengadaan tanah hendaknya pertama-tama ditujukan kepada pemegang hak
atas tanah (direct information).
4. Penentuan biaya pengadaan yang ditawarkan oleh Pemerintah hendaknya
mempertimbangkan NJOP, fungsi lahan dan sarana prasarana yang ada di lokasi serta
memperhatikan harga pasaran berdasarkan data transaksi jual beli terakhir di notaris.
5. Perlu diadakan penanganan secara khusus (special treatment) bagi pemilik tanah yang
sisa kaplingnya sangat kecil atau bahkan habis setelah pengadaan lahan dalam bentuk
pemberian ganti rugi atau penataan sempadan/jalur hijau sesuai kesepakatan antara
pemilik tanah dan pemerintah.
6. Selama tanah belum diadakan segala proses transaksi jual beli yang dilakukan pemilik
tanah dan pihak notaris hendaknya dikoordinasi dengan aparat/pemuka desa setempat
untuk memudahkan pelacakan terhadap kepemilikan tanah berikutnya.
7. Setelah pengadaan lahan, perlu dilakukan pengukuran ulang oleh Panitia Pengadaan
Tanah/Pemerintah untuk menentukan batas-batas kepemilikan yang jelas dari pemilik
tanah, hal ini sebagai berita acara bagi pihak PBB dalam penyesuaian pembayaran
pajak.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas udayana IV-9
8. Secara umum dapat digarisbawahi bahwa pelaksanaan proyek ini harus dapat
meningkatkan kelangsungan peluang pekerjaan dan pendapatan (income generations)
dari masyarakat bukan sebaliknya menurunkan perekonomian masyarakat. Hal ini
dapat dilakukan dengan memberikan informasi dan pengarahan yang efektif melalui
sosialisasi langsung mengenai penanganan terhadap ganti rugi pengadaan lahan, dan
mengantisipasi faktor-faktor lain yang mengakibatkan penurunan kondisi sosial
ekonomi tersebut.
9. Mengingat lahan setempat umumnya adalah lahan tegalan, karenanya diharapkan pihak
pemerintah tidak memberlakukan kenaikan pajak yang tinggi di lokasi serta
mengadakan penyesuaian pembayaran pajak sesuai luas tanah mereka setelah
pengadaan lahan.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas udayana IV-10
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman (1978), Masalah Pencabutan Hak-hak atas Tanah dan Pembebasan Tanah
di Indonesia (Seri Hukum Agraria), Alumni, Bandung.
Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Pemukiman
Nasional (1996), Kerangka Acuan Penyusunan Tata Kerja Badan Pengendalian
Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Daerah (BP4D), Jakarta: BKP4N.
BAPPENAS (1996), A Summary of Indonesia Sixth Five-Year Development Plan,
Unpublished Paper.
Boedi Harsono (1996), Hukum Agraria Indonesia(Himpunan Peraturan-peraturan Hukum
Tanah), Cetakan ke-13, Djambatan, Jakarta.
Christine Kessides (1993), Institutional Options for the Provision of Infrastructure, World
Bank, Washington, D.C.
Fakultas Teknik Universitas (2014), Laporan Akhir ”Studi Kelayakan Jalan Lingkar Nusa
Penida”, Dinas Pekerjaan UmumKabupaten Klungkung, Bali.
Oloan Sitorus dan Balans Sebayang (1996), Konsolidasi Tanah Perkotaan, Cetakan
Pertama, Mitra Kebijakan Tanah Indonesia, Yogyakarta.
Pemerintah Kabupaten Cianjur (2004), Laporan Akhir Rencana Kerja Pengadaan Tanah,
Pemukiman Kembali dan Pembinaan Masyarakat yang Terkena Proyek
Pembangunan Jalan Lingkar Timur Kota Cianjur, Land Acquisition and
Resettlement Action Plan (LARAP).
Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 410-4245 Tanggal 7 Desember 1991
tentang Petunjuk Pelaksanaan Konsolidasi Tanah.
Surat Edaran Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Bali No.
420.61-228 Tanggal 24 Januari 1998 tentang Keputusan Rapat Kerja Teknis
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Bali Tanggal 25 Juli dan 1
September 1997 di Denpasar.
Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 410-1078
Tanggal 1 Mei 1996 tentang Petunjuk Teknis Konsolidasi Tanah.
Suryanto (1983), Model Neighborhood Unit Sebagai Pendukung Proses Pengembangan
Komunitas, Program Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Pasca Sarjana,
Institut Teknologi Bandung.
Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida
Fakultas Teknik Universitas udayana IV-11
UNHCS (1990), Human Settlements and Sustainable Development: The Role of Human
Settlement Policies in Meeting Developments Goals and in Addressing the Issue of
Sustainability at Global And Local Levels, Nairobi.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992, tentang Penataan Ruang,
Kantor Menteri Negara dan Lingkungan Hidup, Jakarta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1212, tentang Pengadaan Tanah
Untuk Kepentingan Umum, Kantor Menteri Negara dan Agraria, Jakarta.
Perpres Nomor 71Tahun 2012, tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Jakarta
Perpres Nomor 40 Tahun 2014, Perubahan atas peraturan presiden nomor: 71 tahun 2014,
tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum, Jakarta
Perpres Nomor 99Tahun 2014, Perubahan kedua peraturan presiden nomor 71 tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum, Jakarta
Perpres Nomor 30 Tahun 2015, Perubahan ketigas peraturan presiden nomor 71 tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum, Jakarta
Peraturan Kepala BPN Nomor 5 Tahun 2012, tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Jakarta
Peraturan Memkeu Nomor 13/PMK.01/2013, tentang Standar Biaya Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Jakarta
Kerjasama Pemerintah Kabupaten
Kelungkung Dengan Fakultas Teknik
Universitas Udayana
2015
Kerjasama Pemerintah Kabupaten
Kelungkung Dengan Fakultas Teknik
Universitas Udayana
2015
Kerjasama Pemerintah Kabupaten
Klungkung Dengan Fakultas Teknik
Universitas Udayana
2015
Kerjasama Pemerintah Kabupaten
Klungkung Dengan Fakultas Teknik
Universitas Udayana
2015
Kerjasama Pemerintah Kabupaten
Klungkung Dengan Fakultas Teknik
Universitas Udayana
2015
Kerjasama Pemerintah Kabupaten
Klungkung Dengan Fakultas Teknik
Universitas Udayana
2015
Kerjasama Pemerintah Kabupaten
Klungkung Dengan Fakultas Teknik
Universitas Udayana
2015
Kerjasama Pemerintah Kabupaten
Klungkung Dengan Fakultas Teknik
Universitas Udayana
2015
Kerjasama Pemerintah Kabupaten
Klungkung dengan Fakultas Teknik
Universitas Udayana
2015
Kerjasama Pemerintah Kabupaten
Klungkung dengan Fakultas Teknik
Universitas Udayana
2015
Kerjasama Pemerintah Kabupaten
Klungkung Dengan Fakultas Teknik
Universitas Udayana
2015
Kerjasama Pemerintah Kabupaten
Klungkung dengan Fakultas Teknik
Universitas Udayana
2015
Kerjasama Pemerintah Kabupaten
Klungkung dengan Fakultas Teknik
Universitas Udayana
2015