kata pengantar · kata pengantar puji syukur kita panjatkan kehadirat allah tuhan yang maha esa ......
TRANSCRIPT
1
2
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa
atas terselesaikannya penyusunan perangkat materi Bimtek
Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 bagi Kepala
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Materi pendampingan
disusun oleh tim pengembang terdiri atas unsur pengarah,
pengembang kurikulum 2013, Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Balitbang Dikbud, Unit Implementasi Kurikulum 2013 (UIK),
Badan PSDMK&PMP, Narasumber (NS), instruktur nasional
(IN), dosen, widyaiswara, dan dari unsur lapangan yaitu
pengawas, kepala sekolah, guru SMP pelaksana Kurikulum
2013.
Materi bimtek ini merupakan bahan acuan bagi narasumber,
peserta bimtek pendampingan, dan kepala sekolah SMP
pendamping serta kepala SMP sasaran dalam memantapkan
pelaksanaan Kurikulum 2013 melalui program pendampingan
dengan pola “in – on – in – on – in”. Pola pendampingan “In”
berarti para kepala SMP berhimpun di Musyawarah Kerja
Kepala Sekolah (MKKS) untuk mendiskusikan berbagai kendala
yang terkait dengan implementasi Kurikulum di sekolahnya, dan
pola “On” berarti kepala SMP pendamping melakukan kunjungan
pendampingan ke SMP sasaran dalam rangka melakukan
refleksi dan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi
dalam implementasi kurikulum 2013. Materi/bahan ajar pada
bimtek pendampingan kepala sekolah SMP meliputi Kebijakan
Implementasi Kurikulum 2013, Penyusunan KTSP, Integrasi
Muatan Lokal, Integrasi Ekskul Kepramukaan, Matrikulasi,
Pemahaman terhadap buku guru dan buku siswa, Penyusunan
ii
RPP, Media Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran,
Pelaksanaan Penilaian, Pengelolaan Layanan BK dan Persiapan
Peminatan, Interaksi dengan Orangtua Siswa, Pengelolaan
Peran Guru TIK.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih serta
penghargaan atas dedikasi yang tinggi para tim pengembang
materi yang berupaya untuk menggali dan mengantisipasi
sejumlah permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan
kurikulum di sekolah dan berupa mencari alternatif solusi yang
disesuaikan dengan kebutuhan perbaikan mutu implementasi
Kurikulum 2013 secara berkelanjutan.
Semoga materi bimtek ini dapat membantu narasumber, peserta
bimtek, kepala SMP pendamping, kepala SMP sasaran dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2013.
Jakarta, Agustus 2014
Direktur Pembinaan PTK Dikdas
Sumarna Surapranata, Ph.D NIP. 195908011985031002
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB II HAKIKAT MUATAN LOKAL ............................................................ 2
A. Pengertian Muatan Lokal ................................................................. 2
B. Tujuan .............................................................................................. 3
C. Prinsip Muatan Lokal ........................................................................ 3
D. Lingkup dan Jenis Muatan Lokal ...................................................... 4
E. Bentuk Muatan Lokal ....................................................................... 4
F. Mekanisme Pengembangan Muatan Lokal ...................................... 5
G. Mekanisme Pelaksanaan ................................................................. 5
H. Daya Dukung Pelaksanaan Muatan Lokal ....................................... 6
I. Aktifitas Pembelajaran ..................................................................... 7
BAB III ANALISIS POTENSI DAERAH DALAM INTEGRASI MUATAN
LOKAL PADA KURIKULUM 2013 .............................................................. 9
A. Analisis Potensi Daerah ................................................................. 9
B. Langkah-Langkah Analisis Potensi Daerah dan Penentuan Bentuk
Mulok ...................................................................................................... 9
1
BAB I PENDAHULUAN
Indonesia sangat kaya dengan berbagai hasil budaya dan keunikan
lainnya. Semua itu merupakan kearifan lokal yang harus terus dijaga dan
dikembangkan sehingga jati diri kita sebagai anak bangsa manjadi kuat.
Oleh karena itu ketahanan budaya dari pengaruh arus globalisasi semakin
tangguh dan dapat dibanggakan.
Upaya paling efektif untuk menjaga, memelihara, dan
mengembangkan hasil budaya dan keunikan tersebut yaitu melalui
pendidikan. Berkaitan dengan ini, pemerintah sudah membuat berbagai
regulasi berupa peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 77B ayat 6 dinyatakan bahwa
Struktur Kurikulum untuk satuan pendidikan dasar berisi muatan umum.
Muatan umum sebagaimana dimaksud terdiri atas:
a. muatan nasional untuk satuan pendidikan; dan
b. muatan lokal untuk satuan pendidikan sesuai dengan potensi dan
keunikan lokal
Hal ini berarti bahwa pada struktur kurikulum berisi muatan nasional yang
diakomodir dalam mata pelajaran kelompok wajib A dan muatan lokal
yang diakomodir dalam mata pelajaran wajib kelompok B.
Bahan ajar ini membahas tentang konsep muatan lokal, sedangkan
langkah-langkah pengembangan dan integrasinya pada kurikulum 2013
dituangkan pada Handout Integrasi Muatan Lokal pada Kurikulum 2013
dan Lembar kerja sebagai suplemen dari bahan ajar ini.
2
BAB II HAKIKAT MUATAN LOKAL
Berdasarkan struktur kurikulum 2013 pada jenjang pendidikan
dasar, terdapat mata pelajaran yang berada pada kelompok A dan
kelompok B. Mata pelajaran kelompok A adalah Mata pelajaran kelompok
mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Sedangkan
mata pelajaran Kelompok B adalah kelompok mata pelajaran yang
kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal
yang dikembangkan oleh pemerintah daerah. Mata pelajaran kelompok B
terdiri atas mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya serta Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Hal ini berarti mata pelajaran
kelompok B merupakan mata pelajaran yang memuat konten muatan
lokal. Berdasarkan hasil revisi Permendikbud Nomor 81A tentang Muatan
Lokal dinyatakan bahwa muatan lokal yang dikembangkan oleh
pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya dan/atau satuan pendidikan dapat berbentuk sejumlah
bahan kajian terhadap keunggulan dan kearifan daerah tempat tinggalnya
yang menjadi:
1. Bagian mata pelajaran kelompok B pada struktur kurikulum; dan/atau
2. Mata pelajaran yang berdiri sendiri pada kelompok B sebagai mata
pelajaran muatan lokal dalam hal pengintegrasian tidak dapat
dilakukan.
Terkait dengan muatan lokal ini, kepala sekolah sebagai pemimpin
pembelajaran harus dapat membantu guru di sekolah untuk melakukan
kajian dan analisis tentang potensi daerah yang akan diintegrasikan ke
dalam mata pelakjaran kelompok B atau menjadi mata pelajaran tersendiri
alam kelompok B.
A. Pengertian Muatan Lokal
Muatan local adalah bahan kajian pada satuan pendidikan yang
berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan
3
keunikan lokal yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman
peserta didik terhadap keunggulan dan kearifan di daerah tempat
tinggalnya. Muatan lokal merupakan bahan kajian yang
dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik
terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya.
B. Tujuan
Muatan lokal sebagai bahan kajian yang membentuk pemahaman
terhadap potensi daerah tempat tinggalnya bermanfaat untuk
memberikan bekal sikap, pengetahuan, dan keterampilan kepada
peserta didik agar:
1. mengenal dan mencintai lingkungan alam, sosial, budaya dan
spiritual di daerahnya; dan
2. melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan kearifan
daerah yang berguna bagi diri dan lingkungannya dalam rangka
menunjang pembangunan nasional
C. Prinsip Muatan Lokal
Pengembangan muatan lokal untuk satuan pendidikan selain
memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan KTSP juga
memperhatikan prinsip-prinsip berikut.
1. Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik.
2. Keutuhan Dalam Pengembangan Semua Kompetensi.
Substansi kurikulum muatan lokal mencakup keseluruhan
dimensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan).
3. Fleksibilitas dalam Jenis, Bentuk, dan Pengaturan Waktu.
Jenis muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan
pengaturan waktunya bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi
dan karakteristik satuan pendidikan.
4. Kebermanfaatan.
4
Penetapan muatan lokal berorientasi pada upaya pengenalan,
pelestarian, dan pengembangan potensi daerah untuk
kepentingan nasional dan menghadap tantangan global.
D. Lingkup dan Jenis Muatan Lokal
Lingkup muatan lokal berupa potensi dan keunikan lokal yang
terkait dengan seni budaya; prakarya; pendidikan jasmani,
olahraga, dan kesehatan; bahasa; dan/atau teknologi. Jenisnya
dapat berupa bahasa daerah, kesenian daerah, keterampilan dan
kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai
ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu
untuk pengembangan potensi dan kebutuhan daerah yang
bersangkutan.
E. Bentuk Muatan Lokal
Bentuk muatan local dapat berupa bahankajian tentang keunggulan
dan kearifan daerah tempat tinggalnya, dapat berupa:
a. bagian mata pelajaran kelompok B pada struktur kurikulum;
dan/atau
b. mata pelajaran yang berdiri sendiri pada kelompok B sebagai
mata pelajaran muatan lokal dalam hal pengintegrasian tidak
dapat dilakukan.
1. Dokumen
Lingkup muatan lokal baik yang menjadi bagian mata
pelajaran maupun berupa mata pelajaran yang berdiri sendiri
sekurang-kurangnya terdiri atas:
a. kompetensi dasar yang mengacu pada kompetensi inti,
b. silabus yang memuat pembelajaran dengan pendekatan
saintifik dan penilaian otentik, dan
c. buku teks pelajaran (buku siswa dan buku guru) yang
berbasis aktivitas.
5
F. Mekanisme Pengembangan Muatan Lokal
Mekanisme pengembangan muatal lokal pada Kurikulum 2013 di
satuan pendidikan dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
a. analisis konteks lingkungan alam, sosial dan/atau budaya;
b. identifikasi muatan lokal;
c. perumusan kompetensi dasar untuk setiap jenis muatan lokal;
d. penentuan tingkat satuan pendidikan yang sesuai untuk setiap
kompetensi dasar;
e. pengintegrasian kompetensi dasar ke dalam muatan
pembelajaran yang relevan;
f. penetapan muatan lokal sebagai bagian dari muatan
pembelajaran atau menjadi muatan pembelajaran yang berdiri
sendiri;
g. penyusunan silabus; dan
h. penyusunan buku teks pelajaran.
G. Mekanisme Pelaksanaan
Pelaksanaan muatan lokal memperhatikan rambu-rambu berikut.
a. Muatan lokal diselenggarakan oleh satuan pendidikan dengan
memperhatikan sumber daya pendidikan yang tersedia.
b. Setiap satuan pendidikan dapat menambah beban belajar
maksimal 2 (dua) jam/minggu untuk muatan lokal yang
ditetapkan sebagai muatan pembelajaran yang berdiri sendiri,
berdasarkan pertimbangan kebutuhan belajar peserta didik
dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain
yang dianggap penting oleh satuan pendidikan dan atau
daerah.
6
c. Kebutuhan sumber daya pendidikan sebagai implikasi
penambahan beban belajar muatan lokal ditanggung oleh
pemerintah daerah yang menetapkan.
H. Daya Dukung Pelaksanaan Muatan Lokal
Daya dukung pelaksanaan muatan lokal meliputi:
a. Kebijakan Muatan Lokal
Pelaksanaan muatan lokal harus didukung dengan kebijakan
Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota,
dan satuan pendidikan sesuai kewenangannya.
b. Sumber Daya Pendidikan
1) Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik yang ditugaskan sebagai pengampu muatan
lokal memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi tenaga
pendidik sesuai dengan mata pelajaran muatan lokal yang
diampunya. Apabila tidak terpenuhi maka satuan pendidikan
harus mengusahakan tenaga pendidik memperoleh sertifikat
pelatihan pada aspek mata pelajaran yang sesuai.
Tenaga pendidik muatan lokal dapat berasal dari luar satuan
pendidikan, seperti: satuan pendidikan terdekat, tokoh
masyarakat, pelaku sosial-budaya, dan lain-lain.
2) Sarana dan Prasarana Satuan Pendidikan
Kebutuhan sarana dan prasarana muatan lokal yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah harus dipenuhi oleh
pemerintah daerah, sedangkan yang ditetapkan oleh satuan
pendidikan harus dipenuhi oleh satuan pendidikan.
Peran Kepala Sekolah terkait dengan integrasi muatan lokal pada
kurikulum 2013 antara lain:
1. Meyusun perencanaan muatan lokal
7
2. Melakukanpendampingan di sekolah untuk melakukan integrasi
muatan lokal pada
kurikulum 2013 di SD dan SMP.
3. Memfasilitasi pelaksanaan muatan lokal di sekolah terkait
dengan sumberdaya sekolah
Untuk mendukung peran kepala sekolah terkait dengan integrasi muatan
lokal, maka modul ini akan membantu kepala sekolah untuk:
1. Analisis potensi daerah dan penentuan bentuk muatan lokal
(integrasi atau mata pelajaran tersendiri) serta menyusun
kompetensi dasar muatan lokal.
2. Mengembangkan silabus muatan lokal
3. Menyusun bahan ajar muatan local
I. Aktifitas Pembelajaran
Aktifitas pembelajaran untuk materi Integrasi Muatan Lokal
mengacu pada pendekatan “scientific”, dimana peserta diklat
diminta untuk mencari tahu, menggali informasi dan mencoba
mengerjakan tugas kelompok; yang diakhiri dengan melakukan
presentasi dan menyajikan hasil kerja kelompok.
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan
“scientific” dilakukan sebagai berikut :
1. Fasilitator menayangkan permasalahan terkait dengan muatan
lokal dan integrasinya. Peserta diklat membaca masalah terkait
dengan integrasi muatan lokal pada kurikulum 2013 yang
disajikan oleh fasilitator melalui bahan tayang. Selanjutya
fasilitator memberikan HandoutIntegrasi Muatan Lokal Pada
Kurikulum 2013, LK 1, LK2 , LK3 dan LK4; selanjutnya
meminta peserta diklat membacanya.
2. Selanjutnya fasilitator meminta peserta diklat untuk membuat
pertaanyaan dan berdiskusi tentang masalah yang disajikan
8
fasilitator, Handout Integrasi Muatan Lokal pada Kurikulum
2013, LK1, LK2 , LK3 dan LK4. untuk menggali lebih dalam hal-
hal yang masih belum dimengerti.
3. Peserta diklat melakukan diskusi kelompok untuk mempertegas
pemahaman dan menjawab masalah, pertanyaan terkait
dengan Handout Integrasi Muatan Lokal pada Kurikulum 2013,
LK1, LK2 , LK3 dan LK4 serta menggunakan Bahan Ajar
Integrasi Muatan Lokal pada Kurikulum 2013. Setelah
memperoleh pemahaman yang sama diantara anggota
kelompok, selanjutnya peserta diklat mencoba untuk
mengerjakan LK i, LK2, LK3 dan LK4. Saat berdiskusi dan
kerja kelompok fasilitator membimbing, mengarahkan,
memfasilitasi peserta diklat.
4. Selanjutnya pengalaman, temuan dan kendala yang dijumpai
peserta diklat saat melakukan diskusi dan mengerjakan tugas
kelompok, dianalisis dan disimpulkan
5. Peserta diklat diminta untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompok.
9
BAB III ANALISIS POTENSI DAERAH DALAM INTEGRASI MUATAN
LOKAL PADA KURIKULUM 2013
A. Analisis Potensi Daerah
Integrasi muatan lokal (Mulok) pada kurikulum 2013 berasal dari
hasil analisis potensi daerah dan hasil analisis kbutuhan daerah.
Berdasarkan revisi Permendikbud Nomor 81A tahun 2013, yang
dimaksud dengan potensi daerah adalah kemampuan yg mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan atau kekuatan yang terdapat di
daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan
alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya.
Sedangkan kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang
diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk
kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat
tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta
potensi daerah yang bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut
adalah seperti kebutuhan untuk:
a. melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;
b. meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu
sesuai dengan keadaan perekonomian daerah;
c. meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris untuk keperluan
peserta didik dan untuk mendukung pengembangan potensi
daerah, seperti potensi pariwisata; dan
d. meningkatkan kemampuan berwirausaha.
B. Langkah-Langkah Analisis Potensi Daerah dan Penentuan
Bentuk Mulok
Untuk mempermuah melakukan analisis potensi daerah, perhatikan
format berikut.
Melalui format 1 ini sekolah akan dibantu untuk menggali potensi
daerah terkait dengan laingkup muatan lokal.
10
Format 1. Analisis Potensi Daerah.
Pertanyaan Isilah sesuai
potensi di daerah
1. Potensi apa yang mungkin bias
dikembangkan menjadi muatan lokal di
sekolah Saudara.
a. Seni budaya (seni lukis, seni tari, seni
musik, seni teater)
b. Prakarya
c. Penjasor
d. Kesehatan
e. Bahasa
f. Teknologi
Sebutkan apa
saja!
2. Dari pertanyaan nomor 1 potensi manakah
yang dapat dikembangkan di sekolah sesuai
dengan kondisi SDM dan fasilitas yang
dimiliki? Mengapa memilih potensi tersebut?
3. Apakah ada potensi lain yang diperlukan
untuk pengembangan potensi daerah
(kebutuhan daerah)?
Berdasarkan hasil kajian no 1 akan ditemukan lingkup muatan
lokal yang merupakan keunggulan yang berada di daerah tertentu antara
lain bidang seni budaya; prakarya; pendidikan jasmani, olahraga, dan
kesehatan; bahasa; dan/atau teknolog. Setelah itu sekolah harus
menentukan bentuk muatan lokal yang akan di integrasikan pada
kurikulum 2013 (bentuk melalui mata pelajaran yang ada atau menjadi
mata pelajaran yang berdiri sendiri). Untuk menentukan bentuk muatan
lokal yang akan diintegrasikan di sekolah, maka sekolah harus melakukan
kajian KD yang ada pada kurikulum 2013 (SMP / SD) pada ke 3 mata
pelajaran kelompok B (seni budaya, Prakarya dan Penjaskesor) khusus
untuk KD pengetahuan dan KD keterampilan.
11
Misalnya : mata pelajaran seni budaya, aspek senii tari. KD pada
seni tari kelas VII memiliki KD pengetahuan dan keterampilan
seperti di bawah ini:
KD pengetahuan (3.1) : Memahami gerak tari berdasarkan unsur
ruang waktu dan tenaga.
KD keterampilan (4.1) : Melakukan gerak tari berdasarkan unsur
ruang waktu dan tenaga
Jika ditelaah dari KD 3.1 dan 4.1 diatas, belum secara spesifik
menentukan jenis tari yang akan dikembangkan. Oleh karena itu sekolah
dapat menentukan jenis seni tari yang berkembang di daerah setempat,
misalnya tari jaipong (Jawa barat), tari pendet (Bali), tari topeng (betawi)
dan seterusnya. Hal ini berarti secara otomatis bentuk integrasi muatan
lokal ada dalam bentuk integrasi pada mata pelajaran yang ada.
Namun jika kompetensi yang akan dikembangkan merupakan
kompetensi yang tidak terdapat pada KD pengetahuan atau KD
keterampilan yang terdapat pada kurikulum 2013, sekolah dapat
menentukan integrasi muatan lokal menjadi mata pelajaran yang berdiri
sendiri dan masuk kelompok mata pelajaran B. Jika hal ini terjadi maka
sekolah harus menyusun KD pengetahuan dan KD keterampilan, silabus
dan bahan ajarnya. Secara skematis analisis potensi dan kebutuhan
daerah dapat dilihat pada gambar 1.
1. Perumusan Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah berisikan kemampuan dan muatan
pembelajaran untuk mata pelajaran pada sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah yang mengacu pada Kompetensi Inti.
Rumusan kompetensi dasar (KD) merupakan turunan dari kompetensi inti
(KI). Rumusan KD pengetahuan meliputi dimensi proses kognitif dan
dimensi pengetahuan.
12
Contoh: Memahami gerak tari berdasarkan unsur ruang waktu dan
tenaga
Rumusan KD keterampilan meliputi dimensi kognitif atau dimensi
psikomotorik (salah satu diantara keduanya) dan dimensi pengetahuan.
Contoh : melakukan gerak tari berdasarkan unsur ruang waktu dan
tenaga (KD ini merupakan dimensi psikomotorik).
IDENTIFIKASI POTENSI DAERAH
IDENTIFIKASI
PRODUK
DAERAH
IDENTIFIKASI PRODUK
YANG AKAN
DIINTEGRASIKAN
PRODUK YANG AKAN
DIINTEGRASIKAN SESUAI
SUMBERDAYA SEKOLAH
IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN
DAERAN
ANALISIS KD MAPEL
MUATAN LOKAL
KOMPETENSI
KEBUTUHAN LOKAL
MUATAN LOKAL
INTEGRASI PADA
MAPEL YANG ADA
MUATAN LOKAL
INTEGRASI PADA
MAPEL YANG ADA
BERDIIRI SENDIRI
SEBAGAI MAPEL
MAPEL MUATAN
LOKAL
13
Gambar 1. Skema Analisis Potensi dan Kebutuhan Daerah
Kompetensi Dasar merupakan penjabaran dari Kompetensi Inti dan
terdiri atas:
a. Kompetensi Dasar sikap spiritual;
b. Kompetensi Dasar sikap sosial;
c. Kompetensi Dasar pengetahuan; dan
d. Kompetensi Dasar keterampilan.
Khusus untuk menyusun rumusan KD, yang perlu dirumuskan hanya
KD untuk pengetahuan dan KD untuk keterampilan, KD sikap dapat
mengikuti mata pelajaran yang lain.
Langkah-langkah penyusunan KD:
1. Identifikasi kemampuan apa yang diharapkan dapat dikuasai
peserta didik terkait muatan lokal hasil analisis LK1 yang belum
terakomodir di mata pelajaran kelompok B.
2. Tentukan level kemampuan yang diharapkan dapat dicapai
peserta didik, misalnya :
a. KD pengetahuan : berdasarkan rumusan kompetensi inti (KI)
level dimensi kognitif untuk pengetahuan sampai
“menerapkan”, sehingga sekolah dapat menggunakan kognitif
level 2 (memahami) dan kognitif level 3 (menerapkan).
b. KD keterampilan: berdasarkan rumusan kompetensi inti (KI)
level keterampilan, ada pada:
1) ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat)
2) ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang)
3. Rumuskan KD sesuai level kemampuan yang diharapkan dapat
dicapai siswa:
Misalnya : mata pelajaran bahasa daerah
14
KD pengetahuan : memahami kosa kata bahasa daerah (isi apa
nama bahasa daerah)
KD keterampilan : mengucapkan kosa kata bahasa daerah (isi apa
nama bahasa daerah).
2. Penyusunan Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk
setiap bahan kajian mata pelajaran. Berdasarkan Permendikbud
Nomor 65 Tahun 2013 dinyatakan bahwa silabus paling sedikit
memuat:
a. Identitas mata pelajaran (khususSMP/MTs/SMPLB/Paket B dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan);
b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
c. Kompetensi inti,merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
d. kelas dan mata pelajaran;
e. kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait
muatan atau
f. mata pelajaran;
g. tema(khususSD/MI/SDLB/Paket A);
h. materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator pencapaian kompetensi;
i. pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan
peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
j. penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta
didik;
15
k. alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan
l. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik,
alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
Lebih jauh dijelaskan pada Standar proses bahwa silabus
dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar
Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola
pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan
sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
Langkah-langkah penyusunan silabus:
1. Analisis KD pengetahuan dan KD keterampilan. Tentukan KD
pengetahuan nomor
berapa yang menjadi satu kesatuan dengan KD keterampilan
nomor berapa.
2. Buatlah komponen silabus seperti uraian diatas (bisa gunakan
format berikut).
3. Isikanlah sesuai dengan penjelasan berikut.
Format penyusunan Silabus.
SILABUS MATA PELAJARAN: ...................
Satuan Pendidikan : ..............
Kelas : ..............
Kompetensi Inti :
KI1 ....................................................................................
KI 2....................................................................................
KI 3....................................................................................
KI 4....................................................................................
16
KOMPETE
NSI
DASAR
MATE
RI
POKO
K
PEMBELAJA
RAN
PENILAI
AN
ALOK
ASI
WAKT
U
SUMB
ER
BELAJ
AR
Cara pengisian kolom :
Kolom KD : dit: : dituliskan semua KD dari KI1 dan KI2;
sedangkan KD3 dan KD 4 yang sepadan
Kolom Materi pokok
pembelajaran
: dituliskan berdasarkan KD dari 3 dan KD dari KI
4, berbentuk kata benda atau kata kerja yang
dibendakan
Kolom
Pembelajaran
: dilakukan dari mulai mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan
mengkomunikasikan
Kolom Penilaian : dituliskan jenis dan bentuk penilaian dari KD1
sampai KD4
Kolom Alokasi
Waktu
: prediksi waktu yang diperlukan untuk 1 silabus.
Dituliskan frekuensi pertemuan
Kolom Sumber
Belajar
: dituliskan sumber belajar yang digunakan peserta
didik saat belajar
3. Penyusunan Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru/instructor dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis
maupun bahan tidak tertulis.
17
(National Center for Vocational Education Research Ltd/National
Center for Competency Based Training).
Yang termasuk bahan ajar antara lain meliputi:
1. Lembarinformasi(information sheet)
2. Operation sheet
3. Jobsheet
4. Worksheet
5. Handout
6. Modul
Berdasarkan Permendikbud Nomor 71 Tahun 2013 dinyatakan bahwa
bahan ajar terkait kurikulum 2013 terdiri dari buku teks pelajaran dan
buku panduan guru. Buku teks pelajaran adalah buku siswa yang akan
digunakan pada proses pembelajaran, sedangkan buku panduan guru
yang akan digunakan guru saat proses pembelajaran.
Langkah-langkah penyusunan bahan ajar antara lain:
1. Identifikasi kebutuhan bahan ajar terkait dengan jumlah kegiatan
pembelajaran yang sesuai silabus.
Kompete
nsi dasar
Indikat
or
Materi
Pembelajar
an
Topik
Kegiatan
Pembelajar
an
Uraian
Materi
pembelajar
an
Langkah-
langkah
pembelajar
an
3.1
4.1
18
Cara pengisian:
Kolom Kompetensi Dasar : diisi dengan KD dari KI 3 dan KD dari
KI 4 dalam materi pokok yang sama.
Kolom Indikator : diisi dengan indikator dari KD
pengetahuan dan keteraampilan.
Kolom Materi pembelajaran : diisi dengan materi pokok dari
indikator pengetahuan dan keterampilan
Kolom Topik kegiatan pembelajaran : ddiisi dengan topik dari
setiap kegiatan pembelajaran mengacu pada indikator dan materi
pembelajaran.
Kolom Langkah-langkah pembelajaran : diisi dengan rancangan
kegiatan pembelajaran mengacu pada pendekatan scientific.
2. Gunakan hasil analisis no 1 untuk menyusun bahan ajar yang
menggabungkan antara uraian materi pembelajaran dengan langkah-
langkah kegiatan pembelajaran. Gunakan uraian materi
pembelajaran menjadi outline bahan ajar pada setiap topik kegiatan
pembelajaran yang akan disusun.