kata pengantar...ii kata pengantar uji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah subhanahu wa...

86
i 6

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    6

  • ii

    KATA PENGANTAR

    uji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah

    memberikan Rakhmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Kinerja

    Instansi Pemerintah (LKIP) Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2019 dapat

    diselesaikan. Dokumen LKIP ini merupakan bentuk laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

    kegiatan secara kinerja dan anggaran, yang meliputi Urusan Pertanian.

    LKIP Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2019 ini merupakan

    tindak lanjut dari amanat Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi

    Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas

    Kinerja Instansi Pemerintah secara substansi menyatakan bahwa agar setiap pimpinan

    instansi pemerintah melakukan evaluasi atas implementasi SAKIP di lingkungannya setiap

    tahun. Selanjutnya Kepala Perangkat Daerah menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

    (LKIP) berdasarkan Perjanjian Kinerja yang disepakati dan menyampaikannya kepada Bupati,

    paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

    Penyusunan laporan ini dilaksanakan melalui rekapitulasi dan pengumpulan data serta

    informasi dari berbagai sumber, yaitu dokumen Lakip dan data penunjang Tahun 2019 pada

    Dinas Pertanian Kabupaten Bandung.

    Laporan ini berisikan tentang perbandingan target kinerja dan anggaran yang sudah

    ditetapkan pada dokumen perencanaan dinas dengan realisasi kinerja dan anggaran pada

    tahun 2019. Selain itu, LKIP ini juga membandingkan data realisasi kinerja pada kurun tahun

    tertentu. Laporan ini juga bisa dijadikan sebagai evaluasi dan bahan dasar pengambilan

    kebijakan pembangunan pertanian pada waktu yang akan datang.

    Demikian penyusunan Laporan ini, semoga bermanfaat bagi yang berkepentingan.

    Soreang, Maret 2020

    Kepala Dinas Pertanian

    Kabupaten Bandung

    Ir. H. A. Tisna Umaran, MP Pembina Utama Muda

    NIP 196409231992031005

    P

  • iii

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    Terdapat 6 Indikator utama yang ditetapkan pada tahun 2019, 5 indikator diantaranya

    dapat memenuhi bahkan melebihi target yang ditetapkan, sedangkan 1 indikator lainnya

    belum dapat memenuhi target yang ditetapkan. Indikator utama yang mencapai target bahkan

    melebihi ialah Jumlah Produksi Komoditi Pertanian tanaman pangan, hortikultura dan

    perkebunan, Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan pertanian, Persentase

    kelompok yang naik kelas, Nilai Akuntabilitas Kinerja dan Jumlah Populasi Ternak. Indikator

    lain yang belum mencapai target yaitu Persentase aset dalam kondisi baik.

    Realisasi Capaian tertinggi terdapat pada indikator Persentase kelompok yang naik

    kelas sebesar 117,21%, sedangkan terendah pada indikator Persentase aset dalam kondisi

    baik sebesar 89,9%. Berdasarkan kondisi tersebut maka khusus untuk beberapa indikator

    yang belum mencapai target yang ditetapkan haruslah mendapatkan prioritas agar pada akhir

    rencana strategis target yang tidak tercapai dapat terkompensasi

    Anggaran Belanja langsung yang dialokasikan pada urusan pertanian untuk

    mendukung pencapapaian indikator tersebut pada tahun 2019 ialah sebesar Rp.

    42.799.341.385,-, dengan realisasi sebesar Rp. 40.300.682.555,- atau 94,16%. Jumlah

    anggaran tersebut dipergunakan untuk mencapai beberapa target indikator yang telah

    ditetapkan di dalam renstra, dimana turunannya dibuat Renja dan Dokumen Anggaran

    sebagai target tahunan dari dinas masing-masing

    Permasalahan utama yang dihadapi ialah sebagai berikut:

    - Semakin terbatasnya tenaga kerja di pedesaan terutama buruh tani

    - Perubahan iklim secara global mempengaruhi ketersediaan air pada lahan

    pertanian

    - Alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian

    - Terbatasnya adopsi teknologi yang menunjang peningkatan kualitas produksi

    usaha yang berdayasaing dan mempunyai nilai tambah

    - Masih rendahnya pengolahan dan pemanfaatan limbah peternakan

    Adapun penanggulangan permasalahan yang dihadapi pada tahun 2019 ialah sebagai

    berikut :

    - Membina masyarakat dan meningkatkan sosialisasi pentingnya usaha pertanian

    bagi masyarakat terutama dalam menumbuhkan gairah generasi muda untuk

    terjun secara langsung dalam usaha pertanian. Selain itu dalam meningkatkan

    efisiensi dan efektivitas proses produksi perlu ditingkatkan kegiatan mekanisasi

    pertanian

  • iv

    - Pembinaan kepada masyarakat tentang pola tanam, teknologi budidaya pertanian

    serta ditunjang dengan peningkatan infrastruktur yang memadai dalam manajemen

    air di lahan pertanian.

    - Penerapan Perda LP2B diharapkan dapat menjaga ketersediaan lahan pertanian

    secara berkelanjutan. Di sisi lain perlu dilakukan peningkatan upaya teknis guna

    menjaga ketersediaan padi palawija seperti peningkatan infrastruktur irigasi agar

    lahan yang kurang produktif menjadi produktif dan program Upaya Khusus

    (UPSUS).

    - Peningkatan peran serta penyuluh pertanian dalam peningkatan keahlian dan

    penerapan teknologi pertanian masyarakat.

    - Program Bandung 1000 Kampung lingkup Pertanian mendorong kemajuan

    ekonomi wilayah berbasis komoditi pertanian potensial

    - Sosialisasi dan pembinaan masyarakat akan pentingnya pemanfaatan limbah

    ternak menjadi pupuk organic dalam mengurangi polutan air sungai dan sekaligus

    mensubstitusi kebutuhan pupuk kimia pada pertanian (non ternak)

  • v

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... ii

    RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................................iii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ v

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................ vi

    DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................................. vii

    DAFTAR TABEL............................................................................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ - 1 -

    BAB II PERENCANAAN KINERJA .............................................................................................. 9

    BAB III AKUNTABILITAS KINERJA............................................................................................ 14

    A. Capaian Kinerja Organisasi ..................................................................................... 14

    3.1. Rekapitulasi Capaian Indikator Sasaran PK .................................................. 14

    3.2. Analisis Capaian Indikator Kinerja................................................................... 15

    B. Realisasi Anggaran ................................................................................................... 65

    BAB IV P E N U T U P .................................................................................................................. 74

    A. Kesimpulan ................................................................................................................. 74

    B. Permasalahan dan Rencana Tindak Lanjut ........................................................... 74

    LAMPIRAN ........................................................................................................................................ 75

  • vi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Struktur Organisasi Dinas Pertanian menurut Peraturan Bupati Bandung Nomor

    75 Tahun 2018 tentang Kedudukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah ....... 2

    Gambar 2 Struktur Organisasi Unit Pelayanan Teknis Dinas Pertanian menurut Peraturan

    Bupati Bandung Nomor 47 Tahun 2018 ..................................................................... 3

  • vii

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 1 Perkembangan produksi komoditi tanaman pangan ................................... 17

    Grafik 2 Perkembangan produksi komoditi hortikultura ............................................ 18

    Grafik 3 Perkembangan produksi komoditi perkebunan ........................................... 19

    Grafik 4 Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak ruminansia ................ 33

    Grafik 5 Populasi ternak unggas di Kabupaten Bandung Tahun 2017-2019 ........... 34

    Grafik 6. Data Lokasi Kasus Ai Di Kabupaten Bandung ( 2009 - 2017) ................... 38

    Grafik 7. Vaksinasi Unggas ( AI ND ) Di Kabupaten Bandung 2008 – 2017 ............ 39

    Grafik 8. Vaksinasi Brucellosis .................................................................................. 39

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1-1. Sumberdaya Manusia ASN Dinas Pertanian Tahun 2019..................................... 4

    Tabel II-2 Indikator Kinerja Utama Dinas Pertanian Tahun 2016-2021 ............................... 11

    Tabel II-3 Sasaran Strategis dan Target Indikator Sasaran Dinas Pertanian Tahun 201912

    Tabel II-4 Program dan Pagu Anggaran Urusan Pertanian yang dilaksanakan oleh Dinas

    Pertanian Tahun 2019 .............................................................................................. 12

    Tabel III- 5 Realisasi Indikator Sasaran Tahun 2019 ............................................................... 14

    Tabel III- 6. Target dan Realisasi Indikator sasaran Tercapainya produksi pangan Tahun

    2019 ............................................................................................................................ 15

    Tabel III- 7 Target dan Realisasi Indikator sasaran Tercapainya produksi pangan Tahun

    2019 ............................................................................................................................ 16

    Tabel III- 8 Perbandingan realisasi kinerja Produksi komoditi Pangan Tahun 2019 terhadap

    target Renstra ............................................................................................................ 20

    Tabel III- 9 Perbandingan produksi padi, bawang merah dan kopi Kabupaten Bandung

    Tahun 2019 dengan target provinsi dan nasional ................................................. 20

    Tabel III-10 Pertumbuhan produksi tanaman pangan Tahun 2019 terhadap Tahun 2018 .. 21

    Tabel III- 11 Tingkat kehilangan hasil komoditas padi ............................................................... 23

    Tabel III- 12 Pertumbuhan capaian komoditas hortikultura (sayuran) Tahun 2017 -2019 .... 26

    Tabel III-.13 Capaian komoditas hortikultura buah-buahan Tahun 2019................................. 27

    Tabel III- 14 Pertumbuhan capaian komoditas perkebunan Tahun 2016 -2019..................... 28

    Tabel III- 15. Program Kegiatan Penunjang Capaian Indikator Kinerja Sasaran .................... 30

    Tabel III- 16 Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Populasi Ternak Tahun

    2019 ............................................................................................................................ 33

    Tabel III- 17. Perkembangan capaian Populasi Ternak .............................................................. 33

    Tabel III- 18 Capaian indikator populasi ternak terhadap targe Renstra Tahun 2016-2020 . 35

    Tabel III- 19 Perbandingan Populasi Ternak Kab. Bandung terhadap Populasi Ternak Jawa

    Barat dan Nasional .................................................................................................... 36

    Tabel III- 20 Program Kegiatan Penunjang capaian Indikator Kinerja ..................................... 41

    Tabel III- 21 Realisasi kinerja persentase kenaikan kelas kelompok tani Tahun 2019 ......... 44

    Tabel III- 22 Perbandingan realisasi kinerja persentase kelompok tani terbina Tahun 2019

    terhadap target Perubahan Renstra ....................................................................... 44

    Tabel III- 23 Perbandingan realisasi kinerja persentase kelompok tani terbina Tahun 2019

    terhadap target Perubahan Renstra ....................................................................... 45

    Tabel III- 24 Sebaran kelompok tani dan penyuluh pertanian per kecamatan Tahun 2019 . 46

    Tabel III- 25 Program Kegiatan penunjang capaian indikator kinerja Persentase kelompok

    tani terbina Tahun 2019............................................................................................ 48

    Tabel III- 26 Perbandingan realisasi Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan

    pertanian Tahun 2019 terhadap target renstra...................................................... 51

    Tabel III- 27 Perbandingan realisasi Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan

    pertanian terhadap target Tahun 2019 ................................................................... 52

    Tabel III- 28 Program dan kegiatan penunjang indikator sasaran Persentase peningkatan

    nilai ekonomi produk unggulan pertanian Tahun 2019 ........................................ 53

    Tabel III- 29 Uraian Penunjang Capaian Indikator Kinerja Persentase peningkatan produk

    unggulan pertanian ................................................................................................... 55

  • ix

    Tabel III- 30 Program dan kegiatan penunjang indikator sasaran Persentase peningkatan

    produk unggulan pertanian Tahun 2019 ................................................................ 56

    Tabel III- 31 Perbandingan realisasi kinerja Nilai AKIP Tahun 2019 tahun-tahun sebelumnya

    ..................................................................................................................................... 57

    Tabel III- 32 Perbandingan realisasi kinerja Nilai AKIP Tahun 2019 terhadap standar per

    komponen penilaian. ................................................................................................. 59

    Tabel III- 33 Program dan kegiatan penunjang indikator sasaran Nilai AKIP Tahun 2019 ... 61

    Tabel III- 34 Perbandingan realisasi kinerja persentase asset dalam kondisi baik Tahun

    2019 terhadap target Renstra .................................................................................. 62

    Tabel III- 35 Program kegiatan penunjang capaian indicator Persentase asset dalam kondisi

    baik Tahun 2019 ........................................................................................................ 64

    Tabel III- 36 Realisasi Anggaran yang mendukung Pencapaian Target Kinerja pada Tahun

    2019 ............................................................................................................................ 66

  • PENDAHULUAN

    - 1 -

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Gambaran Umum

    Pada tahun 2019 pertanian di Indonesia masih dihadapkan pada tantangan

    berat antara lain: (1) dampak perubahan iklim pada sektor pertanian berupa:

    meningkatnya serangan OPT dan penyakit hewan, menurunnya produktivitas dan

    menurunnya kualitas hasil panen; (2) meningkatnya harga pangan yang berkorelasi

    pada tingkat inflasi dan tingkat kemiskinan; (3) ketersediaan produksi kedelai, gula dan

    daging dalam negeri serta internasional terbatas, disisi lain kebutuhan konsumsi

    domestik untuk ketiga komoditas tersebut meningkat; (4) kenaikan impor bahan

    pangan dan pakan akan mengurangi devisa negara; (5) terbatasnya pembiayaan

    pertanian yang mudah diakses petani/peternak; (6) terbatasnya infrastruktur lahan dan

    air; (7) sistem penyuluhan pertanian yang belum efektif, dan (8) belum optimalnya

    peran dan dukungan pemerintah daerah (RKT Kementerian Pertanian, 2014), maka

    dilakukan penyelarasan kegiatan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung

    dengan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Kementerian Pertanian Tahun 2019.

    Sehubungan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 12 Tahun

    2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah

    Kabupaten Bandung Tahun 2016 Nomor 12), dibentuk Dinas Pertanian sebagai dinas

    yang melaksanakan Urusan Pertanian. Tugas Pokok Dinas Pertanian berdasarkan

    Peraturan Bupati Bandung Nomor 94 Tahun 2016 adalah merumuskan kebijakan

    teknis operasional dibidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, hortikultura,

    perkebunan, prasarana dan penyuluhan, peternakan, serta kesehatan hewan dan

    masyarakat veteriner serta melaksanakan ketatausahaan Dinas.

    Guna melaksanakan tugas pokok tersebut, dalam Peraturan Bupati Bandung

    Nomor 75 Tahun 2018 tentang Kedudukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah,

    meliputi fungsi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan,

    kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner, serta prasarana dan

    penyuluhan juga kesekretariatan yang tergambar dalam Struktur Organisasi Dinas

    (Gambar 1). Untuk membantu melaksanakan pelayanan lingkup pertanian di daerah

    dibentuk 7 (tujuh) Unit Pelayanan Teknis Dinas Pertanian melalui Peraturan Bupati

    Bandung Nomor 47 Tahun 2018 seperti diuraikan dalam struktur organisasi dalam

    Gambar 2.

  • PENDAHULUAN

    2

    Gambar 1 Struktur Organisasi Dinas Pertanian menurut Peraturan Bupati Bandung Nomor 75 Tahun 2018 tentang Kedudukan dan

    Susunan Organisasi Dinas Daerah

  • PENDAHULUAN

    3

    .

    Gambar 2 Struktur Organisasi Unit Pelayanan Teknis Dinas Pertanian menurut Peraturan Bupati Bandung Nomor 47 Tahun 2018

  • PERENCANAAN KINERJA

    4

    Sumberdaya manusia ASN pada Dinas Pertanian Tahun 2019 berjumlah 164

    orang, seperti diurai dalam Tabel I-1.

    Tabel 1-1. Sumberdaya Manusia ASN Dinas Pertanian Tahun 2019

    NO URAIAN JUMLAH PEGAWAI

    (orang)

    1 STRUKTURAL - Pejabat Struktural 33

    - Jabatan Fungsional Umum (JFU) 59

    2 Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) - Penyuluh Pertanian 63

    - Medik dan Paramedik 9

    J U M L A H 164

    B. Permasalahan Umum/ Isu Strategis Perangkat Daerah

    Dalam RPJMD Kabupaten Bandung, kondisi Kabupaten Bandung yang ada saat

    ini dinilai masih belum dapat memenuhi ketahanan dan kemandirian. Hal ini dilihat dari

    beberapa faktor, yakni ketersediaan, keterjangkauan, keamanan, dan kesejahteraan

    pangan. Pembangunan pertanian pada hakikatnya adalah upaya pemenuhan

    ketersediaan pangan asal produk pertanian yang dapat meningkatkan kemampuan

    masyarakat untuk mengakses kebutuhan produk pertanian sekaligus dapat meningkatkan

    perekonomian petani. Terminologi pembangunan pertanian memiliki dimensi yang sangat

    luas. Pembangunan pertanian dapat diterjemahkan sebagai; (1) peningkatan produksi

    pertanian; (2) pengembangan ekonomi wilayah perdesaan; dan juga (3) pengelolaan dan

    konservasi sumberdaya.

    Kondisi saat ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk Kabupaten Bandung

    yang tinggi sebesar 1,74% per tahun (periode Tahun 2011-2016) perlu diimbangi dengan

    pemenuhan kebutuhan ruang dan pangan sebagai kebutuhan primer. Lahan, merupakan

    isu sentral yang mengemuka di dalam pembangunan sektor pertanian pada saat ini. Pada

    satu sisi, ketersediaan lahan sebagai input terpenting di dalam produksi pertanian

    merupakan jaminan atas keberlangsungan produksi dalam jangka panjang. Namun di sisi

    lain, lahan (dan pemanfaatannya) merupakan sumber utama munculnya beragam

    permasalahan dalam perekonomian Indonesia. Tingginya laju pertumbuhan populasi

    penduduk Kabupaten Bandung telah menciptakan tekanan dan kompetisi yang sangat

    ketat dalam hal pemanfaatan dan penggunaan lahan. Kondisi ini berimplikasi kepada

    rendahnya rata-rata kepemilikan lahan pertanian Kabupaten Bandung. Diperkirakan,

    skala kepemilikan akan terus menurun seiring dengan semakin tingginya laju konversi

    lahan pertanian (rata-rata di Indonesia) yang mencapai 2.7 % per tahun (Pribadi, 2005).

    Ketersediaan lahan pertanian (lahan basah) di dalam RTRW Kabupaten Bandung

    diproyeksikan menurun sebesar 62,85% pada Tahun 2036.

    Pada satu sisi, terbatasnya lahan yang dimiliki menyebabkan kecilnya peluang

    bagi pelaku usahatani untuk melakukan ekspansi produksi karena memang pada

    teknologi yang sedang berlaku terdapat perbandingan lurus antara luas lahan dengan

    tingkat produksi. Implikasinya adalah petani cenderung untuk mengeksploitasi lahan yang

    terbatas tersebut untuk memaksimumkan produksi pertanian per satuan luas. Elestianto

    (2004) menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan untuk memaksimumkan

    produksi dilakukan dengan mengintensifkan penggunaan pupuk kimia yang tanpa disadari

  • PERENCANAAN KINERJA

    5

    justru menimbulkan deplesi unsur hara tanah yang mengakibatkan turunnya produktivitas

    lahan dalam jangka panjang.

    Kombinasi antara tingginya tekanan terhadap kuantitas produksi dan rentannya

    harga produk-produk pertanian menyebabkan usahatani menjadi sebuah sektor usaha

    yang tidak dapat memberikan insentif ekonomi terhadap pelakunya. Pendapatan petani

    mengalami stagnasi, sementara angkatan kerja baru di pedesaan tidak memiliki cukup

    alternatif, dimana peluang untuk memperluas lahan pertanian sangat kecil sementara nilai

    produksi pertanian relatif rendah jika dibandingkan dengan nilai produksi di sektor non-

    pertanian. Dengan keterbatasan alternatif ekonomi tersebut, sektor formal dan informal di

    perkotaan relatif memberikan insentif yang lebih menarik bagi angkatan kerja pedesaan.

    Siklus tersebut memberikan gambaran bahwa pada dasarnya diperlukan sebuah

    solusi untuk mengatasi hilangnya insentif ekonomi usahatani dan permasalahan

    pemanfaatan sumberdaya lahan. Hilangnya insentif usahatani lebih banyak disebabkan

    karena selama ini nilai tukar (terms of trade) produk pertanian relatif sangat rendah bila

    dibandingkan dengan industri, sementara nilai lahan (land-rent) selalu mengalami

    eskalasi. Maka dengan itu, derasnya alih fungsi lahan pertanian dan tingginya tingkat

    urbanisasi merupakan sebuah konsekuensi ekonomi yang sangat logis.

    Pada pengembangan ekonomi wilayah perdesaan, Kabupaten Bandung memiliki

    potensi pertanian yang besar yang didukung dengan kondisi penggunaan lahan eksisting

    untuk kegiatan pertanian sebesar lebih dari 50% dari luas wilayahnya, yang berupa

    sawah, sawah tadah hujan, ladang, kebun, dan kebun campur. Dengan begitu banyaknya

    lahan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian (tanaman pangan, hortikultura,

    perkebunan dan peternakan), sudah selayaknya produksi pertanian menjadi fokus dalam

    upaya pertumbuhan perekonomian Kabupaten Bandung. Tetapi nyatanya, dilihat dari

    kontribusi sektor dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), kontribusi sektor

    pertanian, kehutanan, dan perikanan justru mengalami penurunan selama beberapa

    tahun terakhir. Hal ini berbanding terbalik dengan kontribusi sektor industri pengolahan

    yang mengalami peningkatan dalam kurun waktu yang sama.

    Pasar komoditas pertanian ditengarai sangat distorsif. Terdapat banyak faktor

    yang menyebabkan distorsi pada pasar ini, namun salah satu karakteristik penting dari

    pasar pertanian adalah struktur pasar yang monopsonistik. Seperti yang telah diketahui,

    selalu terdapat banyak pelaku tataniaga dalam pemasaran produk-produk pertanian.

    Kondisi ini menyebabkan tidak sempurnanya transmisi harga dari konsumen ke produsen.

    Yang biasanya terjadi, adanya kenaikan harga di tingkat konsumen tidak akan menjamin

    kenaikan harga di tingkat produsen, namun sebaliknya jika terjadi penurunan harga maka

    proporsi penurunan harga di tingkat produsen akan jauh lebih besar.

    Seperti yang telah disebutkan pada bagian awal, salah satu aspek yang paling

    substansial dalam perencanaan pembangunan pertanian adalah menetapkan kondisi

    ideal sektor pertanian yang akan dicapai sehingga dalam suatu proses penyusunan

    rencana kerja diperlukan tinjauan mengenai kondisi yang akan tercipta di masa depan;

    yang selanjutnya ditetapkan menjadi acuan dan tujuan dalam proses transformasi sektor

    pertanian. Mengingat bahwa pasar komoditas dan produk pertanian bersifat demand

    driven. Struktur industri seperti ini menunjukan bahwa pertumbuhan sektor atau industri

    pertanian sangat ditentukan oleh sisi konsumsi. Dinamika perubahan sisi konsumsi akan

    secara signifikan menuntut pergeseran pola dan perilaku pada sisi kualitas produksi agar

    dapat memanfaatkan potensi dan peluang ekonomi yang timbul dari dinamika tersebut.

  • PERENCANAAN KINERJA

    6

    Meskipun pada beberapa komoditas pertanian menunjukkan kualitas produk yang

    sudah baik dan memiliki keunikan tersendiri yang membedakan produk Kabupaten

    Bandung dengan produk daerah lain baik nasional maupun internasional. Maka dari itu

    diperlukan peningkatan produksi dan daya saing produk unggulan dalam rangka

    peningkatan perekonomian Kabupaten Bandung. Disisi lain masih banyak produk

    pertanian yang dihasilkan belum bisa bersaing secara optimal dengan produk-produk

    daerah lainnya, baik dalam lingkup provinsi, nasional, maupun internasional, karena

    sistem promosi, mulai dari pengemasan sampai dengan pemasaran, masih belum optimal.

    C. Dasar Hukum

    1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintah Daerah Kabupaten

    dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

    1950) sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968

    tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan

    mengbah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-

    Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 2851);

    2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

    Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan

    atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589);

    3. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja

    Instansi Pemerintah;

    4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi Nomor

    PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja

    Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah;

    5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi Nomor 53

    Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan

    Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;

    6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi Nomor 12

    Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas

    Kinerja Instansi Pemerintah;

    7. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 15 Tahun 2018, tentang Perubahan

    atas Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan

  • PERENCANAAN KINERJA

    7

    Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2016 Nomor

    12);

    8. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 6 Tahun 2018 tentang Perubahan

    Atas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan

    Jangka Menengah Daerah Tahun 2016 – 2021 (Lembaran Daerah Kabupaten

    Bandung Tahun 2018 Nomor 6);

    9. Peraturan Bupati Bandung Nomor 75 Tahun 2018 tentang Kedudukan dan

    Susunan Organisasi Dinas Daerah;

    10. Peraturan Bupati Bandung Nomor 40 Tahun 2018 tentang pembentukan Unit

    Pelaksana Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Bandung.

    11. Peraturan Bupati Bandung Nomor 41 Tahun 2018 tentang Perubahan Rencana

    Strategis Tahun 2016 – 2021 (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2018

    Nomor 41);

    12. Peraturan Bupati Bandung Nomor 116 Tahun 2018, tentang Tugas, Fungsi dan

    Tata Kerja Dinas Pertanian Kabupaten Bandung;

    13. Peraturan Bupati Bandung Nomor 42 Tahun 2018 tentang Rencana Kerja

    Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2019.

    D. Sistem Penyajian

    Bab I - Pendahuluan

    Menjelaskan latar belakang, gambaran umum perangkat daerah permasalahan utama

    dan isu strategis perangkat daerah, sumber daya aparatur, dasar hokum penyusun

    LKIP dan sistem penyajian LKIP.

    Bab II – Perencanaan Kinerja

    Menjelaskan muatan Renstra 2016-2021 (Renstra hasil reviu) tujuan, sasaran,

    indikator dan target renstra selama lima tahun, lalu penjelasan target IKU lima tahun

    yang dituangkan dalam Perjanjian Kinerja 2019.

    Bab III – Akuntabilitas Kinerja

    A. Capaian Kinerja Organisasi

    Pada sub bab ini disampaikan capaian kinerja organisasi untuk setiap penyataan

    kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja

    organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja.

    1. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini;

    2. Membadingkan antara realisasi kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa

    tahun terakhir;

  • PERENCANAAN KINERJA

    8

    3. Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka

    menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi;

    4. Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional (jika ada);

    5. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja

    serta alternative solusi yang telah dilakukan

    6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;

    7. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan

    pencapaian pernyataan kinerja.

    B. Realisasi Anggaran

    Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah

    digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen perjanjian

    kinerja.

    Bab IV – Penutup

    Menjelaskan kesimpulan dari Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP)

    Tahun 2019, permasalahan dan kendala secara umum yang dihadapi, upaya

    penyelesaiannya serta langkah, solusi dalam perbaikan kinerja

  • PERENCANAAN KINERJA

    9

    BAB II

    PERENCANAAN KINERJA

    Proses pembangunan pertanian tidak terlepas dari program pembangunan

    pemerintah Kabupaten Bandung. Tahun 2019 merupakan tahun krtiga pembangunan pada

    rencana jangka menengah Kabupaten Bandung yaitu tahun 2016-2021. Sebagai panduan

    dalam pelaksanaan kegiatan dalam jangka waktu menengah maka disusun Perubahan

    Renstra Tahun 2016-2021 sesuai dengan yang diamanatkan dalam peraturan maupun

    perundang-undangan. Berdasarkan peraturan perundangan yang baru maka Visi dan Misi

    hanya dibuat pada level kepala daerah (Kabupaten/Kota), sehingga Dinas Pertanian juga

    menggunakan Visi Misi Kepala daerah terpilih yaitu:

    Visi : ‘Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing,

    melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Pemantapan Pembangunan

    Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan’.

    a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

    b. Menciptakan pembangunan ekonomi yang berdaya saing

    c. Mewujudkan pembangunan infrastruktur dasar terpadu dengan tata ruang wilayah

    d. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup

    e. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih

    Sejalan dengan menjabarkan Misi tersebut, pelaksanaan pelayanan (Tupoksi) Dinas

    Pertanian menunjang Misi ke-2 yaitu Menciptakan pembangunan ekonomi yang berdaya

    saing. Dalam perwujudan pembangunan ekonomi yang berdaya saing, peningkatan

    perekonomian penduduk menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Pembangunan

    ekonomi yang dilakukan di Kabupaten Bandung, tidak hanya berfokus pada kegiatan

    perekonomian itu sendiri, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan taraf ekonomi

    penduduknya. Dalam hal ini diukur dengan mengunakan ketahanan pangan dari Kabupaten

    Bandung sendiri. Kegiatan ekonomi yang dilakukan juga akan melibatkan peran aktif dari

    pelaku usaha lokal dengan pemanfaatan sumber daya dan produk-produk lokal. Misi

    menciptakan pembangunan ekonomi ini sejalan dengan pokok visi pembangunan Kabupaten

    Bandung untuk menciptakan “Perekonomian yang Berdaya Saing”.

    Untuk menjamin tercapainya pembangunan “Ekonomi (pertanian) yang Berdaya

    Saing”, maka perlu ditunjang oleh kapasitas aparatur. Dalam hal ini unsur pemerintahan akan

    berperan sebagai agen yang menjaga keseimbangan pembangunan. Aparatur yang

    berkualitas akan menjadi katalisator bagi pembangunan Kabupaten Bandung.

    Birokrasi dan aparatur dengan tugas utama pelayanan publik menjadi kunci bagi

    efektivitas dan efisiensi pembangunan. Berdasarkan hal tersebut maka reformasi birokrasi

    diharapkan mampu menciptakan optimalisasi bagi penyediaan pelayanan publik. Upaya-

    upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan pelayanan publik melalui reformasi birokrasi

    antara lain melalui meningkatkan kualitas kinerja aparatur, mempersiangkat waktu pelayanan

    administrasi dan mengembangkan sistem pelayanan berbasis teknologi.

    Dalam mewujudkan visi melalui pelaksanaan misi ke-2 yang telah ditetapkan

    tersebut di atas sebagai acuan pembangunan pertanian yaitu “Menciptakan Pembangunan

  • PERENCANAAN KINERJA

    10

    Ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif”, diperlukan adanya kerangka yang jelas,

    menyangkut tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Demikian pula dalam penyelenggaraan

    pemerintahan Dinas Pertanian juga berupaya dalam melaksanakan Misi ke-5 yaitu

    “Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih”.

    Tujuan dan sasaran yang akan dijalankan, akan memberikan arah bagi pelaksanaan

    setiap kegiatan baik urusan peningkatan SDM aparatur dan SDM pelaku usaha pertanian

    untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pertanian yang ditetapkan dalam sasaran

    indikator utama dalam dokumen Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Pertanian. Indikator

    Kinerja Utama (IKU) Dinas Pertanian berdasarkan hasil Perubahan Renstra Tahun 2016-

    2021 diuraikan pada Tabel 2.1.

  • PERENCANAAN KINERJA

    11

    Tabel II-2 Indikator Kinerja Utama Dinas Pertanian Tahun 2016-2021

    NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN KONDISI

    AWAL

    TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN KONDISI

    AKHIR 2017 2018 2019 2020 2021

    1 Meningkatnya

    Produktivitas Produk

    Unggulan Pertanian

    Meningkatnya

    Produksi Komoditi

    Unggulan Pertanian

    1. Persentase peningkatan

    produk unggulan pertanian

    (%)

    n.a n.a n.a 2 3 3 3

    Meningkatnya daya

    saing hasil produksi

    pertanian

    2. Persentase peningkatan

    nilai ekonomi produk

    unggulan pertanian (%)

    n.a 9,02 11,62 16,84 23,75 23.75 23.75

    Meningkatnya

    Penyuluhan

    Pertanian

    3. Persentase kelompok

    yang naik kelas (%)

    n.a 13.00 26.00 35.67 45.33 55.00 55.00

    2 Meningkatnya

    ketersediaan

    pangan

    Tercapainya Produksi

    Pangan

    4. Produksi Komoditi

    Pertanian (Ton)

    1.145.172 1,050,624 1,104,928 1,115,022 1,126,564 1,237,248 1,237,248

    Tercapainya Populasi

    Ternak

    5. Jumlah Populasi Ternak

    (ekor)

    6.931.160 7,422,955 7,688,698 7,968,601 8,263,374 8,346,652 8,346,652

    3 Meningkatnya

    Kapasitas dan

    Kapabilitas

    Internal

    Meningkatkan

    efektifitas tata kelola

    Perangkat Daerah

    Dinas Pertanian

    6. Nilai Akuntabilitas Kinerja

    (angka)

    n.a 60.1 65.1 70.1 75.1 80.10 80.10

    7. Persentase aset dalam

    kondisi baik (%)

    n.a n.a 87.59 95.14 95.74 97.78 97.78

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    12

    Dari 7 (tujuh) indikator sasaran tersebut, 7 (tujuh) indikator ditunjang melalui

    pelaksanaan program kegiatan pada Tahun 2019. Target-target sasaran yang ditetapkan

    merupakan hasil formulasi yang ditetapkan dalam IKU Dinas Pertanian. Indikator Persentase

    peningkatan produk unggulan pertanian; Persentase peningkatan nilai ekonomi produk

    unggulan pertanian; dan Persentase kelompok yang naik kelas merupakan target yang

    bersifat kumulatif, sedangkan target indikator lainnya merupakan target indikator yang hendak

    dicapai pada tahun-n.

    Tahun 2019 merupakan tahun ke-4 pelaksanaan pencapaian sasaran dan indikator

    sasaran IKU Dinas Pertanian. Berdasarkan hasil rekapitulasi Perjanjian Kinerja Dinas

    Pertanian terdapat 6 sasaran kinerja yang diurai ke dalam 7 indikator kinerja yang diuraikan

    dalam tabel berikut:

    Tabel II-3 Sasaran Strategis dan Target Indikator Sasaran Dinas Pertanian Tahun 2019

    NO SASARAN INDIKATOR SASARAN TARGET

    KINERJA

    1 Meningkatnya Produksi

    Komoditi Unggulan Pertanian

    Persentase peningkatan produk

    unggulan pertanian

    2%

    2 Meningkatnya daya saing hasil

    produksi pertanian

    Persentase peningkatan nilai ekonomi

    produk unggulan pertanian

    16,84%

    3 Meningkatnya Penyuluhan

    Pertanian

    Persentase kelompok yang naik kelas 35.67%

    4 Tercapainya Produksi Pangan Jumlah Produksi Komoditi Pertanian

    tanaman pangan, hortikultura dan

    perkebunan

    1,115,022 ton

    5 Tercapainya Populasi Ternak Jumlah Populasi Ternak 7,968,601 ekor

    6 Meningkatkan efektifitas tata

    kelola Perangkat Daerah Dinas

    Pertanian

    Nilai Akuntabilitas Kinerja (angka) 70.1

    Persentase aset dalam kondisi baik 95.14%

    Guna menunjang pencapaian tersebut di atas, didukung dengan pelaksanaan

    program dan penganggarannya yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian. Uraian program

    tersebut disajikan dalam tabel berikut.

    Tabel II-4 Program dan Pagu Anggaran Urusan Pertanian yang dilaksanakan oleh Dinas

    Pertanian Tahun 2019

    No. Program Anggaran Keterangan

    (1) (2) (3) (4)

    1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

    5.081.604.890 APBD

    2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

    1.339.610.369 APBD

    3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur 35.000.000 APBD

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    13

    No. Program Anggaran Keterangan

    (1) (2) (3) (4)

    4. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

    15.000.000 APBD

    5. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

    32.630.000 APBD

    6. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian /Perkebunan

    2.437.030.500 APBD

    7. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan

    9.345.551.260 APBD DBHCHT

    8. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak

    1.136.985.526 APBD

    9. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan

    8.150.332.479 APBD DBHCHT

    10. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan

    592.599.500 APBD

    11. Program Penjaminan Produk Asal Hewan/Ternak

    245.600.000 APBD

    12. Program Peningkatan Kualitas Produk Unggulan Pertanian

    1.720.402.250 APBD

    13. Program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan

    10.381.097.000 APBD APBN-DAK

    14. Program Peningkatan Pemberdayaan Penyuluhan Pertanian

    3.625.507.980 APBD APBN-DAK

    BANKEU PROV

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    14

    BAB III

    AKUNTABILITAS KINERJA

    A. Capaian Kinerja Organisasi

    3.1. Rekapitulasi Capaian Indikator Sasaran PK

    Evaluasi kinerja dimulai dengan pengukuran kinerja yang mencakup

    penetapan indikator kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja, yang digunakan

    sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program/

    kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan oleh Kabupaten

    Bandung sebagaimana tertuang dalam RPJMD yang teknis pelaksanaan sasaran

    tersebut diturunkan pada Renstra SKPD serta setiap tahunnya ditetapkan dalam

    perjanjian kinerja pimpinan SKPD. Pada tahun 2019 Terdapat 5 sasaran kinerja yang

    diurai ke dalam 7 indikator kinerja. Adapun uraian realisasi tiap indikator dapat dilihat

    pada tabel dibawah ini:

    Tabel III- 5 Realisasi Indikator Sasaran Tahun 2019

    No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    1 Tercapainya Produksi Pangan

    Produksi Komoditi (ton) 1.114.884 1.241.343 111,34

    2 Tercapainya Populasi Ternak

    Jumlah Populasi Ternak (ekor)

    7.968.601 8.116.899 101,86

    3 Meningkatnya Penyuluhan Pertanian

    Persentase kelompok yang naik kelas (%)

    35,67 41,81 117,21

    4 Meningkatnya Produksi Komoditi Unggulan Pertanian

    Persentase peningkatan produk unggulan pertanian (%)

    2,00 3,34 166,97

    5 Meningkatnya Daya Saing Hasil Produksi Pertanian

    Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan pertanian (%)

    16,84 18,33 108,68

    6 Meningkatkan Efektifitas Tata Kelola Perangkat Daerah Dinas Pertanian

    Nilai Akuntabilitas Kinerja (angka)

    70,1 80,63 107,36

    Persentase aset dalam kondisi baik (%)

    91,49 82,27 89,9

    Tabel III-5 menunjukkan bahwa dari 7 indikator utama yang ditetapkan,

    terdapat 6 indikator yang melampaui target, dan sisanya 1 indikator utama yang tidak

    memenuhi target. Capaian tertinggi terdapat pada indikator utama Persentase

    peningkatan produk unggulan pertanian sebesar 166,97%, sedangkan terendah pada

    indikator Persentase asset dalam kondisi baik sebesar 89,9%.

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    15

    3.2. Analisis Capaian Indikator Kinerja

    3.2.1. Sasaran Strategis 1: Tercapainya produksi pangan

    3.2.1.1. Indikator: Jumlah Produksi Komoditi Pertanian tanaman pangan, hortikultura

    dan perkebunan

    Indikator ini dibangun dari 3 (tiga) indikator turunan, yaitu Produksi komoditi

    Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan yang merupakan cerminan

    keberhasilan pembangunan pertanian dalam rangka pemenuhan ketersediaan bahan

    pangan nabati masyarakat. Komoditi-komoditi tersebut merupakan komoditi pertanian

    penting dan unggulan yang secara langsung berdampak pada peningkatan kondisi

    ekonomi petani yang masih merupakan mayoritas penduduk Kabupaten Bandung.

    1) Realisasi capaian indikator kinerja terhadap Target

    Sebagaimana Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Pertanian

    bahwa indikator ini diperoleh dari menjumlahkan komoditi utama/unggulan lingkup

    Tanaman Pangan (padi, Jagung dan Ubikayu), Hortikultura (bawang merah, cabe,

    Kubis, Kentang, Tomat, Jeruk, Alpukat, Strawberry, jambu air dan jambu biji) dan

    Perkebunan (kopi, teh dan tembakau). Tahun 2019, capaian produksi pangan

    sebesar 1.241.343 Ton atau mencapai 122,39% dari yang ditargetkan sebesar

    1.104.791 ton. Secara rinci capaian indikator disajikan dalam Tabel III.6.

    Tabel III- 6. Target dan Realisasi Indikator sasaran Tercapainya produksi pangan

    Tahun 2019

    INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA

    REALISASI %

    1. Jumlah Produksi Komoditi Pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan (Ton)

    1.114.884 1.241.343 111.34

    a. Jumlah produksi komoditi Tanaman Pangan (Ton)

    701.346 856.823 122,17

    b. Jumlah Produksi Hortikultura Unggulan (Ton)

    400.936 372.888 93,00

    c. Jumlah Produksi komoditi perkebunan (Ton)

    12.602 11.632 92,31

    Tabel tersebut menunjukkan bahwa capaian indikator kinerja sasaran

    sebesar 111,34% berasal dari beberapa capaian komoditi penting sub sektor,

    dimana produksi komoditi Tanaman Pangan menyumbang persentase tertinggi

    capaian kinerja dengan tingkat capaian sebesar 122,17%, diikuti produksi

    Hortikultura sebesar 93,00% dan Komoditi Perkebunan sebesar 92,31%.

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    16

    Secara rinci komoditi-komoditi utama yang menjadi bagian dari indikator

    sasaran diuraikan dalam Tabel III-7. berikut.

    Tabel III- 7 Target dan Realisasi Indikator sasaran Tercapainya produksi pangan Tahun 2019

    INDIKATOR SASARAN Target Realisasi % thd target

    % thd total

    1. Produksi komoditas Tanaman Pangan

    - Padi 544.793 709.635 130,26 57,17

    - Jagung (Ton) 45.305 96.704 213,45 7,79

    - Ubi Kayu (Ton) 110.126 48.016 43,60 3,87

    - Kedelai (Ton) 1.122 2.468 219,96 0,20

    Jumlah 1 701.346 856.823 122,17 69,02

    2. Produksi komoditas Hortikultura

    - Bawang Merah (Ton) 37.407 62.145 166,13 5,01

    - Cabe (Ton) 35.025 40.262 114,95 3,24

    - Kentang (Ton) 117.847 81.780 69,40 6,59

    - Tomat (Ton) 113.394 73.941 65,21 5,96

    - Kubis (Ton) 55.355 98.459 177,87 7,93

    - Jeruk 790 1.456 184,29 0,12

    - Alpukat 8.947 5.947 66,47 0,48

    - Strawberry 27.558 4.006 14,54 0,32

    - Jambu Air 1.556 1.847 118,70 0,15

    - Jambu Biji 3.057 3.046 99,62 0,25

    Jumlah 2 400.936 372.888 93,00 30,04

    3. Produksi Hasil Perkebunan

    - Kopi (Ton) 7.449 6.672 89,57 0,54

    - Teh (Ton) 3.711 3.580 96,46 0,29

    - Tembakau (Ton) 1.442 1.380 95,73 0,11

    Jumlah 3 12.602 11.632 92,31 0,94

    JUMLAH TOTAL 1.114.884 1.241.343 111,34 100,00

    Tabel III-7 menunjukkan bahwa produksi tanaman pangan merupakan

    penyumbang terbesar target kinerja indikator sasaran sebesar 69,02% dan

    memegang peranan penting dalam pencapaian target kinerja. Pada produksi

    tanaman pangan, produksi padi sangat dominan menyumbang 57,17% dari

    produksi pangan total, diikuti jagung (7,79%), ubikayu (3,87%) dan kedelai yang

    hanya menyumbang 0,20% terhadap produksi total. Secara kultural geografis,

    wilayah Kabupaten Bandung memiliki kesuburan tanah yang menunjang

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    17

    pertumbuhan produksi padi, terutama jenis padi premium yang merupakan

    memasok pasar-pasar di luar kabupaten dan Jakarta.

    Komoditi hortikultura berkontribusi sebesar 30,04% terhadap capaian

    kinerja. Sayuran tertinggi dicapai oleh komoditi kubis sebesar 7,93% diikuti

    kentang (6,59%), tomat (5,96%), bawang merah (5,01%) dan cabe (3,24%).

    Sedangkan kontribusi buah-buahan komoditi alpukat (0,48%), strawberry (0,32%),

    jambu biji (0,25%), Jeruk (0,12%), dan jambu air (0,15%). Komoditi sayuran

    potensial di wilayah dataran tinggi seperti kertasari, pangalengan, ciwidey,

    cimaung, pasirjambu dan rancabali.

    Adapun komoditi perkebunan secara keseluruhan menyumbang 0,49%,

    komoditi utama yang berkontribusi terhadap capaian produksi pangan, yaitu

    produksi kopi (0,54%), t e h (0,29%), dan tembakau (0,11%). Walaupun

    kontribusinya kecil, namun berperan sebagai komoditi penting lingkup regional

    bahkan nasional, seperti kopi dan teh yang menjadi komoditi ekonomis penting

    perkebunan Jawa Barat.

    2) Perbandingan realisasi terhadap tahun-tahun sebelumnya

    Perbandingan realisasi capaian indicator kinerja Jumlah Produksi Komoditi

    Pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan secara umum mengalami

    peningkatan. Perkembangan capaian tersebut dapat dilihat dalam grafik berikut:

    Perbandingan realisasi komoditi pangan secara keseluruhan cukup signifikan dari

    tahun-tahun sebelumnya.

    2016 2017 2018 2019

    PADI 606.162 700.710 715.283 709.635

    Jagung 77.935 120.630 83.591 96.704

    Ubi Kayu 82.286 105.772 83.027 48.016

    0

    100.000

    200.000

    300.000

    400.000

    500.000

    600.000

    700.000

    800.000

    GRAFIK 1. PERKEMBANGAN PRODUKSI KOMODITI TANAMAN PANGAN

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    18

    Grafik di atas menunjukkan bahwa pada Tahun 2019 produksi padi dari tahun 2016

    mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 103.473 ton walaupun dari

    Tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 5.648 ton. Peningkatan juga dapat

    terlihat pada komoditi jagung yang fluktuatif dari tahun ke tahun dan ubikayu yang

    terus mengalami penurunan. Hal tersebut memungkinkan bahwa lahan

    pengembangan budidaya jagung dan ubikayu seringkali bersinggungan, juga

    sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya program pemerintah terutama Program

    Swasembada Jagung.

    Sementara perbandingan realisasi komoditi hortikultura dari tahun ke tahun pada

    masing-masing komoditi berfluktuatif.

    Grafik 2 menunjukkan bahwa produksi komoditi hortikultura dari Tahun 2015-2019

    berfluktuasi pada setiap komoditi. Performa produksi sayuran Tahun 2019 pada

    komoditi bawang Merah, Cabe, Kentang dan Tomat menunjukkan trend menurun,

    sedangkan pada komoditi kubis mengalami peningkatan.

    Peningkatan produksi sayuran dicapai oleh komoditi kubis sebesar 7,29%.

    Sedangkan penurunan produksi yang signifikan diperoleh pada komoditi cabe

    (19,9%), bawang merah (3,83%), kentang (21,96%) dan tomat (27,91%).

    Fluktuasi produksi komoditi hortikultura sangat mungkin terjadi dari tahun ke tahun,

    mengingat sifatnya yang sangat dipengaruhi harga pasar. Lebih stabil harga pasar

    komoditi hortikultura pada tahun berjalan, produksinya akan semakin stabil pula.

    2015 2016 2017 2018 2019

    Bawang Merah 39.565,00 44.359,00 45.184,40 64.626 62.145

    Cabe 26.238,00 18.494,00 44.389,50 50.265 40.262

    Kentang 84.414,00 102.500,00 92.086,00 104.802 81.780

    Tomat 64.474,00 59.485,00 71.552,00 102.576 73.941

    Kubis 78.112,00 107.422,00 97.051,80 91.765 98.459

    0,00

    20.000,00

    40.000,00

    60.000,00

    80.000,00

    100.000,00

    120.000,00

    PR

    OD

    UK

    SI (T

    ON

    )

    T A H U N

    GRAFIK 1. PERKEMBANGAN PRODUKSI KOMODIT I HORTIKULTURA

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    19

    Namun demikian faktor eksternal lainnya memungkinkan mempengaruhi produksi

    komoditi ini, mengingat lokasi tanam umumnya di lahan kering (bukan sawah),

    maka faktor iklim dan curah hujan (ketersediaan air) sangat menentukan.

    Grafik 3 menunjukkan bahwa dari ke tiga komoditas perkebunan di atas, produksi

    kopi, teh dan tembakau mengalami sedikit peningkatandibandingkan dengan

    Tahun 2018. Pertumbuhan produksi t e h meningkat sebesar 0,11% dan tembakau

    0,32%, serta produksi kopi sebesar 1%. Pertumbuhan komoditi-komoditi tersebut

    mempengaruhi peningkatan produk perkebunan secara keseluruhan sebesar

    0,64%.

    Komoditas perkebunan umumnya sangat dipengaruhi oleh periode basah-kering

    cuaca sepanjang tahun. Tahun 2019 umumnya terdapat kemarau yang cukup

    walaupun cenderung basah. Tahun 2019 ini mempengaruhi produksi yang terjadi

    juga pada produksi komoditi kopi lingkup regional Provinsi Jawa Barat.

    3) Perbandingan realisasi kinerja terhadap target Renstra

    Secara keseluruhan realisasi Produksi Pangan yang bersumber dari komoditi padi,

    jagung dan ubi kayu pada Tahun 2019 sangat tinggi. Selain ditunjang dengan

    cuaca yang memadai, pasokan pupuk, penyebaran benih dan mekanisasi sangat

    mendukung melalui bantuan pemerintah\ kepada kelompok tani. Capaian produksi

    pangan dibandingkan dengan target renstra terlihat pada tabel berikut:

    2015 2016 2017 2018 2019

    Kopi 6.872 7.036 5.277,43 6.606 6672,21

    T e h 3.460 3.551 3.560,72 3.576 3579,79

    Tembakau 1.358 1.362 1.371,01 1.376 1380,46

    0

    1.000

    2.000

    3.000

    4.000

    5.000

    6.000

    7.000

    8.000

    PR

    OD

    UK

    SI (

    TON

    )

    T A H U N

    GRAFIK 3. PERKEMBANGAN PRODUKSI KOMODITI PERKEBUNAN

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    20

    Tabel III- 8 Perbandingan realisasi kinerja Produksi komoditi Pangan Tahun 2019 terhadap target Renstra

    INDIKATOR SASARAN

    Realisasi 2016

    Realisasi 2017

    Realisasi 2018

    Realisasi 2019

    Target 2020

    Target 2021

    1. Produksi komoditas Tanaman Pangan

    766.383 927.112 893.70 861.200 737.048 839.473

    2. Produksi komoditas Hortikultura

    326.637 346.937 446.876 408.602 376.479 384.793

    3. Produksi Hasil Perkebunan

    59.772 10.209 11.558 11.794 12.728 12.983

    JUMLAH TOTAL 1.152.792 1.285.495 1.352.141 1.281.596 1.126.255 1.237.248

    Tabel III-8 menunjukkan bahwa komoditi sub sektor pertanian, produksi komoditi

    tanaman pangan dan hortikultura Tahun 2019 sudah melebihi target akhir tahun

    renstra, masing-masing 102,59% dan 106,19. Adapun sub sektor perkebunan

    tahun 2019 berada pada posisi 90,84%. Khususnya pada komoditi perkebunan

    yang masih terdapat 9,16% target yang harus dicapai, namun dari sisa tahun

    anggaran optimis tercapai mengingat selama kurun Tahun 2017-2019 pemerintah

    provinsi dan kabupaten melakukan kegiatan peremajaan dan perluasan budidaya

    kopi sebagai andalan sub sector perkebunan.

    4) Perbandingan realisasi kinerja terhadap terhadap target standar nasional

    Perbandingan indikator kinerja yang Kabupaten Bandung dibandingkan dengan

    target nasional Tahun 2019, diwakili oleh data produksi padi, jagung, ubikayu,

    kedelai, bawang merah, cabe merah, kentang, kopi, t e h, cengkeh dan tembakau.

    Tabel III- 9 Perbandingan produksi padi, bawang merah dan kopi Kabupaten Bandung Tahun 2019 dengan target provinsi dan nasional

    Komoditi Realisasi

    2019 Target

    Nasional %

    1. Produksi komoditas Tanaman Pangan

    - Padi 711.958 82.078.000 0,87

    - Jagung (Ton) 98.757 24.700.000 0,4

    - Ubi Kayu (Ton) 48.016 28.762.400 0,17

    - Kedelai (Ton) 2.469 3.000.000 0,08

    Jumlah 1 861.200 138.540.400 0,62

    2. Produksi komoditas Hortikultura

    - Bawang Merah (Ton) 62.145 1.359.412 4,57

    - Cabe (Ton) 77.913 1.209.676 6,44

    - Kentang (Ton) 81.780 1.431.380 5,71

    - Tomat (Ton) 72.004 1.138.908 6,32

    - Kubis (Ton) 98.459 1.605.641 6,13

    - Jeruk 1.456 1.915.988 0,08

    - Alpukat 5.947 325.561 1,83

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    21

    Komoditi Realisasi

    2019 Target

    Nasional %

    - Strawberry 4.006 126.567 3,16

    - Jambu Air 1.847 157.395 1,17

    - Jambu Biji 3.046 233.474 1,30

    Jumlah 2 408.602 9.504.002 4,30

    3. Produksi Hasil Perkebunan

    - Kopi (Ton) 6.672 778.430 0,86

    - Teh (Ton) 3.580 162.740 2,20

    - Tembakau (Ton) 1.380 365.140 0,38

    - Cengkeh Ton) 162 121.190 0,13

    Jumlah 3 11.794 1.427.500 0,83

    JUMLAH TOTAL 1.281.597 149.471.902 0,86

    Sumber: Renstra kementan Tahun 2015-2019, diolah.

    Tabel 3-9 menunjukkan bahwa posisi produksi padi Kabupaten Bandung dapat

    menyumbang 0,87% terhadap target produksi nasional terbesar dari sub sector

    tanaman pangan. Sedangkan pada sub sector hortikultura (sayuran) sumbangan

    terbesar diperoleh dari produksi cabe yang menyumbang 6,44% terhadap target

    nasional, buah-buahan strawberry menyumbang 3,16%. Adapun pada sub sector

    Perkebunan, produksi teh Kabupaten Bandung dapat mensuplai 2,20% terhadap

    target nasional.

    5) Analisis keberhasilan atau kegagalan capaian indikator

    Tanaman Pangan

    Keberhasilan capaian indikator tersebut sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan

    program kegiatan dan iklim yang mendukung budidaya. Tahun 2019 terjadi

    peningkatan luas tanam dan luas panen beberapa komoditi penting, seperti padi

    sawah, yang berkontribusi positif terhadap produksinya. Dari sisi produktivitas

    komoditi padi mengalami peningkatan sekitar 0,21% yaitu dari 63,39 kuintal/ha/tahun

    menjadi 63,52 kuintal/ha/tahun. Pertumbuhan luas tanam, luas panen, produksi dan

    produktivitas komoditi tanaman pangan disajikan dalam tabel III-17.

    Tabel III-10 Pertumbuhan produksi tanaman pangan Tahun 2019 terhadap Tahun 2018

    No Uraian Komoditi 2018 2019 pertumbuhan

    %

    1 Padi Sawah

    Luas Tanam (Ha) 96.125 100.565 4,62

    Luas panen (Ha) 106.191 108.643 2,31

    Produksi (Ton) 696.908 698.182 0,18

    Produktivitas (Kwt/ha) 65,63 64,26 -2,09

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    22

    No Uraian Komoditi 2018 2019 pertumbuhan

    %

    2 Padi Gogo

    Luas Tanam (Ha) 15.154 3.715 -75,49

    Luas panen (Ha) 3.985 3.433 -13,85

    Produksi (Ton) 18.375 13.776 -25,03

    Produktivitas (Kwt/ha) 46,11 40,13 -12,97

    Jumlah Padi

    Luas Tanam (Ha) 111.619 111.703 0,08

    Luas panen (Ha) 112.884 112.076 -0,72

    Produksi (Ton) 715.283 711.958 -0,46

    Produktivitas (Kwt/ha) 63,39 63,52 0,21

    B Jagung

    Luas Tanam (Ha) 14.399 14.519 0,83

    Luas panen (Ha) 13.468 14.478 7,50

    Produksi (Ton) 83.591 98.757 18,14

    Produktivitas (Kwt/ha) 62,07 68,20 9,88

    C Kedelai

    Luas Tanam (Ha) 5.644 1.752 -68,96

    Luas panen (Ha) 8.577 1.731 -79,82

    Produksi (Ton) 11.805 2.469 -79,09

    Produktivitas (Kwt/ha) 14,56 14,26 -2,06

    D. Ubi Kayu

    Luas Tanam (Ha) 3.434 2.995 -12,78

    Luas panen (Ha) 4.776 2.275 -52,37

    Produksi (Ton) 83.027 48.016 -42,17

    Produktivitas (Kwt/ha) 173,84 21,11 -87,86

    Secara keseluruhan produktivitas padi pada Tahun 2019 mengalami

    peningkatan sebesar 0,22% dari Tahun 2018. Namun demikian peningkatan

    produktivitas tersebut tidak disertai dengan produksi padi. Produksi padi pada Tahun

    2019 sebesar 711.958 ton menurun 0,46% dari sebelumnya sebesar 715.283 ton.

    Penurunan produksi ini sebagai akibat dari capaian jumlah luas panen sebesar 0,68%

    dari 112.844 Ha pada Tahun 2018 menjadi 112.076 Ha. Kekeringan panjang selama

    periode April-September 2019 menyebabkan mundurnya masa tanam beberapa

    bulan yang berakibat pada realisasi tanam pada Tahun 2019. Selain padi, komoditi

    Tanaman Pangan lainnya yaitu jagung selama Tahun 2019 menunjukkan performa

    peningkatan pada jumlah produksi sebesar 20,45%.

    Sebagai upaya pencapaian target produksi pemerintah melakukan berbagai

    upaya di antaranya dengan Program Upaya Khusus (UPSUS) Pajale berupa stimulan

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    23

    benih, sarana produksi dan perbaikan-perbaikan infrastruktur irigasi, pembinaan dan

    pendampingan yang intensif dari petugas pertanian juga adanya keterlibatan TNI

    dalam mendukung pencapaian UPSUS melalui gerakan tambah tanam. Dengan

    upaya percepatan tanam sawah produktif melalui program percepatan Luas Tambah

    Tanam (LTT), Indeks Pertanaman (IP) padi sawah Tahun 2019 meningkat dari

    sebelumnya sebesar 2,69 menjadi 2,73.

    Indeks Pertanaman (IP) menunjukkan adanya peningkatan nilai dari 1,92 di

    tahun 2009; 1,98 di tahun 2011; 2,01 pada tahun 2012; 2,27 pada Tahun 2013; 2,51

    pada tahun 2014; 2,43 pada Tahun 2015, 2,65 tahun 2016, 2,67 pada Tahun 2017,

    2,69 pada Tahun 2018, menjadi 2,73 pada Tahun 2019.

    Upaya peningkatan produksi padi di Kabupaten Bandung melalui efisiensi

    produksi saat ini menjadi alternatif yang penting, dimana alternatif secara

    ekstensifikasi perluasan areal semakin sulit ditempuh. Efisiensi produksi yang dapat

    ditempuh melalui upaya intensifikasi atau perbaikan teknologi pada penggunaan

    sarana produksi maupun peningkatan kualitas infrastruktur.

    Selain itu efisiensi produksi juga dapat dilakukan dalam rangka mengurangi

    tingkat kehilangan hasil, diantaranya melalui perbaikan pada proses pasca panen,

    pengendalian OPT dan penggunaan benih unggul. Tingkat kehilangan hasil produksi

    padi dari tahun ke tahun dapat dikurangi. Pada Tahun 2016 tingkat kehilangan

    mencapai 10,07% dan pada Tahun 2019 dapat ditekan menjadi 9,84% (Tabel 3-18).

    Tabel III- 11 Tingkat kehilangan hasil komoditas padi

    No Komponen 2017 2018 2019 2019

    1 Panen 0,48 0,48 0,47 0.46

    2 Perontokan 3,11 3,11 3,07 3.04

    3 Pengeringan 3,75 3,81 3,77 3.76

    4 Pengilingan 2,65 2,62 2,62 2.58

    JUMLAH 10,07 10,01 9,93 9.84

    Tabel III-11 memperlihatkan bahwa tingkat kehilangan hasil dari tahun-ketahun

    terus mengalami penurunan. Hal ini memperlihatkan bahwa kualitas panen padi tiap

    tahun terus meningkat, beberapa faktor yang mempengaruhi kehilangan hasil padi

    adalah : (1) Varietas padi, varietas unggul padi yang telah dilepas dan diadopsi oleh

    petani sebagaian besar termasuk yang mudah rontok, sehingga padi tidak banyak

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    24

    lagi yang tertinggal malainya, serta petani dalam pemanenan (ngarit padi) telah

    melakukan penumpukan sementara dengan memakai alas; (2) Umur panen padi,

    sangat berpengaruh terhadap besarnya kehilangan hasil. Bila panen muda atau

    belum masuk optimum maka mutu gabah yang dihasilkan akan rendah, banyak bulir

    hijau. Sebaliknya padi yang dipanen terlalu tua atau terlewat masak, hasil akan turun

    karena gabah banyak yang rontok; (3) Alat panen, dengan diintroduksinya varietas-

    varietas unggul baru padi yang memiliki potensi hasil tinggi dan berpostur pendek,

    maka terjadi perubahan penggunaan alat panen dari ani-ani ke sabit. Sabit harus

    tajam agar saat pemotongan padi tidak terjadi goyangan yang kuat, sehingga tidak

    menyebabkan gabah rontok, ataupun sekarang sudah banyak kelompok tani yang

    menggunakan powerthraser; (4) Sistem panen, pemanenan padi sistem individual

    (keroyokan) dengan jumlah pemanen yang tidak terbatas, mendorong pemanen

    untuk berebut memotong padi sebanyak-banyaknya. Akan lebih baik jika pemanenan

    padi menggunakan alat perontok pedal Thresher atau power thresher; (5) perontok

    padi dapat dilakukan dengan cara diinjak-ijak, dipukul, dibanting, pedal thresher, dan

    mesin perontok, proses perontokan padi memberikan kontribusi yang cukup besar

    terhadap kehilang hasil padi secara keseluruhan. sebagian besar petani melakukan

    perontokan dengan cara dibanting terlalu keras maka banyak gabah yang terlempar

    keluar dari alas. Sebaliknya jika dibanting terlalu lemah dan hanya beberapa kali

    membanting, maka banyak gabah yang tidak rontok menempel pada malainya dan

    ikut terbuang bersama jeraminya. Masalah terakhirr inilah yang menyebabkan

    kehilangan hasil cukup besar.

    Sebagaimana tabel di atas kehilangan pada saat perontokan mengalami

    peningkatan sebesar 0,03% demikian pula pada saat pengeringan yang mencapai

    0,01%. Hal ini terkait dengan proses mekanisasi pasca panen padi, dimana pada saat

    perontokkan kelompok tani melaui penggunaan Power threaser, sedangkan pada

    tahapan pengeringan sudah ada perbaikan sarana pengeringan di UPJA maupun

    waktu pengeringan yang lebih singkat sebagai dampak dari panas matahari yang

    lebih banyak pada Tahun 2019. Selain itu peningkatan harga GKP dan GKG,

    menjadikan petani lebih berhati-hati dalam penggilingan padi.

    Penanganan pasca panen tidak akan terlepas dari interaksi faktor-faktor yang

    membentuk sistem pascapanen. Dengan demikian untuk memperbaiki sistem

    pascapanen diperlukan pendekatan yang menyeluruh terhadap komponen-

    komponen sistem untuk memperbaiki struktur dan manajemen sistem sehingga

    diperoleh berbagai alternatif perbaikan keluaran sistem yang diperbaiki. Strategi

    penanganan pasca panen harus ditempatkan sebagai bagian integral dari program

    pengembangan sistem usahatani padi. Berdasarkan keragaan lingkungan, strategi

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    25

    perbaikan penanganan panen dan pascapenen harus dilaksanakan dengan prinsip

    location spesifik dengan tetap mengacu pada asas selektif. Dengan mengacu pada

    aspek selektif, perbaikan penanganan pascapenen padi tidak terbatas pada

    penanganan perbaikan teknologi saja tetapi juga perbaikan dari aspek sosial ekonomi

    dan kelembagaan.

    Realisasi produksi jagung mencapai 98.757 ton (Jagung pipilan kering) atau

    sebesar 217,98 % dari target Tahun 2019 serta naik sebesar dan turun 18,14% dari

    Tahun 2018. Peningkatan produksi ini dikarenakan pada Tahun 2019 terjadi

    peningkatan luas tanam dari 14.399 Ha menjadi 14.519 Ha yang diiringi dengan

    peningkatan produktivitas sebesar 6,13 Kwt/ha, dalam hal provitas ini naik 9,88% dari

    Tahun 2018. Produksi jagung pipilan kering lebih diperoleh pada sentra produksi

    jagung yang potensial di beberapa kecamatan seperti Nagreg, Pacet, Cicalengka,

    Cimenyan, Paseh, Cikancung, Kutawaringin dan Cikancung. Penurunan ini pula

    sebagai akibat dari menurunnya program pemerintah pusat dan daerah dalam upaya

    peningkatan produksi jagung.

    Hortikultura

    Produksi serta produktivitas komoditas pertanian khususnya komoditas

    hortikultura unggulan di Kabupaten Bandung Tahun 2019 ini terjadi peningkatan yang

    cukup signifikan walaupun menghadapi kendala-kendala yang cukup sulit seperti

    keadaan alam yang cukup ekstreem khususnya iklim yang kering, namun disisi lain

    iklim tersebut membantu dalam pertumbuhan serta perkembangan bunga dan

    pembuahan komoditas hortikultura dan perkebunan sehingga umumnya mampu

    menaikan produksi dan produktivitasnya asalkan pengairannya tetap terjaga dan

    terpenuhi. Selain itu pula ada tantangan internal diantaranya adalah peralihan

    komoditas karena alasan-alasan tertentu, pengurangan lahan produktif karena

    digunakan untuk keperluan lainnya serta terkadang penanaman/pertanian komoditas

    hortikultura berbenturan dengan isu-isu tentang kaidah-kaidah konservasi.

    Sebagaimana Tabel III-7, dapat dilihat bahwa dari 10 komoditi utama

    hortikultura yang menunjang IKU dinas, komoditi dapat melebihi target produksi yaitu

    Bawang merah, cabe, kubis, jeruk dan jambu air, sedangkan komoditi yang tidak

    mencapai target produksi yaitu, kentang, tomat, alpukat, strawberry dan jambu biji.

    Namun dari sisi performance laju pertumbuhan, capaian produksi kubis mengalami

    peningkatan sebesar 7,29% dari Tahun sebelumnya, sedangkan yang lainnya

    meningkat dengan rata-rata sebesar 18,4%.

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    26

    Capaian realisasi indicator tersebut ditunjang dengan kegiatan budidaya

    sayuran selama Tahun 2019. Lebih lengkap pertumbuhan produksi dan budidaya

    komoditi hortikultura disajikan dalam tabel berikut.

    Tabel III- 12 Pertumbuhan capaian komoditas hortikultura (sayuran) Tahun 2017 -2019

    Uraian Komoditi Realisasi

    2017 Realisasi

    2018 Realisasi

    2019 % pertumbuhan 2019 thd 2018

    Bawang Merah

    Luas Tanam (Ha) 3.788 5.927 5.385 -9,14

    Luas Panen (Ha) 3.842 5.288 5.197 -1,72

    Produksi (Ton) 45.184 64.586 62.100 -3,85

    Produktivitas (ton/ha) 11,664 12,21 11,95 -2,17

    Cabe Merah

    Luas Tanam (Ha) 892 2.076 1.977 -4,77

    Luas Panen (Ha) 548 2.157 2.168 0,51

    Produksi (Ton) 18.494 49.655 43.426 -12,54

    Produktivitas (ton/ha) 33,748 23,02 20,03 -12,99

    Kentang

    Luas Tanam (Ha) 5.428 4.643 3.236 -30,30

    Luas Panen (Ha) 4.382 4.084 3.902 -4,46

    Produksi (Ton) 102.500 85.783 81.654 -4,81

    Produktivitas (ton/ha) 20,201 21,00 20,93 -0,37

    Tomat

    Luas Tanam (Ha) 1.016 1.125 1.412 25,51

    Luas Panen (Ha) 865 1.157 1.432 23,77

    Produksi (Ton) 21.709 61.877 73.886 19,41

    Produktivitas (ton/ha) 25,097 53,481 51,60 -3,52

    Kubis

    Luas Tanam (Ha) 5.256 4.269 3.856 -9,67

    Luas Panen (Ha) 4.218 3.969 4.286 7,99

    Produksi (Ton) 107.422 91.767 97.813 6,59

    Produktivitas (ton/ha) 22,539 23,12 22,82 -1,30

    Tabel di atas menunjukkan bahwa dari kelima komoditas utama sayuran kubis

    dan tomat yang memiliki performa peningkatan produksi dari Tahun 2018. Produksi

    tomat meningkat sebesar 19,41% dari Tahun 2018 berbanding lurus dengan

    peningkatan luas tanam dan panen namun tidak disertai dengan produktivitas yang

    menurun sebesar 3,52%. Komoditas lainnya yang meningkat adalah produksi kubis

    sebesar 6,59%, dimana luas panen meningkat sebesar 7,99%, namun demikian Luas

    tanam menurun sebesar 9,67%. Meningkatnya luas panen berasal dari budidaya

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    27

    kubis yang tanam pada akhir tahun 2018. Meskipun produksi yang meningkat tidak

    diikuti oleh produktivitas per hektar yang menurun sekitar 1,3%.

    Adapun komoditi sayuran unggulan yang mengalami penurunan yaitu bawang

    merah, cabe merah dan kentang, masing-masing menurun sebesar 3,85%, 12,54%

    dan 4,81%. Tabel di atas menunjukkan penurunan pula pada produktivitas dan luas

    tanam. Penurunan luas tanam yang signifikan terjadi pada budidaya kentang sebesar

    30,30%, terutama pada kecamatan sentra produksi seperti Pangalengan dan

    Kertasari yang merupakan Zona inti hulu Citarum pada program Citarum Harum.

    Pada program ini mulai dilakukan usaha budidaya ramah lingkungan, dimana pola

    tanam perlu mendapat perhatian, baik jenis komoditi maupun pengolahan lahannya.

    Pada lahan yang memiliki kemiringan >5% ditanami tanaman keras dan buah-

    buahan.

    Selain komoditi sayuran yang menunjang capaian produksi komoditi

    hortikultura, juga terdapat komoditi buah-buahan unggulan yang menyumbang

    produksi cukup besar di antaranya Jeruk, Alpukat, Strawberry, Jambu Air dan Jambu

    biji. Secara keseluruhan produksi buah-buahan unggulan sebesar 16.301 ton yang

    menunjang 4,4% terhadap produksi hortikultura.

    Tabel III-.13 Capaian komoditas hortikultura buah-buahan Tahun 2019

    Komoditi

    Tanaman

    dibongkar

    dan tua

    (pohon)

    Tanam

    baru

    (pohon)

    Tanaman belum

    menghasilkan

    (pohon)

    Tanaman

    produktif

    (pohon)

    Jumlah

    Akhir

    tanaman

    (pohon)

    Jumlah

    Produksi

    (Ton)

    Jeruk 2.035 22.094 63.076 85.868 149.301 1.311

    Alpukat 9.211 6.876 57.499 206.086 263.933 5.372

    Jambu Air 736 36 12.204 48.697 60.955 689

    Jambu Biji 4.118 229 25.144 71.058 96.243 1.464

    Buah-buahan selain berfungsi penghasil buah dalam peningkatan ketersediaan

    gizi masyarakat dan ekonomi petani, juga berperan sebagai penguat dan

    pencegahan erosi tanah. Dari sisi jumlah, tanaman alpukat terbesar dalam

    menyumbang produksi buah-buahan yaitu berjumlah 263.933 pohon, diikuti oleh

    tanaman jeruk baik jeruk siam maupun jeruk besar sebanyak 149.301 pohon, jambu

    biji sebanyak 60.955 pohon dan jambu air sebanyak 96.243 pohon. Jumlah tanaman

    buah-buahan tersebut tidak seluruhnya dapat menghasilkan, sebagian saja yang

    produktif menghasilkan buah. Tanaman jeruk yang produktif sebesar 57,51%, alpukat

    sebesar 78,08%, Jambu air sebesar 79,89% dan jambu biji sebesar 73,83%. Untuk

    menjaga keberlanjutan, Tahun 2019 penanaman baru sebanyak 29.235 pohon.

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    28

    Perkebunan

    Capaian komoditi perkebunan tidak memenuhi target, baik kopi, t e h, maupun

    tembakau, namun ketidak tercapaian komoti kopi, teh dan tembakau masih dalam

    tahap kewajaran yaitu masing-masing 89,57%; 96,46% dan 95,73%. Namun

    demikian produksi kopi, t e h dan tembakau mengalami peningkatan masing masing

    sebesar 1%; 0,11% dan 0,32% dari Tahun 2018.

    Peningkatan produksi komoditi perkebunan merupakan hasil dari peningkatan

    performa budidaya yang dilakukan pada Tahun 2019, baik panen dari penanaman

    tahun sebelumnya maupun peningkatan produktivitas. Produksi kopi dipengaruhi

    oleh luas tanam dan pohon produktif, serta penerapan manajemen budidaya yang

    baik. Tahun 2018 luas tanam bertambah 4,3% dari Tahun 2017 menjadi 11.029 Ha,

    dengan produksi rata-rata perhektar sebesar 0,89 ton/Ha atau meningkat 13,91%.

    Peningkatan luas tanam selain ditunjang dengan program pemerintah Citarum

    Harum, yang umumnya terjadi peralihan budidaya dari sayuran ke tanaman keras

    perkebunan khususnya kopi pada lahan dengan kontur >15%.

    Dewasa ini pamor kualitas kopi Kabupaten Bandung khususnya Java Preanger

    mendapat sambutan positif dari pasar, dan juga mendapat penghargaan pada

    berbagai even baik tingkat regional maupun nasional sehingga secara tidak langsung

    mendongkrak harga berasan. Sehingga komoditi kopi Kabupaten Bandung

    merupakan salah satu produk yang memiliki nilai ekonomis penting dan dapat

    meningkatkan minat para petani untuk membudidayakannya.

    Tabel III- 14 Pertumbuhan capaian komoditas perkebunan Tahun 2016 -2019

    Uraian Komoditi Realisasi

    2016 Realisasi

    2017 Realisasi

    2018 Realisasi

    2019 % 2019

    thd 2018

    Kopi

    Luas Tanam (Ha) 10.572 10.574 11.029 11.997 8,78

    Produksi Mentah (Ton) 28.143 21.109 26.427 26.689 0,99

    Hasil Olahan (Ton) 7.035 5.277 6.606 6.672 1,00

    Produksi Rata2 (Ton/Ha) 1,05 0,78 0,89 0,894 0,45

    T e h

    Luas Tanam (Ha) 1.701 1.701 1.701 1.701 0,00

    Produksi Mentah (Ton) 17.756 17.010 17.882 17.899 0,09

    Hasil Olahan (Ton) 3.551 3.612 3.576 3.580 0,11

    Produksi Rata2 (Ton/Ha) 2,15 2,15 2,17 2,167 -0,14

    Tembakau

    Luas Tanam (Ha) 1.524 1.524 1.524 1.524 0,00

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    29

    Uraian Komoditi Realisasi

    2016 Realisasi

    2017 Realisasi

    2018 Realisasi

    2019 % 2019

    thd 2018

    Produksi Mentah (Ton) 6.810 6.855 6.881 6.902 0,31

    Hasil Olahan (Ton) 1.362 1.371 1.376 1.380 0,32

    Produksi Rata2 (Ton/Ha) 0,89 0,89 0,9 0,898 -0,20

    6) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya

    Sebagaimana Tabel III-8, dari tiga sub sektor yang menunjang indikator

    sasaran tercapainya produksi pangan, capaian produksi komoditi tanaman pangan

    sebesar 111,34% dari target yang ditetapkan, berikutnya capaian produksi komoditi

    tanaman pangan sebesar 122,17% dan terendah capaian produksi komoditi

    perkebunan sebesar 92,31%. Di sisi lain penggunaan sumberdaya yang ada dalam

    hal ini pelaksanaan kegiatan (penggunaan anggaran belanja) yang secara langsung

    atau tidak langsung menunjang capaian indikator kinerja.

    Upaya pencapaian indikator ini ditunjang dengan 3 program dan 24 kegiatan

    dengan penggunaan anggaran sebesar Rp18.741.844.590,- dari yang ditargetkan

    sebesar Rp.19.726.648.260, atau 95,01 Sehingga dengan demikian tingkat efisiensi

    pencapaian indikator-indikator populasi ternak mencapai 1,28 (efisien).

    7) Analisis program/kegiatan yang menunjang capaian indikator kinerja

    Upaya peningkatan dan pencapaian target produksi pangan dilakukan melalui

    pelaksanaan 2 program dan 23 kegiatan. Secara umum program-program yang

    dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan sumberdaya dan potensi

    petani/kelompok tani dalam meningkatkan produktivitas dan luas tanam.

    Dalam Program Peningkatan Ketahan Pangan (pertanian/perkebunan)

    dilakukan kegiatan-kegiatan berupa upaya intensifikasi lahan pertanian melalui

    pemberian benih dan pupuk, pembinaan dan bimbingan penerapan teknologi

    budidaya yang baik, Gerakan masyarakat/kelompok tani dalam giat tanam dan

    pengendalian OPT serta kegiatan lain yang menunjang kelancaran program

    pemerintah pusat. Program kegiatan yang menunjang capaian indicator kinerja ini

    disajikan dalam table berikut.

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    30

    Tabel III- 15. Program Kegiatan Penunjang Capaian Indikator Kinerja Sasaran

    Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome)/ Kegiatan

    (output) Realisasi

    Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan

    Produksi Non-Pangan Utama (Hortikultura) Produksi Non Pangan (Perkebunan)

    Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan

    Jumlah fasilitasi sarana produksi pengembangan perkebunan

    6 jenis

    Jumlah petani yang paham akan SOP, GAP budidaya perkebunan dan peningkatan produktivitas kopi

    12 orang

    Jumlah kajian pengembangan kopi Kabupaten Bandung

    2 kegiatan

    Penanganan panen dan pasca penen bahan baku tembakau (DBHCHT) (19.23)

    Jumlah SDM yang faham tentang produk turunan dan pengolahan tembakau

    60 orang

    Jumlah sarana penunjang penanganan pasca panen tembakau

    4 jenis

    Penyediaan sarana produksi hortikultura (19.24)

    Jumlah fasilitasi sarana produksi pengembangan komoditi hortikultura unggulan

    3 jenis

    Jumlah fasilitasi sarana teknologi pertanian 3 jenis

    Pengembangan Hortikultura pada lahan kering (19.25)

    Jumlah kelompok tani yang menerapkan budidaya sesuai GAP (SL Konservasi lahan)

    25 orang

    Jumlah greenhouse dan sarana pengembangan hortikultura

    3 jenis

    Jumlah bibit/tanaman buah-buahan mendukung citarum harum

    8 jenis

    Jumlah fasilitasi alat pemeliharaan tanaman mendukung Citarum harum

    4 jenis

    Jumlah program vertikal terfasilitasi kegiatan pertanian

    9 kegiatan

    Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Hortikultura (19.26)

    Jumlah varietas lokal hortikultura Kabupaten Bandung yang termurnikan

    1 varietas

    Pengendalian Komoditas Perkebunan (19.27)

    Jumlah peningkatan SDM yang menerapkan budidaya perkebunan ramah lingkungan

    25 orang

    Jumlah fasilitasi sarana pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) perkebunan

    1 jenis

    Pengembangan Budi Daya Sayuran (19.28)

    Jumlah fasilitasi sarana budidaya sayuran 2 jenis

    Jumlah SDM yang menerapkan GAP komoditi hortikultura

    70 orang

    Pengembangan Budi Daya Buah- buahan (19.29)

    Jumlah fasilitasi bibit dan media tanam pengembangan tanaman buah-buahan

    4 jenis

    Jumlah fasilitasi pestisida pengembangan tanaman buah-buahan

    2 jenis

    Jumlah fasilitasi pupuk pengembangan tanaman buah-buahan

    2 jenis

    Jumlah SDM yang menerapkan GAP tanaman buah-buahan

    25 orang

    Jumlah fasilitasi sarana teknologi pertanian 14 unit

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    31

    Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome)/ Kegiatan

    (output) Realisasi

    Pengembangan Budi Daya Tanaman Obat (19.30)

    Jumlah fasilitasi bibit tanaman pendukung pengembangan produksi tanaman obat

    4 jenis

    Jumlah fasilitasi sarana teknologi pertanian pendukung pengembangan produksi tanaman obat

    2 jenis

    Pengembangan Budi daya Florikultura (19.31)

    Jumlah fasilitas grreenhouse penunjang pengembangan florikultura

    1 unit

    Jumlah fasilitasi bibit krisan penunjang pengembangan florikultura

    148000 stek

    Jumlah fasilitasi pupuk penunjang pengembangan florikultura

    7000 kg

    Pengembangan Tanaman Perkebunan Tahunan dan Penyegar (19.32)

    Jumlah pelaksanaan eksplorasi Perlindungan Kopi Arabika Java Preanger

    2 kegiatan

    Jumlah jenis tanaman tahunan penyegar yang dikembangkan

    4 jenis

    Jumlah media informasi tentang kopi Kabupaten Bandung tersedia

    1 jenis

    Jumlah SDM yang mengembangkan tanaman perkebunan

    100 orang

    Jumlah fasilitasi sarana teknologi pertanian 2 jenis

    Pengembangan Tanaman Perkebunan Semusim dan Rempah (19.33)

    Jumlah fasilitasi bibit tanaman perkebunan semusim dan rempah

    2 jenis

    Jumlah fasilitasi pupuk penunjang pengembangan tanaman perkebunan semusim dan rempah

    30000 kg

    Pengembangan Perbibitan Tanaman Hortikultura dan Perkebunan (19.34)

    Jumlah jenis bibit tanaman tersedia di UPT Perbibitan Pertanian

    10 jenis

    Jumlah fasilitasi sarana penunjang produksi tersedia

    9 jenis

    Penerapan pembudidayaan sesuai dengan Good Agricultural Paractices Tembakau (DBHCHT)(19.36)

    Jumlah uji multilokasi tembakau 5 varietas

    Jumlah sarana penunjang produksi tembakau 5 jenis

    Program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan

    Jumlah produksi komoditi tanaman pangan 701.346 ton

    Pengembangan Intensifikasi Tanaman Padi, Palawija (30.01)

    Jumlah event pendukung intensifikasi tanaman padi dan palawija

    22 kali

    Jumlah peningkatan SDM dalam pengembangan intensifikasi tanaman padi

    30 orang

    Jumlah fasilitasi sarana dan prasarana pengembangan intensifikasi tanaman padi dan palawija

    8 jenis

    Pengembangan Diversifikasi Tanaman (30.02)

    Sosialisasi, Bimtek, Rakor. Fieldday 10 Kali

    Diversifikasi Tanaman Kedelai 1 Desa

    Demfarm Ubi Jalar Vaerietas Unggul 2 Ha

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    32

    Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome)/ Kegiatan

    (output) Realisasi

    Jumlah cetak buku 275 buku

    Pemurnian benih ubi kayu dalam rangka sertifikasi

    1 unit

    Pengembangan Perbenihan/Perbibitan (30.03)

    Fasilitasi Pelepasan Benih Padi Lokal 44178 kg/GKG

    Jumlah sarana produksi UPT Perbibitan Pertanian 13 Jenis

    Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Perkebunan, Produk Pertanian (30.04)

    Jumlah peningkatan SDM pengolahan dan pengemasan komoditi tanaman pangan

    80 Orang

    Jumlah fasilitasi sarana pengolahan ubi kayu dan ubi jalar

    2 kelompok

    Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian Tepat Guna (30.05)

    Jumlah rapat penunjang pengadaan sarana teknologi tepat guna

    6 kali

    Jumlah fasilitasi sarana teknologi pertanian tepat guna

    38 kelompok

    Jumlah pelaksanaan bimbingan teknis 2 kegiatan

    Jumlah gelar teknologi pasca panen terlaksana 1 kegiatan

    Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana Teknologi Pertanian Tepat Guna (30.06)

    Jumlah peningkatan SDM dalam pemeliharaan infrastruktur pertanian

    75 orang

    Jumlah fasilitasi sarana teknologi pertanian tersedia

    8 jenis

    Peningkatan Infrastruktur Pertanian (30.07)

    Jumlah Jaringan Irigasi yang terehabilitasi 7 lokasi

    Jumlah fasilitasi Gerakan Pengendalian OPT 50 orang

    Jumlah sumur pantek tersedia 3 titik

    Peningkatan Infrastruktur Pertanian (DAK) (30.08)

    Jumlah prasarana pertanian terbangun 46 unit

    3.2.2. Sasaran Strategis 3: Tercapainya Populasi Ternak

    3.2.2.1. Indikator: Jumlah Populasi Ternak

    1. Realisasi capaian indikator kinerja terhadap Target

    Indikator ini merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah ditetapkan

    pada tahun 2019. Jumlah populasi ternak diperoleh dari hasil Akumulasi populasi

    ternak ruminansia besar (sapi perah dan sapi potong), ruminansia kecil (domba dan

    kambing) serta ungags (ayam ras pedaging, Ayam buras, Ayam ras petelur dan itik).

    Data diperoleh dari pengumpulan, pengolahan dan rekonsiliasi statistic dengan BPS

    dan database Provinsi Jawa Barat. Adapun indikator untuk sasaran ini terurai seperti

    pada tabel dibawah ini:

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    33

    Tabel III- 16 Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Populasi Ternak

    Tahun 2019

    Jenis Ternak Target Realisasi

    % (Ekor) (Ekor)

    Ruminansia Besar 86.805 60.787 70,03

    Ruminansia Kecil 304.114 305.880 100,58

    Unggas 7.600.682 8.116.899 106,79

    JUMLAH 7.991.601 8.483.566 106,16

    Sumber Data: laporan Bidang Peternakan 2020

    Tabel III-15 menunjukkan bahwa secara keseluruhan target populasi ternak

    dapat tercapai sebesar 106,16%, yaitu dari 7.991.601 ekor yang ditargetkan

    terealisasi sebesar 8.483.566 ekor. Populasi ternak ruminansia besar (sapi perah dan

    sapi potong) tidak dapat memenuhi target yang ditetapkan dengan capaian sebesar

    70,03%, capaian tertinggi diperoleh dari jumlah populasi unggas sebesar 106,79%.

    2. Perbandingan realisasi terhadap tahun-tahun sebelumnya

    Gambaran pertumbuhan tiap komoditi untuk ternak ruminansia dapat dilihat

    pada tabel dibawah ini:

    Tabel III- 17. Perkembangan capaian Populasi Ternak

    Komoditas Tahun 2017

    (ekor)

    Tahun 2018

    (ekor)

    Tahun

    2019 (ekor)

    Ruminansia Besar 62.233 62.989 60.787

    Ruminansia Kecil 299.031 306.877 305.880

    Unggas 6.813.605 7.336.443 8.116.899

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    34

    Grafik 4. Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak ruminansia

    Sumber: Laporan Tahunan 2016-2018 dan Data Bidang Peternakan 2018 diolah.

    Berdasarkan grafik 4 dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan untuk ternak

    ruminansia tertinggi dalam kurun waktu tiga tahun yaitu tahun dari 2017-2019 adalah

    ternak domba dan Kambing yang merupakan ternak ruminansia kecil, peningkatan

    populasi dari tahun sebelumnya mengalami peningkatan sebesar 1%. Sementara

    untuk ternak ruminansia besar sapi potong dan sapi perah mengalami penurunan

    populasi sebesar (-1,1%).

    Populasi ternak unggas, secara umum mengalami peningkatan dimana rata-

    rata peningkatan populasi sebesar 1,5% pada rentang tahun 2017-2018.

    Pertumbuhan populasi terjadi pada jenis ternak unggas ayam buras 1% dan ayam

    pedaging mengalami peningkatan sebesar 1% dibandingkan tahun 2017.

    Peningkatan tertinggi pada populasi ternak itik yaitu sebesar 1,75% dan ternak ayam

    petelur sebesar 1,4%. Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak unggas

    dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

    SAPI POTONG SAPI PERAH KAMBING DOMBA

    Tahun 2017 28528 33705 25813 273218

    Tahun 2018 27102 32019 26674 280203

    Tahun 2019 26.291 31.808 25.380 280.500

    0

    50000

    100000

    150000

    200000

    250000

    300000

    Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak ruminansia

  • AKUNTABIITAS KINERJA

    35

    Grafik 5. Populasi Ternak Unggas Di Kabupaten Bandung Tahun 2016-2019

    Sumber: Data Bidang Peternakan 2016-2019 diolah.

    3. Perbandingan realisasi kinerja terhadap target Renstra

    Tahun 2019 merupakan tahun pertama dari periode Rencana Strategis Dinas