kata pengantar...ii kata pengantar uji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah subhanahu wa...
TRANSCRIPT
-
i
6
-
ii
KATA PENGANTAR
uji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah
memberikan Rakhmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah (LKIP) Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2019 dapat
diselesaikan. Dokumen LKIP ini merupakan bentuk laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
kegiatan secara kinerja dan anggaran, yang meliputi Urusan Pertanian.
LKIP Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2019 ini merupakan
tindak lanjut dari amanat Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi
Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah secara substansi menyatakan bahwa agar setiap pimpinan
instansi pemerintah melakukan evaluasi atas implementasi SAKIP di lingkungannya setiap
tahun. Selanjutnya Kepala Perangkat Daerah menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
(LKIP) berdasarkan Perjanjian Kinerja yang disepakati dan menyampaikannya kepada Bupati,
paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Penyusunan laporan ini dilaksanakan melalui rekapitulasi dan pengumpulan data serta
informasi dari berbagai sumber, yaitu dokumen Lakip dan data penunjang Tahun 2019 pada
Dinas Pertanian Kabupaten Bandung.
Laporan ini berisikan tentang perbandingan target kinerja dan anggaran yang sudah
ditetapkan pada dokumen perencanaan dinas dengan realisasi kinerja dan anggaran pada
tahun 2019. Selain itu, LKIP ini juga membandingkan data realisasi kinerja pada kurun tahun
tertentu. Laporan ini juga bisa dijadikan sebagai evaluasi dan bahan dasar pengambilan
kebijakan pembangunan pertanian pada waktu yang akan datang.
Demikian penyusunan Laporan ini, semoga bermanfaat bagi yang berkepentingan.
Soreang, Maret 2020
Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten Bandung
Ir. H. A. Tisna Umaran, MP Pembina Utama Muda
NIP 196409231992031005
P
-
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Terdapat 6 Indikator utama yang ditetapkan pada tahun 2019, 5 indikator diantaranya
dapat memenuhi bahkan melebihi target yang ditetapkan, sedangkan 1 indikator lainnya
belum dapat memenuhi target yang ditetapkan. Indikator utama yang mencapai target bahkan
melebihi ialah Jumlah Produksi Komoditi Pertanian tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan, Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan pertanian, Persentase
kelompok yang naik kelas, Nilai Akuntabilitas Kinerja dan Jumlah Populasi Ternak. Indikator
lain yang belum mencapai target yaitu Persentase aset dalam kondisi baik.
Realisasi Capaian tertinggi terdapat pada indikator Persentase kelompok yang naik
kelas sebesar 117,21%, sedangkan terendah pada indikator Persentase aset dalam kondisi
baik sebesar 89,9%. Berdasarkan kondisi tersebut maka khusus untuk beberapa indikator
yang belum mencapai target yang ditetapkan haruslah mendapatkan prioritas agar pada akhir
rencana strategis target yang tidak tercapai dapat terkompensasi
Anggaran Belanja langsung yang dialokasikan pada urusan pertanian untuk
mendukung pencapapaian indikator tersebut pada tahun 2019 ialah sebesar Rp.
42.799.341.385,-, dengan realisasi sebesar Rp. 40.300.682.555,- atau 94,16%. Jumlah
anggaran tersebut dipergunakan untuk mencapai beberapa target indikator yang telah
ditetapkan di dalam renstra, dimana turunannya dibuat Renja dan Dokumen Anggaran
sebagai target tahunan dari dinas masing-masing
Permasalahan utama yang dihadapi ialah sebagai berikut:
- Semakin terbatasnya tenaga kerja di pedesaan terutama buruh tani
- Perubahan iklim secara global mempengaruhi ketersediaan air pada lahan
pertanian
- Alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian
- Terbatasnya adopsi teknologi yang menunjang peningkatan kualitas produksi
usaha yang berdayasaing dan mempunyai nilai tambah
- Masih rendahnya pengolahan dan pemanfaatan limbah peternakan
Adapun penanggulangan permasalahan yang dihadapi pada tahun 2019 ialah sebagai
berikut :
- Membina masyarakat dan meningkatkan sosialisasi pentingnya usaha pertanian
bagi masyarakat terutama dalam menumbuhkan gairah generasi muda untuk
terjun secara langsung dalam usaha pertanian. Selain itu dalam meningkatkan
efisiensi dan efektivitas proses produksi perlu ditingkatkan kegiatan mekanisasi
pertanian
-
iv
- Pembinaan kepada masyarakat tentang pola tanam, teknologi budidaya pertanian
serta ditunjang dengan peningkatan infrastruktur yang memadai dalam manajemen
air di lahan pertanian.
- Penerapan Perda LP2B diharapkan dapat menjaga ketersediaan lahan pertanian
secara berkelanjutan. Di sisi lain perlu dilakukan peningkatan upaya teknis guna
menjaga ketersediaan padi palawija seperti peningkatan infrastruktur irigasi agar
lahan yang kurang produktif menjadi produktif dan program Upaya Khusus
(UPSUS).
- Peningkatan peran serta penyuluh pertanian dalam peningkatan keahlian dan
penerapan teknologi pertanian masyarakat.
- Program Bandung 1000 Kampung lingkup Pertanian mendorong kemajuan
ekonomi wilayah berbasis komoditi pertanian potensial
- Sosialisasi dan pembinaan masyarakat akan pentingnya pemanfaatan limbah
ternak menjadi pupuk organic dalam mengurangi polutan air sungai dan sekaligus
mensubstitusi kebutuhan pupuk kimia pada pertanian (non ternak)
-
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................................iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................ vi
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL............................................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ - 1 -
BAB II PERENCANAAN KINERJA .............................................................................................. 9
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA............................................................................................ 14
A. Capaian Kinerja Organisasi ..................................................................................... 14
3.1. Rekapitulasi Capaian Indikator Sasaran PK .................................................. 14
3.2. Analisis Capaian Indikator Kinerja................................................................... 15
B. Realisasi Anggaran ................................................................................................... 65
BAB IV P E N U T U P .................................................................................................................. 74
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 74
B. Permasalahan dan Rencana Tindak Lanjut ........................................................... 74
LAMPIRAN ........................................................................................................................................ 75
-
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi Dinas Pertanian menurut Peraturan Bupati Bandung Nomor
75 Tahun 2018 tentang Kedudukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah ....... 2
Gambar 2 Struktur Organisasi Unit Pelayanan Teknis Dinas Pertanian menurut Peraturan
Bupati Bandung Nomor 47 Tahun 2018 ..................................................................... 3
-
vii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Perkembangan produksi komoditi tanaman pangan ................................... 17
Grafik 2 Perkembangan produksi komoditi hortikultura ............................................ 18
Grafik 3 Perkembangan produksi komoditi perkebunan ........................................... 19
Grafik 4 Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak ruminansia ................ 33
Grafik 5 Populasi ternak unggas di Kabupaten Bandung Tahun 2017-2019 ........... 34
Grafik 6. Data Lokasi Kasus Ai Di Kabupaten Bandung ( 2009 - 2017) ................... 38
Grafik 7. Vaksinasi Unggas ( AI ND ) Di Kabupaten Bandung 2008 – 2017 ............ 39
Grafik 8. Vaksinasi Brucellosis .................................................................................. 39
-
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1-1. Sumberdaya Manusia ASN Dinas Pertanian Tahun 2019..................................... 4
Tabel II-2 Indikator Kinerja Utama Dinas Pertanian Tahun 2016-2021 ............................... 11
Tabel II-3 Sasaran Strategis dan Target Indikator Sasaran Dinas Pertanian Tahun 201912
Tabel II-4 Program dan Pagu Anggaran Urusan Pertanian yang dilaksanakan oleh Dinas
Pertanian Tahun 2019 .............................................................................................. 12
Tabel III- 5 Realisasi Indikator Sasaran Tahun 2019 ............................................................... 14
Tabel III- 6. Target dan Realisasi Indikator sasaran Tercapainya produksi pangan Tahun
2019 ............................................................................................................................ 15
Tabel III- 7 Target dan Realisasi Indikator sasaran Tercapainya produksi pangan Tahun
2019 ............................................................................................................................ 16
Tabel III- 8 Perbandingan realisasi kinerja Produksi komoditi Pangan Tahun 2019 terhadap
target Renstra ............................................................................................................ 20
Tabel III- 9 Perbandingan produksi padi, bawang merah dan kopi Kabupaten Bandung
Tahun 2019 dengan target provinsi dan nasional ................................................. 20
Tabel III-10 Pertumbuhan produksi tanaman pangan Tahun 2019 terhadap Tahun 2018 .. 21
Tabel III- 11 Tingkat kehilangan hasil komoditas padi ............................................................... 23
Tabel III- 12 Pertumbuhan capaian komoditas hortikultura (sayuran) Tahun 2017 -2019 .... 26
Tabel III-.13 Capaian komoditas hortikultura buah-buahan Tahun 2019................................. 27
Tabel III- 14 Pertumbuhan capaian komoditas perkebunan Tahun 2016 -2019..................... 28
Tabel III- 15. Program Kegiatan Penunjang Capaian Indikator Kinerja Sasaran .................... 30
Tabel III- 16 Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Populasi Ternak Tahun
2019 ............................................................................................................................ 33
Tabel III- 17. Perkembangan capaian Populasi Ternak .............................................................. 33
Tabel III- 18 Capaian indikator populasi ternak terhadap targe Renstra Tahun 2016-2020 . 35
Tabel III- 19 Perbandingan Populasi Ternak Kab. Bandung terhadap Populasi Ternak Jawa
Barat dan Nasional .................................................................................................... 36
Tabel III- 20 Program Kegiatan Penunjang capaian Indikator Kinerja ..................................... 41
Tabel III- 21 Realisasi kinerja persentase kenaikan kelas kelompok tani Tahun 2019 ......... 44
Tabel III- 22 Perbandingan realisasi kinerja persentase kelompok tani terbina Tahun 2019
terhadap target Perubahan Renstra ....................................................................... 44
Tabel III- 23 Perbandingan realisasi kinerja persentase kelompok tani terbina Tahun 2019
terhadap target Perubahan Renstra ....................................................................... 45
Tabel III- 24 Sebaran kelompok tani dan penyuluh pertanian per kecamatan Tahun 2019 . 46
Tabel III- 25 Program Kegiatan penunjang capaian indikator kinerja Persentase kelompok
tani terbina Tahun 2019............................................................................................ 48
Tabel III- 26 Perbandingan realisasi Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan
pertanian Tahun 2019 terhadap target renstra...................................................... 51
Tabel III- 27 Perbandingan realisasi Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan
pertanian terhadap target Tahun 2019 ................................................................... 52
Tabel III- 28 Program dan kegiatan penunjang indikator sasaran Persentase peningkatan
nilai ekonomi produk unggulan pertanian Tahun 2019 ........................................ 53
Tabel III- 29 Uraian Penunjang Capaian Indikator Kinerja Persentase peningkatan produk
unggulan pertanian ................................................................................................... 55
-
ix
Tabel III- 30 Program dan kegiatan penunjang indikator sasaran Persentase peningkatan
produk unggulan pertanian Tahun 2019 ................................................................ 56
Tabel III- 31 Perbandingan realisasi kinerja Nilai AKIP Tahun 2019 tahun-tahun sebelumnya
..................................................................................................................................... 57
Tabel III- 32 Perbandingan realisasi kinerja Nilai AKIP Tahun 2019 terhadap standar per
komponen penilaian. ................................................................................................. 59
Tabel III- 33 Program dan kegiatan penunjang indikator sasaran Nilai AKIP Tahun 2019 ... 61
Tabel III- 34 Perbandingan realisasi kinerja persentase asset dalam kondisi baik Tahun
2019 terhadap target Renstra .................................................................................. 62
Tabel III- 35 Program kegiatan penunjang capaian indicator Persentase asset dalam kondisi
baik Tahun 2019 ........................................................................................................ 64
Tabel III- 36 Realisasi Anggaran yang mendukung Pencapaian Target Kinerja pada Tahun
2019 ............................................................................................................................ 66
-
PENDAHULUAN
- 1 -
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum
Pada tahun 2019 pertanian di Indonesia masih dihadapkan pada tantangan
berat antara lain: (1) dampak perubahan iklim pada sektor pertanian berupa:
meningkatnya serangan OPT dan penyakit hewan, menurunnya produktivitas dan
menurunnya kualitas hasil panen; (2) meningkatnya harga pangan yang berkorelasi
pada tingkat inflasi dan tingkat kemiskinan; (3) ketersediaan produksi kedelai, gula dan
daging dalam negeri serta internasional terbatas, disisi lain kebutuhan konsumsi
domestik untuk ketiga komoditas tersebut meningkat; (4) kenaikan impor bahan
pangan dan pakan akan mengurangi devisa negara; (5) terbatasnya pembiayaan
pertanian yang mudah diakses petani/peternak; (6) terbatasnya infrastruktur lahan dan
air; (7) sistem penyuluhan pertanian yang belum efektif, dan (8) belum optimalnya
peran dan dukungan pemerintah daerah (RKT Kementerian Pertanian, 2014), maka
dilakukan penyelarasan kegiatan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung
dengan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Kementerian Pertanian Tahun 2019.
Sehubungan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 12 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Bandung Tahun 2016 Nomor 12), dibentuk Dinas Pertanian sebagai dinas
yang melaksanakan Urusan Pertanian. Tugas Pokok Dinas Pertanian berdasarkan
Peraturan Bupati Bandung Nomor 94 Tahun 2016 adalah merumuskan kebijakan
teknis operasional dibidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, prasarana dan penyuluhan, peternakan, serta kesehatan hewan dan
masyarakat veteriner serta melaksanakan ketatausahaan Dinas.
Guna melaksanakan tugas pokok tersebut, dalam Peraturan Bupati Bandung
Nomor 75 Tahun 2018 tentang Kedudukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah,
meliputi fungsi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan,
kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner, serta prasarana dan
penyuluhan juga kesekretariatan yang tergambar dalam Struktur Organisasi Dinas
(Gambar 1). Untuk membantu melaksanakan pelayanan lingkup pertanian di daerah
dibentuk 7 (tujuh) Unit Pelayanan Teknis Dinas Pertanian melalui Peraturan Bupati
Bandung Nomor 47 Tahun 2018 seperti diuraikan dalam struktur organisasi dalam
Gambar 2.
-
PENDAHULUAN
2
Gambar 1 Struktur Organisasi Dinas Pertanian menurut Peraturan Bupati Bandung Nomor 75 Tahun 2018 tentang Kedudukan dan
Susunan Organisasi Dinas Daerah
-
PENDAHULUAN
3
.
Gambar 2 Struktur Organisasi Unit Pelayanan Teknis Dinas Pertanian menurut Peraturan Bupati Bandung Nomor 47 Tahun 2018
-
PERENCANAAN KINERJA
4
Sumberdaya manusia ASN pada Dinas Pertanian Tahun 2019 berjumlah 164
orang, seperti diurai dalam Tabel I-1.
Tabel 1-1. Sumberdaya Manusia ASN Dinas Pertanian Tahun 2019
NO URAIAN JUMLAH PEGAWAI
(orang)
1 STRUKTURAL - Pejabat Struktural 33
- Jabatan Fungsional Umum (JFU) 59
2 Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) - Penyuluh Pertanian 63
- Medik dan Paramedik 9
J U M L A H 164
B. Permasalahan Umum/ Isu Strategis Perangkat Daerah
Dalam RPJMD Kabupaten Bandung, kondisi Kabupaten Bandung yang ada saat
ini dinilai masih belum dapat memenuhi ketahanan dan kemandirian. Hal ini dilihat dari
beberapa faktor, yakni ketersediaan, keterjangkauan, keamanan, dan kesejahteraan
pangan. Pembangunan pertanian pada hakikatnya adalah upaya pemenuhan
ketersediaan pangan asal produk pertanian yang dapat meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk mengakses kebutuhan produk pertanian sekaligus dapat meningkatkan
perekonomian petani. Terminologi pembangunan pertanian memiliki dimensi yang sangat
luas. Pembangunan pertanian dapat diterjemahkan sebagai; (1) peningkatan produksi
pertanian; (2) pengembangan ekonomi wilayah perdesaan; dan juga (3) pengelolaan dan
konservasi sumberdaya.
Kondisi saat ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk Kabupaten Bandung
yang tinggi sebesar 1,74% per tahun (periode Tahun 2011-2016) perlu diimbangi dengan
pemenuhan kebutuhan ruang dan pangan sebagai kebutuhan primer. Lahan, merupakan
isu sentral yang mengemuka di dalam pembangunan sektor pertanian pada saat ini. Pada
satu sisi, ketersediaan lahan sebagai input terpenting di dalam produksi pertanian
merupakan jaminan atas keberlangsungan produksi dalam jangka panjang. Namun di sisi
lain, lahan (dan pemanfaatannya) merupakan sumber utama munculnya beragam
permasalahan dalam perekonomian Indonesia. Tingginya laju pertumbuhan populasi
penduduk Kabupaten Bandung telah menciptakan tekanan dan kompetisi yang sangat
ketat dalam hal pemanfaatan dan penggunaan lahan. Kondisi ini berimplikasi kepada
rendahnya rata-rata kepemilikan lahan pertanian Kabupaten Bandung. Diperkirakan,
skala kepemilikan akan terus menurun seiring dengan semakin tingginya laju konversi
lahan pertanian (rata-rata di Indonesia) yang mencapai 2.7 % per tahun (Pribadi, 2005).
Ketersediaan lahan pertanian (lahan basah) di dalam RTRW Kabupaten Bandung
diproyeksikan menurun sebesar 62,85% pada Tahun 2036.
Pada satu sisi, terbatasnya lahan yang dimiliki menyebabkan kecilnya peluang
bagi pelaku usahatani untuk melakukan ekspansi produksi karena memang pada
teknologi yang sedang berlaku terdapat perbandingan lurus antara luas lahan dengan
tingkat produksi. Implikasinya adalah petani cenderung untuk mengeksploitasi lahan yang
terbatas tersebut untuk memaksimumkan produksi pertanian per satuan luas. Elestianto
(2004) menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan untuk memaksimumkan
produksi dilakukan dengan mengintensifkan penggunaan pupuk kimia yang tanpa disadari
-
PERENCANAAN KINERJA
5
justru menimbulkan deplesi unsur hara tanah yang mengakibatkan turunnya produktivitas
lahan dalam jangka panjang.
Kombinasi antara tingginya tekanan terhadap kuantitas produksi dan rentannya
harga produk-produk pertanian menyebabkan usahatani menjadi sebuah sektor usaha
yang tidak dapat memberikan insentif ekonomi terhadap pelakunya. Pendapatan petani
mengalami stagnasi, sementara angkatan kerja baru di pedesaan tidak memiliki cukup
alternatif, dimana peluang untuk memperluas lahan pertanian sangat kecil sementara nilai
produksi pertanian relatif rendah jika dibandingkan dengan nilai produksi di sektor non-
pertanian. Dengan keterbatasan alternatif ekonomi tersebut, sektor formal dan informal di
perkotaan relatif memberikan insentif yang lebih menarik bagi angkatan kerja pedesaan.
Siklus tersebut memberikan gambaran bahwa pada dasarnya diperlukan sebuah
solusi untuk mengatasi hilangnya insentif ekonomi usahatani dan permasalahan
pemanfaatan sumberdaya lahan. Hilangnya insentif usahatani lebih banyak disebabkan
karena selama ini nilai tukar (terms of trade) produk pertanian relatif sangat rendah bila
dibandingkan dengan industri, sementara nilai lahan (land-rent) selalu mengalami
eskalasi. Maka dengan itu, derasnya alih fungsi lahan pertanian dan tingginya tingkat
urbanisasi merupakan sebuah konsekuensi ekonomi yang sangat logis.
Pada pengembangan ekonomi wilayah perdesaan, Kabupaten Bandung memiliki
potensi pertanian yang besar yang didukung dengan kondisi penggunaan lahan eksisting
untuk kegiatan pertanian sebesar lebih dari 50% dari luas wilayahnya, yang berupa
sawah, sawah tadah hujan, ladang, kebun, dan kebun campur. Dengan begitu banyaknya
lahan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian (tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan dan peternakan), sudah selayaknya produksi pertanian menjadi fokus dalam
upaya pertumbuhan perekonomian Kabupaten Bandung. Tetapi nyatanya, dilihat dari
kontribusi sektor dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), kontribusi sektor
pertanian, kehutanan, dan perikanan justru mengalami penurunan selama beberapa
tahun terakhir. Hal ini berbanding terbalik dengan kontribusi sektor industri pengolahan
yang mengalami peningkatan dalam kurun waktu yang sama.
Pasar komoditas pertanian ditengarai sangat distorsif. Terdapat banyak faktor
yang menyebabkan distorsi pada pasar ini, namun salah satu karakteristik penting dari
pasar pertanian adalah struktur pasar yang monopsonistik. Seperti yang telah diketahui,
selalu terdapat banyak pelaku tataniaga dalam pemasaran produk-produk pertanian.
Kondisi ini menyebabkan tidak sempurnanya transmisi harga dari konsumen ke produsen.
Yang biasanya terjadi, adanya kenaikan harga di tingkat konsumen tidak akan menjamin
kenaikan harga di tingkat produsen, namun sebaliknya jika terjadi penurunan harga maka
proporsi penurunan harga di tingkat produsen akan jauh lebih besar.
Seperti yang telah disebutkan pada bagian awal, salah satu aspek yang paling
substansial dalam perencanaan pembangunan pertanian adalah menetapkan kondisi
ideal sektor pertanian yang akan dicapai sehingga dalam suatu proses penyusunan
rencana kerja diperlukan tinjauan mengenai kondisi yang akan tercipta di masa depan;
yang selanjutnya ditetapkan menjadi acuan dan tujuan dalam proses transformasi sektor
pertanian. Mengingat bahwa pasar komoditas dan produk pertanian bersifat demand
driven. Struktur industri seperti ini menunjukan bahwa pertumbuhan sektor atau industri
pertanian sangat ditentukan oleh sisi konsumsi. Dinamika perubahan sisi konsumsi akan
secara signifikan menuntut pergeseran pola dan perilaku pada sisi kualitas produksi agar
dapat memanfaatkan potensi dan peluang ekonomi yang timbul dari dinamika tersebut.
-
PERENCANAAN KINERJA
6
Meskipun pada beberapa komoditas pertanian menunjukkan kualitas produk yang
sudah baik dan memiliki keunikan tersendiri yang membedakan produk Kabupaten
Bandung dengan produk daerah lain baik nasional maupun internasional. Maka dari itu
diperlukan peningkatan produksi dan daya saing produk unggulan dalam rangka
peningkatan perekonomian Kabupaten Bandung. Disisi lain masih banyak produk
pertanian yang dihasilkan belum bisa bersaing secara optimal dengan produk-produk
daerah lainnya, baik dalam lingkup provinsi, nasional, maupun internasional, karena
sistem promosi, mulai dari pengemasan sampai dengan pemasaran, masih belum optimal.
C. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintah Daerah Kabupaten
dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
1950) sebagaimana telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968
tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan
mengbah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2851);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589);
3. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi Nomor
PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja
Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah;
5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi Nomor 53
Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan
Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi Nomor 12
Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 15 Tahun 2018, tentang Perubahan
atas Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
-
PERENCANAAN KINERJA
7
Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2016 Nomor
12);
8. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 6 Tahun 2018 tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Tahun 2016 – 2021 (Lembaran Daerah Kabupaten
Bandung Tahun 2018 Nomor 6);
9. Peraturan Bupati Bandung Nomor 75 Tahun 2018 tentang Kedudukan dan
Susunan Organisasi Dinas Daerah;
10. Peraturan Bupati Bandung Nomor 40 Tahun 2018 tentang pembentukan Unit
Pelaksana Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Bandung.
11. Peraturan Bupati Bandung Nomor 41 Tahun 2018 tentang Perubahan Rencana
Strategis Tahun 2016 – 2021 (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2018
Nomor 41);
12. Peraturan Bupati Bandung Nomor 116 Tahun 2018, tentang Tugas, Fungsi dan
Tata Kerja Dinas Pertanian Kabupaten Bandung;
13. Peraturan Bupati Bandung Nomor 42 Tahun 2018 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2019.
D. Sistem Penyajian
Bab I - Pendahuluan
Menjelaskan latar belakang, gambaran umum perangkat daerah permasalahan utama
dan isu strategis perangkat daerah, sumber daya aparatur, dasar hokum penyusun
LKIP dan sistem penyajian LKIP.
Bab II – Perencanaan Kinerja
Menjelaskan muatan Renstra 2016-2021 (Renstra hasil reviu) tujuan, sasaran,
indikator dan target renstra selama lima tahun, lalu penjelasan target IKU lima tahun
yang dituangkan dalam Perjanjian Kinerja 2019.
Bab III – Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
Pada sub bab ini disampaikan capaian kinerja organisasi untuk setiap penyataan
kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja
organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja.
1. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini;
2. Membadingkan antara realisasi kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa
tahun terakhir;
-
PERENCANAAN KINERJA
8
3. Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka
menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi;
4. Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional (jika ada);
5. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja
serta alternative solusi yang telah dilakukan
6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;
7. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian pernyataan kinerja.
B. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah
digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen perjanjian
kinerja.
Bab IV – Penutup
Menjelaskan kesimpulan dari Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP)
Tahun 2019, permasalahan dan kendala secara umum yang dihadapi, upaya
penyelesaiannya serta langkah, solusi dalam perbaikan kinerja
-
PERENCANAAN KINERJA
9
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
Proses pembangunan pertanian tidak terlepas dari program pembangunan
pemerintah Kabupaten Bandung. Tahun 2019 merupakan tahun krtiga pembangunan pada
rencana jangka menengah Kabupaten Bandung yaitu tahun 2016-2021. Sebagai panduan
dalam pelaksanaan kegiatan dalam jangka waktu menengah maka disusun Perubahan
Renstra Tahun 2016-2021 sesuai dengan yang diamanatkan dalam peraturan maupun
perundang-undangan. Berdasarkan peraturan perundangan yang baru maka Visi dan Misi
hanya dibuat pada level kepala daerah (Kabupaten/Kota), sehingga Dinas Pertanian juga
menggunakan Visi Misi Kepala daerah terpilih yaitu:
Visi : ‘Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing,
melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Pemantapan Pembangunan
Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan’.
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
b. Menciptakan pembangunan ekonomi yang berdaya saing
c. Mewujudkan pembangunan infrastruktur dasar terpadu dengan tata ruang wilayah
d. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup
e. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih
Sejalan dengan menjabarkan Misi tersebut, pelaksanaan pelayanan (Tupoksi) Dinas
Pertanian menunjang Misi ke-2 yaitu Menciptakan pembangunan ekonomi yang berdaya
saing. Dalam perwujudan pembangunan ekonomi yang berdaya saing, peningkatan
perekonomian penduduk menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Pembangunan
ekonomi yang dilakukan di Kabupaten Bandung, tidak hanya berfokus pada kegiatan
perekonomian itu sendiri, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan taraf ekonomi
penduduknya. Dalam hal ini diukur dengan mengunakan ketahanan pangan dari Kabupaten
Bandung sendiri. Kegiatan ekonomi yang dilakukan juga akan melibatkan peran aktif dari
pelaku usaha lokal dengan pemanfaatan sumber daya dan produk-produk lokal. Misi
menciptakan pembangunan ekonomi ini sejalan dengan pokok visi pembangunan Kabupaten
Bandung untuk menciptakan “Perekonomian yang Berdaya Saing”.
Untuk menjamin tercapainya pembangunan “Ekonomi (pertanian) yang Berdaya
Saing”, maka perlu ditunjang oleh kapasitas aparatur. Dalam hal ini unsur pemerintahan akan
berperan sebagai agen yang menjaga keseimbangan pembangunan. Aparatur yang
berkualitas akan menjadi katalisator bagi pembangunan Kabupaten Bandung.
Birokrasi dan aparatur dengan tugas utama pelayanan publik menjadi kunci bagi
efektivitas dan efisiensi pembangunan. Berdasarkan hal tersebut maka reformasi birokrasi
diharapkan mampu menciptakan optimalisasi bagi penyediaan pelayanan publik. Upaya-
upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan pelayanan publik melalui reformasi birokrasi
antara lain melalui meningkatkan kualitas kinerja aparatur, mempersiangkat waktu pelayanan
administrasi dan mengembangkan sistem pelayanan berbasis teknologi.
Dalam mewujudkan visi melalui pelaksanaan misi ke-2 yang telah ditetapkan
tersebut di atas sebagai acuan pembangunan pertanian yaitu “Menciptakan Pembangunan
-
PERENCANAAN KINERJA
10
Ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif”, diperlukan adanya kerangka yang jelas,
menyangkut tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Demikian pula dalam penyelenggaraan
pemerintahan Dinas Pertanian juga berupaya dalam melaksanakan Misi ke-5 yaitu
“Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih”.
Tujuan dan sasaran yang akan dijalankan, akan memberikan arah bagi pelaksanaan
setiap kegiatan baik urusan peningkatan SDM aparatur dan SDM pelaku usaha pertanian
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pertanian yang ditetapkan dalam sasaran
indikator utama dalam dokumen Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Pertanian. Indikator
Kinerja Utama (IKU) Dinas Pertanian berdasarkan hasil Perubahan Renstra Tahun 2016-
2021 diuraikan pada Tabel 2.1.
-
PERENCANAAN KINERJA
11
Tabel II-2 Indikator Kinerja Utama Dinas Pertanian Tahun 2016-2021
NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN KONDISI
AWAL
TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN KONDISI
AKHIR 2017 2018 2019 2020 2021
1 Meningkatnya
Produktivitas Produk
Unggulan Pertanian
Meningkatnya
Produksi Komoditi
Unggulan Pertanian
1. Persentase peningkatan
produk unggulan pertanian
(%)
n.a n.a n.a 2 3 3 3
Meningkatnya daya
saing hasil produksi
pertanian
2. Persentase peningkatan
nilai ekonomi produk
unggulan pertanian (%)
n.a 9,02 11,62 16,84 23,75 23.75 23.75
Meningkatnya
Penyuluhan
Pertanian
3. Persentase kelompok
yang naik kelas (%)
n.a 13.00 26.00 35.67 45.33 55.00 55.00
2 Meningkatnya
ketersediaan
pangan
Tercapainya Produksi
Pangan
4. Produksi Komoditi
Pertanian (Ton)
1.145.172 1,050,624 1,104,928 1,115,022 1,126,564 1,237,248 1,237,248
Tercapainya Populasi
Ternak
5. Jumlah Populasi Ternak
(ekor)
6.931.160 7,422,955 7,688,698 7,968,601 8,263,374 8,346,652 8,346,652
3 Meningkatnya
Kapasitas dan
Kapabilitas
Internal
Meningkatkan
efektifitas tata kelola
Perangkat Daerah
Dinas Pertanian
6. Nilai Akuntabilitas Kinerja
(angka)
n.a 60.1 65.1 70.1 75.1 80.10 80.10
7. Persentase aset dalam
kondisi baik (%)
n.a n.a 87.59 95.14 95.74 97.78 97.78
-
AKUNTABIITAS KINERJA
12
Dari 7 (tujuh) indikator sasaran tersebut, 7 (tujuh) indikator ditunjang melalui
pelaksanaan program kegiatan pada Tahun 2019. Target-target sasaran yang ditetapkan
merupakan hasil formulasi yang ditetapkan dalam IKU Dinas Pertanian. Indikator Persentase
peningkatan produk unggulan pertanian; Persentase peningkatan nilai ekonomi produk
unggulan pertanian; dan Persentase kelompok yang naik kelas merupakan target yang
bersifat kumulatif, sedangkan target indikator lainnya merupakan target indikator yang hendak
dicapai pada tahun-n.
Tahun 2019 merupakan tahun ke-4 pelaksanaan pencapaian sasaran dan indikator
sasaran IKU Dinas Pertanian. Berdasarkan hasil rekapitulasi Perjanjian Kinerja Dinas
Pertanian terdapat 6 sasaran kinerja yang diurai ke dalam 7 indikator kinerja yang diuraikan
dalam tabel berikut:
Tabel II-3 Sasaran Strategis dan Target Indikator Sasaran Dinas Pertanian Tahun 2019
NO SASARAN INDIKATOR SASARAN TARGET
KINERJA
1 Meningkatnya Produksi
Komoditi Unggulan Pertanian
Persentase peningkatan produk
unggulan pertanian
2%
2 Meningkatnya daya saing hasil
produksi pertanian
Persentase peningkatan nilai ekonomi
produk unggulan pertanian
16,84%
3 Meningkatnya Penyuluhan
Pertanian
Persentase kelompok yang naik kelas 35.67%
4 Tercapainya Produksi Pangan Jumlah Produksi Komoditi Pertanian
tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan
1,115,022 ton
5 Tercapainya Populasi Ternak Jumlah Populasi Ternak 7,968,601 ekor
6 Meningkatkan efektifitas tata
kelola Perangkat Daerah Dinas
Pertanian
Nilai Akuntabilitas Kinerja (angka) 70.1
Persentase aset dalam kondisi baik 95.14%
Guna menunjang pencapaian tersebut di atas, didukung dengan pelaksanaan
program dan penganggarannya yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian. Uraian program
tersebut disajikan dalam tabel berikut.
Tabel II-4 Program dan Pagu Anggaran Urusan Pertanian yang dilaksanakan oleh Dinas
Pertanian Tahun 2019
No. Program Anggaran Keterangan
(1) (2) (3) (4)
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
5.081.604.890 APBD
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
1.339.610.369 APBD
3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur 35.000.000 APBD
-
AKUNTABIITAS KINERJA
13
No. Program Anggaran Keterangan
(1) (2) (3) (4)
4. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
15.000.000 APBD
5. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
32.630.000 APBD
6. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian /Perkebunan
2.437.030.500 APBD
7. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan
9.345.551.260 APBD DBHCHT
8. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak
1.136.985.526 APBD
9. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
8.150.332.479 APBD DBHCHT
10. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan
592.599.500 APBD
11. Program Penjaminan Produk Asal Hewan/Ternak
245.600.000 APBD
12. Program Peningkatan Kualitas Produk Unggulan Pertanian
1.720.402.250 APBD
13. Program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan
10.381.097.000 APBD APBN-DAK
14. Program Peningkatan Pemberdayaan Penyuluhan Pertanian
3.625.507.980 APBD APBN-DAK
BANKEU PROV
-
AKUNTABIITAS KINERJA
14
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi
3.1. Rekapitulasi Capaian Indikator Sasaran PK
Evaluasi kinerja dimulai dengan pengukuran kinerja yang mencakup
penetapan indikator kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja, yang digunakan
sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program/
kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan oleh Kabupaten
Bandung sebagaimana tertuang dalam RPJMD yang teknis pelaksanaan sasaran
tersebut diturunkan pada Renstra SKPD serta setiap tahunnya ditetapkan dalam
perjanjian kinerja pimpinan SKPD. Pada tahun 2019 Terdapat 5 sasaran kinerja yang
diurai ke dalam 7 indikator kinerja. Adapun uraian realisasi tiap indikator dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel III- 5 Realisasi Indikator Sasaran Tahun 2019
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Tercapainya Produksi Pangan
Produksi Komoditi (ton) 1.114.884 1.241.343 111,34
2 Tercapainya Populasi Ternak
Jumlah Populasi Ternak (ekor)
7.968.601 8.116.899 101,86
3 Meningkatnya Penyuluhan Pertanian
Persentase kelompok yang naik kelas (%)
35,67 41,81 117,21
4 Meningkatnya Produksi Komoditi Unggulan Pertanian
Persentase peningkatan produk unggulan pertanian (%)
2,00 3,34 166,97
5 Meningkatnya Daya Saing Hasil Produksi Pertanian
Persentase peningkatan nilai ekonomi produk unggulan pertanian (%)
16,84 18,33 108,68
6 Meningkatkan Efektifitas Tata Kelola Perangkat Daerah Dinas Pertanian
Nilai Akuntabilitas Kinerja (angka)
70,1 80,63 107,36
Persentase aset dalam kondisi baik (%)
91,49 82,27 89,9
Tabel III-5 menunjukkan bahwa dari 7 indikator utama yang ditetapkan,
terdapat 6 indikator yang melampaui target, dan sisanya 1 indikator utama yang tidak
memenuhi target. Capaian tertinggi terdapat pada indikator utama Persentase
peningkatan produk unggulan pertanian sebesar 166,97%, sedangkan terendah pada
indikator Persentase asset dalam kondisi baik sebesar 89,9%.
-
AKUNTABIITAS KINERJA
15
3.2. Analisis Capaian Indikator Kinerja
3.2.1. Sasaran Strategis 1: Tercapainya produksi pangan
3.2.1.1. Indikator: Jumlah Produksi Komoditi Pertanian tanaman pangan, hortikultura
dan perkebunan
Indikator ini dibangun dari 3 (tiga) indikator turunan, yaitu Produksi komoditi
Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan yang merupakan cerminan
keberhasilan pembangunan pertanian dalam rangka pemenuhan ketersediaan bahan
pangan nabati masyarakat. Komoditi-komoditi tersebut merupakan komoditi pertanian
penting dan unggulan yang secara langsung berdampak pada peningkatan kondisi
ekonomi petani yang masih merupakan mayoritas penduduk Kabupaten Bandung.
1) Realisasi capaian indikator kinerja terhadap Target
Sebagaimana Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Pertanian
bahwa indikator ini diperoleh dari menjumlahkan komoditi utama/unggulan lingkup
Tanaman Pangan (padi, Jagung dan Ubikayu), Hortikultura (bawang merah, cabe,
Kubis, Kentang, Tomat, Jeruk, Alpukat, Strawberry, jambu air dan jambu biji) dan
Perkebunan (kopi, teh dan tembakau). Tahun 2019, capaian produksi pangan
sebesar 1.241.343 Ton atau mencapai 122,39% dari yang ditargetkan sebesar
1.104.791 ton. Secara rinci capaian indikator disajikan dalam Tabel III.6.
Tabel III- 6. Target dan Realisasi Indikator sasaran Tercapainya produksi pangan
Tahun 2019
INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA
REALISASI %
1. Jumlah Produksi Komoditi Pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan (Ton)
1.114.884 1.241.343 111.34
a. Jumlah produksi komoditi Tanaman Pangan (Ton)
701.346 856.823 122,17
b. Jumlah Produksi Hortikultura Unggulan (Ton)
400.936 372.888 93,00
c. Jumlah Produksi komoditi perkebunan (Ton)
12.602 11.632 92,31
Tabel tersebut menunjukkan bahwa capaian indikator kinerja sasaran
sebesar 111,34% berasal dari beberapa capaian komoditi penting sub sektor,
dimana produksi komoditi Tanaman Pangan menyumbang persentase tertinggi
capaian kinerja dengan tingkat capaian sebesar 122,17%, diikuti produksi
Hortikultura sebesar 93,00% dan Komoditi Perkebunan sebesar 92,31%.
-
AKUNTABIITAS KINERJA
16
Secara rinci komoditi-komoditi utama yang menjadi bagian dari indikator
sasaran diuraikan dalam Tabel III-7. berikut.
Tabel III- 7 Target dan Realisasi Indikator sasaran Tercapainya produksi pangan Tahun 2019
INDIKATOR SASARAN Target Realisasi % thd target
% thd total
1. Produksi komoditas Tanaman Pangan
- Padi 544.793 709.635 130,26 57,17
- Jagung (Ton) 45.305 96.704 213,45 7,79
- Ubi Kayu (Ton) 110.126 48.016 43,60 3,87
- Kedelai (Ton) 1.122 2.468 219,96 0,20
Jumlah 1 701.346 856.823 122,17 69,02
2. Produksi komoditas Hortikultura
- Bawang Merah (Ton) 37.407 62.145 166,13 5,01
- Cabe (Ton) 35.025 40.262 114,95 3,24
- Kentang (Ton) 117.847 81.780 69,40 6,59
- Tomat (Ton) 113.394 73.941 65,21 5,96
- Kubis (Ton) 55.355 98.459 177,87 7,93
- Jeruk 790 1.456 184,29 0,12
- Alpukat 8.947 5.947 66,47 0,48
- Strawberry 27.558 4.006 14,54 0,32
- Jambu Air 1.556 1.847 118,70 0,15
- Jambu Biji 3.057 3.046 99,62 0,25
Jumlah 2 400.936 372.888 93,00 30,04
3. Produksi Hasil Perkebunan
- Kopi (Ton) 7.449 6.672 89,57 0,54
- Teh (Ton) 3.711 3.580 96,46 0,29
- Tembakau (Ton) 1.442 1.380 95,73 0,11
Jumlah 3 12.602 11.632 92,31 0,94
JUMLAH TOTAL 1.114.884 1.241.343 111,34 100,00
Tabel III-7 menunjukkan bahwa produksi tanaman pangan merupakan
penyumbang terbesar target kinerja indikator sasaran sebesar 69,02% dan
memegang peranan penting dalam pencapaian target kinerja. Pada produksi
tanaman pangan, produksi padi sangat dominan menyumbang 57,17% dari
produksi pangan total, diikuti jagung (7,79%), ubikayu (3,87%) dan kedelai yang
hanya menyumbang 0,20% terhadap produksi total. Secara kultural geografis,
wilayah Kabupaten Bandung memiliki kesuburan tanah yang menunjang
-
AKUNTABIITAS KINERJA
17
pertumbuhan produksi padi, terutama jenis padi premium yang merupakan
memasok pasar-pasar di luar kabupaten dan Jakarta.
Komoditi hortikultura berkontribusi sebesar 30,04% terhadap capaian
kinerja. Sayuran tertinggi dicapai oleh komoditi kubis sebesar 7,93% diikuti
kentang (6,59%), tomat (5,96%), bawang merah (5,01%) dan cabe (3,24%).
Sedangkan kontribusi buah-buahan komoditi alpukat (0,48%), strawberry (0,32%),
jambu biji (0,25%), Jeruk (0,12%), dan jambu air (0,15%). Komoditi sayuran
potensial di wilayah dataran tinggi seperti kertasari, pangalengan, ciwidey,
cimaung, pasirjambu dan rancabali.
Adapun komoditi perkebunan secara keseluruhan menyumbang 0,49%,
komoditi utama yang berkontribusi terhadap capaian produksi pangan, yaitu
produksi kopi (0,54%), t e h (0,29%), dan tembakau (0,11%). Walaupun
kontribusinya kecil, namun berperan sebagai komoditi penting lingkup regional
bahkan nasional, seperti kopi dan teh yang menjadi komoditi ekonomis penting
perkebunan Jawa Barat.
2) Perbandingan realisasi terhadap tahun-tahun sebelumnya
Perbandingan realisasi capaian indicator kinerja Jumlah Produksi Komoditi
Pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan secara umum mengalami
peningkatan. Perkembangan capaian tersebut dapat dilihat dalam grafik berikut:
Perbandingan realisasi komoditi pangan secara keseluruhan cukup signifikan dari
tahun-tahun sebelumnya.
2016 2017 2018 2019
PADI 606.162 700.710 715.283 709.635
Jagung 77.935 120.630 83.591 96.704
Ubi Kayu 82.286 105.772 83.027 48.016
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
800.000
GRAFIK 1. PERKEMBANGAN PRODUKSI KOMODITI TANAMAN PANGAN
-
AKUNTABIITAS KINERJA
18
Grafik di atas menunjukkan bahwa pada Tahun 2019 produksi padi dari tahun 2016
mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 103.473 ton walaupun dari
Tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 5.648 ton. Peningkatan juga dapat
terlihat pada komoditi jagung yang fluktuatif dari tahun ke tahun dan ubikayu yang
terus mengalami penurunan. Hal tersebut memungkinkan bahwa lahan
pengembangan budidaya jagung dan ubikayu seringkali bersinggungan, juga
sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya program pemerintah terutama Program
Swasembada Jagung.
Sementara perbandingan realisasi komoditi hortikultura dari tahun ke tahun pada
masing-masing komoditi berfluktuatif.
Grafik 2 menunjukkan bahwa produksi komoditi hortikultura dari Tahun 2015-2019
berfluktuasi pada setiap komoditi. Performa produksi sayuran Tahun 2019 pada
komoditi bawang Merah, Cabe, Kentang dan Tomat menunjukkan trend menurun,
sedangkan pada komoditi kubis mengalami peningkatan.
Peningkatan produksi sayuran dicapai oleh komoditi kubis sebesar 7,29%.
Sedangkan penurunan produksi yang signifikan diperoleh pada komoditi cabe
(19,9%), bawang merah (3,83%), kentang (21,96%) dan tomat (27,91%).
Fluktuasi produksi komoditi hortikultura sangat mungkin terjadi dari tahun ke tahun,
mengingat sifatnya yang sangat dipengaruhi harga pasar. Lebih stabil harga pasar
komoditi hortikultura pada tahun berjalan, produksinya akan semakin stabil pula.
2015 2016 2017 2018 2019
Bawang Merah 39.565,00 44.359,00 45.184,40 64.626 62.145
Cabe 26.238,00 18.494,00 44.389,50 50.265 40.262
Kentang 84.414,00 102.500,00 92.086,00 104.802 81.780
Tomat 64.474,00 59.485,00 71.552,00 102.576 73.941
Kubis 78.112,00 107.422,00 97.051,80 91.765 98.459
0,00
20.000,00
40.000,00
60.000,00
80.000,00
100.000,00
120.000,00
PR
OD
UK
SI (T
ON
)
T A H U N
GRAFIK 1. PERKEMBANGAN PRODUKSI KOMODIT I HORTIKULTURA
-
AKUNTABIITAS KINERJA
19
Namun demikian faktor eksternal lainnya memungkinkan mempengaruhi produksi
komoditi ini, mengingat lokasi tanam umumnya di lahan kering (bukan sawah),
maka faktor iklim dan curah hujan (ketersediaan air) sangat menentukan.
Grafik 3 menunjukkan bahwa dari ke tiga komoditas perkebunan di atas, produksi
kopi, teh dan tembakau mengalami sedikit peningkatandibandingkan dengan
Tahun 2018. Pertumbuhan produksi t e h meningkat sebesar 0,11% dan tembakau
0,32%, serta produksi kopi sebesar 1%. Pertumbuhan komoditi-komoditi tersebut
mempengaruhi peningkatan produk perkebunan secara keseluruhan sebesar
0,64%.
Komoditas perkebunan umumnya sangat dipengaruhi oleh periode basah-kering
cuaca sepanjang tahun. Tahun 2019 umumnya terdapat kemarau yang cukup
walaupun cenderung basah. Tahun 2019 ini mempengaruhi produksi yang terjadi
juga pada produksi komoditi kopi lingkup regional Provinsi Jawa Barat.
3) Perbandingan realisasi kinerja terhadap target Renstra
Secara keseluruhan realisasi Produksi Pangan yang bersumber dari komoditi padi,
jagung dan ubi kayu pada Tahun 2019 sangat tinggi. Selain ditunjang dengan
cuaca yang memadai, pasokan pupuk, penyebaran benih dan mekanisasi sangat
mendukung melalui bantuan pemerintah\ kepada kelompok tani. Capaian produksi
pangan dibandingkan dengan target renstra terlihat pada tabel berikut:
2015 2016 2017 2018 2019
Kopi 6.872 7.036 5.277,43 6.606 6672,21
T e h 3.460 3.551 3.560,72 3.576 3579,79
Tembakau 1.358 1.362 1.371,01 1.376 1380,46
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
PR
OD
UK
SI (
TON
)
T A H U N
GRAFIK 3. PERKEMBANGAN PRODUKSI KOMODITI PERKEBUNAN
-
AKUNTABIITAS KINERJA
20
Tabel III- 8 Perbandingan realisasi kinerja Produksi komoditi Pangan Tahun 2019 terhadap target Renstra
INDIKATOR SASARAN
Realisasi 2016
Realisasi 2017
Realisasi 2018
Realisasi 2019
Target 2020
Target 2021
1. Produksi komoditas Tanaman Pangan
766.383 927.112 893.70 861.200 737.048 839.473
2. Produksi komoditas Hortikultura
326.637 346.937 446.876 408.602 376.479 384.793
3. Produksi Hasil Perkebunan
59.772 10.209 11.558 11.794 12.728 12.983
JUMLAH TOTAL 1.152.792 1.285.495 1.352.141 1.281.596 1.126.255 1.237.248
Tabel III-8 menunjukkan bahwa komoditi sub sektor pertanian, produksi komoditi
tanaman pangan dan hortikultura Tahun 2019 sudah melebihi target akhir tahun
renstra, masing-masing 102,59% dan 106,19. Adapun sub sektor perkebunan
tahun 2019 berada pada posisi 90,84%. Khususnya pada komoditi perkebunan
yang masih terdapat 9,16% target yang harus dicapai, namun dari sisa tahun
anggaran optimis tercapai mengingat selama kurun Tahun 2017-2019 pemerintah
provinsi dan kabupaten melakukan kegiatan peremajaan dan perluasan budidaya
kopi sebagai andalan sub sector perkebunan.
4) Perbandingan realisasi kinerja terhadap terhadap target standar nasional
Perbandingan indikator kinerja yang Kabupaten Bandung dibandingkan dengan
target nasional Tahun 2019, diwakili oleh data produksi padi, jagung, ubikayu,
kedelai, bawang merah, cabe merah, kentang, kopi, t e h, cengkeh dan tembakau.
Tabel III- 9 Perbandingan produksi padi, bawang merah dan kopi Kabupaten Bandung Tahun 2019 dengan target provinsi dan nasional
Komoditi Realisasi
2019 Target
Nasional %
1. Produksi komoditas Tanaman Pangan
- Padi 711.958 82.078.000 0,87
- Jagung (Ton) 98.757 24.700.000 0,4
- Ubi Kayu (Ton) 48.016 28.762.400 0,17
- Kedelai (Ton) 2.469 3.000.000 0,08
Jumlah 1 861.200 138.540.400 0,62
2. Produksi komoditas Hortikultura
- Bawang Merah (Ton) 62.145 1.359.412 4,57
- Cabe (Ton) 77.913 1.209.676 6,44
- Kentang (Ton) 81.780 1.431.380 5,71
- Tomat (Ton) 72.004 1.138.908 6,32
- Kubis (Ton) 98.459 1.605.641 6,13
- Jeruk 1.456 1.915.988 0,08
- Alpukat 5.947 325.561 1,83
-
AKUNTABIITAS KINERJA
21
Komoditi Realisasi
2019 Target
Nasional %
- Strawberry 4.006 126.567 3,16
- Jambu Air 1.847 157.395 1,17
- Jambu Biji 3.046 233.474 1,30
Jumlah 2 408.602 9.504.002 4,30
3. Produksi Hasil Perkebunan
- Kopi (Ton) 6.672 778.430 0,86
- Teh (Ton) 3.580 162.740 2,20
- Tembakau (Ton) 1.380 365.140 0,38
- Cengkeh Ton) 162 121.190 0,13
Jumlah 3 11.794 1.427.500 0,83
JUMLAH TOTAL 1.281.597 149.471.902 0,86
Sumber: Renstra kementan Tahun 2015-2019, diolah.
Tabel 3-9 menunjukkan bahwa posisi produksi padi Kabupaten Bandung dapat
menyumbang 0,87% terhadap target produksi nasional terbesar dari sub sector
tanaman pangan. Sedangkan pada sub sector hortikultura (sayuran) sumbangan
terbesar diperoleh dari produksi cabe yang menyumbang 6,44% terhadap target
nasional, buah-buahan strawberry menyumbang 3,16%. Adapun pada sub sector
Perkebunan, produksi teh Kabupaten Bandung dapat mensuplai 2,20% terhadap
target nasional.
5) Analisis keberhasilan atau kegagalan capaian indikator
Tanaman Pangan
Keberhasilan capaian indikator tersebut sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan
program kegiatan dan iklim yang mendukung budidaya. Tahun 2019 terjadi
peningkatan luas tanam dan luas panen beberapa komoditi penting, seperti padi
sawah, yang berkontribusi positif terhadap produksinya. Dari sisi produktivitas
komoditi padi mengalami peningkatan sekitar 0,21% yaitu dari 63,39 kuintal/ha/tahun
menjadi 63,52 kuintal/ha/tahun. Pertumbuhan luas tanam, luas panen, produksi dan
produktivitas komoditi tanaman pangan disajikan dalam tabel III-17.
Tabel III-10 Pertumbuhan produksi tanaman pangan Tahun 2019 terhadap Tahun 2018
No Uraian Komoditi 2018 2019 pertumbuhan
%
1 Padi Sawah
Luas Tanam (Ha) 96.125 100.565 4,62
Luas panen (Ha) 106.191 108.643 2,31
Produksi (Ton) 696.908 698.182 0,18
Produktivitas (Kwt/ha) 65,63 64,26 -2,09
-
AKUNTABIITAS KINERJA
22
No Uraian Komoditi 2018 2019 pertumbuhan
%
2 Padi Gogo
Luas Tanam (Ha) 15.154 3.715 -75,49
Luas panen (Ha) 3.985 3.433 -13,85
Produksi (Ton) 18.375 13.776 -25,03
Produktivitas (Kwt/ha) 46,11 40,13 -12,97
Jumlah Padi
Luas Tanam (Ha) 111.619 111.703 0,08
Luas panen (Ha) 112.884 112.076 -0,72
Produksi (Ton) 715.283 711.958 -0,46
Produktivitas (Kwt/ha) 63,39 63,52 0,21
B Jagung
Luas Tanam (Ha) 14.399 14.519 0,83
Luas panen (Ha) 13.468 14.478 7,50
Produksi (Ton) 83.591 98.757 18,14
Produktivitas (Kwt/ha) 62,07 68,20 9,88
C Kedelai
Luas Tanam (Ha) 5.644 1.752 -68,96
Luas panen (Ha) 8.577 1.731 -79,82
Produksi (Ton) 11.805 2.469 -79,09
Produktivitas (Kwt/ha) 14,56 14,26 -2,06
D. Ubi Kayu
Luas Tanam (Ha) 3.434 2.995 -12,78
Luas panen (Ha) 4.776 2.275 -52,37
Produksi (Ton) 83.027 48.016 -42,17
Produktivitas (Kwt/ha) 173,84 21,11 -87,86
Secara keseluruhan produktivitas padi pada Tahun 2019 mengalami
peningkatan sebesar 0,22% dari Tahun 2018. Namun demikian peningkatan
produktivitas tersebut tidak disertai dengan produksi padi. Produksi padi pada Tahun
2019 sebesar 711.958 ton menurun 0,46% dari sebelumnya sebesar 715.283 ton.
Penurunan produksi ini sebagai akibat dari capaian jumlah luas panen sebesar 0,68%
dari 112.844 Ha pada Tahun 2018 menjadi 112.076 Ha. Kekeringan panjang selama
periode April-September 2019 menyebabkan mundurnya masa tanam beberapa
bulan yang berakibat pada realisasi tanam pada Tahun 2019. Selain padi, komoditi
Tanaman Pangan lainnya yaitu jagung selama Tahun 2019 menunjukkan performa
peningkatan pada jumlah produksi sebesar 20,45%.
Sebagai upaya pencapaian target produksi pemerintah melakukan berbagai
upaya di antaranya dengan Program Upaya Khusus (UPSUS) Pajale berupa stimulan
-
AKUNTABIITAS KINERJA
23
benih, sarana produksi dan perbaikan-perbaikan infrastruktur irigasi, pembinaan dan
pendampingan yang intensif dari petugas pertanian juga adanya keterlibatan TNI
dalam mendukung pencapaian UPSUS melalui gerakan tambah tanam. Dengan
upaya percepatan tanam sawah produktif melalui program percepatan Luas Tambah
Tanam (LTT), Indeks Pertanaman (IP) padi sawah Tahun 2019 meningkat dari
sebelumnya sebesar 2,69 menjadi 2,73.
Indeks Pertanaman (IP) menunjukkan adanya peningkatan nilai dari 1,92 di
tahun 2009; 1,98 di tahun 2011; 2,01 pada tahun 2012; 2,27 pada Tahun 2013; 2,51
pada tahun 2014; 2,43 pada Tahun 2015, 2,65 tahun 2016, 2,67 pada Tahun 2017,
2,69 pada Tahun 2018, menjadi 2,73 pada Tahun 2019.
Upaya peningkatan produksi padi di Kabupaten Bandung melalui efisiensi
produksi saat ini menjadi alternatif yang penting, dimana alternatif secara
ekstensifikasi perluasan areal semakin sulit ditempuh. Efisiensi produksi yang dapat
ditempuh melalui upaya intensifikasi atau perbaikan teknologi pada penggunaan
sarana produksi maupun peningkatan kualitas infrastruktur.
Selain itu efisiensi produksi juga dapat dilakukan dalam rangka mengurangi
tingkat kehilangan hasil, diantaranya melalui perbaikan pada proses pasca panen,
pengendalian OPT dan penggunaan benih unggul. Tingkat kehilangan hasil produksi
padi dari tahun ke tahun dapat dikurangi. Pada Tahun 2016 tingkat kehilangan
mencapai 10,07% dan pada Tahun 2019 dapat ditekan menjadi 9,84% (Tabel 3-18).
Tabel III- 11 Tingkat kehilangan hasil komoditas padi
No Komponen 2017 2018 2019 2019
1 Panen 0,48 0,48 0,47 0.46
2 Perontokan 3,11 3,11 3,07 3.04
3 Pengeringan 3,75 3,81 3,77 3.76
4 Pengilingan 2,65 2,62 2,62 2.58
JUMLAH 10,07 10,01 9,93 9.84
Tabel III-11 memperlihatkan bahwa tingkat kehilangan hasil dari tahun-ketahun
terus mengalami penurunan. Hal ini memperlihatkan bahwa kualitas panen padi tiap
tahun terus meningkat, beberapa faktor yang mempengaruhi kehilangan hasil padi
adalah : (1) Varietas padi, varietas unggul padi yang telah dilepas dan diadopsi oleh
petani sebagaian besar termasuk yang mudah rontok, sehingga padi tidak banyak
-
AKUNTABIITAS KINERJA
24
lagi yang tertinggal malainya, serta petani dalam pemanenan (ngarit padi) telah
melakukan penumpukan sementara dengan memakai alas; (2) Umur panen padi,
sangat berpengaruh terhadap besarnya kehilangan hasil. Bila panen muda atau
belum masuk optimum maka mutu gabah yang dihasilkan akan rendah, banyak bulir
hijau. Sebaliknya padi yang dipanen terlalu tua atau terlewat masak, hasil akan turun
karena gabah banyak yang rontok; (3) Alat panen, dengan diintroduksinya varietas-
varietas unggul baru padi yang memiliki potensi hasil tinggi dan berpostur pendek,
maka terjadi perubahan penggunaan alat panen dari ani-ani ke sabit. Sabit harus
tajam agar saat pemotongan padi tidak terjadi goyangan yang kuat, sehingga tidak
menyebabkan gabah rontok, ataupun sekarang sudah banyak kelompok tani yang
menggunakan powerthraser; (4) Sistem panen, pemanenan padi sistem individual
(keroyokan) dengan jumlah pemanen yang tidak terbatas, mendorong pemanen
untuk berebut memotong padi sebanyak-banyaknya. Akan lebih baik jika pemanenan
padi menggunakan alat perontok pedal Thresher atau power thresher; (5) perontok
padi dapat dilakukan dengan cara diinjak-ijak, dipukul, dibanting, pedal thresher, dan
mesin perontok, proses perontokan padi memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap kehilang hasil padi secara keseluruhan. sebagian besar petani melakukan
perontokan dengan cara dibanting terlalu keras maka banyak gabah yang terlempar
keluar dari alas. Sebaliknya jika dibanting terlalu lemah dan hanya beberapa kali
membanting, maka banyak gabah yang tidak rontok menempel pada malainya dan
ikut terbuang bersama jeraminya. Masalah terakhirr inilah yang menyebabkan
kehilangan hasil cukup besar.
Sebagaimana tabel di atas kehilangan pada saat perontokan mengalami
peningkatan sebesar 0,03% demikian pula pada saat pengeringan yang mencapai
0,01%. Hal ini terkait dengan proses mekanisasi pasca panen padi, dimana pada saat
perontokkan kelompok tani melaui penggunaan Power threaser, sedangkan pada
tahapan pengeringan sudah ada perbaikan sarana pengeringan di UPJA maupun
waktu pengeringan yang lebih singkat sebagai dampak dari panas matahari yang
lebih banyak pada Tahun 2019. Selain itu peningkatan harga GKP dan GKG,
menjadikan petani lebih berhati-hati dalam penggilingan padi.
Penanganan pasca panen tidak akan terlepas dari interaksi faktor-faktor yang
membentuk sistem pascapanen. Dengan demikian untuk memperbaiki sistem
pascapanen diperlukan pendekatan yang menyeluruh terhadap komponen-
komponen sistem untuk memperbaiki struktur dan manajemen sistem sehingga
diperoleh berbagai alternatif perbaikan keluaran sistem yang diperbaiki. Strategi
penanganan pasca panen harus ditempatkan sebagai bagian integral dari program
pengembangan sistem usahatani padi. Berdasarkan keragaan lingkungan, strategi
-
AKUNTABIITAS KINERJA
25
perbaikan penanganan panen dan pascapenen harus dilaksanakan dengan prinsip
location spesifik dengan tetap mengacu pada asas selektif. Dengan mengacu pada
aspek selektif, perbaikan penanganan pascapenen padi tidak terbatas pada
penanganan perbaikan teknologi saja tetapi juga perbaikan dari aspek sosial ekonomi
dan kelembagaan.
Realisasi produksi jagung mencapai 98.757 ton (Jagung pipilan kering) atau
sebesar 217,98 % dari target Tahun 2019 serta naik sebesar dan turun 18,14% dari
Tahun 2018. Peningkatan produksi ini dikarenakan pada Tahun 2019 terjadi
peningkatan luas tanam dari 14.399 Ha menjadi 14.519 Ha yang diiringi dengan
peningkatan produktivitas sebesar 6,13 Kwt/ha, dalam hal provitas ini naik 9,88% dari
Tahun 2018. Produksi jagung pipilan kering lebih diperoleh pada sentra produksi
jagung yang potensial di beberapa kecamatan seperti Nagreg, Pacet, Cicalengka,
Cimenyan, Paseh, Cikancung, Kutawaringin dan Cikancung. Penurunan ini pula
sebagai akibat dari menurunnya program pemerintah pusat dan daerah dalam upaya
peningkatan produksi jagung.
Hortikultura
Produksi serta produktivitas komoditas pertanian khususnya komoditas
hortikultura unggulan di Kabupaten Bandung Tahun 2019 ini terjadi peningkatan yang
cukup signifikan walaupun menghadapi kendala-kendala yang cukup sulit seperti
keadaan alam yang cukup ekstreem khususnya iklim yang kering, namun disisi lain
iklim tersebut membantu dalam pertumbuhan serta perkembangan bunga dan
pembuahan komoditas hortikultura dan perkebunan sehingga umumnya mampu
menaikan produksi dan produktivitasnya asalkan pengairannya tetap terjaga dan
terpenuhi. Selain itu pula ada tantangan internal diantaranya adalah peralihan
komoditas karena alasan-alasan tertentu, pengurangan lahan produktif karena
digunakan untuk keperluan lainnya serta terkadang penanaman/pertanian komoditas
hortikultura berbenturan dengan isu-isu tentang kaidah-kaidah konservasi.
Sebagaimana Tabel III-7, dapat dilihat bahwa dari 10 komoditi utama
hortikultura yang menunjang IKU dinas, komoditi dapat melebihi target produksi yaitu
Bawang merah, cabe, kubis, jeruk dan jambu air, sedangkan komoditi yang tidak
mencapai target produksi yaitu, kentang, tomat, alpukat, strawberry dan jambu biji.
Namun dari sisi performance laju pertumbuhan, capaian produksi kubis mengalami
peningkatan sebesar 7,29% dari Tahun sebelumnya, sedangkan yang lainnya
meningkat dengan rata-rata sebesar 18,4%.
-
AKUNTABIITAS KINERJA
26
Capaian realisasi indicator tersebut ditunjang dengan kegiatan budidaya
sayuran selama Tahun 2019. Lebih lengkap pertumbuhan produksi dan budidaya
komoditi hortikultura disajikan dalam tabel berikut.
Tabel III- 12 Pertumbuhan capaian komoditas hortikultura (sayuran) Tahun 2017 -2019
Uraian Komoditi Realisasi
2017 Realisasi
2018 Realisasi
2019 % pertumbuhan 2019 thd 2018
Bawang Merah
Luas Tanam (Ha) 3.788 5.927 5.385 -9,14
Luas Panen (Ha) 3.842 5.288 5.197 -1,72
Produksi (Ton) 45.184 64.586 62.100 -3,85
Produktivitas (ton/ha) 11,664 12,21 11,95 -2,17
Cabe Merah
Luas Tanam (Ha) 892 2.076 1.977 -4,77
Luas Panen (Ha) 548 2.157 2.168 0,51
Produksi (Ton) 18.494 49.655 43.426 -12,54
Produktivitas (ton/ha) 33,748 23,02 20,03 -12,99
Kentang
Luas Tanam (Ha) 5.428 4.643 3.236 -30,30
Luas Panen (Ha) 4.382 4.084 3.902 -4,46
Produksi (Ton) 102.500 85.783 81.654 -4,81
Produktivitas (ton/ha) 20,201 21,00 20,93 -0,37
Tomat
Luas Tanam (Ha) 1.016 1.125 1.412 25,51
Luas Panen (Ha) 865 1.157 1.432 23,77
Produksi (Ton) 21.709 61.877 73.886 19,41
Produktivitas (ton/ha) 25,097 53,481 51,60 -3,52
Kubis
Luas Tanam (Ha) 5.256 4.269 3.856 -9,67
Luas Panen (Ha) 4.218 3.969 4.286 7,99
Produksi (Ton) 107.422 91.767 97.813 6,59
Produktivitas (ton/ha) 22,539 23,12 22,82 -1,30
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari kelima komoditas utama sayuran kubis
dan tomat yang memiliki performa peningkatan produksi dari Tahun 2018. Produksi
tomat meningkat sebesar 19,41% dari Tahun 2018 berbanding lurus dengan
peningkatan luas tanam dan panen namun tidak disertai dengan produktivitas yang
menurun sebesar 3,52%. Komoditas lainnya yang meningkat adalah produksi kubis
sebesar 6,59%, dimana luas panen meningkat sebesar 7,99%, namun demikian Luas
tanam menurun sebesar 9,67%. Meningkatnya luas panen berasal dari budidaya
-
AKUNTABIITAS KINERJA
27
kubis yang tanam pada akhir tahun 2018. Meskipun produksi yang meningkat tidak
diikuti oleh produktivitas per hektar yang menurun sekitar 1,3%.
Adapun komoditi sayuran unggulan yang mengalami penurunan yaitu bawang
merah, cabe merah dan kentang, masing-masing menurun sebesar 3,85%, 12,54%
dan 4,81%. Tabel di atas menunjukkan penurunan pula pada produktivitas dan luas
tanam. Penurunan luas tanam yang signifikan terjadi pada budidaya kentang sebesar
30,30%, terutama pada kecamatan sentra produksi seperti Pangalengan dan
Kertasari yang merupakan Zona inti hulu Citarum pada program Citarum Harum.
Pada program ini mulai dilakukan usaha budidaya ramah lingkungan, dimana pola
tanam perlu mendapat perhatian, baik jenis komoditi maupun pengolahan lahannya.
Pada lahan yang memiliki kemiringan >5% ditanami tanaman keras dan buah-
buahan.
Selain komoditi sayuran yang menunjang capaian produksi komoditi
hortikultura, juga terdapat komoditi buah-buahan unggulan yang menyumbang
produksi cukup besar di antaranya Jeruk, Alpukat, Strawberry, Jambu Air dan Jambu
biji. Secara keseluruhan produksi buah-buahan unggulan sebesar 16.301 ton yang
menunjang 4,4% terhadap produksi hortikultura.
Tabel III-.13 Capaian komoditas hortikultura buah-buahan Tahun 2019
Komoditi
Tanaman
dibongkar
dan tua
(pohon)
Tanam
baru
(pohon)
Tanaman belum
menghasilkan
(pohon)
Tanaman
produktif
(pohon)
Jumlah
Akhir
tanaman
(pohon)
Jumlah
Produksi
(Ton)
Jeruk 2.035 22.094 63.076 85.868 149.301 1.311
Alpukat 9.211 6.876 57.499 206.086 263.933 5.372
Jambu Air 736 36 12.204 48.697 60.955 689
Jambu Biji 4.118 229 25.144 71.058 96.243 1.464
Buah-buahan selain berfungsi penghasil buah dalam peningkatan ketersediaan
gizi masyarakat dan ekonomi petani, juga berperan sebagai penguat dan
pencegahan erosi tanah. Dari sisi jumlah, tanaman alpukat terbesar dalam
menyumbang produksi buah-buahan yaitu berjumlah 263.933 pohon, diikuti oleh
tanaman jeruk baik jeruk siam maupun jeruk besar sebanyak 149.301 pohon, jambu
biji sebanyak 60.955 pohon dan jambu air sebanyak 96.243 pohon. Jumlah tanaman
buah-buahan tersebut tidak seluruhnya dapat menghasilkan, sebagian saja yang
produktif menghasilkan buah. Tanaman jeruk yang produktif sebesar 57,51%, alpukat
sebesar 78,08%, Jambu air sebesar 79,89% dan jambu biji sebesar 73,83%. Untuk
menjaga keberlanjutan, Tahun 2019 penanaman baru sebanyak 29.235 pohon.
-
AKUNTABIITAS KINERJA
28
Perkebunan
Capaian komoditi perkebunan tidak memenuhi target, baik kopi, t e h, maupun
tembakau, namun ketidak tercapaian komoti kopi, teh dan tembakau masih dalam
tahap kewajaran yaitu masing-masing 89,57%; 96,46% dan 95,73%. Namun
demikian produksi kopi, t e h dan tembakau mengalami peningkatan masing masing
sebesar 1%; 0,11% dan 0,32% dari Tahun 2018.
Peningkatan produksi komoditi perkebunan merupakan hasil dari peningkatan
performa budidaya yang dilakukan pada Tahun 2019, baik panen dari penanaman
tahun sebelumnya maupun peningkatan produktivitas. Produksi kopi dipengaruhi
oleh luas tanam dan pohon produktif, serta penerapan manajemen budidaya yang
baik. Tahun 2018 luas tanam bertambah 4,3% dari Tahun 2017 menjadi 11.029 Ha,
dengan produksi rata-rata perhektar sebesar 0,89 ton/Ha atau meningkat 13,91%.
Peningkatan luas tanam selain ditunjang dengan program pemerintah Citarum
Harum, yang umumnya terjadi peralihan budidaya dari sayuran ke tanaman keras
perkebunan khususnya kopi pada lahan dengan kontur >15%.
Dewasa ini pamor kualitas kopi Kabupaten Bandung khususnya Java Preanger
mendapat sambutan positif dari pasar, dan juga mendapat penghargaan pada
berbagai even baik tingkat regional maupun nasional sehingga secara tidak langsung
mendongkrak harga berasan. Sehingga komoditi kopi Kabupaten Bandung
merupakan salah satu produk yang memiliki nilai ekonomis penting dan dapat
meningkatkan minat para petani untuk membudidayakannya.
Tabel III- 14 Pertumbuhan capaian komoditas perkebunan Tahun 2016 -2019
Uraian Komoditi Realisasi
2016 Realisasi
2017 Realisasi
2018 Realisasi
2019 % 2019
thd 2018
Kopi
Luas Tanam (Ha) 10.572 10.574 11.029 11.997 8,78
Produksi Mentah (Ton) 28.143 21.109 26.427 26.689 0,99
Hasil Olahan (Ton) 7.035 5.277 6.606 6.672 1,00
Produksi Rata2 (Ton/Ha) 1,05 0,78 0,89 0,894 0,45
T e h
Luas Tanam (Ha) 1.701 1.701 1.701 1.701 0,00
Produksi Mentah (Ton) 17.756 17.010 17.882 17.899 0,09
Hasil Olahan (Ton) 3.551 3.612 3.576 3.580 0,11
Produksi Rata2 (Ton/Ha) 2,15 2,15 2,17 2,167 -0,14
Tembakau
Luas Tanam (Ha) 1.524 1.524 1.524 1.524 0,00
-
AKUNTABIITAS KINERJA
29
Uraian Komoditi Realisasi
2016 Realisasi
2017 Realisasi
2018 Realisasi
2019 % 2019
thd 2018
Produksi Mentah (Ton) 6.810 6.855 6.881 6.902 0,31
Hasil Olahan (Ton) 1.362 1.371 1.376 1.380 0,32
Produksi Rata2 (Ton/Ha) 0,89 0,89 0,9 0,898 -0,20
6) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
Sebagaimana Tabel III-8, dari tiga sub sektor yang menunjang indikator
sasaran tercapainya produksi pangan, capaian produksi komoditi tanaman pangan
sebesar 111,34% dari target yang ditetapkan, berikutnya capaian produksi komoditi
tanaman pangan sebesar 122,17% dan terendah capaian produksi komoditi
perkebunan sebesar 92,31%. Di sisi lain penggunaan sumberdaya yang ada dalam
hal ini pelaksanaan kegiatan (penggunaan anggaran belanja) yang secara langsung
atau tidak langsung menunjang capaian indikator kinerja.
Upaya pencapaian indikator ini ditunjang dengan 3 program dan 24 kegiatan
dengan penggunaan anggaran sebesar Rp18.741.844.590,- dari yang ditargetkan
sebesar Rp.19.726.648.260, atau 95,01 Sehingga dengan demikian tingkat efisiensi
pencapaian indikator-indikator populasi ternak mencapai 1,28 (efisien).
7) Analisis program/kegiatan yang menunjang capaian indikator kinerja
Upaya peningkatan dan pencapaian target produksi pangan dilakukan melalui
pelaksanaan 2 program dan 23 kegiatan. Secara umum program-program yang
dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan sumberdaya dan potensi
petani/kelompok tani dalam meningkatkan produktivitas dan luas tanam.
Dalam Program Peningkatan Ketahan Pangan (pertanian/perkebunan)
dilakukan kegiatan-kegiatan berupa upaya intensifikasi lahan pertanian melalui
pemberian benih dan pupuk, pembinaan dan bimbingan penerapan teknologi
budidaya yang baik, Gerakan masyarakat/kelompok tani dalam giat tanam dan
pengendalian OPT serta kegiatan lain yang menunjang kelancaran program
pemerintah pusat. Program kegiatan yang menunjang capaian indicator kinerja ini
disajikan dalam table berikut.
-
AKUNTABIITAS KINERJA
30
Tabel III- 15. Program Kegiatan Penunjang Capaian Indikator Kinerja Sasaran
Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome)/ Kegiatan
(output) Realisasi
Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan
Produksi Non-Pangan Utama (Hortikultura) Produksi Non Pangan (Perkebunan)
Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan
Jumlah fasilitasi sarana produksi pengembangan perkebunan
6 jenis
Jumlah petani yang paham akan SOP, GAP budidaya perkebunan dan peningkatan produktivitas kopi
12 orang
Jumlah kajian pengembangan kopi Kabupaten Bandung
2 kegiatan
Penanganan panen dan pasca penen bahan baku tembakau (DBHCHT) (19.23)
Jumlah SDM yang faham tentang produk turunan dan pengolahan tembakau
60 orang
Jumlah sarana penunjang penanganan pasca panen tembakau
4 jenis
Penyediaan sarana produksi hortikultura (19.24)
Jumlah fasilitasi sarana produksi pengembangan komoditi hortikultura unggulan
3 jenis
Jumlah fasilitasi sarana teknologi pertanian 3 jenis
Pengembangan Hortikultura pada lahan kering (19.25)
Jumlah kelompok tani yang menerapkan budidaya sesuai GAP (SL Konservasi lahan)
25 orang
Jumlah greenhouse dan sarana pengembangan hortikultura
3 jenis
Jumlah bibit/tanaman buah-buahan mendukung citarum harum
8 jenis
Jumlah fasilitasi alat pemeliharaan tanaman mendukung Citarum harum
4 jenis
Jumlah program vertikal terfasilitasi kegiatan pertanian
9 kegiatan
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Hortikultura (19.26)
Jumlah varietas lokal hortikultura Kabupaten Bandung yang termurnikan
1 varietas
Pengendalian Komoditas Perkebunan (19.27)
Jumlah peningkatan SDM yang menerapkan budidaya perkebunan ramah lingkungan
25 orang
Jumlah fasilitasi sarana pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) perkebunan
1 jenis
Pengembangan Budi Daya Sayuran (19.28)
Jumlah fasilitasi sarana budidaya sayuran 2 jenis
Jumlah SDM yang menerapkan GAP komoditi hortikultura
70 orang
Pengembangan Budi Daya Buah- buahan (19.29)
Jumlah fasilitasi bibit dan media tanam pengembangan tanaman buah-buahan
4 jenis
Jumlah fasilitasi pestisida pengembangan tanaman buah-buahan
2 jenis
Jumlah fasilitasi pupuk pengembangan tanaman buah-buahan
2 jenis
Jumlah SDM yang menerapkan GAP tanaman buah-buahan
25 orang
Jumlah fasilitasi sarana teknologi pertanian 14 unit
-
AKUNTABIITAS KINERJA
31
Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome)/ Kegiatan
(output) Realisasi
Pengembangan Budi Daya Tanaman Obat (19.30)
Jumlah fasilitasi bibit tanaman pendukung pengembangan produksi tanaman obat
4 jenis
Jumlah fasilitasi sarana teknologi pertanian pendukung pengembangan produksi tanaman obat
2 jenis
Pengembangan Budi daya Florikultura (19.31)
Jumlah fasilitas grreenhouse penunjang pengembangan florikultura
1 unit
Jumlah fasilitasi bibit krisan penunjang pengembangan florikultura
148000 stek
Jumlah fasilitasi pupuk penunjang pengembangan florikultura
7000 kg
Pengembangan Tanaman Perkebunan Tahunan dan Penyegar (19.32)
Jumlah pelaksanaan eksplorasi Perlindungan Kopi Arabika Java Preanger
2 kegiatan
Jumlah jenis tanaman tahunan penyegar yang dikembangkan
4 jenis
Jumlah media informasi tentang kopi Kabupaten Bandung tersedia
1 jenis
Jumlah SDM yang mengembangkan tanaman perkebunan
100 orang
Jumlah fasilitasi sarana teknologi pertanian 2 jenis
Pengembangan Tanaman Perkebunan Semusim dan Rempah (19.33)
Jumlah fasilitasi bibit tanaman perkebunan semusim dan rempah
2 jenis
Jumlah fasilitasi pupuk penunjang pengembangan tanaman perkebunan semusim dan rempah
30000 kg
Pengembangan Perbibitan Tanaman Hortikultura dan Perkebunan (19.34)
Jumlah jenis bibit tanaman tersedia di UPT Perbibitan Pertanian
10 jenis
Jumlah fasilitasi sarana penunjang produksi tersedia
9 jenis
Penerapan pembudidayaan sesuai dengan Good Agricultural Paractices Tembakau (DBHCHT)(19.36)
Jumlah uji multilokasi tembakau 5 varietas
Jumlah sarana penunjang produksi tembakau 5 jenis
Program Peningkatan Produksi Tanaman Pangan
Jumlah produksi komoditi tanaman pangan 701.346 ton
Pengembangan Intensifikasi Tanaman Padi, Palawija (30.01)
Jumlah event pendukung intensifikasi tanaman padi dan palawija
22 kali
Jumlah peningkatan SDM dalam pengembangan intensifikasi tanaman padi
30 orang
Jumlah fasilitasi sarana dan prasarana pengembangan intensifikasi tanaman padi dan palawija
8 jenis
Pengembangan Diversifikasi Tanaman (30.02)
Sosialisasi, Bimtek, Rakor. Fieldday 10 Kali
Diversifikasi Tanaman Kedelai 1 Desa
Demfarm Ubi Jalar Vaerietas Unggul 2 Ha
-
AKUNTABIITAS KINERJA
32
Program/Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome)/ Kegiatan
(output) Realisasi
Jumlah cetak buku 275 buku
Pemurnian benih ubi kayu dalam rangka sertifikasi
1 unit
Pengembangan Perbenihan/Perbibitan (30.03)
Fasilitasi Pelepasan Benih Padi Lokal 44178 kg/GKG
Jumlah sarana produksi UPT Perbibitan Pertanian 13 Jenis
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Perkebunan, Produk Pertanian (30.04)
Jumlah peningkatan SDM pengolahan dan pengemasan komoditi tanaman pangan
80 Orang
Jumlah fasilitasi sarana pengolahan ubi kayu dan ubi jalar
2 kelompok
Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian Tepat Guna (30.05)
Jumlah rapat penunjang pengadaan sarana teknologi tepat guna
6 kali
Jumlah fasilitasi sarana teknologi pertanian tepat guna
38 kelompok
Jumlah pelaksanaan bimbingan teknis 2 kegiatan
Jumlah gelar teknologi pasca panen terlaksana 1 kegiatan
Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana Teknologi Pertanian Tepat Guna (30.06)
Jumlah peningkatan SDM dalam pemeliharaan infrastruktur pertanian
75 orang
Jumlah fasilitasi sarana teknologi pertanian tersedia
8 jenis
Peningkatan Infrastruktur Pertanian (30.07)
Jumlah Jaringan Irigasi yang terehabilitasi 7 lokasi
Jumlah fasilitasi Gerakan Pengendalian OPT 50 orang
Jumlah sumur pantek tersedia 3 titik
Peningkatan Infrastruktur Pertanian (DAK) (30.08)
Jumlah prasarana pertanian terbangun 46 unit
3.2.2. Sasaran Strategis 3: Tercapainya Populasi Ternak
3.2.2.1. Indikator: Jumlah Populasi Ternak
1. Realisasi capaian indikator kinerja terhadap Target
Indikator ini merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah ditetapkan
pada tahun 2019. Jumlah populasi ternak diperoleh dari hasil Akumulasi populasi
ternak ruminansia besar (sapi perah dan sapi potong), ruminansia kecil (domba dan
kambing) serta ungags (ayam ras pedaging, Ayam buras, Ayam ras petelur dan itik).
Data diperoleh dari pengumpulan, pengolahan dan rekonsiliasi statistic dengan BPS
dan database Provinsi Jawa Barat. Adapun indikator untuk sasaran ini terurai seperti
pada tabel dibawah ini:
-
AKUNTABIITAS KINERJA
33
Tabel III- 16 Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Populasi Ternak
Tahun 2019
Jenis Ternak Target Realisasi
% (Ekor) (Ekor)
Ruminansia Besar 86.805 60.787 70,03
Ruminansia Kecil 304.114 305.880 100,58
Unggas 7.600.682 8.116.899 106,79
JUMLAH 7.991.601 8.483.566 106,16
Sumber Data: laporan Bidang Peternakan 2020
Tabel III-15 menunjukkan bahwa secara keseluruhan target populasi ternak
dapat tercapai sebesar 106,16%, yaitu dari 7.991.601 ekor yang ditargetkan
terealisasi sebesar 8.483.566 ekor. Populasi ternak ruminansia besar (sapi perah dan
sapi potong) tidak dapat memenuhi target yang ditetapkan dengan capaian sebesar
70,03%, capaian tertinggi diperoleh dari jumlah populasi unggas sebesar 106,79%.
2. Perbandingan realisasi terhadap tahun-tahun sebelumnya
Gambaran pertumbuhan tiap komoditi untuk ternak ruminansia dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel III- 17. Perkembangan capaian Populasi Ternak
Komoditas Tahun 2017
(ekor)
Tahun 2018
(ekor)
Tahun
2019 (ekor)
Ruminansia Besar 62.233 62.989 60.787
Ruminansia Kecil 299.031 306.877 305.880
Unggas 6.813.605 7.336.443 8.116.899
-
AKUNTABIITAS KINERJA
34
Grafik 4. Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak ruminansia
Sumber: Laporan Tahunan 2016-2018 dan Data Bidang Peternakan 2018 diolah.
Berdasarkan grafik 4 dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan untuk ternak
ruminansia tertinggi dalam kurun waktu tiga tahun yaitu tahun dari 2017-2019 adalah
ternak domba dan Kambing yang merupakan ternak ruminansia kecil, peningkatan
populasi dari tahun sebelumnya mengalami peningkatan sebesar 1%. Sementara
untuk ternak ruminansia besar sapi potong dan sapi perah mengalami penurunan
populasi sebesar (-1,1%).
Populasi ternak unggas, secara umum mengalami peningkatan dimana rata-
rata peningkatan populasi sebesar 1,5% pada rentang tahun 2017-2018.
Pertumbuhan populasi terjadi pada jenis ternak unggas ayam buras 1% dan ayam
pedaging mengalami peningkatan sebesar 1% dibandingkan tahun 2017.
Peningkatan tertinggi pada populasi ternak itik yaitu sebesar 1,75% dan ternak ayam
petelur sebesar 1,4%. Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak unggas
dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
SAPI POTONG SAPI PERAH KAMBING DOMBA
Tahun 2017 28528 33705 25813 273218
Tahun 2018 27102 32019 26674 280203
Tahun 2019 26.291 31.808 25.380 280.500
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak ruminansia
-
AKUNTABIITAS KINERJA
35
Grafik 5. Populasi Ternak Unggas Di Kabupaten Bandung Tahun 2016-2019
Sumber: Data Bidang Peternakan 2016-2019 diolah.
3. Perbandingan realisasi kinerja terhadap target Renstra
Tahun 2019 merupakan tahun pertama dari periode Rencana Strategis Dinas