kata pengantar - forda - badan litbang dan inovasi ... hasil penelitian tahun 2009.pdf · i kata...

67

Upload: haque

Post on 02-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan
Page 2: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

i

KATA PENGANTAR

Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

P. 36/Menhut-II/2006, merupakan unit pelaksana teknis di bidang penelitian kehutanan

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan. BPK Manado mempunyai tugas melaksanakan penelitian di

bidang hutan dan konservasi alam, hutan tanaman, hasil hutan, sosial budaya, ekonomi

dan lingkungan kehutanan dengan core research “Konservasi dan Rehabilitasi Hutan dan

Lahan”. BPK Manado berkedudukan di Manado dengan wilayah kerja meliputi 3 (tiga)

provinsi yaitu Sulawesi Utara, Gorontalo dan Maluku Utara.

Buku Rangkuman Hasil-hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Manado Tahun 2009 ini

disusun berdasarkan Laporan Hasil-hasil Penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2009.

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Buku Rangkuman Hasil

Penelitian ini kami ucapkan terima kasih.

Saran dan masukan untuk penyempurnaan buku ini pada masa yang akan datang sangat

kami harapkan.

Akhirnya, kami berharap semoga Buku Rangkuman Hasil Penelitian ini bermanfaat.

Manado, Desember 2010

Plt. Kepala Balai

Ir. Mahfudz, M.P.

NIP. 19670829 199203 1 004

Page 3: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................... ii

1. Teknik Rehabilitasi Lahan Terdegradasi

di Sulawesi Utara dan Gorontalo ................................................. 1-13 2. Sistem Implementasi “Uji Coba Teknologi DAS Mikro”

(Studi Kasus di DAS Poigar, DAS Oba dan DAS Limboto) ...................... 14-25 3. Analisa Pertumbuhan Tegakan Hutan Alam Bekas Tebangan dan

Tanaman Pengayaan di Maluku Utara dan Pertumbuhan Tegakan Hutan Alam Sekunder di Sulawesi Utara dan Gorontalo .............................. 26-33

4. Identifikasi Jenis Flora Potensial dan Endemik pada Kawasan Konservasi di Cagar Alam Gunung Ambang, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan Kawasan Aketajawe pada Taman Nasional Aketajawe Lolobata ...... 34-50

5. Kajian Keanekaragaman Jenis Fauna dan Habitatnya pada

Kawasan Konservasi di Cagar Alam Gunung Ambang,

Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan Kawasan Aketajawe

pada Taman Nasional Aketajawe – Lolobata ................................... 51-64

Page 4: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

1

Teknik Rehabilitasi Lahan Terdegradasi di Sulawesi Utara dan Gorontalo

La Ode Asir

ABSTRAK

Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Limboto, Danau Tondano dan Sub DAS Poigar merupakan daerah dengan lahan kritis yang cukup luas. Permasalahan umum pada daerah hulu adalah tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hutan di daerah tangkapannya, sehingga menyebabkan semakin tinggi pula kecenderungan untuk membuka hutan. Akibatnya tingkat kesuburan semakin menurun dan hasil produksi menjadi rendah.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi rehabilitasi lahan terdegradasi di Sulawesi Utara dan Gorontalo, yang mudah diaplikasikan sehingga lahan terdegradasi dapat kembali berfungsi sebagai habitat flora, fauna dan secara keseluruhan sebagai penyangga kehidupan.

Hasil penelitian di DTA Limboto menunjukkan bahwa tanaman jati yang diujicobakan setelah umur enam tahun pertumbuhannya mencapai 60,75%, sengon mencapai 43,65% dan tanaman MPTS (nangka) mencapai 43,65%. Adapun kombinasi tanaman tersebut dengan teknik konservasi tanah dan air dapat menekan erosi sebesar 16,54 ton/ha/tahun. Uji coba tanaman cempaka dan mahoni yang dikombinasi dengan tanaman sayuran (bunga kol dan jagung) pada bedengan dapat menekan erosi sebesar 0,1234 - 0,1564 ton/ha di DTA Tondano dan uji coba yang dilakukan di Sub DAS Poigar yang merupakan daerah pengembangan adalah pembuatan beberapa plot penelitian dengan beberapa jenis tanaman kayu antara lain mahoni, cempaka (wasian), pakoba dan nantu (nyato) yang dikombinasi dengan teknik konservasi tanah dan air (KTA). Uji coba tanaman ini baru dimulai tahun 2009.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerusakan di DTA Danau Limboto merupakan salah satu kasus dimana sumberdaya lahannya secara umum mengalami perubahan yang cukup signifikan, dari lahan berhutan menjadi lahan-lahan pertanian. Perubahan ini sangat berpengaruh terhadap kualitas maupun kuantitas produksi, pada akhirnya lahan-lahan tersebut berpotensi menjadi terdegradasi. Dampaknya adalah pada badan danau terjadi penimbunan material yang merupakan penyebab proses percepatan pendangkalan di Danau Limboto.

Demikian pula dengan di DTA Tondano, pemanfaatan Sumber Daya Lahan (SDL) dengan pola usaha tani yang intensif, secara umum telah melaksanakan sistem konservasi tanah yang cukup baik dengan membuat teras-teras dilengkapi dengan sistem saluran drainase. Hal ini telah dilakukan oleh sebahagian masyarakat penghasil tanaman hortikultura dataran tinggi (sayur-mayur). Namun dibeberapa tempat di daerah hulu, perubahan penutupan lahan telah terjadi seiring dengan jumlah penduduk yang meningkat, sehingga proses degradasi berlangsung dengan cepat.

Page 5: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

2

Di daerah pengembangan pada DAS Poigar, masyarakat melakukan usahatani pada lahan-lahan miring tanpa menerapkan teknik konservasi tanah dan air (KTA) yang baik, sehingga laju erosi maupun peningkatan sedimen pada badan sungai dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan.

Untuk mengatasi kondisi ini, diperlukan teknologi Rehabilitasi Lahan dan konservasi Tanah (RLKT) tepat guna yang dapat memperbaiki kondisi lahan-lahan kritis dan mampu dengan cepat menutupi lahan-lahan pada areal terbuka dengan pemilihan jenis tanaman yang dibutuhkan oleh masyarakat, memiliki nilai ekonomis, dan dapat memperbaiki sistem tata air dari aspek hidrologi.

B. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknologi rehabilitasi lahan terdegradasi di Sulawesi Utara dan Gorontalo, yang mudah diaplikasikan sehingga lahan terdegradasi dapat kembali berfungsi sebagai habitat flora, fauna dan secara keseluruhan sebagai penyangga kehidupan, termasuk di dalamnya meningkatkan perekonomian rakyat dengan meningkatkan partisipasi masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan pasca rehabilitasi lahan.

II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sub-Sub DAS Tapadaa, dan Sub DAS Masarang. Sub-Sub

DAS Tapadaa termasuk dalam wilayah Sub DAS Biyonga yang secara administratif terletak

dilingkungan Tapadaa, Kelurahan Biyonga, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo,

Provinsi Gorontalo. Sedangkan Sub DAS Masarang, merupakan DTA Danau Tondano yang

terletak di Gunung Masarang-Rurukan, Kecamatan Tomohon Timur, Kota Tomohon, Provinsi

Sulawesi Utara. Adapun kegiatan pengembangannya terletak di Kecamatan Poigar, Kab.

Bolaang Mangondow atau termasuk dalam wilayah Sub DAS Poigar.

Secara umum kedua lokasi penelitian ini terletak di luar kawasan hutan namun

dapat dianggap mewakili karakteristik permasalahan DAS kritis di bagian hulu. Penelitian

dilaksanakan pada bulan April hingga Desember 2009.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah bibit tanaman tahunan (jati, cempaka, sengon dan

mahoni), bibit tanaman hortikultur (jagung dan bunga kol), pupuk kandang dan pupuk

organik, pestisida, balok, papan, bambu, paku, pasir, semen, karet talang, kawat bendrat,

cat minyak, dempul

Sedangkan alat yang digunakan adalah meteran roll, meteran saku, cangkul,

sprayer, palu, gunting stek/pangkas, kaliper mini, kolektor erosi 9 set untuk plot ukuran 10

x 4 m, linggis, oven, timbangan analitis, timbangan konvensional, botol sampel, ring

sampel dan plastik sampel.

Page 6: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

3

C. Prosedur Penelitian

1. DTA Danau Limboto

P1 P2 P3

a.

b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

i.

j.

k.

l.

m.

n.

o.

p.

Keterangan :

♠ = Tanaman jati

= Tanaman nangka

♣ = Tanaman sengon

= Teras gulud & rumput setaria

P1 = Kombinasi jati, nangka, teknik KTA

P2 = Kombinasi jati, sengon, teknik KTA

P3 = Kombinasi nangka, sengon, teknik KTA

Pada tahun 2009, kegiatan di DTA Limboto merupakan tahun ke-6 atau tahun terakhir dari rangkaian penelitian ini.

Tanaman uji coba di lokasi penelitian terdiri dari dua lokasi. Pada Lokasi I, tanaman ditanam pada bulan Desember 2004 dengan jarak tanam 3 x 4 m

pada 3 kelas kelerengan yakni 8-15%, 15-30% dan >30% dengan teknik konservasi teras gulud dilengkapi rumput setaria sebagai tanaman penguat teras.

Pada Lokasi II, tanaman ditanam pada bulan Desember 2005 dengan jarak tanam 3 x 3 m pada satu kelas kemiringan lereng >30%. Teknik konservasi yang diterapkan adalah teras gulud dengan rumput setaria dan jalur gamal.

Kele

rengan >

30%

Kele

rengan 1

5-

30%

Kele

rengan 8-1

5 %

Kele

rengan >

30%

Gambar 2. Lay out Tanaman pada Lokasi II

a

m

b

a

r

2

.

L

a

y

o

u

t

t

a

n

a

m

Keterangan :

♠ = Tanaman jati

= Tanaman mahoni

= Teras gulud & rumput setaria

= Alley cropping tanaman gamal

P1 = kombinasi jati, mahoni, jalur gamal

P2 = kombinasi jati, mahoni, rumput setaria

1.

Gambar 1. Lay out Tanaman pada Lokasi I

a

m

b

a

r

2

.

L

a

y

o

u

t

t

a

n

a

m

P1 P2

Page 7: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

4

2. DTA Danau Tondano

Di lokasi DTA Danau Tondano dilakukan penelitian penanaman sayuran dataran tinggi yang dipadukan dengan teknik konservasi sipil teknis berupa bedengan dan penanaman sejajar kontur. Untuk uji jenis tanaman kayu-kayuan yang merupakan tanaman pokok digunakan kombinasi tanaman kayu mahoni dan cempaka dengan jarak tanam 3 x 4 meter. Areal penelitian terbagi ke dalam 3 blok kemiringan yaitu 15-30 %, 30-45 %, dan >45 %. Pada setiap blok dibuat 3 plot penelitian untuk mengukur limpasan permukaan dan erosi dengan ukuran plot 4 x 10 m. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Blok Acak Lengkap (Randomized Complete Block Design) dengan kemiringan lereng sebagai blok. Tahun 2009 merupakan tahun kelima dari rangkaian kegiatan penelitian.

Rancangan pola tanam dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 3. Rancangan plot pada lokasi DTA Danau Tondano :

B1P1 : Bedengan + bunga kol + jagung (kontrol/sesuai petani setempat)

B1P2 : Bedengan + mulsa vertikal + bunga kol+ jagung

B1P3 : Bedengan + mahoni + cempaka + mulsa vertikal + bunga kol + jagung

B2P1 : Bedengan + bunga kol + jagung (kontrol/sesuai petani setempat)

B2P2 : Bedengan + mulsa vertikal + bunga kol + jagung

B2P3 : Bedengan + mahoni + cempaka + mulsa vertikal + bunga kol + jagung B3P1 : Bedengan + bunga kol + jagung (kontrol/sesuai petani setempat)

B3P2 : Bedengan + mulsa vertikal + bunga kol + jagung

B3P3 : Bedengan + mahoni + cempaka + mulsa vertikal + bunga kol + jagung

Kemiringan

15-30 %

Kemiringan

30-40 %

Kemiringan

> 45 %

Page 8: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

5

D. Analisis Data

1. Data hujan, limpasan dan sedimen

Data curah hujan diukur dengan menggunakan alat takar hujan sederhana (ATHUS).

Data dari athus merupakan data harian yang diukur setiap hari pada jam tujuh pagi untuk

kejadian hujan satu hari sebelumnya yang dicatat sebagai hujan harian.

Limpasan dan erosi diukur dengan metode plot uji coba menggunakan kolektor erosi

berupa dua buah drum, dimana drum I sebagai penampung aliran permukaan dari plot, dan

drum II merupakan penampung aliran buangan dari drum I. Pada drum I dibuat lubang

pembagi sebanyak 8 lubang dan satu lubang diantaranya dihubungkan ke drum II.

Bentuk desain drum kolektor erosi seperti pada gambar berikut :

Gambar 4. Kolektor Erosi Tipe Drum

Data limpasan diperoleh melalui pengukuran volume air yang ada dalam kolektor.

Sedangkan data sedimen diperoleh dari hasil analisa laboratorium sampel air yang berasal

dari kolektor melalui metode penguapan. Pengambilan data dilakukan satu kali sehari pada

pukul 07.00.

2. Tanah

Pengambilan sampel terganggu (komposit) dilakukan pada titik yang dianggap

mewakili lokasi. Selanjutnya sampel tanah tersebut dianalisis di laboratorium untuk

mengetahui sifat kimia (pH, kandungan hara makro (N, P, K dan C organik)).

3. Produksi

Pengamatan produksi dilakukan saat pemanenan dengan melakukan pemanenan

seluruh luasan plot. Pertumbuhan tanaman diamati pada fase-fase tertentu berupa

pertambahan tinggi dan diameter tanaman.

PIPA PEMBAGI

DRUM IDRUM II

KRAN PEMBUANG

TAMPAK SAMPING

TAMPAK ATAS

Page 9: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

6

4. Pendapatan

Pendapatan dihitung dari produksi semua jenis tanaman (semusim, tahunan, MPTS,

tanaman bawah, dll) dikalikan dengan harga yang berlaku pada saat ini.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Daerah Tangkapan Air Danau Limboto Curah hujan tahun 2009 di lokasi penelitian sebesar 1.095 mm menurun

dibandingkan tahun 2008 yaitu sebesar 1.766 mm. Perubahan curah hujan tidak

berpengaruh pada pertumbuhan tanaman secara umum.

Jenis tanah pada lokasi penelitian umumnya adalah ultisol. Hasil analisis sifat kimia tanah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis Laboratorium Sifat Kimia Tanah di DTA Danau Limboto

Sifat Kimia Lokasi I Lokasi II

Nilai Kriteria % Kriteria

1 pH (H2O) 5,45 Masam 5,27 Masam

2 N- Total (%) 0,052 Sangat Rendah 0,048 Sangat rendah

3 P2O5 Tersedia (ppm) 11,05 Rendah 12,64 Rendah

4 K2O Tersedia (me/100 gr) 15,33 Rendah 13,47 Rendah

5 KTK (me/100 gr) 17,21 Rendah 18,08 Sedang

6 C –Organik (%) 1,28 Rendah 1,53 Rendah

7 Tekstur Lempung Berliat Lempung Berliat

Nilai pH pada ke-2 lokasi penelitian adalah masam, ini berarti penyerapan unsur

hara untuk masing-masing tanaman agak rendah. Menurut Hardjowigeno (2003), pada pH yang terlalu masam, maka unsur P sulit diserap oleh tanaman karena diikat atau difiksasi oleh Al. Pengaruh pH terhadap P2O5 tersedia terlihat pada kriteria yang rendah dalam tanah. Selain itu unsur hara juga mudah larut dan menyebabkan terbentuknya unsur mikro yang berlebih dan dapat menjadi racun bagi tanaman.

N masih sangat rendah, hal ini berarti kandungan unsur hara makro sangat rendah. Unsur N berguna untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukan protein. Kandungan C-organik yang sangat rendah menunjukan jumlah bahan organik dalam tanah yang rendah. Nilai KTK rendah hingga sedang dapat diartikan bahwa kemampuan tanah dalam menyerap dan menyediakan unsur hara bagi tanaman rendah. Nilai KTK ini dapat ditingkatkan dengan pemberian bahan organik dan tanah dengan kandungan liat tinggi karena mempunyai kemampuan menyerap unsur hara tinggi.

Penerapan teknik konservasi tanah dengan menggunakan rumput gamal dan setaria bertujuan untuk mengendalikan erosi serta menambah kesuburan tanah. Gamal merupakan jenis legum yang memiliki bintil akar (nodula) yang dapat mengikat nitrogen dari udara, sisa tanaman dapat digunakan sebagai pupuk hijau sehingga dapat meningkatkan kandungan bahan organik dan nitrogen dalam tanah. Gamal juga dapat melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan sehingga dapat menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan tingkat infiltrasi tanah. Selain itu, produksi rumput gamal dan setaria dapat digunakan sebagai pakan ternak.

Page 10: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

7

Hasil pengukuran sedimentasi menunjukkan bahwa erosi yang terjadi sebesar 16,54 m3/th dengan curah hujan 1.095 mm/th. Besarnya erosi menurun jika dibandingkan tahun 2008 yaitu sebesar 21,15 ton/ha/th. Hal ini kemungkinan tanaman ujicoba telah memberikan pengaruh terhadap sistem tata air di lokasi penelitian dan secara visual telah muncul beberapa mata air di bagian bawah. Namun untuk memastikannya perlu penelitian lebih lanjut.

Lokasi I

Tanaman nangka tumbuh baik pada P3 dibandingkan dengan pertumbuhan pada P1

dan P2, sebab tanaman ini memiliki tingkat toleransi yang kurang baik terhadap

lingkungannya. Secara visual tanaman ini tumbuh subur pada tempat ketinggian dengan

kemiringan yang agak terjal. Selain itu awal pertumbuhan tanaman ini kurang dapat

menyesuaikan dengan kondisi lahan pada lokasi penelitian. Tanaman nangka

membutuhkan drainase yang baik. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan produktivitasnya.

Tanaman nangka memiliki perakaran dalam, tidak membutuhkan penggenangan pada saat

musim kemarau karena tanaman nangka kurang toleran terhadap genangan. Akarnya masih

mampu menyerap air pada tanah yang dalam. Pemberian air tambahan diperlukan selama

dua tahun pertama pertumbuhannya. Tanaman nangka baik untuk konservasi lahan miring

(curam). Tanaman ini sangat membutuhkan sinar matahari untuk mendukung tingkat

pertumbuhannya. Data pertumbuhan tanaman uji coba dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pertumbuhan Tanaman Uji Coba pada masing-masing Blok di Lokasi I

Kemiri ngan

Lereng (%)

Jenis

Tanaman

P1 P2 P3

Persen Hidup

(%)

Rata-rata

Pertambahan Persen Hidup

(%)

Rata-rata

Pertambahan Persen

Hidup (%)

Rata-rata

Pertambahan

Tinggi (cm/th)

Diameter (cm/th)

Tinggi (cm/th)

Diameter (cm/th)

Tinggi (m/th)

Diameter (cm/th)

8-15 Nangka 0 0 0 - - - 0 0 0

Jati 18,00 1.007 12,03 60,75 1.083 10,75 - - -

Sengon - - - 28,20 956 10,02 15,75 775 9,35

15-30 Nangka 0 0 0 - - - 0 0 0

Jati 60,5 1.811 12,76 30,15 1.306 9,92 - - -

Sengon - - - 32,55 1.489 10,40 35,5 968 9,05

> 30 Nangka 0 0 0 - - - 43,65 485 5,23

Jati 46 1.049 10,51 0 0 0 - - -

Sengon - - - 0 0 0 0 0 0

Page 11: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

8

Lokasi II Jenis jati mengalami pertumbuhan yang cukup baik hingga tahun ke-4 atau memiliki

prosentase tumbuh > 96%. Demikian pula dengan pertambahan diameter (riap) dan rata-

rata tinggi untuk masing-masing perlakuan mengalami pertambahan yang signifikan.

Pertumbuhan tanaman jati pada plot 2 relatif lebih baik daripada plot 1.

Tabel 3. Pertumbuhan Tanaman (umur 4 tahun) pada masing-masing perlakuan

Plot Jenis Tanaman Persen Hidup % Rata-rata Pertambahan

Tinggi (m) Diameter(cm)

1 Jati 97,56 10,5 10,19

Mahoni 78,63 5,45 5,44

2 Jati 96,25 7,03 9,05

Mahoni 80,59 4,83 4,53

Gambar 5 . Grafik persen hidup rata-rata masing-masing jenis tanaman uji coba di

lokasi II

Dari hasil pengukuran dan pengamatan yang diperoleh dari kedua lokasi tersebut,

tanaman jati dan mahoni dikombinasi dengan gamal dan rumput setaria pada sistem teras

dapat dikembangkan pada daerah yang sesuai dengan kondisi fisik maupun ketersediaan

unsur-unsur kimia tanah pendukung kesuburan tanah dengan teknik-teknik konservasi

tanah yang telah dicobakan.

Produksi biomassa gamal tahun 2009 sebesar 600 Kg/ha. Biomassa merupakan

jumlah bahan hidup yang terdapat di dalam satu atau beberapa jenis organisme yang

berada dalam habitat tertentu, yang dinyatakan dalam berat organisme per satuan luas

habitat (Dephut, 2006). Daun gamal merupakan sumber protein sehingga cocok sebagai

makanan ternak dan suplemen pada hijauan yang berkualitas rendah. Komposisi nutrisi

daun gamal terdiri atas : bahan kering 23 %, protein kasar 25,2 %, lemak 4,9 %, BETN 55,5

0

20

40

60

80

100

120

Jati Mahoni Jati Mahoni

Plot 1 Plot 2

Th 2007

Th 2008

Th 2009

Page 12: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

9

% selain itu tanaman ini juga kaya akan mineral. Selain hasil pangkasan, tanaman gamal

juga dapat menghasilkan kayu bakar.

Jumlah produksi rumput setaria berdasarkan hasil penimbangan berat basah secara

priodik pada tahun 2009 rata-rata seberat 1.393 kg/ha. Setaria termasuk jenis rumput

berumur panjang, tumbuh tegak dengan ketinggian hingga 2 m dan membentuk rumpun.

Dapat membentuk tunas baru dalam tempo cepat dan termasuk jenis rumput yang tahan

kekeringan sekaligus genangan air.

Rumput setaria mampu tumbuh baik pada tanah dengan struktur ringan sampai

berat, dan dapat dipanen rata-rata selama dua minggu sekali. Tumbuh baik diberbagai

ketinggian tempat dari dataran rendah hingga tinggi dengan ketinggian 200 - 3000 mdpl

dan pada daerah dengan curah hujan 600 mm atau lebih.

B. Daerah Tangkapan Air Danau Tondano

Curah hujan tahun 2009 di DTA Danau Tondano sebesar 1.067 mm. Curah hujan

tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terendah pada bulan Agustus.

DTA Tondano memiliki jenis tanah andosol. Karakteristik tanah tersebut adalah

memiliki porositas tinggi, permeabilitas dan erodibilitas sedang, mempunyai sifat

thixotropic (jika tanah dalam keadaan jenuh mudah mengalami erosi). Hasil analisa kimia

tanah dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Analisis Laboratorium Sifat Kimia Tanah di DTA Danau Tondano

No SIFAT TANAH B 1 B 3

Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 pH (H2O) 5,6 Agak Masam 6,5 Agak Masam

2 N – Total (%) 0,15 Rendah 0,17 Rendah

3 P2O5 Tersedia (ppm) 15 Rendah 12 Rendah

4 KTK (me/100 gr) 22,34 Sedang 22,43 Sedang

5 C –Organik (%) 1.84 Rendah 1,92 Rendah

6 Ca (me/100 gr) 4,35 Rendah 4,44 Sedang

7 Mg (me/100 gr) 5,63 Tinggi 6,94 Tinggi

8 Na (me/100 gr) 0,30 Rendah 0,29 Rendah

9 K (me/100 gr) 0,38 Sedang 0,49 Sedang

10 Tekstur Lempung Berliat Berpasir Lempung Berliat

*) B1, B3 merupakan lokasi pengambilan sampel tanah pada kemiringan 15-30 % dan > 45%. Sedangkan

kriteria pada B2 (kemiringan) 30-45 % relatif sama dengan B1.

Tabel 4 menunjukkan bahwa parameter penunjang tingkat kesuburan atau karakter kimia tanah masih perlu penambahan untuk meningkatkan kualitas kesuburan tanah. Salah satu cara yang telah dilaksanakan yaitu dengan pemberian mulsa ke dalam tanah untuk meningkatkan bahan organik tanah.

Page 13: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

10

Dari ketiga perlakuan (P1, P2 dan P3) pada tiga kelas lereng, limpasan tertinggi terjadi pada perlakuan teknik konservasi tanah berupa bedengan. Sedangkan perlakuan teknik konservasi tanah bedengan yang dikombinasikan dengan mulsa vertikal serta penanaman tanaman bunga kol, jagung, cempaka dan mahoni menghasilkan limpasan terendah. Besarnya limpasan dan erosi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Limpasan permukaan (m3/ha) dan erosi pada masing-masing plot penelitian pada setiap kemiringan lereng

Perlakuan

B I (15-30%) B II (30-45%) B III (>45%)

Limp. Perm.

(m3/ha)

Erosi (ton/ha)

Limp. Perm.

(m3/ha)

Erosi (ton/ha)

Limp. Perm.

(m3/ha)

Erosi (ton/ha)

P 1 248,571 0,1048 403,546 P 1 248,571 0,1048

P 2 268,753 0,1231 334,750 P 2 268,753 0,1231

P 3 234,145 0,1056 221,545 P 3 234,145 0,1056

*)P: perlakuan; B: Kemiringan

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan III menghasilkan limpasan permukaan lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan I. Hal ini berarti bahwa perlakuan yang dicobakan memberikan hasil yang baik dalam menekan limpasan permukaan (run off) dan meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah.

Uji Kesesuian Tanaman Tahunan

Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan diketahui bahwa pertambahan tinggi, maupun riap dari masing-masing tanaman uji coba mengalami perlambatan. Hasil pengukuran tanaman menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi rata-rata pertahun untuk jenis mahoni selama empat tahun sebesar 0,36 m/tahun dengan riap diameter 0.11 cm/tahun dan untuk jenis cempaka pertumbuhan tinggi rata-rata pertahunnya sebesar 0,77 m/tahun dengan riap diameter 1,2 cm/tahun. Pertumbuhan ini kurang sempurna jika dibandingkan dengan tanaman sejenis di luar daerah tanaman sayuran di sekitarnya, pertumbuhannya dapat mencapai tiga hingga empat kali lebih besar daripada tanaman uji coba. Hal ini disebabkan karena sistem perakarannya terganggu. Beberapa tanaman yang dijumpai, akar tunggangnya telah putus akibat pola pengolahan tanah yang dilakukan oleh masyarakat. Dengan demikian, jenis tanaman tahunan tidak cocok untuk dikembangkan pada lokasi kebun-kebun masyarakat yang diolah secara intensif. Data pertumbuhan

tanaman mahoni dan cempaka dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.Rata-rata tinggi dan diameter tanaman uji coba

N0 Jenis Tanaman

Desember 2006 Desember 2007 Desember 2008 Desember 2009

D (mm)

T (cm) D

(mm) T

(cm) D

(mm) T

(cm) D

(mm) T

(cm)

1 Mahoni 31,67 102,11 56,67 214 57,17 265,11 64,57 310,23

2 Cempaka 28 94,11 45,55 210,67 51,81 254,16 64,00 320,12

Page 14: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

11

Analisis Usaha Tani dan Nilai Ekonomi RLKT

Hasil analisis usaha tani untuk jenis bunga kol dalam satu kali musim tanam (4 bulan), menghasilkan rata-rata 60 kg pada plot yang berukuran 4 x 10 m. Rata-rata harga per Kg Rp.10.000,00, sehingga total nilai jual dari plot yang ada adalah Rp.1.800.000,00 atau Rp.5.000.000,00/ha. Sedangkan hasil yang diperoleh dari jagung dalam tiga plot hanya mencapai Rp.150.000,00 atau setara dengan Rp.450.000,00/ha.

C. Daerah Tangkapan Air Poigar Hasil analisis tanah di Poigar dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Hasil Analisis Kimia Tanah di DTA Poigar tahun 2009

No Sifat Tanah Nilai Kriteria*)

1 pH (H2O) 5,48 Masam

2 N – total (%) 0.13 Sangat Rendah

3 C – Organik (%) 1.18 Rendah

4 P-Tersedia (ppm) 10,8 Rendah

5 KTK (me/100 gr) 25,53 Sedang

6 Ca (me/100 gr) 4,42 Rendah

7 Mg (me/100 gr) 2,11 Tinggi

8 Na (me/100 gr) 0,29 Rendah

9 K (me/100 gr) 0,47 Sedang

10 Tekstur Lempung liat dan berdebu

11 Permeabilitas (cm/jam) 0,4-2,7 (lambat-sedang)

12 Struktur granuler

*) Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Pusat Penelitian Tanah, 1983)

Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa tanah di DTA Poigar mempunyai tekstur lempung berliat. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan tanah dalam mengikat air cukup besar. Menurut Kartasaputra (1991), tanah dengan tekstur lempung baik untuk usaha tani, sedangkan kandungan liat tinggi mempunyai kemampuan tinggi mengikat air. Nilai KTK sedang dapat diartikan bahwa kemampuan tanah untuk menyerap dan menyediakan unsur hara bagi tanaman sedang. Apabila dilihat dari sifat kimia rata-rata seperti Tabel 6 maka jenis tanah ini termasuk Ultisol yang merupakan tanah yang miskin hara dengan tingkat kesuburan yang relatif rendah (pH rendah, KTK sedang, N dan P rendah). Untuk meningkatkan produktivitas jenis tanah seperti ini maka diperlukan pengapuran, penambahan bahan organik melalui pemupukan (dianjurkan dengan bahan organik), penanaman tanaman adaptif, penerapan teknik lorong atau tumpangsari, terasering, drainase dan pengolahan tanah seminimal mungkin.

Jenis-jenis tanaman yang diduga sesuai dengan kriteria tanah di atas dan setelah dilakukan evaluasi maka jenis tanaman yang akan dijadikan tanaman uji coba adalah untuk perkebunan seperti cengkeh, coklat, kopi; tanaman MPTS seperti rambutan, alpokat, petai, pisang, duwet, matoa; tanaman pertanian (jagung, kacang tanah dan kacang ijo); tanaman palawija dan hortikultur (cabe, tomat, bawang merah dan bawang putih). Untuk jenis tanaman kehutanan antara lain jenis cempaka, nantu, monanow, matoa, pakoba, jati dan mahoni.

Page 15: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

12

Setelah mempertimbangkan beberapa hal seperti kesesuaian tanaman, nilai ekonomisnya, kelangkaan tanaman, dll maka tanaman penelitian yang dipilih untuk dapat dikembangkan adalah mahoni (Swietenia mahagony), waisan (Elmerrillia celebica), pakoba (Trycalisia minahasae) dan nyatoh/nantu (Palaquium obtusifolium Burck). Tanaman tersebut memiliki sistem perakaran yang cukup baik dan diharapkan secara hidrologis dapat meningkatkan sistem tata air yang baik di lokasi penelitian.

IV. KESIMPULAN 1. Tanaman jati pada lokasi I DTA Danau Limboto memiliki persen tumbuh yang cukup

baik atau rata-rata berkisar 60,75%, diameter batang rata-rata 10,75 cm, serta tinggi rata-rata mencapai 10,83 m. Pada lokasi II DTA Danau Limboto, persentase tumbuh tanaman jati dan mahoni dengan sistem teras dikombinasi dengan rumput setaria mencapai 97 % dan 80 %. Dengan demikian, teknologi tepat guna kombinasi tanaman mahoni dan jati yang dikombinasi dengan tanaman gamal dan rumput setaria pada sistem teras dapat dikembangkan pada daerah yang sesuai dengan kondisi fisik maupun ketersediaan unsur-unsur kimia tanah yang telah dicobakan di DTA Limboto.

2. Perlakuan teknik konservasi tanah di DTA Danau Tondano berupa bedengan yang dikombinasi mulsa vertikal dan penanaman bunga kol, jagung, cempaka dan mahoni menghasilkan limpasan sebesar 221,545 m

3/ha dengan erosi sebesar 0,1021 ton/ha

atau lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Dengan demikian teknologi tepat guna ini menjadi suatu pilihan yang dapat dikembangkan di DTA Tondano yaitu kombinasi tanaman keras yang lebih tepat dengan tanaman sayuran yang telah diusahakan oleh masyarakat di lokasi penelitian dengan menambahkan mulsa vertikal sebagai penyerap limpasan dan sebagai media unsur hara. Sedangkan tanaman keras seperti jenis tanaman yang telah dicobakan tidak disarankan untuk dilanjutkan karena pertumbuhannya mengalami banyak kendala. Disamping hal-hal tersebut perlu pemupukan dalam rangka meningkatkan kesuburan tanah dalam rangka untuk kualitas dan kuantitas produksi.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Beukeboom, H. 1994. Overview of Social Forestry Policies and Approaches in Asia. Seminar on The Development of Social Forestry and Sustainable Forest Management. Faculty of Forestry, Gadjah Mada University and Perum Perhutani. Jakarta

Bosch, J. M., and J.D. Hewlet. 1982. Review of Catchment Experiments to Determine The Effects of Vegetation Changes on Water Yield and Evapo-transpiration. Journal of Hidrology (55):3– 23.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Surat Keputusan Menhutbun No. 284/Kpts-II/1999. Urutan Prioritas Daerah Aliran Sungai . Dephutbun.

Direktorat Bina Hutan Kemasyarakatan. 2003. Pedoman Umum Pengembangan Social Forestry. Direktorat Bina Hutan Kemasyarakatan, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan perhutanan Spsial. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Page 16: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

13

Hadinugroho, H.Y.S., Asir.LD., Ekowati, E., Salim., A.G., Narendra, B.H., Iskandar., Junaedi, E., Multikaningsih, E., Mairi., K., Tayeb, A.K., Bahri, A., Sumung, U., Tabba, S., Syahidan. 2003. Teknologi Rehabilitasi Lahan Terdegradasi Tahun 2003. Laporan Hasil Penelitian. Tidak dipublikasikan.

Hadinugroho, H.Y.S., Salim., A.G., Junaedi, E., Multikaningsih, E., Tayeb, A.K., Bahri, A., Sumung, U., Tabba, S., Syahidan. 2004. Teknologi dan Kelembagaan Rehabilitasi Lahan Terdegradasi Tahun 2004. Laporan Hasil Penelitian. Tidak dipublikasikan.

JICA. 2000. The Study on Critical Land and Protection Forest rehabilitation at Tondano Watershed in The Republic of Indonesia. Interim Report Volume – I, Main Report. Nippon Koei Co.,Ltd. Kokusai Kogyo Co.,Ltd.

Junaidi, E., dan Bahri, A., 2006. Penggunaan Mulsa Vertikal Dalam Konservasi Tanah Dan Air Di Daerah Tangkapan Danau Tondano. Seri Teknologi Konservasi Tanah dan Air. BPPTPDAS IBT. Makassar.

Kartasapoetra, G., Kartasapoetra, A.G., Sutedjo, M.M. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta. Jakarta.

Lingga, P. dan Marsono. 1986. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta

Pusat Libang Sosial Budaya dan Ekonomi Kehutanan. 2002. Social Forestry. Nota Dinas No. 819/VIII/P3Se-1/2002. Bogor

Rismunandar. 1984. Tanah dan Seluk Beluknya. Sinar Baru. Bandung

Seta, A.K. 1991. Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Kalam Mulia. Jakarta

Siregar, C.A. dan H.H. Siringoringo. 2000. Potensi Rehabilitasi Lahan Kritis Indonesia sebagai Gudang Karbon dalam Mengatasi Perubahan Iklim Global. Buletin Kehutanan dan Perkebunan Vol.I No. 1, 2000. Balitbanghutbun, Bogor

Sosrodarsono, S. dan Takeda, K. 1987. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramita. Jakarta

Suripin. 2001. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta

Utomo,W.H dan Guritno, B. 1985. Effect of Tillage and Mulching on Soil Physical Properties and Yield of Cassava in Mixed Cropping. Proc.5th. ASEAN Soil Conf. Bangkok

Utomo, W.H. 1994. Konservasi Tanah Di Indonesia. Suatu Rekaman dan Analisa. Rajawali. Jakarta.

Utomo, W.H. 1994. Erosi dan Konservasi Tanah. IKIP Malang.

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah. Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava Media. Jakarta.

Page 17: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

14

Sistem Implementasi

“Uji Coba Teknologi DAS Mikro”

(Studi Kasus di DAS Poigar, DAS Oba dan DAS Limboto)

Iwanuddin

ABSTRAK

Penelitian uji coba teknik pengelolaan DAS Mikro dirancang untuk mengkaji secara

empirik sejauh mana karakteristik DAS Mikro dari aspek hidrologi, lahan dan sosial,

ekonomi dan kelembagaan masyarakat mempengaruhi kinerja DAS secara keseluruhan.

Untuk pemberdayaan masyarakat, konsep utama yang diterapkan adalah menghubungkan

antara kebutuhan dasar masyarakat lokal dengan hasil air dari hutan dihubungkan dengan

tingkat partisipasi, kesadaran, kemandirian, keswadayaan dan rasa memiliki masyarakat

baik secara individu maupun secara kolektif. Maksudnya agar masyarakat mau dengan

sungguh-sungguh berpartisipasi dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan. Hal ini

dilatarbelakangi oleh konsep bahwa pada dasarnya orang mau berpartisipasi dengan baik

apabila memperoleh keuntungan dengan cara memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.

Sesuai dengan strategi social forestry yang menjadi spirit, pendekatan dan

implementasi kebijakan Departemen Kehutanan, pengelolaan DAS dilaksanakan dalam

kerangka pengelolaan hutan lestari dalam satu sistem DAS dengan strategi pokok

mencakup kegiatan kelola kawasan, kelola kelembagaan dan kelola usaha.

Dari hasil pengamatan di tiga lokasi penelitian (Sub DAS Bilobon, Sub DAS Biyonga

dan Sub DAS Sofifi), umumnya merupakan lokasi dengan masyarakat yang bermata

pencaharian utama sebagai petani, tingkat pendidikan rendah, pendapatan dan tingkat

kesejahteraan rendah. Permasalahan mendasar selain persoalan biofisik adalah kondisi

masyarakat yang serba terbatas (modal maupun pengetahuan), ketergantungan yang tinggi

terhadap lahan dan keraguan masyarakat akan kepastian usaha. Karakter alami ketiga

lokasi DAS mikro adalah termasuk kategori DAS kepulauan dengan ciri panjang sungainya

yang relatif pendek, langsung bermuara ke laut, pola aliran dendritis dan kerapatan

drainase berkisar 0,39 sehingga rentan terhadap banjir.

Page 18: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

15

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kerusakan hutan sampai dengan saat ini seringkali menjadi ”tertuduh utama” dari

terjadinya berbagai gangguan dalam sistem DAS seperti banjir, longsor dan kekeringan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi hutan di berbagai daerah yang berada di hulu DAS dari

hari ke hari semakin merosot baik dalam luas maupun kualitasnya. Berbagai masalah

gangguan hutan seperti perambahan hutan dan penebangan liar nampak terlihat di

berbagai kawasan hutan.

Salah satu penyebab utama yang ditengarai sebagai pemicu terjadinya tekanan

masyarakat terhadap hutan adalah kemiskinan dan minimnya tingkat kesadaran dan

kepedulian masyarakat terhadap upaya pelestarian fungsi hutan. Dengan tingkat

pendidikan dan pengetahuan yang rata-rata rendah, masyarakat terlihat sukar untuk

menghindarkan diri dari ketergantungan sumber pendapatannya dari hutan dan lahan.

Sampai dengan saat ini bagaimana mengelola daerah hulu dapat mengakomodasi

kepentingan masyarakat sekaligus fungsi konservasi dapat terjaga masih menjadi bahan

kajian yang menarik.

B. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai pada tahun 2009 adalah mengetahui karakteristik sub DAS

dari aspek hidrologi, lahan dan sosial, ekonomi dan kelembagaan masyarakat serta

terselenggaranya implementasi DAS pada skala mikro di tingkat desa dalam rangka

implementasi manajemen DAS secara utuh.

II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian Sistem Implementasi “Uji Coba teknologi DAS Mikro” pada Tahun

2009 dilaksanakan selama satu tahun. Penelitian dilaksanakan di tiga (3) lokasi yaitu:

Sub DAS Biyonga, DAS Limboto, Gorontalo. Sub DAS Sofifi, DAS Oba di Halmahera, Maluku Utara. Sub DAS Bilobon, DAS Poigar, Sulut.

B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta-peta (rupa bumi, jenis

tanah, topografi, penggunaan lahan, dll), kuesioner dan panduan PRA (Participatory Rural

Appraisal).

Sedangkan peralatan yang dibutuhkan adalah SPAS (Stasiun Pengamat Arus Sungai),

AWRL (Automatic Water Record Level), ombrometer/athus, komputer, perangkat lunak

GIS, seperangkat alat pengambilan sampel air dan pengukuran fisik lapangan (abney level,

GPS, dll).

Page 19: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

16

C. Prosedur Penelitian

Data yang dikumpulkan meliputi data biofisik dan sosial ekonomi kelembagaan baik

primer maupun sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer dikumpulkan secara langsung di lapangan dari sumber data pertama, baik

melalui wawancara, rapat ad hoc, maupun teknik survey dan non survey. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan, angka statistik dari instansi, desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten

Pengumpulan data dengan metode non survey dilakukan dengan cara diagnostik dan cara adhoc. Cara diagnostik yang digunakan adalah melalui RRA (Rapid Rural Appraisal) dan PRA (Participatory Rural Appraisal).

Data hidrologi yang diperlukan terdiri dari data debit, curah hujan dan sedimentasi. Aspek lahan, indikator yang digunakan dalam menilai dampak aktivitas lahan adalah

erosi, perubahan sifat fisik dan kimia tanah. Indikator yang digunakan untuk menilai aspek soseklem adalah peningkatan

pendapatan, perubahan sikap/perilaku dan aktivitas/dinamika kelompok.

D. Analisis Data

Aspek Hidrologi Input DAS adalah data curah hujan sedangkan outputnya adalah debit, baik debit

aliran maupun debit sedimen. Analisis debit sedimen menggunakan persamaan kurva

lengkung aliran (Discharge Rating Curve) yang dibuat berdasarkan kumpulan data series.

Data series debit diperoleh dari hasil analisis hubungan data TMA dan debit sesaat.

Persamaan yang digunakan adalah

, dimana Q=debit (m3/dtk), =TMA (m), = konstanta

, dimana Q= debit sesaat (m3/detik), V= kecepatan arus (m/detik),

A = luas penampang aliran (m2).

Analisis debit sedimen sesaat diperoleh berdasarkan data konsentrasi sedimen dan data

debit. Persamaannya adalah sebagai berikut:

Qs= C x Q, dimana Qs = debit suspense (kg/detik), C = konsentrasi sedimen (gr/liter), Q = debit

aliran.

Selanjutnya untuk mencari series data debit sedimen perlu dibuat persamaan sebagai

berikut:

, dimana Qs = debit suspensi (kg/detik), Q = debit aliran (m3/detik),

= konstanta

Page 20: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

17

Analisis KRS dan Koefisisen Limpasan (C)

dimana KRS= koefisien regim sungai; Qmax = debit maksimum;

Qmin = debit minimum

dimana C= koefisien limpasan, Q = tebal limpasan, P= tebal hujan

Aspek Lahan Konsentrasi sedimen diperoleh dengan menggunakan metode penguapan

(Evaporation Method). Rumus yang digunakan untuk menghitung sedimen adalah

Keterangan:

= konsentrasi sampel erosi (mg/l)

= volume sampel erosi (ml)

= berat cawan berisi sampel erosi (gr)

= berat cawan kosong

Erosi aktual dihitung dengan rumus:

Keterangan:

= erosi (ton/ha)

= Volume air (m3/ha)

= konsentrasi erosi (mg/l)

= jumlah lubang pada kolektor

1,2 = nomor drum

Analisa tanah dilakukan untuk mengetahui sifat fisika dan kimia tanah. Untuk produksi

tanaman kayu keras, produktivitasnya diamati secara periodik dengan mengukur

pertambahan tinggi dan diameter.

Aspek Sosial Ekonomi Beberapa aspek yang dinilai adalah pendapatan penduduk, tekanan penduduk

terhadap lahan dan tingkat kesejahteraan penduduk.

Standar penilaian tingkat kesejahteraan penduduk menggunakan rata-rata

pendapatan penduduk perkapita pertahun.

Page 21: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

18

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DAS Mikro Biyonga, DAS Limboto, Gorontalo Lokasi yang dipilih adalah sub DAS Biyonga yang secara administratif terletak di

Kelurahan Biyonga, Kec. Limboto, Kab. Gorontalo.

Hidrologi

Luas daerah tangkapan air DAS Mikro Biyonga adalah 143,1 ha. Rata-rata curah hujan tahunan 1196,5 mm/thn, dan berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson termasuk dalam tipe iklim E (agak kering) dengan nilai Q = 1,38. Suhu udara berkisar 22-33

oC atau rata-rata suhu tahunan adalah 26,76

oC. Kelembaban udara rata-rata 79,71%.

Vegetasi penutup berupa semak belukar, pohon kelapa, pohon kemiri, pemukiman, ladang dan kebun campuran.

Kebutuhan masyarakat akan air untuk kebutuhan sehari-hari diperoleh dari air sungai. Panjang sungai utama adalah 3,76 km, dengan kerapatan drainase 0,39 km/km

2.

Kerapatan drainase ini termasuk kategori sedang, artinya DAS memiliki drainase yang baik, penggenangan maupun kekeringan relatif kecil. Untuk kebutuhan kegiatan pertanian, masyarakat mengandalkan air hujan. Petani melakukan kegiatan tanam menanam pada masa awal musim penghujan sampai menjelang musim kemarau.

Tanah

Jenis tanah yang terdapat di DAS Mikro Biyonga adalah Inceptisol. Hasil analisis

sifat fisika dan kimia tanah pada DAS Mikro Biyonga Gorontalo dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 8. Hasil analisis laboratorium sifat kimia tanah dan fisika tanah

No. Sifat fisika dan kimia Nilai (kriteria)

1 PH (H2O) 6,7 - 6,9 (Netral)

2 N-total (%) 0,02-0,03 (Sangat Rendah)

3 P-tersedia (ppm) 1,93 – 2,51 (Sangat Rendah)

4 K tersedia (ppm) 11,39 – 16,50

5 C organik ( %) 0,36 - 1,16 (sangat rendah - Rendah)

6 KTK (Me/100g) 15,85 – 35,00 (Rendah-Tinggi)

7 Porositas (%) 37,56 – 43,70

8 Salinitas 0,30-0,60

Kondisi fisik mikro DAS Biyonga

Page 22: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

19

9 BJ (g/cm3) 2,34 – 2,54

10 BV (g/m3) 1,37 – 1,54

11 Pereiabilitas (cm/jam) 1,21 – 3,72 (agak Lambat – sedang)

12 Kemantapan Agregat (%) 24,79 – 61,24

13 Tekstur Lempung berdebu

Kedalaman efektif tanah cukup dalam, berkisar 60 sampai 130 cm. Hal ini

menunjukkan erosi yang terjadi di lokasi penelitian belum terlalu berat. Kedalaman efektif

merupakan kedalaman tanah yang masih dapat ditembus oleh akar tanaman

(Hardjowigeno, 2003).

Menurut Kartasapoetra (1991), tanah dengan tekstur lempung baik untuk

usahatani, sedangkan kandungan debu dan liat tinggi mempunyai kemampuan tinggi untuk

mengikat air. Dengan demikian tanah mempunyai kemampuan yang baik untuk mengikat

air.

Nilai KTK rendah sampai sedang. Nilai KTK yang rendah dapat diartikan

kemampuan tanah yang rendah untuk menyerap dan menyediakan unsur hara bagi

tanaman. Pemberian pupuk ke dalam tanah yang memiliki KTK rendah kurang efektif

karena unsur hara akan mudah hilang oleh pencucian. Nilai KTK dapat ditingkatkan dengan

pemberian bahan organik dan tanah dengan kandungan liat tinggi karena mempunyai

kemampuan menyerap unsur hara yang tinggi.

Sosial Ekonomi

Sebagian besar penduduk di DAS mikro Biyonga bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebesar 38,7 %, buruh tani 44,42% sedangkan sisanya adalah pedagang 6,56 %, PNS/ABRI 10,94 % .

Besarnya pendapatan penduduk yang bertempat tinggal di wilayah DAS Mikro Biyonga, Gorontalo berkisar antara Rp 1.290.000,- sampai Rp 6.860.000,- per tahun per kepala keluarga. Rata-rata pendapatan Rp 2.423.050,- per tahun per kepala keluarga. Dari hasil analisis data sekunder tahun 2009 55,82 % kepala keluarga termasuk keluarga pra sejahtera.

Kelembagaan

Institusi/lembaga formal yang berperan dalam kegiatan rehabilitasi lahan dan

konservasi tanah dalam rangka pembangunan Sub DAS Ujicoba adalah Pemerintah Daerah

seperti Dinas Kehutanan dan Pertambangan kabupaten Gorontalo di Limboto, Dinas

Kehutanan Provinsi Gorontalo maupun Balai Pengelolaan DAS Bone Bolango. Adapun

lembaga formal maupun non formal pada DAS Mikro Biyonga, Gorontalo yaitu LKMD/BPD,

PKK, KUD/KOPTAN, LSM, lembaga adat, PPL dan kelompok tani. Kelompok tani merupakan

lembaga yang paling dekat dan besar pengaruhnya dalam kegiatan rehabilitasi lahan dan

konservasi tanah.

B. DAS Mikro Sofifi, DAS Oba Maluku Utara Areal Model DAS Mikro (MDM) Oba termasuk di Satuan Wilayah Pengelolaan (SWP)

DAS Oba. DAS Oba secara administrasi pemerintahan termasuk dalam wilayah Kecamatan

Page 23: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

20

Oba Utara, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara. Luas daerah tangkapan

(cathment area) DAS Oba ± 25.318,66 Ha.

Menurut Peta Tanah Tinjau dari Lembaga Penelitian Tanah (LPT) Bogor (1972) jenis tanah yang terdapat di areal MDM adalah jenis organosol dengan tekstur tanah dominan liat debu berpasir dengan solum tanah 45 cm s/d 100 cm. Berdasarkan hasil analisis kadar bahan organik tanah, menunjukkan bahwa areal MDM Oba mempunyai kemampuan tanah yang tergolong tinggi serta kemantapan struktur tanah tergolong cukup baik. Kemantapan struktur tanah berkaitan dengan mudah tidaknya tanah terdispersi dan aliran airnya menunjukkan mudah tidaknya tanah tererosi.

Penutupan Lahan

Kawasan hutan MDM Oba seluas 273 ha didominasi oleh kawasan hutan konservasi.

Sedangkan areal SWP DAS Oba didominasi oleh hutan lahan kering sekunder yakni seluas

615,120 ha atau sekitar 70,73 %. Keterangan lengkap dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 9. Pola penggunaan lahan di areal SWP DAS Oba

No. Penggunaan Lahan Das Oba 1 (Ha) Prosentase (%)

1 Hutan Lahan Kering Primer - -

2 Hutan Lahan kering Sekunder 615,120 70,73

3 Hutan Mangrove Primer 57,149 6,57

4 Hutan Mangrove Sekunder 82,389 9,47

5 Hutan Rawa Primer - -

6 Permukiman - -

7 Pertanian Lahan Kering 87,555 10,07

8 Pertanian Lahan Kering Cp - -

9 Semak / Belukar 27,463 3,16

Jumlah Total 869,676 100

Hidrologi

Curah hujan di wilayah MDM Oba diukur melalui stasiun BMG Kota Ternate. Curah hujan di daerah ini termasuk sedang dengan intensitas curah hujan tahunan rata-rata sebesar 184,6 mm. Musim hujan berlangsung dari bulan Nopember hingga Januari, sedang bulan lainnya merupakan bulan-bulan dengan curah hujan yang rendah.

Hasil analisis curah hujan menunjukkan bahwa bulan basah terjadi pada bulan Desember (280,10 mm) sedang bulan kering terjadi pada bulan Agustus (67,40 mm).

Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk di wilayah MDM Oba yakni Desa Bukit Durian dan Desa Ampera

sebanyak 1.546 jiwa terbagi dalam 398 kepala keluarga.

Mata pencaharian penduduk umumya adalah bertani (97,03 %) selebihnya adalah

pegawai, pedagang dan kegiatan lainnya.

Page 24: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

21

Kelembagaan

Secara formal kelembagaan yang ada di Desa Bukit Durian adalah lembaga pemerintahan Kelurahan, LKMD/BPD dan PKK. Sedangkan di Desa Ampera kantor kelurahan

pun belum ada, hal ini disebabkan Desa Ampera merupakan desa baru hasil pemekaran dari

Desa Bukit Durian.

C. Mikro DAS Bilobon, DAS Poigar, Sulawesi Utara

Sub DAS Bilobon, DAS Poigar secara administrasi masuk dalam wilayah Desa Pomoman,

Kec. Poigar Kab. Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara. Luas Sub DAS Bilobon

berdasarkan pemetaan manual adalah ± 1456,44 ha. Bentuk DAS Agak Lonjong dengan

kerapatan drainase sedang dan panjang sungai utamanya ±9-11 Km.

Hidrologi

Desa Pomoman berada pada ketinggian ±500 mdpl. Termasuk dalam tipe iklim C

berdasarkan tipe schmidt dan fergusson dengan jumlah rata-rata hujan tahunan 1.005

mm/th. Temperatur rata-rata bulanan 24,6 ºC - 27,3 ºC dengan kelembaban udara relatif

tahunan rata-rata 85 – 93% Rh. Jenis tanah didominasi oleh jenis tanah latosol. Topografi

bervariasi dari kelas lereng II (8-15%) s/d kelas lereng V (> 40%). Luas Desa Pomoman ±

38,75 km2 atau ± 12% dari total luas Kec Poigar.

Pada tahun 2009 ini, dilokasi penelitian di Desa Pomoman dilaksanakan pembangunan

Mikrohidro. Pembangunan Mikro Hidro Elektrik (PLTMH) merupakan salah satu upaya

memberikan hasil nyata keberadaan hutan sebagai penghasil dan pengatur tata air bagi

masyarakat sekitar. Sehingga diharapkan akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

upaya pelestarian sumberdaya hutan

Hasil analisa tanah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10. Hasil analisis laboratorium sifat kimia tanah dan fisika tanah

No Sifat fisika dan kimia Nilai (kriteria)

1 PH (H2O) 5,2-5,6 (Masam-Agak Masam)

kondisi penggunaan lahan mikro DAS Bilobon di Desa pomoman

Page 25: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

22

2 N-total (%) 0,04-0,06 (Sangat Rendah)

3 P-tersedia (ppm) 8,96-18,44 (Sangat Rendah-sedang)

4 K tersedia (ppm) 9,16-12,63 (Sedang)

5 C organik ( %) 1,09-2,29 (Rendah-sedang)

6 KTK NH4AC(Me/100g) 5,11-15,38 (Rendah)

7 Permiabilitas (cm/jam) 0,4-2,7 (Lambat - sedang)

8 Tekstur Lempung liat berdebu dan liat

9 Struktur granuler

Menurut data tabel di atas, dengan tekstur tanah lempung liat berdebu maka

pertanian cocok dikembangkan di daerah ini. Namun perlu ditambahkan bahan organik dan

tanah dengan kandungan liat tinggi untuk meningkatkan nilai KTK, agar unsur hara mudah

diserap tanaman.

Sosial Ekonomi

Desa Pomoman memiliki penduduk sebanyak ± 368 jiwa terdiri dari 204 jiwa laki-

laki dan 164 jiwa perempuan yang terbagi dalam 104 rumah tangga dengan rata-rata

anggota rumah tangga 3,54 jiwa.

Kepadatan penduduk masih tergolong rendah yaitu 9,5 jiwa/km2. Pola

pemukiman penduduk adalah mengumpul atau terkonsentrasi pada suatu areal tertentu.

Matapencaharian sebagian besar masyarakat adalah petani, selebihnya adalah buruh,

pedagang, PNS/ABRI. Hasil panen jagung ataupun padi ladang sudah habis dalam jangka 3

s/d 5 bulan, sisa 7 s/d 9 bulan petani harus membeli beras. Perkerjaan sampingan yang

biasa dilakukan adalah tukang ojek.

Klasifikasi Tipologi dan Kerawanan Pengelolaan DAS

No Uraian/Variabel Nilai Ket

1 Sensitifitas kewilayahan 2 Rendah Luas sub DAS < 150.000 ha, lintas kab

dalam satu provinsi

2 Sensitifitas lahan

terhadap degradasi DAS

3- 5 (Sedang

sampai tinggi)

Bentuk /sistem lahan,

perbukitan/penggunungan.

penutupan Lahan

- HP/perkebunan = 3

- Pemukiman = 4

- Tegalan = 5

3 Kerawanan Tekanan

Penduduk 3 (sedang) Penduduk jarang, keg/struktur ekonomi

pertanian

4 Kerawanan ekonomi

DAS 5 (Tingggi) Pendapatan rendah, Pertumbuhan

ekonomi rendah

5 Skala Kerawanan sosek tinggi

Kerawanan ekonomi tinggi

Kerawanan tekanan penduduk sedang

Page 26: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

23

6 Tipologi Chactmen area 4 (tinggi)

Kerawanan lahan sedang

Kerawanan sosek tinggi

(DAS termasuk pada tingkat kerawanan

lahan dan Sosek tinggi, tingkat

kerawanan lahan sedang dan sosek

sedang)

7 Kerawanan /sensitifitas

banjir

3 (sedang)

Dengan asumsi = curah hujan < 200 mm

, Kerawanan cathcmen = tinggi (3)

Maka klasifikasi tipologi banjir termasuk

dalam ketegori sedang

8 Tipologi DAS Kategori 1-2 Tipologi wilayah = 2 rendah

Tipologi banjir = 3 sedang

Berdasarkan hal tersebut, maka tipologi

DAS termasuk tipologi DAS Kategori 1-2

yakni DAS yang Kinerja Baik (tidak

rawan/tidak terdegradasi)

Berdasarkan informasi/data tabel analisis sidik cepat degradasi Sub DAS diatas

diketahui bahwa, tipologi Sub DAS Bilobon, DAS Poigar di Desa pomoman termasuk dalam

tipologi DAS ketegori 1-2 yang berarti bahwa sub DAS dengan kinerja Baik (tidak

rawan/tidak terdegradasi).

IV. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan di tiga lokasi (Sub DAS Biyonga, Sub DAS Sofifi dan Sub DAS

Bilobon), umumnya merupakan lokasi dengan masyarakat bermata pencaharian utama pertanian dengan pendapatan dan tingkat kesejahteraan rendah. Permasalahan mendasar selain persoalan biofisik adalah kondisi masyarakat yang serba terbatas (modal maupun pengetahuan), ketergantungan yang tinggi terhadap lahan, dan keraguan masyarakat akan kepastian usaha. Jika ditinjau dari aspek biofisik, topografi yang umumnya berat dan sumber mata air, maka hulu DAS / DAS mikro sangat peka terhadap perubahan. Karakter alami ketiga DAS mikro termasuk kategori DAS kepulauan dengan ciri panjang sungainya yang relatif pendek, langsung bermuara ke laut, pola aliran dendritis dan kerapatan drainase berkisar 0,39 sehingga rentan terhadap banjir.

Pengelolaan DAS Mikro harus didasarkan pada kondisi spesifik dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang secara langsung terkait dengan jasa hutan sebagai unsur utama DAS hulu.

DAFTAR PUSTAKA

Page 27: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

24

Arsyad, S.1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB. Bogor.

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada Univeristy Press.

Yogyakarta.

Balithut Manado, 2008. Sistem Karakterisasi Tingkat Sub DAS. Laporan Hasil Penelitian (tidak

diterbitkan)

BPDASAke Malamo, 2009. Draft Rencana Induk Pembangunan Model DAS Mikro Ake Kolano –

Tidore Kepulauan. Ternate. Maluku Utara

Departemen Kehutanan. 2000. Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Ditjen RLPS Dit. RLKT. Departemen Kehutanan. 2001. Pedoman Penyelenggaraan

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. DitJen. RLPS. Dit. RLKT. Jakarta.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan RI, 2000. Pedoman Survey Sosial Ekonomi Kehutanan

Indonesia (PSSEKI). P2SE. Bogor

Dixon, J.A., K.W. Easter. 1986. Integrated Watershed Management : An Approach to Resource

Management. In. K.W. Easter, J.A. Dixon, and M.M. Hufschmidt. Watershed Resources

Management. An Integrated Framework with Studies from Asia and the Pasific. Studies

in Water Policy and Management, No. 10.

Hagey, R.S. 2002. Guest Editorial : The Use and Abuse of Participatory Action Research.

http://www.hc-qc.ca/pphb-dgspsp/publicate/cdic-mcc/18-1/a e.html

Hall. B. 1981. Participatory Action Research, Popular Knowledge and Power : A Personal

Reflection. Convergence.

Huizer, G. 1997. Participatory Action Research and People’s Participation : Introduction and

Case Studis. Third World Centre. Catholic University of Nijmegen. The Netherlands.

Hunggul, Dkk, 2009. Sistem implementasi Pengelolaan DAS skala Mikro, Draft final Buku sistem

pengelolaan DAS (belum diterbitkan)

O’hara. P. Rhonaken. 2004. Course Module : Participatory Action Research for Community Based Natural Resources. RECOFT. Bangkok.

Paimin, 2004. Sistem Karakterisai Daerah Aliran Sungai. Revisi Usulan Kegiatan Penelitian (UKP).

Tidak Diterbitkan. BPPTPDAS IBB. Surakarta Paimin. 2004. Sistem Karakteristik Daerah

Aliran Sungai (DAS). (Revisi, Juli 2004). Departemen Kehutanan, Badan Penelitian Dan

Pengembangan Kehutanan. Surakarta.

Selener, D. 1997. Participatory Action Research and Social Change. The Cornell Participatory Action Research Network. Cornell University. Ithaca. New York.

Page 28: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

25

Seyhan, E. 1977. Fundamentals of Hydrology. Terjemahan. S. Subagyo. 1990. Dasar-Dasar

Hidrologi. Gajah Mada Univ. Press.

Seyhan, E. 1993. Dasar-Dasar Hidrologi (edisi Indonesia-cetakan kedua). Gajah Mada University

Press, Bulaksumur, Yogyakarta.

Sheng, T.C. 1986. Watershed Management Planning : Practical Aproaches. In. Strategies,

approaches, and systems in integrated watershed management. FAO Conservation

Guide 14. FAO,UN. Rome

Sheng, T.C. 1990. Watershed Management Field Manual. Watershed survey and planning. FAO

Conservation Guide 13/6. FAO,UN. Rome

Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri; Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan dan Menteri

Pekerjaan Umum, No.19 tahun 1984 – No.059/Kpts-II/1984 – No.124/Kpts/1984 tanggal

4 April 1984, tentang Penanganan Konservasi Tanah Dalam Rangka Pengamanan Daerah

Aliran Sungai Prioritas.

TKPSDA, 2003. Pedoman Teknis Pengelolaan DAS Terpadu. Draft final sekretariat TKPSDA.

Jakarta

Page 29: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

26

Analisa Pertumbuhan Tegakan Hutan Alam Bekas Tebangan dan Tanaman Pengayaan

di Maluku Utara dan

Pertumbuhan Tegakan Hutan Alam Sekunder di Sulawesi Utara dan Gorontalo

Tahun 2009

Sentot Adi Sasmuko

ABSTRAK

Dalam rangka mendukung program Pengelolaan Hutan Lestari (Sustainable Forest

Management), salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan megetahui gambaran pertumbuhan tegakan di setiap lokasi dan tipe hutan. Data-data pengukuran pertumbuhan tegakan menjadi input bagi pengelolaan hutan yang bersangkutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui riap tegakan hutan alam bekas tebangan dan tanaman pengayaan di Maluku Utara dan hutan alam sekunder di Sulawesi Utara.

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa meskipun tidak ada pemeliharaan terhadap tanaman pengayaan, masih ada jenis yang tumbuh baik di tiga lokasi pengayaan. Pada lokasi bekas jalan sarad, riap tinggi dan diameter untuk jenis Palaquium sp. adalah 49,75 cm dan 0,38 cm. Pada lokasi tanah kosong riap tinggi dan diameter untuk jenis Palaquium sp. adalah 18,12 cm dan 0,44 cm, Shorea sp. (7 cm dan 0,48 cm), Pometia sp. (8,63 cm dan 0,39 cm) dan Anishoptera sp. (10 cm dan 0,45 cm).

Rata-rata riap tinggi, diameter dan volume pada plot permanen Hutan Lindung Desa Tiniawangko adalah 0,07 m, 2,22 cm dan 0,50 m

3, sedangkan pada plot permanen

areal bekas tebangan PT. Bela Berkat Anugerah adalah 0,03 m, 2,4 cm dan 0,43 m3, dan

pada plot permanen hutan Produksi terbatas Tondei adalah 0,02 m, 3,67 cm dan 0,11 m3.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan pengelolaan hutan alam yang lestari (Sustainable

Forest Management) maka gambaran tentang pertumbuhan dan perkembangan serta potensi tegakan hutan harus diketahui secara jelas. Gambaran pertumbuhan, perkembangan dan potensi dapat diketahui dengan cara pembangunan dan pengukuran Petak Ukur Permanen atau Plot Permanen. Sedangkan untuk tujuan pelestarian dilakukan kegiatan pengayaan pada areal bekas tebangan. Pertumbuhan dan perkembangan tegakan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secara garis besar dikelompokan dalam tiga kelompok yaitu tempat tumbuh, genetik dan umur serta perlakuan silvikultur (Baker.1950, Davis dan Johnson, 1987 dalam Alex N. Homer 1993).

Page 30: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

27

Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka mendukung pengelolaan hutan alam produksi lestari di Maluku Utara, Sulawesi Utara dan Gorontalo. Kegiatan pengukuran pertumbuhan tegakan dilakukan pada beberapa tipe hutan di wilayah tesebut. Data-data teknis hasil pengukuran tersebut diharapkan dapat menjadi input bagi kebijakan pengelolaan hutan di wilayah masing-masing.

B. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah menyediakan data dan informasi pertumbuhan tegakan hutan alam bekas tebangan dan tanaman pengayaan di Maluku Utara dan hutan alam sekunder di Sulawesi Utara dan Gorontalo.

II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tiga lokasi yaitu areal hutan alam bekas tebangan

IUPHHK PT. Bela Berkat Anugerah, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara; Kawasan Hutan dalam KPH Model Poigar, Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara dan kawasan hutan dalam KPH Model Kwandang, Gorontalo. Penelitian dilaksanakan pada bulan April s/d Desember 2009.

B. Bahan dan Alat

Bahan dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan pembuatan plot permanen adalah GPS, kompas, phiband, haga, parang, meter rol dan alat tulis menulis, alkohol 75%, kertas koran, plastik 10 Kg, nomor pohon dan cat.

Bahan dan alat yang digunakan dalam pengukuran pertumbuhan tanaman pengayaan adalah meter rol, kaliper dan alat tulis menulis.

C. Prosedur penelitian

1. Pertumbuhan Tanaman Pengayaan

Pengukuran Tinggi dan Diameter

Kegiatan pengukuran tinggi dan diameter tanaman dilakukan pada tiga lokasi pengayaan, yaitu pada lokasi bekas jalan sarad, lokasi terbuka atau tanah kosong dan lokasi tempat penimbunan kayu atau Tpn. Pengukuran tinggi dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman pengayaan secara keseluruhan (dimulai dari pangkal batang sampai pucuk tanaman yang paling tinggi) sedangkan diameter tanaman diukur pada tinggi tanaman 10 cm dari pangkal batang.

Page 31: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

28

2. Pertumbuhan Tegakan Hutan Alam Bekas Tebangan

Pengukuran tinggi pohon dilakukan dengan mengukur tinggi pohon bebas cabang

dan tinggi total pohon, sedangkan diameter pohon diukur pada diameter setinggi dada atau 130 cm dari atas permukaan tanah.

3. Pembuatan PUP (Petak Ukur Permanen)

PUP dibuat berbentuk segi empat dengan ukuran jarak datar minimal 200 m x 200 m untuk areal bekas tebangan, sedangkan pada areal KPH model ukuran petaknya adalah 100 x 100 m.

Batas PUP berupa rintisan selebar 2 meter. Petak Pengamatan

Syarat petak pengamatan adalah di dalam petak pengamatan tidak terdapat sungai

yang lebarnya lebih dari 2 m, tidak terdapat areal kosong yang luasnya lebih dari 0,1 Ha

dan mencakup areal bekas kegiatan eksploitasi kayu (misal bekas penebangan, bekas

jalan sarad, tempat pengumpulan kayu, bekas jalan angkutan dll.) tetapi jumlah luas

areal kosong akibat kegiatan eksploitasi kayu tersebut tidak lebih dari 0,3 Ha.

Masing-masing petak pengamatan dibagi menjadi 100 buah plot ukuran jarak datar 10m

x 10m.

D. Analisa Data

Analisa pertumbuhan tegakan dilakukan dengan menghitung volume masing-

masing jenis pohon yang terdapat di dalam tegakan. Volume yang dihitung adalah volume

pohon dengan tinggi sebatas tinggi bebas cabang. Volume pohon dihitung dengan

pendekatan :

V = 1/4d². f . T

Dimana :

V : Volume

1/4d² : Luas bidang dasar

f : Angka Bentuk (0,7)

T : Tinggi bebas cabang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Tanaman Pengayaan

Jenis yang ditanam pada areal jalan sarad, Tpn dan tanah kosong adalah Shorea

sp., Pometia sp., Anisoptera sp. dan Palaquium sp. Jenis-jenis ini dipilih karena merupakan jenis komersial dan banyak tumbuh dilokasi IUPHHK PT. Bela Berkat Anugerah. Riap diameter dan tinggi dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 32: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

29

Tabel 11. Rata-rata riap jenis tanaman pengayaan pada tiga lokasi

No

Jenis

Lokasi Pengukuran

Jalan sarad TPN Tanah Kosong

Ø

(cm)

Tinggi

(cm)

Ø

(cm)

Tinggi

(cm)

Ø

(cm)

Tinggi

Cm)

1 Shorea sp. 0,48 7

2 Palaquium sp. 0,38 49,75 0,44 18,12

3 Pometia sp. 0,39

0.19

8,63

4 Anishoptera sp. 0,45 10

Catatan: Data tanaman pada lokasi TPn tidak dapat diolah karena sebagian besar tanaman patah dan mati

karena dililit liana

B. Pengukuran Tegakan dalam Plot permanen di Hutan Produksi Tetap Desa Nunuka Bolaang Mongondow Utara

Plot permanen hutan produksi tetap yang terdapat di Desa Nunuka merupakan plot permanen yang baru di buat pada tahun 2009 sehingga dari data hasil pengukuran belum dapat ditentukan riap tegakan tahunannya. Data hasil pengukuran (tinggi, diameter dan volume) pohon tersaji dalam Tabel 2. Jenis pohon yang mendominasi adalah Bintangar (Calophyllum soulatri Burm.f), Palapih (Intsia sp.), Kolaka (Parinari corymbosa Miq), Binuang (Octomeles sumatrana Miq), Cempaka (Michelia champaka), Dao (Dracontomelon

dao), Matoa (Anishoptera sp.), medang (Myristica ellipta Wall) dan Malola (Drypetes sp.)

Tabel 12. Total dan rata-rata diameter, tinggi dan volume pohon pada plot permanen HPT Nunuka

No

No

Keterangan (cm) Ø (m) T (m) V (m³)

1 Total/ha 49,90 2350,50 126,72

2 Rata-rata/Pohon 0,23 11,30 0,61

C. Pengukuran Tegakan dalam Plot Permanen di Hutan Konservasi Desa Singsingon Gunung Ambang

Jenis pohon yang mendominasi plot permanen hutan konservasi Desa Singsingon

adalah wetes (Ficus Annalata Bl), matoa (Pometia sp.), cempaka (Michelia champaca L.), malola (Drypetes sp.), rupet (Ficus pubinervis Bl), ipil (Planchonia valida Bl) dan wusel (Elattostachys zippeliana R). Plot permanen ini merupakan plot yang di buat pada tahun 2009 sehingga belum diketahui riap tegakan tahunannya.

Tabel 13. Total dan rata-rata diameter, tinggi dan volume pohon pada plot permanen hutan konservasi Gunung Ambang

No

No

Keterangan (cm) Ø (m) T (m) V (m³)

1 Total/ha 65,40 2.821 141,73

2 Rata-rata/Pohon 0,24 10,29 0,53

Page 33: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

30

D. Pengukuran Tegakan dalam Plot Permanen Hutan Produksi Terbatas KPH Model Poigar di Desa Inoboto Bolaang Mongondow

Plot permanen hutan produksi terbatas yang terdapat pada areal KPH Model Poigar Desa Inoboto II didominasi oleh jenis kenari hutan (Canarium balsamiferum), Gofasa (Vitex glabrata), dao (Dracontomelon dao), kayu kambing (Garuga floribunda), linggua (Pterocarpus indicus), krikis (Mimosops elengi), kapuk (Ceiba petandra), dan mangga hutan (Mangifera odirata). Dibandingkan dengan plot lain, plot permanen hutan produksi terbatas (HPT) pada KPH Model Poigar memiliki rata-rata dan total diameter, tinggi dan volume lebih kecil, hal ini disebabkan adanya perambahan dan kebakaran hutan sehingga tegakan dalam plot didominasi oleh pohon pada tingkat tiang. Plot permanen ini dibuat pada tahun 2009 sehingga belum ada data riap tahunan. Rata-rata dan total diameter,

tinggi dan volume dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 14. Total dan rata-rata diameter, tinggi dan volume pohon pada plot permanen HPT Inoboto

No

No

Keterangan (cm) Ø (m) T (m) V (m³)

1 Total/ha 28,35 1085,5 55,57

2 Rata-rata/Pohon 0,24 9,04 0,46

E. Pengukuran Tegakan dalam Plot Permanen Hutan lindung Desa Tiniawangko dan Hutan Produksi Terbatas Desa Tondei KPH Model Poigar, Minahasa Selatan dan Hutan Alam Bekas Tebangan PT. Bela Berkat Anugerah Desa Kaputusang Halmahera Selatan Maluku Utara

Jenis pohon yang mendominasi plot permanen pada areal LOA (Logged Over Area)

IUPHHK adalah jenis Shorea sp, Palaquium sp., Octomeles sumatrana, Anisoptera spp., Dilenia spp., Baringtonia spp., dan Canarium spp. Jenis pohon yang mendominasi plot permanen hutan lindung lolombulan Desa Tiniawangko adalah Nyatoh (Palaquium sp.), Bugis (Koordersiodendron pinnatum Mer), Kananga (Kananga odorata), dao (dracontomelon dao), kapuk (Ceiba petandra), kapur (Dryobalanops fusca), wusel (Elattostachys zippeliana R), wetes (Ficus annalata Bl), durian (Durio zibetinus), rupet (Ficus pubinervis Bl), ipil (Planchonia valida Bl). Sedangkan yang mendominasi plot permanen Hutan Produksi Terbatas Desa Tondei adalah pedu (Evodia celebica Miq), kenanga (Kananga odorata), cempaka (Michelia champaca L.), binuang (Octomeles sumatrana Miq), ares/aras (Duabanga moluccana BL).

Tabel 15. Rata-rata riap diameter, tinggi dan volume pohon pada plot permanen hutan lindung desa Tiniawangko

No

No

Keterangan Ø (m) T (m) V (m³)

1 Rata-rata Total/ha 90,23 4.139 810,00

2 Rata-rata/Pohon 0,43 19,93 3,86

3 Rata-rata riap/pohon 0,07 2,22 0,50

Page 34: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

31

Tabel 16. Rata-rata riap diameter, tinggi dan volume pohon pada plot permanen Hutan Produksi Terbatas desa Tondei

No

No

Keterangan Ø (m) T (m) V (m³)

1 Rata-rata Total/ha 2764 54,510 120,000

2 Rata-rata/Pohon 10,510 0,205 0,455

3 Rata-rata riap/pohon 3,670 0,023 0,110

Tabel 17. Rata-rata riap diameter, tinggi dan volume pohon pada plot permanen hutan alam bekas tebangan Maluku Utara

No

No

Keterangan Ø (m) T (m) V (m³)

1 Rata-rata Total/ha 43,39 2.902,33 174,76

2 Rata-rata/Pohon 0,27 18,00 1,09

3 Rata-rata riap/pohon 0,03 2,40 0,43

F. Pengukuran Tegakan dalam Plot permanen Hutan Produksi Tetap KPH Model

Kwandang Gorontalo

Plot permanen hutan produksi tetap yang terdapat pada areal KPH Model Kwandang Desa Boalemo Kwandang didominasi oleh jenis pohon mahoni (Swietenia sp.), Bugis (Koordersiodendron pinnatum Mer), dao (dracontomelon dao), kapur (Dryobalanops fusca), cempaka (Michelia champaca L.), lasi (Lansium domesticum), bunga (Modhuca philippinensis) dan mangga hutan (Mangifera odorata). Plot permanen ini dibuat pada tahun 2009 sehingga tidak ada data riap tahunan.

Tabel 18. Total dan rata-rata diameter, tinggi dan volume pohon pada plot permanen HPT KPH Model Kwandang

No

No

Keterangan (cm) Ø (m) T (m) V (m³)

1 Total/ha 73,89 3468 253,68

2 Rata-rata/Pohon 0.29 13,38 0,97

Page 35: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

32

IV. KESIMPULAN

1. Rata-rata riap tinggi dan diameter pada tanah kosong untuk jenis Shorea sp. Adalah 7

cm dan 0,48 cm, Palaquium sp. (18,12 cm dan 0,44 cm), Pometia sp. (8,63 cm dan 0,39 cm) dan Anishoptera sp. (10 cm dan 0,33 cm). Sedangkan rata-rata riap tinggi dan diameter jenis Palaquium sp. pada lokasi jalan sarad adalah 49,75 cm dan 0,39 cm.

2. Rata-rata riap tinggi, diameter dan volume tegakan plot permanen Hutan Lindung Desa Tiniawangko areal KPH Model Poigar adalah 2,22 m, 0,07 m dan 0,50 m

3.

3. Rata-rata riap tinggi, diameter dan volume tegakan plot permanen Hutan Produksi Terbatas Desa Tondei areal KPH Model Poigar adalah 3,67 m, 0,023 m dan 0,11 m

3.

4. Rata-rata riap tinggi, diameter dan volume tegakan plot permanen hutan alam bekas tebangan areal PT. Bela Berkat Anugrah Maluku Utara adalah 2,4 m, 0,03 m dan 0,43 m

3.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2002. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 4795 tahun 2002 tentang Kriteria dan

Indikatior Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari pada Unit Pengelolaan. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Chairil. A.S, N. Djaingsastro dan O. Satjapradja, 1991. Model pertumbuhan Acacia mangium

Wild berumur 27 bulan di Tanjung Bintang, Lampung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Bogor. Buletin Penelitian Hutan No. 534.

Cocran. W.G. 1983. Sampling Techniques 2nd. John Wiley & Sons. Inc. New York. Departemen Kehutanan. 1989. Pedoman Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI). Direktorat

Jenderal Pengusahaan Hutan, Departemen Kehutanan. Jakarta. Departemen Kehutanan, 1992. Manual Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Herbagung, A. Suharlan dan Djamhuri. 1985. Model Penaksiran Isi Dolok Pohon Mahoni Daun

Lebar (Swietenia macrophylla King) di KPH Tasikmalaya. Buletin Penelitian Hutan No. 469.

Husch, B. 1963. Forest Measuration And Statistics. The Ronald Press Company. New York. Kartodihardjo, H. 1999. Masalah Kebijakan Pengelolaan Hutan Alam Produksi. Pustaka Latin.

Jakarta. Korsgaard, S. 1989. The standtable projection simulation model. In: Wan Razak, M., H.T.

Chan, and S. Appanah (Editors). 1989. Proceedings of the Seminar of Growth and Yield in Tropical Mixed/Moist Forest, 20-24 June 1988, Kuala Lumpur. Forest Research Institute Malaysia, Kepong.

Kuswandi, R., Encep R., Abdullah T., Bambang N., Yulius D.N., 2001. Kajian Awal Sistem

Silvikultur Alternatif dalam pengelolaan Hutan Produksi Australasia di Papua. Proseding Seminar Ekspose Hasil Penelitian BPK Manokwari. Balai Penelitian Kehutanan. Manokwari.

Page 36: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

33

Odum, E. P., 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Bulaksumur, Yogyakarta. (Terjemahan).

Poole, R. W., 1974. An Introduction to Quantitative Ecology. MacGraw-Hill. Kogashuka, Ltd.

Tokyo. Japan. Rachman, E. 1989. Tabel volume bebas cabang Pometia acuminata Radlk di Kelompok Hutan

Warbiadi CDk Manokwari. Balai Penelitian Kehutanan Manokwari. Matoa Vol. 2. No.1 Rinaldi I., 2003. Model Dinamika Struktur Tegakan untuk Pendugaan Hasil di HPH PT.

Intracawood Manufacturing Kalimantan Timur. Laporan Hasil Penelitian. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam (Tidak diterbitkan).

Siapno I.B., 1970. Guide for The Injury Study. Hand Book of Selective Logging, 2nd edition.

Manila, Phillipines. Soemarna, K dam Y. Soediono. 1976. Inventarisasi Hutan. Lembaga Penelitian Hutan. Bogor. Soerianegara, I. 1977. Pengelolaan Sumberdaya Alam Bagian I. SPS IPB. Bogor. Suhendang, E. 1993.Penerapan model dinamika struktur tegakan hutan alam yang mengalami

penebangan dalam pengaturan hasil dengan metode jumlah pohon. Fakutas Kehutanan IPB.

Thaib, J. dan R.S. Soenarso, 1981. Evaluasi Kerusakan Hutan Bekas Tebangan di Areal HPH.

Proceeding Lokakarya Sistem Silvikultur TPTI. Direktorat Jenderal RRL. Ditjen Kehutanan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Vanclay, J.K. 1994. Modelling forest growth and yield; Applications to Mixed Tropical Forest

CAB International. Wallingford, U.K.

Page 37: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

34

Identifikasi Jenis Flora Potensial dan Endemik pada Kawasan Konservasi di Cagar Alam Gunung Ambang,

Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan

Kawasan Aketajawe pada Taman Nasional Aketajawe Lolobata

Julianus Kinho

ABSTRAK

Sulawesi dan Halmahera merupakan kawasan penting di wilayah biogeografi Wallacea dengan keunikan tersendiri membuat daerah ini menjadi perhatian utama dalam mempelajari ekosistem Wallacea. Kedua kawasan ini diyakini memiliki tingkat keanekaragaman flora yang tinggi karena endemisitasnya. Tingginya endemisitas di kedua daerah ini disebabkan oleh adaptasi organisme terhadap lingkungan, keunikan sejarah, geologi dan isolasi geografi yang mendorong banyak spesies flora mengalami spesiasi. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data dan informasi tentang jenis flora potensial dan endemik pada kawasan konservasi di Cagar Alam Gunung Ambang, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan Kawasan Aketajawe pada Taman Nasional Aketajawe Lolobata.

Penelitian ini dilaksanakan menurut prosedur penelitian deskriptif dengan teknik survey menggunakan transek irregular non sistematis. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada kawasan Cagar Alam Gunung Ambang terdapat sedikitnya 166 jenis tumbuhan yang terdiri dari 116 jenis pohon, 12 jenis palem, 9 jenis rotan, 3 jenis herba epifit, 12 jenis herba terestrial, 12 jenis perdu dan 2 jenis liana. Pada kawasan hutan SPTN II Maelang khususnya di sekitar Sungai Tobaang, gunung kayu manis dan gunung kosibag pada kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone terdapat sedikitnya 109 jenis tumbuhan dari 49 famili. Jenis-jenis tumbuhan yang dijumpai meliputi pohon 51 jenis, perdu 2 jenis, rotan 15 jenis, palem 8 jenis, liana 4 jenis, herba terestrial 24 jenis, herba epifit 3 jenis, herba yang berdasarkan cara hidupnya dikategorikan herba terestrial dan herba epifit 2 jenis. Pada kawasan hutan Desa Kobe pada SPTN I menunjukan bahwa diketahui terdapat ± 115 jenis tumbuhan dari 42 famili. Jenis-jenis tumbuhan yang dijumpai meliputi 83 jenis pohon, 3 jenis rotan, 7 jenis perdu, 10 jenis palem, 1 jenis liana, 9 jenis herba terrestrial, 1 jenis herba epifit dan 1 jenis herba yang berdasarkan cara hidupnya dapat dikategorikan herba epifit dan terestrial.

Page 38: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

35

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sulawesi merupakan pulau terbesar dan terpenting dalam sub-wilayah biogeografi

Wallacea bahkan Cannon dkk. (2007) menyebut Sulawesi sebagai ekoregion prioritas keanekaragaman hayati. Cagar Alam Gunung Ambang dan Taman Nasional Bogani Nani wartabone merupakan kawasan konservasi dibagian utara Pulau Sulawesi yang terletak di Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Gorontalo.

Halmahera sebagai pulau terbesar dalam gugusan kepulauan di Maluku membentuk sub kawasan Moluccas yang berdasarkan studi fitogeografi sebelumnya (sejarah geologi), sub kawasan ini memiliki hubungan kesamaan dengan Sulawesi dan Filipina (Heatubun, 2005). Taman Nasional Aketajawe Lolobata merupakan salah satu kawasan konservasi di Halmahera yang masih menyimpan berbagai keanekaragaman hayati termasuk keragaman jenis flora yang belum terungkap dan teridentifikasi.

Informasi tentang keragaman jenis flora potensial dan endemik di bioregion Wallacea pada ekoregion Sulawesi dan ekoregion Maluku sangat penting untuk mengungkap keragaman jenis flora potensial dan endemik dan keberadaan taksa-taksa di Sulawesi dan Halmahera, khususnya di Cagar Alam Gunung Ambang, TN. Bogani Nani Wartabone dan kawasan Aketajawe di TN. Aketajawe Lolobata.

B. Tujuan

Memperoleh data dan informasi keragaman jenis flora potensial dan endemik pada kawasan konservasi di Cagar Alam Gunung Ambang, TN. Bogani Nani Wartabone dan kawasan Aketajawe pada TN. Aketajawe Lolobata.

II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dilaksanakan pada tanggal 6 s/d 15 Agustus 2009, Cagar Alam Gunung Ambang pada tanggal 17 s/d 26 November 2009 dan Kawasan Aketajawe pada Taman Nasional Aketajawe Lolobata pada tanggal 15 s/d 24 Desember 2009.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70% dan alkohol 95 %, kertas koran, hand book, kantong spesimen berukuran 40 cm x 60 cm atau 60 cm x 100 cm serta kantong plastik dengan berbagai ukuran yang lebih kecil, tally sheet, tali rafia, etiket gantung, selotip/lackband dan polybag. Sedangkan Peralatan yang di gunakan yaitu peta kerja/peta kawasan, GPS, galah, parang, kamera digital, binokuler, alat tulis menulis, loupe, gunting stek, parang, kompas, haga meter, roll meter dan mini caliper (sigmat).

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan menurut prosedur penelitian deskriptif dengan teknik survey menggunakan transek irregular non sistematis.

Jenis flora yang dijumpai diidentifikasi dan dibuat spesimen herbariumnya untuk jenis yang belum diketahui.

Page 39: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

36

Spesimen herbarium yang dikumpulkan selanjutnya diidentifikasi lebih lanjut di Herbarium Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor, Herbarium Bogoriense (BO), Royal Botanical Garden Edinburgh (E).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Cagar Alam Gunung Ambang

Keragaman jenis tumbuhan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang terdapat sedikitnya 166 jenis tumbuhan yang terdiri dari 116 jenis pohon, 12 jenis palem, 9 jenis rotan, 3 jenis herba epifit, 12 jenis herba terestrial, 12 jenis perdu dan 2 jenis liana. Daftar Jenis Tumbuhan yang ditemukan di Cagar Alam Gunung Ambang dapat dilihat pada pada Tabel 1.

Tabel 19. Jenis tumbuhan yang ditemukan di CA. Gunung Ambang

No Nama ilmiah Famili Kate gori Status Ket

1 Koordersiodendron pinnatum Merr. Anacardiaceae Pohon

2 Buchanania arborescens (Bl.) Bl. Anacardiaceae Pohon

3 Cananga odorata (Lamk.)

Hk.f.Thomas

Annonacea Pohon

4 Polyathia elliptica Annonacea Pohon NR

5 Polyathia grandiflora Annonacea Pohon NR

6 Polyathia glauca Annonacea Pohon NR

7 Polyathia rumphii Annonacea Pohon NR

8 Poyathia lateriflora Annonacea Pohon NR

9 Ochrosia acuminata Apocynaceae Pohon NR

10 Alstonia scholaris (L) R.Br. Apocynaceae Pohon

11 Alstonia macrophylla

Wall.ex.G.Don

Apocynaceae Pohon

12 Alstonia angustifolia Wall.ex.A.Dl Apocynaceae Pohon

13 Aralia sp1. Araliaceae Herba

terres-

trial

14 Aralia sp2. Araliaceae Herba

terres-

trial

15 Caryota rumphiana Arecaceae Palem

16 Caryota miltis Arecaceae Palem

17 Licuala sp. Arecaceae Palem

18 Livistona sp. Arecaceae Palem

19 Orania sp. Arecaceae Palem

20 Pigafetta filaris Arecaceae Palem L

21 Cyrtostachis lorial Arecaceae Palem

Page 40: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

37

22 Areca pinnata Arecaceae Palem

23 Areca vestiaria Giseke. Arecaceae Palem E:S

24 Livistona rotundifolia Arecaceae Palem

25 Pinanga caesia Arecaceae Palem

26 Pinanga celebica Arecaceae Palem E:S

27 Impatiens balsamina Balsaminaceae Herba

terres-

trial

28 Begonia aptera Begoniaceae Herba

terres -

trial

29 Begonia koordersii Begoniaceae Herba

terres-

trial

30 Canarium aspernum Burseraceae Pohon

31 Canarium hirsutum Burseraceae Pohon

32 Canarium vrieseanum Burseraceae Pohon

33 Canarium asperum Benth. Burseraceae Pohon

34 Calamus manan Calamoideae Rotan

35 Calamus conirostris Calamoideae Rotan

36 Calamus inops Calamoideae Rotan E:S

37 Calamus caesius Calamoideae Rotan

38 Calamus zollingeri Calamoideae Rotan ST

(S .M)

39 Calamus optimus Calamoideae Rotan

40 Daemonorops robusta Calamoideae Rotan ST

(S.M)

Halma-

hera,

Seram,B

uru,

Ambon

41 Myrialepsis paradoxa Calamoideae Rotan

42 Plectocomia elongata Calamoideae Rotan

43 Casuarina junghuhniana Casuarinaceae Pohon

44 Calophyllum inophilum L. Clusiaceae Pohon

45 Calophyllum soulattri Burm. f. Clusiaceae Pohon

46 Callophylum treubii Clusiaceae Pohon NR

47 Calophyllum aerarium P.F.Stevens Clusiaceae Pohon E:S

48 Garcinia picorrhiza Clusiaceae Pohon NR

49 Garcinia parvifolia Clusiaceae Pohon NR

50 Terminalia catappa L. Combretaceae Pohon

51 Octomeles sumatrana Miq. Datiscaceae Pohon

Page 41: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

38

52 Tetrameles nudiflora R.Brown Datiscaceae Pohon

53 Dillenia philippinensis Rolfe. Dilleniaceae Pohon NR

54 Dillenia celebica Hoogl. Dilleniaceae Pohon E:S

55 Diospyros celebica Bakh. Ebenaceae Pohon E:S

56 Diospyros javanica Ebenaceae Pohon NR

57 Diospyros maritime Bl. Ebenaceae Pohon

58 Diospyros rumphii Bakh. Ebenaceae Pohon

59 Pimelodendron amboinicum Hassk. Euphorbiaceae Pohon

60 Endospermum moluccanum (Teijsm

& Rinn.) Kurz.

Euphorbiaceae Pohon

61 Antidesma moluccanum Airy Shaw. Euphorbiaceae Pohon NR

62 Antidesma montanum Bl. Euphorbiaceae Pohon NR

63 Endospermum diadenum Euphorbiaceae Pohon NR

64 Endospermum peltatum Merr. Euphorbiaceae Pohon

65 Drypetes longifolia (Bl.) Pax &

Hoffm.

Euphorbiaceae Pohon

66 Macaranga hispida (Bl.)

Muell.Arg.

Euphorbiaceae Pohon

67 Macaranga mappa (L.) Muell.Arg. Euphorbiaceae Pohon

68 Mallotus ricinoides Euphorbiaceae Pohon NR

69 Omalanthus populneus Euphorbiaceae Pohon L

70 Dysoxylum gaudichaudianum Euphorbiaceae Pohon NR

71 Intsia bijuga (Colebr.) O.K Fabaceae Pohon

72 Inocarpus fagifer (Parkinson.)

Fosberg.

Fabaceae Pohon

73 Pterocarpus indicus Willd. Fabaceae Pohon

74 Lithocarpus celebicus Fagaceae Pohon NR

75 Lithocarpus bancanus Fagaceae Pohon NR

76 Homalium foetidium (Roxb.) Benth. Flacourtiaceae Pohon

77 Homalium celebicum Koord. Flacourtiaceae Pohon E:S

78 Gnetum gnemon L. Gnetaceae Pohon

79 Engelhardia spicata Junglandaceae Pohon L NR

80 Cinnamomum lawang Kosterm. Lauraceae Pohon NR

81 Litsea tomentosa Lauraceae Pohon NR

82 Cryptocarya bicolor Lauraceae Pohon NR

83 Dehaasia firma Lauraceae Pohon NR

84 Barringtonia calyptrocalyx

K.Schum

Lecythidaceae Pohon NR

85 Archidendron teysmanii Leguminosae Pohon NR

86 Erythrina sp. Leguminosae Pohon

Page 42: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

39

87 Derris dalbelgiodes Leguminosae Pohon NR

88 Desmodium sp. Leguminosae Pohon NR

89 Michelia sp. Magnoliaceae Pohon

90 Elmerillia celebica Dandy. Magnoliaceae Pohon NR

91 Talauma candolei Blume. Magnoliaceae Pohon NR

92 Magnolia elegans (Blume.) Keng. Magnoliaceae Pohon NR

93 Medinilla speciosa (Reinw.ex Bl.)

Bl.

Melastomataceae Perdu

berkayu

L

94 Clidemia hirta (L.) D.Don Melastomataceae Perdu

berkayu

L

95 Melastoms stigerum Bl. Melastomataceae Perdu

berkayu

L

96 Dysoxylum mollisimus Bl. Meliaceae Pohon

97 Aglaia argentea Bl. Meliaceae Pohon

98 Aglaia macrocarpa Meliaceae Pohon NR

99 Aglaia odoratissima Meliaceae Pohon NR

100 Aglaia korthalsii Meliaceae Pohon NR

101 Aglaia ganggo Miq. Meliaceae Pohon

102 Arcangelisia flava Menispermaceae Liana

103 Arthocarpus sp. Moraceae Pohon

104 Ficus macrothyrsa Moraceae Pohon NR

105 Ficus chrysolepsis Miq. Moraceae Pohon

106 Ficus annulata Bl. Moraceae Pohon

107 Ficus minahassae (Teysm.et Vr.)

Miq.

Moraceae Pohon

108 Ficus septica Burm.F. Moraceae Perdu

109 Ficus variegate Bl. Moraceae Pohon

110 Ficus benjamina L. Moraceae Pohon

111 Ficus microcarpa L f. Moraceae Pohon

112 Ficus fistulosa Reinw. Moraceae perdu L NR

113 Ficus irisana Elm. Moraceae Pohon

114 Ficus ribes Reinw.ex.Bl. Moraceae Pohon

115 Ficus sp. Moraceae Pohon

116 Myristica sp. Myristicaceae Pohon

117 Myristica gigantea Myristicaceae Pohon NR

118 Myristica fatua Hout.var.affinis

(Warb.) Sinclair

Myristicaceae Pohon E:S

119 Horsfieldia parviflora (Roxb.)

Sinclair.

Myristicaceae Pohon E:M

120 Gymnacranthera farquhariana Myristicaceae Pohon

121 Horsfieldia moluccana de Wilde. Myristicaceae Pohon NR

122 Knema cinerea (Poir.) Warb. Myristicaceae Pohon

Page 43: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

40

123 Myristica gigantea Myristicaceae Pohon NR

124 Gymnocranthera forbesii Myristicaceae Pohon NR

125 Gymnocranthera paniculata Myristicaceae Pohon NR

126 Horsfieldia brachiata Myristicaceae Pohon NR

127 Horsfieldia irya (Gaertn.) Warb. Myristicaceae Pohon NR

128 Knema sp. Myristicaceae Pohon

129 Eugenia sp. Myrtaceae Pohon

130 Nephentes ampularia Nephentaceae Herba

epifit

131 Nephentes hirsuta Nephentaceae Herba

epifit

132 Eria multiflora (Bl.) Lindl Orchidaceae Anggrek

epifit

L

133 Calanthe sp. Orchidaceae Anggrek

terestrial

L

134 Pandanus polycephalus Lamk. Pandanaceae Pohon non

kayu

135 Pandanus gladiator Stone. Pandanaceae Perdu non

kayu

136 Heckeria umbellata Kunth. Piperaceae Perdu

berkayu

137 Piper aduncum Piperaceae Perdu

berkayu

138 Piper decumanum Piperaceae Liana

139 Piper sarmentosum Roxb. Piperaceae Perdu

140 Mastixiodendron pachyclados

(K.Schum.) Melch.

Rubiaceae Pohon

141 Anthocephalus chinensis (Lamk.)

A.Rich.ex Walp.

Rubiaceae Pohon

142 Anthochepahalus sp. Rubiaceae Pohon

143 Timonius flavescens Rubiaceae Pohon NR

144 Mussaenda frondosa Rubiaceae Perdu L

145 Alectyron ferrugineus (Bl.) Radlk. Sapindaceae Pohon NR

146 Pometia pinnata Forst. Sapindaceae Pohon

147 Pometia coriaceae Forst. Sapindaceae Pohon NR

148 Ganua kingiana K.d.As. Sapotaceae Pohon NR

149 Palaquium obtusifolium Sapotaceae Pohon

150 Planchonella oxyedra Sapotaceae Pohon NR

151 Saurauia cauliflora Saurauiaceae Perdu L

152 Ailanthus integrifolia Lamk. Simaraubaceae Pohon

153 Solanum sp. Solanaceae Perdu

berkayu

154 Duabanga mollucana Bl. Sonneratiaceae Pohon

155 Sterculia sp. Sterculiaceae Pohon

Page 44: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

41

156 Sterculia insularis R.Br. Sterculiaceae Pohon

157 Trema orientalis (L.) Bl. Ulmaceae Pohon L

158 Leucosyke capitellata Urticaceae Pohon

159 Piptrurus argenteus Urticaceae Pohon

160 Alpinia monopleura K.Schum. Zingiberaceae Herba

terrestrial

161 Alpinia rubricaulis K.Schum. Zingiberaceae Herba

terrestrial

162 Alpinia eremochlamys K.Schum. Zingiberaceae Herba

terrestrial

163 Etlingera heliconiifolia K.Schum.

A.D.Poulsen

Zingiberaceae Herba

terrestrial

164 Etlingera polycarpa (K.Schum.)

A.D.Poulsen

Zingiberaceae Herba

terrestrial

165 Etlingera sp. Zingiberaceae Herba

terrestrial

Ket : L (dilindungi); E (Endemik); S (Sulawesi); M (Maluku) MU (Maluku Utara); ST (daerah sebaran terbatas); NR (belum tercatat dalam Tree Flora of Indonesia Check List For Sulawesi)

B. Taman Nasional Bogani Nani Wartabone

Keragaman jenis tumbuhan di kawasan hutan SPTN II Maelang khususnya di sekitar

Sungai Tobaang, Gunung Kayu Manis dan Gunung Kosibag pada kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone terdapat sedikitnya 109 jenis tumbuhan dari 49 famili. Jenis-jenis tumbuhan yang dijumpai meliputi pohon 51 jenis, perdu 2 jenis, rotan 15 jenis, palem 8 jenis, liana 4 jenis, herba terestrial 24 jenis, herba epifit 3 jenis, herba yang berdasarkan cara hidupnya dikategorikan herba terestrial dan herba epifit 2 jenis. Daftar jenis tumbuhan yang dijumpai dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 20. Jenis tumbuhan yang ditemukan di kawasan hutan SPTN II Maelang khususnya di sekitar Sungai Tobaang, Gunung Kayu Manis dan Gunung Kosibag pada kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.

NO Nama ilmiah Famili Kate

gori Status Ket

1 Saurauia minahassae Actinidiaceae Pohon NR

2 Koordersiodendron pinnatum (Blanco.)

Merr.

Anacardiaceae Pohon

3 Dracontomellum dao (Blanco.) Merr &

Rolfe

Anacardiaceae Pohon

4 Dracontomellum mangiferum Anacardiaceae Pohon NR

5 Spondias dulcis Anacardiaceae Pohon

6 Buchanania arborescens (Bl.) Bl. Anacardiaceae Pohon

7 Semecarpus forstenii Bl. Anacardiaceae Pohon

8 Cananga odorata (Lamk.) Hk.f.& Thoms. Annonaceae Pohon

9 Polyalthia glauca Annonaceae Pohon NR

Page 45: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

42

10 Alstonia scholaris (L.) R.Br. Apocynaceae Pohon

11 Alstonia macrophylla Wall.ex G.Don. Apocynaceae Pohon

12 Alstonia angustifolia Wall.ex A.DC. Apocynaceae Pohon

13 Scindapsis pictus Araceae Liana

14 Arenga pinnata Arecaceae Palem

15 Licuala ferruginea Graff. Arecaceae Palem

16 Livistona rotundifolia Arecaceae Palem

17 Caryota mitis Arecaceae Palem

18 Pinanga celebica Arecaceae Palem E

19 Areca vestiaria Giseke. Arecaceae Palem E

20 Oncosperma horridum Arecaceae Palem

21 Pigafetta filaris Arecaceae Palem L

22 Asplenium nidus Aspleniaceae Herba

(e)

23 Begonia koordersii Begoniaceae Herba

( t)

24 Canarium decumanum (Rumph.) Gaertn. Burseraceae Pohon

25 Canarium vrieseanum Engl. Burseraceae Pohon

26 Calamus inops Calamoideae Rotan

27 Korthalsia sp. Calamoideae Rotan

28 Calamus manan Calamoideae Rotan

29 Calamus mindorensis Calamoideae Rotan

30 Calamus optimus Calamoideae Rotan

31 Calamus ornatus Calamoideae Rotan

32 Calamus palustris Calamoideae Rotan

33 Calamus scipionum Calamoideae Rotan

34 Calamus simplicifolius Calamoideae Rotan

35 Calamus tetradactylus Calamoideae Rotan

36 Calamus tumidus Calamoideae Rotan

37 Calamus zollingeri Calamoideae Rotan

38 Daemonorops robusta Calamoideae Rotan

39 Korthalsia flagellaris Calamoideae Rotan

40 Korthalsia echinometra Calamoideae Rotan

41 Casuarina junghuhniana Casuarinaceae Pohon NR

42 Chyatea contaminans Chyateaceae Herba

(t)

43 Calophyllum soulatri Burm.f Clusiaceae Pohon

44 Calophyllum aerarium P.F.Stevens Clusiaceae Pohon

45 Cheilocostus sp. Costaceae Herba

(t)

Page 46: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

43

46 Cyathea contaminans Cyatheaceae Pohon NR

47 Hopea celebica Burck. Dipterocarpa ceae Pohon E

48 Dyospiros celebica Bakh. Ebenaceae Pohon E

49 Dyospiros minahasae Bakh. Ebenaceae Pohon E

50 Rhododendron impositum Ericaceae Pohon NR

51 Horsfieldia sp. Euphorbiaceae Pohon

52 Macaranga mappacea Euphorbiaceae Pohon ST

(S.M)

53 Mallotus floribundos Euphorbiaceae Pohon NR

54 Baccaurea javanica (Bl.) Muell.Arg. Euphorbiaceae Pohon

55 Macaranga triloba (Bl.) Muell.Arg. Euphorbiaceae Pohon

56 Intsia bijuga (Colebr.) O.K Fabaceae Pohon

57 Gleichenia linearis Gleicheniaceae Herba

(t/e)

58 Baringtonia acutangula (L.) Gaertn. Lecythidaceae Pohon

59 Baringtonia racemosa (L.) Spreng Lecythidaceae Pohon

60 Lygodium sp. Lygopodiaceae Herba

(t)

61 Lygodium circinatum Lygopodiaceae Herba

(e)

62 Elmerrillia ovalis (Miq.) Dandy Magnoliaceae Pohon

63 Phrynium macrocephallum Marantaceae Herba

(t)

64 Medinilla speciosa Melastomata ceae Perdu

65 Arcangelisia flava Menisperma ceae Liana

66 Arthocarpus miltis Moraceae Pohon NR

67 Ficus irisiana Elm. Moraceae Pohon

68 Ficus ribes Reinw. Moraceae Pohon

69 Syzygium jamboloides Myrtaceae Pohon

70 Syzygium malaccense Myrtaceae Pohon

71 Nephroplepsis bisserata Nephrolepida ceae Herba

(t)

72 Nephroplepsis cordifolia Nephrolepida ceae Herba

(t)

73 Nephrolepsis hirsutula Nephrolepida ceae Herba

(t)

74 Osmunda cinnamomea Osmundaceae Herba

(t)

75 Osmunda regalis Osmundaceae Herba

(t)

76 Pandanus polycephalus Lamk. Pandanaceae Pohon

77 Pandanus sp. Pandanaceae Perdu

Page 47: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

44

78 Phymatodes sp. Phymatodace ae Herba

(t/e)

79 Piper sp. Piperaceae Liana

80 Piper caninum Piperaceae Liana

81 Schyzostachyum brachycladum Poaceae Pohon

82 Podocarpus imbricatus Podocarpaceae Pohon

83 Polypodium polypodioides Polipodiaceae Herba

(t)

84 Pteris tripartita Pteridaceae Herba

(t)

85 Ixora sp. Rubiaceae Pohon

NR

86 Tricalysia minahasa Comb.Nov Rubiaceae Pohon NR

87 Mastixiodendron pachyclados (K.Schum.)

Melch.

Rubiaceae Pohon

88 Pometia pinnata Forst. Sapindaceae Pohon

89 Pometia acuminata Sapindaceae Pohon NR

90 Pometia coriaceae Sapindaceae Pohon NR

91 Palaquium obtusifolium Burck. Sapotaceae Pohon

92 Manilkara kauki (L.) Dubard Sapotaceae Pohon

93 Sellaginela wildenowii Selaginelaceae Herba

(t)

94 Sellaginela spp. Sellaginelaceae Herba

(t)

95 Stenochlaena palustris Stenochlaceae Herba

(e)

96 Pterospermum celebicum Miq. Sterculiaceae Pohon

97 Tectaria heracleifolia Tectariaceae Herba

(t)

98 Trichomanes javanicum Trichomaceae Herba

(t)

99 Celtis philippinensis Blanco. Ulmaceae Pohon

100 Pipturus argenteus Urticaceae Pohon NR

101 Clerodendrum bethunianum Verbenaceae Pohon NR

102 Alpinia monopleura K.Schum. Zingiberaceae Herba

(t)

103 Alpinia sp1. Zingiberaceae Herba

(t)

104 Alpinia sp2. Zingiberaceae Herba

(t)

105 Amomum sp. Zingiberaceae Herba

(t)

Page 48: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

45

106 Etlingera heliconifolia (K.Schum.)

A.D.Poulsen

Zingiberaceae Herba

(t)

107 Etlingera sp1. Zingiberaceae Herba

(t)

108 Etlingera polycarpa (K. Schum.) A.D.

Poulsen

Zingiberaceae Herba

(t)

109 Elettaria sp. Zingiberaceae Herba

(t)

NR

Ket : E (Endemik), S (Sulawesi), M (Maluku), ST (daerah sebaran terbatas) NR (belum tercatat dalam Tree Flora of

Indonesia Check List For Sulawesi)

Satu hal yang menarik dari kawasan ini yaitu ditemukan genus Elettaria yang sampai saat ini belum ada spesies dari genus Elettaria yang diketahui berasal dari Sulawesi, sehingga sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut untuk mempelajari apakah jenis ini merupakan kombinasi baru atau spesies baru. Dengan ditemukannya Elettaria di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone bahwa ini merupakan rekaman baru (new record) untuk Sulawesi. Data-data di atas merupakan sebagian dari fakta yang menunjukan bahwa kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone masih menyimpan sejumlah kekayaan hayati yang belum teridentifikasi.

C. Kawasan Aketajawe pada Taman Nasional Aketajawe Lolobata

Berdasarkan hasil penelitian disekitar kawasan hutan Desa Kobe pada SPTN I

menunjukan bahwa diketahui terdapat ± 115 jenis tumbuhan dari 42 famili. Jenis-jenis tumbuhan yang dijumpai meliputi 83 jenis pohon, 3 jenis rotan, 7 jenis perdu, 10 jenis palem, 1 jenis liana, 9 jenis herba terrestrial, 1 jenis herba epifit, 1 jenis herba yang berdasarkan cara hidupnya dapat dikategorikan herba epifit dan terrestrial. Pada kawasan ini dijumpai 1 jenis herba terrestrial dari famili zingiberaceae dari genus Alpinia yang termasuk giant ginger dengan tinggi mencapai 10 sampai 12 meter, dengan diameter pangkal batang 14-15 cm dan panjang daun 1-2 m. Jenis-jenis pohon dengan diameter lebih dari 20 cm yang banyak dijumpai pada kawasan ini adalah dari famili Clusiaceae, famili Anacardiaceae, famili Sapindaceae, famili Fabaceae dan famili Moraceae.

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan jenis-jenis pohon dari famili Fabaceae (Intsia bijuga dan Intsia palembanica) dan jenis-jenis pohon dari famili Clusiaceae (Calophyllum spp.) merupakan jenis-jenis kayu yang paling banyak ditebang yang dijumpai pada areal penelitian. Hal ini diduga karena kualitas kayunya dimana kayu dari famili Fabaceae (Intsia bijuga dan Intsia palembanica) memiliki kelas awet I dan kelas kuat II (Anonim,1981). Jenis-jenis pohon dari famili Clusiaceae (Calophyllum spp.) memiliki kelas awet III (II-IV) dan kelas kuat II-III.

Tabel 21. Daftar jenis tumbuhan di kawasan hutan SPTN I Weda Taman Nasional Aketajawe Lolobata khususnya di sekitar kawasan hutan Desa Kobe

No Nama ilmiah Famili Kate-

gori

Status Ket

1 Buchanania nitida Engl. Anacardiaceae Pohon E

(MU)

2 Koordersiodendron pinnatum Merr. Anacardiaceae Pohon

3 Buchanania arborescense (Bl.) Bl. Anacardiaceae Pohon

Page 49: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

46

4 Gluta renghas L. Anacardiaceae Pohon

5 Rhus taitensis Guill. Anacardiaceae Pohon

6 Semecarpus forstenii Bl. Anacardiaceae Pohon

7 Cananga odorata (Lamk.) Hk.f. &

Thoms.

Annonaceae Pohon

8 Ochrosia barbonica Apocynaceae Pohon

9 Lepiniopsis ternatensis Apocynaceae Pohon E (T)

10 Alstonia scholaris (L.) R.Br. Apocynaceae Pohon

11 Alstonia macrophylla Wall. Apocynaceae Pohon

12 Caryota rumphiana Arecaceae Palem

13 Heterosphate sp. Arecaceae Palem

14 Metroxylon sagu Arecaceae Palem

15 Licuala sp. Arecaceae Palem

16 Ptychospermae sp. Arecaceae Palem

17 Rhopaloblaste ledermanniana Arecaceae Palem

18 Livistona sp. Arecaceae Palem

19 Orania palindan Blanco. Arecaceae Palem

20 Pigaffeta filaris Arecaceae Palem

21 Cyrtostachis loriae Arecaceae Palem

22 Canarium asperum Benth. Burseraceae Pohon

23 Calamus leiocaulis Calamoideae Rotan ST

(S:M)

24 Daemonorops robusta Calamoideae Rotan ST

(S:M)

25 Calamus zollingeri Calamoideae Rotan ST

(S:M)

26 Calophyllum sp. Clusiaceae Pohon

27 Calophyllum inophyllum L. Clusiaceae Pohon

28 Calophyllum wallichianum

Planchon.

Clusiaceae Pohon NR

29 Calophyllum celebicum P.F.Strem. Clusiaceae Pohon

30 Calophyllum euryphyllum Lanterb. Clusiaceae Pohon

31 Calophyllum soulattry Burm.F. Clusiaceae Pohon

32 Garcinia cylindrocarpa Korterm. Clusiaceae Pohon

33 Garcinia picorrhiza Clusiaceae Pohon

34 Terminalia spp. Combretaceae Pohon

35 Dillenia papuana Mart. Dilleniaceae Pohon

36 Vatica rassak (Korth.) Blume. Dipterocarpaceae Pohon

37 Anisoptera thurifera (Blco) Bl. ssp.

Polyandra (Bl.) Ashton

Dipterocarpaceae Pohon

38 Hopea novoguineensis Sloot. Dipterocarpaceae Pohon

Page 50: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

47

39 Diospyros minahasae Bakh. Ebenaceae Pohon

40 Pimelodendron amboinicum Euphorbiaceae Pohon

41 Endospermum moluccanum Euphorbiaceae Pohon

42 Antidesma moluccanum Airy Shaw. Euphorbiaceae Pohon

43 Antidesma montanum Bl. Euphorbiaceae Pohon

44 Baccaurea racemosa (Reinw.)

Meull.Arg

Euphorbiaceae Pohon

NR

45 Drypetes roxburghii (Wall.)

Hurusawa

Euphorbiaceae Pohon

46 Endospermum moluccanum Euphorbiaceae Pohon

47 Endospermum peltatum Merr. Airy

Shaw

Euphorbiaceae Pohon

48 Inocarpus fagifer Fabaceae Pohon

49 Intsia bijuga Fabaceae Pohon

50 Intsia palembanica Miq. Fabaceae Pohon

51 Homalium foetidium Flacourtiaceae Pohon

52 Gnetum gnemon Gnetaceae Perdu

53 Gonocaryum calleryanum (Baill)

Becc.

Icacinaceae Pohon

54 Cinnamomum halmaherae

Kosterm.

Lauraceae Perdu E (H)

55 Actinodaphne sp. Lauraceae Perdu

56 Cryptacarya sp. Lauraceae Perdu

57 Barringtonia calyptrocalyx

K.Schum

Lecythidaceae Pohon

58 Lygodium flexuosum Lygopodiaceae Herba

terestrial

59 Elmerillia ovalis Magnoliaceae Pohon

60 Walsura aherniana Perk. Meliaceae Pohon

61 Dysoxylum mollisimus Meliaceae Pohon

62 Chisocheton ceramicus (Miq.)

C.Dc.

Meliaceae Pohon

63 Aglaia argentea Bl. Meliaceae Pohon

64 Arcangelisia flava Menispermaceae Liana

65 Ficus macrothyrsa Moraceae Pohon

66 Ficus chrysolepsis Moraceae Pohon

67 Ficus benjamina Moraceae Pohon

68 Ficus annulata Moraceae Pohon

69 Arthocarpus sp. Moraceae Pohon

70 Ficus septica Burm.f. Moraceae Perdu

71 Ficus benjamina L. Moraceae Pohon

72 Ficus variegata Bl. Moraceae Pohon

Page 51: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

48

73 Ficus virens Ait. Moraceae Pohon

74 Myristica lanceifolia Poiret. Myristicaceae Pohon

75 Myristica gigantean Myristicaceae Pohon

76 Myristica fatua Myristicaceae Pohon

77 Horsfieldia sylvestris (Hontt.)

Warb.

Myristicaceae Pohon

78 Gymnacranthera farquhariana Myristicaceae Pohon

79 Horsfieldia moluccana de Wilde Myristicaceae Pohon

80 Knema cinerea (Poir.) Warb. Myristicaceae Pohon

81 Syzygium grandis Wight. Myrtaceae Pohon

82 Nephrolepis exaltata Nephrolepidaceae Herba

terestrial

83 Nephrolepis falcate Nephrolepidaceae Herba

terestrial

84 Dendrobium sp. Orchidaceae Herba

epifit

85 Pandanus sp. Pandanaceae Perdu

86 Piper aduncum Piperaceae Perdu

87 Podocarpus rumphii Blume. Podocarpaceae Pohon

88 Polipodium polypodioides Polipodiaceae Herba

epifit/ter

estrial

89 Mastixiodendron pachyclados

(K.Schum.) Melch.

Rubiaceae Pohon

90 Anthocephalus chinensis (Lamk.)

A.Rich.ex Walp.

Rubiaceae Pohon

91 Anthocephalus macrophyllus

(Roxb.) Havil.

Rubiaceae Pohon

92 Melicope sp. Rutaceae Pohon

93 Pometia coriaceae Sapindaceae Pohon

94 Pometia pinnata Forst. Sapindaceae Pohon

95 Alectyron ferrugineus (Bl.) Radlk. Sapindaceae Pohon

96 Harpulia arborea Radlk. Sapindaceae Pohon

97 Palaquium amboinensis Sapotaceae Pohon

98 Burckella obovata Pierre. Sapotaceae Pohon

99 Selaginella sp. Sellaginelaceae Herba

terestrial

100 Ailanthus intergrifolia Lamk. Simaroubaceae Pohon

101 Duabanga moluccana Bl. Sonneratiaceae Pohon

102 Heritiera arafurensis Kortem. Sterculiaceae Pohon

103 Sterculia shillinglawii F.v. Muell.

ssp. Shillinglawii

Sterculiaceae Pohon

104 Pterospermum celebicum Miq. Sterculiaceae Pohon

Page 52: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

49

105 Sterculia macrophylla Vent. Sterculiaceae Pohon

106 Gordonia amboinensis (Miq.) Merr. Theaceae Pohon

107 Celtis latifolia (Bl.) Planch. Ulmaceae Pohon

108 Celtis philippensis Blanco. Ulmaceae Pohon

109 Trema orientalis (L.) Bl. Ulmaceae Pohon

110 Trema tomentosa (Roxb.) Hara Ulmaceae Pohon

111 Hornstedtia scottiana K.Schum. Zingiberaceae Herba

terestrial

112 Pleuranthodium sp. Zingiberaceae Herba

terestrial

113 Alpinia sp1. Zingiberaceae Herba

terestrial

114 Alpinia sp2. Zingiberaceae Herba

terestrial

115 Etlingera sp. Zingiberaceae Herba

terestrial

Ket : E (Endemik) L (dilindungi) H (Halmahera) MU (Maluku Utara) T (Ternate) ST (daerah sebaran

terbatas), NR (belum tercatat dalam Tree Flora of Indonesia Check List For Maluku)

IV. KESIMPULAN

1. Keragaman jenis tumbuhan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang terdapat sedikitnya 166 jenis tumbuhan yang terdiri dari 116 jenis pohon, 12 jenis palem, 9 jenis rotan, 3 jenis herba epifit, 12 jenis herba terestrial, 12 jenis perdu, 2 jenis liana.

2. Keragaman jenis tumbuhan di kawasan hutan SPTN II Maelang khususnya di sekitar Sungai Tobaang, Gunung Kayu Manis dan Gunung Kosibag pada kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone terdapat ± 109 jenis tumbuhan dari 49 famili. Jenis-jenis tumbuhan yang dijumpai meliputi 51 jenis pohon, 2 jenis perdu, 15 jenis rotan, 8 jenis palem, 4 jenis liana, 24 jenis herba terestrial, 3 jenis herba epifit, 2 jenis herba yang berdasarkan cara hidupnya dikategorikan herba terestrial dan herba epifit.

3. Berdasarkan hasil penelitian disekitar kawasan hutan Desa Kobe pada SPTN I terdapat ± 115 jenis tumbuhan dari 42 famili. Jenis-jenis tumbuhan yang dijumpai meliputi 83 jenis pohon, 3 jenis rotan, 7 jenis perdu, 10 jenis palem, 1 jenis liana, 9 jenis herba terrestrial, 1 jenis herba epifit dan 1 jenis herba yang berdasarkan cara hidupnya dapat dikategorikan herba epifit dan terrestrial.

DAFTAR PUSTAKA

Cannon, C.H., M. Summers, J.R. Harting, and P.J.A. Kessler. 2007. Developing Conservation Priorities Based on Forest Type, Condition, and Threats in a Poorly Known Ecoregion: Sulawesi, Indonesia. Biotropica 39(6): 747–759

Page 53: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

50

Dephut,2008. Nyamplung “Calophyllum inophyllum L.” sumber energy biofuel yang potensial. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.

Dransfield,J dan N. Manokaran.1996. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 6. Rotan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta bekerja sama dengan PROSEA Indonesia.Bogor

Hall, R. 1998. The Plate Tectonics of Cenozoic SE Asia and The Distribution of Land and Sea. In R. Hall dan J.D. Holloway. Biogeography and Geological Evolution of SE Asia. Pp 99-131. Backbuys Publishers. Leiden, The Netherland.

Heatubun, C.D. 2005. Pendekatan Fitogeografi Dalam Mempelajari Keanekaragaman Flora Papua Dan Maluku; Suatu Pandangan.Prosiding Seminar Hasil Penelitian Dan Pertemuan Multi Pihak. Ternate, 8-9 Desember 2005. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Kehutanan. Bogor

Lee, R.J., J. Riley, dan R. Merrill. 2001. Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Di Sulawesi

Bagian Utara. WCS-IP dan NRM. Jakarta.

Lekitoo,K., O.P. Matani, H. Remetwa dan C.D. Heatubun. 2008. Keanekaragaman Flora Taman Wisata Alam Gunung Meja Papua Barat.Balai Penelitian Kehutanan Manokwari.

Pitopang,R. Dan R. Gradstein. 2004. Herbarium Celebense (CEB) dan Peranannya dalam Menunjang Penelitian Taksonomi Tumbuhan di Sulawesi. Biodiversitas Vol 5, Nomor 1 p.36-41.

Sidiyasa, K., Arbainsyah, Priyono, dan Z. Arifin. -------, Teknik Pengumpulan Dan Pembuatan Herbarium. Herbarium Wanariset. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Samboja. Samboja, Kalimantan Timur.

Sidiyasa,K., U. Sutisna, M. Sutiyono, T. Kalima, dan Whitemore. 1989. Tree Flora of Indonesia Check List for Sulawesi. Forest Research and Development Centre.Bogor

Sidiyasa,K., U. Sutisna, M. Sutiyono, T. Kalima, dan Whitemore. 1989. Tree Flora of Indonesia Check List for Maluku. Forest Research and Development Centre.Bogor

Tan, B.C. 1998. Noteworthy disjunctive patterns of Malesian mossess. In R. Hall dan J.D. Holloway. Biogeography and Geological Evolution of SE Asia. Pp 235-241. Backbuys Publishers. Leiden, The Netherland.

Wilson, K.A., M.F. McBride, M. Bode, dan H.P. Possingham. 2006. Prioritizing global conservation efforts. Nature 440:337-340.

Kajian Keanekaragaman Jenis Fauna dan Habitatnya

pada Kawasan Konservasi

Page 54: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

51

di Cagar Alam Gunung Ambang,

Taman Nasional Bogani Nani Wartabone

dan Kawasan Aketajawe pada Taman Nasional

Aketajawe – Lolobata

Diah Irawati Dwi Arini

ABSTRAK

Cagar Alam Gunung Ambang, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan Taman Nasional Aketajawe-Lolobata meupakan perwakilan kawasan pelestarian keanekaragaman hayati flora dan fauna khas Wallace. Pada kawasan ini ditemukan banyak jenis-jenis satwa endemik yang tentunya berbeda dengan satwa-satwa lainnya di kawasan lain Indonesia. Tingginya ancaman dan gangguan pada kawasan yang menjadi habitat satwa-satwa endemik dikhawatirkan dapat mengakibatkan hilang bahkan punahnya jenis spesies tertentu. Guna mempertahankan kelestarian ekosistem kawasan, salah satu cara yang mungkin dilakukan adalah dengan mengetahui potensi flora dan fauna yang ada. Untuk mengetahui potensi yang ada maka diperlukan suatu bentuk kegiatan eksplorasi mengenai kajian keanekaragaman jenis fauna dan habitatnya pada kawasan konservasi tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi keragaman jenis fauna dan habitatnya pada kawasan konservasi Cagar Alam Gunung Ambang, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan Kawasan hutan Aketajawe Taman Nasional Aketajawe Lolobata. Pengumpulan data dilakukan terhadap jenis-jenis fauna (burung, mamalia dan primata) dan habitatnya dengan menggunakan metode jelajah. Hasil pengamatan satwa dan habitatnya pada kawasan CA. Gunung Ambang menghadirkan sebanyak 68 jenis burung dan tujuh jenis mamalia. Pada kawasan TN. Bogani Nani Wartabone diperoleh data sebanyak 42 jenis burung, empat jenis mamalia dan dua jenis primata. Di kawasan TN. Aketajawe-Lolobata pada blok hutan Aketajawe diperoleh sebanyak 39 jenis burung dan dua jenis mamalia.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai bagian terbesar dari wilayah Wallacea, Sulawesi telah menjadi tempat

hidup berbagi satwa campuran Oriental dan Australia serta menjadi arena evolusi dari berbagai jenis fauna endemik. Kekayaan jenis fauna endemik Sulawesi dan pulau-pulau lainnya di Indonesia, disatu sisi merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Namun di sisi lain merupakan sebuah amanah besar untuk dikelola dengan baik sehingga kekayaan tersebut dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Sebagai upaya melestarikan kekayaan fauna dan habitatnya, Pemerintah Indonesia telah menunjuk beberapa kawasan menjadi kawasan konservasi.

Page 55: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

52

Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990, bentuk-bentuk kawasan konservasi di Indonesia diantaranya adalah cagar alam dan suaka margasatwa yang termasuk ke dalam Kawasan Pelestarian Alam (KPA) serta Taman Nasional yang digolongkan ke dalam Kawasan Pelestarian Alam (KPA). Cagar Alam Gunung Ambang, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan Taman Nasional Aketajawe – Lolobata merupakan bagian dari kawasan konservasi di Indonesia yang mewakili keanekaragaman hayati bioregion Wallacea. Kawasan ini tentunya menyimpan kekayaan fauna yang sangat beragam dan sangat potensial untuk terus dikaji. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menambah khazanah informasi untuk melengkapi data base bioekologi dan pada akhirnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membantu pengelolaan kawasan konservasi yang berbasis untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian kehidupan.

B. Tujuan

Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah memperoleh data dan informasi keragaman jenis fauna dan habitatnya pada kawasan konservasi CA. Gunung Ambang, TN. Bogani Nani Wartabone dan Kawasan Aketajawe pada TN. Aketajawe - Lolobata.

II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tahun 2009 pada tiga kawasan konservasi di wilayah kerja Balai Penelitian Kehutanan Manado yaitu Cagar Alam Gunung Ambang dan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Propinsi Sulawesi Utara dan Kawasan Aketajawe Taman Nasional Aketajawe Lolobata Propinsi Maluku Utara.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kawasan hutan dan fauna yang dijumpai. Sedangkan alat yang digunakan terdiri atas teropong/binoculer, jaring kabut (Mistnet), jaring perangkap nylon, GPS, kamera digital dilengkapi dengan lensa tele dengan ukuran 55-200 mm, alat ukur/kaliper, tali tambang, tali rafia, bambu, buku Panduan Lapang Burung untuk Wallacea (Coates dkk, 2000), Burung-Burung di Sulawesi (Derek Holmes & Karen Phillips, 1999), Kelelawar di Indonesia (A. Suyanto, 2001), Amphibi Jawa dan Bali (Iskandar, 1998). Bahan-bahan perlengkapan lainnya terdiri atas tally sheet fauna, alat tulis, perlengkapan pribadi, larutan alkohol 70% dan 95% untuk pengawetan spesiemen, toples, Minor surgery set.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode jelajah/travelling Pada kegiatan pengamatan melalui metode jalur dilakukan pada pagi hari sampai sore

yaitu dimulai pukul 07.00 – 17.00 WITA. Setelah dilakukan pengukuran, untuk satwa burung akan dilepaskan kembali,

sedangkan satwa lainnya seperti kelelawar dilakukan koleksi spesimen dalam bentuk awetan basah.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Cagar Alam Gunung Ambang

Page 56: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

53

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada kawasan CA. Gunung Ambang di bagian Timur sampai dengan Tenggara kawasan mencakup Desa Sinsingon-Rawa Paya (Paya Swamp)-Desa Mokobang-Danau Iloloi. Dalam kegiatan penelitian ini, tipe vegetasi yang menjadi habitat burung dapat dibedakan ke dalam beberapa tipe yaitu hutan primer, hutan sekunder, semak belukar, kawasan pertanian atau lahan budidaya, perairan (danau dan sungai) dan rawa. Habitat rawa di CA. Gunung Ambang hanya terdapat di Jalur Rawa Paya dengan luas ± 4 (Ha). Pada kawasan rawa ini lebih ditumbuhi oleh jenis vegetasi sekunder seperti Macaranga dan beberapa jenis Ficus, sedangkan vegetasi penciri rawa yaitu jenis tikar-tikar merupakan jenis yang mendominasi. Jenis-jenis burung dan mamalia yang ditemukan dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.

Page 57: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

54

Tabel 22. Data pengamatan burung pada kawasan konservasi CA. Gunung Ambang

No Famili No Nama Lokal Nama Latin Sebaran Jalur Perjumpaan Habitat

1 Accipitridae

1 Elang Paria Milvus migrans < R > 2, 5, 6 A, S

2 Elang Bondol Haliastur indus < R > 1, 2, 3, 7 A, S

3 Elang Alap Ekor Totol Accipiter trinotatus E 1, 7 P

4 Elang hitam Ictinaetus malayensis < R 3, 7, 8 A, S

2 Alcedinidae 5 Cekakak Sungai Halcyon chloris < R, V > 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 A, S, L

6 Raja udang erasia Alcedo atthis hispidoides < R > 3, 7 L

3 Anhingidae 7 Pecuk ular asia Anhinga melanogaster (R,V? > 3 L

4 Ardeidae 8 Kuntul Kerbau Bubulcus ibis < R, V? > 6, 8 A, L

9 Blekok sawah Ardeola speciosa <R 5 A

5 Artamidae 10 Kekep Babi Artamus leucorhynchus < R > 1, 2, 3, 7, 8 A, S

6 Bucerotidae 11 Julang Sulawesi Rhyticeros cassidix E 3 P

7 Campephagidae 12 Kepudang sungu biru Coracina temminckii temminckii E 6 S, P

8 Cettiidae. 13 Cinenen gunung Orthotomus cuculatus < R 6 S

9 Columbidae

14 Dederuk Merah Streptopelia tranquebarica < Int? 2 A

15 Tekukur Biasa Streptopelia chinensis < R 2, 3, 4, 5, 6, A

16 Merpati hitam sulawesi Turacoena manadensis E 7 P

17 Uncal Ambon Macropygia amboinensis albicapila R > 3, 4, 5, 7 A, S

18 Delimukan Sulawesi Gallicolumba tristigmata E 4 P

19 Walik Raja Ptilinopus superbus < R > 1 S

20 Merpati murung Cryptophaps poecliorrhoa E 4 P

Page 58: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

55

10 Corvidae 21 Gagak Hutan Corvus enca < R 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 A, S

11 Cuculidae

22 Kedasi hitam Surniculus lugubris < R 3, 7 P

23 Tuwur asia (Betina) Eudynamis melanorhyncha E 5 S

24 Kadalan Sulawesi Phaenicophaeus calyorhynchus E 1, 2, 3, 4, 7, 8 A, S, P

25 Bubut Alang-alang Centropus bengalensis < R 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8 A, S, Sb

26 Bubut Sulawesi Centropus celebensis E 4 P, S

12 Dicaeidae

27 Cabai panggul kuning Dicaeum aureolimbatum E 5, 8 S, Sb

28 Cabai Sulawesi (jantan) Dicaeum nehrkorni E 4, 5 S, Sb

29 Cabai panggul kelabu (jantan) Dicaeum celebicum E 3, 4, 5, 7 S, Sb

13 Dicruridae 30 Srigunting jambul rambut Dicrurus hottentottus < R 3, 7 S

14 Estrildidae 31 Bondol Rawa Lonchura malacca < R 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 A, S, Sb

15 Hirundinidae 32 Layang-layang api Hirundo rustica < V > 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 A, S

33 Layang-layang batu Hirundo tahituca < R > 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 A,S

16 Meliphagidae 34 Cikarak Sulawesi Myza celebensis E 1, 5, 6 P

35 Myzomela merah tua Myzomela sanguinolenta chloroptera R > 4 P

17 Monarchidae 36 Kehicap ranting (jantan dan

betina) Hypothymis azzurea < R 7 S

37 Kehicap Tanahjampea Monarcha everetti E 2 S

18 Muscicapidae

38 Sikatan pulau (juv) Eumyias panayensis < R 5 S

39 Sikatan Matinan Cyornis sanfordi E 1 P

40 Sikatan bakau Cyornis rufigastra < R 6 S

19 Nectariniidae 41 Burung Madu Sriganti (jantan

dan betina) Nectarinia jugularis < R > 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 A, S, P, Sb

20 Oriolidae 42 Kepudang kuduk hitam Oriolus Chinensis celebensis < R 7 S

21 Pachycephalidae 43 Kancilan perut kuning Pachycephala sulfuriventer E 6 S

22 Passeridae 44 Burung Gereja Passer montanus < int 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 A, Sb

23 Picidae 45 Pelatuk Kelabu Sulawesi Mulleripicus fulvus E 1 P

24 Psittacidae 46 Perkici dora Trichoglossus ornatus E 3, 5, 7 S

Page 59: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

56

47 Kring-kring dada kuning Prioniturus flavicans E 4 P

48 Kring-kring bukit Prioniturus platurus E 4 (masyarakat) A

49 Serindit Sulawesi Loriculus stigmatus E 2 A

50 Serindit paruh merah Loriculus exilis E 3, 7 S

25 Pycnonotidae

51 Cucak Kutilang Pycnonotus aurigaster < R 2, 3, 7, 8 A, Sb

52 Merbah cerucuk Pycnonotus goiavier < R 4 S

53 Malia Sulawesi Malia grata E 2 P

26 Rallidae

54 Burung Weris (Mandar padi

kalung kuning) Gallirallus philippensis < R > 1, 3, 4 A, S, Sb

55 Mandar padi zebra Gallirallus torquatus < R > 7 L

56 Tikusan alis-putih Poliolimnas cinerea <R> 3 L

27 Rhipiduridae 57 Kipasan Sulawesi Rhipidura teysmanni E 1, 2, 4, 5, 6 P, S

28 Stenostiridae 58 Sikatan Matari Culicicapa helianthea < R 1, 2, 5, 6 P,S

29 Strigidae 59 Punggok Tutul Ninox punctulata E 1 P

30 Sturnidae

60 Perling Kumbang Aplonis metallica < R 2 P

61 Bilbong pendeta Streptocitta albicollis E 3 S, A

62 Jalak Alis Api Enodes erythrophris E 1, 2, 3, 4 S,P

63 Jalak Tunggir Merah Scissirostrum dubium E 3, 7 S

31 Sylviidae 64 Cikrak sulawesi Phylloscopus sarasinorum E 5, 6 S

32 Timaliidae 65 Pelanduk Sulawesi Trichastoma celebense celebense E 6 S

33 Zosteropidae

66 Kacamata gunung Zosterops montanus < R 2, 5, 6, 7 S, P

67 Kacamata laut Zosterops wallacei < R > 2 S, P

68 Kacamata dahi hitam Zosterops atriforns R > 8 S, A

Keterangan Penutupan Lahan:

P : Hutan Primer

S : Hutan Sekunder dan Pinggiran Hutan A : Pemukiman dan Lahan Pertanian

L : Perairan (Danau/Sungai)

Sb : Semak Belukar

Keterangan Sebaran :

R : Penetap

E : Endemik

V : Pengunjung Int : Introduksi

< : Sebaran dijumpai pula di sebelah Barat Maluku (Utara)

> : Sebaran dijumpai pula di sebelah Timur Maluku (Utara)

Keterangan jalur pengamatan :

Keterangan Jalur :

1. Desa Sinsingon – Rawa Paya;

2. Desa Sinsingon – Jalan menuju Desa Purworejo; 3. Desa Sinsingon – Danau Iloloi – Desa Mokobang; 4. Desa Sinsingon – Hutan; 5. Desa Sinsingon – Kebun – Jalur Ratapolog; 6. Desa Sinsingon – Jaring Misnet 2;

7. Desa Mokobang – Danau Iloloi – Desa Sinsingon; 8. Sekitar Desa Sinsingon.

Page 60: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

57

Tabel 23. Data pengamatan mamalia pada kawasan konservasi CA. Gunung Ambang

No Nama Jenis Nama Lokal Famili Ket

1 Strigocuscus celebensis Kus-kus ES

2 Rousettus celebensis Nyap Sulawesi Pteropodi dae

3 Cynopterus luzoniensis Codot Sulawesi Pteropodi dae

4 Macroglossus minimus Cecadu pisang kecil Pteropodi dae

5 Kelelawar kecil

Vespertilio nidae

6 Rattus hoffmani Tikus Perut Kelabu Muridae

7 Bunomys fratorum

Tikus Cerurut Puncak Muridae

8 Tikus kalendang Ket: S (Hanya terdapat di Sulawesi); ES (Endemik Sulawesi); P (Hutan Primer); S (Hutan Sekunder); SB (Semak

Belukar) SB&LB (Semak Belukar dan Lahan Budidaya)

Perjumpaan spesies pada kelompok marga Columbidae, Psittacidae, Cuculiade maupun Sturnidae diketahui memiliki frekuensi perjumpaan yang cukup tinggi pada lokasi pengamatan dibandingkan dengan jenis lainnya.

B. Taman Nasional Bogani Nani Wartabone

Penelitian eksplorasi di kawasan ini dilaksanakan di Seksi Pengelolaan Taman

Nasional Wilayah I Maelang Resort Pinogaluman. Untuk masuk ke kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) kita akan melewati sungai besar yaitu S. Tobaang yang merupakan akses terdekat masuk ke dalam kawasan TNBNW.

Jumlah jenis burung yang dijumpai pada kawasan TN.Bogani Nani Wartabone menunjukkan hasil yang sedikit. Namun, tidak demikian dengan jumlah individunya. Hampir setiap harinya dijumpai jenis yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman jenis fauna pada kawasan ini rendah namun jumlah individu pada masing-masing jenis sangat tinggi.

Page 61: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

58

Tabel 24. Daftar jenis burung yang di jumpai pada pengamatan di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone

No Marga No Nama Lokal Nama Ilmiah Sebaran Habitat Alt (m dpl)

1 Accipitridae

1 Elang Bondol Haliastur indus < R > S, A

2 Elang hitam Ictinaetus malayensis < R P, S 812

3 Elang ular Sulawesi Spilornis rufipectus E P 884

2 Apodididae 4 Walet sapi Collocalia esculenta <R> P,S, A

3 Artamidae 5 Kekep babi Artamus leucorhynchus < R > A, Sb

4 Bucerotidae 6 Julang Sulawesi Rhyticerus cassidix E P, S 128-812

5 Campephagidae 7 Kepodang sungu biru Coracina fortis E P 355

8 Kepudang sungu Sulawesi Coracina morio E P

6 Caprimulgidae 9 Taktarau iblis Eurostopodus macrotis E P

7 Columbidae

10 Uncal Ambon Macropygia amboinensis <R P, S, L 833

11 Walik Kembang Ptilinopus melanospila <R S 96-884

12 Walik raja Ptilinopus superbus < R > L

8 Corvidae 13 Gagak hutan Corvus enca < R S, A, Sb

9 Cuculidae 14 Kadalan Sulawesi Phaenicophaeus calyorhynchus E S, L 75-335

15 Bubut Sulawesi Centropus celebensis E P, S, L

10 Dicaeidae 16 Cabai panggul kelabu Dicaeum celebicum E P 74

17 Cabai panggul kuning Dicaeum aureolimbatum E S, L, P 96

11 Dicruridae 18 Srigunting jambul rambut Dicrurus hottentottus < R P, L 73-335

12 Estrildidae 19 Bondol rawa Lonchura malcca < R S, Sb

13 Megapodidae 20 Ayam hutan Gallus gallus <R L

14 Muscicapidae 21 Sikatan matinan Cyornis sanfordi E P

15 Nectariniidae 22 Burung madu hitam Nectarinia aspasia R> Sb, S

23 Burung madu sriganti Nectarinia jugularis < R > A, L, Sb

16 Pachycephalidae 24 Kancilan emas Pachycephala pectoralis < R > P

17 Picidae 25 Pelatuk kelabu Sulawesi Mulleripicus fulvus E P

Page 62: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

59

18 Pittidae 26 Paok hijau Pitta sordida <R> L

19 Psittacidae

27 Kring-kring bukit Prioniturus platurus E P

28 Kring-kring dada kuning Prioniturus flavicans E L, P, S

29 Serindit Sulawesi Loriculus stigmatus E P

20 Rhipiduridae 30 Kipasan Sulawesi Rhipidura teysmanni E P

21 Stenostiridae 31 Sikatan matari Culicicapa helianyhea < R S, P, Sb

22 Strigidae 32 Celepuk Sulawesi Otus manadensis E P

33 Punggok totol Ninox punctulata E P, L

23 Sturnidae

34 Blibong pendeta Streptocitta albicollis E P 355

35 Raja perling Sulawesi Basiliornis celebensis E P 505

36 Jalak tunggir merah Scissirostrum dubium E A

37 Perling Kumbang Alponis panayensis < R A

24 Sylviidae 38 Cikrak kutub Phylloscopus borealis <V P

25 Timaliidae 39 Pelanduk Sulawesi Trichastoma celebense E Sb, S 292

26 Turdididae 40 Anis punggung merah Zoothera erythronata E P

41 Cincoang Sulawesi Heinrichia calligyna E P

27 Zosteropidae 42 Kaca mata gunung Zosterops palpebrosus < R P

Keterangan Sebaran

R :Penetap

E :Endemik

V :Pengunjung

Int :Introduksi

< :Sebaran dijumpai pula di sebelah Barat Maluku (Utara)

> :Sebaran dijumpai pula di sebelah Timur Maluku (Utara)

Keterangan Penutupan Lahan:

P : Hutan Primer

S : Hutan Sekunder dan Pinggiran Hutan

A : Pemukiman dan Lahan Pe

L : Perairan (Danau/Sungai)

Sb : Semak Belukar

Page 63: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

60

Jenis primata yang dijumpai di kawasan ini adalah Macaca nigrescens atau dikenal dengan nama lokal yaki dan Tarsius sp.

Tabel 25. Daftar jenis mamalia di TN. Bogani Nani Wartabone

No Nama Jenis Nama Lokal Famili

1 Sus celebensis Babi Hutan

2 Bubalus depressicornis Anoa (Sapi Hutan)

3 Bubalus quarlesi Anoa (Sapi Hutan)

4 Pteropus alecto Kalong Hitam Pteropodi dae

5 Acerodon celebensis Kalong Sulawesi Pteropodi dae

6 Nyctimene cephalotes Paniki Pallas Pteropodi dae

7 Cynopterus luzoniensis Codot Sulawesi

Pteropodi dae

C. Taman Nasional Aketajawe Lolobata

Penelitian dilaksanakan pada kawasan hutan Aketajawe yang masuk kedalam Desa Kobe, Kecamatan Weda, Kabupaten Halmahera Tengah. Pulau Halmahera merupakan pulau terbesar kedua di Maluku dan merupakan miniatur yang secara fisik paling mirip dengan

Sulawesi, namun kekayaan jenisnya tidak setinggi di subkawasan Sulawesi.

Jenis mamalia yang dijumpai dalam pengamatan yaitu rusa sambar (Cervus

timorensis), babi hutan (Sus celebensis) dan satu jenis kelelawar.

Page 64: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

61

Tabel 26. Daftar jenis burung yang di jumpai pada pengamatan di Taman Nasional Aketajawe-Lolobata

No Marga No Nama Lokal Nama Ilmiah Sebaran Habitat

1 Accipitridae 1 Elang Alap Halmahera Accipiter henicogrammus E S

2 Elang bondol Haliastur indus <R> S

2 Alcedinidae 3 Cekakak pita biasa Tanysiptera galatea R> L

3 Ardeidae 4 Kuntul Kerbau Bubulcus ibis < R, V? > Sb, A

4 Bucerotidae 5 Julang Irian Rhyticeros plicatus E P, S

5 Campephagidae

6 Kepudang Sungu Kartula Coracina papuensis E S, A

7 Kepudang sungu miniak Coracina tenuirostris R> S

8 Kapasan Halmahera Lalage aurea E S, A

6 Columbidae

9 Uncal Ambon Macropygia amboinensis amboinensis R> P, S, A, Sb

10 Pergam Mata Putih Ducula perspicillata R> S

11 Pergam Laut Ducula bicolor <R> P, S

12 Walik Kepala Kelabu Ptilinopus hyogaster E S

13 Walik Dada Merah Ptilinopus bernsteinii E P

14 Pergam boke Ducula basilica E P

15 Tekukur biasa Streptopelia chinensis <R L

7 Corvidae 16 Cendrawasih halmahera Lycocorax pyrrhopterus E (MU) S

8 Cuculidae 17 Bubut Goliath Centropus goliath E P, Sb

18 Bubut Kai Centropus spilopterus E Sb

9 Dicruridae 19 Srigunting Lencana Dicrurus bracteatus <R> P, S

20 Walet Sapi Collocalia esculenta <R> S, Sb

10 Hemiprocnidae 21 Tepekong Kumis Hemiprocne mystacea R> S, Sb

11 Hirundinidae 22 Layang-layang api Hirundo rustica <V> S, Sb

12 Megapodidae 23 Gosong Kelam Megapodius freycinet R> S

13 Meliphagidae 24 Cikuakua hitam Philemon fuscicapillus E S

25 Cikuakua Halmahera Melitograis gilolensis E Sb

Page 65: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

62

14 Muscicapidae 26 Sikatan Belang Ficedula westermanni <R S, Sb

15 Nectariniidae 27 Burung Madu Sriganti Nectarinia jugularis <R> S

28 Burung madu hitam Nectarinia aspasia R> S, Sb

16 Oriolidae 29 Kepudang Halmahera Oriolus phaeochromus E S

17 Pittidae 30 Paok Halmahera Pitta maxima E P, S

18 Psittacidae

31 Nuri Pipi Merah Geoffroyus geoffroyi R> P, S

32 Nuri Bayan Eclectus roratus R> P,S

33 Nuri Kalung Ungu Eos squamata R> S

34 Kasturi Ternate Lorius garrulus E S

35 Kakatua Putih Cacatua alba E S, P

36 Perkici dagu merah Charmosyna placentis R> S

19 Pycnonotidae 37 Brinji Emas Ixos affinis E S

20 Rhipiduridae 38 Kipasan Kebun Rhipidura rufiventris R> L, A

21 Sturnidae 39 Perling Ungu Aplonis metallica R> Sb, S

Keterangan Sebaran:

R :Penetap

E :Endemik

V :Pengunjung

Int :Introduksi

< : Sebaran dijumpai pula di sebelah Barat Maluku (Utara)

> : Sebaran dijumpai pula di sebelah Timur Maluku (Utara)

Keterangan Penutupan Lahan:

P : Hutan Primer

S : Hutan Sekunder dan Pinggiran Hutan

A : Pemukiman dan Lahan Pe

L : Perairan (Danau/Sungai)

Sb : Semak Belukar

Page 66: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

63

IV. KESIMPULAN

Hasil pengamatan pada kawasan CA. Gunung Ambang diperoleh sebanyak 68 jenis

burung yang dapat dikelompokkan ke dalam 33 marga, diketahui sebanyak 30 jenis burung endemik Sulawesi, 32 burung penetap, empat jenis burung pengunjung dan dua jenis merupakan burung introduksi. Jenis satwa lainnya yang dijumpai diantaranya jenis mamalia yaitu Strigocuscus celebensis, empat jenis kelelawar dan 3 jenis tikus.

Hasil pengamatan pada kawasan TN. Bogani Nani Wartabone diperoleh sebanyak 42 jenis burung yang dapat dikelompokkan ke dalam 27 marga. 23 jenis merupakan jenis burung endemik Sulawesi, 18 jenis merupakan burung penetap dan satu jenis merupakan burung pengunjung. Jenis satwa lainnya yang dijumpai diantaranya tiga jenis kelelawar, Macaca nigrescens dan Tarsius sp.

Hasil pengamatan pada kawasan TN. Aketajawe-Lolobata diperoleh sebanyak 39 jenis burung yang dikelompokkan kedalam 21 marga, 17 jenis merupakan jenis burung endemik, 20 jenis merupakan burung penetap dan dua jenis lainnya adalah jenis burung pengunjung. Jenis satwa lainnya yang dijumpai yaitu rusa (Cervus timorensis) dan babi hutan (Sus celebensis).

DAFTAR PUSTAKA

Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Utara. 2005. Rencana Pengelolaan Cagar Alam Gunung Ambang. Manado: Balai Konservasi Sumberdaya Alam Sulawesi Utara. Manado.

Boer, Chandradewana. 1993. “Studi Tentang Keragaman Jenis Burung Berdasarkan Tingkat Pemanfaatan Hutan Hujan Tropis di Kalimantan Timur Indonesia”.Disertasi. Universitas Wuerzburg.

Coates, B.J. dan K.D. Bishop. 2000. Panduan Lapangan Burung-Burung di Kawasan Wallace. BirdLife International –Indonesia Programme & Dove Publication. Bogor.

Departemen Kehutanan. 2009. Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Diakses pada tanggal 14 Juli 2009 dari World Wide Web http://www.dephut.go.id/informasi/tamnas/bogani_1.html.

Holmes,D.,Phillipps,K.1999. Burung-Burung Di Sulawesi. (Seri Panduan Lapangan). Puslitbang Biologi LIPI – Bogor.

Kinnaird, M.F. 1997. Sulawesi Utara Sebuah Panduan Sejarah Alam. Jakarta: Yayasan Pengembangan Wallacea.

Lee, R.J., J. Riley dan Merril R. 2001. Keanakeragaman Hayati dan Konservasi Di Sulawesi Utara. WCS IP dan NRM. Jakarta.

Poulsen, Michael K., Frank R. L., dan Yusup C. 1999. Evaluasi Terhadap Usulan Taman Nasional Lalobata dan Ake Tajawe. BirdLife. Bogor.

Supriatna, J; Edy H. W. 2000. Panduan Lapang Primata Indonesia. Yayasan Obao Indonesia. Jakarta

Page 67: KATA PENGANTAR - FORDA - Badan Litbang dan Inovasi ... Hasil Penelitian Tahun 2009.pdf · i KATA PENGANTAR Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Manado berdasarkan Pera turan Menteri Kehutanan

64

Suyanto, A. 2001. Kelelawar Di Indonesia. Puslitbang Biologi LIPI. Bogor.

Undang-Undang No 5 Tahun 1999 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya.

Whitten, A.J. Mustafa, F. and G.S. Hendersen. 1987. Ekologi Sulawesi. Gadjah Mada Press Yogyakarta.