kata pengantar - disbun.riau.go.id · draft revisi i renstra dinas perkebunan provinsi riau tahun...

75

Upload: dinhtruc

Post on 22-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perkebunan Provinsi Riau disusun

sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas dan fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Riau.

Dokumen ini memuat tentang gambaran umum pelayanan Dinas Perkebunan Provinsi Riau,

isu-isu strategis, visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan dan strategi pembangunan serta

program dan kegiatan dalam periode 5 tahun (2014-2019). Penyusunannya berdasarkan

analisis dan pencermatan dinamika lingkungan strategis atas potensi, kelemahan, peluang

tantangan yang dihadapi selama kurun waktu 2014-2019 serta mempertimbangkan

kebijakan perkebunan secara nasional dan menjangkau lintas bidang, lintas sektor, lintas

program, lintas pelaku dan lintas satuan kerja dan mengacu kepada Rencana Pembangunan

Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau

Tahun 2014-2019.

Berdasarkan hasil evaluasi dalam 2 (dua) tahun pelaksanaan Renstra Dinas

Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019 menunjukkan adanya ketidak sesuaian dengan

perkembangan keadaan yang meliputi asumsi kerangka ekonomi daerah, kerangka

pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan dan lain-lain. Untuk menjaga konsistensi

antara perencanaan dan pengganggaran, maka dilakukan review terhadap Renstra Dinas

Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019. Hasil dari review tersebut berupa dokumen

Revisi (perubahan) Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019 untuk

dijadikan landasan dalam penyusunan Rencana Kerja SKPD tahunan selanjutnya.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang

telah mendukung dan membantu dalam proses penyusunan Revisi Rencana Strategis Dinas

Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019. Semoga dokumen ini bermanfaat untuk

perencanaan kegiatan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019.

Pekanbaru, Desember 2015

KEPALA DINAS PERKEBUNAN

PROPINSI RIAU,

Ir. MUHIBUL BASYAR, MSi

Pembina Utama Muda

Nip. 19650701 199003 1 004

|Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019 | iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………… i

Daftar Isi …………………….…………………………………………………………… iii

Daftar Tabel ................................................................................................... iv

Daftar Gambar .......................................................................................... v

I. PENDAHULUAN ....................................................….….………..…………… 1

I.1. Latar Belakang ……….………………………………………………………………… 1

I.2. Landasan Hukum ..... .…….……………………………………………………………......... 2 I.3. Maksud dan Tujuan ….…………………………………………………………… 4

I.4. Sistematika Penulisan .............................................................................. 4

II. GAMBARAN PELAYANAN ...................................................... 6

2.1. Tugas pokok, fungsi dan struktur organisasi .......................................... 6 2.2. Sumberdaya Dinas Perkebunan Provinsi Riau ....................................... 18

2.3. Kinerja Pelayanan SKPD .......................................................................... 20 2.4. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Perkebunan

Provinsi Riau ............................................................................................... 24 2.5. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Perkebunan

2.6. Provinsi Riau .............................................................................................. 26

III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI ……………....... 30

3.1. Indikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan Dinas Perkebunan Provinsi Riau............................... 30

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah terpilih ............................................................. 34 3.3. Telaahan Renstra Kementerian dan Lembaga ...................................... 37

3.4. Telaahan RTRW dan KLHS .................................................................. 45 3.5. Penentuan Isu-Isu Strategis ................................................................... 48

IV. PERUMUSAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN ......................................….. 50

4.1. Visi Pembangunan Perkebunan ……………………………………………… 50 4.2. Tujuan dan Sasaran ............................................................................. 51

4.3. Strategi dan Kebijakan .......................................................................... 52

V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA

KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF 59 5.1. Rencana Program dan Kegiatan ............................................................ 59

5.2. Indikator Kinerja ................................................................................ 62

VI. INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU

PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD.................................................... 69

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Provinsi Riau memiliki luas 107.932,71 Km2 atau setara dengan 10.793.271 Ha

dengan luas daratan 8.915.016 Ha dan sisanya berupa lautan/perairan. Sesuai dengan

kondisi kesuburan lahan, jenis lahan dan kesesuaian lahan serta sosial budaya, maka

sebagian besar lahan non kawasan hutan khususnya lahan budidaya, umumnya diusahakan

untuk budidaya tanaman perkebunan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota,

Pertanian yang didalamnya termasuk Perkebunan merupakan urusan pilihan, yaitu urusan

pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang

bersangkutan. Mengingat potensi pengembangan perkebunan di Provinsi Riau yang cukup

besar dan secara nasional perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis secara

ekonomi, ekologi dan sosial budaya dalam pembangunan maka dibentuk Dinas Perkebunan

Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Daerah No.2 tahun 2014.

Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi kepemerintahan di daerah yang lebih

berdaya dan berhasil guna serta untuk lebih memantapkan pelaksanaan akuntabilitas

instansi pemerintah dalam pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan secara umum dan

khususnya pembangunan perkebunan, maka disusun dokumen Rencana Strategis (Renstra)

Dinas Perkebunan Provinsi Riau. Penyusunan dokumen Rencana Strategis Dinas Perkebunan

Provinsi Riau berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2008 dan Peraturan

Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2010.

Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau merupakan dokumen perencanaan

pembangunan perkebunan Riau 5 (lima) tahunan yang memuat target-target pembangunan

perkebunan selama 5 tahun untuk mengembangkan potensi serta menangani permasalahan

perkebunan di Riau. Penyusunan Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau 2014-2019 ini

dilakukan secara berjenjang mulai dari RPJPD tahun 2005-2025, kemudian dijabarkan

dalam RPJMD 2014-2019. Dalam RPJMD dituangkan visi dan misi pembangunan daerah

yang merupakan visi dan misi Gubernur terpilih Provinsi Riau. Visi dan misi ini menunjukkan

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 2

arah pembangunan yang mecerminkan upaya pengembangan potensi maupun penanganan

permasalahan pembangunan sehingga mampu meningkatkan peran dan menguatkan posisi

strategis Provinsi Riau.

Berdasarkan hasil evaluasi dalam 2 (dua) tahun pelaksanaan Rencana Strategis

Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019 menunjukkan adanya ketidak sesuaian

dengan perkembangan keadaan yang meliputi:

1. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi daerah dan

kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan, rencana program

dan kegiatan prioritas daerah

2. Pergeseran pagu kegiatan, penambahan atau pengurangan target kinerja dan

pagu kegiatan serta perubahan lokasi dan kelompok sasaran kegiatan.

Untuk menjaga konsistensi antara perencanaan dan pengganggaran, maka dilakukan

perubahan (revisi) Rencana Strategis Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019

untuk dijadikan landasan dalam penyusunan Rencana Kerja SKPD tahunan selanjutnya.

Perubahan Rencana Strategis Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019 ini

memuat visi, misi, tujuan sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan Dinas

Perkebunan Provinsi Riau yang akan dilaksanakan dalam sisa waktu periode 5 (lima) Tahun

(2014-2019).

1.2. Landasan Hukum

Dalam penyusunan Rencana Strategis Dinas Perkebunanan Provinsi Riau Tahun

2014- 2019 sebagai payung hukum yang dijadikan acuan adalah:

UU N0. 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra I Sumatera Barat,

Jambi dan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 No.112)

UU N0. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No.104, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia 4421)

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 No. 59, Tambahan Lembaran Negara RI No. 4844)

UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 126)

Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah

antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Dearah

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 3

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No. 82,

Tambahan Lembaran Negara RI No. 4737)

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No. 89, Tambahan Lembaran

Negara RI No. 4741)

Peraturan Pemerintah no 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

Permendagri no. 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendagri no. 13 Tahun

2006

Permendagri No. 54/2010 tentang Pelaksanaan PP No. 8 Tahun 2008 tentang

Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah

Peraturan Daerah No.4 Tahun 2003 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan

Daerah Provinsi Riau

Peraturan Daerah No. 9 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang (RPJPD) Provinsi Riau 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Riau Tahun

2009 No. 9)

Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2014 tentang Organisasi Dinas Daerah Provinsi Riau

Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJMD) Provinsi Riau 2014-2019

Peraturan Daerah No.... Tahun.... tentang Perubahan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJMD) Provinsi Riau 2014-2019

Peraturan Gubernur Riau No.28 Tahun 2015 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata

Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau.

Peraturan Gubernur Riau No.29 Tahun 2015 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata

Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Perkebunan Provinsi Riau.

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perkebunan Provinsi

Riau adalah tersedianya dokumen perencanaan untuk dijadikan pedoman dalam

penyusunan perencanaan program dan kegiatan pembangunan perkebunan di Provinsi Riau

untuk jangka waktu 5 (lima) tahun kedepan (2014-2019) sesuai dengan tugas pokok dan

fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Riau.

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 4

Tujuan dari penyusunan Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau adalah sebagaii

berikut:

1. Sebagai pedoman dalam penyusunan rencana kerja tahunan program dan kegiatan

pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau

2. Menjamin terwujudnya konsistensi antara perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan dan

pengawasan

3. Memberikan arahan dan pedoman dalam pelaksanaan program dan kegiatan

pembangunan perkebunan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.

4. Sebagai acuan dalam melakukan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan

pembangunan perkebunan.

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019

terdiri dari 6 (enam) bab. Secara Garis besar tiap-tiap bab menguraikan hal-hal sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini meliputi tentang Latar belakang, Landasan Hukum Penyusunan Maksud dan

Tujuan, dan Sistematika Penulisan.

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

Bab ini memuat informasi tentang peran (tugas dan fungsi) SKPD dalam

penyelenggaraan urusan pemerintah daerah, mengulas secara rinci sumberdaya

yang dimiliki, mengemukakan capaian-capaian penting yang telah dihasilkan pada

periode sebelumnya.

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Bab ini menjabarkan tentang persoalan-persoalan yang memiliki dampak signifikan,

yang menjadi tugas pokok dan fungsi SKPD yang mungkin untuk diselesaikan

dalam kurun waktu perencanaan.

BAB IV PERUMUSAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PEMBANGUNAN SKPD

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 5

Bab ini meliputi Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran serta Kebijakan dan Strategi

Pembangunan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019.

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN,

DAN PENDANAAN INDIKATIF

Bab ini menjabarkan Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran

dan Pendanaan Indikatif.

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

Bab ini menjelaskan Indikator Kinerja SKPD yang mengacu pada Tujuan dan

Sasaran RPJMD

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 6

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN

2.1. Tugas Pokok, Fungsi dan Susunan Organisasi Dinas Perkebunan

Pembentukan Dinas Perkebunan Provinsi Riau berdasarkan pada Peraturan Daerah

Nomor 2 Tahun 2014 tentang Organisasi Dinas Daerah Provinsi Riau. Pada pasal 19

Peraturan Daerah ini dinyatakan bahwa Susunan Organisasi Dinas Perkebunan Provinsi Riau

terdiri dari:

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat, terdiri dari:

- Subbagian Perencanaan Program;

- Subbagian Keuangan dan Perlengkapan;

- Subbagian Umum.

3. Bidang Perlindungan Perkebunan, terdiri dari:

- Seksi Pengamanan Kebun;

- Seksi Penanggulangan Kebakaran Kebun;

- Seksi Perlindungan Perkebunan.

4. Bidang Pengembangan Perkebunan

- Seksi PembinaanPerkebunan Rakyat;

- Seksi Pembinaan Perkebunan Besar;

- Seksi Pengembangan Usaha Perkebunan.

5. Bidang Sarana dan Prasarana

- Seksi Pemanfaatan Lahan dan Air;

- Seksi Pupuk dan Pestisida;

- Seksi Peralatan dan Mesin.

6. Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil perkebunan

- Seksi Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan;

- Seksi Pembinaan Mutu Pengolahan Hasil Perkebunan.

7. UPT

Bagan Susunan Organisasi Dinas Perkebunan provinsi Riau dapat dilihat pada Lampiran 1

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 7

Gambar 1. BAGAN ORGANISASI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI RIAU

Ng

masara

Bidang Pengembangan

Perkebunan

Bidang Perlindungan Perkebunan

Subbagian Perencanaan

Program

Subbagian Umum

Subbagian Keuangan dan Perlengkapan

Bidang Sarana dan Prasarana

Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Perkebunan

KEPALA DINAS

Sekretariat

UPT

Seksi Pengamanan Kebun

Seksi Penanggulangan Kebakaran Kebun

Seksi Perlindungan Perkebunan

Seksi Pembinaan Perkebunan

Rakyat

Seksi Pembinaan Perkebunan

Besar

Seksi Pemanfaatan Lahan

dan Air

Seksi Pengembangan Pengolahan

Hasil Perkebunan

Seksi Pengembangan Usaha

Perkebunan

Seksi Pembinaan Mutu Pengolahan Hasil

Perkebunan

Seksi Promosi dan Pemasaran

Hasil Perkebunan

Seksi Peralatan Mesin

Seksi Pupuk dan Pestisida

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 8

Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 Peraturan Gubernur Riau No. 28. tahun

2014 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Dinas

mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan kebijakan, koordinasi, fasilitasi,

pemantauan, evaluasi dan pelaporan pada Sekretariat, Bidang Perlindungan Perkebunan,

Bidang Pengembangan Perkebunan, Bidang Sarana dan Prasarana dan Bidang Pengolahan

dan Pemasaran Hasil Perkebunan serta menyelenggarakan kewenangan yang dilimpahkan

Pemerintah kepada Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 Peraturan

Gubernur Riau No.2 tahun 2014, maka sesuai dengan Pasal 3 dari peraturan tersebut

Dinas Perkebunan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan pada Sekretariat, Bidang Perlindungan

Perkebunan, Bidang Pengembangan Perkebunan, Bidang Sarana dan Prasarana dan

Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan;

b. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi pada Sekretariat, Bidang Perlindungan

Perkebunan, Bidang Pengembangan Perkebunan, Bidang Sarana dan Prasarana dan

Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan;

c. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pada Sekretariat, Bidang

Perlindungan Perkebunan, Bidang Pengembangan Perkebunan, Bidang Sarana dan

Prasarana dan Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan;

d. Penyelenggaraan tugas dan fungsi lain sesuai dengan tugas dan fungsinya

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pelayanan umum yang diberikan kepada masyarakat mengacu pada tugas pokok

dan fungsi sesuai dengan Peraturan Gubernur Riau No.28 Tahun 2015 tentang Rincian

Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau. Adapun tugas dan fungsi

masing-masing unit Eselon III pada Dinas Perkebunan sebagai berikut:

a. Sekretariat Dinas Perkebunan

Sekretariat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pada Subbagian

Perencanaan Program, Subbagian Keuangan dan Perlengkapan dan Subbagian

Umum.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat mempunyai fungsi:

1. Penyelenggaraan perencanaan pada Subbagian Perencanaan Program, Subbagian

Keuangan dan Perlengkapan serta Subbagian Umum;

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 9

2. Penyelenggaraan pengelolaan perencanaan program, Keuangan dan Perlengkapan

serta Umum;

3. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi dalam rangka penyelenggaraan tugas dan

fungsi pada Subbagian Perencanaan Program, Subbagian Keuangan dan

Perlengkapan serta Subbagian Umum;

4. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dalam rangka

penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Subbagian Perencanaan Program,

Subbagian Keuangan dan Perlengkapan serta Subbagian Umum;

5. Penyelenggaraan tugas dan fungsi lain sesuai dengantugas dan fungsinya

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

b. Bidang Perlindungan

Bidang Perlindungan Perkebunan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan

pada Seksi Pengamanan Kebun, Seksi Penanggulangan Kebakaran Kebun dan Seksi

Perlindungan Perkebunan.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, Bidang

Perlindungan Perkebunan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyelenggaraan perencanaan pada Seksi Pengamanan Kebun, Seksi

Penanggulangan Kebakaran Kebun dan Seksi Perlindungan Perkebunan;

2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi dalam rangka penyelenggaraan tugas dan

fungsi pada Seksi Pengamanan Kebun, Seksi Penanggulangan Kebakaran Kebun

dan Seksi Perlindungan Perkebunan;

3. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dalam rangka

penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Seksi Pengamanan Kebun, Seksi

Penanggulangan Kebakaran Kebun dan Seksi Perlindungan Perkebunan;

4. Penyelenggaraan tugas dan fungsi lain sesuai dengan tugas dan fungsinya

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

c. Bidang Pengembangan Perkebunan

Bidang Pengembangan Perkebunan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan

pada Seksi Pembinaan Perkebunan Rakyat, Seksi Pembinaan Perkebunan Besar dan

Seksi Pengembangan Usaha Perkebunan.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 14, Bidang

Pengembangan Perkebunan menyelenggarakan fungsi :

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 10

1. Penyelenggaraan perencanaan pada Seksi Pembinaan Perkebunan Rakyat, Seksi

Pembinaan Perkebunan Besar dan Seksi Pengembangan Usaha Perkebunan;

2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi dalam rangka penyelenggaraan tugas dan

fungsi pada Seksi Pembinaan Perkebunan Rakyat, Seksi Pembinaan Perkebunan

Besar dan Seksi Pengembangan Usaha Perkebunan;

3. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dalam rangka

penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Seksi Pembinaan Perkebunan Rakyat, Seksi

Pembinaan Perkebunan Besar dan Seksi Pengembangan Usaha Perkebunan;

4. Penyelenggaraan tugas dan fungsi lain sesuai dengan tugas dan fungsinya

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

d. Bidang Sarana dan Prasarana

Bidang Sarana dan Prasarana mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pada

Seksi Pemanfaatan Lahan dan Air, Seksi Pupuk dan Pestisida dan Seksi Peralatan Mesin.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 19, Bidang

Sarana dan Prasarana menyelenggarakan fungsi :

1. Penyelenggaraan perencanaan pada Seksi Pemanfaatan Lahan dan Air, Seksi Pupuk

dan Pestisida dan Seksi Peralatan Mesin;

2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi dalam rangka penyelenggaraan tugas dan

fungsi pada Seksi Pemanfaatan Lahan dan Air, Seksi Pupuk dan Pestisida dan Seksi

Peralatan Mesin;

3. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dalam rangka

penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Seksi Pemanfaatan Lahan dan Air, Seksi

Pupuk dan Pestisida dan Seksi Peralatan Mesin;

4. Penyelenggaraan tugas dan fungsi lain sesuai dengan tugas dan fungsinya

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

e. Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil perkebunan

Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan mempunyai tugas pokok

menyelenggarakan urusan pada Seksi Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan,

Seksi Pembinaan Mutu Pengolahan Hasil Perkebunan dan Seksi Promosi dan Pemasaran

Hasil Perkebunan.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam pasal 24, Bidang

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunanmenyelenggarakan fungsi :

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 11

1. Penyelenggaraan perencanaan pada Seksi Pengembangan Pengolahan Hasil

Perkebunan, Seksi Pembinaan Mutu Pengolahan Hasil Perkebunan dan Seksi Promosi

dan Pemasaran Hasil Perkebunan;

2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi dalam rangka penyelenggaraan tugas dan

fungsi pada Seksi Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan, Seksi Pembinaan

Mutu Pengolahan Hasil Perkebunan dan Seksi Promosi dan Pemasaran Hasil

Perkebunan;

3. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dalam rangka

penyelenggaraan tugas dan fungsi pada Seksi Pengembangan Pengolahan Hasil

Perkebunan, Seksi Pembinaan Mutu Pengolahan Hasil Perkebunan dan Seksi Promosi

dan Pemasaran Hasil Perkebunan;

4. Penyelenggaraan tugas dan fungsi lain sesuai dengan tugas dan fungsinya

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

f. Unit Pelaksana Teknis

Pembentukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau

berdasarkan Peraturan Gubernur No. 10 Tahun 2014 tentang Organisasi Unit Pelaksana

Teknis pada Dinas dan Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Riau,

terdiri dari 6 UPT yaitu : 1).UPT Benih Perkebunan, 2).UPT Pelatihan dan

Pengembangan Sumberdaya Perkebunan, 3). UPT Laboratorium Hayati, 4) UPT

Mekanisasi, 5).UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Perkebunan dan, 6) UPT

Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan.

Adapun rincian tugas, fungsi dan tata kerja UPT pada Dinas Perkebunan Provinsi

Riau diatur dalam Peraturan Gubernur No.29 Tahun 2015, sebagai berikut :

a. UPT Benih Perkebunan

Kepala UPT mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis

operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang benih perkebunan

Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala UPT Benih Perkebunan

menyelenggarakan fungsi:

1. Mengkoordinasikan perencanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata

Usaha dan Seksi Pembenihan;

2. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata

Usaha dan Seksi Pembenihan;

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 12

3. Mengkoordinasikan analisa dan pelaporan penyelenggaraan tugas, program dan

kebijakan Pelatihan dan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pembenihan;

4. Pelaksanaan pengawasan teknis operasional UPT Benih Perkebunan;

5. Pelaksanaan kegiatan teknis benih perkebunan, pembinaan dan pengembangan

benih perkebunan;

6. Penyusunan kebijakan benih antar Kabupaten/Kota;

7. Identifikasi dan Pengembangan Varietas Unggul Lokal;

8. Pemantauan Benih Impor Wilayah Propinsi;

9. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan tugas,

program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pembenihan;

10. Mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah

bagian Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pembenihan;

11. melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugasnya berdasarkan Peraturan

Perundang -undangan

b. UPT Pelatihan Pengembangan Sumberdaya Perkebunan

Kepala UPT mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis

operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang pelatihan dan

Pengembangan Sumber Daya perkebunan.

Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala UPT menyelenggarakan fungsi :

1. Mengkoordinasikan perencanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata

Usaha dan Seksi Pelatihan;

2. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata

Usaha dan Seksi Pelatihan;

3. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan tugas,

program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pelatihan;

4. Mengkoordinasikan analisa dan pelaporan penyelenggaraan tugas, program dan

kebijakan Pelatihan dan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pelatihan;

5. Pelaksanaan kegiatan teknis dan non teknis operasional Pelatihan dan

Pengembangan Sumber Daya Perkebunan;

6. Pelaksanaan pelatihan kultur teknis budidaya tanaman perkebunan;

7. Pelaksanaan pengembangan dan pemantapan kelembagaan petani/pekebun;

8. Pelaksanaan koordinasi dengan Instansi terkait pada Dinas Perkebunan Provinsi

Riau;

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 13

9. Pelaksanaan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota terkait dengan

Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Perkebunan;

10. Mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah

bagian Subbagian Tata Usaha dan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Pelatihan;

11. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugasnya berdasarkan Peraturan

Perundang –undangan

c. UPT Laboratorium Hayati

Kepala UPT mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis

operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Laboratorium Hayati.

Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala UPT mengkoordinasikan perencanaan

tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Teknis Laboratorium

Hayati:

1. mengkoordinasikan pelaksanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata

Usaha dan Seksi Teknis Laboratorium Hayati;

2. mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan tugas,

program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Teknis Laboratorium

Hayati;

3. mengkoordinasikan analisa dan pelaporan penyelenggaraan tugas, program dan

kebijakan Pelatihan dan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Teknis Laboratorium

Hayati;

4. penyusunan perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana untuk operasional

laboratorium hayati;

5. pelaksanaan kegiatan teknis operasional pengelolaan laboratorium hayati;

6. pelaksanaan identifikasi dan pemetaan areal serangan hama penyakit tanaman

perkebunan;

7. penyusunan peta potensi serangan hama dan penyakit tanaman perkebunan;

8. pelaksanaan pengembangan dan penerapan pengendalian hama dan penyakit

dengan Agensia Pengendali Hayati (APH) spesifik;

9. pengawasan mutu dan peredaran APH dan pestisida nabati;

10. pelaksanaan sosialisasi pengendalian hama dan penyakit dengan APH, pestisida

nabati dan penggunaan pupuk organik;

11. penyusunan bahan rekomendasi penerapan musuh alami di suatu daerah

pengembangan komoditas perkebunan binaan yang akan dikeluarkan oleh kepala

dinas;

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 14

12. pelaksanaan koordinasi dengan perusahaan dan lembaga penelitian hama penyakit

tanaman perkebunan;

13. pelaksanaan koordinasi dengan Dinas Perkebunan Kaupaten/Kota;

14. mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah

bagian Subbagian Tata Usaha dan Seksi Teknis Laboratorium Hayati;

15. melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugasnya berdasarkan Peraturan

Perundang – undangan

d. UPT Mekanisasi Perkebunan

Kepala UPT mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis

operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Mekanisasi

Perkebunan.

Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala UPT menyelenggarakan fungsi:

1. mengkoordinasikan perencanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata

Usaha dan Seksi Mekanisasi Perkebunan;

2. mengkoordinasikan pelaksanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata

Usaha dan Seksi Mekanisasi Perkebunan;

3. mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan tugas,

program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Mekanisasi Perkebunan;

4. mengkoordinasikan analisa dan pelaporan penyelenggaraan tugas, program dan

kebijakan Pelatihan dan Subbagian Tata Usaha dan Seksi Mekanisasi Perkebunan;

5. mengendalikan dan Mengkoordinir pelaksanaan teknis operasional Mekanisasi

Perkebunan;

6. pelaksanaan perumusan kebijakan dibidang alat dan mesin perkebunan serta

perbengkelan;

7. pelaksanaan perancangan pelaksanaan teknis operasional Mekanisasi Perkebunan;

8. pelaksanaan pengembangan dan perekayasaan rancang bangun, modifikasi desain,

model serta prototipe alat mesin perkebunan;

9. pelaksanaan penerapan dan pengawasan terhadap standar mutu alat dan mesin

perkebunan;

10. pelaksanaan sosialisasi, bimbingan teknis dan pengawasan terhadap peredaran

dan penggunaan alat dan mesin perkebunan;

11. pelaksanaan analisis kebijakan mekanisasi perkebunan;

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 15

12. pelaksanaan kerjasama penelitian dan pendayagunaan hasil penelitian,

perekayasaan dan pengembangan mekanisasi perkebunan;

13. pengawasan pelaksanaan teknis operasional Mekanisasi Perkebunan;

14. mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah

bagian Subbagian Tata Usaha dan Seksi Mekanisasi Perkebunan;

15. melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugasnya berdasarkan Peraturan

Perundang –undangan

e. UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Perkebunan

Kepala UPT mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis

operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Pengawasan dan

Sertifikasi Benih Perkebunan.

Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala UPT menyelenggarakan fungsi :

1. mengkoordinasikan perencanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata

Usaha, Seksi Pengawasan dan Sertifikasi Benih;

2. mengkoordinasikan pelaksanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata

Usaha, Seksi Pengawasan dan Sertifikasi Benih;

3. mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan

tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha, Seksi Pengawasan dan

Sertifikasi Benih;

4. mengkoordinasikan analisa dan pelaporan penyelenggaraan tugas, program dan

kebijakan Subbagian Tata Usaha, Seksi Pengawasan dan Sertifikasi Benih;

5. pelaksanaan kegiatan operasional pengujian, pengawasan peredaran dan

sertifikasi benih tanaman perkebunan;

6. pelaksanaan bimbingan teknis penyiapan kemurnian benih, varietas, daya

kecambah, klon, kualitas dan kesehatan tanaman yang dhasilkan;

7. pelaksanaan bimbingan teknis dan pengawasan sumber benih, penangkar benih

dan pengedar benih;

8. pelaksanaan pemeriksaan kemurnian benih, klon, varietas dan kualitas benih;

9. pelaksanaan kegiatan bimbingan dan pelayanan teknis serta penarikan retribusi

untuk PAD;

10. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pengawasan dan sertifikasi

benih tanaman perkebunan;

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 16

11. mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan administrasi dan aparatur

pemerintah bagian Subbagian Tata Usaha, Seksi Pengawasan dan Sertifikasi

Benih;

f. UPT Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan

Kepala UPT mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis

operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Pengujian dan

Penerapan Teknologi Perkebunan;

Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala UPT menyelenggarakan fungsi :

1. Mengkoordinasikan perencanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata

Usaha dan Seksi Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan;

2. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas, program dan kebijakan Subbagian Tata

Usaha dan Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan;

3. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan tugas,

program dan kebijakan Subbagian Tata Usaha dan Pengujian dan Penerapan

Teknologi Perkebunan;

4. Mengkoordinasikan analisa dan pelaporan penyelenggaraan tugas, program dan

kebijakan Pelatihan dan Subbagian Tata Usaha dan Pengujian dan Penerapan

Teknologi Perkebunan;

5. Penyusunan perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana untuk operasional

Pengujian dan Penerapan Teknologi Perkebunan;

6. Penyusunan potensi, sasaran pengujian dan pengembangan metode-metode

teknologi perkebunan;

7. Pelaksanaan pengkajian, Pengujian dan Penerapan Teknologi perkebunan dan

pendayagunaan hasilnya;

8. Pelaksanaan kerjasama pengkajian, Pengujian dan Penerapan Teknologi

perkebunan dan pendayagunaan hasilnya;

9. Penyusunan bahan rekomendasi yang akan dikeluarkan oleh Kepala Dinas terkait

dengan pemilihan bahan tanaman, pemupukan, pengendalian hama penyakit,

pemanenan hasil dan penyimpanan;

10. Pelaksanaan koordinasi dengan Dinas Perkebunan Kabupaten/Kota;

11. Mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah

bagian Subbagian Tata Usaha dan Pengujian dan Penerapan Teknologi

Perkebunan;

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 17

12. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugasnya berdasarkan Peraturan

Perundang -undangan

2.2. Sumberdaya Dinas Perkebunan Provinsi Riau

2.2.1. Sumberdaya Manusia (Kepegawaian)

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Dinas Perkebunan didukung

dengan sumberdaya manusia yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan

dibantu dengan tenaga tidak tetap (honorer). Berdasarkan data kepegawaian Dinas

Perkebunan Provinsi Riau tahun 2014, jumlah PNS sebanyak 151 orang dengan komposisi

99 orang laki-laki dan 52 orang perempuan serta tenaga honorer/operator sebanyak 54

orang. Keadaan sumberdaya manusia berdasarkan kualifikasi pangkat/golongan,

pendidikan dan jabatan sebagai berikut:

a. Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan pegawai tingkat sarjana dan sarjana muda sebanyak 79

orang (52,31 %), setingkat SLTA sebanyak 44 orang (29,13 %), tingkat pasca sarjana

sebanyak 24 orang (15,89 %), tingkat SLTP sebanyak 2 orang (1,32 %) dan setingkat SD

sebanyak 2 orang (1,32 %). Secara rinci kualifikasi pendidikan pegawai Dinas Perkebunan

Provinsi Riau tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat pendidikan Pegawai Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1. Pasca Sarjana (S2) 24

2. Sarjana (S1) 76

3. Sarjana Muda (D1,2,3) 3

4. SLTA 44

5. SLTP 2

6. SD 2

Jumlah 151

b. Pangkat dan Golongan

Berdasarkan pangkat dan golongan, pegawai Dinas Perkebunan Provinsi Riau terdiri dari

20 orang berpangkat Pembina/golongan IV, 111 orang berpangkat Penata/ golongan III,

18 orang berpangkat Pengatur/golongan II dan 7 orang berpangkat Juru/ golongan I.

Secara rinci jumlah pegawai Dinas Perkebunan berdasarkan pangkat dan golongan dapat

dilihat pada Tabel 2.

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 18

Tabel 2. Tingkat Pangkat/Golongan Pegawai Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

2014

No. Golongan / Pangkat Jumlah

1. IV / Pembina 27

2. III / Penata 108

3. II / Pengatur 14

4. I / Juru 2

Jumlah 151

b. Jumlah Pejabat Struktural

Formasi jabatan struktural pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau sebanyak 53 orang dan

sudah terisi semua. Sedangkan jumlah pejabat fungsional sebanyak 2 orang. Secara rinci

pejabat struktural dan fungsional Dinas Perkebunan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pejabat Struktural dan Fungsional pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun

2014

No. Pejabat Struktural/Fungsional Jumlah

1. Eselon II 1

2. Eselon III 16

3. Eselon IV 36

4. Fungsional 2

Jumlah 55

Dengan diberlakukannya Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 dan Peraturan Gubernur

No. 29 Tahun 2015, maka formasi jabatan struktural pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau

terdiri dari 1 Eselon II, 11 Eselon III dan 27 Eselon IV. Terjadi pengurangan formasi

eselon III sebanyak 5 dan Eselon IV sebanyak 10.

2.2.2. Asset/Modal

Berdasarkan Laporan Tahunan Barang Daerah tahun 2014, barang milik Dinas

Perkebunan Provinsi Riau dapat dikelompokkan dalam 19 bidang barang terdiri dari tanah,

gedung dan bangunan, alat-alat berat, alat-alat angkutan, alat-alat pertanian, alat-alat

kantor dan rumah tangga, alat-alat studio, perpustakaan, barang bercorak kesehatan dan

kebudayaan dan aset tetap lainnya dengan nilai Rp 94.752.257.786 (sembilan puluh empat

milyar tujuh ratus lima puluh dua juta dua ratus lima puluh tujuh ribu tujuh ratus delapan

puluh enam rupiah). Kondisi barang bervariasi mulai dari yang baik, sedang dan rusak

berat.

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 19

2.3. Kinerja Pelayanan SKPD

2.3.1. Pencapaian Kinerja

Pencapaian kinerja pelayanan SKPD dapat diukur dari beberapa indikator, antara

lain

1) Kontribusi sektor perkebunan terhadap PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator untuk

mengukur kinerja perekonomian suatu wilayah pada suatu periode tertentu. Selama

periode tahun 2008-2012, pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau tanpa migas mengalami

peningkatan. Tabel 4 menggambarkan nilai dan kontribusi PBRB perkebunan terhadap

PDRB sektor pertanian dan PDRB Riau tanpa migas atas harga berlaku dan harga konstan.

Tabel 4. Nilai dan Kontribusi PDRB Perkebunan terhadap PDRB Pertanian dan PDRB Riau

Tanpa Migas

No. Lapangan Usaha Tahun (Rp Juta)

2008 2009 2010 2011 2012

Atas Harga Berlaku

1. Pertanian 53.137.563,80 60.667.094,67 69.025.079,71 78.081.664,51 85.340.443,90

2. Perkebunan 26.879.914,74 29.936.868,72 34.384.625,55 39.364.582,52 42.817.791,60

3. PDRB TANPA MIGAS

149.125.242,19 179.037.322,61 214.655.190,46 253.466.326,75 296.431.965,49

Kontribusi Perkebunan terhadap PDRB Pertanian (%)

50,58 49,34 49,81

50,41

50,17

Kontribusi Perkebunan terhadap PDRB TANPA MIGAS (%)

18,03 16,72 16,02

15,53

14,44

Atas Harga Konstan

1. Pertanian 15.494.292,46 16.057.909,33 16.706.357,97 17.414.057,55 17.841.920,97

2. Perkebunan 6.071.166,19 6.439.653,53 6.914.991,06 7.555.914,22 7.917.024,11

3. PDRB TANPA MIGAS

42.596.930,48 45.391.943,91 48.644.925,21 52.420.100,73 56.517.375,14

Kontribusi Perkebunan terhadap PDRB Pertanian (%)

39,18 40,10 41,39

43,39

44,37

Kontribusi Perkebunan terhadap PDRB TANPA MIGAS (%)

14,25 14,19 14,22

14,41

14,01

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 20

Secara umum perekonomian Riau tanpa migas tahun 2008-2012 didominasi oleh sektor

pertanian dengan kontribusi rata-rata sebesar 32 %, dan perkebunan memberikan

kontribusi pada sektor pertanian rata-rata sebesar 50 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

sektor pertanian terutama subsektor perkebunan memegang peranan yang penting dalam

perekonomian Riau.

2) Nilai Tukar Petani Perkebunan

Salah satu indikator tingkat kesejahteraan petani dan keadaan perekonomian

pedesaan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan pengukur kemampuan tukar

barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani terhadap barang dan jasa yang

diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan kebutuhan dalam memproduksi hasil

pertanian. NTP diperoleh dari persentase rasio indeks harga yang diterima petani (IT)

dengan indeks harga yang dibayar petani (IB). NTP > 100 menunjukkan

kemampuan/daya beli (kesejahteraan) petani lebih baik dibandingkan keadaan pada tahun

dasar, NTP = 100 berarti kemampuan /daya beli petani sama dengan keadaan pada

tahun dasar, dan NTP < 100 menunjukkan kemampuan daya beli (kesejahteraan) petani

menurun dibandingkan keadaan pada tahun dasar. Data pada Tabel 5 menunjukkan

perkembangan NTP Perkebunan Provinsi Riau selama periode 5 (lima) tahun terakhir.

Dari data yang disajikan pada Tabel 5 memperlihatkan bahwa petani perkebunan

(pekebun) di Provinsi Riau dapat dikatakan belum sejahtera dengan nilai NTP < 100 dan

masih dibawah NTP Perkebunan secara Nasional.

Tabel 5. Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Tahun 2009-2013

No. Uraian Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1. Riau 93,13 101,78 103,57 99,91 95,47

2. Nasional 105,46 106,50 109,58 108,34 106,38

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 21

3) Perkembangan Luas Areal Tanaman Perkebunan

Luas pembangunan perkebunan wilayah Provinsi Riau berdasarkan data statistik

perkebunan Provinsi Riau tahun 2013, areal perkebunan yang telah terbangun mencapai

seluas 3.543.716 Ha, luas areal perkebunan tersebut meliputi:

Perkebunan Rakyat : 2.439.750 Ha, (68,33 %)

Perkebunan Besar Negara : 90.447 Ha, (2,57 %)

Perkebunan Basar Swasta : 1.013.517 Ha, (29,08 %)

Dari areal pembangunan perkebunan seluas 3.543.714 Ha di wilayah Provinsi Riau tersebut

terdapat 10 komoditi perkebunan yang berkembang, namun komoditi yang dominan

dengan luas areal > 6.000 Ha ada 5 (lima) yaitu Kelapa Sawit, Karet, Kelapa, Sagu dan

Kakao. Dari 5 komoditi tersebut, karet dan kelapa sawit yang merata penyebarannya pada

12 kabupaten/kota di Provinsi Riau, sedangkan kelapa dan sagu terdapat di daerah pesisir

terutama di Kabupaten Indragiri Hilir dan Kepulauan Meranti. Pada Tabel 6

menggambarkan perkembangan luas areal dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.

Tabel 6. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Tahun 2009-2013

Komoditi Luas (Ha)

Kenaikan (+/_ )

2009 2010 2011 2012 2013 %

1. Kelapa Sawit 1.925.341 2.103.174 2.258.553 2.372.402 2.399.172 5,69

2. Kelapa 527.598 525.398 521.038 521.792 520.260 - 0,30

3. Karet 516.474 499.490 504.139 500.851 505.264 - 0,53

4. Sagu 79.057 81.841 82.378 82.713 83.256 1,3

5. Kakao 7.016 6.688 7.215 7.401 6.179 - 2,68

6. Tanaman

Lainnya

29.284 27.553 28.489 28.847 29.583 0,32

Jumlah 3.084.770 3.244.144 3.401.812 3.514.006 3.543.714 3,53

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Riau (Statistik Perkebunan Tahun 2009-2013)

Dari Tabel 6. menunjukkan bahwa luas areal perkebunan selama periode tahun 2009-2013

mengalami peningkatan dari 3.084.770 Ha pada tahun 2009 menjadi 3.543.714 Ha pada

tahun 2013 atau rata-rata pertumbuhan luas areal sebesar 3,53 %.

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 22

4) Perkembangan Produksi Tanaman Perkebunan

Berdasarkan data statistik perkebunan tahun 2013 produksi perkebunan di wilayah

Provinsi Riau mencapai sebesar 8.495.421 ton, hasil produksi perkebunan tersebut berasal

dari:

Perkebunan Rakyat : 4.503.713 ton, (53,01 %)

Perkebunan Besar Negara : 342.909 ton, (4,03 %)

Perkebunan Besar Swasta : 3.648.799 ton, (42,95 %)

Dari data luas areal dan produksi perkebunan yang telah diuraikan, kita dapat melihat

perbandingan antara perkebunan rakyat dengan perkebunan besar baik swasta maupun

BUMN. Dari segi luas areal, perkebunan rakyat lebih luas dari perkebunan besar yaitu

2.439.750 Ha, sedangkan perkebunan besar (PBS dan PBN) mempunyai luas areal

1.103.964 Ha dilain sisi produksi keduanya hampir sama, sehingga dapat disimpulkan

bahwa produktivitas perkebunan rakyat masih rendah. Oleh karenanya diperlukan upaya-

upaya untuk meningkatkan produktivitas perkebunan rakyat.

Tabel 7. Perkembangan Produksi Perkebunan Tahun 2008-2012

Komoditi Produksi (ton)

Kenaikan

(+/_ )

2009 2010 2011 2012 2013 %

1. Kelapa Sawit 5.932.308 6.293.542 7.047.221 7.343.498 7.570.854 6,33

2. Kelapa 518.933 495.306 481.087 473.221 427.079 -4,70

3. Karet 403.075 336.570 333.069 350.476 354.257 -11,24

4. Sagu 209.811 291.665 284.319 281.704 126.145 - 4,90

5. Kakao 4.573 3.321 3.544 3.505 1.552 - 19,37

6. Tanaman Lainnya

16.804 15.416 16.939 17.588 15.533 - 3,47

Jumlah 7.085.504 7.435.920 8.166.179 8.469.992 8.495.421 4,69

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Riau (Statistik Perkebunan Tahun 2009-2013)

Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa produksi perkebunan selama periode tahun

2009-2013 mengalami peningkatan dari 7.085.504 ton pada tahun 2009 menjadi

8.495.421 ton pada tahun 2013 atau rata-rata kenaikan produksi sebesar 4,69 %.

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 23

2.4. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Perkebunan Provinsi

Riau

2.4.1. Program dan Anggaran

Program pembangunan perkebunan Provinsi Riau mengacu pada Permendagri No.

13 tahun 2006 serta program pada Kementerian Pertanian. Program pembangunan

perkebunan terdiri dari 5 program utama, yaitu:

1. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan

2. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan

3. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan

4. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

5. Program Peningkatan Ketahanan Pangan

Dalam rangka menyelenggarakan aspek manajerial, maka Dinas Perkebunan

didukung dengan program:

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

3. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur

4. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan

Keuangan

Untuk membiayai program dan kegiatan pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau,

maka Dinas Perkebunan mendapatkan alokasi anggaran belanja yang terdiri dari belanja

tidak langsung dan belanja langsung. Besarnya alokasi anggaran program dan kegiatan

pada Dinas Perkebunan yang dituangkan dalam belanja langsung mengalami fluktuasi dari

tahun ke tahun, namun demikian rata-rata per tahunnya sebesar Rp 66.429.593.072 yang

secara rinci disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Perkembangan Alokasi Anggaran Dinas Perkebunan Provinsi Riau

N0 URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013

1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 18,088,067,921 16,654,542,153 16,622,706,768 17,320,135,000.00 17,478,320,405

2. BELANJA LANGSUNG 41,598,558,216 43,039,932,319.22 30,900,247,038 43,703,480,540 86,741,975,000

JUMLAH 59,686,626,137 59,694,474,472 47,522,953,806 61,023,615,540.00 104,220,295,405

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 24

Dari 5 program utama, selama periode tahun 2009-2013 lebih difokuskan pada program

peningkatan produksi pertanian/perkebunan dengan mendapatkan alokasi anggaran yang

paling besar. Perkembangan alokasi anggaran per program utama dapat dilihat pada

Tabel 9.

Tabel 9. Perkembangan Alokasi Anggaran Per Program

NO TAHUN PROGRAM ALOKASI ANGGARAN (Rp)

1. 2009

Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan

46.000.000

Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan

209.500.000

Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan 36.953.471.216

Peningkatan Kesejahteraan Petani 1.228.950.000

Peningkatan Ketahanan Pangan 43.000.000

2. 2010

Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan

500.000.000

Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan

3.811.617.619

Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan 33.465.794.704

Peningkatan Kesejahteraan Petani 1.735.800.000

Peningkatan Ketahanan Pangan 600.000.000

3. 2011 Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan

550.000.000

Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan

2.800.000.000

Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan 21.528.917.038

Peningkatan Kesejahteraan Petani 1.735.800.000

Peningkatan Ketahanan Pangan 600.000.000

4. 2012 Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan

750.000.000

Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan

3.563.670.000

Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan 32.553.849.900

Peningkatan Kesejahteraan Petani 1.425.000.000

Peningkatan Ketahanan Pangan 1.684.072.540

5. 2013 Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan

1.521.945.000

Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan

3.895.000.000

Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan 77.692.830.000

Peningkatan Kesejahteraan Petani 3.300.000.000

Peningkatan Ketahanan Pangan 2.500.000.000

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 25

2.4.2. Realisasi Anggaran

Dari pagu anggaran yang ditetapkan pada periode tahun 2009-2013, realisasi

anggaran baik belanja tidak langsung maupun belanja langsung rata-rata 67,37 %. Pada

setiap tahun dari anggaran yang telah dialokasikan terdapat sisa anggaran baik dari

Belanja Tidak Langsung maupun Belanja Langsung. Pada Belanja Langsung, anggaran

yang tidak digunakan merupakan anggaran dari kegiatan yang tidak terlaksana, adanya

efisiensi penggunaan anggaran terutama pada kegiatan yang pekerjaannya dilaksanakan

oleh pihak ke-3 karena adanya selisih penawaran pada belanja modal dan efisiensi dalam

pelaksanaan perjalanan dinas. Realisasi keuangan per kegiatan dapat dilihat pada Tabel

10.

Tabel 10. Realisasi Anggaran Dinas PerkebunanTahun 2009-2013

N0 URAIAN

2009 2010 2011 2012 2013

1. BELANJA TIDAK LANGSUNG

15.367.104.530 (84,96 %)

14.695.203.337 (88,24 %)

15.001.552.416 (90,25 %)

16.118.637.708 (93,06 %)

18.065.780.225 (94,66 %)

2. BELANJA LANGSUNG

5.870.321.075 (14,11 %)

15.406.839.086 (35,80 %)

22.440.768.338 (72,62 %)

35.079.008.212 (80,27 %)

81.676.602.987 (86,84 %)

BELANJA DAERAH

21.237.425.605 (35,58 %)

30.102.042.423 (50,43 %)

37.442.320.754 (78,79 %)

51.197.645.920 (83,90 %)

99.742.383.212 (88,16 %)

2.5. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Perkebunan

Provinsi Riau

Pada tingkat kabupaten/kota, kinerja pembangunan perkebunan juga diukur

dengan indikator peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan, terutama 2

komoditas perkebunan utama perbunan yaitu kelapa sawit dan karet. Selama 5 tahun

terakhir menunjukkan kenaikan produksi rata-rata kelapa sawit 3,04 % dan karet 4,34

%.

Sasaran utama pembangunan perkebunan pada tingkat provinsi adalah

peningkatan produksi tanaman perkebunan, yaitu kelapa sawit, karet dan kelapa. Hasil

yang dicapai selama 5 tahun terakhir kurang memuaskan, hanya kelapa sawit yang

menunjukkan kenaikan rata-rata sebesar 0,78 % sedangkan karet dan kelapa cenderung

menurun produksinya. Penyebab menurunnya produksi karet dan kelapa, antara lain terus

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 26

bertambahnya tanaman tua/rusak, adanya konversi ke tanaman lain (terutama kelapa

sawit) yang lebih menjanjikan secara ekonomi. Sementara itu produksi kelapa sawit juga

tidak begitu menggembirakan karena produktivitas yang masih rendah pada perkebunan

rakyat yakni + 15 ton TBS/Ha/tahun.

Kinerja pembangunan perkebunan secara nasional selama 5 tahun terakhir

menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Indikator ekonomi makro sub sektor

perkebunan, seperti pendapatan domestik bruto, neraca perdagangan, dan penyerapan

tenaga kerja rakyat menunjukkan trend positif. Pada tataran mikro, kinerja pembangunan

perkebunan juga cukup baik yang ditunjukkan antara lain melalui kenaikan produksi 15

komoditi nasional rata-rata sebesar 3,38 %, terutama untuk kelapa sawit, karet, dan

kakao.

Rencana tata ruang wilayah merupakan produk perencanaan ruang yang

digunakan sebagi pedoman didalam melaksanaan kegiatan yang menggunakan ruang,

sehingga segala bentuk perencanaan pembangunan harus mengacu pada rencana tata

ruang yang berlaku. Berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 Tahun 1994 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Riau yang disesuaikan dengan potensi wilayah maka

ditetapkan arahan pembangunan perkebunan adalah seluas 3.133.398 Ha atau 33,14 %

dari luas wilayah daratan Provinsi Riau 9.456.160 Ha. Dalam draft revisi Peraturan Daerah

No 10 tahun 1994, kawasan untuk pengembangan perkebunan adalah 3.650.607 Ha. Dari

arahan luas kawasan peruntukan perkebunan, berdasarkan data statistik perkebunan

Provinsi Riau tahun 2013 yang telah dimanfaatkan untuk pengembangan perkebunan

seluas 3.543.714 Ha. Dengan demikian lahan yang masih tersisa untuk dimanfaatkan

bagi pengembangan perkebunan seluas 106.893 Ha. Dengan potensi ketersediaan lahan

yang semakin kecil, maka arahan untuk pembangunan perkebunan pada periode 5 (lima)

tahun ke depan lebih difokuskan pada optimasi penggunaan lahan dan memanfaatkan

inovasi teknologi.

Dokumen perencanaan pembangunan masih perlu sinergi terhadap kajian

lingkungan hidup strategis (KLHS) agar kebijakan pembangunan bidang perkebunan

menjadi salah satu ujung tombak penciptaan green economy yang tentu selaras dengan

isu-isu lingkungan hidup. Penerapan KLHS dalam penataan ruang juga bermanfaat untuk

meningkatkan efektivitas pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

(AMDAL) dan atau instrumen pengelolaan lingkungan lainnya, menciptakan tata

pengaturan yang lebih baik melalui pembangunan keterlibatan para pemangku

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 27

kepentingan yang strategis dan partisipatif, kerjasama lintas batas wilayah administrasi,

serta memperkuat pendekatan kesatuan. Dalam KLHS terdapat 6 aspek kajian, yaitu:

1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untk pembangunan

2. Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup

3. Kinerja layanan/jasa ekosistem

4. Efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam (SDA)

5. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim

6. Tingkat ketahanan dan potensi keragaman hayati

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan perkebunan terkait dengan 6

aspek tersebut, antara lain sebagai berikut:

1. Karekteristik lahan, kondisi fisik kimia tanah, ketersediaan dan suplai air, aspek

topografi, geomorfologi, pola hidrologi maupun aksesibilitas menjadi faktor yang

perlu diperhitungkan untuk merancang kawasan.

2. Penanganan budidaya dan produksi serta tata kelola teknologi yang berkelanjutan

dan berwawasan lingkungan.

3. Penanganan pasca panen dan aplikasi teknologi pasca panen yang ramah lingkungan

jika tidak diterapkan akan berdampak pada menurunnya mutu, rendahnya nilai jual,

turunnya nilai kompetitif.

4. Layanan pengaturan ekosistem melalui optimalisasi pemanfaatan lahan dan

pengaturan pola tanam.

5. Layanan kultural melalui aplikasi pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat dalam

mengelola SDA.

6. Penggunaan lahan sesuai dengan jenis peruntukan lahan, potensi SDA yang tersedia

dan SDM yang terlibat.

7. Efisiensi dalam pengadaan produk pendukung (pupuk, pestisida, benih), teknologi

infrastruktur pendukung (alat/mekanisasi), SDA pendukung (air, media tanah) yang

akan diterapkan

8. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan perkebunan akan membentuk ekosistem buatan,

terjadinya perubahan ekosistem alami secara terus menerus berdampak pada

meningkatnya kerentanan ekosistem, dan kondisi ini mempengaruhi tingkat adaptasi

terhadap perubahan iklim.

9. Pola budidaya monokultur ditinjau dari aspek keseimbangan ekosistem akan

mengancam keanekaragaman hayati.

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 28

Berdasarkan analisis hal-hal tersebut di atas, maka tantangan dan peluang pengembangan

pelayanan Dinas Perkebunan sebagai berikut:

1. Tantangan

Produktivitas tanaman perkebunan yang masih rendah

Terbatasnya lahan untuk pengembangan perkebunan.

Kurangnya infrastruktur, sarana dan prasarana produksi

Isu lingkungan hidup dan globalisasi

Kesejahteraan petani/pekebun masih rendah (NTP < 100)

2. Peluang

Potensi sumberdaya perkebunan masih dapat ditingkatkan untuk pengembangan

industri hilir (bioindustri dan bioenergi)

Meningkatnya permintaan pasar domestik dan luar negeri

Iklim investasi terhadap produk perkebunan kondusif

Meningkatnya kebutuhan terhadap bahan pangan

Mitigasi dan antisipasi perubahan iklim sudah menjadi komitmen pemerintah

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 29

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN

FUNGSI

Pada Bab ini berisikan tentang isu-isu strategis yang diperoleh dari identifikasi

permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Riau, telaahan

terhadap visi, misi dan program Kepala Daerah Wakil Kepala Daerah terpilih, dan telaahan

terhadap Renstra Kementerian/Lembaga serta telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan

Kajian Lingkungan Hidup Strategis.

3.1. Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan Dinas

Perkebunan Provinsi Riau

Tugas pokok Dinas Perkebunan Provinsi Riau adalah melaksanakan urusan

pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan bidang

perkebunan serta dapat ditugaskan untuk melaksanakan penyelenggaraan wewenang yang

dilimpahkan oleh Pemerintah kepada Gubernur selaku Wakil Pemerintah dalam rangka

dekonsentrasi dan menyelenggarakan fungsi: perumusan kebijakan teknis bidang

perkebunan; penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang

perkebunan; pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang perkebunan; pelaksanaan tugas

lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsi. Dalam

penyelenggaraan pelayanan sesuai tugas pokok dan fungsi tersebut, terdapat

permasalahan-permasalahan beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan

hasil analisis dari aspek gambaran pelayanan, maka dapat diidentifikasi permasalahan

sebagai berikut:

1. Rendahnya produksi dan produktivitas tanaman perkebunan

Pada dasarnya, produksi perkebunan dipengaruhi oleh produktivitas dan luasan areal

tanam. Produktivitas tanam ini juga harus diimbangi dengan sarana dan prasarana

yang mendukung kegiatan pengembangan produktivitas. Hal-hal yang menyebabkan

produktivitas yang rendah antara lain:

a. Kebun dengan kondisi tanaman tua dan rusak (TTR) cukup luas;

b. Belum optimalnya peggunaan benih unggul bermutu/bersertifikat serta sarana

produksi lainnya

c. Kurang tersedianya benih bermutu di masyarakat;

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 30

d. Belum terpenuhinya standar populasi tanaman per hektar;

e. Pengendalian OPT belum dilakukan secara terpadu dan ramah lingkungan;

f. Adanya gangguan usaha dan konflik perkebunan;

g. Dukungan penerapan teknologi budidaya yang rendah;

h. Terbatasnya SDM petani dan petugas lapangan;

i. Budaya dan perilaku petani lokal yang tidak kompetitif;

j. Perubahan iklim.

2. Ketersediaan dan pemanfaatan lahan

Peningkatan jumlah penduduk yang pesat dan distribusinya yang tidak merata

mengakibatkan daya dukung lahan terlampaui. Kondisi demikian menimbulkan

terjadinya kompetisi pemanfaatan yang kurang sehat bagi kepentingan multi sektoral

yang seringkali menjadi pemicu terjadinya kasus gangguan usaha perkebunan. Disisi

lain, sebagian lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman perkebunan belum

diusahakan dalam usaha dan hamparan yang ekonomis sehingga dapat mengurangi

efisiensi dan efektifitas usaha yang pada gilirannya mengurangi nilai tambah bagi

petani.

Hal-hal yang perlu dicermati berhubungan dengan ketersediaan dan pemanfaatan

lahan, meliputi:

a. Perubahan RTRW yang belum tuntas;

b. Sebagian lahan masih berstatus dalam hutan;

c. Komitmen pengusaha yang masih perlu didukung kebijakan.

3. Rendahnya nilai tambah dan daya saing produk

Salah satu permasalahan yang dialami oleh perkebunan yang dikelola oleh masyarakat

adalah mutu hasil produk rendah yang disebabkan terkontaminasi dengan kotoran dan

benda-benda asing lainnya serta pengeringan kurang sempurna. Hal ini menyebabkan

harga yang diterima petani rendah sehingga merugikan petani dan kalah bersaing di

pasar internasional. Hal-hal yang perlu dicermati berhubungan dengan nilai tambah

dan daya saing produk adalah penanganan pasca panen, pembinaan mutu dan

pemasaran hasil perkebunan.

4. Akses Pekebun Terhadap Sumber Permodalan

Lemahnya permodalan masih merupakan kendala yang dihadapi petani dalam

memulai atau mengembangkan usahanya sehingga harus meminjam ke pihak lain.

Sulitnya mengakses permodalan kepada perbankan atau lembaga keuangan resmi

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 31

lainnya menyebabkan petani mencari pinjaman modal kepada para pemilik modal yang

umumnya adalah pedagang hasil perkebunan dengan sistem ijon sehingga petani tidak

leluasa menjual hasil panennya. Sebagian pekebun meminjam modal kepada rentenir

dengan bunga pinjaman yang tinggi.

Meskipun Pemerintah telah menyediakan kredit melalui skim kredit program kredit

program Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RE),

Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kredit

komersial lainnya, namun fasilitas kredit tersebut pada kenyataannya masih sulit

diakses oleh pekebun. Hal ini disebabkan, antara lain: a. Petani belum dapat

memenuhi persyaratan administrasi perbankan; b. Resiko agribisnis perkebunan yang

cukup tinggi; c. Belum tersedianya lembaga keuangan dan perbankan yang khusus

bergerak dibidang perkebunan; d. Belum tersedianya lembaga penjamin resiko usaha

perkebunan.

5. Sumberdaya Manusia dan Kelembagaan

Jumlah dan kualifikasi sumberdaya manusia yang menangani bidang perkebunan masih

sangat terbatas dan kurang memadai ditambah kurangnya pengetahuan dan

ketrampilan petani dan petugas lapangan perkebunan sehingga akan menghambat

perkembangan perkebunan ke depan. Masalah kelembagaan juga menjadi tantangan

yang serius karena belum optimalnya kemitraan antara perusahaan perkebunan besar

dengan kelompok petani dan belum sempurnanya infrastruktur yang menunjang sistem

distribusi dan transportasi hasil perkebunan rakyat.

6. Isu Lingkungan Hidup dan Globalisasi

Isu lingkungan hidup dan globalisasi yang menjadi perhatian, antara lain:

a. Perubahan iklim

Berbagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan manusia menghasilkan produk

sampingan yang disebut dengan gas rumah kaca khususnya dari kegiatan yang

menggunakan bahan bakar fosil (minyak) seperti proses industri dan transportasi.

Gas rumah kaca yang utama yang dihasilkan dari kegiatan tersebut adalah gas CO2,

Metan (CH4) , dan Nitrogen Dioksida (N2O). Sebagai akibat terakumlasinya gas

rumah kaca di dalam atmosfir maka dapat meningkatkan suhu rata-rata atmosfir.

Meningkatnya suhu mengakibatkan terjadinya perubahan pola tekanan sirkulasi

udara, laju penguapan serta pergeseran musim hujan dan musim kemarau.

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 32

Terjadinya perubahan iklim akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap

sektor pertanian. Perubahan iklim tidak hanya berpengaruh dalam proses produksi,

produktivitas dan mutu hasil pertanian, tetapi juga akan mempengaruhi

keseimbangan alam yang menyebabkan berubahnya populasi dan tingkat serangan

organisme pengganggu tanaman (OPT) tertentu. Dampak perubahan iklim juga

mengakibatkan kebakaran, kekeringan dan kebanjiran. Kebakaran lahan dan

kebun merupakan kejadian yang berulang setiap tahun karena kurangnya

kesadaran masyarakat dan tingginya biaya untuk membuka lahan tanpa bakar.

b. Liberalisasi pasar global

Sebagai salah satu fenomena globalisasi, isu liberalisasi pasar global atau

liberalisasi perdagangan semakin marak setelah disetujui dan ditandatanganinya

kesepakatan General Agreement on Tariff and Trade (GATT)-putaran Uruguay oleh

122 negara anggota termasuk Indonesia pada tanggal 15 April 1994. Pada

pertemuan tersebut disetujui pula perubahan nama GATT menjadi World Trade

Organization (WTO). Pentingnya perdagangan bebas antar negara, maka negara-

negara pada suatu kawasan dengan kesamaan potensi dan kebutuhan maupun

hubungan geografis dan tradisional terdorong untuk membentuk

kelompok/kawasan perdagangan bebas (free trade area) seperti AFTA (Asean Free

Trade Area), NAFTA (North America Free Trade Area), APEC (Asia Pasific Economic

Cummunity), Uni Eropa (European Union), ACFTA (Asean-China Free Trade Area).

Sebagai bagian dari tatanan perekonomian dunia, Indonesia yang menganut sistem

ekonomi terbuka harus ikut melaksanakan perdagangan bebas. Komitmen

mengenai hal itu dimanifestasikan dalam bentuk keikutsertaan Indonesia pada

AFTA, APEC, ACFTA dan WTO. Secara umum komitmen negara-negara yang

terlibat liberalisasi pasar global adalah menghilangkan secara bertahap hambatan

tarif dan sebagai gantinya menerapkan hambatan non tarif dalam mekanisme

ekspor-impor. Meskipun hambatan tarif dapat diatasi secara bertahap, namun

Agribisnis Indonesia akan menghadapi masalah yang lebih berat, yaitu hambatan

non tarif berupa hambatan teknis seperti isu mutu produk, isu lingkungan, isu

intelectual property right, isu Hak Asasi Manusia (HAM) dan isu ketenagakerjaan.

Liberalisasi pasar global juga berimplikasi pada hilangnya batas-batas geografis

suatu negara sehingga memungkinkan penguasaan sumberdaya oleh pihak

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 33

asing/negara lain melalui perusahaan global, aliansi strategis dan perusahaan multi

nasional.

3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Terpilih

Visi, misi dan program Kepala Daerah (KDH) dan Wakil Kepala Daerah (Wakil KDH)

Terpilih dituangkan ke dalam Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJMD

merupakan dokumen pembangunan daerah 5 (lima) tahunan. RPJMD periode tahun 2014-

2019 juga merupakan tahap ketiga pembangunan jangka panjang daerah (RPJP) Provinsi

Riau 2005-2025. Dengan mempertimbangkan tahapan pembangunan jangka panjang

daerah, potensi, permasalahan dan tantangan pembangunan yang dihadapi serta isu-isu

strategis, maka dirumuskan visi pembangunan jangka menengah daerah tahun 2014-2019

: “Terwujudnya Provinsi Riau yang maju, masyarakat sejahtera, berbudaya

Melayu dan berdaya saing tinggi, menurunnya kemiskinan, tersedianya

lapangan kerja serta pemantapan aparatur” . Untuk mencapai visi tersebut, maka

ditetapkan 9 misi pembangunan jangka menengah daerah tahun 2014-2019 sebagai

berikut:

1. Meningkatkan pembangunan infrasturktur

2. Meningkatkan pelayanan pendidikan

3. Meningkatkan pelayanan kesehatan

4. Memberantas kemiskinan

5. Mewujudkan pemerintahan yang handal dan terpercaya serta pemantapan

kehidupan politik

6. Pembangunan masyarakat berbudaya Melayu, beriman dan bertaqwa

7. Memperkuat pembangunan pertanian dan perkebunan

8. Meningkatkan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta pariwisata

9. Meningkatkan peran swasta dalam pembangunan

Dalam rangka mewujudkan visi melalui pelaksanaan misi, dan sesuai dengan tugas

dan fungsinya, maka Dinas Perkebunan Provinsi Riau akan mendukung terlaksananya Misi

7, yaitu : Memperkuat pembangunan pertanian dan perkebunan. Tujuan dan sasaran

yang hendak dicapai melalui misi 7 adalah sebagai berikut:

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 34

1. Mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan dan pemenuhan konsumsi pangan yang

cukup, aman, bermutu dan bergizi seimbang, dengan sasaran: optimalisasi lahan

dan diversifikasi

2. Meningkatkan nilai tambah produksi pertanian dan perkebunan, dengan sasaran:

meningkatkan jumlah industri olahan produk pertanian dan perkebunan.

3. Meningkatkan kesejahteraan petani, dengan sasaran: meningkatkan nilai tukar

petani.

Secara umum strategi yang diterapkan untuk mencapai sasaran pembangunan

jangka menengah daerah Provinsi Riau, dengan pendekatan sebagai berikut:

1. Pendekatan Pembangunan yang terpusat pada rakyat (people centererd

development) dalam mengangkat harkat dan martabat masyarakat Provinsi

Riau;

2. Mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat (partisipatory base development)

melalui pendidikan dan ketrampilan yang dilandasi IPTEK dan IMTAQ untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Riau;

3. Pendekatan pertumbuhan ekonomi inklusif (Pro Growth) dengan

mengembangkan investasi dunia usaha;

4. Pendekatan Pro Job; menciptakan investasi yang mapan untuk menjamin

kesempatan kerja permanen, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat dengan membuka peluang kerja;

5. Pendekatan kewilayahan dan lingkungan, sebagai wujud dari kepedulian

terhadap lingkungan dengan melaksanakan dengan melaksanakan

pengembangan wilayah secara terpadu dan seimbang melalui penguatan fungsi

pusat-pusat pelayanan dan pengembangan prasarana wilayah, pemulihan

kawasan lindung dan kawasan hutan, penguatan fungsi dan pengembangan

pemanfaatan kawasan pesisir dan kelautan, menjaga dan mengawasi luas

kawasan hutan yang sudah ditetapkan pemerintah dan meningkatkan mutu

kawasan hutan.

Strategi khusus dalam rangka memperkuat pembangunan pertanian dan

perkebunan (misi 7) adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan penguatan pangan, peningkatan produksi dan

keanekaragamanan pangan;

2. Mewujudkan kemandirian desa melalui kedaulatan pangan;

3. Peningkatan diversifikasi dan konsumsi melalui sumberdaya lokal;

4. Mengembangkan industri hilir pertanian/kehutanan;

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 35

5. Meningkatkan nilai tukar petani.

Untuk mewujudkan sasaran dan strategi dari misi 7 maka ditetapkan 27 program

pembangunan daerah, namun program yang menjadi tanggungjawab Dinas Perkebunan

ada 5 (lima) program, yaitu:

1. Program peningkatan ketahanan pangan

2. Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan

3. Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan

4. Program peningkatan kesejahteraan petani

5. Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan

Dalam melakukan pelayanan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Riau untuk

mewujudkan tercapainya sasaran melalui 5 (lima) program yang menjadi tanggung jawab

Dinas Perkebunan, dihadapi berbagai permasalahan sebagai berikut:

1. Peningkatan jumlah tanaman perkebunan yang tua/rusak;

2. Peningkatan jumlah petani marjinal/gurem;

3. Sumberdaya lahan yang makin terbatas;

4. Perubahan iklim global;

5. Kondisi infrastruktur yang kurang menunjang;

6. Masih kurang memadainya sumberdaya manusia baik dari segi kuantitas

maupun kualitas, terutama tenaga teknis;

7. Penyediaan sarana dan prasarana produksi yang belum optimal;

Meskipun demikian terdapat faktor pendorong untuk tercapainya sasaran misi ke-7, antara

lain:

1. Tersedianya norma, standar, prosedur, kriteria, pedoman umum, pedoman

teknis, kebijakan;

2. Tersedianya Teknologi;

3. Tersedianya anggaran, baik APBD maupun APBN.

3.3. Telaahan Renstra Kementerian dan Lembaga

Pelaksanaan pembangunan pertanian periode tahun 2015-2019 merupakan tahap

ke-3 dari pelaksanaan Rencana Jangka Panjang Nasional (RPJP) tahun 2005-2025. Oleh

karena itu diarahkan untuk menyelesaikan dan melanjutkan kegiatan pembangunan

periode sebelumnya serta menjawab isu-isu terkini, serta mengacu pada Strategi Induk

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 36

Pembangunan Pertanian (SIPP) tahun 2015-2045. Selama 5 tahun ke depan (2015-2019),

dalam membangun pertanian di Indonesia, Kementerian Pertanian mencanangkan 4

sasaran strategis, yaitu:

1. Peningkatan ketahanan pangan, dalam rangka pemenuhan permintaan pangan

nasional melalui produksi komoditas pangan utama yaitu padi, jagung, kedelai, gula,

daging unggas, daging sapi/kerbau. Sebagai indikator kinerja utama dari sasaran ini

adalah tingkat produksi padi, jagung, kedelai, gula dan daging.

2. Pengembangan ekspor dan substitusi impor produk pertanian, dalam rangka

meningkatkan mutu dan memberikan nilai tambah bagi produk pertanian melalui

kegiatan ekspor, mengurangi impor produk pertanian melalui substitusi impor.

Pengembangan ekspor difokuskan pada produk segar dan olahan dari komoditas

kelapa sawit, karet, kakao, kopi, lada, teh dan lainnya, sedangkan penurunan impor

atau substitusi impor difokuskan pada produk segar dan olahan dari kedelai, gula,

daging, sorgum, gandum dan susu. Sebagai indikator kinerja utama dari sasaran ini

adalah neraca perdagangan internasional produk pertanian.

3. Pengembangan penyediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi, dalam rangka

penyediaan bahan baku bioindustri dan energi terbarukan dari komoditas pertanian

untuk memberikan nilai tambah dari suatu produk, komoditas yang dikembangkan

mencakup kelapa sawit, kemiri sunan, ubi kayu, sapi potong dan lain-lain. Sebagai

indikator kinerja utama dari sasaran ini adalah tingkat produksi tanaman bahan baku

industri dan produksi bahan bakar nabati.

4. Pengembangan infrastruktur pertanian, terfasilitasinya sarana dan prarsarana yang

diperlukan dalam kegiatan prasarana lahan, prasarana air, alat pra panen, panen,

pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Sebagai indikator kinerja utama dari

sasaran ini adalah jumlah sarana dan prasarana produksi pertanian.

Untuk mencapai sasaran tersebut ditetapkan 5 strategi, yaitu:

1. Menjadikan basis produksi komoditas pangan, komoditas ekspor, penyedia bahan

baku bioindustri dan bioenergi dengan pendekatan kawasan. Pendekatan ini

dimaksudkan memadukan serangkaian program dan kegiatan pembangunan

pertanian menjadi suatu kesatuan yang utuh, baik dalam persepektif sistem maupun

kewilayahan, sehingga dapat mendorong peningkatan daya saing komoditas, wilayah

serta pada gilirannya peningkatan kesejahteraan petani.

2. Meningkatkan kualitas, nilai tambah dan daya saing produk pertanian. Terdapat

berbagai langkah untuk meningkatkan mutu produk pertanian seperti pembinaan

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 37

petani dan pelaku agribisnis, pengembangan infrastruktur, teknologi serta sarana dan

prasarana pertanian untuk merespon tuntutan pasar produk pertanian bermutu, baik

untuk pasar domestik maupun internasional.

3. Menyediakan prasarana dan sarana dasar pertanian. Prasarana dan sarana dasar

pertanian terdiri dari prasarana dan sarana dasar hulu dan hilir. Prasarana dan

sarana dasar hulu pertanian merupakan infrastruktur yang berfungsi untuk

meningkatkan hasil pertanian dan berperan merangsang pertumbuhan ekonomi,

misalnya jaringan irigasi. Sedangkan Prasarana dan sarana dasar hilir pertanian

merupakan infrastruktur yang berfungsi untuk pengolahan dan pemasaran hasil

pertanian yang berperan dalam merangsang pertumbuhan ekonomi, misalnya pasar

desa. Prasarana dan sarana dasar biasanya diselenggarakan oleh pemerintah karena

sifatnya dibutuhkan masyarakat luas. Namun dalam penyediaanya, pemerintah

dapat bekerjasama dengan badan usaha sesuai dengan Peraturan Presiden RI Nomor

67 tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam

Penyediaan Infrastruktur.

4. Memberikan perlindungan dan pemberdayaan petani. Perlindungan petani yang

perlu mendapatkan perhatian, yakni sarana dan prasarana produksi pertanian serta

kepastian usaha, perlindungan harga komoditas pertanian, penghapusan praktek

ekonomi biaya tinggi, ganti rugi gagal panen akibat kejadian luar biasa, sistem

peringatan dini dan penanganan dampak pendperubahan iklim serta asuransi

pertanian. Sementara di bidang pemberdayaan, pemberdayaan, pemerintah wajib

melakukan pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan,

pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil pertanian, konsolidasi dan

jaminan luasan lahan pertanian, penyediaan fasilitas pembiayaan dan permodalan,

kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi serta penguatan

kelembagaan petani. Strategi ini dalam rangka implementasi dari amanat UU

19/2103 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.

5. Meningkatkan tatakelola pemerintahan yang baik. Dalam rangka meningkatkan

kinerja birokrasi, pemerintah telah menetapkan prioritas pembangunan pada

penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Salah satu instrumen

penting untuk mewujudkan tata pemerintah yang bersih dan berwibawa adalah

melalui Reformasi Birokrasi. Tujuan akhir dari Reformasi Birokrasi adalah

terwujudnya pelayanan publik yang prima (cepat, tepat, murah, transparan dan

akuntabel) serta peningkatan kinerja birokrasi yang semakin baik. Tata kelola

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 38

pemerintahan yang transparan dan bersih merupakan dasar mewujudkan

kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan petani pada khususnya.

Sebagai pedoman dalam melakukan tindakan untuk melaksanakan strategi yang dipilih

agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran ditetapkan kebijakan pembangunan

pertanian 2015-2019 sebagai berikut:

1. Kebijakan peningkatan ketahanan pangan (padi, jagung, kedelai, tebu, sapi, cabai

dan bawang merah) yang berdampak bagi perekonomian. Sebagai negara dengan

jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia, cukup wajar kalau ketahanan pangan

selalu menjadi fokus perhatian kebijakan pemerintah. Ditambah dengan harga

pangan dunia yang cenderung berfluktuasi, berbagai kebijakan, program dan

investasi mulai lebih banyak diarahkan untuk memperkuat ketahanan pangan.

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, pemenuhannya

merupakan bagian dari hak asasi manusia, dan sebagai komponen dasar untuk

mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Sejalan dengan perubahan

paradigma dari sistem pertanian konvensional menuju sistem pertanian bioindustri

berkelanjutan, periode 2015-2019 pemerintah melalui Kementerian Pertanian akan

fokus pada pengembangan 7 bahan pokok strategis, yaitu: padi, jagung, kedelai,

gula (tebu), daging sapi, cabai dan bawang merah. Terkait cabai dan bawang merah

merupakan komoditas tambahan dan dianggap strategis karena berpengaruh

terhadap gejolak perekonomian nasional. Dari 7 bahan pokok tersebut, hanya padi

yang ditargetkan untuk pencapaian swasembada, selebihnya diprioritaskan untuk

peningkatan produksi dan produktivitas.

2. Kebijakan pengembangan komoditas ekspor dan substitusi impor serta komoditas

penyedia bahan baku bioindustri dan bioenergi. Sebagai salah satu negara utama

yang memproduksi dan pengekspor komoditas, Indonesia lebih rentan terhadap efek

dari volatilitas harga di pasar komoditas global. Keadaan tersebut memerlukan

kebijakan yang efektif pada saat harga komoditas turun maupun naik. Pada saat ini

neraca perdagangan hasil pertanian yang surplus dari subsektor perkebunan, yaitu

kelapa sawit, karet, kakao dan kopi. Sebagian besar produk diekspor dalam bentuk

primer atau produk mentah, artinya tidak memiliki nilai tambah pengolahan hasil.

Langkah strategis yang dilakukan berupa 50 % dari produk primer pertanian diolah di

dalam negeri dan produk yang dihasilkan berbasis sumberdaya lokal. Keuntungan

yang diperoleh dari meningkatnya kegiatan ekspor antara lain: (1) meningkatnya

sumber pendapatan negara dan pajak, (2) menekan pengangguran, (3)

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 39

berkembangnya usaha pertanian off-farm, (4) tumbuhnya pusat ekonomi baru, dan

(5) meningkatnya daya beli masyarakat. Teknologi berperan penting di dalam

penginovasian produk sehingga dapat memiliki nilai tambah. Oleh karena itu perlu

industrialisasi dengan memanfaatkan teknologi yang dibangun di pedesaan. Namun

dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan akan komoditas pangan

meningkat sementara di dalam negeri belum mampu mencukupinya. Akhirnya impor

tak dapat dielakkan. Kebijakan yang diambil untuk menekan laju impor diperlukan

strategi peningkatan produksi melalui: (1) peningkatan produktivitas, (2) perluasan

areal tanam, (3) peningkatan effisiensi produksi, (4) penguatan kelembagraan petani,

(5) peningkatan kualitas produk, (6) peningkatan nilai tambah, (7) perbaikan akses

pasar, (8) perbaikan sistem permodalan, (9) pengembangan infrastruktur, serta

(10) pengaturan tata niaga dan insentif usaha. Sedangkan pengembangan

komoditas bahan baku bioindustri dan bioenergi (Bahan Bakar Nabati) masih relevan

dengan Inpres No. 1 tahun 2006. Untuk itu Kementerian Pertanian melanjutkan

program tersebut dengan berbagai kebijakan, antara lain: (1) kebijakan jangka

pendek berupa penyediaan bahan baku untuk mengembangkan dan mengintensifkan

komoditas yang sudah ditanam secara luas, (2) kebijakan jangka menengah dengan

mengkaji dan mengembangkan komoditas potensial penghasil bioenergi, dan (3)

kebijakan jangka panjang ditekankan pada pemanfaatan biomassa limbah pertanian

(generasi kedua). Untuk mendukung kebijakan tersebut, perlu mengedepankan

berbagai aspek seperti riset bioteknologi (pengembangan bibit varietas unggul bahan

baku BBN untuk menghasilkan jenis BBN biodiesel, bioetanol, biooil dan biogas),

dukungan infrastruktur yang meliputi akses dari petani ke industri pengembangan

BBN dan pasar, penciptaan pasar

3. Kebijakan peningkatan daya saing produk pertanian melalui standarisasi produk dan

proses, peningkatan rantai pasok (supply chain) dan rantai nilai (value chain), mutu

dan keamanan pangan.

4. Kebijakan pengembangan infrastruktur (lahan, air, sarana dan prasarana) dan

agroindustri di perdesaan sebagai dasar/landasan pengembangan bioindustri

berkelanjutan.

5. Kebijakan reorientasi produksi dari 1 jenis produk menjadi multi produk (produk

utama, bioenergi, produk sampingan, produk dari limbah, zerro waste dan lainnya).

6. Kebijakan pengembangan kawasan/klaster, yaitu pada kawasan tertentu yang

mengungkit pencapaian target nasional.

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 40

Pembangunan pertanian pada periode 2015-1019 diarahkan pada pembangunan

berbasis kawasan yang tidak terpisahkan oleh administrasi. Kawasan dapat

dikelompokkan menjadi kawasan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan

peternakan. Dalam membangun sebuah kawasan tidak harus dimulai dari awal

tetapi juga bisa memanfaatkan kawasan yang sudah ada. Pembangunan pada

kawasan baru lebih dominan pada pembangunan infrastruktur pertanian (mulai jalan

usaha tani sampai penyediaan benih), sedangkan pengembangan kawasan yang

sudah ada lebih dominan pada penguatan kelembagaan dan sumberdaya

manusianya sehingga mampu untuk melakukan perluasan usaha. Pendekatan

pengembangan kawasan dirancang untuk meningkatkan efektivitas kegiatan, efisiensi

anggaran dan mendorong keberlanjutan kawasan komoditas unggulan dengan

pendekatan agroekosistem, sistem agribisnis, partisipatif dan terpadu. Khusus

kawasan perkebunan selain ke-4 pendekatan tersebut ada 1 lagi pendekatan yang

digunakan, yaitu diversifikasi integratif.

7. Kebijakan sistem perbenihan/pembibitan, perlindungan petani, kelembagaan ekonomi

petani, inovasi dan diseminasi teknologi, penyuluhan, dan kebijakan sistem

perkarantinaan pertanian.

8. Kebijakan pendukung program tematik: MP3EI, MP3KI, Pengarusutamaan Gender

(PUG), Kerjasama Selatan-Selatan (KSS), ketenagakerjaan, percepatan daerah

tertinggal, kawasan khusus dan wilayah perbatasan serta Pembangunan Provinsi

Papua dan Papua Barat.

9. Kebijakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sertai penanganan pasca bencana

alam.

10. Kebijakan subsidi

Subsidi pertanian merupakan subsid dari pemerintah yang dibayarkan kepada petani

dan pelaku agribisnis untuk melengkapi sumber pendapatan mereka, mengelola

suplai komoditas pertanian dan mempengaruhi permintaan dan penawaran

komoditas tertentu. Subsidi pertanian terdiri dari subsidi pupuk dan subsidi benih.

Subsidi pupuk difokuskan untuk mengurangi pupuk tunggal dan menaikkan pupuk

majemuk. Sedangkan subsidi benih difokuskan pada subsidi penyediaan benih

sumber dan kegiatan pemberdayaan penguatan penangkar memproduksi benih

sebar.

11. Kebijakan kredit

Kredit sektor pertanian pada umumnya adalah kredit program yang bersifat kredit

massal atau bersifat kelompok dengan dana dari kredit Likuiditas Bank Indonesia.

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 41

12. Kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati

Kebijakan yang terkait dengan keanekaragamam hayati meliputi: (1) peningkatan

pemahaman tentang pengelolaan keanekaragaman hayati dalam kegiatan

pembangunan pertanian berkelanjutan, (2) perlindungan, pelestarian dan rehabilitasi

keanekaragaman hayati, (3) memberi manfaat dan nilai ekonomi dari kekayaan

hayati melalui peningkatan keanekaragaman hayati sebagai sumber pangan baru

lokal dalam mendukung diversifikasi pangan, biofarmaka, kosmetika, dan

pemanfaatan lainnya, serta (4) dukungan pengembangan Iptek dan peningkatan

kapasitas pengelolaan keanekaragaman hayati.

13. Kebijakan tatakelola kepemerintahan yang baik dan reformasi birokrasi

Tatakelola pemerintahan yang baik merupakan tatanan pengelolaan pemerintahan

dengan penerapan prinsip-prinsip antara lain keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas

dan efisiensi, supremasi hukum, keadilan serta partisipasi. Reformasi birokrasi

diperlukan untuk melakukan pembaharuan dan perubahan yang mendasar terhadap

sistem penyelenggaraan kepemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek

kelembagaan (organisasi) ketatalaksanaan dan sumberdaya manusia aparatur.

Nomenklatur program pembangunan pertanian 2015-2019 merupakan

penyempurnaan terhadap nomenklatur program pembangunan pertanian tahun 2010-

2014 dan mengacu kepada 4 sasaran strategis tersebut , yaitu:

1. Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya.

2. Program pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kementerian

Pertanian.

3. Program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil produksi tanaman

pangan

4. Program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman hortikultura ramah

lingkungan

5. Program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan

berkelanjutan

6. Program pemenuhan pangan asal ternak dan agribisnis peternakan rakyat

7. Program penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian

8. Program penciptaan teknologi dan inovasi pertanian bioindustri berkelanjutan

9. Program peningkatan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan pertanian

10. Program peningkatan diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 42

11. Program peningkatan kualitas pengkarantinaan pertanian dan pengawasan

keamanan hayati

Setiap program disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Eselon I lingkup

Kementerian Pertanian sehingga setiap eselon I bertanggungjawab terhadap 1 program.

Kemudian program dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan dan selanjutnya dirinci menjadi

komponen-komponen kegiatan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, program Kementerian Pertanian, yang

berkaitan secara langsung dengan Dinas Perkebunan adalah: “Program peningkatan

produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan” yang merupakan

tanggung jawab Direktorat Jenderal Perkebunan. Dalam rangka mendukung Visi

Kementerian Pertanian tahun 2015-2019 untuk mewujudkan sistem pertanian bio-industry

berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah

tinggi berbasis sumber daya lokal untuk kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani

maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan Visi Pembangunan Perkebunan tahun

2015-2019 yaitu “meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman perkebunan

secara optimal untuk memperkokoh fondasi sistem pertanian bio-industry

berkelanjutan”, dengan misi sebagai berikut:

1) Memberikan pelayanan perencanaan, program, anggaran dan kerjasama teknis yang

berkualitas; pengelolaan administrasi keuangan dan aset yang berkualitas; memberikan

pelayanan umum, organisasi, tata laksana, kepegawaian, humas, hukum dan

administrasi perkantoran yang berkualitas; melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan

dan penyediaan data serta informasi yang berkualitas.

2) Mendorong upaya peningkatan produksi dan produktivitas usaha budidaya tanaman

semusim, tanaman rempah dan penyegar dan tanaman tahunan.

3) Menfasilitasi terwujudnya integrasi antar pelaku usaha budidaya tanaman perkebunan

dengan pendekatan kawasan; memotivasi petani/pekebun dalam penerapan teknologi

tepat guna yang sesuai dengan kondisi lokal/ wilayah setempat; serta mendorong

pemberdayaan petani dan penumbuhan kelembagaan petani.

4) Menfasilitasi ketersediaan teknologi, sistem perlindungan perkebunan, pengamatan,

pemantauan dan pengendalian organisme penganggu tanaman (OPT) dan penanganan

dampak perubahan iklim.

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 43

5) Menfasilitasi peningkatan penyediaan teknologi dan penerapan pascapanen budidaya

tanaman semusim, tanaman rempah penyegar dan tanaman tahunan.

6) Menfasilitasi peningkatan bimbingan dan penanganan usaha perkebunan berkelanjutan

seperti ISPO (Indonesia Suistainable Palm Oil), PIR (Perkebunan Inti Rakyat),

Rekomtek (Rekomendasi Teknis) dan lain-lain.

7) Menfasilitasi peningkatan penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan.

Dalam rangka mendukung arah kebijakan Pembangunan Nasional tahun 2015-2019

dan kebijakan Kementerian Pertanian tahun 2015-2019, maka Direktorat Jenderal

Perkebunan menetapkan arah kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019

sebagai dasar pelaksanaan strategi, program dan kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan

tahun 2015-2019. Arah kebijakan pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang

ditetapkan menjadi Arah Kebijakan Umum dan Arah Kebijakan Khusus.

A. Arah Kebijakan Umum

Arah kebijakan umum ditetapkan dalam rangka mendukung program Direktorat

Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 yaitu peningkatan produksi dan produktivitas

tanaman perkebunan berkelanjutan, yaitu:

1. Pengembangan komoditas perkebunan strategis;

2. Pengembangan kawasan berbasis komoditas unggulan perkebunan;

3. Pengembangan sumber daya insani (SDI) perkebunan;

4. Penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha perkebunan;

5. Pengembangan dan penguatan sistem pembiayaan perkebunan;

6. Pengembangan sarana prasarana dan infrastruktur pendukung usaha agribisnis

perkebunan;

7. Perlindungan, pelestarian, pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan hidup;

8. Peningkatan upaya adaptasi, mitigasi bencana, perubahan iklim dan

perlindungan perkebunan;

9. Penguatan tata kelola kepemerintahan yang baik dan reformasi birokrasi

sebagai dasar pelayanan prima.

B. Arah Kebijakan Khusus

Arah kebijakan khusus adalah arah kebijakan pembangunan perkebunan tahun 2015-

2019 yang ditetapkan dalam rangka mendukung pencapaian sasaran strategis

Kementerian Pertanian tahun 2015-2019, yaitu:

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 44

1. Pemenuhan penyediaan bahan baku tebu dalam rangka peningkatan produksi

gula nasional;

2. Pengembangan penyediaan bahan baku bio-energy dalam mewujudkan fondasi

sistem pertanian bio-industry;

3. Peningkatan komoditas berorientasi nilai tambah serta komoditas andalan dan

potensial/prospektif ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor

perkebunan.

Salah satu arah kebijakan umum pembangunan perkebunan adalah Pengembangan

kawasan berbasis komoditas perkebunan, arah kebijakan ini dimaksudkan sebagai

implementasi Peraturan Menteri Pertanian No. 50/2012 tentang Pedoman Pengembangan

Kawasan Pertanian yang mengamanatkan penetapan kawasan pertanian nasional

termasuk kawasan perkebunan melalui pengembangan komoditas unggulan nasional.

Kawasan perkebunan adalah wilayah pembangunan perkebunan sebagai pusat

pertumbuhan dan pengembangan serta usaha agribisnis perkebunan yang berkelanjutan.

Kawasan tersebut disatukan oleh faktor alamiah, kegiatan ekonomi, sosial budaya, dan

infrastruktur pertanian serta dibatasi oleh agroekosistem yang sama sehingga mencapai

skala ekonomi dan efektivitas manajemen usaha perkebunan. Kawasan perkebunan

dapat berupa kawasan yang telah eksis atau calon lokasi baru yang sesuai dengan

persyaratan bagi masing-masing jenis budidaya tanaman perkebunan, dan lokasinya

disatukan oleh agroekosistem yang sama. Kriteria khusus kawasan perkebunan

diantaranya:

1. Pengusahaannya dilakukan sebagai usaha perkebunan rakyat dan/atau sebagai

usaha perkebunan besar dengan pendekatan skala ekonomi;

2. Usaha perkebunan besar bermitra dengan usaha perkebunan rakyat secara

berkelanjutan, baik melalui pola perusahaan inti-plasma, perkebunan rakyat

dengan perusahaan mitra (kemitraan), kerjasama pengolahan hasil dan bentuk-

bentuk kerjasama lainnya;

3. Arah pengembangannya dilaksanakan dalam bingkai prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan, diantaranya: kelapa sawit menerapkan sistem

ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil)

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 45

Pada tahun 2015-2019 untuk komoditas perkebunan yang akan dikembangkan adalah:

kelompok pangan: kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, lada, jambu mete, teh, tebu, sagu

dan non pangan: karet, kapas, tembakau, cengkeh, nilam, kemiri sunan dan pala.

Berdasarkan sasaran jangka menengah Kementerian Pertanian, maka

pembangunan perkebunan di Riau ke depannya juga diarahkan untuk mendukung

terwujudnya pengembangan kawasan berbasis komoditi, pengembangan komoditi

perkebunan untuk bahan baku bioindustri dan bioenergi, antara lain kelapa sawit, karet,

kelapa, sagu dan lain-lain, pengembangan infrastruktur pertanian serta peningkatan mutu

hasil perkebunan. Namun demikian untuk pelaksanaannya terdapat berbagai

permasalahan dan hambatan, antara lain:

1. Berkenaan dengan penyediaan lahan perkebunan, antara lain: 1) perubahan

RTRW yang belum tuntas, 2) sebagian lahan masih berstatus dalam hutan;

2. Penanganan pengembangan budidaya, antara lain: 1) ketersediaan benih

unggul, 2) ketersediaan sarana dan prasarana, 3) sumberdaya manusia

3. Kondisi kebun pada saat ini sebagian besar tanamannya dalam keadaan

tua/rusak sehingga memerlukan investasi yang cukup besar untuk peremajaan

sementara anggaran pemerintah (pusat dan daerah) terbatas.

4. Sistem standarisasi pertanian belum optimal sehingga petani masih menjual

produk yang beragam kualitasnya.

3.4. Telaahan RTRW dan KLHS

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 Tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTR) Provinsi Riau yang disesuaikan dengan potensi wilayah maka ditetapkan

arahan pembangunan perkebunan adalah seluas 3.133.398 Ha atau 33,14 % dari luas

wilayah daratan Provinsi Riau 9.456.160 Ha. Dalam draft revisi Peraturan Daerah No 10

tahun 1994, kawasan untuk pengembangan perkebunan adalah 3.650.607 Ha.

Dari arahan luas kawasan peruntukan perkebunan, berdasarkan data statistik

perkebunan Provinsi Riau tahun 2013 yang telah dimanfaatkan untuk pengembangan

perkebunan seluas 3.543.714 Ha. Luas areal perkebunan tersebut terdiri dari:

Perkebunan Rakyat : 2.439.750 Ha, (68,84 %)

Perkebunan Besar Negara : 90.447 Ha, (2,55 %)

Perkebunan Basar Swasta : 1.013.517 Ha, (28,60 %)

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 46

Pada umumnya komoditi perkebunan yang dikembangkan oleh masyarakat di

daerah Riau adalah karet, kelapa sawit, kelapa, sagu, kakao, kopi, pinang, lada, gambir

dan enau. Namun komoditi yang paling dominan adalah kelapa sawit dengan luas

2.399.172 Ha, karet dengan luas 505.264 Ha, kelapa (kelapa dalam dan kelapa hibrida)

dengan luas 520.260 Ha serta sagu seluas 83.256 Ha. Penyebaran areal perkebunan

tersebut meliputi 12 kabupaten/kota, secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Luas Areal Perkebunan dan Penyebarannya di Provinsi Riau Tahun 2013

No Kabupaten Luas Areal (Ha) TBM TM TTR Total

1. Kampar 37.279 231.06 21.754 290.049

2. Rokan Hulu 44.225 208.577 13.517 266.319

3. Pelalawan 6.743 149.815 6.989 163.547

4. Indragiri Hulu 18.322 82.900 17.499 118.721

5. Kuantan Singingi 60.738 132.083 26.437 219.258

6. Bengkalis 54.872 143.991 13.336 212.199

7. Rokan Hilir 16.364 176.498 22.157 215.019

8. Dumai 13.647 24.284 2.856 40.787

9. Siak 38.606 192.601 1.289 232.496

10. Indragiri Hilir 84.709 379.351 119.344 583.404

11. Pekanbaru 5.487 1.423 - 6.910

12. Kep. Meranti 21.655 58.288 11.099 91.042

Perkebunan Rakyat 402.647 1.780.826 256.277 2.439.750

PBN 1.000 89.447 - 90.447

PBS 171.165 841.639 713 1.013.517

Total Riau 574.812 2.711.912 256.990 3.543.714

Dari data luas areal perkebunan pada Tabel 11, maka luas kawasan peruntukan

untuk perkebunan berdasarkan arahan RTRW Provinsi Riau yang masih tersisa 106.893

Ha yang berpotensi untuk perluasan perkebunan. Dengan semakin berkurangnya

sumberdaya lahan untuk pengembangan perkebunan, maka di masa depan untuk

peningkatan produksi perkebunan diarahkan pada intensifikasi, diversifikasi dan inovasi

teknologi.

Sampai dengan saat ini RTRW revisi Provinsi Riau ini belum tuntas. Hal ini menjadi

faktor penghambat dalam melakukan pengembangan perkebunan. Disamping itu terdapat

faktor pendorong dalam upaya pengembangan perkebunan, yaitu adanya Undang-Undang

Perkebunan dan peraturan lainnya.

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 47

Gambar 1 .Peta Sebaran perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 48

Sesuai dengan pembagian pola ruang, kawasan perkebunan termasuk ke dalam

kawasan budidaya yang terdiri dari:

1) Kawasan perkebunan besar negara/swasta

Dalam pemanfaatan kawasan ini, harus memperhatikan antara lain: wajib studi

kelayakan dan AMDAL; melakukan upaya pencegahan dan pengendalian gangguan

lingkungan seperti banjir, kebakaran dan pencemaran lingkungan; melakukan

perlindungan sempadan sungai dan sekitar mata air serta kubah gambut yang berada

dalam areal perizinannya; berkewajiban membangun kebun untuk masyarakat sekitar

dan atau melakukan kemitraan pembangunan kebun dan pengolahannya dengan

masyarakat,

2) Kawasan perkebunan rakyat. Dalam pengelolaannya harus memperhatikan kesesuaian

jenis tanaman, prinsip-prinsip budidaya yang layak ekonomi, layak sosial dan ramah

lingkungan secara berkelanjutan

Dengan memperhatikan dokumen kajian lingkungan hidup strategis (KLHS), maka

dalam memanfaatkan sumberdaya perkebunan dilakukan secara optimal dan sesuai dengan

daya dukung sehingga kelestariannya dapat tetap terjaga. Oleh karena itu dalam

pengembangan budidaya perkebunan memanfaatkan teknologi ramah lingkungan seperti

pemanfatan pupuk organik dan pestisida nabati, penerapan sistem pertanian konservasi

pada wilayah perkebunan terutama pada lahan kritis, gambut, DAS hulu, pemanfaatan

limbah usaha perkebunan, penerapan pembukaan lahan tanpa bakar dan lain-lain.

3.5. Penentuan Isu-Isu Strategis

Berdasarkan hasil analisis dari aspek gambaran pelayanan dan kajian terhadap

Renstra K/L, RTRW dan KLHS ditentukan faktor-faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi permasalahan pelayanan pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau sebagai

berikut:

a. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi organisasi dalam melakukan

pelayanan berupa kekuatan dan kelemahan. Dengan mencermati gambaran pelayanan

Dinas Perkebunan, maka ditentukan isu-isu strategis sebagai berikut:

Kekuatan (strenghts):

1. Tersedianya Sumberdaya manusia

2. Tersedianya peraturan/per UU an

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 49

3. Tersedianya norma, standar, prosedur, kriteria, pedoman umum, pedoman teknis,

kebijakan

4. Tersedianya teknologi (Informasi, budidaya, perlindungan, perbenihan dan sarana

produksi)

5. Tersedianya komoditas perkebunan untuk pemenuhan pangan

Kelemahan (weakness):

1. Penanganan pengembangan budidaya tanaman yang belum sesuai standar

2. Penanganan infrastruktur, prasarana & sarana perkebunan yang belum optimal

3. Penanganan pasca panen, pembinaan mutu, pemasaran hasil perkebunan yang

belum optimal

4. Pengendalian Organisme Penyakit Tanaman (OPT) dan penanganan gangguan

usaha dan kebakaran lahan yang belum menjangkau seluruh wilayah

5. Masih terbatasnya pelaksanaan sertifikasi & pengawasan mutu benih

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor dari luar yang mempengaruhi organisasi dalam

melakukan pelayanan berupa peluang dan tantangan. Dengan mencermati dinamika

lingkungan strategis baik nasional maupun internasional, maka ditentukan isu-isu strategis

sebagai berikut:

Peluang (opportunities):

1. Potensi sumberdaya perkebunan masih dapat ditingkatkan

2. Meningkatnya permintaan pasar domestik dan luar negeri

3. Iklim investasi terhadap produk perkebunan kondusif

4. Meningkatnya kebutuhan bahan pangan

5. Komitmen pemerintah dalam mitigasi dan antisipasi perubahan iklim

Tantangan (threats):

1. Produksi/Produktivitas perkebunan masih rendah

2. Persaingan pemanfaatan sumberdaya lahan

3. Kurangnya infrastuktur, sarana dan prasarana produksi

4. Isu Lingkungan hidup dan globalisasi

5. Kesejahteraan petani/pekebun masih rendah

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 50

BAB IV

PERUMUSAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN,

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN

4.1. Visi dan Misi

Sebagai bagian dari pembangunan Provinsi Riau, visi pembangunan perkebunan

harus selaras dengan visi Provinsi Riau yaitu: “Terwujudnya Provinsi Riau yang maju,

masyarakat sejahtera, berbudaya Melayu dan berdaya saing tinggi, menurunnya

kemiskinan, tersedianya lapangan kerja serta pemantapan aparatur”, visi tersebut

merupakan cita-cita untuk mewujudkan Provinsi Riau yang mempunyai pemerintah dan

masyarakat yang tangguh, unggul dan memiliki kemampuan untuk tumbuh dan

berkembang, sarana prasarana yang baik, berkualitas dan berteknologi tinggi,

masyarakatnya makmur, tersedianya lapangan pekerjaan dan menurunnya kemiskinan.

Dengan memperhatikan visi tersebut serta sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas

Perkebunan Provinsi Riau, maka ditetapkan visi sebagai berikut: “Terwujudnya Kebun untuk

Kesejahteraan Masyarakat Riau”. Makna yang terkandung dalam visi tersebut dapat

dijabarkan sebagai berikut:

Kebun : lahan yang di atasnya diusahakan penanaman tanaman perkebunan tertentu

disertai dengan kegiatan mengolah dan memasarkan hasil tanaman tersebut dengan

bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen.

Kesejahteraan masyarakat : suatu kondisi masyarakat yang telah terpenuhi kebutuhan

dasarnya, yaitu pangan, papan, sandang, kesehatan dan pendidikan, serta kebutuhan dasar

lainnya.

Arti dari kalimat visi secara utuh yang merupakan juga cita-cita Dinas Perkebunan Provinsi

Riau adalah mensejahterakan masyarakat melalui pembangunan perkebunan mulai dari

hulu sampai ke hilir.

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 51

Untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan, maka Dinas Perkebunan Provinsi

Riau menetapkan misi pembangunan perkebunan jangka menengah tahun 2014-2019

sebagai berikut:

1. Mewujudkan pembangunan perkebunan yang berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan, serta optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perkebunan.

2. Meningkatkan nilai tambah produk perkebunan dan akses terhadap informasi

pasar.

3. Memfasilitasi untuk peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan

4. Meningkatkan kesejahteraan petani melalui pengembangan SDM dan

kelembagaan perkebunan

5. Memberikan dukungan untuk terwujudnya ketahanan pangan melalui

pengembangan tanaman perkebunan penghasil bahan pangan.

4.2. Tujuan dan Sasaran

Dalam rangka mewujudkan visi melalui misi yang telah ditetapkan sebagaimana yang

telah diuraikan, maka perlu adanya kerangka yang jelas pada setiap misi menyangkut tujuan

dan sasaran yang akan dicapai. Tujuan dan sasaran pada setiap misi yang dijalankan

sebagai berikut:

Misi 1 : Mewujudkan pembangunan perkebunan yang berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan, serta optimalisasi pemanfaatan

sumberdaya perkebunan.

No Tujuan Sasaran

1.1 Meningkatkan produksi pertanian/

perkebunan

Terwujudnya peningkatan produksi

pertanian/perkebunan

Misi 2 : Meningkatkan nilai tambah produk perkebunan dan akses terhadap

informasi pasar.

No Tujuan Sasaran

2.1 Meningkatnya pemasaran hasil

produksi pertanian/ perkebunan

Terwujudnya peningkatan pemasaran

hasil produksi pertanian/perkebunan

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 52

Misi 3 : Memfasilitasi untuk peningkatan penerapan teknologi

pertanian/perkebunan.

No Tujuan Sasaran

3.1 Meningkatnya penerapan teknologi

perkebunan pada kelompok tani

Terwujudnya peningkatan penerapan

teknologi pertanian/perkebunan

Misi 4 : Meningkatkan kesejahteraan petani melalui pengembangan SDM

dan kelembagaan perkebunan

No Tujuan Sasaran

4.1 Meningkatnya kesejahteraan petani

melaui pengembangan sumberdaya

manusia dan kelembagaan

perkebunan

Terwujudnya peningkatan

kesejahteraan petani melalui

pengembangan Sumberdaya Manusia

dan Kelembagaan petani

Misi 5 : Memberikan dukungan untuk terwujudnya ketahanan pangan

melalui pengembangan tanaman perkebunan penghasil bahan

pangan.

No Tujuan Sasaran

5.1 Meningkatnya ketahanan pangan Terwujudnya ketahanan pangan dari

produk perkebunan

4.3. Strategi dan Kebijakan

4.3.1. Strategi

Untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan serta mencapai sasaran maka

diperlukan strategi atau langkah-langkah yang diperlukan dalam

melaksanakan pembangunan perkebunan tahun 2014-2018. Dalam

menentukan strategi dilakukan dengan evaluasi faktor-faktor lingkungan

strategi yang mempengaruhi dengan menggunakan metode SWOT

(kekuatan/strengths, kelemahan/weakness, peluang/opportunities, dan

tantangan/threats). Hasil analisis SWOT disajikan pada Tabel 12. Berdasarkan

analisis SWOT dan pembobotan faktor-faktor internal dan eksternal maka

dirumuskan strategi sebagai berikut:

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 53

1. Peningkatan produksi tanaman perkebunan.

Strategi diarahkan pada upaya-upaya yang dilakukan untuk

meningkatkan produksi perkebunan, yaitu penerapan teknologi budidaya

yang baik, optimasi pemanfaatan sumberdaya lahan (intensifikasi,

ekstensifikasi, rehabilitasi, diversifikasi), penyediaan benih unggul

bermutu, penanganan perlindungan tanaman dan gangguan usaha

perkebunan, pembinaan usaha perkebunan, menyediakan dan

memperbaiki infrastruktur (jalan produksi, jaringan tata air) pada sentra

produksi komoditas perkebunan, penyediaan alat dan mesin pertanian,

penyediaan sarana produksi (pupuk dan pestisida).

2. Peningkatan nilai tambah produk perkebunan dan akses

terhadap informasi pasar

Dalam rangka meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk

perkebunan, maka strategi difokuskan pada pengembangan unit

pengolahan produk petani, mendorong terwujudnya klaster industri hilir,

meningkatkan intensitas promosi produk perkebunan, memperkuat

jaringan pemasaran hasil olahan perkebunan, meningkatkan mutu hasil

produk perkebunan melalui pembinaan petani dan pelaku usaha

agribisnis.

3. Peningkatan kesejahteraan petani melalui pengembangan

sumberdaya manusia dan kelembagaan perkebunan

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani diperlukan sistem dan

usaha agribisnis perkebunan yang bertumpu kepada kemampuan dan

kemandirian pelaku usaha perkebunan serta meningkatkan kemampuan

dan kemandirian kelembagaan agribisnis perkebunan dalam

memanfaatkan peluang usaha yang ada. Strategi yang akan ditempuh

meliputi :

a. Meningkatkan kemampuan, ketrampilan, pengetahuan dan

kemandirian petani pekebun serta petugas/aparatur perkebunan

melalui pelatihan petani dan aparatur perkebunan

b. Memperkuat pemberdayaan kelembagaan petani baik ekonomi

(koperasi) maupun sosial (asosiasi)

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 54

4. Peningkatan penerapan teknologi perkebunan

Strategi untuk meningkatkan penerapan teknologi pertanian (alat-alat

pertanian, benih unggul, teknik budidaya dan lain-lain) adalah dengan

meningkatkan adopsi teknologi pada tingkat petani/pekebun agar dapat

memberikan hasil yang lebih baik dan lebih banyak, meningkatkan nilai

tambah, atau lebih efisien dalam melakukan usaha.

5. Peningkatan ketahanan pangan melalui pengembangan

tanaman perkebunan

Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan

pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan

secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya. Untuk mendukung

ketersediaan pangan yang berasal dari perkebunan, maka strateginya

adalah mengembangkan komoditi perkebunan sebagai sumber bahan

pangan.

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 55

Tabel 12. Analisis SWOT Penentuan Alternatif Strategi Pencapaian Indikator Sasaran

Eksternal

Internal

Peluang (opportunities): 1. Potensi sumberdaya

perkebunan masih dapat ditingkatkan

2. Meningkatnya permintaan pasar domestik dan luar negeri

3. Iklim investasi terhadap produk perkebunan kondusif

4. Meningkatnya kebutuhan bahan pangan

5. Komitmen pemerintah

dalam mitigasi dan antisipasi perubahan iklim.

Tantangan (threats): 1. Produksi/Produktivitas

perkebunan masih rendah 2. Persaingan pemanfaatan

sumberdaya lahan 3. Kurangnya infrastuktur,

sarana dan prasarana produksi 4. Isu Lingkungan hidup dan

globalisasi 5. Kesejahteraan petani/pekebun

masih rendah

Kekuatan (strenghts): 1. Tersedianya Sumberdaya

manusia 2. Tersedianya peraturan/per UU

an 3. Tersedianya norma, standar,

prosedur, kriteria, pedoman umum, pedoman teknis, kebijakan

4. Tersedianya teknologi (Informasi, budidaya, perlindungan, perbenihan dan sarana produksi)

5. Tersedianya jenis komoditi perkebunan untuk pemenuhan pangan

Alternatif Strategi (SO) 1. Pemanfaatan potensi

sumberdaya perkebunan dengan mengacu pada peraturan per UU an dan penerapan teknologi

2. Peningkatan penerapan teknologi untuk memenuhi permintaan pasar domestik dan luar negeri

3. Meningkatkan pemberdayaan SDM untuk penggunaan benih unggul bermutu

4. Peningkatan ketahanan pangan melalui pengembangan tanaman perkebunan

Alternatif Strategi (ST): 1. Peningkatan produksi

perkebunan dengan memanfaatkan SDM, peraturan per UU an, standar teknis, teknologi.

2. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan dengan mengacu pada peraturan per UU an

3. Meningkatkan pengelolaan SDA dan lingungan hidup melalui penerapan teknologi ramah

Lingkungan 4. Peningkatan kesejahteraan

petani dengan memperkuat SDM dan kelembagaan petani

Kelemahan (weakness): 1. Penanganan pengembangan

budidaya tanaman yang belum sesuai standar

2. Penanganan pasca panen, pembinaan mutu, pemasaran hasil perkebunan yang belum optimal

3. Penanganan infrastruktur, prasarana & sarana perkebunan yang belum optimal

4. Pengendalian Organisme Penyakit Tanaman (OPT) dan penanganan gangguan usaha dan kebakaran lahan yang belum menjangkau seluruh wilayah

5. Masih terbatasnya pelaksanaan sertifikasi & pengawasan mutu benih

Alternatif Strategi (WO): 1. Memanfaatkan potensi

sumberdaya perkebunan dengan penanganan budidaya tanaman yang sesuai standar

2. Peningkatan nilai tambah dan akses terhadap informasi pasar

3. Peningkatan pengendalian OPT, gangguan usaha dan kebakaran lahan

4. Peningkatan penggunaan benih unggul bermutu

Alternatif Strategi (WT): 1. Meningkatkan produksi dengan

penanganann tanaman sesuai standar

2. Mengoptimalkan potensi lahan untuk pengembangan tanaman perkebunan

3. Meningkatkan penyediaan infrastruktur, prasarana & sarana perkebunan

4. Mengantisipasi isu lingkungan hidup dan globalisasi

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 56

4.3.2. Kebijakan

Dengan memperhatikan arah kebijakan nasional dan pembangunan pertanian

serta kebijakan pembangunan di Provinsi Riau, maka dirumuskan arah

kebijakan yang akan menjadi kerangka pembangunan perkebunan periode

2014-2019 adalah:

1. Kebijakan Umum :

- Mewujudkan usaha perkebunan yang berkelanjutan dengan cara

memanfaatkan segala sumberdaya perkebunan secara optimal.

- Memperkuat perkebunan dengan cara meningkatkan daya saing

usaha perkebunan, nilai tambah, produktivitas dan mutu produk

perkebunan, meningkatkan kualitas SDM serta akses ke sentra-sentra

produksi.

- Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, mengoptimalkan

pelayanan publik dan partisipasi masyarakat

2. Kebijakan Teknis :

- Pengembangan komoditas perkebunan strategis dengan sistem

budidaya yang baik untuk meningkatkan produksi perkebunan melalui

kegiatan peremajaan, ekstensifikasi, intensifikasi dan diversifikasi;

melaksanakan pembinaan dan penyediaan perbenihan; memfasilitasi

penanganan perlindungan tanaman (pengendalian OPT, pembinaan

petani dan petugas pengamat hama); penyediaan dan

pengembangan infrastruktur dan sarana prasarana perkebunan (

penyediaan pupuk, pestisida; penyediaan alat dan mesin perkebunan;

rehabilitasi jalan usaha tani dan normalisasi saluran drainase;

memfasilitasi akses pembiayaan usaha perkebunan.

- Meningkatkan nilai tambah, daya saing, industri hilir, pemasaran dan

ekspor hasil perkebunan dengan: memfasilitasi penyediaan unit

pengolahan hasil perkebunan petani; mendorong, merekomendasi

dan memfasilitasi perusahaan yang berinvestasi; memfasilitasi

promosi produk perkebunan; mengembangkan pelayanan informasi

pasar; melaksanakan pembinaan/standarisasi mutu produk

perkebunan.

- Meningkatkan penerapan teknologi melalui adopsi teknologi kepada

petani

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 57

- Meningkatkan kesejahteraan petani dengan pengembangan SDM

perkebunan melalui pelatihan petani serta memfasilitasi pembentukan

dan pembinaan kelompok tani (kelembagaan petani).

- Mendukung ketahanan pangan dengan pengembangan tanaman

perkebunan sumber bahan pangan.

Selengkapnya tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan diuraikan pada

Tabel 13.

Tabel 13. Tujuan, Sasaran, Kebijakan dan Strategi Pembangunan Perkebunan

Misi 1 : Mewujudkan pembangunan perkebunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perkebunan.

Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan

Meningkatkan produksi pertanian/ perkebunan

Terwujudnya peningkatan produksi pertanian/perkebunan

Peningkatan produksi pertanian/ perkebunan

- Pengembangan komoditas perkebunan dengan sistem budidaya yang baik melalui kegiatan peremajaan, ekstensifikasi, intensifikasi, diversifikasi.

- Melakukan pembinaan usaha dan perlidungan perkebunan

- Melakukan pembinaan dan penyediaan benih bermutu

- Memfasilitasi penyediaan alat & mesin perkebunan

- Melakukan rehabilitasi jalan usaha tani & normalisasi saluran drainase

- Memfasilitasi akses pembiayaan usaha perkebunan

Misi 2 : Meningkatkan nilai tambah produk perkebunan dan akses terhadap informasi pasar

Meningkatnya pemasaran hasil produksi perkebunan

Terwujudnya peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan

Peningkatan nilai tambah produk perkebunan dan akses terhadap informasi pasar

- Melaksanakan pembinaan mutu produk perkebunan

- Pengembangan unit usaha pengolahan hasil perkebunan

- Memfasilitasi penyediaan alat pengolah hasil

- Pengembangan pelayanan informasi pasar

- Memfasilitasi promosi produk perkebunan

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 58

Misi 3 : Memfasilitasi untuk peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan

Meningkatnya penerapan teknologi perkebunan pada kelompok tani

Terwujudnya peningkatan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan

Peningkatan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan

Menerapkan inovasi teknologi perkebunan

Misi 4 : Meningkatkan kesejahteraan petani melalui pengembangan SDM dan Kelembagaan

Meningkatnya kesejahteraan petani

Terwujudnya peningkatan kesejahteraan petani melalui pengembangan SDM dan kelembagaan petani

Peningkatan kemampuan sumberdaya manusia dan kelembagaan perkebunan

- Melaksanakan pelatihan, petani dan aparatur perkebunan

- Memfasilitasi pembentukan dan pembinaan kelompok tani

Misi 5 : Memberikan dukungan untuk terwujudnya ketahanan pangan melalui pengembangan tanaman perkebunan penghasil bahan pangan.

Meningkatnya ketahanan pangan

Terwujudnya ketahanan pangan dari produk perkebunan

Peningkatan ketahanan pangan dari produk perkebunan

Pengembangan tanaman perkebunan sumber bahan pangan

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 59

BAB V

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN

INDIKATIF

5.1. Rencana Program dan Kegiatan

Sesuai hasil analisa terhadap potensi, permasalahan, peluang dan tantangan dan

pembangunan perkebunan di Provinsi Riau serta memperhatikan RPJP dan RPJMD Provinsi

Riau, maka ditetapkan rencana program dan kegiatan pembangunan perkebunan Provinsi

Riau Tahun 2014-2018 adalah sebagai berikut:

5.1.1. Program

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi perkebunan, maka ditetapkan 5 program

utama dan 5 program pendukung. Program-program tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut:

a. Program Utama:

Dalam rangka mewujudkan misi ke-7 dari RPJMD Provinsi Rian Tahun 2014-

2019, maka program pembangunan perkebunan di Provinsi Riau sebagai

berikut:

1. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan

2. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan

3. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan

4. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

5. Program Peningkatan Ketahanan Pangan

b. Program Pendukung:

Untuk memfasilitasi dan memberikan dukungan pelayanan organisasi, maka

ditetapkan program sebagai berikut:

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

2. Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur

3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur

4. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur

5. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan

Keuangan

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 60

5.1.2. Komoditas Perkebunan Unggulan Daerah

Komoditi yang menjadi binaan Dinas Perkebunan Provinsi Riau mengacu

pada Peraturan Menteri Pertanian No. 3399/Kpts/PD.310/10/2009 tanggal

19 Oktober 2009, yaitu sebanyak 127 komoditi. Secara Nasional yang

menjadi prioritas penanganan difokuskan pada 16 komoditi terdiri dari:

1. Tanaman tahunan, yaitu: kelapa sawit, karet, kelapa, jambu mete,

jarak pagar, kemiri sunan, sagu.

2. Tanaman rempah penyegar, yaitu: kakao, kopi, teh, lada, cengkeh,

pala.

3. Tanaman semusim, yaitu: tebu, tembakau, kapas, nilam.

Untuk mendukung program nasional dan pengembangan potensi komoditi

perkebunan di Riau, maka komoditi yang menjadi unggulan Provinsi Riau

sebanyak 5 komoditi, yaitu: karet, kelapa sawit, kelapa, sagu, kakao.

Selain itu diperlukan juga mengembangkan komoditi perkebunan lainnya

yang berpotensi di kabupaten/kota seperti kopi, gambir, nilam, lada dan

pinang.

5.1.3. Kegiatan

Sebagai penjabaran dari program dan disesuaikan dengan tugas dan fungsi

Dinas Perkebunan Provinsi Riau, maka kegiatan pembangunan perkebunan

dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Pengembangan komoditi perkebunan

Kegiatan yang dimaksud antara lain: peremajaan kebun rakyat (karet,

kelapa, kelapa sawit), diversifikasi kebun rakyat (kakao),

pengembangan tanaman perkebunan (sagu), pembinaan usaha

perkebunan, penertiban izin usaha perkebunan, pembinaan dan

pengawalan program pembiayaan usaha perkebunan rakyat.

2. Penanganan pasca panen dan pembinaan usaha pengolahan hasil.

Penanganan pasca panen dimaksudkan untuk melaksanakan kebijakan,

kegiatan, bimbingan pengembangan standarisasi, promosi, pemasaran,

dan pembiayaan pengolahan hasil.

Kegiatan yang dimaksud antara lain: pembinaan dan fasilitasi usaha

pengolahan produk perkebunan, pembinaan pascapanen produk

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 61

perkebunan, fasilitasi promosi produk perkebunan, pembinaan mutu

hasil produk, penyediaan alat pengolahan hasil perkebunan.

3. Dukungan perlindungan perkebunan

Kegiatan-kegiatan untuk dukungan perlindungan adalah: pengendalian

organisme pengganggu tanaman perkebunan, fasilitasi penanganan

gangguan usaha perkebunan, pemantauan dan pengendalian kebakaran

lahan dan kebun, pembinaan petugas hama penyakit dan cadangan

pestisida, Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT).

4. Dukungan infrastruktur, prasarana dan sarana perkebunan

Kegiatan-kegiatan yang dimaksud: Rehabilitasi jalan produksi,

normalisasi saluran drainase, pembangunan water management pada

kawasan perkebunan, penyediaan alat pertanian (excavator, mesin

pompa air), penyediaan pupuk dan pestisida, kegiatan pembinaan,

pengawasan, pemantauan pupuk dan pestisida, inventarisasi dan

identifikasi potensi lahan pengembangan perkebunan melalui

pemanfaatan GIS.

5. Dukungan Perbenihan

Kegiatan-kegiatan yang dimaksud: Sertifikasi dan pengawasan mutu

benih, penyediaan bahan tanaman (benih/bibit) perkebunan (karet,

kelapa sawit, kakao), penggantian bibit palsu kelapa sawit dengan bibit

unggul bersertifikat, pembinaan penangkar benih dan sosialisasi

pemberantasan bibit unggul palsu.

6. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) perkebunan

Pengembangan SDM perkebunan dimaksudkan untuk meningkatkan

kemampuan petani untuk mengatasi segala permasalahan taninya

secara mandiri dan kapasitas petugas sebagai fasilitator/motivator.

Kegiatannya adalah pelatihan petani dan aparatur perkebunan,

pembinaan kelembagaan petani perkebunan, penilaian kelompok tani

perkebunan, pengembangan kelembagaan usaha pengolahan hasil

perkebunan.

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 62

7. Dukungan penerapan teknologi perkebunan

Kegiatan-kegiatan yang dimaksud: dem-farm pengendalian OPT

perkebunan, dem-farm pengendalian kebakaran lahan dan kebun,

penyediaan agensia pengendali hayati untuk pengendalian OPT, dem-

farm pengembangan komoditi lada, pengawasan peredaran dan

sertifikasi benih, Bimbingan teknis pemanfaatan dan pemeliharaan

alat-alat mekanisasi perkebunan yang telah diserahkan kepada

masyarakat.

8. Dukungan manajemen

Kegiatan-kegiatan yang mendukung aspek manajerial pada Dinas

Perkebunan Provinsi Riau, yaitu: perencanaan (penyusunan renja,

koordinasi pembangunan, monitoring, evaluasi dan pelaporan, serta

pemutakhiran data statistik perkebunan), administrasi keuangan,

laporan keuangan, administrasi perkantoran, sarana prasarana

aparatur, kepegawaian dan lain-lain.

5.2. Indikator Kinerja

Untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan, maka perlu

ditetapkan indikator kinerja. Berdasarkan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan Dinas

Perkebunan tahun 2014-2018, maka ditetapkan 5 indikator kinerja sesuai dengan sasaran

pembangunan perkebunan yang akan dicapai, yaitu:

1. Terwujudnya peningkatan produktivitas komoditas perkebunan dengan indikator

jumlah produksi komoditas perkebunan (produksi karet, kelapa sawit, kelapa

dalam ton)

2. Terwujudnya peningkatan pemasaran hasil produksi perkebunan dengan indikator

jumlah unit usaha pengolahan hasil yang dibina (unit usaha)

3. Terlaksananya peningkatan penerapan teknologi perkebunan dengan indikator

tingkat penerapan teknologi perkebunan (%).

4. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan petani melalui pengembangan SDM dan

kelembagaan petani dengan indikator nilai tukar petani (NTP).

5. Terwujudnya ketahanan pangan dari produk perkebunan dengan indikator jumlah

produksi pangan dari komoditas perkebunan (produksi sagu dalam ton).

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 63

5.3. Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif

Sesuai dengan misi yang akan diwujudkan, maka yang menjadi kelompok sasaran

pembagunan perkebunan periode 5 tahun ke depan sebagai berikut:

1. Terwujudnya peningkatan produktivitas komoditas perkebunan

2. Terwujudnya peningkatan pemasaran hasil produksi perkebunan

3. Terlaksananya peningkatan penerapan teknologi perkebunan

4. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan petani

5. Terwujudnya ketahanan pangan dari produk perkebunan

Pendanaan untuk mencapai sasaran tersebut berasal dari APBD Provinsi Riau,

dengan alokasi dana indikatif untuk belanja tidak langsung dan belanja langsung selama

periode 2014-2018 disajikan padaTabel 14.

Tabel 14. Alokasi Dana Indikatif Belanja Tiak Langsung dan Belanja Tidak Langsung Dinas Perkebunan Provinsi Riau

Tahun Belanja Tidak Langsung (Rp)

Belanja Langsung (Rp)

2014 15.262.613.441,13 100.429.533.543,18

2015 17.865.497.057,52 117.556.769.875,87

2016 21.086.661.031,91 138.752.353.231,35

2017 24.540.186.563,03 161.476.899.031,32

2018 28.855.909.543,88 189.874.790.882,56

Secara terperinci program, kegiatan, indikator kinerja kegiatan (output) dan

pendanaan indikatif dapat dilihat pada Tabel 15.

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 64

BAB VI

INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA

TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

Untuk periode 5 tahun mendatang (2014-2019), Pemerintah Provinsi Riau

mencanangkan visi dan misi pembangunan di Riau, yaitu:

Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau Tahun 2014-

2019 adalah: “Terwujudnya Provinsi Riau yang maju, masyarakat sejahtera dan berdaya

saing tinggi, terhapusnya kemiskinan serta tersedianya lapangan kerja”.

Dalam rangka pencapaian visi yang telah ditetapkan dengan memperhatikan kondisi dan

permasalahan yang ada, tantangan kedepan, serta memperhitungkan peluang yang dimiliki,

maka ditetapkan 9 (sembilan) Misi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Riau

Tahun 2014-2019, sebagai berikut:

1. Meningkatkan pembangunan infrastruktur

2. Meningkatkan pelayanan pendidikan

3. Meningkatkan pelayanan kesehatan

4. Menurunkan kemiskinan

5. Mewujudkan pemerintah yang handal dan terpercaya serta pemantapan kehidupan

politik

6. Pembangunan masyarakat yang berbudaya melayu, beriman dan bertaqwa

7. Memperkuat pembangunan pertanian dan perkebunan

8. Meningkatkan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta pariwisata

9. Meningkatkan peran swasta dalam pembangunan

Dalam mengimplementasikan visi, misi, serta tujuan dan sasaran, maka disusun

strategi dan arah kebijakan. Arah kebijakan adalah pedoman untuk mengarahkan rumusan

strategi yang dipilih dalam mencapai tujuan dan sasaran dari waktu ke waktu selama 5

(lima) tahun. Arah kebijakan pembangunan daerah Provinsi Riau tahun 2014-2019 sebagai

berikut:

1. Tahun pertama (2014): pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas SDM,

sarana dan prasarana pemerintahan, meningkatkan kapasitas aparatur, serta

peningkatan kesejahteraan rakyat.

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 65

2. Tahun kedua (2015) : pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas SDM,

sarana dan prasarana pemerintahan serta penguatan ekonomi inklusif dalam

meningkatkan kesejahteraan rakyat.

3. Tahun ketiga (2016) : penguatan jaringan infrastruktur, pengembangan budaya,

peningkatan prestasi aparatur pemerintah serta pemantapan pembangunan

ekonomi berdaya saing tinggi.

4. Tahun keempat (2017) : pemantapan infrasturktur dan aparatur pemerintah

dalam rangka peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, serta melanjutkan

kebijakan tahun sebelumnya

5. Tahun kelima (2018) : pemantapan prasarana wilayah, pembangunan SDM,

perekonomian yang berdaya saing dan aparatur pemerintahan secara

berkelanjutan.

Dari 9 (sembilan) Misi RPJMD Provinsi Riau Tahun 2014-2019, Dinas Perkebunan

Provinsi Riau terutama berperan untuk mewujudkan pencapaian misi ke-7, yaitu

memperkuat pertanian dan perkebunan. Misi ke-7 dari RPJMD Provinsi Riau Tahun 2014-

2019 ini mempunyai 3 (tiga) tujuan, yaitu:

1. Mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan

yang cukup, aman, bermutu dan bergizi seimbang;

2. Meningkatkan nilai tambah produksi pertanian dan perkebunan;

3. Meningkatkan kesejahteraan petani.

Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari misi ke-7 ini adalah:

1. Optimalisasi lahan dan diversifikasi;

2. Meningkatnya jumlah industri olahan produk pertanian dan perkebunan;

3. Meningkatnya Nilai Tukar Petani (NTP).

Strategi, Kebijakan Umum dan Program pembangunan daerah misi ke-7 pada RPJMD

Tahun 2014-2019 yang terkait secara langsung dengan Dinas Perkebunan Provinsi Riau

disajikan pada Tabel 16.

Draft Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 66

Tabel 16. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah Misi ke-7 pada RPJMD

Provinsi Riau 2014-2019.

Misi ke-7: Memperkuat Pembangunan Pertanian dan Perkebunan

No Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Umum

Program Pembangunan Daerah

1. Mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi

Optimalisasi lahan dan diversifikasi

Meningkatkan penguatan pangan, peningkatan produksi dan keanekaragaman pangan

Pemenuhan kecukupan konsumsi pangan masyarakat

Program Peningkatan Ketahanan Pangan

Mewujudkan kemandirian desa melalui kedaulatan pangan

Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan

Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan

2. Meningkatkan kesejahteraan petani

Meningkatnya Nilai Tukar Petani

Meningkatkan nilai tukar petani

Peningkatan kesejahteraan petani

Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan

Untuk memperkuat pertanian dan perkebunan, ada 5 (lima) program pembangunan

daerah yang menjadi tanggungjawab Dinas Perkebunanan untuk melaksanakannya. Untuk

menunjukkan pencapaian program tersebut selama periode 5 (lima) tahun, maka ditetapkan

indikator kinerja (outcome) berserta target capaiannya. Program dan indikator kinerja

Dinas Perkebunan Provinsi Riau untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD

Provinsi Riau Tahun 2014-2019 disajikan pada Tabel 17.

[Rancangan Akhir] |Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 | 67

Tabel 17. Indikator Kinerja SKPD Dinas Perkebunan Provinsi Riau yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD

No Program Pembangunan

Daerah Indikator Kinerja

(Outcome)

Kondisi Kinerja Awal

Periode RPJMD

Target Capaian Setiap Tahun

Kondisi Kinerja Akhir

Periode RPJMD

2013 2014 2015 2016 2017 2018

1. Program Peningkatan Jumlah produksi pangan

Ketahanan Pangan dari perkebunan (ton):

Sagu 126.145 196.786 269.786 318.347 340.632 345.741 345.741

2. Program Peningkatan Produktivitas komoditi

Produksi Pertanian/ perkebunan (kg/ha/tahun) :

Perkebunan Kelapa sawit 3.913,00 3.937,00 3.957,00 4.39,00 4.091,00 4.144,00 4.144,00

Karet 1.042,00 1.052,06 1.062,58 1.073,21 1.083,94 1.094,78 1.094,78

Kelapa 1.276,00 1.288,72 1.301,60 1.314,62 1.327,77 1.341,04 1.341,04

3. Program Peningkatan Tingkat Penerapan 60 60,5 61 61,5 62 62,5 62,5

Penerapan Teknologi Teknologi Pertanian (%)

Pertanian/Perkebunan

4. Program Peningkatan Nilai Tukar Petani 95,47 96,80 97,47 98,23 99,07 100,07 100,07

Kesejahteraan Petani (NTP)

5. Program Peningkatan Jumlah unit usaha 12 14 29 44 59 74 74

Pemasaran Hasil pengolahan hasil

Produksi Pertanian/ Perkebunan

Perkebunan (Unit usaha)

|Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019 | 64

Tabel. 15 Indikator Kinerja SKPD Dinas Perkebunan Provinsi Riau yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD

Tujuan

Sasaran

Indikator

Sasaran

Kode

Program dan Kegiatan

Indikator Kinerja Program (out

come) dan Kegiatan

Kondisi Kinerja Awal Periode

RPJMD

Target Kinerja Program dan kerangka pendanaan

Kondisi Kinerja Akhir

Periode RPJMD

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Target (ha,ton,km,bln,

pkt)

Rp.( juta)

Target (ha,ton,km,bln,

pkt)

Rp.(juta) Target (ha,ton,km,b

ln,pkt)

Rp.(juta)

Target (ha,ton,km, bln

pkt)

Rp.(juta)

Target (ha,ton,km

bln,pkt)

Rp.(juta)

Target (ha,ton,km,bjl

pkt)

Rp.(juta)

Target (ha,ton,km,bln,

pkt))

Rp. (Juta)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Meningkatnya Pelayanan administrasi

perkantoran baik kwalitas ataupun

kwantitas

Terwujud nya pelayanan

administrasi perkanto ran

Jumlah Jenis layanan

Program : Administrasi Perkantoran

Kegiatan :

Peningkatan pelayanan kebutuhan

administrasi per kantoran dan birokrasi

3.315

2.490

3.446

3.557

3.913

16.959 - Penyediaan Jasa Surat Menyurat Tersedianya jasa surat

menyurat 12 30 12 20 12 20 12 20 12 20 12 40 12 140

- Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik

Terlaksananya Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik

12 679 12 450 100 450 12 600 12 650 12 600 25 2.550

- Penyediaan jasa pemeliharaan dan perizinan kendaraan dinas/ operasional

Terlaksananya penyediaan jasa pemeliharaan kend. Dinas/operasional

12 110 12 270 100 250 12 400 12 550 12 350 12 1.425

- Penyediaan jasa administrasi keuangan

Terlaksananya penyediaan jasa adm.keuangan

12 100 12 25 100 25 12 20 12 30 12 40 12 155

- Penyediaan jasa kebersihan kantor Terlaksananya Penyediaan jasa kebersihan kantor

12 423 12 230 100 230 12 320 12 350 12 300 12 1.275

‘-Penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja

Terlaksananya Penyediaan jasa perbaikan prltn kerja

12 150 12 70 100 70 12 60 12 80 12 120 12 440

‘- Penyediaan alat tulis kantor Tersedianya alat tulis kantor disbun

12 400 12 105 100 105 12 64,112 12 140 12 160 12 670

‘- Penyediaan barang cetakan dan penggandaan

Tersedianya barang cetakan dan penggan daan

12 350 12 80 100 80 12 50 12 110 12 125 12 485

‘- Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor

Tersedianya komponen instalasi listrik

12 200 12 65 100 65 12 75 12 95 12 125 12 415

‘- Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor

Tersedianya peralatan dan perlengkapan ktr

1 900 1 175 100 175 - - 1 245 1 265 12 1.090

‘- Penyediaan peralatan rumah tangga Tersedianya peralatan rumah tangga

- - 1 20 100 20 1 20 1 40 1 50 1 160

‘- Penyediaan bahan bacaan & peraturan perundang-undangan

Tersedianya bahan bacaan & peraturan undang-undang

1 100 1 50 100 30 1 30 1 60 1 70 1 230

‘- Penyediaan makanan dan minuman Tersedianya makanan dan minuman untuk tamu dan acara senam

12 325 12 165 100 165 12 165 12 220 12 240 12 1.180

‘- Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah

Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah

12 1.628 12 775 100 585 12 850 12 900 12 1.000 12 4.800

‘- Penyediaan Jasa Keamanan Kantor Tersedianya kemananan kantor

- - 12 135 100 137 12 240 12 300 12 160 12 660

‘- Penyediaan Jasa Informasi dan Publikasi

Tersedianya sarana informasi, Internet, hosting website dan perawatan jaringan

- - 12 400 100 200 12 200 12 320 12 330 12 1.550

‘- Penyediaan administrasi kepegawaian

Terlaksananya penye diaan adm.kepegawaian

- - - - 100 75 12 30 12 100 12 100 12 375

Program : Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur

Jumlah paket pengadaan sarana prasarana pendukung aparatur

3.830

4.244

1.780

5.135

5.649

23.526

Kegiatan :

‘-Pengadaan kendaraan dinas/ operasional

Terlaksananya pengadaan kendaraan Dinas/ operasional

5 1.800 - - - - - - 3 1.800 9 5.070

‘-Pengadaan perlengkapan gedung kantor

‘- Terlaksananya pengadaan perlengkapan gedung kantor

1 480 1 375 1 150 1 165 1 180 1 200 5 1.160

|Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019 | 65

Tujuan

Sasaran

Indikator Sasaran

Kode

Program dan Kegiatan

Indikator Kinerja Program (out come) dan

Kegiatan

Kondisi Kinerja Awal Periode RPJMD

Target Kinerja Program dan kerangka pendanaan

Kondisi Kinerja Akhir Periode RPJMD

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Target

(ha,ton,km) Rp.(

juta)

Target

(ha,ton,km) Rp.(juta) Target

(ha,ton, km) Rp.(ju

ta)

Target

(ha,ton,km) Rp.(ju

ta)

Target

(ha,ton,km) Rp.(ju

ta)

Target

(ha,ton,km) Rp.(jut

a)

Target

(ha,ton,km) Rp.

(Juta)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

‘-Pengadaan peralatan gedung kantor Terlaksananya pengadaan peralatan gedung kantor

1 718 1 250 1 200 1 250 1 275 1 280 5 1.265

‘-Pengadaan mebeleur Terlaksananya pengadaan mebeleurr

1 50 1 240 1 - 1 485 1 500 1 425 5 1.800

‘- Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan gedung kantor

Terlaksananya pemeliharaan rutin/ berkala perlengkapan gedung kantor

1 200 1 125 1 100 1 110 1 120 1 130 5 585

‘- Rehabilitasi sedang/berat gedung kantor

Terlaksananya rehabilitasi sedang/ berat gedung kantor

1 770 1 990 1 - 0 1 3.000 3 7.334

‘- Pembangunan Gedung Kantor Dinas Perkebunan Provinsi Riau

Terlaksananya pembuatan DED kantor Dinas Perkebunan, pemba

ngunan gedung

1 - 1 250 1 227,6 1 4.000 1 5.000 - 1 450

Program : Peningkatan Disiplin Aparatur

Peningkatan ketaatan dan kepatuhan aparatus

437 362 570 438 482 2.117

Kegiatan :

‘- Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya

Terlaksananya pengadaan pakaian dinas

171 107 171 181 180 190 180 200 180 250 711 821

‘- Pengadaan pakaian KORPRI Terlaksananya pengadaan pakaian Korpri

- - 180 180 180 200 180 250 540 630

‘- Pengadaan pakaian adat daerah Terlaksananya pengadaan pakaian Melayu

- - 171 117 - - 180 200 180 200 180 250 711 867

‘- Pengadaan pakaian hansip/linmas Terlaksananya pengadaan pakaian Linmas

- - 171 107 - - 180 180 180 200 180 250 711 736

‘- Pengadaan pakaian khusus Hari-hari tertentu

Terlaksananya pengadaan pakaian olah raga & kelengkapannya

171 181 180 200 180 200 180 250 711 821

‘- Pembinaan fisik dan mental aparatur Terlaksananya pembinaan fisik dan mental aparatur

171 130 171 70 12 130 430 430

Program : Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

Peningkatan kompetensi Aparatur

271 100 70 278 306 1.494

Kegiatan :

‘-Pendidikan dan Pelatihan Formal Terlaksananya pendidikan dan pelatihan formal

12 100 6 75 10 100 10 70 10 80 10 135 58 545

‘- Penyebaran informasi peningkatan penerapan teknologi perkebunan melalui media cetak

Terlaksananya Penyebaran informasi peningkatan penerapan teknologi perkebunan melalui media cetak

- - 1 196 - - 1 100 1 120 4 516

Program : Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Dan Keuangan

Peningkatan Pngembangan sistem pelaporan kinerja dan keuangan

245

244

140

296

326

1.382

Kegiatan :

‘- Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun

Jenis laporan Keuangan yang tersusun sesuai Permendagri No. 54 Tahun 2010

4 45 4 45 4 44 4 40 4 60 4 70 20 270

‘- Penyusunan rencana kerja (RENJA) SKPD

Jumlah dokumen 4 200 4 200 4 200 4 100 4 220 4 256 4 980

|Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019 | 66

Tujuan

Sasaran

Indikator

Sasaran

Kode

Program dan Kegiatan

Indikator Kinerja

Program (out come) dan Kegiatan

Kondisi Kinerja

Awal Periode RPJMD

Target Kinerja Program dan kerangka pendanaan

Kondisi Kinerja

Akhir Periode RPJMD

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Target (ha,ton,km)

Rp.( juta)

Target (ha,ton,km)

Rp.(juta) Target (ha,ton,

km,dok)

Rp.(juta)

Target (ha,ton,km)

Rp.(juta)

Target (ha,ton,km)

Rp.(juta)

Target (ha,ton,km)

Rp.(juta) Target (ha,ton,km)

Rp. (Juta)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Meningkatnya produktivitas komoditas

pertanian/ perkebunan

Terwujud nya pening katan

produkti vitas komoditas

perkebunan

Produktivitas tanaman

perkebunan

Program : Peningkatan produksi pertanian/ perkebunan

Kegiatan :

Menigkatnya produktivitas komoditi utama

perkebunan Karet, Kelapa sawit dan kelapa

1.042,00 3.913,00

1.276,00

1.052,06 3.937,00

1.288,72

1.062,583.957,00

1.301,60

1.073,21 4.039,00

1.314,62

1.083,94

4.091,00

1.327,77

1.094,78 4.144,00

1.341,04

1.094,78 4.144,00

1.341,04

- Peremajaan kebun karet rakyat Luas tan. Karet yg diremajakan

1.200 6.000 2.400 24.500 1 474,7 650 14.422 1.000 15.000 1.000 15.000 5.051 69.397

- Peremajaan kebun kelapa rakyat Luas tan. Kelapa yg diremajakan

420 3.500 150 1.040 1 114 330 6.250 500 5.000 500 5.000 1.481 17.404

- Peremajaan kebun kelapa sawit rakyat

Luas tan. Klp. swt diremajakan

- - 210 2.680 1 303,6 500 14.000 - - - - 711 16.984

- Pengembangan tanaman perkebunan potensial (Kenaf, Nilam, Kopi dll)

Luasan pengembangan komoditi potensial

- - - - - - - - - - - -

= Pengembangan tanaman Kenaf sebagai tanaman sela

Luasan tanaman kenaf 1.030 75 - - 1.030 75

= Pengadaan Bibit tanaman sela Kopi dan Kakao

Volume (Btg) tan. Kopi dan kakao

200 200 - - 200 200

= Pengembangan tanaman Nilam Luasan tanaman nilam 30 788 30 788

= Integrasi tanaman gaharu diperkebunan rakyat

Luasan tanaman integrasi

50 235 50 235

- Divesifikasi Tanaman Kakao pada perkebunan rakyat

Luas lahan. Diversifikasi kakao

100 1.000 109 1.050 1 507 105 1.125 100 1.250 100 1.250 415 5.182

- Penyediaan Bibit Kelapa sawit, karet dan Kakao

Jumlah btg bibit sawit, bibit karet,bibit kakao

80.900 12.336 122.200 2.440 1 808,6 456.500 10.578 50.000 100.000 100.000

4.000 50.000 100.000 100.0000

4.000 909.600 34.162

- Penggantian bibit palsu kelapa sawit dengan bibit unggul bersertifikat

Luas lahan sawit yg mendapat bibit bersertifikat

115 3.750 1 68 400 4.000 - - - - 401 72.000

- Pembinaan Klasifikasi/penilaian usaha perkebunan

Jumlah perusahaan yg dinilai dan dievaluasi

30 950 30 900 70 750 30 1.250 90 775 115 800 300 3.925

- Penertiban Izin Usaha Perkebunan Jumlah unit usaha perkebunan yg ditertibkan

10 200 12 194 30 550 30 220 30 250 30 300 132 1.130

- Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) perkebunan

Jumlah areal yg pengendalian OPT

200 350 250 200 300 200 300 400 300 440 350 500 1.600 1.720

- Fasilitasi penanganan gangguan usaha perkebunan

Laporan penanganan kasus gangguan usaha perkebunan

5 200 5 250 5 250 5 300 5 320 5 350 25 1.470

- Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) Perkebunan

Jumlah petani/ pendamping prngrndali hama

40 250 40 250 40 250 40 300 40 330 40 350 200 1.480

- Pemantauan dan Pengendalian kebakaran lahan dan kebun

Pelaksanaan pemantauan dan pengendalian kebakaran lahan dan kebun

1 350 1 350 1 350 1 500 1 550 1 600 1 1.800

- Pembinaan Petugas Hama Penyakit dan cadangan pestisida untuk penanganan darurat

Jumlah lokasi pembinaan petugas pengamat

hama/penyakit dan cadangan pestisida

11 300 11 300 11 300 11 325 11 350 11 385 11 1.610

- Pembinaan Penangkar Benih dan Sosialisasi pemberantasan bibit unggul palsu

Jumlah lokasi pembinaan klpk penangkarbenih dan sosialisasi pember rantasan bibit palsu

14 500 10 250 12 250

14 300 14 320 14 350 64 1.470

- Koordinasi pembangunan perkebunan antara Provinsi Riau dengan Kab/ Kota

Jumlah pertemuan yang difasilitasi

1 425 1 425 1 450 1 475 1 475 1 500 5 2.385

- Monitoring, evaluasi dan pelaporan laporan kegiatan Disbun Prov.Riau

4 250 4 300 4 350 4 500 4 400 4 425 5 1.850

- Pengolahan & pemutakhiran data statistik serta penyusunan profil pkbn

Buku statistik, Profil perkbn & Buku saku

200 300 200 300 200 350 200 375 200 400 200 445 1.000 1.870

|Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019 | 67

Tujuan

Sasaran

Indikator Sasaran

Kode

Program dan Kegiatan

Indikator Kinerja

Program (out come) dan Kegiatan

Kondisi Kinerja Awal Periode RPJMD

Target Kinerja Program dan kerangka pendanaan

Kondisi Kinerja Akhir Periode RPJMD

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Target

(ha,ton,km) Rp.(

juta)

Target

(ha,ton,km) Rp.(juta) Target

(ha,ton, km) Rp.(ju

ta)

Target

(ha,ton,km) Rp.(ju

ta)

Target

(ha,ton,km) Rp.(ju

ta)

Target

(ha,ton,km) Rp.(juta) Target

(ha,ton,km) Rp.

(Juta)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

- Rehabilitasi Jalan Produksi Jalan produksi yang direhabilitasi

27

6.869

35

8.950

1

365

40

10.000

65

17.500

75

20.000

242

63.684

- SID Pembangunan Water Management pada kawasan perkebunan

SID Pembangunan Water

- 3 300 - - 5 450 5 550 13 1.300

‘- Pembangunan Water Managemen di kawasan perkebunan

Jumlah unit Water managemen

- - - - - - 45 4.000 64 4.750 75 4.500 184 13.250

- Normalisasi Saluran Drainase pada areal perkebunan rakyat

Saluran drainase yg diperbaikii

32 11.900 23 3.475 1 350 15 1.350 30 4.150 50 5.750 150 26.975

- Pembinaan, Pengawasan, Pemantauan Pupuk/Pestisida

Jumlah lokasi pembinaan

12 400 12 320 12 500 12 500 12 550 12 600 12 2.870

- Inventarisasi dan Identifikasi potensi lahan pengembangan perkebunan melalui pemanfaatan GIS

Jumlah dokumen laporan

1 350 1 350 1 350 1 250 1 300 1 350 5 1.950

- Intensifikasi Tanaman Perkebunan Jumlah Hektar 100 1.000 - - - - 100 3.500 100 3.500 400 11.500

- Pengadaan alat mekanisasi perkebunan Jumlah unit 3 3.900 1 1.300 - - 1 1.500 3 5.000 3 5.200 11 16.900

= Penyediaan Excavator Jumlah unit Excavator 3 3.900 1 1.300 - - - - 4 5.200

= Pengadaan alat angkut hasil panen Jumlah unit angkong 10 600 10 600

= Pengadaan Mesin Pompa air untuk pengendalian kebakaran lahan

Unit pompa air 4 200 - - 4 750 4 800 14 2.150

= Pengadaan Jonder Jumlah unit jonder 1 535 1 535

= Pengadaan alat semprot hama 10 600 10 600

- Penyediaan Pestisida Jumlah kg/ ton 250 250

- Perluasan kebun karet rakyat Jumlah luasan 1.000 7.000 1.000 7.000

- Pengkuran kembali lahan Perusahaan Perkebunan

Jumlah perusahaan perkebunan

50 15.000 50 15.000

- Intensifikasi kebun kelapa sawit rakyat Jumlah saprodi 1 1.000 1 1.000

- Optimasi lahan perkebunan gambut di Kab.Bengkalis & Kepulauan Meranti

Jumlah luasan 200 877 200 877

- Pengadaan pupuk tan.perkebunan 1.000 500

= Pupuk Nitrogen Jumlah Kg 1.000 500 1.000 1.080

= Pupuk tanaman sawit Jumlah kg 1.000 1.080 2.500 3.385

= Pupuk Urea Jumlah kg 2.500 3.385 1.000 780

- Pengadaan Herbisida Jumlah liter 1.000 780

- Pengadaan Alat Pengolah Hasil perkebunan

Unit penyuling nilam Unit pengolahan karet Unit alat sadap

1 5

100

20 500

1.000

1 5

100

20 500

1.000

- Penyusunan Masterplan pengembangan kawasan perkebunan Provinsi Riau

Jumlah dokumen masplanter

1 1.000 1 1.000

- Pembinaan dan Pengawalan Program Pembiayaan Usaha Perkebunan Rakyat

Jumlah Kelompok Tani 100 2.500 100 2.500 200 5.000

Meningkatkan penerapan teknologi pertanian/perkebunan

Terwujudnya peningkatan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan

Tingkat Penerapan Teknologi Pertanian (%)

Program : Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan

Persentase Penerapan Teknologi Pertanian

60

60,5

5.035

61,0

6.850

61,5

7.535

62

8.289

62,5

9.117

62,5

36.826

Kegiatan :

- Penyediaan Agensia Hayati untuk pengendalian OPT perkebunan

Jumlah paket agensia hayati

- - 1 400 1 440 1 480 1 500 4 1.820

- Dem-farm pengembangan komoditi (lada dll)

Jumlah hektar Demfarm

- - 2 250 2 350 2 200 2 250 2 425 10 1.810

- Demfarm pengendaliaan OPT perkebunan

Jumlah hektar Demfarm

- - 80 250 250 300 250 350 1.000 1.175

- Pengawasan Peredaran dan sertifikasi benih perkebunan

Jumlah Kabupaten/Kota

- - 11 230 11 350 1 250 11 450 11 600 11 1.880

- Sosialaisasi kebijakan perkebunan, bimbingan teknis, temu usaha dan pemantapan kelembagaan di 9 UPT Perkebunan

Jumlah UPT perkebunan

9 2.500 9 2.275 -

- Dem-Farm pengendalian kebakaran lahan dan kebun

Jumlah kegiatan - - - - 4 825 12 175 12 200 48 690

- Bimbingan teknis pemanfaatan dan pemeliharaan alat-alat mekanisasi perkebunan yang telah diserahkan ke masyarakat

Jumlah kelompok tani Kab/ Kota yang dilakukan Bimtek

- - - 12 350 12 385 12 400 12 425 48 1.560

- Pembangunan/pemeliharaan kebun koleksi tanaman .perkebunan

Jlh Ha kebun koleksi 3 385 3 385

|Revisi I Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2014-2019 | 68

Tujuan

Sasaran

Indikator

Sasaran

Kode

Program dan Kegiatan

Indikator Kinerja

Program (out come) dan Kegiatan

Kondisi Kinerja

Awal Periode RPJMD

Target Kinerja Program dan kerangka pendanaan

Kondisi Kinerja Akhir Periode

RPJMD

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Target

(ha,ton,km) Rp.(

juta)

Target

(ha,ton,km) Rp.(juta) Target

(ha,ton, km) Rp.(ju

ta)

Target

(ha,ton,km) Rp.(ju

ta)

Target

(ha,ton,km) Rp.(ju

ta)

Target

(ha,ton,km) Rp.(juta) Target

(ha,ton,km) Rp.(ju

ta)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Meningkatkan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan

Terwujudnya peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/ perkebunan

Jumlah unit usaha pengo lahan hasil perkebunan yang dibina

Program : Peningkatan Pemasaran

Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan.

Jumlah unit usaha pengolahan hasil perkebunan (unit usaha(

12

14

1.350

29

26.300

44

28.930

59

31.823

74

35.005

74

123.408

Kegiatan :

- Pembinaan dan fasilitasi usaha pengolahan produk perkebunan

Jumlah unit usaha pengolahanproduk

12 200 2 300 15 250 15 275 15 350 15 400 74 1.170

- Pembinaan pasca panen produk perkebunan

Jumlah Kab/kota yang dibina pasca panen

12 1.525 12 1.230 12 450 12 335 3 750 6 1.250 6 1.300

- Fasilitasi promosi produk perkebunan

Jumlah expo yang diikuti

8 550 10 760 10 950 10 1.150 10 1.200

- Pembinaan Mutu Hasil Produk Perkebunan

Jumlah Klp.tani yang mendapatkan sertifikat jaminan mutu

3 400 2 350 2 357 2 385 2 450 2 500 13 2.442

- Penyediaan alat pengolah hasil perkebunan

Jumlah alat pengolah sagu

- - - - 1 250 2 1.500 2 1.800 5 2.550

Meningkatkan pengembangan SDM & kelembagaan perkebunan

Terwujudnya peningkatan kesejahteraan petanii

Jumlah kelompok tani yang dibina/dillatih

Program : Peningkatan Kesejahteraan Petani

Nilai Tukar Petani 95,47

96,80

2.300

97,47

2.900

98,23

3.190

99,07

3.509

100,07

3.860

100,07

15.759

- Pelatihan Petani dan Aparatur Perkebunan

Jumlah klp petani dan aparatur

30 1.850 32 2.300 35 2.100 35 2.100 180 3.500 180 3.500 492 14.350

- Pembinaan kelembagaan petani perkebunan

Jumlah asosiasi/ kel.tani yang dibina

- - 5 (12) 250 60 275 5 (12) 300 5 (12) 330 5 (60) 1.155

- Penilaian kelompok tani perkebunan Kelompok tani berprestasi di Kab

- - 120 238 120 270 120 300 120 330 480 1.165

- Pengembangan kelembagaan usaha pengolahan hasil perkebunan

Kelompok tani usaha pengolahan

20 400 24 300 24 845 24 850 24 875 116 3.270

Meningkatkan ket.pangan

Terwujudnya peningkatan ket.pangan dari produk perkebunan

Jmlh produksi pangan dari komoditas perkebunan (sagu)

Program : Peningkatan Ketahanan Pangan

Jumlah ton produksi sagu

126.145 196.786,2 269.786 318.347,5 340.631,8 345.741,3 345.741,3

- Pembangunan kebun sagu rakyat Jumlah Areal pemb. sagu

200 900 5.430 1 175 580 2.500 500 2.500 500 1.500 2.481 13.105

JUMLAH 108.680 19.399 92.756 94.560 100.011 515.406