kata pengantar -...

104

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

15 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil
Page 2: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

i

KATA PENGANTAR

Program Upsus Siwab Tahun 2018 merupakan kelanjutan dari program

Upsus Tahun 2017 dalam upaya percepatan peningkatan populasi ternak sapi

dan kerbau yang sustainable dan menguntungkan bagi para Peternak. Upsus

Siwab merupakan program yang terintegrasi antara struktur pendukung

dalam aspek manajemen produksi ternak dengan mengoptimalkan penerapan

teknologi Inseminasi Buatan. Pelaksanaan program Upsus Siwab tahun 2018

ditargetkan mencapai 3 juta akseptor IB diharapkan menghasilkan

kebuntingan 2,1 juta ekor. Untuk pemantauan pelaksanaan Upsus Siwab

secara cepat dan real time harian dalam pelaksanaan IB, pelaporan

kebuntingan dan kelahiran serta kegiatan teknis pendukung lainnya,

dilaporkan melalui sistem aplikasi iSIKHNAS yang dapat dipantau setiap saat.

Diharapkan apa yang menjadi tujuan dari program Upsus Siwab Tahun

2018, dapat diwujudkan dengan baik sesuai dengan target yang sudah

ditetapkan. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan program Upsus Siwab

tersebut, maka dibuatlah Pedoman Pelaksanaan Upsus Siwab tahun 2018,

agar menjadi dasar acuan bagi seluruh pihak yang terkait di pusat dan daerah

dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang mendukung program Upsus

Siwab. Akhir kata semoga semua pihak yang terlibat dalam melaksanakan

Upsus Siwab dapat menjalankan program ini dengan baik dan lancar.

Jakarta, 2 Januari 2018

DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN

DAN KESEHATAN HEWAN,

I KETUT DIARMITA

NIP. 19621231 198903 1 006

Page 3: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I. OPERASIONALISASI UPAYA KHUSUS PERCEPATAN PENINGKATAN

POPULASI SAPI DAN KERBAU BUNTING ....................................................... 1

A. Pendahuluan. .................................................................................... ……..1

B.Gambaran Umum dan Target ............................................................. ....... 6

BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN INSMINASI BUATAN ................................ 7

A. Pelaksanaan Pelayanan IB ....................................................................... 7

B. Petugas Teknis Reproduksi ...................................................................... 8

C. Pelatihan dan Bimbingan Teknis .............................................................. 9

D. Penggunaan Alokasi Dana ...................................................................... 10

E. Koordinasi, Pendampingan dan Pengawasan .......................................... 11

BAB III. PENYEDIAAN DAN DISTRIBUSI SEMEN BEKU,

NITROGEN (N2) CAIR DAN KONTAINER ...................................................... 12

A. Semen Beku .......................................................................................... 12

B. Nitrogen (N2) Cair ................................................................................... 14

C. Kontainer ............................................................................................... 15

D. Permohonan Kebutuhan Kontainer ........................................................ 16

E. Pengadaandan Distribusi Kontainer ....................................................... 16

F. Pealaksanaan ......................................................................................... 16

G. Monitoring dan Evaaluasi ...................................................................... 18

BAB IV. PEMENUHAN HIJAUAN PAKAN TERNAK ....................................... 20

A. Prinsip Pelaksanaan ............................................................................... 20

B. Pelaksana Kegiatan ................................................................................ 21

C. Kriteria Kelompok Penerima Kegiatan .................................................... 21

D. Lokasi Kegiatan ..................................................................................... 22

E. Pemanfaatan Anggaran APBN 2018 ........................................................ 22

Page 4: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

iii

F. Tahap Pelaksanaan Kegiatan ................................................................. 24

G. Pendampingan ....................................................................................... 27

BAB V. PENANGGULANGAN GANGGUAN REPRODUKSI ............................. 28

A. Mekanisme Kerja ................................................................................... 28

B. Penanggulangan Gangguan Reproduksi ................................................. 29

C. Tim Pelaksana Gangrep ......................................................................... 30

D. Manajemen Operasional ......................................................................... 30

E. Operasional Kegiatan ............................................................................. 31

BAB VI. PENGENDALIAN PEMOTONGAN BETINA PRODUKTIF .................... 32

A. Mekanisme Kegiatan Pengendalian Betina Produktif .............................. 32

B. Lokasi Kegiatan ..................................................................................... 32

C. Pelaksanaan Kegiatan ............................................................................ 32

BAB VII. TATA CARA PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN ...................... 36

A. Ketentuan Pembayaran Biaya Operasional ............................................. 36

B. Syarat-syarat Pertanggungjawaban ........................................................ 36

C. Mekanisme Pembayaran ........................................................................ 37

D. Kewajiban Pajak ..................................................................................... 39

E. Pakta Integritas ...................................................................................... 40

F. Pencairan Dana ..................................................................................... 40

BAB VIII. PENGENDALIAN INTERNAL, MONITORING,

EVALUASI DAN PELAPORAN ....................................................................... 41

A. Pengendalian Internal ............................................................................ 41

B. Monitoring dan Evaluasi ........................................................................ 42

C. Pelaporan UPSUS SIWAB ....................................................................... 42

BAB IX. PENUTUP………………………………………………………………………… 44

Page 5: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil
Page 6: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil
Page 7: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil
Page 8: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil
Page 9: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil
Page 10: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 1 -

1

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR

JENDERAL PETERNAKAN DAN

KESEHATAN HEWAN

NOMOR :

TANGGAL : 2 Januari 2018

PEDOMAN PELAKSANAAN UPAYA KHUSUS

PERCEPATAN PENINGKATAN POPULASI SAPI DAN KERBAU BUNTING

TAHUN ANGGARAN 2018

BAB I

OPERASIONALISASI UPAYA KHUSUS

PERCEPATAN PENINGKATAN POPULASI SAPI DAN KERBAU BUNTING

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama manusia yang

pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi setiap rakyat Indonesia.

Pangan senantiasa harus tersedia secara cukup, aman, bermutu, bergizi,

dan beragam dengan harga yang terjangkau daya beli masyarakat, serta

tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat.

Bila ditinjau dari sumber asalnya, bahan pangan terdiri atas pangan

nabati (asal tumbuhan) dan pangan hewani (asal ternak dan ikan). Bahan

pangan hewani yang berasal dari ternak adalah daging, telur dan susu

yang berfungsi sebagai sumber zat gizi, utamanya protein dan lemak.

Berdasarkan data tahun 2009-2014, konsumsi daging ruminansia

meningkat sebesar 18,2% dari 4,4 gram/kap/hari pada tahun 2009

menjadi 5,2 gram/kap/hari pada tahun 2014. Dilain pihak dalam kurun

waktu yang sama penyediaan daging sapi lokal rata-rata baru memenuhi-

315/Kpts/PK.210/F/01/2018

Page 11: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 2 -

2

65,24% kebutuhan total nasional. Sehingga kekurangannya masih

dipenuhi dari impor, baik berupa sapi bakalan maupun daging beku.

Menghadapi tantangan tersebut, Pemerintah perlu menyusun program

peningkatan produksi daging sapi/kerbau dalam negeri, menggunakan

pendekatan yang lebih banyak mengikutsertakan peran aktif masyarakat.

Sejak Tahun 2017 Pemerintah telah menetapkan UPSUS SIWAB (Upaya

Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting).

Dengan demikian Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi

dan Kerbau Bunting ini perlu keberlanjutan di Tahun 2018 agar

memastikan sapi/kerbau betina produktif milik peternak dikawinkan baik

melalui inseminasi buatan maupun kawin alam sehingga Peningkatan

Populasi Sapi dan Kerbau berjalan optimal.

2. Maksud dan Tujuan

Pedoman Pelaksanaan ini dimaksudkan sebagai dasar hukum

pelaksanaan kegiatan Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi

Sapi dan Kerbau Bunting Tahun 2018, yang meliputi :

a. Menyediakan semen beku;

b. Meningkatkan jumlah dan kompetensi Sumber Daya Manusia petugas

teknis reproduksi ternak;

c. Meningkatkan pelayanan IB;

d. Menjamin ketersediaan dan distribusi semen beku, N2 cair dan

kontainer:

1) Menjamin ketersediaan semen beku, N2 cair, dan kontainer di lokasi

distribusi (Provinsi/Kabupaten/Kota).

2) Menjamin pendistribusian semen beku, N2 cair dan kontainer dari

produsen semen beku atau N2 cair dan distributor kontainer ke

lokasi distribusi (Provinsi/Kabupaten/Kota).

e. Meningkatkan produksi hijauan pakan ternak;

f. Melaksanakan identifikasi dan penanggulangan gangguan reproduksi;

g. Menyelamatkan akseptor (betina produktif) dari pemotongan di RPH

dalam rangka mendukung UPSUS SIWAB;

Page 12: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 3 -

3

h. Menyediakan standar prosedur baku pelaporan kegiatan teknis UPSUS

SIWAB Tahun 2018; dan

i. Mengukur capaian kinerja pelaksanaan kegiatan UPSUS SIWAB Tahun

2018 secara periodik dan berjenjang.

3. Sasaran

Sasaran pengguna Pedoman Pelaksanaan ini adalah Pemerintah, UPT

Pusat, Pemerintah Daerah yang melaksanakan fungsi peternakan dan

kesehatan hewan di provinsi dan kabupaten/kota, Instansi lainnya di

seluruh Indonesia, dan petugas lapangan.

4. Keluaran

a. Terlayaninya perkawinan sapi/kerbau betina sebanyak 3 juta ekor

akseptor;

b. Tingkat kebuntingan sapi/kerbau sebesar 70 % dari akseptor yang di

IB;

c. Tingkat kelahiran sapi/kerbau sebesar 80 % dari akseptor yang

bunting;

d. Bertambahnya hijauan pakan seluas 1.138,5 hektar di 15 provinsi;

e. Penurunan pemotongan betina produktif di 41 kabupaten/kota di 17

provinsi;

f. Terdistribusikannya semen beku, N2 cair dan kontainer sesuai dengan

peta kebutuhan semen beku di 34 provinsi;

g. Tertanggulanginya kasus gangguan reproduksi;

h. Terselenggaranya manajemen pelaporan kinerja Upsus Siwab sebanyak

35 laporan.

5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pedoman ini meliputi:

a. Operasionalisasi UPSUS SIWAB;

b. Pelaksanaan Kegiatan IB;

c. Penyediaan dan Distribusi Semen Beku, Nitrogen (N2) Cair Dan

Kontainer;

d. Pemenuhan Hijauan Pakan;

Page 13: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 4 -

4

e. Penanggulangan Gangguan Reproduksi;

f. Pengendalian Pemotongan Betina Produktif ;

g. Tata Cara Pertanggungjawaban Keuangan;

h. Pengendali Internal Sistem Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.

6. Pengertian

Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan:

1. Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau

Bunting yang selanjutnya disebut UPSUS SIWAB adalah kegiatan

yang terintegrasi untuk percepatan peningkatan populasi sapi dan

kerbau secara berkelanjutan.

2. Inseminasi Buatan yang selanjutnya disebut IB adalah teknik

memasukkan mani atau semen ke dalam alat reproduksi ternak

betina sehat untuk dapat membuahi sel telur dengan menggunakan

alat inseminasi.

3. Dokter Hewan adalah orang yang memiliki profesi di bidang

kedokteran Hewan dan kewenangan Medik Veteriner dalam

melaksanakan pelayanan Kesehatan Hewan.

4. Inseminator adalah petugas yang berwenang melaksanakan IB serta

telah memiliki SIM-I dan/atau surat tugas.

5. Petugas Pemeriksa Kebuntingan yang selanjutnya disebut PKb adalah

petugas yang berwenang melaksanakan IB dan PKb serta telah

memiliki SIM-A2 dan/atau Surat Tugas.

6. Data recorder adalah koordinator iSIKHNAS dan petugas yang

ditunjuk yang mempunyai tugas mengelola data Upsus Siwab di

provinsi dan kabupaten/kota.

7. Akseptor adalah ternak sapi atau kerbau betina produktif yang

dimanfaatkan untuk inseminasi buatan dan kawin alam untuk

menjadi bunting.

8. Akseptor IB adalah ternak sapi/kerbau betina produktif atau indukan

yang dimanfaatkan untuk IB.

Page 14: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 5 -

5

9. Inseminasi Buatan Reguler yang selanjutnya disebut IB Reguler

adalah Pelaksanaan IB yang dilakukan pada ternak dengan sistem

pemeliharaannya dilakukan secara intensif atau semi intensif.

10. Inseminasi Buatan Introduksi yang selanjutnya disebut IB Introduksi

adalah pelaksanaan IB yang dilakukan pada ternak dengan sistem

pemeliharaannya dilakukan secara semi intensif dan/atau ekstensif

serta adanya perlakuan sinkronisasi (penyerentakan berahi).

11. Sinkronisasi estrus (penyerentakan berahi) adalah upaya

menimbulkan estrus menggunakan sediaan hormon agar terjadi

ovulasi yang fertil pada sekelompok ternak yang memenuhi

persyaratan tertentu.

12. Semen Beku Sapi/Kerbau adalah semen yang berasal dari pejantan

sapi/kerbau terpilih yang diencerkan sesuai prosedur proses produksi

sehingga menjadi semen beku dan di simpan di dalam rendaman

nitrogen cair pada suhu -196ºC pada kontainer.

13. Betina produktif yaitu ternak betina yang memiliki saluran reproduksi

normal, dapat memperlihatkan gejala estrus, bunting, melahirkan dan

membesarkan anak.

14. Gangguan Reproduksi yang selanjutnya disebut Gangrep adalah

perubahan fungsi normal reproduksi betina.

15. Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang

diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan

untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak.

16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil hijauan

pakan yang sengaja dibudidayakan dari family rerumputan

(Gramineae) dan kacang-kacangan (Leguminoseae).

17. Hijauan Pakan Ternak yang selanjutnya disebut HPT adalah bagian

vegetatif Tanaman Pakan Ternak (TPT) yang berwarna hijau yang

dapat digunakan sebagai bahan pakan.

18. Kelompok Kerja Pusat yang selanjutnya disebut Pokja Pusat adalah

kelompok kerja yang terdiri dari unsur Sekretariat dan Direktorat

Teknis lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Page 15: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 6 -

6

19. Dinas Provinsi adalah perangkat daerah provinsi yang melaksanakan

fungsi peternakan dan kesehatan hewan.

20. Dinas Kabupaten/Kota adalah perangkat daerah kabupaten/kota

yang melaksanakan fungsi peternakan dan kesehatan hewan.

21. Kelompok Kerja Provinsi yang selanjutnya disebut Pokja Provinsi

adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur Dinas Provinsi.

22. Kelompok Kerja Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Pokja

Kabupaten/Kota adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur Dinas

Kabupaten/Kota.

23. Bimbingan Teknis Petugas Teknis Reproduksi adalah proses belajar

untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang teknis

reproduksi.

24. Kompetensi Kerja adalah spesifikasi dari setiap sikap, pengetahuan,

ketrampilan dan/atau keahlian serta penerapannya secara efektif

dalam pekerjaan sesuai dengan standar kinerja yang dipersyaratkan.

25. Standar Kompetensi Kerja adalah jenis-jenis kompetensi kerja yang

harus dikuasai oleh seorang pejabat atau petugas yang menduduki

jabatan atau melaksanakan pekerjaan tertentu agar dapat berprestasi

baik dalam menduduki jabatan atau melaksanakan pekerjaan

tertentu.

26. Pengendalian Pemotongan Betina Produktif adalah upaya pencegahan

pemotongan betina produktif melalui pengawasan dan penolakan

pemotongan betina produktif.

27. Petugas Pengawas Kesehatan Masyarakat Veteriner yang selanjutnya

disebut Petugas Kesmavet adalah Pegawai Negeri Sipil berpendidikan

Dokter Hewan yang telah mengikuti pelatihan sebagai Pengawas

Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) atau petugas lainnya

dibawah penyeliaan dokter hewan yang memiliki keterampilan khusus

dalam melaksanakan pengawasan hulu dan hilir dengan dilengkapi

dengan surat penugasan dari Kepala Satuan Kerja (Satker).

28. Pemeriksaan Ante Mortem dan Post Mortem (AM-PM) adalah

pemeriksaan status kesehatan hewan dan pemeriksaan pasca

penyembelihan.

Page 16: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 7 -

7

7. Pelaksanaan

Untuk kelancaran pelaksanaan Upaya Khusus Percepatan Peningkatan

Populasi Sapi dan Kerbau Bunting Tahun 2018, dibentuk:

a. Pokja Pusat yang ditetapkan oleh Menteri;

b. Pokja Provinsi yang ditetapkan oleh gubernur;

c. Pokja Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh bupati/wali kota.

Penetapan Pokja Provinsi dan Pokja Kabupaten dalam pelaksanaannya

ditetapkan oleh Kepala Dinas yang melaksanakan fungsi peternakan dan

kesehatan hewan sesuai dengan kewenangannya.

B. Gambaran Umum dan Target

1. Gambaran Umum

Perhitungan populasi dan jumlah akseptor sapi/kerbau tahun 2018

digunakan basis data hasil Sensus Pertanian tahun 2013 (ST 2013).

Secara nasional perkiraan total populasi sapi/kerbau betina dewasa

(umur 2-8 tahun) pada tahun 2018 sebesar 6,28 juta ekor. Struktur

Populasi Sapi dan Kerbau Tahun 2017 sebagaimana tercantum pada

Tabel Format 1. Upsus Siwab sebagai upaya percepatan peningkatan

populasi sapi/kerbau dilakukan sejak tahun 2017, yang merupakan

fasilitasi dan optimalisasi pelaksanaan kegiatan reproduksi secara

terintegrasi dan berkelanjutan sebagaimana digambarkan pada

Format 2.

2. Target UPSUS SIWAB Tahun 2018

Dari jumlah potensi akseptor 2018, yang menjadi akseptor sebanyak 3

juta akseptor yang terdiri dari 2,7 juta akseptor dari IB regular dan

300.000 akseptor dari IB Introduksi, dengan target kebuntingan 70 %

dari jumlah ternak yang di IB (2,1 juta ekor) dan target kelahiran sebesar

80 % dari jumlah ternak yang bunting. Sasaran target aseptor IB,

sasaran kebuntingan dan kelahiran di masing-masing provinsi

sebagaimana tercantum pada Format 3, Format 4 dan Format 5.

Page 17: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 8 -

8

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN INSEMINASI BUATAN (IB)

A. Pelaksanaan Pelayanan IB

1. Akseptor IB

Akseptor IB adalah induk ternak yang sudah didaftarkan maupun yang

belum didaftarkan di iSIKHNAS. Ternak yang sudah didaftarkan tidak

perlu didaftarkan kembali dan tetap menggunakan identitas ternak/daftar

hewan (DH) yang sudah terdaftar di iSIKHNAS.

2. Pelaksanaan IB Reguler

Pelaksanaan IB reguler dilakukan pada ternak yang sistem

pemeliharaannya dilakukan secara intensif atau semi intensif. Ternak yang

terdeteksi berahi langsung dilakukan IB sesuai dengan Standar

Operasional Prosedur (SOP) IB, dan dilakukan pencatatan dan pelaporan

melalui iSIKHNAS. Ternak yang sudah 3 (tiga) kali di IB namun tidak

menunjukkan adanya kebuntingan dilaporkan kepada petugas ATR/Medik

di wilayah tersebut selanjutnya dilakukan pemeriksaan status reproduksi

dan jika dari hasil pemeriksaan menunjukan gangguan reproduksi maka

dilakukan penanganan.

3. Pelaksanaan IB Introduksi

Pelaksanaan IB introduksi dilakukan pada ternak yang sistem

pemeliharaannya dilakukan secara semi intensif dan/atau ekstensif serta

adanya perlakuan sinkronisasi (penyerentakan berahi). Pada pelaksanaan

IB introduksi terlebih dahulu ternak dikumpulkan dan dilakukan

pemeriksaan reproduksi secara palpasi per rektal. Ternak yang tidak

bunting dengan reproduksi normal dilakukan tindakan sinkronisasi

(penyerentakan berahi), selanjutnya selama 2-3 hari diamati gejala berahi

untuk dilakukan IB.

Kegiatan IB introduksi dilakukan secara sinergi antara UPT Direktorat

Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (BVet/BBVet) dengan Dinas

Provinsi dan Kabupaten/Kota. Untuk kelancaran pelaksanaan IB

Page 18: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 9 -

9

introduksi dilengkapi dengan: kandang jepit, pengumpulan ternak,

vitamin, obat-obatan dan pelayanan sinkronisasi.

4. Pemeriksaan Kebuntingan

Pemeriksaan Kebuntingan (PKb) dilakukan melalui palpasi rectal dan/atau

dapat menggunakan alat ultrasonografi (USG). Pemeriksaan kebuntingan

melalui palpasi rectal dilakukan pada akseptor IB dan kawin alam. Untuk

pemeriksaan kebuntingan akseptor IB, dilakukan paling cepat 2 (dua)

bulan setelah pelayanan IB. Untuk pemeriksaan kebuntingan pada kawin

alam, dilakukan pada saat pengumpulan ternak. Pelaksana pemeriksaan

kebuntingan adalah dokter hewan atau petugas PKb yang sudah

ditetapkan.

5. Pelaporan Kelahiran

Pelaporan kelahiran merupakan laporan kelahiran ternak tahun 2018

maupun tahun 2017 (yang belum dilaporkan) baik hasil IB dan hasil kawin

alam dilakukan oleh petugas teknis reproduksi yang ditetapkan oleh

Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang melaksanakan fungsi peternakan dan

kesehatan hewan melalui sistem iSHIKNAS.

B. Petugas Teknis Reproduksi Ternak

Dalam mendukung keberhasilan UPSUS SIWAB, sumber daya manusia yang

berperan langsung adalah petugas teknis reproduksi ternak. Petugas teknis

reproduksi ternak sesuai dengan keterampilan teknis yang dimiliki meliputi

Inseminator, Petugas Pemeriksa Kebuntingan, dan Dokter hewan.

Syarat menjadi petugas teknis IB dalam UPSUS SIWAB sebagai berikut:

1. Inseminator:

a) Memiliki SIM-I

b) Bagi yang tidak memiliki SIM-I, harus memiliki sertifikat pelatihan

IB dan surat tugas dari Kepala Dinas Provinsi atau

Kabupaten/Kota.

2. Petugas Pemeriksa Kebuntingan (PKb):

a) Memiliki SIM-A2

Page 19: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 10 -

10

b) Bagi yang tidak memiliki SIM-A2, harus memiliki sertifikat

pelatihan Pemeriksaan Kebuntingan dan surat tugas dari Kepala

Dinas Provinsi atau Kabupaten/Kota.

3. Petugas ATR

a) Memiliki SIM-A1

b) Bagi yang tidak memiliki SIM-A1, harus memiliki sertifikat

pelatihan ATR dan surat tugas dari Kepala Dinas Provinsi atau

Kabupaten/Kota.

4. Dokter Hewan

a) Memiliki SIP-DRH;

b) Bagi yang tidak memiliki SIP-DRH, harus memiliki surat tugas dari

Kepala Dinas Provinsi atau Kabupaten/Kota.

C. Pelatihan/Bimbingan Teknis

1. Jenis Pelatihan/Bimbingan Teknis

Pelatihan/bimbingan teknis yang dialokasikan dalam rangka mendukung

UPSUS SIWAB 2018 dikelompokkan menjadi pelatihan untuk petugas

baru, penyegaran petugas dan sertifikasi kompetensi.

a. Pelatihan Petugas Baru.

Penyelenggaraan pelatihan dilaksanakan oleh UPT Direktorat Jenderal

Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) bekerjasama dengan

UPT Badan Pengembangan dan Penyuluhan Sumberdaya Manusia

Pertanian (BPPSDMP) di bidang pelatihan peternakan.

b. Penyegaran Petugas Teknis

Penyegaran Petugas Teknis dilakukan melalui Bimtek bagi petugas

Inseminasi Buatan, Pemeriksaan Kebuntingan, Asistensi Teknik

Reproduksi, Rekorder, Petugas Handling Semen Beku atau petugas

iSIKHNAS dalam rangka meningkatkan kapasitas kemampuan.

Metode bimtek penyegaran petugas dilakukan dalam bentuk teori

(clasical) maksimal 30% dan praktek lapangan minimal 70%. Kegiatan

penyegaran petugas selain oleh Dinas, dapat dilakukan oleh UPT

Page 20: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 11 -

11

c. Sertifikasi Kompetensi

Dalam rangka mewujudkan pengembangan sumberdaya manusia

berbasis kompetensi, Ditjen PKH berkoordinasi dengan BPPSDMP

untuk melakukan bimtek sertifikasi kompetensi petugas teknis

reproduksi.

2. Syarat Peserta Pelatihan

Peserta pelatihan secara umum harus memenuhi persyaratan antara lain:

a. Sehat jasmani dan rohani;

b. Pendidikan minimal SMK bidang peternakan atau sederajat dibidang

IPA;

c. Rekomendasi Dinas yang melaksanakan fungsi peternakan dan

kesehatan hewan kabupaten/kota setempat.

3. Materi Pelatihan/Bimbingan Teknis

Materi Pelatihan/Bimbingan Teknis Petugas Teknis Reproduksi Ternak

mengacu pada kurikulum yang telah ditetapkan.

4. Permohonan Pelatihan/Bimbingan Teknis

Permohonan pelatihan/bimbingan teknis sebagai berikut:

a. Permohonan pelatihan dari Dinas Provinsi ditujukan kepada Direktur

Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan cq. Direktur Perbibitan

dan Produksi Ternak, dengan melampirkan daftar peserta dan

kelengkapan persyaratan.

b. Permohonan pelatihan dari Dinas Kabupaten/Kota ditujukan kepada

Provinsi dengan melampirkan daftar peserta dan kelengkapan

persyaratan, selanjutnya diteruskan kepada Direktur Jenderal

Peternakan dan Kesehatan Hewan.

5. Optimalisasi Petugas Paska Pelatihan

Kegiatan pelaksanaan pelatihan dan bimbingan teknis petugas teknis

reproduksi ternak yang diselenggarakan oleh UPT Ditjen PKH, UPT

BPPSDMP dan Provinsi akan dilakukan supervisi dan monitoring oleh

petugas yang ditunjuk oleh Tim Supervisi lingkup Direktorat Jenderal-

Page 21: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 12 -

12

Peternakan dan Kesehatan Hewan. Supervisi dilakukan dalam rangka

memastikan bahwa petugas teknis reproduksi ternak yang baru lulus

pelatihan benar-benar dimanfaatkan oleh dinas kabupaten/kota di bawah

supervisi petugas yang berpengalaman.

D. Penggunaan Alokasi Dana

Pendanaan kegiatan Penyediaan Semen Beku, dan Operasional Pelaksanaan

IB Tahun 2018 dialokasikan untuk:

1. Penyediaan Sarana dan Bahan IB.

Penyediaan dana sarana dan bahan IB dialokasikan antara lain untuk

plastic sheeth, glove, kontainer lapangan, kontainer depo dan N2 cair,

serta semen beku. Sarana dan prasarana untuk pelaksanaan IB tahun

2018 dapat menggunakan stok yang ada.

2. Biaya Operasional

a. Operasional IB Reguler

b. Operasional IB Introduksi

c. Operasional Pemeriksaan Kebuntingan

d. Operasional Pelaporan Kelahiran

e. Honor Pelaporan (data recorder)

C. Koordinasi, Pendampingan dan Pengawalan.

Dalam rangka mendukung keberhasilan pelaksanaan UPSUS SIWAB 2018 di

lapangan, diperlukan koordinasi, pendampingan, pengawalan dan pelaporan

yang dilakukan secara terpadu oleh Tim Supervisi Pusat, Provinsi,

Kabupaten/Kota, UPT Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

dan Dinas Provinsi, Kabupaten/Kota sesuai dengan tugas dan fungsinya

masing-masing dalam rangka untuk meningkatkan efektivitas dan

akuntabilitas. Ketentuan lebih lanjut dan bersifat spesifik terkait koordinasi,

pendampingan, pengawalan dan pelaporan daerah dituangkan dalam

Petunjuk Pelaksanaan atau Petunjuk Teknis yang disusun oleh

Provinsi/Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam diktum Keempat

Keputusan ini.

Page 22: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 13 -

13

BAB III

PENYEDIAAN DAN DISTRIBUSI SEMEN BEKU,

NITROGEN (N2) CAIR DAN KONTAINER

A. Semen Beku

1. Penyediaan Semen Beku

Semen beku yang digunakan dalam rangka mendukung UPSUS SIWAB:

a. Memenuhi persyaratan SNI, dan/atau lulus dari uji laboratorium yang

terakreditasi.

b. Semen beku yang berasal dari luar negeri harus memenuhi persyaratan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Dapat menggunakan stok semen beku tahun sebelumnya dan produksi

Tahun 2018.

d. Sebelum didistribusikan, produsen meregistrasi semen beku di-

iSIKHNAS.

Penyediaan semen beku dapat berasal dari produsen dalam negeri

(B/BIB/D) ataupun impor. Penyedia semen beku dalam negeri adalah

institusi/lembaga yang memenuhi persyaratan:

a. Penyedia yang telah mendapat sertifikat SNI dari Lembaga Sertifikasi

Produk (LSPro) benih dan bibit ternak yang terakreditasi atau ditunjuk

oleh Menteri Pertanian; atau

b. Penyedia belum tersertifikasi tetapi telah menerapkan Sistem

manajemen mutu dan produknya sesuai SNI yang dibuktikan dengan

hasil uji dari laboratorium yang terakreditasi;

c. Bila penyedia memiliki Laboratorium uji yang terakreditasi, pernyataan

produk yang dihasilkan sesuai SNI dibuktikan dengan hasil uji dari

laboratorium lain yang terakreditasi bukan dari milik sendiri.

2. Kebutuhan Semen Beku

Page 23: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 14 -

14

Kebutuhan semen beku per jenis dan per rumpun di

provinsi/kabupaten/kota untuk program UPSUS SIWAB dengan

memperhitungkan jumlah akseptor yang ada di masing-masing

provinsi/kabupaten/kota.

3. Permohonan Kebutuhan Semen Beku

a. Permohonan kebutuhan semen beku masing-masing Kabupaten/Kota

untuk program UPSUS SIWAB ditujukan kepada Kepala Dinas yang

melaksanakan fungsi peternakan di Provinsi.

b. Permohonan kebutuhan semen beku dari masing-masing provinsi

kepada BBIB/BIB Nasional ditujukan kepada Direktur Jenderal

Peternakan dan Kesehatan Hewan cq. Direktur Perbibitan dan Produksi

Ternak, selanjutnya Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak

menginstruksikan BBIB/BIB Nasional untuk menyediakan semen beku.

Sedangkan kebutuhan semen beku dari BIB daerah dikoordinasikan

dengan penanggung jawab IB pada masing-masing provinsi.

c. Permohonan kebutuhan semen beku per jenis per rumpun dari masing-

masing provinsi dan kabupaten/kota memperhatikan ketentuan

peraturan perundang-undangan tentang wilayah sumber bibit di

wilayahnya.

4. Pengadaan dan Distribusi Semen Beku

a. Pengadaan Semen Beku.

Dilaksanakan melalui e-katalog dan/atau pelelangan umum. Dilakukan

pada awal tahun untuk menjamin pelaksanaan IB berjalan lancar

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

pengadaan barang/jasa Pemerintah.

b. Distribusi

Distribusi semen beku dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal

sebagai berikut :

1. Semen beku didistribusikan dalam kontainer yang baik dan dikemas

secara baik.

Page 24: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 15 -

15

2. Penyedia semen beku mendistribusikan semen beku sampai ke

kabupaten/kota. Dalam hal permintaan distribusi semen beku

sampai ke provinsi, distribusi ke kabupaten/kota menjadi tanggung

jawab Provinsi.

3. Untuk menghindari terjadinya kawin sedarah (Inbreeding) BIB

Nasional/Daerah mengatur pola distribusi semen beku ke daerah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Wilayah sumber bibit menggunakan semen beku sesuai dengan

rumpun yang telah ditetapkan untuk wilayah tersebut.

5. Wilayah yang memiliki sumber daya genetik ternak lokal

mengutamakan penggunaan semen beku dari ternak lokal atau asli

dominan setempat.

6. Penanganan semen beku selama pengiriman memperhatikan

penanganan/handling semen yang baik termasuk pemantauan level

N2 cair dalam kontainer oleh petugas yang berkompeten.

B. Nitrogen (N2) Cair

1. Penyediaan N2 Cair

Nitrogen cair yang digunakan dalam rangka mendukung UPSUS SIWAB

Tahun 2018:

a. Stok nitrogen cair tahun-tahun sebelumnya;

b. Pengadaan N2 cair tahun 2018.

2. Kebutuhan N2 Cair

Kebutuhan N2 cair memperhitungkan jumlah ketersediaan semen beku

yang ada di masing-masing provinsi/kabupaten/kota dan pembagian zona

ketersediaan N2 cair. Pembagian zona meliputi:

a. Zona 1 : terdapat produsen N2 cair dan lokasi terjangkau.

Provinsi yang masuk zona 1 adalah Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa

Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Bali, Lampung, Sumatera

Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan,

Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur.

b. Zona 2 : terdapat depot (filling station) N2 cair, topografi daratan dan

waktu tempuh pengiriman N2 cair lebih dari 8 jam.

Page 25: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 16 -

16

Provinsi yang termasuk zona 2 adalah Provinsi Kalimantan Tengah,

Bengkulu, Jambi, Riau, Aceh, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah,

Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan NTB.

c. Zona 3 : tidak terdapat produsen dan depot (filling station) N2 cair, akses

sulit, dan topografi kepulauan.

Provinsi yang termasuk zona 3 adalah Provinsi Maluku Utara, Maluku,

Papua, Papua Barat, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan

Utara, Kalimantan Barat, dan NTT.

3. Standar ketersediaan N2 cair dengan kriteria sebagai berikut:

a. Ketersediaan aman, apabila ketersediaan N2 cair ≥ 75 persen dari total

kebutuhan N2 cair perbulan (hijau).

b. Ketersediaan waspada atau hati-hati, untuk itu perlu dilakukan

pengadaan kembali, apabila ketersediaan N2 cair 50-74 persen dari total

kebutuhan N2 cair perbulan (kuning).

c. Ketersediaan darurat atau kritis, apabila ketersediaan N2 cair < 50

persen dari dari total kebutuhan N2 cair perbulan (merah muda).

d. Ketersediaan habis, apabila tidak ada N2 cair nol persen (coklat).

4. Permohonan Kebutuhan N2 Cair

Permohonan kebutuhan N2 cair dari masing-masing kabupaten/kota

ditujukan kepada Kepala Dinas yang melaksanakan fungsi peternakan di

provinsi.

5. Pengadaan dan Distribusi N2 Cair

a. Pengadaan N2 Cair

1). Dilaksanakan melalui e-katalog sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang pengadaan barang/jasa

Pemerintah.

2). Diutamakan dilakukan pada awal tahun sesuai dengan

ketersediaan N2 cair dan semen beku.

b. Distribusi

Distribusi N2 cair dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal

sebagai berikut :

Page 26: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 17 -

17

1. N2 cair didistribusikan dalam kontainer yang berkualitas dan

dikemas secara baik.

2. Distribusi N2 cair diutamakan sampai kepada kabupaten/kota.

3. Satker provinsi atau kabupaten/kota memastikan bahwa N2 cair

selalu tersedia dan cukup di tingkat inseminator.

4. Penanganan N2 cair (handling) harus dilakukan secara baik oleh

petugas yang ditunjuk oleh Dinas Provinsi dan/atau Dinas

Kabupaten/Kota yang melaksanakan fungsi peternakan dan

kesehatan hewan.

C. Kontainer

1. Ketersediaan Kontainer

[[ Penyediaan kontainer berasal dari:

a. Kontainer yang masih layak dari tahun sebelumnya; dan

b. Pengadaan kontainer tahun 2018.

2. Kebutuhan dan Jenis Kontainer

a. Kebutuhan kontainer mempertimbangkan kondisi kelayakan dan

ketersediaan kontainer, topografi wilayah distribusi, dan jumlah semen

beku di provinsi/kabupaten/kota.

b. Kebutuhan minimal kontainer di tingkat kabupaten/kota, yaitu 2 unit

kontainer depo semen beku, 2 unit kontainer depo N2 cair.

c. Kebutuhan minimal kontainer di tingkat inseminator sebanyak 1 unit

kontainer lapangan untuk setiap inseminator.

D. Permohonan Kebutuhan Kontainer

Permohonan kebutuhan kontainer masing-masing Kabupaten/Kota

ditujukan kepada Kepala Dinas yang melaksanakan fungsi peternakan

Provinsi.

E. Pengadaan dan Distribusi Kontainer

a. Pengadaan Kontainer

Page 27: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 18 -

18

1). Dilaksanakan melalui e-katalog. Untuk kontainer yang belum terdaftar

dalam e-katalog pengadaan dilakukan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan dibidang pengadaan barang/jasa

Pemerintah.

2). Diutamakan dilakukan pada awal tahun untuk menjamin kelancaraan

distribusi semen beku dan N2 cair.

b. Distribusi

Distribusi kontainer dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal

sebagai berikut:

1) Kontainer yang didistribusikan harus berkualitas dan dikemas secara

baik.

2) Distribusi kontainer sampai ke Provinsi.

3) Satker provinsi atau kabupaten/kota memastikan bahwa kontainer

selalu tersedia dan cukup di tingkat inseminator.

4) Penanganan kontainer (handling) harus dilakukan secara baik oleh

petugas yang ditunjuk.

5) Untuk memastikan kualitas kontainer dalam kondisi baik dan layak

harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu oleh Petugas BIB atau

petugas yang ditetapkan di lokasi distribusi. Skema penerimaan

kontainer seperti pada Format 6.

F. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan distribusi dan ketersediaan semen beku, N2 cair, dan

kontainer melibatkan para pihak terkait, yaitu:

1. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan

a. Melakukan koordinasi dan pemantauan pelaksanaan pendistribusian

semen beku dari BIB Nasional/Daerah ke provinsi/kabupaten/kota

sesuai permohonan kebutuhan semen beku oleh provinsi dan

ditetapkan oleh Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak.

b. Melakukan pemantauan kecukupan semen beku (jumlah dan

rumpun), N2 cair dan kontainer di dinas provinsi/kab/kota.

Page 28: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 19 -

19

c. Melakukan rekapitulasi data distribusi semen beku, N2 cair, dan

kontainer dari seluruh provinsi.

d. Melaksanakan evaluasi distribusi dan ketersediaan semen beku, N2

cair, dan kontainer.

e. Membuat pelaporan pelaksanaan kegiatan.

2. Dinas yang melaksanakan fungsi peternakan dan kesehatan hewan

Provinsi

a. Menetapkan petugas teknis yang berkompeten ditingkat Provinsi, yang

bertugas untuk:

1) Melakukan pemeriksaan fisik kontainer dan kelengkapan

administrasi.

2) Melakukan pemeriksaan kualitas semen beku pada setiap

penerimaan maksimal 2 x 24 jam untuk selanjutnya dilaporkan

kepada produsen semen beku dengan tembusan kepada Direktorat

Perbibitan dan Produksi Ternak.

3) Melakukan pemeriksaan ketersediaan N2 cair di dalam kontainer

dan mengisinya kembali sesuai volume yang diperlukan, jika

volume N2 cair berkurang.

4) Melakukan pencatatan dan melaporkan penerimaan semen beku

(rumpun, nama dan nomor pejantan, batch produksi, dan nama

produsen semen beku) sesuai dengan Format iSIKHNAS.

b. Melakukan pengadaan N2 cair dan kontainer dengan jumlah sesuai

kebutuhan kabupaten/kota.

c. Mendistribusikan N2 cair dan kontainer ke wilayah kabupaten/kota.

d. Mengusulkan anggaran APBD untuk penyediaan N2 cair dan kontainer

dalam rangka pelaksanaan pendampingan kepada Dinas Provinsi.

e. Melaporkan ketersediaan (stok) dan memantau penggunaan semen

beku, N2 cair dan kontainer di setiap kabupaten/kota wilayah

Provinsinya melalui iSIKHNAS.

3. Dinas yang menangani fungsi peternakan dan kesehatan hewan

Kabupaten/Kota

a. Menyampaikan kebutuhan semen beku, N2 cair dan kontainer ke

Dinas Provinsi

Page 29: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 20 -

20

b. Menetapkan petugas teknis yang berkompeten ditingkat

Kabupaten/Kota, yang bertugas untuk:

1) Melakukan pemeriksaan fisik luar kontainer dan kelengkapan

administrasi.

2) Melakukan pemeriksaan kualitas semen beku pada setiap

penerimaan maksimal 2 x 24 jam untuk selanjutnya dilaporkan

kepada Dinas Provinsi.

3) Melakukan pemeriksaan ketersediaan N2 cair di dalam kontainer

dan mengisinya kembali sesuai volume yang diperlukan, jika

volume N2 cair berkurang.

4) Melakukan pencatatan penerimaan dan penggunaan semen beku,

(rumpun, nama dan nomor pejantan, batch produksi, dan nama

produsen semen beku), sesuai dengan Format iSIKHNAS untuk

kemudian dilaporkan ke Dinas Provinsi.

c. Mendistribusikan semen beku, N2 cair, dan kontainer ke lokasi

distribusi akhir (Puskeswan/ULIB/Pos IB/UPTD).

d. Melaporkan ketidakwajaran keadaan kontainer dan kualitas semen

beku ke Dinas Provinsi.

e. Melakukan pemusnahan semen beku yang rusak atau tidak sesuai

SNI, dengan dilengkapi Berita Acara dan dilaporkan ke Dinas

Provinsi dan/atau Produsen.

f. Mengusulkan anggaran APBD untuk penyediaan N2 cair dan

kontainer dalam rangka pelaksanaan pendampingan kepada Dinas

Kabupaten/Kota.

g. Melaporkan ketersediaan (stok) dan penggunaan semen beku, N2 cair

dan kontainer di setiap lokasi distribusi akhir melalui iSIKHNAS.

G. Monitoring dan Evaluasi

a. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan distribusi dan

ketersediaan semen beku, N2 cair, dan kontainer di lokasi distribusi akhir

(Puskeswan/ULIB/Pos IB/UPTD) pada tahun berjalan dilaksanakan

secara terkoordinasi antara Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Peternakan dengan Dinas Provinsi/Kab/Kota sesuai kewenangannya.

Page 30: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 21 -

21

b. Pengawasan langsung maupun tidak langsung harus dilakukan oleh

Dinas yang menangani fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan di

daerah.

c. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan akan

melakukan evaluasi pada akhir pelaksanaan kegiatan distribusi dan

ketersediaan semen beku, N2 cair, dan kontainer. Hasil evaluasi akan

dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan

sistem/mekanisme pendistribusian semen beku, N2 cair, dan kontainer

berikutnya.

d. Monitoring penyediaan semen beku dilakukan secara berjenjang, yaitu:

1) Balai Inseminasi Buatan Nasional/Daerah melakukan monitoring

dan evaluasi ketersediaan semen beku di setiap provinsi terkait

jumlah straw, per jenis, per rumpun, kualitas dan stok semen yang

sudah digunakan.

2) Dinas provinsi melakukan monitoring dan evaluasi terhadap

kebutuhan di masing-masing kabupaten/kota terkait lokasi kegiatan

program UPSUS SIWAB, jumlah straw yang diterima

kabupaten/kota, jenis dan rumpun, stock semen beku, dan hasil

pelaksanaan IB.

3) Dinas Kabupaten/Kota melakukan monitoring dan evaluasi terhadap

inseminator terkait jumlah straw yang diterima, jenis dan rumpun,

jumlah penggunaan straw, hasil pelaksanaan IB, stok semen beku.

Tabel terkait distribusi N2 Cair, semen beku dan container tercantum

dalam iSIKHNAS, sebagai berikut:

1. Laporan Distribusi N2 Cair Root 349

2. Laporan Stok N2 Cair Root 132

3. Laporan Stok Straw Root 348

4. Laporan Stok Kontainer Root 131

5. Laporan Distribusi Straw Root 347

Page 31: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 22 -

22

BAB IV

PEMENUHAN HIJAUAN PAKAN

A. Prinsip Pelaksanaan

1. Kegiatan penguatan pakan tahun 2018 diarahkan untuk penanaman dan

penyediaan HPT berkualitas dalam rangka meningkatkan ketersediaan

HPT bagi ternak sapi potong/sapi perah/kerbau.

2. Penyediaan hijauan pakan berkualitas dilaksanakan melalui 3 kegiatan

yaitu:

a. Penanaman dan pengembangan HPT berkualitas (gerbangpatas).

b. Pengembangan padang penggembalaan baru.

c. Pemeliharaan padang penggembalaan dalam rangka mengoptimalkan

padang penggembalaan yang sudah ada.

3. Pengadaan alat mesin pencacah rumput (chopper) dan mesin pengolah

daun/pelepah sawit (shredder) dilakukan melalui e-catalog.

4. Penyediaan bibit/benih HPT terdiri dari rumput atau leguminosa, dapat

berupa benih (biji), pols, stek atau pohon.

5. Pendistribusian bibit HPT kepada kelompok agar memperhatikan perkiraan

musim hujan dari BMKG atau dinas yang menangani iklim di daerah.

6. Lokasi penanaman HPT dalam kegiatan gerbangpatas berupa kebun HPT

sebagai kebun rumput potong dan/atau dijadikan pohon induk penghasil

benih, dan apabila memungkinkan agar diupayakan dalam satu hamparan

atau dalam beberapa luasan lahan yang jaraknya saling berdekatan untuk

memudahkan proses pemanenan dan pemeliharaan.

7. Areal padang penggembalaan baru, status lahan harus clean and clear,

paling sedikit dengan Surat Penetapan dari Kepala Daerah (SK Bupati).

8. Padang penggembalaan baru, sebelum pelaksanaan kegiatan harus

dilengkapi dengan dokumen SID (Survey Identification and Design).

9. Operasional penanaman HPT atau kegiatan lain yang memungkinkan agar

diupayakan dapat dilakukan secara padat karya dan melibatkan kelompok

penerima kegiatan.

10. Bibit/benih HPT dapat diakses dari lokasi sumber bibit HPT.

Page 32: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 23 -

23

11. Tatacara budidaya HPT sebagaimana tercantum pada Format 7.

12. Tata cara pengembangan dan pemeliharaan padang pengembalaan

sebagaimana tercantum pada Format 8.

B. Pelaksana Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan penguatan pakan Tahun 2018 pada masing-masing

daerah dikoordinasikan oleh Pokja Upsus Siwab di provinsi/ kabupaten/kota.

Pelaksanaan kegiatan penanaman HPT ataupun padang penggembalaan

mengacu pada Format 7 dan Format 8.

C. Kriteria Kelompok Penerima Kegiatan

1. Kriteria kelompok penerima kegiatan gerbangpatas:

a. Kelompok sapi potong/perah/kerbau yang mempunyai ternak induk

produktif dan/atau bunting.

b. Mempunyai aksesibilitas terhadap lahan, lebih diutamakan lahan milik

sendiri atau lahan milik kelompok atau bekerjasama dengan pemilik

lahan lainnya.

c. Sanggup menanam, memelihara, dan memanfaatkan HPT secara

berkelanjutan.

d. Tidak mengalih fungsikan lahan yang sudah ditanami dan ditetapkan

sebagai lahan kebun HPT menjadi peruntukan komoditas tanaman

lainnya.

e. Ditetapkan oleh Kepala Dinas Daerah Provinsi yang melaksanakan

fungsi peternakan dan kesehatan hewan yang dibuktikan dengan

Keputusan Penerima Kegiatan Gerbangpatas.

2. Kriteria kelompok penerima kegiatan pengembangan padang

Penggembalaan baru:

a. Penerima terdiri dari satu atau lebih dari satu kelompok yang berlokasi

di sekitar padang penggembalaan dan terbiasa menggembalakan ternak

di lahan yang akan diperbaiki tersebut.

b. Sanggup menanam, memelihara, dan memanfaatkan HPT secara

berkelanjutan.

Page 33: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 24 -

24

c. Tidak mengalihfungsikan lahan yang sudah ditetapkan sebagai padang

penggembalaan menjadi peruntukan lain.

d. Ditetapkan oleh Kepala Dinas Daerah Provinsi yang melaksanakan

fungsi peternakan dan kesehatan hewan yang dibuktikan dengan

Keputusan Penerima Kegiatan Pengembangan Padang Penggembalaan.

D. Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan Kegiatan Hijauan Pakan sebagaimana tercantum pada tabel

Format 9.

E. Pemanfaatan Anggaran APBN 2018

Anggaran penguatan pakan untuk mendukung program UPSUS SIWAB Tahun

2018 dialokasikan untuk 4 kegiatan sesuai dengan DIPA masing-masing

Satker, yaitu:

1. Penanaman dan Pengembangan Pakan Berkualitas (Gerbangpatas)

Anggaran dapat dimanfaatkan untuk beberapa alternatif kegiatan

disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan anggaran:

a. Pengadaan bibit/benih HPT yang terdiri dari rumput dan/atau

leguminosa. Pemilihan jenis HPT disesuaikan dengan ketersediaan

bibit/benih, kondisi lahan, iklim dan ketersediaan air di lokasi

kelompok.

b. Pengadaan sarana penanaman (misalnya pupuk dan/atau polybag serta

sarana lain sesuai kebutuhan).

c. Pembuatan sumber air dan tata kelolanya.

d. Operasional pengolahan lahan.

e. Operasional penanaman.

f. Operasional pemeliharaan kebun HPT.

g. Operasional pemanenan HPT.

2. Pengembangan Padang Penggembalaan Baru

Anggaran dapat dimanfaatkan untuk pengadaan, pembangunan atau

kegiatan sebagaimana di bawah ini dan harus disesuaikan dengan

dokumen SID:

Page 34: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 25 -

25

a. Rapat koordinasi antara pusat dengan daerah Provinsi, Kabupaten dan

kelompok, dilaksanakan 2-3 kali sesuai ketersediaan dana. Tujuan

rakor adalah untuk memastikan kegiatan berjalan sesuai dengan

rencana dan jadwal yang disepakati.

b. Peningkatan kapasitas peternak dalam pengelolaan padang

penggembalaan melalui pelatihan atau magang di BPTU–HPT Padang

Mangatas Sumatera Barat atau BPTU-HPT Sembawa Sumatera Selatan.

c. Pembangunan gedung Unit Pengelola Kawasan (UPK) pada lokasi yang

disepakati oleh kelompok yang nantinya akan dikelola oleh manajemen

pengelola kawasan.

d. Pengadaan bibit/benih HPT dan pupuk (organik dan/atau kimia).

e. Pengadaan pakan suplemen (terutama sebagai sumber mineral

mikro/UMMB).

f. Pembangunan gudang pakan dan/atau gudang peralatan.

g. Pembuatan sumber air (embung, sumur dalam) dan tata kelola air.

h. Pengadaan sarana untuk pengolahan lahan, pemeliharaan padang

penggembalaan dan kebun HPT.

i. Pembuatan pagar luar dan pagar dalam antar paddock.

j. Pembuatan shelter/naungan.

k. Pembangunan handling yard, gangway dan/atau dipping.

l. Operasional pemupukan, penanaman rumput/leguminosa dan

pemeliharaan padang penggembalaan dan kebun HPT.

3. Pemeliharaan Padang Penggembalaan

Anggaran dapat dimanfaatkan untuk:

a. Pengadaan bibit/benih HPT (rumput/leguminosa) untuk penyisipan/

penyulaman padang penggembalaan. Jenis HPT disesuaikan dengan

situasi kondisi lokasi kelompok (lahan, iklim, ketersediaan air) dan

lokasi penyedia (sumber) bibit HPT.

b. Bibit pohon leguminosa untuk penguatan pagar luar/pagar dalam yang

juga berfungsi sebagai sumber hijauan pakan.

c. Pengadaan pupuk (organik dan/atau kimia), kapur dan dolomite

d. Pengadaan herbisida untuk pemberantasan gulma

Page 35: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 26 -

26

e. Perbaikan pagar luar dan/atau perbaikan pagar dalam.

f. Perbaikan sarana tata kelola air.

g. Perbaikan gedung UPK dan bangunan lain yang terkait.

h. Peningkatan kapasitas SDM kelompok (pelatihan, magang)

i. Operasional kegiatan penyisipan/penyulaman, pemeliharaan dan

perbaikan HPT di area padang penggembalaan.

j. Operasional pemberantasan gulma.

k. Operasional kelompok untuk memperkuat kelembagaan.

4. Alat dan Mesin Pencacah Hijauan Pakan Ternak

Anggaran dimanfaatkan untuk pengadaan alsin pencacah rumput

(chopper) atau pencacah pelepah kelapa sawit (shredder) di 5 (lima) provinsi

yaitu:

a. Jawa Tengah;

b. Kalimantan Tengah;

c. Nusa Tenggara Barat;

d. Sulawesi Tenggara; dan

e. Gorontalo.

5. Operasional Kegiatan Pakan

a. Sosialisasi kegiatan;

b. Pendampingan dan pemantauan kegiatan; dan

c. Pelaporan.

F. Tahap Pelaksanaan Kegiatan

1. Persiapan kegiatan penguatan pakan:

a. Perencanaan anggaran APBN Tahun 2018.

b. Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Penguatan Pakan Tahun 2018.

c. Sosialisasi kebijakan, program, dan kegiatan.

2. Pelaksanaan Kegiatan

a. Penanaman dan Pengembangan Pakan Berkualitas (Gerbangpatas)

1) Penetapan lokasi dan kelompok penerima kegiatan diupayakan

telah dilakukan pada awal Tahun 2018.

Page 36: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 27 -

27

2) Proses pengadaan barang dan jasa dilakukan sesuai dengan

peraturan perundangan yang berlaku.

3) Tim Provinsi berkoordinasi dengan PPK untuk proses pengadaan

bibit HPT dan agroinput pakan lainnya.

4) Pelaksanaan kegiatan di lapangan (pengolahan lahan,

penanaman) harus bekerjasama dengan kelompok penerima

(padat karya).

5) Pendistribusian bibit HPT dan agroinput pakan lainnya diatur

dalam Juklak/Juknis.

6) Penanaman HPT sesuai dengan tatacara budidaya HPT

sebagaimana tercantum pada Format 7.

7) Pendampingan dan pemantauan kegiatan oleh Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota.

8) Pemeliharaan berkelanjutan melalui dukungan APBD/swadaya

kelompok.

b. Pengembangan Padang Penggembalaan Baru

1) Sebelum pelaksanaan kegiatan dan proses pengadaan barang dan

jasa, maka lokasi lahan harus sudah ditetapkan dengan

Peraturan Daerah atau Surat Keputusan Bupati/Walikota dan

sudah tersedia dokumen hasil Survey Identification and Design

(SID). Apabila kedua prasyarat belum tersedia, maka wajib

dipenuhi terlebih dahulu.

2) Penetapan kelompok penerima kegiatan Pengembangan Padang

Penggembalaan diupayakan dilakukan pada awal Tahun 2018.

3) Tim Provinsi berkoordinasi dengan PPK untuk proses pengadaan

sarana dan prasarana serta agroinput pakan lainnya. Pengadaan

dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Pengadaan dapat dilaksanakan melalui e-catalog jika telah

tersedia.

4) Pelaksanaan Rakor-1 pada awal Tahun 2018 (Januari/Februari)

bertempat di Provinsi dengan peserta dari Direktorat Pakan, Ahli

Pakan, Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten, kelompok penerima

Page 37: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 28 -

28

kegiatan dan pihak terkait lainnya. Sebelum Rakor-1

dilaksanakan, harus dipastikan bahwa rancangan kegiatan dalam

dokumen SID dan ketersediaan anggaran dalam DIPA sudah

sesuai, apabila belum sesuai maka harus dilakukan harmonisasi

terlebih dahulu.

Tujuan Rakor-1:

a) Mensosialisasikan kebijakan, program dan kegiatan

pengembangan padang penggembalaan tahun 2018.

b) Pemaparan hasil SID dan harmonisasi dengan ketersediaan

anggaran sesuai DIPA.

c) Membuat jadwal pelaksanaan kegiatan (persiapan, penetapan

kelompok, jadwal pelaksanaan Rakor, pengadaan barang jasa,

pembangunan fisik, pendampingan dan pemantauan).

5) Pelaksanaan pekerjaan fisik di lokasi padang penggembalaan

yang disesuaikan dengan hasil SID dan Detail Engienering Design

(DED), misalnya pembuatan pagar luar, pembuatan pagar dalam,

pembangunan shelter, pembuatan tatakelola air dan sumber air,

pembangunan kebun HPT, perbaikan kualitas padang

penggembalaan (pembersihan lahan, pengolahan lahan,

pemupukan, penanaman HPT, pemeliharaan secara rutin),

pembangunan unit pengelola kawasan (UPK), pembangunan

gudang pakan dan/atau gudang peralatan, pembuatan sarana

biosecurity/deeping, pintu masuk, dll.

6) Pendampingan dan pemantauan kegiatan oleh Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota dilakukan secara rutin dan terkoordinasi.

7) Rakor-2 diharapkan dapat dilaksanakan pada bulan

Agustus/September 2018 setelah ada kegiatan fisik di lapangan.

Rakor-2 dilaksanakan di Kabupaten lokasi padang

penggembalaan dengan peserta dari Direktorat Pakan, Ahli

Pakan, Dinas Provinsi, Kabupaten serta melibatkan kelompok

penerima.

Tujuan Rakor-2:

Page 38: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 29 -

29

a) Melakukan pengecekan kegiatan operasional di lokasi dan

melihat kendala yang ada, baik dalam proses pengadaan

barang dan jasa yang masih berlangsung atau kendala fisik

dalam pelaksanaan di lapangan.

b) Ekspose hasil kegiatan yang sudah dilaksanakan sampai saat

Rakor-2 dilakukan, kepada seluruh pihak terkait oleh Satker

Provinsi.

c) Mendiskusikan hasil pengecekan lapang dan mencari solusi

untuk percepatan kegiatan.

8) Pendampingan dan pemantauan terus dilakukan sampai akhir

tahun, untuk memastikan bahwa kegiatan pembangunan sarana

fisik dan penanaman HPT sudah selesai dilaksanakan dengan

baik.

9) Tim Teknis Provinsi berkewajiban membuat laporan

perkembangan kegiatan.

c. Pemeliharaan Padang Penggembalaan

1) Tim Provinsi memastikan kegiatan perbaikan apa saja yang

dibutuhkan untuk pemeliharaan dan perawatan padang

penggembalaan yang telah dibangun pada tahun sebelumnya dan

kemudian melakukan penyesuaian anggaran dalam RKAKL.

Anggaran dapat dimanfaatkan sebagaimana telah disebutkan di

atas.

2) Tim Provinsi berkoordinasi dengan PPK untuk proses pengadaan

sarana dan prasarana dan agroinput pakan lainnya. Pengadaan

dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Pengadaan dilaksanakan melalui e-catalog jika telah tersedia.

3) Pelaksanaan pekerjaan fisik perbaikan atau pemeliharaan di

lokasi padang penggembalaan, misalnya perbaikan (pagar luar,

pagar dalam, shelter, tatakelola air), pemeliharaan kebun HPT

(pembersihan gulma, pemupukan, penanaman ulang HPT,

pemeliharaan secara rutin).

Page 39: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 30 -

30

4) Pendampingan dan pemantauan kegiatan oleh Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota

5) Pemeliharaan berkelanjutan agar dapat terus dilakukan secara

swadaya oleh kelompok atau masyarakat lain yang turut

memanfaatkan keberadaan padang penggembalaan, agar daya

dukung lahan tetap dapat dipertahankan dan ditingkatkan.

6) Tim Teknis Provinsi berkewajiban membuat laporan

perkembangan kegiatan.

G. Pendampingan

1. Pendampingan pada tahun berjalan dilaksanakan secara terkoordinasi

antar instansi oleh tim pusat dan tim daerah terhadap pelaksanaan

kegiatan sesuai indikator yang telah ditetapkan.

2. Pengawasan langsung maupun tidak langsung harus dilakukan oleh Dinas

Peternakan yang melaksanakan fungsi peternakan di daerah.

3. Hasil pencapaian indikator kegiatan agar dianalisa dan dievaluasi

menggunakan indikator yang telah ditetapkan dan dilaporkan

sebagaimana Format 10.

4. Evaluasi pada akhir pelaksanaan program dijadikan sebagai bahan

pertimbangan untuk penentuan program selanjutnya.

Tabel terkait Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak Tercantum dalam iSIKHNAS,

sebagai berikut:

1. Laporan Hijauan Pakan Ternak Root 137

2. Laporan Produksi Hijauan Pakan Ternak Root 390

3. Laporan Stok Bibit Hijauan Per Propinsi Root 441

Page 40: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 31 -

31

BAB V

PENANGGULANGAN GANGGUAN REPRODUKSI

A. Mekanisme Kerja

1. Identifikasi Status Reproduksi Akseptor

Identifikasi ternak yang mengalami gangguan reproduksi (gangrep)

dilakukan melalui 2 (dua) cara berdasarkan:

a. Surveillans aktif gangguan reproduksi

Surveillans aktif dilakukan terhadap sapi betina produktif yang

memperlihatkan kriteria gangguan reproduksi. Pemeriksaan

bertujuan untuk menentukan status reproduksinya dan status

kesehatan ternak khususnya terhadap ada tidaknya infeksi penyakit

terutama Brucellosis.

Pemeriksaan status reproduksi dilakukan dengan cara:

a) Inspeksi melalui Body Condition Score dan Status praesens

(Present status);

b) Palpasi per rektum dan per vagina;

c) Sonologi dengan menggunakan alat ultrasonografi (bila tersedia);

d) Laboratoris dengan pengambilan dan pemeriksaan sampel darah,

feses; dan

e) Lendir vagina (discharge vagina).

Penentuan diagnosa dilakukan oleh Dokter Hewan sesuai dengan

hasil pemeriksaan fungsi organ reproduksi.

b. Surveillans Pasif

a) Gejala Klinis berdasarkan anamnese peternak atau inseminator

Kegiatan surveillans ini dilaksanakan sebagai seleksi awal atau

sebagai dasar untuk penanggulangan gangguan reproduksi yang

diperoleh berdasarkan pengumpulan informasi dari peternak atau

inseminator. Kriteria ternak yang akan dijadikan sebagai target

penanggulangan gangguan reproduksi adalah:

1) Setelah 14 hari melahirkan

2) Ada discharge abnormal

Page 41: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 32 -

32

3) Ada siklus estrus abnormal

4) Estrus tidak teramati setelah 50 hari melahirkan

5) Dikawinkan 3 kali tidak bunting

6) Sapi yang bunting lebih dari 280 hari

7) Sapi yang mengalami abortus, prematur atau lahir mati

b) Laporan daftar akseptor yang telah 2 atau 3 (dua atau tiga) kali di

IB dan tidak bunting berdasarkan data iSIKHNAS. Kegiatan ini

dilaksanakan oleh Tim penanggulangan gangguan reproduksi

Balai Veteriner (BBVet/BVet) dengan melakukan pengelolaan data

(identifikasi dan analisa) serta berkoordinasi dengan wilayah

kerjanya. Seperti tergambar pada skema oprasional tim kerja

gangguan reproduksi serta tahapan pelaksanaannya pada Format

11 dan Format 12.

2. Pemeriksaan dan Penetapan status reproduksi.

Pemeriksaan dalam rangka penetapan status reproduksi ternak sapi

dan kerbau dilakukan dengan cara palpasi rectal dan/atau

menggunakan alat ultrasonografi yang dilakukan oleh Petugas ATR

dan/atau Dokter Hewan. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut,

status reproduksi sapi atau kerbau akan dilakukan penetapan status

reproduksi, yaitu:

a. Bunting;

b. Tidak bunting dengan status reproduksi normal;

c. Tidak bunting dengan status mengalami gangrep;

d. Tidak bunting dengan status mengalami gangrep permanen.

B. Penanggulangan Gangguan Reproduksi

1. Terapi

Ternak yang telah ditetapkan status reproduksinya dan mengalami

gangguan reproduksi akan diterapi dengan perlakuan dan pengobatan,

proses kesembuhan bervariasi tergantung permasalahan reproduksinya

sehingga memerlukan terapi 2-3 kali tergantung ketersediaan anggaran.

Page 42: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 33 -

33

Selanjutnya sapi yang telah dilakukan tindakan perbaikan atau terapi

dan dinyatakan sembuh dijadikan sebagai akseptor IB.

2. Pemeriksaan Ulang Gangguan Reproduksi

Sapi yang tidak sembuh pada terapi pertama dilakukan pemeriksaan dan

terapi kedua.

Sapi yang dinyatakan sembuh melalui pemeriksaan kedua tersebut

dijadikan sebagai akseptor IB. Sementara Sapi yang tidak sembuh pada

terapi kedua, selanjutnya dpat dilakukan pemeriksaan dan terapi ketiga

tergantung kepada ketersediaan anggaran di masing-masing satker. Sapi

yang dinyatakan sembuh melalui pemeriksaan ketiga tersebut dijadikan

sebagai akseptor IB. Sementara sapi yang tidak sembuh dinyatakan

sebagai sapi tidak produktif atau mengalamai gangguan reproduksi

permanen.

3. Tindak lanjut terhadap sapi yang dinyatakan sembuh

Sapi yang telah dinyatakan sembuh dan siap menjadi akseptor dilaporkan

kepada petugas yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan IB.

Petugas penanggulangan gangguan reproduksi yang bertanggung jawab di

lokasi tersebut memonitor tentang realisasi pelaksanaan IB.

Tindakan penanggulangan gangguan reproduksi dijadikan sebagai dasar dalam

penentuan ternak yang dapat disembuhkan (fausta) atau tidak dapat

disembuhkan (infausta). Keberhasilan penanggulangan gangguan reproduksi

dinyatakan berhasil apabila kondisi ternak menunjukkan gejala estrus.

Setiap sapi/kerbau yang diberikan penanggulangan gangguan reproduksi dan

belum memiliki Nomor Kartu Ternak yang dikeluarkan iSIKHNAS, harus

diberikan:

1) ear tag atau neck tag;

2) Nomor Kartu Ternak yang didaftarkan melalui iSIKHNAS;

C. Tim Pelaksana Gangrep

1. Penetapan Tim Terpadu Pelaksana Penanggulangan gangguan reproduksi.

Page 43: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 34 -

34

Tim terpadu pelaksana penanggulangan gangguan reproduksi dilakukan

dengan mengoptimalkan petugas dari BBVet/BVet, Pusat Kesehatan

Hewan (Puskeswan) dan Tenaga Harian Lepas (THL) Dokter Hewan dan

Paramedik Veteriner. Penetapan tim berdasarkan pemetaan SDM,

mobilisasi sumberdaya kesehatan hewan dan kompetensi petugas

BBVet/BVet dan puskeswan.

2. Kompetensi petugas Puskeswan.

Keberhasilan penanganan gangrep tidak terlepas dari kompetensi dan

komitmen para petugas pelaksana lapangan. Peningkatan kompetensi

petugas puskeswan dilakukan melalui bimbingan teknis atau refresher

penanganan Gangrep.

D. Manajemen Operasional

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan dibentuk Tim Terpadu di

masing-masing Satker yang meliputi unsur sebagai berikut :

1. Administratif.

2. Operasional Teknis.

3. Penyediaan bahan, peralatan dan obat-obatan.

4. Biaya operasional.

E. Operasional Kegiatan

Kegiatan Penanggulangan gangguan reproduksi Ternak Sapi dan Kerbau

dilaksanakan melalui 2 (dua) tahapan yaitu persiapan dan pelaksanaan,

yaitu:

1. Tahap Persiapan

a. Sosialisasi Kegiatan.

b. Pembentukan Tim Terpadu.

c. Penentuan wilayah sasaran.

d. Menentukan jadwal pelaksanaan kegiatan.

e. Pengadaan Barang.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Penentuan diagnosa status reproduksi ternak.

Page 44: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 35 -

35

b. Penentuan diagnosa status reproduksi ternak dilakukan oleh tim

terpadu.

c. Analisis hasil pemeriksaan

d. Apabila ditemukan adanya gangguan reproduksi pada ternak, petugas

medik reproduksi memeriksa jenis gangguan reproduksi yang dialami

oleh ternak tersebut. Klasifikasi gangguan reproduksi sebagaimana

tercantum dalam Format.36

e. Perlakuan/Treatment

Ternak dengan diagnosa gangguan reproduksi non permanen

dilakukan penanggulangan gangguan reproduksi 2-3 kali penanganan

sesuai dengan ketersediaan anggaran.

f. Pendataan Hasil

Data hasil kegiatan penanggulangan gangguan reproduksi selain

sebagai dasar pengukuran kinerja juga sebagai dasar perencanaan

dan pengambilan kebijakan selanjutnya.

Tabel terkait Penanggulangan Gangguan Reproduksi sebagaimana tercantum

dalam iSIKHNAS, sebagai berikut:

Laporan riwayat Gangguan Reproduksi Root 450

Page 45: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 36 -

36

BAB VI

PENGENDALIAN PEMOTONGAN BETINA PRODUKTIF

A. Mekanisme kegiatan pengendalian betina produktif

Mekanisme kegiatan pengendalian betina produktif berupa kegiatan

pembinaan, pengawasan dan penindakan dilaksanakan oleh Tim Terpadu

yang terdiri dari berbagai unsur. Mekanisme pelaksanaan pengendalian

pemotongan betina produktif seperti tercantum pada Format 13.

1. Pembinaan

Kegiatan pembinaan berupa sosialisasi yang dilakukan melalui

pertemuan dan pendampingan/sambang di RPH, pasar hewan, check

point, kelompok peternak, dan pengumpul ternak (Jagal).

2. Pengawasan dan Penindakan

Kegiatan pengawasan dan penindakan pelanggaran pemotongan betina

produktif dilakukan di RPH.

B. Lokasi Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pengendalian betina produktif tahun 2018

dilaksanakan di 17 provinsi dengan target (41 kabupaten/kota). Lokasi target

merupakan provinsi yang sama dengan tahun 2017 dan ditambah 1 lokasi

(kab/kota) baru dengan pemotongan betina produktif tinggi, sebagaimana

tercantum pada Format 14. Sedangkan untuk lokasi non target kegiatan

dilaksanakan di 16 provinsi.

C. Pelaksanaan Kegiatan

1. Sosialisasi Pengendalian Pemotongan Betina Produktif

Sosialisasi pengendalian pemotongan betina produktif ditujukan bagi

provinsi/kabupaten/kota lokasi target. Kegiatan ini terdiri dari:

a. Sosialisasi Pengendalian Betina Produktif Tingkat Pusat

Page 46: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 37 -

37

Sosialisasi pengendalian betina produktif tingkat pusat dilaksanakan

dalam bentuk pertemuan dengan mengundang 33 provinsi.

Tujuan kegiatan ini untuk sosialisasi kegiatan pengendalian

pemotongan betina produktif tahun 2018 dan menyamakan persepsi

untuk pelaksanaan kegiatan pengendalian pemotongan betina

produkif. Peserta antara lain terdiri dari Sekretariat dan Direktorat

lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,

Baharkam Polri, Dinas yang melaksanakan fungsi Kesmavet di

Provinsi, dan Direktorat Pembinaan Masyarakat Polda.Narasumber

berasal dari Baharkam Polri dan Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan.Kegiatan sosialisasi dilaksanakan pada awal tahun

2018.

b. Sosialisasi Pengendalian Betina Produktif di Provinsi Non Target

Kegiatan ini dilaksanakan di 16 provinsi yang bukan merupakan

lokasi target pengendalian betina produktif. Hal ini dilakukan dalam

rangka mensosialisasikan kegiatan pengendalian betina produktif di

provinsi/kabupaten/kota non target. Kegiatan dilaksanakan dalam

bentuk pertemuan yang melibatkan Dinas Provinsi/kabupaten/kota

yang melaksanakan fungsi kesehatan masyarakat veteriner, Rumah

Potong Hewan Ruminansia (RPH-R), unsur Kepolisian (Polda, Polres),

asosiasi jagal/pelaku usaha, dan masyarakat. Narasumber berasal

dari Baharkam Polri dan Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan. Provinsi non target terdiri dari Banten, Banda

Aceh, Bangka Belitung, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Lampung,

Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara,

Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Timur,

Papua, dan Papua Barat. Periode pelaksanaan kegiatan ini pada awal

tahun 2018.

c. Sosialisasi dan Advokasi Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lokasi Target.

Page 47: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 38 -

38

Kegiatan sosialisasi dan advokasi dilaksanakan di provinsi dan

kabupaten/kota lokasi target. Kegiatan berupa pertemuan dengan

melibatkan stakeholders. Tujuan dari kegiatan ini untuk

mensosialisasikan aturan dan kebijakan pelaksanaan pengendalian

betina produktif tahun 2018 serta perkembangan kegiatan

pengendalian betina produktif ditiap provinsi/kabupaten/ kota

lokasi target. Kegiatan sosialisasi juga dapat dilakukan di

kabupaten/kota penyangga yang disesuaikan dengan ketersediaan

anggaran. Dalam kegiatan ini pihak provinsi bersama

kabupaten/kota membuat rencana kerja pelaksanaan pengendalian

betina produktif.

1) Sosialisasi dan Advokasi di tingkat Provinsi

Peserta : Dinas yang melaksanakan fungsi Kesmavet di

Kabupaten/Kota, Unsur Kepolisian (Polda,

Polres), DPRD, Bappeda, Satpol PP, Dinas

Pendapatan Daerah, Tokoh Agama/

Masyarakat, RPH di Kabupaten/Kota, Asosiasi

Jagal/pelaku usaha, dan stakeholders lainnya.

Narasumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan

Hewan dan Baharkam Polri

Waktu : Awal tahun 2018

2) Sosialisasi dan Advokasi di tingkat Kabupaten/Kota

Peserta : Dinas kabupaten/kota, DPRD, Bappeda,

Satpol PP, Dinas Pendapatan Daerah, RPH,

unsur kepolisian (Polres, Polsek,

Bhabinkamtibmas), jagal, tokoh

agama/masyarakat, asosiasi jagal, dan

pelaku usaha lainnya.

Narasumber : Dinas Provinsi yang melaksanakan fungsi

Kesmavet dan Polda.

Page 48: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 39 -

39

Waktu : Awal tahun 2018

2. Pengawasan Pemotongan Betina Produktif

Kegiatan pengawasan pemotongan betina produktif di RPH oleh

petugas Antemortem-Postmortem (AM-PM) meliputi: (i) pemeriksaan

dokumen, (ii) pemeriksaan AM (termasuk status reproduksi) dan PM.

Bila ditemukan betina produktif maka diterbitkan berita Acara

penolakan pemotongan terhadap ternak betina produktif tersebut

sebagaimana tercantum pada Format 15 dan untuk dokumen

pemeriksaan AM-PM dan status reproduksi pada Format 16.

Mekanisme Pengawasan Pemotongan Betina Produktif meliputi :

a. Pendampingan/Sambang

b. Pengawasan dan Penindakan

Terhadap pelanggaran pemotongan betina produktif akan dilakukan

penindakan berupa pemberian sanksi dan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan dengan tujuan memberikan efek

jera terhadap pelaku. Proses penindakan melalui tahapan: (i) teguran

lisan; (ii) peringatan tertulis; (iii) penghentian sementara ijin

pemotongan; (iv) pencabutan ijin usaha pemotongan; (v) pengenaan

denda; dan (vi) sanksi pidana.

3. Evaluasi Pengendalian Betina Produktif

Kegiatan evaluasi dengan melibatkan kabupaten/kota yang menjadi

lokasi target dan kabupaten/kota setempat. Evaluasi dimaksudkan

dalam rangka meningkatkan kinerja pengendalian betina produktif

sebagai salah satu rangkaian kegiatan upsus siwab.

4. Pelaporan

Pelaporan pengendalian pemotongan betina produktif dilakukan melalui

sistim iSIKHNAS sesuai Format yang tersedia.

Tabel terkait Pengendalian Pemotongan Betina Produktif sebagaimana tercantum

dalam iSIKHNAS, sebagai berikut:

Laporan Pemotongan Ternak Root 379

Page 49: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 40 -

40

BAB VII

TATA CARA PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN

A. Ketentuan Pembayaran Biaya Operasional

Besaran biaya operasional untuk kegiatan:

1. Inseminasi Buatan sebesar Rp. 50.000,- per pelayanan dan maksimal 3

kali IB dengan memperhatikan ketersediaan anggaran sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Pemeriksaan Kebuntingan (PKb) sebesar Rp. 30.000,- per pelayanan

dengan memperhatikan ketersediaan anggaran sesuai dengan peraturan

yang berlaku.

3. Pelaporan kelahiran sebesar Rp. 5.000,- per kelahiran dengan

memperhatikan ketersediaan anggaran sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

4. Honor data recorder adalah Rp. 400.000,- per bulan diberikan kepada

petugas data reorder yang ditunjuk di Kabupaten/Kota dan Provinsi.

5. Penanggulangan Gangguan Reproduksi pada ternak yang sama

dilakukan 2 – 3 kali dengan besaran biaya disesuaikan dengan

ketersediaan anggaran.

Untuk daerah yang menyediakan biaya operasional melalui Anggaran APBD

Provinsi/Kabupaten/Kota agar dapat mensinergikan dengan biaya

operasional yang telah tersedia sebagai komponen subsidi operasional

pelaksanaan kegiatan yang dituangkan dalam Petunjuk Pelaksanaan

(Juklak) atau Petunjuk Teknis (Juknis).

B. Syarat-syarat Pertanggungjawaban

1. Kegiatan Inseminasi Buatan (IB)

Syarat pembayaran operasional adalah:

a. Rincian laporan pelaksanaan IB yang merupakan hasil print out dari

iSIKHNAS ditandatangani oleh petugas bersangkutan, verifikator dan

Pejabat Dinas Kabupaten/Kota sesuai Format 17.

b. Rekap pelaksanaan kegiatan IB pada huruf a ditandatangani oleh

Bendahara Pembantu Pengeluaran (BPP) atau Petugas yang ditunjuk,

Page 50: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 41 -

41

Pejabat Dinas Kabupaten/Kota dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Provinsi sesuai Format 18.

c. Kuitansi sebagaimana tercantum pada Format 19.

2. Pemeriksaan Kebuntingan (PKb)

Syarat pembayaran operasional adalah:

a. Rincian laporan pelaksanaan PKb yang merupakan hasil print out

dari iSIKHNAS ditandatangani oleh petugas bersangkutan, verifikator

dan Pejabat Dinas Kabupaten/Kota sesuai Format 20.

b. Rekap pelaksanaan kegiatan PKb pada huruf a ditandatangani oleh

Bendahara Pembantu Pengeluaran (BPP) atau Petugas yang ditunjuk,

Pejabat Dinas Kabupaten/Kota dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Provinsi. Tercantum pada Format 21.

c. Kuitansi sebagaimana tercantum pada Format 22.

3. Pelaporan Kelahiran Ternak

Syarat pembayaran operasional adalah:

a. Rincian laporan kelahiran yang merupakan hasil print out dari

iSIKHNAS ditandatangani oleh petugas bersangkutan, verifikator dan

Pejabat Dinas Kabupaten/Kota sesuai Format 23

b. Rekap laporan kelahiran pada huruf a ditandatangani oleh

Bendahara Pembantu Pengeluaran (BPP) atau Petugas yang ditunjuk,

Pejabat Dinas Kabupaten/Kota dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Provinsi sesuai Format 24.

c. Kuitansi sebagaimana tercantum pada Format 25.

4. Penanggulangan Gangguan Reproduksi

Untuk pelaksanaan Gangguan Reproduksi akan dituangkan lebih lanjut

dalam Petunjuk Teknis yang diterbitkan oleh Unit Kerja Pelaksana

kegiatan.

Syarat pembayaran operasional adalah:

a. Laporan pelaksanaan kegiatan pada iSIKHNAS.

Page 51: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 42 -

42

Data tersebut ditandatangani oleh petugas gangrep Dinas

Kabupaten/Kota setempat dan diketahui oleh koordinator gangrep.

b. Rekap pelaksanaan kegiatan

c. Kuitansi

C. Mekanisme Pembayaran

1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dapat membentuk:

a. Kelompok Kerja (Pokja) Upsus Siwab Kabupaten/Kota dengan

Penanggungjawab Kepala Dinas Kabupaten/Kota.

Tugas Pokja terkait dengan mekanisme pembayaran biaya

operasional adalah melakukan verifikasi data IB, PKB, dan ATR yang

telah dilaporkan ke iSIKHNAS dengan petugas lapangan sebelum

dicetak untuk diajukan pembayaraan.

b. Bendahara Pembantu Pengeluaran/petugas yang ditunjuk.

Bendahara Pembantu Pengeluaran/Petugas yang ditunjuk oleh

Kepala Dinas Kabupaten/kota bertugas antara lain:

1). Membuat rekap usulan pembayaran operasional IB, PKb, dan

pelaporan kelahiran yang diusulkan masing masing petugas,

selanjutnya ditandatangani dan diusulkan kepada Pejabat

Pembuat Komitmen Provinsi.

2). Membuat kuitansi pembayaran sejumlah anggaran pada masing-

masing rekap, untuk selanjutnya disampaikan ke Pejabat

Pembuat Komitmen Provinsi.

3). Menerima biaya operasional dari bendahara pengeluaran dan

membayarkan kepada petugas melalui transfer bank (non tunai)

atau tunai.

4). Menatausahakan dan mendokumentasikan arsip dokumen

pertanggungjawaban pembayaran biaya operasional.

5). Dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada

Bendahara Pengeluaran, PPK dan Kepala Dinas Kabupaten/Kota.

2. Proses pengajuan pembayaran:

Page 52: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 43 -

43

a. Petugas melaporkan pelaksanaan kegiatan UPSUS SIWAB ke

iSIKHNAS

b. Rekonsiliasi data iSIKHNAS antara Petugas dengan Pokja

Kabupaten/Kota.

c. Pembuatan laporan pelaksanaan kegiatan dalam kurun waktu

tertentu, ditandatangani petugas, Pokja Kabupaten/Kota, dan Kepala

Dinas.

d. BPP/petugas yang ditunjuk membuat rekapitulasi pembayaran

operasional dan kuitansi pembayaran, ditandatangani oleh

BPP/petugas yang ditunjuk, Pokja Kab/Kota, selanjutnya diusulkan

ke PPK Provinsi.

e. PPK dan Bendahara Pengeluaran melakukan koreksi aritmatik

terhadap rekap usulan BPP/petugas yang ditunjuk, dan

menandatanganinya setelah dinyatakan benar.

f. PPK menyiapkan dokumen pendukung yang lengkap dan benar, serta

menandatangani, selanjutnya:

1). Menyampaikan Surat Perintah Pembayaran (SPP) kepada Pejabat

Penandatangan Surat Perintah Membayar (PP-SPM) untuk

pengajuan pembayaran Langsung (LS) ke Kantor pelayanan

Perbendaharaan Negara (KPPN) melalui rekening bendahara

pengeluaran dan diteruskan kepada BPP/petugas yang ditunjuk

untuk diserahkan kepada penerima; atau

2). Memerintahkan bendahara pengeluaran untuk melakukan

pembayaran melalui UP/TUP kepada BPP/petugas yang ditunjuk

untuk diserahkan kepada penerima. Selanjutnya PPK

menyampaikan SPP kepada PP-SPM untuk pengajuan SPM Nihil

ke KPPN.

g. BPP/petugas yang ditunjuk melaporkan bukti pembayaran BOP IB,

PKb, dan pelaporan kelahiran kepada Bendahara Pengeluaran.

Page 53: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 44 -

44

3. Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan Pokja Kab/Kota

disediakan operasional yang meliputi koordinasi, pembinaan,

administrasi kegiatan, dan perjalanan dinas.

D. Kewajiban Pajak

1. Biaya operasional IB, PKb, dan pelaporan kelahiran merupakan biaya

operasional atas prestasi kerja untuk melaksanakan pelayanan IB, PKb,

dan pelaporan kelahiran dengan menggunakan akun Belanja Barang Non

Operasional Lainnya (521219) dikenakan PPh sebesar 15% untuk PNS

golongan IV, 5 % untuk PNS golongan III dan 0% untuk PNS golongan I

dan II. Untuk petugas Non PNS dikenakan tarif PPh sebesar 5% untuk

yang memiliki NPWP dan 6% untuk yang tidak memiliki NPWP sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Bendahara pengeluaran berkewajiban untuk memotong pajak sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Pakta Integritas

Dalam rangka efektifitas dan ketertiban pelaksanaan UPSUS SIWAB

dilakukan penandatanganan pakta Integritas oleh Kepala Dinas Provinsi,

PPK, Bendahara, Kepala Dinas Kabupaten/Kota dan Petugas Teknis

Reproduksi yang ditetapkan menandatangani pakta integritas sekali dalam

setahun.

F. Pencairan Dana

Prosedur pencairan dana untuk pembayaran honor dalam kegiatan

operasional UPSUS SIWAB ini dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu

pembayaran melalui uang persediaan (UP), tambahan uang persediaan (TUP)

dan pembayaran langsung (LS).

1. Pembayaran melalui UP

Page 54: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 45 -

45

Uang Persediaan atau UP adalah uang muka kerja dalam jumlah

tertentu yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk

membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satker atau membiayai

pengeluaran yang menurut sifat dan tujuannya tidak mungkin dilakukan

melalui mekanisme pembayaran langsung.

2. Pembayaran melalui TUP

Tambahan Uang Persediaan atau TUP adalah uang muka yang

diberikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk kebutuhan yang

sangat mendesak dalam 1 (satu) bulan melebihi pagu UP yang telah

ditetapkan.

3. Pembayaran melalui LS

Pembayaran Langsung atau Pembayaran LS adalah pembayaran yang

dilakukan langsung kepada Bendahara Pengeluaran/penerima hak

lainnya atas dasar perjanjian kerja, surat keputusan, surat tugas atau

surat perintah kerja lainnya melalui penerbitan Surat Perintah

Membayar Langsung. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan bahwa pembayaran biaya operasional mengikuti tahun

anggaran yang berlaku dan tidak bisa dibayarkan menggunakan

anggaran akan datang maka seyogyanya penyusunan SPJ pembayaran

biaya operasional tersebut jangan sampai melampaui tahun anggaran

yang berlaku.

BAB VIII

PENGENDALIAN INTERNAL, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Pengendalian Internal

Upsus Siwab merupakan kegiatan strategis yang harus berjalan efisien,

efektif dan tertib. Untuk mencapai hal tersebut perlu disusun dokumen

sistem pengendalian internal (SPI) Upsus Siwab yang memuat identifikasi

resiko, analisa resiko, rencana pengendalian resiko, informasi dan

komunikasi serta rencana pemantauan pengendalian resiko.

Page 55: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 46 -

46

Sasaran dari penerapan pengendalian internal pada kegiatan Upsus Siwab

adalah untuk memberikan keyakinan memadai bagi tercapainya : target dan

sasaran kegiatan Upsus Siwab, pelaporan keuangan Upsus Siwab yang

handal, penata laksanaan aset kegiatan Upsus Siwab yang tertib, ketaatan

pelaksanaan Upsus Siwab sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Pimpinan Satuan Kerja sebagai penanggungjawab kegiatan beserta seluruh

jajaran harus menyusun dokumen pengendalian intern terhadap setiap

tahapan kegiatan Upsus Siwab agar dapat berjalan dengan lancar dan

mencapai tujuan.

Hasil identifikasi resiko kegiatan UPSUS SIWAB sebagai berikut :

1. Pelaksanaan kegiatan IB sebagaimana tercantum pada Format 26.

2. Penyediaan dan Distribusi Semen Beku, N2 Cair dan Kontainer.

Tabel Penyediaan dan Distribusi Semen Beku, N2 Cair dan kontainer

sebagaimana tercantum pada Format 27.

3. Pakan

a. Tabel Identifikasi risiko kegiatan Gerbang Patas sebagaimana tercantum

pada Format 28.

b. Tabel Identifikasi risiko kegiatan pengembangan Padang pengembalaan

sebagaimana tercantum pada Format 29.

c. Tabel Identifikasi risiko kegiatan pemeliharaan padang pengembalaan

sebagaimana tercantum pada Format 30.

4. Penanggulangan gangguan reproduksi

Tabel Identifikasi Risiko Penanggulangan gangguan reproduksi

sebagaimana tercantum pada Format 31.

5. Pengendalian Pemotongan Betina Produktif

Tabel Identifikasi Risiko Pemotongan Betina Produktif sebagaimana

tercantum pada Format 32.

B. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan Upsus Siwab

dilakukan secara reguler oleh tim pelaksana administrasi.

Page 56: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 47 -

47

Monitoring dan evaluasi secara periodik dan/atau sewaktu-waktu sesuai

dengan perkembangan pelaksanaan di lapangan dilakukan oleh tim

pelaksana operasional teknis, sehingga perkembangan kegiatan akan terus

termonitor.

Evaluasi pelaksanaan kegiatan dimaksudkan untuk mengetahui secara

akurat realisasi kegiatan serta mengetahui kendala yang dihadapi dalam

pelaksanaan kegiatan. Hasil evaluasi diformulasikan dalam bentuk laporan,

merupakan data dan informasi untuk bahan koreksi pelaksanaan kegiatan,

dan untuk perbaikan kegiatan di masa yang akan datang.

C. Pelaporan UPSUS SIWAB

Pelaporan semua kegiatan UPSUS SIWAB melalui iSIKHNAS dengan

menggunakan Format SMS atau aplikasi yang telah disiapkan. Untuk

pelaporan pada lokasi yang memiliki keterbatasan jaringan, pelaporan dapat

dilakukan secara manual dengan Format excel (spreadsheet) selanjutnya

diinput dalam iSIKHNAS oleh koordinator pelaporan (data recorder). Prinsip

dalam pelaporan kinerja UPSUS SIWAB harus mampu; (1) memantau

perkembangan pelaksanaan UPSUS SIWAB secara berjenjang dan tepat

waktu; (2) memberikan informasi bagi para penanggung jawab disetiap

jenjang; dan (3) memberikan input umpan balik bagi penyempurnaan

pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Modul aplikasi system aplikasi iSIKHNAS

dapat dilihat pada http://www.wiki.iSIKHNAS.com

Tugas Petugas Pelaporan (data recorder):

a. Petugas Pelaporan (data recorder) provinsi:

1. Menyiapkan dan menyusun laporan perkembangan kinerja kegiatan

UPSUS SIWAB setiap bulan, serta membantu analisis data dalam

mengevaluasi perkembangan kinerja kegiatan UPSUS SIWAB bersama-

sama dengan Tim Pokja setempat.

Page 57: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 48 -

48

2. Melakukan pemantauan dan supervisi kelancaran arus data pelaporan

dari petugas teknis dan data recorder Kabupaten/Kota.

3. Mengoptimalkan penggunaan situs web iSIKHNAS sebagai sarana

sumber data informasi perkembangan kegiatan UPSUS SIWAB.

b. Petugas Pelaporan (data recorder) Kabupaten/Kota:

1. Melakukan pemantauan kelancaran arus data pelaporan dari petugas

teknis dan menginput semua data perkembangan pelaksanaan kegiatan

teknis ke sistem iSIKHNAS.

2. Melakukan pendampingan dan bimbingan tatacara pelaporan melalui

sistem iSIKHNAS kepada para petugas di wilayah kerja.

3. Menghimpun dan memasukkan data yang tertunda ke dalam sistem

iSIKHNAS.

4. Membantu penyiapan data administrasi dan keuangan.

c. Ruang lingkup pelaporan UPSUS SIWAB meliputi 2 (dua) jenis pelaporan

yaitu :

1. Laporan Harian yang merupakan gambaran keberhasilan program

UPSUS SIWAB yang meliputi: (1) jumlah sapi/kerbau yang di IB; (2)

jumlah sapi/kerbau yang telah bunting; dan (3) jumlah sapi/kerbau

yang lahir.

2. Laporan Bulanan yang merupakan perkembangan capaian kinerja

kegiatan operasional UPSUS SIWAB sesuai dengan Format 33.

d. Alur dan Mekanisme Pelaporan

Alur dan mekanisme pelaporan UPSUS SIWAB sesuai dengan Format 34

dan Format 35.

Page 58: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

- 49 -

49

BAB IX

PENUTUP

Demikian Pedoman Pelaksanaan UPSUS SIWAB ini disusun untuk dijadikan

acuan oleh pelaksana kegiatan baik di tingkat pusat maupun daerah dalam

rangka mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan di lapangan. Dalam rangka

pelaksanaan UPSUS SIWAB Tahun 2018 juga diperlukan adanya dukungan

APBD Provinsi/Kabupaten/Kota.

Dengan adanya Pedoman Pelaksanaan ini, diharapkan semua pelaksana

kegiatan di pusat, provinsi, kabupaten/kota, kelompok pelaksana serta

stakeholder terkait dapat melaksanakan seluruh tahapan kegiatan secara baik

dan benar menuju tercapainya sasaran yang telah ditetapkan dengan mengacu

pada ketentuan yang berlaku.

DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN

DAN KESEHATAN HEWAN,

I KETUT DIARMITA

NIP. 19621231 198903 1 006

Page 59: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 1.Struktur Populasi Sapi dan Kerbau Tahun 2017

No Jenis Total Populasi

(ekor)

Populasi Betina

Dewasa 2-8 th (ekor)

1 Sapi Potong

14.411.979

5.959.789

2 Sapi Perah 503.000

315.532

3 Kerbau 1.142.000

458,647

Jumlah (1+2+3)

16.056.979 6.275.321

Page 60: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 2. Langkah Operasional UPSUS SIWABTA.2018

Page 61: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

No ProvinsiTarget

IBJan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des

1 Aceh 35.900 2.154 2.154 2.513 2.513 2.872 2.154 3.590 3.590 4.667 4.308 2.872 2.513

2 Sumatera Utara 103.800 6.228 6.228 7.266 7.266 8.304 6.228 10.380 10.380 13.494 12.456 8.304 7.266

3 Sumatera Barat 80.500 4.830 4.830 5.635 5.635 6.440 4.830 8.050 8.050 10.465 9.660 6.440 5.635

4 Riau 26.500 1.590 1.590 1.855 1.855 2.120 1.590 2.650 2.650 3.445 3.180 2.120 1.855

5 Jambi 15.750 945 945 1.103 1.103 1.260 945 1.575 1.575 2.048 1.890 1.260 1.103

6 Sumatera Selatan 37.500 2.250 2.250 2.625 2.625 3.000 2.250 3.750 3.750 4.875 4.500 3.000 2.625

7 Bengkulu 6.000 360 360 420 420 480 360 600 600 780 720 480 420

8 Lampung 162.000 9.720 9.720 11.340 11.340 12.960 9.720 16.200 16.200 21.060 19.440 12.960 11.340

9 Kep. Bangka Belitung 1.050 63 63 74 74 84 63 105 105 137 126 84 74

10 Kepulauan Riau 1.875 113 113 131 131 150 113 188 188 244 225 150 131

11 DKI Jakarta 1.000 60 60 70 70 80 60 100 100 130 120 80 70

12 Jawa Barat 133.500 8.010 8.010 9.345 9.345 10.680 8.010 13.350 13.350 17.355 16.020 10.680 9.345

13 Jawa Tengah 600.000 36.000 36.000 42.000 42.000 48.000 36.000 60.000 60.000 78.000 72.000 48.000 42.000

14 DIY 100.800 6.048 6.048 7.056 7.056 8.064 6.048 10.080 10.080 13.104 12.096 8.064 7.056

15 Jawa Timur 1.295.600 77.736 77.736 90.692 90.692 103.648 77.736 129.560 129.560 168.428 155.472 103.648 90.692

16 Banten 3.800 228 228 266 266 304 228 380 380 494 456 304 266

17 Bali 76.300 4.578 4.578 5.341 5.341 6.104 4.578 7.630 7.630 9.919 9.156 6.104 5.341

18 NTB 85.000 5.100 5.100 5.950 5.950 6.800 5.100 8.500 8.500 11.050 10.200 6.800 5.950

19 NTT 25.500 1.530 1.530 1.785 1.785 2.040 1.530 2.550 2.550 3.315 3.060 2.040 1.785

20 Kalimantan Barat 17.500 1.050 1.050 1.225 1.225 1.400 1.050 1.750 1.750 2.275 2.100 1.400 1.225

21 Kalimantan Tengah 6.000 360 360 420 420 480 360 600 600 780 720 480 420

22 Kalimantan Selatan 27.000 1.620 1.620 1.890 1.890 2.160 1.620 2.700 2.700 3.510 3.240 2.160 1.890

23 Kalimantan Timur 7.050 423 423 494 494 564 423 705 705 917 846 564 494

24 Kalimantan Utara 2.500 150 150 175 175 200 150 250 250 325 300 200 175

25 Sulawesi Utara 6.000 360 360 420 420 480 360 600 600 780 720 480 420

26 Sulawesi Selatan 75.000 4.500 4.500 5.250 5.250 6.000 4.500 7.500 7.500 9.750 9.000 6.000 5.250

27 Sulawesi Tengah 20.000 1.200 1.200 1.400 1.400 1.600 1.200 2.000 2.000 2.600 2.400 1.600 1.400

28 Sulawesi Tenggara 15.500 930 930 1.085 1.085 1.240 930 1.550 1.550 2.015 1.860 1.240 1.085

29 Gorontalo 12.750 765 765 893 893 1.020 765 1.275 1.275 1.658 1.530 1.020 893

30 Sulawesi Barat 8.700 522 522 609 609 696 522 870 870 1.131 1.044 696 609

31 Maluku 3.250 195 195 228 228 260 195 325 325 423 390 260 228

32 Maluku Utara 1.225 74 74 86 86 98 74 123 123 159 147 98 86

33 Papua 3.350 201 201 235 235 268 201 335 335 436 402 268 235

34 Papua Barat 1.800 108 108 126 126 144 108 180 180 234 216 144 126

3.000.000 180.000 180.000 210.000 210.000 240.000 180.000 300.000 300.000 390.000 360.000 240.000 210.000 TOTAL

Format 3. Target Akseptor UPSUS SIWAB TA.2018

Page 62: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 4. Target Kebuntingan UPSUS SIWAB TA.2018

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des

1 ACEH 25.130 1.885 1.885 1.508 1.508 1.759 1.759 2.010 1.508 2.513 2.513 3.267 3.016

2 SUMATERA UTARA 72.660 5.449 5.450 4.360 4.360 5.086 5.086 5.813 4.360 7.266 7.266 9.446 8.719

3 SUMATERA BARAT 56.351 4.226 4.226 3.381 3.382 3.945 3.945 4.508 3.381 5.635 5.635 7.326 6.762

4 RIAU 18.550 1.391 1.391 1.113 1.113 1.299 1.299 1.484 1.113 1.855 1.855 2.412 2.226

5 JAMBI 11.025 827 827 662 662 772 772 882 662 1.103 1.103 1.433 1.323

6 SUMATERA SELATAN 26.251 1.968 1.969 1.575 1.575 1.838 1.839 2.100 1.575 2.625 2.625 3.413 3.150

7 BENGKULU 4.200 315 315 252 252 294 294 336 252 420 420 546 504

8 LAMPUNG 113.400 8.505 8.505 6.804 6.804 7.938 7.938 9.072 6.804 11.340 11.340 14.742 13.608

9 BANGKA BELITUNG 735 55 55 44 44 51 51 59 44 74 74 96 88

10 KEPULAUAN RIAU 1.313 98 99 79 79 92 92 105 79 131 131 171 158

11 DKI JAKARTA 700 52 53 42 42 49 49 56 42 70 70 91 84

12 JAWA BARAT 93.450 7.008 7.009 5.607 5.607 6.542 6.542 7.476 5.607 9.345 9.345 12.149 11.214

13 JAWA TENGAH 420.000 31.500 31.500 25.200 25.200 29.400 29.400 33.600 25.200 42.000 42.000 54.600 50.400

14 DI YOGYAKARTA 70.560 5.292 5.292 4.234 4.234 4.939 4.939 5.645 4.234 7.056 7.056 9.173 8.467

15 JAWA TIMUR 906.920 68.019 68.019 54.415 54.415 63.484 63.484 72.554 54.415 90.692 90.692 117.900 108.830

16 BANTEN 2.660 199 200 160 160 186 186 213 160 266 266 346 319

17 BALI 53.410 4.006 4.006 3.205 3.205 3.739 3.739 4.273 3.205 5.341 5.341 6.943 6.409

18 NUSA TENGGARA BARAT 59.500 4.462 4.463 3.570 3.570 4.165 4.165 4.760 3.570 5.950 5.950 7.735 7.140

19 NUSA TENGGARA TIMUR 17.850 1.338 1.339 1.071 1.071 1.250 1.250 1.428 1.071 1.785 1.785 2.321 2.142

20 KALIMANTAN BARAT 12.250 918 919 735 735 858 858 980 735 1.225 1.225 1.593 1.470

21 KALIMANTAN TENGAH 4.200 315 315 252 252 294 294 336 252 420 420 546 504

22 KALIMANTAN SELATAN 18.900 1.417 1.418 1.134 1.134 1.323 1.323 1.512 1.134 1.890 1.890 2.457 2.268

23 KALIMANTAN TIMUR 4.935 370 370 296 296 345 345 395 296 494 494 642 592

24 KALIMANTAN UTARA 1.750 131 131 105 105 123 123 140 105 175 175 228 210

25 SULAWESI UTARA 4.200 315 315 252 252 294 294 336 252 420 420 546 504

26 SULAWESI TENGAH 14.000 1.050 1.050 840 840 980 980 1.120 840 1.400 1.400 1.820 1.680

27 SULAWESI SELATAN 52.500 3.937 3.938 3.150 3.150 3.675 3.675 4.200 3.150 5.250 5.250 6.825 6.300

28 SULAWESI TENGGARA 10.850 813 814 651 651 760 760 868 651 1.085 1.085 1.411 1.302

29 GORONTALO 8.925 669 670 536 536 625 625 714 536 893 893 1.160 1.071

30 SULAWESI BARAT 6.090 456 457 365 365 426 426 487 365 609 609 792 731

31 MALUKU 2.275 170 171 137 137 159 159 182 137 228 228 296 273

32 MALUKU UTARA 858 64 65 51 51 60 60 69 51 86 86 111 103

33 PAPUA BARAT 2.345 176 176 141 141 164 164 188 141 235 235 305 281

34 PAPUA 1.260 94 95 76 76 88 88 101 76 126 126 164 151

2.100.000 157.490 157.507 126.000 126.001 147.000 147.001 168.000 126.000 210.000 210.000 273.002 252.000

Keterangan

1. Target kebuntingan tahun 2018 termasuk target kebuntingan tahun 2017 (November dan Desember)

2. Pemeriksaan kebuntingan dilakukan paling cepat 2 bulan setelah pelaksanaan IB

3. Angka kebuntingan adalah sebesar 70% dari jumlah pelaksanaan IB

JUMLAH

TARGET AKSEPTOR (Bunting) UPSUS SIWAB TA. 2018

NO PROVINSI2018

Target Bunting

Page 63: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

No Provinsi Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Total

1 Aceh 2.022 1.993 1.434 2.914 2.791 3.468 4.957 8.024 6.579 1.508 1.508 1.206 38.403

2 Sumatera Utara 5.921 6.587 4.917 6.097 7.688 7.600 7.862 10.366 6.576 4.359 4.360 3.488 75.823

3 Sumatera Barat 4.314 4.216 3.372 459 4.917 4.641 7.441 5.115 4.158 3.381 3.381 2.705 48.099

4 Riau 1.355 1.275 1.023 1.634 1.616 1.940 2.001 1.924 1.513 1.113 1.113 890 17.397

5 Jambi 794 536 309 718 1.060 1.243 1.394 1.191 900 662 662 529 9.996

6 Sumatera Selatan 1.675 2.033 2.034 2.290 2.735 3.201 3.282 2.926 2.210 1.574 1.575 1.260 26.796

7 Bengkulu 368 30 235 306 484 514 674 698 612 252 252 202 4.626

8 Lampung 5.291 6.460 918 12.948 15.156 16.178 19.431 18.600 10.927 4.233 5.168 734 116.044

9 Kep. Bangka Belitung 70 52 35 31 51 53 49 31 32 44 44 35 528

10 Kepulauan Riau 57 122 95 207 179 93 120 156 80 45 98 76 1.327

11 DKI Jakarta 54 49 44 45 54 38 95 97 65 42 42 34 659

12 Jawa Barat 7.060 8.016 6.621 7.314 8.878 8.534 8.747 8.183 6.657 5.606 5.607 4.486 85.710

13 Jawa Tengah 37.954 38.863 33.994 41.430 42.065 40.553 42.507 37.780 34.405 28.800 28.800 33.600 440.751

14 DIY 4.472 5.015 5.111 5.502 6.208 6.063 6.308 5.316 3.608 4.234 4.234 3.387 59.456

15 Jawa Timur 75.196 79.024 69.622 76.573 81.887 77.253 94.853 114.316 73.482 62.189 62.189 72.554 939.136

16 Banten 284 312 153 183 325 330 354 426 309 159 160 128 3.122

17 Bali 2.485 3.545 4.419 4.505 6.242 6.663 6.229 5.667 4.022 3.205 3.205 2.564 52.752

18 NTB 4.669 4.757 4.139 5.112 6.702 7.676 7.706 7.430 5.466 3.570 3.570 2.856 63.653

19 NTT 899 2.254 2.706 2.936 3.806 3.266 2.062 1.157 544 1.070 1.071 857 22.628

20 Kalimantan Barat 928 962 705 913 1.095 694 1.081 772 774 840 840 980 10.585

21 Kalimantan Tengah 262 281 176 227 359 421 737 412 950 288 288 336 4.736

22 Kalimantan Selatan 1.684 1.219 1.368 1.613 1.919 1.850 2.015 1.707 1.262 1.296 1.296 1.512 18.740

23 Kalimantan Timur 620 384 212 278 344 378 523 509 344 296 296 237 4.421

24 Kalimantan Utara 162 174 105 114 124 134 118 97 49 105 105 84 1.370

25 Sulawesi Utara 195 462 420 451 367 482 329 249 181 252 252 202 3.843

26 Sulawesi Tengah 1.052 867 432 850 1.239 920 1.638 1.668 1.739 840 840 672 12.758

27 Sulawesi Selatan 3.319 2.818 2.393 3.045 4.303 5.067 6.682 6.042 4.307 3.150 3.150 2.520 46.798

28 Sulawesi Tenggara 852 863 583 554 949 1.299 1.921 1.332 1.187 650 651 521 11.363

29 Gorontalo 746 576 416 519 739 897 1.090 2.061 338 535 536 428 8.880

30 Sulawesi Barat 438 397 391 452 510 702 1.103 991 715 365 366 292 6.722

31 Maluku 202 174 176 139 264 571 891 778 515 161 139 141 4.149

32 Maluku Utara 50 15 3 20 13 353 399 276 460 51 52 41 1.734

33 Papua 86 83 158 240 328 475 1.052 472 519 141 141 113 3.808

34 Papua Barat 10 5 7 15 138 102 255 438 55 75 76 60 1.236

TOTAL 165.547 174.418 148.724 180.635 205.533 203.652 235.906 247.208 175.542 135.090 136.065 139.728 2.148.048

Keterangan

1. Target kelahiran tahun 2018 merupakan hasil kebuntingan tahun 2017 (bulan April s/d Desember)

2. Lama kebuntingan sampai dengan lahir kurang lebih 9 bulan 10 hari

3. Angka kelahiran adalah sebesar 80% dari angka kebuntingan dan dihitung pada bulan ke - 10

TARGET AKSEPTOR (Lahir) UPSUS SIWAB TA. 2018

Format 5. Target Kelahiran UPSUS SIWAB TA.2018

Page 64: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 6. Skema Penerimaan Kontainer oleh BIB

SKEMA PENERIMAAN KONTAINER

Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota

Kontainer di terima oleh BIB

Petugas mencatatat identifikasi asal kontainer, kelengkapan

kontainer dan mengisi nitrogen cair kemudian didiamkan selama 24

jam

Pengiriman kontainer kosong

cek kondisi Kontaineroleh Petugas BIB disaksikan ekpedisi

(kondisi fisik, kelengkapan canister dan goblet)

Kondisi kontainer rusak/bocor Kondisi kontainer bagus

Disiapkan untuk pengiriman semen

beku

Page 65: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 7. Tata Cara budidaya HPT

Langkah-langkah yang harus diperhatikan agar budidaya rumput yang dikelola

dapat menghasilkan produksi hijauan yang optimal adalah :

A. PEMILIHAN LOKASI

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi penanaman

rumput unggul adalah:

1. Kesuburan tanah dan topografi

Tanah dengan kualifikasi bagus lebih diprioritaskan untuk tanaman pangan

guna mencukupi kebutuhan hidup pokok manusia, sedangkanlahan yang

tersisa digunakan untuk menanam selain tanaman pangan antara lain untuk

penanaman HPT yang membutuhkan perbaikan tanah dan pemupukan.

Sedangkan topografi berpengaruh terhadap cara pengolahan tanah dan pola

penanaman HPT.

2. Sumber air

Air diperlukan sebagai perantara tanaman mengambil unsur hara dari tanah

dan mendistribusikannya ke seluruh jaringan tanaman sebagai bahan baku

dalam proses fotosintesa untuk kelangsungan produksi HPT.

3. Sarana dan prasarana komunikasi dan transportasi

Kelancaran sarana dan prasarana dari lokasi penanaman ke pemasaran dan

tempat pembelian bahan dan alat penanaman akan menentukan efisiensi

usaha budidaya HPT.

B. PEMILIHAN BIBIT HPT DAN BAHAN PENANAMAN

Penggunaan bibit HPT yang bermutu akan menghasilkan efisiensi waktu,

tenaga, biaya dan kelangsungan pertumbuhan dari rumput. Hal yang perlu

diperhatikan adalah:

1. Pemilihanbibit yang akan ditanam harus disesuaikan dengan kondisi iklim

dan lingkungan setempat

2. Mudah dibudidayakan dan dikembangkan

3. Menghasilkan produksi yang tinggi

Page 66: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Bahan penanaman yang biasa digunakan adalah stek, stolon dan/atau pols :

1. Stek adalah batang rumput yang cukup umur, dipotong-potong sepanjang 20-

30 cm dan terdiri 2-3 buku, dapat lebih tahan lama bila disimpan di tempat

sejuk.

2. Stolon adalah potongan batang rumput yang menjalar dipermukaan tanah dan

membentuk tunas/anakan.

3. Pols adalah sobekan rumput yang terdiri dari 2–3 anakan

C. PENGOLAHAN TANAH DAN PENANAMAN

Awal pertumbuhan rumput yang baik sangat tergantung pada pengaruh dari

luar, waktu penanaman dan pengolahan tanah. Pada tanah tanpa irigasi

dilakukan maka pengolahan tanah dan penanaman sebaiknya dilakukan pada

musim hujan. Diperhitungkan juga jarak waktu antara pengolahan dan

penanaman rumput.Pengolahan tanahbertujuan untuk mempersiapkan media

tumbuh yang optimum bagi suatu tanaman.

Tahapan pengolahan tanah dilakukan sebagai berikut :

1. Pembersihan lahan terhadap pohon, semak belukar atau tanaman lainnya.

2. Pencangkulan/pembajakan untuk memecah lapisan tanah menjadi

bongkahan untuk mempermudah penggemburan selanjutnya. Dengan

membalik lapisan tanah tersebut dan membiarkan beberapa saat, diharapkan

mineralisasi bahan organik berlangsung lebih cepat karena aktifitas

mikroorganisme dipergiat, sehingga tanah menjadi masak.

3. Penggemburan/penggaruan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan

besar menjadi struktur yang lemah dan sekaligus membebaskan tanah dari

sisa perakaran tumbuh-tumbuhan liar. Pada tanah yang miring,

penggemburan dilakukan menurut kontur tanahnya, hal ini untuk

memperkecil kemungkinan erosi.

4. Pemupukan dasar dapat dilakukan dengan pupuk N, P dan K.

Metode penanaman dapat dilakukan dengan stek, stolon dan pols (anakan).

D. PEMELIHARAAN

Pemeliharaan rumput dilakukan melalui pendangiran, pemupukan dan

pengairan yang dalam pelaksanaannya tergantung dengan kondisi lahan dan

jenis tanaman.

Page 67: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

E. PEMANENAN

Panen pertama setelah tanam tergantung dari jenis HPT dan dilakukan

pemotongan untuk jenis rumput-rumputansebaiknya ditinggalkan ± 10 cm dari

permukaan tanah untuk pertunasan berikutnya.

F. PEREMAJAAN

Peremajaan rumput dapat dilakukan setelah tanaman mencapai umur 3–4

tahun atau setinggi-tingginya 4,5 tahun. Hal ini tergantung situasi dan kondisi

lokasi tempat penanaman. Pelaksanaan peremajaan rumput dapat dilakukan

secara bertahap, yaitu diantara rumpun lama ditanam stek atau pols baru.

Setelah tanaman tersebut mulai tumbuh dengan baik, maka rumpun lama

dibongkar. Begitu seterusnya sehingga kebutuhan runput potongan tetap

tersedia.

Page 68: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 8. Tata Cara Pengembangan dan Pemeliharaan Padang Penggembalaan

Tujuan utama pembuatan padang penggembalaan adalah untuk menyediakan

hijauan pakan ternak (HPT) yang mempunyai nilai gizi tinggi, efisien dan kontinyu

sapanjang tahun.

Terdapat 4 (empat) cara pembuatan padang penggembalaan, yaitu :

1. Cara Intensif (Kultivasi Total)

Melakukan penggantian keseluruhan vegetasi yang telah ada dengan

introduksi jenis-jenis HPT unggul sesuai dengan keadaan tanah/lahan

setempat. Sarana prasarana yang dibutuhkan serta kegiatan yang dapat

dilakukan antara lain adalah: pemagaran, pemotongan HPT secara bergiliran,

dan pengawetan hijauan pakan.

2. Semi intensif (Kultivasi Parsial)

Padang penggembalaan dapat dibuat secara semi intensif atau kultivasi

parsial. Hal ini umumnya diterapkan pada padang rumput alam (asli),

penggantian vegetasi rumput asli ditujukan untuk memperbaiki kondisi yang

telah rusak saja, dengan cara menyisipkan jenis-jenis legum unggul yang

sesuai.

3. Ekstensif (Zero Cultivation)

Cara ini merupakan cara yang paling murah dan sudah biasa dilakukan pada

kondisi padang rumput alam di Indonesia. Tujuan utamanya yaitu untuk

menjaga agar kondisi padang rumput yang telah ada tidak mengalami

penurunan produksi pakan ternak dengan jalan mengatur rotasi

penggembalaan ternak sebaik-baiknya. Cara ini cukup efektif bila diterapkan

pada kondisi padang rumput asli yang masih baik.

4. Gabungan

Merupakan kombinasi dari ketiga cara tersebut di atas. Pada umumnya cara

kombinasi ini diterapkan pada usaha peternakan dua pola atau lebih.

Misalnya usaha pembesaran, pembibitan dan penggemukan sapi yang

dilakukan sekaligus. Untuk pembesaran, penggemukan dan induk-induk

yang menyusui secara khusus dibuatkan padang penggembalaan

intensif/pasture kultivasi total atau kultivasi sebagian agar keperluan hijauan

pakan ternak yang bergizi cukup terjamin. Sedangkan untuk ternak

pembibitan digembalakan pada padang rumput asli dengan jalan mengatur

penggembalaan sebaik-baiknya (zero cultivation).

Page 69: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

TAHAPAN PEMBUATAN PADANG PENGGEMBALAAN

1) PEMILIHAN LOKASI

Lokasi padang penggembalaan harus dipilih dan ditetapkan dengan

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Status lahan

Menghindari adanya kasus sengketa lahan, klaim kepemilikan atau

penghentian pemanfaatan oleh pemilik tanah.Status ditetapkan oleh Kepala

Daerah setempat (Bupati/Walikota) melalui Perda atau SK Penetapan/SK

Peruntukan.

b. Ketersediaan sumber air

c. Kesuburan tanah

d. Topografi lahan

e. Kemudahan komunikasi

2) PENETAPAN LUAS DAN PENTAHAPAN KERJA

Penetapan luas padang penggembalaan agar disesuaikan dengan target

pemeliharaan ternak dari tahun ke tahun berikutnya. Juga dapat ditentukan

keperluan sarana dan jumlah ternak yang dapat dipelihara tiap tahun sehingga

tercapai kapasitas tampungnya. Satuan ternak yang dapat ditampung (stocking

rate) dalam sebuah padang penggembalaan berkisar antara 0,25 - 1,3 ST.Luas

lahan perlu diperhatikan karena jika terlalu luas agar gulma tidak tumbuh dan

berkembangnya; dan tidak sering dilakukan penggembalaan karena akan

mengganggu pertumbuhan tanaman.

3) PEMILIHAN JENIS ATAU KULTIVAR

Jenis HPT yang dipilih untuk ditanam adalah jenis yang sesuai dengan dengan

kondisi alam setempat. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam

penanaman HPT, yaitu :

a. Curah hujan

Curah hujan merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan

produksi HPT.

b. Ketinggian lokasi

c. Jenis tanah

Jenis tanah menentukan kesesuaian jenis HPT yang dapat ditanam di

lokasi padang penggembalaan setempat.

d. Benih/bibit HPT

Untuk pengembangbiakan rumput dan legum dapat menggunakan biji,

pols (sobekan rumpun) dan stek (potongan batang).

Page 70: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Tanaman legum lebih banyak menggunakan biji untuk penanam kembali,

sedangkan jenis rumput banyak dikembangbiakan dengan pols dan stek

batang.

e. Waktu pengolahan tanah dan penanaman

Pertumbuhan awal tanaman sangat peka terhadap pengaruh luar seperti

keadaan air dan suhu lingkungan. Penanaman yang baik dilakukan pada

awal musim hujan, sehingga waktu pengolahan tanah dapat dilakukan

sebaiknya pada akhir musim kemarau.

f. Pengolahan tanah dan penanaman

1) Pembersihan/land clearing

2) Pembajakan

3) Penggemburan/penggaruan

g. Penanaman

Kegiatan penanaman sebaiknya dimulai setelah musim hujan. Jenis

tanaman dipilih sesuai persyaratan tumbuh yang sesuai dengan kondisi

alam setempat.

h. Penggembalaan

Penggembalaan dapat mulai dilakukan jika rumput dan legum telah

tumbuh menutupi dengan baik seluruh areal, sudah tahan diinjak yaitu

sekitar 5-6 bulan setelah tanaman tumbuh.

Jumlah ternak yang digembalakan harus sesuai dengan daya

tampung/kapasitas padang gembala tersebut (stocking rate). Ada 4 (empat)

model penggembalaan, yaitu :

1) Penggembalaan menetap

Ternak digembalaakan pada satu tempat terus-menerus dalam waktu

yang lama.

2) Penggembalaan bergilir

Cara penggembalaan ternak di dalam petakan (paddock), bergilir dari

petak satu ke petak lainnya. Tiap petak dirumput ternak selama 3-7

hari tergantung jumlah ternak dan pertumbuhan tanaman hijauan,

3) Penggembalaan jalur

Penggembalaan ternak dengan menggunakan pagar-pagar yang

dipindah-pindahkan 1-2 kali sehari. Biasa diterapkan pada jenis

padang penggembalaan yang bergizi tinggi.

4) Penggembalaan menyingkir

Yaitu beberapa petakan tertentu disisakan untuk memberikan

kesempatan untuk pertumbuhan tanaman lebih lanjut, cara ini

menolong persediaan pakan ternak pada saat terjadi puncak musim

kering, terutama saat padang penggembalaan hampir gundul.

Page 71: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

i. Pemeliharaan padang penggembalaan yang diistirahatkan

Masa istirahat diberikan dengan tujuan memberi kesempatan kepada

tanaman untuk tumbuh kembali dan menjadi cukup kuat untuk

digembalai ternak. Dalam masa ini dilakukan pencangkulan ringan,

menanami lagi, menyirami dan memberi pupuk jika diperlukan.

j. Renovasi padang penggembalaan

Tanaman lama dibongkar, lahan dikerjakan kembali seperti kegiatan awal

dan penanaman benih/bibit baru. Padang penggembalaan permanen

maka renovasi dilakukan per 3 tahun. Sedangkan pada padang

penggembalaan bergilir jangka panjang (>9 tahun) maka renovasi dapat

dilakukan 2-3 kali.

Page 72: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 9.Lokasi Kegiatan Hijauan Pakan Ternak

No Provinsi Gerbangpatas Pengembangan

Padang

Gembala

Pemeliharaan Padang

Gembala

Alsin Pakan

1 Aceh V

2 Kep. Riau V

3 Lampung V

4 Sumatera Selatan

V

5 Jawa Barat V

6 Jawa Tengah

V V V

7 DIY V

8 Jawa Timur V

9 Bali V

10 NTB V V

11 Kalimantan Selatan

V

12 Kalimantan Tengah

V

13 Sulawesi Selatan

V

14 Sulawesi

Tenggara

V V V

15 Sulawesi

Tengah

V V

16 Gorontalo V

17 Papua Barat V

Jumlah

Provinsi

11 2 5 5

Page 73: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format10. Laporan Perkembangan Kegiatan Tim Provinsi Untuk Kegiatan Pakan

FORMAT LAPORAN

PENGUATAN HIJAUAN PAKAN TERNAKTA. 2018 TRIWULAN : I / II / III / IV

Provinsi : ......................................................

Alokasi anggaran pakan (total)

:

Rp. .............................................................

Anggaran Gerbang Patas (HPT)

:

Rp. .............................................................

Anggaran lain (APBD, dll) : Rp.

.............................................................

Jumlah kelompok penerima bantuan pakan (total)

: ......................... kelompok

Kelompok Gerbang Patas : ......................... kelompok

PERKEMBANGAN KEGIATAN PAKAN

No

Nama Kelompok Penerima Bantuan

Pakan

Jumlah Bantuan Realisasi

Pelaksanaan

Kegiatan (%)

Stek/Pols/Stolon Ha Fisik Keuangan

1.

2.

3.

Page 74: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 11. Skema Operasional Tim Kerja Gangguan Reproduksi

Page 75: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 12. Tahapan pemeriksaan status reproduksi

Page 76: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Ternak Betina Masuk RPH

Pemeriksaan Dokumen dan

Pemeriksaan AM/PM dan Status

Reproduksi

Potong

TOLAK

(Disertai Berita Acara) PRODUKTIF

Tidak Produktif

Format 13.Mekanisme Pengendalian Pemotongan Betina Produktif

Page 77: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 14. Lokasi Pengendalian Betina Produktif

Lokasi Pengendalian Betina Produktif Tahun 2018

No Provinsi Jumlah Kab/Kota

1 Jawa Timur 6

2 Jawa Tengah 4

3 Jawa Barat 2

4 Bali 2

5 DI Yogyakarta 2

6 Jambi 3

7 Bengkulu 1

8 Kalimantan Timur 2

9 Nusa Tenggara Timur 1

10 Sulawesi Selatan 4

11 Sumatera Barat 3

12 Sumatera Selatan 1

13 Riau 3

14 Kalimantan Barat 1

15 Nusa Tenggara Barat 4

16 Sulawesi Tenggara 1

17 Sulawesi Utara 1

Total 41

Page 78: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 15. Format Berita Acara Penolakan

KOP SURAT

BERITA ACARA PENOLAKAN

PEMOTONGAN BETINA PRODUKTIF

Pada hari..............................tanggal................ bulan ............... tahundua ribu

delapan belas, yang bertanda tangan dibawah ini: 1. Nama : ………………………………………………….

Jabatan : Penanggung Jawab RPHR …………………………………………..………… Alamat : …………………………………………………………………………………………

Selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA

2. Nama Pemilik : ………………………………………………. Alamat :………………………………………………………

Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA menyatakan telah menolak dilakukan pemotongan terhadap

Sapi/Kerbau Betina Produktif milik PIHAK KEDUA dan Pihak KEDUA menyatakan

telah menerima penolakan pemotongan terhadap ternak tersebut dengan

keterangan sebagai berikut:

1. Jenis Hewan : …………………………………………………………………. 2. Bangsa Hewan : ………………………………………………………………….

3. No. Identitas Ternak

: …………………………………………………………………..

4. Umur : ………………………………………………………………….

5. Nama Pemilik : …………………………………………………………………. 6. Alamat : ………………………………………………………………….

7. Alasan Penolakan : …………………………………………………………………. ………………………………………………………………….

Demikian Berita Acara Penolakan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

.............,..........................

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

Pemilik Ternak Penanggung Jawab RPH

Nama Lengkap Nama Lengkap

Page 79: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 16. Formulir Pemeriksaan Dokumen, Ante-Mortem/Post-Mortem, dan Status Reproduksi

Nomor:...............................

NAMA RPH-R

Alamat RPH-R (Jalan, Kelurahan,Kecamatan, Kabupaten/Kota/Provinsi)

Penanggung Jawab RPH : ……………………………………………….

Tanggal Pemeriksaan/Pengawasan :

(cetak form sesuai keterangan RPH) (diisi oleh petugas registrasi)

Kelengkapan Dokumen

Surat Jalan : Ada Tidak Ada

Sertifikat Veteriner SKKH : Ada Tidak Ada

Catatan:

.................................................................................................................................

Keterangan Ternak

1. Asal Ternak : Kab/Kota: ……………… Provinsi: ………………

2. Nama pemilik/pejagal :

3. Alamat pemilik/pejagal :

4. Telepon/HP pemilik/pejagal :

5. Jumlah ternak : ......... Ekor

Pemeriksaan Status Reproduksi

Hasil Pemeriksaan Jumlah ternak (ekor)

Betina Produktif

a. Bunting

b. Tidak bunting

Betina Tidak Produktif

Logo dinas

instansi

asal

petugas

Page 80: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Pemeriksaan Ante Mortem

Hasil Pemeriksaan Keputusan Jumlah ternak

(ekor)

Hewan normal/sehat Diijinkan untuk dipotong

Hewan Sakit

(pilih keputusan

yang sesuai)

Harus segera dipotong

Dipotong dengan

pengawasan Dokter Hewan

hewan

Ditunda pemotongannya

Dilarang dipotong

Catatan:

............................................................................................................................

Pemeriksaan Post Mortem

Hasil

Pemeriksaan

Keputusan Jumlah

ternak (ekor)

Keterangan

(Diagnosa

penyakit)

Daging berasal

dari ternak yang

sehat

Baik untuk konsumsi

manusia

Daging berasal

dari ternak yang

sakit

Ditolak untuk konsumsi

manusia

Dapat dikonsumsi

manusia setelah bagian

yang tidak layak

dikonsumsi dibuang

Dapat dikonsumsi

manusia setelah mendapat

perlakuan pemanasan

sebelum diedarkan

Catatan:

.............................................................................................................................

Mengetahui,

…………, tgl/bln/thn

Penanggung Jawab RPH-R Petugas Pemeriksa AMPM

Cap & TTD Cap & TTD

Page 81: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 17. Format laporan Pelaksanaan IB

LAPORAN PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN

Nama Petugas: Inseminator Pelaksana

Periode:

ID Tanggal IB Lokasi

Nama Peternak

ID Peternak

ID Hewan IB 1 IB 2 IB 3 IB 4 dst ID Pejantan

ID Pembuatan

Bangsa Pejantan Produsen Inseminator

JUMLAH 0 0 0 0

TOTAL IBI 1, 2, 3 0

BIAYA OPERASONAL 0 x

30.000

-

Pejabat Dinas Kab/Kota Verifikator

Petugas

Nama

Nama

Nama

Page 82: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 18. Rekapitulasi Pelaksanaan Kegiatan IB

REKAPITULASI PEMBAYARAN OPERASIONAL PETUGAS IB

No Nama

Petugas GOL (PNS)

Jumlah IB

Biaya Operasional

Jumlah Pajak

Jumlah Yang diterima Tanda Tangan % NILAI

JUMLAH 0 -

-

-

-

Tempat, Tanggal

Pejabat Pembuat

Komitmen Pejabat Dinas Kabupaten

Bendahara Pembantu

Pengeluaran/Pejabat yang ditunjuk

Nama....

Nama....

Nama....

Page 83: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 19. Kuitansi Palaksanaan IB

DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

PROVINSI ….

Beban MAK : ..........................

Bukti Kas No. : ..........................

Tahun Anggaran : ..........................

Tanggal : ..........................

KUITANSI

Nomor: .................................

Sudah terima dari : Kuasa Pengguna Anggaran / Pejabat Pembuat Komitmen Dinas ...

Uang sebesar : Rp.

Terbilang

===………. rupiah===

Untuk Pembayaran : Pembayaran Operaisonal Inseminasi Buatan, sebagaimana bukti terlampir

SETUJU DIBAYAR

LUNAS DIBAYAR ....., ..., .........2018

Pejabat Pembuat Komitmen

Bendahara

Pengeluaran

Bendahara Pembantu Pengeluaran/

Petugas yang ditunjuk

…….

....... …….....

NIP.

NIP.

Page 84: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 20. Format laporan Pelaksanaan PKb

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

PEMERIKSAAN KEBUNTINGAN (PKb)

Kabupaten/Kota ….. Provinsi ……

PERIODE ..... Sd .....

NO

TANGGAL PKB

LOOKASI NAMA

PETERNAK ID

PETERNAK ID

HEWAN BANGSA INDUK

JUMLAH UMUR

KEBUNTINGAN PEMERIKSA

KEBUNTINGAN

1

2

3

JUMLAH PEMERIKSAAN KEBUNTINGAN

Kepala Dinas Kab/Kota

Mengetahui Kepala Bidang/Seksi

Pemeriksa Kebuntingan

Nama

Nama

Nama

Page 85: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 21. Rekapitulasi Pelaksanaan Kegiatan PKb

REKAPITULASI PEMBAYARAN OPERASIONAL PETUGAS IB

No Nama

Petugas

GOL

(PNS)

Jumlah

PKB

Biaya

Operasional Jumlah

Pajak Jumlah Yang

diterima

Tanda

Tangan % NILAI

1

2

3

JUMLAH -

-

-

-

…………, 2018

Pejabat Pembuat

Komitmen Pejabat Dinas Kabupaten

Bendahara Pembantu

Pengeluaran

Nama

Nama

Nama

Page 86: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 22. Kuitansi Pelaksanaan PKb

DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

PROVINSI ……

Beban MAK : ..........................

Bukti Kas No. : ..........................

Tahun Anggaran : ..........................

Tanggal : ..........................

KUITANSI

Nomor: .................................

Sudah terima dari : Kuasa Pengguna Anggaran / Pejabat Pembuat Komitmen Dinas ...

Uang sebesar : Rp.

Terbilang === ……. rupiah ===

Untuk Pembayaran : Pembayaran Operaisonal Inseminasi Buatan, sebagaimana bukti

terlampir

SETUJU DIBAYAR

LUNAS DIBAYAR ....., ..., .........2018

Pejabat Pembuat

Komitmen

Bendahara Pengeluaran Bendahara Pembantu Pengeluaran

Drs.

……………………………….... ……………………......

NIP.

NIP.

Page 87: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 23. Format laporan Pelaksanaan Pelaporan Kelahiran Ternak

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

PELAPORAN KELAHIRAN TERNAK

Periode

-- pilih tanggal

awal--- sd -- pilih tanggal akhir---

NO TANGGAL

LAHIR LOKASI

NAMA PETERNAK

ID PETERNAK

ID HEWAN BANGSA INDUK

JUMLAH

JENIS

KELAMIN ANAK

PELAPOR KELAHIRAN

1

2

3 JUMLAH IB

0

Kepala Dinas Kab/Kota

Mengetahui Kepala

Bidang/Seksi

Petugas

Pelapor

Nama

Nama

Nama

Page 88: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 24. Rekapitulasi Pelaksanaan Kegiatan Kelahiran Ternak

No Nama

Petugas

GOL

(PNS)

Jumlah

Kelahiran

Biaya

Operasional Jumlah

Pajak

Jumlah Yang

diterima

Tanda

Tangan % NILAI

1

2

3

JUMLAH

…………, 2018

Pejabat Pembuat

Komitmen Pejabat Dinas Kabupaten

Bendahara Pembantu

Pengeluaran

Nama

Nama

Nama

Page 89: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 25. Kuitansi Palaksanaan Pelaporan Kelahiran Ternak

DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

PROVINSI ……

Beban MAK : ..........................

Bukti Kas No. : ..........................

Tahun Anggaran : ..........................

Tanggal : ..........................

KUITANSI

Nomor: .................................

Sudah terima dari : Kuasa Pengguna Anggaran / Pejabat Pembuat Komitmen Dinas ...

Uang sebesar : Rp.

Terbilang === ……. rupiah ===

Untuk Pembayaran : Pembayaran Operaisonal Inseminasi Buatan, sebagaimana bukti

terlampir

SETUJU DIBAYAR

LUNAS DIBAYAR ....., ..., .........2018

Pejabat Pembuat

Komitmen

Bendahara Pengeluaran Bendahara Pembantu Pengeluaran

Drs.

……………………………..... ………………….....

NIP.

NIP.

Page 90: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 26. Pelaksanaan IB, PKb dan Sinkronisasi

No Proses Bisnis

Pernyataan Resiko

Penyebab Resiko

Aktivitas Pengendalian

Pelaksanaan K/SOP

I.1. Pelaksanaan Pelayanan IB

Pelaksanaan IB tidak mencapai

target

Penetapan target akseptor IB

kurang cermat

Inventarisasi data akseptor IB

Data Base Populasi Sapi/Kerbau

Masih adanya IB berulang

Refreshing Petugas dan bimbingan

pengenalan birahi pada

peternak

Bimbingan dan Pembinaan

SOP pelaksanaan

IB

Pelaksanaan Pemeriksaan

Kebuntingan (PKb)

Target Kebuntingan

tidak tercapai

Petugas tidak tertib

melakukan pemeriksaa

n dan pelaporan

Refreshing Petugas dan

penyediaan operasional

Pembinaan dan

Bimbingan SOP

Pelaksanaan PKb

Masih terbatasnya Petugas PKb

Pelatihan Petugas Baru dan Detasering

Petugas dari UPT

Iventarisasi Kebutuhan Petugas

Pemberntukan Tim Terpadu

Pelaksanaan Sinkronisasi

Pelaksanaan IB Introduksi kurang

maksimal

Kurang terkoordinasi dalam

pelaksaan

Pembentukan Tim Terpadu dan

Penjadwalan Pelaksanaan

SOP Sinkronisasi Peningkatan

Koordinasi

Pemahaman peternak terhadap

tahapan kegiataan

masih rendah

Peningkatan pemahaman SOP

Sinkronisasi pada peternak

SOP Sinkronisasi Sosialisasi dan

Pembinaan

Pelaporan IB, PKb dan Kelahiran

Kinerja Upsus tidak Optimal

Ketaatan Petugas dalam

melaporkan masih rendah

Evaluasi Pelaporan per petugas

Pembinaan dan Bimbingan

Teknis Pelaporan SOP Pelaporan

Penyediaan BOP

Masih adanya

gangguan sistem Pelaporan

Pemantauan terus menerus

terhadap arus masuk data

Pemeliharaan sistem dan

jaringan iSIKHNAS

Page 91: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 27. Identifikasi risiko kegiatan Penyediaan dan Distribusi Semen Beku, N2 Cair dan Kontainer

No Proses Bisnis Pernyataan

Risiko Penyebab

Resiko Aktivitas

Pengendalian Pelaksanaan

K/SOP

1. Penyediaan Semen Beku, N2 Cair dan

Kontainer

Tidak tersedianya semen beku,

N2 cair dan kontainer sesuai dengan

peta kebutuhan

Data kebutuhan dari lokasi,

kabupaten dan provinsi yang tidak

akurat.

Pemasukan data dari lokasi,

kabupaten dan provinsi secara

konsisten dan berjenjang.

SOP data kebutuhan semen beku, N2

cair dan kontainer

Pengiriman data

terlambat

Pengiriman data tempat

waktu untuk penentuan rencana

anggaran dan pengadaan barang

SOP data kebutuhan

semen beku, N2 cair dan kontainer yang

dilengkapi batas waktu

Produsen N2 cair

hanya berada pada lokasi

tertentu

Penyesuaian jadwal

distribusi dengan lokasi produsen N2

cair

Kelengkapa

n dokumen perencanaa

n yang diperlukan belum

tersedia dengan lengkap

Penyesuaian

jadwal distribusi

anggaran dan jumlah kebutuhan

dengan ketersediaan bahan

produksi

Jadwal

palang dan lokasi

pendistribusian smen beku belum

final

Persiapan

pengadaan dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan dan peraturan

yang berlaku

2. Distribusi

Semen Beku, N2 Cair dan Kontainer

Tidak

terdistribusinya semen beku, N2 cair dan

kontainer dengan tepat

jumlah, waktu dan kualitas

Perencanaa

n cara distribusi oleh

produsen barang yang

tidak sesuai dengan kondisi di

lokasi.

Adanya

dukungan dari pemerintah untuk

membantu kelancaran

distribusi barang

Page 92: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

No Proses Bisnis Pernyataan

Risiko Penyebab

Resiko Aktivitas

Pengendalian Pelaksanaan

K/SOP

Pelaksanaan tidak

sesuai dengan prosedur

Penanganan kontainer

yang sesuai dengan SOP

SOP penanganan

semen beku dan N2 cair

Penyampaian laporan

dan tindakan terhadap

laporan tersebut

yang tidak segera dilaksanaka

n

Penggunaan kontainer

yang berisi N2 cair sesuai dengan

ketentuan dan distribusi

barang tepat waktu

SOP penanganan

semen beku dan N2 cair

Handling

semen pada saat memindahk

an semen beku ke

container lapangan yang tidak

efisien dan sesuai SOP

Penanganan

semen beku sesuai dengan ketentuan dan

SOP

SOP

penanganan semen beku dan N2 cair

Page 93: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 28. Identifikasi risiko kegiatan Gerbang Patas

No Proses Bisnis

Risiko Penyebab Risiko Aktivitas

Pengendalian Kendali

SOP/Kebijakan 1. Seleksi,

Penetapan lokasi dan kelompok

Keterlambatan seleksi dan penetapan kelompok

Tidak ada jadwal palang pelaksanaan kegiatan termasuk jadwal seleksi penetapan kelompok

Menyusun jadwal palang pelaksanaan kegiatan

Pedlak Juklak Juknis

TOR/Juker

Tidak adanya kelompok yang memenuhi kriteria

Ketidaksanggupan kelompok menyediakan lahan untuk penanaman HPT Kurangnya kompetensi tim seleksi kelompok

Tim teknis memastikan kelompok yang ditetapkan sesuai dengan kriteria

2. Pengadaan barang dan jasa

Keterlambatan pengadaan barang dan Jasa

Kegagalan proses pengadaan secara lelang

Mempersiapkan proses lelang lebih awal (T-1)

Mengawal proses pengadaan di ULP setempat

Pedlak Juklak Juknis

TOR/Juker

3. Distribusi sarana kegiatan (benih/bibit HPT)

Distribusi dilakukan pada musim kering dan tidak tersedia sumber air

Informasi kurang jelas disampaikan kepada pemenang pengadaan barang jasa

Tim Teknis membuat SOP

Meminta PPK menuliskan dalam kontrak bahw distribusi HPT disesuaikan dengan kondisi ketersediaan air di lokasi penanaman

Pedlak Juklak Juknis TOR/Juker

4. Pelaksanan Penanaman HPT dan / atau pemeliharaan

Target penanaman HPT tidak tercapai optimal

Terbatasnya jumlah penyedia yang mampu melaksanakan kegiatan

Terbatasnya sumber penyedia bibit HPT komersial

Waktu (jadwal) penanaman yang harus disesuaikan dengan ketersediaan air.

Mendorong Satker segera merealisasikan kegiatan HPT

Membuat surat edaran agar sumber bibit HPT lebih meningkatkan produktivitasnya

Memanfaatkan data BMKG

Pedlak Juklak Juknis TOR

Page 94: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 29. Identifikasi risiko kegiatan Pengembangan Padang Penggembalaan

No Proses Bisnis Risiko Penyebab Risiko Aktivitas Pengendalian

Kendali SOP/Kebijakan

1. Seleksi, Penetapan lokasi dan kelompok

Keterlambatan seleksi

dan penetapan kelompok

Tidak ada jadwal pelaksanaan

kegiatan termasuk jadwal

seleksi dan penetapan klp

Menyusun jadwal palang pelaksanaan

kegiatan

Pedlak Juklak Juknis

TOR/Juker

Tidak adanya

kelompok yang

memenuhi kriteria

Ketidaksanggupan kelompok menyediakan lahan untuk penanaman HPT

Kurangnya kompetensi tim seleksi kelompok

Tim teknis memastikan

kelompok yang

ditetapkan sesuai dengan

kriteria

2. Pengadaan Barang dan

Jasa

Keterlambatan

pengadaan barang dan

Jasa

Kegagalan proses pengadaan

secara lelang

Mempersiapkan proses lelang lebih awal (T-1)

Mengawal proses pengadaan di ULP setempat

Pedlak Juklak Juknis

TOR/Juker

3. Distribusi sarana

kegiatan (benih/bibit

HPT)

Distribusi dilakukan

pada musim

kering dan tidak

tersedia sumber air

Informasi kurang jelas

disampaikan kepada

pemenang pengadaan barang jasa

Tim Teknis membuat SOP

Meminta PPK menuliskan dalam kontrak bahw distribusi HPT disesuaikan dengan kondisi ketersediaan air di lokasi penanaman

Pedlak Juklak Juknis

TOR/Juker

4. Pelaksanan Penanaman HPT dan /

atau pemeliharaan

Target penanaman HPT tidak tercapai optimal

Terbatasnya jumlah penyedia yang mampu melaksanakan kegiatan

Terbatasnya sumber penyedia bibit HPT komersial

Waktu (jadwal) penanaman yang harus disesuaikan dengan ketersediaan air.

Mendorong Satker segera merealisasikan kegiatan HPT

Membuat surat edaran agar sumber bibit HPT lebih meningkatkan produktivitasnya

Memanfaatkan data BMKG

Pedlak Juklak Juknis TOR

Page 95: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 30. Identifikasi risiko kegiatan Pemeliharaan Padang Penggembalaan

No Proses Bisnis Risiko Penyebab

Risiko

Aktivitas

Pengendalian

Kendali

SOP/Kebijakan

1. Seleksi dan

Penetapan

lokasi dan

kelompok

Tingkat kematia

n ternak

tinggi

Padang tidak

terawat

Manajemen

pengelolaan Padang

tidak berjalan dengan

baik. Dinamika

kelompok

tidak berjalan

dinamis.

Menyusun jadwal

pembagian tugas

Pedlak

Juklak

Juknis

TOR/Juker

2. Pelaksanan

Penanaman

HPT dan /

atau

pemeliharaan

Target

penanama

n HPT

tidak

tercapai

optimal

Terbatasn

ya jumlah penyedia yang

mampu melaksanakan

kegiatan Terbatasn

ya sumber penyedia bibit HPT

komersial

Waktu (jadwal)

penanaman yang harus disesuaikan

dengan ketersediaan air.

Mendorong Satker segera

merealisasikan kegiatan HPT

Membuat surat

edaran agar sumber bibit

HPT lebih meningkatkan produktivitasny

a Memanfaatkan

data BMKG

Pedlak

Juklak

Juknis

TOR

Page 96: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 31. Identifikasi Risiko Penanganan Gangguan Reproduksi

Proses

Bisnis

Uraian

Risiko

Aktivitas

Pengendalian KEBIJAKAN SOP

Penanganan Gangguan

Reproduksi

Pengadaan obat-obatan

dan hormon tidak sesuai

dengan jumlah dan kasus yang

ada.

Invetarisasi jumlah dan jenis

kasus serta obat-obatan

tahun sebelumnya

Surat Edaran ke Dinas yang

membidangi Fungsi PKH

untuk melakukan inventariasi

jumlah dan jenis kasus serta obat-obatan

tahun sebelumnya

Kurangnya kompetensi

petugas teknis dalam penentuan

status reproduksi

Refresher (peningkatan

kompetensi) ATR dan dokter hewan tentang

pemeriksaan status reproduksi

Pedoman Pelaksanaan

dan Petunjuk Pelaksanaan

SOP pemeriksaan

dan penanganan gangguan

reproduksi

Keterbatasan jumlah

petugas teknis

(dokter hewan dan ATR) atau

tidak merata

Optimalisasi Puskeswan dan

THL Medik dan Paramedik

Veteriner

Surat Edaran

Tidak ada

laporan gangrep dari inseminator

ke dokter hewan/ATR

Teguran/sanksi

dari atasan langsung/kepala dinas yang

membidangi fungsi PKH

Surat

teguran/sanksi

SOP

Pelaporan kasus gangrep

Kebiasaan peternak terhadap

sapi yang di IB 2 kali

tidak bunting dianggap

majir dan dijual

Sosialisasi kepada peternak tentang

penanganan gangguan

reproduksi

Pedoman Pelaksanaan dan Petunjuk

Pelaksanaan

Page 97: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 32. Identifikasi Risiko Pengendalian Pemotongan Betina Produktif

No Kegiatan Titik Kritis Pengendalian

1 Penyusunan Pedoman Pedoman terlambat

disusun

Finalisasi Pedoman

pelaksanaan paling lambat awal bulan

Januari 2018

2 Sosialisasi dan

Advokasi Pengendalian Pemotongan Betina Produktif

Kegiatan sosialisasi

dan advokasi tidak tepat Sasaran

Penentuan kriteria

peserta di surat undangan

3 Pengawasan Pemotongan Betina

Produktif

1. Keterbatasan petugas

2. Pengawasan tidak sesuai dengan sasaran

Peningkatan jumlah dan kompetensi

petugas Identifikasi lokasi dan

penjadwalan kegiatan

pengawasan

4 Penindakan Pelanggaran

Pemotongan Betina Produktif

Kurangnya keberanian Tim

Terpadu dalam melakukan

penindakan

Penyusunan pedoman pelaksanakan yang jelas

5 Monitoring, Evaluasi,

dan Pelaporan

Keterlambatan

pelaporan

Menyusun jadwal

pelaporan dan mengkomunikasikan setiap masuk waktu

pelaporan.

Page 98: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 33. Outline Laporan Kinerja Upsus Siwab

OUTLINE

LAPORAN PERKEMBANGAN KINERJA UPSUS SIWAB

KABUPATEN / KOTA .......

PROVINSI ......

BULAN : .......

PENDAHULUAN

Berisikan tentang gambaran potensi wilayah daerah dan target yang telah

ditetapkan.

PELAKSANAAN UPSUS SIWAB

Secara umum digambarkan capaian kinerja program tentang jumlah yang di IB,

jumlah yang bunting dan jumlah ternak yang lahir. Disamping itu juga

digambarkan capaian kinerja pelaksanaan kegiatan teknis yang meliputi :

1. Penyediaan Semen Beku, SDM IB, Sarana-prasarana IB, dan Pelaksanaan IB

dan KA;

2. Perkembangan Distribusi dan Ketersediaan Semen Beku, N2 Cair dan

Kontainer;

3. Perkembangan pelaksanaan Penanganan Gangguan Reproduksi;

4. Pemenuhan Hijauan Pakan;

5. Pengendalian Pemotongan Betina Produktif;

6. Perkembangan Pelaporan Sistem iSIKHNAS.

PERMASALAHAN

Uraian masalah dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan yang menjadi

penghambat tidak tercapainya target bulanan.

UPAYA PENYELESAIAN MASALAH

Langkah-langkah yang telah ditempuh dalam mengatasi masalah dan kendala yang

ada.

REKOMENDASI / SARAN

Masukan dan saran perbaikan untuk pelaksanaan selanjutnya

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Data dukung yang perlu untuk lebih menunjang laporan

Page 99: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 34. Alur Pelaporan Program UPSUS SIWAB

Page 100: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

DIREKTUR JENDERAL PKH

22

ALUR PELAPORAN KINERJA KEGIATAN UPSUS SIWAB

PROVINSI

SEKRETARIAT POKJA UPSUS

SIWAB Pokja Upsus Siwab Provinsi

Laporan kinerja: (1) Pelaksanaan Kegiatan IB;

(2)Penyediaan dan Distribusi Semen Beku, Nitrogen

(N2) Cair Dan Kontainer; (3) Sumber Daya Manusia;

(4) Pemenuhan Hijauan Pakan; (5) Penanggulangan

Gangguan Reproduksi; dan (6)Pengendalian

Pemotongan Sapi/Kerbau Betina Produktif di RPH.

Format35. Alur Pelaporan Kinerja Kegiatan UPSUS SIWAB

Page 101: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

Format 36. Klasifikasi Gangguan Reproduksi

A. Klasifikasi Gangguan Reproduksi

1. Gangguan reproduksi berdasarkan sifat

Gangguan reproduksi berdasarkan sifat yaitu gangguan reproduksi non

permanen (infertilitas) dan permanen (sterilitas). Gangguan reproduksi yang

bersifat non permanen ditandai dengan keterlambatan produksi anak setiap

siklus reproduksinya. Contoh gangguan reproduksi yang bersifat infertilitas

antara lain:

a. Hypofungsi ovari (ovarium in-aktif temporer)

Kasus hypofungsi ovari pada umumnya terjadi pada kondisi BCS

dibawah 2,0. Pada kasus ini ovarium akan teraba halus yang ditandai

tidak adanya pertumbuhan folikel dan corpus luteum serta uterus

teraba lembek.

Penanganan: Tingkatkan kualitas dan jumlah pakan, massage

(perbaikan sirkulasi darah di ovarium), pemberian vitamin ADE,

hormon perangsang pertumbuhan folikel atau pembebas hormone

gonadotropin, dan deworming.

b. Corpus Luteum Persisten

Kasus kejadian Corpus Luteum Persisten/CLP merupakan kasus

infeksi pada uterus, seperti pyometra, metritis dan mumifikasi fetus.

Pada ovarium ditemukan corpus luteum yang menetap yang disebabkan

oleh tertahannya luteolitic factor (PGF2α) dari uterus. Kondisi tersebut

diakibatkan oleh peradangan atau sebab lain sehngga kadar

progesteron tinggi dan menekan pengeluaran FSH dan LH dari hypofisa

anterior. Selanjutnya folikel tidak berkembang yang berakibat tidak

dihasilkannya estrogen.

Penanganan: Lisiskan corpus luteum secara hormonal, dan

menghilangkan penyebab utama dengan pemberian antibiotika atau

preparat lainnya secara intra uterin (infusi intrauterina).

c. Endometritis

Pada umumnya endometritis terjadi setelah kelahiran abnormal, seperti

abortus, retensio plasenta, distokia, dsb atau sebagai kelanjutan radang

bagian luar (vulva, vagina,dan cervix). Tanda klinis ditunjukkan dengan

keluarnya lendir kotor saat estrus dan atau keluar lendir mukopurulen

Page 102: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

secara kontinyu. Pada kasus endometritis subklinis tidak menunjukkan

gejala yang bisa dipalpasi per rektum.

Penanganan: Perbaiki sirkulasi darah di uterus (hati-hati dapat

menimbulkan kerusakan uterus) dan menghilangkan kuman dengan

antibiotika, sulfa atau antiseptik secara intra uterin.

d. Pyometra

Kejadian endometritis disertai dengan akumulasi pus dalam uterus,

biasanya bilateral, cervix biasanya dalam keadaan konstriksi, sehingga

leleran pus dari vulva tidak selalu terlihat. Peradangan uterus ini

selalu diikuti dengan terbentuknya corpus luteum. Penderita akan

mengalami anestrus akibat terbebasnya progesteron dari korpus

luteum.

Penanganan: obati dengan antibiotika secara infusi intrauterin,

pemberian sulfa atau antiseptika.

e. Kista Ovaria

Kista ovaria disebabkan oleh defisiensi LH yang mengakibatkan folikel

tidak mengalami ovulasi, namun dapat menjadi kista persisten dengan

diameter lebih dari 20 mm. Kista dapat dibagi menjadi 2 kelompok,

yaitu:

1. kista folikel (follicular cysts) disebabkan defisiensi LH berat, bersifat

multipel, bilateral, gejala umumnya nimfomania.

2. kista lutea (luteal cyst) disebabkan defisiensi LH ringan, tunggal,

gejala umumnya anestrus.

Penanganan: Berikan hormon yang kerjanya seperti LH (hati-hati

sangat antigenik) atau pembebas hormon gonadotrofin. [

Sedangkan gangguan reproduksi yang bersifat lengkap adalah sterilitas

atau disebut juga kemajiran. Contoh gangguan reproduksi yang

bersifat Sterilitas antara lain:

a. Atrofi ovari

b. Defek kongenital, seperti freemartin, hipoplasia ovaria, aplasia

ovaria

c. Fibrosis (indurasi) cervix et uteri.

2. Gangguan reproduksi berdasarkan gejala

Gangguan reproduksi berdasarkan gejala dibedakan menjadi empat

kelompok yaitu:

Page 103: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil

a. Tidak menunjukkan gejala estrus (anestrus). Gejala anestrus

ditemukan pada kasus kista luteal, hypofungsi ovari, atrofi,

mumifikasi fetus, maserasi fetus, pyometra, metritis, dan kelainan

kongenital lainnya.

b. Estrus yang lemah (subestrus, silent heat). Gejala subestrus terjadi

pada sapi yang bersiklus normal namun menunjukkan gejala

berahinya tidak jelas, sedangkan silent heat terjadi pada sapi yang

bersiklus namun tidak menunjukkan gejala berahinya, kecuali

kerbau pada umumnya secara normal menunjukkan silent heat.

c. Estrus terus-menerus (nymfomania). Gejala estrus terus-menerus

(nymfomania) terjadi pada sapi yang berahi terus menerus tanpa

disertai ovulasi, ditemukan pada kasus kista folikuler (follicular cyst)

dalam ovarium.

d. Estrus berulang. Gejala estrus berulang terjadi pada gangguan

reproduksi akibat kegagalan fertilisasi (fertilization failure) dan

kematian embrio (embryonic death) yang menyebabkan terjadinya

kawin berulang. Pada sapi akseptor IB di Indonesia banyak dijumpai

endometritis subklinis yang berakibat 80% repeat breeding.

3. Gangguan reproduksi berdasarkan penyebab

Gangguan reproduksi berdasarkan penyebab, dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu:

a. Gangguan reproduksi yang disebabkan oleh infeksi agen penyakit yang

menyerang organ reproduksi.

1) Secara spesifik (Brucellosis, vibriosis, leptospirosis, tuberkulosis, dll)

2) Secara non spesifik (Collibacilosis, staphylococosis, streptococosis,

corynebacteriosis, aspergillosis, candidiasis)

b. Gangguan reproduksi yang disebabkan non infeksi

1) Kongenital

2) Nutrisi

Page 104: KATA PENGANTAR - bibit.ditjenpkh.pertanian.go.idbibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Pedoman Upsus Siwab 2018.pdf · 16. Tanaman Pakan Ternak (TPT) adalah tanaman penghasil