kasus tentang akuntan manajemen, auditor internal dan eksternal

20
KASUS TENTANG AKUNTANSI MANAJEMEN Sembilan KAP yang Diduga Melakukan Koalisi dengan Kliennya Jakarta, 19 April 2001 .Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian mengusut sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah diauditnya antara tahun 1995-1997. Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta, Kamis, mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit. Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang dibekukan kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R, RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata lain, kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank yang diperiksa untuk memoles laporannya sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan memberikan laporan kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya tindak kriminal yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan.

Upload: santaulinasitorus

Post on 26-Dec-2015

358 views

Category:

Documents


36 download

DESCRIPTION

etika profesi

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Tentang Akuntan Manajemen, Auditor Internal Dan Eksternal

KASUS TENTANG AKUNTANSI MANAJEMEN

Sembilan KAP yang Diduga Melakukan Koalisi dengan Kliennya

Jakarta, 19 April 2001 .Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian

mengusut sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas

Keuangan dan Pembangunan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank

yang pernah diauditnya antara tahun 1995-1997. Koordinator ICW Teten Masduki kepada

wartawan di Jakarta, Kamis, mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari

sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak

melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit.

Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya

mayoritas bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang dibekukan

kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI

& R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R, RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata

lain, kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara

kantor akuntan publik dengan bank yang diperiksa untuk memoles laporannya sehingga

memberikan laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu

dekat akan memberikan laporan kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan

mengenai adanya tindak kriminal yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak

perbankan.

ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau kesalahan

dalam penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai

penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi.

Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan administratif

meskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW

mengambil inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu

tidak ringan. “Kami mencurigai, kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga

menghasilkan laporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan

bank tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut.

Page 2: Kasus Tentang Akuntan Manajemen, Auditor Internal Dan Eksternal

Ini merugikan masyarakat. Kita mengharapkan ada tindakan administratif dari

Departemen Keuangan misalnya mencabut izin kantor akuntan publik itu,” tegasnya.

Menurut Tetan, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP tersebut kepada

Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus meminta supaya

dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan.

Page 3: Kasus Tentang Akuntan Manajemen, Auditor Internal Dan Eksternal

Analisis Pelanggaran Kode Etik Auditor atas Kasus diatas :

Dalam kasus diatas, akuntan yang bersangkutan banyak melanggar kode etik profesi

akuntan.

1. Kode etik pertama yang dilanggar yaitu prinsip tanggung jawab profesi.

Prinsip tanggung jawab profesi ini mengandung makna bahwa akuntan sebagai

pemberi jasa professional memiliki tanggung jawab kepada semua pemakai jasa

mereka termasuk masyarakat dan juga pemegang saham. Dalam kasus ini, dengan

menerbitkan laporan palsu, maka akuntan telah menyalahi kepercayaan yang

diberikan masyarakat kepada mereka selaku orang yang dianggap dapat dipercaya

dalam penyajian laporan keuangan.

2. Kode etik kedua yang dilanggar yaitu prinsip kepentingan publik.

Prinsip kepentingan publik adalah setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa

bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan

publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. Dalam kasus ini, para

akuntan dianggap telah menghianati kepercayaan publik dengan penyajian laporan

keuangan yang direkayasa.

3. Kode etik yang ketiga yang dilanggar yaitu prinsip integritas.

Prinsip integritas yaitu untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik,

setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya, dengan integritas

setinggi mungkin. Dalam kasus ini, sembilan KAP tersebut tidak bersikap jujur dan

berterus terang kepada masyarakat umum dengan melakukan koalisi dengan kliennya.

4. Kode etik keempat yang dilanggar yaitu prinsip objektifitas.

Prinsip objektifitas yaitu setiap anggota harus menjaga obyektifitasnya dan bebas dari

benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Dalam kasus ini,

sembilan KAP dianggap tidak objektif dalam menjalankan tugas. Mereka telah

bertindak berat sebelah yaitu, mengutamakan kepentingan klien dan mereka tidak

dapat memberikan penilaian yang adil, tidak memihak, serta bebas dari benturan

kepentingan pihak lain.

Page 4: Kasus Tentang Akuntan Manajemen, Auditor Internal Dan Eksternal

KASUS TENTANG AUDITOR INTERNAL

Auditor BPKP Akui Terima Duit dari Kemendikbud

  Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Tomi

Trionomengaku menerima duit dari anggaran kegiatan joint audit pengawasan dan

pemeriksaan di Kemendikbud. Tomi mengaku sudah mengembalikan duit ke KPK. Tomi saat

bersaksi untuk terdakwa mantan Irjen Kemendikbud Mohammad Sofyan mengaku bersalah

dengan penerimaan duit dalam kegiatan warsik sertifikasi guru (sergu) di Inspektorat IV

Kemendikbud. Duit yang dikembalikan Rp 48 juta.

“Saudara dari BPKP, seharusnya melakukan pengwasan,” tegur hakim ketua Guzrizal

di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (25/07/13). “Kami bertugas sebagai tim pengendali

pusat, jadi harus monitoring. Jadi memang ada kesalahan,” ujar Tomi yang tidak melanjutkan

jawabannya.

Menurutnya ada 10 auditor BPKB yang ikut dalam joint audit. Mereka bertugas untuk

6 program, diantaranya penyusunan SOP warsik, penyusunan monitoring, dan evaluasi

sertifikasi guru. “Dari hasil audit nasional, kita bikin summary terhadap sertifikasi. Kita

simpulkan apa permasalahan - permasalahan dari sasaran auditnya,” jelas Tomi.

Tomi juga ditanya penuntut umum KPK terkait adanya penyimpangan penggunaan

anggarandalam joint audit Kemendikbud BPKP. “Itu memang kesalahan kami,” ujar dia.

Adanya aliran duit ke Auditor BPKP juga terungkap dalam persidangan dengan saksi

Bendahara Pengeluaran Pembantu Inspektorat I Kemendikbud, Tini Suhartini pada 11 Juli

2011. Sofyan didakwa memperkaya diri sendiri dan orang lain dengan memerintahkan

pencairan anggaran dan menerima biaya perjalanan dinas yang tidak dilaksanakan.

Dia juga memerintahkan pemotongan sebesar 5 persen atas biaya perjalanan dinas yang

diterima para peserta pada program joint audit Inspektorat I, II, III, IV dan investigasi Irjen

Depdiknas tahun anggaran 2009. Dari perbuatannya, Sofyan memperkaya diri sendiri yakni

Rp 1,103 miliar. Total kerugian negara dalam kasus ini mencapai Rp 36,484 miliar.

 

Page 5: Kasus Tentang Akuntan Manajemen, Auditor Internal Dan Eksternal

Analisis Pelanggaran Kode Etik Auditor atas Kasus diatas :

Auditor BPKP merupakan auditor pemerintah yang merupakan akuntan, anggota

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yang dalam keadaan tertentu melakukan audit atas

entitasyang menerbitkan laporan keuangan yang disusun berdasarkan prinsip auntansi yang

berlaku umum (BUMN/BUMD) sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK). Karena itu auditor pemerintah tersebut wajib pula mengetahui dan

menaati Kode Etik Akuntan Indonesia dan Standar Audit sebagai mana diatur dalam Standar

Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAI.

Kasus diatas menunjukan adanya pelanggaran kode etik oleh seorang auditor dalam

kasus suap kepada auditor dalam kegiatan warsik sertifikasi guru (sergu) di Inspektorat IV

Kemendikbud. Adapun prinsip etika profesional auditor:

1. Tanggungjawab Profesi

Dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus

senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan

yang dilaksanakannya.

2. Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan

kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen

atau profesionalisme.

3. Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus

memenuhi tanggungjawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

4. Objektivitas

Setiap anggota harus menjaga objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan

dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati – hatian,

kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan

pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk

memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa

profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik

yang paling mutakhir.

Page 6: Kasus Tentang Akuntan Manajemen, Auditor Internal Dan Eksternal

6. Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama

melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi

tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau

hukum untuk mengungkapkannya.

7. Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik

dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

8. Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis

dan standar profesional yang relevan.

Dari uraian penjelasan kode etik diatas kasus tersebut tergolong dalam pelanggaran

kode etik prinsip Tanggungjawab profesi, integritas, objektivitas, perilaku profesional. Hal ini

menunjukan bahwa auditor tersebut tidak bekerja secara prinsip kode etik seorang auditor,

sehingga terjadinya penyimpangan yang melanggar hukum.

Penegakan disiplin atas pelanggaran kode etik profesi adalah suatu tindakan positif

agar ketentuan tersebut dipatuhi secara konsisten. Itulah sebabnya Peraturan Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008

menetapkan kebijakan atas pelanggaran kode etik APIP (Aparat Pengawasan Intern

Pemerintah) ini, antara lain:

1. Tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik tidak dapat diberi toleransi,

meskipun dengan alasan tindakan tersebut dilakukan demi kepentingan organisasi

atau diperintahkan oleh pejabat yang lebih tinggi.

2. Auditor tidak diperbolehkan untuk melakukan atau memaksa karyawan lain

melakukan tindakan melawan hukum atau tidak etis.

3. Pimpinan APIP harus melaporkan pelanggaran kode etik oleh auditor kepada

pimpinan organisasi.

4. Pemeriksaan, investigasi, dan pelaporan pelanggaran kode etik ditangani oleh

Badan Kehormatan Profesiyang terdiri dari pimpinan APIP dengan anggota yang

berjumlah ganjil dan disesuaikan dengan kebutuhan. Anggota Badan Kehormatan

profesi diangkat dan diberhentikan oleh APIP.

Page 7: Kasus Tentang Akuntan Manajemen, Auditor Internal Dan Eksternal

Auditor APIP yang terbukti melanggar kode etik akan dikenakan sanksi oleh

pimpinan APIP atas rekomendasi dari Badan Kehormatan Profesi. Bentuk – bentuk sanksi

yang direkomendasikan oleh badan kehormatan profesi, yakni:

a. Teguran tertulis

b. Usulan pemberhentian dari tim audit

c. Tidak diberi penugasan audit selama jangka waktu tertentu

Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran kode etik oleh pimpinan APIP dilakukan

sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Page 8: Kasus Tentang Akuntan Manajemen, Auditor Internal Dan Eksternal

KASUS TENTANG AUDITOR EKSTERNAL

Pembahasan Kasus Enron dan KAP Arthur Andersen

Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap

kemungkinan mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan, mengingat

resiko yang sangat tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil

evaluasi di putuskan untuk tetap mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen dan

Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah mempertanyakan praktek akunting

perusahaan yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan hal

tersebut kepada CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001.

CEO Enron menugaskan penasehat hukum perusahaan untuk melakukan investigasi

atas kekhawatiran tersebut tetapi tidak memperkenankan penasehat hukum untuk

mempertanyakan pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan. Hasil

investigasi oleh penasehat hukum tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal yang

serius yang perlu diperhatikan.

Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga.

Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta,

naik $100 juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan

bahwa Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Ia juga tidak

menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting

charge/expense) sebesar $1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada

periode tersebut menjadi rugi $644 juta. Para analis dan reporter kemudian mencari tahu lebih

jauh mengenai beban $1 miliar tersebut, dan ternyata berasal dari transaksi yang dilakukan

oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh CFO Enron.

Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke

pengadilan dan memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang

perusahaan yang tidak di laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan pengungkapan

ini nilai investasi dan laba yang di tahan (retained earning) berkurang dalam jumlah yang

sama. Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk

penghancuran dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron

(penghambatan terhadap proses peradilan ).

Page 9: Kasus Tentang Akuntan Manajemen, Auditor Internal Dan Eksternal

Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron.

Sementara itu harga saham Enron terus menurun sampai hampir tidak ada nilainya. KAP

Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002. Sementara KAP

Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah berakhir pada saat Enron

mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001. CEO Enron, Kenneth Lay

mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari 2002 akan tetapi masih dipertahankan posisinya di

dewan direktur perusahaan. Pada tanggal 4 Pebruari Mr. Lay mengundurkan diri dari dewan

direktur perusahaan.

Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US dollar

untuk menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.

Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron dan KAP

Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di Amerika.

Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen bersalah

atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah menghancurkan

dokumen-dokumen yang sedang di selidiki. KAP Andersen terus menerima konsekuensi

negatif dari kasus Enron berupa kehilangan klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan

KAP yang lain dan pengungkapan yang meningakat mengenai keterlibatan pegawai KAP

Andersen dalam kasus Enron.

Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut

untuk melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP

Andersen mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan

membentuk suatu komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru.

tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan diri dari jabatannya.

Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak

sebagai penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan hambatan

proses peradilan dan setuju untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi kasus KAP

Andersen dan Enron.

Tanggal 9 April 2002 Jeffrey McMahon mengumumkan pengunduran diri sebagai

presiden dan Chief Opereting Officer Enron yang berlaku efektif 1 Juni 2002. Tanggal 15

Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen bersalah telah melakukan

hambatan terhadap proses peradilan.

Page 10: Kasus Tentang Akuntan Manajemen, Auditor Internal Dan Eksternal

Analisis Pelanggaran Kode Etik Auditor atas Kasus diatas :

Menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang melakukan

kecurangan, menipulasi, korupsi dan sebangsanya (prilaku tidak etis), yaitu opportunity;

pressure; dan rationalization. Ketiga hal tersebut akan dapat kita hindari melalui

meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya, karena kita meyakini

bahwa tindakan yang bermoral akan memberikan implikasi terhadap kepercayaan publik

(public trust).

Studi empirik Weisen Born, Noris tahun 1997, (dalam Zabihollah : 2002), terhadap 30

perusahaan di Amerika Serikat yang memiliki indikasi sering melakukan kecurangan, dari

hasil penelitian teridentifikasi faktor penyebab kecurangan tersebut diantaranya

dilatarbelakangi oleh sikap tidak etis, tidak jujur, karakter moral yang rendah, dominasi

kepercayaan, dan lemahnya pengendalian. Faktor tersebut adalah merupakan perilaku tidak

etis yang sangat bertentangan dengan good corporate governance philosofy yang

membahayakan terhadap business going cocern.

Begitu pula praktik bisnis Enron yang menjadikannya bangkrut dan hancur serta

berimplikasi negatif bagi banyak pihak. Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak hanya

investor Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang menginvestasikan dana pensiunnya

dalam saham perusahaan serta investor di pasar modal pada umumnya (social impact).

Milyaran dolar kekayaan investor terhapus seketika dengan meluncurnya harga saham

berbagai perusahaaan di bursa efek.

Jika dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP telah menciderai

kepercayaan dari pihak stock holder atau principal untuk memberikan suatu fairrness

information mengenai pertanggungjawaban dari pihak agent dalam mengemban amanah dari

principal. Pihak agent dalam hal ini manajemen Enron telah bertindak secara rasional untuk

kepentingan dirinya (self interest oriented) dengan melupakan norma dan etika bisnis yang

sehat. Lalu apa yang dituai oleh Enron dan KAP Andersen dari sebuah ketidak jujuran,

kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis? adalah hutang dan sebuah kehancuran

yang menyisakan penderitaan bagi banyak pihak disamping proses peradilan dan tuntutan

hukum.

Page 11: Kasus Tentang Akuntan Manajemen, Auditor Internal Dan Eksternal

Artinya secara kasat mata kasus Enron (baik manajemen Enron maupun KAP

Andersen) telah melakukan mal practice jika dilihat dari etika bisnis dan profesi akuntan

antara lain :

1. Adanya praktik discrimination of information/unfair discrimination, melalui suburnya

praktik insider trading, dimana hal ini sangat diketahui oleh Board of Director Enron,

dengan demikian dalam praktik bisnis di Enron sarat dengan collusion. Kondisi ini

diperkuat oleh Bussines Round Table (BRT), pada tanggal 16 Pebruari 2002

menyatakan bahwa : (a). Tindakan dan perilaku yang tidak sehat dari manajemen

Enron berperan besar dari kebangkrutan perusahaan; (b). Telah terjadi pelanggaran

terhadap norma etika corporate governance dan corporate responsibility oleh

manajemen perusahaan; (c). Perilaku manajemen Enron merupakan pelanggaran

besar-besaran terhadap kepercayaan yang diberikan kepada perusahaan.

2. Adanya Deception Information, yang dilakukan pihak manajemen Enron maupun

KAP Arthur Andersen, mereka mengetahui tentang praktek akuntansi dan bisnis yang

tidak sehat. Tetapi demi trust dari investor dan publik kedua belah pihak merekayasa

laporan keuangan mulai dari tahun 1985 sampai dengan Enron menjadi hancur

berantakan. Bahkan CEO Enron saat menjelang kebangkrutannya masih tetap

melakukan Deception dengan menyebutkan bahwa Enron secara berkesinambungan

memberikan prospek yang sangat baik. KAP Andersen tidak mau mengungkapkan

apa sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal tahun 2001 berdasarkan hasil

evaluasi Enron tetap dipertahankan, hal ini dimungkinkan adanya coercion atau

bribery, karena pihak Gedung Putih termasuk Wakil Presiden Amerika Serikat juga di

indikasikan terlibat dalam kasus Enron ini.

3. Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik - The big six - yang melakukan

Audit terhadap laporan keuangan Enron Corp. tidak hanya melakukan manipulasi

laporan keuangan Enron, KAP Andersen telah melakukan tindakan yang tidak etis

dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus

Enron. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron

mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan.

Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi

kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen

hancur. Disini Andersen telah ingkar dari sikap profesionallisme sebagai akuntan

Page 12: Kasus Tentang Akuntan Manajemen, Auditor Internal Dan Eksternal

independen dengan melakukan tindakan knowingly and recklessly yaitu menerbitkan

laporan audit yang salah dan meyesatkan (deception of information).

KESIMPULAN

Pihak manajemen Enron telah melakukan berbagai macam pelanggaran praktik

bisnis yang sehat melakukan (Deception, discrimination of information, coercion,

bribery) dan keluar dari prinsif good corporate governance. Akhirnya Enron harus menuai

suatu kehancuran yang tragis dengan meninggalkan hutang milyaran dolar.

KAP Andersen sebagai pihak yang seharusnya menjungjung tinggi independensi,

dan profesionalisme telah melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar dari

tanggungjawab terhadap profesi maupun masyarakat diantaranya melalui Deception,

discrimination of information, coercion, bribery. Akhirnya KAP Andersen di tutup

disamping harus mempertanggungjawabkan tindakannya secara hukum.

Page 13: Kasus Tentang Akuntan Manajemen, Auditor Internal Dan Eksternal

TUGAS ETIKA PROFESI

KASUS PELANGGARAN ETIKA AKUNTAN MANAJEMEN,

AUDITOR INTERNAL DAN AUDITOR EKSTERNAL

DISUSUN OLEH :

SANTA ULINA SITORUS

1202111837

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU

2014/2015

Page 14: Kasus Tentang Akuntan Manajemen, Auditor Internal Dan Eksternal