kasus konseling

4
End August 2006 PETUNJUK BERMAIN PERAN (ROLE PLAY) KASUS KONSELING REMAJA Sesuai dengan tujuan pelatihan maka salah satu cara untuk meningkatkan ketrampilan dalam bidang konseling adalah dengan bermain peran (Role Play). Para peserta pelatihan diharapkan untuk ‘bermain sinetron’ yaitu memainkan suatu adegan dalam sinetron. Pada kesempatan ini akan diberikan beberapa skenario yang harus dimainkan oleh para peserta. Para peserta harus membaca terlebih dahulu skenario yang diberikan, mengerti dan menghayatinya kemudian mencoba untuk memerankannya. Mungkin para peserta merasa bahwa sangat sulit untuk bermain peran itu atau merasa malu dan lucu untuk melakukannya. Telah terbukti bahwa bermain peran merupakan cara yang efektif untuk dengan cepat mengerti dan menghayati suatu persoalan Peserta yang bermain peran sebagai REMAJA harus berusaha megerti dan menghayati bagaimana sikap, perasaan dan perilaku remaja. Lupakanlah sejenak keadaan lingkungan anda dan cobalah renungkan sebentar bagaimana keadaan salah seorang remaja yang pernah anda temukan (anak anda, masa remaja anda sendiri atau remaja lainnya). Cobalah juga untuk mengerti betapa BERAT masalah yang dihadapi Peserta yang bermain peran sebagai Konselor harus berusaha untuk mengerti dan benar-benar menghayati perannya sebagai KONSELOR, seolah-olah berada di ruang konsultasi dan berhadapan dengan seorang remaja yang bermasalah. Para penonton yang berfungsi sebagai PENGAMAT harus membantu mereka yang sedang bermain peran karena tugas yang mereka jalankan tidak mudah. COBALAH JANGAN TERTAWA. Berusahalah

Upload: ridha-surya-nugraha

Post on 08-Jul-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

konseling

TRANSCRIPT

Page 1: kasus konseling

End August 2006

PETUNJUK BERMAIN PERAN (ROLE PLAY)KASUS KONSELING REMAJA

Sesuai dengan tujuan pelatihan maka salah satu cara untuk meningkatkan ketrampilan dalam bidang konseling adalah dengan bermain peran (Role Play). Para peserta pelatihan diharapkan untuk ‘bermain sinetron’ yaitu memainkan suatu adegan dalam sinetron. Pada kesempatan ini akan diberikan beberapa skenario yang harus dimainkan oleh para peserta. Para peserta harus membaca terlebih dahulu skenario yang diberikan, mengerti dan menghayatinya kemudian mencoba untuk memerankannya.

Mungkin para peserta merasa bahwa sangat sulit untuk bermain peran itu atau merasa malu dan lucu untuk melakukannya. Telah terbukti bahwa bermain peran merupakan cara yang efektif untuk dengan cepat mengerti dan menghayati suatu persoalan

Peserta yang bermain peran sebagai REMAJA harus berusaha megerti dan menghayati bagaimana sikap, perasaan dan perilaku remaja. Lupakanlah sejenak keadaan lingkungan anda dan cobalah renungkan sebentar bagaimana keadaan salah seorang remaja yang pernah anda temukan (anak anda, masa remaja anda sendiri atau remaja lainnya). Cobalah juga untuk mengerti betapa BERAT masalah yang dihadapi

Peserta yang bermain peran sebagai Konselor harus berusaha untuk mengerti dan benar-benar menghayati perannya sebagai KONSELOR, seolah-olah berada di ruang konsultasi dan berhadapan dengan seorang remaja yang bermasalah.

Para penonton yang berfungsi sebagai PENGAMAT harus membantu mereka yang sedang bermain peran karena tugas yang mereka jalankan tidak mudah. COBALAH JANGAN TERTAWA. Berusahalah untuk menjadi pengamat yang baik dengan memperhatikan baik REMAJA maupun KONSELORnya. Apakah yang diperankan itu sudah sesuai dengan TEORI yang anda pelajari ?

Catatlah observasi anda dengan teliti supaya jangan ada yang lupa dan diskusi setelah bermain peran dapat berlangsung dengan lancar.

SELAMAT BERMAIN PERAN

Page 2: kasus konseling

KASUS 1.

GATOT, seorang siswa mengemukakan kepada konselor bahwa ia dirumah dianggap sebagai anak yang ‘bandel’ oleh orangtua dan saudara-saudaranya. Di rumah ia merasa terisolasi dan tidak ada orang yang bisa diajak bicara mengenai masalahnya, baik yang di rumah maupun sekolah. Orangtuanya sibuk sekali dan seolah-olah tidak punya waktu untuk berbincang-bincang dengannya. Di sekolah sebenarnya ia banyak teman tetapi banyak diantara mereka kerjanya cuma belajar saja dan tidak mau diajak menjadi ‘anak gaul’. Ia sangat kesal dengan keadaan anak-anak yang bersikap sebagai BANCI seperti itu sehingga ia sering bolos. Akhir-akhir ini ia sering terlibat perkelahian antara pelajar. Hal ini sudah diketahui oleh guru BP dan dia diancam untuk dikeluarkan dari sekolah kalau ia tidak mengubah kelakuannya

KASUS 2

DESI seorang murid SMU menghadap konselor dan mengemukakan bahwa ia akhir-akhir ini sering mengalami kesulitan untuk mengikuti pelajaran di sekolah. Ia merasakan kesulitan untuk konsentrasi dan daya ingatnya juga berkurang. Tadinya DESI adalah murid yang pandai dan ia merasa bahwa sebetulnya tidak sukar untuk mengikuti pelajaran di sekolah tetapi daya tangkapnya seolah-olah berkurang. Keadaan di rumah sejak setahun yang lalu memang agak berubah karena ayahnya jarang tidur di rumah dan ibundanya sering menangis. DESI sebenarnya agak bingung juga karena tadinya ia sangat dekat dengan ayahnya tetapi sekarang kalau ia berusaha berbicara dengan ayah maka ia menghindar. Kabarnya ayahnya mempinyai hubungan dengan wanita lain. Desi merasa sangat sedih dan merasa mau mati saja kalau ayah memang sudah tidak peduli lagi kepadanya.

KASUS 3

RATNA, seorang siswa datang ke Puskesmas dan mengemukakan bahwa ia sudah dua kali mengalami keterlambatan haid dan ada kemungkinan mengalami kehamilan. Sebelum ini Ratna memang pernah mengadakan hubungan intim dengan pacarnya. Sebetulnya ia tidak bersedia untuk melakukan hubungan itu namun ia terhanyut oleh rayuan pacarnya sehingga ia melakukannya juga. Ratna merasa bersalah, menyesal dan merasa takut bahwa ia betul-betul mengalami kehamilan. Ratna masih ingin sekolah dan melanjutkan pelajaran. Saat ini Ratna tidak bisa konsentrasi untuk belajar dan sulit tidur. Ratna tidak berani menceriterakan permasalahannya kepada orangtuanya atau anggota keluarga yang lain. Ia juga tidak berani menceriterakan keadaannya kepada pacarnya karena ia takut akan ditinggalkan. Ia berharap bahwa dokter di puskesmas dapat menolong dirinya untuk mengakhiri kehamilannya.

Page 3: kasus konseling

KASUS 4

KRISNA, seorang siswa datang ke Puskesmas dan mengemukakan bahwa sejak beberapa waktu yang lalu ia mempunyai kebiasaan untuk menggunakan ‘putaw’, minum alkohol dan obat-obatan lainnya. Hal ini dilakukan karena ia sering merasa gagal dalam pelajaran di sekolah dan menjadi bahan ejekan teman-temannya karena tubuhnya yang sangat kurus. Selain itu ia juga merasa bahwa hubungan antara dirinya dengan orangtuanya sangat buruk. Krisna merasa dirinya seolah-olah dikucilkan dari pergaulan, ia merasa rendah diri, tidak berguna dan putus asa. Untuk mengataasi permasalahannya, ia mencoba menggunakan putaw, alkohol dan obat penenang. Ternyata obat-obatan tersebut membantunya untuk tenang dan tidur enak pada malam hari. Pada saat ini ia merasa kebingungan karena tidak punya uang dan terancam akan dikeluarkan dari sekolah akibat prestasinya yang buruk serta kecurigaan pihak sekolah akan keterlibatan dirinya dengan NAPZA.