kasbes radioterapi ca nasofaring

Upload: danukamajaya

Post on 25-Feb-2018

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    1/34

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai di antara

    tumor ganas THT di Indonesia, dimana karsinoma nasofaring termasuk dalam lima besar

    tumor ganas dengan frekwensi tertinggi, sedangkan di daerah kepala dan leher menduduki

    tempat pertama1,2 Karsinoma nasofaring adalah keganasan dari lapisan epitel mukosa

    nasofaring. Predileksi utamanya adalah pada fossa rosenmulleri. elain itu keganasan

    nasofaring dapat juga terjadi di dinding atas nasofaring !basis "ranii#, dinding depan

    nasofaring !di pinggir$tepi koanae#, dan di sekitar tuba.1,2 Penanggulangan karsinoma

    nasofaring sampai saat ini masih merupakan suatu problem, hal ini karena etiologi yang

    masih belum pasti, gejala dini yang tidak khas serta letak nasofaring yang tersembunyi,

    sehingga diagnosis sering terlambat.2 Pada stadium dini, radioterapi masih merupakan

    pengobatan pilihan yang dapat diberikan se"ara tunggal dan memberikan angka kesembuhan

    yang "ukup tinggi. Pada stadium lanjut, diperlukan terapi tambahan kemoterapi yang

    dikombinasikan dengan radioterapi.1,2

    Tindakan operasi kurang dapat berperan pada penanganan karsinoma nasofaring.

    Tindakan pembedahan hanya terbatas pada tindakan biopsi tumor primer atau kelenjar getah

    bening regional pada kasus baru, residu atau kekambuhan lokal.2,%

    &adioterapi dalam pengobatan kanker nasofaring diberikan dengan tujuan untuk

    radioterapi kuratif atau paliatif. &adioterapi kuratif diberikan kepada pasien kanker

    nasofaring 'H( 1, 2 dan % yang menunjukkan respon radiasi yang baik pada e)aluasi awal,

    sedangkan radioterapi paliatif diberikan kepada pasien dengan metastasis. Pemantauan

    terhadap pemberian radioterapi harus dilakukan baik selama pelaksanaan radiasi maupun

    setelah radiasi.%

    1.2. TUJUAN

    Pada laporan kasus ini disajikan suatu kasus seorang pria %% tahun dengan karsinoma

    nasofaring. Penyajian kasus ini bertujuan untuk mempelajari lebih dalam tentang pengertian,

    faktor risiko, gejala klinis, penatalaksanaan, dan radioterapi yang digunakan pada pasien

    dengan karsinoma nasofaring.

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    2/34

    1.3 MANFAAT

    Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat membantu mahasiswa kedokteran untuk

    belajar mengenai penatalaksanaan radioterapi pada kasus karsinoma nasofaring.

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    3/34

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Anatom !an H"to#atolog

    *asofaring merupakan suatu ruang atau rongga yang berbentuk kubus yang terletak di

    belakang hidung. &ongga ini sangat sulit untuk dilihat, sehingga dahulu disebut +rongga

    buntu atau rongga tersembunyi. -atasbatas rongga nasofaring, di sebelah depan adalah

    koana !nares posterior#. ebelah atas, yang juga merupakan atap adalah basis "ranii. ebelah

    belakang adalah jaringan mukosa di depan )ertebra ser)ikal. ebelah bawah adalah ismus

    faring dan palatum mole, dan batas lainnya adalah dua sisi lateral. /

    0ambar 2.1 natomi Hidung dan *asofaring Tampak amping

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    4/34

    0ambar 2.2 natomi *asofaring Tampak -elakang

    -angunanbangunan penting yang terdapat di nasofaring adalah31./

    1. denoid atau Tonsila 4ushka

    -angunan ini hanya terdapat pada anakanak usia kurang dari 1% tahun. Pada orang

    dewasa struktur ini telah mengalami regresi.

    1 5osa *asofaring atau 5orniks *asofaring

    truktur ini berupa lekukan ke"il yang merupakan tempat predileksi fibroma nasofaring

    atau angiofibroma nasofaring.

    2 Torus Tubarius

    6erupakan suatu tonjolan tempat muara dari saluran tuba 7usta"hii !ostium tuba#

    % 5osa &osenmulleri

    6erupakan suatu lekuk ke"il yang terletak di sebelah belakang torus tubarius. 4ekuk

    ke"il ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur ke"il yang disebut sulkus salfingo

    faring. 5ossa &osenmulleri merupakan tempat perubahan atau pergantian epitel dari epitel

    kolumnar$kuboid menjadi epitel pipih. Tempat pergantian ini dianggap merupakan

    predileksi terjadinya keganasan nasofaring.

    6ukosa atau selaput lendir nasofaring terdiri dari epitel yang berma"amma"am, yaitu

    epitel kolumnar simpleks bersilia, epitel kolumnar berlapis, epitel kolumnar berlapis bersilia,

    dan epitel kolumnar berlapis semu bersilia. Pada tahun 18/, "kerman dan 9el &egato

    berpendapat bahwa epitel semu berlapis pada nasofaring ke arah mulut akan berubah mejadi

    epitel pipih berlapis. 9emikian juga epitel yang ke arah palatum molle, batasnya akan tajam

    dan jelas sekali. :ang terpenting di sini adalah pendapat umum bahwa asal tumor ganas

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    5/34

    nasofaring itu adalah tempattempat peralihan atau "elah"elah epitel yang masuk ke jaringan

    limfe di bawahnya./

    'alaupun fosa &osenmulleri atau dinding lateral nasofaring merupakan lokasi

    keganasan tersering, tapi kenyataannya keganasan dapat juga terjadi di tempattempat lain di

    nasofaring. Keganasan nasofaring dapat juga terjadi pada31,/

    1. 9inding atas nasofaring atau basis kranii dan tempat di mana terdapat adenoid.

    2. 9i bagian depan nasofaring yaitu terdapat di pinggir atau di luar koana.

    %. 9inding lateral nasofaring mulai dari fosa &osenmulleri sampai dinding faring dan

    palatum molle.

    2.2 E#!emolog

    &as 6ongoloid merupakan faktor dominan timbulnya karsinoma nasofaring, sehingga

    sering terjadi pada penduduk ;ina bagian selatan, Hongkong,

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    6/34

    Keganasan pada umumnya dapat terjadi melalui dua mekanisme yaitu, pertama

    pemendekan waktu siklus sel sehingga akan menghasilkan lebih banyak sel yang diproduksi

    dalam satuan waktu. Kedua, penurunan jumlah kematian sel akibat gangguan pada proses

    apoptosis. 0angguan pada berbagai protoonkogen dan gen penekan tumor !T0s# yang

    menghambat penghentian proses siklus sel. 8,1@

    0ambar 2.% kema Patofisiologi Terjadinya Keganasan 8

    Pada keadaan fisiologis proses pertumbuhan, pembelahan, dan diferensiasi sel diatur oleh

    gen yang disebut protoonkogen yang dapat berubah menjadi onkogen bila mengalami mutasi.

    (nkogen dapat menyebabkan kanker karena memi"u pertumbuhan dan pembelahan sel

    se"ara patologis.8,1@

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    7/34

    2.$ Man%e"ta" Kln"

    0ejala atau manifestasi klinis dari karsinoma nasofaring dapat dibagi menjadi beberapa

    kelompok, yaitu gejala hidung$nasofaring, gejala telinga, gejala tumor di leher, gejala mata

    dan gejala saraf.

    1. 0ejala Hidung$*asofaring

    Harus di"urigai adanya karsinoma nasofaring, bila ada gejalagejala3

    -ila penderita mengalami pilek lama, lebih dari 1 bulan, terutama penderita usia lebih

    dari /@ tahun, sedang pada pemeriksaan hidung terdapat kelainan.

    -ila penderita pilek dan keluar sekret yang kental, berbau busuk, lebihlebih jika

    terdapat titik atau garis perdarahan tanpa kelainan di hidung atau sinus paranasal.

    Pada penderita yang berusia lebih dari /@ tahun, sering keluar darah dari hidung

    !epistaksis# sedangkan pemeriksaan tekanan darah normal dan pemeriksaan hidungtidak ada kelainan.1@

    2. 0ejala Telinga

    0ejala pada telinga umumnya berupa pendengaran yang berkurang, telinga terasa penuh

    seperti terisi air, berdengung atau gemrebeg !tinitus# dan nyeri !otalgia#. 0angguan

    pendengaran yang terjadi biasanya berupa tuli hantaran dan terjadi bila ada perluasan

    tumor atau karsinoma nasofaring ke sekitar tuba, sehingga terjadi sumbatan. 1@

    %. 0ejala Tumor 4eher

    Pembesaran leher atau tumor leher merupakan penyebaran terdekat se"ara limfogen dari

    karsinoma nasofaring. Penyebaran ini bisa terjadi unilateral maupun bilateral. pesifitas

    tumor leher sebagai metastase karsinoma nasofaring adalah letak tumor di ujung

    prosesus mastoid, di belakang angulus mandibula, di dalam muskulus

    sternokleidomastoideus, keras dan tidak mudah bergerak. Ke"urigaan bertambah besar

    bila pada pemeriksaan rongga mulut, lidah, faring, tonsil, hipofaring dan laring tidak

    ditemukan kelainan.1@

    /. 0ejala 6ata

    Penderita akan mengeluh penglihatannya berkurang, namun bila ditanyakan se"ara teliti,

    penderita akan menerangkan bahwa ia melihat sesuatu menjadi dua atau dobel. Belas

    yang dimaksud di sini adalah diplopia. Hal ini terjadi karena kelumpuhan *.

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    8/34

    perluasan tumor mengenai kiasma optikus dan *.II maka penderita dapat mengalami

    kebutaan.1@

    . 0ejala araf

    ebelum terjadi kelumpuhan saraf kranialis biasanya didahului oleh beberapa gejala

    subyektif yang dirasakan sangat menganggu oleh penderita seperti nyeri kepala atau

    kepala terasa berputar, hipoestesia pada daerah pipi dan hidung, dan kadang mengeluh

    sulit menelan !disfagia#. Tidak jarang ditemukan gejala neuralgia trigeminal oleh ahli

    saraf saat belum ada keluhan yang berarti. Proses karsinoma yang lebih lanjut akan

    mengenai *. IF, F, FI, dan FII jika perjalanan melalui foramen jugulare. 0angguan ini

    disebut dengan sindrom Ba"kson. -ila sudah mengenai seluruh saraf kranial disebut

    dengan sindrom unilateral. 9apat pula disertai dengan destruksi tulang tengkorak dan

    bila sudah demikian prognosisnya menjadi buruk.1@

    2.& Kla"%ka"

    Karsinoma nasofaring dapat diklasifikasikan berdasarkan stadium klinis dan gambaran

    radiologisnya. Penentuan stadium karsinoma nasofaring digunakan sistem T*6.1@

    T !Tumor Primer#

    T@ G Tidak tampak tumor

    T1 G Tumor terbatas pada nasofaring

    T2 G Tumor terdapatsampai perluasan hingga parafaring

    T% G Tumor telah sampai ke sinus paranasal

    T/ G Tumor telah men"apai "ranial

    T G Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak lengkap

    * !Pembesaran kelenjar getah bening regional#

    *@ G Tidak ada pembesaran K0-

    *1 G Terdapat pembesaran K0- unilateral

    *2 G Terdapat pembesaran K0- limfonodi "er)i"al dengan ukuran ?"m

    *% G Terdapat pembesaran K0- limfonodi "er)i"al dengan ukuran J?"m

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    9/34

    6 !6etastasis jauh#

    6@ G Tidak ada metastasis jauh

    61 G Terdapat metastasis jauh

    9ari keterangan di atas, karsinoma nasofaring dikelompokkan menjadi / stadium,yaitu3

    a. tadium I 3 T1*@6@

    b. tadium II 3 T1*@6@, T2*@ 6@, T2*1 6@

    ". tadium III 3 T1*2 6@,T2*2 6@,T%*@ 6@, T%*1 6@, T%*2 6@

    d. tadium I< 3 I< T/*@6@atau T/*1 6@, T/*2 6@

    I< - ny T *% 6@

    I< ; ny T ny * 61

    -erdasarkan gambaran histopatologinya, karsinoma nasofaring dibedakan menjadi %

    tipe menurut 'H(.?,1@,11Pembagian ini berdasarkan pemeriksaan dengan mikroskop elektron

    di mana karsinoma nasofaring adalah salah satu )ariasi dari karsinoma epidermoid.

    Pembagian ini mendapat dukungan lebih dari C@A ahli patologi dan tetap dipakai hingga saat

    ini.

    a. Tipe 'H( 1

    Termasuk di sini adalah karsinoma sel skuamosa !K#. Tipe 'H( 1 mempunyai tipe

    pertumbuhan yang jelas pada permukaan mukosa nasofaring, selsel kanker berdiferensiasi

    baik sampai sedang dan menghasilkan "ukup banyak keratin baik di dalam dan di luar sel.

    b. Tipe 'H( 2

    Termasuk di sini adalah karsinoma non keratinisasi !K*K#. Tipe 'H( 2 ini paling

    banyak )ariasinya, sebagian tumor berdiferensiasi sedang dan sebagian sel berdiferensiasi

    baik, sehingga gambaran yang didapatkan menyerupai karsinoma sel transisional.

    ". Tipe 'H( %

    6erupakan karsinoma tanpa diferensiasi !KT9#. 9i sini gambaran selsel kanker

    paling heterogen. Tipe 'H( % ini termasuk di dalamnya yang dahulu disebut dengan

    limfoepitelioma, karsinoma anaplastik, clear cell carcinoma, dan )ariasi spindel.

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    10/34

    2.' Dagno""

    a. namnesis dan Pemeriksaan 5isik 1,?,1@

    da sebuah patokan agar selalu ingat dan "uriga akan adanya nasofaring, seperti di

    bawah ini3

    1# etiap ada tumor di leher, ingatlah selalu adanya karsinoma nasofaring. 4ebihlebih jika

    tumor terletak di bawah prosesus mastoid dan di belakang angulus mandibula.

    2# 9ugaan karsinoma nasofaring akan lebih kuat jika3

    9isertai gejala hidung dan telinga

    9isertai gejala mata dan saraf

    %# 9ugaan karsinoma nasofaring hampir pasti bila ada gejala lengkap

    -ila memakai pedoman yang berpatokan pada tumor leher ini maka kita sudah

    mendapatkan stadium lanjut, sebab tumor leher merupakan perluasan atau metastase tumor

    induk.

    b. Pemeriksaan Penunjang

    1# ;T s"an kepala dan leher

    9engan pemeriksaan ini didapatkan perluasan dan keterlibatan K0-, destruksi

    tulang dan dapat menentukan staging.?,1@,11,12

    2# Pemeriksaan erologi Ig untuk infeksi )irus 7pstein-arr

    Pemeriksaan ini hanya digunakan untuk menentukan prognosis pengobatan karenan

    spesifisitasnya yang rendah. Titer yang didapat berkisar antara D@ hingga 12D@ dan

    terbanyak pada titer [email protected]@

    %# Pemeriksaan Patologi natomi

    Ini merupakan !agno"" #a"t untuk karsinoma nasofaring. -iopsi dapat

    dilakukan dengan 2 "ara, melalui hidung atau mulut. -iopsi melalui hidung dilakukan

    tanpa melihat jelas tumornya !blind biopsy#. ;unam biopsi dimasukkan melalui rongga

    hidung menelusuri konka media ke nasofaring, kemudian "unam diarahkan ke lateral dan

    dilakukan biopsi.

    -iopsi melalui mulut dengan bantuan kateter nelaton yang dimasukkan

    melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan diklem

    bersama dengan ujung kateter yang berada di hidung sehingga palatum molle tertarik ke

    atas. Kemudian dengan ka"a laring dilihat daerah nasofaring. -iopsi dilakukan dengan

    melihat ka"a tersebut atau dengan memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    11/34

    mulut dan massa tumor akan terlihat jelas. -iopsi tumor dilakukan dengan anestesi

    topikal dengan ylo"ain 1@A./,1%

    2.( Penatalak"anaan

    Penatalaksanaan dibedakan berdasarkan stadium kanker tersebut

    tadium I 3 &adiasi

    tadium IIIII 3 Kemoradiasi

    tadium I< dengan limfadenopati berukuran ?"m3 Kemoradiasi

    tadium < dengan limfadenopati berukuran J?"m 3 Kemoterapi dosis penuh dilanjutkan

    kemoradiasi

    Pemilihan terapi kanker banyak faktor yang perlu diperhatikan, antara lain jenis

    kanker, kemosensitifitas dan radiosensitifitas kanker, imunitas tubuh dan kemampuan

    pasien untuk menerima terapi yang diberikan, efek samping terapi yang diberikan. 1/,1

    2.(.1 )a!otera#

    ampai saat ini radioterapi masih memegang peranan penting dalam

    penatalaksanaan K*5. 6odalitas utama untuk K*5 adalah radioterapi dengan atau

    tanpa kemoterapi. 1 &adioterapi adalah metode pengobatan penyakit maligna dengan

    menggunakan sinar pengion, bertujuan untuk mematikan selsel tumor sebanyak

    mungkin dan memelihara jaringan sehat disekitar tumor agar tidak menderita

    kerusakan terlalu berat. Karsinoma nasofaring bersifat radioresponsif sehingga

    radioterapi tetap merupakan terapi terpenting. Bumlah radiasi untuk keberhasilan

    melakukan radioterapi adalah .@@@ sampai C.@@@ "0y.

    9osis radiasi pada limfonodi leher tergantung pada ukuran sebelum

    kemoterapi diberikan. Pada limfonodi yang tidak teraba diberikan radiasi sebesar

    @@@ "0y, 2 "m diberikan ??@@ "0y, antara 2/ "m diberikan C@@@ "0y dan bila

    lebih dari / "m diberikan dosis C%D@ "0y, diberikan dalam /1 fraksi , minggu. 11,12

    Hasil pengobatan yang dinyatakan dalam angka respons terhadap penyinaran sangat

    tergantung pada stadium tumor. 6akin lanjut stadium tumor, makin berkurang

    responsnya. =ntuk stadium I dan II, diperoleh respons komplit D@A 1@@A dengan

    terapi radiasi. edangkan stadium III dan I

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    12/34

    etelah diberikan radiasi, maka dilakukan e)aluasi berupa respon terhadap

    radiasi. &espon dinilai dari penge"ilan tumor primer di nasofaring. Penilaian respon

    radiasi berdasarkan kriteria 'H(,1

    ;omplete &esponse3 menghilangnya seluruh kelenjar getah bening yang besar.

    Partial &esponse 3 penge"ilan kelenjar getah bening sampai @A atau lebih.

    *o ;hange 3 ukuran kelenjar getah bening yang menetap.

    Progressi)e 9isease 3 ukuran kelenjar getah bening membesar 2A atau lebih

    2.(.1.1 Kom#lka" )a!otera#

    Komplikasi radioterapi dapat berupaD,3

    1. Komplikasi dini

    -iasanya terjadi selama atau beberapa minggu setelah radioterapi, seperti 3

    Ferostomia 6ualmuntah 6ukositis E noreksi

    9ermatitis

    Hiperpigmentasi

    7ritema

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    13/34

    2. Komplikasi lanjut

    -iasanya terjadi setelah 1 tahun pemberian radioterapi, seperti 3

    Telangie"tasis pada kulit

    5ibrosis pada paru dan saluran "erna

    nemia aplastik pada sistem hemopoetik

    6yelitis

    Kontraktur

    0angguan pertumbuhan

    2.(.1.2 Progno""

    Prognosis diperburuk oleh beberapa faktor seperti3C

    o tadium yang lebih lanjut.

    o =sia lebih dari /@ tahun

    o 4akilaki dari pada perempuan

    o &as ;ina dari pada ras kulit putih

    o danya pembesaran kelenjar lehero danya kelumpuhan saraf otak dan adanya kerusakan tulang tengkorak

    o danya metastasis jauh.

    ngka ketahanan hidup penderita K*5 dipengaruhi beberapa faktor

    diantaranya yang terpenting adalah stadium penyakit. Pasien K*5 stadium IIIIing $

    Bantung 3

    Inspeksi3 Iktus "ordis tak tampak

    Palpasi 3 Iktus kordis teraba di spatium interkosta

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    20/34

    I. PEME)IKSAAN PENUNJAN

    1. Laorator+m

    a. 9arah rutin !1D Buni 2@1#

    Hb 3 1%,8 gr$dl

    4ekosit 3 .D@@$mmN

    Trombosit 3 2C.@@@$mmN

    b. 09 3 8/ mg$dl

    ". Kimia klinik

    =reum 3 2D mg$dl

    ;reatinin 3 1,2D mg$dl

    0(T 3 2?

    0PT 3 2D

    *aM 3 1/@ mmol$4

    KM 3 %,8 mmol$4

    ;l

    3 1@C mmol$4;a2M 3 %,2C mmol$4

    2. Laorator+m Patolog Anatom !2/ (KT(-7& 2@1/ #

    Keterangan Klinik 3

    9iterima sedian biopsi, laki E laki usia %% tahun, dengan diagnosis 4imfadenopati "olli

    kanan "uriga K*5

    6akroskopik 3

    1 potong jaringan ukuran @,? @,/ @,2, warna putih, kenyal

    6ikroskopik 3

    Potongan jaringan nasofaring dilapisi epitel sLuamous komplek. troma jaringan ikat

    sembab hiperemis bersebukan limfosit, histiosit, dan leukosit P6*, mengandung sel E

    sel epitel ganas, bentuk inti bulat o)al, pleimorfik keras, hiperkormatik, kromatin kasar,

    nukleoli prominent, miosis abnormal mudah ditemukan dengan batas antar sel sudah

    tidak jelas.

    Kesimpulan

    =ndifferentiated ;arsinoma3. Pemerk"aan )a!olog"

    a. -T "an na"o%arng 4 le5er tan#a kontra" 26 A#rl

    271&

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    21/34

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    22/34

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    23/34

    -T "an na"o%arng 4 le5er !engan kontra" 26 A#rl 271&

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    24/34

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    25/34

    . -T "an na"o%arng 4 le5er tan#a kontra" 18 J+n 271&

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    26/34

    -T "an na"o%arng 4 le5er tan#a kontra" 18 J+n 271&

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    27/34

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    28/34

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    29/34

    Tak tampak destruksi tulang

    Tampak limfonodi sub"entimeter pada le)el I, II regio "olli kanan

    Ke"ano 6asih tampak penebalan mukosa pada nasopharingeal spa"e kanan dan

    retropharingeal spa"e kanan dan retropharingeal kanan.

    o udah tak tampak penebalan pada retroparingeal kanan

    o Hipertrofi "on"ha nasi inferior kanan kiri

    . DIAN/SIS SEMENTA)AKarsinoma *asofaring 'H( Tipe III T2*@6@

    I. TE)API

    Pasien telah mendapat kemoterapi sebanyak ? kali dan eksternal radiasi sebanyak 2C

    kali

    ekarang pasien menjalani program -ra"hioterapi ke ? pada tanggal D juli 2@1

    9iet "air II

    Profonid supp !re"tal# I pagi sebelum ke radioterapi

    II. EKSTE)NAL )ADIASI

    Total dosis 3 ??@@ 0y

    9osis 3 2@@ "0y$ 1 5raksi

    4apangan radiasi 3 4aterolateral perbandingan kanan dan kiri3 ?@3/@

    upra"la) @@@ "0y

    -lok 6 /@@@ "0y

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    30/34

    III. -ra"hiterapi

    -ra"hiterapi dilakukan dengan dosis ? % 0y mulai tanggal D E 1@ Buli 2@1

    9ilakukan 2 kali sehari dengan selang waktu ? jam.

    o 5oto tindakan bra"hiterapi

    PEMBAHASAN

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    31/34

    eorang pria %/ tahun dengan keluhan sering mengeluh mengalami hidung tersumbat

    sejak 1 tahun yang lalu, 1@ bulan yang lalu penderita merasa telinga berdenging, mun"ul

    benjolan di leher kanan sebesar bola pingpong ,warna sama dengan kulit leher, tidak nyeri,

    tapi tenggorokan sakit saat menelan, mimisan. Pasien ini memiliki riwayat merokok selama

    M 1@ tahun, dalam sehari pasien dapat menghabiskan M 1 bungkus rokok. Penderita -ulan Buli

    2@1/ Penderita memeriksakan diri ke &= Pati dan disana dilakukan pemeriksaan dan biopsi

    pada benjolan. -ulan (ktober 2@1/ penderita membawa hasil biopsi nya ke &=P dr.

    Kariadi emarang. (leh dr spesialis THT diberi obat, dan dilakukan pemeriksaan lab dan

    dikatakan menderita kanker nasofaring, penderita disarankan untuk dilakukan kemoterapi dan

    penyinaran. aat ini, penderita sudah dilakukan 2 7ksteranal radiasi, dan pas"a bra"hiterapi

    ke ?, keluhan benjolan di leher dirasa berkurang, keluhan hidung mampet berkurang, dan

    tidak ditemukan lagi adanya mimisan, nyeri kepala, melihat dobel, telinga gemrebeg, mual,

    muntah, sariawan, dan buang air besar juga tidak ada keluhan.

    Pada ;t "an sebelum dilakukan eksternal radiasi !2D pril 2@1# didapatkan tampak

    penebalan mukosa pada nasopharyngeal spa"e kanan, retropharyngeal spa"e kanan,

    parafaring kanan. Pas"a pemberian kontras intra)ena tampak en"han"ement., de)iasi septum

    kiri, hipertrofi "on"ha inferior kanan. etelah dilakukan eternal radiasi sebanyak 2C kali

    didapatkan dilakukan ;ts"an kembali !2C juni 2@1#. Pasien memberikan respon parsial

    karena masih tampak penebalan mukosa pada nasopharingeal spa"e kanan dan paraparingeal

    spa"e kanan, sudah tak tampak penebalan pada retropharingeal spa"e kanan paska injeksi

    kontras tampak en"han"ement. Torus tubarius kanan kiri tampak normal, dan fossa

    rosenmuller kanan kiri sudah terbuka, tampak limfonodi sub"entimeter pada le)el I,II, regio

    "olli kanan. Kemudian dilakukan 7ksternal radiasi sebanyak 2C kali pasien mendapat booster

    yaitu dengan bra"hioterapi sebanyak ?. Pasien diberikan booster bra"hiterapi karena masih

    dijumpai residu pada tumor primer setelah pemberian radiasi eksterna.18

    etelah dilakukan sinar pasien mengeluh tenggorokan kering, susah untuk menelan itu

    diakibatkan karena efek samping dari penyinaran. 7fek samping ini terjadi karena kelenjar E

    kelenjar ludah yang menghasilkan sali)a, seperti parotis menerima dosis radiasi sebanyak

    dosis radiasi eksterna yang diterima oleh nasofaring.18

    Pada pasien ini diberikan terapi definitif eksternal radiasi total dosis ??@@ "0y dosis

    sekali pemberian 2@@ "0y$fraksi, dengan lapangan radiasi laterolateral lebih diarahkan pada

    tumor sebelah kanan, perbandingan kanan dan kiri ?@3/@.

    BAB &

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    32/34

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    33/34

    1. &amsi 4utan, dkk. Tinjauan tumor ganas nasofaring di poliklinik THT &.9r. Pirngadi

    6edan tahun 18C@18C8. Kumpulan naskah ilmiah Kongres *asional

  • 7/25/2019 Kasbes Radioterapi CA Nasofaring

    34/34

    2@. *an"y &.T. 7pstein -arr