kas dan setara kas

97
LAPORAN KERJA PROFESI MAHASISWA (KPM) PROSEDUR PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS PADA KAP TASNIM ALI WIDJANARKO DAN REKAN CABANG DENPASAR, BALI Oleh: I Nyoman Sutapa NIM: 0915351113

Upload: sutapa-nym

Post on 26-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

penelitian diskriptif mengenai kas dan setara kas.

TRANSCRIPT

Page 1: Kas Dan Setara Kas

LAPORAN KERJA PROFESI MAHASISWA (KPM)

PROSEDUR PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS PADA KAP TASNIM ALI WIDJANARKO DAN REKAN CABANG

DENPASAR, BALI

Oleh:

I Nyoman Sutapa

NIM: 0915351113

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2012

Page 2: Kas Dan Setara Kas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan entitas bisnis pada masa sekarang ini semakin kompleks.

Kekomplekan tersebut terlihat dari transaksi yang semakin luas serta transparansi

dalam pelaksanaan bisnis itu sendiri. Banyak pihak yang memerlukan informasi

akuntansi, terutama atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Hal

ini menuntut munculnya perusahaan untuk mampu menghasilkan laporan

keuangan yang dapat dipercaya oleh pihak pengguna laporan keuangan tersebut.

Seperti para investor yang menginginkan informasi akuntansi yang tinggi tingkat

keandalannya.

Laporan keuangan yang disampaikan manajemen tidak sepenuhnya dapat

dipercaya oleh para pengguna informasi. Hal tersebut disebabkan karena mereka

menginginkan laporan keuangan berisi sebanyak mungkin informasi yang relevan

dengan pengungkapan yang memadai. Di samping itu, Teori Keagenan (Agency

Theory) menyebutkan bahwa manajemen sebagai agen berusaha memaksimumkan

kesejahteraannya melalui kompensasi manajemen dengan berbagai upaya,

sedangkan pemilik sebagai prinsipal berusaha memaksimumkan kesejahteraannya

melalui pembagian dividen dan meningkatkan nilai perusahaannya dengan upaya

meminimalkan biaya modal, biaya investasi, dan risiko bisnis (Brigham dan

Houston, 2009:30). Perbedaan dua kepentingan ini sering menimbulkan konflik

kepentingan (agency conflicts). Untuk mengatasi konflik tersebut dan guna

memperoleh keyakinan atas laporan keuangan yang disajikan, maka perusahaan

1

Page 3: Kas Dan Setara Kas

2

mulai membutuhkan jasa audit untuk mengatasi asimetri informasi yang terjadi.

Jasa audit dapat diberikan oleh akuntan publik atau kantor akuntan publik.

Auditor sebagai pihak ketiga yang independen dan profesional diperlukan

untuk menilai kewajaran informasi keuangan yang terkandung di dalam laporan

keuangan yang disajikan manajemen, sehingga laporan keuangan lebih dapat

dipercaya dan diandalkan. Pengguna informasi laporan keuangan dapat

mempertimbangkan pendapat auditor sebelum menggunakan informasi tersebut

sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi, seperti pemberian kredit

atau pinjaman, investasi, merjer, dan akuisisi.

Auditor terlebih dahulu akan melaksanakan pemeriksaan atau proses audit

sebelum memberiikan pendapatnya. Proses audit terdiri dari beberapa tahapan

yang tersusun secara sistematis, dimulai dari tahap perencanaan audit, pekerjaan

lapangan, hingga dihasilkannya suatu laporan audit yang akan disampaikan

kepada pihak manajemen perusahaan. Dalam suatu proses audit, perencanaan

audit merupakan tahap yang cukup sulit dan menentukan keberhasilan pengujian

audit (Jusup, 2001:170). Informasi arus kas suatu perusahaan berguna bagi para

pengguna laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan kas dan serta setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan

untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan

ekonomi, para pengguna perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya.

Untuk itu perlu dilakukannya audit atas arus kas dan setara kas.

Page 4: Kas Dan Setara Kas

3

Kas didefinisikan sebagai alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan

untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Kas dan setara kas menurut PSAK

No.2 (IAI:2009 :22) ”Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro.

Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat liquid,

berjangka pendek dan dengan cepat dapat dijadikan sebagai kas dalam jumlah

tertentu tanpa menghadapai risiko perubahan nilai yang signifikan”.

Mengingat saldo kas yang sangat likuid perlu adanya prosedur pemeriksaan

audit yang benar agar pemeriksaan audit atas kas dan setara kas memperoleh

jaminan mengenai validitas saldo kas, apakah terdapat internal control yang

cukup baik atas kas dan setara kas dan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas

dan Bank, Memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di neraca per

tanggal neraca benar-benar ada dan dimiliki perusahaan, Untuk memeriksa apakah

ada pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan setara kas Adanya pembatasan

penggunaan saldo kas/setara kas, Untuk memeriksa, seandainya ada saldo kas dan

setara kas dalam valuta asing, apakah saldo tersebut dikonversikan kedalam

rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca dan apakah

selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan ke Laba Rugi tahun

berjalan, Untuk memeriksa apakah penyajian di Neraca sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi pokok

permasalahan dalam laporan ini adalah “bagaimana prosedur audit kas dan setara

kas yang diterapkan oleh KAP Tasnim Ali Widjanarko & Rekan?

Page 5: Kas Dan Setara Kas

4

1.2 Tujuan dan Kegunaan

1.2.1 Tujuan Laporan

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan laporan ini adalah untuk

mengetahui dan memahami bagaimana prosedur pemeriksaan kas dan setara kas

yang diterapkan oleh KAP Tasnim Ali Widjanarko & Rekan cabang Denpasar,

Bali.

1.2.2 Kegunaan Laporan

Laporan ini diharapkan memberiikan manfaat di antaranya sebagai berikut:

1) Bagi khasanah ilmu pengetahuan

Hasil laporan ini diharapkan dapat memberiikan informasi ilmu

pengetahuan tentang bagaimana prosedur pemeriksaan kas dan setara kas

yang diterapkan oleh KAP Tasnim Ali Widjanarko & Rekan cabang

Denpasar, Bali. Selain itu diharapkan dapat menambah studi kepustakaan

khususnya mengenai pengujian sistem pengendalian intern, serta dapat

digunakan sebagai bahan perbandingan dalam penyusunan laporan sejenis.

2) Bagi KAP Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan Cabang Denpasar, Bali

Penulisan laporan ini diharapkan dapat memberiikan sumbangan dalam

mengambil kebijakan atas prosedur pemeriksaan kas dan setara kas yang

diterapkan oleh KAP Tasnim Ali Widjanarko & Rekan cabang Denpasar,

Bali kedepannya.

3) Bagi mahasiswa

Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pemahaman mengenai penerapan pengujian prosedur pemeriksaan kas dan

Page 6: Kas Dan Setara Kas

5

setara kas yang diterapkan oleh KAP dan Hasil laporan ini nantinya

diharapkan dapat dijadikan referensi dan menambah ilmu pengetahuan

mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan Akuntansi, yaitu dengan melihat

apakah teori yang diterima dalam perkuliahan sesuai dengan praktik yang

terjadi di perusahaan atau lapangan kerja. Selain itu laporan ini dibuat untuk

memenuhi penugasan Kerja Profesi Mahasiswa (KPM) sebagai syarat dalam

penyusunan skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

1.3 Metode Penelitian

1.3.1 Lokasi KPM

Lokasi pelaksanaan Kerja Profesi Mahasiswa KPM bertempat di Kantor

Akuntan Publik Tasnim Ali Widjanarko & Rekan Cabang Denpasar, Bali yang

beralamat di Jalan Kepundung No.12 Gedung Hiswana Migas Lantai 1 Denpasar,

Bali.

1.3.2 Waktu pelaksanaan Kerja Profesi Mahasiswa

Pelaksanaan Kerja Profesi Mahasiswa (KPM) berlangsung dari tanggal 3

september 2012 sampai dengan 3 nopember 2012. Hari kerja adalah Senin sampai

dengan Jumat, dengan jam kerja 08.00 WITA sampai dengan 17.00 WITA,

sedangkan Hari Sabtu dengan jam kerja pukul 08.00 WITA sampai dengan pukul

14.00 WITA.

Page 7: Kas Dan Setara Kas

6

1.3.2 Objek laporan

Objek yang diteliti dalam laporan ini adalah prosedur pemeriksaan kas dan

setara kas yang diterapkan oleh KAP Tasnim Ali Widjanarko & Rekan cabang

Denpasar, Bali

1.3.3 Jenis data

Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan

gambar (Rahyuda, dkk., 2004:18). Data kualitatif yang digunakan dalam

penelitian ini berupa penjelasan tentang sejarah, gambaran umum, struktur

organisasi Kantor Akuntan Publik Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan Cabang

Denpasar, Bali.

1.3.4 Sumber data

1) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian

dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung

pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Sugiyono, 2008:193).

Data primer yang digunakan dalam laporan ini adalah data yang diperoleh

dari hasil wawancara dengan auditor dan staf pada Kantor Akuntan Publik

Tasnim Ali Widjanarko & Rekan saat kerja profesi mahasiswa (KPM) seperti

data mengenai prosedur pemeriksaan kas dan setara kas yang diterapkan oleh

KAP Tasnim Ali Widjanarko & Rekan cabang Denpasar, Bali

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain (ketiga), tidak

langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Sugiyono,

Page 8: Kas Dan Setara Kas

7

2008:193). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku

Pedoman Audit Kantor Akuntan Publik Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan

Cabang Denpasar Bali, struktur organisasi dan gambaran umum KAP

Tasnim Ali Widjanarko & Rekan Cabang Denpasar, Bali.

1.3.5 Metode pengumpulan data

1) Wawancara

Wawancara yaitu metode tanya jawab yang digunakan apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2008).

Tanya jawab dilakukan langsung dengan auditor yang bekerja pada Kantor

Akuntan Publik Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan Cabang Denpasar, Bali.

Wawancara dilakukan berkenaan dengan penjelasan dari prosedur

pemeriksaan kas dan setara kas yang diterapkan oleh KAP Tasnim Ali

Widjanarko & Rekan cabang Denpasar, Bali

2) Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data dengan melaksanakan pengamatan

langsung pada objek yang digunakan sebagai dasar penulisan (Sugiyono,

2008). Observasi dilakukan dengan mempelajari prosedur pemeriksaan kas

dan setara kas yang terdapat dalam buku Pedoman Audit Kantor Akuntan

Publik Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan Cabang Denpasar, dan

pengamatan langsung terhadap pelaksanaan penerapan pengendalian intern

pada saat melaksanakan jasa audit.

Page 9: Kas Dan Setara Kas

8

3) Metode Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara mengumpulkan data dengan melihat

dokumen atau arsip-arsip yang ada di perusahaan yang berhubungan dengan

penulisan laporan.

1.3.6 Teknik analisis data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis data deskriptif

komparatif, yaitu data yang diperoleh dideskripsikan sedemikian rupa dan

dibandingkan dengan teori yang ada (Rahyuda, dkk., 2004:16). Dalam laporan ini,

data yang dideskripsikan berupa prosedur pemeriksaan kas dan setara kas pada

kap tasnim ali widjanarko dan rekan cabang denpasar, bali dan kemudian akan

dibandingkan dengan teori pada literatur-literatur yang termuat dalam landasan

teori.

1.4 Sistematika Penyajian

Penulisan laporan ini terdiri dari empat bab yang disusun berurutan secara

sistematis sehingga antara satu bab dengan bab lainnya saling berhubungan.

Adapun sistematika penyajian dalam laporan ini adalah sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan

Bab I menguraikan tentang latar belakang, pokok permasalahan, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, yang terdiri dari

lokasi kerja profesi mahasiswa, objek penelitian, identifikasi variabel

penelitian, definisi operasional variabel, jenis data, sumber data, metode

Page 10: Kas Dan Setara Kas

9

pengumpulan data, teknik analisis data, waktu kerja profesi mahasiswa,

serta sistematika penyajian.

BAB II Tinjauan Teoritis

Bab II menguraikan beberapa landasan teori yang dipergunakan penulis

sebagai acuan dalam pembahasan masalah. BAB II berisi sub bab :

pengertian auditing, jenis audit, standar audit, kantor akuntan publik

(KAP), tahapan audit atas laporan keuangan, tahap perencanaan audit

dan Pengertian kas dan setara kas yang menguraikan landasan teori

mengenai pengertian pengujian substantif atas saldo kas dan setara kas.

BAB III Pembahasan

Bab III membahas mengenai gambaran umum KAP Tasnim Ali

Widjanarko & Rekan cabang Denpasar, Bali meliputi : sejarah singkat

berdirinya KAP Tasnim Ali Widjanarko & Rekan, struktur organisasi,

aktivitas KAP Tasnim Ali Widjanarko & Rekan, dan deskripsi kegiatan

selama Kerja Profesi Mahasiswa di KAP Tasnim Ali Widjanarko &

Rekan, Pembahasan prosedur pemeriksaan kas dan setara kas yang

diterapkan oleh KAP Tasnim Ali Widjanarko & Rekan cabang

Denpasar, Bali.

BAB IV Penutup

Bab IV berisi kesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis dari

pembahasan masalah dan berbagai saran dari penulis kepada KAP

Tasnim Ali Widjanarko & Rekan cabang Denpasar, Bali.

Page 11: Kas Dan Setara Kas

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Auditing

ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) dalam Halim (2003:1)

mendefinisikan auditing sebagai suatu proses sistematis untuk menghimpun dan

mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai

tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara

asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan

hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan. Agoes (2000:1) menyatakan

auditing adalah pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh

pihak independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun manajemen

beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan

untuk dapat memberiikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

tersebut.

H. S. Munawir (1999:4), auditing adalah proses yang sistematis, yang

merupakan rangkaian langkah atau prosedur yang logis, berkerangka dan

terorganisasi dalam memeriksa dasar-dasar pernyataan, mengevaluasinya secara

bijaksana, secara independen, untuk menyatakan pendapatnya mengenai

kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang sudah ditetapkan dan

menyampaikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut

Mulyadi (2002:9), secara umum auditing adalah suatu proses sistematis untuk

memperoleh dan mengevaluasi secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan

tentang kegiatan dan kejadian ekonomi. Tujuannya adalah untuk menetapkan

10

Page 12: Kas Dan Setara Kas

11

tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang

telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang

berkepentingan.

Definisi auditing secara umum memiliki unsur-unsur penting berikut (Halim,

2003:1).

1) Proses yang sistematis

Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang bersifat logis,

terstruktur, dan terorganisir.

2) Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif

Hal ini berarti bahwa proses sistematis yang dilakukan tersebut merupakan

proses untuk menghimpun bukti-bukti yang mendasari asersi-asersi yang

dibuat oleh individu maupun entitas. Auditor kemudian mengevaluasi bukti-

bukti yang diperoleh tersebut, baik pada saat penghimpunan maupun saat

pengevaluasian bukti, auditor harus objektif.

3) Asersi-asersi mengenai berbagai tindakan dan kejadian ekonomi

Asersi merupakan suatu pernyataan, atau suatu rangkaian pernyataan secara

keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab atas pernyataan tersebut.

Untuk audit laporan keuangan historis, asersi merupakan pernyataan

manajemen melalui laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum.

4) Menentukan tingkat kesesuaian

Hal ini berarti penghimpunan dan pengevaluasian bukti-bukti dimaksudkan

untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai tidaknya asersi-asersi tersebut

Page 13: Kas Dan Setara Kas

12

dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian tersebut dapat

diekspresikan dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif.

5) Kriteria yang ditentukan

Kriteria yang ditentukan merupakan standar-standar pengukur untuk

mempertimbangkan asersi-asersi atau representasi-representasi. Kriteria

tersebut dapat berupa prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau

Standar Akuntansi Keuangan (SAK), aturan-aturan spesifik yang ditentukan

oleh badan legislatif atau pihak lainnya, anggaran atau ukuran lain kinerja

manajemen.

6) Menyampaikan hasil-hasilnya

Hal ini berarti hasil-hasil audit dikomunikasikan melalui laporan tertulis

yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi dan kriteria

yang telah ditentukan.

7) Para pemakai yang berkepentingan

Para pemakai yang berkepentingan merupakan para pengambil keputusan

yang menggunakan dan mengandalkan temuan-temuan yang diinformasikan

melalui laporan audit dan laporan lainnya. Para pemakai tersebut meliputi

investor maupun calon investor di pasar modal, pemegang saham, kreditor

maupun calon kreditor, badan pemerintahan, manajemen dan publik pada

umumnya.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu

proses sistematik yang dilakukan oleh pihak yang independen untuk menghimpun

dan mengevaluasi bukti-bukti audit. Tujuannya adalah untuk membandingkan

Page 14: Kas Dan Setara Kas

13

pernyataan-pernyataan kegiatan dan kejadian ekonomi yang terjadi dengan

kriteria yang telah ditentukan yang diakhiri dengan memberiikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut

2.2 Jenis Audit

Menurut Kell dan Boyton dalam Halim (2003:5), audit dapat diklasifikasikan

berdasar tujuan dilaksanakannya audit. Dalam hal ini, tipe audit terbagi dalam tiga

kategori, yaitu:

1) Audit Laporan Keuangan (financial statement audit)

Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti

mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberiikan

manfaat apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai

kriteria yang telah ditentukan, yaitu prinsip akuntansi yang berlaku umum

(PABU). Jadi, ukuran kesesuaian audit laporan keuangan adalah kewajaran

(fairness). Audit laporan keuangan ini dilakukan oleh eksternal auditor atas

permintaan klien. Hasil audit akan disajikan dalam bentuk tertulis yang

disebut laporan auditor independen.

2) Audit Kepatuhan (compliance test)

Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti dan

tujuan untuk menentukan apakah kegiatan finansial maupun operasi tertentu

dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan, dan regulasi

yang telah ditentukan. Kriteria yang ditentukan tersebut dapat berasal dari

berbagai sumber, seperti manajemen, kreditur, maupun lembaga pemerintah.

Ukuran kesesuaian audit kepatuhan adalah ketepatan (correctness) misalnya

Page 15: Kas Dan Setara Kas

14

ketepatan SPT Tahunan dengan Undang-undang Pajak Penghasilan. Hasil

audit kepatuhan tersebut biasanya disampaikan kepada pihak yang

menentukan kriteria tersebut.

3) Audit Operasional (operational audit)

Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti

mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya dengan

pencapaian efisiensi, efektivitas, maupun kehematan (ekonomis)

operasional. Efisiensi adalah perbandingan antara masukan dengan

keluaran, sedangkan efektivitas adalah perbandingan antara keluaran dengan

target yang telah ditetapkan. Dengan demikian yang menjadi tolok ukur atau

kriteria dalam audit operasional adalah rencana, anggaran, dan standar biaya

atau kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sedangkan berdasarkan kelompok atau pelaksana audit, audit dibagi 4 jenis

yaitu Agoes (2004):

1) Auditor Ekstern

Auditor ekstern/independent bekerja untuk kantor akuntan publik yang

statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya

auditorekstern menghasilkan laporan atas financial audit.

2) Auditor Intern

Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit. Laporan audit

manajemen umumnya berguna bagi manajemen perusahaan yang diaudit.

Oleh karena itu tugas internal auditor biasanya adalah audit manajemen

yang termasuk jenis compliance audit.

Page 16: Kas Dan Setara Kas

15

3) Auditor Pajak

Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan wajib pajak yang

diaudit terhadap undang-undang perpajakan yang berlaku.

4) Auditor Pemerintah

Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi keuangan yang

disusun oleh instansi pemerintahan. Disamping itu audit juga dilakukan untuk

menilai efisiensi, efektifitas dan ekonomisasi operasi program dan penggunaan

barang milik pemerintah. Dan sering juga audit atas ketaatan pada peraturan yang

dikeluarkan pemerintah. Audit yangdilaksanakan oleh pemerintahan dapat

dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau Badan Pemeriksa

Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

2.3 Standar Audit

Pernyataan Standar Audit (PSA) No. 01 (SA Seksi 150) dalam Standar

Profesional Akuntan Publik (Ikatan Akuntan Indonesia, 2001) menyatakan bahwa

standar auditing terbagi menjadi tiga.

1) Standar Umum

(1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

Dalam melaksanakan audit sampai pada suatu pernyataan pendapat,

auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang

akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai

dari pendidikan formal ditambah dengan pengalaman-pengalaman

Page 17: Kas Dan Setara Kas

16

dalam praktik audit dan menjalani pelatihan teknis yang cukup. Asisten

junior yang baru masuk dalam karir auditing harus memperoleh

pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervisi yang

memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya yang lebih

berpengalaman.

(2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi

dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

Standar ini mengharuskan seorang auditor bersikap independen, yang

artinya seorang auditor tidak mudah dipengaruhi, karena pekerjaannya

untuk kepentingan umum. Kepercayaan masyarakat umum atas

independensi sikap auditor independen sangat penting bagi

perkembangan profesi akuntan publik. Untuk menjadi independen,

seorang auditor harus secara intelektual jujur. Profesi akuntan publik

telah menetapkan dalam Kode Etik Akuntan Indonesia, agar anggota

profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi independensi dari

masyarakat. Independensi secara intrinsik merupakan masalah mutu

pribadi, bukan merupakan suatu aturan yang dirumuskan untuk dapat

diuji secara objektif

(3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kamahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama

menekankan tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam

organisasi auditor. Selain itu juga menyangkut apa yang dikerjakan

Page 18: Kas Dan Setara Kas

17

auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaannya tersebut. Seorang

auditor harus memiliki “tingkat keterampilan yang umumnya dimiliki”

oleh auditor pada umumnya dan harus menggunakan keterampilan

tersebut dengan “kecermatan dan keseksamaan yang wajar”. Untuk itu,

auditor dituntut untuk memiliki skeptisme profesional dan keyakinan

yang memadai dalam mengevaluasi bukti audit.

2) Standar Pekerjaan Lapangan

(1) Perencanaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus disupervisi dengan semestinya.

Poin ini menjelaskan bahwa, penunjukan auditor independen secara dini

akan memberiikan banyak manfaat bagi auditor maupun klien.

Penunjukan secara dini memungkinkan auditor merencanakan

pekerjaannya sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut dapat

dilaksanakan dengan cepat dan efisien serta dapat menentukan seberapa

jauh pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sebelum tanggal neraca.

(2) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus

diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan

lingkup pengujian yang akan dilakukan.

Untuk semua auditor harus memperoleh pemahaman tentang

pengendalian internal yang memadai untuk merencanakan audit dengan

melaksanakan prosedur untuk memahami desain pengendalian yang

relevan dengan audit atas laporan keuangan, dan apakah pengendalian

interen tersebut dioperasikan. Setelah memperoleh pemahaman

Page 19: Kas Dan Setara Kas

18

tersebut, auditor menaksir resiko pengendalian untuk asersi yang

terdapat dalam saldo akun, golongan transaksi, dan komponen

pengungkapan dalam laporan keuangan. Kemudian, auditor dapat

mencari pengurangan lebih lanjut resiko pengendalian taksiran untuk

asersi tertentu.

(3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

pengamatan, pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai

untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka

memberiikan pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk

mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Bukti audit sangat

bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor

independen dalam rangka memberiikan pendapat atas laporan keuangan

auditan. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti

lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap

kompetensi bukti.

3) Standar Pelaporan

(1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia.

Standar pelaporan pertama ini tidak mengharuskan untuk menyatakan

tentang fakta (statement of fact), namun standar tersebut mengharuskan

auditor untuk menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan

Page 20: Kas Dan Setara Kas

19

keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi tersebut.

Prinsip akuntansi berlaku umum atau “generally accepted accounting

principles” mencakup konvensi, aturan dan prosedur yang diperlukan

untuk membatasi praktik akuntansi yang berlaku umum diwilayah

tertentu dan pada waktu tertentu.

(2) Laporan audit harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,

ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan

laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan

prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

Standar ini juga disebut dengan standar konsistensi. Standar konsistensi

menuntut auditor independen untuk memahami hubungan antara

konsistensi dengan daya banding laporan keuangan. Kurangnya

konsistensi penerapan prinsip akuntansi dapat menyebabkan kurangnya

daya banding laporan keuangan. Standar ini bertujuan untuk

memberiikan jaminan bahwa jika daya banding laporan keuangan

diantara kedua periode dipengaruhi secara material oleh perubahan

prinsip akuntansi, auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut

dalam laporannya. Caranya, dengan menambahkan paragraf penjelasn

yang disajikan setelah paragraf pendapat.

(3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku

umum di Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan informatif

Page 21: Kas Dan Setara Kas

20

yang memadai atas hal-hal material, diantaranya bentuk, susunan, dan

isi laporan keuangan serta catatan atas laporan keuangan. Auditor harus

selalu mempertimbangkan apakah masih terdapat hal-hal tertentu yang

harus diungkapkan sehubungan dengan keadaan dan fakta yang

diketahuinya pada saat audit.

(4) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa

pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara

keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan nama laporan keuangan,

maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat

pelaksanaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung

jawab yang dipikul oleh auditor.

Tujuan standar pelaporan ini adalah untuk mencegah salah tafsir

tentang tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila namanya

dikaitkan dengan laporan keuangan. Seorang akuntan dikaitkan dengan

laporan keungan jika ia mengizinkan namanya dalam suatu laporan,

dokumen, atau komunikasi tertulis yang berisi laporan tersebut. Bila

seorang akuntan menyerahkan kepada kliennya atau pihak lain suatu

laporan keuangan yang disusunnya atau dibantu penyusunannya, maka

ia juga dianggap berkaitan dengan laporan keuangan tersebut, meskipun

ia tak mencantumkan namanya dalam laporan tersebut.

Page 22: Kas Dan Setara Kas

21

2.4 Kantor Akuntan Publik (KAP)

Menurut SK. Menkeu No. 43/KMK.017/1997 tertanggal 27 Januari 1997

sebagaimana diubah dengan SK. Menkeu No. 470/KMK.017/1999 tertanggal 4

Oktober 1999 (Jusup, 2001:19), kantor akuntan publik (KAP) adalah lembaga

yang memiliki ijin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik

dalam menjalankan pekerjaannya. Sedangkan Standar Profesional Akuntan Publik

(Ikatan Akuntan Indonesia, 2001) bagian AE mengenai Aturan dan Etika

Kompartemen Akuntan Publik menyebutkan kantor akuntan publik (KAP) adalah

suatu bentuk organisasi publik yang memperoleh ijin sesuai dengan peratuan

perundang-undangan yang berusaha di bidang jasa profesional dalam praktik

akuntan publik. Bentuk usaha KAP yang dikenal menurut hukum di Indonesia

dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1) KAP dalam bentuk usaha sendiri

KAP dalam bentuk ini menggunakan nama akuntan publik yang

bersangkutan. Penanggung jawab KAP usaha sendiri adalah akuntan publik

yang bersangkutan.

2) KAP dalam bentuk usaha kerja sama

KAP bentuk ini menggunakan nama sebanyak-banyaknya tiga nama

akuntan publik yang menjadi rekan atau partner dalam KAP yang

bersangkutan. Penanggungjawabnya adalah dua orang atau lebih akuntan

publik yang masing-masing merupakan rekan atau partner dan salah satu

bertindak sebagai rekan pimpinan.

Page 23: Kas Dan Setara Kas

22

Menurut Pasal 6 SK. Menkeu No.43/1997 dalam Halim (2003:13), ijin untuk

membuat kantor akuntan publik (KAP) akan diberikan apabila pemohon

memenuhi persyaratan berikut.

1) Berdomisili di wilayah Indonesia;

2) Memiliki register akuntan;

3) Menjadi anggota IAI;

4) Lulus ujian Sertifikasi Akuntan Publik yang diselenggarakan IAI;

5) Memiliki pengalaman kerja minimal tiga tahun sebagai akuntan dan

pengalaman audit umum sekurang-kurangnya 3.000 jam dengan reputasi

baik;

6) Telah memenuhi jabatan manajer atau ketua tim dalam audit umum

sekurang-kurangnya satu tahun;

7) Wajib mempunyai KAP atau bekerja pada Koperasi Jasa Audit

Hierarki staf organisasi kantor akuntan publik pada umumnya adalah sebagai

berikut (Halim, 2003:15).

1) Partner, merupakan top legal client relationship, yang bertugas me-review

(menelaah) pekerjaan audit, menandatangani laporan audit, menyetujui

masalah fee dan penagihannya, dan penanggung jawab atas segala hal yang

berkaitan dengan pekerjaan audit.

2) Manajer, merupakan staf yang banyak berhubungan dengan klien,

mengawasi langsung pelaksanaan tugas-tugas audit, me-review lebih rinci

terhadap pekerjaan audit, dan melakukan penagihan atas fee audit.

Page 24: Kas Dan Setara Kas

23

3) Akuntan Senior, merupakan staf yang bertanggung jawab langsung terhadap

perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan audit, dan me-review pekerjaan

akuntan junior yang dibawahinya.

4) Akuntan Junior, merupakan staf pelaksana langsung dan bertanggung jawab

atas pekerjaan lapangan. Para junior ini penugasannya dapat berupa bagian-

bagian dari pekerjaan audit, dan bahkan memungkinkan memberiikan

pendapat atas bagian yang diperiksanya.

2.5 Tahapan Audit atas Laporan Keuangan

Proses audit atas laporan keuangan dibagi menjadi empat tahap berikut ini

(Mulyadi, 2002:121).

1) Penerimaan perikatan audit

Perikatan (engagement) adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan

suatu ikatan perjanjian. Dalam perikatan audit, klien yang mengadakan jasa

audit mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor. Dalam ikatan

perjanjian tersebut, klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan

keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan

pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya.

2) Perencanaan audit

Langkah berikutnya setelah perikatan audit diterima oleh auditor adalah

perencanaan audit. Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat

ditentukan oleh kualitas perencanaan audit yang dibuat oleh auditor.

Tahapan dalam perencanaan audit adalah memahami bisnis dan industri

klien, melaksanakan prosedur analitik, mempertimbangkan tingkat

Page 25: Kas Dan Setara Kas

24

materialitas awal, mempertimbangkan risiko bawaan, mempertimbangkan

berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan

dengan klien berupa audit tahun pertama, mengembangkan strategi audit

awal terhadap asersi signifikan, dan memahami pengendalian intern klien.

3) Pelaksanaan pengujian audit

Tahap ketiga pekerjaan audit adalah pelaksanaan pengujian audit. Tahap ini

juga disebut dengan “pekerjaan lapangan”. Pelaksanaan pekerjaan lapangan

ini harus mengacu ke tiga standar auditing yang termasuk dalam kelompok

“standar pekerjaan lapangan”. Tujuan utama pelaksanaan pekerjaan

lapangan ini adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas

pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien.

4) Pelaporan audit

Tahap akhir pekerjaan audit atas laporan keuangan adalah pelaporan audit.

pelaksanaan tahap ini harus mengacu ke “standar pelaporan”. Ada dua

langkah penting yang dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit ini:

(1) menyelesaikan audit dengan meringkas hasil pengujian dan menarik

kesinpulan; (2) menerbitkan laporan audit.

2.6 Tahap Perencanaan Audit

Setelah auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari kliennya,

langkah berikutnya yang perlu ditempuh adalah merencanakan audit. Ada tujuh

tahap yang harus ditempuh oleh auditor dalam merencanakan auditnya (Mulyadi,

2002:134).

Page 26: Kas Dan Setara Kas

25

1) Memahami bisnis dan industri klien

Sebelum auditor melakukan verifikasi dan analisis transaksi atau akun-akun

tertentu, ia perlu mengenal lebih baik industri tempat klien berusaha serta

kekhususan bisnis klien. SA Seksi 318 Pemahaman atas Bisnis Klien

memberiikan panduan tentang sumber informasi bagi auditor untuk

memahami bisnis dan industri klien.

2) Melaksanakan prosedur analitik

SA Seksi 329 Prosedur Analitik memberiikan panduan bagi auditor dalam

menggunakan prosedur analitik pada tahap perencanaan audit, pada tahap

pengujian, dan pada tahap review menyeluruh terhadap hasil audit. Prosedur

analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio yang

dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan

yang dikembangkan oleh auditor. Tujuan prosedur analitik dalam

perencanaan audit adalah untuk membantu perencanaan sifat, saat, dan luas

prosedur audit yang akan digunakan untuk memperoleh bukti tentang saldo

akun atau jenis transaksi tertentu.

3) Mempertimbangkan tingkat materialitas awal

Pada tahap perencanaan audit, auditor perlu mempertimbangkan materialitas

awal pada dua tingkat berikut ini: (1) tingkat laporan keuangan, dan (2)

tingkat saldo akun. Materialitas awal pada tingkat laporan keuangan perlu

ditetapkan oleh auditor karena pendapat auditor atas kewajaran laporan

keuangan diterapkan pada laporan keuangan sebagai keseluruhan.

Page 27: Kas Dan Setara Kas

26

Materialitas awal pada tingkat saldo akun ditentukan oleh auditor pada

tahap perencanaan audit karena untuk melakukan verifikasi saldo akun.

4) Mempertimbangkan risiko bawaan

Sejak perencanaan audit sampai dengan penerbitan laporan audit, auditor

harus mempertimbangkan berbagai macam risiko, yatu risiko bawaan, risiko

pengendalian, risiko deteksi, dan risiko audit. Pada tahap perencanaan audit,

auditor harus mempertimbangkan risiko bawaan (inherent risk)suatu

risiko salah saji yang melekat dalam saldo akun atau asersi tentang suatu

saldo akun.

5) Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal,

jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama

Laporan keuangan tidak hanya menyajikan posisi keuangan dan hasil usaha

tahun berjalan, namun juga mencerminkan dampak: (1) transaksi yang

dimasukkan dalam saldo yang dibawa ke tahun berikutnya dari tahun-tahun

sebelumnya, dan (2) kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam tahun-

tahun sebelumnya. Dalam suatu perikatan audit tahun pertama, sebelumnya

auditor tidak memperoleh bukti audit yang mendukung saldo awal tersebut.

SA Seksi 323 Audit Tahun Pertama memberiikan panduan bagi auditor

berkenaan dengan saldo awal, bila laporan keuangan diaudit untuk pertama

kalinya atau bila laporan keuangan tahun sebelumnya diaudit oleh auditor

independen lain.

Page 28: Kas Dan Setara Kas

27

6) Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan

Tujuan akhir perencanaan dan pelaksanaan audit yang dilakukan oleh

auditor adalah untuk mengurangi risiko audit ke tingkat yang rendah, untuk

mendukung pendapat apakah, dalam semua hal yang material, laporan

keuangan disajikan secara wajar. Tujuan ini diwujudkan melalui

pengumpulan dan evaluasi bukti tentang asersi yang terkandung dalam

laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Ada dua strategi audit

awal yang dapat dipilih oleh auditor: (1) primariy substantive approach, dan

(2) lower assessed level of control risk approach.

7) Memahami pengendalian intern klien

Salah satu tipe bukti yang dikumpulkan oleh auditor adalah pengendalian

intern. Jika auditor yakin bahwa klien telah memiliki pengendalian intern

yang baik, yang meliputi pengendalian terhadap penyediaan data yang dapat

dipercaya dan penjagaan kekayaan serta catatan akuntansi, jumlah bukti

audit yang harus dikumpulkan oleh auditor akan lebih sedikit bila

dibandingkan dengan jika keadaan pengendalian internnya jelek.

2.7 Pengertian kas dan setara kas

Setiap perusahaan dalam menjalankan operasi usahanya akan mengalami arus

kas masuk (cash inflows) dan arus keluar (cash outflows). Apabila arus kas yang

masuk lebih besar dari arus kas yang keluar maka hal ini akan menunjukkan

positive cash flows, dan sebaliknya apabila arus kas masuk lebih sedikit daripada

arus kas keluar maka arus kas yang tejadi akannegative cash flows.

Page 29: Kas Dan Setara Kas

28

Kas didefinisikan sebagai alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan

untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Kas dan setara kas menurut PSAK

No.2 (IAI:2009 :22) ”Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro.

Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat liquid,

berjangka pendek dan dengan cepat dapat dijadikan sebagai kas dalam jumlah

tertentu tanpa menghadapai risiko perubahan nilai yang signifikan”.

PSAK No. 2, paragraf 6 menjelaskan setara kas sebagai berikut : Setara kas

dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek,bukan untuk investasi atau

tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratansetara kas, investasi harus dapat segera

diubah menjadi kas dalamjumlah yang diketahui tanpa menghadapi resiko

perubahan nilai yangsignifikan. Karenanya, suatu investasi baru dapat memenuhi

syaratsebagau setara kas hanya segera akan jatuh tempo dalam waktu tigabulan

atau kurang dari tanggal perolehannya.

Kas merupakan komponen aktiva (asset) lancar yang paling likuid di dalam

neraca, karena kas sering mengalami mutasi atau perpindahan dan hampir semua

transaksi yang terjadi dalam perusahaan akan mempengaruhi posisi kas. Dalam

Standar Akuntansi Keuangan (IAI) (2009 : 1.7), Aset lancar dijelaskan bahwa

suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika aset tersebut :

1. Diperkirakan akan direalisasikan atau dimiliki untuk dijual

ataudigunakan dalam jangka waktu siklus operasi normalperusahaaan.

2. Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan

diharapkan kan direalisasikan dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan

dari tanggal neraca

Page 30: Kas Dan Setara Kas

29

3. Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi

Dari definisi kas dan setara di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Kas dan setara kas bukan hanya yang ada di perusahaan, tetapi juga saldo

rekening giro di bank yang penggunaannya tidak dibatasi dan surat-surat

berharga yang dapat ditarik dengan segera menjadi kas sehingga risikonya

kecil akibat pengaruh terjadinya perubahan nilai dari perubahan tingkat

suku bunga.

2. Umumnya kas dan setara digunakan untuk membiayai kegiatan umum

perusahaan, sehingga kas dan setara kas secara langsung atau tidak

langsung hampir mempengaruhi semua transaksi bisnis perusahaan.

3. Perkiraan kas dan setara kas di Neraca disajikan pada urutan pertama

golongan aktiva lancar karena merupakan aktiva yang paling likuid.

Perbedaan utama terhadap pentingnya kas sebagai unsur kunci dalam posisi

likuiditas perusahaan adalah sifat tidak produktifnya, karena kas adalah ukuran

nilai, maka tidak dapat berkembang dan tumbuh jika tidak dikonversikan ke

dalam properti yang lain. Manajemen kas yang efisien membutuhkan kas yang

tersedia untuk operasional atau dalam investasi jangka pendek dan jangka

panjang.

Salah satu tanggung jawab manajer keuangan perusahaan adalah mengatur

sumber-sumber kas untuk memastikan tersedianya kas untuk kebutuhan jangka

pendek juga merencanakan kebutuhan kas jangka panjang untuk memperlancar

kebutuhan dan perkembangan perusahaan melalui ekspansi dan akuisisi.

Page 31: Kas Dan Setara Kas

30

2.8 Pengujian subtantif

Pengujian substantif (Substantive Test) adalah perosedur yang digunakan

untuk menguji kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung

mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan. Kekeliruan tersebut sering

disebut dengan salah saji moneter (dalam satuan mata uang) yang merupakan

indikasi yang jelas terjadinya salah saji dalam saldo laporan keuangan. Tujuan

pengujian substantive atas transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi

akuntansi klien telah diotorisasi dengan pantas, dicatat dan diiktisarkan dalam

jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku tambahan dengan

benar. Pengujian tersebut meliputi bagian deskriptif yang mendokumentasikan

pemahaman memperoleh sekitar pengendalian internal dan menyertakan uraian

tentang prosedur dan risiko pengendalian yang dinilai.

2.9 Analitycal Procedure (Prosedur Analitis)

Prosedur analitis meliputi perbandingan dari jumlah yang tercatat dengan dengan

angka tertentu yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur ini biasanya

menggunakan kalkulasi rasio yang dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya

atau rasio perusahaan sejenis atau rasio average industry

2.10 Perancangan pengujian substantif atas saldo kas

1) Prosedur-prosedur awal

Sebelum melangkah ke pengujian detil saldo kas, auditor harus memahami

bisnis klien dan pentingnya kas dalam perusahaan. Sebagai contoh, auditor harus

mengerti volume transaksi yang melalui berbagai rekening kas, kemampuan

Page 32: Kas Dan Setara Kas

31

perusahaan menghasilkan kas dari operasi, kebijakan dalam pembuatan peramalan

atau penganggaran kas, dan kebijakan penginvestasian kelebihan kas.

Titik tolak verifikasi atas saldo kas adalah menelusur saldo awal rekening kas

ke saldo akhir per audit dalam kertas kerja tahun lalu. Selanjutnya aktivitas selama

periode yang diperiksa dalam rekening buku besar kas harus direview untuk

melihat kemungkinan adanya transaksi yang luar biasa (baik dari segi jumlah

maupun sumbernya) yang membutuhkan penyelidikan khusus. Selain itu auditor

biasanya juga minta daftar kas yang dibuat klien per akhir tahun. Dalam daftar

tersebut dirinci semua kas yang belum disetor ke bank dan daftar saldo bank.

Auditor harus memeriksa ketelitian perhitungan daftar-daftar tersebut dan

mencocokkannya dengan saldo di buku besar. Pengujian ini menghasilkan bukti

mengenai asersi penilaian atau pengalokasian. (jusup,2009:297)

2) Prosedur Analitis

Seperti telah dijelaskan pada bab-bab yang lalu, efektivitas prosedur analitis

berbeda sangat signifikan antara klien yang satu dengan klien yang lain.

Efektivitas prosedur analitis yang telah dibahas pada awal bab ini bisa mengurangi

jumlah bukti yang diperlukan dari pengujian substantive lain yang bersangkutan

dengan kebutuhan apabila data tidak sesuai dengan peramalan yang ditunjukkan

dalam anggaran kas, atau kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan

penginventarisan kelebihan kas. (jusup,2009:300)

3) Pengujian Detil Transaksi

Seperti sejumlah pengujian substantive detil berupa penelusuran dan pencocokkan

ke dokumen transaksi penerimaan dan pengeluaran kas biasanya dilakukan

Page 33: Kas Dan Setara Kas

32

bersamaan dengan pengujian pengendalian yang disebut pengujian bertujuan

ganda. Bukti yang diperoleh dari pengujian tersebut harus dipadukan dengan bukti

yang diperoleh dari prosedur-prosedur pengujian dibawah ini untuk sampai pada

kesimpulan mengenai kewajaran saldo kas. Berikut akan dibahas dua jenis

pengujian transaksi yang biasanya dilakukan pada tanggal atau mendekati tanggal

neraca. (jusup,2009:300)

4) Pengujian Pisah Batas Kas

Pengujian pisah batas yang tepat atas penerimaan kas dan pengeluaran kas

pada akhir tahun sangat penting bagi pelaporan kas pada tanggal neraca. Ada dua

pengujian pisah batas yang harus dilakukan, yaitu (1) pengujian pisah batas

penerimaan kas dan (2) pengujian pisah batas pengeluaran kas. Penggunaan cutoff

laporan bank yang akan diterangkan dibawah ini, juga berguna dalam menentukan

apakah pisah batas kas yang tepat telah dilakukan. Pengujian pisah batas kas

terutama ditujukan pada asersi keberadaan atau keterjadian dan asersi

kelengkapan.

5) Penelsuran Transfer Antar Bank

Banyak perusahaan membuka rekening pada lebih dari satu bank. Perusahaan

degan lebih dari satu bank bisa melakukan transfer dari bank yang satu ke bank

yang lainnya. Sebagai contoh, uang bisa ditransfer dari rekening giro umum di

Bank A ke rekening giro gaji & upah di Bank B untuk didistribusikan kepada para

karyawan pada tanggal pembayaran. Apabila terjadi transfer antar bank dengan

menggunakan cek, maka selama beberapa hari akan terjadi periode mengambang

Page 34: Kas Dan Setara Kas

33

(float period) sebelum cek dibayar dan dibukukan di Bank A. Dengan demikian

dalam periode waktu tersebut kas di bank menurut catatan akan lebih saji, karena

di Bank B telah dibukukan sebagai setoran, tetapi belum dibukukan di Bank A

sebagia penarikan atau pengeluaran. Transfer bank bisa juga menyebabkan salah

saji saldo bank di pembukuan apabila pengeluaran dan penerimaan tidak dicatat

pada periode akuntansi yang sama.

Apabila pencatatan suatu transfer bank telah dilakukan sebagai setoran di

bank penerima, sedangkan pengurangan dalam saldo rekening giro dibank yang

ditarik senagaja belum dilakukan, maka hal itu merupakan suatu ketidakberesan

yang disebut kiting. Cara ini bisa dilakukan untuk menutupi kekurangan kas atau

untuk membuat lebih saji di suatu rekening bank. (jusup,2009:300-301)

6) Pengujian detil saldo

Lima prosedur pengujian substantive yang lazim digunakan untuk saldo kas

akan diuraikan dibawah ini.

(1) Perhitungan Kas di Tangan

Penerimaan kas yang belum disetor ke bank dan dana yang disediakan untuk

penukaran uang disebut kas di tangan. Dalam perhitungan kas yang baik,

auditor harus :

a) Mengawasi semua kas dan alat pembayaran yang berada di tangan klien

sampai semua dana selesai dihitung.

b) Meminta pemegang kas (kasir) hadir selama proses perhitungan.

Page 35: Kas Dan Setara Kas

34

c) Mendapatkan tanda bukti penerimaan kembali dari pemegang kas bahwa uang

telah diterima kembali oleh klien.

d) Memastikan bahwa semua cek yang belum disetor ke bank adalah atas nama

klien, baik secara langsung maupun melalui endorsemen.

Pengawasan atas semua kas dimaksudkan untuk mencegah terjadinya

pemindahan kas oleh klien dari kas yang sudah dihitung ke kas yang belum

dihitung. Apabila lokasi kas tersebar di berbagai tempat, maka kas yang belum

dihitung harus disimpan pada tempat terkunci dan auditor menggunakan

tambahan staf pemeriksa. Pengamanan di maksudkan untuk memperkecil

kemungkinan, dalam hal klien bermaksud menutupi selisih kas, untuk melakukan

pemindahan kas yang sudah dihitung ke tempat kas yang belum dihitung,

sehingga selisih kas tidak terdeteksi.

Pengujian ini berguna untuk mendapatkan bukti tentang semua asersi, kecuali

asersi penyajian dan pengungkapan. Dalam hal ini bukti tentang hak sebenarnya

lemah, karena pemegang kas, misalnya kasir kas kecil, bisa menggunakan uang

pribadinya untuk menutupi selisih kas. (jusup,2009:302-303)

(2) Konfirmasi Saldo Simpanan di Bank dan Pinjaman

Permintaan konfirmasi biasanya dibuat rangkap dua dan ditandatangani oleh

penandatangan cek pada perusahaan klien. Keduanya dikirimkan ke bank, dan

aslinya dikembalikan kepada auditor setelah diisi oleh bank. Untuk menjamin

kompetensi bukti sebagai hasil dari prosedur ini, auditor harus melakukan sendiri

pemasukan surat konfirmasi ke kotak pos, menyediakan amplop khusus untuk

jawaban konfirmasi, dan meminta agar bank mengirimkan jawaban konfirmasi

Page 36: Kas Dan Setara Kas

35

langsung kepada auditor. Permintaan konfirmasi bank harus dikirimkan kepada

semua bank sepanjang klien memiliki rekening di bank-bank tersebut, termasuk

jika pada akhir tahun menunjukkan saldo sebesar nol rupiah.

Konfirmasi tentang saldo simpanan di bank terutama memberi buku tentang

dua asersi berikut : (1) keberadaan atau keterjadian, karena adanya pemberitahuan

tertulis tentang saldo yang ada per tanggal neraca, dan (2) hak dan kewajiban,

karena saldo di bank adalah atas nama klien. Jawaban dari bank juga memberi

bukti atas dua asersi lain, yaitu asersi penlaian atau pengalokasian untuk saldo kas

di bank karena saldo dikonfirmasi digunakan untuk menetapkan saldo kas ynag

benar per tanggal neraca. Selain itu, konfirmasi juga berguna untuk asersi

kelengkapan, tetapi tidak bisa dipercaya sepenuhnya karena responden tidak

diminta untuk mencari catatan bank tentang saldo simpanan dan utang kepada

bank yang tidak tercantum dalam formulir permintaan konfirmasi.

Konfirmasi tentang saldo utang kepada bank terutama memberi bukti

mengenai tiga asersi berikut : (1) keberadaan atau keterjadian, karena adanya

pemberitahuan tertulis tentang saldo utang per tanggal neraca, (2) hak dan

kewajiban, karena saldo utang adalah kewajiban klien, dan (3) penilaian atau

pengalokasian, karena jawaban konfirmasi menunjukkan jumlah yang terutang.

Pengujian ini memberii bukti tentang asersi kelengkapan dengan catatan yang

sama seperti halnya konfirmasi atas simpanan di bank. (jusup,2009:303-305)

(3) Konfirmasi Ketentuan Lain dengan Bank

Ketentuan-ketentuan lain dengan bank meliputi berbagai hal seperti batasan

kredit, saldo yang harus dipertahankan, dan utang bersyarat. Ketentuan batasan

Page 37: Kas Dan Setara Kas

36

kredit dengan bank bisa berupa persyaratan agar peminjam menjaga adanya

sejumlah saldo kas di bank yang bersangkutan. Jumlah tersebut mungkin

merupakan suatu persentase tertentu dari jumlah pinjaman, atau mungkin juga

merupakan suatu jumlah rupiah yang ditetapkan (compensating balance).

Kewajiban beryarat bisa timbul apabila klien bertindak sebagai penjamin atas

pinjaman ke bank yang dilakukan pihak ketiga.

Apabila setelah menetapkan risiko bawaan dan risiko pengendalian, auditor

percaya bahwa terdapat ketentuan-ketentuan semacam itu, maka ia harus

mengirimkan konfirmasi ke bank. Surat konfirmasi harus secara spesifik

menyebutkan informasi yang diminta dan ditandatangani oleh klie. Surat tersebut

harus dikirimkan ke pejabat bank yang menangani urusan bank tersebut dengan

klien. Surat konfirmasi dialamatkan kepada pejabat bank tersebut dengan maksud

untuk mempercepat proses konfirmasi dan meningkatkan mutu bukti yang

diperoleh auditor. Permintaan auditor untuk mendapat informasi tentang batasan

kredit dan kewajiban bersyarat tidak meminta agar bank melakukan pencarian

detil dalam catatannya. Konfirmasi tentang ketentuan lain dengan bank terutama

dimaksudkan untuk memenuhi asersi penyajian dan pengungkapan. Namun bukti

untuk asersi kelengkapan hanya terbatas pada informasi yang diketahui

responden. (jusup,2009:305)

(4) Memeriksa Sepintas, Mereview, atau Menyusun Rekonsiliasi Bank

Apabila tingkat risiko redeteksi ditetapkan tinggi, auditor cukup memeriksa

sepintas rekonsiliasi bank yang disusun klien dan memeriksa ketelitian

Page 38: Kas Dan Setara Kas

37

perhitungan dalam rekonsiliasi. Apabila resiko deteksi moderat, auditor harus

mereview rekonsiliasi bank yang dibuat klien. Review tersebut meliputi :

a) Membandingkan saldo bank akhir dengan saldo bank yang tercantum

dalam jawaban konfirmasi.

b) Memeriksa validitas setoran dalam perjalanan dan cek dalam perjalanan

c) Memeriksa ketelitian perhitungan dalam rekonsiliasi.

d) Menyelidiki unsur-unsur yang sudah lama seperti cek dalam perjalanan

yang sudah lama dan masih juga belum diuangkan di bank serta unsur-

unsur yang tidak biasa.

Apabila risiko deteksi rendah, auditor harus menyusun sendiri rekonsiliasi

bank dengan menggunakan data yang ada pada klien. Namun apabila risiko

redeteksi sangat rendah atau auditor memperkirakan terdapat salah saj, auditor

harus berusaha memperoleh laporan bank akhir tahun langsung dari bank dan atas

dasar data tersebut menyusun rekonsiliasi bank. Untuk itu, auditor harus minta

kliennya agar meminta kepada banknya untuk mengirimkan laporan bank beserta

data lain langsung kepada auditor. Prosedur ini dimaksudkan agar klien tidak

mempunyai kesempatan mengubah data dari bank.

Bukti berupa rekonsiliasi bank semata sering dipandang kurangm emadai

untuk memeriksa saldo kas di bank karena adanya ketidakpastian tentang dua hal

dalam rekonsiliasi bank, yaitu : (1) setoran dalam perjalanan, dan (2) cek dalam

perjalanan. Pembuktian mengenai keberadaan kedua hal tersebut hanya bisa

diperoleh dengan cara menelusur ke laporan bank untuk periode akuntansi

berikutnya. Prosedur meminta cutoff laporan bank, antara lain dimaksudkan untuk

Page 39: Kas Dan Setara Kas

38

tujuan ini. Apabila cutoff laporan bank membuktikan kebenaran kedua hal

tersebut, maka rekonsiliasi bank semakin dapat diandalkan auditor.

Pemeriksaan sepintas, review, dan penyusunan rekonsiliasi bank menetapkan

saldo kas di bank pada tanggal neraca. Oleh karena itu prosedur ini merupakan

sumber bukti untuk asersi penilaian atau pengalokasian. Pengujian ini juga

menghasilkan bukti untuk asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, serta

hak dan kewajiban.

(5) Penggunaan Cutoff Laporan Bank

Cutoff laporan bank adalah laporan per tanggal tertentu sesudah tanggal

neraca. Tanggal tertentu tersebut hendaknya mencakup beberapa hari atau

beberapa minggu sesudah tanggal neraca yang cukup untuk membuktikan

pencairan cek dalam perjalanan akhir tahun di bank. Biasanya periode waktu

cutoff laporan bank berkisar antara seminggu hingga sepuluh hari sesudah tanggal

neraca.

Klien harus minta laporan cutoff dari bank dan memerintahkan bank untuk

mengirimakn laporan tersebut langsung pada auditor. Segera setelah cutoff

laporan bank diterima (beserta data lain seperti memo debit dan memo kredit),

auditor harus :

a. Menelusur cek-cek bertanggal tahun lalu ke daftar cek dalam perjalanan

yang tercantum dalam rekonsiliasi bank.

b. Menelusur setoran dalam perjalanan yang tercantum dalam rekonsiliasi

bank ke cutoff laporan bank.

Page 40: Kas Dan Setara Kas

39

c. Memeriksa sepintas cutoff laporan bank beserta data lampirannya untuk

melihat kemungkinan adanya hal-hal yang tidak biasa.

Penelusuran cek dirancang untuk memeriksa cek dalam perjalanan. Pada tahap

ini, auditor mungkin akan mendapat informasi (data data dalam cutoff laporan

bank) bahwa sejumlah cek yang tidak tercantum dalam daftar cek dalam

perjalanan per akhir tahun telah diuangkan di bank, dan dipihak lain ada sejumlah

cek yang tercantum dalam daftar cek dalam perjalanan tetapi masih juga belum

diuangkan di bank. Hal pertama bisa menjadi petunjuk adanya ketidakberesan

yang dikenal dengan nama kiting (telah dibahas pada halaman 301), sedangkan

hal terakhir bisa disebabkan karena adanya penundaan atau keterlambatan dalam

(1) pengiriman cek oleh klien, (2) penguangan / pencairan cek oleh si peneriman

pembayaran, dan (3) pengolahan cek oleh bank. Auditor harus melakukan

penyelidikan, bila ia menjumpai hal-hal yang tidak biasa.

Apabila jumlah keseluruhan cek yang belum diuangkan cukup material, maka

hal itu bisa memberii indikasi adanya ketidakberesan yang disebut window

dressing, yang biasanya merupakan upaya klien untuk membuat agar solvabilitas

jangka pendek menjadi lebih baik. Dalam keadaan semacam itu, auditor harus

menelusur cek yang belum diuangkan ke register cek dan dokumen

pendukungnya, dan bila perlu mengajukan pertanyaan kepada bagian keuangan.

Penelusuran setoran dalam perjalanan ke cutoff laporan bank biasanya

merupakan hal yang relative sederhana krena setoran pertama pada cutoff laporan

bank seharusnya adalah setoran dalam perjalanan sebagaimana Nampak dalam

Page 41: Kas Dan Setara Kas

40

rekonsiliasi bank. Apabila ternyata tidak demikian, adutor harus menentukan

alasan terjadinya keterlambatan penyetoran ke bank dari bagian keuangan.

Apabila cutoff laporan bank diperoleh auditor secara langsung dari pihak

ketiga yang independen di luar organisasi klien, maka laporan tersebut merupakan

informasi pendukung dengan tingkat kompetensi tinggi mengenai validitas

rekonsiliasi bank akhir tahun dan asersi-asersi keberadaan atau keterjadian,

kelengkapan, hak dan kewajiban, dan penilaian atai pengalokasian untuk kas di

bank. (jusup,2009:305-306)

7) Pembandingan Penyajian di Laporan dengan Prinsip Akuntansi Berlaku

Umum

Kas harus diidentifikasi dan digolongkan dalam neraca dengan benar. Sebagai

contoh, kas berupa simpanan di bank adalah aktiva lancar. Namun sinking fund

obligasi bukanlah kas, melainkan investasi jangka panjang. Selain itu perlu

diungkapkan berbagai hal seperti misalnya batasan kredit dari bank, ketentuan-

ketentuan yang harus dipenuhi sesuai dengan perjanjian, dan kewajiban, bersyarat.

Rekening giro bersaldo negative (kredit) akibat pengambilan yang melebihi saldo

debet giro (bank overdraft) harus dilaporkan sebagai kewajiban lancar.

Auditor menentukan ketepatan penyajian laporan dengan cara mereview

konsep laporan keuangan klien dan bukti yang diperoleh dari pengujian-pengujian

substantive di atas. Selain itu auditor juga harus mereview notulen rapat dewan

komisaris dan mengajukan pertanyaan kepada manajemen untuk mencari bukti

tentang pembatasan penggunaan kas. (jusup,2009:308)

Page 42: Kas Dan Setara Kas

41

Page 43: Kas Dan Setara Kas

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Tempat KPM

3.1.1 Sejarah singkat KAP Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan Cabang

Denpasar, Bali

Pada tanggal 8 Oktober 1988 Bapak Tasnim Ali Widjanarko membuka Kantor

Akuntan Publik (KAP) Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan sesuai dengan Surat

Ijin Menjalankan Praktik Akuntan Publik No. SI-765/MK.13/1988. KAP Tasnim

Ali Widjanarko dan Rekan terdaftar di BAPEPAM sebagai Profesi Penunjang

Pasar Modal No. 107/STTD-AP/PM/92 tanggal 11 Januari 1993 dan juga terdaftar

di Bank Indonesia dengan nomor pendaftaran No. 073. Di samping itu, KAP

Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan merupakan anggota dari Jaringan Akuntan

Internasional INPACT ASIA PACIFIC yang berkantor pusat di Hongkong dan

berafiliasi dengan INPACT (International Network of Professional Accountants)

yang berkantor pusat di London dengan anggota dan afiliasi di seluruh dunia.

Jenis jasa yang diberikan antara lain adalah jasa audit, konsultasi manajemen,

restrukturisasi dan insolvensi, perpajakan, akuntansi, dan jasa lainnya.

Pada tahun 2005 tepatnya pada tanggal 2 Agustus 2005, KAP Tasnim Ali

Widjanarko dan Rekan membuka cabang di Denpasar. Kantor cabang ini didirikan

dengan izin usaha No. KEP-227/KM.5/2005 dan saat ini berkedudukan di Jl.

Kepundung No. 12 Gedung Hiswana Migas Lantai I Denpasar, Bali. Kantor

cabang ini dipimpin oleh Bapak I Gusti Gde Djaya Wiratma dan sebagai manajer

in-charge adalah Ibu Sayu Ketut Sutrisna Dewi. Sejak pendiriannya, baik kantor

42

Page 44: Kas Dan Setara Kas

43

pusat maupun kantor cabang telah banyak menangani perusahaan yang bidang

usahanya beraneka ragam mulai dari perdagangan, jasa, manufaktur dan bidang

lainnya.

3.1.2 Struktur organisasi KAP Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan Cabang

Denpasar, Bali

Struktur organisasi pada KAP Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan adalah tipe

organisasi lini, dimana garis perintah dan koordinasi berjalan secara langsung dari

atasan ke bawahan. Organisasi lini adalah suatu bentuk organisasi yang

didalamnya terdapat garis wewenang yang menghubungkan langsung secara

vertikal antara atasan dan bawahan. Adapun struktur organisasi pada KAP Tasnim

Ali Widjanarko dan Rekan terdapat dalam gambar 3.1 (halaman 42).

3.1.3 Uraian tugas dan wewenang

Berdasarkan struktur organisasi tersebut dapat dijelaskan fungsi, tugas, dan

tanggung jawab masing-masing bagian sebagai berikut.

1) Managing Partner

Managing Partner merupakan penanggung jawab penuh perusahaan, dalam

hal ini adalah KAP Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan pusat dan Cabang

Denpasar. Managing partner berkedudukan di kantor pusat. Wewenang dan

tanggung jawab managing partner secara umum adalah sebagai berikut.

Page 45: Kas Dan Setara Kas

44

Gambar 3.1Struktur organisasi KAP Tasnim Ali Widjanarko dan

Rekan Cabang Denpasar, Bali

Sumber: KAP Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan Cabang Denpasar, Bali, 2010

Managing PartnersKAP Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan

(Pusat)

PartnerKAP Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan

(Cabang Denpasar)

General Advisor

Manager In-Charge

Divisi Pajak dan Accounting Service

Junior Auditor

Senior Auditor

Team Leader Senior Accountant

Junior Accountant

Divisi AuditAdministrasi Umum

dan Keuangan

Page 46: Kas Dan Setara Kas

45

a) Memimpin dan menentukan arah kebijaksanaan kegiatan operasional

pada KAP Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan baik di pusat maupun

cabang.

b) Menerima atau menolak klien berdasarkan survei pendahuluan yang

dilakukan oleh manajer, terutama untuk KAP Tasnim Ali Widjanarko

dan Rekan pusat.

c) Menyetujui dan menandatangani laporan hasil pemeriksaan.

d) Bertanggung jawab atas pendapat auditor yang diberikan.

2) Partner

Partner (rekan) merupakan penganggung jawab dan pimpinan KAP Tasnim

Ali Widjanarko dan Rekan Cabang Denpasar, bertanggung jawab baik pada

hubungan dengan klien maupun kualitas teknis dari jasa audit yang

diberikan KAP, khususnya pada kantor cabang Denpasar. Dalam kaitannya

dengan hubungan dengan klien, rekan bertanggung jawab untuk:

a) Memahami keseluruhan jasa yang diberikan, termasuk kemampuan

yang akan diberikan dalam hubungannya dengan kebutuhan klien,

menyetujui syarat-syarat perikatan audit dengan klien, menjaga semua

rahasia klien, dan menjaga agar klien tetap dapat mengetahui

kemajuan pekerjaan dan masalah-masalah yang teridentifikasi selama

audit.

b) Menyetujui dan menandatangani laporan hasil pemeriksaan KAP

Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan Cabang Denpasar, bersama dengan

managing partner.

Page 47: Kas Dan Setara Kas

46

c) Bersama dengan managing partner, bertanggung jawab atas pendapat

auditor yang diberikan.

d) Mengevaluasi kepuasan klien terhadap jasa yang diberikan dan

mengambil langkah tindak lanjut atas masalah-masalah yang timbul

dari evaluasi.

Dalam bidang teknis, partner (rekan) bertanggung jawab untuk:

a) Menjaga independensi KAP terhadap klien, mengevaluasi dan

menyetujui komposisi tim audit, dan menentukan pihak-pihak yang

diizinkan untuk mengakses kertas kerja.

b) Menelaah dan menyetujui rencana audit sebelum pekerjaan lapangan

dilaksanakan, mengawasi manajer dan memberiikan petunjuk kepada

anggota tim yang lain jika diperlukan, me-review kertas kerja yang

berkaitan dengan tujuan audit yang kritis, dan mengevaluasi apakah

bukti audit yang diperoleh telah cukup dan memadai untuk

memberiikan opini audit.

c) Mengevaluasi apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji

material, mengevaluasi apakah terdapat keraguan atas kemampuan

perusahan untuk melangsungkan hidupnya, dan mengevaluasi

penyajian laporan keuangan.

3) General Advisor

General advisor (penasihat umum) berperan memberiikan nasihat,

mengawasi, dan memeriksa pekerjaan senior dan junior in-charge. Secara

teknis, general advisor bertanggung jawab untuk:

Page 48: Kas Dan Setara Kas

47

a) Mereview dan menyetujui prosedur-prosedur audit yang direncanakan

sebagaimana didokumentasikan dalam audit sebelum pekerjaan

lapangan dilaksanakan.

b) Menjadi mediator antara tim dengan klien selama proses audit, dan

memonitor kemajuan pekerjaan, baik dari target waktu maupun biaya.

c) Menyelesaikan masalah-masalah yang dikemukakan oleh in-charge

maupun asisten, kalau perlu mendiskusikan masalah tersebut dengan

partner, dan mengkomunikasikan setiap masalah yang signifikan

kepada partner sebelum dikemukakan pada klien.

d) Mengawasi in-charge dan memberiikan petunjuk yang diperlukan.

e) Mengawasi dan me-review penyiapan laporan auditor independen

serta mereview kertas kerja audit.

4) Manager In-Charge

Manager in-charge membantu partner dengan tugas-tugas yang berkaitan

dengan pengelolaan dan pengembangan perusahaan. Manager in-charge

bertanggung jawab untuk:

a) Mengelola sumber daya perusahaan yang ada, seperti menyusun

pelaksanaan pelatihan (training) untuk peningkatan pengetahuan dan

kemampuan stafnya.

b) Bertugas mewakili perusahaan baik di lingkungan internal maupun

eksternal perusahaan.

c) Melakukan survei pendahuluan, membuat rencana audit dan

memantau pelaksanaannya.

Page 49: Kas Dan Setara Kas

48

d) Mengembangkan, bersama-sama partner, jasa profesional tambahan

yang mungkin dibutuhkan klien.

e) Mengkomunikasikan laporan audit kepada klien dengan cara yang

paling tepat dan mengembangkan jasa-jasa tambahan bagi divisi lain

di KAP.

f) Menetapkan karyawan dalam masa percobaan menjadi karyawan tetap

sesuai dengan ketetapan yang berlaku di kantor yang dilakukan

dengan surat ikatan kerja.

5) Divisi Audit

Divisi audit bertanggung jawab dalam memberiikan jasa audit atas laporan

keuangan kepada klien.

a) Team Leader

Team leader merupakan pimpinan atas tim audit yang melakukan

pekerjaan lapangan audit di klien. Team leader bertanggung jawab

untuk:

(a) Mengidentifikasi masalah-masalah audit untuk didiskusikan

dengan manajer maupun general advisor.

(b) Mendiskusikan dengan manajer kemungkinan adanya jasa-jasa

profesional lainnya yang dibutuhkan klien.

(c) Mengkomunikasikan setiap masalah yang signifikan kepada

manajer sebelum dikemukakan kepada klien.

(d) Mengawasi serta bertindak sebagai mentor bagi asisten

(senior/junior) auditor.

Page 50: Kas Dan Setara Kas

49

(e) Membuat draft laporan auditor independen dan surat

rekomendasi kepada manajemen, serta menyarankan

peningkatan kualitas jasa audit.

b) Senior Auditor

Senior auditor membantu manajer dan partner dalam pelaksanaan tugas

pelaksanaan audit sehari-hari di klien. Senior bertanggung jawab untuk:

(a) Membantu manajer menyiapkan rencana audit, menyiapkan

program audit, dan menjadwalkan anggota tim audit.

(b) Me-review kertas kerja yang dibuat asisten, me-review kecukupan

dan memadainya bukti-bukti audit yang telah diperoleh,

(c) Membantu junior auditor untuk memahami tujuan dan dampak

pekerjaan junior auditor dan dokumentasinya.

c) Junior Auditor

Junior auditor membantu senior dalam pelaksanaan audit di lapangan

(klien). Junior auditor bertanggung jawab untuk:

(a) Memahami dan melaksanakan prosedur-prosedur audit yang

ditugaskan oleh senior auditor di lapangan (klien).

(b) Membuat kertas kerja pemeriksaan (KKP) yang diperlukan.

(c) Memberii informasi kepada senior/team leader tentang masalah-

masalah auditing yang ditemukan selama audit.

6) Divisi Pajak dan Accounting Service

Divisi pajak dan accounting service merupakan bagian yang bertugas untuk

melaksanakan penugasan pada klien yang berhubungan dengan masalah

Page 51: Kas Dan Setara Kas

50

perpajakan dan jasa akuntansi, seperti pembuatan surat pemberitahuan

(SPT) pajak klien, penyusunan laporan keuangan, perhitungan penyusutan

aktiva tetap klien, dan lain sebagainya.

a) Senior Accountant

Senior accountant merupakan pimpinan dalam pelaksanaan pemberian

jasa perpajakan dan akuntansi kepada klien. Senior accountant

bertanggung jawab untuk:

(a) Menentukan tugas yang harus dikerjakan oleh junior.

(b) Memberiikan pemahaman terhadap junior apabila menemukan

kesulitan.

(c) Mengkomunikasikan setiap permasalahan yang ditemukan

kepada general advisor maupun manajer.

(d) Me-review pekerjaan junior accountant.

b) Junior Accountant

Junior accountant merupakan staf yang melakukan pekerjaan dalam

pemberian jasa perpajakan dan akuntansi kepada klien. Tugas dari

junior accountant antara lain:

(a) Melaksanakan penugasan yang diberikan senior, berkaitan dengan

masalah perpajakan dan jasa akuntansi.

(b) Memberii informasi kepada senior tentang masalah-masalah

perpajakan dan jasa akuntansi yang ditemukan selama pekerjaan.

Page 52: Kas Dan Setara Kas

51

7) Administrasi Umum dan Keuangan

Bagian administrasi umum dan keuangan berperan dalam menangani

masalah administrasi keuangan, dan personalia perusahaan. Bagian ini

bertanggung jawab untuk:

a) Menangani masalah keuangan yang berkaitan dengan staf perusahaan.

b) Membuat laporan pengeluaran kas bulanan dan laporan keuangan

perusahaan tahunan.

c) Menyimpan dana yang diperlukan untuk pengeluaran sehari-hari staf

perusahaan.

d) Membuat surat-surat yang diperlukan baik kepada pihak internal

maupun eksternal perusahaan.

e) Mengatur dan menyimpan segala arsip penting kantor dan kegiatan

administrasi lainnya.

3.1.4 Bidang usaha KAP Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan Cabang

Denpasar, Bali

Adapun jasa yang ditawarkan oleh KAP Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan

adalah sebagai berikut.

1) Pemeriksaan atau audit

KAP Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan memberiikan jasa pemeriksaan

(auditing) baik yang berhubungan dengan pelaksanaan general audit,

spesial audit, neraca kompilasi dan komparatif yang akan digunakan untuk

pihak ekternal seperti kreditor dan pemerintah.

Page 53: Kas Dan Setara Kas

52

2) Konsultasi manajemen

Jasa-jasa lain yang diberikan meliputi pemberian layanan atau konsultasi di

bidang manajemen akuntansi yang berhubungan dengan masalah efisiensi

dan efektivitas usaha dalam rangka peningkatan performa usaha perusahaan.

3) Perpajakan

Dalam bidang ini KAP Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan, dapat

memberiikan bantuan pelayanan berupa konsultasi perpajakan, perhitungan

besarnya pajak yang harus dibayar, serta beberapa pengurusan penyelesaian

perpajakan perusahaan.

3.2 Deskripsi Pekerjaan Selama Melaksanakan Kerja Profesi Mahasiswa

(KPM) di KAP Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan Cabang Denpasar,

Bali

Pelaksanaan Kerja Profesi Mahasiswa (KPM) berlangsung mulai tanggal 3

September 2012 sampai dengan 3 nopember 2012. Jam kerja selama pelaksanaan

KPM mengikuti jam kerja sesuai aturan KAP Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan

yaitu pukul 08.00 WITA s.d. 17.00 WITA untuk hari Senin sampai dengan Jumat,

dan pukul 08.00 WITA s.d. 14.00 WITA untuk hari Sabtu. Kegiatan yang

dilakukan selama pelaksanaan KPM lebih banyak sifatnya membantu pelaksanaan

tugas-tugas auditor, yaitu:

1) Menyusun laporan kompilasi klien

2) Melakukan pencatatan, penjurnalan, posting, jurnal penyesuaian,

penyusunan laporan keuangan klien.

Page 54: Kas Dan Setara Kas

53

3) Melakukan observasi terhadap sistem pengendalian internal klien yang

berhubungan dengan pengeluaran kas

4) Menyusun kertas kerja pemeriksaan (KKP).

5) Mencocokan bukti-bukti ke buku besar (memeriksa kebenaran tanggal

transaksi nama dan saldo atau jumlah transaksi yang tercantum pada bukti

tersebut).

6) Membuat nature dan analytical review atas akun kas keluar

7) Membuat narrative dan walkthrough untuk Cash Disburshment

8) Melaksanakan pengujian pengendalian atas siklus transaksi pengeluaran

kas.

3.3 Analisis

3.3.1. Prosedur pemeriksaan audit arus kas dan setara kas pada KAP

Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan.

Prosedur pemeriksaan kas dan setara kas yang diterapkan pada KAP

Tasnim Ali Widjanarko dan rekan adalah bertujuan untuk mengetahui:

1) Apakah eksistensi, hak dan kewajiban kas dan setara kas milik

perusahaan?

2) Apakah Kas dan setara kas merupakan hak perusahaan dan tidak ada

pembatasan pemakaiannya?

3) Apakah kas dan setara kas telah dicatat dengan benar?

4) Apakah Kas dan setara kas telah dinilai sesuai jumlah yang bisa

diperoleh kembali (realizable value)?

Page 55: Kas Dan Setara Kas

54

5) Apakah Kas dan setara kas telah disajikan dan diungkapkan dengan

benar dalam laporan keuangan?

Adapun prosedur pengujian yang dijalankan oleh KAP Tasnim Ali

Widjanarko dan Rekan adalah sebagai berikut :

1) Dapatkan daftar kas dan setara kas.

(1) Cocokkan saldonya dengan buku besar.

(2) Cocokkan saldo awal dengan angka yang sudah siaudit,

(3) Periksa akun yang tidak lazim (misalnya bersaldo kredit, tidak

ada mutasi, bank yang sudah tidak beroperasi) dan perubahan

yang signifikan dengan tahun sebelumnya.

2) Pertimbangkan untuk melakukan kas opname (cash count) atau

observasi kas opname yang dilakukan klien jika saldo kas material.

(1) memastikan lokasi, pemegang kas dan jumlah kas yang akan

dilakukan kas opname (termasuk cek mundur, bon sementara

dll yang termasuk akun kas).

(2) meLakukan atau observasi perhitungan semua saldo kas di

hadapan pemegang kas.

(3) Selama observasi, pastikan prosedur kas opname telah diikuti.

(4) memastikan voucher kas kecil (petty cash vouchers), bon

sementara, cek mundur yang termasuk dalam saldo kas pada

tanggal perhitungan telah direalisasikan pada periode

berikutnya.

Page 56: Kas Dan Setara Kas

55

(5) Apabila auditor tidak melakukan kas opname atau observasi

kas opname, periksa hasil kas opname pada akhir tanggal tutup

buku. Pastikan perbedaan yang material, jika ada, telah

dibukukan pada periode yang benar.

3) Konfirmasi saldo kas dan setara kas:

(1) Minta daftar semua rekening koran semua bank (termasuk yang

ditutup di tahun berjalan).

(2) Kirim surat konfirmasi atas semua saldo kas dan setara kas.

(3) Cocokkan hasil konfirmasi dengan saldo di buku besar

(4) Minta manajemen untuk melakukan rekonsiliasi jka ada

perbedaan dengan jawaban konfirmasi.

(5) Kirim konfirmasi kedua untuk yang belum terjawab

(6) Minta manajemen untuk menindaklanjuti konfirmasi yang

belum diterima.

(7) Periksa jawaban konfirmasi atas informasi yang belum dicatat

atau perlu diungkapkan dalam laporan keuangan.

4) Berdasarkan jawaban konfirmasi, review perjanjian pinjaman, review

korespondensi dengan bank, periksa apakah ada kas dan setara kas

yang dijaminkan, dibatasi penggunaannya atau dibekukan.

5) Periksa bank rekonsiliasi:

(1) Cocokkan saldonya ke buku besar dan rekening bank (bank

statement).

(2) Uji akurasi matematis bank rekonsiliasi.

Page 57: Kas Dan Setara Kas

56

(3) Periksa deposit in-transit ke buku kas dan rekening bank pada

periode berikutnya.

(4) Periksa outstanding cheques ke buku kas dan rekening bank

periode berikutnya. Untuk cek-cek yang masih beredar

(outstanding) sampai tanggal review, pastikan kebenaran

penyajiaannya. Pastikan tidak ada cek dengan nomor lebih

kecil daripada nomor terakhir pada rekonsiliasi bank yang

tercantum pada rekening koran periode berikutnya.

(5) Investigasi keabsahan cek yang beredar (outstanding) terlalu

lama (misalnya lebih dari 6 bulan).

(6) Periksa dan investigasi kalau ada unsur rekonsiliasi bank yang

tidak lazim.

6) Periksa penerimaan dan pengeluaran kas, transfer antar rekening,

transfer antar perusahaan afiliasi, transfer yang tidak lazim [5 hari]

sebelum dan [5 hari] sesudah tanggal tutup buku.

7) Periksa transfer antar rekening, antar perusahaan dalam group untuk

memastikan dibukukan pada periode yang benar.

8) Uji akurasi perhitungan pendapatan bunga (bila material).

9) Periksa kecukupan penyajian dan pengungkapan kas dan setara kas di

laporan keuangan.

Prosedur diatas dimuat dibuku pedoman KAP Tasnim Ali Widjanarko dan

rekan. Yang dijadikan standard dan wajib dipatuhi

Page 58: Kas Dan Setara Kas

57

3.3.2. Prosedur Pemeriksaan Kas dan Setara Kas pada Kap Tasnim Ali

Widjanarko dan Rekan Dibandingkan dengan Teori yang ada.

Prosedur pemerikasaan kas dan setara kas pada KAP Tasnim Ali

Widjanarko dan Rekan tidak jauh berbeda dengan teori yang ada dilihat dari

tujuan yang sama dengan teori yang ada dan prosedur pengujian subtantif,

mulai dari Prosedur-prosedur awal, Prosedur analitis, Pengujian detil

transaksi, Pengujian detil saldo, dan penyajian dan pengungkapan semuanya

sudah ada pada prosedur yang dilakukan oleh KAP Tasnim Ali Widjanarko.

Pengujian substantif atas asersi-asersi saldo kas dan setara kas dapat dilihat

pada lampiran.

Prosedur ini sudah diterapkan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Tasnim

Ali Widjanarko untuk memeriksa kas dan setara kas pada kliennya. Klien

yang sudah pernah dipriksa adalah antara lain; Evalisa, KCB,Canggu school,

dan BEP

Page 59: Kas Dan Setara Kas

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan dan tinjauan pustaka, dapat ditarik simpulan

bahwa prosedur pemeriksaan audit kas dan setara kas meliputi prosedur-prosedur

awal yang bertujuan untuk memahami bisnis klien dan pentingnya kas dalam

perusahaan, prosedur analitis, pengujian detil transaksi (sejumlah pengujian

substantive detil berupa penelusuran dan pencocokan ke dokumen transaksi

penerimaan dan pengeluaran kas), pengujian detil saldo (bertujuan untuk menguji

kebenaran nilai saldo), dan penyajian dan pengungkapan. Semua itu bertujuan

untuk mengetahui apakah ; 1) eksistensi, hak dan kewajiban kas dan setara kas

milik perusahaan?, 2) Kas dan setara kas merupakan hak perusahaan dan tidak ada

pembatasan pemakaiannya?, 3) kas dan setara kas telah dicatat dengan benar?, 4)

Kas dan setara kas telah dinilai sesuai jumlah yang bisa diperoleh kembali

(realizable value)?, 5) Kas dan setara kas telah disajikan dan diungkapkan dengan

benar dalam laporan keuangan? Pertimbangan prosedur KAP Tasnim Ali

Widjanarko dan Rekan Cabang Denpasar, Bali, telah sesuai dengan teori yang ada

dalam literatur dan tidak ada perbedaan penerapan sistem pengendalian intern

yang dilakukan oleh KAP Tasnim Ali Widjanarko dan Rekan Cabang Denpasar,

Bali dengan teori yang ada.

58

Page 60: Kas Dan Setara Kas

59

4.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka terdapat saran-saran yang dapat dipakai

sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan, yaitu antara lain :

1) Walaupun prosedur audit yang dilakukan oleh KAP Tasnim Ali

Widjanarko & Rekan telah sesuai dengan teori, namun tetap diperlukan

peningkatan efektivitas dan kualitas pemeriksaan agar lebih cermat dan

teliti sehingga dapat memperlancar pelaksanaan audit.

2) sebaiknya pertimbangan untuk melakukan kas opname atau observasi

kas opname tidak dilihat dari segi kas material saja. Agar tidak

terjadinya kesalahan dalam memberikan pendapat.

3) Pembinaan secara berkala perlu dilakukan terhadap auditor KAP Tasnim

Ali Widjanarko & Rekan sehingga dalam pelaksanaan audit dapat

bekerja secara maksimal, dan peningkatan sumber daya manusia auditor

yang dimiliki dengan menambah pengetahuan teknologi informasi yang

setiap saat mengalami perkembangan dan kebijakan pemerintah

menyangkut perekonomian di Indonesia.

4) Auditor juga harus menambah pengalamannya dalam audit dengan

selalu mengikuti perkembangan terbaru dunia bisnis dan profesinya

sebagai auditor. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan

mengikuti Pendidikan Profesi Berkelanjutan (PPL) yang biasanya

diselenggarakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia ataupun seminar yang

berkaitan dengan audit. Selain itu, KAP Tasnim Ali Widjanarko dan

Page 61: Kas Dan Setara Kas

60

Rekan Cabang Denpasar dapat mengadakan training secara rutin bagi

seluruh auditor

Page 62: Kas Dan Setara Kas

DAFTAR PUSTAKA

Abadi Jusuf. 1997. Auditing : Pendekatan Terpadu. Edisi Revisi, Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat.

Agoes, Sukrisno. 2000. Auditing (Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik). Jilid 1. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Baridwan, Zaki. 1998. Sistem Akuntansi. Yogyakarta: BPFE

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2009. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Buku 1. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.

D.Hartanto, 1997. Akuntansi Untuk Usahawan, Edisi Kelima, LPFE-UI, Jakarta

Fadjarika.2012.Rencana audit & jenis pengujian, http://fadjarika.blogspot.com/2012/01/rencana-audit-jenis-pengujian.html diakses pada 5 desember 2012

Halim, Abdul. 2003. Auditing (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan). Jilid 1 Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Jusup, Al. Haryono. 2001. Auditing (Pengauditan). Buku 1. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Kantor Akuntan Publik Tasnim Ali Widjanarko & Rekan. 2006. Pedoman Audit. Jakarta.

Mulyadi. 2002. Auditing. Buku 1 Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.

S, Munawir. 1993. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberti

Rahyuda, I Ketut, Wayan Murjana Yasa, dan Ni Nyoman Yuliarmi. 2004. Metodologi Penelitian. Buku Ajar Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Universitas Udayana, Fakultas Ekonomi. 2010. Pedoman Kerja Profesi Mahasiswa (KPM). Denpasar.