kas bon mustafa _hal22_23edisi37des07

2

Click here to load reader

Upload: kaligelis

Post on 11-Jul-2016

64 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Kas Bon Mustafa _hal22_23edisi37des07

Liputan Khusus22 MODUS ACEH MINGGU I, JANUARI 2008

Komentar Anda terhadap penahanan Mustafa A.Glanggang?

Saya tidak melihatnya secara pribadi sosok yang di-tahan itu adalah Mustafa A. Glanggang. Tapi lebih kepa-da perbuatannya yang diduga telah melakukan penyele-wengan keuangan negara dan daerah. Bukan hanyaMustafa, siapa pun yang melanggar hukum harus dipros-es sesuai hukum yang berlaku.

Maksudnya?Siapa pun yang terlibat dalam dugaan bobolnya

Kasda Bireuen itu harus diusut semua. Karena dugaankorupsi dalam kasus tersebut sepertinya dilakukan se-cara berjamaah. Jadi, kami harapkan kepada pihak ke-polisian untuk mengusutnya sampai tuntas ke akar-akarnya.

Mengenai kinerja polisi sendiri?Saya angkat salut dan menaruh apresiasi yang be-

sar sekali terhadap kinerja kepolisian dalam mengusutkasus kas bon ini. Mereka telah bekerja keras dan penuhtanggung jawab, terutama untuk kepentingan masyarakatbanyak. Prestasi itu harus dipertahankan dan dan apa-bila perlu ditingkatkan lagi.

Kenapa?Ini sangat penting, terutama untuk mendongkrak

kembali citra polisi di mata masyarakat. Khususnya ter-hadap Polres Bireuen yang menangani kasus tersebut.Kami harap mereka jangan panas-panas tahi ayam. Jan-gan karena Kapolresnya masih baru dan semangatnyamasih menggebu-gebu dalam mengusut berbagai ka-sus. Tapi setelah agak lama bertugas eksistensinya per-

Kepemimpinan Mustafa AGlanggang sebagai

Bupati Bireuen, memangpenuh warna. Mulai dari

memecat guru, menudingKapolres PersiapanBireuen “melarikan

barang inventaris” hinggamengadukan wartawan

ke polisi. Alamak!

asih ingat dengan namaKompol Laksa WidiyanaSIK? Dia adalah mantanKapolres Persiapan

Kabupaten Bireuen, tahun 2004lalu. Mungkin, dari ratusan perwirakepolisian yang pernah bertugas diAceh, bisa jadi Laksa bernasib apes.Bayangkan, dia sempat bersiterudengan Mustafa A Glanggang, saatmantan Ketua DPW GP Ansor inimenjadi orang nomor satu di daer-ah itu. Masalahnya sepele, Mustafaatau akrab disapa Gusmus itu,menuding Laksa “membawa”barang inventaris, saat dirinya pin-dah tugas ke Banda Aceh.

Mustafa memaparkan hal itu, 15Februari 2004 silam kepada tigawartawan di Bireuen dengan tud-ingan bahwa Kapolres itu memba-wa lari seluruh asset yang dititip-kan Pemda Bireuen di rumah dinasKapolres di kawasan KampungBaru. Sontak, informasi tadi men-jadi buah bibir dan berita “seksi”kalangan pers di kabupaten peng-hasil keripik pisang tersebut.

Tudingan pedas itu akhirnyamenyulut sidak (inspeksimendadak) Kapolda NAD IrjenPolisi Drs Bachrumsyah Kasmanselama 10 menit ke rumah dinasKapolres Bireuen dengan meng-

Mustafa Menebar Angin,Lalu Menuai Badai?

gunakan satu unit helikopter poli-si, menyusul keluarnya beritatersebut di media massa.

Ketika itu, Laksa sendiri men-yatakan, statemen itu keluar darimulut Mustafa A Glanggang kare-na dia kecewa terhadap upaya pe-meriksaan Bupati dalam kasusdugaan penyelewengan mobilersebesar Rp 701 juta pada Dinas Pdan K setempat. Kasus itu sendirisampai saat ini masih seperti me-negakkan benang basah.

Perlahan kasus itu memang te-lah mencair, namun sekedar tahusaja, ternyata “adu-mengadu” ad-alah salah satu hobby bupati yangjuga mantan wartawan ini. Dia per-nah mengungkapkan isi hatinyabahwa dia agak kurang enak tidurjika tidak terganjal dengan masalahapa. Bukan hanya itu, Mustafa jugapernah ingin menjerat wartawanharian Rakyat Aceh ke polisi. Mela-lui kuasa hukumnya, HanafiahHusen SH dari Lembaga BantuanHukum (LBH) Karya Muda Indo-nesia – Bireuen, jalan panjang Mus-tafa bagaikan akumulasikekecewaannya terhadap mediayang saban hari dan pekan,mengkritisi berita tentang kebo-brokan kebijakan orang nomorsatu di daerah itu. Puncaknya ad-alah, tertuang catatan tentang“bau” intervensi dia dalam pelak-sanaan Konfercab PWI NAD di Bi-reuen, Sabtu – Minggu (15-16/10),silam.

Kisahnya begini, untuk me-lengkapi bagian akhir dalam beritaacara pemeriksaan (BAP) kasuspenyelewengan mobiler pada Di-nas P dan K Bireuen tahun 2002 se-nilai Rp 701 juta lebih, pihak peny-idik di Mapolres Bireuen akan seg-era memeriksa dan memintai ket-erangan Bupati, Drs Mustafa AGlanggang. “Dari seluruh pemer-iksaan sebelumnya oleh penyidik,

semua masalah penggunaan danabermuara kepada Bupati Bireuen.BAP akan segera dirampungkandalam waktu dekat. Untuk itu,kami akan segera memanggil Bu-pati guna mengklarifikasi keteran-gan para saksi dan tersangkaoknum Ir Mas”, ujar Kapolres Bi-reuen, Kompol Laksa Widiyana SIKkepada sejumlah wartawan, Sabtu(14/2/2004), silam.

Sementara itu, Mustafa yangdihubungi secara terpisah pada hariyang sama mengaku tidak pernahmerasa keberatan kalaupun harusdimintai keterangan oleh penyid-ik, asalkan pemanggilan terhadapdirinya sesuai dengan proseduryang telah ditetapkan.

Gayung pun bersambut. LaksaWidiyana menyebutkan, untuk pe-manggilan orang nomor satu diKabupaten Bireuen itu, pihaknyaakan segera mengajukan permo-honan ke Mapolda guna menerus-kan pengajuan memperoleh reko-mendasi (izin) dari Gubernur NADatas nama Mendagri. Berbeda den-gan pemanggilan para saksi sebel-umnya, untuk menghadirkan seor-ang bupati sebagai saksi dalam satukasus tertentu, Kapolres mengakuiharus menjalankan beberapa pro-tap (prosedur tetap) yang telah dia-tur dalam ketetapan hukum.

Laksa juga mengatakan, selainmemeriksa tersangka oknum IrMasri (selaku pimpro proyek sara-na dan prasarana), sejauh ini timpenyidik telah memintai keteran-gan sejumlah saksi lain yangdiduga berkait dengan kasus ituyang terindikasi menyimpang dariaturan. Para saksi yang telah dim-intai keterangan oleh penyidikurainya, Kadis P dan K, Drs H Ibra-him Ali, bendaharawan barang, MHusen SPd, bendaharawan proyekmobiler, Firdaus, staf kas daerah,Muslem, Kabag Keuangan, Drs M

Nur Ibrahim, 10 kepala sekolah se-laku sasaran pengadaan dan tera-khir Wakil Bupati, Drs H Amirud-din Idris SE. “Seluruh saksi mengi-syaratkan bahwa dana yang ditar-ik dalam beberapa tahap itu ber-muara kepada Bupati Bireuen, jadiapapun resikonya bupati harus di-panggil untuk memberikan keter-angannya”, ujar Laksa seraya me-nambahkan, siapapun yang terlibatdalam kasus ini, maka hukumlahyang akan menentukan.

Bupati Bireuen, Drs Mustafa AGlanggang, yang ditemui bebera-pa jam setelah Kapolres memberiketerangan kepada sejumlah war-tawan mengaku, jika sesuai aturanmaka dirinya tidak pernah merasakeberatan memenuhi panggilanpenyidik. “Tetapi yang perlu sayajelaskan, pada prinsipnya proyekpengadaan itu sudah rampung dansecara administrasi tidak adamasalah apa-apa, kecuali sedikitterlambat karena situasi keaman-an kala itu sedang mengancam du-nia pendidikan di daerah kita”, jelasMustafa.

Secara teknis menurutnya, bu-pati tidak mengetahui masalah itusecara mendetail karena telahmenunjuk pimpro selaku penang-gung jawab pekerjaan, berikut timpengawas yang berwenangmelakukan pemantauan dan pen-catatan kerja di lapangan, kecualipolise manajemen yang bertumpupada pimpinan.

Sebagaimana diberitakan me-dia ini sebelumnya, terungkapnyaberita tentang indikasi penyelewen-gan proyek mobiler di lingkunganDinas P dan K Bireuen tahun 2002,setelah adanya penemuan buktitentang penarikan dana proyek se-nilai Rp 628,4 juta lebih. Dari totalnilai proyek pengadaan sebesar Rp701.844.000, telah dilakukan duakali penarikan masing-masing Rp

500 juta dan Rp 128.469.400 mela-lui cek yang ditandatangani WakilBupati Drs H Amirudin Idris SE dancek yang ditandatangani BupatiDrs Mustafa A Glanggang masing-masing pada tanggal 19 Novem-ber dan 30 Desember 2002. Pada-hal kala penarikan dana pertamakali, proyek itu belum dikerjakan,sedangkan pada penarikan kedua,pelaksanaan proyek terindikasibaru digarap dalam volume yangrelatif kecil sehingga memuncul-kan laporan adanya penyimpan-gan.

Hanya itukah? Ups! Nanti dulu.Perseteruan agaknya tidak ber-henti sampai disini. Bupati Bireuen,Drs Mustafa A Glanggang, akhirn-ya menuding Kapolres KompolLaksa Widiyana SIK meninggalkanwilayah tugasnya dengan memba-wa seluruh aset Pemda yangdititipkan untuk keperluan rumahdinas Kapolres.

Seperti ditulis Harian Analisa,Medan. Sesaat sebelum bertolak keBanda Aceh, Kapolres dapat mem-beritahukan kepadanya ketikaakan memboyong seluruh aset itu,namun nyatanya ia (bupati) barumengetahui beberapa saat sebe-lum Kapolres beranjak. Begitumengetahui Kapolres telah be-rangkat, bupati mengaku lang-sung memerintahkan Sekda Drs HHasan Basri Djalil untuk memper-tanyakan hal itu, namun ken-yataannya seluruh barang inven-taris rumah dinas Kapolres yangmasih terdata pada salah satu bagi-an di Setdakab setempat tetapdibawa pergi dengan sebuah trukbermuatan besar. “Saya mem-perkirakan, barang-barang asettersebut bernilai Rp 50 juta lebihyang seluruhnya adalah peralatanrumah tangga seperti kursi danberbagai bentuk benda lainnya.Kami belum pernah memberi izin

Drs. M. Jafar, Ketua Koalisi Barisan Guru Bersatu (Kobar-GB) Bireuen.

Hukum Harus Jadi Panglima!Hukum Harus Jadi Panglima!Hukum Harus Jadi Panglima!Hukum Harus Jadi Panglima!Hukum Harus Jadi Panglima!lahan-lahan berkurang.

Baik, apa saja perlakuan yang tidak selayaknyaterhadap guru, selama kepemimpinan Mustafa A.Glanggang?

Ya ada, terutama pemotongan-pemotongan yangmenjadi hak kami para guru, selama kepemimpinan dia.Kesejahteraan terhadap tenaga pendidiksangat kurang. Yang paling menyakitkanadalah, tertahannya uang TC yang jelas-jelas menjadi hak kami. Bayangkan, kamidi Kabupaten Bireuen baru sekali men-erima uang TC, yakni pada tahun 2007ini. Itu pun sebanyak Rp 50 ribu per bu-lan. Sedangkan kabupaten lain sudahmenerimanya empat tahun sampaisekarang. Jumlahnya pun berbeda,mereka mendapatkannya sangat jauh diatas kami, yaitu Rp 250 ribu per bulan.

Lainnya?Ya, kasus Idawati yang

sempat lama tertahan dulu.Masih ingatkan?

Harapan Anda tentangproses hukum selanjutnya?

Sekali lagi bukan hanya terhadap Mustafa, tapi aparatkepolisian harus mengusut semua orang yang terlibatdi dalamnya. Kepada aparat hukum lainnya, yaitu pihakkejaksaan dan pengadilan juga harus merespon hasilkerja polisi selama ini dengan penuh tanggung jawab.Jangan sampai nanti, polisi sudah capek-capek me-

ngusutnya, tapi nanti mentok di proses hukum selan-jutnya, di tingkat Kejaksaan maupun pengadilan. Saatini jangan ada lagi lagu lama, aparat hukum masihmain-main dalam hal penegakan hukum di negeri ini.Ingat, hukum harus jadi panglima! ***

■ Suryadi (Bireun)

M

Page 2: Kas Bon Mustafa _hal22_23edisi37des07

Liputan Khusus 23MODUS ACEH MINGGU I, JANUARI 2008

ini dibawa, apalagi belum sampaisatu tahun dibeli,” tutur BupatiMustafa A Glanggang dengan nadaheran.

Pihaknya aku Mustafa saat itu,sangat keberatan dengan sikapKapolres Laksa karena pada saatbertugasnya Kapolres yang barunanti, berarti Pemkab harus men-ganggarkan lagi anggaran untukpenyediaan aset baru seperti per-mulaan ketika terbentuknya PolresPersiapan Bireuen.

Sekdakab Bireuen Drs H HasanBasri Djalil yang ditemui wartawanatas permintaan bupati, memberi-kan keterangan singkat dan iamembenarkan telah berjumpa den-gan Kapolres, sesaat sebelum yangbersangkutan berangkat ke BandaAceh. “Saya sudah mengumpulkanseluruh data menyangkut asetyang kami inventarisir untuk ke-butuhan rumah dinas kapolres. Se-luruhnya mungkin hampir menca-pai Rp 90 juta termasuk biaya sewadan rehab rumah yang kami real-isasi secara bertahap”, urai HasanBasri seraya memperlihatkan lem-baran tersebut.

Prinsipnya menurut Sekda, iahanya menjalankan perintahatasan, namun tidak memilikikekuatan untuk menahan agarbarang-barang tersebut (dimintatidak dirincikan) dapat ditahan se-belum keluarnya izin yang mem-bolehkan dibawa keluar.

Tentu sudah dapat ditebak.Mendapat tudingan seperti itu, Lak-sa bagai kebakaran jenggot. Menu-rut dia, munculnya komentar Mus-tafa seperti itu, karena Gusmus ke-sal atas rencana pemanggilannyauntuk diperiksa dalam kasuspenyelewengan mobiler yang te-lah merugikan negara ratusan jutarupiah. “Seluruh barang itu sudahdiserahkan kepada saya, tetapi kokdiminta lagi? Itu pertanda ia kecewadengan rencana pemanggilannyadalam kasus penyelewengan mo-biler setelah sebelumnya penyidiksudah memeriksa wakil bupati,”kata Laksa Widiyana yang sedangmenempuh perjalanan darat keBanda Aceh, ketika itu.

Padahal katanya, ia juga telahmerehab sendiri rumah itu denganbiaya yang sangat besar, tetapi di-rinya tidak pernah meminta gantirugi kepada Pemda, sehingga iamerasa heran mengapa Pemdamalahan meminta kembali seluruhbarang yang telah diberikan ke-padanya. Meskipun hubungan den-gan Bupati Bireuen dinilainya kianmeruncing, namun Laksa yangmengaku masih berstatus sebagaiKapolres Bireuen, tetap pada prin-sip semula bahwa kasus penyele-wengan yang sedang di-BAP peny-idik setempat akan tetap dilanjut-kan sampai tuntas. Dia menilai,ungkapan bupati seputar dibawan-ya sejumlah barang-barang teruta-ma perabotan rumah tersebut, ad-alah sikap yang tidak dewasa kare-na sebelumnya sudah pernah dis-erahkan dengan sukarela.

Polemik itu akhirnya memanc-ing perhatian Kapolda NAD, IrjenDrs Bachrumsyah Kasman. Senin(16/2/2004), orang nomor satu di-jajaran kepolisian Aceh ini, melaku-kan inspeksi mendadak (sidak) kerumah dinas Kapolres Bireuenmenyusul statemen Bupati, MustafaA Glanggang tentang kepindahanKapolres setempat yang ditudingmenyertakan seluruh aset Pemdayang diperuntukkan bagi rumahdinas kapolres.

Jenderal bintang dua ini terbangdengan menggunakan sebuah he-likopter polisi. Kapolda hanya be-rada sekitar 10 menit di Bireuen set-elah masuk, memeriksa dan rumah

tersebut berikut memerintahkansejumlah bawahannya menginven-tarisir seluruh perangkat yang diba-wa Kapolres, Laksa Widiyana dankemudian beranjak ke Aceh Timur.

Kepada media ini, saat keluardari rumah dinas Kapolres Bireuenyang hanya berseberangan jalandengan lapangan bola tempatnyaturun helikopter, Kapolda men-gungkapkan, kedatangannya han-ya untuk menuntaskan tudinganBupati Bireuen terhadap bawahan-nya sebagaimana dilansir berbagaimedia cetak. “Saya datang hanyaingin mengetahui berapa ratus jutadana yang dibawa oleh KapolresLaksa Widiyana, jangan sampaigara-gara ini menghambat pem-bangunan di Kabupaten Bireuen.Yang pasti berapapun kecilnyapenyelewengan dana APBD harusdiusut tuntas”, kata Kapolda den-gan nada tegas.

Selanjutnya Kapolda jugamenyebutkan, dia akan membayarberapapun besarnya aset PemdaBireuen yang terindikasi telah diba-wa Kapolres, berikut melengkapiseluruh peralatan lainnya untukKapolres baru yang akan segerabertugas di Bireuen pada Selasa (17/2/2004). Kedatangan singkat Kapol-da NAD ke Bireuen waktu itu, sem-pat menimbulkan tanda tanya darisejumlah kalangan terutama peja-bat setempat yang sebelumnyasudah mencium bau-bau tak sedapmenyusul perseteruan antaraKapolres Bireuen Kompol LaksaWidiyana SIK dengan Bupati, DrsMustafa A Galanggang sebagaima-na diberitakan media cetak.

Sementara, Kabag Ops yangjuga pelaksana tugas Kapolres Bi-reuen, saat itu AKP Adi Marwanmenyebutkan, Kapolda telah me-merintahkan salah seorang per-wira yakni Ipda Sudjarwo untukmenginventarisir seluruh asetyang dibantu Pemda Bireuen danmengganti kerugian seluruhnya.Selain itu Kapolda juga telah me-minta agar yang bersangkutanmenyampaikan laporan tertulisuntuk proses kompensasi angga-ran dari Polda NAD menyangkutseluruh kebutuhan yang diperun-tukkan kepada pejabat Kapolresyang akan masuk. Pada bagian lain,sejumlah perwira di Polres Bireuenkepada wartawan menyatakan,ungkapan Bupati Drs Mustafa AGlanggang yang menuding per-lakuan Kapolres Laksa Widiyana,dinilai sangat memalukan korpskepolisian, apalagi truk yang men-girim benda-benda milik Laksa di-tahan di perbatasan dan kini dise-but-sebut telah digiring ke MarkasDenpom di Lhokseumawe. “Sayamenilai, pernyataan bupati sangatkekanak-kanakan. Seharusnya se-orang pejabat daerah tidak bolehngomong atau bertindak secerobohitu, apalagi terhadap Kapolres.Bagaimanapun, dia (kapolres-red)juga sebagai salah satu unsur Mus-pida di kabupaten ini,” kata KetuaDPRK Bireuen, Ridwan Khalid, ke-tika itu.

Seharusnya permasalahanyang kian meruncing itu harapn-ya, tak perlu terjadi. Terlebih lagibarang-barang yang dibawa Kapol-res Bireuen tidak bernilai besar jikadibandingkan dengan jasa-jasanyaselama bertugas di Bireuen. Sebe-lum mengambil sikap, seharusnyatambah Ridwan, bupati bisamelakukan pendekatan secara de-wasa sehingga tidak menimbulkanmasalah seperti sekarang yang ke-lihatan semakin runyam dan meli-batkan Kapolda NAD. “Ini menu-rut saya tak lebih sebagai sikap atauitikad yang ingin mempermalukanseseorang, padahal dibalik itu bu-

kan hanya pribadi Laksa Widiyanayang dipermalukan tetapi sudahmengarah pada sikap memper-malukan korps kepolisian,” paparRidwan dengan nada kesal.

Pada bagian lain, ia menyata-kan sangat sependapat denganpernyataan Kapolda yang beritikadmembabat habis seluruh koruptordi daerah termasuk di tubuh Pemk-ab Bireuen yang kini masih dipe-runcing oleh sejumlah kasus korup-si yang terindikasi melibatkanoknum pejabat teras.

Yang menarik, jika berhadapandengan Kapolres Persiapan Bireuen,Kompol Laksa W, Bupati Bi-reuen, Mustafa A Glanggang,mengguna “jasa” war-tawan. Tak lama kemudi-an, dia justeru men-gadukan wartawan kepolisi pula.

Persis, Senin dan Se-lasa, 17 Oktober 2004,Bupati Bireuen, Drs

Mustafa A Glanggang mengadu-kan wartawan Harian Pagi RakyatAceh Bahrul Walidin kepada pihakkepolisian. Itu disebabkan, karenamerasa dicemarkan nama baiknyamenyusul salah satu dari dua tu-lisan yang diturunkan harian itu, Se-nin – Selasa (17-18/10). KeberatanMustafa yang berujung pengadu-an kepada polisi melalui kuasa hu-kumnya Hanafiah Husen SH dariLembaga Bantuan Hukum (LBH)Karya Muda Indonesia – Bireuen,disikapi banyak pihak sebagaisuatu tindakan emosional olehmantan wartawan itu dalam me-

nyikapi kritik sosial darimedia massa.

Menyusul pen-gaduan ke polisiyang dilayangkankuasa hukum Mus-tafa, informasi itu

langsung meluas di KabupatenBireuen bahkan menyeruak hing-ga ke sebagian besar kalanganpers di Banda Aceh yang barubeberapa hari kembali dari Bi-reuen mengikuti konfercab PWINAD.

Kapolres Bireuen, AKBP DrsYanto Tarah ketika itu kepadapers mengatakan, menanggapikasus gugatan orang nomor satudi kabupaten itu terhadap war-tawan Harian Rakyat Aceh, pi-haknya akan terlebih dahulu me-mintai keterangan Bupati Bireuen.“Saya akan kirim anggota untukmemintai keterangan awal dariBupati Mustafa Glanggang. Apa-kah dia serius mengajukan pen-gaduan itu. Kalau benar serius,kami akan surati gubernur untukselanjutnya bisa memanggil danmemintai keterangan lanjutandari bupati,” jelas Yanto Tarah.Selanjutnya dalam kasus ininantinya lanjut dia, pihaknyaakan meminta keterangan PWINAD dan Redaksi Harian RakyatAceh serta panggilan terakhirakan ditujukan kepada BahrulWalidin selaku wartawan yangdiadukan oleh bupati. “Begitupun kami masih berharap se-moga polisi bisa meredakan per-soalan ini. Kalau pun tak bisa kamiakan lanjutkan saja sesuai pen-gaduan dia (bupati-red),” paparKapolres Yanto.

Keberatan Bupati Bireuen DrsMustafa A Glanggang yang beru-jung pengaduan kepada polisi be-rawal dari salah satu dari dua bagi-an catatan Bahrul Walidin yangdimuat Harian Rakyat Aceh, Se-nin (17/10/2004) yang meng-indikasikan adanya nuansa inter-vensi orang nomor satu di kabu-paten itu dalam pelaksanaan kon-fercab PWI NAD. Beberapa bagi-an yang memberatkan Mustafa AGlanggang sebagaimana laporankepada polisi dikutip dari catatanpertama yang dimuat harian itudisebutkan:”Berbagai nuansamenyelimuti pelaksanaan KonfercabPWI yang dilangsungkan di KotaJuang Bireuen, mulai aroma inter-vensi penguasa (bupati-red) yangmenjadi pihak tuan rumah, upaya-upaya kandidat calon Ketua PWImendiskualifikasikan hak suara peser-ta konfercab dengan berbagai dalihyang kurang realistis, serta mencu-atnya isu money politic dalam pemil-ihan Ketua PWI NAD Periode 2005– 2010".

Bagian lain yang dianggapmencemarkan nama baiknyayakni pada penggalan kalimat se-bagai berikut : “Derasnya nuansayang mengindikasikan intervensi ter-lihat terlihat dari monopoli Pemkabsetempat dalam penyelenggaraaneven konfercab”, serta penggalankalimat : “Disebut-sebut datangn-ya dari Bupati Bireuen, Drs MustafaA Glanggang yang terobsesi menda-patkan penghargaan pena emas dariKetua Umum PWI Pusat, TarmanAzzam”.

Kuasa hukum Bupati Bireuen,Hanafiah Husen SH ketika itumembenarkan kliennya telahmengkuasakan kepadanya pen-gaduan kepada polisi perihal tu-lisan wartawan Harian RakyatAceh yang dinilai mencemarkannama baiknya. “Sebagai tindaklanjut dari pengaduan itu, nantimalam Bupati akan diperiksa olehpenyidik,” kata Hanafiah yangmengaku bahwa pengaduan itumeminta polisi memproses/men-jerat pribadi si wartawan bukaninstitusi atau media tempat war-tawan tersebut bekerja. Ala-mak!***

■ Shaleh L.Seumawe

01. Dua belas unit toko di Jalan Laksamana Malahayati,depan SMPN I Kota Juang), sertifikat a/n:Ridwan YS (kemenakannya). Dua di antaranya pernah di-gunakan sebagai lokasi percetakan CV. Gareira.

02. Tujuh unit toko berlantai dua di eks tanah tukar gulingdengan PT Telkom (di samping gerbang Kompi Ban 113/Jaya Sakti Bireuen- Sertifikat a/n : M. Samir)

03. Satu unit toko berlantai dua di depan Kantor Yantel Bi-reuen. Konon didapatkan setelah menandatangani SIMBuntuk pemiliknya seorang WNI Keturunan.

04. Satu unit toko berlantai tiga di Jalan Pengadilan lama(tanah tukar guling dengan PN Bireuen). Kabarnya telahdinego alias diuangkan sekitar Rp 400 juta.

05. Satu unit toko di atas tanah Perum Pegadaian (tukar gulingdengan Pemda Bireuen, tetapi Pemda tidak mendapat asetapapun di atas tanah itu), kabarnya telah diuangkan.

06. Dua pintu ruko lantai tiga di Banda Aceh

II. Tanah :Tanah seluas 6 hektare di kawasan Paya Kareung yangdibeli dari keluarga Syauki Markam. kepemilikannya dise-but-sebut menumpang nama Ir Azwar (mantan staf ah-linya).

III. Hotel :1. Graha Buana Bireuen dengan kapasitas 18 kamar2. Graha Buana Medan (depan kantor eks CV Pelangi)

berkapasitas sekitar 35 kamar, atas nama Ridwan YS,kemenakannya.

IV. Rumah :1. Di Banda Aceh belakang Pasar Lamgugop, Banda Aceh2. Rumah di Bogor, Jawa Barat

V. Kenderaan1. Satu unit mobil Herier warna silver2. Satu unit sedan Audi warna hitam.

■ Diolah dari berbagai sumber

DAFTAR DUGAAN HARTA KEKAYAANMUSTAFA A GLANGGANG

■ MODUS/Dok