karya tulis negeri naku

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ribuan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa kita sejak masa lampau hingga masa kini, diyakini telah menjadi faktor penentu terbentuknya kepribadian bangsa Indonesia. Kepribadian suatu bangsa tidak dibentuk dari unsur-unsur masa ini saja, tetapi mulai terbentuk dari masa-masa yang telah lewat, dan berkembang dari masa kemasa sejalan dengan sikap hidup yang dianut oleh bangsa itu. Masa Kini adalah akibat dari perkembangan masa lalu, sedangkan masa depan akan berkembang berdasarkan usaha-usaha masa kini. Oleh karena itu nilai-nilai kehidupan di masa lalu harus kita gali untuk menegakan martabat kita sekarang demi pembangunan masa depan ( Soekmono, 1982 dalam kapata Arkeologi Mei 2007 ). Pengetahuan tentang unsur kebudayaan masa lampau yang megah dan agung akan dapat meningkatkan pula kebanggaan bangsa yang bersangkutan sebagai pewaris budaya itu sendiri. Maluku sebagai salah satu bagian dari wilayah Nusantara yang berbentuk kepulauan menyimpan berbagai tinggalan Arkeologi yang cukup banyak dan menarik serta tersebar pada seluruh kawasan di Maluku. 1

Upload: vio-muskitta

Post on 21-Oct-2015

423 views

Category:

Documents


33 download

DESCRIPTION

Tinggalan Arkeologi Negeri Naku Sebagai Akses Penguatan Karakter Dan Jati Diri Bangsa Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Karya Tulis Negeri Naku

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ribuan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa kita sejak

masa lampau hingga masa kini, diyakini telah menjadi faktor penentu

terbentuknya kepribadian bangsa Indonesia. Kepribadian suatu bangsa tidak

dibentuk dari unsur-unsur masa ini saja, tetapi mulai terbentuk dari masa-masa

yang telah lewat, dan berkembang dari masa kemasa sejalan dengan sikap hidup

yang dianut oleh bangsa itu.

Masa Kini adalah akibat dari perkembangan masa lalu, sedangkan masa

depan akan berkembang berdasarkan usaha-usaha masa kini. Oleh karena itu nilai-

nilai kehidupan di masa lalu harus kita gali untuk menegakan martabat kita

sekarang demi pembangunan masa depan ( Soekmono, 1982 dalam kapata

Arkeologi Mei 2007 ).

Pengetahuan tentang unsur kebudayaan masa lampau yang megah dan

agung akan dapat meningkatkan pula kebanggaan bangsa yang bersangkutan

sebagai pewaris budaya itu sendiri.

Maluku sebagai salah satu bagian dari wilayah Nusantara yang berbentuk

kepulauan menyimpan berbagai tinggalan Arkeologi yang cukup banyak dan

menarik serta tersebar pada seluruh kawasan di Maluku.

Maluku yang dikenal sebagai tanah raja-raja berasal dari kata AL-MULK,

menjadikan Maluku sebagai surga rempah-rempah bagi bangsa barat untuk datang

dan berusaha menguasai negeri ini yang diawali dengan 3 misi, diantaranya Gold,

Glory, dan Gospel. Mereka tersebar hampir di seluruh pelosok negeri ini, dan

menjadikan kota Ambon sebagai ibukota Maluku, yang dalam bahasa daerah

berarti Embun dari kata “ Nusa Yapono” ( Pattikayhatu.J.A.2009)

Kota Ambon terletak dijazirah Leitimur dan memajang melalui pesisir teluk

Ambon bagian luar dan memiliki negeri-negeri yang masih kuat dengan

kehidupan adat- istiadatnya, salah satunya yaitu negeri Naku.

1

Page 2: Karya Tulis Negeri Naku

Negeri Naku terletak pada daerah pegunungan di Jazirah Leitimur ini

menyimpan kekayaan sumber daya Arkeologi yang menarik dan kaya akan nilai

yang telah diwariskan oleh para leluhur di negeri ini.

Nilai-nilai yang ada dalam setiap tinggalan tersebut sangat penting untuk

memperkuat karakter dan pengembangan jati diri kehidupan bermasyarakat di

negeri ini. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata

Nomor: PM.17/PR.001/MKP/2010 tertanggal 26 Januari 2010 tentang Rencana

Strategis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2010 – 2014, bahwa Di

dalam Buku II RPJMN tahun 2010 -2014, khususnya Bab II : Sosial Budaya dan

Kehidupan Beragama, pembangunan bidang kebudayaan diprioritaskan pada

penguatan jati diri bangsa dan pelestarian budaya yang dilakukan melalui empat

fokus prioritas. Pertama, penguatan jati diri dan karakter bangsa yang

berbasis pada keragaman budaya, dengan meningkatkan: (a) pembangunan

karakter dan pekerti bangsa yang dilandasi oleh nilai-nilai kearifan lokal; (b)

pemahaman tentang kesejarahan dan wawasan kebangsaan; (c) pelestarian,

pengembangan dan aktualisasi nilai dan tradisi dalam rangka memperkaya dan

memperkokoh khasanah budaya bangsa.

Untuk itulah maka pengembangan Tinggalan-tinggalan Arkeologi ini harus

tetap diperhatikan untuk memperkuat kehidupan berbangsa dan bernegara di

negeri ini.

Maka dari latar belakang inilah kami selaku penulis termotivasi untuk

membuat penulisan dengan judul : “ Tinggalan Arkeologi Negeri Naku Sebagai

Akses Penguatan Karakter Dan Jati Diri Bangsa “.

1.2. Masalah

Setelah tim kami melakukan penelitian di Negeri Naku, maka permasalahan

yang kami angkat dalam penulisan ini adalah :

“Bagaimanakah Tinggalan Arkeologi di Negeri Naku Dapat Menjadi

Akses Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa “.

2

Page 3: Karya Tulis Negeri Naku

1.3. Tujuan dan Manfaat

1.3.1. Tujuan

Tujuan yang dapat kami simpulkan, sebagai berikut :

Memperkenalkan kembali peninggalan arkeologi yang ada di negeri Naku

yang dapat menjadi akses penguatan karakter dan jati diri bangsa.

Mengembalikan pemahaman masyarakat secara umum bahwa peningalan

arkeologi sangat bermanfaat untuk peningkatan karakter dan jati diri

bangsa.

Meningkatkan kesadaran masyarakat terlebih khusus generasi muda akan

pentingnya nilai-nilai tinggalan arkeologi yang dapat memperkuat karakter

dan jati diri anak negeri khususnya di Maluku.

1.3.2. Manfaat

Manfaat yang dapat kami simpulkan, sebagai berikut :

Meningkatkan kesadaran masyarakat negeri Naku tentang pentingnya

nilai-nilai karakter yang terkandung dalam peninggalan arkeologi.

Melestarikan peninggalan arkeologi negeri naku dalam membangun

karakter bangsa

1.4. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan yaitu studi kepustakaan dengan mengumpulkan

sumber tertulis dan informasi serta literatur yang telah tersedia. Penyelesaian

karya tulis ini melalui beberapa tahap, yaitu :

Tahap I (Persiapan)

- Membentuk tim siswa penulisan karya tulis arkeologi

- Menentukan negeri yang dituju

- Merumuskan masalah dan menentukan judul

Tahap II (Pelaksanaan)

- Melakukan observasi ke negeri Naku

- Mengumpulkan data dalam hal ini literatur dan wawancara

Tahap III (Analisis dan Penulisan)

3

Page 4: Karya Tulis Negeri Naku

BAB II

PROLOG NEGERI NAKU

2.1. Sejarah Negeri Naku

Negeri Naku mulai terbentuk pada awal abad ke-14, dan merupakan salah

satu negeri yang tertua di Jazirah Leitimor. Menurut narasumber penduduk Negeri

Naku berasal dari Pulau Jawa, Buton dan Halmahera. Pendatang pertama Negeri

Naku adalah Bori yang merupakan keturunan Ali dari pulau Jawa dan Pika

Kumbang yang berasal dari Ureng.

Negeri Naku berasal dari kata “NANAKU” atau “NANAHU” yang berarti

suatu tanda atau bukti yang memudahkan orang untuk menentukan posisi suatu

tempat dan kedudukan suatu wilayah tertinggi dari arah laut atau menandai bunyi

dentuman yang menggema keras dari suatu benda sebagai sumber berkat dari

lautan.

Tempat yang ditandai sebagai bukit yang tertinggi di wilayah Negeri Naku

adalah “HAULALUTU” yang artinya Batu Tempat Bertelut. Ini juga merupakan

sasaran utama pendatang yang kedua di Negeri Naku yaitu Pattileuw bersama

saudara-saudaranya membangun tempat tinggal. Soa Pessi dan Soa Patti secara

bersama-sama dan gotong royong perusa dimana mereka menetap ini menjadi

sebuah Aman atau negeri dan di beri nama “Naku Aman Dua” yang artinya

“Nanaku tempat diam dua soa”.

Dalam kehidupan adat Negeri Naku terdapat 3 Soa yang masing-masing

memiliki satu batu teung yang merupakan bukti kedatangan mereka di negeri

Naku, antara lain :

1. Soa Pessi dengan Teung Souwasa

Siri Lahui

Soa ini mempunyai pancaran mata

rumah yang berdiam didalamnya

mata rumah Tutulepi.

4

Gambar. 1Batu Teon Soa Pessi

Page 5: Karya Tulis Negeri Naku

2. Soa Patti dengan Teung Halalutu Palemahu.

Soa ini mempunyai pancaran mata rumah

yang berdiam didalamnya mata rumah Sou

Mahu.

3. Soa Huwae dengan Teung Toma Hua

Soulisa

Soa ini mempunyai mata rumah yang

bernama Riripelei.

Dari ketiga Soa tersebut, salah satu (Soa Huwae) sudah tidak lagi menempati

Negeri Naku. Ini dikarenakan terjadinya perpindahan tempat tinggal.

Di negeri ini juga terdapat tempat yang dikhususkan bagi anggota-anggota

clan untuk berkumpul yakni :

1. Baileuw Negeri, yaitu sebagai tempat pertemuan dan tempat memutuskan

setiap masalah yang ada dan juga berfungsi sebagai Kantor Negeri Naku.

2. Rumah Kapitan, yaitu sebagai tempat pertemuan atau tempat untuk

membuat ritual adat mula-mula.

Lambang Negeri Naku terdiri dari :

1. Warna Merah melambangkan keberanian dan kepahlawanan warga Negeri

Naku sebagai suatu respons terhadap berbagai ancaman yang datang dari

luar.

2. Warna Hijau melambangkan pohon beringin yang merupakan tanda

perlindungan terhadap Negeri Naku, selain itu juga pohon beringin ini

sebagai lambing potensi alam yang melimpah di Negeri Naku.

3. Warna Kuning melambangkan buah pala yang sudah siap dipanen.

4. Segitiga Putih melambangkan Ketulusan Hati.

5

Gambar. 3Batu Teon Soa Huwae

Gambar. 2Batu Teon Soa Patty

Page 6: Karya Tulis Negeri Naku

5. Tongkat Komando melambangkan kepemimpinan di Negeri Naku

dipimpin oleh Soa Patty.

6. Panah dan Keris melambangkan Kapitan Soa Huwae

7. Tombak melambangkan Kapitan Soa Pessi.

2.2. Sistem Pemerintahan Negeri Naku

Pada tahun 1549 Negeri Naku mulai membentuk sistem pemerintahannya.

Sistem ini dilambangkan dengan “Setir Kapal” yang artinya Pemerintahan

harus dijalankan secara bijak dan arif, dalam menghadapi setiap

permasalahan yang ada.

Sistem pemerintahan yang ada di negeri Naku dapat di lihat dari dua sisi,

antara lain :

2.2.1.Sistem Pemerintahan Adat

Sistem Pemerintahan di Naku sangat dipengaruhi oleh beberapa masa

penting, yakni masa pra masuknya pengaruh luar, seperti penguasaan

jaman kerajaan-kerajaan besar, kemudian masa ketika telah masuknya

pengaruh dari luar serta masa dimana sistem Ketatanegaraan Indonesia

berlangsung.

Negeri Naku mengalami dua masa penting yang mempengaruhi bentuk

pemerintahan negerinya. Masing-masing adalah jaman di mana

gelombang pendatang berlangsung, dan jaman pemerintahan Negara

Indonesia yang mempraktekkan Undang-Undang sistem pemerintahan

Desa dan Daerah.

6

Gambar. 4Lambang Negeri Naku

Gambar. 5Lambang Negeri Naku di

Baileuw Negeri

Page 7: Karya Tulis Negeri Naku

Sistem pemerintahan negeri adat di Naku di atur serta di pimpin oleh Latu

atau raja dan di bantu oleh sejumlah perangkat struktur lainnya, yaitu :

1. Raja atau Patti

2. Badan Saniri Negeri

3. Marinyo

4. Kewang

5. Kepala-Kepala Soa

6. Kapitan

7. Tuan Tanah

Gambar. 6Struktur Pemerintahan Adat Negeri Naku

2.2.2.Sistem Pemerintahan yang didasarkan pada Undang-Undang No 5

tahun 1974 tentang Sistem Pemerintahan Desa

Strutur pemerintahan adat negeri Naku sebagaimana digambarkan dalam

bagan di atas, selanjutnya mengalami perubahan seiiring kewajiban

implementasi Undang-Undang Nomor 32. Guna memperlihatkan adanya

perbedaan bentuk antara system pemerintahan adat dengan system

7

Page 8: Karya Tulis Negeri Naku

pemerintahan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 yang diteruskan

hingga Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Sistem

Pemerintahan Otonomi Daerah, maka berikut ini disajikan pula bagan

system pemerintahan desa di Naku (setidaknya sampai sebelum

diberlakukannya perda Negeri yang dikeluarkan oleh pemerintah Kota

Ambon).

Jumlah aparatur pemerintah desa di Naku, adalah antara lain :

1. Satu Orang Kepala Desa

2. Satu Orang Sekretaris Desa

3. Satu Orang Ketua BPD ditambah 8 orang anggota

4. Satu Orang KAUR Pemerintahan ditambah 5 orang anggota

5. Satu Orang KAUR Pembangunan ditambah 3 orang anggota

6. Satu Orang KAUR Umum

7. Satu Orang KAUR KESRA ditambah 2 orang anggota

8. Dua Orang Kepala Dusun

Gambar 7. Struktur Pemerintahan Negeri Naku Menurut UU No.5/1979 dan UU No 32/2004

8

Page 9: Karya Tulis Negeri Naku

2.3. Keadaan Geografis

Naku merupakan salah satu negeri yang terletak di daerah pegunungan

Jazirah Leitimur, tepatnya di Bagian Selatan pulau Ambon.

Secara geografis, luas wilayah Negeri Naku adalah sebesar 8 Km2. Luas

wilayah Negeri Naku terbagi atas :

1. Tanah pemukiman seluas 6 Ha

2. Tanah pertanian seluas 793 Ha

3. Tanah perkebunan seluas 972 Ha

4. Tanah pekuburan seluas 3 Ha

5. Tanah yang masih belum diolah seluas 3.846 Ha

Berdasarkan letak geografis, Negeri Naku berbatasan dengan :

1. Di sebelah Timur berbatasan dengan Negeri Kilang

2. Di sebelah Barat berbatasan dengan Dusun Mahia Negeri Urimesing

3. Di sebelah Utara berbatasan dengan Negeri Hatalai

4. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda

2.4. Keadaan Penduduk

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Negeri Naku tahun 2011,

penduduk Negeri Naku berjumlah 691 jiwa dengan rincian sebagai berikut :

Berdasarkan Jenis Kelamin

- Laki-laki : 339 jiwa

- Wanita : 352 jiwa

Dari data di atas terlihat bahwa jumlah masyarakat Naku tidak terlalu banyak,

dan hampir sebagian besar penduduk Negeri Naku telah menetap di Kota

Ambon.

2.5. Keadaan Sosial dan Ekonomi

2.5.1.Keadaan Sosial

Kehidupan sosial masyarakat Negeri Naku berlangsung cukup baik, hal

ini ditandai bukan hanya oleh situasi negeri yang cukup aman di tinjau

dari aspek keamanan lingkungan, tetapi kehidupan kerukunan

9

Page 10: Karya Tulis Negeri Naku

masyarakat juga diperkaya oleh bentuk-bentuk hubungan kekerabatan

dan kerja sama di kalangan masyarakat yang cukup erat.

2.5.2. Keadaan Ekonomi

Kehidupan ekonomi masyarakat Negeri Naku tidak dapat dilepaskan dari

ketersediaan sumber kehidupan ekonominya, yaitu alam berupa hutan

dan laut.

Ada 2 sumber kehidupan ekonomi masyarakat Negeri Naku, yaitu :

1. Sumber Kehidupan Ekonomi di Darat atau Hutan.

Negeri Naku, memiliki andalan kehidupan ekonomi di darat atau hutan

berupa tanaman pohon buah-buahan, pohon rempah-rempah, maupun

umbi-umbian. Untuk pohon buah-buahan antara lain ada salak, durian,

rambutan, kecapi, lansat, duku, kakukasng (jenis buah yang serumpun

dengan lansat dan duku), jambu merah (merah muda bergaris-garis

putih), dan salah satu komoditi buah-buahan yang merupakan produk asli

Negeri Naku yaitu buah Leci (Lacin). Buah-buahan ini berbuah menurut

musim panen masing-masing jenis, dan biasanya terjadi secara tahunan.

Meski musim panen terjadi secara berbeda, tetapi masing-masing varietas

memiliki waktu berbuah dan panen yang tidak sama periodenya.

Sehingga sepanjang waktu ada saja buah yang bisa di panen untuk di

komsumsi ataupun di jual. Selain pohon buah-buahan, ada juga komoditi

lainnya, yaitu Cengkih dan Pala yang dibudi daya selama ratusan tahun.

Tabel 01: Luas Areal, Luas Panen, Hasil Produksi dan Rata-rata Produksi

‘Ubi Kayu’ di Negeri Naku

No.Luas Areal

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produksi

(Ton)

Rata-Rata

Produksi

(Ton/Ha)

1 6,00 12,00 207,00 17,25

10

Page 11: Karya Tulis Negeri Naku

Tabel 02: Luas Areal, Luas Panen, Hasil Produksi dan Rata-rata Produksi

‘Ubi Jalar’ di Negeri Naku

No.Luas Areal

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produksi

(Ton)

Rata-Rata

Produksi

(Ton/Ha)

1 2,00 2,00 34,50 17,25

Tabel 03 : Luas Areal, Luas Panen, Hasil Produksi dan Rata-rata Produksi

‘Kacang Tanah’ di Negeri Naku

No.Luas Areal

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produksi

(Ton)

Rata-Rata

Produksi

(Ton/Ha)

1 0,25 0,50 0,56 1,30

Tabel 04 : Luas Areal, Luas Panen, Hasil Produksi dan Rata-rata Produksi

‘Jagung’ di Negeri Naku

No.Luas Areal

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produksi

(Ton)

Rata-Rata

Produksi

(Ton/Ha)

1 1,00 1,00 1,50 1,50

2. Sumber Kehidupan Ekonomi di Laut.

Selain mata pencaharian di darat yaitu bakabong (berkebun) yang biasa

disebut oleh orang Ambon, ada juga mata pencaharian lain dari penduduk

Negeri Naku yaitu di Laut. Untuk melaut, masyarakat melakukannya

dengan sarana perahu dan jaring. Awalnya, masyarakat melaut dengan

cara tradisional yakni cara “Panggayo” yakni gaya dorong yang

memungkinkan perahu dapat maju ke depan, sementara bagian tengah

hingga ujung atas kayu tersebut di potong seukuran genggaman tangan

nelayan, dengan ujung atas sedikit lebih lebar dari tengah. Teknologi

sederhana dan tradisional ini, belakangan mulai diganti fungsinya dengan

11

Page 12: Karya Tulis Negeri Naku

motor tempel (sering disebut dengan ketinting). Berkaitan dengan hasil

penangkapan ikan dari laut, ada sistem pembagian hasil tangkapan yang

diatur di antara nelayan. Pembagian ini sangat memperhitungkan peran

pembagian kerja dan pemilikan sarana seperti pemilik perahu, pemilik

jaring tangkap maupun pemilik bagan yang biasanya berbentuk

organisasi. Ada presentasi tertentu yang disepakati di kalangan para

nelayan, sehingga penjualan hasil tangkapan juga dibagi dengan

presentasi yang sama.

2.6. Keadaan Budaya Masyarakat Negeri Naku

Kebudayaan sehari-hari masyarakat Naku ditandai oleh berbagai bentuk,

mulai dari pemeliharaan pranata-pranata adat, situs-situs kebudayaan hingga

aktivitas masyarakat.

Di Negeri Naku setidaknya ada terdapat tiga bangunan penting yang

mencirikan eksistensi kebudayaan masyakarat. Ketiga bangunan tersebut adalah

Baileuw (Baeleo), Rumah Raja serta Rumah Kapitan atau Rumah Tua. Khusus

untuk rumah Kapitan (Rumah Tua), telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Provinsi Maluku sebagai bangunan yang masuk dalam kategori

Cagar Budaya. Penetapan ini berimplikasi pada pembiayaan perawatannya oleh

Pemerintah Provinsi Maluku.

Naku sangat terkenal dalam hal memainkan alat musik “Tifa dan

Totobuang”. Jenis musik ini terdiri dari dua jenis alat musik pukul. Musik Tifa

dan Totobuang biasanya digunakan pada acara penting atau perayaan di negeri

12

Gambar. 8Nelayan yang sedang memperbaiki Jaring

Gambar. 9Perahu yang digunakan untuk melaut

Page 13: Karya Tulis Negeri Naku

Naku. Selain alat musik Tifa dan Totobuang ada juga Tari Lenso, dan Tari

Cakalele yang melukiskan sejarah peperangan oleh para Kapitan dan masyarakat

negeri Naku di waktu lampau.

Selain bangunan, alat musik dan tarian adat, ada juga pola-pola perilaku

hidup yang mencerminkan eksistensi kebudayaan yang dipraktekkan sejak lama

secara turun temurun di Naku, misalnya dalam hal perkawinan. Dalam

perkawinan, dikenal kawin masuk dan kawin keluar. Kawin masuk adalah

perkawinan yang terjadi antara perempuan yang bukan anak asli Negeri Naku

dengan laki-laki asli Negeri Naku. Pernikahan ini dimulai dengan prosesi masuk

minta yang dilakukan keluarga laki-laki. Sesudah itu baru pernikahan dilangsukan

dengan suatu acara adat dan acara agama dalam hal ini gereja. Jika yang kawin

adalah anak perempuan asli Negeri Naku maka itu dikenal dengan istilah kawin

keluar.

2.7. Potensi Tinggalan Arkeologi Negeri Naku.

Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari sistem kebudayaan manusia masa

lalu melalui kajian sistematis atas dasar data bendawi yang ditinggalkan. Kajian

sistematis meliputi penemuan dokumentasi analisis dan interpretasi berupa artefak

(budaya bendawi seperti kapak, batu dan bangunan) dan ekofak (benda

lingkungan seperti batuan, rupa muka bumi dan fosil) maupun fitur/artefaktur

yang tidak dapat dilepaskan dari tempatnya (situs arkeologi).

Selaras dengan pengertian arkeologi, maka penulisan kami mengkaji tentang

tinggalan-tinggalan sebelum masa penjajahan dan setelah masa penjajahan bangsa

Portugis dan Belanda. Tinggalan tersebut dibagi dalam dua kurun waktu, yaitu

sebelum penjajahan dan setelah masa penjajahan Portugis dan Belanda.

Beberapa Peninggalan sebelum masa Penjajahan bangsa Eropa yang masih

ada sampai sekarang, yaitu :

1. Rumah Tua atau Rumah Kapitan (Soa Pessy)

2. Tempat Sirih Soa Pessi

3. Perigi Wai Lili Lesi laka Putih Soa Patty

4. Batu Saniri

13

Page 14: Karya Tulis Negeri Naku

5. Batu Teon

6. Batu Tempat Makan Anjing

7. Batu Tempayang

8. 4 buah Tombak

9. 2 buah Kapseti (Topi Perang) untuk Kapitan dan Malesi

10. 2 buah Salawaku (Perisai)

11. 1 buah Parang

12. 1 buah Kompor (Tungku)

13. 1 buah Kapak

14. 1 buah Kuli Bia

15. 1 buah Kendi (ceret) yang berisi air

16. 1 buah Piring Makan

17. Tali Kain

18. Jimat (Pakatang)

Beberapa Tinggalan dari Jaman Portugis dan Belanda, yang masih ada

sampai sekarang yaitu :

1. Rumah Raja

2. Baileuw Negeri Naku

3. Lampu Gantung

4. Meja Rias Marmer

5. Meja Marmer

6. Peralatan Makan

7. Piring Tujuh Susun (piring tua)

8. Gelas Sloki berwarna

9. Baki

10. Kunci Rumah Raja

11. Tegel Rumah Raja

Dari hasil observasi yang dilakukan, dapat diperoleh informasi bahwa

sumber daya arkeologi yang ada di Negeri Naku bisa dijadikan referensi yang

menunjang karya tulis yang kami buat, karena di Negeri itu terdapat banyak

peninggalan-peninggalan bersejarah. Selain itu, walaupun para pelaku sejarah

14

Page 15: Karya Tulis Negeri Naku

telah tiada, namun riwayat benda-benda tersebut tetap dijadikan warisan kepada

anak cucu Negeri Naku dan mengandung nilai bagi pengembangan jati diri

bangsa.

15

Page 16: Karya Tulis Negeri Naku

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Nilai Yang Terkandung Dalam Tinggalan Arkeologi Di Negeri Naku

Pengetahuan tentang unsur kebudayaan yang megah dan agung, dapat

meningkatkan kebanggaan suatu bangsa sebagai pewaris kebudayaan tersebut,

serta yang dikaitkan dengan keagungan masa lampau. Tinggalan arkeologi

merupakan unsur kebudayaan yang memiliki nilai sejarah dan diwariskan menjadi

sumber daya budaya yang unik serta menjadi modal dalam menguatkan karakter

dan jati diri bangsa. Salah satunya terdapat di Negeri Naku yang merupakan aset

bagi pembangunan karakter dan jati diri masyarakat setempat. Banyak nilai

kehidupan yang dapat digali dari setiap benda-benda tinggalan arkeologi tersebut,

diantaranya :

1. Nilai Persatuan

Yang dapat tercermin dalam tinggalan :

Rumah Tua

Salah satu bangunan yang memiliki arti penting bagi kehidupan

masyarakat Negeri Naku adalah

Rumah Tua atau Rumah Kapitan.

Rumah ini telah berdiri sejak abad ke-

14 dan berusia sekitar 600 tahun.

Rumah tua Negeri Naku saat ini telah

melewati tahap renovasi yang

dilakukan oleh Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi

Maluku karena dianggap sebagai

salah satu bangunan yang masuk

kategori cagar budaya.

Yang unik dari rumah tua ini adalah bentuknya yang menyerupai limas

dengan daun pintunya yang merupakan daun ganda, dilengkapi beberapa

16

Gambar. 10Rumah Tua / Rumah Kapitan

Page 17: Karya Tulis Negeri Naku

kamar didalamnya serta sebuah lemari untuk menyimpan perlengkapan

Tuan Bori (Kapitan) dan Malessi. Perlengkapan itu antara lain :

1. Tombak

Ada tiga buah tombak di dalam rumah tua atau rumah kapitan, dimana

tombak yang besar adalah milik Kapitan dan yang satu milik Malessi

(Panglima atau Pengawal Kapitan). Sedangkan yang satunya lagi

disimpan di rumah tua sebagai cadangan.

2. Salawaku

Salawaku digunakan sebagai penangkis serangan pedang lawan.

3. Parang

Parang digunakan dalam perang untuk melawan musuh

4. Tempat Bakar Dupa/Kemenyaan (Kompor)

Digunakan pada saat Kapitan, Malessi dan bala tentara akan berperang.

Sebelum pergi berperang, mereka melakukan upacara ritual persiapan

perang dengan mandi dan menggunakan minyak pada tubuh. Selama

mereka berperang, dupa tidak boleh mati.

5. Ceret tempat air minum

Digunakan oleh Malessi dalam mempersiapkan air bila Kapitan dan

bala tentara kehausan.

6. Tahuri atau Asahuri (Kulibia)

Digunakan dalam ritual dengan keyakinan memanggil para leluhur dan

sebagai kode atau tanda keadaan negeri pada saat perang atau

melakukan ritual adat.

7. Topi yang terbuat dari baja untuk Kapitan dan Malesi (Panglima)

Digunakan oleh Kapitan dan Malessi dalam berperang yang di atasnya

terdapat bulu ayam putih yang melambangkan kesucian dan kebenaran

dalam mempertahankan negeri.

Selain itu, rumah tua ini biasanya digunakan sebagai tempat tinggal

kapitan dan tempat untuk berkumpul dalam melakukan ritual adat.

Tinggalan arkeologi ini memberi pelajaran tentang pentingnya nilai

Persatuan agar masyarakat Maluku terlebih khusus generasi muda negeri

17

Page 18: Karya Tulis Negeri Naku

ini lebih mementingkan kepentingan bersama dibanding kepentingan

pribadi untuk bersatu manggurebe maju dalam menyelesaikan berbagai

masalah yang dihadapi oleh negeri ini .

2. Nilai Kekeluargaan

Nilai yang terkandung dapat dilihat dalam tinggalan :

Tempat Sirih

Masyarakat Maluku memiliki kebiasaan makan sirih pinang yang

dilakukan hingga saat ini. Sirih pinang diletakan di sebuah wadah yang

disebut Tampa Sirih digunakan dalam setiap upacara adat. Tempat sirih

ini juga dimiliki oleh masyarakat Negeri Naku yang dimanfaatkan untuk

meletakan sirih pinang serta memakan sirih pinang tersebut secara

bersama-sama. Dari situlah timbul nilai kekeluargaan yang telah

diwariskan oleh para leluhur di negeri ini..

Tempat sirih di Negeri Naku terdiri atas dua, yaitu :

a. Tempat sirih yang berada di rumah raja

b. Tempat sirih milik Soa Pessi yang berada rumah tua

18

Gambar. 11Tempat Sirih Di Rumah Raja

Gambar. 12Tempat Sirih Soa Pessi

Page 19: Karya Tulis Negeri Naku

Tinggalan arkeologi ini mengandung arti tentang hubungan persaudaraan

dan kekerabatan atau kekeluargaan yang baik dan dapat dijadikan sebagai

instrumen perekat dalam membangun hubungan kehidupan orang basudara

di negeri yang tercinta ini seperti falsafah hidup orang basudara yang

terkenal “ Potong di Kuku rasa di Daging” atau “ Ale rasa beta rasa “.

Sehingga tercipta suatu kehidupan yang tentram, damai dan harmonis

dalam kehidupan masyarakat di Negeri Naku.

3. Nilai Musyawarah dan Mufakat

Batu Saniri

Tinggalan arkeologi yang menggambarkan nilai musyawarah dan mufakat

adalah batu saniri. Sesuai

dengan namanya “Saniri”

yang berarti pertemuan

maka, batu saniri ini

digunakan sebagai tempat

pertemuan untuk musyawarah

oleh para leluhur seiring

terbentuknya sistem

pemerintahan di Negeri Naku.

Nilai ini telah dijalankan oleh para leluhur dari dulu, dan diharapkan nilai

ini dapat terus dilestarikan serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,

sebagai upaya penyelesaian setiap permasalahan yang terjadi dalam

masyarakat. Terkhususnya, generasi muda negeri ini.

19

Gambar. 13 Batu Saniri

Page 20: Karya Tulis Negeri Naku

4. Nilai Hukum dan Pemerintahan

Tinggalan yang tercermin adalah :

Baileuw

Baileuw adalah salah satu bangunan adat di daerah Maluku yang menjadi

khasana budaya orang Maluku, tentunya mempunyai arti dan makna

tersendiri bagi masyarakat setempat. Salah satunya adalah Baileuw Negeri

Naku. Saat ini, Baileuw Negeri Naku telah berumur 134 tahun. Nama

Baileuw ini sebenarnya ada, namun tidak boleh diberitakan bagi

masyarakat secara umum karena dianggap memiliki kekuatan magis.

Baileuw selain digunakan sebagai kantor pemerintahan, juga sebagai

tempat untuk musyawarah dan tempat menyelesaikan masalah

menggantikan batu saniri. Dari tinggalan ini masyarakat dapat belajar

tentang bagaimana menjalankan Hukum dan Pemerintahan yang adil serta

bijaksana sesuai dengan kehendak Tuhan. Yang tergambar pada sebuah

symbol “Setir Kapal” yang berada di Baeleuw Negeri Naku, serta sebuah

kutipan Firman Tuhan, yang terdapat dalam Filipi 4 : 13, yang berbunyi

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi

kekuatan kepadaku”. Sistem pemerintahan dan hukum ini telah

dijalankan oleh para leluhur sejak dulu kala, terutama pada saat masuknya

Injil di Maluku terlebih khusus di Negeri Naku.

20

Gambar. 14 Baeleuw Negeri Naku

Page 21: Karya Tulis Negeri Naku

5. Nilai Komunikasi

Tifa dan Tahuri

Alat tradisional lainnya yang menjadi tinggalan Negeri Naku adalah TIFA

dan TAHURI. Yang mempunyai kegunaan bagi masyarakat dan

pemerintah sebagai alat komunikasi.

a. Tifa terbuat dari Kulit Kambing yang berumur 134 tahun, hampir sama

dengan umur Baileuw.

Biasanya, tifa digunakan

untuk mengumpulkan

masyarakat Naku dalam

suatu pertemuan,

mengumumkan suatu hal

penting, maupun untuk

sesuatu yang bersifat

darurat.

b. Sedangkan Tahuri biasanya

digunakan dalam acara ritual untuk

memanggil para leluhur dan

sebagai kode atau tanda keadaan

Negeri pada saat perang atau

melakukan ritual adat.

Dari tinggalan arkeologi tersebut dapat diambil pelajaran bahwa

komunikasi yang baik sangat penting dalam kehidupan sehari-hari untuk

berinteraksi secara individu maupun antar masyarakat, agar terjadi

kerjasama, keserasian, dan mencegah konflik dalam lingkungan

masyarakat, sehingga maksud dan tujuan yang ingin dicapai dapat

terwujud dengan baik.

21

Gambar. 15 Tifa

Gambar. 16Tahuri (Kulibia)

Page 22: Karya Tulis Negeri Naku

3.2. Tinggalan Arkeologi Di Negeri Naku Sebagai Akses Penguatan Karakter

Dan Jati Diri Bangsa.

Perkembangan zaman yang sudah semakin maju memberikan dampak

positif dan negatif bagi pembentukan karakter seluruh lapisan masyarakat.

Khususnya bagi generasi muda yang masih labil dan cepat terpengaruh

bahkan sulit menemukan akses penguatan karakter dan jati diri bangsa . Ada

istilah anak muda diambil dari kata “mudah” artinya yang mudah

dipengaruhi, mudah ditipu dan mudah untuk dipermainkan. Semua itu

tercermin dari arus globalisasi yang begitu cepat merasuk ke dalam

masyarakat terutama di kalangan generasi muda, hingga membuat banyak

anak-anak muda kehilangan kepribadian bahkan jati dirinya sendiri.

Sampai sekarang dalam pembentukan karakter bangsa aspek spiritualisme

masih diabaikan. Kondisi ini menyebabkan pembangunan karakter berbangsa

dan Negara seperti kehilangan orientasi dan jati diri. Padahal spiritualisme

memiliki kontribusi besar dalam pembentukan karakter keIndonesiaan yang

tangguh.

Demikian diungkapkan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi

Universitas Negeri Yogyakarta (FISE UNY) Sardiman, AM. M.Pd, Kamis

(18/8) berkait seminar nasional di Ruang Ki Hajar Dewantara FISE UNY,

Seminar bertema “Membangun Spiritualisme Dalam Rangka Penguatan

Jati Diri Dan Karakter Bangsa’’.

Untuk menemukan akses penguatan karakter serta jati diri bangsa dibutuhkan

peran serta generasi muda yang mampu mengaplikasikan peninggalan-

peninggalan arkeologi kedalam kehidupan mereka. Bukan sekedar mengikuti

arus global tetapi menoleh kembali ke belakang mengenai sumber-sumber

peninggalan leluhur kita yang masih ada hingga kini. Maka perlu adanya

kesadaran di dalam diri kita masing-masing untuk menyikapi hal itu dengan

baik.

Untuk sadar saja memang harus belajar sehingga bisa menemukan akar

masalah untuk dicarikan solusinya. Tidak mudah untuk menyadarinya dan

membutuhkan perjuangan yang serius dan panjang.

22

Page 23: Karya Tulis Negeri Naku

Tingalan arkeologi di Negeri Naku dapat dijadikan akses penguatan karakter

dan jati diri bangsa terkhusus anak negeri naku, penguatan karakter ini dapat

dilihat dari benda-benda tinggalan arkeologi di Negeri Naku yang telah dapat

diketahui memiliki berbagai makna dan nilai kehidupan manusia masa lalu

sehingga dikatakan sangat bermanfaat bagi pengetahuan, ideologi dan

akademi. Sedangkan dari sudut terapannya berbagai peninggalan arkeologi

tersebut dapat dijadikan modal dasar untuk kegiatan pariwisata, sehingga

dapat dikatakan memiliki manfaat ekonomi. Oleh karena itulah dikatakan

bahwa jati diri bangsa ditentukan oleh identitas budaya yang ditunjang oleh

kesadaran sejarah. Istilah identitas atau jati diri merupakan konsep

subjektifitas yang terkait erat secara utama pada personafikasi diri seseorang,

kelompok sosial, atau suatu bangsa. Identitas anak negeri Maluku menuju

pada inti keuniversalan dan keabadian yang dimilikinya dari semua realitas

yang ada. Identitas diri anak negeri tersebut, secara substantif, membentuk

apa yang namanya jati diri yang tidak lain adalah produksi spesifik dari

kebudayaannya yang bersifat kontekstual dan menyejarah. Bertanya tentang

identitas atau jati diri anak Negeri Naku berarti bertanya tentang bagaimana

anak negeri Naku dapat mempertahankan nilai-nilai budaya di Negeri Naku

yang nampak dari tingalan arkeologi yang ada.

3.3. Hasil Yang Diharapkan

Sejalan dengan tujuan penulisan yang kami lakukan maka ada beberapa hal

penting yang menjadi harapan kami kedepannya sehubungan dengan

pembangunan Negeri Naku.

Pemerintah Daerah dan dinas terkait diharapkan dapat mengembangkan

benda-benda arkeologi di Negeri Naku sebagai akses penguatan

karakter dan jati diri generasi muda.

Kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan peninggalan-

peninggalan tersebut.

23

Page 24: Karya Tulis Negeri Naku

3.4. Cara Pencapaian Hasil

Ada beberapa tahapan yang kami lakukan dalam proses pencapaian hasil,

diantaranya bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat setempat dalam

menggalih informasi tentang Negeri Naku dan Tinggalannya. Tinggalan

arkeologi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik utama bagi

wisatawan dan secara tidak langsung dapat membuka lapangan pekerjaan

bagi masyarakat setempat, sebagai pemandu wisata dalam memperkenalkan

tinggalan arkeologi. Disamping itu tinggalan arkeologi dapat dijadikan

sebagai sarana dalam penguatan karakter dan jati diri bangsa serta motivasi

dalam peningkatan pendidikan masyarakat.

24

Page 25: Karya Tulis Negeri Naku

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang kami lakukan maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Naku merupakan salah satu Negeri yang kaya akan tinggalan-tinggalan

arkeologi, yang tidak hanya sekedar menunjukan sebuah konsistensi

budaya yang bersifat partikular dan berdiri sendiri tetapi saling menopang,

saling menyapa dan saling menghidupkan (sinteis sipolar) dalam sebuah

bangunan kebudayaan yang kokoh dan memperkaya khazanah budaya

anak negeri.

2. Tinggalan arkeologi di Negeri Naku memiliki nilai-nilai yang dapat

dijadikan sebagai Akses Penguatan Karakter dan Jati Diri dari Generasi

Muda seperti Nilai Kekeluargaan, Nilai Persatuan, Musyawarah dan

Mufakat, Hukum dan Pemerintahan serta nilai Komunikasi.

3. Tinggalan Arkeologi di Negeri Naku dapat menjadi akses penguatan

Karakter dan Identitas Jati bagi generasi Muda di Maluku.

4. Belum adanya perhatian khusus dari Pemerintah Kota dan Dinas terkait

terhadap benda-benda tersebut.

4.2. Saran

1. Pemerintah Kota dan Dinas diharapkan dapat memperhatikan tinggalan-

tinggalan arkeologi yang ada di Negeri Naku.

2. Perlu adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai-nilai arkeologi

yang terkandung dalam tinggalan-tinggalan tersebut.

3. Perlunya sosialisasi kepada masyarakat mengenai tinggalan-tinggalan

arkeologi yang ada pada Negeri Naku.

4. Kiranya makin jelas pewarisan budaya dalam konteks kebudayaan

khususnya di Negeri Naku yang bertujuan untuk menumbuhkan integritas

diri, kematangan eksistensi, kesegaran jiwa, inovasi budaya, konsistensi

jatih diri dan keluhuran hidup anak Negeri Naku di dalam sebuah fondasi

eksistensi yang kokoh.

25

Page 26: Karya Tulis Negeri Naku

GLOSARIUM

1. Adat : Aturan yang lazim di turut atau dilakukan sejak dahulu kala

2. Aktualisasi : Benar-benar ada (terjadi)

3. Al-Mulk : Tanah raja-raja

4. Artefak : Benda-benda yang sederhana yang menimbulkan kecakapan

kerja manusia (terutama pada zaman dulu yang ditemukan melalui

penggalian arkeologi)

5. Baileuw : tempat musyawarah

6. Bendawi :

7. Cakalele : Tarian yang melambangkan sejarah peperangan

8. Ekofak :

9. Eksistensi : Ada atau keberadaan

10. Falsafah : Anggapan, gagasan dan sikap batin yang umum yang

dimiliki oleh orang atau masyarakat

11. Gold : kekayaan

12. Gospel : agama

13. Glory : kejayaan

14. Haulalutu : tempat bertelut

15. Ideologi : kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat

yang memeberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup

16. Inovasi : pemasukan atau pengenalan hal-hal baru atau pembaharuan

17. Jazirah : tanah yang menganjur ke laut seakan-akan merupakan pulau

atau semenanjung

18. Kapitan : panglima perang

19. Kapseti : topi perang

20. Kearifan : kebijaksanaa, kecendekian

21. Ketinting : perahu yang menggunakan mesin

22. Keuniversalan : umum (berlaku untuk semua orang atau untuk seluruh

dunia)

26

Page 27: Karya Tulis Negeri Naku

23. Kewang : polisi adat

24. Khasanah : barang-barang milik, harta benda, kekayaan

25. Konstitensi : ketetapan dan kemantapan atau pertahanan suatu material

terhadap perubahan bentuk atau perpecahan

26. Kontekstual : bagian suatu uraian atau kalimat yang mendukung atau

menambah kejelasan makna

27. Kontribusi : sumbangan

28. Malessi : pengawal atau wakil dari panglima

29. Marinyo : pesuruh atau informan

30. Menyejarah :

31. Nanahu atau Nanaku : tempat yang dipandang dari jauh

32. Nusa Yapono : pulau yang tertutup oleh embun

33. Pakatang : jimat

34. Panggayo : mengayuh perahu

35. Partikular : system yang mengutamakan kepentingan pribadi diatas

kepentingan umum

36. Pati : raja atau perwira tinggi

37. Personafikasi :

38. Salawaku : perisai

39. Saniri : struktur pemerintahan negeri

40. Sloki : gelas minum yang kecil

41. Soa : perwakilan marga

42. Spiritualisme : aliran filsafat yang mengutamakan kerohanian atau ia

menumpahkan perhatian kepada ilmu-ilmu gaib seperti mistik.

43. Subjektifitas :

44. Substantif :

45. Tahuri atau Asahuri : kuli bia

46. Tampa sirih : tempat menaruh sirih

47. Teung : mata rumah

48. Tifa : alat musik pukul

49. Totobuang : alat musik pukul

27

Page 28: Karya Tulis Negeri Naku

DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan RI Jakarta, Perum Balai Pusta, Jakarta.1988.

Liliwery, A. 2003. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya.

LKiS, Yogyakarta.

Nugroho, Alois. A. 1990. Manusia dan Kebudayaan. Jakarta, Gramedia.

Pasalbessy Hendry Nofry - Negeri Naku ( Dalam konteks Etnografi).

2010.

Pattikayhattu, J.A, Kapata Arkeologi Mutiara Arkrologi Peranan Sumber

daya Budaya bagi pembangunan daerah Maluku, Edisi Khusus, Mei

2007.

Pattikayhattu, J.A, Sekilas Sejarah Kota Ambon dan Provinsi Maluku,

PT.Citra Adi Paramita, Jogjakarta, 2008.

Watloly Aholiab, Bangkitnya Mesin Eksistensi Anak Negeri Maluku

Baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2005.

Jay/Sarihttp://www.uny.ac.id/berita/fise/seminar-nasional-fise-uny-–-

skh-kr-bahas-spiritualisme-penguatan-jati-diri.

Organisasi.Org/Pentingnya-Komunikasi-Dalam-Kehidupan-Sehari-

Hari-Pengertian-Arti-Definisi-Manfaat-Dan-Masalah.

[email protected]

28