karya ilmiah sma

Upload: ilhamm4

Post on 13-Jul-2015

1.529 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar BelakangFakta bahwa ekonomi syariah belum dipahami secara mendalam oleh masyarakat luas merupakan alasan pembahasan topik ini. Masyarakat luas pada umumnya hanya mengenal perbankan syariah. Padahal, ekonomi syariah sendiri merupakan sebuah sistem perekonomian yang mencakup segala aspek ekonomi.

Selain itu, sejarah juga mencatat bahwa ekonomi syariah diciptakan dan telah dipakai sejak masa kejayaan Islam selama berabad-abad dan sukses membawa kemakmuran dan kejayaan pada masyarakat Islam saat itu. Fakta ini membawa pemikiran baru untuk kembali memakai ekonomi syariah agar dunia Islam dapat kembali ke masa kejayaannya, dengan menerapkan konsep ekonomi dan muamalat secara adil dan merata. Dampak ketidakseimbangan penerapan konsep ekonomi kapitalis melahirkan konglomerasi sebagian orang dan tidak mampu menciptakan keadilan dan pemerataan ekonomi bagi sebagian orang lainnya. Hal ini hingga berkembang pesat. mendorong pemikiran ekonomi syariah

1

Perkembangan ini tidak hanya terjadi di dunia muslim, tetapi juga di seluruh dunia. Uniknya, di Eropa yang notabenenya nonmuslim dan menciptakan ekonomi kapitalis, malah lebih antusias memakai sistem ekonomi syariah jika dibandingkan dengan sebagian negara muslim. Hal ini tentunya menarik untuk dibahas karena di dalamnya mengandung keunikan dan juga ironi, selain itu faktor apa yang mendorong masyarakat Eropa mempelajari syariah.

Uraian-uraian di atas sesungguhnya memiliki keterkaitan dan dampak langsung dengan kemakmuran bangsa Indonesia, karena Indonesia masih terpuruk semenjak krisis moneter menerpa. Pada kenyataannya ketika terkena krisis maupun sesudah krisis, Indonesia memakai sistem perekonomian kapitalis/liberal. Selain itu, merupakan kenyataan pula Indonesia masih saja terpuruk dengan perekonomian kapitalis tersebut. Oleh karena dasar itulah muncul harapan agar ekonomi syariah dapat menjadi alternatif bagi sistem perekonomian Indonesia dan membawa kemakmuran bagi bangsa Indonesia.

Meskipun begitu, penerapan sistem ekonomi syariah di Indonesia hanya dapat terjadi jika masyarakat Indonesia sudah paham unsur-unsur yang ada di dalam perekonomian syariah. Pemahaman mengenai unsur-unsur ini harus ada di masyarakat sehingga ketika pemerintah menerapkan sistem ekonomi syariah tidak terjadi kebingungan di masyarakat, mengingat adanya perbedaan sistem ekonomi syariah dengan sistem ekonomi konvensional yang cukup menonjol. 2

Semua hal yang telah diutarakan ini melatarbelakangi pemilihan topik Ekonomi Syariah. Dalam penulisan karya ilmiah ini akan dibahas secara lebih mendalam mengenai ekonomi syariah terutama dari sisi ekonomi maupun agama. Selain itu diharapkan pula penelitian ini dapat menghilangkan keraguan mengenai ekonomi syariah karena ketidakpahaman perbedaan antara ekonomi syariah dan konvensional dari masyarakat.

1.2

Identifikasi masalahBerikut ini adalah masalah yang diidentifikasi berdasarkan latar belakang yang ada. a. Apa pengertian ekonomi syariah? b. Bagaimana perkembangan ekonomi syariah ? c. Apa saja yang ada dalam sistem ekonomi syariah? d. Apa saja perbedaan ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional? e. Apakah ada perbedaan dalam penerapan ekonomi syariah di negaranegara Eropa dengan negara-negara Islam? f. Bagaimana dengan ekonomi syariah di Indonesia? g. Apa hambatan dari penerapan ekonomi syariah? h. Seperti apa prospek ekonomi syariah di masa mendatang? i. Apa keuntungan dan kerugian yang diterima dalam penerapan ekonomi syariah?

3

1.3

Pembatasan MasalahKarena keterbatasan waktu dan informasi, maka dalam karya ilmiah ini pembahasan masalah akan difokuskan pada Peranan Sistem Ekonomi Syariah dalam Membangun Perekonomian Indonesia .

1.4

Tujuan PenelitianPenulisan karya ilmiah ini memiliki tujuan antara lain a. masyarakat mendapat pemahaman yang menyeluruh mengenai ekonomi syariah, b. sebagai saran bagi pemerintah Indonesia dalam memilih sistem

perekonomian, c. melihat peranan ekonomi syariah dalam membawa Indonesia dari keterpurukan.

1.5

Metodologi PenelitianPenelitian karya ilmiah ini akan menggunakan dua metode. Metode pertama adalah studi pustaka menggunakan buku, internet dan artikel sebagai sumber penelitian. Sedangkan metode kedua adalah studi lapangan yang dilakukan dengan melakukan wawancara.

4

1.6

Sistematika PenyajianKarya ilmiah ini disusun dalam empat bab. Pada bab pertama akan dibahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian dan metode penelitian. Latar belakang berisi alasan pemilihan tema ekonomi syariah ini. Identifikasi masalah memuat masalah-masalah yang muncul dari latar belakang yang ada, dimana kemudian pembatasan masalah akan membatasi masalah-masalah yang ada menjadi satu masalah yang kemudian akan dibahas lebih dalam. Tujuan penelitian akan menjelaskan tujuan dari penelitian karya ilmiah ini, sementara metodologi penelitian memuat cara-cara pengambilan data untuk pembuatan karya ilmiah ini.

Pada bab kedua akan dijelaskan mengenai landasan teori yang dipakai untuk penelitan karya ilmiah yang berjudul, Peranan Ekonomi Syariah dalam Membangun Perekonomian Indonesia ini. Landasan teori ini dibuat agar penelitian ini memiliki dasar dan menjelaskan sedikit mengenai ekonomi syariah maupun pembangunan ekonomi Indonesia. Dalam pembahasan bab kedua ini akan diberikan pemahaman kondisi ideal perekonomian syariah, termasuk di dalamnya adalah sejarah dan prinsip-prinsip dasar ekonomi syariah dan sekilas kondisi perekonomian Indonesia. Kedua pemahaman ini penting untuk mempermudah pemahaman bab ketiga dan hubungan antara kedua hal ini.

5

Bab ketiga merupakan pembahasan utama dari karya ilmiah ini. Bab ini antara lain memuat pengertian ekonomi syariah dari berbagai ahli, dasar-dasar sistem ekonomi syariah, perbedaan sistem ekonomi syariah dengan sistem ekonomi konvensional, produk dan usaha berbasis syariah dan prospek serta hambatan pengembangan ekonomi syariah khususnya di Indonesia. Hal-hal ini ditulis agar dapat mengetahui kelebihan ekonomi syariah dan peranan yang dapat dipegang ekonomi syariah dalam perekonomian Indonesia di masa mendatang. Dalam bab ini hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi syariah akan dibahas lebih dalam lagi.

Bab keempat berisikan kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini. Kesimpulan ini akan diambil dari analisa penjelasan di bab ketiga, serta untuk membuktikan dimana peranan ekonomi syariah dalam pembangunan perekonomian Indonesia saat ini dan ke depannya.

6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.Ekonomi SyariahKata ekonomi berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengatur urusan rumah tangga.1 Sedangkan menurut pemahaman kebanyakan orang, ekonomi adalah ilmu yang membahas perdagangan, keuangan dan pasar. Akhirnya disimpulkan oleh beberapa pakar bahwa ilmu ekonomi adalah usaha untuk mendapatkan dan mengatur harta untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Sedangkan syariah berarti ajaran yang membahas apakah amal manusia sudah sesuai dengan ajaran Allah dan baik buruknya amal tersebut. Untuk memutuskan apakah suatu kegiatan sudah sesuai syariah maka diambil tiga sumber. Sumber pertama adalah Al-Quran, Hadis Nabi, dan hasil kesepakatan para ulama. Secara harfiah dapat diartikan ekonomi syariah adalah usaha untuk mendapatkan dan mengatur harta untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang sesuai dengan ajaran Allah. Pengertian lebih lanjut mengenai ekonomi syariah dijelaskan di halaman berikutnya.

1

Dr. Idri, Triwulan, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, Jakarta, Lintas Pustaka Publisher, 2008 hlm 45

7

Dalam perkembangannya ekonomi terbagi menjadi berbagai cabang. Sejumlah cabang-cabang ekonomi antara lain adalah ekonomi sosialis, ekonomi liberal, ekonomi konservatif, ekonomi pancasila dan ekonomi syariah. Jika dibandingkan dengan semua cabang ekonomi diatas maka ekonomi syariahlah yang pertama kali berkembang pada tahun 672 M. Tetapi masa kejayaan ekonomi syariah kemudian runtuh pada tahun 1920 M seiring dengan jatuhnya kekhalifahan Ottoman. Pada periode 1960-1970 ekonomi syariah dipelajari kembali dan mengalami perkembangan dan saat ini ekonomi syariah dipelajari di seluruh dunia.

Sebelum memulai pembahasan lebih lanjut maka terlebih dahulu dijelaskan pengertian ekonomi syariah. Ketika mencari pengertian ekonomi syariah, mka banyak jawaban yang didapat. Berikut ini pengertian ekonomi syariah yang dianggap paling sesuai, ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam mengelola sumber daya untuk mencapai kemakmuran yang berdimensikan keselamatan harta, jwa, agama, keturunan, dan kehormatan manusia pada umumnya.2 Dilihat dari sisi agama maka ekonomi syariah merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari sistem agama Islam atau sering disebut kaffah atau menyeluruh, karena pada dasarnya ekonomi syariah berpedoman pada Al-Quran, hadis, dan kegiatan ekonomi Islam di masa lalu.

2

syaria definition dalam www.isdb.org

8

Bahkan dalam praktiknya kegiatan ekonomi dikatakan sebagai sebuah kegiatan mulia. Disebutkan juga dalam hadis nabi bahwa 90 persen rezeki didapat dari kegiatan berdagang dan 10 persen sisanya dari pekerjaan lain. Dapat disimpulkan dari hadis ini bahwa nabi Muhammad SAW turut mendorong dilakukannya kegiatan perekonomian. Selain itu dalam AlQuran juga dibahas mengenai ekonomi antara lain dalam surat alBaqarah:188; Al-Araf :128; dan pada surat-surat lainnya. Ini menunjukkan bahwa ekonomi syariah tidak hanya berorientasi pada kehidupan dunia, tetapi juga kehidupan spiritual dengan prinsip ridho dan adil.

Dilihat dari ruang lingkupnya, sistem perekonomian syariah secara garis besar mencakup kegiatan konsumsi, produksi, distribusi, dan moneter. Dalam melakukan kegiatan konsumsi, produksi dan distribusi terdapat kegiatan dan produk syariah lainnya seperti perbankan syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah, reksadana syariah, dan uang emas.

Penerapan ekonomi syariah dapat dikatakan ideal apabila memenuhi karakteristiknya. Dalam buku Ekonomi Islam dijelaskan bahwa Islam memiliki 5 karakteristik . Karakteristik pertama adalah ekonomi syariah bertujuan untuk mencapai kebahagiaan material dan spiritual, hal ini dicapai melalui tata kehidupan yang baik dan terhormat.

9

Tata kehidupan yang baik ini terbagi ke dalam 5 hal yang merupakan bagian dari syariat Islam. Ke-5 hal itu adalah keimanan, ilmu, kehidupan, harta, dan keturunan. Karakteristik kedua adalah moral sebagai pilar ekonomi Islam. Kriteria moral yang dimaksud adalah konsekuensi dari kepercayaan terhadap rukun iman dan rukun Islam. Misalnya dalam melakukan usaha maka harus berpegang pada iman kepada Allah. Hal tersebut menimbulkan konsekuensi untuk berdagang dengan jujur karena manusia merasa selalu diawasi Allah. Contoh lainnya adalah membayar zakat. Zakat merupakan bentuk lain dari CSR (Corporate Social Responsibility) dimana keduanya bertujuan membantu masyarakat. Zakat sendiri merupakan bagian dari ajaran Allah untuk membagi kekayaan kepada orang yang kurang mampu, karena harta adalah titipan yang harus dijaga dengan baik.

Karakteristik ketiga adalah adanya nilai-nilai dasar ekonomi Islam. Nilainilai tersebut adalah adl yang bermakna keadilan, khilafah yang diartikan sebagai amanah/tanggung jawab, dan takaful yang berarti persaudaraan sesama manusia. Ketiga nilai ini merupakan dasar ekonomi Islam, meski begitu nilai-nilai ini kemudian berkembang lebih jauh seperti

ditambahkannya kejujuran dalam berusaha, hemat tanpa melupakan hak orang lain dan kepedulian akan keadilan sosial. Nilai-nilai ini sesungguhnya merupakan nilai moral yang ada di kehidupan sehari-hari manusia dan oleh ekonomi syariah dijadikan bagian dari kegiatan ekonomi. 10

Karakteristik keempat adalah prinsip-prinsip dalam ekonomi syariah. Prinsip ini adalah, bekerja, kompensasi, efisiensi, profesionalisme, kecukupan, pemerataan kesempatan, kebebasan, kerja sama, persaingan, keseimbangan, solidaritas dan interaksi sosial. Ini menjadi dasar dalam melakukan kegiatan ekonomi syariah, semua hal ini dijelaskan pada bab 3.

Pada karakteristik kelima diterangkan kebijakan ekonomi Islam. Ciri khas kebijakan ekonomi Islam adalah dihapuskannya riba, riba dalam hal ini adalah diambilnya tambahan uang dalam jumlah yang berlebihan. Kedua adalah pelembagaan zakat sebagai badan sosial negara (pada masa sekarang di bawah kementerian sosial). Kemudian pelarangan gharar atau resiko yang tidak pasti seperti judi atau spekulasi saham tanpa dasar yang jelas. Keempat adalah pelarangan yang haram seperti penjualan babi, alkohol maupun barang-barang yang asalnya tidak jelas seperti barang curian. Ciri ini merupakan unsur penting dalam kebijakan ekonomi syariah.

Apabila kelima karakteristik ini terpenuhi maka barulah ekonomi syariah dapat dikatakan berada dalam kondisi ideal. Perlu diingat bahwa ekonomi syariah akan berjalan efektif apabila kelima karakteristik ini dijalankan seutuhnya dan bukan sebagian kecil saja. Selain kelima karakteristik tersebut dibahas pula kondisi ideal ekonomi syariah dilihat dari sistem ekonomi kenegaraan. 11

Sistem ini mencakup sisi konsumsi, distribusi dan produksi yang merujuk pada kebijakan ekonomi Umar bin Khathab R.A. Rujukan ini didasarkan pada fakta bahwa dalam masa pemerintahannya ekonomi syariah berada pada masa kejayaan baik secara ekonomi maupun secara moral, bahkan dalam sejumlah kutipan sejarah dikatakan tidak ada orang miskin di negaranya saat itu.3 Padahal kekhalifahan Umar bin Khathab kala itu mencakup seluruh semenanjung Arab, sebagian Irak, Syria dan sebagian Mesir yang saat itu miskin sumber daya.

Pada masa pemerintahan Umar, kegiatan produksi yang menghasilkan barang maupun jasa didorong dan didukung oleh pemerintah. Dukungan ini ada selama barang dan jasa ini sesuai dengan syariah dan tidak merugikan orang lain. Dukungan ini ditunjukkan melalui perkataan dan tindakan melalui pemberian pinjaman tanpa bunga kepada masyarakat yang ingin berdagang atau kegiatan usaha lain.

Selain itu dukungan ini juga ditunjukkan dengan investasi sebagian gaji pegawai negara dalam usaha produksi. Kegiatan produksi ini dalam Islam harus dikembangkan agar tercipta keadaan full employment atau tidak ada pengangguran.

3

Ahmad Al Haritsi, Jaribah, Fikih Ekonomi Umar Bin Al-Khathab, Jakarta, Khalifa, 2003

12

Produksi juga tidak boleh mengandalkan impor atau pihak asing, ini bertujuan agar tidak tercipta ketergantungan terhadap pihak luar. Selain itu seluruh kegiatan produksi juga harus diperhatikan hukumnya, bahkan kegiatan yang bersifat mubah harus dihindarkan. Dari sisi kualitas juga umat Islam diharuskan memenuhi standar produk dan lebih baik lagi jika menghasilkan kualitas terbaik. Lebih jauh juga dijelaskan mengenai manajemen dan kebijakan lainnya yang dibahas di bab 3.

Dilihat dari sisi konsumsi, ekonomi syariah menegaskan bahwa negara harus memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat dan masyarakat dianjurkan memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa berlebihan dan tidak merusak. Berkaitan dengan hal ini, ditegaskan pula bahwa asal barang konsumsi haruslah halal dan bagi orang mampu tidak diperbolehkan mengonsumsi barang zakat.

Berdasarkan kebijakan yang ada, konsumsi yang dilakukan hendaknya sederhana dan harta lainnya diinvestasikan atau dizakatkan sehingga terjadi pemerataan pendapatan. Selain itu, konsumsi juga disarankan dilakukan pada kebutuhan primer dan sekunder saja. Islam dalam hal memenuhi kebutuhan menetapkan hukum mubah kepada pembelian barang-barang tersier yang dimaksudkan sebagai simbol kemewahan.

13

Terakhir adalah kondisi ideal distribusi. Pengertian distribusi dalam hal ini dapat diartikan juga distribusi kekayaan. Distribusi dalam Islam haruslah dijalankan tanpa membedakan ras, daerah maupun agama. Kebijakan yang berkaitan dengan hal ini adalah pembatasan hak seseorang atas hasil bumi.

Termasuk di dalamnya adalah tanah. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi monopoli maupun tanah tidak terpakai. Selain itu terdapat juga distribusi pemasukan yang antara lain pemberian gaji yang layak dan pembagian hasil usaha yang adil sesuai modal yang diberikan.

Bagian lain dari sistem distribusi adalah adanya jaminan sosial yang diatur oleh negara dan berasal dari baitul maal. Dana jaminan sosial ini dapat berasal dari zakat, infak, sedekah dan wakaf. Orang-orang yang diberikan jaminan sosial ini pun diatur negara, ini dilakukan agar tidak ada dana yang tidak tepat sasaran.

Kesimpulan dari uraian ini adalah bahwa ekonomi syariah bukan hanya sekadar mengatur teknis ekonomi, tetapi juga mengatur tatanan moral dalam berbisnis. Ekonomi syariah juga berjasa dalam pengembangan ekonomi modern, hal ini ditunjukkan dengan adanya sistem jaminan sosial, pengaturan investasi dan lain-lain.

14

Selain itu karakteristik utama dari ekonomi syariah adalah kemakmuran bagi seluruh rakyat dan bukan hanya satu pihak saja. Dalam usaha menyejahterakan rakyat, maka pemerintah diperbolehkan untuk turut campur dalam kegiatan ekonomi. Tentunya untuk mencapai kondisi ekonomi syariah yang ideal dibutuhkan usaha pemerintah dan kalangan usaha serta perbaikan hukum dan moral di masyarakat.

2.2 Kondisi Ekonomi IndonesiaSemenjak krisis ekonomi yang menerpa Indonesia pada tahun 1997-1998 yang diiringi juga dengan krisis politik yang menyebabkan bergantinya rezim pemerintahan, ekonomi Indonesia boleh dibilang belum kembali ke posisi puncaknya. Pertanyaannya adalah apa yang menyebabkan Indonesia belum mampu kembali ke masa kejayaannya?

Jawabannya karena pada masa orde baru hingga masa reformasi, Indonesia memakai model ekonomi neoliberal. Padahal, ekonomi neoliberal mengutamakan liberalisasi di semua sektor dan menghilangkan pengaruh pemerintah dalam ekonomi. Kebijakan tersebut bertentangan dengan UUD45 yang menyatakan bahwa negara bertanggung jawab atas sektor yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Kebijakan ekonomi ini juga membuka kemungkinan monopoli oleh pihak asing.

15

Data dari Badan Pusat Statistika menunjukkan bahwa terjadi penurunan dalam pertumbuhan ekonomi. Sebelum terjadi krisis ekonomi Indonesia mengalami masa pertumbuhan ekonomi di atas 7% per tahun dengan pembukaan lapangan kerja 400.000 orang per 1% pertumbuhan ekonomi.4

Sedangkan pada masa krisis tercatat pertumbuhan ekonomi -13,1% dan jutaan penduduk kehilangan pekerjaan. Setelah masa krisis rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia baru mencapai 5% per tahun dan terakhir pada 2007 mencapai 6,2%. Belum lagi pembukaan lapangan kerja yang hanya mencapai 150.000 orang per 1% pertumbuhan ekonomi.

Hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh sektor konsumsi, finansial dan teknologi informasi yang tidak banyak menyerap tenaga kerja. Sementara sebelum krisis, ekonomi didorong oleh sektor riil dan pertanian yang banyak menyerap tenaga kerja. Akibat dari berkurangnya pengangguran pembukaan yang lapangan kerja adalah bertambahnya laju

berdampak

langsung

pada bertambahnya

kemiskinan. Data lain menunjukkan bahwa sebelum krisis pengangguran berada pada tingkat 6,3% dan sesudah krisis meningkat menjadi 10,5%. Peningkatan ini disebabkan PHK dalam jumlah besar saat krisis ekonomi.

4

pertumbuhan ekonomi dalam www.bps.go.id

16

Menurut para ahli ekonomi, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi 7% untuk mencapai keseimbangan antara penambahan lapangan kerja dengan penambahan tenaga kerja. Dengan kondisi ekonomi Indonesia saat ini dibutuhkan 600 triliun rupiah dana investasi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 7%.5

Investasi ini dibutuhkan untuk membangun infrastruktur

Indonesia,khususnya di luar Pulau Jawa seperti jalan dan pembangkit listrik.

Selain itu tercatat juga bahwa pertumbuhan pendapatan atau PDB rata-rata hanya 5 % per tahun. Sementara laju inflasi tahunan pada periode 19992007 mencapai rata-rata 7-8% per tahun.6 Ini menunjukkan bahwa kenaikan harga barang tidak disertai dengan kenaikan tingkat pendapatan. Hal ini tentu saja mempersulit kehidupan masyarakat. Laju inflasi yang tinggi disebabkan karena ketidakmampuan pemerintah mengontrol harga. Ini disebabkan karena model ekonomi Indonesia yang liberal, sehingga mempersulit pemerintah untuk melakukan intervensi.

Dampak hal ini adalah bertambahnya warga tidak mampu atau miskin. Kemiskinan ini merupakan persoalan yang sudah lama terjadi. Semenjak Indonesia merdeka hingga saat ini kemiskinan masih menjadi problem dalam kehidupan bermasyarakat.

5 6

Investasi Sebagai Penggerak Ekonomi Nasionaldalam www.suaramerdeka.com Inflasi Nasional dalam www.datastatistik-indonesia.com

17

Sayangnya, sejak masa reformasi digulirkan belum terjadi perubahan signifikan dalam memberantas kemiskinan seperti pada masa orde baru. Tercatat tingkat kemiskinan pada tahun 2007 masih mencapai 37,17 juta jiwa, angka ini turun jikan dibandingkan tahun 2006 yang mencapai 39,30 juta jiwa7. Meskipun terjadi penurunan, tetapi data lain menunjukkan

bahwa kesenjangan antara masyarakat kaya dan miskin semakin meningkat. Inilah yang oleh para pengamat ekonomi dikatakan sebagai efek dari ekonomi neo-liberal. Dimana kekayaan yang semakin besar dinikmati oleh sebagian orang, namun disisi lain kesulitan masyrakat miskin semakin menjadi jurang perbedaan .

Semua uraian ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi perbaikan ekonomi, tetapi kondisi ekonomi Indonesia belum pulih seperti masa sebelum krisis. Padahal pada masa sesudah krisis yaitu periode 2000-2007 adalah masa yang tepat untuk melakukan pembangunan ekonomi, karena ekonomi dunia yang mendukung, Hal ini sayangnya tidak dapat dimanfaatkan pemerintah saat itu. Kesimpulan ini diambil dari data pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran dan produk domestik bruto Indonesia yang menunjukkan belum kembalinya tingkatan tersebut seperti sebelum krisis.

7

Tingkat Kemiskinan dalam www.tkpkri.org

18

Kondisi yang terjadi sekarang ini disebabkan oleh sistem ekonomi yang dianut Indonesia, sistem yang ada saat ini tidak menguntungkan Indonesia melainkan pihak asing. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar badan usaha yang berbasis kepada hajat hidup rakyat tidak sepenuhnya dikuasai oleh pemerintah melainkan pihak asing atau swasta sebagai domino effect dari krisis ekonomi. Ini terjadi karena pada masa krisis pemerintah dipaksa untuk menjual aset-aset berharganya dengan harga murah kepada pihak asing,

Diperlukan

perubahan

sistem

ekonomi

yang

menyeluruh

untuk

membangkitkan kembali ekonomi Indonesia. Sudah seharusnya Indonesia mulai melirik sistem ekonomi alternatif, salah satunya adalah ekonomi syariah yang terbukti mampu menyejahterakan rakyat dan negara.

19

BAB III PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Pemahaman Ekonomi Syariah3.1.1 Pengertian Ekonomi Syariah Sebelum membahas lebih jauh mengenai ekonomi syariah, maka hal paling mendasar yang harus diketahui adalah makna dari ekonomi syariah itu sendiri. Secara bahasa, ekonomi syariah berarti ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan konsumsi serta kekayaan (hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan) yang halal secara Islam8.

Kata ekonomi syariah sendiri tidak diketahui berasal dari siapa, tetapi praktik kehidupan ekonomi syariah ada sejak masa Nabi Muhammad SAW. Pada masa Nabi Muhammad SAW cakupan ekonomi syariah masih sederhana dan saat itu makna dari ekonomi syariah masih terbatas pada ilmu mengenai produksi, distribusi dan konsumsi yang sesuai ajaran Islam. Meskipun begitu makna dari ekonomi syariah berkembang dari waktu ke waktu disesuaikan dengan kondisi zaman. Inilah yang menimbulkan perbedaan penafsiran mengenai ekonomi syariah. Berikut ini adalah sejumlah pengertian mengenai ekonomi syariah,8

Ekonomi dalam kbbi.web.id

20

- Adalah jawaban dari pemikir muslim terhadap tantangan-tantangan ekonomi pada jamannya. Dalam upaya ini mereka dibantu oleh Al-Quran, sunnah nabi, akal pikiran dan pengalaman9 - Ekonomi Syariah adalah ekonomi yang berdasarkan ketuhanan, sistem ini bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah, dan menggunakan sarana yang tidak lepas dari syariat Allah10 - Syariah adalah segala sesuatu yang membawa kita kepada kebaikan, dan dalam konteks ini kebaikan dioperasionalisasikan menjadi pencapaian hal berikut ini: melindungi harta, jiwa, kehormatan, keturunan, agama.11

Dari sekian banyak pemahaman ekonomi syariah, maka dapat disimpulkan bahwa ekonomi syariah berarti ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam mengalokasikan dan mengelola sumber daya untuk mencapai kemakmuran yang berdimensikan keselamatan harta, jwa, agama, keturunan, dan kehormatan manusia pada umumnya. Untuk mencapai kemenangan ini diperlukan sektor-sektor yang mendukung seperti konsumsi, produksi, distribusi, keuangan, dan lain-lain. Sektor-sektor inilah yang merupakan bagian dari ekonomi syariah. 3.1.2 Ruang Lingkup Ekonomi Syariah

9

Dr. Idri, Triwulan, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, Jakarta, Lintas Pustaka Publisher, 2008 hlm 9 Ibid,.hlm 10 11 IDB vision dalam www.isdb.org10

21

Untuk melengkapi pemahaman ekonomi syariah, maka perlu dijelaskan apa saja yang menjadi ruang lingkup atau cakupan ekonomi syariah. Seperti perbedaan yang terjadi dalam penafsiran arti ekonomi syariah, dalam pemahaman ruang lingkup ekonomi syariah sejumlah ahli juga mengalami perbedaan pendapat.

Pendapat pertama berasal dari Hazanuzzaman dan Metwally yang menyatakan bahwa ruang lingkup ekonomi Islam hanya sebatas dari AlQuran dan hadis, sehingga segala bentuk pemikiran yang tidak berasal dari keduanya bukanlah bagian ekonomi Islam. Untuk menyelesaikan masalahmasalah ekonomi yang tidak ada dalam Al-Quran dan hadis, digunakan metode fiqh yang berasal dari akal dan pengalaman. Selain itu ditekankan pula bahwa ekonomi syariah tidak memiliki kelemahan dan selalu benar. Pemahaman ini muncul pada abad 8-abad 14 pada saat Islam masih berjaya.

Pendapat kedua beranggapan bahwa ekonomi syariah adalah implementasi sistem gaya hidup Islam dalam kegiatan ekonomi. Pendapat ini mendorong pentingnya semangat Islam atau moral dalam seluruh aktivitas ekonomi. Konsep ini memandang semua kegiatan ekonomi merupakan bagian dari ekonomi syariah selama memiliki semangat keIslaman. Ahli ekonomi yang menggunakan dasar ini adalah Mannan, Ahman dan Khan.

22

Pendapat ketiga dikemukakan oleh Siddiqie dan Naqvi. Keduanya menyatakan bahwa ekonomi syariah adalah penafsiran umat muslim dalam melaksanakan ajaran Islam, sehingga ekonomi syariah tidak luput dari kesalahan. Dalam praktiknya, cakupan ekonomi syariah didasari tiga ruang lingkup atau aspek yaitu nilai-nilai dasar Islam, hukum dan ekonomi negara tempat umat Islam tinggal dan pengalaman sejarah. Selama suatu kegiatan ekonomi memenuhi ketiga unsur tersebut maka suatu kegiatan dapat dikategorikan sebagai ekonomi syariah.

Tiga pendapat ini merupakan ruang lingkup yang berdasar pada sumbernya. Saat ini ruang lingkup ekonomi syariah yang paling banyak diterima adalah pendapat ketiga karena menggabungkan teologis, historis dan nasionalisme.

Sementara ruang lingkup ekonomi syariah pada awalnya terdiri dari produksi, distribusi dan konsumsi. Pendapat ini disetujui oleh sebagian besar ahli ekonomi syariah, tetapi pada abad ke-20 sejumlah ahli ekonomi setuju untuk menambahkan perbankan, keuangan, perdagangan, dan lainlain ke dalam ruang lingkup ekonomi syariah. Hal ini seiring dengan konsep pembaruan Islam pada abad ke 18 hingga abad 19 yang mengadopsi sejumlah hal dari pihak barat. Dalam perkembangan selanjutnya pendapat inilah yang diterima oleh banyak pihak, karena mengikuti perkembangan ekonomi terakhir dunia. 23

3.1.3 Sejarah Perkembangan Ekonomi Syariah Untuk mengetahui darimana dasar ekonomi syariah yang ada saat ini, maka ada baiknya untuk mengetahui sejarah perkembangan ekonomi syariah terlebih dahulu. Seperti yang diketahui, ekonomi syariah berkembang pada masa Nabi Muhammad SAW. Pada masa itu kegiatan ekonomi masih terbilang sederhana. Kebijakan yang berhubungan ekonomi lebih ditekankan kepada konsep keadilan dan nilai moral dalam setiap kegiatan ekonomi.

Pada masa ini hasil produksi didominasi oleh pertanian, perkebunan dan peternakan. Meskipun begitu perdagangan tumbuh menjadi pilar ekonomi negara Islam saat itu. Untuk mengontrol perdagangan, maka Nabi Muhammad SAW membentuk badan pengawas pasar yaitu Al-Hisbah dan membentuk Baitul Maal atau badan zakat. Kedua lembaga ini merupakan wujud kebijakan ekonomi yang lebih didasarkan pada nilai ekonomi bukan sekedar agama dan moral.

Baituul Maal kemudian berkembang menjadi alat pendistribusian kekayaan dan santunan kepada warga miskin. Pada masa ini pendapatan utama negara didominasi oleh zakat, ushr atau bea impor, dan uang sewa tanah. Sementara pengeluaran terbesar adalah biaya pertahanan, penyaluran zakat dan pembayaran gaji pegawai negara.

24

Kebijakan ekonomi yang lebih detail dan masih bertahan hingga sekarang terjadi pada masa khulafaurrasyidin atau para khalifah pengganti Rasulullah. Pada masa khalifah pertama Abu Bakkar Siddiq, ia memulai sistem penggajian bagi aparat negara sekaligus tunjanga yang diambil dari Baitul Maal. Meskipun begitu jumlah gaji saat itu sangat sedikit dan hanya cukup untuk hidup sederhana termasuk gaji khalifah sendiri. Masa pemerintahan khalifah pertama ini sendiri tidak banyak melakukan perubahan ekonomi.

Khalifah kedua yaitu Umar bin Khattab memulai perubahan kebijakan ekonomi besar-besaran. Sebagian dari kebijakannya masih menjadi kebijakan yang dilakukan pada ekonomi modern. Umar bin Khattab memulainya dengan membangun pertanian, di sektor ini ia memerintahkan sistem bagi hasil tanah yang isinya memberikan lahan negara kepada penduduk untuk digarap dan sebagian hasilnya diberikan kepada negara. Selain itu dilakukan pembangunan infrastruktur besar-besaran khususnya di bidang irigasi. Beliau juga menurunkan pajak untuk mendorong kegiatan perdagangan, kebijakan ini masih dianut pada masa ekonomi modern saat ini. Baitul Maal pada masa ini bukan sekedar lembaga zakat melainkan bendaharan negara dan semacam departemen keuangan saat ini, ini adalah kebijakan yang pertama kalinya ada di dunia. Beliau kemudian membangun lembaga pensiun untuk memberi tunjangan bernama Al-Diwan. 25

Masa Umar bin Khattab yang berlangsung 10 tahun dapat dikatakan sebagai masa kejayaan ekonomi Islam, dimana tujuan utama negara untuk memakmurkan rakyat berhasil terpenuhi. Kejayaan ini dilanjutkan pada masa Utsman bin Affan yang melakukan kebijakan kontrak dagang, pembangunan jalan-jalan dan infrastruktur. Selain itu untuk menjamin keamanan perdagangan dibentuk organisasi kepolisian. Khalifah terakhir pada masa ini, Ali bin Abi Thalib melakukan efisiensi keuangan dan melakukan percetakan uang negara mandiri atas nama pemerintahan Islam.

Setelah masa khulafaurrasyidin, ekonomi syariah dibagi menjadi 4 periode. Periode pertama terjadi pada masa awal Islam sampai 450 H/1058 Masehi. Periode kedua pada tahun 450 H-850 H (1058 M-1446 M), periode ketiga pada tahun 850 H- 1350 H (1446-1932 M) dan terakhir periode keempat 1932 M-2008 M atau dikenal sebagai ekonomi syariah modern.

Pada periode pertama, sistem ekonomi syariah yang ada masih melanjutkan sistem ekonomi pada masa khulafaurrasyidin dan masih berpegang teguh kepada Al-Quran dan hadis. Selain itu sistem yang ada masih mengandalkan nilai-nilai moral dalam kegiatannya, tetapi sistem ekonomi syariah tidak pernah kembali kepada masa kejayaannya kecuali pada masa Umar bin Abdul Aziz, hal ini disebabkan karena menyebarnya korupsi dan nepotisme dalam pembagian kedudukan. 26

Pada periode kedua, perilaku korupsi masih ada, tetapi relatif berkurang. Hal ini mendorong sejumlah pemikir besar seperti Al-Ghazali, Ibn Taimiyah dan Ibn Qaldun untuk mengembangkan ekonomi syariah lebih jauh. Pada masa ini kebijakan yang muncul sudah dikategorikan modern. Kebanyakan pengeluaran pada periode ini didominasi untuk penelitian, bahkan peneliti pada masa ini mendapat gaji terbesar dibanding profesi-profesi lain. Pada masa ini ekonomi syariah kembali bangkit dan mencapai puncaknya pada masa Harun Ar-Rasyid, tetapi setelah itu terjadi penurunan ekonomi dan mencapai puncaknya ketika Baghdad sebagai sentra ekonomi Islam dihancurkan oleh Mongol dan terjadinya Perang Salib yang memakan biaya besar.

Periode ketiga ekonomi syariah ditandai penurunan dalam sejumlah sektor ekonomi. Kekuatan ekonomi Islam saat itu dipegang oleh Kekhalifahan Ottoman/Utsmaniyah (sekarang Turki) dan berpusat di Istanbul, tetapi fokus negara saat itu lebih kepada peperangan sehingga sektor ekonomi terabaikan. Hal ini diperparah oleh masuknya budaya barat dan penjajahan di negara-negara Islam yang melemahkan kekuatan ekonomi Islam. Puncak dari kehancuran ekonomi Islam terjadi pada tahun 1924, ketika Kekhalifahan Ottoman sebagai satu-satunya negara penganut ekonomi syariah dibubarkan. Akibatnya tidak ada satupun negara yang secara resmi menganut ekonomi syariah di dunia. 27

Periode keempat ditandai dengan kebangkitan ekonomi syariah yang sudah disesuaikan dengan ekonomi modern. Kebangkitan ini dimulai dengan adanya kepedulian ulama terhadap masalah sosial ekonomi kaum muslim, hal ini memicu minat sejumlah pelajar muslim untuk memperdalam ekonomi syariah. Awal kebangkitan ditandai dengan pembukaan bank syariah pertama pada tahun 1960an di Mesir yang diikuti pada tahun 1970an di Pakistan dan Timur Tengah. Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1992 ketika Bank Muamalat resmi didirikan, hal ini memicu perkembangan ekonomi syariah di Indonesia dalam berbagai bentuk. Memasuki abad 21, dunia dilanda booming ekonomi syariah termasuk di negara-negara nonmuslim. Selain itu pada masa inilah sejumlah ahli ekonomi syariah mulai memadukan antara ekonomi barat dan ekonomi syariah serta menambahkan isu moneter sebagai bagian pokok dari ekonomi syariah.

3.1.4Tokoh Perkembangan Ekonomi Syariah Dalam perkembangannya, ekonomi syariah dipengaruhi oleh berbagai tokoh dan cendekiawan muslim. Para tokoh ini memiliki peran dalam mengembangkan, menafsirkan dan menerapkan ekonomi syariah dalam kehidupan sehari-hari. Bab ini membahas secara khusus para tokoh yang berperan mengembangkan ekonomi syariah serta peranan dan karya mereka. Berikut tokoh yang berperan mengembangkan ekonomi syariah. 28

A. Umar bin Khattab Umar bin Al-Khathab Al-Faruq adalah khalifah ketiga Islam setelah Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar al-Siddiq. Beliau adalah sahabat nabi yang dikenal keras, berwibawa, dan berilmu. Umar memegang jabatan khalifah selama 10 tahun 6 bulan. Pada masa ini terjadi berbagai perkembangan pesat dalam berbagai bidang, khususnya bidang politik, agama, dan ekonomi.

Umar merupakan khalifah pertama yang memiliki kepedulian khusus pada bidang ekonomi. Hal ini dilakukan Umar, karena Umar menyadari bahwa untuk membangun masyarakat sejahtera diperlukan ekonomi yang kuat. Bahkan beberapa kisah mengatakan bahwa pada masa pemerintahan Umar tidak ada rakyat miskin satupun.

Kebijakan yang ditempuh Umar pada masa awal pemerintahannya adalah memberlakukan pajak dan bea masuk perdagangan. Hal ini dilakukan karena Mekkah yang berada dalam wilayah Islam adalah bandar perdagangan terbesar di Jazirah Arab. Setelah kekhalifahan Islam mengalami perluasan wilayah, Umar membentuk departemendepartemen yang salah satunya adalah departemen ekonomi dan dewan ekonomi daerah. Selain itu dibentuk juga Baitul Maal sebagai badan zakat sekaligus bendahara negara. 29

Semua kebijakan ini terbukti mampu membawa kekhalifahan Islam ke dalam masa kejayaannya. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh Umar saat itu dilandasi teori ekonomi modern dan tidak hanya bergantung pada ajaran agama. Peninggalan beliau dalam bidang ekonomi antara lain adalah percetakan uang emas, badan zakat profesional atau Baitul Maal, jaminan sosial, sistem gaji, badan pengawas pasar, dan sistem perpajakan. Pada masa pemerintahan Umar bin Al-Khathab ekonomi syariah diterapkan secara ideal dan mencapai masa kejayaannya, hal inilah yang membuat Umar bin Al-Khathab pantas disebut tokoh perkembangan ekonomi syariah.12

B. M Umer Chapra M Umer Chapra adalah seorang pakar ekonomi syariah zaman modern. Beliau lahir pada 1 Februari 1933 di Bombay, India dan kemudian meneruskan pendidikannya di Karachi (Pakistan) dan mendapat gelar Ph.D dari Universitas Minnesota. Kemampuan akademis beliau terbilang baik sehingga dipercaya menjadi penasehat di Islamic Development Bank (IDB) yang terletak di Jeddah dan bekerja di dewan moneter Arab Saudi selama 35 tahun. Umer Chapra juga terlibat di berbagai organisasi ekonomi Intenasional.

12

Dr. Ahmad Al-Haritsi, Jaribah, Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khathab, Jakarta, Khalifa, 2006 hlm 17

30

Beliau dikenal memiliki minat terhadap ekonomi syariah, hal ini terlihat dari 15 buku yang dihasilkannya dan juga puluhan artikel yang semuanya membahas ekonomi syariah. Buku pertamanya yang dipublikasikan kepada publik berjudul Towards a Just Monetary System membahas sistem ekonomi moneter yang adil dan menjelaskan konsep riba, dalam buku ini Umer Chapra menawarkan sistem ekonomi syariah sebagai salah satu solusinya.

Karya-karya beliau diakui sebagai pedoman ekonomi syariah masa kini, hal ini ditunjukkan dengan penghargaan yang diberikan IDB kepada bukunya yang berjudul What Is Islamic Economics?. Dalam buku ini Umer Chapra menulis mengenai perbandingan ekonomi syariah dan ekonomi konvensional. Buku ini bisa dikatakan sebagai rangkuman dari buku-buku Umer Chapra terdahulu. Teori-teori yang dikemukakan Umer Chapra antara lain mengenai makna dari ekonomi syariah, ruang lingkupnya dan ekonomi syariah dan kaitannya dengan kesejahteraan negara. Sesungguhnya yang diungkapkan Chapra adalah hal-hal lama yang telah dimodifikasi dengan situasi masa kini. Tetapi beliau adalah orang yang pertama mengemukakan hal itu, sehingga beliau pantas disebut sebagai tokoh ekonomi syariah. 13

3.2 Sistem Ekonomi Syariah13

publication by dr umer chapra dalam www.muchapra.com

31

3.2.1 Produksi Bagian pertama yang merupakan pilar sistem ekonomi syariah adalah kegiatan produksi. Kegiatan produksi dalam ekonomi syariah dibenarkan dengan syarat sesuai dengan syariah, tidak mengandung unsur mudharat dan memberikan manfaat material dan spiritual. Cakupan produksi dalam konteks ekonomi syariah mencakup semua aktivitas ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa.

Dalam kegiatan produksi ini sendiri, Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin politik dan agama selalu menyatakan bahwa kegiatan produksi adalah kegiatan yang setara dengan ibadah. Bahkan beliau sering mendatangi masyarakatnya untuk menganjurkan masyarakat agar

melakukan kegiatan produksi. Hal serupa dilakukan juga oleh sahabat dan penerus beliau. Diceritakan bahwa Umar bin Khathab RA pernah memarahi orang yang taat beribadah, tetapi hidupnya hanya mengandalkan sedekah. Beliau juga kerap memberi modal langsung kepada masyarakat untuk bekerja. Ini menunjukkan perlunya peran pemerintah dalam mengawasi dan mendidik masyarakat dalam kegiatan berproduksi. Selain itu perlu ada pendekatan pribadi kepada masyarakat dari para pemimpin agar masyarakat merasa dihargai dan terpacu untuk berbuat yang terbaik. Kegiatan produksi dalam sistem ekonomi syariah sendiri dibolehkan jika dilakukan berdasarkan tujuh tujuan. Ketujuh hal tersebut adalah hak untuk 32

mencetak keuntungan seoptimal mungkin tanpa merugikan orang lain, mencukupi kebutuhan dirinya dan keluarganya, agar tidak mengandalkan orang lain,melindungi dan mengembangkan harta, mengeksplorasi dan memanfaatkan sumber bumi, kemandirian ekonomi negara dan terakhir sebagai ibadah kepada Allah taala. Tujuan yang ditentukan disini sifatnya bermanfaat dan tidak merugikan orang lain, sehingga penetapan ini dimaksudkan menjaga agar kegiatan produksi yang dilakukan tidak melenceng dari hukumnya yaitu membawa manfaat.

Selain itu ekonomi syariah juga menetapkan tiga kaidah syariah dalam kegiatan produksi yaitu akidah, ilmu dan amal. Akidah bermakna memiliki pemahaman dasar agama yang baik. Kaidah kedua adalah ilmu, seorang yang melakukan kegiatan produksi diharuskan mengerti ilmu jual-beli dan hukum syariah agar tidak terjebak riba, kerugian dan yang paling utama mengerti kehalalan barang yang ia produksi. Sedangkan amal memiliki makna sebagai pengaplikasian akidah secara ilmiah. Contoh penerapan kaidah amal adalah pelarangan pembuatan dan penjualan khamar (sejenis alkohol). Boleh dikatakan Akidah adalah dasar dari kehidupan manusia yang berkembang menjadi ilmu dan kemudian diaplikasikan dalam bentuk amal. Ekonomi syariah juga menekankan pentingnya kualitas suatu produk yang dihasilkan. Hal ini berbeda dengan konsep ekonomi konvensional yang 33

seringkali menurunkan kualitas agar dapat bersaing dengan produk lain. Para ulama dan pakar ekonomi syariah menegaskan bahwa pembuatan barang dengan kualitas terbaik dilakukan agar terhindar dari penipuan dan kerugian bagi orang lain.

Dalam ekonomi konvensional juga berlaku prinsip memproduksi barang yang sedang laku di pasaran. Hal ini berbeda dengan prinsip ekonomi syariah yang menyatakan bahwa barang-barang kebutuhan primer lebih diprioritaskan daripada barang-barang kebutuhan sekunder dan barang kebutuhan sekunder lebih diprioritaskan daripada barang kebutuhan tersier. Prinsip ini diterapkan agar tidak terjadi kekurangan barang kebutuhan primer seperti yang terjadi pada komoditi pangan dunia akhir-akhir ini.

Prinsip-prinsip ekonomi syariah ini memiliki dampak ke depan, tidak seperti ekonomi konvensional dimana keuntungan yang di dapat hanya sesaat dan merugikan masyarakat kebanyakan. Ekonomi syariah sangat konsisten dalam mengutamakan kebutuhan masyarakat banyak dengan

memprioritaskan produksi barang primer hal ini diimbangi dengan anjuran agar konsumsi hanya sebatas kebutuhan sekunder. Sehingga permintaan atas barang pun disesuaikan dengan barang yang diproduksi. Unsur-unsur dari produksi terdiri dari 3 hal, pekerjaan, manajemen, dan modal. Pekerjaan memiliki cakupan segala aktifitas perekonomian yang 34

legal dan bermanfaat. Dalam melakukan pekerjaan seseorang berhak mendapatkan gaji berdasarkan produktifitas dan kemampuan. Ekonomi syariah juga sejak dulu telah mengenal spesialisasi pekerjaan sesuai dengan kemampuan. Dijelaskan dalam ekonomi syariah bahwa seseorang dihargai sesuai dengan kemampuannya, hal ini dilakukan untuk mendorong masyarakat agar senantiasa bekerja keras.

Unsur Manajemen memiliki ruang lingkup mengatur benda produksi, pengaturan alat-alat produksi, pengawasan pelaksanaan produksi dan evaluasi hasil produksi. Kegiatan manajemen sendiri dibagi dalam 3 aspek. Pertama adalah manajemen wakaf, yaitu pengelolaan tanah-tanah atau modal wakaf. Pengelolaan manajemen wakaf dikelola oleh seorang nazhir (pengelola wakaf) yang ditunjuk pewakaf atau pemerintah. Kedua adalah mudharabah yang berarti penyerahan harta kepada orang lain untuk dikelola, sehingga manajemen dibawah orang yang diserahkan harta. Kemudian keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan. Mudharabah ini sendiri dijadikan landasan peminjaman uang oleh perbankan syariah. Ketiga adalah Muzaraah yaitu manajemen lahan tanah, dalam konsep ini seseorang menyerahkan lahannya kepada orang lain untuk dikelola. Pembagian hasil ditentukan dari kontribusi pemilik lahan dan pengelola lahan. Modal utama yang terdapat dalam ekonomi syariah adalah modal barang dan uang. Tetapi tanah dapat dikategorikan juga sebagai modal, meskipun 35

para pakar cenderung menyatakan tanah sebagai bagian sumber daya alam. Modal barang dan uang dapat digunakan melalui 2 metode. Pada modal barang ada yang disebut musyarakah yaitu menyerahkan modal barang untuk proses produksi, pemodal kemudian berhak mendapatkan bagian keuntungan. Selain itu ada juga Ijarah yaitu penyewaan barang untuk dimanfaatkan.

Sedangkan dalam modal uang juga dikenal musyarakah yang secara konsep sama dengan musyarakah barang. Alternatif lain adalah Qardhul Hasan yaitu pemilik modal meminjamkan uangnya kepada orang lain, dalam kasus ini apabila uang hilang atau merugi maka peminjamlah yang

menanggungnya.

Adanya unsur-unsur produksi yang telah dipraktekkan sejak masa Umar bin Khathab menunjukkan bahwa ekonomi syariah adalah ekonomi yang menjunjung profesionalitas. Ini terlihat dengan adanya sistem gaji, mekanisme pembagian modal dan pengaturan manajemen. Hal ini tentu mematahkan anggapan bahwa ekonomi syariah sudah tidak mengikuti jaman, karena sesungguhnya ekonomi syariahlah yang menciptakan jaman ekonomi baru yang berdasar pada profesionalitas. Secara spesifik usaha yang tercakup dalam bidang produksi adalah usaha pertanian, jasa dan industri. Untuk itulah sejak jaman dahulu, pemerintahan 36

yang memakai ekonomi syariah sebagai dasar ekonomi negara telah mengeluarkan kebijakan untuk mendorong kemajuan usaha tersebut. Kebijakan dalam bidang pertanian diantaranya adalah penyerahan lahan negara untuk pertanian yang dikelola perorangan, pengerukan sungai, pembuatan irigasi, pembangunan jembatan dan pemberian modal untuk pertanian. Dalam bidang perdagangan pemerintah memberi pelatihan bagi para pekerja jasa, pembangunan pasar sebagai sentra jasa, promosi dan iklan oleh pemerintah, dan kebebasan pajak usaha jasa dan dagang.

Terlepas dari kemudahan yang diberikan, ekonomi syariah melarang para pejabat negara untuk terlibat dalam usaha jasa dan produksi. Hal ini dilakukan agar konsentrasi diarahkan sepenuhnya pada negara dan terlepas dari KKN. Di bidang industri dilakukan jaminan keamanan bagi para pelaku industri, pembiayaan riset industri oleh negara dan transfer teknologi dari luar negeri. Kebijakan inilah yang saat ini dilakukan oleh negara-negara besar dunia dan sudah dilakukan beratus tahun sebelumnya oleh negaranegara Islam. Patut disayangkan Indonesia sebagai sebuah negara dengan penduduk beragama Islam yang besar, SDA yang berlimpah dan nilai-nilai kenegaraan yang sesuai dengan nilai-nilai syariah justru tidak dapat mempraktekan ekonomi syariah. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya produksi ekonomi syariah bertumpu pada kebijakan yang menguntungkan semua pihak dan pemerintah 37

sebagai pengawas sekaligus menyelenggarakan pendidikan kegiatan produksi. Untuk melengkapi semua ini ada nilai-nilai syariah yang pada intinya membenahi mental para pelaku produksi. Indonesia sebagai negara dengan pelaku produsen yang profit oriented sangat mungkin berubah menjadi negara dengan produksi bagi masyarakat kebanyakan apabila memakai sistem ekonomi syariah. Sesungguhnya nilai-nilai ekonomi syariah yang menjunjung tinggi keadilan sesuai dengan prinsip bangsa Indonesia yaitu keadilan bagi semua pihak.

3.2.2 Konsumsi Sektor konsumsi yang dibahas melingkupi penggunaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam prakteknya ekonomi syariah mendukung konsumsi yang layak bagi setiap manusia, tetapi konsumsi harus dilakukan secukupnya saja. Bagi warga tidak mampu, maka negara yang memberi bantuan agar warga mencapai taraf konsumsi yang layak. Konsumsi sendiri bertujuan mendukung aktivitas manusia dalam berbuat baik dan menghasilkan manfaat. Hal-hal yang perlu diperhatikan secara syariah adalah akidah (hakikat konsumsi), Ilmiah (Hukum barang yang dikonsumsi) dan amaliah (aplikasi hukum dan hakikat dalam kehidupan sehari-hari. Sikap lain yang harus diperhatikan adalah sederhana dalam berkonsumsi, namun jumlah konsumsi sesorang boleh saja bertambah apabila penghasilan 38

juga bertambah. Selain itu pengembangan barang konsumsi menjadi barang produksi juga dianjurkan. Skala prioritas konsumsi terbagi tiga, primer, sekunder dan tersier. Mengonsumsi barang primer diharuskan oleh ekonomi syariah, sedangkan mengonsumsi barang sekunder dibolehkan selama tidak berlebihan. Mengonsumsi barang tersier juga dibolehkan, namun lebih baik menyedekahkan uang tersebut selama masih ada masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan primernya atau menginvestasikannya.

Perilaku masyarakat konsumtif seperti yang terjadi di Indonesia sekarang ini sebenarnya juga sudah diperingatkan dalam hukum ekonomi syariah. Ekonomi syariah menganjurkan untuk menjauhi perilaku konsumsi yang berlebihan, apalagi mengonsumsi barang untuk tujuan riya atau pamer. Agar masyarakat tidak terjebak dalam hal ini, maka pemerintah disarankan melakukan pengawasan internal, teladan dari pemerintahan, penyadaran dan pembinaan masyarakat akan sikap konsumsi, teguran dan hukuman kepada orang yang berlebih, penentuan kuantitas konsumsi, pemberian pajak barang tersier, Hal ini dilakukan agar jumlah konsumsi tidak berlebih.14 Apabila konsumsi dilakukan secara berlebihan dikhawatirkan dapat mengakibatkan ketidakseimbangan produksi dengan konsumsi, kerusakan dan kemerosotan moral bangsa, pengaruh dalam akhlak, ibadah, agama dan

14

Dr. Ahmad Al-Haritsi, Jaribah, Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khathab, Jakarta, Khalifa, 2006 hlm 177

39

kehidupan sosial. Disini terlihat perbedaan nyata antara ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional yaitu pertumbuhan ekonomi syariah tidak ditopang dari konsumsi melainkan dari produksi. 15

Perilaku masyarakat Indonesia yang saat ini bisa dikatakan sangat konsumtif sesungguhnya telah diperingatkan dalam ekonomi syariah, karena konsumsi yang baik adalah konsumsi dalam tingkatan layak dan tidak berlebih. Pengertian layak disini adalah mampu membeli kebutuhan primer dan sekunder. Bahkan dianjurkan untuk mengubah barang konsumsi semisal telur untuk dikembangkan menjadi ayam sebagai barang produksi. Harapan jika kebijakan ini mampu diterapkan adalah menurunnya angka konsumsi yang tidak perlu sehingga barang tersebut dapat dialihkan menjadi barang produksi. Uang yang dikeluarkan dari pembelian konsumsi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk kegiatan produksi. Sehingga

pertumbuhan ekonomi negara akan ditunjang oleh produksi yang meningkat, bukannya oleh konsumsi yang sifatnya sementara. Pada masa depan hal ini berimplikasi pada ketahanan ekonomi negara. 3.2.3 Distribusi Ekonomi syariah menyatakan bahwa distribusi adalah pengaturan

kepemilikan unsur-unsur produksi dan sumber kekayaan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesenjangan sosial yang terjadi di dunia belakangan ini15

Ibid,.hlm 193

40

dan termasuk di dalamnya Indonesia. Tujuan dilakukannya distribusi ekonomi ini sendiri ada empat yaitu tujuan dakwah, tujuan pendidikan, tujuan sosial dan tujuan ekonomi. Tujuan dakwah disini adalah menjaga agar umat tidak goyah imannya hanya karena kemiskinan. Tujuan pendidikan adalah agar masyarakat mampu mengetahui hal-hal yang baik dan benar. Nantinya masyarakat yang berpendidikan ini akan menjadi generasi muda yang lebih baik.

Sedangkan tujuan sosial dimaksudkan untuk memperkuat rasa persaudaraan dan menghilangkan kecemburuan sosial. Kehidupan ekonomi negara pun akan lebih baik apabila dilakukan distribusi ekonomi. Efeknya

diberlakakukannya sistem distribusi adalah memberdayakan SDM yang menganggur dan membangun kesejahteraan ekonomi melalui program penggajian dan tunjangan sosial. Agar kebijakan distribusi ini efektif perlu ada keinginan negara untuk menjadikan distribusi sebagai kebijakan politik dan ekonomi negara. Apabila hal ini mampu diterapkan, negara akan menghemat pengeluaran departemen sosial. Karena fungsi antara keduanya adalah sama yaitu menjamin kesejahteraan masyarakat. Inti dari politik distribusi sendiri ada 3 yaitu manajemen kepemilikan, pendistribusian pemasukan, dan pengembalian distribusi pemasukan. Dalam manajemen kepemilikan diatur bahwa untuk mendapat kepemilikan sesuatu seseorang harus menggunakan uang yang halal yaitu yang didapat tidak dari 41

kerugian orang lain. Untuk mendukung manajemen kepemilikan yang adil, terdapat sejumlah kebijakan yang dianjurkan dalam ekonomi syariah. Salah satunya adalah tidak dianjurkan membagi tanah yang didapat dari penalukkan negara lain.

Kebijakan lain manajemen kepemilikan adalah pembagian tanah negara kepada masyarakat yang kurang mampu dengan dasar hukum, tanah tetap sebagai milik negara dan pengelolaannya oleh masyarakat. Masyarakat berhak tinggal di tanah tersebut dan mendapat keuntungan dari tanah

tersebut, apabila tanah tersebut rugi maka masyarakat tidak perlu menyetor kepada pemerintah. Pembagian tanah ini sendiri dibatasi sesuai dengan kebutuhan individu dan diatur oleh pemerintah. Pada bidang kepemilikan dan pengelolaan air ditegaskan bahwa monopoli air dilarang dan semua masyarakat berhak mendapat air sesuai yang dibutuhkan. Di bidang tambang, kepemilikan diizinkan dalam bentuk pengelolaan. Hal yang perlu diperhatikan adalah dalam mengeksplorasi tambang harus secukupnya dan tidak boleh berlebih. Selain itu pengelola harus menyetor keuntungan ke kas negara. Kebijakan-kebijakan ini sebetulnya pernah dilakukan Indonesia dalam bentuk pembagian tanah dalam program transmigrasi, begitu juga dalam perizinan tambang dan distribusi air. Sayangnya dengan potensi tanah yang demikian luas tidak ditindaklanjuti dalam program pembagian tanah. Belum 42

lagi kurangnya daya juang masyarakat untuk membuka lahan baru dan tidak adanya pembangunan infrastruktur oleh pemerintah. Di bidang

pertambangan perizinan yang dikeluarkan tidak mampu membantu keuangan pemerintah, karena kurangnnya ketegasan pemerintah dalam mengeluarkan izin dan kontrak pembagian hasil yang merugikan pemerintah. Berdasarkan hal ini tidak perlu ada yang dirombak dalam kebijakan Indonesia namun perlu ada penyempurnaan pengawasan dalam pembagian sumber daya ini.

Distribusi pemasukan adalah pendistribusian pemasukan kepada unsurunsur yang berperan dalam produksi. Tiga hal yang tercakup dalam distribusi pemasukan adalah pekerjaan, modal dan tanah. Di bidang pekerjaan hal ini dilakukan dengan pemberian gaji. Gaji dalam ekonomi syariah adalah hak bagi orang yang bekerja dan tidak boleh ditunda. Pembagian gaji terbagi tiga yaitu kepada pegawai pemerintah, swasta dan pengelola wakaf masyarakat. Di bidang pemerintahan gaji dibagikan sesuai standar yang layak dan cukup yang berlaku di masyarakat, tentu sesuai dengan kapasitas jabatan yang diemban. Kebutuhan para pegawai pemerintah ini harus dicukupi agar tidak terjadi tindak korupsi. Selain itu ada larangan untuk tidak berdagang, tujuannya adalah agar tidak ada penyalahgunaan jabatan. Pada bidang swasta gaji ditentukan sesuai kesepakatan pekerja dan pengusaha, sehingga tidak ada 43

pihak yang merasa dirugikan. Kemampuan seseorang tentu berpengaruh pada gaji yang diberikan, karena ekonomi syariah menghargai para pekerja dengan kemampuan tinggi. Para pengelola wakaf sendiri berhak mendapatkan uang sesuai dengan yang diberikan pewakaf. Distribusi pemasukan modal barang, uang dan tanah memiliki mekanisme sendiri. Modal uang dapat didistribusi dengan cara mudharabah yaitu menyerahkan modal untuk dikelola orang lain. Sementara modal barang dibagi dengan Ijarah dan Musyarakah. Pembagian hasil bumi pun dilakukan Ijarah dan Muzaraah yaitu pembagian hasil bumi suatu tanah antara pemilik dan pengelola. Penjelasan lebih lanjut hal ini terdapat di halaman 33.

Dalam ekonomi syariah dikenal politik pemberian atau semacam tunjangan. Asal harta ini sendiri dari Baitul Mal atau keuangan negara. Seluruh orang islam berhak mendapat tunjangan ini, tetapi lebih dikhusukan kepada ulama, pejabat negara, tentara, ilmuwan dan orang yang membutuhkan. Manfaat tunjangan sosial ini adalah kemajuan ilmu pengetahuan dengan adanya tunjangan kepada ilmuwan. Orang-orang ini mendapat prioritas karena pekerjaan mereka membawa manfaat besar bagi negara dan masyarakat. Meskipun begitu perlu dibedakan tunjangan ini dengan zakat dan sedekah yang berasal dari kewajiban masyarakat. Serta dibedakan pula dengan tunjangan sosial yang asalnya dari negara yang ditujukan kepada orangorang kurang mampu. Tunjangan ini lebih diutamakan kepada orang yang 44

berjasa bagi masyarakat, agama dan negara. Selain itu tunjangan ini disesuaikan dengan kemampuan negara dan bukan merupakan kewajiban. Tetapi pembagian tunjangan ini tidak boleh didasarkan pada kekuasaan seseorang, melainkan berdasar jasa dan kebutuhan orang tersebut.

Hal lain yang perlu dijelaskan adalah jaminan sosial yang sudah dikenalkan ekonomi syariah pada masa Negara Islam jauh sebelum masyarakat barat mengenalnya hampir satu milenium sesudahnya. Jaminan sosial atau Takaful Ijtimai bermakna tanggung jawab masyarakat untuk menjamin kebutuhan individu yang kurang mampu. Dalam hal ini yang mengelola penjaminan tersebut adalah pemerintah dengan dana masyarakat. Perlunya jaminan sosial didasarkan pada nilai agama Islam yang menganjurkan saling membantu khususnya umat yang dianggap kurang mampu. Tiga pihak yang harus bertanggung jawab untuk jaminan sosial / takaful (tanggung jawab) adalah setiap individu, masyarakat dan pemerintah. Ketiga hal tersebut saling mengisi, apabila salah satu unsurnya tidak menjalankan

kewajibannya. Ini berarti untuk mewujudkannya perlu partisipasi dari segenap lapisan masyarakat dimulai dari hal yang kecil seperti sedekah. Orang-orang yang berhak mendapat jaminan sosial sendiri telah dirinci, orang-orang tersebut adalah para fakir dan miskin yang tidak mampu bekerja atau pemasukan yang didapat tidak mencukupi, Janda dan anak yatim, orang sakit dan lumpuh, keturunan para pejuang, tawanan perang, 45

hamba sahaya (budak), tetangga, narapidana, anak yang ditemukan tanpa orang tua, gharim (orang yang banyak utang), Ahli Dzimmah (warga nonmuslim yang menghargai kaum muslim dan melakukan kewajiban sebagai warga negara) dan pengelana/musafir.

Ekonomi syariah menjelaskan bahwa jaminan sosial berasal dari sistem nafkah wajib, sistem nafkah sunah dan barulah jika tidak bisa dari keduanya, maka diambil dari keuangan negara. Sistem nafkah wajib adalah pemberian nafkah kepada anggota keluarga/kerabat yang kurang mampu. Sistem nafkah sunah adalah yang dianjurkan Alquran dan sunah. Hal ini seperti wakaf (pemindahan kepemilikan kepada orang lain yang tidak dapat diperjualbelikan) yang tanahnya dikelola untuk kepentingan masyarakat. Selain itu ada pemberian atau sedekah dengan syarat tidak melebihi kecukupan diri. Sumber lainnya adalah tanah negara yang dikelola masyarakat dan tanah kosong. Terakhir berasal dari pemberdayaan atau semacam pajak yang hukumnya tidak wajib bagi orang-orang kaya. Ini dilakukan untuk membantu masyarakat kurang mampu, khususnya jika dalam krisis. Ekonomi syariah telah mengajarkan sistem keadilan jauh sebelum sosialisme ada dan bahkan lebih sempurna dari sistem tersebut. Terlihat bahwa pembagian keuntungan yang dilakukan dengan sistem gaji dan bagi hasil, merupakan cerminan bahwa segala sesuatu yang halal dihargai oleh 46

ekonomi syariah. Sistem jaminan sosial, tunjangan dan zakat sendiri adalah ujung tombak pemberantasan kemiskinan dalam ekonomi syariah. Apabila hal ini diterapkan maka pemerintah tidak perlu kesulitan mendanai departemen sosial, karena telah jelas dana tersebut berasal. Untuk menyempurnakan hasil akhirnya diperlukan pendidikan kesadaran keadilan sosial kepada seluruh masyarakat agar mau menyumbangkan hartanya. Jika hal ini terjadi dan mampu diterapkan di Indonesia maka kemiskinan akan lebih mudah dihilangkan dan tercipta masyarakat yang sejahtera.

3.2.4 Moneter & Fiskal Bagian terakhir dari sistem ekonomi syariah adalah sistem moneter atau sistem keuangan dan sistem fiskal. Instrumen ini adalah bagian paling vital dalam semua sistem ekonomi modern. Sesungguhnya ekonomi syariah telah mencantumkan kebijakan tersebut jauh sebelum ekonomi modern

menerapkannya. Tetapi konsep ini dipopulerkan terlebih dahulu oleh sistem ekonomi barat. Termasuk dalam sistem moneter dan sistem fiskal ini adalah sistem uang, inflasi, pajak, anggaran belanja dan pendapatan dan pengeluaran negara. Dalam prakteknya, mata uang yang dipakai oleh ekonomi syariah adalah uang emas dan uang perak. Keduanya dikenal juga sebagai uang dinar dan uang dirham dan berasal dari Persia (Iran), selain itu dikenal juga satuan dan dinar, 5 dirham dan uang receh yang terbuat dari perunggu atau 47

bahan lain. Uang dalam ekonomi syariah difungsikan untuk ukuran harga, media transaksi dan media penyimpan nilai.Alasan pemilihan mata uang emas adalah nilainya yang stabil dan tidak berubah, sekedar informasi kurs dinar berbanding rupiah saat ini adalah 1 dinar untuk 1.142.000 rupiah dan dirham berbanding rupiah adalah 1 dirham untuk 32.000 rupiah.16

Faktanya, uang kertas yang ada disini mendasarkan nilai awalnya dengan cadangan emas negara tersebut yang kemudian disesuaikan dengan tingkat inflasi. Perubahan ini dapat terjadi karena nilai intrinsik mata uang kertas tidak sesuai dengan nilai yang dicantumkan, sedangkan pada mata uang dinar dan dirham nilai intrinsiknya sama dengan nilai yang dicantumkan. Sehingga dalam ekonomi syariah inflasi yang terjadi sangat kecil dan terjadi jika jumlah barang tersebut langka, perang, konsumsi masyarakat yang berlebihan atau manipulasi pasar. Kelebihan lain uang dinar adalah stoknya yang tidak terbatas, daya tahannya dan nilainya yang tinggi, sehingga tidak perlu membawanya dalam dalam jumlah besar. Inflasi sendiri dalam ekonomi syariah dinilai berefek buruk, karena melemahkan semangat menyimpan uang, meningkatkan sikap konsumtif dan investasi ke hal-hal non produktif yang mengakibatkan kemandekkan produksi. Hal ini patut diwaspadai karena juga terjadi di Indonesia dimana pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi dan bukan oleh industri16

Kurs dinar 15 agustus 2008 dalam wakalasauqi.blogspot.com

48

padat modal. Inflasi dianggap tidak merugikan jika terjadi akibat 2 hal yaitu perbedaan nilai ekspor terhadap impor yang tinggi, sehingga berakibat pada kenaikan permintaan uang. Faktor kedua adalah terjadi krisis yang mengakibatkan kelangkaan produksi. Faktor lain yang dikategorikan sebagai kesalahan manusia adalah korupsi sehingga muncul biaya tambahan dan pajak yang berlebihan.

Kebijakan moneter lain yang kerap dilakukan oleh negara penganut ekonomi syariah adalah penggantian kualitas uang dengan kualitas yang lebih rendah dan penetapan tetap perbandingan dinar dan dirham. Di masa Rasulullah SAW perbandingannya adalah 1:10. Pemakaian uang dinar sebetulnya tidak wajib hukumnya dan dapat diganti apabila terjadi kelangkaan, tetapi dengan syarat nilai uang tersebut harus dijaga agar stabil. Kebijakan moneter yang paling mencolok adalah dihapuskannya suku bunga dan diganti dengan bagi hasil. Sehingga ada kepastian berusaha dan tidak adanya pihak yang dirugikan. Dengan tidak adanya suku bunga, maka pengusaha tidak perlu khawatir akan bunga yang berubah-ubah. Dalam peredaran uang terdapat 3 pendapat. Pendapat pertama adalah peredaran uang ditentukan oleh perdagangan dengan luar negeri. Apabila impor barang naik maka nilai mata uang akan turun, begitu pula sebaliknya. Boleh dikatakan konsep ini mirip dengan konsep pasar sempurna. Pendapat kedua dianut sebagian besar pakar ekonomi syariah dari segala jaman yaitu 49

kontrol peredaran mata uang dilakukan negara melalui baitul maal yang berfungsi sebagai bank sentral. Apabila permintaan uang meningkat, maka baitul maal menambah jumlah jaminan sosial, sementara jika pemintaan turun, maka akan dikenakan pajak kepada uang yang menganggur dengan harapan akan terjadi investasi di bidang produksi.

Pendapat terakhir diutarakan oleh M.A Choudhury yang menyatakan bahwa jumlah uang yang beredar ditentukan oleh kondisi aktual sektor riil. Maksudnya adalah semakin kuat investasi dan pertumbuhan sektor riil, maka penawaran uang akan meningkat karena kebutuhan pembiayaan yang juga meningkat. Disini pemerintah hanya berperan sebagai pengawas bila terjadi krisis atau masalah lain. Secara keseluruhan jumlah uang yang ada ditentukan oleh masyarakat. Sistem yang lebih sesuai dengan masyarakat Indonesia sendiri adalah pendapat yang ketiga dengan modifikasi. Karena pendapat ketiga sudah disesuaikan dengan adanya globalisasi dimana uang tidak dapat sepenuhnya diatur oleh bank sentral, tetapi tetap perlu diwaspadai manipulasi spekulan yang dapat merugikan masyarakat banyak. Dalam menjalankan perannya untuk mengintervensi pasar uang, pemerintah dengan ekonomi konvensional umumnya memakai suku bunga, pengaturan cadangan minimum, imbauan moral dan penerbitan surat berharga atau surat utang. Sedangkan dalam ekonomi syariah dipakai instrumen amal seperti infaq dan waqaf, serta instrumen ekonomi seperti pajak terhadap uang tidak 50

terpakai dan surat berharga syariah atau sukuk. Konsep sukuk ini bersifat bagi hasil, sehingga proyek pemerintah yang memberi keuntungan akan dibagi dengan pembeli sukuk. Sehingga pemerintah tidak terbebani jika terjadi kerugian dalam proyeknya.

Dalam ekonomi syariah pemasukan negara berasal dari Kharaj yaitu semacam pajak bumi bangunan, tetapi nilainya ditentukan dari produktivitas lahan. Kemudian zakat yang jumlah berkisar 10%-20% dan lebih dikhususkan untuk pembiayaan jaminan sosial. Ketiga adalah harta rampasan dan keempat adalah jizyah yaitu pajak yang pada jaman dahulu dikenakan kepada nonmuslim. Selain itu penerimaan lain adalah dari denda terhadap masyarakat yang melanggar aturan. Untuk menjamin kesuksesan sistem ini diperlukan penerapan sistem secara menyeluruh dan tidak hanya sebagian kecil. Selain itu agar adil diperlukan modifikasi seperti pengenaan pajak tambahan terhadap masyarakat mampu dan pengenaan pajak terhadap semua masyarakat, tetapi pajak ini nantinya dapat dikurangi apabila orang tersebut membayar zakat. Sehingga tercipta keadilan di masyarakat. Dalam menyusun APBN, harus diperhatikan bahwa ekonomi syariah tidak mendukung konsep defisit, kecuali jika ada kebutuhan mendesak. Prinsip yang dianut adalah pengeluaran hanya terjadi jika ada penerimaan. Untuk mendukung APBN ini kebijakan fiskal yang dianut adalah penerapan pajak yang disesuaikan dengan kekayaan dan kondisi ekonomi masyarakat, 51

penerapan kharaj sesuai dengan produktivitas lahan, zakat perdagangan berdasarkan keuntungan yang merupakan pengganti PPN, Pembangunan infrastruktur yang mencapai 1/3 dari pengeluaran negara, manajemen birokrasi yang baik, pengoptimalan kinerja baitul maal pusat dan daerah yang efektif dan pemberian insentif untuk mendorong investasi.

Pengeluaran pemerintah sendiri didominasi oleh pembangunan infrastruktur, pendidikan dan kebudayaan, riset ilmu pengetahuan, jaminan sosial dan pembangunan militer dan gaji pegawai negeri. Sebetulnya terdapat kesamaan antara sistem ekonomi Indonesia saat ini dengan ekonomi syariah. Tetapi sistem ekonomi syariah lebih mengutamakan keadilan bagi semua orang, untuk mewujudkannya dihapuskan suku bunga sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Selain itu inflasi diminimalkan dengan pemakaian uang emas yang memiliki daya tahan nilai dan peredaran uang yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan diawasi pemerintah. Sehingga masyarakat tidak perlu khawatir uangnya menjadi tidak berharga. Unsur kehati-hatian pun diterapkan dalam mengaturan anggaran belanja. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak dipakainya teori defisit dalam pengaturan APBN. Kebijakan moneter dan fiskal yang diterapkan pun bersifat menunjang keadilan masyarakat dan tidak hanya mendasarkan pada nilai ekonomi tetapi juga nilai amal. Kebijakan seperti pengenaan pajak uang tidak terpakai juga diarahkan agar masyarakat menginvestasikan 52

uangnya ke dalam bidang produksi, agar tidak terjadi kekurangan modal di bidang produksi dan masyarakat tidak terjebak ke dalam kebijakan konsumtif. Penerimaan negara pun memiliki hitungan yang mudah dan tidak menyulitkan masyarakat, perhitungan yang dipakai berdasarkan keuntungan yang didapat sehingga tidak memberatkan masyarakat. Masyarakat miskin juga terbebas dari berbagai beban. Sedangkan di bidang pengeluaran, tidak ada perbedaan mendasar dengan yang diterapkan oleh ekonomi Indonesia.

Konsep ekonomi syariah sebetulnya sesuai dengan sila ke 5 Indonesia yaitu keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Salah satu instrumen mewujudkan hal ini adalah melalui kebijakan moneter dan fiskal ekonomi syariah yang mengutamakan kehati-hatian dan keadilan sesuai dengan kemampuan seseorang. Dalam menerapkan kebijakan fiskal dan moneter tidak ada pihak yang dirugikan, karena pemerintahlah yang menyesuaikan dengan masyarakatnya. Hal ini berbeda dengan ekonomi saat ini dimana pemerintah dapat dengan mudahnya menaikkan pajak tanpa persetujuan masyarakat. Karenanya ekonomi syariah sesuai dengan tujuan negara ini. 3.2.5 Lembaga Ekonomi Syariah Sebagai sebuah sistem, ekonomi syariah tentunya memiliki instrumen dan lembaga yang identik dengan sistem ekonomi syariah dan membantu praktek ekonomi syariah di kehidupan sehari-hari. Diantaranya adalah uang emas/dinar yang sudah dijelaskan, selain itu masih ada instrumen 53

pembiayaan seperti sukuk (surat berharga) dan pembiayaan mudharabah yang difasilitasi oleh perbankan syariah. Penjelasan mengenai lembagalembaga yang sesuai dan identik dengan ekonomi syariah inilah yang dijelaskan lebih dalam di sub bab ini.

3.2.5.1 Baitul Maal Baitu Maal dalam konsep ekonomi syariah berfungsi sebagai perbendaharaan negara, tempat dimana semua kekayaan negara disimpan. Baitul maal pada awalnya berfungsi mengumpulkan dan mendistribusikan zakat, kemudian berkembang menjadi tempat menyimpan kekayaan negara, mengelolanya dan membiayai keperluan negara yang mendesak. Di era Umayyah, baitul maal juga berperan sebagai bank sekaligus bank sentral yang sifatnya independen atau tidak tergantung terhadap pemerintah. Sebagai bank sentral, baitul maal berhak menetapkan pajak uang tidak terpakai dengan koordinasi pemerintah maupun memberikan pinjaman untuk mendorong perekonomian. Layaknya bank sentral, baitul maal terbagi pada 4 departemen yang mengurus berdasarkan asal pendapatan harta. Kekuasaan yang dipegang baitul maal sangatlah besar. Sebagai bank dan

perbendaharaan negara, baitul maal dapat menentukan orang-orang yang pantas diberi tunjangan. Karenanya kemampuan pengurus 54

harus dipilih secara cermat agar pengelolaannya tepat. Wewenang ini mengakibatkan sisi positif dan negatif. Di satu sisi terjadi pemangkasan birokrasi, dan di sisi lain tidak ada profesionalisme dan pengawasan yang dapat mengakibatkan penyelewengan.

Hal ini dapat diatasi dengan diubahnya kewenangan baitul maal menjadi lebih profesional, seperti adanya proses administrasi yang tentu tidak menyusahkan masyarakat. Proses administrasi yang dibutuhkan dapat berupa kartu keluarga, KTP dan surat tidak mampu. Meskipun awalnya baitul maal hanya lembaga zakat, tetapi di bawah pengelolaan yang tepat baitul maal dapat menjadi lembaga keuangan terpadu (saat ini ada ratusan lembaga zakat di Indonesia) maupun menjadi lembaga investasi kelas dunia. Selain itu baitul maal dapat menjadi bagian jaminan sosial untuk masyarakat.17

3.2.5.2 Perbankan Syariah Perbankan Syariah dapat dikatakan sebagai instrumen ekonomi syariah paling dikenal di Indonesia saat ini. Penyebabnya adalah maraknya bank-bank syariah dan pemahaman yang baik. Sebagai lembaga keuangan, bank syariah ditujukan untuk membiayai masyarakat yang membutuhkan sesuai dengan ketentuan syariah.17

Baitul Mal dalam Keuangan Publik dalam abiaqsa.blogspot.com

55

Pendirian bank syariah pertama pada tahun 1967 di Mesir dan diikuti di Indonesia pada akhir dekade 80an. Perbedaan konsep ini dengan ekonomi konvensional adalah tidak dikenalnya sistem bunga dan skema pembiayaan yang dikenal sebagai mudharabah- musyarakah

Dalam skema mudharabah pihak bank berperan sebagai pemilik modal yang menyertakan modalnya kepada peminjam (usaha peminjam harus halal). Dimana keuntungan peminjam dibagikan kepada bank. Dalam skema ini kerugian tidak ditanggung bank. Sedangkan Musyarakah berarti pihak bank sebagai pemilik modal meminjamkan sekaligus berperan lebih jauh dalam usaha yang ditekuni peminjam, ini berarti baik kerugian dan keuntungan akan dirasakan lebih maksimal oleh pihak bank. Hasil bagi keuntungan peminjamlah yang diberikan kepada bank dan kemudian dibagikan kepada nasabah sebagai pengganti bunga. Itulah mengapa bank syariah disebut memakai sistem bagi hasil. 3.2.5.2 Asuransi Syariah Meskipun saat ini kemunculan asuransi syariah masih pro-kontra, pro-kontra yang muncul adalah adanya unsur ketidakpastian dalam asuransi. Tetapi pertumbuhan asuransi syariah atau dikenal sebagai takaful cukup baik dengan kisaran 20% setiap tahunnya. Saat ini ada tiga jenis asuransi syariah, yang pertama adalah asuransi umum yang 56

mencakup perlindungan atas risiko umum individu atau perusahaan, seperti asuransi kendaraan, kebakaran, kerusakan dan lain-lain.

Kedua adalah asuransi keluarga yang mengurus produk pendidikan, kesehatan, perkawinan, tabungan haji dan sebagainya. Terakhir retakaful yang menjamin perusahaan-perusahaan asuransi syariah atas klaim yang tinggi. Dalam asuransi syariah premi dianggap sebagai donasi yang dikelola, untuk menyiasati unsur ketidakpastian maka jaminan yang diberikan dianggap sebagai bantuan gotongroyong kepada sesama muslim. Meskipun masih ada pro-kontra, tetapi adanya asuransi syariah ini merupakan alternatif dibanding ekonomi konvensional yang tidak sesuai dengan syariah. Meskipun begitu pemikiran asuransi syariah yang masih baru, tetap harus disempurnakan agar nantinya tidak ada lagi pro-kontra.18

3.3 Perbandingan Ekonomi Konvensional dan Ekonomi SyariahSetelah melihat prinsip dan sistem ekonomi syariah, maka dapat dibuat analisa mengenai perbedaan maupun kesamaan ekonomi syariah dengan ekonomi konvensional. Perbandingan perbedaan ini diperlukan untuk mengetahui apa saja yang menjadi sisi positif dan negatif ekonomi syariah, serta dari sini dapat diketahui alasan masyarakat barat mempelajari ekonomi syariah. Ekonomi konvensional yang dibandingkan adalah ekonomi liberal. Pemilihan ekonomi18

Lewis,Mervyn &Latifa Algafoud, Perbankan Syariah, Jakarta, Serambi IlmuSemesta, 2007 hlm 276

57

liberal dan bukannya ekonomi Indonesia sebagai perbandingan ini disebabkan ke tidakjelasan konsep ekonomi Indonesia. Meskipun begitu perbandingan ini tetap berhubungan karena ekonomi Indonesia saat ini sudah terpengaruhi ekonomi liberal. Berikut perbedaan antara ekonomi syariah dengan ekonomi liberal. Dasar Teori Nilai-Nilai Ekonomi Tujuan Akhir Ekonomi Sistem produksi Ekonomi Syariah Ekonomi Liberal Al-Quran, Hadis, pendapat Pakar ekonomi ; Adam ulama dan pakar ekonomi Smith, Machiavelli dll Keadilan, Tanggung jawab Kebebasan, Kreatifitas & & Kemakmuran Umat Kekuatan Pasar Kemakmuran masyarakat Kebebasan berekonomi secara harta, agama & jiwa Masyarakat Dilaksanakan swasta & Dilaksanakan swasta

pemerintah serta kontrol secara bebas dan tanpa Tujuan Produksi oleh pemerintah pengawasan Memenuhi kebutuhan Memproduksi barang

primer masyarakat secara untuk keuntungan sebesarSistem Konsumsi adil dan jujur Konsumsi secukupnya Tujuan Konsumsi Distribusi Pendapatan besarnya dilakukan Adalah hak setiap individu dan tidak untuk mengonsumsi sesuai keinginan

berlebihan hartanya Memenuhi kebutuhan diri Memenuhi

tanpa lupa akan orang lain pribadi sesuai haknya Pemerataan pendapatan Pemerintah & masyarakat adalah kewajiban tidak wajib mendistribusi pendapatannya

pemerintah & masyarakat

58

Kepemilikan Guna

dan

Hak Milik

Allah, &

dikelola Milik Individu dan dapat negara dikelola sebebasnya ada pembagian

masyarakat

Pengelolaan Tanah

secara proporsional Tanah tidak terpakai boleh Tidak

dibagikan untuk dikelola tanah, dan lahan tidak oleh masyarakat terpakai tidak boleh dibagi Peran Pemerintah Dalam Pemerintah adalah investor Pemerintah tidak berhak Kegiatan Ekonomi ekonomi, kegiatan Sistem Moneter pengawas campur tangan dan hanya ekonomi & sebagai pembuat aturan

mengatur hukum ekonomi hukum ekonomi Kebijakan Keuangan Kebijakan Keuangan diatur oleh pemerintah dan diatur baitul maal kemudian pasar oleh dan pengusaha, terkadang agar

Tujuan Moneter

dijalankan oleh pasar pemerintah Mendorong uang agar Mendorong

diinvestasikan ke dalam menghasilkan keuntungan Uang hal yang produktif dengan cara apapun Uang dibuat dari emas Nilai intrinsik uang tidak sehingga nilai intrinsik dan sama Sirkulasi Uang riil sama Pemerintah peredaran Baitul disesuaikan uang, menentukan Bank uang Maal dengan Sentral nilai riil

mencetak

melalui dan menentukan sirkulasi dan uang bersama dengan

dengan pemerintah

59

kebutuhan pasar Inflasi Inflasi jarang terjadi Inflasi selalu harga terjadi, selalu didorong ekspor,

kecuali terjadi krisis atau sehingga Pertumbuhan Ekonomi Pemasukan Pemerintah peperangan Pertumbuhan

berubah didorong Pertumbuhan

oleh kegiatan produksi oleh konsumsi Zakat, pajak jizyah, Pajak, utang,

kharaj, ekspor, wisata & wisata dan eksplorasi hasil Pengelolaan Pasar pembagian keuntungan bumi Pasar dikelola secara Pasar bebas Perbankan dan dikelola dan secara tanpa

diawasi independen

pemerintah pengawasan Tidak ada bunga dan riba Memakai sistem bunga, keuntungan didapat dari Keuntungan berasal dari bagi hasil yang bunga yang dapat berubah dengan sewaktu-waktu merupakan

disesuaikan Skema Pembiayaan

keuntungan pihak tersebut Pembiayaan sifatnya Pembiayaan investasi keuntungan bersama

dan pinjaman bank yang harus dibagi dikembalikan, apapun defisit

Sistem Anggaran Ketahanan Ekonomi

hasilnya Tidak

yang terjadi menganjurkan Diperbolehkannya

defisit dan utang dan menganjurkan utang Kebutuhan primer harus Menganjurkan spesialisasi

60

dipenuhi negara dan tidak produk, tergantung negara lain

dimana

terjadi

ketergantungan barang

Berdasarkan tabel diatas, maka perbedaan yang mencolok adalah peranan pemerintah dalam mengatur perekonomian dan nilai-nilai moral dalam kegiatan ekonomi. Dalam ekonomi syariah, pemerintah berperan untuk menghindari kesalahan pasar atau kegiatan oleh sejumlah orang yang merugikan masyarakat. Sehingga pemerintah ditetapkan sebagai pengawas sekaligus regulator kegiatan ekonomi. Hal ini bukan berarti ekonomi syariah tidak menghargai kebebasan pasar, tetapi dengan adanya pengawasan maka kegiatan ekonomi lebih terarah kepada tujuan untuk menyejahterakan masyarakat. Inilah yang menjadi nilai lebih ekonomi syariah dibanding ekonomi liberal.

Dalam ekonomi liberal, tidak terdapat pengawasan semacam ini. Dampaknya adalah munculnya sekelompok pihak yang kaya atau pihak asing yang memiliki dana berlimpah. Mereka menguasai ekonomi masyarakat melalui pembelian perusahaan-perusahaan negara dan mengambil keuntungan darinya. Karena sebagian kekayaan negara dikuasai pihak ini, maka timbul keengganan pemerintah untuk melakukan intervernsi dan bahkan pihak inilah yang mengintervensi pemerintah. Hal ini telah terjadi di negara-negara Amerika Selatan dan Afrika. Proses ini juga sedang terjadi di Indonesia, meskipun tidak terjadi seutuhnya. Proses ini mampu dicegah melalui diterapkannya ekonomi

61

syariah di Indonesia. Karena penerapan itu menimbulkan dasar yang kuat bagi pemerintah Indonesia untuk memperkuat pengawasan atas aktivitas ekonomi yang merugikan pemerintah dan masyarakat. Di sisi lain, ekonomi syariah juga memasukkan nilai moral, hal ini tentu berbeda dengan ekonomi liberal yang mengedepankan kebebasan individu dalam ekonomi. Dalam konteks tertentu, kebebasan individu ini dapat diartikan, siapa kuat dia menang tanpa mementingkan aspek moral. Sehingga orang dengan akses atau kemampuan terbatas sulit menjadi sukses dengan sistem ekonomi liberal. Akibat dari hal ini adalah tidak adanya keadilan dalam kesempatan berekonomi. Lebih lanjut akan terjadi ketimpangan sosial, yaitu orang miskin semakin miskin dan orang kaya semakin kaya. Inilah yang coba dicegah ekonomi syariah melalui penerapan nilai moral dalam kegiatan ekonomi.

Dengan adanya pegangan moral, maka seseorang tidak dapat memikirkan dirinya sendiri saja, melainkan seluruh masyarakat. Akibatnya akan tumbuh kepekaan sosial untuk membantu sesama, sehingga negara akan terbantu dalam pembiayaan jaminan sosial. Selain itu dengan adanya nilai moral, maka seseorang tidak akan mau menipu orang lain atau merugikan siapapun. Hal ini dengan sendirinya akan meminimalisir kegiatan spekulatif yang mengakibatkan krisis seperti yang terjadi pada krisis ekonomi 1997, dimana krisis sengaja dibuat oleh sebagian kecil orang kaya untuk meraih keuntungan besar dari kerugian masyarakat banyak. Selain itu akan timbul etos kerja yang baik, karena ekonomi syariah tidak hanya 62

membangun sistem ekonomi, melainkan membangun manusia yang melakukan kegiatan ekonomi. Ukuran kesuksesan ekonomi syariah adalah terciptanya sistem ekonomi yang adil, kesejahteraan masyarakat dan kebersemaan umat. Perbedaan lainnya adalah dalam ekonomi liberal, pertumbuhan dan pembiayaan ekonomi tergantung terhadap utang dan konsumsi. Hal ini berbeda dengan ekonomi syariah yang mengedepankan kegiatan produksi dan zakat untuk pertumbuhan serta pembiayaan ekonomi. Dalam jangka pendek, konsumsi dan utang memang terlihat lebih menguntungkan. Hal ini disebabkan uang akan langsung di dapat dan pemerintah tidak perlu melakukan apapun untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, karena pertumbuhan akan jalan dengan sendirinya melalui masyarakat. Tetapi pertumbuhan ini sementara, karena utang harus dibayar ke depannya dan ditambah bunga yang dibayarkan selalu berubahubah, sehingga dapat merugikan masyarakat.

Sementara konsumsi yang berlebihan menyebabkan menurunnya produktifitas dan meningkatnya impor, ini mengakibatkan uang akan tersedot pada impor dan pertumbuhan ekonomi tidak disertai pembukaan lapangan kerja baru. Belum lagi impor mengakibatkan tersedotnya uang ke luar negeri. Sementara pertumbuhan yang mengandalkan produksi memang tidak terjadi secara instan, karena untuk membangun sarana produksi dan melatih karyawan produksi butuh waktu. Meskipun begitu hasil ke depannya adalah terpenuhinya kebutuhan dalam negeri, berkurangnya impor serta menyebabkan ekspor ke luar negeri. Pertumbuhan 63

ekonomi ini disertai dengan diserapnya tenaga kerja dan uang yang terpakai akan kembali kepada masyarakat. Modal pun akan terus berputar dengan sendirinya dan akan tercipta keadaan full employment dan menurunnya kemiskinan. Selain itu tidak dikenal sistem bunga atau riba dalam sistem ekonomi syariah. Ini dilakukan agar tidak ada pihak yang dirugikan dalam kegiatan investasi. Sedangkan dalam ekonomi liberal, sistem bunga adalah instrumen penting pembangunan maupun moneter. Padahal sistem bunga ini sifatnya memberatkan masyarakat dan hanya menguntungkan pihak yang meminjamkan. Masyarakat yang membutuhkan akan dipaksa untuk meminjam uang dengan bunga yang dapat berubah sewaktu-waktu. Ini merupakan bagian dari lemahnya pengawasan internal terhadap pasar dan juga bagian dari rencana penumpukkan kekayaan oleh sekelompok pihak. Sehingga wajar jika ekonomi syariah menolak adanya bunga. Dari perbandingan ini dapat disimpulkan bahwa ekonomi syariah lebih tepat untuk menyejahterakan masyarakat jika dibanding dengan ekonomi liberal yang hanya menguntungkan segelintir orang.

Apabila hal ini dibandingkan dengan ekonomi Indonesia / Pancasila, maka terdapat kesamaan nilai dan dasar seperti tujuan pembangunan ekonomi yang mengedepankan kemakmuran masyarakat, nilai-nilai ekonomi yang berbasis keadilan dll. Secara teori, tidak ada perbedaan mendasar antara kedua sistem. Kelebihan ekonomi syariah adalah menawarkan nilai-nilai yang lebih konkrit, hal ini berbeda dengan ekonomi pancasila yang masih sekedar wacana dan dalam 64

beberapa hal (sistem bunga dan legalitas nilai moral) terpengaruh oleh ekonomi liberal. Sesungguhnya dengan diterapkannya ekonomi syariah akan menciptakan kesejahteraan sosial seperti yang telah diamanatkan pendiri negara ini.

3.4 Perkembangan dan Peranan Ekonomi Syariah di IndonesiaEkonomi syariah di Indonesia lebih dikenal melalui produk perbankan syariah dan uang emas. Pemahaman mengenai ekonomi syariah sebagai suatu sistem ekonomi negara sendiri masih rendah. Penyebabnya adalah tidak adanya keinginan dari pemerintah maupun dari kalangan cendekiawan untuk mengkaji ekonomi syariah sebagai alternatif sistem perekonomian Indonesia. Wacana ekonomi syariah di Indonesia sendiri bermula wacana perbankan pada dekade 80an yang ditindaklanjuti dengan pembukaan Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992 dan asuransi takaful syariah pada tahun 1994. Legitimasi hukum ekonomi syariah sendiri ditentukan melalui Undang-Undang no 7 Perbankan tahun 1992. Hal ini berkembang ke bidang pendidikan melalui pembukaan jurusan ekonomi syariah. Meskipun begitu perkembangan ekonomi syariah pada periode 1992-1997 sendiri kurang menggembirakan. Penyebabnya adalah maraknya bank konvensional dan kesadaran masyarakat yang rendah.

Keadaan berubah ketika krisis terjadi pada tahun 1997, dimana bank-bank konvensional mengalami kerugian besar akibat kegagalan pembayaran dan utang luar negeri yang meningkat tajam. Sebaliknya bank ekonomi syariah bertahan dari

65

krisis tanpa mengandalkan bantuan dari pemerintah, kredit yang bermasalah pun terbilang rendah. Minat masyarakat mulai tumbuh semenjak peristiwa ini, hal ini disusul fatwa MUI bahwa riba/bunga haram hukumnya. Pemerintah menyikapi hal ini dengan merevisi undang-undang yang mendorong penciptaan unit syariah dan konversi menjadi bank syariah melalui UU Perbankan tahun 1998. Saat ini telah muncul komunitas pemakai uang dinar, lembaga zakat maupun pegadaian syariah. Kemunculan ini adalah bagian dari meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memakai sistem ekonomi syariah, sayangnya ketiga lembaga ini kurang mendapat dukungan pemerintah sehingga efek yang dihasilkan kurang maksimal. Pada tahun 2001, berbagai bank-bank besar mulai membuka unit usaha syariah seperti Bank Mandiri Syariah, serta munculnya Jakarta Islamic Index yang merupakan pionir pasar modal syariah pertama di Indonesia. Sampai hari ini Jakarta Islamic Index masih tetap ada dan merupakan indeks patokan bagi reksadana syariah.

Pada awal tahun 2006, nilai perbankan syariah di Indonesia sudah mencapai 30 triliun rupiah, tetapi secara riil ini hanya 1,6% dari pangsa pasar perbankan di Indonesia. Pemerintah kemudian meluncurkan program agar pada akhir tahun 2008, pangsa pasar meningkat menjadi 5,25% dengan aset 90 triliun. Bank Indonesia sendiri mencanangkan pertumbuhan 5% setiap tahunnya. Ikatan ahli ekonomi syariah sendiri meluncurkan program agar pada 2015, ekonomi syariah menjadi bagian dari sistem ekonomi Indonesia. Sayangnya beragam program ini 66

kurang mendapat respon di semua lini masyarakat. Satu-satunya angin segar bagi ekonomi syariah adalah diresmikannya UU Perbankan syariah dan surat berharga syariah negara (SBSN) pada awal 2008. Pengesahan kedua UU ini ditujukan agar pemerintah serta masyarakat mendapat landasan hukum yang tegas mengenai ekonomi syariah dan pengeluaran surat berharga syariah negara atau yang lebih dikenal sukuk. Sampai saat ini Malaysia adalah penerbit sukuk terbesar di dunia yaitu sebesar 70%, ini disusul oleh negara-negara Arab, dan barulah Indonesia. Penyebab besarnya sukuk yang diterbitkan adalah adanya landasan hukum. Dengan adanya kedua UU ini maka investor dari timur tengah memiliki kepastian hukum untuk berinvestasi. Sebagai ilustrasi, Kuwait memiliki dana 20 milyar dollar untuk diinvestasikan. Apabila Indonesia mampu mengambil 10 persen dana ini melalui penerbitan sukuk, maka proyek infrastruktur dapat dijalankan dengan mengandalkan modal satu negara timur tengah. Jika Indonesia mampu mengambil dana 10 negara timur tengah tentu investasi dalam negeri dapat didorong sehingga pertumbuhan ekonomi semakin cepat.

Sedangkan pengesahan UU perbankan syariah juga mendorong pengusaha dalam negeri untuk membuka bank-bank syariah, karena sudah adanya landasan hukum. Paling tidak diharapkan bank-bank yang sudah mapan dapat mengonversi unit usahanya menjadi unit syariah dan mendorong munculnya BPR-BPR syariah yang mampu menjangkau seluruh negeri. Meskipun begitu ekonomi syariah 67

sendiri masih terhambat melalui kebijakan UU pajak yang isinya membebankan pajak berganda kepada perbankan syariah, untuk itu komitmen pemerintah masih harus dibuktikan dengan adanya amademen UU pajak ini. Kebijakan lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi syariah ini sendiri dilakukan oleh Bank Indonesia melalui perizinan office chanelling, yaitu izin rangkap fungsi suatu kantor bank konvensional sekaligus bank syariah. Kedua kebijakan ini memang mendorong pada pertumbuhan ekonomi syariah yang lebih baik, tetapi kedua hal ini lebih berorientasi pada sektor perbankan. Belum ada keinginan dari masyarakat maupun negara untuk melebarkan kemungkinan ekonomi syariah dipakai di sektor lain. Bukti lain tidak adanya dukungan terhadap pemakaian ekonomi syariah sebagai sistem ekonomi adalah tidak adanya partai ataupun organisasi yang memakai ekonomi syariah sebagai platform ekonominya. Sehingga bisa dikatakan bahwa ekonomi syariah belum memiliki dukungan politik, ekonomi dan budaya.

Peranan ekonomi syariah yang dapat dirasakan adalah penyelamatan dana masyarakat pada masa krisis yang mencapai 1 triliun. Dana yang terselamatkan ini adalah mi