karir dengan prestasi kerja pada karyawan …/hubungan... · kantor imigrasi surakarta skripsi...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN KEMATANGAN
KARIR DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN
KANTOR IMIGRASI SURAKARTA
Skripsi
Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi
Oleh:
Danang Meifiandri Nugroho
G 0105013
Dosen Pembimbing:
Drs. Thulus Hidayat, SU., MA.
Dra. Salmah Lilik, M.Si.
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini
tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika
terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia
derajat kesarjanaan saya dicabut.
Agustus 2011
Danang Meifiandri Nugroho
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : Hubungan Antara Motivasi Kerja dan
Kematangan Karir dengan Prestasi Kerja pada
Karyawan Kantor Imigrasi Surakarta
Nama Peneliti : Danang Meifiandri Nugroho
NIM / Semester : G 0105013
Tahun : 2011
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Pembimbing dan Penguji Skripsi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 04 Agustus 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Drs, Thulus Hidayat, SU MA Dra. Salmah Lilik, M.Si
NIP 130250480 NIP 19490415 198101 2 001
Koordinator Skripsi
Rin Widya Agustin, M.Psi
NIP 19760817 200501 2 002
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Kematangan Karir dengan Prestasi
Kerja pada Karyawan Kantor Imigrasi Surakarta
Danang Meifiandri Nugroho, G 0105013, Tahun 2011
Telah diuji dan disahkan oleh Pembimbing dan Penguji Skripsi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hari :
Tanggal :
1. Penguji I
Dra. Sri Wiyanti, M.Si ( )
2. Penguji II
Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si ( )
3. Penguji III
Drs. Thulus Hidayat, SU MA ( )
4. Penguji IV
Dra. Salmah Lilik, M.Si ( )
Surakarta,
Ketua Program Studi Psikologi, Koordinator Skripsi,
Drs. Hardjono, M.Si Rin Widya Agustin
NIP 19590119 198903 1 002 NIP 19760817 200501 2 002
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di
dalam Kristus Yesus bagi kamu.
(1 Tesalonika 5:18)
Prestasi kerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya
perusahaan untuk mencapai tujuan.
( Veithzal Rivai )
Prestasi kerja ditentukan oleh interaksi antara kemampuan dan motivasi.
( Gibson dan James B.)
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN DAN PENGHARGAAN
Tulisan ini kupersembahkan untuk:
• Keluarga terutama orang tua atas segala doa dan dukungan yang diberikan
• Segenap dosen serta seluruh staf dan rekan-rekan mahasiswa prodi
psikologi UNS
• Segenap karyawan kantor imigrasi Surakarta atas segala bentuk parisipasi
dan bantuan dalam penelitian ini
Penghargaan karena terselesaikannya karya ini kuberikan kepada:
• Semua pihak yang berperan baik dari permulaan pengerjaan, penelitian,
hingga penyelesaian skripsi ini sehingga lancar
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis naikkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Meskipun banyak
tantangan namun selalu ada solusi terbaik sejak dari outline menjadi sebuah karya
penelitian yang dikemas dalam skripsi. Harapan penulis selain sebagai pemenuhan
syarat untuk lulus, semoga skripsi ini berguna secara positif bagi siapapun yang
membacanya.
Penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr.,Sp.PD-KR-FINASIM, selaku
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memperlancar penyelesaian skripsi ini
2. Bapak Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini
3. Bapak Drs. Thulus Hidayat,SU MA,selaku dosen pembimbing utama, atas
segala bimbingan, kepercayaan, dan kesabarannya
4. Ibu Dra.Salmah Lilik, selaku dosen pembimbing pendamping, yang telah
membantu memfokuskan arah penelitian
5. Bapak H.Arista Adi Nugroho, S.Psi,MM, selaku pembimbing akademik
atas bimbingannya selama penulis menempuh studi di Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
6. Ibu Dra. Sri Wiyanti, M.Si, selaku dosen penguji utama, yang telah
memberi masukan positif
7. Bapak Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si, selaku dosen penguji
pendamping, atas nasehat yang membangun
8. Ibu Rin Widya Agustin, M.Psi, selaku koordinator skripsi, atas sarannya
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9. Seluruh staf Tata Usaha dan Perpustakaan (mas Dimas, mas Ryan, dan
mbak Anna), yang telah membantu administrasi dan literatur
10. Bapak Abdul Kadir Ibrahim, SH, selaku pimpinan kantor imigrasi
Surakarta, yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis
11. Bapak Suwarna dan Ibu Dra.Agus Djatty K.,MM, selaku kepala
kepegawaian dan kepala sub bagian tata usaha kantor imigrasi Surakarta,
yang telah membantu penulis dalam proses pengumpulan data
12. Seluruh karyawan kantor imigrasi Surakarta, yang telah berpartisipasi
dalam proses pengumpulan data
13. Keluargaku yang tercinta
14. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2005 atas kebersamaan seperjuangan
15. Semua rekan mahasiswa (2004,2006,2007,2008) Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta atas masukan,
saran, dan semangat
16. Semua rekan bisnis consultant Oriflame Solo atas refreshing stressnya
17. Sobat-sobat terbaik yang memberi semangat dan doa dukungan
Surakarta, Agustus 2011
Penulis
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN KEMATANGAN KARIR DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN KANTOR
IMIGRASI SURAKARTA
Danang Meifiandri NugrohoG 0105013
ABSTRAK
Karyawan kantor imigrasi Surakarta sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Indonesia mempunyai tugas utama untuk melayani masyarakat Surakarta dalam urusan keimigrasian. Adanya sistem penilaian prestasi kerja yang berdasarkan DP3 menjaga agar setiap karyawan terus termotivasi dan mengembangkan karir dalam mengerjakan tugas sesuai dengan kewajibannya serta mendapat hak sesuai dengan kredibilitasnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi kerja dan kematangan karir dengan prestasi kerja pada karyawan kantor imigrasi Surakarta. Penelitian ini adalah penelitian populasi dikarenakan terbatasnya jumlah populasi yaitu karyawan kantor imigrasi Surakarta sebanyak 60 orang sehingga semuanya digunakan sebagai sampel penelitian Metode pengumpulan data menggunakan skala motivasi kerja, kematangan karir, dan dokumentasi prestasi kerja. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara motivasi kerja dan kematangan karir dengan prestasi kerja pada karyawan kantor imigrasi Surakarta. Berdasarkan analisis regresi logistik biner pada output Omnibus Tests of Model Coefficients, korelasi bersama X1 dan X2 thd Y didapat nilai signifikansi 0,721 > 0,05 berarti pada taraf signifikansi 5% secara bersama-sama motivasi kerja (X1) dan kematangan karir (X2) tidak berhubungan dengan prestasi kerja (Y) pada karyawan kantor imigrasi Surakarta. Nilai koefisien determinan regresi logistik sebesar 0,019. Nilai korelasi dari akar Nagelkerke R Square yaitu sebesar 0,1378. Kesimpulan dari analisis data tersebut adalah ada hubungan antara motivasi kerja dan kematangan karir dengan prestasi kerja pada karyawan kantor imigrasi Surakarta. Kontribusi variabel motivasi kerja dan kematangan karir terhadap prestasi kerja pada karyawan kantor imigrasi Surakarta adalah sebesar 1,9%.
Kata kunci:karyawan, motivasi kerja, kematangan karir, prestasi kerja
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
THE RELATION BETWEEN WORK MOTIVATION AND CAREER MATURITY WITH WORK PERFORMANCE ON EMPLOYEE OF
IMIGRATION OFFICE SURAKARTA
Danang Meifiandri NugrohoG 0105013
ABSTRACT
The employee of imigration office Surakarta as government employee in Indonesia have main job to serve Surakarta citizen with imigration things. Work performance analysis based on DP3 keeps every employee motivated and development their career when doing their job according to the duty and get rights according to their credibility. The aim of this research is to know the relation between work motivation and career maturity with work performance on employee of imigration office Surakarta. This research is population research because of limited number of population which imigration office employee only 60 people so all of them became the research sample. The method of collect data use scale of work motivation and career maturity with work performane document. Hypotetic in this research is there are relation between work motivation and career maturity with work performance on employee of imigration office Surakarta. Based on analysis of regression logistic biner on output Omnibus Tests of Model Coefficients, corelation between X1 and X2 to Y get point of significant 0,721 > 0,05 meaning at signification degree of 5% together work motivation (X1) and career maturity (X2) not connected with work performance (Y) on employee of imigration office Surakarta. Point of logistic regression determinant coeficient is 0,019. Point of correlation from square of Nagelkerke R Square is 0,1378. The conclution from data analysis is there are relation between work motivation and career maturity with work performance on employee of imigration office Surakarta. The contribution of work motivation and career maturity with work performance on employee of imigration office Surakarta is 1,9%.
Key word:employee, work motivation, career maturity, work performance
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN………………………………………………….ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iv
MOTTO................................................................................................................v
UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN....................................vi
KATA PENGANTAR.........................................................................................vii
ABSTRAK...........................................................................................................ix
ABSTRACT.........................................................................................................x
DAFTAR ISI........................................................................................................xi
DAFTAR BAGAN.............................................................................................xiv
DAFTAR TABEL...............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Perumusan Masalah.......................................................................................9
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................9
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Prestasi Kerja
1. Pengertian Prestasi Kerja...........................................................................11
2. Unsur-Unsur Prestasi Kerja.......................................................................12
3. Faktor-Faktor Prestasi Kerja......................................................................15
4. Indikator Prestasi Kerja.............................................................................20
B. Motivasi Kerja
1. Pengertian Motivasi Kerja.........................................................................22
2. Jenis Motivasi Kerja..................................................................................23
3. Manfaat Motivasi Kerja............................................................................27
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Unsur-Unsur Motivasi Kerja.....................................................................29
5. Faktor-Faktor Motivasi Kerja....................................................................30
C. Kematangan Karir
1. Pengertian Kematangan Karir...................................................................33
2. Manfaat Karir............................................................................................37
3. Tahapan Karir............................................................................................38
4. Faktor-Faktor Kematangan Karir..............................................................41
D. Hubungan antara Motivasi Kerja dan Kematangan Karir dengan Prestasi
Kerja.................................................................................................................49
E. Kerangka Berpikir........................................................................................55
F. Hipotesis.......................................................................................................55
BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian....................................................................56
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian.....................................................56
C. Populasi dan Sampel………….....................................................................58
D. Metode Pengumpulan Data..........................................................................58
E. Validitas dan Reliabilitas..............................................................................61
F. Metode Analisis Data....................................................................................63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PERSIAPAN PENELITIAN
1. Orientasi Kancah Penelitian.......................................................................64
2. Penentuan Responden................................................................................69
3. Persiapan Alat Ukur...................................................................................69
4. Pelaksanaan Uji Coba................................................................................70
5. Uji Validitas dan Reliabilitas.....................................................................72
B. PELAKSANAAN PENELITIAN...........................................................74
C. HASIL ANALISIS DATA
1. Descriptive Statistic...................................................................................75
2. Uji Hipotesis.............................................................................................78
D. PEMBAHASAN
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Korelasi antara Motivasi Kerja, Kematangan Karir, dan Prestasi Kerja pada
Karyawan Kantor Imigrasi Surakarta...........................................................83
2. Korelasi antara Motivasi Kerja dengan Prestasi Kerja pada Karyawan
Kantor Imigrasi Surakarta.............................................................................85
3. Korelasi antara Kematangan Karir dengan Prestasi Kerja pada Karyawan
Kantor Imigrasi Surakarta.............................................................................88
4. Keterbatasan Penelitian.............................................................................89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN.........................................................................................92
B. SARAN.......................................................................................................93
Daftar Pustaka
Lampiran
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR BAGAN
Gambar 1 Kerangka Berpikir............................................................................55
Gambar 2 Struktur Organisasi Kantor Imigrasi Surakarta………………..…..65
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Blue Print Skala Motivasi Kerja...........................................................60
Tabel 2 Blue Print Skala Kematangan Karir......................................................61
Tabel 3 Distribusi Skala Motivasi Kerja yang Valid dan Gugur.......................72
Tabel 4 Distribusi Skala Kematangan Karir yang Valid dan Gugur.................73
Tabel 5 Descriptive Statistic Prestasi Kerja.......................................................75
Tabel 6 Descriptive Statistic Motivasi Kerja.....................................................77
Tabel 7 Descriptive Statistic Kematangan Karir...............................................77
Tabel 8 Hosmer and Lemeshow Test………………………………………….79
Tabel 9 Omnibus Tests of Model Coefficients ..................................................80
Tabel 10 Variables in the Equation...................................................................80
Tabel 11 Model Summary..................................................................................82
Tabel 12 Classification Tabel …..……………………………………….....…83
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
1. Skala Motivasi Kerja…………………………………………………………95
2. Skala Kematangan Karir…………………………………………………….100
3. Skor Sebaran Skala Motivasi Kerja…………………………………………105
4. Skor Sebaran Skala Kematangan Karir……………………………………...107
5. Skor Total Karyawan Kantor Imigrasi Surakarta…………………………...109
6. Uji Validitas Skala Motivasi Kerja………………………………………….110
7. Uji Reliabilitas Skala Motivasi Kerja……………………………………….112
8. Uji Validitas Kematangan Karir…………………………………………….113
9. Uji Reliabilitas Kematangan Karir………………………………………….115
10. Descriptive Statistics………………………………………………………116
11. Model Regresi Logistik……………………………………………………117
12. Uji Hipotesis Regresi Logistik Biner…………………………………..….117
13. Surat Izin Penelitian……………………………………………………….123
14. Surat Pernyataan Penelitian……………………………………………….124
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia pada dasarnya ingin sukses dan memiliki prestasi dalam
hidupnya. Hal tersebut akan terpenuhi melalui berbagai usaha diantaranya dengan
bekerja. Pekerjaan menjadi pengisi aktivitas sehari-hari dalam bentuk hal-hal yang
harus dikerjakan. Hasil kerja akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Kemantapan untuk meningkatkan kemampuan di suatu bidang kerja akan menjadi
karir. Menurut Herr dan Cramer (dalam Yunita, 2007) pekerjaan berperan dalam
memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, dan psikologi. Kebutuhan ekonomi
terpenuhi karena orang bekerja akan memperoleh penghasilan atau uang untuk
mencukupi kebutuhan harian. Kebutuhan sosial terpenuhi karena orang bekerja
akan lebih dihargai masyarakat dibanding dengan orang yang menganggur.
Kebutuhan psikologi terpenuhi karena pekerjaan akan meningkatkan harga diri,
kompetensi dan menjadi tempat mengaktualisasikan segala potensi seseorang.
Kemajuan zaman turut berperan dalam perkembangan kebutuhan ekonomi,
sosial, dan psikologi setiap manusia. Budaya dan pola pikir tertentu menjadi
pedoman bagi seseorang yang dianggap telah mencukupi kebutuhan hidup secara
layak. Situasi ekonomi juga menuntut setiap orang untuk bekerja lebih keras
dalam mengimbangi kebutuhan hidup yang semakin bertambah dan beragam.
Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup akan memiliki dampak
seperti pengangguran, kemiskinan, kriminalitas dan gangguan kesehatan hingga
psikologis.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jumlah lapangan pekerjaan yang terbatas tidak sebanding dengan jumlah
angkatan kerja yang terus bertambah setiap tahun. Fakta ini mendorong setiap
karyawan untuk mempertahankan pekerjaan yang telah dimiliki. Setiap karyawan
dalam bekerja akan berkompetisi dengan rekan kerja untuk memberikan prestasi
kerja yang terbaik. Menurut Lilik (2004) prestasi diberikan batasan sebagai hasil
dari pola-pola tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan, baik kualitas maupun kuantitas. Standar kerja akan
menentukan kompensasi yang diperoleh setiap karyawan atas segala pekerjaan
yang dilakukan.
Setiap organisasi, instansi maupun perusahaan pasti mengharapkan hasil kerja
yang optimal dari setiap karyawannya. Hal tersebut berperan dalam menjaga
kelangsungan organisasi, instansi maupun perusahaan yang bersangkutan. Prestasi
kerja dalam hal ini merupakan salah satu kajian ilmu psikologi mengenai ukuran
keberhasilan atau kesuksesan seorang karyawan. Setiap karyawan dalam
melaksanakan tugas atau pekerjaan akan memperoleh penilaian apakah hasil
kerjanya baik atau buruk dan adakah kemajuan atau kemunduran. Standar kerja
inilah yang terkadang menjadi penyebab stress karyawan. Prestasi kerja menjadi
tolak ukur dalam menentukan kondisi sebuah jabatan jika memiliki terlalu sedikit
atau terlalu banyak tugas dan tanggung jawab. Hal lain yang berhubungan dengan
penetapan jabatan antara lain keselarasan dengan visi misi yang ditetapkan, beban
kerja yang disesuaikan dengan kemampuan pemegang jabatannya, dan masih
banyak lagi. Prestasi kerja menjadi hal yang sangat penting bagi organisasi,
instansi maupun perusahaan, bahkan bagi pihak karyawan sendiri.
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumber daya manusia memegang peranan terbesar dalam pertumbuhan dan
kemajuan sebuah organisasi, instansi maupun perusahaan. Perpaduan sumber daya
manusia yang efektif akan mengoptimalkan hasil yang didapat. Menurut Sariyathi
(2007) untuk mampu bersaing pada era global sebuah organisasi atau perusahaan
harus memiliki sumber daya yang baik, khususnya sumber daya manusia yang
berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia
yang dapat berprestasi secara maksimal.
Setiap manusia dilahirkan dengan sejumlah kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Manusia mengembangkan diri melalui setiap pengalaman dalam
interaksi dengan lingkungan yang menyebabkan keragaman aspek kebutuhan
fisik, sosial dan psikologis. Perpindahan dari masa menempuh pendidikan dengan
memasuki dunia kerja membutuhkan adaptasi. Perilaku kerja akan terbentuk oleh
budaya tempat kerja yang dalam hal ini berhubungan dengan kepentingan, sasaran
dan tujuan organisasi, instansi maupun perusahaan. Standar sukses bekerja bagi
setiap karyawan dalam melaksanakan setiap pekerjaan yang dilakukan juga akan
berbeda-beda.
Kesuksesan dalam memenuhi kebutuhan hidup memerlukan biaya yang cukup
besar dan berkembang sesuai perjalanan waktu. Uang dalam hal ini merupakan
faktor utama orang mau bekerja, meskipun terdapat kebutuhan lain yang dapat
terpenuhi dengan bekerja. Menurut Munandar (dalam Wono dan Surachman,
2008) setiap individu pekerja pada dasarnya mempunyai kebutuhan dari masing-
masing pribadi, seperti kebutuhan untuk memperoleh penghasilan, menghidupi
diri dan keluarganya, rasa aman, bersosialisasi dengan orang lain, rasa bangga,
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan aktualisasi diri. Pengembangan potensi diri secara optimal dalam bekerja akan
membantu dalam pencapaian prestasi kerja yang baik dan mendapatkan
kompensasi yang memuaskan.
Setiap orang pada umumnya menganggap kompensasi upah atau gaji
merupakan alat yang memungkinkan untuk memuaskan berbagai kebutuhan
dengan lebih baik. Pertimbangan demikian bukan merupakan pertimbangan utama
bagi yang mempunyai motif keberhasilan yang tinggi. Uang memang tetap
penting, tetapi maknanya bukan sekadar alat pemuas kebutuhan, melainkan
sebagai umpan balik atas penilaian terhadap prestasi kerja (Sariyathi, 2007).
Menurut Davis (dalam Dewi, 2003) para karyawan dalam perusahaan dapat
dilibatkan dalam pengambilan keputusan teknis, operasional, dan strategis.
Manfaat besar dari partisipasi adalah bahwa partisipasi mengembalikan hak asasi
orang-orang di tempat kerja untuk menjadi anggota yang turut memberikan
kontribusi bagi kelompok kerjanya. Partisipasi membangun nilai manusiawi
dalam organisasi karena menyalurkan kebutuhan pegawai dalam rasa aman,
interaksi sosial, penghargaan, dan perwujudan diri. Partisipasi setiap karyawan
dalam wujud memberikan pekerjaan yang terbaik berhubungan dengan tingkat
kenyamanan karyawan terhadap lingkungan dan budaya kerjanya.
Partisipasi secara tepat akan menguntungkan bagi karyawan dan organisasi.
Karyawan diuntungkan dari hubungan-hubungan yang lebih luas dengan
karyawan lain. Hal ini dapat meningkatkan pengalaman, kepemimpinan, dan
pertanggungjawaban melalui proses learning by doing. Loyalitas terhadap
organisasi diperkuat dengan cara melibatkan para karyawan dalam membuat
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keputusan yang pada akhirnya menyumbangkan peningkatan solidaritas dan
kohesi kelompok. Partisipasi juga dapat menciptakan komunikasi dua arah, yaitu
informasi mengalir dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Partisipasi
karyawan menyebabkan terjadinya hubungan timbal balik antara karyawan
dengan organisasi yang memperkuat dan menguntungkan organisasi serta
karyawannya. Karyawan akan belajar untuk mengembangkan kemampuan
karirnya melalui setiap partisipasinya (Davis dalam Dewi, 2003).
Setiap karyawan belum tentu bersedia mengerahkan segala kemampuan yang
dimilikinya secara optimal, sehingga masih diperlukan adanya pendorong agar
karyawan mau menggunakan seluruh potensinya untuk bekerja. Salah satu faktor
yang mendorong hasil optimal tersebut adalah motivasi. Menurut Sobur (2000)
motivasi merupakan istilah yang lebih umum yang menunjuk pada seluruh proses
gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri
individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari gerakan
atau perbuatan.
Motivasi tidak timbul dengan sendirinya. Sumber motivasi dibagi menjadi dua,
yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Menurut Amstrong dan Murlis (dalam Sarbini dan
Surachman, 2008) tipe motivasi intrinsik berkaitan dengan pekerjaan itu sendiri
seperti kecocokan pada pekerjaan, pekerjaan maupun target sesuai dengan yang
diharapkan, rasa tanggung jawab karena merasa dipandang penting, kesempatan
berkembang, dan kesempatan karir. Motivasi intrinsik erat berkaitan dengan
kepuasan kerja sedang motivasi ekstrinsik berkaitan dengan imbalan yang
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
disediakan perusahaan seperti gaji, bonus, promosi jabatan dan penghargaan atau
reward dalam bentuk selain uang.
Pemberian motivasi secara populer dapat dikatakan hanya akan efektif apabila
dalam diri para karyawan yang digerakkan itu terdapat keyakinan bahwa dengan
tercapainya tujuan dan berbagai sasaran organisasi, tujuan pribadipun ikut pula
tercapai. Hal terpenting dalam memberikan motivasi kerja kepada karyawan agar
tujuan dapat tercapai adalah seorang pemimpin organisasi, instansi maupun
perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat memenuhi minimal
kebutuhan-kebutuhan dasar hidup para karyawannya setiap hari (Hartari, 2007).
Hal ini dilakukan agar setiap karyawan tetap komitmen dalam bekerja.
Setiap manusia mempunyai kapasitas yang berbeda. Motivasi saja belum
cukup untuk menghasilkan pekerjaan yang optimal. Pengetahuan dan
keterampilan kerja juga diperlukan dalam menyelesaikan setiap tugas secara
efektif. Kemampuan bekerja yang baik membutuhkan pengalaman dan
penguasaan terhadap bidang kerja tersebut. Vance (dalam Ngadimin dan
Wahyudi, 2007) menyimpulkan bahwa pengalaman kerja dapat mengembangkan
kompetensi global, yang mengendalikan keefektifan organisasi dan kesuksesan
karir individu.
Pengalaman bidang kerja didapatkan dari pendidikan baik melalui jalur formal
maupun non formal. Sumber pengalaman kerja juga bisa didapat dari berbagai
pihak. Menurut David & Newstrom (dalam Ginting, 2004) menyatakan adanya
dukungan dari perusahaan, terutama orang-orang sebagai sponsorship yang
memberikan arahan akan mendorong karyawan untuk lebih berhasil dalam
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pencapaian karir selanjutnya. Sponsor atau yang dikenal dengan mentor
memberikan informasi tentang karir, kesempatan yang diperoleh dalam usaha
pengembangan pribadi, dan memberikan konseling karir bagi karyawan.
Karir menjadi hal yang sangat penting bagi seorang karyawan. Karyawan akan
menilai kemungkinan karirnya berkembang ketika memilih sebuah pekerjaan.
Menurut Greenhaus (dalam Irianto, 2001) terdapat dua cara pendekatan untuk
memahami makna karir. Pendekatan pertama memandang karir sebagai pemilikan
dan atau dari organisasi. Pendekatan kedua memandang karir sebagai suatu
properti atau kualitas individual dan bukan okupasi atau organisasi. Berdasarkan
kedua pendekatan tersebut, karir didefinisikan sebagai pola pengalaman
berdasarkan pekerjaan yang merentang sepanjang perjalanan pekerjaan yang
dialami seseorang.
Topik kematangan karir pada umumnya belum menjadi perhatian serius, baik
di lingkungan sekolah, dunia kerja, maupun dalam masyarakat Indonesia.
Perhatian ilmuwan psikologi terhadap teori kematangan karir juga masih kurang,
sehingga hasil studi kematangan karir sangat terbatas. Hal ini cukup
memprihatinkan, karena seperti yang diungkapkan Coertse dan Schepers dalam
Partino (2006) bahwa kematangan karir sesungguhnya telah diteliti, diukur dan
menjadi bahan diskusi hangat sejak 40 tahun yang lalu.
Kontribusi motivasi dan karir dibuktikan dalam jurnal Suherlan (2000) yang
menyatakan bahwa pengembangan karir dan motivasi secara bersama-sama
memberikan pengaruh positif signifikan terhadap kinerja pada karyawan di
PTBNP Bandung. Suherlan juga menambahkan dalam jurnalnya masih terdapat
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Sumber pengaruh ini
dapat berasal dari manapun dan terjadi karena berbagai kondisi karyawan di luar
lingkup PTBNP Bandung.
Organisasi, instansi maupun perusahaan di Indonesia juga menggunakan
standar prestasi kerja meskipun bentuk dan aplikasinya berbeda tergantung
kepentingan masing-masing. Kantor imigrasi Surakarta merupakan salah satu
instansi pemerintah yang bergerak di bidang jasa pelayanan masyarakat
khususnya terkait masalah imigrasi. Kantor imigrasi Surakarta layaknya semua
kantor lain juga memiliki elemen karyawan untuk menjalankan setiap pekerjaan.
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) juga telah digunakan setiap tahun
untuk analisa prestasi kerja setiap karyawan. Data prestasi kerja yang diambil
berdasarkan dokumen rahasia kepegawaian juga menjadi tantangan tersendiri
dalam mengkaji aspek prestasi kerja dalam penelitian. Kondisi tempat kerja dan
karakterisitik prestasi kerja kantor negeri akan berbeda dengan kantor swasta.
Motivasi kerja terutama menjadi seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) sangat
diminati oleh masyarakat Indonesia. Jenjang karir karyawan mengikuti aturan
golongan PNS pada umumnya. Kombinasi adanya aspek motivasi kerja,
kematangan karir dan prestasi kerja juga berperan di kantor imigrasi Surakarta.
Masyarakat perlu mengetahui informasi yang tepat dibalik sejumlah berita
mengenai penyalahgunaan jabatan PNS di berbagai daerah. Kajian faktor-faktor
yang berkontribusi terhadap prestasi kerja PNS dalam melaksanakan tugasnya
sebagai abdi negara dan juga abdi masyarakat sangat diperlukan.
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Setiap organisasi, instansi maupun perusahaan membutuhkan sumber daya
manusia yang berprestasi. Prestasi kerja karyawan yang optimal dalam sebuah
organisasi, instansi maupun perusahaan membutuhkan peran sejumlah aspek.
Aspek-aspek yang berperan antara lain motivasi kerja dan kematangan karir.
Kontribusi aspek motivasi kerja dan kematangan karir akan berhubungan dengan
prestasi kerja seorang karyawan. Berdasarkan latar belakang di atas, muncul
sebuah tema yang mendasari penelitian ”Hubungan antara Motivasi Kerja dan
Kematangan Karir dengan Prestasi Kerja pada Karyawan Kantor Imigrasi
Surakarta.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah penelitian ini
adalah:
1. Apakah terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan prestasi kerja
pada karyawan kantor imigrasi Surakarta?
2. Apakah terdapat hubungan antara kematangan karir dengan prestasi kerja
pada karyawan kantor imigrasi Surakarta?
3. Apakah terdapat hubungan antara motivasi kerja dan kematangan karir
dengan prestasi kerja pada karyawan kantor imigrasi Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui hubungan antara motivasi kerja dengan prestasi kerja pada
karyawan kantor imigrasi Surakarta.
2. Mengetahui hubungan antara kematangan karir dengan prestasi kerja pada
karyawan kantor imigrasi Surakarta.
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Mengetahui hubungan antara motivasi kerja dan kematangan karir dengan
prestasi kerja pada karyawan kantor imigrasi Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis:
1. Menambah pengetahuan karyawan kantor imigrasi mengenai pentingnya
motivasi kerja dan kematangan karir.
2. Menambah pengetahuan mengenai dukungan motivasi kerja dalam
keberhasilan pekerjaan karyawan kantor imigrasi.
3. Menambah pengetahuan mengenai pentingnya prospek karir bagi masa
depan tiap karyawan kantor imigrasi.
Manfaat Praktis:
1. Sebagai rekomendasi kantor imigrasi dalam mengembangkan cara-cara
peningkatan motivasi kerja karyawan.
2. Sebagai rekomendasi kantor imigrasi dalam mengembangkan cara-cara
peningkatan kematangan karir karyawan.
3. Sebagai rekomendasi kantor imigrasi dalam mengembangkan cara-cara
mencapai prestasi kerja yang optimal setiap karyawan.
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Prestasi Kerja
1. Pengertian Prestasi Kerja
Sebuah organisasi atau perusahaan dipandang baik jika setiap karyawan di
dalamnya memberikan prestasi kerja yang optimal. Hal ini akan terlihat dari
manajemen pembagian tugas yang sesuai kapasitas masing-masing karyawan dan
kualitas mutu pelayanan produk atau jasa yang ditawarkan. Prestasi seorang
karyawan menjadi bagian dari prestasi organisasi atau perusahaan yang
bersangkutan. Menurut Samsudin (2005) prestasi kerja adalah penampilan hasil
kerja sumber daya manusia dalam suatu organisasi. Prestasi kerja dapat
merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja sumber daya manusia.
Penampilan hasil kerja tidak terbatas pada pegawai yang memangku jabatan
fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran sumber daya
manusia dalam suatu organisasi, instansi atau perusahaan.
Setiap orang dalam bekerja membutuhkan suatu standar untuk mengarahkan
pekerjaannya agar sesuai dengan apa yang diharapkan dari organisasi, instansi
maupun perusahaan. Prestasi kerja dinilai untuk mengetahui sejauh mana
pencapaian seorang karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Subawa dan
Budiarta (2007) menjelaskan bahwa prestasi kerja merupakan hasil yang dapat
dicapai oleh seseorang di dalam melakukan pekerjaan yang menjadi tugasnya dan
segala hasil tersebut akan dinilai oleh perusahaan ataupun atasannya. Hal ini
merupakan umpan balik kepada para karyawan dalam hal pelaksanaan kerja.
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Prestasi kerja mempengaruhi kompensasi karyawan sesuai dengan standar
yang telah ditentukan. Standar ini dibuat berdasarkan karakteristik organisasi,
instansi atau perusahaan masing-masing. Suprihanto (dalam Dermantio, 2009)
menyatakan bahwa pada dasarnya prestasi kerja adalah hasil kerja seseorang
dalam periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan misalnya
standar, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan
telah disepakati bersama.
Prestasi kerja menunjukkan data setiap karyawan terutama menggambarkan
kondisi yang terjadi dan perubahan yang harus dilakukan untuk dapat meraih visi
dan misi yang telah direncanakan. Panggabean (2002) menyatakan bahwa data
prestasi kerja karyawan bermanfaat bagi pelaksanaan fungsi-fungsi operasional
sumber daya manusia yang lain, seperti seleksi, pengembangan, kompensasi,
pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja.
Berdasarkan sejumlah teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
dari prestasi kerja adalah hasil yang dapat dicapai oleh seseorang di dalam
melakukan pekerjaan yang menjadi tugasnya dan segala hasil tersebut akan dinilai
oleh perusahaan ataupun atasannya setelah tenggang waktu tertentu dibandingkan
dengan berbagai kemungkinan misalnya standar, target, atau kriteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
2. Unsur-Unsur Prestasi Kerja
Setiap karyawan pada dasarnya menginginkan pencapaian prestasi kerja yang
terbaik. Prestasi kerja yang optimal dapat terwujud jika unsur-unsur yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
berperan di dalamnya dapat diselaraskan. Unsur-unsur prestasi kerja menurut
Siswanto (dalam Choyimah, 2005) antara lain:
1. Kerjasama
Sebuah organisasi akan kuat dengan bantuan dari setiap anggota di
dalamnya. Kerjasama antara anggota yang terarah menuju tujuan yang sama
mempermudah jalannya pekerjaan. Kerjasama merupakan sikap dari individu
atau sekelompok untuk saling membantu atau menginformasikan agar dapat
mencurahkan kemampuannya secara menyeluruh (Westra dalam
Kusumawarni, 2007).
Kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerjasama dengan karyawan
lainnya dapat secara vertikal atau horizontal di dalam maupun di luar
pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik (Hasibuan dalam
www.guruvalah.20m. com, diakses 6 Agustus 2010).
Kerjasama yang efektif akan menciptakan hasil yang maksimal. Menurut
B. Siswanto (dalam Wahyuni 2005) kerjasama adalah kemampuan seseorang
tenaga kerja untuk bekerja sama dengan orang lain menyelesaikan suatu tugas
atau pekerjaan yang telah ditentukan sehingga mencapai daya guna yang
sebesar-besarnya.
2. Tanggung jawab
Setiap karyawan memiliki kapasitas untuk menyelesaikan tugas sesuai
yang didelegasikan oleh atasan. Tanggung jawab merupakan suatu kewajiban
untuk melaksanakan suatu tugas dan untuk apa seseorang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dipertanggungjawabkan dalam pelaksanaan tugas yang diserahkan (Moekijat
dalam Kusumawarni, 2007).
Kesedian karyawan diantaranya dalam mempertanggungjawabkan segala
perilaku kerjanya. Hal tersebut menjadi tanggung jawab kerja, yakni
sejauhmana pekerja merasakan bahwa pekerja mengerti tanggung jawab
mereka serta bertanggung jawab atas tindakan mereka (Sihotang, 2004).
3. Kedisiplinan
Sikap disiplin dalam bekerja sangat diperlukan. Disiplin kerja merupakan
suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap semua
peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis serta sanggup menjalankan dan tidak mengelak untuk menerima
sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan
kepadanya (Siagian dalam Oktafiyani, 2009).
Kedisiplinan sangat penting bagi suatu organisasi sebab dengan adanya
disiplin diharapkan sebagian besar peraturan dapat dijalani oleh karyawan dan
pekerjaan dilakukan seefektif mungkin (Halili dalam Wahyuni, 2005).
Peraturan dalam bekerja menjaga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
4. Kepemimpinan
Sebuah instansi, organisasi maupun perusahaan membutuhkan sosok
pemimpin yang dapat mengarahkan kinerja para bawahannya agar berjalan
sebagaimana mestinya. Penelitian yang dilakukan kelompok peneliti dari
Universitas of Michigan dalam Rivai (2004) menyimpulkan bahwa perilaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
kepemimpinan yang berorientasi job centered dengan mengandalkan kekuatan
paksaan, imbalan dan hukuman berpengaruh negatif terhadap sifat-sifat dan
prestasi pengikutnya. Sebaliknya, pemimpin yang berpusat pada bawahan dan
membantu pengikutnya dalam memuaskan kebutuhannya akan berpengaruh
secara positif terhadap kemajuan, pertumbuhan dan prestasi pribadi
pengikutnya.
5. Kualitas kerja
Menurut Rahayu (2005) kualitas kerja merupakan mutu penyelesaian dari
pekerjaan yang dilakukannya. Suatu pekerjaan dinyatakan baik jika dapat
diselesaikan sebelum waktu yang ditetapkan, bentuk hasil disajikan secara
menarik, memiliki faktor ide segar dan unik serta memiliki dampak manfaat
yang berpengaruh terhadap kemajuan tempat kerja secara positif.
Unsur-unsur prestasi kerja akan saling berhubungan dan secara bersama-sama
berkontribusi dalam menciptakan gambaran prestasi kerja yang optimal.
Perbedaan besar unsur yang terkait akan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
dari pihak karyawan maupun tempat kerja. Kerjasama dengan karyawan lain
secara positif, sikap disiplin dalam perilaku dan penyelesaian tugas serta
kepemimpinan khususnya terhadap diri sendiri akan menciptakan kualitas kerja
yang dapat dipertanggungjawabkan pada atasan dan organisasi, instansi maupun
perusahaan tempat bekerja.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja
Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan menurut
Martoyo (dalam Sariyathi, 2007) antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
1. Motivasi
Menurut Gray dalam Winardi (2001) motivasi merupakan sejumlah proses
yang bersifat internal dan eksternal bagi seorang individu yang menyebabkan
timbulnya sikap antusiasme dan prestasi dalam hal melaksanakan kegiatan-
kegiatan tertentu. Hal ini menyatakan bahwa sumber motivasi dapat berasal
dari dalam maupun luar individu tergantung pada karakter tiap individu
masing-masing.
2. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja (job salisfaction) adalah keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan di mana para karyawan memandang
pekerjaan mereka (Handoko dalam Prasetyo dan Wahyudin, 2005). Pandangan
karyawan mengenai pekerjaan dapat positif maupun negatif tergantung pada
persepsi dan kondisi-kondisi lain yang berpengaruh pada keadaan emosional
karyawan tersebut.
3. Tingkat Stres
Kehidupan kerja tidak selalu dijalani dengan mulus. Ada kalanya menemui
sejumlah tantangan yang menuntut setiap pribadi untuk berkembang lebih
dewasa dan profesional dalam menangani persoalan yang timbul. Salah satu
persoalan yang muncul berkaitan dengan diri individu di dalam menghadapi
tuntutan organisasi yang semakin tinggi dan persaingan yang keras di tempat
kerja karyawan itu adalah stres. Stres yang berlebihan akan berakibat buruk
terhadap kemampuan individu untuk berhubungan dengan lingkungannya
secara normal. Stres yang dialami individu dalam jangka waktu yang lama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dengan intensitas yang cukup tinggi akan mengakibatkan individu yang
bersangkutan menderita kelelahan, baik fisik ataupun mental (Rosyid dan
Farhati dalam Sihotang, 2004).
Stres dapat terjadi pada setiap individu setiap waktu. Stres merupakan
bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dihindarkan. Manusia akan
cenderung mengalami stres jika tidak mampu menyesuaikan antara keinginan
dengan kenyataan yang ada, baik kenyataan yang ada di dalam maupun di luar
dirinya. Segala macam bentuk stres pada dasarnya disebabkan oleh kurang
pahamnya manusia akan keterbatasannya sendiri. Ketidakmampuan untuk
melawan keterbatasan inilah yang akan menimbulkan frustasi, konflik,
gelisah, dan rasa bersalah yang merupakan tipe-tipe dasar stres (Pandji
Anoraga dalam Jimad dan Apriyani, 2009).
Indikasi atau gejala-gejala individu yang mengalami stres ditempat kerja
antara lain (Margiati dalam Jimad dan Apriyani, 2009):
1. Bekerja melewati batas kemampuan.
2. Keterlambatan masuk kerja yang sering.
3. Ketidakhadiran pekerjaan.
4. Kesulitan membuat keputusan.
5. Kesalahan yang sembrono.
6. Kelalaian menyelesaikan pekerjaan.
7. Lupa akan janji yang telah dibuat dan kegagalan diri sendiri.
8. Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
9. Kerisauan tentang kesalahan yang dibuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
10. Menunjukkan gejala fisik seperti pada alat pencernaan, tekanan darah
tinggi, radang kulit, radang pernafasan.
4. Kondisi Fisik Pekerjaan
The Liang Gie (dalam Wahyuni, 2005) menyatakan lingkungan fisik
merupakan segenap faktor fisik yang bersama-sama merupakan suatu suasana
fisik yang melingkupi suatu tempat kerja. Kondisi tempat kerja akan
berpengaruh terhadap pola kerja karyawan. Kondisi yang positif seperti suhu
ruangan yang sejuk, penataan ruang kerja yang rapi, tidak berisik dan fasilitas
kerja yang memadai akan membuat pekerjaan semakin mudah dan hasil dapat
maksimal. Kondisi tempat kerja yang negatif seperti hawa panas atau terlalu
dingin, tata ruang tidak teratur, berisik dan fasilitas kerja tidak lengkap akan
membuat pekerjaan semakin susah dan hasil tidak maksimal. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Nitisemito (dalam Sariyathi, 2007) bahwa lingkungan
kerja adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan pekerja yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas yang dibebankan.
5. Sistem Kompensasi
Kompensasi merupakan salah satu tujuan utama orang mau bekerja.
Menurut Hasibuan (dalam Tanjung, 2005) kompensasi adalah semua
pendapatan yang berbentuk uang atau barang langsung atau tidak langsung
yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada
perusahaan. Pemberian kompensasi memiliki nilai yang berbeda antara tiap
individu. Hal ini dikarenakan perbedaan kebutuhan, pola pikir, dan keinginan
yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
6. Aspek-Aspek Ekonomi
Orang bekerja untuk meningkatkan taraf kehidupan ekonomi keluarganya.
Negara juga mengatur agar aspek-aspek ekonomi bangsa dapat meningkat
positif seiring perubahan ekonomi dunia. Pembangunan ekonomi bertujuan
antara lain pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi,
mengentaskan kemiskinan, menjaga kestabilan harga dengan selalu
memperhatikan tingkat inflasi, menjaga keseimbangan neraca pembayaran,
perhatian yang cukup terhadap neraca perdagangan, pendistribusian
pendapatan yang lebih adil dan merata, dan mengatasi masalah pengangguran
(Arief, 2006).
7. Aspek-Aspek Teknis
Aspek teknis yang paling berperan bagi karyawan dalam menyelesaikan
setiap pekerjaannya adalah kemampuan. Menurut Robbins (dalam Sariyathi
2007) kemampuan (ability) merupakan suatu kapasitas individu untuk
mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Seluruh kemampuan
seorang individu pada hakikatnya tersusun dari dua perangkat faktor, yaitu
kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Setiap karyawan baru akan
mendapat pelatihan agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja
yang baru dan beradaptasi dengan budaya kerja yang baru pula.
8. Perilaku Lainnya
Salah satu perilaku penting bagi efektifitas organisasi adalah perilaku
keanggotaan organisasi. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Katz (dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Sirumapea dkk, 2008) yang mengidentifikasikan adanya tiga kategori perilaku
yang penting bagi efektifitas organisasi. Perilaku tersebut antara lain:
a. Individu harus masuk ke dalam dan tinggal dalam suatu organisasi.
b. Individu harus menyelesaikan peran khusus dalam suatu pekerjaan tertentu.
c. Individu harus terikat pada aktivitas yang inovatif dan spontan melebihi
persepsi perannya. Kategori inilah yang sering disebut sebagai perilaku
keanggotaan organisasi.
Secara garis besar prestasi kerja dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Faktor dari
karyawan diantaranya motivasi dan aspek ekonomi yang melatarbelakangi
bekerja. Faktor dari tempat kerja diantaranya kondisi fisik pekerjaan, sistem
kompensasi dan aspek teknis yang menggambarkan pekerjaan harian yang harus
dilakukan. Faktor tingkat stress dan kepuasan kerja menyusul muncul setelah
beberapa waktu. Perilaku lainnya yang selaras dengan visi pekerjaan baik dari
pihak karyawan maupun tempat kerja menjadi pelengkap penentu prestasi kerja.
4. Indikator Prestasi Kerja
Prestasi kerja yang optimal ditunjukkan oleh sejumlah indikator. Indikator-
indikator ini ditunjukkan dari sikap kerja karyawan. Setiap karyawan memiliki
perbedaan potensi dimana terdapat kelebihan dan kekurangan. Hal yang paling
penting adalah memaksimalkan kelebihan dan memperbaiki kekurangan yang ada.
Susilo Martoyo (dalam Subawa dan Budiarta, 2007) mengungkapkan bahwa
indikator-indikator prestasi kerja karyawan antara lain:
a. Karyawan diberikan kesempatan menunjukkan potensi dalam upayanya
mengembangkan diri untuk kepentingan perusahaan atau organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b. Karyawan yang memiliki disiplin, dedikasi baik berinisiatif positif, sehat
jasmani dan rohani, mempunyai semangat bekerja dan mengembangkan
diri dalam pelaksanaan tugas, pandai bergaul akan diberikan penilaian
prestasi yang tinggi.
Hal yang sama diungkapkan oleh Heidjrachman (1990) yang menyatakan
bahwa indikator yang dinilai dalam prestasi kerja antara lain kuantitas dan
kualitas pekerjaan, kerjasama, kepemimpinan, kehati-hatian, pengetahuan
mengenai jabatan, kerajinan, kesetiaan, dapat tidaknya diandalkan dan inisiatif.
Potensi yang berbeda dalam diri karyawan disebabkan oleh banyak faktor.
Jenjang pendidikan, pengalaman, kepribadian dan lingkungan hanyalah sebagian
hal yang menjadi penyebabnya. Tugas karyawan baru untuk beradaptasi dan
belajar dari atasan dan rekan kerja di samping pelatihan yang didapatkannya.
Indikator yang berpengaruh paling besar tentunya menjadi perhatian khusus
baik bagi karyawan dan organisasi, instansi maupun perusahaan. Perbedaan
karakterisitik menyebabkan perbedaan penanganan karyawan dalam mencapai
target yang diinginkan melalui pelatihan secara berkala.
Prestasi kerja sangat penting dalam dunia organisasi, instansi maupun
perusahaan. Hal inilah yang dapat mengungkap kemampuan setiap karyawan,
mengatur keseimbangan pembagian kerja antara karyawan yang satu dengan yang
lain, meleburkan visi dan misi dalam sejumlah detail pekerjaan serta sebagai
pedoman manajemen utama dalam menganalisis kesehatan organisasi, instansi
maupun perusahaan agar berjalan semakin baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
B. Motivasi Kerja
1. Pengertian Motivasi Kerja
Setiap manusia membutuhkan suatu dorongan untuk melakukan sesuatu.
Dorongan ini menjadi alasan untuk mengerjakan suatu hal. Manusia bekerja demi
memenuhi kebutuhan hidupnya terutama untuk bertahan hidup dan mengisi waktu
dengan sesuatu yang berguna. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup inilah
yang dikenal dengan sebutan motivasi. Motivasi menurut Sobur (2000)
merupakan istilah yang lebih umum yang menunjuk pada seluruh proses gerakan,
termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu,
tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau
perbuatan.
Motivasi seseorang dalam bekerja dipengaruhi oleh keinginan untuk
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan mengakses potensi yang dimiliki.
John R. Schermerhon Jr. dkk (dalam Winardi 2001) menyatakan motivasi untuk
bekerja, merupakan sebuah istilah yang digunakan dalam bidang perilaku
keorganisasian guna menerangkan kekuatan-kekuatan yang terdapat pada diri
seorang individu, yang menjadi penyebab timbulnya tingkat, arah, dan persistensi
upaya yang dilaksanakan dalam hal bekerja.
Motivasi menjadi kekuatan untuk mengatasi setiap tantangan dalam bekerja.
Hartari (2007) menyatakan bahwa motivasi kerja adalah dorongan yang
menimbulkan semangat pada diri seorang pegawai dalam melakukan pekerjaan
yang dibebankan kepadanya. Martoyo (1990) menambahkan motivasi kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja. Motivasi
individu bekerja dipengaruhi oleh sistem kebutuhannya.
Berdasarkan sejumlah teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
dari motivasi kerja adalah dorongan yang terdapat pada diri seorang individu yang
menjadi penyebab timbulnya semangat bekerja dalam rangka pencapaian sebuah
tujuan.
2. Bentuk Motivasi Kerja
Motivasi kerja memiliki bentuk yang berkaitan dengan karyawan dan kondisi
tempat kerja. Bentuk motivasi kerja terealisasi melalui model motivasi yang
menunjukkan karakteristik sesuai visi dan misi dari organisasi, instansi, maupun
perusahaan yang bersangkutan. Ranupandojo (1990) menyatakan 3 bentuk model
motivasi yaitu:
a. Model Tradisional
Model motivasi dengan menggunakan upah intensif dimana semakin
banyak karyawan menghasilkan, semakin besar penghasilannya. Alat motivasi
ini didasarkan atas anggapan bahwa para pekerja sebenarnya adalah pemalas
dan bisa didorong hanya dengan imbalan keuangan.
b. Model Hubungan Manusiawi
Model motivasi berdasarkan pemahaman bahwa kontak sosial yang dialami
karyawan dalam bekerja merupakan hal yang sangat penting dan kebosanan
serta kerutinan pekerjaan merupakan hal yang mengurangi motivasi dalam
bekerja. Karyawan diberi lebih banyak kebebasan untuk mengambil keputusan
dalam pekerjaan mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
c. Model Sumber Daya Manusia
Model motivasi dengan pengembangan tanggung jawab bersama untuk
mencapai tujuan organisasi dan anggota organisasi dimana setiap karyawan
menyumbangkan sesuai dengan kepentingan dan kemampuan mereka.
Model yang paling banyak digunakan adalah model sumber daya manusia
dimana setiap karyawan memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing yang
telah disesuaikan dengan visi misi organisasi. Pembagian kerja yang seimbang
dan pemilihan karyawan yang tepat menjadi dasar permulaan strategi mencapai
tujuan yang ditetapkan organisasi.
Menurut McGregor (dalam Winardi, 2001) motivasi dibagi menjadi:
a. Motivasi positif:motivasi melalui penawaran sesuatu yang bernilai (imbalan
berupa uang, pujian, kemungkinan untuk menjadi karyawan tetap) apabila
kinerjanya memenuhi standar yang ditetapkan.
b. Motivasi negatif:motivasi dengan menggunakan ancaman hukuman
(teguran, ancaman dipecat, ancaman diturunkan pangkat) apabila kinerja orang
yang bersangkutan di bawah standar yang ditetapkan.
Motivasi negatif sama berperannya seperti motivasi positif seperti juga halnya
reward dan punishment. Seseorang belajar dari pengalaman sebelumnya agar
tidak mengulangi kesalahan yang sama. Pengalaman juga membuat karyawan
bertindak dewasa, sabar, dan bijaksana dalam mengambil keputusan yang
dianggap berat. Konsekuensi dari setiap keputusan, perkataan, dan tindakan yang
diambil menambah ilmu dan kemampuan karyawan dalam menangani tantangan
kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Amstrong dan Murlis (dalam Sarbini dan Surachman, 2008) berpendapat
bahwa motivasi kerja dibagi menjadi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrisik
berkaitan dengan pekerjaan itu sendiri seperti kecocokan pada pekerjaan, target
sesuai dengan yang diharapkan, rasa tanggung jawab karena merasa dipandang
penting, kesempatan berkembang dan kesempatan karir. Motivasi ekstrinsik
berkaitan dengan imbalan yang disediakan perusahaan seperti gaji, bonus,
promosi jabatan dan penghargaan dalam bentuk selain uang.
Motivasi intrinsik dan ekstrinsik saling mendukung dalam membentuk
kekuatan motivasi kerja yang menjadi dasar karyawan dalam mengeluarkan
segenap kemampuannya. Ryan (dalam Priyatama, 2008) menambahkan motivasi
intrinsik adalah bentuk motivasi yang memiliki kekuatan besar sehingga
seseorang merasa nyaman dan senang dalam melakukan tugas yang disesuaikan
dengan nilai tugas tersebut. Harter (dalam Priyatama, 2008) juga menambahkan
bahwa individu dikatakan termotivasi secara ekstrinsik jika individu tersebut
memilih pekerjaan yang mudah, rutin, sederhana dan dapat diramalkan, bekerja
tergantung bantuan orang lain, bekerja untuk mendapatkan hadiah, lebih percaya
kepada pernyataan orang lain dibanding pendapatnya sendiri, serta menggunakan
kriteria eksternal di dalam menentukan kesuksesan dan kegagalan. Sejumlah
pendapat di atas dijadikan landasan dalam program pengembangan motivasi kerja
karyawan. Program ini diwujudkan melalui sejumlah pelatihan yang dirancang
khusus sesuai prioritas kebutuhan.
Sastrohadiwiryo (2002) mengemukakan bentuk motivasi yang sering dianut
perusahaan meliputi 4 unsur utama antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
a. Kompensasi Bentuk Uang
Pemberian kompensasi bentuk uang sebagai motivasi kerja para tenaga
kerja memiliki dua pengaruh perilaku. Keanggotaan adalah pengaruh yang
paling luas yang mempengaruhi tenaga kerja pada semua tingkat pendapatan.
Pengaruh yang kedua adalah negatif dari sudut pandang perusahaan dan
cenderung terbatas hanya pada tenaga kerja yang pendapatannya tidak lebih
dari tingkat standar kehidupan yang layak dan cenderung menganggap
kompensasi bentuk uang tidak seimbang.
b. Pengarahan dan Pengendalian
Metode yang dimaksudkan untuk menyalurkan perilaku tenaga kerja dalam
kegiatan-kegiatan tertentu dan menghindari kegiatan lain dengan menetapkan
peraturan dan standar dan kemudian memastikan bahwa peraturan tersebut
dipatuhi.
c. Penetapan Pola Kerja yang Efektif
Teknik pengaturan pekerjaan:
1. Memperkaya pekerjaan yaitu penyesuaian tuntutan pekerjaan dengan
kemampuan tenaga kerja.
2. Manajemen partisipasif yaitu penggunaan berbagai cara untuk
melibatkan pekerja dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi
pekerjaan.
3. Mengalihkan perhatian para pekerja dari pekerjaan yang
membosankan kepada instrumen (alat) waktu luang untuk istirahat atau
sarana lain yang lebih menarik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
d. Kebajikan
Kebajikan dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang diambil dengan
sengaja oleh manajemen untuk mempengaruhi sikap atau perasaan para tenaga
kerja. Dengan kata lain, kebajikan adalah usaha untuk membuat tenaga kerja
bahagia.
Penggambaran secara umum dari bentuk motivasi kerja terutama dalam
sebuah organisasi, instansi maupun perusahaan mengunakan model sumber daya
manusia dimana pihak keseluruhan karyawan secara bersama yang mendukung
kesuksesan. Motivasi positif maupun negatif sama bermanfaat jika digunakan
dalam porsi yang seimbang untuk menjaga kedisiplinan karyawan. Motivasi juga
berkaitan dengan kenyamanan terhadap pekerjaan itu sendiri dan imbalan yang
didapat.
3. Manfaat Motivasi Kerja
Pemberian motivasi berkaitan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan
berbagai sasaran organisasional. Pandangan ini menyiratkan bahwa dalam tujuan
dan sasaran organisasi telah tercakup tujuan dan sasaran pribadi para anggota
organisasi yang diberi motivasi tersebut. Pemberian motivasi kepada bawahan
membuat seorang pimpinan dapat mengharapkan peningkatan hasil kerja sesuai
dengan yang diinginkan. Peningkatan motivasi yang dilakukan oleh seorang
pimpinan terhadap bawahannya bertujuan menciptakan komunikasi dan budaya
organisasi yang efektif serta dapat melakukan serangkaian tindakan yang
mengarah pada pemberian insentif positif yang berupa penghargaan, anugerah,
imbalan, dan sejenisnya. Tindakan-tindakan tersebut mempermudah seorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pimpinan memberi motivasi kepada bawahannya untuk bekerja lebih baik
(Hartari, 2007). Manfaat motivasi yang sesuai dengan keinginan karyawan
menambah efektifitas keberhasilan.
Peningkatan produktivitas tenaga kerja dapat diusahakan melalui pemberian
motivasi dengan melihat kebutuhan yang dominan dari para pekerja, baik
kebutuhan fisiologis ataupun kebutuhan-kebutuhan lain, seperti kebutuhan
keselamatan dan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, serta
kebutuhan aktualitasasi diri. Semakin tepat usaha pemberian motivasi, maka
produktivitas tenaga kerja makin tinggi sehingga akan menguntungkan kedua
belah pihak, baik pihak perusahaan maupun pekerja (Djati, 1999).
Ketepatan manfaat yang diterima karyawan yang termotivasi tidak lepas dari
tujuan diberikannya motivasi tersebut. Adapun tujuan motivasi menurut Hasibuan
dalam (Tanjung, 2005) antara lain:
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
2. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
3. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan.
4. Meningkatkan kedisiplinan karyawan.
5. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
7. Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi karyawan.
8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.
9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Motivasi kerja yang diberikan secara tepat mempunyai manfaat yang efektif
dan efisien dalam mendorong semangat setiap karyawan dalam bekerja secara
nyaman serta menyelesaikan setiap pekerjaan dengan hasil maksimal.
4. Unsur-Unsur Motivasi Kerja
Motivasi kerja terbentuk dari sejumlah unsur yang saling mendukung dalam
menentukan pemberian motivasi yang tepat. Sagir (dalam Sastrohadiwiryo, 2002)
mengemukakan unsur-unsur penggerak motivasi antara lain:
a. Kinerja
Seseorang yang memiliki keinginan berkinerja sebagai suatu kebutuhan
dapat mendorongnya mencapai sasaran.
b. Penghargaan
Penghargaan atau pengakuan atas suatu kinerja yang telah dicapai
seseorang akan merupakan perangsang yang kuat.
c. Tantangan
Tantangan biasanya akan menumbuhkan kegairahan untuk mengatasinya
agar tidak cenderung menjadi kegiatan rutin.
d. Tanggung Jawab
Adanya rasa ikut memiliki akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa
bertanggung jawab bersama.
e. Pengembangan
Pengembangan kemampuan seseorang baik dari pengalaman kerja atau
kesempatan untuk maju dapat merupakan perangsang kuat bagi tenaga kerja
untuk bekerja lebih giat atau lebih bergairah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
f. Keterlibatan
Rasa ikut terlibat dalam suatu proses pengambilan keputusan dari tenaga
kerja yang dijadikan masukan untuk manajemen perusahaan merupakan
perangsang yang cukup kuat.
g. Kesempatan
Kesempatan untuk maju dalam bentuk jenjang karir yang terbuka dari
tingkat bawah sampai tingkat manajemen puncak merupakan perangsang yang
cukup kuat.
Unsur keinginan bekerja melalui kesempatan dan keterlibatan langsung juga
mengembangkan diri dalam menyelesaikan tanggung jawab serta tantangan kerja
hingga akhirnya mendapat penghargaan menjadi penggerak utama motivasi kerja.
5. Faktor-Faktor Motivasi Kerja
Setiap karyawan mau bekerja disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang
mempengaruhi motivasi kerja menurut J. Ravianto (dalam Martoyo 1990) adalah
atasan, rekan, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa uang dan
non uang, jenis pekerjaan dan tantangan.
Motivasi kerja dapat diukur dengan menggunakan indikator tingkat
kompensasi, kondisi kerja yang baik, perasan diikutsertakan, pemberian
penghargaan, tugas pekerjaan yang sifatnya menarik dan cara pendisiplinan yang
manusiawi (Hartari, 2007).
Menurut Gomes (2003) motivasi seorang pekerja untuk bekerja biasanya
merupakan hal yang rumit, karena motivasi itu melibatkan faktor-faktor individual
dan faktor-faktor organisasional. Golongan faktor-faktor yang sifatnya individual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
antara lain kebutuhan, tujuan, sikap, dan kemampuan, sedangkan yang tergolong
pada faktor-faktor yang berasal dari organisasi meliputi pembayaran atau gaji,
keamanan pekerjaan, sesama pekerja, pengawasan, pujian, dan pekerjaan itu
sendiri. Teori motivasi pekerja dalam organisasi dibagi menjadi teori content dan
process. Teori content meliputi teori kebutuhan dimana perilaku manusia
didorong oleh stimuli internal (kebutuhan) tertentu. Sedangkan teori process lebih
berfokus pada proses melalui para pekerja yang melakukan pilihan motivasinya
dimana perilaku pekerja dapat dikendalikan dengan reward dan punishment.
Menurut Siagian (1996) motivasi seorang karyawan dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain:
a. Faktor internal
1. Persepsi seseorang mengenai dirinya sendiri
2. Harga diri
3. Harapan pribadi
4. Kebutuhan
5. Keinginan
6. Kepuasan kerja
7. Prestasi kerja yang dihasilkan
b. Faktor eksternal
1. Jenis dan sifat pekerjaan
2. Kelompok kerja di mana seseorang bergabung
3. Organisasi tempat bekerja
4. Situasi lingkungan pada umumnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
5. Sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya
Interaksi positif antara kedua kelompok faktor tersebut pada umumnya
menghasilkan tingkat motivasi yang tinggi.
Menurut Ravianto (dalam Martoyo, 1990) beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi motivasi kerja antara lain atasan, rekan, sarana fisik,
kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa uang dan non uang, jenis pekerjaan dan
tantangan. Motivasi individu untuk bekerja dipengaruhi oleh sistem
kebutuhannya.
Hirarki kebutuhan Maslow (dalam Gomes, 2003) terdiri atas:
a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan mempertahankan hidup dan
manifestasinya yang nyata akan tampak dalam pemenuhan kebutuhan akan
sandang, pangan dan papan. Kebutuhan ini dipandang sebagai kebutuhan yang
paling mendasar, bukan saja karena setiap orang membutuhkannya terus-
menerus sejak lahir hingga ajalnya, akan tetapi juga karena tanpa pemuasan
berbagai kebutuhan tersebut seseorang tidak akan dapat dikatakan hidup
secara normal. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan primer untuk memenuhi
kebutuhan psikologis dan biologis.
b. Kebutuhan akan Keamanan
Ketika kebutuhan fisiologis telah terpuaskan, maka tingkat kebutuhan
berikutnya yang mendominasi motivasi perilaku manusia adalah kebutuhan
akan keamanan. Kebutuhan ini terdiri atas keamanan jiwa, keamanan harta,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
perlakuan yang adil, pensiun, serta jaminan hari tua dari bahaya, ancaman dan
perampasan.
c. Kebutuhan Sosial
Kebutuhan ini timbul setelah kebutuhan fisiologis dan keamanan terpenuhi.
Kebutuhan akan kebersamaan, pergaulan, merasa diterima oleh rekan atau
teman sebaya, untuk memberi dan menerima persahabatan serta cinta.
d. Kebutuhan akan Penghargaan
Kebutuhan yang satu ini lebih bersifat egoistik dan berkaitan erat dengan
status seseorang. Semakin tinggi status seseorang maka akan semakin tinggi
pula kebutuhannya akan pengakuan, penghormatan, wibawa dan sejenisnya.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan jenis ini merupakan yang tertinggi untuk menunjukkan potensi
yang maksimal dan mengembangkan diri tanpa terlalu banyak menuntut
imbalan dari organisasi.
Sumber motivasi kerja dapat berasal dari dalam maupun luar diri karyawan.
Motivasi kerja inilah yang menjadi dorongan setiap karyawan untuk bekerja
sebaik-baiknya. Pemenuhan kebutuhan menjadi dorongan utama meskipun aspek
kebutuhan setiap orang berbeda-beda.
C. Kematangan Karir
1. Pengertian Kematangan Karir
Karir dalam bekerja menjadi sangat penting ketika menginjak usia dewasa.
Mangkuprawira (2002) menggambarkan sebuah karir terdiri atas semua pekerjaan
yang dipegang seseorang selama kehidupan pekerjaannya. Menurut beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
orang pekerjaan tersebut sebagai bagian dari sebuah perencanaan yang disiapkan
secara terarah. Bagi yang lainnya, bisa jadi sebuah karir dikatakan sebagai
peristiwa keberuntungan. Keputusan karir memang hendaknya didasarkan pada
ukuran-ukuran obyektif.
Menurut Greenhaus (dalam Irianto, 2001) terdapat dua cara pendekatan untuk
memahami makna karir. Pendekatan pertama memandang karir sebagai pemilikan
dan atau dari organisasi. Pendekatan kedua memandang karir sebagai suatu
properti atau kualitas individual dan bukan okupasi atau organisasi. Berdasarkan
kedua pendekatan tersebut, karir didefinisikan sebagai pola pengalaman
berdasarkan pekerjaan yang merentang sepanjang perjalanan pekerjaan yang
dialami seseorang. Pengertian karir tersebut meliputi elemen-elemen obyektif dan
subyektif. Elemen obyektif berkenaan dengan kebijakan-kebijakan pekerjaan atau
posisi jabatan yang ditentukan organisasi sedangkan elemen subyektif menunjuk
pada kemampuan seseorang dalam mengelola karir dengan mengubah lingkungan
obyektif.
Karir juga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan kerja yang
terpisah tetapi berkaitan, yang memberikan kesinambungan, ketentraman, dan arti
dalam hidup seseorang. Karir disadari secara individual dan dibatasi secara sosial.
Manusia tidak hanya meniti atau mencetak karir dari pengalaman khusus mereka
tapi kesempatan karir yang diberikan dalam masyarakat juga mempengaruhi dan
membentuk manusia (Flippo, 1996).
Perjalanan karir akan berlangsung selama masa hidup seseorang. Hal ini
diperkuat oleh pendapat Kartadinata dkk (2002) bahwa karir adalah keseluruhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
pekerjaan yang dialami seseorang dalam keseluruhan hidupnya. Secara lebih terbatas
karir diartikan sebagai pengalaman kerja di dalam suatu bidang pekerjaan tertentu.
Panggabean (2002) juga menyatakan bahwa karir adalah semua pekerjaan yang
dilakukan seseorang selama masa kerjanya yang memberikan kelangsungan,
keteraturan, dan nilai bagi kehidupan seseorang.
Konsep karir mengandung tiga pengertian (Handoko, 1994):
a. Karir sebagai suatu urutan promosi atau pemindahan ke jabatan-jabatan
yang lebih menuntut tanggung jawab atau ke lokasi-lokasi yang lebih baik
selama kehidupan kerja seseorang.
b. Karir sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk suatu pola
kemajuan yang sistematik dan jelas (jalur karir).
c. Karir sebagai sejarah pekerjaan seseorang atau serangkaian posisi yang
dipegangnya selama kehidupan kerja.
Karir berkembang seiring bertambahnya usia. Hal inilah yang menyebabkan
timbulnya teori mengenai kematangan karir. Menurut Super (dalam Partino, 2006)
kematangan karir adalah kesiapan individu untuk menyelesaikan tugas-tugas
perkembangan karir seiring dengan perkembangan biologis dan sosialnya.
Savickas (dalam Ingarianti, 2009) menjelaskan kematangan karir sebagai kesiapan
seorang individu untuk membuat keputusan karir dengan informasi yang cukup
dan sesuai dengan usianya (age-appropriate), serta menyelesaikan tugas-tugas
yang berkaitan dengan perkembangan karirnya.
Usia tidak menjadi satu-satunya dasar dalam menggambarkan perkembangan
karir seseorang. Keputusan memilih dan kompetensi juga turut berperan. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
senada dengan pendapat Crite (dalam Partino, 2006) yang menyatakan bahwa
kematangan karir adalah kesiapan sikap dan kompetensi individu untuk
melakukan pilihan karir yang tepat. Brown&Brooks (dalam Ingarianti, 2009) juga
menyatakan kematangan karir sebagai kesiapan kognitif dan afektif dari individu
untuk mengatasi tugas-tugas perkembangan yang dihadapkan padanya, karena
perkembangan biologis dan sosialnya serta harapan-harapan dari orang-orang
dalam masyarakat yang telah mencapai tahapan perkembangan tersebut. Lundberg
dkk (dalam Partino, 2006) turut mendukung teori bahwa kematangan karir adalah
kesiapan mengambil keputusan karir yang realistik. Kematangan karir sebagai
sebuah konstruk memiliki dua dimensi yakni sikap pilihan karir dan kemampuan
pilihan karir.
Kematangan karir sendiri meliputi pengetahuan akan diri, pengetahuan
tentang pekerjaan, kemampuan memilih suatu pekerjaan, dan kemampuan untuk
merencanakan langkah-langkah menuju karir yang diharapkan (Crite dalam
Zulkaida dkk, 2007). Standar masyarakat dan orang sekitar pada umumnya
mengenai tingkat karir yang dianggap layak dan berhasil juga mempengaruhi
perkembangan karir seseorang. Hal ini dipertegas Super (dalam Zulkaida dkk,
2007) yang menyatakan bahwa kematangan karir sebagai keberhasilan seseorang
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang khas pada tahap
perkembangan tertentu. Pengertian ini menunjukkan bahwa kematangan karir
berkaitan dengan tugas perkembangan karir pada tiap-tiap tahap dalam
perkembangan karir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Berdasarkan sejumlah teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
dari kematangan karir adalah kesiapan kognitif dan afektif seorang individu untuk
membuat keputusan karir dengan informasi yang cukup dan sesuai dengan
usianya serta menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan perkembangan
karirnya.
2. Manfaat Karir
Keputusan untuk menetapkan sebuah bidang tertentu menjadi karir dapat
menghasilkan manfaat yang positif bagi kehidupan seseorang. Perencanaan yang
matang dalam mengembangkan karir sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan
hasil yang didapat. Menurut Panggabean (2002) pada dasarnya pengembangan
karir dapat bermanfaat bagi organisasi maupun karyawan.
a. Bagi organisasi:
1. Menjamin ketersediaan bakat yang diperlukan.
2. Meningkatkan kemampuan organisasi untuk mendapatkan dan
mempertahankan karyawan-karyawan yang berkualitas.
3. Menjamin agar kelompok-kelompok minoritas dan wanita mempunyai
kesempatan yang sama untuk meningkatkan karir.
4. Mengurangi frustasi karyawan.
5. Mendorong adanya keanekaragaman budaya dalam sebuah organisasi.
6. Meningkatkan nama baik organisasi.
b. Bagi karyawan:
1. Menggunakan potensi seseorang dengan sepenuhnya.
2. Menambah tantangan dalam bekerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3. Meningkatkan otonomi.
4. Meningkatkan tanggung jawab.
Tiap organisasi, instansi maupun perusahaan memiliki sistem karir yang
berbeda agar manfaat yang didapat dari penerapan jenjang karir ini dapat efektif.
Manfaat karir terutama ditujukan bagi seseorang dan tempat kerjanya. Seorang
karyawan akan meningkatkan kinerjanya agar dapat mendapatkan manfaat dari
karir yang lebih tinggi sementara instansi tempatnya bekerja akan mendapat
manfaat hasil kerja yang memuaskan. Kondisi saling memberi manfaat ini harus
diatur sedemikian rupa sehingga semua sesuai dengan jalurnya. Manfaat karir
yang diterima seorang karyawan akan lebih baik lagi jika mencakup keluarga atau
kerabat dekat sedangkan manfaat terhadap instansi juga dapat dirasakan berbagai
pihak terkait yang turut berkontribusi sesuai ketentuan yang berlaku. Hubungan
ini akan menjaga konsistensi kemajuan secara terus-menerus.
3. Tahapan Karir
Menurut Super (dalam Ingarianti, 2009) perkembangan karir melalui potensi
manusia yang dimulai sejak dini dapat dibagi menjadi 5 fase, antara lain:
a. Fase pengembangan (growth) yang meliputi masa kecil sampai usia 14
tahun. Pada awal tahap ini, kebutuhan dan fantasi merupakan hal yang
dominan. Konsep diri yang dimiliki seseorang terbentuk melalui identifikasi
terhadap figur-figur kunci dalam keluarga dan sekolah. Tahap growth terdiri
dari tiga sub tahap yaitu:
1. Sub tahap fantasi, usia 4–10 tahun yang ditandai dengan minat anak yang
berangan-angan atau berfantasi menjadi seseorang yang diinginkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2. Sub tahap minat, usia 11–12 tahun, tingkah laku yang berhubungan
dengan karir sudah mulai dipengaruhi oleh kesukaan anak.
3. Sub tahap kapasitas, usia 13–14 tahun, anak mulai mempertimbangkan
kemampuan pribadi dan persyaratan pekerjaan yang diinginkan.
b. Tahap penjajakan, usia 15–24 tahun, individu banyak melakukan
penjajakan atau pencarian terhadap karir apa yang cocok buat dirinya. Tahap
ini terdiri dari 3 sub tahap, yaitu:
1. Sub tahap sementara, usia 15–17 tahun, tugas perkembangan pada tahap
ini adalah mengkristalisasi pilihan pekerjaan. Perkembangan karir bersifat
lebih internal. Individu mulai dapat menggunakan self preference-nya dan
mulai dapat melihat bidang serta tingkat pekerjaan yang sesuai dengan
dirinya.
2. Sub tahap peralihan, usia 18–21 tahun. Perkembangan pada masa ini
mengkhususkan pilihan pekerjaan.
3. Sub tahap uji coba, usia 22–24 tahun. Tugas perkembangan pada masa ini
adalah mengimplementasikan pilihan pekerjaan.
c. Tahap pemantapan atau kemantapan, usia 25–44 tahun. Tahap ini ditandai
dengan masuknya individu ke dalam dunia pekerjaan yang sesuai dengannya
sehingga ia akan bekerja keras untuk mempertahankan pekerjaannya tersebut.
Merupakan masa paling produktif dan kreatif. Tahap ini terdiri dari 2 sub
tahap, yaitu:
1. Sub tahap trial with commitment pada usia 25–30 tahun. Individu sudah
merasa nyaman dengan pekerjaannya sehingga akan terus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
mempertahankannya. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah
menstabilisasi pilihan pekerjaannya.
2. Sub tahap advancement, usia 31–44 tahun. Ada dua tugas perkembangan
yang harus dipenuhi oleh indvidu pada masa ini. Pertama, individu
mengkonsolidasi pilihan pekerjaannya. Pada fase ini, keamanan dan
kenyamanan dalam bekerja menjadi tujuan utama. Tugas kedua adalah
melakukan peningkatan dalam dunia pekerjaannya.
d. Tahap pemeliharaan (maintenance), usia 45–59 tahun. Individu telah
menetapkan pilihan pada satu bidang karir sehingga mereka tinggal menjaga
atau memelihara pekerjaan. Super menjelaskan bahwa ada tiga tugas
perkembangan yang harus dipenuhi oleh individu pada tahap ini yaitu
mempertahankan, menjaga, dan menginovasi pekerjaannya.
e. Tahap penurunan (decline stage) dimulai pada usia 60 tahun. Tahap ini
terdiri dari 2 sub tahap, yaitu:
1. Sub tahap perlambatan, usia 60–64 tahun. Ada tugas perkembangan pada
sub tahap ini yaitu mengurangi tingkat pekerjaan secara efektif serta mulai
merencanakan pensiun. Hal ini ditandai dengan adanya pendelegasian tugas
atau kaderisasi sebagai salah satu langkah mempersiapkan diri menghadapi
pensiun.
2. Sub tahap pensiun, usia 70 tahun. Fase ini ditandai dengan masa pensiun
ketika individu akhirnya mulai menarik diri dari lingkungan kerjanya.
Setiap fase memiliki berbagai tingkat pemahaman dan tugas yang berbeda.
Kemampuan setiap individu dalam memenuhi tugas perkembangan di setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
fasenya akan dipengaruhi baik oleh individu tersebut maupun lingkungannya.
Setiap fase karir yang dialami seseorang tidak akan selalu sama dan terkadang
lebih cepat atau lebih lambat dari kebanyakan orang lain. Hal ini menyebabkan
setiap organisasi, instansi maupun perusahaan mempersiapkan dua macam sistem
tahap karir, yaitu jalur normal sesuai ketentuan umum dan jalur khusus bagi
mereka yang berpotensi besar maupun yang kurang memenuhi standar.
4. Faktor-Faktor Kematangan Karir
Kematangan karir setiap orang akan memiliki perbedaan karena tingkat
kualitas dan kuantitas faktor-faktor yang mendukung di dalamnya juga beragam.
Faktor-faktor kematangan karir ini dijelaskan dalam aspek-aspek penentu
kematangan karir yang dikemukakan oleh Pietrofesa dan Splete (dalam Ramdhani
dan Helmi, 2004) antara lain:
a. Independensi (kebebasan menentukan diri)
Program karir yang efektif harus mempertimbangkan perbedaan persepsi
dan keinginan para karyawan. Harapan karyawan dari program karir
dikembangkan oleh departemen Sumber Daya Manusia (SDM) sesuai dengan
ragam faktor usia, jenis kelamin, kedudukan, pendidikan, dan faktor lainnya.
Adopsi yang dilakukan oleh departemen SDM hendaknya luwes dan proaktif
(Mangkuprawira, 2002).
Menurut Flippo (1996) suatu program pengembangan karir yang dirancang
dengan tepat menyangkut tiga unsur utama:
1. Membantu para karyawan dalam menilai kebutuhan karir internal
masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2. Mengembangkan dan menyiarkan kesempatan karir yang tersedia dalam
organisasi.
3. Menghubungkan kebutuhan dan kemampuan karyawan dengan
kesempatan karir.
Kebebasan seorang karyawan dalam menentukan dirinya terutama dalam hal
meniti karir sesuai dengan yang dibutuhkan dan dikehendakinya akan
membantu karyawan tersebut memenuhi standar yang telah ditetapkan.
b. Self appraisal atau penilaian diri
Hal utama dalam memulai perencanaan karir adalah bertanya atau
memahami diri sendiri. Mengenali kesempatan, keterampilan, bakat, dan nilai
berhubungan pada kesempatan karir. Kesempatan dalam suatu organisasi
dipengaruhi oleh pertumbuhan atau kepadatan dari bisnis, kebijakan
organisasi tentang pengembangan dan promosi karyawan dari dalam dan
kebijakan dari internal kantor (Panggabean, 2002).
Pandangan yang sangat penting dipertahankan dalam manajemen sumber
daya manusia antara lain bahwa setiap pekerja dapat mencapai tingkat
kedewasaan mental, intelektual dan psikologis. Hal ini dikaitkan dengan
pengembangan karir pegawai antara lain saat seseorang mampu melakukan
penilaian yang obyektif mengenai diri sendiri, termasuk mengenai potensinya
yang masih dapat dikembangkan. Pengenalan ciri positif dan negatif dalam
diri seseorang akan merupakan dorongan kuat bagi dirinya untuk lebih
meningkatkan kemampuan kerja, baik dengan usaha yang sistematik untuk
menghilangkan atau paling sedikit mengurangi ciri negatifnya (Siagian, 1996).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Siagian (1996) juga berpendapat bahwa penilaian terhadap diri meliputi:
1. Tugas pokok
2. Pengetahuan dan ketrampilan yang dituntut oleh tugas
3. Kaitan tugas dengan tugas orang lain
4. Hal yang membuat diri merasa berhasil
5. Kesulitan yang dihadapi
6. Langkah perbaikan yang perlu ditempuh
Penilaian diri dapat dilakukan karyawan secara obyektif. Hal ini
dimaksudkan agar para karyawan dapat menyepadankan minat dan
kemampuannya dengan informasi karir yang tersedia di departemen SDM. Hal
ini juga dapat menyelaraskan sikap dan tujuan karir dengan rencana kehidupan
karyawan (Mangkuprawira, 2002).
Penilaian diri secara tepat akan mencegah karyawan mendapat pekerjaan
yang tidak sesuai dengan dirinya. Ketidakcocokan karyawan dengan pekerjaan
pada akhirnya akan berdampak pada kebosanan, hasil yang tidak maksimal,
bahkan pemutusan hubungan kerja.
c. Global awareness (kesadaran mengenai peranan pihak lain di luar dirinya)
Karyawan mungkin tidak mampu melakukan sendiri inventarisasi bakat dan
kemampuan yang dimilikinya. Bantuan dapat diberikan melalui serangkaian
tes oleh bagian pengelola SDM agar pegawai yang bersangkutan dapat
menentukan sendiri bentuk dan jalur karirnya. Faktor lingkungan juga turut
berperan dalam karir. Kemajuan teknologi menuntut para karyawan untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan kegiatan perkantoran (Siagian, 1996).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Karyawan juga tentunya menyadari adanya kelemahan dalam dirinya.
Pengakuan demikian akan mempermudahnya menerima bantuan pihak lain
seperti pejabat dari bagian kepegawaian, atasan langsung dan rekan-rekan
sekerja untuk mengatasinya (Siagian, 1996).
Kesadaran seorang karyawan akan pentingnya bantuan dari pihak di luar
dirinya lebih penting daripada bantuan itu sendiri. Karyawan yang merasa
dirinya serba bisa akan sulit meminta bantuan bahkan menerima bantuan
sekecil apapun dari orang lain.
d. Information exploration (melakukan eksplorasi untuk mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan karirnya)
Para karyawan umumnya mengharapkan memiliki akses pada informasi
tentang berbagai peluang untuk dipromosikan. Akses ini sangat penting
terutama jika lowongan yang tersedia diisi melalui proses seleksi internal yang
sifatnya kompetitif (Siagian, 1996).
Departemen personalia seharusnya memberikan kepada karyawan berbagai
informasi yang dibutuhkan untuk merencanakan karir. Sebagian besar
informasi ini telah tersedia sebagai bagian sistem informasi sumber daya
manusia. Informasi mengenai keluarga pekerjaan dimana pekerjaan yang
berbeda memerlukan keterampilan yang hampir sama akan membantu
karyawan mengevaluasi jalur karir dengan bertanya kepada karyawan lain
yang pernah memegang jabatan yang ada di sepanjang jalur (Handoko, 1994).
Pemberian informasi karir dapat menggunakan berbagai media yang dapat
memberikan daya tarik tinggi bagi setiap karyawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Menurut Martoyo (1990) cara yang dapat dilakukan untuk memberikan
informasi antara lain:
1. Ceramah
2. Pidato pengarahan
3. Edaran
4. Lokakarya
5. Seminar
6. Pertemuan sosial
Bahan-bahan yang perlu diinformasikan antara lain:
1. Pola karir personil
2. Analisa jabatan
3. Spesifikasi jabatan
4. Deskripsi jabatan
5. Skala gaji dalam jenjang jabatan
6. Jenis kompensasi
7. Persyaratan jabatan
Penggunaan informasi tersebut diharapkan dapat digunakan para anggota
organisasi atau karyawan secara individual supaya dapat meneliti sendiri
jabatan mana yang sekiranya cocok untuk dimantapkan. Penyampaian
informasi juga dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain pihak pemberi
informasi, isi dari informasi tersebut, kondisi penerima informasi serta cara
penyampaian informasi yang dikemas dalam suatu media yang mudah diakses
oleh semua karyawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
e. Decision making (pengambilan keputusan)
Pekerjaan apapun akan selalu dihadapkan pada pengambilan keputusan.
Keputusan akan menentukan arah pekerjaan dan berdampak pada aspek-aspek
dalam bekerja. Menurut Umar (2000) keputusan merupakan hasil proses
pemikiran berupa pemilihan satu dari beberapa alternatif yang dapat dipakai
untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Siagian (dalam Umar, 2000) berpendapat bahwa pengambilan keputusan
merupakan suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah,
pengumpulan fakta-fakta, dan penentuan yang matang dari alternatif yang
dihadapi serta pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan
tindakan tepat.
Setiap karyawan akan dihadapkan pada situasi pengambilan keputuan.
Menurut Davis (dalam Umar, 2000) jenis keputusan ada dua macam yaitu
keputusan terstruktur dan keputusan yang tidak terstruktur. Keputusan
terstruktur mempunyai aturan yang jelas dan teliti, dipakai berulang-ulang,
dapat diprogramkan sehingga mungkin didelegasikan kepada orang lain dan
dapat pula dikomputerisasi. Sedang keputusan tidak terstruktur hanya muncul
kadang-kadang, unik sehingga analisisnya baru, tidak dapat didelegasikan,
bahkan keputusan lebih didominasi intuisi.
Pengambilan keputusan secara efektif ternyata harus melewati beberapa
tahapan. Tahapan pengambilan keputusan menurut Umar (2000) antara lain:
1. Definisikan masalah
2. Analisis sebab-sebab potensial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
3. Identifikasi solusi yang memungkinkan
4. Pilih solusi terbaik
5. Susun rencana tindakan
6. Implementasi dan evaluasi
Keputusan yang tepat akan memberi dampak positif, sedangkan keputusan
yang kurang tepat menyebabkan dampak yang negatif. Ada kalanya keputusan
yang pada awalnya berdampak positif menjadi negatif karena kurangnya
perhitungan terhadap sejumlah aspek luar yang ternyata sangat berpengaruh
atau bahkan sebaliknya. Pertimbangan secara matang perlu dilakukan untuk
mencegah hal-hal yang tidak dinginkan.
f. Planning terhadap masa depannya
Menurut Martoyo (1990) ruang lingkup perencanaan karir meliputi:
1. Perencanaan jenjang jabatan atau pangkat individu karyawan atau anggota
organisasi
Faktor yang mempengaruhi perencanaan jenjang jabatan atau pangkat yaitu:
a. Sifat tugas
b. Beban tugas
c. Tanggung jawab yang dipikul
Ini berarti semakin tinggi jabatan atau pangkat seseorang dalam suatu
organisasi, semakin kompleks sifat, beban dan tanggung jawab yang dipikul.
Tujuan kenaikan pangkat maupun jabatan untuk mengembangkan kebijakan
dan metode kerja lebih lanjut yang akan membawa organisasi yang
bersangkutan lebih maju.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2. Perencanaan Tujuan Organisasi
Tujuan organisasi akan menentukan:
a. Besar kecilnya misi organisasi
b. Berat ringannya tugas pekerjaan
c. Rumusan spesifikasi pekerjaan
d. Penyusunan jenis kelompok pekerjaan
e. Kuantitas dan kualitas personil dalam struktur organisasi
Hal ini menunjukkan bahwa tujuan organisasi akan menentukan jalur karir
anggota organisasi di dalamnya.
g. Vocational developing yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan
vokasional
Karyawan semakin banyak yang menyadari bahwa menambah pengetahuan
dan keterampilan merupakan salah satu cara penting dalam meniti karir secara
lebih berhasil. Hal ini menyebabkan banyak karyawan yang melanjutkan
pendidikan formalnya atau mengikuti berbagai kursus ketrampilan di luar jam
kerja masing-masing. Kendala yang sering dihadapi oleh para karyawan
adalah terbatasnya kemampuan finansial untuk membiayai kegiatan tersebut.
Banyak organisasi yang memberikan jasa berupa bantuan keuangan untuk
mengikuti program pendidikan dan pelatihan tertentu meskipun dengan syarat
program tersebut berkaitan dengan tugas pekerjaan karyawan yang
bersangkutan. Nilai yang dicapai harus memuaskan berdasarkan kriteria yang
ditetapkan oleh penyelenggara program. Kebijakan ini dapat memantapkan
perencanaan karir dan meningkatkan prestasi karyawan (Siagian, 1996).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Kematangan karir menjadi salah satu aspek yang menentukan keberhasilan
seseorang dalam bekerja. Pengalaman yang beragam akan memperkaya
kemampuan dan wawasan dalam menangani tantangan kerja. Aspek kematangan
karir dimulai dari kebebasan menentukan diri dalam memilih karir yang
diinginkan. Selanjutnya menilai sejauh mana kemampuan yang bisa dieksplorasi
sesuai bidang karir yang dituju. Orang lain dalam hal ini akan membantu dalam
mendapatkan informasi tentang karir yang diperlukan. Perencanaan yang matang
perlu dilakukan berikutnya dan harus diakhiri dengan pengambilan keputusan.
Keputusan yang diambil dalam memilih jalur karir apapun sebaiknya diimbangi
dengan menambah kemampuan diri yang dapat menunjang tercapainya jenjang
karir yang dicita-citakan. Bantuan pengembangan ini dapat berasal dari dalam
maupun luar organisasi, instansi maupun perusahaan yang bersangkutan.
D. Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Kematangan Karir dengan
Prestasi Kerja
Motivasi kerja, kematangan karir, dan prestasi kerja merupakan tiga hal yang
sering muncul dalam topik psikologi industri dan organisasi. Ketiga aspek ini
terdapat dalam diri setiap karyawan di seluruh organisasi, instansi maupun
perusahaan. Peran karyawan dalam melaksanakan delegasi tugas untuk memenuhi
tujuan dari setiap pekerjaan menjadi sangat penting. Lilik (2004) menyatakan
bahwa karyawan adalah organisme yang memiliki sejumlah kebutuhan yang
mendorongnya melakukan aktivitas atau perilaku. Sumber daya manusia yang
berkualitas serta memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan mampu
menyambut dan melaksanakan tugas sebagai tantangan. Tantangan dalam tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
menjadi bagian dari dirinya, bukan sebagai beban. Hal ini memacu keberhasilan
dalam bertugas dan memberikan kepuasan lebih bagi individu yang bersangkutan.
Pada dasarnya manusia selalu ingin berprestasi dan berusaha menyesuaikan diri
dalam berinteraksi dengan lingkungan. Manusia melakukan pertimbangan yang
tepat untuk berani mengambil keputusan dalam memenuhi target atau tujuan yang
ditetapkan.
Salah satu hal mendasar dalam setiap karyawan mau mengerjakan tugasnya
dengan sepenuh hati adalah motivasi. Proses motivasi karyawan menurut
Hasibuan (dalam Tanjung, 2005) antara lain:
1. Kebutuhan yang tidak terpenuhi
2. Pencarian jalan untuk memnuhi kebutuhan
3. Perilaku yang diarahkan pada tujuan
4. Prestasi (evaluasi atas tenaga yang dicapai)
5. Imbalan atau hukuman
6. Karyawan menilai kembali kebutuhan yang belum terpenuhi
Pemberian motivasi kepada para karyawan dilakukan dengan berbagai cara
untuk mengatasi berbagai hambatan yang mungkin muncul. Hal-hal tersebut
diantaranya kebijakan perusahaan mengadakan rekruitmen yang mengakibatkan
sebagian karyawan kurang bersemangat dalam melaksanakan pekerjaan diikuti
munculnya anggapan bahwa tidak seharusnya perusahaan merekrut tenaga baru
dalam kondisi yang demikian. Sebagian karyawan lain mempunyai asumsi bahwa
dengan adanya rekrutmen maka harus bekerja lebih baik, sehingga karirnya tidak
akan terlampaui oleh karyawan baru. Hal lain yang terkait termasuk adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
pengurangan karyawan, maka sebagian karyawan merasa khawatir dalam bekerja.
Sebagian karyawan lain merasa harus bekerja lebih giat dan hati-hati sehingga
apabila suatu saat perusahaan mengadakan pengurangan karyawan mereka akan
tetap dipertahankan (Ngadimin dan Wahyuddin, 2007). Keadaan ini diharapkan
menjadi sarana persaingan kerja yang sehat antara berbagai tipe karyawan yang
ada dan mendorong setiap karyawan untuk menyalurkan seluruh potensi yang
dimiliki untuk meraih prestasi kerja yang diharapkan.
Dessler (dalam Oktafiyani, 2009) menyatakan cara untuk membantu karyawan
mengindentifikasi dan mengembangkan potensi promosi adalah melalui penilaian
yang berorientasi karir dalam hubungannya dengan pengalaman kerja. Karyawan
akan mendapatkan kenaikan pangkat atau jabatan dengan menghubungkan kinerja
masa lalu dan kebutuhan pengembanganya dalam sebuah rencana karir yang
formal. Pengalaman ini membuat karyawan secara sadar maupun tidak sadar akan
memiliki kecakapan teknis serta terampil dalam menghadapi pekerjaanya.
Pengalaman dalam kemampuan teknis dan praktek pada suatu bidang pekerjaan
akan dapat meningkatkan prestasi karyawan tersebut.
Usaha menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karir seorang
karyawan berangkat dari keinginan memuaskan berbagai jenis kebutuhannya, baik
dalam arti kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Hal ini berarti tujuan, sasaran,
dan kepentingan organisasi bisa saja ditempatkan pada peringkat pemuasan yang
lebih rendah. Persepsi seorang karyawan tentang kemungkinan meniti karir dalam
suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh pandangan mengenai kondisi
kebutuhan dan pemenuhan kepentingan pribadinya. Persepsi inilah yang menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
dasar keputusan setiap karyawan dalam memutuskan akan terus berkarya dalam
sebuah organisasi tertentu atau pindah ke organisasi lain yang membuat
kepentingan pribadinya itu diperhitungkan sehingga lebih terjamin (Siagian,
1996). Hal ini menyebabkan setiap organisasi, instansi, maupun perusahaan saling
berkompetisi dalam memberikan insentif yang terbaik agar mendapatkan calon
karyawan yang terbaik pula. Persaingan antara organisasi, instansi, maupun
perusahaan ini menjadi salah satu alasan munculnya strategi pemilihan calon
tenaga kerja berdasarkan latar belakang pendidikan maupun komunitas tertentu..
Pengembangan sumber daya manusia khususnya pembinaan Pegawai Negeri
Sipil (PNS) mengacu kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian. Pembinaan PNS dengan sistem karir dan prestasi
kerja ini sebagai salah satu unsur pembinaan yang apabila dilaksanakan dengan
baik akan menimbulkan kegairahan kerja dan rasa tanggung jawab yang besar dari
seluruh pegawai. Sistem karir yang dimaksud di sini adalah suatu sistem
kepegawaian yang untuk pengangkatan pertama didasarkan atas kecakapan yang
bersangkutan. Pengembangan lebih lanjut yang meliputi masa kerja, pengalaman,
kesetiaan, pengabdian dan syarat-syarat obyektif lainnya juga turut menentukan
pengangkatan seorang pegawai. Sistem karir memungkinkan kenaikan pangkat
tanpa ujian jabatan dan pengangkatan dalam jabatan dilaksanakan berdasarkan
jenjang yang telah ditentukan. Sistem prestasi kerja yang dimaksud di sini adalah
suatu sistem kepegawaian yang untuk pengangkatan seorang pegawai dalam suatu
jabatan didasarkan atas kecakapan dan prestasi yang telah dicapai oleh orang itu.
Kecakapan tersebut harus dibuktikan dengan lulus ujian jabatan dan prestasinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
itu harus terbukti secara nyata. Pembinaan PNS dengan cara melalui sistem karir
dan prestasi kerja diharapkan akan memperoleh hasil seorang pegawai negeri
yang berdedikasi tinggi, punya loyalitas besar dalam pelaksanaan tugas, serta
mampu menunjukkan prestasi kerja bagi tugas-tugas pelayanan publik yang prima
(Hemnro, 2005).
PNS memiliki 2 peran besar yaitu melaksanakan tugas-tugas negara termasuk
mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan serta
berusaha melayani kepentingan masyarakat termasuk memperlancar segala urusan
anggota masyarakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penetapan sasaran
yang tepat diperlukan agar setiap PNS dapat melaksanakan tugasnya dengan
sebaik-baiknya. Sasaran bagian kepegawaian yang dimaksud antara lain (Siagian,
1996):
1. Membantu para pegawai dalam pengembangan karir masing-masing
yang pada gilirannya menumbuhkan loyalitas karena merasa dibantu
oleh organisasi dalam meraih kemajuan dalam karirnya yang biasanya
mengurangi keinginan pindah ke tempat pekerjaan yang lain.
2. Tersedianya sekelompok pegawai yang memiliki potensi dan
kemampuan untuk dipromosikan di masa yang akan datang.
3. Membantu para pelatih mengidentifikasikan kebutuhan para pegawai
dalam pelatihan dan pengembangan tertentu.
4. Perbaikan dalam prestasi kerja, peningkatan loyalitas, dan penumbuhan
motivasi di kalangan para pegawai.
5. Meningkatkan produktivitas dan mutu kekaryaan para pegawai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Pola pikir masyarakat Indonesia yang berasumsi bekerja sebagai PNS
merupakan suatu citra diri yang tinggi menjadi salah satu penyebab banyaknya
jumlah pelamar PNS setiap tahunnya. Hal ini mungkin menjadi salah satu
motivasi bekerja sebagai seorang PNS. Pembagian golongan dan kenaikan jabatan
PNS yang berdasarkan tingkat pendidikan juga dapat menjadi penyebab
banyaknya pelamar yang berasal dari tingkat pendidikan tertentu. Data statistik
dari BKN pada Desember 2010 menyatakan jumlah angkatan kerja PNS di
Indonesia yang terbanyak adalah lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
dan sarjana Perguruan Tinggi (PT).
Perpaduan motivasi kerja yang selaras dengan kematangan karir di bidang
kerja yang digeluti tentunya akan meningkatkan prestasi kerja secara berkala.
Salah satu penelitian yang berkaitan dengan penelitian penulis adalah penelitian
Sayekti (2008) yang menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja karyawan.
Penelitian di atas merupakan salah satu bukti yang memperkuat teori adanya
hubungan antara motivasi kerja dan kematangan karir dengan prestasi kerja.
Karyawan yang memiliki motivasi kerja dan kematangan karir yang baik akan
memiliki prestasi kerja yang baik pula. Aspek motivasi kerja dan kematangan
karir tidak hanya memiliki hubungan, tetapi keduanya juga memiliki sejumlah
kontribusi bagi prestasi kerja. Kombinasi dari aspek-aspek motivasi kerja dan
kematangan karir secara bersama dapat menciptakan prestasi kerja yang optimal.
Semua penjelasan di atas mengindikasikan sejumlah informasi bahwa ada
hubungan antara motivasi kerja dan kematangan karir dengan prestasi kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
E. KERANGKA BERPIKIR
Bagan 1 Kerangka Berpikir
Setiap karyawan mempunyai sejumlah kebutuhan dalam hidupnya.
Kebutuhan ini akan terpenuhi dan menjadi dorongan atau motivasi dalam bekerja.
Bekerja membutuhkan kemampuan dan pengambilan keputusan yang didapat dari
kematangan karir. Motivasi kerja dan kematangan karir yang baik akan
berhubungan dengan prestasi kerja yang optimal. Selain itu baik motivasi kerja
dan kematangan karir masing-masing juga berhubungan dengan prestasi kerja.
F. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan antara motivasi kerja dan kematangan karir dengan prestasi
kerja pada karyawan kantor imigrasi Surakarta.
2. Ada hubungan antara motivasi kerja dengan prestasi kerja pada karyawan
kantor imigrasi Surakarta.
3. Ada hubungan antara kematangan karir dengan prestasi kerja pada
karyawan kantor imigrasi Surakarta
KEMATANGAN KARIR
MOTIVASI KERJA
PRESTASI KERJA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Variabel tergantung : Prestasi Kerja
2. Variabel bebas : Motivasi Kerja
Kematangan Karir
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Prestasi Kerja
Prestasi kerja adalah hasil yang dapat dicapai oleh seseorang di dalam
melakukan pekerjaan yang menjadi tugasnya dan segala hasil tersebut akan dinilai
oleh perusahaan ataupun atasannya setelah tenggang waktu tertentu dibandingkan
dengan berbagai kemungkinan misalnya standar, target atau sasaran atau kriteria
yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
Data rata-rata prestasi kerja karyawan diperoleh dengan metode dokumentasi
yaitu memakai data prestasi kerja yang telah dimiliki oleh kantor imigrasi
Surakarta, agar sesuai dengan karakteristik dan budaya instansi tersebut. Data
rata-rata prestasi kerja setiap karyawan didapatkan dari arsip bagian kepegawaian
kantor imigrasi Surakarta yang telah menyertakan surat bermeterai terkait
kerahasiaan data prestasi kerja tersebut. Data ini hanya digunakan untuk
membantu dalam proses analisis tetapi tidak dicantumkan dalam skripsi maupun
dipublikasikan dalam bentuk apapun. Data ini juga telah mendapat persetujuan
untuk digunakan dari pihak-pihak yang berkompeten.
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
2. Motivasi Kerja
Motivasi kerja adalah daya pendorong yang terdapat pada diri seorang
individu yang menjadi penyebab timbulnya semangat bekerja dalam rangka
pencapaian sebuah tujuan.
Skala motivasi kerja yang digunakan menggunakan dasar Hirarki kebutuhan
Maslow yang terdiri atas kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keamanan,
kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.
Semakin tinggi skor yang diperoleh responden maka motivasi kerja semakin
tinggi, begitu juga sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh responden
maka motivasi kerja semakin rendah.
3. Kematangan Karir
Kematangan karir adalah kesiapan kognitif dan afektif seorang individu untuk
membuat keputusan karir dengan informasi yang cukup dan sesuai dengan
usianya serta menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan perkembangan
karirnya.
Skala kematangan karir dinilai berdasarkan aspek penentu kematangan karir
yang dikemukakan oleh Pietrofesa dan Splete yang terdiri atas independensi, self
appraisal, global awareness, information exploration, decision making, planning
dan vocational developing.
Semakin tinggi skor yang diperoleh responden berarti semakin tinggi
kematangan karirnya, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh responden
berarti semakin rendah kematangan karir yang dimiliki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki yang
paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Sifat dari populasi ini adalah
adanya kesamaan masa kerja minimal 1 tahun dan merupakan karyawan tetap dari
kantor imigrasi Surakarta. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3)
digunakan sebagai dasar ukuran penilaian prestasi kerja karyawan pada kantor
imigrasi Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan kantor
imigrasi Surakarta yang berjumlah 60 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang
jumlahnya kurang dari jumlah populasi yang mempunyai paling sedikit satu sifat
yang sama juga menjadi cermin atau dapat mewakili populasi. Sampel penelitian
ini juga mempunyai satu sifat yang sama yaitu adanya kesamaan masa kerja
minimal 1 tahun dan merupakan karyawan tetap dari kantor imigrasi Surakarta.
Sehubungan dengan jumlah populasi yang terbatas, maka penelitian ini
menggunakan studi populasi sehingga sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
karyawan kantor imigrasi Surakarta yang berjumlah 60 orang yang didapatkan
dari arsip kepegawaian kantor imigrasi Surakarta yang bersifat rahasia.
D. Metode Pengumpulan Data
Sumber data untuk penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang
diperoleh dikumpulkan dari sumber pertama yaitu karyawan kantor imigrasi
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
skala Likert yang dimodifikasi. Skala Likert tergolong skala untuk orang dan pada
rancangan dasarnya disusun untuk mengukur sikap (Suryabrata, 2000).
Pada skala model Likert perangsangnya adalah pernyataan. Respons yang
diharapkan diberikan oleh subyek adalah taraf kesetujuan atau ketidaksetujuan
dalam variasi:
a. "sangat tidak setuju" (STS)
b. "tidak setuju" (TS)
c. "tidak tentu" (TT)
d. "setuju" (S)
e. "sangat setuju" (SS).
Peneliti dalam penelitian ini mengganti keterangan alternatif jawaban menjadi:
a. "sangat tidak sesuai" (STS)
b. "tidak sesuai " (TS)
c. "sesuai" (S)
d. "sangat sesuai" (SS)
Kategori respons dalam penelitian ini tidak mencantumkan “tidak tentu” untuk
mencegah subyek menjawab ragu-ragu. Pernyataan dalam model Likert ada yang
mendukung teori yang mendasari program yang dipersoalkan dan ada pula yang
tak mendukung teori yang mendasari hal yang dipersoalkan. Pernyataan yang
mendukung disebut pernyataan mendukung (favorable statement), dan yang tidak
mendukung disebut pernyataan tak mendukung (unfavorable statement). Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
satu perangkat alat ukur jumlah pernyataan mendukung dan pernyataan tak
mendukung itu harus seimbang, kalau mungkin dibuat sama (Suryabrata, 2000).
Skala yang digunakan memakai skala interval. Skor untuk pernyataan-
pernyataan tak mendukung adalah SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4. Skor untuk
pernyataan-pernyataan mendukung adalah SS = 4, S = 23, TS = 2, STS = 1.
1. Prestasi Kerja
Data nilai rata-rata prestasi kerja yang digunakan diperoleh dari dokumentasi
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) bagian kepegawaian kantor
imigrasi Surakarta yang bersifat rahasia.
2. Skala Motivasi Kerja
Skala ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi motivasi kerja berdasarkan
aspek kebutuhannya. Adapun blue print skala motivasi kerja ini adalah:
Tabel 1 Blue Print Skala Motivasi KerjaKonsep Dasar
Aspek Indikator Nomor AitemFavorable Unfavorable
Jumlah
Motivasi kerja adalah daya pendorong yang terdapat pada diri seorang individu yang menjadi penyebab timbulnya semangat bekerja dalam rangka pencapaian sebuah tujuan
Fisiologis PanganSandangPapan
2, 3,4,5,8,9
1,6,7,10 10
Keamanan JiwaHarta
11,14,15,17,20
12,13,16,18,19
10
Sosial PergaulanMemberiMenerima
21,22,25,26,28,30
23,24,27,29 10
Penghargaan PengakuanKehormatanWibawa
31,32,34,35,38,40
33,36,37,39 10
Aktualisasi Diri
PotensiPeran
41,44,45,46,47,48
42,43,49,50 10
Jumlah 29 21 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
3. Skala Kematangan Karir
Skala ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kematangan karir
berdasarkan aspek penentu karir.
Adapun blue print skala kematangan karir ini adalah:
Tabel 2 Blue Print Skala Kematangan KarirKonsep Dasar
Aspek Indikator Nomor AitemFavorable Unfavorable
Jumlah
Kematangan karir adalah kesiapan kognitif dan afektif seorang individu untuk membuat keputusan karir dengan informasi yang cukup dan sesuai dengan usianya serta menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan perkembangan karirnya.
Independensi
KebutuhanPersepsiHarapanKesempatan
2,3,6,7 1,4,5 7
Self appraisal
SubyektifObyektif
9,10,11,13,14 8,12, 7
Global awareness
AtasanRekanBagian kepegawaian
17,18,20 15,16,19,21 7
Information exploration
KarirKompensasiSpesifikasi
22,24,25 23,26,27,28 7
Decision making
PenyebabSolusiRisiko
29,33,34,35 30,31,32 7
Planning PribadiOrganisasi
38,40,41,42 36,37,39,43 8
Vocational developing
InternEkstern
44,45,48,49 46,47,50 7
Jumlah 27 23 50
E. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Pengujian validitas digunakan untuk mengetahui apakah skala psikologi yang
digunakan mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya
(Azwar, 1999). Prosedur validitas skala melalui pengujian isi skala dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
menganalisis secara rasional atau profesional judgement yang dikenal dengan
istilah validitas isi yang dapat dilakukan oleh pembimbing sebagai pihak yang
telah berkompeten.
Hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah seleksi aitem sebagai pengujian
validitas skala agar dicapai konsistensi aitem total. Prosedur pengujian konsistensi
aitem total akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total atau indeks daya
beda aitem. Pengujian konsistensi aitem secara teknis dilakukan dengan
menghitung koefisien korelasi antara skor subyek pada aitem yang bersangkutan
dengan skor total tes menggunakan formula corrected item total correlation.
Aitem dinyatakan valid jika nilai validitas di atas 0,291.
2. Reliabilitas
Reliabilitas sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil
ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. (Azwar, 1999). Uji
dilakukan dengan menggunakan formula Alpha Cronbach yaitu dengan membelah
aitem-aitem sebanyak dua atau tiga bagian, sehingga setiap belahan berisi aitem
dengan jumlah yang sama banyak. Pendekatan reliabilitas dengan melakukan
konsistensi internal yaitu penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali
saja pada sekelompok responden (single trial administration), sehingga masalah
yang mungkin timbul pada pendekatan r terulang dapat dihindari. Standar
reliabilitas berada pada nilai reliabilitas di atas 0,6.
Guna mempermudah penghitungan validitas dan reliabilitas dalam analisis
data ini dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik non parametrik yaitu analisis
regresi logistik biner yang diolah dengan bantuan program komputasi SPSS 16.0.
Analisis regresi logistik biner digunakan untuk menguji hubungan antara 1
variabel tergantung (skala nominal) yaitu prestasi kerja dengan 2 variabel bebas
(skala interval) yaitu motivasi kerja dan kematangan karir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah Penelitian
Kantor imigrasi kelas 1 Surakarta diresmikan pada tanggal 8 Agustus 1984
dengan wilayah kerja mencakup 7 kabupaten meliputi kota Surakarta, kabupaten
Wonogiri, kabupaten Sukoharjo, kabupaten Karanganyar, kabupaten Boyolali,
kabupaten Klaten dan kabupaten Sragen. Kantor imigrasi Surakarta memiliki 1
TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi) yaitu TPI udara Adi Sumarmo.
Kegiatan keimigrasian pada kantor imigrasi Surakarta lebih terfokus kepada
pelayanan keimigrasian seperti dalam hal pemberian SPRI (Surat Perjalanan
Republik Indonesia), pemberian izin tinggal dan perpanjangan izin tinggal. Kantor
imigrasi Surakarta juga melakukan pendekatan kepada masyarakat dalam rangka
mewujudkan good immigration services. Hal ini diwujudkan dengan membuat
website dengan nama [email protected] sehingga masyarakat dapat
dengan mudah mengakses informasi pelayanan imigrasi. Perolehan PNBP
(Penerimaan Negara Bukan Pajak) rata-rata diatas 1 milyar per tahun
menunjukkan bahwa kualitas kinerja kantor imigrasi Surakarta baik dan optimal.
Organisasi dan tata kerja kantor imigrasi diatur dalam Keputusan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.03.PR.07.04 tahun 1991, sedangkan
Undang-Undang Nomor 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian merupakan unifikasi
beberapa ketentuan yang berkaitan dengan keimigrasian. Kantor imigrasi
Surakarta memiliki 4 bagian yaitu:
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Sub Bagian Tata Usaha
2. Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian
3. Seksi Lalu-Lintas dan Status Keimigrasian
4. Seksi Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian
Bagan 2 Struktur Organisasi Kantor Imigrasi Surakarta
1. Sub Bagian Tata Usaha
Sub bagian tata usaha terdiri dari urusan kepegawaian, urusan keuangan, dan
urusan umum. Bagian ini berhubungan dengan pendistribusian surat (sistem
administrasi), seperti surat perintah, surat edaran, penomoran surat, surat
pengantar mengenai permohonan KITAS atau KITAP, juga mengurus
inventarisasi barang (seperti pembagian meja dan kursi), pemasukan data ke
dalam database komputer, melakukan pengetikan surat permohonan atau
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dokumen termasuk menyimpan surat-surat dan dokumen penting, serta membuat
laporan bulanan.
2. Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian
Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian memiliki 2 kegiatan pokok
keimigrasian yaitu:
1. Pengawasan Keimigrasian
Pengawasan keimigrasian dikakukan terhadap WNI dan orang asing dalam
hal:
a. Pemberian perizinan, terhadap WNI dan orang asing
b. Masuk dan keluar wilayah Indonesia baik WNI maupun orang asing
c. Keberadaan orang asing
d. Kegiatan orang asing
Pengawasan keimigrasian mencakup dua aspek kegiatan, yaitu:
a. Pengawasan administrasi adalah melakukan pemeriksaan dan
penelitian terhadap surat atau dokumen berupa surat perjalanan RI atau
surat perjalanan negara asing, surat rekomendasi instansi terkait, surat
sponsor, surat pernyataan, E/D Card, register, kartu pengawasan,
formulir, daftar penumpang, dan surat lain serta melakukan
pengelolaan data keimigrasian.
b. Pengawasan operasional, adalah melakukan kegiatan penyelidikan,
pengamanan, dan penggalangan. Penyelidikan dan pemantauan adalah
melakukan serangkaian kegiatan wawancara, interogasi, pengamatan,
pembuntutan, penyusupan, dan penggunaan informan dalam
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mendeteksi atau mengawasi sasaran, baik orang, benda maupun
bangunan.
2. Penindakan Keimigrasian
Tindakan berupa keharusan untuk berdiam pada suatu tempat tertentu,
larangan untuk berada di beberapa tempat tertentu, pengusiran, penolakan
masuk ke wilayah Indonesia dan pencegahan penangkalan (cekal). Segala
bentuk tindakan keimigrasian di luar tindakan hukum pidana atau penyidikan
adalah termasuk kategori tindakan keimigrasian. Menurut hukum
internasional bahwa tindakan keimigrasian antara lain deportasi, adalah bukan
tindakan hukum pidana dan hal ini berlaku universal di negara lain di dunia.
Setiap kegiatan atau tahapan tindakan keimigrasian memerlukan
landasan yuridis dan administrasi tindakan keimigrasian, antara lain berupa
format laporan kejadian, surat perintah dan keputusan tindakan berupa
pemanggilan, pemeriksaan, pengkarantinaan, pengusiran, surat perintah tugas,
laporan pelaksanaan tugas, berita acara, register, kode penomoran surat untuk
masing-masing tindakan. Sehingga pelaksanaan kegiatan tersebut, selain dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum sekaligus mencerminkan adanya
kelengkapan atau tertib administrasi untuk setiap tindakan yang telah
dilaksanakan.
3. Seksi Lalu Lintas dan Status Keimigrasian
Lalu lintas keimigrasian adalah suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan
keimigrasian di TPI dan pengelolaan SPRI maupun visa. TPI merupakan tempat
lalu lintas orang keluar masuk dari dan ke wilayah suatu negara dan SPRI adalah
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dokumen negara yang salah satu fungsinya sebagai dokumen perjalanan untuk
melewati batas wilayah suatu negara sedangkan visa merupakan izin tertulis
berupa cap dinas atau lembaran yang diterakan, dilekatkan, atau dilampirkan pada
surat perjalanan, memuat persetujuan bagi orang asing untuk masuk dan
melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia. Pengertian visa juga diperluas selain
berupa izin tertulis berbentuk cap dinas atau lembaran, adalah juga berupa kartu
biasa atau kartu elektronik.
4. Seksi Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian
Seksi Fosarkim menerima map yang berisi formulir permohonan paspor yang
telah diteliti dan diperiksa kelengkapannya di seksi Lalintuskim. Seksi Fosarkim
memberikan nomor file pada surat permohonan tersebut. Seksi ini sebagai tempat
penyimpanan file-file dan berkas-berkas serta data-data dari orang-orang yang
pernah membuat paspor. Setelah diberi nomor file pada surat permohonan paspor
tersebut, maka dilakukan pencatatan pada buku ekspedisi, yang akan diberikan
pada seksi Wasdakim.
Tugas dan Fungsi Imigrasi
1. Tugas imigrasi adalah melaksanakan tugas pokok Departemen Kehakiman
dan HAM RI di bidang keimigrasian sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar
wilayah RI dan pengawasan orang asing di wilayah RI.
3. Tugas keimigrasian mencakup:
a. Pemeriksaan lalu lintas orang (WNI dan WNA) di Tempat
Pemeriksaan Imigrasi (TPI)
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Pemberian Surat Perjalanan RI (paspor)
c. Pemberian/Perpanjangan izin Tinggal dan Mutasi WNA
d. Pengawasan Orang Asing
4. Dalam pelaksanaan tugasnya, Imigrasi mempunyai fungsi:
a. Pelayanan Masyarakat
b. Penegakan Hukum
c. Sekuriti Negara
2. Penentuan Responden
Responden dalam penelitian ini adalah karyawan kantor imigrasi Surakarta.
Cara penentuan responden penelitian adalah dengan mencari data pada arsip
kepegawaian kantor imigrasi Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh karyawan kantor imigrasi Surakarta. Berhubung jumlah karyawan kantor
imigrasi Surakarta yang terbatas hanya 60 orang, maka sampling tidak diperlukan
dan semuanya digunakan sebagai sampel penelitian. Hal tersebut menyebabkan
penelitian ini menjadi penelitian populasi.
3. Persiapan Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi yang
terdiri atas motivasi kerja dan kematangan karir serta prestasi kerja menggunakan
dokumentasi nilai rata-rata dari bagian kepegawaian kantor imigrasi Surakarta.
Kriteria validitas ditentukan dengan melihat nilai corrected item total correlation.
Kriteria reliabilitas diperoleh dengan melihat nilai reliabilitas alpha cronbach.
Perhitungan dan perincian selengkapnya mengenai uji validitas dan reliabilitas
dapat dilihat pada lampiran.
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Pelaksanaan Uji Coba
a. Prestasi Kerja
Sistem prestasi kerja di kantor imigrasi Surakarta ditetapkan berdasarkan
Pedoman dan Ketentuan Administrasi Kepegawaian yang ditetapkan oleh negara
bagi semua pegawai negeri sipil (PNS) di Indonesia yaitu Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan (DP3). Data rata-rata ukuran penilaian prestasi kerja tiap
karyawan yang digunakan diperoleh dari dokumentasi DP3 bagian kepegawaian
kantor imigrasi Surakarta yang bersifat rahasia. Data ini didapatkan setelah
penyerahan surat permohonan dengan meterai pada tanggal 30 September 2010.
Jumlah karyawan tetap sebanyak 60 orang. Data ini tidak dapat dicantumkan
dalam penelitian namun telah disahkan oleh pihak-pihak yang berkompeten yaitu
pihak kepegawaian kantor imigrasi Surakarta dan dosen pembimbing.
b. Skala Motivasi Kerja
Skala yang digunakan menggunakan dasar hirarki kebutuhan Maslow yang
terdiri atas kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan sosial,
kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Skala ini tediri atas
50 aitem dengan menggunakan model likert. Skala bergerak dari nilai 1 hingga 4
dan terdiri atas pernyataan favorable dan unfavorabel.
Uji coba dilaksanakan pada hari Kamis 23 September 2010. Skala dibagikan
kepada seluruh karyawan dengan bantuan bagian kepegawaian kantor imigrasi.
Pengambilan hasil data skala psikologi memakan waktu sekitar dua bulan
dikarenakan aktivitas padat masing-masing karyawan saat penelitian. Skala yang
kembali berjumlah 46 dari 60 yang dibagikan. Setelah uji coba aitem dilakukan
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
skoring. Nilai skala motivasi kerja bergerak dari 1 hingga 4 dengan
memperhatikan sifat favorabel dan unfavorabel. Data hasil skoring ditabulasikan
untuk dianalisis validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas dan reliabilitas aitem
skala motivasi kerja menggunakan perhitungan statistika dengan bantuan program
komputer SPSS versi 16.0.
c. Skala Kematangan Karir
Skala kematangan karir dinilai berdasarkan aspek penentu kematangan karir
yang dikemukakan oleh Pietrofesa dan Splete yang terdiri atas independensi, self
appraisal, global awareness, information exploration, decision making, planning
dan vocational developing. Skala ini tediri atas 50 aitem dengan menggunakan
model likert. Skala bergerak dari nilai 1 hingga 4 dan terdiri atas pernyataan
favorable dan unfavorabel.
Uji coba dilaksanakan pada hari Kamis 23 September 2010. Skala dibagikan
kepada seluruh karyawan dengan bantuan bagian kepegawaian kantor imigrasi.
Pengambilan hasil data skala psikologi memakan waktu sekitar dua bulan
dikarenakan aktivitas padat masing-masing karyawan saat penelitian. Skala yang
kembali berjumlah 46 dari 60 yang dibagikan. Setelah uji coba aitem dilakukan
skoring. Nilai skala kematangan karir bergerak dari 1 hingga 4 dengan
memperhatikan sifat favorabel dan unfavorabel. Data hasil skoring ditabulasikan
untuk dianalisis validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas dan reliabilitas aitem
skala kematangan karir menggunakan perhitungan statistika dengan bantuan
program komputer SPSS versi 16.0.
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Motivasi kerja
Berdasarkan uji validitas aitem skala motivasi kerja diperoleh 16 aitem yang
valid dengan koefisien validitas > 0,291 yaitu aitem nomor 2, 4, 9, 13, 22, 26, 27,
32, 33, 34, 38, 39, 44, 46, 48 dan 49 dan 34 aitem yang gugur dengan koefisien
validitas < 0,291 yaitu aitem nomor 1, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18,
19, 20, 21, 23, 24, 25, 28, 29, 30, 31, 35, 36, 37, 40, 41, 42, 43, 45, 47, dan 50 dari
50 aitem yang diujicobakan. Koefisien validitas skala motivasi kerja bergerak dari
0,292-0,690 dengan p < 0,05.
Tabel 3 Distribusi Skala Motivasi Kerja yang Valid dan GugurNo Komponen Nomor Aitem
Valid Gugur
Total
1 Fisiologis 2,4,9 1,3,5,6,7,8,10 10
2 Keamanan 13 11,12,14,15,16,17,18,19,20 10
3 Sosial 22,26,27 21,23,24,25,28,29,30 10
4 Penghargaan 32,33,34,38,39 31,35,36,37,40 10
5 Aktualisasi Diri 44,46,48,49 41,42,43,45,47,50 10
Jumlah 16 34 50
Dari 16 aitem yang valid mewakili setiap aspek motivasi kerja. Aspek
kebutuhan fisiologis terwakili oleh 3 aitem, aspek kebutuhan keamanan terwakili
oleh 1 aitem, aspek kebutuhan sosial terwakili oleh 3 aitem, aspek kebutuhan
penghargaan terwakili oleh 5 aitem dan aspek kebutuhan aktualisasi diri terwakili
oleh 4 aitem.
Berdasarkan analisis terhadap hasil uji coba skala motivasi kerja diperoleh
koefisien realibilitas sebesar 0,635 > 0,60. Perhitungan dan perincian
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
skala motivasi kerja dinyatakan valid dan reliabel yang selanjutnya dapat
dipergunakan sebagai alat ukur penelitian.
b. Kematangan Karir
Berdasarkan uji validitas aitem skala kematangan karir diperoleh 15 aitem
yang valid dengan koefisien validitas > 0,291 yaitu aitem nomor 5, 10, 14, 16, 20,
22, 24, 25, 34, 35, 36, 38, 39, 44, 48 dan 35 aitem yang gugur dengan koefisien
validitas < 0,291 yaitu aitem nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 19,
21, 23, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 37, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 47, 49, 50 dari 50
aitem yang diujicobakan. Koefisien validitas skala kematangan karir bergerak dari
0,293-0,588 dengan p < 0,05.
Tabel 4 Distribusi Skala Kematangan Karir yang Valid dan GugurNo Komponen Nomor Aitem
Valid GugurJumlah
1 Independensi 5 1,2,3,4,6,7 72 Self appraisal 10,14 8,9,11,12,13 73 Global awareness 16,20 14,15,17,18,19 74 Information
exploration22,24,25 23,26,27,28 7
5 Decision making 34,35 29,30,31,32,33 76 Planning 36,38 37,39,40,41,42,43 87 Vocational
developing44,48 45,46,47,49,50 7
Jumlah 14 36 50 Dari 15 aitem yang valid mewakili setiap aspek kematangan karir. Aspek
independensi terwakili oleh 1 aitem, aspek self appraisal terwakili oleh 2 aitem,
aspek global awareness terwakili oleh 2 aitem, aspek information exploration
terwakili oleh 3 aitem, aspek decision making terwakili oleh 2 aitem, aspek
planning terwakili oleh 2 aitem dan aspek vocational developing terwakili oleh 2
aitem.
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan analisis terhadap hasil uji coba skala kematangan karir diperoleh
koefisien realibilitas sebesar 0,625 > 0,60. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
skala kematangan karir dinyatakan valid dan reliabel yang selanjutnya dapat
dipergunakan sebagai alat ukur penelitian. Jumlah aitem gugur yang banyak serta
nilai reliabilitas yang mendekati nilai ambang batas disebabkan oleh beberapa hal
antara lain instrumen pengumpulan data dan proses pengisian data oleh responden
yang kurang efektif.
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan membagikan skala psikologi melalui bantuan
bagian kepegawaian kantor imigrasi Surakarta. Pengisian skala dilakukan
langsung oleh setiap karyawan. Pengambilan data memerlukan waktu sekitar dua
bulan dikarenakan aktivitas padat masing-masing karyawan saat penelitian. Skala
yang kembali berjumlah 46 dari 60 skala yang dibagikan. Peneliti selanjutnya
memberi nilai pada setiap aitem untuk diuji validitas dan reliabilitasnya.
Data penelitian yang telah terkumpul diskoring untuk keperluan analisis data.
Nilai skala motivasi kerja dan kematangan karir bergerak dari 1 hingga 4 dengan
memperhatikan sifat aitem antara favorabel dan unfavorabel. Pada setiap aitem
disediakan 4 alternatif jawaban dimana jika pernyataan favorabel maka SS (sangat
sesuai) bernilai 4, S (sesuai) bernilai 3, TS (tidak sesuai) bernilai 2 dan STS
(sangat tidak sesuai) bernilai 1, sedangkan jika pernyataan unfavorabel maka SS
(sangat sesuai) bernilai 1, S (sesuai) bernilai 2, TS (tidak sesuai) bernilai 3 dan
STS (sangat tidak sesuai) bernilai 4. Nilai total yang diperoleh subyek
ditabulasikan dan digunakan untuk analisis data. Berdasarkan data penelitian
74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diperoleh skor total masing-masing skala yang diperoleh subyek dapat dilihat
pada lampiran.
Berhubung jumlah karyawan yang terbatas, maka pelaksanaan penelitian
dengan mengunakan tryout terpakai yaitu pengambilan data dilakukan hanya
sekali untuk dipergunakan dalam dua kepentingan yaitu untuk uji validitas dan
reliabilitas serta uji hipotesis.
C. Hasil Analisis Data
Berhubung analisis data menggunakan statistik non parametrik maka tidak
diperlukan uji asumsi.
1. Descriptive Statistic
Pada tabel descriptive statistic dapat dilihat besarnya rata-rata empirik dan
standar deviasi masing-masing variabel. Hasil descriptive statistic dari data
prestasi kerja, motivasi kerja, dan kematangan karir dapat dilihat pada tabel di
bawah ini. Khusus untuk descriptive statistic dari data prestasi kerja, nilai
tertinggi dan terendah tidak dapat ditampilkan karena merupakan dokumen
rahasia dari bagian kepegawaian kantor imigrasi Surakarta. Data prestasi kerja ini
dapat dianalisis dengan izin tertulis bermeterai dan sudah disetujui oleh pihak
kepegawaian kantor imigrasi Surakarta dan juga pihak dosen pembimbing.
Tabel 5 Descriptive Statistic Prestasi KerjaDescriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
prestasi kerja 46 xx.00 xx.00 83.0000 1.78885
Valid N (listwise) 46
a. Prestasi Kerja
75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Data untuk mengungkapkan prestasi kerja karyawan kantor imigrasi Surakarta
diambil dari dokumen bagian kepegawaian. Setelah data terkumpul diperoleh skor
terendah dan skor tertinggi. Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata prestasi kerja
adalah 83 dengan standar deviasi 1,78. Semua karyawan kantor imigrasi Surakarta
masuk dalam kategori nilai prestasi kerja ”baik” menurut pedoman prestasi kerja
yang telah ada.
Salah satu syarat utama analisis data regresi logistik biner adalah variabel
tergantung dibuat dummy yang dalam penelitian ini adalah prestasi kerja. Prestasi
kerja akan dibuat dummy dalam kode 0 dan 1 dimana keduanya merupakan
alternatif. Alternatif yang digunakan adalah tingkat pendidikan dimana 0 adalah
prestasi kerja karyawan yang memiliki tingkat pendidikan maksimal sekolah
menengah atas dan 1 adalah kategori karyawan yang tingkat pendidikan melewati
perguruan tinggi. Dasar teori dari pembagian ini adalah setiap pegawai baru yang
dilantik atau diputuskan sebagai Pegawai Negeri Sipil atau PNS baik di
pemerintah pusat maupun daerah akan diberikan golongan dan pangkat sesuai
dengan tingkat pendidikan yang diakui melalui ijazah yang diperoleh dari sekolah
atau perguruan tinggi negeri dan/atau swasta yang telah diakreditasi dan/atau telah
mendapat izin penyelenggaraan dari Menteri yang bertanggung jawab dibidang
pendidikan nasional atau pejabat lain yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku berwenang menyelenggarakan pendidikan. Penggolongan
ini juga didukung oleh Rizal (2006) yang juga melakukan dummy tingkat
pendidikan dalam penelitiannya dalam dua kelompok yaitu:
1. Tingkat dasar dan atas:SD, SLTP, dan SMU sederajat diberi kode 0.
76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Tingkat perguruan tinggi:sarjana, sarjana muda dan ahli madya diberi kode 1.
Hariandja dalam Subawa dan Budiarta (2007) menyatakan bahwa tingkat
pendidikan seorang karyawan dapat meningkatkan daya saing perusahaan dan
memperbaiki produktivitas perusahaan.
Tabel 6 Descriptive Statistic Motivasi KerjaDescriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
motivasi kerja 46 112.00 154.00 1.3278E2 8.69205
Valid N (listwise) 46
b. Motivasi Kerja
Jumlah butir skala untuk mengungkapkan motivasi kerja karyawan kantor
imigrasi Surakarta sebanyak 50 aitem. Tiap butir memiliki skor terendah=1 dan
skor tertinggi=4. jadi skor akan bergerak dari 50 hingga 200. Skor rerata hipotetik
(50+200)/2=125. Setelah data terkumpul diperoleh skor terendah=112 dan skor
tertinggi=154. Nilai rata-rata motivasi kerja adalah 133 dengan standar deviasi
8,69. Disimpulkan bahwa skor rerata empirik lebih besar daripada skor rerata
hipotetik (133>125). Karyawan kantor imigrasi Surakarta yang mempunyai
motivasi kerja rata-rata ke atas lebih banyak dibandingkan dengan yang motivasi
kerjanya di bawah rata-rata.
Tabel 7 Descriptive Statistic Kematangan KarirDescriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
kematangan karir 46 120.00 157.00 1.3415E2 7.99157
Valid N (listwise) 46
c. Kematangan Karir
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jumlah butir skala untuk mengungkapkan kematangan karir karyawan
kantor imigrasi Surakarta sebanyak 50 aitem. Tiap butir memiliki skor terendah=1
dan skor tertinggi=4. jadi skor akan bergerak dari 50 hingga 200. Skor rerata
hipotetik (50+200)/2=125. Setelah data terkumpul diperoleh skor terendah=120
dan skor tertinggi=157. Nilai rata-rata kematangan karir adalah 134,5 dengan
standar deviasi 7,99. Disimpulkan bahwa skor rerata empirik lebih besar daripada
skor rerata hipotetik (134,5>125). Karyawan kantor imigrasi Surakarta yang
mempunyai kematangan karir rata-rata ke atas lebih banyak dibandingkan dengan
yang kematangan karirnya di bawah rata-rata.
2. Uji Hipotesis
Penelitian ini terdiri atas variabel bebas yang menggunakan skala interval dan
variabel tergantung menggunakan skala nominal sehingga digunakan metode
regresi logistik biner. Ghozali (2006) menyatakan regresi logistik biner
sebenarnya sama dengan analisis regresi berganda, hanya variabel terikatnya
merupakan variabel dummy (0 dan 1). Teknik statistik ini mempunyai syarat:
11. Variabel dependent harus merupakan variable dummy yang hanya punya dua
alternatif.
22. Variabel independent mempunyai skala data interval atau rasio.
Model persamaan regresi logistik biner dijelaskan sebagai berikut:
Y = βo + β1X1 + β2X2 + e
Keterangan:
Y : Prestasi Kerja
X1 : Motivasi Kerja
78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
X2 : Kematangan Karir
e : Error
Uji hipotesis dengan data berskala interval-nominal pada penelitian ini
menggunakan regresi logistik biner untuk memprediksi hubungan antara motivasi
kerja dan kematangan karir dengan prestasi kerja pada karyawan kantor imigrasi
Surakarta. Pengujian dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16.0. Hasil
output analisis data dengan regresi logistik biner dari interpretasi dalam Ghozali
(2006) akan dijabarkan di bawah ini.
Tabel 8 Hosmer and Lemeshow Test
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 6.728 7 .458
Uji ketepatan model regresi dilakukan dengan melihat nilai goodness of fit
test. Hipotesis yang diuji adalah:
Ho= model yang di hipotesakan fit dengan data
Ha= model yang di hipotesakan tidak fit dengan data
Model akan dinyatakan layak jika signifikansi di atas 0,05. Pengujian
menggunakan model Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Jika nilai
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test statistik sama dengan atau kurang
dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara
model dengan nilai observasinya. Model dinyatakan tidak baik karena tidak dapat
memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan
berarti model mampu memprediksikan nilai observasinya atau dapat dikatakan
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
model dapat ditemui karena cocok dengan observasinya. Hasil pada output
Hosmer and Lemeshow Goodness-of-Fit Test mengindikasikan bahwa Ho
diterima karena signifikansi lebih dari 0,05 (0,458 < 0,05). Berarti model
dinyatakan layak dan boleh diinterpretasikan.
Tabel 9 Omnibus Tests of Model Coefficients Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step .654 2 .721
Block .654 2 .721
Model .654 2 .721
Uji signifikansi untuk mengetahui hubungan variabel bebas (X1 dan X2)
secara bersama terhadap variabel tergantung (Y) dapat dilihat pada tabel Omnibus
Tests of Model Coefficients. Hasil dapat diinterpretasikan memiliki hubungan jika
nilai signifikasi di bawah 0,05. Berdasarkan output di atas, korelasi bersama X1
dan X2 thd Y didapat nilai signifikansi 0,721 > 0.05 berarti pada taraf signifikansi
5% secara bersama-sama motivasi kerja (X1) dan kematangan karir (X2) tidak
berhubungan dengan prestasi kerja (Y) pada karyawan kantor imigrasi Surakarta.
Tabel 10 Variables in the Equation
80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95.0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
mtvskrj .037 .050 .549 1 .459 1.038 .941 1.145
kmtgnkrr -.015 .066 .051 1 .822 .985 .866 1.121
Constant -1.444 2.298 .395 1 .530 .236
a. Variable(s) entered on step 1: mtvskrj, kmtgnkrr.
Hasil data pengujian model regresi logistik biner dengan variabel tergantung
prestasi kerja (Y) diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = -1,444 + 0,037 X1 + -0,015 X2 + e
(0,395) (0,549) (0,051)
Keterangan:
( ) = nilai Wald
Persamaan di atas dapat ditafsirkan bahwa nilai konstanta 1,444 dengan X1
hubungan positif ke Y dan X2 hubungan negatif ke Y dengan pengaruh X1 lebih
besar dari X2. Hal ini berarti motivasi kerja berhubungan secara positif dengan
prestasi kerja pada karyawan kantor imigrasi Surakarta sedang kematangan karir
berhubungan secara negatif dengan prestasi kerja pada karyawan kantor imigrasi
Surakarta. Pengaruh motivasi kerja lebih besar daripada kematangan karir
terhadap prestasi kerja pada karyawan kantor imigrasi Surakarta.
Uji koefisien regresi logistik biner digunakan untuk mengetahui signifikansi
pengaruh tiap variabel bebas terhadap variabel tergantung. Nilai Wald di bawah
81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
0,05 menunjukkan adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung.
Berdasarkan tabel di atas nilai Wald motivasi kerja adalah 0,549 > 0.05 berarti
pada taraf signifikansi 5% motivasi kerja tidak berpengaruh terhadap prestasi
kerja pada karyawan kantor imigrasi Surakarta. Nilai Wald kematangan karir
adalah 0,051 > 0.05 berarti pada taraf signifikansi 5% kematangan karir tidak
berpengaruh dengan prestasi kerja pada karyawan kantor imigrasi Surakarta.
Kolom signifikansi juga menyatakan bahwa hasilnya tidak signifikan pada taraf
signifikansi 5%.
Uji Exp (B) digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi tiap variabel
bebas terhadap variabel tergantung. Berdasarkan nilai Exp (B) pada tabel di atas
maka besarnya kontribusi motivasi kerja lebih besar dari kematangan karir (1,038
> 0,985) pada karyawan kantor imigrasi Surakarta.
Tabel 11 Model SummaryModel Summary
Step-2 Log
likelihoodCox & Snell R
SquareNagelkerke R
Square
1 61.717a .014 .019
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Uji koefisien determinan regresi logistik digunakan untuk mengetahui
besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel tergantung. Tabel di atas
menunjukkan koefisien determinan regresi logistik sebesar 0,019 sehingga dapat
dikatakan kontribusi variabel motivasi kerja dan kematangan karir terhadap
prestasi kerja pada karyawan kantor imigrasi Surakarta adalah sebesar 1,9%.
Sisanya (100%-1,9%%=98,1%) dijelaskan oleh faktor lain. Nilai Nagelkerke R
82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Square dapat diinterpretasikan seperti R Squared pada analisis regresi ganda.
Berdasarkan tabel di atas nilai R Squared sebesar 0,019 sehingga nilai R= 019,0
yaitu 0,1378. Jadi nilai korelasi motivasi kerja dan kematangan karir dengan
prestasi kerja pada karyawan imigrasi Surakarta sebesar 0,1378.
Tabel 12 Classification Tabel
Classification Tablea
Observed
Predicted
prestasi kerja
0 1Percentage
Correct
Step 1 prestasi kerja 0 25 2 92.6
1 19 0 .0
Overall Percentage 54.3
a. The cut value is .500
Tabel di atas memperlihatkan bahwa ketepatan prediksi dalam penelitian ini
adalah sebesar 54,3%.
D. Pembahasan
1. Korelasi antara Motivasi Kerja, Kematangan Karir, dan Prestasi Kerja
pada Karyawan Kantor Imigrasi Surakarta
Penelitian ini menguji hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara
motivasi kerja, kematangan karir, dan prestasi kerja pada karyawan kantor
imigrasi Surakarta. Pengujian hipotesis ini menggunakan analisis regresi logistik
biner dengan bantuan SPSS versi 16.0. Hasil pada output Hosmer and Lemeshow
Goodness-of-Fit Test mengindikasikan bahwa Ho diterima karena signifikansi
83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lebih dari 0,05 (0,458 < 0,05). Berarti model dinyatakan layak dan boleh
diinterpretasikan.
Berdasarkan output Omnibus Tests of Model Coefficients, korelasi bersama X1
dan X2 thd Y didapat nilai signifikansi 0,721 > 0,05 berarti pada taraf signifikansi
5% secara bersama-sama motivasi kerja (X1) dan kematangan karir (X2) tidak
berhubungan dengan prestasi kerja (Y) pada karyawan kantor imigrasi Surakarta.
Nilai korelasi motivasi kerja dan kematangan karir dengan prestasi kerja pada
karyawan kantor imigrasi Surakarta dari akar Nagelkerke R Square yaitu sebesar
0,1378 dimana berarti hubungan bersifat positif dan lemah.
Hasil di atas dapat diartikan dalam 2 interpretasi. Jika skor motivasi kerja naik
diikuti oleh kenaikan skor kematangan karir, maka prestasi kerja cenderung naik
atau positif. Sebaliknya jika skor motivasi kerja turun diikuti oleh penurunan skor
kematangan karir, maka prestasi kerja cenderung turun atau negatif. Hasil ini
didukung oleh sejumlah teori diantaranya dari Utomo dan Hermawan (2000) yang
mengutip SE. BAKN No. 02/SE/1980 bagian III poin 1 tertulis unsur-unsur dari
penilaian pelaksanaan pekerjaan seorang pegawai adalah kesetiaan, prestasi kerja,
tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerja sama, prakarsa dan kepemimpinan.
Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang secara nyata dapat dicapai oleh
seorang PNS dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Prestasi
kerja tersebut akan dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman, dan
kesungguhan PNS yang bersangkutan. Teori tersebut menunjukan bahwa motivasi
kerja dan kematangan karir berhubungan secara tidak langsung dalam penilaian
84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
prestasi kerja PNS dimana kantor imigrasi Surakarta memiliki pedoman dasar
penilaian yang sama yaitu DP3.
Nilai koefisien determinan regresi logistik sebesar 0.019 sehingga dapat
dikatakan kontribusi variabel motivasi kerja dan kematangan karir terhadap
prestasi kerja pada karyawan kantor imigrasi Surakarta adalah sebesar 1,9%.
Sisanya (100%-1,9%%=98,1%) dijelaskan oleh faktor lain.
Menurut Tulus dalam Ariyani (2009), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi kerja (produktivitas) adalah tingkat pendidikan dan keterampilan (diklat),
teknologi, pengalaman, etika, semangat kerja, tingkat penghasilan, motivasi gizi
dan tingkat kesehatan, manajemen, sarana produksi, kesempatan berprestasi,
jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja. Sejumlah teori di atas menyatakan
terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hubungan motivasi kerja, kematangan
karir, dan prestasi kerja pada karyawan kantor imigrasi Surakarta.
2. Korelasi antara Motivasi Kerja dengan Prestasi Kerja pada Karyawan
Kantor Imigrasi Surakarta
Pengujian hubungan motivasi kerja terhadap prestasi kerja pada karyawan
kantor imigrasi Surakarta menunjukkan nilai Wald motivasi kerja adalah 0,549 >
0.05. Hal ini berarti pada taraf signifikansi 5% motivasi kerja tidak berpengaruh
terhadap prestasi kerja pada karyawan kantor imigrasi Surakarta Berdasarkan nilai
Exp(B) maka besarnya kontribusi motivasi kerja lebih besar dari kematangan karir
pada karyawan kantor imigrasi Surakarta.
Hasil positif menyatakan jika skor motivasi kerja naik maka prestasi kerja
cenderung naik atau positif. Sebaliknya jika skor motivasi kerja turun maka
85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
prestasi kerja cenderung turun atau negatif. Selain itu motivasi kerja lebih banyak
berperan daripada kematangan karir.
Hal ini dapat terjadi karena kenaikan pangkat sebagai PNS ditentukan oleh
masa kerja sehingga menjadi motivasi karyawan untuk terus bekerja sebagai PNS.
Pernyataan ini sesuai dengan salah satu syarat untuk kenaikan pangkat
sebagaimana yang disebutkan dalam PP No.3/1980, dan SE BAKN No.
05/SE/1980 pasal 8 hurup (a) dalam Utomo dan Hermawan (2000) bahwa:
Kenaikan pangkat reguler kedalam pangkat yang setingkat lebih tinggi dapat diberikan kepada PNS apabila telah empat tahun dalam pangkat yang dimilikinya dan setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya bernilai baik dalam tahun terakhir.
Hal ini menggambarkan karyawan yang memiliki motivasi kerja tinggi hingga
mencapai masa kerja yang ditentukan akan mendapat kenaikan pangkat. Menurut
jurnal Margono (2005) masa kerja memiliki pengaruh yang paling dominan dan
signifikan terhadap produktivitas yang secara langsung berdampak pada prestasi
kerja hingga pada akhirnya memenuhi syarat kedua dalam penilaian pelaksanaan
pekerjaan.
Motivasi kerja karyawan dipengaruhi oleh banyak hal. Banyak permasalahan
yang timbul akibat motivasi kerja dalam dunia kerja. Menurut Hartari (2007)
permasalahan yang menyebabkan motivasi kerja kurang berperan antara lain
adanya perbedaan bagian basah dan kering sehingga pada bagian yang dianggap
kering kurang memiliki motivasi kerja, adanya perbedaan beban pekerjaan antara
pegawai satu dengan pegawai lainnya, pemberian insentif yang dinilai tidak
merata oleh sebagian pegawai, dan lain sebagainya.
86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Secara garis besar perbedaan yang diberlakukan antar karyawan yang tidak
pada tempatnya membuat motivasi karyawan menurun. Menurut Simamora dalam
Kusuma dan Wahyuddin (2004) karyawan termotivasi untuk bekerja manakala
mereka merasa bahwa imbalan didistribusikan secara adil. Keadilan dapat
diartikan sebagai keseimbangan antara masukan-masukan yang dibawa masuk
oleh karyawan ke dalam sebuah pekerjaan dengan hasil-hasil yang diperolehnya
dari pekerjaan tersebut. Masukan-masukan karyawan meliputi:pengalaman,
pendidikan, keahlian-keahlian khusus, upaya dan waktu kerja. Keluaran-
keluarannya adalah gaji, tunjangan pencapaian, pengakuan, dan imbalan-imbalan
lainnya. Persepsi keadilan karyawan saat mereka menerima kompensasi dari
perusahaan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu rasio kompensasi terhadap masukan
upaya, pendidikan, pelatihan, ketahanan akankondisi kerja yang merugikan dan
perbandingan rasio ini dengan rasio-rasio yang dirasakan oleh karyawan lain.
Upaya untuk dapat mengefektifkan peran motivasi kerja dapat dilakukan
dalam berbagai cara sesuai dengan karakter dan kondisi tempat kerja masing-
masing. Menurut Armstrong dalam Djati (1999) menyatakan motivasi dapat
efektif bila:
1. Memahami proses motivasi, model kebutuhan, sasaran tindakan dan
pengaruh pengalaman dan harapan
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi, pola kebutuhan
yang mendorong kearah sasaran dan keadaan dimana kebutuhan tersebut ke arah
sasaran dan keadaan dimana kebutuhan tersebut terpenuhi atau tidak terpenuhi
87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Mengetahui bahwa motivasi tidak dapat dicapai hanya dengan menciptakan
perasaanpuas, karena banyak perasaan puas dapat menimbulkan perasaan puas
diri dan kelambanan.
4. Memahami bahwa disamping semua faktor diatas ada hubungan yang
kompleks antaramotivasi dan prestasi kerja.
3. Korelasi antara Kematangan Karir dengan Prestasi Kerja pada Karyawan
Kantor Imigrasi Surakarta
Pengujian hubungan kematangan karir terhadap prestasi kerja pada karyawan
kantor imigrasi Surakarta menunjukkan nilai Wald kematangan karir adalah 0,051
> 0.05. Hal ini berarti pada taraf signifikansi 5% kematangan karir tidak
berpengaruh dengan prestasi kerja pada karyawan kantor imigrasi Surakarta.
Berdasarkan nilai Exp (B) maka besarnya kontribusi kematangan karir lebih kecil
dari motivasi kerja (0,985 < 1,038).
Hasil negatif menyatakan jika skor kematangan karir naik maka prestasi kerja
cenderung turun atau negatif. Sebaliknya jika skor kematangan karir turun maka
prestasi kerja cenderung naik atau positif. Selain itu kematangan karir lebih
sedikit berperan daripada kematangan karir.
Kematangan karir setiap karyawan ditentukan oleh banyaknya pembelajaran
dan pengalaman yang secara tidak langsung dipengaruhi tingkat pendidikan.
Tingkat pendidikan karyawan hanya digunakan sebagai pedoman golongan
pertama ketika PNS diangkat pertama kali dan sejauh mana golongan yang dapat
diraih. Hal ini menjelaskan kontribusi kematangan karir lebih kecil daripada
motivasi kerja.
88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Perencanaan karir ditingkat organisasi harus bisa diselaraskan dengan
perencanaan karir ditingkat individu pegawai. Hal ini bertujuan agar setiap
karyawan merasa bahwa jalur karirnya untuk masa depan dapat terealisasi di
tempat kerja tersebut. Pengetahuan mengenai sistem karir dan persyaratan yang
jelas ditunjang penilaian yang adil akan meningkatkan prestasi kerja.
Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kematangan karir
karyawan adalah dengan mutasi. Menurut Hasibuan dalam Mahmoda (2003),
mutasi adalah satu perubahan posisi atau jabatan atau tempat atau pekerjaan yang
dilakukan baik secara horizontal maupun vertikal (promosi atau demosi) dalam
suatu organisasi. Prinsip mutasi adalah memutasikan karyawan kepada posisi
yang tepat dan pekerjaan yang sesuai, agar semangat dan produktivitasnya
kerjanya meningkat, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
kerja.
Sukardi dalam Jamilah (2005) menambahkan karir seseorang bukanlah hanya
sekedar pekerjaan apa yang telah dijabatnya, melainkan suatu pekerjaan atau
jabatan yang benar-benar sesuai dan cocok dengan potensi-potensi diri dari orang-
orang yang menjabatnya sehingga setiap orang yang memegang pekerjaan yang
dijabatnya itu akan merasa senang untuk menjabatnya dan kemudian mereka akan
berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan prestasinya, mengembangkan
potensi dirinya, lingkungannya serta sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
menunjang pekerjaan yang sedang dijabatnya.
4. Keterbatasan Penelitian
89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penelitian ini telah dikerjakan semaksimal mungkin, meskipun demikian
terdapat sejumlah keterbatasan antara lain:
a. Keterampilan pengerjaan sebatas kemampuan dan pengetahuan peneliti.
b. Kerahasiaan beberapa data sehingga tidak bisa ditampilkan dalam
laporan.
c. Kualitas instrumen pengambilan data yang kurang sempurna.
d. Pengisian skala oleh responden kurang efektif karena banyak kesibukan.
Menurut Widhiarso (2011) hasil uji statistik tidak signifikan dikarenakan
sejumlah faktor antara lain:
1. Adanya Outliers
Outliers adalah data yang aneh karena salah dalam mengentri data, individu
yang memang unik atau berbeda dengan kebanyakan. Akibat dari outlier ini error
standar akan meningkat. Signifikansi berbanding terbalik dengan error standar,
jadi semakin besar error standar semakin kecil peluang untuk mendapatkan hasil
yang signifikan.
2. Model yang tidak Sesuai
Model yang tidak sesuai dengan data akan mengakibatkan hubungan antar dua
variabel tidak signifikan. Misalnya data yang bersifat kuadratik menggunakan
model linier maka hasilnya tidak akan signifikan. Untuk mengatasi ini ada dua
cara yaitu menggunakan model non-linier atau memotong data berdasarkan skor
tertentu.
3. Ukuran Sampel Kecil
90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ukuran sampel sedikit, maka hasil uji statistik tidak menemukan hubungan
yang signifikan. Ukuran sampel banyak, maka hasil analisis menemukan
hubungan yang signifikan. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran sampel yang
dipakai semakin kecil nilai kritis yang dipakai acuan.
4. Pengaruh Variabel Intervening
Hubungan antar variabel dapat dipengaruhi berbagai faktor dan tiap individu
akan memiliki perbedaan yang kompleks. Variabel di luar yang diteliti menjadi
penyebab hasil yang tidak signifikan.
5. Prasyarat Analisis yang Tidak Dipatuhi
Setiap metode analisis data selalu mensyaratkan berbagai ketentuan sebelum
dapat digunakan. Pemilihan metode analisis data yang tidak sesuai prasyarat dapat
menyebabkan hasil tidak signifikan.
6. Perbedaan Konteks
Banyak konteks yang bisa mempengaruhi signifikan tidaknya hasil uji
statistik. Karakteristik sampel, variabel yang diteliiti, level atau kategori skor, atau
desain penelitian sangat mempengaruhi hasil uji statistik yang dilakukan.
7. Alat Ukur yang Kurang Valid dan Reliabel
Kualitas alat ukur melalui pengujian validitas dan reliabilitas sangat penting
agar hasil yang didapat signifikan.
8. Penyebab Lain
Ada banyak faktor yang menyebabkan uji statistik tidak signifikan. Selain
kurang tepatnya penggunaaan uji statistik, masalah data, sampel, desain penelitian
juga masih menyisahkan banyak hal jika dieksplorasi lebih lanjut.
91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Hasil analisis data dengan regresi logistik biner pada output Omnibus
Tests of Model Coefficients menunjukkan korelasi bersama X1 dan X2 thd
Y didapat nilai signifikansi 0,721 > 0,05 berarti pada taraf signifikansi 5%
secara bersama-sama motivasi kerja (X1) dan kematangan karir (X2) tidak
berhubungan dengan prestasi kerja (Y) pada karyawan kantor imigrasi
Surakarta. Nilai koefisien determinan regresi logistik sebesar 0,019 berarti
kontribusi variabel motivasi kerja dan kematangan karir terhadap prestasi
kerja pada karyawan kantor imigrasi Surakarta adalah sebesar 1,9%.
Sisanya (100%-1,9%%=98,1%) dijelaskan oleh faktor lain. Nilai korelasi
motivasi kerja dan kematangan karir dengan prestasi kerja pada karyawan
kantor imigrasi Surakarta dari akar Nagelkerke R Square yaitu sebesar
0,1378. Hasil positif berarti semakin tinggi motivasi kerja dan kematangan
karir maka prestasi kerja ikut tinggi. Sebaliknya semakin rendah motivasi
kerja dan kematangan karir maka prestasi kerja ikut rendah.
2. Pengujian hubungan motivasi kerja terhadap prestasi kerja pada karyawan
kantor imigrasi Surakarta menunjukkan nilai Wald motivasi kerja adalah
0,549 > 0.05. Hal ini berarti pada taraf signifikansi 5% motivasi kerja
tidak berpengaruh terhadap prestasi kerja pada karyawan kantor imigrasi
Surakarta Berdasarkan nilai Exp(B) maka besarnya kontribusi motivasi
kerja lebih besar dari kematangan karir pada karyawan kantor imigrasi
92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Surakarta. Hasil positif menyatakan jika skor motivasi kerja naik maka
prestasi kerja cenderung naik atau positif, sebaliknya
93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
jika skor motivasi kerja turun maka prestasi kerja cenderung turun atau negatif.
Selain itu motivasi kerja lebih banyak berperan daripada kematangan karir.
3. Pengujian hubungan kematangan karir terhadap prestasi kerja pada
karyawan kantor imigrasi Surakarta menunjukkan nilai Wald kematangan karir
adalah 0,051 > 0.05. Hal ini berarti pada taraf signifikansi 5% kematangan karir
tidak berpengaruh dengan prestasi kerja pada karyawan kantor imigrasi Surakarta.
Berdasarkan nilai Exp (B) maka besarnya kontribusi kematangan karir lebih kecil
dari motivasi kerja. Hasil negatif menyatakan jika skor kematangan karir naik
maka prestasi kerja cenderung turun atau negatif. Sebaliknya jika skor
kematangan karir turun maka prestasi kerja cenderung naik atau positif. Selain itu
kematangan karir lebih sedikit berperan daripada kematangan karir.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran dari penulis diantaranya:
1. Pihak Karyawan Kantor Imigrasi Surakarta
a. Nilai rata-rata motivasi kerja berkisar pada angka 133 sehingga dapat
dikatakan motivasi kerja karyawan kantor imigrasi Surakarta rata-rata
cukup tinggi sehingga perlu ditingkatkan lagi agar mampu bertahan
menghadapi tantangan kerja.
b. Nilai rata-rata kematangan karir berkisar pada angka 134,5 sehingga dapat
dikatakan kematangan karir karyawan kantor imigrasi Surakarta rata-rata
cukup tinggi sehingga perlu didukung pelatihan yang efektif agar
membantu dalam perkembangan karir setiap karyawan kantor imigrasi
Surakarta.
93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Pihak Kepegawaian Kantor Imigrasi Surakarta
a. Nilai rata-rata prestasi kerja berkisar pada angka 83 sehingga dapat
dikatakan prestasi kerja karyawan kantor imigrasi Surakarta rata-rata
cukup tinggi sehingga perlu diselaraskan profesionalitas kerja antar
karyawan kantor imigrasi Surakarta.
b. Perkembangan kota Solo yang pesat akan memerlukan pelayanan prima
senantiasa dalam wujud tingginya motivasi kerja dan kematangan karir
agar meraih visi misi kantor imigrasi Surakarta.
3. Pihak Calon Pegawai Negeri Sipil
a. Motivasi kerja dan kematangan karir yang tinggi diperlukan bagi calon
karyawan karena selaras dengan standar yang diterapkan kantor imigrasi
Surakarta dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat
Surakarta.
b. Pembelajaran karyawan melalui pengalaman bekerja menjadi salah satu
faktor untuk meraih prestasi kerja yang optimal di kantor imigrasi
Surakarta.
4. Pihak Calon Peneliti
a. Pemilihan waktu pelaksanaan penelitian ditentukan dengan melihat
kondisi dan lingkungan kerja kantor imigrasi Surakarta.
b. Pengambilan data penelitian tergantung pada izin data yang dapat diambil
dan diinterpretasikan dari arsip kepegawaian kantor imigrasi Surakarta.
94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Arief, M.Idris.2006. Pengembangan Ekonomi Rakyat.www.Ekofeum Online.com
Azwar, Saifuddin.1999.Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
BKN.2010. Distribusi PNS/CPNS Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Mei 2010. http://www.bkn.go.id/in/profil/unit-kerja/inka/ direktorat -pengolahan-data/profil-statistik-pns/distribusi-pengadaan-pnscpns-formasi-berdasarkan-tingkat-pendidikan-dan-jenis-kelamin.html.Diakses 26 Juli2011
Choyimah, 2005.Pengaruh Pengembangan Pegawai terhadap Prestasi Kerja Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Semarang. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/ collect/skripsi/archives/HASH01b0/ce300efd.dir/doc.pdf
Dermantio, Edu dan Furqon, Nur Ahmad Azizul.2009. Hubungan Antara Motivasi Kerja dengan Prestasi Kerja Karyawan di Jurnal Bogor.http://kolokiumkpmipb.wordpress.com/2009/04/03/hubungan-antara motivasi-kerja-dengan-prestasi-kerja-karyawan-di-jurnal-bogor
Dewi, Anak Agung Sagung Kartika.2006. Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Karyawan (Suatu Kajian Teori). Buletin Studi Ekonomi Volume 11 Nomor 1 Tahun 2006.Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana, Denpasar
Djati, Sundring Pantja.1999. Pengaruh Variabel-Variabel Motivasi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Karyawan pada Industri Rumah Tangga di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 1, No. 1, September 1999 : 22 – 35 Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra.http://puslit.petra.ac.id/journals/management
Flippo.Edwin B.1996.Manajemen Personalia Jilid I. Jakarta:Erlangga
Ghozali, Imam.2006.Statistik Non Parametrik Teori dan Aplikasi dengan Program SPSS.Semarang:Badan Penerbit UNDIP
Ginting, Eka Danta Jaya.2004.Peranan Organisasi Pembelajaran dalam Meningkatkan Kompetisi Kerja. http://library.usu.ac.id/download/fk/ psikologi-eka2.pdf.©2004 Digitized by USU digital library
Gomes, Faustino Cardoso.2003.Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi 2. Yogyakarta:Andi Offset
Hadi, Sutrisno.2004.Statistik Jilid 2.Yogyakarta:Andi Offset
Handoko, Hani.1994.Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia Edisi 2.Yogyakarta:BPFE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hartari, Esti.2007. Pengaruh Komunikasi Internal, Budaya Organisasi dan Reward Terhadap Motivasi Kerja di Kantor Pelayanan Pajak Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/805/1/Jurnal_Daya_Saing_2_5.pdf hal. 1-7
Hemnro.2005.Analisis Pengaruh Pelatihan, Pendidikan dan Pembinaan Karyawan terhadap Kinerja Pegawai Kantor Sekretariat Kabupaten Sorong.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas A1 Amin Sorong Papua.Jurnal Aplikasi Manajemen Volume 3 Nomor 2 Agustus 2005. http://www.scribd.com/doc/20494308/ faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja
Ingarianti, Tri Muji.2009. Hubungan Antara Adversity Quotient dengan Kematangan Karir pada Remaja.Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang. http://publikasi.umm.ac.id/files/disk1/6/jiptumm dppm-gdl-trimujiing-264-1-adversit-t.pdf
Irianto, Jusuf.2001.Tema-Tema Pokok Manajemen Sumber Daya Manusia.Jawa Timur:Insan Cendekia
Jimad, Habibullah dan Apriyani, Iin.2009. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Bagian Pelayanan pada Dinas Kependudukan Kota Bandar Lampung.Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 5 No.3 Hal. 235-348 Mei 2009 Bandarlampung.http://lemlit.unila.ac.id/file/arsip%202010./JBM/JBM % 20 Mei%202009.pdf
Kartadinata, dkk.2002.Bimbingan di Sekolah Dasar.Bandung:CV Maulana
Kusuma, Dewi P.A. dan Wahyuddin M.2004.Pengaruh Motivasi Karyawan, PPKP, dan Persepsi Keadilan atas Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/826/1/Artikel_1_Dewi_P,_2.pdf.Diakses 7 Oktober 2008
Kusumawarni, Dwi.2007. Pengaruh Semangat dan Disiplin Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Kudus.Jurusan:Manajemen Ekonomi.Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/ archives/HASH3fbd/2c5dd1a4.dir/doc.pdf
Lilik, Salmah.2004.Hubungan Motivasi berprestasi, kemandirian, dan Penyesuaian Diri Terhadap Prestasi Kerja karyawan Universitas Sebelas Maret Surakarta.Dwija Wacana Jilid 5 Nomor 2 November 2004 hal. 93-105
Mangkuprawira, Sjafri.2002.Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta:Ghalia Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Martoyo, Susilo.1990.Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi 2. Yogyakarta:BPFE
Ngadimin dan Wahyuddin M.2007. Rekruitmen, Dekruitmen, Pengembangan Karir dan Kompensasi Perannya Terhadap Motivasi Kerja di PT Delta Merlin Dunia Textil Karanganyar. http://eprints.ums.ac.id/793/1/Jurnal_ Daya_Saing_3_1.pdf hal. 1-9
Oktafiyani, Yuyun.2009. Pengaruh Pendidikan dan Masa Kerja terhadap Kedisiplinan Karyawan di SMK Muhamadiyah Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Panggabean, Mutiara S.2002.Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta:Ghalia Indonesia
Partino,HR.2006.Kematangan Karir Siswa SMA.Psikologika Nomor 21 Tahun XI Januari 2006
Prasetyo, Edhi dan Wahyuddin, M.2005.Pengaruh Kepuasan dan Motivasi Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Riyadi Palace Hotel di Surakarta.Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Priyatama, Aditya Nanda.2008.Efektivitas Pelatihan Motivasi Intrinsik Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan.Indigenous Volume 10 No. 1 Mei 2008
Rahayu, Wening Patmi.2005. Pengaruh Kuantitas & Kualitas Kerja terhadap Kompensasi dan Kepuasan Kerja Karyawan pada PT Sasana Artha Finance (SAF) Cabang Malang.Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 3, Nomor 3, Desember 2005. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/3305222227.pdf
Ramdhani, Neila dan Helmi Avin Fadilla.2004.Pelatihan Pengembangan Karir Pribadi untuk Meningkatkan Daya Saing Lulusan Perguruan Tinggi.Psikologi UGM. http://neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wpcontent/ uploads/2009/08/pengembangan-karir.pdf.Diakses 11 Januari 2006
Ranupandojo, Heidjrachman dan Husnan, Suad.1990.Manajemen Personalia Edisi Keempat.Yogyakarta:BPFE
Rizal, Muhammad.2006.Keputusan Migrasi Sirkuler Pekerja Sektor Formal di Kota Medan. JSB Vol. 11 No. 3, DESEMBER 2006: 249 – 258.Universitas NegeriMedan.http://journal.uii.ac.id/index.php/JSB/article/viewFile/237/233.Diakses 21 Juli 2011
Samsudin, Sadili.2005.Manajemen Sumber Daya Manusia.Pustaka Setia:Bandung
Sarbini, Wono dan Surachman, Fuad Achmadi.2008. Pengaruh Sistem Penilaian Kinerja dan Keterbukaan Nilai Kinerja Terhadap Motivasi Kerja (Kasus Pekerja Bottom Line di Perusahaan Rokok PT. ”G”). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol.10, no. 1, Maret 2008 hal. 18-29.Jurusan Ekonomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra.http://www. petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=MAN
Sariyathi, Ni Ketut.Prestasi Kerja Karyawan (Suatu Kajian Teori). Buletin Studi Ekonomi Volume 12 Nomor 1 Tahun 2007 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana, Denpasar
Sastrohadiwiryo, Siswanto.2002.Manajemen Tenaga Kerja Indonesia.Jakarta:PT Bumi Aksara
Siagian, Sondang P.1996.Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta:Bumi Aksara
Sihotang, Imelda Novelina.2004. Burnout Pada Karyawan Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis Dan Jenis Kelamin (Employees’ Burnout in Relation to Perception toward Psychological Work Environment and Sex). Jurnal PSYCHE 11 Vol. 1 No. 1, Juli 2004.Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang. http://psikologi.binadarma.ac.id/ jurnal/jurnal_imelda.pdf
Sirumapea, Lely Piatric, Nurtjahjanti, Harlina, A. P., Nofiar.2008. Hubungan Antara Persepsi Karyawan Terhadap Konflik Peran Dengan Perilaku Keanggotaan Organisasi Pada Karyawan PT. BRI Palangkaraya Kalimantan Tengah.Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.http:// eprints.undip.ac.id/11148/1/Jurnal_Lely. pdf
Sobur,Alex.2000.Psikologi Umum.Bandung:Pustaka Setia
Statistik 4 Life.2009.Regresi Logistik Biner.http://ariyoso.wordpress.com/2009/11 /11/regresi-logistik.Diakses 20 Mei 2011
Subawa, Nyoman Sri dan Budiarta, Ida Bagus Agung.2007. Analisis Perbedaan Prestasi Kerja Terhadap Tingkat Pendidikan dan Masa Kerja di The Losari Hotel dan Rama Garden Hotel Kuta Badung. http://www.undiknas.ac.id/wp-content/uploads/jurnal/analisis-perbedaan-prestasi-kerja-nym.srisubawa-iba. budiarta.pdf
Suherlan, Herlan. 2000. Pengaruh Program Pengembangan Karir dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan.Jurnal Pariwisata STP Bandung.www.Jurnal Manajemen, Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, Bahan Kuliah Manajemen.com.Diakses 4 Januari 2010
Suryabrata,Sumadi.1993.Metode Penelitian Edisi II.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada
.2000.Pengembangan Alat Ukur Psikologis.Yogyakarta:Andi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tanjung, Andri.2005.Pengaruh Kompensasi Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Bagian Personalia PT. Agronesia Divisi Industri Makanan dan Minuman Bandung.Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama
Umar, Husein.2000.Bussiness an Introduction.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama
Wahyuni.2005. Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap Semangat Kerja Karyawan pada Kantor Perpustakaan, Kearsipan dan Pengelolaan Data Elektronik Kabupaten Rembang.Skripsi.Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH9fce.dir/doc.pdf
Winardi J.2001.Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada
Yunita,Anastasia.2007.Pendidikan Karir Sejak Dini.Psikologi Plus Vol II No.2 hal 10-13
Yunus, Falah.2008.SPSS untuk penelitian:pengujian instrumen uji validitas dan reliabilitas .www.guruvalah.20m.com vtc Samarinda-Kaltim 21..Diakses 24 Juni 2011
Zulkaida, Kurniati, Retraningsih, Muluk, Rifameutia.2007.Pengaruh Locus of Control dan Efikasi Diri Terhadap Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA).Proceeding PESAT Volume 2 B1-B4 Agustus 2007