karil nuriyah

Upload: juprani-spd

Post on 12-Mar-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KArya Ilmiah UT

TRANSCRIPT

8

I. PENDAHULUANA. Latar belakangProses belajar mengajar merupakan suatu proses komunikasi. Secara umum, guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikan, materi pelajaran merupakan pessan yang harus disampaikan oleh komunikator kepada komunikan, melalui saluran dan metode tertentu. Tujuan dari proses tersebut adalah tersampainya pesan sehingga komunikan memiliki pamahaman yang relative sama terhadap pesan tersebut sebagai komunikator. Masing-masing komponen proses tersebut memiliki karakteristik masing-masing yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian tujuan proses. Misalnya guru dan siswa, dalam proses belajar mengajar amat dipengaruhi oleh latar belakang hidup dan kehidupannya, seperti pendidikan, ekonomi, social, budaya, minat, bakat, maupun kemampuan indrawi yang dimilikinyaUntuk meningkatkan mutu pendidikan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai, maka seorang guru harus memiliki kemampuan diantaranya dalam hal membuat rencana program pembelajaran, penguasaan materi pembelajaran,menerapkan berbagai metode pembelajaran yang efektif sesuai dengan materi yang diajarkan, mempersiapkan penilaian seobyektif mungkin dan hal yang tidak kalah pentingnya adalah seorang guru harus mampu mengadakan perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya, sehingga tujuan yang diharapkan dapat dicapai.Kegiatan perbaikan pembelajaran dilaksanakan setelah dilakukan evaluasi dan hasilnya diketahui bahwa siswa belum mencapai standar nilai yang telah ditentukan. Dengan perbaikan pembelajaran ini diharapkan dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran, agar hasil belajar menjadi lebih baik. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan atas dasar hasil belajar siswa setelah dilakukan evaluasi formatif untuk mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Juhut 3 kec. Karang tanjung kab. Pandeglang, dan hasilnya adalah untuk mata pelajaran matematika dari jumlah siswa 14 orang siswa hanya 28,57% yang dapat mencapai tingkat penguasaan materi yaitu 4 orang siswa, sedangkan sisanya 71.43% ( 10 orang siswa) perlu mendapatkan perbaikan. Oleh karena itu berdasarkan hasil pembelajaran di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan rencana oerbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK ), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri, melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa lebih meningkat dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai.Penyusunan laporan penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dibuat berdasarkan catatan, observasi dan diskusi dengan teman sejawat ketika merancang rencana perbaikan pembelajaran, di kelas IV SD Negeri Juhut 3 Kec. Karangtanjung Kab. Pandeglang yang dilakasanakan pada tanggal 23 Maret 2009 yang dilaksanakan dua siklus perbaikan pembelajaran mata pelajaran matematika.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latarbelakang di atas maka penulis dapat menentukan rumusan masalah untuk pembelajaran matematika sebagai berikut:1. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika materi pokok Bilangan Bulat dengan menggunakan alat peraga di kelas IV SDN Juhut 3 ?2. Bagaimana alat peraga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam mengikuti pelajaran matematika materi pokok Bilangan Bulat di kelas IV SDN juhut 3 ?

C. Tujuan perbaikanBerdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari perbaikan pembelajaran mata pelajaran matematika adalah: 1. Untuk mengetahui apakah penggunaan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika materi pokok Bilangan Bulat di kelas IV SD Negeri Juhut 3.2. Untuk mengetahui apakah penggunaan alat peraga dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa pada pelajaran matematika materi Pokok Bilangan Bulat di kelas IV SD Negeri Juhut 3.

D. Manfaat perbaikanBeberapa manfaat yang penting diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:1. Bagi siswaDapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap pemahaman konsep pada pelajaran Matematika dengan materi pokok Bilangan Bulat dengan menggunakan alat peraga,2. Bagi GuruMeningkatkan kemampuan dalam memberikan pelajaran sebagai tugas profesi untuk dapat menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan mutu pengajaran, khususnya dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika.3. Bagi SekolahPenelitian ini akan memberikan sumbangan berharga untuk menentukan langkah-langkah dalam menentukan kualitas pendidikan di sekolah dalam upaya meningkatkan professional guru dan kemampuan siswa dalam upaya meningkatkan prestasi belajar Matematika melalui penerapan pendekatan pembelajaran yang efektif dan variatif.

II. KAJIAN PUSTAKAA. Hakikat pembelajaranKonsep pembelajaran merupakan kinsep yang menggabungkan konsep belajar dan mengajar. Pada dasarnya pengembangan konsep mengajar oleh seorang guru akan dikembangkan dari konsep belajar yang dianutnya. Karena mengajar hanya bagian dari pembelajaran itu. Hal ini dikatakan oleh Robert M. Gagne e.a (1992 :3 ) theaching then may be considered as only one form of instruction, albert a signally important one . Mengajar dikatakan hanya salah stu bagian dari kegiatan pembelajaran ( instruction ). Maksudnya adalah pembelajaran itu terjadi karena adanya interaksi antara siswa, guru, dan lingkungan. Bila mengajar tersebut hanya dimaksudkan sebagai aktifitas guru yang member pelajaran, maka bagian lain dari kegiatan pembelajaran adalah proses belajar siswa dan pemanfaatan lingkungan belar serta terjadi interaksi antara komponen-komponen itu.Robert M. Gagne and Briggs W ( 1992:3 ) mengemukakan instruction is a set of events that effect leaners in such a way that learning is facilitated. Pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan yang mengakibatkan dan memfasilitasi siswa untuk belajar. Pembelajaran merupakan kegiatan pengaturan kondisi yang mengarahkan siswa untuk belajar. Pembelajaran juga merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa dan lingkungan belajar baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media yang sesuai, bertujuan supaya terjadi proses belajar. Pembelajaran harus mengarahkan siswa untuk how to learn ( bagaimana mempelajari ) bukan what is learn ( apa yang diajarkan ).Nana syaodih S. (2004:87 ) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah upaya yang dilakukan guru agar siswa belajar. Jadi, upaya guru ( kemampuan mengupayakan atau membuat dan mengatur kondisi oleh guru ) ini sangat penting, karena guru harus mampu merencanakan dan mengatur kondisi supaya siswa belajar. Namun dalam proses pembelajaran harus berpusat pada siswa (learning centered /oriented ). Pembelajaran dikatakan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi, kecakapan dan kepribadian siswa. Sebenarnya siswa sendirilah yang berusaha mengembangkan dirinya. Dari pengertian pembelajaran di atas, dapat kita tarik suatu konsep belajar yang dikembangkan dalam kontek ini yang akhirnya akan membentuk paradigm kita terhadap pembelajaran itu sendiri. Konsep belajar yang dikembangkan berangkat dari filosofis konstruktivisme dari piaget, dan kemudian mengacu pada teori belajar cognitive wholistik ( F.Kohler dalm Nana Syaodih, ( 1997: 54 ). Teori ini memiliki asumsi dasar bahwa siswa adalah individu yang memiliki berbagai kemapuan dan potensi. Potensi itu mempengatruhi kemampuan siswa dalam mengkonstruksi dalam pemaknaan dari hasil belajar.Peranan guru kini sebagai fasilitator, yang harus mampu memfasilitasi siswa supaya belajar dengan berbagai media. Guru lebih berperan juga sebagai arranger yang hatus mengaransemen kondisi berbagai sumber dan media serta sarana dan prasarna untuk di gunakan dan di manfaatkan siswa dalam belajar. Tugas utama guru adalah menciptakan dan mengatur lingkungan belajar yang dapat mendorong siswa melakukan interaksi yang produktif dan memberikan pengalaman belajar yang di butuhkan siswa untuk belajar.

B. Pembelajaran MatematikaKata matematika berasal dari kata latin matematika yang mulanya diambil dari bahasa yunani mathematike yang berarti mempelajari. Asal kata nya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu ( Knowladge socience ). Kata Mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar ( berfikir ). Jadi berdasarkan asal kata nya, maka kata matematika berarti ilmu pengetahuan yang di dapat dari berfikir ( bernalar ).Matematika merupakan ilmu deduktif terdiri dari symbol-simbol yang padat. Symbol-simbol tersebut merupakan bahasa yang abstrak sehingga harus dikondisikan dengan alat peraga. Mengajarkan matematika di mulai dari konsep yang sederhana dengan konsep yang sukar. Misalnya konsep satu dengan yang lain saling berhubungan.Cirri-ciri pembelajaran matematika di SD adalah pembelajaran matematika menggunakan metode spiral. Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan dimana pembelajaran konsep atau suatu topic matematika selalu mengkaitkan atau menghubungkan dengan topic sebelumnya. Pembelajaran matematika dilakukan bertahap yaitu di mulai dari konsep-konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih sulit, pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi yaitu merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak ada pertentangan anatara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya. Suatu pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah diterima kebenarannya.Maksud dari pernyataan di atas bahwa matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak akan berubah kebenarannya yang satu dengan kebenaran yang lainnya. Matematika juga selalu mengkaitkan topic atau konsep sebelumnya dan matematika di ajarkan secara bertahap dimulai dari konsep yang sederhana ke konsep yang sulit.

C. Alat PeragaAlat peraga dalam pendidikan adalah sebagai suatu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Oleh sebab itu Wilbur Schramm dalam Noehi Nasution ( 2004:7.3 ) mendefinisikan alat peraga adalah sebagai teknologi pembawa informasi atau pesan pembelajaran.Alat peraga yang digunakan sederhana, sehingga benar-benar membuat siswa faham dengan apa yang digunakan dan sedang di kerjakan tidak justru membuat jadi bingung. Terlepas dari ragamnya pengertian tentang alat peraga, jelaslah bagi kita bahwa alat perga sebagai alat bantu dalam pembelajaran memiliki fungsi yang jelas, yaitu memperjelas, memudahkan siswa dalam memahami konsep/prinsip-prinsip atau teori, dan membuat pesan kurikulum yang akan di sampaikan kepada siswa menarik, sehingga motivasi belajar siswa meningkat dan proses belajar dapat lebih efektif dan efisien ( Noehi Nasution : 2004 ).Alat peraga di harapkan tidak hanya fungsional tapi juga menarik sehingga minat siswa terhadap apa yang akan disampaikan menjadi meningkat.

D. Penilaian PembelajaranSebelum melakukan evaluasi, evaluator terlebih dahulu melakukan pengukuran. Menurut Ebel ( 1972), pengukuran adalah pemberian angka pada seseorang atau suatu objek yang dimaksudkan untuk memberdakan tingkat orang atau objek itu mengenai hal ( trait) yang di ukur. Sementara itu, Campbell ( Guilford 1954 ), mentakan : measurement as the assignment of numerals to object or event according to rules. Sama dengan Campbell, Keeves dan Masters (1999), juga mengatakan bahwa pengukuran adalah pemberian suatu angka pada objek-objek atau kejadian-kejadian menurut aturan. Senada dengan ahli lainnya, Kerlinger ( 1986) mengatakan bahwa pengukuran adalah pemberian angka pada objek-objek atau kejadian-kejadian menurut suatu aturan. Nunnally (1978) juga menjelaskan bahwa pengukuran itu terdiri dari aturan- aturan untuk memberikan angka/bilangan kepada objek dengan cara yang sedemikian rupa sehingga dapat mempresentasikan secara kuantitatif sifat-sifat objek tersebut.Definisi pengukuran yang di jelaskan para ahli di atas menegaslam bahwa dalam pemberian angka pada subjek, objek atau kejadian tidak asal member angka namun harus menggunakan aturan-aturan tidak sembarangan. Artinya, orang yang akan member angka pada subjek atau objek, ataupun kejadian harus memperhatikan kaidah-kaidah tertentu agar angka yang di berikan sesuai keadaan yang sebenarnya. Semakin jauh seseorang meninggalkan aturan-aturan pengukuran maka semakin besar kesalahan yang terjadi.Pengukuran dapat dilakukan melalui tes dan dapat pula tidak melalui tes. Tes itu sendiri menurut Anastasi ( 1976 ) dan Brown ( 1976 ), merupakan suatu pengukuran yang objektif dan standar terhadap sample prilaku. Sejalan dengan ahli lainnya, Cronbach ( 1970 ) mengatkan bahwa tes adalah prosedur yang sistematis untuk mengobservasi prilaku seseoang dan mendeskrisikan prilaku itu dengan skala numeric atau system kategori.