karakteristik susu skim bubuk dengan ...repository.ub.ac.id/4735/1/teti miryanti.pdfpeternakan...

57
i KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN PENAMBAHAN NANO PROTEIN WHEY KATEKIN DITINJAU DARI DAYA LARUT, SEDIMENTASI, MIKROSTRUKTUR DAN UKURAN PARTIKEL SKRIPSI Oleh : Teti Miryanti NIM. 135050100111028 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

24 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

i

KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK

DENGAN PENAMBAHAN NANO PROTEIN

WHEY KATEKIN DITINJAU DARI DAYA

LARUT, SEDIMENTASI, MIKROSTRUKTUR

DAN UKURAN PARTIKEL

SKRIPSI

Oleh :

Teti Miryanti

NIM. 135050100111028

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

ii

KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK

DENGAN PENAMBAHAN NANO PROTEIN

WHEY KATEKIN DITINJAU DARI DAYA

LARUT, SEDIMENTASI, MIKROSTRUKTUR

DAN UKURAN PARTIKEL

SKRIPSI

Oleh :

Teti Miryanti

NIM. 135050100111028

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 3: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

iii

Page 4: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Majalengka Jawa Barat pada

tanggal 24 Maret 1995 dari pasangan Ibu Dede Nengsih dan

Bapak Anta. Penulis merupakan putri ketiga dari empat

bersaudara.

Pendidikan formal yang ditempuh oleh penulis adalah

Sekolah Dasar Negeri Loji 2 (2001-2007), Sekolah Menengah

Pertama Negeri 1 Jatiwangi (2007-2010) dan Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Jatiwangi (2010-2013). Penulis

diterima di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya melalui

jalur SBMPTN pada tahun 2013 dan memperoleh Beasiswa

Bidik Misi.

Pengalaman Penulis selama menjadi mahasiswa, yaitu

aktif dalam beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa diantaranya

menjadi anggota Human Resource Development Department

(HRD) Kelompok Ilmiah Mahasiswa tahun 2014-2015, anggota

Poultry Club (PC) Barisan Orang Sukses tahun 2014-2015,

dan Pengurus Harian Inti Bagian Bendahara Umum 1

Kelompok Ilmiah Mahasiswa tahun 2015-2016. Kegiatan lain

yang pernah diikuti oleh penulis adalah kompetisi kepenulisan

ilmiah tingkat regional, nasional maupun internasional

diantaranya Juara 3 Pekan Ilmiah Mahasiswa Baru Fakultas

Peternakan Universitas Brawijaya tahun 2013, Juara 2

Program Kreativitas Mahasiswa Rector Cup Universitas

Brawijaya tahun 2014, Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah

PHINISI di Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

Makassar tahun 2015, Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah

Pekan Karya Teknologi Hasil Ternak di Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2015, Juara 3 Poster

Page 5: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

v

EXPO UNAIR di Universitas Airlangga tahun 2015, Finalis

Animal Science Paper Competition di Universitas Airlangga

tahun 2015, Finalis Inovator Teknologi (INOTEK) Kota

Malang tahun 2016, Finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah

CEPTION di Universitas Negeri Semarang tahun 2016, serta

menjadi delegasi dalam International Invention and Innovative

Competition (INIIC) series II bertempat di Port Dickson,

Malaysia pada tahun 2016 dan berhasil mendapatkan medali

perunggu. Penulis juga pernah menjadi penerima hibah

Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2015 pada 2 bidang

karsa cipta dan tahun 2016 pada 2 bidang yakni karsa cipta

serta kewirausahaan

Penulis berpengalaman melakukan Praktek Kerja

Lapang (PKL) di PT Indolakto Ice Cream Factory Cicurug

Sukabumi Jawa Barat pada bulan Juli-Agustus tahun 2016, dengan

judul laporan PKL “Manajemen Produksi Es Krim di PT Indolakto

Ice Cream Factory Cicurug Sukabumi Jawa Barat” dengan dosen

pembimbing Prof. Dr.Sc.Agr. Ir. Suyadi, MS. Disamping itu

penulis juga berpengalaman menjadi asisten praktikum mata kuliah

Ilmu Produksi Aneka Ternak Komoditi Lebah Madu tahun 2015-

2016, asisten praktikum Kewirausahaan tahun 2016 dan asisten

praktikum Teknologi Aneka Ternak Komoditi Lebah Madu

tahun 2017.

Page 6: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan rahmat, hidayah dan Inayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi

dengan judul “Karakteristik Susu Skim Bubuk Dengan

Penambahan Nano Protein Whey Katekin Ditinjau Dari Daya

Larut, Sedimentasi, Mikrostruktur dan Ukuran Partikel”.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW., beserta para keluarga, para sahabat

dan para pengikutnya serta semoga penulis senantiasa menjadi

pengikutnya hingga akhir zaman. Aamiin.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Fakultas Peternakan Universitas

Brawijaya Malang. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih dengan segala ketulusan hati

kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung

dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1. Dr. Ir. Purwadi, MS., selaku pembimbing utama dan Dr.

drh. Masdiana Chendrakasih Padaga, M.App.Sc., selaku

pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan arahan, bimbingan dan saran selama

proses penyelesaian skripsi ini.

2. Prof. Dr.Sc.Agr. Ir. Suyadi, MS., selaku Dekan Fakultas

Peternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam

memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

pendidikan di Fakultas Peternakan.

3. Dr. Ir. Sri Minarti, MP., selaku Ketua Jurusan dan Dr.

Ir. Iman Thohari, MP., selaku Sekretaris Jurusan

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya yang telah

membantu kelancaran proses studi.

Page 7: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

vii

4. Dr. Agus Susilo, S.Pt., MP., selaku Ketua Program

Studi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya yang

telah membantu kelancaran proses studi.

5. Dr. Ir. Mustakim, MP., selaku Ketua Minat Bagian

Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan

Universitas Brawijaya yang telah membantu kelancaran

proses studi.

6. Dr. Ir. Puguh Surjowardojo, MP., dan Dr. Ir. Eko

Widodo, M.Agr.Sc., M.Sc., selaku dosen penguji yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan,

bimbingan dan saran selama proses penyelesaian

skripsi.

7. Abdul Manab, S.Pt., MP., selaku pembimbing

laboratorium yang telah meluangkan waktu untuk

memberikan arahan, bimbingan dan saran selama proses

penyelesaian skripsi.

8. Keluarga penulis khususnya Ibu, Bapak, Kakak dan

Adik yang selalu memberikan dukungan, semangat dan

motivasi selama menempuh pendidikan.

9. Tim penelitian Ratih Anggam Shofiga, Sebvyn Mustika

Sari, Dekandra Lesmana yang membantu dengan ikhlas

selama pelaksanaan penelitian.

10. Sahabat terkasih yang tak bisa disebut satu persatu,

terima kasih selalu memberikan dukungan terbaik.

Penulis mengharapkan skripsi ini bisa dijadikan rujukan

untuk penelitian selanjutnya di bidang teknologi hasil ternak

dan semoga dapat menjadi bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, Agustus 2017

Page 8: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

viii

CHARACTERISTIC OF SKIM MILK POWDER WITH

ADDITION NANO WHEY PROTEIN-CATECHIN IN

TERMS OF SOLUBILITY, SEDIMENTATION,

MICROSTRUCURE AND PARTICLE SIZE

Teti Miryanti1)

, Purwadi2)

dan Masdiana Chendrakasih Padaga 2)

1)Student of Animal Husbandry Faculty, University of

Brawijaya 2)

Lecturer of Animal Husbandry Faculty, University of

Brawijaya

Email: [email protected]

ABSTRACT

The purpose of this research was to determined the

best addition of nano whey protein-catechin in terms of

solubility, sedimentation, microstructure and particle size of

skim milk powder. The method of this research was laboratory

experiment by 3 treatments consisted of P0 (without nano

whey protein-catechin), P1 (5%) dan P2 (10%) with 4

repeatation. The experiment was designed by Completely

Randomized Design (CRD). The data was analyzed by

Analysis of Variance (ANOVA). The result showed that the

addition of nano whey protein-catechin didn’t give

significantly different effect (P>0.05) on solubility and

sedimentation. Based on the microstructure test, the addition

of nano whey protein-catechin 10% (P2) has the clear

spreading of protein aggregate. The addition nano whey

protein-catechin 10% (P2) improved the particle size which

was getting smaller. The conclusion of this research was that

10% addition nano whey protein-catechin got the best result.

Keywords : catechin, microstructure, sedimentation,

solubility and particle size.

Page 9: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

ix

KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN

PENAMBAHAN NANO PROTEIN WHEY KATEKIN

DITINJAU DARI DAYA LARUT,

SEDIMENTASI, MIKROSTRUKTUR DAN UKURAN

PARTIKEL

Teti Miryanti1)

, Purwadi2)

dan Masdiana Chendrakasih

Padaga2)

1)Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

2)Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

RINGKASAN

Susu memiliki banyak produk olahan salah satunya

adalah susu skim. Protein yang terdapat pada susu skim terdiri

dari dua kelompok yaitu kasein dan whey dengan komposisi

80% dan 20%. Protein susu memiliki sifat fungsional

diantaranya daya larut, sedimentasi, mikrostruktur dan ukuran

partikel. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas susu

skim yaitu dengan penambahan bahan pangan lain melalui

metode perlakuan pemanasan. Perlakuan pemanasan tidak

hanya berdampak positif, tetapi juga berdampak negatif

terhadap kerusakan protein akibat denaturasi. Langkah yang

dapat diterapkan adalah pemanfaatan senyawa polifenol

sebagai agen crosslink dengan protein susu. Interaksi antara

senyawa fenolik dan protein susu terbukti meningkatkan

stabilitas protein terhadap denaturasi panas. Nano protein

whey katekin merupakan gabungan interaksi whey dan katekin

yang memiliki ukuran partikel nano yang dapat ditambahkan

pada susu guna mempertahankan dan atau meningkatkan sifat

fungsional susu.

Page 10: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

x

Penelitian dimulai pada 24 Januari sampai 14 April

2017. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi

Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Laboratorium Biosains,

Universitas Brawijaya dan Laboratorium Farmasetika Fakultas

Farmasi Universitas Airlangga. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui perlakuan terbaik fortifikasi nano protein

whey katekin pada susu skim bubuk yang ditinjau dari daya

larut, sedimentasi, mikrostruktur dan ukuran partikel.

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

protein whey, katekin dan susu skim. Metode yang digunakan

adalah percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

dengan perlakuan fortifikasi nano protein whey katekin

dengan persentase, yaitu tanpa penambahan (P0), penambahan

5% (P1), dan penambahan 10% (P2). Penelitian ini dilakuakan

sebanyak empat ulangan. Variabel yang diamati adalah daya

larut, sedimentasi, mikrostruktur dan ukuran partikel. Data

hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam,

sedangkan data yang dihasilkan dari mikrostruktur dan ukuran

partikel dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan

penambahan nano protein whey katekin tidak memberikan

perbedaan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap nilai daya

larut dan sedimentasi. Nilai rataan yang dihasilkan dari uji

daya larut P0; P1; P2 berturut-turut yaitu 92 ± 0,07; 97 ± 0,02;

98 ± 0,01. Sedangkan nilai rataan dari uji sedimentasi P0; P1;

P2 berturut-turut yaitu 0,090 ± 0,01; 0,080 ± 0,01; 0,082 ±

0,01. Hasil uji mikrostruktur yang diamati, perlakuan 10% (P3)

penyebaran agregat protein nampak menyebar dan renggang,

sementara analisis ukuran partikel menunjukkan perlakuan

10% menghasilkan ukuran partikel terkecil yakni 125,23 nm.

Kesimpulan penelitian diduga bahwa penambahan hingga 10%

masih mampu mempertahankan sifat fungsional susu bubuk

Page 11: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

xi

DAFTAR ISI

Isi Halaman

RIWAYAT HIDUP ........................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................... iii

ABSTRACT ....................................................................... v

RINGKASAN .................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN .................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian ............................................ 3

1.4 KegunaanPenelitian ......................................... 4

1.5 Kerangka Pikir ................................................ 4

1.6 Hipotesis ......................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Susu Skim Bubuk ............................................ 7

2.2 Protein Whey ................................................... 7

2.3 Katekin ............................................................. 8

2.4 Kualitas Susu ................................................... 10

2.4.1 Daya Larut .............................................. 10

2.4.2 Sedimentasi ............................................. 10

2.4.3 Mikrostruktur .......................................... 11

2.4.5 Ukuran Partikel ....................................... 13

Page 12: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

xii

BAB III MATERI DAN METODE

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................... 15

3.1.1 Lokasi ..................................................... 15

3.1.2 Waktu ...................................................... 15

3.2 Materi Penelitian .............................................. 15

3.2.1 Bahan Penelitian ..................................... 15

3.2.2 Peralatan Penelitian ................................ 16

3.3 Metode Penelitian ........................................... 16

3.3.1 Rancangan Percobaan ............................. 16

3.3.2 Tahapan Penelitian .................................. 17

3.3.2.1 Pembuatan Larutan Nano Protein

Whey Katekin ........................... 17

3.3.3.2 Proses Pengeringan Susu ........... 18

3.4 Variabel Penelitian .......................................... 21

3.5 Analisa Data ................................................... 21

3.6 Batasan Istilah .................................................. 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Daya Larut ....................................................... 23

4.2 Sedimentasi ...................................................... 24

4.3 Mikrostruktur ................................................... 28

4.4 Ukuran Partikel ................................................ 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ..................................................... 33

5.2 Saran ............................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ......................................................... 34

LAMPIRAN ........................................................................ 40

Page 13: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabulasi Data yang Digunakan pada Penelitian ...... 17

2. Rata-rata Nilai Daya Larut Susu Skim Bubuk ........ 23

3. Rata-rata Sedimentasi Susu Skim Bubuk ................ 25

4. Rata-rata Ukuran Partikel Susu Skim Bubuk .......... 31

Page 14: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pikir penelitian ........................................ 5

2. Penampang Mikrostruktur ....................................... 12

3. Prosedur Pembuatan Larutan Nano Whey Katekin

(Thongkaew et al., 2014) yang Dimodifikasi

................................................................................. 19

4. Skema Tahapan Penelitian ...................................... 20

5. Penampang Mikrostruktur Susu Skim Dengan

Penambahan Nano Protein Whey Katekin .............. 28

Page 15: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

xv

Page 16: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Prosedur Pengujian Daya larut ................................ 40

2. Prosedur Pengujian Sedimentasi ............................. 42

3. Prosedur Pengujian Mikrostruktur .......................... 44

4. Prosedur Pengujian Ukuran Partikel ....................... 45

5. Data Analisis Ragam Uji Daya Larut ...................... 46

6. Data Analisis Ragam Uji Sedimentasi .................... 48

Page 17: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

xvii

Page 18: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

xviii

DAFTAR SINGKATAN

α-la : alfa laktalbumin

β-lg : beta laktoglobulin

BSA : Bovine Serum Albumin

Ig : Immunoglobin

nm : nanometer

µm : mikrometer

w/v : weight per volume

Page 19: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Susu merupakan makanan lengkap bernutrisi karena

mengandung beberapa zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Ye, Fan, Xu and Liang (2013) menyatakan bahwa pada susu

(whole milk) mengandung air (85,5-88,7%), protein (2,3-4,4%)

dan lemak (2,4-5,5%). Susu memiliki banyak produk olahan

salah satunya adalah susu skim bubuk. Susu skim bubuk

merupakan bagian dari susu yang tertinggal setelah lemak

dipisahkan melalui proses separasi, sehingga kaya akan

protein dan kandungan airnya telah dihilangkan sebagian atau

seluruhnya melalu proses pemanasan. Protein yang terdapat

pada susu skim terdiri dari dua kelompok yaitu kasein dan

whey dengan komposisi 80% dan 20% (Ye et al., 2013).

Protein susu memiliki sifat fungsional tertentu pada

produk pangan. Protein susu berperan dalam membangun sifat

fungsional susu skim bubuk antara lain daya larut,

sedimentasi, emulsi dan pembentukan buih (Kresic et al.,

2011). Protein susu memiliki karakter labil terhadap perlakuan

pemanasan, sementara pada proses pengolahan susu skim cair

menjadi bubuk terdapat proses pemanasan. Proses pemanasan

akan mempengaruhi dan menurunkan kemampuan protein

dalam membangun sifat fungsional susu.

Sifat fungsional protein susu dapat dipertahankan atau

ditingkatan kualitasnya dengan cara penambahan bahan

pangan lain. Langkah yang dapat diterapkan adalah

pemanfaatan senyawa polifenol sebagai agen crosslink dengan

protein susu. Zhou, Seo, Alli and Chang (2015) menyatakan

bahwa interaksi antara senyawa fenolik dan protein susu

Page 20: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

2

terbukti meningkatkan stabilitas protein terhadap denaturasi

panas.

Nano protein whey katekin merupakan gabungan

interaksi whey dan katekin yang memiliki ukuran partikel

nano. Whey merupakan kelompok protein susu yang

komponen utamanya yakni β-laktoglobulin terdiri dari dua

ikatan disulfida dan satu gugus sulfhidril (Cys 121) yang

terkubur di dalam badan protein, tapi menjadi terbuka dan

aktif setelah denaturasi protein (Jovanovic, Barac and Macej,

2005), sehingga mampu berinteraksi dengan senyawa lain.

Katekin merupakan senyawa fenol yang mempunyai

kemampuan berinteraksi dengan protein whey dan

menyebabkan perubahan struktur dan konformasi protein

(Gallo, Vinci, Graziani, Simone and Ferranti, 2013). Struktur

protein whey dimodifikasi dan diinteraksikan dengan

menggunakan metode crosslink dengan bantuan panas yang

bertujuan untuk meningkatkan sifat fungsional protein.

Katekin tidak hanya berinteraksi dengan whey, katekin secara

umum berinteraksi dengan protein susu, termasuk dengan

kasein (Gallo et al., 2013). Zhou et al., (2015) menyatakan

bahwa senyawa fenolik mampu berikatan dengan protein

terutama dengan protein kaya prolin, seperti β-kasein.

Interaksi antara whey dan katekin ini yang akan dijadikan

materi tambahan pada susu skim bubuk.

Protein whey akan mengalami denaturasi pada

pemanasan diatas 60oC dan terjadi interaksi sesama protein

whey atau dengan K-kasein membentuk agregat (Anema and

Li, 2003). Protein yang rusak oleh panas tidak akan terlarut

sehingga berpengaruh terhadap penurunan daya larut susu dan

pembentukan sedimentasi. Tinggi rendahnya daya larut dan

sedimentasi pada susu bubuk selain ditentukan oleh komposisi

Page 21: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

3

bahan, juga dipengaruhi oleh proses pengolahan seperti

pemanasan (Widodo, Rachmawati, Chulaila dan Budisatria,

2012). Analisis mikrostruktur juga memiliki peranan penting

dalam pengendalian produk-produk susu. Pengamatan

mikrostruktur berfokus mengamati susunan partikel-partikel

protein yang bergabung membentuk agregat dimana menjadi

indikator pembentukan gelasi protein atau awal dari terjadinya

denaturasi protein. Simmons, Jayarman and Fryer (2007)

menyatakan bahwa fortifikasi kalsium, agregat protein

terbentuk pada permukaan partikel protein whey. Semakin

kecil persebaran agregat protein diduga bahwa ukuran partikel

dari protein susu semakin kecil. Protein whey dalam sistem

nanoemulsi memiliki rentang ukuran droplet 10-200 nm

(Adjonu, Doran, Torley and Agboola, 2014) dan kasein

memiliki rentang diameter 50-600 nm (Yazdi and Corredig,

2012) sangat potensial dalam upaya pengembangan sistem

nanodelivery senyawa bioaktif katekin dalam sistem pangan.

Senyawa polifenol seperti katekin dapat membentuk kompleks

larut dengan protein dalam larutan (Kanakis, Hasni, Bourassa,

Tarantilis and Polissiou, 2011).

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian pada susu

skim bubuk dengan penambahan nano protein whey katekin

akan berfokus pada analisis daya larut, pembentukan

sedimentasi, mikrostruktur dan analisis ukuran partikel.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan

yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana karakter

susu skim bubuk dengan penambahan nano protein whey

katekin pada kadar berbeda ditinjau dari daya larut,

sedimentasi, mikrostruktur, dan ukuran partikel.

Page 22: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

4

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian adalah mengetahui perlakuan

terbaik penambahan nano protein whey katekin pada susu

bubuk skim ditinjau dari daya larut, sedimentasi,

mikrostruktur, dan ukuran partikel.

1.4 Kegunaan

1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa mengenai

penambahan nano protein whey katekin pada susu

skim bubuk ditinjau dari daya larut, sedimentasi,

mikrostruktur dan ukuran partikel.

2. Sebagai bahan informasi bagi produsen susu bubuk

agar dapat memanfaatkan whey katekin sebagai materi

tambahan dalam upaya peningkatkan kualitas susu.

1.5 Kerangka Pikir

Susu skim bubuk diproses menggunakan proses

pengeringan dengan diberikan perlakuan pemanasan.

Perlakuan pemanasan tersebut berpengaruh terhadap

penurunan sifat fungsional susu seperti daya larut,

sedimentasi, pembentukan buih dan emulsi. Katekin dapat

diinteraksikan dengan whey yang merupakan komponen

protein susu sehingga dapat menstabilkan struktur sekunder

protein ketika terpapar panas. Ye et al., (2013) menerangkan

bahwa 35% protein whey terikat ke katekin. Katekin dapat

berinteraksi dengan protein whey (α-lactalbumin, β-

lactoglobulin dan bovine serum albumin) disebabkan karena

protein susu banyak mengandung prolin dan mempunyai

struktur yang terbuka. (Stojadinovic, Radosavljevic,

Ognjenovic, Vesic, Prodic, Vucinic and Velickovic, 2013).

Jumlah polifenol yang diinteraksi dengan whey akan

Page 23: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

5

berpengaruh terhadap daya afinitas protein terikat dengan

folifenol. Afinitas pengikatan folifenol ke protein tergantung

pada ukuran polifenol dan meningkat seiring dengan ukuran

molekul (Kanakis et al., 2011). Nano protein whey katekin

yang ditambahkan dalam susu skim akan berinteraksi pada

protein yang ada dalam susu skim sehingga mempengaruhi

terhadap daya larut susu, pembentukan sedimentasi,

penampakan agregat mikrostruktur dan ukuran partikel susu.

Kerangka pikir penelitian dipaparkan dalam bentuk skema

yang disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian

Pengolahan susu skim bubuk menurunkan sifat fungsional

susu akibat denaturasi protein susu

Penambahan bahan pangan

NANO PROTEIN WHEY KATEKIN

1. 35% protein whey terikat ke katekin (Ye et al., 2013)

2. Interaksi antara senyawa fenolik dan protein susu

terbukti meningkatkan stabilitas protein terhadap

denaturasi panas (Zhou, et al., 2015)

Susu skim bubuk dengan penambahan nano protein whey katekin

Ditinjau dari:

1. Daya Larut (Haque et al., 2012)

2. Sedimentasi (Beck, J. R 2007)

3. Mikrostruktur (Strauss and Gibson, 2004)

4. Ukuran partikel (Triawati, Radiati, Thohari dan

Manab (2016)

Page 24: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

6

1.6 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga

penambahan nano protein whey katekin pada susu skim dapat

memberikan perbedaan pengaruh terhadap kualitas susu skim

bubuk meliputi daya larut, sedimentasi, mikrostruktur dan

ukuran partikel.

Page 25: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Susu Skim Bubuk

Susu skim adalah bagian susu yang tertinggal sesudah

krim diambil sebagian atau seluruhnya. Susu skim

mengandung protein susu 3,5%, laktosa 5%, dan mineral

antara lain potasium, kalsium, fosfor, klorida, dan sodium.

Susu skim mengandung semua zat makanan susu, sedikit

lemak dan vitamin yang larut dalam lemak. Susu skim

seringkali disebut sebagai susu bubuk tak berlemak yang

banyak mengandung protein dan kadar air sebesar 5%.

Penggunaanya dalam pengolahan pangan dapat berfungsi

sebagai penstabil emulsi, pengikat air, koagulasi, dan lain-lain.

Protein yang terdapat pada susu terdiri dari dua kelompok

yaitu kasein dan whey dengan komposisi 80% dan 20% (Ye et

al., 2013).

Protein dalam susu terdiri dari globular protein dan

fibrous protein. Protein susu merupakan protein globular yang

terdiri dari kasein, laktalbumin dan laktoglobulin. Kasein

berkumpul membentuk misel kasein, agregat-agregat ini

ditemukan dalam susu. Kasein dalam bentuk koloid terdispersi

memiliki partikel yang tersebar dikenal sebagai misel. Kasein

adalah protein heterogen dimana memiliki jenis diantaranya

αs1-kasein (38%), αs2-kasein (10%), β-kasein (36%) dan κ-

kasein (13%) (Zhou et al., 2015).

2.2 Protein Whey

Whey Protein Concentrate (WPC) dan Whey Protein

Isolates (WPI) secara luas banyak digunakan pada industri

Page 26: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

2

makanan karena memiliki nilai fungsional dan gizi yang baik.

Fraksi protein whey mewakili sekitar 18-20% dari total protein

susu, terdiri dari 4 protein utama antara lain: beta-

laktoglobulin (β-Lg), α-laktalbumin (α-La), serum darah

albumin (BSA) dan imunoglobulin (Ig). Protein ini masing-

masing mewakili 20%, 50% dan 10% dari fraksi protein whey

(Jovanovic, Barack and Macej, 2005)

β-Lg terdiri dari dua ikatan disulfida dan satu gugus

sulfidril (Cys 121) yang terkubur di dalam protein asli, tapi

menjadi terbuka dan aktif setelah denaturasi protein oleh agen

(termasuk panas) dan kemudian dapat menjalani interaksi

sulphydrildisulphide dengan dirinya sendiri atau protein lain.

Interaksi terjadi pada suhu 60-65oC (Jovanovic et al., 2005)

dan 79,8oC (Haugh, Skar, Vegarud, Langsrud and Draget,

2009). Interaksi antara protein whey dan senyawa bioaktif

antioksidan terjadi melibatkan struktur dan komposisi asam

amino pada protein susu yang kaya akan prolin akan bereaksi

baik dengan struktur polifenol dan berpengaruh pada ukuran

molekul. Keduanya bereaksi secara terbuka dan fleksibel

(Schwarz and Hofmann, 2008).

Fungsi bahan whey ditentukan oleh perubahan sifat

fisik dan kimianya selama pengolahan yang umumnya

mencakup pengolahan termal seperti pre-heating, pasteurisasi

atau sterilisasi (Rodrigues, Martin, Ramos, Malcata, Teixeira,

Vicente and Pereira, 2015).

2.3 Katekin

Katekin adalah senyawa fungsional golongan

polifenol yang merupakan antioksidan berfungsi melindungi

tubuh dari serangan radikal bebas. Antioksidan ini bekerja

menekan kerusakan sel akibat proses oksidasi dari radikal

Page 27: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

3

bebas. Katekin yang terdapat pada gambir presentasenya 7-

33% lebih besar dari pada katekin pada teh hijau yaitu 30%

(Putri, 2010) . Senyawa tanaman polifenol menunjukkan

interaksi yang kuat dengan protein globular dan bisa

menyebabkan struktur protein terbentang. Dalam larutan,

polifenol seperti katekin dapat membentuk kompleks larut

dengan protein. Afinitas pengikatan polifenol ke protein

tergantung pada ukuran polifenol dan meningkat seiring

dengan ukuran molekul. Polifenol yang lebih besar seperti

yang ada di teh hitam yang paling mungkin untuk membentuk

kompleks dengan protein susu (Kanakis et al., 2011).

Katekin dapat berinteraksi dengan protein whey (α-

laktalbumin, β-laktoglobulin dan bovine serum albumin),

karena protein susu banyak mengandung prolin dan

mempunyai struktur terbuka (Stojadinovic et al., 2013).

Senyawa fenolik mampu berikatan dengan protein terutama

dengan protein kaya prolin, seperti β-kasein (Zhou et al.,

2015) Interaksi antara katekin (seperti EGCg, EGC dan EKG)

dan protein murni (seperti β-kasein, α-kasein dan β-

laktoglobulin) atau dengan protein susu terjadi dengan

membentuk komplek katekin-protein, dan diketahui bahwa

EGCg memiliki afinitas yang paling kuat dibandingkan

dengan C, EC dan EGC. (Ye et al., 2013). Dalam studi

sebelumnya, interaksi antara protein dan polifenol adalah

fenomena yang juga telah terbukti penting untuk kompleksasi

polifenol dan protein kaya prolin (Thongkaew, Gibis, Hinrichs

and Weiss, 2014).

Page 28: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

4

2.4 Kualitas Susu

2.4.1 Daya Larut

Tinggi rendahnya daya larut pada susu bubuk selain

ditentukan oleh komposisi bahan, juga dipengaruhi oleh proses

pengolahan (Widodo, 2003). Salah satu faktor yang

menyebabkan protein terdenaturasi adalah proses pemanasan.

Kelarutan protein akan menurun dengan adanya pemanasan,

akan tetapi pada suhu 40-50oC kelarutan akan meningkat.

Selain itu kondisi proses seperti pengadukan juga akan

mempengaruhi kelarutan protein. Kelarutan protein

merupakan sifat fungsional yang terbentuk akibat interaksi

antara air dan protein. Interaksi senyawa fenolik dengan

protein dapat menyebabkan perubahan sifat fisiko-kimia

protein seperti kelarutan (Ozdal, Capanoglu and Altay, 2013).

Menurut Anema, Lowe and Lee (2004) semakin

banyak protein terdenaturasi akan meningkatkan jumlah ikatan

disulfida bebas dan berpotensi untuk membentuk interaksi

antar protein, menyebabkan berat molekul bertambah dan

menyebabkan partikel turun ke dasar sebagai protein yang

rusak.

2.4.2 Sedimentasi

Sedimentasi merupakan suatu endapan yang

dihasilkan akibat denaturasi protein. Protein dan komponen

penyusun susu lainnya yang tidak stabil terhadap panas akan

mengalami koagulasi dengan adanya pemanasan tinggi.

Semakin tinggi suhu pemanasan maka semakin besar pula

terjadinya denaturasi yang menjadikan banyaknya partikel-

partikel dalam susu rusak dan mengendap, sehingga

sedimentasi pada susu tersebut juga akan meningkat.

Sedimentasi berbanding linear dengan denaturasi protein dan

Page 29: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

5

berbanding terbalik dengan kadar protein terlarut susu.

Tingginya suhu pemanasan menyebabkan semakin tinggi

terjadinya denaturasi protein dan memungkinkan banyak

partikel yang rusak dan mengendap. Selama denaturasi,

struktur protein whey akan mengalami perubahan, gugus

sulfidril yang reaktif dengan adanya panas akan berbalik

keluar. Apabila pada polimer lainnya terjadi hal yang sama

maka antar gugus sulfidril membentuk ikatan disulfida.

Semakin banyak ikatan disulfida menyebabkan berat molekul

protein semakin tinggi dan turun ke dasar membentuk sedimen

atau endapan. (Ramandani, Lilik dan Purwadi 2015). Residu

atau sedimen biasanya tidak larut dalam air, yakni

mengandung: a. protein yang rusak atau mengalami denaturasi

b. partikel yang hangus atau lengket c. Partikel yang sukar

larut d. bahan campuran (Widodo dkk., 2012).

2.5 Mikrostruktur

Sifat-sifat susu jauh berubah selama pemanasan

karena terjadinya denaturasi protein whey. Setelah denaturasi,

protein whey membentuk agregat protein larut atau bersatu

dengan kasein misel, sehingga whey protein dilapisi misel

kasein. Pengamatan mikrostruktur protein whey terdenaturasi

digambarkan pada Gambar 2 dibawah ini.

Page 30: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

6

Gambar 2. Penampang mikrostruktur native whey protein free

(WPF) dan native whey protein isolate (WPI)

(Vasbinder, Velde and Kruif, 2004).

Pada Gambar 1 nampak penampang mikrostruktur

dari pembentukan gel protein (A) native whey protein free

(WPF) dan native whey protein isolate (WPI) yang diwarnai

menggunakan pewarna Rhodamine B dan (B) WPF yang

diwarnai pewarna Texas Red dan WPI yang diwarnai pewarna

Oregon Green, dengan ukuran gambar 40x40 µm Menurut

Vasbinder et al., (2004) kedua penampang menunjukkan

penampakan yang sebanding dalam hal kekasaran, untai

ketebalan dan ukuran pori.

Mikrostruktur protein whey katekin dapat diamati

menggunakan Mikroskop Flourescene. Mikroskop ini

merupakan mikroskop yang memanfaatkan sifat-sifat senyawa

kimia tertentu. Ketika mendapatkan sumber cahaya dengan

panjang gelombang yang tepat, maka bahan kimia tersebut

akan menyala seperti sinar ultraviolet. Senyawa yang

digunakan adalah methylen blue berfungsi untuk melihat ada

tidaknya protein yang terdapat dalam suatu produk pangan

(Triawati, Radiati, Thohari and Manab, 2016). Menurut

Taterka and Castillo (2015) menyatakan bahwa agregasi

protein menghasilkan peningkatan pada ukuran partikel dari

protein.

A B

Page 31: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

7

2.6 Ukuran Partikel

Particle Size Analysis atau analisis ukuran partikel

memiliki prinsip menggunakan Dynamic Light Scattering

(DLS). DLS memiliki karakteristik non-invasif yang telah

digunakan untuk mempelajari nukleasi dan pertumbuhan

kristal pada protein. Teknik ini adalah metode terpopuler

untuk mengetahui pembentukan kristal dan digunakan untuk

menentukan radius hidrodinamik dari molekul yang berukuran

sub-mikron seperti protein (Heng, 2004). Metode Light

Scattering Method atau metode hamburan cahaya telah

terbukti dapat digunakan untuk mengukur kemampuan partikel

bubuk untuk terdispersi berdasarkan perubahan ukuran

partikel dan konsentrasi volume partikel yang tidak larut.

Kemampuan terdispersi dapat diukur dengan tingkat

penurunan ukuran partikel (Ji, Fitzpatrick, Cronin, Crean and

Miao, 2016).

β-lg terbukti memiliki ukuran rata-rata 6.2 nm pada

pH 5,5 sedangkan β-lg-chitosan campuran memiliki ukuran

42,1 nm. Pergeseran ke rata-rata ukuran partikel yang jauh

lebih tinggi tersebut diindikasikan bahwa protein β-lg

membentuk kompleks ikatan dengan kitosan (Mounsey,

Brendan, Mark and Andre, 2008). Menurut Anema and Li

(2003) menyatakan bahwa ukuran kasein micel pada susu

meningkat pada perlakuan pemanasan suhu 70-100oC selama

60 menit. Joyce, Brodkorb, Kelly and O’Mahony (2017)

menambahkan juga bahwa Skim Milk Powder (SMP) yang

diberi fortifikasi Whey Protein Isolate (WPI) dengan

perlakuan pemanasan High Temperature Short System (HTST)

pada suhu 72oC dan 85

oC memiliki ukuran partikel rata-rata

antara 204-278 nm. Menurut Anema and Li (2003)

menyatakan bahwa pada perlakuan pemanasan terjadi

Page 32: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

8

peningkatan ukuran diameter partikel kasein misel (30-35 nm).

Adapun distribusi rata-rata ukuran partikel komponen susu

setelah pemanasan diketahui bahwa misel kasein (diameter 50-

600 nm, dengan rata-rata diameter 120 nm) (Maubois and

Olliver, 1997), agregat protein whey (diameter 60 nm)

(Vasbinder and Kruif, 2003) dan k-kasein/komplek protein

whey (diameter 25-75 nm) (Jean, Famelart and Guyomarch

2006).

Page 33: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

1

BAB III

MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi

a. Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas

Peternakan Universitas Brawijaya, untuk pengujian

daya larut dan uji sedimentasi.

b. Laboratorium Biosains Universitas Brawijaya

Malang, untuk pengujian mikrostruktur dengan

menggunakan mikroskop Flourescene

c. Laboratorium Farmasetika Fakultas Farmasi

Universitas Airlangga Surabaya, untuk pengujian

ukuran partikel menggunakan metode Dinamic

Light Scattering

3.1.2 Waktu

Penelitian dilakukan pada 24 Januari - 14 April

2017

3.2 Materi Penelitian

3.2.1 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini,

antara lain: Whey Protein Isolate (WPI) komersial yang

berasal dari Produsen Muscle Feastindo, ekstrak katekin

gambir komersial dalam bentuk powder dibeli dari CV

Jaya Makmur yang berlokasi di Medan, susu skim cair

komersial merek Diamond dan aquades PH 7 (CV.

Makmur Sejati, Malang).

Page 34: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

2

3.2.2 Perlatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini,

antara lain: Beaker glass (Iwaki Phyrex, Jepang), gelas

ukur (Iwaki Phyrex, Jepang), timbangan analitik merk

CHQ, magnetic stirer merek SBS, pengaduk, showcase,

termometer, mini spray dryer (B290 Buchi, Jerman),

sentrifuse, test tube, kertas saring whatman No.1

,eksikator, tang penjepit, mikroskop flourscene (FSX 100

Olympus, Jepang), DLC merek Horiba LA 500, pipet

tetes, object glass dan cover glass

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan metode percobaan di

laboratorium dengan menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan masing-masing

dilakukan 4 kali pengulangan. Perlakuan yang diberikan

yaitu penggunaan nano protein whey katekin dengan

perbedaan konsentrasi yang diaplikasikan pada susu

skim bubuk. Perlakuan yang diteliti yaitu penambahan

0%; 5% dan 10%. Variabel yang diteliti adalah daya

larut, sedimentasi, mikrostruktur dan ukuran partikel.

Model tabulasi data pada penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel 1.

Page 35: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

3

Tabel 1. Tabulasi Data yang Digunakan Pada Penelitian

Perlakuan Ulangan

U1 U2 U3 U4

P0 P0U1 P0U2 P0U3 P0U4

P1 P1U1 P1U2 P1U3 P1U4

P2 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4

Keterangan:

P0 : Perlakuan susu skim tanpa penambahan nano protein

whey katekin

P1 : Perlakuan susu skim dengan penambahan nano

protein whey katekin 5%

P2 : Perlakuan susu skim dengan penambahan nano

protein whey katekin 10%

U1 : Ulangan 1

U2 : Ulangan 2

U3 : Ulangan 3

U4 : Ulangan 4

3.3.2 Tahapan Penelitian

3.3.2.1 Pembuatan Larutan Nano protein whey katekin

Pembuatan larutan nano protein whey katekin

dilakukan sesuai dengan prosedur Thongkaew et al., (2014)

yang dimodifikasi. Dilarutkan WPI bubuk (5% w/v) dalam

aquades. Proses selanjutnya adalah larutan distirer

menggunakan hot plate stirer pada suhu ruang selama 2 jam

sampai homogen. Larutan kemudian dipanaskan pada suhu 65o

C selama 40 menit dengan menggunakan waterbath, setelah

itu didinginkan, kemudian disaring menggunakan kertas

saring. Proses selanjutnya adalah tahap penambahan katekin

Page 36: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

4

(0,25% w/v) dalam larutan whey, kemudian distirer pada suhu

ruang selama 15 menit, setelah itu disaring. Pencampuran

larutan nano protein whey katekin pada susu skim dilakukan

pada suhu ruang. Susu skim cair diberi perlakuan penambahan

nano protein whey katekin, yaitu tanpa penambahan (P0); 5%

(P1) dan 10% (P2). Prosedur pembuatan larutan nano protein

whey katekin dapat disajikan pada Gambar 2.

3.3.2.2 Proses Pengeringan Susu Skim Dengan

Penambahan Nano Protein Whey Katekin

Pada proses pengeringan dilakukan beberapa tahapan,

antara lain: susu skim ditambahkan nano protein whey katekin

sesuai perlakuan, yaitu tanpa penambahan (P0); 5% (P1) dan

10% (P2), selanjutnya larutan tersebut distirer pada suhu ruang

selama 15 menit, kemudian siap dilakukan proses

pengeringan. Pengeringan susu skim yang telah ditambahkan

nano protein whey katekin dilakukan menggunakan mini spray

dryer dengan suhu inlet 125oC dan outlet 74

oC. Hasil

pengeringan berbentuk powder ditempatkan pada wadah

plastik rangkap 3 yang kemudian dimasukkan dalam botol

kaca bertujuan agar susu terhindar dari kontaminasi udara dan

uap air, setelah itu disimpan dalam suhu ruang.

Page 37: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

5

Gambar 3. Prosedur Pembuatan Larutan Nano Protein Whey

Katekin (Thongkaew et al., 2014) yang

Dimodifikasi

Larutan WPI (5%

w/v)

Distirer hingga homogen selama 2 jam pada suhu ruang

Dipanaskan dengan waterbath pada suhu 65oC selama 40

menit

Didinginkan kemudian disaring menggunakan kertas saring

halus

Ditambahkan katekin dalam larutan whey (0,25% w/v)

Distirer hingga homogen selama 15 menit, kemudian

disaring menggunakan kertas saring halus

Nano protein

whey katekin

Page 38: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

6

Gambar 4. Skema Tahapan Penelitian

Susu skim

cair

Ditambahkan larutan nano protein whey katekin sesuai

perlakuan,

tanpa penambahan (P0); 5% (P1); 10% (P2)

Distirer hingga homogen

Dikeringkan menggunakan spray dryer

Susu Skim Bubuk

dengan penambahan

Nano protein whey

katekin

Variabel Uji Susu Skim Bubuk Dengan Penambahan

Nano Protein Whey Katekin

Daya Larut

Sedimentasi

Mikrostruktur

Ukuran Partikel

Page 39: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

7

3.4 Variabel Penelitian

Variabel yang diuji pada penelitian ini yaitu daya

larut, sedimentasi, mikrostruktur dan ukuran partikel.

Pengujian susu skim dengan penambahan nano protein whey

katekin berbeda konsentrasi adalah sebagai berikut:

a. Pengujian Daya Larut

Prosedur pengujian mengacu pada prosedur Haque et

al., (2012) pada Lampiran 1.

b. Pengujian Sedimentasi

Prosedur pengujian mengacu pada prosedur Beck, J.

R (2007) pada Lampiran 2.

c. Pengujian Mikrostruktur

Prosedur uji mengacu pada prosedur Strauss and

Gibson, (2004) pada Lampiran 3.

d. Ukuran Partikel

Prosedur uji mengacu pada prosedur Triawati, Radiati,

Thohari dan Manab (2016), pada lampiran 4.

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh pada uji daya larut dan

sedimentasi dihitung dengan analisis ragam, sedangkan untuk

hasil pengujian mikrostruktur dan ukuran partikel dianalisis

secara deskriptif kualitatif.

3.6 Batasan Istilah

Skim : Susu tanpa lemak yang diperoleh secara komersial

dengan merk Diamond Produsen PT.Diamond Cold

Storage dengan karakteristik cair.

Whey : Whey Protein Isolat komersial yang dilarutkan

dalam aquades.

Page 40: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

8

Katekin : Ekstrak katekin dari tanaman Gambir

komersial yang dilarutkan dalam aquades.

Daya larut : Protein dan katekin yang larut dalam

aquades.

Sedimentasi : Sisa hasil penyaringan menggunakan kertas

saring Whatman no.1.

Mikrostruktur : Gambaran mikroskopis persebaran matriks

protein pada interaksi susu skim dan nano

protein whey katekin.

Page 41: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Daya Larut

Data dan analisis ragam daya larut tertera pada

Lampiran 5. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa

perlakuan penambahan nano protein whey katekin pada susu

skim bubuk dengan persentase yang berbeda (0%, 5% dan

10%) tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05)

terhadap nilai daya larut. Berikut nilai rata-rata daya larut

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Nilai Daya Larut Susu Skim Bubuk

Perlakuan Daya Larut (%)

P0 (tanpa penambahan) 92 ± 0,07

P1 (5%) 97 ± 0,02

P2 (10%) 98 ± 0,01

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan

nano protein whey katekin pada susu skim bubuk tidak

memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap nilai

daya larut. Hal ini diduga karena persentase penambahan

nano protein whey katekin terlalu sedikit, sehingga interaksi

yang terjadi antara katekin dan protein susu tidak terlalu kuat

dalam menstabilkan struktur protein ketika mendapat

perlakuan panas. Zhou et al., (2015) menyatakan bahwa

interaksi yang kuat antara senyawa fenolik dan protein susu

terbukti meningkatkan stabilitas protein terhadap denaturasi

panas. Stabilitas protein terhadap denaturasi diduga akan

Page 42: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

2

berpengaruh terhadap daya larut yang semakin tinggi dan

pembentukan sedimentasi yang semakin sedikit..

Hasil rata-rata daya larut susu skim bubuk dengan

penambahan nano protein whey katekin pada Tabel 2.

Menunjukkan bahwa rata-rata daya larut pada P0; P1; dan P2

sebesar 92 ± 0,07; 97 ± 0,02; dan 98 ± 0,01. Hasil terbaik

diperoleh pada P2 dengan persentase penambahan nano protein

whey sebanyak 10% pada susu skim. Daya larut yang semakin

tinggi mengindikasikan adanya interaksi antara protein dan

katekin selama terjadinya pemanasan. Katekin berinteraksi

dengan whey (α-laktalbumin, β-laktoglobulin dan bovine

serum albumin) (Stojadinovic et al., 2013) dan β-kasein

karena protein susu banyak mengandung prolin dan

mempunyai struktur terbuka (Zhou et al., 2015). Sementara

hasil daya larut terendah diperoleh oleh P0 dengan tanpa

penambahan nano protein whey katekin pada susu skim. Hal

ini diduga karena banyak protein yang terdenaturasi selama

proses pemanasan. Menurut Anema et al., (2004)

menyatakan bahwa semakin banyak protein terdenaturasi akan

meningkatkan jumlah ikatan disulfida bebas dan membentuk

interaksi antar protein, menyebabkan berat molekul bertambah

dan menyebabkan partikel turun ke dasar sebagai protein yang

rusak dan menyebabkan penurunan daya larut.

4.2 Sedimentasi

Data dan analisis ragam sedimentasi tertera pada

Lampiran 5. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa

perlakuan penambahan nano protein whey katekin pada susu

skim bubuk dengan persentase yang berbeda (0%, 5% dan

10%) tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05)

Page 43: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

3

terhadap nilai sedimentasi. Berikut nilai rata-rata sedimentasi

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Sedimentasi Susu Skim Bubuk

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa

penambahan nano protein whey katekin pada susu skim bubuk

tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap

nilai sedimentasi. Hal ini diduga karena persentase

penambahan nano protein whey katekin terlalu sedikit,

sehingga interaksi yang terjadi antara katekin dan protein susu

tidak terlalu kuat dalam menstabilkan struktur protein ketika

mendapat perlakuan panas. Menurut Zhou et al., (2015)

menyatakan bahwa interaksi yang kuat antara senyawa fenolik

dan protein susu terbukti meningkatkan stabilitas protein

terhadap denaturasi panas. Stabilitas protein terhadap

denaturasi diduga akan berpengaruh terhadap daya larut yang

semakin tinggi dan pembentukan sedimentasi yang semakin

sedikit. Pengukuran terhadap sedimentasi merupakan

parameter yang menunjukkan kestabilan protein terhadap

panas (Widodo dkk., 2012).

Hasil rata-rata sedimentasi susu skim bubuk dengan

penambahan nano protein whey katekin pada Tabel 3.

Menunjukkan bahwa rata-rata sedimentasi pada P0; P1; dan P2

sebesar 0,090 ± 0,01; 0,080± 0,01 dan 0,082± 0,01. Nilai rata-

Perlakuan Sedimentasi (g/ml)

P0 (tanpa penambahan) 0,090 ± 0,01

P1 (5%) 0,080 ± 0,01

P2 (10%) 0,082 ± 0,01

Page 44: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

4

rata sedimentasi yang semakin menurun diduga akibat adanya

penstabilan struktur protein oleh senyawa katekin pada nano

protein whey katekin yang menyebabkan protein stabil

terhadap denaturasi. Semakin sedikit protein yang

terdenaturasi diduga mengakibatkan semakin sedikit pula

sedimentasi atau endapan yang dihasilkan. Menurut Widodo

dkk (2012) bahwa sedimen atau residu merupakan partikel

tidak larut dalam air, yakni mengandung diantaranya: protein

yang rusak atau mengalami denaturasi, partikel yang hangus

atau lengket, partikel yang sukar larut dan adanya bahan

campuran lain.

Pada P0 dengan tanpa penambahan nano protein whey

katekin menghasilkan nilai rata-rata pembentukan sedimentasi

paling tinggi dibandingkan dengan P1 dan P2. Hal ini diduga

bahwa protein mengalami denaturasi akibat adanya perlakuan

pemanasan sehingga protein rusak, kehilangan daya larut dan

mengendap. Menurut Ramandani (2015) bahwa selama

denaturasi, struktur protein whey akan mengalami perubahan,

gugus sulfhidril yang reaktif dengan adanya panas akan

berbalik keluar. Apabila pada polimer lainnya terjadi hal yang

sama maka antar gugus sulfidril membentuk ikatan disulfida.

Semakin banyak ikatan disulfida menyebabkan berat molekul

protein semakin tinggi dan turun ke dasar membentuk sedimen

atau endapan.

Pada P1 dengan penambahan nano protein whey

katekin sebanya 5% menghasilkan angka rata-rata sedimentasi

paling rendah diantara semua perlakuan yakni 0,080±0,01.

Adanya perlakuan pemanasaan pada saat proses pengeringan

susu menggunakan spray dryer membuat struktur protein

terbuka dan memungkinkan protein untuk berinteraksi dengan

nano protein whey katekin. Pada proses pemanasan spray

Page 45: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

5

dryer menggunakan suhu inlet 125oC mampu mendenaturasi

protein yang belum berinteraksi. Pada saat denaturasi terjadi,

katekin yang merupakan senyawa polifenol dapat berikatan

dan berinteraksi dengan protein susu sehingga membentuk

komplek protein-polifenol. Menurut Ye et al., (2013) interaksi

antara katekin (seperti EGCg, EGC dan EKG) dan protein

murni (seperti β-casein, α-casein dan β-lactoglobulin) atau

dengan protein susu terjadi dengan membentuk komplek

katekin-protein.

Pada P2 dengan penambahan nano protein whey

katekin sebanya 10% menghasilkan angka rata-rata

sedimentasi yang tidak berbeda jauh dengan P1 yakni 0,082±

0,01. Adanya penambahan nano protein whey katekin

menghasilkan penurunan pada rata-rata pembentukan

sedimentasi. Katekin dapat berinteraksi dengan protein, karena

protein susu banyak mengandung prolin dan mempunyai

struktur terbuka. (Stojadinovic et al., 2013). Menurut Ferruzi,

Bordenave and Hamaker (2012) menyatakan bahwa interaksi

antara protein dan polifenol timbul karena interaksi hidrofobik

dan ikatan hidrogen pada gugus hidroksi fenolik. Interaksi

hidrofobik akan membentuk ikatan peptida non spesifik

sehingga protein yang kaya prolin dan polifenol akan

mengalami perubahan konformasi dalam struktur proteinnya

sehingga kelarutan menurun dan terjadi pengendapan atau

sedimen.

Setiap perlakuan dibedakan atas perbedaan persentase

penambahan nano protein whey katekin. Adanya penambahan

nano protein whey katekin menghasilkan angka rata-rata

pembentukan sedimentasi yang cenderung menurun.

Page 46: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

6

4.3 Mikrostruktur

Susu skim bubuk dengan penambahan nano whey-

katekin dilakukan uji pengamatan mikrostruktur menggunakan

mikroskop flourescene tipe FSX 100 Olympus perbesaran

100x. Tujuan pengamatan mikrostruktur bertujuan untuk

melihat ada atau tidaknya pembentukan gel pada protein yang

terjadi akibat adanya perlakuan pemanasan. Pembentukan gel

(gelasi) merupakan fenomena agregasi protein dimana

interaksi polimer-polimer dan polimer-solven sangat seimbang

sehingga jaringan atau matriks tersier terbentuk. Pembentukan

gel juga menjadi indikator awal bahwa protein mulai

terdenaturasi.

Pembuatan preparat dalam pengamatan menggunakan

pewarnaan rhodamin B yang akan mengekspresikan protein

dengan warna merah terang ketika diamati menggunakan

mikroskop. Gambar mikrostruktur susu skim bubuk dengan

penambahan nano protein whey katekin lebih jelasnya dapat

dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Penampang mikrostruktur susu skim dengan

penambahan nano whey katekin, A=P0 (tanpa

penambahan) B=P1 (penambahan sebanyak 5%)

dan C=P2 (penambahan sebanyak 10%).

Hasil mikrostruktur susu skim bubuk dengan

penambahan nano protein whey katekin nampak berbeda pada

P2 P3

P3

A B

C

C

Page 47: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

7

setiap perlakuan. Hasil mikrostruktur Gambar 5. A yakni susu

skim tanpa penambahan nano protein whey katekin

menunjukkan bahwa protein membentuk agregat dan sudah

mengalami proses pembentukan gel atau indikator awal

protein terdenaturasi. Terlihat bahwa pendaran warna merah

nampak sangat terang dan persebaran protein sangat

berdekatan hingga membentuk agregat. Protein terpilin dan

berubah struktur akibat adanya perlakuan pemanasan. Agregat

protein tersebut terbentuk karena terjadinya interaksi antar

polimer protein akibat adanya pemanasan sehingga struktur

tersier protein terbentuk. Pemanasan pada proses pembuatan

susu menjadi bubuk menggunakan spray dryer dengan suhu

inlet 125oC dan outlet 74

oC. Menurut Ferrandon, Niranjan and

Grandison (2006) bahwa pada suhu diatas 80oC, -

lactoglobulin dan α-lactalbumin terdenaturasi dan mulai

berikatan dengan k-casein pada permukaan misel kasein

melalui interkasi tereksposnya gugus sulfidril.

Hasil mikrostruktur Gambar 5. B yakni susu skim

bubuk dengan penambahan nano protein whey katekin

sebanyak 5% menunjukkan bahwa protein juga membentuk

agregat dan sudah mengalami proses pembentukan gel atau

indikator awal protein terdenaturasi. Terlihat ada persebaran

partikel protein yang lebih renggang dibandingkan dengan

Gambar 5. A. Pendaran warna merah nampak tidak lebih tebal

dibandingkan dengan Gambar 5. A. Hal tersebut

mengindikasikan adanya peran katekin pada nano protein

whey katekin dalam menstabilkan struktur protein. Menurut

Ye et al., (2013) interaksi antara katekin (seperti EGCg, EGC

dan EKG) dan protein murni (seperti β-kasein, α-kasein dan β-

laktoglobulin) atau dengan protein susu terjadi dengan

membentuk komplek katekin-protein.

Page 48: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

8

Hasil mikrostruktur Gambar 5. C yakni susu skim

bubuk dengan penambahan nano protein whey katekin

sebanyak 10% menunjukkan bahwa protein juga membentuk

agregat dan sudah mengalami proses pembentukan gel atau

indikator awal protein terdenaturasi. Persebaran partikel

protein terlihat hampir sama dengan Gambar 5. B. pendaran

warna merah nampak berpilin namun tidak lebih tebal.

Penambahan 10% nano protein whey katekin menjadi faktor

afinitas pengikatan katekin ke protein meningkat. Menurut

Kanakis et al., (2011) bahwa afinitas pengikatan folifenol ke

protein tergantung pada ukuran polifenol. Dapat diindikasikan

bahwa semakin besar ukuran polifenol yang dalam kaitan ini

adalah katekin maka akan memperkuat daya afinitas polifenol

terikat ke protein, yang akan berakibat pada kemungkinan

struktur protein dapat dipertahankan dan mencegah terbentuk

matriks tersier.

Berdasarkan perbandingan tampilan mikrostruktur

pada gambar 5. A, B dan C menunjukkan adanya perbedaan.

Semakin banyak penambahan katekin diduga mencegah

terbentuknya agregat protein sehingga pembentukan gel dan

denaturasi protein melambat. Persebaran agreagar protein yang

semakin renggang akan berakibat pada semakin kecilnya

ukuran partikel.

4.4 Ukuran Partikel

Hasil penelitian dari penambahan nano protein whey

katekin dengan level berbeda yaitu 0%, 5% dan 10% pada

susu skim bubuk memberikan hasil terhadap ukuran partikel

susu bubuk, dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 49: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

9

Tabel 4. Rata-rata Ukuran Partikel Susu Skim Bubuk

Perlakuan Rata-rata (nm)

P0 (tanpa penambahan) 149,28

P1 (5%) 159,93

P2 (10%) 125,23

Pengukuran ukuran partikel merupakan parameter

yang digunakan untuk mengetahui ukuran partikel sampel

setelah diinteraksikan. Pengukuran partikel menggunakan

metode hamburan cahaya dinamais (DLS) telah terbukti dapat

digunakan untuk mengukur kemampuan partikel bubuk untuk

terdispersi berdasarkan perubahan ukuran partikel dan

konsentrasi volume partikel yang tidak larut. Kemampuan

terdispersi dapat diukur dengan tingkat penurunan ukuran

partikel (Ji et al., 2016).

Hasil analisa ukuran menunjukkan bahwa P2 memiliki

ukuran partikel paling kecil, sementara P1 memiliki ukuran

partikel paling besar. Hal ini diduga bahwa penambahan nano

protein whey katekin dengan kadar yang tepat dapat

berpengaruh positif terhadap ukuran partikel. Dalam kaitan ini

adalah semakin kecil berarti semakin bagus karena akan

berbanding lurus dengan meningkatnya daya larut susu bubuk

dan menurunnya sedimentasi karena partikel lebih sempurna

saat tersuspensi dalam air. P2 dengan penambahan nano

protein whey katekin sebanyak 10% memiliki ukuran partikel

rata-rata diameter 125,23 nm. Hal ini sesuai dengan penelitian

Maubois and Olliver (1997) bahwa distribusi rata-rata ukuran

partikel komponen susu setelah pemanasan diketahui bahwa

misel kasein (diameter 50-600 nm, dengan rata-rata diameter

Page 50: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

10

120 nm). Penambahan ukuran partikel yang lebih besar

tersebut diduga karena ada interaksi antara protein susu dan

senyawa polifenol katekin. Keberadaan katekin akan

menstabilkan struktur protein ketika proses pemanasan,

sehingga mencegah terbentuknya agregat yang akan

berpengaruh terhadap membesarnya ukuran diameter partikel.

Menurut Taterka and Manuel (2015) agregasi protein akan

menghasilkan peningkatan pada ukuran partikel dari protein.

Page 51: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan

penambahan nano protein whey katekin pada susu skim bubuk

mampu mempertahankan nilai daya larut dan sedimentasi,

memiliki mikrostruktur agregat protein yang menyebar dan

ukuran partikel yang semakin kecil. Penggunaan penambahan

10% nano protein whey katekin memperoleh hasil terbaik,

dengan nilai daya larut 98%, nilai sedimentasi 0,082 g/ml,

mikrostruktur agregat protein yang menyebar dan ukuran

partikel 125,23 nm.

5. 2 Saran

Saran penelitian adalah nano protein whey katekin

dengan persentase 10% dapat dijadikan sebagai bahan

tambahan pada susu skim bubuk serta perlu adanya

pengembangan penelitian karakteristik susu skim bubuk

ditinjau dari sifat kimia susu.

Page 52: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

1

DAFTAR PUSTAKA

Adjonu, R., G. Doran., P. Torey and S. Agboola. 2014. Whey

Protein Peptides as Component of Nanoemulsions: A

Review of Emulsifying and Biological Functionalities.

Journal of Food Engineering 122: 15-27.

Anema, S. G., dan Y. Li. 2003. Effect of pH On the

Asspciation of Denaturated Whey Protein with Casein

Micelles in Heated Reconstituted Skim Milk. J. Agric

Food Chem 51: 1640–1646.

Anema, S.G., E. K. Lowe, and S. K. Lee. 2004. Effect of Ph

At Heating On The Acid-Induced Aggregation of

Casein Micelles In Reconstituted Skim Milk. LWT-

Food Science and Technology, 37(7), 779-787.

Ferrandon, A.D., K. Niranjan and A. S. Grandison. 2006. A

Novel Technique for Differentiation of Proteins in the

Development of Acid Gel Structure from Control and

Heat Treated Milk Using Confocal Scanning Laser

Microscopy. Journal of Dairy Research, 73: 423-430.

Ferruzzi, M. G., N. Boredenave and B. R. Hamaker. 2012.

Does Flavor Impact Function? Potential Consequences

Of Polyphenol – Protein Interactions In Delivery and

Bioactivity Of flavan-3-Ols From Foods. Physiology

& Behavior 107: 591– 597

Gallo, M., G. Vinci., G. Graziani., C. D Simone and P.

Ferranti. 2013. The Interaction of Cocoa Polyphenols

Page 53: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

2

with Milk Protein Studied by Proteomi Techniques.

Food Research International 54: 406-415.

Haque, E., A.K. Whittaker., M.J. Gidley., H.C. Deeth., K.

Febrianto and B.R. Bhandari. 2012. Kinetics of

Enthalphy Relaxatiom of Milk Protein Concentrate

Powder Upon Ageing and Its Effect on Solubility.

Food Chemistry 134: 1368-1373.

Haug I. J., Skar, H. M., Vegarud, G. E., Langsrud, T., &

Draget, K. I. (2009). Electrostatic Effects on Β-

Lactoglobulin Transitions During Heat Denaturation

As Studied By Differential Scanning Calorimetry.

Food Hydrocolloids 23: 2287-2293.

Heng, C. T. 2004. X-ray Crystallographic Studies of Bovine

Serum Albumin and Helicobacter Pylori Thioredoxin-

2. University of Saskatchewan. Saskatoon: Canada.

Jean, K., M. Renan., M. H. Famelart and F. Guyomarch. 2006.

Structure and Surface Properties of the Serum Heat-

Induced Protein Aggregates Isolated from heated Skim

Milk. International Dairy Journal 16: 303-315

Ji, J., J. Fitzpatrick., K. Cronin., A. Crean and S. Miao. 2016.

Assessment of Measurement Characteristics for

Rehydration of Milk Protein Based Powders. Food

Hydrocolloids 54: 151-161.

Page 54: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

3

Jovanovic, S., M. Barac and O. Macej. 2005. Whey Proteins-

Properties and Possibility of Application. Journal for

Dairy Production and Processing Improvement 55(3):

215-233.

Joyce, A. M., A. Brodkorb., A. L.Kelly and J. A. O’Mahony.

2017. Separation of The Effect of Denaturation and

Aggreagation on Whey-Casein Protein Interaction

During the Manufacture of a Model Infant Formula.

Dairy Sci & Technol 96: 787-806.

Kanakis, C. D. I. Hasni., P. Bourassa., P.A. Tarantalis., M.G

Polissiou and H.A.T. Riahi. 2011. Milk β-

laktoglobulin Complexes with Tea Polyphenols. J.

Food Chemistry 127: 1046–1055.

Kresic, G., A.R. Jambrak., V. Lelas and Z. Herceg. 2011.

Influence of Innovative Technologies on Rheological

and Thermophysical Properties of Whey Proteins and

Guar Gum Model Systems. Mljekarstvo 61(1): 64-78.

Maubois, J.L and Olliver, G. 1997. Extraction of Milk

Proteins. In S Damodaran (Ed.,), Food Proteins and

Their Applications (pp 579-595). Boca Raton, FI.,

USA: CRC Press. .

Mounsey, J. S., Brendan, T. O., Mark, A. F., and Andre, B.

2008. The Effect of Heating on b-lactoglobulin-

chitosan Mixture as Influenced by pH and Ionic

Strength. Food Hydrocolloids 22: 65-73.

Page 55: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

4

Ozdal, T., E. Capanoglu and F. Altay. 2013. A Review On

Protein-PhenoliccInteractions and Associated Changes.

Food Research International 51: 954-970.

Putri, M. A. H. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri (+) – Katekin

dari Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Terhadap

Beberapa Jenis Bakteri Gram Negatif dan

Mekanismenya. Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Ramandani, D., L.E. Radiati dan Purwadi. 2015. Quality of

Pasteurized Milk Using Microwave. Skripsi Fakultas

Peternakan Universitas Brawijaya.

Rodrigues, R. M., A. J. Martins., O. L. Ramos., F. X. Malcata.,

J. A.Teixeira., A. A.Vicente and R. N. Pereira. 2015.

Influence of Moderate Electric Fields On Gelation of

Whey Protein Isolate. Food Hydrocolloids 43: 329-

339.

Schwarz B. and Hofmann T., (2008). Is There A Direct

Relationship Between Oral Astringency And Human

Salivary Protein Binding. Eur Food Res Technol 227,

1693–1698

Simmons, M. J. H., P. Jayarman and P. J. Fryer. 2007. The

Effect of Temperature and Shear Rate Upon The

Aggregation of Whey Protein and Its Implication for

Milk Fouling. J.Food Eng 79: 517-528.

Page 56: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

5

Stojadinovic, M., J. Radosavljevic., J. Ognjenovic., J. Vesic., I.

Prodic., D.S. Vucinic and T.C. Velickovic. 2013.

Binding Affinity Between Dietary Polypheols and β-

lactoglobulin Negatively Correlates with the Protein

Susceptibility to Digestion and Total Antioxidant

Activity of Complexes Formed. Food Chemistry 136:

1263-1271.

Strauss G. and S. M. Gibson. 2004. Phenolics As Cross-

Linkers Of Gelatin Gels and Gelatin-Based

Coacervates For Use As Food Ingredients. Food

Hydrocolloids 18: 81–89.

Taterka, H and M. Castillo. 2015. The Effet of Whey Protein

Denaturation On Light Backscatter and Partile Size of

thr Casein Micelle as a Function of pH and Heat-

Treatment Temperature. International Dairy Journal

XXX: 1-7.

Thongkaew, C., M. Gibis., J. Hinrichs and J. Weiss. 2014.

Polyphenol Interactions with Whey Protein Isolate and

Whey Protein Isolate-Pectin Coacervates. Food

Hydrocolloids 41: 103-112.

Triawati, N. W., L. E. Radiati., I. Thohari and A. Manab.

2016. Microbiological and Physicochemical Properties

of Mayonnaise Using Biopolymer of Whey Protein–

Gelatin–Chitosan During Storage. Inter J Curr

Microbiol App Sci 5 (7): 191–199.

Page 57: KARAKTERISTIK SUSU SKIM BUBUK DENGAN ...repository.ub.ac.id/4735/1/Teti Miryanti.pdfPeternakan Universitas Brawijaya, yang berjasa dalam memberikan kebijakan tertinggi untuk kemajuan

6

Vasbinder, A.J and C.G.D. Kruif . 2003. Casein-Whey

Protein Interactions in Heated Milk: Teh Influenced of

pH. International Dairy Journal 13: 669-677.

Vasbinder, A.J F.V.D. Velde and C.G.D. Kruif. 2004.

Gelation of Casein-Whey Protein Mixtures. J,Dairy

Sci 87: 1167-1176.

Widodo W. 2003. Bioteknologi Fermentasi Susu. Universitas

Muhammadiyah Malang Press: Malang.

Widodo., A. V. Rachmawati., R. Chulaila dan I. G. S.

Budisatria. 2012. Produksi dan Evaluasi Susu Bubuk

Asal Kambing Peranakan Ettawa (PE). Jurnal

Teknologi dan Industri Pangan 23(2): 132-139.

Yazdi, S. R and M. Corredig. 2012. Heating of Milk Alters the

Binding of Curcumin to Casein Micelles, A

Flourescene Spectroscopy Study. Food Chemistry

132: 1143-1149.

Ye, J., F. Fan., X. Xu and Y. Liang. 2013. Interactions of

Black and Green tea Polyphenols with Whole Milk.

Food Research International 53: 449-455.

Zhou, S., S. Seo., I. Alli and Y. W. Chang. 2015. Interactions

of Caseins with Phenolic Acids Found in Chocolate.

Food Research International. 74: 177-184.