karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan bblr di rskm tahun 2013

45
KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT KRAKATAU MEDIKA TAHUN 2013 PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun Oleh : Gayeta Suisa Febiola 12006 AKADEMI KEBIDANAN AL-ISHLAH CILEGON

Upload: intan-risqiani

Post on 18-Jan-2016

72 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

berat badan lahir rendah

TRANSCRIPT

Page 1: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT

BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

DI RUMAH SAKIT KRAKATAU MEDIKA

TAHUN 2013

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh :

Gayeta Suisa Febiola

12006

AKADEMI KEBIDANAN AL-ISHLAH CILEGON

2015

Page 2: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Target pencapaian poin ke-4 MDGs (Millenium Development Goals) yaitu

menurunkan angka kematian bayi dan balita 2/3 dari tahun 1990-2015.

Kematian bayi dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit infeksi, BBLR

(Berat Badan Lahir Rendah), malaria, campak, dan HIV (Human

Immunodeficiency Virus). (WHO, 2012)

Prevalensi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) menurut WHO (World Health

Organization) tahun 2012 diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia

dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara

berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90%

kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) didapatkan di negara berkembang

dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat

lahir lebih dari 2500 gram. (UNICEF, 2012)

Asia Tenggara mempunyai insidensi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

paling tinggi yaitu 27% dari seluruh kelahiran bayi berat badan lahir rendah di

dunia. Data terakhir pada tahun 2010, angka kejadian Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR) di Indonesia sebesar 11,1% yang mana masih berada diatas angka

rata-rata Thailand 6,6% dan Vietnam 5,3%. (Ragil, 2013)

Angka kejadian BBLR di Indonesia tahun 2013 cenderung menurun dari

tahun 2010 tetapi masih terdapat 10,2% bayi dengan berat badan lahir rendah.

Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan

daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multisenter

diperoleh angka BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) dengan rentang 2.1%-17,2

%. Proporsi BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) dapat diketahui berdasarkan

estimasi dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Secara

nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini

lebih besar dari target pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang

menargetkan pada 2019 nanti Indonesia sudah terlepas dari persoalan gizi.

Page 3: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2012, sekitar 57% kematian

bayi terjadi pada bayi umur dibawah 1 bulan dan utamanya disebabkan oleh

gangguan perinatal dan bayi berat lahir rendah. Menurut perkiraan, setiap

tahunnya sekitar 400.000 bayi lahir dengan berat badan rendah. (SDKI, 2012)

Provinsi Banten termasuk ke dalam 20 Provinsi dengan kejadian BBLR

tertinggi dari 34 provinsi yang ada di Indonesia. Adapun angka kejadiannya

meningkat dari tahun 2010 sampai 2013. Dan dari 1286 jumlah kematian bayi di

Provinsi Banten pada tahun 2013, BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) menjadi

penyebab terbanyak ke-dua dengan persentase 34.16% (345 kasus). (Profil

Kesehatan Banten, 2014)

Kematian bayi neonatus atau bayi berumur 28 hari pada tahun 2013, yakni

sebanyak 53 bayi. Dengan rincian 28 bayi akibat berat badan lahir rendah,

asifiksi atau sesak nafas ada sebanyak 17 bayi, kongenital sebanyak 5 bayi,

dan penyebab lainnya ada sebanyak 3 bayi. Dimana di Kota Cilegon, pada

tahun 2013, terdapat 310 kasus BBLR yang tercatat di Dinas Kesehatan Kota

Cilegon. Dimana, Kota Cilegon, terdapat 8 puskesmas dan 2 rumah sakit utama,

yaitu RSUD Cilegon dan RS Krakatau Medika. Adapun proporsi kejadian BBLR

di Seluruh di puskesmas dikota cilegon sebesar 29.67%. sedangkan di RSUD

kota Cilegon proporsinya 32.59%, dan di RSKM 37,74%. (Dinas Kesehatan

Kota Cilegon, 2013)

BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa

memandang masa gestasi (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2012). Dahulu

dengan neonatus yang berat badan lahir kurang dari 2500 gram ataupun

dengan lahir 2500 gram disebut dengan premature. Namun WHO mengganti

semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut

Low Birth Weight Infants (BBLR). (Yushananta, 2010)

Berdasarkan uraian diatas, bahwa kejadian BBLR masih menyumbang

angka penyebab tingginya AKB di Cilegon tahun 2013, sehingga Peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang Karakteristik ibu yang yang melahirkan bayi

dengan Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Sakit Krakatau Medika tahun

2013.

Page 4: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR di

Rumah Sakit Krakatau Medika pada tahun 2013?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR

di Rumah Sakit Krakatau Medika (RSKM) tahun 2013.

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Mengetahui distribusi frekuensi ibu yang melahirkan bayi dengan

BBLR dan bukan BBLR di RSKM tahun 2013

1.3.2.2 Mengetahui distribusi frekuensi ibu yang melahirkan bayi dengan

BBLR di RSKM tahun 2013 berdasarkan usia kehamilan saat

melahirkan

1.3.2.3 Mengetahui distribusi frekuensi ibu yang melahirkan bayi dengan

BBLR di RSKM tahun 2013 berdasarkan usia ibu

1.3.2.4 Mengetahui distribusi frekuensi ibu yang melahirkan bayi dengan

bblr di RSKM tahun 2013 berdasarkan paritas

1.3.2.5 Mengetahui distribusi frekuensi ibu yang melahirkan bayi dengan

BBLR di RSKM tahun 2013 berdasarkan jarak kehamilan

1.3.2.6 Mengetahui distribusi frekuensi ibu yang melahirkan bayi dengan

BBLR di RSKM tahun 2013 berdasarkan status anemia

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Memberikan gambaran tentang kejadian BBLR beserta karakteristik ibu

yang didapatkan dari hasil penelitian.

1.4.2 Bagi Institusi

Memberikan gambaran karakteristik ibu yang melahirkan bayi daengan

BBLR di RSKM dan sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya.

Page 5: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

1.4.3 Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi mengenai kejadian BBLR, sehingga

diharapkan ada tindakan pencegahan terhadap kejadian BBLR.

Page 6: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

2.1.1 Definisi

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat

badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain

karena ibu hamil anemia, kurang suplai gizi waktu dalam kandungan,

ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah

perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah

sekali mengalami hipotermi yang biasanya akan menjadi penyebab

kematian. (Depkes RI, 2009).

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat

badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).

(Sarwono Prawirohardjo, 2010).

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500

gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan

berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram

disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru

lahir dengan berat kurang 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants

(Proverawati, 2010). 

2.1.2 Etiologi

Menurut Mitayani (2011) etiologi atau penyebab dari BBLR maupun usia

bayi belum selesai dengan masa gestasinya sebagai berikut :

2.1.2.1 Komplikasi obstetric

a. Multiple gestation

b. Incompetence

c. Pro (Premature Rupture Of Membrane)

d. Pregnancy Induce Hypertention (PIH)

e. Plasenta previa

Page 7: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

f. Ada riwayat kelahiran premature

2.1.2.2 Komplikasi Medis

a. Diabetes Maternal

b. Hipertensi Kronis

c. Infeksi traktus urinarius

2.1.2.3 Faktor ibu

a. Penyakit : hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti

toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik,

infeksi akut, serta kelainan kardiovaskuler.

b. Gizi ibu hamil : Keadaan gizi ibu sebelum hamil, sangat

besar pengaruhnya pada berat badan bayi yang dilahirkan.

Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan

sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan oleh

ibunya. Agar dapat melahirkan bayi normal, ibu perlu

mendapatkan asupan gizi yang cukup.

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi

proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan

keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal,

cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati

dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah

(BBLR) (Lubis, 2003).

c. Usia ibu : angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada

usia ibu dibawah 20 tahun dan multi gravid yang jarak

kelahirannya terlalu dekat.

d. Keadaan sosioal ekonomi : keadaan ini sangat berpengaruh

terhadap timbulnya prematuritas, kejadian yang tinggi

terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini

disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan

pengawasan antenatal yang kurang.

e. Kondisi ibu saat hamil : peningkatan berat badan ibu yang

Page 8: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

2.1.2.4 Faktor janin

Hidramnion, polihidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan

janin.

2.1.3 Patofisiologi BBLR

2.1.3.1 Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia

kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu

juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan

(usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih

kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500

gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan

pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan

oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi,

hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai

makanan ke bayi jadi berkurang.

2.1.3.2 Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan

janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan

melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi

kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita

sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil

maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan

lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang

sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa

hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan

kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

2.1.3.3 Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb

berada di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan

salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama

kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi

sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang

dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya

Page 9: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu

turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan

zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada

pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi

dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan,

abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang

dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu

dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu

hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko

morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan

melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.

2.1.4 Klasifikasi BBLR

2.1.4.1 Prematuritas murni

Prematurita murni adalah masa gestasinya kurang dari 37

minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk

masa gestasi itu. Prematurutas murni biasa disebut neonatus

kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB SMK). Pada

bayi prematur mempunyai ciri-ciri antara lain:

a. Berat lahir sama dengan atau kurang dari 2500 gram

b. Panjang badan kurang atau sama dngan 45 cm

c. Lingkar dada kurang dari 30 cm

d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm

e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

f. Kulit tipis

g. Lanugo banyak

h. Lemak subkutan kurang

i. Sering tampak peristaltic usus

j. Tangisan lemah dan jarang

k. Pernafasan tidak teratur dan sering terjadi apnea

l. Reflek tonik leher lemah dan reflek moro positif

Page 10: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

m. Gerakan otot jarang tetapi lebih dari bayi cukup bulan

2.1.4.2 Dismaturitas

Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari

seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami

retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang

kecil untuk masa kehamilannya (KMK) (Manuaba, 2010).

Dismatur dapat terjadi dalam 3 kemungkinan, yaitu preterm

(neonatus kurang bulan-kecil masa kehamilan), term (neonatus

cukup bulan-kecil masa kehamilan), dan postterm (neonatus

lebih bulan-kecil masa kehamilan).

Ciri-ciri bayi dismaturitas antara lain:

a. Berat kurang dari berat badan untuk masa gestasinya

b. Umur kehamilan lebih kecil atau sama dengan 37 minggu

c. Kulit kering keriput dan mudah diangkat

d. Lanugo sedikit

e. Lemak subkutan kurang atau sedikit

f. Panjang badan dan lingkar kepala normal pada umur

kehamilan lebih dari 37 minggu

g. Bayi kelihatan kurus dan lebih panjang (Pantiwati, 2010).

2.1.5 Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi,

dapat diketahui dengan dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

2.1.5.1 Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk

menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap terjadinya BBLR:

a. Umur ibu

b. Riwayat hari pertama haid terakhir

c. Riwayat persalinan sebelumnya

Page 11: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

d. Parietas, jarak kelahiran sebelumnya

e. Kenaikan berat badan selama hamil

f. Aktivitas

g. Penyakit yang diderita selama hamil

h. Obat-obatan yang diminum selama hamil

2.1.5.2 Pemeriksaan fisik

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR

antara lain:

a. Berat badan

b. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil

untuk masa kehamilan)

2.1.5.3 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:

a. Pemeriksaan skor ballard

b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan.

Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1jam dengan

mengambil cairan amnion yang tertelan dilambung dan bayi

belum diberikan makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah

garam faal 0,5 cc, kemudian ditambah 1 cc alcohol 95 %

dicampur dalam tabung kemudian kocok 15 detik, kemudian

diamkan selama 15 menit dengan tabung tetap berdiri

(+) : bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk

cincin artinya surfaktan terdapat dalam paru dalam jumlah

yang cukup.

(-) : bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½

permukaan artinya paru – paru belum matang / tidak ada

surfaktan.

ragu : bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin jika

hasilnya ragu maka tes harus diulang

Page 12: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas

diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah

d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru

lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada

umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom

gawat napas. Gambaran foto toraks pad bayi dengan

penyakit membran hyaline karena kekurangan surfaktan

berupa terdapatnya retikulogranular pada parenkin dan

grukogram udara. Pada kondisi berat hanya tampak

gambaran white long (Mansjoer,dkk)

e. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan

<37minggu dimulai pada umur 2 hari untuk mengetahui

adanya hidrosefalus atau perdarahan intra cranial dengan

menyisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah

dengan fontanel anterior yang terbuka.(Merensten)

2.1.6 Prognosis

Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal

misalnya masa gestasi (makin muda gestasi/makin rendah berat bayi

makin tinggi angka kematian), asfiksia/istemia otak, sindroma gangguan

pernapasan, perdarahan intravertikuer, displosia bronkopulmonal

retrolental, fibroplasia, infeksi, gangguan metabolik (asidosis

hipoglikemia, hiperbilirubinemia). Prognosis juga tergantung dari keadaan

sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat

kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan

resusitasi makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan

pernafasan, asfiksia hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lain – lain).

(Wiknjosastro H, 2011).

Prognosis akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering

disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi,

Page 13: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

pneumonia, perdarahan intrakranial, hipoglikemia. Bila hidup akan

dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah.

2.1.7 Masalah-masalah yang Terjadi Pada BBLR

2.1.7.1 Suhu tubuh

a. Pusat pengatur nafas badan masih belum sempurna

b. Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya

bertambah

c. Otot bayi masih lemah

d. Lemak kulit dan lemak coklat kurang, sehingga cepat

kehilangan panas badan

e. Kemampuan metabolisme panas masih rendah perlu

diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas

badan dan dapat dipertahankan sekitar 36o sampai 37o.

2.1.7.2 Pernafasan

a. Pusat pengatur pernafasan belum sempurna

b. Surfaktan paru-paru masih kurang sehingga

perkembangannya tidak sempurna

c. Otot pernafasan dan tulang iga lemah

d. Dapat disertai penyakit-penyakit maka maun membrane,

mudah infeksi paru-paru, gagal pernafasan.

2.1.7.3 Alat pencernaan makanan

a. Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan

dengan banyak lemah / kurang baik.

b. Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna,

sehingga pengosongan lambung berkurang

c. Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat

menimbulkan aspirasi pneumonia.

2.1.7.4 Hepar yang belum matang (immatur)

Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga

mudah terjadi hiperbilirubinemia (kuning) sampai kena uterus.

Page 14: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

2.1.7.5 Ginjal masih belum malang (immature)

Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air

masih belum sempurna sehingga mudah terjadi edema.

2.1.7.6 Perdarahan dalam otot

a. Pembuluh darah bayi premature masih rapuh dan mudah

pecah

b. Sering mengalami gangguan pernafasan, sehingga

memudahkan terjadi perdarahan dalam otak.

c. Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan

menyebabkan kematian bayi

d. Pemberian O2 belum mampu diatur sehingga

mempermudah terjadi perdarahan dan nekrosis.

2.1.8 Monitoring

2.1.8.1 Kenaikan BB dan pemberian minum setelah umur 7 hari

Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama. Bayi

berat lahir >1500 gram dapat kehilangan BB sampai 10% dari

berat lahir. Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari

kecuali apabila terjadi komplikasi. Setelah berat lahir tercapai

kembali, kenaikan berat badan selama 3 bulan seharusnya 150-

200 gram seminggu untuk bayi <1500gram (misalnya 20-30

gram/hari) 200-250 gram seminggu untuk bayi 1500-2500 gram

(misalnya 30-35 gram/hari). Bila bayi sudah mendapat ASI

secara penuh (pada semua kategori berat) dan telah berusia

lebih dari 7 hari:

a. Tingkatkan jumlah ASI dengan 20ml/kg/hari sampai tercapai

jumlah 180ml/kg/hari.

b. Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan

bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180ml/kg/hari.

c. Apabila kenaikan berat tidak adekuat, tingkatkan jumlah

pemberian ASI sampai 200ml/kg/hari.

Page 15: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

2.1.8.2 Tanda kecukupan pemberian ASI

a. Kencing minimal 6 kali dalam 24 jam

b. Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI

c. BB bayi naik

2.1.8.3 Pemulangan penderita

Bayi suhu stabil. Toleransi minum per oral baik, diutamakan

pemberian ASI. Bila tidak bisa diberikan ASI dengan cara

menetek dapat diberikan dengan alternative cara pemberian

minum yang lain. Ibu sanggup merawat BBLR di rumah.

2.1.9 Penatalaksanaan Medis

2.1.9.1 Pengaturan suhu lingkungan

Bayi berat lahir rendah mudah dan cepat sekali menderita

hipotermia bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan

panas disebabkan oleh permukaan tubuh yang relatif lebih luas

bila dibandingkan dengan berat badan.

Terapi inkubator, dengan pengaturan suhu :

a. BB < 2 kg          : 350C

b. BB 2 kg – 2,5 kg : 340C

Suhu inkubator diturunkan 10C setiap minggu, sampai bayi

dapat ditempatkan pada suhu lingkungan setiap ± 24 – 270C.

Bayi dalam inkubator harus dalam keadaan telanjang untuk

memudahkan observasi terhadap pernafasan dan warna kulit

(biru, kuning). Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat

dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol

hangat di sekitarnya atau dengan memasang lampu didekat

tempat tidur bayi. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh

bayi sekitar 36,5°C-37,5°C adalah dengan memakai alat

perspexbeat sbield yang diselimuti pada bayi didalam incubator,

alat ini berguna untuk mengurangi kehilangan panas karena

radiasi.

Page 16: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

2.1.9.2 Makanan Bayi Berat Badan Lahir Rendah

Umumnya refleks menghisap belum sempurna. Kapasitas

lambung masih kecil dan daya enzim pencernaan (lipase) masih

kurang,  sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori

110 Kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.

Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului

dengan menghisap cairan lambung. ASI merupakan makanan

yang paling utama, sehingga ASI yang paling dahulu diberikan.

Bila kurang, maka ASI dapat diperas dan di minumkan

perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju

lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg

BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg

BB/hari. Pemberian makanan dilakukan menggunakan pipet

sedikit namun sering, perhatikan kemungkinan terjadinya

pneumonia aspirasi. (Wiknjosastro H, 2011)

2.1.9.3 Menghindari Infeksi

Bayi Berat lahir rendah mudah sekali terkena infeksi, karena

daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit

masih kurang, dan pembentukan antibodi belum sempurna.

Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak

pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan

prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan

pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi

dengan baik. (Manuaba I.B.G, 2010)

2.1.10 Pencegahan

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/preventif adalah

langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah :

2.1.10.1 Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4

kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan

muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko

yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,

Page 17: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang

lebih mampu.

2.1.10.2 Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama

kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka

dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan

baik

2.1.10.3 Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun

umur reproduksi sehat (20-34 tahun)

2.1.10.4 Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan

dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi

keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap

pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama

hamil

2.1.11 Faktor-faktor yang mempengaruhi bayi lahir dengan BBLR

Menurut Depkes terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya

BBLR, yaitu:

2.1.11.1 Faktor ibu

2.1.11.1.1 Usia kehamilan saat melahirkan

Menurut Ratih tahun 2012 kehamilan yang kurang

dari 37minggu merupakan penyebab utama

terjadinya BBLR. Semakin pendek usia kehamilan

maka pertumbuhan janin semakin belum sempurna,

baik itu organ reproduksi dan organ pernafasan oleh

karena itu ia mengalami kesulitan untuk hidup diluar

uterus ibunya.

2.1.11.1.2 Umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda

berusia kurang dari 20 tahun. Remaja seringkali

melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini

Page 18: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

terjadi karena mereka belum matur dan mereka

belum memiliki sistem transfer plasenta se-efisien

wanita dewasa. Pada ibu yang tua meskipun

mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi

badannya serta kesehatannya sudah mulai

menurun sehingga dapat memengaruhi janin intra

uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR.

Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran

BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat

pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35

tahun.

2.1.11.1.3 Paritas ibu

Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan

pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi

dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat

persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah

lemah

2.1.11.1.4 Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat

Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat

menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik,

persalinan lama dan perdarahan pada saat

persalinan karena keadaan rahim belum pulih

dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan

jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun)

akan mengalami peningkatan risiko terhadap

terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk

karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban

pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan

berat lahir rendah.

Page 19: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

2.1.11.1.5 Anemia (Kadar Haemoglobin)

Anemia dalam kehamilan akan menyebabkan resiko

keguguran, persalinan premature, hambatan

tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi

infeksi, hiperemesis gravidarum, perdarahan

antepartum, ketuban pecah dini dan pada saat

persalinan dapat mengakibatkan gangguan his-

kekuatan mengejan, partus lama, retensio pasenta,

perdarahan post partum primer maupun sekunder

(Wiknjosastro, 2008).

Sedangkan pengaruh anemia terhadap janin dapat

terjadi gangguan seperti: abortus, kematian

intrauterine, persalinan prematuritas tinggi, berat

badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat

terjadi cacat bawaan. Sekalipun tampaknya janin

mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya

tetapi dengan anemia dapat mengurangi

kemampuan metabolisme tubuh sehingga

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan

janin dalam rahim (Wiknjosastro, 2007).

Suplai zat-zat gizi ke janin yang sedang tumbuh

tergantung pada jumlah darah ibu yang mengalir

keplasenta dan zat-zat makanan yang diangkutnya.

Efisiensi plasenta dalam mengkonsentrasikan,

mensintesis dan transport zat-zat makanan

menentukan suplai makanan ke janin. Pada ibu

hamil yang anemia, pasikan oksigen, masukan

nutrisi berkurang sehingga akan mengakibatkan

gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin

(Manuaba, 2010).

Page 20: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

2.1.11.1.6 Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan faktor yang

berpengaruh secara tidak langsung terhadap

kejadian BBLR namun bias dijelaskan secara

sederhana bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

seorang maka semakin banyak pula informasi yang

bias dia dapatkan mengenai BBLR sehingga secara

otomatis semakin banyak pula pengetahuannya

mengenai langkah langkahdalam pencegahan

BBLR.

Latar belakang pendidikan ibu mempunyai sikapnya

dalam memilih pelayanan kesehtan dan pola

konsumsi makan yang berhubungan juga dengan

peningkatan berat badan ibu semasa hamil

yangpada saatnya akan mempengaruhi kejadian

BBLR. Ibu yang berpendidikan rendah sulit untuk

menerima inovasi dan sebagian besar kurang

mengetahuinya pentingnya pra kelahiran.

Disamping itu juga mempunyai keterbatasn

mendapatkan velayanan kesehatan antenatal yang

adekuat, keterbatasan mengkonsumsi makanan

yang bergizi selama hamil. Kesemuanya ini akan

mengganggu kesehtan ibu dan janin, bahkan sering

mengalami keguguran atau lahir mati (Fajriyah,

2011)

2.1.2.10.11 Penyakit menahun ibu seperti hypertensi, jantung,

ganguan pembuluh darah (perokok)

a. Asma bronkiale

b. Infeksi saluran kemih dengan bakteriuria tanpa

gejala (asimptomatik)

c. Hipertensi

Page 21: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

d. Gaya hidup

2.1.11.2 Faktor kehamilan

2.1.11.2.1 Hamil dengan hydramnion

Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga

polihidramnion adalah keadaan di mana banyaknya

air ketuban melebihi 2000 cc. Hidramnion harus

dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi

karena dapat membahayakan ibu dan anak.

2.1.11.2.2 Hamil ganda

Berat badan satu janin pada kehamilan kembar

rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada janin

kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir

umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500

gram. Suatu faktor penting dalam hal ini ialah

kecenderungan terjadinya partus prematurus.

2.1.11.2.3 Perdarahan antepartum

Perdarahan antepartum merupakan perdarahan

pada kehamilan diatas 22 minggu hingga mejelang

persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan. Komplikasi

utama dari perdarahan antepartum adalah

perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok

yang menyebabkan keadaan ibu semakin jelek.

Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke

plasenta yang mengakibatkan anemia pada janin

bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan

kematian janin intrauterine. Bila janin dapat

diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir

rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi

asfiksia.

Page 22: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

2.1.11.2.4 Preeklamsi dan Eklampsi

Pre-eklampsia/ Eklampsia dapat mengakibatkan

keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan

atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan

karena Pre-eklampsia/Eklampsia pada ibu akan

menyebabkan perkapuran di daerah plasenta,

sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen

dari plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah

plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk

ke janin berkurang.

2.1.11.2.5 Ketuban Pecah Dini

Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena

berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan

oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina

dan serviks. Pada persalinan normal selaput

ketuban biasanya pecah atau dipecahkan setelah

pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini,

merupakan masalah yang penting dalam obstetri

yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur

dan terjadinya infeksi ibu.

2.1.11.3 Faktor janin

2.1.11.3.1 Cacat bawaan / kelainan kongenital

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam

pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak

kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang

dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya

akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya.

Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan

kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20%

meninggal dalam minggu pertama kehidupannya .

Page 23: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

2.1.11.3.2 Infeksi Dalam Rahim

Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari

gangguan fungsi hati dalam mengatur dan

mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga

aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau

berkurang. pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan

abortus atau persalinan prematuritas dan kematian

janin dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi

rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi

ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah,

cacat bawaan dan kematian janin.

Page 24: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka yang didapatkan oleh Peneliti, faktor-

faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR adalah faktor ibu yang meliputi

usia kehamilan saat melahirkan, umur ibu, paritas, jarak kehamilan, status

anemia, tingkat pendidikan dan penyakit menahun. Faktor kehamilan meliputi

hamil dengan hydramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, preeklamsi

dan eklamsi, serta ketuban pecah dini. Sedangkan faktor janin meliputi cacat

bawaan dan infeksi dalam rahim.

Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil beberapa

variabel dikarenakan keterbatasan waktu dan tempat penelitian.

Variable Independent Variable Dependent

3.1.1. Variabel Bebas (variable independent)

Variabel independen dalam penelitian ini yaitu usia kehamilan

saat melahirkan, umur ibu, paritas, jarak kehamilan, status anemia, dan

tingkat pendidikan

3.1.2. Variabel Terikat (variable dependent)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian BBLR di

Rumah Sakit Krakatau Medika tahun 2013.

Usia kehamilan saat

melahirkan (Masa

gestasi)

Umur Ibu

Paritas

Jarak Kehamilan

Status Anemia

Kejadian BBLR di

Rumah Sakit

Krakatau Medika

tahun 2013

Page 25: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

3.2. Definisi Operasional

Untuk memudahkan memahami penelitian ini dan mendapatkan

persepsi yang sama maka variabel – variabel dalam penelitian ini akan

dijelaskan dalam definisi operasional sebagai berikut :

No Variabel Definisi OperasionalCara

Ukur

Alat

UkurHasil Ukur

Skala

Ukur

1.Kejadian

BBLR

Gambaran kejadian

BBLR berdasarkan

diagnose dokter

berupa perbandingan

antara ibu yang

melahirkan bayi BBLR

dan bukan BBLR.

BBLR jika BB

<2500gr, dan Bukan

BBLR jika ≥2500gr

Melihat

dan

mencatat

Rekam

Medik

1 : BBLR

2 : Bukan

BBLR

Ordinal

2.

Usia

kehamilan

saat

melahirkan

Lama waktu seorang

ibu mengandung janin

terhitung sejak HPHT

sampai melahirkan

dalam satuan minggu

Melihat

dan

mencatat

Rekam

Medik

1 : <37mgg

2 : 37-42mgg

3 : >42mgg

Nominal

3. Usia ibu

Rentang kehidupan

sejak lahir sampai

dengan tercatat

direkam medis dalam

satuan tahun

Melihat

dan

mencatat

Rekam

Medik

1 : <20 dan

>35 tahun

(Resti)

2 : 20-35

tahun (Non

Resti)

Ordinal

Page 26: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

4. Paritas

Keadaan melahirkan

anak/jumlah anak baik

hidup maupun mati

Melihat

dan

mencatat

Rekam

Medik

1 : Primipara

(1)

2 : Multipara

(2-4)

3 : Grande

multipara (>4)

Nominal

5.Jarak

kehamilan

Interval waktu

kelahiran sebelumnya

dan kelahiran saat ini

Melihat

dan

mencatat

Rekam

Medik

1 : <2 Tahun

2 : ≥2 TahunOrdinal

6Status

Anemia

Gambaran kejadian

anemia berdasarkan

kadar Hb dari hasil

pemeriksaan

laboratorium.

Dikatakan anemia

apabila kadar Hb

>11gr/dl dan tidak

anemia jika ≥11gr/dl.

Melihat

dan

mencatat

Rekam

Medik

1 : Anemia

2 : Tidak

Anemia

Ordinal

Page 27: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan studi deskriptif. Studi deskriptif

bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang

terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial,

ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup, dan lain-lain. Atau dengan

kata lain, rancangan ini mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi

populasi pada saat tertentu. (Hidayat, 2012)

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan Cross Sectional, yaitu

penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat

bersamaan (sekali waktu) antara faktor resiko atau paparan dengan penyakit.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Krakatau Medika

tahun 2015.

4.3. Populasi dan Sampel

1.1.1. Populasi

Menurut Hidayat (2012), populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini, populasinya

adalah seluruh ibu bersalin di Rumah Sakit Krakatau Medika Tahun

2013.

1.1.2. Sampel

4.3.2.1 Menurut Hidayat (2012), sampel adalah bagian dari populasi

yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang

dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan

sampel menggunakan teknik Systematic Random Sampling

Page 28: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

yaitu caranya adalah membagi jumlah atau anggota populasi

dengan perkiraan jumlah sample yang diinginkan, hasilnya

adalah interval sampel. Sampel diambil dengan membuat daftar

elemen atau anggota populasi. Kemudian membagib dengan

jumlah sampel yang diinginkan, hasilnya sebagi interval X, maka

yang terkena sampel adalah setiap kelipatan X tersebut.

(Notoatmodo, 2010).

4.3.2.2 Perhitungan Sample

Besar sampel yang menjadi objek penelitian adalah dihitung

dengan menggunakan rumus :

Keterangan : N = Besar Sampel

Zα = Deviasi baku alpha 95% (1,96)

P = Proporsi pada variabel yang akan diteliti

Q = 1-P

d2 = Presisi

Berdasarkan latar belakang proporsi yang didapat adalah 37.74

%, maka :

Page 29: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

Jadi, jumlah minimal sampel yang didapat dari rumus diatas

adalah 89 orang.

1.2. Teknik dan Alat Pengumpulan data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapatkan melalui

kegiatan melihat dan mencatat dengan alat berupa lembar checklist. Adapun

teknik pengumpulan data di lapangan adalah sebagai berikut :

1.2.1. Meminta surat pengantar dari kampus untuk diberikan ke Rumah Sakit

Krakatau Medika.

1.2.2. Diberikan izin untuk mengambil data melalui rekam medik

1.2.3. Melaksanakan pengambilan sampel

1.2.4. Kemudian data yang telah diperoleh dicatat dalam lembar ceklis

1.2.5. Pengambilan data dilaksanakan sampai memenuhi sampel yang

diperlukan.

1.3. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, Peneliti telah mendapatkan

persetujuan dari Pembimbing dan rekomendasi dari Akademi Kebidanan Al-

Ishlah Cilegon. Kemudian suratnya disampaikan kepada Kepala Rumah Sakit

Krakatau Medika. Setelah mendapatkan persetujuan, Peneliti melakukan

penelitian dengan menghormati privasi subyek penelitian dengan cara tidak

mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, melainkan ditandai

menggunakan nomor dan hanya mencatat serta melaporkan data yang

dibutuhkan saja.

1.4. Pengolahan dan Analisa Data

1.4.1. Pengolahan data

1.4.1.1. Checklist

Page 30: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

Data dikumpulkan menggunakan lembar ceklis. Data yang

didapatkan melalui rekam medik atau status pasien kemudian

dituangkan ke dalam lembar ceklis dengan cara memberi

tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan kategori

data yang didapatkan.

1.4.1.2. Entry Data

Entry data adalah proses pemindahan data dari lembar ceklis

ke program komputer dengan menggunakan fasilitas

pengolahan data statistik.

1.4.1.3. Processing Data

Setelah data di checklist dan di entry ke program pengolah

data komputer, maka langkah selanjutnya adalah memproses

data agar dapat dianalisis. Proses pengolahan data dilakukan

dengan cara mengelompokkan kategori dari masing-masing

variabel yang diteliti.

1.4.1.4. Tabulating Data

Tabulating data merupakan kegiatan penghitungan data yang

akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, yang

kemudian dipergunakan untuk mengambil kesimpulan.

1.4.1.5. Cleaning Data

Cleaning data merupkan kegiatan memeriksa kembali data

yang sudah di entry, apakah ada kesalahan atau tidak.

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan ulang terhadap data

dan ceklis.

1.4.2. Analisa data

Analisis data pada penelitian ini adalah analisis univariat yaitu

untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi dari variabel –

variabel yang diteliti, baik variabel independen maupun variabel

dependen; dan analisis bivariat yaitu untuk mengetahui hubungan dua

Page 31: Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Dengan BBLR Di RSKM Tahun 2013

variabel (antara variabel bebas dan variabel terikat). Data akan

dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

F = Frekuensi

n = Jumlah kasus yang ditemukan

N = Jumlah kasus yang diteliti

1.5. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini Peneliti memiliki keterbatasan dikarenakan

penelitian ini hanya bersifat deskriptif. Adapun keterbatasan-keterbatasan itu

adalah :

1.5.1. Penelitian hanya dilakukan pada satu kurun waktu tertentu.

1.5.2. Variabel yang diambil hanya beberapa dikarenakan keterbatasan

waktu, tenaga dan dana. Sehingga tidak semua faktor yang

mempengaruhi terjadinya BBLR dapat diteliti.