kantor residen jambi, eks kampus apdn jambi;oleh akbp h.dadang dk

26
(TULISAN SEJARAH JAMBI) JUDUL EKS KANTOR RESIDEN JAMBI MENJADI MARKAS KOMANDO DITPOLAIR POLDA JAMBI Ditulis Sebagai Upaya Untuk Memberikan Informasi, Pernyataan Kebanggaan dan Rasa Percaya Diri sebagai warga Jambi AKBP. H. DADANG DJOKO KARYANTO, AMd Mar, SH, SIP, MH. 1

Upload: woro-handayani

Post on 09-Aug-2015

53 views

Category:

Government & Nonprofit


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kantor residen jambi, eks kampus apdn jambi;oleh AKBP H.DADANG DK

(TULISAN SEJARAH JAMBI)

JUDUL

EKS KANTOR RESIDEN JAMBI MENJADI MARKAS

KOMANDO DITPOLAIR POLDA JAMBI

Ditulis Sebagai Upaya Untuk Memberikan Informasi, Pernyataan Kebanggaan

dan Rasa Percaya Diri sebagai warga Jambi

AKBP. H. DADANG DJOKO KARYANTO, AMd Mar, SH, SIP, MH.

Jambi, April 2015

1

Page 2: Kantor residen jambi, eks kampus apdn jambi;oleh AKBP H.DADANG DK

SEJARAH SINGKAT PROVINSI JAMBI

dan

CERITA SEJARAH EKS KANTOR RESIDEN

JAMBI MENJADI MAKO DITPOLAIR POLDA

JAMBI

kantor residen Jambi

Oleh (AKBP H.DADANG DJOKO KARYANTO,AMd Mar, SH,SIP,MH)

I.Sejarah Singkat Tentang Kebedaraan Markas

Sejarah singkat tentang kebedaraan markas atau kantor Residen Jambi,

berawal dari keberhasilan kerajaan Belanda dalam menaklukkan dan

menguasai wilayah-wilayah Kesultanan Jambi, maka pemerintah

Kerajaan Belanda menetapkan bahwa wilayah Jambi sebagai

Keresidenan dan masuk ke dalam wilayah Nederlandsch Indie. Residen

Jambi yang pertama O.L Helfrich yang diangkat berdasarkan Surat

Keputusan Gubernur Jenderal Belanda Nomor. 20 tanggal 4 Mei 1906

dan pelantikannya dilaksanakan pada tanggal 2 Juli 1906. Kekuasaan

kerajaan Belanda atas wilayah Jambi berlangsung ± 36(tiga puluh

enam) tahun karena pada tanggal 9 Maret 1942 terjadi peralihan

2

Page 3: Kantor residen jambi, eks kampus apdn jambi;oleh AKBP H.DADANG DK

kekuasaan kepada Pemerintahan Jepang sebagai pemenang dalam

perang kawasan Asia pasifik pada saat itu. Oleh karena itu kantor eks

Residen Jambi menjadi saksi sejarah yang tidak kalah pentingnya

dalam membuka tabir asal usul pemerintahan di Jambi. Sehingga perlu

kiranya gedung tua yang merupakan monumen saksi sejarah Jambi

tersebut dijaga dan dilestarikan, termasuk sebagai bagian cagar

budaya yang berkaitan dengan bangunan bersejarah yang tetap harus

dirawat secara maksimal.

Direktorat polisi perairan Polda Jambi adalah salah satu direktorat

bagian dari Polda Jambi yang sengaja menempati eks Kantor Residen

Jambi pada tanggal 15 Januari 2014, keadaan ini disebabkan karena

hingga saat ini kesatuan tersebut belum memiliki bangunan permanen

sebagai markas direktorat sendiri, oleh karena itu didorong keinginan

untuk melestarikan dan rasa cinta terhadap peninggalan sejarah,

dimana gedung tersebut adalah tempat pertama pemerintahan Jambi

dan pada awalnya dalam keadaan kotor, tidak terawat dengan baik,

maka Ditpolair berinisiatif memugar dan mencoba merawat secara

maksimal tanpa merubah konsep aslinya, sehingga terlihat pada saat ini

dalam kondisi yang elok, bersih, terawat dan asri, dengan tampilan

klasik seperti wajah awal dimana gedung tersebut dibangun. Tampilan

jadul dengan ciri kasnya ala bangunan Belanda tahun 1906, dan luar

biasa klasiknya.

II.Sekelumit Cerita Sejarah Pemuda Jambi.

Sekelumit Cerita Sejarah Ketika Pemuda Jambi Menodong Bung Hatta.

Pemekaran wilayah yang marak setelah reformasi bergulir, boleh jadi

memiliki kesamaan alasan dan latar belakang dengan pemekaran yang

terjadi pada dekade pertama kemerdekaan Indonesia. Perlunya putra

daerah yang berkiprah di tanah sendiri dan peranan pemuda Jambi lebih

3

Page 4: Kantor residen jambi, eks kampus apdn jambi;oleh AKBP H.DADANG DK

dominan, misalnya. Kondisi yang demikian menjadikan 2(dua) hal itu

menjadi dinamika menjelang lahirnya Provinsi Jambi pada tanggal 6

Januari 1957, merujuk 58 tahun yang lalu. Sejak digabungkannya

Keresidenan Sumatera Barat, Riau dan Jambi dalam Provinsi Sumatera

Tengah, pada tahun 1948, adalah merupakan tonggak penting dalam

sejarah Jambi. Terlebih, sebelumnya ada keinginan agar Jambi

dimasukkan kedalam Keresidenan Sumatera Selatan. Namun pada

akhirnya, setelah perundingan dilakukan dan alotnya pembicaraan pada

saat pembahasan, pemungutan suara Komite Nasional Indonesia

Sumatera yang bersidang di Bukittingi, yang pada akhirnya sepakat dan

memutuskan bahwa Jambi adalah bagian dari Sumatera Tengah.

Keinginan itu rupanya tetap tumbuh. Mengutip pernyataan Gusti Asnan

dalam "Berpisah untuk Bersatu Dinamika Pemekaran Wilayah di

Sumatera Tengah Tahun 1950-an". Ada sejumlah penyebab yang

membuat Jambi ingin menjadi bagian wilayah Provinsi Sumatera

Selatan. Asnan menyirat bahwa ucapan Raden Mohammad Shadak,

adalah seorang anggota Partai Indonesia Raya (PIR). Menurut bapak

Mohammad Shadak, secara kekeluargaan (sosial), adat-istiadat,

budaya, perhubungan, dan lain-lain, sudah barang tentu adalah pada

tempatnya Jambi lebih dekat dan termasuk bagian dari Sumatera

Selatan. Demikian disampaikan karyawan Djambische Volksbank (bank

di Jambi ketika itu) pada sebuah ceramah di Jambi, 27 Desember 1952.

Itu satu hal. Persoalan lain adalah perasaan tidak puas terhadap

Sumatera Barat. Di masa itu, Sumatra Barat memang dominan di

Sumatera Tengah. Dominasi elitenya itu nampak pada posisi penting

dalam pemerintahan daerah. Dalam tulisannya yang lain, bapak Gusti

Anan yang juga Guru Besar Sejarah Universitas Andalas

"Regionalisme, Historiografi, dan Pemetaan Wilayah: Sumatera

Barat Tahun 1950-an" dengan gamblang menbedahnya. Kata dia,

4

Page 5: Kantor residen jambi, eks kampus apdn jambi;oleh AKBP H.DADANG DK

gubernur pertama adalah orang Sumatera Barat dan 20 diantara 29

anggota Dewan Perwakilan Daerah Sumatera Tengah (DPRST) adalah

wakil Sumatera Barat. Sementara itu, beberapa wakil dari Riau dan

Jambi juga berasal dari Sumatera Barat. Selain itu, 4 dari 6 anggota

Dewan Eksekutif Provinsi adalah orang Sumatera Barat, termasuk

ketuanya. Tentunya kondisi yang demikian membuat situasi dan

suasana kecemburuan terhadap Jambi, yang timbul ketika itu adalah

hal yang lumrah terjadi pada waktu itu. Kemudian situasi yang penuh

ketimpangan, cemburu atas peran Sumbar yang lebih dominan, tidak

sampai memicu situasi konflik kontak fisik yang kini lebih dikenal

dengan istilah SARA. Pada kenyataanya, dominasi tersebut juga

dikeluhkan dan dikemukakan oleh rakyat Riau. Mereka kemudian ingin

memisahkan diri dari Sumatera Tengah. Sehingga dinamika

ketidakpuasan itu, terekam di surat kabar Haluan. Pada edisi tanggal 15

Desember 1952, surat kabar tersebut memuat aksi rakyat Jambi yang

membuat pernyataan dan naskah resolusi. Itulah afirmasi pertama yang

disampaikan secara tegas dalam menggugat keberadaan Sumatera

Tengah. "Resolusi itu adalah pernyataan pertama yang menuntut agar

Provinsi Sumatera Tengah dipecah," tulis Gusti Anan, yang lahir di

Pasaman, Sumatera Barat. Menurutnya, ada dua alasan yang

dikemukakan oleh penandatangan resolusi itu. Pertama, tokoh-tokoh

Jambi yang selama ini menjadi bupati akan diganti. Bupati M Kamil,

misalnya akan diganti dengan bupati baru. Kedua,Bukittinggi disebut-

sebut telah menganaktirikan rakyat Jambi. Hal ini ditegaskan dengan

pernyataan, selama daerah Jambi masuk Provinsi Sumatera Tengah

perhubungan semakin sulit. "Perjalanan dari Jambi ke Bukittinggi bisa

ditempuh dalam waktu dua minggu, dan bila musim penghujan bahkan

bisa memakan waktu satu bulan," ungkap Gusti Anan.

Kekecewaan akan infrastruktur ini mengingatkan kita pada jalan Jambi-

5

Page 6: Kantor residen jambi, eks kampus apdn jambi;oleh AKBP H.DADANG DK

Kerinci yang dulu acap dikeluhkan. Sehingga tak heran dulu sempat

timbul wacana Kerinci ingin menjadi provinsi sendiri.

Seiring waktu, keinginan Jambi untuk menjadi provinsi sendiri kian kuat.

Di sinilah peran pemuda membuahkan hasil. Himpunan Pemuda

Merangin Batanghari dan Front Pemuda Jambi (FROPEJA) pada 10

April 1954 membuat pernyataan bersama yang kemudian diserahkan

langsung kepada Bung Hatta. 

Wakil Presiden RI yang pertama Bung Hatta menerima resolusi itu,

yang keberadaan beliau pada saat ia hadir di di kota Bangko. Tak

sampai di situ, klimaksnya pada kongres rakyat Jambi tanggal 14- s.d 18

Juni 1955 di gedung bioskop Murni terbentuklah wadah perjuangan

Rakyat Jambi bernama Badan Kongres Rakyat Djambi (BKRD). Dan

lagi-lagi peran pemuda Jambi bergerak untuk memperjuangkan terkait

kemandirian wilayah Jambi agar berpisah dari wilayah Sumatra Tengah.

Keberadaan kongres Pemuda se-Jambi pada tanggal 2-5 Januari 1957

mendesak BKRD menyatakan Keresidenan Jambi secara de facto

menjadi Provinsi selambat-lambatnya tanggal 9 Januari 1957 .

Singkat cerita, pada 9 Agustus 1957 Presiden Soekarno akhirnya

menandatangani UU Darurat No. 19 tahun 1957 tentang Pembentukan

Provinsi Sumatera Barat, Riau dan Jambi.

Mengutip Usman Meng, kendati dejure Provinsi Jambi ditetapkan

dengan UU Darurat 1957 dan kemudian UU No. 61 tahun 1958 tetapi

dengan pertimbangan sejarah asal-usul pembentukannya oleh

masyarakat Jambi melalui BKRD maka tanggal Keputusan BKRD

tanggal 6 Januari 1957 ditetapkan sebagai hari jadi Provinsi Jambi.

Bioskop Murni, Saksi Sejarah Deklarasi

Sayangnya kini satu tempat bersejarah tersebut tak tampak lagi bekas-

bekas peninggalan cagar budaya. Semua hilang dimakan renovasi.

6

Page 7: Kantor residen jambi, eks kampus apdn jambi;oleh AKBP H.DADANG DK

Tokoh sejarah dan budayawan Jambi, Junaidi T Nor banyak

menceritakan fungsi penting dari gedung itu yakni menjadi tempat rapat

Badan Kongres Rakyat Jambi (BKRJ). "Jadi di sanalah seluruh utusan

dari Jambi Ulu dan Jambi Ilir serta Jambi Praja," ujar bapak Junaidi. Pak

Junaidi menjelaskan bahwa Jambi Ulu yang pada saat ini berubah

menjadi Batanghari dan Ilir menjadi Merangin, sedangkan Jambi Praja

adalah Kota Jambi. Itu sesuai dengan perkembangan masing-masing

wilayah. Di gedung tersebut terjadi pembicaraan serius puluhan

pemuda. Mereka menyusun persiapan deklarasi pendirian provinsi

Jambi yang kemudian ditembuskan pada pemerintah pusat Republik

Indonesia. "Bicara politik, kelompok tapi belum membicarakan siapa

yang memimpin Jambi," katanya. Pak Junaidi menjelaskan kenapa

saat itu Bioskop Murni dipakai sebagai tempat musyawarah bagi

pemuda Jambi. Dia mengatakan tempat itu menjadi tempat strategis

karena, kantor residen gubernur, kantor walikota dan kantor bupati

terletak di sekitar daerah itu.

III.Catatan H.Zaihifni Ishak (Daun Sekejut)

Catatan H.Zaihifni Ishak (Daun Sekejut), menurut ahli sejarah, mungkin

hanya sebagian masyarakat yang mengerti. itupun Jika ada kebanyakan

masyarakat hanya mengetahui melalui buku-buku dan referensi lainnya.

Misalnya, sejarah Provinsi Jambi hampir sebagian masyarakat belum

mengetahui secara pasti sejarah tersebut. Berikut catatan kecil seorang

pemerhati sejarah dan pemerintahan Jambi, H Zaihifni Ishak (Daun Sekejut).

Dalam catatan kecil pria yang kini berumur 80 tahun itu, ada pertanyaan pertama

tentang apa makna Sepucuk Jambi Sembilan Lurah itu sebenarnya? Menurut

dia, semboyan Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, adalah satu kalimat yang tidak

bisa dipisah karena istilah itu merupakan suatu satu kesatuan. Istilah Sepucuk

7

Page 8: Kantor residen jambi, eks kampus apdn jambi;oleh AKBP H.DADANG DK

Jambi Sembilan Lurah sebenarnya berasal dari perkataan Kepoentyak Djambi

Sembilan Loerah.

“Kepoentjak Jambi Sembilan Loerah itu ialah suatu daerah sebelah atas dari

daerah tujuh koto dan sembilan koto. Jadi, daerah Kepoentjak Djambi Sembilan

Loerah itu termasuk Kerajaan Jambi pada zaman dahulu. Tetapi sekarang tidak

masuk ke dalam Provinsi Jambi. Bahkan, menyebutkan Sepucuk Jambi

Sembilan Lurah sama dengan Provinsi Jambi sekarang adalah suatu kesalahan

besar,” cetusnya. Masih dalam catatannya, terkait Meriam Si Jimad dan Gong

Sitimang Jambi. Kata dia Meriam Si Jimad adalah lambang Suku Kedipan

(Orang Kayo Kedataran) yang bertempat tinggal di Petajen. Sedangkan Gong

Setimang Jambi adalah lambang bangsawan suku perban yang diketuai oleh

Orang Kayo Pingai. “Yang bertempat tinggal di Jebus. Andai kata ada orang

yang mengatakan Meriam Si Jimad dan Gong Sitimang Jambi adalah lambang

Kota Madya Jambi, perlu ditanyakan kepada orang yang membuat lambang

Kota Madya itu,” katanya. Berikutnya, kata dia terkait yang dikatakan Kerajaan

Jambi. Menurut dia, yang termasuk Kerajaan Jambi dulu adalah VII Koto dan IX

Koto, Jebus, Air Hitam, Petajen, Marosebo dan Pucuk Jambi Sembilan Lurah.

“Dengan demikian berarti Sepucuk Jambi Sembilan Lurah itu adalah sebagian

Kerajaan Jambi dulu dan juga Pucuk Jambi Sembilan Lurah itu tidak identik

dengan Provinsi Jambi saat ini,” tulisnya. Terakhir, kata Daun Sekejut terkait asal

mula kata Jambi. Menurut cerita, ada seorang putri yang bernama Putri Pinang

Masak diikuti oleh ketiga saudaranya datang ke tempat yang sekarang, bernama

Kota Jambi. Pada waktu itu, nama tempat itu bukanlah Jambi. Di bawah

pimpinan Putri Pinang Masak, kerajaannya makin makmur, pedagang-pedangan

keliling menyebarkan keharuman ke mana-mana. Di antara pedagang-pedagang

itu ada yang datang dari Mataram. Setelah ia kembali ke Mataram iya

menceritakan kekagumannya atas kecerdasan Putri Pinang Masak.

8

Page 9: Kantor residen jambi, eks kampus apdn jambi;oleh AKBP H.DADANG DK

Raja Mataram setelah mendengar cerita itu menyebutnya dengan nama Putri

Djambe. Sejak itu kerajaan itu juga disebut Kerajaan Jambe. “Jadi, kata Jambi itu

berasal dari kata Jambe yang di dalam bahasa Jawa artinya pinang,” cetusnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan,  pada mulanya kerajaannya yang dinamakan Jambe

berubah juga ibukotanya menjadi Jambe. “Itulah sebabnya Jambi menjadi nama

provinsi dan juga Jambi menjadi nama ibukota provinsi,” katanya.

Sekarang pertanyaanya, kapan berdirinya Kerajaan Jambi itu dan kapan

munculnya nama ibukota Jambi. Menurut dia, hingga kini belum ada data-data

yang bisa dipegang untuk menentukan kapan timbulnya Kota Jambi itu. Perlu

diketahui bahwa tulisan-tulisan controller dan residen pada zaman Belanda,

didasarkan kepada pendengarannya dari omongan-omongan rakyat biasa. “Kita

tidak bisa atau belum bisa menentukan dengan tepat kapan tanggal pasti

tercetusnya nama “Jambi” itu, baik untuk provinsi ataupun Kota Jambi,” sebutnya.

“Mungkin nanti pada suatu masa ada orang yang dapat menunjukkan bukti-bukti

baik berupa tulisan maupun dengan seloko adat dan maupun dengan tembo-

tembo lama. Yang dapat kita pegang sebagai data yang akurat untuk

menentukan permulaan timbulnya kata Jambi untuk provinsi maupun untuk Kota

Jambi,

IV. Tentang Provinsi Jambi

Perlu kita ketahui bersama bahwa pada logo Provinsi Jambi yang telah

ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 1969 tertera

kalimat Sepucuk Jambi Sembilan Lurah. Kemudian beberapa symbol

dan lambang Daerah antara lain adalah sebagai berikut;

1. Bidang dasar persegi lima : 

Melambangkan jiwa dan semangat PANCASILA Rakyat Jambi;

9

Page 10: Kantor residen jambi, eks kampus apdn jambi;oleh AKBP H.DADANG DK

2. Enam lobang mesjid dan satu keris serta fondasi mesjid dua susun

batu diatas lima dan dibawah tujuh : Melambangkan berdirinya

daerah Jambi sebagai daerah otonom yang berhak mengatur

rumahtangganya sendiri pada tanggal 6 Januari 1957;

3. Sebuah mesjid : Melambangkan keyakinan dan ketaatan Rakyat

Jambi dalam beragama;

4. Keris Siginjai :Keris Pusaka yang melambangkan kepahlawanan

Rakyat Jambi menentang penjajahan dan kezaliman

menggambarkan bulan berdirinya Provinsi Jambi pada bulan

Januari;

5. Cerana yang pakai kain penutup persegi sembilan :

Melambangkan Keiklasan yang bersumber pada keagungan

Tuhan menjiwai Hati Nurani;

6. GONG : Melambangkan jiwa demokrasi yang tersimpul dalam

pepatah adat "BULAT AIR DEK PEMBULUH, BULAT KATO DEK

MUFAKAT";

7. EMPAT GARIS : Melambangkan sejarah rakyat Jambi dari kerajaan

Melayu Jambi hingga menjadi Provinsi Jambi;

8. Tulisan yang berbunyi: "SEPUCUK JAMBI SEMBILAN LURAH"

didalam satu pita yang bergulung tiga dan kedua belah ujungnya

bersegi dua melambangkan kebesaran kesatuan wilayah geografis

9 (Sembilan) DAS (daerah aliran sungai) dan lingkup wilayah adat

dari Jambi : "SIALANG BELANTAK;

9. BESI SAMPAI DURIAN BATAKUK RAJO DAN DIOMBAK NAN

BADABUR, TANJUNG JABUNG".

10

Page 11: Kantor residen jambi, eks kampus apdn jambi;oleh AKBP H.DADANG DK

V. Sejarah Berdirinya Provinsi Jambi

Dengan berakhirnya masa kesultanan Jambi menyusul gugurnya

Sulthan Thaha Saifuddin pada tanggal 27 April 1904 dan berhasilnya

Belanda menguasai wilayah-wilayah Kesultanan Jambi, maka Jambi

ditetapkan sebagai Keresidenan dan masuk ke dalam wilayah

Nederlandsch Indie. Residen Jambi yang pertama O.L Helfrich yang

diangkat berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Belanda No. 20

tanggal 4 Mei 1906 dan pelantikannya dilaksanakan tanggal 2 Juli 1906.

Kekuasan Belanda atas Jambi berlangsung ± 36 tahun karena pada

tanggal 9 Maret 1942 terjadi peralihan kekuasaan kepada Pemerintahan

Jepang. Dan pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah pada sekutu.

Tanggal 17 Agustus 1945 diproklamirkanlah Negara Republik Indonesia.

Sumatera disaat Proklamasi tersebut menjadi satu Provinsi yaitu

Provinsi Sumatera dan Medan sebagai ibukotanya dan MR. Teuku

Muhammad Hasan ditunjuk memegangkan jabatan Gubernurnya.

Pada tanggal 18 April 1946 Komite Nasional Indonesia Sumatera

sedang menyelenggarakan kegiatan sidang di Bukittinggi dan

memutuskan agar Provinsi Sumatera terdiri dari tiga Sub Provinsi yaitu

Sub Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan.

Sub Provinsi Sumatera Tengah mencakup keresidenan Sumatra Barat,

Riau dan Jambi. Tarik menarik Keresidenan Jambi untuk masuk ke

Sumatera Selatan atau Sumatera Tengah ternyata cukup alot dan

akhirnya ditetapkan dengan pemungutan suara pada Sidang KNI

Sumatera tersebut dan Keresidenan Jambi masuk ke Sumatera Tengah.

Sub-sub Provinsi dari Provinsi Sumatera ini kemudian dengan undang-

undang nomor 10 tahun 1948 ditetapkan sebagai sub Provinsi.

Dengan UU.No. 22 tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan

Daerah keresidenan Jambi saat itu terdiri dari 2 (dua) Kabupaten dan 1

(satu) Kota Praja Jambi. Kabupaten-kabupaten tersebut adalah

11

Page 12: Kantor residen jambi, eks kampus apdn jambi;oleh AKBP H.DADANG DK

Kabupaten Merangin yang mencakup Kewedanaan Muara Tebo, Muaro

Bungo, Bangko dan Batanghari terdiri dari kewedanaan Muara Tembesi,

Jambi Luar Kota, dan Kuala Tungkal. Masa terus berjalan, banyak

pemuka masyarakat yang ingin keresidenan Jambi untuk menjadi

bagian Sumatera Selatan dan dibagian lain ada yang ingin tetap bahkan

ada yang ingin berdiri sendiri. Terlebih dari itu, wilayah Kerinci juga

dikehendaki untuk masuk Keresidenan Jambi, karena sejak tanggal 1

Juni 1922 Kerinci yang tadinya bagian dari Kesultanan Jambi

dimasukkan ke keresidenan Sumatera Barat tepatnya jadi bagian dari

Kabupaten Pesisir Selatan dan Kerinci (PSK)

Tuntutan keresidenan Jambi menjadi daerah Tingkat I Provinsi diangkat

dalam Pernyataan Bersama antara Himpunan Pemuda Merangin

Batanghari (HP.MERBAHARI) dengan Front Pemuda Jambi (FROPEJA)

Pada tanggal 10 April 1954 yang diserahkan langsung Kepada Bung

Hatta Wakil Presiden di Bangko, yang ketika itu berkunjung kesana.

Penduduk Jambi saat itu tercatat kurang lebih 500.000 jiwa (tidak

termasuk Kerinci)

Keinginan tersebut diwujudkan kembali dalam Kongres Pemuda se-

Daerah Jambi pada tanggal 30 April s.d 3 Mei 1954 dengan mengutus

3(tiga) orang delegasi yaitu Rd. Abdullah, AT Hanafiah dan H. Said serta

seorang penasehat delegasi yaitu Bapak Syamsu Bahrun guna

menghadap Mendagri Prof. DR.MR Hazairin.

Berbagai kebulatan tekad setelah itu bermunculan baik oleh gabungan

parpol, Dewan Pemerintahan Marga, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Merangin, Batanghari. Puncaknya pada kongres rakyat Jambi pada

tanggal 14 s.d 18 Juni 1955 di gedung bioskop Murni terbentuklah

wadah perjuangan Rakyat Jambi bernama Badan Kongres Rakyat

Djambi (BKRD) untuk mengupayakan dan memperjuangkan Jambi

menjadi Daerah Otonomi Tingkat I Provinsi Jambi.

12

Page 13: Kantor residen jambi, eks kampus apdn jambi;oleh AKBP H.DADANG DK

Pada Kongres Pemuda se-daerah Jambi tanggal 2 s.d 5 Januari 1957

mendesak BKRD menyatakan Keresidenan Jambi secara de facto

menjadi Provinsi selambat-lambatnya pada tanggal 9 Januari 1957 .

Sidang Pleno BKRD pada tanggal 6 Januari 1957 pukul 02.00 dengan

resmi menetapkan keresidenan Jambi menjadi Daerah Otonomi Tingkat

I Provinsi yang berhubungan langsung dengan pemerintah pusat dan

keluar dari Provinsi Sumatera Tengah. Dewan Banteng selaku

penguasa pemerintah Provinsi Sumatera Tengah yang telah mengambil

alih pemerintahan Provinsi Sumatera Tengah dari Gubernur Ruslan

Mulyohardjo pada tanggal 9 Januari 1957 menyetujui keputusan BKRD.

Pada tanggal 8 Februari 1957 Ketua Dewan Banteng Letkol Ahmad

Husein melantik Residen Djamin gr. Datuk Bagindo sebagai acting

Gubernur dan H. Hanafi sebagai wakil Acting Gubernur Provinsi Djambi,

dengan staff 11(sebelas) orang yaitu Nuhan, Rd. Hasan Amin, M.

Adnan Kasim, H.A. Manap, Salim, Syamsu Bahrun, Kms. H.A.Somad.

Rd. Suhur, Manan, Imron Nungcik dan Abd Umar yang dikukuhkan

dengan SK No. 009/KD/U/L KPTS. tertanggal 8 Februari 1957 dan

sekaligus meresmikan berdirinya Provinsi Jambi di halaman rumah

Residen Jambi (kini Rumah dinas Gubernuran Jambi).

Pada tanggal 9 Agustus 1957 Presiden RI Ir. Soekarno akhirnya

menandatangani di Denpasar Bali. UU Darurat No. 19 tahun 1957

tentang Pembentukan Provinsi Sumatera Barat, Riau dan Jambi.

Dengan UU No. 61 tahun 1958 tanggal 25 Juli 1958 UU Darurat No. 19

Tahun 1957 Tentang Pembentukan Daerah Sumatera Tingkat I

Sumatera Barat, Djambi dan Riau. (UU tahun 1957 No. 75) sebagai

Undang-undang.

Dalam UU No. 61 tahun 1958 disebutkan pada pasal 1 hurup b, bahwa

daerah Swatantra Tingkat I Jambi wilayahnya mencakup wilayah daerah

13

Page 14: Kantor residen jambi, eks kampus apdn jambi;oleh AKBP H.DADANG DK

Swatantra Tingkat II Batanghari, Merangin, dan Kota Praja Jambi serta

Kecamatan-Kecamatan Kerinci Hulu, Tengah dan Hilir.

Kelanjutan UU No. 61 tahun 1958 tersebut pada tanggal 19 Desember

1958 Mendagri Sanoesi Hardjadinata mengangkat dan menetapkan

Djamin gr. Datuk Bagindo Residen Jambi sebagai Dienst Doend DD

Gubernur (residen yang ditugaskan sebagai Gubernur Provinsi Jambi

dengan SK Nomor UP/5/8/4). Pejabat Gubernur pada tanggal 30

Desember 1958 meresmikan berdirinya Provinsi Jambi atas nama

Mendagri di Gedung Nasional Jambi (sekarang gedung BKOW). Kendati

dejure Provinsi Jambi di tetapkan dengan UU Darurat 1957 dan

kemudian UU No. 61 tahun 1958 tetapi dengan pertimbangan sejarah

asal-usul pembentukannya oleh masyarakat Jambi melalui BKRD maka

tanggal Keputusan BKRD 6 Januari 1957 ditetapkan sebagai hari jadi

Provinsi Jambi, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi

Djambi Nomor. 1 Tahun 1970 tanggal 7 Juni 1970 tentang Hari Lahir

Provinsi Djambi.

Adapun nama Residen dan Gubernur Jambi mulai dari masa kolonial

sampai dengan sekarang adalah sebagai berikut :

Masa Kolonial, Residen Belanda di Jambi adalah sebagai berikut:

1. O.L. Helfrich (1906-1908)

2. A.J.N Engelemberg (1908-1910)

3. Th. A.L. Heyting (1910-1913)

4. AL. Kamerling (1913-1915)

5. H.E.C. Quast (1915 – 1918)

6. H.L.C Petri (1918-1923)

7. C. Poortman (1923-1925)

8. G.J. Van Dongen (1925-1927)

9. H.E.K Ezerman (1927-1928)

10. J.R.F Verschoor Van Niesse (1928-1931)

14

Page 15: Kantor residen jambi, eks kampus apdn jambi;oleh AKBP H.DADANG DK

11. W.S. Teinbuch (1931-1933)

12. Ph. J. Van der Meulen (1933-1936)

13. M.J. Ruyschaver (1936-1940)

14. Reuvers (1940-1942)

Tahun 1942 – 1945 Jepang masuk ke Indonesia termasuk Jambi

VI.Masa Kemerdekaan Republik Indonesia

Residen Jambi:

1. Dr. Segaf Yahya (1945)

2. R. Inu Kertapati (1945-1950)

3. Bachsan (1950-1953)

4. Hoesin Puang Limbaro (1953-1954)

5. R. Sudono (1954-1955)

6. Djamin Datuk Bagindo (1954-1957) - Acting Gubernur

Kemudian pada tanggal 6 Januari 1957 BKRD menyatakan Keresidenan

Jambi menjadi sebuah Propinsi. Pada tanggal 8 Februari 1957

peresmian propinsi dan kantor gubernur di kediaman Residen yang

dilakukan oleh Ketua Dewan Banteng. Pembentukan propinsi diperkuat

oleh Keputusan Dewan Menteri tanggal 1 Juli 1957, Undang-Undang

Nomor 1 /1957 dan Undang-Undang Darurat Nomor 19/1957 dan

mengganti Undang-Undang tersebut dengan Undang-Undang Nomor

61/1958.

VII. Masa Provinsi Jambi

Gubernur Jambi:

1. M. Joesoef Singedekane (1957-1967)

2. H. Abdul Manap (Pejabat Gubernur 1967-1968)

3. R.M. Noer Atmadibrata (1968-1974)

15

Page 16: Kantor residen jambi, eks kampus apdn jambi;oleh AKBP H.DADANG DK

4. Djamaluddin Tambunan, SH (1974-1979)

5. Edy Sabara (Pejabat Gubernur 1979)

6. Masjchun Sofwan, SH (1979-1989), Drs. H. Abdurrahman Sayoeti

(Wakil Gubernur)

7. Drs. H. Abdurrahman Sayoeti (1989-1999), Musa (Wakil

Gubernur), Drs. Hasip Kalimudin Syam (Wakil Gubernur)

8. DRS. H. Zulkifli Nurdin, MBA (1999-2005), Uteng Suryadiatna

(Wakil Gubernur), Drs. Hasip Kalimudin Syam (Wakil Gubernur)

9. DR.Ir. H. Sudarsono H, SH, MA (Pejabat Gubernur 2005)

10.Drs. H. Zulkifli Nurdin, MBA (Gubernur 2005-2010), Drs. H. Antony

Zeidra Abidin (Wakil Gubernur 2005-2010);

11.Hasan Basri Agus (HBA) bersama Fachrori Umar menjadi Gubernur

dan Wakil Gubernur terpilih Provinsi Jambi periode 2010-2015.

VII. Penutup

Demikian sejarah singkat Provinsi Jambi dan sejarah singkat Eks Kantor Residen

Jambi yang sekarang menjadi Markas Komando Polisi Perairan, Kepolisian

Daerah Jambi (DITPOLAIR POLDA JAMBI), sengaja saya sajikan sebagai

wujud nyata kecintaan terhadap masa lampau /sejarah wilayah tercinta dimana

kita semua berpijak dan berkehidupan, dengan semboyan JASMERAH (Jangan

Sekali-kali Meninggalkan Sejarah), dan pada hakekatnya generasi sekarang

berkewajiban untuk melestarikan segala hal menjadi cikal bakal keberadaan

masa lampau pemerintahan di Jambi. Prinsip hidup “INDAHNYA BERBAGI,

PENGETAHUAN, PENGALAMAN, DAN PATUT UNTUK DIAMALKAN SERTA

DIBERIKAN KEPADA SIAPA SAJA YANG MAU MENERIMANYA, ILMU

JANGAN DIBAWA SAMPAI MATI”. Semoga bermanfaat amin.

Dirgahayu Propinsi Jambi.

16

Page 17: Kantor residen jambi, eks kampus apdn jambi;oleh AKBP H.DADANG DK

REFERENSI

jambiprov.go.id/diupload pada hari minggu ,05 April 2015, 21:35 wib

rasyajustice.blogspot.com/.diupload hari minggu, 05 April 2015,21.45 wib

jambi.tribunnews.com, Rabu, 7 Januari 2015 20:02,

17

FOTO EKS KANTOR RESIDEN JAMBI SEKARANG MENJADI MAKO

DITPOLAIR POLDA JAMBI

Page 18: Kantor residen jambi, eks kampus apdn jambi;oleh AKBP H.DADANG DK

18