kamis, 5 agustus 2010 | media indonesia si mungil ... filerangkaian tersebut dengan aki, klakson,...

1
Nusantara | 9 KAMIS, 5 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA N UGROHO Fajar Wicaksono sibuk mengutak-atik bagian bawah jok sepeda motornya di halaman parkir Gedung Rektorat UNS, Selasa (3/8). Bukan karena ru- sak, melainkan ia sedang meng- uji alarm pengaman helm. Dia terlihat cekatan. Tangan- nya bergerak ke sana kemari menghubungkan sejumlah kabel di sepeda motor dengan sebuah rangkaian elektronik berukuran tidak lebih besar daripada kotak pembungkus kartu domino. Rangkaiannya sederhana, ha- nya terdiri dari satu komponen relay, dua buah intergrated cir- cuit (IC) yang memiliki fungsi sebagaimana layaknya prose- sor komputer, serta beberapa resistor atau penghambat arus listrik. Pada bagian pangkal terdapat empat kabel yang berfungsi mengalirkan arus listrik ke da- lam dua stopkontak. Di ujung terpasang lima sambungan kabel untuk menghubungkan rangkaian tersebut dengan aki, klakson, serta lampu sen kiri dan kanan. Setelah semua dirasa pas, terakhir dia memasukkan sebuah jek kecil dilengkapi dua helai kabel halus yang ter- pasang pada helm warna putih miliknya ke sebuah stopkontak mini yang ditempatkan di sela- sela gantungan helm di sisi di bawah jok motor. Sejurus kemudian, dia me- narik napas lega. “Selesai,” kata Nugroho sembari menatap dua rekannya, Condro Eko Prase- tyo Kusumo dan Sidik Susilo, yang sedari tadi memperha- tikan pekerjaannya dengan saksama. Akan tetapi, tentu saja itu be- lum cukup karena masih harus dicek apakah alat itu bekerja atau tidak. Untuk membuktikannya, Nugroho menarik lepas jek yang menghubungkan helm dengan stopkontak mini. Klakson sepeda motornya langsung menyalak keras di-ser- tai lampu sen yang berkedip-ke- dip. Cukup untuk mengundang perhatian orang yang melintas di sekitar lokasi percobaan. “Klakson dan lampu sen akan langsung menyala begitu aliran listrik antara helm dan sepeda motor terputus. Baik karena jek terlepas karena ditarik keras ataupun salah satu kabelnya digunting,” kata Nugroho terse- nyum puas. Alarm Helm Relay System (AHRS), begitulah label yang dilekatkan pada alat pengaman helm itu. Lalu bagaimana awal mula ketiganya melahirkan kreasi tersebut? Anda tentu pernah melihat tayangan iklan ‘sarjana ojek’ di televisi. Dalam iklan itu si sarjana diceritakan berha- sil menjadi pengusaha alarm sepeda motor setelah kenda- raan yang digunakannya untuk mengojek hilang dicuri orang. Meski tidak sama persis, ki- sah itu sedikit banyak memiliki kemiripan dengan apa yang dilakukan Nugroho, Condro, dan Sidik. Ketiga mahasiswa semester VII itu terinspirasi menciptakan alarm helm sete- lah beberapa teman kuliahnya menjadi korban pencurian. “Pernah waktu itu ada lima teman kehilangan helm dalam waktu bersamaan. Saat itu sepeda motor mereka diparkir bersebelahan,” kata Condro. Meski belum pernah menjadi korban, kejadian tersebut rupa- nya sangat membekas karena itulah, ketika ada tawaran Pro- gram Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada September 2009 lalu, ketiganya sepakat meng- usung ide alarm helm. Menang emas Bak gayung bersambut, pro- posal mereka disetujui. Disusul kemudian kucuran dana sebe- sar Rp6,7 juta untuk membi- ayai proyek kreatif itu. Kurang lebih empat bulan lamanya Nugroho, Sidik, dan Condro memeras tenaga dan pikiran untuk mewujudkan ide mereka mulai Februari hingga akhir Mei 2010. “Kami sempat melakukan dua kali percobaan, tetapi hasil- nya tidak sesuai harapan. Baru pada percobaan ketiga berha- sil,” kenang Nugroho. AHRS ini pun kemudian di- ikutsertakan dalam Pimnas 2010 di Universitas Maha Saraswati, Denpasar, Bali. Mereka ikut untuk kategori PKMK bersama 23 perguruan tinggi lain. Buah kreativitas mereka diganjar penghargaan setara emas. Selain membawa pulang piala, sertifikat, dan medali emas, Nugroho, Sidik, dan Condro juga mendapat hadiah uang tunai Rp1,5 juta. Kini, ketiganya sedang sibuk mengejar target produksi yang disyaratkan Ditjen Dikti. Ka- rena sesuai dengan proposal yang diajukan, mereka harus memproduksi 60 unit AHRS dengan ongkos produksi per unitnya sebesar Rp75 ribu. Sampai saat ini yang berhasil Gara-gara marak pencurian helm di kampus, tiga mahasiswa asal Solo memutar otak untuk membuat sistem alarm bermodal Rp75 ribu. Si Mungil Antimaling dari UNS ALARM HELM : Nugroho, anggota kelompok Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan dari Fakultas Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret, memperagakan cara pemasangan Alarm Helm Relay System yang ia buat bersama Condro dan Sidik, Selasa (3/8). BUKTI bahwa Pangkalpinang merupakan pusat administrasi Keresidenan Bangka, sekaligus pusat penambangan timah di masa lampau, diketahui dari keberadaan kompleks per- makaman Belanda (kerkhof). Berdasarkan catatan sejarah dalam buku Setengah Abad Kota Pangkalpinang, permakaman itu punya keunikan. Tidak satu pun nisan mencantumkan jabatan, gelar, atau pangkat kemiliteran pemiliknya. Itu dilakukan untuk menghindari perusakan makam. Nisan tertua pada permaka- man tersebut bertahun 1902. Adapun yang termuda berta- hun 1950. Salah satu makam tertua adalah milik Irene Ma- thilde Ehrencron yang wafat tahun 1928. Pada 1996, Dinas suaka peninggalan purbakala melakukan survei, namun penelitian tersebut tidak dapat mengestimasi jumlah jenazah di perkuburan kuno itu, juga posisi, letak, serta luas kom- pleks karena permakaman tertutup tanaman liar. Barulah pada pertengahan April 2005 diketahui makam yang ada terakhir berjumlah 100 buah. Namun seiring per- jalanan waktu, makam hanya tinggal 32 buah sebab keba- nyakan dibongkar pihak ke- luarga untuk dipindahkan ke kampung halaman mereka. Untuk menjaga kelestarian perkuburan tersebut, akhirnya di atas lahan seluas 2.117,88 m2 dibangunlah pagar keliling agar orang tidak bisa masuk dan memanfaatkan tanah makam sembarangan. Sekarang, perkuburan Be- landa itu masuk dalam per- lindungan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala ber- dasarkan UU 5/1992 tentang ketentuan bahwa benda ca- gar budaya dikuasai negara. (RF/N-4) ASAL USUL Kerkhof Babel MI/FERDINAND MI/RENDY diselesaikan baru 20 unit, 16 unit di antaranya sudah laku terjual. Masih ada 40 unit lagi yang ha- rus segera diselesaikan. Sebenarnya, kata Sidik, pro- ses merangkai satu AHRS ha- nya memakan waktu paling lama 1 jam. Namun, kenda- lanya selain proses pencarian komponen yang agak sulit, mereka juga terbentur jadwal perkuliahan yang padat. “Tapi mudah-mudahan da- lam waktu dekat bisa kami selesaikan,” katanya mantap. Selain meraih prestasi di ajang bergengsi, buah kreati- vitas berukuran relatif mungil tersebut kini juga memberikan peluang penghasilan tambahan cukup besar bagi tiga sekawan itu. Pesanan demi pesanan mulai berdatangan. Meski diakui ketiganya, pro- mosi yang mereka lakukan sela- ma ini hanya sebatas dari mulut ke mulut, lewat e-mail, dan blog. “Semalam kami mendapatkan pesanan dari Padang,” kata Sidik. (N-4) [email protected] Ferdinand Klakson dan lampu sen akan langsung menyala begitu aliran listrik antara helm dan sepeda motor terputus.”

Upload: vuongcong

Post on 20-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAMIS, 5 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA Si Mungil ... filerangkaian tersebut dengan aki, klakson, serta lampu sen kiri dan kanan. ... memperagakan cara pemasangan Alarm Helm Relay

Nusantara | 9KAMIS, 5 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA

NUGROHO Fajar Wicaksono sibuk m e n g u t a k - a t i k bagian bawah jok

sepeda motornya di halaman parkir Gedung Rektorat UNS, Selasa (3/8). Bukan karena ru-sak, melainkan ia sedang meng-uji alarm pengaman helm.

Dia terlihat cekatan. Tangan-nya bergerak ke sana kemari menghubungkan sejumlah kabel di sepeda motor dengan sebuah rangkaian elektronik berukuran tidak lebih besar daripada kotak pembungkus kartu domino.

Rangkaiannya sederhana, ha-nya terdiri dari satu komponen relay, dua buah intergrated cir-cuit (IC) yang memiliki fungsi sebagaimana layaknya prose-sor komputer, serta beberapa resistor atau penghambat arus listrik.

Pada bagian pangkal terdapat empat kabel yang berfungsi mengalirkan arus listrik ke da-lam dua stopkontak. Di ujung terpasang lima sambungan kabel untuk menghubungkan rangkaian tersebut dengan aki, klakson, serta lampu sen kiri dan kanan.

Setelah semua dirasa pas, terakhir dia memasukkan sebuah jek kecil dilengkapi dua helai kabel halus yang ter-pasang pada helm warna putih miliknya ke sebuah stopkontak mini yang ditempatkan di sela-sela gantungan helm di sisi di bawah jok motor.

Sejurus kemudian, dia me-narik napas lega. “Selesai,” kata Nugroho sembari menatap dua rekannya, Condro Eko Prase-tyo Kusumo dan Sidik Susilo, yang sedari tadi memperha-tikan pekerjaannya dengan saksama.

Akan tetapi, tentu saja itu be-lum cukup karena masih harus dicek apakah alat itu bekerja atau tidak. Untuk membuktikannya, Nugroho menarik lepas jek yang menghubungkan helm dengan stopkontak mini.

Klakson sepeda motornya langsung menyalak keras di-ser-tai lampu sen yang berkedip-ke-dip. Cukup untuk mengundang perhatian orang yang melintas di sekitar lokasi percobaan.

“Klakson dan lampu sen akan langsung menyala begitu aliran

listrik antara helm dan sepeda motor terputus. Baik karena jek terlepas karena ditarik keras ataupun salah satu kabelnya digunting,” kata Nugroho terse-nyum puas.

Alarm Helm Relay System (AHRS), begitulah label yang dilekatkan pada alat pengaman helm itu.

Lalu bagaimana awal mula ketiganya melahirkan kreasi tersebut? Anda tentu pernah melihat tayangan iklan ‘sarjana ojek’ di televisi. Dalam iklan itu si sarjana diceritakan berha-sil menjadi pengusaha alarm sepeda motor setelah kenda-raan yang digunakannya untuk mengojek hilang dicuri orang.

Meski tidak sama persis, ki-sah itu sedikit banyak memiliki kemiripan dengan apa yang dilakukan Nugroho, Condro, dan Sidik. Ketiga mahasiswa semester VII itu terinspirasi menciptakan alarm helm sete-lah beberapa teman kuliahnya menjadi korban pencurian.

“Pernah waktu itu ada lima teman kehilangan helm dalam waktu bersamaan. Saat itu sepeda motor mereka diparkir bersebelahan,” kata Condro.

Meski belum pernah menjadi korban, kejadian tersebut rupa-nya sangat membekas karena itulah, ketika ada tawaran Pro-gram Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada September 2009 lalu, ketiganya sepakat meng-usung ide alarm helm.

Menang emasBak gayung bersambut, pro-

posal mereka disetujui. Disusul kemudian kucuran dana sebe-sar Rp6,7 juta untuk membi-ayai proyek kreatif itu. Kurang lebih empat bulan lamanya Nugroho, Sidik, dan Condro memeras tenaga dan pikiran untuk mewujudkan ide mereka mulai Februari hingga akhir Mei 2010.

“Kami sempat melakukan dua kali percobaan, tetapi hasil-nya tidak sesuai harapan. Baru pada percobaan ketiga berha-sil,” kenang Nugroho.

AHRS ini pun kemudian di-ikutsertakan dalam Pimnas 2010 di Universitas Maha Saraswati, Denpasar, Bali. Mereka ikut untuk kategori PKMK bersama 23 perguruan tinggi lain.

Buah kreativitas mereka diganjar penghargaan setara emas. Selain membawa pulang piala, sertifikat, dan medali emas, Nugroho, Sidik, dan Condro juga mendapat hadiah uang tunai Rp1,5 juta.

Kini, ketiganya sedang sibuk mengejar target produksi yang disyaratkan Ditjen Dikti. Ka-rena sesuai dengan proposal yang diajukan, mereka harus memproduksi 60 unit AHRS dengan ongkos produksi per unitnya sebesar Rp75 ribu.

Sampai saat ini yang berhasil

Gara-gara marak pencurian helm di kampus, tiga mahasiswa asal Solo memutar otak untuk membuat sistem alarm bermodal Rp75 ribu.

Si Mungil Antimaling dari UNS

ALARM HELM : Nugroho, anggota kelompok Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan dari Fakultas Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret, memperagakan cara pemasangan Alarm Helm Relay System yang ia buat bersama Condro dan Sidik, Selasa (3/8).

BUKTI bahwa Pangkalpinang merupakan pusat administrasi Keresidenan Bangka, sekaligus pusat penambangan timah di masa lampau, diketahui dari keberadaan kompleks per-makaman Belanda (kerkhof).

Berdasarkan catatan sejarah dalam buku Setengah Abad Kota Pangkalpinang, permakaman itu punya keunikan. Tidak satu pun nisan mencantumkan jabatan, gelar, atau pangkat kemiliteran pemiliknya. Itu dilakukan untuk menghindari perusakan makam.

Nisan tertua pada permaka-man tersebut bertahun 1902. Adapun yang termuda berta-hun 1950. Salah satu makam tertua adalah milik Irene Ma-thilde Ehrencron yang wafat tahun 1928.

Pada 1996, Dinas suaka peninggalan purbakala melakukan survei, namun penelitian tersebut tidak dapat mengestimasi jumlah jenazah

di perkuburan kuno itu, juga posisi, letak, serta luas kom-pleks karena permakaman tertutup tanaman liar.

Barulah pada pertengahan

April 2005 diketahui makam yang ada terakhir berjumlah 100 buah. Namun seiring per-jalanan waktu, makam hanya tinggal 32 buah sebab keba-nyakan dibongkar pihak ke-luarga untuk dipindahkan ke kampung halaman mereka.

Untuk menjaga kelestarian perkuburan tersebut, akhirnya di atas lahan seluas 2.117,88 m2 dibangunlah pagar keliling agar orang tidak bisa masuk dan memanfaatkan tanah makam sembarangan.

Sekarang, perkuburan Be-landa itu masuk dalam per-lindungan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala ber-dasarkan UU 5/1992 tentang ketentuan bahwa benda ca-gar budaya dikuasai negara. (RF/N-4)

ASAL USUL

Kerkhof Babel

MI/FERDINAND

MI/RENDY

diselesaikan baru 20 unit, 16 unit di antaranya sudah laku terjual. Masih ada 40 unit lagi yang ha-rus segera diselesaikan.

Sebenarnya, kata Sidik, pro-ses merangkai satu AHRS ha-nya memakan waktu paling lama 1 jam. Namun, kenda-

lanya selain proses pencarian komponen yang agak sulit, mereka juga terbentur jadwal perkuliahan yang padat.

“Tapi mudah-mudahan da-lam waktu dekat bisa kami selesaikan,” katanya mantap.

Selain meraih prestasi di

ajang bergengsi, buah kreati-vitas berukuran relatif mungil tersebut kini juga memberikan peluang penghasilan tambahan cukup besar bagi tiga sekawan itu. Pesanan demi pesanan mulai berdatangan.

Meski diakui ketiganya, pro-

mosi yang mereka lakukan sela-ma ini hanya sebatas dari mulut ke mulut, lewat e-mail, dan blog. “Semalam kami mendapatkan pesanan dari Padang,” kata Sidik. (N-4)

[email protected]

Ferdinand

Klakson dan lampu sen akan langsung menyala begitu aliran listrik antara helm dan sepeda motor terputus.”