kamis, 26 januari 2017 utama ahok dinilai sukses …gelora45.com/news/sp_20170126_3.pdf ·...

1
[JAKARTA] Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dinilai sukses melakukan reformasi birokrasi di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Pasangan Ahok-Djarot berhasil mengubah mentalitas aparatur Pemprov DKI yang sebelumnya meminta dilayani masyarakat berbalik menjadi melayani. Program-program seperti Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan Antar Jemput Izin Bermotor (AJIB) membu- at pelayanan publik semakin efektif dan efisien. Oleh karena itu, sejumlah kalangan menilai, debat terbuka kedua yang bertema reformasi birokrasi dan penataan kawasan perkotaan akan lebih dikuasai Ahok-Djarot ketimbang dua pasangan lain. Juru bicara tim pemenang- an Ahok-Djarot, Maruarar Sirait mengatakan, keberhasilan Ahok-Djarot menata birokrasi terlihat dari tingkat kepuasan masyarakat atas kinerja pasang- an ini yang mencapai sekitar 75%. “Mentalitas aparatur untuk melayani rakyat, bukan dilayani, membuat masyarakat puas dengan kinerja Ahok,” katanya, Kamis (26/1) pagi. Aparatur Pemprov DKI bekerja profesional karena didukung sistem rekrutmen dan promosi aparatur yang berbasis kompetensi dan transparansi. Aparatur juga telah memperoleh gaji dan bentuk jaminan kese- jahteraan yang sepadan sebagai kompensasi atas prestasi kerja. Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang bertugas mengurus perizinan warga Jakarta juga terlihat sudah bagus. Jika sebelumnya warga Jakarta harus pergi ke dinas berbeda-be- da untuk mengurus izin, kini warga tinggal menyerahkan berkas tersebut kepada PTSP. Apalagi, aksesnya sangat mudah karena PTSP ada di setiap kantor kelurahan, keca- matan dan wali kota. Reformasi birokrasi yang dilakukan Ahok. “Jika dulu untuk menjadi peja- bat harus memiliki kedekatan dengan Gubernur. Pak Ahok telah mengganti budaya tersebut dengan budaya lelang jabatan. Setiap PNS yang mumpuni layak memimpin,” papar Maruarar. Pola Pikir Menurut Maruarar, banyak keberhasilan yang sudah dicapai Ahok dalam menata birokrasi di lingkungan Pemprov DKI, terutama dari sisi sistem dan struktur. Ahok dinilai telah sukses mengubah pola pikir pegawai negeri sipil. “Tak mudah mengubah mental, pola pikir dan budaya kerja PNS ini. Pak Ahok mela- kukannya dengan baik dan hasilnya kini sudah bisa dirasa- kan masyarakat Jakarta. Warga Jakarta kini telah terlayani dengan baik oleh aparatur sipil negara,” katanya. Juru Bicara timAhok-Djarot lainnya, Jerry Sambuaga menga- takan, Ahok telah berhasil eningkatkan pelayanan publik. PTSP dinilai merupakan cara efektif memberantas pungli. Dengan adanya PTSP, penerbitan perizinan meningkat hampir 100 kali lipat semenjak 2015. Pada 2015 ada sekitar 4 jutaan izin yang terbit. Pada 2016 hampir 400 juta izin yang terbit. Kesejahteraan para birokrat juga mengalami peningkatan mulai dari pendapatan sampai tunjangan kinerja. Tunjangan kinerja dinamis (TKD) untuk PNS terukur berdasarkan pres- tasi kerja, mulai dari pengukur- an aktivitas hingga penggunaan key performance index (KPI) untuk kepala SKPD. “Transparansi dalam setiap rapat yang dihadiri oleh guber- nur. Bisa dilihat secara langsung dan terbuka di Youtube , sehing- ga akuntabilitas bisa terjamin dengan baik,” paparnya. Anggota Tim Pemenangan Ahok-Djarot, Charles Honoris mengatakan, reformasi birokra- si merupakan upaya melakukan perubahan mendasar penyeleng- garaan pemerintahan untuk mewujudkan good governance , yakni pemerintahan yang bersih, efektif, efisien, dan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. “Dari aspek kelembagaan, Ahok telah melakukan perom- bakan struktur birokrasi selama ini. Hasilnya ya pelayanan yang baik bagi warga. Pak Ahok telah membangun sitem yang bagus,” kata Charles. Menurutnya, dampak dari perubahan struktur yang dila- kukan Ahok selama ini cukup banyak. Masyarakat kini dengan mudah menjangkau pelayanan perizinan, kesehatan dan pen- didikan serta lainnya. [H-14] 3 Suara Pembaruan Kamis, 26 Januari 2017 Utama P elayanan publik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta selama ini dinilai sudah prima. Warga Ibu Kota merasakan kemudahan dan manfaat berba- gai pelayanan umum. Jajaran birokrat pun menyatakan bahwa reformasi birokrasi di masa kepemimpinan Gubernur dan Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat memberi- kan arti signifikan bagi tercipta- nya pelayanan prima kepada masyarakat. Nyaris tak ada lagi pungutan liar (pungli) di instansi-instansi yang selama ini menjadi ladang basah. Adanya pengawasan dan pengukuran kinerja yang didasar- kan pada score card berujung pada penghargaan berupa Tunjangan Kerja Dinamis (TKD) atau sanksi berupa mutasi mem- buat kinerja pegawai negeri sipil (PNS) terpacu untuk benar-benar melayani masyarakat. Sudarso, salah satu pejabat teras protokoler Kantor Walikota Jakarta Utara, melihat bahwa perombakan dan sistem yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta selama tiga tahun terakhir sangat mengena dan mengubah kebiasa- an buruk PNS di lingkungan birokrasi. "Sekarang ini sistemnya jauh lebih transparan dan adil, pega- wai yang mau bekerja dengan baik melayani masyarakat tentu akan ditempatkan di posisi utama dan mendapat berbagai insentif dalam TKD," ujar Sudarso, Kamis (26/1). Ia mengungkapkan, sejak 2012 hingga 2017, tidak terhi- tung berapa kali Pemprov DKI Jakarta melakukan perombakan atau mutasi para PNS di ling- kungan Kantor Walikota Jakarta Utara. "Tujuan perombakan ter- sebut tentunya untuk mencipta- kan birokrasi yang melayani dan memastikan segala kebiasaan buruk pada masa lalu ditinggal- kan mengikuti semangat revolusi mental," tambahnya. Apalagi dengan penerapan lelang menggunakan e-katalog dan proses transfer yang membu- at kebocoran dana di tingkat individu sangat berkurang karena mengacu pada sistem yang tidak bisa dimanipulasi. Rasja, salah satu anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jakarta Utara menga- ku tugas Satpol PP semakin besar ke depan. "Di satu sisi kita harus men- ciptakan ketertiban umum dengan menertibkan pedagang kaki lima (PKL) atau permukim- an liar yang mengambil tempat di fasilitas umum, namun harus tetap sesuai dengan protap meli- hat aspek humanis dan memberi- kan sosialisasi sebelumnya," kata Rasja yang berulangkali terlibat dalam operasi penertiban. Nahdori (61), mantan Ketua RW 04 Kelurahan Rorotan meni- lai pelayanan yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta sela- ma ini sudah sangat terasa sam- pai di tingkat masyarakat. "Sekarang mengurus ke kan- tor Kelurahan, Kecamatan, dan Walikota sudah tidak ada lagi perasaan malas takut terkena pungli. Perubahan yang dilaku- kan sangat berdampak positif pada pelayanan publik," kata Nahdori. Disiplin Menurut Fardan, warga Cipete, Jakarta Selatan, pelayan- an pemerintah daerah sudah cukup baik. “Mengurus surat-su- rat mudah. Namun, tentu masih ada juga yang harus ditingkatkan lagi supaya menjadi lebih baik seiring perkembangan zaman. DKI kan barometer Indonesia, jadi harus lebih baik lagi," kata- nya, Kamis (26/1). Kinerja serta disiplin staf kelurahan dan kecamatan dinilai- nya membaik. "Sudah jarang lihat PNS kesiangan atau pulang cepat. Kebersihan juga semakin baik. Sungai-sungai bersih kare- na ada pasukan pembersih kali. Sudah bagus pelayanannya," katanya. Bustomi, warga Cilandak, Jakarta Selatan, menyatakan, pungli yang sebelumnya mem- budaya sudah hilang. “Kemarin, saya bikin KK (kartu keluarga) cepat. Sistem pelayanannya lebih terstruktur dan standar prosedur- nya jalan," jelasnya. Hermawan, staf di salah satu dinas Pemprov DKI Jakarta, mengakui kesejahteraan PNS meningkat. pada era kepemim- pinan Ahok-Djarot. "Gaji meningkat. Apalagi TKD besar. Semakin giat kerja, semakin besar. Iya kesejahteraan mening- kat," katanya. Menurutnya, budaya korupsi dan pungli juga sudah tidak ada kare- na sistem yang dibangun tidak memungkinkan melakukan hal tersebut. Sanksinya pun tegas. "Tidak ada yang berani lagi. Kalau tertangkap tangan sanksi- nya pecat. Sistemnya juga sudah tidak bisa karena lewat satu pintu. Pembayaran melalui bank," tandasnya. [BAM/C-7] Ahok Dinilai Sukses Mereformasi Birokrasi Perbaikan Pelayanan Publik di Mata Warga Jakarta

Upload: truongxuyen

Post on 09-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

[JAKARTA] Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dinilai sukses melakukan reformasi birokrasi di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

Pasangan Ahok-Djarot berhasil mengubah mentalitas aparatur Pemprov DKI yang sebelumnya meminta dilayani masyarakat berbalik menjadi melayani. Program-program seperti Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan Antar Jemput Izin Bermotor (AJIB) membu-at pelayanan publik semakin efektif dan efisien.

Oleh karena itu, sejumlah kalangan menilai, debat terbuka kedua yang bertema reformasi birokrasi dan penataan kawasan perkotaan akan lebih dikuasai Ahok-Djarot ketimbang dua pasangan lain.

Juru bicara tim pemenang-an Ahok-Djarot, Maruarar Sirait mengatakan, keberhasilan Ahok-Djarot menata birokrasi terlihat dari tingkat kepuasan masyarakat atas kinerja pasang-an ini yang mencapai sekitar 75%.

“Mentalitas aparatur untuk melayani rakyat, bukan dilayani, membuat masyarakat puas dengan kinerja Ahok,” katanya, Kamis (26/1) pagi.

Aparatur Pemprov DKI bekerja profesional karena didukung sistem rekrutmen dan promosi aparatur yang berbasis kompetensi dan transparansi. Aparatur juga telah memperoleh gaji dan bentuk jaminan kese-jahteraan yang sepadan sebagai kompensasi atas prestasi kerja.

Pelayanan Terpadu Satu

Pintu (PTSP) yang bertugas mengurus perizinan warga Jakarta juga terlihat sudah bagus. Jika sebelumnya warga Jakarta harus pergi ke dinas berbeda-be-da untuk mengurus izin, kini warga tinggal menyerahkan berkas tersebut kepada PTSP.

Apalagi, aksesnya sangat mudah karena PTSP ada di setiap kantor kelurahan, keca-matan dan wali kota. Reformasi birokrasi yang dilakukan Ahok. “Jika dulu untuk menjadi peja-bat harus memiliki kedekatan dengan Gubernur. Pak Ahok telah mengganti budaya tersebut dengan budaya lelang jabatan. Setiap PNS yang mumpuni layak memimpin,” papar Maruarar.

Pola PikirMenurut Maruarar, banyak

keberhasilan yang sudah dicapai Ahok dalam menata birokrasi di lingkungan Pemprov DKI, terutama dari sisi sistem dan struktur. Ahok dinilai telah sukses mengubah pola pikir pegawai negeri sipil.

“Tak mudah mengubah mental, pola pikir dan budaya kerja PNS ini. Pak Ahok mela-kukannya dengan baik dan hasilnya kini sudah bisa dirasa-kan masyarakat Jakarta. Warga Jakarta kini telah terlayani dengan baik oleh aparatur sipil negara,” katanya.

Juru Bicara tim Ahok-Djarot lainnya, Jerry Sambuaga menga-takan, Ahok telah berhasil eningkatkan pelayanan publik. PTSP dinilai merupakan cara efektif memberantas pungli.

Dengan adanya PTSP,

penerbitan perizinan meningkat hampir 100 kali lipat semenjak 2015. Pada 2015 ada sekitar 4 jutaan izin yang terbit. Pada 2016 hampir 400 juta izin yang terbit.

Kesejahteraan para birokrat juga mengalami peningkatan mulai dari pendapatan sampai tunjangan kinerja. Tunjangan kinerja dinamis (TKD) untuk PNS terukur berdasarkan pres-tasi kerja, mulai dari pengukur-an aktivitas hingga penggunaan key performance index (KPI) untuk kepala SKPD.

“Transparansi dalam setiap rapat yang dihadiri oleh guber-nur. Bisa dilihat secara langsung dan terbuka di Youtube, sehing-ga akuntabilitas bisa terjamin dengan baik,” paparnya.

Anggota Tim Pemenangan Ahok-Djarot, Charles Honoris mengatakan, reformasi birokra-si merupakan upaya melakukan perubahan mendasar penyeleng-garaan pemerintahan untuk mewujudkan good governance, yakni pemerintahan yang bersih, efektif, efisien, dan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.

“Dari aspek kelembagaan, Ahok telah melakukan perom-bakan struktur birokrasi selama ini. Hasilnya ya pelayanan yang baik bagi warga. Pak Ahok telah membangun sitem yang bagus,” kata Charles.

Menurutnya, dampak dari perubahan struktur yang dila-kukan Ahok selama ini cukup banyak. Masyarakat kini dengan mudah menjangkau pelayanan perizinan, kesehatan dan pen-didikan serta lainnya. [H-14]

3Sua ra Pem ba ru an Kamis, 26 Januari 2017 Utama

Pelayanan publik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta

selama ini dinilai sudah prima. Warga Ibu Kota merasakan kemudahan dan manfaat berba-gai pelayanan umum. Jajaran birokrat pun menyatakan bahwa reformasi birokrasi di masa kepemimpinan Gubernur dan Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat memberi-kan arti signifikan bagi tercipta-nya pelayanan prima kepada masyarakat.

Nyaris tak ada lagi pungutan liar (pungli) di instansi-instansi yang selama ini menjadi ladang basah. Adanya pengawasan dan pengukuran kinerja yang didasar-kan pada score card berujung pada penghargaan berupa Tunjangan Kerja Dinamis (TKD) atau sanksi berupa mutasi mem-buat kinerja pegawai negeri sipil (PNS) terpacu untuk benar-benar melayani masyarakat.

Sudarso, salah satu pejabat

teras protokoler Kantor Walikota Jakarta Utara, melihat bahwa perombakan dan sistem yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta selama tiga tahun terakhir sangat mengena dan mengubah kebiasa-an buruk PNS di lingkungan birokrasi.

"Sekarang ini sistemnya jauh lebih transparan dan adil, pega-wai yang mau bekerja dengan baik melayani masyarakat tentu akan ditempatkan di posisi utama dan mendapat berbagai insentif dalam TKD," ujar Sudarso, Kamis (26/1).

Ia mengungkapkan, sejak 2012 hingga 2017, tidak terhi-tung berapa kali Pemprov DKI Jakarta melakukan perombakan atau mutasi para PNS di ling-kungan Kantor Walikota Jakarta Utara. "Tujuan perombakan ter-sebut tentunya untuk mencipta-kan birokrasi yang melayani dan memastikan segala kebiasaan buruk pada masa lalu ditinggal-kan mengikuti semangat revolusi mental," tambahnya.

Apalagi dengan penerapan lelang menggunakan e-katalog dan proses transfer yang membu-at kebocoran dana di tingkat individu sangat berkurang karena mengacu pada sistem yang tidak bisa dimanipulasi.

Rasja, salah satu anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jakarta Utara menga-ku tugas Satpol PP semakin besar ke depan.

"Di satu sisi kita harus men-ciptakan ketertiban umum dengan menertibkan pedagang kaki lima (PKL) atau permukim-an liar yang mengambil tempat di fasilitas umum, namun harus tetap sesuai dengan protap meli-hat aspek humanis dan memberi-kan sosialisasi sebelumnya," kata Rasja yang berulangkali terlibat dalam operasi penertiban.

Nahdori (61), mantan Ketua RW 04 Kelurahan Rorotan meni-lai pelayanan yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta sela-ma ini sudah sangat terasa sam-pai di tingkat masyarakat.

"Sekarang mengurus ke kan-tor Kelurahan, Kecamatan, dan Walikota sudah tidak ada lagi perasaan malas takut terkena pungli. Perubahan yang dilaku-kan sangat berdampak positif pada pelayanan publik," kata Nahdori.

DisiplinMenurut Fardan, warga

Cipete, Jakarta Selatan, pelayan-an pemerintah daerah sudah cukup baik. “Mengurus surat-su-rat mudah. Namun, tentu masih ada juga yang harus ditingkatkan lagi supaya menjadi lebih baik seiring perkembangan zaman. DKI kan barometer Indonesia, jadi harus lebih baik lagi," kata-nya, Kamis (26/1).

Kinerja serta disiplin staf kelurahan dan kecamatan dinilai-nya membaik. "Sudah jarang lihat PNS kesiangan atau pulang cepat. Kebersihan juga semakin baik. Sungai-sungai bersih kare-na ada pasukan pembersih kali. Sudah bagus pelayanannya,"

katanya.Bustomi, warga Cilandak,

Jakarta Selatan, menyatakan, pungli yang sebelumnya mem-budaya sudah hilang. “Kemarin, saya bikin KK (kartu keluarga) cepat. Sistem pelayanannya lebih terstruktur dan standar prosedur-nya jalan," jelasnya.

Hermawan, staf di salah satu dinas Pemprov DKI Jakarta, mengakui kesejahteraan PNS meningkat. pada era kepemim-pinan Ahok-Djarot. "Gaji meningkat. Apalagi TKD besar. Semakin giat kerja, semakin besar. Iya kesejahteraan mening-kat," katanya. Menurutnya, budaya korupsi dan pungli juga sudah tidak ada kare-na sistem yang dibangun tidak memungkinkan melakukan hal tersebut. Sanksinya pun tegas.

"Tidak ada yang berani lagi. Kalau tertangkap tangan sanksi-nya pecat. Sistemnya juga sudah tidak bisa karena lewat satu pintu. Pembayaran melalui bank," tandasnya. [BAM/C-7]

Ahok Dinilai Sukses Mereformasi Birokrasi

Perbaikan Pelayanan Publik di Mata Warga Jakarta