kami terus mendorong eksekusi infrastruktur

Upload: faturokhman-eka-nugraha

Post on 03-Mar-2016

226 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

,m

TRANSCRIPT

KAMI TERUS MENDORONG EKSEKUSI INFRASTRUKTURPertumbuhan perekonomian Indonesia di kuartal I tahun 2015 menjadi sorotan banyak pihak. Bukan karena angka pertumbuhannya yang meningkat, justru sebaliknya. Kementerian Keuangan tak tinggal diam. Sejumlah langkah sudah disiapkan demi mengejar perlambatan perekonomian, seperti peningkatan ekspor, penekanan impor, investasi, percepatan pembangunan infrastruktur, hingga menjaga nilai tukar dan inflasi. Simak perbincangan Media Keuangan dengan Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal, Luky Alfirman, mengenai pertumbuhan perekonomian Indonesia.Bagaimana Anda melihat kondisi ekonomi saat ini dengan pertumbuhan 4,7 persen? Apa penyebab melambatnya pertumbuhan kuartal pertama di Indonesia?Penurunan ini sebenarnya sudah dimulai di tahun 2012, dari angka 6,5 persen, 6,2 persen, 5,7 persen, kemudian mencapai 5 persen di tahun 2014. Saat kita memulai kuartal I di tahun 2015,angka tersebut semakin melambat menjadi 4,7 persen. Kenapa? Sebenarnya ini dikarenakan duafaktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal .atau domestik. Faktor eksternal dalam hal ini adalah perekonomian global. Pertama, adanya penurunan harga komoditas dikombinasikan dengan perlambatan ekonomi global, khusunya Tiongkok. Tiongkok merupakan mitra dagangutama kita. Urusan ekspor impor itu Tiongkok yang nomor satu. Kita ekspor ke Tiongkok, imporjuga dari sana. Jadi apa yang terjadi di Tiongkok pasti berdampak ke Indonesia. Bisa Anda jelaskan, sebesar apa pengaruh perekonomian Tiongkok terhadap perlambatan pertumbuhan diIndonesia?FotoDok. BKFKepala PusatKebijakanEkonomi MakroBadan KebijakanFiskal LukyAlfirmanVol. X No. 94 / Juli 2015 23Tahun ini Kementerian Keuangan mengalokasikan anggaran sebesar 290 triliun untuk infrastruktur. Angka tersebut meningkat lebih dari 60 persen dibanding tahun lalu.Teks Pradany HayyuKita tahu bahwa Tiongkok memangsedang terjadi perlambatan (ekonomi). Dulupertumbuhan ekonominya bisa sampai dua digit,tapi tahun lalu Tiongkok hanya bisa tumbuhsekitar 7,4 persen. Perlambatan ini berdampakpada menurunnya demand dari mereka. Halitu tentu saja mempengaruhi ekspor kita keTiongkok. Sementara bentuk ekspor kita berupakomoditas, seperti beras, CPO (crude palm oil),kelapa sawit, dan sebagainya. Jadi karena demandsudah turun, harganya juga sudah turun, makaekspor kita sangat terpukul. Khususnya eksporkomoditas yang notabene paling banyak keTiongkok. Di sisi lain, impor kita masih sangatkuat. Ekspor menurun dan impor masih tetaptinggi, lalu terjadilah defisit.Sebenarnya apa saja faktor terjadinya defisit di Indonesiaselain pengaruh ekspor dan impor yang tadi Andajelaskan?Untuk pertama kalinya, pada tahun 2012neraca perdagangan kita mengalami defisit.Sebelum itu kita selalu surplus. Itulah mulaimuncul di neraca perdagangan kita defisit ditahun 2012. Demikian juga di neraca transaksiberjalan. Neraca perdagangan itu hanya mencatatdari barang saja, kalau transaksi berjalan itutermasuk juga mencatat services, income account,dan sebagainya. Karena kita mau impor lebihbanyak, maka kebutuhan akan dollar akan lebihtinggi. Hal ini bisa mengakibatkan tekananterhadap nilai tukar, maka terjadilah depresiasiterus.Kalau lebih banyak impor ya pasti lebih butuhbanyak dollar, artinya akan terjadi depresiasi matauang kita. Nah itu harus mulai kita selesaikansupaya mengurangi tekanan terhadap nilai tukar.Jadi di domestik pun kita mempunyai pekerjaanrumah yang harus kita selesaikan. Kemudiandari faktor eksternal juga ada pelemahan globaldemand yang dikombinasikan juga denganpenurunan harga.Lalu, bagaimana dengan ketahanan mata uang kita ditengah kondisi ekonomi saat ini?Ini diawali dengan kejadian khusus padatahun 2013 yang disebut taper tantrum.Sebelumnya, tahun 2008-2009 itu terjadi globalfinancial crisis di Amerika yang kemudianmenyebar ke Eropa. Ini berbeda dengan krisisyang biasa bermula dari negara berkembang.Apa yang dilakukan Amerika sebagai negaraterbesar di dunia dalam menghadapi krisis?Seperti yang akan kita lakukan disini juga, merekaharus melakukan stimulus untuk membantuekonominya.Mereka memakai stimulus moneter danmeluncurkan Quantitative Easing (QE). QE inimerupakan injeksi liquiditas ekonomi untukmembenarkan ekonominya. Nilai stimulus yangluar biasa besarnya ini harus mengalir ke suatutempat. Pastinya bukan negara-negara di Eropayang juga mengalami krisis, pilihannya jatuh padanegara berkembang, termasuk Indonesia.Jadi, akibat dari QE kita mengalami arusmodal masuk luar biasa besarnya pada saatitu. Indonesia yang saat itu sudah mengalamicommodity boom akibat ekspor menurun danimpor yang makin tinggi, belum lagi ditambahada aliran uang masuk dalam jumlah besar, makajadilah mata uang kita sampai 9.000 pada saat itu.Apa saja langkah yang diambil Pemerintah untukmeningkatkan ekspor demi pertumbuhan ekonomikembali meningkat?Untuk meningkatkan ekspor, kita harusmembenahi infrastruktur dan memperbaikiproduktivitas. Tapi kita harus butuh waktu.Caranya, kita harus bekerja dari sisi demand, yaitudengan membatasi permintaan untuk menekanimpor. Kalau impor tetap tinggi maka tekananterhadap nilai tukar kita akan lebih kuat lagi.Untuk pembangunan infrastruktur, Presiden JokoWidodo sangat mendukung hal ini.Apakah ada target khusus dari Presiden terkaitpertumbuhan ekonomi tahun berikutnya?Presiden Joko Widodo menargetkan ratarata pertumbuhan ekonomi selama lima tahunke depan sebesar 7 persen per tahun. Setelahkita hitung, untuk mencapai target itu dibuthkanjumlah investasi atau pembangunan infrastruktursebesar 5.500 triliun dalam waktu lima tahun.Karena keterbatasan Anggaran PendapatanBelanja Negara, maka kita harus memanfaatkansektor lain, yaitu Badan Umum Milik Negara(BUMN) dan sektor swasta melalui Public PrivatePartnership (PPP).Apa yang dilakukan Pemerintah untuk memastikansemua proyek infrastruktur berjalan sesuai rencana?Tahun ini Kementerian Keuanganmengalokasikan anggaran sebesar 290 triliununtuk infrastruktur. Angka tersebut meningkatlebih dari 60 persen dibanding tahun lalu.Pemerintah terus mendorong eksekusiinfrastruktur. Eksekusi infrastruktur berartiterkait eksekusi belanja, karena itu adalah kuncipenggerak ekonomi untuk tahun ini