kerjasama pemerintah dan badan usaha dlm pembangunan ... · menciptakan iklim investasi yang...
TRANSCRIPT
KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA !
DLM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 2020-2024 ! (TANTANGAN & PELUANG) !
Harun al-‐Rasyid LLUBIS / ITB Infrastructure Partnership & Knowledge Center
Masyarakat Infrastruktur Indonesia
Bali 12 September 2019 Universitas Udayana
Outline 1. PPP History & Infrastructure Challenges
2 TUJUAN KPBU / PPP
3 Stages in Infrastructure Development a. Planning Stage b. Appraisal Stage c. Decision (Policy) Making
4. Fiscal space weakening >< Alternative (private) finance -‐-‐ Why PPP ?
5. Research Opportunities
6. Protecting Public Interest in PPP -‐-‐ KPBU
7. 7. Conclusion & Recommendation
3
Needs more clear and transparent PPP Process à VfM detailing (PPP efficiency proof)
Upaya dan payung Legalitas 4
New challenges 1. Private financing are facing new and greater challenges due to the global
financial crisis, increased regulation and because some banks are reluctant to provide funding, particularly long-‐dated debt
2. With the weakening economic conditions, government has less fiscal and monetary space for remedial measures
3. Governments need to open up an alternative sources of funds while creating the optimal business conditions for delivery of their infrastructure programs
4. Governement must do more to create transparent, accountable business conditions if they are to raise the capital needed to finance critical public infrastructure
5. Sharing economy & Industry 4.0 impact on infrastructure undertaking ?
6
• Risiko demand ( farebox ) à Perangkap subsidi à Affordability ?
MINSKY PROBLEM
Discrecy Perpres Operation & Maintenance MRT , LRT, BRT , Tol ??
Bappenas : City,NUTS (launch), Regional, Nasional ?
THE RECENT POLICY
7
TUJUAN KPBU (PPP)
8
PURPOSE OF USING PPP SCHEME
Mencukupi kebutuhan pendanaan penyediaan infrastruktur secaraberkelanjutan melalui pengerahan dana swasta
Penyediaan Infrastruktur yang berkualitas, efektif, efisien, tepat sasaran dan tepat waktu
Menciptakan iklim investasi yang mendorong partisipasi Badan Usaha dalampenyediaan infrastruktur
Mendorong prinsip pakai-bayar oleh pengguna, atau dalam hal tertentumempertimbangkan kemampuan membayar pengguna
Memberikan kepastian pengembalian investasi Badan Usaha melaluipembayaran secara berkala oleh pemerintah kepada Badan Usaha
Article 3 of the Presidential Regulation 38/2015
Sufficient funding needs for sustainable infrastructure provision through the mobilization of private funds
Provision of quality, effective, efficient, targeted and timely infrastructure
Creating an investment climate that encourages business entity participation in infrastructure provision
Encourage the user-pay principle, or in certain cases considering the user's ability to pay
Provide certainty of return on investment of business entities through periodic payments by the government to business entities
8
Best Practice >< Pragmatic Action 3 Steps: Infrastructure Development …… one by one , NOT ALL AT ONCE
Planning Appraisal
(value for money)
Decision (Policy) Making
10 Protecting public interest ? HOW ?
Proses KPBU
12
4
RANTAINILAI (VALUE CHAIN) KPBU DI INDONESIA
Planning
Pre-FS
Project Plan Development
Project Structuring
Post Award
Financing
Sektor(Perpres 38/2015)1. Transportasi
2. Jalan Raya
3. Listrik
4. Air
5. Sampah
6. Irigasi
7. Telko (tertentu)
8. Minyak & Gas
9. Renewable Energy
10.Konservasi
11. Fasilitas perkotaan
12.Pendidikan
13.Olahraga & Seni
14.Perkembangan
kawasan
15.Pariwisata
16.Kesehatan
17.Lem. Pemasyarakatan
18.Perumahan rakyat
Sektor(Perpres 38/2015)1. Transportasi
2. Jalan Raya
3. Listrik
4. Air
5. Sampah
6. Irigasi
7. Telko (tertentu)
8. Minyak & Gas
9. Renewable Energy
10.Konservasi
11. Fasilitas perkotaan
12.Pendidikan
13.Olahraga & Seni
14.Perkembangan
kawasan
15.Pariwisata
16.Kesehatan
17.Lem. Pemasyarakatan
18.Perumahan rakyat
Pemerintah - Contracting Agency(Kementerian, Pemerintah Daerah, BUMN)
GOI direct investmentthrough SMI / IIF
Penjaminan u/ meningkatkan ‘bankability’
Procurement
VGF u/ meningkatkan‘kelayakan’
MOF
PPP Unit
Proyek2 PrioritasDebottlenecking
KPPIP MOF
12
A Typical KPBU / PPP -‐ Project Structure
Fuel Supply Agreement
Equity
Fuel Supplier and Transporter
Buyer / Off-taker
T & R Agent / Bank
Lenders
Private Developers Other Stake
Holders
Insurers Project SPV
Concession Agreement Equity Subsidy Fiscal Incentives Departmental Clearances
Insurable Risks
Equity
Shareholders Agreement
LSTK Contract
O & M Contract
Cash
Off-take Agreement
Term Loan
EPC Contractor O & M
Contractor
Government
13
14
REPUBLIK INDONESIA
Coordination PPP Joint Office Republic of IndonesiaPT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero)Capital Place, 7th & 8th FloorJl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 18,Jakarta 12710 - Indonesiaemail: [email protected]
Facilitation
Capacity Building
Accelerating PPP Implementationin Indonesia
Coordination and Facilitation According to Authority:• Ministry of National Development and Planning / Bappenas: Project selection and identification• Ministry of Finance / Kementerian Keuangan: Fiscal facilitation• National Public Procurement Agency / LKPP: Procurement – transaction probity• Indonesia’s Investment Coordinating Board / BKPM: Market sounding and market value• Ministry of Home Affairs / Kementerian Dalam Negeri: Advisory in Regional Availability Payment• Coordinating Ministry for Economic Affairs / Kemenko Perekonomian: Debottlenecking• Indonesia Infrastructure Guarantee Fund / PT.PII: Government Guarantee
Capacity Building11
PPP Joint Office in Indonesia
14
16
REPUBLIK INDONESIA
Trili
un R
upia
h
0
150
300
450
600
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
420410387
313290
177,9155,9145,5
114,286
*
Makro Ekonomi…alokasi pembiayaan infrastruktur ditingkatkan sehingga penurunan stok infrastruktur dapat ditahan…
TOTAL 2010-2014: Rp. 679 T
TOTAL 2015-2019: Rp. 1.820 T
*Sumber: Nota Keuangan RAPBN 2019
Stok infrastruktur Indonesia berdasarkan kajian Prospera (43%) masih dibawah rata-rata negara-negara maju dan Emerging (70%)
ALOKASI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
'- 0
1.075
2.150
3.225
4.300
'- 0
25
50
75
100
1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013 2015 2017
as % of GDP Capital Stock
STOK INFRASTRUKTUR INDONESIA (PERSEN PDB)
Berdasarkan Persentase PDB (LHS) dan Rp triliun (RHS)
IndonesiaUK
43%57%
76%87%
Sumber: World Bank (2015), Mckinsey Global Institute Report (2013)
PERBANDINGAN STOK INFRASTRUKTUR (PERSEN PDB)Sumber: Prospera
CanadaIndia
USAGermany
Spain PolandChina
South Africa
Italy
58% 58% 64% 71% 73%80% 82%
Trili
un R
p.
Pers
en (%
)
!416
Demand of Public
Infrastructure
Supply ( $ ) Of Public Finance
GAP
Needs Supply ($ ) from Private Finance
To balance Demand of Public
Infrastructure
Private Finance for Public Infrastructure
17
Type of Funding Scheme
• Capital Grants • Infrastructure Funds • TAX
Public Financing by Government (APBN/APBD)
• Bond, Equity / Share Issue • Loans, PFI, Profit Sharing Private Financing
• Discussed in more detail below Public Private Partnership
18
Two sources of Revenue in Private finance
Concession Model • User pay for using the infrastructure facilities
Private Finance Initiative
• Government pays (Tax payers) recompense for infrastructure service provided
** Protecting Public Interest is crucial (important) **
19
Other Funding Sources
1. Fuel levy, Fuel tax (Austin, Texas) -‐-‐ Dana Preservasi Jalan
2. Asset re-‐cycle / sale revenue ( seldom succeed) [ PINA ]
3. Obligasi [debt] ,
4. Institutional and or Pension funds [ long term ] [ PINA ]
In Urban Transport Case + TOD ;
1. Versement Transport (France)
2. Value Capturing & TOD (U.S.A, Japan) ( development and tax benefit )
3. (P+R) development , Air rights & profit sharing (MRTC, HK)
4. Congestion charges (London, Stockholm, Singapore) -‐ ERP
20
Pembiayaan Infrastruktur Non Anggaran Pemerintah (PINA)
Definisi:
• Sumber pendanaan untuk suatu proyek investasi yang berasal bukan dari dana pemerintah namun didorong dan difasilitasi oleh pemerintah
Persyaratan :
• Nilai kelayakan finansial (IRR) yang tinggi
• Memiliki kelayakan ekonomi dan sosial yang tinggi
• Mempercepat pencapaian target pembangunan
21
PINA (Pendanaan Infra non-‐APBN)
• Dana APBN pemerintah dapat dijadikan penyertaan bagai investasi BUMN atau swasta (Penyertaan Modal Negara)
• Melalui penyertaan, nilai proyek investasi dapat di leverage menjadi 3-‐4 kali lipat (dibandingkan apabila pemerintah langsung membelanjakan nya)
• Kriteria PINA perlu diterapkan dengan baik dan akuntabel,
• Bagaimana pun peran komersial dan intermediasi perbankan mismatch dengan investasi infrastruktur yang bersifat jangka panjang
22
26
REPUBLIK INDONESIA
2
Financing Infrastructure Development 2020-2024Increasing the significant role of SOE & Private Sector through PPP Schemes
Private Participation:
IDR 2,707Trillion(42%)
Total Value of Investment Required in
Infrastructure2020-2024:
IDR 6,445 Trillion
SOE :IDR 1,353
Trillion(21%)
Government Budget:
IDR 2,385Trillion (37%)
All risks are burdened to the
GovernmentFunding
Design
Increase inConstruction Cost
Increase inOperational Cost
Construction Risk
LandProcurement
Conventional Scheme
Allocated Risk to Government
Allocated Risk to Private
Funding Design
Tariff Judgment Land ProcurementRegulations Politics
Increase inConstruction
Cost
Increase inOperational
Cost
Construction Risk
PPP SchemeInvestment Value (Sources)
Source : Bappenas (2019)
INVESTASI INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DAN PERTUMBUHAN
EKONOMI
… INFRASTRUCTURE – IMPERATIVE TO ECONOMIC GROWTH ………
29
Pillar 1 Pillar 2
Ada 3 prasyarat agar investasi infrastruktur dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
Prasyarat Investasi Infrastruktur agar bisa mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi berkualitas
Pillar 3
Rapuhnya salah satu dari 3 prasyarat tersebut akan berdampak pada kualitas pertumbuhan ekonomi, seperti terlihat
pada slide berikut.
Kondisi Politik, kebijkan
dan kelembagaan
kondusif
Iklim Investasi dan pendanaan publik tersedia
Kondisi Perekonomian
wilayah kondusif
31
Kondisi Politik , kebijakan
dan kelembagaan
kondusif
Iklim Investasi dan pendanaan publik tersedia
Pillar 2
Bila kondisi Perekonomian Wilayah masih rapuh
Hanya terjadi
re-‐distribusi (straw-‐effect)
Pertumbuhan tidak terwujud (zero su
m) ,
walaupun ada perubahan a
ksessibilitas
Pillar 3
Kondisi Perekonomian
wilayah belum kondusif
Ketimpangan ekonomi wilayah masih mencolok, belum terbentuk eksternalitas ekonomi yang positif seperti belum adanya agglomerasi ekonomi, ekonomi lokal statis, tenaga kerja terlatih dan enterpreunership masih langka. Walaupun Iklim investasi, pendanaan serta kondisi politik dan kelembagaan sudah mendukung. Investasi infrastruktur transportasi (konektivitas) terjadi, namun……………
Perlu dilanjutkan dengan pengembangan pasar dan sentra produksi
32
Pillar 2
Bila Politik, Kebijakan dan Kelembagaan tidak konsisten Walapun kondisi perekonomian wilayah, iklim investasi kondusif dan pendaaan tersedia. Investasi infrastruktur terjadi Namun pertumbuhan ekonomi akan terhambat dikarenakan kurangnya kebijakan pendukung termasuk bila arahan kebijakan bertentangan (saling menganulir)
Kondisi Politik ,
kebijakan dan kelembagaan
tidak konsisten
Iklim Investasi dan pendanaan publik tersedia
Pillar 1
Kondisi Perekonomian
wilayah kondusif
Pertumbuhan ekonomi terhambat walaupun ada perubahan aksesibilitas, timbul eksternatilitas negatif
Perlu dilakukan harmonisasi kebijakan agar arah vektor kebijakan searah
33
Pillar 2
Bila Iklim Investasi tdk kondusif, pendanaan tak tersedia
Pertumbuhan Ekonomi nihil
Minim hampir tidak ada realisasi investasi, tidak ada perubahan aksessibilitas (konektivitas), pertumbuhan ekonomi tidak terjadi.
Pillar 1
Kondisi Perekonomian
wilayah kondusif
Kondisi Politik,
kebijakan dan kelembagaan
kondusif
Pillar 3
Iklim Investasi jelek dan
pendanaan publik sangat
minim
Perlu dikembangkan skema dan sumber pendanaan kreatif termasuk pelibatan
entitas swasta
34
�0809>0<4,9 $060<5,,9 (8?8 /,9
$0<?8,3,9 %,6B,>��$($%� 807,7?4
�,/,9 $09208-,92,9 �91<,=><?6>?<
*47,B,3 >07,3 809B4,;6,9 �
A47,B,3 ;09208-,92,9 =><,>024=
�*$&� =0-,2,4 -,=4= ;0<09.,9,,9
60>0<;,/?,9 491<,=><?6>?<�
*�'��(!.(�(�#( +�,-+.%-.+�*.*+��# )%.,%�(��#����0*,
36 36
Peluang ( Penelitian ) -‐ wider economic benefit / impact? (poverty, regional balance ) -‐ innovative financing ( value capture , regulation , institution )
37
Proyek KPBU Berpotensi Tinggi PELABUHAN LAUT • Pengadaan peralatan & konsesi operasional terminal >150,000 TEU/
tahun
• Konsesi terminal container >150,000 TEU/tahun
• Pelabuhan lengkap berukuran sedang (komposisi lalu lintas menentukan)
AIRPORT • Investasi dan operasionalisasi terminal kargo
• Investasi dan operasionalisasi terminal penumpang
> 2-3 juta penumpang /tahun
• Airport lengkap (pertimbangan komposisi lalu lintas – domestik/internasional) 38
KERETA API
• Jalur khusus angkutan hasil-hasil mineral bervolume besar > 10 juta ton/tahun
• Pelayanan Kereta Api Penumpang ≥ 3 juta orang/tahun
Proyek KPBU Berpotensi Tinggi (2)
39
Proyek KPS Potensial di Bidang Maritim Jenis Proyek Karakteristik Pilihan
Struktur PPP Penilaian PPITA Peringkat Prioritas PPP Berdasarkan Penilaian Kualitatif Awal /
1. Peralatan Pelabuhan: Cranes-‐ Gantries
• Secara individual terlalu kecil untuk dipertimbangkan sebagai JV/BOT • Secara umum, jarang sekali yang nilainya cukup besar untuk menjamin adanya pertimbangan sebagai JV/BOT • Sulit untuk diisolasikan dari aktifitas pelabuhan lainnya
(i)Pemerintah (ii) BOT
Potensi Tinggi
2. Terminal Container dan Terminal Multi-‐Moda
• Permintaan melebihi trend ekonomi :Pasar yang telah ada • Dapat diisolasikandari aktifitas umum pelabuhan • Memerlukan pengoperasian teknologi modern untuk mencapai efisiensi PPP • Jumlah klien yang terbatas; dibutuhkan peraturan minimal • Terdapat sejumlah investor potensial • Pada skala internasional terdapat beberapa contoh PPP yang telah ada
(i) BOT (ii) Konsesi
Potensi Tinggi
3. Bulk Handling Terminal and Oil / Petrochemical Terminals
• Alur pendapatan yang besar : Pasar yang telah ada • Jumlah pengguna (klien) yang terbatas: dibutuhkan minimum regulasi • Bea biasanya berhubungan dengan mata uang kuat • Biaya mudah dikendalikan • Masalah keperluan pengerukan dapat dikurangi dengan pemilihan lokasi yang tepat • Pada skala internasional telah terdapat beberapa contoh PPP yang sukses
(i) BOT (ii) Konsesi (iii) Kontrak manajemen kemudian privatisasi.
Potensi Bagus
4. New Ports Multi-‐Purpose
• Terdapat banyak sumber pendapatan dan titik-‐titik biaya • Terdapat banyak koneksi komersial (dengan kemungkinan subsidi silang) • Pada biaya investasi terdapat proporsi yang signifikan atas aset jangka panjang seperti quay dan jetti • Pendapatan terdiri darirupiah dan dolar; dibutuhkan peraturan pemerintah • Terdapat multi komponen dalam struktur dan masalah perburuhan • Memerlukan infrstruktur pendukung: jalan, rel kereta api, pembangkit • Kemungkinan munculnya biaya pengerukan yang harus dikeluarkan • Pada skala internasional terdapat sedikit sekali proyek pelabuhan BOT baru (tetapi dapat berhasil seperti struktur airport) • Diperlukan opsi yang lebih sesuai di awal, untuk menjadikan PPP menjadi unsur yang menguntungkan
Antara : (i) BOT (ii) Konsesi (iii) Hybrid (iv) Kontrak manajemen kemudian privatisasi
Terdapat sejumlah besar kemungkinan potensi tetapi seperti pada airport tergantung kepada beban yang ada.
40
Proyek KPS Potensial di Bidang Maritim (lanjutan) Jenis Proyek Karakteristik Pilihan
Struktur PPP Penilaian PPITA Peringkat Prioritas PPP Berdasarkan Penilaian Kualitatif Awal /
5. General Cargo Terminals
• Kadang terdapat aset jangka panjang yang tidak menghasilkan tingkat pengembalian yang menarik bagi sektor swasta karena inefisiensi permintaan dan bea yang rendahrendah, terutama di daerah-‐daerah terpencil • Pendapatan biasanya tersebar dan sulit untuk diperoleh • Keuntungan besar dapat terjadi pada saat pembukaan PPP
(i)Pemerintah (ii) Hybrid
Secara umum berpotensi sedang, tetapi berpotensi baik untuk beberapa lokasi/lalu lintas
6. Ferry Terminals
• Rute dengan kepadatan tinggi di Indonesia memberikan peluang potensi PPP • Utamanya terdiri atas dek dengan keperluan peralatan yang tersebar dari peluncur penumpang dan kendaraan, dari yang minimum hingga yang canggih
Pemerintah
Baik di beberapa lokasi. Hanya feri untuk transportasi kendaraan yang memiliki potensi lebih baik
41
42
Tingkat Komersial
Peningkatan Pelayanan Pembangunan Jaringan/Pelayanan baru
Keterangan
Operasi Pembangunan Pembangunan + operasi
Full Commercial (Swasta) IRR > (WACC + m)%
Divestasi (public offering)
BOT Investasi + Pengelolaan Swasta
Half – Commercial (Pemerintah-Swasta) WACC < IRR < (WACC + m)%
Kontrak manajemen operasi + maintenance
Kontrak manajemen konstruksi
Kontrak manajemen konstruksi + operasi + maintenance
Investasi Pemerintah Pengelolaan oleh Swasta
Not Commercial (Pemerintah) IRR < WACC %
Swakelola Perintis Investasi + Pengelolaan oleh Pemerintah
Tingkat Kelayakan Usaha Vrs. Modalities
** WACC = weighted average cost of capital m = margin 42
Skema Pengembalian Investasi Infrastruktur (Financially Viable)
Pembebasan Tanah
Konstruksi Operasi Akhir konsesi
Enjoyment Period
Biaya Investasi Awal
Payback
Biaya Invest
asi (Konstruk
si, O&M)
Keuntungan terhadap modal
∑Rp (PV)
Masa Konsesi (Tahun) 43
Skema Pengembalian Investasi Infrastruktur (FINANCIALLY NOT Viable)
Konstruksi Operasi Akhir konsesi
Biaya Investasi Awal
Biaya Invest
asi (Konstruk
si, O&M) ∑Rp (PV)
Masa Konsesi (Tahun)
Pembebasan Tanah
44
Government Support
Contingent:
-‐ Political Guarantee
-‐ Debt Guarantee
-‐ Equity Guarantee
-‐ Minimmum Revenue Guarantee(MRG)
-‐ Exchange Guarantee
Non Contingent :
-‐ Operation Grant
-‐ Construction Grant (VGF)
-‐ Unitary Payment
-‐ Tax Holiday
Bankability Issue Viability Issue 45
Skema Pengembalian Investasi Infrastruktur dengan VGF (Viability Gap Funding)
Pembebasan Tanah
Konstruksi Operasi Akhir konsesi
Biaya Investasi Awal
Biaya Invest
asi (Konstruk
si,
O&M)
Revenue (Vol. Pengguna vs Tariff)
∑Rp (PV)
Masa Konsesi (Tahun)
Keuntungan terhadap modal
VGF
46
Key steps in the Feasibility Stage
Needs Analysis
Options Analysis
Due Diligence
Financial Analysis
Affordability Assessment
Value Assessment
Economic Analysis
Project Viability
Verification and Sign-‐Off
Project Management Plan
47 47
Acquisition (FS/Design 4%, Construction 18%)
End of life / Dispose
Value for Money (VfM)
VfM
48
q Bad project acquistion impose more risk, hence cost overruns
q Proper project appraisal / FS is a MUST !
q Inefficiency remains to be cut and resolved along the project cycle
PPP Affordability , Demand Risk & Government Guarantees Revenue ($)
time
CADS(1)
CADS(2)
Tenor of Contract
Minimum Revenue Guarantee
Revenue shared with Government
Revenue ($)
Government Revenue Support
Revenue Cap
User paid
Risk Allocation Framework Optimality Clarity Certainty
50
PPP Governance needs improvement
Rules to be applied : 1. Model good governance 2. Government less govern 3. Roles of private sect & Communtiy should be increased
in phasing ( gradually ) 4. Formation of regulatory bodies
Government Parliement
Private Sector & SOEs
Communtiy / Civil Soceity
Profess . Assoc Universities NGO
Constitution MPW
MoT MoHousing, MoHealth
Regulatory Bodies
Prerequisite: 1. Clean government 2. Privates are capable and competitive 3. Industy and society are professional / mature
51
Ragam Perlindungan Kepentingan Publik yang diperlukan dlm KPBU Infrastruktur
1. Aspek pengambilan keputusan sektor publik
• Sektor publik belum punya / tidak pengalaman
• Undervalue Owner estimate
• Penggunaan concession fee / up front payment
• Persepsi maksimasi pendapatan (kenaikan tarif )
• Outreach, partisipasi masyarakat minim (karena dokumen confidential)
2. Konflik kepentingan sektor swasta dengan kepentingan
sektor publik
• Unsolicited & Cherry-‐Picking proyek yg sangat layak (menguntungkan)
• Subsidy ? Double taxing ( bayar pajak juga bayar tol)
• Biaya review proposal
• Biaya Copy right studi (klu gagal / cancel )
3. Ketentuan kontrak dan bagaimana pengaruhnya
terhadap harga dan kontrol publik.
• Pemanfaatan pendapatan tol/tariff, sharing keuntungan dan pendapatan berlebih (windfall) tertgt isi klausa kontrak
• Lama ber kontrak (konsesi)
• Klausa non-‐compete (kompesasi) tergtg network planning
• Re-‐nego dan default (bangkrut) • SOP / SPM O& M, standar SHE
• Isu integrasi & Inter-‐operabilty • Isu tenaga kerja, upah • Eminent domain
52
Affordability and Risk Profile
q Risk Profile will determine
Risk Allocation -- to party better handle
Gestation Period required
Payment Characteristic / Mechanism
q PPP AFFORDABILITY viewed by :
Ø Users of the services (tariffs) – WTP vrs. ATP
Ø Government paying for the services
(availability payment, subsidies / supports)
Ø Budget availability ( Fiscal capacity )
53
53
What if a Project is NOT Affordable?
A project not affordable for USERS means tariffs are too high and can result in Negative social impact if users don’t have alternatives Reduced benefits or even project failure if alternative exists (eg. use of parallel road)
A project not affordable to GOVERNMENT means available budget is not sufficient to pay commitments to private partner
Then, Government has several options Reducing the scope/quality of services Abandon the project, or delay ... until the market allow, OR Obtain more financing from Budget (Treasury) Better and realistic target , needs “ super priority list / pipe lines “
54
What needs to be done ?
1. Build ministrial readiness to accept change
2. Build ministrial organization, local goverment and staff capabilities
3. National PPP Expert Pool to balance view between internal and external (initiator) advisors. Expert pool (list) is open and accessible for local governments too
4. PPP Law is a necessity !
5. Establish Presidential Unit to coordinate “ PPP / KPBU Nusantara”
6. Lebih baik lagi : Badan Kordinasi Pengembangan Infrastruktur (Independent Adviser)
56
56