kajian uu no 24 tahun 1992.pdf

101
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan bergulirnya arus reformasi dalam berbagai bidang kehidupan bangsa Indonesia, maka telah terjadi peningktan kesadaran dalam pemahaman masyarakat terhadap penataan ruang. Selain itu penataan ruang saat ini telah menjadi tumpuan harapan masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan bangsa antara lain : o masalah pemerataan pembangunan, khususnya antara kawasan barat dan kawasan timur Indonesia ; o masalah bencana dan kerusakan lingkungan akibat pemanfaatan ruang yang kurang terkendali ; o masalah kurang efisiennya pembangunan infrastruktur akibat tidak selarasnya antara rencana tata ruang dengan penerapannya ; o masalah lemahnya penegakan hukum dalam pemanfaatan ruang sebagai akibat banyak hal, diantaranya kelemahan dalam pengaturan pemanfaatan ruang sendiri dan lain-lain. Di lain pihak dengan semakin efektifnya perdagangan bebas internasional, telah membuat pemanfaatan ruang semakin dituntut perannya dalam meningkatkan nilai kompetisi wilayah negara kesatuan Republik Indonesia dalam menarik investasi dalam rangka pertumbuhan ekonomi, kemajuan budaya lokal, dan kelestarian fungsi lingkungan demi tercapainya kesejahteraan bangsa Indonesia yang dicita-citakan. Sebenanya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan ruang, telah memberikan landasan hukum dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang sebagai wadah bagi kegiatan manusia dan makhluk hidup lainnya di Indonesia. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tersebut, penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalain pemanfaatan ruang. Sementara itu dalam penyusunan rencana tata ruang, sesuai dengan ketentuan diperlukan pengkajian dariberbagai aspek, termasuk aspek PT. ARUN Prakarsa Inforindo 1

Upload: ismail-harun

Post on 19-Nov-2015

48 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Seiring dengan bergulirnya arus reformasi dalam berbagai bidang

    kehidupan bangsa Indonesia, maka telah terjadi peningktan kesadaran dalam

    pemahaman masyarakat terhadap penataan ruang. Selain itu penataan ruang

    saat ini telah menjadi tumpuan harapan masyarakat untuk memecahkan

    berbagai permasalahan bangsa antara lain :

    o masalah pemerataan pembangunan, khususnya antara kawasan barat

    dan kawasan timur Indonesia ;

    o masalah bencana dan kerusakan lingkungan akibat pemanfaatan ruang

    yang kurang terkendali ;

    o masalah kurang efisiennya pembangunan infrastruktur akibat tidak

    selarasnya antara rencana tata ruang dengan penerapannya ;

    o masalah lemahnya penegakan hukum dalam pemanfaatan ruang

    sebagai akibat banyak hal, diantaranya kelemahan dalam pengaturan

    pemanfaatan ruang sendiri dan lain-lain.

    Di lain pihak dengan semakin efektifnya perdagangan bebas internasional,

    telah membuat pemanfaatan ruang semakin dituntut perannya dalam

    meningkatkan nilai kompetisi wilayah negara kesatuan Republik Indonesia dalam

    menarik investasi dalam rangka pertumbuhan ekonomi, kemajuan budaya lokal,

    dan kelestarian fungsi lingkungan demi tercapainya kesejahteraan bangsa

    Indonesia yang dicita-citakan.

    Sebenanya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan ruang,

    telah memberikan landasan hukum dalam perencanaan, pemanfaatan, dan

    pengendalian pemanfaatan ruang sebagai wadah bagi kegiatan manusia dan

    makhluk hidup lainnya di Indonesia.

    Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tersebut, penataan ruang

    adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalain

    pemanfaatan ruang. Sementara itu dalam penyusunan rencana tata ruang, sesuai

    dengan ketentuan diperlukan pengkajian dariberbagai aspek, termasuk aspek

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 1

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang fisik lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi. dalam prosesnya, penataan ruang

    ini diharuskan melibatkan seluruh stakeholder, termasuk masyarakat.

    Ditinjau dari apa yang diamanatkan dalam undang-undang tersebut,

    agaknya penataan ruang dapat dikatakan sebagai senjata pamungkas, karena

    baik definisinya, proses penyelenggaraannya, serta aspek yang dijadikan

    landasan dalam penyusunan rencananya, sudah mencakup semua unsur. Bahkan

    hampir dapat dikatakan tidak ada aspek, ataupun institusi yang tidak terlibat

    dalam penyelenggaraan penataan ruang.

    Penataan ruang mempunyai fungsi strategis dalam pembangunan nasional

    terutama sebagai landasan keterpaduan pembangunan. Undang-undang No. 24

    tahun 1992 tentang Penataan Ruang (UUPR) merupakan landasan hukum yang

    mengatur secara umum bagi kegiatan penataan ruang. Adapun sifat UUPR yang

    umum tersebut senantiasa memerlukan penjabaran yang lebih detail dan teknis

    untuk menjadikan Kaidah-kaidah pengaturan di dalamnya tersebut lebih

    operasional.

    Belum disusunnya beberapa peraturan pelaksanaan sebagaimana di

    amanatkan dalam UUPR menyebabkan ketidaklengkapan kaidah pengaturan yang

    diperlukan untuk melaksanakan kegiatan penataan ruang, sehingga penataan

    ruang belum efektif.

    Untuk itu amanat UUPR perlu segera ditindaklajuti dengan segera

    dilakukan penyusunan peraturan pelaksanaan bidang penataan ruang. Ada

    banyak peraturan pelaksanaan bidang penataan ruang yang diamanatkan untuk

    disusun, karena itu perlu ada suatu prioritas dalam pelaksanaannya, dalam hal

    ini diperlukan suatu rencana induk pengembangan pelaksanaan peraturan

    perundang-undangan bidang penataan ruang yang dapat dijadikan sebagai

    guidelines bagi pengembangan pelaksanaan peraturan perundang-undangan

    bidang penataan ruang.

    1.2. Maksud dan Tujuan

    Maksud dari kegiatan penyusunan rencana induk pengembangan

    pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang adalah

    sebagai langkah awal dalam menyusun program pelaksanaan peraturan

    perundang-undangan di bidang penataan ruang.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 2

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mewujudkan sebuah

    pedoman sebagai acuan dalam penyusunan peraturan perundang-undangan

    sebagai pelaksanaan dari undang-undang penataan ruang.

    1.3. Sasaran

    Sasaran dari kegiatan penyusunan rencana induk pengembangan

    pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang ini adalah

    agar pelaksanaan penyusunan peraturan perundang-undangan bidang penataan

    ruang sesuai dengan rencana induk, dan skala prioritas penyusunannya.

    1.4. Manfaat dan Keluaran yang diharapkan

    Manfaat dari kegiatan penyusunan rencana induk pengembangan

    pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang ini adalah

    tersedianya pedoman sebagai acuan dalam penyusunan peraturan perundang-

    undangan bidang penataan ruang.

    Sedangkan keluaran dari kegiatan ini adalah tersedianya rencana induk

    pengembangan pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang penataan

    ruang.

    1.5. Ruang Lingkup Pekerjaan

    Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, maka perlu dilakukan

    tahapan-tahapan kegiatan yang meliputi hal-hal sbb:

    a. Inventarisasi peraturan perundang-undangan yang terkait di bidang penataan

    ruang.

    b. Kajian terhadap undang-undang penataan ruang dan peraturan perundang

    lain bidang penataan ruang yang terkait.

    c. Penyusunan konsep kerangka induk peraturan perundang-undangan bidang

    penataan ruang.

    d. Pelaksanaan lokakarya.

    e. Penyusunan struktur draft rencana induk.

    f. Penyusunan materi muatan rencana induk.

    g. Penyusunan laporan.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 3

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang 1.6. Sistimatika Pembahasan.

    Secara garis besar uraian pembahasan Laporan Pendahuluan untuk

    pekerjaan penyusunan rencana induk pengembangnan pelaksanaan peraturan

    perundang-undangan bidang penataan ruang, dibagi menjadi lima Bab sebagai

    berikut :

    Bab I : PENDAHULUAN.

    Berisi penjelasan mengenai latar belakang diperlukannya rencana

    induk pengembangan pelaksanaan peraturan perundang-undangan

    bidang penataan ruang, dan diuraikan juga mengenai maksud dan

    tujuan, sasaran dan produk yang dihasilkan dari kegiatan ini, serta

    sistimatika penulisan Laporan Pendahuluan.

    Bab II : INVENTARISASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG

    PENATAAN RUANG

    Berisikan hasil inventarisasi perundang-undangan yang berbentuk

    undang-undang, peraturan pemerintah dan rancangan undang-

    undang.

    Bab III : KAJIAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG

    TERKAIT DENGAN BIDANG PENATAAN RUANG

    Berisikan hasil kajian dari undang-undang, peraturan pemerintah dan

    rancangan undang-undang dari hasil inventarisasi.

    Bab IV : FAMILY TREE PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG PENATAAN

    RUANG

    Berisikan family tree dari Undang-Undang dari Nomor 24 Tahun 1992,

    RUU Revisi terhadap UU Nomor 24 Tahun 1992, Peraturan Pemerintah

    Nomor 69 Tahun 1996, Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997,

    Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000, Peraturan Pemerintah

    Nomor 16 Tahun 2003, RPP tentang Kriteria dan Tata Cara

    Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang, RPP tentang Penataan

    Ruang Kawasan Tertentu, RPP tentang Penataan Ruang Kawasan

    Perkotaan, dan RPP tentang Penataan Ruang Kawasan Perdesaan.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 4

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang Bab V : PENYUSUNAN KRITERIA DAN DAFTAR SKALA PRIORITAS PERATURAN

    PELAKSANAAN BIDANG PENATAAN RUANG

    Berisikan uraian fungsi hukum dalam pembangunan, kriteria prioritas

    penyusunan peraturan perundang-undangan, dan daftar skala

    prioritas.

    Bab VI : POKOK-POKOK MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

    BERDASARKAN PRIORITAS.

    Berisikan substansi materi muatan Rancangan Undang-Undang,

    Rancangan Peraturan Pemerintah, Rancangan Peraturan Presiden,

    Rancangan Peraturan Menteri dan tabel rencana tindak.

    Bab VII : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 5

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    BAB II INVENTARISASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

    BIDANG PENATAAN RUANG

    Dalam rangka Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan

    Peraturan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang, kegiatan awal yang

    harus dilakukan adalah melakukan inventarisasi peraturan perundang-undangan

    bidang penataan ruang. Inventarisasi tersebut dilakukan terhadap peraturan

    perundang-undangan yang telah ditetapkan atau telah berlaku, maupun

    terhadap Rancangan Undang_Undang, termasuk Rancangan Undang-Undang

    tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan

    Ruang.

    Hasil inventarisasi peraturan perundang-undangan dan Rancangan Undang-

    Undang yang terkait dengan bidang penataan ruang tersebut, adalah sebagai

    berikut :

    2.1. Undang-Undang

    a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

    Pokok Agraria.

    b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen

    Indonesia.

    c. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif

    Indonesia.

    d. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.

    e. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United

    Nations Convention on The Law of The Sea ( Konvensi Perserikatan

    Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut ).

    f. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya

    Alam Hayati.

    g. Undang-Undanmg Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

    Permukiman.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 6

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    h. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan

    Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

    i. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya

    Tanaman.

    j. Undang-Undang Nomoe 15 Tahun 1992 tentqng Penerbangan.

    k. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.

    l. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

    Hidup.

    m. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

    n. Undang-Undang Nomnor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

    o. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pertahanan Negara.

    p. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

    2.2. Peraturan Pemerintah

    a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak

    dan Kewajiban serta Bentuk Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam

    Penataan Ruang.

    b. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahiun 1997 tentang Rencana Tata

    Ruang Wilayah Nasional.

    c. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1997 tentang Analisis Mengenai

    Dampak Lingkungan Hidup.

    d. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap

    Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang berdiri sendiri.

    e. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta

    untuk Penataan Ruang Wilayah.

    f. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2002 tentang Hak dan

    Kewajiban Kapal dan Pesawat Udara Asing dalam melaksanakan Hak

    Lintas Alur Laut Kepulauan melalui Alur Laut Kepulauan yang

    ditetapkan.

    g. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan

    Tanah.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 7

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang 2.3. Rancangan Undang-Undang

    a. Rancangan Undang-Undang tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam.

    b. Rancangan Undang-Undang tentang Sumber Daya Agraria.

    c. Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Undang-Undang Nomor

    24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang ( Hasil Revisi Tanggal 12-10-

    2005).

    PERBANDINGAN PERATURAN PELAKSANAAN YANG DIAMANATKAN OLEH UNDANG-UNDANG PENATAAN RUANG

    UU Nomor 24 Tahun 1992 RUU Hasil Revisi UU Nomor 24 Tahun 1992

    1. RUU tentang Penataan ruang lautan dan ruang udara di luar wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota ( Pasal 9 ayat 2 )

    2. RUU tentang Penataan Laut dan Udara di Luar Batas Wilayah Nasional (Pasal 9 ayat 2)

    3. RPP tentang Pengelolaan Kawasan Perkotaan ( Pasal 23 ayat 3 )

    4. RPP tentang Kawasan Perdesaan( Pasal 23 ayat 3 )

    5. RPP tentang Kriteria Dan Tata Cara Peninjauan Kembali dan atau Penyempurnaan Rencana Tata Ruang ( Pasal 13 ayat 4 )

    6. RPP tentang Penatagunaan Tanah ( Pasal 16 ayat 2 )

    7. RPP tentang Penatagunaan Air ( Pasal 16 ayat 2 )

    8. PP Nomor 47 Tahun 1997 tentang RTRWN

    9. RPP tentang Penataan Ruang Kawasan Tertentu (Pasal 23 ayat 3)

    10. PP Nomor 69 Tahun 1996 tentang Tata Cara dan Bentuk Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang

    11. PP Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang wilayah.

    12. RPP tentang Penetapan Ruang Kawasan Tertentu

    13. Ra.Per.Pres tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Tertentu ( Pasal 23 ayat 2 )

    1. RUU RTRWN ( Pasal 20 ayat 4 ) 2. RPP tentang Kriteria dan tatacara

    peninjaunan kembali dan atau penyempurnaan Rencana Tata Ruang ( Pasal 17 ayat 3 )

    3. RPP tentang Strategi pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang nasional wilayah pulau/ kepulauan ( Pasal 20 ayat 5 )

    4. RPP tentang Penetapan kawasan strategis nasional ( Pasal 21 ayat 2 )

    5. RPP tentang Pola pengelolaan tataguna tanah( Pasal 31 ayat 3 )

    6. RPP tentang Pola pengelolaan sumberdaya air ( Pasal 31 ayat 3 )

    7. RPP tentang Pola pengelolaan : tataguna udara ( Pasal 31 ayat 3 )

    8. RPP tentang Pola pengelolaan : tataguna sumberdaya alam( Pasal 31 ayat 3 )

    9. RPP tentang Tatacara dan bentuk peran masyarakat dalam penataan ruang ( Pasal 46 ayat 2 )

    10. Ra.Per.Pres tentang Rencana tata ruang kawasan strategis nasional ( pasal 21 ayat 1 )

    11. Ra.Per.Men tentang Pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang ( Pasal 41 )

    12. Ra.Perda Provinsi tentang Rencana tata ruang wilayah Provinsi(Pasal 23 ayat 5 )

    13. Perda Kabupaten tentang Rencana tata ruang wilayah kabupaten( Pasal 25 ayat 6 )

    14. Perda Kota tentang Rencana tata ruang wilayah kota ( belum diatur secara implisit dalam RUU Revisi )

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 8

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    BAB III KAJIAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-

    UNDANGAN YANG TERKAIT DENGAN BIDANG PENATAAN RUANG

    3.1. Undang-undang.

    Dari hasil inventarisasi peraturan perundang-undangan yang berupa

    Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan Rancangan Undang-Undang,

    kemudian dilakukan kajian. Adapun kajian dan hasil kajian atas peraturan

    perundang-undangan tersebut, sebagai berikut :

    1). Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

    Pokok Agraria.

    Pasal 2

    (1) Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar

    dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi, air dan ruang

    angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu

    pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi

    kekuasaan seluruh rakyat.

    (4) Hak menguasai dari Negara tersebut diatas pelaksanaannya dapat

    dikuasakan kepada daerah-daerah Swatantra dan masyarakat-

    masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan

    dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan-ketentuan Peraturan

    Pemerintah.

    Pasal 3

    Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan

    hak ulayat dan hakhak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum

    adat, sepanjang menurut kenyataannya. masih ada, harus sedemikian rupa

    sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan

    atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan Undang-

    undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 9

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    Pasal 4

    (1) Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam

    pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi,

    yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh

    orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang orang

    lain serta badan-badan hukum.

    (2) Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi

    wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian

    pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada diatasnya, sekedar

    diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan

    penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut Undang-undang ini

    dan peraturanperaturan hukum lain yang lebih tinggi.

    (3) Selain hak-hak atas tanah sebagai yang dimaksud dalam ayat (1) pasal

    ini ditentukan pula hak-hak atas air dan ruang angkasa.

    Pasal 6

    Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial.

    Pasal 14.

    (1) Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 2 ayat (2) dan (3)

    , pasal 9 ayat (2) serta pasal 10 ayat (1) dan (2) Pemerintah dalam

    rangka sosialisme Indonesia, membuat suatu rencana umum mengenai

    persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa

    serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya:

    a. untuk keperluan Negara,

    b. untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya, sesuai

    dengan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa;

    c. untuk keperluan pusat-pusat kehidupan masyarakat, sosial,

    kebudayaan dan lain-lain kesejahteraan;

    d. untuk keperluan memperkembangkan produksi pertanian,

    peternakan dan perikanan serta sejalan dengan itu;

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 10

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    e. untuk keperluan memperkembangkan industri, transmigrasi dan

    pertambangan.

    (2) Berdasarkan rencana umum tersebut pada ayat (1) pasal ini dan

    mengingat peraturanperaturan yang bersangkutan, Pemerintah Daerah

    mengatur persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi, air serta

    ruang angkasa untuk daerahnya, sesuai dengan keadaan daerah

    masing-masing.

    (3) Peraturan Pemerintah Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) pasal ini

    berlaku setelah mendapat pengesahan, mengenai Daerah Tingkat I dari

    Presiden, Daerah Tingkat II dari, Gubernur/Kepala Daerah yang

    bersangkutan dan Daerah Tingkat III dari Bupati/Walikota/Kepala

    Daerah yang bersangkutan.

    Pasal 16.

    (1) Hak-hak atas tanah sebagai yang dimaksud dalam pasal 4 ayat (1)

    ialah:.

    a. hak milik, b. hak guna-usaha, c. hak guna-bangunan, d. hak pakai,

    e. hak sewa, f. hak membuka tanah, g. hak memungut hasil hutan, h.

    hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang

    akan ditetapkan dengan Undang-undang serta hak-hak yang sifatnya

    sementara sebagai yang disebutkan dalam pasal 53.

    (2) Hak-hak atas air dan ruang angkasa sebagai yang dimaksud dalam pasal

    4 ayat (3) ialah: a. hak guna air, b. hak pemeliharaan dan

    penangkapan ikan, c. hak guna ruang angkasa.

    Pasal 17.

    (1) Dengan mengingat ketentuan dalam pasal 7 maka untuk mencapai

    tujuan yang dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) diatur luas maksimum

    dan/atau minimum tanah yang boleh dipunyai dengan sesuatu hak

    tersebut dalam pasal 16 oleh satu keluarga atau badan hukum.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 11

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    (2) Penetapan batas maksimum termaksud dalam ayat (1) pasal ini

    dilakukan dengan peraturan perundangan didalam waktu yang

    singkat.

    (3) Tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum

    termaksud dalam ayat (2) Pasal ini diambil oleh Pemerintah dengan

    ganti kerugian, untuk selanjutnya dibagikan kepada rakyat yang

    membutuhkan menurut ketentuan-ketentuan dalam Peraturan

    Pemerintah.

    (4) Tercapainya batas minimum termaksud dalam ayat (1) pasal ini, yang

    akan ditetapkan dengan peraturan perundangan, dilaksanakan secara

    berangsurangsur.

    Pasal 18.

    Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta

    kepentingan bersama, dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut,

    dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur

    dengan Undang-undang.

    Pasal 19.

    (1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan

    pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut

    ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

    Pasal 21.

    (1) Hanya warga-negara Indonesia dapat mempunyai hak milik.

    (2) Oleh Pemerintah ditetapkan badan-badan hukum yang dapat

    mempunyai hak milik dan syarat-syaratnya.

    (3) Orang asing yang sesudah berlakunya Undang-undang ini memperoleh

    hak milik karenapewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta

    karena perkawinan, demikian pula warganegara Indonesia yang

    mempunyai hak milik dan setelah berlakunya Undang-undang ini

    kehilangan kewarga-negaraannya wajib melepaskan hak itu didalam

    jangka waktu satu tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 12

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    hilangnya kewarga-negaraan itu. Jika sesudah jangka waktu tersebut

    lampau hak milik itu dilepaskan, maka hak tersebut hapus karena

    hukum dan tanahnya jatuh pada Negara, dengan ketentuan bahwa hak-

    hak pihak lain yang membebaninya tetap berlangsung.

    (4) Selama seseorang disamping kewarga-negaraan Indonesianya

    mempunyai kewarganegaraan asing maka ia tidak dapat mempunyai

    tanah dengan hak milik dan baginya berlaku ketentuan dalam ayat (3)

    pasal ini.

    Hasil Kajian :

    Bahwa beberapa pasal dalam Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) menjadi

    dasar acuan dalam penyusunan peraturan perundang-undangan yang

    berkaitan dengan bidang penataan ruang.

    konsep dasar hukum tata ruang Indonesia mencakup konsep tiga dimensi,

    yaitu bumi, air, dan ruang udara yang pada hakikatnya berfungsi sosial.

    2). Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen

    Indonesia, antara lain menetapkan :

    Pasal 1 huruf a.

    Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

    a. Landas Kontinen Indonesia adalah dasar laut dan tanah dibawahnya

    diluar perairan wilayah Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam

    Undang-undang Nomor 4 Prp. Tahun 1960 sampai kedalaman 200 Meter

    atau lebih, dimana masih mungkin diselenggarakan eksplorasi dan

    eksploitasi kekayaan alam.

    Pasal 2.

    Penguasaan penuh dan hak eksklusif atas kekayaan alam di Landasan

    Kontinen Indonesia serta pemilikannya ada pada negara.

    Pasal 3.

    Dalam hal landas kontinen Indonesia, termasuk depresi-depresi yang

    terdapat di landas kontinen Indonesia, berbatasan dengan negara lain,

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 13

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    penetapan garis batas landas kontinen dengan negara lain dapat dilakukan

    dengan cara mengadakan perundingan untuk mencapai suatu persetujuan.

    Pasal 6

    (2) Untuk melindungi instalasi-instalasi, kapal-kapal dan/atau alat-alat

    lainnya tersebut pada ayat (1) pasal ini terhadap gangguan pihak

    ketiga, Pemerintah dapat menetapkan suatu daerah terlarang yang

    lebarnya tidak melebihi 500 meter, dihitung dari setiap titik terluar

    pada instalasi-instalasi, kapal-kapal dan/atau alat-alat lainnya

    disekeliling instalasi-instalasi, kapal-kapal dan/atau alat-alat lainnya

    yang terdapat di Landas Kontinen dan/atau diatasnya.

    Pasal 6

    (3) Disamping daerah terlarang tersebut pada ayat (2) pasal ini

    Pemerintah dapat juga menetapkan suatu daerah terbatas selebar

    tidak melebihi 1.250 meter terhitung dari titik-titik terluar dari daerah

    terlarang itu, dimana kapal-kapal pihak ketiga dilarang membuang

    atau membongkar sauh.

    Hasil Kajian:

    Pengertian ruang dalam peraturan perundang-undangan bidang penataan

    ruang perlu memperhatikan pengertian ruang diluar wilayah teritorial

    berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982 yang telah diratifikasi dengan

    Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985, seperti : ruang di atas, di bawah, dan

    dasar laut sesuai dengan konsep Landas Kontinen Indonesia (Undang-Undang

    Nomor 1 Tahun 1973), Ruang Zona Ekonomi Eksklusif (sebagaimana dimaksud

    dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983), serta pengertian Negara

    kepulauan (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996).

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 14

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang 3). Undang-undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif

    Indonesia, antara lain menetapkan :

    Pasal 2.

    Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia adalah jalur di luar dan berbatasan

    dengan laut wilayah Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan

    undang-undang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar

    laut, tanah dibawahnya dan air diatasnya dengan batas terluar 200

    (duaratus) mil laut diukur dari garis pangkal laut wilayah Indonesia.

    Penjelasannya

    Pasal ini menegaskan dan mengukuhkan definisi geografis Zona Ekonomi

    Eksklusif Indonesia yang tercantum dalam pengumuman Pemerintah

    Republik Indonesia tentang zona ekonomi eksklusif Indonesia tertanggal 21

    maret 1980.

    Pasal 3.

    (1). Apabila Zona Eksklusif Indonesia tumpang tindih dengan zona eksklusif

    negara-negara yang pantainya saling berhadapan atau berdampingan

    dengan Indonesia, maka batas zona ekonomi eksklusif antara Indonesia

    dan negara tersebut ditetapkan dengan persetujuan antara Republik

    Indonesia dan negara yang bersangkutan.

    (2). Selama persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum ada

    dan tidak terdapat keadaan-keadaan khusus yang perlu

    dipertimbangkan, maka batas zona ekonomi eksklusif antara Indonesia

    dan negara tersebut adalah garis tengah atau garis sama jarak antara

    garis-garis pangkal laut wilayah atau titik-titik terluar negara tersebut,

    kecuali jika dengan negara tersebut telah dicapai persetujuan tentang

    pengaturan sementara yang berkaitan dengan batas Zona Ekonomi

    Eksklusif Indonesia termaksud.

    Penjelasannya

    Pasal ini memberikan ketentuan bahwa prinsip sama jarak digunakan untuk

    menetapkan batas zona ekonomi eksklusif antara Indonesia dengan negara

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 15

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    tetangga, kecuali jika terdapat keadaan-keadaan khusus yang perlu

    dipertimbangkan sehingga tidak merugikan kepentingan nasional.

    Keadaan khusus tersebut adalah misalnya terdapatnya suatu pulau dari

    negara lain yang terletak dalam jarak kurang dari 200 mil laut dari garis

    pangkal untuk menetapkan lebarnya Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.

    Pasal 4.

    Di zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, Republik Indonesia mempunyai dan

    melaksanakan :

    Hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan eksloitasi, pengelolaan dan

    konservasi sumber daya alam hayati dan non hayati dari dasar laut dan

    tanah di bawahnya serta air diatasnya dan kegiatan-kegiatan lainnya untuk

    eksplorasi dan eksploitasi ekonomis zona tersebut, seperti pembangkitan

    tenaga dari air, arus dan angin;

    Penjelasannya

    Hak berdaulat Indonesia yang dimaksud oleh undang-undang ini tidak sama

    atau tidak dapat disamakan dengan kedaulatan penuh yang dimiliki dan

    dilaksanakan oleh Indonesia atas laut wilayah, perairan Nusantara dan

    perairan pedalaman Indonesia.

    Berdasarkan hal tersebut di atas maka sanksi-sanksi yang diancam di Zona

    Ekonomi Eksklusif Indonesia berbeda dengan sanksi-sanksi yang diancam di

    perairan yang aberada di bawah kedaulatan Republik Indonesia tersebut.

    Hak-hak lain berdasarkan hukum Internasional adalah hak Republik

    Indonesia untuk melaksanakan penegakan hukum dan hotpursuit terhadap

    kapal-kapal asing yang melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan

    peraturan perundang-undangan Indonesia mengenai zona ekonomi eksklusif.

    Kewajiban lainnya berdasarkan hukum internasional adalah kewajiban

    Republik Indonesia untuk menghormati hak-hak negara lain, misalnya

    kebebasan pelayaran dan penerbangan (freedom of navigation and

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 16

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    overflight), dan kebebasan pemasangan kabel-kabel dan pipa-pipa bawah

    laut (freedom of the laying of submarine cables and pipelines)

    Pasal 4.

    (2). Sepanjang yang bertalian dengan dasar laut dan tanah di bawahnya,

    hak berdaulat, hak-hak lain, yurisdiksi dan kewajiban-kewajiban

    Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan menurut

    peraturan perundang-undangan Landas Kontinen Indonesia,

    persetujuan-persetujuan antara Republik Indonesia dengan negara-

    negara tetangga dan ketentuan-ketentuan hukum internasional yang

    berlaku.

    Penjelasannya

    Ayat ini menentukan, bahwa sepanjang menyangkut sumber daya alam

    hayati dan non hayati di dasar laut dan tanah di bawahnya terletak di

    dalam batas-batas zona ekonomi eksklusif Indonesia hak berdaulat

    Indonesia dilaksanakan dan diatur berdasarkan peraturan perundang-

    undangan Indonesia yang berlaku di bidang landas kontinen serta

    persetujuan-persetujuan internasional tentang landas kontinen yang

    menentukan batas-batas landas kontinen antara Indonesia dengan negara-

    negara tetangga yang pantainya saling berhadapan atau saling

    berdampingan dengan Indonesia.

    Hasil Kajian:

    Perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang akan

    diatur dalam peraturan memperhatikan kepentingan internasional, khususnya

    perundang-undangan bidang penataan ruang harus dibidang pelayaran dan

    penerbangan internasional. Untuk itu pengaturan mengenai perencanaan,

    pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang harus merujuk kepada

    Hukum Internasional yang terkait; contoh, dalam hal pembangunan dan letak

    pulau-pulau buatan, instalasi-instalasi, dan bangunan-bangunan lainnya di

    ruang ZEE harus memperhatikan ketentuan Konvensi Hukum Laut 1982.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 17

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang 4). Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian:

    Pasal 3

    Pembangunan industri bertujuan untuk :

    (7). mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri yang menunjang

    pembangunan daerah dalam rangka perwujudan Wawasan Nasional.

    Pasal 9

    Pengaturan dan pembinaan bidang usaha industri dilakukan dengan

    memperhatikan :

    (4). Pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan

    hidup, serta pengamanan terhadap keseimbangan dan keserasian

    sumber daya alam.

    Pasal 20

    (1). Pemerintah dapat menetapkan wilayah-wilayah pusat pertumbuhan

    industri serta lokasi bagi pembangunan industri sesuai dengan

    tujuannya dalam rangka perwujudan wawasan Nusantara.

    Penjelasannya

    (1) Pembangunan industri dasar dengan skala besar yang dilakukan untuk

    mengolah langsung sumber daya alam termasuk sumber daya energi

    yang terdapat di suatu daerah, perlu dimanfaatkan untuk mendorong

    pembangunan cabang-cabang dan jenis-jenis industri yang saling

    mempunyai kaitan, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi

    kawasan-kawasan industri.

    Wilayah yang dikembangkan dengan berpangkal tolak pada

    pembangunan industri dalam rangkaian seperti tersebut di atas, yang

    dipadukan dengan kondisi daerah dalam rangka mewujudkan kesatuan

    ekonomi nasional, merupakan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 18

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang Hasil Kajian :

    Bahwa perencanaan dan pemanfaatan ruang untuk industri diatur secara

    terbatas dalam Undang-undang tentang Perindustrian, oleh karena itu harus

    disesuaikan dengan perencanaan dan pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan

    kabupaten / kota yang melingkupi kawasan perindustrian yang bersangkutan

    5). Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United

    Nations Convention on the Law of the Sea (Konvensi Perserikatan

    Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut), ketentuan-ketentuan yang terkait

    antara lain :

    Pasal 2.

    (1). Kedaulatan suatu Negara pantai, selain wilayah daratan dan perairan

    pedalamannya dan, dalam hal suatu Negara kepulauan perairan

    kepulauannya, meliputi pulau suatu jalur laut yang berbatasan

    dengannya yang dinamakan laut teritorial.

    (2). Kedaulatan ini meliputi ruang udara di atas laut teritorial serta dasar

    laut dan tanah di bawahnya.

    Pasal 3

    Setiap Negara berhak menetapkan lebar laut teritorialnya hingga suatu

    batas yang tidak melebihi 12 mil laut, diukur dari garis pangkal yang

    ditentukan sesuai dengan Konvensi ini.

    Pasal 16.

    (1). Garis-garis pangkal untuk mengukur lebar laut teritorial seperti

    ditentukan dalam pasal-pasal 7, 9, dan 10, atau batas-batas yang

    ditarik daripadanya, serta penentuan garis-garis batas sesuai dengan

    pasal-pasal 12 dan 15 harus tergambar dalam peta-peta dengan suatu

    skala atau skala-skala yang cukup untuk meyakinkan posisinya.

    Sebagai alternatif, suatu daftar titik-titik koordinat geografi yang

    menyatakan data geodesi boleh dipakai.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 19

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    (2). Negara pantai berkewajiban mengumumkan peta-peta atau daftar

    koordinat geografi tersebut dan mendepositokan satu copy dari tiap-

    tiap peta atau daftar dimaksud kepada Sekretaris Jenderal PBB.

    Pasal 17

    Menurut ketentuan Konvensi ini, kapal-kapal dari semua Negara, baik

    Negara pantai maupun Negara tidak berpantai (Land Locked) mempunyai

    hak lalu lintas damai melalui laut teritorial.

    Pasal 33.

    (1). Dalam suatu zone yang berbatasan dengan laut teritorialnya, yang

    dinamakan zone tambahan, Negara pantai dapat melaksanakan

    pengawasan yang diperlukan untuk :

    (a) mencegah pelanggaran peraturan perundang-undangan bea cukai,

    fiskal, imigrasi atau saniter di dalam wilayah atau laut teritorialnya;

    (b) menghukum pelanggaran peraturan perundang-undangan tersebut di

    atas yang dilakukan di dalam wilayah atau laut teritorialnya.

    (2). Zone tambahan tidak dapat melebihi lebih 24 mil laut dari garis

    pangkal dari mana lebar laut teritorial diukur.

    Pasal 55

    Zone ekonomi eksklusif adalah suatu daerah di luar dan berdampingan

    dengan laut teritorial, yang tunduk pada rejim hukum khusus yang

    ditetapkan dalam Bab ini berdasarkan mana hak-hak dan yurisdiksi Negara

    pantai dan hak-hak serta kebebasan-kebebasan Negara lain, diatur oleh

    ketentuan-ketentuan yang relevan dengan Konvensi ini.

    Pasal 56 Ayat (1)

    Dalam zone ekonomi eksklusif, Negara pantai mempunyai :

    (a) Hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi,

    konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan alam, baik hayati maupun

    non-hayati, dari perairan di atas dasar laut dan dari dasar laut dan tanah

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 20

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan lain untuk keperluan

    eksplorasi dan eksploitasi ekonomi zone tersebut, seperti produksi

    energi dari air, arus dan angin;

    (b) Yurisdiksi sebagaimana ditentukan dalam ketentuan yang relevan

    dengan Konvensi ini berkenaan dengan :

    (i) Pembuatan dan pemakaian pulau buatan, instalasi dan bangunan;

    (ii) Riset ilmiah kelautan;

    (iii) Perlindungan dan pelestarian lingkungan laut;

    (iv) Hak dan kewajiban lain sebagaimana ditentukan dalam Konvensi ini.

    Hasil Kajian:

    Perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang akan

    diatur dalam peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang harus

    memperhatikan hukum internasional yang berkaitan dengan pemanfaatan ZEE

    yang dimiliki haknya oleh negara republik Indonesia.

    6). Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya

    Alam Hayati dan Ekosistemnya, antara lain menetapkan :

    Pasal 5

    Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui

    kegiatan :

    a. Perlindungan sistem penyangga kehidupan;

    b. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta

    ekosistemnya;

    c. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

    Pasal 8 ayat (1)

    Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7,

    pemerintah menetapkan:

    a. Wilayah tertentu sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga

    kehidupan;

    b. Pola dasar pembinaan wilayah perlindungan sistem penyangga

    kehidupan;

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 21

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    c. Pengaturan cara pemanfaatan wilayah perlindungan sistem penyangga

    kehidupan.

    Penjelasannya

    Perlindungan sistem penyangga kehidupan dilaksanakan dengan cara

    menetapkan suatu wilayah tertentu sebagai wilayah perlindungan. Guna

    pengaturannya Pemerintah menetapkan pola dasar pembinaan pemanfaatan

    wilayah tersebut sehingga funhsi perlindungan dan pelestariannya tetap

    terjamin.

    Wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan ini meliputi antara lain

    hutan lindung, daerah aliran sungai, areal tepi sungai, daerah pantai,

    bagian tertentu dari zona ekonomi eksklusif Indonesia, daerah pasang surut,

    jurang, dan areal berpolusi berat.

    Hasil Kajian:

    Undang-Undang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

    mengatur perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan sumber

    daya alam hayati dan ekosistemnya yang terletak di atas, di dalam tanah dan

    air yang berada dalam kawasan hutan. Undang-undang ini harus diperhatikan

    sebagai bagian tersendiri dari pemanfaatan ruang untuk konservasi.

    Pemanfatan areal atau wilayah tersebut tetap pada subyek yang diberi hak,

    tetapi pemanfaatan itu harus mematuhi ketentuan yang ditetapkan

    pemerintah.

    Dalam menetapkan wilayah tertentu sebagai wilayah sistem penyangga

    kehidupan, perlu diadakan penelitian dan inventarisasi, baik terhadap

    wilayah yang sudah ditetapkan maupun yang akan ditetapkan.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 22

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang 7). Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

    Permukiman, antara lain menetapkan :

    Pasal 1 angka 10.

    Kavling tanah matang adalah sebidang tanah yang telah dipersiapkan sesuai

    dengan persyaratan pembakuan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan

    tanah, dan rencana tata ruang lingkungan tempat tinggal atau lingkungan

    hunian untuk membangun bangunan.

    Penjelasannya.

    Penggunaan, penguasaan, dan pemilikan tanah perkotaan perlu dibakukan,

    selain untuk menghemat dalam investasi prasarana lingkungan juga untuk

    mencegah penggunaan dibawah standar atau melampaui standar melalui

    penerapan persyaratan pembakuan dan penetapan pola rencana tata ruang.

    Pasal 19.

    (1). Untuk mewujudkan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 18, pemerintah daerah menetapkan satu bagian atau lebih

    dari kawasan permukiman menurut rencana tata ruang wilayah

    perkotaan dan rencana tata ruang wilayah bukan perkotaan yang telah

    memenuh persyaratan sebagai kawasan siap bangun.

    Penjelasannya.

    Penetapan kawasan siap bangun dimaksud agar pada jangka waktu tertentu

    mendapat perhatian sesuai dengan skala prioritas dalam pelaksanaan

    investasi prasarana dan sarana lingkungan permukiman.

    (2). Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya

    meliputi penyediaan :

    a. Rencana tata ruang yang dirinci.

    b. Data mengenai luas, batas, dan pemilikan tanah.

    c. Jaringan primer dan skunder prasarana lingkungan.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 23

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    Penjelasan huruf c.

    Jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungnan terdiri atas jaringan

    jalan untuk memperlancar hubungan antar lingkungan, saluran pembuangan

    air hujan untuk melakukan pematusan (drainase), dan saluran pembuangan

    air limbah untuk kesehatan linkungan, dalam kawasan siap bangun.

    Pasal 31.

    Pembangunan perumahan dan permukiman diselenggarakan berdasarkan

    rencana tata ruang wilayah perkotaan dan rencana tata ruang wilayah

    bukan perkotaan yang menyeluruh dan terpadu yang ditetapkan oleh

    pemerintah daerah dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait

    serta rencana, program, dan prioritas pembangunan perumahan dan

    permukiman.

    Hasil Kajian:

    Ijin lokasi untuk pembangunan perumahan dan permukiman harus diberikan

    sesuai dengan rencana tata ruang wilayah provinsi, kabupaten/kota.

    Rencana, program dan prioritas pembangunan perumahan dan permukiman,

    selain merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tata ruang wilayah

    perkotaan dan bukan perkotaan daerah tingkat II yang dijabarkan dari

    rencana tata ruang wilayah daerah tingkat I yang bersangjkutan, juga

    memperhatikan strategi nasional pengembangan perkotaan.

    8). Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan

    Kependudukan dan Pembangunan Kesejahteraan Keluarga

    Pasal 3.

    (1). Perkembangan kependudukan diarahkan pada pengendalian kuantitas

    penduduk, perkembangan kualitas penduduk serta pengarahan

    mobilitas penduduk sebagai potensi sumber daya manusia agar

    menjadi kekuatan pembangunan bangsa dan ketahanan nasional serta

    dapat memeberikan manfaat sebesar-besarnya bagi penduduk dan

    mengangkat harkat dan martabat manusia dalam segala matra

    kependudukannya.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 24

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    Pengendalian kuantitas penduduk mencakup upaya yang berhubungan

    dengan pertumbuhan, jumlah, dan cirri-ciri utama penduduk. Disamping

    keluarga berencana, upaya pengendalian kuantitas penduduk ditunjang

    pula oleh berbagai upaya dibidang lain, termasuk kesehatan, pendidikan,

    peningkatan peranan wanita, dan penyebaran penduduk.

    Pasal 4.

    (1). Perkembangan kependudukan bertujuan untuk mewujudkan

    keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas,

    persebaran penduduk dengan lingkungan hidup.

    Penjelasan Pasal 4 ayat (1)

    Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas penduduk

    dengan lingkungan menyangkut perbandingan ideal antara jumlah penduduk

    dengan daya tampung dan daya dukung lingkungan.

    Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kualitas penduduk

    dengan lingkungan menyangkut kemampuan penduduk dalam

    memanfaatkan dan mendayagunakan daya dukung dan daya tampung

    lingkungan untuk memenuhi keperluan hidupnya tanpa merusak kelestarian

    fungsi lingkungan. Penduduk yang berkualitas tinggi mampu meningkatkan

    daya dukung dan daya tampung lingkungan, sehingga memberi manfaat

    optimal. Misalnya, dengan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi,

    dapat ditingkatkan produktifiatas lahan guna keperluan pembangunan

    perumahan, pertanian, industri, dan lain-lain, sehingga mampu menghidupi

    lebih banyak penduduk.

    Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara persebaran penduduk

    dengan lingkungan menyangkut pemabagian jumlah penduduk antar daerah

    sesuai dengan daya tampung dan daya dukung lingkungan serta mobilitas

    penduduk.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 25

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    Pasal 6

    Hak penduduk yang dikaitkan dengan matra penduduk meliputi:

    a. Hak penduduk sebagai diri pribadi yang meliputi hak untuk membentuk

    keluarga, hak mengembangan kulaitas diri dan kualitas hidupnya, serta

    hak untuk bertempat tinggal dan pindah ke lingkungan yang serasi,

    selaras dan seimbang dengan diri dan kemampuannya;

    b. Hak penduduk sebagai anggota masyarakat yang meliputi hak untuk

    mengembangkan kekayaan budaya, hak untuk mengembangkan

    kemampuan bersama sebagai kelompok, hak atas pemanfaatan wilayah

    warisan adat, serta hak untuk melesatarikan atau mengembangkan

    perilaku kehidupan budayanya;

    c. Hak penduduk sebagai warga negara yang meliputi pengakuan atas

    harkat dan martabat yang sama, hak memperoleh dan mempertahankan

    ruang hidupnya;

    d. Hak penduduk sebagai himpunan kuantitas yang meliputi hak untuk

    diperhitungkan dalam kebijaksanaan perkembangan kependudukan dan

    pembangunan keluarga sejahtera dalam pembangunan nasional.

    Penjelasan Pasal 6

    Hak-hak dalam pasal ini berlaku pula bagi warga negara asing penduduk

    Indonesia dengan ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    Pasal 6 Huruf (a)

    Dalam hak pengembangan kualitas diri pribadi termasuk memilih dan

    mengikuti pendidikan dan pelatihan sepanjang umur yang sesuai dengan

    bakat, kemampuan, dan ciata-cita, memiliki lapangan kerja, profesi, dan

    bidang minat yang ditekuni sesuai dengan kemampuannya, untuk

    mewujudkan aspirasi dan mencapai kepuasan lahir batin dalam hidupnya.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 26

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    Pasal 6 Huruf (b)

    Hak atas pemanfaatan wilayah warisan adat setempat memberi jaminan

    bahwa kelompok penduduk yang telah turun temurun mengembangkan

    suatu wilayah secara adat, tidak dikalahkan kepentingannya oleh pendatang

    baru. Jika wilayah warisan adat setempat tersebut dikembangkan untuk

    kegiatan pembangunan, maka penduduk semula diutamakan dalam

    menikmati nilai tambah wilayahnya, misalnya dalam kesempatan kerja baru

    dan sebagainya.

    Hak untuk melestarikan dan mengembangkan perilaku kehidupan budaya,

    melipui aspek fisik (hubungan dengan tanah) maupun aspek non fisik,

    termasuk social budaya seperti kekhasan cara hidup. Sebagai contoh,

    beberapa suku atau kelompok yang mempunyai perilaku kehidupan yang

    khas, tidak dapat dipaksakan mengubah cara hidupnya agar sama dengan

    yang lainnya. Perubahannya adalah sesuai dengan perkembangan yang

    diinginkannya sendiri.

    Pasal 6 Huruf (c)

    Setiap warga negara mempunyai harkat dan martabat yang sama, apapun

    status, pendidikan, kemampuan ekonomi, serta kondisinya, termasuk cacat

    fisik atau non fisik. Setiap warga negara mempunyai hak dan kedudukan

    yang sama, karena itu hak penduduk asli atas ruang hidupnya perlu

    dilindungi.

    Penduduk asli di sini bukan semata-mata diartikan berdasarkan atas factor

    suku, ras, agama, tetapi juga factor lamanya penduduk tinggal dalam suatu

    wialayah tertentu sesuai dengan perikehidupan social budaya setempat.

    Daya dukung lingkungan alam tercermin pada jumlah penduduk yang dapat

    dicukupi kehidupan pokoknya oleh sumber alam yang dapat dimanfaatkan

    tanpa mengganggu keseimbangan serta fungsi ekosistem di wilayah yang

    bersangkutan. Daya tampung lingkungan binaan suatu wilayah tercermin

    pada kepadatan fisik penduduk, yaitu jumlah manusia yang dapat dilayani

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 27

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    keperluan hidupnya secara layak oleh ruang, prasarana, sarana,

    permukiman, fasilitas, dan pelayanan yang tersedia.

    Daya tampung lingkungan social tercermin pada keseimbangan dan

    keserasian social, yaitu kemampuan untuk mengelola kepadatan social

    sumber kehidupan bersama, serta mengatasi perbedaan-perbedaan antar

    kelompok penduduk, misalnya antar kelompok etnis, agama, ekonomi,

    wilayah hunian, dan sebagainya.

    Pasal 14.

    (1). Pemerintah menetapkan kebijaksanaan pengarahan mobilitas dan atau

    penyebaran penduduk untuk pmencapai persebaran penduduk yang

    optimal, didasakan pada keseimbangan antara jumlah penduduk

    dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

    Hasil Kajian :

    Dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang

    menurut Undang-Undang tentang perkembangan kependudukan dan

    pembinaan kesejahteraan penduduk, harus memperhatikan hak-hak

    penduduk baik sebagai anggota masyarakat maupun sebagai warga negara.

    9). Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya

    Tanaman, antara lain menetapkan :

    Pasal 44.

    (1). Pemanfaatan lahan untuk keperluan budidaya tanaman disesuaikan

    dengan ketentuan tata ruang dan tata guna tanah berdasarkan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    (2). Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan

    dengan memperhatikan kesesuaian dan kemampuan lahan maupun

    pelestarian lingkungan hidup khususnya konservasi tanah.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 28

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    Pasal 45.

    Perubahan rencana tata ruang yang mengakibatkan perubahan peruntukan

    budidaya tanaman guna keperluan lain dilakukan dengan memperhatikan

    rencana produksi budidaya tanaman secara nasional.

    Penjelasannya.

    Yang dimaksud dengan keperluan lain yaitu penggunaan lahan yang semula

    untuk budidaya tanaman menjadi non budidaya tanaman sehingga tidak

    sesuai dengan tata ruang yang ada.

    Hasil Kajian :

    Bahwa pemanfaatan lahan untuk budidaya tanaman harus sesuai dengan

    peruntukannya sebagaimana ditetapkan dalam rencana tata ruang.

    10). Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan, antara lain

    menetapkan :

    Pasal 1 angka 2.

    Wilayah udara adalah ruang udara di atas wilayah daratan dan perairan

    Republik Indonesia.

    Pasal 4.

    Negara Republik Indonesia berdaulat penuh dan utuh atas wilayah udara

    Republik Indonesia.

    Penjelasannya

    Sebagai negara berdaulat, Republik Indonesia memiliki kedaulatan penuh

    dan utuh di wilayah udara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan

    Konvensi Chicago 1944, tentang Penerbangan Sipil Internanasional.

    Ketentuan dalam pasal ini hanya menegaskan mengenai kewenangan dan

    tanggung jawab Negara Republik Indonesia untuk mengatur penggunaan

    wilayah udara yang merupakan bagian dari wilayah dirgantara Indonesia,

    sedangkan mengenai kedaulatan atas wilayah Republik Indonesia secara

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 29

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    menyeluruh tetap berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-

    Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pertahanan

    Keamanan Negara Republik Indonesia.

    Pasal 5.

    Dalam rangka penyelenggaraan kedaulatan negara atas wilayah udara

    Republik Indonesia, Pemerintah melaksanakan wewenang dan tanggung

    jawab pengaturan ruang udara untuk kepentingan pertahanan dan

    keamanan negara, dan ekonomi nasional.

    Penjelasannya.

    Wilayah udara yang berupa ruang udara di atas wilayah daratan dan

    perairan Republik Indonesia merupakan kekayaan nasional sehingga harus

    dimanfaatkan bagi sebesar-besar kepentingan rakyat, bangsa dan negara.

    Pasal 6.

    (1). Untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara serta

    keselamatan penerbangan, Pemerintah menetapkan kawasan udara

    terlarang.

    Penjelasannya.

    Kewenangan menetapkan kawasan udara terlarang merupakan kewenangan

    dari setiap negara berdaulat untuk mengatur penggunaan wilayah udaranya,

    dalam rangka pertahanan keamanan negara dan keselamatan penerbangan.

    Kawasan udara terlarang dalam ketentuan ini mengandung dua pengertian

    yaitu :

    a. Kawasan udara terlarang yang larangannya bersifat tetap (prohibited

    area) karena pertimbangan pertahanan dan keamanan negara serta

    keselamatan penerbangan,

    b. Kawasan udara terlarang yang larangannya bersifat terbatas (restricted

    area) karena pertimbangan pertahanan dan keamanan atau keselamatan

    penerbangan atau kepentingan umum misalnya pembatasan ketinggian

    terbang, pembatasan waktu operasi dan lain-lain.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 30

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang Hasil Kajian:

    Dalam melakukan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan

    ruang udara harus memperhatikan ketentuan Konvensi Paris 1919, Konvensi

    Chicago 1944 dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh ICAO.

    11). Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia,

    ketentuan-ketentuan yang terkait adalah :

    Pasal 2

    Negara Republik Indonesia adalah negara kepulauan, yang berarti segala

    perairan di sekitar, di antara, dan yang menghubungkan pulau-pulau atau

    bagian pulau-pulau yang termasuk daratan negara Republik Indonesia

    dengan tidak memperhitungkan luas atau lebarnya merupakan bagian

    integral dari wilayah Republik Indonesia sehingga merupakan bagian dari

    perairan Indonesia yang berada di bawah kedaulatan negara Republik

    Indonesia.

    Pasal 23

    Berisikan ketentuan mengenai pemanfaatan, pengelolaan, perlindungan dan

    pelestarian lingkungan perairan Indonesia yang dilakukan berdasarkan

    peraturan perundang-undangan nasional yang berlaku dan hukum

    internasional.

    Catatan : yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku di sini, antara lain : UULH, UU tentang konservasi Sumberdaya Alam

    Hayati dan Ekosistemnya.

    Hasil Kajian:

    Pengertian ruang dalam peraturan perundang-undangan bidang penataan

    ruang perlu memperhatikan pengertian ruang diluar wilayah teritorial

    berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982 yang telah diratifikasi dengan

    Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985, seperti : ruang di atas, di bawah, dan

    dasar laut sesuai dengan konsep Landas Kontinen Indonesia (Undang-Undang

    Nomor 1 Tahun 1973), Ruang Zona Ekonomi Eksklusif (sebagaimana dimaksud

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 31

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983), serta pengertian Negara

    kepulauan (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996).

    12). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

    Hidup, antara lain menetapkan :

    Pasal 2.

    Ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang tempat Negara

    Kesatuan Republik Indonesia yang ber Wawasan Nusantara dalam

    melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat dan yurisdiksinya.

    Pasal 9.

    (1). Pemerintah menetapkan kebijaksanaan nasional tentang pengelolaan

    lingkungan hidup dan penataan ruang dengan tetap memperhatikan

    nilai-nilai agama, adat istiadat dan nilai-nilai yang hidup dalam

    masyarakat.

    Penjelasannya

    Dalam rangka penyusunan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan

    hidup dan penataan ruang, wajib diperhatikan secara rasional dan

    proporsional potensi, aspirasi dan kebutuhan serta nilai-nilai yang tumbuh

    dan berkembang dimasyarakat. Misalnya perhatian terhadap masyarakat

    adat yang hidup dan kehidupannya bertumpu pada sumber daya alam yang

    terdapat disekitarnya.

    (3). Pengelolaan lingkungan hidup wajib dilakukan secara terpadu dengan

    penataan ruang, perlindungan sumber daya alam non hayati,

    perlindungan sumber daya buatan, konservasi sumber daya alam hayati

    dan ekosistemnya, cagar budaya, keaneka ragaman hayati dan

    perubahan iklim.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 32

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    Pasal 19.

    (1). Dalam menerbitkan izin melakukan usaha dan atau kegiatan wajib

    diperhatikan :

    a. Rencana tata ruang.

    b. Pendapat masyarakat,

    c. Pertimbangan dan rekomendasi pejabat yang berwenang yang

    berkaitan dengan usaha dan atau kegiatan tersebut.

    (2). Keputusan izin melakukan usaha dan atau kegiatan wajib diumumkan.

    Penjelasannya

    Pengumuman izin melakukan usaha dan atau kegiatan merupakan

    pelaksanaan atas keterbukaan pemerintahan. Pengumuman izin melakukan

    usaha dan atau kegiatan tersebut memungkinkan peran serta masyarakat

    khususnya yang belum menggunakan kesempatan dalam prosedur

    keberatan, dengar pendapat, dan lain-lain dalam proses pengambilan

    keputusan izin.

    Hasil Kajian:

    Dengan masuknya dimensi lingkungan dalam pembangunan, maka konsep tata

    ruang dipengaruhi pula oleh konsep-konsep lingkungan, termasuk pendekatan

    ekosistemnya. Pengaruh ilmu lingkungan termasuk pengaturannya,

    merupakan dimensi baru dalam penyusunan konsep peraturan perundang-

    undangan bidang penataan ruang yang komprehensif. Dengan demikian

    konsep hukum tata ruang Indonesia dimasa yang akan datang saling

    melengkapi dengan Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup

    13) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

    antara lain menetapkan :

    Pasal 1.

    angka 6.

    Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat

    hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenag mengatur dan

    mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 33

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem

    Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Angka 19.

    Kawasan khusus adalah bagian wilayah dalam Provinsi dan atau

    Kabupaten/kota yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan

    funsi-fungsi pemerintahan yang bersifat khusus bagi kepentingan nasional.

    Pasal 10.

    (1). Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang

    menjadi kewenangannya, kecualai urusan pemerintahan yang oleh

    Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan pemerintah.

    Penjelasannya

    Yang dimaksud urusan pemerintah dalam ayat ini adalah urusan

    pemerintahan yang mutlak menjadi kewenangannya dan urusan bidang

    lainnya yaitu bagian-bagian urusan pemerintahan yang menjadi

    kewenangannya Pemerintah.

    (2). Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi

    kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah

    daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan

    mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan

    tugas pembantuan.

    Penjelasannya

    Yang dimaksud dengan urusan wajib dalam ketentuan ini adalah urusan

    yang sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar

    warga negara antara lain :

    a. perlindungan hak konstitusional;

    b. perlindungan kepentingan nasional, kesejahteraan masyarakat,

    ketenteraman dan ketertiban umum dalam kerangka menjaga keutuhan

    NKRI, dan

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 34

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    c. pemenuhan komitmen nasional yang berhubungan dengan perjanjian dan

    konvensi internasional.

    Yang dimaksud dengan urusan pilihan dalam ketentuan ini adalah urusan

    yang secara nyata ada di daerah dan berpotensi untuk meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi

    unggulan daerah.

    Pasal 13.

    (1). Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi

    merupakan urusan dalam berskala provinsi yang meliputi :

    a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;

    b. perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang;

    c. penyelenggaraab ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;

    d. penyediaan prasarana dan sarana umum;

    e. penanganan bidang kesehatan;

    f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia

    potensial;

    g. penanggulangan masalah social lintas kabupaten/kota;

    h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota;

    i. fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah

    termasuk lintas kabupaten/kota;

    j. pengendalian lingkungan hidup;

    k. pelayanan pertanhan termasuk lintas kabupaten/kota;

    l. pelayanan kependudukan dan catatan sipil;

    m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;

    n. pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas

    kabupaten/kota;

    o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat

    dilaksanakan oleh kabupaten/kota; dan

    p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-

    undangan.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 35

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    Pasal 14.

    (1). Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk

    kabupaten/kota, merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota

    meliputi :

    a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

    b. Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang;

    c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;

    d. Penyediaan sarana dan prasarana umum;

    e. Penanganan bidang kesehatan;

    f. Penyelenggaraan pendidikan;

    g. Penanggulangan masalah sosial;

    h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan;

    i. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;

    j. Pengendalian lingkungan hidup;

    k. Pelayanan pertanhan;

    l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil;

    m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;

    n. Pelayanan administrasi penanaman modal;

    o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya;

    p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-

    undangan.

    (2). Urusan pemerintahan kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi

    urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,

    kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

    Penjelasannya.

    Yang dimaksud dengan urusan pemerintahan yang secara nyata ada dalam

    ketentuan ini sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi yang dimiliki

    antara lain pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan

    dan pariwisata.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 36

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    Pasal 21.

    Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak :

    a. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;

    b. memilih pimpinan daerah;

    c. mengelola aparatur daerah;

    d. mengelola kekayaan daerah;

    e. memungut pajak daerah dan retribusi daerah

    f. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber

    daya lainnya yang berada di daerah;

    g. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah;

    h. mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-

    undangan.

    Pasal 22.

    Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban :

    a. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan

    nasional, serta keutuhan NKRI;

    b. meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;

    c. mengembangkan kehidupan demokrasi;

    d. mewujudkan keadilan dan pemerataan;

    e. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;

    f. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;

    g. menyediakan fasilitas social dan fasilitas umum yang layak;

    h. mengembangkan sistem jaminan sosial;

    i. menyuusn perencanaan dan tata ruang daerah;

    j. mengembangkan sumber daya produktif di daerah;

    k. melestarikan lingkungan hidup;

    l. mengelola administrasi kependudukan;

    m. melestarikan nilai sosial budaya;

    n. membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai

    dengan kewenangannya, dan

    o. kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 37

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    Pasal 189.

    Proses penetapan rancangan Perda yang berkaitan dengan pajak daerah,

    retribusi daerah, dan tata ruang daerah menjadi Perda, berlaku Pasal 185

    dan Pasal 186, dengan ketentuan untuk pajak daerah dan retribusi daerah

    dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Menteri Keuangan, dan untuk tata

    ruang daerah dikoordinasikan dengan Menteri yang membidangi urusan

    tata ruang.

    Pasal 196.

    (1). Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas

    daerah dikelola bersama oleh daerah nterkait.

    (2). Untuk menciptakan efisiensi, daerah wajib mengelola pelayanan publik

    secara bersama dengan daerah sekitarnya untuk kepentingan

    masyarakat.

    (3). Untuk pengelolaan kerja sama sebagimana dimaksud pada ayat (1) dan

    ayat (2) daerah membentuk badan kerja sama.

    (4). Apabila daerah tidak melaksanakan kerja sama sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) dan ayat (2), pengelolaan pelayanan publik tersebut

    dapat dilaksanakan oleh Pemerintah.

    Penjelasannya.

    Yang dimaksud dengan dapat dilaksanakan oleh Pemerintah, dalam

    ketentuan ini didahului dengan upaya fasilitasi oleh Pemerintah.

    Pasal 199.

    (1). Kawasan perkotaan dapat berbentuk :

    a. Kota sebagai daerah otonom;

    b. Bagian daerah kabupaten yang memiliki cirri perkotaan;

    c. Bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan langsung dan

    memiliki cirri perkotaan.

    (2). Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

    dikelola oleh pemerintah kota.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 38

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    (3). Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

    dikelola oleh daerah atau lembaga pengelola yang dibentuk dan

    bertanggung jawab kepada pemerintah kabupaten.

    (4). Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dalam

    hal penataan ruang dan penyediaan fasilitas pelayanan umum tertentu

    dikelola bersama oleh daerah terkait.

    (5). Di kawasan perdesaan yang direncanakan dan dibangun menjadi

    kawasan perkotaan, pemerintah daerah yang bersangkutan dapat

    membentuk badan pengelola pembangunan.

    Penjelasannya

    Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama

    pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam, dengan susunan fungsi

    kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa

    pemerintahan, pelayanan social, dan kegiatan ekonomi.

    (6). Dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan, dan pengelolaan

    kawasan perkotaan, pemerintah daerah mengikut sertakan

    masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat.

    Hasil Kajian :

    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

    merupakan salah satu acuan untuk mengadakan perubahan terhadap Undang-

    Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang [Revisi].

    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ada istilah Kawasan Khusus, sedangkan

    dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 menggunakan istilah Kawasan

    Tertentu.

    Dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 Pasal 1 angka 3 disebutkan :

    Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang

    dan pengendalian pemanfaatan ruang, sedangkan dalam Undang-Undang

    Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 14 ayat (1) huruf b disebutkan perencanaan,

    pemanfaatan dan pengawasan tata ruang.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 39

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    14). Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan antara lain

    menetapkan :

    Pasal 1 angka 3

    Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan

    oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

    Pasal 4.

    (1). Semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan

    alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-

    besarkemakmuran rakyat.

    Penjelasannya.

    Yang dimaksud dengan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

    adalah semua benda hasil hutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka

    13.

    Hasil hutan tersebut dapat berupa:

    a. hasil nabati beserta turunannya seperti kayu, bambu, rotan, rumput-

    rumputan, jamur-jamur, tanaman obat, getah-getahan, dan lain-lain,

    serta bagian dari tumbuh-tumbuhan atau yang dihasilkan oleh tumbuh-

    tumbuhan di dalam hutan;

    b. hasil hewani beserta turunannya seperti satwa liar dan hasil

    penangkarannya, satwa buru, satwa elok, dan lain-lain hewan, serta

    bagian-bagiannya atau yang dihasilkannya;

    c. benda-benda non hayati yang secara ekologis merupakan satu kesatuan

    ekosistem dengan benda-benda hayati penyusun hutan, antara lain

    berupa sumber air, udara bersih, dan lain-lain yang tidak termasuk

    benda-benda tambang;

    d. jasa yang diperoleh dari hutan antara lain berupa jasa wisata, jasa

    keindahan dan keunikan, jasa perburuan, dan lain-lain;

    e. hasil produksi yang langsung diperoleh dari hasil pengolahan bahan-

    bahan mentah yang berasal dari hutan, yang merupakan produksi

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 40

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    primer antara lain berupa kayu bulat, kayu gergajian, kayu lapis, dan

    pulp.

    Benda-benda tambang yang berada di hutan juga dikuasai oleh negara,

    tetapi tidak diatur dalam undang-undang ini, namun pemanfaatannya

    mengikuti peraturan yang berlaku dengan tetap memperhatikan undang-

    undang ini.

    Pengertian dikuasai bukan berarti dimiliki, melainkan suatu pengertian

    yang mengandung kewajiban-kewajiban dan wewenang-wewenang dalam

    bidang hukum publik sebagaimana diatur dalam pasal 4 ayat (2) undang-

    undang ini.

    Pasal 4.

    (2). Penguasaan hutan oleh negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    memberi wewenang kepada pemerintah untuk:

    a. mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan

    hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan;

    b. menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau

    kawasan hutan sebagai bukan kawasan hutan; dan

    c. mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orng

    dengan hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hukum

    mengenai kehutanan.

    Penjelasannya.

    Pelaksanaan kewenangan pemerintah yang menyangkut hal-hal yang

    bersifat sangat penting, strategis, serta berdampak nasional dan

    internasional, dilakukan dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat

    Pasal 6 ayat (2)

    Pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok sebagai berikut :

    a. hutan konservasi;

    b. hutan lindung; dan

    c. hutan produksi.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 41

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    Penjelasannya

    Yang dimaksud dengan fungsi pokok hutan adalah fungsi utama yang

    diemban oleh suatu hutan.

    Pasal 9.

    (1). Untuk kepentingan pengaturan iklim mikro, estetika, dan resapan air,

    di setiap kota ditetapkan kawasan tertentu sebagai hutan kota.

    Penjelasannya

    Hutan kota dapat berada pada tanah negara maupun tanah hak di wilayah

    perkotaan dengan luasan yang cukup dalam suatu hamparan lahan.

    Wilayah perkotaan merupakan kumpulan pusat-pusat permukiman yang

    berperan di dalam suatu wilayah pengembangan dan atau wilayah nasional

    sebagai simpul jasa atau suatu bentuk ciri kehidupan kota. Dengan demikian

    wilayah perkotaan tidak selalu sama dengan wilayah administratif

    pemerintahan kota.

    Pasal 15.

    (1). Pengukuhan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14

    dilakukan melalui proses sebagai berikut:

    a. penunjukan kawasan hutan;

    b. penataan batas kawasan hutan;

    c. pemetaan kawasan hutan; dan

    d. penetapan kawasan hutan.

    Penjelasannya

    Penunjukan kawasan hutan adalah kegiatan persiapan pengukuhan kawasan

    hutan, antara lain berupa:

    a. pembuatan peta penunjukan yang bersifat arahan tentang batas luar;

    b. pemancangan batas sementara yang dilengkapi dengan lorong-lorong

    batas;

    c. pembuatan parit batas pada lokasi rawan; dan

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 42

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    d. pengumuman tentang rencana batas kawasan hutan, terutama di lokasi-

    lokasi yang berbatasan dengan tanah hak.

    (2). Pengukuhan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    dilakukan dengan memperhatikan rencana tata ruang wilayah.

    Pasal 66.

    (1). Dalam rangka penyelenggaraan kehutanan, pemerintah menyerahkan

    sebagian lewenangan kepada pemerintah daerah.

    Hasil Kajian:

    Undang-Undang tentang Kehutanan yang mencakup pengaturan Hutan dan

    kehutanan, termasuk didalamnya diatur mengenai perencanaan,

    pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan atas hutan.

    Dengan demikian secara substansial Undang-Undang tentang Kehutanan

    mengatur pula salah satu bagian atau kawasan sebagaimana diatur dalam

    peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang.

    15). Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pertahanan Negara

    Pasal 16.

    (7). Menteri bekerjasama dengan pimpinan departemen dan instansi

    pemerintah lainnya serta menyusun dan melaksanakan perencanaan

    strategis pengelolaan sumber daya nasional untuk kepentingan

    pertahanan.

    Penjelasan ayat (7)

    Perencanaan strategis adalah perencanaan pada tingkat nasional dalam

    upaya pengelolaan pertahanan negara dengan menyinergikan segenap

    sumber daya nasional yang mengandung potensi kemampuan pertahanan

    untuk menjadi kekuatan pertahanan negara.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 43

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    Pasal 20.

    (1). Pembinaan kemampuan pertahanan negara ditujukan untuk

    terselenggaranya sebuah system pertahanan negara sebagaimana

    dimaksud dalam undang-undang ini.

    (2). Segala sumber daya nasional yang berupa sumber daya manusia,

    sumber daya alam dan buatan, niali-nilai, teknologi, dan dana dapat di

    dayagunakan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara yang

    diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

    Penjelasannya

    Yang dimaksud dengan nilai-nilai adalah seperangkat pranata, prinsip, dan

    kondisi yang diyakini kebenarannya untuk digunakan sebagai instrumen

    pengatur kehidupan dalam mengukur kinerja, baik moral maupun fisik dan

    sekaligus menunjukkan identitas dan jati diri yang bersangkutan.

    Nilai-nilai yang berkaitan dengan system pertahanan negara, antara lain:

    a. Nilai yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945

    b. Nilai yang terkandung dalam Saptamarga, Sumpah Prajurit, dan Doktrin

    TNI.

    c. Nilai sebagai Bangsa Pejuang.

    d. Nilai gotong royong.

    e. Nilai baru yang sesuai dengan kebutuhan bangsa Indonesia.

    (3). Pembangunan di daerah harus memperhatikan pembinaan kemampuan

    pertahanan, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yang selanjutnya

    diatur dengan peraturan pemerintah.

    Pasal 21

    Pendayagunaan segala sumber daya alam dan buatan harus memperhatikan

    prinsip-prinsip berkelanjutan, keragaman, dan produktifitas lingkungan

    hidup.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 44

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    Penjelasannya

    Yang dimaksud dengan prinsip berkelanjutan adalah pendayagunaan sumber

    daya alam dan buatan yang diarahkan untuk dapat memenuhi kebutuhan

    dan dapat dimanfaatkan sebagai penunjang kebutuhan jangka panjang.

    Yang dimaksud dengan prinsip keragaman adalah pendayagunaan sumber

    daya alam dan buatan melalui penganekaragaman untuk menghindari

    ketergantungan.

    Yang dimaksud dengan prinsip produktifitas adalah pendayagunaan sumber

    daya alam dan buatan dengan pemanfaatan secara optimal.

    Pasal 22.

    (1). Wilayah Indonesia dapat dimanfaatkan untuk pembinaan kemampuan

    pertahanan dengan memperhatikan hak masyarakat dan peraturan

    perundang-undangan.

    (2). Wilayah yang digunakan sebagai instalasi militer dan latihan militer

    yang strategis dan permanen ditetapkan dengan peraturan

    pemerintah.

    Hasil Kajian :

    Wilayah dan pengelolaan sumber daya alam yang berfungsi sebagai

    pertahanan nasional, perencanaan, dan pemanfaatannya harus diakomodir

    dalam peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang.

    16). Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, antara

    lain menetapkan :

    Pasal 1.

    Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :

    Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan,

    melaksanakan, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan

    konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan

    pengendalian daya rusak air.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 45

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    Pola pengelolaan sumber daya air adalah kerangka dasar dalam

    merencanakan, melaksanakan, memantau dan megevaluasi kegiatan

    konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan

    pengendalian daya rusak air.

    Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta

    keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi sumber daya air agar

    senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk

    memenuhi kebutuhan makluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun

    yang akan datang.

    Pasal 26.

    (1). Pendayagunaan sumber daya air dilakukan melalui kegiatan

    penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan dan

    pengusahaan sumber daya air dengan mengacu pada pola pengelolaan

    sumber daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai.

    Pasal 27.

    (1). Penatagunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26

    ayat (1) ditujukan untuk menetapkan zona pemanfaatan sumber air

    dan peruntukan air pada sumber air.

    Penjelasannya

    Yang dimaksud dengan zona pemanfaatan sumber air adalah ruang pada

    sumber air (waduk, danau, rawa, atau sungai) yang dialokasikan baik

    sebagai fungsi lindung maupun fungsi budidaya. Misalnya, membagi

    permukaan suatu waduk, danau, rawa, atau sungai kedalam berbagai zona

    pemanfaatan, antara lain, ruang yang dialokasikan untuk budidaya

    perikanan, penambangan bahan galian golongan C, transportasi air,

    olahraga air dan pariwisata air, pelestarian unsur lingkungan yang unik atau

    dilindungi, dan/atau pelestarian cagar budaya.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 46

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    Penentuan zona pemanfaatan sumber air bertujuan untuk mendayagunakan

    fungsi/potensi yang terdapat pada sumber air yang bersangkutan secara

    berkelanjutan, baik untuk kepentingan generasi sekarang maupun yang

    akan datang.

    Dalam penetapan zona pemanfaatan sumber air, selain untuk menentukan

    dan memperjelas batas masing-masing zona pemanfaatan, termasuk juga

    ketentuan, persyaratan, atau kriteria pemanfaatan dan pengendaliannya.

    (2) Penetapan zona pemanfaatan sumber air sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) merupakan salah satu acuan untuk penyusunan atau

    perubahan rencana tata ruang wilayah dan rencana pengelolaan

    sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan.

    (3) Penetapan zona pemanfaatan sumber daya air dilakukan dengan:

    a. mengalokasikan zona untuk fungsi lindung dan budidaya;

    b. menggunakan dasar hasil penelitian dan pengukuran secara teknis

    hidrologis

    c. memperhatikan ruang sumber air yang dibatasi oleh garis sempadan

    sumber air;

    d. memperhatikan kepentingan berbagai jenis pemanfaatan;

    e. melibatkan peran masyarakat sekitar dan pihak lain yang

    berkepentingan;

    f. memperhatikan fungsi kawasan.

    Pasal 34.

    (1) Pengembangan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26

    ayat (1) pada wilayah sungai ditujukan untuk peningkatan

    kemanfaatan fungsi sumber daya air guna memenuhi kebutuhan air

    baku untuk rumah tangga, pertanian, industri, pariwisata, pertahanan,

    pertambangan, ketenagaan, perhubungan dan untuk berbagai

    keperluan lainnya.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 47

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    Penjelasannya

    Yang dimaksud dengan pengembangan termasuk kegiatan pelaksanaan

    konstruksi

    (3) Pengembangan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    diselenggarakan berdasarkan rencana pengelolaan sumber daya air dan

    rencana tata ruang wilayah yang telah ditetapkan denagn

    mempertimbangkan:

    a. daya dukung sumber daya air;

    b. kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat;

    Penjelasannya

    Kekhasan daerah adalah sifat khusus tertentu yang hanya ditemukan di suatu

    daerah, bersifat positif dan produktif serta tidak bertentangan dengan peraturan

    perundang-undangan.

    Contoh:

    kekhasan di bidang kelembagaan masyarakat pemakai air untuk irigasi: Subak

    di Bali, Tuo Banda di Sumatera Barat, Dharma Tirta di Jawa Tengah dan Mitra

    Cai di Jawa Barat.

    kekhasan di bidang penyelenggaraan pemerintahan seperti otonomi khusus,

    desa, atau masyarakat hukum adat.

    c. kemampuan pembiayaan;

    d. kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air.

    Pasal 59.

    (4) Rencana pengelolaan sumber daya air merupakan salah satu unsur

    dalam penyusunan, peninjauan kembali, dan/atau penyempurnaan

    rencana tata ruang wilayah.

    Penjelasannya

    Rencana pengelolaan sumber daya air wilayah sungai dalam satu

    kabupaten/kota menjadi masukan rencana tata ruang wilayah

    kabupaten/kota; rencana pengelolaan sumber daya air wilaya sungai lintas

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 48

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang

    kabupaten/kota menjadi masukan rencana tata ruang wilayah

    kabupaten/kota dan provinsi yang bersangkutan; rencana pengelolaan

    sumber daya air wilayah sungai lintas provinsi menjadi masukan rencana

    tata ruang wilayah kabupaten/kota dan provinsi yang bersangkutan.

    Selain sebagai masukan untuk penyusunan rencana tata ruang wilayah,

    rencana penyusunan sumber daya air wilayah sungai juga digunakan sebagai

    masukan untuk meninjau kembali rencana tata ruang wilayah dalam hal

    terjadi perubahan-perubahan, baik pada rencana pengelolaan sumber daya

    air maupun pada rencana tata ruang pada periode waktu tertentu.

    Perubahan yang dimaksud merupakan tuntutan perkembangan kondisi dan

    situasi.

    Dengan demikian, antara rencana pengelolaan sumber daya air dan rencana

    tata ruang wilayah terdapat hubungan yang bersifat dinamis dan terbuka

    untuk saling menyesuaikan.

    Hasil kajian :

    Pengelolaan sumberdaya air, penatagunaan sumberdaya air diselenggarakan

    dalam rangka penataan ruang, yang meliputi penetapan zona pemanfaatan

    sumber air dan peruntukkan air pada sumber air.

    Penetapan zona pemanfaatan sumber air merupakan masukan untuk

    penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Pengelolaan

    Sumberdaya Air Wilayah Sungai yang bersangkutan.

    Peran penataan ruang dalam pengelolaan sumberdaya air adalah untuk

    mencapai sasaran-sasaran sebagai berikut :

    a. menjamin ketersediaan air, baik kualitas maupun kuantitas, untuk masa

    kini dan masa mendatangmelalui pengelolaan kawasan konservasi dan

    pengendalian kualitas air.

    b. koordinasi lintas sector dan lintas wilayah untuk mencapai komitmen

    bersama (seperti landasan penyusunan pembangunan).

    c. mencegah terjadinya externalitas seperti dampak lingkungan negatif,

    yang merugikan masyarakat secara luas.

    PT. ARUN Prakarsa Inforindo 49

  • Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pelaksanaan Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang 3.2. Peraturan Pemerintah.

    1). Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak

    dan Kewajiban serta bentu