kajian tentang tahap perkembangan iman sintesis

21
-f£OLOG SEKOLAH TINGGITEOLOGIAMANAT AGUNG KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS-KONVENSIONAL JAMES W. FOWLER: SEBUAH STUDIUNTUK MENGIDENTIFIKASI FIGUR DAN PROFILPEMBIMBINGREMAJA SKRIPSI Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teologi Oleh Marisa 1010912061 029939 Jakarta 2013 PERPUSTAK/.AI>I STT AMANAT AGUNG

Upload: others

Post on 09-Apr-2022

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

-f£OLOG

SEKOLAH TINGGITEOLOGIAMANAT AGUNG

KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS-KONVENSIONALJAMES W. FOWLER: SEBUAH STUDIUNTUK MENGIDENTIFIKASI

FIGUR DAN PROFILPEMBIMBINGREMAJA

SKRIPSI

Diajukan KepadaSekolah Tinggi Teologi Amanat AgungUntuk Memenuhi Sebagian PersyaratanGuna Memperoleh Gelar Sarjana Teologi

Oleh

Marisa

1010912061

029939

Jakarta2013

PERPUSTAK/.AI>I

STT AMANAT AGUNG

Page 2: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG

JAKARTA

Ketua Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung menyatakan bahwa skripsi yangberjudul KAJIAN TENTANG TAHAP FERKEMBANGAN IMAN SINTESIS-KONVENSIONAL JAMES W. FOWLER: SEBUAH STUDl UNTUK MENGIDENTIFIKASI

FIGUR DAN PROFIL PEMBIMBING REMAJA dinyatakan lulus setelah diuji oleh TimDosen Penguji pada tanggal 14 Agustus 2013.

Dosen Penguji

1. Rosyeline Tinggi, M.A., M.Th.

Tanda Tangan

2. Johannes Lie Han Ing, S.Th., M.Min.

3. Astri Sinaga, S.S., M.Th.

Jakarta, 14 A

Andreas Hima

K A K "

Page 3: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

ABSTRAK

SEKOLAH TINGGITEOLOGIAMANAT AGUNG

JAKARTA

(A) Marisa (1010912061)

(B) KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGANIMAN SINTESIS-KONVENSIONAL JAMES W. FOWLER: SEBUAH STUD! UNTUKMENGIDENTIFIKASIFIGURDAN PROFIL PEMBIMBING REMAJA

(C) viii + 181 him; 2013; 4 lampiran

(D) Teologi/Kependetaan

(E) Skripsi ini membahas tentang taliap perlcembangan iman sintesis-Iconvensional pada remaja yang dikemulcakan oleh James W. Fowler untukmengidentifikasi figur dan proBl pembimbing. Adapun tahap sintesls-konvensional merupakan tahap perkembangan iman yang mensintesiskannllai-nllai dan informasi serta menyediakan dasar untuk identitas danpandangan berdasarkan otoritas konvensional. Tahap sintesis-konvensionalseharusnya dlalami oleh remaja tetapi tidak semua remaja dapat mengalamitahap ini karena mengalami hambatan seperti ketiadaan model yangmemberikan bimbingan yang tepat kepada remaja. Padahal di dalam tahapini, pandangan-pandangan remaja tentang arti kehidupan dikaitkan denganotoritas konvensional dengan meniru model. Model yang ditiru merupakanorang-orang terdekat khususnya yang memberikan bimbingan kepadanya.Model ini akan berperan dalam memberikan arahan supaya remaja dapatmemahami tentang iman yang berkaitan dengan pema^aan hidup merekaagar mereka dapat dibimbing untuk mempunyai pengenalan akan Allahsecara mendalam dan personal. Oleh karena itu, diperlukan adanya figuryang memiliki profil yang tepat sebagai pembimbing agar dapat memberikanbimbingan kepada remaja dalam mengalami perkembangan iman sintesis-konvensional. Profil pembimbing tersebut merupakan orang dewasa maupunteman sebaya yang mempunyai relasi yang dekat dengan remaja, mempunyaikedewasaan kerohanian, dapat menjadi model bagi remaja, dan berziarahbersama remaja di dalam perjalanan iman mereka. Pembimbing tersebutdiperlukan oleh remaja dalam mengalami tahap perkembangan imansintesis-konvensional.

(F) Bibliografi 76 (1936-2012)

(G) Rosyeline Tinggi, M.A., M.Th.

Page 4: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

DAFTARISI

ABSTRAK i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR vi

UCAPANTERIMAKASIH vii

BAB SATU: PENDAHULUAN 1

Latar Belakang Penulisan 1

Pokok Permasalahan 6

Tujuan Penulisan 7

Pembatasan Penulisan 7

Metode Penulisan 8

Sistematika Penulisan 9

BAB DUA: TEORIPERKEMBANGAN IMAN FOWLER DANTINJAUANTEOLOGIS 11

Iman dalam Perspektif Fowler 11

Konsep Iman dan Pengertian Dasar 11

Struktur Perkembangan Iman 16

Tahap Perkembangan Iman 19

Kritik Terhadap Pemikiran Fowler 22

Iman dalam Perspektif Teologi Kristen 25

Pemahaman tentang Iman 25

Page 5: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

Ill

Hakikat Iman sebagai Anugerah 26

Pandangan Teolog tentang Iman 28

Titik Temu Perkembangan Iman Fowler dan 32Pemahaman Iman Kristen

Ringkasan 34

BAB TIGA: PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS-KONVENSIONAL REMAJA 36

Pemahaman Tahap Sintesis-Konvensional Remaja 36

Kriteria Tahap Sintesis-Konvensional 41

Aspek A: Bentuk Logika 41

Aspek B: Pengambilan Perspektif 42

Aspek C: Bentwk dari Pertimbangan Moral 43

Aspek D: Kesadaran Sosial 44

Aspek E: Tempat Otoritas 44

Aspek F: BenUjk Koherensi dengan Dunia 45

Aspek G: Fung^i Simbolis 46

Figur dan Profil Pemhimbing 47

Analisis Figur Pembimbing Remaja yang Mempengaruhi 47Remaja dalaiP Tahap Perkembangan ImanSintesis-Konve nsional

Analisis Profil ̂ 'embimbing Remaja yang Mempengaruhi 51Remaja dalann Tahap Perkembangan ImanSintesis-Konvfipsional

Ringkasan 53

Page 6: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

IV

BAB EMPAT : FIGUR DAN PROFIL PEMBIMBING BAGI REMAJA DALAM 54MENGALAMI TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS-

KONVENSIONAL

Deskripsi Metodologi Penelitian 54

Tujuan Penelitian 54

Proses Wawancara 55

Pengembangan Pertanyaan Wawancara 55

Prosedur Wawancara 56

Hasll Wawancara 58

Hasil Wawancara Figur Pembimbing Remaja 58

Hasll Wawancara Profil Pembimbing Remaja 61

Figur Pembimbing bagi Remaja dalam Mengalami TahapPerkembangan Iman Sintesis-Konvensional 73

Orangtua yang Bertumbuh dalam Iman 73

Teman Sebaya yang Dapat Menjadi Sahabat 76

Pembina Remaja yang Mengeiti Kebutuhan Remaja 78

Figur Lainnya 79

Profil Pembimbing Remaja dalam Mengalami Tahap 80Perkembangan Iman Sintesis-Konvensional

Pembimbing yang Mempunyai 80Kedewasaan Kerohanian

Pembimbing yang Mempunyai Relasi 82yang Dekat dengan Remaja

Pembimbing yang Dapat Menjadi 85Model bagi Remaja

Page 7: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

Pembimbing yang Berziarah Bersama Remaja 88

di dalam Perjalanan Iman

Ringkasan 90

BAB LIMA: PENUTUP 92

Kesimpulan 92

Saran 94

BIBLIOGRAFI 95

LAMPIRAN 101

Page 8: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel

Tabel 1

Tabel 2

Tabel 3

Tabel 4

Tabel 5

Tabel 6

Tabel 7

Tabel 8

Tabel 9

Tabel 10

Tabel 11

Figur Pembimblng menurut Responden 1

Figur Pembimbing menurut Responden 2

Figur Pembimbing menurut Responden 3

Figur Pembimbing menurut Responden 4

Figur Pembimbing menurut Responden 5

Tingkat Frekuensi Figur Pembimbing Remaja

Profil Pembimbing menurut Responden 1

Profil Pembimbing menurut Responden 2

Profil Pembimbing menurut Responden 3

Profil Pembimbing menurut Responden 4

Profil Pembimbing menurut Responden 5

58

59

59

59

60

60

61

64

67

69

70

Gambar

Gambar Struktur Iman sebagai Relasi 16

VI

Page 9: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

BAB SATU

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan komunitas Kristen, orang-orang percaya mengakui bahwa

iman adalah pemberian Allah berdasarkan anugerah yang diberikan bagi orang yang

berdosa. Seperti yang tertulis dalam Ef. 2:8-9, "Sebab karena kasih karunia kamu

dlselamatkan oleh iman; itu bukan basil usahamu tetapi pemberian Allah, itu bukan

basil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." Firman Tuban yang

tertulis di dalam Alkitab menunjukkan penegasan bahwa iman diperoleb melalui

anugerah Allah. Tanpa anugerah Allah, tidak ada seorang pun yang dapat percaya

kepada Kristus dan memperoleh keselamatan.

Calvin dalam karyanya yang berjudul Institutes of the Christian Religion

memberikan definisi yang senada dalam memahami iman sebagai anugerah

pemberian Allah.i Demikian juga dengan pendapat dari Thomas Aquinas yang

mengakui bahwa iman merupakan anugerah Allah.2 Dengan iman, seseorang dapat

percaya bahwa Kristus adalah kebenaran sejati yang telah berinkarnasi ke dalam

dunia untuk memberikan penebusan bagi dosa-dosa manusia.

Sekalipun iman semata-mata merupakan pemberian Allah melalui karya Rob

Kudus yang memanggil, mempertobatkan, memberikan iman, membenarkan, dan

1- John Calvin, Institutes of the Christian Religion, terj. Henry Beveridee fGrand Rapids: WM.B. Eerdmans Publishing Company, 19^7), 69.

2- Thomas Aquinas, Summa Theologica (Maryland: Christian Classics, 1948), 1195.

Page 10: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

menguduskan orang percaya,^ namun, bukan berarti manusia tidak perlu

memberikan respons dan mempertanggungjawabkan iman yang diberi oleh Allah

kepadanya. Setiap orang Kristen seharusnya dapat bertumbuh di dalam iman agar

dapat semakln menyerupai Kristus. Seperti apa yang tertulis dl dalam surat Efesus,

"Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapi tersusun dan dilkat menjadi satu oleh

pelayanan semua baglannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota

menerlma pertumbuhannya dan membangun dirlnya dalam kasih (Ef. 4:16]."

Menurut Abineno, di dalam surat Efesus ini, Paulus memakai istilah pertumbuhan

dan pembangunan jemaat Istilah pertumbuhan menekankan pekerjaan Roh Kudus

dan istilah pembangunan menekankan aktivitas manusia,'^ namun, baglnya kedua-

duanya tetaplah menekankan pekerjaan Roh Kudus yang memakai manusia sebagai

alat supaya manusia dapat mencapai kedewasaan penuh di dalam Kristus.^

Kemudian, di dalam surat Kolose 2:6-7, "Kamu telah menerima Kristus Yesus,

Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu

berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh

dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah

dengan syukur." Di dalam bagian ini, Paulus berbicara kepada jemaat dl Kolose yang

telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Paulus

mengharapkan mereka dapat mempunyai pemahaman yang mendalam terhadap

injil yang memimpin kepada pertumbuhan di dalam kerohanian.e Tanpa adanya

3. Harun Hadiwijono, Iman Kristen (jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007). 395.4. J.L. Ch. Abineno, Pokok-Pokok Renting dari Iman Kristen CJakarta: BPK Gunung Mulia,

2008), 206.5. Abineno, Pokok-Pokok Renting dari Iman Kristen. 207.6- Marianne Meye Thompson, Colossians & Filenion: The Two Horizons New Testament

Commentaty (Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 2005), 51.

Page 11: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

keinginan dari seorang Kristen untuk mengalami pertumbuhan di dalam kerohanian

maka tidak akan terjadi kedewasaan kerohanian.

Kedewasaan kerohanian berkaitan dengan bagaimana seseorang dapat

menjadi beriman melalui anugerah Allah dan karya Roh Kudus di dalam dirinya

sesuai dengan kapasitas masing-masing orang. Adapun kapasitas menjadi beriman

berkaitan erat dengan proses perkembangan manusia.' Melalui penelitian ilmiah

yang dilakukan oleh Fowler untuk memahami bagaimana seseorang dapat beriman.

Fowler menjabarkan tentang pentingnya kehidupan iman seseorang sebagai realitas

kehidupan yang mempunyai tahap perkembangan iman. Fowler memperlihatkan

suatu skema yang memperlihatkan iman menurut tahap-tahap perkembangan

hidup manusia karena ia meyakini bahwa setiap orang menetapkan hatinya untuk

mempunyai keyakinan terhadap sesuatu atau seseorang.s Pokus pemikiran dari

Fowler adalah mengidentifikasi dan mendeskripsikan perkiraan bentuk

perkembangan tentang bagaimana seseorang dapat berpegang terhadap imannya.®

Dalam pemahaman Fowler, iman merupakan sebuah kata kerja, sebuah

tindakan aktif.^o Iman ini mengikuti perkembangan kognitif manusia dari bayi

sampai dewasa yang dibagi oleh Fowler menjadi tujuh tahap perkembangan iman.

Adapun tahap yang menjadi ciri dari remaja dapat dijelaskan oleh Fowler dalam

tahap yang dikenal dengan istilah sintesis-konvensional. Dalam tahap ini, sintesis

7. A. Supraktiknya, ed.. Teori Perkembangan Kepercayaan: Kaiya-karya penting James W.Fowler, terj. Agus Cremers (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 38-39.

8. Perry G. Downs, "The Power of Fowler," dalam Nurture That Is Christian ed. Wilhoit danDettoni (USA: Victor Books, 1995), 76.

9. Downs, "The Power of Fowler," dalam Nurture That Is Christian, ed Wilhoit dan Dettoni,76.

10. Robert Pazmino, Foundational Issues in Christian Education (USA: Baker Books, 1997),208.

Page 12: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

yang dimaksud adalah memadukan keyakinan dan nilai-nilai dari tahap sebelumnya

menjadi semacam perspektif yang koheren, sedangkan konvensional yang dimaksud

adalah tlndakan mengadopsi sistem kepercayaan dan bentuk-bentuk dari

komunitas.il Di dalam tahap ini, remaja mulai mampu merefleksikan pemikirannya

dalam memutuskan untuk beriman. Allah dilihat sebagai teman baik yang masuk

dalam relasi kehidupannya secara pribadi.12 Tindakan yang dilakukan oleh remaja

dalam tahap Inl, juga tidak pernah lepas dari memadukan keyakinan dan nilai-nilai

dari gambaran-gambaran orang lain yang telah membentuk kehidupannya serta

mengadopsi sistem kepercayaan dari komunitas.i^ Inilah yang merupakan

pandangan dari Fowler terhadap tahap perkembangan iman sintesis-konvensional.

Di dalam usla remaja, remaja mengalami masa transisi antara anak-anak

menuju dewasa berawal dari 10-13 tahun dan berakhir di usia 18-22 tahun. Dalam

masa inilah, remaja mempunyai keunikan yang berbeda dengan orang dewasa dan

anak-anak. Usia remaja merupakan usia yang penuh dengan resiko karena

banyaknya pilihan dalam membangun identitas, keyakinan, dan keahlian dalam

menjalani kehidupan.i'^ Selain itu, dalam masa transisi ini, terjadi perubahan

biologis, kognitif, dan sosial dalam diri remaja.i^

Perubahan-perubahan ini membuat remaja perlu mengambil keputusan

penting dalam hidupnya untuk meninggalkan iman kanak-kanak (mitis-harfiah)

11. Downs. "The Power of Fowler," dalam Nurture That Is Christian, ed. Wilhoit dan Dettoni,78.

12. Wesley Black, Introduction to Youth Ministry (Nashville: Broadman and HolmanPublishers, 1991), 109.

13. James W. Fowler, Stages of Faith: The Psychology of Human Development and The Questfor meaning (San Francisco: HarperCollins, 1981), 154.

14. Frances Anderson, "Adolescent Development," dalam Nurture That Is Christian, ed.Wilhoit dan Dettoni, 160.

15. John W. Santrock, Ado/«cence; Perkembangan Remaja Qakarta: Erlangga, 2003), 31.

Page 13: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

menuju kepada tahap iman sintesis-konvensional. Hal ini dapat terjadi bukan hanya

karena keputusan pribadi remaja melainkan juga dipengaruhi dari luar sepeiti

kelompok sebaya, pola perilaku sosial, pengelompokan sosial, nilai yang baru dalam

pemilihan teman, pengaruh dari pemlmpin, dan juga dukungan soslal.i^ Di bagian

Inilah. pembimbing mempunyal peranan untuk menjelaskan dan membimblng

remaja supaya memahami tentang iman. Dengan harapan, melalui pertolongan dari

pembimbing, remaja dapat memahami tentang apa artinya menjadi seorang Kristen

serta mampu mengambil komitmen yang konsisten sebagai pengikut Kristus dan

tidak lagi mengambil keputusan untuk beriman karena orang lain.^^

Adapun pembimbing yang penulis maksud dalam skripsi ini adalah orang-

orang yang usianya lebih dewasa dari remaja dan teman sebaya sesuai dengan teori

Fowler.i® Di samping itu, pembimbing merupakan orang-orang yang dekat dengan

remaja, dapat menjadi teladan, dan mempunyal beban khusus dalam melayani

remaja untuk mengarahkan dan membimbing remaja supaya tidak salah arah-i^

Namun, tidak semua orang dewasa dapat menjadi pembimbing yang sesuai dengan

harapan remaja bahkan lebih banyakyang tidak dapat20 Jika demikian, siapakah

figur dan seperti apakah profil yang dapat menjadi pembimbing dalam membimbing

remaja untuk berada dalam tahap perkembangan iman sintesis-konvensional?

16. Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang RentangKehidupan Edisi Kelima (Jakarta: Erlangga, 2000), 240.

17. Black,i4n Introduction to Youth Ministry, 110-111.18. Agus Cremers, Tahap-Tahap Perkembangan Kepercayaan MenurutJames W. Fowler:

Sebuah Gagasan Baru dalam Psikologi Agama, ed. Supratiknya (Yogyakarta: Kanisius. 1995), 143.19. Craig Dykstra, "Agenda for Youth Ministry; Problems, Questions, and Strategies," dalam

Reading and Resources in Youth Ministry, ed. Michael Warren (Winona: Saint Mary's Press, 1987), 87-88.

20. Wayne Rice. Junior High Ministry: A Guide Bookfor the Leading and Teaching of EarlyAdolescents (Grand Rapids: Zondervan, 1982), 115.

Page 14: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

Pokok Permasalahan

Dalam penelitian ini, pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Di dalam kekristenan, iman sebagai anugerah seringkali lebih ditekankan

dlbandingkan dengan iman yang dijelaskan Fowler sebagai kapasitas

manusia untuk beriman. Iman sebagai anugerah Allah di dalam

pemahaman teologis memang tidak dapat dibantah lagi. Tetapi, di dalam

diri manusia juga terdapat kapasitas beriman yang memungkinkan

manusia untuk dapat berespons terhadap Allah. Namun, pemahaman

iman sebagai kapasitas manusia untuk beriman dan memberi respons

kepada Allah setelah menerima anugerah dariNya seringkali tidak

diperhatikan.

2. Berdasarkan penelitian Fowler, remaja di dalam usianya seharusnya

berada dalam tahap iman sintesis-konvensional yang mampu

merefleksikan kepercayaannya dengan menggambarkan Allah sebagai

figur teman baikyang masuk dalam relasi dengan dirinya. Namun

seringkali tahap ini tidak dapat dicapai karena adanya hambatan-

hambatan.

3. Fowler telah mencetuskan tahap perkembangan iman dimana di

dalamnya terdapat tahap perkembangan iman sintesis-konvensional bagi

remaja yang dipengaruhi oleh figur tertentu. Figur tersebut akan

mempengaruhi apa yang terjadi dalam hal perkembangan iman. Namun,

figur dan profil seperti apakah yang dapat mempengaruhi perkembangan

Page 15: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

iman sintesis-konvensional remaja? Untuk itu, diperlukan kajian yang

cermat untuk mengidentifikasi figur dan profil pembimbing yang

mempengaruhi tersebut.

Tujuan penulisan

Tujuan penulisan dan penelitian skrlpsl ini adalah :

1. Mengemukakan pandangan teologls tentang iman sebagai anugerah dari

Allah dan kapasitas beriman yang memungkinkan manusia untuk dapat

berespons terhadap Allah.

2. Memaparkan tahap perkembangan iman remaja melalui kajian terhadap

tahap perkembangan iman sintesis-konvensional dalam teori

perkembangan iman Fowler.

3. Mendeskripsikan figur dan profil pembimbing yang seharusnya ada

dalam pelayanan remaja. Pendeskripsian ini khususnya ditujukan untuk

setiap orang percaya yang terbeban untuk membimbing remaja.

Pembatasan penulisan

Beberapa pembatasan masalah yang ada dalam skripsi ini sesuai dengan

tujuan penulisan. Fenulis akan melakukan pembatasan definisi iman dari perspektif

praktika berupa kapasitas beriman yang bertindak aktif yang berkaitan dengan

proses seseorang dapat menjadi percaya. Kemudian, penulis mengidentifikasi dan

Page 16: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

mendeskripsikan perkembangan iman dalam perspektif James W. Fowler.

Selanjutnya, penulis akan melakukan pembatasan definisi iman dalam perspektif

teologi yang berkaitan dengan apa yang dipercayai sebagai anugerah dari Allah.

Penulis juga akan melakukan pembatasan tahap perkembangan iman dengan

khusus membahas tahap perkembangan iman sintesis-konvensional bagi remaja.

Pembahasan berkaitan dengan keyakinan dan nilai-nilai yang dikaitkan dengan

tindakan mengadopsi sistem kepercayaan dan bentuk-bentuk dari figur dan profil

pembimbing yang mempengaruhi remaja. Kemudian, penulis akan melakukan

penelitian dengan wawancara kepada lima orang remaja dalam kategori usia 14-18.

Wawancara ini bertujuan untuk mengkaji perkembangan iman sintesis-

konvensional.

Setelah menganalisis dan mengumpulkan informasi dari lima orang remaja

berdasarkan teori Fowler mengenai tahap perkembangan iman. Penulis melakukan

analisis dan memberikan usulan yang secara khusus ditujukan untuk pembimbing

di rumah, sekolah, gereja, dan komunitas orang percaya yang terbeban untuk

membimbing remaja agar dapat mempunyai kriteria, peranan, dan nilai-nilai dasar

sebagai pembimbing yang mampu memimpin dan membimbing remaja sesuai

dengan tahap perkembangan iman sintesis-konvensional.

Metode penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode penulisan yang

meliputi studi pustaka dengan mengumpulkan fakta dan data-data melalui literatur

Page 17: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

pendukung seperti buku, artikel-artikel, dan jurnal yang berkaitan dengan skripsi

ini untuk menguji pandangan awal yang telah diperkirakan. Selain itu, penulis

menggunakan metode wawancara dengan lima orang remaja untuk mendapatkan

data-data sesuai dengan penelltlan penulis. Kemudian, penulis akan melakukan

analisis dengan bantuan buku-buku teologi dan disiplin ilmu lain yang berkaitan

dengan penelitian penulis dan penulisan skripsi ini.

Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang dijabarkan sebagai berikut:

Bab satu, pendahuluan yang berisi: latar belakang masalah, pokok permasalahan,

tujuan penulisan, pembatasan penulisan, metode penulisan, dan sistematika

penulisan.

Bab dua, mengidentifikasi dan mendeskripsikan perkembangan iman dalam

perspektif James W. Fowler, definisi iman dalam perspektif Fowler, struktur dan

tahap perkembangan iman Fowler, penjelasan tentang iman yang bertindak aktif

yang berkaitan dengan proses seseorang dapat menjadi percaya, kritik terhadap

pemikiran Fowler, iman dalam perspektif teologi Kristen, hakikat iman sebagai

anugerah, pandangan teolog tentang iman, dan titik temu perkembangan Iman

Fowler dan pemahaman Iman Kristen.

Bab tiga, mengkaji teori James W. Fowler mengenai tahap perkembangan

iman sintesis-konvensional, kriteria tahap sintesis-konvensional yang melibatkan

aspek bentuk logika, pengambilan perspektif, bentuk dan pertimbangan moral.

Page 18: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

10

kesadaran sosial, tempat otoritas, bentuk koherensi dengan dunia, dan fungsi

simbolis. Kemudian, analisis figur dan profil pembimbing remaja yang

mempengaruhi remaja dalam tahap perkembangan iman sintesis-konvensional.

Bab empat, penulis memaparkan basil peneiitian melalui wawancara dengan

lima orang remaja dalam mengkaji tahap perkembangan iman sintesis-

konvensional, mengindentifikasi, dan mendeskripsikan figur dan profil pembimbing

untuk mengkorfimasi studi pustaka yang berkaitan dengan figur dan profil

pembimbing untuk membimbing remaja dalam mengalami tahap perkembangan

iman sintetis-konvensional.

Bab lima, bagian penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

Page 19: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

BAB LIMA

PENUTUP

Kesimpulan

James W. Fowler mencetuskan teori perkembangan iman berdasarkan

penelitian yang telah dilakukannya. Teori perkembangan iman menunjukkan bahwa

di dalam diri manusia terdapat kapasitas beriman yang dapat berkembang. Adapun

teori perkembangan iman berlaku universal dan tidak hanya spesifik untuk agama

tertentu saja. Di dalam pemahamannya. Fowler tidak menyangkali tentang

keberadaan anugerah dari Allah yang memberikan keselamatan melalui Yesus

Kristus atas karya Roh Kudus. Fowler mengakui bahwa di dalam kekristenan, setiap

orang membutuhkan anugerahNya untuk beriman. Namun, kebanyakan orang

Kristen tidak memahami tentang imannya sehingga mereka hanya merasa cukup

dengan beriman saja. Padahal, Allah menglnginkan agar setiap manusia yang telah

nienerima anugerah keselamatan, dapat meresponinya dengan tanggung-jawab dan

berusaha untuk mengenal Allah secara personal dan mendalam.

Fowler memberikan altematif pendekatan dalam mengajarkan iman kepada

orang-orang Kristen agar mereka tidak hanya berhenti menjadi bayi rohani saja

melainkan dapat bertumbuh di dalam pengetahuan akan Allah. Pengetahuan akan

Allah diperlukan oleh setiap orang percaya yang telah diselamatkan melalui karya

Kristus di atas kayu salib. Melalui teori Fowler inilah, penulis mendasari penelitian

yang dilakukan terhadap remaja untuk memahami iman remaja.

Page 20: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

93

Fowler menyebut tahap perkembangan iman remaja dengan sebutan

sintesis-konvensional. Iman sintesis-konvensional merupakan iman yang

mensintesiskan nilai-nilai dan informasi untuk menyediakan dasar untuk indentitas

dan pandangan berdasarkan otorltas konvensional. Namun, tidak semua remaja

dapat mengalami tahap sintesis-konvensional karena mengalami hambatan-

hambatan seperti ketiadaan model untuk ditiru. Oleh karena itu, mereka

membutuhkan figur yang menjadi model tersebut Sebab, Figur inilah yang akan

memberikan pengaruh dalam perkembangan iman sintesis-konvensional.

Berdasarkan teori Fowler, penulis melakukan penelitian lapangan dengan

melakukan wawancara terhadap lima responden remaja. Melalui analisis

wawancara, penulis dapat menyimpulkan bahwa di dalam kehldupan remaja,

remaja membutuhkan figur pembimbing. Hal ini dapat terlihat melalui jawaban

yang disampaikan oleh kelima responden berdasarkan pertanyaan yang penulis

tanyakan selama wawancara. Figur pembimbing yang diperlukan adalah orang-

orang yang dekat dengan remaja seperti orangtua, kelompok teman

sebaya/kelompok kecil, pembina remaja, kakak kandung, kakak pemimpin

kelompok kecil/kakak pembimbing, guru, dan gembala sidang. Kemudian, profil

pembimbing yang diperlukan remaja, yaitu pembimbing yang mempunyai relasi

yang dekat dengan remaja, pembimbing yang mempunyai kedewasaan kerohanian,

pembimbing yang dapat menjadi model bagi remaja, dan pembimbing yang

berziarah di dalam perjalanan iman bersama remaja.

Page 21: KAJIAN TENTANG TAHAP PERKEMBANGAN IMAN SINTESIS

94

Saran

Penuiis memberikan beberapa saran untuk melakukan risetlanjutan

terhadap tema yang telah dibahas di dalam skripsi ini:

1. Penelitian yang penuiis lakukan terhadap tahap perkembangan iman

sintesls-konvensional hanya menelusuri figur dan profil pembimbing remaja

melalui wawancara terhadap lima orang responden remaja. Penuiis berharap

untuk penelitian lanjutan dapat membahas lebih dalam tentang

pembelajaran iman khususnya figur pembimbing rohani bagi remaja.

2. Wawancara yang penuiis lakukan hanya terbatas terhadap responden

remaja. Ada baiknya pada penelitian lanjutan dapat dilakukan proses

wawancara kepada figur pembimbing rohani yang telah memenuhi kriteria

tersebut Hal ini diperlukan supaya melalui wawancara terhadap figur

pembimbing dapat diketahui bagaimana menjadi figur dengan profil yang

memenuhi kriteria sebagai seorang pembimbing bagi remaja.

3. Proses pembentukan remaja dipengaruhi oleh pembimbing yang berperan

sebagai model. Harapan penuiis, pada penelitian lanjutan, model yang

dimaksudkan oleh Fowler dapat diperdalam lagi khususnya yang berkaitan

dengan pembelajaran terhadap pemaknaan hidup dalam aspek kerohanian.

4. Figur dengan profil pembimbing yang diharapkan memang diperlukan dalam

pelayanan. Tetapi, ada baiknya jika di dalam penelitian lanjutan juga

mengupas lebih dalam berkenaan dengan kekurangan dari figur pembimbing

serta solusi praktis yang mendalam dalam mengatasi kekurangan tersebut.