kajian sosiolinguistik tingkat kedwibahasaan …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf ·...

174
i KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA DI LUAR PEMBELAJARAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh: Zella Sekar Arum Putri 151224025 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 04-Nov-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

i

KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP UNIVERSITAS

SANATA DHARMA YOGYAKARTA DI LUAR

PEMBELAJARAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

Zella Sekar Arum Putri

151224025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

iv

MOTO

“Tidak ada yang jelek dan yang bagus, Allah maha menghargai orang yang mau

belajar dan berusaha”

(Melly Goeslaw)

“Tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai seperti membalikan telapak tangan.

Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras.”

(Chairul Tanjung)

“Pengalaman tidak bisa dipelajari, tetapi harus dilalui.”

(B.J Habibie)

“Hal paling jenius yang kita lakukan adalah tidak menyerah.”

(Jay-Z)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu membimbing, mencintai, menyertai,

dan menjamah doa serta hidup penulis.

2. Kedua orang tua saya, Sudarmaji dan Konik Muji Slamet yang tetap setia,

sabar mendidik dan mendukung saya hingga mampu menyelesaikan

pendidikan penulis.

3. Kakak saya, Stefanus Agri Karuniawan dan Bernadeta Elshinta Kurniati

yang selalu sabar membimbing, memberikan dukungan, dan motivasi

kepada penulis.

4. Sahabat-sahabat saya yang memberikan dukungan, dorongan, dan

semangat tiada henti kepada penulis.

5. Almamater saya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Kajian Sosiolinguistik

Tingkat Kedwibahasaan Mahasiswa PBSI Angkatan 2015, FKIP Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta di Luar Pembelajaran” dapat peneliti selesaikan

dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis

menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan bukan hanya karena

kerja keras penulis, melainkan juga berkat bimbingan, dukungan, doa, dan saran

dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pada

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang begitu sabar dalam memantau

perkembangan skripsi penulis, memberikan motivasi dan saran yang

membangun terhadap penyelesaian skripsi penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

ix

4. Prof. Dr. Pranowo., M.Pd., selaku dosen pembimbing yang sudah sabar

dalam membimbing dan memberikan saran serta kritik yang membangun,

sehingga peneliti termotivasi untuk menyelesaikan skripsi.

5. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen triangulator yang telah

bersedia meluangkan waktu, pemikiran, dan tenaga guna memeriksa data

triangulasi penelitian penulis.

6. Segenap dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik dan

memberikan kepada penulis dengan sepenuh hati.

7. Theresia Rusmiyati, selaku karyawan sekretariat prodi PBSI yang dengan

sabar memberikan pelayanan administratif kepada penulis dalam

menyelesaikan berbagai urusan administrasi.

8. Segenap staf dan karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang telah memberikan pelayanan yang baik.

9. Kedua orang tua, Sudarmaji dan Konik Muji Slamet yang selau setia

mencintai, menyayangi, memberikan dukungan, memberikan dorongan

semangat, dan doa tanpa pamrih.

10. Kakak saya, Stefanus Agri Karuniawan dan Bernadeta Elshinta Kurniati

yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam penyelesaian

skripsi penulis.

11. Sahabat dan teman-teman saya yang telah memberikan saya motivasi dan

memberikan dorongan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

xi

ABSTRAK

Putri, Zella Sekar Arum. 2019. Kajian Sosiolinguistik Tingkat Kedwibahasaan

Mahasiswa PBSI Angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta di Luar Pembelajaran. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma.

Penelitian ini membahas penggunaan kedwibahasaan dalam kajian

Sosiolinguistik di Luar Pembelajaran Mahasiswa PBSI Angkatan 2015, FKIP

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tujuan utama penelitian untuk

mengetahui penggunaan kedwibahasaan dalam kajian sosiolinguistik di luar

pembelajaran pada mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Berdasarkan tujuan umum tersebut, disusun tujuan khusus

sebagai berikut. Tujuan selanjutnya untuk mendeskripsikan tingkat

kedwibahasaan dalam kajian sosiolinguistik di luar pembelajaran pada mahasiswa

PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini sebagai penelitian deskriptif kualitatif sesuai dengan data

penelitian dan tujuannya. Data penelitian ini adalah tuturan lisan para mahasiswa

PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Data yang

dimaksud berupa tuturan atau kalimat yang diduga mengandung tingkat

kedwibahasaan dalam penggunaan kedwibahasaan. Metode pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian berupa metode simak (pengamatan atau

observasi) dan metode cakap (wawancara). Teknik pengumpulan data

menggunakan teknik sadap dan teknik lanjutan (teknik simak bebas libat cakap,

teknik catat, teknik rekam). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah identifikasi, klasifikasi, interpretasi/pemaknaan, dan mendeskripsikan.

Hasil penelitian ditemukan bahwa memang terdapat penggunaan

kedwibahasaan di luar pembelajaran pada mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP

Universitas Sanata Dharma. Peneliti telah menganalisis tiga tingkat

kedwibahasaan yaitu tingkat kedwibahasaan subordinatif, tingkat kedwibahasaan

koordinatif, dan tingkat kedwibahasaan majemuk. Berdasarkan hasil analisis data

tuturan penelitian dapat dibuktikan bahwa sebagian besar pengguna

kedwibahasaan adalah tingkat kedwibahasaan subordinatif. Pertama, tingkat

kedwibahasaan subordinatif dalam percakapan terdapat empat puluh dua data.

Kedua, tingkat kedwibahasaan koordinatif dalam percakapan terdapat enam data.

Ketiga, tingkat kedwibahasaan majemuk dalam percakapan terdapat tiga data.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan pengetahuan

mengenai kajian sosiolinguistik tingkat kedwibahasaan mahasiswa PBSI angkatan

2015, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di luar pembelajaran.

Kata kunci: tingkat kedwibahasaan subordinatif, tingkat kedwibahasaan

koordinatif, dan tingkat kedwibahasaan majemuk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

xii

ABSTRACT

Putri, Zella Sekar Arum. 2019. Sociolinguistic Study of the Level of Bilingualism

of the Student of PBSI 2015, FKIP Sanata Dharma University Yogyakarta

Outside of Learning. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature

Education, Teacher Training and Education Faculty, Sanata Dharma

University.

This study discussed the use of bilingualism in the Sociolinguistic Study

Outside of the learning process of PBSI Student Batch 2015, FKIP Sanata

Dharma University Yogyakarta. The main objective of the study was to find out

the use of bilingualism in sociolinguistic studies outside of the learning process in

PBSI students of class 2015, FKIP Sanata Dharma University Yogyakarta. Based

on these general objectives, specific objectives were prepared as follows. The

specific objective was to describe the level of bilingualism in sociolinguistic

studies outside the learning process of PBSI students batch 2015, FKIP Sanata

Dharma University, Yogyakarta.

This research was a qualitative descriptive study according to the research

data and its objectives. The data of this study were oral speeches of PBSI students

batch 2015, FKIP Sanata Dharma University Yogyakarta. The intended data was

in the form of utterances or sentences that were assumed containing a degree of

bilingualism in bilingual usage. Data collection method in this research were

referring methods (observation) and proficient methods (interviews). The data

collection technique for this research used advanced and tapping techniques

(referring to skillful free technique, note-taking techniques, recording techniques).

The data analysis technique used in this study were identification, classification,

interpretation / meaning, and describing.

The results of the study found that there was indeed a bilingualism usage

outside of learning process in PBSI students batch 2015, FKIP Sanata Dharma

University. The researcher analyzed three levels of bilingualism, namely

subordinate bilingualism, coordinative bilingualism, and multiple bilingualism.

Based on the results of analysis of research speech data it could be proven that

the majority of bilingual users are subordinate bilingualism. First, the level of

subordinated kedmanship in conversation involves fourty two data. Second, the

level of coordination of conversation are six data. Thrid, the rate of coumpound

linguistic mastery in converstation is that of three data. This research is expected

to be able to contribute and knowledge about sociolinguistic study of the level of

bilingualism of the student of PBSI 2015, FKIP Sanata Dharma University

Yogyakarta outside of learning.

Keywords: subordinate bilingualism level, coordinative bilingualism level, and

multiple bilingualism level.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN .................................. Error! Bookmark not defined.

MOTO ................................................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN DATA...................... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .... Error! Bookmark

not defined.

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

ABSTRAK ............................................................................................................ xi

ABSTRACT .......................................................................................................... xii

DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5

1.5 Batasan Istilah ............................................................................................... 6

1.6 Sistematika Penyajian .................................................................................... 8

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN ....................................................................... 9

2.1 Penelitian yang Relevan ................................................................................ 9

2.2 Landasan Teori ............................................................................................ 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

xiv

2.2.1 Pengertian Sosiolinguistik .................................................................... 12

2.2.2 Konteks Sosial ...................................................................................... 15

2.2.3 Kedwibahasaan ..................................................................................... 19

2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................. 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 30

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 30

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ................................................................ 31

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 31

3.4 Instrumen Penelitian .................................................................................... 34

3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................... 34

3.6 Triangulasi ................................................................................................... 36

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ......................................... 37

4.1 Deskripsi Data ............................................................................................. 37

4.2 Analisis Data ............................................................................................... 39

4.3 Pembahasan ................................................................................................. 69

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 72

5.1 Simpulan ...................................................................................................... 72

5.2 Saran ............................................................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 76

LAMPIRAN ......................................................................................................... 78

BIOGRAFI PENULIS ...................................................................................... 157

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.3 Kerangka Berpikir ..................................................................... 29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Triangulasi .......................................................................................... 79

Hasil Triangulasi .......................................................................................... 80

Hasil Wawancara ......................................................................................... 144

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini akan memaparkan (a) latar belakang, (b) rumusan

masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) batasan istilah, (f)

sistematika penelitian. Paparan selengkapnya akan disampaikan sebagai berikut.

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan bagian dari alat komunikasi seseorang dalam

kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa nasional yang

digunakan oleh negara Indonesia. Namun, adanya beberapa daerah di Indonesia

yang tersebar luas, masyarakat Indonesia memiliki bahasa daerah yang digunakan

dalam kegiatan tidak resmi. Tutur kata yang beragam serta memiliki keunikan

masing-masing dalam pengucapan, mengakibatkan masyarakat Indonesia yang

menggunakan dua bahasa seperti bahasa Indonesia dan bahasa daerah secara

bergantian.

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa orang Indonesia merupakan

dwibahasawan, bahkan biasa disebut multibahasawan. Hal ini tampak dari

penggunaan dua bahasa atau bahkan lebih yang digunakan oleh sebagian besar

masyarakat Indonesia. Keadaan semacam itu menyebabkan bahasa komunikasi

sehari-hari digunakan lebih dari satu bahasa oleh masyarakat Indonesia.

Kedwibahasaan dapat terjadi pada setiap masyarakat yang mengenal dan

menggunakan dua bahasa. Bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua yang

dikuasai dalam masyarakat Indonesia setelah bahasa daerah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

2

Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan pada mahasiswa PBSI, FKIP

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta menunjukkan bahwa mereka

menggunakan lebih dari satu bahasa. Mereka sering menggunakan bahasa daerah

dan bahasa Indonesia, bahkan lebih sering menggunakan bahasa daerah untuk

kegiatan tidak resmi pada situasi dan kondisi tertentu. Maka dapat disimpulkan

bahwa mereka merupakan dwibahasawan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Pranowo (2014:103) yang mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia pada

umumnya tergolong masyarakat dwibahasa. Mereka menguasai bahasa pertama

(B1) bahasa daerah dan bahasa kedua (B2) bahasa Indonesia. Berkaitan dengan

hal tersebut, mahasiswa sering menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia

dalam proses komunikasi sehari-hari.

Fenomena kedwibahasaan dapat terjadi dalam lingkungan pendidikan,

baik pendidikan yang berada di daerah perkotaan ataupun pinggiran perkotaan.

Universitas Swasta Sanata Dharma Yogyakarta prodi PBSI memiliki

dwibahasawan yang beraneka ragam dalam penggunaan kedwibahasan dengan

sesama teman saat bercakap-cakap ataupun bergaul di sekitar lingkungan sosial.

Hal tersebut membuat si peneliti antusias untuk mengkaji penelitian ini dibidang

sosiolinguistik.

Sosiolinguistik merupakan salah satu ilmu bahasa yang mengkaji bahasa

dalam kemasyarakatan, hubungan bahasa dengan apa yang terjadi dalam

masyarakat tutur. Hal itulah penggunaan bahasa diamati secara sosial bukan

secara individu, sehinga penulis akan membahas tentang “kajian sosiolinguistik

tingkat kedwibahasaan mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

3

Dharma Yogyakarta di luar pembelajaran”. Tingkat kedwibahasaan mahasiswa

PBSI Angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dapat

ditemukan dalam kegiatan berdiskusi, istirahat di kantin, dan kegiatan sosial di

sekitar lingkungan Universitas Sanata Dharma.

Komunikasi yang digunakan dalam percakapan yaitu bahasa yang bersifat

santai atau tidak resmi, dengan alasan lebih sering digunakan dalam kegiatan

sehari-hari serta memiliki tujuan untuk menciptakan suasana yang akrab dengan

lawan bicara. Hal tersebut menimbulkan tingkat kedwibahasaan yang muncul

akibat penggunaan dua bahasa atau lebih. Bahasa yang sering digunakan dalam

komunikasi santai oleh mahasiswa misalnya bahasa Jawa dan bahasa Indonesia

yang digunakan secara bergantian saat melakukan percakapan akrab atau santai.

Adapun tingkat kedwibahasaan diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu tingkat

kedwibahasaan subordinatif, tingkat kedwibahasaan koordinatif, dan tingkat

kedwibahasan majemuk. Hal tersebut akan menjadi topik bahasan pada penelitan.

Harapannya dengan adanya penelitian ini, kajian sosiolinguistik dalam

penggunaan kedwibahasaan pada mahasiswa PBSI 2015, FKIP Universitas Sanata

Dharma dapat terpecahkan dengan rumusan masalah yang akan diteliti oleh

peneliti. Hal tersebut semoga bermanfaat bagi informasi pengetahuan mahasiswa

prodi PBSI maupun luar prodi sekaligus. Kedepannya peneliti akan meneliti

kedwibahasaan mahasiswa kurang lebih selama empat bulan. Besar harapannya

penelitian bisa dilakukan untuk mahasiswa PBSI angkatan 2015 untuk

mendapatkan data tuturan dan latar belakang penggunaan kedwibahasaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, disusun rumusan masalah

utama “bagaimanakah kajian sosiolinguistik tingkat kedwibahasaan

mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta di luar pembelajaran?”. Oleh karena itu, atas dasar rumusan

masalah utama di atas, disusun submasalah sebagai berikut.

a. Bagaimanakah tingkat kedwibahasaan subordinatif yang digunakan oleh

mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta di luar pembelajaran?

b. Bagaimanakah tingkat kedwibahasaan koordinatif yang digunakan oleh

mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta di luar pembelajaran?

c. Bagaimanakah tingkat kedwibahasaan majemuk yang digunakan oleh

mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta di luar pembelajaran?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui kajian sosiolinguistik

tingkat kedwibahasaan mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta di luar pembelajaran. Berdasarkan tujuan umum tersebut,

disusun tujuan khusus sebagai berikut.

a. Mendeskripsikan tingkat kedwibahasaan subordinatif yang digunakan oleh

mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta di luar pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

5

b. Mendeskripsikan tingkat kedwibahasaan koordinatif yang digunakan oleh

mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta di luar pembelajaran.

c. Mendeskripsikan tingkat kedwibahasaan majemuk yang digunakan oleh

mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta di luar pembelajaran.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian dari hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil dari penelitian ini sekiranya dapat dijadikan salah satu

referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan ranah

yang sama. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman peneliti lain

yang menkaji tentang kedwibahasaan dengan metode penelitian yang berbeda,

sumber, ataupun data yang berbeda. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk

menambah kekayaan pada kajian sosiolinguistik khususnya dalam bidang

kedwibahasaan.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi

wawasan baru untuk mengadakan penelitian lanjutan lebih mendalam,

khususnya dalam bidang kedwibahasaan. Penelitian ini diharapkan dapat

menjadi masukan bagi mahasiswa dalam penggunaan kedwibahasaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

6

sehingga dapat menunjang komunikasi yang baik, serta untuk memperoleh

hasil dari penggunaan kedwibahasaan dalam kajian sosiolinguistik.

1.5 Batasan Istilah

Batasan istilah ini dituliskan untuk memberikan pemahaman yang sama

antar peneliti dengan pembaca. Batasan dari batasan istilah yang ada dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Sosiolinguistik

Chaer (2003: 16) “sosiolinguistik adalah subdisiplin linguistik yang

mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaiannya di masyarakat.

Sosiolinguistik ini merupakan ilmu interdisipliner antara sosiologi dan

linguistik.”. Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan

linguistic, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan yang erat.

Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu berlangsung dan

tetap ada. Sedangkan linguistik berusaha mempelajari mengenai bahasa.

b. Kedwibahasaan

Chaer (2004:84) Bilingualisme dalam bahasa Indonesia disebut

kedwibahasaan. Istilah yang dikemukakan oleh Chaer, dapat dipahami bahwa

bilingualisme atau kedwibahasaan berkenaan dengan pemakaian dua bahasa

secara bergantian oleh seorang penutur dalam aktivitasnya sehari-hari atau

interaksi sosialnya. Bilingualisme dapat diartikan sebagai pengguna dua

bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara

bergantian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

7

c. Pengukur Kedwibahasaan

Mackey (dalam Pranowo, 2014:113) megemukakan pengukuran

kedwibahasaan dapat dilakukan melalui beberapa aspek, yaitu a) aspek

tingkat, b) aspek fungsi, c) aspek pergantian, dan d) interferensi. Tingkat

kedwibahasaan adalah sesorang yang mampu menjadi seorang

dwibahasawan. Fungsi kedwibahasaan adalah pengertian untuk apa

seseorang menggunakan bahasa dan apa peranan bahasa dalam kehidupan

pelakunya. Pergantian adalah pengukuran terhadap seberapa jauh pemakai

bahasa mampu berganti dari satu bahasa ke bahasa lain. Interferensi, adanya

saling mempengaruhi antarbahasa.

d. Konteks Sosial

Mey (dalam Rahardi 2003:15) konteks sosial merupakan konteks

kebahasaan yang timbul sebagai akibat dari munculnya komunikasi dan

interaksi antar anggota masyarakat dengan latar belakang sosial budaya

yang sangat tertentu sifatnya. Konteks sosial dapat diartikan sebagai

konteks yang menimbulkan adanya komunikasi dengan menitikberatkan

tuturan atau percakapan yang dilakukan oleh seseorang membentuk suatu

gambaran pada konteks sosial. Konteks sosial berguna untuk

melatarbelakangi suatu tuturan atau percakapan yang terjadi.

e. Klasifikasi Tingkat Kedwibahasaan

Pranowo (dalam Weinreich, 1953:105-107) Kedwibahasaan dibedakan

berdasarkan tingkat yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu kedwibahasaan

koordinatif, kedwibahasaan subordinatif, dan kedwibahasaan majemuk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

8

Kedwibahasaan koordinatif adalah kedwibahasaan yang menunjukan bahwa

pemakaian dua bahasa sama-sama baiknya oleh seorang individu.

Kedwibahasaan subordinatif adalah kedwibahsaan yang menunjukan bahwa

seorang individu pada saat memakai B1 sering memasukan unsur B2 atau

sebaliknya. Kedwibahasaan majemuk adalah kedwibahasaan yang

menunjukan bahwa kemampuan berbahasa salah satu bahasa lebih baik

daripada kemampuan berbahasa bahasa yang lain.

1.6 Sistematika Penyajian

Proposal ini terdiri dari lima bab yang diuraikan secara sistematis sebagai

berikut. Bab I menggunakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II

berisi mengenai kajian teori. Bab ini menguraikan penelitian yang relevan,

landasan teori, dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang

penelitian yang sejenis dan memiliki topik yang sama. Landasan teori berisi

uraian mengenai sosiolinguistik, kedwibahasaan, pengukuran kedwibahasan,

konteks, dan tingkat kedwibahasaan. Bab III berisi tentang metode penelitian. Bab

ini menguraikan jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, sumber data dan

data penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

triangulasi, teknik analisis data. Bab IV berisi tentang pembahasan yang berkaitan

dengan hasil penelitian. Bab V adalah bagian bab terakhir yang berisi tentang

kesimpulan terkait dengan hasil penelitian yang disertai dengan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

9

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan untuk pembelajaran kedwibahasaan dalam kajian

sosiolinguistik terhadap prodi PBSI belum pernah dilakukan. Namun, skripsi yang

mengkaji mengenai bidang sosiolinguistik pernah dilakukan oleh Hermi Murwanti

pada tahun (2002) di Universitas Sanata Dharma dengan judul Variasi Rubrik-

Rubrik Pada Media Sekolah Menengah Umum Di Kotamadya Yogyakarta Dan

Relevansinya Dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMU: Suatu Tinjaun

Sosiolinguistik. Pada skripsi tersebut peneliti memiliki kesamaan menggunakan

kajian sosiolinguistik, sedangkan perbedaannya terletak pada sasaran, subjek yang

dikaji, dan temuan hasil penelitian, dan rumusan masalah.

Penelitian yang disusun oleh Welsi Damayanti pada tahun (2014) di

Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul Penggunaan Kedwibahasaan

Sebagai Media Komunikasi Penjual Asesoris Toko Rock Stuff Plaza Parahyangan

Bandung. Penelitian tersebut mendiskripsikan kebiasaan penggunaan bahasa

kedua (B2) para penjual asesoris di toko Rock Stuff Asesoris. Penelitian analisis

kebiasaan menggunakan bahasa kedua (B2) para penjual asesoris di toko Rock

Stuff Asesoris ini berjenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode

deskriptif. Hasil penelitian ini sangat menarik bagi peneliti karena yang menjadi

pembahasannya cukup menantang yaitu tentang kebiasaan menggunakan bahasa

kedua oleh penjual yang berasal dari Padang di toko Rock Stuff Asesoris. Hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

10

penelitian ini adalah adanya kedwibahasaan pada situasi jual beli yang terjadi di

kota Bandung. Mereka selalu berusaha melayani pembeli yang berasal dari

Bandung dengan menggunakan bahasa Sunda. Semua itu demi kelancaran dan

keakraban antara penjual dan pembeli. Adapun kesamaan antara penelitian saya

dengan penelitian tersebut adalah sama-sama meniliti penggunaan

kedwibahasaan, sedangkan perbedaannya terletak pada sasaran, subjek yang

dikaji, dan temuan hasil penelitian, dan rumusan masalah.

Penelitian yang relevan terkait kedwibahasaan diteliti oleh Silvia Sanca

mahasiswi dari Universitas Negri Yogyakarta, tahun (2012) dengan judul

Penggunaan Dwibahasa (Indonesia-Jawa) oleh Warga keturunan Etnis Tionghoa

di ketandan kota Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

ragam kedwibahasaan dan fungsi penggunaan dwibahasa oleh warga keturunan

etnis Tionghoa di Ketandan Kota Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah

warga keturunan etnis Tionghoa di Ketandan Kota Yogyakarta. Penelitian ini

difokuskan pada ragam kedwibahasaan dan fungsi penggunaan dwibahasa. Data

diperoleh dengan kartu kuisioner, teknik simak dan wawancara yang dilakukan

secara berkesinambungan. Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif

kualitatif. Keabsahan data diperoleh melalui perpanjangan keikutsertaan dan

ketekunan pengamatan.

Hasil penelitian terkait dengan penggunaan dwibahasan oleh warga

keturunan etnis Tionghoa di Ketandan Yogyakarta menunjukkan bahwa ragam

kedwibahasaan dibedakan menjadi delapan macam, yaitu berdasarkan hipotesis

ambang kedwibahasaan terdiri dari kedwibahasaan substraktif dan aditif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

11

Berdasarkan tahapan usia pemerolehan kedwibahasaan terdiri dari kedwibahasaan

masa kecil, kedwibahasaan masa kanak-kanak, dan kedwibahasaan remaja.

Berdasarkan usia belajar bahasa kedua kedwibahasaan terdiri dari kedwibahasaan

serentak, dan berurutan. Berdasarkan konteks kedwibahasaan terdiri dari

kedwibahasaan buatan, dan alamiah. Berdasarkan hakikat tanda dalam kontak

bahasa kedwibahasaan terdiri dari kedwibahasaan majemuk dan subordinatif.

Berdasarkan tingkat pendidikan hanya terdiri dari kedwibahasaan rakyat biasa.

Berdasarkan keresmian kedwibahasaan terdiri dari kedwibahasaan resmi, dan

tidak resmi. Berdasarkan kesosialan kedwibahasaan terdiri dari kedwibahasaan

sosial.

Selain itu, hasil penelitian menunjukkan pula bahwa fungsi bahasa

dibedakan menjadi enam macam diantaranya, fungsi personal (marah, canda,

heran, kecewa), fungsi direktif, fungsi fatik, fungsi referensial, fungsi metalingual,

serta fungsi imaginatif. Pada skripsi tesrsebut peneliti memiliki kesamaan untuk

membahas penggunaan kedwibahasaan. Adapun yang membedakan penelitian ini

terletak pada sasaran, subjek yang dikaji, dan temuan hasil penelitian, dan

rumusan masalah.

Jurnal yang relevan terkait penggunaan kedwibahasa oleh Saunir

mahasiswi dari Universitas Negeri Padang, tahun (2008) dengan judul Profil

Kedwibahasaan Mahasiswa Bahasa dan sastra Inggris. Metode penelitian yang

digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif gabungan

kualitatif dan kuantitatif yang bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan

keadaan atau profil kedwibahasaan mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Inggris

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

12

FBS UHP Padang. Hasil penelitian, bahasa Indonesia lebih cenderung dipilih

oleh responden. Ini dapat menjadi perhatian bagi pihak-pihak yang tertarik dalam

mempertahankan bahasa Ibu dalam kaitannya dengan pemertahanan budayanya.

Dilain pihak penggunaan bahasa Inggris yang sangat rendah yang didukung juga

oleh pengakuan responden wawancara, hendaknya pihak yang berwenang segera

mengambil tindakan atau kebijakan untuk sesegera mungkin menggerakkan dan

menggairahkan penggunaan bahasa Inggris di kalangan mahasiswa. Pada jurnal

tersebut memiliki kesamaan membahas kedwibahasaan mahasiswa. Adapun yang

membedakan penelitian ini terletak pada sasaran, subjek yang dikaji, dan temuan

hasil penelitian, dan rumusan masalah.

2.2 Landasan Teori

Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap

relevan, yang diharapkan dapat mendukung temuan di lapangan. Sehingga dapat

memperkuat teori dan keakuratan data responden. Teori-teori tersebut adalah

sosiolinguistik, konteks, kedwibahasaan, pengukuran kedwibahasaan, dan

klasifikasi tingkat kedwibahasaan.

2.2.1 Pengertian Sosiolinguistik

Kajian bahasa melalui sudut pandang kemasyarakatan termasuk dalam

pembahasan sosiolinguistik. Istilah sosiolinguistik terdiri dari dua unsur yaitu,

sosio dan linguistik. Linguistik membahas tentang unsur bahasa (fonem, morfem,

kata, kalimat), sedangkan sosio berkaitan dengan sosial masyarakat. Menurut

Nababan (1984:2) sosiolinguistik adalah ilmu yang membahas tentang aspek

masyarakat bahasa, khususnya berkaitan dengan perbedaan atau variasi dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

13

bahasa dan faktor-faktor kemasyarakatan lainnya. Pengertian sosiolinguistik yang

disampaikan oleh para pakar khususnya bahasa, pada akhirnya selalu berkaitan

antara bahasa dengan kegiatan atau aspek-aspek dalam masyarakat.

Sosiolinguistik sebagai cabang linguistik memandang dan menempatkan

kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pengguna bahasa di dalam

masyarakat, karena di dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi

dikatakan sebagai individu, tetapi sebagai masyarakat sosial. Oleh karena itu,

segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia dalam bertutur akan selalu

dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sekitarnya. Bahasa dan penggunanya tidak

diamati secara individual, tetapi dipandang secara sosial.

Pride dan Holmes (dalam Soemarsono, 2002:2) merumuskan

sosiolinguistik secara sederhana: the study of language aspart of culture and

society, yaitu kajian bahasa sebagai bagian dari kebudayaan dan masyarakat.

Rumusan yang dipaparkan di atas menekankan bahwa bahasa bukan merupakan

suatu yang berdiri sendiri, melainkan satu kesatuan. Budaya dan bahasa saling

berkesinambungan, karena bahasa adalah bagian dari kebudayaan (language in

culture). J.A Fishman (dalam Chaer dan Agustina,2004:3) menjelaskan

sociolinguistics is the study of the characteristics of their speakers as these three

constantly interact, change and change one another within a speech community (=

sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi

bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah,

dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur). J.A Fishman

mengatakan kajian sosiolinguistik lebih bersifat kualitatif. Jadi, sosiolinguistik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

14

lebih berhubungan dengan perincian-perincian penggunaan bahasa yang

sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola pemakaian bahasa atau dialek dalam

budaya tertentu, pilihan pemakaian bahasa atau dialek tertentu yang dilakukan

penutur, topik, dan latar pembicaraan (Chaer dan Agustina, 2004:5). Secara

eksplisit Fishman mendefinisikan sosiolinguistik sebagai studi tentang

karakteristik variasi bahasa, karakteristik fungsi bahasa, dan karakteristik

pemakaian bahasa yang terjalin dalam interaksi, sehingga menyebabkan

perubahan-perubahan antara ketiganya di dalam masyarakat tuturnya.

Kridalaksana menjelaskan pula bahwa sosiolinguistik merupakan ilmu

yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa serta hubungan antara

bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa di dalam suatu masyarakat bahasa

(Chaer, 2004). Manusia sebagai makhluk individu selalu hidup dalam kelompok

sosial dan menjadi bagian dari anggota masyarakat. Selain bergantung pada

pranata sosial yang berlaku, dalam interaksi sosial manusia juga tergantung pada

bahasa. Maka, secara singkat dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik merupakan

cabang ilmu bahasa yang membahas tentang hubungan antara bahasa dengan

masyar akat pengguna bahasa, serta faktor-faktor lain yang ada di sekitarnya.

Menurut Chaer (2003: 16) “sosiolinguistik adalah subdisiplin linguistik yang

mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaiannya di masyarakat.

Sosiolinguistik ini merupakan ilmu interdisipliner antara sosiologi dan linguistik”.

Sosiolinguistik menurut saya merupakan ilmu bahasa yang didapatkan

oleh masyarakat ketika melakukan kegiatan sosial. Kegiatan sosial ini bisa berupa

aktivitas percakapan masyarakat yang mengakibatkan munculnya sebuah tuturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

15

dalam penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi sehari-hari. Hal tersebut

sependapat oleh ungkapan beberapa para ahli mengenai pengertian

sosiolinguistik.

2.2.2 Konteks Sosial

Mey (dalam Rahardi 2005:15) konteks sosial merupakan konteks

kebahasaan yang timbul sebagai akibat dari munculnya komunikasi dan interaksi

antar anggota masyarakat dengan latar belakang sosial budaya yang sangat

tertentu sifatnya. Konteks sosial dapat diartikan sebagai konteks yang

menimbulkan adanya komunikasi dengan menitikberatkan tuturan atau

percakapan yang dilakukan oleh seseorang membentuk suatu gambaran pada

konteks sosial. Konteks sosial berguna untuk melatarbelakangi suatu tuturan atau

percakapan yang terjadi. Hal tersebut akan membantu peneliti untuk memahami

suatu percakapan atau tuturan yang terjadi.

Komponen tutur yang dikembangkan Poedjosoedarmo 1985 (dalam

Baryadi: 2015:24-29) merupakan pengembangan dari konsep yang disampaikan

Dell Hymes. Menurutnya faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan bahasa

disebut sebagai konsep memoteknik OOEMAUBICARA, yaitu (1) O1= orang ke

satu, atau penutur (2) O2= orang kedua atau mitra tutur, (3) E= warna emosi O1,

(4) M= maksud dan tujuan percakapan, (5) A= adanya O3 dan barang-barang lain

di sekeliling adegan percakapan, (6) U= urutan tutur, (7) B= bab yang

dipercakapkan; pokok pembicaraan, (8) I= instrumen tutur atau sarana tutur, (9)

C= citarasa tutur, (10) A= adegan tutur, (11) R= register tutur/genre, (12) A=

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

16

aturan atau norma kebahasaan . Penjelasan setiap komponen dapat diringkas

sebagai berikut.

1) O= O1, yaitu pribadi si penutur. Pribadi si penutur berkaitan dengan dua hal,

yaitu siapakah O1 dan dari manakah asal atau latar belakang O1. Siapakah

O1 berkenaan dengan (i) bagaimanakah keadaan fisik O1, (ii) bagaimana

keadaan mental O1, dan (iii) bagaiman kemahiran bahasa O1. Latar belakang

si penutur menyangkut jenis kelamin, asal daerah, asal golongan kelas

masyaraktnya, umur, jenis profesi, kelompok etnik, dan aliran

kepercayaannya.

2) O= O2. Orang kedua, yaitu orang yang diajak bicara oleh penutur atau mitra

tutur. Faktor ini yang berkaitan dengan dua hal, yaitu anggapan O1 tentang

seberapa tinggi tingkatan sosial O2 dan seberapa akrab hubungan O1 dan O2.

O1 dengan O2 akan menyesuaikan penggunaan bahasa yang sesuai coraknya

untuk menyesuaikan penggunaan bahasa yang dilakukan mitra tutur.

3) E= warna emosi O1. Warna emosi O1 mempengaruhi bentuk tuturanya.

Seorang yang sedang gugup, marah, sakit dan semacamnya akan melontarkan

ujaran-ujaran yang kurang teratur, banyak frasa-frasa yang putus, maksud

yang diungkapkan tidak terujarkan, dan sukar mengontrol pilihan tingkat

tutur seperti frasa serta kata-katanya.

4) M= maksud dan tujuan percakapan. Maksud dan kehendak O1 sangat

mempengaruhi bentuk-bentuk tutur yang diujarkannya. Maksud O1 ini dapat

mempengaruhi pemilihan bahasa, pemilihan tingkat tutur, ragam dialek,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

17

idiolek, pemilihan ungkapan-ungkapan tertentu, atau pemilihan unsur

suprasegmental tertentu.

5) A= adanya O3, yaitu kehadiran orang lain. Suatu ujaran dapat berganti

bentuknya dari apa yang biasanya terjadi apabila ada seseorang yang

kebetulan hadir pada adegan tutur. Pengubahan kode bahasa yang disebabkan

oleh adanya O3 terjadi karena ingin mengikutsertakan O3 dalam pecakapan,

ingin merahasiakan sesuatu agar O1 memberikan kesan kepada O3 bahwa O2

sebetulnya ialah orang yang terhormat dan tidak menggangu O3.

6) U= urutan bicara. Urutan bicara berkenaan dengan siapa yang harus berbicara

lebih dulu dan siapa yang harus berbicara kemudian. Masyarakat ada yang

memiliki aturan bahwa orang yang berstatus sosial lebih tinggai atau orang

lebi tua harus berbicara lebih dulu. O1 atau penutur sebagai pengambil

inisiatif berbicara dalam menentukan bentuk tuturnya daripada mitra

tuturnya. O2 atau mitra tutur yang menanggapi tuturan O1 tidak sebebas O1

memilih bentuk tuturannya. Kode bahasa yang dipilih O2 tergantung pada

penilaian terhadap hubungan yang ia inginkan terhadap O1 atau tergantung

pada suasana kebahasaan yang ia ciptakan

7) B= bab yang dibicarakan. Bab yang dibicarakan mempengaruhi warna bicara.

Hal ini tidak berarti bahwa setiap pokok pembicaraan harus dibahas dengan

ragam bahasa tertentu. Namun, ada beberapa topik pembicaraan tertentu yang

mengharuskan anggota masyarakat menggunakan kode bahasa tertentu

apabila mereka akan membicarakannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

18

8) I= instrumen atau sarana tutur. Sarana tutur dapat mempengaruhi bentuk

ujaran. Yang dimaksud dengan saran tutur ialah sarana yang dipakai untuk

menyampaikan sarana tutur. Adanya bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa

lisan dismapaikan secara lngsung dengan menggerakkan alat-alat bicara

mulut sedangkan bahasa tulis disampaikan dengan menggunakan huruf-huruf

di atas kertas atau alat tulis. Pada kebanyakan masyarakat, bahasa tulis

biasanya terikat pada ragam bahasa atau bahkan pada bahasa tertentu. Sarana-

saran tutur, sperti telepon, handphone, email, dan sebagainya yang

mempengaruhi ujaran seorang penutur.

9) C= citarasa penutur. Nada suara bicara yang secara keseluruhan dapat

mempengaruhi O1 juga berpengaruh pada ragam tutur yang diucapkan oleh

O1. Hal ini sering dibedakan ragam bahasa santai, ragam bahasa formal, dan

ragam bahasa indah.

10) A= adegan tutur. Adegan tutur terkait dengan tempat, waktu, dan peristiwa

(termasuk kualitas suprasegmental tutur dan pilihan pokok pembicaraan).

Adegan tutur mempengaruhi penutur dalam menentukan bentuk-bentuk

ujaran. “percakapan di dalam masjid, gereja, dan tempat-tempat ibadah

lainnya, rumah sakit, kantor pengadilan biasanya tidak terlalu keras, dan

orang biasanya tidak bersenda gurau. Percakapan harus sopan, serius, dan

khidmat.

11) R= register atau bentuk wacana. Di dalam masyarakat, terdapat beberapa

macam wacana yang bentuknya sudah mapan. Wacana-wacana seperti surat-

menyurat dinas, perundang-undangan, percakapan dengan telepon, telegram,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

19

pidato pembukaan atau penutup suatu lokakarya, seminar, konferensi atau

pidato seremonial lainnya, atur-atur kenduri, ujub dan doa kenduri, tajuk

rencana surat kabar, mempunyai struktur yang kurang lebih mapan dan

diketahui oleh anggota masyarakat banyak. Bentuk wacana seperti pidato

akan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang lazim, misalnya dimulai

dengan sapaan, salam, introduksi, isi pidato, dan penutup.

12) A= aturan atau norma kebahasaan lainnya. Aturan kebahasaan lainnya

bersangkutan dengan norma-norma kebahasaan yang khusus berlaku pada

suatu masyarakat bahasa. Misalnya kejelasan dalam berbicara, topik yang

dibicarakan harus menarik, tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi,

menghindari kata-kata yang dianggap tabu dan sebagainya. Aturan-aturan

kebahasaan dapat mempengaruhi O1 dalam menentukan bentuk tuturan.

Berdasarkan teori tersebut, penulis dapat mengetahui latar belakang tuturan

dengan “OOEMAUBICARA” yang menjadi dasar kontek sosial. Kontek sosial

membantu peneliti untuk menggambarkan suatu tuturan yang telah terjadi.

Kontek sosial menjadi patokan peneliti untuk memahami sebuah tuturan di

lingkungan sosial secara lebih mendalam.

2.2.3 Kedwibahasaan

2.2.3.1 Pengertian Kedwibahasaan

Kedwibahasaan merupakan salah satu topik yang dikaji dalam

sosiolinguistik dengan fenomena kebahasaan yang ada di dalam masyarakat.

Kedwibahasaan merupakan akibat dari kontak bahasa antara kelompok

masyarakat yang berbahasa minoritas dengan kelompok masyarakat yang

berbahasa mayoritas. Bloomfield (dalam Chaer, 1994:65) menjelaskan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

20

bilingual merupakan kemampuan seseorang menguasai dua bahasa sama baiknya.

Berdasarkan pendapat Weinrich (dalam Chaer, 1994:65) bilingualisme merupakan

penggunaan dua bahasa oleh seseorang secara bergantian. Bilingualisme dalam

bahasa Indonesia disebut kedwibahasaan Chaer (2004:84). Dari istilah yang

dikemukakan oleh Chaer, dapat dipahami bahwa bilingualisme atau

kedwibahasaan berkenaan dengan pemakaian dua bahasa secara bergantian oleh

seorang penutur dalam aktivitasnya sehari-hari atau interaksi sosialnya.

Fenomena kedwibahasaan ini digunakan sebagai istilah kemampuan dalam

menggunakan dua bahasa. Pernyataan tersebut senada dengan pendapat Ervin dan

Ogood (dalam Nababan, 1984:27) bahwa bilingualisme merupakan kemampuan

dalam menuturkan dua bahasa. Bilingualisme merupakan rentangan berjenjang

berawal dari menguasai bahasa pertama. Setelah menguasai bahasa pertama,

kemudian menguasai bahasa kedua, hingga kedua bahasa dikuasai sama baiknya.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan

bahwa, kedwibahasaan merupakan kondisi pemakaian dua bahasa secara

bergantian oleh penutur dwibahasawan dalam interaksi sosialnya. Kedwibahasaan

tidak mengacu pada proses tetapi pada kondisi dan merupakan kebiasaan pemakai

dua bahasa secara bergantian oleh penutur bilingual.

Menurut Mackey (1967:155) kedwibahasaan adalah “The alternative use

of two or more languages by the same individual” atau praktik penggunaan bahasa

secara bergantian, dari satu bahasa ke bahasa lain oleh seorang penutur.

Menurutnya, dalam kedwibahasaan terdapat beberapa pengertian seperti tingkat,

fungsi, alih kode, campur kode, interferensi, dan integrasi. Mackey juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

21

memperluas pendapatnya dengan mengemukakan adanya tingkatan

kedwibahasaan dilihat dari segi penguasaan unsur gramatikal, leksikal, semantik,

dan gaya yang tercermin dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu

mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Menurut Robert Lado (1964:214) kedwibahasaan merupakan kemampuan

berbicara menggunakan dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya.

Secara teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa oleh seseorang

bagaimanapun tingkatnya. Haugen (1968:10) pendapat Lado diperkuat oleh

Haugen yang menyatakan bahwa kedwibahasaan adalah mengetahui dua bahasa.

Jika diuraikan lebih umum maka pengertian kedwibahasaan adalah penggunaan

dua bahasa baik secara produktif maupun secara reseptif oleh seorang individu

ataupun masyarakat. Haugen mengemukakan kedwibahasaan dengan mengetahui

dua bahasa “knowledge of two languages” cukup mengetahui dua bahasa secara

pasif atau “understanding without speaking”.

Kedwibahasaan menurut saya merupakan kemampuan seseorang yang bisa

menguasai lebih dari satu bahasa atau dua bahasa. Bahasa tersebut diperoleh dari

bahasa Ibu atau disebut juga bahasa pertama dan bahasa kedua yang diperoleh

dari suatu lingkungan ataupun pendidikan. Misalnya bahasa pertama si A adalah

bahasa Jawa yang diperoleh dari kedua orangtuanya. A juga mendapatkan bahasa

Indonesia ketika berada di lingkungan sekolah, sehingga bahasa kedua si A adalah

Bahasa Indonesia. Hal tersebut si A disebut juga dwibahasawan karena memiliki

dua bahasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

22

2.2.3.2 Pengukuran Kedwibahasaan

Penelitian kedwibahasaan sangat perlu untuk memperhatikan situasi

kebahasaan yang ada dalam mahasiswa PBSI 2015 karena termasuk masyarakat

dwibahasa, dengan adanya hal tersebut, maka akan dikemukakan uraian mengenai

pengukuran kedwibahsaan agar si peneliti mengetahui situasi kedwibahasaan.

Menurut Mackey (dalam Pranowo, 2014:113) megemukakan pengukuran

kedwibahasaan dapat dilakukan melalui beberapa aspek, yaitu a) aspek tingkat, b)

aspek fungsi, c) aspek pergantian, dan d) interferensi.

a) Pertama, tingkat kedwibahasaan adalah dengan mana sesorang mampu

menjadi seorang dwibahasawan atau sejauh mana seseorang mampu

mengetahui bahasa yang dipakainya. Masalah tingkat dalam pembahasan

bilinguaisme menurut Alwasilah (1990:125) berkaitan dengan tingkat

kemampuan berbahasa seseorang. Kemampuan berbahasa seseorang akan

nampak dari empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, membaca,

berbicara, dan menulis. Menurutnya, dalam keempat keterampilan tersebut

akan mencakup fonologi, gramatik, leksis, semantik, dan stailistik. Jika

diambil kesimpulan, masalah tingkat ini adalah masalah yang berkaitan

dengan pemahaman dan pengetahuan seseorang terhadap bahasa yang

dipakainya.

b) Kedua, fungsi kedwibahasaan adalah pengertian untuk apa seseorang

menggunakan bahasa dan apa peranan bahasa dalam kehidupan pelakunya.

Hal ini berkaitan dengan kapan seseorang yang bilingual menggunakan kedua

bahasanya secara bergantian. Masalah fungsi ini menyangkut masalah pokok

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

23

sosiolinguistik yaitu siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan,

dan dengan tujuan apa (Chaer, 2004:88). Penggunaan bahasa pertama oleh

seorang penutur, misalnya bahasa pertamanya bahasa Sunda, hanya akan

digunakan dengan semua anggota masyarakat tutur yang menggunakan bahasa

Sunda pula. Penggunaan bahasa pertama tersebut juga akan terbatas hanya

pada situasi-situasi tertentu, misalnya ketika dalam percakapan sehari-hari

dalam ruang lingkup keluarga dan untuk membicarakan hal-hal yang bersifat

biasa. Namun, dalam situasi-situasi tertentu pula bahasa pertama tidak dapat

digunakan. Misalnya dalam kegiatan pendidikan di sekolah, walaupun guru

dan murid menggunakan B1 yang sama (misalnya Bahasa Jawa), akan tetapi

dalam hal ini hanya bahasa Indonesialah yang dapat digunakan, sebab bahasa

Indonesia yang menjadi bahasa kedua guru dan murid tersebut merupakan

bahasa nasional yang berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan.

c) Ketiga, pergantian adalah pengukuran terhadap seberapa jauh pemakai bahasa

mampu berganti dari satu bahasa ke bahasa lain. Kemampuan berganti

(berpindah) dari satu bahasa ke bahasa lain. Kemampuan berganti (berpindah)

dari satu bahasa ke bahasa lain ini bergantung pada tingkat kelancaran

pemakaian masing-masing bahasa. Terjadinya pergantian bahasa ini dapat

dilihat antara lain pergantin dari satu bahasa di suatu tempat ke bahasa lain di

tempat yang lain. Ada tiga faktor utama menentukan pergantian bahasa ini,

yaitu topik yang dibicarakan, orang yang diajak berbicara, serta penekanan

pada yang dibicarakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

24

d) Keempat, interferensi adalah bagaimana seseorang yang menganut

bilingualisme menjaga bahasa-bahasa itu sehingga terpisah dan seberapa jauh

seeorang itu mampu mencampuradukkan serta bagaimana pengaruh bahasa

yang satu dalam penggunaan bahasa lainnya. Interferensi berarti adanya saling

mempengaruhi antarbahasa. Interferensi bisa terjadi pada pengucapan, tata

bahasa, kosakata dan makna bahkan budaya – baik dalam ucapan maupun

tulisan – terutama kalau seseorang sedang mempelajari bahasa kedua

(Alwasilah, 1990:131). Ciri yang menonjol dalam interferensi adalah

peminjaman kosakata dari bahasa lain, alasannya adalah perlunya kosakata

untuk mengacu pada obyek, konsep, atau tempat baru. Maka, meminjam

kosakata dari bahasa lain akan lebih mudah daripada menciptakan kosakata

baru. Hanya saja, kosakata-kosakata hasil pinjaman yang biasa dipakai dalam

bahasa Indonesia telah disesuaikan ejaannya dengan ejaan bahasa Indonesia.

2.2.3.3 Klasifikasi Tingkat Kedwibahasaan

Aslinda (2010:24) Tingkat adalah penguasaan bahasa oleh seseorang,

maksudnya sejauh mana seseorang itu mampu menjadi seseorang dwibahasawan

atau sejauh manakah seseorang itu mengetahui bahasa yang dipakainya.

Kedwibahasaan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa dengan sudut

pandang dan diantaranya adalah sebagai berikut.

Berdasarkan hakikat tanda dalam kontak bahasa, maka Weinrich (dalam

Tarigan, 1988:8) mengategorikannya sebagai berikut.

a. Kedwibahasaan Koordinatif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

25

Kedwibahasaan koordinatif merupakan dwibahasawan yang mempunyai dua

perangkat satuan makna dan dua bentuk ekspresi.

b. Kedwibahasaan Majemuk

Kedwibahasaan majemuk merupakan dwibahasawan yang mempunyai satu

perangkat satuan makna dan dua bentuk ekspresi.

c. Kedwibahasaan Subordinatif

Kedwibahasaan subordinatif merupakan dwibahasawan yang mempunyai

satuan makna dari bahasa pertama dan dua bentuk ekspresi. Bentuk eskpresi

bahasa pertama dan bentuk ekspresi bahasa kedua yang dipelajari melalui

bahasa pertama.

Mennurut Weinreich (dalam Pranowo, 1953:105-107) Kedwibahasaan

dibedakan berdasarkan derajat yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu

Kedwibahasaan Koordinatif, Kedwibahasaan Subordinatif, dan Kedwibahasaan

Majemuk.

a. Kedwibahasaan majemuk adalah kedwibahasaan yang menunjukan bahwa

kemampuan berbahasa salah satu bahasa lebih baik daripada kemampuan

berbahasa bahasa yang lain. Hal itu dapat terjadi karena proses penguasaannya

di dalam kondisi yang sama sehingga pemakaian bahasa memiliki rujukan

makna yang sama untuk simbol-simbol bahasa yang dipertukarkan dalam dua

bahasa karna pemakaian bahasa dilibatkan dalam dua bahasa yang berbeda

pada saat yang bersamaan Alwasih, 1985 (dalam Pranowo: 105)

b. Kedwibahasaan koordinatif/ sejajar adalah kedwibahasaan yang menunjukan

bahwa pemakaian dua bahasa sama-sama baiknya oleh seorang individu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

26

Proses terjadinya kedwibahsaan ini karena seorang individu memiliki

pengalaman yang berbeda dalam menguasai dua bahasa sehingga jarang sekali

dipertukarkan pemakaiannya. Keadaan ini terjadi karena ada kemungkinan

penguasaan B1 terjadi secara alamiah, sedangkan penguasaan B2 terjadi

secara formal. Kemampuan dan tindak tutur dalam kedua bahasa tersebut

terpisah dan bekerja sendiri-sendiri Nababan, 1984 (dalam Pranowo 2014:

155)

c. Kedwibahasaan Subordinatif (kompleks) adalah kedwibahsaan yang

menunjukan bahwa seorang individu pada saat memakai B1 sering

memasukan unsur B2 atau sebaliknya. Kedwibahasaan ini memiliki tanda

(sign) yang kompleks, yang berisi satu konsep tunggal yang mengandung

kosakata B1, dan selanjutnya mengundang, kosakata B2. Bahasa kedua

dihasilkan dengan cara menerjemahkan ke dalam B2 terlebih dahulu sebelum

dikatakan dalam bahasa kedua.

Menurut Weinrich 1953 (dalam Suandi, 2014:19) membedakan kedwibahasan

majemuk (compound bilinguality), kedwibahasaan koordinatif/setara (coordinate

bilingualism), dan kedwibahasaan subordinat (subordinate bilingualism).

Pembedaan ketiganya menekankan tumpuan perhatiannya pada dimensi

bagaimana dua sandi bahasa (atau lebih) diatur oleh individu yang bersangkutan.

Kedwibahasaan koordinatif/sejajar menunjukkan bahwa pemakaian dua bahasa

sama-sama baik oleh seorang individu.

a. Kedwibahsaan seimbang dikaitkan dengan taraf penguasaan B1 dan B2, yaitu

orang yang sama mahirnya dalam dua bahasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

27

b. Kedwibahasan subordinatif (kompleks) menunjukkan bahwa seorang individu

pada saat memakai B1 sering memasukkan B2 atau sebaliknya.

Kedwibahasaan ini dihubungkan dengan situasi yang dihadapi B1 Adalah

sekelompok kecil yang dikelilingi dan didominasi oleh masyarakat suatu

bahasa yang besar sehingga masyarakat kecil ini dimungkinkan dapat

kehilangan bahasa pertamanya (B1).

Menurut Nababan 1984 Sebagaimana kita lihat di atas, bilingualitas berarti

kemampuan dalam dua bahasa. Jika kita perhatikan hubungan antara kemampuan

dan tindak laku dalam bahasa itu adalah terpisah dan bekerja sendiri-sendiri.

Bilingualitas demikian disebut bilingualitas sejajar. Tipe bilingualitas yang lain

sering terdapat dalam keadaan belajar bahasa kedua setelah kita menguasai satu

bahasa (= bahasa pertama/utama) dengan baik, khususnya dalam keadaan belajar

bahasa kedua atau asing di sekolah. Hal tersebut menimbulkan kemampuan dan

kebiasaan orang dalam bahasa utama (source language atau bahasa sumber)

berpengaruh atas pengguanaanya dari bahasa kedua (target language atau bahasa

sasaran). Kedwibahasaan yang demikian disebut bilingualitas majemuk.

Menurut saya tingkat kedwibahasaan dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

a. Kedwibahasaan Subordinatif merupakan kedwibahasaan yang digunakan saat

memakai B1 namun sering memasukan B2 atau sebaliknya. Hal tersebut

terjadi karena situasi di masyarakat yang lebih dominan menggunakan B2

atau B1. Misalnya dwibahasawan berbicara menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

28

b. Kedwibahasaan Kordinatif atau sering disebut kedwibahasaan sejajar

merupakan seseorang yang memiliki dua bahasa atau lebih yang dikuasai

oleh dwibahasawan dengan pengalaman atau pemerolehan yang berbeda dan

kedua bahasa tersebut jarang digunakan dengan sama baiknya. Hal tersebut

B1 dan B2 sama-sama dikuasai namun berbeda tempat pemerolehan bahasa

yang telah di dapat oleh si dwibahasawan. Misalnya B1 di peroleh dari

lingkungan rumah dan B2 di peroleh dari lingkungan sekolah.

c. Kedwibahasaan Majemuk merupakan seseorang yang memiliki dua bahasa

atau lebih yang dikuasai oleh dwibahasawan dengan situasi kondisi yang

sama dan bahasa yang digunakan sama jeleknya. Misalnya orangtua berbicara

menggunakan dua bahasa secara bergantian lalu si anak merespon dengan

satu bahasa saja walaupun paham dengan dua bahasa tersebut.

2.3 Kerangka Berpikir

Pada penelitian ini, subjek yang diteliti adalah mahasiswa PBSI 2015

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sedangkan objek yang diteliti terkait

dengan penggunaan kedwibahasaan. Sosiolinguistik adalah ilmu bahasa yang

didapat oleh masyarakat sehingga menghasilkan tuturan dalam kegiatan sehari-

hari. Tingkat kedwibahasaan memiliki tiga jenis klasifikasi. Tingkat

kedwibahasaan tersebut tingkat subordinatif, tingkat koordinatif atau sejajar, dan

tingkat majemuk. Berdasarkan pernyataan yang telah diuraikan, maka dapat

diketahui terkait tingkat kedwibahasaan pada mahasiswa. Berikut adalah kerangka

berpikir terkait dengan penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

29

Bagan 2.3 Kerangka Berpikir

Penggunaan Kedwibahasaan Mahasiswa

di Luar Pembelajaran

Sosiolinguistik

Tingkat

Kedwibahasaan

Tingkat

Kedwibahasaan

Subordinatif

Tingkat

Kedwibahasaan

Koordinatif

Tingkat

Kedwibahasaan

Majemuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan dasar persoalan yang jelas. Objek

penelitian ini adalah bahasa tertulis dengan kategori penelitian deskriptif

kualitatif. Peneliti akan mengumpulkan data-data terkait penggunaan

kedwibahasaan pada mahasiswa prodi PBSI angkatan 2015 Universitas Sanata

Dharma. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang

diamati (Moleong, 2008: 4). Ciri utama penelitian kualitatif ini mewarnai sifat dan

bentuk laporannya menjadi sebuah laporan yang dapat digunakan pada waktu

tertentu. Oleh karena cirinya itu, laporan penelitian kualitatif disusun dalam

bentuk narasi yang kritis, kreatif, mendalam, dan natural yang penuh dengan

keautentikan.

Menurut (Arikunto, 2003:3) penelitian deskriptif adalah penelitian yang

dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan,

yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan. Penelitian ini hanya

menyampaikan apapun yang terjadi apa adanya tanpa merekayasa dengan maksud

lain. Hal ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara sistematis. Penelitian ini

bertujuan untuk menemukan tingkat kedwibahasaan khususnya pada tingkat

kedwibahasaan pada mahasiswa prodi PBSI angkatan 2015 Universitas Sanata

Dharma. Data yang ditemukan nantinya akan dianalisis dan dideskripsikan

mengenai tingkat kedwibahasaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

31

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian

Sumber data membantu peneliti memperoleh data yang akurat. Sumber

data dalam penelitian ini adalah pemakaian bahasa pada mahasiswa prodi PBSI

Angkatan 2015 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Data penelitian berupa

tuturan atau kalimat yang diduga mengandung kedwibahasaan pada mahasiswa

prodi PBSI Angkatan 2015 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Mahasiswa

yang menjadi responden dalam penelitian ini sekitar berjumlah 37 orang dengan

51 tuturan atau kalimat yang mengandung tingkat kedwibahasaan yang akan

dianalisis dan dideskripsikan pada bagian bab empat.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara yang harus dilaksanakan atau diterapkan; teknik

adalah cara melaksanakan atau menerapkan metode (Sudaryanto, 2015:9). Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian berupa metode simak

(pengamatan atau observasi) dan metode cakap (wawancara).

1. Metode simak (pengamatan atau observasi)

Metode simak adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data

dengan menyimak penggunaan bahasa. Dinamakan metode simak karena cara

yang digunakan untuk memperoleh data yaitu dengan cara menyimak

penggunaan bahasa Mahsun (2007:29). Metode ini memiliki teknik sadap

disebut sebagai teknik dasar dalam teknik simak karena pada hakikatnya

penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Mahsun (2007:93) menyatakan

bahwa teknik sadap ini diikuti teknik lanjutan berupa teknik simak libat cakap,

teknik simak bebas libat cakap, catat, dan teknik rekam. Keempat teknik ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

32

dapat digunakan secara bersama-sama jika pengunaan Bahasa yang disadap itu

berwujud seara lisan.

a. Teknik sadap maksudnya si peneliti melakukan penyadapan dengan cara

berpartisipasi sambil menyimak, berpartisipasi dalam pembicaraan, dan

menyimak pembicaraan. Dalam hal ini, si peneliti terlibat langsung dalam

dialog. Adapun teknik simak bebas libat cakap, maksudnya si peneliti

hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh para

informannya. Dia tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya

sedang diteliti. Namun, peneliti akan selalu berada di dekat subjek

penelitian untuk mendapatkan tuturan antar mahasiswa PBSI angkatan

2015.

b. Teknik simak bebas libat cakap atau disebut teknik lanjutan, maksudnya si

peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa responden.

Adapun dalam teknik simak bebas libat cakap ini terdapat langkah untuk

lebih mempermudah yaitu peneliti membuat lembar tinjauan yang berisi

keterangan-keterangan yang dapat ditulis dengan cepat. Lembar tinjauan

tersebut berisi tanggal, tempat kejadian, situasi, topik pembicaraan, dan

orang yang terlibat dalam peristiwa tutur yang ditinjau.

c. Teknik catat adalah teknik lanjutan II yang dilakukan ketika menerapkan

metode simak dengan teknik lanjutan di atas. Hal yang sama, jika tidak

dilakukan pencatatan, si peneliti dapat saja melakukan perekaman ketika

menerapkan metode simak dengan kedua metode lanjutan di atas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

33

d. Teknik rekam dimungkinkan terjadi jika bahasa yang diteliti adalah bahasa

yang masih dituturkan oleh pemiliknya. Teknik rekam dilakukan dengan

menggunakan voice recorder yang berada di aplikasi telepon genggam.

2. Metode Cakap (wawancara)

Metode cakap atau dalam penelitian dikenal dengan nama metode wawancara

atau interview merupakan salah satu metode yang digunakan dalam tahap

penyediaan data yang dilakukan dengan cara peneliti melakukan percakapan atau

kontak dengan penutur Mahsun (2007:250). Metode ini memiliki teknik pancing

dan teknik lanjutan yaitu teknik cakap semuka, di mana peneliti melakukan

percakapan dengan cara berhadapan langsung di suatu tempat dengan

informasinya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rekaman dan informasi

untuk memperjelas penelitian.

Wawancara akan peneliti tujukan kepada mahasiswa yang berasal dari Jawa.

Berikut langkah-langkah untuk melakukan wawancara: menentukan tema atau

topik wawancara, mempelajari masalah yang berkaitan dengan tema wawancara,

menyusun daftar atau garis besar pertanyaan yang akan diajukan (5W+1H),

menentukan narasumber dan mengetahui identitasnya, menghubungi atau

membuat janji dengan narasumber, mempersiapkan peralatan untuk wawancara

(alat tulis atau alat perekam), melakukan wawancara, mencatat pokok-pokok

wawancara, menyususn laporan hasil wawancara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

34

3.4 Instrumen Penelitian

Peneliti sebagai instrumen penelitian tidak bisa menjalankan penelitian tanpa

adanya bantuan. Peneliti dibantu dengan adanya alat dan bahan dalam penelitian.

Peneliti sebagai pengendali akan membutuhkan alat-alat penelitian seperti alat

perekam, laptop, dan alat tulis untuk menunjang catatan lapangan atau wawancara

untuk mengetahui latar belakang dan riwayat responden. Alat perekam dan catatan

lapangan digunakan untuk merekam ujaran yang terkait dengan penelitian. Selain

membutuhkan alat dalam penelitian, peneliti juga membutuhkan bahan dalam

penelitian yakni buku sumber kepustakaan.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis yang digunakan oleh peneliti Furchan (1982:475) menyatakan bahwa

langkah pertama yang harus dilakukan peneliti dalam menganaliss data adalah

melihat kembali usulan penelitian guna memeriksa rencana penyajian data dan

pelaksanaan data. Beberapa hal yang akan peneliti kembangkan dalam teknik

analisis data adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi

Keberhasilan seorang peneliti adalah ketika ia mampu mengidentifikasi

berdasarkan data yang ada dan teori yang relevan yang telah ia kemukakan.

Misalnya, saat peneliti menemukan kata dalam data yang sekiranya sesuai dengan

teori yang relevan sehingga ia mendapatkan ciri penanda yang terdapat dalam kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

35

tersebut maka identifikasi itu juga baik untuk diterapkan. Identifikasi akan dilihat

dari hasil analisis kebutuhan, hasil pengamatan, dan hasil wawancara.

b. Klasifikasi

Mendeskripsikan data berarti memberikan gambaran berdasarkan data yang

digunakan untuk memperoleh bentuk nyata dari responden. Hal ini dilakukan agar

penelitian lebih mudah dipahami oleh peneliti itu sendiri atau pun orang lain yang

telah tertarik dengan penelitian ini. Penggambaran data harus sesuai dengan

sumber dan data yang diperoleh. Deskripsi data dalam penelitian ini akan

digambarkan dengan cara pengelompokan data yang ada dan mengkajinya

berdasarkan teori yang relevan serta sejauh mana tingkat kedwibahasaan dalam

data yang diperoleh.

c. Interpretasi/Pemaknaan

Peneliti harus memaknai data yang ia peroleh sebelumnya yang bersumber

dari catatan lapangan, dokumen ataupun lainnya. Pemaknaan data ini digunakan

untuk menganalisis data yang telah ditemukan. Tindak lanjut yang akan dilakukan

setelah menafsirkan data adalah pengecekkan keabsahan data.

d. Mendeskripsikan

Peneliti harus mengkaji hasil temuan penelitian ke dalam bentuk deskriptif.

Deskriptif bertujuan untuk memperjelas tingkat kedwibahasaan. Pada tahap ini

peneliti akan mendeskripsikan tingkat kedwibahasaan yang terbagi menjadi tiga

bagian yaitu tingkat kedwibahasaan subordinatif, tingkat kedwibahasan

koordinatif, dan tingkat kedwibahasaan majemuk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

36

3.6 Triangulasi

Moleong (2008:330) mengatakan bahwa triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi

data dilakukan untuk me-rechek temuan dengan jalan membandingkannya dengan

berbagai sumber, metode, atau teori. Setiap hal temuan harus dicek keabsahannya,

agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat

dibuktikan keabsahannya.

Pengecekan keabsahan yang dipakai oleh peneliti adalah triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu. Peneliti meminta bantuan ahli untuk mengecek

keabsahan data dan hasil analisis data. Peneliti memilih Dr. R. Kunjana Rahardi,

M. Hum dosen Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI) di Uniersitas Sanata

Dharma sebagai traggulator, karena beliau merupakan ahli Bahasa dibidang

sosiolinguistik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

37

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab hasil analisis dan pembahasan ini memaparkan tiga hal yaitu (1)

Deskripsi data, (2) Analisis data, dan (3) Pembahasan. Deskripsi data

memaparkan gambaran dari hasil analisis data penelitian. Analisis data penelitian

memaparkan proses peneliti menganalisis data penelitian berdasarkan

klasifikasinya. Kemudian pada pembahasan akan memaparkan hasil penelitian

dengan alasan-alasan si peneliti untuk memilih tingkat kedwibahasaan dengan

memperhatikan karakteristiknya. Ketiga hal tersebut yang akan dibahas satu

persatu di bawah ini:

4.1 Deskripsi Data

Data penelitian ini berupa tuturan yang dihasilkan oleh mahasiswa angkatan

2015 yang tinggal di pulau Jawa dan menggunakan dua bahasa yaitu bahasa

Indonesia dan bahasa Jawa di Prodi PBSI Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

yang di dalamnya terdapat tingkat kedwibahasaan. Observasi awal dilakukan pada

awal bulan februari 2019, dan penelitian berakhir pada bulan mei 2019. Observasi

memiliki keuntungan bagi peneliti untuk menemukan fakta yang sesungguhnya

dilapangan penelitian. Fakta-fakta tersebut berupa para mahasiswa PBSI 2015

sering berkomunikasi dalam kegiatan sehari-hari menggunakan lebih dari satu

bahasa, yaitu bahasa Ibu dan bahasa kedua. Penggunaan bahasa yang digunakan

tersebut tak lepas dari kedwibahasaan. Oleh karena itu, peneliti ingin

menganalisis tingkat kedwibahasaan yang dimiliki mahasiswa PBSI 2015 saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

38

berkomunikasi di lingkungan sosial. Data diperoleh melalui metode simak

observasi dan metode cakap wawancara untuk menunjang latar belakang

responden.

Faktor penyebab adanya tingkat kedwibahasaan yang dikaitkan dengan kajian

sosiolinguistik, dimana mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

angkatan 2015 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta merupakan masyarakat

bilingual yang tampak adanya penggunaan kedwibahasaan yang menampilkan

tingkat kedwibahasaan subordinatif, koordinatif atau sejajar, dan majemuk.

Tingkat kedwibahasaan subordinatif merupakan kedwibahasaan yang digunakan

saat memakai bahasa pertama namun sering memasukan bahasa kedua. Tingkat

kedwibahasaan koordinatif atau sejajar merupakan seseorang yang memiliki dua

bahasa sama-sama baiknya dalam penggunaan kedwibahasaan. Tingkat

kedwibahasaan majemuk merupakan kedwibahasaan yang salah satu bahasa lebih

baik daripada kemampuan berbahasa bahasa lain. Para mahasiswa Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2015 dalam interaksi di luar pembejaran

menggunakan bahasa daerah (dominan Jawa), bahasa Indonesia, dan juga bahasa

asing (bahasa Inggris) sesuai dengan konteks percakapakan. Data wawancara

menghasilkan data yang berupa latar belakang bahasa pertama dan bahasa kedua

yang telah dimiliki ataupun digunakan oleh responden.

Data berupa tuturan-tuturan mahasiswa yang mengandung kedwibahasaan lalu

ditranskrip dan dianalisis, hingga ditemukan 54 analisis data terpilih. Data dari

penelitian ini telah melalui tahap triangulasi. Triangulasi dilakukan kepada orang

yang paham mengenai bahasa ataupun tingkat kedwibahasaan. Triangulasi ahli

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

39

dilakukan dari dosen Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia yaitu Bapak Dr. R.

Kunjana Rahardi M.Pd. triangulasi data dilaksanakan pada Kamis, 16 Mei 2019.

Setelah di triangulasi, data yang disetujui oleh triangulator yaitu 51 analisis dan

yang tidak disetujui ada 3 analisis. Hasil analisis data yang tidak disetujui oleh

triangulator tidak digunakan dalam penelitian karena tidak sesuai dengan acuan

bahasan. Peneliti telah memperbaiki triangulasi sesuai komentar atau saran

triangulator. Peneliti telah memberikan tanda pada setiap tuturan yang dirasa

mengandung tingkat kedwibahasaan sesuai dengan komentar yang diberikan oleh

triangulator. Peneliti telah mencetak tebal pada tuturan yang mengandung tingkat

kedwibahasaan untuk mempermudah identifikasi data.

4.2 Analisis Data

Pada bagian analisis data yang berjudul “kajian sosiolinguistik tingkat

kedwibahasaan mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta di luar pembelajaran”, peneliti akan memaparkan data-data

yang ditemukan dan dianalisis sesuai dengan teknik analisis data. Penelitian ini

ada empat tahapan teknik analisis data yaitu: Identifikasi, Klasifikasi,

Interpretasi/Pemaknaan, dan Mendeskripsikan. Pada tahap pertama, peneliti

mengidentifikasi adanya kedwibahasaan pada temuan tuturan-tuturan mahasiswa

yang mengandung tingkat kedwibahasaan. Pada tahap kedua, peneliti

mengklarifikasikan data yang telah didapatkan dari lapangan yang memiliki salah

satu kategori tingkat kedwibahasaan yang berupa subordinatif, koordinatif, dan

majemuk. Pada tahap ketiga, peneliti menginterpretasikan temuan-temuan peneliti

dan dilanjutkan dengan perwakilan yang tidak terlepas dari konteks data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

40

penelitian. Pada tahap terakhir, peneliti akan mendiskripsikan hasil kajian yang

ditemukan oleh peneliti kedalam bentuk deskriptif.

Agar pemahaman lebih jelas mengenai hasil analisis tersebut, berikut ini akan

dipaparkan terlebih dahulu penggunaan kedwibahasaan dengan teori Haugen

(1968:10) pendapat Lado diperkuat oleh Haugen yang menyatakan bahwa

kedwibahasaan adalah mengetahui dua bahasa. Jika diuraikan lebih umum maka

pengertian kedwibahasaan adalah penggunaan dua bahasa baik secara produktif

maupun secara reseptif oleh seorang individu ataupun masyarakat. Haugen

mengemukakan kedwibahasaan dengan mengetahui dua bahasa “knowledge of

two languages” cukup mengetahui dua bahasa secara pasif atau “understanding

without speaking”. Selanjutnya akan dipaparkan data-data secara rinci perihal

tingkat kedwibahasaan. Tingkat kedwibahasaan akan dianalisis dengan adanya

teori yang dipaparkan oleh Weinreich (dalam Pranowo, 1953:105-107)

Kedwibahasaan dibedakan berdasarkan drajat yang terbagi menjadi tiga bagian

yaitu Kedwibahasaan Koordinatif, Kedwibahasaan Subordinatif, dan

Kedwibahasaan Majemuk.

Metode dan teknik pengumpulan data sangat membantu peneliti untuk

memecahkan permasalahan pada penelitian. Adanya teori tersebut diharapkan

dapat membantu peneliti untuk menganalisis data responden. Metode yang

digunakan peneliti yaitu metode simak (pengamatan dan observasi) dan metode

cakap (wawancara). Metode simak diterapkan pada masalah tingkat

kedwibahasaan. Sedangkan, metode cakap untuk mengetahui latar belakang

responden yang diteliti. Latar belakang responden berguna untuk memastikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

41

responden adalah pengguna kedwibahasaan. Sedangkan metode simak berguna

untuk memperoleh data tuturan mahasiswa. Berikut data analisis penggunaan

kedwibahasaan dan tingkat kedwibahasaan yang diperoleh peneliti.

4.2.1 Kajian Sosiolinguistik Tingkat Kedwibahasaan Mahasiswa PBSI

Angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di

Luar Pembelajaran

Hasil analisis wawancara mahasiswa 2015 yang berasal dari Pulau Jawa,

membuktikan bahwa mahasiswa 2015 menggunakan lebih dari dua bahasa atau

bilingual. Peneliti mencoba menggolongkan bahasa produktif dan reseptif pada

bahasa yang digunakan oleh responden. Hasil analisis data wawancara

menghasilkan sebuah pernyataan bahwa mahasiswa PBSI 2015 terbukti

menggunakan dua bahasa atau disebut juga dengan dwibahasawan. Data tersebut

menunjukan bahwa seringnya penggunaan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia

dalam kegiatan sehari-hari di kehidupan sosial. Dari hasil wawancara tersebut

akan diambil beberapa tuturan dari responden yang mengandung penggunaan

kedwibahasaan yang memiliki tingkat kedwibahasaan. Hal tersebut akan

mendukung data tuturan responden.

Tingkat kedwibahasaan yang dianalisis berupa tingkat kedwibahasaan

subordinatif, tingkat kedwibahasaan koordinatif atau sejajar, dan tingkat

kedwibahasaan majemuk. Tuturan yang memiliki tingkat tertinggi dengan jumlah

42 merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif. Tingkat kedwibahasaan

koordinatif atau sejajar menemukan tuturan dengan jumlah 6 tuturan atau kalimat

dari responden. Tingkat kedwibahasaan majemuk menemukan tuturan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

42

jumlah 3 tuturan atau kalimat pada responden. Hal tersebut didapat dari analisis

tingkat kedwibahasaan pada tuturan responden dengan menggunakan metode

simak dan teknik penelitian.

4.2.1.1 Tingkat Kedwibahasaan Subordinatif yang digunakan oleh

Mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Kajian perihal tingkat kedwibahasaan dalam kajian kedwibahasaan dengan

kajian sosiolinguistik cukup variatif berdasarkan konsep ahli yang merumuskan.

Penelitian ini mendasarkan pada analisis data berdasarkan tingkat kedwibahasaan

yang berupa subordinatif, koordinatif, dan majemuk. Adanya penggunaan

kedwibahasaan pada mahasiswa memiliki tingkat kedwibahasaan dalam setiap

percakapan sehari-hari. Analisis data penelilitian ini meliputi analisis tingkat

kedwibahasaan subordinatif. Hal tersebut ditemukan adanya temuan-temuan

peneliti pada percakapan dan hasil tabulasi yang sudah ditriangulasi dan itu

terbukti dari data percakapan berikut ini.

Tuturan data (1)

So: Din, kowe gelem ora lipstik focallure?

Di: Focallure apa?

So: Tapi warnane coklat banget.

Di: Banget?

So: Gelap pokok‟e.

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22

tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra

tutur dapat menjelaskan pada penutur terkait prodak kecantikan berupa lipstik.

M= penutur menawarkan prodak kecantikan berupa lipstick yang berwarna coklat

kepada mitra tutur. A= tidak ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra tutur. B= pertuturan membahas warna lipstik yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

43

ditawarkan kepada mitra tutur. I= pertuturan terjadi secara langsung dengan

bahasa lisan. C= mitra tutur nampak ragu-ragu untuk menerima tawaran penutur.

A= pertuturan terjadi di perpustakan Universitas Sanata Dharma pada hari Selasa,

26 Februari 2019 dengan situasi cukup hening dan tidak resmi diruang diskusi.

R= tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.

Data tuturan (data 1) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data diatas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh So sebagai penutur yang menjadi

responden kepada Di sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan tentang

prodak kecantikan berupa lipstik. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1 pada

situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan mitra tutur.

Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Tapi warnane coklat banget.”,

menunjukan bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang menggunakan

B1 (bahasa Indonesia) dan sering memasukan B2 (bahasa Jawa) yaitu dalam satu

kalimat tuturan dan dapat dibuktikan pada kata “warnane” yang termasuk dalam

bahasa Jawa.

Tuturan data (2)

Ty: BTW, kemarin Ay ulang tahun.

Di: Storyne ndelok ora?

Ty: Storyne aku ndelok, “terima kasih sudah datang”.

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22

tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang

dibicarakan. M= penutur membicarakan cerita sosial media yang ditulis oleh salah

satu teman kelasnya. A= tidak ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh

penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur. B= pertuturan membahas cerita yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

44

ditulis teman kelasnya di salah satu sosial media. I= pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak bersemangat untuk

membicarakan topik yang dimulai oleh penutur. A= pertuturan terjadi pada hari

Senin, 25 Februari 2019 ketika sedang di pastoran Kota Baru dengan situasi hujan

deras dan tidak formal. R= story. A= penutur dan mitra tutur menggunakan

bahasa Jawa dan bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.

Data tuturan (data 2) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data diatas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Ty sebagai penutur yang menjadi

responden kepada Di sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan status di

media sosial salah satu temannya. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1 pada

situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan mitra tutur.

Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Storyne ndelok ora, “terima kasih

sudah datang”.”, menunjukan bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan

yang menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa

Indonesia dan bahasa Inggris) yaitu dalam satu kalimat tuturan dan dapat

dibuktikan pada kata “storyne” yang termasuk dalam bahasa Inggris dan bahasa

Jawa.

Tuturan data (6)

Yo: Kondone nganu, hehheehe.

Pe: Haha ketawan chatingan.

Yo: Yoi hehe, kan dia yang chatting gue, eh aku ndisik.

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin pria berusia 24 tahun.

O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan

berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancer dan bersemangat karena

mitra tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang

sedang dibicarakan. M= penutur membicarakan soal salah satu teman seangkatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

45

yang memberikan pesan kepada penutur. A= tidak ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur. B= pertuturan

membahas teman angkatan yang menceritakan sesuatu kepada si penutur. I=

pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak

bersemangat untuk membicarakan topik yang dimulai oleh penutur. A= pertuturan

terjadi pada hari Kamis, 14 Februari 2019 ketika sedang duduk di depan

sekretariat PBSI dengan situasi tidak formal. R= tidak ada. A= penutur dan mitra

tutur menggunakan bahasa Jawa, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

Data tuturan (data 6) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data diatas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Yo sebagai penutur yang menjadi

responden kepada Pe sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan salah satu

seorang temannya yang sering bertukar cerita atau kabar menggunakan media

sosial. Penutur menggunakan bahasa Jawa, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia

saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1 pada situasi tidak

formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan mitra tutur pada situasi

formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Yoi hehe, kan dia yang

chatting gue, eh aku ndisik.”, menunjukan bahwa penutur adalah pengguna

kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2

(bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) yaitu dalam satu kalimat tuturan dan dapat

dibuktikan pada kata “Yoi hehe, kan dia yang chatting gue” yang termasuk

dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Tuturan data (7)

Di: Aku wes ora sariawan Yas, selama beberapa minggu.

Ty: Hla iki ngopo meneh?

Di: Tiba-tiba ki muncul meneh, gara-gara disikat ketoke.

Konteks sosial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

46

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22

tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang

dibicarakan. M= penutur bercerita mengenai kondisi kesehatan penutur. A= tidak

ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra

tutur. B= pertuturan membahas penyakit yang dialami si penutur. I= pertuturan

terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak heran dan

memiliki rasa ingin tahu tentang apa yang dialami si penutur. A= pertuturan

terjadi pada hari Senin, 18 Februari 2019 di PKL Resto dengan situasi tidak

formal. R= tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa

Jawa dan bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.

Data tuturan (data 7) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data diatas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Di sebagai penutur yang menjadi

responden kepada Ty sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan soal sakit

sariawan yang telah diderita si penutur. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1

pada situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan mitra

tutur pada situasi formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Aku wes

ora sariawan Yas, selama beberapa minggu.”, menunjukan bahwa penutur

adalah pengguna kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering

memasukan B2 (bahasa Indonesia) yaitu dalam satu kalimat tuturan dan dapat

dibuktikan pada kata “selama beberapa minggu” yang termasuk dalam bahasa

Indonesia.

Tuturan data (8)

Ty: Ayo joinan tuku anting!

Pe: Apik yo, pironan?

Ty: Iki eneng promo seng 100k dapat 5.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

47

Pe: Mengko ndadak tuku 5?

Ty: Yora mengko nek tuku 5 kakean, mengko golek wong 5 sopo-sopo. Apik

nggo njagong-njagong.

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22

tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang

dibicarakan. M= penutur membicarakan promosi anting-anting yang ditawarkan

di salah satu media sosial. A= tidak ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh

penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur. B= pertuturan membahas promo anting-

anting dan kegunaannya. I= pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa

lisan. C= mitra tutur nampak bersemangat untuk membicarakan topik yang

dimulai oleh penutur. A= pertuturan terjadi pada hari Senin, 25 Februari 2019

ketika sedang di depan kapel Bintang Samudra Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal. R= tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.

Data tuturan (data 8) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data diatas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Ty sebagai penutur yang menjadi

responden kepada Pe sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan soal anting

yang dijual di media sosial instagram. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1

pada situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan mitra

tutur pada situasi formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Ayo

joinan tuku anting! dan Iki eneng promo seng 100k dapat 5.”, menunjukan

bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa

Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

48

dalam satu kalimat tuturan dan dapat dibuktikan pada kata “joinan dan 100k”

yang termasuk dalam bahasa Indonesia, bahasa Jawad an bahasa Inggris.

Tuturan data (10)

Na: Apik mantole transparan.

Gi: Ndemok-ndemok! nek apik mantole, hahaha.

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22

tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin pria

berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur membicarakan jas hujan yang digunakan saah satu temannya. A=

tidak ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh

mitra tutur. B= pertuturan membahas jas hujan yang dipuji oleh si penutur dan

ditanggapi oleh mitra tutur. I= pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa

lisan. C= mitra tutur nampak bersemangat untuk mengolok-ngolok penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari Senin, 25 Februari 2019 ketika sedang di depan kapel

Bintang Samudra Universitas Sanata Dharma dengan situasi tidak formal. R=

tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.

Data tuturan (data 10) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data diatas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Na sebagai penutur yang menjadi

responden kepada Gi sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan soal jas

hujan yang digunakan oleh temannya. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1

pada situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan mitra

tutur pada situasi formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Apik

mantole transparan.”, menunjukan bahwa penutur adalah pengguna

kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

49

(bahasa Indonesia) yaitu dalam satu kalimat tuturan dan dapat dibuktikan pada

kata “transparan” yang termasuk dalam bahasa Indonesia.

Tuturan data (11)

Ag: Aku gur muni, “Opo kowe nak rapopo to Din? Kok paket lengkap, sikut

barang?”. Pe: Neng jarene keseret, tapi yo untungno rapopo sih, maksute yo dek‟e bersyukur

untunge iseh selamet.

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22

tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang

dibicarakan. M= penutur membicarakan saat menanyakan keadaan ke salah satu

temannya yang mengalami kecelakaan. A= tidak ada orang ketiga. U= pertuturan

diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur. B= pertuturan membahas

cerita keadaan salah satu temannya. I= pertuturan terjadi secara langsung dengan

bahasa lisan. C= mitra tutur nampak prihatin untuk membicarakan topik yang

dimulai oleh penutur. A= pertuturan terjadi pada hari Senin, 01 April 2019 ketika

di kantor BAA Universitas Sanata Dharma dengan situasi tidak formal. R= tidak

ada wacana. A= penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia selama pertuturan berlangsung.

Data tuturan (data 11) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data diatas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Ag sebagai penutur yang menjadi

responden kepada Pe sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan soal kejadian

kecelakaan yang menimpa teman sekelasnya. Penutur menggunakan bahasa Jawa

dan bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan

B1 pada situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan

mitra tutur pada situasi formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Aku

gur muni, “Opo kowe nak rapopo to Din? Kok paket lengkap, sikut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

50

barang?”.”, menunjukan bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang

menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa Indonesia)

yaitu dalam satu kalimat tuturan dan dapat dibuktikan pada kata “Kok paket

lengkap” yang termasuk dalam bahasa Indonesia.

Tuturan data (13)

Fe: Kowe nggawe apa nes, pas arep tes TKBI?

Ag: Nggawe rancangan tanya jawab beberapa doang.

Fe: Iku pertanyaane angel ora?

Ag: Ora

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22

tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang

dibicarakan. M= penutur membicarakan tes TKBI yang telah dilalui mitra tutur.

A= tidak ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi

oleh mitra tutur. B= pertuturan membahas rancangan tanya jawab tes TKBI. I=

pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak

memberikan tanngapan apa adanya kepada penutur. A= pertuturan terjadi pada

hari Senin, 01 April 2019 ketika di ruang Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma dengan situasi tidak formal. R= tidak ada wacana. A= penutur dan mitra

tutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

Data tuturan (data 13) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Ag sebagai penutur yang menjadi

responden kepada Fe sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan soal kejadian

kecelakaan yang menimpa teman sekelasnya. Penutur menggunakan bahasa Jawa

dan bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan

B1 pada situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

51

mitra tutur pada situasi formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan

“Nggawe rancangan tanya jawab beberapa doang.”, menunjukan bahwa

penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Jawa)

dan sering memasukan B2 (bahasa Indonesia) yaitu dalam satu kalimat tuturan

dan dapat dibuktikan pada kata “nggawe” yang termasuk dalam bahasa Jawa.

Tuturan data (16)

Fe: Tumben banget dia naik montor pelan-pelan, Sumpah ya din, di sebelah

kanan pada nyelip-nyelip. Bocah ki ngapa to, kok sui banget ki numpak

montor’e?

Di: Mending koyo ngunu deh, sesok aku ngunu kui nek numpak motor.

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22

tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang

dibicarakan. M= penutur membicarakan kejadian yang dialami saat di jalan. A=

tidak ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh

mitra tutur. B= pertuturan membahas cerita yang dialami saat berkendara. I=

pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak

memberikan tanngapan apa adanya kepada penutur. A= pertuturan terjadi pada

hari Senin, 01 April 2019 ketika di rumah Di dengan situasi tidak formal. R=

tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.

Data tuturan (data 16) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Fe sebagai penutur yang menjadi

responden kepada Di sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan soal kejadian

kecelakaan yang menimpa teman sekelasnya. Penutur menggunakan bahasa Jawa

dan bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan

B1 pada situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

52

mitra tutur pada situasi formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan

“Tumben banget dia naik monor pelan-pelan, Sumpah ya din, di sebelah

kanan pada nyelip-nyelip. Bocah ki ngapa to, kok sui banget ki numpak

montor’e?”, menunjukan bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang

menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa Indonesia)

yaitu dalam satu kalimat tuturan dan dapat dibuktikan pada kata “Bocah ki ngapa

to, kok sui banget ki numpak montor’e?” yang termasuk dalam bahasa Jawa.

Tuturan data (17)

Ag: “Candy”, weh ramengo.

Di: Coba aku sek nyeluk. “Candy?”.

Ag: Weh mengo. “Aku tu nggak budeg tau”.

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22

tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang

dibicarakan. M= penutur membicarakan hewan peliharaan si mitra tutur. A= tidak

ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra

tutur. B= pertuturan terjadi dengan memanggil hewan peliharaan. I= pertuturan

terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak memberikan

tanngapan kepada penutur dengan mengibaratkan hewan peliharaannya bisa

berbicara. A= pertuturan terjadi pada hari Senin, 01 April 2019 ketika di rumah Di

dengan situasi tidak resmi. R= tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.

Data tuturan (data 17) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data diatas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Ag sebagai penutur yang menjadi

responden kepada Di sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan soal kejadian

kecelakaan yang menimpa teman sekelasnya. Penutur menggunakan bahasa Jawa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

53

dan bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan

B1 pada situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan

mitra tutur pada situasi formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan

„“Candy”, weh ramengo. dan Weh mengo. “Aku tu nggak budeg tau”.”,

menunjukan bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang menggunakan

B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa Indonesia) yaitu dalam satu

kalimat tuturan dan dapat dibuktikan pada kata “weh ramengo, weh mengo, dan

budeg” yang termasuk dalam bahasa Jawa.

Tuturan data (19)

Mu: Sek endi? sek-sek.

De: Golekono sek full, mengko ndak meng nganu.

Mu: Aku njupuke sek neng E?

De: Hayo sek full, sek ana tulisane N mengko ndak’e nanggung.

Mu: Eh sek eksplisite to?

De: Hooh.

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22

tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang

dibicarakan. M= penutur mencari file di laptop mitra tutur. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur. B=

pertuturan mencari file yang disimpan oleh mitra tutur. I= pertuturan terjadi

secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak memberikan

jawaban secara jelas kepada penutur. A= pertuturan terjadi pada hari Selasa, 02

April 2019 di Cafe Ojo Dumeh dengan situasi tidak formal dan gaduh. R= tidak

ada wacana. A= penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia selama pertuturan berlangsung.

Data tuturan (data 19) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Mu sebagai penutur yang menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

54

responden kepada peneliti sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan file

yang disimpan oleh De. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia

saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1 pada situasi tidak

formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan mitra tutur pada situasi

formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan” Golekono sek full, mengko

ndak meng nganu. dan Hayo sek full, sek ana tulisane N mengko ndak’e

nanggung”, menunjukan bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang

menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa Inggris) yaitu

dalam satu kalimat tuturan dan dapat dibuktikan pada kata “full” yang termasuk

dalam bahasa Inggris yang artinya penuh.

Tuturan data (21)

Mu: Eh, Kakange Okt mlebu Hitam Putih? Terus aku komen “Wangun”.

De: Haiya, sesuk Kamis. Dek mben kae hlo ono beritane, ya kui sek guru sekolah

ngajar nganggo Iron Man.

Mu: Ohh, aku rareti

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22

tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang

dibicarakan. M= penutur memuji kakak salah satu temannya yang muncul di

sebuah acara televisi. A= tidak ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh

penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur dengan baik. B= pertuturan membicarakan

dan mengonfirmasi berita salah satu kakak temannya yang masuk di acara televisi.

I= pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban secara jelas kepada penutur. A= pertuturan terjadi pada hari

Selasa, 02 April 2019 di Cafe Ojo Dumeh dengan situasi tidak formal dan gaduh.

R= tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.

Data tuturan (data 21) merupakan tingkat kedwibahasaan majemuk.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

55

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucap kan oleh Mu sebagai penutur yang

menjadi responden kepada De sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan

minuman yang sedang diminumnya. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1

dan B2 saat berbicara dengan mitra tutur pada situasi tersebut. Hal tersebut

terbukti dengan adanya tuturan “Eh Kakange Okta mlebu Hitam Putih? Terus

aku komen “Wangun”,“ menunjukan bahwa penutur adalah pengguna

kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2

(bahasa Indonesia) yaitu dalam satu kalimat tuturan dan dapat dibuktikan pada

kosa kata “komen” yang termasuk dalam bahasa Indonesia yang biasa disebut

komentar.

Tuturan data (25)

Gi: Kan kui ana makronine. Jajal kowe searching resep pizza tlefon! Kan

saose berguna, kentange ya berguna. Pe: Ragi, tepung terigu, garam, minyak sayur, saos tomat, mozzarella, uwis.

Gi: Ora nganggo maizena po?

Pe: Ora, dadi gur tuku sosis, keju, tuku saose mau, bawang Bombay…

Gi: catet wae catet!

Pe: Ok tak catet di HP.

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22

tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang

dibicarakan. M= penutur memberikan bahan makanan yang harus disiapkan. A=

tidak ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh

mitra tutur dengan baik. B= pertuturan membicarakan bahan yang akan digunakan

untuk memasak. I= pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C=

mitra tutur nampak memberikan jawaban secara jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari Jumat, 05 April 2019 di Kos-Kosan Jalan Gejayan

dengan situasi tidak formal dan gaduh. R= tidak ada wacana. A= penutur dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

56

mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

Data tuturan (data 25) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Gi sebagai penutur yang menjadi

responden kepada Pe sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan file yang

disimpan oleh peneliti. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia

saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1 pada situasi tidak

formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan mitra tutur pada situasi

formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Kan kui ana makronine.

Jajal kowe searching resep pizza tlefon! Kan saose berguna, kentange ya

berguna”, menunjukan bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang

menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa Inggris) yaitu

dalam satu kalimat tuturan dan dapat dibuktikan pada kata “searching” yang

termasuk dalam bahasa Inggris yang artinya mencari.

Tuturan data (32)

So: File’e nandi, rareti mau nang opo?

St: Namanya apa tadi? nggak ada po?

Di: Wes tok deweke?

Fe: Hehee, bocah kok le pinter, di save dulu!

So: Tak ganti jenengelah.

Fe: Nek ra tok pindah nang flashdisk! di Capslock wae le ganti.

So: Hooh iki uwes.

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 23

tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

57

tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang

dibicarakan. M= penutur menanyakan file yang dibaca. A= dua mahasiswa yang

berusia 22 tahun. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra

tutur dengan baik. B= pertuturan terjadi secara panik karena file yang telah dibaca

si penutur tiba-tiba hilang. I= pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa

lisan. C= mitra tutur nampak memberikan jawaban secara menduga-duga. A=

pertuturan terjadi pada hari Rabu, 24 April 2019 di Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma dengan situasi tidak formal dan santai. R= tidak ada wacana. A=

penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa, bahasa Inggris, dan bahasa

Indonesia selama pertuturan berlangsung.

Data tuturan (data 32) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Fe sebagai penutur yang menjadi

responden kepada peneliti St, So, Di sebagai mitra tutur yang sedang

membicarakan file yang hilang di laptop So. Penutur menggunakan bahasa Jawa

dan bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan

B1 pada situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan

mitra tutur pada situasi formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan

“File’e nandi, rareti mau nang opo? Hehee, bocah kok le pinter, di save dulu!

dan Nek ra tok pindah nang flashdisk! di Capslock wae le ganti”, menunjukan

bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa

Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa Inggris) yaitu dalam satu kalimat tuturan

dan dapat dibuktikan pada kata “file, save, dan capslock” yang termasuk dalam

bahasa Inggris yang artinya data, simpan, kunci huruf kapital.

Tuturan data (49)

So: Kowe wes ngabarin netizen?

St: Apa maksutnya?

So: Buat story maksunya tu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

58

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22

tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang

dibicarakan. M= penutur menanyakan kepada mitra tutur. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur dengan

bingung apa yang dimaksud si penutur. B= pertuturan membicarakan sebuah

sosial media yang berhubungan dengan kabar cerita untuk teman media sosialnya.

I= pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban yang bingung kepada penutur. A= pertuturan terjadi pada

hari Senin, 13 Mei 2019 ketika sedang di perpustakaan kampus Universitas Sanata

Dharma dengan situasi hening dan tidak formal. R= tidak ada wacana. A= penutur

dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia

selama pertuturan berlangsung.

Data tuturan (data 49) merupakan tingkat kedwibahasaan subordinatif.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh So sebagai penutur yang menjadi

responden kepada peneliti St sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan soal

keinginan So untuk memberikan kabar melalui cerita di aplikasi media sosial

instagram. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia saat

melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1 pada situasi tidak formal

dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan mitra tutur pada situasi formal.

Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Kowe wes ngabarin netizen? dan

Buat story maksunya tu”, menunjukan bahwa penutur adalah pengguna

kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2

(bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) yaitu dalam satu kalimat tuturan dan dapat

dibuktikan pada kata “story” yang termasuk dalam bahasa Inggris yang artinya

cerita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

59

4.2.1.2 Tingkat Kedwibahasaan Koordinatif yang digunakan oleh Mahasiswa

PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Kajian perihal tingkat kedwibahasaan dalam kajian kedwibahasaan dengan

kajian sosiolinguistik cukup variatif berdasarkan konsep ahli yang merumuskan.

Penelitian ini mendasarkan pada analisis data berdasarkan tingkat kedwibahasaan

yang berupa subordinatif, koordinatif, dan majemuk. Adanya penggunaan

kedwibahasaan pada mahasiswa memiliki tingkat kedwibahasaan dalam setiap

percakapan sehari-hari. Analisis data penelilitian ini meliputi analisis tingkat

kedwibahasaan koordinatif. Hal tersebut ditemukan adanya temuan-temuan

peneliti pada percakapan dan hasil tabulasi yang sudah di triangulasi dan itu

terbukti dari data percakapan berikut ini.

Tuturan data (9)

Wi: Assalamualaikum teman-teman. Berkah Dalem.

Tt: Walaikumsalam. Berkah Dalem.

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22

tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang

dibicarakan. M= penutur memberikan salam kepada mitra tutur. A= tidak ada

orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur

dengan jelas. B= pertuturan memberikan salam sapaan hangat. I= pertuturan

terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak memberikan

jawaban yang tegas kepada penutur. A= pertuturan terjadi pada hari Senin, 25

Februari 2019 di depan kapel Bintang Samudra kampus Universitas Sanata

Dharma dengan situasi gaduh dan tidak formal. R= tidak ada wacana. A= penutur

dan mitra tutur menggunakan bahasa Arab bahasa Jawa, dan bahasa Indonesia

selama pertuturan berlangsung.

Data tuturan (data 9) merupakan tingkat kedwibahasaan koordinatif.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

60

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Wi sebagai penutur yang menjadi

responden kepada Tt sebagai mitra tutur yang sedang memberikan ucapan salam.

Penutur menggunakan bahasa Arab dan bahasa Indonesia saat mengucapkan

salam kepada teman-teman. Penutur sering menggunakan B1 pada situasi tidak

formal dan sering menggunakan B2 saat berbicara dengan mitra tutur pada situasi

formal. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Assalamualaikum teman-

teman. Berkah Dalem”, menunjukan bahwa penutur adalah pengguna

kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2

(bahasa Indonesia dan bahasa Arab). Hal tersebut membuktikan bahwa penutur

memiliki kemampuan lebih dari satu bahasa yang sama baiknya karena dapat

mengucapkan salam dengan berbagai bahasa.

Tuturan data (15)

Ag: Kepiye ceritane kok isa ngunu ki?

Di: Wingi ki ketok‟e mobil ijeh adoh to, tapi ki dee ngerem ndadak jut aku

nyrempet pinggire.

Fe: Trus ra tanggung jawab tinggal lungo?

Di: Ya mandek nakoni “nggak apa-apa to mbak? Soalnya mbaknya tadi

keseret jauh banget hlo?”, terus aku muni “nggak apa-apa!”.

Fe: Oh kowe rasadar Din?

Di: Hooh, lagi ndelok kok akeh getih.

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22

tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang

dibicarakan. M= penutur menanyakan jalan cerita yang telah terjadi saat

kecelakaan kepada mitra tutur. A= Fe sebagai orang ketiga. U= pertuturan diawali

oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur dengan jelas. B= pertuturan

menceritakan kejadian saat mitra tutur mengalami kecelakaan untuk menjawab

pertanyaan penutur. I= pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C=

mitra tutur nampak memberikan jawaban yang jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari Senin, 01 April 2019 di rumah Di dengan situasi sepi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

61

R= tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.

Data tuturan (data 15) merupakan tingkat kedwibahasaan koordinatif.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Di sebagai penutur yang menjadi

responden kepada Ag dan Fe sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan soal

peristiwa kecelakaan yang telah menimpa Dinda. Penutur menggunakan bahasa

Jawa dan bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering

menggunakan B1 pada situasi tidak formal dan sering menggunakan B2 saat

berbicara dengan mitra tutur pada situasi formal. Hal tersebut terbukti dengan

adanya tuturan “Ya mandek nakoni “nggak apa-apa to mbak? Soalnya

mbaknya tadi keseret jauh banget hlo?”, terus aku muni “nggak apa-apa!”.”,

menunjukan bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang menggunakan

B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa Indonesia). Hal tersebut

membuktikan bahwa penutur memiliki kemampuan lebih dari satu bahasa yang

sama baiknya karena dapat bercerita dengan temannya menggunakan bahasa Jawa

dan mengulang percakapan saat kejadian dengan bahasa Indonesia dengan kalimat

langsung.

Tuturan data (41)

Pe: Kepiye maine St?

St: Kamu pilih yang Bunglon, kalau ada kata kunci nanti kamu diskripsikan, kalau

gada kamu jadi Mr White. Mudeng kan?

Pe: Oh ya, aku dong.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

62

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22

tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang

dibicarakan. M= penutur menanyakan cara main tebak-tebakan yang dimainkan

oleh kepada mitra tutur. A= tidak ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh

penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur dengan jelas. B= pertuturan menjelaskan

cara bermain tebak-tebakan pada penutur sampai jelas dengan mempraktekan

secara langsung. I= pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C=

mitra tutur nampak memberikan jawaban yang jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari Senin, 07 Mei 2019 di ruang diskusi Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma dengan situasi tidak formal dan santai. R= tidak ada

wacana. A= penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia selama pertuturan berlangsung.

Data tuturan (data 41) merupakan tingkat kedwibahasaan koordinatif.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh St sebagai penutur yang menjadi

responden kepada Pe sebagai mitra tutur yang akan bermain tebak-tebakan.

Responden berusaha menjelaskan cara bermain tebak-tebakan pada aplikasi

telepon masa kini. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia saat

melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1 dan B2 saat berbicara

dengan mitra tutur pada situasi tersebut. Hal tersebut terbukti dengan adanya

tuturan “Mudeng kan?” menunjukan bahwa penutur adalah pengguna

kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Indonesia) dan sering memasukan

B2 (bahasa Jawa). Hal tersebut membuktikan bahwa penutur memiliki

kemampuan lebih dari satu bahasa yang sama baiknya karena dapat berbicara

dengan temannya menggunakan bahasa Indonesia dan terkadang memasukan

bahasa Jawa untuk menekankan pada suatu kalimat. Responden bisa memahami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

63

tuturan mitra tutur yang menggunakan bahasa Jawa dan menjawab tuturan mitra

tutur menggunakan bahasa Indonesia. Hal tersebut membuktikan bahwa

responden memiliki tingkat kedwibahasaan koordinatif atau sejajar.

Tuturan data (42)

De: Kamu nunjuk siapa?

Ad: Aku nunjuk Ganda.

Ga: Kowe sapa? Kamu siapa?

Er: Nunjuk dia.

Pe: Aku nunjuk stefi.

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22

tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin pria

berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur menanyakan tebak-tebakan yang dimainkan oleh kepada mitra tutur.

A= Ad, Pe dan Er orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan

ditanggapi oleh mitra tutur dengan jelas. B= pertuturan mencoba menebak siapa

yang menjadi tersangka saat permainan yang sudah dimulai. I= pertuturan terjadi

secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak memberikan

jawaban yang jelas kepada penutur. A= pertuturan terjadi pada hari Senin, 07 Mei

2019 di ruang diskusi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma dengan situasi

tidak formal dan santai. R= tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.

Data tuturan (data 42) merupakan tingkat kedwibahasaan koordinatif.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Ga sebagai penutur yang menjadi

responden kepada De, Ad, Er, dan Pe sebagai mitra tutur yang sedang bermain

tebak-tebakan dan mendeskripsikan sebuah benda. Penutur menggunakan bahasa

Jawa dan bahasa Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering

menggunakan B1 dan B2 saat berbicara dengan mitra tutur pada situasi tersebut.

Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Kowe sapa? Kamu siapa?”,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

64

menunjukan bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang menggunakan

B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa Indonesia). Hal tersebut

membuktikan bahwa penutur memiliki kemampuan lebih dari satu bahasa yang

sama baiknya karena dapat berbicara dengan temannya menggunakan bahasa

Jawa dan mengulang percakapan dengan bahasa Indonesia kepada teman yang

tidak bias menggerti bahasa Jawa.

Tuturan data (48)

Pe: Nda kowe melu bukber ora?

Ga: Mboh sesok, Siapa aja?

Pe: akeh kok, melu rapate ora sesok?

Ga: Males aku.

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22

tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin pria

berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur menanyakan kepada mitra tutur tentang acara buka bersama. A= tidak

ada orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra

tutur dengan jelas. B= pertuturan menanyakan tentang acara buka bersama. I=

pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban yang bingung kepada penutur. A= pertuturan terjadi pada

hari Senin, 13 Mei 2019 di ruang diskusi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal dan santai. R= tidak ada wacana. A= penutur dan

mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

Data tuturan (data 48) merupakan tingkat kedwibahasaan koordinatif.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Ga sebagai penutur yang menjadi

responden kepada Pe sebagai mitra tutur yang sedang berbicara mengenai buka

puasa. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia saat melakukan

percakapan. Penutur sering menggunakan B1 dan B2 saat berbicara dengan mitra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

65

tutur pada situasi tersebut. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan “Mboh

sesok. Siapa aja?“ menunjukan bahwa penutur adalah pengguna kedwibahasaan

yang menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2 (bahasa

Indonesia). Hal tersebut membuktikan bahwa penutur memiliki kemampuan lebih

dari satu bahasa yang sama baiknya karena dapat berbicara dengan temannya

menggunakan bahasa Jawa dan mengulang percakapan dengan bahasa Indonesia

kepada teman mitra tutur.

4.2.1.3 Tingkat Kedwibahasaan Majemuk yang digunakan oleh Mahasiswa

PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Kajian perihal tingkat kedwibahasaan dalam kajian kedwibahasaan dengan

kajian sosiolinguistik cukup variatif berdasarkan konsep ahli yang merumuskan.

Penelitian ini mendasarkan pada analisis data berdasarkan tingkat kedwibahasaan

yang berupa subordinatif, koordinatif, dan majemuk. Adanya penggunaan

kedwibahasaan pada mahasiswa memiliki tingkat kedwibahasaan dalam setiap

percakapan sehari-hari. Analisis data penelilitian ini meliputi analisis tingkat

kedwibahasaan majemuk. Hal tersebut ditemukan adanya temuan-temuan peneliti

pada percakapan dan hasil tabulasi yang sudah di triangulasi dan itu terbukti dari

data percakapan berikut ini.

Tuturan data (20)

De: Eh, aku wes isa nggawe iki? aku ndelok le nggawe, ana sek dodol ngunu kui

neng ngangkruk.

Pe: Piro regane?

De: Ada yang 7000 apa 8000 ya, lali.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

66

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan berusia 22

tahun. O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin pria

berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur menanyakan harga minuman oleh kepada mitra tutur. A= tidak ada

orang ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur

dengan jelas. B= pertuturan membahas minuman yang telah disajikan. I=

pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban yang jelas kepada penutur. A= pertuturan terjadi pada hari

Senin, 02 April 2019 di Café Ojo Dhumeh dengan situasi tidak formal dan santai.

R= tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.

Data tuturan (data 20) merupakan tingkat kedwibahasaan majemuk.

Konteks sosia pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh De sebagai penutur yang menjadi

responden kepada Pe sebagai mitra tutur yang sedang membicarakan minuman

yang sedang diminumnya. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia saat melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1 dan B2

saat berbicara dengan mitra tutur pada situasi tersebut. Hal tersebut terbukti

dengan adanya tuturan “Ada yang 7000 apa 8000 ya, lali“ menunjukkan bahwa

penutur adalah pengguna kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Jawa)

dan sering memasukan B2 (bahasa Indonesia). Hal tersebut membuktikan bahwa

penutur memiliki bahasa yang sama-sama tidak baik saat digunakan berbicara

dengan temannya dalam satu kalimat tuturan karena terdapat kosa kata bahasa

Jawa “lali” yang seharusnya bisa diucapkan dengan bahasa Indonesia yaitu

“lupa”. Hal tersebut peneliti mengklasifikasikan tingkat kedwibahasaan yang

digunakan penutur yaitu tingkat kedwibahasaan majemuk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

67

Tuturan data (44)

Yo: Lu udah madang belum?

Ba: Durung, ngopi wae mengko?

Yo: Nandi?

Ba: Nangkunu kuwi cerak kampus.

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin pria berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin pria berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra tutur dapat memberikan

respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang dibicarakan. M= penutur

menanyakan sudah makan atau belum kepada mitra tutur. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur dengan

jelas. B= pertuturan berlangsung untuk mengajak makan dan minum di suatu

tempat. I= pertuturan terjadi secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur

nampak memberikan jawaban yang jelas kepada penutur. A= pertuturan terjadi

pada hari Senin, 09 Mei 2019 di ruang diskusi Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma dengan situasi tidak formal dan santai. R= tidak ada wacana. A= penutur

dan mitra tutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

Data tuturan (data 44) merupakan tingkat kedwibahasaan majemuk.

Konteks sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah

informasi latar belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas

menunjukkan bahwa tuturan itu diucapkan oleh Yo sebagai penutur yang menjadi

responden kepada Ba sebagai mitra tutur yang sedang ingin mengajak makan

mitra tutur. Penutur menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia saat

melakukan percakapan. Penutur sering menggunakan B1 dan B2 saat berbicara

dengan mitra tutur pada situasi tersebut. Hal tersebut terbukti dengan adanya

tuturan “Lu udah madang belum?“ menunjukan bahwa penutur adalah

pengguna kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering

memasukan B2 (bahasa Indonesia). Hal tersebut membuktikan bahwa penutur

memiliki bahasa yang sama-sama tidak baik saat digunakan berbicara dengan

temannya. Percakapan yang dilakukan oleh responden dengan bahasa gaul dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

68

bahasa Jawa dengan kosakata yang tidak baik “madang” yang berarti “makan”

yang digunakan dalam satu kalimat tanya, menurut saya bahasa yang digunakan

oleh responden sama jeleknya. Bahasa yang digunakan oleh responden dengan

mitra tutur jika dimaksudkan dalam bahasa Indonesia “Kamu sudah makan

belum?” namun responden pada saat itu menggunakan bahasa gaul dan bahasa

Jawa sehingga menurut peneliti hal tersebut masuk dalam klasifikasi tingkat

majemuk.

Tuturan data (45)

Ba: Kowe ngerti pengajaran bahasa?

Pe: Kowe takon aku?

Ba: Hooh, aku nggoleki neng perpustakaan raono. Iki tahun buku-bukune,

sangat-sangat wes tuek.

Pe: Ora, coba cari jurnal apa bagian perpus bawah sekitaran 410.

Konteks sosial

O1= penutur adalah seorang mahasiswa berjenis kelamin pria berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berjenis kelamin perempuan

berusia 22 tahun. E= pertuturan terjadi dengan lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada mitra tutur terhadap topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur menanyakan soal buku kepada mitra tutur. A= tidak ada orang ketiga.

U= pertuturan diawali oleh penutur dan ditanggapi oleh mitra tutur dengan jelas.

B= pertuturan membahas buku dan sumber untuk tugas akhir. I= pertuturan terjadi

secara langsung dengan bahasa lisan. C= mitra tutur nampak memberikan

jawaban yang berupa saran kepada penutur. A= pertuturan terjadi pada hari Senin,

09 Mei 2019 di ruang diskusi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma dengan

situasi tidak formal dan santai. R= tidak ada wacana. A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia selama pertuturan berlangsung.

Data tuturan (data 45) merupakan tingkat kedwibahasaan majemuk. Konteks

sosial pada tuturan membantu peneliti untuk mendapatkan sebuah informasi latar

belakang tuturan yang dibicarakan oleh responden. Data di atas menunjukkan

bahwa tuturan itu diucapkan oleh Ba sebagai penutur yang menjadi responden

kepada Pe sebagai mitra tutur. Responden sedang menanyakan sebuah buku yang

berjudul pengajaran bahasa kepada mitra tutur. Penutur menggunakan bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

69

Jawa dan bahasa Indonesia saat melakukan percakapan yang santai. Penutur

sering menggunakan B1 dan B2 saat berbicara dengan mitra tutur pada situasi

tersebut. Hal tersebut terbukti dengan adanya tuturan ”Iki buku-bukune, tahune

sangat-sangat wes tuek.“ menunjukan bahwa penutur adalah pengguna

kedwibahasaan yang menggunakan B1 (bahasa Jawa) dan sering memasukan B2

(bahasa Indonesia). Hal tersebut membuktikan bahwa penutur memiliki bahasa

yang sama-sama tidak baik saat digunakan berbicara dengan temannya.

Percakapan yang dilakukan oleh responden dengan bahasa Jawa dengan kosakata

yang tidak baik “Iki tahun buku-bukune, sangat-sangat wes tuek.” yang berarti

dalam bahasa Indonesia maksud tuturan tersebut “Ini tahun dalam buku-

buknya, sangat-sangat sudah tua” yang digunakan dalam satu kalimat tuturan,

menurut saya bahasa yang digunakan oleh responden sama jeleknya.

4.3 Pembahasan

Pada bagian pembahasan ini disampaikan oleh peneliti dengan adanya temuan

data-data hasil penelitian yang sudah di triangulasi dan di analisis sesuai dengan

teori yang dianut pada bagian bab II. Penelitan yang berjudul “kajian

sosiolinguistik tingkat kedwibahasaan mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di luar pembelajaran” bertujuan untuk

mendeskripsikan tingkat kedwibahasaan yang digunakan oleh mahasiswa PBSI

angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti

mengangkat judul tersebut karena penelitian ini masih jarang diteliti di Indonesia

dan terlebih dikalangan akademis Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonsia.

Pemilihan tempat dan subjek pun dirasa dekat dengan peneliti sehingga mudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

70

untuk didapatkan. Peneliti mencapai tujuan tersebut dengan metode teknik simak

dan metode cakap. Pada metode simak terdapat empat teknik yang terbukti

menghasilkan data yang berkualitas dan akurat. Sumber data penelitian

berhubungan dengan subjek penelitian yang masing-masing berasal dari berbagai

kota di pulau Jawa ini sehingga memiliki bahasa Ibu dan bahasa kedua atau

bahasa ketiganya yang memiliki tingkat kedwibahasaan.

Hal tersebut terbukti adanya tingkat kedwibahasaan yang digunakan oleh

mahasiswa yaitu tingkat kedwibahasaan subordinatif, tingkat kedwibahasaan

koordinatif, dan tingkat kedwibahasaan majemuk berdasarkan kosep para ahli

Weinrich (dalam Tarigan, 1988:8); Weinreich (dalam Pranowo, 2014:105-107);

Alwasih, 1985 (dalam Pranowo 2014:105); Nababan, 1984 (dalam Pranowo 2014:

155); dan Weinrich 1953 (dalam Suandi, 2014:19). Sasaran penelitian ini adalah

tuturan sehari-hari yang digunakan mahasiswa. Tuturan yang dimaksud adalah

tuturan yang mengandung tingkat kedwibahasaan pada interaksi di luar

pembelajaran mahasiswa PBSI 2015 Universitas Sanata Dharma.

Pada bagian pembahasan, peneliti menjawab keseluruhan rumusan masalah

dengan menghubungkan teori yang peneliti gunakan dengan acuan teori

sosiolinguistik secara umum Menurut Nababan (1984:2) sosiolinguistik adalah

ilmu yang membahas tentang aspek masyarakat bahasa, khususnya berkaitan

dengan perbedaan atau variasi dalam bahasa dan faktor-faktor kemasyarakatan

lainnya. Acuan teori yang digunakan Kedwibahasaan Weinrich (dalam Chaer,

1994:65) bilingualisme merupakan penggunaan dua bahasa oleh seseorang secara

bergantian. Acuan teori Tingkat kedwibahasan Menurut Weinreich (dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

71

Pranowo, 2014:105-107) Kedwibahasaan dibedakan berdasarkan derajat yang

terbagi menjadi tiga bagian yaitu Kedwibahasaan Koordinatif, Kedwibahasaan

Subordinatif, dan Kedwibahasaan Majemuk. Dengan acuan penelitian yang

relevan terkait kedwibahasaan diteliti oleh Silvia Sanca mahasiswi dari

Universitas Negri Yogyakarta, tahun (2012) dengan judul Penggunaan

Dwibahasa (Indonesia-Jawa) oleh Warga keturunan Etnis Tionghoa di ketandan

kota Yogyakarta. Pada skripsi tesrsebut peneliti memiliki kesamaan untuk

membahas penggunaan kedwibahasaan. Adapun yang membedakan penelitian ini

terletak pada sasaran, subjek yang dikaji, dan temuan hasil penelitian, dan

rumusan masalah.

Berdasarkan data yang ditemukan dan dianalisis oleh peneliti, tingkat

kedwibahasaan yang paling banyak ditemukan adalah tingkat kedwibahasaan

subordinatif. Mahasiswa PBSI 2015 seringgnya penggunaan kedwibahasaan

bahasa pertama memasukan bahasa kedua untuk melakukan percakapan di

kehidupan sehari-hari. Peneliti menemukan 42 tingkat kedwibahasaan

subordinatif. Peneliti hanya menemukan tingkat kedwibahasaan koordinatif atau

sejajar sebanyak 6 dan tingkat kedwibahasan majemuk sebanyak 3 tuturan atau

kalimat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

72

BAB V

PENUTUP

Bab penutup akan memaparkan (1) simpulan dan (2) saran. Kesimpulan ini

berisi rangkuman dari keseluruhan penelitian ini, sementara saran berisi hal-hal

yang perlu ditingkatkan bagi peneliti lanjutan. Kedua hal tersebut akan dipaparkan

secara rinci di bawah ini.

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian dari bab IV pembahasan mengenai tingkat penggunaan

kedwibahasaan mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia

angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, maka dapat ditarik

kesimpulan sesuai dengan hasil analisis dan pembahasan. Mahasiswa PBSI 2015,

FKIP Universitas Sanata Dharma terbukti menggunakan dua bahasa yaitu bahasa

Jawa dan bahasa Indonesia untuk digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Sedangkan tingkat kedwibahasaan yang ditemukan dalam hasil penelitian ini

adalah berdasarkan data penelitian terdiri dari tingkat kedwibahasaan subordinatif,

tingkat kedwibahasaan koordinatif, dan tingkat kedwibahasaan majemuk.

Pertama, tingkat kedwibahasaan subordinatif dalam percakapan nonformal

yang terjadi di kalangan mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Sastra dan

Indonesia angkatan 2015 terdapat 42 data yang di setujui oleh triangulator dari 51

data. Kedwibahasaan tingkat subordinatif merupakan kedwibahasaan yang

digunakan saat memakai B1 namun sering memasukan B2 atau sebaliknya. Hal

tersebut sering terjadi pada situasi di lingkungan mahasiswa yang lebih dominan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

73

menggunakan B2 atau B1. Data penelitian percakapan menunjukkan bahwa

mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia angkatan 2015

menunjukkan hasil terbanyak dan dominan mahasiswa tergolong pada tingkat

kedwibahasaan subordinatif.

Kedua, tingkat kedwibahasaan koordinatif atau sering disebut dengan

kedwibahasaan sejajar dalam percakapan nonformal yang terjadi di kalangan

mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia angkatan 2015

terdapat 6 data yang disetujui oleh triangulator dari 51 data. Kedwibahasaan

Koordinatif atau sering disebut kedwibahasaan sejajar merupakan seseorang yang

memiliki dua bahasa atau lebih yang dikuasai oleh dwibahasawan dengan

pengalaman atau pemerolehan yang berbeda dan kedua bahasa tersebut jarang

digunakan dengan sama baiknya. Hal tersebut B1 dan B2 sama-sama dikuasai

namun berbeda tempat pemerolehan bahasa yang telah di dapat oleh si

dwibahasawan. Data penelitian percakapan menunjukkan bahwa mahasiswa

Program Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia angkatan 2015 menunjukkan

hasil penelitian yang sangat sedikit kurang dari 10 data dalam percakapan, namun

dalam hasil tanya jawab wawancara hal tersebut memang terlihat dari jawaban

yang diberikan responden bahwa mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Sastra

dan Indonesia angkatan 2015 menguasai B1 dan B2 namun berbeda tempat

pemerolehan bahasa ada di tingkat Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar.

Ketiga, tingkat kedwibahasaan majemuk dalam percakapan nonformal yang

terjadi di kalangan mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia

angkatan 2015 terdapat 3 data yang disetujui oleh triangulator dari 51 data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

74

Kedwibahasaan majemuk merupakan seseorang yang memiliki dua bahasa atau

lebih yang dikuasai oleh dwibahasawan dengan situasi kondisi yang sama dan

bahasa yang digunakan sama jeleknya. Hal tersebut terlihat dari percakapan

mahasiswa yang menggunakan bahasa gaul atau menggunakan bahasa Indonesia,

dan bahasa Jawa dalam satu kalimat sehingga membuat peneliti menyimpulkan

bahasa tersebut tergolong pada tingkat kedwibahasaan majemuk.

Tingkat kedwibahasaan yang sering peneliti jumpai adalah tingkat

kedwibahasaan subordinatif. Tingkat kedwibahasaan koordinatif dan tingkat

kedwibahasaan majemuk sangat jarang digunakan pada tuturan atau percakapan

yang dilakukan mahasiswa PBSI 2015 di luar pembelajaran. Hal tersebut terbukti

pada hasil penelitian.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditemukan dan pembahasan penelitian.

Peneliti memberikan saran yang diharapkan dapat berguna bagi peneliti

selanjutnya atau bagi kepentingan peneliti selanjunya. Saran tersebut dipaparkan

sebagai berikut.

1. Penelitian ini saya sadari masih jauh dari kata sempurna sehingga diharapkan

peneliti selanjutnya dapat mengembangkan dengan kajian yang berbeda dan

subjek yang berbeda.

2. Penelitian ini terbatas pada penelitian dan pembahasan tingkat kedwibahasaan

mahasiswa PBSI angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Maka, bagi peneliti bahasa, penelitian ini dapat dijadikan

referensi untuk penelitian lebih lanjut yang tidak hanya membahas tingkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

75

kedwibahasaan namun diharapkan peneliti selanjutnya dapat membahas faktor

penggunaan kedwibahasaan.

3. Peneliti hanya menemukan beberapa tingkat kedwibahasaan majemuk dan

kordinatif, hasil dari analisis data dan pembahasan lebih banyak menemukan

tingkat kedwibahasaan subordinatif. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat

menemukan data tuturan yang mempunyai tigkat kedwibahasaan koordinatif

dan tingkat kedwibahasan majemuk lebih banyak lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

76

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Alek & H. Ahmad HP. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga.

Aslinda dan Lani & Leni Syahfyahya. 2014. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung:

Refika Aditama.

Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian, Suatu Praktek. Jakarta: Bina

Aksara.

Alwasilah, A. Chaer. 1990. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Baryadi, 1 Praptomo. 2015. Teori-Teori Linguistik Pascasttruktural Memasuki

Abad ke-21. Yogyakarta. PT Kanisius.

Chaer, Abdul & Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Damayanti, Welsi. 2014.Penggunaan Kedwibahasaan Sebagai Media Komunikasi

Penjual Asesoris Toko Rock Stuff Plaza Parahyangan Bandung. Jurnal

Edutech, Tahun 13, Vol.1, No.1, Februari 2014 Jurusan MKDU FPIPS,

Universitas Pendidikan Indonesia.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha

Nasional.

Kamaruddin. 1989. Kedwibahasaan dan Pendidikan Dwibahasa (Pengantar).

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi dan Pengembangan. Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan. Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Ende: Nusa Indah.

Murwanti, Hermi. 2002. Variasi Rubrik-Rubrik pada Media Sekolah Menengah

Umum di Kotamadya Yogyakarta dan Relevansinya dengan Pembelajaran

Bahasa Indonesia di SMU: Suatu Tinjaun Sosiolinguistik. Skripsi S1.

Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasan dan Sastra Indonesia,

FKIP USD Yogyakarta.

Moleong, Lexy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

M.S, Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan

Tekniknya. Jakarta: Raya Grafindo.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

77

Nababan. 1984. Sosiolinguistik Suatu Pengantar.Jakarta: Gramedia: Pustaka

Irama.

Nababan. P.W.J. 1992. Survei Kedwibahasaan di Indonesia. Jakarta: Pusat

Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan.

Pranowo. (2014). Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

2015.Optimalisasi Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Wahana

Pembentukan Metode dan Karakter di Era Globaisasi Menuju

Indonesia Emas. Jakarta: Universitas Sanata Dharma.

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.

Jakarta. Erlangga.

Sancha, Silvia. 2012. Penggunaan Dwibahasa (Indonesia-Jawa) oleh Warga

Keturunan Etnis Tionghoa di Ketandan Kota Yogyakarta. Skripsi S1.

Yogyakarta:Program Studi Pendidikan Bahasa Daerah, FBS UNY

Yogyakarta.

Saunir. 2008. “Profil Kedwibahasaan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris”.

Didaktika: Jurnal Bahasa dan Pendidikan Bahasa. 2 (2) Jurusan Bahasa dan

Sastra Inggris FBS UHP Padang, Universitas Negri Padang.

Sudaryanto. 2015.Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata

Dharma Universitas Press.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Afabeta.

Soewandi, Slamet. 1995. Kedwibahasaan Pengertian, Implikasi, dan Kenyataan

Empirisnya dalam Pendidikan Bahasa. Yogyakarta: Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Soemarsono, dan Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.

Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Kedwibahasaan. Bandung: Angkasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

78

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

80

TRIANGULASI DATA

Triangulasi Data dan Hasil Penelitian Skripsi dengan Judul “Kajian Sosiolinguistik Tingkat Kedwibahasaan Mahasiswa PBSI

Angkatan 2015, FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di Luar Pembelajaran”

Oleh: Zella Sekar Arum Putri

Pembimbing: Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.

Petunjuk Trianggulasi:

1. Berilah tanda centang (√) pada kolom SETUJU atau TIDAK SETUJU yang menggambarkan penilaian anda terhadap hasil

analisis tingkat kedwibahasaan dan fungsi kedwibahasaan.

2. Berilah catatan pada kolom komentar yang dapat membantu kebenaran hasil analisis tingkat kedwibahasaan dan fungsi

kedwibahasaan.

3. Setelah mengisi tabulasi data, triangulator membubuhi tanda tangan pada akhir.

No.

Data Rumusan

Masalah Trianggulasi

Komentar Tuturan Konteks Sosial

Tingkat

Kedwibahasaan Setuju

Tidak

Setuju

1. So: Din, kowe gelem

ora lipstik focallure?

Di: Focallure apa?

So: Tapi warnane

coklat banget.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

81

Di: Banget?

So: Gelap pokok‟e.

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat menjelaskan pada

penutur terkait prodak

kecantikan berupa lipstik. M=

penutur menawarkan prodak

kecantikan berupa lipstick

yang berwarna coklat kepada

mitra tutur. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

oleh penutur dan ditanggapi

oleh mitra tutur. B= pertuturan

membahas warna lipstik yang

ditawarkan kepada mitra tutur.

I= pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak ragu-

ragu untuk menerima tawaran

penutur. A= pertuturan terjadi

di perpustakan Universitas

Sanata Dharma pada hari

Selasa, 26 Februari 2019

dengan situasi cukup hening

dan tidak resmi diruang

diskusi. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

82

bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

2. Ty: BTW, kemarin Ayu

ulang tahun.

Di: Storyne ndelok ora?

Ty: Storyne ndelok,

“terima kasih sudah

datang”.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur membicarakan

cerita sosial media yang ditulis

oleh salah satu teman kelasnya.

A= tidak ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra

tutur. B= pertuturan membahas

cerita yang ditulis teman

kelasnya di salah satu sosial

media. I= pertuturan terjadi

secara langsung dengan bahasa

lisan. C= mitra tutur nampak

bersemangat untuk

membicarakan topik yang

dimulai oleh penutur. A=

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

83

pertuturan terjadi pada hari

Senin, 25 Februari 2019 ketika

sedang di pastoran Kota Baru

dengan situasi hujan deras dan

tidak formal. R= story. A=

penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

3. Gi: Kowe le bali pie

udan? Mesakke.

Di: Padahal sek ngarep

zella.

Gi: Ngeyup tempat

makan sek wae! Wes

rada trenceng iki..

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur menanyakan cara

pulang karena hujan deras

kepada mitra tutur. A= Fe

sebagai orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra tutur

dengan jelas. B= pertuturan

menanyakan cara pulang

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

84

kepada mitra tutur dan

membujuk untuk makan dan

pulang kalua hujan sudah reda.

I= pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban yang

jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Senin, 25 Februari 2019 ketika

sedang di pastoran Kota Baru

dengan situasi hujan deras dan

tidak formal. R= tidak ada

wacana. A= penutur dan mitra

tutur menggunakan bahasa

Jawa dan bahasa Indonesia

selama pertuturan berlangsung.

4. Yo: Hooh, koyo

Bapake, “Pak Puji”.

Ba: Hayo kae nek

ngajar, jam’e rampung

malah terus wae.

An: Bapaknya Pak Ga?

Ba: Hooh, Pak Pu kae.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

pria berusia 22 tahun. O2=

mitra tutur merupakan seorang

mahasiswa berjenis kelamin

pria berusia 22 tahun. E=

pertuturan terjadi dengan

lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada

mitra tutur terhadap topik yang

sedang dibicarakan. M=

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

85

penutur memberikan cerita

yang sama dengan apa yang

dirasakan. A= An sebagai

orang ketiga. U= pertuturan

diawali oleh penutur dan

ditanggapi oleh mitra tutur

dengan jelas. B= pertuturan

memberikan informasi kepada

mitra tutur. I= pertuturan

terjadi secara langsung dengan

bahasa lisan. C= mitra tutur

nampak memberikan jawaban

yang jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Selasa, 19 Februari 2019

ketika sedang di rumah makan

dan situasi tidak formal. R=

tidak ada wacana. A= penutur

dan mitra tutur menggunakan

bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

5. Yo: Ngono kuwi to

model‟e, nek aku ki

langsung, ngasi setengah

jam nek konsultasi.

Bi: Aku yo ngono kuwi

model’e Pak, malah

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

pria berusia 24 tahun. O2=

mitra tutur merupakan seorang

mahasiswa berjenis kelamin

pria berusia 23 tahun. E=

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

86

penak langsung

digarap.

pertuturan terjadi dengan

lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada

mitra tutur terhadap topik yang

sedang dibicarakan. M=

penutur memberikan cerita

cara konsultasi kepada mitra

tutur. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

oleh penutur dan ditanggapi

oleh mitra tutur dengan jelas.

B= pertuturan menceritakan

cara konsultasi. I= pertuturan

terjadi secara langsung dengan

bahasa lisan. C= mitra tutur

nampak memberikan jawaban

yang jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Kamis, 14 Februari 2019

ketika sedang di depan

secretariat PBSI dengan situasi

lalu lalang orang lewat dan

tidak formal. R= tidak ada

wacana. A= penutur dan mitra

tutur menggunakan bahasa

Jawa dan bahasa Indonesia

selama pertuturan berlangsung.

Yo: Kondone nganu, O1= penutur adalah seorang Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

87

6.

hehheehe.

Pe: Haha ketawan

chatingan.

Yo: Yoi hehe, kan dia

yang chatting gue, eh

aku ndisik.

mahasiswa berjenis kelamin

pria berusia 24 tahun. O2=

mitra tutur merupakan seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

E= pertuturan terjadi dengan

lancer dan bersemangat karena

mitra tutur dapat memberikan

respon kepada mitra tutur

terhadap topik yang sedang

dibicarakan. M= penutur

membicarakan soal salah satu

teman seangkatan yang

memberikan pesan kepada

penutur. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

oleh penutur dan ditanggapi

oleh mitra tutur. B= pertuturan

membahas teman angkatan

yang menceritakan sesuatu

kepada si penutur. I=

pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

bersemangat untuk

membicarakan topik yang

dimulai oleh penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

88

Kamis, 14 Februari 2019

ketika sedang duduk di depan

sekretariat PBSI dengan situasi

tidak formal. R= tidak ada. A=

penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa,

bahasa Inggris dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

7. Di: Aku wes ora

sariawan Yas, selama

beberapa minggu. Ty: Hla iki ngopo

meneh?

Di: Tiba-tiba ki muncul

meneh, gara-gara disikat

ketoke.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur bercerita

mengenai kondisi kesehatan

penutur. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

oleh penutur dan ditanggapi

oleh mitra tutur. B= pertuturan

membahas penyakit yang

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

89

dialami si penutur. I=

pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak heran

dan memiliki rasa ingin tahu

tentang apa yang dialami si

penutur. A= pertuturan terjadi

pada hari Senin, 18 Februari

2019 di PKL Resto dengan

situasi tidak formal. R= tidak

ada wacana. A= penutur dan

mitra tutur menggunakan

bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

8. Ty: Ayo joinan tuku

anting!

Pe: Apik yo, pironan?

Ty: Iki eneng promo

seng 100k dapat 5.

Pe: Mengko ndadak

tuku 5?

Ty: Yora mengko nek

tuku 5 kakean, mengko

golek wong 5 sopo-

sopo. Apik nggo

njagong-njagong.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur membicarakan

promosi anting-anting yang

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

90

ditawarkan di salah satu media

sosial. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

oleh penutur dan ditanggapi

oleh mitra tutur. B= pertuturan

membahas promo anting-

anting dan kegunaannya. I=

pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

bersemangat untuk

membicarakan topik yang

dimulai oleh penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Senin, 25 Februari 2019 ketika

sedang di depan kapel Bintang

Samudra Universitas Sanata

Dharma dengan situasi tidak

formal. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

9. Wi: Assalamualaikum

teman-teman…

Tt: Walaikumsalam.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

Koordinatif atau

sejajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

91

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur memberikan

salam kepada mitra tutur. A=

tidak ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra tutur

dengan jelas. B= pertuturan

memberikan salam sapaan

hangat. I= pertuturan terjadi

secara langsung dengan bahasa

lisan. C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban yang

tegas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Senin, 25 Februari 2019 di

depan kapel Bintang Samudra

kampus Universitas Sanata

Dharma dengan situasi gaduh

dan tidak formal. R= tidak ada

wacana. A= penutur dan mitra

tutur menggunakan bahasa

Arab bahasa Jawa, dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

92

berlangsung.

10. Na: Apik mantole

transparan. Gi: Ndemok-ndemok!

nek apik mantole,

hahaha.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin pria berusia 22 tahun.

E= pertuturan terjadi dengan

lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada

mitra tutur terhadap topik yang

sedang dibicarakan. M=

penutur membicarakan jas

hujan yang digunakan saah

satu temannya. A= tidak ada

orang ketiga. U= pertuturan

diawali oleh penutur dan

ditanggapi oleh mitra tutur. B=

pertuturan membahas jas hujan

yang dipuji oleh si penutur dan

ditanggapi oleh mitra tutur. I=

pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

bersemangat untuk mengolok-

ngolok penutur. A= pertuturan

terjadi pada hari Senin, 25

Februari 2019 ketika sedang di

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

93

depan kapel Bintang Samudra

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal.

R= tidak ada wacana. A=

penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

11. Ag: Aku gur muni,

“Opo kowe nak rapopo

to Din? Kok paket

lengkap, sikut

barang?”.

Pe: Neng jarene keseret,

tapi yo untungno rapopo

sih, maksute yo dek‟e

bersyukur untunge iseh

selamet.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur membicarakan

saat menanyakan keadaan ke

salah satu temannya yang

mengalami kecelakaan. A=

tidak ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra

tutur. B= pertuturan membahas

cerita keadaan salah satu

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

94

temannya. I= pertuturan terjadi

secara langsung dengan bahasa

lisan. C= mitra tutur nampak

prihatin untuk membicarakan

topik yang dimulai oleh

penutur. A= pertuturan terjadi

pada hari Senin, 01 April 2019

ketika di kantor BAA

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal.

R= tidak ada wacana. A=

penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

12. Pe: Takira arep konsul.

Ok: Ora mengko meng

numpuk tok. Iki meh

ngeprint aku. Kowe

garap?

Peneliti: Hooh, meh

garap iki.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin pria berusia 22 tahun.

E= pertuturan terjadi dengan

lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada

mitra tutur terhadap topik yang

sedang dibicarakan. M=

penutur menanyakan kegiatan

kepada mitra tutur. A= tidak

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

95

ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra tutur

dengan jelas. B= pertuturan

memberikan cerita kegiatan. I=

pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban yang

tegas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Senin, 01 April 2019 di

perpustakaan kampus

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tenang dan tidak

formal. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa,

dan bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

13. Fe: Kowe nggawe apa

nes, pas arep tes TKBI?

Ag: Nggawe

rancangan tanya

jawab beberapa doang.

Fe: Iku pertanyaane

angel ora?

Ag: Ora

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

Subordinatif. √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

96

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur membicarakan tes

TKBI yang telah dilalui mitra

tutur. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

oleh penutur dan ditanggapi

oleh mitra tutur. B= pertuturan

membahas rancangan tanya

jawab tes TKBI. I= pertuturan

terjadi secara langsung dengan

bahasa lisan. C= mitra tutur

nampak memberikan

tanngapan apa adanya kepada

penutur. A= pertuturan terjadi

pada hari Senin, 01 April 2019

ketika di ruang Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal.

R= tidak ada wacana. A=

penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

14. Gi: Eh Mangan yo?

anyar to kunu kuwi? Pe: Aku kok raseneng

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

97

ya, mending mie ayam.

Gi: Tapi cabange kunu

kui embuh enak ora?

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur memberikan saran

kepada mitra tutur. A= tidak

ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra tutur

dengan jelas. B= pertuturan

memberikan ajakan makan. I=

pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban yang

tegas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Jumat, 22 Maret 2019 di

belakang kelas K22 kampus

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi gaduh dan tidak

formal. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

98

bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

15. Ag: Kepiye ceritane kok

isa ngunu ki?

Di: Wingi ki ketok‟e

mobil ijeh adoh to, tapi

ki dee ngerem ndadak

jut aku nyrempet

pinggire.

Fe: Trus ra tanggung

jawab tinggal lungo?

Dinda: Ya mandek

nakoni “nggak apa-

apa to mbak? Soalnya

mbaknya tadi keseret

jauh banget hlo?”,

terus aku muni “nggak

apa-apa”. Fe: Oh kowe rasadar

Din?

Di: Hooh, lagi ndelok

kok akeh getih.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur menanyakan jalan

cerita yang telah terjadi saat

kecelakaan kepada mitra tutur.

A= Fe sebagai orang ketiga.

U= pertuturan diawali oleh

penutur dan ditanggapi oleh

mitra tutur dengan jelas. B=

pertuturan menceritakan

kejadian saat mitra tutur

mengalami kecelakaan untuk

menjawab pertanyaan penutur.

I= pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban yang

Koordinatif atau

sejajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

99

jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Senin, 01 April 2019 di rumah

Di dengan situasi sepi. R=

tidak ada wacana. A= penutur

dan mitra tutur menggunakan

bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

16. Fe: Tumben banget dia

naik monor pelan-

pelan, Sumpah ya din,

di sebelah kanan pada

nyelip-nyelip. Bocah ki

ngapa to, kok sui

banget ki numpak

montor’e?

Di: Mending koyo

ngunu deh, sesok aku

ngunu kui nek numpak

motor.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur membicarakan

kejadian yang dialami saat di

jalan. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

oleh penutur dan ditanggapi

oleh mitra tutur. B= pertuturan

membahas cerita yang dialami

saat berkendara. I= pertuturan

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

100

terjadi secara langsung dengan

bahasa lisan. C= mitra tutur

nampak memberikan

tanngapan apa adanya kepada

penutur. A= pertuturan terjadi

pada hari Senin, 01 April 2019

ketika di rumah Di dengan

situasi tidak formal. R= tidak

ada wacana. A= penutur dan

mitra tutur menggunakan

bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

17. Ag: “Candy”, weh

ramengo.

Di: Coba aku sek

nyeluk. “Candy?”.

Ag: Weh mengo.

“Aku tu nggak budek

tau”.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur membicarakan

hewan peliharaan si mitra

tutur. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

101

oleh penutur dan ditanggapi

oleh mitra tutur. B= pertuturan

terjadi dengan memanggil

hewan peliharaan. I=

pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

memberikan tanngapan kepada

penutur dengan mengibaratkan

hewan peliharaannya bisa

berbicara. A= pertuturan

terjadi pada hari Senin, 01

April 2019 ketika di rumah Di

dengan situasi tidak resmi. R=

tidak ada wacana. A= penutur

dan mitra tutur menggunakan

bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

18. Mu: Aku ki ngerem

ndadak to, tapi aku

rafokus, tapi aku

ngantuk banget

posisine. Aku kan

ngantuk, ana mobil

ngerem ndadak. Aku

meh menghindari tapi

aku malah tibo, ya

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

102

nang ngarep popeye

kono kae. Berarti kana

kae ki rawan hlo.

Pe: Hooh rawan.

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur menceritakan

kejadian kepada mitra tutur.

A= tidak ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra

tutur. B= pertuturan

menceritakan kejadian

kecelakaan yang dialami

dengan tempat kejadian yang

sama persis yang dialami

salahsatu temannya kepada

mitra tutur. I= pertuturan

terjadi secara langsung dengan

bahasa lisan. C= mitra tutur

nampak memberikan jawaban

secara jelas kepada penutur.

A= pertuturan terjadi pada hari

Selasa, 02 April 2019 di Cafe

Ojo Dumeh dengan situasi

tidak formal dan gaduh. R=

tidak ada wacana. A= penutur

dan mitra tutur menggunakan

bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

103

19. Mu: Sek endi? sek-sek.

De: Golekono sek full,

mengko ndak meng

nganu.

Mu: Aku njupuke sek

neng E?

De: Hayo sek full, sek

ana tulisane N mengko

ndak’e nanggung.

Mu: Eh sek eksplisite

to?

De: Hooh.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur mencari file di

laptop mitra tutur. A= tidak

ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra

tutur. B= pertuturan mencari

file yang disimpan oleh mitra

tutur. I= pertuturan terjadi

secara langsung dengan bahasa

lisan. C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban secara

jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Selasa, 02 April 2019 di Cafe

Ojo Dumeh dengan situasi

tidak formal dan gaduh. R=

tidak ada wacana. A= penutur

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

104

dan mitra tutur menggunakan

bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

20. De: Eh, aku wes isa

nggawe iki? aku ndelok

le nggawe, ana sek

dodol ngunu kui neng

ngangkruk.

Pe: Piro regane?

De: Ada yang 7000 apa

8000 ya, lali.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin pria berusia 22 tahun.

E= pertuturan terjadi dengan

lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada

mitra tutur terhadap topik yang

sedang dibicarakan. M=

penutur menanyakan harga

minuman oleh kepada mitra

tutur. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

oleh penutur dan ditanggapi

oleh mitra tutur dengan jelas.

B= pertuturan membahas

minuman yang telah disajikan.

I= pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban yang

jelas kepada penutur. A=

Majemuk √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

105

pertuturan terjadi pada hari

Senin, 02 April 2019 di Café

Ojo Dhumeh dengan situasi

tidak formal dan santai. R=

tidak ada wacana. A= penutur

dan mitra tutur menggunakan

bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

21. Mu: Eh Kakange Okt

mlebu Hitam Putih?

Terus aku komen

“Wangun”. De: Haiya: Sesuk

Kamis. Dek mben kae

hlo ono beritane, ya kui

sek guru sekolah ngajar

nganggo Iron Man.

Mu: Ohh, aku rareti

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur memuji kakak

salah satu temannya yang

muncul di sebuah acara

televisi. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

oleh penutur dan ditanggapi

oleh mitra tutur dengan baik.

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

106

B= pertuturan membicarakan

dan mengonfirmasi berita salah

satu kakak temannya yang

masuk di acara televisi. I=

pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban secara

jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Selasa, 02 April 2019 di Cafe

Ojo Dumeh dengan situasi

tidak formal dan gaduh. R=

tidak ada wacana. A= penutur

dan mitra tutur menggunakan

bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

22. Pe: Neng Condong

Catur kae hlo, Balai-

Balai apa…

Gi: Masalahe tutup

ora, kui hlo kos olive

nah kan ono

Indomaret kan ono

puskesmas.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

107

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur menanyakan pusat

kesehatan seperti klinik atau

puskesmas. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

oleh mitra tutur dan ditanggapi

oleh penutur dengan baik. B=

pertuturan membahas daerah

klinik atau puskesmas yang

buka pada saat itu. I=

pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban secara

jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Jumat, 05 April 2019 di Kos-

Kosan Jalan Gejayan dengan

situasi tidak formal dan panik.

R= tidak ada wacana. A=

penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

23. Ba: Dinda ki ngapa?

Pe: Tibo.

Ba: Maksute kejadiane

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

pria berusia 22 tahun. O2=

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

108

pie, kok le luka-luka

iso roto kae hlo?

Pe: Iyo, tapi cilik-cilik

kae hlo.

mitra tutur merupakan seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

E= pertuturan terjadi dengan

lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada

mitra tutur terhadap topik yang

sedang dibicarakan. M=

penutur menanyakan keadaan

salah satu teman kelas. A=

tidak ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh mitra

tutur dan ditanggapi oleh

penutur dengan baik. B=

pertuturan membahas luka-

luka yang dialami teman yang

kecelakaan pada waktu lalu. I=

pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban secara

jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Jumat, 05 April 2019 di Kos-

Kosan Jalan Gejayan dengan

situasi tidak formal dan panik.

R= tidak ada wacana. A=

penutur dan mitra tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

109

menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

24. Gi: Aku sek pengen

ngulon kok nggolek

kerjoku.

Pe: Neng Malang

Surabaya kae ya gede.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur menceritakan

keinginannya untuk bekerja di

daerah kota. A= tidak ada

orang ketiga. U= pertuturan

diawali oleh mitra tutur dan

ditanggapi oleh penutur

dengan baik. B= pertuturan

membahas keinginan bekerja

di daerah kota. I= pertuturan

terjadi secara langsung dengan

bahasa lisan. C= mitra tutur

nampak memberikan jawaban

secara jelas kepada penutur.

A= pertuturan terjadi pada hari

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

110

Jumat, 05 April 2019 di Kos-

Kosan Jalan Gejayan dengan

situasi tidak formal dan panik.

R= tidak ada wacana. A=

penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

25. Gita: Kan kui ana

makronine. Jajal kowe

searching resep pizza

tlefon! Kan saose

berguna, kentange ya

berguna. Peneliti: Ragi, tepung

terigu, garam, minyak

sayur, saos tomat,

mozzarella, uwis.

Gita: Ora nganggo

maizena po?

Peneliti: Ora, dadi gur

tuku sosis, keju, tuku

saose mau, bawang

Bombay…

Gita: catet wae catet!

Peneliti: Ok tak catet di

HP.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur memberikan

bahan makanan yang harus

disiapkan. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

oleh penutur dan ditanggapi

oleh mitra tutur dengan baik.

B= pertuturan membicarakan

bahan yang akan digunakan

untuk memasak. I= pertuturan

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

111

terjadi secara langsung dengan

bahasa lisan. C= mitra tutur

nampak memberikan jawaban

secara jelas kepada penutur.

A= pertuturan terjadi pada hari

Jumat, 05 April 2019 di Kos-

Kosan Jalan Gejayan dengan

situasi tidak formal dan gaduh.

R= tidak ada wacana. A=

penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

26. Ty: Kowe bali

langsung, mampir

kosku sek nggak? Pe: Hooh soale

mendung wedi nek

udan, sesok meneh wae

tak mampir. Kuncine

beb?

Ty: Malah tak jabut,

kowe ra nggowo jaket

po Zel?

Pe: Nggowo, ora lali

aku. Wingi kae aku

sidane dijilihi jaket

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur menanyakan mau

mampir ke kos atau tidak

kepada mitra tutur. A= tidak

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

112

masku.

Ty: Hla salahe kowe

ranggowo jaket.

ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh mitra

tutur dan ditanggapi oleh

penutur dengan baik. B=

pertuturan membahas keadaan

mitra tutur yang tidak

membawa jaket. I= pertuturan

terjadi secara langsung dengan

bahasa lisan. C= mitra tutur

nampak memberikan jawaban

secara jelas kepada penutur.

A= pertuturan terjadi pada hari

Senin, 08 April 2019 di kos

Jalan Narada 04 dengan situasi

tidak formal dan sepi. R=

tidak ada wacana. A= penutur

dan mitra tutur menggunakan

bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

27. Di: Dadi laporane seng

bab satu opo?

So: Kui ki tentang

hakikat, trus latar

belakang, sejarah

ketoke.

.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

113

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur menanyakan

tugas. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

oleh mitra tutur dan ditanggapi

oleh penutur dengan baik. B=

pertuturan membahas tugas

PPL. I= pertuturan terjadi

secara langsung dengan bahasa

lisan. C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban secara

jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Selasa, 09 April 2019 di kos

So dengan situasi tidak formal

dan sepi. R= tidak ada

wacana. A= penutur dan mitra

tutur menggunakan bahasa

Jawa dan bahasa Indonesia

selama pertuturan berlangsung.

28. Di: Ah kesel aku

So: Podo, makane

untung wae

sakkelompok siji.

Di: Rebo prei malah

garap iki.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

114

So: Halah. tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur mengeluhkan

keadaan. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

oleh mitra tutur dan ditanggapi

oleh penutur dengan baik. B=

pertuturan berisi curhatan

keluhan. I= pertuturan terjadi

secara langsung dengan bahasa

lisan. C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban secara

jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Selasa, 09 April 2019 di kantin

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal dan

gaduh. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

29. Di: Ndang di

rampungke, mesake

utekmu!

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

pria berusia 22 tahun. O2=

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

115

Aj: Aku lagi refreshing

iki! Di: Koe terakhir nang

Telkom kapan e?

Aj: Lagi wingi rung

suwe, sesok ak lagi arep

bimbingan, terus

nggarap skripsi.

Dinda: Aku wes suwe

rakonsul,meh sesasi.

mitra tutur merupakan seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

E= pertuturan terjadi dengan

lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada

mitra tutur terhadap topik yang

sedang dibicarakan. M=

penutur mengeluhkan keadaan.

A= tidak ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh mitra

tutur dan ditanggapi oleh

penutur dengan baik. B=

pertuturan berisi curhatan anak

mahasiswa. I= pertuturan

terjadi secara langsung dengan

bahasa lisan. C= mitra tutur

nampak memberikan jawaban

secara jelas kepada penutur.

A= pertuturan terjadi pada hari

Rabu, 17 April 2019 di Tugu

Lor dengan situasi tidak formal

dan gaduh. R= tidak ada

wacana. A= penutur dan mitra

tutur menggunakan bahasa

Jawa dan bahasa Indonesia

selama pertuturan berlangsung.

30. Pe: Eh, Stefi. O1= penutur adalah seorang Koordinatif atau √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

116

St: Hai Pe, selamat

paskah.

Pe: Selamat paskah.

St: Dari mana, Bantul

po?

Pe: Iya ini dari rumah

Bantul.

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur mengucapkan

selamat paskah kepada mitra

tutur. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

oleh mitra tutur dan ditanggapi

oleh penutur dengan baik. B=

pertuturan berisi sapaan dan

menanyakan dari mana mitra

tutur. I= pertuturan terjadi

secara langsung dengan bahasa

lisan. C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban secara

jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Rabu, 24 April 2019 di

Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma dengan situasi

tidak formal dan hening. R=

sejajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

117

tidak ada wacana. A= penutur

dan mitra tutur menggunakan

bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

31. Fe: Jadi dia nanyain

kenapa kamu dibahasa

Indonesia ini ada

jurusan tertentu ndak,

kayak misalkan

jurnaslistik truss…

Pe: BIPA

Fe: Terus dia bilang

sorry your passion, trus

ditanyain dan aku

jawabnya for example I

talk with you open the

door, trus open the

door ada berapa

artinya dia tanya kan,

trus aku jawab two

meaning. Baik kok

Ibuknya, kamu belajar

aja!

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur menceritakan

pengalaman TKBI. A= tidak

ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra tutur

dengan baik. B= pertuturan

berisi cerita pengalaman saat

tes TKBI dan memberikan

contoh reka ulang saat tes. I=

pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

118

memberikan jawaban secara

jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Rabu, 24 April 2019 di

Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma dengan situasi

tidak formal dan santai. R=

tidak ada wacana. A= penutur

dan mitra tutur menggunakan

bahasa Jawa, bahasa Inggris,

dan bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

32. So: File‟e nandi, rareti

mau nang opo?

St: Namanya apa tadi?

nggak ada po?

Di: Wes tok deweke?

Fe: Hehee, bocah kok

le pinter, di save dulu!

So: Tak ganti

jenengelah.

Fe: Nek ra tok pindah

nang flashdisk! di

Capslock wae le ganti.

So: Hooh iki uwes.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 23 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur menanyakan file

yang dibaca. A= dua

mahasiswa yang berusia 22

tahun. U= pertuturan diawali

oleh penutur dan ditanggapi

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

119

oleh mitra tutur dengan baik.

B= pertuturan terjadi secara

panik karena file yang telah

dibaca si penutur tiba-tiba

hilang. I= pertuturan terjadi

secara langsung dengan bahasa

lisan. C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban secara

menduga-duga. A= pertuturan

terjadi pada hari Rabu, 24

April 2019 di Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal dan

santai. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa,

bahasa Inggris, dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

33. Yo: Aku ki ijeh sayang

Jogja.

Pe: Muni wae ora arep

ninggalke pacarmu.

Yo: Ora ngono, ora yo,

gari golek meneh.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

pria berusia 22 tahun. O2=

mitra tutur merupakan seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

E= pertuturan terjadi dengan

lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

120

mitra tutur terhadap topik yang

sedang dibicarakan. M=

penutur mengungkapkan rasa

kota yang telah ditinggalinya

selama tiga tahun. A= tidak

ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra tutur

dengan baik. B= pertuturan

berisi cerita keluhan yang

sangat berat untuk

meninggalkan kota

Yogyakarta. I= pertuturan

terjadi secara langsung dengan

bahasa lisan. C= mitra tutur

nampak memberikan jawaban

secara jelas kepada penutur.

A= pertuturan terjadi pada hari

Kamis, 25 April 2019 di area

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal dan

santai. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa,

bahasa Inggris, dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

34. Pe: Ayo diuyak yo… O1= penutur adalah seorang Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

121

Ga: Iso Pe, sek penting

ki ngene perkoro kowe

bener po ora ki ditulis

sikik, tenan nek kowe

ragu-ragu ora tok tulis

ki gur bingung

mulaine. Misalkan aku

duwe pendapat nganu,

iki bener ora yo, kok

tempat Ang step-step e

bedo ya, dadi raperlu

mikir ko ngono.

Pe: Baiklah.

mahasiswa berjenis kelamin

peria berusia 22 tahun. O2=

mitra tutur merupakan seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

E= pertuturan terjadi dengan

lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada

mitra tutur terhadap topik yang

sedang dibicarakan. M=

penutur memberikan semangat

kepada mitra tutur. A= tidak

ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra tutur

dengan baik. B= pertuturan

berisi motivasi untuk mitra

tutur. I= pertuturan terjadi

secara langsung dengan bahasa

lisan. C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban secara

jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Senin, 06 Mei 2019 di area

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal dan

santai. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

122

menggunakan bahasa Jawa,

bahasa Inggris, dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

35. Pe: Target tuturan

datamu piro? Ngko nek

raseket pie?

Gi: Semene, iki

dataku. Iki nganti gilo

deloken nang buku

coretanku, kan aku

merekam sama

nyertain gambar juga

ada kayak gimana,

datanya kayak gini,

mukanya kayak gini.

(sambal menunjukan

bukti). Pe: Oh iya nonverbal

kok ya?

Gi: Hooh.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur memberikan

pernyataan target penelitian

kepada mitra tutur. A= tidak

ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra tutur

dengan baik. B= pertuturan

berisi contoh penelitian data

tuturan untuk ditunjukan

kepada mitra tutur. I=

pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

123

memberikan jawaban secara

jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Senin, 06 Mei 2019 di area

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal dan

santai. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa,

bahasa Inggris, dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

36. An: Udah TKBI blum?

Aj: Belum, aku kapan

ya? Aku nek kon

nyeritake Jogja, teneh

Jogja is big city.

An: Aku di suruh

nyeritain ini, kenapa

kamu di Jogja.

Aj: Sinaulah,

wkwkwk, study Miss.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

pria berusia 22 tahun. O2=

mitra tutur merupakan seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

E= pertuturan terjadi dengan

lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada

mitra tutur terhadap topik yang

sedang dibicarakan. M=

penutur memberikan contoh

ceritak kepada mitra tutur. A=

tidak ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra tutur

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

124

dengan baik. B= pertuturan

berisi contoh cerita saat

melalui tes TKBI I= pertuturan

terjadi secara langsung dengan

bahasa lisan. C= mitra tutur

nampak memberikan jawaban

secara jelas kepada penutur.

A= pertuturan terjadi pada hari

Senin, 06 Mei 2019 di area

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal dan

santai. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa,

bahasa Inggris, dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

37. Pe: Hai Tal, nungguin

sapa?

Ta: Nungguin mas

Gatot ini, mau pulang.

Pe: Habis apa e?

Ta: Habis japok, aku

kan shoper ke bawah

waktu cuti hlo, ada 4

mata kuliah, tapi ini

tadi japok psikobel.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

peria berusia 22 tahun. O2=

mitra tutur merupakan seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

E= pertuturan terjadi dengan

lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada

mitra tutur terhadap topik yang

sedang dibicarakan. M=

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

125

penutur memberikan sepenggal

cerita yang dialaminya dalam

kegiatan perkuliahan. A= tidak

ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh mitra

tutur dan ditanggapi oleh

penutur dengan baik. B=

pertuturan berisi tanya jawab

kegiatanyang dilakukan

penutur. I= pertuturan terjadi

secara langsung dengan bahasa

lisan. C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban secara

jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Senin, 06 Mei 2019 di area

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal dan

santai. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa,

bahasa Inggris, dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

38. Yo: Kae Pak Dab? Pak

Pakkk…

Dab: Oh ya, komplit

satu, kuah satu.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

pria berusia 22 tahun. O2=

mitra tutur merupakan seorang

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

126

Yo: Ulangin ya, bakso

kuah kowe, sek

komplit aku.

Dab: Kecap sambele

udah?

Yo: Belum.

mahasiswa berjenis kelamin

pria berusia 50 tahun. E=

pertuturan terjadi dengan

lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada

mitra tutur terhadap topik yang

sedang dibicarakan. M=

penutur memesan bakso. A=

tidak ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra tutur

dengan baik. B= pertuturan

berisi pesanan bakso untuk

mitra tutur. I= pertuturan

terjadi secara langsung dengan

bahasa lisan. C= mitra tutur

nampak memberikan jawaban

secara jelas kepada penutur.

A= pertuturan terjadi pada hari

Senin, 06 Mei 2019 di area

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal dan

santai. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa,

bahasa Inggris, dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

127

39. Pe: Kok piknik terus?

Se: Iyo to, nang

Banyuwangi nang

pulau merah tura-turu

jalan-jalan terus

nongkrong. Aku

pengen nang Bali

wingi kae tapi duitku

entek’e, hla piye?

Pe: Oh asik banget

ketok‟e, berarti kowe

rasido nang Bali wingi?

Se: Iyo tapi nang

Malang.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur memberikan

pertanyaan kepada mitra tutur.

A= tidak ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra tutur

dengan baik. B= pertuturan

berisi ceita piknik untuk

memberikan jawaban kepada

mitra tutur. I= pertuturan

terjadi secara langsung dengan

bahasa lisan. C= mitra tutur

nampak memberikan jawaban

secara jelas kepada penutur.

A= pertuturan terjadi pada hari

Selasa, 07 Mei 2019 di area

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal dan

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

128

santai. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa,

bahasa Inggris, dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

40. Pe: Ayok foto Bec?

Re: Ayok

Pe: Kapan?

Re: Tapi jangan pas

aku ada acara atau pas

aku balik.

Pe: Dadakan e.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur mengungkapkan

keinginannya kepada mitra

tutur. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

oleh mitra tutur dan ditanggapi

oleh penutur dengan baik. B=

pertuturan berisi ajakan untuk

foto bersama. I= pertuturan

terjadi secara langsung dengan

bahasa lisan. C= mitra tutur

nampak memberikan jawaban

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

129

secara jelas kepada penutur.

A= pertuturan terjadi pada hari

Selasa, 07 Mei 2019 di area

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal dan

santai. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa,

bahasa Inggris, dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

41. Pe: Kepiye maine Stef?

St: Kamu pilih yang

Bunglon, kalau ada kata

kunci nanti kamu

diskripsikan, kalau gada

kamu jadi Mr White.

Mudeng kan? Pe: Oh ya, aku mudeng.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur menanyakan cara

main tebak-tebakan yang

dimainkan oleh kepada mitra

tutur. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

oleh penutur dan ditanggapi

Koordinatif atau

sejajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

130

oleh mitra tutur dengan jelas.

B= pertuturan menjelaskan

cara bermain tebak-tebakan

pada penutur sampai jelas

dengan mempraktekan secara

langsung. I= pertuturan terjadi

secara langsung dengan bahasa

lisan. C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban yang

jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Senin, 07 Mei 2019 di ruang

diskusi Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal dan

santai. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

42. De: Kamu nunjuk siapa?

Ad: Aku nunjuk Ganda.

Ga: Kowe sapa? Kamu

siapa?

Er: Nunjuk dia.

Pe: Aku nunjuk stefi.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin pria berusia 22 tahun.

Koordinatif atau

sejajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

131

E= pertuturan terjadi dengan

lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada

mitra tutur terhadap topik yang

sedang dibicarakan. M=

penutur menanyakan tebak-

tebakan yang dimainkan oleh

kepada mitra tutur. A= Ad, Pe

dan Er orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra tutur

dengan jelas. B= pertuturan

mencoba menebak siapa yang

menjadi tersangka saat

permainan yang sudah dimulai.

I= pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban yang

jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Senin, 07 Mei 2019 di ruang

diskusi Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal dan

santai. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

132

bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

43. Se: Kalau aku ga hadir

udah dianggap sekali

danggap udah ikut

belum sih?

An: Tapikan kamu

nggak ujian, kamu

nggak tanda tangan,

udah bayar?

Se: Iya, udah.

An: Besok dispensasi

aja!

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

peria berusia 22 tahun. O2=

mitra tutur merupakan seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

E= pertuturan terjadi dengan

lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada

mitra tutur terhadap topik yang

sedang dibicarakan. M=

penutur memberikan

pertanyaan kepada mitra tutur.

A= tidak ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra tutur

dengan baik. B= pertuturan

berisi menanyakan kejelasan

TKBI kepada lawan bicaranya.

I= pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban secara

jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

133

Kamis, 09 Mei 2019 di area

parkiran Universitas Sanata

Dharma dengan situasi tidak

formal dan santai. R= tidak

ada wacana. A= penutur dan

mitra tutur menggunakan

bahasa Jawa, bahasa Inggris,

dan bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

44. Yo: Lu udah madang

belum?

Ba: Durung, ngopi wae

mengko?

Yo: Nandi?

Ba: Nangkunu kuwi

cerak kampus.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

pria berusia 22 tahun. O2=

mitra tutur merupakan seorang

mahasiswa berjenis kelamin

pria berusia 22 tahun. E=

pertuturan terjadi dengan

lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada

mitra tutur terhadap topik yang

sedang dibicarakan. M=

penutur menanyakan sudah

makan atau belum kepada

mitra tutur. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

oleh penutur dan ditanggapi

oleh mitra tutur dengan jelas.

B= pertuturan berlangsung

untuk mengajak makan dan

Majemuk √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

134

minum di suatu tempat. I=

pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban yang

jelas kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Senin, 09 Mei 2019 di ruang

diskusi Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal dan

santai. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

45. Ba: Kowe ngerti

pengajaran bahasa?

Pe: Kowe takon aku?

Ba: Hooh, aku nggoleki

nang perpustakaan

raono. Iki tahun buku-

bukune, sangat-sangat

wes tuek.

Pe: Ora, coba cari jurnal

apa bagian perpus

bawah sekitaran 410.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

pria berusia 22 tahun. O2=

mitra tutur merupakan seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

E= pertuturan terjadi dengan

lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada

mitra tutur terhadap topik yang

sedang dibicarakan. M=

Majemuk √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

135

penutur menanyakan soal buku

kepada mitra tutur. A= tidak

ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra tutur

dengan jelas. B= pertuturan

membahas buku dan sumber

untuk tugas akhir. I=

pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban yang

berupa saran kepada penutur.

A= pertuturan terjadi pada hari

Senin, 09 Mei 2019 di ruang

diskusi Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal dan

santai. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

46. Fe: Inget ya, nek ngejak

aja pas lagi tekan!

Di: Ya berarti intinya

ga niat, gitu ajalah.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

pria berusia 22 tahun. O2=

mitra tutur merupakan seorang

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

136

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

E= pertuturan terjadi dengan

lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada

mitra tutur terhadap topik yang

sedang dibicarakan. M=

penutur mengingatkan mitra

tutur. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

oleh penutur dan ditanggapi

oleh mitra tutur dengan jelas.

B= pertuturan diawali dengan

mengingatkan mitra tutur

untuk mengajak main tidak

dadakan. I= pertuturan terjadi

secara langsung dengan bahasa

lisan. C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban yang

berupa saran kepada penutur.

A= pertuturan terjadi pada hari

Senin, 13 Mei 2019 di area

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal dan

santai. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

137

pertuturan berlangsung.

47. Ok: Aku lagi ngerti

kata “Dalam” gak

boleh untuk

mengawali kalimat. Pe: Iya kan Pak

Kunjana pernah

menjelaskan, soale kui

kata preposisi.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

pria berusia 22 tahun. O2=

mitra tutur merupakan seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

E= pertuturan terjadi dengan

lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada

mitra tutur terhadap topik yang

sedang dibicarakan. M=

penutur memberikan ilmu

kepada mitra tutur. A= tidak

ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra tutur

dengan jelas. B= pertuturan

membahas kata yang tepat

pada awalan kalimat untuk

tugas akhir. I= pertuturan

terjadi secara langsung dengan

bahasa lisan. C= mitra tutur

nampak memberikan jawaban

yang berupa saran kepada

penutur. A= pertuturan terjadi

pada hari Senin, 13 Mei 2019

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

138

di ruang diskusi Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal dan

santai. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

48. Pe: Nda kowe melu

bukber ora?

Ga: Mbuh sesok, siapa

aja?

Pe: akeh kok, melu

rapate ora sesok?

Ga: Males aku.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin pria berusia 22 tahun.

E= pertuturan terjadi dengan

lancar karena mitra tutur dapat

memberikan respon kepada

mitra tutur terhadap topik yang

sedang dibicarakan. M=

penutur menanyakan kepada

mitra tutur tentang acara buka

bersama. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

oleh penutur dan ditanggapi

oleh mitra tutur dengan jelas.

B= pertuturan menanyakan

tentang acara buka bersama. I=

Koordinatif atau

sejajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

139

pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban yang

bingung kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Senin, 13 Mei 2019 di ruang

diskusi Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal dan

santai. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

49. So: Kowe wes

ngabarin netizen?

St: Apa maksutnya?

So: Buat story

maksunya tu.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur menanyakan

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

140

kepada mitra tutur. A= tidak

ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra tutur

dengan bingung apa yang

dimaksud si penutur. B=

pertuturan membicarakan

sebuah sosial media yang

berhubungan dengan kabar

cerita untuk teman media

sosialnya. I= pertuturan terjadi

secara langsung dengan bahasa

lisan. C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban yang

bingung kepada penutur. A=

pertuturan terjadi pada hari

Senin, 13 Mei 2019 ketika

sedang di perpustakaan

kampus Universitas Sanata

Dharma dengan situasi hening

dan tidak formal. R= tidak ada

wacana. A= penutur dan mitra

tutur menggunakan bahasa

Jawa bahasa Inggris, dan

bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

50. St: Kecuali laporannya

belum ya.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

141

So: Berarti nanti dijilid

kan?

St: Hiya nanti setelah

di tanda tangani

semua.

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur menanyakan soal

tugas kepada mitra tutur. A=

tidak ada orang ketiga. U=

pertuturan diawali oleh penutur

dan ditanggapi oleh mitra tutur

dengan jelas. B= pertuturan

membahas langkah selanjunya

terkait tugas akhir. I=

pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

memberikan jawaban yang

berupa saran kepada penutur.

A= pertuturan terjadi pada hari

Senin, 13 Mei 2019 di foto

copy Universitas Sanata

Dharma dengan situasi tidak

formal dan santai. R= tidak

ada wacana. A= penutur dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

142

mitra tutur menggunakan

bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia selama pertuturan

berlangsung.

51. St: Kamu ada kutipan

Hammer enggak? So: Enggak ada.

Stefi: Kok tempatku ada

ya, darimana ini?

So: Tempatku nggak

ada. Bab berapa?

St: Bab 1.

O1= penutur adalah seorang

mahasiswa berjenis kelamin

perempuan berusia 22 tahun.

O2= mitra tutur merupakan

seorang mahasiswa berjenis

kelamin perempuan berusia 22

tahun. E= pertuturan terjadi

dengan lancar karena mitra

tutur dapat memberikan respon

kepada mitra tutur terhadap

topik yang sedang dibicarakan.

M= penutur menanyakan soal

kutipan buku kepada mitra

tutur. A= tidak ada orang

ketiga. U= pertuturan diawali

oleh penutur dan ditanggapi

oleh mitra tutur dengan jelas.

B= pertuturan membahas

kutipan buku dan sumber

untuk tugas akhir. I=

pertuturan terjadi secara

langsung dengan bahasa lisan.

C= mitra tutur nampak

Subordinatif √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

143

memberikan jawaban yang

berupa saran kepada penutur.

A= pertuturan terjadi pada hari

Selasa, 14 Mei 2019 di ruang

diskusi Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma

dengan situasi tidak formal dan

santai. R= tidak ada wacana.

A= penutur dan mitra tutur

menggunakan bahasa Jawa dan

bahasa Indonesia selama

pertuturan berlangsung.

Yogyakarta, Mei 2019

Menyetujui,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

144

HASIL WAWANCARA

Responden Bahasa 1 Memperoleh B1 Usia B1

diperoleh

Bahasa 2 Memperoleh B2 Usia B2

diperoleh

Penggunaan Bahasa

1. Mu Bahasa

Jawa

Orangtua Sejak Bayi Bahasa

Indonesia,

Bahasa,

Bahasa

Inggris, dan

Bahasa

Mandarin

SD, SMA, Kuliah 6-7, 17, 20 Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

keluarga ataupun di lingkungan sosial

masyarakat.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam percakapan

kegiatan kuliah dan situasi resmi.

Reseptif:

a. Bahasa Inggris

b. Bahasa Mandarin

2. Pr Bahasa

Jawa

Orangtua dan

Lingkungan

TK Bahasa

Indonesia

Orangtua dan

lingkungan

TK Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga dan ibadah.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan,

peribadatan dan sosial.

Reseptif: -

3. Bi Bahasa Lingkungan Dari kecil Bahasa Lingkungan 6 tahun Produktif:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

145

Jawa keluarga dan

Sekolah

Indonesia dan

Bahasa

Inggris

kelas 1 SD a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga dan lingkungan

sosial.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan,

peribadatan, dan lingkungan sosial.

Reseptif:

a. Bahasa Inggris

4. So Bahasa

Indonesia

Orangtua 2 tahun Bahasa Jawa Lingkungan 10 tahun Produktif:

a. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga dan lingkungan

sosial.

c. Bahasa Jawa

Digunakan dalam lingkungan sosial

seperti bersama teman-teman.

Reseptif:-

5. Be Bahasa

Jawa

Orangtua Semenjak

kecil

Bahasa

Indonesia

Orangtua dan

Lingkungan

Sekolah

TK Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga dan lingkungan

sosial.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan dan

peribadatan.

Reseptif:-

6. Yo Bahasa Orangtua Semenjak Bahasa Sekolah dan SMP Produktif:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

146

Indonesia kecil Sunda dan

Bahasa Jawa

Orangtua a. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam lingkungan

keluarga, peribadatan, dan

perkuliahan.

b. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga dan lingkungan

sosial.

Reseptif:

a. Bahasa Sunda

7. Ba Bahasa

Jawa

Orangtua Sebelum

TK, 1

tahun

Bahasa

Indonesia

TK 5 tahun Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga dan lingkungan

sosial.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan dan

peribadatan.

Reseptif:-

8. Aj Bahasa

Jawa

Orangtua Semenjak

kecil,

mungkin 1

tahun

Bahasa

Indonesia

Lingkungan 4 tahun Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga dan lingkungan

sosial.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan dan

peribadatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

147

Reseptif:-

9. Wi Bahasa

Jawa

Orangtua,

Saudara, dan

tetangga

Anak-anak

1 atau 2

tahun

Bahasa

Indonesia

Guru 6 tahun Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga, peribadatan dan

lingkungan sosial.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan,

peribadatan dan lingkungan sosial.

Reseptif:-

10. Yoh Bahasa

Jawa

Lingkungan dan

orangtua

1 tahun Bahasa

Indonesia

Lingkungan TK Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga dan lingkungan

sosial.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan dan

peribadatan.

Reseptif:-

11. Di Bahasa

Jawa

Orangtua 1 tahun Bahasa

Indonesia

Orangtua Sejak kecil

1,5 tahun

Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga dan lingkungan

sosial.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan dan

peribadatan.

Reseptif:-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

148

12. Ag Bahasa

Jawa

Orangtua Sejak kecil Bahasa

Indonesia

TK 4 tahun Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga dan lingkungan

sosial.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan,

peribadatan dan lingkungan sosial.

Reseptif:-

13. Dio Bahasa

Jawa

Orangtua Dari lahir

dan TK

Bahasa

Indonesia

SD 6 atau 7

tahun

Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga dan lingkungan

sosial.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan,

peribadatan dan lingkungan sosial.

Reseptif:-

14. Gio

v

Bahasa

Indonesia

2 atau 3 tahun Bahasa

Jawa

Bahasa Jawa Orangtua 5 tahun Produktif:

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga dan perkuliahan.

d. Bahasa Jawa

Digunakan dalam lingkungan sosial

seperti bersama teman-teman.

Reseptif:-

15. Fe Bahasa

Jawa

Ibu Dari kecil Bahasa

Indonesia

Orangtua Dari kecil Produktif:

a. Bahasa Jawa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

149

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga dan lingkungan

sosial.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan,

peribadatan dan lingkungan sosial.

Reseptif:-

16. De Bahasa

Jawa

Orangtua Dari lahir Bahasa

Indonesia

SD 6 atau 7

tahun

Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga, peribadatan,

perkulihan dan lingkungan sosial.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan,

peribadatan dan lingkungan sosial.

Reseptif:-

17. To Bahasa

Indonesia

Orangtua 2 tahun Bahasa Jawa

dan Bahasa

Inggris

Orangtua,

Keluarga,

Sekolah

7 tahun Produktif:

a. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga, peribadatan,

perkulihan, dan lingkungan sosial.

e. Bahasa Jawa

Digunakan dalam lingkungan

keluarga dan lingkungan sosial

seperti bersama teman-teman.

Reseptif:

a. Bahasa Inggris

18. Ban Bahasa Orangtua 3 tahun Bahasa Orangtua 4 tahun Produktif:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

150

Jawa Indonesia a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga dan lingkungan

sosial.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan,

peribadatan dan lingkungan sosial.

Reseptif:-

19. Ti Bahasa

jwa

Keluarga Sejak dini Bahasa

Indonesiadan

Bahasa

Inggris

Sekolah 5 tahun Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga, peribadatan dan

lingkungan sosial.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan dan

peribadatan.

Reseptif:

a. Bahasa Inggris

20. Gi Bahasa

Jawa

IBu 2 tahun Bahasa

Indonesia

Keluarga 3 tahun Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga dan lingkungan

sosial.

c. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan dan

peribadatan.

Reseptif:-

21. Se Bahasa Orangtua 1 tahun Bahasa Keluarga dan 4 tahun Produktif:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

151

Jawa Indonesia Sekolah a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga dan lingkungan

sosial.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan dan

peribadatan.

Reseptif:-

22. Dy Bahasa

Jawa

Keluarga Saat belajar

berbicara

Bahasa

Indonesia dan

bahasa

Sumatera

Lingkungan Sekolah Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga, perkuliahan dan

lingkungan sosial.

d. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan,

lingkungan sosial dan peribadatan.

Reseptif:

a. Bahasa Sumatera

23. Kr Bahasa

Jawa

Lingkungan

keluarga

TK Bahasa

Indonesia dan

Bahasa

Ngapak

Lingkungan Sekolah Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga, peribadatan,

perkuliahan dan lingkungan sosial.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan dan

peribadatan.

Reseptif:

a. Bahasa Ngapak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

152

24. Ri Bahasa

Indonesia

Orangtua 3 tahun Bahasa Jawa Keluarga dan

teman bermain

5 tahun Produktif:

a. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam percakapan dalam

peribadatan, perkulihan dan

lingkungan sosial.

b. Bahasa Jawa

Digunakan dalam lingkungan sosial

dan lingkungan keluarga.

Reseptif:-

25. Mu Bahasa

Jawa

Orangtua dan

Lingkungan

Dari kecil Bahasa

Indonesia

TK Orangtua,

guru, dan

lingkungan

Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga, perkuliahan,

dan ibadah.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan,

peribadatan dan sosial.

Reseptif: -

26. Ad Bahasa

Indonesia

Ibu Lupa Bahasa Jawad

an Bahasa

Inggris

Game, music, les 8 tahun Produktif:

a. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga, peribadatan dan

lingkungan sosial.

b. Bahasa Jawa

Digunakan dalam lingkungan sosial

seperti bersama teman-teman dan

lingkungan keluarga.

Reseptif:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

153

a. Bahasa Inggris

27. Chr Bahasa

Jawa

Keluarga Kurang

lebih 7

tahun

Bahasa

Indonesia

Keluarga,

sekolah, dan

masyarakat

Kurang

lebih 7

tahun

Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga, peribadatan,

perkuliahan, dan lingkungan sosial.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga, peribadatan,

perkuliahan, dan lingkungan sosial.

Reseptif: -

28. Ta Bahasa

Indonesia

Keluarga Sejak

belajar

berbicara

Bahasa Jawa,

Bahasa

Spanyol,

Bahasa

Inggris, dan

Bahasa

Jerman

Lingkungan,

Sekolah, dan

media sosial

6 tahun Produktif:

a. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam percakapan dalam

peribadatan dan perkulihan.

f. Bahasa Jawa

Digunakan dalam lingkungan sosial

seperti bersama teman-teman dan

lingkungan keluarga.

Reseptif:

a. Bahasa Spanyol

b. Bahasa Inggris

c. Bahasa Jerman

29. Stf Bahasa

Indonesia

Lingkungan

keluarga

Usia baita Bahasa Jawa Lingkungan

keluarga

SD Produktif:

a. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga, peribadatan,

perkulihan dan lingkungan sosial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

154

g. Bahasa Jawa

Digunakan dalam lingkungan sosial

seperti bersama teman-teman dan

lingkungan keluaraga.

Reseptif:-

30. Ra Bahasa

Jawa

Orangtua 1-2 tahun Bahasa

Indonesia dan

Bahasa

Inggris

Sekolah dan

Masyarakat

12-13

tahun

Produktif:

c. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga dan lingkungan

sosial.

d. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan dan

peribadatan.

Reseptif:

a. Bahasa Inggris

31. Okt Bahasa

Jawa

Orangtua Sejak kecil Bahasa

Indonesia dan

Bahasa

Inggris

Lingkungan

sekolah

SD Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga, perkuliahan,

dan lingkungan sosial.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan dan

peribadatan.

Reseptif:

a. Bahasa Inggris

32. Ga Bahasa

Jawa

Ibu Sejak kecil Bahasa

Indonesia

Lingkungan

masyarakat

SD Produktif:

a. Bahasa Jawa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

155

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga, peribadatan,

perkuliahan, dan lingkungan sosial.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan dan

peribadatan.

Reseptif:-

33. Fel Bahasa

Jawa

Orangtua Sejak kecil Bahasa

Indonesia

Sekolah SD Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga, peribadatan,

dan lingkungan sosial.

e. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan dan

peribadatan.

Reseptif:-

34. Me Bahasa

Jawa

Orangtua Sejak kecil Bahsa

Indonesia

Lingkungan

sekitar

6 tahun Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga dan lingkungan

sosial.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan dan

peribadatan.

Reseptif:-

35. Hes Bahasa

Jawa

Ibu Sejak kecil Bahasa

Indonesia

Orangtua Sejak kecil Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

156

lingkungan keluarga.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam lingkungan

keluarga, perkuliahan, lingkungan

sosial, dan peribadatan.

Reseptif:-

36. Se Bahasa

Jawa

Keluarga Sejak kecil Bahasa

Indonesia dan

Bahasa

Inggris

Keluarga dan

Sekolah

SD Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga dan lingkungan

sosial.

f. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan,

peribadatan dan sosial.

Reseptif:

a. Bahasa Inggris

37. Ty Bahasa

Jawa dan

Bahasa

Indonesia

Orangtua 1,5 tahun Bahasa

Inggris

SD 7 tahun Produktif:

a. Bahasa Jawa

Digunakan dalam percakapan di

lingkungan keluarga, peribadatan dan

lingkungan sosial.

b. Bahasa Indonesia

Digunakan dalam perkuliahan,

lingkungan sosial dan peribadatan.

Reseptif:

a. Bahasa Inggris

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

157

BIOGRAFI PENULIS

Zella Sekar Arum Putri lahir di Bantul, 26 Februari

1997, anak bungsu dari pasangan Sudarmaji dan Konik Muji

Slamet. Penulis menempuh Taman Kanak-Kanak di ABA

Ngambah pada tahun 2003. Penulis melanjutkan Sekolah

Dasar di SD Kanisius Ganjuran pada tahun 2003-2009.

Penulis melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Kanisius Ganjuran pada

tahun 2009-2012. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas

di SMA Stella Duce 3 Bantul dan lulus pada tahun 2015.

Pada saat menjadi mahasiswa ia aktif dalam beberapa unit kegiatan

mahasiswa seperti kepanitiaan atau organisasi. Ia pernah bergabung kepanitian

INFISA pada tahun 2016 sebagai anggota seksi keamanan. Ia juga tergabung

dalam kepanitiaan pementasan teater ingsun pada tahun 2016 sebagai anggota

seksi dana usaha. Selain itu ia juga aktif mengikuti inisiasi di FKIP dan PBSI,

pendampingan pengembangan kepribadian dan metode belajar I dan II, kegiatan

week-end moral, pelatihan kejurnalistikan mahasiswa tahun 2016, dan workshop

pengembangan materi dan media BIPA level A1. Masa pendidikan di Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta diakhiri pada tahun 2019.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN …repository.usd.ac.id/35773/2/151224025_full.pdf · KAJIAN SOSIOLINGUISTIK TINGKAT KEDWIBAHASAAN MAHASISWA PBSI ANGKATAN 2015, FKIP

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI