kajian sistem perizinan di sektor sumberdaya alam (sda ) : studi kasus sektor kehutanan

14
Kajian Sistem Perizinan di Sektor Sumberdaya Alam (SDA): Studi Kasus Sektor Kehutanan Hariadi Kartodihardjo Yogjakarta, 10 September 2013

Upload: jaeger

Post on 23-Feb-2016

94 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Kajian Sistem Perizinan di Sektor Sumberdaya Alam (SDA ) : Studi Kasus Sektor Kehutanan. Hariadi Kartodihardjo Yogjakarta, 10 September 2013. T u j u a n. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Sistem Perizinan di Sektor Sumberdaya Alam (SDA ) : Studi Kasus Sektor  Kehutanan

Kajian Sistem Perizinan di Sektor Sumberdaya Alam (SDA): Studi Kasus Sektor Kehutanan

Hariadi Kartodihardjo

Yogjakarta, 10 September 2013

Page 2: Kajian Sistem Perizinan di Sektor Sumberdaya Alam (SDA ) : Studi Kasus Sektor  Kehutanan

T u j u a n• Memetakan permasalahan regulasi dan kebijakan

pengelolaan sumberdaya alam di Indonesia khususnya terkait sistem perizinan di sektor kehutanan.

• Memetakan titik-titik rawan korupsi dan modus korupsi dalam proses pemberian ijin kehutanan dan mengidentifikasi akar masalahnya.

• Mengidentifikasi dampak dari kelemahan regulasi dan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam di Indonesia khususnya terkait sistem perizinan di sektor kehutanan.

• Menyusun rekomendasi untuk mengatasi akar permasalahan berkaitan dengan regulasi, kebijakan dan business process pengelolaan sumberdaya alam (SDA) khususnya sistem perizinan di sektor kehutanan.

Page 3: Kajian Sistem Perizinan di Sektor Sumberdaya Alam (SDA ) : Studi Kasus Sektor  Kehutanan

Metodologi• Korupsi disebabkan oleh peraturan-

perundangan dan institusi, budaya dan perilaku, lemahnya pengendalian (ARCR-Korea);

• Variable CIA—pendekatan supply-demand-process dan mencari akar masalah dari sisi hukum dan regulasi/peraturan (ARCR-Korea);

• Pendekatan institusional yang lain menganggap korupsi mempunyai institusi dan komunitas tersendiri (extra legal) yang berjalan dengan menggunakan sarana legal (Robbin, 2000).Paul Robbins, 2000. The rotten institution: corruption in natural resource management. Political Geography 19 : 423–443

Page 4: Kajian Sistem Perizinan di Sektor Sumberdaya Alam (SDA ) : Studi Kasus Sektor  Kehutanan

Referensi terkait Korupsi Kehutanan

1. Transparancy International. 2010. Analysing Corruption in the Forestry Sector: A Manual for risk assesment of corrupt practices and risk management through monitoring for anti corruption instrument. Berlin. Germany.

2. Callister., D.J. 1999. CORRUPT AND ILLEGAL ACTIVITIES IN THE FOREST SECTOR: Current Understandings and Implications for the World Bank Background Paper for the 2002 Forest Strategy.

3. Callister, D.J. 1992. Illegal Tropical Timber Trade: Asia-Pacific. TRAFFIC International, Cambridge.

4. Contreras-Hermosilla, A. 1997. Country sector planning, Proceedings of the XI World Forestry Congress, Volume 5:279–284.

5. Krishnaswamy, A. & Hanson, A. 1999. Summary Report: World Commission on Forests and Sustainable Development. World Commission on Forests & Sustainable Development, Winnipeg.

6. de Bohan, V., Doggart, N., Ryle, J., Trent, S. & Williams, J. 1996. Corporate Power, Corruption and the Destruction of the World’s Forests. Environmental Investigation Agency, London.

7. Human Rights Watch , 2009. “Wild Money”The Human Rights Consequences of Illegal Logging and Corruption in Indonesia’s Forestry Sector. Human Rights Watch. United States of America.

Memberikan pengetahuan awal tentang penyelah-gunaan wewenang dan korupsi kehutanan sbb:

Page 5: Kajian Sistem Perizinan di Sektor Sumberdaya Alam (SDA ) : Studi Kasus Sektor  Kehutanan

Identifikasi Penyalah-gunaan Wewenang

• Kebijakan umum– Membuat kebijakan untuk pemusatan power (timber baron)– Membuat kebijakan untuk keuntungan pihak tertentu (rent-seizing)– Suap-peras untuk pengesahan akuntasi publik perusahaan

• Pemberian Izin– Suap-peras untuk memperoleh izin (peta, rekomendasi, penetapan)– Petugas mengurus izin untuk kolega/familinya

• Pelaksanaan Izin– Suap-peras untuk mendapatkan pengesahan penebangan,

penebangan di luar blok-di lokasi terlarang, jumlah melebihi AAC, perpanjangan izin

– Suap-peran untuk kesalahan hitung dan ukur hasil hutan• Perdagangan Hasil Hutan

– Suap-peras untuk kelancaran angkutan kayu– Suap-peran untuk memperoleh sertifikasi hasil hutan

Page 6: Kajian Sistem Perizinan di Sektor Sumberdaya Alam (SDA ) : Studi Kasus Sektor  Kehutanan

Identifikasi Korupsi Besar dan Kecil

• Besar: perusahaan menyuap politisi-pejabat-tentara senior, untuk:– Mendapat dan memperpanjang konsesi– Mempengaruhi besarnya pajak, tarif, iuran– Menghindari tuntutan dalam pengadilanPejabat tinggi berbuat sama untuk kepentingan kelompok/familinya

• Kecil: perusahaan menyuap pegawai tingkat rendah untuk:– Ukuran volume dan jenis kayu– Pengesahan berbagai kegiatan teknis manajemen hutan– Perjalanan perdagangan log dan hasil hutan– Penyalahgunaan dokumen tata usaha kayu

Page 7: Kajian Sistem Perizinan di Sektor Sumberdaya Alam (SDA ) : Studi Kasus Sektor  Kehutanan

Jenis Suap Menurut Pope, J. (Ed). 1996. The TI Source Book. Transparency

International, Berlin.1. Suap untuk mendapat manfaat langka dan

menghindari biaya (mendapat konsesi);2. Suap untuk mendapat diskresi yang

menguntungkan (menghindari/memperkecil pembayaran pajak);

3. Suap untuk layanan cepat atau informasi “di dalam” (mendapat izin);

4. Suap untuk mencegah kompetitor mendapat untung atau membuat kompetitor menambah biaya (membayar aparat untuk menggeledah pabrik kompetitor).

Page 8: Kajian Sistem Perizinan di Sektor Sumberdaya Alam (SDA ) : Studi Kasus Sektor  Kehutanan

Faktor Penyebab Korupsi menurut Tanzi, V. 1998. Corruption around the world: causes, consequences, scope and cures, IMF Staff

Papers, 45(4):559–594.• Langsung:

– Peraturan, izin dan pengesahan.– Regime pajak dan biaya administrasi.– Keputusan belanja publik.– Penetapan harga barang, jasa, sumberdaya di bawah harga pasar.– Diskresi termasuk: penetapan insentif pajak, penggunaan hutan/tanah; pengesahan izin;

keputusan terkait monopoly kegiatan import, export atau perdagangan dn industri.– Kebutuhan memberi dana bagi partai politik.

• Tidak Langsung:– Kualitas birokrasi.– Tingkat upah/gaji pegawai.– Sistem sangsi/hukuman.– Kontrol institusi : efektivitas supervisi, kebebasan press/media; efektif audit prosedur,

aturan mengenai perilaku etis, keberadaan unit kerja anti-corruption.– Hilangnya transparansi.– Kurangnya contoh dari pimpinan.

Page 9: Kajian Sistem Perizinan di Sektor Sumberdaya Alam (SDA ) : Studi Kasus Sektor  Kehutanan

Izin dan Pelaksanaan Izin

Mengurus Izin

Institusi perizinan

Institusi extra legal

Pelaksanaan Izin

Institusi pelaks izin

Institusi extra legal

Perdagangan Hasil

Institusi perdag HH

Institusi extra legal

CIA-ARCR/Korea Diskursus-Aktor-Kepetingan (IDS,2006 dimodifikasi)

Teori Akses/Web of power (Ribot-Peluso, 2003)

1 2 3

Page 10: Kajian Sistem Perizinan di Sektor Sumberdaya Alam (SDA ) : Studi Kasus Sektor  Kehutanan

Variable—Corruption Impact AssesmentVariable CIA Pengertian Peraturan, Data, Wawancara

Kemudahan Pelaksanaan IUPHHK-HA IUPHHK-HT IPPKH

1. Kecukupan Beban Pelaksanaan Kewajaran biaya & korbanan dlm melaksanakan peraturan

2. Kecukupan tingkat hukuman Besaran hukuman dibandingkan dng aturan sejenis

3. Kemungkinan perlakukan memihak

Apakah kelompok tertentu diuntungkan

Ketepatan Kebijakan

1. Kejelasan peraturan Kejelasan siapa, apa, dan batasan kewenangan

2. Ketepatan lingkup kewenangan Ketepatan kewenangan diukur dari norma lokal dan intn’l

3. Keobyektifan standar kebijakan Kejelasan pelaksanaan diskresi dan penjabarannya oleh pihak 3

Transparansi Prosedur Administrasi1. Akses dan Keterbukaan Keterbukaan pembuatan &

pelaksanaan peraturan

2. Dapat diprediksi Proses izin dan administrasi pelaksanaan dapat diprediksi

3. Sistem pengendalian korupsi Ada kontrol khusus pelaks korupsi dan dijalankan scr konsisten

1

Page 11: Kajian Sistem Perizinan di Sektor Sumberdaya Alam (SDA ) : Studi Kasus Sektor  Kehutanan

Variable—Corruption Impact AssesmentVariable CIA Aturan, Data, Wanc. Logika isi Pasal tsb. Akar Masalah

Kemudahan Pelaksanaan

1. Kecukupan Beban Pelaksanaan

2. Kecukupan tingkat hukuman

3. Kemungkinan perlakukan memihak

Ketepatan Kebijakan

1. Kejelasan peraturan

2. Ketepatan lingkup kewenangan

3. Keobyektifan standar kebijakan

Transparansi Prosedur Administrasi1. Akses dan Keterbukaan

2. Dapat diprediksi

3. Sistem pengendalian korupsi

Disk

ursu

s-Ak

tor-K

epeti

ngan

(IDS

, 200

6 di

mod

ifika

si)

2

Page 12: Kajian Sistem Perizinan di Sektor Sumberdaya Alam (SDA ) : Studi Kasus Sektor  Kehutanan

Seberapa besar peluang peraturan dapat diubah (IDS, 2006)

1. Bagaimana peraturan dibuat dan oleh siapa (ide dasar isi peraturan)?

2. Bagaimana pandangan lain dapat mendukung isi peraturan itu?

3. Lingkungan kunci apa, konteks dan pengaruh personal atau jaringan yang paling berpengaruh?

4. Bagaimana masalah didefinisikan dan teori/konsep khusus digunakan?

5. Apakah ada pihak-pihak tertentu (donor, perguruan tinggi, LSM) yang ikut bersama membuat peraturan itu?

6. Suara siapa yang digunakan dan siapa yang ditolak?

2

Page 13: Kajian Sistem Perizinan di Sektor Sumberdaya Alam (SDA ) : Studi Kasus Sektor  Kehutanan

Hubungan Birokrasi dan Jaringan Power di Luarnya (Ribot-Peluso, 2003)

• Mendalami hasil kajian integritas pelayanan publik (KPK, 2012) untuk mengetahui:– Faktor terlemah dalam pengalaman dan potensi

integritas;– Menghubungkan antara jawaban dan karakteristik

responden.• Wawancara (snow ball):– Faktor tingginya gratifikasi dan pengaruh jaringan

kekuasaan; perlu tidaknya perantara; kegiatan utama diperlukan gratifikasi; perkembangan gratifikasi (waktu dan besaran); tipe jaringan yang digunakan; sumberdaya jaringan; cek referensi..

3

Page 14: Kajian Sistem Perizinan di Sektor Sumberdaya Alam (SDA ) : Studi Kasus Sektor  Kehutanan

Waktu Pelaksanaan• Pengumpulan data

dan informasi• Analisis data dan

informasi• FGD• Penyusunan

laporan• Diseminasi hasil

kajian

• September sampai awal Oktober

• Oktober sampai awal November

• Awal November • November• Desember