kajian pustaka a. konsep geometri bangun datareprints.umm.ac.id/50888/3/bab ii.pdf · antara titik,...

15
6 KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Geometri Bangun Datar Matematika merupakan salah satu mata pelajaran penting yang diajarkan di dalam sekolah. Dalam peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 21 tahun 2016 tentang standar isi pendidikan dasar dan menengah, matematika SMP diajarkan menjadi beberapa ruang lingkup diantaranya: Bilangan Rasional, Aljabar (pengenalan), Geometri (termasuk tranformasi dan bangun tidak beraturan), Statistika dan Peluang, Himpunan. Geometri adalah cabang dari matematika yang mempelajari hubungan antara titik, garis, sudut, bidang serta bangun datar dan bangun ruang (Ulum, Budiarto, & Ekawati, 2018). Konsep geometri bersifat abtrak namun bisa ditunjukkan dengan cara semi nyata atau semi kongkrit. Bangun geometri terdapat dua macam yaitu geometri bangun datar dan geometri bangun ruang. Geometri bangun datar merupakan suatu bentuk geometris yang terdiri dua dimensi atau hanya sekedar memiliki luas namun tidak memiliki volume contohnya seperti segiempat, lingkaran, segitiga, dan lain-lain (Hendri, & Kenedi, 2018). Pada geometri, konsep bangun datar adalah suatu permukaan datar yang memanjang pada dua dimensi tetapi tidak memiliki ketebalan sehingga untuk menvisualisasikan bangun datar masih tergolong sulit karena tidak ada yang bisa digunakan sabagai contoh nyata dari bidang geometris namun dapat menggunakan seperti permukaan dinding, lantai atau bahkan selembar kertas untuk mewakili bagian dari bidang geometris (Whitney, 2018). Misalkan dalam aljabar, membuat grafik titik pada bidang koordinat yang merupakan contoh bidang geometris. Bidang koordinat memiliki garis bilangan yang memanjang ke kiri dan ke kanan dan yang lain memanjang ke atas dan ke bawah. Faktanya, tidak bisa melihat seluruh bidang koordinat tetapi masih bisa mengetahui dengan bidang koordinat tersebut memanjang di sepanjang sumbu dan yang ditunjukkan oleh panah di ujung garis bilangan. Hal tersebut termasuk dua dimensi atau bidang datar dimana bidang yang memanjang sampai tak hingga. Misalkan juga pada saat membuat grafik titik, dimana tidak akan pernah membuat grafik titik atau menulisnya lebih dalam ke dalam kertas atau ke bidang tersebut dari pada titik yang lain sehingga

Upload: others

Post on 24-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 6

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Konsep Geometri Bangun Datar

    Matematika merupakan salah satu mata pelajaran penting yang diajarkan

    di dalam sekolah. Dalam peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 21

    tahun 2016 tentang standar isi pendidikan dasar dan menengah, matematika SMP

    diajarkan menjadi beberapa ruang lingkup diantaranya: Bilangan Rasional, Aljabar

    (pengenalan), Geometri (termasuk tranformasi dan bangun tidak beraturan),

    Statistika dan Peluang, Himpunan.

    Geometri adalah cabang dari matematika yang mempelajari hubungan

    antara titik, garis, sudut, bidang serta bangun datar dan bangun ruang (Ulum,

    Budiarto, & Ekawati, 2018). Konsep geometri bersifat abtrak namun bisa

    ditunjukkan dengan cara semi nyata atau semi kongkrit. Bangun geometri terdapat

    dua macam yaitu geometri bangun datar dan geometri bangun ruang. Geometri

    bangun datar merupakan suatu bentuk geometris yang terdiri dua dimensi atau

    hanya sekedar memiliki luas namun tidak memiliki volume contohnya seperti

    segiempat, lingkaran, segitiga, dan lain-lain (Hendri, & Kenedi, 2018).

    Pada geometri, konsep bangun datar adalah suatu permukaan datar yang

    memanjang pada dua dimensi tetapi tidak memiliki ketebalan sehingga untuk

    menvisualisasikan bangun datar masih tergolong sulit karena tidak ada yang bisa

    digunakan sabagai contoh nyata dari bidang geometris namun dapat menggunakan

    seperti permukaan dinding, lantai atau bahkan selembar kertas untuk mewakili

    bagian dari bidang geometris (Whitney, 2018). Misalkan dalam aljabar, membuat

    grafik titik pada bidang koordinat yang merupakan contoh bidang geometris.

    Bidang koordinat memiliki garis bilangan yang memanjang ke kiri dan ke kanan

    dan yang lain memanjang ke atas dan ke bawah. Faktanya, tidak bisa melihat

    seluruh bidang koordinat tetapi masih bisa mengetahui dengan bidang koordinat

    tersebut memanjang di sepanjang sumbu 𝑥 dan 𝑦 yang ditunjukkan oleh panah di

    ujung garis bilangan. Hal tersebut termasuk dua dimensi atau bidang datar dimana

    bidang yang memanjang sampai tak hingga. Misalkan juga pada saat membuat

    grafik titik, dimana tidak akan pernah membuat grafik titik atau menulisnya lebih

    dalam ke dalam kertas atau ke bidang tersebut dari pada titik yang lain sehingga

  • 7

    menunjukkan bidang koordinat tidak mempunyai ketebalan sehingga dapat

    menunjukkan bidang datar merupakah bidang yang tidak mempunya ketebalan

    (Alexander, & Koeberlein, 2015).

    Dalam suatu konsep geometri bangun datar, bangun-bangun tersebut

    merupakan sifat sedangkan yang kongkret atau nyata merupakan benda yang dilihat

    atau yang di pegang dengan memenuhi sifat bangun-bangun geometri sehingga

    cangkupan dalam suatu konsep geometri bangun datar meliputi macam-macam dan

    sifat-sifat bangun datar, rumus-rumus seperti luas, keliling, dan lain lain (Rohimah,

    & Nursuprianah, 2016; Aisah, Kusnadi, & Yulianti, 2016). Misalnya pada konsep

    sifat-sifat Segiempat yaitu: (1) segiempat adalah suatu jajar genjang jika dan hanya

    jika kedua sisi yang bersebrangan merupakan sisi yang sejajar, (2) segiempat adalah

    suatu belah ketupat jika dan hanya jika keempat sisinya sama panjang, (3)

    segiempat adalah persegi panjang jika dan hanya jika memiliki empat sudut siku-

    siku, (4) segiempat adalah persegi jika dan hanya jika memiliki empat sisi yang

    sama panjang dan sempat sudut siku-siku, (5) segiempat adalah layang-layang jika

    dan hanya jika memiliki dua pasang yang berbeda dari sisi berurutan sama panjang,

    (6) segiempat adalah trapesiun jika dan hanya jika memiliki paling sedikit satu

    pasang sisi yang sejajar, (7) trapesium merupakan sama kaki jika dan hanya jika

    memiliki sepasang sudut alas yang sama besar (Meilantifa, Soewardini, Budiarto,

    & Manoy, 2018).

    Jika mengambil konsep dalam rumus keliling segiempat misalnya pada

    bangun datar persegi panjang

    Gambar 2.1 Persegi Panjang

  • 8

    Maka keliling persegi panjang sama dengan jumlah semua sisi. Namun

    karena sisi yang berlawanan dari segi empat yaitu kongruen, sehingga hanya

    diperlukan mengetahui panjang dan lebar (Johnson, Tipps, & Kennedy, 2016)

    Jadi dapat diketahui persamaannya dengan cara

    𝑃 = 𝑤 + 𝑙 + 𝑤 + 𝑙

    𝑃 adalah keliling, 𝑙 adalah panjang dari persegi panjang dan untuk 𝑤 adalah

    lebarnya. Sehingga dapat disederhanakan persamaannya menjadi seperti dibawah

    ini:

    𝑃 = 2𝑙 + 2𝑤

    Sedangakan dalam konsep suatu luas persegi panjang dapat dimisalkan

    dengan membuat kumpulan persegi kecil seperti pada gambar dibawah ini:

    Gambar 2.2 Kumpulan Persegi Kecil Dalam Persegi Panjang

    Bangun datar persegi kecil pada gambar 2.3 diatas sebagai 1 satuan luas.

    Dengan membentuk menjadi persegi panjang dan menghitung banyaknya persegi

    kecil dengan satu-satu atau bisa dengan mengalikan banyaknya persegi dari kolom

    dengan baris maka di dapat persamaan banyaknya persegi 1 kolom × banyaknya

    persegi 1 baris. Sehingga dari hal tersebut dapat membentuk luas persegi panjang

    karena pada persegi panjang memiliki bentuk sisi yang teratur seperti persegi pada

    gambar 2.2 dan terdapat 2 macam sisi yaitu sisi panjang dan sisi pendek (Lestiana,

    & Kurniasih, 2016). Dengan demikian luas persegi panjang sama dengan jumlah

    semua persegi yang ada pada gambar diatas, dan di dapat persamaannya yaitu :

    L= Panjang × Lebar = sisi panjang × sisi pendek

  • 9

    Gambar 2.3 Persegi Panjang

    Dalam motif batik malangan, tidak hanya terdapat satu goemetri bangun

    datar melainkan dapat ditemukan beberapa macam geometri bangun datar,

    misalkan pada contoh motif batik malangan dibawah ini:

    Gambar 2.4: Motif Batik Malangan

    Sumber: Hermawati, dkk., 2017 dan batikmalang.com, diakses tahun 2019

    Sehingga jika menelusuri goemetri bangun datar pada beberapa motif batik diatas

    didapat bangun datar seperti pada gambar dibawah ini:

  • 10

    Gambar: 2.5 Bangun Data Pada Motif Batik

    Gambar: 2.6 Bangun Datar Pada Motif Batik

  • 11

    Gambar 2.7 Bangun Datar Pada Motif Batik

    Gambar 2.8 Bangun Datar Pada Motif Batik

  • 12

    Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa batik malangan termasuk dalam

    memenuhi unsur-unsur geometri bangun datar yaitu segiempat, segitiga, dan

    lingkaran.

    B. Membangun Konsep Geometri Bangun Datar

    Belajar adalah suatu proses aktifitas siswa yang dilakukan secara aktif

    dalam mengkontruksi atau membangun pengetahuan mereka sendiri, maksudnya

    adalah apabila membentuk atau menumbuhkan suatu pengetahuannya maka harus

    terjadi suatu aktifitas kontruksi secara aktif (Zahid, 2016; Subanji, 2017). Dalam

    membangun suatu pengetahuan dalam lingkup matematika, membutuhkan suatu

    proses yang terus menerus dilakukan sehingga dari pengetahuan yang terbentuk

    dapat digunakan untuk membangun konsep atau digunakan untuk menyelesaikan

    suatu permasalahan. Proses pembentukan atau kontruksi suatu konsep pada siswa

    dapat dipaparkan sebagai suatu hasil dari rangkaian Action-Process-Object-Schema

    (APOS). APOS merupakan teori sebagai kontruktivis tentang bagaimana siswa

    belajar konsep matematika dan sebagai alat untuk menggambarkan bagaimana

    kognisi siswa mengkontruksi suatu konsep matematika (Kusaeri, 2015; Zahid, &

    Sujadi, 2017). Pada Istilah aksi (action), proses (process), objek (object) dan skema

    (schema) merupakan kontruksi mental siswa dalam memahami sebuah konsep

    matematik (Kusaeri, 2015). Sehingga kontruksi mental terbentuk dari aksi (action),

    yang diinternalisasikan menjadi proses (process), dan dilanjutkan dengan

    dirangkum menjadi objek (object), sedangkan objek bisa di diurai kembali menjadi

    proses. Dari aksi, proses, dan objek dapat digabungkan menjadi suatu skema

    (Schema) (Gembong, 2016), seperi pada siklus pembentukan skema dibawah ini:

  • 13

    Gambar: 2.9 Pembentukan Skema Berdasarkan Teori APOS

    Sumber: Erawati (2018)

    Pada tahap aksi merupakan tahap terjadinya transformasi objek-objek

    yang diterima oleh siswa sebagai sesuatu yang diperlukan serta petunjuk-petunjuk

    eksternal yang tepat terhadap langkah-langkah yang harus diambil. Seseorang atau

    siswa dapat disebut dengan mengalami aksi jika siswa tersebut memfokuskan

    proses mentalnya berusaha untuk memahami suatu konsep dari permasalahan yang

    diberikan. Sebagai contohnya siswa diberikan benang atau lidi yang nantinya

    digunakan untuk mencari keliling geometri bangun datar pada motif batik malangan

    misalnya pada bangun persegi panjang yang ada di motif batik malangan namun

    jika siswa tidak bisa menafsirkan situasi tersebut kecuali mendapatkan contoh

    langsung dari guru maka siswa tersebut terbatas hanya sampai aksi.

    Pada tahap proses merupakan suatu tahap dimana ketika aksi terus

    diulang-ulang dan siswa melakukan refleksi terhadap aksi tersebut sehingga

    diinteriorisasi menjadi proses. Berbeda dari tahap aksi, proses melibat imajinasi

    siswa sehingga siswa merasakan tahap kontruksi mental. Contohnya siswa

    mengamati motif pada kain batik malangan atau melakukan diskusi dengan

    temannya setelah itu memotong serta membentuk lidi agar sesuai dengan bentuk

    dari motif batik malangan yang berbentuk bangun datar persegi panjang.

    Pada tahap objek terjadi ketika siswa merefleksikan hasil di tahap proses

    sehingga siswa menyadari bahwa tahapan-tahapan transformasi pada tahap aksi

    ataupun proses merupakan bagian dari keseluruhan atau satu kesatuan dan benar-

  • 14

    benar dapat mengkontruksi tranformasi tersebut maka dapat dikatakan siswa sudah

    pada tahap objek. Contohnya ketika siswa sudah membentuk lidi sesuai dengan

    motif pada kain batik malangan yang berupa bangun persegi panjang dan siswa

    menyadari bahwa terdapat dua lidi dengan pajang yang sama dan dua lidi dengan

    pendek yang sama dalam mencari keliling persegi panjang sehingga menemukan

    keliling dari bangun tersebut.

    Pada tahap skema merupakan suatu pengelompokan aksi, proses, objek

    dan skema lainnya yang memiliki keterhubungan sehingga membentuk suatu suatu

    kerangka kerja yang saling berhubungan dalam pikiran siswa. Contohnya siswa

    dapat menemukan keliling bangun-bangun datar lainnya yang ada pada motif batik

    malangan selain persegi panjang.

    Kerangka kerja teori APOS menurut dubinsky seperti Tabel 2.1 dibawah ini (Astuti,

    Usodo, & Aryuna, 2017).

    Tabel 2.1 Kerangka Kerja Teori APOS

    Kerangka kerja APOS

    1. Aksi Aksi adalah transformasi objek-objek yang diterima oleh siswa sebagai sesuatu yang diperlukan

    dan petunjuk-petunjuk eksternal yang tepat terhadap langkah-langkah yang harus diambil.

    Dikatakan mengalami aksi ketika siswa memfokuskan proses mentalnya dan berusaha untuk

    memahami dari permasalahan yang diberikan.

    2. Proses Berbeda dari aksi yang memugkinkan terjadi melalui bantuan manipulasi benda atau yang bersifat

    kongkret. Proses terjadi ketika aksi terus diulang-ulang dan siswa melakukan refleksi pada aksi

    sehingga diinteriorisasi menjadi proses. Dikatakan mengalami proses ketika berpikirnya terbatas

    pada ide matematik yang dihadapi dan ditandai dengan munculnya kemampuan untuk

    membicarakan atau merefleksikan atas ide matematik tersebut.

    3. Objek Sebuah objek diskonstruk dari sebuah proses ketika siswa sadar bahwa proses sebagai totalitas

    dan menyadari bahwa transformasi dapat bertindak di atasnya. Dikatakan mengalami objek ketika

    mampu memperlakukan ide atau konsep sebagai sebuah objek kognitif yang mencakup

    kemampuan untuk melakukan aksi atas objek tersebut serta memberikan alasan atau penjelasan

    tentang sifat-sifatnya.

    4. Skema Skema dalam konsep matematika tertentu adalah kumpulan aksi, proses, objek, dan skema

    lainnya yang dihubungkan sehingga membentuk kerangka berpikir dalam individu yang

    digunakan untuk menyelesaikan masalah yang melibatkan konsep.

  • 15

    C. Etnomatematika

    Secara etimologi, etnomatematika bersal dari tiga kata dalam bahasa

    Yunani yaitu etno, mathema dan tics yang mengartikan etnomatematika merupakan

    sebuah program yang menggabungkan ide-ide dan prosedur matematis yang

    dipraktikkan oleh anggota kelompok budaya yang berbeda, yang diidentifikasi

    tidak hanya sebagai masyarakat adat (pribumi) tetapi juga sebagai kelompok

    pekerja, kelas-kelas profesional, dan kelompok anak-anak dari kelompok usia

    tertentu (D’Ambrosio 2985) sehingga etnomatematika ini berkaitan dengan motif

    pada budaya (etno) tertentu yang berkembang dan diklasifikasikan dengan teknik

    dan ide (tics) yang memungkinkan untuk membuat suatu model lingkungan,

    konteks alam dan sosial untuk menjelaskan dan memahami kejadian ini (mathema)

    ( Rosa, & Orey, 2016). Etnomatematika merupakan suatu strategi dalam

    mempelajari aspek budaya pada matematika dengan mempertimbangkan aprosiasi

    pengetahuan matematika yang berkembang diberbagai sektor dalam masyarakat

    seperti mempertimbangkan budaya mereka dan dihubungan dengan matematika

    untuk dijadikan sebagai praktik matematika sehingga mempelajari atau menyajikan

    konsep-konsep matematika dengan menggunakan budaya yang di miliki menjadi

    suatu alat dalam memberikan wawasan serta dengan demikian dapat memperkuat

    kemampuan konsep serta koneksi matematika yang bermakna (Rosa, & Shirley,

    2016). Namun pada dasarnya sebelum etnomatematika muncul sebagai bidang

    studi, guru matematika sudah terlebih dahulu mencari atau menggunakan

    lingkungan (budaya) dalam mengajarkan materi di dalam kelas yang pada akhirnya

    studi tentang etnomatematika muncul dan menjadi berkembang seperti saat ini

    karena dalam penyajian materi dan topik-topik baru yang disampaikan di dalam

    kelas menggunakan kejadian yang sudah dirasakan terlebih dahulu oleh siswa

    sehingga dapat menunjukkan aplikasi dari matematika yang dapat ditemukan tidak

    hanya di bidang sains, bisnis, dan kehidupan sehari-hari tetapi bisa ditemukan atau

    melihat matematika dalam pratik di seluruh dunia (shirley,& Palhares, 2016).

    Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang menjadi simbol ciri

    khas bangsa sekaligus menjadi suatu seni tradisional dengan motif berupa gambar

    diatas kain yang menyimpan suatu konsep artistik sehingga motif tercipta bukan

  • 16

    hanya keindahan namun tersirat suatu nilai-nilai moral, adat, agama, dan lain lain

    (Meccasia, Hidayat, & Sunarya, 2015). Dalam terjadinya peningkatan pada mutu

    pendidikan, etnomatematika lebih diterima dikalangan masyarakat terutama pada

    deaerah pesisir pantai atau di pedesaan karena etnomatematika mengikutsertakan

    praktik tradisional yang ada dikalangan masyarakat tersebut sehingga pembelajaran

    matematika lebih mudah diterima dari pada matematika formal yang terkadang sulit

    dimengerti dari bahasa yang disampaikan. Hal ini juga berlaku di daerah kota maju,

    dimana layanan atau dalam kegiatan dalam sehari-hari merupakan campuran dari

    praktik tradisional sehingga menjadi kebutuhan umum yang bergantung pada

    pekerja khusus dan pengrajin, seperti pembangun dan pekerja pemeliharaan

    (maintenance people) pada umumnya, serta pada profesional terlatih yang lebih

    khusus di bidang minat universal dan jangkauan, seperti perdagangan, industri, dan

    lain-lain. Dari berbagai seni atau praktik tradisional itulah yang merupakan suatu

    komponen dasar dalam etnomatematika sehingga menjadi keseimbangan antara

    antara entomatik dan matematika yang ada disekolah yang tidak saling

    bertentangan melainkan dapat berbaur atau dihubungkan (Rosa et al., 2016). Oleh

    karena itu, batik yang merupakan termasuk dari seni tradisional sedangkan seni atau

    praktik tradisional merupakan komponen dari etnomatematika maka dapat

    disimpulkan bahwa batik merupakan bagian dari etnomatematika yang bisa

    dijadikan pembelajaran di sekolah. Sehingga etnomatematika mencakupi pada

    bidang seperti: artsitektur, tenun, jahit, hubungan kekerabatan, ornamen, kain batik,

    tarian tradisional dan lain-lain (Ekowati, Kusumaningtyas, & Sulustyani, 2017).

    D. Pembelajaran Geometri Bangun Datar dengan Etnomatematika

    Etnomatematika adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang

    digunakan untuk menghubungkan budaya lingkungan dengan matematika. Oleh

    karena itu, pembelajaran matematika menjadi seimbang dengan konteks budaya

    siswa, masyarakat, dan matematika menjadi lebih mudah dipahami karena bukan

    lagi dipahami sebagai sesuatu yang baru oleh siswa. Pembelajaran etnomatematika

    terbagi menjadi tiga bagian yaitu: 1) Belajar tentang budaya merupakan

    menempatkan posisi budaya sebagai ilmu. Dalam proses pembelajaran tentang

  • 17

    budaya sudah ada di sekolah seperti mata pelajarann seni dan kerajinan, sastra dan

    seni, melukis dan menggambar. Produk budaya yang berlaku dalam suatu

    masyarakat bisa digunakan sebagai metode memecahkan masalah matematis. 2)

    Belajar dengan budaya merupakan memanfaatkan produk budaya dari berbagai

    manifestasi budaya menjadikan produk budaya tersebut sebagai media

    pembelajaran untuk membantu dalam proses pembelajaran di dalam kelas. 3)

    Belajar melalui budaya merupakan disediakan kesempatan kepada siswa untuk

    mencapai pemahaman atau makna dari suatu pengetahuan melalui berbagai

    manifestasi budaya. Pembelajaran berbasis budaya atau etnomatematika harus

    mencakupi 4 hal yaitu kompetensi bidang/bidang studi dan subtansi, proses

    pembelajaran dan kebermaknaan, penilaian hasil belajar, dan peran dari budaya.

    Pembelajaran berbasis budaya merupakan pembelajaran yang memfokuskan

    tercapainya pemahaman yang terpadut terlebih dahulu dibandingkan dengan

    pemahaman secara mendalam. Pembelajaran etnomatematika yang digunakan

    dalam penelitian ini menggunakan bagian ke dua yaitu belajar dengan budaya.

    Model pembelajaran yang digunakan untuk mengkontruksi konsep

    geometri bangun datar dengan pendekatan etnomatematika yaitu model

    pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME). RME merupakan

    pembelajaran yang menghubungkan pemahaman tentang apa itu matematika,

    bagaimana untuk mempelajari matematika dan bagaimana matematika yang baik

    untuk disampaikan kepada siswa sehingga siswa membangun konsep dan

    pembelajaran yang lebih bermakna (Fatmahanik, 2016). Prinsip yang ada pada

    RME terdapat tiga hal yaitu menemukan kembali (Guided reinvention), Fenomena

    didaktik (Didactical phenomology), mengembangkan model sendiri (Self developed

    models) namun Gravenjer dari tiga prinsip yang telah disebutkan diatas dijabarkan

    menjadi lima karakteristik dasar dalam pembelajaran RME yaitu menemukan

    masalah kontekstual, menggunakan model, menggunakan kontribusi siswa,

    terdapat interaksi, terdapat keterkaitan diantara bagian materi pelajaran (Holisin,

    2016). Sehingga dari prinsip dan karakteristik dari pembelajaran RME, langkah-

    langkah pembelajaran yang dilakukan yaitu 1) memahami masalah kontekstual

    yaitu memberikan suatu masalah atau soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-

  • 18

    hari serta meminta siswa untuk memahami masalas tersebut, 2) menyelesaikan

    masalah kontekstual yaitu siswa menyelesaikan dan memahami masalah-masalah

    kontektsual secara individu dengan caranya sendiri, 3) membandingkan dan

    mendikusikan jawabah yaitu guru memberikan arahan kepada siswa untuk

    membentuk kelompok empat atau lima siswa dalam berdiskusi dan

    membandingkan dari hasil yang sudah dikerjakan secara individu untuk memeriksa

    hasil jawaban, 4) Diskusi kelas yaitu guru mengarahkan siswa untuk menuliskan

    atau menjelaskan hasil dari jawabannya dengan cara menunjuk wakil pada masing-

    masing kelompok dan guru sebagai moderator juga sebagai fasilitator membimbing

    dan mengarahkan siswa sampai pada rumusan konsep/prinsip yang sesuai dengan

    matematika formal pada umumnya, 5) Menyimpulkan yaitu hasil diskusi kelas,

    guru membimbing siswa untuk memperoleh kesimpulan dari suatu rumusan

    konsep/prinsip yang telah dipelajari (Fatmahanik, 2016).

    Oleh karena itu, langkah-langkah pembelajaran berbasis etnomatematika

    dengan menggunakan model pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME)

    sebagai berikut (Fatmahanik, 2016; Yuliana, 2017):

    Tabel 2.2

    Langkah-Lngkah Pembelajaran Geometri Bangun Datar Dengan Batik

    Malangan Berdasarkan Model RME

    Tahap Kegiatan Pembelajaran

    Tahap 1 : Memahami masalah

    kontekstual

    Siswa memahami masalah kontekstual yang diberikan oleh

    guru yaitu berapa banyak cat yang dibutuhkan pada motif

    batik malangan, berapa panjang dan lebar kain batik yang

    dibutuhkan untuk menggambar 15 motif batik dengan bentuk

    yang berbeda namun jarak antar motif batik sama.

    Tahap 2 : Menyelesaikan

    masalah kontekstual

    Siswa menyelesaikan masalah kontekstual yang diberikan

    sesuai dengan kemampuannya. Siswa memulai

    mengkontruksi konsep geometri bangun datar sesuai

    kemampuannya.

    Tahap 3 : Membandingkan

    dan mendikusikan jawabah

    Siswa membentuk kelompok sesuai dengan arahan guru,

    untuk mendiskusikan hasil jawaban masing-masing di dalam

    kelompok yang sudah dibentuk. Siswa mendiskusikan hasil

    yang sudah di kontruksi sesuai dengan kemampuan masing-

    masing sebelumnya kepada teman sekelompoknya.

    Tahap 4 : Diskusi kelas Siswa mempersiapkan masing-masing wakil kelompoknya

    untuk menjelaskan atau menyampaikan hasil diskusinya dari

    membangun konsep geometri bangun datar di depan kelas.

    Tahap 5 : Menyimpulkan Siswa membuat kesimpulan dari hasil yang sudah didapat

    dibantu dengan arahan guru dalam membuat kesimpulan.

  • 19

    Indikator pada pembelajaran geometri bangun datar berbasis RME seperti tabel

    diatas berdasarkan teori APOS seperti tabel dibawah ini (Lestarianingsih,

    Darmawijoyo, & Hartono, 2015; Yuliana, & Ratu, 2018):

    Tabel 2.3 Indikator Pembelajaran Geometri Bangun Datar Dengan RME

    Berdasarkan Teori APOS

    Tahap RME Indikator

    Tahap1 : Memahami

    masalah kontekstual

    Aksi:

    Siswa mengamati motif-motif yang ada pada batik,

    mentranformasikan motif batik ke dalam bentuk geometri

    bangun datar.

    Proses:

    Siswa bertanya atau berdiskusi kepada teman sebangkunya dari

    bentuk geometri atau pengetahuan yang sudah di dapat untuk

    mengetahui maksud dari masalah yang dihadapi atau merefleksi

    dari kegiatan aksi.

    Objek:

    Siswa dapat menuliskan atau menggolongkan bangun datar

    yang didapat.

    Skema:

    Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang

    ditanya dari permasalahan kontektual lainnya yang diberikan.

    Tahap 2 :

    Menyelesaikan

    masalah kontekstual

    Aksi:

    Siswa mengamati kembali bangun datar yang sudah diperoleh

    atau memberikan simbol atau memberikan berbagai macam

    warna didalam bangun datar.

    Proses:

    Siswa mengilustrasikan dari bangun datar berdasarkan yang

    sudah didapat atau memanipulasi bangun datar atau merefleksi

    dari kegiatan aksi.

    Objek:

    Siswa menuliskan rangkaian solusi atau cara untuk

    menyelesaikan masalah yang diberikan.

    Skema:

    Siswa dapat menyelesaikan permasalahan dengan

    menghubungan ide-ide atau informasi yang sudah diperoleh.

    Tahap 3 :

    Membandingkan dan

    mendikusikan

    jawabah

    Aksi:

    Siswa melakukan diskusi bersama untuk menentukan siapa

    yang akan memberikan penjelasan terlebih dahulu dari hasil

    yang sudah diperoleh.

    Proses:

    Siswa memberikan penjelaskan dari hasil yang sudah diperoleh

    kepada teman-temannya.

    Objek:

    Siswa mendiskusikan jawaban dalam memilih jawaban yang

    paling benar dengan memberikan alasan dari jawaban yang

    dipilih.

  • 20

    Skema:

    Siswa terlibat akif dalam memilih serta menuliskan jawaban

    yang dirasa benar diantara angota kelompok.

    Tahap 4 : Diskusi

    kelas

    Aksi:

    Siswa memilih perwakilan kelompok untuk maju didepan kelas

    dalam menjelaskan hasil diskusi kelompok.

    Proses:

    Siswa memeriksa kembali jawaban yang sudah diperoleh.

    Objek:

    Siswa mencocokan hasil pekerjaannya dengan teman dari

    perwakilan lain yang sedang menjelaskan didepan kelas.

    Skema:

    Siswa memberikan pertanyaan atau memberikan tanggapan dari

    penjelasan temannya.

    Tahap 5 :

    Menyimpulkan

    Aksi:

    Siswa membaca dan memperhatikan kembali hasil jawaban

    yang telah diperoleh

    Proses:

    Siswa berdiskusi dengan teman sebangkunya untuk

    memperoleh kesimpulan yang tepat.

    Objek:

    Siswa dapat menuliskan kesimpulan dari hasil diskusi dan

    mengamati kembali.

    Skema:

    Siswa dapat menyebutkan hasil diskusi yang telah diperoleh.