kajian pustaka - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · dalam...

29
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang model pembelajaran 1. Pengertian pembelajaran Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Untuk itu, harus dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan belajarnya. Jika guru dapat memahami proses pemerolehan pengetahuan, maka guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya. Menurut Sudjana (2000) dalam Sugihartono, dkk (2007: 80) pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Sedangkan Nasution (2005) dalam Sugihartono, dkk (2007: 80) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful Sagala (2006: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan

Upload: nguyenbao

Post on 15-Apr-2018

228 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang model pembelajaran

1. Pengertian pembelajaran

Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki

keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam

proses pendidikan. Pembelajaran seharusnya merupakan kegiatan yang dilakukan

untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Untuk

itu, harus dipahami bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dari kegiatan

belajarnya. Jika guru dapat memahami proses pemerolehan pengetahuan, maka

guru akan dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya.

Menurut Sudjana (2000) dalam Sugihartono, dkk (2007: 80) pembelajaran

merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat

menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Sedangkan Nasution

(2005) dalam Sugihartono, dkk (2007: 80) mendefinisikan pembelajaran sebagai

suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan

menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.

Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi

guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan

dengan kegiatan belajar siswa.

Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Syaiful Sagala (2006: 62)

pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional,

untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan

Page 2: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

10

sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru

untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan

berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi

pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap

materi pelajaran.

Dari berbagai pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh

pendidik untuk mentransfer ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan

sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan

kegiatan belajar secara efektif dan efisien sehingga akan mendapatkan hasil yang

seoptimal mungkin..

2. Pengertian model pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model

pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,

termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan

pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends dalam

Trianto, 2010: 51).

Sedangkan menurut Joyce & Weil (1971) dalam Mulyani Sumantri, dkk

(1999: 42) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman

Page 3: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

11

bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan aktifitas belajar mengajar.

Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi pedoman bagi perancang

pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar

mengajar.

Menurut Trianto (2010: 53) fungsi model pembelajaran adalah sebagai

pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan

pembelajaran. Untuk memilih model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi

yang akan diajarkan, dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam

pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu pula,

setiap model pembelajaran juga mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat

dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu dengan sintaks

yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini, diantaranya

pembukaan dan penutupan pembelajaran yang berbeda antara satu dengan yang

lain. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai

keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka

ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini.

Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2011: 142) istilah model

pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau

Page 4: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

12

prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki

oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri khusus model pembelajaran adalah:

1. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya.

Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal.

Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat teori dengan

mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan sebenarnya serta tidak

secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya.

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan

pembelajaran yang akan dicapai).

Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan

dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan

baik serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil.

Model pembelajaran mempunyai tingkah laku mengajar yang diperlukan

sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil

dalam pelaksanaannya.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat

tercapai.

Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta

nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek

penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan pembelajaran.

Page 5: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

13

Pada Akhirnya setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan

dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang

berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas. Sifat materi

dari sistem syaraf banyak konsep dan informasi-informasi dari teks buku bacaan,

materi ajar siswa, di samping itu banyak kegiatan pengamatan gambar-gambar.

Tujuan yang akan dicapai meliputi aspek kognitif (produk dan proses) dari

kegiatan pemahaman bacaan dan lembar kegiatan siswa (Trianto, 2010: 55).

B. Tinjauan tentang model pembelajaran terpadu

1. Pengertian model pembelajaran terpadu

Menurut Joni, T. R (1996: 3) dalam Trianto (2010: 56), pembelajaran

terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik

secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan

konsep serta prinsip keilmuan secara hoilistik, bermakna, dan otentik.

Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau

eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran.

Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema/peristiwa tersebut siswa belajar

sekaligus proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak.

Senada dengan pendapat di atas, menurut Hadisubroto (2000: 9) dalam

Trianto (2010: 56), pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali

dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok

bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara

sepontan ataupun direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan

Page 6: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

14

dengan beragam pengalaman belajar anak, maka pembelajaran akan lebih

bermakna.

Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai

pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk

memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak. Dikatakan bermakna

karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang

mereka pelajari itu sebagai pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan

konsep lain yang mereka sudah pahami (Depdikbud, 1996: 5).

Melalui pembelajaran terpadu, peserta didik dapat memperoleh

pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima,

menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian,

peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang

dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, autentik dan aktif. Cara

pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh

terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar

yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadi proses

belajar lebih efektif. Kaitan konsep yang dipelajari dengan sisi bidang kajian

ilmu-ilmu yang relevan akan membentuk skema kognitif sehingga anak akan

memperoleh keutuhan belajar, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan,

dunia nyata dan fenomena kehidupan hanya dapat direfleksikan melalui

pembelajaran terpadu.

Menurut Trianto, (2010: 7) pembelajaran terpadu dapat dikemas dengan

tema atau topik tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang

Page 7: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

15

atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal oleh peserta didik.

Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek

bidang kajian. Dengan demikian, melalui pembelajaran terpadu ini beberapa

konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali dalam

bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya

akan lebih efisien dan dapat mencapaian tujuan pembelajaran.

C. Tinjauan tentang model pembelajaran tematik

1. Pengertian model pembelajaran tematik

Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang

berdasarkan tema-tema tertentu. Pembelajaran tematik menyediakan keleluasaan

dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat

banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang

tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi

siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan

memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di

sekitar mereka (Trianto, 2011: 147).

Pembelajaran tematik sebagai suatu model pembelajaran termasuk salah

satu tipe/jenis dari model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada

dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk

mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006: 5)

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu model pembelajaran yang

Page 8: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

16

memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan

kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran. Penerapan pembelajaran tematik

ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yakni penentuan berdasarkan

keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar, tema, dan masalah yang

dihadapi.

Menurut Panduan KTSP dalam Trianto (2011: 153) pembelajaran tematik

sebagai bagian daripada pembelajaran terpadu memiliki banyak keuntungan yang

dapat dicapai sebagai berikut.

1. Memudahkan pemusatan perhatian kepada siswa pada satu tema tertentu.

2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang sama.

3. Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan

berkesan.

4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan secara lebih baik dengan

mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.

5. Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajarnya karena materi

disajikan dalam konteks tema yang jelas.

6. Siswa lebih dapat bergairah dalam belajar karena dapat berkomunikasi

dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu

mata pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain.

7. Guru dapat menghemat waktu pembelajaran. Hal ini karena mata pelajaran

yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan

Page 9: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

17

dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan

untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan materi.

2. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik

Sebagai bagian dari pembelajaran terpadu, maka pembelajaran tematik

memiliki prinsip dasar sebagaimana halnya pembelajaran terpadu. Menurut Ujang

Sukandi, dkk. (2001: 109) dalam Trianto (2010 : 154), pembelajaran terpadu

memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan

kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari

beberapa macam materi pelajaran.

Pembelajaran tematik perlu memilih materi dari beberapa mata pelajaran

yang mungkin dan saling berkaitan. Dengan demikian, materi-materi tersebut

akan dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi

pengayaan dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam kurikulum.

Perlu diingat, penyajian materi pengayaan perlu dibatasi pada tujuan pembelajaran

yang akan dicapai.

Pengajaran tematik tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum

yang berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran tematik harus mendukung

tercapainya tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. Materi

pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema perlu mempertimbangkan

karakteristik siswa. Seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.

Materi pembelajaran yang dipadukan tidak perlu terlalu dipaksakan. Artinya,

materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan (Trianto, 2011: 154).

Page 10: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

18

Menurut Trianto (2011: 155-156) secara umum prinsip-prinsip

pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Prinsip Penggalian Tema

Prinsip penggalian merupakan prinsip utama dalam pembelajaran tematik.

Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan

menjadi target utama dalam pembelajaran.

b. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran

Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu

menempatkan dirinya dalam seluruh proses. Artinya, guru harus mampu

menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses

pembelajaran.

c. Prinsip Evaluasi

Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana

suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi.

Dalam hal ini, maka dapat melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran

tematik.

d. Prinsip Reaksi

Dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara

sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena

itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan

pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran.

Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak

mengarahkan aspek yang sempit tetapi ke sebuah kesatuan yang utuh dan

Page 11: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

19

bermakna. Pembelajaran tematik memungkinkan hal ini dan guru

hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan ke permukaan hal-

hal yang dicapai melalui dampak pengiring tersebut.

3. Arti Penting Pembelajaran Tematik.

Pembelajaran tematik, sebagai model pembelajaran memiliki arti penting

dalam membangun kompeternsi peserta didik, antara lain.

a. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam

proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa

dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat

menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui

pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka

pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah

dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh psikologi

Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah

bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

b. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar

sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu

mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan memengaruhi

kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan

unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.

kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk

skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan

pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di

Page 12: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

20

sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai denan tahap

perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu

keutuhan (Trianto, 2011: 154).

Pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh

beberapa manfaat yaitu:

i. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan Indikator serta isi

mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang-tindih materi

dapat dikurangi bahkan mungkin dapat dihilangkan.

ii. Siswa mampu melihat hubungan yang bermakna, sebab isi/materi

pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir

dari suatu pembelajaran.

iii. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian

mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah antara materi yang

satu dengan materi yang lain, dan

iv. Dengan adanya pemaduan antar-mata pelajaran, maka penguasaan konsep

akan semakin baik dan meningkat.

Selain itu, pembelajaran tematik juga memiliki arti penting dalam kegiatan

belajar mengajar. Ada beberapa alasan yang mendasarinya, antara lain:

a. Dunia anak adalah dunia nyata

Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berfikir

nyata. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka tidak melihat mata pelajaran

berdiri sendiri. Mereka melihat obyek atau peristiwa yang didalamnya

memuat sejumlah konsep/materi beberapa mata pelajaran. Misalnya, saat

Page 13: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

21

mereka berbelanja di pasar, mereka akan dihadapkan dengan suatu

perhitungan (Matematika), aneka ragam makanan sehat (Ilmu Pengetahuan

Alam), dialog tawar-menawar (Bahasa Indonesia), harga yang naik-turun

(Ilmu Pengetahuan Sosial), dan beberapa materi pelajaran lain.

b. Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu

peristiwa/objek lebih terorganisasi.

Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu obyek sangat

bergantung pada pengetahuan yang sudah dimiliki anak sebelumnya.

Setiap anak selalu membangun sendiri pemahaman terhadap konsep baru.

Anak menjadi “arsitek” pembangun gagasan baru. Guru dan orang tua

hanya sebagai “fasilitator” atau mempermudah sehingga peristiwa belajar

dapat berlangsung. Anak dapat gagasan baru jika pengetahuan yang

disajikan selalu berkaitan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.

c. Pembelajaran akan lebih bermakna.

Pembelajaran akan lebih bermakna jika pembelajaran yang sudah

dipelajari siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri.

Pengajaran terpadu memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan

tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan. Ketiga ranah pendidikan

ini meliputi, sikap (jujur, teliti, tekun, dan terbuka terhadap gagasan

ilmiah) keterampilan (memperoleh, memanfaatkan, dan memilih

informasi, menggunakan alat, bekerja sama, dan kepemimpinan) dan ranah

kognitif (pengetahuan).

Page 14: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

22

e. Memperkuat kemampuan yang diperoleh.

Kemampuan yang diperoleh dari suatu mata pelajaran tertentu akan saling

memperkuat kemampuan yang diperoleh dari mata pelajaran yang lain.

f. Efisien waktu.

Guru dapat lebih menghemat waktu dalam menyusun persiapan

pembelajaran. Tidak hanya siswa, gurupun dapat belajar lebih bermakna

terhadap konsep-konsep sulit yang akan diajarkan.

Apabila pembelajaran tematik ini dirancang bersama, dapat meningkatkan

kerjasama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta

didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber, sehingga

belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang

lebih bermakna Indrawati (2009: 24) dalam Trianto (2011: 157-158).

Apabila ditinjau dari aspek guru dan peserta didik, pembelajaran tematik

memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru

antara lain:

1. Tersedia waktu yang lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pelajaran

tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang

hari dan mencakup berbagai mata pelajaran.

2. Hubungan antar-mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan

alami.

3. Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinue, tidak

terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau empat dinding kelas. Guru

Page 15: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

23

dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar ke berbagai aspek

kehidupan.

4. Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari

berbagai sudut pandang yang ada.

5. Pengembangan masyarakat untuk belajar dapat terfasilitasi. Penekanan

pada kompetisi bisa dikurangi dan diganti dengan kerjasama dan

kolaborasi.

Adapun keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain:

1. Dapat lebih memfokuskan diri pada proses, bukan dari hasil belajar.

2. Menghilangkan batas semu antar bagian kurikulum dan menyediakan

pendekatan proses belajar yang integratif.

3. Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan

minat, kebutuhan, dan kecerdasan. Siswa didorong untuk membuat

keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar.

4. Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri siswa di dalam dan di

luar kelas.

5. Membantu siswa membangun hubungan antar konsep dan ide, sehingga

meningkatkan apresiasi dan pemahaman terhadap materi pembelajaran

yang ada.

Selain kelebihan yang dimiliki, pembelajaran tematik juga memiliki

keterbatasan. Keterbatasan itu terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada

perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk

Page 16: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

24

melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran

langsung saja Indrawati (2009: 24) dalam Trianto (2011: 161).

4. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Menurut Depdiknas (2006: 6), pembelajaran tematik memiliki beberapa

ciri khas yaitu:

i. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat

perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.

ii. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik

bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.

iii. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga

hasil belajar dapat bertahan lebih lama.

iv. Membantu mengembangkan keterampilan berfikir siswa.

v. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan

permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lungkungannya dan,

vi. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,

komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Selain itu, menurut Depdiknas (2006) sebagai model pembelajaran di

sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik antara lain:

a. Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student center), hal ini sesuai

dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa

sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai

Page 17: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

25

fasilitator, yaitu memberikan kemudahan untuk melakukan aktifitas belajar

kepada siswa.

b. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik memberikan pengalaman langsung kepada siswa

(direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan

pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal

yang lebih abstrak dikemudian hari.

c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi

tidak begitu jelas. Hal ini karena fokus pembelajaran diarahkan kepada

pembelajaran terhadap tema-tema yang paling dekat serta berkaitan

dengan kehidupan siswa.

d. Menyediakan konsep dari berbagai mata pelajaran.

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata

pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa

mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan

untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang

dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

e. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat

mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran

yang lain, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan

lingkungan dimana siswa dan sekolah tersebut berada.

Page 18: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

26

f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Pembelajaran tematik mengadopsi prinsip belajar PAKEM yaitu

pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

5. Standar Proses Pembelajaran Terpadu Model Tematik

Pelaksanaan pembelajaran terpadu model tematik untuk anak usia kelas 3

sekolah dasar, pada dasarnya sama seperti pelaksanaan pembelajaran pada

umumnya. Akan tetapi terdapat sedikit perbedaan. Perbedaan tersebut antara lain.

a. Istilah pembelajaran terpadu

Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang

memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif

mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara

hoilistik, bermakna, dan otentik.

b. Jenis model pembelajaran

Model pembelajaran memiliki berbagai jenis. Diantaranya metode

ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, demonstrasi,eksperimen,

kerja kelompok dan lain sebagainya. Akan tetapi model pembelajaran

terpadu yang diterapkan di sekolah dasar kelas rendah adalah model

tematik.

c. Cara memilih model pembelajaran terpadu.

Cara memilih model pembelajaran terpadu sangat diperlukan agar tidak

terjadi kesalahan pemilihan model yang dilakukan oleh guru. Cara

memilih model pembelajaran terpadu ini berdasarkan karakteristik dan

Page 19: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

27

kesesuaian model pembelajaran terpadu yang ada dengan materi pelajaran

yang akan disampaikan kepada peserta didik.

d. Istilah pembelajaran tematik

Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang

berdasarkan tema-tema tertentu. Pembelajaran tematik menyediakan

keleluasaan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan

kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika

dalam pendidikan.

e. Menetapkan jaringan tema

Membuat jaringan tema merupakan bagian integral dari pembelajaran

terpadu model tematik yang banyak digunakan dewasa ini. Pembelajaran

terpadu model tematik sendiri menjadi model pembelajaran yang dipilih

oleh berbagai kalangan sebagai ganti dari model pembelajaran drill-

system. Dalam pembelajaran tematik, eksplorasi topik/tema menjadi alat

pemacu utama bagi pelaksanaannya. Dengan demikian pemilihan

topik/tema serta menghubungkan antara satu tema dan tema lainnya

menjadi persoalan penting yang harus dikuasai oleh pendidik.

f. Cara mengatasi mata pelajaran yang sulit untuk ditematikkan.

Cara mengatasi mata pelajaran yang sulit untuk ditematikkan yaitu dengan

kreativitas yang tinggi dari pendidik yang bersangkutan. Dengan

kreatifitas tang tinggi dari guru maka kesulitan terhadap mata pelajaran

yang sulit untuk ditematikkan akan dapat teratasi.

Page 20: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

28

g. Strategi pelaksanaan pembelajaran tematik

Strategi pembelajaran berkenaan dengan kegiatan pembelajaran secara

konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi

pembelajaran dan sumber belajar untuk mengetahui kompetensi dasar dan

indikator , dan kegiatan ini terulang dalam kegiatan pembuka, inti, dan

penutup.

h. Tahapan pelaksanaan pembelajaran tematik.

Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan

menggunakan tiga tahapan kegiatan, yaitu kegiatan

pembuka/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Alokasi

waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembuka lebih kurang 5-10%

waktu pelajaran yang disediakan, kegiatan inti lebih kurang 80% dari

waktu pelajaran yang telah disediakan, sedangkan kegiatan penutup

dilakukan dengan alokasi waktu lebih kurang 10-15% dari waktu pelajaran

yang disediakan.

i. Prosedur pelaksanaan pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan

menggunakan tiga tahapan kegiatan yaitu kegiatan

pembuka/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Alokasi

waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembuka kurang lebih satu

jam pelajaran (1 X 35 menit), kegiatan inti 3 jam pelajaran (3 X 35 menit),

dan kegiatan penutup satu jam pelajaran (1 X 35 menit).

Page 21: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

29

j. Pengaturan jadwal pelajaran.

Perancangan jadwal pelajaran merupakan prosedur yang bersifat

administratif dan biasanya disusun oleh guru kelas. Semua guru kelas

harus menyusunan jadwal pembelajaran karena semua guru yang mengajar

di kelas bawah, atau kelas 1-3 harus mengimplementasikan pembelajaran

tematik dan harus terlibat dalam penyusunan jadwal pelajaran.

k. Model pembelajaran terpadu

Ada tiga model yang dianggap layak untuk diterpkan dan mudah

dilaksanakan pada pendidikan formal (pendidikan dasar). Ketiga model ini

adalah model keterhubungan (connected), model jaring laba-laba

(webbed), dan model keterpaduan (integrated)

l. Penentuan media dan sumber belajar.

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan dahan yang digunakan untuk

kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan

elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

Penetapan sumber belajar didasarkan pada

standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok, kegiatan

pembelajaran, dan indikator kegiatan pencapaian kompetensi.

m. Penentuan alokasi waktu.

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada

jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu

dengan mempertimbangkan jumlah Kompetensi Dasar, keleluasaan,

kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat Kompetensi Dasar. Alokasi

Page 22: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

30

waktu yang dicantumkan pada silabus merupakan perkiraan waktu yang

dibutuhakan oleh peserta didik untuk menguasai Kompetensi Dasar.

n. Urutan kegiatan pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan

menggunakan tiga tahapan kegiatan yaitu kegiatan

pembuka/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

o. Metode pembelajaran.

Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk untuk

menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Metode

pembelajaran tersebut diantaranya ceramah, diskusi, penugasan, tanya

jawab, dan unjuk kerja.

p. Menetapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran

sebagaimana tercantum dalam standar isi. Kompetensi dasar berisi

mengenai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa

dalam rangka pencapaian standar kompetensi pada masing-masing mata

pelajaran yang akan dipadukan.

q. Pemetaan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan

Indikator.

Pemetaan dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan

utuh semua Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dari

berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih.

Page 23: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

31

r. Penyusunan dan pengembangan silabus pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran terpadu model tematik perlu diupayakan

adannya penyediaan interaksi pembelajaran yang dapat meningkatkan

proses belajar siswa secara menyeluruh melalui keguatan penghubungan

gagasan/konsep pada suatu mata pelajaran dengan gagasan/konsep pada

mata pelajaran lainnya.

Penyusunan perancangan pembelajaran terpadu model tematik dapat

dimulai dari penetapan mata pelajaran yang akan dipadukan, mempelajari

Kompetensi Dasar dalam setiap mata pelajaran yang akan dipadukan,

mempelajari Kompetensi Dasar dalam setiap mata pelajaran beserta hasil

belajar dan Indikator pencapaiannya. Selanjutnya menetapkan tema yang

dapat digunakan untuk memadukan Kompetensi Dasar antar mata

pelajaran serta membuat bagan/matriks keterhubungannya. Guru dapat

memulai penyusunan silabus dan satuan pembelajaran tematik.

s. Identifikasi materi pokok

Materi pokok berisi pokok-pokok bahan pelajaran yang harus dipelajari

siswa sebagai sarana untuk pencapaian kompetensi dasart yang telah

ditetapkan. Dalam penentuan materi pembelajaran tematik perlu

diperhatikan apakah sifatnya berupa fakta, konsep, prinsip, atau prosedur.

Hal ini akan berpengaruh terhadap strategi pembelajaran, alat, dan media

pembelajaran yang akan digunakan.

Page 24: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

32

t. Evaluasi dan penilaian pembelajaran tematik.

Penilaian pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk mendapatkan

berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh

tentang proses dan hasil dari poertumbuhan dan perkembangan yang telah

dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar. Alat penilaian

dapat berupa tes dan non tes. Tes mencakup tertulis, lisan, atau perbuatan,

catatan harian perkembangan siswa, dan portofolio.

Page 25: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

33

D. Tinjauan tentang Karakteristik anak kelas 3

Menurut John W Santrock (2007: 246) membagi perkembangan kognitif

anak menjadi empat tahapan, yaitu tahap sensorimotor, praoperasional,

operasional konkret, dan operasional formal.

Pada tahap sensorimotor, anak berada pada usia 0-2 tahun. Pada masa ini

bayi memperoleh pengetahuan tentang dunia dari tindakan-tindakan fisik yang

mereka lakukan. Bayi mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensorik

dengan tindakan-tindakan fisik. Seorang bayi berkembang dari tindakan refleksif,

instingtif pada saat kelahiran hingga berkembangnya pemikiran simbolik awal

pada akhir tahap ini.

Pada tahap praoperasional, anak berada pada usia 2 hingga 7 tahun. Pada

tahap ini anak mulai menggunakan gambaran-gambaran mental untuk memahami

dunianya. Pemikiran-pemikiran simbolik, yang direfleksikan dalam penggunaan

kata-kata dan gambar-gambar mulai digunakan dalam penggambaran mental,

yang melampaui hubungan informasi sensorik dengan tindakan fisik. Akan tetapi,

ada beberapa hambatan dalam pemikiran anak pada tahap ini, seperti egosentrisme

dan sentralisasi.

Pada tahap operasional konkret, anak berada pada usia 7 hingga 11 tahun.

Pada tahap ini anak mampu berfikir logis mengenai kejadian-kejadian konkret,

memahami konsep percakapan, mengorganisasikan objek menjadi kelas-kelas

hierarki (klasifikasi) dan menempatkan objek-objek dalam urutan yang teratur

(serialisasi).

Page 26: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

34

Pada tahap operasional formal, anak berada pada usia 11 tahun hingga

masa dewasa. Pada tahap ini remaja berfikir secara lebih abstrak, idealis, dan logis

(hipotetis-deduktif).

Dari pendapat John W Santrock di atas, maka anak usia kelas 3 sekolah

dasar berada pada tahap operasional konkrit. Menurut Syumsu Yusuf (2008: 178)

Pada usia sekolah dasar kelas 3 anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual,

atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual

atau kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis, dan menghitung).

Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah, daya pikir anak masih bersifat

imajinatif, berangan-angan (berkhayal), sedangkan pada usia sekolah dasar daya

pikirnya sudah berkembang ke arah berfikir konkret dan rasional (dapat diterima

akal).

Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu

mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, atau mengasosiasikan

(menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang

berkaitan dengan perhitungan (angka), seperti menambah, mengurangi,

mengalikan, dan membagi. Di samping itu pada akhir periode ini nanak sudah

memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.

Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar

diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau

daya nalarnya. Kepada anak sudah dapat memberikan dasar-dasar keilmuan,

seperti membaca, menulis dan berhitung. Di samping itu, kepada anak diberikan

juga pengetahuan-pengetahuan tentang manusia, hewan, lingkungan alam sekitar

Page 27: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

35

dan sebagainya. Untuk mengembangkan daya nalarnya dengan melatih anak

untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, atau penilaiannya terhadap berbagai

hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi di lingkungannya.

Misalnya, yang berkaitan dengan materi pelajaran, tata tertib sekolah, pergaulan

yang baik dengan teman sebaya atau orang lain dan sebagainya.

Dalam rangka mengembangkan kemampuan anak, maka sekolah dalam

hal ini guru seharusnya memberikan kualitas pengajaran yang baik agar

kemampuan peserta didik dapat dioptimalkan.

Page 28: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

36

E. Kerangka pikir

Pembelajaran terpadu model tematik di kelas 3 sekolah dasar gugus Ki

Hajar Dewantara Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri merupakan

pembelajaran yang menyediakan keleluasaan dan kedalaman implementasi

kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk

memunculkan dinamika dalam pendidikan.

Pada pembelajaran terpadu model tematik kelas 3 sekolah dasar di gugus

Ki Hajar Dewantara juga mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki setiap

paserta didik karena pendidik percaya bahwa setiap anak itu istimewa dan

memiliki kecerdasan majemuk. Untuk itu peneliti ingin mengetahui

bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran terpadu model tematik sehingga

membuat pembelajaran tersebut menjadi pembelajaran yang dapat membuat

peserta didik memperoleh pengalaman langsung dan dapat menambah kekuatan

untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya.

Hal ini karena dengan pembelajaran tepadu yang menggunakan tema

untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran maka akan dapat memberikan

pengalaman belajar bermakna kepada peserta didik, sehingga bisa dijadikan

metode pembelajaran yang cocok untuk diterapkan pada siswa kelas 3 sekolah

dasar.

Page 29: KAJIAN PUSTAKA - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/7784/3/bab 2 - 08108241020.pdf · Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian

37

F. Definisi Operasional

1. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh

pendidik untuk mentransfer ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan

menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa

dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien sehingga akan

mendapatkan hasil yang optimal.

2. Model pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagi pedoman bagi

perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan

melaksanakan pembelajaran.

3. Pembelajaran terpadu model tematik

Pembelajaran terpadu model tematik pada hakekatnya merupakan

pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu yang

memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok

aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara

holistis dan autentik.