kajian pp no 61 th 2014 ttg aborsi perspektif hukum islam

45
Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | i KAJIAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014 PADA PASAL 31 S/D 39 BERKAITAN DENGAN ABORSI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Penulis: M. Cholil Nafis, Lc. Ph.D Ahmad Zubaidi, MA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK DIREKTORAT PEMADUAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENDUDUK JAKARTA, 2014

Upload: mizanmaulana

Post on 17-Feb-2016

5 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

aborsi dalam islam

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | i

KAJIAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014

PADA PASAL 31 S/D 39 BERKAITAN DENGAN ABORSI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Penulis:

M. Cholil Nafis, Lc. Ph.D

Ahmad Zubaidi, MA

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK

DIREKTORAT PEMADUAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENDUDUK

JAKARTA, 2014

Page 2: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

ii | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

Page 3: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | iii

KATA PENGANTAR

Beberapa waktu yang lalu Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No.61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. PP ini pada dasarnya adalah untuk melaksanakan ketentuan Pasal 74 ayat (3), Pasal 75 ayat (4), Pasal 126 ayat (4), dan Pasal 127 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Peraturan Pemerintah ini sempat mengundang reaksi dan kontroversi di kalangan masyarakat karena memuat isu yang sensitif yaitu tentang Aborsi seperti tertuang pada pasal 31 s/d 39. Pada Padapasal 31 tersebut dinyatakan bahwa tindakan aborsi dapat dilakukan berdasarkan indikasi kedaruratan medis atau kehamilan akibat perkosaan.Pasal tersebut mengundang kontroversi di masyarakat karena dianggap melegalkan aborsi atau dapat disalah gunakan untuk aborsi-aborsi yang sebenarnya dilarang baik oleh hokum Negara maupun hokum negara. Di antara pihak yang cukup keras menentang adalah dari masyarakat kalangan muslim. Pada faktanya, dikutip dari situs www.nu.or.id, terbitnya PP ini sebenarnya merupakan suatu solusi yang memberi hak kesehatan bagi perempuan. Sebab melihat kondisi yang ada, perempuan korban pemerkosaan kerap menerima beban ganda, yakni sebagai korban kekerasan seksual dan harus menghidupi anak yang dilahirkan. Belum lagi cercaan masyarakat kepada korban pemerkosaan. Ia harus menanggu beban ekonomi dan psikologis. Selain itu, sebagian besar ibu yang hamil karena perkosaan itu membenci anak yang dikandungnya, karena kehamilannya itu tidak diinginkan. Padahal, anak yang dikandung itu harus dikandung dengan cinta dan tanggung jawab.

Page 4: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

iv | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

Kami berterima kasih dan memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada M. Cholil Nafis, Lc., Ph D dan Ahmad Zubaidi, MA beserta tim dari Forum Antar Umat Beragama Peduli Keluarga Sejahtera dan Kependudukan (FAPSEDU) yang telah menyusun kajian ini. Kajian ini disusun untuk menjawab segala pertanyaan masyarakat tersebut apakah benar PP khususnya pada Pasal 31 sd 39 yang berkaitan dengan aborsi bertentangan hukum Islam. Kajian ini juga dapat digunakan sebagai panduan bagi stakeholders dan mitra kerja terkait untuk melakukan advokasi dan fasilitasi Kesehatan Reproduksi untuk menjamin kesehatan ibu dalam usia reproduksi agar mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas dalam rangka upaya untuk mengurangi angka kematian Ibu.

Jakarta, Desember 2014 Direktur Pemaduan Kebijakan Pengendalian Penduduk,

Sunarto, MPA, Ph.D

Page 5: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | v

KATA SAMBUTAN

Pada tanggal 21 Juli 2014, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mensahkan Peraturan Pemerintah (PP) no 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. PP ini merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mengatur lebih lanjut pasal yang mengenai pelayanan kesehatan reproduksi, larangan aborsi, upaya kesehatan ibu, dan upaya kehamilan di luar cara alamiah.

Walaupun muncul berbagai kontroversi ditengah masyarakat terkait pengaturan aborsi yang ada dalam PP no 61 tahun 2014 dimana sebagian masyarakat menganggap bahwa pemerintah melegalkan aborsi tetapi sebenarnya pada sisi lainnya, PP ini memberikan dukungan pengaturan aborsi pada korban perkosaan. Polemik terkait pengaturan aborsi dalam PP tersebut melebar tidak hanya pada aspek medis tetapi pada sisi moralitas yakni pada aspek agama sehingga memancing respon dari tokoh-tokoh agama.

Lahirnya PP no 61 tahun 2014 ini dapat dikatakan sejalan dengan Arah Kebijakan, Tujuan dan Strategi Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) dimana Pembangunan Kependudukan menggunakan hak asasi sebagai prinsip utama untuk mencapai kaidah berkeadilan. Dalam konteks ini, PP No 61 tahun 2014 pada pasal 26 ayat (1) menyatakan bahwa setiap perempuan berhak menjalani kehidupan seksual yang sehat secara aman, tanpa paksaan dan diskriminasi, tanpa rasa takut, malu dan bersalah. Saya menyambut baik dengan diterbitkannya kajian ini dan mengucapkan terima kasih kepada Tim Penyusun. Kajian ini tentunya akan menjawab keraguan masyarakat terhadap tindakan aborsi yang diatur pada pasal 31 s/d 39 PP no 61

Page 6: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

vi | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

tahun 2014 dalam perspektif hukum islam. Saya berharap kajian ini dapat dipergunakan sebagai bahan advokasi pelaksanaan program pembangunan kependudukan oleh mitra kerja maupun tokoh agama kepada stakeholder sterkait bidang pengendalian penduduk maupun masyarakat secara luas.

Jakarta, Desember 2014 Deputi Bidang Pengendalian Penduduk,

Page 7: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | vii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………....................... iii Kata Sambutan .................................................................................................... v Daftar Isi ............................................................................................................ vii

A. Pendahuluan ............................................................................ ...................... 1 B. Definisi Dan Klasifikasi Aborsi .................................................................... 2 C. Definisi Aborsi Dalam Fiqih Islam ................................................................ 4 D. Fase-Fase Pembentukan Janin ....................................................................... 5 E. Perspektif Hukum Islam Tentang Aborsi ....................................................... 12 F. Kedharuratan Yang Membolehkan Aborsi .................................................... 24 G. Batasan Dharurat ............................................................................................ 26 H. Hukum Aborsi Akibat Perkosaan ................................................................... 29 I. Perspektif Hukum Islam Terhadap PP No. 61 Tahun 2014

Pada Bab V Pasal 31 S/D 39 .......................................................................... 32 J. Kesimpulan ..................................................................................................... 34 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 36

Page 8: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

viii | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

Page 9: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | 1

KAJIAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014 PADA PASAL 31 S/D 39 BERKAITAN DENGAN ABORSI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Pengantar

Aborsi kembali mendapat sorotan dari banyak kalangan setelah pemerintah melegalkan aborsi akibat darurat medis dan tindak pidana perkosaan melalui Peraturan Pemerintah (PP) nomor 61 Tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi. PP ini secara umum bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak Kesehatan Reproduksi setiap orang yang diperoleh melalui pelayanan kesehatan yang bermutu, aman, dan dapat dipertanggungjawabkan; dan menjamin kesehatan ibu dalam usia reproduksi agar mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu. Namun pada pasal 31 sampai dengan 39 mengatur masalah aborsi yang pada pasal 31 disebutkan bahwa tindakan aborsi dapat dilakukan berdasarkan indikasi kedaruratan medis atau kehamilan akibat perkosaan.

Letak kontroversinya pada ketentuan yang membolehkan aborsi akibat perkosaan. Sedangkan pada aborsi akibat kedaruratan medis banyak pihak yang tidak berkeberatan termasuk kalangan ulama. Pihak-pihak yang menentang kebolehan aborsi karena perkosaan berdalih bahwa setiap manusia berhak untuk hidup termasuk yang hamil akibat perkosaan. Juga mereka khawatir jika klausul pasal ini disalah gunakan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga seolah-olah terjadi pelegalan aborsi.

Pihak pemerintah berkeyakinan bahwa PP ini justru memberikan perlindungan kepada kenyamanan hidup kaum perempuan agar jangan sampai mengandung dari akibat hubungan seksual di luar nikah yang dipaksakan (tanpa keinginannya). Menurut Menteri Hukum dan HAM, Amir Syamsudin, PP ini justru melindungi HAM kaum perempuan korban perkosaan yang menderita secara psikologis. Menurutnya juga pelegalan Aborsi untuk korban perkosaan sudah berlaku di beberapa Negara karena itu wajar dan universal. Dalam situs Sekretariat Kabinet menjelaskan, pelegalan aborsi mengacu pada UU Kesehatan No. 36/2009, khususnya pasal 75 ayat (1) yang menyatakan, setiap orang dilarang melakukan aborsi terkecuali berdasarkan indikasi kedaruratan medis

Page 10: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

2 | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

dan kehamilan akibat perkosaan yang dapat menimbulkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.

Namun, apapun bunyi pasal-pasal dalam PP tersebut dan alasan pemerintah dalam menerbitkan PP tersebut, keberadaan PP tersebut masih kontroversi baik di kalangan aktivis, ormas-ormas keagamaan dan anggota legislative. Terutama di kalangan Islam penolakan terhadap PP tersebut sangat kuat karena alasan-alasan teologis dan syar’i.

Karena itu, dalam hal ini perlu ada review konprehensip terhadap PP tersebut dari sudat pandang hukum Islam agar keberadaan PP tersebut dapat dinilai secara multidimensiaonal dan kemudian dapat dikatakan apakah bertentangan dengan hukum Islam atau tidak. Pendapat-pendapat yang berkembang saat ini masih pendapat dengan sudut pandang parsial yang mungkin sesuai dengan hukum Islam atau mungkin juga tidak.

Karena itu, dalam pembahasan tulisan ini, kami tim peneliti akan berusaha mengkaji persoalan ini secara multiperspektif baik dari segi dalil-dalil syar’i, pendapat medis, dan kemaslahatan untuk semua pihak.

B. Definisi dan Klasifikasi Aborsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aborsi diartikan dengan pengguguran kandungan.1 Sedangkan secara medis aborsi adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir atau berat janin kurang dari 500 gram.2

Menurut Sarwono Prawirohardjo, istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi, karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu.3

1 http://kbbi.web.id/aborsi 2 Kenneth J. Leveno (et.al), Obstetri Williams: Panduan Ringkas (terj), (Jakarta: EGC, 2009), h. 54. 3 Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, (Jakarta: Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, 2002), h.56

Page 11: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | 3

Menurut medis Aborsi diklasifikasikan menjadi:

1. Abortus spontanea

Pengertian abortus spontanea adalah abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam hal ini dibedakan sebagai berikut:

a) Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

b) Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

c) Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

d) Abortus kompletus, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

2. Abortus provokatus Pengertian abortus provokatus adalah jenis abortus yang sengaja

dibuat/dilakukan, yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik :

• Abortus Provokatus Medisinalis/ Artificialis/ Therapeuticus, abortus yang dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu.

• Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.

3. Abortus Habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, namun kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu, dan umumnya disebabkan karena kelainan anatomi uterus, atau kelainan faktor imunologi.

Page 12: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

4 | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

4. Missed Abortion

Missed Abortion adalah kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa ada pengeluaran selama lebih dari4 minggu atau lebih (beberapa buku 8 minggu)

5. Abortus Septik

Abortus Septik adalah tindakan pengakhiran kehamilan dikarenakan sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan oleh dukun, atau awam). Bahaya terbesar adalah kematian ibu

C. Definisi Aborsi dalam Fiqih Islam

Dalam fiqih Islam ada beberapa istilah yang dipakai untuk menyebut aborsi. Ada yang menyebut isqath al-haml, al-ijhadh, tharh, ilqa’ dan imlash.

Ketiganya menunjukkan makna yang sama yaitu mengeluarkan janin secara paksa sebelum waktunya sehingga menyebabkan kematian janin. Namun demikian kebanyakan pembahasan tentang aborsi dewasa ini menggunakan kata

ijhadh (إجهاض. )

Secara bahasa menurut Ibnu Manzhur dalam Lisan al-Arab4, ijhadh

artinya “membuang anaknya sebelum waktunya ”, seperti kalimat جهضت ا�اقة

أ

artinya unta membuang anaknya sebelum waktunya. Menurut Al-Fayumi5 dan Al-Ba’li dari mazhab Hanbali6 yang dimaksud ijhadh adalah membuang anak dalam kandungan sebelum sempurna bentuknya. Al-Fairuz Abadi7 memberi ketentuan bahwa ijhadh mengandung makna pengguguran kandungan secara mutlak dan dilakukan terhadap janin yang sudah sempurna.

Dari pengertian bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian ijhadh menurut bahasa mencakup dua hal; pertama ijhadh adalah gugurnya janin sebelum waktunya, dan kedua mencakup gugurnya janin secara mutlak baik

4Ibn Manzhur, Lisan Al-Arab, (Beirut: Dar al-Shadir, tth), Juz VII, h. 131. 5 Ahmad bin Muhammad al-Fayumi, Al-Mishbah Al-Munir, (Beirut: Al-Maktabah al-‘Ilmiah, tth.), Juz

I h. 113, lihat juga dalam Muhammad bin Muhammad al-Husaini, Taj Al-‘Arusy, (ttp. Dar al-Hidayah, tth.), Juz I h. 1451.

6 Abdullah Syam al-Din al-Bali, Al-Mathla’, (Beirut: Al-Maktab al-Islami, 1981), Juz I h. 364 7 Muhammad bin Ya’kub al-Fairuz Abadi, Al-Qamus Al-Muhith, (Beirut: Dar al-fikr, 1995), Juz I h.

824, lihat Juga Ibrahim Musthafa et.all, Al-Mu’jam Al-Wasit, (Mesir : Majma’ al-Lughah al-Arabiyyah, 1972), cet Ke-2. Jul I h. 144.

Page 13: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | 5

dengan cara sengaja (abortus provokatus) ataupun secara alami (Abortus

spontanea).

Adapun pengertian aborsi dalam terminologi Fiqih Islam sebagaimana didefiniskan oleh Wahbah Al-Zuhaili adalah tindakan kaum perempuan untuk menggugurkan kandungannya sebelum sempurna kehamilannya baik janin dalam keadaan hidup atau mati dengan tujuan tidak diharapkan kehidupannya dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang dapat menggungurkannya seperti obat-obatan dan lainnya.8

Dalam definisi fiqih, aborsi tidak secara spesifik dikaitkan dengan umur janin sebagaimana definisi medis, tetapi substansinya adalah adanya pemaksaan pengeluaran janin sebelum waktunya dari rahim ibunya karena tidak dikehendaki kehidupannya. Artinya umur berapapun janin tersebut jika dipaksa dikeluarkan sebelum waktunya dari kandungan karena tidak dikehendaki kehidupannya maka disebut aborsi.

Jika dikaitkan dengan definisi aborsi dalam pengertian medis, maka yang dimaksud aborsi dalam Islam adalah abortus provokatus yaitu jenis aborsi yang sengaja dibuat/dilakukan dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu karena tidak dikehendaki kehidupannya. Jika aborsi provokatus dilakukan karena ada indikasi medis disebut Abortus Provokatus Medisinalis, dan jika dilakukan dengan sengaja karena tidak menghendaki kehamilan disebut Abortus Provokatus Kriminalis.

D. Fase-fase Pembentukan Janin

1. Menurut Islam

Al-Quran dan Al-Hadits menjelaskan fase-fase penciptaan manusia dari mulai pertemuan antara sperma dan ovum sampai janin menjadi manusia sempurna di dalam rahim.

Allah SWT berfirman :

8 Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1989), Juz IX, h. 3093

Page 14: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

6 | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

سان من

ناه $طفة قرار مك� , ساللة من ط� ولقد خلقنا اإل

*م) خلقنا ا/.طفة علقة فخلقنا , *م) جعل

آخر 2تب قا

ناه خل

شأ

*م) أ

ما عظام 9

فكسونا ال

مضغة عظاما

علقة @ضغة فخلقنا ا?

ال (Aحسن ارك ا

أ

الق�

D14-12:ا�ؤمنون[} ا[

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati

(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang

disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami

jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan daging, dan

segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu

Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang

(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu'minun 12-14)

Berdasarkan firman Allah SWT proses penciptaan manusia melalui 7 fase:

1. Rangkaian tanah asal ( sulalah min thin ) 2. Air mani yang disimpan di tempat yang kukuh ( nutfah ) 3. Segumpal darah ( 'alaqah ) 4. Segumpal daging ( mudghoh ) 5. Tulang belulang ( 'izhom ) 6. Dibungkus dengan daging ( laham ) 7. Makhluk lain ( khalqan akhara )

Keadaan Tujuh fase yang disebutkan Al-Qur’an dijelaskan lebih rinci oleh Rasulullah SAW tentang keadaan penciptaan manusia setelah sperma bertemu dengan ovum wanita dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas'ud RA. Bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang selalu benar dan dibenarkan:

ه Fمقه G Hطن أ

حدKم Jمع خل

رNع� يوماإن) أ

*م) تQون علقة مثل ذ?ك *م) تQون @ضغة مثل $طفة أ

رNع Wمات ك وح *م) يؤ@ر بأ ملك 2ينفخ 2يه ا?ر.

ا? (Aبعث ا جل ه وaمل ه رزق ب ت ذ?ك *م)

م ه وأ

وشcd هو أ

سعيد

"Sesungguhnya setiap kamu dikumpulkan kejadiannya dalam rahim ibunya 40

hari berupa nuthfah. Kemudian menjadi 'alaqah selama itu juga, kemudian

menjadi mudghah selama itu juga, kemudian diutus kepadanya Malaikat, maka

Page 15: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | 7

ia meniupkan ruh padanya dan ditetapkan empat perkara : ditentukan rizkinya,

ajalnya, amalnya dan ia celaka atau bahagia” (HR. Bukhari dan Muslim).

Pada hadits di atas dijelaskan bahwa setelah sperma dan ovur bertemu melalui hubungan seksual, maka setiap 40 hari ada perkembangan yang signifikan pada janin. Empat puluh hari pertama berupa nutfah, yaitu sperma laki-laki dan sel telur perempuan yang telah bertemu dan terjadi pembuahan di dalam rahim. Kemudian setelah 40 hari berikutnya nutfah berubah menjadi ‘alaqah. ‘Alaqah secara bahasa mempunyai arti sesuatu yang mengambang atau menempel, sedangkan pada 'alaqah ini embrio berbentuk segumpal darah sebagaimana ditegaskan Allah SWT, "Dia telah menciptakan manusia dari

segumpal darah" (QS. Al 'Alaq : 2).

'Alaqah merupakan bahan dasar bayi yang berupa sel tunggal, dalam istilah biologi sel ini disebut zigot sebagai "segumpal darah", istilah 'alaqah ini juga tersebut dalam firman Allah SWT : "kemudian mani itu menjadi segumpal

darah, lalu Allah menciptakannya,dan menyempurnakannya". (QS. Al Qiyamah : 38).

Empat puluh hari berikutnya ‘alaqah berubah menjadi mudhghah, yaitu segumpal daging. Pada fase ini terjadi pembentukan otak, saraf tunjang, telinga dan anggota-anggota yang lain. Selain itu sistem pernafasan bayi sudah terbentuk. Vilus yang tertanam di dalam otot-otot ibu kini mempunyai saluran darahnya sendiri. Jantung bayi pula mula berdengup. Untuk perkembangan seterusnya, darah mula mengalir dengan lebih banyak lagi kesitu bagi membekalkan oksigen dan pemakanan yang secukupnya. Fase pasca mudhghah adalah fase yang telah sempurna untuk menerima kehidupan. Karena itu setelah 40 hari kemudian Allah SWT mengutus Malaikat untuk meniupkan ruh kepada janin tersebut. Inilah fase yang oleh para ulama disebut dengan nafh al-ruh,

yaitu ketika janin berusia 120 hari. Pada usia ini janin sudah diperhitungkan sebagaimana manusia pada umumnya.

Karena itu dalam dunia medis kategori aborsi adalah jika pengguguran kandungan pada usia janin 20 minggu. Usia 20 minggu adalah hampir sama dengan usia 120 hari seperti diinformasikan hadits Rasulullah SAW bahwa pada usia tersebut janin sudah nafh al-ruh (ditiupkannya ruh).

Namun demikian ada riwayat lain dalam shahih Bukhari dan Muslim yang menggambarkan bahwa pada malam ke 42, Allah SWT sudah mengirim

Page 16: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

8 | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

malaikat untuk menyempurnakan bentuk janin, haditsnya Hudzaifah ibnu Asid sebagai berikut:

ها و إذا @ر) gNرها وخلق سمعها و ها @لk فصو) lإ (Aعث اG لة

l عونNرمها با/.طفة ثmتان وأ ها و9 oج

: وaظمها *م) قال ذكر يا ربF أ (Aك ما شاء ا.Nر t2يق u$

م أ

حيح رواه @س . »أ لم H ا?ص)

“Ketika nuthfah telah lewat 42 malam dari penciptaan, Allah Ta`ala mengirim

malaikat untuk membentuknya dan menciptakan pendengaran, penglihatan,

kulit, otot dan tulang. Kemudian malaikat bertanya : Ya Allah, ini akan

dijadikan laki-laki atau perempuan? Dan Allah memutuskan apa yang

dikehendakiNya, ..” (H.R Muslim)

Hadits ini tidak bertentangan dengan hadits nafh al-ruh, karena hadits kedua sama sekali tidak berbicara tentang nafh al-ruh melainkan tentang proses terbentuknya tubuh manusia. Namun demikian tahapan ini dianggap krusial juga oleh para ulama karena dianggap janin sudah mulai membentuk tubuh manusia dan mulai berfungsi. Artinya janin sudah memiliki kejelasan sebagai anak manusia.

2. Menurut Medis

Pada mingu pertama terjadi pembuahan sel telur oleh sperma, di mana terjadi juga proses pertukaran kromosom dari sel sperma dan sel telur yang mengandung gen pembawa sifat bagi janin. Bersamaan dengan itu, kadar hormone estrogen dan progesterone terus meningkat, yang menimbulkan perubahan-perubahan dalam struktur dan metabolisme tubuh ibu untuk mendukung menumbuh kembangkan janin. Sel telur yang telah dibuahi akan bergerak menuju rahim. Dalam perjalanan dari ovarium menuju ke rahim, sel telur ini akan terus membelah diri membentuk suatu massa sel, yang disebut blastosis. Setelah tiba di rahim, blastosis akan menempel (implantasi) di dinding rahim. Dengan berakhirnya ini, Ibu tidak akan mendapat haid.

Bagian embrio yang tidak melekat pada rahim akan tumbuh. Tulang belakang, tulang ekor, tulang iga,dan sistem syaraf pusat mulai terbentuk. Begitu pula jantung dan jaringan pembuluh darah. Akan terbentuk dua buah lubang pada wajah pada janin. Lubang ini akan terisi oleh mata.

Pada akhir minggu keempat, ukuran janin yang berbentuk 1.000 kali lebih besar daripada sel telur yang dibuahi. Pada mingu kelima ukuran bayi kira-

Page 17: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | 9

kira sebesar biji apel dan pada minggu ini di sebut sebagai embrio. Pada usa ini, bayi sudah mempunyai detak jantung sendiri. Plasenta dan tali pusat sudah bekerja sepenuhnya pada minggu ini. vesikel-vesikel otak primer mulai terbentuk, dan sistem saraf mulai berkembang. Jantung mulai berfungsi dan berdetak, memompakan darah ke seluruh bagian tubuh janin. Sel-sel mulai membentuk cikal bakal organ seperti cikal bakal ginjal, rahang bawah, tulang-tulang leher, wajah, tangan, serta kaki. Pada minggu ini, benjolan tangan dan kaki janin mulai terlihat. Selain sel pada benjolan tangan janin akan mengalami kematian sehingga akan membentuk jari-jari tangan. Pembentukan telinga makin sempurna dengan terbentuknya duktus endolimfatikus, yakni saluran untuk menyalurkan cairan yang terdapat dalam selaput labirin telinga dalam. Demikian pula sistem pencernaan makin sempurna dengan terjadi pembedaan yang kian nyata antara cikal-bakal usus besar dan usus buntu. Bahkan cikal-bakal ginjal dan hati pun sudah terbentuk. Begitu juga struktur muka secara keseluruhan mulai bisa “terbaca”.

Pada minggu keenam, bayi sudah berbentuk embrio dengan panjang kurang lebih 1/17 inci. Embrio terlihat seperti berudu. Pada minggu ini dapat mengenali kepala, ekor, tangan dan anggota badan masih seperti tunas atau benjolan. Pada minggu ini terjadi pembentukan awal hati, pankreas, paru-paru, kelenjar tiroid, dan jantung. Pembuluh-pembuluh nadi di bagian kepala kian jelas terbagi-bagi menurut tugas masing-masing. Di minggu ini rongga mulut sudah tampak. Begitu juga struktur mata sudah terbentuk meski masih berjauhan letaknya. Di tengah-tengah wajah muncul tonjolan hidung. Ruas-ruas tulang belakang sudah terbentuk meski masih terlihat samar.

Pada minggu ketujuh, embrio diperkirakan berukuran sekitar 11-17 mm. Jantung sudah terbentuk lengkap dan lebih sempurna. Saraf dan otot bekerja bersamaan untuk pertama kalinya. Bayi mempunyai refleks dan bergerak spontan. Akhir minggu ini otak akan terbentuk lengkap. Bagian hidung, bibir, lidah dan gigi mulai terbentuk, begitupula cikal bakal mata yang terlihat berwarna hitam tanpa kelopak. Tunas-tunas lengan sudah menyiku, sementara jari-jari tangan pun sudah mengarah terpisah satu sama lain. Sedangkan pemisahan jemari kakinya samar terlihat, meski telapak kakinya masih rata. Tunas tangan yang lebih cepat tumbuh ketimbang tunas kaki inilah yang agaknya bisa menjawab pertanyaan mengapa bayi kelak lebih dulu belajar memegang benda-benda di sekitarnya ketimbang belajar berjalan.

Page 18: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

10 | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

Pada mimnggu kedelapan, embrio berukuran panjang sekitar 25-30 mm. Kepalanya membulat dan wajah polos kekanak-kanakan mulai tampak nyata dengan tertariknya bagian antara dahi dan pangkal hidung ke arah dalam. Lengan dan kaki sudah terbagi menjadi komponen paha, kaki, tangan, lengan, dan bahu. organ reproduksinya mulai terbentuk begitu juga dengan kartilago dan tulang. Telinga luar sudah terbentuk sempurna, dan mata membentuk pigmen. Pada akhir minggu ini, janin sudah mampu mendengar. Didalam otak, jaringan saraf berhubungan dengan lobi penciuman di otak. jantung sudah memompa dengan kuat dan irama teratur

Pada minggu kesembilan, bila jenis kelaminnya laki-laki, di usia ini sudah bisa jelas dipastikan, sementara perempuan masih sesekali meragukan. Mulut dan hidung janin sudah terlihat dengan jelas. Tungkai dan lengan mulai tumbuh. Janin sudah bisa membuka dan menutup mulutnya, dan ia mulai berlatih melakukan gerakan menelan dan menghisap. Aktivitas menelan janin, rata-rata sebanyak 25 kali dalam satu jam. Tangan janin pun mulai bergerak bebas. Dalam arti, tak lagi tergantung pada gerakan tubuh. Sebentuk kuku pada setiap jari tangan dan kakinya muncul di minggu ini. Pada minggu ini janin memiliki panjang sekitar 39 mm dengan berat 20 gram. Pada minggu ini perut dan rongga dada sudah terpisah dan otot mata dan bibir atas terbentuk. Pembentukan kulit dan fungsinya berkembang menuju penyempurnaan.

Pada minggu kesepuluh jenis kelamin perempuan dapat teridentifikasi dengan jelas. Tulang sudah menggantikan kartilago (tulang muda). Diafragma memisahka jantung dan paru-paru dari perut. Otot leher terbentuk. Otak berkembang cepat dalam bulan terakhir ini sehingga proporsi kepala lebih besar dari pada tubuh. Sistem otot dan saraf sudah mencapai tingkat kematangan. Selain telah mampu pula mengirim dan menerima pesan dari otak. Dengan mulai berfungsinya sistem saraf, janin sudah mampu melakukan gerak refleks. Bahkan kaki sudah mampu melakukan gerakan menendang. Pembentukan telinga berakhir. Janin telah mampu menekuk tangannya menjadi setengah kepalan.

Panjang tubuhnya mencapai sekitar 6,5 cm. Baik rambut, kuku jari tangan dan kakinya mulai tumbuh. Sesekali di usia ini janin sudah menguap. Organ seks luar sudah terbentuk, juga folikel-folikel rambut dan gigi. Bayi sudah dapat menelan cairan amnion dan mengeluarkannya kembali (kencing).

Page 19: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | 11

Mata sudah terbentuk lengkap, jaringan tangan dan kaki tumbuh, meskipun belum disatukan oleh jaringan kulit.

Gerakan demi gerakan janin kaki dan tangan, termasuk gerakan menggeliat, meluruskan tubuh dan menundukkan kepala, sudah bisa dirasakan ibu. Bahkan, janin kini sudah bisa mengubah posisinya dengan berputar, memanjang, bergelung, atau malah jumpalitan yang kerap terasa menyakitkan sekaligus memberi sensasi kebahagiaan tersendiri.

Pada minggu keduabelas, ukuran Janin sekitar 8 cm. semua organ vital bayi sudah terbentuk. Dengan signal dari otak, otot akan merespons dan bayi sudah dapat menendang. Akhir trismester pertama, organ-organ tubuh bayi sudah terbentuk.

Pada minggu ketigabelas, Retina, kornea, iris (selaput pelangi), serta lensa mata sudah dapat berfungsi. Janin mengedipkan mata dan peka terhadap cahaya.Tumbuh kembang janin didukung oleh plasenta, yang menghubungkan antara ibu dan janin dalam hal makanan, pembuangan sisa metabolisme, serta menyaring zat-zat berbahaya. Kulit, otot dan anggota tubuhnya telah terbentuk dan berada pada posisinya. Pada minggu ini, janin telah mampu merasakan detak jantung ibunya. Panjang bayi sekitar 7,5cm dengan trakea, paru-paru, perut, hati, pankreas, dan usus berkembang ke fungsi terakhir. Pita suara mulai terbentuk, dan tunas gigi muncul dengan 20 gigi bayi. pada minggu ini jari tangan dan telapak kaki mulai terlihat.

Perkembangan Janin Minggu ke-14, telinga janin menempati posisi normal di sisi kiri dan kanan kepala. Demikian pula mata mengarah ke posisi sebenarnya. Leher pun terus memanjang sementara dagu tak lagi menyatu ke dada. Sedangkan alat-alat kelamin bagian luar juga berkembang lebih nyata, sehingga pada minggu ini organ seks bayi sudah dapat di bedakan antaralaki dan perempuan. Denyut jantung janin berdetak kuat (detak jantung hampir 2 kali lebih cepat daripada orang dewasa) dan dapat didengarkannya saat pemeriksaan dengan dokter. karena sudah memberi respons terhadap dunia di luar rahim ibu, janin mungkin akan bergerak bila anda mengusap perut, tapi mungkin anda masih belum dapat merasakannya.

Perkembangan Janin Minggu ke-15, bayi sudah mulai dapat mendengarkan ibunya, mendengarkan denyut jantung, suara perut. Sekarang

Page 20: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

12 | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

bayi sudah mulai mempunyai rambut di kepalanya, juga bulu mata dan alis. ukurannya sekarang sekitar 114 gram dengan panjang sekitar 15 cm.

Perkembangan Janin Minggu ke-16, Panjang janin bertambah dengan sangat cepat dan gerakan-gerakannya lebih kuat. Ibu dapat merasakan gerakan-gerakan janinnya dengan meraba perut. Rambut halus tumbuh diseluruh dipermukaan tubuh janin, yang disebut lanugo. Plasenta terbentuk dan berfungsi sepenuhnya. Panjang janin saat ini 16 cm dan beratnya 135 gram. Jika melakukan USG saat ini mungkin dapat diketahui jenis kelamin. Otot janinsudah berkembang dan menjadi kuat. Gerakannya semakin aktif. Ia sudah mulai menghisap ibu jarinya, menguap, merenggangkan tubuhnya, sudah menelan kencing, dan cegukan. Pada minggu ini jika sinar terang di letakkan di perut ibunya, bayi akan menggerakan tangan ke arah matanya. Sistem pencernaan janin pun mulai menjalankan fungsinya. Dalam waktu 24 jam janin menelan air ketuban sekitar 450-500 ml. Hati yang berfungsi membentuk darah, melakukan metabolism hemoglobin dan bilirubin, lalu mengubahnya jadi biliverdin yang disalurkan ke usus sebagai bahan sisa metabolisme.

Perkembangan Janin Minggu ke-17, kulit janin berkembang dan transparan. Terlihat merah karena pembuluh darah masih terlihat jelas. Telinga sudah terbentuk sempurna dan berada pada posisi akhir. Meski matanya terpejam, janin dapat menangkap cahaya yang terang. Dengan berat sekitar 120 gram, hingga bentuk rahim terlihat oval dan bukan membulat.

Perkembangan Janin Minggu ke-18, Janin sudah dapat mendengarkan suara dari luar tubuh ibunya. Janin akan bergerak atau melompat ketika mendengarkan suara keras. Otot Janin sudah dapat berkontraksi dan relaks, Janin sudah dapt menendang, meninju dan bergerak sangat aktif. Dalam minggu ini mungkin ibu hamil sudah dapat merasakan gerakan putarannya untuk pertama kali. Taksiran berat janin sekitar 150 gram.

E. Perspektif Hukum Islam tentang Aborsi

Dari definisi di atas ulama menyepakati bahwa aborsi tanpa sebab medis setelah nafh al-ruh (ditiupkannya ruh) pada usia janin 120 hari ke atas hukumnya haram. Adapun argumentasinya adalah:

1. Janin yang telah berusia empat bulan (ba'da nafkh ar-ruh) sudah memiliki kehidupan yang harus dihormati. Oleh karena itu, aborsi sesudah nafkh ar-

Page 21: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | 13

ruh merupakan usaha pembunuhan terhadap manusia (anak dalam kandungan) yang sangat diharamkan Allah SWT. Larangan ini terdapat dalam firman Allah:

zبما }عملون بص (Aو{ميت وا ~� (Aوا)156(

Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu

kerjakan. Ali (Imran,3:156.)

Maksud ayat ini menurut Ibn katsir, bahwa yang berhak menghidupkan dan mematikan manusia hanyalah Allah SWT. Tidak ada kehidupan dan kematian kecuali atas kehendak dan kuasa dari Allah SWT.9 Karena itu, manusia tidak memiliki hak sama sekali untuk menentukan hidup atau matinya manusia lain.

Fق با9(

إال (Aحر)م ا �( }قتلوا ا/)فس ال

وال

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah

(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. (Al-Isra’, 17:33).

Menurut Fahr al-Razi, ayat di atas mempunyai makna bahwa hukum asal membunuh manusia adalah haram (al-ashl fi al-qatl huwa al-haram).10 Dalam arti manusia sama sekali tidak diberi hak untuk membunuh manusia lain kecuali ada alasan-alasan yang dibolehkan oleh Allah SWT.

حياها ف ما �تل ا/)اس �يعا ومن أ ($

رض فك�

و فساد األ

حيا ا/)اس من �تل $فسا بغz $فس أ

ما أ ($

ك�

�يعا

Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu

(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka

bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan

barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-

olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. (QS. Al-Maidah: 32)

Menurut Ibnu katsir, Ayat di atas memerintahkan agar manusia memelihara kehidupan dengan cara menghargai kehidupan orang lain.

9 Ibn Katsir, Tasfsir Al-Quran Al-‘Azhim, (ttp.: Dar al-thayyibah, 1999), Juz II, h. 147. 10 Muhammad bin ‘umar bin Husain Al-Razi, Tafsir Al-Fahr al-Razi, (ttp. : Dar al-Nasyr al-Arabiy,

tth.), Juz I, h. 2803.

Page 22: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

14 | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

Membunuh satu orang tanpa adanya alasan yang dibolehkan syariat sama artinya menghalalkan membunuh semua orang dan menghormati satu nyawa sama artinya menghormati semua nyawa manusia.11 Janin yang sudah ditiupkan ruh hukumnya sama dengan manusia sempurna.

ن نرز�هم و�ي)اKم إن) �تلهم �ن خطئا كبzاو

ق �

دKم خشية إ@ال

وال }قتلوا أ

)31(ال

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.

Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.

Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (Al-Isra’, 17:31).

Maksud ayat ini adalah jangan sampai para orang tua hanya demi menyelamatkan perekonomian keluarga lalu mengorbankan anak-anaknya dengan melakukan pembunuhan, baik ketika masih dalam kandungan maupun sudah terlahir ke dunia. Ayat ini juga menunjukkan Allah SWT sangat memuliakan umat manusia, bahkan dalam hubungan orang tua terhadap anaknya. Karena itu Allah SWT mengharamkan orang tua membunuh anaknya karena alasan takut miskin.12

موءودة سئلت و يF ذنب قتلت )8(�ذا ا?

)9(بأ

“Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena

dosa apakah dia dibunuh,” (At-Takwir, 81:8-9) Perilaku masyarakat jahiliyah sangat malu jika memiliki anak

perempuan. Maka ketika sang istri melahirkan anak perempuan mereka menyikapi dengan dua hal; mungkin dipertahakan hidup tetapi dengan perasaan malu dan hina, dan mungkin disembunyikan dengan cara dikubur hidup-hidup.13 Hal ini menunjukkan Allah SWT sangat melarang pembunuhan terhadap anak apapun alasannya.

2. Aborsi sesudah nafkh ar-ruh sangat membahayakan kesehatan dan keselamatan jiwa wanita yang melakukannya. Padahal agama Islam melarang manusia melakukan hal-hal yang membahayakan diri mereka sendiri dan

11 Ibn katsir, Tasfsir Al-Quran Al-‘Azhim, Juz III, h. 92. 12 Ibnu Katsir, Tasfsir Al-Quran Al-‘Azhim, Juz V, h. 21. 13 Muhammad Said Thanthowi, Tafsir al-Wasith, (http://www.altafsir.com), Juz I, h. 2533.

Page 23: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | 15

atau membahayakan orang lain. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat al-Baqarah ayat 195:

قوا تل

ا�)هلكة وال

يديQم إ�

بأ

Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, (Al-Baqarah, 2: 195)

Demikian juga sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam

Malik dari 'Amr bin Yahya:

ر �

م قال ال( عليه وسل (Aص�) ا (Aن) رسول ا

Gيه أ

مازa F�ن أ

�ار aن aمرو بن �� ا?

وال

Tidak boleh melakukan hal-hal yang membahaya-kan diri sendiri dan orang

lain.

3. Hadits Rasulullah SAW:

Hadits tentang kejadian manusia

رNع� يوماه أ Fم

قه G Hطن أ

حدKم Jمع خل

*م) تQون علقة مثل ذ?ك *م) تQون @ضغة مثل $طفة إن) أ

وح ملك 2ينفخ 2يه ا?ر. ا? (Aبعث ا ذ?ك *م)

Seseorang dari kamu ditempatkan penciptaannya di dalam perut ibunya

dalam selama empat puluh hari, kemudian menjadi `alaqah selama itu pula

(40 hari), kemudian menjadi mudhghah selama itu pula (40 hari); kemudian

Allah mengutus seorang malaikat lalu diperintahkan empat kalimat (hal),

dan dikatakan kepadanya: Tulislah amal, rizki dan ajalnya, serta celaka atau

bahagia-(nya); kemudian ditiupkan ruh padanya." (Hadits riwayat Imam al-Bukhari dari `Abdullah).

Menurut Hadits di atas janin setelah melalui fase nutfah, ‘alaqah dan mudhghah, Allah SWT memerintahkan Malaikat untuk meniupkan ruh kepada janin tersebut sehingga janin yang semula mati menjadi hidup. Maka setelah janin hidup, ia dihukumi sebagaimana manusia hidup. Karena itu pembunuhan janin termasuk pembunuhan terhadap manusia. Karena itu pelakunya dikenai hukuman untuk membayar diyat sebesar seorang budak laki-laki dan perempuan, sebagaimana dijelaskan dalam hadits:

Page 24: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

16 | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

خرى 2طرحت جن�نها 2قt 2يه ا/)�. }� من هذيل رمت إحداهما األ

ن) ا@رأ

-ص� اهللا عليه وسلم-أ

مة ة aبد أو أ بغر)

Dari Abu Huroiroh berkata : “Sesungguhnya ada dua wanita dari Bani

Hudzail, salah satu dari keduanya melempar lainnya sehingga gugur

kandungannya. Maka Rosululloh memutuskan harus membayar diyat sebesar

seorang budak laki-laki atau budak wanita.’14

aنه (Aاب ر  ا ط)

Dن اG مرa اس¡شار (Aن شعبة سمعت رسول اG ةzمغة 2قال ا?

مرأ

ص� -H إ@الص ا?

مة -اهللا عليه وسلمو أ

ة aبد أ قt 2يه بغر)

Dari Umar bin Khothob, bahwasannya beliau meminta pendapat para

sahabat tentang wanita yang menggugurkan kandungannya. Maka Mughiroh

bin Syu’bah berkata : “Rosululloh menghukumi dengan membayar seorang

budak laki-laki atau wanita.”15

4. Sad al-Dzariah (menutup terjadinya kemaksiatan yang lebih meluas). Dalam hal ini aborsi baik dilakukan dengan cara penyedotan dan pengurasan kandungan (menstrual regulation) dengan memasukkan alat penyedot, penguras dan pembersih (vaccum aspirator) ke dalam rahim wanita maupun dengan cara lainnya dikhawatirkan akan mendorong manusia lebih berani melakukan perzinahan karena mereka merasa lebih aman; jika hamil dapat digugurkan kandungannya.

Adapun perdebatan ulama tentang aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 120 hari atau qobla nafh al-ruh (sebelum ditiupkannya ruh) dengan sebab atau tanpa sebab. Artinya jika seorang ulama membolehkan aborsi kandungan sebelum usia 120 hari, maka tidak perlu lagi memperdebatkan pembolehan aborsi pada usia itu yang kehamilannya disebabkan oleh factor-faktor yang tidak dikehendakinya. Namun jika seorang ulama menganggap bahwa janin sebelum ditiupkannya ruh juga memiliki hak hidup yang harus dilindungi sebagaimana layaknya manusia hidup maka ini berdampak hukum jika ada orang yang ingin menggugurkan kandungan pada masa tersebut, termasuk karena alasan perkosaan.

14 HR. Bukhori 12/247 dan Muslim 11/175 15HR. Bukhori 12/247 dan Muslim 11/179

Page 25: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | 17

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum menggugurkan kandungan (aborsi) sebelum terjadinya nafkhu ar-ruh (usia empat bulan kehamilan) sebagai berikut:

1. Pendapat yang membolehkan Menurut ulama Hanafiah hukum menggugurkan kandungan (aborsi)

sebelum terjadinya nafkhu ar-ruh adalah mubah (boleh) secara mutlak, baik ada alasan medis maupun tidak. Argumentasinya adalah janin yang belum nafh

al-ruh belum dikategorikan sebagai makhluk hidup. Hal ini sebagaiman dikatakan Ibnu Abidin:

�بل

و£باح إسقاط ا? شهر

رNعة أ

16" أ

Dibolehkan menggugurkan kandungan sebelum janin berusia empat bulan.

Demikian juga menurut Al-Hashkafi dibolehkan menggugurkan kandungan sebelum usia janin berusia empat bulan dan dapat dilakukan tanpa izin suami.17 Sedang menurut Ibnu Abidin harus seizin suami.18

Dalam Fath Al-Qadir secara jelas dikatakan:

" G (

ء ولن يQون ذ?ك إال ق منه ¥(تخل باح ما ?م مل ؟ $عم سقاط Gعد ا9

باح اإل {ن هل عد مائة وع§

رادوا با�)خليق $ف هم أ ($

© ªقت 2هو غلط خ يوما ، وهذا

(وح و�ال ا?ر.

مشاهدة �بل أل

ق با? تحق) ن) ا�)خليق

ة مد) 19"هذه ا?

Apakah boleh pengguguran kandungan? Ya, hukumnya boleh selama janin

belum menjadi makhluk hidup, dan hal ini tidak akan terjadi kecuali janin

telah berumur 120 hari. Yang dimaksudkan takhalluq di sini adalah nafh al-

ruh. Sedangkan jika sudah mencapai 120 hari hukumnya tidak boleh. Karena

pembentukan fisik yang sempurna sebelum masa ini.

Demikian juga menurut sebagian Mazhab Syafii, seperti termaktub dalam kitab Syarh Al-Bahjah Al-Wardiah,

و Gعدها حرم وح جاز ، أ مل إن �ن �بل $فخ ا?ر. 20إسقاط ا9

16 Ibnu Abidin, Al-Dar Al-Mukhtar, Juz III, h. 192. 17 Hamish Hasyiah Ibnu ‘Abidin, Juz II, h. 411. 18 Hasyiah Radd al-Mukhtar, Juz III, h. 192 19 Lihat Ibn Abidin, Hasyiah radd alMukhtar, jilid 2, h. 411 dan Al-Kamal bin Al-Hammam, Fath al-

Qadir, Juz II, h. 495 20 Zakaria bin Ahmad Al-Anshoori, Al-ghurar Al-Bahiyyah fi Syarh Al-Bahjah Al-Wardiyyah, juz 21,

h. 16.

Page 26: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

18 | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

Aborsi jika dilakukan sebelum nafh al-ruh hukumnya boleh jika sesudahnya

tidak boleh.

Pendapat ini juga dikuatkan oleh Al-Romli dari Mazhab Syafii yang mengutip pendapatnya Al-Muhib Al-Thabari yang mengatakan bahwa pengguguran kandungan sebelum nafh al-ruh diperbolehkan dan setelahnya dilarang21.

Pada sebagian Mazhab Hanbali juga membolehkan pengguguran kandungan sebelum nafh al-ruh selama dilakukan menggunakan obat-obatan (cara) yang dibolehkan. Diaktakan Ibn Qudamah:

ن) 2يه قوابل أ

قت @ضغة، فشهد ثقات من ال

ل® و�ن أ ق آد

خل

ن)ه مبتدأ

ة، و�ن شهدت © صورة خفي)ة، ففيه غر)

هما صح.ر، ففيه وجهان، أ صل براء : ?و ب° تصو)

ن) األ

علقة، وأل

ر فلم Jب 2يه �ل تصو) ن)ه ?م

ء 2يه؛ أل ¥

ة ال

²شغ

ة، فال م) F³ا ، واµ)ا Fك ق : لها با?ش) خل

ن)ه مبتدأ

ة؛ أل ر 2يه غر) شبه ما ?و تصو)

® أ 35("آد

Jika seorang wanita menggugurkan janin yang masih berupa darah

(mudghah), maka jika menurut bidan ahli, mudhah tersebut sudah

mulaimenyerupai bentuk manusia, maka menggugurkannya harus membayar

ghurrah (memberikan budak), tetapi jika mudghah tersebut belum jelas

berbentuk manusia ada dua pendapat. Pendapat yang paling shah adalah

masih boleh menggugurkannya karena mudhghah tersebut belum berbentuk

manusia masih seperti ‘alaqah. Dengan alasan qaidah “Hukum asal sesuatu

adalah tidak adanya tanggungan (al-ashlu bara ah al-dzimmah)”. Maka hal

itu tidak dapat dikalahkan karena adanya keraguan. Pendapat kedua, harus

membayar budak karena itu adalah fase-fase awal kehidupan manusia yang

bentuknya sudah mulai menyerupai manusia..

Mazhab Zaidiyah juga membolehkan aborsi sebelum rupa janin membentuk rupa manusia seperti mudhghah (gumpalan darah) dan darah. Mereka mengatakan bahwa menggugurkannya dalam keadaan seperti itu tidak berdampak hukum apa-apa.22

Menurut pendapat Syaikh Abdul Qadim Zallum dan Dr. Abdurrahman Al Baghdadi, hukum syara’ yang lebih rajih (kuat) adalah sebagai berikut. Jika aborsi dilakukan sebelum usia janin 40 hari adalah boleh dan setelah 40

21 Nihayat Al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj, Juz 29, h. 463. 22 Al-Bahr al-Zakhor, Jilid V, h. 260.

Page 27: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | 19

(empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram. Dalam hal ini hukumnya sama dengan hukum keharaman aborsi setelah peniupan ruh ke dalam janin.23

Dalil syar’i yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari atau 40 malam adalah hadits Nabi SAW berikut:

رها وخلق سمعه ها @لk فصو) lإ (Aعث اG لة

l عونNرمها إذا @ر) با/.طفة ثmتان وأ ها و9 oها وجgNا و

ذكر : وaظمها *م) قال يا ربF أ (Aك ما شاء ا.Nر t2يق u$

م أ

حيح . »أ رواه @سلم H ا?ص)

“Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua malam, maka

Allah mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah

tersebut; dia membuat pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya,

dan tulang belulangnya. Lalu malaikat itu bertanya (kepada Allah), ‘Ya

Tuhanku, apakah dia (akan Engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau

perempuan?’ Maka Allah kemudian memberi keputusan…”24

Hadits di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakan anggota-anggota tubuhnya, adalah sete¬lah melewati 40 atau 42 malam. Dengan demikian, penganiayaan terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap janin yang sudah mempunyai tanda-tanda sebagai manusia yang terpelihara darahnya (ma’shumud dam). Tindakan penganiayaan tersebut merupakan pembunuhan terhadapnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka pihak ibu si janin, bapaknya, ataupun dokter, diharamkan menggugurkan kandungan ibu tersebut bila kandungannya telah berumur 40 hari.

Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti telah berbuat dosa dan telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan pembayaran diyat bagi janin yang gugur, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan, atau sepersepuluh diyat manusia sempurna (10 ekor onta), sebagaimana telah diterangkan dalam hadits shahih dalam masalah tersebut. Rasulullah Saw bersabda :

23 Lihat Abdul Qadim Zallum, Beberapa Problem Kontemporer Dalam Pandangan Islam: Kloning,

Transplantasi Organ, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan Organ Tubuh Buatan, Definisi Hidup dan Mati, (Bangil: Al-Izzah, 1998), h. 45-56; Lihat juga Dr. Abdurrahman Al Baghdadi, Emansipasi Adakah Dalam Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 129.

24 HR. Muslim dari Ibnu Mas’ud r.a.

Page 28: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

20 | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

“Rasulullah Saw memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang

perempuan Bani Lihyan yang gugur dalam keadaan mati, dengan satu

ghurrah, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan…”25

Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja’iz) dan tidak apa-apa. Ini disebabkan bahwa apa yang ada dalam rahim belum menjadi janin karena dia masih berada dalam tahapan sebagai nutfah (gumpalan darah), belum sampai pada fase penciptaan yang menunjukkan ciri-ciri minimal sebagai manusia.

Di samping itu, pengguguran nutfah sebelum menjadi janin, dari segi hukum dapat disamakan dengan ‘azl (coitus interruptus) yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kehamilan. ‘Azl dilakukan oleh seorang laki-laki yang tidak menghendaki kehamilan perempuan yang digaulinya, sebab ‘azl merupakan tindakan mengeluarkan sperma di luar vagina perempuan. Tindakan ini akan mengakibatkan kematian sel sperma, sebagaimana akan mengakibatkan matinya sel telur, sehingga akan mengakibatkan tiadanya pertemuan sel sperma dengan sel telur yang tentu tidak akan menimbulkan kehamilan.

2. Pendapat yang memakruhkannya

Menurut ‘Ali bin Musa dari Ulama Hanafi, yang dinukilkan dar kitab Ibnu ‘Abidin, hukum pengguguran kandungan secara mutlak sebelum nafh al-

ruh adalah makruh karena sperma yang sudah masuk ke dalam rahim adalah cikal bakal kehidupan karena itu berlaku juga hukum kehidupan.26 Ad-Dasuki dari kalangan Mazhab Maliki menginformasi-kan bahwa di kalangan Mazhab maliki juga ada yang memakruhkannya.27

3. Pendapat yang mengharamkannya

Sebagian ulama Hanafiah mengharamkan aborsi jika dilakukan tanpa sebab syara yang membolehkannya. Ini dikatakan sebagai pendapat yang

25 HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah r.a. 26 Hasyiah Rad al-Muhtar, juz III, h. 192. 27 Hasyiah Al-Dasuki ‘ala Syarh al-Kabir, juz VIII, h. 78

Page 29: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | 21

diakui di mazhab Hanafi 28. Sedangkan Mazhab Maliki mengharamkannya secara mutlak. Syeikh Dardiri berkata:29

، و�ذا نفخت 2يه ا?ر. والرNع� يوما

ن ا?ر)حم، و?و �بل األ متكو)

Jوز إخراج ا?م¶F ا? ".وح حرم إ�ا

Tidak diperbolehkan mengeluarkan mani yang sudah terbentuk dalam rahim

walaupun sebelum berumur empat puluh hari, dan jika sudah ditiupkan ruh

kepadanya maka hukumnya haram menurut ijmak.

Dalam mazhab Syafii juga jelas, kebanyakan mereka mengharamkan aborsi walaupun sebelum nafh al-ruh. Hal ini sebagaimana dikatakan para ulama Syafiiyah:30

: وقا?وا

ال º »فرق شعزل، ?وضوح ال

فه Gعد عليه ال

حياة بوجه، ¾ال

تهي)أ ن) ا?مÀ) حال نزو¿ ?م

ب�نهما، بأ

ستقرار ا?ر)ح

ق اال.خذه مبادئ ا�)خل

.)29(م وأ

Para ulama berkata, “Hukum azl tidak dapat dipersamakan dengan hukum

aborsi, karena keduanya jelas berbeda. Hukum azl boleh karena sperma saat

keluar belum siap menerima kehidupan, berbeda dengan sperma jika sudah

bercampur dengan ovum di rahim wanita maka itu sebagai cikal bakal

makhluk hidup (karenanya haram digugurkan).

Pengharaman aborsi sebelum nafh al-ruh dalam mazhab Syafi’i yang lebih jelas dan tegas disampaikan oleh Imam Al-Ghazali. Menurut pendapat Imam al-Ghazali bahwa jika nuthfah (sperma) telah bercampur (ikhtilath)

dengan ovum dan siap menerima kehidupan (استعداد لقبول ا9ياة), maka

merusaknya dipandang sebagai tindak pidana (jinayah); Dengan demikian hukumnya adalah haram. Sebagaimana disebutkan dalam Kitab Ihya' Ulum

ad-Din Juz II, halaman 51 sebagai berikut:31 (diharkatin ya/syakel)

ن) ذ?ك جناية Â @وجود د أل

وأ

جهاض وا?

مل �إل يضا @راتب ول�س هذا منع ا9

أ

ل @راتب . حاصل و¿ و)

وأ

وجود مر ا?

تلط بماء ا? Ãا?ر)حم و H ن }قع ا/.طفة

ساد ذ?ك جناية أ

ياة، و�ف ة و²ستعد. لقبول ا9

فإن صارت . أ

28 Hasyiah Radd al-Mukhtar, juz III, h. 192. 29Al-Syarh Al-kabir li Syeikh Al-Dardiri, Juz II, h. 26 30 Hasyiah al-Bujairimi ala al-Iqna, Juz IV, h. 40. Dan Nihayat al-Muhtaj, Jilid VIII, h. 416. 31Muhammad bin Muhammad Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Din, (Beirut: Dar al-Fiqr, tth.),

juz ke-2 , hal. 51.

Page 30: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

22 | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

ناي

Åقة ازدادت ال

Dوح واستوت ا خش و�ن نفخ 2يه ا?ر.

فة }فاخشا ومنتÇ @ضغة وعلقة �نت اÅناية أ

Åا H ش نفصال حيÈاا�فخ.

.ناية Gعد اال

"'Azal (pencegahan kehamilan) adalah berbeda dengan pengguguran

kandungan atau pembunuhan bayi yang telah lahir. Karena hal itu

(pengguguran kandungan atau pembunuhan bayi yang telah lahir) adalah

suatu tindak pidana terhadap makhluk yang telah ada. Pengguguran

kandungan (aborsi) sebagai suatu tindak pidana terdiri dari beberapa

tingkatan. Tingkatan pertama (yang paling ringan tindak pidananya) adalah

aborsi yang dilakukan ketika nuthfah (sperma/air mani) telah bertemu dan

bercampur dengan ovum dalam rahim wanita dan telah siap menerima

kehidupan. Merusakkan wujud yang demikian adalah suatu kejahatan.

Apabila nuthfah (air mani) telah tumbuh menjadi 'alaqah (segumpal darah)

dan mudlghoh (segumpal daging), maka aborsi terhadap janin tersebut lebih

keji. Bila janin telah berbentuk bayi secara sempurna dan telah ditiupkan

ruhnya, maka aborsi terhadap janin tersebut adalah lebih keji lagi. Puncak

dari pada kekejian tersebut adalah apabila pembunuhan dilakukan terhadap

bayi yang telah lahir dari rahim ibunya dalam keadaan hidup".

Mazhab Zhahiriyah mengharamkan aborsi apapun alasannya. Ibn Hazm berkata dalam Bab Masalah Wanita yang menggugurkan kandungannya,

نف وح، فإن �نت ?م }عمد �تل 2يه خ إن �ن ?م ة عليها، وان �ن قد نفخ 2يه ا?ر. غر)وح، فال ا?ر.

يضا

ة أ غر)

ه، فال

ارة عليها، وان �نت عمدت �تل كف)قلتها وال Âمفادا

قود عليها أو ا?

.)39("، ة ما?هاه، فال

Jika dilakukan sebelum nafh al-ruh maka yang melakukannya wajib

memberikan budak dan jika sudah nafh al-ruh, jika membunuhnya tidak

sengaja, maka hukumannya memberikan budak dan membayar kafarat, dan

jika membunuhnya dengan disengaja maka hukumannya adalah qishash atau

uang penggantinya.

Bahkan Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas Al Azhar Mesir berpendapat bahwa sejak bertemunya sel sperma dengan ovum (sel telur) maka aborsi adalah haram, sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi makhluk baru yang bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi eksistensinya. Akan makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan

Page 31: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | 23

setelah janin bernyawa, dan akan lebih besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan sampai dibuang atau dibunuh.32

DR. Wahbah az-Zuhaili menjelaskan bahwa para Ulama sepakat mengharamkan aborsi tanpa udzur setelah bulan keempat, yaitu setelah berlalu seratus dua puluh hari dari permulaan kehamilan. Mereka juga sepakat menganggap pengguguran ini sebagai kejahatan yang mengharuskan adanya diyat, karena ada upaya menghilangkan jiwa dan pembunuhan. Saya sendiri merajihkan larangan aborsi sejak awal kehamilan, karena adanya kehidupan dan permulaan pembentukan janin; kecuali karena keadaan darurat seperti terkena penyakit akut/parah contohnya kelumpuhan atau kanker. Saya sendiri condong sepakat dengan pendapat al-Ghazâli yang menganggap aborsi, walaupun dilakukan di hari pertama kehamilan adalah seperti membunuh janin hidup-hidup (al-Wa`du) yang merupakan kejahatan terhadap sesuatu yang ada. 33

Majelis Ulama Indonesia dalam fatwanya secara prinsip mengharamkan aborsi sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding rahim ibu (nidasi). Artinya secara umum MUI mengharamkan aborsi. Hanya saja dalam Fatwa No. 4 tahun 2005, MUI memberikan toleransi pada aborsi yang disebabkan oleh uzur syar’i, yaitu keadaan darurat maupun hajat.

Nahdlatul Ulama dalam Musyawarah Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada November 2014 memutuskan bahwa hukum aborsi pada dasarnya adalah haram, kecuali ada kedaruratan medis dan hamil akibat perkosaann dengan ketentuan-ketentuan.34 Argumentasi NU sama dengan kalangan yang mengharaman aborsi pada umumya.

Sedangkan menurut Muhammadiyah sebagaima terdapat dalam putusan Muktamar Tarjih XXII di Malang pada prinsipnya juga mengharamkan abortus provocatus kriminalis atau aborsi yang dilakukan karena motif kriminal, sejak terjadinya pembuahan hukumnya adalah haram. Majlis Tarjih juga memadang bahwa abortus provocatus medicinalis atau aborsi yang dilakukan karena alasan medis dapat dibenarkan lantaran darurat,

32Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, (Jakarta: Haji Masagung, 1988),

hal. 81; M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1995), hal.57

33 Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, juz IV, h. 196. 34http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,11-id,55645-lang,id-c,syariah-

t,Hukum+Aborsi+dalam+Islam-.phpx

Page 32: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

24 | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

yaitu adanya kekhawatiran atas keselamatan atau kesehatan ibu waktu mengandung dan melahirkan berdasarkan hasil konsultasi dengan para ahli yang bersangkutan.

F. Kedharuratan yang Membolehkan Aborsi

Mayoritas Ulama sepakat membolehkan aborsi terhadap janin yang belum berusia 120 hari yang dilakukan karena dharurat. Hal ini sebagaimana dalam pendapat Ulama Hanafiah, Ulama Syafiiyah, dan Ulama Hanabilah.

Dalam mazhab hanafi dijelaskan:

ورة، 2قال Ê?حالة ا Â مولةË سقاط

ح اGن وهبان إن) إباحة اإل Ì حالة ": وقد Â مولةË سقاط

فإباحة اإل

عذر Í "ال

مل، ول�س أل نها Gعد ظهور ا9

Ï نقطع ن

مل أ عذار، إلسقاط ا9

ن) من األ

جر ، وذكر أ

ما ºستأ Ð

ا?ص)

Ñكه به الظ

هال

.وÓاف

Ibn Wahban telah menjelaskan bahwa kebolehan melakukan aborsi hanya

dikarenakan keadaan dharurat. Ia berkata, “Bolehnya aborsi hanya jika ada

uzur yang dapat dipertanggungjawabkan.” Ia menjelaskan di antara persoalan

yang termasuk uzur di sini adalah jika ada seorang ibu payudaranya terkena

penyakit sehingga tidak memungkinkan lagi untuk memberi susu kepada

anaknya sementara ayah si anak dalam keadaan miskin dan tidak mampu untuk

membiayai orang untuk menyusui anaknya sehingga dihawatirkan anaknya saat

lahir nanti akan meninggal.

Sedangkan dalam madzhab Syafi’i dapat dipahami dari pendapat sebagian Ulama Mazhab Syafii, seperti termaktub dalam kitab Syarh Al-Bahjah Al-Wardiah,

و Gعدها حرم إوح جاز ، أ مل إن �ن �بل $فخ ا?ر. سقاط ا9

35

Aborsi jika dilakukan sebelum nafh al-ruh hukumnya boleh jika sesudahnya

tidak boleh.

Pendapat ini juga dikuatkan oleh Al-Romli dari Mazhab Syafii yang mengutip pendapatnya Al-Muhib Al-Thabari yang mengatakan bahwa pengguguran kandungan sebelum nafh al-ruh diperbolehkan dan setelahnya dilarang.

35 Zakaria bin Ahmad Al-Anshoori, Al-ghurar Al-Bahiyyah fi Syarh Al-Bahjah Al-Wardiyyah, juz 21,

h. 16.

Page 33: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | 25

Demikian juga di kalangan mazhab Hambali, sebagaimana dikatakan oleh Ibn Qudamah di atas yang membolehkan aborsi qobla nafh al-ruh (sebelum ditupkannya ruh).

Pengguguran tanpa sebab pada saat janin sebelum nafh al ruh dibolehkan di kalangan ulama Syafiiyah dan Hanabilah, berarti juga jika ada kedharuratan lebih boleh lagi.

Pendapat para Ulama ini dikuatkan dan didukung oleh Ulama-ulama kontemporer di Indonesia seperti Majelis Ulama Indonesia dan Majelis Tarjih Muhammadiyah.

Adapun alasan ulama yang membolehkan aborsi karena kondisi darurat adalah:

1. Firman Allah SWT yang menghalalkan makanan yang haram bagi orang-orang yang dalam keadaan dharurat.

Ô

Dم ا م و9 ميتة وا£)م إ$)ما حر)م عليQم ا?

د فال إ* 2من اضطر) zÖ باغ وال (Aا zهل) به لغ

{ر وما أ

Öفور رحيم (Aعليه إن) ا

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging

babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah,

tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia

tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada

dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah: 173)

2. Hadits Nabi yang menyuruh kita untuk menghilangkan kemadharatan

�ار

ر وال �

ال

Tidak boleh menimbulkan bahaya baik bagi diri sendiri maupun orang lain

dan tidak boleh menghilangkan bahaya dengan bahaya.

Para Ulama telah merumuskan kaidah :

محظورات ا?Êورة ت×يح ا?

Keadaan darurat dapat menghalalkan hal-hal yang semula dilarang

Para ulama salaf tidak membahas aborsi pasca janin berusia 120 hari, karena menurut mereka setelah umur itu hukumnya haram. Ketika janin sudah berusia di 120 hari dan ibunya sakit dan terancam keselamatannya jika tidak

Page 34: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

26 | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

segera diaborsi, maka ulama tetap mengharamkannya karena tidak boleh membunuh manusia hidup. Janin yang sudah 120 hari oleh para ulama dihargai sama dengan manusia pada umumnya.

Namun para ulama kontemporer berpendapat lain, bahwa jika ibu hamil yang sudah berumur lebih dari 120 hari dan ia menderita suatu penyakit atau suatu keadaan yang menyebabkannya harus memilih antara menyelamatkan ibu atau janin, maka yang diselamatkan adalah ibunya. Karena menurut para ulama jika ada dua kemafsadatan yang bersifat simalakama maka kemafsadatan yang harus dibuang adalah yang paling ringan akibatnya.

هماإ Fخفرا بارتQاب أ aظمهما �

Ùذا }عارضت مفسدتان روØ أ

Jika ada dua kemafsadatan yang saling bertentangan maka harus dihilangkan

kemafsadatan yang lebih besar dan dipertahankan kemafsadatan yang lebih

ringan.

Fخف ر األ (Ê?شد. يزال با

ا?Êر األ

"Kemudaratan yang lebih besar dapat dihilangkan dengan kemudaratan yang

lebih kecil"

Dalam konteks ini para ulama kontemporer melihat bahwa mempertahan ibu lebih maslahah daripada mempertahankan janin atau bahkan kalau tidak segera diaborsi kedua-duanya akan meninggal dunia.

G. Batasan Dharurat

Dalam kitab Asybah wa an –Nazhair36, keadaan dharurat yang menyebabkan hal-hal dilarang dibolehkan, dijelaskan sebagai berikut:

و قارب وهذا ي×يح }ناول ممنوع هلك أ

ا?

ا إن ?م ي¡ناو¿ Èورة بلوغه حدÊ?رام فا ا9

Maka batasan dharurat itu jika sudah mencapai batas maksimal/terdesak, yang

sekirangnya tidak memakan sesuatu yang dilarang maka ia akan binasa atau

mendekati kebinasaan. Dalam hal ini boleh melakukan yang haram.

Seperti seseorang yang sangat lapar, jika dia tidak makan babi maka ia akan mati atau mendekati kematian. Dalam situasi ini orang tersebut dibolehkan

36 Abd al-Rahman bin Abu bakar Al-Suyuti, Al-Asybah wa Al-Nazhair, (Beirut: Dar al-Kutub al-

‘Ilmiyyah, 1403 H), h. 85.

Page 35: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | 27

makan babi atau makanan haram lainnya sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat. Al-Baqarah ayat 173.

Wahbah Az-Zuhaily berpendapat bahwa dharurat adalah suatu kemaslahatan yang menjadi landasan hidup manusia secara alamiah agama atau dunia yang sekiranya sesuatu tersebut di tiadakan maka tidak akan mampu bertahan hidup di muka bumi ini dan lebih parahnya lagi akan terjadi beberapa kerusakan diantaranya terbengkalainya beberapa nikmat dan akhirnya siksalah yang bakal diterima kelak di akhirat. 37

Ibnu Nujaim mengartikan bahwa darurat adalah sampainya seseorang kepada suatu batas yangapabila tidak melakukan sesuatu perbuatan yang dilarang akan dapat mencelakakan dirinya. Sedangkan, Abu Zahrah, sebagai ahli ushul fiqh dan kalam, mendefinisikan darurat sebagai suatu keadaan yang memaksa untuk memakan yang dilarang dalam rangka mempertahankan nyawa, khawatir akan kehilangan harta atau karena kebutuhan daruri (pokok) seseorang terancam apabila dia tidak mempertahankannya kecuali dengan melakukan sesuatu yang dilarang tanpa mengganggu hak orang lain. 38 Maka dalam konteks ini, keadaan dharurat adalah keadaan dimana keselamatan ibu terancam jiwanya, misal ibunya menderita penyakit berat yang menurut dokter jika kehamilan dipertahankan akan membahayakan jiwa si ibu. Kedharuratan seperti ini menurut mayoritas ulama menyebabkan dibolehkannya tindakan-tindakan yang sebelumnya dilarang.

Kenapa di saat terjadi dua pilihan antara mempertahankan ibu atau janin, kemudian yang harus dipilih adalah keselamatan ibu? Hal ini disebabkan ibu adalah sebagai pokok dan anak adalah cabang. Juga dari segi kemaslahatan, menyelamatkan ibu jauh lebih mashlahah untuk keluarga daripada menyelamatkan janin.

Hal ini seperti dikatakan dalam al-Fatwa al-Hindiyah,

هندي)ة فتاوى ا?

Jوز، و�ن : "قال صاحب ال

وهما، ال فر و� عر والظ. قه �?ش)

إذا اس¡بان خل

و£

ج إلسقاط ا?

عال

ال

zÖ فتوى �نا زماننا Jوز FÜ Â حال، وعليه ال م)

ق Jوز، وأ

ل

Dو�ن : "وقال @وضع آخر . 39"@س¡ب� ا

37 Wahbah Zuhail i , Ushul Fiqh Al Islami, (Damaskus: Darul Fikri,1996), hal. 1020. 38 Kafawi Ridwan, et al, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: PT. Icgtiar Baru van Hoeven,

1993), hal. 293 39Al-Fatwa Al-Hindiyah, 44/6

Page 36: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

28 | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

وÝ، و�ن س بذ?ك وهو أ

بأ

ة دواء �صح) $فسها وÞ حا@ل، فال

مرأ

Nت ا? ß ء ¥

و ميتا، فال

حيا أ و£

سقط ا?

40"عليها

Pengobatan yang dapat menyebabkan gugurnya kandungan jika sudah jelas

bentuk janinnya seperti rambut, kuku dan lainnya hukumnya tidak boleh, tetapi

jika belum jelas bentuknya hukumnya boleh. Tetapi di zaman sekarang dalam

kondisi apapun boleh dan sudah ada fatwa tentang itu. Dia juga berkata pada

bagian lain, “Jika seorang wanita meminum obat untuk menyembuhkan

penyakitnya sedang dia dalam keadaan hamil, maka hukumnya boleh walaupun

dapat menyebabkan gugurnya kandungan baik bayi dalam keadaan hidup atau

mati.

Menurut MUI Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilan yang membolehkan aborsi adalah: a. Perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker stadium lanjut,

TBC dengan caverna dan penyakit-penyakit fisik berat lainnya yang harus ditetapkan oleh Tim Dokter.

b. Dalam keadaan di mana kehamilan mengancam nyawa si ibu.

Sedangkan dalam keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat membolehkan aborsi menurut MUI adalah: a. Janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetic yang kalau lahir

kelak sulit disembuhkan. b. Kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh Tim yang berwenang

yang didalamnya terdapat antara lain keluarga korban, dokter, dan ulama. c. Kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud huruf b harus dilakukan sebelum

janin berusia 40 hari. d. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat

zina.

40 Al-Fatwa Al-Hindiyah, 43/475

Page 37: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | 29

H. Hukum Aborsi Akibat Perkosaan

Lalu bagaimana hukumnya aborsi akibat perkosaan mengingat masalah ini tidak dibahas oleh ulama salaf?

Pada prinsipnya menggugurkan kandungan hukumnya haram. Tetapi ketika ada keadaaan dharurat atau hajat dapat merubah hukum yang semula haram menjadi boleh, seperti yang terjadi pada hukum pengguguran kandungan pada wanita hamil akibat perkosaan di mana yang bersangkutan tidak ridha atau tidak siap secara psikologis menghadapi kehamilan tersebut.

Mayoritas ulama kontemporer (khalaf) mengkategorikan pengguguran hamil akibat perkosaan di mana si korban tidak menghendaki kehamilannya dan jika dibiarkan menimbulkan madharat bagi korban, dengan keadaan hajat. Hajat dalam pandangan ulama ushul setingkat dengan dharurat. Karena itu sesuatu yang pada tingkatan hajat sama halnya dengan sesuatu yang pada tingkatan dharurat. Maka dari itu, menurut mayoritas Ulama, hukum menggugurkan kandungan wanita hamil akibat perkosaan adalah boleh jika si korban sama sekali tidak ridha dengan kehamilannya dan terganggu psikologisnya akibat kehamilan yang tidak dikehendaki itu.

Korban perkosaan memiliki kemungkinan mengalami stres paska perkosaan yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu stres yang langsung terjadi dan stres jangka panjang. Stres yang langsung terjadi merupakan reaksi paska perkosaan seperti kesakitan secara fisik, rasa bersalah, takut, cemas, malu, marah, dan tidak berdaya. Stres jangka panjang merupakan gejala psikolo gis tertentu yang dirasakan korban sebagai suatu trauma yang menyebabkan korban memiliki rasa percaya diri, konsep diri yang negatif, menutup diri dari pergaulan, dan juga reaksi somatik seperti jantung berdebar dan keringat berlebihan. Bahkan ada yang sampai ingin bunuh diri.

Keadaan ini merupakan kemadharatan jika menimpa seseorang, karena itu harus dihilangkan kemadharatannya, karena Islam menghendaki manusia selalu terlindungi jiwa dan raganya. Karena itu, aborsi terhadap hamil akibat perkosaan dapat dilakukan jika si tidak mau menerima kenyataan itu dan telah mengakibatkan korban mengalami gangguan kejiwaan. Keadaan ini sama halnya dengan keadaan dhrurat.

Page 38: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

30 | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

Dalam kaidah Ushuliah dirumuskan:

ورة (Ê?لة اÔل مÔ{ اجة

ا9

Hajat itu sama kedudukannya dengan dharurat

Kebolehan ini dengan pertimbangan untuk mengurangi penderitaan yang dialami oleh korban perkosaan. Korban perkosaan mengalami tekanan prikolis yang sangat berat. Dia merasa masa depan kehidupannya sudah selesai karena harga dirinya yang dianggap paling berharga telah dirampas orang secara paksa. Akibatnya korban perkosaan menarik diri dari kehidupan sosial. Dia malu saat bertemu dengan orang lain. Dia merasa dirinya hina dan tak berharga lagi. Keadaan psikologi ini semakin parah jika korban perkosaan hamil. Tentu dia tidak menghendaki kehamilannya itu dan bisa jadi jika dia sudah melahirkan nanti setiap kali melihat anaknya dia akan teringat kejadian perkosaan itu. Keadaan ini tentu akan menyiksa batin korban perkosaan seumur hidupnya.

Karena itu, mayoritas ulama kontemporer, seperti Dr. Muhammad Sayyed Tantawi (mufti Al-Azhar), Dr. Musthofa Sak’ah (anggota Majma’ al-Buhust al-Islamiyah Al-Azhar), Syekh Mahmud Asyur ( mantan wakil Syekh Al-Azhar), membolehkan aborsi wanita hamil akibat perkosaan. Demikian juga menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia dan hasil Bahtsul Masail PBNU.

Hanya saja, ulama kontemporer berbeda pendapat tentang usia janin hamil akibat perkosaan yang boleh diaborsi. Sebagian mengatakan sebelum usia janin 120 hari. Sebagiannya lagi mengatakan sebelum janin berusia 40 sampai 42 hari.

Dr. Muhammad Sayyed Tantawi mensyaratkan usia janin belum mencapai 120 hari dan wanita tersebut mempunyai track record yang baik dan persetubuhan yang terjadi di luar keinginannya.”41 Demikian juga menurut Dr. Musthofa Sak’ah dan Syekh Mahmud Asyur, mensyaratkan usia kehamilan akibat pemerkosaan tersebut tidak lebih 120 hari. Jika aborsi dilakukan setelah batas ini maka terhitung sebagai pembunuhan.

Sementara itu, menurut Dr. Muhamad Dasuqi, Profesor Syariat Islamiyah, Kuliyat Dar Ulum Universitas Kairo, hitungan 120 hari yang dianggap sebagai permulaan kehidupan, merupakan pernyatan yang berlawanan dengan realita sebagaimana dinyatakan oleh kedokteran.

41 http://tanbihun.com/fikih/usulfikih/korban-perkosaan-boleh-aborsi/

Page 39: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | 31

“Kehidupan dimulai ketika sperma telah bertemu dengan indung telur, karenanya aborsi hukumnya haram sejak pembuahan terjadi. Dan setelah 120 hari baru janin mulai bergerak dan dapat dirasakan oleh sang ibu..

Senada dengan hal ini, Dr. Abdul fatah Idries, Kepala Bidang Fiqih Muqarin Kuliah Syariah AL-Azhar, menyatakan bahwa aborsi bagi wanita korban pemerkosaan tidak diperbolehkan baik setelah maupun sebelum 120 hari. hal ini menurutnya, berdasarkan hadis Nabi, ” Jika sperma telah lewat 42 malam, Allah mengutus malikat untuk menuruhnya membuat daging dan tulang.”

Dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia juga disebutkan bahwa syarat syarat kebolehan aborsi karena hajat tersebut janin belum berusia 40 hari.

Dari pembahasan di atas sebagian ulama membolehkan aborsi terhadap janin akibat perkosaan selama janin belum berusia 120 hari. Namun demikian pendapat yang membolehkan sebelum janin berusia 40 hari patut diperhatikan, karena sebagaimana tergambar dalam fase-fase janin menurut medis, bahwa pada usia janin 40 hari sudah ada tanda-tanda makhluk sempurna pada janin (dalam bahasa Fikih Hanafiah “Yatakhallaq”).

Karena itu, kami memandang bahwa hukum asal pengguguran kandungan itu haram sebagaimana dalil-dalil yang mengharamkan secara mutlak di atas. Demikian juga berlaku pada pengguguran kandungan pada wanita hamil akibat perkosaan. Namun demikian jika si korban tidak menghendaki adanya kehamilan tersebut dan dapat mengganggudan membahayakan psikologisnya dan bahkan jiwanya, maka aborsi dapat dilakukan dengan persyaratan: 1. Kehamilan tersebut sama sekali tidak dikehandaki oleh Si korban 2. Kehamilan tersebut benar akibat perkosaan 3. Dapat dibuktikan secara factual adanya gangguan psikologis pada korban

akibat kehamilan yang tidak dikehendaki itu. 4. Harus melalui pertimbangan keluarga, medis, prikiater, dan ulama 5. Usia janin tidak melebihi 40 hari.

Page 40: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

32 | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

I. Perspektif Hukum Islam terhadap PP No. 61 Tahun 2014 Pada Bab V Pasal 31 s/d 39

Setelah dilakukan pembahasan komprehensif tentang hukum aborsi dalam perspektif Islam, kini kita dapat menjawab keberadaan PP No. 61 Tahun 2014 Pada Bab V Pasal 31 s/d 39 yang menimbulkan kontroversi.

Bahwa perbedaan pendapat tentang hukum aborsi sudah sejak lama terjadi. Bukan saja perbedaan antar mazhab tetapi juga perbedaan dalam mazhab itu sendiri.

Pendapat yang berkembang adalah sekitar kebolehan dan ketidakbolehan aborsi sebelum nafh al-ruh (peniupan ruh), yaitu sebelum janin berusia 120 hari. Dalam hal ini pendapat ulama bervariasi, ada yang membolehkan secara mutlak, yaitu sebagian kalangan hanafiah, ada yang membolehkan dengan persyaratan dharurat, yaitu dari sebagian kalangan Hanafi, mazhab Syafi’i, dan mazhab Hanbali. Ada yang mengharamkan secara mutlak yaitu pendapat di kalangan Malikiah dan Zhahiriyah. Juga ada yang memakruhkannya, yaitu dari sebagian kalangan Hanafiah dan Malikiah. Adapun jika janin sudah berusia 120 hari, semua ulama sepakat hukumnya haram.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas ulama membolehkan aborsi sebelum janin nafh al-ruh tanpa sebab atau dengan sebab. Oleh karena itu jika kasus hamil akibat perkosaan dilihat dari perspektif mayoritas ‘ulama fiqih maka dibolehkan untuk dilakukan aborsi sebelum usia janin mencapai 120 hari. Karena dalam pandangan sebagian ulama fiqih, aborsi pada usia tersebut dibolehkan tanpa atau dengan alasan syara’.

Namun demikian, usia janin yang boleh diaborsi menurut sebagian ulama sebelum usia 120 hari perlu ditinjau kembali mengingat perkembangan janin pada usia tersebut sudah cukup besar dan sudah berbentuk tubuh manusia yang sempurna. Hal ini sebagaimana digambarkan dalam hadits riwayat Muslim dari Ibnu Mas’ud yang mengatakan bahwa pada usia janin 42 malam, bentuk tubuh manusia mulai sempurna dan bagian-bagian penting tubuhnya mulai bekerja. Hal ini sama persis dengan apa yang digambarkan medis pada usia janin 4-5 minggu. Jika pada usia 4-5 minggu saja bentuk janin sudah mulai sempurna sebagai tubuh manusa, apalagi pada saat janin berusia 120 hari. Karena itu, Menurut pendapat Syaikh Abdul Qadim Zallum dan Dr. Abdurrahman Al Baghdadi, hukum syara’ yang lebih rajih (kuat) jika aborsi

Page 41: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | 33

dilakukan sebelum usia janin 40 hari adalah boleh dan setelah 40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram. Dalam hal ini hukumnya sama dengan hukum keharaman aborsi setelah peniupan ruh ke dalam janin.42

Tidak ada pertentangan antara hadits yang menjelaskan peniupan ruh dan hadits penciptaan manusia yang menyatakan pada umur 42 malam bentuk tubuh manusia sudah mualai sempurna. Karena antara nafh al-ruh dan kesempurnaan bentuk tubuh adalah dua hal yang berbeda. Sebagaimana diketahui dalam gambaran medis bahwa janin usia 120 hari sudah lengkap anggota tubuhnya dan sudah berfungsi secara keseluruhan, sementara pada usia 42 malam janin masih sangat kecil walaupun kelengkapan-kelangkapan tubuhnya sudah mulai nampak. Karena itu, Fatwa MUI yang memberikan batasan aborsi karena hajat sebelum usia janin 40 hari dapat dipilih sebagai pendapat yang kuat.

Dengan demikian PP Nomor 61 Tahun 2014 pada pasal 31 ayat (1) yang berbunyi “tindakan aborsi hanya dapat dilakukan berdasarkan: (a) indikasi kedaruratan medis, atau (b) kehamilan akibat perkosaan” dan pasal (2) yang berbunyi tindakan aborsi perkosaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurup b hanya dapat dialakukan apabila usia kehamilan paling lama berusia 40 (empat puluh) hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir, tidak bertentangan dengan wacana yang berkembang di kalangan ulama salaf (ulama terdahulu) dan khalaf (ulama kontemporer), karena itu dapat disimpulkan pasal ini tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Islam.

Demikian juga uraian-uraian pada pasal 32 sampai dengan 39 yang merupakan uraian kedaruratan medis, indikasi perkosaan, dan penyelenggaraan aborsi, secara prinsip tidak bertentangan hukum Islam. Karena merupakan pasal-pasal persyaratan agar aborsi dilakukan dengan persyaratan yang ketat dan penyelenggaraan yang terkendali, terawasi dan terkontrol serta dilakukan oleh tenaga ahli sehingga tidak berbahaya bagi wanita yang diaborsi.

Namun demikian, sungguhpun secara substansi PP ini khususnya pasal 31 sampai dengan 39 sudah cukup baik dalam rangka melindungi wanita, dalam

42 Lihat Abdul Qadim Zallum, Beberapa Problem Kontemporer Dalam Pandangan Islam: Kloning,

Transplantasi Organ, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan Organ Tubuh Buatan, Definisi Hidup dan Mati, (Bangil: Al-Izzah, 1998), h. 45-56; Lihat juga Dr. Abdurrahman Al Baghdadi, Emansipasi Adakah Dalam Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 129.

Page 42: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

34 | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

pelaksanaannya masih membutuhkan pengawasan yang ketat agar tidak terjadi penyelewengan, sehingga dikhawatirkan menjadi payung hukum terjadinya aborsi kriminalis yang dilegalkan. Karena itu, pemerintah diharapkan melakukan pengawasan yang ketat dalam pelaksanaannya sehingga menutup kemungkinan terjadinya penyalahgunaan PP untuk praktik aborsi yang dilarang.

Dalam teori perumusan hukum Islam, sarana yang baik namun dalam pelaksanaanya justru mendorong terjadinya keburukan yang lain, maka sarana tersebut dapat dicabut kembali atau ditutup. Konsep ini biasa disebut Sad al-

Dzariah. Karena itu, pemberlakuan PP ini harus dicermati dan diawasi oleh masyarakat, dan jika setelah melalui evaluasi dan pengamatan, PP ini berdampak buruk pada kehidupan sosial, maka keberadaan PP ini harus direkomendasi-kan untuk direvisi atau dicabut kembali.

J. Kesimpulan

Setelah diuaraikan secara cukup detail dalam tulisan ini tentang hukum aborsi dan aborsi karena darurat medis dan perkosaan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hukum asal aborsi adalah haram

Pada saat sperma sudah bertemu dengan sel telur (ovum) dan menempel di dinding rahim maka pada dasarnya zygote tersebut sudah menjadi cikal bakal manusia. Manusia dimuliakan oleh Allah SWT, karena itu sudah seyogyanya sungguhpun masih menjadi calon manusia harus dihormati dan dimuliakan dengan tidak menghambat prosesnya menjadi anak manusia yang sempurna sebagaiman firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 70 dan pendapat Imam Al-Ghazali.

Apalagi ketika zygote sudah mulai membentuk manusia pada usia 42 hari ke atas, maka aborsi hukumnya haram.

2. Hukum aborsi dibolehkan jika ada alasan dharurat/hajat

Ketika ada alasan dharurat, yaitu alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, maka aborsi boleh dilakukan pada umur berapapun janin tersebut, baik janin qabla nafh al-ruh atau ba’da nafh al-ruh. Dharurat di sini adalah hal-hal yang membahayakan keselamatan ibu atau janin itu sendiri jika dipertahankan sampai melahirkan secara normal.

Page 43: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | 35

Dalam hal ini memerlukan pertimbangan medis yang matang, bukan hanya perkiraan atau berdasarkan pengalaman semata.

Alasan yang mendasari hukum ini adalah berdasarkan Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 173, hadits nabi “la dharara wala dhirar”, dan kaidah fiqih yang dirumuskan ulama yang menyetakan bahwa kedharuratan menyebabkan hal-hal yang dilarang menjdi diperbolehkan” dan “jika ada dua mafsadah yang saling bertentangan maka mafsadah yang paling ringan akibatnya yang dipertahankan”.

Para ulama menempatkan hajat sama dengan dharurat, sehingga keadaan hajat dapat juga menyebabkan hal-hal yang dilarang menjadi diperbolehkan.

3. Hukum aborsi akibat perkosaan pada prinsipnya adalah dilarang, tetapi jika si korban tidak menghendaki kehamilan itu dan dapat membahayakan keadaan psikologisnya bahkan jiwanya maka hukumnya boleh dengan syarat janin belum berusia 40 hari. Alasannya adalah untuk menghilangkan madharat pada korban perkosaan. Menghilangkan madharat pada korban perkosaan adalah kebutuhan (hajah) yang mendesak untuk mengurangi penderitaan si korban. Para ulama ushul fiqh meletakkan hajah sama kedudukannya dengan dharurah. Waktu 40 hari diambil sebagai waktu ihtiyath (kehati-hatian) berdasar hadits Hudzaifah bin Asid, juga menurut medis perkembangan janin pada usia tersebut sudah mulai menampakkan wujud sebagai seorang anak manusia walaupun masih sangat kecil dan belum nampak secara jelas.

4. Dengan demikian PP nomor 61 tahun 2014 khsusunya pada pasal 31 sampai dengan 39 tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Islam. Namun demikian dalam pelaksanaannya perlu pengawasan yang ketat dari semua pihak agar tidak terjadi penyelewengan atau penyalahgunaan sehingga dapat berakibat pada legalisasi aborsi yang dilarang.

Wallahu a’lam bi ash-shawab.

Page 44: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

36 | Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam

DAFTAR PUSTAKA

Abd al-Rahman bin Abu bakar Al-Suyuti, Al-Asybah wa Al-Nazhair, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1403 H.

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: PT. Ihtiar Baru Van Hoeven, Cet. Pertama, 1997.

Abdul Qadim Zallum, Beberapa Problem Kontemporer Dalam Pandangan Islam: Kloning, Transplantasi Organ, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan Organ Tubuh Buatan, Definisi Hidup dan Mati, Bangil: Al-Izzah, 1998.

Abdullah Syam al-Din al-Bali, Al-Mathla’, (Beirut: Al-Maktab al-Islami, 1981), Juz I h. 364

Abdurrahman Al Baghdadi, Emansipasi Adakah Dalam Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1998.

Abidin, Ibnu, Hasyiah Ibnu Abidin, Beirut: Dar Al-Fikr, 1979

Abu ‘Abd Allāh Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Shahih al-Bukhari. Juz IV, Dar Muthabi Syabi, t.tp., t.th.

Abu al-Husain Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi al-Jami’ al-Sahih (Sahih Muslim), Dar al-Fikr, Beirut, t.th.

Abu Bakar bin al-Utka Al-Bazzar, Al-Bahr al-Zakhor, Beirut: Muassasas Ulum al-Quran, tth.

Ahmad bin Muhammad al-Fayumi, Al-Mishbah Al-Munir, (Beirut: Al-Maktabah al-‘Ilmiah, tth.), Juz

Al-Dardiri, al Syarh al Kabir Hasiyah Dasuki , Mesir: Al Babi al Halabi, t.th,.

Al-Kamal bin Al-Hammam, Fath al-Qadir, Juz II.

Dardiri, Al, Hasyiah Al-Dasuki ‘ala Syarh al-Kabir, Mesir: Al Babi al Halabi, 1971

Ibn Katsir, Tasfsir Al-Quran Al-‘Azhim, (ttp.: Dar al-thayyibah, 1999), Juz II.

Ibn Katsir, Tasfsir Al-Quran Al-‘Azhim, ttp.: Dar al-thayyibah, 1999.

Ibn Manzhur, Lisan Al-Arab, (Beirut: Dar al-Shadir, tth), Juz VII,.

Ibrahim Musthafa et.all, Al-Mu’jam Al-Wasit, (Mesir : Majma’ al-Lughah al-Arabiyyah, 1972), cet Ke-2.

Kafawi Ridwan, et al, Ensiklopedia Islam, Jakarta: PT. Icgtiar Baru van Hoeven, 1993

Page 45: Kajian PP No 61 Th 2014 Ttg Aborsi Perspektif Hukum Islam

Kajian PP 61 Tahun 2014 Perspektif Hukum Islam | 37

Kenneth J. Leveno (et.al), Obstetri Williams: Panduan Ringkas (terj), Jakarta: EGC, 2009.

M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1995.

Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, Jakarta: Haji Masagung, 1988

Muhammad bin ‘umar bin Husain Al-Razi, Tafsir Al-Fahr al-Razi, ttp. : Dar al-Nasyr al-Arabiy, tth.

Muhammad bin Muhammad Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Din, Beirut: Dar al-Fiqr, tth..

Muhammad bin Ya’kub al-Fairuz Abadi, Al-Qamus Al-Muhith, Beirut: Dar al-fikr, 1995, Juz I.

Muhammad Said Thanthowi, Tafsir al-Wasith, (http://www.altafsir.com), Juz I, h. 2533.

Muhammad Said Thanthowi, Tafsir al-Wasith, http://www.altafsir.com.

Nidhom, Al-, al-Fatawi al-Hindiyyah, Bairut, Libanon: Dar al-Fikr, t.th

Nihayat Al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj.

Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, Jakarta: Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002.

Sulaiman al-Bujairimi, Hasyiah al-Bujairimi ala al-Iqna, Mesir, Mushthafa al-babi al-halabi.

Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, Beirut: Dar Al-Fikr, 1989, Juz IX,.

Wahbah Zuhaili, Ushul Fiqh Al Islami, Damaskus: Darul Fikri,1996.

Zakaria bin Ahmad Al-Anshoori, Al-Ghurar Al-Bahiyyah fi Syarh Al-Bahjah Al-Wardiyyah.

http://kbbi.web.id/aborsi

http://tanbihun.com/fikih/usulfikih/korban-perkosaan-boleh-aborsi/