kajian pengembangan irigasi berbasis ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari...

29
PROPOSAL OPERASIONAL TA. 2013 KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS INVESTASI MASYARAKAT PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN Oleh: Rudy Sunarja Rivai Herman Supriadi Bambang Prasetyo Rita Nur Suhaeti Tri Bastuti Purwantini Djoko Trijono PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2013

Upload: duongkhanh

Post on 04-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

PROPOSAL OPERASIONAL TA. 2013

KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS INVESTASI MASYARAKAT PADA AGROEKOSISTEM

LAHAN TADAH HUJAN

Oleh:

Rudy Sunarja Rivai Herman Supriadi

Bambang Prasetyo Rita Nur Suhaeti

Tri Bastuti Purwantini Djoko Trijono

PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

2013

Page 2: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

1  

KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS INVESTASI MASYARAKAT PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia termasuk ke dalam daerah tropika iklim basah, dengan curah hujan

dan kelembaban udara yang tinggi sehingga memungkinkan pertanaman dapat

berlangsung hampir sepanjang tahun. Kondisi iklim tropik basah yang demikian,

dengan hanya terdapat dua musim saja, yaitu musim hujan dan musim kemarau, dapat

dipandang sebagai suatu kekayaan sumberdaya alam yang potensial untuk

mengembangkan budidaya pertanian. Karena termasuk wilayah tropik basah, potensi

sumberdaya air tawar Indonesia cukup besar, dan diperkirakan mencapai 350 ribu

mega cubic meter (MCM ). Menurut kajian makro, diperkirakan kebutuhan air

Indonesia pada tahun 2020 sekitar 82 ribu MCM (Pawitan et al., 1996). Walaupun

Indonesia mempunyai ketersediaan air yang besar, namun karena persebaran potensi

sumberdaya air dan jumlah kepadatan penduduk yang tidak merata antarwilayah,

antarpulau maupun antardaerah mengakibatkan keseimbangan antara ketersediaan air

di suatu pihak dengan kebutuhan air di lain pihak menjadi sangat bervariasi.

Dalam penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya air, persaingan antara sektor

pertanian dan sektor nonpertanian semakin tajam, terutama di wilayah yang relatif

padat penduduk dan terbatasnya sumberdaya air. Wilayah Pulau Jawa, Bali dan Nusa

Tenggara Barat merupakan wilayah padat penduduk yang membutuhkan sumber daya

air banyak, sedangkan ketersediaannya semakin terbatas. Pemanfaatan air juga

menjadi masalah untuk wilayah yang tidak terlalu padat atau penduduknya jarang,

tetapi ketersediaan sumber daya airnya sangat terbatas, yaitu wilayah dengan musim

kering yang relatif panjang di sebagian besar wilayah Timur/Tenggara Indonesia.

Menurut analisis yang dilakukan oleh Pawitan et al. (1996) dalam kurun waktu 1990 –

2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86

persen dari kebutuhan air total. Selain keterbatasan dalam jumlah atau volume air

Page 3: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

2  

yang dapat dimanfaatkan di daerah padat penduduk, masalah pencemaran sumber

daya air juga mengakibatkan kualitas air menurun, sehingga tidak/kurang layak untuk

dimanfaatkan.

Untuk mengatasi kekurangan air irigasi di musim kemarau, para petani di Jawa,

Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan telah lama

memanfaatkan irigasi kecil* dari air sadapan air sungai maupun air tanah. Terutama di

Jawa, penggunaan air tanah untuk irigasi semakin meluas terutama di daerah yang

telah beririgasi untuk menunjang diverifikasi tanaman, tetapi peran air tanah untuk

irigasi baru mencapai sekitar 2-3 persen dari luas areal sawah irigasi (Pasandaran,

1996). Masih rendahnya pemanfaatan irigasi kecil baik yang bersumber dari irigasi

pompa (yang sumber airnya dari air tanah maupun dari air permukaan) maupun irigasi

sederhana yang bersumber dari air permukaan (air sungai, danau/situ maupun mata

air) mempunyai peluang cukup besar untuk dikembangkan di masa yang akan datang.

Investasi irigasi kecil (termasuk irigasi pompa) dapat dipandang sebagai salah

satu peluang untuk meningkatkan intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi pertanian.

Investasi irigasi kecil dapat dipandang sebagai bagian dari upaya untuk menunjang

ketahanan pangan pada tingkat nasional, lokal dan rumahtangga petani. Kemampuan

investigasi irigasi kecil oleh swasta, kelompok tani, petani perorangan dan LSM perlu

terus didorong dan ditingkatkan sehingga mampu berperan dalam mendukung

pembangunan pertanian wilayah. Pada daerah daerah irigasi yang belum berkembang,

diharapkan Pemerintah lebih berperan sebagai pelopor dan motivator bagi

pengembangan irigasi kecil (Sudaryanto dan Hermanto, 1999).

Pengembangan irigasi kecil sebagai salah satu instrument kebijakan dalam

pembangunan pertanian berfungsi untuk mencapai sasaran antara dalam bentuk

perubahan pola tanam serta peningkatan intensitas tanam dan produktivitas dalam

rangka mendukung pencapaian sasaran akhir berupa peningkatan produksi pertanian

dan pendapatan petani. Pengembangan irigasi kecil dengan fungsi sebagai substitusi

*) Irigasi kecil yang dimaksud dalam kajian ini adalah sistim irigasi sederhana yang cakupan wilayahnya (oncorannya) < 500 ha baik bersumber dari air gravitasi (permukaan) maupun air irigasi pompa.

Page 4: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

3  

maupun sebagai suplesi irigasi gravitasi meningkatkan secara nyata luas lahan yang

digarap petani. Terjadinya peningkatan derajat ketersediaan air irigasi sebagai output

pengembangan irigasi kecil, cenderung membuat petani tetap memilih mengusahakan

padi bahkan mengganti komoditas nonpadi dengan padi, sehingga diversifikasi

pertanian kurang berkembang (Purwoto et al., 1999).

Dalam rangka meningkatkan produksi pangan dan sekaligus bertujuan untuk

mencapai peningkatan pendapatan petani, maka pengembangan dan investasi irigasi

kecil perlu terus didorong, sehingga dapat meningkatkan luas areal tanam yang

sekaligus menyumbangkan peningkatan ketahanan pangan. Diharapkan investigasi

irigasi kecil oleh swasta dalam hal ini bisa petani sendiri, pengusaha maupun lembaga

swadaya masyarakat (LSM) akan memberikan dampak terhadap peningkatan luas

tanam dan produksi tanaman pangan utama. Oleh karena itu perlu dipelajari berbagai

faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi irigasi kecil dan viabilitas finansial

sistim irigasi kecil berbasis investasi masyarakat.

Agar berkelanjutan, pengelolaan irigasi kecil memerlukan kelembagaan

pengelolanya yaitu kepengurusan dan anggota serta berbagai norma yang

menyertainya. Pranadji (2006) menyatakan bahwa para ahli ekonomi, ekologi, dan ilmu

sosial menempatkan tata nilai sebagai bagian penting modal sosial tatanan kehidupan

masyarakat dalam kaitannya dengan pengelolaan masyarakat dan lingkungannya.

1.2. Dasar Pertimbangan

Salah satu program utama Kementrian Pertanian dalam tahun 2010 – 2014

adalah pencapaian swasembada pangan pokok yaitu padi, jagung, kedele, gula dan

daging dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan. Pencapaian swasembada

pangan tersebut diupayakan melalui pemenuhan produksi domestik dengan

memanfaatkan semua sumberdaya yang dimiliki. Target pencapaian swasembada

pangan pokok ini berarti menyediakan pangan untuk memenuhi kebutuhan 240 juta

penduduk Indonesia yang setiap tahunnya bertambah. Salah satu sumberdaya penting

dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan pokok tersebut adalah ketersediaan lahan

dan air untuk produksi pangan (Kementrian Pertanian 2010).

Page 5: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

4  

Sejak 15 tahun terakhir, upaya peningkatan produksi padi belum optimal

terutama disebabkan oleh produktivitas dan stabilitas produksi yang masih rendah,

sehingga dapat dikatakan peningkatan produksi padi cenderung melandai. Rendahnya

peningkatan produksi padi ini karena menghadapi berbagai masalah, seperti

berkurangnya lahan sawah subur (konversi lahan untuk nonpertanian), prevaensi dan

intensitas cekaman biotik dan abiotik yang tinggi berhubungan dengan patahnya

keunggulan/superioritas gen-gen ketahanan varietas unggul baru (VUB), dan

peningkatan dinamika organisme pengganggu tanaman/OPT (Suprihatno, 2007).

Berkurangnya sumber air untuk irigasi karena daerah penangkapan air (daerah aliran

sungai/DAS) rusak serta penggunaan untuk nonpertanian dan terbatasnya air irigasi

yang disebabkan banyaknya prasarana irigasi yang rusak (Sumarno, 2011).

Dalam upaya mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan pangan

pokok (terutama padi) dan keberlanjutannya maka perlu dilakukan dengan dua

pendekatan sekaligus. Pendekatan pertama dari sisi permintaan adalah memacu

diversifikasi konsumsi pangan pokok, dengan menyediakan hasil pengolahan pangan

yang bervariasi dan menarik minat masyarakat luas, terutama karena ketersediaannya,

rasa, nilai gizi dan sosialisasi / promosi. Pendekatan kedua dari sisi penawaran, yang

berarti harus dapat meningkatkan produksi pangan secara kontinyu dan berkelanjutan.

Peningkatan produksi dapat ditempuh sekaligus melalui upaya peningkatan

produktivitas hasil dan peningkatan luas areal tanam, sehingga secara simultan akan

dapat meningkatkan produksi pangan (terutama padi) bagi memenuhi kebutuhan

masyarakat luas. Pendekatan pertama diharapkan dapat menurunkan pertumbuhan

konsumsi beras per kapita per tahun, yang dalam periode 2010 – 2014 dapat menurun

rata-rata sebesar 1,5 persen per tahun.

Peningkatan produksi pangan pokok, terutama padi dapat dilakukan dalam areal

lahan sawah beririgasi dan lahan sawah tadah hujan. Peningkatan produksi pada lahan

sawah tadah hujan dapat dilakukan melalui lahan sawah tadah hujan dan lahan sawah

tadah hujan yang memanfaatkan irigasi kecil. Umumnya produksi padi pada lahan

sawah tadah hujan hanya dapat ditanam padi satu kali setahun, yaitu pada musim

hujan, sedangkan pada musim berikutnya (musim kemarau) diusahakan tanaman

Page 6: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

5  

nonpadi, bisa palawija atau sayuran atau bera bila air hujan tidak mencukupi kebutuhan

tanaman. Pada lahan sawah tadah hujan yang dibantu dengan irigasi kecil dapat

meningkatkan intensitas tanam. Musim hujan menanam padi dan musim kemarau

(yang dibantu irigasi kecil) sebagian dapat diusahakan tanaman padi dan sebagian lagi

diusahakan tanaman palawija atau sayuran, bila air irigasi kecil tidak mencukupi untuk

kebutuhan pertanaman padi. Jadi diharapkan dengan menggunakan irigasi kecil pada

lahan tadah hujan, dapat meningkatkan areal tanam padi (terutama di musim kemarau)

dan areal tanaman nonpadi (palawija dan sayuran) di musim kemarau.

Pengembangan irigasi kecil pada lahan tadah hujan tergantung pada keuntungan

finansial yang diperoleh petani dan pengusaha pompa air irigasi. Bila keuntungan ini

cukup baik, maka diharapkan irigasi kecil pada lahan tadah hujan akan dapat

berkembang, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produksi padi dan tanaman

semusim lainnya (palawija dan atau hortikultura). Dengan mempelajari faktor-faktor

yang mempengaruhi pengembangan irigasi kecil, dapat diupayakan pengembangan

irigasi kecil pada lahan tadah hujan yang mempunyai potensi sumber daya air, baik air

tanah maupun air permukaan.

1.3. Tujuan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengembangan irigasi

berbasis investasi masyarakat pada agroekosistem lahan sawah tadah hujan. Secara

rinci tujuan penelitian adalah untuk:

1. Mengidentifikasi keragaan sistem irigasi kecil di lahan sawah tadah hujan.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan irigasi kecil

berbasis investasi masyarakat.

3. Menganalisis manfaat dari pengembangan irigasi kecil berbasis investasi

masyarakat.

4. Menyusun alternatif kebijakan pengembangan irigasi kecil berbasis investasi

masyarakat.

Page 7: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

6  

1.4. Keluaran Yang Diharapkan

Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan informasi yang diperlukan dalam

rangka mengembangkan irigasi kecil pada agroekosistem lahan sawah tadah hujan,

adapun keluaran yang diharapkan dari hasil pengkajian ini adalah :

1. Informasi keragaan sistem irigasi kecil pada lahan sawah tadah hujan

2. Informasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi irigasi kecil

di lahan sawah tadah hujan

3. Informasi faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas financial sistem irigasi

kecil.

4. Alternatif kebijakan pengembangan irigasi kecil berbasis investasi masyarakat.

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak

Terdapat dua manfaat langsung dari pengembangan irigasi kecil pada lahan

sawah tadah hujan. Pertama adalah peningkatan luas areal tanam padi dan non padi,

dan kedua, akibat dari tersedianya air irigasi kecil (termasuk irigasi pompa), maka

dapat diupayakannya intensifikasi usahatani yang dapat meningkatan produktivitas hasil

padi dan nonpadi pada lahan tadah hujan tersebut. Peningkatan luas areal tanam dan

peningkatan produktivitas hasil, diharapkan dapat meningkatkan atau berdampak pada

peningkatan pendapatan usahatani. Bila petani dan pengusaha pompa irigasi

memperoleh keuntungan finansial, maka melalui mekanisme pasar, dengan sendirinya

irigasi kecil pada lahan sawah tadah hujan (yang berpotensi cukup tersedianya sumber

air irigasi) akan berkembang dan berdampak terhadap peningkatan produksi serta

peningkatan ketahanan pangan nasional, lokal dan rumahtangga tani.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Degradasi sumberdaya air telah terjadi diberbagai belahan bumi, dan

merupakan hambatan besar dalam penyediaan pangan dunia. Seperti yang dikutip oleh

Rivai (2011) dari kesepakatan KTT X di Johannesburg (Bab II, paragraf 24)

menyatakan : Guna sesegera mungkin membalikkan kecenderungan degradasi

sumberdaya alam, perlu dilaksanakan berbagai strategi yang harus mencakup target

yang ditetapkan pada tingkat nasional, dan bilamana perlu pada tingkat regional, guna

Page 8: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

7  

melindungi ekosistem dan mewujudkan pengelolaan sumberdaya tanah, air dan

sumberdaya hayati secara terpadu, seraya memperkuat kemampuan regional, nasional

dan lokal.

Salah satu tolok ukur penting dalam kaitannya dengan pembangunan

berkelanjutan adalah pro-lingkungan hidup (pro-environment) atau keberlanjutan

ekologis. Tolok ukur ini dapat dinilai atau dievaluasi dengan berbagai indikator

kerusakan lingkungan sumberdaya alam sebagaimana yang diuraikan oleh Pranaji

(2005) berikut: (1) Terjadinya peningkatan pencemaran perairan di kawasan padat

penduduk yang menyebabkan masyarakat kecil mendapat musibah dan tidak mendapat

pembelaan yang wajar. (2) Perusakan hutan tropis akibat penebangan tidak terkendali

oleh pemegang HPH, pembakaran hutan untuk pembukaan lahan perkebunan dan

pertanian semusim, dan illegal logging, menunjukkan betapa lemahnya budaya

pengelolaan milik bersama (common property). (3) Terjadinya kerusakan sistem

hidrologi yang serius dalam satu kawasan DAS di berbagai tempat di Jawa,

mengakibatkan masyarakat kesulitan untuk memperoleh dan memanfaatkan air yang

dulunya “gratis” dan merupakan bagian dari milik bersama; dan (4) Terjadinya

pendangkalan waduk besar (Kedung Ombo, Karangkates, Jati luhur dan Gajah

Mungkur), kerusakan bantaran sungai, pelumpuran berat di muara sungai dan

penurunan kesuburan lahan di kawasan dataran tinggi dapat dipandang sebagai bagian

dari kerusakan lingkungan bertaraf nasional.

Berkaitan dengan hal tersebut, Sumaryanto (2001) menyatakan Paradigma

baru dalam pendayagunaan sumberdaya air pada prinsipnya adalah bagaimana

mendayagunakan sumberdaya tersebut secara bijaksana dengan cara mengedepankan

prinsip-prinsip pelestarian sumberdaya alam, demokrasi, dan efisiensi sedemikian rupa

sehingga kemakmuran dan keadilan yang tercipta dapat dinikmati oleh semua, untuk

generasi sekarang dan generasi mendatang. Oleh karena sektor pertanian merupakan

pengguna air terbanyak, perubahan paradigma tersebut mempunyai implikasi yang luas

terhadap strategi pendayagunaan sumberdaya air untuk pertanian, utamanya dalam

strategi pengembangan produksi pangan.

Page 9: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

8  

Pertumbuhan produksi pangan sangat ditentukan oleh ketersediaan air irigasi.

Sampai dengan dasawarsa 1990-an, dari seluruh lahan di dunia yang dapat digarap,

sekitar 237 juta hektare atau 18 persen diantaranya adalah lahan pertanian beririgasi

yang menghasilkan lebih dari 33 persen produk pertanian dunia. Dari keseluruhan areal

pertanian beririgasi itu, sekitar 71 persen berada di negara-negara berkembang,

dimana 60 persen diantaranya berlokasi di Asia (Postel, 1994 dalam Sumaryanto,

2006). Upaya peningkatan produksi pangan akan semakin terkendala dengan

meningkatnya kelangkaan air irigasi. Selain disebabkan oleh meningkatnya kompetisi

penggunaan air antarsektor perekonomian, juga disebabkan degradasi fungsi jaringan

irigasi. Sumaryanto (2006) memberikan jawaban terhadap tantangan dan

permasalahan tersebut dengan melakukan efisiensi penggunaan air irigasi. Upaya untuk

meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi dapat ditempuh melalui perbaikan

teknologi pemanfaatan air irigasi, menciptakan insentif ekonomi, dan rekayasa

kelembagaan. Ketiganya perlu dilakukan secara simultan. Pengembangan irigasi kecil

adalah merupakan salah satu perbaikan teknologi pemanfaatan air irigasi.

Seiring dengan makin langkanya air irigasi, peranan irigasi kecil dalam

pengembangan pertanian, khususnya tanaman pangan di Indonesia semakin penting.

Sampai tahun 1995 diperkirakan tak kurang dari 150 000 hektare lahan sawah

menggantungkan kecukupan air irigasinya dalam sistem irigasi pompa. Dari luasan

tersebut, tak kurang dari 75 persen berupa irigasi pompa yang dikembangkan sendiri

oleh petani dan kalangan swasta di perdesaan. Irigasi pompa swadaya masyarakat itu

dikembangkan atas dasar motif bisnis dan atau untuk memenuhi kebutuhan usahatani

garapan sendiri (Sumaryanto et al., 1999).

Pengembangan irigasi kecil (termasuk irigasi pompa) yang dilakukan oleh

petani dan swasta lebih banyak pada skala menegah dan kecil, sedangkan

pengembangan irigasi pompa yang dibantu oleh Pemerintah lebih banyak pada irigasi

pompa berskala menengah – besar. Sumber air irigasi yang digunakan oleh petani dan

swasta tersebut menggunakan air permukaan dan air tanah dangkal. Pengembangan

irigasi kecil (termasuk irigasi pompa) tidak hanya terbatas pada daerah-daerah yang

tidak terjangkau oleh irigasi gravitasi, tetapi juga didaerah persawahan beririgasi teknis.

Page 10: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

9  

Irigasi kecil dan irigasi pompa dapat bersifat substitusi dan suplesi atau konjungsi pada

sistim irigasi besar (seperti kasus di Irigasi Jati Luhur, banyak lahan sawahnya

memperoleh suplesi dari irigasi kecil yang sumber airnya dari sungai setempat).

Keduanya akan memberikan dampak yang berbeda terutama dalam peningkatan

intensitas tanam.

Dampak irigasi kecil dapat memberikan pengaruh tidak langsung terhadap

peningkatan produktivitas padi, karena ketersediaan air akan lebih baik yang

memungkinkan petani dapat melakukan intensifikasi dalam penggunaan input produksi.

Dengan kata lain, ketersediaan air irigasi yang cukup, maka unsur hara bagi tanaman

menjadi lebih tersedia. Pendapatan usahatani lahan beririgasi kecil merupakan sumber

utama pendapatan rumah tangga petani dengan pangsa antara 43 – 84 persen.

Kenyataan ini menggambarkan ketergantungan pendapatan rumah tangga terhadap

ketersediaan irigasi kecil. Risiko adanya gangguan terhadap ketersediaan sumber air

akan mempunyai implikasi yang luas kepada masyarakat pengguna air irigasi kecil

(Pasaribu dan Friyatno, 1999).

Hasil penelitian Hermanto et al., (1999), menyatakan bahwa sistem irigasi kecil

dengan nyata dapat mendukung peningkatan produksi pangan. Dengan sistem irigasi

kecil, intensitas tanam dapat ditingkatkan, sehingga merupakan perluasan areal panen

secara vertikal. Dalam kondisi dana pembangunan sangat terbatas untuk perluasan

areal tanam baru seperti saat ini, dipandang peranan investasi masyarakat dalam

pengembangan irigasi kecil dapat dikatakan sebagai terobosan yang layak. Terdapat

dua alasan penting mengapa irigasi kecil berbasis investasi masyarakat (IKBIM) layak

dikembangkan. Pertama adalah biaya investasi dapat dijangkau oleh masyarakat dan

manfaat yang dihasilkan (peningkatan produksi yang sekaligus juga peningkatan

pendapatan petani) bersifat cepat petik (quick yield).

Selain memerlukan modal fisik dan finansial, dalam mengelola barang publik

seperti IKBIM semacam ini diperlukan modal sosial. Modal sosial dapat diterangkan

secara sosiologis maupun ekonomis. Menurut Coleman (1988), terdapat dua aliran

pemikiran tentang modal sosial yaitu; (1) pendapat yang banyak dikaitkan dengan ahli

sosiologi tindakan yang diatur dengan norma-norma, peraturan dan berbagai

Page 11: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

10  

kewajiban, sehingga di sini dapat dijelaskan tindakan dalam konteks sosial dan

bagaimana tindakan tersebut dibentuk dengan berbagai kendalanya dan diarahkan

kembali dengan konteks sosial yang ada; dan (2) terkait dengan pendapat para ahli

ekonomi, bahwa seseorang maupun sekelompok orang dapat bertindak untuk suatu

tujuan dengan memaksimalkan utilitas.

Dengan kepemimpinan yang kuat, modal sosial dapat membangkitkan energi

sosial dalam pelaksanaan pembangunan, termasuk dalam pengembangan pengelolaan

IKBIM. Gambar 1 mengilustrasikan gambaran model Hubungan antara Budaya dan

Tata-nilai, Penguatan Modal Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan

IKBIM. Gambar tersebut menunjukkan bahwa selain faktor ilmu pengetahuan dan

teknologi, modal sosial yang merupakan bagian dari budaya dan tata nilai masyarakat,

akan menentukan baik-buruknya pengembangan IKBIM.

Portes (1998) juga menunjukkan bahwa selain modal sosial yang positif, juga

terdapat modal sosial negatif yang tentunya harus dihindari jika diinginkan pelaksanaan

pembangunan yang bermanfaat secara seimbang bagi semua lapisan masyarakat.

Selanjutnya Pranadji (2004) membuat perbandingan nilai-nilai yang mencerminkan

kemajuan VS keterbelakangan dari individu, komunitas kecil dan bangsa serta membuat

nilai-nilai komposit yang mencerminkan kemajuan VS keterbelakangan dari individu,

komunitas kecil dan bangsa. Nilai-nilai tersebut disajikan pada Lampiran 1.

Page 12: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

11  

 

 

 

 

Gambar 1. Model Hubungan antara Budaya dan Tata-nilai, Penguatan Modal Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Irigasi Kecil Berbasis Investasi Masyarakat (diadopsi dari Pranadji, 2006)

III. METODOLOGI

3.1. Kerangka Pemikiran

Pengembangan irigasi kecil merupakan alat kebijakan untuk mencapai tujuan

pembangunan pertanian, terutama dalam hal peningkatan produksi pangan dan

sekaligus upaya untuk meningkatkan pendapatan petani. Peningkatan produksi pangan

dapat dicapai melalui dua pendekatan, yaitu perubahan pola tanam (termasuk

peningkatan intensitas tanam) dan peningkatan produktivitas hasil. Pengembangan

Budaya dan Tata‐nilai Masyarakat 

 Modal Sosial

 Pengembangan 

IKBIM 

Ilmu Pengetahuan 

dan Pengelolaan 

IKBIM 

Teknologi dan Keterampilan Mengelola IKBIM 

Pemerintah atas Desa 

Masyarakat Lokal

IKBIM  Sistem Masyarakat 

Page 13: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

12  

kedua pendekatan tersebut untuk mencapai sasaran peningkatan produksi hasil dan

pendapatan petani.

Pemanfaatan air irigasi kecil, baik yang bersumber dari air tanah maupun air

permukaan dapat memberikan pasokan air irigasi hampir sepanjang tahun (tergantung

besarnya potensi sumber air), dengan ketersediaan air irigasi tersebut, akan

memberikan peluang fleksibilitas menentukan pola tanam, termasuk meningkatkan

intensitas tanam. Selain itu dengan ketersediaan air irigasi kecil, memberikan peluang

petani untuk melakukan intensifikasi usahatani sesuai dengan kebutuhan tanaman

(karena ketersediaan unsur hara tanaman lebih meningkat) sehingga produktivitas

hasil akan dapat ditingkatkan. Dengan luas tanam yang meningkat dan produktivitas

hasil juga meningkat, maka produksi hasil usahatani menjadi meningkat. Dengan harga

hasil yang optimal, diharapkan peningkatan produksi ini akan dapat meningkatkan

pendapatan usahatani, hal ini digambarkan dalam Lampiran 2.

Pengembangan irigasi kecil (terutama irigasi pompa) dari sudut pandang

investasi, dibedakan atas (1) irigasi kecil yang investasinya dilakukan oleh Pemerintah,

(2) irigasi kecil yang investasinya dilakukan oleh pengusaha swasta dan (3) irigasi kecil

yang investasinya dilakukan oleh petani sendiri. Sedangkan berdasarkan motivasi

pengembangan irigasi kecil swadaya masyarakat dapat dijadikan tiga kategori, yaitu (1)

untuk memenuhi kebutuhan lahan usahataninya sendiri (subsisten), (2) semi komersil

dan (3) komersil. Irigasi pompa yang bersifat komersial umumnya berupa irigasi

pompa air permukaan skala menengah dan besar. Struktur pasarnya adalah natural

monopoly ataupun natural oligopoly (Sumaryanto et al., 1999).

Petani mempunyai tingkat keswadayaan yang tinggi dalam investigasi irigasi

kecil, beberapa alasan kemandirian petani dalam mengembangkan investigasi irigasi

kecil sebagaimana yang diungkapkan oleh Saptana et al. adalah (1) salah satu cara

untuk mengurangi resiko usahatani; (b) pendukung utama keberhasilan usahatani

(karena sifatnya sebagai sumber air utama pada musim kemarau); (c) untuk

meningkatkan pendapatan usahatani dan (d) berkembangnya beberapa komoditas

komersial seperti cabe, tomat, semangka, melon dan lain sebagainya.

Page 14: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

13  

Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan irigasi kecil, secara global

dapat dibagi menjadi: (1) faktor agroekologi; (2) faktor teknologi budidaya dan

(3) faktor sosial ekonomi setempat. Termasuk faktor agrekologi adalah karakteristik

iklim, sumber air, tanah, dan kondisi fisik lahan. Sedangkan faktor teknologi budidaya

termasuk pengolahan tanah, varietas tanaman, pemeliharaan (termasuk pemupukan)

dan panen serta pascapanen. Faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap

pengembangan irigasi kecil adalah: (1) ketersediaan sarana dan prasarana (terutama

transportasi, jaringan irigasi dan pasar); (2) kebijakan pemerintah terutama yang

berkaitan dengan harga input dan output hasil pertanian, (3) kelembagaan yang terkait

dengan bisnis pertanian, seperti penyuluhan, pedagang input, pedagang output,

penangkar benih, jasa alsintan (termasuk traktor), permodalan, penguasaan

sumberdaya lahan dan manajemen.

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Kajian pengembangan irigasi berbasis investasi masyarakat pada agro ekosistem

lahan tadah hujan, difokuskan pada pengembangan irigasi kecil yang dikembangkan

oleh masyarakat, baik swasta maupun kelompok tani (petani). Irigasi kecil yang

dimaksud adalah jaringan irigasi kategori irigasi sederhana/irigasi pedesaan yang

cakupan luas jaringannya kurang dari 500 Ha. Terdapat dua sumber air yang biasa

digunakan untuk irigasi kecil, yaitu air permukaan (surface water) dan air tanah. Air

permukaan termasuk air limpasan hujan yang mengalir ke sungai atau danau/waduk,

sedangkan air tanah dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya, air tanah dangkal

dan air tanah dalam. Irigasi kecil dapat menggunakan semua sumber air tersebut, asal

kwalitas dan volume ketersediaannya layak untuk digunakan sebagai air irigasi. Pada

irigasi pompa, penggunaan (penyadapan) air tanah maupun air permukaan (level

permukaan air lebih rendah dari lahan tadah hujan) untuk irigasi dilakukan dengan cara

memompa air tersebut ke atas/penampungan, kemudian dengan memanfaatkan daya

gravitasi melalui saluran/jaringan irigasi, air didistribusikan ke lahan pertanian sesuai

dengan kebutuhan tanaman. Pada irigasi permukaan baik yang bersumber dari mata air

atau air sungai/danau (level permukaan air lebih tinggi dari lahan tadah hujan) dengan

Page 15: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

14  

memanfaatkan daya gravitasi dialirkan melalui jaringan/saluran irigasi ke lahan sawah

tadah hujan.

Berdasarkan skala usahanya, irigasi pompa dapat dibagi menjadi tiga kategori,

yaitu (1) irigasi pompa berskala besar, (2) irigasi pompa berskala menengah/sedang

dan (3) irigasi pompa berskala kecil. Menurut Hermanto et al. (1999), Luas oncoran

yang berskala besar > 15 ha, berskala menengah 5 – 15 ha dan yang berskala kecil , 5

ha. Karena penelitian ini lebih diutamakan pada pengembangan irigasi kecil (khususnya

irigasi pompa) dari swasta dan petani, kemungkinan besar lokasi penelitian akan

diperoleh pada pengembangan irigasi pompa berskala menengah dan skala kecil.

Karena umumnya yang berskala besar adalah pengembangan irigasi pompa bantuan

Pemerintah.

Faktor yang akan diidentifikasi mempengaruhi pengembangan irigasi kecil adalah

ketiga faktor tersebut diatas (1. faktor agroekologi; 2. faktor teknologi budidaya dan 3.

faktor sosial ekonomi (termasuk social capital). Tentunya tidak semua sub faktor akan

dikaji secara mandalam, tetapi subfaktor-subfaktor yang sangat berkaitan dengan

viabilitas finansial sistem irigasi kecil dan keswadayaan masyarakat yang akan

diprioritaskan untuk dikaji secara mendalam, sehingga dapat memberikan rekomendasi

untuk pengembangan irigasi kecil berbasis investasi masyarakat. Sedangkan untuk

mengetahui viabilitas finansial irigasi kecil dapat ditempuh melalui analisis kelayakan

usaha (Kadariah, 1988).

3.3. Bahan dan Metoda.

3.3.1. Lokasi Penelitian

Kajian pengembangan irigasi kecil berbasis investasi masyarakat pada agro

ekosistem lahan sawah tadah hujan akan dilakukan di tiga propinsi, yaitu propinsi Jawa

Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Pada masing-masing propinsi akan

ditentukan empat lokasi pengembangan irigasi kecil swadaya masyarakat, baik irigasi

kecil gravitasi maupun irigasi pompa (baik yang dikelola oleh swasta, maupun oleh

kelompok tani/perorangan).

Page 16: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

15  

3.3.2. Responden dan Sampling Rumahtangga Contoh

Populasi contoh adalah rumah tangga petani pengguna jasa pompa air dan

irigasi kecil. Masing-masing propinsi akan ditentukan satu kabupaten contoh yang

wilayahnya terdapat penggunaan irigasi kecil atau irigasi pompa. Selanjutnya dalam

satu kabupaten dipilih dua kecamatan yang dianggap representatif memiliki dua sampai

tiga lokasi pengembangan irigasi kecil, baik yang bersumber dari air pompa, maupun

dari air permukaan, baik yang dikelola oleh kelompok maupun swasta . Jumlah rumah

tangga contoh di masing-masing desa contoh disesuaikan dengan kondisi lahan masing-

masing desa. Untuk masing-masing provinsi diambil sampel sebanyak 40 rumahtangga

contoh sehingga secara keseluruhan terdapat 120 rumah tangga petani (Tabel 3.1).

Metode pengambilan contoh adalah stratified random sampling. Stratifikasi didasarkan

atas penggunaan pompa dan luas garapan di masing-masing desa lokasi penelitian

dengan memanfaatkan data dari Pengurus Kelompok Tani dan atau Aparat Desa yang

bersangkutan.

Dalam kajiian ini selain data kuantitatif dan kualitatif dari rumah tangga contoh

juga akan dikumpulkan data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari wawancara

kelompok. Data dan informasi di tingkat kabupaten diperoleh dari dinas terkait (Dinas

Pertanian, Badan Penyuluhan Pertanian, Dinas PU serta Pemda/Bappeda). Wawancara

kelompok (Diskusi Kelompok Terfokus/FGD) juga dilakukan di tingkat desa yang

mencakup kelompok tani, tokoh masyarakat dan aparat desa.

Tabel 3.1. Lokasi Penelitian dan Jumlah Contoh Rumah Tangga Petani

Provinsi Kabupaten Kecamatan Nama Desa Jumlah contoh Jawa Barat

A

A1 Desa 1 10 Desa 2 10

A2 Desa 1 10 Desa 2 10

Jawa Tengah

B

B1

Desa 1 10 Desa 2 10

B2 Desa 1 10 Desa 2 10

Nusa Tenggara Barat

C

C1 Desa 1 10

Desa 2 10 C2 Desa 1 10

Desa 2 10 Total 12 desa 120

Page 17: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

16  

3.3.3 Metoda Analisis

Viabilatas ekonomi merupakan terjemahan dari kata economic viability. Viabilitas

berasal dari kata dasar “viable”, yang pengertiannya adalah kemampuan secara

ekonomi untuk mempertahankan dan mengembangkan eksistensi secara mandiri

(Hermanto et al. 1999). Viability dipengaruhi oleh berbagai faktor, sebagaimana yang

diuraikan pada bagian terdahulu (Kerangka Pemikiran). Parameter yang digunakan

untuk mengukur viabiltas finansial adalah kelayakan (feasibility) finansial.

Analisis kelayakan finansial investasi ditujukan untuk melihat besar manfaat

dari korbanan yang dilakukan. Alat ukur yang dipergunakan adalah Net Present Value

(NPV), rasio peningkatan penerimaan manfaat dan peningkatan korbanan (∆B/∆C) dan

Financial Internal Rate of Return (FIRR). Perhitungan kelayakan finansial sebagai

berikut:.

a. Net Present Value (NPV)

Menghitung selisih besarnya nilai sekarang penerimaan (present value of benefit)

dari benefit dengan nilai sekarang pengeluaran (present value of cost).

∆Bt Ct

Keterangan :

NPV ≥ 0 usaha layak dilakukan

NPV ≤ 0 usaha tidak layak dilakukan

NPV = Net Present value

∆Bt = Pertambahan Penerimaan/Incremental Gross Benefit tahun ke t

∆Ct = Pertambahan Pengeluaran/Incremental Cost tahun ke t

r = tingkat bunga

t∆Bt    (1 + r)t Ct (1+ r)NPV = n

t=0

Page 18: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

17  

b. Incremental Benefit/Incremental Cost ratio (∆B/∆C)

Menghitung perbandingan (ratio) antara besarnya Pertambahan Penerimaan saat

ini (Increment Value of Benefit, ∆B) dengan Pertambahan Pengeluaran saat ini

(Incremental Present Value of Cost, ∆C).

Keterangan :

∆B/∆C ≥ 1 Usaha layak dilakukan

∆B/∆C < 1 Usaha tidak layak dilakukan

c. Financial Internal Rate of Return (FIRR)

Menghitung besarnya tingkat bunga pada saat NPV=0 atau pada saat B/C = 1

Keterangan :

FIRR > r (bunga yang berlaku) Usaha layak dilakukan

FIRR < r (bunga yang berlaku) Usaha tidak layak

NPV1 = NPV positif

NPV2 = NPV negatif

d. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas ditujukan untuk melihat kepekaan dari hasil analisis finansial

yang diuraikan di atas terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi. Beberapa

variabel yang diduga berpengaruh besar terhadap viabilitas finansial adalah tingkat

produktivitas hasil, harga bahan bakar (biaya pengelolaan) dan harga output.

n

t=0 ∆B/∆C =

Bt

(1 + r)t Ct

(1 + r)t n

t=0

FIRR = NPV1

(r1 - r2) r1 + NPV1 - NPV2

Page 19: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

18  

Dipandang dari segi bisnis, pengelolaan irigasi kecil dapat dibagi menjadi dua

kategori, yaitu :

1. Pengelolaan irigasi kecil adalah bagian integral dari sistem usahatani, sehingga

semua biaya operasional irigasi kecil menjadi bagian dari biaya usahatani. Kondisi

ini bisa terjadi pada irigasi kecil, baik sumber air irigasinya dari pompa maupun dari

air permukaan dimana operasional pompa dilakukan oleh petani penggarap.

2. Pengelolaan irigasi kecil terpisah dari sistem usahatani, sehingga operasional irigasi

kecil berdiri sendiri sebagai pemasok jasa penyedia air irigasi kepada para petani

yang memakai air irigasi kecil (pengelola irigasi kecil sebagai unit usaha jasa

penyedia air irigasi). Sehingga pengguna air irigasi akan membayar biaya

penyediaan air irigasi kepada pengelola air irigasi. Kategori ini akan ditemui pada

irigasi pompa sampai skala menengah. Pada kategori kedua, selain menganalisis

viabilitas unit usaha penyedia air irigasi, juga akan dianalisis keuntungan dari

pemakai jasa air irigasi pompa.

Untuk melihat modal sosial ada dua analisis data yang akan digunakan sesuai

dengan yang diterapkan oleh Pranadji (2006) yaitu (1) Analisis Pengelolaan Irigasi Kecil

Berbasis Investasi Masyarakat dan (2) Analisis Peranan Faktor Sosio-budaya. Pada

Analisis Pengelolaan Irigasi Kecil Berbasis Investasi Masyarakat akan dirinci menjadi

empat bagian analisis yaitu: (i) analisis eksploitasi terhadap irigasi kecil berbasis

investasi masyarakat; (ii) analisis hubungan antara ekonomi petani dan pemeliharaan

irigasi kecil berbasis investasi masyarakat; (iii), analisis hubungan antara dinamika

masyarakat di lokasi penelitian pada bidang keorganisasian ekonomi, ketenaga-kerjaan,

alih pengetahuan dan keterampilan serta pemerintahan, dengan pemeliharaan irigasi

kecil berbasis investasi masyarakat setempat; dan (iv) analisis perkembangan advokasi

dan penyadaran masyarakat dalam pengelolaan irigasi kecil berbasis investasi

masyarakat pada kategori komunitas, pelaku pasar, politik dan pemerintah.

Pada analisis kedua yaitu Analisis Peranan Faktor Sosio-budaya untuk melihat

faktor sosio-budaya tertentu yang dinilai berpengaruh besar terhadap perbaikan

pengelolaan irigasi kecil berbasis investasi masyarakat di lokasi penelitian. Beberapa

aspek sosio-budaya yang akan dianalisis secara kualitatif dalam penelitian ini adalah:

Page 20: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

19  

(i) kompetensi petani (ii) tata-nilai apa saja yang memberikan dukungan terhadap

perbaikan pengelolaan irigasi kecil berbasis investasi masyarakat di lokasi penelitian;

(iii) kepemimpinan efektif dan diterima pada kehidupan masyarakat pedesaan di lokasi

penelitian yang terkait dengan perbaikan pengelolaan irigasi kecil berbasis investasi

masyarakat; dan (iv) sejauh mana struktur sosial, keorganisasian dan manajemen

kehidupan kolektif masyarakat pedesaan memberikan dukungan terhadap perbaikan

dan pengembangan pengelolaan irigasi kecil berbasis investasi masyarakat.

IV. ANALISIS RISIKO

Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 berikut menyajikan kemungkinan risiko yang dihadapi

dalam pelaksanaan pengkajian “Pengembangan Irigasi Berbasis Investasi Masyarakat

Pada Agroekosistem Lahan Tadah Hujan” serta penanganannya.

Tabel 4.1. Daftar risiko yang mungkin terjadi

No. Risiko Penyebab Dampak

1. Terjadinya pemotongan (efisiensi) anggaran penelitian

Kebijakan institusi dalam penghematan dana/anggaran

Sampel atau aspek kajian berkurang

2. Lokasi penelitian tidak kondusif untuk melakukan survey (pengumpulan data)

Adanya instabilitas politik dan keamanan nasional dan atau situasi ketertiban dan keamanan di lokasi penelitian

Proses pengumpulan data primer terhambat

3. Adanya penundaan kegiatan kebijakan pemerintah terkait dengan realokasi anggaran untuk mengatasi situasi darurat

Proses dan jadwal kegiatan penelitian mundur

Page 21: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

20  

Tabel 4.2. Daftar Penanganan terhadap risiko yang mungkin muncul

No. Risiko Penyebab Penanganan Risiko

1. Terjadinya pemotongan anggaran penelitian

Kebijakan institusi dalam penghematandana/anggaran

Perancangan anggaran disesuaikan dengan dana tersedia

2. Lokasi penelitian tidak kondusif untuk melakukan survey (pengumpulan data)

Adanya instabilitas politik dan keamanan nasional dan atau situasi ketertiban dan keamanan di lokasi penelitian

Mengantisipasi risiko yang timbul dalam kaitannya dengan ketertiban dan keamanan di lokasi penelitian, yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan adanya lokasi pengganti berdasarkan atas justifikasi ilmiah agar kualitas hasil penelitian dapat dipertahankan

3. Adanya penundaan kegiatan

Kebijakan pemerintah terkait dengan realokasi anggaran untuk mengatasi situasi darurat

Perancangan kerangka acuan kajian yang berhubungan dengan kondisi dan situasi darurat (dikoordinasikan oleh institusi).

V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN

5.1. Tim Pelaksana

Penelitian/kajian ini dilaksanakan oleh tim peneliti seperti pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Susunan Tim Peneliti.

No Nama Fungsional Peneliti/ Bidang Keahlian Status

1 Rudy S. Rivai Peneliti Madya/Ekonomi Pertanian

Ketua Tim

2 Herman Supriadi Peneliti Utama/ Sistem Usaha Pertanian

Anggota

3 Bambang Prasetyo Peneliti Pertama/Ekonomi Pertanian

Anggota

4 Rita Nur Suhaeti Peneliti Madya/Sosial Budaya Pertanian

Anggota

5 Tri Bastuti Purwantini Peneliti Muda/Ekonomi Pertanian

Anggota

6 Djoko Triono Pranata Komputer Penyelia/Programmer

Anggota

Page 22: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

21  

5.2. Jadwal Pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan kegiatan terangkum dalam Tabel 10.

Tabel 10. Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian

Jenis Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

1. Pembuatan Proposal : - Penulisan Proposal - Eksplorasi kriteria dan

indikator berdasarkan kompilasi awal dari berbagai sumber yang relevan

xxx xxx

2. Inventarisir, Kompilasi Data dan Informasi pada tingkat Pusat : Data Sekunder, Hasil Penelitian dan kajian sebelumnya dan wawancara Responden Tingkat Pusat.

xx xxx xxx

3. Inventarisir, Kompilasi Data Pada Tingkat Lapangan - Survey pada Lokasi

Propinsi, Kabupaten terpilih.

xxx xxx xxx xxx

xxx xxx

4. Pengolahan Data dan Informasi yang terdiri dari : - Validasi data - Entri Data - Pengelompokan data - Pengolahan data sesuai

Metode yg dipilih

xx xx xxx xxx

xxx xxx xxx

5. Analisis dan Kajian Data : Mapping dan Analisis.

xx xxx xxx

6. Penulisan Draft Laporan Akhir xx xxx xxx

7. Penyusunan Makalah dan Pelaksanaan Seminar Akhir

xxx

8. Perbaikan Laporan Akhir xxx

xxx

9. Penggandaan Laporan

xxx

Page 23: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

22  

DAFTAR PUSTAKA

Coleman, J. S. 1988. Social Capital in the Creation of Human Capital. AJS, Vol. 94. Supplement S95-S120. University of Chicago.

Kementrai Pertanian 2010. Rencana Strategis Kementrian Pertanian 2010 – 2014. Kementrian Pertanian. Jakartra

Kadariah. 1988. Evaluasi Proyek Pendekatan Analisis Ekonomi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Edisi ke dua. Jakarta.

Pasandaran, E. 1996. Nilai Ekonomi Air dalam rangka Menghadapi Era Baru Pengelolaan Sumbaer daya Air. Prosiding seminar nasional Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia, Perhimpunan Agronomi Indonesia, dan Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia bekerja sama dengan Lembaga ketahanan Nasional, Jakarta.

Pawitan, H. et al. 1996. Implementasi pendekatan strategis dan taktis gerakan hemat air. Prosiding seminar nasional Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia, Perhimpunan Agronomi Indonesia, dan Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia bekerja sama dengan Lembaga ketahanan Nasional, Jakarta.

Portes, A. 1998. Social Capital: Its Origins and Applications in Modern Sociology. Annu. Rev. Sociol. 1998, 24:1-24. Department of Sociology, Princeton University, Princeton, New Jersey.

Pranadji, T. 2004. Perspektif Pengembangan Nilai-nilai Sosial Budaya Bangsa. Analisis Kebijakan Pertanian (AKP), Vol. 2. No. 4. Des 2004: 324-339. Pusat Penelitan dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Pranadji, T. 2005. Keserakahan, Kemiskinan dan Kerusakan Lingkungan : Pintu Gerbang Pencermatan dan Penguatan Nilai-Nilai Budaya Indonesia Pada Milenium ke-3. Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 3, Nomor 4. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Page 24: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

23  

Pranadji, T. 2006. Model Permberdayaan Masayarakat Pedesaan untuk Pengelolaan Agroekosistem Lahan tadah hujan: Studi Penguatan Modal Sosial dalam Desa-desa (Hulu DAS) Ex Proyek Bangun Desa, Kabupaten Gunungkidul dan Ex-Proyek Pertanian Lahan tadah hujan, Kabupaten Boyolali. Dissertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Purwoto. A, A. Zulham. Dan T B Purwantini, 1999. “Dampak Pengembangan Iirgasi Pompa Terhadap Peningkatan Produksi Pertanian dan Pendapatan Petani” dalam Prosiding “Perspektif Keswadayaan Petani dalam Pengembangan Irigasi kecil” , Kerjasama Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian dengan Ford Foundation, Jakarta.

Rivai, R S dan Anugrah, I S. 2011. Konsep dan Implementasi Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi, volume 29, no. 1, Juli 2011. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Sahat M Pasaribu dan Supena Friyatno. 1999. Peranan Petani dan Swasta dalam Pengembangan Irigasi kecil. Prosiding “Perspektif Keswadayaan Petani dalam Pengembangan Irigasi kecil” , Kerjasama Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian dengan Ford Foundation, Jakarta.

Saptana, Hendiarto, Sunarsih dan Sumaryanto. 2001. Tinjauan Historis dan Perspektif Pengembangan Kelembagaan Irigasi di Era Otonomi Daerah. Forum Penelitian Agro Ekonomi, volume 19, no. 2, Desember 2001. Pusat penelitian dan pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Sudaryanto T dan Hermanto, 1999. Kebijakan Investasi Irigasi kecil di Indonesia dalam Prosiding “Perspektif Keswadayaan Petani dalam Pengembangan Irigasi kecil” , Kerjasama Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian dengan Ford Foundation, Jakarta.

Sumaryanto, Hermanto, dan S. Bahri, 1999. Kinerja Pasar Air irigasi kecil : “Studi Empiris pada Sistem Irigasi kecil Air Permukaan di Beberapa Wilayah Perdesaan Indonesia” dalam Prosiding “Perspektif Keswadayaan Petani dalam Pengembangan Irigasi kecil” , Kerjasama Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian dengan Ford Foundation, Jakarta.

Sumaryanto dan T. Sudaryanto. 2001. Perubahan Paradigma Pendayagunaan Sumberdaya Air dan Implikasinya Terhadap Strategi Pengembangan Produksi

Page 25: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

24  

Pangan. Forum Penelitian Agro Ekonomi, volume 19, no. 2, Desember 2001. Pusat penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Sumaryanto. 2006. Peningkatan Efisiensi Penggunaan Air irigasi Melalui Penerapan Iuran Irigasi Berbasis Nilai Ekonomi Air Irigasi. Forum Penelitian Agro Ekonomi, volume 24, no. 2, Desember 2006. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Page 26: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

25  

Lampiran Tabel 1. Perbandingan Nilai-nilai yang Mencerminkan Kemajuan dan Keterbelakangan Suatu Individu, Komunitas Kecil dan Desa

Nilai-nilai Kemajuan

Tingkatan Pelaku Sosial

Nilai-nilai Terbelakang

Individu/ keluarga

Dukuh/ Kampung

Desa

Rasa malu & harga diri Rai gedheg & rendah diri

Kerja keras Kerja lembek

Rajin & disiplin Malas & seenaknya

Hidup hemat & produktif Boros & konsumtif

Gandrung inovasi Resisten inovasi

Menghargai prestasi Askriptif/primordial

Sistematik & terorganisir Acak & difuse

Empati tinggi Antipati tinggi

Rasional/impersonal Emosional/personal

Sabar dan syukur Pemarah dan penuntut

Amanah (highly trusted) Tidak bisa dipercaya

Visi jangka panjang Visi jangka pendek

Sumber: Pranadji, 2004

Page 27: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

26  

Lampiran 2.

 

                                                                             

Produksi hasil    Harga hasil 

 

Luas Areal Tanam    Produktivitas 

 

Lahan    Intensitas Tanam    Air Irigasi    Pupuk    Pemeliharaan   Pengolahan Lahan    Varietas Unggul 

 

Jaringan Irigasi    Mesin Pompa    Sumber Air Irigasi 

 

Air Tanah    Air Permukaan

 

Diagram Peningkatan Produksi dan Pendapatan Usahatani Berbasis Irigasi kecil Swadaya Masyarakat.

Pendapatan Usahatani 

Page 28: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

27  

PROPOSAL PENELITIAN OPERASIONAL TA. 2013

KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS INVESTASI MASYARAKAT PADA AGROEKOSISTEM

LAHAN TADAH HUJAN

Oleh:

Rudy Sunarja Rivai Herman Supriadi

Bambang Prasetyo Rita Nur Suhaeti

Tri Bastuti Purwantini Djoko Trijono

PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

2013

Page 29: KAJIAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERBASIS ...2020 pangsa kebutuhan air untuk pertanian akan menurun dari 92 persen menjadi 86 persen dari kebutuhan air total. ... Terutama di Jawa, penggunaan

28