kajian metode analisis biaya manfaat hasil litbang

31
Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang 1 EXECUTIVE SUMMARY TAHUN ANGGARAN 2011 KAJIAN METODE ANALISIS BIAYA MANFAAT HASIL LITBANG

Upload: nashril-abdillah

Post on 02-Jan-2016

285 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

1

EXECUTIVE SUMMARY

TAHUN ANGGARAN 2011

KAJIAN METODE ANALISIS BIAYA MANFAAT HASIL LITBANG

Page 2: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

2

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan Peraturan Menteri PU No.08 tahun 2010 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas melakukan penelitian dan pengembangan di bidang pekerjaan

umum. Sesuai tugasnya, Badan Penelitian dan Pengembangan melalui Pusat–Pusat Penelitian dan Pengembangannya telah banyak menghasilkan inovasi teknologi baik di bidang Sumber Daya Air, Jalan dan Jembatan, maupun Permukiman.

Berdasarkan proses penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan suatu teknologi, terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui. Tahapan tersebut dimulai

dengan melakukan penelitian, pengembangan, dan penerapan yang menghasilkan prototipe teknologi. Prototipe teknologi tersebut kemudian diuji coba skala

lapangan pada lokasi-lokasi yang memenuhi kriteria tertentu. Uji coba skala lapangan dimaksudkan agar penemu teknologi mengetahui besarnya biaya yang

dibutuhkan jika teknologi tersebut akan direplikasi, mengetahui kelemahan dan keunggulan teknologi tersebut pada saat diterapkan skala lapangan, mengetahui kesesuaian teknologi dengan karakteristik para penggunanya, dan juga

mengetahui apakah teknologi tersebut memberikan manfaat yang besar bagi para penggunanya. Berbagai pengetahuan yang didapatkan dari hasil uji coba skala

lapangan, kemudian dijadikan umpan balik bagi para penemu teknologi untuk melakukan penyesuaian, pengembangan, dan inovasi, sehingga dari sisi biaya

dapat diminimalkan, dan sebaliknya dari sisi manfaat dapat dimaksimalkan. Dengan memaksimalkan manfaat dan meminimalkan biaya penerapan teknologi,

maka teknologi tersebut layak secara sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk diterapkan skala luas oleh para pengguna.

Meskipun teknologi tersebut telah melalui tahapan yang panjang dalam

penciptaannya, kenyataan di lapangan, belum semua inovasi teknologi yang telah dihasilkan dapat diterapkan skala luas oleh para pengguna. Menurut hasil kajian

yang telah dilakukan Puslitbang Permukiman pada tahun 2006, beberapa kendala yang menghambat penerapan teknologi skala luas (khususnya teknologi bidang

permukiman) antara lain:

Terdapat beberapa produk yang memiliki fungsi sama dengan teknologi

yang dihasilkan

Teknologi yang dihasilkan kurang sederhana, tidak mudah untuk dipahami

dan dimanfaatkan oleh para pengguna

Harga jual teknologi tidak sesuai dengan daya beli masyarakat

Kurangnya dukungan dari para pemangku kepentingan pada saat uji coba skala lapangan

Tidak terprogramkannya pelatihan untuk OP pada saat uji coba skala lapangan

Kondisi tersebut di atas dimungkinkan terjadi karena penemu teknologi belum maksimal dalam melakukan evaluasi terhadap manfaat penerapan teknologi yang

telah diuji coba skala lapangan tersebut. Kemungkinan lain karena belum dilakukannya analisis terhadap biaya manfaat penerapan teknologi hasil litbang

setelah teknologi tersebut diuji coba skala lapangan. Akibatnya belum ada justifikasi dari para penemu teknologi bahwa teknologi tersebut layak secara sosial

ekonomi lingkungan untuk diterapkan secara luas oleh para pengguna.

Page 3: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

3

Untuk itu diperlukan suatu kajian yang dapat merumuskan komponen biaya dan

manfaat penerapan teknologi hasil litbang beserta metode penghitungan dan analisisnya secara lebih terstruktur. Dengan terstrukturnya rumusan indikator dan

parameter tersebut, para penemu teknologi dapat melakukan evaluasi terhadap manfaat penerapan teknologi bagi para pengguna.

1.2 Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang tersebut, mengimplikasikan suatu pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana rumusan komponen biaya dan manfaat penerapan teknologi hasil litbang Balitbang Kementerian PU?

b. Bagaimana cara menghitung dan menganalisis biaya manfaat penerapan teknologi hasil litbang Balitbang Kementerian PU?

1.3 Tujuan

Tujuan dilakukannnya kajian ini adalah:

a. Merumuskan komponen biaya dan manfaat penerapan teknologi hasil litbang Balitbang Kementerian PU

b. Melakukan penghitungan dan analisis biaya manfaat penerapan teknologi

hasil litbang Balitbang Kementerian PU.

1.4 Keluaran

Keluaran dari kajian ini adalah:

a. Komponen biaya dan manfaat penerapan teknologi hasil litbang Balitbang

Kementerian PU

b. Metode analisis biaya manfaat penerapan teknologi hasil litbang Balitbang

Kementerian PU

1.5 Hasil

Dengan terumuskannya metode analisis biaya manfaat hasil litbang, diharapkan

dapat digunakan oleh masing-masing Puslitbang sebagai alat dalam melakukan evaluasi terhadap manfaat penerapan teknologi hasil litbang yang sudah diuji

coba skala penuh di lapangan. Selanjutnya, metode analisis biaya manfaat hasil litbang tersebut dapat pula dikembangkan jika terdapat teknologi hasil litbang

yang karakteristiknya jauh berbeda dengan karakteristik teknologi yang sesuai dengan metode analisis biaya manfaat yang telah dirumuskan kajian ini.

1.6 Manfaat

Dengan menggunakan metode analisis biaya manfaat hasil litbang yang telah dirumuskan ini, diharapkan setiap teknologi hasil litbang yang telah diuji coba skala

penuh di lapangan oleh masing-masing Puslitbang, dapat dihitung dan dianalisis biaya dan manfaatnya. Dengan hasil penghitungan tersebut, penemu teknologi

dapat melakukan penyesuaian, pengembangan, dan inovasi, sehingga dari sisi biaya dapat diminimalkan, dan sebaliknya dari sisi manfaat dapat dimaksimalkan.

Dengan memaksimalkan manfaat dan meminimalkan biaya penerapan teknologi, maka teknologi tersebut layak secara sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk

diterapkan skala luas oleh para pengguna.

Page 4: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

4

2 LANDASAN TEORITIS

2.1 Pengertian Analisis Biaya Manfaat (Cost Benefit Analysis)

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan analisis biaya manfaat? Analisis biaya manfaat adalah sebuah pendekatan dengan prosedur yang sistematis untuk

membandingkan serangkaian biaya dan manfaat yang relevan, dengan sebuah aktivitas atau proyek. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah secara akurat membandingkan kedua nilai, manakah yang lebih besar. Selanjutnya dari hasil

pembandingan ini, pengambil keputusan dapat mempertimbangkan untuk melanjutkan suatu rencana atau tidak dari sebuah aktivitas, produk atau proyek,

atau dalam konteks evaluasi atas sesuatu yang telah berjalan, adalah menentukan keberlanjutannya.

Senada dengan pengertian di atas, William N. Dunn (2000) menyatakan bahwa analisis biaya manfaat adalah suatu pendekatan untuk rekomendasi kebijakan

yang memungkinkan analis membandingkan dan menganjurkan suatu kebijakan dengan cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total keuntungan dalam bentuk uang. Analisis biaya manfaat selain dapat digunakan untuk

merekomendasikan tindakan kebijakan, dapat juga digunakan untuk mengevaluasi kinerja kebijakan.

Analisis biaya manfaat telah lama digunakan dalam berbagai jenis program dan proyek publik yang berbeda-beda. Ketika dipakai untuk membuat rekomendasi di

sektor publik, analisis biaya manfaat memiliki beberapa ciri khusus subagai berikut:

Analisis biaya manfaat berusaha mengukur semua biaya dan manfaat untuk

masyarakat yang kemungkinan dihasilkan dari program publik, termasuk berbagai hal yang tidak terlihat yang tidak mudah untuk diukur biaya dan

manfaatnya dalam bentuk uang.

Analisis biaya manfaat secara tradisional melambangkan rasionalitas

ekonomi, karena kriteria sebagian besar ditentukan dengan penggunaan efisiensi ekonomi secara global. Suatu kebijakan atau program dikatakan

efisien jika manfaat bersih (total manfaat dikurangi total total biaya) adalah lebih besar dari nol dan lebih tinggi dari manfaat bersih yang mungkin dapat dihasilkan dari sejumlah alternatif investasi lainnya di sektor swasta dan

publik.

Analisis biaya manfaat secara tradisional menggunakan pasar swasta

sebagai titik tolak di dalam memberikan rekomendasi program publik.

Analisis biaya manfaat kontemporer, sering disebut analisis biaya manfaat

sosial, dapat juga digunakan untuk mengukur pendistribusian kembali manfaat.

Beberapa kekuatan analisis biaya manfaat adalah:

Biaya dan manfaat diukur dengan nilai uang, sehingga memungkinkan analis

untuk mengurangi biaya dari manfaat.

Analisis biaya manfaat memungkinkan analis melihat lebih luas dari kebijakan

atau program tertentu, dan mengaitkan manfaat terhadap pendapatan masyarakat secara keseluruhan.

Analisis biaya manfaat memungkinkan analis membandingkan program secara luas dalam lapangan yang berbeda.

Beberapa keterbatasan analisis biaya manfaat adalah:

Page 5: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

5

Tekanan yang terlalu eksklusif pada efisiensi ekonomi, sehingga kriteria

keadilan tidak dapat diterapkan

Nilai uang tidak cukup untuk mengukur daya tanggap (responsiveness) karena

adanya variasi pendapatan antar masyarakat.

Ketika harga pasar tidak tersedia, analis harus membuat harya bayangan

(shadow price) yang subyektif sifatnya.

Dalam lingkup ekonomi publik, cost and benefit analysis (CBA) adalah kumpulan dari

prosedur yang dipergunakan untuk mengarahkan belanja publik menuju tujuannya. Inti dari CBA adalah mengevaluasi nilai akhir dari sebuah proyek publik dan

memberikan arah apakah sebuah proyek kemudian layak dijalankan atau tidak. Sedikit berbeda atau perlu perluasan dari analisis biaya manfaat dalam konteks

aktivitas swasta, analisis biaya manfaat untuk aktivitas pemerintah seringkali berorientasi kepada kesejahteraan dan bukan nilai profit semata. Untuk itu para

ekonom seperti Little dan Mirrlees (1969, 1974) memperkenalkan konsep perluasan ini dengan istilah social cost and benefit.

Dalam studi ini, kajian akan difokuskan pada identifikasi manfaat, biaya, dan

analisis manfaat biaya atas produk hasil penelitian dan pengembangan di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum.

Untuk itu, kategori dari analisis biaya manfaatnya termasuk dalam lingkup proyek publik. Dan untuk itu, sesuai dengan konsep social cost and benefit terdapat

beberapa aturan dalam memberikan penilaian atas harga atau biaya, diantaranya adalah aturan harga bayangan (shadow price).

2.2 Aturan Nilai Pasar vs Shadow Price

Menurut Stiglitz (2000), analisis CBA untuk proyek swasta dijalankan dengan kerangka pikir penentuan nilai profit bersih (net profit) atas sebuah proyek pada

periode tertentu. Hal ini dilakukan dengan memperhitungkan setiap biaya dari input dan penerimaan dari output berdasarkan nilai pasar (market price). Apabila

proyek tersebut melibatkan waktu dengan jangka yang cukup lama, maka perhitungan atas nilai profit bersih tersebut melibatkan discount factor.

Sedikit berbeda dengan analisis proyek swasta, proyek publik memperhitungkan aspek yang lebih luas. Secara konseptual, pemerintah mempergunakan nilai yang

berbeda dengan swasta dalam menghitung biaya dan benefit dari sebuah proyek karena bagi pemerintah nilai pasar belum tentu mencerminkan biaya dan manfaat marjinal yang sesungguhnya. Dalam hal ini dalam pengadaan barang atau proyek

publik, pemerintah terlibat dengan instrumen pembiayaan publik seperti pajak.

Misalnya jika sebuah input dikenakan pajak penjualan, apakah pembelian

pemerintah atas input tersebut akan dihitung berdasarkan harga pasar? Ketika ada pajak, pada dasarnya ada dua jenis harga, harga yang dibayar oleh konsumen

dan harga yang diterima oleh produsen. Pada kasus ini, skenario tentang harga yang pantas untuk dibayar pemerintah tergantung kondisi pasar. Jika pembelian

pemerintah tadi terjadi saat produksi naik, maka biaya sosial dari pembelian input tadi adalah harga produsen. Namun jika kondisinya adalah tidak ada kenaikan produksi maka biaya sosial dari pembelian input tersebut lebih sesuai berdasarkan

harga konsumen karena ketika tidak ada kenaikan produksi konsumsi pemerintah akan mengurangi jatah bagi konsumen. Kedua skenario harga bagi pemerintah ini

dikenal sebagai shadow price.

Page 6: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

6

2.3 Analisis Kelayakan Investasi

Perhitungan biaya dan manfaat dari suatu penerapan teknologi dapat menggunakan pendekatan analisis kelayakan suatu investasi, baik investasi swasta

maupun sektor publik. Analisis kelayakan investasi digunakan sebagai alat untuk menentukan suatu proyek dengan mempertimbangkan biaya yang akan atau sudah

dikeluarkan dan besarnya manfaat yang akan atau sudah diterima. Hal yang harus diperhitungkan berkaitan dengan biaya dan manfaat proyek adalah time value of money, yaitu nilai uang dalam waktu yang berbeda tidak sama. Time value of

money muncul karena adanya ekspektasi keuntungan dari suatu aset apabila diinvestasikan pada berbagai alternatif investasi. Oleh karena adanya beberapa

alternatif investasi dari suatu aset maka muncullah konsep biaya kesempatan (opportunity cost), yang dijadikan dasar dalam perhitungan tingkat bunga diskonto

dan penggandaan. Opportunity cost dari penggunaan uang biasanya disebut sebagai opportunity cost of capital (OCC) yang biasa dinyatakan dalam persentase

per tahun.

Oleh karena pentingnya mengetahui perhitungan OCC dalam analisis kelayakan investasi, maka pada bagian ini akan dibahas terlebih dahulu metode

perhitungannya sebelum melakukan analisis kriteria investasi.

2.3.1 Metode Penghitungan Opportunity Cost

a. Present value (nilai sekarang)

Nilai saat ini dari suatu jumlah uang dimasa depan atau arus kas pada suatu

tingkat pengembalian tertentu. arus kas di masa depan didiskonto pada tingkat diskonto tertentu, dan semakin besar tingkat diskonto, maka semakin

kecil nilai saat ini.

Time line:

Formula:

PV = FV [1 / (1+r)t ] PV: Present Value

FV: Future Value r: OCC

b. Future value (nilai di masa depan)

Nilai dari suatu aset atau uang pada suatu tanggal tertentu di masa depan

yang nilainya ekuivalen dengan suatu jumlah tertentu sekarang.

Time line:

Sekarang = 01 2 3

?Rp. 1

juta

Sekarang = 0 1 2 3

?Rp. 1,-

4 5

Page 7: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

7

Formula:

FV = PV [(1+r)t ]

PV: Present Value FV: Future Value

r: OCC

c. Anuitas (annuity factor)

Anuitas dalah suatu seri dari suatu pembayaran atau penerimaan yang tetap yang terjadi pada interval waktu yang sama. Anuitas bisa dalam Present

Value maupun Future Value.

Present Value of Annuity:

Time line:

Formula:

PVA= A [(1+r)n -1] / r(1+r)n

Future Value of Annuity:

Time line:

Formula:

FVA= A [(1+r)n -1] / r]

d. Capital recovery factor (nilai sekarang dari anuitas)

Capital recovery factor adalah rasio dari anuitas tetap terhadap nilai sekarang dari menerima anuitas tersebut pada suatu rentang waktu tertentu.

Time Line

Sekarang = 0 1 2 3

?

Rp. 1 juta Rp. 1 juta Rp. 1 juta+ +

1 2 3 Akhir th. 3

Rp. 1 Juta + + Rp. 1 JutaRp. 1 Juta =

?

1 2 3

? ? ?

Sekarang = 0

Rp. 1 Juta + +

Page 8: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

8

Formula

A = PV [ r (1+r)n / ((1+r)n -1) ]

e. Sinking fund factor (nilai anuitas dari nilai di masa yang akan datang)

Sinking fund factor mengukur pembayaran anuitas secara tetap pada tingkat bunga tertentu dengan total suatu jumlah tertentu di masa depan.

Time Line

Formula

A= FV [r / ((1+r)n -1) ]

2.3.2 Kriteria Investasi

Kriteria investasi merupakan indeks untuk mengukur dan membandingkan tingkat keuntungan dari berbagai proyek sehingga bisa dinilai apakah suatu proyek menguntungkan (GO) atau tidak (NOT GO). Tujuannya adalah untuk menentukan

ranking dengan berbagai kriteria untuk mengalokasikan dana yang ada sehingga keuntungannya maksimum.

a. Undiscounted

Tergantung lamanya waktu pengembalian investasi (payback period). Waktu

yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh dana yang diinvestasikan:

Semakin pendek payback period, semakin menarik proyek yang

direncanakan Sumber dana intern proyek (internal generating fund) yang dapat

digunakan untuk mengembalikan dana yang telah diinvestasikan adalah

laba sesudah pajak dan alokasi dana penyusutan (net cash flow) b. Discounted

Menghitung Net Present Value (NPV) atau nilai sekarang dari selisih antara nilai manfaat dengan arus biaya selama umur proyek, pada tingkat

opportunity cost of capital tertentu.

Pendekatan discounted dalam menghitung investasi dapat dilakukan dengan

menghitung beberapa indikator dibawah ini:

Net present value (NPV): menghitung nilai netto saat ini Internal rate of return (IRR): menghitung tingkat bunga pada saat NPV=0

P/R: Membandingkan present value dari net benefit dengan present value dari investasi

B/C ratio: membandingkan discounted gross benefit dengan discounted gross cost

Least cost: Digunakan untuk memilih proyek bila keuntungan tidak dapat dikuantifikasi, sehingga yang menjadi acuan hanyalah proyek mana

yang biayanya paling kecil

1) Net Present Value

1 2 3 Akhir th. 3

? ? ?+ + = Rp. 1 Juta

Page 9: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

9

Jumlah seluruh present value dari cash flow yang dapat dikumpulkan

proyek selama umur ekonomisnya dikurangi nilai investasi

Pedoman: bila NPV positif, proyek dianggap layak, bilamana NPV

negatif, proyek dianggap tidak layak

Formula:

2) Internal rate of return (IRR)

IRR adalah suku bunga atau discount rate yang apabila dipakai untuk

mendiskonto seluruh cash flow yang dikumpulkan proyek selama umur ekonomisnya, akan menghasilkan dana yang jumlahnya sama dengan

nilai investasi proyek. IRR menggambarkan nilai profitabilitas proyek yang sebenarnya

IRR dapat dicari dengan jalan trial and error, atau dengan bantuan computer dan calculator yang sudah diprogram.

Formula:

3) Profitability ratio

Profitabilitas proyek dikategorikan layak apabila jumlah seluruh present value cash inflows lebih besar dari jumlah dana yang diinvestasikan.

Formula:

4) Benefit Cost Ratio

Di samping pendekatan kriteria NPV, penentuan proyek dalam cost

benefit analysis juga dapat dilakukan dengan prinsip benefit-cost ratio, yaitu benefit-cost (manfaat-biaya) mempunyai penekanan dalam

perhitungan tingkat keuntungan/kerugian suatu program atau suatu rencana dengan mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan serta

manfaat yang akan dicapai. Penerapan analisis ini banyak digunakan oleh para investor dalam upaya mengembangkan bisnisnya. Terkait

dengan hal ini maka analisis manfaat dan biaya dalam pengembangan investasi hanya didasarkan pada rasio tingkat keuntungan dan biaya

NPV > 0 Layak

NPV < 0 Tidak Layak

''NPV' - NPV'

NPV' i' - 'i' = IRR i

IRR > COC Layak

IRR < COC Tidak Layak

costoperating =C

i1

K

i1

C - B

= P/Rn

0tt

t

n

1tt

tt

P/R > 1 Layak

P/R < 1 Tidak Layak

nt

0=tt

tt

IRR +1

CB = 0

nt

0=tt

tt

i+1

CB = NPV

Page 10: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

10

yang akan dikeluarkan atau dalam kata lain penekanan yang

digunakan adalah pada rasio finansial atau keuangan. Benefit-Cost Ratio didefinisikan sebagai B/C. Sebuah proyek akan menghasilkan net

benefit jika B/C>1.

Formula:

5) Least Cost Analysis

Kelayakan suatu proyek seharusnya menggunakan metode cost benefit

analysis, namun jika ditemui suatu proyek memberikan estimasi manfaat yang lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan sehingga akan menghasilkan kesimpulan ketidaklayakan proyek, digunakan metode

least cost analysis / cost effectiveness analysis

Membandingkan NPV proyek dengan NPV proyek alternatif. Proyek

yang memberikan NPV terkecil adalah proyek yang lebih hemat dari sisi keuangan namun memberikan manfaat yang sama diantara semua

proyek yang dianalisis.

Formula:

2.4 Tahapan CBA untuk Proyek Publik Inovasi Teknologi dari Sebuah Penelitian dan Pengembangan (Litbang)

Menurut Lawrence dan Mears (2004), tahapan dasar dalam melakukan analisis biaya manfaat secara umum meliputi:

a. Penetapan tujuan analisis dengan tepat

Sebelum data dikumpulkan, penentuan tujuan analisis menjadi vital. Misalnya

apakah yang akan dievaluasi nantinya hanya satu proyek/aktivitas atau beberapa. Untuk kasus pertama, maka tujuan utamanya adalah pendalaman sedangkan pada kasus kedua adalah perbandingan. Jenis data yang akan

dikumpulkan tentu saja akan berbeda. Pada kasus pendalaman, parameter-parameter yang dikembangkan dalam penentuan biaya dan manfaat bisa

sangat spesifik, namun hal ini belum tentu dapat dilaksanakan jika kasusnya adalah yang kedua dimana lebih diperlukan parameter agregat yang

tersedia secara umum untuk tiap aktivitas atau proyek sehingga dapat dibandingkan.

b. Penetapan perspektif yang dipergunakan (identifikasi pemangku kepentingan yang terlibat)

Penetapan perspektif dalam memperhitungkan biaya dan manfaat perlu

dilakukan dari awal untuk mempertimbangkan sensitivitas hasilnya. Dalam konteks barang publik seperti hasil penelitian dan pengembangan yang

nt

0=tt

t

i+1

C = NPV

nt

0=tt

t

i+1

C

nt

0=tt

t

i+1

B

= B/CB/C > 1 Layak

B/C < 1 Tidak Layak

Page 11: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

11

nantinya diproduksi masal oleh swasta dan dipergunakan luas oleh

masyarakat, komponen pemangku kepentingan masyarakat sangat penting untuk dilibatkan sebagai beneficiaries agar tidak menakar terlalu rendah

manfaat yang ada.

c. Mengidentifikasi biaya dan manfaat

Tahapan selanjutnya yang krusial adalah mengidentifikasi semua manfaat dan biaya. Secara umum dalam memperhitungkan manfaat terdapat dua komponen yaitu (i) manfaat langsung dan (ii) manfaat tidak langsung.

Manfaat langsung adalah nilai kepuasan yang dirasakan oleh penerima manfaat terkait baik dalam bentuk nyata (barang) atau tidak

nyata(intangible) seperti jasa. Pengukuran manfaat langsung atas sebuah produk pada umumnya dilakukan dengan harga pasar untuk proyek swasta

dan harga bayangan untuk proyek pemerintah dengan ukuran surplus konsumen pada kurva permintaan barangnya. Manfaat tidak langsung secara

teoretis dikenal dengan istilah eksternalitas, yaitu manfaat yang dirasakan oleh pihak lain yang bukan penerima manfaat utama dari aktivitas atau produk atau proyek publik tersebut. Misalnya jika diproduksi alat atau

teknologi penanganan kemacetan lalu lintas, maka dengan berkurangnya polusi udara akibat penurunan kemacetan sebenarnya penduduk kota

sebagai pihak lain mendapatkan benefit berupa peningkatan kualitas hidup. Persoalan yang muncul kemudian adalah seberapa jauh hal-hal yang semakin

jauh kaitannya akan ikut diperhitungkan dalam manfaat maupun biaya.

Secara umum, untuk biaya dikenal beberapa konsep biaya yaitu (i) biaya

akuntansi dan (ii) biaya ekonomi. Biaya akuntansi adalah biaya yang melekat pada pengadaan input yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya bergerak atau marjinal (variable/marginal cost). Biaya biaya ini adalah komponen

biaya yang tercatat dalam laporan keuangan setiap aktivitas. Sedangkan biaya ekonomi sering dikenal sebagai opportunity cost atau sumber daya

yang terkorbankan jika inputnya dipergunakan untuk aktivitas sebuah proyek atau produksi barang/jasa.

Menurut Kadariah (1999), biaya dalam proyek digolongkan menjadi empat macam, yaitu Biaya Persiapan, Biaya Investasi, Biaya Operasional, dan Biaya

Pemeliharaan dan Perbaikan.

1) Biaya Persiapan

Biaya persiapan adalah biaya yang dikeluarkan sebelum proyek yang

bersangkutan benar-benar dilaksanakan, misalnya biaya studi kelayakan pada lahan yang akan digunakan untuk proyek termasuk di

dalamnya studi kelayakan pada daerah dan masyarakat sekitarnya dan biaya untuk mempersiapakan lahan yang akan digunakan. Biaya ini

biasanya dibebankan kepada developer pelaksana dan tidak dimasukkan pada biaya investasi (biaya modal). Jadi biaya ini juga

tidak diikutkan dalam perhitungan pengevaluasian proyek. Bahkan biaya ini juga tidak dimasukkan dalam harga kontrak. Sepenuhnya dibebankan kepada masyarakat. Biaya seperti ini disebut sunk cost.

Dalam konteks penelitian ini biaya persiapan studi merupakan tanggung jawab inisiator, pemerintah atau pihak lain dari masyarakat.

Page 12: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

12

2) Biaya Investasi atau Modal

Biaya investasi biasanya didapat dari pinjaman suatu badan atau lembaga keuangan baik dari dalam negeri atau luar negeri. Yang

termasuk biaya investasi adalah biaya tanah, biaya pembangunan termasuk instalasi, biaya perabotan, biaya peralatan (modal kerja).

Sedangkan bunga selama masa konstruksi, seandainya social opportunity dari investasi dibebankan pada saat investasi tersebut dikeluarkan maka pembayaran bunga selama masa konstruksi tidak diperhitungkan

dalam biaya ekonomis.

3) Biaya Operasional

Biaya operasional masih dapat dibagi lagi menjadi biaya gaji untuk karyawan, biaya listrik, air dan telekomunikasi, biaya habis pakai,

biaya kebersihan, dan sebagainya.

4) Biaya Pembaharuan atau Penggantian

Pada awal umur proyek biaya ini belum muncul tetapi setelah memasuki usia tertentu, biasanya pada bangunan mulai terjadi kerusakan-kerusakan yang memerlukan perbaikan. Tentu saja terjadinya

kerusakan-kerusakan tersebut waktunya tidak menentu, sehingga jenis biaya ini sering dijadikan satu dengan biaya operasional. Selain itu,

masih ada lagi biaya yang mencerminkan true values tetapi sulit dihitung dengan uang, seperti pencemaran udara, air, suara, rusaknya/tidak

produktifnya lagi lahan, dan sebagainya.

Sedangkan manfaat yang akan terjadi pada suatu proyek dapat dibagi

menjadi tiga yaitu manfaat langsung, manfaat tidak langsung dan manfaat terkait (Kadariah, 1999).

1) Manfaat Langsung

Manfaat langsung dapat berupa peningkatan output secara kualitatif dan kuantitatif akibat penggunaan alat-alat produksi yang lebih

canggih, keterampilan yang lebih baik dan sebagainya.

2) Manfaat Tidak Langsung

Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang muncul di luar proyek, namun sebagai dampak adanya proyek. Manfaat ini dapat berupa

meningkatnya pendapatan masyarakat disekitar lokasi proyek.

3) Manfaat Terkait

Manfaat terkait yaitu keuntungan-keuntungan yang sulit dinyatakan

dengan sejumlah uang, namun benar-benar dapat dirasakan, seperti keamanan dan kenyamanan. Dalam penelitian ini untuk penghitungan

hanya didapat dari manfaat langsung dan sifatnya terbatas, karena tingkat kesulitan menilainya secara ekonomi.

d. Mengitung, mengestimasi, menskalakan dan mengkuantifikasi biaya dan manfaat

Setelah komponen biaya dan manfaat diidentifikasi pada tahap sebelumnya mengkuantifikasikan dalam satuan moneter (jika memungkinkan) atau menskalakan beberapa item yang tidak memiliki satuan kuantitiatif dan

selanjutnya dihitung untuk seluruh nilai yang satuannya sama menjadi total biaya dan manfaat.

Page 13: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

13

e. Memperhitungkan jangka waktu (discount factor)

Discount factor adalah nilai pengurang dalam masa sekarang dari manfaat dan biaya yang akan terjadi pada periode masa yang akan datang.

Parameter ini adalah r pada persamaan (1), (2), (3) dan (4) di atas. Penggunaan discount factor sangat penting jika benefit dan biaya yang

muncul lebih dari satu periode dan untuk memperhitungkan ketidakpastian.

f. Menguraikan keterbatasan dan asumsi

Karena pada tahap kedua perspektif menjadi penentu lingkup manfaat dan

biaya yang diperhitungkan, maka keterbatasan atas tidak dimasukkanya hal-hal yang jauh kaitannya adalah bagian dari keterbatasan dan asumsi yang

harus dijelaskan agar pengguna informasi analisis CBA memahami batasan perhitungannya.

3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan dan metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibedakan pada dua tataran. Pada tataran pendekatan, penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif. Alasan dipilihnya pendekatan kuantitatif karena penelitian ini berusaha merumuskan metode analisis biaya manfaat hasil litbang.

Namun demikian, pada tataran metode, penelitiann ini menggunakan metode kombinasi kualitatif-kuantitatif. Dipilihnya metode kombinasi ini dengan beberapa

pertimbangan metodologis terkait dengan tujuan penelitian.

Pertimbangan penggunaan metode kualitatif dikarenakan penyusunan komponen

biaya dan manfaat membutuhkan penggalian data yang mendalam melalui observasi dan wawancara di lapangan dari berbagai ranah yang terkait dengan teknologi hasil litbang (teknis, sosial, ekonomi, dan lingkungan).

Sementara itu, penggunaan metode kuantitatif dengan pertimbangan sebagai berikut:

Penghitungan biaya yang dikeluarkan oleh penemu teknologi dalam menerapkan teknologi hasil litbang umumnya menggunakan data kuantitatif

Penghitungan manfaat keekonomian yang diperoleh konsumen (pengguna teknologi) dapat dikonversi menjadi data matematis

Penghitungan rasio atau selisih antara biaya dan manfaat juga menggunakan data yang bersifat numerik

Penggunaan uji statistik untuk mengetahui rasio atau selisih antara biaya dan manfaat.

Selain atas beberapa pertimbangan metodologis tersebut, penggunaan metode kombinasi kualitatif-kuantitatif dalam analisis biaya manfaat hasil litbang, secara

praktis juga dilandasi oleh beberapa keuntungan. Melalui metode kualitatif, keuntungannya adalah:

Dapat diidentifikasi komponen biaya dan manfaat dari penerapan teknologi hasil litbang melalui observasi dan wawancara di lapangan

Dapat secara leluasa dilakukan validasi secara berulang-ulang oleh tim peneliti ke pihak yang terkait.

Sementara itu, keuntungan metode kuantitatif antara lain:

Page 14: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

14

Dapat semakin memperkuat temuan pada metode kualitatif

Dapat dilakukan komparasi antara satu teknologi hasil litbang dengan

teknologi hasil litbang lainnya untuk mengetahui keunggulan/kelebihan secara kuantitatif karena berbentuk angka (interval/rasio) dan terukur.

Dapat dengan mudah mengetahui jenis teknologi hasil litbang yang

mempunyai keunggulan yang lebih besar sehingga dapat didifusikan kepada masyarakat pengguna secara luas, sebaliknya pihak konsumen dapat memiliki

referensi untuk memilih teknologi hasil litbang mana yang mendatangkan manfaat yang lebih besar

Dapat lebih terjamin relialibilitasnya dengan menggunakan metode perhitungan yang ada (atau hasil modifikasi)

3.2 Jenis dan Sifat Penelitian

Sebagai konsekuensi dari penggunaan mixed method di atas dan mencermati

karakter tujuannya, maka jenis penelitian termasuk ke dalam penelitian eksplorasi-eksplanasi. Ada beberapa alasan yang mendasarinya dikatakan sebagai jenis

penelitian eksplorasi: pertama, penelitian ini lebih ditekankan pada bagaimana melakukan pencarian komponen biaya dan manfaat lebih dulu metode kualitatif

untuk menyediakan data untuk penghitungan metode kuantitatifnya dan kedua, strategi pencarian data lebih mendahulukan wawancara mendalam dan observasi lapangan terlebih dahulu, baru kemudian melakukan survei melalui penyebaran

kuisioner (Creswell, 2008). Dikatakan jenis penelitian eksplanasi (korelasional) karena penelitian ini melihat kekuatan hubungan antara variabel biaya dan

manfaat dengan skala interval/rasio (Bryman, 2004).

Sementara itu, dari sisi sifatnya, penelitian ini dapat dikategorikan termasuk dalam

sifat penelitian terapan. Dikatakan penelitian terapan karena hasil kajian ini diharapkan dapat digunakan oleh produsen maupun konsumen (beneficiaries) sehingga masalah-masalah pemasaran teknologi hasil litbang dapat dipecahkan.

Selain itu, melalui penelitian terapan ini, kebutuhan akan teknologi hasil litbang yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi

(Wirartha, 2006).

3.3 Populasi

Populasi penelitian ini dapat dipilah ke dalam dua dimensi. Pertama, dimensi teknologi hasil litbang yakni keseluruhan teknologi hasil litbang PU (Puslitbang

Sumber Daya Air, Puslitbang Permukiman, serta Puslitbang Jalan dan Jembatan) yang sudah pada tahap uji skala 1:1 di lapangan. Daftar teknologi tersebut secara rinci dapat dilihat pada lampiran. Kedua, dimensi penerima (beneficiaries) yakni

keseluruhan stakeholder (dinas/instansi/lembaga dan masyarakat umum) yang menggunakan teknologi hasil litbang PU. Namun demikian, dari populasi tersebut

dipilih satu teknologi hasil unggulan masing-masing Puslitbang dengan satu lokasi (kelompok penerima). Pemilihan teknologi hasil litbang, dipilih secara purposif,

selain berdasarkan rekomendasi dari masing-masing Puslitbang, juga dengan kriteria sebagai berikut:

Teknologi hasil litbang tersebut telah diuji coba skala 1:1 di lapangan kurang lebih selama satu tahun, dengan lokasi di Pulau Jawa.

Teknologi hasil litbang tersebut mempunyai dampak yang luas bagi masyarakat.

Teknologi hasil litbang tersebut mudah diterapkan dan direplikasi oleh para pengguna (masyarakat, kelompok/lembaga, pemda, swasta).

Page 15: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

15

Teknologi hasil litbang tersebut telah memiliki teknologi sejenis, tetapi dengan

versi yang berbeda (misalnya teknologi tradisional).

Berdasarkan rekomendasi dan kriteria tersebut, dengan pertimbangan efisiensi dan

agar lebih terfokus, sampel teknologi hasil yang akan dikaji yakni dipilih satu dari tiap-tiap Puslitbang:

Teknologi hasil litbang Puslitbang Sumber Daya Air: Lining Saluran & Boks Tersier Ferosemen

Teknologi hasil litbang Puslitbang Permukiman : MCK Plus

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lima metode.

a. Metode Wawancara Mendalam

Wawancara dilakukan baik kepada produsen (penemu teknologi) maupun kepada masyarakat pengguna. Kepada produsen, dilakukan wawancara

terkait dengan latar belakang penciptaan teknologi, keunggulan teknologi dibandingkan dengan teknologi sejenis, data teknis teknologi dan analisis ekonomi penerapan teknologi (biaya bahan yang dikeluarkan, waktu

pengerjaan yang dibutuhkan, dan tenaga yang diperlukan, dll). Sedangkan kepada pengguna teknologi juga dilakukan wawancara terkait dengan

manfaat pengurangan biaya yang harus dikeluarkan dibanding sebelumnya, waktu yang harus diluangkan dibanding sebelumnya, penghematan tenaga

dibanding sebelumnya, dan hal-hal lain yang berkembang di lapangan.

b. Metode Observasi Lapangan

Observasi lapangan dilakukan dengan melakukan pengamatan ke lokasi di mana teknologi hasil litbang tersebut digunakan. Dalam observasi lapangan ini dilakukan kunjungan langsung ke titik lokasi penempatan teknologi dan

masyarakat penggunanya. Pada observasi ini, diamati (secara partisipatif) praktik penggunaan teknologi hasil hasil litbang dalam suatu siklus rentang

waktu. Misalnya, observasi penggunaan MCK Plus akan dilakukan mulai pagi hari, siang hari, sore hari, hingga malam hari. Hal ini sangat penting untuk

mengetahui siapa saja, berapa kali, untuk tujuan apa saja, dan berapa lama penggunaan teknologi hasil litbang oleh penerima manfaat.

c. Metode Pustaka

Metode pustaka dilakukan dengan mengkaji berbagai hasil penelitian sejenis sehingga dapat memperdalam analisis. Metode pengumpulan data dengan

telaah pustaka ini dilakukan dengan mengunjungi berbagai perpustakaan, baik universitas/institute, lembaga litbang terkait, maupun institusi lain yang

memiliki data sekunder berupa hasil-hasil penelitian, hasil laporan, dan data base yang berhubungan dengan teknologi hasil litbang dan kondisi

masyarakat pengguna teknologi hasil.

3.5 Analisis Data

Analisis data akan dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

a. Identifikasi data

Identifikasi data dilakukan untuk memisahkan data yang telah dihasilkan

melalui lima metode pengumpulan data, dengan kriteria pemisahan data yang dibutuhkan dengan data yang tidak dibutuhkan. Oleh karena itu, yang

Page 16: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

16

dilakukan pertama kali adalah mengenali data mana yang perlu dan yang

tidak perlu.

b. Kategorisasi data

Data yang sudah dijernihkan melalui tahap identifikasi kemudian akan diklasifikasikan berdasarkan kategori-kategori tertentu. Misalnya, semua

yang terkait dengan variabel biaya akan dimasukkan ke dalam kategori variabel biaya, demikian pula pada variabel manfaat. Selanjutnya, akan dikategorikan pula data berdasarkan indikator dan parameter pada setiap

variabel.

c. Penghitungan biaya dan manfaat

Setelah komponen biaya dan manfaat diidentifikasi, tahap selanjutnya adalah mengkuantifikasikan dalam satuan moneter (jika memungkinkan) atau

menskalakan beberapa item yang tidak memiliki satuan kuantitiatif dan selanjutnya dihitung untuk seluruh nilai yang satuannya sama menjadi total

biaya dan manfaat.

d. Penghitungan discount factor

Discount factor adalah nilai pengurang dalam masa sekarang dari manfaat

dan biaya yang akan terjadi pada periode masa yang akan datang. Parameter ini adalah r pada persamaan (1), (2), (3) dan (4). Penggunaan

discount factor sangat penting jika benefit dan biaya yang muncul lebih dari satu periode dan untuk memperhitungkan ketidakpastian.

e. Uji statistik

Cost Benefit Analysis

Data nilai investasi/biaya/costs akan dikalkulasikan atau dibandingkan terhadap data nilai manfaat/benefits guna mendapatkan nilai

keuntungan bersih (net benefit) maupun nilai bersih sekarang (net present value/NPV) atau rasio keuntungan/benefits terhadap investasi/biaya/ costs dengan metode analisis biaya-manfaat (cost-benefit analysis/CBA)

atau rasio antara manfaat-biaya (benefit-cost ratio/BCR). Dengan prinsip penilaian proyek, analisis dengan konsep CBA dapat dilakukan

dengan prinsip net present value (NPV).

Prinsip NPV dalam penentuan tiap proyek adalah jika NPVY atau NPVX

nilainya >0. Hal ini berarti terdapat net benefit dalam proyek tersebut. Atau jika konteksnya adalah perbandingan maka proyek yang diambil

adalah apabila NPV-nya yang terbesar. Di samping pendekatan kriteria NPV, penentuan proyek dalam analisis CBA juga dapat dilakukan dengan prinsip benefit-cost ratio.

Page 17: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

17

Misalnya B adalah manfaat, C adalah biaya, t adalah satuan waktu, i

adalah sebuah discount factor, maka present value dari manfaat dan biaya dan perbandingannya adalah sebagai berikut:

Dalam formulasi ini, kriteria Benefit-Cost Ratio didefinisikan sebagai B/C. Sebuah proyek akan menghasilkan net benefit jika B/C>1 atau dengan

kata lain sejalan dengan prinsip NPV kondisi ini terpenuhi jika B-C>0.

Hasil uji statistik kemudian dianalisis dengan logika induktif-deduktif. Hasil analisis kemudian diuji (termasuk tes sensitifitas/sensitivity test) dan

dilakukan langkah-langkah koreksi metodologis (termasuk interpretasi dan kuantifikasi/monetisasi data kualitatif/relatif) maupun instrumen

yang digunakan seperlunya untuk mendapatkan tingkat ketajaman/ akurasi maupun keterbatasan/limitasi (termasuk toleransi kesalahan)

hasil analisis tersebut.

Least Cost Analysis/Cost Effectiveness Analysis

Data nilai investasi/biaya/costs pilihan teknologi akan dibandingkan terhadap nilai investasi/biaya/costs pilihan teknologi lainnya guna

mendapatkan nilai bersih sekarang (net present value/NPV) untuk dibandingkan manakah yang paling efektif atau paling rendah biaya pembangunannya.

Misalnya C adalah biaya, t adalah satuan waktu, sementara i adalah sebuah discount factor, maka NPV dari proyek dapat didefinisikan

sebagai berikut:

Hasil uji statistik kemudian dianalisis dengan logika induktif-deduktif. Hasil analisis kemudian diuji (termasuk tes sensitifitas/sensitivity test) dan dilakukan langkah-langkah koreksi metodologis (termasuk interpretasi

dan kuantifikasi/monetisasi data kualitatif/relatif) maupun instrumen yang digunakan seperlunya untuk mendapatkan tingkat ketajaman/

akurasi maupun keterbatasan/limitasi (termasuk toleransi kesalahan) hasil analisis tersebut.

nt

0=tt

t

i+1

C = NPV

nt

0=tt

t

i+1

C

nt

0=tt

t

i+1

B

= B/CB/C > 1 Layak

B/C < 1 Tidak Layak

nt

0=tt

t

i+1

C = NPV

nt

0=tt

t

i+1

B = NPV

nt

0=tt

t

i+1

C

nt

0=tt

t

i+1

B = C - B

Page 18: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

18

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil studi literatur, observasi lapangan, wawancara dan diskusi kelompok terarah dalam studi kajian metode biaya manfaat hasil teknologi litbang, dapat

digeralisasi suatu alur atau tahapan analisis penghitungan biaya manfaat sebagai berikut.

Gambar 1. Tahapan Metode Analisis Biaya Manfaat Teknologi Hasil Litbang

Secara umum ada 3 jenis data dalam analisis biaya-manfaat:

Pengukuran secara kuantitatif dengan satuan mata uang (rupiah)

Pengukuran secara kuantitatif tanpa menggunakan satuan mata uang (non rupiah)

Pengukuran secara kualitatif

Dalam Gambar 1, penekanan hasil analisis adalah mendapatkan besaran benefit

cost ratio yang akan menjadi parameter apakah sebuah teknologi hasil litbang dikatakan layak atau tidak untuk diterapkan secara luas di masyarakat. Untuk itu

dari 3 jenis data tersebut, eksplorasi tentunya ditekankan pada jenis data kunatitatif.

Page 19: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

19

Dengan asumsi jenis data kuantitatif inilah, tahapan analisis yang diilustrasikan

dalam Gambar 1 dipergunakan dalam studi ini. Berikut ini adalah uraian dari tahapan tersebut.

1) Penentuan Teknologi Hasil Litbang

Tahap awal dari rangkaian analisis biaya manfaat adalah melakukan

penentuan teknologi hasil litbang mana yang akan dianalisis biaya dan manfaat penerapannya. Kriteria teknologi yang akan dianalisis biaya dan

manfaatnya adalah teknologi yang sudah uji coba skala 1:1 di lapangan. Hal ini dimaksudkan agar dapat diidentifikasi manfaat penerapan teknologi

tersebut karena sudah dirasakan oleh para pengguna/pemanfaat teknologi tersebut.

2) Identifikasi Pemangku Kepentingan

Tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi pihak-pihak yang terkait

dengan teknologi hasil litbang yang akan dianalisis tersebut. Dalam hal ini sering disebut pemangku kepentingan.

Prioritas pertama, identifikasi ini dilakukan atas pihak atau subyek yang

berkaitan langsung dengan teknologi tersebut. Meskipun untuk urutan prioritas berikutnya dapat dilakukan pada pihak-pihak yang terkait secara tidak

langsung. Hal ini tentunya berdampak positif dalam arti cakupan analisis menjadi lebih lengkap. Di sisi lain, terdapat konsekuensi dari perluasan subyek

ini kepada cakupan data yang harus dikumpulkan. Dan ini dapat dipertimbangkan sesuai ketersediaan datanya.

Contoh: Mengambil ilustrasi teknologi hasil litbang lining saluran berbahan ferosemen, pihak yang berkaitan langsung dengan teknologi ini adalah

petani yang memakai prasarana saluran irigasi (Perkumpulan Petani Pengguna Air/P3A). Lebih luas; di samping petani tentunya ada pihak lain

yang akan mendapatkan manfaat tidak langsung seperti konsumen produk pertanian dan perekonomian secara luas. Namun, indikator dan data atas manfaat tidak langsung ini tentunya harus dikumpulkan dan biasanya akan

tergantung ketersediaan informasi dan data.

3) Identifikasi Komponen Biaya dan Manfaat

Tahap berikutnya adalah menguraikan komponen biaya dan manfaat dari

teknologi hasil litbang atas subyek langsung maupun tidak langsung. Penentuan komponen ini dapat dilakukan dengan kerangka studi literatur

yaitu analisis teoretis yang kemudian sangat disarankan untuk disempurnakan dengan studi lapangan (survai atau wawancara) untuk memastikan

kelengkapan identifikasi masing-masing komponen.

Contoh: Latar belakang penciptaan teknologi lining saluran ferosemen

adalah meningkatkan efisiensi aliran air dari sisi perbaikan masalah sedimentasi (operasional dan perawatan) dan teknologi saluran dengan

teknik pembuatan yang lebih ekonomis dan efisien. Inilah manfaat yang akan dirasakan oleh P3A. Bersamaan dengan adanya manfaat ini tentunya muncul biaya yaitu biaya konstruksi dan biaya operasional dan perawatan

dari saluran ini.

Page 20: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

20

4) Identifikasi Parameter dari Asumsi

Dengan mendasarkan pada hasil identifikasi manfaat dan biaya pada tahap sebelumnya; dapat dilakukan identifikasi atas alat ukur (parameter) dan

asumsi yang dianggap tepat dan relevan menggambarkan besaran manfaat tersebut. Dalam penentuan parameter ini, kriteria utama tentunya adalah

fungsi ekonomi terpenting dari teknologi tersebut.

Contoh: Fungsi ekonomi utama dari perbaikan efisiensi saluran adalah

peningkatan produktivitas pertanian. Dalam hal ini adalah nilai (harga pasar dikalikan volume) produk pertanian yang meningkat. Inilah parameter

yang nantinya secara obyektif dan terukur menggambarkan benefit dari teknologi saluran berbahan ferosemen ini kepada petani (P3A).

Untuk kasus teknologi MCK plus, fungsi ekonomi dapat didefinisikan sebagai nilai pendapatan masyarakat yang tidak jadi hilang akibat berkurangnya

endemi (sakit dan meninggal) dengan adanya MCK plus. Pendefinisian ini dikenal sebagai human capital method. Catatan: Pada saat parameter ditentukan, perlu diasumsikan jangka waktu

dari perhitungan nilai parameter tersebut dan asumsi yang melekat pada jangka waktu tersebut, misalnya adanya inflasi dan tingkat suku bunga.

5) Penentuan Metode Penghitungan

Tahap berikutnya yang dapat dikatakan tahap yang cukup pentig dalam perhitungan biaya manfaat adalah menentukan metode perhitungan. Dari

literatur didapati dua metode: least cost dan cost-benefit analysis. Tidak selamanya suatu obyek analisis biaya manfaat memiliki komponen manfaat

yang mudah dan dapat diukur; atau memiliki perbedaan yang signifikan dengan obyek pembandingnya. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka analisis hanya fokus kepada sisi relatif biaya. Artinya jika manfaatnya relatif sama

maka kelayakan akan ditentukan oleh biaya yang paling rendah.

Contoh: Dalam konteks teknologi lining saluran ferosemen dapat disimpulkan

dari studi lapangan bahwa perbedaan produktivitas pertanian antara penerapan teknologi ini dengan kondisi sebelumnya (tanah) adalah tidak

signifikan. Untuk itu metode perhitungan yang dipergunakan adalah least-cost analysis. Tentunya kesimpulan ini sangat dipengaruhi oleh skala

pengujian atau penerapan teknologi dan kondisi fisik lokasi saluran.

6) Penghitungan Least Cost & Benefit Cost Ratio / Net Benefit

Tahap terakhir adalah membandingkan total manfaat dengan total biaya

dalam sebuah rasio (BCR) atau mengurangkan total manfaat dengan total biaya (Net Benefit) yang dapat dijadikan kriteria kelayakan suatu teknologi secara ekonomi. Jika manfaat tidak signifikan, maka cukup membandingkan

total biaya dengan teknologi pembandingnya untuk melihat teknologi mana yang membutuhkan biaya paling rendah. Penerapan teknologi lining salurab

ferosemen dan boks tersier ferosemen menggunakan Least Cost, sedangkan penerapan teknologi MCK Plus menggunakan BCR dan Net Benefit.

Page 21: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

21

Mengingat metode analisis biaya manfaat sangat tergantung pada jenis teknologi

yang akan dihitung, maka berikut ini akan dipaparkan metode analisis biaya manfaat untuk masing-masing teknologi.

A. Metode Least Cost Analysis Penerapan Teknologi Lining Saluran Ferosemen

1) Penentuan Teknologi Hasil Litbang

Dalam analisis ini teknologi yang dijadikan unit analisis adalah lining saluran ferosemen dengan teknologi pembanding lining saluran batu

kali.

2) Identifikasi Pemangku Kepentingan

Pihak yang terlibat dalam menerima manfaat dan mengeluarkan biaya langsung untuk teknologi lining saluran ferosemen adalah petani

(Perkumpulan Petani Pemakai Air/P3A).

3) Identifikasi Komponen Biaya dan Manfaat

Dari hasil survey dan wawancara kepada anggota dan pengurus P3A di Petak Tersier Cisokan 27 Daerah Irigasi Cihea, Kecamatan Ciranjang,

Kabupaten Cianjur, didapatkan komponen manfaat dan biaya yang meliputi:

Manfaat berupa efisiensi biaya. Dalam hal ini tidak terdapat perbedaan manfaat yang signifikan dari sisi produktivitas pertanian

antara teknologi lining ferosemen dan teknologi lama (batu kali). Dengan demikian, analisis yang digunakan adalah LEAST COST.

Biaya konstruksi

Data biaya konstruksi dapat dilihat dari tabel berikut ini.

No Nama Bahan Jumlah Satuan Harga

Satuan (Rp)

Jumlah Harga (Rp)

Bahan Utama

1 Pasir Jebrod 1,63 m3 150.000 243.816

2 Semen PC. 20 Zak 55.000 1.100.000

3 Kawat ayam # 1cm 94,6 roll 12.000 1.135.200

4 Besi tulangan Ø 6 mm 41 btg 22.500 922.500

5 Besi tulangan Ø 4 mm 39 btg 20.000 780.000

6 Kawat bidrat 2 kg 20.000 40.000

Bahan Bantu

1 Kayu kaso 4 cm x 6 cm 5 btg 15.000 75.000

2 Kayu reng 2 cm x 3 cm 3 btg 7.000 21.000

3 Triplek tebal 3 mm 2 lbr 60.000 120.000

4 Paku triplek 2 cm 0,25 kg 12.000 3.000

5 Paku reng 5 cm 0,5 kg 12.000 6.000

6 Paku usuk 7 cm 0,5 kg 12.000 6.000

7 Bilik bambu 10 lbr 40.000 400.000

8 Bambu tali 10 btg 5.000 50.000

Pekerja

1 Upah tukang 23 Hari 60.000 1.394.312

2 Upah kerek 28 Hari 40.000 1.132.722

Total Biaya 7.429.550

Page 22: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

22

Biaya pemeliharaan saluran

Fisik: setara dengan nilai depresiasi bangunan dalam satu tahun

Non fisik: upah pekerja untuk memelihara saluran dalam waktu

satu tahun

Depresiasi

4) Identifikasi Parameter dan Asumsi

Parameter dan asumsi yang digunakan dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:

Jenis biaya Ferosemen Batu kali Satuan Nilai Pemeliharaan

Konstruksi 7.429.550 7.717.817 Rp

Tahun ke Ferosemen Batu kali

Pemeliharaan saluran 446.478 1.071.782 Rp/Tahun 1 446.478 1.071.782

Depresiasi 371.478 771.782 Rp/Tahun 2 477.731 1.146.806

3 511.172 1.227.083

Asumsi Ferosemen Batu kali Satuan 4 546.954 1.312.979

Usia/lifetime 20 10 Tahun 5 585.241 1.404.887

Suku bunga 0,07 0,07 /Tahun 6 626.208 1.503.229

Pemeliharaan fisik 371.478 771.782 Rp/Tahun 7 670.042 1.608.455

Pemeliharaan non fisik 75.000 300.000 Rp/Tahun 8 716.945 1.721.047

Tingkat depresiasi 0,05 0,1 /Tahun 9 767.131 1.841.520

Inflasi 0,07 0,07 /Tahun 10 820.831 1.970.427

Tingkat kehilangan air 0,025 0,25 /Tahun 11 878.289 2.108.357

12 939.769 2.255.942

13 1.005.553 2.413.858

14 1.075.942 2.582.828

15 1.151.257 2.763.626

16 1.231.846 2.957.079

17 1.318.075 3.164.075

18 1.410.340 3.385.560

19 1.509.064 3.622.549

20 1.614.698 3.876.128

Dalam membandingkan dua teknologi (lining saluran ferosemen vs

batu kali), terdapat perbedaan jumlah air yang dialirkan. Hal ini dikarenakan jumlah persentase kehilangan air lining saluran

ferosemen lebih rendah daripada saluran batu kali. Untuk itu perlu dilakukan koreksi atas perhitungan nilai nominal biaya dengan

faktor koreksi dalam hal ini adalah persentase kehilangan air dari masing-masing teknologi dengan formula:

Untuk itu parameter dan asumsi yang digunakan akan berubah

menjadi:

Page 23: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

23

Jenis biaya Ferosemen Batu kali Satuan Nilai Pemeliharaan

Konstruksi 7.615.289 9.647.271 Rp

Tahun ke Ferosemen Batu kali

Pemeliharaan saluran 455.764 1.264.727 Rp/Tahun 1 455.764 1.264.727

Depresiasi 380.764 964.727 Rp/Tahun 2 487.668 .353.258

3 521.805 1.447.986

Asumsi Ferosemen Batu kali Satuan 4 558.331 1.549.345

Usia/lifetime 20 10 Tahun 5 597.414 1.657.799

Suku bunga 0,07 0,07 /Tahun 6 639.233 1.773.845

Pemeliharaan fisik 380.764 964.727 Rp/Tahun 7 683.980 1.898.014

Pemeliharaan non fisik 75.000 300.000 Rp/Tahun 8 731.858 2.030.875

Tingkat depresiasi 0,05 0,1 /Tahun 9 783.088 2.173.037

Inflasi 0,07 0,07 /Tahun 10 837.904 2.325.149

Tingkat kehilangan air 0,025 0,25 /Tahun 11 896.558 2.487.910

12 959.317 2.662.063

13 1.026.469 2.848.408

14 1.098.322 3.047.796

15 1.175.204 3.261.142

16 1.257.468 3.489.422

17 1.345.491 3.733.681

18 1.439.676 3.995.039

19 1.540.453 4.274.692

20 1.648.285 4.573.920

5) Penentuan Metode Penghitungan

Sejalan dengan hasil identifikasi manfaat yang menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari sisi manfaat, maka metode analisis yang dipergunakan adalah LEAST COST.

6) Penghitungan Least Cost Analysis

Hasil penghitungan rasio biaya atau NPV menggunakan metode analisis LEAST COST dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Periode Tahun Biaya Konstruksi & Pemeliharaan

Ferosemen Batu kali

0 2010 7.615.289 9.647.271 1 2011 455.764,44 1.264.727

2 2012 487.667,95 1.353.258

3 2013 521.804,70 1.447.986

4 2014 558.331,03 1.549.345

5* 2015 597.414,21 6.481.435

6 2016 639.233,20 1.773.845

7 2017 683.979,52 1.898.014 8 2018 731.858,09 2.030.875

9 2019 783.088,16 2.173.037

10* 2020 837.904,33 7.148.784

11 2021 896.557,63 2.487.910

12 2022 959.316,67 2.662.063

13 2023 1.026.468,83 2.848.408

14 2024 1.098.321,65 3.047.796 15* 2025 1.175.204,17 8.084.777

16 2026 1.257.468,46 3.489.422

17 2027 1.345.491,25 3.733.681

18 2028 1.439.675,64 3.995.039

19 2029 1.540.452,93 4.274.692

20* 2030 1.648.284,64 9.397.556

NPV Ferosemen 16.134.250 NPV Batu kali 42.173.132 Suku bunga 7% Biaya Batu kali 2,61 kali biaya Ferosemen

Page 24: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

24

B. Metode Least Cost Analysis Penerapan Teknologi Boks Tersier Ferosemen

1) Penentuan Teknologi Hasil Litbang

Dalam analisis ini teknologi yang dijadikan unit analisis adalah boks

tersier ferosemen dengan teknologi pembanding boks tersier batu kali.

2) Identifikasi Pemangku Kepentingan

Pihak yang terlibat merasakan manfaat dan mengeluarkan biaya langsung untuk teknologi boks tersier ferosemen adalah petani

(Perkumpulan Petani Pengguna Air/P3A).

3) Identifikasi Komponen Biaya dan Manfaat

Dari hasil survey dan wawancara kepada anggota dan pengurus P3A di Petak Tersier Ciranjang 11 Daerah Irigasi Cihea, Kecamatan Ciranjang,

Kabupaten Cianjur, didapatkan komponen manfaat dan biaya yang meliputi:

Manfaat berupa efisiensi biaya. Dalam hal ini tidak terdapat perbedaan efisiensi operasional antara teknologi box tersier

ferosemen dan teknologi lama (box tersier batu kali). Dengan demikian dipergunakan analisis LEAST COST.

Biaya konstruksi

No Nama Bahan Jumlah Satuan

Harga Satuan

Jumlah Harga

(Rp) (Rp)

Bahan Utama

1 Pasir Galunggung 0.12 m3 400,000 48,000.00

2 Semen PC 1 zak 55,000 55,000.00

3 Kawat ayam # 1 cm 0.5 roll 50,000 25,000.00

4 Besi tulangan Ø 4 mm 6 btg 20,000 120,000

5 Kawat bidrat 0.5 kg 20,000 10,000

Bahan bantu

1 Kayu kaso 4 cm x 6 cm 5 btg 30,000 150,000

2 Kayu reng 2 cm x 3 cm 5 btg 15,000 75,000

3 Triplek tebal 3 mm 2 lbr 50,000 100,000

4 Paku triplek 2 cm 0.25 kg 20,000 5,000

5 Paku reng 5 cm 0.5 hari 60,000 420,000

6 Paku usuk 7 cm 0.5 hari 40,000 280,000

Pekerja

1 Upah tukang 7 hari 60,000 420,000

2 Upah kenek 7 hari 40,000 280,000

Total biaya 1,308,000

Biaya pemeliharaan saluran

Fisik: setara dengan nilai depresiasi bangunan dalam satu tahun

Non fisik: upah pekerja untuk memelihara boks tersier dalam

waktu satu tahun

Page 25: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

25

Depresiasi

4) Identifikasi Parameter dan Asumsi

Parameter dan asumsi yang digunakan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Jenis biaya Ferosemen Batu kali Satuan

Konstruksi 1,308,000 1,358,750 Rp Ferosemen Batu kali

Operasional & Pemeliharaan 3,039,000 6,015,138 Rp/thn 1 3,039,000 6,015,138

Depresiasi per tahun 65,400 67,938 Rp/thn 2 3,251,730 6,436,197

3 3,479,351 6,886,731

4 3,722,906 7,368,802

Asumsi Ferosemen Batu kali Satuan 5 3,983,509 7,884,618

Usia/lifetime 20 20 Tahun 6 4,262,355 8,436,542

Suku bunga 0.07 0.07 per tahun 7 4,560,720 9,027,099

Operasional per tahun 2,973,600 5,947,200 Rp/thn 8 4,879,970 9,658,996

Pemeliharaan fisik per tahun 65,400 67,938 Rp/thn 9 5,221,568 10,335,126

Tingkat depresiasi 0.05 0.05 per tahun 10 5,587,078 11,058,585

Inflasi 0.07 0.07 per tahun 11 5,978,173 11,832,686

12 6,396,645 12,660,974

13 6,844,410 13,547,242

14 7,323,519 14,495,549

15 7,836,165 15,510,238

16 8,384,697 16,595,954

17 8,971,626 17,757,671

18 9,599,639 19,000,708

19 10,271,614 20,330,757

20 10,990,627 21,753,910

Tahun keNilai pemeliharaan

5) Penentuan Metode Penghitungan

Sejalan dengan hasil identifikasi manfaat yang menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari sisi manfaat, metode analisis

yang dipergunakan adalah LEAST COST.

6) Penghitungan Least Cost Analysis

Hasil penghitungan rasio biaya atau NPV menggunakan metode analisis LEAST COST dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 26: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

26

C. Metode Cost Benefit Analysis Penerapan Teknologi MCK Plus

1) Penentuan Teknologi Hasil Litbang

Dalam analisis ini teknologi yang dijadikan unit analisis adalah MCK plus dengan membandingkan total manfaat dengan biayanya.

2) Identifikasi Pemangku Kepentingan

Pihak yang terlibat merasakan manfaat dan mengeluarkan biaya langsung untuk teknologi MCK plus adalah masyarakat/konsumen.

3) Identifikasi Komponen Biaya dan Manfaat

Dari hasil survei dan wawancara kepada pengelola di Desa Tanah Merah dan Desa Kedaung Barat, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten

Tangerang didapatkan komponen manfaat dan biaya meliputi:

Manfaat:

Penurunan endemi penyakit diare/peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Untuk memperhitungkan nilai manfaat

dari penurunan endemi tersebut, dipergunakan metode human capital. Dalam metode human capital, jika seseorang sakit atau

meninggal, maka perekonomian akan kehilangan manfaat ekonomi berupa pendapatan ketika mereka sehat atau hidup.

Manfaat juga dihitung dari perkiraan biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk berobat atau mencegah

agar tidak sakit.

Pendapatan dari penjualan air minum galon

Biaya konstruksi bangunan dan instalasi pengolahan air minum

Reverse Osmosis

Biaya input, perawatan dan operasional

Biaya input: Listrik, upah pekerja, pembelian tissue, seal, galon dan tutup galon.

Perawatan dan operasional: pembelian cairan pembersih, sikat,

dan lainnya

Air minum: pembelian filter, dan perlengkapan lainnya.

Depresiasi atau capital replacement: penggantian mesin atau

peralatan yang rusak, dan juga termasuk perbaikan MCK.

4) Identifikasi Parameter dan Asumsi

Untuk menaksir nilai pendapatan masyarakat yang tidak jadi hilang akibat penurunan penyakit endemi, dipergunakan nilai upah minimum

sebagai acuan nilai pendapatan rata-rata masyarakat

Page 27: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

27

Komposisi

menurut

pekerjaan

Persen Meninggal Sakit Jumlah

Bobot nilai

ekonomi per

tahun

meninggal

Sisa waktu

produktif

Lama

dirawat

Bobot nilai

ekonomi

per tahun

sakit

Total

meninggalTotal sakit

Tidak

bekerja12% 1 16 16.68 0 35 0.12 150,000 0 -

Bekerja

penuh60% 5 78 83.4 15,000,000 35 0.12 150,000 81,000,000 11,700,000

Bekerja

paruh waktu28% 3 36 38.92 7,500,000 35 0.12 150,000 18,900,000 5,460,000

Jumlah 1 9 130 139 99,900,000 17,160,000

Jumlah 117,060,000

2007 2008 2009 2010 2011 2012

1. MCK Komponen Manfaat 0 1 2 3 4 5

a. Penurunan sakit/endemi

(peningkatan kualitas kesehatan

masyarakat) asumsi: tiap tahun turun

50% - 117,060,000 58,530,000 29,265,000 14,632,500 7,316,250

b. Penurunan eksternalitas negatif

(polusi udara berupa bau untuk

lingkungan sekitar)* belum

dimonetisasi - - - - - -

Sub Total Manfaat MCK: - 117,060,000 58,530,000 29,265,000 14,632,500 7,316,250

Komponen Biaya

a. Konstruksi Bangunan & tanah 100,000,000 - - - - -

b. Operasional dan perawatan

1. Upah pekerja (50% UMR atau

50% x 1.200.000) - 7,704,000 8,243,280 8,820,310 9,437,731 10,098,372

2. Bahan dan alat pembersih - 2,400,000 2,568,000 2,747,760 2,940,103 3,145,910

Sub Total Biaya MCK: 100,000,000 10,104,000 10,811,280 11,568,070 12,377,834 13,244,283

2. Air

Minum Komponen Manfaat

a. Nilai ekonomis dari air minum

(harga pasar) (60% kapasitas

produksi: 60% x 86400= 51840)

Asumsi: Tahun 2011 harga per galon

3000 - 129,600,000 129,600,000 129,600,000 155,520,000 155,520,000

b. Penurunan sakit/endemi

(peningkatan kualitas kesehatan

masyarakat) (asumsi: 10 % dr MCK

dan tiap tahun menurun 50%) - 11,706,000 5,853,000 2,926,500 1,463,250 731,625

Sub Total Manfaat Air Minum: - 141,306,000 135,453,000 132,526,500 156,983,250 156,251,625

Komponen Biaya

a. Konstruksi bangunan - - - - - -

b. Biaya kapital (instalasi & mesin) 30,000,000 23,105,000 23,105,000 23,105,000 23,105,000 23,105,000

c. Biaya input - 49,176,000 49,715,280 50,292,310 50,909,731 51,570,372

1. Biaya air PDAM/ nol jika

menggunakan air tanah (termasuk

MCK) - - - - - -

2. Biaya Listrik (termasuk MCK) - 17,280,000 17,280,000 17,280,000 17,280,000 17,280,000

3. Biaya Seal, tissue, tutup gallon - 24,192,000 24,192,000 24,192,000 24,192,000 24,192,000

4. Upah pekerja (50% UMR atau

50% x 1.200.000) - 7,704,000 8,243,280 8,820,310 9,437,731 10,098,372

Sub Total Biaya Air Minum: 30,000,000 72,281,000 72,820,280 73,397,310 74,014,731 74,675,372

Total Manfaat MCK Plus: - 258,366,000 193,983,000 161,791,500 171,615,750 163,567,875

Total Biaya MCK Plus: 130,000,000 82,385,000 83,631,560 84,965,379 86,392,566 87,919,655

Total Manfaat - Total Biaya (130,000,000) 175,981,000 110,351,440 76,826,121 85,223,184 75,648,220

Teknologi MCK Plus

5) Penentuan Metode Penghitungan

Menggunakan Cost Benefit Analysis dengan membandingkan Net Present Value (NPV) dari manfaat dan biaya. Kriterianya adalah apabila NPV

dari Benefit – Cost >0 atau Benefit / Cost > 1

6) Penghitungan Benefit Cost Ratio dan Net Benefit

Hasil penghitungan rasio biaya atau NPV menggunakan metode analisis Cost Benefit Analysis dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Page 28: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

28

Periode Tahun Biaya Manfaat Manfaat-BiayaDiscount Rate

7.00%

0 2007 130,000,000 - (130,000,000) NPV 312,518,939

1 2008 82,385,000 258,366,000 175,981,000 Layak/ tidak Layak

2 2009 83,631,560 193,983,000 110,351,440 IRR 103%

3 2010 84,965,379 161,791,500 76,826,121

4 2011 86,392,566 171,615,750 85,223,184 NPV manfaat 790,512,342

5 2012 87,919,655 163,567,875 75,648,220 NPV biaya 477,993,403

B/C Ratio 1.65

Layak/ tidak Layak

5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan temuan lapangan, analisis, dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

Pertama, komponen biaya yang digunakan untuk metode Cost Effectiveness Analysis atau Least Cost Analysis (Analisis Biaya Terendah) penerapan teknologi lining saluran dan boks tersier ferosemen adalah biaya konstruksi (biaya bahan utama,

bahan bantu, dan upah tenaga kerja), biaya operasi dan pemeliharaan, serta nilai depresiasi bangunan.

Kedua, komponen manfaat yang digunakan untuk metode Cost Benefit Analysis (Analisis Biaya Manfaat) penerapan teknologi MCK plus adalah penurunan

kejadian sakit/endemi (jumlah penderita sakit dan/atau kematian), nilai ekonomis dari air minum isi ulang yang diproduksi (berdasarkan harga pasar). Sedangkan

untuk komponen biaya adalah biaya konstruksi bangunan, biaya operasi dan pemeliharaan, biaya kalpital (instalasi dan merin RO), serta biaya input (biaya air PDAM atau nol jika menggunakan air tanah, biaya listrik, biaya seal-tissue-tutup

gallon, dan upah tenaga kerja.

Ketiga, analisis biaya manfaat penerapan teknologi lining saluran dan boks tersier

ferosemen menggunakan metode Cost Effectiveness Analysis atau Least Cost Analysis (Analisis Biaya Terendah). Hal ini dikarenakan pada saat dilakukan klarifikasi

melalui wawancara kepada para penerima manfaat, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa ternyata manfaat/keuntungan penerapan teknologi tersebut

tidak dapat dikuantifikasi. Para penerima manfaat lining saluran (P3A) tidak merasa ada perubahan yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah adanya bangunan lining saluran dan boks tersier ferosemen tersebut. Keberadaan lining

saluran dan boks tersier ferosemen juga tidak memberikan peningkatan produksi pertanian yang signifikan.

Keempat, analisis biaya manfaat penerapan teknologi hasil litbang MCK plus menggunakan metode Cost Benefit Analysis (Analisis Biaya Manfaat). Hal ini

dikarenakan pada saat dilakukan observasi lapangan dan klarifikasi melalui wawancara kepada para pengelola maupun penerima manfaat, meskipun

kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa teknologi tersebut sudah tidak beroperasi sebagaimana mestinya, namun dapat dibuat asumsi menjadi dua kondisi, yaitu kondisi ideal (jika produksi dari instalasi air minum isi ulang mencapai

60% dari kapasitas produksi) dan kondisi aktual di lapangan.

Page 29: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

29

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan perhitungan dalam analisis biaya-manfaat serta hasil wawancara dan observasi lapangan, maka dapat direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut.

Pertama, terkait terknologi MCK-plus yang dikembangkan oleh Puslitbang Pemukiman didapati bahwa tingkat penggunaanya tidak terlalu tinggi di

lingkungan daerah uji coba. Hal ini didasarkan fakta bahwa tidak banyak masyarakat sekitar yang memanfaatkan hasil pengembangan teknologi ini. Salah

satu faktor yang diduga menjadi penyebab hal ini adalah kurangnya sosialisasi dan sekaligus pemilihan lokasi uji coba yang kurang strategis. Untuk itu sebagai

sebuah teknologi diperlukan adanya pengembangan sistem terpadu berupa sosialisasi dan penetapan indikator sosial yang mencerminkan tingkat prioritas kebutuhan penggunaan teknologi tersebut.

Kedua, khusus untuk teknologi MCK-plus, tingkat keberhasilan dan kesinambungan dari program MCK plus air minum sangat tergantung pada kepemilikan tanah dan

bangunan lokasi penerapan teknologi. Dalam hal ini kepemilikan individu lebih baik dari kepemilikan publik. Untuk tanah dan bangunan yang menjadi milik individu,

cenderung terdapat rasa memiliki dan tanggung jawab lebih dibandingkan aset tersebut adalah milik publik, dalam hal ini Pemerintah Desa. Dengan kepemilikan

bersama, tidak jelas siapa yang harus bertanggung jawab dalam investasi dan pemeliharaaan kecuali pihak Pemerintah Desa mengaturnya secara resmi. Namun di lapangan tidak ditemui adanya aturan resmi ini sehingga cenderung pengelolaan

sarana ini berhenti hanya beberapa saat setelah program ini dijalankan.

Ketiga, jika teknologi ini akan diimplementasikan di tempat lain, maka beberapa

prasyarat yang harus dipenuhi agar pengoperasian dan pengelolaannya mengalami keberlanjutan adalah sbb:

MCK Plus sebaiknya dibangun di lokasi yang sangat terpencil dengan profil masyarakat yang miskin dan tidak memiliki MCK sendiri.

Jumlah MCK Plus yang dibangun harus memperhatikan pola penyebaran penduduk dan topografi dari daerah tersebut.

Harus ada susunan kepengurusan dalam hal tata kelola dengan tanggung jawab dan deskripsi kerja yang jelas serta masa kerja yang pasti. Mengacu

pada kasus MCK Plus di Desa Tanah Merah, maka insentif kepada pengurus juga harus jelas yang merupakan faktor utama seseorang mau berkontribusi.

Sumber pendanaan harus berkelanjutan. Terdapat isu penting dalam hal pendanaan, apakah pemerintah (pusat/daerah) tetap berkontribusi dalam

pembiayaan atau tidak?

Dalam kasus ideal dan tujuan awal pembangunan MCK plus adalah

masyarakat mendapatkan air yang layak minum sehingga tidak

terjadinya penularan penyakit. Konsekuensi dari model ini adalah air minum harus berfungsi sebagai barang publik, artinya diberikan secara gratis sehingga pembiayaan harus terus datang dari pemerintah. Model

ini sulit diterapkan karena pembiayaan berkelanjutan dari pemerintah tidak mungkin berjalan mulus.

Model selanjutnya dalam pembiayaan adalah masyarakat yang

mendapatkan air minum dari lokasi MCK Plus harus membayar. Apabila model ini yang digunakan, maka pemerintah harus memberikan hak

privilege bagi pengurus untuk menjalankan bisnis tersebut. Konsekuensi

Page 30: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

30

dari model ini adalah sebagian masyarakat yang keinginan untuk

membayar (willingness to pay) rendah akan dicegah dalam mengakses air minum tersebut. Apalagi teknologi MCK Plus diprioritaskan pada

daerah yang masyarakatnya miskin

Model lain adalah gabungan antara bantuan pemerintah dan

pengurusan secara privat. Masyarakat mungkin harus membayar tapi

lebih rendah daripada harga pasar atau secara insidental masyarakat tidak harus membayar dengan memperhatikan ketersediaan dana. Model ini mengharuskan pengawasan yang ketat dari pemerintah dan

masyarakat sendiri.

Pengawasan dan supervisi berkala dari pemerintah dengan pengurus harus

dilakukan. Dalam hal ini pemerintah dapat melakukan monitoring dan evaluasi atas proyek yang sedang dilaksanakan di daerah tersebut.

Keempat, permasalahan utama keberlanjutan pembangunan lining saluran dan box tersier adalah pada sumber pendanaan. Pemerintah Daerah perlu segera

memberikan payung hukum formal berupa Peraturan Daerah agar Pemerintah Desa dapat segera membuat Peraturan Desa yang dapat dijadikan dasar hukum bagi

P3A dalam mengambil pungutan dari para pemilik lahan yang menggunakan air irigasi. Di sisi lain diperlukan juga adanya sumber pendanaan alternatif dari lembaga keuangan mikro. Pemerintah juga perlu meningkatkan kerja sama dengan

lembaga terkait atau universitas dalam pelatihan organisasi dan manajemen terapan bagi para petani. Pelatihan yang memadai dapat membantu petani

dalam hal penguatan kepengurusan dan meningkatkan efisiensi pelaksana.

Page 31: Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

Ringkasan Eksekutif Kajian Metode Analisis Biaya Manfaat Hasil Litbang

31

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Peraturan Menteri PU No.08 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Pekerjaan Umum.

Anonim. 2008. Laporan Ringkasan Eksekutif Penerapan Teknologi Air Minum dan Sanitasi

Lingkungan di Kawasan Endemis. Bandung: Puslitbang Permukiman.

Anonim. 2008. Laporan Akhir Pengembangan Teknologi Dalam Rangka Peningkatan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Sanitasi, Subkegiatan Kajian Penerapan Teknologi Air

Minum dan Sanitasi di Kawasan Endemis. Bandung: Puslitbang Permukiman.

Bryman, A. 2004. Social Research Methods. UK: Oxford University Press.

Creswell, Johan W. 2003. Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. London: Sage Publication.

Iriani, Lia Y. dan Firmanti, Anita. 2008. Kajian Kebutuhan Pasar untuk Penerapan Teknologi Tepat Guna Bidang Permukiman. Jurnal Permukiman Vol. 3 No. 4, November 2008.

Bandung: Puslitbang Permukiman.

Joseph E. Stiglitz. 2000. Economics of the Public Sector, 3rd ed. New York: W.W. Norton & Company.

Kadariah, et all. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek: Edisi Revisi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Little, I.M.D dan Mirrlees. 1969. Manual of Industrial Project Analysis in Developing Countries, Vol II: Social Cost Benefit Analysis. Paris: O.E.C.D.

Little, I.M.D dan Mirrlees. 1974. Project Appraisal and Planning for Developing Countries. New York: Heinemann, London, and Basic Books.

Muqorrobin, Much. 2011. Bahan Diskusi Lining/Saluran dan Boks Tersier (Ferosemen).. Bekasi: Balai Irigasi.

William N. Dunn. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada.

Wirartha, I. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

http://balitbang.pu.go.id/saritek/saritek%20pusair/8.kincir%20air%20pusair.pdf

http://balitbang.pu.go.id/saritek/saritek%20pusair/8.kincir%20air%20pusair.pdf

http://balitbang.pu.go.id/saritek/saritek%20jatan/3.cable%20stayed.pdf