analisis manfaat biaya pada pt. pertamina (persero

110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT. V BALIKPAPAN (APLIKASI BENEFIT COST RATIO) Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh : Risma Intan Pertiwi F.1109022 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: phamkiet

Post on 13-Jan-2017

249 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO)

REFINERY UNIT. V BALIKPAPAN

(APLIKASI BENEFIT COST RATIO)

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan

Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh :

Risma Intan Pertiwi

F.1109022

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO

“Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami rubah mereka di tempat mereka

berada; maka mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali”

(Qs. Yasin (36):67)

“Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugrah. Tetap jalani hidup ini tuk melakukan

yang terbaik. Jangan menyerah.. Jangan menyerrah..!”

(D’masiv)

“Apapun masalah kita, jika kita membaikkan hati maka Tuhan akan membaikkan

hidup kita”

(Mario Teguh)

“Jangan menunggu menjadi sempurna untuk menjadi seorang yang sukses, tapi

lihatlah kesempatan dan peluang, maka kamu akan tahu bagaimana memutuskan

untuk menjadi orang yang sukses!”

(Me)

Page 6: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

“Allah SWT yang Maha Penyayang, Maha Dahsyat, Maha Pemberi Kekuatan.

Tempatku Segala Bergantung”

“Baginda Rasulullah SAW, Panutan dan Kebanggaanku”

Karya ini kuhadiahkan untuk:

“Ayahanda H. Sukriyani dan Ibunda Hj. Halimas yang Teramat Kucinta”

“Abang Odi, Kak Ina dan Kak QQ, Kak Adan yang Kusayangi”

“KETANGGUHAN DAN KESUKSESANKU : See How Miracle I am!”

Page 7: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Segala puji dan sujud syukur terpanjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan ridhoNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Analisis Manfaat Biaya pada PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan

(Aplikasi Benefit Cost Ratio)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan,

bimbingan serta kerja sama yang baik dari berbagai pihak tidak dapat mewujudkan

skripsi ini, maka penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Dr. Evi Gravitiani,S.E.,M.Si selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar

memberikan bimbingan dan arahan dengan baik. Semoga Allah SWT membalas

kebaikannya dan menjadikan kehidupannya lebih baik.

2. Dr. Wisnu Untoro,M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret.

3. Drs. Supriyono,M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.

4. Drs. Sutanto,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Non

Reguler.

Page 8: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5. Ibu Dwi Prasetyani,S.E,M.Si dan Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi.,M.Si selaku

dosen pengampu di semester terakhir yang telah banyak membantu penulis untuk

menyelesaikan skripsi dan studi di Fakultas Ekonomi.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

7. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

8. Bapak Wali Kota Balikpapan a/q Kepala Bappeda Kota Balikpapan, BPS Kota

Balikpapan dan Dispenda Kota Balikpapan. Terima kasih yang tak terhingga atas

bantuannya.

9. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan, Environmental HSE

Section dan Financial Section RU. V Balikpapan. Terima kasih atas

kerjasamanya dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

10. Ayahanda H. Sukriyani dan Ibunda Hj. Halimas.,Amd.Keb, inspirasiku dan

belahan jiwaku. Terima kasih atas segala do’a yang tercurah, dukungan serta

limpahan kasih sayang yang tiada terhenti untuk putri kecilnya.

11. Abangku Odi, Kak Yuli, Kak Ina, Kak QQ dan Kak Adan yang senantiasa

mendukung dan mendoakan adik kecilnya ini, serta keponakan-keponakanku

yang lucu-lucu. Kalian selalu kurindukan.

12. Ibu Nurjana yang telah membantu pengadaan data di Pemkot Balikpapan.

13. Teman-teman EP Non Reguler Angkatan 2009.

14. Hendra Widi Utomo yang selalu memberikan semangat dan menemani di saat

senang dan susah. Every moment we past, that was very memoriable to me and

Page 9: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

you should know that you never away from this heart. Keep optimistic to face all

problems and believe what heart says. J

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam rangka kesempurnaan skripsi

ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan sumbangan pikiran untuk

perbaikan di masa yang akan datang.

Surakarta, Juni 2011

Penulis

Page 10: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii

HALAMAN MOTTO........................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ v

KATA PENGANTAR....................................................................................... vi

DAFTAR ISI...................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL.............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiii

ABSTRAKSI..................................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................. 9

C. Tujuan Penelitian............................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian............................................................................. 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sumber Daya Alam......................................................... 11

B. Pengertian Industri............................................................................ 14

C. Pengertian Eksternalitas dan Biaya Sosial........................................ 20

D. Analisis Manfaat Biaya..................................................................... 26

E. Manfaat dan Biaya............................................................................ 29

1. Manfaat........................................................................................ 29

2. Biaya............................................................................................ 30

F. Rasio Benefit Cost............................................................................. 30

G. Nilai Imbangan Manfaat Biaya......................................................... 33

Page 11: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

H. Penelitian Terdahulu......................................................................... 34

I. Kerangka Pemikiran........................................................................... 36

J. Hipotesis Penelitian........................................................................... 38

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 39

B. Metode Pengumpulan Data................................................................ 41

C. Jenis dan Sumber Data....................................................................... 42

D. Definisi Operasional Variabel............................................................ 43

1. Manfaat......................................................................................... 43

2. Biaya............................................................................................. 45

3. Tingkat Bunga............................................................................... 45

E. Metode Analisis Penelitian................................................................ 45

1. Rasio Benefit Cost......................................................................... 46

2. Nilai Imbangan Manfaat Biaya..................................................... 47

BAB IV. HASIL DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian............................................... 48

1. Letak geografis dan Wilayah........................................................ 48

2. Penduduk dan Tenaga Kerja......................................................... 51

a. Penduduk.............................................................................. 51

b. Ketenagakerjaan.................................................................... 53

3. Pendidikan................................................................................... 54

4. Kesehatan..................................................................................... 55

5. Industri dan Pertambangan........................................................... 57

a. Industri.................................................................................. 57

b. Pertambangan........................................................................ 57

6. Perdagangan................................................................................. 57

7. PDRB dan Inflasi......................................................................... 58

Page 12: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................... 59

C. Profil PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan........................... 61

1. Sejarah Umum.............................................................................. 61

2. Sejarah Perusahaan....................................................................... 63

3. Visi Misi........................................................................................ 70

4. Logo Pertamina............................................................................. 71

5. Tata Niai Perusahaan..................................................................... 71

D. Analisis Data...................................................................................... 73

1. Manfaat Langsung......................................................................... 73

a. Corporate Social Responsibility............................................. 73

b. Pendapatan Karyawan........................................................... 74

c. Pendapatan Penjualan Pertamina........................................... 75

2. Manfaat Tidak Langsung............................................................. 76

a. Pendapatan Masyarakat (Multiplier Effect)........................... 76

b. Pendapatan Daerah............................................................... 77

3. Biaya Langsung........................................................................... 79

a. Biaya Operasional................................................................. 79

b. Biaya Produksi...................................................................... 80

4. Biaya Tidak Langsung................................................................. 81

a. Biaya Penanganan Pencemaran............................................. 81

E. Rasio Benefit Cost............................................................................. 83

F. Nilai Imbangan Manfaat Biaya......................................................... 85

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan........................................................................................ 90

B. Saran.................................................................................................. 91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kegiatan Observasi Lapangan............................................................. 39

Tabel 2. Pertumbuhan Penduduk Kota Balikpapan 2005-2009......................... 52

Tabel 3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga......... 52

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan.............................................. 54

Tabel 5. Prevalensi Penyakit di Sekitar

Pertamina RU. V Balikpapan 2009 & 2010......................................... 56

Tabel 6. Perkembangan PDRB dengan Migas Kota Balikpapan 2001-2009.... 59

Tabel 7. Sejarah Pertamina RU. V Balikpapan.................................................. 63

Tabel 8. Perkembangan Kilang Pertamina RU.V Balikpapan........................... 64

Tabel 9. Perkembangan Pertamina RU. V Balikpapan..................................... 66

Tabel 10. CSR PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan 2005-2009........... 73

Tabel 11. Pendapatan Karyawan Pertamina 2005-2009.................................... 74

Tabel 12. Pendapatan Penjualan Pertamina 2005-2009..................................... 75

Tabel 13. Pendapatan Masyarakat sebagai Multiplier Effect............................. 77

Tabel 14. Kontribusi Pertamina kepada Daerah................................................ 78

Tabel 15. Biaya Operasional Pertamina diluar

Pendapatan Karyawan 2005-2009..................................................... 79

Tabel 16. Biaya Produksi Pertamina RU. V 2005-2009.................................... 80

Tabel 17. Biaya Penanganan Pencemaran 2005-2009....................................... 82

Tabel 18. Perhitungan Net B/C R Tahun 2005................................................... 84

Tabel 19. Nilai Valuasi Lingkungan Pertamina RU. V 2005-2009................... 85

Page 14: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 20. Perhitungan Nilai Imbangan Manfaat Biaya Tahun 2005 Tanpa

Eksternalitas....................................................................................... 87

Tabel 21. Perhitungan Nilai Imbangan Manfaat Biaya Tahun 2005 Dengan

Eksternalitas....................................................................................... 88

Page 15: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan

Barang Sumber Daya Alam............................................................. 13

Gambar 2. Keseimbangan Pasar, Eksternalitas Negatif

dan Efisiensi Harga, Manfaat, Biaya............................................... 22

Gambar 3. Keseimbangan Pasar, Eksternalitas Positif

dan Efisiensi Harga, Manfaat, Biaya............................................... 23

Gambar 4. Situasi Program Pengurangan Polusi................................................ 28

Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran.............................................................. 37

Gambar 6. Lokasi Kilang Pertamina di Seluruh Wilayah Indonesia.................. 60

Gambar 7. Denah Kilang PT. PERTAMINA RU. V Balikpapan....................... 69

Gambar 8. Logo Pertamina................................................................................. 70

Page 16: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Abstraksi

“Analisis Manfaat Biaya pada PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit. V Balikpapan (Aplikasi Benefit Cost Ratio)

RISMA INTAN PERTIWI

F.1109022

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menilai tingkat kelayakan suatu kegiatan industri khususnya indusri pengolahan migas PT. Pertamina (Persero) RU.V yang ada di Kota Balikpapan baik secara ekonomi dan lingkungan. Kelayakan suatu industri dapat dinilai dari suau pendekatan benefit cost ratio, yaitu dengan membandingkan nilai manfaat dan biaya dari berlangsungnya kegiatan suatu industri. Kegiatan indsutrialisasi selain untuk memperoleh keuntungan, diharapkan juga dapat memajukan perekonomian suatu negara atau daerah serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kelayakan ekonomi adalah bagaimana suatu industri dapat meningkatkan struktur masyarakat dan perekonomian. Peningkatan perekonomian suatu daerah yang ditunjang dengan adanya kegiatan industrialisasi dilihat dari pergeseran struktur ekonomi, dari berkembangnya sektor pertanian dan perdagangan dengan adanya industrialisasi maka sektor tersebut berubah menjadi kota industri yang maju akan teknologi dan sumber daya manusianya. Mengukur kelayakan ekonomi dan lingkungan suatu industri dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu Net B/C R dan Nilai imbangan manfaat biaya. Nilai Net B/C R diperoleh dari total NPV1 dibagi NPV2; nilai imbangan manfaat diperoleh dari perbandingan total manfaat dan biaya ditambah dengan nilai valuasi lingkungan atau nilai eksternalitas. Nilai eksternalitas digunakan untuk menilai seberapa besar pengaruhnya dalam mengurangi tingkat kelayakannya.

Sasaran penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kelayakan ekonomi dan lingkungannya sehingga dapat diketahui pula apa dampak positif dan negatif dari adanya industri pengolahan migas oleh Pertamina RU. V Balikpapan terhadap masyarakat dan daerah Kota Balikpapan. Berdasarkan hasil analisis, diketahui nilai kelayakan ekonominya adalah sebesar 1,058. B/C Ratio > 1 yang artinya bahwa Pertamina layak secara ekonomi dan dapat meningkatkan perekonomian secara positif baik kepada masyarakat dan perekonomian daerah. Nilai imbangan manfaat biaya diketahui sebesar 1,657 dengan memasukkan komponen eksternalitas yaitu dari nilai valuasi lingkungan, sedangkan nilai imbangan manfaat biaya tanpa memasukkan komponen eksternalitas adalah sebesar 1,660. Rasio nilai imbangan tersebut >1 yang artinya secara lingkungan, kegiatan industri yang dikelola oleh Pertamina adalah layak.

Kata Kunci: B/C R, Nilai Imbangan Manfaat Biaya, Industri Pengolahan Migas

Page 17: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam.

Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam memiliki keuntungan yaitu

kemampuan untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakatnya tanpa harus

melakukan kegiatan import dari negara lain. Sumber daya alam dapat

dimanfaatkan untuk menghasilkan sebuah barang dan jasa sesuai dengan apa

yang dibutuhkan masyarakat dengan tingkat value tertentu.

Pemanfaatan sumber daya alam berupa barang dan jasa dapat

dilakukan melalui suatu proses pengolahan. Suatu proses pengolahan dikelola

oleh sebuah industri/pabrik yang dihasilkan dari berbagai sektor. Misalnya

sumber daya alam dari sektor pertanian seperti tanaman padi dapat diolah

menjadi gabah, tembakau dapat diolah menjadi rokok oleh industri rokok, teh

dapat diolah menjadi minuman teh dan lain sebagainya. Sektor lainnya yang

memanfaatkan sumber daya alam adalah sektor pertambangan. Pemanfaatan

sektor pertambangan dapat dilihat dari hasil olahannya, namun pemanfaatan

tergantung pada potensi masing-masing daerah, karena ada daerah sebagai

daerah penghasil tambang baik migas maupun non migas serta daerah

pengolah yang ditinjau dari letak geografis daerah dan pertimbangan lainnya.

Sumber daya alam dari sektor pertambangan merupakan sumber daya

yang tak terbaharukan (non renewable) serta memiliki efek yang sangat

Page 18: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

krusial terhadap lingkungan hidup sehingga pengolahannya membutuhkan

keahlian khusus agar dalam menggunakannya tidak hanya dapat merusak

lingkungan oleh proses pengerukkannya, tetapi juga keahlian dalam

mengolah hasil limbah industrinya. Limbah hasil pengolahan minyak bumi

memiliki efek yang sangat kuat terhadap kesehatan. Pada umumnya, limbah

dibuang bebas dilepas pantai melalui proses pengilangan minyak dan sistem

pengolahan limbah melalui Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL). Meskipun telah diolah melalui beberapa tahapan yang telah

distandarisasikan, namun tak dapat dihindari hal ini dapat menurunkan

kualitas lingkungan terutama terhadap masyarakat sekitar lokasi industri.

Industri merupakan suatu sektor kegiatan yang sering dikaitkan

dengan kemajuan dan kecepatan pertumbuhan ekonomi suatu negara, serta

pencemaran lingkungan. Namun kemajuan industri suatu negara tidak hanya

ditunjukkan oleh banyaknya pabrik atau industri yang didirikan, tetapi juga

oleh kesehatan pabriknya. Salah satu parameter kesehatan pabrik adalah dari

seberapa banyak limbah yang dibuang. Pembangunan industri juga perlu

mempertimbangkan tempat pembuangan limbah karena bagaimanapun

bersihnya suatu kegiatan pasti akan membuang limbahnya. Peraturan tentang

ambang batas limbah sering dikaitkan dengan badan penerima limbah, untuk

limbah cari menggunakan sungai atau laut. Peraturan akan semakin longgar

untuk badan penerima limbah yang mempunyai daya dukung makin besar dan

peruntukan perairan yang makin rendah, sedangkan mengolah limbah yang

baik membutuhkan biaya yang mahal (Sarto, 1996).

Page 19: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Industri yang sangat krusial letak, pengolahan serta value nya adalah

industri migas maupun industri pengolahan migas, meskipun industri

pertanian adalah industri yang paling banyak dalam memberikan kontribusi

dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi proses pengolahannya tidak

memiliki tingkat riskan yang sama dengan industri pertambangan dan migas

ataupun pengolahan migas yang dapat mengurangi kualitas lingkungan.

Industri pengolahan migas tersebar di seluruh daerah di Indonesia

khususnya daerah-daerah yang memiliki sektor unggulan dalam mengolah

minyak mentah menjadi bahan bakar minyak maupun non bahan bakar

minyak. PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan yang bergerak di bidang

industri pengolahan migas dan telah berdiri sejak banyak ditemukannya

sumur-sumur minyak bumi dan gas alam di wilayah Indonesia yang kaya

akan sumber daya alam migas. PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V

Balikpapan merupakan salah satu unit pengolahan dari beberapa unit

pengolahan Pertamina yang ada di Indonesia. Unit pengolahan minyak dan

gas bumi sangat berpotensi menimbulkan polutan, oleh karena itu PT.

Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan memiliki unit-unit untuk melindungi

lingkungan dari pencemaran limbah yang dihasilkan. Unit-unit tersebut dapat

berupa sarana untuk meminimalisasikan limbah yang telah dihasilkan. Tujuan

lainnya agar limbah yang dihasilkan baik berupa cair, padat maupun gas

memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah sehingga aman

ketika dibuang ke lingkungan.

Page 20: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Kilang minyak RU. V adalah salah satu dari tujuh kilang minyak PT.

Pertamina (Persero) yang ada di Indonesia. Kilang RU. V Balikpapan berawal

dari ditemukannya sumber minyak di Sanga-sanga pada tahun 1897,

kemudian ditemukan sumber minyak di Tarakan (1899), Samboja (1911) dan

Bunyu (1922). Kilang Balikpapan dibangun oleh Shell Transport & Trading

Ltd pada tahun 1899 dan mengalami perbaikan guna meningkatkan kapasitas

produksi. Perbaikan pertama dilakukan pada tahun 1922 guna meningkatkan

kapasitas produksi dari 5.000 barrel/hari dan sebagai cikal bakal Kilang

Balikpapan I.

Bertambahnya penemuan sumber-sumber minyak di Kalimantan

Timur oleh Kontraktor Production Sharing (KPS) CHEVRON, VICO, dan

TOTAL E&P dan meningkatnya kebutuhan BBM Dalam Negeri, pada tahun

1980 dibangun Kilang Balikpapan II berkapasitas produksi 200.000

barrel/hari yang resmi dioperasikan 1 November 1983. Pada tahun 1995

dilakukan pembaharuan dan peningkatan Kilang Balikpapan I berkapasitas

produksi 60.000 barrel/hari yang mulai dioperasikan tahun 1997.

PT. Pertamina RU. V Balikpapan mempekerjakan lebih kurang

sebanyak 1.166 orang dengan produk utama BBM tentu akan memberi

dampak positif maupun negatif bagi daerah sekitarnya baik secara langsung

maupun tidak langsung. Menurut beberapa survei Pertamina mengenai sosial,

ekonomi dan budaya masyarakat, dampak positif yang diberikan dari adanya

industri pengolahan migas meliputi dalam hal mengurangi angka

pengangguran, meningkatkan pendapatan masyarakat secara riil maupun

Page 21: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

multiplier effect, meningkatkan pendapatan daerah dan meningkatkan taraf

hidup masyarakat Kota Balikpapan melalui program-program tanggung

jawab sosial perusahaan. Dampak negatif yang mungkin diterima masyarakat

dan lingkungan seperti kebisingan, debu, ketidaknyamanan suhu udara,

penurunan kualitas udara dan kualitas perairan, terganggunya keseimbangan

kehidupan, kekurangan debit air, kepadatan lalu lintas dan kesehatan.

Salah satu dampak negatif yang berpengaruh besar terhadap pola

kehidupan masyarakat maupun lingkungan adalah pencemaran akibat adanya

industri pengolahan migas. Pencemaran mengakibatkan dampak negatif

terhadap manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, harta benda, atau dengan kata

lain terhadap kehidupan bersama (sosial). Dampak pencemaran sosial

ekonomi dapat diartikan dampak terhadap individu-individu dalam kehidupan

bersama yang dinilai dengan satuan moneter (ekonomi). Suatu produk yang

dihasilkan melalui proses produksi di suatu industri yang menimbulkan

pencemaran dijual dengan harga yang relatif murah dibanding dengan harga

produk yang sama dengan teknologi yang sama, tetapi tidak mencemari

karena sudah memakai alat pengolah limbah (Brodjonegoro, 1996).

Pengolahan minyak dan gas alam ini menghasilkan limbah yang tidak

sedikit. Air limbah yang dihasilkan dalam pengolahan minyak di PT.

Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan berupa limbah cair dan non cair.

Beberapa jenis pengolahan air limbah oleh Pertamina, antara lain:

Page 22: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

1. Pengelolaan Air Limbah

RU. V melaksanakan pemantauan kualitas air limbah yang terdiri dari:

air limbah proses, air limbah drainase dan air pendingin dan dari unit

pengolahan melaporkan setiap bulan dan memastikan seluruh parameter

di seluruh titik outlet kurang dari standar baku mutu air limbah (<

BMAL). Upaya pengembangan dilakukan secara terus menerus baik dari

metode, kehandalan peralatan maupun desain sistem sehingga

persyaratan baku mutu terpenuhi.

2. Pengelolaan Limbah Emisi Udara

Limbah emisi udara dari seluruh cerobong dan flare stak dipantau dan

dilaporkan secara periodik untuk memastikan seluruh parameter kurang

dari baku mutu emisi (< BME).

3. Pengelolaan Limbah B3

Pengelolaan seluruh jenis limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

yang dihasilkan RU. V dikendalikan secara kualitatif (dengan perijinan)

dan kuantitatif (dengan neraca limbah). Kegiatan pengelolaan

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan pada ijin.

Pengelolaan limbah B3 diarahkan kepada penerapan prinsip 3 R (Reuse-

Recycle-Recovery).

4. Flare Gas Recovery System

Tujuan proyek Flare Gas Recovery System adalah untuk memberikan

kontribusi penggunaan energi yang lebih efisien dan mencegah polusi

Page 23: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

lingkungan atau lindungan lingkungan di Indonesia khususnya Kota

Balikpapan. Manfaat proyek Flare Gas Recovery System adalah :

a. Mengurangi emisi CO2.

b. Penghematan energi hijau Fuel Gas yang berhasil direcovery.

c. Recovered Hydrocarbon Liquid (LPG komponen).

Suatu kebijakan lingkungan mengacu pada dasar undang-undang

regulasi, yaitu diukur dalam UU No. 23 Tahun 1997 lalu pada tahun 2009

menjadi UU No. 32 Tahun 2009. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa setiap

rencana kegiatan yang akan diperkirakan akan menimbulkan dampak penting

terhadap lingkungan hidup, wajib dilengkapi dengan studi Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Undang-undang yang mengatur

tentang lingkungan hidup khususnya untuk hal limbah adalah Permen

Lingkungan Hidup (LH) No.19 Tahun 2010, sedangkan untuk hal emisi udara

terdapat pada Permen LH No. 13 Tahun 2009. Limbah B3 pada PP RI No. 18

dan 85 Tahun 1999.

Seiring dengan berkembangnya peraturan di bidang pengelolaan

lingkungan hidup, maka PT. Pertamina (Persero) juga telah melengkapi

kegiatan kilang RU.V Balikpapan dengan berbagai dokumen (ANDAL, RKL,

RPL, UKL & UPL) sebagai bukti kegiatan terhadap peraturan perundangan

yang berlaku. Selain itu PT. Pertamina (Persero) melengkapi Kilang RU. V

Balikpapan dengan Sistem Manajemen Lingkungan – ISO 14001 yang

dibentuk tahun 1997, mulai pra sertifikasi tahap I tahun 1998-2001 dan pra

Page 24: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

sertifikasi tahap II tahun 1999-2001, kemudian tahun 2002 dilanjutkan

dengan audit (audit internal, consultant audit, preliminary audit dan certified

audit) dan memperoleh sertifikat ISO 14001 tahun 2002, kemudian

dilanjutkan dengan penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001.

Sehubungan dengan adanya peraturan dan perundangan tersebut diharapkan

pembangunan sektor migas dapat terlaksana secara berwawasan lingkungan

dan berkesinambungan.

Ilmu ekonomi mengenal suatu analisis yaitu analisis rasio manfaat dan

biaya (B/C Ratio). Apabila rasio manfaat biaya industri pengolahan migas

lebih besar atau sama dengan 1 (satu) maka kesejahteraan masyarakat lebih

tinggi dan sebaliknya, jika kurang dari 1 (satu), maka kesejahteraan

masyarakat menurun. Analisis manfaat biaya dikembangkan untuk memberi

sebuah cara sistematik untuk membandingkan keuntungan serta kerugian

ekonomi dari berbagai alternatif proyek. Pada umumnya, para penganalisa

dan perencana hanya tertarik pada alternatif yang mempunyai rasio lebih dari

1 (satu). Dengan kata lain, agar ekonomi layak, sebuah proyek diharapkan

dapat memberikan lebih banyak untung daripada rugi (Pareglio, 1996).

Berdasarkan dampak positif dan negatif yang timbul akibat industri

pengolahan migas oleh Pertamina perlu dilakukan penghitungan tingkat

keuntungan dan kerugian agar diketahui tingkat kelayakan keberadaan

industri ini di kota Balikpapan. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut,

maka penelitian ini mengambil judul Analisis Manfaat Biaya pada PT.

Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan (Aplikasi Benefit Cost Ratio).

Page 25: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Penelitian lebih dikonsentrasikan pada dampak yang diterima oleh

masyarakat pada khususnya dan Kota Balikpapan pada umumnya ditinjau

dari aspek ekonomi dan lingkungan yang ditimbulkan oleh adanya industri

pengolahan migas PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang akan

dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kelayakan ekonomi dari PT. Pertamina (Persero) RU. V

Balikpapan dengan menggunakan pendekatan Benefit Cost Ratio?

2. Bagaimana nilai imbangan manfaat biaya dengan metode imbangan

manfaat-biaya lingkungan dari PT. Pertamina (Persero) RU. V

Balikpapan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui dampak positif dan negatif dengan rasio manfaat biaya yang

diakibatkan oleh adanya industri pengolahan migas di PT. Pertamina

(Persero) RU. V terhadap masyarakat dan perekonomian daerah kota

Balikpapan.

2. Mengetahui nilai imbangan manfaat biaya di PT. Pertamina (Persero) RU.

V terhadap masyarakat dan perekonomian daerah kota Balikpapan

melalui pendekatan ekonomi lingkungan.

Page 26: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah Daerah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana

suatu kegiatan ekonomi di PT. Pertamina (Persero) RU. V berlangsung

dengan memasukkan aspek lingkungan didalamnya, serta dampak-

dampak baik itu dampak positif maupun negatif terhadap kesejahteraan

masyarakat dan majunya perekonomian daerah.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

Bagi ilmu pengetahuan, khususnya bidang Ekonomi Sumber Daya

Alam dan Lingkungan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan empiris tentang aspek lingkungan yang mempengaruhi

jalannya kegiatan ekonomi suatu perusahaan melalui rasio manfaat dan

biaya serta nilai valuasi lingkungan dan pengetahuan tentang kelayakan

ekonomis suatu lingkungan dari adanya industri pengolahan migas secara

ekonomi dan sosial.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan empiris

dan dapat memberikan pengetahuan praktis tentang ekonomi sumber daya

alam dan lingkungan, khususnya mengenai analisis manfaat biaya dari

adanya industri pengolahan migas secara ekonomi dan sosial bagi

masyarakat dan perekonomian daerah Kota Balikpapan.

Page 27: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sumber Daya Alam

Sumber daya alam merupakan komponen penting dalam setiap

kegiatan ekonomi dan industri. Sumber daya alam yang melimpah sangat

menunjang majunya perekonomian suatu daerah namun dalam pemakaiannya

memerlukan efisiensi agar penggunaan sumber daya tersebut dapat digunakan

sesuai dengan kebutuhan saja. Salah satu cabang ilmu ekonomi mengenal

ekonomi sumber daya alam. Ekonomi sumber daya alam merupakan salah

satu cabang ilmu ekonomi yang mencoba menerapkan teori ekonomi,

khususnya teori ekonomi mikro dalam pengelolaan sumber daya alam dan

energi untuk memenuhi kebutuhan manusia secara efisien, efektif dan lestari.

Pertumbuhan ekonomi agregat sering diartikan sebagai kenaikan

produksi nasional. Fungsi Produksi menunjukkan hubungan antara keluaran

(output) dengan jumlah masukan (input). Fungsi produksi berikut

sumberdaya alam dengan masukan (input) lainnya menjadi pendorong bagi

pertumbuhan ekonomi dan secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:

Y = f (L , K , R , T)

Dimana:

Y = Jumlah produksi

L = Jumlah tenaga kerja

K = Kapital

Page 28: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

T = Teknologi

R = Jumlah barang sumberdaya alam

Sejarah menunjukkan masyarakat dapat mencapai kemakmuran

karena berhasil memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Adam Smith

dengan teori Absolute Comparative Advantage menyarankan agar setiap

masyarakat berproduksi sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimiliki.

Jadi masyarakat yang kaya akan sumber daya akan lebih banyak berproduksi.

Jumlah sumber daya alam yang terbatas sedangkan pemenuhan

kebutuhan manusia yang tidak terbatas seringkali membuat pemanfaatan dan

pengelolaan sumber daya alam tidak lagi bijaksana dan berpandangan jangka

pendek. Isu lainnya mengenai pengelolaan sumber daya manusia yaitu belum

adanya pertimbangan lingkungan. Semakin terbatasnya kondisi lingkungan

global dan adanya pergeseran para pengguna dari yang semula memakai SDA

yang renewable menjadi non renewable. Tujuan pengelolaan SDA untuk

mencapai tingkat penggunaan yang optimal dan lestari dan tergantung pada

pemanfaatan.

Sumber daya alam terbagi menjadi 2 (dua), yaitu sumber daya alam

terbaharui dan tak terbaharui. Pemakaian sumber daya alam yang salah dapat

menyebabkan beberapa hal yang merugikan pihak-pihak terutama pihak

ketiga dari jalannya suatu kegiatan industri/usaha. Salah satunya yang

dipermasalahkan adalah timbulnya biaya sosial dan eksternalitas. Bentuk

eksternalitas yang berhubungan dengan penelitian ini adalah mengenai

limbah. Limbah tersebut diolah sedemikian mungkin agar dapat

Page 29: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

meminimalisasikan dampak limbah terendah terhadap masyarakat sebagai

penanggung dari eksternalitas negatif. Hal ini merupakan biaya eksternal

perusahaan yang juga sebagai biaya sosial yang harus ditanggung oleh

perusahaan.

Ada hubungan yang positif antara jumlah dan kuantitas barang

sumberdaya dan pertumbuhan ekonomi, tetapi sebaliknya ada hubungan

negatif antara pertumbuhan ekonomi dan tersedianya sumberdaya alam yang

ada di dalam bumi. Pembangunan ekonomi yang cepat yang bersamaan

dengan pembangunan pabrik akan meningkatkan pencemaran lingkungan.

Y (y1)

Y=f(R)

Y0

0

R0 R1 R Sumber: Suparmoko dkk, 2011

Gambar 1. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Barang Sumber Daya

Alam

Berkembangnya jumlah penduduk, perekonomian harus lebih banyak

menyediakan barang dan jasa. Peningkatan produksi barang dan jasa

menuntut lebih banyak produksi barang SDA yang harus digali dan semakin

menipisnya SDA dan pencemaran lingkungan semakin meningkat. Menurut

teori biaya produksi, teori klasik (Ricardo) dan neo klasik (Jevons)

Page 30: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

menyatakan peningkatan biaya produksi berhubungan dengan semakin

berkurangnya persediaan SDA. Penyebab SDA menjadi langka apabila:

1. Biaya riil per satuan output naik terus selama periode pengambilan.

2. Biaya komoditi yang diambil relatif lebih tinggi dari biaya produksi

komoditi lain.

3. Harga komoditi yang diambil relatif lebih tinggi dari harga komoditi lain

SDA dapat menjadi tidak langka disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

1. Adanya barang substitusi, contoh: plastik mengganti kulit.

2. Adanya penemuan baru dengan metoda eksplorasi baru.

3. Adanya peningkatan dalam impor mineral dan metal dari negara lain.

4. Adanya peningkatan pengetahuan teknik .

5. Adanya pemakaian ulang (recycle).

Kelangkaan dapat dilihat dari harga barang SDA yang semakin naik

maupun dilihat dari royalti atau rent. Rent adalah harga bayangan satu satuan

barang SDA dalam persediaan. Bila seseorang tertarik pada kelangkaan maka

rent lebih tepat, tetapi bila ingin mengetahui banyaknya pengorbanan dalam

memperoleh barang SDA maka yang tepat adalah harga karena sudah

mencakup biaya produksi dan sewa.

B. Pengertian Industri

Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,

bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan

nilai yang lebih tinggi penggunaannya agar memperoleh nilai tambah (value

Page 31: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

added) dan keuntungan. Kegiatan industri menyangkut semua kegiatan

manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial.

Semakin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara

atau daerah, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks

pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau

pengklasifikasian industri pun berbeda-beda, tetapi pada dasarnya

pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu menurut tempat

bahan baku, besar kecilnya modal, klasifikasi, jumlah tenaga kerja, pemilihan

lokasi dan produktivitas perseorangan. Perkembangan dan pertumbuhan

ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara

tersebut. Semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus

dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya (Anonim, 2011).

1. Jenis industri berdasarkan tempat bahan baku:

a. Industri ekstraktif. Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku

diambil langsung dari alam sekitar. Contoh: pertanian, perkebunan,

perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan lain-lain.

b. Industri non ekstraktif. Industri non ekstraktif adalah industri yang

bahan bakunya didapat dari tempat lain selain alam sekitar.

c. Industri fasilitatif. Industri fasilitatif adalah industri yang produk

utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya.

Contoh: Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain

sebagainya.

Page 32: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

2. Jenis industri berdasarkan besar kecil modal:

a. Industri padat modal, yaitu industri yang dibangun dengan modal yang

jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun

pembangunannya.

b. Industri padat karya, yaitu industri yang lebih dititikberatkan pada

sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta

pengoperasiannya.

3. Jenis industri berdasarkan klasifikasi (SK Menteri Perindustrian

No.19/M/I/1986):

a. Industri kimia dasar. Contoh: industri semen, obat-obatan, kertas,

pupuk.

b. Industri mesin dan logam dasar. Contoh: industri pesawat terbang,

kendaraan bermotor, tekstil.

c. Industri kecil. Contoh: industri roti, kompor minyak, makanan ringan,

es, minyak goreng curah.

d. Aneka industri. Contoh: industri pakaian, industri makanan dan

minuman.

4. Jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja:

a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang jumlah tenaga kerjanya

berjumlah antara 1-4 orang.

b. Industri kecil, yaitu industri yang jumlah tenaga kerjanya berjumlah

antara 5-19 orang.

Page 33: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

c. Industri sedang atau industri menengah, yaitu industri yang jumlah

tenaga kerjanya berjumlah antara 20-99 orang.

d. Industri besar, yaitu industri yang jumlah tenaga kerjanya berjumlah

antara 100 orang atau lebih.

5. Jenis industri berdasakan pemilihan lokasi:

a. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market

oriented industry), yaitu industri yang didirikan sesuai dengan lokasi

potensi target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-

kantong dimana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar

akan semakin menjadi lebih baik.

b. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja /

labor (manpower oriented industry), yaitu industri yang berada pada

lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri

tersebut membutuhkan banyak pekerja untuk lebih efektif dan efisien.

c. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku

(supply oriented industry), yaitu jenis industri yang mendekati lokasi di

mana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya

transportasi yang besar.

6. Jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan:

a. Industri primer, yaitu industri yang barang-barang produksinya bukan

hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu. Contoh: hasil

produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan

sebagainya.

Page 34: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

b. Industri sekunder, yaitu industri yang mengolah bahan mentah

sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali. Misalnya

pemintalan benang sutra, komponen elektronik, pengolahan migas dan

sebagainya.

c. Industri tersier, yaitu industri yang produk atau barangnya berupa

layanan jasa. Contoh: telekomunikasi, transportasi, perawatan

kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Industrialisasi sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat yang lebih maju

maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Pembangunan industri merupakan

suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan

kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja.

Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan

mutu sumber daya manusia dan kemampuannya memanfaatkan secara

optimal sumber daya alam dan sumber daya lainya. Hal ini berarti pula

sebagai suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga manusia

disertai usaha untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia. Dengan

demikian dapat diusahakan secara vertikal semakin besarnya nilai tambah

pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara horisontal semakin luasnya

lapangan kerja produktif bagi penduduk yang semakin bertambah.

Berbagai pendapat muncul bahwa industri itu mempunyai peranan

penting sebagai sektor pemimpin (leading sector). Sektor pemimpin ini

maksudnya adalah dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu

Page 35: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainya seperti sektor pertanian,

sektor perdagangan dan sektor jasa. Pertumbuhan industri yang pesat akan

merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan

baku bagi industri, akibatnya sektor jasapun berkembang dengan adanya

industrialisasi tersebut, misalnya dengan berdirinya lembaga-lembaga

keuangan, lembaga-lembaga pemasaran atau periklanan dan sebagainya yang

keseluruhan tersebut akan mendukung lajunya pertumbuhan industri.

Keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja yang pada akhirnya akan

meningkatkan pendapatan dan permintaan daya beli masyarakat. Kenaikan

pendapatan dan peningkatan permintaan daya beli tersebut menunjukkan

bahwa perekonomian itu tumbuh sehat. United Nations for Industrial

Development Organization (UNIDO) mengelompokkan negara-negara

sebagai berikut (Muhammad, 1992) :

a. Kelompok negara non-industri apabila sumbangan sektor industri terhadap

PDB kurang dari 10 persen.

b. Kelompok negara dalam proses industrialisasi apabila sumbangan tersebut

antara 10-20 persen.

c. Kelompok negara semi industrialisasi jika sumbangan tersebut antara 20-

30 persen.

d. Kelompok negara industri jika sumbangan tersebut lebih dari 30 persen.

Page 36: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Perroux (1992) mengatakan, pertumbuhan tidak muncul di berbagai

daerah pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat

yang disebut pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Inti

pendapat Perroux (dalam Muhammad, 1992) adalah sebagai berikut :

a. Suatu proses pembangunan akan timbul industri pemimpin yang

merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah.

Keterkaitan antar industri sangat erat, maka perkembangan industri

pemimpin akan mempengaruhi perkembangan industri lain yang

berhubungan erat dengan industri pemimpin tersebut.

b. Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan

perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola

konsumsi yang berbeda antar daerah sehingga perkembangan industri di

daerah tersebut akan mempengaruhi perkembangan daerah-daerah lainnya.

c. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif

dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang tergantung

dari industri pemimpin atau pusat pertumbuhan. Daerah yang relatif maju

atau aktif akan mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif.

C. Pengertian Eksternalitas dan Biaya Sosial

Eksternalitas merupakan manfaat (benefit) dan biaya (cost) yang tidak

dapat diperhitungkan secara langsung dalam proses produksi barang atau jasa.

Apabila ada eksternalitas, maka ada pihak ketiga di luar pembeli dan penjual

yang terkena dampak dari produksi dan konsumsi. Manfaat atau biaya pihak

Page 37: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

ketiga tidak diperhitungkan baik oleh pembeli ataupun penjual barang yang

diproduksi atau dikonsumsi sehingga menghasilkan eksternalitas. Harga pasar

tidak secara tepat mencerminkan manfaat sosial marginal atau biaya sosial

marginal yang diperdagangkan apabila terdapat eksternalitas.

Eksternalitas memunculkan situasi penyimpangan di dalam biaya dan

manfaat marginal dari biaya atau manfaat sosial marginal. Penyimpangan

tersebut memiliki arti bahwa produsen maupun konsumen tidak peduli

apakah yang diproduksi atau dikonsumsi itu bermanfaat atau merugikan

pihak ketiga. Hal ini menyebabkan inefisiensi terjadi di suatu kegiatan

produksi. misalnya produsen memproduksi produk yang menghasilkan

eksternalitas negatif. Produsen tidak peduli terhadap biaya yang ditanggung

oleh pihak ketiga, begitu pula ketika terjadi eksternalitas positif, pembeli

ataupun penjual tidak mempertimbangkan fakta bahwa konsumsi ataupun

produksi mereka memiliki dampak positif terhadap pihak ketiga. Kenyataan

terciptanya eksternalitas positif atau negatif ini tidak tercermin dalam

penentuan harga barang dan jasa.

Eksternalitas negatif atau disebut biaya eksternal adalah biaya yang

ditanggung pihak ketiga diluar pembeli dan penjual yang tidak tercermin

dalam harga pasar. Sebagai contoh adalah kerusakan yang disebabkan oleh

polusi industri terhadap masyarakat dan lingkungan. Dampak merugikan

terhadap kesehatan ini tentu saja akan mengurangi nilai hak miliki pribadi

seseorang.

Page 38: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

P

MPC+MEC=MSC

P3 c

MEC

P2 b S=MPC

P1 a

D=MSB

0 Q2 Q1 Q

Sumber : Amirullah, 2010

Gambar 2. Keseimbangan Pasar, Eksternalitas Negatif dan Efisiensi

Harga, Manfaat, Biaya

Equilibrium pasar pada gambar 2 terjadi di titik A ketika output Q1

dan kondisi tersebut inefisien kareena MSC > MSB. Output efisien terjadi di

tiik B, dimana output Q2 dan harga produk meningkat menjadi P2 bergerak

menuju output yang efisien. Hal ini akan mengurangi biaya sosial marginal

dari P3 menuju P2 dan diperoleh keseimbangan sebesar daerah ABG. Kondisi

efisien tercapai apabila MPC + MEC = MSC karena MPC = MSB, maka

MSC = MPC + MEC = MSB.

Page 39: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Eksternalitas positif merupakan manfaat yang diperoleh pihak ketiga

diluar penjual dan pembeli yang tidak tercermin dalam harga pasar. Penjual

dan pembeli tidak pernah mempertimbangkan fakta bahwa setiap unit

produksi menghasilkan manfaat terhadap yang lain. Sebagai contoh dari

adanya eksternalitas positif adalah adanya alat pencegah kebakaran.

Pembelian alat pencegah kebakaran seperti alarm asap atau material tahan

bakar bermanfaat bagi pihak ketiga diluar penjual dan pembeli dengan

mengurangi resiko menyebarnya kebakaran. Penjual dan pembeli tidak

pernah mempertimbangkan fakta bahwa alat pencegah kebakaran

menurunkan kemungkinan kerusakan property yang dimiliki oleh pihak

ketiga.

P

P3 V S=MSC

P2 V

P1 U

P4 MPB+MEB = MSB

D=MPB

0 Q1 Q2 Q

Sumber : Amirullah, 2010

Gambar 3. Keseimbangan Pasar, Eksternalitas Positif dan Efisiensi Harga,

Manfaat, Biaya

Page 40: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Equilibrium pasar pada gambar 3 terjadi di titik U saat output yang

dikonsumsi sebesar Q1, dimana MPB = MSC. Kondisi tersebut tidak efisien

karena MSB > MSC. Kondisi efisien terjadi di titik V dimana output yang

dikonsumsi sebesar Q2. Kondisi efisien terjadi ketika MPB + MEB = MSB,

maka MPB + MEB = MSB = MSC.

Bentuk eksternalitas meliputi eksternalitas manfaat maupun

eksternalitas biaya. Eksternalitas terjadi bila suatu kegiatan menimbulkan

manfaat dan atau biaya bagi kegiatan atau pihak di luar pelaksana kegiatan

tersebut. Eksternalitas dalam biaya inilah yang disebut pula sebagai biaya

sosial. Permasalahan biaya sosial ini sesungguhnya berkaitan dengan masalah

pencemaran lingkungan yang sebagai akibatnya adalah kerusakan lingkungan

hidup yang dapat dianggap sebagai biaya pembangunan ekonomi

(Suparmoko, 1989:237).

Masalah yang terjadi adalah siapa yang harus menanggung biaya

sosial tersebut dan apakah biaya itu harus ditanggung oleh pihak yang

menimbulkan korban atau biaya itu, ataukah pihak yang dirugikan atau

pemerintah. Studi Coase (1989) mengambil contoh kegiatan usaha yang

menimbulkan dampak yang merugikan bagi pihak lain, sebagai contoh pabrik

yang menimbulkan asap yang mengotori dan menganggu lingkungan hidup

sekitar pabrik tersebut. Pada umumnya, para ekonomi menyetujui agar pabrik

yang menyebabkan polusi asap itulah yang harus dikenai kewajiban untuk

mencegah pencemaran itu atau ia diwajibkan membayar pajak sebesar

kerugian yang ditimbulkannya atau pabrik tersebut dipindahkan keluar daerah

Page 41: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

pemukiman. Namun Coase menyatakan bahwa upaya pemecahan masalah

seperti tersebut diatas kurang tepat.

Sesungguhnya ada hubungan timbal balik dalam penciptaan dampak

yang sifatnya merugikan itu. Apabila suatu perusahaan A menimbulkan

pencemaran dan merugikan perusahaan B, maka biasanya masyarakat

cenderung menginginkan agar perusahaan yang merugikan perusahaan lain

itu (A) yang dikenai suatu beban atau semacam hukuman. Hal ini sebenarnya

adalah keliru karena dengan mencegah terjadinya kerugian pada B,

sesungguhnya masyarakat juga merugikan A. Permasalahannya adalah

bagaimana agar kerugian tersebut tidak semakin serius, sebagai contoh

apabila terdapat sebuah perusahaan kontraktor yang mendirikan bangunan

untuk hotel, maka secara langsung kontraktor tersebut membuat kebisingan

atau menimbulkan polusi suara. Hal ini akan mengganggu seorang dokter

yang praktek didekat lokasi bangunan tersebut dalam memberikan

pengobatan kepada pasiennya dan untuk mengurangi kerugian dokter

tersebut, ia akan membebankan kerugian yang harus diderita kepada

kontraktor.

Soemarwoto (1989) menyatakan bahwa dalam dunia ini tidak ada

sesuatu yang gratis. Apabila seseorang ingin memperoleh sesuatu tanpa

membayar, mungkin ada orang lain yang harus membayar biaya yang

diperlukan untuk memperoleh sesuatu yang dianggap menguntungkan tadi.

Apabila ada orang yang membuang limbah ke sungai, pada hakikatnya ia

ingin menggunakan sungai itu untuk mengangkut limbah tersebut secara

Page 42: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

gratis, namun orang lain harus memikul biaya pengangkutan dalam bentuk

penurunan hasil ikan atau biaya penjernihan air untuk minum yang lebih

tinggi oleh Perusahaan Air Minum. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

sektor pertanian, sektor pariwisata dan masyarakat umum seringkali harus

menderita dan membayar biaya yang seharusnya dipikul oleh para

industriawan dan para pengendara mobil atau motor. Hal ini disebut dengan

biaya eksternal atau biaya sosial oleh para pakar ekonomi.

Kegiatan-kegiatan tersebut memiliki biaya yang harus dibayar sendiri

(internal cost) dan ternyata perusahaan juga menciptakan biaya yang harus

dipikul orang lain (external cost) atau eksternalitas negatif. Oleh karena itu,

biaya lingkungan itu adalah riil atau nyata dan harus diperhitungkan dalam

kegiatan pembangunan.

D. Analisis Manfaat dan Biaya

Manfaat merupakan nilai barang dan jasa bagi konsumen sedangkan

biaya merupakan manfaat yang tidak diambil atau lepas dan hilang

(opportunity cost). Menentukan manfaat serta biaya yang berhubungan

dengan aspek lingkungan seringkali mengalami kesulitan sehingga beberapa

peneliti terdahulu telah mencoba untuk menentukan biaya pembuangan

sampah atau limbah buangan perusahaan-perusahaan maupun rumah tangga.

Biaya tersebut adalah biaya mencegah polusi dan biaya polusi.

Biaya pencegahan polusi adalah biaya yang dikeluarkan baik oleh

perusahaan, perorangan atau pemerintah untuk mencegah sebagian atau

Page 43: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

keseluruhan polusi sebagai akibat kegiatan produksi dan konsumsi. Biaya

polusi dibagi menjadi 2 (dua), antara lain:

1. Biaya yang dikeluarkan pemerintah atau swasta untuk menghindari

kerusakan akibat polusi

2. Kerusakan kesejahteraan masyarakat sebagai akibat polusi. Biaya pertama,

yaitu biaya yang dikeluarkan pemerintah atau swasta untuk menghindari

kerusakan akibat polusi relatif mudah untuk mengukurnya, akan tetapi

biaya yang kedua sangatlah sulit untuk mengukurnya. Apabila analisis

manfaat serta biaya diterapkan pada masalah lingkungan, khususnya

untuk menanggulangi pencemaran lingkungan, maka hal tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut.

Analisis manfaat biaya pada hakikatnya merupakan penilaian

sistematika terhadap keuntungan serta kerugian segala perubahan dalam

produksi dan konsumsi masyarakat. Analisis diterapkan pada program

penanggulangan atau pencegahan polusi. Manfaat program tersebut adalah

pengurangan biaya polusi baik biaya menghindari kerusakan karena polusi

maupun biaya merusak kesejahteraan akibat polusi.

Biaya program adalah segala pengeluaran pemerintah dan ini dapat

diukur dengan nilai pemanfaatan lain sumber daya yang diperlukan untuk

pelaksanaan program. Asumsi yang diajukan untuk mempermudah analisis,

yaitu:

Page 44: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

1. Setiap tambahan pengeluaran pada program ini menghasilkan

pengurangan dalam hasil polusi, yaitu sebagai akibat usaha pengurangan

polusi.

2. Masyarakat biasanya menilai usaha-usaha permulaan pengurangan polusi

itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penilaian usaha-usaha

berikutnya. Apabila digambarkan maka asumsi tersebut menghasilkan

situasi seperti terlihat pada gambar berikut.

Rp/Satuan

R

Biaya sosial marjinal (MSC)

E* E

Manfaat sosial marjinal (MSB)

O P* P Satuan Hasil Polusi

Sumber : Suparmoko, 1989

Gambar 4. Situasi Program Pengurangan Polusi

Garis horisontal MSC menunjukkan bahwa setiap rupiah pengeluaran

program menghasilkan pengurangan polusi dalam jumlah yang sama. Garis

Page 45: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

MSB menunjukkan manfaat bagi rumah tangga pada setiap satuan hasil

polusi, jadi semakin banyak satuan hasil polusi maka semakin berkurang

manfaat sosial marjinal.

Jika pemerintah mengetahui dimensi kuantitatif manfaat dan biaya per

satuan, maka program pemerintah sangatlah baik untuk dilaksanakan bila

manfaat total (daerah dibawah garis MSB) lebih besar daripada biaya total

(daerah dibawah garis MSC). Tingkat hasil optimal adalah OP*, karena untuk

tingkat hasil yang lebih kecil, tambahan manfaat per satuan hasil melebihi

biaya tambahan per satuan dan untuk tingkat hasil yang lebih besar

sumbangan biaya per satuan melebihi tambahan manfaat per satuan. Dengan

demikian bila tingkat optimal pengurangan polusi OP* dipilih maka biaya-

biaya adalah OP* EE* sedang keuntungan adalah OP* ER.

E. Manfaat dan Biaya

1. Manfaat

Manfaat (benefit) dalam penelitian ini bersifat evaluasi yang berarti

menitikberatkan pada social benefit dan diukur dalam satuan rupiah.

Penilaian benefit pada evaluasi ini menyangkut manfaat langsung yang

diterima dan penilaian secara kualitatif terhadap perekonomian masyarakat

secara keseluruhan (multiplier effect). Besar kecilnya dampak

proyek/kegiatan perusahaan terhadap perekonomian masyarakat secara

keseluruhan berkaitan dengan jumlah investasi yang ditanam dalam

Page 46: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

sebuah proyek/perusahaan. Manfaat terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu

manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.

Manfaat langsung adalah manfaat yang diterima sebagai akibat

adanya proyek. Seperti naiknya hasil produksi barang atau jasa, perubahan

bentuk, turunan biaya dan lain sebagainya (Harmoni, 2011). Kenaikan

hasil produksi dapat disebabkan karena meningkatnya jumlah produk dan

kualitas dari produk akibat adanya kegiatan perusahaan. Manfaat langsung

merupakan manfaat (keuntungan) yang dapat langsung dirasakan oleh

pihak-pihak yang berkepentingan ataupun pihak ketiga sebagai multiplier

effect. Manfaat tidak langsung merupakan manfaat yang timbul sebagai

dampak yang bersifat multiplier effect dari proyek yang dibangun terhadap

kegiatan pembangunan lainnya.

2. Biaya

Biaya adalah pengeluaran dan pengorbanan yang dapat mengurangi

pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Biaya langsung merupakan

biaya yang berhubungan langsung dengan kepentingan perusahaan. Biaya

tidak langsung adalah biaya yang perlu diperhitungkan dalam

menganalisis kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.

F. Rasio Net Benefit Cost

Rasio Benefit Cost (B/C Ratio) merupakan perbandingan antara

benefit yang telah di present value kan dengan biaya yang telah di present

value kan. Semakin besar B/C Ratio, semakin besar perbandingan antara

Page 47: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

benefit dengan biaya, yang berarti proyek relatif semakin menguntungkan.

Suatu proyek akan dipilih apabila B/C Ratio > 1, apabila B/C Ratio < 1 maka

usulan proyek akan ditolak. Berikut adalah rumus untuk menghitung B/C

Ratio (Gray, 2005:76):

B/C =

Dimana :

B/C Ratio = Benefit-Cost Ratio

Bt = Benefit sosial bruto proyek pada tahun t.

Ct = Biaya sosial bruto proyek pada tahun t.

n = Umur ekonomis proyek.

i = Social discount rate.

t = Tahun bersangkutan.

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio) adalah rasio antara manfaat

bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif.

Suatu proyek atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila diperoleh Net

B/C ≥ 1 dan dikatakan tidak layak bila diperoleh Net B/C ≤ 1.

Rasio Benefit Cost (B/C R) disebut juga analisis manfaat dan biaya

merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui besaran

keuntungan/kerugian dalam suatu proyek. Analisis ini memperhitungkan

biaya serta manfaat yang akan diperoleh dari pelaksanaan suatu program.

Page 48: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Perhitungan manfaat serta biaya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan.

Analisis ini mempunyai banyak bidang penerapan. Salah satu bidang

penerapan yang umum menggunakan rasio ini adalah dalam bidang investasi.

Sesuai dengan dengan makna tekstualnya yaitu benefit cost (manfaat-biaya),

maka analisis ini mempunyai penekanan dalam perhitungan tingkat

keuntungan dan kerugian suatu program atau suatu rencana dengan

mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan serta manfaat yang akan

dicapai. Penerapan analisis ini banyak digunakan oleh para investor dalam

upaya mengembangkan bisnisnya. Terkait dengan hal ini maka analisis

manfaat dan biaya dalam pengembangan investasi hanya didasarkan pada

rasio tingkat keuntungan dan biaya yang akan dikeluarkan atau dalam kata

lain penekanan yang digunakan adalah pada rasio finansial atau keuangan.

Penerapan rasio benefit cost (B/C R) jika dibandingkan penerapannya

dalam bidang investasi telah banyak mengalami perkembangan. Salah satu

perkembangan analisis B/C R antara lain yaitu penerapannya dalam bidang

pengembangan ekonomi daerah. Analisis ini umum digunakan pemerintah

daerah untuk menentukan kelayakan pengembangan suatu proyek.

Relatif berbeda dengan penerapan B/C R di bidang investasi,

penerapan B/C R dalam proses pemilihan suatu proyek terkait upaya

pengembangan ekonomi daerah relatif lebih sulit. Hal ini dikarenakan

aplikasi B/C R dalam sektor publik harus mempertimbangkan beberapa aspek

terkait social benefit (social welfare function) dan lingkungan serta tak kalah

Page 49: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

penting adalah faktor efisiensi. Faktor efisiensi mutlak menjadi perhatian

menimbang terbatasnya dana dan kemampuan pemerintah daerah sendiri.

G. Nilai Imbangan Manfaat Biaya

Imbangan manfaat-biaya merupakan salah satu indikator yang

digunakan untuk menilai kelayakan dari suatu kegiatan industri/usaha apakah

kegiatan tersebut layak atau tidak layak untuk dikelola/diusahakan. Nilai

imbangan ini diperoleh dengan cara membandingkan manfaat dan biaya

industri yang telah di present value kan setelah ditambahkan nilai

eksternalitas lingkungan. Perhitungan nilai imbangan dihitung dengan

menambahkan nilai eksternalitas sebagai biaya dan tanpa menambahkan nilai

eksternalitas. Hal ini dilakukan untuk membandingkan dan menguji pengaruh

komponen eksternalitas terhadap kelayakan suatu industri atau usaha.

PV Manfaat

Nilai Imbangan = PV Biaya (+ Eksternalitas)

Konsep imbangan manfaat-biaya lingkungan sesungguhnya

merupakan deviasi dari konsep rasio B/C konvensional yang selama ini

banyak digunakan untuk melihat kelayakan industri atau usaha. Realita di

lapangan menyatakan kelayakan suatu kegiatan industri atau usaha tidak saja

ditentukan oleh kelayakan teknis finansial, tetapi juga dipengaruhi oleh

kondisi ekologis dan lingkungan sekitarnya. Memadukan konsep ekonomis

dan ekologis dalam menilai kelayakan suatu kegiatan industri/usaha,

Page 50: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

diharapkan paling tidak akan diperoleh nilai kelayakan yang lebih mendekati

dan lebih komprehensif.

Imbangan manfaat-biaya lingkungan adalah besarnya nilai

perbandingan antara manfaat dan biaya ekonomis-ekologi. Menentukan

besarnya imbangan manfaat-biaya lingkungan, disamping dilakukan valuasi

terhadap manfaat ekonomis dan ekologis, juga di evaluasi biaya ekonomis

dan ekologis industri tersebut. Apabila imbangan keduanya menunjukkan

nilai lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka kegiatan industri tersebut

dapat dikatakan layak secara ekonomi dan ekologi untuk dikelola.

H. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Lukmiyatun (2010) menyebutkan bahwa dengan

adanya industri tahu di kelurahan Jomblang memberikan dampak positif

dalam hal mengurangi angka pengangguran dan menambah penghasilan

masyarakat sekitar industri tahu yang ikut serta memperdagangkan produk

tahu dari industri tersebut. Dampak negatif yang dirasakan masyarakat yaitu:

kondisi air bersih di sekitar industri tahu mengalami pencemaran, penurunan

kualitas udara yang diidentifikasi dengan bau menyengat akibat limbah tahu

yang dibuang langsung ke sungai dan suara bising yang berasal dari operasi

mesin diesel yang mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar industri tahu.

Setelah dilakukan penghitungan rasio benefit cost (B/C R), diperoleh angka

B/C R sebesar 1,1. Hal ini menunjukkan bahwa industri tahu KSM Mandiri

Page 51: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Lestari memberikan keuntungan pada masyarakat sebanyak 10% sehingga

dinyatakan layak secara ekonomi bagi masyarakat Jomblang.

Penelitian Gumilar dkk (2002) menyebutkan bahwa secara

keseluruhan usaha budidaya perikanan jaring apung di Waduk Saguling

masih layak dilakukan. Berdasarkan skala usaha unit jaring, terdapat

kecenderungan bahwa semakin meningkat jumlah jaring yang dioperasikan

dalam 1 (satu) unit kolam, semakin meningkat kelayakan usahanya ditinjau

dari segi aspek ekonomi. Jumlah pakan sisa rata-rata yang terbuang secara

bebas ke perairan waduk Saguling per unit jaring diperkirakan sekitar 0,78 kg

per hari atau sekitar 280,8 kg per tahun. Berdasarkan actual market price nilai

valuasi limbah pakan per unit jaring diperkirakan sekitar Rp. 617.760 per

tahun atau sekitar Rp. 1.721 per hari. Dalam skala waduk, nilai valuasi

limbah pakan diperkirakan sebesar Rp. 2.733.984.000 per tahun atau sebesar

Rp. 7.615.425 per hari. Imbangan manfaat-biaya antara tanpa eksternalitas

dan dengan eksternalitas maisng-masing sebesar 1,2 dan 1,10. Hal ini

mengindikasikan bahwa komponen eksternalitas lingkungan menyebabkan

nilai kelayakan usaha semakin rendah walaupun kegiatan usaha Kolam Jaring

Apung (KJA) tersebut masih dalam kategori layak, B/C R masih diatas 1

(satu). B/C R usaha budidaya dengan memperimbangkan komponen

eksternalitas hampir mendekati 1 (satu), yaitu sebesar 1,08 per unit jaringnya.

Penelitian Sidarto (2010) menyatakan bahwa manfaat langsung dalam

penelitiannya adalah total pembayaran yang berasal dari masyarakat yang

menjadi anggota kelompok pembuangan sampah. Berdasarkan survei

Page 52: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

langsung di lapangan dari 293 Kepala Keluarga (KK) dengan biaya

pembuangan sampah sebesar Rp. 15.000 per bulan. Manfaat tidak langsung

meliputi penghasilan dari penjualan kompos dan hasil penjualan sampah yang

dijual tanpa proses kepada pengepul. Setiap tempat proses dari hasil

pengolahan membutuhkan hasil pengumpulan sampah selama 15 kali.

Pengumpulan sampah dilakukan 2 (dua) kali sehari, maka untuk setiap tempat

pemrosesan mebutuhkan hasil pengumpulan selama 1 (satu) bulan. Sampah

menjadi kompos setiap 3 (tiga) dan setiap tempat pemrosesan menghasilkan

kompos rata-rata sebanyak 150 pak/bagor dengan harga Rp. 5.000 per bagor.

Sedangkan hasil penjualan sampah tanpa proses rata-rata per bulan sebesar

Rp. 50.000. Biaya yang dimasukkan dalam pendekatan ini adalah biaya

operasional, yang terdiri dari: biaya tenaga kerja, listrik dan lain-lain pada

tahun pertama, kedua dan ketiga.

Hasil penelitian Sidarto (2010) tersebut menyebutkan bahwa

membuka usaha proses pengelolaan sampah rumah tangga ternyata akan

mendapatkan keuntungan. Hal ini dapat dibuktikan dengan analisa data

menggunakan metode NPV yang hasilnya positif Rp. 1.046.900 begitu juga

dengan menggunakan metode IRR yang hasilnya 17,4% serta dengan PI yang

hasilnya 1,05.

I. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian dan teori yang dikemukakan di atas mengenai

“Analisis Manfaat Biaya pada PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan

Page 53: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

(Aplikasi Benefit Cost Ratio)” dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai

berikut:

Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran

Pertamina

Eksternalitas / Biaya Sosial

Rasio Manfaat Biaya Nilai Imbangan Manfaat

Dampak Positif dan Negatif Terhadap Masyarakat – Kelayakan Ekonomis dan Lingkungan

Manfaat Langsung - CSR - Pendapatan karyawan - Pendapatan penjualan

perusahaan

Manfaat Tidak Langsung - Pendapatan masyarakat

(multiplier effect) - Pendapatan Daerah

Biaya Langsung - Biaya operasional - Biaya produksi

Biaya Tidak Langsung - Biaya penanganan

pencemaran

Page 54: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Kerangka pemikiran diatas diasumsikan bahwa kegiatan industrialisasi

oleh Pertamina memiliki pengaruh yang kuat terhadap masyarakat yang

tercermin dari berbagai dampak yang muncul akibat kegiatan operasionalnya.

Dampak tersebut adalah dampak positif dan negatif yang diklasifikasikan ke

dalam manfaat dan biaya lalu dihitung dengan menggunakan rasio net benefit

cost ratio untuk mengetahui tingkat kelayakan ekonomisnya dan nilai

imbangan manfaat biaya untuk mengetahui tingkat kelayakan ekologis dari

adanya industri pengolahan migas yang dikelola oleh PT. Pertamina (Persero)

RU. V Balikpapan.

J. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian teori yang dikemukakan di atas dan studi yang

pernah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sementara untuk dijadikan

hipotesis, yaitu:

1. Diduga bahwa adanya industri pengolahan migas yaitu PT. Pertamina

(Persero) RU. V Balikpapan memberikan dampak ekonomi yaitu dampak

positif dan dampak negatif yang diperoleh masyarakat dan memiliki

kelayakan ekonomi atau tingkat keuntungan industri terhadap masyarakat

dan perekonomian daerah Kota Balikpapan.

2. Diduga bahwa adanya industri pengolahan migas yaitu PT. Pertamina

(Persero) RU. V Balikpapan memiliki tingkat keuntungan dan memiliki

kelayakan lingkungan terhadap lingkungan dan masyarakat Kota

Balikpapan.

Page 55: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan dengan observasi lapangan, wawancara dan studi

pustaka pada tanggal 16 Mei 2011 sampai dengan tanggal 6 Juni 2011 di BPS

Kota Balikpapan, Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota Balikpapan,

Environmental Health Safety Environmental (HSE) Section RU. V dan

Keuangan RU. V Balikpapan.

Tabel 1. Kegiatan Observasi Lapangan

No Hari dan Tanggal Kegiatan 1. Senin/ 16 Mei 2011 a. BPS Kota Balikpapan.

b. Data yang diperlukan meliputi - biaya produksi Pertamina - pendapatan masyarakat - jumlah penduduk - pengeluaran rutin masyarakat per

bulan menurut golongan - PDRB Migas Kota Balikpapan.

2. Rabu-Kamis/ 18-19 Mei 2011

a. Dispenda Kota Balikpapan. b. Data yang diperlukan adalah pendapatan

daerah. 3. Kamis-Jumat/

19-20 Mei 2011 a. Kantor Besar PT. Pertamina (Persero) RU.

V Balikpapan di Jalan Yos Sudarso (Jalan Minyak).

b. Divisi Hubungan Masyarakat (Hubmas) untuk menanyakan kelanjutan dari proposal penelitian.

c. Observasi lapangan dilakukan di Divisi Environmental HSE

5. Senin-Selasa / 23-24 Mei 2011

a. Kantor Security untuk membuat tanda pengenal perusahaan (badge).

b. Safety Induction. 6. Rabu/ 25 Mei 2011 Alat Pelindung Diri (Apedi) dari Pertamina:

coverall, sepatu safety, helm safety dan sarung tangan.

Page 56: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

7. Kamis/ 26 Mei 2011 Penelitian di bagian Environmental HSE. Supervisor yaitu Ibu Ika Yuliastuti.

8. Jum’at-Selasa/ 27, 30, 31Mei 2011

Orientasi di divisi HSE. Orientasi pertama dilakukan di bagian Environmental, fire & Insurance, Occupational Health.

11. Rabu/ 01 Juni 2011 a. Konsultasi dengan pembimbing lapangan, Bapak Kardiman Rahardjo.

b. Divisi Environmental dan Divisi Marine untuk memperoleh data: - biaya penanganan pencemaran - nilai valuasi lingkungan - profil perusahaan, dan - data pengelolaan limbah.

c. Divisi keuangan untuk memperoleh data mengenai: - pendapatan penjualan - pendapatan karyawan, dan - biaya operasional.

12. Kamis/ 02 Juni 2011 Menyusun, menganalisis dan membuat laporan penelitian untuk Pertamina.

13. Jum’at/ 03 Juni 2011 Konsultasi laporan penelitian dengan Bapak Kardiman Rahardjo.

14 Senin/ 06 Juni 2011 Menyerahkan laporan untuk ditandatangani oleh Pembimbing Bapak Kardiman, Kepala Divisi Bapak Judy Pudji dan Kepala Divisi Hubmas Ibu Fety.

Sumber: Data diolah, 2011

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi 3

(tiga) cara, antara lain:

1. Wawancara

Metode wawancara adalah metode penelitian dengan melakukan

interaksi langsung dengan narasumber di beberapa divisi khususnya divisi

lingkungan dan keuangan yaitu Bapak Kardiman Rahardjo sebagai

Page 57: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Pembimbing Lapangan dan Ibu Ika Yuliastuti (Environmental) serta Ibu

Ika (Keuangan). Pertanyaan yang diajukan sebagai berikut:

a. Cara pengolahan limbah yang dilakukan Pertamina.

b. Teknologi yang digunakan Pertamina RU. V dalam mengelola limbah.

c. Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam mengolah limbah.

d. Tanggung jawab sosial yang diberikan perusahaan untuk masyarakat

dan daerah.

e. Pertimbangan Pertamina untuk aspek ekonomi dan aspek lingkungan

dalam pelaksanaan kegiatan perindustriannya.

f. Penyebab kelangkaan BBM di Kalimantan Timur, khususnya di Kota

Balikpapan.

g. Kelanjutan usaha Pertamina agar menjadi perusahaan pengolahan

migas kelas dunia sesuai dengan misi dan visinya.

2. Observasi

Metode observasi yaitu metode dengan melakukan pengamatan langsung

pada lapangan yaitu divisi Environmental dan Keuangan di PT. Pertamina

(Persero) RU. V Balikpapan.

3. Studi Pustaka

Metode ini dilakukan dengan mencari data dan referensi dari buku teks di

BPS Kota Balikpapan, Dispenda Kota Balikpapan dan buku-buku

keilmuan lainnya serta website yang berhubungan dengan teori-teori

penelitian.

Page 58: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada, yaitu

data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti

(Sekaran, 2006). Sumber-sumber data tersebut antara lain:

1. BPS Kota Balikpapan

a. Biaya produksi PT. Pertamina (Persero) RU. V 2005-2009.

b. Biaya pengeluaran rutin masyarakat menurut golongan 2005-2009.

c. Jumlah Penduduk 2005-2009.

d. PDRB dengan migas Kota Balikpapan 2001-2009.

2. Dispenda Kota Balikpapan: Kontribusi Pertamina kepada daerah Kota

Balikpapan sebagai pendapatan daerah 2005-2009.

3. Divisi Keuangan Pertamina RU. V Balikpapan.

a. Data pendapatan karyawan 2005-2009.

b. Data pendapatan penjualan 2005-2009.

c. Data biaya operasional perusahaan 2005-2009.

4. Divisi Environmental HSE Pertamina RU. V Balikpapan.

a. Data tanggung jawab sosial (CSR) perusahaan 2005-2009.

b. Biaya penanganan pencemaran 2005-2009.

c. Profil perusahaan.

d. Data Pengelolaan limbah.

e. Nilai Valuasi Lingkungan 2005-2009

Page 59: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

D. Definisi Operasional Variabel

1. Manfaat (Benefit)

Manfaat langsung yang dirasakan masyarakat karena adanya

industri Pertamina di kota Balikpapan antara lain:

a. Adanya program Corporate Social Responsibility (CSR) yang

meliputi bantuan layanan kesehatan dengan didasarkan pada jenis

penyakit yang diderita masyarakat sekitar kegiatan yang

dimungkinkan akibat adanya operasional Perusahaan (perbandingan

data seri dalam bulan/ tahun). Manfaat adanya CSR ini tidak hanya

dari bidang kesehatan saja, namun juga pendidikan, kemandirian

ekonomi, prasarana dan korban bencana, lingkungan dan

keagamaan.

b. Pendapatan karyawan sebagai terbukanya peluang usaha. Dampak

positif dengan keberadaan dan beroperasinya PT. Pertamina RU. V

Balikpapan adalah adanya kesempatan bekerja pada perusahaan

tersebut dan juga kesempatan berusaha sebagai bisnis turunan

(derived business) dari kegiatan operasionalnya.

c. Pendapatan penjualan atas produksi RU. V Balikpapan, berupa BBM

dan Non BBM yang diukur dalam satuan Rupiah dan dihitung

keseluruhan dalam 1 (satu) tahun.

Manfaat tidak langsung yang didapat oleh masyarakat dari adanya

industri Pertamina di kota Balikpapan antara lain:

Page 60: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

a. Meningkatnya pendapatan masyarakat dan industri lainnya.

Keberadaan kegiatan produksi migas di Balikpapan telah memicu

perkembangan Kota Balikpapan. Pembangunan sarana kilang dan

sarana penunjang seperti perkantoran, perumahan, jalan dan

sebagainya memberikan multiplier effect bagi pembangunan Kota

Balikpapan. Disamping itu, adanya industri migas diikuti pula

kehadiran tenaga kerja dari daerah sekitarnya maupun dari daerah

lain. Begitu juga kegiatan industri jasa seperti perdagangan,

transportasi, perbankan, perhotelan dan berbagai industri lainnya

yang berkembang pesat seiring keberadaan industri migas. Parameter

perhitungan pendapatan masyarakat sebagai multiplier effect ini

berdasarkan pengeluaran masyarakat riil. Pengeluaran tersebut

dihitung per tahun dikalikan jumlah penduduk serta berdasarkan

UMR (Upah Minimum Regional) Kota Balikpapan.

b. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui kontribusi

Pertamina terhadap daerah Provinsi yang diberikan kepada daerah-

daerah khususnya Kota Balikpapan dalam bentuk Dana Bagi Hasil.

2. Biaya (Cost)

Biaya langsung yang diperhitungkan dalam analisis ini meliputi

biaya operasional diluar biaya tenaga kerja dan biaya produksi,

sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya penanganan pencemaran

dan biaya eksternalitas (nilai valuasi lingkungan).

Page 61: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

3. Tingkat Bunga (Social Discount Rate)

Tingkat bunga yang digunakan adalah tingkat bunga yang berlaku

pada saat dilakukannya observasi lapangan, diukur dalam satuan persen

(%). Berdasarkan suku bunga kredit pada 32 bank di Kota Balikpapan

menggunakan suku bunga kredit sebesar 8%-12%, sedangkan BI rate

pada April 2011 sebesar 6,75%. Tingkat bunga yang digunakan adalah

sebesar 10% karena mengikuti suku bunga kredit yang berlaku di Kota

Balikpapan. (www.bi.go.id diakses tanggal 19 Juni 2011).

E. Metode Analisis Penelitian

Proses analisis yang akan dilakukan terdiri dari rasio benefit cost dan

penghitungan nilai imbangan manfaat

1. Rasio Benefit Cost

Net benefit-cost ratio atau perbandingan manfaat dan biaya bersih

suatu proyek adalah perbandingan sedemikian rupa sehingga

pembilangnya terdiri atas present value total dari benefit bersih dalam

tahun dimana benefit bersih itu bersifat positif, sedangkan penyebut

terdiri atas present value total dari benefit bersih dalam tahun di mana

benefit itu bersifat negatif. Rasio benefit cost digunakan untuk menilai

kelayakan ekonomi dari industri ini serta untuk mengidentifikasi dampak

positif dan negatif terhadap masyarakat Kota Balikpapan. Benefit dinilai

dari dampak positif sedangkan cost dinilai dari dampak negatif.

Page 62: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Net B/C =

Dimana :

B/C Ratio = Benefit-Cost Ratio

Bt = Manfaat sosial bruto proyek pada tahun t.

Ct = Biaya sosial bruto proyek pada tahun t.

n = Umur ekonomis proyek.

i = Social discount rate.

t = Tahun bersangkutan.

2. Nilai Imbangan Manfaat-Biaya Lingkungan

Imbangan manfaat-biaya merupakan salah satu indikator yang

digunakan untuk menilai kelayakan lingkungan dari suatu kegiatan

industri/usaha apakah kegiatan tersebut layak atau tidak layak untuk

dikelola/diusahakan. Nilai imbangan ini diperoleh dengan cara

membandingkan total manfaat dan total biaya industri yang telah di

present value kan setelah ditambahkan nilai eksternalitas lingkungan.

Total manfaat dan total biaya memerlukan perhitungan nilai sekarang

(present value), karena perhitungan total manfaat dan biaya dihitung

dengan satuan uang, dimana uang memiliki nilai waktu yang pada saat

pengambilan dan pemakaian nilainya dapat berbeda. Perhitungan nilai

imbangan dihitung dengan menambahkan nilai eksternalitas sebagai

Page 63: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

biaya dan tanpa menambahkan nilai eksternalitas. Hal ini dilakukan

untuk membandingkan dan menguji pengaruh komponen eksternalitas

terhadap kelayakan suatu industri atau usaha.

PV Manfaat Nilai Imbangan = PV Biaya (+ Eksternalitas) Nilai valuasi lingkungan atau disebut sebagai nilai eksternalitas

yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh dari perhitungan jumlah

minyak mentah (crude oil) yang telah diolah dan menghasilkan sisa

olahan dikalikan dengan harga aktual pasar.

Konsep imbangan manfaat-biaya lingkungan sesungguhnya

merupakan deviasi dari konsep rasio B/C konvensional yang selama ini

banyak digunakan untuk melihat kelayakan industri atau usaha. Realita di

lapangan menyatakan kelayakan suatu kegiatan industri atau usaha tidak

saja ditentukan oleh kelayakan teknis finansial, tetapi juga dipengaruhi

oleh kondisi ekologis dan lingkungan sekitarnya. Memadukan konsep

ekonomis dan ekologis dalam menilai kelayakan suatu kegiatan

industri/usaha, diharapkan paling tidak akan diperoleh nilai kelayakan

yang lebih mendekati dan lebih komprehensif.

BAB IV

Page 64: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

HASIL DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

1. Letak Geografis dan Wilayah

Kota Balikpapan merupakan pusat kegiatan perekonomian di

Kalimantan Timur yang memiliki sentra industri yang cukup besar di

bidang industri pengolahan minyak bumi dan gas alam (migas). Kota

Balikpapan secara geografis berada antara 1.0 LS – 1.5 LS dan 116,5 BT –

117,5 BT dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Batas Utara : Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam

Paser Utara.

b. Batas Selatan : Selat Makasar.

c. Batas Timur : Selat Makasar.

d. Batas Barat : Teluk Balikpapan.

Kota Balikpapan memiliki luas wilayah daratan sebesar 503,3 km2

dan luas pengelolaan laut mencapai 160,10 km2. Kota Balikpapan terdiri

dari 5 kecamatan dan 27 kelurahan. 5 kecamatan tersebut adalah

Kecamatan Balikpapan Selatan, Balikpapan Timur, Balikpapan Utara,

Balikpapan Tengah dan Balikpapan Barat.

Topografi Kota Balikpapan sekitar 70% merupakan daerah yang

berbukit-bukit, sedangkan sisanya berupa dataran landai yang berada di

tepi laut. Perbukitan berada di daerah utara, Kecamatan Balikpapan Barat,

Balikpapan Tengah dan Balikpapan Timur. Daerah ini menjadi daerah

Page 65: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

penyangga kota, diantaranya hutan lindung kota di kecamatan Balikpapan

Selatan, lokasi konservasi alam di kecamatan Balikpapan Utara dan

Balikpapan Selatan serta hutan lindung Sungai Wain di kecamatan

Balikpapan Utara dan Balikpapan Barat. Bagian selatan tepatnya di

sepanjang tepi Teluk Balikpapan terbentang dataran landai di kecamatan

Balikpapan Selatan dan Tengah. Pusat perdagangan, pusat jasa, pusat

permukiman bahkan industri pengolahan terutama minyak dan gas bumi

terkonsentrasi di wilayah ini.

Kota Balikpapan diarahkan sebagai pusat pertumbuhan wilayah

selatan Propinsi Kalimantan Timur sesuai dengan arahan pembangunan

jangka panjang kedua (PJP II), Kawasan industri Pertamina yang terletak

di kecamatan Balikpapan Barat merupakan kawasan pengilangan minyak

dengan luas areal 250 Ha. Keberadaan kawasan ini sangat strategis karena

merupakan cikal bakal pertumbuhan Kota Balikpapan sekaligus juga

menjadi fungsi utama Kota Balikpapan sebagai kota industri.

Keunggulan komparatif Kota Balikpapan sebagai pintu gerbang

Kalimantan Timur, sebagai kota kolektor dan distributor turut mendukung

peran dan fungsi kota serta berkembangnya sektor jasa, perdagangan,

restoran/hotel dan jasa konstruksi.

Rencana tata ruang kota mengenal berbagai kriteria

pengelompokkan kawasan budidaya tertentu dalam hal ini yang berkaitan

dengan industri. Berdasarkan kondisi yang ada terdapat 2 (dua) kelompok

areal industri yang cukup dominan dalam konteks ekonomi kota, yaitu:

Page 66: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

a. Kawasan industri kilang minyak (oil-refinery) milik Pertamina yang

terletak ditepi pantai sepanjang jalan Yos Sudarso dengan luas areal

sekitar 250 Ha. Keberadaan kilang ini sangat strategis karena

merupakan bagian dari cikal bakal pertumbuhan kota sekaligus

memberikan jiwa pada fungsi utama kota sebagai kota industri.

b. Kawasan industri pendukung pengelolaan tambang/migas berupa

pengelompokkan pabrik, tempat usaha, bengkel/workshop,

distributor/supplier yang tumbuh di kawasan Batakan.

Beberapa pertimbangan untuk menjadikan Kota Balikpapan di

Propinsi Kalimantan Timur sebagai lokasi perluasan kilang. Pertimbangan

didasarkan sebagai berikut:

1. Tersedianya pasokan minyak mentah yang cukup.

2. Tersedianya areal yang cukup luas untuk lokasi pabrik dan perkantoran.

3. Tersedianya sarana pelabuhan untuk distribusi minyak mentah dan hasil

produksi.

4. Tepatnya lokasi untuk distribusi dengan tujuan pasar kawasan

Indonesia Timur mengingat produk dari kilang ini ditujukan memenuhi

kebutuhan BBM dalam negeri kawasan tersebut.

Letak suatu pabrik adalah salah satu faktor penting dalam

menentukan keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan operasinya

dan dalam menentukan letak dari suatu kilang. Penentuan letak kilang

mempertimbangkan berbagai macam aspek yaitu letak geografis, studi

lingkungan, biaya produksi, biaya operasional, kebutuhan akan bahan

Page 67: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

bakar minyak, sarana dan prasarana yang ada serta dampak sosial yang

ditimbulkan.

2. Penduduk dan Tenaga Kerja

a. Penduduk

Tahun 2005 hingga 2009 mengalami peningkatan jumlah

penduduk hingga mencapai 2,19 persen di tahun 2009 dengan

peningkatan rata-rata sebesar 1,7 persen selama 5 (lima) tahun.

Kecamatan Balikpapan Selatan mempunyai jumlah penduduk terbanyak

yaitu sebesar 183.858 jiwa atau sekitar 34,14 persen penduduk,

sedangkan Kecamatan Balikpapan Timur mempunyai jumlah penduduk

paling sedikit, 52.611 jiwa atau sekitar 9,77 persen.

Mayoritas penduduk Balikpapan mendiami pusat kota yang

terletak di wilayah Kecamatan Balikpapan Tengah. Kecamatan

Balikpapan Tengah dengan luas wilayah hanya 11,07 km2 dihuni oleh

108.056 jiwa atau dengan kepadatan penduduk sekitar 9.761,16 jiwa

per km2, sedangkan Kecamatan Balikpapan Barat dengan wilayah

terluas 179,95 km2 hanya dihuni oleh 89.831 jiwa atau dengan

kepadatan penduduk sekitar 499,20 jiwa per km2. Ditinjau dari

komposisi penduduk menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa

jumlah penduduk laki-laki di Kota Balikpapan masih lebih banyak

dibandingkan penduduk perempuan.

Tabel 2. Pertumbuhan Penduduk Kota Balikpapan 2005-2009

Page 68: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk 2005 500,406 1.03 2006 508,120 1.54 2007 515,529 1.46 2008 526,963 2.22 2009 538,525 2.19

Sumber: BPS Kota Balikpapan, 2011

Beberapa wilayah yang letaknya disekitar daerah operasional

Pertamina menjadi daerah pemantauan oleh Pertamina. Data Luas

Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Kelurahan yang

terkena dampak dari adanya Pertamina dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga

No Kelurahan Luas

Wilayah (Ha)

Jmlh Penduduk

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

Jmlh KK

Jumlah Jiwa/ KK

A Sekitar RU. V 1 Karang jati (2009) 371,175 15.720 4.235 4.829 3.7 (2010) 14.212 3.829 4.250 3.3

2 Marga sari (2009) 58,90 11.358 19.284 2.930 3.9 (2010) 10.572 17.949 2.435 4.3

3 Prapatan (2009) 314.120 14.494 4.610 4.380 3.3 (2010) 14.913 4.775 4.835 3.1

Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan 2010, data diolah, 2011

Jumlah penduduk yang bermukim disekitar daerah operasional

Pertamina sebesar 14.438,945 Ha dengan populasi sebanyak 49.335

jiwa pada tahun 2010. Rata-rata kepadatan penduduk di 3 (tiga)

kelurahan wilayah pemantauan adalah sekitar 341 jiwa/km2. Penduduk

didaerah dampak utama disekitar Unit Pengilangan RU V di Balikpapan

adalah tipikal penduduk kota dengan kepadatan tinggi. Penduduk yang

terdidik lebih banyak, bekerja pada sektor formal. Jika dibandingkan

Page 69: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

pemantauan tahun 2009, pada pemantauan 2010 ini cenderung

meningkat baik dari sisi tingkat pendidikan maupun mata

pencahariannya.

b. Ketenagakerjaan

Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun keatas)

yang bekerja atau mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja

dan yang sedang mencari pekerjaan. Bukan Angkatan Kerja terdiri atas

orang yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya.

Tahun 2009 jumlah Angkatan Kerja Kota Balikpapan sebesar

245.681 jiwa, terdiri dari yang bekerja 230.602 jiwa dan mencari

pekerjaan 15.079 jiwa. Jumlah Bukan Angkatan Kerja sebanyak

137.562 jiwa. Sementara itu data yang tercatat pada Dinas Tenaga Kerja

dan Sosial Kota Balikpapan jumlah tenaga kerja yang belum

ditempatkan pada akhir tahun 2009 sebanyak 10.413 orang laki-laki dan

8.540 orang perempuan. Tahun 2009 tenaga kerja terdaftar sebanyak

8.540 orang dengan rincian laki-laki 4.456 orang dan perempuan 1.587

orang. Tenaga kerja yang mampu diserap oleh Pertamina Kota

Balikpapan adalah sebesar 1.166 dari total tenaga kerja terdaftar dan

ditambah sisa tenaga kerja akhir tahun, pada tahun 2009 yang berhasil

ditempatkan yaitu sebanyak 2.476 orang.

3. Pendidikan

Page 70: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Data kependudukan dari tingkat pendidikan yaitu jumlah penduduk

menurut pendidikan yang berada di sekitar kawasan operasional Pertamina

pada 3 (tiga) kelurahan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Sekitar RU V Pertamina

Kelurahan Karang jati Marga sari Prapatan

1

TK/ tidak sekolah (2009) 2.508 (16,4%)

130 (1,4%) 147 (1,2%)

(2010) 2.413 (17%)

1.697 (16%)

5.655 (38%)

2

Lulus SD (2009)

3.673 (37,1%)

5.647 (59,9%)

3000 (24,7%)

(2010) 3.309 (23%)

3.615 (34%)

2.062 (14%)

3

Lulus SLTP (2009)

2.536 (16,6%)

1.096 (11,6%)

1992 (16,4%)

(2010) 2.210 (16%)

1.806 (17%)

5.314 (36%)

4

Lulus SLTA (2009)

5.388 (35,3%)

2.083 (22,1%)

5048 41,6%

(2010) 4.835 (34%)

2.091 (20%)

534 (4%)

5

Lulus (D3, S1, S2 & S3) (2009)

1.169 (7,7%)

474 (5,0%)

1945 (16,0%)

(2010) 1.445 (10%)

513 (5%)

1.320 (9%)

6

Jumlah (2009) 15.274 (100%)

9.430 (100%)

12.132 (100%)

(2010) 14.212 (100%)

10.572 (100%)

14.913 (100%)

Sumber : Pemantauan Sosekbud & Kesmas Pertamina RU. V Balikpapan 2010, data diolah, 2011

Penduduk didaerah dampak utama disekitar Unit Pengilangan RU.

V di Balikpapan adalah tipikal penduduk kota dengan kepadatan tinggi,

lebih terdidik dan lebih banyak bekerja pada sektor formal. Pemantauan

tahun 2009 jika dibandingkan pada pemantauan 2010 cenderung

meningkat baik dari sisi tingkat pendidikan maupun mata pencahariannya.

Page 71: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tabel 4 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan pada tahun 2010

jumlah penduduk menurun. Jumlah populasi yang terbanyak yaitu pada

lulusan SLTA yang mencapai 5.388 jiwa di tahun 2009 dan menurun

hingga 4.835 di tahun 2010. Jumlah lulusan setiap tingkat pendidikan juga

menurun, hal ini disebabkan adanya perpindahan penduduk dari satu

daerah ke daerah lain dan menyebabkan turunnya jumlah populasi di setiap

tingkat pendidikan.

4. Kesehatan

Pasien yang tercatat di Dinas Kesehatan selama tahun 2009

sebanyak 139.222 orang dengan penyakit terbanyak diderita yaitu Infeksi

Akut Lain pada Saluran Pernapasan Bagian Atas sebanyak 53.224 orang.

Berdasarkan penyakit terbanyak yang diderita yaitu mengenai infeksi akut

lain pada saluran pernapasan, maka Pertamina juga menjadikan kesehatan

masyarakat sebagai parameter untuk memberikan tanggung jawab sosial

perusahaan (CSR) terutama yang masyarakatnya berada didaerah dampak

utama sekitar Pertamina RU. V. Pengukuran parameter kesehatan

masyarakat didasarkan pada jenis penyakit yang diderita masyarakat

sekitar kegiatan yang dimungkinkan akibat adanya operasional perusahaan

(perbandingan data seri dalam bulan/ tahun).

Prevalensi penyakit 10 besar tahun 2010 adalah ISPA, Hipertensi,

Dermatitis, Diare, Artritis, Influenza dan lain-lain sedangkan tahun 2009

darah tinggi (hipertensi), ISPA (Inspeksi saluran pernafasan atas: batuk,

pilek dan lain sebagainya), dermatitis (penyakit kulit), diare, artritis

Page 72: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

(penyakit perut), penyakit mata, penyakit gula, cedera atau korban

kecelakaan dan lain sebagainya. Indikasi yang ada di tahun 2009 ISPA

menjadi rangking kedua tahun 2010 bergeser menjadi rangking pertama

dan sangat mungkin ini karena keadaan udara semakin kurang baik.

Tabel 5. Prevalensi Penyakit di Sekitar Pertamina RU. V Balikpapan 2009 & 2010

No Nama / Jenis

Penyakit

2009 (Jan – Okt 2009)

2010 (Jan – Juni 2010)

Jumlah Rata-rata per Bulan

Ranking Jumlah Rata-rata per Bulan

Ranking

1 Hipertensi 1.123 112 1 311 52 2

2 ISPA 797 80 2 508 85 1

3 Influenza 506 51 3 63 11 6

4 Dermatitis 247 25 4 116 19 3

5 Diare 197 20 5 86 14 4

6 Penyakit mata lainnya

153 15 6 44 7 7

7 Artritis 126 13 7 81 14 5

8 Infeksi Salmonela lainnya

93 9 8 13 2 9

9 Cedera lainnya 71 7 9 22 4 8

10 Otitis media 57 6 10 3 1 10 Sumber: Pemantauan Sosekbud & Kesmas Pertamina RU. V Balikpapan

2010, data diolah, 2011.

5. Industri dan Pertambangan

a. Industri

Penggolongan sektor industri berdasarkan jumlah tenaga kerja

dibedakan menjadi industri besar, sedang, kecil dan rumah tangga.

Banyaknya perusahaan industri besar dan sedang di Kota Balikpapan di

tahun 2008 tercatat 202 perusahaan dan menyerap 7.211 orang tenaga

Page 73: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

kerja. Industrialisasi di Kota Balikpapan didominasi oleh perusahaan

pertambangan, minyak bumi dan batu bara. Industri pengolahan

terbesar adalah PT. Pertamina (Persero) diikuti oleh perusahaan-

perusahaan asing lainnya yang ada di Kota Balikpapan.

b. Pertambangan

Sub sektor pengilangan minyak terbagi menjadi 2 (dua) jenis,

yaitu Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Non Bahan Bakar Minyak (Non

BBM). Pertamina memproduksi hasil olahan minyak pada 2 (dua)

kawasan yang disebut sebagai kilang I dan kilang II Balikpapan.

Produksi kilang I kapasitasnya mencapai 60.000 barel per hari

sedangkan produksi kilang II mencapai 200.000 barel sehingga total

produksi yang dihasilkan oleh Pertamina dapat mencapai 260.000 barel.

6. Perdagangan

Ekspor adalah pengiriman barang ke luar negeri melalui pelabuhan

di seluruh wilayah Indonesia, baik bersifat komersial maupun bukan

komersial. Komoditas ekspor dapat berupa barang migas dan non migas.

Pertamina RU. V Balikpapan dengan komoditas migas memiliki tujuan

pemasaran ekspor ke Indonesia Timur. Letak kilang Pertamina RU. V

Balikpapan dari alur perdagangan dunia sangatlah strategis. Teluk

Balikpapan yang cukup lebar memudahkan arus lalu lintas kapal, baik

dalam maupun luar negeri menuju kilang Balikpapan, baik hanya lewat

untuk menuju kawasan-kawasan di sebelah utara Negara Indonesia.

Page 74: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

7. PDRB dan Inflasi

PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan

oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah

seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit

ekonomi di suatu wilayah dalam periode waktu tertentu.

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi

suatu daerah dalam satu periode tertentu adalah PDRB. Nilai akhir dari

PDRB akan sama dengan total nilai nominal dari konsumsi, investasi,

pengeluaran pemerintah, serta ekspor bersih.

Tabel 6 memperlihatkan bahwa jumlah PDRB dengan migas Kota

Balikpapan tahun 2001-2009 mengalami kenaikan secara signifikan

terlihat dari kenaikan pada setiap tahunnya jika dilihat dari harga konstan.

Berdasarkan harga berlaku tingkat PDRB juga meningkat secara stabil

hingga mencapai angka Rp. 36.792.831.77. Hal ini menandakan bahwa

sektor migas merupakan sektor yang menunjang perekonomian daerah

Kota Balikpapan selain sektor perdagangan dan jasa yang saat ini cukup

berkembang pesat di Kota Balikpapan.

Tabel 6. Perkembangan PDRB dengan Migas Kota Balikpapan 2001-2009

TAHUN/YEARS Dengan Migas

Atas Dasar Harga Berlaku

Atas Dasar Harga Konstan

2001 10,930,018.45 10,802,001.89 2002 13,387,568.07 11,287,932.44 2003 13,689,485.87 11,528,658.20 2004 16,952,204.47 12,228,687.32 2005 22,353,578.85 12,621,678.53

Page 75: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

2006 26,493,086.53 13,204,717.77 2007 28,081,137.52 13,479,345.09 2008 38,527,951.29 15,147,326.04 2009 36,792,831.77 15,520,443.89

Sumber: BPS Kota Balikpapan, 2011

Laju inflasi tahunan pada tahun 2009 mencapai 3,60%. Inflasi

bulanan tertinggi selama tahun 2009 terjadi di bulan Juli, yaitu sebesar

1,17 persen. Deflasi sekali terjadi di bulan Januari, sebesar -0,53%.

B. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di unit pengolahan PT. Pertamina RU. V

Balikpapan, di Environmental HSE Section, Keuangan RU. V Balikpapan.

Kilang minyak RU. V Balikpapan terletak di Kotamadya Balikpapan,

Propinsi Kalimantan Timur, tepatnya di tepi Teluk Balikpapan. Kapasitas

produksi yang dimiliki oleh Pertamina RU. V Balikpapan mencapai 260.000

barel, terdiri atas produksi Kilang I sebesar 60.000 barel dan kilang II sebesar

200.000 barel. Total kapasitas yang terpasang mencapai 1.055 barel yang

tersebar luas di masing-masing daerah yang merupakan unit pengolahan

Pertamina seperti pada gambar 6 berikut.

Page 76: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011

Gambar 6. Lokasi Kilang Pertamina di Seluruh Wilayah Indonesia.

Kawasan industri Pertamina yang terletak di kecamatan Balikpapan

Barat merupakan kawasan pengilangan minyak dengan luas areal 250 Ha.

Keberadaan kawasan ini sangat strategis karena merupakan cikal bakal

pertumbuhan Kota Balikpapan sekaligus juga menjadi fungsi utama Kota

Balikpapan sebagai kota industri.

C. Profil PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan

1. Sejarah Umum

Page 77: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

PP RI No. 27/1968 pada tanggal 20 Agustus 1968 Perusahaan

Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (PN. Pertamina)

dibentuk. Perusahaan tersebut menampung segala kegiatan dan

pengusahaan minyak dan gas bumi dari Perusahaan Negara

Pertambangan Minyak Indonesia (PN. Pertamin). Tujuan penyatuan

kedua perusahaan negara di bidang minyak dan gas bumi tersebut adalah

agar dapat meningkatkan produktivitas maupun efisiensi di bidang

perminyakan nasional.

PN. Pertamin menjadi Pertamina pada 15 September 1971 dan

pada 17 September 2003 Pertamina berubah bentuk status perusahaan

menjadi Persero sehingga namanya berubah menjadi PT. Pertamina

(Persero). PT. Pertamina (Persero) adalah badan usaha yang bergerak di

bidang minyak dan gas bumi Indonesia. Bidang usaha PT. Pertamina

(Persero) dibagi menjadi dua bagian yaitu, bagian hulu yang

berkonsentrasi pada eksplorasi dan eksploitasi minyak mentah, sedangkan

bagian hilir lebih menitikberatkan pada pengolahan minyak mentah dan

pendistribusian produk BBM dan Non BBM di dalam negeri. PT.

Pertamina (Persero) mempunyai 7 (tujuh) unit pengolahan, yaitu :

1. Unit Pengolahan I : Pangkalan Brandan, Sumatera Utara.

2. Unit Pengolahan II : Dumai, Riau.

3. Unit Pengolahan III : Plaju, Sumatera Selatan.

4. Unit Pengolahan IV : Cilacap, Jawa tengah.

5. Unit Pengolahan V : Balikpapan, Kalimantan Timur.

Page 78: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

6. Unit Pengolahan VI : Balongan, Jawa barat.

7. Unit Pengolahan VII : Sorong, Papua.

Pertamina sebagai salah satu perusahaan besar yang bergerak

dibidang industri pengolahan minyak bumi dan gas alam. Indonesia

sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah,

memerlukan industri-industri yang dapat mengelolanya dengan baik.

Pertamina tersebar diseluruh bagian Indonesia, khususnya daerah-daerah

yang memiliki keunggulan di sektor ini. Hal ini demi menunjang

pengolahan yang maksimal, sedangkan daerah yang tidak memiliki

keunggulan sumber daya alam di sektor ini, hanya terdapat depot-depot

yang memasok dan menyediakan untuk kebutuhan daerah.

Produk dari kilang Balikpapan ada 2 (dua) macam, yaitu BBM

yang terdiri dari pertamax, motor gasoline (premium), kerosin (minyak

tanah), avtur, solar (minyak diesel) dan fuel oil (minyak bakar) sedangkan

Non BBM terdiri dari Heavy Naphta, LPG (Liquified Petroleum Gas),

LSWR (Low Sulfur Waxy Residue) dan lilin (wax). RU. V Balikpapan

merupakan satu-satunya produsen lilin di Indonesia dan pemasok BBM

terbesar kedua setelah RU. IV Cilacap.

Pertamina melayani kebutuhan energi negeri ini. Pertamina

melayani dan menyediakan kebutuhan energi ke seluruh daerah-daerah

dan wilayah di Kalimantan. Pengolahannya berpusat di kota Balikpapan,

sehingga dampak-dampak yang dihasilkan dari adanya Pertamina sangat

Page 79: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

dirasakan baik langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat kota

Balikpapan.

2. Sejarah Perusahaan

Potensi perminyakan di Balikpapan telah diketahui sejak tahun

1800-an. Berikut adalah awal mula perminyakan di Balikpapan:

Tabel 7. Sejarah Pertamina RU. V Balikpapan

1863 Pemerintah Hindia Belanda di Kalimantan Timur memperoleh hak peminjaman tanah dari kerajaan Kutai, termasuk wilayah Balikpapan.

29 Agustus 1888 Pemerintah Hindia Belanda mendapat konsesi pertambangan Mathilda dengan Besluit.

30 Juni 1891 Pengesahan kontrak Besluit No. 4, kontrak tersebut memberikan kewenangan melakukan usaha di bidang pertambangan di daerah Balikpapan.

1896 Mr. Adams dari Firma Samuel & Co di London mengadakan penelitian selama 14 hari di Balikpapan dan menyimpulkan bahwa Balikpapan memiliki cadangan minyak yang besar.

10 Februari 1897 Mulai dilakukan pengeboran dan menemukan minyak yang cukup komersial untuk diusahakan pada kedalaman 220 meter. Sumur pertama disebut Mathilda B-1 selanjutnya dilakukan pengeboran hingga sumur B-40.

Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan

Minyak di Balikpapan ditemukan sebelum terlebih dahulu

ditemukan minyak di Sanga-sanga Kalimantan Timur pada tahun 1893.

Penemuan minyak di Tarakan (1899), Samboja pada tahun 1910 dan di

Bunyu pada tahun 1922. Penemuan minyak di Balikpapan dan sekitarnya

serta letaknya yang strategis di tepi laut mendorong didirikan kilang

Page 80: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

BBM di daerah ini. Berikut adalah perkembangan dari kilang RU. V

Pertamina Balikpapan.

Tabel 8. Perkembangan Kilang Pertamina RU.V Balikpapan

Waktu Peristiwa

1899 Perusahaan Shell Transport & Trading Ltd. Mendirikan kilang Balikpapan I yang kapasitasnya 5000 barrel/hari.

1922 Unit Penyulingan Minyak Kasar (PMK) I didirikan oleh perusahaan minyak BPM.

1922 Perusahaan Shell Transport & Trading Ltd. mendirikan kilang Balikpapan-I yang kapasitasnya 5000 barrel/hari (5 MBSD).

1946 Rehabilitasi PMK I karena mengalami kerusakan akibat PD II.

1948 Kapasitas kilang Balikpapan I ditingkatkan menjadi 50.000 barrel/hari (50 MBSD).

1949 HVU I selesai didirikan, dibangun oleh PT. Shell Indonesia dan dirancang oleh Mc Kee, dengan kapasitas pengolahan 12.000 barel per hari.

1950 Pabrik Wax selesai didirikan, dengan kapasitas produksi 110 ton per hari.

1952 Unit PMK II selesai didirikan, dibangun oleh PT. Shell Indonesia dan di desain oleh ALCO dengan kapasitas 25.000 barel per hari.

1954 PMK III selesai didirikan dan memiliki kapasitas 10.000 barel per hari, sejak tahun 1985 PMK III tidak beroperasi lagi.

1966 Seluruh kekayaan Shell termasuk Kilang Balikpapan dibeli oleh PN.Permina (Perusahaan Minyak Nasional).

1968 Peleburan PN. Permina dan PN. Pertamin menjadi PN Pertamina

1971 PN. Pertamina berubah menjadi Pertamina.

Page 81: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

April 1981 Kilang Balikpapan II mulai dibangun dengan desain paten dari UOP Inc dengan kapasitas 200.000 barel/hari (200 MBSD).

Nov 1983 Kilang Balikpapan II diresmikan oleh Presiden Soeharto.

1997 Upgrading Kilang Balikpapan I, mengganti PMK I,II dan HVU I menjadi CDU V dan HVU III, dengan kapasitas 60.000 barel/hari.

2003 Perubahan status Pertamina dari BUMN menjadi PT. Pertamina (Persero).

2005 Pendirian Flare Gas Recovery dan H2 Recovery.

Sep 2006 Unit dewaxing pada Wax Plant terbakar.

Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan

Kilang minyak Balikpapan dibangun oleh Shell Transport &

Trading Ltd pada tahun 1899 dan menempati lokasi seluas 2,5 km2 di tepi

Teluk Balikpapan, karena letak dari kilang minyak di Teluk Balikpapan

maka proses distribusi minyak di sekitar kilang Balikpapan dapat melalui

dua jalur, yaitu jalur laut dan jalur darat. Kilang minyak Balikpapan

mengalami beberapa kali perbaikan sejak pertama kali dibangun guna

meningkatkan kapasitas produksi. Perbaikan pertama dilakukan pada

tahun 1922 sehingga kapasitas produksi meningkat dari yang awalnya

5.000 barel per hari menjadi 30.000 barel per hari, kemudian pada tahun

1948 dilakukan perbaikan kedua untuk meningkatkan kapasitas produksi

hingga 50.000 barel per hari. Kilang Balikpapan yang pertama ini dengan

kapasitas produksi 50.000 barel kemudian sering disebut dengan Kilang

Balikpapan I.

Page 82: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Penemuan terhadap sumber-sumber minyak baru di Kalimantan

timur oleh beberapa instansi Kontraktor Production Sharing (KPS) seperti

UNOCAL, VICO dan TOTAL E&P dan dengan diikuti dengan

meningkatnya kebutuhan BBM di dalam negeri, maka pada tahun 1980

dibangunlah Kilang Balikpapan II yang berkapasitas produksi mencapai

200.000 barel per hari. Kilang Balikpapan II secara resmi dioperasikan

pada tanggal 1 November 1983.

Tahun 1995 dilakukan pembaharuan dan peningkatan kemampuan

Kilang Balikpapan I sehingga kilang tersebut memiliki kapasitas produksi

yang lebih besar daripada sebelumnya. Setelah pembaruan dilakukan,

Kilang Balikpapan I memiliki kapasitas produksi sebesar 60.000 barel per

hari. Kilang Balikpapan I yang baru ini mulai dioperasikan pada tahun

1997. Belum ada peningkatan terhadap kapasitas produksi dari Kilang

Balikpapan hingga kini, sehingga total kapasitas produksi dari Kilang

Balikpapan saat ini yaitu sebesar 260.000 barel (Kilang Balikpapan I

sebesar 60.000 barel dan Kilang Balikpapan II sebesar 200.000 barel).

Tabel 9. Perkembangan Pertamina RU. V Balikpapan

Waktu Peristiwa

1897-1922 Ditemukan beberapa sumber minyak mentah di beberapa tempat di Kalimantan Timur.

1922 Unit Penyulingan Minyak Kasar (PMK) II didirikan oleh perusahaan minyak BPM.

1946 Rehabilitasi PMK II karena mengalami kerusakan akibat PD II.

1949 HVU I selesai didirikan, dibangun oleh PT. Shell Indonesia dan dirancang oleh Mc Kee, dengan kapasitas pengolahan 12.000

Page 83: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

barel per hari.

1950 Pabrik Wax dan PMK I selesai didirikan, dengan kapasitas produksi 110 ton per hari dan 25.000 barel per hari.

1952 Unit PMK II selesai didirikan, dibangun oleh PT. Shell Indonesia dan didisain oleh ALCO dengan kapasitas 25.000 barel per hari.

1954 Modifikasi PMK I sehingga memiliki kapsitas 10.000 barel per hari, sejak tahun 1985 PMK I tidak beroperasi lagi.

1973 Modifikasi Pabrik Wax hingga mencapai kapasitas 175 ton per hari

April 1981 Kilang Balikpapan II mulai dibangun dengan desain paten dari UOP Inc.

Nov 1981 Penetapan kontraktor utama, yaitu Bechtel International Inc. dan sebagai supervisi konsultan yaitu PROCON Inc.

1 Nov 1983 Kilang Balikpapan II diresmikan oleh Presiden Soeharto.

1997 RU-grading Kilang Balikpapan I mencakRU CDU V dan HVU III.

2003 Perubahan status Pertamina dari BUMN menjadi PT Pertamina (Persero).

2005 Pendirian Flare Gas Recovery dan H2 Recovery.

9 Oktober 2008

PT. PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan menjadi PT. PERTAMINA Refinery Unit.

Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011

Proses pengolahan yang dilakukan di Kilang Balikpapan I terdiri

dari Crude Distilation Unit V (CDU V), High Vacuum Unit III (HVU III),

Pabrik lilin (Wax Plant), Dehydration Plant (DHP), dan Effluent Water

Treatment Plant (EWTP).

Kilang Balikpapan II dirancang untuk mengolah minyak mentah

dengan jumlah yang lebih besar yaitu sekitar 200.000 barel per hari.

Kilang Balikpapan II memiliki 8 unit proses yang terbagi ke dalam dua

Page 84: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

kompleks, yaitu kompleks Hydroskimming dan Hydrocracking.

Hydroskimming Complex ( HSC) terdiri dari 5 (lima) unit proses yang

meliputi : Crude Distillation Unit IV (CDU IV), Naptha Hydrotreater

Unit (NHT), Platformer Unit, LPG Recovery Unit, Sour Water Stripper

Unit (SWS), dan LPG Treater. Hydrocracking Complex (HCC) terdiri

dari 3 unit proses yang meliputi : High Vacuum Unit II (HVU II),

Hydrocracking Unit (HCU) dan Hydrogen Plant.

Produk-produk yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak di

kedua kilang tersebut meliputi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Non

Bahan Bakar Minyak (Non BBM). Produk jadi yang mampu di produksi

kilang Balikpapan diantaranya adalah LPG, bensin jenis Premium, Avtur,

Kerosin, Gas Oil, Fuel Oil, Naphta, LSWR (Low Sulfur Wax Residue),

dan Lilin. Produk yang dihasilkan oleh Kilang Pertamina RU. V

Balikpapan digunakan untuk memasok kebutuhan dalam negeri

khususnya di wilayah Indonesia bagian timur.

Gambar 7 menunjukkan letak kilang minyak Balikpapan yang

berada di sebelah barat Kota Balikpapan. Kawasan produksi ditunjukkan

dalam gambar yaitu di sebelah timur dan utara Kota Balikpapan pada

warna kuning, merah, merah muda, hijau tua dan putih.

Page 85: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011

Gambar 7. Denah Kilang PT. Pertamina RU. V Balikpapan.

Proses produksi di Kilang RU V Balikpapan dilakukan oleh Unit

Produksi di bawah manajer produksi. Unit ini meliputi 6 (enam) bagian

yaitu oil movement, UTILITIES, DIS & WAX, HSC, HCC,dan

laboratory. Warna hijau muda dan jingga merupaka kawasan jasrum atau

Page 86: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

pengadaan. Warna biru yang paling besar kawasannya adalah kawasan

marine atau yang berhubungan dengan perairan laut. Kawasan ini lebih

tepatnya berada di dekat teluk Balikpapan sehingga mengelilingi seluruh

kawasan pengolahan dan produksi.

3. Visi dan Misi

Visi Pertamina adalah menjadi perusahaan minyak nasional kelas

dunia. Misi Pertamina yaitu menjalankan usaha inti minyak, gas dan

bahan bakar nabati secara terintegrasi berdasarkan prinsip-prinsip

komersial yang kuat.

Visi Pertamina RU.V adalah menjadi kilang terpercaya dan unggul

di Asia Pasifik pada tahun 2017 (Profit dalam tahun 2013). Misi

Pertamina RU. V adalah mengelola minyak dan gas bumi menjadi

produk BBM dan non BBM untuk memasok kebutuhan daerah Indonesia

Timur dan Asia Pasifik secara selektif. Kegiatan operasinya secara

selektif memanfaatkan keahlian dan kemampuan inti (core competence)

yang dimiliki sebagai sumber pendapatan tambahan. Tujuannya adalah

memenuhi dan memuaskan kebutuhan stakeholder; menghasilkan

keuntungan optimal; menjadi unit usaha yang unggul, bersaing dan

berkembang.

Page 87: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

4. Logo Pertamina

Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011

Gambar 8. Logo Pertamina

Elemen logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan

merupakan presentasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai PERTAMINA

yang bergerak maju dan progresif. Tulisan PERTAMINA dengan pilihan

huruf yang mencerminkan kejelasan dan transparansi serta keberanian

dan kesungguhan dalam bertindak sebagai wujud positioning

PERTAMINA baru.

Warna yang berani menunjukkan langkah besar PERTAMINA dan

aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis.

Warna merah melambangkan keuletan dan ketegasan serta keberanian

dalam menghadapi berbagai macam kesulitan. Warna hijau

melambangkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan.Warna

Biru melambangkan handal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab.

5. Tata Nilai Perusahaan

Pertamina mempunyai tata nilai unggulan dalam menjalankan

usahanya, yaitu:

Page 88: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

a. Clean (Bersih)

Pertamina dikelola secara professional, menghindari benturan

kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan

dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang

baik.

b. Competitive (Bersaing)

Mampu berkonsentrasi dalam skala regional maupun internasional,

mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar

biaya dan menghargai kinerja.

c. Confident (Percaya Diri)

Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor

dalam reformasi BUMN dan membangun kebanggan bangsa.

d. Customer Focused (Fokus pada Pelanggan)

Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk

memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

e. Commercial (Komersial)

Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil

keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.

f. Capable (Berkemampuan)

Pertamina dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan

memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam

membangun kemampuan riset dan pengembangan.

Page 89: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

D. Analisis Data

1. Manfaat Langsung

a. Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR/Community Development ini meliputi pembiayaan untuk 7

(tujuh) bidang yaitu kesehatan, kemandirian ekonomi, pendidikan,

prasarana ibadah, santunan korban bencana dan Community

Relationship. Tahun 2005 -2009 telah diluncurkan dana sejumlah Rp

3.814.490.000 didistribusikan untuk skala Nasional/Kalimantan Timur,

skala kota Balikpapan, skala Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU),

dan skala khusus di daerah dampak utama (Ring I) disekitar Kilang

yaitu (Kelurahan Margasari, Karang jati dan Prapatan).

Tabel 10. CSR PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan 2005-2009

Tahun Dana Tanggung Jawab Sosial (CSR)

Pertamina RU. V Balikpapan (Rp) 2005 465.526.238 2006 525.287.238 2007 591.024.338 2008 663.335.148 2009 742.887.038

Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011

Dana yang dialokasikan ke Kota Balikpapan oleh Pertamina

untuk CSR adalah sebesar Rp. 2.988.050.000 termasuk daerah didalam

dampak utama dan diluar dampak utama. Tabel 10 terlihat bahwa dana

CSR yang diberikan Pertamina mengalami kenaikan dari tahun ke tahun

Page 90: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

yang menandakan bahwa kepedulian Pertamina terhadap masyarakat

dan lingkungan semakin tinggi.

b. Pendapatan Karyawan

Dampak positif dengan keberadaan dan beroperasinya PT.

Pertamina RU. V Balikpapan adalah adanya kesempatan bekerja pada

perusahaan tersebut dan juga kesempatan berusaha sebagai bisnis

turunan (derived business) dari kegiatan operasionalnya. Data

pendapatan karyawan diambil selama 5 (lima) tahun yaitu dari tahun

2005 hingga 2009 disesuaikan dengan data yang tersedia dan data yang

memungkinkan dari Pertamina.

Tabel 11. Pendapatan Karyawan Pertamina RU. V Balikpapan Tahun

2005-2009

Tahun Pendapatan Karyawan Pertamina RU. V Balikpapan (Rp)

2005 157,924,985,734 2006 146,044,407,260 2007 143,999,623,366 2008 148,669,382,795 2009 135,932,458,924

Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011

Tabel 11 memperlihatkan penurunan jumlah dari tahun 2005

hingga tahun 2009 yang dikarenakan Pertamina melakukan

peminimalisasian biaya tenaga kerja dengan mengurangi jumlah tenaga

kerja. Akan tetapi, jumlah tenaga kerja yang saat ini jumlahnya lebih

sedikit dibandingkan pada tahun 2005 diimbangi dengan pendapatan

Page 91: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

karyawan yang nominalnya jauh lebih besar, sehingga diharapkan

terjadi pengoptimalisasian sumber daya manusia dan produktivitas

tenaga kerja yang dapat membangun kualitas Pertamina.

c. Pendapatan Penjualan (Revenue)

Data penjualan perusahaan yaitu terdiri atas penjualan BBM, non

BBM dan pelumas. BBM atau Bahan Bakar Minyak terdiri dari

berbagai jenis, seperti: premium, avtur, kerosine/minyak tanah,

HSD/Solar, IDO/Minyak diesel, Pertamax dan Fuel Oil IFO. Sedangkan

Non BBM meliputi naphta, LSWR, Fully Refined Wax/lilin dan LPG.

Tabel 12. Pendapatan Penjualan Pertamina RU. V Balikpapan Tahun

2005-2009

Tahun Pendapatan Penjualan Pertamina RU. V

Balikpapan (Rp) 2005 55,170,368,015,482 2006 99,151,591,896,954 2007 66,124,724,548,569 2008 98,933,149,614,861 2009 66,333,419,177,675 Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011

Tahun 2006 pendapatan penjualan memiliki angka terbesar yaitu

mencapai Rp. 99.151.591.896.954. Jika dilihat dari produksi, tahun

2006 Pertamina memproduksi lebih banyak hingga mencapai Rp.

54.869.375.343.600 dan harga produksi yang lebih mahal 10 US dollar

daripada tahun 2005. Pada saat itu Pertamina menaikkan harga minyak

tanah untuk menghindari pengoplosan bensin dengan minyak tanah. Hal

Page 92: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

ini menjadikan pendapatan penjualan meningkat karena harga produksi

yang juga meningkat seiring dengan fluktuasi harga minyak dunia.

Tahun 2007 terjadi penurunan karena Pertamina menurunkan

volume produksi seluruh produk sehingga penjualannya hanya sedikit.

Tahun 2008 terjadi penambahan produk Pertamina yaitu Fuel Oil IFO,

Pertamax dan LPG sehingga penjualannya meningkat secara signifikan

seperti pada tahun 2006. Penjualan di tahun 2009 terjadi penurunan

lebih kurang 30% disebabkan maraknya tabung gas LPG 3 kg yang

meledak oleh konsumen sehingga menurunkan penjualan gas LPG dan

volume produksi LPG diturunkan untuk menghindari kerugian.

2. Manfaat Tidak Langsung

a. Pendapatan Masyarakat (multiplier effect)

Pendapatan masyarakat sebagai multiplier effect dari adanya

industri pengolahan migas ini diasumsikan dari jumlah rata-rata

pengeluaran rutin bulanan menurut golongan pengeluaran adalah ½ dari

pendapatan individu (Badan Pusat Statistik, 2011). Hal tersebut

disesuaikan dengan upah minimum regional (UMR) Kota Balikpapan.

Data diolah dengan memasukkan parameter UMR dalam 1

(satu) bulan dikalikan 12 bulan, kemudian dikalikan jumlah penduduk

untuk mengetahui jumlah pendapatan masyarakat selama 1 (satu) tahun.

Page 93: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Tabel 13. Pendapatan Masyarakat Kota Balikpapan sebagai Multiplier

Effect Tahun 2005-2009

Tahun Jumlah

Estimasi Pendapatan Masyarakat Per Bulan

Estimasi Pendapatan Masyarakat Per tahun

Jumlah Penduduk

Jumlah Pendapatan

(Rp)

2005 498,137.00 833,333 10,000,000 500,406 5,004,060,000,000

2006 623,643.04 1,000,000 12,000,000 508,120 6,097,440,000,000

2007 702,020.74 1,083,333 13,000,000 515,529 6,701,877,000,000

2008 867,151.00 1,250,000 15,000,000 526,963 7,904,445,000,000

2009 867,151.00 1,250,000 15,000,000 538,525 8,077,875,000,000 Sumber: BPS Kota Balikpapan, data diolah, 2011

b. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah dari PT. Pertamina (Persero) RU. V yaitu

berupa kontribusi perusahaan kepada daerah berupa dana bagi hasil.

Kontribusi tersebut tidak secara langsung masuk ke daerah Kota

Balikpapan, melainkan ke Propinsi karena Kota Balikpapan tidak

sebagai kota penghasil minyak dan gas alam, melainkan sebagai kota

pengolahan karena letak daerahnya yang strategis dan pernah

ditemukannya sumur minyak mathilda di kota Balikpapan. Kontribusi

di sektor migas tidak hanya oleh Pertamina saja, melainkan juga dari

perusahaan yang juga bergerak di bidang industri pengolahan, seperti

Total Indonesie dan Chevron. Kontribusi Pertamina yang masuk ke

daerah Kota Balikpapan sebesar 60% dari total kontribusi pada dana

bagi hasil. Sisa kontribusi tersebut yaitu 40% berasal dari perusahaan

lainnya. Daerah penghasil berada di Penajam Paser Utara dan Kutai,

sehingga bagian yang diterima oleh kota Balikpapan lebih kecil

dibandingkan daerah penghasilnya.

Page 94: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Tahun 2005 sampai 2009 menunjukkan kontribusi Pertamina

kepada daerah mengalami fluktuasi dengan peningkatan setiap tahun

yang cukup seimbang, akan tetapi tahun 2009 mengalami penurunan

hampir 50% dari tahun sebelumnya. Penyebabnya adalah adanya

peristiwa gas LPG yang meledak di berbagai daerah, sehingga

Pertamina mengurangi volume produksi yang menyebabkan turunnya

penjualan dan kontribusi yang diberikan Pertamina juga menjadi

menurun.

Tabel 14. Kontribusi Pertamina RU. V Balikpapan kepada Daerah

Tahun 2005-2009

Tahun Kontribusi Pertamina RU. V Balikpapan Kepada Daerah (Rp)

2005 214.850.463.287 2006 306.929.233.267 2007 211.355.950.854 2008 318.983.600.240 2009 192.075.072.796

Sumber: Dispenda Kota Balikpapan, 2011

Tahun 2009 pemerintah kota juga menurunkan jumlah subsidi

BBM sehingga Pertamina hanya mampu memenuhi kuota yang

diberikan pemerintah sehingga menyebabkan volume produksi serta

penjualan yang tidak banyak dan kontribusi Pertamina kepada daerah

menjadi menurun.

Page 95: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

3. Biaya Langsung

a. Biaya Operasional

Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan setiap proses

produksi yang dilakukan perusahaan. Biaya ini dibedakan atas biaya

tetap (fixed cost) dan biaya variable (variable cost). Biaya tetap (fixed

cost) yakni biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh output yang

dihasilkan pada suatu periode tertentu. Biaya variable (variable cost)

yakni biaya yang jumlahnya dapat berubah dan dipengaruhi oleh

output, yang meliputi biaya sarana produksi (bahan bahan baku,

peralatan, perlengkapan) dan pemeliharaan.

Tabel 15 adalah rincian dari biaya operasional Pertamina dari

tahun 2005 sampai 2009. Biaya operasional berikut tidak termasuk

biaya tenaga kerja karena dimasukkan ke dalam komponen manfaat

(benefit) yang diterima masyarakat yang bekerja di Pertamina.

Tabel 15. Biaya Operasional Pertamina RU. V Balikpapan diluar

Pendapatan Karyawan 2005-2009

Tahun Biaya Operasional Pertamina RU. V Balikpapan

(Rp) 2005 2,079,595,798,967 2006 2,496,407,800,895 2007 2,728,307,829,249 2008 3,280,743,574,601 2009 2,026,400,377,191

Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011

Page 96: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Tabel 15 menunjukkan bahwa tahun 2005 sampai 2007 biaya

yang dikeluarkan Pertamina cukup stabil, akan tetapi tahun 2008 biaya

operasional mengalami kenaikan hingga mencapai Rp.

3.280.743.574.601 yang disebabkan Pertamina mengeluarkan biaya

CSR di tahun ini cukup besar daripada tahun sebelumnya dan

Pertamina juga melakukan ekspansi produk sehingga dari biaya

produksi dan penjualan pada tahun 2008 juga tinggi demi menambah

keuntungan perusahaan.

b. Biaya Produksi

Biaya produksi dalam tabel 16 menjelaskan biaya-biaya untuk

memproduksi produk-produk perusahaan berupa BBM dan non BBM

dengan satuan produksi barel selama 1 (satu) tahun. Harga produksi

setiap tahun berbeda-beda mengikuti harga minyak dunia yang

berfluktuasi dan sehubungan dengan pengaruh politik serta ekonomi

global.

Tabel 16. Biaya Produksi Pertamina RU. V Balikpapan Tahun

2005-2009

Tahun Biaya Produksi Pertamina RU. V Balikpapan

(Rp) 2005 51,192,756,009,144 2006 54,869,375,343,600 2007 43,146,555,008,400 2008 40,362,064,429,257 2009 47,702,863,152,000

Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011

Page 97: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Biaya produksinya semakin rendah jika dilihat dari tahun ke

tahu, karena harga produksi yang relatif lebih murah namun varian

produk lebih banyak karena ada penambahan jenis produksi seperti

pertamax, fuel oil, wax dan LPG. Biaya produksi sebesar Rp.

47,702,863,152,000 di tahun 2009 mengalami kenaikan dari tahun

2008 yang semula hanya sebesar Rp. 40,362,064,429,257 disebabkan

oleh tingkat inflasi di tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 3,6%,

namun secara keseluruhan biaya produksi Pertamina mengalami

penurunan. Hal ini menandakan bahwa ketersediaan SDA tidak

berkurang karena Pertamina yang menggunakan metode pemakaian

ulang (recycle) sehingga SDA tidak menjadi langka, selain itu,

perubahan biaya produksi ini disebabkan oleh tingkat inflasi Kota

Balikpapan yang stabil karena inflasi dapat menyebabkan kenaikan

bahan baku produksi.

4. Biaya Tidak Langsung

a. Biaya Penanganan Pencemaran

Biaya penanganan pencemaran adalah biaya yang dikeluarkan

perusahaan untuk membiayai minyak olahan yang terbuang atau

tercecer. Peraturan migas menyatakan pencemaran yang diakibatkan

sebuah pabrik/industri apabila terjadi tumpahan minyak olahan/crude

oil lebih dari 15 barel, namun biaya penanganan pencemaran yang

dikeluarkan Pertamina dikeluarkan seberapapun kecil ukuran per

Page 98: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

barel tumpahan/ceceran minyak yang terjadi. Tabel 17

memperlihatkan tahun 2005 dan 2009 angka yang lebih kecil

dibandingkan dengan tahun 2006-2008.

Tabel 17. Biaya Penanganan Pencemaran Pertamina RU. V

Balikpapan Tahun 2005-2009

Tahun Biaya Penanganan Pencemaran Pertamina RU. V Balikpapan (Rp)

2005 1,820,596,525 2006 2,427,462,033 2007 2,697,180,037 2008 2,157,744,030 2009 1,637,354,336

Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011

Tahun 2006-2008 nilainya menjadi lebih besar karena

Pertamina melakukan pembelian permanent oil boom untuk

menanggulangi pencemaran yang terjadi dan pembelian permanent

oil boom tersebut terjadi beberapa kali dalam 1 (satu) tahun pada

tahun 2006-2008 sebagai pembaharuan peralatan dan teknologi

untuk menjamin mutu kinerja dan mengurangi terjadinya tumpahan

atau pipa bocor yang mengakibatkan pencemaran. Jenis-jenis

minyak yang tertumpah dalam penanggulangan pencemaran ini

meliputi fuel oil, solar, premium, slope dan minyak mentah.

Perhitungan biaya penanggulangan pencemaran ini ditangani oleh

Lindungan Lingkungan Pencemaran atau Bagian Marine yang

berada langsung dibawah Environmental HSE.

Page 99: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

E. Rasio Benefit Cost

Berdasarkan pemaparan data pada uraian sebelumnya, maka melalui

proses analisis menggunakan Rasio Benefit Cost dengan tingkat social

discount rate sebesar 10%. Cara perhitungannya dapat dihitung dengan

metode sebagai berikut:

1. Menjumlahkan keseluruhan nilai manfaat dan menjumlahkan keseluruhan

nilai biaya per tahun sesuai dengan sampel tahun yaitu 2005 hingga 2009

yang diukur dalam satuan Rupiah.

2. Mengurangi nilai manfaat dan biaya per tahunnya sehingga didapatkan Net

Benefit (B-C).

3. Menghitung nilai NPV1, yaitu dengan mengalikan nilai Net Benefit per

tahun dengan discount factor 10% (PV Net Benefit), lalu menjumlahkan

totalnya yang kemudian disebut sebagai NPV1.

4. Menghitung nilai NPV2, yaitu dengan mengalikan Net Benefit per tahun

dengan discount factor yang kedua 12% (PV Net Benefit), setelah itu

menjumlahkan totalmua yang kemudian disebut sebagai NPV2.

5. Membagi nilai NPV1 dengan NPV2.

Net B/C Ratio diperoleh : NPV1 / NPV2

: 126.082.672.976.083 = 1,058 119.109.766.157.158

Page 100: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Tabel 18. Perhitungan Net B/C R pada Tahun 1 (2005)

Periode Cost Benefit NET BENEFIT

(B-C) (C) (B) 1 53.274.172.404.636 60.547.801.074.503 7.273.628.669.867

Sumber: Data diolah, 2011

Tahun 2005 merupakan tahun pertama dari lima tahun pengambilan

periode yaitu tahun 2005 hingga 2009. Nilai manfaat yang telah dijumlahkan

keseluruhannya yaitu dari manfaat langsung dan manfaat tidak langsung pada

tahun 2005 adalah sebesar Rp. 60.547.801.074.503,00 sedangkan nilai biaya

secara keseluruhan tahun 2005 adalah sebesar 53.274.172.404.636,00. Nilai

manfaat dikurangi dengan nilai biaya sehingga didapatkan selisih Rp.

7.273.628.669.867,00 yang disebut sebagai Net Benefit.

Nilai Net Benefit Rp. 7.273.628.669.867,00 dikalikan dengan discount

factor 10% untuk memperoleh nilai PV Net Benefit sebesar Rp.

6.612.389.699.879,00. Perhitungan ini dihitung secara kumulatif dari tahun

2005 hingga 2009, sehingga total dari PV Net Benefit ini disebut sebagai

NPV1.

NPV2 diperoleh dari total kumulatif 2005 hingga 2009 perhitungan

PV Net Benefit Rp. 6.494.311.312.381,00 yang didapat dari Net Benefit Rp.

7.273.628.669.867,00 dikalikan dengan discount factor 12%. Net B/C R

didapat dari total NPV1 dibagi dengan NPV2.

NET BENEFIT (B-C)

DF (10%)

PV (B-C) NET BENEFIT

DF (12%)

PV NET BENEFIT

7.273.628.669.867 0,9091 6.612.389.699.879 0,8929 6.494.311.312.381

Page 101: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

F. Nilai Imbangan Manfaat Biaya

Nilai imbangan adalah perbandingan manfaat dan biaya yang

merupakan deviasi dari metode B/C R konvensional akan tetapi memasukkan

komponen eksternalitas lingkungan. Perhitungan nilai imbangan ini dilakukan

dengan 2 (dua) cara yaitu pertama dengan menambahkan nilai valuasi

lingkungan (eksternalitas), kedua tidak menambahkan nilai eksternalitas.

Nilai eksternalitasnya yaitu sebagai berikut:

Tabel 19. Nilai Valuasi Lingkungan Pertamina RU. V Balikpapan

Tahun 2005-2009

Tahun Biaya Valuasi Lingkungan/Eksternalitas Pertamina RU. V Balikpapan (Rp)

2005 92.604.259.800 2006 98.515.170.000 2007 77.571.000.000 2008 66.300.000.000 2009 78.000.000.000

Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011

Nilai valuasi lingkungan atau disebut sebagai nilai eksternalitas dalam

perhitungan analisis Benefit Cost ini diperoleh dengan menghitung jumlah

minyak mentah (crude oil) yang terbuang yaitu dalam arti tidak dapat diolah

kembali dikalikan dengan harga aktual pasar. Nilai valuasi lingkungan

tersebut telah diolah oleh Pertamina itu sendiri dan penulis menggunakan data

tersebut sebagai nilai valuasi lingkungan/eksternalitas. Jika nilai valuasi

lingkungannya (eksternalitas) telah diketahui, metode nilai imbangan dihitung

sebagai berikut:

Page 102: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

1. Menjumlahkan keseluruhan nilai manfaat dan menjumlahkan keseluruhan

nilai biaya per tahun sesuai dengan sampel tahun yaitu 2005 hingga 2009

yang diukur dalam satuan Rupiah.

2. Mengalikan jumlah manfaat per tahun dengan discount factor 10% (PV

Benefit) lalu dijumlahkan menurut jumlah tahun, yaitu 5 tahun.

3. Mengalikan jumlah biaya yang telah ditambahkan dengan nilai valuasi

lingkungan per tahun dengan discount factor 10%. (PV Cost) lalu

dijumlahkan menurut jumlah tahun, yaitu 5 tahun.

4. Membagi Total PV Benefit dengan Total PV Cost.

Nilai imbangan = Total PV Benefit = 317.083.048.610.211 = 1,657

Total PV Cost 191.317.974.716.433

Membandingkan nilai imbangan juga dihitung tanpa memasukkan

nilai valuasi lingkungan (eksternalitas) pada Biaya (Cost). Perhitungan nilai

imbangan berikut dihitung tanpa menambahkan nilai eksternalitasnya pada

biaya:

Nilai imbangan = 317.083.048.610.211 191.000.375.634.128

= 1,660

Perhitungan nilai imbangan manfaat biaya yaitu dengan

membandingkan nilai manfaat dibagi dengan nilai biaya, nilai imbangan

manfaat biaya dengan memasukkan komponen eksternalitas (nilai valuasi

lingkungan) pada biaya menjadikan nilai biaya menjadi lebih besar yaitu Rp.

Page 103: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

191.317.974.716.43,00 sedangkan tanpa memasukkan komponen nilai

eksternalitas, biayanya hanya sebesar Rp. 191.000.375.634.128,00.

Tabel 20. Perhitungan Nilai Imbangan pada Tahun 1 (2005) tanpa

Memasukkan Nilai Valuasi Lingkungan/Eksternalitas

Periode Cost Benefit

Df (10%) (C) (B)

1 53.274.172.404.636 60.547.801.074.503 0,9091

PV BENEFIT PV COST 55.043.455.522.275 48.431.065.822.396

Sumber: Data diolah, 2011

Nilai imbangan dihitung dengan metode Gross B/C R yang berbeda

dengan metode Net B/C R. Nilai imbangan dihitung dengan mengalikan

langsung nilai total manfaat per tahun dengan discount factor 10%, begitu

juga dengan biaya per tahun dikalikan dengan discount factor 10%. Tabel 20

memperlihatkan perhitungan nilai imbangan manfaat biaya pada tahun

pertama yaitu tahun 2005. Nilai keseluruhan manfaat yang terdiri dari

manfaat langsung dan manfaat tidak langsung pada tahun 2005 berjumlah Rp.

60.547.801.074.503 sedangkan nilai keseluruhan biaya (tanpa nilai

eksternalitas) yang terdiri dari biaya langsung dan tidak langsung pada tahun

2005 berjumlah Rp. 53.274.172.404.636. Nilai manfaat Rp.

60.547.801.074.503 dikalikan dengan DF 10% sehingga diperoleh PV Benefit

sebesar Rp. 55.043.455.522.275 sedangkan nilai biaya Rp.

53.274.172.404.636 juga dikalikan dengan DF 10% sehingga diperoleh Rp.

48.431.065.822.396 sebagai PV Cost. Rasio nilai imbangan manfaat biaya

Page 104: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

diperoleh dari Total PV Benefit yang telah dihitung dari tahun 2005 hingga

2009 dibagi dengan Total PV Cost yang telah dihitung dari tahun 2005

hingga 2009

Tabel 21. Perhitungan Nilai Imbangan pada Tahun 1 (2005) dengan

Memasukkan Nilai Valuasi Lingkungan/Eksternalitas

Periode Cost Eksternalitas Benefit

Df (10%) (C) Ce (B)

1 53.274.172.404.636 92.604.259.800 60.547.801.074.503 0,9091

PV BENEFIT PV COST

55.043.455.522.275 48.515.251.513.124 Sumber: Data diolah, 2011

Nilai imbangan manfaat biaya pada tabel 21 adalah dengan

memasukkan nilai eksternalitas pada komponen biaya sehingga nilai

keseluruhan biaya dari biaya langsung dan tidak langsung yang ditambahkan

dengan nilai eksternalitas menjadi sebesar Rp. 53.366.776.664.436. Nilai ini

lebih besar dibandingkan nilai biaya tanpa eksternalitas seperti pada tabel 20.

Nilai biaya tersebut dikalikan dengan DF 10% begitu juga dengan nilai

manfaat sehingga diperoleh PV Benefit dan PV Cost masing-masing sebesar

Rp. 55.043.455.522.275 dan Rp. 48.515.251.513.124. Nilai PV Cost tanpa

eksternalitas dan dengan eksternalitas memiliki perbedaan dimana PV Cost

dengan eksternalitas nilainya lebih besar dibandingkan dengan PV Cost tanpa

eksternalitas. Hal ini tentu akan membedakan rasio nilai imbangan manfaat

biayanya. Rasio nilai imbangan manfaat biaya dapat dihitung dengan

Page 105: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

menjumlahkan PV Benefit dan PV Cost selama 5 (lima) tahun lalu membagi

antara Total PV Benefit dengan Total PV Cost.

Page 106: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis manfaat biaya dengan metode rasio benefit

cost dan nilai imbangan manfaat biaya, maka dapat disimpulkan bahwa

tingkat kelayakan ekonomi dan lingkungan dari industri pengolahan migas

oleh PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan adalah sebagai berikut:

1. Rasio net benefit cost menunjukkan hasil 1,058. Nilai Net B/C R >1 yang

artinya industri pengolahan migas oleh PT. Pertamina (Persero) RU. V

Balikpapan layak secara aspek ekonomi kepada masyarakat dan daerah

Kota Balikpapan. Nilai 1,058 tersebut juga menunjukkan bahwa setiap

pengeluaran Rp. 1,00,- menurut nilai sekarang akan menghasilkan

keuntungan sebesar Rp. 0.058.

2. Nilai imbangan manfaat biaya dengan menambahkan nilai valuasi

lingkungan (eksternalitas) yang dihitung dari banyaknya jumlah minyak

olahan yang terbuang dikalikan harga aktual pasar dan dengan tidak

menambahkan sebagai bahan perbandingan adalah 1,657 dan 1,660.

Selisih rasio tidak terlalu jauh, hal ini menandakan bahwa nilai

eksternalitas menyebabkan nilai kelayakan usaha menjadi rendah, namun

perbedaannya tidak terlalu banyak. Berdasarkan hasil perhitungan nilai

imbangan ini menyatakan bahwa industri pengolahan migas oleh PT.

Pertamina (Persero) adalah layak secara aspek lingkungan karena rasio >1.

Page 107: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

3. Dampak positif yang diperoleh masyarakat dan daerah adalah adanya

industri pengolahan migas oleh PT. Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan

antara lain:

a. Mengurangi angka pengangguran.

b. Meningkatkan taraf hidup masyarakat Kota Balikpapan melalui

program-program tanggung jawab sosial perusahaan.

c. Meningkatkan pendapatan masyarakat secara riil maupun multiplier

effect.

d. Meningkatkan pendapatan daerah.

4. Dampak negatif yang dirasakan masyarakat yaitu:

a. Kondisi air laut di sekitar teluk Balikpapan yang mengalami

pencemaran, sementara laut dan tepi laut di Balikpapan kerap dijadikan

objek wisata maupun sumber penghidupan masyarakat yang tinggal di

pesisir laut Balikpapan.

b. Penurunan kualitas udara bagi masyarakat yang tinggal di dalam

daerah dampak utama dari Pertamina.

c. Bentuk kekhawatiran masyarakat, terjadinya ledakan dan kebakaran,

penurunan debit air, terorisme/sabotase dan kebocoran pipa.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis manfaat biaya dengan metode rasio benefit

cost dan nilai imbangan manfaat biaya industri pengolahan migas oleh PT.

Page 108: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Pertamina (Persero) RU. V Balikpapan, maka penulis dapat memberikan

beberapa saran, yaitu:

1. Pertamina meningkatkan kinerjanya baik itu melalui aspek teknologi

maupun ekonomi. Adanya Pertamina diharapkan terus dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan daerah setempat disamping beberapa

dampak negatif yang mengganggu kehidupan masyarakat dan daerah.

2. Pertamina meningkatkan SDM agar produkstivitas dan teknologi yang

digunakan semakin maju dan lebih baik.

3. Pertamina meningkatkan program CSR karena sangat bermanfaat bagi

masyarakat, misalnya bantuan sosial, kesempatan kerja yang terbuka lebar,

kepedulian lingkungan, pendidikan dan kesehatan. Sebagian besar

masyarakat menyatakan bahwa progarm tersebut bermanfaat dan perlu

diteruskan dan dalam pelaksanaan selanjutnya memerlukan modifikasi.

Program tersebut juga dapat meningkatkan citra baik Pertamina, dapat

meningkatkan rasa memiliki terhadap Pertamina dan mampu mengurangi

potensi timbulnya masalah, selain membawa peningkatan kesejahteraan

masyarakat dan membantu program wilayah/desa setempat, Kegiatan

industri jasa seperti perdagangan, transportasi, perbankan, perhotelan dan

berbagai industri lainnya juga berkembang pesat seiring keberadaan

industri migas. Perkembangan ini jelas memberikan kontribusi positif bagi

Balikpapan yang semula bertumpu pada ekonomi agraris kemudian beralih

pada ekonomi yang bertumpu pada industri dan perdagangan.

Page 109: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Sehubungan dengan pemakaian jumlah barang sumber daya dalam

industri pengolahan migas yang dikelola oleh Pertamina akan menghasilkan

perubahan pada jumlah barang sumber daya dan dampak lingkungan dengan

dampak ekonomi, maka beberapa saran untuk pemerintah sehubungan dengan

masalah pengambilan sumber daya alam. Ada 3 (tiga) kemungkinan cara

pemecahannya (Suparmoko, 1997:53):

1. Cara yang pertama adalah meningkatkan tersedianya sumber daya alam

pada laju yang paling tidak sama dengan laju penggunaan sumber daya

alam. Kebijakan yang sekarang ini ditempuh dalam kebanyakan negara

industri diarahkan untuk meningkatkan tersedianya sumber daya alam

seperti mengintensifkan penelitian sumber-sumber minyak dan gas baru.

2. Cara pemecahan yang kedua adalah meningkatkan efisiensi penggunaan

sumber daya alam yang sekarang ini telah diketahui dan dikuasai

persediaannya, yaitu dengan menggunakan technical fix. Technical Fix

adalah pemecahan masalah yang secara teknis dan ekonomis layak atas

dasar standar saat ini dan tidak memerlukan perubahan-perubahan sosial

dan kebudayaan yang berarti, sebagai contoh diciptakannya mobil-mobil

model baru yang hemat bahan bakar.

3. Cara pemecahan yang ketiga adalah berupa penekanan permintaan terhadap

sumber daya alam. Contoh dari cara ini yaitu penggunaan kendaraan

angkutan umum untuk menggantikan kendaraan-kendaraan pribadi. Cara

yang ketiga ini menghendaki adanya perubahan cara hidup atau gaya hidup

para pribadi dalam masyarakat.

Page 110: ANALISIS MANFAAT BIAYA PADA PT. PERTAMINA (PERSERO

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Masing-masing dari ketiga cara di atas tidak berarti harus saling

meniadakan satu sama lain, melainkan ketiga cara tersebut dapat dipakai

bersama-sama. Beberapa tindakan konservasi SDA dapat digunakan bersama-

sama dengan tindakan untuk menemukan SDA baru guna menunjang

pertumbuhan permintaan akan SDA. Permintaan terhadap sumber daya energi

dan sumber daya lain meningkat terus dengan cepat dan semakin lama

menunggu dilaksanakannya kebijakan konservasi maka akan semakin sulit

usaha konservasi tersebut dapat dilaksanakan. Demikian pula semakin banyak

teknologi yang dikaitkan dengan usaha peningkatan pertumbuhan ekonomi,

semakin sedikit macam teknologi tepat guna yang diarahkan untuk

pertumbuhan ekonomi yang pantas (tidak terlalu cepat). Apabila sumber daya

alam tidak terbaharui (minyak) itu habis, maka apapun cara pemecahan yang

dipakai akan sulit untuk berhasil.