kajian literatur manajemen asuhan keperawatan …

40
KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN OLEH: NS. INDAH MEI RAHAJENG, SKEP MSC NIP: 198303152010122003 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2018 Kata pengantar

Upload: others

Post on 07-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

KAJIAN LITERATUR

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN

OLEH:

NS. INDAH MEI RAHAJENG, SKEP MSC

NIP: 198303152010122003

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2018

Kata pengantar

Page 2: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

Puji syukur kami panjatkan kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala Tuhan YME karena Rahmat

dan KaruniaNya tulisan ilmiah berjudul “Manajemen Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem

Pernafasan” dapat tersusun.

Dalam penyusunannya, penulis berhadapan dengan berbagai macam tantangan yang akan

tetapi dapat terlampaui dengan baik. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada

pihak – pihak yang telah ikut membantu dan mendukung perwujudan tulisan ilmiah ini.

Untuk itu penulis sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuannya, utamanya kepada penulis buku dan artikel yang memperkaya bahan tulisan serta

rekan dosen sejawat atas dukungan dan inspirasinya. Semoga kontribusinya mendapat

balasan dari Tuhan YME.

Penyusun sadar bahwa karya ini jauh dari kesempurnaan baik segi penyusunan maupun

isinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan karya

selanjutnya.

Akhir kata, harapan kami tulisan ini bisa memberikan manfaat untuk pembaca dan kita

sekalian.

Denpasar, 26 November 2018

Penyusun

Daftar Isi

I. GANGGUAN SALURAN NAFAS ATAS ................................................................ 1

A. INFLUENZA .............................................................................................................. 1

B. SINUSITIS AKUT ...................................................................................................... 2

C. SINUSITIS KRONIS .................................................................................................. 4

FARINGITIS ......................................................................................................................... 5

Page 3: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

D. FARINGITIS AKUT................................................................................................... 5

E. FARINGITIS KRONIK .............................................................................................. 6

F. TONSILITIS dan ADENOIDITIS .................................................................................. 7

G. LARINGITIS .............................................................................................................. 8

H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SALURAN

NAFAS ATAS ....................................................................................................................... 9

II. GANGGUAN SALURAN NAFAS BAWAH .......................................................... 15

A. BRONKITIS KRONIS .............................................................................................. 15

B. ATELEKTASIS ........................................................................................................ 18

C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SALURAN

NAFAS BAWAH ................................................................................................................ 19

III. PNEUMOTHORAK ................................................................................................. 27

A. KONSEP PNEUMOTORAK .................................................................................... 29

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PNEUMOTORAK ........ 31

Page 4: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

1

I. INFEKSI JALAN NAFAS ATAS

A. INFLUENZA

INFLUENZA/Commond cold disebut juga salesma

1. ETIOLOGI

Pikornavirus, koronavirus, mikovirus dan paravirus, rhinovirus

2. MANIFESTASI KLINIS

a) Secret Hidung

b) Sakit tenggorokan

c) Batuk

d) bersin

e) malaise

f) demam

g) menggigil

h) sering sakit kepala

Gejala 5 hari sampai 2 minggu.

Sangat menular 2 hari pertama.

Jika tdpt demam atau gejala pernapasan sistemik , merupakan gejala infeksi saluran

nafas akut.

3. PENATALAKSANAAN MEDIS

a) Terapi simptomatik

(mengatasi demam, dekongestan nasal, ekspektoran, analgesic [Aspirin, asetaminofen])

b) Pemberian cairan adekuat

c) Istirahat

d) Vitamin C

e) Kumur air garam hangat dapat melegakan tenggokan

f) Antibiotic

Tidak mempengaruhi virus .

Antibiotic digunakan untuk profilaksis bagi pasien yang resiko tinggi terhadap

kondisi pernapasan.

Page 5: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

2

4. INTERVENSI KEPERAWATAN

Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien.

Memutus rantai infeksi dengan cara:

a) Mencuci tangan

b) Menggunakan tissue sekali pakai

c) Menutup mulut ketika batuk

d) Menghindari kerumunan orang banyak.

KOLABORASI dalam penatalaksanaan medis

B. SINUSITIS AKUT

(Durasi kurang dari 4 minggu)

1. PENYEBAB:

1. Infeksi saluran pernapasan

atas,

2. Inflamasi ,

3. edema / penumpukan cairan

menyebabkan obstruksi

rongga sinus.

Mikroorganisme Penyebab:

Streptococcus pneumonia,

haemohilus influenzae, dan

staphylococcus aureus,

Gambar 1. sinusitis

Page 6: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

3

2. MANIFESTASI KLINIS

1. Lendir purulen/ pekat

2. nyeri wajah/area sinus

3. sakit kepala

4. tekanan wajah

5. gejala tidak spesifik :

batuk, panas, bersin

3. PENGKAJIAN:

Riwayat kesehatan dan diagnostic,

termasuk pemeriksaan rongten sinus

4. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Mengontrol infeksi

2. Menghilangkan nyeri

3. Antibiotic pilihan : amoksilin dan ampisilin

4. Dekongestan oral atau topical

5. Dekongestan topical dg ekstensikan kepala

6. Gejala bertahan selama 7 sampai 10 hari maka sinus perlu diirigasi.

7. Cara irigasi : uap hangat atau irigasi cairan NS (normal salin) untuk mengeluarkan

lendir yang kental.

5. TINDAKAN KEPERAWATAN:

1. inhalasi (uap hangat)

2. Meningkatkan input cairan

3. Memberikan kompres hangat (handuk basah hangat)

4. Pasien diberi tahu tentang efek samping pemakaian dekongestan / sprei hidung

berlebihan dapat menimbulkan kongesti rebound

6. KOMPLIKASI

Page 7: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

4

Meningitis, abses otak, osteomielitis

TANDA POTENSIAL KOMPLIKASI

Demam, sakit kepala, kaku kuduk

C. SINUSITIS KRONIS

Durasi lebih dari 12 minggu

1. ETILOGI

obstruksi hidung kronik akibat lendir / edema membrane mukosa hidung

2. MANIFESTASI KLINIS:

a) Batuk (krn lendir kental menetes ke faring)

b) Sakit kepala

c) Nyeri wajah (terutama saat bangun tidur)

d) Keletihan

3. PENATALAKSANAAN MEDIS

(Seperti sinusitis akut)

a) Antibiotic (3 sampai 4 minggu)

b) Anti inflamasi (tetes hidung)

c) Irigasi mekanik sinus dengan cairan salin steril

d) Jika tindakan tidak efektif maka perlu dilaksanakan tindakan pembedahan.

Indikasi bedah: bedah stuktur yang menyumbat lubang sinus

4. INTERVENSI KEPERAWATAN

a) Irigasi lendir sinus

b) Uap hangat

c) Meningkatkan input carian

d) Kompres hangat

e) Pendidikan kesehatan : tindakan pencegahan

Page 8: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

5

FARINGITIS

D. FARINGITIS AKUT

Faringitis akut adalah inflamasi faring

1. ETIOLOGI

70% disebabkan virus (rhinovirus, coronavirus)

bakteri yg tersering adalah streptokokus grup A, makanya sering disebut strep throat.

2. MANIFESTASI KLINIS

1. Membrane mukosa faring dan tonsil lebih merah

2. Keluar lendir

3. Pembuluh limfe leher bangkak dan nyeri.

4. Demam, malaise, dan nyeri telan

5. Serak, batuk dan radang hidung

6. Jika disebabkan virus maka tanda gejala hanya berkisar 3 sampai 10 hari.

3. KOMPLIKASI:

Sinusitis, otitis media, abses

peritonsilar, mastoiditis, adenitis

servikal, demam reumatik dan

nefritis

Gambar2. Faringitis

4. PENATALAKSANAAN MEDIS

a) Antibiotik

antibitik (untuk lebih tepat dg kultur usapan mukosa faring)

b) Pengobatan faringitis yang disebabakan streptotokus grup A dengan pinisilin

Pemberian penicillin per oral atau injeksi.

Pasien yang kebal thd penisilin diganti eritromisin

c) Faringitis yang disebabkan staphilocccus aureus menggunakan sefalosporin.

Page 9: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

6

5. INTERVENSI KEPERAWATAN

a) Intirahat selama demam.

b) Aktivitas secara bertahap

c) Tissue bekas jangan dibuang sembarangan.

d) Diet cair / lunak jk nyeri telan.

e) perbanyak minum ( 2-3 liter/hari)

f) NYERI / Ketidaknyamanan diatasi dengan:

a. Kumur air garam / NS hangat (suhu carian 40,6oC - 43,3oC ).

b. Perawatan mulut mencegah pecah – pecah bibir / inflamasi sekitar mulut

c. Jika nyeri sedang s.d berat dapat dengan analgesic

g) Antitusif (kodein, dekstrometorfan) untuk mengontrol batuk

h) Terapi antibiotic mencegah adanya komplikasi (seperti: nefritis dan demam reumatik).

E. FARINGITIS KRONIK

Sering terjadi pada orang yang tinggal dalam lingkungan berdebu, menggunakan suara

berlebihan, menderita akibat batuk kronis, konsumsi alcohol dan tembakau.

1. MANIFESTASI KLINIS

a) Mengeluhkan sensasi iritasi dan sesak pada tenggorok yang terus menerus

b) Lendir yang tekumpul dalam tenggorok

c) Batuk

d) Sulit menelan

2. PENATALAKSANAAN MEDIS

a) Menghilangkan gejala

b) Menghindari alergi

c) Mengatasi gangguan saluran napas atas

d) Lender hidung dikeluarkan dengan obat-obatan yang mengandung epinefrin sulfat.

e) Jika ada riwayat alergi maka digunakan dekongestan antihistamin (ex. Drixoral,

dimetap) diminum setiap 4 sampai 6 jam.

f) Malaise diatasi dengan aspirin atau asetaminofen

g) Kontak dengan orang lain dihindari sampai demam hilang.

Page 10: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

7

F. TONSILITIS dan ADENOIDITIS

1. ETIOLOGI

Paling sering adalah streptokokus grup A

Tonsilitis: inflamasi pada tonsil (berada di kedua sisi orofaring (palatine tonsil))

Adenoiditis: inflamasi pada adenoid (berada di posterior nasofaring (pharyngeal tonsil))

2. MANIFESTASI KLINIS

TONSILITIS:

Sakit tenggorok, demam. Napas ngorok, kesulitan menelan,

ADENOIDITIS:

Pernapasan mulut, kepala sering panas, napas bau, suara berubah.

Infeksi dapat menyebar ke telinga melalui tuba auditorius (eustachii) dan dapat

menimbulkan radang telinga.

Infeksi kronis pada telinga tengah menyebabkan ketulian permanent.

3. EVALUASI DIAGNOSTIK

Pemeriksaan fisik

Riwayat kesehatan

Page 11: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

8

Usap tonsi adanya infeksi bakteri

Adenoiditis dengan otitis media supuratif mengakibatkan tuli, pasien perlu pemeriksaan

telinga menyeluruh.

TONSILEKTOMI dan ADENOIDEKTOMI

Tonsilektomi dilakukan jika pengobatan medis tidak menunjukkan hasil dan terdapat abses

hipertrofi atau tonsilar berat yang menyumbat faring, membuat kesulitan menelan dan

membahayakan jalan napas.

INDIKASI TONSILEKTOMI:

Tonsillitis berulang dan tidak membaik dengan pengobatan

Sesak napas atau demam reumatik.

4. INTERVENSI KEPERAWATAN

a) Observasi post operasi.

b) Kepala dimiringkan untuk mengalirkan cairan (pos operasi)

c) Kompres dingin pada leher

d) Pantau adanya perdarahan/HEMORAGI

Jika muntah darah dan frekuensi nadi dan pernapasan meningkat.

beri pasien air dan sesapan es batu.

mengurangi bicara dan batuk karena nyeri tenggorok.

Pasien pulang setelah operasi.(rawat jalan)

informasikan tanda dan gejala perdarahan (12 sampai 24 jam pertama).

e) Irigasi mulut dengan larutan normal salin hangat untuk menghindari lendir yang kental.

f) Diet cairan atau semicair selama beberapa hari,

Makanan pedas, dingin dan asam, mentah dihindari.

Susu dan produk lunak (es krim) dibatasi

G. LARINGITIS

1. DEFINISI

Inflamasi karena banyak menggunakan suara, terpajan debu, bahan kimiawi, asap dan

polutan. infeksi pita suara.

Page 12: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

9

2. PENYEBAB

Yang paling sering adalah virus

3. MANIFESTASI KLINIS

Suara serak, tidak dapat mengeluarkan suara sama sekali (afonia), batuk

4. PENATALAKSANAAN MEDIS

a. Mengistarahatkan suara, menghindari merokok, istrahat, menghirup uap.

b. Terapi antibiotic

c. Untuk laryngitis kronis

d. Penggunaan antiinflamasi

5. INTERVENSI KEPERAWATAN

a. Mengistirahatkan suara,

b. mempertahankan kelembaban lingkungan,

c. jika ada sekresi laryngeal selama periode akut:

pemberian ekspektoran

masukan cairan harian 3 liter untuk mengencerkan sekresi.

H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SALURAN

NAFAS ATAS

PROSES KEPERAWATAN

Pasien infeksi jalan nafas atas

1. PENGKAJIAN

1. Riwayat kesehatan

tanda dan gejala sakit kepala, sakit tenggorok, nyeri sekitar mata dan pada kedua sisi

hidung, kesulitan menelan, batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat, dan

keletihan.

P, Q, R, S, T

Page 13: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

10

Riwayat alergi

2. Pemeriksaan fisik

INSPEKSI

Pemebengkakan, lesi, atau asimetris hidung, perdarahan dan lendir, mukosa hidung

(kemerahan, bengkak, berlendir)

Sinus frontral dan maksilaris dipalpasi terhadap adanya nyeri tekan, yang menunjukkan

inflamasi.

Tonsil dan faring diinspeksi (warna kemerahan, asimetris, perlukaan, dan pembesaran)

Trakea dipalpasi (massa, deformitas, pembesaran nodus limfe leher dan nyeri tekan)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekret sekunder akibat

proses inflamasi.

b) Nyeri berhubungan dengan iritasi jalan napas sekunder akibat infeksi

c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan

sekunder akibat demam

d) gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan iritasi jalan nafas atas sekunder

akibat infeksi atau pembengkakan

e) Defisit pengetahuan mengenai pencegahan infeksi pernapasan atas, regimen

pengobatan, prosedur khusus

JABARAN SETIAP DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF

Definisi :suatu kondisi dimana individu mengalami gangguan pernapasan karena

ketidakmampuan batuk secara efektif.

Batasan karakteristik:

MAYOR (harus didapat)

Batuk tidak efektif atau tidak ada

Secret sulit keluar

MINOR (mungkin terdapat)

Suara napas menurun / suara napas tambahan

Page 14: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

11

Jumlah, irama, kedalaman pernapasan tidak normal

Penurunan kesadaran

Perubahan nadi dan tekanan darah

Warna kulit (pucat)

INTERVENSI kep dx.1

1) Mengeluarkan penumpukan sekret

2) Meningkatkan input cairan (2 – 4 liter perhari jika tidak ada kontraindikasi) untuk

mengencerkan sekret yang kental.

3) Pertahankan kelembaban udara pernapasan

4) Posisikan klien yang memudahkan pengeluaran sekret

5) Mengurangi inflamasi membran mukosa

6) Kolaborasi:

Pemberian obat-obatan untuk menghilangkan sekret pada hidung, faring dan laryng

EVALUASI (berdasar pada kriteria hasil)

mempertahankan jalan napas baik dengan membersihkan penumpukan sekret

b) NYERI AKUT berhubungan dengan iritasi jalan napas sekunder akibat infeksi

Definisi dx kep.

NYERI AKUT adalah keadaan klien mengalami dan melaporkan adanya ketidaknyamanan

selama 1 detik sampai 6 bulan.

BATASAN KARAKTERISTIK

1) Data subyektif

Klien menyatakan nyeri

2) Data Obyektif

Sikap melindungi area nyeri

Penyempitan fokus (perubahan persepsi waktu dll)

Perilaku distraksi (merintih, mondar mandir, menangis)

Wajah tampak menahan nyeri

Perubahan pada tonus otot

Page 15: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

12

Respon autonomik (diaforesis, perubahan TD dan nadi, dilatasi pupil, penurunan

atau peningkatan frekuensi pernapasan)

INTERVENSIkep dx 2:

1) Memberikan kenyamanan

2) Mengkaji pernapsan

3) Kaji obat analgesic yang ada

Beri analgesic sesuai dengan resep dokter

Kaji keefektifan analgesic (apa klien masih merasa nyeri)

4) Kompres hangat pada area nyeri dan meningkatkan pengeluaran sekret

5) Anjurkan Kumur air garam hangat tiap 2 – 4 jam

6) Irigasi untuk menghilangkan nyeri tenggorok.

7) Menyarankan pasien untuk istirahat

8) Mengintruksikan tehnik hygiene mulut dan hidung

9) Kaji mukosa terhadap adanya sekret, kemerahan dan bengkak

10) Perawatan pascaoperatif setelah tonsilektomy dan adenoidektomi, pemasangan

kompres es (mengurangi pembengkakan dan menurunkan perdarahan).

c) KEKURANGAN VOLUME CAIRAN berhubungan dengan peningkatan

kehilangan cairan sekunder akibat diaforesis yang berkaitan dengan demam

DEFINISI

keadaan di mana seorang yang kurang makan dan minum yang beresiko mengalami

dehidrasi vaskuler, interstisiil atau intraseluler.

BATASAN KARAKTERISTIK

MAYOR

1) Kurang minum

2) Tidak seimbang antara input dan output

3) mukosa/kulit kering

4) Berat badan kurang

MINOR

1) Meningkatnya kadar Natrium darah

2) Menurunnya output urine atau output urine berlebihan

Page 16: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

13

3) Turgor kulit menurun

4) Haus/mual./anoreksia

INTERVENSI:

Meningkatkan input cairan

1) Minum 2 – 3 liter cairan sehari selama kecuali ada kontraindikasi. Untuk mengencerkan

sekresi dan meningkatkan pengeluaran sekret

2) Cairan dingin atau hangat tergantung pada penyakitnya.

EVALUASI (berdasar pada kriteria hasil)

Beberapa dari hasil yang diharapkan:

mempertahankan masukan cairan yang adekuat

d) KERUSAKAN KOMUNIKASI VERBAL berhubungan dengan iritasi jalan nafas atas

sekunder akibat infeksi atau pembengkakan

Definisi dan batasan karakteristik (baca literature pada referensi)

Intervensi:

Peningkatan komunikasi

1) Infeksi jalan nafas atas dapat menimbulkan suara serak atau kehilangan suara.

2) Pasien diinstruksikan untuk tidak mencoba berbicara, berkomunikasi dengan cara

menuliskan bila memungkinkan.

3) Regangan pita suara lebih lanjut dapat menghambat pulihnya suara dengan sempurna.

EVALUASI (berdasar pada kriteria hasil)

Beberapa dari hasil yang diharapkan:

menunjukkan kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan, keinginan dan tingkat

kenyamanan.

e) DEFISIT PENGETAHUAN mengenai pencegahan infeksi pernapasan atas, regimen

pengobatan, prosedur khusus

INTERVENSI:

Page 17: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

14

Penyuluhan pasien: pencegahan infeksi saluran pernapasan atas:

1) Hidup sehat dengan:

(a) Makan yang bergizi

(b) Olahraga dengan cukup

(c) Hindari merokok dan alcohol

(d) Istirahat yang cukup

2) Ajarkan cara mencegah infeksi, penyebaran dan meminimalkan komplikasi.

a). Mencuci tangan dan menggunakan masker , menghindari keraimaian.

b). Membuang tissue di tempat sampah.

3) Tingkatkan kelembaban udara

4) Hindari iritan (debu, bahan kimia, asap rokok) bila memungkinkan

5) Vaksin influenza

6) Hindari keramaian selama musim influenza

7) Lakukan hygiene gigi yang adekuat

EVALUASI (berdasar pada kriteria hasil)

Beberapa dari hasil yang diharapkan:

1) mengidentifikasi strategi untuk mencegah infeksi jalan nafas atas dan reaksi alergi.

2) menunjukkan tingkat pengetahuan yang cukup dan melakukan perawatan diri secara

adekuat.

3. MASALAH KOLABORATIF

Berdasarkan pada data pengkajian, potensial komplikasi dapat mencakup:

a) Sepsis

b) Abses peritonsilar

c) Otitis media

d) Sinusitis

INTERVENSI:

1) Periksa tanda–tanda vital mendeteksi adanya sepsis, otitis media, dan sinusitis.

2) Kesulitan menelan

3) Sakit tenggorok berat yang menjadi tanda penting abses peritonsilar

4) Antibiotic dikonsumsi sesuai resep dokter.

5) Pasien dijelaskan tanda dan gejala komplikasi.

Page 18: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

15

EVALUASI (berdasar pada kriteria hasil)

bebas dari tanda dan gejala infeksi

1) menunjukkan tanda-tanda vital normal

2) tidak terdapat drainase purulen

3) bebas dari nyeri telinga, sinus dan tenggorok.

Reference:

1. Carpenito, Lynda Juall. 1995.Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi

6. EGC:Jakarta

2. Rubin, Michael A., Gonzales, Ralph.,.Sande, Merle A.2005.Harrison's Principles Of

Internal Medicine - 16th Ed. Part Nine - Disorders Of The Respiratory System. McGraw

Hill Professional

3. Smeltzer and bare.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddarth’s.

Edisi 8.Volume 1.EGC:Jakarta.hal.545-554

4. Suyono,Slamet.Prof.dr, Waspadji, Sarwono,Dr.dr et.al. 2001. Buku Ajar ILMU

PENYAKIT DALAM. Edisi ketiga. Jilid II. Balai Penerbit FKUI: Jakarta

II. INFEKSI JALAN NAFAS BAWAH

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI MENAHUN (PPOM)

PPOM adalah gangguan pernapasan yang menyangkut bronchitis kronis, bronkiektasis

emfisema dan asma.4

A. BRONKITIS KRONIS

1. DEFINISI

Bronchitis adalah batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam 1 tahun selama 2

tahun berturut-turut. 3,4,5

Sekret menumpuk dalam bronkiolus mengganggu pernapasan

Page 19: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

16

2. PENYEBAB: 3,4,5

a) Merokok

b) Pemajanan terhadap polusi

c) infeksi

3. PATOFISIOLOGI3,4,5

Hipertrofi kelenjar mukosa bronkus.

Hyperplasia (sel-sel goblet)

Peningkatan lendir

fungsi silia menurun

Bronkiolus menyempit dan tersumbat.

Alveoli menjadi rusak dan membentuk fibrosis merubah fungsi makrofag alveolar,

gangguan imun paru

inflamasi pada bronkus.

bronkospasme otot polos dan Edema bronkus.

dapat menimbulkan perubahan paru yang ireversibel, kemungkinan dapat

menimbulkan emfisema dan bronkiektasis.

Pasien kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan.

Page 20: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

17

4. MANIFESTASI KLINIS3,4,5

a) batuk produktif kronis

b) sesak nafas

c) kemampuan beraktivitas menurun

d) batuk diperburuk oleh cuaca dingin , lembab, dan iritan paru.

5. PENGKAJIAN: 2,3,4,5

a) Riwayat kesehatan yang lengkap

b) Riwayat pajanan terhadap lingkungan berpolusi

c) Riwayat pekerjaan

d) Riwayat merokok

e) Roentgen dada (pembesaran jantung, konsolidasi bidang paru)

f) Pemeriksaan fungsi paru (penurunan kapasitas vital dan volume paru)

g) Pemeriksaan darah : gas darah arteri (untuk mengetahui adanya hipoksia,hiperkapnia),

hemoglobin dan hematokrit

6. PENATALAKSANAAN MEDIS3,4,5

a) pengobatan bertujuan untuk melebarkan jalan nafas dan mengeluarkan sekret

bronkodilator (untuk mengurangi bronkospasme dan mengurangi obstruksi jalan

napas)

b) mencegah infeksi

c) Menkaji sputum (warna, sifat, jumlah,ketebalan)

d) Pola batuk

e) ANTIBIOTIK diberikan berdasarkan hasil kultur

f) drainase postural dan fisioterapi dada

g) mengencerkan sekret

h) Terapi antiinflamasi (kortikosteroid)

i) Pasien harus menghentikan merokok

7. PENCEGAHAN4

a) Upaya untuk mencegah kekambuhan dg mencegah hal yg menyebabkan iritan

pernapasan (terutama asap tembakau)

b) Pasien rentan infeksi saluran anfas diimunisasi vaksin untuk virus influenza

Page 21: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

18

c) Pendidikan pasien

B. ATELEKTASIS

1. Definisi

Atelektasis merupakan keadaan kolaps alveolus, lobus paru. 4,5

2. ETIOLOGI

Obstruksi bronkus karena benda asing atau lendir yang kental. 4,5

3. Faktro resiko4,5

a) Posisi supinasi dalam jangka waktu lama

b) Bebat dada

c) Depresi pernafasan karena obat sedative, opioid dan relaksan otot.

d) Tekanan paru yang menghambat ekspansi paru, yang diakibatkan oleh:

(Efusi pleura, pneumotraks, pembesaran jantung, tumor toraks)

4. PENGKAJIAN4,5

a) Sesak napas, bahkan dalam posisi duduk

b) Sianosis

Page 22: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

19

c) Nyeri pleura

d) Takikardia

e) Demam

f) Ekspansi dada tidak simetris (area yang sakit ketinggalan saat digunakan bergerak)

5. INTERVENSI KEPERAWATAN4

Tujuan: memperbaiki ventilasi dan mengeluarkan sekret

a) Jika atelektasis karena tekanan (penumpukan cairan dan udara dalam paru), maka

disedot dengan jarum.

b) Jika atelektasis karena sumbatan secret pada bronkeolus, maka secret dibuang.

c) Tindakan segera akan mengurangi resiko pneumonia dan abses paru

6. PENCEGAHAN4,5

Tindakan untuk mencegah obstruksi bronchial :

a) Mengaspirasi sekret

b) Batuk efektif dan napas dalam setiap 2 jam untuk mencegah dan mengatasi atelektasis

c) Menggunakan nebulizer / uap hangat

d) Postural drainase dan fisioterapi dada

e) Mobilisasi di atas tempat tidur untuk memudahkan membuang sekresi dari jalan

nafas.

f) Suction

g) Tingkatkan ekspansi dada

h) Ajarkan tehnik yang sesuai untuk spirometri insentif.

C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PPOM

1. PENGKAJIAN

a) Riwayat kesehatan2,4,5

1) Berapa lama sesak napas?

2) Aktifitas apa yang memperparah sesak napas?

3) Batasan toleransi aktifitas?

Page 23: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

20

4) Apakah Pola tidur dan makan berpengaruh terhadap timbulnya sesak?

5) Apa yang klien ketahui tentang penyakit dan kondisinya?

b) Pemeriksaan fisik4,5

1) TTV

Pernapasan

frekuensi napas

usaha pernapasan (menggunakan otot –otot aksesori pernapasan)

frekuaensi nadi

2) sianosis

3) distensi (bendungan) vena jugularis

4) edema perifer

5) batuk

6) sputum (warna, jumlah, konsistensi)

7) status kesadaran pasien

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN 1,2,4

a) Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi dan

perfusi.

b) bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret sekunder

akibat proses inflamasi.

c) Gangguan Pola napas yang berhubungan dengan napas pendek, mucus, bronkokontriksi

dan irirtan jalan napas.

d) Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan sekunder akibat

peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.

e) Intoleransi aktivitas akibat keletihan, hipoksemia, dan pola pernapasan tidak efektif.

f) Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan kurang sosialisasi, ansietas,

depresi, tingkat aktivitas rendah, dan ketidakmampuan untuk bekerja.

g) Defisit pengetahuan tentang prosedur perawatan diri yang akan dilakukan di rumah.

JABARAN SETIAP DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi

dan perfusi 1

Page 24: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

21

Definisi Gangguan pertukaran gas : 1

suatu kondisi individu mengalami gangguan pertukaran (oksigen dan karbondioksida)

antara alveoli dan kapiler darah

Batasan karakteristik: 1

MAYOR (harus didapat)

Sesak napas

MINOR (mungkin terdapat) 1

Posisi ortopnea untuk bernapas

Napas dengan bibir dengan fase ekspirasi yang lama

Penurunan kesadaran (gelisah, letargi)

keletihan

hasil Gas Darah Analisis (GDA) menunjukkan:

saturasi oksigen menurun dan meningkatnya PCO2

Sianosis

INTERVENSI kep dx.1 1

1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir,

ketidakmampuan bicara.

2) Auskultasi bunyi napas (catat lokasi bunyi tambahan)

3) Kaji vocal fremitus

4) Observasi sianosis pada kulit dan membran mukosa.

5) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien pada posisi yang nyaman.

6) Motivasi napas dalam

7) Observasi sianosis pada kulit dan membran mukosa.

8) Tindakan mengeluarkan sputum, suction jika ada indikasi

9) Observasi tingkat kesadaran

10) Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. ciptakan lingkungan tenang . Batasi aktivitas pasien

jika timbul sesak. Latihan aktivitas bertahap sesuai batas kemampuan.

11) Observasi tanda vital dan irama jantung

12) Observasi GDA (gas darah analisis) dan nadi oksimetri.

13) Berikan oksigen sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.

14) Bantu intubasi, ventilasi mekanik, jika ada indikasi.

Page 25: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

22

b) Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder

akibat proses inflamasi. 1

Definisi (lihat makalah 1 Infeksi Peny. Sal. Atas )

Batasan karakteristik: (lihat makalah 1 Infeksi Peny. Sal. Atas )

INTERVENSI kep dx.2 1

1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir,

ketidakmampuan bicara.

2) Auskultasi bunyi napas (catat lokasi bunyi tambahan).

3) Observasi sesak nafas

4) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien pada posisi yang nyaman.

5) Observasi sianosis pada kulit dan membran mukosa.

6) Observasi karakteristik batuk

7) Tingkatkan masukan cairan sampai 3 liter/hari jika tidak ada kontraindikasi

8) Kolaborasi

Berikan obat sesuai indikasi

Bronkodilator

(ex. Epinefrin {adrenalin, vaponefrin}, albuterol {proventil, ventolin}, terbutalin

dll)

Kromolin

Steroid oral , IV, inhalasi (metilprednisolon, deksametason

Antihistamin {beklometason [vanceril, beclonent]})

Antimikroba

Analgesic, penekan batuk/antitusif mis. Kodein, produk dextrometorfan

9) Uap hangat misal,. Nebuliser

10) Fisioterapi dada

11) Pantau GDA, nadi oksimetri dan foto dada

c) Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan napas pendek, mucus,

bronkokontriksi dan irirtan jalan napas. 1

Definisi pola nafas tidak efektif :

Page 26: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

23

Suatu kondisi individu mengalami tidak adekuat ventilasi berhubungan dengan perubahan

pola napas.1

Batasan karakteristik: 1

MAYOR (harus didapat)

Perubahan frekuensi dan atau pola pernapasan

Perubahan nadi (frekuensi, irama dan kualitas)

MINOR (mungkin terdapat)

Ortopnea

Takipnea, hiperventilasi

Irama pernapasan tidak teratur

Pernapasan yang berat

INTERVENSI kep dx.3 1

1) Kaji faktor penyebab (takut, nyeri, aktivitas/latihan)

2) Kendalikan faktor penyebab

a. Jika disebabkan oleh nyeri

Tentukan lokasi nyeri

Gunakan tindakan mengatasi nyeri

Motivasi melepaskan presepsi nyeri melalui konsentrasi pada pernapasan

b. jika dipicu oleh aktivitas/latihan

dorong napas dalam perlahan dan dengan fase istirahat

latihan pernapasan (napas perlahan, dalam, pernapasan perut)

lihat intervensi untuk dx. intoleransi aktivitas untuk intervensi tambahan

3) Mulai penyuluhan kesehatan

Jelaskan bahwa sesak dapat dikontrol dengan latihan napas dalam

Diskusikan penyebab (secara fisik dan emosional) serta cara penanganannya.

d) Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan sekunder akibat

peningkatan upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi. 1

(penjabaran diagnosa Keperawatan ini bisa baca di Carpenito, Lynda Juall.

1995.Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi 6. EGC:Jakarta HAL

816 s/d 828 )

Page 27: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

24

e) Intoleransi aktivitas akibat keletihan, hipoksemia, dan pola pernapasan tidak efektif.

1

Definisi intoleransi aktivitas : 1

Penurunan kapasitas fisiologis seseorang untuk mempertahankan aktivitas sesuai

kebutuhan

Batasan karakteristik: 1

MAYOR (harus didapat)

Perubahan respon fisiologis terhadap ektivitas:

Pernapasan (sesak, napas pendek, frekuensi napas meningkat/penurunan)

Nadi (lemah, menurun, cepat, perubahan irama)

Tekanan Darah (tidak meningkat dengan aktivitas, diastolic meningkat >15 mmHg)

MINOR (mungkin terdapat)

Kelemahan, kelelahan

Pucat, sianosis

Penurunan kesadaran

INTERVENSI kep dx.5 1

1) Kaji faktor-faktor penyebab

2) kendalikan faktor-faktor penyebab bila mungkin.

(a) Kurang pengetahuan:

Kaji pemahaman indivisu ttg pelaksanaan program terapi paru-paru

Kaji secara khusus pengetahuan tentang (hygiene paru, tehnik pernapasan)

(b) Jika penyebabnya hygiene rutin paru tidak adekuat:

Jelaskan pentingnya membuat jadwal batuk efektif setiap hari untuk

membersihkan paru

Ajarkan cara yg tepat untuk mengontrol batuk/batuk efektif

(c) Tehnik pernapasan:

Kendalikan pernapasan selama peningkatan aktivitas

Bimbing tehnik relaksasi

Beri contoh tehnik pernapasan yang efektif

Page 28: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

25

Untuk PERNAPASAN PERUT:

o Tempatkan telapak tangan di perut saat menarik napas melalui hidung

o Bahu rileks saat menarik napas.

o Tahan napas selama 1 – 2 detik kemudian keluarkan napas.

o Keluarkan napas perlahan melalui mulut

o Anjurkan klien melakukan tehnik pernapasan beberapa kali setiap jam.

3) Pantau respon individu terhadap aktivitas

(a) Periksa TTV saat istirahat

(b) Biarkan pasien aktivitas

(c) Periksa TTV segera setelah aktivitas (peningkatan aktivitas menambah 50 denyut

nadi dari denyut nadi istirahat.

Dianggap NORMAL jika setelah istirahat 3 menit denyut nadi aktivitas kembali ke

denyut nadi istirahat, tetapi jika menetap maka itulah batas toleransi klien terhadap

aktivitas

(d) Hentikan aktivitas sementara jika respon:

Mengeluh nyeri dada, pusing atau bingung

Denyut nadi menurun

Tekanan darah sistolik ridak mengalami peningkatan

Tekanan diastolic meningkat sampai 15 mmHg

Respon pernapasan menurun

4) Kurangi lamanya aktivitas bila:

(a) Denyut nadi memerlukan lebih dari 3-4 menit untuk kembali pada enam denyutan

dari frekuensi denyut nadi istirahat

(b) Frekuensi pernapasan meningkat drastis setelah aktivitas

5) Tingkatkan aktivitas secara bertahap

6) Diskusikan dengan pasien tentang presepsinya tentang kondisi dan pengaruhnya

terhadap tanggung jawab peran, pekerjaan dan perekonomiaanya.

f) Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan kurang sosialisasi, ansietas,

depresi, tingkat aktivitas rendah, dan ketidakmampuan untuk bekerja. 1

(penjabaran diagnosa Keperawatan ini terdapat di Carpenito, Lynda Juall.

1995.Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi 6. EGC:Jakarta HAL

281 s/d 282 )

Page 29: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

26

g) Defisit pengetahuan tentang prosedur perawatan diri yang akan dilakukan di rumah.

1

(penjabaran diagnosa Keperawatan ini baca di Carpenito, Lynda Juall.

1995.Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi 6. EGC:Jakarta HAL

589, 819 s/d 827 )

h) Potensial Kompilkasi (PK): Atelektasis/Pneumonia1

Definisi PK: Atelektasis/Pneumonia: 1

Menggambarkan individu yang mengalami gangguan fungsi pernapasan berkenaan dengan

kolaps alveolus, yang dapat menyebabkan pneumonia. 1

Populasi resiko tinggi: 1

Penyakit paru-paru kronis

Obstruksi jalan nafas

Status pasca operasi (abdomen,toraks)

Tujuan Keperawatan1

Perawat akan menangani dan mengurangi komplikasi dari atelektasi dan pneumonia

INTERVENSI 1

1) Pantau pernapasan dan kaji tentang tanda-tanda dan gejala inflamasi:

(a) Peningkatan frekuensi pernapasan

(b) Panas dan menggigil (tiba-tiba atau tidak tampak)

(c) Batuk produktif

(d) Bunyi napas menurun/hilang

(e) Nyeri dada

(f) Takikardia

(g) Sesak napas

(h) sianosis

2) Pantau tanda dan gejala infeksi

(a) Demam 39,4 oC atau lebih

(b) Menggigil

(c) Takikardia

(d) Manifestasi syok: kelelahan, letargi, bingung, penurunan tek. Darah sistolik

Page 30: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

27

3) jika suhu tubuh meningkat, mis, mengurangi penggunaan pakaian, kompres,

meningkatkan masukan cairan

4) pantau tanda dan gejala syok sepsis:

(a) suhu tubuh meningkat/menurun

(b) hipotensi

(c) penurunan tingkat kesadaran

(d) nadi cepat dan lemah

(e) pernapasan cepat dan dangkal

(f) kulit dingin dan basah

(g) oliguria

5) observasi batuk efektif

6) berikan oksigen sesuai kebutuhan

7) lakukan fisioterapi dada

8) ajarkan tehnik pernafasan perut

9) rujuk ke PK: HIPOKSEMIA untuk intervensi tambahan

MASALAH KOLABORATIF1,4

Berdasarkan pada data pengkajian, potensial komplikasi dapat mencakup:

a) Gagal / insufisiensi pernapasan

b) atelektasis

c) pneumonia

d) pneumotoraks

e) hipertensi paru

Page 31: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

28

Daftar Pustaka:

Carpenito, Lynda Juall. 1995.Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi 6.

EGC:Jakarta

Doengoes, Marilynn E., Moorhouse, MF., Geissier,SC. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan

Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Edisi 3. EGC:

Jakarta

Rubin, Michael A., Gonzales, Ralph.,.Sande, Merle A.2005.Harrison's Principles Of Internal

Medicine - 16th Ed. Part Nine - Disorders Of The Respiratory System. McGraw Hill

Professional

Smeltzer and bare.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddarth’s. Edisi

8.Volume 1.EGC:Jakarta.hal.545-554

Suyono,Slamet.Prof.dr, Waspadji, Sarwono,Dr.dr et.al. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Edisi Ketiga. Jilid II. Balai Penerbit FKUI: Jakarta

Page 32: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

29

III. PNEUMOTORAK

A. KONSEP PNEUMOTORAK

DEFINISI

PNEUMOTORAK adalah keluarnya udara dari paru yang cedera ke ruang pleura.3

Macam Pneumotorak: 3

1. Pneumotorak tegangan/tertutup 3

a) Penyebab:

Udara masuk ke ruang pleura melalui laserasi paru atau lubang kecil pada dinding

dada. Akumulasi udara pada rongga pleura menimbulkan peningkatan tekanan pada

rongga pleura. Sehingga paru kolaps, bendungan vena jugularis dan trakea bergeser ke

arah yang tidak sakit. 3

b) Manifestasi Klinis 3

(1) sesak

(2) gelisah

(3) hipotensi

(4) takikardia, nadi lemah sampai tidak teraba

(5) diaforesis

(6) sianosis

c) Patologi 3

terjadi gangguan pada:

(1) Fungsi pernapasan

Gangguan ekspansi dada

(2) Sirkulasi

d) Penatalaksanaan Medis 3

Mengeluarkan udara dari rongga pleura (tindakan kedaruratan)

(1) Memasang jarum berdiameter besar di ICS 2 pada midclavucular line/garis pada

sisi paru yang sakit untuk mengeluarkan udara.

(2) Selang dada lalu dihubungkan dengan penghisap (WSD) untuk mengeluarkan sisa

udara dan cairan dari rongga pleura, jika pneumotorak berulang

Page 33: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

30

2. Pneumotorak terbuka 3

a) Penyebab: 3

lubang pada dinding dada yang cukup besar yang memungkinkan aliran udara

masuk dan keluar rongga dada pada setiap gerakan pernapasan.

b) Patologi 3

(1) keluar masuknya udara melalui lubang yang cukup besar ini menimbulkan bunyi

menghisap (sucking wounds)

(2) paru kolaps

(3) Pembuluh darah besar jantung bergerak ke arah yang tidak sakit saat inspirasi dan

kembali ke posisi awal saat ekspirasi

c) Penatalaksanaan Medis 3

Menghentikan aliran udara yang melewati lubang pada dinding dada (tindakan

kedaruratan)

(1) Pada kondisi darurat dapat digunakan apa saja untuk menekan lubang pada dinding

dada, seperti, saputangan, handuk, punggung tangan.

(2) Jika pasien sadar, pasien diminta menghirup nafas lalu mengejan dengan glotis

tertutup.

Tindakan ini untuk mengeluarkan udara dari dalam dan membantu

mengembangkan paru

(3) Lubang pada dinding dada ditutup dengan kassa (yang telah dibasahi NaCl).

(4) Plaster 3 sisi

(5) Balutan tekan di pasang melingkar pada dada.

Page 34: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

31

(6) Dipasang selang yang dihubungkan dengan WSD

(7) Antibiotik

PENATALAKSANAAN MEDIS3

Tujuan Pengobatan: mengeluarkan udara dari rongga pleura

Memasang selang dada kecil (28F) dipasang pada ICS 2

Pemilihan lokasi di ICS 2 karena:

a. ruangan tertipis pada dinding dada.

b. meminimalkan bahaya menyentuh saraf torak

c. akan meminimalkan terbentuknya jaringan parut

jarum torakosentesis atau WSD dipasang untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura.

setelah selang dada terpasang dekompresi akan berlangsung efektif dalam waktu yang

relatif singkat , Paru dapat ekspansi dengan optimal setelah kelebihan udara ini keluar.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PNEUMOTORAK

1. PENGKAJIAN

a) Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik2,3,4

1) AKTIVITAS/ISTIRAHAT

Gejala : Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat

2) SIRKULASI

Tanda : Takikardia

Frekuensi tak teratur / disritmia

Satu sisi dibiarkan dibuka tidak diplaster

Page 35: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

32

S3 atau S4 / irama jantung gallop (gagal jantung sekunder terhadap

effusi)

Nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan

mediastinal (dengan tegangan pneumotorak)

TD: hipertensi / hipotensi

Deviasi vena jugularis

3) INTEGRITAS EGO

Tanda : Ketakutan, gelisah

4) MAKANAN/CAIRAN

Gejala : Adanya pemasangan IV vena sentral / infus tekanan

5) NYERI/KENYAMANAN

Gejala : Nyeri dada yang meningkat saat nafas dan batuk

Timbul gejala tiba-tiba batuk atau regangan (pneumotorak spontan)

Nyeri tajam dan menusuk, menyebar ke leher, bahu, abdomen

(effusi pleural)

Tanda : Berhati-hati pada area sakit

Perilaku distraksi

Mengkerutkan wajah

6) PERNAPASAN

Gejala : Kesulitan bernapas

Batuk (mungkin gejala yang ada)

Riwayat bedah dada/trauma: penyakit paru kronis, inflamasi/infeksi

paru (empiema/effusi), keganasan (mis,. Obstruksi tumor)

Pneumotorak spontan sebelumnya

Tanda : Pernapasan : peningkatan frekuensi / takipnea

Peningkatan usaha napas, penggunaan otot aksesori pernapasan

Bunyi napas menurun atau tak ada

Fremitus menurun

Perkusi dada: hiperresonan di atas area pneumotorak

Observasi dan palpasi dada: gerakan dada tidak sama

(paradoksikal), penurunan ekspansi dada (pada area yang sakit)

Kulit : pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan

Tingkat kesadaran: ansietas, gelisah, bingung, pingsan

Page 36: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

33

Penggunaan ventilasi mekanik: ventilator dengan tekanan positif /

PEEP

7) KEAMANAN

Gejala : Adanya trauma dada

Radiasi/ kemoterapi untuk keganasan

8) PENYULUHAN

Gejala : Riwayat faktor resiko keluarga: tuberkulosis, kanker

Adanya bedah intratorakal/ biopsi paru

b) Pemeriksaan fisik2,3

Data Fokus : MENGACU PADA MANIFESTASI KLINIS PENYAKIT

c) Pemeriksaan Penunjang. 2,3,4

1) Foto Torak

Menunjukkan akumulasi udara pada area pleural

2) Analisa Gas Darah/ AGD (BGA/Blood Gase Analysis)

Nilai tergantung dari derajat gangguan pernapasan dan kemampuan

mengkompensasi.

PaCO2 kadang meningkat, PaO2 normal/menurun, SaO2 menurun

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN1,2,3

a) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru (akumulasi

udara), nyeri.*

b) resiko tinggi trauma/penghentian napas berhubungan dengan proses cidera

c) kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan

kurang informasi

Diagnosa keperawatan dengan masalah KOLABORATIF1

potensial komplikasi (PK) dapat mencakup:

d) PK: Pneumotorak

e) PK: atelektasis/pneumonia

f) PK: hipoksemia

*etiologi pada diagnosa keperawatan pilih salah satu masalah sesuai kasus

Page 37: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

34

JABARAN SETIAP DIAGNOSA KEPERAWATAN

PK: Pneumotorak 1

Definisi 1,

Menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko tinggi untuk mengalami

akumulasi udara pada ruang pleura yang berhubungan dengan cedera

Populasi resiko tinggi1,

Cedera tumpul atau tusuk pada dada

Keadaan pasca operasi (bedahtorak/jantung)

Penggunaan pernapasan mekanik/ventilator

Tujuan Keperawatan

Perawat akan menangani dan mengurangi komplikasi pneumotorak

INTERVENSI: 1

1) Pantau tanda dan gejala pneumotorak: 1,3

Nyeri dada pleuritis akut

Dispnea, takipnea

Takikardia

sianosis

Perkusi dada; hiperesonan dengan hilangnya bunyi napas pada daerah yang sakit

Deviasi trakea menjauhi daerah yang sakit

2) Jika ada indikasi, berikan oksigen. Jika retensi CO2 terjadi secara kronis, batasi

kecepatan aliran oksigen / tidak lebih dari 2 L/menit

(Kecepatan aliran yang tinggi dapat menekan pusat pernapasan)

3) Persiapan untuk foto rongten dada

4) Analgesik untuk nyeri dada

(nyeri akan membuat klien membatasi ekspansi paru yang akan berakibat pada

oksigenasi)

5) Buat posisi klien setengah duduk dengan meninggikan kepala tempat tidur jika tidak

ada kontraindikasi.

Page 38: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

35

(dengan posisi ini dapat memaksimalkan ekspansi paru)

6) Ubah posisi setiap 2 jam dengan posisi tidak menekan paru yang sakit

(dengan posisi ini mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan oksigenasi dengan cara

ventilasi yang lebih sejajar perfusi)

7) Jelaskan dan bimbing klien untuk melakukan pernapasan dalam

(pernapasan dalam dapat mengembangkan paru sehingga dapat menekan dan

mengeluarkan udara dari pleura)

8) Intruksikan klien untuk tidak batuk kecuali bila mengeluarkan sekret

(batuk akan meningkatkan rasa nyeri)

9) Lingkungan tenang, berikan dukungan emosiona

(tindakan ini dapat mengurangi cemas, sehingga dapat meningkatkan fungsi

pernapasan)

10) Jika pasien dipasang drainase dada, ikuti petunjuk standar tentang pengkajian dan

pemeliharaannya.

PK: Hipoksemia 1

Definisi 1,

Menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko tinggi untuk mengalami

penurunan saturasi oksigen yang berhubungan dengan hiperventilasi alveolu atau

ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.

Populasi resiko tinggi1,

PPOM

Pneumonia

Atelektasis

Edema pulmonal

ARDS

Depresi pusat

pernapasan

Sindrom guillain-barre

Miastenia gravis

Distrofi otot

Obesitas

Penurunan gerakan dinding dada

(trauma, pneumotorak)

Cidera kepala

Cidera multipel

Page 39: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

36

Tujuan Keperawatan

Perawat akan menangani dan mengurangi komplikasi dari hipoksemia

INTERVENSI: 1

1) Pantau tanda dan gejala ketidakseimbangan asam basa: 1,3

Analisa gas darah : pH < 7,35 , PaCO2 > 48 mmHg

Peningkatan nadi, frekuensi pernapasan meningkat/menurun.

Perubahan status mental (somnolen, peka rangsang)

Penurunan output urine (kurang dari 30 cc/jam)

Kulit dingin, pucat, sianosis

2) Beri aliran rendah oksigen / tidak lebih dari 2 L/menit, jika diindikasikan

3) Evaluasi efek posisi klien terhadap oksigenasi, gunakan nilai BGA /analisa gas darah

sebagai indikator penilaian.

Ubah posisi setiap 2 jam dan hindarkan posisi yang mengganggu oksigenasi

(tindakan akan meningkatkan ventilasi optimal)

4) Pantau EKG apakah ada disritmia sebagai gangguan oksigenasi.

(hipoksemia dapat menjadi pencetus ketidakteraturan irama jantung)

5) Patau tanda gejala gagal jantung kongestif kanan

Peningkatan tekanan diastolik

Distensi vena jugularis

Edema perifer

Peningkatan tekanan vena sentral

(penurunan oksigenasi menyebabkan vasokonstrksi vena – vena paru. Hal ini

mengakibatkan hipertensi arteri pulmonal, peningkatan tekanan sistolik ventrikel kanan

dan akhirnya hipertrofi ventrikel dan kegagalan jantung)

6) Rujuk pada diagnosa keperawatan intoleran aktivitas pada tehnik adaptif spesifik untuk

mengajarkan klien dengan insufisiensi pulmonal kronis.

Page 40: KAJIAN LITERATUR MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN …

37

Daftar Pustaka:

1. Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi

6. EGC:Jakarta

2. Doengoes, Marilynn E., Moorhouse, MF., Geissier,SC. 2000. RENCANA ASUHAN

KEPERAWATAN Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan

Pasien.Edisi 3. EGC: Jakarta

3. Smeltzer and bare.2001. BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Bruner &

Suddarth’s. Edisi 8.Volume 1.EGC:Jakarta.hal.592-594

4. Sudoyo, Ari W.DR.dr., Setiyohadi, Bambang,dr., Alwi, Idrus, DR,dr., et.al. 2006. Buku

Ajar ILMU PENYAKIT DALAM. Edisi IV. Jilid II. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. Hal.1056 -1060