kajian lingkungan hidup strategis penyeberangan selat sunda; identifikasi awal

54
Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal Triarko Nurlambang Anggota Tim KLHS Dirjen Bina Bangda - DEPDAGRI Pusat Penelitian Geografi Terapan UI

Upload: phila

Post on 03-Feb-2016

184 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal. Triarko Nurlambang Anggota Tim KLHS Dirjen Bina Bangda - DEPDAGRI Pusat Penelitian Geografi Terapan UI. Pengantar: mengapa perlu KLHS? Aplikasi KLHS bagi Kebijakan dan Perencanaan - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda;

Identifikasi awal

Triarko NurlambangAnggota Tim KLHS Dirjen Bina Bangda - DEPDAGRI

Pusat Penelitian Geografi Terapan UI

Page 2: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

• Pengantar: mengapa perlu KLHS?• Aplikasi KLHS bagi Kebijakan dan Perencanaan• Identifikasi awal untuk kebijakan Penyeberangan Selat Sunda• Contoh Kasus Rehabilitasi dan Rekonstruksi “Aceh Tsunami”

Page 3: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Dikotomi baru: Ekonomi Berkelanjutan vs Ekologi Berkelanjutan? Dimanakah posisi kita saat ini? Menuju arah keberlanjutan yang mana?

Jadi mau kemanakah kita? Apakah akan tercipta Paranoia atau kemitraan

Degradasi Lingkungan Hidup dan deplesi Sumber

Daya Alam (SDA)

Meningkatnya disparitas pendapatan

Meingkatnya kemiskinan dan marjinalisasi

Jumlah dan pertumbuhan populasi

Pola dan volume ekonomi

Pilihan teknologi

Peran Pemerintah Kualitas Lingkungan Hidup

Sistem nilai, keinginan/hasrat, dan

aspirasi

Struktur kekuatan (politik)

Pengetahuan dan Pemahaman

Kebutuhan kehidupan Proses ekologis jangka panjang

Kecenderungan

kritikal

Perkiraan kecenderungan

Kecenderungan tertinggi (ultimate

trend)

MASALAH PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Page 4: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan dan peran Kelembagaan (Formal dan Informal)

sebagai “Pendorong/Driver”

Lingkungan Hidup

Sosial Ekonomi

Institusi (Formal dan Informal)

Sumber: Partidario, 2000

Page 5: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

MENGAPA PERLU Kajian MENGAPA PERLU Kajian Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup Strategis/ KLHS?Strategis/ KLHS? Meningkatkan manfaat pembangunan. Rencana dan implementasi pembangunan lebih terjamin

keberlanjutannya. Mengurangi kemungkinan kekeliruan dalam membuat

prakiraan/prediksi pada awal proses perencanaan kebijakan, rencana, atau program pembangunan.

Dampak negatif lingkungan di tingkat proyek pembangunan semakin efektif diatasi atau dicegah karena pertimbangan lingkungan telah dikaji sejak tahap formulasi kebijakan, rencana, atau program pembangunan.

Page 6: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

SEA is a systematic process for evaluating the environmental consequences of proposed policy, plan, or program initiatives in order to ensure they are fully included and appropriately addressed at the earliest appropriate stage of decision-making on par with economic and social considerations (Sadler dan Verheem, 1996).

DEFINISI

APA KLHS?APA KLHS?

KLHS adalah proses sistematis untuk mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi terhadap lingkungan hidup dari inisiatif usulan kebijakan, rencana, atau program (KRP) dalam rangka memastikan adanya pertimbangan LH yang tepat dan dilaksanakan pada tahapan sedini/seawal mungkin dari proses pengambilan keputusan KRP selain pertimbangan ekonomi dan sosial

Page 7: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

KLHS MEMFASILITASI TERINTEGRASINYA ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP DAN KEBERLANJUTAN(Untuk Kebijakan-Rencana-Program/KRP)

Page 8: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Tujuan KLHS

Maksud (Aim) Tujuan Generik (Generic Objectives)

Instrumental

Mengidentifikasi dampak penting lingkungan dari kebijakan, rencana, program untuk proses pengambilan keputusan

Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan ke dalam kebijakan, rencana, atau program.

Transformatif

Memperbaiki mutu dan proses formulasi kebijakan, rencana, dan program

Memfasilitasi proses pengambilan keputusan agar dapat menyeimbangkan tujuan lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi

Substantif

Meminimumkan potensi dampak penting negatif yang akan timbul sebagai akibat dari kebijakan, rencana, atau program (tingkat keberlanjutan lemah)

Melakukan langkah-langkah perlindungan lingkungan yang tangguh (tingkat keberlanjutan moderat)

Memelihara potensi sumberdaya alam dan daya dukung air, udara, tanah dan ekosistem (tingkat keberlanjutan moderat sampai tinggi)

Page 9: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Kebijakan Perencanaan Program Proyek

KAJIAN LINGKUNGAN

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

KLHS ProgramatikKLHS Programatik

KLHS KebijakanKLHS Kebijakan

KLHS Regional KLHS Regional

KLHS SektoralKLHS Sektoral

AMDAL

Source: Partidario, 2000

TIPOLOGITIPOLOGI

Page 10: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Nilai Dasar KLHS

• Keterkaitan (interdependency)

• Keseimbangan (equilibrium)

• Keadilan sosial & ekonomi (socio-economic just)

Sumber: Tim KLHS ESP-1, 2007

Page 11: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

PRINSIP-PRINSIP (Kriteria performa)

● Sesuai tujuan (fit for purpose)● Bersifat obyektif (objective led)● Dijiwai oleh semangat keberlanjutan

(sustainability led)● Komprehensif (comprehensive scope)● Relevan untuk keputusan (decision relevant)● Integratif (integrative)● Partisipatif (participative)● Efektif biaya (cost-effectiveness)

Sumber: IAIA, 2000

Page 12: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Atribut AMDAL KLHS

Posisi Akhir siklus pengambilan keputusan Hulu siklus pengambilan keputusan

Pendekatan Cenderung bersifat reaktif Cenderung pro-aktif

Fokus analisisIdentifikasi, prakiraan & evaluasi dampak lingkungan

Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan

Dampak kumulatif Amat terbatasPeringatan dini atas adanya dampak kumulatif

Titik berat telaahanMengendalikan dan meminimumkan dampak negatif

Memelihara keseimbangan alam, pembangunan berkelanjutan

Alternatif Alternatif terbatas jumlahnya Banyak alternatif

Kedalaman Sempit, dalam dan rinciLuas dan tidak rinci sebagai landasan untuk mengarahkan visi & kerangka umum

Deskripsi prosesProses dideskripsikan dgn jelas, mempunyai awal dan akhir

Proses multi-pihak, tumpang tindih komponen, KRP merupakan proses iteratif & kontinyu

Fokus pengendalian dampak

Menangani simptom kerusakan lingkungan

Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan, terutama ditujukan utk menelaah agenda keberlanjutan,

Page 13: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

BEDA DENGAN AMDAL [lanjutan] AMDAL KLHS

PEMRAKARSA Pemerintah/swasta Pemerintah

INSTITUSI PENILAI

Diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian & persetujuan AMDAL

Tidak diperlukan institusi yg berwenang memberikan penilaian & persetujuan KLHS

Page 14: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Sumber: WB, 2002

Page 15: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Aplikasi KLHS Sistem Inti Institusi penanggungjawab

Tata Ruang RTRW Dept. PU – Pemda

Rencana Pembangunan Daerah

RPJP (D), RPJM (D), RTRW(D)

Dept. Dagri – Pemda

Rencana Pembangunan Nasional

Perencanaan Nasional Bappenas

KLHS sektor Belum sepenuhnya dikembangkan

Dept. Sektoral

Kebijakan KLHS• Wajib (?)• Sukarela (?)

Kajian belum sepenuhnya selesai dikaji

KLH/ Bappenas/ Depdagri

Aplikasi KLHS dalam Konteks Aplikasi KLHS dalam Konteks Pembangunan di IndonesiaPembangunan di Indonesia

Sumber: Tim KLHS ESP-1, 2007

Page 16: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Peran KLHS dalam proses pembuatan keputusan/ kebijakan

(integrated processes)(merged processes)

Page 17: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

17

Mana yang paling efektif?

• Merged processes:– Opsi terbaik jika para perencana memiliki sikap yang

positif terhadap permasalahan LH dan KLHS

• Integrated processes:– Opsi terbaik untuk kasus yang memiliki sikap negatif

(terhadap LH)– Dasar yang terbaik (only?) untuk membuat peraturan– Praktek yang paling banyak diterapkan di dunia

Sumber: Verheem, 2007

Page 18: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

18

Seberapa ‘dini’ KLHS mulai diterapkan?

• ‘Sangat awal’:– Proposal kebijakan belum ada (baru ide/wacana)– Analisis KLHS dibutuhkan untuk mengatasi masalah– KLHS membantu membangun proposal

• ‘Awal’: – Sudah ada proposal kebijakan– KLHS mengkaji dampak– Proses KLHS memberi peluang alternatif yang lebih baik

Sumber: Verheem, 2007

Page 19: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

KLHS sampai saat ini secara luas dimanfaatkan untuk bidang-bidang, diantaranya:• Perjanjian internasional• Privatisasi• Program Operasi Terstruktur• Anggaran Nasional• Rencana Investasi Jangka Panjang• Proposal legislatif• Kebijakan Global dan Sektoral• Kebijakan Strategi Pengentasan Kemiskinan• penataan Ruang dan Perencanaan Tata Guna Tanah• Perencanaan Sektoral (transportasi, pertanian, pariwisata, pertambangan, infrastruktur, dll)

PEMANFAATAN KLHS DI DUNIA

Page 20: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Sumber: Thomas B. Fisher

Metode yang sering diterapkan dalam KLHS

Penggunaan metode dan teknik yang cocok dalam KLHS tergantung dari kisaran aspek-aspek yang dikaji dan disarankan ‘Taylor Made’ sesuai dengan kapasitas yang tersedia untuk kajian

Metode KLHS Teknik yang sering digunakan

Penapisan Indikator, checklists, konsultasi Tenaga Ahli

Pelingkupan Indikator, checklists, matriks, partisipasi publik, konsultasi

Kajian dampak Matriks, survey, partisipasi publik, konsultasi, jaringan, analisis statistik, peta overlay

Review Konsultasi, partisipasi publik

Pengambilan Keputusan Checklists, matriks, peta overlay

Tindak - lanjut Indikator, survey

Metode KLHS yang sering diterapkan

Page 21: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Sumber: Thomas B. Fisher

Contoh penerapan metode KLHS; kasus perencanaan transportasi

Page 22: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal
Page 23: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal
Page 24: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

ANALISIS IMPLIKASI KEBIJAKAN dan STRATEGI

Triarko NurlambangAnggota Tim KLHS Dirjen Bina Bangda – DEPDAGRI

Pusat Penelitian Geografi Terapan UI

Page 25: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Upaya penyusunan Kebijakan berbasis KLHS

KLHS adalah upaya “antisipatif dan preventif”:

• KLHS dirancang untuk mengintegrasikan perhatian dan pengamanan (safeguards) terhadap kepentingan LH dalam setiap tahapan pengambilan keputusan, mulai dari awal rancangan sampai pemantauan dampak ataupun hasil kegiatan dengan tetap mengutamakan penekanan pada pentingnya menciptakan alternatif-alternatif kebijakan pembangunan

• Pendalaman dan Permukaan KLHS (Deep and Shallow SEA) Pendalaman KLHS (Deep SEA): mengkaji secara mendalam akar permasalahan ketidak-berlanjutan pembangunan (unsustainable development) Permukaan KLHS (Shallow SEA): fokus pada dampak langsung dan segera akibat ketetapan suatu kebijakan (immediate impact of policy) terhadap kondisi LH

Page 26: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

KLHS dan KRP (Kebijakan-Rencana-Program)

Page 27: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Strategi vs Perencanaan

Strategi adalah seni untuk memanfaatkan sumberdaya. Merupakan satu studi terhadap sejumlah opsi dan memilih diantaranya yang paling layak/cocok/baik. Seperti dalam

permainan catur, strategi dibangun berdasarkan antisipasi terhadap satu kemungkinan kumpulan aksi.

Perencanaan berhubungan dengan eksekusi suatu strategi. Sumberdaya apa saja yang diperlukan? Bagaimana

kerangka waktunya? Siapa yang akan melaksanakannya? Dan bagaimana jika yang terjadi tidak sesuai dengan

rencana?

Page 28: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Strategi apa adanya dan Strategi yang dirancang

Maksud Strategi

Strategi yang terrealisasiStrategi yg

tdk direalisasi

Strategi apa adanya

Strategi yang dirancang

Adapted from: Mintzberg, H. “The Strategy Concept I: Five Ps for Strategy” California Management Review. Volume 30 Number1, Fall 1987.

Performa Unggulan

dapat Dipertahankan

Page 29: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Diarahkan oleh Tenaga Ahli

ARAHAN STRATEGIS

“Musibah dari Awal”

“Pekerjaan Setengah-setengah”

“Menapak dengan Susah Payah”

“Nah ini Ada Harapan Berhasil”

EKSEKUSI

STRATEGI

Kacau

Kacau

Baik

Baik

Diarahkan secara Formal

Page 30: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Maria Partidario, 2007

KLHS dapat menjadi instrumen untuk mengintegrasikan aksi Strategis jika

dioperasikan secara Strategis

Pesan KunciPesan Kunci

Page 31: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

1. Memahami bahwa strategi yang dirumuskan adalah obyek KLHS dan untuk konteks kajian;

2. Pastikan kajiannya memiliki perspektif jangka panjang, lintas sektor, dan integratif;

3. Fokus pada faktor-faktor kritis untuk pengambilan keputusan dan bekerja dengan dimensi kecenderungan waktu daripada kondisi saat ini;

4. Mengadopsi satu sikap yang dapat memfasilitasi, pengambilan keputusan, mendukung para pengambilan keputusan, dan memberdayakan pengambilan

keputusan berkelanjutan;5. Terus menerus memberikan informasi bagi pengambilan keputusan strategis dan

dengan cara yang pragmatis (dapat dilakukan dalam setiap unit pengambilan keputusan), dengan tujuan untuk membantu proses pengambilan keputusan

6. Gunakan strategi komunikasi, dengan memperhatikan multi perspektif and tindakan berlandaskan good governance

7. Pastikan proses atau tahapan pengambilan keputusan terpantau dan dikaji secara sistematik terhadap tujuan

7 Prinsip KLHS mendasar bagi Strategic-based Approach

Page 32: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Elemen Kunci dalam Metodologi berbasis StrategisMenetapkan Critical Factors for Decision (CFD)

Critical Factors (Faktor-Faktor Kritis) merupakan isu-isu fokal yang saling terikat – menunjukkan ketidakpastian

Titik kritis

SI: Strategic Issues (menjelaskan tujuan Strategi dalam satu perencanaan)

SRF: Strategic Reference Framework (menjelaskan acuan kajian berdasarkan kondisi LH utama, tujuan pembangunan berkelanjutan dan pembangunan sektoral; dan terkait dengan tujuan perencanaan lainnya – internasional)

EF: Environmental Factors (menjelaskan aspek utama kondisi LH saat ini; karakteristik LH yang paling berpotensi terkena dampak)

Page 33: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal
Page 34: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Untuk meningkatkan keefektifan KLHS dibutuhkan:

• Pemahaman dalam konteks institusional– Konfigurasi aktor/jaringan– Karakteristik proses pengambilan keputusan– Aturan pengambilan keputusan

• Mengadaptasi proses KLHS– Keterbatsan kapasitas dan sumber daya– Norma-norma dan prioritas– Kepentingan dan kekuatan

• Rancangan sebagai pendukung kebijakan– Pengintegrasian proses melalui: formulasi permasalahan,

tujuan, alternatif, dampak, dan pilihan-pilihan– Kegunaan dan relevansi untuk ketetapan yang sudah

diputuskan

Page 35: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Kebijakan ada political will untuk melaksanakan KLHS dan dimanfaatkan hasilnyavisi dapat dijabarkan dalam target dan tujuan

 Institusiada kapasitas untuk menilai dan mengnterpretasikan hasil KLHS prosesnya terorganisir dan terjadwal dengan baikfungsi evaluasi yang mapan dan independenada hubungan yang erat dengan proses pengambilan keputusan organisasi yang melibatkan seluruh kementerian atau dinas yang relevan

 Metodologikebutuhan dan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data

cocok dan disetujuihasilnya dapat dikombinasikan dengan analisis ekonomidata dapat dimanfaatkan secara elektronik ada kesepakatan dalam hal pembobotan

 Komunikasihasil KLHS dapat disampaikan secara sederhana dan komprehensiftmenggambarkan perbadingan alternatif-alternatif thasilnya dapat disandingkan dengan target nasional atau sektoral  

Faktor-faktor sukses dalam melaksanakan KLHS

Page 36: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Identifikasi AWAL KLHS bagi Penyeberangan Selat Sunda

Page 37: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Jika menggunakan pendekatan regional maka akan dilihat lebih holistik /komprehensif (capturing) dan sistemik; prioritas nya adalah kebutuhan stakeholder Pengang

guran

Tabungan terbatas

Kurang modal

Produktifitas rendah

Pendapatan/kapita rendah

Daya beli rendah

Pertmbhn eko. rendah

Keluarga besar

Laju kelahiran

tinggi

Permintaan tenga kerja

tinggi

Output/ pekerja kurang

Pendidikan kurang

Kemiskinan

Perumahan tak layak

Kondisi hidup tak sehat

Kesehatan buruk

Kurang gizi

Diet jelek

Ouput pertanian

kecil

Sedikit input modern

REGION

Jabodetabekcur

Jika menggunakan pendekatan sektoral maka sulit menentukan

prioritas diantara sektor-sektor

Penetapan Prioritas Pembangunan

Relatif lebih mudah Relatif lebih sulit

Sumber: Triarko N, 2006

Page 38: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Krisis Ekologi

Berbasis

Regional

Aktifitas Pembangunan

Aktifitas Masyarakat

Tingkat Pembangunan

Penyeberangan Selat Sunda –

Sumatera/Jawa

Layak untuk melanjutkan

kegiatan pembangunan

Tidak Layak untuk

melanjutkan kegiatan

pembangunan

Kondisi Pembangunan

mengarah kritis perlu perlakuan

khusus

Kondisi Pembangunan sudah kritis Kegiatan Pembangu Utama perlu dibekukan/ dihentikan

Kondisi pembangunan yg aman perlu/

dapat dipertahankan

kelangusngannya

Ambang batas Ambang batas

Kondisi Krisis Ekologi dan Pembangunan

Waktu

Tingkat Pembangunan

Penyeberangan Selat Sunda –

Sumatera/Jawa

Tingkat Pembangunan

Penyeberangan Selat Sunda-

Sumatera/Jawa

Sumber: Triarko N, 2006

Page 39: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Alih fungsi lahan sawah

Penyusutan luasan sawah terbesar terjadi di wilayah Jawa dan Bali seluas 36.000 ha atau sekitar 3.600 ha/tahun.

Perubahan Penggunaan Tanah Sawah 1994 - 2004 (%)

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1994-19981998-20022002-2004

4. Pangan

Indikasi umum kondisi pulau Sumatera dan Jawa

Page 40: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Threat Status (Loss since 1985)Critically Endangered (>70% )Endangered (50-70%)Vulnerable Vulnerable (40-50%)(40-50%)Near Threatened (20-40%)Least Concern (0-20%)

2007 Threat Status of Natural forest in 38 EFRs

Many EFRs in Eastern lowland and Swamp zones are “Critically Endangered ” or “Endangered”.

Many EFRs in Western coast, Hill and Montane zones are “Near Threatened” or “Least Concern”.

EFR: Eco-Floristic Region

Indikasi umum kondisi pulau Sumatera dan Jawa

Page 41: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Natural forest loss 1985-2007 by Function by Province

ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss

CA -3,321 -21% -12,518 -6% N.A. -4,730 -79%CA-L N.A.HSAW -69 0% -34,606 -8% -222 -5% -45,086 -12%SM -5,406 -7% N.A.TAHURA -771 -22% N.A. -5,402 -48%TB -8,213 -10% N.A.TN -15,344 -2% -14,501 -4% N.A. -79,929 -11%TN-L N.A.TWA N.A. -687 -100%TWA-L N.A.

Protection Forest HL -172,402 -10% -241,725 -31% -110,576 -13% -165,909 -50% -25,125 -15%HPT -19,890 -46% -240,204 -42% -22,327 -12% -1,074,275 -59% -81,801 -28%HP -166,165 -31% -330,797 -61% -21,844 -27% -916,366 -51% -456,433 -49%HPK -11,154 -96% -30,534 -28% -1,922,262 -79% -1,974 -86%

APL APL -633,702 -67% -583,037 -74% -331,730 -59% -106,137 -97% -835,107 -83%

WaterDanau/Sungai/Perairan*

-5,627 -71% -2,808 -63% -1,384 -64% -3,793 -40% -1,802 -69%

TOTAL Total -1,030,910 -25% -1,444,332 -46% -545,637 -23% -4,233,829 -62% -1,492,990 -48%

ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss ha loss % loss

CA -946 -100% -21,514 -9%CA-LHSAW -79,984 -10%SM -115,065 -61% -3,804 -70% -124,274 -46%TAHURA -19 -100% -993 -25% -7,185 -38%TB -7,713 -99% -15,926 -17%TN -9,768 -3% -60,513 -15% -81,519 -27% -261,573 -10%TN-L -835 -82% -835 -82%TWA -8,337 -59% -9,023 -61%TWA-L

Protection Forest HL -34,250 -15% -104,900 -27% -57,684 -48% -912,572 -20% -912,572 -20%HPT -58,329 -34% -44,975 -34% -12,764 -61% -1,554,566 -48%HP -16,271 -48% -913,369 -81% -108,466 -100% -2,929,711 -57%HPK -170,142 -93% -2,136,066 -78%

APL APL -320,581 -89% -874,529 -90% -256,480 -93% -3,941,303 -78% -3,941,303 -78%

WaterDanau/Sungai/Perairan*

-927 -93% -6,723 -82% -2,365 -85% -25,429 -66% -25,429 -66%

TOTAL Total -457,121 -38% -2,291,070 -67% -524,074 -62% -12,019,962 -48% -12,019,962 -48%

-6,620,343 -59%

TOTAL by Class

-520,315 -12%

Bengkulu S. Sumatra Lampung TOTAL by Function

Conservation

Production

Class Function

FunctionAceh N. Sumatra W. Sumatra

Class

Conservation

Production

Riau Jambi

Sumber: WWF, 2008

Page 42: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

HASIL PERHITUNGAN DAYA DUKUNG AIR PROPINSI-PROPINSI DI PULAU JAWA DAN BALI

A. Bila Kebutuhan air per orang berdasarkan pada kebutuhan hidup layak setara beras untuk wilayah perdesaan(360 kg setara beras/orang x 4 m3/kg beras); dan curah hujan diasumsikan 2000 mm/tahun

No. Propinsi Luas Wilayah Kebutuhan air Ketersediaan air(000 ha) Jumlah penduduk Kebutuhan air/orang Demand Curah hujan 10 x Luas wil x (0.67CH - 600) Nilai Status

(000 orang) (m3/orang/tahun) (m3/tahun) (mm/tahun) Supply (m3/tahun) Supply/Demand

1 Bali 544.9 3379 1440 4,865,760,000.0 2,000.0 4,032,260.0 0.00082870 Overshoot2 Banten 90,186.4 9309 1440 13,404,960,000.0 2,000.0 667,379,360.0 0.04978600 Overshoot3 DKI Jakarta 7,402.9 8700 1440 12,528,000,000.0 2,000.0 54,781,460.0 0.00437272 Overshoot4 Jawa Barat 369,250.5 39067 1440 56,256,480,000.0 2,000.0 2,732,453,700.0 0.04857136 Overshoot5 DI Yogyakarta 31,331.5 3280 1440 4,723,200,000.0 2,000.0 231,853,100.0 0.04908814 Overshoot6 Jawa Tengah 327,997.1 31887 1440 45,917,280,000.0 2,000.0 2,427,178,540.0 0.05285981 Overshoot7 Jawa Timur 466,896.4 35550 1440 51,192,000,000.0 2,000.0 3,455,033,360.0 0.06749167 Overshoot

Sumber Data: Statistik Indonesia 2005-2006, BPS

B. Bila Kebutuhan air per orang berdasarkan pada kebutuhan hidup layak setara beras untuk wilayah perkotaan(480 kg setara beras/orang x 4 m3/kg beras); dan curah hujan diasumsikan 2000 mm/tahun

No. Propinsi Luas Wilayah Kebutuhan air Ketersediaan air(000 ha) Jumlah penduduk Kebutuhan air/orang Demand Curah hujan 10 x Luas wil x (0.67CH - 600) Nilai Status

(000 orang) (m3/orang/tahun) (m3/tahun) (mm/tahun) Supply (m3/tahun) Supply/Demand

1 Bali 544.9 3379 1920 6,487,680,000.0 2,000.0 4,032,260.0 0.00062153 Overshoot2 Banten 90,186.4 9309 1920 17,873,280,000.0 2,000.0 667,379,360.0 0.03733950 Overshoot3 DKI Jakarta 7,402.9 8700 1920 16,704,000,000.0 2,000.0 54,781,460.0 0.00327954 Overshoot4 Jawa Barat 369,250.5 39067 1920 75,008,640,000.0 2,000.0 2,732,453,700.0 0.03642852 Overshoot5 DI Yogyakarta 31,331.5 3280 1920 6,297,600,000.0 2,000.0 231,853,100.0 0.03681610 Overshoot6 Jawa Tengah 327,997.1 31887 1920 61,223,040,000.0 2,000.0 2,427,178,540.0 0.03964485 Overshoot7 Jawa Timur 466,896.4 35550 1920 68,256,000,000.0 2,000.0 3,455,033,360.0 0.05061875 Overshoot

Sumber Data: Statistik Indonesia 2005-2006, BPS

C. Bila Kebutuhan air per orang berdasarkan pada kebutuhan 4 sehat 5 sempurna dan kebutuhan lainnya (2 x 800 m3 air/orang/tahun); dan curah hujan diasumsikan 2000 mm/tahun

No. Propinsi Luas Wilayah Kebutuhan air Ketersediaan air(000 ha) Jumlah penduduk Kebutuhan air/orang Demand Curah hujan 10 x Luas wil x (0.67CH - 600) Nilai Status

(000 orang) (mm3/orang/tahun) (m3/tahun) (mm/tahun) Supply (m3/tahun) Supply/Demand

1 Bali 544.9 3379 1600 5,406,400,000.0 2,000.0 4,032,260.0 0.00074583 Overshoot2 Banten 90,186.4 9309 1600 14,894,400,000.0 2,000.0 667,379,360.0 0.04480740 Overshoot3 DKI Jakarta 7,402.9 8700 1600 13,920,000,000.0 2,000.0 54,781,460.0 0.00393545 Overshoot4 Jawa Barat 369,250.5 39067 1600 62,507,200,000.0 2,000.0 2,732,453,700.0 0.04371422 Overshoot5 DI Yogyakarta 31,331.5 3280 1600 5,248,000,000.0 2,000.0 231,853,100.0 0.04417933 Overshoot6 Jawa Tengah 327,997.1 31887 1600 51,019,200,000.0 2,000.0 2,427,178,540.0 0.04757383 Overshoot7 Jawa Timur 466,896.4 35550 1600 56,880,000,000.0 2,000.0 3,455,033,360.0 0.06074250 Overshoot

Sumber Data: Statistik Indonesia 2005-2006, BPS

Perhitungan Daya Dukung Air

Perhitungan kebutuhan air Daya Dukung Air

Perhitungan kebutuhan air Daya Dukung Air

Page 43: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Ketersediaan Air

Ketersediaan air per kapita (m3/kapita/th)

Nama Provinsi

1990 1995 2000 2005

(Qrata+Air Tanah)

(Qrata+Air Tanah)

(Qrata+Air Tanah)

(Qrata+Air Tanah)

(Q90%+Air Tanah)

DKI Jakarta 138 124 136 152 59

Jawa Barat*) 2,347 2,165 1,907 1,744 431

Jawa Tengah

1,480 1,421 1,368 1,303 268

DI Yogyakarta

762 713 714 689 194

Jawa Timur 1,280 1,231 1,205 1,139 294

J a w a 1,583 1,491 1,414 1,338 323Catatan: *)Termasuk Banten

5. AirIndikasi umum kondisi pulau Sumatera dan Jawa

Kondisi umum LH pulau sumatera dan jawa mengarah pada situasi

kritis

Page 44: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Identifikasi AWAL Penyeberangan Selat Sunda (1)

UU Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun 2009:

Pasal 15• Pemerintah (Pusat) dan Pemda wajib membuat KLHS untuk memastikan prinsip pembangunan berkelanjutan menjadi dasar dan terintegrasi dalam kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP) pembangunan• Pemmerintah dan Pemda wajib melaksanakan rekomendasi KLHS dalam penyusunan RPJP (N/D), RPJM (N/D), dan RTRW (N/D)

Pasal 16• KLHS mencakup daya dukung dan daya tampung, perkiraan resiko LH, kinerja jasa ekosistem, efisiensi SDA, resiliensi dan kapasitas adaptasi perubahan iklim, ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati

Pasal 17• KLHS menjadi dasar KRP di suatu wilayah

Pasal 18• Tata laksana KLHS diatur dalam PP

Pasal 19• Perencanaan tata ruang wajib didasarkan KLHS untuk menjaga kelestarian fungsi LH dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung

Page 45: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Sistem Lingkungan Hidup

Perubahan Iklim dan Variasinya

Kejadian ekstrim (bencana)

Ketersediaan SD Air, udara dan

tanah berkualitas

Naiknya permukaan air laut

Dam

pak

pd

LH

Perubahan pada emisi dan tutupan lahan

Perubahan pada SD Air, Penggunaan Tanah,

Permodalan, Ketenagkerjaan, dan

Produktifitas

Perubahan pada pola produksi dan konsumsi

Dam

pak

pd E

kono

mi

Ker

enta

nan

KEBIJAKANMitigasiAdaptasi

Sistem Ekonomi

Tekanan LH

Tekanan Ekonomi

Contoh Simplifikasi Integrasi Keterkaitan Sistem LH dan Sistem Ekonomi (Kerangka Pemahaman KLHS)

Page 46: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Identifikasi AWAL Konsekuensi Penyeberangan Selat Sunda (2)

Titik Kritis Ekologis

Daya dukung- Daya tampung ( minus )

Pendekataan perhitungan dampak kumulatif:a.Teknik perhitungan - linier - non-linier - kombinasi (system dynamic)b. Orientasi output - Trade-off? - Zero sum game? - Positive sum game?

Daya dukung- Daya tampung ( surplus )

Daya dukung- Daya tampung ( maksimum )

Sebelum konstruksi

JSS

Saat konstruksi

JSS Setelah beroperasi JSS

Tahap awal Tahap operasi penuh

?

?

??

10 – 15 tahun

Solusi Strategis:‘ bend-down the curve’• Sumatera berpotensi sebagai hinterland Jawa aliran (barang dan manusia) dari Sumatera- Jawa dialihkan sebaliknya secara berimbang (urusan penataan ruang)• Pola konsentrasi pembangunan linier (mengikuti jalur “life in the fast lane” trans Sumatera dan Pantura Jawa) perlu dipecah/disperse secara terkendali sesuai daya dukung dan daya tampung

?

?

Page 47: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Dampak Positif secara ruang

Dampak Negatif secara ruang

• Akan lebih memberikan multiplier effect ekonomi mengikuti jalur transportasi daripada nodal /pusat pengembangan di mulut penyeberangan (seperti pengalaman Eurotunnel)• Pertumbuhan ekonomi dapat lebih cepat karena transaksi barang dan jasa lebih lancar• Peluang untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat lebih terbuka seiring dengan lebih banyak modal mengalir

• Pada jalur linier transporatsi Sumatera-Jawa akan lebih cepat mengalami tekanan dan konsekuensi alih lahan. • Struktur sosial budaya dan pola kehidupan sehari-hari akan berubah ke arah yang lebih rasional.• Mengingat lemahnya daya saing pada sektor sekunder dan tersier maka tekanan pada sektor primer akan menjadi titik utama, artinya eksploitasi SDA akan meningkat tajam. Tekanan terhadap biodiversitas meningkat.• Ekosistem berubah peluang percepatan perubahan iklim

• Bagaimana perhitungan portofolio terhadap total aset (tangibel/intangibel) demi PB?• Jika SDA dan daya dukung semakin terbatas bagaimana siklus ekonomi nya? Berapa tahun “golden period”nya ?

Page 48: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

CONTOH PENETAPAN STRATEGI DAN SOLUSI DIKAITKAN DENGAN PERATURAN YANG BERLAKU

UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Page 49: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Contoh Penerapan KLHS dalam Kasus Penanganan Rehabilitasi

dan Rekonstruksi “Aceh Tsunami”

Tim CEPP-BAPPENAS2006

Page 50: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Critical Pressure Points of Natural

Resources aspect (physical

Environment)

Critical Pressure Points on Social-

Economic aspects

Kegiatan pembangunan dan

masyarakat

Masa Rehabilitasi dan

Rekonstruksi

Sebelum Bencana Gempa

dan Tsunami

Terjadinya Bencana Gempa dan Tsunami serta Masa Gawat Darurat

Masa setelah Rehabilitasi dan Rekonstruksi

?

?

Perlu adanya Intervensi Kebijakan untuk

mengurangi Dampak Negatif Pembangunan

Kegiatan

pembanguna

n dan

masyarakat

Tingkat Kegiatan

Pembangunan

Page 51: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Struktur Model Dinamika Struktur Model Dinamika DaerahDaerah

Struktur Model Dinamika Struktur Model Dinamika DaerahDaerah

Penduduk

Pembangunan rumah

Pembangunan jalanLahan

EkonomiEk. pertanianEk. industriEk. non-industri

Lahan permukimanLahan ekonomi

Lahan terbuka

Pembuatan bata

Pengadaan kayu konstruksiPengadaan pasir

Pengadaan batu pondasi

Pengadaan kayu konstruksiPengadaan kayu bakar untuk pembuatan batu

Dinamika Pembangunan

Daerah

Lahan pertanian

Page 52: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Metode Kajian CEPPMetode Kajian CEPPMetode Kajian CEPPMetode Kajian CEPP

Mengembangkan Modeling Berbasis System DynamicsDengan software Powersim

Mengembangkan Modeling Berbasis System DynamicsDengan software Powersim

• u/ mengetahui perilaku dinamika (perubahan berdasarkan perjalanan waktu)

• u/ mengidentifikasi variabel-variabel dari perubahan berdasarkan perjalanan waktu tersebut

• u/ menguji sensitivitas model melalui intervensi terhadap variabel-variabel tersebut

• Sehingga variabel yang sensitif terhadap perubahan perilaku dinamika dapat diklasifikasikan sebagai Critical Environmental Pressure Points (CEPP)

• u/ mengetahui perilaku dinamika (perubahan berdasarkan perjalanan waktu)

• u/ mengidentifikasi variabel-variabel dari perubahan berdasarkan perjalanan waktu tersebut

• u/ menguji sensitivitas model melalui intervensi terhadap variabel-variabel tersebut

• Sehingga variabel yang sensitif terhadap perubahan perilaku dinamika dapat diklasifikasikan sebagai Critical Environmental Pressure Points (CEPP)

Page 53: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal

Tanah Liat

Batu Pondasi

Kayu Bakar dan Kayu Bulat

Pasir

I nmigrasi dan Outmigrasi

Page 54: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi awal