kajian ekonomi regional provinsi dki jakarta - bi.go.id filemembaiknya angka pengangguran. di sisi...
TRANSCRIPT
Triwulan III 2011
iii
Kata Pengantar
Hingga triwulan III 2011, perekonomian Jakarta tetap mampu mempertahankan pertumbuhan 6,7% (yoy) yang merupakan tingkat pertumbuhan di atas pola historisnya (6,0%). Bahkan, pertumbuhan Jakarta triwulan III 2011 yang sebesar 6,7% tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh 6,5%. Lokomotif pertumbuhan dari sisi sektoral terutama berasal dari sektor konstruksi dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sejalan dengan meningkatnya kontribusi komponen investasi dan ekspor yang masing-masing tumbuh lebih tinggi dari tren pertumbuhan normalnya. Di samping itu, konsumsi tumbuh kuat didukung oleh terjaganya optimisme masyarakat dan peningkatan daya beli. Tingginya aktivitas perekonomian Jakarta tersebut juga tercermin pada kenaikan transaksi keuangan dan kinerja perbankan yang tetap kuat. Capaian yang positif juga terlihat pada aspek kesejahteraan sebagaimana tercermin dari membaiknya angka pengangguran.
Di sisi inflasi, tekanan kenaikan inflasi relatif terkendali ditengah masuknya pola musiman terkait perayaan hari raya Idul Fitri. Pada akhir triwulan III 2011, inflasi Jakarta bahkan tercatat lebih rendah dibanding akhir triwulan sebelumnya, yaitu dari 5,36% (yoy) menjadi 4,61% (yoy). Hal ini antara lain dipengaruhi oleh besarnya intensitas upaya yang ditempuh oleh Pemerintah dalam mengendalikan pergerakan harga barang kebutuhan pokok, serta minimalnya kebijakan pemerintah terkait penyesuaian harga barang dan jasa strategis.
Mencermati perkembangan terkini, pertumbuhan ekonomi Jakarta untuk keseluruhan tahun 2011 diprakirakan dapat mencapai kisaran 6,6% disertai sumber pertumbuhan ekonomi yang lebih berimbang seiring peran investasi dan ekspor yang cenderung meningkat. Namun, prospek ekonomi Jakarta ke depan akan menghadapi tantangan dari kondisi ekonomi global yang diwarnai ketidakpastian akibat berlarutnya krisis utang Eropa dan Amerika Serikat. Dari sisi inflasi, meskipun masih terdapat risiko tekanan kenaikan harga beras, pada triwulan mendatang inflasi diperkirakan tetap terkendali didukung berlanjutnya upaya Pemerintah untuk memperkuat pasokan yang antara lain melalui implementasi kebijakan impor untuk beberapa komoditas pangan.
Uraian lebih lanjut dan rinci terkait perkembangan terkini dan prospek perekonomian Jakarta tersaji dalam buku Kajian Ekonomi Regional (KER). Tujuan dari penyusunan buku laporan triwulanan ini selain untuk memenuhi kepentingan Bank Indonesia dalam mendukung perumusan kebijakan moneter, juga diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi pembuat kebijakan publik daerah dan atau pemerhati perkembangan ekonomi daerah.
Akhir kata, semoga kajian ini dapat memberi manfaat bagi pembangunan ekonomi di Jakarta.
Jakarta, 9 November 2011 BIRO KEBIJAKAN MONETER
Sugeng Kepala Biro
Triwulan III 2011
v
Daftar Isi
RINGKASAN UMUM halaman vii
BAB I. EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 1Sisi Permintaan halaman 2 Sisi Penawaran halaman 10
BAB II. INFLASI halaman 15
BAB III. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 19Perbankan halaman 19
Sistem Pembayaran halaman 23
BAB IV. KEUANGAN PEMERINTAH halaman 25Realisasi Belanja APBD Triwulan III 2011 halaman 25
Realisasi Pendapatan APBD Triwulan III 2011 halaman 27
BAB V. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN halaman 29 Ketenagakerjaan halaman 29
Indeks Kesengsaraan halaman 30
BAB VI. PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 33 Beberapa Asumsi yang Digunakan halaman 33
Pertumbuhan Ekonomi halaman 35Inflasi halaman 38
BOKS. KETIDAKPASTIAN EKONOMI GLOBAL : IMPLIKASI
TERHADAP EKONOMI JAKARTA DAN LANGKAH
ANTISIPASI YANG DIPERLUKAN
halaman 41
Triwulan III 2011
vii
Ringkasan Umum
Selama tiga triwulan berturut-turut pada tahun 2011, perekonomian Jakarta tetap mampu mempertahankan pertumbuhan 6,7% (yoy) yang merupakan tingkat pertumbuhan di atas pola historisnya (6,0%). Di triwulan ini, dari sisi sektoral terutama sektor konstruksi dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh lebih tinggi dari tren pertumbuhan normalnya, sedangkan dari sisi permintaan komponen investasi dan ekspor juga mengalami hal serupa. Konsumsi tetap tumbuh kuat, sebagaimana pola musimannya saat lebaran dan sejalan dengan terjaganya optimisme masyarakat dan peningkatan daya beli.
Pertumbuhan Jakarta triwulan III 2011 yang sebesar 6,7% tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional (6,5%). Demikian pula tingkat inflasi Jakarta tercatat sebesar 4,61% (yoy) pada akhir triwulan II 2011, melambat dibandingkan akhir triwulan sebelumnya dan relatif melambat sejalan dengan inflasi nasional. Koreksi harga bahan makanan dan stabilnya administered price merupakan faktor positif stabilnya inflasi pada triwulan ini.
Pertumbuhan ekonomi Jakarta yang tetap tinggi juga didukung oleh kinerja perbankan Jakarta yang meningkat dengan risiko kredit yang terkendali. Sementara dukungan fiskal daerah meningkat, sebagaimana realisasi belanja APBD yang meningkat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, sistem pembayaran di Jakarta juga mengalami peningkatan terutama pada pembayaran tunai dan non-tunai seiring masuknya masa Lebaran di triwulan ini. Membaiknya perekonomian juga disertai adanya perbaikan pada beberapa indikator indikator kesejahteraan masyarakat Jakarta, antara lain turunnya tingkat pengangguran karena penyerapan di sektor formal semakin meningkat.
Mencermati perkembangan terkini, prospek pertumbuhan ekonomi Jakarta untuk keseluruhan tahun 2011 berpotensi untuk tumbuh pada kisaran 6,6%. Masih terjaganya optimisme dan daya beli masyarakat menjadi faktor yang mendorong kinerja konsumsi tetap tumbuh stabil. Kinerja ekspor pada triwulan mendatang diperkirakan juga masih akan dapat mencatat tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi ditengah semakin besarnya risiko melemahnya ekonomi global. Secara sektoral, sumber pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan mendatang berasal dari sektor perdagangan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor konstruksi. Sementara inflasi diprakirakan akan terjaga dalam kisaran sasaran inflasi nasional.
Triwulan III 2011
viii
Ekonomi Makro Regional
Pada triwulan III 2011 ekonomi DKI Jakarta kembali tumbuh sebesar 6,7% (yoy), dan tetap berada di atas pertumbuhan ekonomi secara nasional (6,5%; yoy). Dari sisi permintaan, realisasi tersebut disebabkan oleh peningkatan yang tinggi pada ekspor, terutama berasal dari peningkatan pengiriman barang antar pulau dan provinsi. Konsumsi rumah tangga kembali menjadi pendorong kegiatan konsumsi tetap berjalan stabil seiring peningkatan daya beli yang ditopang oleh tunjangan hari raya dan pembiayaan lembaga keuangan. Sementara itu, investasi tercatat tetap tumbuh tinggi didukung oleh iklim investasi domestik yang menunjukkan tren perbaikan.
Di sisi sektoral, stabilnya pertumbuhan ekonomi Jakarta triwulan ini ditopang oleh sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Sektor perdagangan tumbuh lebih tinggi sejalan meningkatnya permintaan barang pada saat saat Ramadhan dan Lebaran. Sektor industri meningkat tipis seiring pulihnya pasokan bahan baku. Di sisi lain, sektor konstruksi dan sektor keuangan tetap melampaui pola normal pertumbuhannya, antara lain terkait imbal hasil investasi properti maupun surat berharga yang lebih tinggi dibandingkan negara se-kawasan.
Inflasi
Pada akhir triwulan III 2011, tingkat inflasi Jakarta tercatat sebesar 4,61% (yoy), melambat cukup dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,36% (yoy). Faktor utama yang menyebabkan perlambatan inflasi ini seiring cukup stabilnya harga yang diatur oleh pemerintah (administered price) dan terjadinya koreksi harga beberapa komoditas volatile. Kebijakan pemerintah terhadap tarif angkutan, air minum, dan biaya kesehatan yang ditetapkan tidak berubah juga turut andil dalam kestabilan inflasi administered. Koreksi komoditas volatile food ditopang oleh pasokan yang stabil dan cukup lancar. Di sisi lain, inflasi inti mengalami tekanan, terutama karena peningkatan harga komoditas emas, properti, dan jasa pendidikan.
Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kinerja perbankan tetap baik sejalan dengan stabilnya kondisi perekonomian. Pertumbuhan kredit masih berada dalam tren yang meningkat (24,1%; yoy), begitu pula dengan pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang masih berada dalam level tinggi meskipun sedikit mengalami perlambatan (16,7%, yoy). Dengan perkembangan kredit yang meningkat lebih tinggi dibandingkan DPK,
Triwulan III 2011
ix
indikator LDR (Loan to Deposit Ratio) mencapai 81,0%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 78,5%. Sementara itu, perkembangan risiko kredit perbankan Jakarta relatif masih terkendali.
Perkembangan sistem pembayaran di Jakarta meningkat dan tetap mampu menopang tingginya aktivitas ekonomi Jakarta. Transaksi pembayaran non tunai melalui sarana kliring tercatat rata-rata sebesar Rp4,22 triliun per hari, atau tumbuh 12,9% (yoy). Demikian pula, transaksi pembayaran non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS) meningkat 9,5% (yoy) menjadi sebesar Rp92,2 triliun per hari. Sesuai dengan pola historis saat masa Lebaran, terjadi peningkatan outflow seiring dengan meningkatnya kebutuhan uang cash.
Keuangan Pemerintah
Persentase penyerapan anggaran APBD Jakarta terjadi kenaikan yang signifikan pada triwulan III 2011. Dari total anggaran perubahan APBD sebesar Rp30,92 triliun, sekitar 43,3% telah direalisasikan atau sebesar Rp13.38 triliun. Namun persentase realisasi anggaran terbesar ada pada belanja pegawai, belanja barang dan jasa. Untuk belanja modal yang dialokasikan sebesar Rp9,7triliun, hingga akhir triwulan III realisasinya hanya sekitar 16% atau sebesar Rp1.55triliun. Dari sisi pendapatan, realisasi penerimaan APBD pada triwulan III mengalami sedikit penurunan dalam pencapaiannya. Realisasi penerimaan APBD secara nominal sebesar Rp19.4triliun atau sekitar 72.3% dari total target pendapatan pemerintah provinsi Jakarta. Pencapaian dari pendapatan asli daerah yang meliputi pajak, restribusi dan laba perusahaan daerah di triwulan III 2011 hampir sama dengan pencapaian di triwulan yang sama di 2010. Transfer dari dana perimbangan mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan III 2010. Dari total plafond anggaran dana perimbangan sebesar Rp8,66triliun yang sebagian besar dari hasil pajak, hampir 70.4% telah ditransfer ke APBD.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Indikator kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan oleh kondisi ketenagakerjaan di DKI Jakarta relatif lebih baik sampai dengan triwulan III 2011. Berdasarkan hasil survei ketenagakerjaan yang dilakukan oleh BPS (periode Agustus) dari 11,05% pada tahun 2010 menjadi 10,80% pada tahun 2011, sejalan dengan penurunan tingkat pengangguran nasional (dari 7,14% menjadi 6,80%). Penyerapan tenaga kerja terutama terjadi pada tenaga kerja formal (buruh/karyawan)
Triwulan III 2011
x
yang umumnya mendapatkan jaminan kerja lebih baik. Indeks kesengsaraan pun mengalami penurunan seiring dengan menurunnya tingkat pertumbuhan inflasi.
Prospek Perekonomian
Prospek ekonomi Jakarta pada triwulan IV 2011 berpotensi untuk tumbuh pada kisaran 6,6%. Di sisi permintaan, konsumsi diperkirakan tumbuh stabil pada level yang tinggi. Demikian halnya dengan investasi dan ekspor yang masih akan tumbuh tinggi meski sedikit lebih lambat dibanding periode triwulan laporan. Masih terjaganya optimisme dan daya beli masyarakat menjadi faktor yang mendorong kinerja konsumsi tetap tumbuh stabil. Selain itu, kinerja konsumsi juga didukung oleh pengeluaran belanja Pemerintah yang akan mengalami percepatan sebagaimana pola historisnya. Sementara itu, investasi yang masih tumbuh tinggi terutama didukung oleh persepsi investor terhadap kuatnya kondisi fundamental Indonesia dan potensi konsumsi domestik yang besar. Selain itu, penyelesaian berbagai proyek infrastruktur pemerintah turut mendukung kinerja investasi dapat tetap tumbuh tinggi. Kinerja ekspor pada triwulan mendatang diperkirakan juga masih akan dapat mencatat tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi ditengah semakin besarnya risiko melemahnya ekonomi global. Secara sektoral, sumber pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan mendatang berasal dari sektor perdagangan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor konstruksi. Ketiga sektor tersebut diperkirakan dapat tetap tumbuh tinggi pada triwulan terakhir tahun 2011.
Perkembangan harga terakhir mengindikasikan inflasi hingga akhir triwulan IV 2011 akan terjaga pada kisaran yang sejalan dengan sasaran inflasi nasional, yaitu 5+1%. Tren harga akhir September 2011 cenderung melambat, sehingga diprakirakan kenaikan inflasi cukup terkendali, terutama melihat dari pola musimannya. Terjaganya tekanan inflasi tidak terlepas dari upaya yang ditempuh untuk mengendalikan pergerakan harga barang dan jasa. Selain itu, terkendalinya inflasi hingga akhir tahun juga dipengaruhi oleh minimalnya kebijakan Pemerintah terkait penyesuaian tarif/harga barang dan jasa yang diatur Pemerintah.
Triwulan III 2011
xi
Tabel Indikator Ekonomi Provinsi DKI Jakarta
I II III IV I II III
Ekonomi Makro Regional
Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 6.2 6.8 6.4 6.6 6.7 6.7 6.7
Berdasarkan Sektor:
‐ Pertanian 0.9 1.6 0.9 3.3 2.4 1.5 1.3
‐ Pertambangan & Penggalian ‐8.0 1.5 1.8 10.6 18.5 12.6 5.7
‐ Industri Pengolahan 3.0 4.8 2.7 4.0 4.7 1.7 1.9
‐ Listrik, Gas, & Air Bersih 5.1 5.8 6.1 5.5 4.1 4.7 3.5
‐ Konstruksi 6.9 7.4 7.4 6.6 6.7 9.0 8.5
‐ Perdagangan, Hotel, & Restoran 6.9 8.0 6.7 7.6 7.0 7.2 7.9
‐ Pengangkutan dan Komunikasi 15.1 14.7 15.0 14.2 14.1 14.4 13.4
‐ Keuangan, Persewaan, % Jasa Usaha 4.0 4.1 4.5 4.3 4.9 5.1 4.8
‐ Jasa‐jasa 6.8 6.7 6.5 6.4 6.3 6.5 7.3
Berdasarkan Permintaan:
‐ Konsumsi Rumah Tangga 5.7 6.3 6.3 7.1 6.7 7.0 7.0
‐ Konsumsi Pemerintah ‐6.7 ‐0.1 2.8 5.5 4.8 14.2 11.7
‐ PMTB 7.4 7.7 9.6 10.3 7.4 11.6 10.0
‐ Ekspor 1.7 8.4 9.2 9.9 12.8 9.7 11.0
‐ Impor 1.2 7.9 10.9 12.3 13.8 13.7 14.0
Ekspor
‐ Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 1,815 2,258 1,980 2,345 2,501 2,563 2,959
‐ Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 488 546 565 602 575 707 724
Impor
‐ Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 9,464 11,076 11,409 12,578 12,803 13,966 9,856
‐ Volume Impor Non Migas (ribu ton) 5,604 6,144 5,847 6,799 6,571 7,047 4,584
Indeks Harga Konsumen 116.80 118.21 121.32 122.92 123.75 124.55 126.91
Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) 3.43 4.52 5.44 6.21 5.95 5.36 4.61
Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) 994 1,013 1,076 1,198 1,180 1,203 1,231
‐ Tabungan 169 173 193 209 212 220 229
‐ Giro 263 265 282 328 302 321 304
‐ Deposito 563 575 601 661 666 662 698
Kredit (Rp Triliun) ‐ Berdasarkan Lokasi Proyek 525 564 602 698 647 704 733
‐ Modal Kerja 261 293 331 387 350 379 400
‐ Konsumsi 136 122 129 164 137 147 149
‐ Investasi 129 149 142 147 160 177 184
Kredit MKM (Rp Triliun) 186 191 205 266 201 211 216
Loan to Deposit Ratio (%) 70.94 74.00 75.47 72.15 72.92 78.50 81.00
NPL Gross (%) 3.78 3.32 3.01 2.94 2.76 2.56 2.55
Sistem Pembayaran
Transaksi RTGS
‐ Rata‐rata Harian Nominal Transaksi (Rp Triliun) 68 83 76 87 88 84 92
‐ Rata‐rata Harian Volume Transaksi (ribu) 22 22 23 23 24 22 25
Transaksi Kliring (Rp Triliun)
‐ Rata‐rata Harian Nominal Transaksi (Rp Triliun) 3 4 4 4 4 4 4
‐ Rata‐rata Harian Volume Transaksi (ribu) 214 229 242 257 250 258 270*) Data Agustus 2011
2010 2011
Perbankan *)
Indikator
Triwulan III 2011
1
BAB I
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Pada triwulan III 2011 ekonomi DKI Jakarta tetap tumbuh sebesar 6,7% (yoy), berada di atas pertumbuhan ekonomi secara nasional yang sebesar 6,5% (yoy). Dari sisi permintaan, realisasi tersebut disebabkan oleh peningkatan yang tinggi pada ekspor, terutama berasal dari peningkatan pengiriman barang antar pulau dan provinsi. Konsumsi rumah tangga menjadi pendorong kegiatan konsumsi berjalan stabil sejalan dengan peningkatan daya beli antara lain didorong oleh tunjangan hari raya dan pembiayaan lembaga keuangan. Sementara itu, investasi tercatat tetap tumbuh tinggi didukung oleh iklim investasi domestik yang menunjukkan tren perbaikan.
Di sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi yang tinggi didukung oleh meningkatnya kinerja sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Sektor perdagangan tumbuh lebih tinggi seiring meningkatnya permintaan konsumen saat Ramadhan dan Lebaran. Sektor industri terjadi peningkatan tipis seiring pulihnya bahan baku. Sementara sektor konstruksi dan sektor keuangan berdasarkan pola normal pertumbuhannya, tingkat kenaikan nilai tambahnya masih lebih tinggi, antara lain terkait imbal hasil investasi properti maupun surat berharga yang lebih tinggi dibandingkan negara se-kawasan.
Perekonomian Jakarta pada triwulan III 2011 menunjukkan
perkembangan yang stabil. Angka pertumbuhan ekonomi triwulan laporan
tercatat 6,7%, sama tingginya dibandingkan periode triwulan sebelumnya.
Stabilnya kondisi perekonomian tersebut sejalan dengan indikator penuntun
(leading indicators) PDRB Jakarta, yang masih berada pada level yang identik
sejak pertengahan 2010. Berbagai indikator pembentuk (komposit) indikator
penuntun 1 yang mewakili kegiatan perekonomian Jakarta masih tumbuh
dalam fase ekspansi. Faktor positif lain yang turut menyebabkan ekonomi
Jakarta masih baik adalah kondisi iklim dan prospek investasi di Indonesia
yang semakin baik sebagaimana tercermin dari penilaian berbagai lembaga
pemeringkat internasional terhadap posisi Indonesia yang semakin dekat
dengan peringkat layak investasi.
1 Seperti daya beli (indeks penjualan eceran), perputaran transaksi ekonomi (nilai transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS), pasokan barang manufaktur
(indeks produksi), ketersediaan barang pendukung investasi (nilai impor barang modal), dan kondisi ekonomi global (nilai tukar dan nilai ekspor).
Triwulan III 2011
2
Grafik I.1 Indikator Penuntun PDRB Jakarta
Perkonomian Jakarta terutama masih terus didukung oleh kontribusi
sektor tersier. Pangsa sektor tersier 2 dalam perekonomian Jakarta pada
triwulan III 2011 mencapai 73,9%. Sementara sektor sekunder dan sektor
primer masing-masing sebesar 26,0% dan 0,3%. Distribusi perekonomian
Jakarta yang terkonsentrasi pada sektor tersier ini tidak terlepas dari peran
Jakarta sebagai sentra bisnis dan penghubung perekonomian nasional dengan
global. Peran Jakarta dalam perekonomian domestik relatif besar mencapai
pangsa sekitar 16,9% dalam perekonomian nasional.
A. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, stabilnya ekonomi didorong oleh kegiatan ekspor
dan tetap kuatnya konsumsi dan investasi. Peningkatan yang tinggi pada
ekspor, terutama berasal dari pengiriman barang antar daerah dan ekspor
jasa. Konsumsi tumbuh kuat sejalan dengan peningkatan daya beli
masyarakat antara lain didorong oleh tunjangan hari raya dan pembiayaan
dari lembaga keuangan. Sementara itu, investasi tercatat tetap tumbuh tinggi
didukung oleh iklim investasi domestik yang terus membaik.
Tabel I.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Jakarta (%, yoy)
2 Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR); sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-
jasa
4
4.5
5
5.5
6
6.5
7
7.5
98
99
99
100
100
101
101
102
102
123 456 789101112123 456 789101112123 456 789101112123 456 789101112123 456 789101112123 456 789101112123 456 789
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Composit Leading Indicator PDRB
CLI PDRB (rhs)
fase kontraksi
fase kontraksi
Total I* II* III* IV* Total I* II* III*
Konsumsi 6.5 4.7 5.7 6.0 6.9 5.9 6.6 7.6 7.4
Konsumsi Rumah Tangga 6.2 5.7 6.3 6.3 7.1 6.4 6.7 7.0 7.0
Konsumsi Pemerintah 10.2 ‐6.7 ‐0.1 2.8 5.5 0.7 4.8 14.2 11.7
Investasi 2.8 7.4 7.7 9.6 10.3 8.8 7.4 11.6 10.0
Ekspor 0.2 1.7 8.4 9.2 9.9 7.3 12.8 9.7 11.0
Impor ‐1.8 1.2 7.9 10.9 12.3 8.1 13.8 13.7 14.0
P D R B 5.0 6.2 6.8 6.4 6.6 6.5 6.7 6.7 6.7* angka sementara BPS DKI Jakarta
20112010
Indikator
2009
Triwulan III 2011
3
1. Konsumsi
Konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat ditopang daya beli
masyarakat yang terjaga. Indikator daya beli berdasarkan hasil survei
konsumen rumah tangga memperlihatkan bahwa penghasilan konsumen
cenderung meningkat yang diikuti dengan tingginya pertumbuhan pembelian
barang tahan lama (mobil dan alat rumah tangga). Peningkatan penghasilan
ditengarai berasal dari pembayaran tunjangan hari raya (THR) dan pembiayaan
lembaga keuangan. Pembiayaan dari lembaga keuangan non bank masih
dapat tumbuh yakni mencapai 29,6% (yoy) pada posisi Agustus 2011, lebih
tinggi dari pola historisnya (22%). Dengan berbekal peningkatan penghasilan
tersebut, ditengarai konsumsi masyarakat masih meningkat. Beberapa event
penjualan seperti Jakarta Great Sale (JGS), Pekan Raya Jakarta (PRJ) dan JIExpo
dapat mencetak pertumbuhan penjualan rata-rata sebesar 20% dibandingkan
tahun sebelumnya.
Tabel I.2 Kenaikan Gaji Profesional
Indikator konsumsi barang tahan lama meningkat mendukung masih
kuatnya daya beli. Indikator konsumsi rumah tangga yang tumbuh lebih
tinggi mencerminkan tingkat daya beli masyarakat yang tetap kuat, seperti
penjualan mobil/motor tumbuh hingga 28,9%. Hasil survei Bank Indonesia
terhadap pembelian barang eceran meningkat, terutama untuk bahan
konstruksi, alat rumah tangga, dan makanan. Konsumsi masyarakat tersebut
terutama karena keyakinan konsumen bahwa kondisi ekonomi sekarang
cenderung membaik dan merupakan waktu yang tepat untuk membeli
barang tahan lama3.
3 Hasil Survei Konsumen BI
%, yoy
2008/2009 2009/2010 2010/2011Min ‐ Max Min ‐ Max Min ‐ Max
Banking 7.1 ‐ 4.3 0 0 ‐ 5Call Center 0 19.6 ‐ 8.3 27.5 ‐ 39.3Engineering & technical 0 0 0 ‐ 33.3Finance 0 ‐ 8.3 0 0Human resources 0 0 2.9 ‐ 0Information technology 0 0 10 ‐ 5Logistics & warehousing 0 15 ‐ 15 0 ‐ 3.3Office support 0 0.0 6.3 ‐ 17.5Sales & marketing 16.1 ‐ 0 0 ‐ 14.3 5 ‐ 6.3Rata2 2.6 ‐ 1.4 3.8 ‐ 4.2 5.7 ‐ 12.2UMP Nominal Jakarta 10.0 4.5 15.4Sumber: Indonesia Employment Outlook and Salary Guide, Kelly Services Indonesia
KategoriTahun
Triwulan III 2011
4
Grafik I. 2 Perkembangan Pendaftaran Mobil/Motor Baru
Grafik I.3 Perkembangan Kredit Konsumsi (Lokasi
Proyek) dan Pembiayaan Nonbank
Grafik I. 4 Survei Penjualan Eceran
Grafik I. 5 Indeks Keyakinan Konsumen Saat Ini
Konsumsi pemerintah meningkat ditunjang oleh upaya untuk
meningkatkan realisasi belanja. Konsumsi pemerintah Penyerapan belanja
APBD Pemprov DKI Jakarta pada triwulan III 2011 tercatat 43,3% atau Rp
13,38 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2010 yang
hanya mencapai 40,1%. Membaiknya realisasi APBD tidak terlepas dari
adanya upaya intensifikasi pengawasan dan pemantauan terhadap
komitemen pencapaian realisasi anggaran di setiap Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) oleh Kepala Daerah.
2. Investasi
Kinerja pertumbuhan investasi yang cenderung tinggi sejak awal 2010
terus berlanjut. Prospek permintaan yang kuat disertai iklim investasi yang
terus membaik mendorong kinerja investasi Jakarta terus terakselerasi. Iklim
investasi Indonesia semakin membaik ditandai oleh peringkat sovereign credit rating yang semakin mendekati kategori layak investasi. Terakhir, pada
tanggal 24 Agustus 2011 lembaga pemeringkat dari Jepang, Japan Credit
Rating Agency, Ltd (JCR) mengafirmasi rating Indonesia untuk foreign currency long-term senior debt pada BBB- dan local currency long-term senior debt pada BBB. Outlook masing-masing rating tersebut adalah stable. Rating
action JCR terakhir terhadap Indonesia adalah pada tanggal 13 Juli 2010,
ketika sovereign rating diupgrade menjadi BBB-. Terus berlanjutnya perbaikan
peringkat kredit Indonesia dari berbagai lembaga pemeringkat internasional
akan berpengaruh positif bagi investor asing dalam memandang prospek
investasi di Indonesia dan secara spesifik di Jakarta. Hasil survei Bank Indonesia
kepada dunia usaha menunjukkan ekspektasi terhadap situasi kegiatan dunia
‐60
‐40
‐20
0
20
40
60
80
100
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2008 2009 2010 2011
Pertumbuhan Pendaftaran Mobil dan Motor Baru Jakarta
g.Pendaftaran Mobil Baru
g.Pendaftaran Motor Baru
Sumber: Dinas Pelayanan Pajak Jakarta
‐20
‐10
0
10
20
30
‐10
‐5
0
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II III IV I II III*
2008 209 2010 2011
%, yoy%, yoy
g.kredit kons riil (rhs) g.Leasing (yoy) (rhs)
‐30
‐20
‐10
0
10
20
30
40
50
‐150
‐100
‐50
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2008 2009 2010 2011
%, yoy%, yoy Survei Penjualan Eceran
g.indeks spe ‐ rhs g.Pakaian g.Sk‐Cad‐Kend g.Makanan g.Bahan konstruksi
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2008 2009 2010 2011
Indeks Survei Konsumen‐Kondisi Saat Ini
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Penghasilan saat ini
Indeks Ketersediaan Lap. Kerja Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama
Triwulan III 2011
5
usaha dan bisnis masih menunjukkan optimisme, baik untuk kondisi saat ini
maupun 6 bulan ke depan. Kinerja investasi secara nasional diyakini secara
tidak langsung berdampak pada kinerja investasi di Jakarta. Upaya yang dapat
ditempuh oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah melalui peningkatan
layanan terpadu satu pintu (PTSP).
Jakarta menjadi target investasi properti komersial didorong imbal
hasil yang masih tinggi. Hasil riset dari beberapa lembaga riset properti4
menyatakan perkembangan yang identik yakni pasokan ruang yang terus
terbangun seiring tingkat hunian yang meningkat (tingkat hunian mencapai
90%). Jakarta menjadi salah satu kota Metropolitan yang termasuk dalam 20
besar Megacities yang menjadi sasaran investor dengan imbal hasil yang
cukup tinggi, antara lain properti perkantoran (imbal hasil 7%), pertokoan
(imbal hasil 10%), dan industri (imbal hasil 11,5%)5.
Tabel I.3 Tingkat Hunian Properti Komersial
Grafik I.10 Kegiatan Usaha dan Bisnis Grafik I.11 Ekspektasi Kegiatan Bisnis
4 Colliers Internasional, Jones Lang Lasalle, Cushman and Wakefield
5 Winning In Growth Cities 2011/12, Cushman and Wakefield Capital Markets Research
I II III IV I II III IV I II III
Demand (occupancy rate ) 88.33% 88.31% 87.20% 87.20% 87.10% 87.77% 89.30% 89.10% 91.60% 92.80% 93%
Supply (cumulative supply , juta m2) 3.87 3.95 4.00 4.05 4.05 4.08 4.22 4.27 4.27 4.31 4.43
Demand (occupancy rate ) 88.70% 88.70% 88.10% 88.10% 87.80% 88.40% 88.40% 89.30% 91.60% 89.10% 89.60%
Supply (cumulative supply , juta m2) 1.64 1.65 1.66 1.66 1.66 1.71 1.72 1.73 1.76 1.85 1.86
Demand (take up rate ) 71.60% 72.00% 71.20% 71.20% 71.60% 71.90% 73.70% 77.10% 78.90% 76.40% 75.30%
Supply (cumulative supply , unit) 68,176 71,264 74,920 74,920 76,338 76,577 79,778 82,014 85,734 90,844 94,207
Demand (occupancy rate ) 70.30% 71.30% 69.20% 69.20% 69.40% 69.10% 65.90% 69.50% 72.10% 76.20% 74.00%
Supply (cumulative supply , unit) 7,602 7,835 7,903 7,903 7,835 7,835 7,938 7,815 7,950 8,058 8,058
Demand (occupancy rate ) 85.30% 82.00% 82.30% 82.30% 82.60% 81.00% 82.37% 83.20% 84.30% 86.60% 85.70%
Supply (cumulative supply , juta m2) 3.58 3.74 3.74 3.74 3.77 3.78 3.92 3.92 3.93 3.93 3.97
Demand (cumulative sale ) 67.34% 68.70% 68.70% 76.00% 76.00% 76.00% 76.00% 76.10% 80.10% 79.32% 81%
Supply (cumulative supply , Hektar) 8,662 8,662 8,662 8,662 8,662 8,662 8,662 8,662 9,006 8,666 8,666
Sumber : Colliers International, diolahmeningkat
menurun
Office Outside CBD
Industrial
Apartment for Sale
Apartment Rental
2011
Retail
Office CBD
20102009
‐10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011
Indeks SBT Sumber : SKDU Jakarta
Ekspektasi Situasi Bisnis Situasi BisnisEkspektasi Kegiatan Dunia Usaha Situasi Kegiatan Dunia Usaha
70
80
90
100
110
120
I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011
Indeks
Order Brg. Input Riil Order DN Riil Order LN Riil
Harga Jual Riil Order Brg. Input Riil
*) angka perkiraanSumber : BPS, diolah
Triwulan III 2011
6
Grafik I.6 Imbal Hasil Properti Kota Besar Dunia
Aktivitas investasi pada triwulan ini juga didukung oleh pembangunan
properti yang masih melonjak tinggi. Data konsumsi barang konstruksi
seperti semen, kaca, dan keramik yang meningkat masing-masing hingga
26,5%; 8,9% dan 53,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya. Permintaan barang konstruksi tersebut seiring tingginya
pembangunan properti residensial (tempat tinggal), komersial, maupun
infrastruktur selama triwulan laporan. Properti komersial rata-rata bertambah
2-18% selama triwulan ini, terutama berupa apartemen dan kantor.
Sementara itu, pembangunan properti untuk tempat tinggal bertambah 2
hingga 6 kali lipat 6 dibanding tahun sebelumnya terutama untuk
pembangunan rumah tipe kecil hingga menengah. Di sisi infrastruktur, pada
triwulan ini masih melanjutkan pembangunan infrastruktur jalan (jembatan
layang non-tol ) dan energi (kabel bawah laut).
6 Hasil Survei Properti Residensial, Bank Indonesia
Triwulan III 2011
7
Grafik I.6 Perkembangan Properti Residensial Grafik I.9 Konsumsi Barang Konstruksi
Grafik I.8 Perkembangan Impor Barang Modal
dan Pendaftaran Alat Berat Baru
Grafik I.7 Pembiayaan Investasi
Pembiayaan investasi perbankan tumbuh lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya. Kredit perbankan yang disalurkan untuk tujuan investasi di
Jakarta hingga Agustus 2011 secara riil tumbuh sebesar 23,6% (yoy),
meningkat pesat dibandingkan periode akhir triwulan sebelumnya (13,4%;
yoy). Di sisi lain, penerbitan Initial Public Offering (IPO) mencapai Rp5,1 triliun,
berupa 3 emiten obligasi senilai Rp2,4 triliun, dan 6 emiten saham senilai
Rp2,7 triliun. Untuk pembiayaan investasi dari Pemerintah Daerah, Belanja
modal Pemprov. DKI Jakarta hingga triwulan III 2011 telah terealisasi 16%
atau Rp1,55 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang hanya
sebesar 10,4%.
3. Ekspor dan Impor7
Meningkatnya ekspor Jakarta didorong oleh naiknya pengiriman
barang di dalam negeri. Ekspor Jakarta yang masih terakselerasi ditengarai
didorong oleh peningkatan pengiriman barang antar daerah/pulau, terlihat
dari indikator pengiriman barang melalui kereta api maupun kapal laut, yang
masing-masing tumbuh 24,6% dan 23,2% lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya (-9% dan 21,9%). Di sisi lain, ekspor barang ke luar negeri
melambat, didorong oleh melemahnya permintaan dunia8, terutama karena
melambatnya pertumbuhan negara-negara maju. Arus muat barang untuk
7 Konsep ekspor-impor dalam PDRB, ekspor-impor termasuk kegiatan ekspor-impor domestik (perdagangan antara daerah dan atau antar pulau). Ekspor
impor luar negeri memiliki porsi 36,7%, sementara domestik 63,3%. Sementara antara perdagangan jasa dan barang, masing-masing memiliki porsi 70%
dan 30%.
8 Volume perdagangan dunia berdasarkan World Economic Outlook, September 2011 direvisi tumbuh lebih rendah -0,3% dibandingkan prediksi juni 2011
‐
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011
Unit terjualSurvei Properti Residensial
Sumatera Jakarta Jawa KTI
‐100
‐50
0
50
100
150
I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011
%, yoy
Semen Keramik Kaca
‐100
0
100
200
300
400
500
600
‐60
‐40
‐20
0
20
40
60
80
I II III IV I II III IV I II III*
2009 2010 2011
%, yoy%, yoy
g.Volum Impor Brg Modal g.Pick Up, Truk, Alat Berat, Truk Tanki [baru] (rhs)
Sumber: CEIC, diolah
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
I II III IV I II III IV I II III IV I II III*
2008 209 2010 2011
Rp miliar%, yoy
Total IPO (Rp miliar) ‐ rhs g.kredit inv riil (yoy)
Triwulan III 2011
8
ekspor di Tanjung Priok sedikit melambat menjadi 13% dari sebelumnya
26,8%, terutama untuk komoditas pakaian jadi dan suku cadang aksesori
kendaraan. Berdasarkan negara tujuannya, pengiriman ke Eropa, ASEAN, dan
China melambat. Melambatnya ekspor ke Eropa ditengarai sebagai imbas
belum pastinya penyelesaian utang negara-negara Eropa (lihat boks I). Dilihat
dari porsinya, pasar Eropa terkonsentrasi pada ekspor produk pakaian jadi dan
peralatan listrik.
Dari sisi ekspor jasa, terdapat indikasi peningkatan lama tinggal
wisatawan. Indikator ekspor jasa seperti rata-rata lama menginap tamu asing
mengalami peningkatan. Lama tamu menginap di Jakarta pada triwulan ini
lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu (2,4 hari) menjadi sekitar 2,6 hari.
Dengan demikian tambahan belanja sebagai dampak dari peningkatan masa
inap di Jakarta diperhitungkan sebagai kenaikan ekspor jasa.
Grafik I.13 Perkembangan Pengiriman Barang Ke
Dalam Negeri
Grafik I.14 Pertumbuhan Volume Ekspor Komponen Utama Manufaktur Jakarta
Grafik I. 16 Perkembangan Volume Ekspor Jakarta
Berdasarkan Negara Tujuan
Grafik I.15 Indikator Ekspor Jasa
Impor tumbuh meningkat seiring pulihnya pasokan bahan baku
industri yang berasal dari impor. Impor tercatat tumbuh melambat (17%)
dibandingkan triwulan sebelumnya (15%). Porsi terbesar impor sebenarnya
berbentuk bahan baku untuk industri dengan pangsa lebih dari 80% dari
keseluruhan nilai impor Jakarta. Pasokan yang sempat terbatas pasca bencana
tsunami Jepang telah pulih dan kapasitas produksi industri otomotif telah
mencapai lebih dari 70%. Impor kendaraan bemotor yang melalui Tanjung
Priok terjadi peningkatan sebesar 25,1% dibandingkan triwulan sebelumnya
(-5,3%).
‐30
‐20
‐10
0
10
20
30
40
50
60
I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011
%, yoy
Kereta Api Jawa Angkutan Laut Tanjung Priok
‐100
‐50
0
50
100
150
I II III IV I II III IV I II III*
2009 2010 2011
%, yoy
Besi/baja Pakaian Jadi Mesin dan mekanik Suku cadang & aksesori
‐150
‐100
‐50
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III*
2009 2010 2011
%, yoy Perkembangan Ekspor Negara Tujuan
ASEAN (33.44) C. R.R.C (6.49) g.Ekspor USA (7.74)
ASIA (70.99) AUSTRALIA (2.94) g.Ekspor Eropa (6.01)
Keterangan : Komoditas (porsi)
‐10
‐5
0
5
10
15
20
25
30
2.00
2.50
3.00
3.50
I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011
%, yoyhari
Lama tinggal turis Pertb. Transfer Uang dari Jakarta (rhs)
Triwulan III 2011
9
Grafik I. 17 Perkembangan Volume Impor
Komponen Utama Manufaktur Jakarta
Grafik I. 18 Perkembangan Volume Impor Jakarta
Berdasarkan Broad Economic Categories (BEC)
‐100
‐50
0
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III*
2009 2010 2011
%, yoy
Bahan plastik Suku cadang & aksesori Peralatan listrik
Kendaraan bermotor Kimia Organik Makanan olahan lain
pangsa : 40%
‐60
‐40
‐20
0
20
40
60
80
100
I II III IV I II III IV I II III*
2009 2010 2011
%, yoy
Total Konsumsi Bahan Baku Barang Modal
Triwulan III 2011
10
B. SISI PENAWARAN
Di sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi yang tinggi didukung oleh
meningkatnya kinerja sektor perdagangan dan sektor industri
pengolahan. Dengan peningkatan pada dua sektor tersebut, kinerja ekonomi
triwulan III 2011 mampu menyamai pertumbuhan ekonomi triwulan
sebelumnya. Sektor perdagangan meningkat seiring tingginya permintaan
konsumen saat Ramadhan dan Lebaran. Sektor industri sedikit meningkat
seiring pulihnya pasokan bahan baku impor. Sementara sektor konstruksi dan
sektor keuangan meskipun melambat, namun masih lebih tinggi dari pola
normalnya.
Tabel I.4 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Jakarta (%, yoy)
1. Industri
Pertumbuhan sektor industri pengolahan meningkat mencapai 1,9%
(yoy) seiring dengan pulihnya pasokan komponen impor untuk
industri alat angkutan, kebijakan pemerintah, dan ekspansi beberapa
industri. Pasokan komponen otomotif yang kembali normal di akhir triwulan
II 2011 dan awal triwulan III 2011 lalu berdampak pada kembali normalnya
produksi mobil baru. Diperkirakan industri otomotif akan meningkat triwulan
III 2011 dengan kapasitas produksi yang telah mencapai lebih dari 70%.
Untuk mengantisipasi permintaan saat Lebaran, sebagian besar produsen
melakukan penambahan shift dan lembur. Indikasi pulihnya produksi,
terdeteksi dari pertumbuhan ekspor manufaktur Jakarta yang tumbuh hingga
17,3% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan
negatif. Kebijakan Pemerintah untuk memberikan insentif pajak berupa
pembebasan pembayaran pajak (tax holiday) kepada lima sektor industri yaitu
industri logam dasar, pengilangan minyak bumi dan atau kimia dasar organik
yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam, industri permesinan, industri
Total I* II* III* IV* Total I* II* III*
Pertanian 0.3 0.9 1.6 0.9 3.3 1.7 2.4 1.5 1.3
Pertambangan dan penggalian ‐4.3 ‐8.0 1.5 1.8 10.6 1.5 18.5 12.6 5.7
Industri pengolahan 0.1 3.0 4.8 2.7 4.0 3.6 4.7 1.7 1.9
Listrik gas dan air bersih 4.6 5.1 5.8 6.1 5.5 5.6 4.1 4.7 3.5
Konstruksi 6.2 6.9 7.4 7.4 6.6 7.1 6.7 9.0 8.5
Perdagangan, hotel dan restoran 4.0 6.9 8.0 6.7 7.6 7.3 7.0 7.2 7.9
Pengangkutan dan komunikasi 15.6 15.1 14.7 15.0 14.2 14.8 14.1 14.4 13.4
Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaa 4.0 4.0 4.1 4.5 4.3 4.2 4.9 5.1 4.8
Jasa ‐ jasa 6.5 6.8 6.7 6.5 6.4 6.6 6.3 6.5 7.3
PDRB 5.0 6.2 6.8 6.4 6.6 6.5 6.7 6.7 6.7* angka sementara BPS DKI Jakarta
2011
Indikator
2009 2010
Triwulan III 2011
11
yang menggunakan sumber daya terbarukan, dan industri peralatan
telekomunikasi; dipercaya akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan
investasi di sektor Industri Pengolahan. Perusahaan AC Jepang akan
melakukan ekspansi dengan melakukan persetujuan pembelian 20 Hektar
lahan di Bekasi. Menurut hasil Riset Colliers Internasional, beberapa industri
akan mengalami percepatan, seperti industri makanan, barang konsumen,
obat-obatan, dan logistik. Korea’s POSCO (Pohang Steel and Iron
Corporation) dan Krakatau Steel telah melakukan joint venture untuk
membuka pabrik di Indonesia.
Grafik I. 20 Kredit Sektor Industri Grafik I. 21 Indeks Produksi Industri
Beberapa indikator sektor industri mendukung meningkatnya sektor
Industri Pengolahan. Pertumbuhan riil pembiayaan perbankan untuk sektor
Industri meningkat 17,8% lebih tinggi dibanding triwulan lalu, dengan risiko
kredit yang terkendali. Dari hasil survei Bank Indonesia, beberapa industri
menunjukkan kapasitas terpakai yang meningkat, seperti industri tekstil dan
industri alat angkut/mesin. Indeks produksi industri pada triwulan ini rata-rata
meningkat 5,6% dengan kenaikan tertinggi pada industri kimia.
2. Konstruksi
Sektor konstruksi tetap meningkat tinggi hingga mencapai 8,5% (yoy),
dengan maraknya pembangunan properti dan pembangunan
infrastruktur. Hingga saat ini masih terdapat beberapa proyek properti
komersial yang masih dalam tahap penyelesaian. Properti perkantoran yang
masih dalam tahap penyelesaian di area CBD terdapat dua gedung sementara
di luar CBD terdapat tiga gedung. Commitment level dalam hal penyerapan
pasar properti komersial selama 2011 sekitar 60%, terutama dari perusahaan
asuransi, perdagangan, dan lembaga keuangan. Bahkan dari hasil Survei
Residensial yang dilakukan Bank Indonesia, pembangunan properti untuk
pemukiman meningkat 2 hingga 6 kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Pembangunan infrastruktur di Jakarta selama kurun waktu triwulan III
2011, berupa pembangunan fasilitas olah raga, jalan dan jaringan
energi. Menjelang pelaksanaan SEA Games XXVI yang akan dilangsungkan
‐20
‐15
‐10
‐5
0
5
10
15
20
25
30
0
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV I II III*
2009 2010 2011
%, yoy%
NPL Industri g.kredit Industri Riil (rhs)
‐1
0
1
2
3
4
5
6
7
110
115
120
125
130
135
140
145
150
I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011
%, yoyIndeks
Industrial Production Index (IPI) g.Industrial Production Index(rhs)
Triwulan III 2011
12
November 2011 mendatang, Pemprov DKI Jakarta selaku salah satu tuan
rumah penyelenggara pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara mempercepat
penyelesaian dan perbaikan 20 arena pertandingan yang ada di Jakarta.
Pembangunan jalan non tol Antasari-Blok M sudah mencapai kemajuan 27
persen, sementara Kampung Melayu-Tanah Abang sudah berjalan sekitar
31,5 persen. Sementara untuk memenuhi kebutuhan energi di Jakarta Utara,
saat ini Proyek Kabel Bawah Laut sedang dalam proses penyelesaian, dengan
target kabel instalasi akan selesai akhir 2011 dan awal 2012 masyarakat
Kepulauan Seribu akan menikmati listrik dengan teknologi prabayar. Proyek
Kabel Bawah Laut sepanjang 43 kilometer berawal dari Teluk Naga di Pulau
Untung Jawa melalui Pulau Lancang hingga Pulau Tidung dengan aliran
listriknya berasal dari gardu induk milik PLN di Tanjung Pasir.
3. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Sektor Keuangan tumbuh di atas 4% sebagaimana pola normalnya
ditandai dengan tren transaksi saham, kegiatan intermediasi bank dan
persewaan gedung yang tetap tinggi. Volume dan perputaran transaksi
perdagangan saham meningkat tinggi rata-rata mencapai 50% (yoy) selama
triwulan ini, dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang relatif
terbatas (<2%). Sementara penyaluran kredit bank di Jakarta sejak akhir
2010 hingga kini tetap tumbuh tinggi. Pertumbuhan penyaluran kredit secara
konsisten lebih dari 20% (yoy) bahkan per Agustus 2011 kredit yang
disalurkan tumbuh 24,1% (yoy). Berdasarkan hasil riset lembaga properti9,
peningkatan akumulasi pasokan properti perkantoran sewa diiringi dengan
tingkat hunian yang mencapai 93%, demikian pula tingkat sewa untuk
apartemen rental dan retail, masing-masing mencapai 74% dan 85,7%. Di sisi
lain, tingginya permintaan ini mendorong pemilik meningkatkan biaya sewa
hingga 9,5% dibandingkan tahun lalu.
Grafik I. 22 Perkembangan Transaksi Saham
Grafik I.23 Tingkat Hunian Apartemen dan Kantor
9 Colliers International
‐100
‐50
0
50
100
150
200
I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011
%, yoy
Frekuensi Saham Diperdagangkan Nilai Saham Diperdagangkan
60%
62%
64%
66%
68%
70%
72%
74%
76%
78%
75%
80%
85%
90%
95%
100%
I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011
Occupancy Rate
Office CBD Apartment Rental (rhs)
Triwulan III 2011
13
4. Pengangkutan dan Komunikasi
Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi tetap tumbuh
tinggi pada level 13,4% terutama untuk layanan non-konvensional.
Operator telepon mengalami peningkatan 10 jumlah pelanggan terutama
dengan adanya pelayanan non-konvensional yang berupa mobile data untuk
media information dan hiburan. Bahkan beberapa operator telepon
membukukan peningkatan penggunaan layanan data peningkatan layanan
data sebesar 50% dibandingkan tahun sebelumnya. Demikian pula untuk sisi
transportasi, jumlah pemakai bus trans-Jakarta mencapai 28,71 juta
meningkat 33% (yoy) seiring konsistennya penerapan sterilisasi jalur bus dari
kendaraan lainnya yang meningkatkan animo masyarakat untuk memilih
moda transportasi ini.
Grafik I.24 Perkembangan Telepon Seluler Grafik I.25 Perkembangan Jumlah Penumpang Moda Transportasi
Grafik I.26 Perkembangan Penumpang Bus Trans Jakarta
5. Perdagangan, Hotel dan Restoran
Perkembangan sektor perdagangan, hotel, dan restoran meningkat
terutama didukung oleh tingginya permintaan konsumen di bulan
puasa dan menjelang lebaran sesuai dengan siklus musimannya.
Permintaan konsumen meningkat tercermin dari hasil survey konsumen
dimana indeks pembelian barang tahan lama mengalami peningkatan indeks
dan berada pada level di atas 100 (104,9). Demikian pula, hasil survey
penjualan eceran turut mengkonfirmasi adanya peningkatan penjualan.
Indeks penjualan riil pada tumbuh 33,9% (yoy) dibandingkan akhir triwulan II
2011 (24,6%; yoy). Kenaikan indeks terutama didorong oleh kenaikan
10
‐4
‐2
0
2
4
6
8
10
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011
%%
Sumber : CEIC dan Pers Release
g.Pelanggan Cellular Jabodetabek (yoy) ‐ rhs g.Pelanggan Cellular Jabodetabek (qtq) ‐ rhs
‐50
‐40
‐30
‐20
‐10
0
10
20
30
‐10
‐5
0
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV I II III
2008 2009 2010
%, yoy%, yoy
Kereta Api Jabodetabek Angkutan Udara Soekarno Hatta
Angkutan Laut Tanjung Priok‐rhs
0
5
10
15
20
25
30
35
40
16
18
20
22
24
26
28
30
I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011
%, yoyjuta orang jumlah penumpang
g.jumlah penumpang (rhs)
Sumber : www.transjakarta.co.id, diolah
Triwulan III 2011
14
penjualan kebutuhan pokok (terutama pakaian dan perlengkapannya)
menjelang bulan puasa dan lebaran, serta kelompok peralatan tulis terkait
momen pergantian tahun ajaran baru. Selain kebutuhan pokok, penjualan
mobil bekas menjelang lebaran juga mengalami peningkatan. Pada Agustus
2011, peningkatan penjualan mobil bekas akan mencapai 20% dibandingkan
bulan-bulan biasa. Demikian pula dengan penjualan motor bekas yang
diperkirakan meningkat hingga 50%. Berdasarkan data BPS, tren tingkat
hunian hotel berbintang dan rata-rata tinggal meningkat. Hingga Juni 2011,
tingkat hunian hotel masih berada di atas 55% dengan rata-rata lama
menginap lebih dari 2 hari, terutama berasal dari penyewa domestik.
Transaksi perdagangan selama Jakarta Great Sale (JGS) 2011 mencapai Rp8,7
triliun tumbuh 20,83% dari tahun lalu, bahkan melebihi target
penyelenggara. Demikian pula untuk Pekan Raya Jakarta (PRJ) nilai transaksi
hingga Rp3,7 triliun atau tumbuh 19,35% dari tahun sebelumnya.
Grafik I.27 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis dan Survei Penjualan Eceran
Grafik I.28 Perkembangan Jumlah Wisman
dan Tingkat Hunian
6. Sektor Jasa-Jasa
Sektor jasa-jasa meningkat menjadi sekitar 7,3%. Penyelenggara event hiburan rata-rata mengadakan kegiatan hiburan paska lebaran, yang
terealisasi terutama pada bulan September, antara lain berupa 8 konser musik
dan 2 festival musik. Di sisi lain, jasa-jasa pemerintah, relatif membaik, dengan
tingkat realisasi belanja pemerintah daerah cukup tinggi dibandingkan
periode yang sama tahun 2010. Sementara dari sisi indikator pembiayaan
perbankan, kredit yang disalurkan kepada sektor jasa melambat menjadi
8,8% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang dapat mencapai 31%
(yoy).
Grafik I. 29 Belanja Pemerintah Daerah
Grafik I. 30 Jumlah Penyelenggaraan Hiburan
‐10
0
10
20
30
40
50
‐2
0
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV I II III*
2009 2010 2011
%, yoy%, y‐o‐y
g.Kons Listrik Bisnis (yoy) g.SPE (rhs)
Sumber : PLN dan SPE‐BI, diolah‐20
‐10
0
10
20
30
40
50
60
40
42
44
46
48
50
52
54
56
58
60
I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011
%, yoy%
Hotel Occupancy Rate g.Kunjungan Turis (rhs)
0102030405060708090100
0
5000
10000
15000
20000
25000
I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011
%Rp miliarBelanja Pemerintah Daerah
Total Belanja Daerah Persentase Realisasi (rhs)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
I II III IV I II III
2010 2011
jumlah kegiatan
konser musik festival musik
Triwulan III 2011
15
BAB II INFLASI
Pada akhir triwulan III 2011, tingkat inflasi Jakarta tercatat sebesar 4,61% (yoy), melambat cukup dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,36% (yoy). Faktor utama yang menyebabkan perlambatan inflasi ini seiring terjadinya koreksi harga beberapa komoditas volatile dan cukup stabilnya harga yang diatur oleh pemerintah (administered price). Koreksi komoditas volatile food ditopang oleh pasokan yang stabil dan cukup lancar. Sementara kebijakan pemerintah yang menahan tarif angkutan, air minum, dan biaya kesehatan juga turut andil dalam kestabilan inflasi administered. Di sisi lain, inflasi inti mengalami tekanan, terutama karena peningkatan harga komoditas emas, properti, dan jasa pendidikan.
Pada triwulan III 2011, tekanan inflasi Jakarta melambat cukup dalam
ditopang oleh koreksi harga pangan seiring stabilnya pasokan yang
masih berlanjut. Inflasi Jakarta pada triwulan III 2011 mencapai 4,61% (yoy),
kembali mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 5,36%.Hampir semua kelompok barang dalam keranjang inflasi
mengalami koreksi harga, kecuali pada kelompok pakaian terutama karena
meningkatnya harga emas. Harga emas meningkat signifikan 42,4% (yoy)
seiring komoditas emas yang menjadi safe haven karena dibayangi faktor
ketidakpastian ekonomi global yang mendorong ekspektasi konsumen akan
produk investasi seperti properti dan emas meningkat. Sementara pada
kelompok lainnya, walaupun sempat terjadi sedikit peningkatan harga saat
puasa dan lebaran, namun kembali terkoreksi turun di akhir triwulan ini.
Grafik II.1 Perkembangan Inflasi
Grafik II.2 Disagregasi Inflasi11
11Penghitungandisagregasiinflasitahunan menggunakan pendekatan sub kelompok pengeluaran
1.89
4.61
0
2
4
6
8
10
12
‐1
0
1
2
3
4
5
6
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2008 2009 2010 2011
%, qtq %, yoy
Inflasi Jakarta
QtQ
YOY (rhs)
‐10
‐5
0
5
10
15
20
25
30
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2008 2009 2010 2011
%, yoyIHK Core
Volatile Foods Adm Price
Triwulan III 2011
16
Tabel II.1 Perkembangan Inflasi Jakarta berdasarkan Kelompok Komoditas (yoy)
Harga pangan yang juga termasuk volatile food masih terjadi koreksi
ditopang oleh stabil dan lancarnya pasokan bahan pangan. Tren harga
pangan pada triwulan ini cenderung diwarnai oleh peningkatan harga beras
yang cukup tinggi, namun demikian masih terkompensasi oleh harga sayuran
seperti cabe rawit dan bawang merah yang mengalami koreksi cukup dalam.
Hal ini ditunjang oleh stabil dan kesinambungan pasokan sayuran dan bumbu
ke Pasar Induk Kramat Jati. Kondisi cuaca yang kondusif juga mendorong
minimalnya hambatan distribusi ke jakarta. Pasokan aneka sayur dan bumbu
di Pasar Induk Kramat Jati seperti cabe merah dan bawang merah relatif stabil
dibanding triwulan sebelumnya. Pasokan sayur ke Pasar Induk Kramat Jati
pada triwulan III 2011 mencapai 103.301 ton juga stabil dibandingkan
triwulan sebelumnya (109.703 ton). Membaiknya kondisi pasokan ini pada
gilirannya menyebabkan harga-harga bahan pangan, terutama cabe dan
bawang merah, masih mengalami koreksi. Sementara itu, pasokan beras di
Pasar Induk Beras Cipinang mulai mengalami penurunan karena masa panen
padi yang sudah berakhir di awal triwulan laporan.Selama triwulan III 2011,
pasokan beras yang masuk ke Pasar Induk Beras Cipinang mencapai 195.576
ton, cukup tinggi dibanding triwulan sebelumnya (198.824 ton). Namun
demikian, pada triwulan ini porsi beras yang dikirim ke luar pulau mengalami
peningkatan, terutama untuk tujuan ke Sumatera ditengarai disebabkan oleh
kekeringan yang menyebabkan berkurangnya pasokan lokal. Disisi lain,
pelaksanaan operasi pasar beras menjelang/selama Ramadhan membantu
menjaga kestabilan harga beras untuk sementara. Demikian pula pelaksanaan
pasar rakyat cukup berpengaruh terhadap penurunan harga sementara
komoditas gula dan minyak goreng sehingga pola musiman inflasi tinggi pada
saat menjelang Lebaran dapat ditekan. Hal ini merupakan salah satu bentuk
nyata dari koordinasi yang baik di Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)
Jakarta dalam mengantisipasi bulan Ramadhan dan Lebaran.
qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy
IHK 0.92 3.43 1.21 4.52 2.63 5.44 1.32 6.21 0.68 5.95 0.64 5.36 1.89 4.61
Bahan Makanan 2.43 6.43 3.84 11.54 5.86 11.74 1.95 14.80 ‐0.10 11.96 ‐0.05 7.77 3.64 5.51
Makanan jadi 4.29 10.66 1.24 11.12 2.20 11.01 0.91 8.89 1.21 5.67 0.84 5.25 0.98 3.99
Perumahan 0.29 0.66 0.08 0.55 2.14 2.61 0.86 3.41 0.92 4.05 0.42 4.40 0.49 2.71
Pakaian ‐2.68 ‐1.43 2.52 2.76 ‐0.79 1.50 6.71 5.61 0.28 8.83 3.01 9.36 4.17 14.83
Kesehatan 0.16 3.99 0.12 1.15 0.66 1.42 0.28 1.23 1.31 2.39 1.27 3.58 0.48 3.39
Pendidikan 0.00 1.96 0.01 2.06 1.35 1.42 0.04 1.40 0.88 2.30 0.22 2.51 2.57 3.74
Transportasi 0.15 2.09 0.70 1.91 3.92 4.48 ‐0.23 4.56 0.51 4.94 0.18 4.41 1.95 2.43
Kelompok Barang
Inflasi Jakarta2011
III III IIV II III2010
Triwulan III 2011
17
Grafik II.3 Perkembangan Pasokan dan Harga
Beras
Grafik II.4 Perkembangan Pasokan dan Harga
Bawang Merah
Grafik II.5 Perkembangan Pasokan dan Harga
Cabe
Grafik II.6 Perkembangan Harga Aneka Daging
Inflasi administered price Jakarta pada triwulan III 2011 tekanannya
relatif melemah. Harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi 12 masih
ditetapkan tidak berubah sejak akhir 2008. Si samping itu, harga tarif kereta
dalam kota mengalami penurunan sekitar 22% pada awal triwulan III 2011.
Kestabilan inflasi administered juga turut ditunjang oleh tidak adanya
kenaikan tarif angkutan dalam kota, tarif air minum, dan biaya kesehatan. Di
sisi lain, harga minyak global masih berada dalam tren yang melambat sejak
akhir triwulan II 2011 dan belum diikuti penyesuaian harga BBM non-subsidi.
Pada triwulan laporan tercatat harga Pertamax, Pertamax Plus, dan Pertamax
Dex masih mengalami kenaikan yang cukup signifikan masing-masing sebesar
40,7% (yoy); 34,3% (yoy); dan 27,4%(yoy) (Tabel II.2).
Tabel II.2 Harga BBM di Jakarta
Secara fundamental, tekanan inflasi inti masih mengalami
peningkatan pada triwulan III 2011. Peningkatan inflasi inti dipengaruhi
oleh ekspektasi dan peningkatan permintaan masyarakat akan barang/jasa
tertentu dalam kelompok inflasi inti. Ekspektasi masyarakat (3 hingga 6 bulan 12 Konsumsi BBM subsidi hampir mencapai 60%.
5,000
5,500
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
100,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2009 2010 2011
Rp/kgton/bulan
Pasokan Beras Harga rata‐rata Eceran Beras (rhs) Harga rata‐rata Grosir Beras (rhs)
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
‐
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2009 2010 2011
Rp/kgton/bulan
Pasokan Bawang Merah Harga Grosir Bawang Merah (rhs)
Harga Eceran Bawang Merah (rhs)
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
50,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2009 2010 2011
Rp/kgton/bulan
Pasokan Cabe TW Harga Grosir Cabe TW (rhs)
Harga Eceran Cabe TW (rhs)
‐
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
5000
10000
15000
20000
25000
30000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2009 2010 2011
Rp/kgRp/kg
Ayam Boiler/Potong Telur ayam ras Daging Sapi Murni (rhs)
Sumber : Tim Ketahanan Pangan Jakarta
Tw I 10 Tw II 10 Tw III 10 Tw IV 10 Tw I 11 Tw II 11 Tw III 11 Tw I 11 Tw II 11 Tw III 11 Tw I 11 Tw II 11 Tw III 11
Minyak Solar 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Premium 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Minyak Tanah 5,681 5,681 5,681 5,681 5,681 5,681 5,681 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Pertamax Plus 7,300 6,700 6,700 7,450 9,150 8,850 9,000 22.8 ‐3.3 1.7 25.3 32.1 34.3
Pertamax 6,750 6,250 6,150 7,050 8,700 8,400 8,650 23.4 ‐3.4 3.0 28.9 34.4 40.7
Pertamax Dex 7,400 7,100 7,300 7,850 10,350 9,350 9,300 31.8 ‐9.7 ‐0.5 39.9 31.7 27.4
Sumber : Pertamina, diolah
Jenis Perubahan QtQ (%) Perubahan YoY (%)Harga (Rp)
Triwulan III 2011
18
ke depan) terhadap kenaikan harga pada akhir triwulan ini akan kembali
meningkat, didorong kondisi ekonomi Indonesia yang lebih baik dibandingkan
kondisi ekonomi global. Selanjutnya komoditi yang memiliki nilai yang relatif
stabil atau meningkat dalam jangka panjang, permintaannya cenderung terus
meningkat, seperti komoditas emas dan properti. Harga emas domestik
hingga akhir triwulan III 2011 harganya mencapai Rp515.000 meningkat
sekitar 42,4% secara tahunan. Sementara komoditas yang terkait properti,
seperti barang konstruksi dan sewa/kontrak rumah meningkat sebagaimana
terlihat dari tarif kontrak dan sewa rumah sewa properti retail, apartemen,
dan kantor yang terus meningkat sejak pertengahan 2010. Di sisi lain, jasa
pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi
mengalami peningkatan signifikan rata-rata sebesar 9,3% (qtq). Demikian
pula kebutuhan yang terkait jasa pendidikan seperti alat tulis juga meningkat
sekitar 3,4% (qtq).
Grafik II.7Ekspektasi Harga Grafik II.8Perkembangan Tarif Sewa Retail
Grafik II.9Perkembangan Tarif Sewa Apartemen
Grafik II.10Perkembangan Tarif Sewa Kantor
100
120
140
160
180
200
220
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2009 2010 2011
Indeks
Ekspektasi Perubahan harga umum
Konsumen Perubahan harga umum 3 bulan yad
Konsumen Perubahan harga umum 6 bulan yad
80%
81%
82%
83%
84%
85%
86%
87%
340,000
342,000
344,000
346,000
348,000
350,000
352,000
I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011
Rp / m2 / bulan Properti Retail
average rental rate tingkat hunian (rhs)
64%
66%
68%
70%
72%
74%
76%
78%
13
13.1
13.2
13.3
13.4
13.5
13.6
13.7
13.8
13.9
I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011
Rp juta / m2 Properti Apartemen Sewa
average rental rate tingkat hunian (rhs)
84%
85%
86%
87%
88%
89%
90%
91%
92%
93%
94%
90,000
95,000
100,000
105,000
110,000
115,000
I II III IV I II III IV I II III
2009 2010 2011
Rp / m2 /bulan Ruang Kantor Sewa
average rental rates in the CBD tingkat hunian (rhs)
Triwulan III 2011
19
BAB III PERBANKAN13 DAN SISTEM PEMBAYARAN
Peningkatan kinerja perbankan Jakarta pada triwulan III 2011 selaras dengan stabilnya kondisi perekonomian. Pertumbuhan kredit masih berada dalam tren yang meningkat (24,1%; yoy), begitu pula dengan pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang masih berada dalam level tinggi meskipun sedikit mengalami perlambatan (16,7%, yoy). Dengan perkembangan kredit yang meningkat lebih tinggi dibandingkan DPK, indikator LDR (Loan to Deposit Ratio) mencapai 81,0%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 78,5%. Sementara itu, perkembangan risiko kredit perbankan Jakarta relatif masih terkendali.
Perkembangan sistem pembayaran di Jakarta meningkat dan tetap mampu menopang tingginya aktivitas ekonomi Jakarta. Transaksi pembayaran non tunai melalui sarana kliring tercatat rata-rata sebesar Rp4,22 triliun per hari, atau tumbuh 12,9% (yoy). Demikian pula, transaksi pembayaran non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS) meningkat 9,5% (yoy) menjadi sebesar Rp92,2 triliun per hari. Sesuai dengan pola historis saat masa Lebaran, terjadi peningkatan outflow seiring dengan meningkatnya kebutuhan uang cash.
A. PERBANKAN
1. Intermediasi Perbankan
Secara umum, kegiatan intermediasi perbankan Jakarta pada triwulan
III 2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya.
Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) meningkat sebesar 16,7% (yoy),
dibandingkan triwulan sebelumnya (15,4%; yoy). Pertumbuhan kredit, baik
berdasarkan lokasi bank maupun berdasarkan lokasi proyek juga mengalami
pertumbuhan sebesar 24,1% (yoy), namun kredit MKM mengalami
penurunan yang cukup signifikan mencapai 2,5% (yoy) setelah sebelumnya
mengalami pertumbuhan mencapai 10,3% (yoy). Dengan pertumbuhan kredit
yang masih lebih tinggi dari DPK, LDR (berdasarkan lokasi bank) mampu
mencapai rasio 81,0%, yang merupakan tingkat LDR tertinggi sejak 2009.
13 Data yang disajikan dan dianalisis adalah data yang didasarkan pada kegiatan kantor bank yang berlokasi di wilayah Jakarta, bukan data menurut kriteria
lokasi proyek. Sumber data berasal dari Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan.
Triwulan III 2011
20
Tabel III.1 Beberapa Indikator Perbankan Jakarta
Grafik III.1 LDR Kredit Lokasi Bank Grafik III.2 Perkembangan Komponen DPK Dibanding dengan Lokasi Proyek
2. Penghimpunan Dana Masyarakat
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) oleh perbankan Jakarta
mengalami pertumbuhan yang sedikit melambat pada triwulan III 2011
(hingga Agustus 2011). Secara tahunan, penghimpunan DPK mencatat
pertumbuhan sebesar 16,7% lebih rendah dibandingkan posisi akhir triwulan
II 2011 (18,7%; yoy). Sumber perlambatan terbesar adalah simpanan dalam
bentuk giro yang hanya tumbuh 7,9% (yoy) setelah pada periode sebelumnya
tumbuh tinggi mencapai 21,0% (yoy). Perlambatan antara lain disebabkan
oleh pencairan giro yang dilakukan pemerintah daerah terkait dengan realisasi
anggaran yang biasanya lebih tinggi pada semester II dibandingkan semester
I. Sementara itu, simpanan dalam bentuk tabungan dan deposito masih
mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi masing-masing sebesar 20,9%
(yoy) dan 19,7% (yoy).
3. Penyaluran Kredit
Pertumbuhan penyaluran kredit perbankan Jakarta masih berada
dalam tren yang meningkat pada triwulan III 2011. Total penyaluran
kredit hingga Agustus 2011 tercatat mencapai Rp997,78 triliun atau
mengalami pertumbuhan sebesar 24,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 22,0% (yoy). Pertumbuhan ini
terutama didorong oleh pertumbuhan kredit konsumsi yang mengalami
peningkatan pertumbuhan signifikan mencapai 21,9% (yoy) dibandingkan
I II III IV I II III*
DPK Rp Miliar 994,087.8 1,012,718.1 1,075,943.1 1,197,604.1 1,180,064.0 1,202,543.8 1,230,556.6
Pertumbuhan (%, yoy) 12.9 12.6 16.8 20.3 18.8 15.4 16.7
Kredit Lokasi Bank Rp Miliar 705,214.5 749,394.8 812,001.2 864,129.6 860,517.0 943,999.9 996,777.9
Pertumbuhan (%, yoy) 6.0 12.4 20.8 21.7 19.2 20.6 24.1
Kredit Lokasi Proyek Rp Miliar 524,875.2 564,256.8 595,096.7 697,876.8 646,978.2 704,321.3 733,052.3
Pertumbuhan (%, yoy) 10.3 18.4 20.8 34.1 20.7 19.3 24.1
Kredit UMKM Rp Miliar 185,750.0 191,264.3 205,189.0 266,146.4 200,515.6 210,988.2 215,897.2
Pertumbuhan (%, yoy) 38.8 33.4 38.4 70.7 7.9 10.3 2.5
LDR Lokasi Bank (%) 70.9 74.0 75.5 72.2 72.9 78.5 81.0
LDR Lokasi Proyek (%) 52.8 55.7 55.3 58.3 54.8 58.6 59.6
NPL (%) 3.8 3.3 3.0 2.9 2.8 2.6 2.6
*) s.d. Agustus 2011
2010 2011Uraian Satuan
65
70
75
80
50
55
60
65
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8
2009 2010 2011
%%
Kredit Lokasi Proyek
Kredit Lokasi Bank (rhs)
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8
2009 2010 2011
%, yoyTOTAL Giro Tabungan Deposito
Triwulan III 2011
21
triwulan II 2011 yang hanya tumbuh sebesar 15,08% (yoy). Sementara
pertumbuhan kredit investasi dan kredit modal kerja mengalami perlambatan,
meskipun masih berada dalam level pertumbuhan yang cukup tinggi, masing-
masing sebesar 23,23% (yoy) dan 21,86% (yoy). Meningkatnya kebutuhan
masyakarakat menjelang perayaan hari raya keagamaan diindikasikan menjadi
pendorong tingginya peningkatan penyaluran kredit konsumsi. Dari sisi
sektoral, pangsa kredit sektor industri, jasa dunia usaha, dan perdagangan
masih mendominasi struktur penyaluran kredit dan berada dalam tren
pertumbuhan yang meningkat. Bahkan pada triwulan laporan, pertumbuhan
kredit sektor industri mencapai pertumbuhan tertinggi sejak 2009, yaitu
sebesar 19,9% (yoy). Membaiknya kinerja sektor industri diyakini menjadi
salah satu pendorong pertumbuhan kredit di sektor ini. Sementara itu,
pertumbuhan kredit sektor perdagangan mengalami perlambatan menjadi
20,0% (yoy) setelah pada triwulan II 2011 tumbuh sebesar 27,6% (yoy).
Tabel III.2 Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektoral
I II III IV I II III*Kredit Industri Level Rp Miliar 133,081.0 140,487.6 142,367.1 148,076.9 149,060.0 162,366.9 177,274.8 Pertumbuhan (%, y‐o‐y) (17.6) (3.0) 5.2 6.1 12.0 15.6 19.9 Pertumbuhan (%, q‐t‐q) (4.6) 5.6 1.3 4.0 0.7 8.9 11.6 Pangsa (%) 18.9 18.7 17.5 17.1 17.0 17.2 17.8 Kredit Lain‐Lain Level Rp Miliar 186,228.1 192,107.3 198,801.5 211,481.9 217,105.0 232,836.1 234,838.4 Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 38.0 34.2 31.6 31.0 16.6 21.2 18.6 Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 15.3 3.2 3.5 6.4 2.7 7.2 4.9 Pangsa (%) 26.4 25.6 24.5 24.5 24.8 24.7 23.6 Kredit Jasa DU Level Rp Miliar 100,545.9 109,586.0 123,458.3 136,664.8 141,614.0 152,396.1 160,822.9 Pertumbuhan (%, y‐o‐y) (5.9) 5.2 16.6 24.6 40.8 39.1 40.8 Pertumbuhan (%, q‐t‐q) (8.3) 9.0 12.7 10.7 3.6 7.6 6.8 Pangsa (%) 14.3 14.6 15.2 15.8 16.2 16.1 16.1 Kredit Perdagangan Level Rp Miliar 89,530.8 99,129.3 112,963.6 125,553.0 115,303.0 126,487.1 131,816.8 Pertumbuhan (%, y‐o‐y) (4.4) (0.7) 16.3 21.5 28.8 27.6 20.0 Pertumbuhan (%, q‐t‐q) (13.4) 10.7 14.0 11.1 (8.2) 9.7 8.8 Pangsa (%) 12.7 13.2 13.9 14.5 13.2 13.4 13.2 Kredit Pengangkutan Level Rp Miliar 57,015.5 57,480.6 53,962.5 53,125.5 55,717.0 60,010.5 61,817.5 Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 16.2 17.3 (2.9) (5.6) (2.3) 4.4 13.8 Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 1.3 0.8 (6.1) (1.6) 4.9 7.7 9.9 Pangsa (%) 8.1 7.7 6.6 6.1 6.4 6.4 6.2 Kredit Konstruksi Level Rp Miliar 31,329.7 34,256.8 35,979.4 34,762.9 36,259.0 36,392.5 36,993.3 Pertumbuhan (%, y‐o‐y) (10.8) (3.7) 1.6 (5.1) 15.7 6.2 4.1 Pertumbuhan (%, q‐t‐q) (14.5) 9.3 5.0 (3.4) 4.3 0.4 7.1 Pangsa (%) 4.4 4.6 4.4 4.0 4.1 3.9 3.7 Kredit Pertanian Level Rp Miliar 32,043.6 37,527.3 44,196.2 46,716.9 45,620.0 48,074.0 48,537.7 Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 0.2 (0.7) 30.5 37.3 42.4 28.1 10.2 Pertumbuhan (%, q‐t‐q) (5.8) 17.1 17.1 5.7 (2.3) 5.4 0.5 Pangsa (%) 4.5 5.0 5.4 5.4 5.2 5.1 4.9 Kredit Pertambangan Level Rp Miliar 38,598.9 42,856.7 49,070.7 54,992.9 58,523.0 61,991.7 65,876.9 Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 50.6 78.4 69.9 44.4 51.6 44.6 36.3 Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 1.3 11.0 14.5 12.1 6.4 5.9 4.1 Pangsa (%) 5.5 5.7 6.0 6.4 6.7 6.6 6.6 Kredit Listrik, Air, Gas Level Rp Miliar 22,559.3 23,464.7 26,641.2 31,274.2 31,098.0 37,593.1 50,955.9 Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 22.8 15.6 22.4 40.4 37.8 60.2 129.5 Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 1.3 4.0 13.5 17.4 (0.6) 20.9 61.9 Pangsa (%) 3.2 3.1 3.3 3.6 3.6 4.0 5.1 *) s.d. Agustus 2011
2010 2011Uraian Satuan
Triwulan III 2011
22
Tabel III.3 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Usaha
4. Risiko Kredit Perbankan
Stabilnya kondisi perekonomian mendukung terjaganya risiko kredit
perbankan pada level amannya. Rasio NPL kredit perbankan pada triwulan
laporan (Agustus 2011) tercatat mencapai 2,55%, stabil dibandingkan
triwulan II 2011 yang berada pada level 2,56%. Secara sektoral, rasio NPL
beberapa sektor yang memiliki profil risiko yang cukup tinggi juga masih
berada di bawah level 5%.
Grafik III.3 NPLs Jenis Penggunaan
Grafik III.4 NPLs Sektor Ekonomi Utama
5. Kredit UMKM (Lokasi Proyek)
Kondisi pertumbuhan penyaluran kredit Mikro, Kecil, dan Menengah
(MKM14) pada triwulan III 2011 kembali mengalami pertumbuhan yang
melambat. Penyaluran kredit perbankan yang menguat pada triwulan
laporan tidak tercermin pada pertumbuhan kredit MKM perbankan Jakarta.
Berdasarkan data penyaluran kredit MKM terakhir hingga Agustus 2011,
kredit MKM pada triwulan III 2011 hanya tumbuh sebesar 2,1% (yoy), jauh
melambat dibandingkan triwulan II 2011 yang mencapai 10,3% (yoy). Secara
umum, tingkat pertumbuhan MKM pada 2011 jauh lebih rendah
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh adanya
kebijakan penerapan LBU 2008 di awal 2010 yang menyebabkan perbedaan 14 Termasuk kredit MKM oleh BPR, BPRS dan Bank Syariah namun tidak termasuk kartu kredit
I II III IV I II III*Kredit Modal Kerja Level Rp Miliar 341,011.5 373,402.2 420,576.9 454,032.9 437,959.0 478,042.5 511,866.0 Pertumbuhan (%, y‐o‐y) (5.1) 7.0 23.5 27.6 28.4 28.0 23.2 Pertumbuhan (%, q‐t‐q) (13.3) 9.5 12.6 8.0 0.4 9.2 10.9 Pangsa (%) 48.4 49.8 51.8 52.5 50.1 50.6 51.4 Kredit Investasi Level Rp Miliar 185,765.8 191,819.3 209,307.4 219,272.0 236,439.0 254,016.4 265,313.3 Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 8.6 9.7 15.8 13.8 27.3 32.4 27.9 Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 19.3 3.3 9.1 4.8 7.8 7.4 8.0 Pangsa (%) 26.3 25.6 25.8 25.4 27.0 26.9 26.6 Kredit Konsumsi Level Rp Miliar 178,437.3 184,173.3 182,116.8 190,824.7 199,886.0 211,940.9 219,598.4 Pertumbuhan (%, y‐o‐y) 32.3 28.7 20.6 18.2 12.0 15.1 21.9 Pertumbuhan (%, q‐t‐q) 48.3 3.2 (1.1) 4.8 4.7 6.0 6.3 Pangsa (%) 25.3 24.6 22.4 22.1 22.9 22.5 22.0 *) s.d. Agustus 2011
2010 2011Uraian Satuan
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2009 2010 2011
%
Konsumsi Modal Kerja Investasi
Batas NPL
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2009 2010 2011
%
KonstruksiAngkutan, Gudang, dan KomunikasiIndustri PengolahanPerdagangan, Restoran, dan Hotel
Batas NPL
Triwulan III 2011
23
perhitungan kredit MKM. Secara nominal, Jakarta masih mendominasi
penyaluran kredit MKM dibandingkan provinsi lain dengan pangsa 20,1%
atau sebesar Rp215,90 triliun disusul oleh Jawa Barat dan Jawa Timur.
Tabel III.4 Perkembangan Kredit UMKM
B. SISTEM PEMBAYARAN
1. Transaksi RTGS
Pada triwulan III 2011, rata-rata volume maupun nilai transaksi dengan
menggunakan sarana RTGS mengalami peningkatan dibandingkan
periode sebelumnya. Nilai transaksi RTGS mencapai Rp92,2 triliun per hari
atau sebanyak 24.770 transaksi per hari, lebih tinggi dibandingkan volume
dan nilai triwulan sebelumnya yang masing-masing mencapai Rp84,2 triliun
dengan 22.113 transaksi per hari. Penggunaan RTGS masih mendominasi
pembayaran non-tunai yang nilai nominalnya mencapai lebih dari 95% dari
total nilai transaksi non-tunai, karena mampu melayani transaksi keuangan
bernilai besar dan bersifat mendesak antara lain seperti transaksi di Pasar
Uang Antar Bank (PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah,
transaksi valuta asing (valas). Tingginya aktivitas keuangan tersebut tercermin
dari penggunaa RTGS yang banyak dilakukan untuk bertransaksi dari luar
Jakarta ke Jakarta dan dari Jakarta ke luar Jakarta.
Tabel IV.1 Transaksi RTGS Harian
2. Transaksi Kliring
Pada triwulan III 2011, rata-rata transaksi harian melalui kliring
mengalami peningkatan baik dari segi jumlah transaksi dan nominal
transaksinya. Rata-rata harian jumlah transaksi kliring meningkat menjadi
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III* Pangsa (%)Pertumbuhan
(%, yoy)
Jawa Barat 116,266 127,201 131,181 129,981 144,889 154,421 161,619 15.01 25.40Banten 33,313 36,084 38,846 43,277 43,386 44,219 47,079 4.37 23.34DKI Jakarta 185,750 191,264 205,189 266,146 200,516 210,988 215,897 20.06 2.13Jawa Timur 65,774 70,561 72,773 68,762 109,624 116,309 119,717 11.12 27.07Sumatera Utara 40,568 42,712 44,728 43,171 49,239 52,518 54,620 5.07 28.05Sulawesi Selatan 27,705 29,706 30,749 29,859 24,526 38,216 39,823 3.70 25.47*) sampai dengan Agustus 2011
Wilayah
2010 2011
I II III IV I II III IV I II III
RTGS (Rp Miliar) 59,093 72,102 66,591 61,165 68,005 82,549 75,885 87,490 87,962 84,200 92,211
Dari Jakarta 35,302 42,783 38,780 35,914 41,107 48,456 44,553 50,073 52,455 49,876 53,513
ke Jakarta(f‐t) 11,985 15,320 12,876 11,529 12,923 16,037 14,210 16,866 16,412 16,158 16,759
ke Luar Jakarta(f) 23,316 27,463 25,904 24,385 28,185 32,419 30,343 33,207 36,043 33,718 36,753
Ke Jakarta 23,791 29,320 27,811 25,251 26,898 34,093 31,332 37,418 35,507 34,324 38,698
dari Luar Jakarta(t) 23,791 29,320 27,811 25,251 26,898 34,093 31,332 37,418 35,507 34,324 38,698
RTGS (Volume) 18,947 20,396 20,652 21,878 21,621 22,247 22,687 23,474 23,801 22,113 24,770
Dari Jakarta 10,606 11,502 11,519 12,678 12,876 13,613 14,099 14,718 14,764 13,721 15,488
ke Jakarta(f‐t) 3,215 3,470 3,046 3,594 3,532 3,553 3,531 3,527 3,279 3,059 3,452
ke Luar Jakarta(f) 7,391 8,032 8,473 9,084 9,344 10,059 10,569 11,192 11,485 10,662 12,037
Ke Jakarta 8,341 8,895 9,133 9,200 8,745 8,635 8,588 8,756 9,037 8,393 9,281
dari Luar Jakarta(t) 8,341 8,895 9,133 9,200 8,745 8,635 8,588 8,756 9,037 8,393 9,281
201120102009
Triwulan III 2011
24
270.321 warkat dibandingkan triwulan sebelumnya (258.223 warkat). Rata-
rata harian nilai nominal transaksi kliring di triwulan laporan Rp4.225 miliar,
meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Rp4.098 miliar).
Meningkatnya aktivitas perekonomian masyarakat menjelang perayaan hari
besar keagamaan sesuai dengan faktor musimannya diindikasikan menjadi
salah satu faktor penyebab meningkatnya transaksi kliring.
Tabel IV.2 Rata-rata Harian Transaksi Kliring
3. Transaksi Tunai
Sesuai dengan pola historisnya, terjadi peningkatan outflow seiring
dengan meningkatnya kebutuhan uang cash menjelang perayaan hari
besar keagamaan pada triwulan III 2011. Net outflow pada triwulan
laporan tercatat mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp13,78 triliun dari
periode sebelumnya yang mencapai Rp12,92 triliun. Kebutuhan uang
terutama untuk pecahan dengan nilai Rp20.000 ke bawah masih
mendominasi, khususnya terkait dengan masa Lebaran. Sementara itu tingkat
temuan uang palsu di Jakarta (kantor pusat) sedikit mengalami peningkatan
pada triwulan III 2011 (hingga Agustus 2011) menjadi 27,5% dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai 24,6%.
Grafik IV.1 Rata-rata Harian Arus Uang Tunai
BI Jakarta
Grafik IV.2 Persentase Temuan Uang Palsu Per Wilayah Kerja Kantor Pusat dan Luar KP
VolumeNominal
(miliar rupiah)
I 190,947 2,994
II 186,924 2,511
III 215,340 3,295
IV 217,888 3,511
I 213,993 3,415
II 229,304 3,604
III 241,849 3,743
IV 256,895 3,954
I 249,729 3,866
II 258,233 4,098
III 270,321 4,225
2010
2011
2009
Triwulan
(25000)
(20000)
(15000)
(10000)
(5000)
0
5000
10000
15000
(1,000)
1,000
3,000
5,000
7,000
9,000
11,000
13,000
15,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2009 2010 2011
Rp miliar
INFLOW OUTFLOW NET FLOW
0%
20%
40%
60%
80%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8
2009 2010 2011
KPBI Di Luar KPBI
Triwulan III 2011
25
BAB IV
KEUANGAN PEMERINTAH
Pada triwulan III 2011 terjadi kenaikan yang signifikan pada persentase penyerapan anggaran APBD Jakarta. Dari total anggaran perubahan APBD sebesar Rp30,92 triliun, sekitar 43,3% telah direalisasikan atau sebesar Rp13,38 triliun. Namun persentase realisasi anggaran terbesar ada pada belanja pegawai, belanja barang dan jasa. Untuk belanja modal yang dialokasikan sebesar Rp9,7triliun, hingga akhir triwulan III realisasinya hanya sekitar 16% atau sebesar Rp1,55triliun.
Dari sisi pendapatan, realisasi penerimaan APBD pada triwulan III mengalami sedikit penurunan dalam pecapaiannya. Realisasi penerimaan APBD secara nominal sebesar Rp19,4triliun atau sekitar 72,3% dari total target pendapatan pemerintah provinsi Jakarta. Pencapaian dari pendapatan asli daerah yang meliputi pajak, restribusi dan laba perusahaan daerah di triwulan III 2011 hampir sama dengan pencapaian di triwulan yang sama di 2010. Transfer dari dana perimbangan mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan III 2010. Dari total plafond anggaran dana perimbangan sebesar Rp8,66triliun yang sebagian besar dari hasil pajak, hampir 70,4% telah ditransfer ke APBD.
Grafik IV.1 Proporsi Belanja APBD Jakarta Grafik IV.2 Proporsi Pendapatan Jakarta
A. REALISASI BELANJA APBD TRIWULAN III 2011
Realisasi belanja APBD di triwulan III 2011 sekitar 3,2% lebih besar
dibandingkan realisasi belanja di triwulan yang sama pada tahun
2010. Pada triwulan III 2011 dari total anggaran perubahan APBD sebesar
Rp30.92 triliun, sekitar 43,3% telah direalisasikan atau sebesar Rp13,38
triliun. Anggaran belanja APBD Jakarta sendiri mengalami revisi pada triwulan
III dengan kenaikan sebesar Rp3,05triliun atau setara dengan 10,93% dari
rencana anggaran semula. Belanja tidak langsung yang meliputi belanja
pegawai, belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial dan keuangan
memiliki tingkat realisasi yang cukup tinggi sebesar 63,8%. Belanja pegawai
Triwulan III 2011
26
yang termasuk dalam belanja langsung telah diserap sebesar 65% atau
sebesar Rp855,3miliar. Belanja barang dan jasasebesar Rp4,43triliun telah
direalisasikan yang setara dengan 45,9%dari total anggaran. Untuk belanja
modal yang dialokasikan sebesar Rp9,7triliun, hingga akhir triwulan III
realisasinya hanya sekitar 16% atau sebesar Rp1,55triliun. Namun demikian
realisasi dari belanja modal di triwulan yang sama di tahun 2011 jauh lebih
baik dibandingkan di tahun 2010 yang hanya mencapai 10,4%. Hal ini tidak
terlepas dari upaya peningkatan penyerapan anggaran yang diprioritaskan
untuk pembangunan seperti perbaikan infrastruktur atau pelayanan publik
lainnya. Anggaran untuk belanja modal sendiri mengalami kenaikan yang
cukup signifikan sebesar hampir 2% di tahun 2011 dibandingkan tahun
2010.
Tabel IV.1 Realisasi APBD Jakarta Hingga Triwulan III 2011
Uraian (Rp Miliar)Anggaran Perubahan
2010
Realisasi Tw III‐2010
% Anggaran Perubahan
2011
Realisasi Tw III‐2011
%
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah 12,315.4 9,421.8 76.5 16,280.1 12,508.8 76.8
Pajak Daerah 10,083.0 7,971.2 79.1 13,965.0 10,734.0 76.9
Retribusi Daerah 407.9 295.0 72.3 456.2 471.5 103.3
Laba Perusahaan Milik Daerah 212.8 199.5 93.8 243.7 247.5 101.6
Lain‐Lain Pendapatan 1,611.6 956.0 59.3 1,615.2 1,055.8 65.4
Dana Perimbangan 10,006.1 7,138.4 71.3 8,658.4 6,097.9 70.4
Lain‐Lain Penerimaan Yang Sah 641.9 261.0 40.7 1,907.1 794.8 41.7
Total Pendapatan Daerah 22,963.4 16,821.1 73.3 26,845.7 19,401.5 72.3
BELANJA
Belanja Tidak Langsung 8,678.4 5,149.1 59.3 10,244.6 6,535.5 63.8
Belanja Pegawai 8,084.6 4,830.4 59.7 9,242.9 5,952.6 64.4
Belanja Bunga 9.9 7.4 74.6 4.4 4.4 100.0
Belanja Hibah 433.4 294.7 68.0 882.6 560.2 63.5
Belanja Bantuan Sosial 47.0 16.5 35.2 58.3 18.3 31.4
Belanja Bantuan Keuangan 1.4 ‐ ‐ 1.4 ‐ ‐
Belanja Tidak Terduga 1.4 ‐ ‐ 55.1 ‐ ‐
Belanja Langsung 17,551.7 5,377.5 30.6 20,677.8 6,842.0 33.1
Belanja Pegawai 1,383.0 791.6 57.2 1,315.0 855.3 65.0
Belanja Barang Dan Jasa 8,536.7 3,788.7 44.4 9,655.5 4,433.1 45.9
Belanja Modal 7,632.1 797.1 10.4 9,707.2 1,553.6 16.0
Total Belanja Daerah 26,230.2 10,526.5 40.1 30,922.4 13,377.5 43.3 Sumber : Badan Pengelola Keuangan Daerah DKI Jakarta (data sementara)
Triwulan III 2011
27
B. REALISASI PENDAPATAN APBD TRIWULAN III 2011
Target realisasi pendapatan daerah di triwulan III 2011 mengalami
sedikit penurunan dibandingkan periode yang sama di tahun 2010.
Realisasi penerimaan APBD secara nominal sebesar Rp19,4triliun atau sekitar
72,3% dari total target pendapatan pemerintah provinsi Jakarta. Pencapaian
dari pendapatan asli daerah di triwulan III 2011 hampir sama dengan
pencapaian di triwulan yang sama di 2010 walaupun realisasi penerimaan dari
pajak daerah mengalami penurunan sebesar 2,2% dibandingkan dengan
triwulan III di tahun 2010. Penurunan penerimaan pajak daerah ini
dikompensasi dengan pencapaian restribusi dan laba dari perusahaan milik
daerah yang telah melewati target yang dianggarkan di APBD. Hal ini
memberikan indikasi bahwa kinerja badan usaha milik daerah lebih baik
daripada tahun sebelumnya yang didukung oleh peningkatan pendapatan.
Realisasi dari dana transfer mengalami sedikit penurunan dibandingkan
triwulan III 2010. Dari total plafond anggaran dana perimbangan sebesar
Rp8.66triliun yang sebagian besar dari hasil pajak, hampir 70,4% telah
ditransfer ke APBD. Walaupun demikian telah terjadi kenaikan yang cukup
signifikan dari ratio pendapatan asli daerah terhadap total pendapatan yang
berarti telah meningkatnya kemandirian fiskal pemerintah provinsi Jakarta
dalam satu tahun terakhir. Dibandingkan dengan tahun 2010, maka ratio
pendapatan asli daerah terhadap total pendapatan meningkat sebesar 7,8%.
Hal ini tak terlepas dari upaya pemerintah provinsi daerah untuk
meningkatkan penerimaan daerah dari berbagai sumber disamping juga
merupakan dampak dari akselerasi pertumbuhan ekonomi Jakarta.
Triwulan III 2011
29
BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Indikator kesejahteraan masyarakat di DKI Jakarta relatif lebih baik sampai dengan triwulan III 2011. Berdasarkan hasil survei ketenagakerjaan yang dilakukan oleh BPS (periode Agustus) dari 11,05% pada tahun 2010 menjadi 10,80% pada tahun 2011, sejalan dengan penurunan tingkat pengangguran nasional (dari 7,14% menjadi 6,80%). Penyerapan tenaga kerja terutama terjadi pada tenaga kerja formal (buruh/karyawan) yang umumnya mendapatkan jaminan kerja lebih baik. Indeks kesengsaraan pun mengalami penurunan seiring dengan menurunnya tingkat pertumbuhan inflasi.
A. KETENAGAKERJAAN
Persentase tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan
berdasarkan data Agustus 2011. Persentase tingkat pengangguran terbuka
turun, dari 11,05% (Agustus 2010) menjadi 10,80% (Grafik V.2). Jumlah
pengangguran mengalami penurunan dari 582,85 ribu orang menjadi 555,41
juta orang, sejalan dengan penurunan persentase pengangguran. Meskipun
demikian, penyerapan tenaga kerja sedikit mengalami penurunan, dari 4,69
juta (Agustus 2010) orang menjadi 4,59 juta orang pada periode laporan.
Penyerapan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor tersier (perdagangan,
transportasi, keuangan, dan jasa-jasa) dan sekunder. Sementara untuk sektor
primer (pertanian, perkebunan, hutan, perburuan, dan perikanan) sedikit
turun.
Grafik V.1 Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja
Grafik V.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Namun demikian, persentase tingkat pengangguran di Jakarta masih
lebih tinggi dibandingkan tingkat pengangguran nasional. Masih
tingginya tingkat pengangguran Jakarta, ditengarai juga didorong oleh arus
urbanisasi, dengan indikasi populasi penduduk Jakarta yang meningkat pesat
dari tahun ke tahun. Masih tingginya tingkat pengangguran di Jakarta antara
lain disebabkan oleh: (1) karakteristik perekonomian di Jakarta yang
didominasi oleh sektor-sektor ekonomi yang padat modal dan teknologi
sehingga penyerapan tenaga kerjanya terbatas, (2) terdapat kelompok
400
450
500
550
600
650
3,000
3,400
3,800
4,200
4,600
5,000
5,400
Agt 09 Agt 10 Agt 11
ribuan orangribuan orang
Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran (rhs)
12.15
11.05 10.8
7.87 7.14
6.56
‐
2
4
6
8
10
12
14
Agt 09 Agt 10 Agt 11
%
Tingkat pengangguran Jakarta Tingkat pengangguran Nasional
Triwulan III 2011
30
masyarakat Jakarta yang tidak memiliki pekerjaan, namun memiliki dan
mengelola asset yang mampu menghasilkan uang (pasar saham, usaha
persewaan rumah, dan lainnya). Di tingkat nasional, tingkat pengangguran
nasional turun menjadi 6,56% (Agustus 2011) dibandingkan posisi Agustus
2010 (7,14%) (Grafik V.2). Jumlah pengangguran nasional juga turun, dari
8,32 juta orang (Agustus 2010) menjadi 7,70 juta orang (Agustus 2011).
Tabel V. 1 Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Utama
Tabel VI.2 Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan
Peningkatan jumlah tenaga kerja terutama sektor tersier dan dengan
status pekerjaan formal. Jumlah tenaga kerja tersier pada Agustus 2011
meningkat menjadi 3,87 juta orang dibandingkan kondisi 2010 yang hanya
3,68 juta orang, seiring masih meningkatnya kinerja sektor tersier. Dari sisi
status pekerjaan, tenaga kerja formal meningkat 11,9% menyerap 3,26 juta
orang dibandingkan pada tahun 2010 yang hanya sekitar 2,91 juta orang.
Porsi tenaga kerja formal juga meningkat menjadi 69,7% terutama karena
tenaga kerja yang berupa buruh/karyawan dapat menyerap tenaga kerja lebih
banyak. Tenaga kerja buruh/karyawan umumnya mendapatkan jaminan kerja
yang lebih baik, sehingga penyerapan tenaga kerja pada periode kali ini
secara umum kualitasnya membaik.
B. INDEKS KESENGSARAAN
Tren penurunan tingkat inflasi yang cukup rendah berpengaruh positif
bagi membaiknya angka indeks kesengsaraan di Jakarta (Grafik V.4).
Indeks kesengsaraan yang dihitung dengan cara menjumlahkan persentase
tingkat pengangguran terbuka dengan tingkat inflasi. Indeks ini
mengasumsikan bahwa tingkat pengangguran yang tinggi dan tingkat inflasi
Agt 09 Agt 10 Agst 11 Agt 09 Agt 10 Agt 11 Agt 09 Agt 10 Agt 11
Primer 42.24 47.66 30.40 1.03 1.13 0.66 27.37 12.83 (36.21)
Sekunder 870.44 963.95 690.82 21.14 22.90 15.06 0.36 10.74 (28.33)
Tersier 3,205.71 3,678.15 3,867.20 77.84 87.39 84.28 (2.60) 14.74 5.14
Total 4,118.39 4,689.76 4,588.42 100.00 100.00 100.00 (1.76) 13.87 (2.16)
Sumber : BPS, diolah
Lapangan Jumlah Tenaga Kerja (ribuan) Pertumbuhan (%)Share (%)
Agt 09 Agt 10 Agst 11 Agt 09 Agt 10 Agt 11 Agt 09 Agt 10 Agt 11
Formal 2,550.22 2,911.85 3,259.12 44.85 62.09 69.69 ‐0.81 14.18 11.93
1. Berusaha dibantu buruh tetap 172.96 191.26 280.98 3.04 4.08 6.01 (2.68) 10.58 46.91
2. Buruh/karyawan 2,377.26 2,720.59 2,978.14 41.80 58.01 63.68 (0.67) 14.44 9.47
Informal 1,568.17 1,777.91 1,417.31 27.58 37.91 30.31 (3.26) 13.37 (20.28)
1. Berusaha sendiri 980.62 1,048.77 798.09 17.24 22.36 17.07 3.19 6.95 (23.90)
2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap 307.50 395.34 280.98 5.41 8.43 6.01 (18.34) 28.57 (28.93)
3. Pekerja bebas 84.54 109.51 116.71 1.49 2.34 2.50 5.39 29.54 6.58
4. Pekerja tidak dibayar 195.51 224.29 221.53 3.44 4.78 4.74 (8.58) 14.72 (1.23)
Total 4,118.39 4,689.76 4,676.43 100.00 100.00 100.00 (1.76) 13.87 (0.28)
Share (%) Pertumbuhan (%)Jumlah Tenaga Kerja (ribuan)Status Pekerjaan (ribuan)
Triwulan III 2011
31
yang memburuk akan menciptakan biaya sosial dan ekonomi suatu negara.
Kondisi kesejahteraan masyarakat pada triwulan III 2011 diperkirakan
membaik dengan menurunnya indeks kesengsaraan dari 16,20 menjadi 15,41
meskipun masih lebih tinggi dibandingkan nasional.
Grafik V.4 Indeks Kesengsaraan
10
12
14
16
18
20
22
24
26
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2008 2009 2010 2011
Indeks Kesengsaraan
Jakarta Nasional
Sumber : BPS, diolah
Triwulan III 2011
33
BAB VI OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI
Prospek ekonomi Jakarta pada triwulan IV 2011 berpotensi untuk tumbuh pada kisaran 6,6%. Di sisi permintaan, konsumsi diperkirakan tumbuh stabil pada level yang tinggi. Demikian halnya dengan investasi dan ekspor yang masih akan tumbuh tinggi meski sedikit lebih lambat dibanding periode triwulan laporan. Masih terjaganya optimisme dan daya beli masyarakat menjadi faktor yang mendorong kinerja konsumsi tetap tumbuh stabil. Selain itu, kinerja konsumsi juga didukung oleh pengeluaran belanja Pemerintah yang akan mengalami percepatan sebagaimana pola historisnya. Sementara itu, investasi yang masih tumbuh tinggi terutama didukung oleh persepsi investor terhadap kuatnya kondisi fundamental Indonesia dan potensi konsumsi domestik yang besar. Penyelesaian berbagai proyek infrastruktur pemerintah juga turut mendukung kinerja investasi untuk tetap tumbuh tinggi. Kinerja ekspor pada triwulan mendatang diperkirakan juga masih akan dapat mencatat tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi ditengah semakin besarnya risiko melemahnya ekonomi global. Secara sektoral, sumber pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan mendatang berasal dari sektor perdagangan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor konstruksi. Ketiga sektor tersebut diperkirakan dapat tetap tumbuh tinggi pada triwulan terakhir tahun 2011. Perkembangan harga terakhir mengindikasikan inflasi hingga akhir triwulan IV 2011 akan terjaga pada kisaran yang sejalan dengan sasaran inflasi nasional, yaitu 5+1%.
A. BEBERAPA ASUMSI YANG MELANDASI PROYEKSI EKONOMI
JAKARTA
Kondisi Perekonomian Internasional dan Domestik
Prospek perekonomian global diwarnai ketidakpastian akibat
berlarutnya pemasalahan utang di Eropa dan Amerika Serikat.
Pertumbuhan ekonomi dunia pada 2011 diperkirakan lebih rendah dari
perkiraan awal. Perkembangan terakhir situasi ekonomi di negara-negara
maju mendorong berbagai lembaga internasional melakukan revisi kebawah
terhadap angka proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia. IMF dalam rilisnya
terakhirnya memprakirakan ekonomi dunia pada 2011 tumbuh 4,0%, lebih
rendah dari perkiraan sebelumnya (4,3%). Melambatnya ekonomi dunia
terutama dipengaruhi oleh terjadinya perlambatan di negara-negara maju.
Sejalan dengan hal tersebut, volume perdagangan dunia pada 2011 juga
diperkirakan tumbuh 7,5%, lebih rendah dibanding perkiraan awal.
Sementara itu, dampak dari melambatnya kinerja ekonomi negara maju akan
mengimbas pada kinerja ekonomi negara emerging markets, meski masih
dalam besaran yang relatif terbatas. China, India dan negara ASEAN yang
Triwulan III 2011
34
merupakan mitra dagang utama Jakarta diperkirakan tumbuh sedikit lebih
lambat dari perkiraan awal. Secara keseluruhan, prospek pertumbuhan
ekonomi dunia yang melambat berdampak pada melemahnya tekanan inflasi
di berbagai negara.
Tabel VI.1. Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global
Kinerja perekonomian nasional pada triwulan mendatang diperkirakan
tetap terjaga ditopang oleh sumber pertumbuhan ekonomi yang lebih
berimbang. Konsumsi diperkirakan dapat tetap tumbuh tinggi disertai peran
investasi yang dalam perekonomian yang cenderung terus meningkat.
Keyakinan investor terhadap prospek permintaan dan besarnya potensi pasar
domestik, serta terus membaiknya iklim investasi berdampak positif bagi
kinerja investasi ke depan. Sementara itu, imbas dari perlambatan ekonomi
global pada capaian kinerja ekspor pada akhir triwulan mendatang
diperkirakan masih relatif terbatas. Sejalan dengan hal tersebut, kinerja sektor
tradable dan sektor nontradable diperkirakan tetap menunjukkan
perkembangan yang baik hingga akhir 2011.
Kebijakan Fiskal Daerah
Realisasi belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Jakarta diperkirakan mengalami percepatan pada triwulan
mendatang. Akselerasi penyerapan belanja APBD yang cenderung lebih baik
pada triwulan III 2011 diperkirakan terus berlanjut sebagaimana pola realisasi
anggaran. Intensifikasi yang dilakuan oleh Pemprov DKI Jakarta untuk
mendorong capaian penyerapan anggaran yang lebih dapat berdampak
positif dalam menstimulasi perekonomian. Realisasi penyerapan belanja
hingga akhir 2011 ditargetkan dapat mencapai angka di atas 80%, sehingga
Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SiLPA) APBD 2011 diperkirakan sebesar
Rp3,7 triliun, lebih kecil dari SiLPA APBD 2010 yang sebesar Rp4,9 triliun.
2009 2010 2011 2012 2011 2012
Output Dunia ‐0.5 5.1 4.0 4.0 ‐0.3 ‐0.5
Negara Maju ‐3.4 3.1 1.6 1.9 ‐0.6 ‐0.7
Negara Berkembang 2.7 7.3 6.4 6.1 ‐0.2 ‐0.3
Volume Perdagangan Dunia ‐10.7 12.8 7.5 5.8 ‐0.7 ‐0.9
Inflasi Dunia
Negara Maju 0.1 1.6 2.6 1.4 0.0 ‐0.3
Negara Berkembang 5.2 6.1 7.5 5.9 0.6 0.3Sumber : World Economic Outlook, September 2011
YoY (%)
Realisasi Proyeksi Selisih Dengan Perkiraan Juni 2011
Triwulan III 2011
35
Grafik VI.1 Indikator Penuntun PDRB Jakarta
B. PERTUMBUHAN EKONOMI
1. Prospek Permintaan
Konsumsi diprakirakan tumbuh stabil pada level yang tinggi hingga
triwulan terakhir 2011, didorong oleh konsumsi rumah tangga dan
peningkatan realisasi belanja pemerintah. Optimisme masyarakat yang
terjaga disertai membaiknya pendapatan masyarakat menjadi faktor yang
menyebabkan kuatnya kinerja konsumsi rumah tangga. Kenaikan pendapatan
yang diterima oleh kelompok pekerja dan aparat pemerintah pada tahun
2011, serta dukungan pembiayaan perbankan yang relatif lebih terjangkau
secara keseluruhan dapat mendukung terjaganya ekspektasi masyarakat.
Selain itu, rendahnya capaian inflasi berpengaruh pada turut meningkatnya
pendapatan riil masyarakat. Beberapa indikator mengkonfirmasi indikasi masih
kuatnya konsumsi rumah tangga. Hasil Survei Konsumen menunjukkan Indeks
Keyakinan Konsumen yang berada pada level yang optimis, tingkat
pendaftaran kendaraan bermotor yang cenderung meningkat, dan capaian
penjualan beberapa event berskala besar yang menunjukkan peningkatan
yang cukup tinggi. Sementara itu, peningkatan konsumsi pemerintah
dipengaruhi oleh realisasi penyerapan belanja proyek pemerintah yang
cenderung terkonsentrasi di triwulan terakhir.
4
4.5
5
5.5
6
6.5
7
7.5
98
99
99
100
100
101
101
102
102
1234567891011121234567891011121234567891011121234567891011121234567891011121234567891011121234567891011
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Composit Leading Indicator PDRB
CLI PDRB (rhs)
fase kontraksi
fase kontraksi
Triwulan III 2011
36
Tabel VI. 2 Pertumbuhan Ekonomi Jakarta - Sisi Permintaan Jakarta (%, yoy)
Ekspor diprakirakan masih akan mencatat pertumbuhan di atas 10%
pada triwulan mendatang di tengah kondisi eksternal yang cenderung
melambat. Kinerja ekspor Jakarta yang tumbuh tinggi terutama bersumber
dari aktivitas perdagangan domestik – lintas daerah – sejalan dengan kuatnya
konsumsi. Sementara itu, dampak melemahnya ekonomi global diperkirakan
masih relatif terbatas pada kinerja ekspor Jakarta hingga akhir 2011. Semakin
besarnya peran pasar Asia sebagai negara tujuan ekspor dari Jakarta yang
didominasi barang-barang manufaktur dapat menopang kinerja ekspor
Jakarta. Meski demikian, indikasi potensi kinerja ekspor yang melambat mulai
mengemuka seperti mulai terhambatnya permintaan kontrak ekspor untuk
beberapa produk manufaktur.
Kinerja investasi diperkirakan dapat tetap tumbuh tinggi pada
triwulan terakhir 2011. Konsumsi rumah tangga yang kuat dan besarnya
potensi pasar domestik, disertai perbaikan iklim investasi menjadi insentif bagi
masuknya investasi baru ditengah situasi ekonomi global yang mengalami
perlambatan. Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan ekspektasi
pengusaha terhadap situasi bisnis yang terus membaik disertai akses
pembiayaan yang relatif lebih mudah menjadi indikasi kuatnya potensi
peningkatan investasi. Selain itu, rilis beberapa lembaga riset properti
menyatakan tingginya permintaan terhadap perkantoran ditandai
meningkatnya occupancy rate dan kenaikan biaya sewa. Realisasi penyelesaian
beberapa proyek infrastruktur besar pemerintah seperti pengerjaan dua ruas
jalan layang non tol, penyelesaian program Kanal Bajir Timur, perluasan jalur
TransJakarta, serta berbagai sarana pendukung untuk penyelenggaraan
kegiatan Sea Games diperkirakan turut mendorong kinerja investasi dapat
tetap tumbuh tinggi.
2. Prospek Sektoral
Kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) diprakirakan
tumbuh pada kisaran 7,5% pada triwulan IV 2011. Prospek
perkembangan sektor ini sejalan dengan pegerakan konsumsi masyarakat dan
perkembangan di sektor industri pengolahan yang diperkirakan tetap positif
Total I* II* III* IV* Total I* II* III*Proyeksi Tw IV
2011‐pProyeksi 2011‐
p
Konsumsi 6.5 4.7 5.7 6.0 6.9 5.9 6.6 7.6 7.4 7.0 ‐ 7.4 7.0 ‐ 7.5
Konsumsi Rumah Tangga 6.2 5.7 6.3 6.3 7.1 6.4 6.7 7.0 7.0 6.6 ‐ 7.2 6.8 ‐ 7.3
Konsumsi Pemerintah 10.2 ‐6.7 ‐0.1 2.8 5.5 0.7 4.8 14.2 11.7 11.0 ‐ 11.4 10.3 ‐ 10.8
Investasi 2.8 7.4 7.7 9.6 10.3 8.8 7.4 11.6 10.0 9.4 ‐ 9.8 9.4 ‐ 9.9
Ekspor 0.2 1.7 8.4 9.2 9.9 7.3 12.8 9.7 11.0 10.5 ‐ 11.0 11.0 ‐ 11.5
Impor ‐1.8 1.2 7.9 10.9 12.3 8.1 13.8 13.7 14.0 12.8 ‐ 13.4 13.5 ‐ 14.0
P D R B 5.0 6.2 6.8 6.4 6.6 6.5 6.7 6.7 6.7 6.4 ‐ 6.9 6.5 ‐ 7.0* angka sementara BPS DKI Jakarta
p proyeksi Bank Indonesia meningkat
Indikator
201120102009
Triwulan III 2011
37
pada triwulan mendatang. Realisasi pendapatan beberapa peritel besar yang
menunjukkan adanya kenaikan yang cukup tinggi hingga akhir triwulan
laporan mendorong optimisme pelaku usaha terhadap capaian target
penjualan hingga akhir 2011. Penyelenggaraan beberapa event berskala besar
seperti Sea Games, Indocomtech, Indonesia Furniture Fair, dan berbagai
kegiatan akhir tahun diperkirakan turut mendorong kinerja sektor PHR.
Tabel VI.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (%, yoy)
Sektor industri diprakirakan tumbuh relatif stabil pada kisaran 1,8% di
triwulan terakhir tahun 2011. Permintaan domestik yang tetap kuat dan
ekspor hingga akhir tahun yang masih cukup baik diperkirakan menopang
kinerja sektor industri di Jakarta tumbuh positif. Tingginya investasi dalam
beberapa waktu terakhir diperkirakan mampu meningkatkan kapasitas
produksi sektor industri manufaktur dalam merespons prospek permintaan.
Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuh tinggi
pada kisaran 13,3% (yoy). Kegiatan ekonomi yang diikuti oleh tingginya
arus lalu lintas barang dan jasa berpengaruh pada perkembangan kinerja
sektor pengangkutan dan komunikasi. Pengembangan penyediaan sarana
transportasi publik Jakarta diperkirakan dapat turut mendorong kinerja sektor
pengangkutan tumbuh lebih baik. Sementara itu, geliat penetrasi pasar
telekomunikasi diperkirakan terus berlanjut ditengah kenaikan jumlah
pelanggan yang mulai terindikasi melambat. Pengembangan akses mobile data dan berbagai program bundling dengan produsen handset terus
dilakukan untuk mencapai mencapai target penambahan jumlah pelanggan
9% pada 2011.
Kinerja sektor konstruksi diperkirakan akan tumbuh sekitar 8,3%
(yoy). Pembangunan beberapa proyek properti perkantoran besar di central business district (CBD) maupun non CBD seperti Parc 18, The H Tower, AXA
Tower, WTC II, Aston Grand Soho, dan Menara Satu Kelapa Gading
diperkirakan berpengaruh positif bagi perkembangan kinerja sektor
Total I* II* III* IV* Total I* II* III*Proyeksi Tw IV 2011‐p
Proyeksi 2011‐p
Pertanian 0.3 0.9 1.6 0.9 3.3 1.7 2.4 1.5 1.3 1.2 ‐ 1.6 1.2 ‐ 1.7
Pertambangan dan penggalian ‐4.3 ‐8.0 1.5 1.8 10.6 1.5 18.5 12.6 5.7 (1.4) ‐ (1.0) 8.0‐ 8.5
Industri pengolahan 0.1 3.0 4.8 2.7 4.0 3.6 4.7 1.7 1.9 1.6 ‐ 2.0 2.3 ‐ 2.8
Listrik gas dan air bersih 4.6 5.1 5.8 6.1 5.5 5.6 4.1 4.7 3.5 4.2 ‐ 4.6 4.0 ‐ 4.5
Konstruksi 6.2 6.9 7.4 7.4 6.6 7.1 6.7 9.0 8.5 8.0 ‐ 8.4 8.0 ‐ 8.5
Perdagangan, hotel dan restoran 4.0 6.9 8.0 6.7 7.6 7.3 7.0 7.2 7.9 7.4 ‐ 7.8 7.0 ‐ 7.5
Pengangkutan dan komunikasi 15.6 15.1 14.7 15.0 14.2 14.8 14.1 14.4 13.4 13.2 ‐ 13.6 13.4 ‐ 13.9
Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaa 4.0 4.0 4.1 4.5 4.3 4.2 4.9 5.1 4.8 5.0 ‐ 5.4 4.5 ‐ 5.0
Jasa ‐ jasa 6.5 6.8 6.7 6.5 6.4 6.6 6.3 6.5 7.3 6.4 ‐ 6.8 6.4 ‐ 6.9
PDRB 5.0 6.2 6.8 6.4 6.6 6.5 6.7 6.7 6.7 6.4 ‐ 6.9 6.5 ‐ 7.0* angka sementara BPS DKI Jakarta
p proyeksi Bank Indonesia Bank Indonesia meningkat
Indikator
2009 2010 2011
Triwulan III 2011
38
konstruksi. Hal ini juga tidak terlepas dari tingginya permintaan terhadap
properti perkantoran, baik di CBD maupun non CBD, ditandai meningkatnya
occupancy rate. Hingga akhir 2011 penyelesaian pembangunan proyek
properti perkantoran di CBD dapat menambah 350.000 – 390.000 meter
persegi dari total luas perkantoran yang ada saat ini. Selain itu, penyelesaian
proyek infrastruktur besar pemerintah seperti Kanal Banjir Timur,
pembangunan dua ruas jalan layang non-tol, dan pembangunan sarana
kesehatan, perluasan areal Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan,
serta pembangunan Terminal Pulo Gebang turut mendorong kinerja sektor
konstruksi.
C. INFLASI
Perkembangan harga terakhir menguatkan indikasi inflasi Jakarta
pada akhir tahun 2011 yang dapat terjaga pada kisaran sasaran inflasi
nasional, yaitu 5+1%. Hingga akhir September 2011 inflasi Jakarta tercatat
sebesar 3,61% (yoy) dan secara kumulatif 3,25% (ytd). Ke depan,
diprakirakan kenaikan inflasi cukup terkendali, terutama melihat dari pola
musimannya. Hasil analisis dengan menampilkan faktor musiman,
menunjukkan hasil bahwa pola musiman di triwulan IV 2011 cenderung
melambat dibandingkan rata-ratanya. Sehingga diprakirakan tekanan inflasi
hingga akhir tahun relatif terjaga. Terjaganya tekanan inflasi tidak terlepas
dari upaya yang ditempuh untuk mengendalikan pergerakan harga barang
dan jasa. Pasokan komoditas bahan pangan dari daerah pemasok pada
triwulan mendatang diperkirakan dapat tetap terjaga ditengah masa paceklik
yang mulai berlangsung di beberapa daerah sentra produksi. Kebijakan
Pemerintah untuk memperkuat stok pangan melalui kebijakan impor
beberapa komoditas pangan strategis dapat turut membawa ekspektasi
masyarakat terhadap terkendalinya harga-harga secara umum. Selain itu,
terkendalinya inflasi hingga akhir tahun juga dipengaruhi oleh minimalnya
kebijakan Pemerintah terkait penyesuaian tarif/harga barang dan jasa yang
diatur Pemerintah. Sementara itu, dinamika perkembangan harga global yang
cenderung mengalami penurunan akibat melemahnya prospek ekonomi
global diperkirakan dapat turut bepengaruh positif pada pergerakan inflasi
hingga akhir tahun.
Triwulan III 2011
39
Grafik VI.4 Seasonal Factor Inflasi Jakarta 2002-2011
Ke depan, beberapa faktor risiko yang dapat membawa inflasi
mengalami tekanan kenaikan yang lebih tinggi tetap perlu dicermati.
Perkembangan terakhir pergerakan harga beras di Jakarta yang cenderung
mengalami kenaikan lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya
mengindikasikan adanya potensi permasalahan yang perlu mendapat prioritas
untuk diatasi oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Beberapa hal yang
diperkirakan menyebabkan hal tersebut antara lain kenaikan arus beras yang
diperdagangkan ke luar Jakarta yang diduga dipicu oleh disparitas harga yang
cukup besar, capaian produksi beras di daerah sentra penghasil yang tidak
sebaik yang diperkirakan di awal15 , dan ekspektasi terhadap terbatasnya
kemampuan pengadaan dalam negeri oleh Pemerintah. Rencana Pemerintah
untuk mulai memberlakukan pembatasan BBM bersubsidi di wilayah Jakarta
dan Jawa pada April 2012 dan rencana kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL)
pada 2012 perlu diantisipasi sejak dini agar tidak menimbulkan implikasi yang
berlebihan pada kenaikan inflasi. Selain itu, dalam rangka menghadapi
perayaan hari raya dan tahun baru perlu mendapat perhatian seperti daging-
dagingan dan makanan jadi (gula pasir, minyak goreng, dan tepung) yang
menurut pola historisnya cenderung meningkat pada akhir tahun. Selain itu,
konsumsi bahan bakar minyak non-subsidi Jakarta mencapai 40%, sementara
sekitar setengah produksi kilang minyak Indonesia bahan baku minyak
mentahnya dipenuhi dari impor16. Oleh karena itu, perkembangan harga
internasional dapat berpengaruh signifikan terhadap harga bahan bakar
domestik. Saat ini perbedaan antara harga minyak subsidi dan non-subsidi
yang mencapai dua kali lipat, peningkatan harga pada bahan bakar minyak
non-subsidi secara tidak langsung akan berdampak pada harga barang
lainnya.
15 ARAM III BPS menguatkan indikasi terjadinya penurunan produksi beras nasional.
16 Produksi kilang minyak di Indonesia 1,1-1,2 juta barel per hari, sementara bahan baku sekitar 400 ribu hingga 500 ribu barel minyak mentah masih
mengimpor
Triwulan III 2011
40
Grafik VI.2 Hasil Survei Konsumen – BI Grafik VI.3 Fan Chart Inflasi Jakarta 2011
100
120
140
160
180
200
220
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2009 2010 2011
Indeks
Ekspektasi Perubahan harga umum
Konsumen Perubahan harga umum 3 bulan yad
Konsumen Perubahan harga umum 6 bulan yad
0
2
4
6
8
10
12
2008
Q1
2008
Q2
2008
Q3
2008
Q4
2009
Q1
2009
Q2
2009
Q3
2009
Q4
2010
Q1
2010
Q2
2010
Q3
2010
Q4
2011
Q1
2011
Q2
2011
Q3
2011
Q4
YoY %
Triwulan III 2011
41
BOKS. KETIDAKPASTIAN EKONOMI GLOBAL : IMPLIKASI TERHADAP
EKONOMI JAKARTA DAN LANGKAH ANTISIPASI YANG DIPERLUKAN
Outlook ekonomi dunia diperkirakan memburuk akibat permasalahan
utang dan fiskal di Eropa dan AS. Pertumbuhan ekonomi dunia
diperkirakan bias ke bawah. Tahun 2011 dari 4,3% (yoy) menjadi 4,0%. Di
2012 dari 4,5% menjadi 4,0%. Hal ini disebabkan sisi produksi dan konsumsi
negara maju melambat. Di sisi lain, permasalahan utang dan fiskal di EU dan
US menimbulkan kekhawatiran memicu gejolak di pasar global. Hingga akhir
triwulan III 2011, pasar saham global melemah, harga komoditas global
mengalami koreksi, diikuti dengan indikator risiko advanced countries yang
meningkat. Di Indonesia, imbasnya terasa ketika rupiah mengalami tekanan
depresiatif dengan volatilitas yang meningkat, dan terhadap kinerja pasar
saham domestik, investor non-residen melakukan portfolio adjustment dengan mengurangi eksposur mereka di emerging markets.
Gambar A.1 Jalur Transmisi Dampak Krisis AS dan Uni Eropa
Kinerja ekspor Jakarta sejauh ini masih cukup baik. Hal ini terutama
dipengaruhi oleh faktor semakin besarnya peran manufaktur berbasis sumber
daya alam (SDA) dan semakin terdiversifikasinya ekspor ke pasar Asia. Produk
manufaktur berbasis SDA terutama diekspor untuk pasar Asia, sedangkan
untuk pasar Amerika dan Uni Eropa terkonsentrasi pada ekspor produk
pakaian jadi dan peralatan listrik. Hingga saat ini, pelaku ekspor meyakini
ekspor untuk tahun 2011 dapat mencapai target, karena memiliki kontrak
ekspor dari pembeli. Apabila terdapat perlambatan permintaan ekspor dari EU
dan AS terutama dipengaruhi oleh belum terserapnya stok yang dimiliki
importir karena menurunnya pembelian.
Triwulan III 2011
42
Gambar A.2 Struktur Komoditas Ekspor Gambar A.3 Negara Tujuan Utama Ekspor Jakarta
Melihat pengalaman ketika terjadi krisis global tahun 2009, beberapa
industri patut menjadi perhatian. Pertumbuhan volume ekspor tahun 2009
untuk industri makanan olahan (daging dan makanan ternak), perabot rumah
tangga, dan mesin mengalami penurunan. Perkembangan hingga Agustus
2011, perlambatan ekspor telah terjadi untuk komoditi tekstil, perabot rumah
tangga, mesin, dan makanan hewan.
Tabel A.1 Perkembangan Ekspor Beberapa Industri Manufaktur Jakarta
Prospek ekonomi dunia tahun 2012 diprakirakan akan melemah.
Volume perdagangan dunia mengalami perlambatan yang dalam terutama di
negara maju17, terkait proses penyelesaian hutang di Amerika Serikat dan Uni
Eropa yang belum pasti. Asosiasi beberapa komoditas strategis dunia juga
menyatakan bahwa permintaan untuk 2012 akan lebih rendah dibandingkan
tahun ini.
17 World Economic Outlook, September 2011
Pertanian3,46%
Manufaktur Berbasis SDA
48,96%
Manufaktur Non SDA47,55%
Tambang0,04%
Pertanian2,85%
Manufaktur Berbasis SDA
34,19%Manufaktur Non SDA
62,85%
Tambang0,11%
21.9 18.4 14.4 15.2 13.8 12.1
10.0 9.0
8.6 7.6 7.1 6.9
32.9 31.1
32.1 40.0
39.0 40.4
5.4
5.0 6.2
6.3 8.0 8.1
4.7
4.4 5.7
7.8 7.7 7.6
4.5
5.9 6.6
4.8 6.6 5.6
20.6 26.2 26.5
18.3 17.8 19.4
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2006 2007 2008 2009 2010 2011*
%
AS EU ASEAN China Jepang Australia Rest of The World
Ekspor ke Propinsi Lain
Ekspor ke Luar Negeri
Amerika Eropa China ASEAN Lainnya 2008 2009 2010 2011*
1 Pakaian jadi 7.0 10.8 2.8 44.5 14.0 0.5 5.8 35.2 ‐3.6 ‐31.5 1.3 0.72 Tekstil dan hasil rajutan 43.8 56.0 0.9 33.1 14.5 0.3 6.2 45.9 ‐11.2 361.3 11.7 ‐8.23 Barang‐barang industri lainnya 64.0 35.3 11.8 4.7 2.3 6.8 16.7 69.5 ‐9.9 ‐4.3 3.9 ‐5.54 Barang dari tanah liat,keramik kapur dan semen termasuk bahan bangunan 67.5 32.0 1.8 4.4 1.6 2.7 39.3 51.9 ‐0.2 ‐17.7 ‐93.1 ‐0.85 Daging, sayur‐sayuran, buahbuahan dan susu olahan 19.2 56.3 24.2 3.4 5.4 63.8 9.2 18.2 36.0 ‐3.1 2.5 159.66 Perabot rumah tangga dari kayu, bambu dan rotan 75.1 13.1 0.4 3.1 20.0 1.5 2.6 72.8 13.4 ‐64.1 43.9 19.77 Barang‐barang dari karet dan plastik 16.1 77.0 1.1 3.1 8.6 2.1 28.5 57.7 ‐11.3 ‐22.4 9.7 0.18 Benang pintal dan sejenisnya 82.1 17.2 0.8 2.9 4.0 14.4 7.6 71.2 ‐6.7 ‐9.3 35.7 53.69 Mesin dan perlengkapannya kecuali mesin listrik 3.1 91.2 3.0 2.8 9.7 3.2 52.5 31.8 ‐8.9 ‐34.9 18.7 7.810 Kendaraan bermotor dan perlengkapannya 0.0 38.0 7.3 1.9 1.3 0.1 44.7 52.1 23.3 ‐40.0 48.2 23.811 Barang‐barang cetakan dan penerbitan 33.7 52.0 0.3 1.8 5.0 0.4 8.9 84.0 6.6 237.0 24.8 ‐41.612 Makanan lainnya 58.8 36.4 3.2 1.4 10.0 0.6 56.6 31.3 ‐12.1 ‐18.6 29.4 20.713 Makanan hewan 17.2 21.5 3.2 1.4 10.0 0.6 56.6 31.3 ‐12.1 ‐18.6 29.4 20.714 Kopra, minyak hewani dan nabati 72.1 6.0 3.2 1.4 10.0 0.6 56.6 31.3 ‐12.1 ‐18.6 29.4 20.715 Obat‐obatan dan jamu 0.7 67.9 11.9 0.9 14.8 4.3 27.8 52.3 12.5 35.5 0.7 14.616 Barang‐barang dari logam,kecuali mesin dan peralatan 8.8 82.1 2.1 0.8 1.5 1.7 62.3 33.7 15.4 ‐40.5 35.4 ‐15.217 Perlengkapan listrik lainnya termasuk accu dan baterai 19.1 17.1 4.6 0.7 33.0 0.1 25.7 40.6 2.4 14.9 3.8 9.218 Kimia dasar dan bahan‐bahan kimia 45.3 52.2 4.5 0.5 6.2 8.7 58.0 26.6 45.0 ‐46.5 7.1 34.619 Barang dari gelas dan kaca 0.1 42.0 5.5 0.4 2.0 0.2 47.8 49.6 ‐4.5 ‐24.2 38.5 7.820 Beras, biji‐bijian giling dan tepung 10.2 10.5 0.7 0.3 2.9 1.0 53.0 42.9 24.7 ‐11.0 43.7 ‐12.621 Kapal, kereta api dan pesawat terbang termasuk perlengkapan dan perbaikan 1.2 96.4 1.9 0.1 0.1 33.3 14.6 52.0 77.0 276.9 ‐1.1 21.122 Logam dasar, besi dan baja 41.8 58.2 2.6 0.0 0.4 4.7 19.0 75.7 133.2 ‐33.6 ‐11.0 13.223 Alat angkutan lainnya 92.3 5.1 0.4 0.0 0.7 2.6 82.0 14.6 71.0 ‐70.9 28.4 34.424 Minuman tidak beralkohol 32.9 50.9 0.4 0.0 0.2 0.4 42.3 57.2 36.0 19.8 17.4 60.825 Roti, biskuit, mie, makaroni dan makan sejenisnya 39.5 12.0 0.3 0.0 0.1 0.0 10.2 89.7 6.8 57.6 33.8 ‐24.3
Sumber: Tabel Input Output Jakarta 2006 dan Bank Indonesia, diolah oleh staff BI*) s.d. September 2011
Pertumbuhan Ekspor
KomoditiNo
EksporPasar Tujuan Pangsa Ekspor
Pangsa Komoditi Ekspor
Triwulan III 2011
43
Negara-negara berkembang diprakirakan juga terkena imbas krisis utang
Amerika dan Eropa. Organisation for Economic Co-operation and
Development (OECD) memprakirakan pertumbuhan ekonomi ASEAN, China
dan India diperkirakan melambat.
Tabel A.2 Perkembangan Ekspor Beberapa Industri Manufaktur Jakarta
Tabel A.4 Hasil Riset OECD
Kebijakan antisipasi perlambatan ekonomi perlu dilaksanakan sejak
dini, antara lain dengan meningkatkan akses pasar produk unggulan
DKI Jakarta, baik di pasar luar negeri maupun dalam negeri. Untuk
perluasan akses pasar luar negeri, dapat ditempuh dengan mempererat
kerjasama promosi melalui Indonesia Trade Promotion Centre (ITPC) terutama
yg berlokasi di negara yg belum menjadi tujuan ekspor dan memiliki
ketahanan gejolak ekonomi global seperti perdagangan ASEAN dan benua
Afrika. ITPC saat ini ada di hampir seluruh kota besar di dunia. Untuk
perluasan akses pasar di dalam negeri, hal-hal yang dapat dilakukan antara
lain meningkatkan kerja sama berbagai pihak terutama untuk usaha kecil
menengah yang rentan. Bantuan yang dapat dilaksanakan berupa
pendampingan UKM dalam rangka meningkatkan kualitas produk dan
pemasarannya, mencakup aspek produksi, aspek desain, dan dukungan
pemasaran (promosi produk). Selain itu, perlu juga dilaksanakan diseminasi
informasi terkait peluang pasar, akses pasar hasil kajian beberapa lembaga
riset, seperti informasi mengenai lending model untuk jenis usaha tertentu.
2011 2012 2011 2012 2011 2012
Volume Perdagangan Dunia 7.5 5.8
Impor 5.9 4.0 11.1 8.1
Ekspor 6.2 5.2 9.4 7.8
Minyak 1.57 1.5 OPEC
Baja 6.5 5.4 5.4 2.6 6.9 6.6 World Steel Association
Zinc6.1 4 2.3 2.2 7.4 6
The International Lead and Zinc Study Group
Mobil melambat Bloomberg
Minyak pelumas turun moderat World Lubricants
World Economic Outlook
Negara Maju Negara BerkembangKomoditas SumberWorldPertumbuhan Permintaan (%)