kajian ekonomi regional jawa tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan...

90
Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Triwulan III-2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V (Jateng-DIY) Jl. Imam Bardjo SH No.4 Semarang, Telp. (024) 8310246, Fax. (024) 8417791 http://www.bi.go.id

Upload: vubao

Post on 07-Jul-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional

Jawa Tengah

Triwulan III-2012

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V (Jateng-DIY) Jl. Imam Bardjo SH No.4 Semarang, Telp. (024) 8310246, Fax. (024) 8417791

http://www.bi.go.id

Page 2: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat
Page 3: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III Tahun 2012

Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah dipublikasikan secara

triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V, untuk menganalisis

perkembangan ekonomi Jawa Tengah secara komprehensif. Isi kajian dalam buku

ini mencakup perkembangan ekonomi makro, inflasi, moneter, perbankan, sistem

pembayaran, keuangan daerah, dan prospek ekonomi Jawa Tengah. Penerbitan

buku ini bertujuan untuk: (1) melaporkan kondisi perkembangan ekonomi dan

keuangan di Jawa Tengah kepada Kantor Pusat Bank Indonesia sebagai masukan

pengambilan kebijakan, dan (2) menyampaikan informasi kepada external

stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V (Jateng-DIY)

Joni Swastanto Kepala Kantor Perwakilan

Dewi Setyowati Deputi Kepala Kantor Perwakilan Group Ekonomi

Moneter

Putra Nusantara S. Kepala Divisi Kajian Ekonomi

Imam Fauzy Kepala Divisi Pengawasan Bank

Untung Nugroho Kepala Divisi Pengawasan Bank

Eko Purwanto Kepala Divisi Sistem Pembayaran

Imam Mustiantoko Kepala Divisi Manajemen Intern

Softcopy buku ini dapat di-download dari website Bank Indonesia

dengan alamat http:/ /www.bi.go.id

Page 4: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 5: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 i

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan

Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah

Triwulan III 2012 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia.

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah diterbitkan secara periodik setiap triwulan

sebagai perwujudan peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V dalam memberikan

informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Jawa Tengah terkini serta

prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi

atau acuan dalam proses diskusi atau peroses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.

Dalam proses penyusunan Kajian Ekonomi Regional ini, kami menggunakan data yang diperoleh

dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Badan Pusat

Statistik, pelaku usaha dan akademisi, laporan dari perbankan serta data hasil analisis intern

Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk

itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan

semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan

datang.

Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun

terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan

kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang.

Akhirnya, besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi

semua kalangan dalam memahami perekonomian Jawa Tengah. Terima kasih.

Semarang, November 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH V

Ttd

Joni Swastanto Pemimpin

Page 6: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 ii

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 7: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 iii

Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................................. iii

Ringkasan Eksekutif ............................................................................................................ v

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro .................................................................................. 1

1.1. Analisis PDRB Sisi Permintaan ............................................................................. 2

1.1.1. Konsumsi ......................................................................................................... 3

1.1.2. Investasi ......................................................................................................................... 6

1.1.3. Ekspor dan Impor ......................................................................................................... 8

1.2. Analisis PDRB Sisi Penawaran ............................................................................. 9

1.2.1. Sektor Pertanian ......................................................................................................... 10

1.2.2. Sektor Industri Pengolahan ........................................................................................ 11

1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) ..................................................... 12

1.2.4. Sektor Jasa................................................................................................................... 13

1.2.5. Sektor-sektor Lainnya ................................................................................................. 14

BOKS PERTUMBUHAN INDUSTRI MANUFAKTUR ................................................................. 16

Bab 2 Perkembangan Inflasi ............................................................................................... 19

2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok ........................................................................... 21

2.2. Disagregasi Inflasi .............................................................................................. 26

2.3. Inflasi Empat Kota di Jawa Tengah .................................................................... 30

2.4. Inflasi Kota-Kota di Jawa .................................................................................. 31

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran ................................................... 33

3.1. Bank Umum ...................................................................................................... 35

3.1.1. Fungsi Intermediasi dan Perkembangan Jaringan Kantor Bank Umum .............. 35

3.1.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga .................................................................. 36

3.1.3. Penyaluran Kredit ........................................................................................... 38

3.1.3.1. Perkembangan Kredit secara Umum ............................................................ 38

3.1.3.2. Perkembangan kredit UMKM ....................................................................... 40

3.1.3.3. Resiko Kredit ............................................................................................... 42

3.2. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ................................................................ 43

3.3. Kinerja Perbankan Syariah ................................................................................. 47

3.4. Perkembangan Sistem Pembayaran .................................................................... 49

3.4.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai .................................................... 49

3.4.1.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) ........................................ 49

3.4.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar / Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

Uang Kartal ............................................................................................................. 50

Page 8: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 iv

3.4.1.3. Uang Palsu .................................................................................................. 50

3.4.2. Transaksi Keuangan secara Non Tunai ............................................................. 51

3.4.2.1. Transaksi Kliring .......................................................................................... 51

3.4.2.2.Transaksi RTGS ............................................................................................. 51

Bab 4 Keuangan Daerah .................................................................................................... 53

4.1. Realisasi Pendapatan Daerah ............................................................................. 53

4.2. Realisasi Belanja Daerah .................................................................................... 56

BOKS PERAN BELANJA MODAL DAERAH DALAM MENDORONG AKSELERASI PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR ...................................................................................................... 58

Bab 5 Kesejahteraan Masyarakat ........................................................................................ 61

5.1. Ketenagakerjaan ............................................................................................... 61

5.2. Nilai Tukar Petani .............................................................................................. 63

Bab 6 Prospek Perekonomian ............................................................................................. 65

6.1.Pertumbuhan Ekonomi ....................................................................................... 66

6.2. Inflasi ................................................................................................................ 69

BOKS PERKEMBANGAN PROYEK INFRASTUKTUR MP3EI DI JAWA TENGAH......................... 73

Daftar Istilah .................................................................................................................... 75

LAMPIRAN ........................................................................................................................ 77

Indikator Ekonomi Jawa Tengah ........................................................................................ 77

Page 9: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 v

Ringkasan Eksekutif

Ekonomi Jawa Tengah pada triwulan III 2012 melanjutkan pertumbuhannya dan

dengan level yang lebih tinggi. Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah

mencapai 6,5% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 6,3% (yoy).

Secara triwulanan, perekonomian mengalami peningkatan sebesar 0,9% dibandingkan triwulan

II 2012. Dari sisi permintaan, membaiknya kinerja ekspor dan pertumbuhan investasi

yang tetap tinggi menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada

triwulan III-2012. Pertumbuhan ekspor Jawa Tengah pada triwulan III 2012 tercatat 8,7%,

meningkat dibanding triwulan sebelumnya (0,9%) dan periode yang sama tahun sebelumnya

(6,6%). Sementara itu, kegiatan investasi yang tercermin pada Pembentukan Modal Domestik

Bruto (PMTB) tetap dapat tumbuh tinggi. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga

pada triwulan III 2012 yang terkait dengan faktor musimam puasa dan Lebaran tercatat relatif

rendah (4,5%), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun

sebelumnya. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh sektor

non-tradable. Pertumbuhan tertinggi dari sisi penawaran terutama dicapai oleh pertumbuhan

sektor keuangan dan sektor bangunan. Sementara itu, dari tiga sektor utama ekonomi Jawa

Tengah, sektor Pertanian mengalami pertumbuhan tertinggi (8,0%). Sementara itu, sektor

industri pengolahan tumbuh dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran masing-masing

tumbuh sebesar 5,2% dan 6,7%, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya.

Perkembangan harga secara umum (inflasi) di Jawa Tengah pada triwulan III

2012 mengalami kenaikan sebesar 1,64% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya.

Kenaikan harga tersebut selain disebabkan oleh faktor musiman Puasa dan Lebaran,

juga disebabkan dampak kenaikan harga emas internasional dan melemahnya nilai

tukar Rupiah. Namun demikian, inflasi pada triwulan laporan tersebut masih lebih rendah

dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya, sehingga secara tahunan inflasi IHK di Jawa

Tengah menurun menjadi 4,49% dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 4,59%. Dengan

perkembangan tersebut, selama Januari-September 2012 inflasi di Jawa Tengah mencapai

3,70% (ytd). Berdasarkan disagregasi inflasi, penurunan inflasi tahunan pada triwulan III 2012

lebih disebabkan oleh faktor non-fundamental, terutama pada kelompok volatile foods, dengan

perkembangan inflasi kelompok administered prices sedikit menurun sehingga menjadi 3,24%

(yoy). Inflasi kelompok volatile foods turun dari 8,47% (yoy) menjadi 7,15% (yoy). Sementara

tekanan inflasi yang lebih bersifat fundamental yang tercermin pada perkembangan inflasi

kelompok inti menunjukkan peningkatan meski masih berada pada level yang rendah. Inflasi inti

pada triwulan laporan mencapai 3,96%, naik dari 3,63% (yoy) pada triwulan II 2012.

Peningkatan inflasi inti lebih disebabkan tekanan faktor eksternal terkait kenaikan harga emas di

pasar internasional (imported inflation) dan melemahnya nilai tukar. Sementara itu, tekanan dari

ekspektasi inflasi relatif tidak signfikan sejalan dengan relatif terjaganya kondisi pasokan.

Kondisi perbankan di Jawa Tengah pada triwulan III 2012 masih tumbuh secara

mengesankan. Indikator kinerja utama perbankan di Jawa Tengah pada triwulan III

2012 tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Kredit perbankan pada

triwulan laporan mampu tumbuh 21,6% (yoy), yang didukung oleh pertumbuhan

penghimpunan dana (19,5% yoy), yang menggambarkan masih tingginya tingkat kepercayaan

Page 10: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 vi

masyarakat terhadap sistem perbankan di Jawa Tengah. Pertumbuhan kredit tersebut terutama

terjadi pada kredit investasi yang menjadi salah satu faktor daya dorong kegiatan investasi di

Jawa Tengah. Sementara itu, kualitas kredit (NPL) mampu dijaga pada level di bawah 5%.

Sementara itu, dari sisi perkembangan sistem pembayaran juga relatif stabil yang ditunjukkan

dengan adanya tren peningkatan secara umum pada keluar masuk uang kas di Bank Indonesia

serta peningkatan transaksi pembayaran non tunai melalui sistem Real Time Gross Settlement

(RTGS).

Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada triwulan III 2012 terus

menunjukkan peningkatan, dengan pola realisasi yang relatif sama dengan tahun

sebelumnya. Realisasi pendapatan maupun belanja daerah lebih baik dibandingkan triwulan

yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan triwulan III 2012, realisasi pendapatan daerah

mencapai 76,95% dari total APBD Perubahan, sementara realisasi belanja daerah mencapai

63,79%. Kenaikan biaya belanja rutin pada triwulan ini mendorong kenaikan realisasi belanja

daerah, seiring pembayaran THR dalam menyambut Lebaran. Realisasi pendapatan dari 35

kabupaten/kota di Jawa Tengah secara rata-rata di beberapa Kab/Kota mencapai 54,45%.

Sementara itu realisasi belanja, hingga bulan Agustus 2012, juga masih sangat rendah, secara

rata-rata di beberapa Kab/Kota hanya mencapai 32,82%.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan IV 2012 diperkirkan masih

akan tumbuh cukup tinggi. Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh

pertumbuhan sektor non-tradable, seperti sektor PHR, sektor transportasi dan komunikasi, serta

sektor jasa-jasa. Pertumbuhan pada sektor tersebut sejalan dengan faktor musiman Natal dan

Tahun Baru serta event liburan lainnya. Sementara itu, sektor Pertanian diperkirakan masih

cukup baik sejalan dengan kondisi cuaca yang mendukung. Dengan kinerja sektor Industri yang

diperkirakan membaik--sejalan dengan membaiknya kinerja ekspor--maka tiga sektor ekonomi

Jawa Tengah diperkirakan masih akan menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi

pada triwulan IV 2012, yang diperkirakan akan tumbuh 6,0-6,3%. Dari sisi penggunaan,

kegiatan investasi masih akan cukup tinggi dengan masih tingginya impor bahan baku dan

bahan modal serta pertumbuhan kredit investasi. Dengan pertumbuhan konsumsi yang relatif

stabil terkait faktor musiman akhir tahun dimaksud, permintaan domestik masih akan menjadi

penyumbang utama pertumbuhan ekonomi. Dengan perkembangan tersebut, untuk

keselurahan tahun, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 6,0-6,3%.

Sementara itu, perkembangan harga secara umum di Jawa Tengah pada

triwulan IV 2012 diperkirakan meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Kenaikan

harga tersebut, selain dipengaruhi faktor musiman akhir tahun (Natal dan Tahun Baru), juga

dikarenakan kondisi pasokan yang terbatas dengan masuknya musim tanam khususnya padi.

Pasokan beras Bulog yang memadai diperkirakan dapat meredam kenaikan harga beras. Dengan

kondisi tersebut, inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat. Sementara inflasi kelompok

administered prices cenderung stabil sejalan dengan tidak adanya kebijakan yang bersifat

strategis. Pada kelompok inti, tekanan inflasi terutama masih terkait dengan kemungkinan

berlanjutnya kenaikan harga emas dan melemahnya nilai tukar. Dalam pada itu, ekspektasi

inflasi masih terjaga meski ada kecenderungan peningkatan. Dengan demikian, inflasi inti secara

tahunan akan meningkat. Secara keseluruhan, inflasi IHK sampai dengan akhir tahun

diperkirakan akan berada pada kisaran 4,7% hingga 5,3% (yoy) atau masih sejalan dengan

sasaran inflasi nasional (4,5% ± 1%).

Page 11: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 1

Bab 1

Perkembangan Ekonomi Makro Ekonomi Jawa Tengah pada triwulan III 2012 melanjutkan pertumbuhannya dan dengan

level yang lebih tinggi. Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mencapai

6,5% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 6,3% (yoy). Secara

triwulanan, perekonomian mengalami peningkatan sebesar 0,9% dibandingkan triwulan II

2012. Dari sisi permintaan, membaiknya kinerja ekspor dan pertumbuhan investasi yang tetap

tinggi menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan III-2012.

Pertumbuhan ekspor Jawa Tengah pada triwulan III 2012 tercatat 8,7%, meningkat dibanding

triwulan sebelumnya (0,9%) dan periode yang sama tahun sebelumnya (6,6%). Sementara itu,

kegiatan investasi yang tercermin pada Pembentukan Modal Domestik Bruto (PMTB) tetap dapat

tumbuh tinggi. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2012

yang terkait dengan faktor musimam puasa dan Lebaran tercatat relatif rendah (4,5%), lebih

rendah dibanding triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi

penawaran, pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh sektor non-tradable. Pertumbuhan

tertinggi dari sisi penawaran terutama dicapai oleh pertumbuhan sektor keuangan dan sektor

bangunan. Sementara itu, dari tiga sektor utama ekonomi Jawa Tengah, sektor Pertanian

mengalami pertumbuhan tertinggi (8,0%). Sementara itu, sektor industri pengolahan tumbuh

dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran masing-masing tumbuh sebesar 5,2% dan 6,7%,

lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya.

Ekonomi Jawa Tengah pada triwulan III 2012 melanjutkan pertumbuhannya dan

dengan level yang lebih tinggi. Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah

mencapai 6,5% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 6,3% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tersebut berada diatas angka pertumbuhan ekonomi

nasional yang mencatat angka pertumbuhan sebesar 6,2% (yoy).

Grafik 1.1 PDRB Jateng ADHK 2000 dan Laju Pertumbuhan Tahunan

Sumber : BPS Jateng, diolah

Grafik 1.2 PDRB Jateng ADHK 2000 dan Laju Pertumbuhan Triwulanan

Sumber : BPS Jateng, diolah

5,6 5,7

6,5 6,3

4,9

6,46,1

6,3 6,5

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

42

44

46

48

50

52

54

56

III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012

% yoyTriliun Rp

Nominal PDRB

Growth (% yoy)

2,2

-4,3

7,0

1,50,8

-2,8

6,7

1,80,9

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

42

44

46

48

50

52

54

56

III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012

% qtqTriliun Rp

Nominal PDRBGrowth (% qtq)

Page 12: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 2

Dari sisi permintaan, membaiknya kinerja ekspor dan pertumbuhan investasi

yang tetap tinggi menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada

triwulan III-2012. Di tengah krisis Eropa yang masih berlangsung yang menyebabkan

penurunan permintaan, ekspor barang dan jasa provinsi Jawa Tengah baik antar daerah

maupun luar negeri tercatat cukup tinggi. Pertumbuhan ekspor Jawa Tengah pada triwulan III

2012 tercatat 8,7%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya (0,9%) dan periode yang sama

tahun sebelumnya (6,6%). Sejalan dengan membaiknya ekspor, impor barang juga

menunjukkan peningkatan dibanding triwulan sebelumnya, meski relatif masih rendah.

Sementara itu, kegiatan investasi yang tercermin pada Pembentukan Modal Domestik Bruto

(PMTB) tetap dapat tumbuh tinggi, bahkan lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya dan

periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga

pada triwulan III 2012 yang terkait dengan faktor musimam puasa dan Lebaran tercatat relatif

rendah (4,5%), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya dan periode yang sama tahun

sebelumnya. Namun, konsumsi rumah tangga masih menjadi sumber pertumbuhan ekonomi

Jawa Tengah pada triwulan III 2012 setelah ekspor.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi terutama didorong oleh sektor non-

tradable. Pertumbuhan tertinggi dari sisi penawaran terutama dicapai oleh pertumbuhan sektor

keuangan dan sektor bangunan. Di sektor tradable, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor

pertambangan meski sumbangan ke pertumbuhan ekonomi relatif kecil. Sementara itu, dari tiga

sektor utama ekonomi Jawa Tengah, sektor Pertanian mengalami pertumbuhan tertinggi

(8,0%). Sementara itu, sektor industri pengolahan tumbuh dan sektor perdagangan, hotel, dan

restoran masing-masing tumbuh sebesar 5,2% dan 6,7%, lebih rendah dibanding triwulan

sebelumnya. Secara keseluruhan, ketiga sektor utama tersebut memberikan sumbangan ke

pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan III 2012 sebesar 3,2%. Dapat ditambahkan

bahwa sektor yang tumbuh relatif rendah adalah sektor jasa (3,5%), setelah pada dua triwulan

sebelumnya mampu tumbuh tinggi.

1.1. Analisis PDRB Sisi Permintaan

Pada triwulan laporan, kegiatan investasi masih dapat tumbuh tinggi sementara

kegiatan ekspor mengindikasikan adanya perbaikan. Masih menariknya Provinsi Jawa

Tengah sebagai daerah tujuan investasi untuk relokasi dan perluasan pabrik tekstil serta

pembangunan hotel, menyebabkan pertumbuhan investasi Jawa Tengah pada triwulan III 2012

mampu tumbuh cukup tinggi. Sementara relokasi pasar tujuan ekspor (domestik maupun luar

negeri) mendorong perbaikan kinerja ekspor. Dengan perkembangan tersebut, ekspor dan

PMTB merupakan penyumbang pertumbuhan yang terbesar terhadap PDRB Jawa Tengah pada

triwulan III 2012.

Page 13: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 3

Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah Menurut Jenis Penggunaan (%, yoy)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000) Keterangan : **) angka sangat sementara

1.1.1. Konsumsi

Konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2012 tumbuh cukup baik sebesar 4,5%

(yoy), meski menurun dibanding triwulan sebelumnya (4,7% yoy) dan lebih rendah

dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (7,0%). Secara umum, pertumbuhan

konsumsi rumah tangga yang masih cukup kuat tersebut antara lain dipengaruhi oleh

terjaganya daya beli masyarakat. Namun, prospek perekonomian domestik yang masih

dibayangi oleh krisis ekonomi global menyebabkan pengeluaran konsumsi. Kondisi tersebut

tercermin pada tingkat keyakinan konsumen yang masih berada pada level yang optimis, namun

cenderung menurun pada akhir periode. Dengan perkembangan tersebut, secara triwulanan,

kegiatan konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 2,2% (qtq) pada triwulan ini.

Grafik 1.3 Indeks Keyakinan Konsumen di Jawa Tengah

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Wil. V

Grafik 1.4 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini di Jawa Tengah

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Wil. V

TotalI II III IV 2011 I II III**

Konsumsi Rumah Tangga 6,5 7,1 7,0 5,7 6,6 5,8 4,7 4,5Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba -4,1 -3,8 6,9 13,5 2,9 9,5 7,9 6,0Konsumsi Pemerintah 11,9 10,4 6,9 3,2 7,7 4,3 7,1 2,4PMTB 6,9 10,1 8,4 5,2 7,6 8,1 8,5 11,0Perubahan Stok -4,7 -69,2 -169,5 -52,5 -152,1 30,9 209,0 -44,9Ekspor -6,0 10,2 6,6 19,1 7,2 17,0 0,9 8,7Impor -6,4 7,2 17,7 26,9 10,7 19,1 4,3 5,9

PDRB 6,5 6,3 4,8 6,4 6,0 6,1 6,3 6,5

2011 2012Komponen Penggunaan

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011 2012

(Indeks)

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Ekspektasi Konsumen (IEK)

Optimis

Pesimis

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2009 2010 2011 2012

(Indeks)

Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Penghasilan saat ini

Ketersediaan lapangan kerja Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

Optimis

Pesimis

Page 14: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 4

Grafik 1.5 Komponen Indeks Ekspektasi di Jawa Tengah

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Wil. V

Masih kuatnya level konsumsi rumah tangga tersebut tercermin pada tetap

terjaganya optimisme konsumen yang terlihat dari hasil dari Survei Konsumen yang

diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia V sampai dengan posisi akhir triwulan III

2012. Survei tersebut menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di Jawa Tengah

sebesar 118,0 atau masih berada pada level optimis (Grafik 1.3). Sementara itu, dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya atau periode yang sama tahun sebelumnya, tingkat optimisme

konsumen mengalami penurunan. Hal ini terkait dengan kondisi perekonomian global yang

masih belum sepenuhnya pulih dari krisis, khususnya Amerika dan Eropa, yang berdampak pada

persepsi konsumen secara keseluruhan. Namun demikian, konsumen masih tetap optimis

terhadap kondisi perekonomian saat ini yang ditunjukkan dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

(IKE) yang sebesar 115,5, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 112,4

(Grafik 1.4).

Di tengah optimisme tersebut, perlu kita cermati bersama bahwa pertumbuhan

konsumsi RT mengalami tren penurunan semenjak awal tahun 2012. Konsumsi RT hanya

mampu tumbuh sebesar 5,0% (ctc) atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 6,9% (ctc). Kondisi tersebut menggambarkan

menurunnya daya dukung permintaan domestik meski investasi sampai dengan triwulan III 2012

masih dapat tumbuh tinggi. Hal ini diperkirakan terkait dengan kecenderungan masyarakat

untuk menahan tingkat konsumsinya sejalan dengan prospek perekonomian domestik yang

masih dibayangi oleh krisis ekonomi global.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2009 2010 2011 2012

(Indeks)

Ekspektasi Konsumen (IEK) Ekspektasi PenghasilanEkspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja Ekspektasi Kondisi Ekonomi

Optimis

Pesimis

Page 15: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 5

Grafik 1.6 Penjualan Listrik Segmen Rumah Tangga

Sumber: PT. PLN (Persero) Distribusi Wil. Jateng&DIY

Namun, beberapa indikator konsumsi rumah tangga masih menunjukkan

perkembangan yang cukup tinggi, seperti penjualan listrik PLN segmen Rumah Tangga

(Grafik 1.6.). Secara tahunan, penjualan listrik PLN untuk segmen rumah tangga tumbuh

11,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar

8,2% (yoy). Kondisi ini menunjukkan adanya indikasi kebutuhan konsumsi energi masyarakat

yang masih cukup tinggi.

Grafik 1.7 Balik Nama Kendaraan Bermotor

(BBNKB) Jawa Tengah

Sumber : Dinas PPAD Prov. Jawa Tengah, diolah

Grafik 1.8 Posisi Giro Pemerintah di

Perbankan Jawa Tengah

Sumber : Bank Indonesia

Untuk konsumsi pemerintah, pada triwulan III 2012 tumbuh mencapai 2,4%

(yoy), lebih rendah bila dibandingkan angka pertumbuhan pada triwulan II 2012 sebesar 7,1%

(yoy). Tingkat penyerapan belanja pemerintah di triwulan ini masih rendah (secara triwulanan

pertumbuhan konsumsi pemerintah sebesar 1,3%) tersebut diperkirakan terkait dengan adanya

morotarium penerimaan CPNS dan beberapa proyek yang masih belum terealisasi anggaran

karena terkendala dalam hal pembebasan lahan, proses lelang proyek (terlambat

penandatanganan kontrak dan pekerjaan lapangannya serta ada yang gagal lelang sama sekali),

addendum/amandemen kurang terhadap kontrak pekerjaan yang disesuaikan dengan

0

100

200

300

400

500

600

700

800

-5

0

5

10

15

20

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Juli Sept

2010 2011 2012

Juta KWH

Rumah Tangga (RHS)

g (% yoy)

%

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

150

170

190

210

230

250

270

III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012

Persenribu unitBBNKB (ribu unit)

Pert. Yoy

Pert. QtqRp6,2 T

Rp9,1 T

24,3%46,1%

5,0% 8,4%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

-

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

9,0

10,0

III IV I II III

2011 2012

Growth (%)Triliun Rp

Giro Pemerintah % yoy - rhs % qtq - rhs

Page 16: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 6

kebutuhan di lapangan, dll. Meskipun demikian, beberapa proyek infrastuktur terutama yang

terkait dengan MP3EI masih terus berjalan sesuai dengan rencana (lihat boks).

Rendahnya pertumbuhan Konsumsi Pemerintah antara lain tercermin pada simpanan

giro milik pemerintah yang ada di perbankan menunjukkan peningkatan yang

signifikan. Rekening giro milik Pemerintah tumbuh mencapai 46,1% (yoy) dan 8,4% (qtq)

(Grafik 1.8.). Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan anggaran masih belum optimal

sepanjang triwulan III 2012 (lihat bab keuangan daerah).

1.1.2. Investasi

Investasi yang tercermin dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada

triwulan III 2012 tumbuh cukup tinggi sebesar 11,0% (yoy). Pertumbuhan investasi

tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada triwulan II 2012 dan

triwulan III 2011 yang masing-masing mencapai 8,5% (yoy) dan 8,4% (yoy). Cukup tingginya

pertumbuhan tersebut tersebut terutama berasal dari realisasai investasi swasta dan beberapa

proyek infrastuktur pemerintah.

Kegiatan investasi di Jawa Tengah diperkirakan terkait dengan pelaksanaan

beberapa proyek infrastruktur dan konstruksi. Dapat diinformasikan bahwa beberapa

proyek besar yang akan dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta di 2012 antara lain jalan

tol, jembatan, waduk, pembangkit listrik, instalasi air bersih serta pendirian pabrik dan gedung

perkantoran. Diantaranya adalah, Proyek jalan tol Semarang-Solo masih terus berjalan yang kini

beranjak ke seksi II (Ungaran-Bawen), pembangunan jalan JLLS di Selatan Jawa Tengah,

pembangunan waduk Jatibarang di Semarang dan waduk Logung di Kudus, pembangunan

jalan lingkar Ambarawa, pendirian pabrik gula di Blora, pendirian beberapa hotel, apartemen

dan mall di Semarang, Solo, Yogya dan lain sebagainya.

Grafik 1.9 Penjualan Semen di Jawa Tengah

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Grafik 1.10 Konsumsi Listrik PLN Segmen

Industri di Jawa Tengah

Sumber: PT. PLN (Persero) Distribusi Wil. Jateng&DIY

Kegiatan investasi pada triwulan ini antara lain juga terlihat pada

konsumsi/penjualan semen di Jawa Tengah yang tumbuh cukup tinggi. Pada grafik 1.9.

terlihat bahwa pertumbuhan penjualan semen di Jawa Tengah pada triwulan III 2012 masih

tinggi, yaitu mencapai 19,4% (yoy), mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya

yang tercatat 11,5% (yoy) dan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 14,3% (yoy).

Hal tersebut menunjukkan masih maraknya pembangunan di wilayah Jawa Tengah.

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0

100

200

300

400

500

600

700

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei Jun Jul

Ags

Sep

Okt

Nov Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni Ju

lA

gsSe

p

2011 2012

% yoyRibu Ton

Realisasi

g_yoy (%-rhs)

0

100

200

300

400

500

600

-10

-5

0

5

10

15

20

25

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Juli Sept

2010 2011 2012

Juta KWH

Kons. Listrik Industri (RHS)

g (% yoy)

%

Page 17: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 7

Pertumbuhan konsumsi listrik PLN untuk sektor industri dan bisnis juga tetap

terjaga pada level yang tinggi, menunjukkan masih menariknya prospek kegiatan

investasi di Jawa Tengah. Konsumsi listrik segmen industri tumbuh sebesar 6,7% (yoy) lebih

tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,5% (yoy). Sementara itu, konsumsi listrik

sektor bisnis tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar 10,5% (yoy), walaupun dedikit mengalami

penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,1% (yoy). Kondisi

tersebut mengindikasikan terus terjadinya ekspansi oleh kalangan dunia usaha di Jawa Tengah.

(Grafik 1.10. dan 1.11)

Grafik 1.11 Konsumsi Listrik PLN Segmen Bisnis di Jawa Tengah

Sumber: PT. PLN (Persero) Distribusi Wil. Jateng&DIY

Grafik 1.12 Penjualan Truck/Pick-up Baru di Jawa Tengah

Sumber : Dinas PPAD Prov Jawa Tengah, diolah

Kegiatan investasi di Jawa Tengah juga terlihat pada penjualan truk/pick up

baru yang cenderung meningkat. Grafik 1.12. menunjukkan perkembangan jumlah

pengadaan truk baru di Jawa Tengah pada triwulan ini juga masih menunjukkan pertumbuhan

yang cukup tinggi pada kisaran 23,1% (yoy). Pembelian truk biasanya dipergunakan untuk

keperluan bisnis/usaha, sehingga perkembangan penjualan truk ini dapat menjadi proxy

peningkatan investasi.

Dari sisi pembiayaan, indikasi cukup tingginya kegiatan investasi terlihat dari

tren peningkatan kredit investasi perbankan. Kredit investasi yang disalurkan oleh

perbankan di Jawa tengah mengalami peningkatan baik nominal maupun pertumbuhannya,

dengan pertumbuhan yang mencapai diatas 51,7% (yoy), seperti terlihat pada grafik 1.13.

Grafik 1.13 Kredit Investasi di Jawa Tengah

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 1.14 Perkembangan Impor Non Migas Barang Modal Jawa Tengah

Sumber : Bank Indonesia

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Juli Sept

2010 2011 2012

Juta KWH

Bisnis (RHS) g (% yoy)

%

0

500

1000

1500

2000

2500

-45

-30

-15

0

15

30

45

60

75

90

105

120

135

Jan

Fe

bM

ar

Ap

rM

ei

Jun

Jul

Ag

sse

pO

kt

No

vD

es

Jan

Fe

bM

ar

Ap

rM

ei

Jun

Jul

Au

gS

ep

Oc

tN

ov

De

cJa

nF

eb

Ma

rA

pr

Me

iJu

ni

Jul

Au

gS

ep

2010 2011 2012

Total truck (unit, RHS)

g% (yoy)

39,27

51,76

-10

0

10

20

30

40

50

60

-

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

16,0

18,0

20,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012

% (yoy)Triliun Rp

Kredit Investasi Growth (yoy %)

27,6%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0,0

50,0

100,0

150,0

200,0

250,0

300,0

350,0

400,0

450,0

III IV I II III

2011 2012

% yoyJuta USDBarang Modal - Juta USD

% (yoy)

Page 18: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 8

Kegiatan investasi juga terlihat dari impor non migas Jawa Tengah untuk

barang-barang modal1 (Capital Goods) memperlihatkan peningkatan yang cukup

signifikan pada triwulan ini. Impor barang modal tumbuh sebesar 27,6% (yoy), meningkat

drastis jika dibandingkan dengan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang

mengalami kontraksi -2,2% (yoy) (Grafik 1.14.)

1.1.3. Ekspor dan Impor

Perdagangan eksternal (ekspor-impor dan perdagangan antar pulau) di wilayah

Jawa Tengah pada triwulan III 2012 mengalami kenaikan yang signifikan. Perkembangan

ekspor2 pada PDRB Jawa Tengah triwulan III 2012 tumbuh 8,7% (yoy), meningkat tajam jika

dibandingkan dengan triwulan II 2012 yang hanya tumbuh sebesar 0,9% (yoy). Sejalan dengan

ekspor, impor juga mengalami pertumbuhan yang membaik, yaitu sebesar 5,9% (yoy),

dibanding triwulan sebelumnya tumbuh 4,3% (yoy). Secara neto, ekspor tahunan Jawa Tengah

tumbuh cukup mengesankan, yaitu mencapai 71,6% (yoy). Selain dipengaruhi oleh tingginya

perdagangan antar daerah, hal tersebut juga terkait pertumbuhan negatif ekspor neto pada

triwulan III 2011.

Dapat ditambahkan bahwa berdasarkan data BPS (periode Juli 2012), ekspor ke luar

negeri dari Jawa Tengah mencapai USD384,49 juta atau naik sebesar 36,7% (yoy). Namun,

ekspor kumulatif Januari - Juli 2012 mencapai USD2.737,06 juta atau naik sebesar 0,31% (ctc)

dibandingkan tahun 2011. Tekstil dan barang tekstil, Kayu dan barang dari kayu, serta

bermacam barang hasil pabrik merupakan tiga kelompok komoditas utama yang mempunyai

nilai ekspor tertinggi. Sementara itu, nilai impor Jawa Tengah mencapai USD1.294,69 juta atau

turun sebesar 8,8% (yoy). Impor kumulatif Januari - Juli 2012 mencapai USD8.530,93 juta atau

naik sebesar 13,6% (ctc) dibandingkan tahun 2011. Produk mineral, mesin dan pesawat

mekanik serta tekstil dan barang tekstil merupakan kelompok komoditas yang mempunyai nilai

impor tertinggi.

Grafik 1.15 Perkembangan Ekspor Impor Grafik 1.16 Perkembangan Volume

1 Barang-barang impor berdasarkan klasifikasi BEC dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:

1. Barang modal (Capital) adalah barang-barang yang digunakan untuk keperluan investasi 2. Bahan baku (Raw Material) adalah barang-barang mentah atau setengah jadi yang akan diproses kembali oleh sektor industri 3. Konsumsi (Consumption) adalah kategori barang-barang jadi yang digunakan langsung untuk konsumsi baik habis pakai

maupun tidak. BEC merupakan pengklasifikasian kode barang dengan 3 digit angka, yang dikelompokkan berdasarkan kegunaan utama barang

berdasarkan daya angkut komoditi tersebut.

2 Pengertian ekspor dan impor dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara

dan antar provinsi

Page 19: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 9

Non Migas di Jawa Tengah

Sumber : Bank Indonesia

Bongkar Muat Peti Kemas

Sumber : Terminal Peti Kemas Semarang

Data ekspor dan impor luar negeri yang diolah Bank Indonesia3 mendukung

adanya tren perbaikan ekspor. Kinerja ekspor non migas Jawa Tengah sampai dengan

triwulan III 2012 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan yaitu tumbuh sebesar 10,7% (yoy),

sejalan dengan pertumbuhan ekspor dalam PDRB Jawa Tengah. Ekspor tersebut mengalami

peningkatan dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -2,3%

(yoy). Sementara itu, impor non migas mengalami pertumbuhan sebesar 6,0% (yoy), mengalami

perlambatan pertumbuhan dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,1% (yoy) (Grafik

1.15.).

Selanjutnya, volume arus bongkar muat peti kemas untuk kegiatan ekspor impor

ke luar negeri di terminal peti kemas Semarang juga mengkonfirmasikan adanya

peningkatan pertumbuhan untuk ekspor. Pada triwulan ini, pertumbuhan tahunan volume

arus bongkar muat peti kemas di terminal Semarang untuk ekspor adalah sebesar 4,4% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,4% (yoy). Sementara itu,

volume arus bongkar muat peti kemas di terminal Semarang untuk impor tumbuh sebesar 2,6%

(yoy) atau mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

4,3% (yoy) (Grafik 1.16).

1.2. Analisis PDRB Sisi Penawaran

Dilihat dari sisi sektoral, meski pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor non-

tradable, sektor Pertanian yang merupakan salah satu sektor utama Jawa Tengah

tumbuh cukup mengesankan. Pada triwulan laporan, pertumbuhan yang cukup tinggi

terutama dialami oleh sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan, serta sektor konstruksi.

Dalam pada itu, sektor Pertanian tumbuh signifikan, jauh meningkat dibanding triwulan

sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa musim kemarau yang diindikasikan lebih panjang

tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap sektor Pertanian secara keseluruhan. Dari

sisi sumbangan terhadap pertumbuhan, sektor industri pengolahan, sektor PHR dan sektor

pertanian--tiga sektor utama ekonomi Jawa Tengah--memberikan sumbangan pertumbuhan

yang terbesar terhadap PDRB Jawa Tengah periode triwulan ini. Perlu dicatat bahwa

3 Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter (DSM)

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

250

300

350

400

450

500

550

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Me

i

Jun

Jul

Ag

s

Se

p

Ok

t

No

v

De

s

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Me

i

Jun

Jul

Ag

t

Se

pt

2011 2012

%Nillai (Juta USD)

Ekspor Impor pert. Yoy ekspor rhs pert. Yoy impor - rhs

0%

5%

10%

15%

20%

25%

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

I II III IV I II III

2011 2012

% yoyRibu TEUS Ekspor Impor

g_yoy ekspor - rhs g_yoy impor - rhs

Page 20: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 10

pertumbuhan terendah dicapai oleh sektor jasa-jasa, jauh menurun dibanding dua triwulan

sebelumnya.

Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha (%, yoy)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000) Keterangan : **) angka sangat sementara) , p) proyeksi Bank Indonesia

1.2.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian pada triwulan III 2012 mengalami pertumbuhan mengesankan

sebesar 8,0% (yoy), setelah pada triwulan II 2012 hanya mampu tumbuh sebesar 0,3%

(yoy). Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa panen gadu tanaman bahan makanan, khususnya

padi, lebih besar dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Cuaca yang cukup baik--

walaupun dibayangi masa kemarau yang cukup panjang--mendukung cukup primanya performa

sektor pertanian secara keseluruhan. Produktivitas yang meningkat dan intensifikasi pertanian

baik on farm maupun off farm yang digalakkan Pemprov Jawa Tengah terbukti cukup sukses

untuk meningkatkan produksi pertanian.

Indikasi tingginya kinerja sektor pertanian, terlihat pada produksi padi yang

jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Dari grafik 1.17.

terlihat bahwa produksi padi triwulan ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan

dibandingkan dengan produksi triwulan III 2011 yaitu tumbuh 39,9% (yoy) atau mencapai

produksi 2,21 juta ton. Sementara itu, pada tahun sebelumnya, produksi padi pada triwulan III

2011 hanya tercatat sebesar 1,58 juta ton.

Hal ini juga terkonfirmasi dari data produksi padi di Jawa Tengah berdasarkan Angka

Ramalan II (ARAM II) yang diperkirakan meningkat karena kenaikan luas panen dan

produktivitas. Untuk keseluruhan tahun 2012, produksi padi--yang menjadi penyumbang utama

PDRB sektor Pertanian--di Provinsi Jawa Tengah diperkirakan mencapai 9,9 juta ton, meningkat

sebesar 5,5% (yoy) dibandingkan dengan produksi padi tahun sebelumnya yang sebesar 9,3 juta

ton (lihat boks).

Hal ini menarik, mengingat sampai dengan triwulan III 2012, sektor pertanian baru

mencapai pertumbuhan sebesar 1,9% (ctc). Dengan memakai asumsi ARAM II padi sebagai

basis pertumbuhan sektor pertanian, maka setidaknya sektor pertanian harus mampu tumbuh

sekitar 3,29% (ctc) untuk mencapai pertumbuhan 5,5% (yoy) pada akhir tahun.

I II III IV I II III** IVp

PERTANIAN 3,5 3,0 -4,3 3,7 1,3 -2,0 0,3 8,0 1,1 1,7PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2,0 5,1 1,6 11,3 4,9 8,7 7,7 8,7 7,7 8,2INDUSTRI PENGOLAHAN 7,2 6,2 6,4 7,2 6,7 8,1 6,5 5,2 4,3 6,0LISTRIK,GAS DAN AIR BERSIH 4,9 4,1 3,1 5,1 4,3 7,6 6,2 7,1 5,9 6,7BANGUNAN 5,6 6,5 6,3 6,9 6,3 8,0 7,9 9,3 6,4 7,9PERDAGANGAN,HOTEL & RESTORAN 7,8 8,0 7,8 6,5 7,5 7,5 8,8 6,7 9,3 8,1PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8,7 11,0 6,5 8,3 8,6 8,6 8,1 7,0 6,5 7,6KEUANGAN, PERSEWAAN & Js. Pers 4,8 7,6 6,4 7,6 6,6 8,6 9,8 11,4 11,5 10,3JASA-JASA 8,2 6,8 9,8 5,5 7,5 9,4 9,3 3,5 9,6 7,9

PDRB 6,5 6,3 4,9 6,4 6,0 6,1 6,3 6,5 6,2 6,3

2011 2012p20122011LAPANGAN USAHA

Page 21: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 11

Grafik 1.17 Perkembangan Produksi Padi di Jawa Tengah

Sumber : Dinpertan TPH Prov. Jateng

Grafik 1.18 Perkembangan Luas Penen di Jawa Tengah

Sumber : Dinpertan TPH Prov. Jateng

1.2.2. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan tumbuh cukup baik yaitu mencapai 5,2% (yoy).

Pertumbuhan pada triwulan III 2012 tersebut menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan II

2012 dan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,5%

(yoy) dan 6,4% (yoy). Penurunan pertumbuhan sektor industri pengolahan juga dikonfirmasi

dari sisi penggunaan yaitu permintaan domestik yang melemah (konsumsi RT). Berdasarkan

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan III 2012 yang dilakukan oleh KPw BI Wil. V,

diketahui bahwa faktor pendorong tumbuhnya sektor industri pada triwulan laporan adalah

peningkatan produksi dan persediaan, terkait dengan pola permintaan yang meningkat pada

Ramadhan dan Idul Fitri, yang diikuti dengan peningkatan penggunaan tenaga kerja.

Kegiatan sektor industri yang menurun juga tercermin pada data impor bahan

baku4 (raw material) yang mengalami kontraksi pertumbuhan. Pada triwulan laporan,

impor bahan baku mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -2,0% (yoy) (Grafik 1.19).

Namun demikian, walaupun sektor industri pengolahan mengalami penurunan pertumbuhan,

namun sektor ini merupakan penyumbang terbesar pertumbuhan di Jawa Tengah pada triwulan

laporan, dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 1,7%.

Grafik 1.19 Impor Non Migas Bahan baku Jawa Tengah

Sumber: DSM, Bank Indonesia

4 Lihat catatan kaki No. 2.

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

-100

-50

0

50

100

150

200

De

s

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Me

i

Jun

Jul

Ag

s

Se

p

Ok

t

No

v

De

s

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Ag

t*

Se

pt*

2010 2011 2012

Ton%

Produksi Padi (RHS)

g Produksi Padi (%, yoy)

-

50

100

150

200

250

300

350

400

-50

0

50

100

150

200

250

300

350

De

s

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Me

i

Jun

Jul

Ag

s

Se

p

Ok

t

No

v

De

s

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Ag

t*

Se

pt*

2010 2011 2012

Ribu Ha%

Luas Panen (ha)-RHS

g Luas Panen (%, yoy)

-2,0%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0100200300400500600700800900

1000

III IV I II III

2011 2012

% yoyJuta USDBahan Baku - Juta USD

% (yoy)

Page 22: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 12

1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)

Pada triwulan III 2012 sektor PHR tumbuh cukup signifikan sebesar 6,7% (yoy),

mengalami penurunan dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II 2012 yang

tercatat sebesar 8,8% (yoy). Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan diperkirakan

banyak didukung oleh subsektor perdagangan berkenaan dengan perayaan hari raya Lebaran

dan subsektor perhotelan dengan semakin banyaknya kegiatan meeting, invention, convention,

dan exhibition (MICE) yang dilakukan di Jawa Tengah. Menurunnya pertumbuhan sektor PHR

juga terkonfirmasi dari penurunan pertumbuhan tingkat konsumsi masyarakat serta ekspektasi

dan optimisme keyakinan konsumen yang mengalami penurunan walaupun masih terus terjaga

di level optimis.

Namun demikian, walaupun mengalami penurunan, kinerja sektor PHR masih

dipersepsikan cukup baik. Hal tersebut dikonfirmasi dari hasil Survei Perdagangan Eceran

(SPE) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia wilayah V pada triwulan III 2012 (Grafik

1.20.). Indeks Perdagangan Eceran hasil Survei Perdagangan Eceran (SPE) yang dilakukan di

beberapa pusat perbelanjaan menunjukkan bahwa perkembangan indeks perdagangan eceran

pada September 2012 menunjukkan angka indeks 128,15 atau meningkat dibandingkan

dengan indeks bulan Juni 2012 yang sebesar 116,76.

Grafik 1.20. Indeks Penjualan Eceran Riil

Sumber: Survei Penjualan Eceran, KPw BI Wil. V

Grafik 1.21.Tingkat Penghunian Kamar Hotel Jawa Tengah

Sumber: BPS

Selain itu, jumlah kendaraan baru (mobil maupun sepeda motor) yang terdaftar di Jawa

Tengah yang ditunjukkan oleh jumlah obyek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Baru (PBBNKB I) juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan, khususnya

untuk mobil yang tumbuh sebesar 23,9% (yoy). Sementara itu, searah dengan penurunan

pertumbuhan sektor PHR, pertumbuhan sepeda motor di Jawa Tengah tumbuh sebesar 10,2%

(yoy) atau mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh

sebesar 15,2% (yoy).

Sub sektor Hotel juga menunjukkan penurunan pada triwulan ini yang

ditunjukkan dengan adanya penurunan tingkat penghunian kamar (TPK) hotel. TPK

pada triwulan III 2012 tercatat sebesar 45,1% lebih rendah dibandingkan TPK triwulan II 2012

yang tercatat sebesar 51,8%. (Grafik 1.22.)

Namun demikian, walaupun sektor PHR mengalami penurunan pertumbuhan, namun

sektor ini merupakan penyumbang terbesar kedua pertumbuhan di Jawa Tengah pada triwulan

laporan, dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 1,5%.

94,85

89,11

89,96

96,51

122,66125,03

119,75

107,01

129,45

135,02

128,15

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

60

80

100

120

140

160

9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012

(%)Indeks Indeks Riil Penjualan Eceran

Perubahan Tahunan (% y-o-y)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

I II III IV I II III*

2011 2012

Tk. hunian (%)

Total Bintang 1 Bintang 2Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5

Page 23: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 13

Grafik 1.22 Penjualan Motor Baru di Jawa Tengah

Sumber: Dinas PPAD Prov Jawa Tengah

Grafik 1.23 Penjualan Mobil Baru di Jawa Tengah

Sumber: Dinas PPAD Prov Jawa Tengah

1.2.4. Sektor Jasa

Sektor jasa-jasa pada triwulan ini tumbuh cukup rendah, yaitu sebesar 3,5%

(yoy), atau mencapai titik pertumbuhan terendah semenjak tahun 2011. Pertumbuhan

pada triwulan laporan jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II 2012 yang

sebesar 9,3% (yoy). Salah satu indikator pertumbuhan sektor ini dapat dilihat dari

perkembangan kredit sektor jasa-jasa oleh perbankan di Jawa Tengah. Dari grafik 1.24 di

bawah terlihat bahwa penyaluran kredit jasa mengalami penurunan baik dari sisi nominal

maupun pertumbuhan. Nominal kredit yang disalurkan pada triwulan III 2012 adalah sebesar

Rp3,20 triliun atau mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp3,25

triliun. Sementara itu dari sisi pertumbuhan mengalami penurunan pertumbuhan, dari 39,9%

(yoy) pada triwulan II 2012 menjadi 37,0% (yoy) pada triwulan laporan.

Grafik 1.24 Kredit Sektor Jasa di Jawa Tengah

Sumber: DSM, Bank Indonesia

Grafik 1.25 Kredit Sekor Bangunan di Jawa Tengah

Sumber: DSM, Bank Indonesia

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

rM

ei

Jun

Jul

Ag

sse

p

Ok

t

No

v

De

sJa

n

Fe

b

Ma

rA

pr

Me

i

Jun

Jul

Au

g

Se

p

Oc

tN

ov

De

c

Jan

Fe

bM

ar

Ap

r

Me

iJu

ni

Jul

Au

g

Se

p

2010 2011 2012

Ribu unit

Sepeda Motor (unit, RHS)

g% (yoy)

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

-20

0

20

40

60

80

100

Jan

Fe

bM

ar

Ap

rM

ei

Jun

Jul

Ag

sse

pO

kt

No

vD

es

Jan

Fe

bM

ar

Ap

rM

ei

Jun

Jul

Au

gS

ep

Oc

tN

ov

De

cJa

nF

eb

Ma

rA

pr

Me

iJu

ni

Jul

Au

gS

ep

2010 2011 2012

Mobil (unit, RHS)

g% (yoy)

Rp3,2 T

37%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

-

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

III IV I II III

2011 2012

G (% yoy)Triliun Rp

Sektor Jasa-jasa

G % (yoy) - rhs

Rp3,5 T

58%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

III IV I II III

2011 2012

G (% yoy)Triliun Rp

Sektor Bangunan

G % (yoy) - rhs

Page 24: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 14

1.2.5. Sektor-sektor Lainnya

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan pada triwulan III 2012

tumbuh sangat signifikan yaitu 11,4% (yoy). Pertumbuhan tersebut mengalami

peningkatan bila dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada triwulan II 2012 yang tercatat

sebesar 9,8% (yoy). Pertumbuhan sektor ini sejalan dengan semakin berkembangnya kegiatan

pembiayaan baik melalui bank maupun lembaga keuangan lainnya serta berbagai jenis usaha

persewaan dan jasa-jasa usaha. Pada subsektor perbankan, pertumbuhan kredit perbankan

pada triwulan III 2012 tercatat sebesar 21,6% (yoy) meningkat dari pertumbuhan triwulan II

2012 yang tercatat sebesar 20,7%. Pertumbuhan kredit yang positif pada triwulan ini banyak

dipengaruhi peningkatan aktivitas ekonomi pada akhir tahun. (lihat Bab III Perkembangan

Perbankan)

Tabel 1.3. Perkembangan Kegiatan Bank (Rp Triliun)

Sumber : LBU dan LBPR, Bank Indonesia

* Keterangan: Kredit menurut lokasi bank

Kinerja sub sektor perbankan secara umum masih tumbuh cukup baik dan stabil.

Beberapa indikator kinerja perbankan, seperti dana pihak ketiga, outstanding kredit, LDR (loan

to deposit ratio) serta kualitas kredit yang tercermin dari rasio NPL (non performing loans) masih

relatif cukup baik (Tabel 1.3).

Sementara itu, sektor Konstruksi pada triwulan III 2012 mengalami

pertumbuhan sebesar 9,3% (yoy), meningkat bila dibandingkan angka pertumbuhan

triwulan II 2012 yang sebesar 7,9% (yoy). Pertumbuhan sektor konstruksi tersebut

diperkirakan terutama terkait dengan pertumbuhan sektor bangunan. Maraknya pembangunan

berbagai gedung perkantoran, mall, hotel, apartemen serta pembangunan/perluasan pabrik

oleh pihak swasta juga turut menyumbang pertumbuhan sektor ini. Selain itu, perkembangan

konstruksi pada triwulan ini didorong oleh pelaksanaan proyek infrastruktur pemerintah

maupun swasta, khususnya perbaikan jalan raya utama dan jembatan yang rusak karena

pengaruh musim hujan maupun beban berat kendaraan. Diantaranya adalah perbaikan ruas

jalan pantura timur (ruas Kudus-Pati), pantura barat (Tegal), jembatan Pabelan (Magelang) dan

sebagainya.

Kinerja sektor Konstruksi tersebut dapat dilihat pada pertumbuhan konsumsi

semen (Grafik 1.10.). Pada triwulan ini konsumsi semen meningkat tajam dibanding

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Konsumsi semen itu sendiri dapat digunakan sebagai

cerminan dari kinerja sektor ini mengingat peran semen yang cukup sentral sebagai bahan baku

dalam setiap pengerjaan konstruksi bangunan maupun infrastruktur. Selain itu, dari sisi

pembiayaan, kredit sektor konstruksi juga melonjak tajam. Pada triwulan III 2012, kredit sektor

bangunan/konstruksi tumbuh mencapai 57,6% (yoy) atau mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 50,1% (yoy) (Grafik 1.25).

yoy qtq

Aset (Triliun Rp) 163,3 170,0 179,5 187,6 197,4 208,3 22,5% 5,5%DPK (Triliun Rp) 123,1 126,7 133,7 138,7 144,4 151,4 19,5% 4,8%Kredit (Triliun Rp) * 120,6 124,8 131,4 134,7 145,5 151,7 21,6% 4,3%

LDR - Perbankan (%) 97,9 98,5 98,3 97,1 100,8 100,2

NPL -Perbankan (%) 3,2 3,0 2,5 2,7 2,6 2,6

II-12I N D I K A T O R II-11 III-11 IV-11 I-12 III-12Growth

Page 25: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 15

Sektor lainnya, yaitu sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan III

2012 juga tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar 7,0% (yoy), meski menurun dibanding

pertumbuhan triwulan II 2012 yang sebesar 8,1% (yoy). Pertumbuhan sektor ini terutama

didorong oleh berkembangnya layanan komunikasi sejalan dengan semakin banyaknya

masyarakat yang menggunakan sarana telekomunikasi seluler maupun akses internet yang

pertumbuhannya sangat pesat. Pertumbuhan sektor ini antara lain juga tercermin pada

hasil survei penjualan eceran (SPE) yang dilakukan Kantor Perwakilan BI Wilayah V

khususnya kelompok transportasi dan Komunikasi (Grafik 1.26.). Indeks penjualan riil

kelompok transportasi dan komunikasi ini menunjukkan pertumbuhan yang masih positif pada

akhir triwulan ini.

Grafik 1.26 Indeks Penjualan Riil Kel. Transportasi dan Komunikasi.

Sumber : Survei Penjualan Eceran, BI

Grafik 1.27 Penjualan Listrik PLN Jawa Tengah

Sumber : PT. PLN Distrbusi Wil. Jateng&DIY, diolah

Sektor listrik, gas dan air (LGA) mengalami pertumbuhan sebesar 7,1% (yoy),

meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan II 2012 yang tercatat sebesar 6,2%

(yoy). Pada sub sektor listrik, pola pertumbuhan tahunannya masih tercatat positif dan sejalan

dengan pergerakan pergerakan pertumbuhan sektor ini dimana pertumbuhan penjualan listrik

pada triwulan ini (9,3%, yoy) meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya

(6,8%, yoy). Sementara itu sub sektor air bersih diperkirakan tumbuh stabil. Indikasi

perkembangan sektor ini diantaranya terlihat pada penjualan listrik oleh PLN (total konsumsi

listrik Jawa Tengah).

Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 8,7% (yoy), mengalami

peningkatan dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

7,7% (yoy). Pertumbuhan di sektor ini terutama didorong oleh meningkatnya produksi sub

sektor penggalian pasir dan batu yang sangat dominan porsinya. Peningkatan subsektor

penggalian pasir ini salah satunya masih disebabkan oleh maraknya aktivitas penggalian pasir

untuk mendukung sektor konstruksi yang sedang booming di Jawa Tengah.

(50,0)

(30,0)

(10,0)

10,0

30,0

50,0

70,0

90,0

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009 2010 2011 2012

(% yoy)

Kelompok Transpor dan Komunikasi (% y-o-y)

0,00

200,00

400,00

600,00

800,00

1000,00

1200,00

1400,00

1600,00

1800,00

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Jan

Ma

r

Me

i

Jul

Se

p

No

v

Jan

Ma

r

Me

i

Jul

Se

p

No

v

Jan

Ma

r

Me

i

Juli

Se

pt

2010 2011 2012

Juta KWH

Penjualan Listrik

g (% yoy)

%

Page 26: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 16

BOKS

PERTUMBUHAN INDUSTRI MANUFAKTUR

Sebagaimana diketahui, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah triwulan III 2012 tercatat

sebesar 6,5 % (yoy). 3 (tiga) sektor terbesar penyumbang pertumbuhan adalah sektor industri

pengolahan (1,7%), perdagangan hotel dan restoran (1,5%0 dan pertanian (1,4%). Tingginya

sumbangan sektor industri pengolahan, tidak lepas dari tingginya share industri pengolahan

terhadap struktur PDRB Jawa Tengah yang diikuti oleh pertumbuhan yang cukup tinggi.

Jika dilihat lebih mendalam, kinerja industri pengolahan terutama didorong oleh dari

pertumbuhan industri manufaktur mikro dan kecil, sementar aindustri manufaktuur besar dan

sedang justru mengalami penurunan pertumbuhan. Industri manufaktur besar dan sedang

tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -1,60% (yoy). Sementara itu, industri

manufaktur mikro dan kecil tetap mengalami pertumbuhan yang cukup atraktif, yaitu sebesar

4,98%.

Pertumbuhan pada kelompok industri mikro dan kecil, berada pada kisaran 0,22% pada

industri tekstil, hingga 17,53% pada industri furnitur. Meningkatnya permintaan domestik

terhadap furnitur terutama pada saat menjelang hari raya Idul Fitri, secara signifikan telah

mempengaruhi pertumbuhan industri tersebut. Selain industri furnitur, beberapa industri lain

juga tercatat mengalami pertumbuhan yang sangat baik, seperti: industri kayu (non furnitur)

tumbuh sebesar 17,34%, industri pengolahan lainnya tumbuh 15,05, industri barang galian non

logam tumbuh 11,45%, industri mesin dan perlengkapan tumbuh 12,67%, industri peralatan

listrik tumbuh 12,37%, dan industri kenadaran bermotor tumbuh 10,33%.

Di sisi lain, masih terdapat kelompok-kelompok yang justru mengalami kontraksi

pertumbuhan yang cukup tajam seperti industri komputer, barang elektronik dan optik yang

mengalami penurunan hingga -23,28%, industri minuman menurun sebesar -15,54%, industri

kulit dan alas kaki menurun hingga -13,52% dan industri alat angkutan lainnya menurun

hingga -12,74%.

Secara nasional, kenaikan pertumbuhan industri mikro dan kecil telah berkontribusi secara

positif sebesar 5,19%. Jika dilihat secara triwulanan (q to q) pertumbuhan industri manufaktur

mikro dan kecil Jawa Tengah tumbuh sebear 6,11%, berada di atas angka nasional yang

megalami pertumbuhan sebesar 5,29%. Hal ini menunjukkan bahwa potensi industri mikro dan

kecil di Jawa Tengah sangat baik dan terbukti signifikan berkontribusi secara nasional.

Page 27: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 17

Grafik Pertumbuhan Industri Manufaktur

Sumber : BPS Provinsi Jateng, diolah

Sementara itu, jika dilihat kinerja industri manufaktur besar dan sedang, secara

triwulananan (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 5,10%, namun secara tahunan (yoy)

justru mengalami penurunan hingga -1,60%. Penurunan pertumbuhan secara tahunan

terutama disebabakan oleh penurunan 10 (sepuluh) sub kelompok dengan kisaran -0,29% pada

industri kimia dan barang kimia sampai dengan -38,13% pada sub kelompok industri kulit dan

alas kaki. Sedangkan sub kelompok yang masih mengalami pertumbuhan positif adalah industri

logam dasar (21,91%), industri pakaian jadi (13,47%), industri alat angkutan (8,73%), industri

obat kimia dan obat tradisional (8,41%0 dan industri minuman 3,57%.

Page 28: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 18

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 29: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 19

Bab 2 Perkembangan Inflasi

Perkembangan harga secara umum (inflasi) di Jawa Tengah pada triwulan III 2012

mengalami kenaikan sebesar 1,64% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Kenaikan harga

tersebut selain disebabkan oleh faktor musiman Puasa dan Lebaran, juga disebabkan dampak

kenaikan harga emas internasional dan melemahnya nilai tukar Rupiah. Namun demikian, inflasi

pada triwulan laporan tersebut masih lebih rendah dibanding triwulan yang sama tahun

sebelumnya, sehingga secara tahunan inflasi IHK di Jawa Tengah menurun menjadi 4,49%

dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 4,59%. Dengan perkembangan tersebut, selama

Januari-September 2012 inflasi di Jawa Tengah mencapai 3,70% (ytd).

Menurut kelompok barang dan jasa, secara tahunan penurunan inflasi terutama terjadi

pada kelompok Bahan Makanan dan kelompok Sandang. Meski secara triwulan (qtq) inflasi

kedua kelompok meningkat lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya, secara tahunan

inflasinya justru mengalami penurunan. Inflasi tahunan kelompok Bahan Makanan turun

menjadi 7,15% dari 8,20% pada triwulan sebelumnya. Level inflasi tersebut masih merupakan

yang tertinggi dibandingkan kelompok lainnya. Pada triwulan III 2012, dampak faktor musiman

puasa terutama terlihat pada inflasi kelompok Makanan Jadi yang mengalami peningkatan.

Inflasi tahunan kelompok Makanan Jadi meningkat dari 5,02% menjadi 5,92%.

Berdasarkan disagregasi inflasi, penurunan inflasi tahunan pada triwulan III 2012 lebih

disebabkan oleh faktor non-fundamental, terutama pada kelompok volatile foods, dengan

perkembangan inflasi kelompok administered prices sedikit menurun sehingga menjadi 3,24%

(yoy). Inflasi kelompok volatile foods turun dari 8,47% (yoy) menjadi 7,15% (yoy). Sementara

tekanan inflasi yang lebih bersifat fundamental yang tercermin pada perkembangan inflasi

kelompok inti menunjukkan peningkatan meski masih berada pada level yang rendah. Inflasi inti

pada triwulan laporan mencapai 3,96%, naik dari 3,63% (yoy) pada triwulan II 2012.

Peningkatan inflasi inti lebih disebabkan tekanan faktor eksternal terkait kenaikan harga emas di

pasar internasional (imported inflation) dan melemahnya nilai tukar. Sementara itu, tekanan dari

ekspektasi inflasi relatif tidak signfikan sejalan dengan terjaganya kondisi pasokan.

Pada triwulan III-2011, sesuai pola historisnya, tekanan inflasi triwulanan di

Jawa Tengah menunjukkan kenaikan. Sesuai pola historisnya, inflasi kuartalan (qtq) pada

triwulan ini mencapai 1,64%, lebih tinggi dari triwulan II 2012 yang sebesar 1,13%. Berbagai

faktor musiman seperti tahun ajaran baru, puasa dan lebaran menjadi faktor utama pendorong

kenaikan inflasi pada triwulan ini. Namun, inflasi pada triwulan III 2012 tersebut masih lebih

rendah dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya (1,72% qtq). Kondisi tersebut

membuat tekanan inflasi Jawa Tengah secara tahunan pada triwulan III 2012 tercatat sebesar

4,49% (yoy), menurun dari triwulan II 2012 yang sebesar 4,59% (yoy). Secara bulanan, tren

penurunan inflasi terutama terlihat di akhir triwulan III 2012 sehingga inflasi IHK secara

kumulatif, sampai dengan bulan September 2012 mencapai 3,70% (ytd).

Page 30: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 20

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, penurunan inflasi tahunan tersebut

terutama disumbang oleh penurunan inflasi pada kelompok Bahan Makanan--seiring

relatif terjaganya pasokan--dan kelompok Sandang. Tercatat inflasi kelompok Bahan

Makanan mengalami penurunan dari 8,20% (yoy) di triwulan II 2012 menjadi 7,15% (yoy).

Kondisi tersebut dipengaruhi relatif terjaganya pasokan yang tercermin pada deflasi kelompok

Bahan Makanan pada September 2012 yang mencapai -1,01% (mtm). Sehingga, ditengah

dampak faktor musiman Puasa dan Lebaran, inflasi pada triwulan III 2012 hanya tercatat sebesar

1,95% (qtq). Sementara itu, tekanan inflasi kelompok Sandang turun dari 3,41% (yoy) pada

triwulan II 2012 menjadi 2,46% (yoy) pada triwulan ini. Penurunan inflasi kelompok Sandang

dikarenakan inflasi emas perhiasan yang relatif lebih rendah dibanding periode yang sama tahun

sebelumnya. Secara triwulanan, kenaikan harga emas tersebut menyebabkan inflasi kelompok

ini relatif tinggi, yaitu mencapai 2,58%. Sementara itu, kelompok yang mengalami peningkatan

inflasi secara tahunan terutama terjadi pada kelompok makanan jadi, yaitu dari 5,02% (yoy)

menjadi 5,92% (yoy) (Tabel 2.1.).

Berdasarkan disagregasi inflasi5, penurunan inflasi terutama disebabkan oleh

faktor non-fundamental, terutama pada kelompok volatile food (VF). Penurunan inflasi

tahunan kelompok VF yang terjadi pada triwulan ini sejalan dengan kondisi yang terjadi pada

kelompok Bahan Makanan yang sebagaian besar membentuk kelompok VF. Faktor musiman

Puasa dan Lebaran menyebabkan komoditas pada kelompok VF berfluktuasi sehingga secara

triwulanan inflasinya kelompok VF ini lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2012. Kondisi yang

sama juga terjadi pada kelompok Administered Price, mengingat pada triwulan ini juga

bertepatan dengan pelaksanaan tahun ajaran baru dan terdapat penyesuaian tarif angkutan

lebaran. Namun, secara tahunan inflasi kelompok Administered Price relatif stabil dibanding

triwulan sebelumnya. Sementara itu, tekanan inflasi secara fundamental yang tercermin pada

inflasi inti mengalami kenaikan, meski masih berada pada level yang rendah. Kenaikan inflasi inti

terutama didorong oleh faktor eksternal terkait kenaikan harga emas di pasar internasional dan

melemahnya nilai tukar Rupiah. Sementara faktor lainnya yang memengaruhi inflasi inti, yaitu

ekspektasi inflasi relatif terjaga.

Dari empat kota yang disurvei BPS, penurunan inflasi di Jawa Tengah terutama

terjadi di Kota Surakarta dan Tegal, sementara di Kota Semarang dan Purwokerto

justru menunjukkan peningkatan. Pada triwulan III 2012 inflasi di Kota Surakarta dan Kota

Tegal turun masing-masing menjadi 3,19% (yoy) dan 3,49%. Sementara inflasi di Kota

Semarang dan Purwokerto meningkat masing-masing menjadi 5,09% (yoy) dan 4,70% (yoy)

pada triwulan laporan. Kondisi tersebut memberikan gambaran variasi inflasi yang terjadi di

Jawa Tengah. Dengan perkembangan tersebut, inflasi Jawa Tengah6 sedikit lebih tinggi dari

5 Disagregasi inflasi merupakan re-grouping komoditas/sub-kelompok dalam keranjang IHK untuk melihat apakah tekanan inflasi disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat fundamental atau faktor-faktor non-fundamental. Dalam disagregasi ini, keranjang IHK dikelompok menjadi tiga kelompok, yaitu volatile foods (komoditas yang harganya bergejolak) dan administered prices (kelompok yang harganya ditetapkan oleh Pemerintah) yang lebih disebabkan faktor-faktor yang bersifat sementara (non-fundamental) dalam memengaruhi inflasi. Sementara inflasi yang bersifat fundamental tercermin pada perkembangan inflasi inti.

6 Mengacu pada Survei Biaya Hidup (SBH) tahun dasar 2007 yang dirilis oleh BPS, bobot inflasi Jawa Tengah terhadap inflasi nasional adalah sebesar 5,84%.

Page 31: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 21

inflasi nasional yang mencapai 4,31% (yoy), sementara secara triwulanan, inflasi Jawa Tengah

tercatat lebih rendah dari inflasi nasional (Grafik 2.1.).

Grafik 2.1. Inflasi Jawa Tengah Dibandingkan Nasional (%)

Sumber: BPS, diolah

2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, sesuai pola musimannya inflasi

triwulanan pada triwulan III 2012 meningkat dibanding triwulan sebelumnya dengan

inflasi tertinggi terjadi pada kelompok Bahan Makanan. Faktor musiman Puasa dan

Lebaran pada triwulan III 2012 mendorong kenaikan inflasi pada triwulan ini, yang tercatat

mencapai 1,64% (qtq) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 1,13% (qtq).

Meningkatnya permintaan terkait faktor musiman tersebut mendorong inflasi terutama

kelompok Bahan Makanan yang mencapai 1,95% (qtq), meningkat dibanding triwulan

sebelumnya yang mencapai 1,37% (qtq). Inflasi yang terjadi pada kelompok Bahan Makanan

tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan harga subkelompok Padi-padian dan subkelompok

Sayur. Sementara itu, perkembangan harga komoditas internasional khususnya emas memicu

kenaikan inflasi pada komoditas Sandang. Tercatat inflasi pada komoditas ini mencapai 2,58%

(qtq), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -0,23% (qtq) (Tabel

2.1).

Dampak dari faktor musiman Puasa dan Lebaran pada tahun ini terutama

terlihat pada kelompok Makanan Jadi dengan inflasi yang lebih tinggi dibandingkan

tahun sebelumnya. Secara tahunan inflasi kelompok Bahan Makanan dan kelompok Sandang

menurun dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut disebabkan inflasi triwulanan (qtq)

pada kedua kelompok tersebut lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Khusus untuk kelompok Bahan Makanan, kondisi tersebut memperlihatkan bahwa dampak

faktor musiman Puasa dan Lebaran pada tahun ini masih lebih rendah dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Namun, dampak faktor musiman tersebut terlihat lebih tinggi

pada tahun ini khususnya pada kelompok Makanan Jadi dan kelompok Transpor, dua

kelompok--selain kelompok Bahan Makanan--yang banyak dipengaruhi oleh faktor musiman

dimaksud. Selain dampak Puasa dan Lebaran, kenaikan inflasi kelompok Transpor juga

4.594.49

4.534.31

1.13

1.64

1.611.68

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012

%

Jateng (yoy) Nas (yoy)

Jateng Nas (qtq)

Page 32: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 22

disebabkan oleh kenaikan harga bensin non-subsidi (bensin Pertamax dan Pertamax Plus) sejalan

dengan kenaikan harga minyak di pasar internasional.

Tabel 2.1. Inflasi Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa

KELOMPOK (%, qtq) I-11 II-11 III-11 IV-11 I-12 II-12 III-12

UMUM / TOTAL 0,15 0,03 1,72 0.76 0.90 1,13 1.64

BAHAN MAKANAN -2,38 -1,5 2,96 2.16 1.48 1,37 1.95

MAKANAN JADI 0,84 0,46 1,40 0.39 1.21 1,92 2.27

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 1,35 0,60 0,60 0.60 0.54 1,24 0.56

SANDANG 1,60 1,31 3,52 -0.08 0.19 -0,23 2.58

KESEHATAN 0,58 0,93 0,49 0.37 0.56 0,51 0.54

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 0,40 0,02 3,69 0.40 0.21 0,13 3.05

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0,46 0,37 0,74 -0.12 0.88 0,53 1.34

KELOMPOK (%, yoy) I-11 II-11 III-11 IV-11 I-12 II-12 III-12

UMUM / TOTAL 6,08 4,72 3,56 2.68 3.45 4,58 4.50

BAHAN MAKANAN 13,20 6,36 3,62 1.13 5.14 8,20 7.15

MAKANAN JADI 4,96 5,22 4,14 3.14 3.52 5,02 5.92

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 3,92 4,14 3,09 3.18 2.35 3,00 2.96

SANDANG 6,58 6,49 9,20 6.48 5.01 3,41 2.46

KESEHATAN 1,85 2,58 2,67 2.39 2.37 1,95 2.00

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 2,57 2,47 4,07 4.54 4.35 4,47 3.82

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 3,06 3,39 1,18 1.45 1.88 2,04 2.65

Sumber : BPS, diolah

Pada kelompok Bahan Makanan, secara triwulanan inflasi terjadi pada

mayoritas subkelompok, kecuali subkelompok Telur dan Bumbu. Tercatat inflasi

triwulanan pada subkelompok Ikan Segar dan Sayur mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Inflasi pada subkelompok tersebut masing-masing sebesar 8,24% dan 8,65% (qtq) lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,19% dan -4,20% (qtq). Kenaikan inflasi yang

tinggi juga terjadi pada subkelompok Padi-padian yang mencapai 1,98% (qtq), lebih tinggi

dibanding triwulan II 2012 yang sebesar 1,08% (qtq). Sementara subkelompok Telur dan

Bumbu mengalami deflasi yang cukup dalam. Tercatat deflasi yang terjadi pada masing-masing

subkelompok tersebut mencapai -1,42% dan -16,37% (qtq) (Tabel 2.2.).

Inflasi pada subkelompok Padi-padian terjadi karena tingkat produksi yang menurun

seiring telah berlalunya puncak musim panen gadu pada bulan Juni 2012. Meski memasuki

musim rendengan, produksi padi masih lebih rendah dibandingkan pada musim gadu yang

sebagian terjadi pada triwulan II 2012 (lihat bab I). Kenaikan harga beras memberikan

sumbangan inflasi berkisar 0,03% (qtq). Kenaikan harga beras tersebut terlihat pada harga

gabah di tingkat petani/produsen yang juga megalami kenaikan. Pada triwulan III 2012, harga

gabah kualitas GKG secara rata-rata tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,85% (qtq) dari

Rp4.363,-/kg menjadi Rp4.400,-/kg. Demikian juga dengan harga GKP yang naik cukup

signifikan sebesar 5,67%(qtq) dari Rp3.969,-/kg menjadi Rp4.194,-/kg, sedangkan harga gabah

kualitas rendah naik sebesar 13.37% (qtq) dari Rp3.440,-/kg menjadi Rp3.900,-/kg.

Page 33: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 23

Tabel 2.2 Harga Beras di Tingkat Petani dan Penggilingan (bulan September 2012)

Kualitas Harga Petani (Rp/kg) Harga Penggilingan(Rp/kg) Terendah Tertinggi HPP Terendah Tertinggi HPP

Gabah Kering Giling (GKG)

4.300 (Purworejo)

4.400 (Purworejo)

- 4.350 (Purworejo)

4.450 (Purworejo)

4.150

Gabah Kering Panen (GKP)

3.700 (Demak)

4.700 (Pati)

3.300 3.760 (Demak)

4.750 (Pati)

3.350

Kualitas rendah 3.700 (Purworejo)

4.100 (Boyolali)

- 3.750 (Purworejo)

4.100 (Boyolali)

-

Sumber : BPS

Namun demikian, salah satu hal yang menahan kenaikan harga beras lebih tinggi adalah

stok beras Bulog yang memadai. Berdasarkan informasi Bulog Divre IV Jawa Tengah dalam rapat

rutin TPPH Provinsi Jawa Tengah, pengadaan beras oleh Bulog Divre Jateng hingga 24

September 2012 mencapai 700.334 ton atau sebesar 103,75% dari prognosa tahun 2012.

Untuk membantu menjaga kestabilan harga beras, Bulog Divre IV Jateng telah menyalurkan

beras raskin yang mencapai 435.074 ton. Sementara stok beras Bulog hingga September 2012

mencapai 366.997 ton atau cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional Bulog hingga 8

bulan ke depan.

Sementara itu, kenaikan harga komoditas perikanan khususnya ikan air tawar pada

triwulan III 2012 terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pakan ikan (pelet). Selain itu,

berdasarkan pantauan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah dalam salah satu

rapat teknis rutin Tim Pemantauan dan Pengendalian Harga (TPPH) Provinsi Jawa Tengah

diketahui bahwa kenaikan harga komoditas perikanan juga disebabkan oleh abrasi air laut yang

menimpa tambak di beberapa wilayah dan terjadi pengalihan sementara fungsi lahan dari

tambak ikan menjadi tambak garam sehingga mempengaruhi pasokan dan produksi.

Tabel 2.2. Inflasi Jawa Tengah Berdasarkan Sub Kelompok Bahan Makanan

Komoditas (%, qtq) 2011 2012

I II III IV I II III

BAHAN MAKANAN -2,38 -1,50 2,96 2,16 1,48 1.37 1.95

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya -3,22 1,45 9,50 3,83 0,96 -0.90 1.08

Daging dan Hasil-hasilnya -2,43 -1,52 5,04 1,23 -0,22 2.90 4.59

Ikan Segar 2,54 -2,04 8,50 -3,37 0,85 1.19 8.24

Ikan Diawetkan 2,02 0,86 1,70 -0,81 4,04 1.02 3.09

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 3,08 1,61 -1,28 2,00 1,29 1.57 -1.42

Sayur-sayuran -5,93 1,68 4,74 0,18 6,38 -4.20 8.65

Kacang - kacangan 2,28 0,10 0,68 -0,22 2,81 0.95 13.35

Buah - buahan 0,88 2,22 4,11 -3,34 2,13 2.08 6.46

Bumbu - bumbuan -11,67 -17,72 -19,74 20,97 -8,57 20.65 -16.37

Lemak dan Minyak -0,72 -2,98 3,24 -2,98 11,43 -4.82 0.54

Bahan Makanan Lainnya -0,14 3,83 3,70 0,07 -0,20 2.13 -0.75

Komoditi (%, yoy) 2011 2012

I II III IV I II III

BAHAN MAKANAN 13,20 6,36 3,62 1,13 5,14 8.20 7.15

Padi-padian, Umbi-umbian & Hasilnya 11,09 14,07 13,37 11,63 16,45 13.75 5.00

Daging dan Hasil-hasilnya 4,91 1,49 -6,19 2,17 4,48 9.17 8.70

Ikan Segar 8,72 6,55 6,80 5,32 3,58 6.99 6.73

Page 34: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 24

Komoditas (%, qtq) 2011 2012

I II III IV I II III

Ikan Diawetkan 10,10 4,75 5,37 3,80 5,85 6.02 7.47

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 7,98 7,64 2,99 5,46 3,63 3.59 3.44

Sayur-sayuran 15,76 1,19 7,04 0,36 13,49 6.93 10.93

Kacang kacangan 5,46 5,43 3,67 2,86 3,40 4.27 17.39

Buah buahan 6,50 6,96 6,39 3,77 5,06 4.92 7.15

Bumbu bumbuan 60,34 -8,19 -18,82 -29,43 -26,95 7.11 5.00

Lemak dan Minyak 14,97 13,37 5,84 -3,52 8,29 6.23 8.70

Bahan Makanan Lainnya 5,00 7,91 7,65 7,60 7,53 5.77 6.73

Dari hasil Survei Pemantauan Harga (SPH)7, terbatasnya pasokan menjadi

penyebab kenaikan harga komoditas Bahan Makanan. Hasil SPH untuk wilayah Semarang

dan sekitarnya yang dilakukan oleh KPwBI Wilayah V (Jateng-DIY) mengkonfirmasi adanya

kecenderungan kenaikan harga beras, sayur dan ikan. Kondisi tersebut seiring terjadinya Puasa

dan Lebaran serta berlalunya puncak musim panen (Grafik 2.2).

Grafik 2.2. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Bahan Makanan

Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) KPwBI Wilayah V

7 Merupakan survei rutin bulanan yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Wilayah V

7,000

8,000

9,000

10,000

11,000

12,000

13,000

14,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012

Rp/kg

Beras Gula Pasir Minyak Goreng (Rp/liter)

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

50,000

55,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012

Rp/kg

Cabai Merah Cabai Rawit Bawang Merah Bawang Putih

3,000

5,000

7,000

9,000

11,000

13,000

15,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012

Rp/kg

Tomat Sayur

Wortel

Kentang

Kacang Panjang

68,000

70,000

72,000

74,000

76,000

78,000

80,000

82,000

3,000

8,000

13,000

18,000

23,000

28,000

33,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012

Daging Sapi (Rp/kg)

Rp/kg

Daging Ayam Ras Telur Ayam Ras Daging Sapi (RHS)

Bumbu-Bumbuan

Sayur-sayuran Daging & Telur

Sumber : BPS, diolah

Page 35: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 25

Sumber: SPH KBI Semarang

Pada kelompok Makanan Jadi, seluruh subkelompok mengalami inflasi namun

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan ini, inflasi tertinggi terjadi

pada subkelompok Minuman Non-Alkohol sebesar 2,87% (qtq). Sementara kenaikan inflasi

terjadi pada subkelompok Makanan Jadi dari 0,71% (qtq) menjadi 2,24% (qtq). Pada kelompok

makanan jadi ini, sementara (Tabel 2.3.).

Penurunan laju inflasi pada subkelompok Minuman Non-alkohol, terutama

dipengaruhi oleh penurunan harga gula pasir. Hal tersebut diperkuat oleh hasil SPH yang

menunjukkan adanya penurunan harga gula pasir pada triwulan ini. Kondisi pasokan gula pada

triwulan III 2012 cukup terjaga seiring masa giling tebu yang masih berjalan. Berdasarkan

informasi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah melalui rapat rutin TPPH Provinsi Jawa Tengah

dapat diketahui bahwa produksi gula Jawa Tengah pada September 2012 sebesar 226.761 ton,

atau telah mencapai 76% dari target produksi selama musim giling yang jatuh pada bulan Mei-

Oktober 2012. Selain itu, rendemen yang dihasilkan mengalami peningkatan dari target

rendemen yang ditetapkan, yaitu target sebesar 7% terealisasi sebesar 7,21%. Sementara itu,

inflasi pada kelompok Makanan Jadi terutama dipengaruhi oleh faktor musiman Puasa

dan Lebaran. Di Kota Semarang, Beberapa komoditas Makanan Jadi yang mengalami inflasi

tertinggi antara lain Sate, Gulai, Roti Tawar dan Martabak yang masing-masing mencapai

11,93%, 11,69%, 7,61% dan 7,02% (qtq).

Melihat perkembangan tersebut, maka tekanan inflasi kelompok Makanan Jadi di Jawa

Tengah pada triwulan III 2012 mencapai 5,92% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2012

yang mencapai 5,02% (yoy).

Tabel 2.3 Inflasi Jawa Tengah Berdasarkan Sub Kelompok Makanan Jadi

Komoditas (%, qtq) 2011 2012

I II III IV I II III

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

0,84 0,46 1,40 0,39 1,21 1.92 2.27

Makanan Jadi 0,89 0,50 0,87 0,24 0,97 0.71 2.24

Minuman yang Tidak Beralkohol 0,40 -2,07 1,25 0,25 1,88 4.87 2.87

Tembakau dan Minuman Beralkohol 1,14 2,62 3,51 1,00 1,41 3.57 1.57

Komoditi (%, yoy) 2011 2012

I II III IV I II III

Makanan Jadi, Minuman, Rokok &

Tembakau 4,96 5,22 4,14 3,14 3,52 5.02 5.92

20,000

21,000

22,000

23,000

24,000

25,000

26,000

27,000

28,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012

Rp/kg

Bandeng Kembung Mas Tongkol

Ikan

Page 36: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 26

Makanan Jadi 5,14 4,96 3,03 2,53 2,61 2.83 4.22

Minuman yang Tidak Beralkohol 1,23 1,59 1,16 -0,20 1,27 8.45 10.18

Tembakau dan Minuman Beralkohol 8,26 9,68 11,10 8,51 8,80 9.80 7.75

Sumber : BPS, diolah

Pada kelompok Sandang, tekanan inflasi pada triwulan III 2012 menujukkan

kenaikan. Kenaikan inflasi tertinggi terutama terjadi pada subkelompok Barang Pribadi dan

Sandang Lainnya. Pada triwulan ini, inflasi subkelompok Barang Pribadi mencapai 6,18% (qtq),

naik dari -0,98% (qtq) pada triwulan sebelumnya. Kenaikan harga emas perhiasan kembali

memberikan sumbangan yang cukup signifikan setelah sempat menurun pada triwulan IV 2011

hingga triwulan II 2012, namun masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada

2011. Di Kota Semarang, kenaikan harga emas perhiasan mencapai 8,30% (qtq). Dengan

perkembangan tersebut, tekanan inflasi tahunan kelompok Sandang mencapai 2,46% (yoy)

(Tabel 2.4.).

Tabel 2.4 Inflasi Jawa Tengah Berdasarkan Sub Kelompok Sandang

Komoditas (%, qtq) 2011 2012

I II III IV I II III

SANDANG 1,60 1,31 3,52 -0,08 0,19 -0.23 2.58

Sandang Laki-laki 1,05 0,95 0,82 0,64 0,26 0.03 0.73

Sandang Wanita 0,40 0,42 0,50 0,26 0,29 0.11 1.09

Sandang Anak-anak -0,02 0,82 0,34 0,24 0,19 0.10 2.13

Barang Pribadi dan Sandang Lain 3,88 3,13 11,80 -0,77 -0,02 -0.98 6.18

Komoditi (%, yoy) 2011 2012

I II III IV I II III

SANDANG 6,58 6,49 9,20 6,48 5,01 3.41 2.46

Sandang Laki-laki 3,92 4,64 4,17 3,50 2,69 1.76 1.67

Sandang Wanita 2,30 2,34 1,73 1,60 1,49 1.17 1.76

Sandang Anak-anak 2,39 2,63 1,86 1,38 1,60 0.87 2.67

Barang Pribadi dan Sandang Lain 18,33 16,24 29,67 18,86 14,39 9.83 4.31

Sumber : BPS, diolah

2.2. Disagregasi Inflasi

Secara triwulanan, sesuai dengan pola historisnya, ketiga kelompok disagregasi

inflasi mengalami kenaikan inflasi pada triwulan ini yang terutama disebabkan oleh

faktor musiman Puasa dan Lebaran. Faktor musiman tersebut khususnya memengaruhi

inflasi yang bersifat non-fundamental (pengaruhnya bersifat sementara). Pada triwulan III 2012,

inflasi VF mengalami kenaikan dari 1,38% (qtq) pada triwulan II 2012 menjadi 1,77% (qtq) pada

triwulan ini. Dampak faktor musiman tersebut juga terlihat pada dampak kenaikan tarif

angkutan pada masa Lebaran terhadap kenaikan inflasi kelompok Administered Prices.

Sementara itu, kenaikan inflasi inti diperkirakan lebih disebabkan oleh tekanan dari faktor

eksternal terkait dengan kenaikan harga emas dan melemahnya nilai tukar Rupiah. Dapat

ditambahkan bahwa ekspektasi inflasi pada masa puasa dan Lebaran cenderung meningkat

sejalan dengan kecenderungan para pedagang untuk menaikan harga meski kondisi pasokan

barang dan jasa relatif terjaga. Dari hasil survei, ekspektasi inflasi pada triwulan III 2012 masih

berada pada level yang tinggi meski cenderung menurun dan relatif terjaga (Grafik 2.3).

Page 37: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 27

Pada kelompok VF, meski secara triwulanan mengalami peningkatan, secara

tahunan mengalami penurunan. Inflasi kelompok VF pada triwulan III 2012 menurun dari

8,47% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,15%(yoy), atau berada di sekitar pola

normalnya. Terbatasnya kenaikan harga beras sejalan dengan kondisi pasokan Bulog yang masih

mampu mencukupi operasionalnya hingga 8 bulan ke depan dari September 2012, mampu

memberikan ekspektasi positif sehingga dapat meredam kenaikan inflasi kelompok VF.

Perkembangan inflasi VF tersebut terlihat pada perkembangan inflasi komoditas

Pangan (foods), dimana secara triwulanan mengalami kenaikan dari 0,70% (qtq) menjadi

1,99% (qtq) pada triwulan ini sehingga secara tahunan inflasi kelompok komoditas pangan

mencapai 6,59% (yoy)8 (Grafik 2.4).

Grafik 2.3.Disagregasi Inflasi Jawa Tengah

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.4. Inflasi Komoditas Pangan & Non Pangan Jawa Tengah

Sumber : BPS, diolah

Inflasi inti pada triwulan III 2012 juga mengalami kenaikan. Pada triwulan III 2012,

inflasi inti naik menjadi 1,66% (qtq) dari 1,15% (qtq) pada triwulan sebelumnya. Dengan

perkembangan tersebut, inflasi inti naik dari 3,63% (yoy) pada triwulan II 2012 menjadi 3,96%

(yoy) pada triwulan ini. Level inflasi inti tersebut relatif masih rendah dan masih berada dalam

kisaran sasaran inflasi nasional sebesar 4,5% ± 1%.

8 Lebih rendah dari tekanan inflasi tahunan pada triwulan II 2012 yang mencapai 6,89% (yoy). Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh base effect deflasi pada triwulan II 2011 yang membuat inflasi tahunan pada triwulan II 2012 melonjak tinggi.

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III

2011 2012

% (qtq)

Core

VF

Adm Price

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

I II III IV I II III

2011 2012

% (yoy)Core

VF

Adm Price

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

I II III IV I II III

2011 2012

% (qtq)

Food

Non Food

2

3

4

5

6

7

8

9

10

I II III IV I II III

2011 2012

% (yoy)Food

Non Food

Page 38: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 28

Dilihat dari faktor-faktor yang memengaruhi, kenaikan inflasi inti terutama

karena faktor eksternal. Selain karena dampak kenaikan harga emas (imported inflation),

kenaikan inflasi inti juga disebabkan nilai tukar Rupiah yang cenderung melemah yang diiringi

peningkatan volatilitas pada akhir triwulan III 2012. Tercatat, nilai tukar Rupiah secara

triwulanan melemah sebesar 1,55% (qtq) ke level Rp9.553 per dolar AS (Grafik 2.5 dan 2.6).

Tekanan terhadap Rupiah dipengaruhi oleh prospek ekonomi global yang rentan dan kondisi

ketidakpastian pasar keuangan global. Namun demikian, pergerakan nilai tukar tersebut masih

relatif comfortable bagi para pengusaha, dimana berdasarkan hasil liaison, nilai tukar yang

comfortable adalah pada kisaran Rp 8.500 sampai Rp.9.500.

Grafik 2.5. Perkembangan Harga Emas

Sumber: worldbank dan SPH KBI Semarang

Grafik 2.6 Perkembangan Nilai Tukar

Sumber: BI, diolah

Sementara itu, harga komoditas internasional pada triwulan ini berada di level

yang cukup tinggi namun cenderung mengalami penurunan sehingga dapat

mengurangi tekanan inflasi terkait melemahnya nilai tukar Rupiah. Selain kondisi

pasokan bahan pangan yang cukup terjaga, tren penurunan harga bahan pangan di pasar

global membuat dampak imported inflation pada triwulan ini relatif minimal. Hal tersebut

tercermin dari harga komoditas bahan pangan di level regional cenderung mengalami kenaikan

seiring berlangsungnya Puasa dan Lebaran (Grafik 2.7).

Grafik 2.7. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Dunia

Sumber: worldbank

1,350

1,400

1,450

1,500

1,550

1,600

1,650

1,700

1,750

1,800

340

350

360

370

380

390

400

410

420

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012

Lokal Internasional (RHS)

USD/troy onceRp.ribu/gr

7800

8000

8200

8400

8600

8800

9000

9200

9400

9600

9800

-15

-10

-5

0

5

10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2011 2012

Rp%

Rata-rata Kurs (RHS) qtq yoy

180

190

200

210

220

230

240

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012

Indeks Pertanian Indeks Bahan Pangan

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

220

240

0

100

200

300

400

500

600

700

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012

Gula (cents/kg)$/mt

Indeks Bahan Pangan (RHS) Harga Beras Harga Kedelai

Harga Gandum Harga Gula (cents/kg-RHS)

Page 39: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 29

Sementara itu, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi relatif terjaga sehingga

memberikan dampak yang tidak siginikan terhadap inflasi. Meskipun demikian, ekspektasi

inflasi masih berada pada level yang tinggi, sehingga pada masa puasa dan Lebaran masih ada

kecenderungan pedagang untuk menaikan harga meski kondisi pasokan relatif terjaga.

Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia, ekspektasi inflasi

selama triwulan III 2012 baik dari sisi konsumen maupun dari sisi pedagang cenderung

menurun. (Grafik 2.8).

Grafik 2.8. Ekspektasi Inflasi Survei Konsumen dan Survei Penjualan Eceran

Sumber: Bank Indonesia

Sementara itu, sejalan dengan perkembangan kedua kelompok inflasi tersebut,

inflasi kelompok administered prices juga cenderung mengalami kenaikan. Secara

triwulanan, laju inflasi kelompok administered price tercatat mencapai 1,23% (qtq) lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,88% (qtq). Salah satu faktor yang memicu

kenaikan inflasi kelompok administered price pada triwulan ini adalah penyesuaian tarif

angkutan lebaran meskipun secara umum harga komoditas energi dunia relatif stabil, selain itu

juga terjadi penyesuaian biaya pendidikan seiring tahun ajaran baru yang terjadi pada triwulan

ini. Namun demikian, secara tahunan, tekanan inflasi kedua komoditas tersebut lebih rendah

dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga membuat inflasi administered price pada triwulan ini

lebih rendah dari triwulan sebelumnya, dari 3,48% (yoy) menjadi 3,24% (yoy) (Grafik 2.9).

Grafik 2.9. Perkembangan Indeks Harga Energi Dunia

Sumber: worldbank

130

140

150

160

170

180

190

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012

SK-3 bln YAD

SPE-3 bln YAD

120

130

140

150

160

170

180

190

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012

SK-6 bln YAD

SPE-6 bln YAD

0

50

100

150

200

250

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep

2011 2012

Indeks Energi Crude oil, average ($/bbl) Natural Gas Index, average

Page 40: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 30

2.3. Inflasi Empat Kota di Jawa Tengah

Pada triwulan III 2012, dari empat kota yang disurvei terlihat disparitas inflasi

yang cukup lebar. Dari empat kota di Jawa Tengah yang disurvei oleh BPS, dua kota

mengalami kenaikan inflasi sementara dua kota lainnya mengalami penurunan inflasi. Secara

tahunan, inflasi tertinggi terjadi di Kota Semarang, dimana pada triwulan III 2012 inflasi Kota

Semarang meningkat dari 4,85% (yoy) pada triwulan II 2012 menjadi 5,09% (yoy) pada triwulan

laporan. Selanjutnya diikuti oleh Kota Purwokerto yang juga mengalami kenaikan inflasi cukup

tinggi, yaitu dari 4,24% (yoy) pada triwulan II 2012 menjadi 4,70% (yoy) pada triwulan ini.

Sementara inflasi di Kota Surakarta dan Kota Tegal mengalami penurunan dibanding triwulan

sebelumnya sehingga pada triwulan laporan masing-masing menjadi 3,19% (yoy) dan 3,49%

(yoy) (Grafik 2.10 dan Grafik 2.11).

Berdasarkan komoditas penyumbang inflasi, komoditas emas menjadi

penyumbang yang cukup dominan dalam membentuk inflasi di 4 kota tersebut. Kondisi

tersebut terutama terlihat di hampir seluruh kota--terutama di Kota Tegal--dimana komoditas

emas perhiasan menjadi lima besar komoditas yang memiliki andil terbesar terhadap inflasi di

tiap kota. Pada bulan September 2012, sumbangan emas terhadap inflasi di Kota Semarang

mencapai 0,048% (mtm), sementara di Kota Purwokerto dan Tegal masing-masing mencapai

0,052% (mtm) dan 0,264% (mtm), sedangkan untuk kota Surakarta sumbangan emas terhadap

inflasi tidak begitu besar. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa pengaruh imported inflation

khususnya untuk komoditas emas cukup besar pengaruhnya terhadap inflasi di Jawa Tengah

(Grafik 2.12 dan 2.13).

Grafik 2.10. Inflasi Tahunan Empat Kota Di Jawa Tengah (%, yoy)

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 2.11. Inflasi Tahunan Empat Kota di Jawa Tengah Menurut Kel. Komoditas (%, yoy)

Grafik 2.12. Inflasi Triwulanan Empat Kota di Jawa Tengah (%, qtq)

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 2.13. Inflasi Triwulanan Empat Kota di Jawa Tengah Menurut Kel. Komoditas (%, qtq)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012

%, yoy Jateng PurwokertoSurakarta SemarangTegal

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Bahan Makanan

Makanan Jadi

Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor

% (yoy) Jateng

Purwokerto

Surakarta

Semarang

Tegal

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012

% (qtq)Jateng

Purwokerto

Surakarta

Semarang

Tegal

-1.0

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

Bahan Makanan

Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor

% (qtq)

Jateng Purwokerto Surakarta Semarang Tegal

Page 41: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 31

2.4. Inflasi Kota-Kota di Jawa

Secara umum, laju inflasi

tahunan kota-kota di Jawa pada

triwulan III 2012 lebih tinggi dibanding

triwulan II 2011. Meskipun demikian,

inflasi di empat kota di Jawa Tengah masih

relatif terkendali. Kota Semarang dan

Purwokerto mengalami inflasi lebih tinggi

dari Nasional. Dari 23 kota di Jawa yang

dimonitor BPS, terdapat 8 kota di Jawa

yang memiliki laju inflasi di bawah nasional

(4,31%), yaitu Jakarta, Cirebon, Surakarta,

Tegal, Yogyakarta, Bogor, Sukabumi dan

Madiun, masing-masing sebesar 3,97%,

4,28%, 3,19%, 3,49%, 3,91%, 4,30%,

4,20% dan 3,91% (yoy). Tingginya laju

inflasi pada sebagian besar kota di Jawa,

mengindikasikan bahwa proses

pengendalian harga komoditas kota-kota

di Jawa perlu dioptimalkan dalam upaya mengendalikan tekanan inflasi (Grafik 2.14).

Sementara itu, terdapat dua dari

enam provinsi di Jawa mengalami

penurunan laju inflasi dibandingkan

triwulan sebelumnya. Dua provinsi yang

mengalami penurunan laju inflasi adalah

Jakarta dan DIY, masing-masing mencapai

3,97% (yoy) dan 3,91% (yoy), lebih rendah

dari inflasi nasional. (Grafik 2.15)

Pergerakan inflasi, khususnya Jawa Tengah

cenderung lebih rendah bahkan jika

dibandingkan dengan provinsi tetangga

seperti Jawa Barat dan Jawa Timur.

Meskipun demikian, dengan tingkat inflasi

yang masih lebih tinggi dibandingkan

Nasional maka perlu kiranya peningkatan optimalisasi pengendalian inflasi di Jawa Tengah

terutama pengendalian ekspektasi masyarakat, mengingat berdasarkan data historis dalam dua

tahun terakhir, tekanan inflasi di Jawa Tengah selalu berada dibawah inflasi Nasional.

Grafik 2.14. Inflasi Kota-kota di Jawa

Triwulan III 2012

Grafik 2.15. Inflasi Provinsi di Jawa

Triwulan II-2012 (%, yoy)

0 1 2 3 4 5 6 7

Jakarta

Tasikmalaya

Bandung

Cirebon

Purwokerto

Surakarta

Semarang

Tegal

Yogyakarta

Jember

Kediri

Malang

Surabaya

Serang

Bogor

Sukabumi

Bekasi

Depok

Sumenep

Probolinggo

Madiun

Tangerang

Cilegon

II-2012

III-2012

Nasional tw III-2012 (4,31%)

4.12

4.49

4.04

4.58

4.27

4.63

4.53

3.97

4.59

4.83

4.5

3.91

4.51

4.31

0 1 2 3 4 5

Jakarta

Banten

Jabar

Jateng

DIY

Jatim

Nasional

III-2012

II-2012

Page 42: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 32

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 43: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 33

Bab 3

Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kondisi perbankan di Jawa Tengah pada triwulan III 2012 masih tumbuh secara

mengesankan. Indikator kinerja utama perbankan di Jawa Tengah pada triwulan III 2012

tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Kredit perbankan pada triwulan laporan

mampu tumbuh 21,6% (yoy), yang didukung oleh pertumbuhan penghimpunan dana (19,5%

yoy), yang menggambarkan masih tingginya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sistem

perbankan di Jawa Tengah. Pertumbuhan kredit tersebut terutama terjadi pada kredit investasi

yang menjadi salah satu faktor daya dorong kegiatan investasi di Jawa Tengah. Sementara itu,

kualitas kredit (NPL) mampu dijaga pada level di bawah 5%.

Kinerja perbankan di Jawa Tengah masih didominasi oleh pertumbuhan Bank Umum,

meski BPR juga tumbuh cukup tinggi khususnya pada tingkat LDR BPR yang mampu dijaga pada

tingkat yang tinggi (113,6%). Sementara itu, kinerja perbankan syariah juga masih tinggi meski

melambat dibanding triwulan sebelumnya. Pada sektor UMKM , pemberian kredit ke sektor ini

tumbuh melambat, dengan sebagian besar kredit UMKM ditujukan untuk sektor perdagangan

besar dan eceran (58,6%).

Sementara itu, dari sisi perkembangan sistem pembayaran juga relatif stabil yang

ditunjukkan dengan adanya tren peningkatan secara umum pada keluar masuk uang kas di

Bank Indonesia serta peningkatan transaksi pembayaran non tunai melalui sistem Real Time

Gross Settlement (RTGS).

Pada triwulan III 2012, perbankan di Jawa Tengah masih tumbuh mengesankan.

Beberapa indikator utama kinerja perbankan di Jawa Tengah menunjukkan peningkatan dan

masih dapat tumbuh cukup tinggi. Total aset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit masing-

masing dapat tumbuh 22,5%, 19,5%, dan 21,6%. Pertumbuhan perbankan di Jawa Tengah

masih didominasi oleh Bank Umum, meski pertumbuhan indikator utama BPR juga cukup tinggi.

Bahkan, loan to deposit ratio (LDR) BPR pada triwulan laporan dapat dijaga pada level yang lebih

tinggi dibanding Bank Umum. Secara keseluruhan, LDR perbankan di Jawa Tengah tercatat pada

kisaran 100%, cukup stabil bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Disamping itu,

relatif tingginya pertumbuhan kredit dapat dibarengi oleh terjaganya kualitas kredit (NPL) yang

masih berada di bawah level indikatif.

Penyaluran kredit perbankan yang cukup tinggi menjadi salah satu capaian

positif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Dari sisi kredit, pada

triwulan laporan tumbuh sebesar 21,6% (yoy) sehingga secara nominal mencapai Rp151,7

triliun, relatif meningkat jika dibandingkan dengan triwulan II 2012 yang tumbuh sebesar

20,7% (yoy). Kondisi tersebut didukung oleh penurunan suku bunga kredit, yang selama

triwulan III 2012 rata-rata turun 60 bps. Pertumbuhan kredit perbankan terutama terjadi pada

kredit investasi yang diperkirakan menjadi salah satu faktor yang mendukung pertumbuhan

Page 44: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 34

investasi yang cukup tinggi di Jawa Tengah. Pada triwulan III 2012, kredit investasi tumbuh

51,8% (yoy). Berdasarkan jenis bank, penyaluran kredit Bank Umum mencapai 22,0% (yoy),

sementara kredit BPR mencapai 17,0% (yoy). Peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit

tersebut didukung oleh penghimpunan DPK. Pada triwulan laporan, DPK menunjukkan

peningkatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari 17,3%

(yoy) menjadi 19,5% (yoy) sehingga nominal DPK yang dapat dihimpun mencapai Rp151,4

triliun. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kegiatan intermediasi perbankan di Jawa

Tengah dapat berjalan dengan baik, yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) stabil

dalam kisaran 100,2%.

Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR)

di Provinsi Jawa Tengah

Sumber: DSM, Bank Indonesia

Secara umum, kinerja perbankan syariah masih tumbuh cukup tinggi meski

melambat dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, pertumbuhan aset dan

pembiayaan perbankan syariah di Jawa Tengah melambat dibanding triwulan sebelumnya.

Namun demikian, pembiayaan perbankan syariah pada periode laporan masih berada pada level

yang tinggi, yaitu tumbuh 33,2% (yoy). Sementara itu, penghimpunan dana perbankan syariah

masih meningkat dibanding triwulan sebelumnya, dengan pertumbuhan pada triwulan II 2012

mencapai 47,6% (yoy). Kredit kepada sektor UMKM cenderung melambat. Untuk kredit

UMKM pada triwulan III 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 14,7% (yoy), melambat

dibandingkan triwulan II 2012 yang mencapai 22,3% (yoy). Dapat ditambahkan bahwa kredit

UMKM terutama ditujukan untuk sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai 58,6%

dari total kredit UMKM.

Realisasi kredit/pembiayaan

UMKM Bank Umum pada

triwulan II-2012 mengalami

peningkatan tetapi masih

rendah dari target yang

telah ditetapkan

yoy qtq

Asset - Total 163,3 170,0 179,5 187,6 197,4 208,3 22,5% 5,5%a. Total Asset - Bank Umum 151,7 157,8 166,6 174,5 183,9 194,2 23,0% 5,6%b. Total Asset - BPR 11,7 12,2 12,9 13,0 13,4 14,1 15,9% 5,1%

DPK - Total 123,1 126,7 133,7 138,7 144,4 151,4 19,5% 4,8%a. DPK - Bank Umum 115,1 118,2 124,7 129,5 135,0 141,5 19,7% 4,8%b. DPK - BPR 8,0 8,4 9,1 9,2 9,4 9,9 16,9% 5,4%

Kredit - Total 120,6 124,8 131,4 134,7 145,5 151,7 21,6% 4,3%a. Kredit - Bank Umum 111,2 115,2 121,6 124,5 134,6 140,5 22,0% 4,4%b. Kredit - BPR 9,3 9,6 9,8 10,3 10,9 11,2 17,0% 2,5%

LDR - Perbankan (%) 97,9 98,5 98,3 97,1 100,8 100,2

a. LDR - Bank Umum (%) 96,6 97,4 97,5 96,1 99,7 99,3

b. LDR - BPR (%) 116,8 113,5 108,1 111,7 116,8 113,6

NPL -Perbankan (%) 3,2 3,0 2,5 2,7 2,6 2,6

a. NPL - Bank Umum (%) 2,8 2,6 2,1 2,3 2,3 2,2

b. NPL - BPR (%) 8,0 7,9 6,9 7,3 7,1 6,9

Triliun Rp

III-12Growth

I N D I K A T O R II-11 III-11 IV-11 I-12 II-12

Page 45: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 35

3.1. Bank Umum

3.1.1. Fungsi Intermediasi dan Perkembangan Jaringan Kantor Bank

Umum

Kinerja intermediasi bank umum di Jawa Tengah mencapai level yang cukup

tinggi. LDR Bank Umum pada triwulan laporan mencapai 99,3%, relatif stabil bila dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 99,7%. Pertumbuhan kredit Bank Umum lebih tinggi

dibanding pertumbuhan DPK. Kredit yang disalurkan oleh bank umum di Jawa Tengah

mengalami pertumbuhan sebesar 22,0% (yoy), meningkat jika dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 21,0% (yoy). Selain itu, penghimpunan DPK juga tumbuh

cukup tinggi sebesar 19,7% (yoy) yang tercatat mengalami peningkatan

Kualitas kredit tetap terjaga dengan baik. Kondisi tersebut tercermin pada

penurunan Non Performing Loans (NPLs) menjadi 2,2%, berada jauh dibawah target indikatif

yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5%.

Tabel 3.2. Perkembangan Beberapa Indikator Bank Umum di Prov. Jawa Tengah

Sumber: DSM, Bank Indonesia

Sementara itu, jumlah kantor Bank Umum menunjukkan peningkatan.

Penambahan jumlah kantor Bank Umum khususnya dalam bentuk kantor cabang pembantu,

terutama dilakukan oleh kelompok Bank Swasta Nasional. Perluasan jaringan kantor Bank

Umum tersebut dipicu oleh semakin berkembangnya ekonomi di Jawa Tengah dan tingginya

persaingan yang menuntut perbankan berlomba menarik nasabah. Hal ini juga sejalan dengan

implementasi program financial inclusion secara intensif dan terarah, yang diharapkan tingkat

melek keuangan (financial literacy) dari masyarakat Jawa Tengah akan bergerak naik sehingga

mampu memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian Jawa Tengah pada khususnya dan

perekonomian nasional pada umumnya.

Aset Nominal Triliun Rp 151,7 157,8 166,6 174,5 183,9 194,2

Growth yoy 18,5% 16,9% 20,3% 20,0% 21,3% 23,0%

DPK Nominal Triliun Rp 115,1 118,2 124,7 129,5 135,0 141,5

Growth yoy 17,4% 17,6% 18,1% 18,2% 17,3% 19,7%

Kredit Nominal Triliun Rp 111,2 115,2 121,6 124,5 134,6 140,5

Growth yoy 22,5% 21,9% 22,0% 18,2% 21,0% 22,0%

LDR (%) 96,6 97,4 97,5 96,1 99,7 99,3

NPL (%) 2,76 2,61 2,10 2,33 2,28 2,23

III-12III-11 IV-11 I-12 II-11Uraian Unit II-11

Page 46: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 36

Tabel 3.3. Perkembangan Jumlah Bank dan Jaringan Kantor Bank Umum

*) Data Sementara, posisi Agustus 2012 Sumber: SEKDA, Bank Indonesia

3.1.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga

Penghimpunan DPK oleh bank umum di Jawa Tengah pada triwulan III 2012

tumbuh dari 17,3% (yoy) menjadi 19,7% (yoy) atau mencapai Rp141,5 triliun.

Pertumbuhan yang tercatat pada jenis simpanan giro yang mencapai 27,2% (yoy), diikuti oleh

tabungan dan deposito yang masing-masing tumbuh sebesar 23,9% (yoy) dan 10,3% (yoy)

(Grafik 3.1). Berdasarkan jenis DPK, tabungan merupakan jenis simpanan yang mempunyai

porsi terbesar pada triwulan III 2012 yakni sebesar 51,0%, diikuti oleh deposito dan giro yang

masing-masing mempunyai porsi sebesar 32,4% dan 16,7% (Grafik 3.2). Hal yang cukup

menarik adalah mulai awal tahun 2012 terjadi tren peningkatan porsi simpanan yang lebih likuid

(tabungan dan giro), serta tren penurunan porsi simpanan berjangka (deposito). Hal ini diduga

terkait dengan semakin rendahnya imbal hasil (return) deposito dan semakin tingginya imbal

hasil pada jenis penempatan investasi lainnya, khususnya emas dan surat-surat berharga.

II III IV I II III*

Bank Konvensional        

Jumlah Bank Umum 51 51 51 51 51 51

Jumlah Bank (kantor pusat) 2 2 2 2 2 2

3.186 3.333 3.331 3.381 3.500 3.609

Bank Pemerintah 2.045 2.208 2.149 2.149 2.159 2.169

Kantor Pusat 0 0 0 0 0 0Kantor Cabang 78 79 79 79 79 79

Kantor Cabang Pembantu 1)

1.798 1.953 1.866 1.853 1.857 1.873Kantor Kas 169 176 204 217 223 217

Bank Pemerintah Daerah 238 240 247 248 250 252

Kantor Pusat 1 1 1 1 1 1Kantor Cabang 38 38 39 40 40 41

Kantor Cabang Pembantu 94 94 94 93 93 93

Kantor Kas 105 107 113 114 116 117

Bank Swasta Nasional 878 863 913 964 1.070 1.167

Kantor Pusat 1 1 1 1 1 1

Kantor Cabang 158 159 165 166 168 171Kantor Cabang Pembantu 588 583 612 682 774 861

Kantor Kas 131 120 135 115 127 134

Bank Asing dan Bank Campuran 25 22 22 20 21 21

Kantor Pusat 0 0 0 0 0 0

Kantor Cabang 15 16 16 16 16 16

Kantor Cabang Pembantu 4 4 4 4 4 4Kantor Kas 6 2 2 0 1 1

Jumlah Kantor Bank Umum Menurut

Status Kepemilikan

2011KETERANGAN

2012

Page 47: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 37

Grafik 3.1 Pertumbuhan DPK Bank Umum

di Jawa Tengah

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3.2 Porsi Komponen DPK Bank

Umum per Jenis Simpanan

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Berdasarkan golongan pemilik di Jawa Tengah, DPK milik golongan perseorangan

masih memiliki proporsi tertinggi dalam keseluruhan penghimpunan DPK. Besarnya

kepemilikan DPK perseorangan mencapai 74,1% dari total DPK, diikuti oleh DPK milik bukan

lembaga keuangan, Pemda, BUMN dan golongan lainnya yang masing-masing memiliki porsi

sebesar 10,9%, 9,8%, 2,3% dan 3,7% (Grafik3.3).

Suku bunga simpanan cukup stabil, sejalan dengan terkendalinya inflasi. Suku

bunga simpanan mengalami penurunan untuk jenis simpanan tabungan dan deposito,

sementara itu suku bunga giro mengalami peningkatan tipis. Bila dibandingkan dengan posisi

yang sama tahun sebelumnya, suku bunga simpanan mengalami penurunan dalam kisaran 80

bps 116 bps. Penurunan tertinggi terjadi pada suku bunga jenis simpanan deposito yang turun

116 bps dan tabungan yang turun sebesar 86 bps, sementara itu giro masih mengalami

peningkatan sebesar 11 bps. (Grafik 3.4).

Grafik 3.3 Komposisi Kepemilikan DPK

Bank Umum di Jawa Tengah

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga DPK

Sumber : DSM, Bank Indonesia

18%24% 23% 23% 23%

14%

18%

22% 22%

27%

23% 23% 22%26% 24%

13% 12% 11% 4% 10%105 110 115 120 125 130 135 140 145

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

III IV I II III

2011 2012

Triliun RpPert. % yoy

Pert. DPK Pert. Giro Pert. Tabungan

Pert. Deposito DPK - axis kanan

15,7% 14,2% 16,1% 16,6% 16,7%

49,2% 52,2% 48,9% 50,2% 51,0%

35,1% 33,6% 34,9% 33,2% 32,4%

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

III IV I II III

2011 2012

Share (%)

Giro Tabungan Deposito

6,8% 3,8% 9,1%9,3% 9,81%

2,6% 2,7%2,4% 2,5% 2,31%

10,8% 11,2%10,3% 10,6% 10,09%

75,7% 78,7% 74,1% 73,8% 74,11%

4,0% 3,6% 4,2% 3,7% 3,7%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

III IV I II III

2011 2012

Share

Pemda BUMN atau Pemerintah Campuran

Bukan Lembaga Keuangan Perseorangan

Lainnya

2,58 2,54 2,97 2,66 2,69

2,66 2,402,05 1,89 1,8

6,676,30

5,85 5,59 5,51

0

1

2

3

4

5

6

7

8

III IV I II III

2011 2012

Suku Bunga (%)

Giro Tabungan Deposito

Page 48: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 38

3.1.3. Penyaluran Kredit

3.1.3.1. Perkembangan Kredit secara Umum

Penyaluran kredit bank umum di Jawa Tengah pada triwulan III 2012 mencapai

Rp140,5 triliun, tumbuh sebesar 22,0% (yoy) atau meningkat dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya. Sementara itu, performa penyaluran kredit pada tahun

2012 (s.d. September 2012) tumbuh sebesar 15,4% (ytd) atau dengan kata lain, kredit yang

telah disalurkan pada tahun 2012 ini sebesar Rp20,3 triliun.

Peningkatan penyaluran kredit terkonfirmasi dari Survei Kredit Perbankan (SKP) triwulan

III 2012 yang dilakukan oleh KPw BI Wil. V (Jateng&DIY) dimana secara keseluruhan bank umum

di wilayah Jawa Tengah menunjukkan adanya peningkatan dalam penyaluran kredit tetapi

masih di bawah target yang telah ditetapkan. Beberapa faktor yang menyebabkan pencapaian

di bawah target adalah menurunnya permintaan kredit/pembiayaan dari masyarakat, masih

tingginya tingkat suku bunga, serta proses pengajuan dan pencairan kredit/pembiayaan

memerlukan waktu yang cukup lama. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah hasil evaluasi

perbankan terhadap pengajuan proposal kredit/pembiayaan dari calon debitur dimana dari total

pengajuan kredit/pembiayaan hanya sekitar 60-70% yang disetujui mendapatkan

kredit/pembiayaan. Adapun beberapa kendala terhadap persetujuan kredit/pembiayaan adalah

terkait kondisi kelayakan usaha debitur, dan agunan calon debitur.

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit investasi mengalami pertumbuhan

yang tertinggi yaitu 51,8% (yoy) menjadi Rp17,4 triliun. Kredit modal kerja dan kredit

konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 18,7% (yoy) dan 18,6% (yoy) mencapai Rp75,8 triliun

dan Rp47,1 triliun (Grafik 3.6.). Adapun porsi terbesar masih dikuasai oleh kredit modal kerja

dan kredit konsumsi dengan porsi masing-masing 54% dan 43%, sedangkan kredit investasi

sebesar 12% dari total kredit. Pangsa kredit per kelompok bank masih sama dengan triwulan

sebelumnya, yakni 44% bank persero, 43% bank swasta nasional, 12% BPD dan 2% bank

asing dan campuran (Grafik 3.5.).

Grafik 3.5. Komposisi Bank Penyalur

Kredit di Jawa Tengah

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3.6. Perkembangan Kredit

Berdasarkan Jenis Penggunaan

Sumber : DSM, Bank Indonesia

46% 46% 45% 45% 44%

41% 42% 43% 43% 43%

1% 1% 1% 1% 2%

11% 11% 11% 11% 12%

0%

10%

20%30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

III IV I II III

2011 2012

Share

Bank Persero Bank Swasta NasionalBank Asing & Campuran Bank Pemerintah Daerah

76

17

47

18,7%

51,8%

18,6%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

60,0%

-

10

20

30

40

50

60

70

80

III IV I II III

2011 2012

% yoyTriliun Rp

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Pert. KMK Pert. KI Pert. KK

Page 49: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 39

Grafik 3.7. Perkembangan Porsi Kredit Berdasarkan Sektoral

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Secara sektoral, pertumbuhan kredit terbesar terjadi pada sektor pertambangan dan

penggalian yang tumbuh sebesar 113,4% (yoy) diikuti sektor pertanian yang tumbuh sebesar

102,3% (yoy). Sumbangan pertumbuhan terbesar masih ditujukan kepada sektor PHR dan

sektor industri pengolahan yang masing-masing memiliki pangsa sebesar 29,5% dan 18,5%,

dengan nominal mencapai Rp45,3 triliun dan Rp26,2 triliun.

Sejalan dengan kecenderungan penurunan suku bunga simpanan, suku bunga

kredit pada triwulan laporan untuk semua jenis kredit relatif menurun. Secara tahunan,

penurunan tertinggi suku bunga kredit terjadi terutama untuk jenis kredit modal kerja yang

mencapai 72 bps, sementara untuk suku bunga kredit konsumsi dan kredit investasi mengalami

penurunan masing-masing sebesar 65 bps dan 57 bps (Grafik 3.8). Adanya penurunan suku

bunga kredit ini semakin mendorong penyaluran kredit perbankan di Jawa Tengah. Dari hasil

SKP triwulan III diketahui bahwa penurunan suku bunga kredit terutama terkait dengan

persaingan antar bank dalam menarik nasabah, kondisi pasar yang cukup baik dan BI Rate yang

cukup stabil.

2,71%

0,25%

0,29%

18,59%

0,12%

2,41%

29,58%

1,30%

1,71%

1,62%

3,29%

0,00%

0,17%

0,34%

1,31%

0,04%

0,00%

2,70%

33,58%

0% 10% 20% 30% 40%

Pertanian...

Perikanan

Tambang&Galian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas Dan Air

Konstruksi

Perdagangan

Peny. Akom&Trans

Trans, Gud&Kom

Perantara Keuangan

Real Estate...

Adm. Pemerintahan...

Js. Pnddkn

Js. Kes&Sos

Js. Masy, Sosbud..

Js. Org RT

Bdn Intl

Keg. Blm jls

Kred. Bkn lap ush

Page 50: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 40

Grafik 3.8. Perkembangan Suku Bunga Kredit

Sumber : DSM, Bank Indonesia

3.1.3.2. Perkembangan kredit UMKM

Sektor UMKM masih menjadi sektor yang menarik dibiayai oleh perbankan

sebagaimana tercermin pada peningkatan pembiayaan kepada sektor UMKM. Kredit

UMKM pada Triwulan III 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 14,7% (yoy) sehingga menjadi

Rp49,47 triliun. Pertumbuhan ini menurun jika dibandingkan dengan pertumbuhan Triwulan II

2012 yang mencapai 22,3% (yoy). Dari hasil SKP triwulan III 2012 diketahui bahwa penyebab

utama menurunnya pertumbuhan kredit/pembiayaan UMKM adalah menurunnya permintaan

kredit/pembiayaan UMKM dan masih tingginya tingkat suku bunga. Faktor lain yang juga

mempengaruhi adalah hasil evaluasi perbankan terhadap pengajuan proposal kredit/pembiayaan

UMKM dari calon debitur yaitu dari total pengajuan kredit/pembiayaan hanya sekitar 50-60%

yang disetujui mendapatkan kredit/pembiayaan. Adapun beberapa kendala terhadap

persetujuan kredit/pembiayaan adalah terkait faktor kelayakan usaha dan agunan serta rekam

jejak calon debitur.

Pertumbuhan kredit UMKM cukup memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan kredit

perbankan, mengingat kontribusinya mencapai 35,2% dari total kredit bank umum di Jawa

Tengah (Grafik 3.9). Dari jumlah tersebut, sebesar Rp41,9 triliun atau 84,9% dari kredit UMKM

merupakan kredit modal kerja, sisanya sebesar Rp7,4 triliun atau 15,1% merupakan kredit

investasi (Grafik 3.10).

13,58 13,25 13,19 12,95 12,86

13,75 13,57 13,46 13,50 13,18

14,77 14,65 14,63 14,54

14,1214,00 13,75 13,7

13,51 13,32

12

12

13

13

14

14

15

15

III IV I II III

2011 2012

Suku Bunga (%)

KMK KI KK Tertimbang

Realisasi kredit/pembiayaan

UMKM Bank Umum pada

triwulan II-2012 mengalami

peningkatan tetapi masih

rendah dari target yang

telah ditetapkan

Page 51: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 41

Grafik 3.9 Perkembangan Kredit UMKM

dan Total Kredit

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3.10 Proporsi Kredit UMKM Menurut

Jenis Penggunaan

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3.11 Lima Sektor Ekonomi Dominan

Kredit UMKM Triwulan III 2012

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3.12 Pertumbuhan Kredit UMKM

Berdasarkan Skala Usaha

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Berdasarkan sektornya, pembiayaan UMKM juga terkait dengan tiga sektor

ekonomi utama Jawa Tengah. Sejalan dengan penyaluran kredit secara umum, penyaluran

kredit UMKM di Jawa Tengah didominasi oleh 3 (tiga) sektor utama yaitu Sektor Perdagangan

Besar dan Eceran, Sektor Kegiatan yang Belum Jelas Batasnya dan Sektor Industri Pengolahan

dengan porsi sebesar 76,5% dari total kredit UMKM yang disalurkan. Porsi terbesar disalurkan

pada sektor perdagangan besar dan eceran tercatat sebesar Rp28,9 triliun atau 58,6% dari total

kredit UMKM. Sementara itu kredit UMKM untuk sektor kegiatan yang belum jelas batasnya

dan sektor industri pengolahan masing-masing sebesar Rp3,5 triliun (7,1%) dan Rp5,3 triliun

(10,8%). Untuk kredit di Sektor Pertanian juga mempunyai porsi yang cukup besar yaitu 6,3%

dengan nominal mencapai Rp3,1 triliun(Grafik 3.11).

Penyaluran Kredit Skala Menengah9 mendominasi penyaluran kredit UMKM di

Jawa Tengah dengan nominal sebesar Rp18,2 triliun. Pada triwulan III 2012, pangsa kredit

untuk skala menengah mendominasi pemberian kredit kepada UMKM di Jawa Tengah dengan

9 Usaha menengah : Aset > Rp500 juta – Rp10 miliar, omzet > Rp2,5 miliar – Rp50 miliar

115 122 124

135 140

43 45 46 50 49

-

20

40

60

80

100

120

140

160

III IV I II III

2011 2012

Triliun Rp

Tot. Kredit UMKM

84,9%

15,1%

KMK KI

Pertanian; 6,3%

Industri Pengolahan;

10,8%

Perdagangan; 58,6%

Real Estate; 2,9%

Keg. Lain; 7,1%

23,46% 23,79% 19,11% 22,30% 14,7%0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

III IV I II III

2011 2012

Pertumbuhan (% yoy)

Kredit UMKM - Mikro - Kecil - Menengah

Page 52: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 42

pangsa 36,9% dari total penyaluran kredit UMKM. Sedangkan kredit skala usaha mikro (usaha

mikro: aset maksimal Rp50 juta, omzet maksimal Rp300 juta) dan kredit skala kecil (usaha kecil:

Aset > Rp50 juta Rp500 juta, omzet > Rp300 juta Rp2,5 miliar) masing-masing sebesar

Rp13,7 triliun (27,7%) dan Rp17,4 triliun (35,4%). Secara tahunan, kredit kecil mencapai

pertumbuhan yang tertinggi diantara jenis kredit lainnya yaitu sebesar 18,1% (yoy). Sementara

itu, kredit mikro dan kredit menengah masing-masing mengalami pertumbuhan yaitu sebesar

8,0% (yoy) dan 17,0% (yoy) (Grafik3.12).

3.1.3.3. Resiko Kredit

Resiko kredit bank umum di Jawa Tengah stabil dan tetap terjaga pada level

yang rendah. Pada Triwulan III 2012 ini risiko kredit bank umum yang salah satunya diukur dari

rasio Non Performing Loans (NPLs) masih cukup terkendali di level 2,2%, sedikit menurun bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,3% (Grafik 3.13).

NPL kredit UMKM tercatat mengalami sedikit peningkatan dari triwulan sebelumnya

yakni dari 3,7% menjadi sebesar 3,9% (Grafik 3.16). NPL bank umum di Jawa Tengah masih

berada pada level aman di bawah 5% sesuai himbauan Bank Indonesia. Beberapa upaya yang

dilakukan oleh kalangan perbankan untuk menekan NPLs antara lain melalui peningkatan

penagihan, restrukturisasi kredit, dan penjualan jaminan sehingga ke depan angka NPL dapat

ditekan dan secara berangsur-angsur turun.

Grafik 3.13. Rasio NPL Terhadap Total Kredit

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3.14. NPL Kredit Berdasarkan Jenis

Penggunaan

Sumber : DSM, Bank Indonesia

115 122 124 135 140

2,61%

2,10%2,33% 2,28% 2,23%

0,0%

0,5%

1,0%

1,5%

2,0%

2,5%

3,0%

-

20

40

60

80

100

120

140

160

III IV I II III

2011 2012

NPL (%)Triliun Rp

Jml Kredit NPL - skala kiri NPL - skala kiri

3,32%

2,60%2,92% 2,85% 2,92%

2,76%2,46% 2,50%

2,01% 1,87%

1,41%1,18%

1,35% 1,37% 1,26%

0,00%

0,50%

1,00%

1,50%

2,00%

2,50%

3,00%

3,50%

III IV I II III

2011 2012

NPL (% ) KMK KI KK

Page 53: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 43

Grafik 3.15. NPL Kredit Berdasarkan

Sektor Ekonomi Utama

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3.16. Perkembangan NPL Kredit

UMKM

Sumber : DSM, Bank Indonesia

3.2. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Kinerja intermediasi BPR Konvensional di Jawa Tengah cukup stabil

dibandingkan triwulan sebelumnya. Aset BPR Konvensional mampu mencatatkan

pertumbuhan sebesar 15,9% (yoy) atau mencapai Rp14,1 triliun. Sementara untuk DPK dan

Pembiayaan mengalami pertumbuhan yang cukup stabil.

DPK BPR Konvensional mencapai nominal Rp9,8 triliun dan mengalami pertumbuhan

yang cukup stabil dari 17,1% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 16,9% (yoy) pada

triwulan laporan. Dana pihak ketiga (DPK) BPR Konvensional di Jawa Tengah masih

didominasi oleh jenis simpanan deposito. Porsi deposito mencapai 57,8% dari keseluruhan

DPK dengan nominal sebesar Rp5,7 triliun. Sementara itu, jenis simpanan tabungan mempunyai

porsi sebesar 42,2% dengan nominal mencapai Rp4,1 triliun. Jenis simpanan deposito

mencatatkan pertumbuhan yang cukup baik secara tahunan yaitu sebesar 14,2% (yoy) dan

secara triwulanan tumbuh sebesar 5,5%(qtq). Sementara itu, untuk jenis simpanan tabungan

juga mencapai pertumbuhan yang cukup baik yaitu sebesar 20,7% (yoy) atau 5,2% (qtq).

Selain itu, tingkat bunga simpanan wajar sampai dengan Triwulan III 2012 yang dijamin

oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk simpanan di BPR adalah 8,00%, jauh lebih tinggi

dari Bank Umum yang hanya 5,50% untuk simpanan Rupiah.

0,5%

1,0%

1,5%

2,0%

2,5%

3,0%

3,5%

4,0%

4,5%

III IV I II III

2011 2012

NPL (%) Industri Pengolahan

Perdagangan Besar Dan Eceran

Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha3,92%

3,14%

3,64% 3,70%3,90%

2,61%

2,10%2,33% 2,28% 2,23%

0,0%

0,5%

1,0%

1,5%

2,0%

2,5%

3,0%

3,5%

4,0%

4,5%

III IV I II III

2011 2012

NPL (%)

NPL Kredit UMKM NPL Kredit Umum

Page 54: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 44

Grafik 3.17. Pertumbuhan Aset BPR

Konvensional

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3.18. Perkembangan DPK, Jenis

Simpanan Tabungan dan Deposito

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Grafik 3.19. Pertumbuhan Tabungan dan Deposito BPR Konvensional

Sumber : DSM, Bank Indonesia

Selanjutnya, pembiayaan BPR Konvensional mencapai Rp11,2 triliun dengan

pertumbuhan sebesar 17,0% (yoy) atau cukup stabil bila dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mencapai 17,1% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan penyaluran

kredit tertinggi dicapai oleh kredit modal kerja (KMK) yang mencapai 19,7% (yoy), diikuti

oleh kredit konsumsi (KK) tumbuh sebesar 15,8% (yoy). Namun demikian, kredit investasi (KI)

mengalami kontraksi pertumbuhan yaitu -0,7% (yoy). Senada dengan triwulan sebelumnya,

kontraksi KI ditengarai karena BPR Konvensional tidak banyak menyalurkan kredit investasi pada

Triwulan III 2012 dan banyaknya pelunasan jenis kredit investasi. Selain itu, kredit modal kerja

masih mendominasi dengan penyaluran kredit dengan porsi sebesar 52,8% kemudian diikuti

oleh kredit konsumsi sebesar 43,1% dan kredit investasi sebesar 4,1%.

11,0

11,5

12,0

12,5

13,0

13,5

14,0

14,5

0%

5%

10%

15%

20%

25%

III IV I II III

2011 2012

Triliun RpGrowth (% yoy)

Aset - skala kanan g yoy (%) g qtq (%)

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

III IV I II III

2011 2012

Growth (% qtq)Growth (% yoy)

g Tab (% qtq) - skala kanan g Depo (% qtq) - skala kanan

g Tab (% yoy) g Depo (% yoy)

0%

5%

10%

15%

20%

25%

-

2

4

6

8

10

12

III IV I II III

2011 2012

Growth (%)Triliun Rp

Tabungan Deposito Total DPK

g DPK yoy (%) g DPK qtq (%)

Page 55: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 45

Grafik 3.20. Perkembangan Kredit BPR

Konvensional

Sumber : LBPR, Bank Indonesia

Grafik 3.21 Perkembangan Kredit Jenis Penggunaan

Sumber : LBPR, Bank Indonesia

Grafik 3.22. Pertumbuhan Kredit Sektoral

Sumber : LBPR, Bank Indonesia

Grafik 3.23. Pangsa Penyaluran Kredit per

Sektor

Sumber : LBPR, Bank Indonesia

Berdasarkan sektor ekonomi, pertumbuhan tertinggi pada Triwulan III 2012

dicapai oleh sektor konstruksi yang tumbuh sebesar 66,9% (yoy), sektor jasa perseorangan

yang tumbuh sebesar 62,6% (yoy) serta sektor perikanan yang tumbuh sebesar 49,9% (yoy)

(Grafik 3.22). Sementara itu, porsi terbesar kredit produktif BPR konvensional di Jawa Tengah

disalurkan pada sektor perdagangan besar dan kecil dengan pangsa sebesar 33,7%, sektor

pertanian, perburuan dan kehutanan dengan pangsa sebesar 8,4% serta sektor jasa

kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya dengan pangsa sebesar 3,1%

(Grafik 3.23).

Kualitas kredit yang disalurkan oleh BPR di Jawa Tengah membaik. Hal ini

tercermin dari penurunan nilai NPLs, yaitu dari 7,1% pada triwulan II 2012 menjadi 6,9% pada

triwulan laporan. Penurunan NPLs ini diantaranya disebabkan oleh adanya pelunasan kredit oleh

8,5

9,0

9,5

10,0

10,5

11,0

11,5

0%2%4%6%8%

10%12%14%16%18%20%

III IV I II III

2011 2012

Triliun RpG (% yoy)

Kredit - Skala Kanan g yoy (%) g qtq (%)

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

III IV I II III

2011 2012

Growth (% qtq)Growth (% yoy)

g KMK yoy (%) g KI yoy (%) g KK yoy (%)

g KMK qtq (%) - skala kiri g KI qtq (%) - skala kiri g KK qtq (%) - skala kiri

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

Pe

rta

nia

n,

Pe

rbu

rua

n …

Pe

rik

an

an

Pe

rta

mb

an

ga

n d

an

Ind

ust

ri P

en

go

lah

an

Lis

trik

, Ga

s d

an

Air

Ko

nst

ruk

si

Pe

rda

ga

ng

an

Be

sar …

Pe

ny

ed

iaa

n A

ko

mo

da

si …

Tra

nsp

ort

asi

, …

Pe

ran

tara

Ke

ua

ng

an

Re

al E

sta

te

Ad

m.

Pe

me

rin

tah

, …

Jasa

Pe

nd

idik

an

Jasa

Ke

seh

ata

n d

an

Jasa

Ke

ma

sy.,

So

sbu

d, …

Jasa

Pe

rora

ng

an

ya

ng

Ke

g. U

sah

a y

g b

lm j

ls …

Bk

n L

ap

. U

sah

a -

Rm

h …

Bk

n L

ap

. U

sah

a -

La

inn

ya

Growth (yoy)

8,4%

0,2%

0,1%

1,4%

0,1%

1,3%

33,7%

0,6%

1,4%

0,1%

0,5%

0,2%

0,3%

0,1%

3,1%

1,6%

3,9%

6,4%

36,6%

0% 10% 20% 30% 40%

Pertanian...

Perikanan

Pertambangan dan …

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air

Konstruksi

Perdagangan Besar dan …

Peny. Akom dan Mamin

Trans, Gud, dan Kom

Perantara Keuangan

Real Estate

Adm. Pemerintahan...

Js Pendidikan

Js. Ksht dan Keg. Sos

Js Kemasy, Sosbud...

Js. Org dan RT

Keg blm jelas

Bkn Lap Ush-RT

Bkn Lap Ush - Lainnya

Page 56: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 46

debitur sejalan dengan kondisi ekonomi yang membaik. Sementara itu, LDR BPR masih berada di

level yang cukup tinggi, yaitu sebesar 113,6%, menurun dibandingkan LDR pada triwulan II

2012 116,8%. Angka LDR yang cukup tinggi pada LDR BPR ini, didukung pula oleh adanya

linkage program, atau kerjasama penyaluran kredit dari bank umum kepada BPR, yang

selanjutnya diteruskan kepada masyarakat. Linkage program merupakan salah satu sumber dana

yang diandalkan oleh BPR. Bahkan sejumlah kerjasama yang melibatkan Bank Umum dan BPR

tidak hanya masalah sumber dana, namun juga berkembang ke arah lain misalnya teknologi

informasi.

Grafik 3.24. Rasio NPL dan LDR BPR Konvensional

Sumber : LBPR, Bank Indonesia

Dari sisi jumlah kantor, pada Triwulan III 2012 tidak ada penambahan jumlah

kantor BPR dibanding triwulan sebelumnya. Kinerja BPR yang cukup baik pada triwulan

laporan didukung oleh banyaknya jumlah BPR dan jumlah kantornya di Jawa Tengah.

Tabel 3.4. Bank dan Jaringan Kantor BPR Konvensional di Jawa Tengah

Sumber: SEKDA (Posisi Agustus 2012), Bank Indonesia

113,5% 108,1% 111,7% 116,8% 113,6%

7,9%

6,9%

7,3%7,1%

6,9%

102%

104%

106%

108%

110%

112%

114%

116%

118%

6,2%6,4%6,6%6,8%7,0%7,2%7,4%7,6%7,8%8,0%8,2%

III IV I II III

2011 2012

% LDR% NPL

LDR - skala kanan NPL

II III IV I II III*

Bank Perkreditan Rakyat        

- Jumlah Bank 281 263 263 263 263 263- Jumlah Kantor 716 721 723 728 729 728

KETERANGAN20122011

Page 57: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 47

3.3. Kinerja Perbankan Syariah

Perbankan syariah di Jawa Tengah masih menunjukkan perkembangan yang

cukup kuat. Pertumbuhan aset dan pembiayaan mengalami penurunan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Sementara itu, penghimpunan dana mengalami peningkatan pertumbuhan

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pada Triwulan III 2012, aset perbankan syariah tumbuh sebesar 41,0% (yoy)

menjadi Rp9,4 triliun. Pertumbuhan ini sedikit melambat bila dibandingkan triwulan II 2012

yang tumbuh sebesar 44,2% (yoy). Secara triwulanan, aset tumbuh sebesar 10,9% (qtq),

meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,3% (qtq) (Grafik

3.25).

Grafik 3.25. Perkembangan Aset BPRS Jawa Tengah

Sumber : LBU dan LBPRS, Bank Indonesia

Sementara pembiayaan perbankan syariah pada periode laporan secara total

tumbuh sebesar 33,2% (yoy) menjadi Rp7,3 triliun, didorong oleh pertumbuhan kredit pada

Bank Umum Syariah (BUS) yang mencapai 33,1% (yoy) menjadi Rp7,1 triliun dan kredit pada

Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang tumbuh sebesar 35,8% (yoy) menjadi Rp303 miliar

(Grafik 3.26).

Di sisi penghimpunan dana, DPK perbankan syariah secara total tumbuh

mencapai 47,6% (yoy) menjadi Rp6,0 triliun, hal ini didorong oleh tingginya penghimpunan

DPK di BUS yang tumbuh sebesar 47,5% (yoy) menjadi Rp5,7 triliun dan penghimpunan DPK di

BPRS yang tumbuh sebesar 48,7% (yoy) menjadi Rp265 miliar (Grafik 3.27).

012345678910

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

III IV I II III

2011 2012

Triliun Rpg (%)

Aset - skala kanan g aset (yoy) g aset (qtq)

Page 58: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 48

Grafik 3.26 Perkembangan Pembiayaan

Perbankan Syariah di Jawa Tengah

Sumber: LBUS dan LBPRS, Bank Indonesia

Grafik 3.27. Perkembangan DPK

Perbankan Syariah di Jawa Tengah

Sumber: LBUS dan LBPRS, Bank Indonesia

Grafik 3.28 Perkembangan NPF dan FDR Perbankan Syariah di Jawa Tengah

Sumber: LBUS dan LBPRS, Bank Indonesia

Dengan perkembangan tersebut, Financing to Deposit Ratio (FDR) mengalami

penurunan dari 137,6% pada Triwulan II 2012 menjadi 122,3% pada triwulan III 2012. Namun

demikian, performa kualitas pembiayaan mengalami peningkatan, yang ditunjukkan oleh

menurunnya rasio pembiayaan non lancar (Non Performing Financing, NPF) dari 3,25% pada

Triwulan II 2012 menjadi 3,12% pada triwulan III 2012 (Grafik 3.28). Fungsi intermediasi

perbankan syariah yang cukup tinggi ini didukung oleh banyaknya jaringan kantor perbankan

syariah yang telah dibuka di Jawa Tengah. Pada periode laporan, terdapat sebanyak 8 bank

umum syariah, 49 unit usaha syariah serta 23 BPR syariah.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

III IV I II III

2011 2012

Pembiayaan (Triliun Rp)

g rowth (%)

g Perbankan Syariah g BUS (yoy)

g BPRS (yoy) Nominal Pembiayaan - skala kanan

0

1

2

3

4

5

6

7

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

III IV I II III

2011 2012

Triliun RpGrowth (%)

g BUS (yoy) g BPRS (yoy)

g Perbankan Syariah (yoy) Nominal DPK - skala kanan

0,0%

0,5%

1,0%

1,5%

2,0%

2,5%

3,0%

3,5%

4,0%

4,5%

110%

115%

120%

125%

130%

135%

140%

III IV I II III

2011 2012

LDR %FDR %

FDR NPF Gross - skala kiri

Page 59: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 49

Tabel 3.5. Bank dan Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Jawa Tengah

Sumber: SEKDA (Posisi Agustus 2012), Bank Indonesia

3.4. Perkembangan Sistem Pembayaran

Perkembangan Sistem Pembayaran sampai dengan triwulan III 2012 relatif

stabil dan menunjukkan trend kenaikan. Hal ini ditunjukkan dari kenaikan beberapa

indikator baik dalam hal sistem pembayaran tunai maupun non tunai.

3.4.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai

3.4.1.1. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)

Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan III 2012 di wilayah Jawa Tengah

mengalami net inflow. Pada triwulan laporan, aliran uang masuk (inflow) tercatat lebih besar

daripada aliran uang keluar (outflow) sehingga secara keseluruhan mengalami net inflow

sebesar Rp5,18 triliun. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 92,4% dibandingkan

dengan posisi yang sama pada tahun lalu (yoy) dan mengalami kenaikan cukup tinggi sebesar

807,9% apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq). Dilihat dari data historis,

aliran uang di wilayah Jawa Tengah secara umum selalu terjadi net inflow.

Grafik 3.29 Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di Jawa Tengah

Sumber : Bank Indonesia

II III IV I II III*

Bank Syariah        

Bank Umum        - Jumlah Bank 6 6 7 7 7 8

- Jumlah Kantor 124 113 134 139 147 151

Unit Usaha Syariah 35 35 36 45 47 49

- Jumlah Kantor 35 35 36 45 47 49

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah         

- Jumlah Bank 19 19 23 23 23 23- Jumlah Kantor 19 19 23 23 23 23

2011 2012KETERANGAN

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012

Rp

Tri

lyu

n

Inflow Outflow

Sumber: KPwBI Wilayah V, KPwBI Solo, KPwBI Purwokerto, KPwBI Tegal, diolah

Page 60: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 50

Posisi outflow pada triwulan ini tercatat sebesar Rp9,18 triliun, mengalami penurunan

sebesar -7,5% (yoy) bila dibandingkan dengan outflow pada triwulan III 2011. Sejalan dengan

faktor musiman Lebaran, jumlah uang kartal yang keluar meningkat dibanding triwulan

sebelumnya Apabila dibanding triwulan sebelumnya posisi outflow mengalami peningkatan

sebesar 24,2% (qtq). Dengan jumlah inflow mencapai Rp14,36 triliun maka secara total

mengalami net inflow.

Tabel 3.6. Perkembangan Inflow Dan Outflow Uang Kartal di Jawa Tengah

3.4.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar / Pemberian Tanda Tidak

Berharga (PTTB) Uang Kartal

Jumlah uang tidak layak edar di Jawa Tengah yang dimusnahkan pada triwulan

III 2012 mengalami penurunan. Secara berkala Bank Indonesia melaksanakan pemusnahan

terhadap uang yang sudah tidak layak edar (UTLE) melalui kegiatan yang diberi nama Pemberian

Tanda Tidak Berharga (PTTB). Hal ini untuk menjamin ketersediaan uang yang layak edar di

masyarakat. Pada triwulan III 2012 jumlah PTTB di KPwBi Wilayah V, KPwBI Solo, KPwBI

Purwokerto dan KPwBI Tegal tercatat sebesar Rp399,14 miliar, mengalami penurunan sebesar

-24,21 (qtq) dibandingkan jumlah PTTB pada triwulan II 2012 dengan porsi terbesar berupa

pecahan Rp5.000 sebesar 25,49%.

3.4.1.3. Uang Palsu

Pada triwulan III 2012, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke

KPwBI Wilayah V sebanyak 2.105 lembar. Jumlah uang palsu yang ditemukan masih relatif

kecil walaupun meningkat apabila dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara umum, jumlah

uang palsu yang ditemukan sangat kecil prosentasenya dibandingkan total jumlah uang yang

beredar. Nominal pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan adalah pecahan

Rp100.000,00 dan pecahan Rp50.000,00 dengan porsi masing-masing sebesar 75,64% dan

13,39% dari seluruh jumlah uang palsu yang ditemukan. Sebagai upaya menanggulangi uang

palsu, Bank Indonesia terus berupaya agar uang rupiah tidak mudah dipalsukan. Salah satunya

dengan meningkatkan security features uang yang dicetak. Bank Indonesia juga terus

melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah dan cara memperlakukan uang rupiah dengan

baik kepada masyarakat.

I II III IV I II III IV I II III YoY QtQ

Inflow 5.5 4.6 9.1 6.3 7.2 6.6 12.6 9.0 10.5 8.0 14.4 13.8% 80.4%

Outflow 0.4 1.8 6.7 2.4 1.1 4.2 9.9 4.7 3.7 7.4 9.2 -7.5% 24.2%

Net Inflow 5.2 2.7 2.4 3.9 6.1 2.4 2.7 6.0 6.8 0.6 5.2 92.4% 807.9%

Sumber: KPwBI Wilayah V, KPwBI Solo, KPwBI Purwokerto, KPwBI Tegal, diolah

2012 Pertumbuhan

Triliun Rp

2010 2011

Page 61: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 51

3.4.2. Transaksi Keuangan secara Non Tunai

Dalam transaksi non tunai, Bank Indonesia selalu berusaha menjaga kelancaran sistem

pembayaran yang efektif melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross

Settlement (BI-RTGS). Perkembangan sistem pembayaran non tunai di Jawa Tengah

terutama melalui RTGS.

3.4.2.1. Transaksi Kliring

Transaksi melalui kliring di wilayah Jawa Tengah pada triwulan III 2012

mengalami kenaikan secara nominal apabila dibandingkan dengan triwulan II 2012,

namun sedikit menurun volumenya. Nilai transaksi kliring di Jawa Tengah pada triwulan III

2012 mengalami kenaikan sebesar 4,50% (qtq) apabila dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, dengan volume transaksi turun sebesar -2,94% (qtq) apabila dibandingkan dengan

triwulan II 2012.

Nilai dan volume transaksi kliring secara tahunan mengalami kenaikan apabila

dibandingkan dengan triwulan III 2011, masing-masing sebesar 39,09% (yoy) dan 29,52%

(yoy). Tabel 3.7. Perkembangan Transaksi Kliring Lokal di Jawa Tengah

Sumber: SEKDA KPwBI Wilayah V, diolah

3.4.2.2.Transaksi RTGS

Nilai transaksi BI-RTGS mengalami kenaikan secara volume meskipun sedikit

menurun nilainya apabila dibandingkan dengan triwulan lalu. Rata-rata nilai transaksi

RTGS per bulan pada triwulan III 2012 turun sebesar -4,44% (qtq) dari rata-rata per bulan pada

triwulan II 2012, namun volume transaksi naik sebesar 38,02% (qtq). Apabila dibandingkan

dengan triwulan III tahun sebelumnya, terjadi kenaikan rata-rata nilai transaksi sebesar 12,32%

(yoy) dengan volume transaksi naik sebesar 280,65% (yoy).

I II III IV I II III YoY QtQ

- 751,604 703,929 645,358 761,233 934,265 924,782 897,636 39.09% -2.94%

- 27.05 24.50 24.12 28.13 30.09 29.89 31.24 29.52% 4.50%

- 11,388 11,005 10,389 11,894 14,830 14,679 14,660 41.11% -0.13%

- 0.41 0.38 0.39 0.44 0.48 0.47 0.51 32.11% 7.93%

Keterangan2011 Pertumbuhan2012

Perputaran Kliring

Transaksi (lembar)

Nominal (Rp triliun)

Rata-rata Perputaran Kliring /Hari

Transaksi (lembar)

Nominal (Rp triliun)

Page 62: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 52

Grafik 3.30 Perkembangan Transaksi RTGS Jawa Tengah

Sumber : Bank Indonesia

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011 2012

Miliar RpWarkat

Nilai Volume

Page 63: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 53

Bab 4

Keuangan Daerah

Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada triwulan III 2012 terus

menunjukkan peningkatan. Realisasi pendapatan maupun belanja daerah lebih baik

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan triwulan III 2012, realisasi

pendapatan daerah mencapai 76,95% dari total APBD Perubahan, sementara realisasi belanja

daerah mencapai 63,79% dari total APBD Perubahan. Kenaikan biaya belanja rutin pada

triwulan ini mendorong kenaikan realisasi belanja daerah, seiring pembayaran THR dalam

menyambut Lebaran.

Dapat ditambahkan bahwa untuk Pemerintah Kabupaten/Kota, realisasi pendapatan dari

35 kabupaten/kota di Jawa Tengah secara rata-rata di beberapa Kab/Kota mencapai 54,45%

dengan realisasi tertinggi di Kab. Karanganyar (58,7%) dan terendah di Kab. Banyumas (46,4%).

Sejalan dengan sisi pendapatan yang belum optimal, realisasi belanja, hingga bulan Agustus

2012, juga masih sangat rendah, secara rata-rata di beberapa Kab/Kota hanya mencapai

32,82%.

4.1. Realisasi Pendapatan Daerah

Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada triwulan III 2012

mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Secara kumulatif, realisasi pendapatan daerah

Provinsi Jawa Tengah pada triwulan III 2012 mencapai Rp 8,79 triliun, tertinggi dalam dua tahun

terakhir. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh kenaikan pendapatan lain-lain yang sah,

seiring dengan penerimaan Dana Otonomi Khusus yang mencapai Rp 2,02 triliun. Dana

Otonomi Khusus tersebut merupakan dana yang diterima oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

yang terutama digunakan untuk pembangunan infrastruktur pendukung pelaksanaan program

pemerintah.

Namun demikian, pendapatan daerah secara total masih didominasi oleh pendapatan

asli daerah (PAD) yang mencapai 56,25% dari total pendapatan. Sementara pendapatan lain

yang sah mencapai 23,49% dan bantuan dana pemerintah pusat yang terkumpul dalam

komponen dana perimbangan mencapai 20,25% (grafik 4.1.). kondisi tersebut

mengindikasikan tingginya tingkat kemandirian daerah dalam memperoleh pendapatan untuk

membiayai berbagai pengeluaran baik yang bersifat rutin maupun non rutin.

Page 64: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 54

Grafik 4.1. Pangsa dan Realisasi Pendapatan Daerah Jawa Tengah

Sumber : Biro Keuangan, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah

Secara nominal, realisasi total Pendapatan sampai dengan triwulan III 2012 lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi total Pendapatan

pada triwulan III 2012 tercatat sebesar Rp 8,79 triliun atau 76,95% dari target penerimaan pada

APBD Perubahan (APBD-P) tahun 2012. Rasio tersebut meningkat dibandingkan realisasi pada

triwulan sebelumnya yang mencapai 50,97%, namun rasio tersebut sedikit lebih rendah jika

dibandingkan dengan rasio pada triwulan III 2011 yang mencapai 79,30%. Perlu diperhatikan

juga bahwa target pendapatan pada 2012 yang sebesar Rp 11,42 triliun jauh lebih besar dari

pada target 2011 yang sebesar Rp 7,08 triliun (grafik 4.2).

Berdasarkan komponennya, realisasi Pendapatan tersebut sebagian besar disumbang

oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terutama komponen Pajak Daerah yang hingga triwulan III

2012 telah mencapai Rp 4,94 triliun atau 78,30% dari target 2012. Sementara itu, komponen

retribusi daerah pada triwulan III 2012 mencapai 67,53% dari target 2012. Realisasi pendapatan

yang cukup positif tersebut terutama masih disumbang oleh penerimaan pajak kendaraan

bermotor (lihat bab 1).

Grafik 4.2. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Tengah

Sumber : Biro Keuangan, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah

PENDAPATAN ASLI DAERAH

56.25%

DANA PERIMBANGAN

20.25%

LAIN-LAIN PENDAPATAN

YANG SAH

23.49%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

I II III IV I II III

2011 2012

Rp Miliar

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

DANA PERIMBANGAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

I II III IV I II III

2011 2012

- Lain-Lain PAD Yang Sah - Hasil Pengelolaan Yg Dipisahkan

- Retribusi Daerah - Pajak Daerah

Page 65: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 55

Realisasi yang positif juga terjadi pada komponen Dana Perimbangan yang pada

triwulan III 2012 mencapai 79,28% dari target 2012 (grafik 4.3). Salah satu komponen Dana

Perimbangan yang menunjukkan realisasi terbesar adalah Dana Alokasi Umum yang mencapai

83,33% dari target 2012. Namun demikian, nilai komponen dana perimbangan ini merupakan

yang terkecil jika dibandingkan dengan komponen pendapatan lainnya, berupa PAD dan lain-

lain pendapatan yang sah.

Grafik 4.3. Realisasi Dana Perimbangan

Sumber : Biro Keuangan, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah

Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Daerah APBD Provinsi Jawa Tengah Triwulan II-2012 (Rp juta)

Sumber : Biro Keuangan, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah

Dapat ditambahkan bahwa bila dilihat dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah,

hingga bulan Agustus 2012, realisasi pendapatan masih cukup rendah, secara rata-rata

baru mencapai 54,45%. Kabupaten Karanganyar menjadi daerah yang memiliki realisasi

pendapatan terbesar, mencapai 58,70%, kemudian disusul oleh Kabupaten Pemalang dan

Kabupaten Sragen yang masing-masing mencapai 57,90% dan 57,70%.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

I II III IV I II III

2011 2012

- Dana Alokasi Dana Khusus- Dana Alokasi Umum- Dana Bagi Hsl Pjk/Bukan Pjk

APBD-P APBD-P2011 2012 I-11 II-11 III-11 I-12 II-12 III-12

PENDAPATAN1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 5,158,663.99 6,289,094.30 1,158,142.21 2,610,976.48 4,104,087.38 1,303,214.13 3,236,172.96 4,944,658.38

- Pajak Daerah 4,263,000.00 5,273,190 1,013,180.25 2,068,576.38 3,351,981.25 1,259,836.54 2,543,481.26 4,128,770.58- Retribusi Daerah 60,626.58 68,092 11,330.31 26,152.76 40,466.60 13,272.43 29,083.08 45,983.04- Hasil Pengelolaan Kekay. Daerah Yg Dipisahkan 212,158.06 238,157 100.00 194,560.32 211,976.16 3,969.81 222,304.70 238,231.93- Lain-Lain PAD Yang Sah 622,879.35 709,655 133,531.65 321,687.02 499,663.38 26,135.35 441,303.92 531,672.82

2 DANA PERIMBANGAN 1,889,203.97 2,245,486 481,874.74 934,580.30 1,481,344.39 658,117.53 1,199,562.27 1,780,286.22- Dana Bagi Hsl Pjk/Bukan Pjk 561,233.95 677,963 56,481.33 174,604.90 379,018.52 137,297.41 299,518.92 478,235.92- Dana Alokasi Umum 1,276,180.22 1,516,893 425,393.41 744,438.46 1,063,483.52 505,630.98 884,854.22 1,264,077.46- Dana Alokasi Dana Khusus 51,789.80 50,630 15,536.94 38,842.35 15,189.14 15,189.14 37,972.84

3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 32,054.26 2,903,303 50.00 550.00 29,065.50 701,723.67 1,386,175.68 2,065,232.68-Hibah 52,500 11,392.48 20,987.44 27,343.50-Dana Peny. dan Otonomi Khusus 1,740.75 2,834,431 1,305.56 673,959.29 1,348,808.08 2,021,509.02-Dana Insentif Daerah 27,209.94 16,372 27209.938 16,371.91 16,371.91 16,371.91-Pendapatan Lainnya 3,103.57 - 50.00 550.00 550.00 0.00 8.25 8.25

7,079,922.22 5,930,906.42 1,640,066.95 3,546,106.78 5,614,497.27 2,663,055.33 5,821,910.92 8,790,177.27 JUMLAH PENDAPATAN

NO URAIANREALISASI

Page 66: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 56

Berdasarkan komponennya, realisasi pencairan Dana Perimbangan menjadi faktor

pendorong kenaikan realisasi pendapatan, dimana secara rata-rata mencapai 55,52%.

Sementara realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara rata-rata mencapai 55,11%. Hal

tersebut mengindikasikan bahwa upaya pencapaian target pendapatan masih belum optimal

dilaksanakan oleh kabupaten/kota di wilayah Jawa Tengah.

4.2. Realisasi Belanja Daerah

Realisasi belanja daerah pada triwulan III 2012 mengalami kenaikan namun

masih lebih rendah dibanding realisasi Pendapatan. Realisasi penyerapan belanja daerah

pada triwulan III 2012 mencapai Rp. 7,61 triliun atau 63,79% dari target 2012. Meskipun

demikian, angka realisasi belanja tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya yang mencapai Rp. 4,09 triliun atau 50,95% dari target 2011. Angka realisasi

belanja pemerintah tersebut terutama masih didorong oleh belanja rutin pemerintah yang pada

triwulan ini mencapai 64,65% dari target APBD 2012. Sementara realisasi belanja non-rutin,

yang digunakan untuk membiayai berbagai proyek pemerintah, mencapai 61,26% meningkat

cukup tinggi dibandingkan realisasi triwulan II 2012 yang mencapai 35,08% dari total target

2012. Sesuai polanya, peningkatan realisasi belanja non-rutin tersebut seiring dengan

meningkatnya pelaksanaan proyek-proyek Pemerintah, baik yang terkait dengan MP3EI maupun

yang terkait dengan persiapan puasa dan lebaran seperti perbaikan berbagai infrastruktur

penunjang transportasi (Grafik 4.4).

Berdasarkan porsinya, dari Rp 7,61 triliun realisasi belanja daerah provinsi Jawa Tengah

pada triwulan III 2012, porsi belanja non-rutin hanya sebesar 24,53% atau senilai dengan

Rp1,87 triliun. Sedangkan porsi belanja rutin masih sangat besar, mencapai 75,47%. Secara

lebih mendalam, dapat diketahui bahwa tingginya realisasi belanja rutin pada triwulan ini

lebih didorong oleh penyaluran bagi hasil kepada Kabupaten/Kota yang telah

mencapai 75,98%. Sementara itu, realisasi belanja pegawai yang bersifat tidak

langsung, yang utamanya adalah gaji masih berada pada level yang tinggi mencapai

70,35%.

Grafik 4.4. Pangsa dan Realisasi Belanja Jawa Tengah

Sumber : Biro Keuangan, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah

0%

20%

40%

60%

80%

100%

I II III IV I II III

2011 2012

Belanja non-rutin

Belanja rutin

0% 15% 30% 45% 60% 75% 90%

- Belanja Pegawai

- Belanja Hibah

- Blnj Bant.Keuang. kpd Kab/Kota

- Belanja Tidak Terduga

- Belanja Bantuan Sosial

- Belanja Bagi Hasil Kpd Kab/Kota

Page 67: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 57

Realisasi belanja non-rutin pada triwulan III 2012 didorong oleh realisasi pada komponen

belanja barang dan jasa yang secara nominal mencapai Rp 1,29 triliun atau telah mencapai

62,75% dari target APBD 2012, lebih tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan yang sama

pada 2011 yang mencapai 54,97% (Grafik 4.5).

Grafik 4.5. Realisasi Belanja Non-Rutin

Sumber : Biro Keuangan, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah

Tabel 4.2 Realisasi Belanja Daerah Apbd Pemerintah Provinsi Triwulan Ii-2012 (Rp Juta)

Sejalan dengan sisi pendapatan yang belum optimal, realisasi belanja dari 35

kabupaten/kota di Jawa Tengah, hingga bulan Agustus 2012, juga masih sangat

rendah, secara rata-rata hanya mencapai 32,82%. Berdasarkan wilayahnya, Kabupaten

Sukoharjo menjadi daerah yang memiliki realisasi belanja terbesar, mencapai 41,25%, kemudian

disusul oleh Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Pemalang yang masing-masing mencapai

37,73% dan 37,14%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa proyek-proyek pembangunan

daerah masih belum terealisasi secara maksimal yang terutama terkait pembangunan berbagai

infrastruktur daerah.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III

2011 2012

- Belanja Pegawai

- Belanja Barang dan Jasa

- Belanja Modal

APBD-P *) APBD-P2011 2012 I-11 II-11 III-11 I-12 II-12 III-12

BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 5,402,754.02 8,881,687.89 244,201.14 1,443,457.29 2,718,033.51 1,261,743.68 3,133,322.04 5,742,369.49 - Belanja Pegawai 1,231,734.59 1,294,749.91 225,277.71 512,388.98 861,351.05 269,221.14 626,660.28 910,904.56 - Belanja Hibah 107,264.49 3,368,810.82 5,916.54 53,814.31 69,923.25 682,808.86 1,436,246.35 2,260,353.80 - Belanja Bantuan Sosial 396,838.00 7,751.50 7,336.00 102,041.00 185,088.00 - 1,320.85 5,010.33 - Belanja Bagi Hasil Kpd Kab/Kota 1,696,013.69 2,253,337.29 - 365,695.21 750,850.04 - 794,585.76 1,712,030.80 - Blnj Ban.Keu. kpd Kab/Kota/Desa 1,960,903.25 1,935,885.72 5,670.89 408,254.54 849,557.84 309,559.68 270,590.22 849,866.42 - Belanja Tidak Terduga 10,000.00 21,152.65 - 1,263.23 1,263.33 154.00 3,918.58 4,203.58

BELANJA LANGSUNG 2,622,212.56 2,947,050.71 186,237.23 717,501.41 1,370,588.87 277,901.88 1,068,953.17 1,866,625.13 - Belanja Pegawai 217,547.96 338,586.90 22,175.72 68,010.15 123,991.39 51,729.45 151,794.09 233,066.73 - Belanja Barang dan Jasa 1,888,334.81 1,946,778.45 160,492.55 577,027.48 1,038,075.12 196,171.64 772,194.87 1,293,993.93 - Belanja Modal 516,329.78 661,685.37 3,568.96 72,463.78 208,522.36 30,000.78 144,964.21 339,564.48

JUMLAH BELANJA 8,024,966.58 661,685.37 430,438.37 2,160,958.70 4,088,622.38 1,539,645.56 4,202,275.21 7,608,994.62

SURPLUS/DEFISIT (945,044.36) (412,000.00) 1,209,628.58 1,385,148.08 1,525,874.89 1,123,409.77 1,619,635.71 1,181,182.65

REALISASIURAIAN

Page 68: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 58

Boks

PERAN BELANJA MODAL DAERAH DALAM MENDORONG

AKSELERASI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Untuk menggali informasi mengenai perkembangan belanja modal di JawaTengah, KPw

BI Wil. V menyelenggara

Prov. Jateng, Biro Keuangan Prov. Jateng, Dinas PSDA Prov. Jateng, Dinas Bina Marga Prov.

Jateng, Dinas Cipta Karya Prov. Jateng dan Dinas PPAD Prov. Jateng.

Tantangan Peningkatan Porsi Belanja Modal

Tantangan terberat yang dihadapi dalam pembangunan infrastruktur adalah kebutuhan

infrastruktur yang sangat tinggi di Jawa Tengah pada khususnya dan di Indonesia pada

umumnya. Dengan melihat adanya tren peningkatan alokasi belanja modal selama 2 tahun

terakhir, dapat dilihat bahwa perhatian Pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur cukup

besar. Namun demikian, alokasi belanja tersebut dinilai masih belum mencukupi bila

dibandingkan dengan kebutuhan infrastruktur di Jawa Tengah.

Keberpihakan pemerintah yang kurang maksimal dikarenakan pembangunan infrastruktur

memang menelan biaya yang sangat tinggi dari anggaran APBD. Penambahan 0,1% anggaran

untuk belanja modal, dapat mengurangi puluhan persen alokasi anggaran lain karena harga

satuan per unit nya mahal. Selain itu, berbicara mengenai infrastruktur, tidak hanya berbicara

masalah pembangunan infrastruktur yang baru, namun juga perbaikan dan pemeliharaan

infrastruktur yang telah ada. Selain itu, kepentingan politis/political will juga berbicara dalam

masalah negosiasi alokasi anggaran.

Optimalisasi Belanja Modal dalam rangka mendukung Pembiayan MP3EI dan

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

merupakan inisiatif pemerintah dalam upaya mendorong peningkatan perekonomian Indonesia

jangka panjang (2011-2025) yang tercermin dari dua hal utama yaitu pendapatan per kapita

yang berkisar antara USD 14.250 USD 15.500 dan PDB berkisar antara USD 4,0 4,5 triliun.

Sampai dengan tahun 2012, 5 Proyek MP3EI yang termasuk infrastruktur di Jawa Tengah dan

sudah groundbreaking antara lain adalah:

1. Pengembangan Bandara Ahmad Yani (nilai investasi Rp. 1,139 triliun)

2. Pembangunan Jalan Tol Semarang-Solo (nilai investasi Rp. 9 triliun)

3. Pelabuhan Tanjung Emas Semarang (nilai investasi Rp. 653,75 miliar)

4. Pembangunan Bendungan Jatibarang (nilai investasi Rp. 615,95 miliar)

5. Pembangunan Jalan KA Jalur Ganda Lintas Utara Jawa (nilai investasi Rp. 6,822

triliun)

Program MP3EI adalah program yang disinkronkan dengan RPJMD Provinsi (2008-

2013), sehingga secara pelaksanaan pun, terdapat sinergi antara proyek MP3EI dengan RJPMD

Page 69: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 59

Provinsi Jawa Tengah. Dalam perencanaan, pelaksanaan, pengadaan, legalitas dan

sosialisasi, SKPD Prov. Jawa Tengah sangat terlibat aktif dalam pelaksanaannya. Dalam

realisasi proyek MP3EI, terdapat sharing anggaran antara Pemerintah Daerah dan Pemerintah

Pusat mulai dari masalah non fisik (sosialisasi, koordinasi dll) dan fisik (jalan akses menuju

fasilitas yang dibangun).

Peran Pemerintah Daerah dalam Menarik Investasi Swasta dan Mendukung Public

Private Partnership (P3) atau Kejasama Pemerintah Swasta (KPS)

Sumber dana belanja modal di Jawa Tengah berasal dari APBD Provinsi, APBD Kab/Kota,

APBN Dekonsentrasi dan Dana APBN yang dikelola satker di daerah (Dinas PSDA dengan Balai

Besar). Selain itu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mempunyai komitmen yang menetapkan

bahwa 10% dari Biaya Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) akan digunakan untuk

pembangunan jalan raya. Selanjutnya, mendukung program Bali Deso mBangun Deso di Jawa

Tengah, maka konsentrasi pembangunan infrastruktur juga dikonsentrasikan pada jalan akses

produksi pertanian dan irigasi.

Proyek yang melibatkan P3 atau KPS di Jawa Tengah adalah Pembangunan Bendungan

Jatibarang (nilai investasi Rp. 615,95 miliar). Bappeda di Jawa Tengah secara aktif memfasilitasi

investor yang akan berinvestasi di Jawa Tengah dengan menyusun daftar tunggu investor,

kemudian menganalisis kelayakan investor dan akhirnya terpilih short-list candidate untuk

diusulkan kepada Bappenas. Beberapa tahapan yang dilakukan adalah berikut:

Sementara itu, beberapa bentuk PPP/KPS antara lain sebagai berikut:

1. Build-Own-Operate (BOO), Build-Develop-Operate (BDO), Design-Construct-Manage-

Finance (DCMF)

2. Buy-Build-Operate (BBO), Lease-Develop-Operate (LDO), Wrap-Arround-Addition

(WAA)

3. Build-Operate-Transfer (BOT), Build-Own-Operate-Transfer (BOOT), Build-Rent-Own-

Transfer (BROT), Build-Lease-Operate-Transfer (BLOT), Build-Transfer-Operate (BTO)

KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil FGD, belanja modal di Jawa Tengah dinilai masih bisa ditingkatkan

mengingat potensi pendapatan daerah di Jawa Tengah masih cukup besar.

2. Tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan alokasi anggaran belanja modal di Jawa

Tengah antara lain mahalnya harga per unit/satuan pembangunan infrastruktur dan

kepentingan politis yang seringkali menghambat persetujuan alokasi belanja modal.

3. Belanja modal juga mempunyai peran dalam mensukseskan program MP3EI di Jawa Tengah.

Hal ini dikarenakan program MP3EI telah disinergikan dengan RPJMD (2008-2013) Jawa

Tengah.

4. Pemerintah daerah Jawa Tengah melalui Bappeda telah berperan aktif dalam menarik

investasi asing dalam bentuk KPS dan berkoordinasi dengan Bappenas.

Identifikasi &

Seleksi Proyek Studi

Kelayakan

Proses

Tender Negoisasi Manajemen

Kontrak

Page 70: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 60

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 71: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 61

Bab 5

Kesejahteraan Masyarakat

Sejalan dengan kondisi perekonomian yang tumbuh positif, kesejahteraan masyarakat di Jawa

Tengah pada triwulan II 2012 menunjukkan kondisi yang membaik. Hal tersebut salah satunya

terlihat pada peningkatan penggunaan tenaga kerja. Sementara Nilai Tukar Petani (NTP) sedikit

menunjukkan kenaikan, meski indeks yang diterima petani naik cukup tinggi terkait dengan

kenaikan harga pangan selepas puncak masa panen.

5.1. Ketenagakerjaan

Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Tengah pada Agustus 2012 mengalami kenaikan

dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2011. Secara tahunan, jumlah

angkatan kerja di Jawa Tengah pada Agustus 2012 naik sebesar 1,00% jika dibandingkan

dengan posisi Agustus 2011 seiring dengan kenaikan jumlah orang bekerja sebesar 1,32%

(yoy). Kondisi ketenagakerjaan yang positif tersebut juga terlihat pada penurunan jumlah

pengangguran sebesar -0,30% (yoy). Kondisi ketenagakerjaan yang cukup positif tersebut

sejalan dengan perkembangan perekonomian Jawa Tengah yang tumbuh 6,5% (yoy) pada

triwulan ini.

Sementara itu, apabila dibandingkan dengan posisi Februari 2012, jumlah

angkatan kerja pada bulan Agustus 2012 mengalami penurunan sebesar -0,18%.

Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh faktor musiman di sektor pertanian, dimana awal

tahun merupakan puncak produksi pertanian sehingga dapat menyerap tenaga kerja lebih tinggi

(Tabel 5.1).

Lebih jauh, jumlah pengangguran pada Agustus 2012 merupakan yang terkecil

dalam tiga tahun terakhir. Kondisi tersebut diperkuat dengan tingkat pengangguran terbuka

yang turun -0,30% (yoy) menjadi 5,63% yang menggambarkan bahwa dari 100 orang terdapat

kurang lebih 5 orang penganggur. Kondisi ini mengindikasikan bahwa perekonomian di Jawa

Tengah menunjukkan perkembangan yang positif.

Tabel 5.1 Perkembangan Tenaga Kerja di Jawa Tengah

Indikator 2010 2011 2012

Feb Agst Feb Agst Feb Agst

Angkatan Kerja 17.13 16.86 17.18 16.92 17.12 17.09

Bekerja 15.96 15.81 16.14 15.92 16.12 16.13

Pengangguran 1.17 1.05 1.04 1.00 1.01 0.96

Penduduk Usia Kerja 24.84 23.87 23.89 23.91 23.92 23.93

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 68.97% 70.60% 71.94% 70.77% 71.57% 71.42%

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 6.86% 6.21% 6.07% 5.93% 5.88% 5.63%

Sumber : BPS, diolah

Page 72: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 62

Kenaikan jumlah angkatan kerja tersebut sejalan dengan hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia, dimana Saldo Bersih Tertimbang (SBT)10

realisasi penggunaan tenaga kerja pada triwulan III 2012 sebesar 2,13%, naik triwulan

sebelumnya yang mencapai 1,52% (Grafik 5.1).

Dari tiga sektor utama Jawa Tengah, berdasarkan hasil SKDU, seluruhnya

menunjukkan adanya peningkatan realisasi penyerapan tenaga kerja di Jawa Tengah

pada triwulan ini. Pada sektor pertanian, kenaikan realisasi penggunaan tenaga kerja terutama

terjadi pada subsektor Peternakan seiring dengan peningkatan kegiatan usaha dalam

memenuhi permintaan masyarakat selama Puasa dan Lebaran. (Grafik 5.2).

Demikian halnya dengan sektor PHR. Pada triwulan ini sektor PHR tumbuh cukup

pesat. Pertumbuhan ini terutama dipicu oleh siklus musiman Puasa dan Lebaran yang

mendorong peningkatan permintaan masyarakat. Hal tersebut tercermin dari peningkatan SBT

realisasi penggunaan tenaga kerja di sektor PHR dari 6,94% pada triwulan II 2012 menjadi

7,75% di triwulan III 2012.

Kondisi yang sama juga terjadi di sektor Industri Pengolahan, dimana pada triwulan

III 2012 tingkat SBT penggunaan tenaga kerja mengalami kenaikan yang cukup signifikan, dari

6,75% pada triwulan II 2012 menjadi 7,65% pada triwulan ini. Peningkatan kegiatan usaha

didorong oleh peningkatan produksi dan persediaan, terkait dengan pola permintaan yang

meningkat pada Ramadhan dan Idul Fitri, yang diikuti dengan peningkatan penggunaan

tenaga kerja. Kondisi tersebut juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang

cukup tinggi pada triwulan ini (lihat bab 1).

Dapat ditambahkan bahwa porsi penggunaan tenaga kerja di Jawa Tengah pada triwulan

III 2012 masih didominasi oleh ketiga sektor utama, yaitu pertanian, PHR dan Industri, masing-

masing mencapai 31,37%, 21,39% dan 20,46% (Grafik 6.2).

Grafik 5.1. Pengunaan Tenaga Kerja di Jawa Tengah

Sumber : SKDU KBI Semarang

Grafik 5.2 Porsi dan Realisasi Penggunaan Grafik 5.3 Penggunaan Tenaga Kerja

10 SBT merupakan salah satu metode yang digunakan dalam SKDU dengan memperhitungkan selisih antara jumlah

SBT mencerminkan perkembangan usaha di saat ini dan di masa mendatang dari tiap sektor.

-15

-10

-5

0

5

10

15

I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012

Page 73: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 63

Tenaga Kerja Sektor Utama Jawa Tengah

Sumber : BPS dan SKDU KBI Semarang

Sektor Utama Jawa Tengah

Sumber : SKDU KBI Semarang

5.2. Nilai Tukar Petani

Faktor musiman Puasa dan Lebaran nampaknya juga berpengaruh terhadap

kinerja Nilai Tukar Petani (NTP) yang pada triwulan III 2012 meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya, seiring kenaikan harga beberapa komoditas pertanian. Tercatat

NTP di Provinsi Jawa Tengah pada triwulan III 2012 mencapai 105,57, naik sebesar 1,03% (qtq)

dari triwulan sebelumnya yang mencapai 104,54. Bila dilihat komponennya secara triwulanan,

kenaikan indeks yang diterima petani jauh lebih tinggi dari kenaikan indeks yang dibayar petani.

Sementara apabila dibandingkan triwulan III 2011, NTP Jawa Tengah mengalami penurunan

sebesar -0,32% (yoy).

Kenaikan indeks yang diterima petani menyebabkan NTP Jawa Tengah pada

triwulan ini lebih tinggi. Pada triwulan III 2012, indeks yang diterima petani naik 4,04% (qtq)

yang terutama disebabkan oleh kenaikan penerimaan petani pada kelompok Padi Palawija yang

mencapai 5,01% (qtq). Hal tersebut sejalan dengan kenaikan harga komoditas Padi-padian

seiring siklus musiman Puasa dan Lebaran. Kondisi serupa juga terjadi pada kelompok Perikanan

yang mengalami kenaikan penerimaan sebesar 4,06% (qtq) yang terutama disebabkan oleh

kenaikan harga ikan segar.

Di sisi lain, indeks yang dibayar petani yang mengalami kenaikan terutama pada

Konsumsi Rumah Tangga yang mencapai 2,95% (qtq). Sementara Biaya Produksi dan

Penambahan Barang Modal mengalami kenaikan sebesar 0,16% (qtq). Sejalan dengan

perkembangan inflasi yang terjadi di triwulan ini, komponen yang mengalami kenaikan terbesar

pada kelompok Konsumsi Rumah Tangga adalah komponen Bahan Makanan yang meningkat

sebesar 3,92% (qtq). Sementara kenaikan komponen Bibit yang mencapai 8,07% (qtq) menjadi

pemicu utama kenaikan Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal, berdasarkan informasi

anekdotal, kenaikan harga bibit tersebut disebabkan pasokan yang menurun (Tabel 5.1).

Pertanian31.37%

Pertambangan0.56%

Industri20.46%

Listrik, Gas & Air0.12%

Bangunan7.50%

Perdagangan21.39%

Angkutan dan Pergudangan

3.41%Keuangan & Jasa

Perusahaan1.74%

Jasa Kemasyarakatan

13.45%

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012

SBT %

Sektor Pertanian

Sektor Industri

Sektor PHR

Page 74: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 64

Tabel 5.1 Perkembangan NTP di Jawa Tengah

Sumber : BPS, diolah

NTP Jawa Tengah pada triwulan III 2012 lebih tinggi daripada NTP Nasional yang

sebesar 105,41. Dibandingkan provinsi lainnya di Jawa, NTP di Jawa Tengah termasuk

yang terendah setelah Jawa Timur (102,80). Sementara, provinsi DIY memiliki NTP tertinggi

mencapai 117,30, disusul oleh Jawa Barat yang mencapai 109,41 (Grafik 5.3). Provinsi Jawa

Tengah menjadi salah satu provinsi yang memiliki tingkat pertumbuhan NPT terendah di Jawa,

dengan tingkat perubahan NTP yang hanya mencapai 1,03% (qtq).

Grafik 5.3. NTP Jawa Tengah dan Nasional Serta Lima Provinsi di Jawa

Sumber: BPS, diolah

I II III IV I II III qtq yoy

A Nilai Tukar Petani 102.84 104.76 105.89 106.62 104.51 104.54 105.57 1.03 -0.32

B Indeks yang Diterima Petani (It) 133.08 135.95 139.39 141.84 141.31 143.03 147.07 4.04 7.68

1 Padi Palawija 128.44 134.36 138.97 141.83 140.39 141.96 146.97 5.01 8.00

2 Hortikultura 132.18 129.32 131.06 133.24 133.81 137.68 139.48 1.80 8.42

3 Perkebunan Rakyat 153.32 143.72 156.31 160.44 159.23 157.84 161.62 3.78 5.31

4 Peternakan 140.56 138.63 140.38 141.86 143.97 145.57 148.33 2.76 7.95

5 Perikanan 142.39 154.74 146.38 145.73 146.44 147.04 151.10 4.06 4.72

C Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 129.04 129.78 131.64 133.03 135.21 136.81 139.31 2.50 7.67

1 Konsumsi Rumah Tangga (KRT) 131.14 131.30 133.44 134.96 137.26 139.04 141.99 2.95 8.55

a. Bahan Makanan 134.46 133.34 136.10 137.73 139.90 141.47 145.39 3.92 9.29

b. Makanan Jadi 132.14 132.64 134.28 135.98 139.09 143.00 145.11 2.11 10.83

c. Perumahan 135.09 138.12 140.07 142.41 145.22 146.51 148.55 2.04 8.48

d. Sandang 125.12 126.35 128.72 129.44 131.51 132.13 135.45 3.32 6.73

e. Kesehatan 121.86 123.07 124.14 124.96 126.74 127.54 128.84 1.30 4.70

f. Pendidikan, Rekreasi & Olah raga 122.75 123.64 124.66 125.05 126.38 127.29 129.55 2.26 4.89

g. Transportasi dan Komunikasi 113.49 113.77 114.38 114.84 115.88 116.32 117.67 1.35 3.29

2 Biaya Produksi dan Penambahan Barang 123.99 124.99 125.98 127.09 128.97 131.12 131.28 0.16 5.30

Modal (BPPBM)

a. Bibit 120.96 122.26 124.05 126.00 128.24 129.72 137.79 8.07 13.74

b. Obat-obatan & Pupuk 125.42 126.35 126.75 127.65 129.82 130.70 131.46 0.76 4.71

c. Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 136.18 137.53 138.33 139.85 142.20 143.70 144.94 1.24 6.61

d. Transportasi 120.98 121.51 122.34 122.93 123.65 124.62 125.84 1.22 3.50

e. Penambahan Barang Modal 127.95 128.64 129.73 130.70 132.19 133.57 134.94 1.37 5.21

f. Upah Buruh Tani 119.70 120.56 121.58 122.68 124.29 125.41 126.83 1.42 5.25

2012 Growth (%)2011Kelompok/ Sub Kelompok

10

5.4

1

105.57

100

101

102

103

104

105

106

107

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012

Nasional Jawa Tengah

90 95 100 105 110 115 120

Jawa Timur

Nasional

Jawa Tengah

Banten

Jawa Barat

DIY

Tw III 2012

Tw II 2012

Page 75: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 65

Bab 6

Prospek Perekonomian

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan IV 2012 diperkirkan masih akan

tumbuh cukup tinggi. Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh

pertumbuhan sektor non-tradable, seperti sektor PHR, sektor transportasi dan komunikasi, serta

sektor jasa-jasa. Pertumbuhan pada sektor tersebut sejalan dengan faktor musiman Natal dan

Tahun Baru serta event liburan lainnya. Sementara itu, sektor Pertanian diperkirakan masih

cukup baik sejalan dengan kondisi cuaca yang mendukung. Dengan kinerja sektor Industri yang

diperkirakan membaik--sejalan dengan membaiknya kinerja ekspor--maka tiga sektor ekonomi

Jawa Tengah diperkirakan masih akan menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi

pada triwulan IV 2012, yang diperkirakan akan tumbuh 6,0-6,3%. Dari sisi penggunaan,

kegiatan investasi masih akan cukup tinggi dengan masih tingginya impor bahan baku dan

bahan modal serta pertumbuhan kredit investasi. Dengan pertumbuhan konsumsi yang relatif

stabil terkait faktor musiman akhir tahun dimaksud, permintaan domestik masih akan menjadi

penyumbang utama pertumbuhan ekonomi. Dengan perkembangan tersebut, untuk

keselurahan tahun, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 6,0-6,3%.

Sementara itu, perkembangan harga secara umum di Jawa Tengah pada triwulan IV

2012 diperkirakan meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Kenaikan harga tersebut, selain

dipengaruhi faktor musiman akhir tahun (Natal dan Tahun Baru), juga dikarenakan kondisi

pasokan yang terbatas dengan masuknya musim tanam khususnya padi. Sementara itu, pasokan

beras Bulog yang memadai diperkirakan dapat meredam kenaikan harga beras. Dengan kondisi

tersebut, inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat. Sementara inflasi kelompok

administered prices cenderung stabil sejalan dengan tidak adanya kebijakan yang bersifat

strategis. Pada kelompok inti, tekanan inflasi terutama masih terkait dengan kemungkinan

berlanjutnya kenaikan harga emas dan melemahnya nilai tukar. Dalam pada itu, ekspektasi

inflasi masih terjaga meski ada kecenderungan peningkatan. Dengan demikian, inflasi inti secara

tahunan akan meningkat. Secara keseluruhan, inflasi IHK sampai dengan akhir tahun

diperkirakan akan berada pada kisaran 4,7% hingga 5,3% (yoy) atau masih sejalan dengan

sasaran inflasi nasional (4,5% ± 1%).

Beberapa faktor risiko yang perlu diwaspadai antara lain potensi imported inflation

khususnya yang berasal dari komoditas emas, mengingat perkembangan harga emas dunia

kembali menunjukkan kenaikan dan ekspektasi masyarakat terkait berbagai rencana dan

kemungkinan kenaikan harga seperti TDL dan BBM

Page 76: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 66

6.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan IV 2012 diperkirakan akan

tumbuh sedikit melambat dibandingkan triwulan ini, yaitu dalam kisaran 6,0% - 6,3%

(yoy). Pada triwulan IV 2012, pertumbuhan ekonomi Jawa diperkirakan akan banyak didorong

oleh sektor PHR dengan adanya beberapa kali long weekend, hari raya natal serta liburan akhir

tahun (musiman akhir tahun). Sektor non-tradable lainnya terutama sektor pengangkutan dan

komunikasi serta sektor jasa-jasa diperkirakan juga mendorong pertumbuhan ekonomi Jawa

Tengah pada triwulan IV 2012. Sedangkan pada triwulan IV 2012, kondisi cuaca yang

mendukung dan produktifitas yang meningkat diperkirakan lebih menjaga produksi sektor

pertanian yang lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Senada dengan triwulan IV 2012, keseluruhan tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Jawa

Tengah diperkirakan akan tumbuh dalam kisaran 6,0% - 6,3%. Secara sektoral pertumbuhan

tersebut terutama masih akan disumbang oleh 3 (tiga) utama Jawa Tengah yaitu sektor industri

pengolahan, sektor PHR, dan sektor pertanian. Namun demikian, diperkirakan pengaruh krisis

Eropa dan kelesuan ekonomi di Amerika diperkirakan masih akan membayangi kinerja sektor

Industri. Di sektor Pertanian, produksi padi yang merupakan komponen utama sektor Pertanian

diperkirakan sulit untuk mencapai target peningkatan produksi sebesar 5,5%.

Sementara dari sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh stabil dan

masih akan tetap menjadi penopang pertumbuhan ekonomi, serta didukung oleh pertumbuhan

investasi yang cukup tinggi. Kegiatan investasi diperkirakan tetap dapat berjalan dengan baik

sejalan dengan masih tingginya impor bahan baku dan bahan modal. Sementara itu, dengan

melihat realisasi di triwulan III 2012 yang masih cukup rendah, sektor pemerintah diperkirakan

juga akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di triwulan IV 2012.

Grafik 6.1. Perkiraan Pertumbuhan Perekonomian Jawa Tengah

Sumber : BPS dan Bank Indonesia, diolah * Angka triwulan IV 2012 merupakan angka proyeksi KPw BI Wil. V

Dari sisi sektoral, pada triwulan IV 2012 sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh

pada kisaran 3,0% - 4,0% (yoy), dan secara keseluruhan tahun 2012 diperkirakan akan tumbuh

sebesar 2,0% - 3,0%. Produksi padi diperkirakan masih akan baik sejalan dengan masih cukup

tingginya perkiraan luas panen dan produktifitas sehingga diperkirakan akan lebih tinggi

5,7

6,4 6,0 - 6,3

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

42

44

46

48

50

52

54

56

III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

% yoyTriliun Rp

Nominal PDRB

Growth (% yoy)

Page 77: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 67

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dan keseluruhan tahun 2011, sehingga

dapat mendorong pertumbuhan tahunan sektor pertanian yang lebih besar.

Tabel 6.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan IV 2012

Menurut Lapangan Usaha (yoy, persen)

Sumber: BPS dan Bank Indonesia, diolah Ket: ** Angka pertumbuhan triwulan IV 2012 dan tahun 2012 merupakan angka proyeksi KPw BI Wil. V

Sementara itu, pertumbuhan sektor industri diperkirakan stabil, yaitu pada kisaran 5,0%-

6,0% (yoy), dibandingkan pertumbuhan triwulan III 2012 yang tercatat sebesar 8,7% (yoy).

Perkembangan sektor industri di triwulan IV 2012 juga tidak lepas dari membaiknya kinerja

ekspor. Selain itu, dari sisi domestik beberapa event hari raya di triwulan depan seperti natal dan

kegiatan menjelang tahun baru diperkirakan turut mendorong peningkatan aktivitas sektor ini.

Secara keseluruhan tahun diperkirakan sektor industri tumbuh sebesar 6,0%-7,0%. Hal ini

cukup stabil dibandingkan tahun 2011, mengingat kinerja sektor industri masih dibayangi krisis

Eropa dan kelesuan ekonomi di Amerika.

Selanjutnya sektor perdagangan hotel dan restoran (PHR) diperkirakan tumbuh sebesar

8,0%-9,0% (yoy) meningkat dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan III 2012 yang

tercatat sebesar 7,5% (yoy). Hampir sama dengan yang terjadi pada sektor industri pengolahan,

secara umum pertumbuhan sektor PHR masih tumbuh tinggi. Hal ini didukung dengan masih

optimisnya ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian ke depan serta masih kuatnya

keyakinan konsumen sebagaimana hasil survei konsumen yang telah dilakukan oleh Bank

Indonesia. Selain itu, terdapat banyak event-event akhir tahun seperti Semarang Great Sale,

program menarik dalam merayakan tahun baru yang ditawarkan hotel dan restauran serta

promosi lainnya, diperkirakan akan mendorong pertumbuhan sektor PHR triwulan IV 2012.

Secara keseluruhan tahun, diperkirakan sektor PHR tumbuh sebesar 7,5%-8,5%. Pertumbuhan

tersebut meningkat dibandingkan pertumbuhan di tahun 2011 yang tercatat sebesar 7,5%.

Sektor lain yang diperkirakan tetap tumbuh cukup tinggi pada triwulan IV 2012 adalah

sektor bangunan dan sektor pengangkutan dan komunikasi, terutama sub sektor komunikasi

yang hingga saat ini masih menunjukkan perkembangan yang pesat.

I II III IV I II III** IVp

PERTANIAN 3,5 3,0 -4,3 3,7 1,3 -2,0 0,3 8,0 3,0 - 4,0 2,0 - 3,0PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2,0 5,1 1,6 11,3 4,9 8,7 7,7 8,7 7,0 - 8,0 8,0 - 9,0INDUSTRI PENGOLAHAN 7,2 6,2 6,4 7,2 6,7 8,1 6,5 5,2 5,0 - 6,0 6,0 - 7,0LISTRIK,GAS DAN AIR BERSIH 4,9 4,1 3,1 5,1 4,3 7,6 6,2 7,1 5,5 - 6,5 6,0 - 7,0BANGUNAN 5,6 6,5 6,3 6,9 6,3 8,0 7,9 9,3 6,0 - 7,0 7,5 - 8,5PERDAGANGAN,HOTEL & RESTORAN 7,8 8,0 7,8 6,5 7,5 7,5 8,8 6,7 8,0 - 9,0 7,5 - 8,5PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8,7 11,0 6,5 8,3 8,6 8,6 8,1 7,0 6,0 - 7,0 7,0 - 8,0KEUANGAN, PERSEWAAN & Js. Pers 4,8 7,6 6,4 7,6 6,6 8,6 9,8 11,4 9,0 - 10,0 9,0 - 10,0JASA-JASA 8,2 6,8 9,8 5,5 7,5 9,4 9,3 3,5 5,5 - 6,5 6,5 - 7,5

PDRB 6,5 6,3 4,9 6,4 6,0 6,1 6,3 6,5 6,0 - 6,3 6,0 - 6,3

LAPANGAN USAHA2011

20112012

2012p

Page 78: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 68

Tabel 6.2. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan IV 2012

Menurut Penggunaan (yoy, %)

Sumber: BPS dan Bank Indonesia, diolah Ket: ** Angka pertumbuhan triwulan IV 2012 dan tahun 2012 merupakan angka proyeksi KPw BI Wil. V

Di sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga (RT) diperkirakan masih tetap tumbuh

secara baik pada triwulan IV 2012. Konsumsi RT diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 5,5%-

6,5% (yoy), relatif meningkat bila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III 2012. Masih

kuatnya ekspektasi dan optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian dan relatif

rendahnya inflasi diperkirakan menjadi faktor penopang kestabilan pertumbuhan konsumsi

triwulan ke depan. Sementara itu, secara keseluruhan tahun diperkirakan konsumsi RT akan

tumbuh sebesar 5,0% 6,0% atau lebih rendah dibandingkan tahun 2011.

Sementara itu konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2012 diperkirakan tumbuh dalam

kisaran 3,0% - 4,0% (yoy), relatif meningkat bila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan

III 2012. Memasuki triwulan IV 2012 atau akhir tahun anggaran, diperkirakan akan terjadi

peningkatan penyerapan realisasi anggaran belanja pemerintah yang masih relatif rendah di

sehingga dapat mendorong pertumbuhan konsumsi pemerintah. Sementara itu, secara

keseluruhan tahun diperkirakan konsumsi pemerintah akan tumbuh sebesar 4,0% 5,0% atau

lebih rendah dibandingkan tahun 2011. Hal ini karena banyaknya kendala realisasi proyek

pemerintah (gagal tender, pembebasan lahan dsb) dan efisiensi rekrutmen CPNS sehingga

menyebabkan penurunan konsumsi pemerintah.

Pertumbuhan investasi triwulan IV 2012 diperkirakan dalam kisaran 11,0%-12,0% (yoy)

stabil bila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan ini yang tercatat 11,0% (yoy). Secara

umum kinerja investasi pada triwulan depan diperkirakan masih menggembirakan karena masih

mampu mencatat pertumbuhan yang cukup signifikan di atas 5%. Pertumbuhan investasi ini

diperkirakan bersumber dari pelaksanaan eksekusi berbagai rencana proyek-proyek infrastruktur

baik dari pemerintah maupun swasta yang direncanakan pada tahun 2012, sehingga mampu

mendorong pertumbuhan pada triwulan depan. Sementara itu ekspor dan impor diperkirakan

masih akan tumbuh stabil seiring dengan perbaikan stabilnya kondisi dunia usaha di Jawa

Tengah.

Total Total

I II III IV 2011 I II III** IVP 2012p

Konsumsi Rumah Tangga 6,5 7,1 7,0 5,7 6,6 5,8 4,7 4,5 5,5 - 6,5 5,0 - 6,0Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba -4,1 -3,8 6,9 13,5 2,9 9,5 7,9 6,0 4,5 - 5,5 6,5 - 7,5Konsumsi Pemerintah 11,9 10,4 6,9 3,2 7,7 4,3 7,1 2,4 3,0 - 4,0 4,0 - 5,0PMTB 6,9 10,1 8,4 5,2 7,6 8,1 8,5 11,0 11,0 - 12,0 9,5 - 10,5Perubahan Stok -4,7 -69,2 -169,5 -52,5 -152,1 30,9 209,0 -44,9 120 - 130 (110) - (120)Ekspor -6,0 10,2 6,6 19,1 7,2 17,0 0,9 8,7 7,5 - 8,5 8,5 - 9,5Impor -6,4 7,2 17,7 26,9 10,7 19,1 4,3 5,9 1,0 - 2,0 7,5 - 8,5

PDRB 6,5 6,3 4,8 6,4 6,0 6,1 6,3 6,5 6,0 - 6,3 6,0 - 6,3

Komponen Penggunaan2011 2012

Page 79: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 69

6.2. Inflasi

Tekanan inflasi pada triwulan depan (qtq) diperkirakan mengalami sedikit

kenaikan dibandingkan triwulan III 2012. Tekanan inflasi pada triwulan IV 2012 akan

banyak dipengaruhi oleh faktor musiman akhir tahun, seperti Natal dan Tahun Baru yang

diperkirakan akan memberikan sumbangan terhadap inflasi. Dibanding dengan faktor musiman

Lebaran, tekanan inflasi dari faktor musiman akhir tahun diperkirakan masih lebih rendah.

Namun, tekanan inflasi terkait perkembangan harga komoditas internasional terutama emas

masih berpotensi untuk memberikan dampak terhadap inflasi di Jawa Tengah sehingga secara

keseluruhan inflasi pada triwulan IV 2012 lebih tinggi dibanding triwulan III 2012.

Pada awal triwulan IV 2012 (Oktober 2012), inflasi IHK secara tahunan tercatat

mengalami kenaikan dibanding triwulan III 2012. Berdasarkan berita resmi statistik (BRS)

yang dikeluarkan BPS, secara bulanan laju inflasi Jawa Tengah pada bulan Oktober 2012

mencapai 0,12% (mtm), setelah deflasi pada bulan September 2012 yang sebesar -0,16%

(mtm). Inflasi komoditas non pangan menjadi penyebab utama tingginya tingkat inflasi

pada bulan Oktober 2012 sejalan dengan (faktor musiman). Dibandingkan dengan

komoditas pangan, inflasi bulanan komoditas non pangan menunjukkan peningkatan yang

signifikan dalam dua bulan terakhir. Tercatat inflasi non pangan di Jawa Tengah pada bulan

September dan Oktober 2012 masing-masing mencapai 0,13% (mtm) dan 0,21% (mtm),

sedangkan komoditas pangan dalam dua bulan tersebut masih mengalami deflasi yang masing-

masing sebesar -0,49% (mtm) dan -0,11% (mtm). Inflasi pada komoditas non pangan tersebut

terutama tercermin dari inflasi kelompok Sandang yang mencapai 2,59% (qtq). Apabila dilihat

lebih mendalam, subkelompok Barang Pribadi mengalami inflasi yang cukup tinggi, mencapai

8,10% (qtq) seiring dengan kenaikan harga emas.

Secara tahunan, laju perubahan IHK Jawa Tengah tercatat mengalami inflasi sebesar

4,74% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan September 2012 sebesar 4,57% (yoy). Laju inflasi

tahunan Jawa Tengah tersebut juga lebih tinggi dibanding laju inflasi Nasional yang sebesar

4,61% (yoy) (Grafik 6.2)

Grafik 6.2. Inflasi Umum dan Inflasi Triwulanan Kelompok Komoditas Jawa Tengah

Sumber: BPS, diolah

-0.5

-0.3

-0.1

0.1

0.3

0.5

0.7

0.9

1.1

1.3

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Me

i

Jun

i

Juli

Ag

t

Se

pt

Okt

No

v

De

s

Jan

Fe

b

ma

r

Ap

r

Ma

y

Jun

Jul

Ag

st

Se

pt

Okt

2011 2012

% (mtm)% (yoy)

Jateng (mtm)-RHS Nas (mtm)-RHS

Jateng (yoy) Nas (yoy)

-2

0

2

4

6

8

10

Bahan Makanan

Makanan Jadi

Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor

% (yoy) Jateng

Purwokerto

Surakarta

Semarang

Tegal

Page 80: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 70

Dari sisi volatile foods, selain faktor musiman akhir tahun, tekanan inflasi pada

triwulan IV 2012 diperkirakan terkait kenaikan harga beras sejalan dengan masuknya

musim tanam. Faktor musiman Natal dan Tahun Baru diperkirakan akan meningkatkan

permintaan pangan (Bahan Makanan dan Makanan Jadi). Selain itu, sejalan dengan masuknya

musim tanam, pasokan beras semakin terbatas sehingga berpotensi untuk mengalami

peningkatan. Disamping beras, harga bumbu-bumbuan berpotensi untuk meningkat. Kondisi

tersebut tercermin dari inflasi komoditas volatile foods di awal triwulan IV 2012 (Oktober 2012)

yang mencapai 0,37% (qtq). Potensi kenaikan harga beras diindikasikan oleh harga padi-padian

di tingkat produsen yang cenderung meningkat. Harga gabah kualitas GKG secara rata-rata

tercatat mengalami kenaikan sebesar 3,73% (mtm) dari Rp4.400,-/kg menjadi Rp4.564,-/kg.

Demikian juga dengan harga GKP yang naik sebesar 0,30% (mtm) dari Rp4.194,-/kg menjadi

Rp4.207,-/kg, sedangkan harga gabah kualitas rendah turun sebesar 2,14% (mtm) dari

Rp3.900,-/kg menjadi Rp3.817,-/kg (tabel 6.3).

Tabel. 6.3. Harga Produsen Padi Jawa Tengah Oktober 2012

Kualitas Harga Petani (Rp/kg) Harga Penggilingan(Rp/kg)

Terendah Tertinggi HPP Terendah Tertinggi HPP

GKG 4.200 (Tegal)

4.800 (Pati)

- 4.300 (Tegal)

4.860 (Pati)

4.150

GKP 3.580 (Semarang)

4.800 (Sragen)

3.300 3.600 (Semarang)

4.820 (Sragen)

3.350

Kualitas rendah 3.650 (Blora)

4.000 (Sragen)

- 3.700 (Blora)

4.100 (Sragen)

-

Sumber : BPS

Tekanan inflasi inti pada triwulan III 2012 diperkirakan meningkat. Pada Oktober

2012, berdasarkan data BPS, laju inflasi triwulanan kelompok inflasi inti tercatat sebesar 1,27%

(qtq). Beberapa kelompok komoditas inflasi inti yang memiliki kontribusi terhadap laju inflasi

Jawa Tengah pada awal triwulan IV 2011 antara lain subkelompok Makanan Jadi dan

subkelompok Tembakau, yang masing-masing tercatat sebesar 1,54% (qtq) dan 1,40% (qtq).

Sementara subkelompok Minuman Non Alkohol mengalami deflasi pada Oktober 2012 sebesar

-0,66% (qtq). Deflasi tersebut terutama dipengaruhi oleh perkembangan gula pasir. BPS

mencatat, bahwa pada bulan Oktober 2012, gula pasir menjadi salah satu komoditas yang

memberikan sumbangan deflasi, mencapai -0.0076%.

Hingga akhir tahun, komoditas gula pasir diperkirakan memberikan pengaruh yang

cukup kecil dalam inflasi mengingat proses giling gula masih berlangsung. Terkait dengan

perkembangan gula pasir, Dinas Perkebunan dalam rapat rutin TPPH Prov. Jateng

menginformasikan bahwa realisasi produksi gula pasir hingga 30 September 2012 mencapai

259.782,05 ton atau 76% dari target 343 ribu ton. Saat ini musim giling di Jawa Tengah masih

berlangsung di 9 Pabrik Gula (PG), dan baru 4 Pabrik Gula (PG) yang telah berakhir proses

gilingnya. Kondisi tersebut juga dikonfirmasi oleh hasil SPH kota Semarang yang dilakukan

KPwBI Wil. V, terlihat bahwa harga komoditas gula pasir mengalami penurunan harga yang

cukup dalam, seiring pasokan yang masih mencukupi.

Sementara itu, harga emas perhiasan di pasar global yang cenderung mengalami

kenaikan diperkirakan akan membuat tekanan inflasi pada komoditas ini semakin besar. Pada

bulan Oktober 2012, komoditas emas memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,0265%(mtm)

terhadap inflasi di Jawa Tengah. (Grafik 6.3).

Page 81: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 71

Grafik 6.3. Harga Emas

Sumber: IMF dan SKDU, diolah

Ekspektasi inflasi masyarakat pada awal triwulan IV 2012 diperkirakan relatif

masih terjaga meski ada indikasi meningkat (Grafik 6.4.). Berdasarkan Survei Konsumen,

ekspektasi harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang dari bulan Oktober 2012 berada pada

level yang tinggi. Berdasarkan kelompok barang, indikasi kenaikan harga ke depan terutama

terjadi pada seluruh kelompok komoditas, terutama pada kelompok Transpor. Terkait dengan

hal tersebut, diperlukan upaya yang maksimal dari Tim Pemantauan dan Pengendalian Harga

(TPPH) Provinsi Jawa Tengah untuk mengendalikan ekspektasi masyarakat.

Grafik 6.4. Ekspektasi Inflasi Umum dan Ekspektasi Inflasi Sektoral

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Inflasi kelompok administered prices diperkirakan akan relatif stabil sejalan

dengan tidak adanya kebijakan yang bersifat strategis. Pada Oktober 2012, inflasi

kelompok administered price tercatat sebesar 0,98% (qtq). Laju inflasi tersebut lebih rendah

dibandingkan inflasi triwulan III 2012 sebesar 1,23% (qtq). Namun demikian, terdapat beberapa

faktor yang perlu diwaspadai karena dapat mempengaruhi laju inflasi kelompok ini hingga akhir

tahun, antara lain kemungkinan penyesuaian harga BBM (subsidi dan non-subsidi) mengingat

harga minyak dunia masih berpotensi untuk mengalami kenaikan dan penyesuaian tarif dasar

listrik di awal tahun 2013 serta penyesuaian cukai rokok (Grafik 6.5).

1,350

1,400

1,450

1,500

1,550

1,600

1,650

1,700

1,750

1,800

340

360

380

400

420

440

460

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10*

2011 2012

Lokal Internasional (RHS)

USD/troy onceRp.ribu/gr

150

155

160

165

170

175

180

185

190

195

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2011 2012

SK-3 bln YAD

SK-6 bln YAD

120

130

140

150

160

170

180

190

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

2011 2012

Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan

Sandang Kesehatan Transpor

Pendidikan

Page 82: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 72

Grafik 6.5. Harga Minyak Dunia

Sumber: IMF , diolah

Berdasarkan perkembangan tersebut dan hasil berbagai survei, inflasi Jawa

Tengah triwulan IV 2012 diperkirakan akan berada dalam kisaran 4,7%-5,3% (yoy).

0

50

100

150

200

250

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012

Indeks Harga Energi (USD)

Harga Minyak (USD/barel)

Indeks Harga Energi WTI Minas

Page 83: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 73

BOKS

PERKEMBANGAN PROYEK INFRASTUKTUR

MP3EI DI JAWA TENGAH

Berdasarkan Perpres No. 32 tahun 2011 tanggal 20 Mei 2011 tentang Masterplan

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia dan Permenko Ekonomi No. PER-

06/M.EKON/08/2011 tanggal 25 Agustus 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Percepatan

dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, Jawa Tengah termasuk dalam Koridor

Ekonomi Jawa yang memiliki fokus utama kegiatan yaitu pada sektor Industri Peralatan

Transportasi/Tekonologi Tinggi, Telematika, Perkapalan, Tekstil, Alutsista, Jabodetabek Area,

Makanan Minuman, Migas Petrokimia dan Besi Baja.

Khusus di Jawa Tengah, terdapat 14 (empat belas) proyek infrastuktur yang termasuk

dalam koridor MP3EI tersebut. Dari 14 proyek tersebut, terdapat 5 (lima) proyek prioritas,

sebagaimana terantum dalam tabel berikut:

Tabel Proyek Prioritas Infrastuktur MP3EI di Jawa Tengah

No Proyek Nilai Investasi (Rp. M)

1 Pengembangan Bandara A. Yani Semarang 1.139

2 Pembangunan Jalan Tol Semarang Solo 9.000

3 Modernisasi Pelabuhan Tanjung Emas 653

4 Pembangunan Waduk Jatibarang 616

5 Pembangunan Jalan Kereta Api Jalur Ganda Lintas Utara Jawa:

- Pekalongan Semarang - Semarang - Bojonegoro

2.117 4.705

Sumber: KP3EI Jawa Tengah

Sekilas perkembangan dari proyek-proyek tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bandara Ahmad Yani Semarang

Pengembangan dilakukan terhadap 3 (tiga) sisi, yaitu fasilitas udara, fasilitas darat dan

jalan akses menuju ke Bandara. Sampai dengan September 2012, fasilitas sisi udara telah

diselesaikan sebesar 25% dari target 40% yang ditetapkan.

Sementara untuk fasiltas darat akan dilakukan lelang konstruksi untuk Tahap I (jalan

akses dalam kawasan terminal) bulan agustus 2012. Tahap II (terminal dan fasilitas

penunjang) bulan oktober 2012. Tahap III (bangunan pelengkap lainnya) bulan desember

2012.

2. Jalan Tol Semarang Solo

a. Tahap I seksi I Semarang -Ungaran (panjang 10,85 km)

- Operasional mulai November 2011

- Rata-rata volume 11.200 kendaraan/hari dari rencana 9.150 kendaraan

b. Tahap Iseksi II Ungaran-Bawen (panjang 11,99 km)

- Pengadaan tanah s/d agustus 2012 = 92,64% dari total kebutuhan 133,62 ha. Sisa

9,84 ha (7,36%) dalam proses konsinyasi

Page 84: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 74

- Pembangunan kontruksi fisik :

Perkembangan s/d agustus 2012 realisasi 38,28% (target 41,26%)

Kendala : keterlambatan pengadaan tanah 66 bidang dr 1476 bidang

c. Tahap II Bawen-Solo (panjang 49,80 km)

Masih dalam proses pengadaan tanah, terutama di Kabupaten Semarang, Kabupaten

Boyolali dan Kota Salatiga.

3. Modernisasi Pelabuhan Tanjung Emas

a. Tahap I (Tahun 2010 2011) Rp.103,50 M (Selesai)

b. Tahap II (tahun 2011-2012) Rp. 132,75 M

Saat ini tengah dilakukan pembangunan sistem polder dan container yard. Beberapa

hal yang sangat diperlukan saat ini adalah segera ditetapkankannya rencana induk

Pelabuhan Tanjung Emas serta segera diterbitkannya rekomendasi Kementrian

Lingkungan Hidup dan ijin pembangunan.

c. Tahap III (tahun 2012 - 2013) Rp. 417,50 M

Peninggian Dermaga Samudra, Pembuatan Sistem Polder Pelabuhan, Pembangunan

Dermaga dan Pembangunan Countainer Yard seluas 2,1 Ha.

4. Pembangunan Waduk Jatibarang

Sampai dengan Agustus 2012, perkembangan pembanguan fisik bangunan utama

Dam dan struktur terkait lainnya telah mencapai 52%, sedikit di atas target sebesar 51%.

Sementara, pembangunan kantor pengelolan dan saran pendukung lainnya juga telah

mencapai 52%. Diperkirakan pembangunan keseluruhan proyek dapat diselesaikan tepat

waktu pada tahun 2014.

Meskipun perkembangannya berjalan dengan baik, masih terdapat kendala yang harus

diselesaikan, antara lain berupa pembebasan lahan yang masih tersisa 12,58 Ha dan

pemindahan warga sebanyak 37 Kepala Keluarga.

5. Jalan Kereta Api Jalur Ganda

a. Penertiban lahan milik PT KAI, dan tengah dilakukan pembayaran biaya ganti bongkar

dan pindah sebesar 40%

b. Pembebasan Lahan : dari total luas lahan 66,94 ha di 4 kabupaten/kota, dan khusus

untuk kota Pekalongan dalam proses pembayaran

c. Pekerjaan fisik jalan dan jembatan: perkembangan realisasi 39,86 % dari target 38,64

%.

Page 85: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 75

Daftar Istilah

Administered price Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik,

Base Effect Efek kenaikan/penurunan nilai pertumbuhan yang cukup tinggi sebagai akibat dari nilai level variabel yang dijadikan dasar perhitungan/perbandingan mempunyai nilai yang cukup rendah/tinggi,

BEC Merupakan pengklasifikasian kode barang dengan 3 digit angka, yang dikelompokkan berdasarkan kegunaan utama barang berdasarkan daya angkut komoditi tersebut,

Barang Modal (Capital) Barang-barang yang digunakan untuk keperluan investasi,

Bahan baku (Raw Material) Barang-barang mentah atau setengah jadi yang akan diproses kembali oleh sektor industri

BI Rate Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap bulannya,

BI-RTGS Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi transfer dana,

Dana Pihak Ketiga (DPK) Adalah simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka,

Ekspor dan Impor Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar provinsi

Financing to Deposit Ratio (FDR) atau Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah dan valas, Terminologi FDR untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank konvensional,

Fit for Circulation Merupakan kebijakan untuk menyediakan uang layak edar,

Inflasi IHK Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas,

Inflasi inti Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices,

Inflow Adalah uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia,

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk :

Page 86: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 76

(1) pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA), (2) pengambilan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang,

Konsumsi (Consumption) Kategori barang-barang jadi yang digunakan langsung untuk konsumsi baik habis pakai maupun tidak,

Kontraksi Pertumbuhan Kondisi dimana pertumbuhan output/PDRB benilai negatif

Net Inflow Uang yang diedarkan inflow lebih besar dari outflow,

Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL) Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap total penyaluran pembiayaan atau kredit oleh bank, baik dalam rupiah dan valas, Terminologi NPF dan pembiayaan untuk bank syariah, sedangkan NPL dan kredit untuk bank konvensional, Kriteria NPF atau NPL adalah : (1) Kurang lancar, (2) Diragukan, dan (3) Macet,

Outflow Adalah aliran keluar uang kartal dari Bank Indonesia,

Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Merupakan salah satu metode yang digunakan dalam SKDU dengan memperhitungkan selisih

, Selisih tersebut kemudian dikalikan bobot tiap sektor, SBT mencerminkan perkembangan usaha di saat ini dan di masa mendatang dari tiap sektor,

Page 87: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 77

LAMPIRAN Indikator Ekonomi Jawa Tengah

1 Pertumbuhan PDRB (yoy, %) 5.9 6.0 6.2 6.4 6.1 6.3 6.5Sektorala. Pertanian 1.6 2.2 3.9 3.7 -2.0 0.3 8.0b. Pertambangan & Penggalian 2.0 8.0 7.1 11.3 8.7 7.7 8.7c. Industri Pengolahan 7.2 6.1 6.0 7.2 8.1 6.5 5.2d. Listrik, Gas & Air Bersih 4.9 4.1 3.1 5.1 7.6 6.2 7.1e. Konstruksi 5.6 6.5 6.3 6.9 8.0 7.9 9.3f. Perdagangan, Hotel & Restoran 7.0 7.2 7.1 6.5 7.5 8.8 6.7g. Pengangkutan & Komunikasi 8.7 11.0 6.5 8.3 8.6 8.1 7.0h. Keu., Persewaan & Jasa Persh. 4.8 7.6 6.4 7.6 8.6 9.8 11.4i. Jasa-Jasa 8.2 6.8 9.8 5.5 9.4 9.3 3.5Sisi Penggunaana. Konsumsi Rumah Tangga 6.5 7.5 7.9 5.7 5.8 4.7 4.5b. Konsumsi LNP -4.1 -3.8 6.9 13.5 9.5 7.9 6.0c. Konsumsi Pemerintah 11.9 10.3 6.9 3.2 4.3 7.1 2.4d. Investasi (PMTB) 6.4 10.1 9.8 5.2 8.1 8.5 11.0e. Ekspor -7.1 9.2 7.8 19.1 17.0 0.9 8.7f. Impor -6.4 13.9 21.3 26.9 19.1 4.3 5.9

2 Inflasi (yoy, %) 6.1 4,72 3,56 2.7 3.5 4.6 4.50a. Bahan Makanan 13.2 6,36 3,62 1.1 5.1 7.0 7.15b. Makanan Jadi 5.0 5,22 4,14 3.1 3.5 5.9 5.92c. Perumahan 3.9 4,14 3,09 3.2 2.4 3.2 2.96d. Sandang 6.6 6,49 9,20 6.5 5.0 3.6 2.46e. Kesehatan 1.8 2,58 2,67 2.4 2.4 2.0 2.00f. Pendidikan 2.6 2,47 4,07 4.5 4.4 4.2 3.82g. Transpor 3.1 3,39 1,18 1.4 1.9 2.3 2.65

1. Total Asset - Total 155,952 163,273 170,002 179,466 187,555 197,377 208,278 5.52% 22.52%a. Total Asset - Bank Umum 144,430 151,661 157,822 166,614 174,510 183,943 194,162 4.74% 23.03%b. Total Asset - BPR 11,522 11,748 12,180 12,851 13,045 13,434 14,116 1.51% 15.90%

2. DPK - Total 117,054 123,089 126,693 133,739 138,709 144,368 151,362 3.72% 19.47%a. DPK - Bank Umum 109,183 115,085 118,245 124,687 129,494 134,997 141,489 3.86% 19.66%b. DPK - BPR 7,871 8,004 8,448 9,052 9,215 9,371 9,874 1.80% 16.88%

3. Deposito - Total 45,247 47,780 46,509 47,145 50,675 50,263 51,491 7.49% 10.71%a. Deposito - Bank Umum 40,554 42,991 41,508 41,875 45,248 44,846 45,777 8.05% 10.29%b. Deposito - BPR 4,693 4,789 5,002 5,270 5,427 5,416 5,714 2.99% 14.24%

4. Giro - Total 17,036 18,303 18,550 17,691 20,899 22,392 23,600 18.13% 27.23%5. Tabungan - Total 54,771 57,006 61,634 68,903 67,136 71,713 76,271 -2.56% 23.75%

a. Tabungan - Bank Umum 51,593 53,791 58,188 65,121 63,348 67,758 72,111 -2.72% 23.93%b. Tabungan - BPR 3,178 3,216 3,446 3,782 3,788 3,955 4,160 0.16% 20.71%

6. Kredit - Total 112,791 120,560 124,790 131,416 134,747 145,503 151,714 2.53% 21.58%a. Kredit - Bank Umum 104,017 111,210 115,204 121,628 124,451 134,554 140,497 2.32% 21.95%b. Kredit - BPR 8,774 9,350 9,586 9,788 10,296 10,949 11,218 5.19% 17.02%

No. I N D I K A T O R yoy (%)I-11 II-11 III-11 IV-11 I-12 II-12 III-12 qtq (%)

I. Ekonomi Makro

II. Kinerja Perbankan (Rp. Miliar)

Page 88: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 78

7. Kredit Menurut Jenis Penggunaan

a. Kredit BU & BPR - Total 112,791 120,560 124,790 131,416 134,747 145,503 151,714 4.27% 21.58%

- Kredit Modal Kerja 61,204 65,943 68,895 72,182 72,076 81,332 81,823 -0.15% 18.76%

- Kredit Investasi 11,062 12,075 11,945 13,547 15,871 16,265 17,886 17.16% 49.73%

- Kredit Konsumsi 40,525 42,541 43,950 45,688 46,800 47,905 52,006 2.43% 18.33%

b. Persentase thd Total Kredit (%)

- Kredit Modal Kerja 54.26 54.70 55.21 54.93 53.49 55.90 53.93 -2.61% -2.31%

- Kredit Investasi 9.81 10.02 9.57 10.31 11.78 11.18 11.79 14.26% 23.16%

- Kredit Konsumsi 35.93 35.29 35.22 34.77 34.73 32.92 34.28 -0.10% -2.67%

c. Kredit Bank Umum 104,017 111,210 115,204 121,628 124,451 134,554 140,497 2.32% 21.95%

- Kredit Modal Kerja 56,802 61,163 63,944 67,140 66,761 75,627 75,895 -0.56% 18.69%

- Kredit Investasi 10,602 11,584 11,484 13,064 15,374 15,817 17,428 17.68% 51.76%

- Kredit Konsumsi 36,613 38,463 39,776 41,424 42,316 43,110 47,174 2.16% 18.60%

d. Kredit BPR 8,774 9,350 9,586 9,788 10,296 10,949 11,218 5.19% 17.02%

- Kredit Modal Kerja 4,402 4,780 4,951 5,041 5,315 5,706 5,928 5.44% 19.72%

- Kredit Investasi 460 491 461 483 497 447 458 3.00% -0.65%

- Kredit Konsumsi 3,912 4,079 4,174 4,264 4,484 4,795 4,832 5.14% 15.76%

8. Kredit Menurut Sektor Ekonomi

a. Kredit BU & BPR - Total 114,084 120,560 124,790 131,416 134,747 145,503 151,714 4.27% 21.58%

1. Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan 2,100 2,233 2,344 3,040 3,013 4,883 4,742 -0.86% 102.33%

2. Perikanan 643 470 204 267 269 355 369 0.78% 80.86%

3. Pertambangan Dan Penggalian 166 512 194 267 299 416 414 12.15% 113.35%

4. Industri Pengolahan 18,377 18,713 20,808 23,263 23,767 24,841 26,276 2.17% 26.28%

5. Listrik, Gas Dan Air 178 183 92 112 127 183 178 13.25% 92.76%

6. Konstruksi 1,716 1,978 2,242 2,262 2,353 2,970 3,535 4.00% 57.64%

7. Perdagangan Besar Dan Eceran 31,316 32,906 33,662 35,884 36,755 44,529 45,335 2.42% 34.68%

8. Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 874 1,083 1,175 1,356 1,551 1,711 1,889 14.38% 60.75%

9. Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 1,381 1,623 1,674 2,064 2,257 2,407 2,563 9.35% 53.09%

10. Perantara Keuangan 1,342 2,029 1,680 1,690 1,735 2,331 2,281 2.68% 35.81%

11. Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 3,383 3,335 3,750 3,744 3,947 4,466 4,673 5.42% 24.60%

12. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib 70 33 33 33 40 49 24 19.16% -26.96%

13. Jasa Pendidikan 237 244 244 253 271 277 276 7.17% 13.42%

14. Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 355 420 442 464 473 491 496 1.93% 12.09%

15. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainnya 1,702 1,761 1,762 2,032 1,940 2,261 2,186 -4.54% 24.08%

16. Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 96 116 138 176 196 216 239 10.74% 72.95%

17. Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 377 580 601 615 559 419 443 -9.07% -26.35%

18. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 9,911 10,778 10,626 8,953 9,088 5,521 4,511 1.50% -57.54%

19. Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 39,857 41,564 43,119 44,941 46,109 47,177 51,284 2.60% 18.94%

b. Kredit Bank Umum 105,310 111,210 115,204 121,628 124,451 134,554 140,497 2.32% 21.95%

1. Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan 1,341 1,421 1,512 2,167 2,105 3,949 3,803 -2.87% 151.45%

2. Perikanan 626 455 188 247 247 332 345 0.11% 83.49%

3. Pertambangan Dan Penggalian 160 505 188 261 293 409 406 12.25% 115.95%

4. Industri Pengolahan 18,253 18,566 20,673 23,127 23,625 24,695 26,120 2.15% 26.35%

5. Listrik, Gas Dan Air 173 179 87 106 121 170 171 14.16% 97.41%

6. Konstruksi 1,654 1,906 2,152 2,159 2,245 2,837 3,383 3.97% 57.25%

7. Perdagangan Besar Dan Eceran 28,520 30,032 30,628 32,793 33,417 40,900 41,558 1.90% 35.69%

8. Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 774 994 1,092 1,266 1,448 1,643 1,825 14.34% 67.11%

9. Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 1,260 1,496 1,544 1,937 2,117 2,260 2,406 9.31% 55.83%

10. Perantara Keuangan 1,336 2,023 1,672 1,680 1,726 2,321 2,270 2.70% 35.80%

11. Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 3,345 3,298 3,713 3,691 3,895 4,410 4,621 5.54% 24.44%

12. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib 1 2 1 4 7 26 5 -81.18% 259.74%

13. Jasa Pendidikan 210 212 207 225 241 246 244 6.95% 17.51%

14. Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 335 402 423 444 452 473 479 1.76% 13.27%

15. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainnya 1,318 1,356 1,404 1,697 1,612 1,931 1,842 -5.01% 31.13%

16. Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 26 21 25 38 40 50 55 5.05% 119.50%

17. Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 7 80 123 157 150 0 0 -4.12% -99.85%

18. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 9,086 9,800 9,795 8,206 8,396 4,792 3,790 2.32% -61.31%

19. Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 36,882 38,463 39,776 41,424 42,316 43,110 47,174 2.16% 18.60%

c. Kredit BPR 8,774 9,350 9,586 9,788 10,296 10,949 11,218 5.19% 17.02%

1. Pertanian, Perburuan Dan Kehutanan 759 812 831 873 909 933 939 4.13% 1249.53%

2. Perikanan 17 15 16 20 21 23 24 9.25% 5777.86%

3. Pertambangan Dan Penggalian 6 7 6 6 6 7 8 7.75% 288.35%

4. Industri Pengolahan 124 147 135 136 142 146 156 4.69% -93.89%

5. Listrik, Gas Dan Air 5 4 6 6 6 13 7 -3.16% 2663.73%

6. Konstruksi 62 72 91 103 108 133 151 4.48% -92.45%

7. Perdagangan Besar Dan Eceran 2,796 2,874 3,034 3,091 3,338 3,629 3,777 7.97% -95.01%

8. Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum 100 89 83 90 103 68 64 5487.91% 4437.18%

9. Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi 121 127 131 127 140 148 158 9.98% -50.76%

10. Perantara Keuangan 6 6 8 10 10 10 11 0.54% 1869.61%

11. Real Estate, Usaha Persewaan, Dan Jasa Perusahaan 38 37 37 54 52 56 52 -3.05% -69.90%

12. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib 69 31 32 29 33 23 19 13.47% 64.41%

13. Jasa Pendidikan 27 32 36 28 30 31 33 8.88% -47.10%

14. Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 20 18 19 20 21 19 17 5.71% 68.53%

15. Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainnya 384 405 357 336 328 330 344 -2.21% -95.33%

16. Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga 70 95 113 138 155 166 184 12.68% 204.44%

17. Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 370 500 477 458 409 418 442 -10.76% -61.47%

18. Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 825 978 831 747 691 728 722 -7.49% -46.77%

19. Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha 2,975 3,101 3,343 3,517 3,792 4,067 4,110 7.83% -78.41%

No. I N D I K A T O R I-11 II-11 III-11 IV-11 III-12 qtq (%) yoy (%)I-12 II-12

Page 89: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 79

Sumber: Bank Indonesia, BPS,diolah Catatan: Terdapat penyesuaian angka pertumbuhan oleh BPS pada data sebelum triwulan IV- 2010

9. LDR - Perbankan (%) 97.19 97.94 98.50 98.26 97.1 100.8 100.2

a. LDR - Bank Umum (%) 96.16 96.63 97.43 97.55 96.1 99.7 99.3

b. LDR - BPR (%) 111.47 116.81 113.48 114.48 111.7 116.8 113.6

10. NPL -Perbankan (%) 3.05 3.17 3.02 2.45 2.7 2.6 2.6

a. NPL - Bank Umum (%) 2.64 2.76 2.61 2.10 2.3 2.3 2.2

b. NPL - BPR (%) 8.06 8.03 7.93 6.90 7.3 7.1 6.9

11. Perbankan SyariahA. Total Perbankan Syariah (BU Syariah & BPR Syariah)

a. Aset 5,530 5,931 6,730 7,959 8,050 8,555 9,487 1.14% 40.96%b. DPK 3,294 3,569 4,092 5,205 5,292 5,153 7,387 1.66% 80.53%c. Pembiayaan 4,592 4,690 5,544 6,543 6,609 7,095 6,040 1.01% 8.95%d. FDR (%) 139.41 131.43 135.48 125.70 124.89 137.67 122.31e. NPF (%) 2.82 4.56 4.01 2.54 3.17 3.25 3.12

B. Bank Umum Syariah & Unit Usaha Syariaha. Aset 5,481 5,670 6,441 7,642 7,739 8,189 9,089 1.26% 41.12%b. DPK 3,217 3,407 3,913 5,003 5,083 4,896 7,084 1.60% 81.03%c. Pembiayaan 4,578 4,485 5,321 6,307 6,370 6,808 5,774 1.00% 8.52%d. FDR (%) 131.29 124.27 135.97 126.06 125.31 139.06 122.69e. NPF (%) 2.85 4.47 3.89 2.41 3.00 3.09 2.95

C. BPR Syariaha. Aset 243 261 289 318 312 366 397 -1.89% 37.41%b. DPK 154 161 178 202 208 258 303 3.07% 69.71%c. Pembiayaan 181 205 223 236 239 287 265 1.43% 19.08%d. FDR (%) 117.61 127.17 124.90 116.63 114.78 111.33 114.11e. NPF (%) 6.81 6.47 6.92 6.06 7.54 7.08 7.16

12 Sistem PembayaranTransaksi RTGS (Rp. Triliun) 151.70 133.09 156.91 155.24 57.19 184.44 176.24 -63.16% 12.32%

Rata-rata transaksi harian (Nominal) 50.57 44.36 52.30 51.75 47.96 61.48 58.75 -7.32% 12.32%Rata-rata transaksi harian (Volume) 47,160 48,154 14,527 14,033 42,030 40,064 55,297 199.51% 280.65%

Transaksi Kliring (Rp. Triliun) 27.05 24.50 24.12 28.13 30.09 29.89 31.24 6.95% 29.52%Rata-rata transaksi harian (Nominal) 0.41 0.38 0.39 0.44 0.48 0.47 0.51 9.08% 32.11%Rata-rata transaksi harian (Volume) 11,388 11,005 10389 11894 14830 14,679 14,660 24.69% 41.11%

IV-11No. I N D I K A T O R I-11 II-11 III-11 I-12 II-12 III-12 qtq (%) yoy (%)

Page 90: Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah - bi.go.id · itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III-2012 80

Data indikator selengkapnya dapat diunduh melalui website Bank Indonesia dengan

alamat : http://www.bi.go.id/web/id/KAJIAN EKONOMI REGIONAL/Ekonomi_Regional/