kajian ekonomi regional · 2013-10-12 · ekonomi, perbankan, keuangan daerah, ... data/informasi...

76
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Timur Kantor Bank Indonesia Samarinda Triwulan IV - 2010

Upload: lethuy

Post on 07-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Kalimantan Timur

Kantor Bank Indonesia Samarinda

Triwulan IV - 2010

i

KKAATTAA PPEENNGGAANNTTAARR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas rahmat dan karunia-Nya

sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Kalimantan Timur (Kaltim)

periode triwulan IV-2010 dapat terselesaikan. Buku KER ini mengulas perkembangan

ekonomi, perbankan, keuangan daerah, sistem pembayaran, dan outlook Kaltim dalam

rangka pemberian informasi yang komprehensif kepada para stakeholders Bank Indonesia.

Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber rujukan bagi

pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihak-pihak

lainnya yang membutuhkan serta memiilki perhatian terhadap perkembangan ekonomi

Kalimantan Timur.

Asesmen singkat kami terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan daerah

Kalimantan Timur (Kaltim) selama triwulan IV-2010, adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2010 mengalami pertumbuhan yang positif

sebesar 2,36%(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2010 yang

mengalami pertumbuhan sebesar 3,76%(yoy). Pertumbuhan ekonomi Kaltim tersebut

juga lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang

mencapai 6,1%(yoy).

2. Laju inflasi triwulanan Kaltim pada triwulan IV-2010 mencapai 7,28% (yoy), lebih

rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 7,45% (yoy). Laju

inflasi tahunan Kaltim ini lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional

yang tercatat sebesar 6,96% (yoy). Angka inflasi Kaltim tersebut merupakan

gabungan inflasi (IHK) yang terjadi di Samarinda, Balikpapan, dan Tarakan, masing-

masing sebesar 7,00%(yoy), 7,38%(yoy) dan 7,92%(yoy).

3. Kinerja usaha perbankan Kaltim masih menunjukkan perkembangan yang

menggembirakan.

a) Dari sisi penghimpunan dana, simpanan dana masyarakat pada bank-bank

umum se-Kaltim selama periode laporan mencapai Rp 49.912 milyar, mengalami

peningkatan sebesar 1,11%(qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

b) Sementara dari sisi penyaluran dana, total kredit atas dasar lokasi kantor selama

triwulan IV-2010 mencapai sebesar Rp 32.532 milyar, meningkat sebesar 8,46%

(qtq) atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada Triwulan

III-2010 sebesar 6,61%. Berdasarkan lokasi proyek, kredit yang disalurkan sistem

perbankan secara nasional untuk Kaltim tercatat menurun sebesar -0,81%(qtq)

dibandingkan dengan posisi kredit pada Triwulan sebelumnya sehingga posisinya

menjadi Rp 46.302 milyar pada triwulan IV-2010 (s.d posisi November).

c) Berdasarkan perkembangan kegiatan intermediasi perbankan diatas diketahui

bahwa rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) Kaltim atas dasar lokasi proyek

mencapai 92,77%, lebih tinggi dibandingkan dengan LDR atas dasar lokasi kantor

di Kaltim yang sebesar 65,18%.

d) Pembiayaan berskala mikro, kecil, dan menengah (MKM) yang berhasil disalurkan

bank umum yang berkantor di Kaltim selama periode laporan mencapai 63,75%

atau Rp 20.696 milyar dari total kredit sebesar Rp 32.532 milyar. Secara

triwulanan, pertumbuhan kredit MKM Kaltim pada triwulan laporan mengalami

peningkatan 18,48%(qtq) atau memiliki arah yang sama jika dibandingkan dengan

pertumbuhan total kredit yang naik sebesar 8,46%.

i i

4. Dengan mencermati berbagai faktor, perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan I-

2011 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif, dengan perkiraan laju

pertumbuhan berkisar antara 2% s.d. 3%(yoy).

Dari sisi permintaan pertumbuhan positif perekonomian Kaltim masih didukung

oleh kinerja ekspor Kalimantan Timur dan semakin mengeliatnya kegiatan investasi seiring

dengan meningkatnya pembangunan berbagai infrastruktur di Kaltim yang mulai

dilakukan. Sedangkan dari sisi penawaran pertumbuhan ekonomi Kaltim masih didukung

oleh perkembangan positif di sektor pertambangan dan penggalian yang diperkirakan

masih tinggi karena stabilnya permintaan dan meningkatnya harga komoditas unggulan

Kaltim yaitu batubara dan minyak mentah di pasar internasional. Adapun faktor yang

berpotensi menghambat kinerja sektor pertambangan dan penggalian adalah prakiraan

tingginya curah hujan di wilayah Kaltim pada periode triwulan pertama tahun 2011.

Akhirnya kami menyadari bahwa buku kajian ini masih belum sempurna, sehingga

memerlukan perbaikan secara terus menerus. Oleh karena itu, masukan dan kritik yang

membangun sangat kami harapkan demi peningkatan kualitas publikasi ini di masa

mendatang. Dalam penyusunan kajian ini, kami banyak memperoleh bantuan

data/informasi dari berbagai pihak seperti perbankan dan instansi pemerintah daerah,

BUMN maupun swasta sehingga kajian ini menjadi lebih informatif. Atas seluruh bantuan

tersebut kami mengucapkan banyak terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya.

Harapan kami, hubungan baik yang terjalin selama ini terus berlangsung bahkan dapat

ditingkatkan di masa yang akan datang.

Samarinda, Februari 2011

BANK INDONESIA SAMARINDA

Androecia Darwis

Pemimpin

iii

DDAAFFTTAARR IISSII

Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................

DAFTAR TABEL .....................………………………………………………....................................

DAFTAR GRAFIK ...............................................................................................

i

iii

vi

viii

RRIINNGGKKAASSAANN EEKKSSEEKKUUTTIIFF ………………………………..…………………………………………………………….

I. Gambaran Umum ……………………….……………………………………………………………

II. Asesmen Perekonomian ..................................................................

III. Asesmen Inflasi ………………………………………………………………………………………

IV. Asesmen Perbankan dan Sistem Pembayaran ....................................

1. Perbankan ..............................................................................

2. Sistem Pembayaran .................................................................

V. Perkiraan ………………………………………………………………………………………………..

BBAABB II PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN EEKKOONNOOMMII MMAAKKRROO REGIONAL …………………………….…….

1.1 Gambaran Umum ............................................................................

1.2 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Permintaan ...................................

1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga .......................................................

1.2.2 Pengeluaran Pemerintah ..........................................................

1.2.3 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) ……………………

1.2.4 Ekspor dan Impor ...……............................................................

1.3 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Penawaran ………………………………………

1.3.1 Sektor Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan ………………

1.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian ……………………………………………….

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan ………………………………………………………………

1.3.4 Sektor Listrik dan Air Bersih ………………………………………………………………

1.3.5 Sektor Bangunan …………………………………………..................................

1.3.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran …………............................

1.3.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi .........................................

1.3.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan .......................

1.3.9 Sektor Jasa-jasa ......................................................................

Boks. 1 Analisis Efisiensi Sektoral Perekonomian Kalimantan Timur

BBAABB IIII EEVVAALLUUAASSII PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN IINNFFLLAASSII ………………………………………………………….

2.1 Gambaran Umum ……………………………………………………….………………………..

2.2. Inflasi Triwulanan (qtq)………………………………………………………………..……..

2.2.1 Inflasi Triwulanan Kota Samarinda (qtq)…….……………………………...

2.2.2 Inflasi Triwulanan Kota Balikpapan (qtq)……………………………………..

1

1

1

2

2

2

3

3

5

5

5

6

8

8

8

11

12

13

14

14

15

15

16

16

16

22

22

24

24

25

iv

2.2.3 Inflasi Triwulanan Kota Tarakan (qtq)……………………………………………

2.3. Inflasi Tahunan (yoy).............................………………………………………………

2.3.1 Inflasi Tahunan Kota Samarinda …………………………………………………….

2.3.2 Inflasi Tahunan Kota Balikpapan …..........................................

2.3.3 Inflasi Tahunan Kota Tarakan ……………………………………………………..

Boks. 2 Persistensi Inflasi Kota Samarinda

25

26

26

27

27

BBAABB IIIIII PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN PPEERRBBAANNKKAANN DDAAEERRAAHH….…………………………………………………

3.1 Gambaran Umum ………………………………………………………………………………………

3.2 Perkembangan Usaha Bank Umum …………………………………………………………

3.2.1 Total Aset dan Aktiva Produktif ………………………………………………………

3.2.2 Penghimpunan Dana Masyarakat …………………………………………….….

3.2.3 Penyaluran Kredit Bank Umum ……………………………………………………….

a. Kredit Bank Umum ber-kantor di Kaltim ….….………………………….

b. Kredit Bank Umum berlokasi proyek di Kaltim …………………………

3.3 Perkembangan Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)…………………………

3.4 Perkembangan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ……………………………

a. Perkembangan Aset BPR ……………………………………………………………

b. Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR ………………………………………..

c. Penyaluran Kredit/Pembiayaan BPR ……..………………………………………

3.5 Asesmen Risiko Perbankan ……………………………………….……………..…………..

3.5.1 Risiko Kredit ……………………………………………………………………………………..

3.5.2 Risiko Likuiditas ....................................................................

3.5.3 Risiko Pasar .........................................................................

BAB IV KEUANGAN DAERAH …………………................………………… ...........................

4.1 Gambaran Umum ...........................................................……………......

4.2 Pendapatan .....................................................………………………………....

4.3 Belanja …………………………………….……………………………………………………………….

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN …………………………………………………….

5.1 Gambaran Umum ……………………. ………………………………………………… ……………

5.2 Perkembangan Transaksi Tunai …………………………………………….………………..

5.2.1 Perkembangan Peredaran Uang Kartal ……………………………………………

5.3 Perkembangan Transaksi Non-Tunai ………………………………………………………

5.3.1 Perkembangan Transaksi Kliring …………………………………………………….

5.3.2 Perkembangan Transaksi BI-RTGS …………………………………………………

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN …

6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur ……………………………..

6.2 Kesejahteraan…………………………………………………………………………………………………

36

36

37

37

37

38

39

40

42

44

44

44

45

45

45

47

47

48

48

49

51 54

54

54

54

56

56

56

58

58

60

v

BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ......................................

7.1 Prospek Perekonomian Daerah Triwulan I-2010 ....................................

7.2 Prospek Perkembangan Inflasi ............................................................

LAMPIRAN

62

62

62

64

vi

DDAAFFTTAARR TTAABBEELL Halaman

1.1

1.2

1.3

1.4

B1.1

B1.2

B1.3

2.1

2.2

2.3

2.4

2.5

2.6

2.7

2.8

2.9

2.10

2.11

2.12

B2.1

B2.2

B2.3

B2.4

3.1

3.2

3.3

3.4

3.5

3.6

3.7

3.8

3.9

3.10

3.11

3.12

4.1

4.2

5.1

6.1

Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan Kalimantan Timur ..........................

Komoditas Utama Ekspor non Migas Kaltim Triwulan IV-2010……………………

Komoditas Impor Non Migas Utama dan Negara Asal Impor Utama Kaltim

Triwulan IV-2010 (HS 2 Dijit, dalam juta USD) .....................................

Pertumbuhan PDRB Sektoral Kalimantan Timur .........……........................

Hasil Pengolahan Data Panel dengan Stata 10……………………………………………

Data Growth Cycle Perekonomian Kalimantan Timur…………………………………..

Kompilasi Growth Cycle Sektoral Kaltim………………………………………………………

Inflasi di Kalimantan Timur Triwulan IV-2010………………………………………………

Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Samarinda............................................

Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Samarinda…………………………………

Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Balikpapan............................................

Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Balikpapan………………………………

Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Tarakan …………………………………………………..

Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Tarakan………………………………………

Inflasi tahunan kota Samarinda menurut kelompok barang dan jasa…………

Inflasi tahunan kota Balikpapan menurut kelompok barang dan jasa…………

Inflasi tahunan kota Tarakan menurut kelompok barang dan jasa…….………

Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Nasional, Kaltim & Kota………………….

Daftar komoditas dengan Andil Inflasi Terbesar…………………………………………

Parameter Persistensi Inflasi Menurut Kelompok Komoditas………………………

Parameter Persistensi Inflasi Menurut Disagregasi………………………………………

Parameter Inflasi Menurut Kelompok Komoditas Terpilih……………………………

Mapping Komoditas Berdasarkan Tingkat Persistensi dan Andil Inflasi………

Perkembangan Jumlah aset Bersih dan Aktiva Produktif Bank Umum…………

Perkembangan Penghimpunan Dana pada Bank Umum………………………………

Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim………………………………

Jumlah kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim…………………………………

Perbandingan Kredit Lokasi Proyek dan DPK Kab/Kota………………………………..

Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Skala Kredit……………………………

Perkembangan Kredit MKM Bank Umum………………………………………………………

Perkembangan Kredit MKM Bermasalah Bruto (Gross-NPLs)……………………….

Perkembangan Usaha BPR di Kalimantan Timur…………………………………………

Perkembangan Kolekbilitas Kredit Bank Umum……………………………………………

Perkembangan Kredit Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) Bank Umum…………..

Struktur Jangka Waktu DPK……………………………………………………………………………

Realisasi Komponen Pendapatan APBD Kaltim Triwulan IV-2010………………

Realisasi Komponen Belanja APBD Kaltim Triwulan IV-2010………………………

Perkembangan Transaksi RTGS di Kalimantan Timur…………………………………..

Perkembangan Ketenagakerjaan di kalimantan Timur…………………………………

6

10

11

12

19

20

21

22

24

24

25

25

26

26

27

27

28

28

29

32

33

34

35

37

38

40

41

42

43

43

44

45

46

46

47

50

52

57

58

vii

6.2

6.3

Perkembangan Sex Ratio Kaltim Hasil Sensus Penduduk 2010……………………

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan

Utama………………………………………………………………………………………………………………

59

60

vii i

1.1

1.2

1.3

1.4

1.5

1.6

1.7

1.8

1.9

1.10

1.11

1.12

1.13

1.14

1.15

1.16

1.17

1.18

1.19

1.20

1.21

1.22

1.23

1.24

1.25

1.26

B1.1

B1.2

B1.3

B1.4

2.1

2.2

2.3

3.1

3.2

3.3

3.4

3.5

3.6

3.7

3.8

3.9

3.10

4.1

DDAAFFTTAARR GGRRAAFFIIKK

Pertumbuhan PDB Nasional vs PDRB Kaltim (yoy)…………………………………………………..

Indeks Kenyakinan Konsumen......................................................................

Indeks Kondisi Ekonomi..........................................................................…...

Indeks Ekspektasi Konsumen ........................................................................

Kredit Konsumsi..........................................................................................

Pengeluaran Pemerintah...............................................................................

Realisasi Investasi & Konsumsi Listrik………………………………………………………………………

Kredit Investasi........................................................................................

Nilai Ekspor Non Migas Kaltim…………………………………………………………………..………………

Perkembangan Share Negara Tujuan Utama Ekspor Non Migas Kaltim …………………

Nilai Impor Non Migas Kaltim…………………………………………………………….…………………………

Perkembangan Share Negara Asal Utama Impor Non Migas Kaltim…………………….

Indeks Produksi Padi………………………………………………………………………………………………………

Indeks Produksi Sawit.....................................................................................

Kredit Sektor Pertanian ...................................................................................

Indeks Produksi Pertambangan Batubara..................................... ............……….

Kredit Sektor Pertambangan…………………………………………………………………………………………

Produksi Kilang Minyak………………………………………………………………………………………………….

Kredit Sektor Industri………………………………………………………………………………………………….

Kredit Sektor Listrik dan Air………………………………………………………………………………………

Indeks Nilai Bangunan………………………………………………………………………………………………..

Indeks Sektor Perdagangan………………………………………………………………………………………

Kredit Perdagangan……………………………………………………………………………………………………….

Indeks Jumlah Penumpang…………………………………………………………………………………………..

Perkembangan Kredit Kaltim………………………………………………………………………………………

Indeks Upah Gaji Pemerintah Umum…………………………………………………………………………

Pertumbuhan Kaltim-Migas-Nasional……………………………………………………………………….

Efisiensi Sektoral Hasil Running Stata v.10………………………………………………………………

Growth cycle Perekonomian Kalimantan Timur………………………………………………………

Sinkronisasi Sektoral Provinsi Kalimantan Timur……………………………………………………

Laju Inflasi Kaltim dan Nasional (yoy)………………………………………………………………………

Disagregasi Inflasi Inti dan Non Inti Kaltim (yoy)……………………………………………………..

Disagregasi Inflasi Inti dan Non Inti Kaltim (mtm)……………………………………………………..

Kinerja Triwulan Kegiatan Usaha Perbankan (qtq)…………………………………………………

Kinerja Tahunan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (yoy)………………

Perkembangan Simpanan Masyarakat…………………………………………………………………………

Suku Bungan Kredit………………………………………………………………………………………………………

Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim…………………………………………

Perkembangan Kredit Lokasi Proyek…………………………………………………………………………

Perkembangan Aset BPR………………………………………………………………………………………………

Perkembangan DPK BPR………………………………………………………………………………………………

Perkembangan Kredit/Pembiayaan BPR……………………………………………………………………….

Perkembangan Bunga Kredit dan Rasio NPLs………………………………………………………….

Pendapatan APBD Kalimantan Timur Triwulan IV-2010…………………………………………

5

6

7

7

7

7

8

8

9

9

10

11

12

12

13

13

13

14

14

14

15

15

15

16

16

17

18

19

20

21

22

23

23

36

36

38

38

39

40

44

44

45

47

48

ix

4.2

4.3

4.4

4.5

4.6

5.1

5.2

5.3

5.4

5.5

5.6

6.1

6.2

6.3

7.1

7.2

7.3

7.4

7.5

7.6

Belanja APBD Kalimantan Timur Triwulan IV-2010…………………………………………………..

Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kalimantan Timur Triwulan IV-2010……………………

Pendapatan Transfer Kalimantan Timur Triwulan IV-2010………………………………………

Belanja Operasi (RP Miliar) Triwulan IV-2010…………………………………………………………

Belanja Modal (RP Miliar) Triwulan IV-2010…………………………………………………………...

Peredaran Uang Kartal di Kaltim…………………………………………………………………………………

Peredaran Uang Kartal di Wilker KBI..................................................................

Perkembangan PTTB per Wilker KBI..................................................................

Perkembangan Transaksi Kliring di Kaltim.........................................................

Perkembangan Transaksi RTGS di Kaltim............................................................

Perkembangan RTGS per wilayah kerja KBI........................................................

Komposisi Jenis Kelamin Angkatan Kerja Kalimantan Timur..................................

Perkembangan Jaminan Hari Tua Jamsostek.......................................................

Indeks Penghasilan dan Ekspektasi Penghasilan..................................................

Indeks Ekspektasi Konsumen............................................................................

Harga Komoditas Minyak dan Batubara..............................................................

Harga Komoditas Gula.....................................................................................

Harga Minyak Kelapa Sawit..............................................................................

Perkembangan Bulanan Harga Komoditas Utama Kota Samarinda (1)....................

Perkembangan Bulanan Harga Komoditas Utama Kota Samarinda (2)....................

49

50

51

52

53

54

55

55

56

56

57

58

60

61

62

62

63

63

63

63

1

RRIINNGGKKAASSAANN EEKKSSEEKKUUTTIIFF KKAAJJIIAANN EEKKOONNOOMMII RREEGGIIOONNAALL

PPRROOVVIINNSSII KKAALLIIMMAANNTTAANN TTIIMMUURR PPEERRIIOODDEE TTRRIIWWUULLAANN IIVV--22001100

I. Gambaran Umum

Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur triwulan IV-2010 mengalami

pertumbuhan yang positif sebesar 2,36% (yoy), namun lebih rendah dibandingkan

dengan pertumbuhan pada triwulan III-2010 yang tumbuh sebesar 3,76%. Dari sisi

permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi Kaltim secara tahunan pada

triwulan IV-2010 dipengaruhi oleh peningkatan kinerja ekspor Kaltim karena masih

tingginya permintaan yang berasal dari negara-negara pembeli utama komoditas

ekspor primer Kaltim yang dipicu oleh perekonomian global yang terus membaik.

Berdasarkan sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh pertumbuhan

positif sektor pertambangan dan penggalian yang dipengaruhi oleh tingginya

produksi yang didorong oleh faktor masih baiknya permintaan dan semakin

meningkatnya harga hasil komoditas pada sektor tersebut di pasar internasional

pada triwulan IV-2010.

Sementara itu, laju perubahan harga barang dan jasa di Kalimantan Timur

pada periode laporan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan III-

2010. Penurunan ini dipengaruhi oleh menurunnya permintaan masyarakat seiring

berakhirnya masa liburan dan hari raya Idul Fitri pada triwulan sebelumnya.

Perkembangan intermediasi perbankan di Kalimantan Timur pada triwulan

IV-2010 menunjukkan perkembangan yang positif. Total aset perbankan mengalami

peningkatan secara tahunan sebesar 14,46%(yoy). Sementara itu penyaluran

pinjaman juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi secara tahunan baik kredit

atas dasar lokasi kantor sebesar 30,25% maupun kredit atas dasar lokasi proyek

sebesar 27,13%(yoy).

Perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan I-2011 diperkirakan akan

mengalami pertumbuhan yang positif, dengan perkiraan laju pertumbuhan berkisar

antara 2% s.d. 3% (yoy). Salah satu indikator yang menjadi arah pertumbuhan

positif tersebut adalah Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) hasil Survey Konsumen

Bank Indonesia yang masih berada di atas level optimis (100), yaitu sebesar

123,83. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya ekspektasi membaiknya kondisi

perekonomian dan ekspektasi terhadap penghasilan. Dari sisi permintaan

pertumbuhan positif masih didukung oleh kinerja ekspor Kalimantan Timur dan

semakin mengeliatnya kegiatan investasi seiring dengan meningkatnya

pembangunan infrastruktur di Kaltim yang mulai dilakukan. Sedangkan dari sisi

penawaran pertumbuhan ekonomi Kaltim masih didukung oleh perkembangan positif

di sektor pertambangan dan penggalian yang diperkirakan masih tinggi karena

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

2

stabilnya permintaan dan meningkatnya harga komoditas unggulan Kaltim yaitu

batubara dan minyak mentah di pasar internasional.

Tekanan terhadap laju perkembangan harga barang dan jasa pada triwulan

I-2011 diperkirakan akan mengalami peningkatan, yang dipengaruhi oleh adanya

tren peningkatan beberapa harga komoditas pangan dan bahan dasar makanan jadi

di pasar dunia seperti gula dan minyak sawit. Selain itu dari data pemantauan harga

Disperindagkop Provinsi Kalimantan Timur mayoritas bahan makanan kebutuhan

pokok di Samarinda mengalami peningkatan pada awal tahun 2011.

II. Asesmen Perekonomian

Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010

tumbuh secara positif, yaitu sebesar 2,36%(yoy), namun lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan III-2010 yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,76%(yoy).

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Kaltim pada triwulan laporan

disumbangkan secara positif oleh semua komponen. Kontribusi pertumbuhan PDRB

tertinggi berasal dari ekspor sebesar 1,40%, diikuti oleh investasi sebesar 1,05%,

serta konsumsi rumah tangga sebesar 0,75% .

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Kaltim pada periode laporan ini

berasal dari sektor pertambangan dan penggalian sebesar 2,14%, diikuti oleh

kontribusi sektor bangunan 0,85% dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran

sebesar 0,66%. Peningkatan pada sektor pertambangan dan penggalian sebagai

sektor yang paling dominan dalam perekonomian Kaltim (pangsa 48,19%)

dipengaruhi oleh masih tingginya produksi tambang yang disebabkan oleh masih

stabilnya permintaan dan meningkatnya harga komoditas ungulan hasil

pertambangan Kaltim seperti minyak dan batubara di pasar internasional.

III. Asesmen Inflasi

Laju perkembangan inflasi tahunan di Kalimantan Timur pada triwulan IV-

2010, yang dihitung dari perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK), tercatat sebesar

7,28%(yoy); lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2010 sebesar 7,45%

(yoy). Laju Inflasi Kaltim ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju inflasi

tahunan nasional yang sebesar 6,96%(yoy). Berdasarkan kelompok komoditasnya,

laju inflasi tertinggi terjadi pada kelompok komoditas bahan makanan yaitu sebesar

12,99%(yoy); diikuti oleh kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga

sebesar 11,92%, dan kelompok komoditas sandang sebesar 7,98%. Sementara

kelompok komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan merupakan

kelompok komoditas yang mengalami tingkat inflasi terendah, yaitu sebesar 1,71%.

Laju inflasi triwulanan di Kota Samarinda triwulan IV-2010 mencapai 0,75%(qtq),

lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi pada triwulan III-2010 yang sebesar

3,28%. Laju inflasi tertinggi tercatat pada kelompok komoditas sandang yaitu

sebesar 2,97%(qtq), yang dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan komoditas

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

3

emas perhiasan sehingga meningkatkan harga komoditas tersebut yang terjadi pada

bulan November dan Desember 2010.

Laju inflasi triwulanan di Kota Balikpapan pada triwulan IV-2010 tercatat

mengalami deflasi sebesar 0,21%(qtq), berbeda arah jika dibandingkan dengan

triwulan III-2010 yang mengalami inflasi sebesar 4,14%. Kelompok komoditas yang

mengalami peningkatan laju inflasi tertinggi adalah kelompok sandang yaitu sebesar

1,11%(qtq) karena meningkatnya harga emas perhiasan pada Desember 2010.

Laju Inflasi triwulanan di Kota Tarakan triwulan IV-2010 mengalami kenaikan

1,47%(qtq), lebih rendah jika dibandingkan dengan laju inflasi pada triwulan III-

2010 yang sebesar 5,23%. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok komoditas

pendidikan, rekreasi, dan olahraga yang mencapai 14,17% (qtq) karena

meningkatnya terif akademi/perguruan tinggi keperawatan di Tarakan.

IV. Asesmen Perbankan dan Sistem Pembayaran

1. Perbankan

Kegiatan intermediasi perbankan Kaltim selama triwulan IV-2010 dari sisi

penghimpunan dana menunjukkan peningkatan sebesar 14,21%(yoy) sehingga

posisinya menjadi Rp 49.912 milyar. Menurut jenis simpanan, peningkatan dana

pada triwulan laporan berasal dari tabungan yang tumbuh sebesar 19,82% dan;

deposito yang tumbuh sebesar 26,02%(yoy); sedangkan giro mengalami kontraksi

5,64%(yoy).

Jumlah kredit yang dikucurkan bank umum yang berkantor di Kaltim pada

triwulan laporan mencapai Rp 32.532 milyar atau mengalami peningkatan sebesar

30,25%(yoy). Sementara itu berdasarkan lokasi proyek, kredit yang disalurkan

sistem perbankan secara nasional untuk Kaltim tercatat meningkat sebesar 27,13%

dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (s.d posisi November),

atau mencapai Rp. 46.302 milyar. Berdasarkan perkembangan kegiatan intermediasi

perbankan diatas diketahui bahwa rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) Kaltim

atas dasar lokasi proyek mencapai 92,77%, lebih tinggi dibandingkan dengan LDR

atas dasar lokasi kantor di Kaltim yang sebesar 65,18%.

Perkembangan BPR di wilayah Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010

menunjukkan perkembangan yang positif. Perkembangan jumlah aset dan

penghimpunan dana mengalami peningkatan masing-masing sebesar 21,87% dan

23,05%(yoy). Jumlah aset meningkat menjadi Rp 271,09 milyar dan DPK meningkat

menjadi Rp 176,52 milyar. Penyaluran kredit BPR juga mengalami peningkatan,

yaitu sebesar 20,34%(yoy), menjadi Rp 178,02 milyar.

2. Sistem Pembayaran

Transaksi tunai antara perbankan di Kalimantan Timur dengan Kantor Bank

Indonesia Samarinda dan Balikpapan, pada triwulan IV-2010 mencapai Rp 5.316

milyar atau mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 46,91%

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

4

Jumlah uang kartal yang beredar tersebut terdiri dari jumlah inflow sebesar

Rp 1.348 milyar dan jumlah outflow sebesar Rp 3.696 milyar; sehingga pada

triwulan IV-2010 ini, wilayah Kalimantan Timur mengalami net outflow sebesar Rp

2.620 milyar. Meningkatnya jumlah peredaran uang kartal di wilayah Kalimantan

Timur pada periode berjalan ini dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas

penggunaan uang kartal oleh masyarakat. Sementara itu jumlah uang kartal yang

dikategorikan dalam Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) pada triwulan berjalan

mencapai Rp 412 milyar atau naik 110,57%(yoy). Sementara itu jumlah transaksi

kliring di Kalimantan Timur triwulan IV-2010 tercatat sebesar Rp 5.170 milyar,

mengalami pertumbuhan sebesar 11,50%(yoy); sedangkan transaksi RTGS

mencapai Rp 51.160 milyar, atau mengalami pertumbuhan dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 26,11%(yoy).

V. Outlook

1. Perekonomian

Perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan I-2011 diperkirakan akan

mengalami pertumbuhan yang positif, dengan perkiraan laju pertumbuhan berkisar

antara 2% s.d. 3%(yoy). Salah satu indikator yang menjadi arah pertumbuhan

positif tersebut dapat terlihat dari hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan Bank

Indonesia Samarinda pada bulan Januari 2010 yaitu Indeks Ekspektasi Konsumen

(IEK) yang masih berada di atas level optimis (100), yaitu sebesar 123,83. Hal ini

dipengaruhi oleh komponen-komponen IEK yang seluruhnya meningkat dan berada

di atas level optimis, terutama disebabkan ekspektasi membaiknya kondisi

perekonomian dan ekspektasi terhadap penghasilan.

2. Inflasi

Tekanan terhadap laju perkembangan harga barang dan jasa pada triwulan

I-2011 diperkirakan akan mengalami peningkatan, yang dipengaruhi oleh adanya

tren peningkatan beberapa harga komoditas pangan di pasar dunia seperti gula dan

bahan dasar beberapa produk makanan jadi yaitu minyak sawit. Selain itu

berdasarkan pemantauan harga di bulan Januari 2011, yang dilakukan oleh

Disperindagkop Prov. Kaltim, beberapa komoditas utama atau bahan kebutuhan

pokok di kota Samarinda mayoritas mengalami peningkatan yang cukup tinggi

diantaranya cabe merah besar, minyak goreng, daging ayam boiler, dan telur ayam.

Faktor pendorong inflasi pada triwulan depan antara lain keterbatasan pasokan

bahan makanan seperti beras, sayuran, bumbu-bumbuan, serta ikan segar yang

disebabkan faktor cuaca buruk sehingga menyebabkan gagal panen dan

mengganggu arus distribusi kebutuhan pokok dari Jawa dan Sulawesi Selatan.

5

PPEERRKKEEMM BBAA NNGGAA NN EEKKOONNOOMM II MM AA KKRROO RREEGGIIOONNAA LL

1.1 Gambaran Umum

Perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 tumbuh secara positif,

yaitu sebesar 2,36%(yoy), namun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2010

yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,76% dan PDB Nasional yang tumbuh sebesar

6,1% (Grafik 1.1). Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi Kaltim pada triwulan IV-

2010 tumbuh sebesar 0,75%(qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 0,46%.

Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi Kaltim secara tahunan

pada triwulan IV-2010 dipengaruhi oleh peningkatan ekspor Kaltim karena masih

tingginya permintaan yang berasal dari negara-negara pembeli utama komoditas ekspor

primer Kaltim yang dipicu oleh perekonomian global yang terus membaik. Selain itu

semakin menggeliatnya perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 juga

didukung oleh pertumbuhan investasi yang cukup tinggi. Berdasarkan sisi penawaran,

pertumbuhan ekonomi didorong oleh pertumbuhan positif sektor pertambangan dan

penggalian yang dipengaruhi oleh tingginya produksi yang didorong oleh faktor masih

baiknya permintaan dan harga hasil komoditas pada sektor tersebut di pasar

internasional pada triwulan IV-2010.

Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II QIII QIV Q I Q II QIII QIV Q I Q II QIII QIV

2006 2007 2008 2009 2010

Kaltim 1.65 2.33 3.83 3.57 0.17 0.37 1.23 3.10 6.62 6.82 4.58 1.44 0.33 -0.2 2.84 5.59 6.82 7.04 3.76 2.36

Nasional 5.0 5.0 5.9 6.1 6.0 6.3 6.5 6.5 6.28 6.4 6.3 5.5 4.53 4.08 4.16 5.43 5.69 6.19 5.8 6.1

-2

0

2

4

6

8(% yoy) Kaltim Nasional

Grafik 1.1 Pertumbuhan PDB Nasional dan PDRB Kaltim (yoy)

Sumber : BPS Kaltim, diolah

1.2 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Permintaan

Dari sisi permintaan, pertumbuhan PDRB pada triwulan laporan disumbangkan

secara positif oleh semua komponen. Kontribusi pertumbuhan PDRB tertinggi berasall

dari ekspor sebesar 1,40%, diikuti oleh investasi sebesar 1,05%, serta konsumsi rumah

tangga sebesar 0,75% (Tabel 1.1).

BAB I

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

6

Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan Kalimantan Timur

Q I QII QIII Q IV Q I QII QIII Q IV

Konsumsi Rumah Tangga 3.72 4.93 5.40 5.46 0.49 0.64 0.75 0.75

Makanan 3.48 3.63 3.30 3.07 0.23 0.23 0.22 0.20

Non Makanan 3.97 6.21 7.47 7.82 0.27 0.41 0.53 0.55

Pengeluaran KLSN 6.33 6.24 5.21 5.17 0.01 0.01 0.01 0.01

Pengeluaran Pemerintah 3.93 3.07 3.64 5.93 0.21 0.17 0.21 0.35

Pemb. Modal Tetap Domestik Bruto 4.34 4.14 4.45 7.35 0.57 0.56 0.64 1.05

Perubahan Stok 2.92 3.85 4.04 5.81 0.02 0.03 0.03 0.05

Ekspor 15.51 14.17 1.78 1.30 17.23 15.86 1.88 1.40

Ekspor LN 13.29 13.14 2.48 1.34 10.37 10.30 1.88 1.03

Ekspor Antar Daerah 20.63 16.47 0.20 1.19 6.82 5.53 0.06 0.38

Impor 23.96 20.31 0.24 2.88 10.51 9.13 0.10 1.23

Impor LN 31.47 23.15 -2.95 3.65 7.74 5.71 -0.63 0.86

Impor Antar Daerah 16.91 17.45 3.42 2.06 3.27 3.54 0.67 0.40

Ekspor Neto 8.67 8.86 3.13 -0.16 5.83 5.93 2.04 -0.11

PDRB 6.82 7.04 3.76 2.36 6.82 7.04 3.76 2.36

Jenis Penggunaan 2010

Pertumbuhan (% yoy)

2010

Kontribusi Pertumbuhan

Sumber : BPS Kaltim, diolah

1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi Rumah Tangga di Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 mengalami

ekspansi sebesar 5,46%(yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar

5,40%. Meningkatnya konsumsi rumah tangga pada periode laporan ini dipengaruhi oleh

meningkatnya permintaan masyarakat karena faktor musiman hari raya natal dan

menjelang pergantian tahun baru 2011 serta ekspektasi meningkatnya pendapatan

karena peningkatan UMP/UMK. Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan

oleh Bank Indonesia Samarinda pada triwulan IV tahun 2010, Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK) secara umum menunjukkan peningkatan optimisme masyarakat

Kaltim. Secara rata-rata triwulanan, IKK masih berada diatas level optimis 100 yaitu

sebesar 119,67 atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya yang

sebesar 117,75(Grafik 1.2).

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2008 2009 2010

Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi EkonomiIndeks Ekspektasi Konsumen Garis 100

Grafik 1.2 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Sumber : Survey Konsumen Bank Indonesia

Indeks Keyakinan Konsumen yang menunjukkan peningkatan optimisme pada

triwulan laporan ini masih didukung oleh Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang berasal

dari relatif stabilnya ketersediaan lapangan kerja saat ini, serta dari Indeks Ekspektasi

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

7

Konsumen (IEK) berasal dari relatif stabilnya ekspektasi terhadap ketersediaan lapangan

pekerjaan sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 1.3 dan Grafik 1.4.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12

2008 2009 2010

Penghasilan Saat Ini Pembelian Durable Goods

Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini Garis 100

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2008 2009 2010

Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Ekonomi

Ekspektasi Ketersediaan Lap.Kerja Garis 100

Grafik 1.3 Indeks Kondisi Ekonomi Sumber : Survey Konsumen Bank Indonesia

Grafik 1.4 Indeks Ekspektasi Konsumen Sumber : Survey Konsumen Bank Indonesia

Peningkatan kegiatan konsumsi masih

didukung oleh pertumbuhan positif

kredit konsumsi pada triwulan IV-2010

yang mengalami peningkatan

pertumbuhan secara tahunan sebesar

38,74%, atau meningkat dari Rp. 7,98

trilyun pada triwulan IV-2009 menjadi

Rp. 11,08 trilyun pada triwulan IV-

2010 (Grafik 1.5). Perkembangan

kredit konsumsi juga mengalami

peningkatan secara triwulanan yaitu

sebesar 3,32%(qtq) dibandingkan

triwulan sebelumnya dimana kredit yang tersalurkan sebesar Rp. 10,48 trilyun.

1.2.2 Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran Pemerintah pada

triwulan IV-2010 mengalami

pertumbuhan sebesar 5,93% (yoy),

lebih tinggi jika dibandingkan dengan

pertumbuhan pada triwulan III-2010

yang tercatat sebesar 3,64%. Hal ini

dipengaruhi oleh meningkatnya

pertumbuhan belanja pemerintah

daerah selama triwulan IV-2010

sebagaimana dapat dilihat pada

peningkatan konsumsi Pemda secara

tahunan yang masih relatif tinggi (Grafik 1.6), yang disebabkan oleh peningkatan

realisasi terutama belanja operasi dalam bentuk belanja pegawai dan belanja barang

pada triwulan akhir 2010. Sementara itu belanja modal menunjukkan peningkatan

0%

20%

40%

60%

80%

80

100

120

140

160

180

200

220

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2009 2010

Konsumsi Pemda (APBD) g (yoy)

Grafik 1.6 Pengeluaran Pemerintah

Sumber : Prompt Indicator BPS

0%

20%

40%

60%

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

(yoy)(Rp milyar) Konsumsi g (yoy)

Grafik 1.5 Kredit Konsumsi Sumber : LBU Bank Indonesia

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

8

realisasi keuangan dan fisik secara tahunan relatif melambat, disebabkan oleh

tertundanya jadwal beberapa kegiatan proyek pembangunan infrastruktur fisik yang

seharusnya dilakukan pada triwulan IV-2010 karena mundurnya jadwal tahap lelang

pekerjaan dan persiapan pekerjaan lainnya di awal pelaksanaan proyek.

1.2.3 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB)

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) Kalimantan Timur pada

triwulan IV-2010 mengalami ekspansi sebesar 7,35%(yoy), setelah tumbuh 4,45% pada

triwulan III-2010. Faktor positif yang turut menjadi pendorong pertumbuhan PMTDB

pada periode berjalan ini dapat terlihat dari Indeks Realisasi Investasi dan Indeks

Konsumsi Listrik Industri yang menunjukkan tren peningkatan dibandingkan periode

sebelumnya (Grafik 1.7). Dari sisi pembiayaan perbankan, penyaluran kredit investasi

perbankan pada triwulan IV-2010 mencapai Rp. 8,72 trilyun, atau mengalami

pertumbuhan sebesar 30,60(yoy) dari Rp. 6,68 trilyun pada triwulan yang sama tahun

sebelumnya. Pertumbuhan ini relatif sama jika dibandingkan dengan pertumbuhan

secara tahunan pada triwulan III-2010 yang meningkat sebesar 30,72%(yoy) (Grafik

1.7). Selain peran perbankan dalam pembiayaan investasi di Kalimantan Timur, peran

investasi yang dilakukan oleh swasta diperkirakan juga mengalami peningkatan yang

tinggi diantaranya ditunjukkan dengan pembukaan beberapa perusahaan di kawasan

industri Kariangau di Balikpapan serta pembangunan beberapa infrastruktur

perhubungan yang melibatkan swasta nasional maupun asing.

80

90

100

110

120

130

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

Realisasi Investasi Konsumsi Listrik Industri

0%

20%

40%

60%

80%

0

2000

4000

6000

8000

10000

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

(yoy)(Rp milyar) Investasi g (yoy)

Grafik 1.7 Realisasi Investasi dan Konsumsi Listrik

Sumber : LBU Bank Indonesia

Grafik 1.8 Kredit Investasi Sumber : LBU Bank Indonesia

1.2.4 Ekspor dan Impor

Laju pertumbuhan ekspor Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010, diperkirakan

mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu 1,30%(yoy), tumbuh lebih rendah jika

dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekspor triwulan III-2010 yaitu sebesar 1,78%.

Pertumbuhan positif terlihat juga dari perkembangan ekspor Pelabuhan Samarinda,

yang pada triwulan IV-2010 tumbuh sebesar 64%(yoy) dengan volume ekspor pada

triwulan laporan mencapai 10,71 juta ton.

Berdasarkan data ekspor non migas yang berasal dari Ditjen Bea dan Cukai

yang diolah oleh Bank Indonesia, ekspor non migas Kalimantan Timur triwulan IV-2010

(data sampai dengan November 2010) mencapai USD 1.950 juta, mengalami

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

9

pertumbuhan secara tahunan sebesar 6,62% dibanding periode yang sama tahun

sebelumnya, yang tercatat sebesar USD 1.829 juta. Pertumbuhan ini mengalami

perlambatan jika dibandingkan pertumbuhan secara tahunan pada triwulan III-2010

yang mencapai 35,25%(yoy).

Berdasarkan negara tujuan utama ekspor Kalimantan Timur pada triwulan

laporan, China memiliki pangsa terbesar yaitu 27,78%, diikuti oleh Jepang (15,39%),

dan Taiwan (11,81%) (Grafik 1.10). Berdasarkan komoditasnya, ekspor bahan bakar

mineral masih menjadi komoditas andalan ekspor non migas Kalimantan Timur dengan

pangsa pasar terbesar, yaitu mencapai 86,45% dengan nilai USD 1.686 juta (Tabel 1.2).

Nilai ekspor komoditas ini mengalami ekspansi sebesar 8,13% dibandingkan dengan

triwulan yang sama tahun sebelumnya, sehingga ekspansi ekspor komoditas bahan

bakar mineral memberikan kontribusi sebesar 7,03% terhadap pertumbuhan ekspor non

migas Kaltim pada triwulan laporan.

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

1 2 3 4* 1 2 3 4* 1 2 3 4* 1 2 3 4*

2007 2008 2009 2010

(yoy)(Juta USD) Nilai Ekspor g Nilai Ekspor

Grafik 1.9 Nilai Ekspor Nonmigas Kaltim

Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah *)periode Okt-Nov

0%

10%

20%

30%

1 2 3 4* 1 2 3 4* 1 2 3 4* 1 2 3 4*

2007 2008 2009 2010

Share

MALAYSIA C. INDIA C. R.R.C C. SOUTH KOREA C. TAIWAN C.JAPAN

Grafik 1.10 Perkembangan Share Negara Tujuan Utama

Ekspor Non Migas Kaltim Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah

*)periode Okt-Nov

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

10

Tabel 1.2 Komoditas Utama Ekspor non Migas Kaltim Triwulan IV-2010 (HS2 Digit, dalam USD s.d November 2010)

Komodit as Nilai (USD) Pangsa Grow th (yoy) Kontribusi

27 - Mineral fuels, mineral oil products 1,686,115,738 86.45 8.13 7.03

15 - Animal or vegt. fats and oils 101,841,934 5.22 139.65 7.29

44 - Wood and articles of wood 59,385,802 3.04 -5.31 -0.16

03 - Fish,crustaceans,molusca,oth.invert 31,868,383 1.63 7.04 0.12

29 - Organic chemicals 13,135,963 0.67 -45.64 -0.31

84 - Nuclear react.,boilers,mech. appli. 7,158,652 0.37 -60.39 -0.22

lainnya 50,990,516 2.61 -45.05 -1.18

Total 1,950,496,987 100 6.62 6.62

Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah

Sementara itu, pertumbuhan kegiatan impor Kalimantan Timur pada triwulan

IV-2010 mengalami pertumbuhan sebesar 2,88%(yoy); lebih tinggi dibandingkan

dengan pertumbuhan pada triwulan III-2010 yang mengalami pertumbuhan secara

tahunan sebesar 0,24%.

Berdasarkan data yang tercatat di Bea Cukai, nilai impor non-migas Kaltim

selama triwulan IV-2010 (data sampai dengan November 2010) berjumlah USD 247,45

juta, atau mengalami peningkatan 2,03%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang turun 26,56%(yoy) (Grafik 1.11). Komoditas impor terbesar

Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 adalah komoditas nuclear react., boilers, dan

mechanical appl. (pangsa 32,86%) dengan impor sebesar USD 81,32 juta atau

meningkat 2,78%(yoy), diikuti oleh komoditas fertilizer dengan nilai 27,60 juta (pangsa

11,16%) atau meningkat 3,45%(yoy) (Tabel 1.3). Sementara berdasarkan negara asal

impor, mayoritas berasal dari Amerika Serikat yaitu sebesar USD 48,45 juta (pangsa

19,58%), diikuti oleh Cina yaitu sebesar USD 39,59 juta (16,00%), dan Singapura

sebesar USD 37,82 juta (15,29%) sebagaimana dapat dilihat pada Grafik 1.12.

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

0

100

200

300

400

500

600

1 2 3 4* 1 2 3 4* 1 2 3 4* 1 2 3 4*

2007 2008 2009 2010

(yoy)(Juta USD) Nilai Impor g Nilai Impor

Grafik 1.11 Nilai Impor Nonmigas Kaltim

Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

11

Tabel 1.3 Komoditas Impor Non Migas Utama dan Negara Asal Impor Utama Kaltim Triwulan IV-2010 (HS2 Dijit, dalam USD s.d November 2010)

Komoditas Nil ai (USD) Pangsa Grow th (YoY) Kontri busi

84 - Nuclear react .,boilers,mech. appli. 81,322,695 32.86 2.78 0.91

31 - Fert ilizers 27,606,789 11.16 3.45 0.39

73 - Articles of iron and steel 18,237,036 7.37 66.27 4.88

38 - Miscellaneous chemical products. 13,190,063 5.33 122.49 6.53

40 - Rubber and articles thereof 17,378,638 7.02 -23.24 -1.63

36 - Explosives;matches;pyrotechnic prod 5,570,992 2.25 40.59 0.91

Lainnya 84,149,392 34.01 -9.74 -3.31

Total 247,455,606 100 2.03 2.03 Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah

Secara keseluruhan, perdagangan komoditas non migas Kalimantan Timur pada

triwulan IV-2010 masih mengalami net export (jumlah ekspor non migas Kaltim

melebihi besar dibandingkan dengan jumlah impor non migas Kaltim) sebesar USD

1.703 juta, atau mengalami peningkatan sebesar 7,32%(yoy).

1.3 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Penawaran

Kontribusi terbesar bagi pertumbuhan ekonomi Kaltim dari sisi penawaran pada

periode triwulan IV-2010 berasal dari sektor pertambangan dan penggalian sebesar

2,14%, diikuti oleh kontribusi sektor bangunan sebesar 0,85%, dan sektor

perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 0,66%. Pertumbuhan positif pada sektor

pertambangan dan penggalian sebagai sektor yang paling dominan dalam perekonomian

Kaltim (pangsa 48,19%) dipengaruhi oleh masih tingginya produksi tambang yang

disebabkan oleh meningkatnya harga beberapa komoditas hasil pertambangan seperti

minyak dan batubara di pasar internasional. Faktor penghambat dari pertumbuhan

sektor ini adalah faktor curah hujan yang meningkat sehingga kurang mendukung

terhadap kegiatan operasional pertambangan pada triwulan-IV 2010.

-20%

0%

20%

40%

60%

1 2 3 4* 1 2 3 4* 1 2 3 4* 1 2 3 4* 1 2 3 4*

2006 2007 2008 2009 2010

(Share)

SINGAPORE C. USA C. JAPAN C. R.R.C GERMANY

Grafik 1.12 Perkembangan Share Negara2x Asal Utama

Impor Nonmigas Kaltim Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

12

Table 1.4. Pertumbuhan PDRB Sektoral Kalimantan Timur

Q I Q II QIII Q IV Q I Q II QIII Q IV

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 6.46 3.78 1.54 -0.26 0.41 0.22 0.09 -0.01

Pertambangan dan Penggalian 10.40 11.92 7.68 4.44 4.98 5.68 3.67 2.14

Industri Pengolahan -0.48 -0.99 -5.49 -4.87 -0.12 -0.25 -1.32 -1.17

Listrik, Gas, dan Air Bersih 5.95 5.36 5.36 4.65 0.02 0.01 0.02 0.01

Bangunan 10.91 9.79 9.95 10.08 0.85 0.77 0.84 0.85

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 11.32 11.57 10.64 8.70 0.78 0.82 0.81 0.66

Pengangkutan dan Komunikasi 9.74 9.86 9.24 8.15 0.31 0.31 0.31 0.27

Keuangan, Persewaan, dan Jasa-jasa Perusahaan 11.07 9.92 8.51 7.44 0.00 0.00 0.00 0.00

Jasa-jasa 7.45 7.80 8.19 6.59 0.01 0.01 0.01 0.01

PDRB 6.82 7.04 3.76 2.36 6.82 7.04 3.76 2.36

PDRB TANPA MIGAS 12.20 12.79 10.68 7.78 6.94 7.33 6.44 4.64

2010 2010

Kontribusi

LAPANGAN USAHA

Pertumbuhan (%yoy)

Sumber : BPS Kaltim, diolah

Sebagai sektor terbesar kedua pembentuk PDRB Kaltim, sektor industri

pengolahan (pangsa 24,05%) mengalami penurunan pada triwulan IV-2010 yaitu

sebesar -4,87% (yoy), sehingga berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi

secara total dari sisi penawaran sebesar -1,17%. Beberapa hal penyebab penurunan

kinerja pada sektor ini masih dipengaruhi oleh semakin terbatasnya sumber gas,

sehingga produksi LNG mengalami penurunan serta produksi kilang minyak yang juga

mengalami penurunan produksi.

1.3.1 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan pada triwulan IV-2010

mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,26%(yoy), memiliki arah yang berbeda

jika dibandingkan dengan triwulan III-2010 yang tumbuh sebesar 1,54%. Kontraksi

pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh menurunnya produktivitas pada sub sektor

tanaman bahan makanan seperti padi sawah dan padi ladang (Grafik 1.13) dikarenakan

baru dimulainya masa tanam sehingga menyebabkan menurunnya luas panen (masa

tanam yang biasa terjadi pada bulan Agustus dan September bergeser ke bulan

November dan Desember), sehingga masa panen raya diperkirakan akan terjadi di

sekitar bulan April 2011.

60

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010Grafik 10. Indeks Produksi Tanaman Perkebunan

Produksi Kelapa Sawit (TBS) Produksi Karet Produksi Lada

Grafik 1.14 Indeks Produksi Sawit

Sumber : Prompt Indicator BPS

60

70

80

90

100

110

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

Padi Sawah Padi Ladang

Grafik 1.13 Indeks Produksi Padi

Sumber : Prompt Indicator BPS

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

13

Sementara itu dari subsektor perkebunan

terjadi peningkatan produksi Tandan

Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit

meskipun sedikit melambat. Hal ini

terlihat pada indeks produksi sawit

(Grafik 1.14). Salah satu indikator yang

menunjukkan penurunan pertumbuhan

sektor pertanian juga dapat dilihat dari

penyaluran kredit lokasi proyek pada

sektor pertanian di triwulan IV-2010

mencapai Rp. 5.649 milyar, meningkat sebesar 54,38% atau melambat dibandingkan

pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang mencapai 80,37%(yoy) (Grafik 1.15).

1.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2010 mengalami

pertumbuhan yang melambat, yaitu mencapai 4,44%(yoy) atau lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2010 yang tumbuh sebesar 7,68%(yoy).

Faktor penghambat yang menyebabkan melambatnya sektor pertambangan dan

penggalian pada triwulan laporan adalah curah hujan yang terus berada pada tingkat

menengah level atas (201-300mm) di kawasan Kalimantan Timur selama bulan Oktober

sampai dengan Desember 2010, sehingga mengganggu aktivitas/operasional kegiatan

pertambangan. Perlambatan sektor pertambangan dan penggalian juga terlihat dari

Indeks Produksi Batubara yang menunjukkan adanya tren melambat (Grafik 1.16).

Selain itu perkembangan sektor pertambangan dan penggalian yang melambat

juga ditunjukkan oleh perkembangan kinerja kredit lokasi proyek sektor pertambangan

dan penggalian yang secara tahunan tumbuh sebesar 51,31%(yoy) atau lebih rendah

jika dibandingkan dengan peningkatan kredit pertambangan secara tahunan pada

triwulan sebelumnya yang sebesar 69,87%(yoy) (Grafik 1.17). Sementara itu faktor

positif yang masih mendorong pertumbuhan pada sektor pertambangan dan penggalian

0%

10%

20%

30%

40%

80

90

100

110

120

130

140

150

160

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

Produksi Batubara g (yoy)

Grafik 1.16 Indeks Produksi

Pertambangan Batubara Sumber : Prompt Indicator BPS

-40%

0%

40%

80%

120%

160%

0

2000

4000

6000

8000

10000

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

(yoy)(Rp milyar) Kredit Pertambangan g (yoy)

Grafik 1.17 Kredit Sektor

Pertambangan Sumber : LBU Bank Indonesia

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

(yoy)(Rp milyar) Kredit Pertanian g (yoy)

Grafik 1.15 Kredit Sektor Pertanian

Sumber : LBU Bank Indonesia

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

14

ini didukung oleh masih tingginya harga dan permintaan komoditas pertambangan dan

penggalian terutama minyak dan batubara di pasar internasional sehingga perusahaan

tetap berusaha untuk mengoptimalkan produksinya.

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan

Sektor ini mengalami kontraksi pertumbuhan pada triwulan IV-2010, yaitu

sebesar -4,87%, masih tumbuh negatif seperti pertumbuhan yang terjadi pada triwulan

III-2010 yang sebesar -5,49%(yoy). Penurunan yang terjadi pada sektor ini terutama

dipengaruhi oleh menurunnya produksi LNG, yang memiliki pangsa terbesar dalam

industri pengolahan (pangsa 69% terhadap industri pengolahan), karena jumlah

pasokan gas yang semakin terbatas. Selain itu produksi pengilangan minyak pada

triwulan laporan ini juga mengalami penurunan produksi sebagaimana dialami oleh

produksi kilang minyak Pertamina Balikpapan pada triwulan IV-2010 yang turun

15,68%(yoy). Penurunan industri pengolahan minyak ditunjukkan oleh penurunan

Perkembangan Produksi Kilang Minyak Pertamina Balikpapan (Grafik 1.18). Selain itu

penurunan kinerja juga ditunjukkan oleh melambatnya kredit lokasi proyek sektor

industri yang mencapai Rp. 2.199 milyar tumbuh 9,51% atau lebih rendah dari

pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang sebesar 42,45%(yoy) (Grafik 1.19).

1.3.4 Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Sektor listrik, gas, dan air bersih

pada periode triwulan laporan

mengalami pertumbuhan sebesar

4,65%(yoy), lebih lambat jika

dibandingkan dengan pertumbuhan

sektor ini pada triwulan sebelumnya

yang mampu tumbuh sebesar 5,36%.

Salah satu indikator yang

menunjukkan perlambatan kinerja

sektor ini adalah penyaluran kredit

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

g (yoy)(Juta barrel)Vol. Produksi (barrel) g. Produksi yoy

Grafik 1.18 Produksi Kilang Minyak

Sumber : Pertamina UPV Balikpapan

-40%

0%

40%

80%

120%

0

1000

2000

3000

4000

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

(yoy)(Rp milyar) Kredit Sektor Industri g (yoy)

Grafik 1.19 Kredit Sektor Industri

Sumber : Prompt Indicator BPS

-120%

-80%

-40%

0%

40%

80%

0

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

(% yoy)(Rp milyar) Listrik, Gas dan Air g (yoy)

Grafik 1.20 Kredit Sektor Listrik dan Air

Sumber : LBU Bank Indonesia

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

15

berdasarkan lokasi proyek perbankan pada triwulan IV-2010 mencapai Rp. 256,25

milyar atau mengalami pertumbuhan negatif secara tahunan sebesar -48,36%.

Pertumbuhan ini semakin menurun jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada

triwulan III-2010 yang juga tumbuh negatif sebesar -39,44%(yoy) (Grafik 1.20).

1.3.5 Sektor Bangunan

Sektor bangunan pada triwulan IV-2010 mengalami pertumbuhan sebesar

10,08%(yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III-2010

yang mampu tumbuh sebesar 9,95%. Peningkatan pertumbuhan tersebut dapat terlihat

dari indeks nilai bangunan tempat tinggal

dan nilai bangunan campuran yang

mengalami kenaikan pada triwulan IV-2010

(Grafik 1.21). Namun demikian peningkatan

sektor bangunan ini kurang didukung oleh

kinerja kredit konstruksi yang disalurkan

oleh perbankan ke Kalimantan Timur

triwulan IV-2010 yang mencapai Rp 2.782

milyar, atau justru mengalami penurunan

sebesar 25,56%(yoy).

1.3.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan IV-2010 mengalami

pertumbuhan yang positif mencapai 8,70% atau melambat jika dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan III-2010 yang tumbuh sebesar 10,64%. Faktor penyebab

melambatnya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan ini

adalah menurunnya permintaan masyarakat terutama terhadap kamar terjual (hotel)

dan omset restoran akibat faktor musiman berakhirnya masa liburan dan hari raya Idul

Fitri. Perlambatan permintaan kamar terjual dan omset restoran ini terlihat dari Indeks

Sektor Perdagangan yang melambat di triwulan IV-2010 (Grafik 1.22).

Faktor positif pendorong pertumbuhan pada sektor perdagangan adalah

peningkatan kredit lokasi proyek perbankan yang disalurkan di Kalimantan Timur pada

triwulan IV-2010 yang mencapai Rp 7.401 milyar, mengalami pertumbuhan sebesar

90

100

110

120

130

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

Indeks Harga Perdagangan Besar

Malam Kamar Terjual (Hotel)

Omzet Restoran

Grafik 1.22 Indeks Sektor Perdagangan

Sumber : Prompt Indicator BPS

90

95

100

105

110

115

120

125

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

Nilai Bangunan Tempat Tinggal

Nilai Bangunan Campuran

Grafik 1.21 Indeks Nilai Bangunan

Sumber : Prompt Indicator BPS

0%

20%

40%

60%

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

(yoy)(Rp milyar) Kredit Perdagangan g (yoy)

Grafik 1.23 Kredit Perdagangan

Sumber : LBU Bank Indonesia

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

16

18,20%(yoy) atau sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang

mampu tumbuh sebesar 17,46% secara tahunan (Grafik 1.23).

1.3.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan

komunikasi pada triwulan IV-2010

mengalami pertumbuhan sebesar 8,15%

(yoy), lebih lambat jika dibandingkan

dengan pertumbuhan pada triwulan III-

2010 yang sebesar 9,24%. Faktor

pendorong melambatnya pertumbuhan

sektor ini dipengaruhi oleh menurunnya

aktivitas perjalanan masyarakat yang

disebabkan oleh berakhirnya faktor

musiman liburan hari raya pada triwulan sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan sektor

pengangkutan dan komunikasi terlihat dari perkembangan Indeks Jumlah Penumpang

Angkutan Laut, Darat, dan Udara yang menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan

periode sebelumnya (Grafik 1.24).

1.3.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor keuangan, persewaan dan

jasa perusahaan pada triwulan IV-2010

ini mengalami pertumbuhan positif

sebesar 7,44% (yoy), mengalami

perlambatan jika dibandingkan dengan

pertumbuhan pada triwulan III-2010

sebesar 8,51%. Perlambatan

pertumbuhan sektor keuangan,

persewaan, dan jasa perusahaan ini

pada triwulan IV-2010 ini ditunjukkan

oleh penyaluran kredit perbankan yang

mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu mencapai Rp 46.301

milyar, tumbuh sebesar 27,13%(yoy) atau lebih rendah dari pertumbuhan triwulan

sebelumnya sebesar 36,65%(yoy) (Grafik 1.25).

1.3.9 Sektor Jasa-jasa

Sektor ini pada periode laporan mengalami pertumbuhan yang positif sebesar

6,59%(yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan III-2010

sebesar 8,19%. Perlambatan pada sektor jasa ini salah satunya dipengaruhi oleh

pelaksanaan beberapa proyek pembangunan yang masih tertunda.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

0

10000

20000

30000

40000

50000

I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010

(% yoy)(Rp milyar) Kredit g Kredit

Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Kaltim

Sumber : LBU Bank Indonesia

80

90

100

110

120

130

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2009 2010

Grafik.11 Indeks Sektor Angkutan

Jumlah Penumpang Angkutan Laut

Jumlah Penumpang Angkutan Darat

Jumlah Penumpang Angkutan Udara

Grafik 1.24 Indeks Jumlah Penumpang

Sumber : Prompt Indicator BPS

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

17

Boks 1. ANALISIS EFISIENSI SEKTORAL PEREKONOMIAN KALIMANTAN TIMUR

Tujuan Analisis

Para pemangku kebijakan di daerah perlu untuk mengetahui tingkat efisiensi

sektoral dari perekonomian daerahnya yang kemudian dibandingkan dengan peran masing-

masing sektor tersebut dalam pertumbuhan ekonomi. Sebagai faktor pendukung analisis

efisensi sektoral dibutuhkan informasi mengenai siklus bisnis masing-masing sektor,

khususnya untuk melihat ketahanan masing-masing sektor yang terjadi selama kurun waktu

2000–2009. Berbagai informasi ini akan bermanfaat untuk memahami karakteristik ekonomi

daerah dari sisi sektoral sebagai referensi dalam menyusun kebijakan dan pemberian

insentif pada salah satu sektor utama di daerah. Pemahaman yang tepat tentang efektivitas

sektoral di daerah dapat membantu para pengambil kebijakan dalam membangun

perekonomian daerah yang berkualitas. Analisis efisiensi sektoral ini secara spesifik

bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi sektoral pada perekonomian daerah serta

memperkirakan business cycle masing-masing sektor ekonomi. Dari hasil analisis ini juga

berupaya merumuskan implikasi kebijakan pemerintah daerah untuk memelihara dan

mencapai pertumbuhan sektor ekonomi daerah yang sustainable.

Teori Efisiensi Sektoral

Tingkat efisiensi Sektoral dalam suatu perekonomian dapat diukur dengan

menggunakan fungsi stochastic frontier production karena memiliki kelebihan dalam

memperbolehkan adanya perbedaan teknologi antar sektor dan permasalahan

heteroskedastisitas yang dapat muncul pada jenis data panel. Sejak fungsi dari stochastic

frontier production ditemukan oleh Aigner, Lovell dan Schmidt (1977) dan Meusen and van

den Broeck (1977), model ini telah banyak berkembang sampai dengan saat ini. Fungsi ini

memperhitungkan faktor teknik inefisiensi yang turut mempengaruhi tingkat output pada

proses produksi. Pada perkembangan selanjutnya Schmidt dan Sickles (1984)

mengembangkan model stochastic frontier production function dengan panel data:

............................................. (1)

Keterangan: yit = ouput

x = input

v = statistical noise

u > 0 adalah firm effect mewakili technical inefficiency

Model tersebut dapat dituliskan kembali sebagai berikut:

.................................................. (2) dimana, αi = α - uit

Model Stochastic Frontier dikembangkan juga oleh Limam dan Miller (2003) dengan

memasukan faktor produktifitas dari faktor input, seperti capital dan labor. Model Limam

dan Millar menggunakan asumsi fungsi produksi Cobb Douglas, dimana aggregat output

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

18

diproduksi dengan menggunakan aggregat kapital stok secara fisik dan labor. Persamaannya

sebagai berikut:

.................................................. (3)

dimana, Yit = output perusahaan/sektor ke i pada waktu t

K it = Kapital perusahaan/sektor ke i pada waktu t

L it = Labor perusahaan/sektor ke i pada waktu t

At = Aeξ t, dimana ξ mengukur rate technical progress

b1it = elastisitas output terhadap kapital

b2it = elastisitas output terhadap labor

Hasil Analisis Efisiensi Sektoral

Apabila dilihat perekonomian Kalimantan Timur selama periode 2001-2010,

pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur (growth PDRB Kaltim) mayoritas bergerak secara

fluktuatif pada pertumbuhan antara 0 sampai dengan 5%. Mayoritas pertumbuhan ekonomi

tersebut berada dibawah pertumbuhan nasional yang relatif lebih stabil bergerak di sekitar

5%. Akan tetapi apabila dilihat pertumbuhan ekonomi non migas Kaltim yang cukup

didominasi oleh perkembangan pertambangan batubara selama periode tersebut,

pertumbuhan bergerak diantara 5% sampai dengan 15% yang berarti mayoritas berada

diatas pertumbuhan ekonomi nasional (Grafik 4.1)

(5)

-

5

10

15

20

25

30

I II IIIIV I II IIIIV I II III IV I II IIIIV I II IIIIV I II III IV I II IIIIV I II IIIIV I II III IV I II III

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

PDRB Kaltim PDRB Kaltim non Migas PDB Nasional

Grafik B1.1 Pertumbuhan Kaltim-Migas-Nasional

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan Stata versi 10 menggunakan

panel data 9 sektor selama tahun 2002–2008, hasil yang didapatkan (Tabel 5.1) faktor

produksi (kapital dan tenaga kerja) memberikan kontribusi positif pada output. Dengan

melihat t-ratio keduanya, faktor kapital memberikan kontribusi yang signifikan pada α 5%,

sedangkan faktor tenaga kerja tidak signifikan. Koefisien kapital memiliki nilai 0.79 berarti

penambahan 1% kapital akan meningkatkan output sebesar 0.79%. Kontribusi pengaruh

kapital yang tinggi diduga disebabkan oleh dominasi sektor pertambangan dan industri

pengolahan yang sifatnya padat modal dalam struktur perekonomian Kaltim.

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

19

Tabel B1.1 Hasil Pengolahan Data Panel dengan Stata 10

Hasil pengolahan data juga mencatatkan nilai efisiensi dari masing-masing sektor

sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.2. Sektor pertambangan dan industri pengolahan

memiliki nilai efisiensi yang paling tinggi dibandingkan sektor lainnya. Selanjutnya adalah

sektor bangunan dan perdagangan yang berada di peringkat ketiga dan keempat.

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

1

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Pertanian

Pertambangan

Industri Pengolahan

Listrik, Gas, Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel

Angkutan, Komunikasi

Keuangan

Jasa

Grafik B1.2 Efisiensi Sektoral Hasil Running Stata v.10

Sektor pertambangan dan industri pengolahan (didominasi industri pengolahan

migas) memiliki nilai efisiensi yang tinggi karena dalam perekonomian Kalimantan Timur

disebabkan sektor ini menghasilkan output yang sangat besar. Besarnya output pada kedua

sektor ini disebabkan semakin meningkatnya perekonomian dunia terutama di beberapa

negara berkembang di Asia seperti China, Korea Selatan, dan India, yang berimplikasi

terhadap kenaikan permintaan bahan baku energi seperti minyak, gas, dan batubara. Dari

sisi input sektor-sektor tersebut menggunakan input yang relatif kecil khususnya input

tenaga kerja karena kedua sektro tersebut merupakan sektor yang padat modal. Selain itu

kebanyakan pertambangan batubara di Kaltim saat ini masih berupa pertambangan terbuka

sehingga modal yang diperlukan untuk kegiatan eksplorasi juga belum terlalu besar

dibandingkan dengan pertambangan tertutup.

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

20

Hasil Analisis Siklus Bisnis

Siklus pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur secara keseluruhan memiliki periode

fase ekspansi yang lebih lama dibandingkan fase kontraksinya yaitu secara rata-rata selama

16 bulan dibanding 9 bulan fase kontraksi. Fase ekspansi perekonomian terjadi pada bulan

Januari 2003 sampai dengan Maret 2005 selama 26 bulan, pada bulan Desember 2005

sampai dengan Oktober 2006 selama 10 bulan, dan pada bulan Maret 2007 sampai dengan

April 2008 selama 13 bulan (Tabel 5.3).

Grafik B1.3 Growth cycle Perekonomian Kalimantan Timur

Tabel B1.2 Data Growth cycle Perekonomian Kalimantan Timur

Trough Peak Trough Fase Cycle

Ekspansi Jan-03 Mar-05 26

Kontraksi Mar-05 Des-05 9

Cycle Jan-03 Des-05 35

Ekspansi Des-05 Okt-06 10

Kontraksi Okt-06 Mar-07 5

Cycle Des-05 Mar-07 15

Ekspansi Mar-07 Apr-08 13

Kontraksi Apr-08 Apr-09 12

Cycle Mar-07 Apr-09 25

16

9

25

Fase/SiklusTitik Balik (Periode) Durasi (Bulan)

Ekspansi

Kontraksi

Cycle Perekonomian Kalimantan Timur berada pada fase kontraksi pada bulan Maret 2005

sampai dengan Desember 2005 selama 9 bulan, pada bulan Oktober 2006 sampai dengan

Maret 2007 selama 5 bulan dan pada bulan April 2008 sampai dengan April 2009 selama 12

bulan. Durasi dari siklus pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur secara keseluruhan

mengalami penurunan, hal ini terlihat dari periode ekspansi yang semakin menurun (26 ke

10 ke 13) dan periode kontraksi yang semakin meningkat (9 ke 5 ke 12). Kinerja

pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur yang kurang baik ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya kondisi prasarana fisik dan nonfisik yang belum dapat mendukung

percepatan pembangunan ekonomi daerah.

Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur mempunyai dua sektor pendorong

perekonomian yaitu sektor Pertambangan dan sektor Industri Pengolahan. Sektor

selanjutnya disusul oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restauran (PHR) dan sektor

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

21

Pertanian. Keempat sektor utama tersebut mengalami perbaikan yang terlihat pada periode

di fase ekspansi semakin panjang dan fase kontraksi yang memendek. Secara keseluruhan,

mayoritas growth cycle PDRB Kalimantan Timur relatif membaik dari siklus sebelumnya.

Tabel B1.3 Kompilasi Growth Cycle Sektoral Kaltim

Ekspansi Kontraksi Cycle

Pertanian 14 15 29

Industri 10 12 21

PHR 17 8 25

Pertambangan 11 13 25

LGA 8 19 41

Jasa 12 16 28

Keuangan 12 18 31

Bangunan 14 19 37

Angkutan 21 37 66

PDRB 23 8 36

SektorDurasi

Hasil Sinkronisasi seluruh sektor, Growth cycle sektoral yang memiliki kemiripan

dengan growth cycle PDRB Kalimantan Timur adalah sektor Pertambangan, Industri

Pengolahan, Pertanian dan Perdagangan, Hotel dan Restauran (PHR). Dengan demikian,

pertumbuhan keempat sektor ini dapat menjadi program prioritas Pemerintah Provinsi

Kalimantan Timur, dari sisi regulasi maupun pembangunan infrastruktur pendukungnya.

Grafik B1.4 Sinkronisasi Sektoral Provinsi Kalimantan Timur

Implikasi Kebijakan

Perekonomian Kalimantan Timur cukup didominasi oleh sektor pertambangan dan

industri pengolahan. Oleh karena itu prioritas utama pemerintah dan investor tentu saja

harus diarahkan pada sektor pertambangan dan industri pengolahan, disusul oleh

pengembangan sektor pertanian, sektor bangunan, dan sektor perdagangan, hotel dan

restoran yang memiliki prospek yang cukup baik di masa yang akan datang mengingat

sektor pertambangan Kalimantan Timur sangat didominasi oleh migas dan batubara yang

merupakan unrenewable resources. Diperlukan perhatian khusus untuk mengembangkan

sektor-sektor renewable yang memiliki nilai efisiensi dan fase ekspansi masih cukup rendah

dengan berbagai kebijakan yang mampu mendorong perluasan usaha dan penambahan

investasi pada sektor-sektor tersebut.

22

EEVVAA LLUUAA SSII PPEERRKKEEMM BBAA NNGGAA NN IINNFFLLAA SSII

2.1 Gambaran Umum

Laju perkembangan perubahan harga barang dan jasa tahunan di Kalimantan Timur

pada triwulan IV-2010, yang dihitung dari perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK),

tercatat sebesar 7,28% (yoy); lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2010

sebesar 7,45% (yoy). Akan tetapi, laju Inflasi Kaltim ini masih lebih tinggi jika

dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional yang sebesar 6,96% (yoy).

Berdasarkan kelompok komoditasnya, laju inflasi tertinggi terjadi pada kelompok

komoditas bahan makanan yaitu sebesar 12,99% (yoy); diikuti oleh kelompok

komoditas pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 11,92%, dan kelompok komoditas

sandang sebesar 7,98%. Sementara kelompok komoditas transportasi, komunikasi dan

jasa keuangan merupakan kelompok komoditas yang mengalami tingkat inflasi

terendah, yaitu sebesar 1,71% (Tabel 2.1).

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2007 2008 2009 2010

% (YoY) Kaltim Nasional

Grafik 2.1 Laju Inflasi Kaltim dan Nasional (yoy)

Sumber : BPS Kaltim, diolah

Tabel 2.1 Inflasi di Kalimantan Timur Triwulan IV-2010

QtQ YoY Qt Q YoY QtQ YoY

BAHAN MAKANAN 0.36 8.33 8.20 13.66 -1.33 12.99

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU -0.05 8.12 1.55 6.74 1.34 6.26

PERUMAHAN 0.68 3.00 2.02 3.97 1.27 4.88

SANDANG 1.93 7.43 2.46 7.64 2.14 7.98

KESEHATAN 1.02 5.52 1.59 4.91 1.27 5.02

PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA 0.07 9.53 9.52 11.69 1.56 11.92

TRANSPORT & KOMUNIKASI 0.04 1.85 1.02 2.42 0.19 1.71

U M U M 0.39 5.84 3.89 7.45 0.47 7.28

KELOMPOKInf lasi (Q4-2010)In f lasi (Q3-2010)Inf lasi (Q2-2010)

Sumber : BPS Kaltim, diolah

BAB II

Evaluasi Perkembangan Inf lasi

23

Identifikasi awal terhadap peningkatan laju inflasi tahunan di Kaltim menunjukkan

bahwa kelompok volatile food mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada akhir

triwulan IV-2010, dengan laju inflasi secara tahunan 13,02%, relatif sama jika

dibandingkan dengan laju inflasi volatile food pada triwulan sebelumnya yang sebesar

13,92% (yoy) (Grafik 2.2). Secara bulanan pergerakan inflasi volatile food pada triwulan

IV, dipicu oleh kenaikan inflasi bulanan yang cukup tinggi pada bulan Desember 2010

yang mengalami peningkatan sebesar 1,34%, lebih tinggi dibandingkan kenaikan inflasi

pada bulan Oktober (deflasi 3,60%) dan November 2010 (inflasi 0,76%) (Grafik 2.3).

Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan harga beras, minyak goreng, semua jenis cabe,

bawang merah, bawang putih, kacang-kacangan, sayuran, dan semua jenis ikan.

Berdasarkan kota pembentuk inflasi Kaltim, inflasi tahunan tertinggi pada triwulan

laporan terjadi di Tarakan yakni sebesar 7,92% (yoy), diikuti oleh kota Balikpapan dan

Samarinda masing-masing sebesar 7,38% (yoy) dan 7,00% (yoy). Secara umum,

faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Inflasi Kaltim pada triwulan-IV 2010

dari sisi permintaan dan penawaran, antara lain :

Dari sisi permintaan, meningkatnya permintaan masyarakat yang didorong oleh pola

konsumsi musiman yang meningkat karena tingginya konsumsi pada perayaan hari

-4

-2

0

2

4

6(% mtm)

Core Volatile Foods Administered

Grafik 2.3 Disagregasi Inflasi Inti dan Non Inti Kaltim (mtm)

Sumber : BPS Kaltim, diolah

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Jan-08

Feb-08

Mar-08

Apr-08

May-08

Jun-08

Jul-08

Aug-08

Sep-08

Oct-08

Nov-08

Dec-08

Jan-09

Feb-09

Mar-09

Apr-09

May-09

Jun-09

Jul-09

Aug-09

Sep-09

Oct-09

Nov-09

Dec-09

Jan-10

Feb-10

Mar-10

Apr-10

May-10

Jun-10

Jul-10

Aug-10

Sep-10

Oct-10

Nov-10

Dec-10

(% yoy) Administered Volatile Foods Core

Grafik 2.2 Disagregasi Inflasi Inti dan Non Inti Kaltim (yoy)

Sumber : BPS Kaltim, diolah

Evaluasi Perkembangan Inf lasi

24

raya natal dan menjelang Tahun Baru 2011 pada triwulan IV-2010. Selain itu juga

meningkatnya ekspektasi masyarakat terhadap peningkatan gaji akibat peningkatan

UMP/UMK juga menambah tekanan inflasi dari sisi permintaan.

Dari sisi penawaran, terbatasnya pasokan beberapa komoditas bahan makanan seperti

terutama komoditas beras, bawang merah, dan cabe rawit yang disebabkan oleh

gagal panen akibat cuaca dan curah yang tidak menentu, serta banjir yang terjadi di

beberapa daerah sentra penghasil komoditas tersebut di Jawa, sehingga menyebabkan

meningkatnya harga komoditas tersebut yang sangat tinggi pada triwulan-IV 2010.

2.2 Inflasi Triwulanan (qtq)

2.2.1 Inflasi Triwulanan Kota Samarinda (qtq)

Laju perkembangan harga komoditas barang dan jasa triwulanan di Kota Samarinda

pada triwulan IV-2010 mencapai 0,75% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan laju

inflasi pada triwulan III-2010 yang sebesar 3,28%. Laju inflasi tertinggi tercatat pada

kelompok komoditas sandang yaitu sebesar 2,97% (qtq), yang dipengaruhi oleh

meningkatnya harga komoditas emas perhiasan; diikuti oleh kelompok komoditas

makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (2,34%) karena peningkatan harga

tempe dan nasi yang terjadi pada bulan Desember 2010 (Tabel 2.2 dan Tabel 2.3).

Sementara itu, kelompok komoditas bahan makanan merupakan kelompok komoditas

yang mengalami deflasi yaitu sebesar 0,66% (qtq).

Tabel 2.2 Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Samarinda

Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10

BAHAN MAKANAN -0.60 2.98 1.50 7.68 -0.66

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 1.18 5.13 -0.74 0.88 2.34PERUMAHAN 0.06 0.87 0.78 2.31 1.04

SANDANG 2.26 1.55 3.03 2.90 2.97

KESEHATAN 0.84 1.38 1.13 2.30 0.93PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA 0.12 0.51 0.05 2.86 0.23

TRANSPORT & KOMUNIKASI 0.14 0.60 0.07 0.88 0.03

U M U M 0.29 2.07 0.74 3.28 0.75

KELOM POKInf l asi Qt Q (% )

Sumber : BPS Kaltim, diolah

Tabel 2.3 Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Samarinda

KOMODITI ANDIL KOMODITI ANDIL KOMODITI ANDIL

BAWANG MERAH 0.11 LAYANG 0.15 BERAS 0.31

EMAS PERHIASAN 0.08 BAWANG MERAH 0.14 TEMPE 0.11

SEWA RUMAH 0.08 UDANG BASAH 0.09 SEWA RUMAH 0.09

ROKOK KRETEK FILTER 0.07 BERAS 0.08 EMAS PERHIASAN 0.08

BERAS 0.05 GABUS 0.06 NASI 0.08

GULA PASIR 0.03 TOMAT SAYUR 0.04 MINYAK GORENG 0.07

MINYAK GORENG 0.03 EMAS PERHIASAN 0.04 CABE RAWIT 0.05

ROKOK KRETEK 0.03 JAGUNG MANIS 0.03 KELAPA 0.04

SHAMPO 0.02 KACANG PANJANG 0.02 AIR KEMASAN 0.03

KANGKUNG 0.02 BANDENG 0.02 PATIN 0.03

DESEMBEROCTOBER NOVEMBER

Sumber : BPS Kaltim, diolah

Evaluasi Perkembangan Inf lasi

25

2.2.2 Inflasi Triwulanan Kota Balikpapan (qtq)

Laju inflasi triwulanan di Kota Balikpapan pada triwulan IV-2010 tercatat

mengalami deflasi sebesar 0,21% (qtq), berbeda arah jika dibandingkan dengan

triwulan III-2010 yang sebesar 4,14%. Kelompok komoditas yang mengalami

peningkatan laju inflasi tertinggi adalah kelompok komoditas sandang yaitu sebesar

1,11% (qtq) karena kenaikan emas perhiasan. Selanjutnya, sub kelompok

komoditas kesehatan, kelompok transportasi dan komunikasi, serta kelompok

komoditas makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau memiliki peningkatan

inflasi masing-masing sebesar 0,84%, 0,58%, dan 0,56% (qtq), sebagaimana dapat

dilihat pada Tabel 2.4 dan Tabel 2.5.

Tabel 2.4 Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Balikpapan

Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10

BAHAN MAKANAN -2.12 8.24 2.01 7.73 -2.02

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 2.37 1.47 0.46 1.26 0.56

PERUMAHAN 0.71 0.62 0.51 1.61 0.17

SANDANG 0.56 0.59 0.64 2.50 1.11

KESEHATAN 1.22 0.80 0.15 0.42 0.84

PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA 2.64 0.76 0.09 17.59 0.17

TRANSPORT & KOMUNIKASI 2.09 0.35 0.00 1.10 0.58

U M U M 0.69 2.55 0.76 4.14 -0.21

KELOM POKInf l asi Qt Q (%)

Sumber : BPS Kaltim, diolah

Tabel 2.5 Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Balikpapan

KOMODITI ANDIL KOMODITI ANDIL KOMODITI ANDIL

GULA PASIR 0.06 BERAS 0.09 BERAS 0.22

BAWANG MERAH 0.05 LAYANG 0.08 ANGKUTAN UDARA 0.14

MIE 0.04 BAWANG MERAH 0.03 SANTAN JADI 0.05

TOMAT SAYUR 0.03 UDANG BASAH 0.02 MINYAK GORENG 0.05

MINYAK GORENG 0.02 T E H MANIS 0.01 SEWA RUMAH 0.04

SENG 0.01 KETIMUN 0.01 EMAS PERHIASAN 0.04

DAGING AYAM RAS 0.01 CABE RAWIT 0.01 BAWANG MERAH 0.03

KETIMUN 0.01 GULA PASIR 0.01 DAGING AYAM RAS 0.03

KERAMIK -0.01 BENSIN 0.01 CABE RAWIT 0.03

KENTANG -0.01 KANGKUNG 0.01 BANDENG 0.02

OCTOBER NOVEMBER DESEMBER

Sumber : BPS Kaltim, diolah

2.2.3 Inflasi Triwulanan Kota Tarakan (qtq)

Inflasi triwulanan di Kota Tarakan triwulan IV-2010 mengalami kenaikan 1,47%

(qtq), lebih rendah jika dibandingkan dengan laju inflasi pada triwulan III-2010 yang

mengalami laju inflasi sebesar 5,23%. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok

komoditas pendidikan, rekreasi, dan olahraga yang mencapai 14,17% (qtq) karena

meningkatnya tarif akademi/perguruan tinggi (akademi keperawatan), diikuti oleh

kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (4,68%) yang

disebabkan oleh kenaikan harga rokok kretek dan rokok kretek filter di Tarakan.

Sementara itu kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar -0.21% (qtq).

Evaluasi Perkembangan Inf lasi

26

Meskipun demikian beberapa harga komoditas bahan makanan mengalami

kenaikan pada triwulan IV-2010, seperti harga cabe rawit, bawang merah, bawang

putih, ikan layang, dan daging ayam ras.

Tabel 2.6 Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Tarakan

Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10

BAHAN MAKANAN 2.31 6.38 -7.15 11.19 -1.64

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 2.27 2.16 0.93 4.68 0.03

PERUMAHAN 0.69 1.22 0.87 2.18 5.35

SANDANG 3.70 1.77 1.31 0.64 1.72

KESEHATAN 2.24 0.51 3.06 2.21 3.59

PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA 0.63 -0.25 0.09 -0.21 14.17

TRANSPORT & KOMUNIKASI -0.03 0.25 0.07 1.29 -0.44

U M U M 1.66 2.89 -1.77 5.23 1.47

KELOM POKIn f l asi Qt Q ( %)

Sumber : BPS Kaltim, diolah

Tabel 2.7 Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Tarakan

KOMODITI ANDIL KOMODITI ANDIL KOMODITI ANDIL

BERAS 0.16 SEWA RUMAH 1.14 BIAYA JARINGAN SAL TV 0.43

BAHAN BAKAR RMH TANGGA 0.09 AKADEMI/PT 0.07 BERAS 0.41

RAWON 0.08 BAWANG MERAH 0.06 BAWANG PUTIH 0.23

LEMARI PAKAIAN 0.04 BAWANG PUTIH 0.05 BAWANG MERAH 0.15

DOKTER UMUM 0.04 UDANG BASAH 0.05 CABE RAWIT 0.13

PISANG 0.03 BERAS 0.03 KANGKUNG 0.12

CABE RAWIT 0.03 BATU BATA/BATU TELA 0.02 MINYAK GORENG 0.11

CABE MERAH 0.02 KULKAS/LEMARI ES 0.01 BAYAM 0.07

EMAS PERHIASAN 0.02 BISKUIT 0.01 RAWON 0.07

DOKTER SPESIALIS 0.01 EMAS PERHIASAN 0.01 EMAS PERHIASAN 0.07

DESEMBEROCTOBER NOVEMBER

Sumber : BPS Kaltim, diolah

2.3 Inflasi Tahunan (yoy)

2.3.1 Inflasi Tahunan Kota Samarinda

Laju inflasi Kota Samarinda secara tahunan pada triwulan IV-2010 tercatat

sebesar 7,00% (yoy), atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju inflasi pada

triwulan sebelumnya yang sebesar 6,51%. Kelompok komoditas dengan laju inflasi

terbesar adalah kelompok komoditas bahan makanan (11,81%), diikuti kelompok

komoditas sandang yaitu sebesar 10,86, diikuti oleh kelompok komoditas makanan

jadi, minuman, rokok, dan tembakau (7,74%). Laju inflasi pada bahan makanan

dipengaruhi oleh meningkatnya harga beras, bumbu-bumbuan dan sayuran yang

disebabkan pergeseran musim panen padi, serta gagal panen pada komoditas

sayuran/tanaman holtikultura dan bumbu-bumbuan yang terjadi pada beberapa

sentra penghasil akibat cuaca yang kurang baik pada triwulan IV-2010. Sementara

itu, inflasi tahunan terendah terjadi pada kelompok komoditas transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan, serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga

masing-masing sebesar 1,59% dan 3,68%.

Evaluasi Perkembangan Inf lasi

27

Tabel 2.8 Inflasi Tahunan Kota Samarinda Menurut Kelompok Barang & Jasa

Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10

BAHAN MAKANAN 5.97 6.52 7.66 11.88 11.81

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 7.57 9.86 7.95 6.52 7.74PERUMAHAN 4.67 2.15 2.20 4.07 5.09SANDANG 5.54 4.48 9.87 10.09 10.86KESEHATAN 6.64 6.13 7.25 5.77 5.87PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA 1.35 2.24 1.21 3.57 3.68TRANSPORT & KOMUNIKASI -2.99 1.47 1.21 1.70 1.59

U M U M 4.06 4.65 4.99 6.51 7.00

KELOM POKIn f l asi Yo Y (%)

Sumber : BPS Kaltim, diolah

2.3.2 Inflasi Tahunan Kota Balikpapan

Laju inflasi tahunan di Kota Balikpapan pada triwulan laporan mencapai 7,38%

(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada triwulan III-2010 yang

mencapai 8,35%. Laju inflasi tahunan Kota Balikpapan ini juga lebih tinggi

dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional sebesar 6,96%. Laju inflasi

tertinggi di kota ini tercatat terjadi pada kelompok komoditas pendidikan, rekreasi

dan olahraga yaitu sebesar 18,79% (yoy), yang dipengaruhi oleh meningkatnya

biaya pendidikan pada tahun ajaran baru 2010. Kelompok komoditas lainnya yang

juga memiliki tingkat inflasi yang cukup tinggi pada triwulan IV-2010 adalah

kelompok komoditas bahan makanan (16,54%). Sementara itu, inflasi terendah

terjadi pada kelompok komoditas transportasi dan komunikasi, yaitu sebesar 2,04%.

Tabel 2.9 Inflasi tahunan Kota Balikpapan menurut Kelompok Barang & Jasa

Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10

BAHAN MAKANAN -3.06 5.81 9.46 16.42 16.54

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 9.92 8.48 7.03 5.67 3.80

PERUMAHAN 5.08 4.55 3.85 3.50 2.94

SANDANG 3.22 1.97 3.35 4.35 4.92

KESEHATAN 3.07 3.02 2.60 2.61 2.22

PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA 19.80 20.80 20.53 21.72 18.79

TRANSPORT & KOMUNIKASI -1.55 3.23 3.21 3.57 2.04

U M U M 3.60 6.21 6.70 8.35 7.38

KELOM POKIn f lasi Yo Y (% )

Sumber : BPS Kaltim, diolah

2.3.3 Inflasi Tahunan Kota Tarakan

Laju inflasi tahunan di Kota Tarakan pada triwulan IV-2010 mencapai 7,92% (yoy),

lebih rendah jika dibandingkan dengan laju inflasi tahunan pada triwulan III-2010 yang

sebesar 8,12%. Berdasarkan kelompok komoditasnya, kelompok komoditas pendidikan,

rekreasi, dan olahraga merupakan kelompok komoditas dengan laju inflasi tertinggi

yaitu sebesar 13,76% (yoy); diikuti oleh kelompok komoditas perumahan (9,91%).

Faktor pendorong meningkatnya inflasi di Kota Tarakan secara tahunan masih

dipengaruhi oleh ketergantungan yang tinggi terhadap suplai kebutuhan dari luar

Evaluasi Perkembangan Inf lasi

28

beberapa barang kebutuhan yang sulit dipenuhi dan tingkat permintaan yang semakin

meningkat. Sementara inflasi terendah terjadi pada kelompok komoditas transportasi

dan komunikasi yaitu sebesar 1,16% (yoy).

Tabel 2.10 Inflasi tahunan Kota Tarakan menurut Kelompok Barang & Jasa

Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10

BAHAN MAKANAN 9.89 14.69 7.57 12.37 8.03

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 15.93 18.04 11.85 10.38 7.96

PERUMAHAN 2.64 3.58 3.48 5.04 9.91

SANDANG 10.62 7.33 9.82 7.60 5.54

KESEHATAN 6.72 7.18 7.52 8.25 9.67

PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA 3.51 3.26 1.12 0.27 13.76

TRANSPORT & KOMUNIKASI -3.28 1.11 0.21 1.58 1.16

U M U M 7.21 9.73 6.37 8.12 7.92

Inf lasi YoY (%)KELOM POK

Sumber : BPS Kaltim, diolah

Apabila dilihat inflasi tahun kalender (Tabel 2.7) sampai dengan triwulan IV tahun

2010 inflasi kumulatif Kaltim sekaligus inflasi tahunan Kaltim mencapai 7,28%, lebih

tinggi dari inflasi kumulatif/inflasi tahunan di 2009 (4,31%). Dibandingkan dengan

inflasi kumulatif nasional sampai dengan triwulan IV tahun 2010 yang tercatat 6,96

(ytd), inflasi kumulatif Kaltim juga lebih tinggi. Dari ketiga kota di Kaltim, Kota Tarakan

memiliki laju inflasi tertinggi di 2010 yaitu 7,92%, diikuti oleh laju inflasi Balikpapan

(7,38%), dan Samarinda (7,00%).

Tabel 2.11 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Nasional, Kaltim, dan Kota

Smr Bpp Trk Kaltim Nasional

2006 6.50 5.52 - 6.04 6.60

2007 9.18 7.27 - 8.30 6.59

2008 12.69 11.30 19.85 13.06 11.06

2009 4.06 3.60 7.21 4.31 2.78

2010 7.00 7.38 7.92 7.28 6.96

TAHUNINFLASI KALENDER JANUARI-DESEMBER

Sumber : BPS Kaltim, diolah

Komoditas yang memiliki andil inflasi terbesar selama 2010 di tiga kota di

Kalimantan Timur mayoritas berasal dari kelompok komoditas bahan makanan

diantaranya komdoitas beras, minyak goreng, bawang merah, bawang putih, berbagai

jenis sayuran dan berbagai jenis ikan. Mayoritas faktor penyebab kenaikan harga

berbagai komododitas tersebut adalah keterbatasan jumlah stock yang disebabkan oleh

faktor cuaca yang menyebabkan gagal panen/berkurangnya jumlah produktifitas petani.

Selain bahan makanan, kelompok lain yang memiliki andil inflasi cukup besar selama

tahun 2010 adalah kelompok sandang yang berasal dari peningkatan harga komoditas

emas perhiasan, serta dari kelompok perumahan yang disebabkan oleh kenaikan harga

sewa rumah akibat kenaikan tarif dasar listrik pada bulan Juli 2010.

Evaluasi Perkembangan Inf lasi

29

Tabel 2.12 Daftar Komoditas dengan Andil Inflasi Terbesar

BERAS BERAS BERAS

IKAN LAYANG IKAN LAYANG EMAS PERHIASAN

CABE RAWIT GULA PASIR IKAN GABUS

BAWANG MERAH CABE RAWIT SEWA RUMAH

BAWANG PUTIH DAGING AYAM RAS DAGING AYAM RAS

EMAS PERHIASAN BAWANG MERAH BAWANG MERAH

ROKOK KRETEK FILTER TOMAT SAYUR TOMAT SAYUR

IKAN KEMBUNG KETIMUN JAGUNG MANIS

BANDENG BAWANG PUTIH CABE RAWIT

CABE MERAH, KANGKUNG TONGKOL, UDANG BASAH, BANDENG BAWANG PUTIH, CABE MERAH, LAYANG

: Muncul 5x atau lebih sebagai andil inflasi terbesar per bulan selama 2010

: Muncul 4x sebagai andil inflasi terbesar per bulan selama 2010

: Muncul 3x sebagai andil inflasi terbesar per bulan selama 2010

TARAKAN BALIKPAPAN SAMARINDA

Evaluasi Perkembangan Inf lasi

30

Boks 2. PERSISTENSI INFLASI KOTA SAMARINDA

Latar Belakang

Persistensi inflasi adalah kecepatan tingkat inflasi untuk kembali ke tingkat

keseimbangannya semula setelah timbulnya shock atau goncangan terhadap barang

tersebut. Persistensi inflasi ini menjadi penting artinya untuk dipelajari secara lebih lanjut

karena besarnya manfaat yang diperoleh dalam pencapaian target inflasi yang rendah dan

stabil. Inflasi dengan tingkat persistensi barang yang tinggi akan menyulitkan upaya otoritas

moneter dalam mencapai target inflasi yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan

upaya preventif dan antisipatif terhadap perubahan perilaku inflasi yang terjadi baik yang

timbul akibat perubahan substansial maupun akibat terjadinya shock dalam perekonomian.

Shock yang terjadi dalam perekonomian dengan tingkat persistensi inflasi yang tinggi akan

membutuhkan waktu yang lama dan biaya moneter yang besar dalam upaya

mengembalikan tingkat inflasi pada level yang diharapkan. Secara umum salah satu tujuan

penelitian yang dilakukan adalah untuk mengukur tingkat persistensi inflasi di kota

Samarinda. Persistensi inflasi dapat didefinisikan sebagai kecepatan tingkat inflasi untuk

kembali ketingkat equilibriumnya setelah timbulnya suatu shock. Derajat persistensi yang

tinggi menunjukkan lambatnya tingkat inflasi untuk kembali ke tingkat alamiahnya.

Sebaliknya derajat persistensi yang rendah menunjukkan cepatnya tingkat inflasi untuk

kembali ke tingkat alamiahnya (baseline) setelah terjadinya shock.

Pengukuran Tingkat Persistensi Inflasi

1) Autoregressive model

Sejalan dengan arah penelitian yang lebih difokuskan pada proses

pembentukan inflasi, penelitian ini akan menggunakan metode yang lazim

digunakan untuk mengestimasi persistensi inflasi, dengan melihat proses univariate

autoregressive (AR) time series model. Marques (2004), menyatakan bahwa model

AR merupakan pengukur persistensi inflasi yang cukup baik, serta berkaitan

langsung dengan koefisien mean reversion sebagai alternatif pengukuran tingkat

persistensi inflasi sebagaimana dijabarkan :

t : tingkat inflasi bulanan pada saat t

: konstanta hasil proses estimasi

1

K

jj

: jumlah koefisien AR

t : random error term

Tingkat persistensi inflasi dihitung dengan menjumlahkan koefisien AR.

Persistensi inflasi dikatakan tinggi apabila tingkat inflasi saat ini sangat dipengaruhi

oleh nilai lag-nya, sehingga koefisiennya mendekati 1. Dalam hal ini, inflasi

dikatakan mendekati unit root process. Untuk memperoleh hasil estimasi , di

1

K

t j t j tj

Evaluasi Perkembangan Inf lasi

31

setiap series inflasi perlu ditentukan jumlah lag variable dependen yang sesuai.

Dalam penentuannya, akan digunakan Akaike Information Criterion(AIC). Dalam

mengukur persistensi dengan AR model, dapat dipertimbangkan pula persamaan

ekuivalen berikut (Levin dan Piger, 2004):

tjt

K

jjtt

1

11

Dimana parameter dinamik j merupakan transformasi sederhana dari koefisien

AR dari persamaan (1).

2) Metode Rolling Regression dan Bootstrap

Untuk subsample dengan jumlah cukup banyak, teknik estimasi fungsi

regresi dengan hanya menggunakan penjumlahan autoregressive menjadi tidak

efisien lagi. Untuk menjawab kebutuhan ini, diperlukan suatu teknik regresi yang

disebut sebagai regresi bergulir (rolling regression). Ide dasar dari rolling

regression adalah ingin mengetahui stabilitas parameter estimasi (dalam hal ini

adalah koefisien estimasi persistensi inflasi) untuk subsample (periode waktu) yang

berbeda selama periode observasi. Dengan menggunakan metode roolling

regression, kita dapat mengetahui stabilitas parameter estimasi untuk subsample

yang berbeda (Indra, 2010). Kemudian untuk melengkapi uji kestabilan di atas,

dilakukan juga uji robustness melalui bootstrapping, yaitu metode berbasis

resampling data sampel dengan syarat pengembalian pada data dalam

menyelesaikan statistic ukuran suatu sampel dengan harapan sampel tersebut

mewakili data populasi sebenarnya.

Gambaran Umum Inflasi Kota Samarinda

Berdasarkan data historis, inflasi kota Samarinda selalu memiliki kecenderungan

berada dalam level yang tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata inflasi bulanan pada

periode tahun 2000 sampai dengan bulan Juli tahun 2010 yang mencapai 0,75%(mtm) dan

inflasi tahunan pada periode yang sama sebesar 9,04%(yoy). Sementara itu tingkat

fluktuasi inflasi bulanan dan inflasi tahunan menunjukkan level yang tinggi tercermin dari

nilai standar deviasi masing-masing sebesar 0,99(mtm) dan 3,78(yoy). Berdasarkan

kelompok barang, inflasi paling besar disumbangkan oleh kelompok bahan makanan, diikuti

oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang masing-masing

memberikan sumbangan rata-rata sebesar 7,78% dan 2,32% (Grafik 4.4). Sementara itu,

berdasarkan disagregasinya, inflasi volatile food memiliki tingkat fluktuasi yang lebih tinggi

dibandingkan administered price dan core inflation.

Evaluasi Perkembangan Inf lasi

32

Persistensi Inflasi Secara Umum & Menurut Kelompok Barang

Dari hasil estimasi seluruh sampel pengamatan/observasi dalam kurun periode

Januari 2000 sampai dengan Juli 2010 dengan menggunakan pendekatan Autoregressive

(AR), tingkat persistensi inflasi di kota Samarinda mencapai 0,772. Sementara itu, hasil

perhitungan derajat persistensi inflasi pada tujuh kelompok komoditas menunjukkan

persistensi inflasi yang tinggi pada kelompok transportasi dan komunikasi, dan kelompok

pendidikan, rekreasi, dan olahraga dengan derajat persistensi mencapai 0,905 dan 0,895.

Tabel B2.1 Parameter Persistensi Inflasi Menurut Kelompok Komoditas

OLSRolling Regress

Bootsrap Std Dev MeanWaktu Untuk Kembali ke

KesimbanganAutokol Heteros

White Noise

Uji Stab

0.7724 0.7256 0.7507 3.78 9.04 3.39 V V V V

0.8095 0.8066 0.8357 6.56 9.04 4.25 V V V V

0.8763 0.8448 0.8645 4.08 11.23 7.08 V V V V

0.8673 0.8230 0.8503 4.08 9.12 6.54 V V X V

0.7763 0.7174 0.7806 4.13 7.41 3.47 V V V V

0.8406 0.8661 0.8338 3.60 6.98 5.27 V X V V

0.8950 0.7902 0.8850 5.32 8.36 8.52 V V V V

0.9053 0.8446 0.9028 9.16 7.76 9.56 V V V V

KOMODITAS

Umum

Per Kelompok Komoditi

Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok

Perumahan, Listrik, Air Minum

Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi, Olahraga

Transportasi dan Komunikasi

Tingginya derajat persistensi inflasi pada beberapa kelompok komoditas yaitu

kelompok komoditas transportasi dan komunikasi, kelompok pendidikan, rekreasi, dan

olahraga, dan kelompok makanan jadi terkait dengan perubahan harga pada ketiga

kelompok komoditas tersebut tidak sering terjadi (tidak fluktuatif) yang tercermin dari nilai

standar deviasi pada tiga kelompok komoditas tersebut yang lebih rendah bila dibandingkan

kelompok komoditas lainnya. Selain itu, karakteristik komoditas dalam kelompok dimaksud

diantaranya ada yang merupakan komoditas administered price atau komoditas yang

harganya ditentukan oleh pemerintah sehingga tidak terlalu sering terjadi perubahan harga.

Namun demikian, karakter komoditas administered price yang bersifat strategis bagi

masyarakat cenderung cukup signifikan memberikan efek multiplier terhadap komoditas

lainnya, melalui jalur ekspektasi masyarakat yang menjadikan informasi kenaikan harga

pada komoditas administered price sebagai acuan masyarakat dalam memandang tingkat

kenaikan harga yang akan terjadi pada komoditas lainnya.

Waktu yang dibutuhkan oleh masing–masing kelompok komoditas untuk menyerap

50% shock yang terjadi sebelum kembali pada inflasi rata-rata (nilai keseimbangan) setelah

terjadi shock atau gangguan pada tingkat harga tercermin oleh ke-3 kelompok komoditas

dengan persistensi tertinggi dalam menyerap 50% shock berada dalam kisaran waktu 7-10

bulan, sementara sisanya akan diserap secara gradual dan semakin menurun hingga

akhirnya dampak kejutan tersebut mengecil dan mendekati nol.

Evaluasi Perkembangan Inf lasi

33

Persistensi Berdasarkan Disagregasi Inflasi Kota Samarinda

Pengukuran derajat persistensi inflasi selain dilakukan untuk kelompok komoditas,

juga dilakukan pengukuran dan analisa persistensi inflasi berdasarkan disagregasi inflasi

yang tercermin pada tabel di bawah ini.

Tabel B2.2 Parameter Persistensi Inflasi Menurut Disagregasi

OLSRolling Regress

Bootsrap Std Dev MeanWaktu Untuk Kembali ke

KesimbanganAutokol Heteros

White Noise

Uji Stab

Core Inflation 0.8649 0.7136 0.872 2.48 7.32 6.40 V V V V

Volatile Food 0.5709 0.5003 0.6335 5.92 10.79 1.33 V V V V

0.8969 0.6827 0.8767 10.47 11.30 8.70 V V V VAdministered Price

KOMODITAS

Per Komponen Disagregasi

Hasil perhitungan derajat persistensi inflasi berdasarkan disagregasi inflasi terlihat bahwa

derajat persistensi inflasi pada kelompok volatile food sebesar 0,570, cenderung lebih

rendah dibandingkan dengan kelompok inflasi inti dan kelompok administered price dengan

derajat persistensi yang masing-masing sebesar 0,864 dan 0,896. Komoditas-komoditas

volatile food di kota Samarinda sebagian besar dipasok dari luar Kaltim seperti beras,

minyak goreng, bawang merah, cabe, daging sapi, dan sebagainya sehingga perubahan

harga yang terjadi pada komoditas-komoditas tersebut sangat ditentukan oleh kondisi dan

situasi di daerah sumber pasokan, faktor distribusi, sarana infrastruktur khususnya

infrastruktur transportasi dan penunjangnya dan faktor cuaca yang turut menentukan.

Sementara itu untuk komoditas volatile food yang di suplai dari Kaltim sendiri

seperti ikan layang dan kembung (ikan laut) juga menunjukkan tingkat persistensi yang

tinggi sebagai akibat dari rantai distribusi yang panjang sehingga menyebabkan harga

komoditas ikan tersebut cenderung selalu dalam level yang cukup tinggi. Selanjutnya

tingginya derajat persistensi pada kelompok administered price memberikan konfirmasi

bahwa sifat perubahan harga pada kelompok komoditas ini hanya dapat ditentukan oleh

kebijakan pemerintah saja dan tidak berfluktuatif. Namun demikian, dampak yang

ditimbulkan oleh tingginya persistensi pada administered price secara langsung maupun

tidak langsung berpotensi tinggi dalam pembentukan ekspektasi inflasi masyarakat atas

komoditas–komoditas lainnya.

Persistensi inflasi Berdasarkan Komoditas Terpilih

Dalam rangka mendalami karakteristik inflasi di kota Samarinda maka perhitungan

persistensi inflasi tidak hanya dilakukan pada inflasi umum, kelompok komoditas dan

disagregasi inflasi, namun juga diperlukan informasi mengenai karakteristik persistensi

inflasi pada tingkatan komoditas. Dalam penelitian ini dipilih 31 (tiga puluh satu) komoditas

yang memberikan sumbangan yang mencapai sebesar 54,15% dari inflasi di kota

Samarinda. Komoditas–komoditas tersebut antara lain : beras, minyak goreng, rokok kretek

filter, sewa rumah, minyak tanah, tarif listrik dan sebagainya.

Evaluasi Perkembangan Inf lasi

34

Diperoleh hasil mayoritas komoditas memiliki derajat persistensi inflasi berada

diatas tingkat persistensi inflasi umum yang mencapai 0,7724. Beberapa komoditas yang

memiliki tingkat persistensi di bawah inflasi umum merupakan beberapa komoditas yang

terdapat pada kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, antara lain daging

ayam ras, ikan layang, ikan tongkol, cabe rawit, nasi, gula pasir dan rokok kretek. Waktu

tertinggi yang dibutuhkan untuk menyerap 50% shock terdapat pada komoditas minyak

goreng, emas dan tarif listrik yaitu masing-masing 16,7 bulan, 27,3 bulan dan 28,6 bulan.

Tabel B2.3 Parameter Inflasi Menurut Kelompok Komoditas Terpilih

OLSRolling

RegressionBootstrap

Inflasi YOY Rata-rata

Std DevWaktu Kembali ke

Rata-rata Keseimbangan

10101 Beras 0.8964 0.8862 0.8984 9.47 11.59 8.7

10209 Daging Ayam Ras 0.6485 0.5707 0.6620 6.28 13.67 1.8

10216 Daging Sapi 0.8566 0.5199 0.8618 9.86 4.97 6.0

10346 Layang 0.7698 0.5735 0.7651 10.51 26.13 3.3

10381 Tongkol 0.6926 0.7409 0.6579 11.88 16.61 2.3

10515 Telur Ayam Ras 0.8389 0.5934 0.8348 3.84 11.40 5.2

10904 Bawang Putih 0.8425 0.8655 0.8560 15.31 28.27 5.3

10930 Cabe Rawit 0.7149 0.7101 0.7284 29.53 32.17 2.5

11004 Minyak Goreng 0.9435 0.8649 0.9460 23.62 21.46 16.7

20121 Ikan Bakar 0.7819 0.7499 0.7844 19.87 15.60 3.6

20130 Kue Basah 0.8913 0.8834 0.8834 10.23 16.17 8.2

20133 Snack 0.8552 0.7381 0.8237 6.47 6.75 5.9

20138 Nasi 0.7633 0.5319 0.7664 6.98 5.37 3.2

20206 Gula Pasir 0.7261 0.6771 0.7148 11.10 13.79 2.7

20310 Rokok Kretek 0.7405 0.5574 0.7894 18.20 11.59 2.9

20311 Rokok Kretek Filter 0.8910 0.8659 0.8815 14.22 9.47 8.2

20312 Rokok Putih 0.8315 0.5778 0.8357 14.37 8.30 4.9

30154 Sewa Rumah 0.7979 0.4525 0.8229 8.92 8.66 3.9

30159 Tukang Bukan Mandor 0.8400 0.5807 0.8546 13.40 7.26 5.3

30216 Minyak Tanah 0.7958 0.8279 0.8075 31.24 50.35 3.9

30216 Kontrak Rumah 0.9156 0.5701 0.9201 9.21 6.58 10.8

30221 Tarip Listrik 0.9662 0.8224 0.9642 15.21 20.45 28.6

40405 Emas 0.9647 0.7714 0.9984 18.89 22.19 27.3

50109 Tarif Rumah Sakit 0.8314 0.5446 0.7404 13.11 37.24 4.9

60103 SLTP 0.9226 0.9226 0.9314 29.28 21.83 11.9

60104 SLTA 0.9292 0.8660 0.9353 20.81 20.30 13.1

60105 Akademi/Perguruan Tinggi 0.9325 0.8746 0.9497 4.44 3.21 13.8

70103 Angkutan Dalam Kota 0.8561 0.8410 0.8656 20.46 28.24 5.9

70108 Bensin 0.8469 0.6027 0.8769 23.75 37.34 5.5

70119 Sepeda Motor 0.8140 0.5807 0.8096 3.31 4.70 4.4

70208 Tarif Telepon 0.8307 0.7932 0.8296 7.21 12.29 4.9

KOMODITAS

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, Tembakau

Perumahan, Listrik, Air Minum

Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

Transportasi dan Komunikasi

Bahan Makanan

Evaluasi Perkembangan Inf lasi

35

Untuk mempermudah proses analisa hasil pengukuran derajat persistensi inflasi

pada tingkat komoditas, maka dilakukan pengelompokan/mapping dari 31 komoditas terpilih

dengan kriteria berdasarkan atas nilai derajat persistensi inflasi dan nilai rata-rata andil

inflasi tahunan dari masing-masing komoditas. Mapping ini menggunakan treshold derajat

persistensi inflasi umum (2000:01–2008:05) dengan nilai sebesar 0,7724 (membutuhkan

waktu 3,4 bulan untuk menyerap 50% shock) dan andil inflasi secara prosentase diatas

1,5% terhadap inflasi secara umum.

Tabel B2.4 Mapping Komoditas Berdasakan Tingkat Persistensi dan Andil Inflasi

KEL MAPPING KOMODITAS

I Persistensi Tinggi – Andil Tinggi Beras, Minyak Goreng, Rokok Kretek Filter, Tarif Listrik, SewaRumah, Kontrak Rumah, Minyak Tanah, Angkutan Dalam Kota, Bensin, Sepeda Motor, Tarif Telepon

II Persistensi Tinggi – Andil RendahTarif Rumah Sakit, Rokok Putih, Telur Ayam Ras, TukangBukan Mandor, Bawang Putih, Snack, Daging Sapi, KueBasah,SLTP, SLTA, Akademi/PT, Emas, Ikan Bakar

III Persistensi Rendah – Andil Tinggi Daging Ayam Ras, Gula Pasir, Nasi

IV Persistensi Rendah –Andil Rendah Tongkol, Layang, Cabe Rawit, Ikan Bakar

Hasil pengelompokan 31 komoditas terpilih menunjukkan hasil bahwa terdapat 4

kelompok komoditas dengan menggunakan kriteria derajat persistensi inflasi dan nilai rata-

rata inflasi tahunan. Kelompok I merupakan kelompok komoditas yang harus menjadi

perhatian karena merupakan kelompok dengan tingkat persistensi inflasi yang berada diatas

level persistensi inflasi umum dan tingkat rata-rata andil inflasi tahunannya yang secara

prosentase diatas 1,5%. Adapun komoditas yang termasuk dalam ketegori tersebut adalah

komoditas beras, minyak goreng, rokok kretek filter, tarif listrik, sewa rumah, kontrak

rumah, minyak tanah, angkutan dalam kota, bensin, sepeda motor, dan tarif telepon.

Komoditas bahan makanan yang memiliki tingkat persistensi sangat tinggi pada kelompok

ini adalah komoditas minyak goreng dengan tingkat persistensi inflasi mencapai 0,9435.

Tingginya nilai persistensi inflasi dan andil inflasi tahunan rata-rata komoditas minyak

goreng yang termasuk dalam kelompok volatile food ini disebabkan oleh fluktuasi harga

yang terjadi pada komoditas ini cenderung rigid (dalam koridor yang sempit) dengan tingkat

harga yang cenderung selalu berada dalam level yang tinggi sehingga membutuhkan waktu

yang lama untuk kembali pada tingkat rata-rata/keseimbangan.

36

PERKEM BANGAN PERBANKAN DA ERAH

3.1. Gambaran Umum

Kinerja kegiatan usaha perbankan di Kaltim pada triwulan IV-2010 secara

umum masih menunjukkan peningkatan baik secara triwulanan (qtq) maupun secara

tahunan (yoy). Hal ini tercermin dari pertumbuhan positif yang dialami sebagian

besar indikator utama kegiatan usaha perbankan meliputi aset, penghimpunan dana

pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit perbankan.

Apabila dibandingkan dengan data nasional (s.d November 2010) menurut

pertumbuhan triwulanan (qtq), indikator kegiatan usaha perbankan dari sisi

pertumbuhan DPK dan penyaluran kredit di Kaltim dan nasional menunjukkan

perkembangan yang searah. Jumlah DPK dan kredit yang disalurkan bank umum

secara nasional mengalami pertumbuhan positif masing-masing sebesar 3,18% dan

2,85%, dimana pada periode yang sama bank umum di Kaltim mengalami

peningkatan DPK dan pertumbuhan kredit masing-masing sebesar 1,11% dan 8,46%.

Sementara itu dari sisi total aset secara nasional mengalami peningkatan 3.56%,

berbeda dengan total aset di Kaltim yang secara triwulanan mengalami penurunan

0,30%. Apabila dilihat pertumbuhan secara tahunan (yoy) menunjukkan

perkembangan kinerja yang positif dan searah dimana jumlah aset, DPK dan kredit

bank umum di Kaltim mengalami peningkatan yang cukup tinggi masing-masing

sebesar 14,47%, 14,21% dan 30,25%, searah dengan pertumbuhan nasional yang

mengalami peningkatan masing-masing sebesar 17,07%, 16,62% dan 22,11%.

Perkembangan kinerja BPR di Kaltim menunjukkan perkembangan yang positif.

Hal ini terlihat dari pertumbuhan jumlah aset BPR yang mencapai 21,87% (yoy).

3.56%

3.18%

2.85%

-0.30%

1.11%

8.46%

-2% 0% 2% 4% 6% 8% 10%

Aset

DPK

Kredit

(Pertumbuhan qtq)

Nasional

Kalt im

Grafik 3.1

Kinerja triwulanan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (qtq)

Sumber: LBU Bank Indonesia

17.07%

16.62%

22.11%

14.47%

14.21%

30.25%

0% 10% 20% 30% 40%

Aset

DPK

Kred it

(Pertumbuhan yoy)

Nasional

Kaltim

Grafik 3.2

Kinerja tahunan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (yoy)

Sumber: LBU Bank Indonesia

BAB III

Perkembangan Perbankan Daerah

37

Demikian juga halnya dengan pertumbuhan DPK yang mencapai 23,05%(yoy),

sementara kredit BPR juga mampu tumbuh sebesar 20,34%(yoy) atau mengalami

peningkatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada

triwulan sebelumnya yang sebesar 17,96%.

Asesmen terhadap risiko-risiko yang dihadapi perbankan daerah,

memperlihatkan terjadinya penurunan risiko (peningkatan kualitas kredit), begitu

pula dengan risiko likuiditas dalam kondisi yang sedikit menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya.

3.2. Perkembangan Usaha Bank Umum

3.2.1 Total Aset dan Aktiva Produktif

Total aset bersih (net assets) bank umum di Kaltim pada triwulan IV-2010

tercatat Rp 63.765 milyar, mengalami penurunan 0,30% (qtq) dibandingkan posisi

triwulan sebelumnya (Tabel 3.1). Menurut kelompok bank, penurunan jumlah aset

bersih yang dialami oleh bank pemerintah (pangsa 68,06%) sebesar 4,10%(qtq)

sedangkan bank swasta mencatat peningkatan aset bersih sebesar 8,89%(qtq).

Jika dibandingkan dengan posisi triwulan IV-2009, total aset perbankan secara

tahunan mencatat pertumbuhan sebesar 14,46%.

Tabel 3.1 Perkembangan Jumlah Aset Bersih dan Aktiva Produktif Bank Umum di Kaltim

Tw1-10 Tw2-10 Tw3-10 Tw 4-10 Tw3-10 Tw4-10 qtq yoy

Jumlah Aset Bersih 60,375 61,816 63,958 63,765 100.00% 100.00% -0.30% 14.46%

Bank Pemerintah 44,076 44,614 45,253 43,397 70.75% 68.06% -4.10% 8.81%

Bank Swasta 16,299 17,202 18,705 20,368 29.25% 31.94% 8.89% 28.72%

Aktiva Produkt if 34,216 35,931 37,897 37,753 100.00% 100.00% -0.38% 24.45%

Penempatan pada Bank Indonesia 1,183 5,936 5,840 1,856 15.41% 4.92% -68.22% -21.65%

Penempatan pada Bank Lain 6,138 1,102 1,413 2,759 3.73% 7.31% 95.26% 87.69%

Surat berharga yang dimiliki 1,135 745 636 572 1.68% 1.52% -10.06% -62.14%

Kredit yang diberikan 25,749 28,135 29,995 32,532 79.15% 86.17% 8.46% 30.25%

Lainnya 11 13 13 34 0.03% 0.09% 161.54% 240.00%

Komposisi Pertumb. Tw4-10Keterangan

Posisi (dalam Rp milyar)

Sumber : LBU Bank Indonesia

Dilihat dari komposisinya, aktiva produktif bank umum di Kaltim masih

didominasi oleh kredit yang diberikan dengan pangsa sebesar 86,17%, sedikit

meningkat jika dibandingkan dengan triwulan-III 2010. Sementara itu penempatan

pada Bank Indonesia sedikit mengalami penurunan sebesar 68,22% dibandingkan

triwulan sebelumnya, sedangkan penempatan pada bank lain meningkat sebesar

95,26% jika dibandingkan triwulan-III 2010.

3.2.2 Penghimpunan Dana Masyarakat

Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Kaltim pada

triwulan IV-2010 mencapai Rp 49.912 milyar, atau meningkat 1,11% (qtq)

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan posisi

triwulan IV-2009, penghimpunan dana pihak ketiga tumbuh 14,21% (yoy).

Perkembangan Perbankan Daerah

38

Peningkatan dana pada

triwulan laporan berasal dari

tabungan, sementara giro dan

deposito mengalami kontraksi.

Berdasarkan pertumbuhan

triwulanan (qtq), tabungan

mencatat pertumbuhan tinggi

sebesar 15,66%. Sementara itu

deposito menurun sebesar

6,71%; sedangkan giro juga

mengalami kontraksi sebesar

10,67%.

Menurut kelompok bank, peningkatan positif simpanan secara triwulanan

terjadi pada kelompok bank swasta, yaitu sebesar 9,40% dengan peningkatan

besar pada tabungan dan deposito, sedangkan bank milik pemerintah mengalami

penurunan sebesar 2,27% dengan penurunan pada giro dan deposito.

Tabel 3.2. Perkembangan Penghimpunan Dana pada bank Umum di Kaltim

Tw 1-10 Tw2-10 Tw 3-10 Tw 4-10 Tw 3-10 Tw 4-10 qtq yoy

Tot al DPK 46,588 47,825 49,366 49,912 100.00% 100.00% 1.11% 14.21%

Giro 14,428 13,456 13,305 11,886 26.95% 23.81% -10.67% -5.64%

Tabungan 18,007 18,646 19,601 22,670 39.71% 45.42% 15.66% 19.82%

Deposito 14,153 15,724 16,460 15,356 33.34% 30.77% -6.71% 26.02%

Bank Pemerint ah 33,226 34,341 35,094 34,298 100.00% 100.00% -2.27% 12.67%

Giro 11,818 10,915 10,621 9,137 30.26% 26.64% -13.97% -10.20%

Tabungan 12,343 12,814 13,275 15,545 37.83% 45.32% 17.10% 18.14%

Deposito 9,065 10,611 11,198 9,615 31.91% 28.03% -14.14% 35.29%

Bank Sw ast a 13,363 13,485 14,272 15,614 100.00% 100.00% 9.40% 17.74%

Giro 2,610 2,541 2,684 2,749 18.81% 17.61% 2.42% 13.60%

Tabungan 5,664 5,831 6,326 7,124 44.32% 45.63% 12.61% 23.66%

Deposito 5,088 5,113 5,262 5,740 36.87% 36.76% 9.08% 13.04%

Komposisi Pert .Tw 4-10Posisi 2010 (dalam Rp milyar)Jenis Simpanan

Sumber : LBU Bank Indonesia

3.2.3 Penyaluran Kredit Bank Umum

Penyaluran kredit bank

umum di Kaltim triwulan IV-2010

menunjukkan pertumbuhan

positif. Peningkatan pertumbuhan

kredit diperkirakan disebabkan

oleh menurunnya tingkat bunga

pinjaman. Akan tetapi, penurunan

suku bunga pinjaman tersebut

masih relatif kecil seiring dengan

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2006 2007 2008 2009 2010

DPK (triliun Rp)

DPK (sumbu kiri) g (yoy) g (qtq)

Grafik 3.3 Perkembangan Simpanan

Masyarakat Sumber: LBU Bank Indonesia

6

8

10

12

14

16

18

20

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2007 2008 2009 2010

Suku Bunga (%)

K. Inv K. Kons KMK BI-rate

Grafik 3.4 Suku Bunga Kredit

Sumber: LBU Bank Indonesia

Perkembangan Perbankan Daerah

39

suku bunga BI-rate selama triwulan laporan yang dipertahankan tetap sebesar

6.5% (Grafik 3.4).

a. Kredit Bank Umum ber-kantor di Kaltim

Jumlah kredit yang

disalurkan bank umum yang

berkantor di Kaltim pada

triwulan IV-2010 mencapai Rp.

32.532 milyar (tabel 3.3).

Secara triwulanan, pertumbuhan

kredit pada triwulan laporan

tercatat 8,46% (qtq) atau lebih

tinggi jika dibandingkan dengan

pertumbuhan pada triwulan III-

2010 sebesar 6,61%. Jika dibandingkan dengan posisi triwulan IV-2009,

penyaluran kredit pada triwulan IV-2010 telah tumbuh sebesar 30,25% (yoy)

atau meningkat jika dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan

sebelumnya yang sebesar 27,48% (Grafik 3.5).

Menurut kelompok bank, kredit yang disalurkan bank umum pemerintah

mencapai Rp. 20.352 milyar (pangsa 62,56%) atau mengalami peningkatan

8,92% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, penyaluran

kredit oleh bank umum swasta pada triwulan laporan mencapai Rp. 12.179

milyar atau meningkat sebesar 7,71% dibandingkan triwulan sebelumnya.

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit modal kerja, investasi, dan

konsumsi mengalami pertumbuhan yang positif secara triwulanan (qtq). Kredit

Modal Kerja sebagai pangsa terbesar (39,13%) mencatat pertumbuhan

triwulanan sebesar 8,20% menjadi Rp 12.728 milyar. Selanjutnya kredit

konsumsi (pangsa 34,07%) meningkat sebesar 5,72% menjadi Rp 11.084 milyar.

Sementara itu kredit investasi (pangsa 26,80%) mengalami pertumbuhan

triwulanan terbesar yaitu sebesar 12,54% menjadi Rp 8.719 milyar.

Menurut sektor ekonomi, pertumbuhan tahunan kredit tertinggi terjadi pada

sektor pertambangan sebesar 37,22%, diikuti sektor jasa sosial sebesar 20,17%,

sektor pertanian 14,33%, dan sektor jasa dunia usaha 13,48% (yoy). Sementara

itu kredit sektoral yang mengalami kontraksi adalah kredit di sektor listrik, gas,

dan air yang turun sebesar 3,02% (yoy).

Sementara itu, beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan positif dan

cukup tinggi secara tahunan antara lain sektor jasa sosial (489,19%), sektor

perindustrian (38,04%), sektor angkutan (29,92), sektor pertambangan

(27,08%), serta sektor pertanian (26,92%). Nisbah pinjaman terhadap

simpanan bruto (Gross-LDR) bank umum yang berkantor di Kaltim meningkat

dari 60,76% pada triwulan III tahun 2010 menjadi 65,18% pada triwulan III-

2010.

0%

10%

20%

30%

40%

0

10

20

30

40

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2006 2007 2008 2009 2010

Kredit (triliun Rp)

Kredit g (yoy) g (qtq)

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Bank

Umum berkantor di Kaltim Sumber: LBU Bank Indonesia

Perkembangan Perbankan Daerah

40

Tabel 3.3. Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim

Tw1-10 Tw 2-10 Tw3-10 Tw 4-10 Tw 3-10 Tw4-10 qtq yoy

Kredit 25,749.1 28,135 29,994.0 32,532.5 100.00% 100.00% 8.46% 30.25%

Kelompok Bank

Bank Pemerintah 16,546.1 17,889 18,686.0 20,352.7 62.30% 62.56% 8.92% 25.44%

Bank Swasta 9,203.0 10,247 11,308.0 12,179.7 37.70% 37.44% 7.71% 39.19%

Jenis Penggunaan

Modal Kerja 9,983.2 10,677 11,763.6 12,728.6 39.22% 39.13% 8.20% 23.45%

Investasi 6,694.4 7,622 7,747.4 8,719.2 25.83% 26.80% 12.54% 30.60%

Konsumsi 9,071.6 9,836 10,484.4 11,084.6 34.96% 34.07% 5.72% 38.74%

Sektor Ekonomi

Pertanian 857.5 913 1,132.9 1,295.3 3.78% 3.98% 14.33% 26.92%

Pertambangan 1,209.0 1,274 1,236.4 1,696.6 4.12% 5.22% 37.22% 27.08%

Perindustrian 1,056.4 1,119 1,067.1 1,141.5 3.56% 3.51% 6.97% 38.04%

Listrik, Gas dan Air 157.7 172 163.7 158.8 0.55% 0.49% -3.02% 19.46%

Konstruksi 2,514.9 2,757 2,687.6 2,699.3 8.96% 8.30% 0.44% -7.75%

Perdagangan 5,162.1 5,396 6,084.7 6,449.1 20.29% 19.82% 5.99% 14.66%

Angkutan 1,423.4 1,589 1,615.2 1,726.1 5.39% 5.31% 6.87% 29.92%

Jasa Dunia Usaha 2,482.5 2,736 3,077.4 3,492.2 10.26% 10.73% 13.48% 0.36%

Jasa Sosial 883.4 1,511 1,495.6 1,797.2 4.99% 5.52% 20.17% 489.19%

Lain-Lain 10,001.7 10,620 11,434.7 12,076.4 38.12% 37.12% 5.61% 51.02%

LDR 55.27% 58.77% 60.76% 65.18%

Ket eranganPert . Tw4-10KomposisiPosisi 2010 (dalam Rp mi lyar)

Sumber : LBU Bank Indonesia

b. Kredit bank umum berlokasi proyek di Kaltim

Jumlah kredit yang disalurkan

secara nasional untuk membiayai

proyek yang berlokasi di wilayah

Kaltim pada periode laporan (s.d

November 2010) tercatat sebesar Rp

46.302 milyar, mengalami penurunan

sebesar 0,81% (qtq) dibandingkan

dengan posisi kredit pada triwulan

sebelumnya (Tabel 3.6). Begitu juga

jika dibandingkan dengan triwulan IV

tahun 2009, kredit berdasarkan lokasi proyek mengalami pertumbuhan sebesar

27,13% (yoy) atau mengalami penurunan pertumbuhan dibanding triwulan

sebelumnya yang meningkat sebesar 36,06% (Grafik 3.6).

Berdasarkan kelompok bank (Tabel 3.4), penurunan pertumbuhan secara

triwulanan dialami bank swasta yang mengalami penurunan kredit secara

triwulanan sebesar 1,45%. Begitu pula bank pemerintah juga mengalami

penurunan yang lebih kecil sebesar 0,07%. Menurut sektor ekonomi, beberapa

sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan kredit yang positif yaitu sektor

angkutan sebesar 6,99%, sektor perdagangan (6,85%), sektor jasa dunia usaha

(6,06%), dan sektor konstruksi (2,13%). Pertumbuhan negatif terjadi pada

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

0

10

20

30

40

50

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4*

2006 2007 2008 2009 2010

Kredit (triliun Rp)

Kredit (sb kanan) g (yoy) g (qtq)

Grafik 3.6 Perkembangan

Kredit Lokasi Proyek di Kaltim Sumber: LBU Bank Indonesia

Perkembangan Perbankan Daerah

41

sektor perindustrian (-17,92%), sektor listrik, gas, dan air bersih (-5,09%), serta

sektor pertambangan (-1,50%).

Apabila dilihat komposisi pinjaman menurut penggunaan, kredit modal

kerja memiliki pangsa yang tertinggi yaitu sebesar 46,63%, diikuti oleh kredit

investasi sebesar 31,31%, dan kredit konsumsi 22,07%. Sedangkan menurut

sektor ekonomi, pangsa terbesar adalah kredit pada sektor pertambangan dan

perdagangan dengan pangsa masing-masing sebesar 19,67% dan 15,99%.

Tabel 3.4.

Jumlah Kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim

Tw 1-10 Tw 2-10 Tw 3-10 Tw 4-10* Tw 3-10 Tw 4-10* qtq yoy

Kredit Lokasi Proyek 39,808 44,961 46,682 46,302 100.00% 100.00% -0.81% 27.13%

Kelompok Bank

Bank Pemerintah 18,595 21,054 21,626 21,611 46.33% 46.67% -0.07% 55.83%

Bank Swasta 21,214 23,907 25,056 24,691 53.67% 53.33% -1.45% 9.49%

Jenis Penggunaan

Modal Kerja 18,365 21,098 22,457 21,589 48.11% 46.63% -3.86% 26.96%

Investasi 12,271 13,862 13,675 14,495 29.29% 31.31% 6.00% 25.72%

Konsumsi 9,172 10,000 10,550 10,218 22.60% 22.07% -3.15% 29.56%

Sektor Ekonomi

Pertanian 4,031 4,410 5,570 5,650 11.93% 12.20% 1.44% 54.38%

Pertambangan 7,827 9,294 9,247 9,108 19.81% 19.67% -1.50% 51.31%

Perindustrian 2,231 3,318 2,680 2,199 5.74% 4.75% -17.92% 9.51%

Listrik, Gas dan Air 362 302 270 256 0.58% 0.55% -5.09% -48.36%

Konstruksi 2,774 2,819 2,724 2,782 5.84% 6.01% 2.13% -25.56%

Perdagangan 5,798 6,105 6,927 7,401 14.84% 15.99% 6.85% 18.20%

Angkutan 2,314 2,482 2,466 2,638 5.28% 5.70% 6.99% 47.84%

Jasa Dunia Usaha 3,364 3,794 3,831 4,063 8.21% 8.78% 6.06% -4.93%

Jasa Sosial 876 1,503 1,497 1,468 3.21% 3.17% -1.94% 448.56%

Lain-Lain 10,231 10,933 11,469 10,735 24.57% 23.18% -6.40% 35.71%

LDR - lokasi proyek 85.45% 85.91% 94.56% 92.77%

Pert . Tw 4-10*Posisi 2010 (dalam Rp milyar)Keterangan

Komposisi

Sumber : LBU Bank Indonesia

Menurut kabupaten/kota, penyaluran kredit terkonsentrasi untuk

membiayai proyek di kota Samarinda dan kota Balikpapan yang merupakan pusat

bisnis di Kalimantan Timur. Jumlah kredit yang dikucurkan untuk proyek di kota

Samarinda mencapai Rp 14.009 milyar (pangsa 30,26%) dan di kota Balikpapan

(termasuk Kabupaten Penajam Paser Utara) sebesar Rp 12.802 milyar (pangsa

27,65%). Sementara itu, alokasi kredit terkecil diperoleh Kabupaten Malinau

sebesar Rp. 163 milyar (pangsa 0,35%). Apabila dilihat dari nisbah pinjaman

terhadap simpanan (LDR), nisbah tertinggi terjadi di kota Kutai Kartanegara

sebesar 224,95%, diikuti oleh Kabupaten Kutai Barat (175,31%), Kabupaten

Bontang sebesar 172,80%, Kabupaten Pasir (150,45%) dan kabupaten Berau

(106%). Sedangkan LDR terendah terjadi pada Kabupaten Malinau, Tarakan, dan

Bulungan dengan nisbah masing-masing sebesar 24,98%, 33,15% dan 35,79%

(Tabel 3.5).

Perkembangan Perbankan Daerah

42

Tabel 3.5. Perbandingan Kredit Lokasi Proyek dan DPK menurut Kab/Kota di Kaltim

Kredit DPK Kredit DPK

Tarakan 1,394.6 4,207.3 3.01% 8.43% 33.15%

Samarinda 14,009.8 19,492.5 30.26% 39.05% 71.87%

Bontang 5,792.7 3,352.2 12.51% 6.72% 172.80%

Balikpapan 12,802.0 13,057.9 27.65% 26.16% 98.04%

Pasir 1,535.3 1,020.5 3.32% 2.04% 150.45%

Nunukan 324.1 596.2 0.70% 1.19% 54.36%

Malinau 163.8 655.5 0.35% 1.31% 24.98%

Kutai Timur 1,719.3 1,161.1 3.71% 2.33% 148.07%

Kutai Kartanegara 5,396.4 2,398.9 11.65% 4.81% 224.95%

Kutai Barat 521.2 297.3 1.13% 0.60% 175.31%

Bulungan 637.4 1,780.9 1.38% 3.57% 35.79%

Berau 2,005.7 1,892.1 4.33% 3.79% 106.00%

Kalt im 46,302.3 49,912.6 100.00% 100.00% 92.77%

Kabupaten/KotaNominal* (Rp milyar) Pangsa

LDR

Sumber : LBU Bank Indonesia

3.3. Perkembangan Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)

Penyaluran kredit berskala mikro, kecil dan menengah (MKM) oleh bank umum

di Kaltim pada Triwulan IV-2010 mencapai Rp 20.696 milyar atau dengan pangsa

63,75% terhadap total kredit (Tabel 3.6). Secara triwulanan, pertumbuhan kredit

MKM Kaltim pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 18,48% atau

searah dengan pertumbuhan total kredit yang naik sebesar 8,46%(qtq). Menurut

skalanya, tingkat pertumbuhan tertinggi kredit MKM terjadi pada kredit berskala kecil

(Rp. 50 juta s.d Rp. 500 juta) yang tumbuh sebesar 51,24%. Sedangkan kredit

berskala menengah (Rp. 500 juta s.d Rp. 5 milyar) sebagai pangsa terbesar kredit

MKM juga mengalami peningkatan sebesar 4,20%(qtq).

Berdasarkan kelompok bank, kredit MKM yang disalurkan bank pemerintah

pada triwulan laporan tercatat Rp 12.355 milyar atau mengalami peningkatan sebesar

5,33% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kenaikan juga terjadi pada

jumlah kredit MKM yang dikucurkan bank swasta yang tercatat Rp 8.341 milyar atau

mengalami peningkatan sebesar 4,10% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

(Tabel 3.7). Menurut jenis penggunaan, kredit modal kerja dan kredit investasi yang

telah disalurkan masing-masing berjumlah Rp. 7.254 milyar (pangsa 35,05%) dan Rp.

2.513 milyar (pangsa 12,14%). Dilihat dari pertumbuhan secara triwulanan, kredit

investasi tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 8,79%. Sedangkan kredit modal kerja

mengalami peningkatan yang lebih kecil yaitu sebesar 1,80% (qtq).

Secara sektoral, distribusi penyaluran kredit MKM terutama untuk membiayai

tiga sektor utama, yaitu sektor perdagangan (pangsa 21,91%), sektor jasa dunia

usaha (pangsa 6,37%) dan sektor konstruksi (pangsa 4,82%). Dilihat dari

Perkembangan Perbankan Daerah

43

pertumbuhan secara triwulanan, pertumbuhan tertinggi pada sektor jasa dunia usaha

yang tumbuh sebesar 18,31%, diikuti oleh sektor perdagangan (1,91%). Sedangkan

sektor perindustrian, sektor angkutan, dan sektor pertanian mengalami pertumbuhan

negatif yang cukup besar masing-masing sebesar 73,26%, 14,73%, dan

13,86%(qtq).

Tabel 3.6. Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Skala Kredit di Kaltim

Tw 1-10 Tw 2-10 Tw 3-10 Tw 4-10 Tw 3-10 Tw 4-10 qtq yoy

Mikro (s.d Rp 50 jt) 3,744 4,027 4,301 4,396 14.34% 15.94% 2.20% 10.42%

Kecil (Rp 50 jt s.d 500 jt) 6,286 7,056 5,486 8,297 18.29% 21.99% 51.24% 51.08%

Menengah (Rp 500 jt s.d 5 miliar) 6,632 7,177 7,680 8,003 25.60% 25.83% 4.20% 24.08%

Kredit UMKM (s.d Rp 5 miliar) 16,661 18,260 17,468 20,696 58.23% 63.75% 18.48% 29.98%

Besar (> Rp 5 miliar) 9,088 9,875 12,528 11,836 41.77% 36.25% -5.52% 30.74%

Total 25,749 28,135 29,995 32,532 100.00% 100.00% 8.46% 30.25%

Pert . Tw 4-10Skala Kredit

KomposisiPosisi 2010 (dalam Rp milyar )

Sumber : LBU Bank Indonesia

Tabel 3.7. Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Menurut Kelompok Bank, Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi di Kaltim

Tw1-10 Tw 2-10 Tw 3-10 Tw4-10 Tw 3-10 Tw 4-10 qtq yoy

Kredit MKM 16,661 18,260 19,742 20,696 100.00% 100.00% 4.83% 29.33%

Kelompok Bank

Bank Pemerintah 10,146 11,045 11,730 12,355 59.41% 59.70% 5.33% 26.31%

Bank Swasta 6,516 7,215 8,012 8,341 40.59% 40.30% 4.10% 34.08%

Jenis Penggunaan

Modal Kerja 6,069 6,434 7,126 7,254 36.10% 35.05% 1.80% 17.84%

Investasi 1,934 2,187 2,310 2,513 11.70% 12.14% 8.79% 20.35%

Konsumsi 8,658 9,639 10,306 10,929 52.20% 52.81% 6.05% 40.87%

Sektor Ekonomi

Pertanian 164 176 227 231 1.15% 1.11% 1.56% -42.30%

Pertambangan 231 204 240 244 1.22% 1.18% 1.50% 12.17%

Perindustrian 312 341 370 365 1.88% 1.76% -1.45% 69.59%

Listrik, Gas dan Air 17 12 24 15 0.12% 0.07% -36.42% 0.70%

Konstruksi 916 981 1,075 998 5.44% 4.82% -7.13% -4.01%

Perdagangan 3,611 3,890 4,450 4,535 22.54% 21.91% 1.91% 12.25%

Angkutan 409 473 491 495 2.49% 2.39% 0.75% 23.44%

Jasa Dunia Usaha 1,096 1,039 1,114 1,318 5.64% 6.37% 18.31% -25.61%

Jasa Sosial 417 772 796 759 4.03% 3.67% -4.67% 454.29%

Lain-Lain 9,488 10,372 10,955 11,736 55.49% 56.71% 7.13% 51.13%

Komposisi Pert . Tw 4-10Posisi 2010 (dalam Rp milyar)Keterangan

Sumber : LBU Bank Indonesia

Kualitas kredit MKM yang disalurkan bank umum di Kaltim selama triwulan IV

2010 menunjukkan kinerja yang membaik seperti terlihat dari persentase kredit

bermasalah bruto (gross-non performing loans/NPLs) yang sebesar 2,38% atau lebih

kecil jika dibandingkan dengan persentase NPLs pada triwulan sebelumnya yang

sebesar 2,64%. Jika dilihat menurut sektor ekonomi, persentase NPLs tertinggi terjadi

pada sektor konstruksi (6,17%) dan sektor jasa sosial (5,52%). Sedangkan sektor-

sektor lainnya mencatat persentase NPLs di bawah 5% pada triwulan IV-2010

sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Perkembangan Perbankan Daerah

44

Tabel 3.8. Perkembangan Kredit MKM Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) menurut Sektor Ekonomi Kaltim

Tw 1-10 Tw 2-10 Tw 3-10 Tw 4-10 Tw3-10 Tw 4-10 Tw 3-10 Tw 4-10

NPLs Kredit UMKM 402.261 482.67 520.602 492.909 7.86% -5.32% 2.64% 2.38%

Sektor Ekonomi

Pertanian 8.512 5.967 9.082 7.823 52.20% -13.86% 4.00% 3.39%

Pertambangan 14.252 7.442 5.036 5.706 -32.33% 13.30% 2.10% 2.34%

Perindustrian 6.539 8.653 20.072 5.367 131.97% -73.26% 5.42% 1.47%

Listrik, Gas dan Air - - - - - - - -

Konstruksi 52.739 91.642 65.694 61.604 -28.31% -6.23% 6.11% 6.17%

Perdagangan 94.775 111.332 141.113 132.727 26.75% -5.94% 3.17% 2.93%

Angkutan 9.122 16.403 24.816 21.160 51.29% -14.73% 5.05% 4.27%

Jasa Dunia Usaha 23.655 28.072 34.342 40.971 22.34% 19.30% 3.08% 3.11%

Jasa Sosial 20.011 44.013 39.738 41.872 -9.71% 5.37% 4.99% 5.52%

Lain-Lain 172.656 169.146 180.709 175.679 6.84% -2.78% 1.65% 1.50%

KeteranganPosisi (Rp miliar) qtq Nisbah NPL

Sumber : LBU Bank Indonesia

3.4 Perkembangan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 1

a. Perkembangan Aset BPR di Kaltim

Jumlah aset BPR di wilayah

Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010

mengalami pertumbuhan sebesar 21,87%

(yoy), dengan total nilai mencapai Rp.

271,09 milyar (Grafik 3.7). Pertumbuhan

ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan

pertumbuhan pada triwulan III-2010 yang

sebesar 18,68% (yoy). Sementara secara

triwulanan, aset BPR juga meningkat

cukup tinggi dibandingkan dengan jumlah

aset pada triwulan III-2010 yang

mencapai Rp. 239,78 milyar atau

meningkat sebesar 13,06% (qtq).

b. Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR di Kaltim

Jumlah dana pihak ketiga (DPK)

BPR di Kalimantan Timur pada triwulan IV-

2010 mengalami pertumbuhan sebesar

23,05% (yoy), dengan nilai Rp 176,52

milyar (Grafik 3.8). Pertumbuhan ini

mengalami peningkatan jika dibandingkan

dengan pertumbuhan pada triwulan III-

2010 yang tumbuh sebesar 17,96%.

Peningkatan pertumbuhan DPK pada

triwulan IV-2010 dipengaruhi oleh

1 Tidak termasuk BPR/S di kota Balikpapan (2 BPR/S)

0%

10%

20%

30%

40%

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV

2008 2009 2010

(yoy)Rp Milyar Depos ito Tabungan growth DPK

Grafik 3.8 Perkembangan DPK BPR Sumber: Simwas BPR Bank Indonesia

0%

10%

20%

30%

40%

50%

-

50

100

150

200

250

300

Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV

2008 2009 2010

(yoy)Rp Milyar Total Aset growth (yoy)

Grafik 3.7 Perkembangan Aset BPR Sumber: Simwas BPR Bank Indonesia

Perkembangan Perbankan Daerah

45

meningkatnya pertumbuhan jumlah tabungan yang hanya meningkat sebesar

30,38% menjadi Rp 71,56 milyar setelah triwulan sebelumnya tumbuh -6,15%

(yoy), begitu pula deposito yang tumbuh sebesar 7,29% (yoy) menjadi Rp 104,95

milyar setelah triwulan sebelumnya tumbuh 5,89% (yoy).

c. Penyaluran Kredit/Pembiayaan BPR di Kaltim

Penyaluran kredit oleh BPR pada

triwulan IV-2010 mencapai Rp 178,02

milyar, atau mengalami pertumbuhan

sebesar 20,34% (yoy) dibandingkan

triwulan IV-2009 (Grafik 3.9).

Pertumbuhan ini lebih tinggi jika

dibandingkan pertumbuhan tahunan pada

triwulan III-2010 yang tumbuh sebesar

13,02%. Peningkatan pertumbuhan kredit

ini terutama disebabkan oleh peningkatan

pertumbuhan pada komponen kredit

modal kerja sebagai pangsa terbesar yang tumbuh sebesar 22,12%(yoy) menjadi

Rp. 101,67 milyar, setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh sebesar

11,23%(yoy) atau mencapai Rp. 94,01 milyar.

Tabel 3.9. Perkembangan Usaha BPR di Kaltim

Tw 1-10 Tw 2-10 Tw 3-10 Tw 4-10 qtq yoy qtq yoy

Total Aset (Rp Mil iar) 220.48 234.23 239.78 271.09 2.37% 18.68% 13.06% 21.87%

DPK (Rp Miliar) 141.98 150.86 152.71 176.52 1.23% 17.96% 15.59% 23.05%

Tabungan 60.29 58.48 54.89 71.56 -6.15% 9.19% 30.38% 10.65%

Giro - - - - - - -

Deposito 81.69 92.38 97.82 104.95 5.89% 23.52% 7.29% 33.21%

Kredit (Rp Miliar) 155.47 163.49 166.17 178.02 1.64% 13.02% 7.13% 20.34%

Modal Kerja 85.18 90.51 94.01 101.67 3.87% 11.23% 8.15% 22.12%

Konsumsi 55.44 56.09 54.71 59.98 -2.46% 13.28% 9.62% 18.99%

Investasi 14.85 16.89 17.46 16.37 3.36% 22.81% -6.26% 14.68%

Rasio NPL Gross (%) 19.00 17.62 17.78 16.68

LDR 109.50% 108.37% 108.82% 100.85%

INDIKATORTW3-2010Posisi 2010 (dalam Rp milyar) TW4-2010

Sumber : Simwas BPR Bank Indonesia

3.5. Asesmen Risiko Perbankan

3.5.1 Risiko Kredit

Secara umum, risiko kredit yang dihadapi perbankan daerah Kaltim

mengalami penurunan karena terdapat sedikit penurunan persentase kredit

bermasalah bruto (Gross-NPLs) untuk jenis penggunaan kredit modal kerja,

investasi, dan konsumsi, serta sebagian sektor ekonomi yang dibiayai.

Kualitas kredit yang disalurkan bank umum di Kaltim pada triwulan laporan

mengalami peningkatan, tercermin dari nisbah NPLs pada triwulan IV-2010

0%

20%

40%

60%

-

40

80

120

160

200

Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV

2008 2009 2010

(yoy)Rp Milyar Investasi Konsumsi

Modal Kerja growth kredit

Grafik 3.9 Perkembangan Kredit BPR

Sumber: Simwas BPR Bank Indonesia

Perkembangan Perbankan Daerah

46

sebesar 2,22% atau lebih rendah jika dibandingkan nisbah NPLs triwulan III-2010

sebesar 2,55% (Tabel 3.10). Dilihat dari pertumbuhannya, jumlah kredit

bermasalah tercatat mengalami penurunan sebesar 5,30%(qtq) bila dibandingkan

dengan posisi triwulan III-2010.

Tabel 3.10. Perkembangan Kolektibiltas Kredit Bank Umum di Kaltim

Tw 1-10 Tw 2-10 Tw3-10 Tw 4-10 Tw 3-10 Tw 4-10 qtq yoy

1-Lancar 22,987 25,045 26,636 29,836 88.80% 91.71% 12.02% 31.90%

2-Dalam Perhatian Khusus 2,025 2,403 2,596 1,973 8.66% 6.07% -24.00% 8.15%

3-Kurang lancar 311 154 206 125 0.69% 0.38% -39.57% 24.50%

4-Diragukan 88 189 139 138 0.47% 0.42% -1.36% 49.35%

5-Macet 338 343 418 461 1.39% 1.42% 10.33% 35.67%

NPLs (3+4+5) 737 687 763 723 2.55% 2.22% -5.30% 35.94%

Total Kredit 25,749 28,135 29,995 32,532 100.00% 100.00% 8.46% 30.25%

Pert. Tw 4-10KomposisiSektor

Kolektibil itas (Rp Milliar)

Sumber : LBU Bank Indonesia

Risiko kredit menurut jenis penggunaan masih tercatat pada rasio NPLs

dibawah 5%. Risiko kredit tertinggi terjadi pada kredit konsumsi, yang persentase

NPLs-nya pada triwulan laporan mencapai 4,28%. Persentase NPLs kredit

konsumsi tersebut mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan

persentase NPLs pada triwulan sebelumnya yang sebesar 1,66%.Sementara itu,

persentase NPLs kredit modal kerja dan kredit investasi tercatat masing-masing

sebesar 3,11% dan 1,84%.

Berdasarkan sektor ekonomi, nisbah NPLs tercatat relatif rendah (dibawah

5%). Nisbah NPLs tertinggi adalah sektor angkutan dan sektor konstruksi yang

mencapai nisbah NPLs masing-masing sebesar 4,37% dan 4,36% (Tabel 3.11).

Tabel 3.11.

Perkembangan Kredit Bermasalah Bruto Bank Umum di Kaltim

Tw 1-10 Tw2-10 Tw 3-10 Tw 4-10 +/- (Rp M) qtq Tw3-10 Tw 4-10

Jenis Penggunaan

Modal Kerja 466 396 411 396 -14.67 -3.57% 3.49% 3.11%

Investasi 106 122 179 164 -14.36 -8.03% 2.31% 1.84%

Konsumsi 166 168 174 162 -11.80 -6.78% 1.66% 4.28%

Sektor Ekonomi

Pertanian 9 6 9 14 5.40 59.49% 0.80% 1.12%

Pertambangan 88 50 47 42 -5.36 -11.35% 3.82% 2.47%

Perindustrian 7 9 20 5 -14.71 -73.26% 1.88% 0.47%

Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0.00 0.00% 0.00% 0.00%

Konst ruksi 250 179 132 118 -14.66 -11.07% 4.93% 4.36%

Perdagangan 99 116 154 151 -3.01 -1.95% 2.53% 2.34%

Angkutan 42 41 85 75 -9.46 -11.15% 5.25% 4.37%

Jasa Dunia Usaha 43 52 71 89 18.09 25.33% 2.32% 2.56%

Jasa Sosial 20 51 56 52 -4.44 -7.88% 3.77% 2.89%

Lain-Lain 180 184 188 176 -12.34 -6.56% 1.64% 1.45%

737 687 764 723 -40.48 -5.30% 2.55% 2.22%Total

Ket eranganNominal NPL (Rp Miliar) Nisbah NPL (%)Pert. Tw4-10

Sumber : LBU Bank Indonesia

Perkembangan Perbankan Daerah

47

3.5.2 Risiko Likuiditas

Asesmen risiko likuiditas bertujuan untuk melihat paparan risiko likuiditas

yang dihadapi bank umum di Kaltim ditinjau dari kecukupan likuiditas, struktur

kepemilikan simpanan dan profil jangka waktu dan sebaran nominal serta rekening

simpanan. Berdasarkan profil jangka waktu, struktur simpanan terkonsentrasi

tinggi pada simpanan jangka pendek dengan pangsa 92,55% (Tabel 3.12).

Struktur simpanan yang didominasi oleh simpanan berjangka pendek tersebut

rentan terhadap penarikan dana secara tiba-tiba (sudden withdrawal), terutama

oleh nasabah besar. Prosentase simpanan jangka pendek pada triwulan IV-2010

ini mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan dengan posisi pada triwulan

sebelumnya yang sebesar 93,66%.

Tabel 3.12 Struktur Jangka Waktu DPK Perbankan di Kaltim

Tw1-10 Tw2-10 Tw3-10 Tw 4-10 Tw 3-10 Tw 4-10

Jangka pendek

Giro 14,428 13,456 13,307 11,887 26.96% 23.82%

Tabungan 18,007 18,646 19,594 22,670 39.70% 45.42%

Simpanan berjangka s.d 3 bulan 10,823 12,450 13,331 11,636 27.01% 23.31%

Total DPK s.d 3 bulan 43,258 44,552 46,232 46,193 93.66% 92.55%

Jangka menengah panjang

Total DPK > 3 bulan 3,330 3,274 3,127 3,719 6.34% 7.45%

46,588 47,825 49,359 49,912 100.00% 100.00%

Keterangan

Total DPK

Posisi Nominal (miliar Rp) Komposisi

Sumber : LBU Bank Indonesia

3.5.3 Risiko Pasar

Berdasarkan analisis grafis yang

menghubungkan antara suku bunga

kredit dengan rasio NPLs dalam

periode triwulan I-2006 s.d triwulan

IV-2010 (Grafik 3.10), terlihat

pergerakan yang searah antara nisbah

NPLs dengan suku bunga kredit. Hal

ini didukung oleh hasil penghitungan

koefisien korelasi2 kedua variabel

tersebut yang hanya 0,6468. Oleh

karenanya dapat dikatakan bahwa

persentase NPLs cukup sensitif

terhadap perubahan tingkat bunga

kredit.

2 Angka koefisen korelasi berkisar 0 s.d 1, makin mendekati angka 1 berarti derajat hubungan antara kedua variabel makin tinggi, sebaliknya makin mendekati angka 0 menunjukkan hubungan yang makin lemah

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2006 2007 2008 2009 2010

Bunga Kredit (sumbu kiri)

Gross NPLs (sumbu kanan)

Grafik 3.10 Perkembangan Bunga Kredit

dan Rasio NPLs Sumber: LBU Bank Indonesia

48

KEUANGAN DAERAH

4.1 Gambaran Umum

Realisasi APBD Kalimantan Timur sampai dengan triwulan IV-2010 mengalami

peningkatan jika dibandingkan dengan realisasi APBD triwulan IV-2009. Secara prosentase,

realisasi komponen pendapatan APBD Kaltim pada triwulan IV-2010 mengalami

peningkatan, begitu juga realisasi komponen belanja yang mengalami peningkatan diatas

prosentase realisasi belanja pada APBD triwulan IV tahun sebelumnya.

Komponen pendapatan pada realisasi APBD provinsi Kalimantan Timur pada triwulan

IV-2010 secara total mencapai Rp. 6,94 trilyun atau mengalami kenaikan nilai 31,55% jika

dibandingkan dengan pendapatan pada realisasi APBD Triwulan IV-2009 yang sebesar Rp.

5,28 trilyun. Apabila dilihat realisasi per komponen pendapatan, prosentase realisasi

tertinggi dicapai oleh komponen lain-lain pendapatan yang sah dan pendapatan asli daerah

dengan prosentase masing-masing sebesar 286,89% dan 114,81%. Sedangkan tingkat

realisasi komponen pendapatan transfer sebesar 107,30%.

2,066.94

4,050.19

7.02

2,151.16

3,122.06

8.06

6,927.37

4,308.46

0.88 -

2,000

4,000

6,000

8,000

Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan yang Sah

(Rp Milyar)

2008 2009 201 0

Grafik 4.1 Pendapatan APBD Kaltim Sumber : Biro Keuangan Pemprov Kaltim, diolah

Komponen belanja pada realisasi APBD Kaltim triwulan IV-2010 secara prosentase

mencapai 86,14% atau mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan dengan realisasi

belanja pada APBD triwulan IV-2009 sebesar 83,81%. Apabila dilihat realisasi per-

komponen belanja, prosentase realisasi tertinggi dicapai oleh belanja transfer sebesar

99,72% atau lebih tinggi dibandingkan prosentase realisasi belanja transfer pada triwulan

IV-2009 yang sebesar 80,22%. Sementara itu komponen belanja operasi jika dilihat dari

prosentasi realisasinya juga mengalami peningkatan, dari 84,41% pada triwulan IV-2009

menjadi 85,12% pada triwulan IV-2010.

BAB IV

Keuangan Daerah

49

3,978.04

1,654.36

1.00

715.98

3,669.00

1,863.10

0.01

716.58

3,267.88

1,616.98

-

901.35

-

1 ,000

2 ,000

3 ,000

4 ,000

5 ,000

Be lanja Operasi Belanja Modal Belanja Tak Terduga Transfer

(Rp Milyar)

2008 2009 2010

Grafik 4.2 Belanja APBD Kaltim

Sumber : Biro Keuangan Pemprov Kaltim, diolah *) Data sementara, memungkinkan perubahan beberapa SKPD

4.2 Pendapatan

Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada realisasi APBD triwulan IV-2010

tercatat sebesar Rp 2,61 trilyun (Tabel 4.1) atau mengalami peningkatan sebesar 21,70%

jika dibandingkan realisasi APBD triwulan IV-2009 yang sebesar Rp 2,15 trilyun. Dari jumlah

tersebut, kontribusi utama berasal dari pendapatan pajak daerah sebesar Rp 2,02 trilyun

(Grafik 4.3) dengan tingkat prosentasi realisasi sebesar 122,14% dari jumlah pendapatan

pajak daerah pada rencana APBD tahun 2010 yang sebesar Rp 1,65 trilyun. Komponen

pendapatan pajak daerah ini memiliki kontribusi yang besar yaitu mencapai 77,30%

keseluruhan pendapatan asli daerah.

Komponen lainnya yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap pendapatan asli

daerah adalah lain-lain PAD yang sah yang berasal dari optimalisasi pemanfaatan dana kas

daerah, pendapatan dari denda pajak, denda retribusi dan denda pengembalian, serta

pendapatan rumah sakit umum di Samarinda, Balikpapan, dan Tarakan, dengan nilai

realisasi sampai dengan triwulan IV-2010 sebesar Rp 446 milyar atau 92,50% dari yang

direncanakan pada APBD 2010. Sedangkan pada komponen yang berasal dari Pendapatan

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, serta Retribusi Daerah yang terdiri

dari retribusi jasa umum dan retribusi jasa usaha dan perijinan memilki tingkat realisasi

yang cukup tinggi masing-masing sebesar 108,09% dan 75,54%.

Komponen Pendapatan Transfer (Dana Perimbangan) APBD Kaltim Triwulan IV-2010

tercatat sebesar Rp 4,30 trilyun atau memiliki prosentase realisasi sebesar 107,30%. Dana

perimbangan ini mayoritas berasal dari komponen dana Bagi Hasil Bukan Pajak (dana Bagi

Hasil SDA) dengan nilai Rp 3,62 trilyun atau prosentase kontribusi sebesar 84,04% dari total

Dana Perimbangan realisasi triwulan IV-2010 (Grafik 4.4). Bagi Hasil pertambangan gas

bumi/alam, bagi hasil pertambangan minyak bumi, dan iuran eksplorasi-eksploitasi (royalti)

memiliki kontribusi yang sangat dominan pada komponen dana Bagi Hasil SDA (Dana

Perimbangan) APBD Kaltim.

Keuangan Daerah

50

Tabel 4.1 Realisasi Komponen Pendapatan APBD Kaltim Semester IV-2010

APBD REALISASI

Pendapatan 6,303.24 6,947.72 644.49 110.22

Pendapatan Asl i Daerah 2,280.36 2,618.03 337.67 114.81

Pendapatan Pajak Daerah 1,657.00 2,023.87 366.87 122.14

Pendapatan Retribusi Daerah 13.46 10.17 (3.29) 75.54

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 127.32 137.61 10.30 108.09

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 482.59 446.38 (36.20) 92.50

Pendapatan Transf er 4,015.48 4,308.46 292.99 107.30

Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 4,015.48 4,308.30 292.82 107.29

Dana Bagi Hasil Pajak 629.87 653.81 23.94 103.80

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 3,351.97 3,620.85 268.88 108.02

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus 33.64 33.64 0.00 100.00

Transfer Pemerintah Pusat Lainnya - 0.16 0.16

Dana Penyesuaian - 0.16 0.16

Lain-lain Pendapatan yang Sah 7.40 21.23 13.83 286.89

Pendapatan Hibah 7.40 0.88 (6.52) 11.89

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dari Pihak Ketiga - 11.20 11.20

Penerimaan dari Penabrak Jembatan Mahulu - 9.15 9.15

JUM LAH (RP milyar)Deviasi % RealisasiURAIAN

Sumber: Biro Keuangan Pemprov. Kaltim, diolah.

1,561.64

181.61

73.58

250.11

1,539.70

5.62

121.10

484.73

2,023.87

10.17

137.61

446.38

- 500 1,000 1,500 2,000 2,500

Pendapatan Pajak Daerah

Pendapatan Retribusi Daerah

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang

Dipisahkan

Lain-lain PAD yang Sah

2010 2009 2008

Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (Rp milyar)

Sumber : Biro Keuangan Pemprov Kaltim, diolah

Keuangan Daerah

51

548.18

3,375.77

126.24

-

-

-

576.62

2,523.47

17.87

3.81

0.29

0.29

653.81

3,620.85

33.64

0.16

0.16

- 1,000 2,000 3,000 4,000

Dana Bagi Hasil Pajak

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA)

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

Transfer Pemerintah Pusat Lainnya

Dana Penyesuaian

2010 2009 2008

Grafik 4.4 Realisasi Pendapatan Transfer (Rp milyar)

Sumber : Biro Keuangan Pemprov Kaltim, diolah

4.3 Belanja

Komponen belanja pada realisasi APBD provinsi Kalimantan Timur triwulan IV-2010

menunjukkan nilai realisasi mencapai Rp 5,78 trilyun atau secara prosentase realisasi

mencapai 86,14%. Realisasi ini mengalami peningkatan secara prosentase jika dibandingkan

dengan realisasi belanja pada APBD triwulan IV-2009 yang mencapai 83,81%. Apabila

dilihat per-komponen belanja, prosentase realisasi belanja operasi, belanja modal, dan

transfer masing-masing sebesar 85,12%, 82,41%, dan 99,72% (Tabel 4.2).

Komponen Belanja Operasi APBD Kaltim Triwulan IV-2010 mencapai realisasi

sebesar Rp 3,26 trilyun (85,12%) atau secara prosentase mengalami peningkatan jika

dibandingkan Belanja Operasi triwulan IV-2009 sebesar 84,41%. Jika dilihat per-komponen

Belanja Operasi, Belanja Bantuan Keuangan memiliki kontribusi terbesar yaitu 35,81%

dengan nilai realisasi pada triwulan IV-2010 mencapai Rp 1,17 trilyun atau secara

prosentase sebesar 97,87% dari total rencana Belanja Bantuan Keuangan pada APBD Kaltim

2010 (Grafik 4.5). Belanja Pegawai memiliki kontribusi terbesar kedua setelah Belanja

Bantuan Keuangan, dengan nilai realisasi pada triwulan IV-2010 mencapai Rp 838 milyar

atau mencapai 80,29% dari total Belanja Pegawai APBD Kaltim 2010.

Jika dibandingkan dengan realisasi Belanja Operasi, realisasi komponen Belanja

Modal APBD Kaltim triwulan IV-2010 memiliki pencapaian realisasi sebesar Rp 1,61 trilyun

atau secara prosentase mencapai 82,41 %. Belanja jalan, irigasi, dan jaringan memiliki

kontribusi terbesar pada komponen belanja modal dengan tingkat realisasi mencapai Rp 848

milyar atau secara prosentase mencapai 87,54% (Grafik 4.6). Angka realisasi Belanja Moda

inil mengalami penurunan jika dibandingkan dengan realisasi Belanja Modal pada APBD

triwulan IV-2009 yang mencapai Rp 1,86 trilyun (84,28%). Hal ini mengindikasikan

menurunnya realisasi kegiatan proyek pembangunan infrastruktur di Kalimantan Timur jika

dibandingkan dengan kegiatan proyek pembangunan infrastruktur yang dilakukan pada

tahun lalu.

Keuangan Daerah

52

Tabel 4.2 Realisasi Komponen Belanja APBD Kaltim Triwulan IV Tahun 2010

APBD REALISASI

6,717.22 5,786.22 (931.01) 86.14

Belanja Operasi 3,839.15 3,267.88 (571.27) 85.12

Belanja Pegawai' 1,043.89 838.12 (205.77) 80.29

Belanja Barang 1,037.88 799.65 (238.23) 77.05

Belanja Subsidi

Belanja Hibah 435.50 356.17 (79.33) 81.78

Belanja Bantuan Sosial 126.36 103.86 (22.49) 82.20

Belanja Bantuan Keuangan 1,195.52 1,170.08 (25.44) 97.87

Belanja M odal 1,962.05 1,616.98 (345.07) 82.41

Belanja Tanah 91.33 51.27 (40.06) 56.14

Belanja Peralatan dan Mesin 291.60 221.84 (69.76) 76.08

Belanja Bangunan dan Gedung 590.87 481.10 (109.76) 81.42

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 968.71 848.04 (120.67) 87.54

Belanja Aset Tetap L:ainnya 19.55 14.73 (4.82) 75.33

Belanja Tak Terduga 12.13 - (12.13) 0.00

Belanja Tak Terduga 12.13 - (12.13) 0.00

Transf er 903.89 901.35 (2.53) 99.72

Transfer Bagi Hasil Ke Kab./Kota/Desa 903.89 901.35 (2.53) 99.72

Bagi Hasil Pajak 903.89 901.35 (2.53) 99.72

Belanja

URAIANJUM LAH (RP milyar)

Deviasi % Realisasi

Sumber: Biro Keuangan Pemprov. Kaltim, diolah. *) Data sementara, memungkinkan perubahan beberapa SKPD

635.68

554.86

-

1,166.16

124.69

1,496.66

757.81

660.64

-

410.14

189.79

1,650.63

838.12

799.65

356.17

103.86

1,170.08

- 400 800 1,200 1,600 2,000

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Subsidi

Belanja Hibah

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Bantuan Keuangan

2010 2009 2008

Grafik 4.5 Realisasi Belanja Operasi (Rp milyar)

Sumber : Biro Keuangan Pemprov Kaltim, diolah *) Data sementara, memungkinkan perubahan beberapa SKPD

Keuangan Daerah

53

30.41

188.42

747.93

623.74

63.86

71.02

216.38

704.55

864.70

6.44

51.27

221.84

481.10

848.04

14.73

- 200 400 600 800 1,000

Belanja Tanah

Belanja Peralatan dan Mesin

Belanja Bangunan dan Gedung

Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan

Belanja Aset Tetap Lainnya

2010 2009 2008

Grafik 4.6 Realisasi Belanja Modal (Rp milyar)

Sumber : Biro Keuangan Pemprov Kaltim, diolah *) Data sementara, memungkinkan perubahan beberapa SKPD

54

PERKEM BA NGAN SISTEM PEM BAYARAN

5.1. Gambaran Umum

Perkembangan sistem pembayaran pada triwulan IV-2010 menunjukkan

perkembangan yang positif. Sistem pembayaran tunai dilihat dari perkembangan

peredaran uang kartal, yaitu jumlah uang kartal yang masuk dan keluar dari kas Bank

In Samarinda dan Balikpapan, menunjukkan adanya penurunan dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah uang kartal yang masuk

dalam kategori PTTB juga mengalami peningkatan.

Sementara itu perkembangan sistem pembayaran non tunai, yang dilihat dari

perkembangan transaksi kliring dan RTGS di wilayah Kalimantan Timur, mengalami

peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Meningkatnya transaksi keuangan di Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010,

diakibatkan oleh kondisi perekonomian yang semakin membaik.

5.2. Perkembangan Transaksi Tunai

5.2.1. Perkembangan Pengedaran Uang Kartal

Transaksi tunai antara perbankan di Kalimantan Timur dengan Kantor Bank

Indonesia Samarinda dan Balikpapan, pada triwulan IV-2010 mencapai Rp 5,316

milyar atau mengalami

pertumbuhan sebesar 46,91%

dibandingkan dengan periode yang

sama pada tahun sebelumnya.

Pertumbuhan tahunan ini lebih

tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan di triwulan III-2010

yang mengalami pertumbuhan

sebesar 40,30% (Grafik 5.1).

Dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, perkembangan

transaksi tunai di Kaltim Triwulan

IV-2010 mengalami peningkatan

sebesar 31,51%(qtq).

Dari nominal transaksi tunai pada periode laporan tersebut, jumlah uang

yang keluar dari kas Bank Indonesia di Kalimantan Timut mencapai Rp 3.969

milyar. Jumlah ini mengalami pertumbuhan sebesar 35,28% (yoy). Sedangkan

jumlah uang kartal yang masuk ke kas Bank Indonesia dari perbankan mencapai

Rp. 1.348 milyar atau naik sebesar 96,72% (yoy). Secara keseluruhan, pada

BAB V

-100%

0%

100%

200%

-

2,000

4,000

6,000

Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV

2008 2009 2010

(Rp Milyar)Outflow Inflow Growth (yoy)

Grafik 5.1 Peredaran Uang Kartal di Kaltim

Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Sistem Pembayaran

55

triwulan IV-2010, Kalimantan Timur mengalami net outflow (jumlah uang yang

masuk lebih kecil dibandingkan uang yang keluar) sebesar Rp 2.620,74 milyar

-

750

1,500

2,250

3,000

Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV

2008 2 009 2010

(Rp Milyar)

Grafik 5.2 Peredaran uang Kartal di Wilker KBI

In flow Smr Inflow Bpp Outflow Smr Outflow Bpp

Grafik 5.2 Peredaran Uang Kartal di Wilker KBI

Sumber : Bank Indonesia

Dari jumlah uang kartal yang masuk ke kas Bank Indonesia di wilayah

Kalimantan Timur, terdapat uang kartal yang masuk dalam kategori Uang Tidak

Layak Edar (UTLE), yaitu uang yang menurut klasifikasi Bank Indonesia sudah

tidak layak untuk menjadi alat pembayaran karena mengalami kelusuhan atau

rusak. Jenis uang yang termasuk dalam UTLE tersebut kemudian masuk dalam

klasifikasi untuk dimusnahkan atau Bank Indonesia melakukan Pemberian Tanda

Tidak Berharga (PTTB). Jumlah uang yang termasuk dalam kategori PTTB ini pada

triwulan IV-2010 mencapai Rp 412,68 milyar atau mengalami pertumbuhan

sebesar 81,56%(yoy) dibandingkan triwulan IV-2009 (Grafik 5.2). Sedangkan

secara triwulanan, jumlah PTTB ini mengalami pertumbuhan sebesar 110,57%.

-100%

0%

100%

200%

300%

-

100

200

300

400

500

Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV

2008 2009 2010

(Rp milyar) Smr Bpp Kaltim Growth (yoy) Kaltim

Grafik 5.3 Perkembangan PTTB per Wilker KBI Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Sistem Pembayaran

56

5.3 Perkembangan Transaksi Non-Tunai

5.3.1. Perkembangan Transaksi Kliring

Transaksi Kliring di Wilayah

Kalimantan Timur pada Triwulan IV-

2010 mengalami pertumbuhan

dibandingkan dengan triwulan yang

sama tahun sebelumnya (Grafik 5.4).

Jumlah transaksi kliring triwulan IV-

2010 mencapai Rp 5.170,58 milyar,

bila dibandingkan dengan triwulan

yang sama tahun sebelumnya

mengalami pertumbuhan 11,50%

(yoy). Volume transaksi pada triwulan

IV-2010 mencapai 164.040 bilyet, jika dibandingkan dengan triwulan yang sama

tahun 2009 mengalami penurunan transaksi sebesar 10,74%(yoy) atau lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dimana volume transaksi kliring di

Kaltim pada triwulan IV-2010 mengalami penurunan 10,24%(qtq).

5.3.2 Perkembangan Transaksi BI-RTGS

Nilai Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) di Kaltim pada Triwulan

IV-2010 mencapai Rp 51.160 miyar, atau mengalami pertumbuhan sebesar

26,11%(yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pertumbuhan transaksi RTGS periode berjalan dipengaruhi oleh pertumbuhan yang

terjadi pada nilai transaksi yang masuk ke Kaltim sebesar 29,41%(yoy) dan nilai

transaksi keluar dari Kaltim yang juga mengalami pertumbuhan sebesar

22,75%(yoy). Selain karena peningkatan nilai transaksi baik yang keluar maupun

yang masuk ke Kaltim, pertumbuhan RTGS juga dipengaruhi oleh pertumbuhan

volume transaksi RTGS yang tumbuh sebesar 24,63% (yoy) dari 56.325 transaksi

pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 70.197 transaksi (Grafik 5.5).

-50%

0%

50%

100%

-

20

40

60

Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV QI QII Q III Q IV

2007 2008 2009 2010

(Rp. Trilyun)Jumlah Growth qtq Growth yoy

Grafik 5.5 Perkembangan Transaksi RTGS di Kaltim

Sumber: Bank Indonesia

-50%

0%

50%

-

2,000

4,000

6,000

QI QII QIII QIV QI QII QIII QIV QI QII QIII QIV

2008 2009 2010

(Rp Milyar) Nilai Growth yoy

Grafik 5.4 Perkembangan Transaksi Kliring Sumber : Bank Indonesia

Perkembangan Sistem Pembayaran

57

Secara triwulan, transaksi RTGS pada triwulan IV-2010 mengalami

pertumbuhan sebesar 12,19%(qtq), sedangkan pertumbuhan volume transaksi

mencapai 48,93%(qtq) dari 47.135 menjadi 70.197. Hal ini dipengaruhi oleh

pertumbuhan nilai transaksi maupun volume transaksi yang keluar ke Kaltim

maupun yang masuk ke Kaltim (Tabel 5.1).

Tabel 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS di Kalimantan Timur (Rp Milyar)

2009

Q IV QI QII Q III Q IV Q-t-Q Y-o-Y

Keluar Kaltim

Jumlah (dlm Milyar Rp.) 20,122 15,520 18,690 21,593 24,700.16 14.39% 22.75%

Volume 22,288 25,114 26,619 20,228 30,802.00 52.27% 38.20%

Masuk Ke Kaltim

Jumlah (dlm Milyar Rp.) 20,448 17,623 22,235 24,010 26,460.33 10.20% 29.41%

Volume 34,037 34,762 36,670 26,907 39,395.00 46.41% 15.74%

Total

Jumlah (dlm Milyar Rp.) 40,570 33,143 40,925 45,603 51,160 12.19% 26.11%

Volume 56,325 59,876 63,289 47,135 70,197 48.93% 24.63%

Transaksi RTGSQ IV-20102010

Sumber : Bank Indonesia

Berdasarkan Lokasi Kantor Bank Indonesia di Kalimantan Timur, nilai

transaksi RTGS di Samarinda pada periode Triwulan IV-2010 mencapai Rp. 37.047

milyar atau tumbuh sebesar 25,25% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Sementara nilai transaksi RTGS di Balikpapan tercatat sebesar Rp.

14.122 milyar atau tumbuh sebesar 28,41% (yoy) dibandingkan triwulan yang

sama tahun sebelumnya (Grafik 5.6).

-50%

0%

50%

100%

-

20

40

60

Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV QI QII QIII QIV

2008 2009 2010

(yoy)(Rp trilyun)Samarinda Balikpapan Kaltim g Kaltim

Grafik 5.6 Perkembangan RTGS per Wilker KBI Sumber: Bank Indonesia

58

PERKEM BANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

DAN KESEJAHTERAAN

6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur

Perkembangan jumlah penduduk Kalimantan Timur yang berusia 15 tahun ke atas,

berdasarkan survei ketenagakerjaan bulan Agustus 2010, berjumlah 2.482.319 orang,

mengalami peningkatan sebesar 9,44%(yoy) dibandingkan data bulan Agustus 2009 atau

bertambah sebanyak 214.089 orang. Pertambahan tersebut dipengaruhi oleh pertambahan

jumlah laki-laki 119.802 orang atau tumbuh sebesar 10,01%(yoy) dan perempuan 94.287

atau tumbuh sebesar 8,80%(yoy).

Dari keseluruhan jumlah penduduk usia 15 tahun keatas, yang termasuk dalam

kategori angkatan kerja berjumlah 1.648.455 orang. Jumlah ini mengalami pertumbuhan

sebesar 12,83%(yoy) atau bertambah sebanyak 187.459 orang dari periode yang sama

tahun sebelumnya, sehingga Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mencapai 66,41%,

lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Agustus 2009 yang sebesar 64,41%. Jumlah

pengangguran di Kalimantan Timur mengalami peningkatan sebesar 5,27%(yoy) menjadi

166.557 orang, dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari 10,83% menjadi

10.10% (Tabel 6.1) .

Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur

Februari Agustus Februari Agustus

2 3 4 5

1 Penduduk 15+ 2,242,398 2,268,230 2,307,357 2,482,319

2 Angkatan Kerja 1,488,456 1,460,996 1,535,040 1,648,455

Bekerja 1,323,369 1,302,772 1,374,563 1,481,898

Penganggur 165,087 158,224 160,477 166,557

3 Bukan Angkatan Kerja 753,942 807,234 772,317 833,864

4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 66.38 64.41 66.53 66.41

5 Tidak Pengangguran terbuka (%) 11.09 10.83 10.45 10.10

Kegiatan Utama2009

1

2010

Sumber : BPS Prov. Kalimantan Timur, diolah.

Berdasarkan jenis kelaminnya,

komposisi angkatan kerja di Kalimantan Timur

didominasi oleh laki-laki sebesar 68,43%,

sedangkan angkatan kerja perempuan sebesar

31,57%. Pertumbuhan jumlah angkatan kerja

penduduk perempuan 17,40%(yoy),

sedangkan pada penduduk laki-laki mengalami

pertumbuhan sebesar 10,84%(yoy).

BAB VI

Laki-Laki, 68.43%

Perempuan, 31.57%

Grafik 6.1 Komposisi Jenis Kelamin Angkatan Kerja Kalimantan Timur

Sumber : BPS Prov Kaltim, diolah

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

59

Dari 1.648.455 orang total angkatan kerja Kalimantan Timur, atas dasar

Kota/Kabupaten kebanyakan terkonsentrasi di Kota Samarinda sebanyak 338.192 orang,

Kabupaten Kutai Kartanegara 294.620 orang dan Kota Balikpapan 259.391 orang dengan

jumlah pengangguran secara absolut terbesar adalah Kabupaten Kutai Kartanegara 33.980

orang, Kota Samarinda 31.196 orang, dan Kota Balikpapan sebesar 30.494 orang. Namun

demikian, prosentase pengangguran terbuka tertinggi di Kalimantan Timur adalah Kota

Bontang 12,77%, Kabupaten Kutai Timur 12,71% dan Kota Balikpapan 11.76%.

Tabel 6.2 Penduduk yang Bekerja, Presentase Pengangguran dan Partisispasi Angkatan Kerja menurut Kabupaten/Kota di Kaltim Agustus 2010

Total Penduduk

15+

Angkatan Kerja Bekerja

Pengang-guran

Bukan Angkatan

KerjaTPAK TPT

1 2 3 4 5 6 7 8

Kab. Pasir 160,384 99,383 92,607 6,776 61,001 61.97 6.82

Kab. Kutai Barat 114,616 84,971 78,196 6,775 29,645 74.14 7.97

Kab. Kutai Kartanegara 435,511 294,620 260,640 33,980 140,891 67.65 11.53

Kab. Kutai Timur 177,158 121,630 106,174 15,456 55,528 68.66 12.71

Kab. Berau 122,121 83,484 75,693 7,791 38,637 68.36 9.33

Kab. Malinau 40,681 30,711 29,520 1,191 9,970 75.49 3.88

Kab. Bulungan 76,152 51,784 47,063 4,721 24,368 68.00 9.12

Kab. Nunukan 94,049 61,190 56,494 4,696 32,859 65.06 7.67

Kab. PPU 97,983 66,543 60,035 6,508 31,440 67.91 9.78

Kab. Tana Tidung 10,794 7,218 6,350 868 3,576 66.87 12.03

Kota Balikpapan 400,887 259,391 228,897 30,494 141,496 64.70 11.76

Kota Samarinda 522,475 338,192 306,996 31,196 184,283 64.73 9.22

Kota Tarakan 133,005 89,360 80,915 8,445 43,645 67.19 9.45

Kota Bontang 96,503 59,978 52,318 7,660 36,525 62.15 12.77

TOTAL 2,482,319 1,648,455 1,481,898 166,557 833,864 66.41 10.10

Kabupaten/Kota

Agustus 2010

Catatan:

1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah rasio jumlah angkatan kerja terhadap jumlah

penduduk usia kerja (15+).

2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah rasio jumlah penganggur terbuka terhadap

jumlah angkatan kerja.

Sumber: BPS Prov. Kalimantan Timur, diolah.

Dilihat dari status pekerjaan utama 1.481.898 orang pekerja, status pekerjaan

utama terbanyak sebagai buruh/karyawan sebesar 699.370 orang atau 47,19%, diikuti

posisi kedua jenis kegiatan berusaha sendiri sebesar 314.953 orang atau 21,25%, dan

berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 190.359 orang atau 12,85% (Tabel 6.3).

Prospek perekonomian Daerah

60

Tabel 6.3 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama

Februari Agustus Februari Agustus

1 2 3 4 5

Berusaha Sendiri 252,668 262,263 264,123 314,953

Berusaha dibantu buruh tidak tetap 213,058 218,248 192,357 190,359

Berusaha dibantu buruh tetap 37,600 34,899 32,212 44,813

Buruh/Karyawan 550,585 563,645 611,684 699,370

Pekerja Bebas di Pertanian 36,652 21,853 31,728 24,305

Pekerja Bebas di Non Pertanian 33,807 32,181 23,151 28,198

Pekerja Tak Dibayar 198,999 169,683 219,308 179,900

TOTAL 1,323,369 1,302,772 1,374,563 1,481,898

Status Pekerjaan Utama2009 2010

Sumber: BPS Prov. Kalimantan Timur, diolah.

Apabila ditinjau dari perkembangan pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) kondisi

ketenagakerjaan di Kalimantan Timur menunjukkan sedikit penurunan. Indikasi ini terlihat

dari pencairan JHT secara nominal yang mengalami sedikit peningkatan dari Rp 11,74 milyar

pada triwulan III-2010 menjadi Rp 12,35 milyar pada triwulan IV-2010 atau mengalami

peningkatan sebesar 5,22% (qtq) (Grafik 6.2).

- 50

0

5 0

100

150

200

250

300

-

4,00 0

8,00 0

1 2,00 0

1 6,00 0

2 0,00 0

Q I Q II Q III Q IV

Q I Q II Q III Q IV

Q I Q II Q III Q IV

20 08 20 09 2 01 0

(R p Jut a) (% )Jam in a n Hari Tu a y -o- y

Grafik 6.2 Perkembangan Nominal Jaminan Hari Tua (JHT) di Samarinda

Sumber : PT. Jamsostek Kantor Cabang Samarinda 6.2 Kesejahteraan Kondisi kesejahteraan masyarakat di triwulan IV-2010 diperkirakan meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terjadi karena tingkat penghasilan masyarakat

Kaltim memiliki kecenderungan meningkat (Grafik 6.3). Kondisi tersebut tercermin dari

naiknya Indeks Penghasilan Saat Ini menurut Survei Konsumen Bank Indonesia. Indeks

tersebut meningkat dari rata-rata 136,83 pada triwulan III-2010 menjadi rata-rata 137,83

pada triwulan IV-2010. Penghasilan yang meningkat serta inflasi Kaltim yang relatif

terkendali merupakan indikator yang mendukung tingkat kesejahteraan masyarakat,

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

61

sehingga berdampak pada naiknya ekspektasi konsumen terhadap penghasilan periode

berikutnya. Hal ini dapat dilihat dari tetap tingginya ekspektasi penghasilan Kaltim walaupun

dengan tingkat yang lebih rendah.

0

40

80

120

160

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2008 2009 2010

Penghasilan Saat Ini Ekspektasi Penghasilan

Grafik 6.3 Indeks Penghasilan dan Ekspektasi Penghasilan Sumber : Survey Konsumen Bank Indonesia

62

PROSPEK PEREKONOM IAN DAERAH

7.1 Prospek Perekonomian Daerah Triwulan IV-2010

Perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan I-2011 diperkirakan akan mengalami

pertumbuhan yang positif, dengan perkiraan laju pertumbuhan berkisar antara 2% s.d. 3%

(yoy). Salah satu indikator yang menjadi arah pertumbuhan positif tersebut dapat terlihat

dari hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan Bank Indonesia Samarinda pada bulan

Januari 2010 yaitu Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang masih berada di atas level

optimis (100), yaitu sebesar 123,83. Hal ini dipengaruhi oleh komponen-komponen IEK

yang seluruhnya meningkat dan berada di atas level optimis (Grafik 7.1), terutama

disebabkan ekspektasi membaiknya kondisi perekonomian dan ekspektasi terhadap

penghasilan. Dari sisi permintaan pertumbuhan positif masih didukung oleh kinerja ekspor

Kalimantan Timur dan semakin mengeliatnya kegiatan investasi seiring dengan

meningkatnya pembangunan infrastruktur di Kaltim yang mulai dilakukan. Sedangkan dari

sisi penawaran pertumbuhan ekonomi Kaltim masih didukung oleh perkembangan positif di

sektor pertambangan dan penggalian yang diperkirakan masih tinggi karena stabilnya

permintaan dan meningkatnya harga komoditas unggulan Kaltim yaitu batubara dan minyak

mentah di pasar internasional (Grafik 7.2). Faktor yang berpotensi menghambat kinerja

sektor pertambangan dan penggalian adalah tingginya curah hujan di wilayah Kaltim pada

periode triwulan pertama tahun 2011.

7.2 Prospek Perkembangan Inflasi

Tekanan terhadap laju perkembangan harga barang dan jasa pada triwulan I-2011

diperkirakan akan mengalami peningkatan, yang dipengaruhi oleh adanya tren peningkatan

beberapa harga komoditas pangan di pasar dunia seperti gula dan bahan dasar beberapa

produk makanan jadi yaitu minyak sawit (Grafik 7.3 dan Grafik 7.4). Selain itu berdasarkan

pemantauan harga di bulan Januari, yang dilakukan oleh Disperindagkop Prov. Kalimantan

BAB VII

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1

2008 2009 2010 2011

Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Ekonomi

Ekspektasi Ketersediaan Lap.Kerja Garis 100

Grafik 7.1 Indeks Ekspektasi

Konsumen Sumber : Survey Konsumen BI

90.19

74.3

-

20

40

60

80

100

120

140

160

1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

USDminyak wti coal

Grafik 7.2 Harga Komoditas Minyak

dan Batubara Sumber : Datastream Bloomberg

Prospek Perekonomian Daerah

63

Timur, beberapa komoditas utama atau bahan kebutuhan pokok di kota Samarinda

mayoritas mengalami peningkatan yang cukup tinggi diantaranya cabe merah besar, minyak

goreng, daging ayam boiler, dan telur ayam (Grafik 7.5 dan Grafik 7.6). Faktor pendorong

inflasi pada triwulan depan antara lain keterbatasan pasokan bahan makanan seperti beras,

sayuran, bumbu-bumbuan, serta ikan segar yang disebabkan faktor cuaca yang kurang

mendukung sehingga menyebabkan gagal panen dan mengganggu arus distribusi

kebutuhan pokok dari Jawa dan Sulawesi Selatan.

12.29

35.39

0

10

20

30

40

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

USD/pound

601.84

1,237.80

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

USD/metricton

Grafik 7.3 Harga Komoditas Gula Grafik 7.4 Harga Minyak Kelapa Sawit

Sumber : Datastream Bloomberg

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

Jan

Feb

Mar

Apr

May Ju

nJul

Aug

Sep

Oct

Nov De

cJan

Feb

Mar

Apr

May Ju

nJul

Aug

Sep

Oct

Nov De

cJan

2009 2010 2011

(mtm)Cabe Merah Besar Minyak Goreng

Tepung Terigu Beras Bengawan

Gula Pasir (DN) Bawang Merah

Grafik 7.5 Perkembangan Bulanan Harga Komoditas Utama Kota Samarinda (1)

Sumber : Disperindagkop Provinsi Kaltim

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

Jan

Feb

Mar

Apr

May Ju

nJul

Aug Se

pOct

Nov De

cJan

Feb

Mar

Apr

May Ju

nJul

Aug Se

pOct

Nov De

cJan

2009 2010 2011

(mtm)Daging Ayam Boiler Telur Ayam Boiler Daging Sapi

Grafik 7.6 Perkembangan Bulanan Harga Komoditas Utama Kota Samarinda (2)

Sumber : Disperindagkop Provinsi Kaltim

1. Inflasi dan PDRB

Total Q I Q II Q III Q IV

MAKRO EKONOMI

Indeks Harga Konsumen (IHK) 121.65 124.54 125.03 129.89 130.5

Kota Samarinda 121.60 124.12 125.04 129.14 130.11

Kota Balikpapan 118.55 121.57 122.50 127.57 127.30

Kota Tarakan 131.39 135.19 132.80 139.74 141.80

Laju Inf lasi Tahunan (yoy,%) 4.30 5.96 5.84 7.45 7.28

Kota Samarinda 4.06 4.65 4.99 6.51 7.00

Kota Balikpapan 3.60 6.21 6.70 8.35 7.38

Kota Tarakan 7.21 9.73 6.37 8.12 7.00

PDRB - harga konstan (miliar Rp) 105,368.81 27,436 27,570 27,694 27,900

Pertanian 6,947.07 1,897.24 1,787.47 1,741.20 1,723.23

Pertambangan & Penggalian 42,262.88 11,293.22 11,361.85 11,523.14 11,677.17

Industri Pengolahan 31,666.16 7,769.58 7,785.44 7,620.41 7,546.33

Listrik, gas dan air bersih 337.69 86.65 88.23 90.24 90.52

Bangunan 3,977.67 1,039.88 1,078.80 1,113.69 1,149.94

Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,897.65 2,373.26 2,426.60 2,494.79 2,539.08

Pengangkutan dan Komunikasi 5,851.25 1,540.75 1,579.42 1,621.23 1,649.72

Keuangan, Persewaan dan Jasa 3,277.74 866.26 883.50 902.39 926.65

Jasa 2,150.70 562.01 572.04 583.26 594.73

Pertumbuhan PDRB (yoy,%) 2.13 6 .82 7.04 3.76 2.36

Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta)* 9,809.18 2 ,847.50 3,221.59 3,399.77 1,950.50

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)* 144,279 45,853 45,815 47,035 25,972

Nilai Impor Nonmigas (USD juta)* 2,681.45 425.99 390.07 395.13 247.46

Volume Impor Nonmigas (ribu ton)* 655.48 260.96 344.30 304.33 136.90

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR2009 2010

Keterangan (*): Data sampai dengan November 2010

2. Perbankan

To tal Q I Q II Q III Q IV

PERB AN KAN

Bank Um um:

To tal Aset (Rp t ri liun ) 53.15 60.38 61.81 63.9 6 63.77

D PK ( Rp tr ili un) 43.70 46.58 47.83 49.3 7 49.91

Tabungan (Rp tr ili un) 18.92 18.01 18.65 19.6 0 22.67

Giro (Rp tr ili un) 12.60 14.43 13.46 13.3 1 11.88

Depo sito (R p t ril iun ) 12.19 14.15 15.72 16.4 6 15.36

K redi t ( Rp tr iliu n) - berdasark an lo kasi proyek * 36.42 39.81 41.09 46.4 8 46.30

Mo dal Kerja 17.00 18.36 21.10 22.4 6 21.59

Kon sumsi 7.89 9.17 10.00 10.4 5 10.22

In vestasi 11.53 12.27 13.86 13.5 7 14.50

LDR 83 .34% 85.46% 85.8 3% 94 .16% 92.77%

K redi t ( Rp tr iliu n) - berd asarkan lo kasi kantor cab 24.98 26.30 28.13 30.0 0 32.53

Mo dal Kerja 10.31 9.98 10.68 11.7 6 12.73

Kon sumsi 7.99 9.07 9.84 10.4 8 11.08

In vestasi 6.68 6.69 7.62 7.7 5 8.72

LDR 57 .15% 55.27% 58.7 7% 60 .76% 65.18%

K redi t M KM (Rp tri liu n)

K redi t M ikro (<Rp 5 0 ju ta) ( Rp tr iliu n) 3.98 3.74 4.03 4.30 1 4.38

Kredit Mo dal Kerja 0.56 0.55 0.54 0.66 1 0.67

Kredit In vestasi 0.14 0.09 0.10 0.05 8 0.07

Kredit Kon sumsi 3.29 3.10 3.39 3.58 1 3.64

K redi t K ecil (R p 50 juta < X ? Rp 500 juta) (R p t ri liun ) 5.49 6.29 7.06 7.76 0 8.29

Kredit Mo dal Kerja 1.48 1.49 1.53 1.73 3 1.72

Kredit In vestasi 0.61 0.47 0.52 0.54 1 0.60

Kredit Kon sumsi 3.40 4.33 5.00 5.48 6 5.96

K redi t M enen gah (Rp 500 juta < X < ? R p 5 mili ar) (Rp tr iliun) 6.45 6.63 7.18 7.68 0 8.00

Kredit Mo dal Kerja 4.09 4.03 4.36 4.73 1 4.85

Kredit In vestasi 1.33 1.38 1.57 1.71 0 1.82

Kredit Kon sumsi 1.03 1.22 1.25 1.23 8 1.32

To tal Kred it MK M (Rp tr ili un) 15.92 16.66 18.26 1 9.74 1 20.68

NPL MK M gross ( %) 2.56 2.41 2.64 2.64 0 2.38

NPL MK M nett (%)

BP R:

To tal Aset (Rp mi liar) 2 22.44 220.48 234.23 23 9.78 271.09

D PK ( Rp mili ar) 1 43.46 141.98 150.86 15 2.71 176.52

Tabungan 64.67 60.29 58.48 5 4.89 71.56

Giro - - - - -

Depo sito 78.79 81.69 92.38 9 7.82 104.95

K redi t ( Rp mili ar) 1 47.93 155.47 163.49 16 6.17 178.02

Mo dal Kerja 83.25 85.18 90.51 94.0 1 101.67

Kon sumsi 50.40 55.44 56.09 54.7 1 59.98

In vestasi 14.27 14.85 16.89 17.4 6 16.37

K redi t U M KM (Rp mil iar) 1 47.93 155.47 163.49 16 6.17 178.02

Rasio NP L G ross (%) 18.00 19.00 17.62 17.7 8 16.68

Rasio NP L N ett (%) 0

L DR 103 .12% 109.50% 1 08.3 7% 108 .81% 100.85%

INDIK AT OR2 009 2010

3. Sistem Pembayaran

To tal Q I Q II Q III Q IV

SISTEM PEMBAYARAN

Posisi Kas Gabungan (Rp triliun) 10.45 1.10 1.62 7.52 5.31

Inflow (Rp triliun) 2.31 0.66 0.17 0.91 1.34

Outflow (Rp triliun) 8.15 0.44 1.45 6.606 3.96

Pemusnahan Uang (Rp miliar) 491.28 233.55 108.39 365.20 412.68

Nominal Transaksi RTGS (Rp triliun) 138.68 33.14 40.92 45.603 51.16

Volume Transaksi RTGS (transaksi) 199,592.00 59,876 63289 47135 70,197

Rata-rata harian nominal transaksi RTGS 0.58 0.55 0.68 0.76 0.85

Rata-rata harian volume transaksi RTGS (transaksi) 831.63 998 1,055 786 1,169

Nominal Kliring Kredit (Rp triliun) 1.98 0.56 0.53 0.55 0.64

Volume Kliring Kredit (transaksi) 170,201.00 48,089 45306 44083 47880

Rata-rata harian Nominal Kliring Kredit (Rp triliun) 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01

Rata-rata harian Volume Kliring Kredit (transaksi) 709.17 801 755 735 798

Nominal Kliring Debet (Rp triliun) 18.18 4.74 4.89 4.927 5.38

Volume Kliring Debet (transaksi) 697,674.00 190,841 191,645 187,878 169,784

Rata-rata harian Nominal Kliring Debet (Rp triliun) 0.08 0.079 0.082 0 .082 0.089

Rata-rata harian Volume Kliring Debet (transaksi) 2,906.98 3,181 3,194 3 ,131 2,829

Nominal Kliring Pengembalian (Rp triliun) 0.66 0.18 0.22 0.15 0.21

Volume Kliring Pengembalian 16,309.00 5,067 4,910 5117 5744

Rata-rata harian Nominal Kliring Pengembalian 0.01 0.003 0.004 0 .002 0.003

Rata-rata harian Volume Kliring Pengembalian 271.82 84 82 85 95

Nominal Tolakan Cek/BG Kosong 0.42 0.16 0.19 0.134 0.165

Volume Tolakan Cek/BG Kosong 12,197.00 4,119 3824 4116 4339

Rata-rata harian Nominal Tolakan Cek/BG Kosong 0.01 0.003 0.003 0 .002 0.002

Rata-rata harian Volume Tolakan Cek/BG Kosong 203.28 69 64 69 72

INDIKATOR2009 2010