kajian ekonomi regional · 2013-10-12 · ekonomi, perbankan, keuangan daerah, ... data/informasi...
TRANSCRIPT
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Kalimantan Timur
Kantor Bank Indonesia Samarinda
Triwulan IV - 2010
i
KKAATTAA PPEENNGGAANNTTAARR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Kalimantan Timur (Kaltim)
periode triwulan IV-2010 dapat terselesaikan. Buku KER ini mengulas perkembangan
ekonomi, perbankan, keuangan daerah, sistem pembayaran, dan outlook Kaltim dalam
rangka pemberian informasi yang komprehensif kepada para stakeholders Bank Indonesia.
Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber rujukan bagi
pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihak-pihak
lainnya yang membutuhkan serta memiilki perhatian terhadap perkembangan ekonomi
Kalimantan Timur.
Asesmen singkat kami terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan daerah
Kalimantan Timur (Kaltim) selama triwulan IV-2010, adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2010 mengalami pertumbuhan yang positif
sebesar 2,36%(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2010 yang
mengalami pertumbuhan sebesar 3,76%(yoy). Pertumbuhan ekonomi Kaltim tersebut
juga lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang
mencapai 6,1%(yoy).
2. Laju inflasi triwulanan Kaltim pada triwulan IV-2010 mencapai 7,28% (yoy), lebih
rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 7,45% (yoy). Laju
inflasi tahunan Kaltim ini lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional
yang tercatat sebesar 6,96% (yoy). Angka inflasi Kaltim tersebut merupakan
gabungan inflasi (IHK) yang terjadi di Samarinda, Balikpapan, dan Tarakan, masing-
masing sebesar 7,00%(yoy), 7,38%(yoy) dan 7,92%(yoy).
3. Kinerja usaha perbankan Kaltim masih menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan.
a) Dari sisi penghimpunan dana, simpanan dana masyarakat pada bank-bank
umum se-Kaltim selama periode laporan mencapai Rp 49.912 milyar, mengalami
peningkatan sebesar 1,11%(qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
b) Sementara dari sisi penyaluran dana, total kredit atas dasar lokasi kantor selama
triwulan IV-2010 mencapai sebesar Rp 32.532 milyar, meningkat sebesar 8,46%
(qtq) atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada Triwulan
III-2010 sebesar 6,61%. Berdasarkan lokasi proyek, kredit yang disalurkan sistem
perbankan secara nasional untuk Kaltim tercatat menurun sebesar -0,81%(qtq)
dibandingkan dengan posisi kredit pada Triwulan sebelumnya sehingga posisinya
menjadi Rp 46.302 milyar pada triwulan IV-2010 (s.d posisi November).
c) Berdasarkan perkembangan kegiatan intermediasi perbankan diatas diketahui
bahwa rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) Kaltim atas dasar lokasi proyek
mencapai 92,77%, lebih tinggi dibandingkan dengan LDR atas dasar lokasi kantor
di Kaltim yang sebesar 65,18%.
d) Pembiayaan berskala mikro, kecil, dan menengah (MKM) yang berhasil disalurkan
bank umum yang berkantor di Kaltim selama periode laporan mencapai 63,75%
atau Rp 20.696 milyar dari total kredit sebesar Rp 32.532 milyar. Secara
triwulanan, pertumbuhan kredit MKM Kaltim pada triwulan laporan mengalami
peningkatan 18,48%(qtq) atau memiliki arah yang sama jika dibandingkan dengan
pertumbuhan total kredit yang naik sebesar 8,46%.
i i
4. Dengan mencermati berbagai faktor, perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan I-
2011 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif, dengan perkiraan laju
pertumbuhan berkisar antara 2% s.d. 3%(yoy).
Dari sisi permintaan pertumbuhan positif perekonomian Kaltim masih didukung
oleh kinerja ekspor Kalimantan Timur dan semakin mengeliatnya kegiatan investasi seiring
dengan meningkatnya pembangunan berbagai infrastruktur di Kaltim yang mulai
dilakukan. Sedangkan dari sisi penawaran pertumbuhan ekonomi Kaltim masih didukung
oleh perkembangan positif di sektor pertambangan dan penggalian yang diperkirakan
masih tinggi karena stabilnya permintaan dan meningkatnya harga komoditas unggulan
Kaltim yaitu batubara dan minyak mentah di pasar internasional. Adapun faktor yang
berpotensi menghambat kinerja sektor pertambangan dan penggalian adalah prakiraan
tingginya curah hujan di wilayah Kaltim pada periode triwulan pertama tahun 2011.
Akhirnya kami menyadari bahwa buku kajian ini masih belum sempurna, sehingga
memerlukan perbaikan secara terus menerus. Oleh karena itu, masukan dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan demi peningkatan kualitas publikasi ini di masa
mendatang. Dalam penyusunan kajian ini, kami banyak memperoleh bantuan
data/informasi dari berbagai pihak seperti perbankan dan instansi pemerintah daerah,
BUMN maupun swasta sehingga kajian ini menjadi lebih informatif. Atas seluruh bantuan
tersebut kami mengucapkan banyak terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya.
Harapan kami, hubungan baik yang terjalin selama ini terus berlangsung bahkan dapat
ditingkatkan di masa yang akan datang.
Samarinda, Februari 2011
BANK INDONESIA SAMARINDA
Androecia Darwis
Pemimpin
iii
DDAAFFTTAARR IISSII
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
DAFTAR TABEL .....................………………………………………………....................................
DAFTAR GRAFIK ...............................................................................................
i
iii
vi
viii
RRIINNGGKKAASSAANN EEKKSSEEKKUUTTIIFF ………………………………..…………………………………………………………….
I. Gambaran Umum ……………………….……………………………………………………………
II. Asesmen Perekonomian ..................................................................
III. Asesmen Inflasi ………………………………………………………………………………………
IV. Asesmen Perbankan dan Sistem Pembayaran ....................................
1. Perbankan ..............................................................................
2. Sistem Pembayaran .................................................................
V. Perkiraan ………………………………………………………………………………………………..
BBAABB II PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN EEKKOONNOOMMII MMAAKKRROO REGIONAL …………………………….…….
1.1 Gambaran Umum ............................................................................
1.2 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Permintaan ...................................
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga .......................................................
1.2.2 Pengeluaran Pemerintah ..........................................................
1.2.3 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) ……………………
1.2.4 Ekspor dan Impor ...……............................................................
1.3 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Penawaran ………………………………………
1.3.1 Sektor Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan ………………
1.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian ……………………………………………….
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan ………………………………………………………………
1.3.4 Sektor Listrik dan Air Bersih ………………………………………………………………
1.3.5 Sektor Bangunan …………………………………………..................................
1.3.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran …………............................
1.3.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi .........................................
1.3.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan .......................
1.3.9 Sektor Jasa-jasa ......................................................................
Boks. 1 Analisis Efisiensi Sektoral Perekonomian Kalimantan Timur
BBAABB IIII EEVVAALLUUAASSII PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN IINNFFLLAASSII ………………………………………………………….
2.1 Gambaran Umum ……………………………………………………….………………………..
2.2. Inflasi Triwulanan (qtq)………………………………………………………………..……..
2.2.1 Inflasi Triwulanan Kota Samarinda (qtq)…….……………………………...
2.2.2 Inflasi Triwulanan Kota Balikpapan (qtq)……………………………………..
1
1
1
2
2
2
3
3
5
5
5
6
8
8
8
11
12
13
14
14
15
15
16
16
16
22
22
24
24
25
iv
2.2.3 Inflasi Triwulanan Kota Tarakan (qtq)……………………………………………
2.3. Inflasi Tahunan (yoy).............................………………………………………………
2.3.1 Inflasi Tahunan Kota Samarinda …………………………………………………….
2.3.2 Inflasi Tahunan Kota Balikpapan …..........................................
2.3.3 Inflasi Tahunan Kota Tarakan ……………………………………………………..
Boks. 2 Persistensi Inflasi Kota Samarinda
25
26
26
27
27
BBAABB IIIIII PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN PPEERRBBAANNKKAANN DDAAEERRAAHH….…………………………………………………
3.1 Gambaran Umum ………………………………………………………………………………………
3.2 Perkembangan Usaha Bank Umum …………………………………………………………
3.2.1 Total Aset dan Aktiva Produktif ………………………………………………………
3.2.2 Penghimpunan Dana Masyarakat …………………………………………….….
3.2.3 Penyaluran Kredit Bank Umum ……………………………………………………….
a. Kredit Bank Umum ber-kantor di Kaltim ….….………………………….
b. Kredit Bank Umum berlokasi proyek di Kaltim …………………………
3.3 Perkembangan Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)…………………………
3.4 Perkembangan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ……………………………
a. Perkembangan Aset BPR ……………………………………………………………
b. Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR ………………………………………..
c. Penyaluran Kredit/Pembiayaan BPR ……..………………………………………
3.5 Asesmen Risiko Perbankan ……………………………………….……………..…………..
3.5.1 Risiko Kredit ……………………………………………………………………………………..
3.5.2 Risiko Likuiditas ....................................................................
3.5.3 Risiko Pasar .........................................................................
BAB IV KEUANGAN DAERAH …………………................………………… ...........................
4.1 Gambaran Umum ...........................................................……………......
4.2 Pendapatan .....................................................………………………………....
4.3 Belanja …………………………………….……………………………………………………………….
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN …………………………………………………….
5.1 Gambaran Umum ……………………. ………………………………………………… ……………
5.2 Perkembangan Transaksi Tunai …………………………………………….………………..
5.2.1 Perkembangan Peredaran Uang Kartal ……………………………………………
5.3 Perkembangan Transaksi Non-Tunai ………………………………………………………
5.3.1 Perkembangan Transaksi Kliring …………………………………………………….
5.3.2 Perkembangan Transaksi BI-RTGS …………………………………………………
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN …
6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur ……………………………..
6.2 Kesejahteraan…………………………………………………………………………………………………
36
36
37
37
37
38
39
40
42
44
44
44
45
45
45
47
47
48
48
49
51 54
54
54
54
56
56
56
58
58
60
v
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ......................................
7.1 Prospek Perekonomian Daerah Triwulan I-2010 ....................................
7.2 Prospek Perkembangan Inflasi ............................................................
LAMPIRAN
62
62
62
64
vi
DDAAFFTTAARR TTAABBEELL Halaman
1.1
1.2
1.3
1.4
B1.1
B1.2
B1.3
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
2.11
2.12
B2.1
B2.2
B2.3
B2.4
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
3.10
3.11
3.12
4.1
4.2
5.1
6.1
Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan Kalimantan Timur ..........................
Komoditas Utama Ekspor non Migas Kaltim Triwulan IV-2010……………………
Komoditas Impor Non Migas Utama dan Negara Asal Impor Utama Kaltim
Triwulan IV-2010 (HS 2 Dijit, dalam juta USD) .....................................
Pertumbuhan PDRB Sektoral Kalimantan Timur .........……........................
Hasil Pengolahan Data Panel dengan Stata 10……………………………………………
Data Growth Cycle Perekonomian Kalimantan Timur…………………………………..
Kompilasi Growth Cycle Sektoral Kaltim………………………………………………………
Inflasi di Kalimantan Timur Triwulan IV-2010………………………………………………
Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Samarinda............................................
Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Samarinda…………………………………
Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Balikpapan............................................
Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Balikpapan………………………………
Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Tarakan …………………………………………………..
Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Tarakan………………………………………
Inflasi tahunan kota Samarinda menurut kelompok barang dan jasa…………
Inflasi tahunan kota Balikpapan menurut kelompok barang dan jasa…………
Inflasi tahunan kota Tarakan menurut kelompok barang dan jasa…….………
Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Nasional, Kaltim & Kota………………….
Daftar komoditas dengan Andil Inflasi Terbesar…………………………………………
Parameter Persistensi Inflasi Menurut Kelompok Komoditas………………………
Parameter Persistensi Inflasi Menurut Disagregasi………………………………………
Parameter Inflasi Menurut Kelompok Komoditas Terpilih……………………………
Mapping Komoditas Berdasarkan Tingkat Persistensi dan Andil Inflasi………
Perkembangan Jumlah aset Bersih dan Aktiva Produktif Bank Umum…………
Perkembangan Penghimpunan Dana pada Bank Umum………………………………
Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim………………………………
Jumlah kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim…………………………………
Perbandingan Kredit Lokasi Proyek dan DPK Kab/Kota………………………………..
Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Skala Kredit……………………………
Perkembangan Kredit MKM Bank Umum………………………………………………………
Perkembangan Kredit MKM Bermasalah Bruto (Gross-NPLs)……………………….
Perkembangan Usaha BPR di Kalimantan Timur…………………………………………
Perkembangan Kolekbilitas Kredit Bank Umum……………………………………………
Perkembangan Kredit Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) Bank Umum…………..
Struktur Jangka Waktu DPK……………………………………………………………………………
Realisasi Komponen Pendapatan APBD Kaltim Triwulan IV-2010………………
Realisasi Komponen Belanja APBD Kaltim Triwulan IV-2010………………………
Perkembangan Transaksi RTGS di Kalimantan Timur…………………………………..
Perkembangan Ketenagakerjaan di kalimantan Timur…………………………………
6
10
11
12
19
20
21
22
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
32
33
34
35
37
38
40
41
42
43
43
44
45
46
46
47
50
52
57
58
vii
6.2
6.3
Perkembangan Sex Ratio Kaltim Hasil Sensus Penduduk 2010……………………
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan
Utama………………………………………………………………………………………………………………
59
60
vii i
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
1.10
1.11
1.12
1.13
1.14
1.15
1.16
1.17
1.18
1.19
1.20
1.21
1.22
1.23
1.24
1.25
1.26
B1.1
B1.2
B1.3
B1.4
2.1
2.2
2.3
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
3.10
4.1
DDAAFFTTAARR GGRRAAFFIIKK
Pertumbuhan PDB Nasional vs PDRB Kaltim (yoy)…………………………………………………..
Indeks Kenyakinan Konsumen......................................................................
Indeks Kondisi Ekonomi..........................................................................…...
Indeks Ekspektasi Konsumen ........................................................................
Kredit Konsumsi..........................................................................................
Pengeluaran Pemerintah...............................................................................
Realisasi Investasi & Konsumsi Listrik………………………………………………………………………
Kredit Investasi........................................................................................
Nilai Ekspor Non Migas Kaltim…………………………………………………………………..………………
Perkembangan Share Negara Tujuan Utama Ekspor Non Migas Kaltim …………………
Nilai Impor Non Migas Kaltim…………………………………………………………….…………………………
Perkembangan Share Negara Asal Utama Impor Non Migas Kaltim…………………….
Indeks Produksi Padi………………………………………………………………………………………………………
Indeks Produksi Sawit.....................................................................................
Kredit Sektor Pertanian ...................................................................................
Indeks Produksi Pertambangan Batubara..................................... ............……….
Kredit Sektor Pertambangan…………………………………………………………………………………………
Produksi Kilang Minyak………………………………………………………………………………………………….
Kredit Sektor Industri………………………………………………………………………………………………….
Kredit Sektor Listrik dan Air………………………………………………………………………………………
Indeks Nilai Bangunan………………………………………………………………………………………………..
Indeks Sektor Perdagangan………………………………………………………………………………………
Kredit Perdagangan……………………………………………………………………………………………………….
Indeks Jumlah Penumpang…………………………………………………………………………………………..
Perkembangan Kredit Kaltim………………………………………………………………………………………
Indeks Upah Gaji Pemerintah Umum…………………………………………………………………………
Pertumbuhan Kaltim-Migas-Nasional……………………………………………………………………….
Efisiensi Sektoral Hasil Running Stata v.10………………………………………………………………
Growth cycle Perekonomian Kalimantan Timur………………………………………………………
Sinkronisasi Sektoral Provinsi Kalimantan Timur……………………………………………………
Laju Inflasi Kaltim dan Nasional (yoy)………………………………………………………………………
Disagregasi Inflasi Inti dan Non Inti Kaltim (yoy)……………………………………………………..
Disagregasi Inflasi Inti dan Non Inti Kaltim (mtm)……………………………………………………..
Kinerja Triwulan Kegiatan Usaha Perbankan (qtq)…………………………………………………
Kinerja Tahunan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (yoy)………………
Perkembangan Simpanan Masyarakat…………………………………………………………………………
Suku Bungan Kredit………………………………………………………………………………………………………
Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim…………………………………………
Perkembangan Kredit Lokasi Proyek…………………………………………………………………………
Perkembangan Aset BPR………………………………………………………………………………………………
Perkembangan DPK BPR………………………………………………………………………………………………
Perkembangan Kredit/Pembiayaan BPR……………………………………………………………………….
Perkembangan Bunga Kredit dan Rasio NPLs………………………………………………………….
Pendapatan APBD Kalimantan Timur Triwulan IV-2010…………………………………………
5
6
7
7
7
7
8
8
9
9
10
11
12
12
13
13
13
14
14
14
15
15
15
16
16
17
18
19
20
21
22
23
23
36
36
38
38
39
40
44
44
45
47
48
ix
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
6.1
6.2
6.3
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
Belanja APBD Kalimantan Timur Triwulan IV-2010…………………………………………………..
Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kalimantan Timur Triwulan IV-2010……………………
Pendapatan Transfer Kalimantan Timur Triwulan IV-2010………………………………………
Belanja Operasi (RP Miliar) Triwulan IV-2010…………………………………………………………
Belanja Modal (RP Miliar) Triwulan IV-2010…………………………………………………………...
Peredaran Uang Kartal di Kaltim…………………………………………………………………………………
Peredaran Uang Kartal di Wilker KBI..................................................................
Perkembangan PTTB per Wilker KBI..................................................................
Perkembangan Transaksi Kliring di Kaltim.........................................................
Perkembangan Transaksi RTGS di Kaltim............................................................
Perkembangan RTGS per wilayah kerja KBI........................................................
Komposisi Jenis Kelamin Angkatan Kerja Kalimantan Timur..................................
Perkembangan Jaminan Hari Tua Jamsostek.......................................................
Indeks Penghasilan dan Ekspektasi Penghasilan..................................................
Indeks Ekspektasi Konsumen............................................................................
Harga Komoditas Minyak dan Batubara..............................................................
Harga Komoditas Gula.....................................................................................
Harga Minyak Kelapa Sawit..............................................................................
Perkembangan Bulanan Harga Komoditas Utama Kota Samarinda (1)....................
Perkembangan Bulanan Harga Komoditas Utama Kota Samarinda (2)....................
49
50
51
52
53
54
55
55
56
56
57
58
60
61
62
62
63
63
63
63
1
RRIINNGGKKAASSAANN EEKKSSEEKKUUTTIIFF KKAAJJIIAANN EEKKOONNOOMMII RREEGGIIOONNAALL
PPRROOVVIINNSSII KKAALLIIMMAANNTTAANN TTIIMMUURR PPEERRIIOODDEE TTRRIIWWUULLAANN IIVV--22001100
I. Gambaran Umum
Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur triwulan IV-2010 mengalami
pertumbuhan yang positif sebesar 2,36% (yoy), namun lebih rendah dibandingkan
dengan pertumbuhan pada triwulan III-2010 yang tumbuh sebesar 3,76%. Dari sisi
permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi Kaltim secara tahunan pada
triwulan IV-2010 dipengaruhi oleh peningkatan kinerja ekspor Kaltim karena masih
tingginya permintaan yang berasal dari negara-negara pembeli utama komoditas
ekspor primer Kaltim yang dipicu oleh perekonomian global yang terus membaik.
Berdasarkan sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh pertumbuhan
positif sektor pertambangan dan penggalian yang dipengaruhi oleh tingginya
produksi yang didorong oleh faktor masih baiknya permintaan dan semakin
meningkatnya harga hasil komoditas pada sektor tersebut di pasar internasional
pada triwulan IV-2010.
Sementara itu, laju perubahan harga barang dan jasa di Kalimantan Timur
pada periode laporan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan III-
2010. Penurunan ini dipengaruhi oleh menurunnya permintaan masyarakat seiring
berakhirnya masa liburan dan hari raya Idul Fitri pada triwulan sebelumnya.
Perkembangan intermediasi perbankan di Kalimantan Timur pada triwulan
IV-2010 menunjukkan perkembangan yang positif. Total aset perbankan mengalami
peningkatan secara tahunan sebesar 14,46%(yoy). Sementara itu penyaluran
pinjaman juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi secara tahunan baik kredit
atas dasar lokasi kantor sebesar 30,25% maupun kredit atas dasar lokasi proyek
sebesar 27,13%(yoy).
Perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan I-2011 diperkirakan akan
mengalami pertumbuhan yang positif, dengan perkiraan laju pertumbuhan berkisar
antara 2% s.d. 3% (yoy). Salah satu indikator yang menjadi arah pertumbuhan
positif tersebut adalah Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) hasil Survey Konsumen
Bank Indonesia yang masih berada di atas level optimis (100), yaitu sebesar
123,83. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya ekspektasi membaiknya kondisi
perekonomian dan ekspektasi terhadap penghasilan. Dari sisi permintaan
pertumbuhan positif masih didukung oleh kinerja ekspor Kalimantan Timur dan
semakin mengeliatnya kegiatan investasi seiring dengan meningkatnya
pembangunan infrastruktur di Kaltim yang mulai dilakukan. Sedangkan dari sisi
penawaran pertumbuhan ekonomi Kaltim masih didukung oleh perkembangan positif
di sektor pertambangan dan penggalian yang diperkirakan masih tinggi karena
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
2
stabilnya permintaan dan meningkatnya harga komoditas unggulan Kaltim yaitu
batubara dan minyak mentah di pasar internasional.
Tekanan terhadap laju perkembangan harga barang dan jasa pada triwulan
I-2011 diperkirakan akan mengalami peningkatan, yang dipengaruhi oleh adanya
tren peningkatan beberapa harga komoditas pangan dan bahan dasar makanan jadi
di pasar dunia seperti gula dan minyak sawit. Selain itu dari data pemantauan harga
Disperindagkop Provinsi Kalimantan Timur mayoritas bahan makanan kebutuhan
pokok di Samarinda mengalami peningkatan pada awal tahun 2011.
II. Asesmen Perekonomian
Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010
tumbuh secara positif, yaitu sebesar 2,36%(yoy), namun lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan III-2010 yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,76%(yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Kaltim pada triwulan laporan
disumbangkan secara positif oleh semua komponen. Kontribusi pertumbuhan PDRB
tertinggi berasal dari ekspor sebesar 1,40%, diikuti oleh investasi sebesar 1,05%,
serta konsumsi rumah tangga sebesar 0,75% .
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Kaltim pada periode laporan ini
berasal dari sektor pertambangan dan penggalian sebesar 2,14%, diikuti oleh
kontribusi sektor bangunan 0,85% dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran
sebesar 0,66%. Peningkatan pada sektor pertambangan dan penggalian sebagai
sektor yang paling dominan dalam perekonomian Kaltim (pangsa 48,19%)
dipengaruhi oleh masih tingginya produksi tambang yang disebabkan oleh masih
stabilnya permintaan dan meningkatnya harga komoditas ungulan hasil
pertambangan Kaltim seperti minyak dan batubara di pasar internasional.
III. Asesmen Inflasi
Laju perkembangan inflasi tahunan di Kalimantan Timur pada triwulan IV-
2010, yang dihitung dari perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK), tercatat sebesar
7,28%(yoy); lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2010 sebesar 7,45%
(yoy). Laju Inflasi Kaltim ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju inflasi
tahunan nasional yang sebesar 6,96%(yoy). Berdasarkan kelompok komoditasnya,
laju inflasi tertinggi terjadi pada kelompok komoditas bahan makanan yaitu sebesar
12,99%(yoy); diikuti oleh kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga
sebesar 11,92%, dan kelompok komoditas sandang sebesar 7,98%. Sementara
kelompok komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan merupakan
kelompok komoditas yang mengalami tingkat inflasi terendah, yaitu sebesar 1,71%.
Laju inflasi triwulanan di Kota Samarinda triwulan IV-2010 mencapai 0,75%(qtq),
lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi pada triwulan III-2010 yang sebesar
3,28%. Laju inflasi tertinggi tercatat pada kelompok komoditas sandang yaitu
sebesar 2,97%(qtq), yang dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan komoditas
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
3
emas perhiasan sehingga meningkatkan harga komoditas tersebut yang terjadi pada
bulan November dan Desember 2010.
Laju inflasi triwulanan di Kota Balikpapan pada triwulan IV-2010 tercatat
mengalami deflasi sebesar 0,21%(qtq), berbeda arah jika dibandingkan dengan
triwulan III-2010 yang mengalami inflasi sebesar 4,14%. Kelompok komoditas yang
mengalami peningkatan laju inflasi tertinggi adalah kelompok sandang yaitu sebesar
1,11%(qtq) karena meningkatnya harga emas perhiasan pada Desember 2010.
Laju Inflasi triwulanan di Kota Tarakan triwulan IV-2010 mengalami kenaikan
1,47%(qtq), lebih rendah jika dibandingkan dengan laju inflasi pada triwulan III-
2010 yang sebesar 5,23%. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok komoditas
pendidikan, rekreasi, dan olahraga yang mencapai 14,17% (qtq) karena
meningkatnya terif akademi/perguruan tinggi keperawatan di Tarakan.
IV. Asesmen Perbankan dan Sistem Pembayaran
1. Perbankan
Kegiatan intermediasi perbankan Kaltim selama triwulan IV-2010 dari sisi
penghimpunan dana menunjukkan peningkatan sebesar 14,21%(yoy) sehingga
posisinya menjadi Rp 49.912 milyar. Menurut jenis simpanan, peningkatan dana
pada triwulan laporan berasal dari tabungan yang tumbuh sebesar 19,82% dan;
deposito yang tumbuh sebesar 26,02%(yoy); sedangkan giro mengalami kontraksi
5,64%(yoy).
Jumlah kredit yang dikucurkan bank umum yang berkantor di Kaltim pada
triwulan laporan mencapai Rp 32.532 milyar atau mengalami peningkatan sebesar
30,25%(yoy). Sementara itu berdasarkan lokasi proyek, kredit yang disalurkan
sistem perbankan secara nasional untuk Kaltim tercatat meningkat sebesar 27,13%
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya (s.d posisi November),
atau mencapai Rp. 46.302 milyar. Berdasarkan perkembangan kegiatan intermediasi
perbankan diatas diketahui bahwa rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) Kaltim
atas dasar lokasi proyek mencapai 92,77%, lebih tinggi dibandingkan dengan LDR
atas dasar lokasi kantor di Kaltim yang sebesar 65,18%.
Perkembangan BPR di wilayah Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010
menunjukkan perkembangan yang positif. Perkembangan jumlah aset dan
penghimpunan dana mengalami peningkatan masing-masing sebesar 21,87% dan
23,05%(yoy). Jumlah aset meningkat menjadi Rp 271,09 milyar dan DPK meningkat
menjadi Rp 176,52 milyar. Penyaluran kredit BPR juga mengalami peningkatan,
yaitu sebesar 20,34%(yoy), menjadi Rp 178,02 milyar.
2. Sistem Pembayaran
Transaksi tunai antara perbankan di Kalimantan Timur dengan Kantor Bank
Indonesia Samarinda dan Balikpapan, pada triwulan IV-2010 mencapai Rp 5.316
milyar atau mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 46,91%
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
4
Jumlah uang kartal yang beredar tersebut terdiri dari jumlah inflow sebesar
Rp 1.348 milyar dan jumlah outflow sebesar Rp 3.696 milyar; sehingga pada
triwulan IV-2010 ini, wilayah Kalimantan Timur mengalami net outflow sebesar Rp
2.620 milyar. Meningkatnya jumlah peredaran uang kartal di wilayah Kalimantan
Timur pada periode berjalan ini dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas
penggunaan uang kartal oleh masyarakat. Sementara itu jumlah uang kartal yang
dikategorikan dalam Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) pada triwulan berjalan
mencapai Rp 412 milyar atau naik 110,57%(yoy). Sementara itu jumlah transaksi
kliring di Kalimantan Timur triwulan IV-2010 tercatat sebesar Rp 5.170 milyar,
mengalami pertumbuhan sebesar 11,50%(yoy); sedangkan transaksi RTGS
mencapai Rp 51.160 milyar, atau mengalami pertumbuhan dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 26,11%(yoy).
V. Outlook
1. Perekonomian
Perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan I-2011 diperkirakan akan
mengalami pertumbuhan yang positif, dengan perkiraan laju pertumbuhan berkisar
antara 2% s.d. 3%(yoy). Salah satu indikator yang menjadi arah pertumbuhan
positif tersebut dapat terlihat dari hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan Bank
Indonesia Samarinda pada bulan Januari 2010 yaitu Indeks Ekspektasi Konsumen
(IEK) yang masih berada di atas level optimis (100), yaitu sebesar 123,83. Hal ini
dipengaruhi oleh komponen-komponen IEK yang seluruhnya meningkat dan berada
di atas level optimis, terutama disebabkan ekspektasi membaiknya kondisi
perekonomian dan ekspektasi terhadap penghasilan.
2. Inflasi
Tekanan terhadap laju perkembangan harga barang dan jasa pada triwulan
I-2011 diperkirakan akan mengalami peningkatan, yang dipengaruhi oleh adanya
tren peningkatan beberapa harga komoditas pangan di pasar dunia seperti gula dan
bahan dasar beberapa produk makanan jadi yaitu minyak sawit. Selain itu
berdasarkan pemantauan harga di bulan Januari 2011, yang dilakukan oleh
Disperindagkop Prov. Kaltim, beberapa komoditas utama atau bahan kebutuhan
pokok di kota Samarinda mayoritas mengalami peningkatan yang cukup tinggi
diantaranya cabe merah besar, minyak goreng, daging ayam boiler, dan telur ayam.
Faktor pendorong inflasi pada triwulan depan antara lain keterbatasan pasokan
bahan makanan seperti beras, sayuran, bumbu-bumbuan, serta ikan segar yang
disebabkan faktor cuaca buruk sehingga menyebabkan gagal panen dan
mengganggu arus distribusi kebutuhan pokok dari Jawa dan Sulawesi Selatan.
5
PPEERRKKEEMM BBAA NNGGAA NN EEKKOONNOOMM II MM AA KKRROO RREEGGIIOONNAA LL
1.1 Gambaran Umum
Perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 tumbuh secara positif,
yaitu sebesar 2,36%(yoy), namun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2010
yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,76% dan PDB Nasional yang tumbuh sebesar
6,1% (Grafik 1.1). Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi Kaltim pada triwulan IV-
2010 tumbuh sebesar 0,75%(qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 0,46%.
Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi Kaltim secara tahunan
pada triwulan IV-2010 dipengaruhi oleh peningkatan ekspor Kaltim karena masih
tingginya permintaan yang berasal dari negara-negara pembeli utama komoditas ekspor
primer Kaltim yang dipicu oleh perekonomian global yang terus membaik. Selain itu
semakin menggeliatnya perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 juga
didukung oleh pertumbuhan investasi yang cukup tinggi. Berdasarkan sisi penawaran,
pertumbuhan ekonomi didorong oleh pertumbuhan positif sektor pertambangan dan
penggalian yang dipengaruhi oleh tingginya produksi yang didorong oleh faktor masih
baiknya permintaan dan harga hasil komoditas pada sektor tersebut di pasar
internasional pada triwulan IV-2010.
Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II QIII QIV Q I Q II QIII QIV Q I Q II QIII QIV
2006 2007 2008 2009 2010
Kaltim 1.65 2.33 3.83 3.57 0.17 0.37 1.23 3.10 6.62 6.82 4.58 1.44 0.33 -0.2 2.84 5.59 6.82 7.04 3.76 2.36
Nasional 5.0 5.0 5.9 6.1 6.0 6.3 6.5 6.5 6.28 6.4 6.3 5.5 4.53 4.08 4.16 5.43 5.69 6.19 5.8 6.1
-2
0
2
4
6
8(% yoy) Kaltim Nasional
Grafik 1.1 Pertumbuhan PDB Nasional dan PDRB Kaltim (yoy)
Sumber : BPS Kaltim, diolah
1.2 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Permintaan
Dari sisi permintaan, pertumbuhan PDRB pada triwulan laporan disumbangkan
secara positif oleh semua komponen. Kontribusi pertumbuhan PDRB tertinggi berasall
dari ekspor sebesar 1,40%, diikuti oleh investasi sebesar 1,05%, serta konsumsi rumah
tangga sebesar 0,75% (Tabel 1.1).
BAB I
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
6
Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan Kalimantan Timur
Q I QII QIII Q IV Q I QII QIII Q IV
Konsumsi Rumah Tangga 3.72 4.93 5.40 5.46 0.49 0.64 0.75 0.75
Makanan 3.48 3.63 3.30 3.07 0.23 0.23 0.22 0.20
Non Makanan 3.97 6.21 7.47 7.82 0.27 0.41 0.53 0.55
Pengeluaran KLSN 6.33 6.24 5.21 5.17 0.01 0.01 0.01 0.01
Pengeluaran Pemerintah 3.93 3.07 3.64 5.93 0.21 0.17 0.21 0.35
Pemb. Modal Tetap Domestik Bruto 4.34 4.14 4.45 7.35 0.57 0.56 0.64 1.05
Perubahan Stok 2.92 3.85 4.04 5.81 0.02 0.03 0.03 0.05
Ekspor 15.51 14.17 1.78 1.30 17.23 15.86 1.88 1.40
Ekspor LN 13.29 13.14 2.48 1.34 10.37 10.30 1.88 1.03
Ekspor Antar Daerah 20.63 16.47 0.20 1.19 6.82 5.53 0.06 0.38
Impor 23.96 20.31 0.24 2.88 10.51 9.13 0.10 1.23
Impor LN 31.47 23.15 -2.95 3.65 7.74 5.71 -0.63 0.86
Impor Antar Daerah 16.91 17.45 3.42 2.06 3.27 3.54 0.67 0.40
Ekspor Neto 8.67 8.86 3.13 -0.16 5.83 5.93 2.04 -0.11
PDRB 6.82 7.04 3.76 2.36 6.82 7.04 3.76 2.36
Jenis Penggunaan 2010
Pertumbuhan (% yoy)
2010
Kontribusi Pertumbuhan
Sumber : BPS Kaltim, diolah
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Rumah Tangga di Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 mengalami
ekspansi sebesar 5,46%(yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar
5,40%. Meningkatnya konsumsi rumah tangga pada periode laporan ini dipengaruhi oleh
meningkatnya permintaan masyarakat karena faktor musiman hari raya natal dan
menjelang pergantian tahun baru 2011 serta ekspektasi meningkatnya pendapatan
karena peningkatan UMP/UMK. Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan
oleh Bank Indonesia Samarinda pada triwulan IV tahun 2010, Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK) secara umum menunjukkan peningkatan optimisme masyarakat
Kaltim. Secara rata-rata triwulanan, IKK masih berada diatas level optimis 100 yaitu
sebesar 119,67 atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya yang
sebesar 117,75(Grafik 1.2).
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2008 2009 2010
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi EkonomiIndeks Ekspektasi Konsumen Garis 100
Grafik 1.2 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Sumber : Survey Konsumen Bank Indonesia
Indeks Keyakinan Konsumen yang menunjukkan peningkatan optimisme pada
triwulan laporan ini masih didukung oleh Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang berasal
dari relatif stabilnya ketersediaan lapangan kerja saat ini, serta dari Indeks Ekspektasi
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
7
Konsumen (IEK) berasal dari relatif stabilnya ekspektasi terhadap ketersediaan lapangan
pekerjaan sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 1.3 dan Grafik 1.4.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12
2008 2009 2010
Penghasilan Saat Ini Pembelian Durable Goods
Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini Garis 100
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2008 2009 2010
Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Ekonomi
Ekspektasi Ketersediaan Lap.Kerja Garis 100
Grafik 1.3 Indeks Kondisi Ekonomi Sumber : Survey Konsumen Bank Indonesia
Grafik 1.4 Indeks Ekspektasi Konsumen Sumber : Survey Konsumen Bank Indonesia
Peningkatan kegiatan konsumsi masih
didukung oleh pertumbuhan positif
kredit konsumsi pada triwulan IV-2010
yang mengalami peningkatan
pertumbuhan secara tahunan sebesar
38,74%, atau meningkat dari Rp. 7,98
trilyun pada triwulan IV-2009 menjadi
Rp. 11,08 trilyun pada triwulan IV-
2010 (Grafik 1.5). Perkembangan
kredit konsumsi juga mengalami
peningkatan secara triwulanan yaitu
sebesar 3,32%(qtq) dibandingkan
triwulan sebelumnya dimana kredit yang tersalurkan sebesar Rp. 10,48 trilyun.
1.2.2 Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran Pemerintah pada
triwulan IV-2010 mengalami
pertumbuhan sebesar 5,93% (yoy),
lebih tinggi jika dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan III-2010
yang tercatat sebesar 3,64%. Hal ini
dipengaruhi oleh meningkatnya
pertumbuhan belanja pemerintah
daerah selama triwulan IV-2010
sebagaimana dapat dilihat pada
peningkatan konsumsi Pemda secara
tahunan yang masih relatif tinggi (Grafik 1.6), yang disebabkan oleh peningkatan
realisasi terutama belanja operasi dalam bentuk belanja pegawai dan belanja barang
pada triwulan akhir 2010. Sementara itu belanja modal menunjukkan peningkatan
0%
20%
40%
60%
80%
80
100
120
140
160
180
200
220
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2009 2010
Konsumsi Pemda (APBD) g (yoy)
Grafik 1.6 Pengeluaran Pemerintah
Sumber : Prompt Indicator BPS
0%
20%
40%
60%
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010
(yoy)(Rp milyar) Konsumsi g (yoy)
Grafik 1.5 Kredit Konsumsi Sumber : LBU Bank Indonesia
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
8
realisasi keuangan dan fisik secara tahunan relatif melambat, disebabkan oleh
tertundanya jadwal beberapa kegiatan proyek pembangunan infrastruktur fisik yang
seharusnya dilakukan pada triwulan IV-2010 karena mundurnya jadwal tahap lelang
pekerjaan dan persiapan pekerjaan lainnya di awal pelaksanaan proyek.
1.2.3 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB)
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) Kalimantan Timur pada
triwulan IV-2010 mengalami ekspansi sebesar 7,35%(yoy), setelah tumbuh 4,45% pada
triwulan III-2010. Faktor positif yang turut menjadi pendorong pertumbuhan PMTDB
pada periode berjalan ini dapat terlihat dari Indeks Realisasi Investasi dan Indeks
Konsumsi Listrik Industri yang menunjukkan tren peningkatan dibandingkan periode
sebelumnya (Grafik 1.7). Dari sisi pembiayaan perbankan, penyaluran kredit investasi
perbankan pada triwulan IV-2010 mencapai Rp. 8,72 trilyun, atau mengalami
pertumbuhan sebesar 30,60(yoy) dari Rp. 6,68 trilyun pada triwulan yang sama tahun
sebelumnya. Pertumbuhan ini relatif sama jika dibandingkan dengan pertumbuhan
secara tahunan pada triwulan III-2010 yang meningkat sebesar 30,72%(yoy) (Grafik
1.7). Selain peran perbankan dalam pembiayaan investasi di Kalimantan Timur, peran
investasi yang dilakukan oleh swasta diperkirakan juga mengalami peningkatan yang
tinggi diantaranya ditunjukkan dengan pembukaan beberapa perusahaan di kawasan
industri Kariangau di Balikpapan serta pembangunan beberapa infrastruktur
perhubungan yang melibatkan swasta nasional maupun asing.
80
90
100
110
120
130
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Realisasi Investasi Konsumsi Listrik Industri
0%
20%
40%
60%
80%
0
2000
4000
6000
8000
10000
I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010
(yoy)(Rp milyar) Investasi g (yoy)
Grafik 1.7 Realisasi Investasi dan Konsumsi Listrik
Sumber : LBU Bank Indonesia
Grafik 1.8 Kredit Investasi Sumber : LBU Bank Indonesia
1.2.4 Ekspor dan Impor
Laju pertumbuhan ekspor Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010, diperkirakan
mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu 1,30%(yoy), tumbuh lebih rendah jika
dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekspor triwulan III-2010 yaitu sebesar 1,78%.
Pertumbuhan positif terlihat juga dari perkembangan ekspor Pelabuhan Samarinda,
yang pada triwulan IV-2010 tumbuh sebesar 64%(yoy) dengan volume ekspor pada
triwulan laporan mencapai 10,71 juta ton.
Berdasarkan data ekspor non migas yang berasal dari Ditjen Bea dan Cukai
yang diolah oleh Bank Indonesia, ekspor non migas Kalimantan Timur triwulan IV-2010
(data sampai dengan November 2010) mencapai USD 1.950 juta, mengalami
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
9
pertumbuhan secara tahunan sebesar 6,62% dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya, yang tercatat sebesar USD 1.829 juta. Pertumbuhan ini mengalami
perlambatan jika dibandingkan pertumbuhan secara tahunan pada triwulan III-2010
yang mencapai 35,25%(yoy).
Berdasarkan negara tujuan utama ekspor Kalimantan Timur pada triwulan
laporan, China memiliki pangsa terbesar yaitu 27,78%, diikuti oleh Jepang (15,39%),
dan Taiwan (11,81%) (Grafik 1.10). Berdasarkan komoditasnya, ekspor bahan bakar
mineral masih menjadi komoditas andalan ekspor non migas Kalimantan Timur dengan
pangsa pasar terbesar, yaitu mencapai 86,45% dengan nilai USD 1.686 juta (Tabel 1.2).
Nilai ekspor komoditas ini mengalami ekspansi sebesar 8,13% dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun sebelumnya, sehingga ekspansi ekspor komoditas bahan
bakar mineral memberikan kontribusi sebesar 7,03% terhadap pertumbuhan ekspor non
migas Kaltim pada triwulan laporan.
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
1 2 3 4* 1 2 3 4* 1 2 3 4* 1 2 3 4*
2007 2008 2009 2010
(yoy)(Juta USD) Nilai Ekspor g Nilai Ekspor
Grafik 1.9 Nilai Ekspor Nonmigas Kaltim
Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah *)periode Okt-Nov
0%
10%
20%
30%
1 2 3 4* 1 2 3 4* 1 2 3 4* 1 2 3 4*
2007 2008 2009 2010
Share
MALAYSIA C. INDIA C. R.R.C C. SOUTH KOREA C. TAIWAN C.JAPAN
Grafik 1.10 Perkembangan Share Negara Tujuan Utama
Ekspor Non Migas Kaltim Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah
*)periode Okt-Nov
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
10
Tabel 1.2 Komoditas Utama Ekspor non Migas Kaltim Triwulan IV-2010 (HS2 Digit, dalam USD s.d November 2010)
Komodit as Nilai (USD) Pangsa Grow th (yoy) Kontribusi
27 - Mineral fuels, mineral oil products 1,686,115,738 86.45 8.13 7.03
15 - Animal or vegt. fats and oils 101,841,934 5.22 139.65 7.29
44 - Wood and articles of wood 59,385,802 3.04 -5.31 -0.16
03 - Fish,crustaceans,molusca,oth.invert 31,868,383 1.63 7.04 0.12
29 - Organic chemicals 13,135,963 0.67 -45.64 -0.31
84 - Nuclear react.,boilers,mech. appli. 7,158,652 0.37 -60.39 -0.22
lainnya 50,990,516 2.61 -45.05 -1.18
Total 1,950,496,987 100 6.62 6.62
Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah
Sementara itu, pertumbuhan kegiatan impor Kalimantan Timur pada triwulan
IV-2010 mengalami pertumbuhan sebesar 2,88%(yoy); lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan pada triwulan III-2010 yang mengalami pertumbuhan secara
tahunan sebesar 0,24%.
Berdasarkan data yang tercatat di Bea Cukai, nilai impor non-migas Kaltim
selama triwulan IV-2010 (data sampai dengan November 2010) berjumlah USD 247,45
juta, atau mengalami peningkatan 2,03%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang turun 26,56%(yoy) (Grafik 1.11). Komoditas impor terbesar
Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010 adalah komoditas nuclear react., boilers, dan
mechanical appl. (pangsa 32,86%) dengan impor sebesar USD 81,32 juta atau
meningkat 2,78%(yoy), diikuti oleh komoditas fertilizer dengan nilai 27,60 juta (pangsa
11,16%) atau meningkat 3,45%(yoy) (Tabel 1.3). Sementara berdasarkan negara asal
impor, mayoritas berasal dari Amerika Serikat yaitu sebesar USD 48,45 juta (pangsa
19,58%), diikuti oleh Cina yaitu sebesar USD 39,59 juta (16,00%), dan Singapura
sebesar USD 37,82 juta (15,29%) sebagaimana dapat dilihat pada Grafik 1.12.
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4* 1 2 3 4* 1 2 3 4* 1 2 3 4*
2007 2008 2009 2010
(yoy)(Juta USD) Nilai Impor g Nilai Impor
Grafik 1.11 Nilai Impor Nonmigas Kaltim
Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
11
Tabel 1.3 Komoditas Impor Non Migas Utama dan Negara Asal Impor Utama Kaltim Triwulan IV-2010 (HS2 Dijit, dalam USD s.d November 2010)
Komoditas Nil ai (USD) Pangsa Grow th (YoY) Kontri busi
84 - Nuclear react .,boilers,mech. appli. 81,322,695 32.86 2.78 0.91
31 - Fert ilizers 27,606,789 11.16 3.45 0.39
73 - Articles of iron and steel 18,237,036 7.37 66.27 4.88
38 - Miscellaneous chemical products. 13,190,063 5.33 122.49 6.53
40 - Rubber and articles thereof 17,378,638 7.02 -23.24 -1.63
36 - Explosives;matches;pyrotechnic prod 5,570,992 2.25 40.59 0.91
Lainnya 84,149,392 34.01 -9.74 -3.31
Total 247,455,606 100 2.03 2.03 Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah
Secara keseluruhan, perdagangan komoditas non migas Kalimantan Timur pada
triwulan IV-2010 masih mengalami net export (jumlah ekspor non migas Kaltim
melebihi besar dibandingkan dengan jumlah impor non migas Kaltim) sebesar USD
1.703 juta, atau mengalami peningkatan sebesar 7,32%(yoy).
1.3 Perkembangan Indikator PDRB Sisi Penawaran
Kontribusi terbesar bagi pertumbuhan ekonomi Kaltim dari sisi penawaran pada
periode triwulan IV-2010 berasal dari sektor pertambangan dan penggalian sebesar
2,14%, diikuti oleh kontribusi sektor bangunan sebesar 0,85%, dan sektor
perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 0,66%. Pertumbuhan positif pada sektor
pertambangan dan penggalian sebagai sektor yang paling dominan dalam perekonomian
Kaltim (pangsa 48,19%) dipengaruhi oleh masih tingginya produksi tambang yang
disebabkan oleh meningkatnya harga beberapa komoditas hasil pertambangan seperti
minyak dan batubara di pasar internasional. Faktor penghambat dari pertumbuhan
sektor ini adalah faktor curah hujan yang meningkat sehingga kurang mendukung
terhadap kegiatan operasional pertambangan pada triwulan-IV 2010.
-20%
0%
20%
40%
60%
1 2 3 4* 1 2 3 4* 1 2 3 4* 1 2 3 4* 1 2 3 4*
2006 2007 2008 2009 2010
(Share)
SINGAPORE C. USA C. JAPAN C. R.R.C GERMANY
Grafik 1.12 Perkembangan Share Negara2x Asal Utama
Impor Nonmigas Kaltim Sumber : Ditjen Bea Cukai, diolah
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
12
Table 1.4. Pertumbuhan PDRB Sektoral Kalimantan Timur
Q I Q II QIII Q IV Q I Q II QIII Q IV
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 6.46 3.78 1.54 -0.26 0.41 0.22 0.09 -0.01
Pertambangan dan Penggalian 10.40 11.92 7.68 4.44 4.98 5.68 3.67 2.14
Industri Pengolahan -0.48 -0.99 -5.49 -4.87 -0.12 -0.25 -1.32 -1.17
Listrik, Gas, dan Air Bersih 5.95 5.36 5.36 4.65 0.02 0.01 0.02 0.01
Bangunan 10.91 9.79 9.95 10.08 0.85 0.77 0.84 0.85
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 11.32 11.57 10.64 8.70 0.78 0.82 0.81 0.66
Pengangkutan dan Komunikasi 9.74 9.86 9.24 8.15 0.31 0.31 0.31 0.27
Keuangan, Persewaan, dan Jasa-jasa Perusahaan 11.07 9.92 8.51 7.44 0.00 0.00 0.00 0.00
Jasa-jasa 7.45 7.80 8.19 6.59 0.01 0.01 0.01 0.01
PDRB 6.82 7.04 3.76 2.36 6.82 7.04 3.76 2.36
PDRB TANPA MIGAS 12.20 12.79 10.68 7.78 6.94 7.33 6.44 4.64
2010 2010
Kontribusi
LAPANGAN USAHA
Pertumbuhan (%yoy)
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Sebagai sektor terbesar kedua pembentuk PDRB Kaltim, sektor industri
pengolahan (pangsa 24,05%) mengalami penurunan pada triwulan IV-2010 yaitu
sebesar -4,87% (yoy), sehingga berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi
secara total dari sisi penawaran sebesar -1,17%. Beberapa hal penyebab penurunan
kinerja pada sektor ini masih dipengaruhi oleh semakin terbatasnya sumber gas,
sehingga produksi LNG mengalami penurunan serta produksi kilang minyak yang juga
mengalami penurunan produksi.
1.3.1 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan pada triwulan IV-2010
mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -0,26%(yoy), memiliki arah yang berbeda
jika dibandingkan dengan triwulan III-2010 yang tumbuh sebesar 1,54%. Kontraksi
pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh menurunnya produktivitas pada sub sektor
tanaman bahan makanan seperti padi sawah dan padi ladang (Grafik 1.13) dikarenakan
baru dimulainya masa tanam sehingga menyebabkan menurunnya luas panen (masa
tanam yang biasa terjadi pada bulan Agustus dan September bergeser ke bulan
November dan Desember), sehingga masa panen raya diperkirakan akan terjadi di
sekitar bulan April 2011.
60
80
100
120
140
160
180
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010Grafik 10. Indeks Produksi Tanaman Perkebunan
Produksi Kelapa Sawit (TBS) Produksi Karet Produksi Lada
Grafik 1.14 Indeks Produksi Sawit
Sumber : Prompt Indicator BPS
60
70
80
90
100
110
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Padi Sawah Padi Ladang
Grafik 1.13 Indeks Produksi Padi
Sumber : Prompt Indicator BPS
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
13
Sementara itu dari subsektor perkebunan
terjadi peningkatan produksi Tandan
Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit
meskipun sedikit melambat. Hal ini
terlihat pada indeks produksi sawit
(Grafik 1.14). Salah satu indikator yang
menunjukkan penurunan pertumbuhan
sektor pertanian juga dapat dilihat dari
penyaluran kredit lokasi proyek pada
sektor pertanian di triwulan IV-2010
mencapai Rp. 5.649 milyar, meningkat sebesar 54,38% atau melambat dibandingkan
pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang mencapai 80,37%(yoy) (Grafik 1.15).
1.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2010 mengalami
pertumbuhan yang melambat, yaitu mencapai 4,44%(yoy) atau lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2010 yang tumbuh sebesar 7,68%(yoy).
Faktor penghambat yang menyebabkan melambatnya sektor pertambangan dan
penggalian pada triwulan laporan adalah curah hujan yang terus berada pada tingkat
menengah level atas (201-300mm) di kawasan Kalimantan Timur selama bulan Oktober
sampai dengan Desember 2010, sehingga mengganggu aktivitas/operasional kegiatan
pertambangan. Perlambatan sektor pertambangan dan penggalian juga terlihat dari
Indeks Produksi Batubara yang menunjukkan adanya tren melambat (Grafik 1.16).
Selain itu perkembangan sektor pertambangan dan penggalian yang melambat
juga ditunjukkan oleh perkembangan kinerja kredit lokasi proyek sektor pertambangan
dan penggalian yang secara tahunan tumbuh sebesar 51,31%(yoy) atau lebih rendah
jika dibandingkan dengan peningkatan kredit pertambangan secara tahunan pada
triwulan sebelumnya yang sebesar 69,87%(yoy) (Grafik 1.17). Sementara itu faktor
positif yang masih mendorong pertumbuhan pada sektor pertambangan dan penggalian
0%
10%
20%
30%
40%
80
90
100
110
120
130
140
150
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Produksi Batubara g (yoy)
Grafik 1.16 Indeks Produksi
Pertambangan Batubara Sumber : Prompt Indicator BPS
-40%
0%
40%
80%
120%
160%
0
2000
4000
6000
8000
10000
I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010
(yoy)(Rp milyar) Kredit Pertambangan g (yoy)
Grafik 1.17 Kredit Sektor
Pertambangan Sumber : LBU Bank Indonesia
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010
(yoy)(Rp milyar) Kredit Pertanian g (yoy)
Grafik 1.15 Kredit Sektor Pertanian
Sumber : LBU Bank Indonesia
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
14
ini didukung oleh masih tingginya harga dan permintaan komoditas pertambangan dan
penggalian terutama minyak dan batubara di pasar internasional sehingga perusahaan
tetap berusaha untuk mengoptimalkan produksinya.
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan
Sektor ini mengalami kontraksi pertumbuhan pada triwulan IV-2010, yaitu
sebesar -4,87%, masih tumbuh negatif seperti pertumbuhan yang terjadi pada triwulan
III-2010 yang sebesar -5,49%(yoy). Penurunan yang terjadi pada sektor ini terutama
dipengaruhi oleh menurunnya produksi LNG, yang memiliki pangsa terbesar dalam
industri pengolahan (pangsa 69% terhadap industri pengolahan), karena jumlah
pasokan gas yang semakin terbatas. Selain itu produksi pengilangan minyak pada
triwulan laporan ini juga mengalami penurunan produksi sebagaimana dialami oleh
produksi kilang minyak Pertamina Balikpapan pada triwulan IV-2010 yang turun
15,68%(yoy). Penurunan industri pengolahan minyak ditunjukkan oleh penurunan
Perkembangan Produksi Kilang Minyak Pertamina Balikpapan (Grafik 1.18). Selain itu
penurunan kinerja juga ditunjukkan oleh melambatnya kredit lokasi proyek sektor
industri yang mencapai Rp. 2.199 milyar tumbuh 9,51% atau lebih rendah dari
pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang sebesar 42,45%(yoy) (Grafik 1.19).
1.3.4 Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
Sektor listrik, gas, dan air bersih
pada periode triwulan laporan
mengalami pertumbuhan sebesar
4,65%(yoy), lebih lambat jika
dibandingkan dengan pertumbuhan
sektor ini pada triwulan sebelumnya
yang mampu tumbuh sebesar 5,36%.
Salah satu indikator yang
menunjukkan perlambatan kinerja
sektor ini adalah penyaluran kredit
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
g (yoy)(Juta barrel)Vol. Produksi (barrel) g. Produksi yoy
Grafik 1.18 Produksi Kilang Minyak
Sumber : Pertamina UPV Balikpapan
-40%
0%
40%
80%
120%
0
1000
2000
3000
4000
I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010
(yoy)(Rp milyar) Kredit Sektor Industri g (yoy)
Grafik 1.19 Kredit Sektor Industri
Sumber : Prompt Indicator BPS
-120%
-80%
-40%
0%
40%
80%
0
100
200
300
400
500
600
I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010
(% yoy)(Rp milyar) Listrik, Gas dan Air g (yoy)
Grafik 1.20 Kredit Sektor Listrik dan Air
Sumber : LBU Bank Indonesia
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
15
berdasarkan lokasi proyek perbankan pada triwulan IV-2010 mencapai Rp. 256,25
milyar atau mengalami pertumbuhan negatif secara tahunan sebesar -48,36%.
Pertumbuhan ini semakin menurun jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada
triwulan III-2010 yang juga tumbuh negatif sebesar -39,44%(yoy) (Grafik 1.20).
1.3.5 Sektor Bangunan
Sektor bangunan pada triwulan IV-2010 mengalami pertumbuhan sebesar
10,08%(yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III-2010
yang mampu tumbuh sebesar 9,95%. Peningkatan pertumbuhan tersebut dapat terlihat
dari indeks nilai bangunan tempat tinggal
dan nilai bangunan campuran yang
mengalami kenaikan pada triwulan IV-2010
(Grafik 1.21). Namun demikian peningkatan
sektor bangunan ini kurang didukung oleh
kinerja kredit konstruksi yang disalurkan
oleh perbankan ke Kalimantan Timur
triwulan IV-2010 yang mencapai Rp 2.782
milyar, atau justru mengalami penurunan
sebesar 25,56%(yoy).
1.3.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan IV-2010 mengalami
pertumbuhan yang positif mencapai 8,70% atau melambat jika dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan III-2010 yang tumbuh sebesar 10,64%. Faktor penyebab
melambatnya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan ini
adalah menurunnya permintaan masyarakat terutama terhadap kamar terjual (hotel)
dan omset restoran akibat faktor musiman berakhirnya masa liburan dan hari raya Idul
Fitri. Perlambatan permintaan kamar terjual dan omset restoran ini terlihat dari Indeks
Sektor Perdagangan yang melambat di triwulan IV-2010 (Grafik 1.22).
Faktor positif pendorong pertumbuhan pada sektor perdagangan adalah
peningkatan kredit lokasi proyek perbankan yang disalurkan di Kalimantan Timur pada
triwulan IV-2010 yang mencapai Rp 7.401 milyar, mengalami pertumbuhan sebesar
90
100
110
120
130
140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Indeks Harga Perdagangan Besar
Malam Kamar Terjual (Hotel)
Omzet Restoran
Grafik 1.22 Indeks Sektor Perdagangan
Sumber : Prompt Indicator BPS
90
95
100
105
110
115
120
125
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Nilai Bangunan Tempat Tinggal
Nilai Bangunan Campuran
Grafik 1.21 Indeks Nilai Bangunan
Sumber : Prompt Indicator BPS
0%
20%
40%
60%
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010
(yoy)(Rp milyar) Kredit Perdagangan g (yoy)
Grafik 1.23 Kredit Perdagangan
Sumber : LBU Bank Indonesia
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
16
18,20%(yoy) atau sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang
mampu tumbuh sebesar 17,46% secara tahunan (Grafik 1.23).
1.3.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan
komunikasi pada triwulan IV-2010
mengalami pertumbuhan sebesar 8,15%
(yoy), lebih lambat jika dibandingkan
dengan pertumbuhan pada triwulan III-
2010 yang sebesar 9,24%. Faktor
pendorong melambatnya pertumbuhan
sektor ini dipengaruhi oleh menurunnya
aktivitas perjalanan masyarakat yang
disebabkan oleh berakhirnya faktor
musiman liburan hari raya pada triwulan sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan sektor
pengangkutan dan komunikasi terlihat dari perkembangan Indeks Jumlah Penumpang
Angkutan Laut, Darat, dan Udara yang menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan
periode sebelumnya (Grafik 1.24).
1.3.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan pada triwulan IV-2010
ini mengalami pertumbuhan positif
sebesar 7,44% (yoy), mengalami
perlambatan jika dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan III-2010
sebesar 8,51%. Perlambatan
pertumbuhan sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan ini
pada triwulan IV-2010 ini ditunjukkan
oleh penyaluran kredit perbankan yang
mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu mencapai Rp 46.301
milyar, tumbuh sebesar 27,13%(yoy) atau lebih rendah dari pertumbuhan triwulan
sebelumnya sebesar 36,65%(yoy) (Grafik 1.25).
1.3.9 Sektor Jasa-jasa
Sektor ini pada periode laporan mengalami pertumbuhan yang positif sebesar
6,59%(yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan III-2010
sebesar 8,19%. Perlambatan pada sektor jasa ini salah satunya dipengaruhi oleh
pelaksanaan beberapa proyek pembangunan yang masih tertunda.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
10000
20000
30000
40000
50000
I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010
(% yoy)(Rp milyar) Kredit g Kredit
Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Kaltim
Sumber : LBU Bank Indonesia
80
90
100
110
120
130
140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 2010
Grafik.11 Indeks Sektor Angkutan
Jumlah Penumpang Angkutan Laut
Jumlah Penumpang Angkutan Darat
Jumlah Penumpang Angkutan Udara
Grafik 1.24 Indeks Jumlah Penumpang
Sumber : Prompt Indicator BPS
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
17
Boks 1. ANALISIS EFISIENSI SEKTORAL PEREKONOMIAN KALIMANTAN TIMUR
Tujuan Analisis
Para pemangku kebijakan di daerah perlu untuk mengetahui tingkat efisiensi
sektoral dari perekonomian daerahnya yang kemudian dibandingkan dengan peran masing-
masing sektor tersebut dalam pertumbuhan ekonomi. Sebagai faktor pendukung analisis
efisensi sektoral dibutuhkan informasi mengenai siklus bisnis masing-masing sektor,
khususnya untuk melihat ketahanan masing-masing sektor yang terjadi selama kurun waktu
2000–2009. Berbagai informasi ini akan bermanfaat untuk memahami karakteristik ekonomi
daerah dari sisi sektoral sebagai referensi dalam menyusun kebijakan dan pemberian
insentif pada salah satu sektor utama di daerah. Pemahaman yang tepat tentang efektivitas
sektoral di daerah dapat membantu para pengambil kebijakan dalam membangun
perekonomian daerah yang berkualitas. Analisis efisiensi sektoral ini secara spesifik
bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi sektoral pada perekonomian daerah serta
memperkirakan business cycle masing-masing sektor ekonomi. Dari hasil analisis ini juga
berupaya merumuskan implikasi kebijakan pemerintah daerah untuk memelihara dan
mencapai pertumbuhan sektor ekonomi daerah yang sustainable.
Teori Efisiensi Sektoral
Tingkat efisiensi Sektoral dalam suatu perekonomian dapat diukur dengan
menggunakan fungsi stochastic frontier production karena memiliki kelebihan dalam
memperbolehkan adanya perbedaan teknologi antar sektor dan permasalahan
heteroskedastisitas yang dapat muncul pada jenis data panel. Sejak fungsi dari stochastic
frontier production ditemukan oleh Aigner, Lovell dan Schmidt (1977) dan Meusen and van
den Broeck (1977), model ini telah banyak berkembang sampai dengan saat ini. Fungsi ini
memperhitungkan faktor teknik inefisiensi yang turut mempengaruhi tingkat output pada
proses produksi. Pada perkembangan selanjutnya Schmidt dan Sickles (1984)
mengembangkan model stochastic frontier production function dengan panel data:
............................................. (1)
Keterangan: yit = ouput
x = input
v = statistical noise
u > 0 adalah firm effect mewakili technical inefficiency
Model tersebut dapat dituliskan kembali sebagai berikut:
.................................................. (2) dimana, αi = α - uit
Model Stochastic Frontier dikembangkan juga oleh Limam dan Miller (2003) dengan
memasukan faktor produktifitas dari faktor input, seperti capital dan labor. Model Limam
dan Millar menggunakan asumsi fungsi produksi Cobb Douglas, dimana aggregat output
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
18
diproduksi dengan menggunakan aggregat kapital stok secara fisik dan labor. Persamaannya
sebagai berikut:
.................................................. (3)
dimana, Yit = output perusahaan/sektor ke i pada waktu t
K it = Kapital perusahaan/sektor ke i pada waktu t
L it = Labor perusahaan/sektor ke i pada waktu t
At = Aeξ t, dimana ξ mengukur rate technical progress
b1it = elastisitas output terhadap kapital
b2it = elastisitas output terhadap labor
Hasil Analisis Efisiensi Sektoral
Apabila dilihat perekonomian Kalimantan Timur selama periode 2001-2010,
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur (growth PDRB Kaltim) mayoritas bergerak secara
fluktuatif pada pertumbuhan antara 0 sampai dengan 5%. Mayoritas pertumbuhan ekonomi
tersebut berada dibawah pertumbuhan nasional yang relatif lebih stabil bergerak di sekitar
5%. Akan tetapi apabila dilihat pertumbuhan ekonomi non migas Kaltim yang cukup
didominasi oleh perkembangan pertambangan batubara selama periode tersebut,
pertumbuhan bergerak diantara 5% sampai dengan 15% yang berarti mayoritas berada
diatas pertumbuhan ekonomi nasional (Grafik 4.1)
(5)
-
5
10
15
20
25
30
I II IIIIV I II IIIIV I II III IV I II IIIIV I II IIIIV I II III IV I II IIIIV I II IIIIV I II III IV I II III
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
PDRB Kaltim PDRB Kaltim non Migas PDB Nasional
Grafik B1.1 Pertumbuhan Kaltim-Migas-Nasional
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan Stata versi 10 menggunakan
panel data 9 sektor selama tahun 2002–2008, hasil yang didapatkan (Tabel 5.1) faktor
produksi (kapital dan tenaga kerja) memberikan kontribusi positif pada output. Dengan
melihat t-ratio keduanya, faktor kapital memberikan kontribusi yang signifikan pada α 5%,
sedangkan faktor tenaga kerja tidak signifikan. Koefisien kapital memiliki nilai 0.79 berarti
penambahan 1% kapital akan meningkatkan output sebesar 0.79%. Kontribusi pengaruh
kapital yang tinggi diduga disebabkan oleh dominasi sektor pertambangan dan industri
pengolahan yang sifatnya padat modal dalam struktur perekonomian Kaltim.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
19
Tabel B1.1 Hasil Pengolahan Data Panel dengan Stata 10
Hasil pengolahan data juga mencatatkan nilai efisiensi dari masing-masing sektor
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.2. Sektor pertambangan dan industri pengolahan
memiliki nilai efisiensi yang paling tinggi dibandingkan sektor lainnya. Selanjutnya adalah
sektor bangunan dan perdagangan yang berada di peringkat ketiga dan keempat.
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Pertanian
Pertambangan
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel
Angkutan, Komunikasi
Keuangan
Jasa
Grafik B1.2 Efisiensi Sektoral Hasil Running Stata v.10
Sektor pertambangan dan industri pengolahan (didominasi industri pengolahan
migas) memiliki nilai efisiensi yang tinggi karena dalam perekonomian Kalimantan Timur
disebabkan sektor ini menghasilkan output yang sangat besar. Besarnya output pada kedua
sektor ini disebabkan semakin meningkatnya perekonomian dunia terutama di beberapa
negara berkembang di Asia seperti China, Korea Selatan, dan India, yang berimplikasi
terhadap kenaikan permintaan bahan baku energi seperti minyak, gas, dan batubara. Dari
sisi input sektor-sektor tersebut menggunakan input yang relatif kecil khususnya input
tenaga kerja karena kedua sektro tersebut merupakan sektor yang padat modal. Selain itu
kebanyakan pertambangan batubara di Kaltim saat ini masih berupa pertambangan terbuka
sehingga modal yang diperlukan untuk kegiatan eksplorasi juga belum terlalu besar
dibandingkan dengan pertambangan tertutup.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
20
Hasil Analisis Siklus Bisnis
Siklus pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur secara keseluruhan memiliki periode
fase ekspansi yang lebih lama dibandingkan fase kontraksinya yaitu secara rata-rata selama
16 bulan dibanding 9 bulan fase kontraksi. Fase ekspansi perekonomian terjadi pada bulan
Januari 2003 sampai dengan Maret 2005 selama 26 bulan, pada bulan Desember 2005
sampai dengan Oktober 2006 selama 10 bulan, dan pada bulan Maret 2007 sampai dengan
April 2008 selama 13 bulan (Tabel 5.3).
Grafik B1.3 Growth cycle Perekonomian Kalimantan Timur
Tabel B1.2 Data Growth cycle Perekonomian Kalimantan Timur
Trough Peak Trough Fase Cycle
Ekspansi Jan-03 Mar-05 26
Kontraksi Mar-05 Des-05 9
Cycle Jan-03 Des-05 35
Ekspansi Des-05 Okt-06 10
Kontraksi Okt-06 Mar-07 5
Cycle Des-05 Mar-07 15
Ekspansi Mar-07 Apr-08 13
Kontraksi Apr-08 Apr-09 12
Cycle Mar-07 Apr-09 25
16
9
25
Fase/SiklusTitik Balik (Periode) Durasi (Bulan)
Ekspansi
Kontraksi
Cycle Perekonomian Kalimantan Timur berada pada fase kontraksi pada bulan Maret 2005
sampai dengan Desember 2005 selama 9 bulan, pada bulan Oktober 2006 sampai dengan
Maret 2007 selama 5 bulan dan pada bulan April 2008 sampai dengan April 2009 selama 12
bulan. Durasi dari siklus pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur secara keseluruhan
mengalami penurunan, hal ini terlihat dari periode ekspansi yang semakin menurun (26 ke
10 ke 13) dan periode kontraksi yang semakin meningkat (9 ke 5 ke 12). Kinerja
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur yang kurang baik ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya kondisi prasarana fisik dan nonfisik yang belum dapat mendukung
percepatan pembangunan ekonomi daerah.
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur mempunyai dua sektor pendorong
perekonomian yaitu sektor Pertambangan dan sektor Industri Pengolahan. Sektor
selanjutnya disusul oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restauran (PHR) dan sektor
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
21
Pertanian. Keempat sektor utama tersebut mengalami perbaikan yang terlihat pada periode
di fase ekspansi semakin panjang dan fase kontraksi yang memendek. Secara keseluruhan,
mayoritas growth cycle PDRB Kalimantan Timur relatif membaik dari siklus sebelumnya.
Tabel B1.3 Kompilasi Growth Cycle Sektoral Kaltim
Ekspansi Kontraksi Cycle
Pertanian 14 15 29
Industri 10 12 21
PHR 17 8 25
Pertambangan 11 13 25
LGA 8 19 41
Jasa 12 16 28
Keuangan 12 18 31
Bangunan 14 19 37
Angkutan 21 37 66
PDRB 23 8 36
SektorDurasi
Hasil Sinkronisasi seluruh sektor, Growth cycle sektoral yang memiliki kemiripan
dengan growth cycle PDRB Kalimantan Timur adalah sektor Pertambangan, Industri
Pengolahan, Pertanian dan Perdagangan, Hotel dan Restauran (PHR). Dengan demikian,
pertumbuhan keempat sektor ini dapat menjadi program prioritas Pemerintah Provinsi
Kalimantan Timur, dari sisi regulasi maupun pembangunan infrastruktur pendukungnya.
Grafik B1.4 Sinkronisasi Sektoral Provinsi Kalimantan Timur
Implikasi Kebijakan
Perekonomian Kalimantan Timur cukup didominasi oleh sektor pertambangan dan
industri pengolahan. Oleh karena itu prioritas utama pemerintah dan investor tentu saja
harus diarahkan pada sektor pertambangan dan industri pengolahan, disusul oleh
pengembangan sektor pertanian, sektor bangunan, dan sektor perdagangan, hotel dan
restoran yang memiliki prospek yang cukup baik di masa yang akan datang mengingat
sektor pertambangan Kalimantan Timur sangat didominasi oleh migas dan batubara yang
merupakan unrenewable resources. Diperlukan perhatian khusus untuk mengembangkan
sektor-sektor renewable yang memiliki nilai efisiensi dan fase ekspansi masih cukup rendah
dengan berbagai kebijakan yang mampu mendorong perluasan usaha dan penambahan
investasi pada sektor-sektor tersebut.
22
EEVVAA LLUUAA SSII PPEERRKKEEMM BBAA NNGGAA NN IINNFFLLAA SSII
2.1 Gambaran Umum
Laju perkembangan perubahan harga barang dan jasa tahunan di Kalimantan Timur
pada triwulan IV-2010, yang dihitung dari perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK),
tercatat sebesar 7,28% (yoy); lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III-2010
sebesar 7,45% (yoy). Akan tetapi, laju Inflasi Kaltim ini masih lebih tinggi jika
dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional yang sebesar 6,96% (yoy).
Berdasarkan kelompok komoditasnya, laju inflasi tertinggi terjadi pada kelompok
komoditas bahan makanan yaitu sebesar 12,99% (yoy); diikuti oleh kelompok
komoditas pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 11,92%, dan kelompok komoditas
sandang sebesar 7,98%. Sementara kelompok komoditas transportasi, komunikasi dan
jasa keuangan merupakan kelompok komoditas yang mengalami tingkat inflasi
terendah, yaitu sebesar 1,71% (Tabel 2.1).
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2007 2008 2009 2010
% (YoY) Kaltim Nasional
Grafik 2.1 Laju Inflasi Kaltim dan Nasional (yoy)
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Tabel 2.1 Inflasi di Kalimantan Timur Triwulan IV-2010
QtQ YoY Qt Q YoY QtQ YoY
BAHAN MAKANAN 0.36 8.33 8.20 13.66 -1.33 12.99
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU -0.05 8.12 1.55 6.74 1.34 6.26
PERUMAHAN 0.68 3.00 2.02 3.97 1.27 4.88
SANDANG 1.93 7.43 2.46 7.64 2.14 7.98
KESEHATAN 1.02 5.52 1.59 4.91 1.27 5.02
PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA 0.07 9.53 9.52 11.69 1.56 11.92
TRANSPORT & KOMUNIKASI 0.04 1.85 1.02 2.42 0.19 1.71
U M U M 0.39 5.84 3.89 7.45 0.47 7.28
KELOMPOKInf lasi (Q4-2010)In f lasi (Q3-2010)Inf lasi (Q2-2010)
Sumber : BPS Kaltim, diolah
BAB II
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
23
Identifikasi awal terhadap peningkatan laju inflasi tahunan di Kaltim menunjukkan
bahwa kelompok volatile food mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada akhir
triwulan IV-2010, dengan laju inflasi secara tahunan 13,02%, relatif sama jika
dibandingkan dengan laju inflasi volatile food pada triwulan sebelumnya yang sebesar
13,92% (yoy) (Grafik 2.2). Secara bulanan pergerakan inflasi volatile food pada triwulan
IV, dipicu oleh kenaikan inflasi bulanan yang cukup tinggi pada bulan Desember 2010
yang mengalami peningkatan sebesar 1,34%, lebih tinggi dibandingkan kenaikan inflasi
pada bulan Oktober (deflasi 3,60%) dan November 2010 (inflasi 0,76%) (Grafik 2.3).
Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan harga beras, minyak goreng, semua jenis cabe,
bawang merah, bawang putih, kacang-kacangan, sayuran, dan semua jenis ikan.
Berdasarkan kota pembentuk inflasi Kaltim, inflasi tahunan tertinggi pada triwulan
laporan terjadi di Tarakan yakni sebesar 7,92% (yoy), diikuti oleh kota Balikpapan dan
Samarinda masing-masing sebesar 7,38% (yoy) dan 7,00% (yoy). Secara umum,
faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Inflasi Kaltim pada triwulan-IV 2010
dari sisi permintaan dan penawaran, antara lain :
Dari sisi permintaan, meningkatnya permintaan masyarakat yang didorong oleh pola
konsumsi musiman yang meningkat karena tingginya konsumsi pada perayaan hari
-4
-2
0
2
4
6(% mtm)
Core Volatile Foods Administered
Grafik 2.3 Disagregasi Inflasi Inti dan Non Inti Kaltim (mtm)
Sumber : BPS Kaltim, diolah
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
May-08
Jun-08
Jul-08
Aug-08
Sep-08
Oct-08
Nov-08
Dec-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
May-09
Jun-09
Jul-09
Aug-09
Sep-09
Oct-09
Nov-09
Dec-09
Jan-10
Feb-10
Mar-10
Apr-10
May-10
Jun-10
Jul-10
Aug-10
Sep-10
Oct-10
Nov-10
Dec-10
(% yoy) Administered Volatile Foods Core
Grafik 2.2 Disagregasi Inflasi Inti dan Non Inti Kaltim (yoy)
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
24
raya natal dan menjelang Tahun Baru 2011 pada triwulan IV-2010. Selain itu juga
meningkatnya ekspektasi masyarakat terhadap peningkatan gaji akibat peningkatan
UMP/UMK juga menambah tekanan inflasi dari sisi permintaan.
Dari sisi penawaran, terbatasnya pasokan beberapa komoditas bahan makanan seperti
terutama komoditas beras, bawang merah, dan cabe rawit yang disebabkan oleh
gagal panen akibat cuaca dan curah yang tidak menentu, serta banjir yang terjadi di
beberapa daerah sentra penghasil komoditas tersebut di Jawa, sehingga menyebabkan
meningkatnya harga komoditas tersebut yang sangat tinggi pada triwulan-IV 2010.
2.2 Inflasi Triwulanan (qtq)
2.2.1 Inflasi Triwulanan Kota Samarinda (qtq)
Laju perkembangan harga komoditas barang dan jasa triwulanan di Kota Samarinda
pada triwulan IV-2010 mencapai 0,75% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan laju
inflasi pada triwulan III-2010 yang sebesar 3,28%. Laju inflasi tertinggi tercatat pada
kelompok komoditas sandang yaitu sebesar 2,97% (qtq), yang dipengaruhi oleh
meningkatnya harga komoditas emas perhiasan; diikuti oleh kelompok komoditas
makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (2,34%) karena peningkatan harga
tempe dan nasi yang terjadi pada bulan Desember 2010 (Tabel 2.2 dan Tabel 2.3).
Sementara itu, kelompok komoditas bahan makanan merupakan kelompok komoditas
yang mengalami deflasi yaitu sebesar 0,66% (qtq).
Tabel 2.2 Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Samarinda
Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10
BAHAN MAKANAN -0.60 2.98 1.50 7.68 -0.66
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 1.18 5.13 -0.74 0.88 2.34PERUMAHAN 0.06 0.87 0.78 2.31 1.04
SANDANG 2.26 1.55 3.03 2.90 2.97
KESEHATAN 0.84 1.38 1.13 2.30 0.93PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA 0.12 0.51 0.05 2.86 0.23
TRANSPORT & KOMUNIKASI 0.14 0.60 0.07 0.88 0.03
U M U M 0.29 2.07 0.74 3.28 0.75
KELOM POKInf l asi Qt Q (% )
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Tabel 2.3 Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Samarinda
KOMODITI ANDIL KOMODITI ANDIL KOMODITI ANDIL
BAWANG MERAH 0.11 LAYANG 0.15 BERAS 0.31
EMAS PERHIASAN 0.08 BAWANG MERAH 0.14 TEMPE 0.11
SEWA RUMAH 0.08 UDANG BASAH 0.09 SEWA RUMAH 0.09
ROKOK KRETEK FILTER 0.07 BERAS 0.08 EMAS PERHIASAN 0.08
BERAS 0.05 GABUS 0.06 NASI 0.08
GULA PASIR 0.03 TOMAT SAYUR 0.04 MINYAK GORENG 0.07
MINYAK GORENG 0.03 EMAS PERHIASAN 0.04 CABE RAWIT 0.05
ROKOK KRETEK 0.03 JAGUNG MANIS 0.03 KELAPA 0.04
SHAMPO 0.02 KACANG PANJANG 0.02 AIR KEMASAN 0.03
KANGKUNG 0.02 BANDENG 0.02 PATIN 0.03
DESEMBEROCTOBER NOVEMBER
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
25
2.2.2 Inflasi Triwulanan Kota Balikpapan (qtq)
Laju inflasi triwulanan di Kota Balikpapan pada triwulan IV-2010 tercatat
mengalami deflasi sebesar 0,21% (qtq), berbeda arah jika dibandingkan dengan
triwulan III-2010 yang sebesar 4,14%. Kelompok komoditas yang mengalami
peningkatan laju inflasi tertinggi adalah kelompok komoditas sandang yaitu sebesar
1,11% (qtq) karena kenaikan emas perhiasan. Selanjutnya, sub kelompok
komoditas kesehatan, kelompok transportasi dan komunikasi, serta kelompok
komoditas makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau memiliki peningkatan
inflasi masing-masing sebesar 0,84%, 0,58%, dan 0,56% (qtq), sebagaimana dapat
dilihat pada Tabel 2.4 dan Tabel 2.5.
Tabel 2.4 Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Balikpapan
Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10
BAHAN MAKANAN -2.12 8.24 2.01 7.73 -2.02
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 2.37 1.47 0.46 1.26 0.56
PERUMAHAN 0.71 0.62 0.51 1.61 0.17
SANDANG 0.56 0.59 0.64 2.50 1.11
KESEHATAN 1.22 0.80 0.15 0.42 0.84
PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA 2.64 0.76 0.09 17.59 0.17
TRANSPORT & KOMUNIKASI 2.09 0.35 0.00 1.10 0.58
U M U M 0.69 2.55 0.76 4.14 -0.21
KELOM POKInf l asi Qt Q (%)
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Tabel 2.5 Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Balikpapan
KOMODITI ANDIL KOMODITI ANDIL KOMODITI ANDIL
GULA PASIR 0.06 BERAS 0.09 BERAS 0.22
BAWANG MERAH 0.05 LAYANG 0.08 ANGKUTAN UDARA 0.14
MIE 0.04 BAWANG MERAH 0.03 SANTAN JADI 0.05
TOMAT SAYUR 0.03 UDANG BASAH 0.02 MINYAK GORENG 0.05
MINYAK GORENG 0.02 T E H MANIS 0.01 SEWA RUMAH 0.04
SENG 0.01 KETIMUN 0.01 EMAS PERHIASAN 0.04
DAGING AYAM RAS 0.01 CABE RAWIT 0.01 BAWANG MERAH 0.03
KETIMUN 0.01 GULA PASIR 0.01 DAGING AYAM RAS 0.03
KERAMIK -0.01 BENSIN 0.01 CABE RAWIT 0.03
KENTANG -0.01 KANGKUNG 0.01 BANDENG 0.02
OCTOBER NOVEMBER DESEMBER
Sumber : BPS Kaltim, diolah
2.2.3 Inflasi Triwulanan Kota Tarakan (qtq)
Inflasi triwulanan di Kota Tarakan triwulan IV-2010 mengalami kenaikan 1,47%
(qtq), lebih rendah jika dibandingkan dengan laju inflasi pada triwulan III-2010 yang
mengalami laju inflasi sebesar 5,23%. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok
komoditas pendidikan, rekreasi, dan olahraga yang mencapai 14,17% (qtq) karena
meningkatnya tarif akademi/perguruan tinggi (akademi keperawatan), diikuti oleh
kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (4,68%) yang
disebabkan oleh kenaikan harga rokok kretek dan rokok kretek filter di Tarakan.
Sementara itu kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar -0.21% (qtq).
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
26
Meskipun demikian beberapa harga komoditas bahan makanan mengalami
kenaikan pada triwulan IV-2010, seperti harga cabe rawit, bawang merah, bawang
putih, ikan layang, dan daging ayam ras.
Tabel 2.6 Inflasi Triwulanan (qtq) di Kota Tarakan
Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10
BAHAN MAKANAN 2.31 6.38 -7.15 11.19 -1.64
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 2.27 2.16 0.93 4.68 0.03
PERUMAHAN 0.69 1.22 0.87 2.18 5.35
SANDANG 3.70 1.77 1.31 0.64 1.72
KESEHATAN 2.24 0.51 3.06 2.21 3.59
PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA 0.63 -0.25 0.09 -0.21 14.17
TRANSPORT & KOMUNIKASI -0.03 0.25 0.07 1.29 -0.44
U M U M 1.66 2.89 -1.77 5.23 1.47
KELOM POKIn f l asi Qt Q ( %)
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Tabel 2.7 Andil Inflasi Tertinggi per Komoditas Kota Tarakan
KOMODITI ANDIL KOMODITI ANDIL KOMODITI ANDIL
BERAS 0.16 SEWA RUMAH 1.14 BIAYA JARINGAN SAL TV 0.43
BAHAN BAKAR RMH TANGGA 0.09 AKADEMI/PT 0.07 BERAS 0.41
RAWON 0.08 BAWANG MERAH 0.06 BAWANG PUTIH 0.23
LEMARI PAKAIAN 0.04 BAWANG PUTIH 0.05 BAWANG MERAH 0.15
DOKTER UMUM 0.04 UDANG BASAH 0.05 CABE RAWIT 0.13
PISANG 0.03 BERAS 0.03 KANGKUNG 0.12
CABE RAWIT 0.03 BATU BATA/BATU TELA 0.02 MINYAK GORENG 0.11
CABE MERAH 0.02 KULKAS/LEMARI ES 0.01 BAYAM 0.07
EMAS PERHIASAN 0.02 BISKUIT 0.01 RAWON 0.07
DOKTER SPESIALIS 0.01 EMAS PERHIASAN 0.01 EMAS PERHIASAN 0.07
DESEMBEROCTOBER NOVEMBER
Sumber : BPS Kaltim, diolah
2.3 Inflasi Tahunan (yoy)
2.3.1 Inflasi Tahunan Kota Samarinda
Laju inflasi Kota Samarinda secara tahunan pada triwulan IV-2010 tercatat
sebesar 7,00% (yoy), atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju inflasi pada
triwulan sebelumnya yang sebesar 6,51%. Kelompok komoditas dengan laju inflasi
terbesar adalah kelompok komoditas bahan makanan (11,81%), diikuti kelompok
komoditas sandang yaitu sebesar 10,86, diikuti oleh kelompok komoditas makanan
jadi, minuman, rokok, dan tembakau (7,74%). Laju inflasi pada bahan makanan
dipengaruhi oleh meningkatnya harga beras, bumbu-bumbuan dan sayuran yang
disebabkan pergeseran musim panen padi, serta gagal panen pada komoditas
sayuran/tanaman holtikultura dan bumbu-bumbuan yang terjadi pada beberapa
sentra penghasil akibat cuaca yang kurang baik pada triwulan IV-2010. Sementara
itu, inflasi tahunan terendah terjadi pada kelompok komoditas transportasi,
komunikasi dan jasa keuangan, serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga
masing-masing sebesar 1,59% dan 3,68%.
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
27
Tabel 2.8 Inflasi Tahunan Kota Samarinda Menurut Kelompok Barang & Jasa
Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10
BAHAN MAKANAN 5.97 6.52 7.66 11.88 11.81
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 7.57 9.86 7.95 6.52 7.74PERUMAHAN 4.67 2.15 2.20 4.07 5.09SANDANG 5.54 4.48 9.87 10.09 10.86KESEHATAN 6.64 6.13 7.25 5.77 5.87PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA 1.35 2.24 1.21 3.57 3.68TRANSPORT & KOMUNIKASI -2.99 1.47 1.21 1.70 1.59
U M U M 4.06 4.65 4.99 6.51 7.00
KELOM POKIn f l asi Yo Y (%)
Sumber : BPS Kaltim, diolah
2.3.2 Inflasi Tahunan Kota Balikpapan
Laju inflasi tahunan di Kota Balikpapan pada triwulan laporan mencapai 7,38%
(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada triwulan III-2010 yang
mencapai 8,35%. Laju inflasi tahunan Kota Balikpapan ini juga lebih tinggi
dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional sebesar 6,96%. Laju inflasi
tertinggi di kota ini tercatat terjadi pada kelompok komoditas pendidikan, rekreasi
dan olahraga yaitu sebesar 18,79% (yoy), yang dipengaruhi oleh meningkatnya
biaya pendidikan pada tahun ajaran baru 2010. Kelompok komoditas lainnya yang
juga memiliki tingkat inflasi yang cukup tinggi pada triwulan IV-2010 adalah
kelompok komoditas bahan makanan (16,54%). Sementara itu, inflasi terendah
terjadi pada kelompok komoditas transportasi dan komunikasi, yaitu sebesar 2,04%.
Tabel 2.9 Inflasi tahunan Kota Balikpapan menurut Kelompok Barang & Jasa
Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10
BAHAN MAKANAN -3.06 5.81 9.46 16.42 16.54
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 9.92 8.48 7.03 5.67 3.80
PERUMAHAN 5.08 4.55 3.85 3.50 2.94
SANDANG 3.22 1.97 3.35 4.35 4.92
KESEHATAN 3.07 3.02 2.60 2.61 2.22
PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA 19.80 20.80 20.53 21.72 18.79
TRANSPORT & KOMUNIKASI -1.55 3.23 3.21 3.57 2.04
U M U M 3.60 6.21 6.70 8.35 7.38
KELOM POKIn f lasi Yo Y (% )
Sumber : BPS Kaltim, diolah
2.3.3 Inflasi Tahunan Kota Tarakan
Laju inflasi tahunan di Kota Tarakan pada triwulan IV-2010 mencapai 7,92% (yoy),
lebih rendah jika dibandingkan dengan laju inflasi tahunan pada triwulan III-2010 yang
sebesar 8,12%. Berdasarkan kelompok komoditasnya, kelompok komoditas pendidikan,
rekreasi, dan olahraga merupakan kelompok komoditas dengan laju inflasi tertinggi
yaitu sebesar 13,76% (yoy); diikuti oleh kelompok komoditas perumahan (9,91%).
Faktor pendorong meningkatnya inflasi di Kota Tarakan secara tahunan masih
dipengaruhi oleh ketergantungan yang tinggi terhadap suplai kebutuhan dari luar
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
28
beberapa barang kebutuhan yang sulit dipenuhi dan tingkat permintaan yang semakin
meningkat. Sementara inflasi terendah terjadi pada kelompok komoditas transportasi
dan komunikasi yaitu sebesar 1,16% (yoy).
Tabel 2.10 Inflasi tahunan Kota Tarakan menurut Kelompok Barang & Jasa
Q4-09 Q1-10 Q2-10 Q3-10 Q4-10
BAHAN MAKANAN 9.89 14.69 7.57 12.37 8.03
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 15.93 18.04 11.85 10.38 7.96
PERUMAHAN 2.64 3.58 3.48 5.04 9.91
SANDANG 10.62 7.33 9.82 7.60 5.54
KESEHATAN 6.72 7.18 7.52 8.25 9.67
PENDIDIKAN, REKREASI & OLAH RAGA 3.51 3.26 1.12 0.27 13.76
TRANSPORT & KOMUNIKASI -3.28 1.11 0.21 1.58 1.16
U M U M 7.21 9.73 6.37 8.12 7.92
Inf lasi YoY (%)KELOM POK
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Apabila dilihat inflasi tahun kalender (Tabel 2.7) sampai dengan triwulan IV tahun
2010 inflasi kumulatif Kaltim sekaligus inflasi tahunan Kaltim mencapai 7,28%, lebih
tinggi dari inflasi kumulatif/inflasi tahunan di 2009 (4,31%). Dibandingkan dengan
inflasi kumulatif nasional sampai dengan triwulan IV tahun 2010 yang tercatat 6,96
(ytd), inflasi kumulatif Kaltim juga lebih tinggi. Dari ketiga kota di Kaltim, Kota Tarakan
memiliki laju inflasi tertinggi di 2010 yaitu 7,92%, diikuti oleh laju inflasi Balikpapan
(7,38%), dan Samarinda (7,00%).
Tabel 2.11 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Nasional, Kaltim, dan Kota
Smr Bpp Trk Kaltim Nasional
2006 6.50 5.52 - 6.04 6.60
2007 9.18 7.27 - 8.30 6.59
2008 12.69 11.30 19.85 13.06 11.06
2009 4.06 3.60 7.21 4.31 2.78
2010 7.00 7.38 7.92 7.28 6.96
TAHUNINFLASI KALENDER JANUARI-DESEMBER
Sumber : BPS Kaltim, diolah
Komoditas yang memiliki andil inflasi terbesar selama 2010 di tiga kota di
Kalimantan Timur mayoritas berasal dari kelompok komoditas bahan makanan
diantaranya komdoitas beras, minyak goreng, bawang merah, bawang putih, berbagai
jenis sayuran dan berbagai jenis ikan. Mayoritas faktor penyebab kenaikan harga
berbagai komododitas tersebut adalah keterbatasan jumlah stock yang disebabkan oleh
faktor cuaca yang menyebabkan gagal panen/berkurangnya jumlah produktifitas petani.
Selain bahan makanan, kelompok lain yang memiliki andil inflasi cukup besar selama
tahun 2010 adalah kelompok sandang yang berasal dari peningkatan harga komoditas
emas perhiasan, serta dari kelompok perumahan yang disebabkan oleh kenaikan harga
sewa rumah akibat kenaikan tarif dasar listrik pada bulan Juli 2010.
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
29
Tabel 2.12 Daftar Komoditas dengan Andil Inflasi Terbesar
BERAS BERAS BERAS
IKAN LAYANG IKAN LAYANG EMAS PERHIASAN
CABE RAWIT GULA PASIR IKAN GABUS
BAWANG MERAH CABE RAWIT SEWA RUMAH
BAWANG PUTIH DAGING AYAM RAS DAGING AYAM RAS
EMAS PERHIASAN BAWANG MERAH BAWANG MERAH
ROKOK KRETEK FILTER TOMAT SAYUR TOMAT SAYUR
IKAN KEMBUNG KETIMUN JAGUNG MANIS
BANDENG BAWANG PUTIH CABE RAWIT
CABE MERAH, KANGKUNG TONGKOL, UDANG BASAH, BANDENG BAWANG PUTIH, CABE MERAH, LAYANG
: Muncul 5x atau lebih sebagai andil inflasi terbesar per bulan selama 2010
: Muncul 4x sebagai andil inflasi terbesar per bulan selama 2010
: Muncul 3x sebagai andil inflasi terbesar per bulan selama 2010
TARAKAN BALIKPAPAN SAMARINDA
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
30
Boks 2. PERSISTENSI INFLASI KOTA SAMARINDA
Latar Belakang
Persistensi inflasi adalah kecepatan tingkat inflasi untuk kembali ke tingkat
keseimbangannya semula setelah timbulnya shock atau goncangan terhadap barang
tersebut. Persistensi inflasi ini menjadi penting artinya untuk dipelajari secara lebih lanjut
karena besarnya manfaat yang diperoleh dalam pencapaian target inflasi yang rendah dan
stabil. Inflasi dengan tingkat persistensi barang yang tinggi akan menyulitkan upaya otoritas
moneter dalam mencapai target inflasi yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
upaya preventif dan antisipatif terhadap perubahan perilaku inflasi yang terjadi baik yang
timbul akibat perubahan substansial maupun akibat terjadinya shock dalam perekonomian.
Shock yang terjadi dalam perekonomian dengan tingkat persistensi inflasi yang tinggi akan
membutuhkan waktu yang lama dan biaya moneter yang besar dalam upaya
mengembalikan tingkat inflasi pada level yang diharapkan. Secara umum salah satu tujuan
penelitian yang dilakukan adalah untuk mengukur tingkat persistensi inflasi di kota
Samarinda. Persistensi inflasi dapat didefinisikan sebagai kecepatan tingkat inflasi untuk
kembali ketingkat equilibriumnya setelah timbulnya suatu shock. Derajat persistensi yang
tinggi menunjukkan lambatnya tingkat inflasi untuk kembali ke tingkat alamiahnya.
Sebaliknya derajat persistensi yang rendah menunjukkan cepatnya tingkat inflasi untuk
kembali ke tingkat alamiahnya (baseline) setelah terjadinya shock.
Pengukuran Tingkat Persistensi Inflasi
1) Autoregressive model
Sejalan dengan arah penelitian yang lebih difokuskan pada proses
pembentukan inflasi, penelitian ini akan menggunakan metode yang lazim
digunakan untuk mengestimasi persistensi inflasi, dengan melihat proses univariate
autoregressive (AR) time series model. Marques (2004), menyatakan bahwa model
AR merupakan pengukur persistensi inflasi yang cukup baik, serta berkaitan
langsung dengan koefisien mean reversion sebagai alternatif pengukuran tingkat
persistensi inflasi sebagaimana dijabarkan :
t : tingkat inflasi bulanan pada saat t
: konstanta hasil proses estimasi
1
K
jj
: jumlah koefisien AR
t : random error term
Tingkat persistensi inflasi dihitung dengan menjumlahkan koefisien AR.
Persistensi inflasi dikatakan tinggi apabila tingkat inflasi saat ini sangat dipengaruhi
oleh nilai lag-nya, sehingga koefisiennya mendekati 1. Dalam hal ini, inflasi
dikatakan mendekati unit root process. Untuk memperoleh hasil estimasi , di
1
K
t j t j tj
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
31
setiap series inflasi perlu ditentukan jumlah lag variable dependen yang sesuai.
Dalam penentuannya, akan digunakan Akaike Information Criterion(AIC). Dalam
mengukur persistensi dengan AR model, dapat dipertimbangkan pula persamaan
ekuivalen berikut (Levin dan Piger, 2004):
tjt
K
jjtt
1
11
Dimana parameter dinamik j merupakan transformasi sederhana dari koefisien
AR dari persamaan (1).
2) Metode Rolling Regression dan Bootstrap
Untuk subsample dengan jumlah cukup banyak, teknik estimasi fungsi
regresi dengan hanya menggunakan penjumlahan autoregressive menjadi tidak
efisien lagi. Untuk menjawab kebutuhan ini, diperlukan suatu teknik regresi yang
disebut sebagai regresi bergulir (rolling regression). Ide dasar dari rolling
regression adalah ingin mengetahui stabilitas parameter estimasi (dalam hal ini
adalah koefisien estimasi persistensi inflasi) untuk subsample (periode waktu) yang
berbeda selama periode observasi. Dengan menggunakan metode roolling
regression, kita dapat mengetahui stabilitas parameter estimasi untuk subsample
yang berbeda (Indra, 2010). Kemudian untuk melengkapi uji kestabilan di atas,
dilakukan juga uji robustness melalui bootstrapping, yaitu metode berbasis
resampling data sampel dengan syarat pengembalian pada data dalam
menyelesaikan statistic ukuran suatu sampel dengan harapan sampel tersebut
mewakili data populasi sebenarnya.
Gambaran Umum Inflasi Kota Samarinda
Berdasarkan data historis, inflasi kota Samarinda selalu memiliki kecenderungan
berada dalam level yang tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata inflasi bulanan pada
periode tahun 2000 sampai dengan bulan Juli tahun 2010 yang mencapai 0,75%(mtm) dan
inflasi tahunan pada periode yang sama sebesar 9,04%(yoy). Sementara itu tingkat
fluktuasi inflasi bulanan dan inflasi tahunan menunjukkan level yang tinggi tercermin dari
nilai standar deviasi masing-masing sebesar 0,99(mtm) dan 3,78(yoy). Berdasarkan
kelompok barang, inflasi paling besar disumbangkan oleh kelompok bahan makanan, diikuti
oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang masing-masing
memberikan sumbangan rata-rata sebesar 7,78% dan 2,32% (Grafik 4.4). Sementara itu,
berdasarkan disagregasinya, inflasi volatile food memiliki tingkat fluktuasi yang lebih tinggi
dibandingkan administered price dan core inflation.
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
32
Persistensi Inflasi Secara Umum & Menurut Kelompok Barang
Dari hasil estimasi seluruh sampel pengamatan/observasi dalam kurun periode
Januari 2000 sampai dengan Juli 2010 dengan menggunakan pendekatan Autoregressive
(AR), tingkat persistensi inflasi di kota Samarinda mencapai 0,772. Sementara itu, hasil
perhitungan derajat persistensi inflasi pada tujuh kelompok komoditas menunjukkan
persistensi inflasi yang tinggi pada kelompok transportasi dan komunikasi, dan kelompok
pendidikan, rekreasi, dan olahraga dengan derajat persistensi mencapai 0,905 dan 0,895.
Tabel B2.1 Parameter Persistensi Inflasi Menurut Kelompok Komoditas
OLSRolling Regress
Bootsrap Std Dev MeanWaktu Untuk Kembali ke
KesimbanganAutokol Heteros
White Noise
Uji Stab
0.7724 0.7256 0.7507 3.78 9.04 3.39 V V V V
0.8095 0.8066 0.8357 6.56 9.04 4.25 V V V V
0.8763 0.8448 0.8645 4.08 11.23 7.08 V V V V
0.8673 0.8230 0.8503 4.08 9.12 6.54 V V X V
0.7763 0.7174 0.7806 4.13 7.41 3.47 V V V V
0.8406 0.8661 0.8338 3.60 6.98 5.27 V X V V
0.8950 0.7902 0.8850 5.32 8.36 8.52 V V V V
0.9053 0.8446 0.9028 9.16 7.76 9.56 V V V V
KOMODITAS
Umum
Per Kelompok Komoditi
Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok
Perumahan, Listrik, Air Minum
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi, Olahraga
Transportasi dan Komunikasi
Tingginya derajat persistensi inflasi pada beberapa kelompok komoditas yaitu
kelompok komoditas transportasi dan komunikasi, kelompok pendidikan, rekreasi, dan
olahraga, dan kelompok makanan jadi terkait dengan perubahan harga pada ketiga
kelompok komoditas tersebut tidak sering terjadi (tidak fluktuatif) yang tercermin dari nilai
standar deviasi pada tiga kelompok komoditas tersebut yang lebih rendah bila dibandingkan
kelompok komoditas lainnya. Selain itu, karakteristik komoditas dalam kelompok dimaksud
diantaranya ada yang merupakan komoditas administered price atau komoditas yang
harganya ditentukan oleh pemerintah sehingga tidak terlalu sering terjadi perubahan harga.
Namun demikian, karakter komoditas administered price yang bersifat strategis bagi
masyarakat cenderung cukup signifikan memberikan efek multiplier terhadap komoditas
lainnya, melalui jalur ekspektasi masyarakat yang menjadikan informasi kenaikan harga
pada komoditas administered price sebagai acuan masyarakat dalam memandang tingkat
kenaikan harga yang akan terjadi pada komoditas lainnya.
Waktu yang dibutuhkan oleh masing–masing kelompok komoditas untuk menyerap
50% shock yang terjadi sebelum kembali pada inflasi rata-rata (nilai keseimbangan) setelah
terjadi shock atau gangguan pada tingkat harga tercermin oleh ke-3 kelompok komoditas
dengan persistensi tertinggi dalam menyerap 50% shock berada dalam kisaran waktu 7-10
bulan, sementara sisanya akan diserap secara gradual dan semakin menurun hingga
akhirnya dampak kejutan tersebut mengecil dan mendekati nol.
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
33
Persistensi Berdasarkan Disagregasi Inflasi Kota Samarinda
Pengukuran derajat persistensi inflasi selain dilakukan untuk kelompok komoditas,
juga dilakukan pengukuran dan analisa persistensi inflasi berdasarkan disagregasi inflasi
yang tercermin pada tabel di bawah ini.
Tabel B2.2 Parameter Persistensi Inflasi Menurut Disagregasi
OLSRolling Regress
Bootsrap Std Dev MeanWaktu Untuk Kembali ke
KesimbanganAutokol Heteros
White Noise
Uji Stab
Core Inflation 0.8649 0.7136 0.872 2.48 7.32 6.40 V V V V
Volatile Food 0.5709 0.5003 0.6335 5.92 10.79 1.33 V V V V
0.8969 0.6827 0.8767 10.47 11.30 8.70 V V V VAdministered Price
KOMODITAS
Per Komponen Disagregasi
Hasil perhitungan derajat persistensi inflasi berdasarkan disagregasi inflasi terlihat bahwa
derajat persistensi inflasi pada kelompok volatile food sebesar 0,570, cenderung lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok inflasi inti dan kelompok administered price dengan
derajat persistensi yang masing-masing sebesar 0,864 dan 0,896. Komoditas-komoditas
volatile food di kota Samarinda sebagian besar dipasok dari luar Kaltim seperti beras,
minyak goreng, bawang merah, cabe, daging sapi, dan sebagainya sehingga perubahan
harga yang terjadi pada komoditas-komoditas tersebut sangat ditentukan oleh kondisi dan
situasi di daerah sumber pasokan, faktor distribusi, sarana infrastruktur khususnya
infrastruktur transportasi dan penunjangnya dan faktor cuaca yang turut menentukan.
Sementara itu untuk komoditas volatile food yang di suplai dari Kaltim sendiri
seperti ikan layang dan kembung (ikan laut) juga menunjukkan tingkat persistensi yang
tinggi sebagai akibat dari rantai distribusi yang panjang sehingga menyebabkan harga
komoditas ikan tersebut cenderung selalu dalam level yang cukup tinggi. Selanjutnya
tingginya derajat persistensi pada kelompok administered price memberikan konfirmasi
bahwa sifat perubahan harga pada kelompok komoditas ini hanya dapat ditentukan oleh
kebijakan pemerintah saja dan tidak berfluktuatif. Namun demikian, dampak yang
ditimbulkan oleh tingginya persistensi pada administered price secara langsung maupun
tidak langsung berpotensi tinggi dalam pembentukan ekspektasi inflasi masyarakat atas
komoditas–komoditas lainnya.
Persistensi inflasi Berdasarkan Komoditas Terpilih
Dalam rangka mendalami karakteristik inflasi di kota Samarinda maka perhitungan
persistensi inflasi tidak hanya dilakukan pada inflasi umum, kelompok komoditas dan
disagregasi inflasi, namun juga diperlukan informasi mengenai karakteristik persistensi
inflasi pada tingkatan komoditas. Dalam penelitian ini dipilih 31 (tiga puluh satu) komoditas
yang memberikan sumbangan yang mencapai sebesar 54,15% dari inflasi di kota
Samarinda. Komoditas–komoditas tersebut antara lain : beras, minyak goreng, rokok kretek
filter, sewa rumah, minyak tanah, tarif listrik dan sebagainya.
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
34
Diperoleh hasil mayoritas komoditas memiliki derajat persistensi inflasi berada
diatas tingkat persistensi inflasi umum yang mencapai 0,7724. Beberapa komoditas yang
memiliki tingkat persistensi di bawah inflasi umum merupakan beberapa komoditas yang
terdapat pada kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, antara lain daging
ayam ras, ikan layang, ikan tongkol, cabe rawit, nasi, gula pasir dan rokok kretek. Waktu
tertinggi yang dibutuhkan untuk menyerap 50% shock terdapat pada komoditas minyak
goreng, emas dan tarif listrik yaitu masing-masing 16,7 bulan, 27,3 bulan dan 28,6 bulan.
Tabel B2.3 Parameter Inflasi Menurut Kelompok Komoditas Terpilih
OLSRolling
RegressionBootstrap
Inflasi YOY Rata-rata
Std DevWaktu Kembali ke
Rata-rata Keseimbangan
10101 Beras 0.8964 0.8862 0.8984 9.47 11.59 8.7
10209 Daging Ayam Ras 0.6485 0.5707 0.6620 6.28 13.67 1.8
10216 Daging Sapi 0.8566 0.5199 0.8618 9.86 4.97 6.0
10346 Layang 0.7698 0.5735 0.7651 10.51 26.13 3.3
10381 Tongkol 0.6926 0.7409 0.6579 11.88 16.61 2.3
10515 Telur Ayam Ras 0.8389 0.5934 0.8348 3.84 11.40 5.2
10904 Bawang Putih 0.8425 0.8655 0.8560 15.31 28.27 5.3
10930 Cabe Rawit 0.7149 0.7101 0.7284 29.53 32.17 2.5
11004 Minyak Goreng 0.9435 0.8649 0.9460 23.62 21.46 16.7
20121 Ikan Bakar 0.7819 0.7499 0.7844 19.87 15.60 3.6
20130 Kue Basah 0.8913 0.8834 0.8834 10.23 16.17 8.2
20133 Snack 0.8552 0.7381 0.8237 6.47 6.75 5.9
20138 Nasi 0.7633 0.5319 0.7664 6.98 5.37 3.2
20206 Gula Pasir 0.7261 0.6771 0.7148 11.10 13.79 2.7
20310 Rokok Kretek 0.7405 0.5574 0.7894 18.20 11.59 2.9
20311 Rokok Kretek Filter 0.8910 0.8659 0.8815 14.22 9.47 8.2
20312 Rokok Putih 0.8315 0.5778 0.8357 14.37 8.30 4.9
30154 Sewa Rumah 0.7979 0.4525 0.8229 8.92 8.66 3.9
30159 Tukang Bukan Mandor 0.8400 0.5807 0.8546 13.40 7.26 5.3
30216 Minyak Tanah 0.7958 0.8279 0.8075 31.24 50.35 3.9
30216 Kontrak Rumah 0.9156 0.5701 0.9201 9.21 6.58 10.8
30221 Tarip Listrik 0.9662 0.8224 0.9642 15.21 20.45 28.6
40405 Emas 0.9647 0.7714 0.9984 18.89 22.19 27.3
50109 Tarif Rumah Sakit 0.8314 0.5446 0.7404 13.11 37.24 4.9
60103 SLTP 0.9226 0.9226 0.9314 29.28 21.83 11.9
60104 SLTA 0.9292 0.8660 0.9353 20.81 20.30 13.1
60105 Akademi/Perguruan Tinggi 0.9325 0.8746 0.9497 4.44 3.21 13.8
70103 Angkutan Dalam Kota 0.8561 0.8410 0.8656 20.46 28.24 5.9
70108 Bensin 0.8469 0.6027 0.8769 23.75 37.34 5.5
70119 Sepeda Motor 0.8140 0.5807 0.8096 3.31 4.70 4.4
70208 Tarif Telepon 0.8307 0.7932 0.8296 7.21 12.29 4.9
KOMODITAS
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, Tembakau
Perumahan, Listrik, Air Minum
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
Transportasi dan Komunikasi
Bahan Makanan
Evaluasi Perkembangan Inf lasi
35
Untuk mempermudah proses analisa hasil pengukuran derajat persistensi inflasi
pada tingkat komoditas, maka dilakukan pengelompokan/mapping dari 31 komoditas terpilih
dengan kriteria berdasarkan atas nilai derajat persistensi inflasi dan nilai rata-rata andil
inflasi tahunan dari masing-masing komoditas. Mapping ini menggunakan treshold derajat
persistensi inflasi umum (2000:01–2008:05) dengan nilai sebesar 0,7724 (membutuhkan
waktu 3,4 bulan untuk menyerap 50% shock) dan andil inflasi secara prosentase diatas
1,5% terhadap inflasi secara umum.
Tabel B2.4 Mapping Komoditas Berdasakan Tingkat Persistensi dan Andil Inflasi
KEL MAPPING KOMODITAS
I Persistensi Tinggi – Andil Tinggi Beras, Minyak Goreng, Rokok Kretek Filter, Tarif Listrik, SewaRumah, Kontrak Rumah, Minyak Tanah, Angkutan Dalam Kota, Bensin, Sepeda Motor, Tarif Telepon
II Persistensi Tinggi – Andil RendahTarif Rumah Sakit, Rokok Putih, Telur Ayam Ras, TukangBukan Mandor, Bawang Putih, Snack, Daging Sapi, KueBasah,SLTP, SLTA, Akademi/PT, Emas, Ikan Bakar
III Persistensi Rendah – Andil Tinggi Daging Ayam Ras, Gula Pasir, Nasi
IV Persistensi Rendah –Andil Rendah Tongkol, Layang, Cabe Rawit, Ikan Bakar
Hasil pengelompokan 31 komoditas terpilih menunjukkan hasil bahwa terdapat 4
kelompok komoditas dengan menggunakan kriteria derajat persistensi inflasi dan nilai rata-
rata inflasi tahunan. Kelompok I merupakan kelompok komoditas yang harus menjadi
perhatian karena merupakan kelompok dengan tingkat persistensi inflasi yang berada diatas
level persistensi inflasi umum dan tingkat rata-rata andil inflasi tahunannya yang secara
prosentase diatas 1,5%. Adapun komoditas yang termasuk dalam ketegori tersebut adalah
komoditas beras, minyak goreng, rokok kretek filter, tarif listrik, sewa rumah, kontrak
rumah, minyak tanah, angkutan dalam kota, bensin, sepeda motor, dan tarif telepon.
Komoditas bahan makanan yang memiliki tingkat persistensi sangat tinggi pada kelompok
ini adalah komoditas minyak goreng dengan tingkat persistensi inflasi mencapai 0,9435.
Tingginya nilai persistensi inflasi dan andil inflasi tahunan rata-rata komoditas minyak
goreng yang termasuk dalam kelompok volatile food ini disebabkan oleh fluktuasi harga
yang terjadi pada komoditas ini cenderung rigid (dalam koridor yang sempit) dengan tingkat
harga yang cenderung selalu berada dalam level yang tinggi sehingga membutuhkan waktu
yang lama untuk kembali pada tingkat rata-rata/keseimbangan.
36
PERKEM BANGAN PERBANKAN DA ERAH
3.1. Gambaran Umum
Kinerja kegiatan usaha perbankan di Kaltim pada triwulan IV-2010 secara
umum masih menunjukkan peningkatan baik secara triwulanan (qtq) maupun secara
tahunan (yoy). Hal ini tercermin dari pertumbuhan positif yang dialami sebagian
besar indikator utama kegiatan usaha perbankan meliputi aset, penghimpunan dana
pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit perbankan.
Apabila dibandingkan dengan data nasional (s.d November 2010) menurut
pertumbuhan triwulanan (qtq), indikator kegiatan usaha perbankan dari sisi
pertumbuhan DPK dan penyaluran kredit di Kaltim dan nasional menunjukkan
perkembangan yang searah. Jumlah DPK dan kredit yang disalurkan bank umum
secara nasional mengalami pertumbuhan positif masing-masing sebesar 3,18% dan
2,85%, dimana pada periode yang sama bank umum di Kaltim mengalami
peningkatan DPK dan pertumbuhan kredit masing-masing sebesar 1,11% dan 8,46%.
Sementara itu dari sisi total aset secara nasional mengalami peningkatan 3.56%,
berbeda dengan total aset di Kaltim yang secara triwulanan mengalami penurunan
0,30%. Apabila dilihat pertumbuhan secara tahunan (yoy) menunjukkan
perkembangan kinerja yang positif dan searah dimana jumlah aset, DPK dan kredit
bank umum di Kaltim mengalami peningkatan yang cukup tinggi masing-masing
sebesar 14,47%, 14,21% dan 30,25%, searah dengan pertumbuhan nasional yang
mengalami peningkatan masing-masing sebesar 17,07%, 16,62% dan 22,11%.
Perkembangan kinerja BPR di Kaltim menunjukkan perkembangan yang positif.
Hal ini terlihat dari pertumbuhan jumlah aset BPR yang mencapai 21,87% (yoy).
3.56%
3.18%
2.85%
-0.30%
1.11%
8.46%
-2% 0% 2% 4% 6% 8% 10%
Aset
DPK
Kredit
(Pertumbuhan qtq)
Nasional
Kalt im
Grafik 3.1
Kinerja triwulanan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (qtq)
Sumber: LBU Bank Indonesia
17.07%
16.62%
22.11%
14.47%
14.21%
30.25%
0% 10% 20% 30% 40%
Aset
DPK
Kred it
(Pertumbuhan yoy)
Nasional
Kaltim
Grafik 3.2
Kinerja tahunan Kegiatan Usaha Perbankan Kaltim dan Nasional (yoy)
Sumber: LBU Bank Indonesia
BAB III
Perkembangan Perbankan Daerah
37
Demikian juga halnya dengan pertumbuhan DPK yang mencapai 23,05%(yoy),
sementara kredit BPR juga mampu tumbuh sebesar 20,34%(yoy) atau mengalami
peningkatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada
triwulan sebelumnya yang sebesar 17,96%.
Asesmen terhadap risiko-risiko yang dihadapi perbankan daerah,
memperlihatkan terjadinya penurunan risiko (peningkatan kualitas kredit), begitu
pula dengan risiko likuiditas dalam kondisi yang sedikit menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya.
3.2. Perkembangan Usaha Bank Umum
3.2.1 Total Aset dan Aktiva Produktif
Total aset bersih (net assets) bank umum di Kaltim pada triwulan IV-2010
tercatat Rp 63.765 milyar, mengalami penurunan 0,30% (qtq) dibandingkan posisi
triwulan sebelumnya (Tabel 3.1). Menurut kelompok bank, penurunan jumlah aset
bersih yang dialami oleh bank pemerintah (pangsa 68,06%) sebesar 4,10%(qtq)
sedangkan bank swasta mencatat peningkatan aset bersih sebesar 8,89%(qtq).
Jika dibandingkan dengan posisi triwulan IV-2009, total aset perbankan secara
tahunan mencatat pertumbuhan sebesar 14,46%.
Tabel 3.1 Perkembangan Jumlah Aset Bersih dan Aktiva Produktif Bank Umum di Kaltim
Tw1-10 Tw2-10 Tw3-10 Tw 4-10 Tw3-10 Tw4-10 qtq yoy
Jumlah Aset Bersih 60,375 61,816 63,958 63,765 100.00% 100.00% -0.30% 14.46%
Bank Pemerintah 44,076 44,614 45,253 43,397 70.75% 68.06% -4.10% 8.81%
Bank Swasta 16,299 17,202 18,705 20,368 29.25% 31.94% 8.89% 28.72%
Aktiva Produkt if 34,216 35,931 37,897 37,753 100.00% 100.00% -0.38% 24.45%
Penempatan pada Bank Indonesia 1,183 5,936 5,840 1,856 15.41% 4.92% -68.22% -21.65%
Penempatan pada Bank Lain 6,138 1,102 1,413 2,759 3.73% 7.31% 95.26% 87.69%
Surat berharga yang dimiliki 1,135 745 636 572 1.68% 1.52% -10.06% -62.14%
Kredit yang diberikan 25,749 28,135 29,995 32,532 79.15% 86.17% 8.46% 30.25%
Lainnya 11 13 13 34 0.03% 0.09% 161.54% 240.00%
Komposisi Pertumb. Tw4-10Keterangan
Posisi (dalam Rp milyar)
Sumber : LBU Bank Indonesia
Dilihat dari komposisinya, aktiva produktif bank umum di Kaltim masih
didominasi oleh kredit yang diberikan dengan pangsa sebesar 86,17%, sedikit
meningkat jika dibandingkan dengan triwulan-III 2010. Sementara itu penempatan
pada Bank Indonesia sedikit mengalami penurunan sebesar 68,22% dibandingkan
triwulan sebelumnya, sedangkan penempatan pada bank lain meningkat sebesar
95,26% jika dibandingkan triwulan-III 2010.
3.2.2 Penghimpunan Dana Masyarakat
Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Kaltim pada
triwulan IV-2010 mencapai Rp 49.912 milyar, atau meningkat 1,11% (qtq)
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan posisi
triwulan IV-2009, penghimpunan dana pihak ketiga tumbuh 14,21% (yoy).
Perkembangan Perbankan Daerah
38
Peningkatan dana pada
triwulan laporan berasal dari
tabungan, sementara giro dan
deposito mengalami kontraksi.
Berdasarkan pertumbuhan
triwulanan (qtq), tabungan
mencatat pertumbuhan tinggi
sebesar 15,66%. Sementara itu
deposito menurun sebesar
6,71%; sedangkan giro juga
mengalami kontraksi sebesar
10,67%.
Menurut kelompok bank, peningkatan positif simpanan secara triwulanan
terjadi pada kelompok bank swasta, yaitu sebesar 9,40% dengan peningkatan
besar pada tabungan dan deposito, sedangkan bank milik pemerintah mengalami
penurunan sebesar 2,27% dengan penurunan pada giro dan deposito.
Tabel 3.2. Perkembangan Penghimpunan Dana pada bank Umum di Kaltim
Tw 1-10 Tw2-10 Tw 3-10 Tw 4-10 Tw 3-10 Tw 4-10 qtq yoy
Tot al DPK 46,588 47,825 49,366 49,912 100.00% 100.00% 1.11% 14.21%
Giro 14,428 13,456 13,305 11,886 26.95% 23.81% -10.67% -5.64%
Tabungan 18,007 18,646 19,601 22,670 39.71% 45.42% 15.66% 19.82%
Deposito 14,153 15,724 16,460 15,356 33.34% 30.77% -6.71% 26.02%
Bank Pemerint ah 33,226 34,341 35,094 34,298 100.00% 100.00% -2.27% 12.67%
Giro 11,818 10,915 10,621 9,137 30.26% 26.64% -13.97% -10.20%
Tabungan 12,343 12,814 13,275 15,545 37.83% 45.32% 17.10% 18.14%
Deposito 9,065 10,611 11,198 9,615 31.91% 28.03% -14.14% 35.29%
Bank Sw ast a 13,363 13,485 14,272 15,614 100.00% 100.00% 9.40% 17.74%
Giro 2,610 2,541 2,684 2,749 18.81% 17.61% 2.42% 13.60%
Tabungan 5,664 5,831 6,326 7,124 44.32% 45.63% 12.61% 23.66%
Deposito 5,088 5,113 5,262 5,740 36.87% 36.76% 9.08% 13.04%
Komposisi Pert .Tw 4-10Posisi 2010 (dalam Rp milyar)Jenis Simpanan
Sumber : LBU Bank Indonesia
3.2.3 Penyaluran Kredit Bank Umum
Penyaluran kredit bank
umum di Kaltim triwulan IV-2010
menunjukkan pertumbuhan
positif. Peningkatan pertumbuhan
kredit diperkirakan disebabkan
oleh menurunnya tingkat bunga
pinjaman. Akan tetapi, penurunan
suku bunga pinjaman tersebut
masih relatif kecil seiring dengan
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008 2009 2010
DPK (triliun Rp)
DPK (sumbu kiri) g (yoy) g (qtq)
Grafik 3.3 Perkembangan Simpanan
Masyarakat Sumber: LBU Bank Indonesia
6
8
10
12
14
16
18
20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2007 2008 2009 2010
Suku Bunga (%)
K. Inv K. Kons KMK BI-rate
Grafik 3.4 Suku Bunga Kredit
Sumber: LBU Bank Indonesia
Perkembangan Perbankan Daerah
39
suku bunga BI-rate selama triwulan laporan yang dipertahankan tetap sebesar
6.5% (Grafik 3.4).
a. Kredit Bank Umum ber-kantor di Kaltim
Jumlah kredit yang
disalurkan bank umum yang
berkantor di Kaltim pada
triwulan IV-2010 mencapai Rp.
32.532 milyar (tabel 3.3).
Secara triwulanan, pertumbuhan
kredit pada triwulan laporan
tercatat 8,46% (qtq) atau lebih
tinggi jika dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan III-
2010 sebesar 6,61%. Jika dibandingkan dengan posisi triwulan IV-2009,
penyaluran kredit pada triwulan IV-2010 telah tumbuh sebesar 30,25% (yoy)
atau meningkat jika dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan
sebelumnya yang sebesar 27,48% (Grafik 3.5).
Menurut kelompok bank, kredit yang disalurkan bank umum pemerintah
mencapai Rp. 20.352 milyar (pangsa 62,56%) atau mengalami peningkatan
8,92% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, penyaluran
kredit oleh bank umum swasta pada triwulan laporan mencapai Rp. 12.179
milyar atau meningkat sebesar 7,71% dibandingkan triwulan sebelumnya.
Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit modal kerja, investasi, dan
konsumsi mengalami pertumbuhan yang positif secara triwulanan (qtq). Kredit
Modal Kerja sebagai pangsa terbesar (39,13%) mencatat pertumbuhan
triwulanan sebesar 8,20% menjadi Rp 12.728 milyar. Selanjutnya kredit
konsumsi (pangsa 34,07%) meningkat sebesar 5,72% menjadi Rp 11.084 milyar.
Sementara itu kredit investasi (pangsa 26,80%) mengalami pertumbuhan
triwulanan terbesar yaitu sebesar 12,54% menjadi Rp 8.719 milyar.
Menurut sektor ekonomi, pertumbuhan tahunan kredit tertinggi terjadi pada
sektor pertambangan sebesar 37,22%, diikuti sektor jasa sosial sebesar 20,17%,
sektor pertanian 14,33%, dan sektor jasa dunia usaha 13,48% (yoy). Sementara
itu kredit sektoral yang mengalami kontraksi adalah kredit di sektor listrik, gas,
dan air yang turun sebesar 3,02% (yoy).
Sementara itu, beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan positif dan
cukup tinggi secara tahunan antara lain sektor jasa sosial (489,19%), sektor
perindustrian (38,04%), sektor angkutan (29,92), sektor pertambangan
(27,08%), serta sektor pertanian (26,92%). Nisbah pinjaman terhadap
simpanan bruto (Gross-LDR) bank umum yang berkantor di Kaltim meningkat
dari 60,76% pada triwulan III tahun 2010 menjadi 65,18% pada triwulan III-
2010.
0%
10%
20%
30%
40%
0
10
20
30
40
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008 2009 2010
Kredit (triliun Rp)
Kredit g (yoy) g (qtq)
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Bank
Umum berkantor di Kaltim Sumber: LBU Bank Indonesia
Perkembangan Perbankan Daerah
40
Tabel 3.3. Perkembangan Kredit Bank Umum berkantor di Kaltim
Tw1-10 Tw 2-10 Tw3-10 Tw 4-10 Tw 3-10 Tw4-10 qtq yoy
Kredit 25,749.1 28,135 29,994.0 32,532.5 100.00% 100.00% 8.46% 30.25%
Kelompok Bank
Bank Pemerintah 16,546.1 17,889 18,686.0 20,352.7 62.30% 62.56% 8.92% 25.44%
Bank Swasta 9,203.0 10,247 11,308.0 12,179.7 37.70% 37.44% 7.71% 39.19%
Jenis Penggunaan
Modal Kerja 9,983.2 10,677 11,763.6 12,728.6 39.22% 39.13% 8.20% 23.45%
Investasi 6,694.4 7,622 7,747.4 8,719.2 25.83% 26.80% 12.54% 30.60%
Konsumsi 9,071.6 9,836 10,484.4 11,084.6 34.96% 34.07% 5.72% 38.74%
Sektor Ekonomi
Pertanian 857.5 913 1,132.9 1,295.3 3.78% 3.98% 14.33% 26.92%
Pertambangan 1,209.0 1,274 1,236.4 1,696.6 4.12% 5.22% 37.22% 27.08%
Perindustrian 1,056.4 1,119 1,067.1 1,141.5 3.56% 3.51% 6.97% 38.04%
Listrik, Gas dan Air 157.7 172 163.7 158.8 0.55% 0.49% -3.02% 19.46%
Konstruksi 2,514.9 2,757 2,687.6 2,699.3 8.96% 8.30% 0.44% -7.75%
Perdagangan 5,162.1 5,396 6,084.7 6,449.1 20.29% 19.82% 5.99% 14.66%
Angkutan 1,423.4 1,589 1,615.2 1,726.1 5.39% 5.31% 6.87% 29.92%
Jasa Dunia Usaha 2,482.5 2,736 3,077.4 3,492.2 10.26% 10.73% 13.48% 0.36%
Jasa Sosial 883.4 1,511 1,495.6 1,797.2 4.99% 5.52% 20.17% 489.19%
Lain-Lain 10,001.7 10,620 11,434.7 12,076.4 38.12% 37.12% 5.61% 51.02%
LDR 55.27% 58.77% 60.76% 65.18%
Ket eranganPert . Tw4-10KomposisiPosisi 2010 (dalam Rp mi lyar)
Sumber : LBU Bank Indonesia
b. Kredit bank umum berlokasi proyek di Kaltim
Jumlah kredit yang disalurkan
secara nasional untuk membiayai
proyek yang berlokasi di wilayah
Kaltim pada periode laporan (s.d
November 2010) tercatat sebesar Rp
46.302 milyar, mengalami penurunan
sebesar 0,81% (qtq) dibandingkan
dengan posisi kredit pada triwulan
sebelumnya (Tabel 3.6). Begitu juga
jika dibandingkan dengan triwulan IV
tahun 2009, kredit berdasarkan lokasi proyek mengalami pertumbuhan sebesar
27,13% (yoy) atau mengalami penurunan pertumbuhan dibanding triwulan
sebelumnya yang meningkat sebesar 36,06% (Grafik 3.6).
Berdasarkan kelompok bank (Tabel 3.4), penurunan pertumbuhan secara
triwulanan dialami bank swasta yang mengalami penurunan kredit secara
triwulanan sebesar 1,45%. Begitu pula bank pemerintah juga mengalami
penurunan yang lebih kecil sebesar 0,07%. Menurut sektor ekonomi, beberapa
sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan kredit yang positif yaitu sektor
angkutan sebesar 6,99%, sektor perdagangan (6,85%), sektor jasa dunia usaha
(6,06%), dan sektor konstruksi (2,13%). Pertumbuhan negatif terjadi pada
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
10
20
30
40
50
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4*
2006 2007 2008 2009 2010
Kredit (triliun Rp)
Kredit (sb kanan) g (yoy) g (qtq)
Grafik 3.6 Perkembangan
Kredit Lokasi Proyek di Kaltim Sumber: LBU Bank Indonesia
Perkembangan Perbankan Daerah
41
sektor perindustrian (-17,92%), sektor listrik, gas, dan air bersih (-5,09%), serta
sektor pertambangan (-1,50%).
Apabila dilihat komposisi pinjaman menurut penggunaan, kredit modal
kerja memiliki pangsa yang tertinggi yaitu sebesar 46,63%, diikuti oleh kredit
investasi sebesar 31,31%, dan kredit konsumsi 22,07%. Sedangkan menurut
sektor ekonomi, pangsa terbesar adalah kredit pada sektor pertambangan dan
perdagangan dengan pangsa masing-masing sebesar 19,67% dan 15,99%.
Tabel 3.4.
Jumlah Kredit Bank Umum Berlokasi Proyek di Kaltim
Tw 1-10 Tw 2-10 Tw 3-10 Tw 4-10* Tw 3-10 Tw 4-10* qtq yoy
Kredit Lokasi Proyek 39,808 44,961 46,682 46,302 100.00% 100.00% -0.81% 27.13%
Kelompok Bank
Bank Pemerintah 18,595 21,054 21,626 21,611 46.33% 46.67% -0.07% 55.83%
Bank Swasta 21,214 23,907 25,056 24,691 53.67% 53.33% -1.45% 9.49%
Jenis Penggunaan
Modal Kerja 18,365 21,098 22,457 21,589 48.11% 46.63% -3.86% 26.96%
Investasi 12,271 13,862 13,675 14,495 29.29% 31.31% 6.00% 25.72%
Konsumsi 9,172 10,000 10,550 10,218 22.60% 22.07% -3.15% 29.56%
Sektor Ekonomi
Pertanian 4,031 4,410 5,570 5,650 11.93% 12.20% 1.44% 54.38%
Pertambangan 7,827 9,294 9,247 9,108 19.81% 19.67% -1.50% 51.31%
Perindustrian 2,231 3,318 2,680 2,199 5.74% 4.75% -17.92% 9.51%
Listrik, Gas dan Air 362 302 270 256 0.58% 0.55% -5.09% -48.36%
Konstruksi 2,774 2,819 2,724 2,782 5.84% 6.01% 2.13% -25.56%
Perdagangan 5,798 6,105 6,927 7,401 14.84% 15.99% 6.85% 18.20%
Angkutan 2,314 2,482 2,466 2,638 5.28% 5.70% 6.99% 47.84%
Jasa Dunia Usaha 3,364 3,794 3,831 4,063 8.21% 8.78% 6.06% -4.93%
Jasa Sosial 876 1,503 1,497 1,468 3.21% 3.17% -1.94% 448.56%
Lain-Lain 10,231 10,933 11,469 10,735 24.57% 23.18% -6.40% 35.71%
LDR - lokasi proyek 85.45% 85.91% 94.56% 92.77%
Pert . Tw 4-10*Posisi 2010 (dalam Rp milyar)Keterangan
Komposisi
Sumber : LBU Bank Indonesia
Menurut kabupaten/kota, penyaluran kredit terkonsentrasi untuk
membiayai proyek di kota Samarinda dan kota Balikpapan yang merupakan pusat
bisnis di Kalimantan Timur. Jumlah kredit yang dikucurkan untuk proyek di kota
Samarinda mencapai Rp 14.009 milyar (pangsa 30,26%) dan di kota Balikpapan
(termasuk Kabupaten Penajam Paser Utara) sebesar Rp 12.802 milyar (pangsa
27,65%). Sementara itu, alokasi kredit terkecil diperoleh Kabupaten Malinau
sebesar Rp. 163 milyar (pangsa 0,35%). Apabila dilihat dari nisbah pinjaman
terhadap simpanan (LDR), nisbah tertinggi terjadi di kota Kutai Kartanegara
sebesar 224,95%, diikuti oleh Kabupaten Kutai Barat (175,31%), Kabupaten
Bontang sebesar 172,80%, Kabupaten Pasir (150,45%) dan kabupaten Berau
(106%). Sedangkan LDR terendah terjadi pada Kabupaten Malinau, Tarakan, dan
Bulungan dengan nisbah masing-masing sebesar 24,98%, 33,15% dan 35,79%
(Tabel 3.5).
Perkembangan Perbankan Daerah
42
Tabel 3.5. Perbandingan Kredit Lokasi Proyek dan DPK menurut Kab/Kota di Kaltim
Kredit DPK Kredit DPK
Tarakan 1,394.6 4,207.3 3.01% 8.43% 33.15%
Samarinda 14,009.8 19,492.5 30.26% 39.05% 71.87%
Bontang 5,792.7 3,352.2 12.51% 6.72% 172.80%
Balikpapan 12,802.0 13,057.9 27.65% 26.16% 98.04%
Pasir 1,535.3 1,020.5 3.32% 2.04% 150.45%
Nunukan 324.1 596.2 0.70% 1.19% 54.36%
Malinau 163.8 655.5 0.35% 1.31% 24.98%
Kutai Timur 1,719.3 1,161.1 3.71% 2.33% 148.07%
Kutai Kartanegara 5,396.4 2,398.9 11.65% 4.81% 224.95%
Kutai Barat 521.2 297.3 1.13% 0.60% 175.31%
Bulungan 637.4 1,780.9 1.38% 3.57% 35.79%
Berau 2,005.7 1,892.1 4.33% 3.79% 106.00%
Kalt im 46,302.3 49,912.6 100.00% 100.00% 92.77%
Kabupaten/KotaNominal* (Rp milyar) Pangsa
LDR
Sumber : LBU Bank Indonesia
3.3. Perkembangan Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)
Penyaluran kredit berskala mikro, kecil dan menengah (MKM) oleh bank umum
di Kaltim pada Triwulan IV-2010 mencapai Rp 20.696 milyar atau dengan pangsa
63,75% terhadap total kredit (Tabel 3.6). Secara triwulanan, pertumbuhan kredit
MKM Kaltim pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 18,48% atau
searah dengan pertumbuhan total kredit yang naik sebesar 8,46%(qtq). Menurut
skalanya, tingkat pertumbuhan tertinggi kredit MKM terjadi pada kredit berskala kecil
(Rp. 50 juta s.d Rp. 500 juta) yang tumbuh sebesar 51,24%. Sedangkan kredit
berskala menengah (Rp. 500 juta s.d Rp. 5 milyar) sebagai pangsa terbesar kredit
MKM juga mengalami peningkatan sebesar 4,20%(qtq).
Berdasarkan kelompok bank, kredit MKM yang disalurkan bank pemerintah
pada triwulan laporan tercatat Rp 12.355 milyar atau mengalami peningkatan sebesar
5,33% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kenaikan juga terjadi pada
jumlah kredit MKM yang dikucurkan bank swasta yang tercatat Rp 8.341 milyar atau
mengalami peningkatan sebesar 4,10% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
(Tabel 3.7). Menurut jenis penggunaan, kredit modal kerja dan kredit investasi yang
telah disalurkan masing-masing berjumlah Rp. 7.254 milyar (pangsa 35,05%) dan Rp.
2.513 milyar (pangsa 12,14%). Dilihat dari pertumbuhan secara triwulanan, kredit
investasi tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 8,79%. Sedangkan kredit modal kerja
mengalami peningkatan yang lebih kecil yaitu sebesar 1,80% (qtq).
Secara sektoral, distribusi penyaluran kredit MKM terutama untuk membiayai
tiga sektor utama, yaitu sektor perdagangan (pangsa 21,91%), sektor jasa dunia
usaha (pangsa 6,37%) dan sektor konstruksi (pangsa 4,82%). Dilihat dari
Perkembangan Perbankan Daerah
43
pertumbuhan secara triwulanan, pertumbuhan tertinggi pada sektor jasa dunia usaha
yang tumbuh sebesar 18,31%, diikuti oleh sektor perdagangan (1,91%). Sedangkan
sektor perindustrian, sektor angkutan, dan sektor pertanian mengalami pertumbuhan
negatif yang cukup besar masing-masing sebesar 73,26%, 14,73%, dan
13,86%(qtq).
Tabel 3.6. Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Skala Kredit di Kaltim
Tw 1-10 Tw 2-10 Tw 3-10 Tw 4-10 Tw 3-10 Tw 4-10 qtq yoy
Mikro (s.d Rp 50 jt) 3,744 4,027 4,301 4,396 14.34% 15.94% 2.20% 10.42%
Kecil (Rp 50 jt s.d 500 jt) 6,286 7,056 5,486 8,297 18.29% 21.99% 51.24% 51.08%
Menengah (Rp 500 jt s.d 5 miliar) 6,632 7,177 7,680 8,003 25.60% 25.83% 4.20% 24.08%
Kredit UMKM (s.d Rp 5 miliar) 16,661 18,260 17,468 20,696 58.23% 63.75% 18.48% 29.98%
Besar (> Rp 5 miliar) 9,088 9,875 12,528 11,836 41.77% 36.25% -5.52% 30.74%
Total 25,749 28,135 29,995 32,532 100.00% 100.00% 8.46% 30.25%
Pert . Tw 4-10Skala Kredit
KomposisiPosisi 2010 (dalam Rp milyar )
Sumber : LBU Bank Indonesia
Tabel 3.7. Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Menurut Kelompok Bank, Jenis Penggunaan dan Sektor Ekonomi di Kaltim
Tw1-10 Tw 2-10 Tw 3-10 Tw4-10 Tw 3-10 Tw 4-10 qtq yoy
Kredit MKM 16,661 18,260 19,742 20,696 100.00% 100.00% 4.83% 29.33%
Kelompok Bank
Bank Pemerintah 10,146 11,045 11,730 12,355 59.41% 59.70% 5.33% 26.31%
Bank Swasta 6,516 7,215 8,012 8,341 40.59% 40.30% 4.10% 34.08%
Jenis Penggunaan
Modal Kerja 6,069 6,434 7,126 7,254 36.10% 35.05% 1.80% 17.84%
Investasi 1,934 2,187 2,310 2,513 11.70% 12.14% 8.79% 20.35%
Konsumsi 8,658 9,639 10,306 10,929 52.20% 52.81% 6.05% 40.87%
Sektor Ekonomi
Pertanian 164 176 227 231 1.15% 1.11% 1.56% -42.30%
Pertambangan 231 204 240 244 1.22% 1.18% 1.50% 12.17%
Perindustrian 312 341 370 365 1.88% 1.76% -1.45% 69.59%
Listrik, Gas dan Air 17 12 24 15 0.12% 0.07% -36.42% 0.70%
Konstruksi 916 981 1,075 998 5.44% 4.82% -7.13% -4.01%
Perdagangan 3,611 3,890 4,450 4,535 22.54% 21.91% 1.91% 12.25%
Angkutan 409 473 491 495 2.49% 2.39% 0.75% 23.44%
Jasa Dunia Usaha 1,096 1,039 1,114 1,318 5.64% 6.37% 18.31% -25.61%
Jasa Sosial 417 772 796 759 4.03% 3.67% -4.67% 454.29%
Lain-Lain 9,488 10,372 10,955 11,736 55.49% 56.71% 7.13% 51.13%
Komposisi Pert . Tw 4-10Posisi 2010 (dalam Rp milyar)Keterangan
Sumber : LBU Bank Indonesia
Kualitas kredit MKM yang disalurkan bank umum di Kaltim selama triwulan IV
2010 menunjukkan kinerja yang membaik seperti terlihat dari persentase kredit
bermasalah bruto (gross-non performing loans/NPLs) yang sebesar 2,38% atau lebih
kecil jika dibandingkan dengan persentase NPLs pada triwulan sebelumnya yang
sebesar 2,64%. Jika dilihat menurut sektor ekonomi, persentase NPLs tertinggi terjadi
pada sektor konstruksi (6,17%) dan sektor jasa sosial (5,52%). Sedangkan sektor-
sektor lainnya mencatat persentase NPLs di bawah 5% pada triwulan IV-2010
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Perkembangan Perbankan Daerah
44
Tabel 3.8. Perkembangan Kredit MKM Bermasalah Bruto (Gross-NPLs) menurut Sektor Ekonomi Kaltim
Tw 1-10 Tw 2-10 Tw 3-10 Tw 4-10 Tw3-10 Tw 4-10 Tw 3-10 Tw 4-10
NPLs Kredit UMKM 402.261 482.67 520.602 492.909 7.86% -5.32% 2.64% 2.38%
Sektor Ekonomi
Pertanian 8.512 5.967 9.082 7.823 52.20% -13.86% 4.00% 3.39%
Pertambangan 14.252 7.442 5.036 5.706 -32.33% 13.30% 2.10% 2.34%
Perindustrian 6.539 8.653 20.072 5.367 131.97% -73.26% 5.42% 1.47%
Listrik, Gas dan Air - - - - - - - -
Konstruksi 52.739 91.642 65.694 61.604 -28.31% -6.23% 6.11% 6.17%
Perdagangan 94.775 111.332 141.113 132.727 26.75% -5.94% 3.17% 2.93%
Angkutan 9.122 16.403 24.816 21.160 51.29% -14.73% 5.05% 4.27%
Jasa Dunia Usaha 23.655 28.072 34.342 40.971 22.34% 19.30% 3.08% 3.11%
Jasa Sosial 20.011 44.013 39.738 41.872 -9.71% 5.37% 4.99% 5.52%
Lain-Lain 172.656 169.146 180.709 175.679 6.84% -2.78% 1.65% 1.50%
KeteranganPosisi (Rp miliar) qtq Nisbah NPL
Sumber : LBU Bank Indonesia
3.4 Perkembangan Usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 1
a. Perkembangan Aset BPR di Kaltim
Jumlah aset BPR di wilayah
Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010
mengalami pertumbuhan sebesar 21,87%
(yoy), dengan total nilai mencapai Rp.
271,09 milyar (Grafik 3.7). Pertumbuhan
ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan
pertumbuhan pada triwulan III-2010 yang
sebesar 18,68% (yoy). Sementara secara
triwulanan, aset BPR juga meningkat
cukup tinggi dibandingkan dengan jumlah
aset pada triwulan III-2010 yang
mencapai Rp. 239,78 milyar atau
meningkat sebesar 13,06% (qtq).
b. Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR di Kaltim
Jumlah dana pihak ketiga (DPK)
BPR di Kalimantan Timur pada triwulan IV-
2010 mengalami pertumbuhan sebesar
23,05% (yoy), dengan nilai Rp 176,52
milyar (Grafik 3.8). Pertumbuhan ini
mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan pertumbuhan pada triwulan III-
2010 yang tumbuh sebesar 17,96%.
Peningkatan pertumbuhan DPK pada
triwulan IV-2010 dipengaruhi oleh
1 Tidak termasuk BPR/S di kota Balikpapan (2 BPR/S)
0%
10%
20%
30%
40%
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV
2008 2009 2010
(yoy)Rp Milyar Depos ito Tabungan growth DPK
Grafik 3.8 Perkembangan DPK BPR Sumber: Simwas BPR Bank Indonesia
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-
50
100
150
200
250
300
Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV
2008 2009 2010
(yoy)Rp Milyar Total Aset growth (yoy)
Grafik 3.7 Perkembangan Aset BPR Sumber: Simwas BPR Bank Indonesia
Perkembangan Perbankan Daerah
45
meningkatnya pertumbuhan jumlah tabungan yang hanya meningkat sebesar
30,38% menjadi Rp 71,56 milyar setelah triwulan sebelumnya tumbuh -6,15%
(yoy), begitu pula deposito yang tumbuh sebesar 7,29% (yoy) menjadi Rp 104,95
milyar setelah triwulan sebelumnya tumbuh 5,89% (yoy).
c. Penyaluran Kredit/Pembiayaan BPR di Kaltim
Penyaluran kredit oleh BPR pada
triwulan IV-2010 mencapai Rp 178,02
milyar, atau mengalami pertumbuhan
sebesar 20,34% (yoy) dibandingkan
triwulan IV-2009 (Grafik 3.9).
Pertumbuhan ini lebih tinggi jika
dibandingkan pertumbuhan tahunan pada
triwulan III-2010 yang tumbuh sebesar
13,02%. Peningkatan pertumbuhan kredit
ini terutama disebabkan oleh peningkatan
pertumbuhan pada komponen kredit
modal kerja sebagai pangsa terbesar yang tumbuh sebesar 22,12%(yoy) menjadi
Rp. 101,67 milyar, setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh sebesar
11,23%(yoy) atau mencapai Rp. 94,01 milyar.
Tabel 3.9. Perkembangan Usaha BPR di Kaltim
Tw 1-10 Tw 2-10 Tw 3-10 Tw 4-10 qtq yoy qtq yoy
Total Aset (Rp Mil iar) 220.48 234.23 239.78 271.09 2.37% 18.68% 13.06% 21.87%
DPK (Rp Miliar) 141.98 150.86 152.71 176.52 1.23% 17.96% 15.59% 23.05%
Tabungan 60.29 58.48 54.89 71.56 -6.15% 9.19% 30.38% 10.65%
Giro - - - - - - -
Deposito 81.69 92.38 97.82 104.95 5.89% 23.52% 7.29% 33.21%
Kredit (Rp Miliar) 155.47 163.49 166.17 178.02 1.64% 13.02% 7.13% 20.34%
Modal Kerja 85.18 90.51 94.01 101.67 3.87% 11.23% 8.15% 22.12%
Konsumsi 55.44 56.09 54.71 59.98 -2.46% 13.28% 9.62% 18.99%
Investasi 14.85 16.89 17.46 16.37 3.36% 22.81% -6.26% 14.68%
Rasio NPL Gross (%) 19.00 17.62 17.78 16.68
LDR 109.50% 108.37% 108.82% 100.85%
INDIKATORTW3-2010Posisi 2010 (dalam Rp milyar) TW4-2010
Sumber : Simwas BPR Bank Indonesia
3.5. Asesmen Risiko Perbankan
3.5.1 Risiko Kredit
Secara umum, risiko kredit yang dihadapi perbankan daerah Kaltim
mengalami penurunan karena terdapat sedikit penurunan persentase kredit
bermasalah bruto (Gross-NPLs) untuk jenis penggunaan kredit modal kerja,
investasi, dan konsumsi, serta sebagian sektor ekonomi yang dibiayai.
Kualitas kredit yang disalurkan bank umum di Kaltim pada triwulan laporan
mengalami peningkatan, tercermin dari nisbah NPLs pada triwulan IV-2010
0%
20%
40%
60%
-
40
80
120
160
200
Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV
2008 2009 2010
(yoy)Rp Milyar Investasi Konsumsi
Modal Kerja growth kredit
Grafik 3.9 Perkembangan Kredit BPR
Sumber: Simwas BPR Bank Indonesia
Perkembangan Perbankan Daerah
46
sebesar 2,22% atau lebih rendah jika dibandingkan nisbah NPLs triwulan III-2010
sebesar 2,55% (Tabel 3.10). Dilihat dari pertumbuhannya, jumlah kredit
bermasalah tercatat mengalami penurunan sebesar 5,30%(qtq) bila dibandingkan
dengan posisi triwulan III-2010.
Tabel 3.10. Perkembangan Kolektibiltas Kredit Bank Umum di Kaltim
Tw 1-10 Tw 2-10 Tw3-10 Tw 4-10 Tw 3-10 Tw 4-10 qtq yoy
1-Lancar 22,987 25,045 26,636 29,836 88.80% 91.71% 12.02% 31.90%
2-Dalam Perhatian Khusus 2,025 2,403 2,596 1,973 8.66% 6.07% -24.00% 8.15%
3-Kurang lancar 311 154 206 125 0.69% 0.38% -39.57% 24.50%
4-Diragukan 88 189 139 138 0.47% 0.42% -1.36% 49.35%
5-Macet 338 343 418 461 1.39% 1.42% 10.33% 35.67%
NPLs (3+4+5) 737 687 763 723 2.55% 2.22% -5.30% 35.94%
Total Kredit 25,749 28,135 29,995 32,532 100.00% 100.00% 8.46% 30.25%
Pert. Tw 4-10KomposisiSektor
Kolektibil itas (Rp Milliar)
Sumber : LBU Bank Indonesia
Risiko kredit menurut jenis penggunaan masih tercatat pada rasio NPLs
dibawah 5%. Risiko kredit tertinggi terjadi pada kredit konsumsi, yang persentase
NPLs-nya pada triwulan laporan mencapai 4,28%. Persentase NPLs kredit
konsumsi tersebut mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan
persentase NPLs pada triwulan sebelumnya yang sebesar 1,66%.Sementara itu,
persentase NPLs kredit modal kerja dan kredit investasi tercatat masing-masing
sebesar 3,11% dan 1,84%.
Berdasarkan sektor ekonomi, nisbah NPLs tercatat relatif rendah (dibawah
5%). Nisbah NPLs tertinggi adalah sektor angkutan dan sektor konstruksi yang
mencapai nisbah NPLs masing-masing sebesar 4,37% dan 4,36% (Tabel 3.11).
Tabel 3.11.
Perkembangan Kredit Bermasalah Bruto Bank Umum di Kaltim
Tw 1-10 Tw2-10 Tw 3-10 Tw 4-10 +/- (Rp M) qtq Tw3-10 Tw 4-10
Jenis Penggunaan
Modal Kerja 466 396 411 396 -14.67 -3.57% 3.49% 3.11%
Investasi 106 122 179 164 -14.36 -8.03% 2.31% 1.84%
Konsumsi 166 168 174 162 -11.80 -6.78% 1.66% 4.28%
Sektor Ekonomi
Pertanian 9 6 9 14 5.40 59.49% 0.80% 1.12%
Pertambangan 88 50 47 42 -5.36 -11.35% 3.82% 2.47%
Perindustrian 7 9 20 5 -14.71 -73.26% 1.88% 0.47%
Listrik, Gas & Air 0 0 0 0 0.00 0.00% 0.00% 0.00%
Konst ruksi 250 179 132 118 -14.66 -11.07% 4.93% 4.36%
Perdagangan 99 116 154 151 -3.01 -1.95% 2.53% 2.34%
Angkutan 42 41 85 75 -9.46 -11.15% 5.25% 4.37%
Jasa Dunia Usaha 43 52 71 89 18.09 25.33% 2.32% 2.56%
Jasa Sosial 20 51 56 52 -4.44 -7.88% 3.77% 2.89%
Lain-Lain 180 184 188 176 -12.34 -6.56% 1.64% 1.45%
737 687 764 723 -40.48 -5.30% 2.55% 2.22%Total
Ket eranganNominal NPL (Rp Miliar) Nisbah NPL (%)Pert. Tw4-10
Sumber : LBU Bank Indonesia
Perkembangan Perbankan Daerah
47
3.5.2 Risiko Likuiditas
Asesmen risiko likuiditas bertujuan untuk melihat paparan risiko likuiditas
yang dihadapi bank umum di Kaltim ditinjau dari kecukupan likuiditas, struktur
kepemilikan simpanan dan profil jangka waktu dan sebaran nominal serta rekening
simpanan. Berdasarkan profil jangka waktu, struktur simpanan terkonsentrasi
tinggi pada simpanan jangka pendek dengan pangsa 92,55% (Tabel 3.12).
Struktur simpanan yang didominasi oleh simpanan berjangka pendek tersebut
rentan terhadap penarikan dana secara tiba-tiba (sudden withdrawal), terutama
oleh nasabah besar. Prosentase simpanan jangka pendek pada triwulan IV-2010
ini mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan dengan posisi pada triwulan
sebelumnya yang sebesar 93,66%.
Tabel 3.12 Struktur Jangka Waktu DPK Perbankan di Kaltim
Tw1-10 Tw2-10 Tw3-10 Tw 4-10 Tw 3-10 Tw 4-10
Jangka pendek
Giro 14,428 13,456 13,307 11,887 26.96% 23.82%
Tabungan 18,007 18,646 19,594 22,670 39.70% 45.42%
Simpanan berjangka s.d 3 bulan 10,823 12,450 13,331 11,636 27.01% 23.31%
Total DPK s.d 3 bulan 43,258 44,552 46,232 46,193 93.66% 92.55%
Jangka menengah panjang
Total DPK > 3 bulan 3,330 3,274 3,127 3,719 6.34% 7.45%
46,588 47,825 49,359 49,912 100.00% 100.00%
Keterangan
Total DPK
Posisi Nominal (miliar Rp) Komposisi
Sumber : LBU Bank Indonesia
3.5.3 Risiko Pasar
Berdasarkan analisis grafis yang
menghubungkan antara suku bunga
kredit dengan rasio NPLs dalam
periode triwulan I-2006 s.d triwulan
IV-2010 (Grafik 3.10), terlihat
pergerakan yang searah antara nisbah
NPLs dengan suku bunga kredit. Hal
ini didukung oleh hasil penghitungan
koefisien korelasi2 kedua variabel
tersebut yang hanya 0,6468. Oleh
karenanya dapat dikatakan bahwa
persentase NPLs cukup sensitif
terhadap perubahan tingkat bunga
kredit.
2 Angka koefisen korelasi berkisar 0 s.d 1, makin mendekati angka 1 berarti derajat hubungan antara kedua variabel makin tinggi, sebaliknya makin mendekati angka 0 menunjukkan hubungan yang makin lemah
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008 2009 2010
Bunga Kredit (sumbu kiri)
Gross NPLs (sumbu kanan)
Grafik 3.10 Perkembangan Bunga Kredit
dan Rasio NPLs Sumber: LBU Bank Indonesia
48
KEUANGAN DAERAH
4.1 Gambaran Umum
Realisasi APBD Kalimantan Timur sampai dengan triwulan IV-2010 mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan realisasi APBD triwulan IV-2009. Secara prosentase,
realisasi komponen pendapatan APBD Kaltim pada triwulan IV-2010 mengalami
peningkatan, begitu juga realisasi komponen belanja yang mengalami peningkatan diatas
prosentase realisasi belanja pada APBD triwulan IV tahun sebelumnya.
Komponen pendapatan pada realisasi APBD provinsi Kalimantan Timur pada triwulan
IV-2010 secara total mencapai Rp. 6,94 trilyun atau mengalami kenaikan nilai 31,55% jika
dibandingkan dengan pendapatan pada realisasi APBD Triwulan IV-2009 yang sebesar Rp.
5,28 trilyun. Apabila dilihat realisasi per komponen pendapatan, prosentase realisasi
tertinggi dicapai oleh komponen lain-lain pendapatan yang sah dan pendapatan asli daerah
dengan prosentase masing-masing sebesar 286,89% dan 114,81%. Sedangkan tingkat
realisasi komponen pendapatan transfer sebesar 107,30%.
2,066.94
4,050.19
7.02
2,151.16
3,122.06
8.06
6,927.37
4,308.46
0.88 -
2,000
4,000
6,000
8,000
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan yang Sah
(Rp Milyar)
2008 2009 201 0
Grafik 4.1 Pendapatan APBD Kaltim Sumber : Biro Keuangan Pemprov Kaltim, diolah
Komponen belanja pada realisasi APBD Kaltim triwulan IV-2010 secara prosentase
mencapai 86,14% atau mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan dengan realisasi
belanja pada APBD triwulan IV-2009 sebesar 83,81%. Apabila dilihat realisasi per-
komponen belanja, prosentase realisasi tertinggi dicapai oleh belanja transfer sebesar
99,72% atau lebih tinggi dibandingkan prosentase realisasi belanja transfer pada triwulan
IV-2009 yang sebesar 80,22%. Sementara itu komponen belanja operasi jika dilihat dari
prosentasi realisasinya juga mengalami peningkatan, dari 84,41% pada triwulan IV-2009
menjadi 85,12% pada triwulan IV-2010.
BAB IV
Keuangan Daerah
49
3,978.04
1,654.36
1.00
715.98
3,669.00
1,863.10
0.01
716.58
3,267.88
1,616.98
-
901.35
-
1 ,000
2 ,000
3 ,000
4 ,000
5 ,000
Be lanja Operasi Belanja Modal Belanja Tak Terduga Transfer
(Rp Milyar)
2008 2009 2010
Grafik 4.2 Belanja APBD Kaltim
Sumber : Biro Keuangan Pemprov Kaltim, diolah *) Data sementara, memungkinkan perubahan beberapa SKPD
4.2 Pendapatan
Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada realisasi APBD triwulan IV-2010
tercatat sebesar Rp 2,61 trilyun (Tabel 4.1) atau mengalami peningkatan sebesar 21,70%
jika dibandingkan realisasi APBD triwulan IV-2009 yang sebesar Rp 2,15 trilyun. Dari jumlah
tersebut, kontribusi utama berasal dari pendapatan pajak daerah sebesar Rp 2,02 trilyun
(Grafik 4.3) dengan tingkat prosentasi realisasi sebesar 122,14% dari jumlah pendapatan
pajak daerah pada rencana APBD tahun 2010 yang sebesar Rp 1,65 trilyun. Komponen
pendapatan pajak daerah ini memiliki kontribusi yang besar yaitu mencapai 77,30%
keseluruhan pendapatan asli daerah.
Komponen lainnya yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap pendapatan asli
daerah adalah lain-lain PAD yang sah yang berasal dari optimalisasi pemanfaatan dana kas
daerah, pendapatan dari denda pajak, denda retribusi dan denda pengembalian, serta
pendapatan rumah sakit umum di Samarinda, Balikpapan, dan Tarakan, dengan nilai
realisasi sampai dengan triwulan IV-2010 sebesar Rp 446 milyar atau 92,50% dari yang
direncanakan pada APBD 2010. Sedangkan pada komponen yang berasal dari Pendapatan
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, serta Retribusi Daerah yang terdiri
dari retribusi jasa umum dan retribusi jasa usaha dan perijinan memilki tingkat realisasi
yang cukup tinggi masing-masing sebesar 108,09% dan 75,54%.
Komponen Pendapatan Transfer (Dana Perimbangan) APBD Kaltim Triwulan IV-2010
tercatat sebesar Rp 4,30 trilyun atau memiliki prosentase realisasi sebesar 107,30%. Dana
perimbangan ini mayoritas berasal dari komponen dana Bagi Hasil Bukan Pajak (dana Bagi
Hasil SDA) dengan nilai Rp 3,62 trilyun atau prosentase kontribusi sebesar 84,04% dari total
Dana Perimbangan realisasi triwulan IV-2010 (Grafik 4.4). Bagi Hasil pertambangan gas
bumi/alam, bagi hasil pertambangan minyak bumi, dan iuran eksplorasi-eksploitasi (royalti)
memiliki kontribusi yang sangat dominan pada komponen dana Bagi Hasil SDA (Dana
Perimbangan) APBD Kaltim.
Keuangan Daerah
50
Tabel 4.1 Realisasi Komponen Pendapatan APBD Kaltim Semester IV-2010
APBD REALISASI
Pendapatan 6,303.24 6,947.72 644.49 110.22
Pendapatan Asl i Daerah 2,280.36 2,618.03 337.67 114.81
Pendapatan Pajak Daerah 1,657.00 2,023.87 366.87 122.14
Pendapatan Retribusi Daerah 13.46 10.17 (3.29) 75.54
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 127.32 137.61 10.30 108.09
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 482.59 446.38 (36.20) 92.50
Pendapatan Transf er 4,015.48 4,308.46 292.99 107.30
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 4,015.48 4,308.30 292.82 107.29
Dana Bagi Hasil Pajak 629.87 653.81 23.94 103.80
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 3,351.97 3,620.85 268.88 108.02
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus 33.64 33.64 0.00 100.00
Transfer Pemerintah Pusat Lainnya - 0.16 0.16
Dana Penyesuaian - 0.16 0.16
Lain-lain Pendapatan yang Sah 7.40 21.23 13.83 286.89
Pendapatan Hibah 7.40 0.88 (6.52) 11.89
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dari Pihak Ketiga - 11.20 11.20
Penerimaan dari Penabrak Jembatan Mahulu - 9.15 9.15
JUM LAH (RP milyar)Deviasi % RealisasiURAIAN
Sumber: Biro Keuangan Pemprov. Kaltim, diolah.
1,561.64
181.61
73.58
250.11
1,539.70
5.62
121.10
484.73
2,023.87
10.17
137.61
446.38
- 500 1,000 1,500 2,000 2,500
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah
2010 2009 2008
Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (Rp milyar)
Sumber : Biro Keuangan Pemprov Kaltim, diolah
Keuangan Daerah
51
548.18
3,375.77
126.24
-
-
-
576.62
2,523.47
17.87
3.81
0.29
0.29
653.81
3,620.85
33.64
0.16
0.16
- 1,000 2,000 3,000 4,000
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Transfer Pemerintah Pusat Lainnya
Dana Penyesuaian
2010 2009 2008
Grafik 4.4 Realisasi Pendapatan Transfer (Rp milyar)
Sumber : Biro Keuangan Pemprov Kaltim, diolah
4.3 Belanja
Komponen belanja pada realisasi APBD provinsi Kalimantan Timur triwulan IV-2010
menunjukkan nilai realisasi mencapai Rp 5,78 trilyun atau secara prosentase realisasi
mencapai 86,14%. Realisasi ini mengalami peningkatan secara prosentase jika dibandingkan
dengan realisasi belanja pada APBD triwulan IV-2009 yang mencapai 83,81%. Apabila
dilihat per-komponen belanja, prosentase realisasi belanja operasi, belanja modal, dan
transfer masing-masing sebesar 85,12%, 82,41%, dan 99,72% (Tabel 4.2).
Komponen Belanja Operasi APBD Kaltim Triwulan IV-2010 mencapai realisasi
sebesar Rp 3,26 trilyun (85,12%) atau secara prosentase mengalami peningkatan jika
dibandingkan Belanja Operasi triwulan IV-2009 sebesar 84,41%. Jika dilihat per-komponen
Belanja Operasi, Belanja Bantuan Keuangan memiliki kontribusi terbesar yaitu 35,81%
dengan nilai realisasi pada triwulan IV-2010 mencapai Rp 1,17 trilyun atau secara
prosentase sebesar 97,87% dari total rencana Belanja Bantuan Keuangan pada APBD Kaltim
2010 (Grafik 4.5). Belanja Pegawai memiliki kontribusi terbesar kedua setelah Belanja
Bantuan Keuangan, dengan nilai realisasi pada triwulan IV-2010 mencapai Rp 838 milyar
atau mencapai 80,29% dari total Belanja Pegawai APBD Kaltim 2010.
Jika dibandingkan dengan realisasi Belanja Operasi, realisasi komponen Belanja
Modal APBD Kaltim triwulan IV-2010 memiliki pencapaian realisasi sebesar Rp 1,61 trilyun
atau secara prosentase mencapai 82,41 %. Belanja jalan, irigasi, dan jaringan memiliki
kontribusi terbesar pada komponen belanja modal dengan tingkat realisasi mencapai Rp 848
milyar atau secara prosentase mencapai 87,54% (Grafik 4.6). Angka realisasi Belanja Moda
inil mengalami penurunan jika dibandingkan dengan realisasi Belanja Modal pada APBD
triwulan IV-2009 yang mencapai Rp 1,86 trilyun (84,28%). Hal ini mengindikasikan
menurunnya realisasi kegiatan proyek pembangunan infrastruktur di Kalimantan Timur jika
dibandingkan dengan kegiatan proyek pembangunan infrastruktur yang dilakukan pada
tahun lalu.
Keuangan Daerah
52
Tabel 4.2 Realisasi Komponen Belanja APBD Kaltim Triwulan IV Tahun 2010
APBD REALISASI
6,717.22 5,786.22 (931.01) 86.14
Belanja Operasi 3,839.15 3,267.88 (571.27) 85.12
Belanja Pegawai' 1,043.89 838.12 (205.77) 80.29
Belanja Barang 1,037.88 799.65 (238.23) 77.05
Belanja Subsidi
Belanja Hibah 435.50 356.17 (79.33) 81.78
Belanja Bantuan Sosial 126.36 103.86 (22.49) 82.20
Belanja Bantuan Keuangan 1,195.52 1,170.08 (25.44) 97.87
Belanja M odal 1,962.05 1,616.98 (345.07) 82.41
Belanja Tanah 91.33 51.27 (40.06) 56.14
Belanja Peralatan dan Mesin 291.60 221.84 (69.76) 76.08
Belanja Bangunan dan Gedung 590.87 481.10 (109.76) 81.42
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 968.71 848.04 (120.67) 87.54
Belanja Aset Tetap L:ainnya 19.55 14.73 (4.82) 75.33
Belanja Tak Terduga 12.13 - (12.13) 0.00
Belanja Tak Terduga 12.13 - (12.13) 0.00
Transf er 903.89 901.35 (2.53) 99.72
Transfer Bagi Hasil Ke Kab./Kota/Desa 903.89 901.35 (2.53) 99.72
Bagi Hasil Pajak 903.89 901.35 (2.53) 99.72
Belanja
URAIANJUM LAH (RP milyar)
Deviasi % Realisasi
Sumber: Biro Keuangan Pemprov. Kaltim, diolah. *) Data sementara, memungkinkan perubahan beberapa SKPD
635.68
554.86
-
1,166.16
124.69
1,496.66
757.81
660.64
-
410.14
189.79
1,650.63
838.12
799.65
356.17
103.86
1,170.08
- 400 800 1,200 1,600 2,000
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan
2010 2009 2008
Grafik 4.5 Realisasi Belanja Operasi (Rp milyar)
Sumber : Biro Keuangan Pemprov Kaltim, diolah *) Data sementara, memungkinkan perubahan beberapa SKPD
Keuangan Daerah
53
30.41
188.42
747.93
623.74
63.86
71.02
216.38
704.55
864.70
6.44
51.27
221.84
481.10
848.04
14.73
- 200 400 600 800 1,000
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Bangunan dan Gedung
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
2010 2009 2008
Grafik 4.6 Realisasi Belanja Modal (Rp milyar)
Sumber : Biro Keuangan Pemprov Kaltim, diolah *) Data sementara, memungkinkan perubahan beberapa SKPD
54
PERKEM BA NGAN SISTEM PEM BAYARAN
5.1. Gambaran Umum
Perkembangan sistem pembayaran pada triwulan IV-2010 menunjukkan
perkembangan yang positif. Sistem pembayaran tunai dilihat dari perkembangan
peredaran uang kartal, yaitu jumlah uang kartal yang masuk dan keluar dari kas Bank
In Samarinda dan Balikpapan, menunjukkan adanya penurunan dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah uang kartal yang masuk
dalam kategori PTTB juga mengalami peningkatan.
Sementara itu perkembangan sistem pembayaran non tunai, yang dilihat dari
perkembangan transaksi kliring dan RTGS di wilayah Kalimantan Timur, mengalami
peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Meningkatnya transaksi keuangan di Kalimantan Timur pada triwulan IV-2010,
diakibatkan oleh kondisi perekonomian yang semakin membaik.
5.2. Perkembangan Transaksi Tunai
5.2.1. Perkembangan Pengedaran Uang Kartal
Transaksi tunai antara perbankan di Kalimantan Timur dengan Kantor Bank
Indonesia Samarinda dan Balikpapan, pada triwulan IV-2010 mencapai Rp 5,316
milyar atau mengalami
pertumbuhan sebesar 46,91%
dibandingkan dengan periode yang
sama pada tahun sebelumnya.
Pertumbuhan tahunan ini lebih
tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan di triwulan III-2010
yang mengalami pertumbuhan
sebesar 40,30% (Grafik 5.1).
Dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, perkembangan
transaksi tunai di Kaltim Triwulan
IV-2010 mengalami peningkatan
sebesar 31,51%(qtq).
Dari nominal transaksi tunai pada periode laporan tersebut, jumlah uang
yang keluar dari kas Bank Indonesia di Kalimantan Timut mencapai Rp 3.969
milyar. Jumlah ini mengalami pertumbuhan sebesar 35,28% (yoy). Sedangkan
jumlah uang kartal yang masuk ke kas Bank Indonesia dari perbankan mencapai
Rp. 1.348 milyar atau naik sebesar 96,72% (yoy). Secara keseluruhan, pada
BAB V
-100%
0%
100%
200%
-
2,000
4,000
6,000
Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV
2008 2009 2010
(Rp Milyar)Outflow Inflow Growth (yoy)
Grafik 5.1 Peredaran Uang Kartal di Kaltim
Sumber : Bank Indonesia
Perkembangan Sistem Pembayaran
55
triwulan IV-2010, Kalimantan Timur mengalami net outflow (jumlah uang yang
masuk lebih kecil dibandingkan uang yang keluar) sebesar Rp 2.620,74 milyar
-
750
1,500
2,250
3,000
Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV
2008 2 009 2010
(Rp Milyar)
Grafik 5.2 Peredaran uang Kartal di Wilker KBI
In flow Smr Inflow Bpp Outflow Smr Outflow Bpp
Grafik 5.2 Peredaran Uang Kartal di Wilker KBI
Sumber : Bank Indonesia
Dari jumlah uang kartal yang masuk ke kas Bank Indonesia di wilayah
Kalimantan Timur, terdapat uang kartal yang masuk dalam kategori Uang Tidak
Layak Edar (UTLE), yaitu uang yang menurut klasifikasi Bank Indonesia sudah
tidak layak untuk menjadi alat pembayaran karena mengalami kelusuhan atau
rusak. Jenis uang yang termasuk dalam UTLE tersebut kemudian masuk dalam
klasifikasi untuk dimusnahkan atau Bank Indonesia melakukan Pemberian Tanda
Tidak Berharga (PTTB). Jumlah uang yang termasuk dalam kategori PTTB ini pada
triwulan IV-2010 mencapai Rp 412,68 milyar atau mengalami pertumbuhan
sebesar 81,56%(yoy) dibandingkan triwulan IV-2009 (Grafik 5.2). Sedangkan
secara triwulanan, jumlah PTTB ini mengalami pertumbuhan sebesar 110,57%.
-100%
0%
100%
200%
300%
-
100
200
300
400
500
Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV
2008 2009 2010
(Rp milyar) Smr Bpp Kaltim Growth (yoy) Kaltim
Grafik 5.3 Perkembangan PTTB per Wilker KBI Sumber : Bank Indonesia
Perkembangan Sistem Pembayaran
56
5.3 Perkembangan Transaksi Non-Tunai
5.3.1. Perkembangan Transaksi Kliring
Transaksi Kliring di Wilayah
Kalimantan Timur pada Triwulan IV-
2010 mengalami pertumbuhan
dibandingkan dengan triwulan yang
sama tahun sebelumnya (Grafik 5.4).
Jumlah transaksi kliring triwulan IV-
2010 mencapai Rp 5.170,58 milyar,
bila dibandingkan dengan triwulan
yang sama tahun sebelumnya
mengalami pertumbuhan 11,50%
(yoy). Volume transaksi pada triwulan
IV-2010 mencapai 164.040 bilyet, jika dibandingkan dengan triwulan yang sama
tahun 2009 mengalami penurunan transaksi sebesar 10,74%(yoy) atau lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dimana volume transaksi kliring di
Kaltim pada triwulan IV-2010 mengalami penurunan 10,24%(qtq).
5.3.2 Perkembangan Transaksi BI-RTGS
Nilai Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) di Kaltim pada Triwulan
IV-2010 mencapai Rp 51.160 miyar, atau mengalami pertumbuhan sebesar
26,11%(yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan transaksi RTGS periode berjalan dipengaruhi oleh pertumbuhan yang
terjadi pada nilai transaksi yang masuk ke Kaltim sebesar 29,41%(yoy) dan nilai
transaksi keluar dari Kaltim yang juga mengalami pertumbuhan sebesar
22,75%(yoy). Selain karena peningkatan nilai transaksi baik yang keluar maupun
yang masuk ke Kaltim, pertumbuhan RTGS juga dipengaruhi oleh pertumbuhan
volume transaksi RTGS yang tumbuh sebesar 24,63% (yoy) dari 56.325 transaksi
pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 70.197 transaksi (Grafik 5.5).
-50%
0%
50%
100%
-
20
40
60
Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV QI QII Q III Q IV
2007 2008 2009 2010
(Rp. Trilyun)Jumlah Growth qtq Growth yoy
Grafik 5.5 Perkembangan Transaksi RTGS di Kaltim
Sumber: Bank Indonesia
-50%
0%
50%
-
2,000
4,000
6,000
QI QII QIII QIV QI QII QIII QIV QI QII QIII QIV
2008 2009 2010
(Rp Milyar) Nilai Growth yoy
Grafik 5.4 Perkembangan Transaksi Kliring Sumber : Bank Indonesia
Perkembangan Sistem Pembayaran
57
Secara triwulan, transaksi RTGS pada triwulan IV-2010 mengalami
pertumbuhan sebesar 12,19%(qtq), sedangkan pertumbuhan volume transaksi
mencapai 48,93%(qtq) dari 47.135 menjadi 70.197. Hal ini dipengaruhi oleh
pertumbuhan nilai transaksi maupun volume transaksi yang keluar ke Kaltim
maupun yang masuk ke Kaltim (Tabel 5.1).
Tabel 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS di Kalimantan Timur (Rp Milyar)
2009
Q IV QI QII Q III Q IV Q-t-Q Y-o-Y
Keluar Kaltim
Jumlah (dlm Milyar Rp.) 20,122 15,520 18,690 21,593 24,700.16 14.39% 22.75%
Volume 22,288 25,114 26,619 20,228 30,802.00 52.27% 38.20%
Masuk Ke Kaltim
Jumlah (dlm Milyar Rp.) 20,448 17,623 22,235 24,010 26,460.33 10.20% 29.41%
Volume 34,037 34,762 36,670 26,907 39,395.00 46.41% 15.74%
Total
Jumlah (dlm Milyar Rp.) 40,570 33,143 40,925 45,603 51,160 12.19% 26.11%
Volume 56,325 59,876 63,289 47,135 70,197 48.93% 24.63%
Transaksi RTGSQ IV-20102010
Sumber : Bank Indonesia
Berdasarkan Lokasi Kantor Bank Indonesia di Kalimantan Timur, nilai
transaksi RTGS di Samarinda pada periode Triwulan IV-2010 mencapai Rp. 37.047
milyar atau tumbuh sebesar 25,25% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Sementara nilai transaksi RTGS di Balikpapan tercatat sebesar Rp.
14.122 milyar atau tumbuh sebesar 28,41% (yoy) dibandingkan triwulan yang
sama tahun sebelumnya (Grafik 5.6).
-50%
0%
50%
100%
-
20
40
60
Q I Q II Q III Q IV Q I Q II Q III Q IV QI QII QIII QIV
2008 2009 2010
(yoy)(Rp trilyun)Samarinda Balikpapan Kaltim g Kaltim
Grafik 5.6 Perkembangan RTGS per Wilker KBI Sumber: Bank Indonesia
58
PERKEM BANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
DAN KESEJAHTERAAN
6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur
Perkembangan jumlah penduduk Kalimantan Timur yang berusia 15 tahun ke atas,
berdasarkan survei ketenagakerjaan bulan Agustus 2010, berjumlah 2.482.319 orang,
mengalami peningkatan sebesar 9,44%(yoy) dibandingkan data bulan Agustus 2009 atau
bertambah sebanyak 214.089 orang. Pertambahan tersebut dipengaruhi oleh pertambahan
jumlah laki-laki 119.802 orang atau tumbuh sebesar 10,01%(yoy) dan perempuan 94.287
atau tumbuh sebesar 8,80%(yoy).
Dari keseluruhan jumlah penduduk usia 15 tahun keatas, yang termasuk dalam
kategori angkatan kerja berjumlah 1.648.455 orang. Jumlah ini mengalami pertumbuhan
sebesar 12,83%(yoy) atau bertambah sebanyak 187.459 orang dari periode yang sama
tahun sebelumnya, sehingga Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mencapai 66,41%,
lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Agustus 2009 yang sebesar 64,41%. Jumlah
pengangguran di Kalimantan Timur mengalami peningkatan sebesar 5,27%(yoy) menjadi
166.557 orang, dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari 10,83% menjadi
10.10% (Tabel 6.1) .
Tabel 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kalimantan Timur
Februari Agustus Februari Agustus
2 3 4 5
1 Penduduk 15+ 2,242,398 2,268,230 2,307,357 2,482,319
2 Angkatan Kerja 1,488,456 1,460,996 1,535,040 1,648,455
Bekerja 1,323,369 1,302,772 1,374,563 1,481,898
Penganggur 165,087 158,224 160,477 166,557
3 Bukan Angkatan Kerja 753,942 807,234 772,317 833,864
4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 66.38 64.41 66.53 66.41
5 Tidak Pengangguran terbuka (%) 11.09 10.83 10.45 10.10
Kegiatan Utama2009
1
2010
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Timur, diolah.
Berdasarkan jenis kelaminnya,
komposisi angkatan kerja di Kalimantan Timur
didominasi oleh laki-laki sebesar 68,43%,
sedangkan angkatan kerja perempuan sebesar
31,57%. Pertumbuhan jumlah angkatan kerja
penduduk perempuan 17,40%(yoy),
sedangkan pada penduduk laki-laki mengalami
pertumbuhan sebesar 10,84%(yoy).
BAB VI
Laki-Laki, 68.43%
Perempuan, 31.57%
Grafik 6.1 Komposisi Jenis Kelamin Angkatan Kerja Kalimantan Timur
Sumber : BPS Prov Kaltim, diolah
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
59
Dari 1.648.455 orang total angkatan kerja Kalimantan Timur, atas dasar
Kota/Kabupaten kebanyakan terkonsentrasi di Kota Samarinda sebanyak 338.192 orang,
Kabupaten Kutai Kartanegara 294.620 orang dan Kota Balikpapan 259.391 orang dengan
jumlah pengangguran secara absolut terbesar adalah Kabupaten Kutai Kartanegara 33.980
orang, Kota Samarinda 31.196 orang, dan Kota Balikpapan sebesar 30.494 orang. Namun
demikian, prosentase pengangguran terbuka tertinggi di Kalimantan Timur adalah Kota
Bontang 12,77%, Kabupaten Kutai Timur 12,71% dan Kota Balikpapan 11.76%.
Tabel 6.2 Penduduk yang Bekerja, Presentase Pengangguran dan Partisispasi Angkatan Kerja menurut Kabupaten/Kota di Kaltim Agustus 2010
Total Penduduk
15+
Angkatan Kerja Bekerja
Pengang-guran
Bukan Angkatan
KerjaTPAK TPT
1 2 3 4 5 6 7 8
Kab. Pasir 160,384 99,383 92,607 6,776 61,001 61.97 6.82
Kab. Kutai Barat 114,616 84,971 78,196 6,775 29,645 74.14 7.97
Kab. Kutai Kartanegara 435,511 294,620 260,640 33,980 140,891 67.65 11.53
Kab. Kutai Timur 177,158 121,630 106,174 15,456 55,528 68.66 12.71
Kab. Berau 122,121 83,484 75,693 7,791 38,637 68.36 9.33
Kab. Malinau 40,681 30,711 29,520 1,191 9,970 75.49 3.88
Kab. Bulungan 76,152 51,784 47,063 4,721 24,368 68.00 9.12
Kab. Nunukan 94,049 61,190 56,494 4,696 32,859 65.06 7.67
Kab. PPU 97,983 66,543 60,035 6,508 31,440 67.91 9.78
Kab. Tana Tidung 10,794 7,218 6,350 868 3,576 66.87 12.03
Kota Balikpapan 400,887 259,391 228,897 30,494 141,496 64.70 11.76
Kota Samarinda 522,475 338,192 306,996 31,196 184,283 64.73 9.22
Kota Tarakan 133,005 89,360 80,915 8,445 43,645 67.19 9.45
Kota Bontang 96,503 59,978 52,318 7,660 36,525 62.15 12.77
TOTAL 2,482,319 1,648,455 1,481,898 166,557 833,864 66.41 10.10
Kabupaten/Kota
Agustus 2010
Catatan:
1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah rasio jumlah angkatan kerja terhadap jumlah
penduduk usia kerja (15+).
2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah rasio jumlah penganggur terbuka terhadap
jumlah angkatan kerja.
Sumber: BPS Prov. Kalimantan Timur, diolah.
Dilihat dari status pekerjaan utama 1.481.898 orang pekerja, status pekerjaan
utama terbanyak sebagai buruh/karyawan sebesar 699.370 orang atau 47,19%, diikuti
posisi kedua jenis kegiatan berusaha sendiri sebesar 314.953 orang atau 21,25%, dan
berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 190.359 orang atau 12,85% (Tabel 6.3).
Prospek perekonomian Daerah
60
Tabel 6.3 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama
Februari Agustus Februari Agustus
1 2 3 4 5
Berusaha Sendiri 252,668 262,263 264,123 314,953
Berusaha dibantu buruh tidak tetap 213,058 218,248 192,357 190,359
Berusaha dibantu buruh tetap 37,600 34,899 32,212 44,813
Buruh/Karyawan 550,585 563,645 611,684 699,370
Pekerja Bebas di Pertanian 36,652 21,853 31,728 24,305
Pekerja Bebas di Non Pertanian 33,807 32,181 23,151 28,198
Pekerja Tak Dibayar 198,999 169,683 219,308 179,900
TOTAL 1,323,369 1,302,772 1,374,563 1,481,898
Status Pekerjaan Utama2009 2010
Sumber: BPS Prov. Kalimantan Timur, diolah.
Apabila ditinjau dari perkembangan pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) kondisi
ketenagakerjaan di Kalimantan Timur menunjukkan sedikit penurunan. Indikasi ini terlihat
dari pencairan JHT secara nominal yang mengalami sedikit peningkatan dari Rp 11,74 milyar
pada triwulan III-2010 menjadi Rp 12,35 milyar pada triwulan IV-2010 atau mengalami
peningkatan sebesar 5,22% (qtq) (Grafik 6.2).
- 50
0
5 0
100
150
200
250
300
-
4,00 0
8,00 0
1 2,00 0
1 6,00 0
2 0,00 0
Q I Q II Q III Q IV
Q I Q II Q III Q IV
Q I Q II Q III Q IV
20 08 20 09 2 01 0
(R p Jut a) (% )Jam in a n Hari Tu a y -o- y
Grafik 6.2 Perkembangan Nominal Jaminan Hari Tua (JHT) di Samarinda
Sumber : PT. Jamsostek Kantor Cabang Samarinda 6.2 Kesejahteraan Kondisi kesejahteraan masyarakat di triwulan IV-2010 diperkirakan meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terjadi karena tingkat penghasilan masyarakat
Kaltim memiliki kecenderungan meningkat (Grafik 6.3). Kondisi tersebut tercermin dari
naiknya Indeks Penghasilan Saat Ini menurut Survei Konsumen Bank Indonesia. Indeks
tersebut meningkat dari rata-rata 136,83 pada triwulan III-2010 menjadi rata-rata 137,83
pada triwulan IV-2010. Penghasilan yang meningkat serta inflasi Kaltim yang relatif
terkendali merupakan indikator yang mendukung tingkat kesejahteraan masyarakat,
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
61
sehingga berdampak pada naiknya ekspektasi konsumen terhadap penghasilan periode
berikutnya. Hal ini dapat dilihat dari tetap tingginya ekspektasi penghasilan Kaltim walaupun
dengan tingkat yang lebih rendah.
0
40
80
120
160
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2008 2009 2010
Penghasilan Saat Ini Ekspektasi Penghasilan
Grafik 6.3 Indeks Penghasilan dan Ekspektasi Penghasilan Sumber : Survey Konsumen Bank Indonesia
62
PROSPEK PEREKONOM IAN DAERAH
7.1 Prospek Perekonomian Daerah Triwulan IV-2010
Perekonomian Kalimantan Timur pada triwulan I-2011 diperkirakan akan mengalami
pertumbuhan yang positif, dengan perkiraan laju pertumbuhan berkisar antara 2% s.d. 3%
(yoy). Salah satu indikator yang menjadi arah pertumbuhan positif tersebut dapat terlihat
dari hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan Bank Indonesia Samarinda pada bulan
Januari 2010 yaitu Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang masih berada di atas level
optimis (100), yaitu sebesar 123,83. Hal ini dipengaruhi oleh komponen-komponen IEK
yang seluruhnya meningkat dan berada di atas level optimis (Grafik 7.1), terutama
disebabkan ekspektasi membaiknya kondisi perekonomian dan ekspektasi terhadap
penghasilan. Dari sisi permintaan pertumbuhan positif masih didukung oleh kinerja ekspor
Kalimantan Timur dan semakin mengeliatnya kegiatan investasi seiring dengan
meningkatnya pembangunan infrastruktur di Kaltim yang mulai dilakukan. Sedangkan dari
sisi penawaran pertumbuhan ekonomi Kaltim masih didukung oleh perkembangan positif di
sektor pertambangan dan penggalian yang diperkirakan masih tinggi karena stabilnya
permintaan dan meningkatnya harga komoditas unggulan Kaltim yaitu batubara dan minyak
mentah di pasar internasional (Grafik 7.2). Faktor yang berpotensi menghambat kinerja
sektor pertambangan dan penggalian adalah tingginya curah hujan di wilayah Kaltim pada
periode triwulan pertama tahun 2011.
7.2 Prospek Perkembangan Inflasi
Tekanan terhadap laju perkembangan harga barang dan jasa pada triwulan I-2011
diperkirakan akan mengalami peningkatan, yang dipengaruhi oleh adanya tren peningkatan
beberapa harga komoditas pangan di pasar dunia seperti gula dan bahan dasar beberapa
produk makanan jadi yaitu minyak sawit (Grafik 7.3 dan Grafik 7.4). Selain itu berdasarkan
pemantauan harga di bulan Januari, yang dilakukan oleh Disperindagkop Prov. Kalimantan
BAB VII
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
2008 2009 2010 2011
Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Ekonomi
Ekspektasi Ketersediaan Lap.Kerja Garis 100
Grafik 7.1 Indeks Ekspektasi
Konsumen Sumber : Survey Konsumen BI
90.19
74.3
-
20
40
60
80
100
120
140
160
1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
USDminyak wti coal
Grafik 7.2 Harga Komoditas Minyak
dan Batubara Sumber : Datastream Bloomberg
Prospek Perekonomian Daerah
63
Timur, beberapa komoditas utama atau bahan kebutuhan pokok di kota Samarinda
mayoritas mengalami peningkatan yang cukup tinggi diantaranya cabe merah besar, minyak
goreng, daging ayam boiler, dan telur ayam (Grafik 7.5 dan Grafik 7.6). Faktor pendorong
inflasi pada triwulan depan antara lain keterbatasan pasokan bahan makanan seperti beras,
sayuran, bumbu-bumbuan, serta ikan segar yang disebabkan faktor cuaca yang kurang
mendukung sehingga menyebabkan gagal panen dan mengganggu arus distribusi
kebutuhan pokok dari Jawa dan Sulawesi Selatan.
12.29
35.39
0
10
20
30
40
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
USD/pound
601.84
1,237.80
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
USD/metricton
Grafik 7.3 Harga Komoditas Gula Grafik 7.4 Harga Minyak Kelapa Sawit
Sumber : Datastream Bloomberg
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
Jan
Feb
Mar
Apr
May Ju
nJul
Aug
Sep
Oct
Nov De
cJan
Feb
Mar
Apr
May Ju
nJul
Aug
Sep
Oct
Nov De
cJan
2009 2010 2011
(mtm)Cabe Merah Besar Minyak Goreng
Tepung Terigu Beras Bengawan
Gula Pasir (DN) Bawang Merah
Grafik 7.5 Perkembangan Bulanan Harga Komoditas Utama Kota Samarinda (1)
Sumber : Disperindagkop Provinsi Kaltim
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
Jan
Feb
Mar
Apr
May Ju
nJul
Aug Se
pOct
Nov De
cJan
Feb
Mar
Apr
May Ju
nJul
Aug Se
pOct
Nov De
cJan
2009 2010 2011
(mtm)Daging Ayam Boiler Telur Ayam Boiler Daging Sapi
Grafik 7.6 Perkembangan Bulanan Harga Komoditas Utama Kota Samarinda (2)
Sumber : Disperindagkop Provinsi Kaltim
1. Inflasi dan PDRB
Total Q I Q II Q III Q IV
MAKRO EKONOMI
Indeks Harga Konsumen (IHK) 121.65 124.54 125.03 129.89 130.5
Kota Samarinda 121.60 124.12 125.04 129.14 130.11
Kota Balikpapan 118.55 121.57 122.50 127.57 127.30
Kota Tarakan 131.39 135.19 132.80 139.74 141.80
Laju Inf lasi Tahunan (yoy,%) 4.30 5.96 5.84 7.45 7.28
Kota Samarinda 4.06 4.65 4.99 6.51 7.00
Kota Balikpapan 3.60 6.21 6.70 8.35 7.38
Kota Tarakan 7.21 9.73 6.37 8.12 7.00
PDRB - harga konstan (miliar Rp) 105,368.81 27,436 27,570 27,694 27,900
Pertanian 6,947.07 1,897.24 1,787.47 1,741.20 1,723.23
Pertambangan & Penggalian 42,262.88 11,293.22 11,361.85 11,523.14 11,677.17
Industri Pengolahan 31,666.16 7,769.58 7,785.44 7,620.41 7,546.33
Listrik, gas dan air bersih 337.69 86.65 88.23 90.24 90.52
Bangunan 3,977.67 1,039.88 1,078.80 1,113.69 1,149.94
Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,897.65 2,373.26 2,426.60 2,494.79 2,539.08
Pengangkutan dan Komunikasi 5,851.25 1,540.75 1,579.42 1,621.23 1,649.72
Keuangan, Persewaan dan Jasa 3,277.74 866.26 883.50 902.39 926.65
Jasa 2,150.70 562.01 572.04 583.26 594.73
Pertumbuhan PDRB (yoy,%) 2.13 6 .82 7.04 3.76 2.36
Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta)* 9,809.18 2 ,847.50 3,221.59 3,399.77 1,950.50
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)* 144,279 45,853 45,815 47,035 25,972
Nilai Impor Nonmigas (USD juta)* 2,681.45 425.99 390.07 395.13 247.46
Volume Impor Nonmigas (ribu ton)* 655.48 260.96 344.30 304.33 136.90
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
INDIKATOR2009 2010
Keterangan (*): Data sampai dengan November 2010
2. Perbankan
To tal Q I Q II Q III Q IV
PERB AN KAN
Bank Um um:
To tal Aset (Rp t ri liun ) 53.15 60.38 61.81 63.9 6 63.77
D PK ( Rp tr ili un) 43.70 46.58 47.83 49.3 7 49.91
Tabungan (Rp tr ili un) 18.92 18.01 18.65 19.6 0 22.67
Giro (Rp tr ili un) 12.60 14.43 13.46 13.3 1 11.88
Depo sito (R p t ril iun ) 12.19 14.15 15.72 16.4 6 15.36
K redi t ( Rp tr iliu n) - berdasark an lo kasi proyek * 36.42 39.81 41.09 46.4 8 46.30
Mo dal Kerja 17.00 18.36 21.10 22.4 6 21.59
Kon sumsi 7.89 9.17 10.00 10.4 5 10.22
In vestasi 11.53 12.27 13.86 13.5 7 14.50
LDR 83 .34% 85.46% 85.8 3% 94 .16% 92.77%
K redi t ( Rp tr iliu n) - berd asarkan lo kasi kantor cab 24.98 26.30 28.13 30.0 0 32.53
Mo dal Kerja 10.31 9.98 10.68 11.7 6 12.73
Kon sumsi 7.99 9.07 9.84 10.4 8 11.08
In vestasi 6.68 6.69 7.62 7.7 5 8.72
LDR 57 .15% 55.27% 58.7 7% 60 .76% 65.18%
K redi t M KM (Rp tri liu n)
K redi t M ikro (<Rp 5 0 ju ta) ( Rp tr iliu n) 3.98 3.74 4.03 4.30 1 4.38
Kredit Mo dal Kerja 0.56 0.55 0.54 0.66 1 0.67
Kredit In vestasi 0.14 0.09 0.10 0.05 8 0.07
Kredit Kon sumsi 3.29 3.10 3.39 3.58 1 3.64
K redi t K ecil (R p 50 juta < X ? Rp 500 juta) (R p t ri liun ) 5.49 6.29 7.06 7.76 0 8.29
Kredit Mo dal Kerja 1.48 1.49 1.53 1.73 3 1.72
Kredit In vestasi 0.61 0.47 0.52 0.54 1 0.60
Kredit Kon sumsi 3.40 4.33 5.00 5.48 6 5.96
K redi t M enen gah (Rp 500 juta < X < ? R p 5 mili ar) (Rp tr iliun) 6.45 6.63 7.18 7.68 0 8.00
Kredit Mo dal Kerja 4.09 4.03 4.36 4.73 1 4.85
Kredit In vestasi 1.33 1.38 1.57 1.71 0 1.82
Kredit Kon sumsi 1.03 1.22 1.25 1.23 8 1.32
To tal Kred it MK M (Rp tr ili un) 15.92 16.66 18.26 1 9.74 1 20.68
NPL MK M gross ( %) 2.56 2.41 2.64 2.64 0 2.38
NPL MK M nett (%)
BP R:
To tal Aset (Rp mi liar) 2 22.44 220.48 234.23 23 9.78 271.09
D PK ( Rp mili ar) 1 43.46 141.98 150.86 15 2.71 176.52
Tabungan 64.67 60.29 58.48 5 4.89 71.56
Giro - - - - -
Depo sito 78.79 81.69 92.38 9 7.82 104.95
K redi t ( Rp mili ar) 1 47.93 155.47 163.49 16 6.17 178.02
Mo dal Kerja 83.25 85.18 90.51 94.0 1 101.67
Kon sumsi 50.40 55.44 56.09 54.7 1 59.98
In vestasi 14.27 14.85 16.89 17.4 6 16.37
K redi t U M KM (Rp mil iar) 1 47.93 155.47 163.49 16 6.17 178.02
Rasio NP L G ross (%) 18.00 19.00 17.62 17.7 8 16.68
Rasio NP L N ett (%) 0
L DR 103 .12% 109.50% 1 08.3 7% 108 .81% 100.85%
INDIK AT OR2 009 2010
3. Sistem Pembayaran
To tal Q I Q II Q III Q IV
SISTEM PEMBAYARAN
Posisi Kas Gabungan (Rp triliun) 10.45 1.10 1.62 7.52 5.31
Inflow (Rp triliun) 2.31 0.66 0.17 0.91 1.34
Outflow (Rp triliun) 8.15 0.44 1.45 6.606 3.96
Pemusnahan Uang (Rp miliar) 491.28 233.55 108.39 365.20 412.68
Nominal Transaksi RTGS (Rp triliun) 138.68 33.14 40.92 45.603 51.16
Volume Transaksi RTGS (transaksi) 199,592.00 59,876 63289 47135 70,197
Rata-rata harian nominal transaksi RTGS 0.58 0.55 0.68 0.76 0.85
Rata-rata harian volume transaksi RTGS (transaksi) 831.63 998 1,055 786 1,169
Nominal Kliring Kredit (Rp triliun) 1.98 0.56 0.53 0.55 0.64
Volume Kliring Kredit (transaksi) 170,201.00 48,089 45306 44083 47880
Rata-rata harian Nominal Kliring Kredit (Rp triliun) 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
Rata-rata harian Volume Kliring Kredit (transaksi) 709.17 801 755 735 798
Nominal Kliring Debet (Rp triliun) 18.18 4.74 4.89 4.927 5.38
Volume Kliring Debet (transaksi) 697,674.00 190,841 191,645 187,878 169,784
Rata-rata harian Nominal Kliring Debet (Rp triliun) 0.08 0.079 0.082 0 .082 0.089
Rata-rata harian Volume Kliring Debet (transaksi) 2,906.98 3,181 3,194 3 ,131 2,829
Nominal Kliring Pengembalian (Rp triliun) 0.66 0.18 0.22 0.15 0.21
Volume Kliring Pengembalian 16,309.00 5,067 4,910 5117 5744
Rata-rata harian Nominal Kliring Pengembalian 0.01 0.003 0.004 0 .002 0.003
Rata-rata harian Volume Kliring Pengembalian 271.82 84 82 85 95
Nominal Tolakan Cek/BG Kosong 0.42 0.16 0.19 0.134 0.165
Volume Tolakan Cek/BG Kosong 12,197.00 4,119 3824 4116 4339
Rata-rata harian Nominal Tolakan Cek/BG Kosong 0.01 0.003 0.003 0 .002 0.002
Rata-rata harian Volume Tolakan Cek/BG Kosong 203.28 69 64 69 72
INDIKATOR2009 2010