kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi … · web viewbab 6. perkembangan ketenagakerjaan...

166
1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan November – 2017 (Kajian Triwulanan)

Upload: buihuong

Post on 21-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

1

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Provinsi Sumatera Selatan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan

November – 2017(Kajian Triwulanan)

Page 2: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Penanggung Jawab:

Tim Advisory Ekonomi dan KeuanganKantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera SelatanJl. Jend. Sudirman No.510, PalembangTelp : 0711 - 354188 ext 8205, 8218, 8247Faks : 0711 – 312013

Versi softcopy buku ini dapat diunduh melalui www.bi.go.id

Page 3: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Kata PengantarSegala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat dan karunia-Nya ”Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Selatan November 2017” telah selesai disusun dan dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai data dan informasi terkini mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.

Secara umum dapat kami sampaikan bahwa perekonomian Sumatera Selatan triwulan III 2017 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Realisasi pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan di triwulan III 2017 sebesar 5,56% (yoy), lebih tinggi dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan II 2017 sebesar 5,26% (yoy). Dari sisi permintaan, komponen ekspor luar negeri kembali menjadi penyumbang utama pertumbuhan pada periode laporan yang didukung selain oleh perbaikan harga komoditas unggulan Sumatera Selatan yaitu batubara dan karet juga dampak mulai solidnya recovery ekonomi di negara tujuan utama ekspor Sumatera Selatan. Disisi lain, peningkatan kinerja ekspor tersebut belum diikuti secara langsung pada peningkatan konsumsi rumah tangga. Perlambatan konsumsi rumah tangga diperkirakan disebabkan oleh pola konsumsi masyarakat yang mengalami pergeseran, dimana masyarakat masih mengurangi konsumsinya baik untuk kebutuhan primer maupun sekunder. Di triwulan III 2017 konsumsi pemerintah mengalami peningkatan akibat adanya percepatan pembangunan proyek infrastruktur pemerintah.

Realisasi inflasi Sumatera Selatan pada triwulan III 2017 sebesar 3,00% (yoy), lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan II 2017 yang sebesar 4,31% (yoy). Realisasi inflasi ini berada dalam rentang target inflasi nasional yaitu 4±1% (yoy). Pencapaian ini tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) bersama dengan berbagai pihak antara lain upaya stabilisasi harga bawang putih dan inisiasi koperasi peternak ayam.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa mendatang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak yang berkepentingan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya, serta memberikan kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran untuk pengembangan ekonomi

3

Page 4: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya.

Halaman ini sengaja dikosongkan

Palembang, November 2017KEPALA PERWAKILAN BANK

INDONESIA PROVINSI SUMATERA SELATAN

Rudy HairudinDirektur

Page 5: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Daftar IsiKata Pengantar...................................................................................... iiiDaftar Isi.................................................................................................vDaftar Tabel..........................................................................................viiDaftar Grafik.......................................................................................... ixIndikator Utama.....................................................................................ARingkasan Umum...................................................................................E1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional.........................................31.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum..............31.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan...................................41.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral........................................122 Perkembangan Keuangan Daerah..................................................182.1 Gambaran Umum.......................................................................182.2 APBD Provinsi Sumatera Selatan................................................192.2.1 Anggaran Pendapatan APBD Provinsi Sumatera Selatan...........202.2.2 Realisasi Belanja APBD Provinsi Sumatera Selatan....................222.3 APBD Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan.....................232.4 APBN Provinsi Sumatera Selatan................................................263 Perkembangan Inflasi.....................................................................293.1 Inflasi Secara Umum..................................................................293.2 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa................................333.2.1 Kelompok Bahan Makanan.........................................................343.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau.......343.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar.............343.2.4 Kelompok Sandang....................................................................353.2.5 Kelompok Kesehatan..................................................................353.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga..........................353.2.7 Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan................363.3 Tekanan Inflasi Sisi Penawaran..................................................363.4 Tekanan Inflasi Sisi Permintaan.................................................373.5 Kondisi Harga di Pasar Internasional..........................................383.6 Upaya Pengendalian Inflasi........................................................394 Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah.....................................................................................584.1 Kondisi Perbankan Sumatera Selatan........................................584.1.1 Kondisi Umum............................................................................58

5

Page 6: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

4.1.2 Penghimpunan DPK....................................................................594.1.3 Penyaluran Kredit.......................................................................614.1.4 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional.............654.1.5 Kinerja Syariah dan BPR.............................................................664.2 Stabilitas Sistem Keuangan........................................................684.2.1 Asesmen Sektor Korporasi.........................................................684.2.2 Asesmen Sektor Rumah Tangga................................................714.3 Perkembangan Kegiatan UMKM di Sumatera Selatan................755 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Rupiah..................................................................................................785.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Nontunai...........................785.2 Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai.................................805.3 Perkembangan Transaksi Pembayaran Menggunakan Elektronifikasi.......................................................................................825.4 Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) Berizin di Sumatera Selatan.................................................................836 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah.......................................916.1 Ketenagakerjaan........................................................................916.2 Tingkat Pendapatan...................................................................946.3 Penyaluran Beras Sejahtera (Rastra).........................................967 Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah........................977.1 Pertumbuhan Ekonomi...............................................................977.2 Perkembangan Inflasi...............................................................1007.3 Rekomendasi...........................................................................101Daftar Istilah.......................................................................................106

6

Page 7: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Daftar Tabel

Tabel 1-1 Perekonomian Sumatera Selatan Sisi Pengeluaran (%yoy)....5Tabel 1-2 Andil Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan 2016-2017 (%yoy)...................................................................................................5Tabel 1-3 Tujuh Proyek Strategis Nasional di Sumatera Selatan...........9Tabel 1-4. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (jutaUS$)................................................................12Tabel 1-5 Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 (%yoy).................................................................13Tabel 1-6 Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 (%qtq)..................................................16Tabel 2-1 Komponen Anggaran Keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Per Triwulan III 2017...............................................19Tabel 2-2 Anggaran dan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan TW III 2016 dan TW III 2017....................................................20Tabel 2-3 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan TW III 2016 dan TW III 2017....................................22Tabel 2-4 Anggaran dan Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan TW III 2016 dan TW III 2017....................................23Tabel 2-5 APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatara Selatan...........24Tabel 2-6 Kabupaten/Kota Penyerap Anggaran Pendapatan Tertinggi s/d Triwulan III 2017.............................................................................24Tabel 2-7 Kabupaten/Kota Penyerap Anggaran Pendapatan Terendah s/d Triwulan III 2017.............................................................................24Tabel 2-8 Kabupaten/Kota Penyerap Anggaran Belanja Tertinggi S/d Triwulan III 2017..................................................................................25Tabel 2-9 Kabupaten/Kota Penyerap Anggaran Belanja Terendah S/d Semester I 2017..................................................................................25Tabel 2-10 Realisasi APBN Berdasarkan Jenis Belanja.........................27Tabel 2-11 Alokasi Dana Transfer & Dana Desa Provinsi Sumatera Selatan tahun 2017.............................................................................27Tabel 4-1.Perkembangan DPK Perbankan per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan...................................................................61Tabel 4-2 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan per Wilayah di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp miliar).....................63Tabel 4-3. Perkembangan Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (Rp miliar)............................................................................................65Tabel 4-4. Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Juta)...............................................................................................66Tabel 4-5. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Selatan (Rp juta)..................................................................................67Tabel 4-6 Kinerja NPL Korporasi Per Sektor Ekonomi...........................70Tabel 4-7 Rasio Keuangan Korporasi Sektor Pertambangan dan Penggalian...........................................................................................71Tabel 4-8 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sumatera Selatan berdasarkan Pendapatan TW III 2017..................................................73Tabel 4-9 Dana Rumah Tangga Sumatera Selatan Untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarakan Pendapatan.........................73Tabel 4-10 Dana Rumah Tangga Sumatera Selatan Untuk Menabung dan Perubahannya Berdasarakan Pendapatan....................................73

7

Page 8: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Tabel 4-11. Proporsi Penyaluran Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan III 2017....................................................................76Tabel 4-12. Kegiatan Pengembangan UMKM di Sumatera Selatan......77Tabel 5-1 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Sumatera Selatan.79Tabel 6-1. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2015–Agustus 2017. . .91Tabel 6-2. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2015 – Agustus 2017..................92Tabel 6-3. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan,Februari 2015 – Agustus 2017..............................................93Tabel 6-4. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini dibandingkan 6 bulan yang lalu-Triwulan III-2017. .93Tabel 6-5. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD........................................................................94Tabel 6-6. Pertumbuhan Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan (yoy).......................................................................95Tabel 7-1. Global Economic Outlook....................................................99Tabel 7-2. Volume Perdagangan Internasional....................................99Tabel 7-3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Sumatera Selatan (% yoy).................................................................................101

8

Page 9: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Daftar Grafik

Grafik 1-1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010...............................................................4Grafik 1-2 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010...............................................................4Grafik 1-3 Indeks Konsumsi Barang Kebutuhan Tahan Lama Survei Konsumen Bank Indonesia.....................................................................6Grafik 1-4 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah........................................6Grafik 1-5 Penggunaan Listrik Sumatera Selatan..................................7Grafik 1-6 Pertumbuhan Kredit Konsumsi Sumatera Selatan.................7Grafik 1-7 Realisasi Belanja APBD Sumatera Selatan Triwulan III 2016 dan Triwulan III 2017.............................................................................8Grafik 1-8 Realisasi Belanja APBN di Wilayah Sumatera Selatan TW III 2016 dan TW III 2017.............................................................................8Grafik 1-9 Kredit Investasi Sumatera Selatan........................................8Grafik 1-10 Penjualan Semen Sumatera Selatan...................................8Grafik 1-11 Perkembangan PMDN Wilayah Sumatera Selatan...............9Grafik 1-12 Perkembangan PMA Wilayah Sumatera Selatan..................9Grafik 1-13 Perkembangan PDRB Komponen Ekspor Luar Negeri dan Antar Daerah Sumatera Selatan..........................................................10Grafik 1-14 Perkembangan Ekspor Sumatera Selatan.........................10Grafik 1-15 Pangsa Ekspor Luar Negeri Sumatera Selatan Berdasarkan Nilai Ekspor TW III 2017.......................................................................11Grafik 1-16 Pangsa Negara Tujuan Ekspor Berdasarkan Nilai Ekspor TW III 2017.................................................................................................11Grafik 1-17. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sumatera Selatan....12Grafik 1-18. Perkembangan Volume Impor Provinsi Sumatera Selatan............................................................................................................12Grafik 1-19. Perkembangan Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Triwulan III 2017.........................................12Grafik 1-20. Pangsa Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Triwulan III 2017..............................................................12Grafik 1-21. Perkembangan Volume Ekspor Impor Sumatera Selatan. 14Grafik 1-22. Perkembangan Harga Komoditas Internasional...............14Grafik 1-23 Perkembangan Nilai Ekspor Karet Sumatera Selatan........15Grafik 1-24 Perkembangan Nilai Ekspor Batubara Sumatera Selatan..15Grafik 1-25 Penyaluran Kredit Sektor Konstruksi Sumatera Selatan....16Grafik 1-26 Penyaluran Kredit Sektor Perdagangan dan Eceran Sumatera Selatan................................................................................16Grafik 1-27. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2017 (%-yoy)........................................................17Grafik 2-1 Struktur Anggaran Belanja Keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017............................................................18Grafik 2-2 Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa Provinsi Sumatera Selatan................................................................................25Grafik 2-3 Realisasi Transfer Ke Daerah dan Dana Desa Provinsi Sumatera Selatan................................................................................26Grafik 3-1. Perkembangan Inflasi Tahunan Sumsel dan Nasional........31Grafik 3-2. Perkembangan Inflasi Bulanan Sumsel dan Nasional.........31Grafik 3-3. Perbandingan Inflasi Tahun Kalender 2012-2017...............31Grafik 3-4. Disagregasi Inflasi Tahunan...............................................32

9

Page 10: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Grafik 3-5. Disagregasi Inflasi Bulanan................................................32Grafik 3-6. Andil Disagregasi Inflasi Tahunan......................................32Grafik 3-7. Perkembangan Inflasi Tradables dan Non-tradables..........32Grafik 3-8. Perkembangan Curah Hujan Bulanan.................................36Grafik 3-9 Rata-rata Curah Hujan Kota/Kabupaten TW III 2017...........36Grafik 3-10. Perkembangan Stok Beras dan Total Penyaluran.............37Grafik 3-11. Perkembangan Nilai Tukar Petani...................................37Grafik 3-12 Hasil Survey Konsumen Bank Indonesia, Kota Palembang38Grafik 3-13. Perkembangan Harga Kedelai Internasional....................39Grafik 3-14. Perkembangan Harga Gandum Internasional...................39Grafik 3-15. Perkembangan Harga Jagung Internasional.....................39Grafik 3-16. Perkembangan Harga Emas Internasional.......................39Grafik 4-1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan................................................................................58Grafik 4-2 Loan to Deposit Ratio (LDR)................................................58Grafik 4-38 Perkembangan Jenis DPK RT Sumatera Selatan................74Grafik 5-1 Perkembangan Transaksi Kliring Sumatera Selatan............78Grafik 5-2 Perkembangan Jumlah Warkat Transaksi Kliring di Sumatera Selatan.................................................................................................78Grafik 5-4. Peresmian Tol Palindra Seksi 1...........................................86Grafik 5-5. Progress pekerjaan proyek tol Palindra..............................87Grafik 6-1 Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar Petani.................................................................................95Grafik 6-2 Perkembangan NTP dan Inflasi Pedesaan Sumatera Selatan............................................................................................................95Grafik 7-1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan Tahun 2017....................................................................................................97Grafik 7-2. Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera Selatan.....................100Grafik 7-3. Ekspektasi Harga Konsumen............................................100

10

Page 11: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Indikator Utama

A. PDRB & Inflasi

Total I II III IV Total I II IIIMAKROIndeks Harga Konsumen 120,53 121,07 122,12 123,40 124,84 124,84 125,56 127,39 127,15

Laju Inflasi Tahunan (yoy) 3,10 5,05 4,37 4,38 3,58 3,58 3,71 4,31 3,00 Bahan Makanan 4,03 11,96 6,09 7,14 3,58 3,58 2,28 3,23 -0,03 Makanan Jadi 9,11 8,63 11,52 12,14 3,65 3,65 8,07 4,77 2,93 Perumahan 3,15 1,64 1,42 1,41 10,02 10,02 2,96 6,10 5,59 Sandang 5,76 4,81 6,77 6,23 1,58 1,58 5,00 2,83 1,75 Kesehatan 5,67 4,01 6,48 5,60 5,57 5,57 5,53 3,23 2,85 Pendidikan 3,53 2,42 5,17 3,74 5,40 5,40 3,74 3,22 3,09 Transportasi -3,91 0,15 -1,57 -2,03 3,03 3,03 1,81 4,47 4,29

Pertumbuhan Tahunan PDRB Sektoral 4,42 4,93 5,08 4,95 5,15 5,03 5,14 5,26 5,563,59 3,27 1,03 0,01 2,38 1,54 3,53 3,24 0,353,94 2,13 1,07 4,24 4,07 2,88 4,18 4,96 5,525,40 4,69 5,09 7,46 7,65 6,23 6,32 6,86 6,633,66 -2,12 28,65 32,54 15,64 17,32 8,65 5,78 7,32

6,67 1,30 0,36 0,13 4,35 1,51 4,24 4,04 4,13

0,07 7,79 10,66 8,94 7,51 8,70 7,84 7,11 9,623,57 8,12 8,87 8,59 9,14 8,69 8,21 7,66 7,269,77 5,89 5,75 7,26 9,07 7,01 8,77 9,86 7,969,87 11,54 12,29 9,17 7,92 10,17 7,39 6,49 8,848,68 6,19 6,56 6,55 8,15 6,87 8,25 8,59 8,494,34 5,66 9,53 5,88 8,30 7,33 2,85 2,71 2,827,10 7,91 8,26 8,75 8,81 8,44 8,50 6,82 6,934,41 4,04 3,83 7,17 10,89 6,50 9,32 9,12 7,2110,49 10,87 14,19 -3,08 -8,35 2,94 -3,55 -4,01 12,957,90 2,26 7,24 5,52 -3,13 2,79 -2,30 0,40 1,277,29 6,56 6,71 -0,88 -6,92 1,24 -3,77 0,01 8,584,05 2,36 1,43 1,90 3,95 2,42 5,26 5,17 3,53

Pertumbuhan Tahunan PDRB Penggunaan 4,42 4,93 5,08 4,95 5,15 5,03 5,14 5,26 5,564,39 5,64 5,00 3,92 3,23 4,43 2,79 2,54 2,08

Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga 5,89 15,64 3,65 3,76 2,92 6,20 2,88 4,71 2,244,61 -9,59 8,74 -13,12 -6,57 -5,16 0,74 -7,74 18,360,25 10,01 7,83 8,92 6,23 8,19 4,28 5,45 7,94

-13,07 -27,21 -21,37 -23,81 21,10 -14,75 63,26 74,32 113,03113,97 48,93 -30,72 -68,39 -55,19 -35,61 -72,76 -35,28 -13,79

Ekspor Dalam Negeri 5,48 1,99 2,42 8,30 17,33 7,62 20,28 4,97 -13,87Impor Dalam Negeri -14,47 -12,90 3,39 14,46 23,69 7,03 44,81 23,24 21,86

Ekspor ImporTotal I II III IV Total I II III

Nilai ekspor nonmigas (USD Juta) 2.122,4 414,2 424,7 436,1 636,8 1.911,8 887,8 869,7 959,0 Nilai impor nonmigas (USD Juta) 1.466,2 561,1 195,9 196,1 152,5 1.105,5 73,5 100,9 119,5

Volume ekspor nonmigas (juta kg) 7.227,4 1.887,3 1.253,5 1.706,7 2.559,3 7.406,8 2.801,2 3.376,1 3.300,5 Volume impor nonmigas (juta kg) 1.499,0 253,0 241,1 226,2 259,4 979,7 250,8 358,2 349,7

20162015

2015 2017

2017

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi PemerintahInvestasi Ekspor Luar NegeriImpor Luar Negeri

INDIKATOR 2016

Pertanian, Kehutanan, dan PerikananPertambangan dan Penggalian Industri PengolahanPengadaan Listrik dan GasPengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur UlangKonstruksiPerdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda MotorTransportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan MinumInformasi dan KomunikasiJasa Keuangan dan Asuransi

Jasa lainnya

Real EstateJasa PerusahaanAdministrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial WajibJasa PendidikanJasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

A

Page 12: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

B. Perbankan

IV I II III IV I II II

80,28 82,11 83,80 85,32 86,98 91,80 95,79 95,34

59,76 59,27 60,68 60,67 63,18 66,97 69,50 71,55- Giro 8,2 10,4 10,1 10,0 8,7 12,6 12,1 12,2- Tabungan 28,4 26,0 28,1 27,8 30,7 30,1 32,3 32,6- Deposito 23,2 22,8 22,5 22,8 23,7 24,3 25,1 26,8

94,51 95,61 99,38 101,94 104,49 107,05 108,37 107,86- Modal Kerja 33,7 34,7 37,9 39,2 40,5 41,9 41,3 42,6- Investasi 33,6 33,5 33,3 34,2 34,6 35,0 36,2 33,8- Konsumsi 27,2 27,5 28,2 28,6 29,4 30,1 30,9 31,4

94,51 95,61 99,38 101,94 104,49 107,05 108,37 107,8667,32 68,14 71,19 73,39 75,09 76,92 77,48 76,4916,58 17,37 17,77 17,82 17,44 17,35 18,20 18,594,66 4,54 4,33 4,50 4,51 4,18 2,74 2,7815,57 16,38 18,29 20,64 21,68 23,96 23,60 20,695,70 5,54 4,99 4,90 5,19 5,15 5,08 5,023,40 3,42 3,80 3,81 4,24 4,10 4,25 4,7214,99 14,87 15,81 15,39 15,70 15,74 16,38 16,88

Transportasi dan Pergudangan dan Komunikasi 1,38 1,13 1,15 1,02 1,07 0,97 1,61 1,97Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,91 0,94 1,08 1,18 1,19 1,25 1,30 1,46

2,89 2,80 2,66 2,87 2,76 2,78 2,86 2,821,24 1,16 1,30 1,26 1,31 1,44 1,46 1,5827,19 27,47 28,20 28,56 29,40 30,13 30,89 31,376,18 6,26 6,39 6,44 6,68 6,82 7,05 7,260,04 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,051,03 1,02 1,02 1,01 1,02 0,98 0,97 0,942,97 2,86 2,77 2,69 2,60 2,64 2,72 2,7916,96 17,28 17,97 18,36 19,05 19,64 20,10 20,34

LDR 158,2% 161,3% 163,8% 168,0% 165,4% 159,8% 155,9% 150,8%

NPL Gross 2,30% 2,40% 2,53% 2,75% 2,08% 2,23% 2,18% 2,62%

Nominal2015 2016 2017

Pertambangan dan PenggalianIndustri PengolahanListrik, Gas dan Air Bersih

INDIKATOR

Kredit Berdasarkan Penggunaan (Rp Triliun)

Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi (Rp Triliun)

Lainnya

DPK (Rp Triliun)

Total Aset (Rp Triliun)

Perbankan

Pinjaman Kepada Bukan Lapangan UsahaRumah TinggalFlat dan ApartemenRumah Toko (Ruko) dan Rumah Kantor Kendaraan Bermotor

KonstruksiPerdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan

Keuangan, Real Estate dan Jasa PerusahaanJasa-jasa

Pinjaman Berdasarkan Lapangan UsahaPertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

C. Sistem Pembayaran

Total I II III IV Total I II III1.

Nominal (Rp Miliar) 38.383,5 13.761,7 15.073,6 12.324,4 13.911,1 55.070,8 13.233,6 11.208,3 12.224,7 Warkat (lembar) 1.096.550 343.324 359.395 322.289 381.319 1.406.327 371.624 326.669 336.934

2.a. Nominal (Rp Miliar) 621,7 225,6 239,3 198,8 220,8 884,5 210,1 190,0 197,2 b. Volume/Warkat (lembar) 4.831 5.628 5.705 5.198 6.053 5.648 5.899 5.537 5.434

3.a. Nominal/Hari (Rp Miliar) 1.231,0 95,9 88,1 92,0 111,5 387,6 109,1 153,7 125,3 b. Volume/Warkat (lembar) 1.001 34 33 70 89 225 81 91 96

4.Nominal (Rp Miliar) 806,1 230,0 233,2 540,4 256,1 1.259,7 187,7 130,0 149,1 Warkat (lembar) 25.487 7.140 6.280 5.494 5.637 24.551 5.138 4.272 3.898

Jumlah hari 227 61 63 62 63 249 63 59 62 5.

Nominal (%) 2,10% 1,67% 1,55% 4,38% 1,84% 2,29% 1,42% 1,16% 1,22%Warkat (%) 2,32% 2,08% 1,75% 1,70% 1,48% 1,75% 1,38% 1,31% 1,16%

6.2.947,3 1.134,7 1.519,3 1.636,8 2.863,5 7.154,2 2.084,2 1.075,7 1.916,1

Aliran uang masuk/inflow 10.661,1 3.163,3 2.350,4 5.244,9 2.184,7 12.943,3 2.534,8 2.180,0 5.508,7 Aliran uang keluar (outflow) 13.347,6 2.026,5 6.371,3 3.447,2 4.024,4 15.869,5 3.444,5 6.183,7 2.369,9 Net Inflow (outflow) (2.686,5) 1.136,8 (4.020,9) 1.797,7 (1.839,8) (2.926,2) (909,7) (4.003,6) 3.138,7

20162015 2017

b.

Perputaran Kliringa.b.Rata-rata Harian Kliring

Rata-rata Harian RTGS

Penolakan Cek/BGa.b.

Penolakan Cek/BGa.

Mutasi kas (Rp Miliar)Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)a.b.c.

KETERANGAN

B

Page 13: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Halaman ini sengaja dikosongkan

D

Page 14: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Ringkasan Umum

Abstraksi

Perekonomian Sumatera Selatan triwulan III 2017 terus menunjukan perbaikan dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya. Realisasi pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan di triwulan III 2017 sebesar 5,56% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2017 sebesar 5,26% (yoy). Dari sisi permintaan, komponen ekspor luar negeri masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi. Hal ini terutama didukung oleh perbaikan harga komoditas unggulan Sumatera Selatan yaitu batubara dan karet. Selain itu, kinerja ekspor didorong oleh perbaikan kondisi ekonomi negara tujuan utama ekspor Sumatera Selatan antara lain Amerika Serikat, Tiongkok, dan Eropa. Di sisi lain, peningkatan kinerja ekspor belum memberikan dampak pada peningkatan konsumsi rumah tangga. Perlambatan konsumsi rumah tangga diperkirakan disebabkan oleh pola konsumsi masyarakat yang mengalami pergeseran, dimana masyarakat masih mengurangi konsumsinya baik untuk kebutuhan primer maupun sekunder. Di triwulan III 2017 konsumsi pemerintah mengalami peningkatan akibat adanya percepatan pembangunan proyek infrastruktur pemerintah.

Inflasi Sumatera Selatan di triwulan III 2017 tercatat sebesar 3,00% (yoy), lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi triwulan sebelumnya sebesar 4,31% (yoy). Realisasi inflasi tersebut masih sejalan dengan sasaran inflasi nasional sebesar 4±1% (yoy). Terjaganya inflasi Sumatera Selatan terutama didorong oleh tersedianya pasokan bahan pangan dari sentra produksi maupun dari impor. Selain itu, tekanan inflasi dari kelompok administered prices relatif rendah akibat tidak adanya kebijakan penyesuaian harga energi seperti BBM, listrik, dan elpiji di triwulan ini.

Stabilitas keuangan daerah di Sumatera Selatan cukup baik dan terjaga, yang tercermin dari indikator stabilitas keuangan daerah Sumatera Selatan, baik rumah tangga maupun korporasi. Indikator DPK maupun aset mengalami peningkatan, sedangkan kredit masih tumbuh positif walaupun sedikit melambat.

Perekonomian Sumatera Selatan keseluruhan tahun 2017 diperkirakan akan membaik dibandingkan tahun sebelumnya.

E

Page 15: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Membaiknya ekonomi global serta masih berlanjutnya pembangunan infrastruktur yang terus dilakukan masih menjadi sumber pertumbuhan utama pada beberapa periode kedepan. Beberapa risiko yang perlu diwaspadai adalah tekanan eksternal seperti risiko penurunan harga komoditas, proteksionisme Amerika Serikat, serta pemotongan anggaran yang mengancam kelangsungan pembiayaan pembangunan infrastruktur di daerah.

F

Page 16: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan meningkat dari 5,26% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 5,56% (yoy) di triwulan III 2017 dan berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat 5,06% (yoy). Realisasi pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh kinerja ekspor yang membaik.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Realisasi pendapatan APBD Sumatera Selatan telah mencapai Rp6,0 triliun atau 70,2% dari total pagu yang dianggarkan. Dibandingkan capaian periode yang sama tahun 2016 yang sebesar 66,6%, realisasi pendapatan APBD Sumsel mengalami peningkatan terutama berasal dari peningkatan pendapatan transfer Pemerintah Pusat terkait dana perimbangan. Di sisi lain, realisasi belanja mencapai Rp3,8 triliun atau 55,7% dari total pagu. Capaian anggaran belanja untuk periode yang sama mengalami peningkatan dari periode sebelumnya yang sebesar 55,2% terutama didorong oleh peningkatan belanja operasi. Sementara itu, realisasi belanja APBN di wilayah Sumatera Selatan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016.

PERKEMBANGAN INFLASI

Inflasi Sumatera Selatan di triwulan III 2017 sebesar 3,00% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan realisasi inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 4,31% (yoy). Penurunan tekanan inflasi disebabkan oleh terkendalinya harga komoditas volatile food. Realisasi tersebut masih berada pada rentang sasaran inflasi nasional yang sebesar 4±1% (yoy).

PERKEMBANGAN STABILITAS KEUANGAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

Sektor keuangan relatif stabil. Penghimpunan DPK dan aset perbankan Sumatera Selatan mengalami peningkatan, sedangkan penyaluran kredit sedikit mengalami penurunan. Sektor rumah tangga masih

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan III 2017 meningkat dibandingkan triwulan lalu.

Realisasi inflasi Sumatera Selatan triwulan III 2017 sesuai dengan sasaran inflasi nasional.

Stabilitas keuangan daerah di Sumatera Selatan cukup baik, yang tercermin dari indikator stabilitas keuangan daerah Sumatera Selatan, baik rumah tangga maupun korporasi.

Realisasi pendapatan dan belanja APBD Sumsel triwulan III 2017 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, begitu pula dengan realisasi belanja APBN.

Page 17: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

menunjukkan kondisi yang stabil dengan peningkatan DPK perseorangan dan relatif stabilnya penyaluran kredit konsumsi. Sektor korporasi juga menunjukkan kondisi yang cukup baik dengan nilai NPL yang masih berada di bawah threshold, walaupun terdapat perlambatan dalam penyaluran kreditnya. Penyaluran kredit kepada UMKM mengalami peningkatan. Secara agregat penyaluran kredit UMKM telah mencapai 22,3%, lebih tinggi dibandingkan batas minimal penyaluran kredit UMKM tahun 2017 yang sebesar 15%.

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Transaksi nontunai menggunakan kliring mengalami peningkatan, sedangkan transaksi nontunai RTGS mengalami penurunan dari sisi nominal namun tetap naik dari sisi volume. Transaksi tunai di Provinsi Sumatera Selatan mencatatkan net outfow. Jumlah agen LKD terus meningkat, namun jumlah pemegang uang elektronik mengalami penurunan. Frekuensi dan nominal transaksi uang elektronik juga mengalami penurunan kecuali untuk jenis transaksi pembayaran tagihan rutin.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH

Meskipun pertumbuhan ekonomi membaik, namun kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Selatan belum menunjukkan perbaikan. Pada triwulan III 2017, kesejahteraan petani belum baik. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat, salah satunya didorong oleh penurunan jumlah pekerja berusaha dibantu buruh tetap yang cukup signifikan. Sedangkan kondisi kesejahteraan petani masih belum optimis namun mulai menunjukkan perbaikan. Tingkat pendapatan Perkotaan menunjukkan tren membaik.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan keseluruhan tahun 2017 diperkirakan akan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Pada triwulan III 2017, perbaikan harga komoditas unggulan, membaiknya ekonomi global dan masih berlanjutnya pembangunan infrastruktur yang terus dilakukan telah menjadi sumber pertumbuhan

A

Aktivitas sistem pembayaran

nontunai melalui SKN-BI

mengalami peingkatan

sedangkan RTGS mengalami penurunan.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

mengalami peningkatan,

Nilai Tukar Petani (NTP)

meningkat walaupun masih

dibawah 100.

Perbaikan ekonomi

Sumatera Selatan masih

akan terus berlanjut.

Page 18: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

ekonomi utama Sumatera Selatan. Di triwulan IV 2017, diperkirakan perekonomian Sumatera Selatan masih didorong oleh pembangunan infrastruktur, realisasi anggaran pemerintah, dan tingginya kinerja ekspor yang didorong peningkatan harga komoditas yang lebih baik dari triwulan II dan III 2017. Beberapa risiko yang perlu diwaspadai adalah tekanan eksternal seperti risiko kenaikan suku bunga The Fed, turunnya permintaan CPO akibat penerapan kebijakan bea impor di India dan kondisi politik di Eropa akibat ketidakpastian koalisi yang solid pada pemerintahan Kanselir Angela Merkel. Sementara itu, realisasi inflasi Sumatera Selatan tahun 2017 diperkirakan akan sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun 2016, namun berada pada kisaran target inflasi nasional 4%±1% (yoy).

Halaman ini sengaja dikosongkan

B

Page 19: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

C

Page 20: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Ekonomi Sumatera Selatan Triwulan III 2017 Membaik Dibandingkan Triwulan Lalu Dari sisi permintaan, komponen ekspor luar negeri menjadi sumber

utama pertumbuhan. Sektor industri pengolahan, sektor pertambangan dan penggalian, serta

sektor konstruksi menjadi sektor utama dan memiliki kontribusi terbesar penyumbang pertumbuhan ekonomi.

1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara UmumPertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan meningkat dari 5,26% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 5,56% (yoy) di triwulan III 2017 dan berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat 5,06% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh membaiknya kinerja ekspor luar negeri. Realisasi pertumbuhan ekonomi ini merupakan yang tertinggi selama dua tahun terakhir.

Peningkatan yang signifikan dari kinerja ekspor luar negeri didorong oleh perbaikan harga komoditas unggulan. Hal ini juga diikuti oleh peningkatan permintaan komoditas andalan Sumatera Selatan seperti batubara dan karet dari beberapa negara tujuan utama ekspor.

Kinerja investasi masih menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi triwulan ini. Pertumbuhan investasi terutama didukung oleh pembangunan proyek strategis pemerintah serta pembangunan fasilitas pendukung Asian Games 2018. Dari total 13 Proyek Strategis Nasional di wilayah Sumatera Selatan yang ditetapkan pada tahun 2016, sebanyak 7 proyek sedang berada pada tahap pembangunan di tahun 2017. Investasi swasta terutama pada penyediaan akomodasi dan makan minum menjelang ASIAN Games 2018 turut mendorong peningkatan PDRB komponen investasi.

Dari sisi penawaran, dua sektor utama Sumatera Selatan masih tumbuh membaik yaitu sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan. Di sisi lain, sektor-sektor pendukung seperti sektor konstruksi, sektor informasi dan komunikasi, serta sektor perdagangan besar dan eceran juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi seiring dengan masih tingginya aktivitas pembangunan infrastruktur, maraknya aktifitas berbasis online, serta positifnya kinerja perdagangan sebagai dampak adanya perbaikan kondisi perekonomian masyarakat.

4

Page 21: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Pertumbuhan pada sektor utama seperti pertambangan dan penggalian didorong oleh mulai membaiknya harga batubara di pasar internasional yang pada triwulan III 2017 ini sudah mencapai USD52/Mton. Perbaikan ekonomi Tiongkok dan India sebagai negara tujuan utama ekspor batubara turut memberikan dorongan positif pada kinerja sektor ini. Sedangkan sektor industri pengolahan masih ditopang oleh peningkatan pertumbuhan industri makanan dan minuman yang tumbuh cukup baik.

Harga karet di pasar internasional di triwulan III 2017 tercatat sebesar USD1,97 per kg, menurun dibandingkan triwulan II 2017 yang berada pada level USD2,17 per kg. Sementara itu, harga komoditas unggulan lain, yaitu crude palm oil (CPO) masih berada pada level rendah sekitar USD644/Mton, walaupun sudah mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Walaupun secara triwulanan mengalami penurunan, harga komoditas unggulan Sumatera Selatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami peningkatan. Peningkatan ini telah terjadi sejak awal tahun 2017 ini belum dapat mempengaruhi daya beli masyarakat. Hal ini tercermin dari terus melemahnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2017 yang berada pada level 2,08%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada level 2,54%. Sebagaimana diketahui, sekitar 50% konsumsi rumah tangga berasal dari rumah tangga yang bekerja pada sektor pertanian perkebunan.

Sektor investasi diperkirakan akan terus tumbuh walapun tidak sebesar periode-periode sebelumnya, hal ini utamanya didukung aktivitas pembangunan proyek-proyek strategis dan infrastruktur penunjang ASIAN Games 2018. Di tahun 2017, proyek strategis yang dibangun dengan APBD dan APBN meliputi pembangunan fasilitas pendukung ASIAN Games 2018, pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, flyover, dan jalur kereta api, serta fasilitas pengairan seperti bendungan, stasiun pompa, dan jaringan irigasi.

5

Page 22: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

4,67 4,61 4,49

3,91

4,93 5,08 4,955,15 5,14 5,26

5,56

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

-

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

%yoyRp Triliun PDRB AHDB Growth PDRB ADHK (Axis Kanan)

Grafik 1-1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010

0,14

3,433,91

-3,45

1,12

3,58 3,78

-3,26

1,11

3,69

4,08

-4,00

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

-

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

%qtqRp Triliun PDRB-ADHB Growth PDRB ADHK (Axis Kanan)

Grafik 1-2 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi PenggunaanPeningkatan ekonomi Sumatera Selatan terutama disebabkan oleh meningkatnya kinerja sektor eksternal (terutama ekspor luar negeri) di tengah perbaikan perekonomian dunia. Kinerja ekspor meningkat terutama pada komponen ekspor luar negeri sebagai dampak membaiknya harga komoditas batubara dan karet yang merupakan komoditas unggulan ekspor Sumatera Selatan. Di sisi lain, perbaikan kondisi ekonomi dunia yang semakin solid juga mendorong peningkatan permintaan. Negara tujuan ekspor utama seperti Tiongkok, Amerika Serikat, India, dan Eropa menunjukkan prospek ekonomi yang terus membaik. Perekonomian Amerika Serikat masih tumbuh stabil positif yang terlihat dari jumlah pengangguran yang menurun, begitu pula perekonomian Tiongkok yang terus membaik dengan tetap solidnya konsumsi dalam negeri. Permintaan impor dunia akan komoditas energi juga mengalami peningkatan karena faktor musim dingin yang akan masuk pada triwulan IV 2017. Pertumbuhan ekonomi Eropa menunjukkan perbaikan yang terlihat dari peningkatan manufacturing purchase index manager (PMI) serta rendahnya risiko geopolitik. Perekonomian India yang saat ini juga mengalami perbaikan terlihat dari PMI yang meningkat seiring dampak kebijakan demonetisasi dan implementasi goods and sevices tax yang mulai hilang.

Selain membaiknya kinerja ekspor, pertumbuhan ekonomi juga masih ditopang oleh perbaikan kinerja investasi. Investasi tumbuh sebesar 7,94% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 5,45% (yoy). Kegiatan investasi di triwulan III 2017 masih didominasi oleh proyek pembangunan infrastruktur oleh pemerintah. Sedangkan, investasi sektor swasta pada triwulan ini mengalami penurunan.

6

Page 23: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Tabel 1-1 Perekonomian Sumatera Selatan Sisi Pengeluaran (%yoy)

Komponen Pengeluaran Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,64 5,00 3,92 3,23 4,43 2,79 2,54 2,08 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 15,64 3,65 3,76 2,92 6,20 2,88 4,71 2,24 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (9,59) 8,74 (13,12) (6,57) (5,16) 0,74 (7,74) 18,36 Pembentukan Modal Tetap Bruto 10,01 7,83 8,92 6,23 8,19 4,28 5,45 7,94 Ekspor Luar Negeri (27,21) (21,37) (23,81) 21,10 (14,75) 63,26 74,32 113,03 Impor Luar Negeri 48,93 (30,72) (68,39) (55,19) (35,61) (72,76) (35,28) (13,79) Net Ekspor Dalam Negeri (25,87) 4,43 27,02 30,15 6,33 74,23 42,59 83,95 P D R B 4,93 5,08 4,95 5,15 5,03 5,14 5,26 5,56

I II III

2017

TotalI II III IV

2016Provinsi : Sumatera Selatan

Tabel 1-2 Andil Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan 2016-2017 (%yoy)

Komponen Pengeluaran(1)

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 3,69 3,19 2,43 2,09 2,83 1,78 1,58 1,25 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 0,24 0,06 0,06 0,05 0,09 0,04 0,07 0,03 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (0,59) 0,68 (0,80) (0,53) (0,36) 0,04 (0,53) 1,25 Pembentukan Modal Tetap Bruto 3,76 2,92 3,34 2,47 3,11 1,59 2,03 3,04 Perubahan Inventori 0,18 0,99 (0,20) 0,11 0,07 (0,11) 0,02 0,53 Ekspor Luar Negeri (3,34) (2,46) (2,41) 3,02 (1,78) 12,07 14,18 23,07 Impor Luar Negeri 4,08 (1,28) (2,18) (1,80) (1,67) (1,57) (0,90) (0,36) Net Ekspor Dalam Negeri 4,02 (0,82) (3,87) (7,27) (1,15) (19,09) (10,73) (20,95) P D R B 4,93 5,08 4,95 5,15 5,03 5,14 5,26 5,56

I III II III IV Total

2016Provinsi : Sumatera SelatanIII

2017

Konsumsi rumah tangga tumbuh 2,08% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,54% (yoy). Realisasi ini merupakan realisasi terendah selama 5 tahun terakhir. Perlambatan konsumsi rumah tangga diperkirakan bukan disebabkan oleh penurunan daya beli, melainkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat. Daya beli masyarakat terlihat masih cukup baik dengan adanya perbaikan harga komoditas yang ditunjukkan pada indeks pendapatan saat ini yang membaik dari 124,34 menjadi 128,33 di triwulan ini. Namun demikian, masyarakat memilih untuk menyimpan daripada membelanjakan dananya. Hal ini terlihat dari peningkatan DPK yang sebesar 17,92% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,53% (yoy).

Melambatnya konsumsi rumah tangga disebabkan oleh penurunan konsumsi pada seluruh subkelompok, terutama subkelompok makanan dan minuman non beralkohol (andil 0,54% (yoy)), subkelompok minuman beralkohol dan rokok (andil 0,03% (yoy), subkelompok penginapan dan hotel (andil 0,06% (yoy)), serta subkelompok pendidikan (andil 0,05% (yoy)). Kondisi ini juga terkait dengan meningkatnya beberapa harga kebutuhan pokok seperti listrik yang membebani porsi pengeluaran rumah tangga. Konsumsi listrik rumah tangga pada triwulan III 2017 menunjukkan penurunan sebagai respon penyesuaian tarif listrik yang telah dilakukan sebanyak 3 kali di tahun 2017 pada kelompok rumah tangga daya 900 VA. Hal ini berdampak pada penghematan listrik oleh pelanggan rumah tangga

7

Page 24: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

yang penggunaannya turun dari 3,11% (yoy) di triwulan lalu menjadi 0,41% (yoy) di triwulan ini (Grafik 1-5).

Sementara itu dari pertumbuhan kredit konsumsi masih menunjukkan sedikit peningkatan menjadi 9,87% (yoy), dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh 9,54% (yoy). Peningkatan ditunjukkan pada kredit kepemilikan rumah tinggal dan kendaraan bermotor. Hal ini diperkirakan didorong oleh adanya penurunan suku bunga kredit perbankan sebagai dampak dari penurunan BI Rate.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE )

Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu

Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu

Konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu

Opti

mis

Pesim

is

Grafik 1-3 Indeks Konsumsi Barang Kebutuhan Tahan Lama Survei Konsumen

Bank Indonesia

-3,0

-2,0

-1,0

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

12.200

12.400

12.600

12.800

13.000

13.200

13.400

13.600

13.800

14.000

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Rp/USD Nilai Tukar %yoy (Axis Kanan)

Grafik 1-4 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

Memasuki awal triwulan IV 2017, konsumsi rumah tangga diperkirakan mengalami perbaikan terutama didorong oleh adanya perayaan hari besar Keagamaan Nasional Natal dan Tahun Baru serta musim libur sekolah. Namun demikian, beberapa tantangan yang masih dihadapi oleh rumah tangga adalah penurunan harga komoditas internasional batubara dan kelapa sawit yang diperkirakan akan mengalami penurunan di triwulan IV 2017 sebagaimana proyeksi International Monetary Fund (IMF).

8

Page 25: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

0

200

400

600

800

1.000

1.200

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

% (yoy)Juta Kwh

Rumah Tangga Bisnis Industri

G Rumah Tangga G Bisnis G Industri

Grafik 1-5 Penggunaan Listrik Sumatera Selatan

Sumber: PLN WS2JB

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

I II III IV I II III

2016 2017

Rumah Tinggal Flat/ApartemenRuko dan Rukan Kendaraan BermotorMultiguna

Grafik 1-6 Pertumbuhan Kredit Konsumsi Sumatera Selatan

Konsumsi pemerintah mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 18,36% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu sebesar 7,74% (yoy). Peningkatan komponen PDRB konsumsi pemerintah menunjukkan bahwa belanja pemerintah mengalami pertumbuhan terutama didorong oleh adanya pengeluaran untuk gaji ke-13 dan ke-14 pada triwulan III 2017 serta realisasi belanja operasi yang cukup tinggi.

Realisasi belanja APBD Sumatera Selatan pada triwulan III 2017 mencapai 55,6% dari pagu, sedikit meningkat dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 55,2% dari pagu. Lebih tingginya realisasi belanja APBD ini terutama didorong oleh realisasi belanja operasi yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya terutama untuk belanja pegawai, belanja hibah, dan belanja bantuan keuangan kepada pemerintah provinsi/kabupaten/kota/ desa.

Realisasi belanja APBN di wilayah Sumatera Selatan pada triwulan III 2017 juga mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada triwulan III 2017 realisasi belanja APBN mencapai 57,8% dari pagu, lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan III 2016 yang sebesar 55,9% dari pagu.

Memasuki triwulan IV 2017, kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan akan meningkat. Peningkatan tersebut akan didorong oleh pengeluaran belanja barang dan belanja modal terutama untuk program prioritas Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017 antara lain proyek terkait ASIAN Games 2018, belanja infrastruktur multiyears dan pembayaran hutang.

9

Page 26: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

61,6

24,1

3,6

115,8

55,2

68,1

21,8 7,1

73,1 55,6

-

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

BelanjaOperasi

BelanjaModal

Belanja TakTerduga

BelanjaTransfer

Belanja Total

%

Triwulan III 2016 Triwulan III 2017

Grafik 1-7 Realisasi Belanja APBD Sumatera Selatan Triwulan III 2016 dan

Triwulan III 2017Sumber: BPKAD Sumsel

71,0

54,6

40,9 44,2

55,9

72,4

52,7

44,2

67,9 57,8

-

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

BelanjaPegawai

BelanjaBarang

BelanjaModal

BelanjaBantuan

Sosial

Belanja Total

Triwulan III 2016 Triwulan III 2017

Grafik 1-8 Realisasi Belanja APBN di Wilayah Sumatera Selatan TW III 2016 dan TW III 2017

Kinerja investasi di triwulan III 2017 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Investasi tumbuh sebesar 7,94% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2017 sebesar 5,45% (yoy). Peningkatan terutama didorong oleh masih positifnya investasi bangunan maupun non bangunan yaitu sebesar 8,39% (yoy) dan 6,47% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 7,53% (yoy) dan -0,96% (yoy). Peningkatan investasi terutama berasal dari investasi pemerintah terkait dengan pembangunan infrastruktur yang ditunjukkan pada peningkatan investasi bangunan. Di sisi lain, investasi swasta masih ada namun mengalami perlambatan. Hal ini dikonfirmasi oleh peningkatan penjualan semen Sumatera Selatan triwulan III 2017 yang tumbuh 9,51% yaitu sebesar 472 ribu ton, lebih tinggi dari penjualan semen triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif 6,09% yaitu sebesar 441 ribu ton. Sementara berdasarkan hasil liaison triwulan III 2017, investasi swasta menunjukkan perlambatan terlihat dari likert scale investasi yang menurun dari 1,00 menjadi 0,56. Perlambatan investasi swasta juga tercermin pada penurunan kredit investasi. Pada triwulan III 2017, kredit investasi tumbuh negatif 1,03% (yoy), menurun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh positif 8,63% (yoy).

10

Page 27: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

(5,0)

-

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

%yo

Y

Trili

un R

p

Grafik 1-9 Kredit Investasi Sumatera Selatan

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

-

100

200

300

400

500

600

700

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

%yoy

Ribu

Ton

Penjualan Semen g% Penjualan (Axis Kanan)

Grafik 1-10 Penjualan Semen Sumatera Selatan

Melemahnya tingkat investasi sektor swasta di Sumatera Selatan juga terlihat dari penurunan nilai investasi Penanam Modal Asing (PMA). Investasi PMA di triwulan III 2017 adalah sebesar USD164 juta, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar USD664 juta. Di sisi lain, investasi PMDN triwulan III peningkatan yaitu sebesar Rp 2,31 Miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp 1,73 Miliar.

0

10

20

30

40

50

60

70

-

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

3.500.000

4.000.000

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

PMDN (Rp Juta) Jumlah Proyek PMDN (Axis Kanan)

Grafik 1-11 Perkembangan PMDN Wilayah Sumatera Selatan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

1.400.000

1.600.000

1.800.000

2.000.000

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

PMA (Juta USD) Jumlah Proyek PMA (Axis Kanan)

Grafik 1-12 Perkembangan PMA Wilayah Sumatera Selatan

Peningkatan investasi di Sumatera Selatan juga didorong oleh pembangunan proyek infrastruktur strategis nasional (PSN) serta proyek pembangunan fasilitas pendukung Asian Games 2018. Sampai saat ini masih berlangsung pembangunan 7 PSN dari total 13 PSN di wilayah Sumatera Selatan (Tabel 1-3). Di sisi lain terdapat pembangunan yang dilaksanakan dengan APBD antara lain Jembatan Musi IV, Jembatan Musi VI, dan Flyover Simpang Bandara.

11

Page 28: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Tabel 1-3 Tujuh Proyek Strategis Nasional di Sumatera SelatanNo. Pembangunan Progres TW II 2017 Target

Penyelesaian1 Proyek Kereta Api - Double Track

Prabumulih-Kertapati Pembangunan fisik mencapai 65,5%. 20172 Light Rail Transit (LRT) Pembangunan fisik mencapai 37,0% 20183 Tol Palembang Inderalaya Pembangunan fisik mencapai 61,5% 20174 Tol Pematang Panggang-Kayuagung Pembangunan fisik (land clearing dan

penimbunan) mencapai 10% 2018

5 Tol Kayuagung-Palembang-Betung Pembangunan fisik (pemancangan) mencapai 14%. Lahan Bebas 75% 2018

6 Bendungan Komering II Tigadihaji Ground Breaking Oktober 2017 20227 Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api Pengeluaran Izin Presiden RI: Pelabuhan

Tanjung Carat sebagai bagian dari KEK Tahap I 2018

Sesuai dengan pola historis, diperkirakan investasi di triwulan IV 2017 akan mengalami peningkatan. Meningkatnya investasi didorong oleh masih berlanjutnya proyek pembangunan multiyears serta realisasi investasi swasta terutama pada sektor perkebunan yang diperkirakan akan meningkat seiring dengan membaiknya harga komoditas unggulan di tahun 2017.

Kinerja ekspor luar negeri triwulan III 2017 mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya nilai ekspor luar negeri terutama didorong oleh perbaikan harga komoditas unggulan Sumatera Selatan terutama batubara dan karet serta perbaikan kondisi ekonomi beberapa negara tujuan ekspor. Ekspor luar negeri Sumatera Selatan tumbuh sebesar 113,03% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 71,11% (yoy). Namun kinerja ekspor antar daerah mengalami kontraksi sebesar 13,87% (yoy), dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh 4,97% (yoy). Hal ini seiring dengan menurunnya kemampuan daerah dalam memenuhi kebutuhannya dari dalam provinsi terutama untuk komoditas pangan. Ekspor antar daerah memiliki porsi sebesar 50,2% dari total ekspor Sumatera Selatan.

12

Page 29: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

I II III IV Total I II III

2016 2017

% (y

oy)

Ekspor LN Barang Ekspor LN Jasa Ekspor Antar Daerah

Grafik 1-13 Perkembangan PDRB Komponen Ekspor Luar Negeri dan

Antar Daerah Sumatera Selatan

119,91

93,38

-50,0

0,0

50,0

100,0

150,0

200,0

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

G Nilai Ekspor G Volume Ekspor

Grafik 1-14 Perkembangan Ekspor Sumatera Selatan

Pada triwulan III 2017, ekspor luar negeri Sumatera Selatan masih didominasi oleh ekspor karet dengan pangsa sebesar 53,0% dari total nilai ekspor Sumatera Selatan, disusul komoditas batubara dengan pangsa sebesar 15,9%, dan kelapa sawit sebesar 3,8%. Pangsa komoditas karet cenderung menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, sedangkan pangsa batubara dan kelapa sawit mengalami peningkatan. Ekspor Sumatera Selatan yang masih berbentuk bahan mentah ini menjadikan kinerja ekspor Sumatera Selatan sangat bergantung kepada pergerakan harga komoditas internasional.

Komoditas yang harganya masih mengalami perbaikan di triwulan III 2017 adalah batubara yaitu mencapai USD 55,8/Metric Ton, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar USD 52,9/Metric Ton. Harga batubara tumbuh 29,40% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 27,62% (yoy). Di sisi lain, harga karet masih tumbuh positif 13,66% (yoy) walaupun tidak setinggi triwulan sebelumnya yang tumbuh 18,91% (yoy). Sedangkan harga kelapa sawit mengalami penurunan sebesar -5,82% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar -2,42% (yoy).

Dari sisi volume ekspor Sumatera Selatan, terdapat peningkatan volume ekspor sebesar 93,38% (yoy), lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 169,33% (yoy). Masih tingginya volume ekspor terutama disebabkan pertumbuhan komoditas batubara sebesar 93,95% (yoy), peningkatan ekspor kelapa sawit sebesar 119,11% (yoy), dan peningkatan ekspor karet sebesar 18,59% (yoy). Peningkatan ini didorong oleh permintaan dari negara tujuan ekspor utama yaitu Tiongkok dan ASEAN untuk batubara, Tiongkok dan Amerika Serikat untuk karet, serta India dan ASEAN untuk komoditas kelapa sawit. Tiga negara tujuan ekspor utama yaitu Tiongkok, AS, dan India sedang menunjukkan pemulihan kondisi ekonomi yang didorong tetap solidnya konsumsi di dalam negeri

13

Page 30: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Tiongkok, peningkatan aktivitas konsumsi dalam negeri dan menurunnya risiko geopolitik di Eropa, dan mulai stabilnya perekonomian Amerika Serikat.

53,02%

3,84%

15,87%

0,72%

26,55%Karet

Kelapa Sawit

Batu Bara

Kopi

Lainnya

Grafik 1-15 Pangsa Ekspor Luar Negeri Sumatera Selatan Berdasarkan Nilai

Ekspor TW III 2017

9,04%

10,31%

35,60%

7,26%

8,69%

14,04%

14,17% USA

Europe

China

Japan

India

ASEAN

Others

Grafik 1-16 Pangsa Negara Tujuan Ekspor Berdasarkan Nilai Ekspor TW III

2017

Memasuki awal triwulan IV 2017, harga komoditas batubara, karet, dan kelapa sawit diperkirakan meningkat secara tahunan, walaupun peningkatannya tidak sesignifikan triwulan sebelumnya. Di akhir tahun, permintaan batubara dari Tiongkok akan meningkat seiring dengan masuknya musim dingin. Selain itu, dari sisi volume produksi batubara, adanya penandatanganan Memorandum of Understanding antara PT. Bukit Asam dengan PT. Kereta Api Indonesia untuk peningkatan kapasitas angkut batubara melalui kereta api batubara rangkaian panjang ke Stasiun Kertapati dan Stasiun Tarahan menjadi upside factor peningkatan produksi batubara yang berpotensi meningkatkan kinerja ekspor. Komoditas kelapa sawit, menjelang akhir tahun akan memasuki siklus peningkatan produksi sebagaimana pola historisnya. Sedangkan permintaan karet diperkirakan masih stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, PDRB Sumatera Selatan komponen impor mengalami peningkatan walaupun masih mengalami kontraksi. Kontraksi pada komponen impor masih berlanjut di triwulan III 2017 yaitu mencapai 13,79% (yoy) namun masih meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 35,28% (yoy). Peningkatan impor disebabkan oleh meningkatnya pembelian barang modal berupa peralatan industri dan peralatan khusus industri yang diperkirakan untuk memenuhi kebutuhan investasi korporasi. Memasuki triwulan IV 2017, impor diperkirakan melambat dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan perkiraan perlambatan investasi swasta.

Nilai impor nonmigas pada triwulan III 2017 tercatat sebesar USD119,5 juta atau kontraksi sebesar 39,1% (yoy), tidak sedalam kontraksi triwulan sebelumnya yang sebesar 48,51% (yoy). Secara triwulanan,

14

Page 31: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

nilai impor non migas mengalami peningkatan sebesar 18,47% (qtq), dimana peningkatannya disumbang oleh impor peralatan elektrik, peralatan industri, dan pupuk.

Tabel 1-4. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (jutaUS$)Komponen Impor

Nilai I II III IV I II III IV I II IIITotal 284,2 288,4 537,3 356,3 561,1 195,9 196,1 152,5 73,5 100,9 119,5 100,0%Peralatan Elektrik 8,7 18,8 41,4 53,0 45,9 12,1 24,5 19,4 3,0 0,6 0,7 0,6%Besi dan Baja 8,5 6,2 10,0 27,1 6,8 3,8 2,6 2,3 0,7 3,7 6,5 5,4%Peralatan industri 98,8 123,5 204,8 74,2 137,2 43,7 17,2 29,3 9,5 8,7 11,6 9,7%Pupuk 19,0 12,5 21,9 12,0 18,0 18,7 14,1 10,9 17,1 16,9 19,5 16,3%Gandum 1,2 0,6 - 2,4 20,0 3,5 0,1 0,0 - 0,0 0,0 0,0%Peralatan Khusus Industri 17,3 29,3 103,6 72,0 135,0 46,7 22,6 27,1 8,4 9,9 20,2 16,9%

Pangsa (%)20162015 2017

Sumber: Bank Indonesia, diolah

-150

-100

-50

0

50

100

150

200

250

0

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Nilai Impor G Nilai Impor %yoyJuta USD

-100

-50

0

50

100

150

200

050

100150200250300350400450500

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Volume Impor G Volume Impor%yoyJuta Ton

Grafik 1-17. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sumatera SelatanSumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 1-18. Perkembangan Volume Impor Provinsi Sumatera SelatanSumber: Bank Indonesia, diolah

Ditinjau dari negara asalnya, impor dari Amerika Serikat mengalami penurunan yang signifikan pada triwulan III 2017 yaitu turun sebesar 98,83% (yoy) terutama untuk kelompok peralatan industri setelah di tahun 2016 terdapat impor untuk pembangunan pabrik pulp dan tisu. Dari sisi pangsanya, impor dari Tiongkok masih dominan dengan pangsa mencapai 43,39% dari keseluruhan impor, kemudian disusul oleh Eropa sebesar 19,99%.

15

Page 32: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

AS Eropa Tiongkok ASEAN Lainnya

AS 0,62% Eropa

19,99%

Tiongkok43,39%

ASEAN1,06%

Lainnya34,94%

Grafik 1-19. Perkembangan Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Triwulan III 2017Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 1-20. Pangsa Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Triwulan III 2017Sumber: Bank Indonesia, diolah

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi SektoralDari sisi lapangan usaha, peningkatan pertumbuhan ekonomi triwulan III 2017 terutama disumbang dari sektor industri pengolahan, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor konstruksi. Peningkatan terutama disebabkan oleh membaiknya kinerja sektor pertambangan dan penggalian yang didorong oleh perbaikan harga komoditas batubara dan permintaan dunia yang mengalami peningkatan.

Tabel 1-5 Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 (%yoy)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,59 3,27 1,03 0,01 2,38 1,54 3,53 3,24 0,35 Pertambangan dan Penggalian 3,94 2,13 1,07 4,24 4,07 2,88 4,18 4,96 5,52 Industri Pengolahan 5,40 4,69 5,09 7,46 7,65 6,23 6,32 6,86 6,63 Pengadaan Listrik, Gas 3,66 (2,12) 28,65 32,54 15,64 17,32 8,65 5,78 7,32 Pengadaan Air 6,67 1,30 0,36 0,13 4,35 1,51 4,24 4,04 4,13 Konstruksi 0,07 7,79 10,66 8,94 7,51 8,70 7,84 7,11 9,62 Perdagangan Besar dan Eceran 3,57 8,12 8,87 8,59 9,14 8,69 8,21 7,66 7,26 Transportasi dan Pergudangan 9,77 5,89 5,75 7,26 9,07 7,01 8,77 9,86 7,96 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9,87 11,54 12,29 9,17 7,92 10,17 7,39 6,49 8,84 Informasi dan Komunikasi 8,68 6,19 6,56 6,55 8,15 6,87 8,25 8,59 8,49 Jasa Keuangan 4,34 5,66 9,53 5,88 8,30 7,33 2,85 2,71 2,82 Real Estate 7,10 7,91 8,26 8,75 8,81 8,44 8,50 6,82 6,93 Jasa Perusahaan 4,41 4,04 3,83 7,17 10,89 6,50 9,32 9,12 7,21 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib10,49 10,87 14,19 (3,08) (8,35) 2,94 (3,55) (4,01) 12,95 Jasa Pendidikan 7,90 2,26 7,24 5,52 (3,13) 2,79 (2,30) 0,40 1,27 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,29 6,56 6,71 (0,88) (6,92) 1,24 (3,77) 0,01 8,58 Jasa lainnya 4,05 2,36 1,43 1,90 3,95 2,42 5,26 5,17 3,53 PDRB 4,42 4,93 5,08 4,95 5,15 5,03 5,14 5,26 5,56

2017

I II III

2015Sektor

2016

I II III IV TotalTotal

Sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 6,63% (yoy) dan memberikan andil sebesar 1,26% dari total pertumbuhan Sumatera Selatan triwulan III 2017. Pertumbuhan ini mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 6,86% (yoy). Perlambatan terjadi pada seluruh subsektor kecuali subsektor industri batubara dan pengilangan migas, industri kulit,

16

Page 33: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

barang dari kulit dan alas kaki, serta industri kertas dan barang dari kertas. Peningkatan kinerja industri batubara dan pengilangan migas didorong oleh membaiknya harga minyak dunia. Peningkatan kinerja industri kertas/barang dari kertas diperkirakan didorong oleh peningkatan produksi PT.OKI Pulp and Paper.

Kinerja sektor pertambangan dan penggalian meningkat seiring perbaikan harga komoditas batubara internasional. Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 5,52% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan II 2017 yang tumbuh sebesar 4,96% (yoy) dan memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan sebesar 1,17%. Peningkatan pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh semakin solidnya perbaikan harga komoditas batubara di pasar internasional setelah tiga tahun terakhir mengalami penurunan harga yang cukup signifikan. Di sisi lain, PT Bukit Asam sebagai perusahaan tambang batubara terbesar di Sumatera Selatan menyatakan bahwa produksi batubara sampai dengan triwulan III 2017 mengalami peningkatan sebesar 13,8% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Tingkat pertumbuhan penjualan bersih PT Bukit Asam mencapai 31,7% (yoy) sampai dengan triwulan III 2017, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini juga didukung dengan peningkatan kapasitas distribusi batubara melalui penguatan infrastruktur jalur kereta api batubara rangkaian panjang (Babaranjang) dari Tanjung Enim ke Stasiun Kertapati di Palembang dan Tarahan di Lampung setelah penandatanganan MoU dengan PT. Kereta Api Indonesia pada pertengahan tahun 2017. Selain itu, peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan harga jual rata-rata batubara sebagaimana peningkatan Indonesia Coal Index (ICI) dan Harga Batubara Acuan (HBA). Harga jual rata-rata mengalami peningkatan sebesar 15% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya1.

-800-600

-400-200

0200

400600

8001.000

1.200

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Ekspor Impor Net EksporJuta USD

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

%gKaret (Sumbu Kanan) %gKelapa Sawit

%gBatubara %gMinyak WTI

Grafik 1-21. Perkembangan Volume Ekspor Impor Sumatera SelatanSumber : Bank Indonesia,diolah

Grafik 1-22. Perkembangan Harga Komoditas InternasionalSumber : Dispenda Provinsi Sumatera Selatan

1 Siaran Pers PT. Bukit Asam (Persero) Tbk

17

Page 34: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Sektor konstruksi mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu tumbuh sebesar 9,62% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,11% (yoy). Peningkatan tersebut terkait dengan percepatan pembangunan infrastruktur di Sumatera Selatan.

Kinerja konstruksi yang meningkat juga tercermin pada peningkatan penyaluran kredit konstruksi. Pada triwulan III 2017, kredit konstruksi tumbuh sebesar 23,73% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,89% (yoy). Kedepan sektor konstruksi diperkirakan masih akan terus meningkat seiring dengan realisasi belanja modal pemerintah pada triwulan IV 2017 yang diperkirakan akan meningkat menjelang berakhirnya tahun anggaran.

Beberapa proyek strategis pemerintah juga ditargetkan selesai pada akhir tahun 2017 dan awal tahun 2018, sehingga termin pembayaran proyek sudah dimulai sejak semester II 2017. Beberapa proyek tersebut antara lain adalah pembangunan Jalan Tol Palembang-Inderalaya, pembangunan Light Rail Transit (LRT), dan pembangunan Jalur Kereta Double Track Prabumulih-Kertapati.

Di sisi lain, kinerja salah satu sektor unggulan Sumatera Selatan yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami penurunan didorong oleh kontraksinya subsektor tanaman pangan. Sektor ini memberikan andil terhadap keseluruhan pertumbuhan PDRB Sumatera Selatan sebesar 0,06% dan tumbuh sebesar 0,35% (yoy), menurun signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,24% (yoy). Penurunan terutama terjadi pada subsektor tanaman pangan yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 7,99% (yoy), lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif 1,48% (yoy). Berdasarkan hasil focus group discussion, hal ini disebabkan oleh terjadinya serangan hama wereng yang besar-besaran di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Kota Lubuklinggau. Selain itu, berdasarkan siklus panen, periode Juli-September merupakan masa panen gadu dimana jumlah produksi padi akan jauh lebih sedikit dari masa panen rendengan.

Walaupun begitu, kinerja komoditas unggulan yaitu karet masih cukup baik. Pada triwulan III 2017, harga karet masih tumbuh sebesar 13,66% (yoy) dibandingkan harga tahun lalu. Pada tingkat petani harga yang diterima berkisar antara Rp 7.500,- s.d Rp 9.000,-. Kondisi ini jauh membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan volume ekspor karet masih tumbuh positif sebesar 18,59% (yoy), sedikit

18

Page 35: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 19,83% (yoy). Namun demikian kondisi ini masih jauh membaik dibandingkan kondisi triwulan III 2017 yang kontraksi 3,90% (yoy). Permintaan dari negara tujuan ekspor utama juga membaik terutama Tiongkok yang mengalami perbaikan ekonomi.

Komoditas kelapa sawit juga terus mengalami perbaikan seiring dengan peningkatan harga internasional dari USD628,6/metric ton menjadi USD 644,5/metric ton. Nilai ekspor kelapa sawit mengalami peningkatan 36,81%(yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 26,21% (yoy), begitu pula dengan volume ekspor kelapa sawit yang meningkat 119,11% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 52,04% (yoy).

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

140

0

100

200

300

400

500

600

700

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

%yoyJuta USDKaret gEkspor Karet

Grafik 1-23 Perkembangan Nilai Ekspor Karet Sumatera Selatan

-100,0-50,00,050,0100,0150,0200,0250,0300,0350,0400,0

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

% yoy)Juta USD Ekspor BatubaragEkspor Batubara

Grafik 1-24 Perkembangan Nilai Ekspor Batubara Sumatera Selatan

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

-

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

5.000

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

% (y

oy)

Mili

ar R

p

Nominal Kredit Konstruksi G Kredit Konstruksi

Grafik 1-25 Penyaluran Kredit Sektor Konstruksi Sumatera Selatan

(4,0)

(2,0)

-

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

16,0

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

% (y

oy)

Mili

ar R

p

Nominal Kredit Perdagangan G Kredit Perdagangan

Grafik 1-26 Penyaluran Kredit Sektor Perdagangan dan Eceran Sumatera

Selatan

Sektor perdagangan besar dan eceran sebagai salah satu sektor yang memiliki kontribusi cukup besar di Sumatera Selatan tercatat mengalami sedikit perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor ini tumbuh sebesar 7,26% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan II 2017 yang tumbuh sebesar 7,66% (yoy).

19

Page 36: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh melambatnya konsumsi masyarakat.

Memasuki triwulan IV 2017, diperkirakan sektor perdagangan masih sulit untuk tumbuh signifikan. Kenaikan harga komoditas belum mendorong masyarakat untuk meningkatkan konsumsinya. Perilaku ini diperkirakan merupakan sikap berjaga-jaga masyarakat terhadap kondisi perekonomian ke depan.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan secara triwulanan mengalami perbaikan. Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2017 tercatat sebesar 4,08% (qtq), membaik dibandingkan triwulan II 2017 yang tumbuh sebesar 3,69% (qtq). Peningkatan secara triwulanan sesuai dengan pola historis dan ditopang oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang meningkat sebesar 11,25% (qtq) atau memberikan andil pada pertumbuhan kali ini sebesar 2,05%.

Tabel 1-6 Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 (%qtq)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,07 10,20 15,62 (24,63) 7,54 7,82 14,45 (22,85) 8,75 7,51 11,25 Pertambangan dan Penggalian (3,69) 3,90 (0,59) 0,82 (1,92) 2,82 2,53 0,65 (1,82) 3,59 3,08 Industri Pengolahan 2,78 2,43 (1,17) 0,37 3,03 2,83 1,05 0,55 1,76 3,34 0,84 Pengadaan Listrik, Gas 0,25 (19,64) (2,68) 18,39 5,72 5,62 0,26 3,30 (0,67) 2,82 1,72 Pengadaan Air 4,31 2,88 0,56 (4,01) 2,01 1,92 0,33 0,03 1,91 1,72 0,42 Konstruksi (5,96) 0,46 5,11 5,32 (3,08) 3,14 3,47 3,93 (2,78) 2,44 5,90 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor(1,24) 1,77 2,37 2,72 1,03 2,48 2,11 3,24 0,17 1,95 1,74 Transportasi dan Pergudangan 1,49 1,38 2,23 0,89 1,28 1,24 3,69 2,59 1,01 2,25 1,90 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,97 3,05 3,79 2,95 1,30 3,74 0,90 1,77 0,81 2,87 3,12 Informasi dan Komunikasi 1,83 2,19 2,88 (0,14) 1,15 2,54 2,87 1,36 1,25 2,86 2,77 Jasa Keuangan 2,38 (0,53) 3,82 (0,88) 3,22 3,12 0,36 1,38 (1,97) 2,98 0,46 Real Estate 2,21 3,42 0,40 1,48 2,41 3,76 0,85 1,54 2,11 2,16 0,95 Jasa Perusahaan 1,12 2,15 0,87 (0,44) 1,42 1,95 4,11 3,01 (0,01) 1,76 2,29 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib3,39 (0,12) 2,62 12,29 (3,67) 2,87 (12,90) 6,19 1,37 2,38 2,49 Jasa Pendidikan (2,19) (6,28) 2,15 10,25 (3,12) (1,71) 0,51 1,21 (2,29) 1,01 1,38 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,00 1,18 0,32 4,87 0,11 1,32 (6,82) (1,52) 3,50 5,31 1,16 Jasa lainnya (3,50) 2,88 3,41 0,66 (4,42) 1,95 3,89 2,69 (3,22) 1,87 2,27 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 0,14 3,43 3,91 (3,45) 1,12 3,58 3,78 (3,26) 1,11 3,69 4,08

2017

IIIII III IVIUraian20162015

II II III IV II

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

20

Page 37: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Pertanian; 0,06

Pertambangan; 1,17

Industri Pengolahan;

1,26

Konstruksi; 0,45

Perdagangan; 0,42

Lainnya; 2,19

Grafik 1-27. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2017 (%-yoy)Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

21

Page 38: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

BOKS A Persiapan Asian Games 2018

1. Indonesia Sebagai Tuan Rumah Asian Games XVIII

Asian Games 2018 adalah acara multi event olahraga regional Asia ke-18 yang akan diselenggarakan di Indonesia pada tanggal 18 Agustus 2018 – 2 September 2018 di dua kota, yaitu Jakarta dan Palembang. Total jumlah cabang olahraga yang akan dipertandingkan sebanyak 41 cabang, yang terdiri dari 33 cabang olahraga olimpiade dan 8 cabang olahraga non olimpiade. Kota Palembang mendapatkan kesempatan untuk menyelenggarakan 10 cabang olahraga olimpiade dan 3 cabang olahraga non olimpiade.

Tabel 1 Cabang Olahraga Asian Games 2018 PalembangNo Sport Competition

(Olympic)Venue Category

1 Shooting Shooting Range JSC Competition and Training

2 Rowing Rowing Lake JSC CompetitionRowing Center JSC Training

3 Canoe/Kayak Rowing Lake JSC Competition and Training

4 Beach Volley Ball Beach Volley JSC Competiton and Training

5 Football (W-F) Gelora Sriwijaya JSC CompetitonBumi Sriwijaya Stadium

Competition

Athletic Stadium JSC Training6 Tennis Tennsi Stadium JSC Competition

Bukit Asam Convention Hall JSC

Competition

7 Triathlon Rowing Lake Sied JSC

Competition

Aquatic Stadium JSC TrainingAthletic Stadium JSC TrainingSport Science Center

Training

8 Sport Climbing Sport Climbing Complex JSC

Competition and Training

9 Skateboard Arena Sepatu Roda JSC

Penambahan Baru

10 Roller Skate Arena Sepatu Roda JSC

Penambahan Baru

Event olahraga ini menjadi kesempatan kedua kalinya bagi Indonesia manjadi tuan rumah penyelenggaraan Asian Games setelah Asian Games IV yang diadakan di Jakarta pada tahun 1962.

22

Page 39: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Asian Games akan diadakan di dua kota sekaligus.

Indonesia mendapatkan persetujuan menjadi tuan rumah Asian Games XVIII dari Dewan Eksekutif Dewan Olimpiade Asia (OCA) pada tanggal 19 September 2014. Penyelenggaraan Asian Games XVIII yang pada awalnya akan dilaksanakan pada tahun 2019, dimajukan lebih awal menjadi tahun 2018 untuk menghindari periode pemilihan legislatif dan pemilihan presiden yang juga akan diselenggarakan pada tahun tersebut.

Pada tanggal 20 September 2014 Indonesia secara resmi ditunjuk sebagai tuan rumah Asian Games XVIII dan secara simbolis ditunjuk oleh OCA pada penutupan Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan. OCA menunjuk Jakarta sebagai tuan rumah dengan Palembang sebagai tuan rumah pendukung dalam acara Asian Games XVIII. Kedua kota tersebut dipilih karena dianggap telah dilengkapi dengan sarana olahraga, fasilitas transportasi yang memadai, dan fasilitas lain seperti hotel dan penginapan yang cukup untuk menampung tamu.

2. Persiapan Asian Games XVIII di PalembangSebagai tuan rumah penyelenggaraan event akbar Asian

Games 2018, Indonesia berkesempatan untuk menunjukkan performa yang terbaik dari semua aspek. Baik dari sisi prestasi atlet yang akan bertanding, sarana dan prasarana olahraga, infrastruktur pendukung, serta aspek pariwisata yang dapat ditawarkan selama acara tersebut berlangsung. Penunjukan Jakarta sebagai kota utama pelaksanaan Asian Games selain karena Jakarta adalah Ibu kota negara, juga karena fasilitas dan pengalaman Jakarta dalam penyelenggaraan even-even berskala internasional, sedangkan Palembang ditunjuk karena pengalaman sukses dalam menyelengarakan kegiatan olahraga berskala internasional seperti SEA Games 2014, Islamic Solidarity dan Pekan Olahraga Mahasiswa ASEAN serta even-even olahraga internasional lainnya dengan didukung sarana infrastruktur berstandar internasional.

Dalam rangka mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah yang baik, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melakukan pembangunan baru dan renovasi infrastruktur pendukung kegiatan Asian Games seperti pembangunan venue olahraga, wisma atlet, Light Rapid Transit, peningkatan kualitas jalan, dan jembatan musi. Persiapan ini tentunya merupakan kerjasama seluruh pihak terkait di Sumatera Selatan, baik dari panitia penyelenggaran INASGOC,

23

Page 40: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, Pemerintah Kota Palembang, Kementerian/Lembaga Negara yang terkait, dan BUMN.

Gambar 1. Komplek Jakabaring Sport City

Pertandingan di Palembang akan dilaksanakan di Komplek Olahraga Jakabaring yang dikelola langsung oleh BUMD Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yaitu PT. Jakabaring Sport City (JSC). Sampai bulan November 2018, PT. JSC telah mencapai progress hingga 90% dalam penyelesaian venue dari seluruh cabang olahraga yang dipertandingkan. Adapun cabang olahraga yang dipertandingkan di Sumatera Selatan adalah menembak, dayung, kano, voli pantai, sepakbola, tenis, triathlon, panjat tebing, roller skate, dan skateboard sebagai cabang olimpiade, sedangkan untuk cabang olahraga non-olimpiade yaitu sepak takraw, soft tennis, dan bowling. Salah satu venue terbaik dalam persiapan Asian Games kali ini adalah venue Bowling Center. Venue ini dibangun dengan menggunakan standar internasional dan pengadaannya langsung didatangkan dari pabrik yang memproduksi perlengkapan arena bowling internasional. Adanya kerjasama dengan pihak pabrik penyedia, membuat Palembang mendapat kesempatan untuk melaksanakan kompetisi bowling internasional di tahun 2019.

Dalam persiapan prasarana, PT. JSC juga telah membangun beberapa tiga menara rusunami bekerjasama dengan Perumnas. Rusunami ini difungsikan sebagai tambahan akomodasi tempat tinggal atlet disamping wisma atlet yang telah berdiri sebelumnya. Dengan adanya rusunami ini diharapkan dapat menampung hingga 1000 atlet yang akan bertanding. Selain itu, wisma atlet juga direvitalisasi kembali. Revitalisasi dilakukan dengan cara pengecatan eksterior dari bangunan dan permbangunan dining hall. Wisma atlet telah digunakan pada kompetisi triathlon untuk test event yang

24

Page 41: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

diadakan pada bulan Juli 2017 lalu.

Gambar 2 Rancangan Venue Bowling

Dari sisi infrastruktur, kota Palembang terus berbenah untuk persiapan Asian Games 2018. Proyek infrastruktur yang dikerjakan hingga saat ini adalah proyek pembangunan jembatan, jalan tol dan LRT. Proyek jembatan yang dilakukan saat ini adalah proyek jembatan Musi IV dan Musi VI. Tujuan dari pembangunan proyek ini salah satunya adalah untuk mengurangi konsentrasi kendaraan yang melewati Jembatan Ampera dan mengurai kemacetan yang berpotensi terjadi pada saat penyelenggaraan Asian Games 2018. Pembangunan jalan tol telah diselesaikan pada ruas tol Palembang-Indralaya. Diharapkan dengan adanya jalan tol ini, masyarakat Sumatera Selatan yang ingin menghadiri acara Asian Games memiliki akses yang lebih baik. Selanjutnya, sebagai salah satu proyek strategis nasional, pembangunan proyek LRT terus dipercepat untuk mencapai target penyelesaiannya. Uji coba LRT akan direncanakan pada bulan Februari tahun 2018, sehingga seluruh konstruksi direncanakan selesai di akhir tahun 2017. LRT ini akan menghubungkan Bandara SMB II dengan Kawasan Olahraga Jakabaring dan mengelilingi dan menjangkau kawasan perbelanjaan dan hiburan di Kota Palembang, sehingga diharapkan LRT dapat menjadi salah satu pilihan transportasi yang murah, nyaman, dan aman.

Palembang juga mempersiapkan pariwisata untuk Asian Games 2018. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan mengemas dan mempercantik sejumlah destinasi wisata yang diperkirakan akan dikunjungi oleh wisatawan domestik dan internasional. Destinasi wisata itu adalah Kampung Arab -

25

Page 42: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Gambar 3 Tari Gending Sriwijaya

Gambar 4 Kampung Arab Al-Munawar Gambar 5 Al-Quran Al-AkbarSumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan

Al-Munawar, Kampung Kapitan, Pulo Kemaro, Museum Negeri Balaputra Dewa, Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II, Taman Purba Kala Sriwijaya, Benteng Kuto Besak (BKB), Bait Alquran Besar, Mesjid Agung SMB, Klenteng 10 Ulu, dan Situs Purbakala Bukit Siguntang. Adanya paket wisata yang terintegrasi dengan transportasi, akomodasi, dan kuliner diharapkan dapat meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara di Sumatera Selatan.

3. Dampak Asian Games Terhadap Perekonomian Sumatera Selatan

Ditunjuknya Palembang menjadi tuan rumah yang mendampingi Jakarta dalam penyelenggaraan Asian Games 2018 membuat proyek pembangunan infrastruktur yang mendukung penyelenggaraan event tersebut menjadi proyek prioritas Pemerintah Provinsi Suamtera Selatan. Adanya proyek infrastruktur ini memberikan modal tambahan yang masuk ke Sumatera Selatan sebesar Rp 3,7

26

Page 43: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

triliun. Hal ini tentunya memberikan efek positif kepada pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan terutama pada sektor investasi. Selanjutnya, revitalisasi destinasi wisata di kota Palembang diharapkan dapat menjadi sumber ekonomi baru melengkapi sumber ekonomi utama di Sumatera Selatan yang berasal dari kegiatan ekspor barang tambang dan perkebunan. Dengan pengembangan sektor pariwisata ini, ke depan Sumatera Selatan diprediksi akan lebih stabil dan tumbuh berkelanjutan.

27

Page 44: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Halaman ini sengaja dikosongkan

28

Page 45: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

2 Perkembangan Keuangan Daerah

Perkembangan kinerja Keuangan Daerah relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Realisasi anggaran pendapatan daerah Provinsi Sumatera Selatan

sampai dengan triwulan III 2017 mencapai Rp6,0 triliun atau sebesar 70,2% dari pagu tahun 2017, di sisi lain realisasi belanja untuk periode yang sama mencapai Rp3,8 triliun atau sebesar 55,7% dari pagu tahun 2017.

Realisasi anggaran pendapatan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan triwulan III 2017 mencapai Rp19,6 triliun atau sebesar 75,2% dari pagu tahun 2017, sementara itu realisasi belanja untuk periode yang mencapai Rp14,9 triliun atau sebesar 56,4% dari pagu tahun 2017.

Realisasi anggaran belanja APBN K/L di wilayah Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan triwulan III 2017 mencapai Rp7,8 triliun atau sebesar 57,8% dari pagu tahun 2017.

2.1 Gambaran UmumSalah satu tujuan penyusunan RPJMD Provinsi Sumatera Selatan tahun 2013-2018 selain sebagai sarana dalam rangka menjabarkan visi, misi, dan program oleh Gubernur/Wakil Gubernur Sumatera Selatan menjadi arah kebijakan dan program pembangunan yang rinci, terarah, terukur dan dapat dilaksanakan selama periode tersebut, juga sebagai suatu acuan resmi bagi seluruh Operasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi Sumatera Selatan dalam menentukan prioritas program dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan dengan sumber dana APBD Provinsi Sumatera Selatan, APBN dan sumber dana lainnya. Terkait pencapaian program prioritas dan pelaksanaan pembangunan tahun keempat RPJMD Provinsi Sumatera Selatan tersebut, di tahun 2017 ini tercatat alokasi anggaran belanja Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan senilai Rp46,9 triliun. Alokasi tersebut terdiri dari tiga komponen yaitu APBD Provinsi sebesar Rp6,8 triliun (14,7%), APBD Kabupaten/Kota senilai Rp26,5 triliun (56,3%) dan APBN yang dialokasikan untuk wilayah Sumatera Selatan senilai Rp13,6 triliun (29,0%).

29

Page 46: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 2. Perkembangan Keuangan Daerah

6.943 , 15%

26.501 , 56%

13.626 , 29%

Pemda Sumatera Selatan Kabupaten/Kota APBN

Sumber: BPKAD & Kanwil DJPB Provinsi Sumatera Selatan (diolah)

Sampai dengan triwulan III 2017, anggaran pendapatan daerah Provinsi Sumatera Selatan telah terealisasi sebesar 70,2% dari pagu atau mencapai Rp6,0 triliun. Sementara, realisasi pendapatan 17 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki porsi terbesar pada struktur anggaran daerah sudah mencapai 75,2% atau senilai Rp19,6 triliun. Di sisi lain, realisasi anggaran belanja Provinsi Sumatera Selatan mencapai 55,8% atau mencapai Rp14,9 triliun. Untuk anggaran belanja Kabupaten/Kota, realisasi saat ini mencapai 56,4% atau sebesar Rp14,9 triliun. Selanjutnya, realisasi belanja APBN Kementrian/Lembaga di wilayah Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan triwulan III 2017 mencapai Rp7,8 triliun atau sebesar 57,8% dari pagu sebesar Rp13,6 triliun.

Tabel 2-7 Komponen Anggaran Keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Per Triwulan III 2017

Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi %1. Pemda Sumatera Selatan 8.587 6.026 70,2 6.943 3.872 55,8 2. Kabupaten/Kota 26.127 19.642 75,2 26.501 14.958 56,4 3. APBN - - - 13.626 7.877 57,8

Total 34.714 25.667 73,9 47.069 26.707 56,7

Kabupaten/Kota Pendapatan Belanja

2.2 APBD Provinsi Sumatera Selatan Pagu Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan tahun 2017 berdasarkan APBD-P per September 2017 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 22,0% dan 20,5% dibandingkan pagu anggaran 2016. Secara nominal pagu anggaran untuk pendapatan dan belanja masing-masing sebesar Rp8,6 triliun dan Rp6,9 triliun.

Dari sisi struktur anggaran pendapatan, komponen terbesar pendapatan adalah berupa transfer pemerintah pusat dengan pagu sebesar Rp5,5 triliun (64,7%) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp3,0 triliun (35,2%). Sedangkan dari sisi belanja, komponen

30

Grafik 2-28 Struktur Anggaran Belanja Keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan

Page 47: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 2. Perkembangan Keuangan Daerah

terbesar berasal dari belanja operasi sebesar Rp4,6 triliun (65,8%) dan belanja modal sebesar Rp1,9 triliun (27,7%)

Sampai dengan triwulan III 2017, realisasi pendapatan sudah mencapai 70,2% dari total pagu yang dianggarkan, lebih tinggi dibandingkan capaian periode yang sama tahun 2016 sebesar 66,6% dari pagu. Sedangkan, realisasi belanja baru mencapai 55,6% dari total pagu, sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 55,2%.

Tabel 2-8 Anggaran dan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan TW III 2016 dan TW III 2017

Pagu Anggaran

Realisasi TW III 2016

% Realisasi

Pagu Anggaran

Realisasi TW III 2017

% Realisasi

7.036,8 4.685,8 66,59 8.587,0 6.025,6 70,17 2.733,3 1.771,7 64,82 3.023,9 2.260,5 74,75 4.252,2 2.911,6 68,47 5.559,3 3.758,9 67,61

51,3 2,5 4,78 3,7 6,2 164,66 5.763,6 3.179,2 55,16 6.942,9 3.872,3 55,77 4.335,3 2.669,3 61,57 4.570,4 3.126,4 68,41 1.241,9 299,4 24,11 1.923,1 420,2 21,85

5,0 0,2 3,60 4,4 0,3 7,12 181,5 210,2 115,82 445,0 325,4 73,12

1.273,1 1.506,6 118,34 1.644,1 2.153,3 130,97-1.273,1 -1.221,1 -1.644,1 -1.595,7

150,0 21,4 14,26 25,0 64,8 259,36 1.423,1 1.242,5 87,31 1.669,1 1.660,5 99,49

0,0 285,5 0,0 557,6

URAIAN2016 2017

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

PENDAPATAN TRANSFER

PENDAPATANPENDAPATAN ASLI DAERAH

BELANJA TAK TERDUGA

BELANJABELANJA OPERASI

BELANJA MODAL

PENGELUARAN DAERAHSISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)

TRANSFER

SURPLUS / (DEFISIT)PEMBIAYAAN

PENERIMAAN DAERAH

2.2.1 Anggaran Pendapatan APBD Provinsi Sumatera Selatan Realisasi anggaran pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan triwulan III 2017 mencapai Rp6,0 triliun atau 70,2% dari pagu anggaran sebesar Rp8,6 triliun. Realisasi ini lebih tinggi dibandingkan capaian triwulan III tahun 2016 yang tercatat sebesar Rp4,7 triliun atau sebesar 66,6% dari pagu anggaran. Penurunan pencapaian anggaran pendapatan tersebut terutama berasal dari Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat. Ditinjau dari segi kemandirian fiskal, APBD Sumatera Selatan masuk kategori cukup, yang tercermin dari rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total pendapatan yang mencapai 35,2%.

Realisasi Pendapatan Asli Daerah

31

Page 48: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 2. Perkembangan Keuangan Daerah

Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih didominasi oleh Pendapatan Pajak Daerah yang mencapai sekitar 93,7% dari total PAD, kemudian disusul oleh Pendapatan Restribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan, dan Lain-Lain PAD yang Sah masing-masing sebesar 0,5%, 2,6% dan 3,2%. Dari sisi capaian anggaran sampai dengan triwulan III 2017, realisasi PAD mencapai Rp1,9 triliun atau 67,7% dari pagu sebesar Rp2,8 triliun, capaian ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 66,4%.

Untuk pajak daerah, komponen yang memiliki kontribusi terbesar dari total PAD adalah pajak terkait kendaraan bermotor. Sebagai salah satu upaya meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pajak kendaraan bermotor, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan di tahun 2016 mengeluarkan kebijakan pemutihan pajak kendaraan bermotor sebagai upaya mendorong masyarakat yang sebelumnya menunggak untuk membayar pajak kendaraan bermotor di tahun selanjutnya. Pemprov Sumatera Selatan menargetkan penerimaan pajak daerah meningkat dari Rp2,5 triliun di tahun 2016, menjadi Rp2,8 triliun untuk tahun 2017.

Sesuai UU No.28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, disebutkan bahwa pajak daerah terdiri dari 2 jenis yaitu pajak Provinsi dan pajak Kabupaten/Kota. Yang termasuk pajak daerah provinsi adalah pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak air permukaan, dan pajak rokok. Sedangkan yang termasuk pajak daerah untuk Kabupaten/Kota terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak penerangan jalan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi dan bangunan (PBB), dan bea perolehan hal atas tanah dan bangunan (BPHTB).

Realisasi Pendapatan Transfer

Total pagu pendapatan transfer tahun 2017 adalah sebesar Rp5,5 triliun, meningkat sekitar 30,7% dibandingkan pagu tahun 2016. Peningkatan pagu transfer pemerintah pusat ini utamanya berasal dari peningkatan yang cukup signifikan pada transfer Dana Alokasi Khusus (DAK) yang mencapai Rp2,0 triliun, atau meningkat lebih dari 1000% dari pagu 2016 yang sebelumnya hanya mencapai Rp158 miliar. Peningkatan signifikan DAK tersebut salah satunya karena adanya pengalihan beberapa kewenangan yang sebelumnya ada pada kota/kabupaten menjadi kewenangan provinsi yaitu kewenangan

32

Page 49: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 2. Perkembangan Keuangan Daerah

pendidikan untuk tingkat SMA. Peningkatan pendapatan transfer ini menjadi faktor utama yang menyebabkan peningkatan anggaran pendapatan secara total. Dari sisi realisasi, capaian pendapatan transfer Pemerintah Pusat cukup baik karena sudah mencapai 67,6% di triwulan III 2017. Khusus untuk DAU dan DAK yang memiliki porsi terbesar dari pendapatan transfer tersebut, realisasinya masing-masing mencapai sekitar 70,7% dan 73,1%.

Realisasi Lain-lain Pendapatan yang sah

Pagu Lain-Lain Pendapatan yang Sah di dalam struktur pendapatan porsinya hanya sekitar 0,04% atau secara nominal sebesar Rp3,7 miliar. Komponen dari pendapatan ini terdiri dari hibah dan pendapatan lainnya. Capaian Lain-Lain Pendapatan yang Sah sampai dengan triwulan III 2017 sudah melebihi pagu yaitu Rp6,1 miliar atau 164,6% diatas pagu. Peningkatan yang signifikan ini disebabkan adanya realisasi pendapatan hibah sebesar Rp2,5 miliar yang diterima sampai dengan triwulan III 2017.

Tabel 2-9 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan TW III 2016 dan TW III 2017

Pagu Anggaran (Rp Miliar)

Realisasi TW III 2016

(Rp Miliar)% Realisasi

Pagu Anggaran (Rp Miliar)

Realisasi TW III 2017

(Rp Miliar)% Realisasi

7.036,77 4.685,79 66,59 8.587,02 6.025,55 70,17 2.733,33 1.771,73 64,82 3.023,94 2.260,46 74,75 2.512,15 1.668,08 66,40 2.832,42 1.919,54 67,77

15,78 12,08 76,57 14,54 9,24 63,54

86,42 56,97 65,92 79,56 50,69 63,71

118,98 34,59 29,07 97,41 280,98 288,45 4.252,15 2.911,61 68,47 5.559,35 3.758,94 67,61 2.713,20 1.774,36 65,40 5.559,35 3.758,94 67,61

788,75 426,02 54,01 788,69 315,74 40,03

694,57 502,03 72,28 1.031,58 749,23 72,63

1.071,42 795,85 74,28 1.721,81 1.218,61 70,77 158,45 50,46 31,84 2.017,26 1.475,35 73,14

1.538,96 1.137,24 73,90 - - - 1.538,96 1.137,24 73,90 - - -

51,29 2,45 4,78 3,74 6,16 164,66 10,30 2,45 23,79 0,12 2,53 40,99 - - 3,62 3,62 100,00 Pendapatan Lainnya

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)Dana Alokasi UmumDana Alokasi Khusus

Transfer Pemerintah Pusat - LainnyaDana Penyesuaian

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH

URAIAN

PENDAPATAN

2016 2017

Pendapatan Hibah

Dana Bagi Hasil Pajak

PENDAPATAN ASLI DAERAH

Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan

Pendapatan Pajak DaerahPendapatan Retribusi DaerahPendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang DipisahkanLain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

PENDAPATAN TRANSFER

Sumber: BPKAD Provinsi Sumatera Selatan

Secara umum, sejumlah pos dalam komponen pendapatan mengalami peningkatan dibandingkan pagu anggaran tahun 2016, hal ini didorong adanya perbaikan kondisi yang terjadi di tahun 2016 seperti tidak terjadinya penundaan transfer dana perimbangan, tingginya harga komoditas dan meningkatnya pendapatan masyarakat sehingga sejumlah target pendapatan yang berasal dari pajak dapat tercapai. Di sisi lain, pemerintah daerah berupaya untuk meningkatkan

33

Page 50: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 2. Perkembangan Keuangan Daerah

pendapatan dengan mengoptimalkan peran BUMD dan optimalisasi aset pemerintah daerah.

2.2.2 Realisasi Belanja APBD Provinsi Sumatera Selatan Realisasi belanja APBD Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan triwulan III 2017 baru mencapai 55,6% dari total anggaran sebesar Rp6,9 triliun atau sebesar Rp3,8 triliun. Pencapaian ini sedikit lebih baik dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 55,2% atau sebesar Rp3,2 triliun

Dari total pagu anggaran belanja tahun 2017 sebesar Rp6,9 triliun, porsi terbesar sekitar Rp4,6 triliun (65,8%) merupakan pagu anggaran belanja operasi. Secara nominal anggaran belanja operasi meningkat 5,4% dari pagu anggaran tahun 2016 sebesar Rp4,3 triliun. Sesuai dengan strukturnya, belanja terbesar belanja operasi adalah untuk belanja hibah yang triwulan III 2017 realisasinya sudah mencapai 79,6% atau sekitar Rp1,4 triliun. Porsi terbesar kedua adalah belanja pegawai dan sesuai polanya realisasinya baru mencapai 75,4% atau sekitar Rp1,06 triliun.

Di sisi lain, porsi belanja modal terhadap total anggaran belanja mencapai 27,7% dengan nilai sebesar Rp1,9 triliun, meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang porsinya sebesar 24,1% atau setara Rp1,2 triliun. Sampai dengan periode laporan, realisasi belanja modal baru mencapai 21,8% atau senilai Rp419 miliar.

Untuk anggaran Belanja Tak Terduga, dari total anggaran sebesar Rp4,4 miliar realisasi sampai dengan triwulan III 2017 baru mencapai Rp0,3 miliar. Komponen belanja lainnya adalah belanja transfer ke kabupaten/kota dalam rangka bagi hasil pajak dimana dari total anggaran Rp445 miliar, realisasinya sudah mencapai Rp325 miliar (73,1%)

34

Page 51: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 2. Perkembangan Keuangan Daerah

Tabel 2-10 Anggaran dan Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan TW III 2016 dan TW III 2017

Pagu Anggaran (Rp Miliar)

Realisasi TW III 2016

(Rp Miliar)% Realisasi

Pagu Anggaran (Rp Miliar)

Realisasi TW III 2017

(Rp Miliar)% Realisasi

5.763,6 3.179,2 55,2 6.942,9 3.858,60 55,64.335,3 2.669,3 61,6 4.570,4 3.113,68 68,1

449,1 475,4 105,9 1.407,6 1.061,12 75,4981,5 398,7 40,6 1.342,9 599,88 44,7

2.091,4 1.543,2 73,8 1.707,3 1.359,02 79,60,6 0,2 37,7 0,6 0,20 33,3

812,6 251,8 31,0 112,0 93,45 83,41.241,9 299,4 24,1 1.923,1 419,22 21,8

252,5 79,1 31,3 139,4 36,86 26,451,1 10,7 20,9 221,0 18,17 8,2

175,7 29,5 16,8 501,1 108,08 21,6755,6 178,9 23,7 1.002,8 200,51 20,0

3,3 0,7 20,2 57,1 54,55 95,53,5 0,6 16,3 1,6 1,05 65,85,0 0,2 3,6 4,4 0,31 7,15,0 0,2 3,6 4,4 0,31 7,1

181,5 210,2 115,8 445,0 325,38 73,1181,5 210,2 115,8 445,0 325,38 73,1181,5 210,2 115,8 445,0 0,00 0,0

20172016

BELANJA

Bagi Hasil Pajak

Belanja Peralatan dan MesinBelanja Bangunan dan GedungBelanja J alan, Irigasi dan J aringanBelanja Aset Tetap LainnyaBelanja Aset Lainnya

BELANJA TAK TERDUGA

URAIAN

Belanja Tak TerdugaTRANSFER

Belanja Tanah

Belanja Bantuan KeuanganBELANJA MODAL

BELANJA OPERASIBelanja PegawaiBelanja BarangBelanja HibahBelanja Bantuan Sosial

Transfer Bagi Hasil Ke KAB/KOTA/DESA

Sumber: BPKAD Provinsi Sumatera Selatan

2.3 APBD Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera SelatanSecara umum realisasi pendapatan APBD Kabupaten/Kota sampai dengan triwulan III 2017 relatif cukup baik yaitu mencapai 75,2% dari total keseluruhan pagu anggaran pendapatan tahun 2017 sebesar Rp26,1 triliun. Di sisi lain, untuk realisasi anggaran belanja dari total keseluruhan pagu untuk 17 Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Selatan sebesar Rp26,5 triliun, realisasinya mencapai Rp14,9 triliun atau sebesar 56,4% dari pagu.

35

Page 52: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 2. Perkembangan Keuangan Daerah

Tabel 2-11 APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatara Selatan

Anggaran (Rp Miliar)

Realisasi (Rp Miliar) % Anggaran

(Rp Miliar)Realisasi (Rp Miliar) %

1. Palembang 3.154 2.550 80,8 3.111 1.783 57,3 2. Lubuk Linggau 1.003 702 70,0 968 527 54,5 3. Pagar Alam 783 577 73,7 900 460 51,1 4. Prabumulih 898 728 81,1 917 570 62,1 5. MUBA 2.877 2.122 73,8 2.876 1.353 47,1 6. Banyu Asin 1.847 1.408 76,2 2.028 1.086 53,6 7. Musi Rawas 1.451 1.174 80,9 1.488 744 50,0 8. Muratara 779 587 75,4 797 346 43,4 9. Lahat 1.742 1.349 77,5 1.836 1.255 68,4 10. Empat lawang 859 559 65,0 860 451 52,5 11. Muara Enim 2.239 1.645 73,5 2.001 1.324 66,2 12. PALI 904 617 68,3 904 567 62,8 13. Ogan Ilir 1.592 1.025 64,4 1.614 728 45,1 14. OKI 2.151 1.475 68,5 2.269 1.293 57,0 15. OKU 1.152 1.037 90,1 1.198 823 68,7 16. OKU Timur 1.573 1.181 75,1 1.573 958 60,9 17. OKU Selatan 1.124 905 80,5 1.158 689 59,5

Total 26.127 19.642 75,2 26.501 14.958 56,4

Kabupaten/KotaPendapatan Belanja

Sumber: BPKAD Provinsi Sumatera Selatan (diolah)

Sampai dengan triwulan III 2017, realisasi terbesar untuk pendapatan dicapai oleh Kabupaten OKU, Kota Prabumulih dan Kabupaten Musi Rawas masing-masing sebesar 90,1%, 81,1% dan 80,9% dari total pagu anggaran pendapatan. Di sisi lain, tiga daerah yang pencapaian pendapatannya masih sangat rendah adalah Kabupaten PALI (68,3%), Kabupaten Empat Lawang (65,0%) dan Kabupaten Ogan Ilir (64,4%).

Tabel 2-12 Kabupaten/Kota Penyerap Anggaran Pendapatan Tertinggi s/d Triwulan III 2017

Kabupaten/Kota Pagu Realisasi %

Ogan Komering Ulu 1.151.552.672.766 1.037.017.187.465 90,1Prabumulih 897.553.613.834 728.129.096.348 81,1Musi Rawas 1.451.139.661.625 1.173.726.744.972 80,9

Sumber: BPKAD Provinsi Sumatera Selatan

Tabel 2-13 Kabupaten/Kota Penyerap Anggaran Pendapatan Terendah s/d Triwulan III 2017

Kabupaten/Kota Pagu Realisasi %PALI 904.044.756.116 617.207.591.697 68,3Empat Lawang 859.479.657.819 558.901.474.775 65,0Ogan Ilir 1.592.452.966.275 1.025.221.530.559 64,4

Sumber: BPKAD Provinsi Sumatera Selatan

Sampai dengan triwulan III 2017, realisasi tertinggi untuk keseluruhan pos belanja APBD Kabupaten/Kota dicapai oleh Kabupaten OKU,

36

Page 53: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 2. Perkembangan Keuangan Daerah

Kabupaten Lahat dan Kabupaten Muara Enim masing-masing sebesar 68,7%, 68,4%, dan 66,2%.

Tabel 2-14 Kabupaten/Kota Penyerap Anggaran Belanja Tertinggi S/d Triwulan III 2017Kabupaten/Kota Pagu Realisasi %

Ogan Komering Ulu 1.198.046.353.093 822.807.329.217 68,7Lahat 1.836.163.208.201 1.255.071.912.378 68,4Muara Enim 2.001.459.204.766 1.324.205.833.892 66,2

Sumber: BPKAD Provinsi Sumatera Selatan

Dari sisi serapan belanja, tiga daerah dengan serapan terendah adalah Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Ogan Ilir dan Kabupaten Muratara dengan realisasi belanja masing-masing sebesar 47,1%, 45,1%, dan 43,%. Rendahnya serapan untuk Musi Banyuasin, tidak terlepas dari baru selesainya pelaksanaan Pilkada 2017 sehingga mempengaruhi keputusan belanja daerah tersebut.

Tabel 2-15 Kabupaten/Kota Penyerap Anggaran Belanja Terendah S/d Semester I 2017Kabupaten/Kota Pagu Realisasi %

MUBA 2.876.372.560.238 1.353.380.700.701 47,1Ogan Ilir 1.614.152.966.275 727.786.149.262 45,1Muratara 797.211.971.367 345.896.781.251 43,4

Sumber: BPKAD Provinsi Sumatera Selatan

Terkait dengan alokasi dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa Tahun 2017 secara total mengalami peningkatan sekitar 6% dari Rp25,48 triliun di tahun 2016, menjadi Rp27,02 triliun pada tahun 2017. Peningkatan terbesar terjadi pada alokasi Dana Desa yg naik 27% dan DBH naik 12%

Sumsel

MusiBanyuasin

OKUMuar

aenim

LahatMusiRawa

sOKI Bany

uasin OKUT OKUS OganIlir

Empat

Lawang

PALI Muratara

Palemban

g

Prabumuli

h

Pagaralam

Lubuklinggau

2016 4036 2198 1054 1769 1406 1486 1780 1762 1417 1063 1127 739 727 828 1937 742 678 7302017 5175 2295 1178 2046 1589 1316 1819 1662 1368 1045 1246 811 732 696 1953 718 649 723

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

rp m

iliar

Grafik 2-29 Alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa Provinsi Sumatera SelatanSumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Selatan

37

Page 54: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 2. Perkembangan Keuangan Daerah

Secara spasial, peningkatan alokasi dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) 2017 terbesar adalah untuk Pemerintah Provinsi Sumsel yang meningkat sebesar 28%, sedangkan peningkatan terkecil terjadi pada Kota Palembang dan Kabupaten PALI yang masing-masing hanya meningkat sekitar 1%. Di sisi lain, terdapat 8 Pemerintah daerah yang mengalami penurunan alokasi anggaran TKDD dari tahun 2016, yaitu Kabupaten Musi Rawas Utara yang turun sebesar 16% (terbesar) dan Kota Lubuk Linggau yang hanya turun 1% (terkecil).

SumselMusi

Banyuasin

OKU Muaraenim Lahat Musi

Rawas OKI Banyuasin OKUT OKUS Ogan

Ilir

EmpatLawan

gPALI Murat

araPalembang

Prabumulih

Pagaralam

Lubuklinggau

Alokasi 5.175 2.295 1.178 2.026 1.590 1.316 1.819 1.662 1.368 1.045 1.246 811 732 696 1.953 718 649 723Realisasi 4.189 2.131 899 1.498 1.185 1.030 1.380 1.272 1.037 803 925 617 565 529 1.150 591 522 579% 81% 93% 76% 74% 75% 78% 76% 77% 76% 77% 74% 76% 77% 76% 59% 82% 80% 80%

80,9%

92,9%

76,3% 73,9% 74,5%78,3% 75,9% 76,5% 75,8% 76,8% 74,2% 76,1% 77,2% 76,0%

58,9%

82,3% 80,4% 80,1%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

Rp M

iliar

Realisasi Transfer Ke Daerah dan Dana Desa 2017

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera SelatanGrafik 2-30 Realisasi Transfer Ke Daerah dan Dana Desa Provinsi Sumatera Selatan

Realisasi dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa sampai dengan September 2017 sudah mencapai sebesar 78,9% atau senilai Rp21,3 triliun. Realisasi terbesar adalah untuk Kabupaten Musi Banyuasin sekitar 92,8% dan Kota Prabumulih sekitar 81,9%. Realisasi Dana Bagi Hasil sampai dengan September 2017 sudah mencapai rata-rata 91,3%. Realisasi tertinggi adalah Kabupaten Ogan Ilir yang sebesar 109,6% dan realisasi terendah adalah Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat yang masing-masing sebesar 70,9% dan 74,9%.

2.4 APBN Provinsi Sumatera SelatanDari sisi jenis belanja, pagu anggaran belanja Pemerintah Pusat atas beban APBN diwilayah Provinsi Sumatera Selatan untuk tahun 2017 adalah sebesar Rp13,6 triliun. Anggaran belanja dengan porsi terbesar menurut jenis belanja adalah belanja barang yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional yakni sebesar 37,1% atau secara nominal sebesar Rp5,0 triliun, kemudian disusul oleh belanja modal sebesar 31,7% triliun setara Rp4,3 triliun, belanja pegawai sebesar 30,8% atau Rp4,2 triliun, dan sisanya belanja bantuan Sosial untuk melindungi masyarakat dari risiko-risiko sosial sebesar Rp26 miliar.

38

Page 55: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 2. Perkembangan Keuangan Daerah

Dibandingkan pagu anggaran tahun 2016 sebesar Rp13,1 triliun, pagu anggaran tahun 2017 mengalami peningkatan sekitar 3,2%.

Tabel 2-16 Realisasi APBN Berdasarkan Jenis Belanja

PAGURealisasi

TW III 2017%Realisasi PAGU

Realisasi TW III 2017

%Realisasi

Pegawai 4.219,70 2.995,26 71,0 4.204 3.045 72,4 Barang 5.146,82 2.809,74 54,6 5.064 2.898 57,2 Modal 3.804,32 1.554,66 40,9 4.330 1.916 44,2 Bantuan Sosial 25,91 11,44 44,2 26 18 67,9 Berdasarkan Jenis Belanja 13.197 7.371 55,9 13.626 7.877 57,8

Uraian2016 2017

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Selatan

Dilihat dari sisi alokasi anggaran, konsentrasi anggaran terutama berada pada pembangunan ekonomi, tercermin dari banyaknya program komitmen pemerintah pusat dalam mengakselerasi pembagunan infrastruktur, konektivitas antar wilayah, serta persiapan Sumatera Selatan menjadi tuan rumah Asian Games 2018.

Di sisi lain, belanja transfer Pemerintah Pusat ke daerah dapat dikelompokan menjadi Dana Transfer Umum (Dana Alokasi Umum/DAU dan Dana Bagi Hasil/DBH) dan Dana Transfer Khusus (Dana Alokasi Khusus/DAK), Dana Desa dan Dana Insentif Daerah. Alokasi dana transfer yang merupakan bagian dari kebijakan desentralisasi fiskal ke daerah dan Dana Desa untuk tahun 2017 secara total mengalami kenaikan 6% dari Rp25,5 triliun menjadi Rp27,00 triliun. Secara nominal, peningkatan alokasi dana terbesar ditujukan untuk DAU sebesar Rp721 miliar, DBH sebesar Rp718 miliar, dan Dana Desa sebesar Rp488 miliar. Disisi lain, alokasi DAK mengalami penurunan sebesar Rp322 miliar.

Tabel 2-17 Alokasi Dana Transfer & Dana Desa Provinsi Sumatera Selatan tahun 2017

Alokasi Share Alokasi Share% Realisasi TW III 2017

DAU 11.661 46 12.382 46 82,26%

DBH 5.960 23 6.678 25 91,28%

DANA DESA 1.781 7 2.269 8 59,76%

DAK 5.912 23 5.590 21 64,04%

DIDI 165 1 83 0 100,00%

Total 25.479 100 27.002 100 78,89%

Jenis Transfer2016 2017

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Negara Kantor Wilayah Sumatera Selatan (diolah)

Realisasi dana transfer ke daerah dan Dana Desa sampai dengan bulan September 2017 mencapai sebesar 58% atau sebesar Rp15,6 triliun. DAU yang terealisasi mencapai 78,9% dari total alokasi,

39

Page 56: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 2. Perkembangan Keuangan Daerah

kemudian DBH sudah mencapai 91,3%, dan DIDI yang merupakan insentif bagi daerah yang baik dalam pengelolaan anggaran sudah 100% terealisasi di triwulan III 2017 ini.

Terkait pelaksanaan anggaran Kementrian/Lembaga tahun 2017 ini, Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara melalui Surat No A-153/MK.05/2017 memerintahkan kepada seluruh pimpinan Kementrian/Lembaga untuk melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Review atas perencanaan kegiatan, penyerapan dan capaian output satuan kerja

2. Monitoring ketepatan waktu penyelesaian tagihan3. Monitoring penyampaian data kontrak4. Pengendalian pengelolaan Uang Persediaan (UP)/Tambahan

Uang Persediaan (TUP)Dengan penerapan langkah-langkah strategis tersebut, diharapkan dapat menjadi pedoman bagi Kanwil Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Sumatera Selatan dalam melakukan evaluasi pelaksanaan anggaran termasuk memitigasi besarnya gap realisasi anggaran terhadap rencana penarikan.

40

Page 57: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Halaman ini sengaja dikosongkan

41

Page 58: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

3 Perkembangan Inflasi

Penurunan tekanan Inflasi Sumatera Selatan di triwulan III 2017 selain didorong dari terjaganya persediaan pasokan komoditas bahan pangan juga dampak dari melemahnya konsumsi rumah tangga

3.1 Inflasi Secara UmumInflasi Sumatera Selatan di triwulan III 2017 tercatat sebesar 3,00% (yoy), lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi triwulan sebelumnya sebesar 4,31% (yoy). Realisasi inflasi tersebut masih sejalan dengan sasaran inflasi nasional sebesar 4±1% (yoy). Tersedianya pasokan bahan pangan akibat masuknya musim panen menjadi faktor utama penurunan inflasi pada kelompok volatile food2 terutama untuk komoditas bawang merah, bawang putih, cabai merah, daging ayam ras, dan jeruk. Sementara kelompok administered prices3, masih mengalami inflasi namun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang bersumber dari penyesuaian tarif listrik, biaya administrasi STNK, dan harga bensin. Selain itu, penurunan tekanan inflasi tersebut juga dampak dari pelemahan daya beli masyarakat yang tercermin dari terus menurunnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga sejak triwulan I 2017.

Tabel 3-1 Disagregasi Inflasi Sumatera Selatan (2015-2017)

I II III IV I II III IV I II IIIqtq (%) 1,62 0,69 1,24 0,59 0,78 1,54 1,30 0,19 0,96 0,53 0,74yoy (%) 5,00 5,24 5,87 4,19 3,34 4,21 4,28 3,85 4,04 3,00 2,43ytd (%) 1,62 2,32 3,58 4,19 0,78 2,33 3,67 3,85 0,96 1,49 2,24qtq (%) -6,87 4,01 1,65 5,65 0,51 0,15 0,93 2,06 -0,91 1,14 -2,30yoy (%) 3,20 6,88 6,15 4,03 12,27 8,10 7,33 3,69 2,23 3,24 -0,07ytd (%) -6,87 -3,14 -1,54 4,03 0,51 0,66 1,59 3,69 -0,91 0,22 -2,09qtq (%) -3,19 1,27 0,10 1,57 -0,43 0,02 0,72 2,53 1,26 4,16 -0,30yoy (%) 12,68 13,98 10,69 -0,33 2,51 1,25 1,87 2,84 4,59 8,92 7,82ytd (%) -3,19 -1,96 -1,86 -0,33 -0,43 -0,42 0,30 2,84 1,26 5,47 5,16qtq (%) -1,42 1,53 1,07 1,91 0,45 0,87 1,08 1,13 0,58 1,46 -0,19yoy (%) 6,26 7,49 6,99 3,10 5,05 4,37 4,37 3,58 3,71 4,31 3,00ytd (%) -1,42 0,09 1,17 3,10 0,45 1,32 2,42 3,58 0,58 2,04 1,85

2015

Umum

Inti

Volatile Food

Adm. Prices

20172016

2Komponen volatile food merupakan Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional. Komponen volatile food didominasi oleh komoditas pangan.3Kelompok administered prices merupakan kelompok barang dan jasa yang harganya ditetapkan oleh Pemerintah secara langsung, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dll.

42

Page 59: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

Secara spasial, inflasi kota Palembang triwulan III 2017 sebesar 2,96% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2017 sebesar 4,27% (yoy). Sementara itu, kota Lubuklinggau mengalami inflasi sebesar 3,32%(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,68% (yoy).

Tabel 3-2 Inflasi Spasial di Sumatera Selatan (2015-2017)

I II III IV I II III IV I II III6,26 7,49 6,99 3,10 5,05 4,37 4,38 3,58 3,71 4,31 3,006,28 7,39 6,84 3,05 4,89 4,37 4,54 3,68 3,77 4,27 2,966,07 8,32 8,33 3,47 6,47 4,30 2,93 2,74 3,18 4,68 3,32

20172016

Lubuk Linggau

SumselPalembang

2015

Terjaganya realisasi inflasi Sumatera Selatan tidak terlepas dari berbagai upaya menjaga kestabilan harga yang telah dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Upaya pengendalian inflasi yang telah dilakukan antara lain adalah stabilisasi harga bawang putih dan tindak lanjut dari hasil High Level Meeting (HLM) TPID se-Sumatera Selatan. Stabilisasi harga dilakukan dengan cara melakukan koordinasi antar asosiasi unggas, pengusaha peternak ayam, dan instansi terkait dalam hal penyederhanaan jalur tata niaga unggas dalam mengendalikan harga komoditas ayam ras.

Kegiatan pengendalian inflasi berupa pemantauan implementasi penerapan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras. Upaya pengendalian inflasi dilakukan dengan melakukan kerjasama antara TPID Sumatera Selatan dengan tim Satgas pangan yang beranggotakan Polda Sumsel, Bulog, dan Disperindag untuk mencegah dan menindak pedagang yang menjual beras diatas HET yang telah ditentukan. Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Tim Satgas Pangan Sumatera Selatan, sampai saat ini belum ditemukan adanya indikasi pelanggaran atas penerapan HET beras. Khusus di Sumatera Selatan yang merupakan daerah surplus beras saat ini memang terjadi disparitas perbedaan harga beras dengan daerah defisit yang ada di sekitar provinsi sumatera selatan, hal ini mendorong beras produksi Sumsel dijual ke daerah defisit. Selain itu, pengklasifikasian jenis beras medium dan premium memberikan peluang pelaku bisnis melakukan praktek mengolah beras medium menjadi premium untuk menikmati harga yang lebih tinggi. Namun demikian, HET beras di Sumsel sudah dijalankan dan dipatuhi oleh pelaku bisnis.

Berdasarkan disagregasinya, inflasi kelompok administered prices, dan core menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, sementara volatile food, menunjukkan terjadinya deflasi. Andil inflasi kelompok administered prices mencapai 1,67% (yoy), lebih rendah

43

Page 60: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 1,91% (yoy). Di sisi lain, andil kelompok volatile food menunjukkan inflasi hanya sebesar 0,01% (yoy), berbeda dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami tekanan inflasi mencapai 0,72% (yoy). Sementara itu, andil inflasi kelompok inti sebesar 1,37% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,69% (yoy).

3,00

2,531,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2015 2016 2017

% y

oy

Inflasi Sumsel Inflasi Nasional

-0,13

-0,07

-1,50

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2015 2016 2017

% m

tm

Inflasi Sumsel Inflasi Nasional

Grafik 3-31. Perkembangan Inflasi Tahunan Sumsel dan NasionalSumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan

Grafik 3-32. Perkembangan Inflasi Bulanan Sumsel dan NasionalSumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des

%ytd 201220132014201520162017

Grafik 3-33. Perbandingan Inflasi Tahun Kalender 2012-2017Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Seiring dengan adanya penyesuaian harga beberapa komoditas kelompok administered prices realisasi inflasi kelompok ini mengalami peningkatan pada triwulan III 2017 sebesar 7,82% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2017 sebesar 8,92% (yoy). Peningkatan tersebut diantaranya masih disebabkan oleh penyesuaian tarif listrik, peningkatan biaya administrasi perpanjangan STNK, dan perubahan konsumsi jenis bensin dari tipe premium ke tipe yang lebih tinggi dengan memberikan andil masing-masing sebesar 1,17% (yoy), 0,48% (yoy), dan 0,21% (yoy).

Triwulan III 2017 yang menandai masuknya musim panen komoditas bahan pangan, mendorong kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar 0,07% (yoy), berbeda dengan triwulan II 2017 yang mengalami inflasi sebesar 3,24% (yoy). Andil deflasi terbesar kelompok volatile food bersumber dari penurunan harga komoditas

44

Page 61: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

bawang merah, cabai merah, jeruk, daging ayam ras, dan bawang putih yang masing-masing sebesar -0,17% (yoy), -0,11% (yoy), -0,09% (yoy), -0,08% (yoy), dan -0,06% (yoy). Penurunan harga komoditas bawang merah didorong oleh tingginya pasokan karena masuknya musim panen di daerah sentra produksi bawang merah di Brebes. Selanjutnya, penurunan harga bawang putih karena masih tingginya pasokan yang berasal dari impor.

Inflasi kelompok inti tercatat sebesar 2,43% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada level 3,00% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi inti terutama disebabkan oleh penurunan harga komoditas kelompok inti yaitu gula pasir akibat tingginya pasokan dan cadangan gula pasir karena adanya impor gula pasir yang dilakukan oleh pemerintah. Kondisi ini memberikan andil terhadap penurunan inflasi sebesar -0,08%(yoy). Selain itu, beberapa komoditas seperti sepatu, keramik, dan telepon seluler masing-masing memberikan andil deflasi sebesar -0,02%(yoy), -0,01%(yoy), dan -0,01%(yoy). Namun demikian, terdapat beberapa komoditas seperti tarip pulsa ponsel dan biaya sekolah menengah atas yang masih memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,24%(yoy) dan 0,12% (yoy).

3,00

2,43

-0,07

7,82

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2015 2016 2017

%yoyIHK Umum Core Volatile Foods Adm. Price

-0,13

0,19

-1,06

0,07

-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2015 2016 2017

%mtm IHK Umum Core

Volatile Foods Adm. Price

Grafik 3-34. Disagregasi Inflasi TahunanSumber: BPS, diolah

Grafik 3-35. Disagregasi Inflasi BulananSumber: BPS, diolah

0,001,002,003,004,005,006,007,008,009,00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2015 2016 2017

%yoy Core VF Adm0,27

-0,07

-0,33

-0,13

-0,40

-0,30

-0,20

-0,10

0,00

0,10

0,20

0,30

Tradable (%mtm) Non-tradable (%mtm)

% yoy Rata-rata inflasi 6 tahun terakhir Sep-17

Grafik 3-36. Andil Disagregasi Inflasi TahunanSumber: BPS, diolah

Grafik 3-37. Perkembangan Inflasi Tradables dan Non-tradables Sumber: BPS, diolah

45

Page 62: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

Seiring dengan melemahnya nilai tukar Rupiah, inflasi tradables dan non-tradables triwulan III 2017 tercatat menurun dibandingkan triwulan II 2017. Inflasi barang-barang tradables tercatat sebesar 2,29% (yoy) yang bersumber dari kenaikan harga pada subkelompok tembakau dan minuman berakohol, subkelompok sandang wanita, serta subkelompok lemak dan minyak dengan andil masing-masing sebesar 0,38%; 0,08%; dan 0,07% (yoy). Adapun inflasi barang-barang non-tradables pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 3,90% (yoy) yang bersumber dari inflasi subkelompok bahan bakar penerangan dan air, subkelompok transpor, dan subkelompok sarana penunjang transpor yang masing-masing memiliki andil sebesar 1,20%; 0,30% dan 0,28% (yoy).

Secara bulanan, lima komoditas penyumbang inflasi dan deflasi tertinggi dapat dilihat pada Tabel 3-1 dan Tabel 3-2. Dari kelompok volatile food, komoditas yang sering menjadi penyumbang inflasi bulanan beras, telur ayam ras, sepat siam, patin, dan ketimun. Dari kelompok administered prices, komoditas yang menjadi penyumbang inflasi bulanan adalah angkutan udara, sekolah menengah atas, sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama. Sementara itu, komoditas nasi dengan lauk dan emas perhiasan menjadi penyumbang inflasi dari kelompok inti. Komoditas beras yang sering memberikan kontribusi tekanan inflasi pada kelompok volatile food perlu mendapat perhatian khusus. Mengingat selain memiliki kontribusi besar terhadap pembentukan inflasi, komoditas beras merupakan komoditas andalan Sumatera Selatan yang secara produksi mengalami surplus sehingga idealnya harga komoditas beras stabil.

46

Page 63: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

Tabel 3-3 Andil Inflasi Bulanan Per Komoditas

No KomoditasInflasi

(%, mtm)

Kontribusi(%, mtm)

Jul-171 ANGKUTAN UDARA 16,42 0,10 2 KETIMUN 18,60 0,03 3 PATIN 3,73 0,02 4 PISANG 6,13 0,02 5 TELUR AYAM RAS 2,52 0,02

Agu-171 SEKOLAH MENENGAH ATAS 13,02 0,10 2 SEKOLAH DASAR 6,87 0,04 3 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 6,09 0,03 4 BAYAM 6,31 0,02 5 PEPAYA 6,96 0,02

Sep-171 BERAS 2,35 0,08 2 NASI DENGAN LAUK 2,16 0,02 3 SEPAT SIAM 3,71 0,01 4 EMAS PERHIASAN 1,03 0,01 5 DENCIS 2,23 0,01

Inflasi

Tabel 3-4 Andil Deflasi Bulanan Per Komoditas

No KomoditasInflasi

(%, mtm)Kontribusi(%, mtm)

Jul-171 BAWANG PUTIH -17,65 -0,062 CABAI MERAH -5,31 -0,043 DAGING AYAM RAS -2,04 -0,024 TOMAT SAYUR -6,58 -0,025 SEMEN -2,18 -0,02

Agu-171 ANGKUTAN UDARA -28,60 -0,212 BAWANG MERAH -17,31 -0,123 UDANG BASAH -10,91 -0,054 BAWANG PUTIH -16,15 -0,045 JERUK -5,61 -0,03

Sep-171 JERUK -10,09 -0,062 BAYAM -15,61 -0,053 BAWANG MERAH -8,88 -0,054 DAGING AYAM RAS -4,14 -0,055 BAWANG PUTIH -11,02 -0,03

Deflasi

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

3.2 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan JasaBerdasarkan kelompok barang dan jasa, tekanan inflasi pada triwulan III 2017 lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Deflasi juga terjadi pada kelompok bahan makanan sehingga menurunkan inflasi dengan kontribusi sebesar 22,46% terhadap inflasi secara keseluruhan pada triwulan III tahun 2017.

Table 3-5. Kontribusi inflasi dalam kelompok barang dan jasa (%yoy)

I II III IV I II IIIBAHAN MAKANAN 11,96 7,97 7,14 3,65 2,28 3,23 -0,03 TURUNMAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 8,63 11,05 12,14 10,02 8,07 4,77 2,93 TURUNPERUMAHAN, AIR , LISTRIK, GAS, & BB 1,64 1,33 1,41 1,58 2,96 6,10 5,59 TURUNSANDANG 4,81 6,62 6,23 5,57 5,00 2,83 1,75 TURUNKESEHATAN 4,01 6,53 5,60 5,40 5,53 3,23 2,85 TURUNPENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA 2,42 2,53 3,74 3,03 3,74 3,22 3,09 TURUNTRANSPOR, KOMUNIKASI, DAN JASA KEUANGAN 0,15 -1,94 -2,03 -0,30 1,81 4,47 4,29 TURUN

2016 2017

3.2.1 Kelompok Bahan Makanan Memasuki triwulan III 2017, IHK kelompok bahan makanan menurun dari 3,23%(yoy) menjadi -0,03%(yoy) sehingga mendorong terjadinya deflasi pada kelompok barang tersebut. Terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan utamanya bersumber dari subkelompok bumbu-bumbuan yang mencapai sebesar -14,50% (yoy) dan subkelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar -3,10% (yoy). Deflasi subkelompok bumbu-bumbuan disebabkan oleh tersedianya pasokan bawang merah sejalan dengan masuknya musim panen di Brebes serta adanya peningkatan impor bawang putih yang berasal dari

47

Page 64: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

Tiongkok. Selanjutnya dari subkelompok daging, deflasi disebabkan masih terjaganya jalur distribusi dan persediaan pasokan daging ayam ras.

3.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau. Melemahnya tekanan inflasi juga terjadi pada seluruh subkelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Subkelompok makanan jadi mengalami penurunan dari 4,35% (yoy) menjadi 2,13% (yoy), subkelompok minuman tidak beralkohol masih mengalami kontraksi dari -4,33% (yoy) menjadi -3,44% (yoy), dan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol mengalami penurunan dari 10,00% (yoy) menjadi 7,32% (yoy). Berkurangnya tekanan inflasi pada kelompok barang-barang tersebut selain merupakan dampak turunnya daya beli sektor rumah tangga terutama dari sektor pertanian dan perkebunan akibat pendapatan yang berkurang karena belum pulihnya harga komoditas karet dan sawit juga diperkirakan karena adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang lebih memilih untuk mempersiapkan makanan dari rumah daripada membeli dari luar.

3.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, & B ahan Bakar Tekanan inflasi dari kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar menurun dari 6,10% (yoy) menjadi 5,60% (yoy). Hal ini disebabkan oleh menurunnya tekanan inflasi dari subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air dari 18,87% (yoy) menjadi 16,84% (yoy) dan subkelompok perlengkapan rumah tangga dari 2,18% (yoy) menjadi 1,59% (yoy). Adanya perubahan pola perilaku masyarakat saat ini yang cenderung menahan konsumsi belanja terhadap barang-barang perlengkapan rumah tangga di akhir tahun dan penghematan energi listrik akibat penyesuaian tarif listrik baru menjadi faktor utama melemahnya tekanan inflasi di kelompok tersebut. Sementara itu, peningkatan tekanan inflasi terjadi pada subkelompok biaya tempat tinggal dari 1,38% (yoy) menjadi 1,53% (yoy) dan penyelenggara rumah tangga dari 0,90% (yoy) menjadi 1,06% (yoy) lebih disebabkan karena adanya kenaikan harga sewa tempat tinggal dan kenaikan upah asisten rumah tangga.

3.2.4 Kelompok Sandang IHK kelompok sandang juga mengalami penurunan dari 2,81%(yoy) menjadi 1,74%(yoy). Secara spasial, subkelompok yang mengalami penurunan yaitu subkelompok sandang laki laki dari 1,87% (yoy) menjadi 1,33%(yoy), subkelompok sandang anak-anak dari 2,23% (yoy) menjadi 0,50% (yoy), subkelompok barang pribadi dan sandang lain dari 3,01% (yoy) menjadi 1,02% (yoy) dan subkelompok sandang wanita yaitu dari 4,31% (yoy) menjadi 4,16% (yoy). Terjadinya

48

Page 65: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

penurunan pos pengeluaran konsumsi rumah tangga dalam kelompok sandang diperkirakan karena adanya perubahan pola belanja masyarakat yang saat ini terindikasi mulai menggunakan jasa toko online terutama masyarakat dari golongan muda yang terbiasa mengunakan internet. Dari hasil diskusi dengan pelaku usaha yang bergerak diperdagangan ritel dalam bentuk department store dan supermarket, dikonfirmasi bahwa terdapat tren penurunan penjualan beberapa produk yang dapat dibeli melalui transaksi online seperti fashion, sepatu dan aksesoris. Selain itu, kecenderungan melemahnya konsumsi barang sandang juga akibat dari masih lemahnya daya beli masyarakat dari sektor pertanian dan perkebunan karena terbatasnya pendapatan akibat harga komoditas yang masih mulai membaik dari awal tahun serta perilaku masyarakat yang cenderung menahan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan tersier dibanding kebutuhan dasar.

3.2.5 Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan pada triwulan III 2017 mengalami penurunan dari 3,23% (yoy) menjadi 2,84% (yoy). Hal ini disebabkan penurunan dari subkelompok jasa perawatan jasmani dari 4,29% (yoy) menjadi 3,69% (yoy) dan subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika dari 5,53% (yoy) ke 4,31% (yoy). Subkelompok jasa kesehatan stabil di level 0,05% (yoy), sementara subkelompok obat-obatan meningkat dari 6,53% (yoy) menjadi 6,71% (yoy). Perubahan konsumsi masyarakat berdampak pada pola hidup masyarakat yang mengurangi belanja jasa terhadap perawatan jasmani dan kosmetika yang dianggap dikategorikan masuk kebutuhan tersier.

3.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami penurunan dari 3,22% (yoy) menjadi 3,08% (yoy). Hal ini disebabkan penurunan di beberapa subkelompok, yaitu subkelompok kursus-kursus/pelatihan dari 6,70% (yoy) menjadi 0,98% (yoy), subkelompok perlengkapan/peralatan pendidikan dari 1,75% (yoy) menjadi 0,59% (yoy), subkelompok rekreasi dari 1,11% menjadi 1,09% (yoy), dan subkelompok olahraga dari 4,02% (yoy) menjadi 0,55% (yoy). Sementara itu tekanan inflasi masih terjadi pada subkelompok pendidikan dari 4,17% (yoy) menjadi 5,34% (yoy). Adanya kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang memperbolehkan sekolah untuk beraktivitas satu hari penuh membuat berkurangnya pangsa pasar bagi lembaga yang menyediakan pelatihan atau kursus, sehingga membuat berkurangnya belanja jasa masyarakat akan jasa tersebut.

49

Page 66: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

3.2.7 Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Tekanan inflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan tidak setinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 4,48% (yoy) menjadi 4,29% (yoy). Hal ini didorong oleh penurunan inflasi dari subkelompok komunikasi dan pengiriman dari 4,84% (yoy) menjadi 4,69% (yoy) dan subkelompok sarana dan penunjang transpor dari 20,37% (yoy) menjadi 18,42% (yoy). Tekanan inflasi subkelompok transportasi stabil sebesar 2,80% (yoy), sementara subkelompok jasa keuangan naik sebesar 0,07% (yoy) yang disebabkan sebagian besar oleh kenaikan biaya admistrasi kartu atm sebesar 0,68%.

3.3 Tekanan Inflasi Sisi PenawaranTekanan inflasi dari sisi penawaran relatif rendah dibandingkan triwulan lalu seiring dengan penurunan curah hujan. Meskipun masih terdapat kota dan kabupaten di provinsi Sumatera Selatan yang mengalami curah hujan di atas 200 mm (Grafik 3-9), sebagian besar sudah berada dalam tahap normal. Kondisi curah hujan pada triwulan III 2017 ini memberikan dampak yang positif bagi pasokan hortikultura. Hal ini ditunjukkan oleh minimnya kenaikan harga komoditas hortikultura pada triwulan III ditambah dengan tingginya pasokan bahan pangan karena masuknya musim panen.

0

5

10

15

20

25

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2015 2016 2017

Curah Hujan (mm) Hari Hujan (Axis Kanan)

Sumber: BMKG, diolahGrafik 3-38. Perkembangan Curah Hujan

Bulanan

297260

177156 149 149

134 131 116 113 108 93 82 81 75

Sumber: BMKG, diolahGrafik 3-39 Rata-rata Curah Hujan

Kota/Kabupaten TW III 2017

Stok beras Bulog di triwulan III 2017 mengalami penurunan sebesar -32,49% (yoy) dengan jumlah 113,8 ribu ton. Penurunan stok tersebut masih berlanjut dari triwulan II 2017 sebesar -13,56% (yoy). Penurunan stok beras bulog tersebut utamanya disebabkan karena harga pembelian beras Bulog menggunakan acuan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang nilainya masih lebih rendah dibandingkan harga pasar. Petani lebih banyak menjual beras dengan kualitas premium kepada distributor karena harga lebih menarik dan memberikan keuntungan lebih besar daripada beras kualitas medium yang dijual kepada Bulog. Selain itu, terjadinya disparitas harga di sumatera selatan yang lebih rendah dibandingkan dengan harga di daerah lain di wilayah sumatera 50

Page 67: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

selain Lampung, hal ini mendorong sebagian beras Sumsel dijual ke daerah yang menawarkan harga lebih tinggi.

Di sisi lain, penyaluran beras Bulog terkait program Rastra menurun menjadi 17,1 ribu ton yang memberikan pertumbuhan negatif sebesar -26,11% (yoy). Kondisi ini menunjukkan penurunan jika dibandingkan triwulan II 2017 dari -23,11% (yoy) menjadi -26,11% (yoy). Hal ini diperkirakan karena proses verifikasi dan sosialisasi data penerima Beras Sejahtera (Rastra) oleh Dinas Sosial masih berlanjut dalam upaya agar alokasi Rastra dapat diterima masyarakat lebih merata.

3.4 Tekanan Inflasi Sisi PermintaanTekanan inflasi dari sisi permintaan triwulan II 2017 menunjukkan peningkatan. Kondisi ini ditunjukkan oleh peningkatan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini dari 109,56 di triwulan sebelumnya menjadi 116,74. Peningkatan IKE ini antara lain disebabkan membaiknya harga komoditas unggulan Sumatera Selatan sejak awal tahun 2017 ditengah kinerja PDRB komponen konsumsi rumah tangga triwulan III 2017 yang mengalami penurunan. Kondisi ini membuat masyarakat cenderung mengurangi konsumsi yang tercermin pada penurunan indeks konsumsi barang kebutuhan tahan lama. Namun demikian, masyarakat Sumatera Selatan masih menunggu kondisi perekonomian Sumatera Selatan ke depan apakah akan membaik yang terkonfirmasi melalui Indeks Ekspektasi Konsumen yang mengalami penurunan menjadi 134,22, dari triwulan sebelumnya sebesar 142,84.

51

- 10 20 30 40 50 60 70 80

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2015 2016 2017

Ribu

Ton

Stok Beras Total Penyaluran

Sumber: Bulog, diolahGrafik 3-40. Perkembangan Stok Beras dan Total Penyaluran

-15

-10

-5

0

5

10

75

80

85

90

95

100

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

%yoy

Inde

ks

Umum Pekebun

Umum (%yoy) Pekebun (%yoy)

Sumber: BPS, diolahGrafik 3-41. Perkembangan Nilai Tukar Petani

Page 68: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

-80

90

100

110

120

130

140

150

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Grafik 3-42 Hasil Survey Konsumen Bank Indonesia, Kota Palembang

3.5 Kondisi Harga di Pasar InternasionalHarga komoditas internasional mengalami penurunan. Komoditas bahan pangan internasional rata-rata mengalamin penurunan harga. Pantauan terhadap sejumlah komoditas seperti kedelai dan jagung mengalami penurunan pada triwulan III 2017 dibandingkan triwulan II 2017, namun untuk komoditas gandum masih mengalami peningkatan. Penurunan harga komoditas bahan pangan internasional diperkirakan memberikan dampak yang cukup besar penurunan inflasi Sumatera Selatan triwulan III 2017. Di sisi lain, komoditas emas juga mengalami penurunan walaupun tidak sekuat periode sebelumnya.

Tabel 3-6. Perkembangan Harga Komoditas Internasional

Komoditas2016 2017 Pertumbuhan

Tw III 2017 (%yoy)

I II III IV I II IIIKedelai (USD/bushel) 8,8 10,5 10,0 9,9 10,1 9,1 9,4 -6,0

Gandum (USD/bushel) 3,9 3,9 3,9 2,8 3,2 3,3 3,6 -7,69

Jagung (USD/bushel) 3,5 3,7 3,1 3,3 3,5 3,4 3,3 6,45

Food Price Index4 menunjukkan perkembangan yang berbeda. Harga pada triwulan III 2017 mengalami peningkatan dibanding triwulan II 2017. Indeks pada triwulan III 2017 tercatat sebesar 178,60, lebih tinggi dibandingkan indeks pada triwulan sebelumnya sebesar 175,3. Peningkatan tersebut didorong oleh indeks komoditas susu, minyak sayur, dan gula yang mengalami kenaikan. Perbedaan perningkatan ini disebabkan oleh masih terjaganya pasokan bahan pangan yang terdapat di daerah dan perbedaan jenis bahan pangan yang dikonsumsi masyarakat dengan index harga pangan dari FAO sehingga tidak memberikan dampak terhadap di inflasi bahan pangan di Sumatera Selatan.

4 Food Price Index merupakan indeks yang dikeluarkan oleh Food and Agricultural Organization (FAO) dengan tahun dasar 2002-2004.

52

Page 69: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

7,5

8,0

8,5

9,0

9,5

10,0

10,5

11,0

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

% yoy$/BushelHarga Kedelai gKedelai (Axis Kanan)

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

0

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

% yoy$/Bushel Harga Gandum gGandum (Axis Kanan)

Grafik 3-43. Perkembangan Harga Kedelai InternasionalSumber: Bloomberg

Grafik 3-44. Perkembangan Harga Gandum InternasionalSumber: Bloomberg

3.6 Upaya Pengendalian InflasiTPID Sumatera Selatan masih terus memperkuat koordinasi untuk mencapai sasaran inflasi 2017 yaitu 4±1%. Program khusus yang dilaksanakan oleh masing-masing OPD di Sumsel tahun 2017 yang merupakan lanjutan dari program tahun 2016 sebagian besar mengarah kepada upaya penguatan ketahanan pangan daerah seperti penguatan BUMD, integrasi kegiatan, pengembangan sistem informasi harga komoditas serta pembangunan dan penguatan distribusi pangan melalui koordinasi dan kerjasama pihak terkait di daerah. Beberapa program yang dilaksanakan meliputi :

Melanjutkan kegiatan koperasi peternak ayam yang telah diinisiasi untuk membantu peternak dalam penyaluran ayam ke pedagang retail untuk memperpendek rantai distribusi sebagai upaya mengendalikan harga komoditas ayam ras.

Memberikan pelatihan kepada kabupaten/kota terkait teknis pengumpulan data untuk pengembangan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis di Sumsel yang mencakup 17 kab/kota dengan 43 komoditas penyumbang inflasi. PIHPS Sumsel didukung dengan fitur EWS (Early Warning System) yang berfungsi sebagai deteksi dini kenaikan harga komoditas. Selain itu,

53

-30

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

33333334444

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

% yoy$/Bushel Harga Jagung gJagung (Axis Kanan)

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

% yoy$/OZHarga Emas gEmas (Axis Kanan)

Grafik 3-45. Perkembangan Harga Jagung InternasionalSumber: Bloomberg

Grafik 3-46. Perkembangan Harga Emas InternasionalSumber: Bloomberg

Page 70: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

adanya koordinasi yang cukup baik dengan dinas terkait dalam pengkinian data harga komoditas terutama di dua daerah yang memiliki kontribusi signifikan terhadap inflasi Sumatera Selatan yaitu Kota Palembang dan Lubuk Linggau. Hal ini dilakukan bertujuan sebagai pemantauan pasar dan peningkatan trasnparansi harga.

Pelaksanaan gerakan tanam cabai di lingkungan pekarangan rumah tangga di dalam perkotaan (urban farming). Hal ini bertujuan untuk menambah persediaan cabai merah di rumah tangga sehingga dapat mengendalikan harga cabai merah.

Melanjutkan koordinasi dalam pengumpulan data pasar dan penguatan BUMD Pangan Sumatera Selatan dengan PD Pasar Jaya yang berasal dari provinsi DKI Jakarta.

54

Page 71: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

BOKS BRiset Strategi Kebijakan Pembangunan

Daerah yang Progresif, Inklusif, Resilien, dan Sustainable

(Regional Growth Strategy)

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang, diperlukan pertumbuhan yang lebih tinggi, berkualitas, inklusif dan berkelanjutan. Potential demand yang tinggi (antara lain karena peningkatan jumlah Middle Income Class dan bonus demografi) tidak dapat sepenuhnya dipenuhi industri dalam negeri. Hal ini mengakibatkan deindustrialiasai prematur di Indonesia. Kebutuhan masyarakat banyak/harus dipenuhi oleh industri dari negara lain yang menyebabkan nilai impor meningkat. Peningkatan nilai impor yang tinggi disaat kinerja ekspor yang melemah akan mendorong terjadinya Current Account Deficit (CAD) dan menimbulkan fenomena yang disebut middle income trap. Industri merupakan lokomotif pertumbuhan ekonomi mengingat lingkupnya yang sangat luas dari hulu hingga ke hilir, memberikan penciptaan nilai tambah yang besar, memberikan kesempatan ekspor/mensubstitusi impor, serta menjadi wahana untuk pengembangan ilmu dan teknologi (knowledge-based economy) sehingga turut pula mengembangkan SDM yang tangguh dan sanggup bersaing di era kompetisi global. Untuk itu, diperlukan suatu kajian/studi berbasis daerah yang dapat menjadi input dalam rangka penyusunan strategi kebijakan pembangunan daerah, yaitu Regional Growth Strategy (RGS). Di tahun 2017, sebagai pengembangan kajian terdahulu tentang growth diagnostic, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan menyusun Riset Regional Growth Strategy dalam rangka mengidentifikasi dan mengeksplorasi potensi sumber pertumbuhan ekonomi baru bagi Provinsi Sumatera Selatan.

Riset Regional Growth Strategy adalah upaya untuk mengidentifikasi sumber pertumbuhan ekonomi baru yang berbasis pada tiga jenis Industri/Sektor yang berpotensi untuk dikembangkan yaitu Agroindustri/Perikanan, Manufaktur, dan Jasa-Jasa. Industri/Sektor sumber pertumbuhan ekonomi baru tersebut diharapakn mampu memberikan penciptaan nilai tambah, berorientasi ekspor, inklusif, berkualitas, terdiversifikasi, dan berkelanjutan (sustainableI).

Identifikasi sumber pertumbuhan ekonomi baru dilakukan

55

Page 72: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

dengan metode export potential dynamics, pemetaan ekspor potensial daerah, export diagnostic, mapping industri dasar daerah, kontribusi industri/sektor terhadap PDRB, tingkat penyerapan tenaga kerja, backward dan forward linkages, dukungan pemerintah yang tercantum dalam RPJMN dan RPJMD, faktor spesifik daerah, serta hasil penelitian Komoditas, Produk, dan Jenis Usaha Unggulan UMKM yang dilakukan sebelumnya. Dari hasil identifikasi tersebut, setidaknya terdapat tiga sumber atau sektor pertumbuhan ekonomi baru yang potensial untuk dikembangkan di Sumatera Selatan sebagai berikut:

1. Perikanan BudidayaSumatera Selatan memiliki potensi perikanan yang sangat besar untuk perikanan darat karena memiliki perairan umum darat terluas di Indonesia dan memiliki akses kepada riset dan teknologi yang baik. Selain itu, perikanan budidaya memiliki pasar yang masih terus tumbuh terutama pasar lokal dan nasional.

2. Industri Pengupasan, Pembersihan, Sortasi KopiPermintaan dunia terhadap produk kopi masih sangat tinggi dan terus mengalami peningkatan. Sumatera Selatan memiliki lahan kopi terluas dan produksi terbesar di Indonesia, namun produk kopinya belum dikenal oleh masyarakat. Pengembangan industri kopi akan memberikan dampak yang besar pada perekonomian Sumatera Selatan mengingat industri ini menyerap tenaga kerja yang besar dan memiliki keterkaitan yang tinggi dengan industri/sektor lainnya (high backward and forward linkage).

3. PariwisataSumatera Selatan memiliki potensi pariwisata yang beragam, terutama wisata olahraga. Hal ini sejalan dengan prioritas pengembangan destinasi pariwisata nasional 2015-2019. Namun, tidak hanya itu, potensi wisata Sumatera Selatan juga meliputi wisata budaya, sejarah, religi, kuliner, dan alam.

A. Industri Perikanan BudidayaBerdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan, Sumatera

Selatan merupakan provinsi yang memiliki perairan umum daratan yang terluas di Indonesia (2,5 juta Ha) dan memiliki keragaman jenis ikan yang sangat tinggi (200 jenis ikan). Sebesar 32% potensi lahan perikanan budidaya belum termanfaatkan, sementara terdapat beberapa jenis perikanan budidaya yang memiliki pangsa pasar yang sangat besar, antara lain patin dan lele. Kedua jenis ikan ini sangat

56

Page 73: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

diminati oleh pasar lokal Sumatera Selatan karena telah menjadi sajian kuliner khas daerah. Hal ini juga dikonfirmasi oleh hasil penelitian Komoditas Produk Jenis Usaha Unggulan (KPJU) UMKM, dimana budidaya Ikan Patin dan budidaya Ikan Lele merupakan sektor yang potensial untuk dikembangan sebagai UMKM di beberapa Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan. Selain kedua jenis ikan tersebut, terdapat ikan gabus yang menjadi bahan dasar kuliner khas Sumatera Selatan lainnya yaitu pempek. Namun, ikan gabus saat ini belum dibudidayakan oleh masyarakat karena ketersediaannya yang masih mencukupi di perairan umum. Peningkatan permintaan yang terus meningkat terhadap ikan gabus juga menjadi peluang untuk pengembangan budidayanya. Potensi pasar untuk perikanan budidaya tidak hanya di dalam provinsi, namun dapat dikembangkan ke daerah lain di dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu potensi pengembangan pasar ke tingkat internasional adalah untuk produk pempek dan fillet ikan patin. Namun untuk melakukan pengembangan tersebut perlu dilakukan peningkatan nilai tambah produk agar memiliki daya saing yang kuat di pasar internasional.

Perikanan budidaya di Sumatera Selatan juga didukung oleh adanya perguruan tinggi dan lembaga riset terkait dengan perikanan. Sumatera Selatan memiliki Universitas Sriwijaya dengan program studi bubidaya ikan dan juga telah memiliki lembaga riset yaitu Inland Fishery Resources Development and Management Departement (IFRDMD) yang merupakan cabang dari SEAFDEC (South East Asian Fisheries Development Centre) yang memiliki tugas utama yaitu melakukan penelitian terkait dengan perikanan umum darat. Dengan peluang tersebut maka pengembangan perikanan budidaya di Sumatera Selatan dapat terus didorong agar memberikan dampak ekonomi yang signifikan kepada masyarakat.

Berdasarkan Analisis Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat Sumatera Selatan perlu melakukan strategi pengembangan ekonomi pada industri perikanan budidaya yaitu sebagai berikut:

1. Mendorong penelitian sebagai kunci utama pengembangan perikanan budidaya hingga hilirisasi produk untuk menyelaraskan value chain perikanan hulu-hilir. Untuk itu, diperlukan keterlibatan akademisi dan balai penelitian.

2. Melakukan pelatihan dan peningkatan keterampilan pelaku usaha perikanan terutama pada sektor hulu.

3. Meningkatkan produktifitas dengan perbaikan kualitas benih dan supply pakan yang terjangkau untuk kemandirian industri.

4. Mengembangkan produk hasil pengolahan yang dapat

57

Page 74: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

dikembangkan skala industri sebagai oleh-oleh dan awet dalam waktu cukup lama serta berorientasi ekspor (pempek, pindang patin kaleng).

5. Mengembangkan pasar ikan berkala besar sebagai media bertemunya supply dan demand ikan yang besar di Sumatera Selatan.

6. Mengembangkan akses pembiayaan untuk ekspansi usaha perikanan dengan mengembangkan skema Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB).

Pengembangan model bisnis perikanan Sumatera Selatan dapat melibatkan peran pemerintah daerah, pemerintah pusat, swasta, dan perbankan sehingga dapat menjadi industri perikanan Sumatera Selatan yang terintegrasi dan berkelanjutan. Faktor kunci pengembangan industri perikanan budidaya adalah penggunaan hasil penelitian untuk sisi hulu maupun hilir. Di sisi hulu, diperlukan penelitian terkait dengan pakan ikan yang terjangkau serta memberikan kualitas yang terbaik bagi hasil produksi. Selain itu, diperlukan penelitian benih unggul yang produktif dan berkualitas tinggi. Metode pembiakan yang baik juga sangat dibutuhkan untuk menjaga produk perikanan yang sehat untuk dikonsumsi serta menguntungkan secara bisnis. Hasil penelitian ini dibutuhkan oleh pihak swasta sebagai pelaku usaha di industri pakan serta para pembudidaya ikan. Untuk mendiseminasikan hasil penelitian kepada seluruh pelaku usaha tersebut dibutuhkan peran pemerintah daerah maupun akademisi agar bersama-sama melakukan pembinaan, pelatihan, dan penyuluhan. Penelitian tidak cukup hanya dilakukan pada sektor hulu, namun juga dibutuhkan untuk pengembangan sektor hilir antara lain produk pengalengan ikan, pembekuan ikan, pengemasan, dan pengawetan ikan.

Faktor lainnya yang tidak kalah penting adalah literasi keuangan yang baik bagi pada pelaku usaha perikanan. Literasi keuangan sangat bermanfaat bagi pengembangan usaha para pelaku terutama pembudidaya ikan. Saat ini pembudidaya ikan yang didominasi oleh masyarakat berpendidikan rendah membuat usaha budidaya ikan terhambat pengembangannya. Untuk itu pemerintah daerah perlu melakukan upaya peningkatan literasi keuangan bagi pelaku usaha dengan mengembangkan skema Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) yaitu sekelompok konsultan yang bertugas untuk memberikan pelatihan terkait penggunaan kredit perbankan yang telah tersedia di bank umum yang biaya operasionalnya ditanggung oleh anggaran Pemerintah Daerah. Pelatihan tidak hanya terkait dengan bagaimana debitur bisa mendapatkan kredit, namun juga terkait perilaku bertanggung jawab untuk melakukan pembayaran

58

Page 75: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

kredit secara disiplin. Skema Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) sudah pernah diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan bekerja sama dengan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan untuk membuka akses keuangan bagi petani karet di daerah tersebut.

Dari sisi hilir, perlu dikembangkan pasar untuk produk perikanan budidaya. Pengembangan pasar perlu mencakup pasar ikan segar, beku, maupun olahan baik lokal maupun internasional. Pengembangan pasar lokal terutama adalah untuk mencukupi kebutuhan penduduk Sumatera Selatan yang sebagian besar mengkonsumsi ikan dalam bentuk ikan segar serta untuk kebutuhan olahan perikanan kemasan sebagai oleh-oleh pendukung industri pariwisata. Produk perikanan budidaya khususnya ikan patin memiliki pangsa pasar di dunia internasional, apabila Sumatera Selatan dapat memenuhi kebutuhan internasional akan ekspor tersebut sebagaimana produk ikan patin Vietnam, maka akan berdampak signifikan sebagai pendorong ekonomi Sumatera Selatan. Untuk mengembangkan pasar pada tingkat internasional diperlukan upaya pemasaran yang lebih intensif, salah satunya dengan memasuki pasar komoditas ekspor melalui aplikasi/website perdagangan komoditas, sehingga untuk pengembangan tersebut dibutuhkan peran sistem informasi (information system) yang handal dan terkini.

Gambar 6. Model Bisnis Perikanan Budidaya Sumatera Selatan

B. Industri Pengupasan, Pembersihan, dan Sortasi Kopi

Sumatera Selatan merupakan provinsi dengan produksi kopi terbesar di Indonesia. Produksi kopi Sumatera Selatan didominasi

59

Page 76: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

oleh jenis kopi robusta. Hal ini didukung oleh sebagaian besar kondisi geografis lahan di Sumatera Selatan yang ketinggiannya sesuai untuk budidaya kopi jenis robusta ini. Namun kopi robusta memiliki harga yang lebih rendah dibandingkan jenis kopi arabika. Lahan kopi arabika di Sumatera Selatan telah ada, namun masih sangat minimal. Potensi ekspor kopi masih sangat tinggi melihat permintaan dunia yang terus meningkat. Sumatera Selatan memiliki keunggulan dari sisi luas lahan dan jumlah produksi. Luas lahan perkebunan kopi mencapai 249.418 Ha dan produksi mencapai 139.790 Ton/Tahun.

Keunggulan kopi Sumatera Selatan juga muncul pada hasil riset Komoditas, Produk, Jasa Unggulan (KPJU) UMKM yang dilakukan Bank Indonesia bekerja sama dengan SEM Institute yang menyimpulkan bahwa di Kota Pagaralam Budidaya Kopi dan Pengolahan Bubuk Kopi menjadi industri yang skor potensi dan prospeknya tertinggi.

Dari sisi harga, kopi jenis robusta dan arabika terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan permintaan dunia terhadap komoditas kopi terus tumbuh. Artinya, potensi ekspor kopi masih sangat baik.

Gambar 7. Persebaran Lahan Perkebunan Kopi dan Produksi Kopi Sumatera Selatan

Luas lahan perkebunan kopi mencapai 13,61% luas lahan perkebunan di Sumatera Selatan, dan saat ini terluas dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Luas tanaman kopi di Sumatera Selatan utamanya berada di daerah Selatan Provinsi Sumatera Selatan antara lain di Kab. OKU Selatan dan Kab. Lahat dengan produksi terbesar berada di Kab. OKU Selatan. Walaupun Sumatera Selatan memiliki luas lahan terbesar dan produksi tertinggi di Sumatera, namun ekspor kopi Sumatera Selatan sangat rendah, jauh dibawah Lampung dan Sumatera Utara, sedangkan potensi ekspor masih sangat tinggi.

Berdasarkan Analisis Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat Sumatera Selatan perlu melakukan strategi pengembangan

60

Page 77: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

ekonomi pada industri pengupasan, pembersihan, dan sortasi kopi yaitu sebagai berikut:

1. Mengkategorisasikan 2 jenis pasar untuk kopi Sumatera Selatan yaitu Pasar kopi Arabica dan Pasar Kopi Robusta. Peningkatan produktifitas untuk robusta dan penguatan branding untuk arabica (Hilir).

2. Mendirikan institusi dedicated untuk industri kopi untuk mengelola sektor hulu hingga hilir melalui BUMD/Perusahaan Public Private Partnership.

3. Pengembangan kopi sebagai oleh-oleh khas Sumatera Selatan.

4. Meningkatkan konektivitas antar daerah penghasil dengan daerah pemasar dengan pembangunan infrastruktur jalan serta membuka pintu ekspor melalui Pelabuhan Tanjung Carat.

5. Pengembangan akses pembiayaan untuk ekspansi perkebunan kopi bagi petani dengan mengembangkan skema Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB).

6. Peningkatan produktifitas tanaman serta mengurangi biaya produksi untuk meningkatkan profit.

7. Riset/Pengembangan teknologi peningkatan kualitas dan kuantitas hasil produksi kopi untuk Robusta maupun Arabika.

8. Melakukan kegiatan peningkatan kompetensi petani dengan membentuk kelembagaan yang kuat.

Untuk mengembangan industri pengupasan, pembersihan, dan sortasi kopi perlu dilakukan pembenahan dari sisi hulu hingga hilir. Dibutuhkan peran berbagai pihak terutama pemerintah daerah, perbankan, lembaga riset, BUMD, maupun perbankan.

Industri kopi sangat bergantung kepada efisiensi biaya produksi, produktivitas, serta pemasaran. Untuk mengelola ketiga faktor utama tersebut dibutuhkan suatu lembaga yang secara khusus menangani sisi hulu hingga hilir. Perlu dibentuk sebuah perusahaan/BUMD berbadan hukum oleh pemerintah daerah atau kerjasama pemerintah daerah dengan swasta.

Di sisi hulu, perusahaan/BUMD kopi berperan dalam mengelola riset/penelitian terkait dengan peningkatan kualitas dan kuantitas hasil perkebunan kopi. Penelitian mencakup tata cara pengelolaan kebun yang memberikan produktifitas tanaman tertinggi serta biaya yang ekonomis agar produk akhir memiliki harga yang kompetitif di pasar internasional. Perusahaan/BUMD juga perlu berperan dalam penguatan kelompok petani sebagai wadah peningkatan kompetensi. Selain itu, faktor pendukung lainnya untuk

61

Page 78: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

pengembangan sisi hulu adalah peningkatan infrastruktur konektivitas daerah penghasil dengan daerah pemasar. Pembangunan infrastruktur ini perlu dilakukan oleh pemerintah daerah secara inklusif. Selain itu, untuk pengembangan usaha perkebunan oleh petani, akses keuangan perlu ditingkatkan agar para petani menjadi kelompok yang bankable dan dapat melakukan leverage pada kegiatan usahanya melalui pelatihan dan pembinaan oleh Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB). KKMB berfungsi sebagai edukator petani bahwa terdapat kredit yang telah diberikan pemerintah untuk memudahkan masyarakat menambah modal kerja. Bank Indonesia dalam hal ini berperan dalam melakukan pelatihan kepada KKMB yang dibentuk oleh pemerintah daerah.

Di sisi hilir, Sumatera Selatan perlu mengembangkan pasar kopi menjadi 2 jenis utama yaitu kopi sebagai komoditas ekspor internasional untuk kopi robusta dan kopi sebagai specialty coffee dengan branding yang kuat untuk kopi arabica Sumatera Selatan. Untuk pengembangan pasar kopi sebagai komoditas ekspor, perlu sortasi dan grading yang jelas agar lebih menjangkau pasar internasional yang lebih spesifik. Hal ini membantu pembeli untuk dapat melihat tingkatan kualitas produk yang dimiliki oleh Sumatera Selatan dan memberikan nilai jual yang baik bagi produk. Sedangkan untuk pengembangan specialty coffee, diperlukan kegiatan pemasaran yang baik dalam membangun branding kopi Sumatera Selatan antara lain dengan cara mendapatkan sertifikasi internasional dan meraih juara cita rasa. Perlu dilakukan kegiatan sosial untuk mempertemukan penggiat kopi dalam satu wadah sehingga semangat usaha di bidang kopi Sumatera Selatan terus berkembang. Tentunya upaya pengembangan sisi hilir ini perlu dikelola oleh pemerintah daerah Provinsi Sumatera Selatan serta perusahaan/BUMD pengelola kopi. Untuk menjangkau pasar internasional diperlukan upaya pemasaran yang lebih intensif, salah satunya dengan memasuki pasar komoditas ekspor melalui aplikasi/website perdagangan komoditas. Sehingga untuk pengembangan tersebut dibutuhkan peran sistem informasi (information system) yang handal dan terkini.

Tidak kalah penting adalah untuk mengembangan infrastruktur pendukung untuk kegiatan ekspor yaitu pengembangan pelabuhan laut dalam Tanjung Carat sebagai pintu utama pasar internasional.

62

Page 79: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

Gambar 8. Model Bisnis Industri Pengupasan, Pembersihan, dan Sortasi Kopi

C. Industri Pariwisata

Industri pariwisata di Sumatera Selatan menjadi sektor penting selama tahun 2014-2018. Sektor pariwisata pada PDRB Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan peningkatan kontribusi selama 8 tahun terakhir. Potensi pariwisata Sumatera Selatan antara lain wisata olahraga, MICE, dan wisata budaya.

Gambar 9. Share Pertumbuhan Ekonomi Subsektor Jasa-Jasa

Tren kontribusi sektor Jasa-Jasa, subsektor Akomodasi Makan Minum mengalami peningkatan. Sektor Pariwisata menjadi salah satu fokus utama pada Tema Pembangunan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014-2018. Sumatera Selatan menjadi Prioritas Pengembangan Destinasi Pariwisata Nasional 2015-2019 dengan tema Sport. Selain Sport, Provinsi Sumatera Selatan memiliki potensi pariwisata lainnya mencakup MICE Tourism, Wisata Budaya, Wisata Religi, Wisata Kuliner, dan Eco Tourism. Selain itu, Sumatera Selatan telah mengekspor produk Fashion dan Kriya Sumatera Selatan. Tabel dibawah ini merupakan daftar prioritas pengembangan destinasi

63

Page 80: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

pariwisata selama tahun 2015-2019.Kota Palembang berada di 20 besar daerah dangan daya saing

pariwisata tertinggi di Indonesia khususnya untuk faktor tata kelola, infrastruktur pendukung, dan lingkungan pendukung bisnis. Jika dilihat dari data daya saing total pariwisata, Kota Palembang berada di posisi ke-19. Sedangkan dalam aspek infrastruktur, Kota Palembang menduduki peringkat ke-5. Untuk aspek tata kelola, Kota Palembang berada di posisi ke-9. Dan untuk aspek lingkungan pendukung bisnis, Kota Palembang berada di posisi ke-11. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa keunggulan pariwisata Kota Palembang adalah infrastruktur pendukung pariwisata. Berikut data masing-masing faktor pendukung industri pariwisata di Kota Palembang.

Berdasarkan Analisis Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat, Sumatera Selatan perlu melakukan strategi pengembangan ekonomi pada industri pariwisata yaitu sebagai berikut:

1. Pembentukan BUMD/ pendirian perusahaan pengelola destinasi wisata berbasis pertunjukan budaya Sumatera Selatan yang berkelanjutan dengan didukung SDM yang profesional.

2. Mendorong pengembangan potensi pariwisata khas/unik di area terpencil (Kabupaten/Kota) sebagai destinasi yang menarik dan berstandar internasional dengan membangun infrastruktur transportasi baik darat dan udara serta pengembangan fasilitas pendukung seperti listrik dan air

3. Meningkatkan minat investor untuk berinvestasi di Sumatera Selatan dengan memperbaiki faktor enablers yaitu deregulasi perizinan, administrasi pajak, penyusunan skema kredit pelaku usaha pariwisata, serta faktor keamanan lingkungan.

4. Pengembangan Portal Sistem Informasi Terintegrasi Wisata Sumatera Selatan yang meliputi informasi destinasi wisata, sarana transportasi,event calendar, paket wisata tematik, hotel dan restauran, fasilitas kesehatan sebagai bentuk Smart Tourism.

Pengembangan model bisnis pariwisata Sumatera Selatan dapat melibatkan peran pemerintah daerah, pemerintah pusat, swasta, dan perbankan sehingga dapat menjadi pariwisata Sumatera Selatan yang terintegrasi. Potensi pariwisata Sumatera Selatan yang sangat luas perlu dikoordinasikan oleh lembaga yang profesional dan berorientasi profit sehingga pengembangan dapat dilakukan dalam jangka panjang. Untuk itu, langkah utama yang perlu ditempuh oleh pemerintah daerah adalah pengembangan perusahaan/BUMD yang

64

Page 81: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

berperan sebagai tourism board untuk mengelola aspek pendukung pariwisata Sumatera Selatan secara profesional.

Tourism Board perlu berbentuk perusahaan yang memilki kekuatan hukum serta kemampuan untuk mengelola keuangan perusahaan untuk dapat mengelola pariwisata tanpa sepenuhnya bergantung kepada anggaran pemerintah daerah dalam kegiatan operasionalnya. Tourism board terutama berperan dalam pengembangan destinasi wisata serta melakukan pemasaran. Pemerintah perlu menarik investor untuk bekerjasama dalam pembentukan tourism board yang berbentuk perusahaan public private partnership ini.

Pemerintah daerah menjadi ujung tombak pembinaan pengembangan pariwisata daerah, yang juga berperan untuk menarik investor yang dapat mengelola destinasi wisata potensial melalui Badan Penanaman Modal dan PTSP. Selain itu pemerintah daerah perlu melakukan pembinaan secara berkala kepada pelaku usaha yang terdiri dari tour guide, hotel dan restor, dan agen perjalanan. Lebih jauh lagi, pemerintah daerah dapat menjadi pengelola portal informasi pariwisata terintegrasi berbasis aplikasi pada smartphone yang dapat memudahkan para wisatawan yang datang ke Sumatera Selatan. Aplikasi ini diharapkan menjadi one-stop apps yang memiliki seluruh informasi dan fitur yang dibutuhkan oleh wisatawan saat berkunjung ke Sumatera Selatan.

Faktor penting lainnya adalah perlunya pembinaan dan penyuluhan lingkungan sadar wisata bagi seluruh pelaku usaha pendukung pariwisata dan masyarakat oleh pemerintah. Infrastruktur transportasi, listrik, air, jalan, dan komunikasi juga perlu terus dikembangkan oleh pemerintah daerah sebagai pendukung. Selain itu, pengembangan sumber daya manusia yang bekerja pada sektor pariwisata yang didukung oleh lembaga pendidikan seperti universitas atau pendidikan tinggi. Selain itu, perlu ditingkatkan kemudahan akses pembiayaan bagi pelaku usaha pariwisata yang dapat dilakukan oleh perbankan dan berkoordinasi dengan Bank Indonesia.

65

Page 82: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 3. Perkembangan Inflasi

Gambar 10. Model Bisnis Industri Pariwisata

66

Page 83: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Halaman ini sengaja dikosongkan

67

Page 84: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

4 Stabilitas Keuangan Daerah Dan Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan

Menengah

Penghimpunan DPK dan aset perbankan Sumatera Selatan mengalami peningkatan, sedangkan penyaluran kredit sedikit mengalami penurunan.

Ketahanan sektor korporasi dan rumah tangga masih terjaga.

4.1 Kondisi Perbankan Sumatera Selatan4.1.1Kondisi Umum

Pertumbuhan positif perekonomian Sumatera Selatan pada triwulan III 2017, turut menjadi faktor pendukung terjaganya stabilitas keuangan daerah. Kondisi ini terlihat dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mengalami pertumbuhan sebesar 17,92%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 14,53% (yoy). Sementara itu, aset perbankan di provinsi Sumatera Selatan tumbuh sebesar 11,75% (yoy) melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,31% (yoy). Selain itu, kinerja kredit juga mengalami perlambatan yaitu sebesar 5,81% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 9,04% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan menurunnya Loan-to-Deposit Ratio (LDR)5 perbankan dari sebelumnya sebesar 159,85% menjadi 150,76% pada triwulan III 2017. Sementara itu ketahanan sektor korporasi dan sektor rumah tangga dinilai masih cukup baik dan terjaga, serta eksposur perbankan pada kedua sektor tersebut masih relatif aman yang diindikasikan oleh nilai Non-Performing–Loan (NPL) yang masih berada di bawah batas indikatif 5%.

5 Nilai LDR yang dihitung berdasarkan kredit lokasi proyek yang melebihi level 100% menunjukkan banyaknya dana dari luar daerah yang masuk ke Provinsi Sumatera Selatan untuk pengembangan ekonomi daerah secara luas.

68

Page 85: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

110

120

130

140

150

160

170

-

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

%Rp Triliun

Aset DPK Kredit LDR (Axis Kanan)

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

148,74

144,40

147,31

158,15

161,30

163,78

168,02

165,38

159,85

155,93

150,76

Grafik 4-47 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Provinsi Sumatera

Selatan

Grafik 4-48 Loan to Deposit Ratio (LDR)

4.1.2 Penghimpunan DPK Penghimpunan DPK di Sumatera Selatan mencapai Rp71,55 triliun atau tumbuh 17,92% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,53% (yoy). Peningkatan DPK terjadi pada semua komponen yaitu simpanan giro sebesar 21,31% (yoy), tabungan sebesar 17,03% (yoy), dan deposito sebesar 17,51% (yoy). Peningkatan DPK ini sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat yang didorong oleh membaiknya kinerja ekspor di Sumatera Selatan.

Berdasarkan kepemilikannya, DPK di Sumatera Selatan ditopang oleh DPK perseorangan. Pada triwulan III 2017, pangsa DPK perseorangan mencapai 71 % dari total DPK. Sementara DPK non perseorangan memiliki pangsa 29%. DPK perseorangan didominasi oleh jenis tabungan sebesar 60,8%, sedangkan DPK non perseorangan didominasi oleh jenis giro dengan pangsa sebesar 50%.

3,5%

60,8%

35,7%

Giro

Tabungan

Deposito

Grafik 4-5 Porsi DPK Perseorangan

50%

8%

42%

Giro

Tabungan

Deposito

Grafik 4-6 Porsi DPK Non Perseorangan

Berdasarkan kelompok bank, proporsi DPK paling tinggi berada di Bank Persero sebesar 48%, kemudian diikuti oleh bank swasta nasional sebesar 30% dan bank pembangunan daerah sebesar 21%.

69

Page 86: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

Sementara bank asing dan campuran memiliki proporsi sebesar 1%. Pertumbuhan DPK di masing-masing kelompok bank mengalami tren positif. Pertumbuhan DPK Bank Persero pada triwulan III 2017 sebesar 19.63% (yoy) lebih tinggi dari 14,56% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Selanjutnya DPK pada bank swasta nasional dan BPD mengalami peningkatan 11,22% (yoy) atau lebih tinggi dari periode sebelumnya 8,77%. Sementara Bank asing dan campuran berbalik arah menjadi positif 14,55% (yoy) dari triwulan sebelumnya -32,19% (yoy).

BANK PERSERO

BANK SWASTA NASIONAL

BANK ASING & CAMPURAN

BANK PEMERINTAH DAERAH

Grafik 4-3 Proporsi DPK Berdasarkan Kelompok Bank pada Triwulan III 2017

-80-60-40-20

020406080

100120

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

%yoy

gBank Persero gBank Swasta NasionalgBank Asing dan Campuran gBPD

Grafik 4-4. Pertumbuhan DPK Berdasarkan Kelompok Bank

Porsi tabungan dalam penghimpunan DPK di Sumatera Selatan mencapai 45,55%, diikuti deposito dan giro masing-masing sebesar 37,42% dan 17,03%. Tabungan memiliki peningkatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan triwulan II 2017 yaitu dari 14,92% menjadi sebesar 17,02% (yoy), diikuti dengan giro yang juga tumbuh dari 20,34% (yoy) menjadi 21,31% (yoy), dan deposito yang terus meningkat dari 11,44% (yoy) menjadi 17,51% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan, yang salah satunya berasal dari kinerja ekspor, memberikan kontribusi terhadap meningkatnya penghasilan masyarakat. Sementara itu, menurunnya konsumsi yang diakibatkan oleh sikap menunggu kondisi ekonomi pada masyarakat membuat masyarakat menunda pengeluarannya. Kedua hal ini diperkirakan menjadi penyebab naiknya pertumbuhan di setiap porsi DPK perseorangan baik itu pada porsi tabungan, giro , dan juga deposito.

70

Page 87: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

-5

0

5

10

15

20

-

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

% yoyRp Triliun

GiroTabunganDepositoPertumbuhan DPK (RHS)

Grafik 4-7 Pertumbuhan DPK Perbankan di Provinsi

17,03%

45,55%

37,42%Giro

Tabungan

Deposito

Grafik 4-8 Komposisi DPK Perbankan Sumatera

SelatanTriwulan III 2017

Berdasarkan penghimpunan DPK menurut wilayah kabupaten/kota, Kota Palembang masih menjadi penghimpun dana terbesar dengan pangsa sekitar 68,15%. Secara tahunan,

sebagian besar kabupaten/kota mengalami peningkatan jumlah DPK. Pada Triwulan III 2017, kabupaten/kota yang memiliki andil terbesar pada peningkatan jumlah DPK adalah Kota Palembang, Kab. Ogan Komering Ilir, dan Kab. Muara Enim dengan kontribusi masing-masing sebesar 9,77%, 2,59%, dan 2,03% (yoy). Pada triwulan III, dapat dilihat bahwa seluruh kabupaten/kota mengalami

peningkatan DPK karena peningkatan aktivitas perekonomian akibat membaiknya kinerja ekspor komoditas unggulan dari Sumatera Selatan.

Tabel 4-18.Perkembangan DPK Perbankan per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan

(dalam Rp miliar)II III IV I II III IV I II III

Kab. Musi Banyuasin 2.445 2.473 1.577 1.861 1.917 2.034 1.923 2.535 2.748 2.713 33,38 1,27 Kab. Ogan Komering Ulu 2.628 2.760 2.133 2.143 2.308 2.354 2.496 2.660 2.801 2.812 19,46 0,76 Kab. Muara Enim 3.770 3.831 3.104 3.021 2.932 3.132 3.482 3.951 3.856 4.213 34,51 2,03 Kab. Lahat 1.162 1.231 933 1.023 1.063 1.042 932 1.081 1.137 1.108 6,33 0,10 Kab. Ogan Komering Ilir 2.130 2.162 1.737 2.154 1.996 1.995 2.105 2.735 3.087 3.164 58,60 2,59 Kab. Banyuasin 593 540 376 576 501 538 458 679 689 679 26,21 0,25 Kab. Ogan Komering Ulu Selatan - - 223 427 346 401 194 362 430 379 (5,49) (0,03) Kab. Ogan Komering Ulu Timur 495 458 264 385 410 430 334 519 571 541 25,81 0,20 Kab. Empat Lawang 267 265 143 209 270 239 200 289 363 337 41,00 0,19 Kota Palembang 41.913 43.356 43.609 41.942 43.215 42.640 45.206 45.463 46.961 48.756 14,34 9,77 Kota Lubuklinggau 2.564 2.556 2.166 2.334 2.532 2.580 2.545 2.993 3.177 3.143 21,82 0,96 Kota Prabumulih 2.849 2.962 2.953 2.644 2.688 2.639 2.672 3.093 3.025 3.052 15,65 0,67 Kota Pagar Alam 578 633 538 555 503 650 635 612 654 648 (0,31) (0,00) PROVINSI SUMATERA SELATAN 61.396 63.226 59.757 59.275 60.681 60.674 63.183 66.972 69.497 71.546 17,92 17,92

Andil Tw III

Kabupaten/Kota2015 2016 2017 Growth

Tw III

71

Kab. Ogan Komering Ulu;

3,93% Kab. Muara Enim; 5,89%

Kota Palembang; 68,15%

Kota Prabumulih;

4,27%

Kota/Kab Lainnya; 17,77%

Grafik 4-9 Pangsa DPK per Kabupaten/Kota

Page 88: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

4.1.3 Penyaluran Kredit Kinerja penyaluran kredit di triwulan III 2017 masih melambat menjadi 5,81% (yoy) dengan nilai Rp 107,86 trilliun. Kondisi ini menurun jika dibandingkan dengan triwulan II 2017 yang juga melambat sebesar 9,04% (yoy). Pertumbuhan kredit di triwulan ini masih lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan kredit triwulan III selama 4 tahun terakhir yang mencapai sebesar 19,33% (yoy).

-

2

4

6

8

10

12

14

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

%YOYRP TRILIUN Kredit g-Kredit (Axis Kanan)

Grafik 4-10 Jumlah dan Pertumbuhan Penyaluran Kredit

Menurut jenis penggunaannya, terjadi kontraksi terhadap pertumbuhan kredit investasi. Kredit investasi pada triwulan III 2017 terkontraksi sebesar -1,03% (yoy) dengan nilai Rp 33,8 trilliun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai pertumbuhan 8,63% (yoy) atau sebesar Rp 36,18 trilliun. Kredit modal kerja juga mengalami perlambatan menjadi 8,81% (yoy) dengan nilai Rp 42,64 trilliun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya dapat mencapai 9,02% (yoy) dengan nilai Rp 41,3 trilliun. Pertumbuhan kredit konsumsi relatif stabil pada 9,87% (yoy) dengan nilai Rp 31,37 trilliun dari semula 9,54% (yoy) dengan nilai Rp 30,88 trilliun pada triwulan sebelumnya.

-

2

4

6

8

10

12

14

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

% yoyRp Triliun Modal Kerja InvestasiKonsumsi g-Kredit (% yoy) - RHS

Grafik 4-11 Pertumbuhan Kredit Perbankan di Provinsi Sumatera Selatan

Modal KerjaInvestasiKonsumsi

Grafik 4-12 Komposisi Kredit Perbankan Triwulan I 2017 di Provinsi Sumatera Selatan

Terjadinya kontraksi pada kredit investasi terutama terlihat pada sektor industri pengolahan yang didominasi oleh industri makanan dan

72

Page 89: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

minuman. Hal ini diperkirakan karena adanya sikap kehati-hatian para pelaku usaha dalam menyikapi konsumsi masyarakat yang cenderung mengalami penurunan. Perbankan juga masih menunggu perkembangan kondisi ekonomi sebelum menyalurkan kreditnya. Kredit modal kerja masih melambat diperkirakan karena meningkatnya kinerja ekspor, sehingga laba yang dihasilkan dari penjulaan dapat digunakan kembali sebagai modal kerja. Sementara itu, adanya peningkatan pada kredit konsumsi terutama pada sektor konsumsi diperkirakan karena adanya penurunan pada suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo (7DRR) yang memberikan efek penurunan terhadap bunga KPR untuk pembelian properti.

Secara spasial, penyaluran kredit masih didominasi oleh kota Palembang dengan pangsa sebesar 55,76% (yoy) dan andil pertumbuhan sebesar 1,95% (yoy). Andil pertumbuhan kredit tertinggi setelah Kota Palembang adalah Kabupaten Banyuasin dan Kota Prabumulih , masing-masing sebesar 1,07% (yoy) dan 0,55% (yoy).

-5

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

g-Kredit (Axis Kanan) Kredit Modal KerjaKredit Investasi Kredit Konsumsi

Grafik 4-13 Pertumbuhan Kredit berdasarkan Penggunaan Provinsi Sumatera Selatan Triwulan

III 2017

Kab. Musi Banyuasin; 9,47%

Kab. Ogan Komering

Ulu; 3,71%Kab. Ogan Komering Ilir; 5,05%

Kota Palembang;

55,76%

Kota/Kab Lainnya; 26,00%

Grafik 4-14 Komposisi Kredit Perbankan Secara Spasial Triwulan III 2017 di Provinsi Sumatera Selatan

Tabel 4-19 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan per Wilayah di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp miliar)

I II III IV I II III IV I II IIIKab. Musi Banyuasin 7.797 8.031 8.826 8.696 8.399 9.045 9.681 9.969 9.315 10.111 10.218 5,55 0,53 Kab. Ogan Komering Ulu 4.457 4.159 3.954 3.775 3.881 4.009 3.799 4.077 4.022 3.987 4.004 5,39 0,20 Kab. Muara Enim 4.062 3.545 3.513 3.572 3.339 3.470 3.397 3.389 3.417 3.538 3.494 2,85 0,09 Kab. Lahat 7.130 7.302 7.760 7.704 7.456 6.973 6.833 7.013 7.035 7.124 7.075 3,55 0,23 Kab. Musi Rawas 2.529 2.602 2.176 2.165 2.144 2.247 2.281 2.089 2.305 2.603 2.702 18,46 0,46 Kab. Ogan Komering Ilir 4.927 5.114 5.223 5.194 5.250 5.025 5.188 5.255 5.245 5.358 5.446 4,98 0,25 Kab. Banyuasin 2.365 2.544 2.734 3.708 3.824 4.016 4.174 4.422 4.796 4.782 5.117 22,59 1,07 Kab. Ogan Komeing Ulu Selatan 478 492 509 529 540 568 570 577 610 619 617 8,31 0,05 Kab. Ogan Komeing Ulu Timur 1.172 1.179 1.164 1.176 1.151 1.209 1.288 1.284 1.370 1.410 1.444 12,13 0,16 Kab. Ogan Ilir 848 914 937 965 959 986 1.024 1.062 1.100 1.192 1.238 20,88 0,24 Kab. Empat Lawang 306 318 316 331 337 373 376 386 399 419 430 14,37 0,06 Kota Palembang 44.433 47.427 50.931 51.518 53.180 56.177 58.115 59.514 61.877 61.517 60.148 3,50 1,95 Kota Lubuklinggau 2.098 2.115 2.153 2.177 2.238 2.252 2.168 2.275 2.271 2.308 2.322 7,12 0,15 Kota Prabumulih 2.329 2.156 2.177 2.221 2.137 2.232 2.255 2.355 2.468 2.544 2.741 21,54 0,55 Kota Pagar Alam 752 757 765 775 775 801 795 824 823 855 866 8,99 0,07 PROVINSI SUMATERA SELATAN 85.682 88.657 93.138 94.506 95.610 99.383 101.945 104.491 107.054 108.367 107.863 5,81 5,81

Kabupaten/Kota2015 2016 2017 Growth Tw III

2017 (%-yoy)Andil Tw III

73

Page 90: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

Penyaluran kredit pada sektor ekonomi utama Sumatera Selatan mengalami perlambatan. Perlambatan kredit triwulan ini berasal dari sektor Industri Pengolahan dan Pertambangan. Sedangkan sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor, Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan menunjukkan peningkatan kredit.

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

% y

oy

Total KreditPertanian, Kehutanan, dan PerikananPertambangan dan PenggalianIndustri PengolahanKonstruksiPerdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda MotorPenyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Grafik 4-15 Pertumbuhan Kredit Sektoral Pada Triwulan III 2017

Kredit industri pengolahan tercatat sebesar 0,20% (yoy), turun signifikan dari triwulan sebelumnya yang juga turun sebesar 29,06% (yoy). Hal ini sejalan dengan kredit investasi yang terkontraksi pada triwulan III 2017 akibat adanya penundaan investasi untuk ekspansi. Sedangkan perlambatan penyaluran kredit sektor pertambangan dan penggalian disebabkan oleh sentimen perbankan terhadap harga komoditas batubara dan minyak bumi yang sempat mengalami penurunan yang dalam pada dua tahun terakhir. Walaupun kinerja batubara saat ini sedang mengalami peningkatan, namun kredit pertambangan dan penggalian tetap mengalami kontraksi lebih dalam yaitu sebesar -38,21% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang kontraksi -36,58% (yoy). Adanya event Asian Games 2018 diperkirakan memberikan kontribusi terhadap peningkatan kredit pada sektor penyediaan akomodasi makan dan minum untuk persiapan sarana dan prasarana untuk menyambut kunjungan wisatawan dan peserta yang akan hadir pada Asian Games 2018.

74

Page 91: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

Pertanian, 24,3%

Pertambangan, 3,6%

Industri Pengolahan

, 27,0%

Konstruksi, 6,2%

Perdagangan, 22,1%

Sektor usaha lainnya, 16,8%

Grafik 4-16 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan

Triwulan III 2017

-2,00

,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

% NPLPertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi, dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Grafik 4-17 NPL Kredit Sektor Ekonomi

Di sisi lain, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2017 yang didorong oleh kinerja ekspor komoditas perkebunan terutama karet, penyaluran kredit sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami pertumbuhan dari yang sebelumnya tumbuh positif 2,39% (yoy) meningkat menjadi 4,31% (yoy).

Rasio Non Performing Loan (NPL) meningkat dari 2,18% menjadi 2,62%. Secara sektoral, risiko kredit yang perlu mendapat perhatian terutama berasal dari Sektor Pertambangan dan Penggalian. Meningkatnya risiko gagal bayar akibat dari banyaknya perusahaan tambang milik masyarakat yang ditutup meningkatkan NPL pada sektor tersebut yang telah melebihi batas ambang aman dari 0,63% menjadi 13,52% pada triwulan III 2017. Sementara itu pada sektor Industri Pengolahan dan sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan memiliki rasio NPL yang relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan rasio NPL pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi, dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor nilainya relatif stabil jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Tabel 4-20. Perkembangan Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (Rp miliar)Growth

I II III IV I II III (%yoy)Lapangan Usaha 68.138 71.186 73.389 75.091 76.921 77.481 76.489 70,91% 4,22

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 17.373 17.771 17.820 17.443 17.351 18.195 18.588 17,23% 4,31 Pertambangan dan Penggalian 4.541 4.328 4.496 4.509 4.182 2.745 2.778 2,58% (38,21) Industri Pengolahan 16.377 18.289 20.644 21.681 23.962 23.604 20.685 19,18% 0,20 Konstruksi 3.422 3.798 3.812 4.240 4.104 4.249 4.717 4,37% 23,73 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor 14.867 15.815 15.386 15.697 15.735 16.383 16.878 15,65% 9,70 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 941 1.076 1.175 1.187 1.250 1.300 1.456 1,35% 23,92 Jasa Keuangan 1.013 931 931 931 941 912 847 0,79% (9,02) Jasa Lainnya 9.604 9.180 9.125 9.403 9.397 10.092 10.538 9,77% 15,49

Bukan Lapangan Usaha 27.472 28.197 28.555 29.400 30.133 30.886 31.374 29,09% 9,87

Sektor 2016 Pangsa (%)2017

75

Page 92: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

4.1.4 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional Suku bunga bank umum konvensional terdiri dari suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman. Pada triwulan III 2017, suku bunga simpanan deposito mengalami penurunan pada tenor jangka pendek jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sedangkan suku bunga kredit mengalami penurunan seiring dengan menurunnya pertumbuhan total kredit.

Secara umum, suku bunga simpanan deposito menurun pada tenor jangka pendek dan meningkat pada tenor jangka panjang. Penurunan terjadi pada suku bunga deposito berjangka periode 1 bulan yaitu dari 5,88% menjadi 5,67% dan 3 bulan yaitu dari 6,30% menjadi 6,19%. Sedangkan suku bunga deposito 6 bulan mengalami peningkatan dari 6,65% menjadi 6,67% dan suku bunga deposito 1 tahun juga mengalami peningkatan dari 6,14% menjadi 6,36%. Hal ini diperkirakan karena meningkatnya DPK pada porsi tabungan dan deposito di perbankan dan adanya penurunan suku bunga acuan BI 7DRR. Sambil menunggu kondisi ekonomi membaik, masyarakat saat ini cenderung menahan konsumsi dan menyimpan dananya di perbankan. Kondisi ini tercermin pada konsumsi masyarakat yang cenderung menurun pada PDRB Sumatera Selatan di triwulan III tahun 2017.

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50

7,00

7,50

8,00

8,50

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

% BI Rate <= 1 Bulan <= 3 Bulan

<= 6 Bulan <= 1 Tahun

Grafik 4-18 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Sumatera Selatan

9

9,5

10

10,5

11

11,5

12

12,5

13

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

% Suku Bunga Kredit Suku Bunga Kredit Modal Kerja

Suku Bunga Kredit Investasi Suku Bunga Kredit Konsumsi

Grafik 4-19 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Sumatera Selatan

Suku bunga kredit mengalami penurunan dibandingkan triwulan lalu. Penurunan suku bunga kredit dari 10,63% menjadi 10,45% berasal dari suku bunga kredit modal kerja turun dari 9,95% menjadi 9,71%, suku bunga kredit investasi turun dari 10,36% menjadi 10,23%, dan suku bunga kredit konsumsi yang turun dari 11,83% menjadi 11,69%. Membaiknya kinerja ekspor memberikan penghasilan dan laba yang lebih besar kepada pada pelaku usaha, sehingga laba tersebut dapat digunakan kembali sebagai modal kerja perusahaan. Selain itu, penundaan investasi untuk ekspansi perusahaan membuat permintaan

76

Page 93: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

akan kredit investasi menurun. Kedua hal ini menyebabkan menurunnya suku bunga kredit modal kerja dan suku bunga kredit investasi menurun. Sementara itu, untuk kredit konsumsi pada triwulan II 2017 juga mengalami penurunan didorong adanya pola perilaku masyarakat yang cenderung menahan kegiatan konsumsinya ditambah dengan menurunnya suku bunga acuan BI 7DRR menjadi 4,25%.

Nominal Undisbursed loan menurun. Total nominal kredit yang belum ditarik oleh debitur (Undisbursed Loan) pada triwulan III 2017 sebesar Rp 11,71 triliun, mengalami peningkatan dibandingkan pada triwulan sebelumnya sebesar Rp10,7 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku usaha masih tidak seagresif dibandingkan triwulan sebelumnya yang bertujuan untuk melihat situasi perekonomian terlebih dahulu.

0

2

4

6

8

10

12

14

7

8

9

10

11

12

13

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

%Rp Triliun Undisbursed Loan (Nominal)

Porsi UL/Total Kredit (aksis kanan)

Grafik 4-20 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan

Sumatera Selatan

4.1.5 Kinerja Syariah dan BPR Kinerja bank umum syariah di Sumatera Selatan pada triwulan ini mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari aset perbankan syariah yang tumbuh positif sebesar 35,01% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 29,70% (yoy). Secara tahunan penghimpunan DPK tumbuh positif sebesar 35,02% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan lalu yang juga tumbuh sebesar 25,74% (yoy).

Tabel 4-21. Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Juta)

II III IV I II III IV I II III

Aset 6.360.889 6.483.711 5.401.938 5.760.820 5.481.646 5.534.687 5.799.348 6.559.543 7.109.950 7.472.429 DPK 4.439.943 4.884.725 4.210.107 4.061.556 3.809.586 3.866.752 4.542.185 4.645.659 4.790.343 5.221.016 Pembiayaan 3.792.269 3.787.555 3.773.436 4.033.307 4.822.535 5.027.238 5.598.391 6.089.296 6.164.970 6.326.073 FDR (%) 85,41 77,54 89,63 99,30 126,59 130,01 123,25 131,07 128,70 121,17 NPF (nominal) 319.835 336.347 280.653 329.451 340.191 320.070 317.783 267.812 248.206 236.750 NPF (% gross) 8,43 8,88 7,44 8,17 7,05 6,37 5,68 4,40 4,03 3,74

Indikator 2015 2016 2017

Pada triwulan II, pembiayaan masih tumbuh positif namun melambat jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Pembiayaan tumbuh sebesar 25,84% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

77

Page 94: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

mencapai 27,84% (yoy). Peningkatan pembiayaan yang lebih rendah dibandingkan peningkatan DPK memberikan dampak pada penurunan Financing-to-Deposit Ratio (FDR) menjadi sebesar 121,17%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 128,70%. Sementara itu, kualitas pembiayaan membaik yang tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) yang menurun dari 4,03% pada triwulan sebelumnya menjadi 3,74% pada triwulan laporan.

-40

-20

0

20

40

60

80

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

%yoyRp Miliar DPK gDPK (RHS)

Grafik 4-21 Perkembangan DPK Bank Umum Syariah Sumatera Selatan

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

%-yoyRp MiliarPembiayaan gPembiayaan (RHS)

Grafik 4-22 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah Sumatera Selatan

Secara umum, kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumatera Selatan mengalami perbaikan. Penyaluran kredit BPR pada triwulan laporan mencapai Rp1.047,48 miliar, tumbuh sebesar 12,97% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,55% (yoy). Perlu diwaspadai bahwa di triwulan III 2017 terdapat peningkatan risiko kredit terlihat dari pertumbuhan indikator Non Performing Loan (NPL) yang tumbuh dari 14,25% menjadi 15,71%.

Tabel 4-22. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Selatan (Rp juta)I II III IV I II III IV I II III

Aset 1.120.006 1.165.373 1.190.833 1.219.326 1.256.721 1.295.112 1.325.664 1.346.006 1.391.404 1.395.279 1.431.615 DPK 693.089 712.681 728.882 738.837 765.252 790.384 808.076 837.488 856.127 831.161 868.852 Kredit 824.952 858.763 863.416 883.542 899.153 925.860 927.227 1.061.760 1.048.506 1.023.555 1.047.483 LDR (%) 119,03 120,50 118,46 119,59 117,50 117,14 114,75 126,78 122,47 123,15 120,56 NPL (nominal) 90.936 109.476 111.122 108.450 122.574 145.889 150.254 154.777 158.413 145.889 164.550 NPL (% gross) 11,02 12,75 12,87 12,27 13,63 15,76 16,20 14,58 15,11 14,25 15,71 BOPO% 85,94 86,39 86,14 85,38 85,19 87,44 85,84 87,64 79,04 79,77 85,57

20172015Indikator2016

Pertumbuhan aset BPR tumbuh menjadi 7,99% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 7,73% (yoy). Hali ini merupakan kontribusi dari tumbuhnya penghimpunan DPK BPR menjadi 7,52% (yoy), dengan nilai yang meningkat menjadi Rp 868,85 milliar. Loan-to-deposit ratio (LDR) juga mengalami penurunan dari 123,15% menjadi 120,56%

78

Page 95: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

119,

03

120,

50

118,

46

119,

59

117,

50

117,

14

114,

75

126,

78

122,

47

123,

15

120,

56

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Grafik 4-23 Perkembangan loan-to-deposit ratio (LDR) Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan

0

2

4

6

8

10

12

14

0,90

1,00

1,10

1,20

1,30

1,40

1,50

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

%yoyRp Triliun Aset gAset (RHS)

Grafik 4-24 Perkembangan Aset Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0,50

0,55

0,60

0,65

0,70

0,75

0,80

0,85

0,90

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

%yoyRp Triliun DPK gDPK (RHS)

Grafik 4-25 Perkembangan DPK Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan

0

5

10

15

20

25

-

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

%yoyRp TriliunKredit gKredit (RHS)

Grafik 4-26 Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan

4.2 Stabilitas Sistem Keuangan 4.2.1 Asesmen Sektor Korporasi Seiring dengan kinerja ekonomi Sumatera Selatan di triwulan ini yang terus tumbuh positif yang didominasi oleh faktor eksternal dengan mendorong kinerja ekspor. Hal ini berdampak pada kinerja korporasi terutama di sektor perkebunan dan sektor pertambangan dan penggalian. Penyebab utama peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan seiring perbaikan kondisi ekonomi global.

Aktivitas ekspor provinsi Sumatera Selatan pada triwulan III 2017 mengalami peningkatan. Peningkatan penjualan ekspor terjadi pada lapangan usaha industri pengolahan karet didorong oleh perbaikan harga komoditas karet dunia serta adanya peningkatan permintaan seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi global. Harga batubara internasional juga mengalami peningkatan setelah selama 3 tahun mengalami penurunan. Hal ini mendorong kinerja industri batubara lebih tinggi di triwulan III 2017. Terdapatnya indikasi pelaku usaha pada industri pengolahan makanan dan minuman yang konservatif dengan tidak melakukan investasi untuk ekspansi usahanya, diperkirakan salah satu penyebabnya karena masih belum membaiknya konsumsi masyarakat, menurunnya penjualan kedepan

79

Page 96: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

yang tercermin dari nilai likert scale perkiraan penjualan setahun ke depan turun dari 1,31 menjadi 0,67.

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

LIkert Scale Likert Perkiraan Penjualan

Grafik 4-27 Likert Perkiraan Penjualan

-2,5-2,0-1,5-1,0-0,50,00,51,0

-50

0

50

100

150

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

LIkert Scale% yoy PDRB - Ekspor Barang dan JasaLikert Permintaan Ekspor

Grafik 4-28 Likert Penjualan Ekspor & PDRB Ekspor

Penyaluran kredit korporasi pada umumnya masih didominasi oleh penyaluran kredit modal kerja dengan pangsa 53% dari total kredit korporasi dan diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa 47%. Penyaluran kredit lapangan usaha/korporasi mengalami perlambatan di triwulan III 2017. Realisasi kredit korporasi mencapai 4,22% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 8,84% (yoy). Perlambatan ini didorong oleh menurunnya penyaluran kredit modal kerja dari 9,02% (yoy) menjadi 8,81% (yoy). Hal ini terutama disebabkan oleh perlambatan penyaluran kredit pada sektor utama Sumatera Selatan yaitu sektor pertambangan dan penggalian dan industri pengolahan. Penyaluran kredit sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, konstruksi, perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, serta penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, kredit investasi mengalami kontraksi dari 8,63% (yoy) menjadi -1,03% (yoy). Penurunan kredit investasi menunjukkan kurangnya minat pelaku usaha dalam melaksanakan ekspansi perusahaannya dalam kondisi konsumsi masyarakat yang masih menurun.

Berdasarkan kategori lapangan usahanya, penyaluran kredit korporasi masih didominasi oleh penyaluran pada kategori industri pengolahan (27% dari total kredit), kategori pertanian (24% dari total kredit), serta kategori perdagangan besar dan eceran (22% dari total kredit). Dengan demikian, dinamika penyaluran kredit korporasi berkaitan erat dengan kinerja tiga sektor tersebut.

80

Page 97: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

%-g

row

th

Rp T

riliu

n

Kredit Korporasi g Kredit Korporasi

Grafik 4-29 Perkembangan Kredit Korporasi

24%

27%22%

27%Pertanian

IndustriPengolahanPBE

Lainnya

Grafik 4-30 Pangsa Kredit Korporasi

Sementara itu kualitas kredit menunjukkan penurunan dari nilai Non Performing Loan yang mengalami peningkatan dari 2,18% menjadi sebesar 2,63%. Sektor pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi dan sektor perdagangan besar dan eceran, mencatat NPL terbesar dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya. Hal ini diperkirakan akibat banyaknya perusahaan tambang masyarakat yang tutup akibat turunnya harga komoditas energi dan sempat terhambatnya aliran dana pemerintah dalam melakukan pembayaran proyek infrastruktur strategis serta kondisi ekonomi masyarakat yang masih dalam tahap pemulihan.

Sementara itu dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor industri pengolahan sebagai sektor primer, kinerja kredit cenderung membaik tercermin dari NPL pada level rendah. Hal ini didorong oleh perbaikan ekonomi global yang meningkatkan permintaan serta perbaikan harga komoditas internasional meskipun konsumsi masyarakat masih belum membaik.

Tabel 4-23 Kinerja NPL Korporasi Per Sektor Ekonomi

I II III IV I II III IV I II III

Total Kredit 2,98 2,89 2,63 2,30 2,40 2,53 2,75 2,08 2,23 2,18 2,62 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,51 2,74 2,00 2,88 2,46 2,72 2,77 1,91 1,82 1,64 1,57 Pertambangan dan Penggalian 3,23 2,66 3,28 3,12 2,93 3,48 3,24 1,71 1,09 0,63 13,52 Industri Pengolahan 1,34 1,16 0,97 0,95 0,91 0,99 0,95 0,90 0,81 0,81 0,98 Pengadaan Listrik dan Gas 0,01 0,06 0,05 - 0,00 0,00 0,02 0,00 0,00 0,00 0,02 Konstruksi 14,95 10,89 10,33 3,97 4,66 6,55 7,53 6,36 7,83 8,01 7,93 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

4,29 4,42 4,29 3,92 4,59 4,69 6,18 4,03 5,13 4,94 4,75

Transportasi dan Pergudangan 6,62 6,91 9,43 2,67 4,12 3,38 3,45 3,51 2,82 1,05 1,08 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,58 2,38 2,63 1,10 1,60 1,11 1,52 1,26 1,14 0,90 1,76 Real Estate 5,02 4,87 4,97 4,95 5,91 4,80 4,24 4,06 4,15 3,50 3,71

2016NPL per sektor ekonomi

2015 2017

Sementara itu kondisi ekonomi saat ini berdampak pada kinerja korporasi melalui rasio-rasio keuangannya. Tingkat ketahanan korporasi sektor pertambangan dan penggalian di triwulan II 2017 menunjukkan kinerja yang baik. Jika diukur dari rasio rentabilitas, korporasi utama dari sektor pertambangan dan penggalian, menunjukkan rasio yang solid. ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity), dan PM (Profit Margin) meningkat jika dibandingkan dengan

81

Page 98: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

triwulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan kemampuan korporasi dalam menghasilkan laba untuk perusahaan cukup efektif. Hal ini sejalan dengan perekonomian yang mulai membaik dan pengelolaan manajemen perusahaan yang efektif.

Sedangkan dari kemampuannya memenuhi kewajiban, DER (Debt to Equity Ratio) triwulan III 2017 menunjukkan bahwa modal yang dimiliki korporasi cukup kuat untuk menanggung semua kewajiban dari korporasi tersebut. Ini terlihat dari semakin baiknya rasio DER yang menurun dari 0,56 di triwulan II 2017 menjadi 0,50 di triwulan III 2017, sehingga risiko kegagalan korporasi untuk membayar pinjaman semakin kecil. Kemampuan korporasi memenuhi kewajiban jangka pendeknya dapat dilihat pada indikator DSC (Debt Service Coverage) yaitu kemampuan korporasi dapat memenuhi kewajiban pembayaran angsuran dan bunga hanya dengan mengandalkan labanya. Jika dilihat pada Tabel 4-7 dibawah, DSC triwulan III 2017 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 4,47 menjadi 4,12. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan efektif dan mampu mengelola biaya yang berasal dari bunga dan angsuran dan mengoptimalkan keuntungan dari sumber daya yang dimiliki. Sementara itu dari rasio likuiditas, kinerja perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya sedikti menurun, ini terlihat pada rasio CR (Current Ratio) yang menunjukkan penurunan dari triwulan sebelumnya yaitu dari 2,34 menjadi 1,65. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan aset jangka pendeknya butuh perhatian lebih lanjut jika dibandingkan dengan pertumbuhan kewajiban jangka pendeknya.

Tabel 4-24 Rasio Keuangan Korporasi Sektor Pertambangan dan Penggalian

I II III Total I II III Total I II IIIROA 2,22 4,70 9,31 8,91 1,99 4,30 6,12 10,90 4,52 9,36 18,00 ROE 4,09 8,56 15,83 16,20 3,48 7,76 11,00 19,18 7,81 14,58 27,50 DER 0,84 0,82 0,70 0,82 0,75 0,81 0,80 0,76 0,73 0,56 0,50 TA/TL 2,19 2,22 2,43 2,22 2,33 2,24 2,25 2,32 2,37 2,79 2,96 CR 1,76 1,54 1,90 1,54 1,71 1,53 1,77 1,66 1,76 2,34 1,65 PM 10,39 12,21 14,33 14,33 9,39 10,57 10,51 14,40 19,44 19,48 19,86 DSC 5,85 5,28 4,59 4,87 4,41 4,85 5,10 5,30 4,47 4,12 4,31

Rasio2015 2016 2017

Sumber: Laporan Keuangan PT.Bukit Asam (IDX)

4.2.2 Asesmen Sektor Rumah Tangga

Ketahanan sektor rumah tangga di Sumatera Selatan masih menunjukkan kondisi yang cukup baik ditandai dengan peningkatan kredit konsumsi, peningkatan DPK perseorangan, dan Non Performing Loan Rumah Tangga yang masih berada pada level yang rendah. Namun, masyarakat masih memiliki sikap kurang optimis terhadap kondisi ekonomi kedepan.

82

Page 99: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

Kredit konsumsi pada triwulan III 2017 mengalami pertumbuhan positif yaitu tumbuh sebesar 9,87% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,54% (yoy). Kredit konsumsi ditopang oleh perbaikan kredit properti (rumah, apartemen, ruko, dan rukan) yang meningkat dari 8,19% menjadi sebesar 9,89% (yoy). Kredit kendaraan bermotor juga menunjukkan perbaikan dengan mengalami pertumbuhan positif sebesar 3,80% (yoy) membaik dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -1,85% (yoy). Sedangkan kredit multiguna mengalami kontraksi lebih dalam sebesar -5,02% (yoy) dibandingkan triwulan lalu yang telah berkontraksi sebesar -4,42% (yoy).

Seiring dengan masih stabilnya penyaluran kredit rumah tangga (konsumsi), kualitas kredit masih cukup baik dengan NPL yang berada di bawah threshold 5%. Walaupun begitu, terdapat peningkatan rasio kredit bermasalah (NPL) untuk kredit konsumsi dari 1,82% di triwulan II 2017, meningkat menjadi 1,93% pada triwulan III 2017, sehingga kondisi kualitas kredit perlu diwaspadai. Penurunan kualitas kredit terjadi pada kredit kendaraan bermotor dari 1,41% menjadi 1,56%, kredit properti dari 4,06% menjadi 4,22%, dan kredit multiguna dari 1,02% menjadi 1,12%.

Dalam kondisi kredit konsumsi yang relatif stabil pada triwulan III 2017, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada PDRB Sumsel masih menunjukkan perlambatan dari 2,54% (yoy) di triwulan II 2017 menjadi 2,08%(yoy) pada triwulan III 2017. Peningkatan harga komoditas unggulan seperti karet dan batubara yang berlanjut sampai triwulan III 2017 masih belum memberikan dampak signifikan bagi peningkatan konsumsi rumah tangga. Kondisi ini juga dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen terkait kondisi ekonomi saat ini yang mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sikap masyarakat yang kurang menunjukkan optimisme terhadap kondisi ekonomi di masa yang akan datang tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang

83

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

%yo

y

G KPR, KPA, Ruko/Rukan G KKBG Multiguna G Kredit Bukan Lap Usaha

Grafik 4-39 Pertumbuhan Kredit Konsumsi

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

%

KPR KPA Rukan KKB Multiguna Kredit RT

Grafik 4-40 NPL Kredit Konsumsi

Page 100: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi masa yang akan datang terutama berasal dari peningkatan indeks perkiraan kegiatan usaha dan indeks perkiraan ketersediaan lapangan kerja. Kondisi sebaliknya dialami oleh indeks konsumsi barang kebutuhan tahan lama dimana akan banyak potongan harga yang ditawarkan oleh perusahaan retail di akhir tahun.

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

55,00

60,00

65,00

70,00

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

%-yoyShare (%) Share Konsumsi RT thd PDRBGrowth Konsumsi RT (aksis kanan)

Grafik 4-31 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Sumatera Selatan

Grafik 4-32 Indeks Keyakinan Konsumen Rumah Tangga Sumatera Selatan

Pada bulan September 2017, mayoritas rumah tangga sempat optimis akan ketersediaan lapangan kerja namun masih menambah konsumsi barang kebutuhan tahan lama. Meskipun begitu, hal ini masih memberikan dampak pada penurunan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) pada triwulan III 2017. Namun, mayoritas rumah tangga di Sumatera Selatan optimis terhadap kondisi perekonomian 6 bulan mendatang dan optimis akan ada perbaikan iklim usaha berupa peluang akan meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebagai dampak Asian Games 2018, serta akses kredit yang lebih luas dan inflasi yang terkendali pada 6 bulan mendatang.

136,7

100,3

123,3125,0116,3

104,0

123,3112,7 109,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

160,0

Penghasilan saat ini Ketersediaanlapangan kerja

Konsumsi barang-barang kebutuhan

tahan lama

Jul Agu Sep

Opti

mis

Pesimis

Grafik 4-33 Persepsi Rumah Tangga Sumatera Selatan Terhadap Kondisi Ekonomi Saat Ini

140,3

125,3

147,0

135,3128,0

138,7133,7 129,7 130,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

160,0

EkspektasiPenghasilan

EkspektasiKetersediaan

lapangan kerja

Ekspektasi KegiatanUsaha

Jul Agu Sep

Opti

mis

Pesimis

Grafik 4-34 Persepsi Rumah Tangga Sumatera Selatan Terhadap Kondisi Ekonomi 6 Bulan Yang Akan Datang

4.2.2.1 Dana Pihak Ketiga (DPK) Perseorangan di Perbankan

Sektor Rumah Tangga mendominasi kepemilikan DPK di perbankan Sumatera Selatan. Pangsa DPK yang dimiliki oleh perseorangan pada triwulan III 2017 sebesar 71,0%, sedikit turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 71,7% (Grafik 4-34). Turunnya rasio DPK

84

Page 101: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

perseorangan didorong oleh peningkatan pangsa tabungan dan deposito bukan perseorangan.

14,8 14,6 94,9 94,7 69,4 67,9 71,7 71,0

85,2 85,4 5,1 5,3

30,6 32,1 28,3 29,0

TW II2017

TW III2017

TW II2017

TW III2017

TW II2017

TW III2017

TW II2017

TW III2017

Giro Tabungan Deposito DPKPerseorangan Bukan Perseorangan

Grafik 4-36 Komposisi DPK Sumatera Selatan

-30

-20

-10

0

10

20

30

I II III IV I II III IV I II III2015 2016 2017

%-yoy DPK PerseoranganDPK Non PerseoranganTotal DPK

Grafik 4-37 Pertumbuhan DPK RT Sumatera Selatan

. Pada triwulan III 2017, dari total DPK jenis tabungan, sebesar 94,7% merupakan milik perseorangan. Sementara dari total deposito, sebesar 67,9% merupakan milik perseorangan. Seluruh jenis simpanan DPK perseorangan pada triwulan ini mengalami pertumbuhan secara tahunan dibandingkan triwulan lalu. Tabungan perseorangan dan deposito tumbuh masing-masing sebesar 15,29% (yoy) dan 13,49% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Sedangkan, giro perseorangan mengalami pertumbuhan 17,11% (yoy), membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh melambat 0,8% (yoy).

17,1116,27

13,4915,29

-10-505

101520253035

I II III IV I II III IV I II III2015 2016 2017

%-yoy

Giro Perseorangan Tabungan PerseoranganDeposito Perseorangan DPK Perseorangan

Grafik 4-498 Perkembangan Jenis DPK RT Sumatera Selatan

4.2.2.2Kinerja Keuangan Rumah Tangga

Porsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi pada triwulan III 2017 sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Walaupun begitu, peningkatan belum terlihat signifikan. Pelunasan cicilan telah menjadi salah satu prioritas bagi Rumah

85

Page 102: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

Tangga, hal ini terlihat dari naiknya porsi cicilan pinjaman pada komposisi pengeluaran rumah tangga.

Tw III 2017

Konsumsi Cicilan PinjamanTabungan

58,119,422,5

Tw II 2017

Konsumsi Cicilan PinjamanTabungan

56,715,128,2

Grafik 4-35 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sumatera Selatan

Berdasarkan kelompok pendapatannya, konsumsi terbesar di Sumatera Selatan dilakukan oleh rumah tangga dengan tingkat penghasilan Rp3,1 – 4 Juta yaitu sebesar 61,8%. Porsi konsumsi yang besar tersebut diikuti oleh porsi pembayaran cicilan pinjaman sebesar 16,7% dan porsi tabungan sebesar 21,5% (Tabel 4-9). Sementara porsi cicilan pinjaman terbesar diberikan oleh kelompok pendapatan tertinggi (>Rp 5Juta) yaitu sebesar 25,5% dari pendapatan yang diterima.

Tabel 4-25 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sumatera Selatan berdasarkan Pendapatan TW III 2017

Rp1-2 Juta Rp2,1 - 3 JutaRp3,1 - 4 JutaRp4,1 - 5 Juta >5Juta Rata-rataKonsumsi 57,7 58,7 61,8 55,3 56,3 58,1Cicilan Pinjaman 17,1 18,5 16,7 22,2 25,5 19,4Tabungan 25,2 22,8 21,5 22,5 18,2 22,5

Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Porsi Penggunaan (%)

Pendapatan

Sumber: Survei Konsumen KPwBI Sumsel, diolah

Jika dianalisis lebih jauh, terdapat 16,4% rumah tangga yang porsi cicilan pinjamannya lebih dari 30%. Kelompok tersebut merupakan kelompok rumah tangga yang memiliki risiko paling tinggi karena porsi pendapatan yang digunakan untuk membayar pinjaman (Debt to Service Ratio/DSR) paling besar (>30%). Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, jumlah rumah tangga dengan DSR>30% tersebut meningkat 6,9% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. peningkatan risiko rumah tangga dengan DSR>30% terbesar terjadi di kelompok pendapatan Rp2,1-3 Juta. Sementara itu dari sisi perilaku menabung, porsi rumah tangga yang tidak menabung karena

86

Page 103: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

pendapatannya habis untuk konsumsi dan membayar cicilan pinjaman sebanyak 5,2%, naik sebesar 0,8% dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan jumlah rumah tangga yang tidak memiliki tabungan dialami oleh seluruh kelompok pendapatan.

Tabel 4-26 Dana Rumah Tangga Sumatera Selatan Untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarakan Pendapatan

0,1-10% 10,1 - 20% 20,1 - 30% >30% TMPRp1-2 Juta 1,6 3,9 4,4 2,4 6,9

Rp2,1 - 3 Juta 2,3 6,2 8,2 4,3 10,9Rp3,1 - 4 Juta 1,8 3,8 4,7 2,4 6,9Rp4,1 - 5 Juta 0,8 2,6 2,3 3,2 3,7

>5Juta 1,2 3,1 5,4 4,0 2,9Total 7,7 19,6 25,1 16,4 31,2

0,1 - 10% 10,1 - 20% 20,1 - 30% >30% TMPRp1 - 2 juta 0,7 0,6 2,2 1,3 0,0

Rp2,1 - 3 juta -1,3 0,6 3,9 1,3 -2,9Rp3,1 - 4 juta -1,7 -0,8 0,7 0,3 -2,7Rp4,1 - 5 juta -0,7 -0,2 0,8 2,2 -2,1

> 5 juta -1,2 -0,6 3,0 1,7 -5,1Total -4,2 -0,4 10,6 6,9 -12,8

PendapatanTriwulan III 2017

Porsi Cicilan Pinjaman (%)

PendapatanPerubahan Porsi Pinjaman (%)*

*Perubahan dibandingkan triwulan II 2017

** TMP: Tidak Memiliki PinjamanSumber: Survei Konsumen KPwBI Sumsel, diolah

Tabel 4-27 Dana Rumah Tangga Sumatera Selatan Untuk Menabung dan Perubahannya Berdasarakan Pendapatan

0-10% 10,1 - 20% 20,1 - 30% >30% TMTRp1-2 Juta 3,3 4,8 5,3 4,4 1,3

Rp2,1 - 3 Juta 7,9 9,8 7,6 5,4 1,3Rp3,1 - 4 Juta 5,9 6,3 3,9 3,0 0,4Rp4,1 - 5 Juta 2,8 3,8 3,0 2,1 0,9

>5Juta 4,6 5,8 3,9 1,8 1,2Total 24,4 29,9 23,7 16,8 5,2

0,1 - 10% 10,1 - 20% 20,1 - 30% >30% TMTRp1 - 2 juta -3,1 0,8 3,3 2,4 -0,7

Rp2,1 - 3 juta -2,1 0,0 1,6 0,8 -0,6Rp3,1 - 4 juta -1,1 -2,2 -0,8 -0,4 -0,4Rp4,1 - 5 juta -0,6 -0,4 0,0 0,1 0,7

> 5 juta -0,2 0,1 -1,3 -1,4 0,2Total -7,1 -2,3 2,8 1,4 -0,8

PendapatanTriwulan III 2017

Porsi Tabungan (%)

PendapatanPerubahan Porsi Tabungan (%)*

*Perubahan dibandingkan triwulan II 2017** TMT: Tidak Memiliki Tabungan

Sumber: Survei Konsumen KPwBI Sumsel, diolah

4.3 Perkembangan Kegiatan UMKM di Sumatera Selatan

Sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) adalah sektor usaha yang dapat dijadikan sumber pertumbuhan ekonomi dan relatif kuat dalam menghadapi ancaman krisis. UMKM juga terbukti dapat meningkatkan ketahanan ekonomi rumah tangga dan menciptakan lapangan kerja. Sumatera Selatan memiliki hampir 2,1 juta izin usaha UMKM yang terdaftar dan hampir 60% pangsa industrinya didominasi oleh usaha pertanian dan perkebunan. Penyaluran kredit UMKM terutama kepada Sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan pangsa pasar sebesar 44,96%. Oleh karena itu, Bank Indonesia menyadari perlunya mendukung kegiatan UMKM sebagai salah satu cara membangun ekonomi Indonesia. Untuk itu, Bank Indonesia telah mengeluarkan kebijakan yang mewajibkan perbankan menyalurkan kredit kepada UMKM minimal sebesar 20% yang dilakukan secara bertahap. Kebijakan ini juga diperkuat dengan kebijakan pelonggaran LFR (Loan To Funding Ratio) menjadi 94% per 1 Agustus 2015 bagi bank yang telah memenuhi pencapaian tertentu kredit UMKM dengan kualitas yang baik.

87

Page 104: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

Tabel 4-28. Proporsi Penyaluran Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan III 2017

SEKTOR NILAI GROWTH (%-YOY) PANGSASEKTOR EKONOMI 24.091.679.097.820 6,60 100,00%1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 5.020.863.794.299 2,24 20,84%2. PERIKANAN 282.416.197.035 18,49 1,17%3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 222.417.777.069 -18,42 0,92%4. INDUSTRI PENGOLAHAN 968.425.978.983 14,42 4,02%5. LISTRIK, GAS DAN AIR 112.599.518.678 125,83 0,47%6. KONSTRUKSI 2.466.952.588.503 17,02 10,24%7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 10.831.719.009.140 2,09 44,96%8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM 763.876.239.544 8,26 3,17%9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 605.417.805.629 -1,74 2,51%10. PERANTARA KEUANGAN 812.548.772.093 103,42 3,37%11. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 786.844.767.722 -6,28 3,27%12. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB 2.513.216.394 -54,63 0,01%13. JASA PENDIDIKAN 171.000.387.108 12,75 0,71%14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 155.010.913.420 0,32 0,64%15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA 845.800.532.810 30,92 3,51%16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA 30.536.196.143 10,09 0,13%17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA 0 -100,00 0,00%18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 12.735.403.250 -32,94 0,05%19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA 0 12,00 0,00%

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

-

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Mill

iar R

upia

h

KREDIT UMKM Rasio NPL PERTUMBUHAN (YOY)

Grafik 4-41 Perkembangan Kredit UMKM

MODAL KERJA67,83%

INVESTASI

32,17%

KONSUMSI0,00%

Grafik 4-42 Proporsi Penggunaan Kredit UMKM Triwulan II 2017

Pada triwulan III 2017, pertumbuhan kredit UMKM mengalami peningkatan dari 4,45% (yoy) menjadi 6,60% (yoy), dengan nilai nominal kredit yang naik dari Rp 23,53 milliar menjadi Rp 24,09 milliar. Meskipun NPL masih belum berada di dalam batas aman, namun masih stabil dari triwulan sebelumnya pada nilai 5,19% di triwulan III 2017. Kondisi ini diperkirakan karena adanya peningkatan penyaluran kredit dari perbankan karena membaiknya komoditas unggulan pada sektor perkebunan, terutama karet, dan untuk pendirian usaha dalam rangka persiapan Asian Games 2018. Hal ini masih harus diwaspadai agar tidak terus berlanjut pada triwulan berikutnya mengingat sebagian besar UMKM berada pada industri pertanian dan perkebunan yang memberikan kontribusi besar pada perekonomian di Sumatera Selatan. Penyaluran kredit digunakan sebagian besar untuk penggunaan modal kerja sebesar 68% dan investasi sebesar 32%. Hal ini menunjukkan bahwa kredit masih berfokus pada kegiatan usahanya terlebih dahulu namun belum pada tahap ekspansi usaha.

88

Page 105: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM

Dalam menjalankan tugasnya di bidang pengendalian inflasi, Bank Indonesia ikut mendukung perkembangan UMKM di Sumatera Selatan salah satunya dalam menjaga ketahanan pangan dan mengembangkan ekonomi lokal. Semenjak tahun 2015, Bank Indonesia telah melaksanakan program kerja inisiatif berupa pembentukan klaster ketahanan pangan. Isu ketahanan pangan ini menjadi sangat penting karena dapat memberikan tekanan inflasi Volatile Food. Beberapa komoditas yang menjadi penyumbang inflasi di Sumatera Selatan adalah komoditas bawang putih, bawang merah, cabai merah, dan ikan segar, sehingga diperlukan penguatan sektor UMKM dalam bidang pertanian dan perkebunan agar inflasi dapat dicapai sesuai dengan sasarannya.

Tabel 4-29. Kegiatan Pengembangan UMKM di Sumatera SelatanNo Tema Kegiatan Nama Kegiatan Komoditas Lokasi

1 Klaster Bawang Merah Bawang Merah Kabupaten Musi Rawas2 Klaster Cabai Merah Cabai Merah Kabupaten OKI3 Klaster Bawang Putih Bawang Putih Kota Pagaralam4 Pengembangan Kelompok Usaha Bersama Kain Tuan Kentang Kain khas Sumsel Palembang5 Workshop Konversi Kopi Robusta Ke Arabika Kopi Muara Enim6 Kewirausahaan Pengembangan WUBI Kuliner, Kain, KPw BI Sumsel7 Ekonomi Syariah Pemberdayaan Pondok Pesantren Nurul Huda Ikan Patin Kabupaten OKU Timur

8 Pemberdayaan Tahanan

Pemberdayaan warga binaan Rumah Tahanan Klas I Palembang Cabai MerahRumah Tahanan Klas I Palembang

Ketahanan Pangan

Komoditas Unggulan Daerah

Selain pengendalian inflasi, Bank Indonesia juga melakukan peningkatan kegiatan ekonomi dan pengembangan ekonomi lokal dengan cara pemberian pelatihan wirausaha, pelatihan pemasaran dan pemberian bantuan teknis kepada UMKM. Selain itu penelitian yang didampingi oleh tenaga ahli bertujuan untuk mencari sumber ekonomi baru, sehingga diharapkan produk-produk yang dihasilkan menjadi siap jual dan memberikan nilai tambah yang lebih tinggi. Harapannya, perekonomian Sumatera Selatan dapat tumbuh, kuat terhadap ancaman krisis, dan dengan inflasi yang terkendali.

89

Page 106: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

5 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Rupiah

Transaksi nontunai menggunakan kliring masih mengalami kenaikan, sedangkan transaksi nontunai RTGS walaupun turun dari sisi nominal namun tetap naik dari sisi volume.

Transaksi tunai di Provinsi Sumatera Selatan mencatatkan net outfow selama periode laporan.

Jumlah agen LKD terus meningkat, namun jumlah pemegang uang elektronik mengalami penurunan. Frekuensi dan nominal transaksi uang elektronik juga mengalami penurunan kecuali untuk jenis transaksi pembayaran tagihan rutin.

5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran NontunaiKegiatan sistem pembayaran nontunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) pada triwulan III 2017 mencapai Rp12,22 triliun atau tumbuh sebesar 0,4% (yoy) dibandingkan triwulan II 2017 sebesar Rp11,20 triliun. Sejalan dengan pertumbuhan tersebut, jumlah warkat yang ditransaksikan tumbuh sebesar 4,54% (yoy) atau mencapai 336.934 lembar, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 326.669 lembar. Transaksi kliring digunakan untuk memfasilitasi kegiatan transaksi dengan nilai di bawah Rp500 juta dan identik dengan transaksi yang dilakukan oleh kelompok rumah tangga.

-40-20020406080100

- 2.000 4.000 6.000 8.000

10.000 12.000 14.000 16.000

I II III IV I II III IV I II III2015 2016 2017

Rp Milliar

Nominal g% (yoy) - Axis Kanan

Grafik 5-50 Perkembangan Transaksi Kliring Sumatera Selatan

-32,0-22,0-12,0-2,08,018,028,038,048,058,068,0

- 50

100 150 200 250 300 350 400 450

I II III IV I II III IV I II III2015 2016 2017

Jumlah Warkat Persentase

Grafik 5-51 Perkembangan Jumlah Warkat Transaksi Kliring di Sumatera Selatan

Nominal transaksi RTGS dari Sumsel pada triwulan III 2017 mencapai Rp7,8 triliun atau mengalami kontraksi 36,24% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 63,3% (yoy). Dari sisi jumlah volume RTGS yang tercatat sebanyak 5.956 di Triwulan III 2017, hal ini menunjukan peningkatan sebesar 38,13% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5.391. Karakteristik transaksi RTGS adalah transaksi dengan nilai nominal

90

Page 107: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 5. Penyelenggaraan SP dan PUR

besar (lebih besar dari Rp100 juta) dan identik dengan transaksi terkait kegiatan usaha. Peningkatan volume transaksi non tunai RTGS mengindikasikan transaksi pelaku usaha mengalami peningkatan dan hal ini sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan di triwulan III 2017.

Tabel 5-30 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Sumatera SelatanI II III IV I II III IV I II III

RTGS dari Provinsi SumselNilai Nominal (Rp Juta) 16.646.130 24.429.220 20.827.803 14.078.818 5.855.582 5.552.238 5.701.979 7.025.940 6.873.963 9.065.863 7.768.284 Volume 16.539 16.952 17.305 11.010 2.089 2.051 4.312 5.587 5.107 5.391 5.956

2016Transaksi 2015 2017

- 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

5 8

11 14 17 20 23 26

I II III IV I II III IV I II III2015 2016 2017

Ribu TransaksiRp Miliar

Nilai RTGS dari SumselVolume RTGS dari Sumsel (Sumbu Kanan)

Grafik 5-3 Perkembangan RTGS di Sumatera Selatan

Di sisi lain, transaksi non tunai mengunakan cek dan bilyet giro kosong juga mengalami kenaikan dari sisi nominal namun terdapat penurunan dari segi jumlah warkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Di triwulan III 2017, jumlah cek dan bilyet giro kosong tercatat sebesar Rp149,1miliar, atau tumbuh 1,20%. Jumlah nominal tersebut mengalami kenaikan dibandingkan triwulan II 2017 yang hanya mencapai Rp130,11 miliar.

0,00%0,50%1,00%1,50%2,00%2,50%3,00%3,50%4,00%4,50%5,00%

0,00

100000,00

200000,00

300000,00

400000,00

500000,00

600000,00

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Jumlah Nominal Cek dan Bilyet Giro Kosong

Nominal %dibandingkan Nominal Kliring

91

Page 108: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 5. Penyelenggaraan SP dan PUR

Grafik 5-4 Jumlah Nominal Cek dan Bilyet Giro Kosong

Sementara itu, jumlah cek dan bilyet giro (BG) kosong pada triwulan III 2017 tercatat sebanyak 3.898 lembar atau sebesar 1,16% total warkat perputaran kliring. Jumlah cek dan bilyet giro kosong tersebut mengalami penurunan dibandingkan triwulan II 2017 yang mencapai sebanyak 4.272 lembar atau 1,31% dari total perputaran warkat kliring.

0,00%

0,50%

1,00%

1,50%

2,00%

2,50%

3,00%

0,001000,002000,003000,004000,005000,006000,007000,008000,00

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Jumlah Peredaran Warkat Cek dan BG Kosong

Jumlah Cek dan BG Kosong

Cek dan BG kosong dibandingkan Total warkat Kliring

Grafik 5-5 Jumlah Peredaran Warkat Cek dan BG Kosong

5.2 Perkembangan Sistem Pembayaran TunaiAliran uang kartal di Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan III 2017 menunjukkan posisi net inflow sebesar Rp3,1 triliun, berbeda dengan triwulanan sebelumnya yang mengalami net outflow sebesar Rp4,0 triliun. Hal ini menunjukkan kebutuhan uang kas di Sumatera Selatan yang mengalami penurunan di triwulan III 2017. Total Inflow uang kartal yang masuk ke khazanah Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan ini tercatat Rp5,6triliun, naik 6,94% (yoy). Sementara itu, total outflow uang kartal yang keluar dari khazanah Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan hanya sebesar Rp2,5 triliun, atau turun 28,34% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya.

92

Page 109: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 5. Penyelenggaraan SP dan PUR

(8) (6) (4) (2) - 2 4 6 8

I II III IV I II III IV I II III2015 2016 2017

Rp Triliun

Outflow Inflow Netflow

Grafik 5-6 Data Cashflow di Sumatera Selatan

Sebagai bagian dari tugas pengelolaan uang Rupiah, Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan terus dan berupaya menjaga kualitas uang yang beredar di masyarakat melalui kebijakan clean money policy. Melalui kebijakan tersebut secara rutin Bank Indonesia melakukan penarikan uang lusuh dan tidak layak edar untuk kemudian dilakukan pemusnahan dan digantikan dengan uang baru layak edar. Jumlah pemusnahan uang lusuh pada triwulan III 2017 mencapai Rp1,9 triliun atau mencapai 34,2% dari total inflow uang kartal yang masuk ke BI, jumlah ini naik dibandingkan triwulan II 2017 sebesar Rp1,07 triliun.

0,00%20,00%40,00%60,00%80,00%100,00%120,00%140,00%

01.0002.0003.0004.0005.0006.0007.0008.000

I II III IV I II III IV I II III2015 2016 2017

Rp MiliarInflowPemusnahan Uang Lusuh (PTTB)Proporsi Pemusnahan Uang Lusuh dibandingkan Inflow

Grafik 5-7 Pemusnahan Uang Lusuh di Prov.Sumatera Selatan

Dalam rangka menjalankan clean money policy, Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan secara rutin mengadakan kegiatan kas keliling ke seluruh kabupaten dan kota di wilayah Sumatera Selatan dan membuka layanan kas titipan di beberapa wilayah perbatasan serta pelayanan penukaran khusus uang lusuh dan tidak layak edar langsung di loket penukaran yang ada di Kantor Perwakilan BI Provinsi Sumatera Selatan satu minggu sekali

93

Page 110: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 5. Penyelenggaraan SP dan PUR

Kas keliling diadakan di titik-titik pusat transaksi masyarakat baik di Kota Palembang maupun di Kabupaten/Kota lainnya di Sumatera Selatan. Beberapa titik pusat transaksi antara lain adalah pusat-pusat keramaian seperti pasar, kantor pos, dan pegadaian, dll.Sampai dengan triwulan III 2017 terdapat empat Kantor Layanan Kas di bawah pengawasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan, yaitu Kas Titipan Prabumulih, Kas Titipan Baturaja, dan Kas Titipan Tanjung Pandan, serta Kas Titipan Sungai Lilin yang baru beroperasi di Triwulan III 2017. Terkait dengan temuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan, pada triwulan III 2017 tercatat sebanyak 320 lembar uang palsu ditemukan. Jumlah temuan selama triwulan III 2017 tersebut meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya berjumlah 224 lembar. Dengan adanya temuan uang palsu yang beredar di wilayah Sumatera Selatan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan berupaya untuk terus melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah (CIKUR) kepada masyarakat di wilayah Sumatera Selatan. Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan telah mengadakan sosialisasi CIKUR sebanyak 39 kali di berbagai wilayah Sumatera Selatan.

Tabel 5-2 Jumlah Uang Palsu dalam lembar wilayah Sumatera Selatan

I II III IV I II III IV I II III320Uang palsu

dalam

2015 2016

416 510 381 740 993 575 784 934 434 224

2017

Sumber: Bank Indonesia

5.3 Perkembangan Transaksi Pembayaran Menggunakan Elektronifikasi

Elektronifikasi merupakan bagian dari sistem pembayaran yang dapat didefinisikan sebagai langkah untuk mengubah transaksi secara manual menjadi elektronik, metode transaksi tunai menjadi nontunai, serta bertujuan untuk meningkatkan transaksi keuangan secara inklusif. Elektronifikasi telah menjadi strategi keuangan inklusif, yakni program untuk membuka akses layanan keuangan bagi kelompok yang belum pernah menggunakan akses layanan keuangan dan perbankan (unbanked) di daerah terpencil (remote area).

Bank Indonesia selaku otoritas sistem pembayaran memiliki peran untuk mengembangkan elektronifikasi sebagai salah satu transaksi nontunai dengan menggunakan instrumen uang elektronik (U-Nik) dan membentuk agen Layanan Keuangan Digital (LKD) guna mempermudah transaksi uang elektronik.

94

Page 111: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 5. Penyelenggaraan SP dan PUR

Sejalan dengan perkembangannya, penggunaan uang elektronik dan persebaran agen LKD di Sumatera Selatan terus mengalami peningkatan. Pada triwulan III 2017, jumlah agen LKD meningkat dengan jumlah 5.231, hal ini sejalan dengan adanya program bantuan sosial non tunai berupa Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang memerlukan LKD yang cukup untuk menyalurkan bantuan sosial di provinsi Sumatera Selatan. Sementara itu, jumlah pemegang uang elektronik mengalami penurunan menjadi sebesar 680 orang dari triwulan II 2017 yang mencapai 879 orang. Menurunnya jumlah pemegang uang elektronik sejalan dengan berkurangnya jumlah uang elektronik di triwulan III 2017 yaitu sebesar 689 uang elektronik dibanding dengan triwulan II 2017 mencapai 889 uang elektronik.

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

0100200300400500600700800900

1000

I II III IV I II III2016 2017

Jumlah Agen dan Pemegang U-Nik wilayah Sumsel

Pemegang Unik Jumlah Agen LKD

Grafik 5-8 Jumlah Agen LKD dan Pemegang UNik

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

I II III IV I II III

2016 2017

Juta

Transaksi Uang Elektronik

Frekuensi Nominal

Grafik 5-9 Transaksi Pengisian Ulang (Top Up) UNik

Penurunan jumlah pemegang uang elektronik sejalan dengan frekuensi dan nominal per transaksi uang elektronik yang juga mengalami penurunan. Berdasarkan nominalnya, pada triwulan III 2017 tercatat bahwa transaksi pengisian ulang (top up) atau transaksi terbesar pada penggunaan uang elektronik mengalami penurunan menjadi 390 kali transaksi dengan nominal Rp42,58 juta dari triwulan sebelumnya dengan transaksi sebanyak 418 kali dengan nominal Rp61,44juta.

Tabel 5-3 Transaksi Penggunaan Uang Elektronik

Frekuensi Nominal Frekuensi Nominal Frekuensi Nominal Frekuensi Nominal Frekuensi Nominal Frekuensi Nominal Frekuensi NominalPengisian ulang (top up) 429 98.756.510 296 26.508.650 1.988 154.200.700 984 119.930.000 550 74.273.102 418 61.443.000 390 42.587.010 Tarik tunai 96 27.958.650 44 14.283.700 100 25.446.500 139 43.733.000 92 37.521.000 38 16.953.000 16 5.066.000 Pembayaran atas tagihan rutin 26 955.300 8 328.400 43 1.386.147 53 3.766.172 6 150.300 14 725.000 37 2.343.545 Fasilitator registrasi pemegang 5 565.050 11 325.000 180 8.356.000 5 185.000 4 335.000 - - - - Transfer Person to Person 24 28.211.743 8 4.950.000 33 4.356.000 3 723.000 19 3.742.033 - - - - Transfer Person to Account 33 39.896.000 14 12.296.000 47 17.766.269 35 28.698.000 30 22.343.343 17 15.502.997 10 2.748.795

TW I TW II2017

TW IIITransaksi 2016TW I TW II TW III TW IV

Sumber: Bank Indonesia

Uang elektronik paling banyak digunakan untuk transaksi pengisian ulang (top up). Transaksi top up dengan nominal dan frekuensi terbesar berada di kota Palembang. Hal ini sejalan dengan jumlah agen LKD terbesar yang berada di wilayah kota Palembang. Untuk transaksi penggunaan uang elektronik lainnya juga mayoritas paling besar di kota Palembang kecuali untuk transaksi transfer person to account yang nominalnya paling besar di kabupaten Muara Enim yaitu

95

Page 112: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 5. Penyelenggaraan SP dan PUR

sebesar Rp2,74 juta. Transfer person to account adalah transaksi transfer dari rekening nasabah LKD ke rekening Bank (bukan nasabah LKD).

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Pengisianulang (top up)

Tarik tunai Pembayaranatas tagihan

rutin

Fasilitatorregistrasi

pemegang

Transfer Personto Person

Transfer Personto Account

Transaksi LKD Berdasarkan NominalMusi Banyuasin OKU Muara Enim Lahat Musi RawasOKI Pangkalan Balai Banyuasin OKU Selatan OKU TimurOgan Ilir Empat Lawang Palembang Lubuk Linggau PrabumulihBaturaja Pagar Alam

Grafik 5-10 Transaksi Uang Elektronik (Nominal)

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Pengisian ulang(top up)

Tarik tunai Pembayaran atastagihan rutin

Fasilitator registrasipemegang

Transfer Person toPerson

Transfer Person toAccount

Transaksi LKD Berdasarkan FrekuensiMusi Banyuasin OKU Muara Enim Lahat Musi Rawas OKIPangkalan Balai Banyuasin OKU Selatan OKU Timur Ogan Ilir Empat LawangPalembang Lubuk Linggau Prabumulih Baturaja Pagar Alam

Grafik 5-11 Transaksi Uang Elektronik (Frekuensi)

5.4 Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) Berizin di Sumatera Selatan

Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) merupakan bagian dari pasar valuta asing domestik. Guna mendukung terlaksananya perdagangan valuta asing yang sehat dan aman bagi masyarakat, Bank Indonesia telah mengatur tata cara perizinan dan pengawasan kegiatan penukaran valuta asing yang dilakukan oleh kegiatan usaha bukan bank.

Seiring dengan perkembangan ekonomi Sumatera Selatan, sampai dengan triwulan III 2017, terdapat 7 KUPVA BB yang sudah memiliki izin yang terdiri dari 5 KUPVA BB Kantor Pusat dan 2 KUPVA BB Kantor Cabang yaitu sebagai berikut:

Tabel 5-4 Daftar KUPVA BB di Sumatera Selatan

96

Page 113: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 5. Penyelenggaraan SP dan PUR

Jumlah KUPVA BB berizin di Sumatera Selatan tersebut meningkat seiring dengan kegiatan penertiban kegiatan penukaran valuta asing oleh Bank Indonesia.

2 2 2 3 3 3

6 6 6 6 7

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Pertumbuhan Jumlah KUPVA BB di Sumatera Selatan

Grafik 5-12 Pertumbuhan Jumlah KUPVA BB di Sumatera Selatan

97

Page 114: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

BOKS C Elektronifikasi Pembayaran Tunai menjadi

Non Tunai di kota Palembang

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dan berkembangnya jenis transaksi pembayaran yang dilakukan oleh masyarakat serta dengan didukung oleh kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi, hal ini menjadi faktor pendorong dalam mendukung peningkatan sistem transaksi yang dilakukan secara non-tunai.

Grafik 1. Persentase Transaksi Tunai

Meskipun memiliki potensi yang besar, namun sebagian besar aktivitas transaksi di Indonesia saat ini masih didominasi oleh penggunaan uang tunai. Berdasaran laporan McKinsey and Company, Asia Pacific Payment Trend, Global Payment Summit 2013, penggunaan uang tunai dalam transaksi ritel di Indonesia masih sebesar 99,4% terhadap total transaksi; tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Padahal di sisi lain, pengunaan uang tunai sebagai alat transaksi memiliki beberapa kelemahan seperti biaya yang cukup besar dalam pengelolaan uang kas, ketidakpraktisan dalam mengelola uang tunai dalam jumlah besar, dan adanya celah untuk tindak kriminal antara lain terjadinya pemalsuan uang. Kondisi ini dapat terjadi karena masih adanya keterbatasan infrastruktur, akses masyarakat kepada layanan keuangan yang belum merata, serta perilaku masyarakat yang lebih suka bertransaksi memakai uang tunai.

Faktanya, transaksi non tunai terbukti memiliki implikasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Global Insight (2003) di beberapa negara, setiap peningkatan transaksi non tunai sebesar 10% akan berdampak pada peningkatan pembelanjaan konsumen sebesar 0,5%. Belanja konsumen merupakan faktor dominan yang memicu

98

Page 115: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

pertumbuhan ekonomi, sehingga survei ini mengindikasikan adanya korelasi positif antara transaksi non tunai dengan pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Di berbagai negara, preferensi penggunaan non tunai didorong oleh kebutuhan penerima pembayaran agar lebih transparan dalam penerimaan dana.

Kebutuhan pembayaran yang dapat dengan cepat dimigrasikan dari metode pembayaran tunai ke non tunai adalah pembayaran dari masyarakat kepada penyelenggara layanan publik, baik berupa badan usaha milik negara maupun kepada institusi pemerintah seperti kementerian (private to government/P to G) atau sebaliknya yang berasal dari pemerintah kepada masyarakat (government to private/G to P)). Transaksi terkait pemerintah ini diharapkan dapat menjadi salah satu strategi pemaksaan atau killer method yang akan memigrasikan transaksi ke non tunai di bidang lainnya.

Di kota Palembang, kebutuhan terhadap layanan pembayaran non tunai saat ini sedang berusaha untuk dipenuhi khususnya di bidang transportasi sejalan dengan pelaksanaan perhelatan Asian Games 2018 di kota Palembang. Implementasi elektronifikasi pembayaran moda transportasi menjadi non tunai di kota Palembang antara lain pada penggunaan jalan tol Palembang-Indralaya (Palindra) dan Light Rail Transit (LRT).

A. Tol Palembang-Indralaya (Palindra)

Grafik 5-52. Peresmian Tol Palindra Seksi 1

Pada tanggal 12 Oktober 2017 telah dilakukan peresmian tol Palindra seksi 1 (Palembang-Pemulutan) oleh Presiden RI Joko Widodo bersama dengan Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri

99

Page 116: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Sektretaris Kabinet Pramono Anung dan Gubernur Provinsi Sumatera Selatan Alex Noerdin. Tol Palindra merupakan tol pertama yang dibangun di provinsi Sumatera Selatan dengan data teknis sbb:

Tol Palindra terdiri dari 3 seksi yaitu Seksi 1 Palembang-Pemulutan, Seksi 2 Pemulutan-KTM Rambutan dan Seksi 3 KTM Rambutan-Indralaya. Target operasi untuk Seksi 2 adalah bulan Mei 2018, sementara untuk Seksi 3 adalah bulan Februari 2018 dengan progres s.d 13 Oktober 2017 sbb:

Grafik 5-53. Progress pekerjaan proyek tol Palindra

Pembayaran pada tol Palindra akan dilakukan secara non tunai menggunakan uang elektronik pada Gerbang Tol Otomatis (GTO). Pembayaran non tunai pada

100

Panjang Tol Palindra : 21,93 kmKecepatan Rencana : 100 km/jamJumlah Lajur : 2 x 2 lajur (tahap awal)Jumlah Seksi : 3 buahTarif (Gol.I) : Rp750/km (tahun 2017)Volume Lalu Lintas : 20.931 kendaraan/hari (tahun 2018)

Page 117: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

gerbang tol didasari oleh kesepakatan antara Bank Indonesia (BI) bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Adapun cakupan kesepakatan dimaksud meliputi:(1) Program transaksi non tunai di jalan tol sebagai bagian dari

Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT)(2) Fasilitasi pembiayaan infrastruktur(3) Kajian ekonomi dan moneter pembangunan infrastruktur

Sejak peresmian tanggal 12 Oktober 2017, jalan tol Palindra Seksi 1 Palembang-Pemulutan sudah dapat digunakan oleh masyarakat. Sesuai dengan

arahan Presiden, pengguna jalan tol Palindra Seksi 1 Palembang-Pemulutan akan membayar biaya jalan tol sebesar Rp0,- s.d akhir Desember 2017. Meskipun pembayaran tol Palindra masih gratis hingga akhir tahun 2017, Bank Indonesia dan PT Hutama Karya selaku Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) bersama perbankan Sumatera Selatan berupaya untuk membiasakan pengguna jalan mengakses portal gerbang tol menggunakan uang elektronik sehingga pengguna jalan tetap harus melakukan tapping uang elektronik di gerbang tol Palindra Seksi 1 Palembang-Pemulutan untuk membuka portal. Namun, untuk memitigasi risiko pengguna jalan yang belum memiliki uang elektronik, PT Hutama Karya menyediakan layanan tapping uang elektronik untuk membuka portal dan memberikan informasi fasilitas penjualan dan top up uang elektronik sekalaigus mensosialisasikan penggunaan uang elektronik.

Selain itu, PT Hutama Karya dan 5 bank penerbit uang elektronik yaitu Bank Mandiri, BNI, BRI, BTN, dan BCA juga telah bekerjasama untuk menjual uang elektronik edisi khusus yaitu penjualan uang elektronik dengan harga yang sama dengan saldo yang terdapat dalam uang elektronik. Di kota Palembang, disediakan 2000 uang elektronik edisi khusus yang dijual di depan gerbang tol Palindra Seksi 1 Palembang-Pemulutan. Kegiatan dimaksud dilakukan juga dalam rangka sosialisasi penggunaan uang elektronik dalam pembayaran non tunai pada

101

Page 118: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

tol Palindra.

B. Light Rail Transit (LRT)Light Rail Transit atau LRT di kota Palembang merupakan moda transportasi kereta yang akan digunakan untuk mendukung Asian Games tahun 2018. LRT melintas dari Bandara Sultan

Mahmud Badaruddin II sampai ke Komplek Olahraga Jakabaring ,lokasi Asian Games 2018, dengan rute sepanjang 23,40 km dan memiliki 13 stasiun. Proyek LRT ini ditargetkan akan selesai bulan Juni 2018 sementara realisasi pembangunan LRT sd 13 Oktober 2017 mencapai 66,78%.

Pembangunan infrastruktur proyek LRT dilakukan oleh PT Waskita Karya sementara penyelenggaraan operasional dan perawatan LRT akan dilakukan oleh PT KAI.

Pembayaran tiket LRT akan menggunakan uang elektronik. Pengguna LRT akan melakukan tapping uang

elektronik di gate masuk dan gate keluar di stasiun LRT sebagaimana alur gambar berikut:

Dalam rangka mensukseskan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) pada LRT, seluruh bank penerbit uang elektronik di

102

Page 119: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Palembang siap mendukung pembayaran non tunai pada LRT, utamanya elektronifikasi tiket LRT dengan penyediaan jumlah uang elektronik dan layanan top up yang mencukupi.

103

Page 120: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

6 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

Meskipun pertumbuhan ekonomi membaik, namun kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Selatan belum menunjukkan perbaikan. Pada triwulan III 2017, kesejahteraan petani mengalami peningkatan walaupum masih pada level rendah.

Tingkat Pengangguran Terbuka meningkat, terutama terjadi pada status pekerja berusaha dibantu buruh tetap/dibayar.

Kondisi kesejahteraan petani masih belum optimis namun mulai menunjukkan perbaikan sebagaimana terindikasi dari penurunan jumlah harga yang dibayarkan petani.

Tingkat pendapatan perkotaan berdasarkan Survei Konsumen juga masih dalam kondisi stabil, dengan trend membaik.

6.1KetenagakerjaanKondisi ketenagakerjaan pada Agustus 2017 mengalami penurunan dibandingkan Agustus 2016. Hal ini tercermin dari kenaikan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 4,31% menjadi 4,39%.

Komposisi penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan hingga Agustus 2017 tidak mengalami perubahan. Sektor Pertanian, sektor Perdagangan dan sektor Jasa Kemasyarakatan secara berurutan masih menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Sumatera Selatan. Jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2016, pada Agustus 2017 ketiga sektor tersebut mengalami penurunan penduduk bekerja.

Tabel 6-31. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2015–Agustus 2017

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus 1.901.335 2.023.117 1.991.484 1.936.522 2.008.934 1.902.256

49,83% 54,74% 51,14% 48,43% 49,20% 48,25% 257.174 173.706 212.233 215.125 237.642 279.523

6,74% 4,70% 5,45% 5,38% 5,82% 7,09% 678.421 621.645 744.957 721.347 784.383 672.591

17,78% 16,82% 19,13% 18,04% 19,21% 17,06% 515.493 451.635 504.686 658.170 567.565 617.001

13,51% 12,22% 12,96% 16,46% 13,90% 15,65% 463.219 425.764 440.432 467.436 484.676 471.129

12,14% 11,52% 11,31% 11,69% 11,87% 11,95%

Lapangan Pekerjaan Utama

Industri Pengolahan

4.083.200 3.815.643 3.695.866 3.894.181 3.998.600

Pertanian, Perkebunan Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan

2015 2016

Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi

3.942.500

2017

Total

Lainnya*

Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan

Ket: Estimasi ketenagakerjaan menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk*) Lapangan pekerjaan sektor lainnya mencakup: Sektor Pertambangan, Sektor Listrik, Gas, dan

Air, Sektor Bangunan, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan Perusahaan, dan Sektor Jasa Perusahaan

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

Secara sederhana, kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, penduduk bekerja pada sektor formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya

104

Page 121: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Agustus 2017 sekitar 1.482.400 orang (37,6%) bekerja pada kegiatan formal dan 2.460.100 orang (62,4%) bekerja pada kegiatan informal.

Komponen penduduk bekerja pada sektor informal terdiri dari penduduk bekerja dengan status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di nonpertanian dan pekerja keluarga/tak dibayar. Dalam setahun terakhir (Agustus 2016 – Agustus 2017), penduduk yang bekerja pada sektor formal menurun sekitar 5,64 persen atau 88.700 orang. Penurunan hingga 57,15% terjadi pada kelompok berusaha dibantu buruh tetap/dibayar atau menjadi 70.700 orang. Sementara itu, jumlah buruh/karyawan meningkat 5.600 orang menjadi 1.411.700 orang.

Tabel 6-32. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2015 – Agustus 2017

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus

721.463 597.706 671.899 700.500 758.700 771.700 18,91% 16,17% 17,25% 17,52% 18,58% 19,57%694.175 700.803 816.550 761.900 773.700 716.60018,19% 18,96% 20,97% 19,05% 18,95% 18,18%

97.073 121.019 104.613 165.000 126.500 70.700 2,54% 3,27% 2,69% 4,13% 3,10% 1,79%

1.296.652 1.308.799 1.216.868 1.406.100 1.440.800 1.411.700 33,98% 35,41% 31,25% 35,16% 35,29% 35,81%

231.589 200.600 180.826 195.800 184.500 234.400 6,07% 5,43% 4,64% 4,90% 4,51% 5,95%

774.691 766.939 903.425 769.300 799.100 737.400 20,30% 20,75% 23,20% 19,24% 19,57% 18,70%

3.815.643 3.695.866 3.894.181 3.998.600 4.083.200 3.942.500100% 100% 100% 100% 100% 100%

Berusaha sendiri

Status Pekerjaan Utama 2015 2016 2017

Total

Pekerja Bebas

Pekerja tak dibayar

Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tdk dibayar

Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar

Buruh/karyawan

Ket: Estimasi ketenagakerjaan menggunakan penimbang hasil Proyeksi PendudukSumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Agustus 2017 mencapai 69,50%. Jumlah angkatan kerja menunjukkan penurunan yaitu dari 4,18 juta jiwa pada Agustus 2016 menjadi 4,12 juta jiwa, atau turun sebesar 1,32% (yoy) pada Agustus 2017. Pada periode yang sama, penduduk bekerja turun sebesar 1,4% (yoy) sementara jumlah penganggur6 naik sebesar 0,5% (yoy).

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)7 Provinsi Sumatera Selatan sedikit meningkat dari 4,31% pada Agustus 2016 menjadi sebesar 4,39% di Agustus 2017. Hal tersebut sejalan dengan jumlah pengangguran pada bulan Agustus 2017 yang naik sebesar 0,5% (yoy). Peningkatan jumlah penduduk yang menganggur disertai penurunan jumlah angkatan kerja membuat TPT mengalami peningkatan.

6Seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang selama periode tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari pekerjaan.7Tingkat Pengangguran Terbuka merupakan perbandingan jumlah penganggur dengan total angkatan kerja

105

Page 122: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

Tabel 6-33. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan,Februari 2015 – Agustus 2017

Februari Agustus Februari Agustus Februari AgustusPenduduk 15+ 5.335.222 5.344.088 5.457.429 5.512.200 5.691.500 5.489.900 Angkatan Kerja 4.017.862 3.934.787 4.053.706 4.178.800 4.244.400 4.123.700 - Bekerja 3.815.643 3.695.866 3.894.181 3.998.600 4.083.200 3.942.500 - Penganggur 202.219 238.921 159.525 180.200 161.200 181.100 Bukan Angkatan Kerja 1.317.360 1.409.301 1.403.723 1.333.400 1.447.100 1.366.200 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 70,54 68,53 70,01 71,59 72,12 69,50

Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 5,03 6,07 3,94 4,31 3,80 4,39

Total Setengah Pengangguran 390.580 385.794 411.352 386.200 368.300 344.000

Kegiatan Utama 2015 2016 2017

Ket: Estimasi ketenagakerjaan menggunakan penimbang hasil Proyeksi PendudukSumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan

Berdasarkan survei konsumen, kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu cenderung stabil ke arah membaik. Kondisi ini ditunjukkan dari hasil survei dimana 35,89% responden menyatakan bahwa kondisi saat ini lebih baik, sementara 38,00% responden menyatakan ketersediaan lapangan kerja saat ini belum mengalami perubahan dibandingkan 6 bulan yang lalu. Sedangkan 26,11% responden menyatakan ketersediaan lapangan kerja memburuk.

Tabel 6-34. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini dibandingkan 6 bulan yang lalu-Triwulan III-2017

Lebih Baik Sama Lebih Buruk JumlahJul 97 107 96 300Agus 124 101 75 300Sept 102 134 64 300Jumlah 323 342 235 900Persentase 35,89% 38,00% 26,11% 100,00%

Bulan Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu (Jml Responden)

Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Sumatera Selatan

Di sisi lain, kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan 6 bulan mendatang diperkirakan stabil. Berdasarkan survei konsumen di triwulan III-2017 mengenai ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan 6 bulan kedepan, sejumlah 45,00% responden menyatakan ketersediaan lapangan pekerjaan 6 bulan kedepan belum mengalami perubahan, sementara 41,33% responden memperkirakan ketersediaan lapangan pekerjaan akan lebih baik

106

Page 123: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

pada 6 bulan yang akan datang. Sedangkan 13,67% responden memperkirakan lapangan kerja pada 6 bulan yang akan datang akan lebih buruk.

Tabel 6-35. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD

Triwulan III-2017

Lebih Baik Sama Lebih Buruk JumlahJul 128 120 52 300Agus 123 138 39 300Sept 121 147 32 300Jumlah 372 405 123 900Persentase 41,33% 45,00% 13,67% 100,00%

Bulan Ketersediaan Lapangan Kerja 6 Bulan YAD Dibandingkan Saat Ini (Jml Responden)

Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Sumatera Selatan

6.2Tingkat PendapatanNilai Tukar Petani triwulan III 2017 menunjukkan tren peningkatan, namun masih relatif kecil dan berada dibawah angka 100%. Nilai Tukar Petani (NTP)8 adalah salah satu indikator untuk mengetahui gambaran tentang perkembangan tingkat pendapatan petani dari waktu ke waktu yang dapat digunakan sebagai dasar kebijakan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan petani. Rata-rata NTP pada triwulan III-2017 sebesar 94,6 atau meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 93,47. Walaupun mengalami sedikit peningkatan, hal tersebut menandakan bahwa daya beli petani masih rendah karena berada di bawah nilai rata-rata NTP 100.

Masih rendahnya NTP tersebut terjadi karena rata-rata indeks yang dibayar petani masih lebih besar dibandingkan rata-rata indeks yang diterima petani. Adapun rata-rata indeks yang dibayar petani dan indeks yang diterima petani masing-masing tercatat sebesar 125,71 dan 118,92.

Rata-rata indeks yang diterima petani mengalami pertumbuhan sebesar 2,65% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,89% (yoy). Sementara itu indeks yang dibayar petani tumbuh 1,91% (yoy), menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 2,72% (yoy). Dari sisi harga barang, harga-harga secara umum di pedesaan pada triwulan III-2017 mengalami penurunan terutama pada bahan makanan yang diikuti oleh

8Suatu indikator pengukur kemampuan tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangganya dan untuk keperluan dalam memproduksi produk pertanian

107

Page 124: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

makanan jadi. Sementara kelompok komoditas lainnya mengalami kenaikan harga.

91

92

93

94

95

96

97

98

99

106108110112114116118120122124126128

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Indeks Harga Yang DiterimaIndeks Harga Yang DibayarNilai Tukar Petani (Axis Kanan)

Grafik 6-54 Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar

Petani

91

92

93

94

95

96

97

98

99

112114116118120122124126128130132

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Nilai Tukar Petani (Axis Kanan) IHK Pedesaan

Grafik 6-55 Perkembangan NTP dan Inflasi Pedesaan Sumatera Selatan

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga petani pada triwulan III 2017 tumbuh sebesar 0,28% (qtq), meningkat dibandingkan triwulan II 2017 sebesar -0,04% (qtq). Kenaikan terutama terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga dan perumahan. Secara tahunan, indeks ini mengalami pertumbuhan sebesar 1,5% (yoy), menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,78% (yoy).

Tabel 6-36. Pertumbuhan Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan (yoy)

Komponenyoy% I II III IV I II III IV I II III

Konsumsi Rumah Tangga 6,89 7,90 8,81 6,04 5,88 5,46 4,49 4,06 3,63 2,78 1,50 Bahan Makanan 6,78 9,25 11,18 7,08 8,16 8,26 6,34 5,28 3,67 1,37 (1,35) Makanan Jadi 6,84 7,31 6,96 6,35 5,50 6,72 7,23 7,60 7,21 5,44 4,10 Perumahan 5,29 6,16 6,05 4,77 2,28 1,28 0,65 1,16 2,84 5,56 7,76 Sandang 4,59 5,37 7,11 7,41 6,54 5,87 3,73 3,44 3,46 3,47 3,89 Kesehatan 4,20 4,32 4,36 3,86 3,20 2,75 2,64 2,68 2,69 2,64 2,74 Pendidikan, Rekreasi & Olah raga 5,10 5,26 5,72 7,38 3,34 3,00 2,78 0,23 1,84 1,66 2,72

Transportasi dan Komunikasi 6,41 8,64 8,46 0,64 1,65 (3,53) (3,72) (1,99) (1,42) 1,61 1,67

2015 2016 2017

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Tingkat pendapatan/penghasilan masyarakat di perkotaan relatif stabil. Berdasarkan hasil survei konsumen, sejumlah 46,33% responden menyatakan bahwa penghasilan mereka pada periode laporan adalah sama, dibandingkan dengan kondisi 6 bulan sebelumnya. Sementara 41,00% responden menyatakan bahwa penghasilan mereka lebih baik dibandingkan dengan kondisi 6 bulan sebelumnya. Responden lainnya, sebanyak 12,67%, menyatakan bahwa penghasilan saat ini lebih buruk.

Tabel 6-7. Penghasilan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Yang Lalu Triwulan III-2017

108

Page 125: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

Lebih Baik Sama Lebih Buruk JumlahJul 147 116 37 300Agus 114 147 39 300Sept 108 154 38 300Jumlah 369 417 114 900Persentase 41,00% 46,33% 12,67% 100,00%

Bulan Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu (Jml Responden)

Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Sumatera Selatan

Masyarakat memperkirakan juga penghasilan 6 bulan yang akan datang relatif akan sama dibandingkan kondisi saat ini. Sejumlah 52,22% responden berpendapat bahwa penghasilan 6 bulan yang akan datang masih stabil dibandingkan saat ini. Sementara itu, 42,11% responden optimis bahwa penghasilan kedepan akan lebih baik dibandingkan saat ini. Responden lainnya, sebanyak 5,67%, memperkirakan penghasilan 6 bulan yang akan datang lebih buruk.

Tabel 6-8. Penghasilan Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD

Triwulan III-2017

Lebih Baik Sama Lebih Buruk JumlahJul 145 131 24 300Agus 121 164 15 300Sept 113 175 12 300Jumlah 379 470 51 900Persentase 42,11% 52,22% 5,67% 100,00%

Bulan Perkiraan Penghasilan 6 Bulan Mendatang Dibandingkan Saat Ini (Jml Responden)

Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Sumatera Selatan

6.3Penyaluran Beras Sejahtera (Rastra)Penyaluran program rastra untuk Provinsi Sumatera Selatan di periode ini mengalami penurunan. Pada triwulan III 2017, beras sejahtera (rastra) yang disalurkan sebesar 17,14 juta ton atau turun 26,1% dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Jika diakumulasi, penyaluran Januari hingga September 2017 juga mengalami penurunan hingga 39,4% yaitu dari 74,5 juta ton pada tahun 2016 menjadi 45,18 juta ton di 2017. Penurunan penyaluran rastra pada tahun 2017 tersebut dikarenakan adanya mekanisme baru penyaluran rastra yang terkendala proses verifikasi data penerima bantuan. Selain itu, mekanisme baru penyerahan fisik rastra membutuhkan sosialisasi dan pengawasan yang optimal yang menyebabkan perlambatan penyaluran beras kepada masyarakat miskin tersebut. Dari sisi produksi beras, perlambatan penyaluran rastra tersebut juga terjadi akibat menurunnya produksi beras di triwulan III 2017.

Adapun posisi stok beras pada triwulan III 2017 adalah sebanyak 113,8 ribu ton, atau turun hingga 32,5% (yoy). Peran Bulog dalam stabilisasi harga pangan masyarakat sangat penting melalui koordinasi dengan instansi terkait dan perencanaan yang baik dalam melakukan operasi pasar.

109

Page 126: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

20 34 42

66

18 34

23 25

2

26 17

79

165

203

100 117

161 169 148

129 139

114

-

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Ribu

Ton

Total Penyaluran Stok Beras

Grafik 6-3 Penyaluran Beras Perum Bulog Divre Sumatera Selatan (dalam ribu ton)

Sumber : Perum Bulog Divre Sumatera Selatan, diolah

110

Page 127: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

7 Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan diproyeksikan akan tetap meningkat. Secara keseluruhan tahun, peningkatan harga komoditas unggulan,

perbaikan ekonomi global, dan masih berlanjutnya pelaksanaan proyek infrastruktur dalam rangka persiapan Asian Games di tahun 2017 diperkirakan akan menjadi faktor pendorong utama ekonomi Sumatera Selatan tahun ini tumbuh lebih baik dibandingkan tahun 2016.

Inflasi tahun 2017 akan mengalami tekanan yang lebih rendah akibat tersedianya pasokan komoditas bahan pangan dari sisi volatile food yang cukup, meskipun terdapat risiko tekanan inflasi dari sisi administered prices akibat naiknya tarif angkutan udara dan bahan bakar rumah tangga

7.1 Pertumbuhan EkonomiPertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan untuk keseluruhan tahun 2017 diperkirakan akan meningkat dan lebih tinggi dibandingkan tahun 2016. Perbaikan harga komoditas unggulan, dan recovery ekonomi global yang semakin solid, tingginya realisasi belanja pemerintah daerah dan masih berlanjutnya pembangunan infrastruktur akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi utama Sumatera Selatan pada triwulan III 2017. Ke depan, diperkirakan perekonomian Sumatera Selatan masih didorong oleh pembangunan infrastruktur, realisasi anggaran pemerintah, dan tingginya kinerja ekspor yang didorong peningkatan harga komoditas yang lebih baik dari triwulan II dan III 2017. Di triwulan IV 2017, ekonomi Sumatera Selatan diperkirakan akan tumbuh positif lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2017 diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,4 – 5,8% (yoy). Pertumbuhan ekonomi diperkirakan ditopang dari meningkatnya investasi dan masih positifnya kinerja ekspor walaupun pertumbuhannya tidak setinggi triwulan sebelumnya. Ditambah lagi, konsumsi rumah tangga diperkirakan mengalami perbaikan didukung adanya momen Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) natal dan perayaan tahun baru.

111

Page 128: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 7. Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah

4,71

4,68 4,66

3,97

4,93

5,08

4,95

5,15 5,14 5,26

5,56

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

20175,1 - 5,5

Grafik 7-56. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan Tahun 2017P : Proyeksi Bank IndonesiaSumber: BPS, estimasi BI

Proyek-proyek pendukung event skala internasional Asian Games yang akan dilaksanakan pada tahun 2018 masih terus berlanjut dan akan berada pada tahap penyelesaian di akhir tahun 2017, kondisi ini akan mndorong pertumbuhan kegiatan investasi baik yang dilakukan oleh Pemerintah maupun pihak swasta. Masuknya triwulan IV ditandai dengan pola peningkatan realisasi anggaran terhadap pembayaran proyek-proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah sehingga mendorong konsumsi oleh pemerintah.

Sumatera Selatan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di tahun 2018. Adanya momen Asian Games 2018 diperkirakan akan terus menarik investasi baik dari pemerintah maupun pihak swasta ke Sumatera Selatan ditambah lagi dengan adanya potensi peningkatan wisatawan asing dan domestik yang akan datang menghadiri event tersebut. Kondisi ini diharapkan akan membantu meningkatkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Selain itu, di tahun 2018 juga akan dilaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di 9 Kabupaten/kota ditambah Pemilihan Gubernur di Sumatera Selatan yang berpotensi meningkatkan konsumsi LNPRT, sehingga secara keseluruhan pada tahun 2018 diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi dan mencapai sebesar 5,3-5,6% (yoy). Untuk triwulan I 2018, diperkirakan pertumbuhan ekonomi masih akan didorong oleh kinerja ekspor yang positif meskipun tidak setinggi triwulan sebelumnya. Selajan dengan masih stabilnya harga komoditas unggulan, investasi pemerintah dan swasta yang masih tetap berjalan terutama dalam penyelesaian proyek infrastruktur strategis nasional, dan konsumsi rumah tangga yang masih terjaga maka pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan diperkirakan sebesar 5,2-5,4% (yoy) di triwulan I 2018.

Dari sisi eksternal, ekonomi global diperkirakan akan terus membaik dan solid. Ekonomi Amerika Serikat diperkirakan tetap tumbuh. Hal ini didorong konsumsi yang masih solid ditengah besaran upah yang tidak mengalami

112

Page 129: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

peningkatan dan penjualan retail mengalami penurunan. Selanjutnya, produksi juga masih memiliki performa terjaga sejalan dengan kinerja investasi yang membaik. Dampak demonetisasi dan penerapaan pajak barang dan jasa yang menahan pertumbuhan ekonomi di India mulai menghilang hal ini diindikasikan dari indeks manufaktur yang mulai meningkat. Selain itu, pemulihan ekonomi Eropa masih berlanjut ditambah dengan keyakinan pelaku ekonomi yang juga terus meningkat seiring menurunnya risiko geopolitik.

Harga komoditas global diperkirakan akan tetap pada tren meningkat, harga minyakberpotensi untuk naik didorong oleh kondisi permintaan yang semakin meningkat akibat pemotongan produksi oleh OPEC dan turunnya pasokan minyak mentah di AS. Harga batubara diperkirakan tetap tinggi akibat kenaikan permintaan dari Tiongkok dan faktor musim dingin yang akan datang di triwulan IV 2017. Sementara, harga komoditas karet diperkirakan sedikit terkontraksi dibandingkan semester I 2017. Harga komoditas CPO diperkirakan juga sedikit tertekan akibat adanya penurunan permintaan impor dari India akibat kebijakan India menaikkan bea impor atas minyak tropis hingga dua kali lipat, namun tidak untuk minyak nabati lainnya. Dengan demikian, konsumsi akan minyak kelapa sawit dapat digantikan oleh minyak nabati lainnya.

Dengan kondisi tersebut pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2017 dan 2018 diperkirakan masih akan tumbuh positif sebesar 3,50% dan 3,60%. Perbaikan ekonomi global diperkirakan berasal dari negara ekonomi maju yang akan memberikan dampak positif kepada ekonomi negara berkembang. Perbaikan ekonomi global juga didukung oleh ekonomi Amerika Serikat, Tiongkok, dan India yang mengarah ke kondisi lebih stabil dan prospek lebih baik.

Tabel 7-37. Global Economic Outlook

Wilayah 2014 2015 20162017

Proyeksi Ags 17

Proyeksi Sep 17

World 3,30 3,1 3,10 3,90 3,80

US 2,20 2,60 1,60 2,10 2,20Euro Area 0,80 1,50 1,70 2,00 2,20

Japan 0,90 0,60 1,00 1,40 1,50

China 7,40 6,80 6,70 6,70 6,80

India 5,60 7,30 7,50 7,30 6,70

Sumber: Bank Indonesia

Dari sisi perdagangan, dengan asumsi kondisi ekonomi global yang lebih kondusif, maka volume perdagangan dunia diperkirakan lebih tinggi ,yaitu meningkat dari 2,3% pada 2016 menjadi 4,0% pada 2017. Hal ini didorong oleh perbaikan perekonomian global terutama ekonomi Amerika Serikat dan

113

Page 130: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 7. Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Tiongkok. Walaupun begitu, terdapat risiko tertahannya volume perdagangan dunia sebagai dampak proteksionisme Amerika Serikat.

Tabel 7-38. Volume Perdagangan Internasional

  2015

2016

2017

2018

Volume Perdagangan Internasional 2,8 2,4 4,2 4,0

Negara Maju 4,2 2,4 3,9 3,7Negara Berkembang 1,3 2,2 4,6 4,7

Sumber: WEO, IMF

Kinerja ekspor Sumatera Selatan diperkirakan membaik sejalan meningkatnya harga komoditas unggulan Sumatera Selatan dan perbaikan kondisi ekonomi global,antara lain tumbuhnya ekonomi India yang mengalami pertumbuhan. Adapun nilai tukar Rupiah akan terus dijaga pada level kompetitif sehingga memberikan andil positif terhadap peningkatan perekonomian.

Dari sisi sektoral, sektor primer masih menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi Sumsel di 2017. Kinerja sektor perkebunan dan industri pengolahan diperkirakan lebih baik dari beberapa tahun terakhir. Meningkatnya kinerja ekspor komoditas CPO disebabkan permintaan global yang terus meningkat seiring dengan adanya perbaikan ekonomi, terbentuknya pasar domestik untuk menyerap komoditas unggulan, dan masuknya musim panen pada perkebunan yang dapat memenuhi kebutuhan ekspor diyakini akan memberikan dampak positif kepada perekonomian Sumsel.

Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan masih menjadi tumpuan penyumbang pertumbuhan ekonomi kedepan. Meningkatnya kebutuhan akan komoditas barang tambang dari Tiongkok dan masuknya musim dingin membuat permintaan akan batubara meningkat. Dari sisi domestik kebutuhan batubara juga meningkat untuk memenuhi sumber energi Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Peningkatan kinerja ini didukung oleh penambahan kapasitas distribusi dengan menggunakan double track railway yang sebagian sudah dimanfaatkan. Kapasitas distribusi ini juga ditingkatkan lagi dengan pengerjaan proyek double track railway pada ruas lainnya.

Sedangkan sektor industri pengolahan juga mengalami pertumbuhan, baik dari sub sektor industri perkebunan maupun sub sektor makanan dan minuman yang didukung oleh kegiatan pariwisata seperti kegiatan-kegiatan domestik maupun berskala internasional. Di tahun 2018, sektor ini juga diperkirakan akan meningkat bersamaan dengan pelaksanaan pilkada serentak. Sektor konstruksi juga akan memberikan kontribusi pada pertumbuhan Sumatera Selatan mengingat masih berlanjutnya

114

Page 131: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

pembangunan infrastruktur pendukung Asian Games 2018 walaupun tidak setinggi tahun 2016.

Dengan kondisi tersebut, perekonomian Sumatera Selatan pada tahun 2017 diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,1 – 5,5%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2016. Beberapa risiko yang perlu diwaspadai adalah tekanan eksternal seperti risiko kenaikan suku bunga The Fed, turunnya permintaan CPO akibat penerapan kebijakan bea impor di India dan kondisi politik di Eropa akibat ketidakpastian koalisi yang solid pada pemerintahan Kanselir Angela Merkel.

7.2 Perkembangan Inflasi

8,48

6,26

7,49

3,10

5,05

4,37

4,37

3,58 3,71

4,31

3,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016 2017

20174 +/- 1

119 118 102 87 103 109 94 93 117 110 117

121 129 122 114131 141

120 126133 143 134

120 124112

100117 125

107 110125 126 125

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini (IKE)Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Grafik 7-57. Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera SelatanSumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan dan proyeksi Bank Indonesia

Grafik 7-58. Ekspektasi Harga KonsumenSumber: Survei Konsumen, BI

Tekanan inflasi Sumatera Selatan di akhir 2017 diperkirakan lebih rendah dan berada di dalam target inflasi nasional. Penurunan tekanan inflasi tersebut diperkirakan terjadi pada kelompok volatile food yang disebabkan oleh banyaknya pasokan komoditas bahan pangan akibat musim panen yang masih berlanjut. Selain itu, faktor cuaca yang diprediksi cukup baik di tahun 2017 diperkirakan juga akan meredam tekanan inflasi. Sementara itu, kelompok administered prices diperkirakan akan naik pada komoditas tarif angkutan udara bertepatan dengan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan libur akhir tahun. Selanjutnya nilai tukar rupiah masih berisiko melemah dan diperkirakan akan berdampak pada meningkatnya harga barang impor dan kenaikan tarif angkutan udara pada HBKN. Dengan kondisi tersebut, inflasi di Sumatera Selatan di akhir 2017 diperkirakan akan berkisar antara 2,8% – 3,4% (yoy).

Sementara itu, koordinasi yang solid antar instansi yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) diperkirakan akan menggiring inflasi berada dalam batas yang terkendali sesuai target inflasi nasional sebesar 4±1% (yoy) diakhir 2017..

Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa dalam periode 3 dan 6 bulan mendatang inflasi diperkirakan akan mengalami

115

Page 132: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 7. Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah

peningkatan yang tercermin dari meningkatnya ekspektasi konsumen terhadap kenaikan harga walaupun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Begitu juga dengan ekspektasi harga pada periode 12 bulan mendatang yang diperkirakan akan meningkat.

Pada triwulan I 2018, diperkirakan inflasi berada pada level yang relatif terkendali berkisar antara 3,0±1%. Dari kelompok volatile food, inflasi diperkirakan terkendali seiring dengan pasokan yang mencukupi dengan masuknya masa panen komoditas bahan pangan di awal tahun. Sedangkan di tahun 2018, diperkirakan inflasi berkisar antara 3,5±1%. Terkendalinya inflasi tahun 2018 tidak terlepas dari rencana pemerintah yang tidak akan melakukan penyesuaian pada harga energi seperti bahan bakar minyak dan listrik.

Tabel 7-39. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Sumatera Selatan (% yoy)Indikator 2015 2016 2017 2018

Periode Total 2015

Total 2016 I II III IV* Total

2017 I Total 2018

Pertumbuhan Ekonomi 4,50 5,03 5,14 5,26 5,56 5,4 – 5,8 5,1 – 5,5 5,2 – 5,4 5,3 – 5,6

Inflasi (%yoy) 4±1 3,58 3,71 4,31 3,00 3,5±1 3,5±1 3,0±1 3,5±1

Inflasi (%ytd) 4±1 3,58 0,58 2,04 1,85 3,5±1 3,5±1 3,0±1 3,5±1

P: Proyeksi Bank IndonesiaSumber: BPS, estimasi BI

7.3 RekomendasiPercepatan pembangunan infrastruktur, kecukupan pasokan energi, harmonisasi ketentuan, monitoring pencapaian dan growth strategy mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru menjadi syarat perlu untuk pembangunan ekonomi berkualitas dan berkelanjutan. Adapun rekomendasi yang perlu mendapat perhatian dalam upaya mempercepat dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan yang solid diantaranya adalah:

1. Peningkatan pertumbuhan ekonomi: Mengoptimalkan pemanfaatan dana desa untuk mengembangkan

daerah terutama pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, atau saluran irigasi. Selain itu, dana desa juga dapat digunakan untuk membangun BUMD yang melakukan usaha sesuai dengan potensi daerah masing-masing.

Percepatan realisasi pembangunan infrastruktur melalui PPP (Public Private Partnership) dalam pendanaan proyek pembangunan infrastruktur sebagai salah satu upaya peningkatan investasi pada kondisi anggaran daerah yang relatif terbatas untuk pembangunan skala luas.

116

Page 133: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah

Mengembangkan industri hilirisasi terutama pada komoditas karet, sawit dan kopi untuk mempertahankan competitive advantage jangka panjang dan menambah value added dari eskpor.

Melatih industri khususnya UMKM untuk dapat menghasilkan produk yang lebih efisien, inovatif dan kompetitif terutama untuk tujuan ekspor karena UMKM terbukti resilien terhadap krisis global dan dapat menjadi potential engine of growth yang lebih inklusif bagi perekonomian daerah. Pengembangan UMKM diupayakan selaras dengan potensi yang ada di daerah

Sinkronisasi Perda dan RKPD dalam mendukung paket kebijakan terutama untuk mendorong investasi.

Optimalisasi pendapatan daerah melalui pengembangan elektronifikasi antara lain terkait dengan e-retribusi.

Pengembangan komoditas unggulan yang berdasarkan kondisi geografis daerah seperti sektor perkebunan kopi dan budidaya ikan air tawar.

Pemanfaatan sumber pertumbuhan baru non – SDA sesuai dengan keunggulan daerah dengan membangun regional branding termasuk pengembangan pariwisata yang memiliki multiplier effect kepada pertumbuhan ekonomi.

Penerapan kuota daerah untuk komoditas bahan pangan seperti beras yang diproduksi sendiri sebelum dikirimkan ke daerah lain untuk mengurangi net impor komoditas dari daerah lain.

Penerapan DMO (Domestic Market Obligation) yaitu kewajiban bagi pelaku usaha pengolahan karet untuk memenuhi kebutuhan karet lokal dalam rangka mendukung ketersediaan bahan baku untuk program hilirisasi sektor industri karet.

2. Pengendalian inflasi Implementasi kegiatan sesuai dengan Roadmap TPID oleh instansi

terkait dalam rangka mendorong pembangunan infrastruktur yang mendukung distribusi dan produksi komoditas volatile food.

Peningkatan pengawasan dan pemantauan terhadap harga komoditas bahan pangan strategis antara lain oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah, Tim Satgas Pangan, dan instansi lainnya yang terkait.

Pendirian koperasi dalam perbaikan tata niaga terutama untuk komoditas yang seringkali menjadi penyumbang inflasi antara lain beras, cabai merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras.

Perluasan kemitraan antara petani dengan UMKM untuk menjaga kestabilan komoditas pangan dalam bentuk pasar penyeimbang di banyak titik di kabupaten/kota.

Kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras terbukti telah berhasil meredam inflasi, namun valuasi penerapan kebijakan Harga Eceran

117

Page 134: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

Bab 7. Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Tertinggi (HET) beras tetap perlu dilakukan untuk memitigasi risiko terjadinya arbitrase karena disparitas harga antar wilayah. Hal ini penting mengingat produksi beras di Sumatera Selatan juga menjadi sumber pemenuhan kebutuhan wilayah sekitar Sumatera Selatan.

Perlunya penyusunan laporan ketersediaan komoditas pangan yang telah memperhitungkan kebutuhan wilayah dan kebutuhan wilayah sekitar sehingga diperoleh data surplus/defisit bahan pangan yang lebih akurat.

Perlunya peningkatan partisipasi pemerintah daerah dalam pengkinian data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) SeiMusi agar utilisasi sistem lebih maksimal.

118

Page 135: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

LAMPIRAN

A. Tabel Inflasi Tahunan Provinsi Sumatera Selatan

Tahun Bulan UmumBahan

Makanan

Makanan Jadi,

Minuman, Rokok dan Tembakau

Perumahan, Air, Listrik,

Gas dan Bahan Bakar

Sandang KesehatanPendidikan,

Rekreasi dan Olah Raga

Transpor, Komunikasi

dan Jasa Keuangan

1 6,07 5,19 8,33 6,90 4,38 7,38 1,55 6,51 2 5,75 3,56 8,57 7,29 5,03 7,36 2,01 5,75 3 6,26 3,38 9,54 7,92 5,05 7,04 2,01 7,14 4 7,02 4,85 10,07 8,08 6,39 7,04 2,12 8,17 5 7,60 7,07 10,31 7,99 6,43 6,99 2,16 8,59 6 7,49 6,88 10,28 7,75 6,72 6,95 2,32 8,31 7 7,67 7,96 10,81 7,80 6,29 6,90 1,95 7,88 8 7,88 7,85 10,80 7,21 6,69 7,21 2,03 9,50 9 6,99 6,25 10,19 6,54 7,59 8,21 3,22 7,14

10 6,27 5,10 10,87 5,23 7,32 7,83 3,24 6,24 11 4,75 2,91 11,10 4,96 6,83 7,26 3,28 1,49 12 3,10 4,03 9,11 3,15 5,76 5,67 3,53 (3,91)

1 4,64 7,69 8,23 2,99 5,36 3,63 3,18 0,98 2 5,07 9,60 9,40 2,16 4,54 4,26 2,36 1,71 3 5,05 11,96 8,63 1,64 4,81 4,01 2,42 0,15 4 4,24 10,84 9,07 1,35 3,71 4,21 2,46 (2,40) 5 4,31 9,34 10,42 1,25 4,66 5,53 2,54 (2,06) 6 4,37 7,97 11,05 1,33 6,62 6,53 2,53 (1,94) 7 4,28 6,09 11,52 1,42 6,77 6,48 5,17 (1,57) 8 3,69 4,11 12,76 1,43 6,65 6,50 4,95 (3,03) 9 4,38 7,14 12,14 1,41 6,23 5,60 3,74 (2,03)

10 4,22 6,57 11,57 1,75 6,12 5,46 3,71 (2,17) 11 4,14 6,73 10,94 1,81 5,88 5,52 3,38 (2,32) 12 3,58 3,65 10,02 1,58 5,57 5,40 3,03 (0,30)

1 3,81 3,34 9,78 1,42 5,37 6,44 3,44 1,40 2 4,07 3,57 8,33 2,85 5,40 5,57 3,76 1,86 3 3,71 2,28 8,07 2,96 5,00 5,53 3,74 1,81 4 3,91 1,34 6,88 4,16 4,82 4,98 3,57 3,81 5 3,91 2,52 5,21 5,01 3,61 3,58 3,44 3,54 6 4,31 3,23 4,77 6,10 2,83 3,23 3,22 4,47 7 3,32 1,27 4,03 5,77 2,23 3,33 0,62 3,75 8 3,44 2,39 2,72 5,63 1,95 3,00 3,08 3,51 9 3,00 (0,03) 2,93 5,60 1,74 2,84 3,08 4,29

Sumatera Selatan (yoy%)

2015

2016

2017

119

Page 136: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

LAMPIRAN

B. Tabel Inflasi Bulanan Provinsi Sumatera Selatan

Tahun Bulan UmumBahan

Makanan

Makanan Jadi,

Minuman, Rokok dan Tembakau

Perumahan, Air, Listrik,

Gas dan Bahan Bakar

Sandang KesehatanPendidikan,

Rekreasi dan Olah Raga

Transpor, Komunikasi

dan Jasa Keuangan

1 (1,15) (2,55) 1,32 0,97 0,46 2,06 0,20 (5,57) 2 (0,55) (2,87) 0,37 0,33 0,92 0,21 0,49 (0,70) 3 0,28 (1,33) 1,20 0,46 0,27 0,36 0,00 1,33 4 0,53 0,46 0,52 0,22 1,29 0,35 0,11 0,94 5 0,55 1,72 0,37 0,07 0,26 0,14 0,05 0,39 6 0,44 1,61 0,42 0,10 0,33 0,04 0,24 (0,29) 7 1,14 3,54 0,60 0,16 0,50 0,10 0,17 0,79 8 0,29 (0,28) 0,40 0,29 0,52 0,60 0,26 0,73 9 (0,36) (1,50) 0,67 0,17 0,91 1,05 1,20 (1,74)

10 0,11 (0,43) 0,93 0,07 0,08 0,20 0,05 0,22 11 0,64 1,93 1,16 (0,01) 0,10 0,10 0,35 0,03 12 1,15 3,92 0,82 0,28 (0,00) 0,33 0,36 0,09

1 0,33 0,87 0,49 0,82 0,08 0,09 (0,14) (0,77) 2 (0,14) (1,15) 1,46 (0,47) 0,13 0,81 (0,30) 0,02 3 0,26 0,80 0,48 (0,06) 0,52 0,12 0,06 (0,23) 4 (0,25) (0,54) 0,93 (0,06) 0,23 0,54 0,14 (1,62) 5 0,63 0,34 1,61 (0,04) 1,17 1,40 0,13 0,74 6 0,49 0,34 0,99 0,18 2,19 0,99 0,22 (0,17) 7 1,06 1,73 1,02 0,25 0,60 0,05 2,74 1,17 8 (0,27) (2,15) 1,52 0,30 0,41 0,63 0,05 (0,78) 9 0,30 1,38 0,11 0,15 0,53 0,20 0,04 (0,73)

10 (0,04) (0,96) 0,42 0,40 (0,03) 0,07 0,02 0,09 11 0,56 2,08 0,60 0,05 (0,12) 0,16 0,03 (0,13) 12 0,61 0,94 (0,02) 0,05 (0,30) 0,22 0,02 2,15

1 0,56 0,57 0,27 0,67 (0,10) 1,07 0,25 0,93 2 0,11 (0,93) 0,12 0,93 0,15 (0,01) 0,01 0,46 3 (0,09) (0,46) 0,25 0,04 0,15 0,08 0,04 (0,27) 4 (0,05) (1,46) (0,19) 1,10 0,06 0,02 (0,02) 0,31 5 0,63 1,52 0,02 0,79 0,01 0,05 0,01 0,49 6 0,88 1,03 0,57 1,22 1,43 0,65 0,01 0,72 7 0,09 (0,19) 0,30 (0,08) 0,02 0,15 0,15 0,47 8 (0,16) (1,07) 0,23 0,17 0,14 0,31 2,50 (1,00) 9 (0,12) (1,02) 0,31 0,13 0,32 0,05 0,04 0,02

Sumatera Selatan (mtm%)

2015

2016

2017

120

Page 137: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

LAMPIRAN

Daftar IstilahMtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan

bulan sebelumnyaQtq Quarter to quarter perbandingan antara data satu triwulan

dengan triwulan sebelumnya

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya

Share Of Growth

Kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap total pertumbuhan PDRB

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal

Sektor ekonomi dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan

Migas Minyak dan Gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi

Share effect Kontribusi pangsa sektor atau sub sektor terhadap total PDRB

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktifitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Indeks Pembangunan Manusia

Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah

121

Page 138: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

LAMPIRAN

Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan

Bobot inflasi Besaran yang menunjukan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut

Ekspor Dalah keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.

Impor Seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil

PDRB atas dasar harga berlaku

Penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian

PDRB atas dasar harga konstan

Merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya

Bank Pemerintah

Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito

Loan to Deposits Ratio (LDR)

Rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun

Cash inflows Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu

Cash Outflows

Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu

Net Cashflows

Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya

Aktiva Produktif

Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia(SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

Pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bamk berdasarkan risiko dari masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada perorangan

Kualitas Kredit

Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam Perhatian

122

Page 139: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

LAMPIRAN

Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Rasio antara modal (modal inti dan modalpelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional

Inflasi Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent)

Kliring Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu

Kliring Debet Kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggara kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menagani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional

Non Performing Loans/Financing (NPLs/Ls)

Kredit atau pembiayaan yang termasuk dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugia yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar PPAP yang dibentuk, misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15 % dari jumlah Kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk kedit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari totsl kredit macet (setelah dikurangi agunan)

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)

Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ybs.

Rasio Non Performing Loans (NPLs) – NET

Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan penyisihan penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit

Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)

Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

123

Page 140: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

LAMPIRAN

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)

Industri

Pekerja

Pekerja Dibayar

Pekerja Tidak Dibayar

I nput

Output

Nilai Tambah/Value Added

Produktivitas

Tingkat Efisiensi

Intensitas Tenaga Kerja

Gross Margin

Usaha

Perusahaan

Perusahaan Industri

Jasa Industri

Sistem kliring bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.

Suatu kegiatan yang mengubah barang dasar menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya, menjadi yang lebih tinggi nilainya termasuk kegiatan jasa industri, pekerjaan perakitan (assembling) dari bagian suatu industri.

Orang yang biasanya bekerja diperusahaan/usaha tersebut.

Oorang yang biasanya bekerja diperusahaan/usaha dengan mendapatkan upah/gaji dan tunjangan-tunjangan lainnya baik berupa uang maupun barang.

Pekerja pemilik dan pekerja keluarga yang ikut aktif dalam pengelolaan perusahaan tetapi tidak mendapatkan upah/gaji, tidak termasuk mereka yang bekerja kurang dari 1/3 jam kerja yang biasa di perusahaan.

Biaya antara yang dikeluarkan dalam kegiatan proses produksi/proses industri yang berupa bahan baku, bahan bakar, barang lainnya diluar bahan baku/penolong, jasa industri, sewa gedung dan biaya jasa non industri lainnya.

Nilai keluaran yang dihasilkan dari kegiatan proses produksi/proses industri yang berupa nilai barang yang dihasilkan, tenaga listrik yang dijual, jasa industri yang diterima, keuntungan jual beli, pertambahan stok barang setengah jadi dan penerimaan-penerimaan lainnya.

Selisih nilai output dengan nilai input atau biasa disebut dengan nilai tambah menurut harga pasar.

Rasio antara nilai out put dengan jumlah tenaga kerja baik yang dibayar maupun yang tidak dibayar.

Ratio antara nilai tambah atas dasar harga pasar terhadap output produksi.

Suatu rasio antara biaya upah/gaji yang dikeluarkan untuk tenaga kerja terhadap nilai tambah.

%tase value added dikurangi biaya tenaga kerja dibagi output.

Kegiatan yang menghasilkan barang/jasa dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual/ditukar dan atau menunjang kehidupan dan menanggung risiko.

Suatu unit usaha yang diselenggarakan/ dikelola secara komersil yaitu yang menghasilkan barang dan jasa sehomogen mungkin, umumnya terletak pada satu lokasi dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi, bahan baku, pekerja dan sebagainya yang digunakan dalam proses produksi.

124

Page 141: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi … · Web viewBab 6. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Bab 3. Perkembangan Inflasi Bab 4. Stabilitas Keuangan Daerah dan UMKM Lampiran

LAMPIRAN

Diklasifikasikan menjadi empat kategori berdasarkan jumlah tenaga kerja tanpa memperhatikan penggunaan mesin maupun nilai dari aset yang dimiliki.

Kegiatan dari suatu usaha yang melayani sebagian proses industri suatu usaha industri atas dasar kontrak atau balas jasa ( fee ).

125