kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi sulawesi selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk...

112
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN I 2016

Upload: truongthuan

Post on 21-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Provinsi Sulawesi Selatan

TRIWULAN I 2016

Page 2: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Selatan

Jl. Jenderal Sudirman No. 3

Makassar 90113, Indonesia

Telepon: 0411 – 3615188/3615189

Faksimili: 0411 – 3615170

Page 3: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel iii

KATA PENGANTAR

Kata Pengantar

Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, mencakup aspek pertumbuhan ekonomi,

keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan

uang rupiah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian ekonomi dan

keuangan ini disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan

kebijakan moneter, makroprudensial, stabilitas sistem keuangan, serta sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah,

juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Dengan

demikian, keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Sulsel diharapkan dapat semakin berperan

sebagai economic advisor dan strategic partner bagi stakeholders di wilayah kerjanya.

Ekonomi Sulsel pada triwulan I 2016 tumbuh membanggakan 7,41% (yoy), lebih tinggi dari pencapaian pertumbuhan

ekonomi nasional (4,92%; yoy). Kami mencatat beberapa sektor masih tumbuh meningkat, antara lain sektor industri

pengolahan, sektor transportasi dan pergudangan, serta sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Namun

demikian, kondisi eksternal yang belum sepenuhnya membaik, masih berimbas pada kinerja ekspor komoditas unggulan

Sulsel di awal tahun 2016 ini. Harga internasional komoditas unggulan ekspor Sulsel, menurut outlook World Bank, baru

membaik pada akhir tahun 2016. Kami berharap, realisasi penyerapan anggaran belanja pemerintah pada triwulan I 2016

yang relatif tinggi, tetap berjalan optimal setiap triwulan, karena terbukti mampu menjadi penopang bagi ekonomi Sulsel.

Oleh karena itu, tampaknya perlu terus digenjot dalam hal percepatan infrastruktur, peningkatan nilai tambah ekspor,

dan pembangunan kota yang nyaman, serta pengembangan pembayaran nontunai. Selain itu, tekanan inflasi masih relatif

kuat, kami perkirakan akan dalam tren menurun hingga berada di rentang sasaran inflasi hingga akhir tahun 2016 yaitu

4±1%. Dengan kondisi inflasi yang rendah dan stabil tersebut, maka daya beli masyarakat akan tetap terjaga. Menurut

hemat kami, fokus pengendalian harga, diarahkan kepada komoditas penyumbang inflasi terbesar di Sulsel.

Dalam penyusunan laporan ini, Bank Indonesia memanfaatkan data dan informasi yang sudah tersedia dari berbagai

institusi, serta dari hasil survei dan liaison Bank Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, kami mengucapkan terima

kasih dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak, terutama bagi Bapak/Ibu yang telah berkontribusi dalam sharing

pemikiran dan penyediaan data serta informasi yang akurat dan terkini. Saran serta masukan dari para stakeholders

sangat kami harapkan agar kedepan laporan yang kami susun menjadi semakin lebih baik.

Makassar, Mei 2016

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI SELATAN

ttd

Mokhammad Dadi Aryadi Direktur Eksekutif

Page 4: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

iv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional

melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian

inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.

MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi

kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang

berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan

efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan

eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan

dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian

nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter, dan

stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan

akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia

yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta

melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam

rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen,

dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri

atas:Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest –

Coordination and Teamwork.

Page 5: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel v

DAFTAR ISI

Daftar Isi

KATA PENGANTAR III

DAFTAR ISI V

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

TABEL INDIKATOR EKONOMI 5

1. PERTUMBUHAN EKONOMI 9

1.1. PERTUMBUHAN EKONOMI 10

1.2. SISI PENGELUARAN 10

1.3. SISI LAPANGAN USAHA 18

2. KEUANGAN PEMERINTAH 31

2.1. STRUKTUR ANGGARAN 32

2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI 32

2.3. PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA APBD KABUPATEN/KOTA SE-SULSEL 35

2.4. PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA APBN DI SULSEL 36

2.5. PERAN REALISASI KEUANGAN PEMERINTAH DALAM PDRB 37

3. INFLASI DAERAH 41

3.1. INFLASI UMUM 42

3.2. INFLASI KELOMPOK BARANG DAN JASA 42

3.3. INFLASI MENURUT KOTA IHK 47

3.4. DISAGREGASI INFLASI 49

3.5. KOORDINASI PENGENDALIAN INFLASI 50

4. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 53

4.1. KONDISI UMUM PERBANKAN 54

4.2. STABILITAS SISTEM KEUANGAN 58

4.3. PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 61

5. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG 65

5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 66

5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI 67

6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 71

6.1. TENAGA KERJA 72

6.2. PENDUDUK MISKIN 73

6.3. RASIO GINI 75

6.4. NILAI TUKAR PETANI 75

Page 6: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

DAFTAR ISI

vi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 79

7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI 80

7.2. PROSPEK INFLASI 85

7.3. REKOMENDASI KEBIJAKAN 87

LAMPIRAN 91

DAFTAR BOKS

BOKS 1.A.

AGLOMERASI KAWASAN PERKOTAAN MAMMINASATA 29

BOKS 2.A.

FORUM FISKAL-MONETER: PERKUAT EKONOMI REGIONAL 39

BOKS 3.A.

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK HARGA BERAS DI SULSEL DALAM KAITANNYA DENGAN UPAYA PENGENDALIAN

INFLASI 51

BOKS 4.A

DAMPAK PELONGGARAN GIRO WAJIB MINIMUM (GWM) PRIMER DALAM RUPIAH TERHADAP PEREKONOMIAN 63

BOKS 5.A

SMART CITY (KOTA CERDAS) BERKEMBANG BERSAMA GERAKAN NASIONAL NON TUNAI (GNNT) 69

BOKS 6.A.

BANK INDONESIA IKUT MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA 77

Page 7: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Ringkasan Eksekutif

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Gambaran Umum

Perekonomian Sulsel triwulan I

2016 tumbuh meningkat

dibandingkan triwulan

sebelumnya

Perekonomian Sulsel triwulan I 2016 tumbuh 7,41% (yoy), meningkat dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya. Secara sektoral, meningkatnya pertumbuhan

disebabkan oleh peningkatan kinerja di sektor sekunder, yaitu sektor industri

pengolahan, sektor transportasi dan pergudangan, serta sektor penyediaan akomodasi

dan makan minum. Di sisi pengeluaran, meningkatnya pertumbuhan disebabkan oleh

masih kuatnya konsumsi rumah tangga dan cukup tingginya pertumbuhan investasi

(PMTB). Sementara itu, pertumbuhan ekspor masih mengalami tekanan seiring dengan

belum pulihnya pasar global. Pada triwulan laporan, kinerja perbankan dalam kondisi

baik dan sistem pembayaran yang meningkat. Peluang ekonomi Sulsel di tahun 2016

akan terjadi apabila ekonomi global membaik dan terjadi koordinasi yang semakin erat

antara pemerintah pusat dan daerah.

Tekanan inflasi Sulsel meningkat, dimana pada triwulan laporan tercatat 5,70% (yoy).

Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi nasional 4±1%, namun

inflasi Sulsel diperkirakan dapat berada di rentang sasaran inflasi hingga akhir tahun

2016. Peningkatan inflasi Sulsel terjadi dikarenakan tekanan harga kelompok bahan

makanan yang masih cukup tinggi, akibat bergesernya musim panen padi, terbatasnya

pasokan cabe dan bawang merah. Selain itu, pasokan terbatas akibat tingginya

permintaan dari wilayah di luar Sulsel karena gagal panen di beberapa wilayah.

Penurunan harga BBM dan tarif tenaga listrik (TTL) menjaga inflasi tidak terdorong

lebih tinggi. Kunci keberhasilan dalam mengendalikan inflasi di Sulsel tersebut tidak

lepas dari peran serta, komunikasi, dan koordinasi yang berjalan baik di antara anggota

TPID, terutama dalam kaitannya dengan upaya menjaga ketersediaan dan kelancaran

arus distribusi bahan pangan ke berbagai daerah di Sulsel.

Pertumbuhan Ekonomi

Konsumsi rumah tangga dan

investasi yang masih kuat serta

kinerja sektor sekunder telah

mendorong ekonomi Sulsel di

triwulan I 2016

Peningkatan pertumbuhan perekonomian Sulsel terutama disebabkan oleh masih

kuatnya konsumsi rumah tangga dan cukup tingginya pertumbuhan investasi (PMTB).

Pada triwulan I 2016, konsumsi rumah tangga dan rumah tangga tumbuh lebih rendah

dibandingkan periode sebelumnya. Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh dari

5,36% (yoy) menjadi 5,28% pada periode laporan. Sementara investasi tumbuh 9,52%

(yoy) dari periode sebelumnya (11,10%; yoy).

Sedangkan secara sektoral, pertumbuhan disebabkan oleh meningkatnya kinerja

sektor industri pengolahan, sektor transportasi dan pergudangan, serta sektor

penyediaan akomodasi dan makan minum. Sektor-sektor tersebut mengalami

peningkatan karena penguatan sektor-sektor sekunder dan tersier yang mencerminkan

daya beli konsumen yang terjaga di Sulsel.

Page 8: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

RINGKASAN EKSEKUTIF

2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Keuangan Pemerintah

Nominal realisasi belanja APBD

Provinsi dan APBN

menunjukkan peningkatan.

Realisasi penyerapan anggaran APBD dan APBN di Sulsel mendorong peningkatan

ekonomi Sulsel triwulan I 2016. Realisasi belanja APBD Provinsi Sulsel triwulan I 2016

mencapai Rp926,33 miliar atau 13,75% dari yang ditargetkan sebesar Rp6,74 triliun.

Sumber belanja berasal dari belanja operasional dan belanja transfer, dengan nilai yang

lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan realisasi belanja APBN di

Sulsel mencapai Rp2,38 triliun atau 12,5% dari yang dianggarkan sebesar Rp19,03

triliun, dengan peningkatan terbesar pada belanja modal dan belanja pegawai.

Inflasi

Tekanan harga meningkat,

terutama berasal dari inflasi

kelompok volatile food dan

administered price.

Laju inflasi Sulsel pada triwulan I 2016 tercatat 5,70% (yoy) lebih tinggi dari akhir

2015 (4,49%, yoy), terutama berasal dari bahan makanan (volatile food). Peningkatan

inflasi pada kelompok bahan makanan disebabkan oleh terbatasnya pasokan bahan

pangan akibat belum masuknya musim panen di beberapa sentra pangan Sulsel. Selain

itu, juga tercatat peningkatan tekanan inflasi pada kelompok transportasi, komunikasi,

dan jasa keuangan. Dengan perkembangan tersebut, berdasarkan agregasinya,

peningkatan inflasi Sulsel di triwulan I 2016 terutama bersumber dari penurunan

tekanan inflasi di kelompok administered price dan volatile food, masing-masing karena

kenaikan tarif angkutan udara dan pergeseran musim panen.

Penanggulangan inflasi dilaksanakan melalui TPID dengan meningkatkan koordinasi

dan komunikasi. Pelaksanaan koordinasi TPID di sepanjang periode laporan dilakukan

dengan melibatkan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dan instansi lainnya melalui

pelaksanaan rapat koordinasi TPID Provinsi Sulsel. Selain itu, Bank Indonesia juga aktif

dalam melakukan komunikasi dan program pengembangan UMKM dan klaster

komoditas pangan.

Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

Intermediasi perbankan

berjalan dengan baik, dengan

kualitas kredit terjaga pada

level aman

Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan I 2016 mengalami perlambatan

dibandingkan triwulan sebelumnya, terpantau dari perlambatan aset, dana pihak

ketiga (DPK), dan kredit/pembiayaan yang disalurkan, dengan Makassar menjadi

motor pertumbuhan industri perbankan. Risiko kredit terpantau relatif aman. Secara

kelembagaan, jumlah bank di Sulsel mengalami penambahan. Pada triwulan I 2016,

dinamika aktivitas perbankan diwarnai dengan meningkatnya penyaluran kredit yang

lebih tinggi dibandingkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Kondisi demikian

mendorong intermediasi perbankan meningkat dengan rasio LDR 122,94% lebih tinggi

dibandingkan triwulan lalu (121,05%). Searah dengan pertumbuhan perbankan umum,

kinerja perbankan syariah juga menunjukkan perlambatan, namun disisi lain kinerja

BPR mengalami percepatan pertumbuhan.

Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor korporasi maupun rumah

tangga di Sulsel masih kuat, yang tercermin dari perkembangan penyaluran kredit

dan penghimpunan DPK. Kualitas kredit di sektor korporasi sedikit mengalami

penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, tercermin dari NPL sedikit meningkat

menjadi 6,81% pada triwulan I 2016. Penyaluran kredit ke sektor UMKM juga terus

tumbuh, sehingga pangsa kredit UMKM terhadap total kredit tetap terjaga di atas 30%.

Page 9: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 3

Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Sesuai siklus ekonomi, kinerja

sistem pembayaran meningkat

di triwulan I 2016. Kebutuhan

uang kartal diindikasikan

menurun sebagaimana

tercermin dari arus layanan

uang tunai yang mengalami net

inflow.

Perkembangan kinerja Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah (SPPUR)

meningkat pada triwulan I 2016. Transaksi keuangan melalui Sistem Kliring Nasional

Bank Indonesia (SKNBI) mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan

diimplementasikannya ketentuan batas minimal transaksi melalui BI-RTGS sebesar

Rp500 juta dan diberlakukannya kebijakan penambahan waktu pelayanan SKNBI

menjadi 5 (lima) kali sehari. Sementara di sisi pengelolaan uang rupiah (PUR) terjadi net

inflow sebesar Rp4,74 triliun. Di sisi lain, jumlah uang yang keluar (outflow) dengan

nilai yang menurun mengindikasikan adanya penurunan kebutuhan uang kartal,

sementara tingginya net inflow merupakan siklus di awal tahun setelah momen libur

natal dan tahun baru.

Bank Indonesia selalu meningkatkan pelayanan SPPUR1 yang efektif dan handal.

Upaya tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan layanan ketersediaan uang layak

edar, dengan senantiasa terus mendorong clean money policy melalui kegiatan

pengelolaan uang tunai, dengan melakukan pembukaan layanan penukaran uang, kas

keliling, remise, pemusnahan uang tidak layak edar, dan edukasi ciri-ciri keaslian mata

uang rupiah.

Tenaga Kerja dan Kesejahteraan

Penyerapan tenaga kerja di

Sulsel meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulsel mencapai 5,11% (Februari 2016) lebih

rendah dibandingkan periode yang sama di tahun 2015 (5,80%). Penyerapan tenaga

kerja yang baik tersebut, ditengarai sebagai implikasi dari dampak kebijakan

pemerintah (dana desa dan paket kebijakan ekonomi). Di samping itu, tingkat

kesejahteraan petani yang diukur dari Nilai Tukar Petani (NTP) hingga triwulan I 2016

secara tahunan terpantau membaik dibandingkan triwulan I 2015. Sementara itu,

jumlah penduduk miskin di Sulsel hingga September 2015 meningkat dibanding

September 2014 baik di kota maupun di desa. Persentase penduduk miskin di Sulsel

(10,12%), tergolong cukup rendah jika dibandingkan Provinsi lain di Sulampua maupun

Nasional.

Prospek Perekonomian

Perekonomian Sulsel pada

triwulan II 2016 dan

keseluruhan 2016 diprakirakan

tumbuh lebih tinggi dari

pertumbuhan Nasional

Perekonomian Sulsel pada triwulan II 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,6% -

8,0% (yoy). Demikian pula untuk keseluruhan 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran

7,6% - 8,0% (yoy), membaik dibandingkan 2015. Jika dibandingkan dengan ekonomi

nasional, pertumbuhan ekonomi Sulsel triwulan II 2016 diperkirakan tetap lebih tinggi.

Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih akan ditopang oleh

semua komponen sisi pengeluaran (konsumsi, investasi, dan ekspor luar negeri). Di sisi

lapangan usaha, peningkatan pertumbuhan diperkirakan akan terjadi pada sektor

pertanian, sektor pengadaan listrik/gas, sektor konstruksi, dan sektor jasa

kesehatan/kegiatan sosial. Faktor risiko yang perlu diwaspadai ke depan adalah

berlanjutnya ketidakpastian ekonomi global, rebound-nya harga minyak dunia,

pergerakan nilai tukar rupiah, dan permasalahan harmonisasi kebijakan ekonomi

pemerintah pusat dan daerah.

Tekanan harga triwulan II 2016 dan sampai dengan akhir 2016 diperkirakan

melemah, didukung peningkatan produksi pangan serta lanjutan tren penurunan

harga minyak dunia, sehingga terjadi penyesuaian harga administered price. Oleh

karena itu, inflasi 2016 diprakirakan tetap terkendali dan berada dalam rentang target

1 Penyingkatan SPPUR merupakan singkatan baru yang diterapkan pada tahun 2015, sebelumnya penyebutan Sistem Pembayaran tunai. Sementara

penyebutan SP mengarahkan pada Sistem pembayaran Non Tunai.

Page 10: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

RINGKASAN EKSEKUTIF

4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

inflasi nasional. Namun demikian, koordinasi tetap menjadi kata kunci keberhasilan

dalam mengendalikan inflasi, terutama dalam kaitannya dengan upaya menjaga

ketersediaan dan kelancaran arus distribusi bahan pangan ke berbagai daerah di

Sulsel.

Rekomendasi Kebijakan

Percepatan infrastruktur,

peningkatan nilai tambah, dan

optimalisasi belanja

pemerintah menjadi kunci

pertumbuhan perekonomian

Sulsel 2016. Selain itu, juga

perlu diiringi dengan

pengendalian harga terutama

untuk komoditas penyumbang

inflasi terbesar di Sulsel.

Untuk mendorong Sulsel sebagai Pilar Utama Pembangunan Nasional dan Simpul

Jejaring Akselerasi Kesejahteraan, berikut ini beberapa kebijakan yang dapat

disarankan kepada pemerintah daerah: (a) Melakukan pembangunan infrastruktur

perhubungan secara tepat waktu; (b) Program peningkatan ekspor diiringi dengan

peningkatan kualitas transportasi dan infrastruktur darat dan laut yang memadai,

mulai dari kawasan industri hingga ke dan di pelabuhan; (c) Mendorong terciptanya

industri dasar hingga menengah (low medium technology) terutama untuk kebutuhan

rumah tangga, baik dari sisi ketersediaan investor, tenaga kerja, hingga pemasarannya;

(d) Belanja pemerintah yang masih menjadi penopang pertumbuhan Sulsel, perlu

dilakukan penyerapan yang makin optimal dan merata sepanjang tahun; (e) Penerapan

smart city, perlu diiringi dengan pembangunan infrastruktur dasar kota, seperti

pedestrian yang nyaman, penerangan jalan utama yang memadai, taman yang tertata,

pengelolaan drainase dan saluran air yang terpadu, pengelolaan sampah dan limbah

yang mampu menjaga kelestarian lingkungan, serta penggunaan pembayaran

nontunai.

Sementara rekomendasi kebijakan yang dapat dirumuskan untuk pengendalian

harga terutama komoditas penyumbang inflasi terbesar di Sulsel adalah sebagai

berikut: (a) Meyakinkan kepada para pemangku kebijakan terutama di tingkat daerah,

bahwa terdapat indikasi telah terjadi praktik pembentukan harga beras yang jauh dari

prinsip-prinsip pasar persaingan sempurna; (b) Mendorong pemerintah pusat dan

daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) agar merumuskan kebijakan dan mengambil

langkah-langkah konkrit untuk meminimalisir dampak market failures; (c) Mendorong

Pemerintah Provinsi untuk menerapkan kebijakan domestic market obligation (DMO);

(d) Memberikan masukan kepada pemerintah agar mengevaluasi kembali Harga

Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dan beras yang rasional dan obyektif; (e)

Mendorong Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) untuk memberikan

bantuan dengan menyalurkan beras kepada kelompok miskin terutama pada saat

operasi pasar Perum BULOG dinilai kurang berjalan efektif; (f) Pemerintah perlu

merevitalisasi Koperasi Unit Desa (KUD) dan Kelompok-kelompok Tani agar mampu

berperan efektif sebagai mitra Perum BULOG dalam pengadaan gabah dan beras di

lapangan; (g) Memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah

(Provinsi/Pemkab/Pemkot) agar tidak mengeluarkan peraturan yang kontra produktif

misalnya retribusi/pungutan atau bentuk kebijakan lainnya; (h) Mengundang investor

atau menggandeng swasta untuk mendirikan pabrik beras di Sulsel yang mampu

menghasilkan beras kualitas premium; (i) Menyiapkan sistem informasi yang simetris

dan berkualitas yang mampu menyediakan informasi mengenai data stok dan harga

beras di tingkat regional, nasional maupun internasional, yang dapat diakses dengan

mudah oleh seluruh pelaku usaha di bidang perberasan, terutama petani; (j)

Mendorong perbankan atau lembaga pembiayaan lainnya di Sulsel agar lebih giat

dalam melaksanakan program/kegiatan layanan keuangan inklusif.

Page 11: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 5

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Tabel Indikator Ekonomi

A. INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

2016**

I II III IV I II III IV I II III IV I

MAKRO

- Sulawesi Selatan 139.01 139.26 145.51 144.60 109.16 109.71 111.72 116.89 116.95 118.55 121.06 122.13 123.62

- Sulawesi Utara 136.86 136.16 141.73 144.59 109.39 110.28 110.90 118.61 118.13 119.91 121.26 125.20 123.92

- Gorontalo 141.62 140.95 142.53 147.46 108.24 109.32 109.62 115.26 113.96 115.98 117.72 120.22 120.50

- Papua 133.82 135.00 140.14 143.68 113.54 112.66 114.05 121.17 121.30 121.90 121.71 125.51 125.86

- Papua Barat 155.28 158.31 167.44 163.87 108.41 109.26 113.93 115.18 116.00 118.27 120.89 121.33 122.41

- Maluku 141.12 144.46 156.03 153.14 110.38 111.97 112.31 115.86 120.40 121.88 120.41 122.98 123.07

- Sulawesi Tengah 143.27 142.88 151.42 153.12 111.45 113.64 115.12 120.21 117.34 120.46 121.29 125.22 124.42

- Sulawesi Tenggara 141.41 144.15 151.32 149.50 108.00 109.77 111.72 117.67 116.43 117.84 118.00 120.34 121.96

- Sulawesi Barat 140.21 140.78 145.61 146.41 108.92 110.28 112.54 116.85 116.20 118.65 119.84 122.78 122.23

- Maluku Utara 138.49 138.68 148.77 150.25 112.16 114.28 117.01 122.30 121.04 123.67 124.73 127.83 127.64

- Sulawesi Selatan 4.61 4.36 7.24 6.21 5.88 5.92 3.72 8.61 7.13 8.06 8.36 4.48 5.70

- Sulawesi Utara 6.83 4.94 7.72 8.12 5.67 6.26 4.00 9.67 7.99 8.73 9.34 5.56 4.90

- Gorontalo 5.18 3.59 3.39 5.84 5.10 5.82 3.59 6.14 5.28 6.09 7.39 4.30 5.74

- Papua 5.89 6.07 8.58 8.27 9.57 7.40 4.51 9.11 6.83 8.20 7.63 3.59 3.76

- Papua Barat 7.62 5.79 9.70 7.25 5.77 5.27 5.32 6.56 7.00 8.25 6.11 5.34 5.53

- Maluku 2.58 1.70 9.86 8.81 8.95 8.85 2.79 7.19 9.08 8.85 7.64 6.15 2.22

- Sulawesi Tengah 5.97 3.89 7.28 7.57 8.42 10.37 5.46 8.84 5.28 6.00 5.36 4.17 6.03

- Sulawesi Tenggara 3.02 3.76 7.30 5.92 5.60 4.84 1.83 8.45 7.81 7.35 6.86 2.27 4.75

- Sulawesi Barat 4.19 4.30 5.85 5.91 6.24 6.65 4.46 7.89 6.68 7.59 6.49 5.07 5.19

- Maluku Utara 3.97 2.93 9.65 9.78 8.80 9.75 5.40 9.35 7.92 8.22 6.6 4.52 5.45

51,268 54,406 57,699 54,217 55,565 57,882 62,159 58,393 58,742 62,488 66,878 62,621 63,095

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 10,729 11,880 14,029 9,809 12,293 13,015 15,191 10,582 12,722 14,526 15,982 10,727 12,842

Pertambangan dan Penggalian 3,016 3,292 3,496 3,436 3,450 3,498 3,793 3,971 3,533 3,780 4,251 4,304 3,623

Industri Pengolahan 7,322 7,769 7,696 7,758 7,648 8,162 8,577 8,890 8,091 8,773 8,951 9,692 9,126

Pengadaan Listrik, Gas 49 49 50 51 51 55 56 60 51 51 53 58 56

Pengadaan Air 71 75 75 74 75 77 77 73 75 77 75 76 79

Konstruksi 6,019 6,343 6,720 6,948 6,494 6,789 7,044 7,340 6,961 7,188 7,689 8,129 7,610

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7,114 7,645 7,806 7,624 7,775 8,088 8,619 7,881 8,212 8,623 9,405 8,675 8,973

Transportasi dan Pergudangan 2,020 2,103 2,166 2,164 2,061 2,094 2,181 2,260 2,150 2,243 2,407 2,389 2,427

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 710 730 742 771 765 797 806 815 804 829 855 877 881

Informasi dan Komunikasi 3,332 3,440 3,485 3,511 3,492 3,592 3,733 3,743 3,749 3,860 4,036 4,069 4,055

Jasa Keuangan 1,884 1,944 1,902 1,896 1,950 2,017 2,008 2,090 2,144 2,077 2,194 2,248 2,350

Real Estate 1,919 1,969 2,019 2,026 2,068 2,124 2,164 2,209 2,252 2,284 2,320 2,341 2,411

Jasa Perusahaan 230 233 238 237 245 249 252 254 256 261 270 273 277

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,471 2,510 2,644 2,667 2,510 2,575 2,698 2,772 2,648 2,758 2,949 3,027 2,864

Jasa Pendidikan 2,789 2,781 2,932 3,416 2,916 2,929 3,105 3,523 3,176 3,195 3,402 3,606 3,420

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 927 959 1,004 1,131 1,065 1,093 1,107 1,169 1,144 1,177 1,232 1,292 1,253

Jasa lainnya 665 682 693 696 707 728 747 761 773 788 808 839 849

51,268 54,406 57,699 54,217

1. Konsumsi 32,784 36,021 36,851 40,586 35,255 37,835 38,891 42,129 37,158 39,735 41,045 44,894 39,000

2. Investasi 21,526 24,330 21,015 20,074 20,668 23,151 23,343 22,160 23,068 25,335 26,744 27,333 25,544

3. Ekspor 13,148 12,827 15,256 11,132 14,947 14,401 15,995 14,405 13,861 13,733 14,663 10,301 8,204

4. Impor 16,191 18,772 15,423 17,575 15,306 17,505 16,069 20,301 15,344 16,315 15,574 19,907 9,653

51,268 54,406 57,699 54,217 55,565 57,882 62,159 58,393 58,742 62,488 66,878 62,621 63,095

6.02 7.01 9.25 8.06 8.38 6.39 7.73 7.70 5.72 7.96 7.59 7.24 7.41

403.02 389.29 417.56 386.19 360.34 452.96 490.63 444.80 344.16 382.89 381.25 333.28 229.37

171.92 198.44 499.94 230.41 167.44 182.55 193.36 209.93 163.96 194.52 216.82 172.10 163.02

300.72 404.71 218.81 126.06 139.10 181.87 149.05 129.39 163.90 172.50 271.92 149.65 123.71

160.04 472.75 216.67 271.29 221.11 258.82 266.39 217.60 326.31 317.63 264.12 273.69 284.89

102.30 (15.43) 198.76 260.13 221.25 271.09 341.58 315.40 180.26 210.39 109.33 183.62 105.66

*) Angka sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2007**) Angka sangat sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2012

INDIKATOR2014**2013*

PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp Miliar) ***

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp Miliar) Tahun Dasar 2010 & SNA 2008

2015**

Catatan:

Total PDRB (Rp Miliar)

Pertumbuhan PDRB (%, yoy)

Nilai Ekspor (X) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta)

Volume Ekspor Luar Negeri Non-migas (Juta Ton)

Nilai Impor (M) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta)

Sumber : BPS & Ditjen Bea Cukai

Volume Impor Luar Negeri Non-migas (Juta Ton)

Neraca Perdagangan (X - M) Non-migas (US$ Juta)

Indeks Harga Konsumen

Page 12: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

TABEL INDIKATOR EKONOMI

6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

B. PERBANKAN (KREDIT LOKASI BANK, DPK LOKASI BANK PELAPOR)

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

Total Aset (Rp Miliar) 67,573 72,554 74,754 79,307 80,876 86,366 90,288 90,932 90,909 97,572 99,571 101,351 104,945 108,309 113,101 117,572 120,832 - -

45,734 48,024 49,917 53,717 52,302 53,457 57,359 60,444 58,162 61,402 64,339 66,112 66,420 68,867 72,433 78,467 78,342

Giro 7,471 7,282 7,257 7,345 7,770 8,092 9,221 7,845 7,990 9,730 9,693 7,995 10,154 11,820 12,471 13,165 12,894

Tabungan 25,004 27,206 28,545 31,466 29,321 30,068 32,076 35,007 32,446 33,168 34,828 37,428 34,147 34,881 37,491 42,221 38,589

Deposito 13,259 13,536 14,115 14,907 15,211 15,297 16,062 17,592 17,726 18,504 19,819 20,690 22,118 22,166 22,472 23,091 26,859 - - -

54,585 59,035 61,090 66,221 68,371 72,937 75,014 75,388 75,874 79,336 80,463 83,560 85,304 87,563 89,911 94,981 96,310

- Modal Kerja 20,516 22,850 22,385 25,506 25,980 26,659 26,160 27,231 27,257 29,062 29,847 31,442 32,776 34,627 34,876 36,730 37,510

- Investasi 10,025 10,588 10,997 11,380 12,232 14,486 15,769 14,494 14,642 15,467 15,457 16,241 16,482 16,500 17,476 20,538 20,041

- Konsumsi 24,044 25,597 27,707 29,335 30,158 31,793 33,085 33,663 33,974 34,807 35,159 35,877 36,045 36,436 37,558 37,713 38,759

119.35% 122.93% 122.38% 123.28% 130.72% 136.44% 130.78% 124.72% 130.45% 129.21% 125.06% 126.39% 128.43% 127.15% 124.13% 121.05% 122.94%- - -

54,585 59,035 61,090 66,221 68,371 72,937 75,014 75,388 75,874 79,336 80,463 83,560 85,304 87,563 89,911 94,981 96,310

- Pertanian 906 1,128 1,171 1,215 1,403 1,396 1,385 1,400 1,405 1,499 1,435 1,506 1,630 1,788 2,303 2,461 2,681

- Pertambangan 312 363 375 399 447 449 444 397 377 560 537 509 427 390 383 410 430

- Industri pengolahan 3,468 3,904 4,008 5,250 5,335 5,579 5,631 4,186 3,918 4,210 4,283 4,747 5,035 5,109 5,304 7,487 7,239

- Listrik, Gas, dan Air 137 124 135 141 133 116 121 191 218 245 232 350 382 413 398 379 306

- Konstruksi 2,065 2,448 2,582 2,674 2,565 2,780 2,966 3,034 3,043 3,666 4,173 4,366 4,746 4,902 5,417 5,491 5,483

- Perdagangan 15,459 17,631 17,741 19,027 19,933 22,957 23,360 24,132 24,334 25,587 25,748 27,033 27,920 29,003 29,373 31,424 31,959

- Pengangkutan 1,744 1,730 1,794 2,321 2,631 2,763 2,864 2,923 2,960 2,950 2,951 2,820 2,782 2,693 2,672 2,781 2,824

- Jasa Dunia Usaha 2,917 3,178 3,131 3,105 3,240 3,433 3,414 3,550 3,747 3,598 3,581 3,662 3,733 4,037 4,024 4,221 4,117

- Jasa Sosial Masyarakat 1,570 1,485 1,372 1,404 1,619 1,650 1,733 1,780 1,828 1,968 2,115 2,340 2,473 2,681 2,388 2,549 2,462

- Lain-lain 26,007 27,045 28,781 30,684 31,065 31,814 33,096 33,794 34,043 35,053 35,408 36,226 36,174 36,547 37,648 37,777 38,809 - - -

18,349 19,582 18,240 20,270 21,818 24,162 24,221 24,684 24,823 26,489 26,768 27,675 27,428 28,301 28,501 30,641 31,110 - - -

3,533 3,939 3,628 3,672 3,994 4,211 4,412 4,499 4,648 5,114 5,297 5,883 6,221 6,679 6,880 7,892 8,698

- Modal Kerja 3,151 3,489 3,159 3,206 3,484 3,558 3,648 3,768 3,827 4,088 4,249 4,479 4,674 5,038 5,144 5,542 6,329

- Investasi 382 449 469 467 510 653 764 731 821 1,027 1,048 1,404 1,548 1,642 1,735 2,351 2,369

- Konsumsi - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

8,932 8,933 8,433 8,938 9,290 9,819 9,877 10,037 10,123 10,329 10,885 11,035 10,893 11,161 11,580 12,412 12,433

- Modal Kerja 5,564 5,848 5,455 5,760 5,678 6,492 5,624 5,750 5,862 6,076 6,408 6,683 6,596 6,860 7,039 7,188 7,265

- Investasi 3,369 3,085 2,978 3,178 3,612 3,328 4,253 4,287 4,261 4,253 4,478 4,353 4,296 4,300 4,541 5,224 5,169

- Konsumsi - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

5,884 6,710 6,180 7,660 8,534 10,132 9,932 10,148 10,052 11,046 10,586 10,757 10,313 10,461 10,042 10,337 9,979

- Modal Kerja 4,759 5,478 4,833 5,644 6,186 7,205 6,872 7,278 7,079 7,822 7,680 7,802 7,488 7,698 7,272 7,577 7,198

- Investasi 1,125 1,232 1,347 2,016 2,349 2,927 3,060 2,870 2,972 3,224 2,906 2,954 2,825 2,763 2,770 2,760 2,781

- Konsumsi - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

3.05% 3.08% 2.87% 2.74% 2.94% 2.83% 2.91% 2.85% 3.14% 3.54% 3.57% 3.13% 3.36% 3.16% 3.85% 3.19% 3.36%- - -

4.12% 4.23% 4.18% 3.96% 4.25% 3.95% 4.57% 4.38% 4.87% 4.98% 5.42% 4.81% 5.21% 5.14% 5.40% 4.26% 4.43%- - -

- BANK UMUM SYARIAH 0

3,377 3,689 3,977 4,524 4,802 5,085 5,420 5,576 5,586 5,580 5,619 5,906 6,000 6,184 6,489 6,975 7,018 - - -

1,578 1,635 1,817 2,063 2,138 2,138 2,594 2,884 2,742 2,795 2,878 2,991 3,187 3,287 3,382 3,853 3,517

Giro 196 199 200 296 253 232 243 338 221 262 346 380 547 554 355 598 339

Tabungan 756 803 844 984 969 974 1,162 1,307 1,261 1,261 1,337 1,479 1,488 1,570 1,667 1,765 1,761

Deposito 626 633 773 783 916 932 1,188 1,239 1,260 1,272 1,195 1,132 1,153 1,162 1,360 1,490 1,417 - - -

2,759 2,953 3,076 3,502 3,870 4,157 4,265 4,374 4,453 4,869 4,926 5,141 5,239 5,582 5,750 5,684 5,817

- Modal Kerja 647 645 656 674 673 688 651 631 684 776 985 1,135 1,292 1,535 1,572 1,526 1,659

- Investasi 224 212 228 284 329 362 359 438 488 670 670 825 865 1,015 1,170 1,152 1,143

- Konsumsi 1,887 2,096 2,192 2,544 2,868 3,107 3,255 3,304 3,282 3,423 3,270 3,181 3,081 3,033 3,008 3,006 3,015

174.80% 180.63% 169.33% 169.77% 181.04% 194.41% 164.44% 151.65% 162.40% 174.20% 171.16% 171.91% 164.36% 169.84% 170.02% 147.53% 165.43%

Catatan:* (<Rp50 juta)** (Rp50 < X < Rp500 juta)*** (Rp500 juta < X < Rp5 miliar)**** Angka sementara

2012

Kredit Menengah *** (Rp Miliar)

Kredit - Lokasi Bank (Rp Miliar)

INDIKATOR

BANK UMUM :

DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Miliar)

LDR

NPL UMKM gross - Lokasi Bank (%)

Kredit UMKM - Lokasi Bank (Rp Miliar)

FDR

Total Aset (Rp Miliar)

DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Miliar)

Pembiayaan - Lokasi Bank (Rp Miliar)

2016****2015****

NPL Total gross - Lokasi Bank (%)

Kredit Mikro* (Rp Miliar)

Kredit - Lokasi Bank (Rp Miliar)

Kredit Kecil ** (Rp Miliar)

20142013

Page 13: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 7

C. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

2016***

I II III IV I II III IV I II III IV I

KAS

Inflow (Rp Miliar) 4,410 3,236 4,872 4,075 5,299 4,069 5,562 4,304 6,184 3,777 4,815 3,791 6,229

Uang Kertas 4,410 3,236 4,872 4,075 5,299 4,069 5,561 4,304 6,184 3,777 4,815 3,791 6,229

Uang Logam 0.03 0.08 0.08 0.10 0.14 0.04 0.23 0.01 0.004 0.001 0.034 0.003 0.002

Outflow (Rp Miliar) 1,715 2,885 5,313 4,162 2,346 3,829 5,641 4,098 2,248 3,703 4,930 3,208 1,490

Uang Kertas 1,715 2,885 5,310 4,159 2,343 3,826 5,637 4,096 2,247 3,699 4,927 3,202 1,485

Uang Logam 0.28 0.78 2.51 2.63 2.20 3.22 3.93 2.07 1.74 4.03 3.59 5.84 4.45

Pemusnahan Uang (Rp Miliar) 350 502 989 708 748 620 269 403 925 943 719 790 1,316

TRANSAKSI RTGS

From / Outgoing (Rp Miliar) 14,448 17,402 18,770 20,540 15,660 21,374 22,719 25,647 19,951 26,709 19,338 14,217

To / Incoming (Rp Miliar) 32,767 36,120 37,614 41,480 27,887 33,669 38,096 41,348 21,897 31,935 40,378

From - To (Rp Miliar) 4,245 4,921 6,755 7,299 4,748 9,765 10,970 11,845 3,778 4,272 3,478

TRANSAKSI KLIRING

Nominal Kliring* (Rp Miliar) 9,737 9,976 10,239 10,670 9,483 9,616 9,716 11,198 9,757 10,492 11,363 13,952 18,226

Volume Kliring* (Lembar) 284,030 285,559 280,922 290,332 260,069 266,025 260,914 280,987 262,477 279,265 296,973 314,492 346,867

Kliring Kredit

Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 557 576 874 1,050 675 637 675 805 887 1,027 1,617 4,280 8,917

Volume Kliring Kredit (Lembar) 36,457 34,774 37,895 41,130 29,191 28,625 30,355 32,940 34,547 32,940 53,395 86,793 132,841

RRH** Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 9 10 15 17 11 11 11 13 15 17 27 68 146

RRH Nominal Kliring Kredit (Lembar) 608 580 632 663 487 477 490 515 566 540 875 1,378 2,178

Nominal Kliring Debet (Rp Miliar) 9,180 9,400 9,365 9,620 8,809 8,978 9,041 10,393 8,870 9,465 9,746 9,673 9,309

Volume Kliring Debet (Lembar) 247,573 250,785 243,027 249,202 230,878 237,400 230,559 248,047 227,930 246,325 243,578 227,699 214,026

RRH Nominal Kliring Debet (Rp Miliar) 153 157 156 155 147 150 146 162 145 155 160 154 153

RRH Nominal Kliring Debet (Lembar) 4,126 4,180 4,050 4,019 3,848 3,957 3,719 3,876 3,737 4,038 3,993 3,614 3,509

Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 322 352 402 325 317 387 287 343 320 312 300 311 304

Volume Kliring Pengembalian (Lembar) 7,549 7,531 7,092 6,659 7,114 7,119 6,765 6,008 6,048 6,621 6,274 6,003 6,040

RRH Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 5 6 7 5 5 6 5 5 5 5 5 5 5

RRH Nominal Kliring Pengembalian (Lembar) 126 126 118 107 119 119 109 94 99 109 103 95 99

Cek/BG Kosong

Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 221 259 307 251 230 328 231 270 229 212 218 242 221

Volume Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 5,904 6,187 5,674 5,411 5,695 5,832 5,313 4,552 4,787 5,301 5,012 4,702 4,686

RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4

RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 98 103 95 87 95 97 86 71 78 87 82 75 77

*) Jumlah transaksi kliring kredit dan kliring debet penyerahan**) Rata-Rata harian: jumlah rata-rata transaksi setiap hari***) Angka sementara

2015INDIKATOR

2013 2014

Kliring Debet Penyerahan

Kliring Debet Pengembalian

Page 14: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

TABEL INDIKATOR EKONOMI

8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

D. GRAFIK INDIKATOR

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah *) PDRB TD 2010

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah *) PDRB TD 2010

Kontribusi Perekonomian (PDRB ADHK) Pertumbuhan Ekonomi (PDRB ADHK)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumbangan Komponen Penggunaan bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel Sumbangan SektorEkonomi bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah Inflasi dan BI Rate Perbankan Sulsel

*) Data Februari 2016 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

*) Data September 2015 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pengangguran Terbuka Persentase Penduduk Miskin

2.92%

11.27%

-1%

1%

3%

5%

7%

9%

11%

13%

15%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012 2013 2014* 2015** 2016**

Rasio PDRB KTI terhadap PDB Nasional

Rasio PDRB Sulsel terhadap PDB Nasional4.92%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

11%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Pertumbuhan Ekonomi Nasional (yoy)

Pertumbuhan Ekonomi Sulsel (yoy)

7.41%

0

2

4

6

8

10

12

-25-20-15-10

-505

1015202530

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Konsumsi Rumah Tangga Konsumi LNPRT Konsumsi Pemerintah

PMTB Perubahan Stok Net Ekspor

PDRB

-2

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Pertanian Industri Pengolahan Konstruksi

Perdagangan Sektor Lainnya PDRB

%yoy

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Inflasi Nasional (yoy)

Inflasi Sulsel (yoy)

BI Rate

100%

110%

120%

130%

140%

150%

160%

170%

180%

190%

200%

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

(Rp Triliun)Aset

DPK Lokasi Bank Pelapor

Kredit Lokasi Bank

LDR - Skala Kanan

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

7200

7400

7600

7800

8000

8200

8400

8600

8800

9000

2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015** 2016**

(Ribu Orang)

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) - Skala Kanan

JumlahPenduduk

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

700

750

800

850

900

950

1000

2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015**

(Ribu Orang) % Penduduk Miskin - Skala Kanan

Jumlah Penduduk Miskin

% Penduduk Miskin - Skala Kanan

Jumlah Penduduk Miskin

Page 15: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 9

1.

Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulsel pada triwulan I 2016 bila diukur berdasarkan PDRB nilainya

mencapai Rp87.989 milyar (ADHB) atau Rp63.095 milyar (ADHK), tumbuh 7,41%

(yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan IV 2015 (7,24%; yoy). Peningkatan

pertumbuhan perekonomian terutama disebabkan oleh peningkatan kinerja di

sektor sekunder.

Pada triwulan I 2016perlambatan pertumbuhan ekspor tidak sedalam impor.

Volume maupun nilai ekspor menurun signifikan, terutama ekspor barang

pertambangan. Disisi lain, terjaganya daya beli menjadi salah satu faktor

pendorong pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2016.

Secara sektoral, pertumbuhan dikarenakan meningkatnya kinerja sektor industri

pengolahan, transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan

minum, serta jasa keuangan dan pendidikan mengalami penguatan. Adapun

penahan pertumbuhan berasal dari sektor primer, terutama perlambatan sektor

pertanian dan pertambangan dan penggalian dimana sektor-sektor tersebut

mengalami perlambatan akibat pergeseran panen dan tren penurunan harga

komoditars internasional khususnya nikel.

Page 16: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami peningkatan pertumbuhan di triwulan I 2016. Pada triwulan

laporan, ekonomi Sulsel tumbuh 7,41% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 7,24% (yoy) pada triwulan IV 2015.

Peningkatan pertumbuhan disebabkan oleh meningkatnya kinerja di beberapa sektor antara lain industri pengolahan,

transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum, serta jasa keuangan dan pendidikan. Di sisi

lain, kuatnya sektor unggulan Sulsel yaitu sektor konstruksi dan perdagangan besar dan eceran mampu mendorong

pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan disebabkan oleh meningkatnya konsumsi rumah

tangga dan investasi. Peningkatan konsumsi rumah tangga terjadi dikarenakan daya beli masyarakat tetap terjaga dengan

baik. Selain itu, pertumbuhan investasi yang meningkat pada triwulan 1 2016 didorong oleh kebijakan pemerintah yang

telah memulai sebagian lelang proyek di akhir tahun 2015.

Sumber: Badan Pusat Statistik

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan

1.2. Sisi Pengeluaran Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2016 terutama disebabkan oleh masih kuatnya konsumsi

rumah tangga dan investasi. Pada triwulan I 2016 konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 5,28% (yoy), meskipun lebih

rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,36% (yoy). Kelompok pengeluaran lain yang mengalami pertumbuhan

yaitu konsumsi LNPRT (4,66%; yoy), konsumsi pemerintah (2,08%; yoy), investasi (PMTB) (9,52%; yoy) dan perubahan

inventori (55,01%; yoy).

Ekspor dan impor masih mengalami kontraksi pada periode laporan. Pada triwulan I 2016 ekspor tercatat tumbuh

negatif -40,81% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya -28,49% (yoy). Demikian pula impor juga

mengalami kontraksi yang cukup dalam, dari sebelumnya tumbuh -1,94% (yoy) menjadi menjadi -37,09% (yoy) di triwulan

laporan. Tabel 1.1. Pertumbuhan (yoy) Ekonomi Menurut Komponen Pengeluaran (triwulanan)*

Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka Sangat Sementara

6.11 6.21 5.94 5.87 5.54 5.59 5.52 5.58 5.14 4.96 4.97 5.04 4.73 4.66 4.74 5.04 4.92

10.34

8.50 8.648.11

6.027.01

9.258.06 8.38

6.39

7.73 7.70

5.72

7.96 7.59 7.24 7.41

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014* 2015** 2016**%

yoy Nasional yoy Sulsel

2016**

I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6.55 6.18 5.50 5.49 5.92 5.32 5.51 5.03 5.36 5.31 5.28

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 16.60 16.07 8.27 4.93 11.26 -2.49 -2.13 2.90 6.28 1.13 4.66

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 15.50 -2.19 5.38 -2.12 1.88 7.83 3.17 8.69 11.09 8.15 2.08

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 12.43 9.07 5.91 8.34 8.82 5.26 6.23 10.34 11.10 8.34 9.52

5. Perubahan Inventori -125.90 -74.02 195.94 11.10 -124.47 193.14 76.37 201.48 132.85 -579.81 55.01

6. Ekspor 13.68 12.27 4.84 29.40 14.10 -7.27 -4.64 -8.33 -28.49 -12.04 -40.81

7. Impor -5.47 -6.75 4.19 15.51 1.80 0.25 -6.80 -3.08 -1.94 -2.95 -37.09

PDRB 8.03 7.34 8.23 7.71 7.57 5.36 7.79 7.34 7.24 7.15 7.41

2014* 2015**

Page 17: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 11

Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik 1.2. Pangsa PDRB Sulsel Menurut Pengeluaran (ADHB)

Apabila dilihat dari andil terhadap PDRB, komponen

konsumsi RT dan PMTB masih menjadi penyumbang

terbesar baik di triwulan I 2016 maupun secara keseluruhan

2015. Pangsa konsumsi RT mencapai di atas 50% dari total

PDRB, sementara pangsa PMTB mencapai diatas 30% pada

triwulan I 2016. Kelompok pengeluaran lain yang memiliki

share cukup tinggi diatas 5% adalah konsumsi pemerintah (di

atas 5%). Sementara kelompok pengeluaran yang memiliki

pangsa di bawah 5% adalah net ekspor-impor (-4,14%),

konsumsi LNPRT (1%) dan perubahan inventori (1%).

1.2.1 Konsumsi

Secara agregat, pengeluaran konsumsi tumbuh positif, di antaranya didorong oleh konsumsi rumah tangga. Total

konsumsi triwulan I 2016 tumbuh 4,96% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 6,56% (yoy). Konsumsi

rumah tangga berperan dalam pertumbuhan konsumsi di triwulan ini dengan pertumbuhan 5,28% (yoy, sedikit menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya 5,36% (yoy). Sementara itu, konsumsi pemerintah tercatat tumbuh 2,08% (yoy),

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 11,09% (yoy).

Konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2016 menopang pertumbuhan ekonomi. Konsumsi rumah tangga yang relatif

terjaga menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi periode laporan. Harga BBM yang relatif stabil dan TTL yang

turun pada turut mendorong konsumsi rumah tangga. Paket kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang agresif,

didorong oleh sejumlah proyek multiyear mendorong optimisme dan keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi

sehingga daya beli terjaga. Hal ini terkonfirmasi dari nilai rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan I 2016

yang meningkat (>100) sebesar 116,44 dari sebelumnya 108,37. Serupa dengan IKK, nilai rata-rata Indeks Penjualan

Eceran (IPE) mengalami kenaikan sebesar 120,95 dari periode sebelumnya 120,37.

Realisasi belanja pemerintah daerah lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2015. Realisasi belanja daerah pada triwulan I

2016 tercatat 13,75% atau sebesar Rp637,88 miliar dari yang ditargetkan Rp6,74 triliun. Secara nominal realisasi belanja

triwulan I 2016 lebih tinggi dari triwulan I 2015, yang tercatat sebesar Rp631,09 miliar atau 9,53% dari target Rp6,62

triliun. Disisi lain, sampai dengan triwulan I 2016, realisasi anggaran pendapatan daerah mencapai 22,83%, lebih rendah

dibandingkan triwulan I 2015 yang terealisasi 25,87%. Secara nominal, realisasi anggaran pendapatan daerah pada

triwulan laporan mencapai Rp1,56triliun dari total target pendapatan tahunan sebesar Rp6,85 triliun.

Sumber: Survei Konsumen Sumber: Survei Penjualan Eceran Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.4. Indeks Penjualan Eceran

Konsumsi RT, 56.4%

Konsumsi LNPRT, 1.3%

Konsumsi Pemerintah,

6.3%

PMTB, 38.5%

Perubahan Inventori,

1.7%

Net Exim,-4.14%

Share PDRB

Tw I

2016

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

80

90

100

110

120

130

140

150

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Growth yoy (%) - Skala Kanan

Indeks

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Indeks Penjualan Eceran gIndeks - Skala Kanan

Indeks YOY

Page 18: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Penyaluran kredit konsumsi menunjukkan kinerja yang

meningkat. Kredit konsumsi di triwulan I 2016 tercatat

tumbuh 9,22% (yoy) meningkat dibandingkan

pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai

7,36% (yoy). Peningkatan terjadi pada pertumbuhan

kredit di hampir seluruh sektor, kecuali Kredit Kendaraan

Bermotor (KKB). Kredit perlengkapan rumah tangga

tumbuh 17,45% (yoy) lebih tinggi dari triwulan IV 2015

sebesar 3,89% (yoy). Kredit rumah tangga lainnya tumbuh

signifikan menjadi 12,93% (yoy), dibandingkan periode

sebelumnya yang tumbuh 4,73%. Kredit Pemilikan

Rumah/Apartemen (KPR/A) tumbuh dari 4,40% (yoy)

menjadi 5,65% (yoy), dan kredit multiguna tumbuh dari

4,73% (yoy) menjadi 12,93% (yoy) pada periode laporan.

Adapun KKB mengalami kontraksi -10,62% (yoy).

Sumber: Laporan Bank, lokasi proyek, diolah

Grafik 1.5. Penyaluran Kredit Konsumsi

Sumber: Laporan Bank, lokasi proyek, diolah Sumber: Laporan Bank, lokasi proyek, diolah Grafik 1.6. Penyaluran Kredit Kendaran Bermotor (KKB) Grafik 1.7. Penyaluran KPR/A

1.2.2 Investasi

Pertumbuhan investasi tetap kuat di triwulan I 2016. Investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) tumbuh 9,52% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2015 (11,10%; yoy). Realisasi belanja modal APBD di

Sulsel tercatat tumbuh lebih lambat 0,12% atau Rp1,05 miliar pada triwulan I 2016 dibandingkan triwulan I 2015 yang

mencapai 0,14%. Di sisi lain, belanja modal APBN mengalami peningkatan pada periode laporan. Belanja modal APBN

tercatat terealisasi sebesar Rp397,22 miliar atau 7,86% (yoy) dari target Rp19,03 triliun pada triwulan I 2016, lebih tinggi

dibanding triwulan I 2015 yang terealisasi Rp120,36 miliar atau 1,56% (yoy) dari target Rp22,5 triliun. Belanja modal APBN

didorong oleh penyerapan di sejumlah proyek oleh satuan kerja.

Perlambatan investasi juga terkonfirmasi dari kinerja impor barang modal dan kredit investasi. Impor barang modal

tercatat tumbuh -22,46% (yoy) terkontraksi dibandingkan periode sebelumnya 33,42% (yoy). Impor peralatan transportasi

(industri) menurun cukup dalam sehingga menjadi salah satu faktor pertumbuhan negatif impor barang modal di periode

laporan. Sementara dari sisi pembiayaan, perlambatan investasi juga tercermin dari melambatnya penyaluran kredit

investasi di periode laporan yang tumbuh 17,72% (yoy).

0

5

10

15

20

25

30

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyRp Triliun

Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi - Skala Kanan

-20.00

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

- 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

% (

yoy)

Rp

Tri

liun

Kredit Kendaraan Bermotor (KKB)

Pertumbuhan Kredit - Skala Kanan

-10.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

-

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

% (

yoy)

Rp

Tri

liun

Kredit Pemilikan Rumah/Apartemen (KPR/A)

Pertumbuhan Kredit - Skala Kanan

Page 19: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 13

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.8. Impor Barang Modal Grafik 1.9. Penyaluran Kredit Investasi

Selain dari sektor pemerintah, investasi yang dilakukan oleh pihak swasta juga menurun. Rendahnya investasi swasta di

triwulan I 2016 terlihat dari rencana proyek baru. Berdasarkan data BCI Asia, jumlah proyek infrastruktur yang dimulai di

triwulan I 2016 sebagian besar berupa pembangunan gedung dan jalan. Proyek infrastruktur swasta yang di mulai pada

triwulan laporan yaitu batas Kota Makassar - batas Kabupaten Bone road improvement dan ship building Kapal Ro-Ro 750

GT (lintas Kupang - Ndao).

Pada komponen perubahan inventori, perlambatan pertumbuhan didorong oleh menurunnya inventori hasil olahan

industri nikel. Komponen perubahan inventori di periode pelaporan tumbuh 134,69% (yoy), lebih rendah dari

pertumbuhan posisi inventori nikel sebesar 856,41% (yoy) di triwulan IV 2015, yang disebabkan harga nikel yang terus

menurun dan mengakibatkan harga realisasi rata-rata penjualan nikel turun, sehingga perusahaan utama nikel di Sulsel

menahan pengiriman barang.

Sumber: BCI Asia, diolah Sumber: Produsen, diolah

Grafik 1.10. Nilai Proyek Investasi Infrastruktur Sulsel Grafik 1.11. Perubahan Inventori Produsen Nikel

Proyek-proyek multiyears masih akan menjadi motor investasi di Sulsel. Banyaknya proyek infrastruktur berskala besar

di Sulsel diperkirakan masih akan menjadi motor pertumbuhan investasi di Sulsel, yang salah satunya adalah

pembangunan Makassar New Port. Groundbreaking proyek ini telah dilakukan oleh Presiden RI pada bulan Mei 2015.

Mega proyek dengan total investasi mencapai lebih dari Rp8 triliun ini direncanakan akan dibagi menjadi beberapa tahap,

yaitu:

Sumber: berbagai sumber, diolah

(150)

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyUS$ Juta

Impor Barang Modal gImpor Barang Modal

(10)

0

10

20

30

40

50

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyRp Triliun

Kredit Investasi gKredit Investasi - Skala Kanan

-500

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Nilai Proyek Infrastruktur Baru

Pertumbuhan Nilai Proyek - Skala Kanan

Rp Milyar

Tahap IA

•2015-2018

•Panjang Dermaga 320 m

•Lapangan Kontainer 16 Ha

•Kapsitas 50.000 TEUs

•Total Investasi Rp. 1,8 T

Tahap IB dan IC

•2019-2025

•panjang dermaga IB 330 m

•Panjang Dermaga IC 350 m

•Kapasitas 1 juta TEUs

•Total Investasi Rp 7,5 T

Tahap II

•2026-2030

•Panjang Dermaga 1.000 m

•Luas 112 ha

•Kapsitas 2 Juta TEUs

Page 20: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Sampai dengan saat ini, realisasi proyek Kereta Api Makassar – Parepare masih terkendala pembebasan lahan, sementara

pembangunan smelter oleh beberapa perusahaan diperkirakan mulai produksi pada bulan Oktober 2016, sedangkan

Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap dalam tahap pengembangan.

Tabel 1.2. Perkembangan Proyek Multiyears di Sulsel

No Nama Proyek Rencana Pengembangan Perkembangan Terakhir

1 Proyek KA Makassar-Parepare

Merupakan bagian dari proyek perkeretaapian Trans Sulawesi ditargetkan akan sepanjang 2.000 km dari Makassar ke Manado.

Rencana pembangunan 23 stasiun darim total panjang 145,23 km

Konstruksi telah mencapai 10 Km.

Pembebasan lahan tahap I sepanjang 30 Km telah selesai 90%.

Alokasi anggaran 2015 - APBD Rp100 milyar - APBN Rp971 milyar

Alokasi anggaran 2016 - APBN Rp1,3 triliun

Progres: pemasangan rel kereta api

2 PLTU Jeneponto tahap II Tahap I telah dioperasikan pada tahun 2012

Kapasitas PLTU Jeneponto tahap II 2x135 MW (gross capacity) atau 2x125 (net capacity).

Rencana pembangunan 18 bulan Nilai proyek (turn key) sebesar Rp 3 triliun

Groundbreaking pada bulan Maret 2015

3 Smelter PT. A Total Investasi : 6 Triliun Rupiah

Produk utama : Feronikel.

Kapasitas Produksi : 1 Juta metrik ton per tahun

Progress terakhir : Pematangan Lahan

Estimasi selesai pembangunan: Februari 2016

Estimasi uji coba: Februari 2016

Estimasi produksi: April 2016

4 Smelter PT. B Total Investasi : USD 130 Juta

Produk utama : Feronikel.

Kapasitas Produksi : 50.000 metrik ton per tahun

Progress terakhir : Proses Konstruksi

Estimasi selesai pembangunan: Februari 2016

Estimasi uji coba: Februari 2016

Estimasi produksi: Oktober 2016

5 Smelter PT. C Total Investasi : USD 300 Juta

Produk utama : Feronikel.

Kapasitas Produksi : 300 ribu metrik ton per tahun

Progress terakhir : Pembebasan Lahan

Estimasi produksi : 2016

6 PLT Tenaga Angin Rencana lokasi di Kab. Jeneponto dan Sidrap.

Sumber dan APBD

Rencana kapasitas 80-250 KW tenaga listrik

Studi Kelayakan

Target selesai: 2018

7 Pembangunan Underpass Simpang Mandai

Total Investasi: Rp175 Miliar

Underpass: 1.050 M

Progress terakhir : Pengeboran Underpass

Estimasi Pembangunan: 2015-2017

8 Pelebaran Jalan Maros-Watampone

Total Investasi: 125,520 Milyar / 1,85 T (alokasi/kebutuhan)

Progress terakhir :1.5 Km Sudah Teraspal dari Target 15, 84 Km

Estimasi Pembangunan: 2015-2017

9 Pembangunan Elevated Road Segmen I

Total Investasi: 169,745 Milyar / 473,954 Milyar (alokasi/kebutuhan)

Progress terakhir :Land Clearing dan Persiapan Pemancangan

Estimasi Pembangunan: 2015-2017

10 Pembangunan Jalan dan Jembatan Bypass Mamminasata

Total Investasi: 251,249 Milyar / 1.351 T (alokasi/kebutuhan)

Progress terakhir : penimbunan, dan land clearing

Estimasi Pembangunan: 2015-2018

11 Pembangunan Jalan dan Jembatan Middle Ring Road

Total Investasi: 219,836 Milyar / 526,98 Milyar (alokasi/kebutuhan)

Progress terakhir : land clearing, pembebasan lahan, dan pemasangan batu dan persiapan pembangunan jembatan

Estimasi Pembangunan: 2015-2018

Sumber: Pelindo, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VI, dan berbagai sumber lainnya

Proyek ketahanan pangan pada dasarnya merupakan proyek multiyear yang diperkirakan akan mendorong ekonomi

Sulsel ke depan, antara lain Bendung Baliase, Bendungan Karalloe, Bendungan Paselloreng, dan Waduk Tunggu Nipa Nipa.

Total anggaran proyek multiyear bersumber dari APBN diperkirakan sebesar Rp1,9 triliun.

Page 21: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 15

Tabel 1.3. Perkembangan Proyek Multiyears di Sulsel No Nama Proyek Rencana Pengembangan Perkembangan Terakhir

1 Bendung Baliase Lokasi : Kabupaten Luwu Utara

Target : Desember 2015 – Desember 2019

APBN : ±200 Miliar

Ags 2015: Penandatanganan MOU

Sept 2015 : Pembebasan Lahan

Des 2015: Persiapan pembangunan (tenaga kerja, peralatan, dan material)

2 Bendungan Karalloe Lokasi : Kabupaten Gowa

Target : Desember 2013 – Desember 2017 APBN : ±500 Miliar

Groundbreaking pada bulan Maret 2014

2015: Pengadaan lahan (109,32 ha dari 215 ha)

3 Bendungan Paselloreng Lokasi : Kabupaten Wajo

Target : Juni 2015 – Desember 2019

APBN : ±800 Miliar

Progress terakhir : Pembebasan Lahan

Estimasi Pembangunan: 2016

4 Waduk Tunggu Nipa Nipa Lokasi : Kabupaten Maros dan Gowa

Target : Desember 2015 – Desember 2017

APBN : ±400 Miliar

Progress terakhir : Pembebasan Lahan

Estimasi Pembangunan: 2016

Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang

1.2.3 Ekspor dan Impor

Ekspor Sulsel di triwulan I 2016 kembali terkontraksi. Nilai ekspor terkontraksi -40,81% (yoy), lebih dalam dibandingkan

dari kontraksi di triwulan IV 2015 yang tercatat mencapai -28,49% (yoy). Kontraksi ekspor terjadi pada ekspor dengan

tujuan luar negeri (LN). Ekspor LN yang sebagian besar ditopang oleh ekspor non migas, mengalami kontraksi -32,27%

(yoy) lebih dalam dibandingkan kontraksi di triwulan sebelumnya yang mencapai -15,55% (yoy). Tidak berbeda dengan

eskpor luar negeri, ekspor dalam negeri (DN) juga mengalami kontraksi. Di periode laporan, ekspor DN terkontraksi

-44,09% (yoy), jauh lebih dalam dibandingkan kondisi di triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh negatif -39,94% (yoy).

Ekspor DN sepanjang triwulan I 2016 sebagian besar diperkirakan terjadi antar wilayah di pulau Sulawesi yang dimuat

melalui jalur darat, mengingat volume muat barang dalam negeri di Pelabuhan Makassar masih mengalami kontraksi -

1,05% (yoy) meskipun tidak sedalam kontraksi di periode sebelumnya -22,54% (yoy).

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan

Grafik 1.12. Volume Ekspor Nonmigas Grafik 1.13. Volume Barang yang Dimuat

Penurunan kinerja ekspor tersebut tidak lepas dari penurunan kinerja ekspor Nikel. Ekspor Nikel sebagai komoditas

yang menyumbang 47,40% dari total ekspor LN Sulsel di triwulan I 2016 mengalami perlambatan. Nilai ekspor nikel

tercatat mengalami kontraksi -48,69% (yoy) lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi di periode sebelumnya yang

mencapai -33,67% (yoy). Hal ini tidak terlepas dari masih melemahnya harga komoditas nikel di pasar internasional.

Sepanjang triwulan I 2016, harga nikel mengalami kontraksi -40,89% (yoy), meskipun menguat dibanding triwulan

sebelumnya yang mencapai -40,59% (yoy).

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

0

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%; yoyRibu Ton

Volume Ekspor gVolume Ekspor - Skala KanangNilai Ekspor - Skala Kanan

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%; yoyRibu Ton

Volume Muat Barang Dalam Negeri gVolume Muat - Skala Kanan

Page 22: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

*) Data Sementara

Sumber: Bea Cukai, diolah

Sumber: World Bank

Grafik 1.14. Nilai Ekspor Nikel Matte Grafik 1.15. Perkembangan Harga Nikel

Selain nikel, beberapa komoditas unggulan Sulsel juga mengalami kontraksi di periode laporan. Beberapa komoditas

seperti rumput laut, olahan kakao dan biji kakao tercatat mengalami kontraksi nilai ekspor. Nilai ekspor komoditas olahan

kakao dan biji kakao mengalami kontraksi meskipun membaik -34,43% (yoy) dan -48,80% (yoy) dari triwulan sebelumnya

-74,28% (yoy) dan -70,38% (yoy). Sementara nilai ekspor rumput laut menurun cukup dalam dari -18,38% (yoy) menjadi

-35,02% (yoy). Menurunnya permintaan dari mitra dagang menjadi penyebab penurunan kinerja ekspor komoditas

tersebut.

Menurunnya permintaan ekspor terkait dengan kondisi ekonomi negara mitra dagang utama yang masih lemah. Bila

mengacu pada Purchasing Manager Index (PMI) yang dirilis oleh Markit Survey, diketahui bahwa negara mitra dagang

utama Sulsel seperti Jepang, Zona Eropa, dan Korea Selatan menunjukkan penurunan kinerja ekonomi di triwulan I 2016.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bloomberg

Grafik 1.16. Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Unggulan Grafik 1.17. Purchasing Managers Index

Di sisi lain, impor Sulsel di triwulan I 2016 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, dan masih dalam

fase kontraksi. Impor di periode laporan tercatat mengalami kontraksi -37,09% (yoy) lebih rendah dibandingkan kondisi di

triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi -1,94% (yoy). Penurunan impor terkonfirmasi dari penurunan

impor luar negeri (LN) yang didominasi oleh komponen non migas. Nilai impor LN tercatat tumbuh -15,72% (yoy) turun

cukup dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 12,33% (yoy). Di sisi lain, impor dalam negeri (DN)

tercatat tumbuh negatif -39,94% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi -3,43%. Impor

dalam negeri sebagian besar diperkirakan berasal dari wilayah Sulawesi yang dimuat melalui jalur darat, mengingat

volume kegiatan bongkar barang dalam negeri di pelabuhan Makassar menurun. Volume bongkar di periode laporan

mencapai 1,4 juta ton atau tumbuh 2,92% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya 0,74%

(yoy).

(60)(40)(20)020406080100120140

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyRibu Ton

Ekspor Nikel Matte gEkspor - Skala Kanan

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0.0

5,000.0

10,000.0

15,000.0

20,000.0

25,000.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoy$/mtNikel

gHarga - Skala Kanan

-150%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Rumput Laut Olahan Kakao Biji Kakao Udang

YOY

46

48

50

52

54

56

58

I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016

Indeks

Jepang Tiongkok AS Zona Eropa Korea Selatan

Page 23: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 17

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan

Grafik 1.18. Volume Impor Nonmigas Grafik 1.19. Volume Barang yang Dibongkar

Struktur ekspor maupun impor luar negeri Sulsel di triwulan I 2016 relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan

periode sebelumnya. Produk industri masih menjadi komoditas yang dominan dalam komposisi barang dari Sulsel yang

dijual ke luar negeri, yang kemudian diikuti komoditas pertanian. Nilai impor bahan baku tercatat mencapai USD88,78

juta atau 71,76% dari total nilai impor Sulsel di triwulan laporan. Sedangkan impor barang modal dan barang konsumsi

memiliki pangsa masing-masing 27,09% dan 1,15%.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.20. Pangsa Ekspor Menurut Komoditas Grafik 1.21. Pangsa Impor Menurut Kategori

Jika dilihat secara lebih rinci, nikel matte masih merupakan komoditas dengan pangsa terbesar dalam struktur ekspor,

sedangkan gandum menjadi penyumbang terbesar dalam impor di triwulan I 2016. Pada triwulan I 2016, komoditas

nikel matte mengambil pangsa 47,40% dalam struktur ekspor luar negeri Sulsel diikuti oleh coklat olahan dan ganggang

laut dengan pangsa masing-masing 8,62% dan 7,97%. Untuk impor luar negeri, gandum merupakan komoditas impor

terbesar di triwulan I 2016. Pangsa gandum mencapai 28,97% dari total impor di triwulan I 2016, makanan ternak lainnya

(10,97%), dan mesin (boilers) penghasil tenaga uap (7,34%).

Tabel 1.4. Peringkat Ekspor Menurut Komoditas Tabel 1.5. Peringkat Impor Menurut Komoditas

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

0

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyJuta Ton

Total Volume Impor

gVolume Impor (yoy) - Skala Kanan

gNilai Impor (yoy) - Skala Kanan

(20)(15)(10)(5)051015202530

0200400600800

1,0001,2001,4001,6001,8002,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%; yoyRibu Ton

Volume Bongkar Barang Dalam Negeri gVolume Bongkar - Skala Kanan

21.65%

77.87%

0.48% Pangsa Triwulan I 2016

Komoditas Pertanian: US$49,7 Juta

Komoditas Industri: US$178,6 Juta

Komoditas Pertambangan: US$1,1 Juta

27.09%

71.76%

1.15%

Pangsa Triwulan I 2016

Barang Modal: US$33,51 juta

Bahan Baku: US$88,78 juta

Barang Konsumsi: US$1,42juta

Nilai Ekspor

Triwulan I 2016

(USD)

1 NIKEL 108,715,192 47.40%

2 COKLAT OLAHAN 19,769,146 8.62%

3 GANGGANG LAUT 18,288,971 7.97%

4 BUAH/SAYURAN OLAHAN 15,784,366 6.88%

5 UDANG SEGAR/BEKU 12,090,540 5.27%

6 IKAN OLAHAN 10,002,773 4.36%

7 KAYU LAPIS 7,948,489 3.47%

8 IKAN LAINNYA 6,037,430 2.63%

9 INDUSTRI LAINNYA 5,372,788 2.34%

10 BIJI COKLAT 4,904,176 2.14%

Komoditas (HS)No Pangsa

Nilai Impor

Triwulan I 2016

(USD)

1 GANDUM 35,841,332 28.97%

2 MAKANAN TERNAK LAINNYA 13,572,712 10.97%

3 MESIN (BOILERS) PENGHASIL TENAGA UAP 9,086,135 7.34%

4 KAPAL LAUT DAN SEJENISNYA 8,625,236 6.97%

5 BESI/BAJA 8,309,885 6.72%

6 MESIN LAINNYA UNTUK INDUSTRI TERTENTU 5,189,508 4.19%

7 PERALATAN (MESIN) PEMANAS DAN PENDINGIN 5,137,202 4.15%

8 PRODUK KERAMIK 4,058,143 3.28%

9 BAHAN KIMIA AN ORGANIK 3,346,901 2.71%

10 PUPUK 3,207,783 2.59%

No Komoditas (HS) Pangsa

Page 24: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

18 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Berdasarkan negara tujuan, mayoritas ekspor Sulsel masih ditujukan ke Jepang, sedangkan untuk impor didominasi

oleh komoditas yang berasal dari Tiongkok. Di triwulan I 2016, nilai ekspor Sulsel ke Jepang mencapai 51,40% dari total

ekspor Sulsel diikuti oleh Amerika Serikat (11,13%), dan Tiongkok (8,18%). Dari sisi impor, sebagian besar barang yang

masuk ke Sulsel berasal dari Tiongkok yang mencapai 34,51% dari total impor Sulsel diikuti oleh Australia (20,54%) dan

Argentina (14,90%).

Tabel 1.6. Negara Tujuan Utama Ekspor Tabel 1.7. Negara Asal Utama Impor

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Defisit neraca perdagangan Sulsel menurun di triwulan I 2016. Defisit neraca perdagangan Sulsel pada periode

pelaporan mencapai Rp3,64 triliun, lebih rendah dari periode sebelumnya yang mencapai Rp15,1triliun. Defisit neraca

perdagangan pada triwulan berjalan terjadi dikarenakan tingginya impor barang-barang konsumsi seperti gandum dan

makanan ternak , serta barang-barang yang dipersiapkan untuk mendukung proyek pembangunan infrastruktur Sulsel di

tahun 2016 seperti besi/baja, peralatan sipil dan konstruksi.

Sumber: BPS Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.22. Neraca Perdagangan Bersih Grafik 1.23. Neraca Perdagangan Bersih Luar Negeri

1.3. Sisi Lapangan Usaha

Meningkatnya beberapa sektor termasuk sektor utama yaitu industri pengolahan, menjadi salah pendorong

pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2016. Sektor pengadaan listrik dan gas, industri pengolahan, transportasi dan

pergudangan dan jasa pendidikan tercatat tumbuh lebih tinggi masing-masing mencapai 8,21% (yoy), 12,79% (yoy),

12,86% (yoy) dan 7,69% (yoy). Sektor lain yang tercatat tumbuh meningkat adalah sektor pengadaan air (8,21%; yoy),

penyediaan akomodasi dan makan minum (9,55%; yoy), jasa keuangan dan asuransi (9,58%; yoy), real estate (7,04%; yoy)

dan jasa perusahaan (7,89%; yoy).

Kinerja sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, serta perdagangan besar melambat di triwulan I 2016. Sektor

pertanian tumbuh 0,97% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang tumbuh tinggi

mencapai 1,37% (yoy). Sektor lain yang tumbuh melambat yaitu pertambangan dan penggalian dari 8,38% (yoy) menjadi

2,55% (yoy), konstruksi dari 10,75% (yoy) menjadi 9,32% (yoy) dan perdagangan besar dari 10,08% (yoy) menjadi 9,27%

(yoy), administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial dari 9,21% (yoy) menjadi 8,18% (yoy), jasa kesehatan dan

kegiatan sosial dari 10,55% (yoy) menjadi 9,55% (yoy), dan jasa lainnya dari 10,20% (yoy) menjadi 9,71% (yoy).

Total Ekspor

FOB (USD)

1 JAPAN 117,902,677 51.40%

2 UNITED STATES OF AMERICA 25,540,260 11.13%

3 R.R.C. 18,754,631 8.18%

4 MALAYSIA 16,028,468 6.99%

5 VIETNAM 6,390,934 2.79%

6 NETHERLANDS 5,152,599 2.25%

7 HONGKONG 4,015,231 1.75%

8 SOUTH KOREA 4,006,748 1.75%

9 GERMANY 3,898,311 1.70%

10 SAUDI ARABIA 3,648,599 1.59%

TOTAL EKSPOR 229,370,001 100.00%

No Negara Tujuan PangsaTotal Impor

CIF (USD)

1 R.R.C. 42,693,114 34.51%

2 AUSTRALIA 25,410,445 20.54%

3 ARGENTINA 18,433,351 14.90%

4 ITALY 6,624,376 5.35%

5 CANADA 6,495,859 5.25%

6 THAILAND 4,656,762 3.76%

7 SAUDI ARABIA 3,236,855 2.62%

8 JAPAN 2,777,977 2.25%

9 UNITED STATES OF AMERICA 2,367,157 1.91%

10 UNITED KINGDOM 1,253,312 1.01%

TOTAL IMPOR 123,713,055 100.00%

PangsaNo Negara Asal

(12,000)

(10,000)

(8,000)

(6,000)

(4,000)

(2,000)

0

(25,000)

(20,000)

(15,000)

(10,000)

(5,000)

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Rp MiliarRp Miliar

Ekspor ADHK Impor ADHK Neraca Perdagangan Bersih - Skala Kanan

Page 25: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 19

Tabel 1.8. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor Ekonomi

Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 1.24. Pangsa PDRB Sulsel Menurut Lapangan Usaha (ADHB)

Apabila dilihat dari andil terhadap PDRB, sektor

Pertanian masih menjadi penyumbang terbesar di

triwulan I 2016. Pangsa Sektor Pertanian terhadap

total PDRB di periode pelaporan mencapai 22%. Sektor

lainnya yang menjadi tumpuan perekonomian Sulsel

adalah sektor Perdagangan, Industri Pengolahan, dan

Konstruksi, yang masing-masing memiliki pangsa

terhadap total PDRB di atas 10%. Sementara untuk

sektor non utama merupakan gabungan dari sektor

lainnya.

1.3.1 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutananan, dan Perikanan.

Dampak El Nino pada tahun 2015 mengakibatkan perlambatan di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan di

triwulan I 2016. Fenomena El Nino di Sulsel menyebabkan mundurnya musim tanam menjadi bulan November –

Desember 2015 sehingga menyebabkan panen pertama menjadi bulan Maret 2016 dan panen raya menjadi bulan April –

Mei 2016. Mundurnya musim panen tersebut memengaruhi produksi beras di wilayah Sulawesi Selatan dan kinerja sektor

ini.

Penurunan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan juga disebabkan oleh perlambatan kinerja di subsekor

perkebunan. Volume ekspor komoditas kakao sebagai salah satu indikator subsektor perkebunan masih mengalami

penurunan dari -10,06% (yoy) dari triwulan IV 2015 menjadi -38,08% (yoy) di triwulan I 2016. Secara nilai, total ekspor

kakao juga masih menunjukkan kontraksi -19,28% (yoy) atau sebesar USD24,67 juta.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank Grafik 1.25. Volume Ekspor Kakao dan Produk Olahannya Grafik 1.26. Harga Internasional Kakao

2016**

I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.93 14.58 9.55 8.29 7.88 9.98 3.49 11.61 5.21 1.37 5.63 0.94

B Pertambangan dan Penggalian 5.68 14.40 6.23 8.49 15.56 11.11 2.40 8.06 12.07 8.38 7.85 2.55

C Industri Pengolahan 9.22 4.45 5.06 11.44 14.59 8.94 5.79 7.49 4.35 9.02 6.70 12.79

D Pengadaan Listrik dan Gas 8.04 5.12 12.20 11.59 17.54 11.69 0.01 -6.86 -5.59 -3.34 -4.00 8.21

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5.50 5.54 2.38 1.99 -1.25 2.13 0.58 -0.26 -2.54 3.74 0.34 5.49

F Konstruksi 10.57 7.88 7.04 4.83 5.64 6.29 7.20 5.88 9.16 10.75 8.32 9.32

G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7.23 9.28 5.79 10.42 3.36 7.20 5.62 6.61 9.12 10.08 7.89 9.27

H Transportasi dan Pergudangan 6.36 1.99 -0.44 0.70 4.42 1.68 4.36 7.09 10.38 5.70 6.91 12.86

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.76 7.78 9.13 8.66 5.61 7.77 5.10 4.03 5.99 7.66 5.71 9.55

J Informasi dan Komunikasi 14.07 4.81 4.42 7.10 6.61 5.75 7.34 7.46 8.11 8.69 7.92 8.18

K Jasa Keuangan dan Asuransi 8.88 3.51 3.75 5.58 10.22 5.76 9.96 2.95 9.24 7.56 7.41 9.58

L Real Estate 8.98 7.79 7.84 7.18 9.03 7.97 8.88 7.55 7.21 6.01 7.39 7.04

M,N Jasa Perusahaan 6.97 6.20 7.22 6.19 7.41 6.76 4.77 4.48 6.79 7.40 5.87 7.89

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3.07 1.56 2.58 2.05 3.94 2.55 5.50 7.08 9.29 9.21 7.83 8.18

P Jasa Pendidikan 7.72 4.57 5.31 5.88 3.13 4.65 8.90 9.07 9.56 2.35 7.25 7.69

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.25 14.91 13.88 10.21 3.32 10.23 7.41 7.75 11.35 10.55 9.31 9.55

R,S,T,U Jasa lainnya 7.14 6.25 6.79 7.74 9.44 7.57 9.42 8.16 8.16 10.20 8.99 9.71

PDRB 7.62 8.38 6.39 7.73 7.70 7.54 5.72 7.96 7.59 7.24 7.15 7.41

2014* 2015**2013Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2010

22%

14%

13%13%

38% Share PDRB

Tw I 2016

Pertanian

Industri

Pengolahan

KonstruksiPerdagangan

Non Sektor

Utama

-150%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Ekspor Kakao dan Produk Olahannya Pertumbuhan - Skala Kanan

Juta Ton YOY

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoy$/kgKakao

gHarga - Skala Kanan

Page 26: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

20 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Di sisi lain, perbaikan kinerja sub sektor perikanan menjadi faktor penahan perlambatan di sektor pertanian. Salah satu

indikator yang menunjukkan perbaikan kinerja di subsektor perikanan adalah peningkatan ekspor komoditas perikanan.

Peningkatan ekspor perikanan tercatat baik dari sisi volume maupun nilai. Secara volume, ekspor meningkat cukup

signifikan 41,06% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dari periode sebelumnya (20,95% yoy). Secara nilai, ekspor

perikanan tercatat tumbuh 14,97% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2015 yang tumbuh 11,17% (yoy).

Peningkatan ekspor diperkirakan terjadi akibat pengaruh cuaca yang membaik sehingga tangkapan ikan meningkat.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.27. Volume Ekspor Komoditas Ikan Grafik 1.28. Nilai Ekspor Komoditas Ikan

Meskipun sektor pertanian mengalami perlambatan, hal ini searah dengan kinerja penyaluran kredit ke sektor

pertanian. Di triwulan I 2016, kredit yang disalurkan ke sektor pertanian tumbuh 41,37% (yoy) atau mencapai Rp2,37

triliun. Angka pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2015 yang tumbuh 42,04%

(yoy).

Grafik 1.29. Perkembangan Kredit di Sektor Pertanian

1.3.2 Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian

Lapangan usaha pertambangan dan penggalian melambat di triwulan I 2016. Lapangan usaha ini tercatat tumbuh 2,40%

(yoy), lebih rendah dari pertumbuhan di triwulan sebelumnya 15,56% (yoy). Meskipun nilai dan volume pertambangan

mengalami perbaikan, namun masih tumbuh negatif. Total nilai ekspor pertambangan mencapai USD 1,09 juta atau

tumbuh -50,12% (yoy) pada periode laporan, dari -51,53% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Volume ekspor

pertambangan tumbuh dari -52,97% (yoy) menjadi -50,37% (yoy) pada triwulan I 2016 atau 8,07 juta ton.

-120%

-100%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

0

1

1

2

2

3

3

4

4

5

5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Ekspor Ikan Pertumbuhan - Skala Kanan

JutaTon YOY

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Ekspor Ikan Pertumbuhan - Skala Kanan

Juta USD YOY

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyRp Triliun

Pertanian gKredit Pertanian

Page 27: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 21

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 1.30. Volume Ekspor Pertambangan Grafik 1.31. Nilai Ekspor Pertambangan

Volume produksi hasil tambang mengalami kontraksi meski membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga

komoditas masih menjadi penyebab utama penurunan kinerja sektor pertambangan. Hampir seluruh komoditas tambang

termasuk nikel terus mengalami penurunan harga sejak pertengahan tahun 2014. Rata-rata harga komoditas Nikel di

triwulan IV 2015 berada pada level USD8.507 per metrik ton turun -40,89% (yoy) dibandingkan rata-rata harga di triwulan

sebelumnya yang turun -40,59% (yoy).

Sumber: Industri Pengolahan Nikel Sumber: Industri Pengolahan Nikel

Grafik 1.32. Produksi Nikel dalam Matte Grafik 1.33. Penjualan Nikel dalam Matte

Perlambatan sektor pertambangan dan penggalian seiring dengan penurunan kinerja produksi nikel. Perlambatan

pertumbuhan diperkirakan berasal dari penurunan kinerja industri pengolahan Nikel, dimana salah satu produksidan

penjualan Nikel terbesar di Sulsel menurun di triwulan I 2016. Total produksi Nikel dalam Matte mencapai sekitar 16.894

metrik ton atau tumbuh -3,33% (yoy), lebih rendah dari peningkatan di periode sebelumnya yang mencapai 8,34% (yoy).

Sejalan dengan hasil produksi yang menurun, hasil penjualan Nikel dalam matte terkontraksi -8,94% (yoy) dari

sebelumnya tumbuh 12,13% (yoy).

Meskipun masih mengalami kontraksi, namun kredit di sektor pertambangan menunjukkan pertumbuhan poisitif di

triwulan I 2016. Di periode triwulan I 2016, kredit sektor tambang tumbuh 1,50% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya

mengalami kontraksi -14,82% (yoy).

Sumber: World Bank Sumber: LBU, diolah Grafik 1.34. Harga Komoditas Tambang Grafik 1.35. Kredit Sektor Pertambangan

(150)

(100)

(50)

0

50

100

150

200

250

0

10

20

30

40

50

60

70

80

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyJuta Ton

Ekspor Pertambangan gEkspor - Skala Kanan

(100)

(50)

0

50

100

150

200

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyJuta USD

Ekspor Pertambangan gEkspor - Skala Kanan

-30-20-10010203040506070

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Rib

u

Produksi Nikel dalam Matte (Ton Metrik) yoy (%) - Skala Kanan

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Rib

uPenjualan Nikel dalam Matte (Ton Metrik) yoy (%) - Skala Kanan

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Nikel Timah Seng Timah Hitam

gYOY

(40)

(20)

0

20

40

60

80

0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyRp Triliun

Pertambangan gKredit Pertambangan

Page 28: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

1.3.3 Lapangan Usaha Industri Pengolahan

Lapangan usaha industri pengolahan tumbuh meningkat di triwulan I 2016. Sektor industri pengolahan tumbuh 12,79%

(yoy), lebih tinggi dari triwulan IV 2015 yang mencapai 9,02% (yoy). Industri Besar dan Sedang (IBS) serta Industri Mikro

dan Kecil (IMK) ditengarai menjadi pendorong pertumbuhan. Hal ini terindikasi dari peningkatan Indeks Industri Besar dan

Sedang (IBS) yang semula tumbuh 1,87% (yoy) di triwulan IV 2015 naik menjadi 2,32% (yoy) di periode laporan.

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.36. Pertumbuhan Industri Grafik 1.37. Nilai Ekspor Hasil Industri

Meskipun sektor industri pengolahan mengalami

peningkatan, namun kredit sektor industri pengolahan

justru mengalami perlambatan. Kredit yang disalurkan

ke industri pengolahan tercatat mencapai Rp7,98 triliun

atau tumbuh 36,95% (yoy), melambat dibandingkan

pertumbuhan di triwulan sebelumnya 53,80% (yoy).

Perlambatan diindikasikan masih tersedianya stok di

tahun 2015, sehingga perusahaan industri pengolahan

belum meningkatkan produksinya di triwulan I 2016.

Sumber: LBU

Grafik 1.38. Kredit Industri Pengolahan

Ekspor komoditas hasil industri mengalami perlambatan. Sejalan dengan kredit sektor industri pengolahan, nilai ekspor

hasil industri di triwulan I 2016 terkontraksi cukup dalam dari -25,78% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi -35,35% (yoy)

atau sebesar USD178,60 juta.

1.3.4 Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas

Kinerja lapangan usaha pengadaan listrik dan gas tumbuh positif. Lapangan usaha ini tercatat mengalami peningkatan

16,14% (yoy) pada triwulan laporan. Angka ini lebih baik dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh 13,57%

(yoy). Pertumbuhan sektor ini terkonfirmasi dari hasil liaison kepada PT PLN Wilayah Sulserabar yang menyatakan bahwa

terjadi peningkatan jumlah pelanggan dan jumlah daya yang terjual di periode laporan. Meskipun demikian, penyaluran

kredit ke sektor Listrik, Gas dan Air (LGA) mengalami perlambatan. Perlambatan dapat disebabkan oleh proyek sektor

listrik baru akan dimulai pada triwulan III 2016.

(15)

(10)

(5)

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoy

IMK IBS

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Ekspor Industri Pertumbuhan - Skala Kanan

Juta USD YOY

(40)(30)(20)(10)0102030405060

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyRp Triliun

Industri Pengolahan gKredit Industri Pengolahan

Page 29: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 23

Sumber: LBU

Grafik 1.39. Kredit Sektor Listrik, Gas, dan Air

1.3.5 Lapangan Usaha Pengadaan Air

Lapangan usaha pengadaan air tercatat mengalami pertumbuhan. Lapangan usaha ini tumbuh 5,49% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,74% (yoy). Peningkatan ini diperkirakan terkait dengan

telah masuknya musim hujan pada bulan November – Maret 2016 sehingga sumber air tersedia dalam jumlah yang

cukup.

1.3.6 Lapangan Usaha Konstruksi

Pada triwulan I 2015, Lapangan Usaha Konstruksi tumbuh

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, seiring

dengan siklus belanja pemerintah yang menurun di awal

tahun. Di triwulan laporan, sektor ini tumbuh 9,32% (yoy) lebih

rendah dari pertumbuhan di periode sebelumnya yang

mencapai 10,75% (yoy). Melambatnya sektor konstruksi dan

indikator pendukung lainnya didorong oleh realisasi belanja

modal pemerintah yang minim. Hingga akhir periode triwulan I

2016, realisasi belanja APBD mencapai Rp926 milyar atau

13,75% dari pagu anggaran. Meskipun demikian, angka ini lebih

tinggi dibandingkan realisasi di periode yang sama tahun 2015

yang mencapai 9,53%. Di sisi lain, realisasi belanja APBN

meningkat sebesar Rp2,38 triliun, lebih tinggi dari triwulan I

2015 sebesar Rp2,08 triliun. Realisasi belanja APBN yang tinggi

menjaga pertumbuhan sektor konstruksi.

Sumber: Survei Penjualan Eceran

Grafik 1.40. Penjualan Eceran Semen

Perlambatan sektor konstruksi searah dengan realisasi pengadaan semen dan hasil Survei Penjualan Eceran. Realisasi

pengadaan semen di triwulan I 2016 mencapai 542 ribu ton, tumbuh 14,63% (yoy) lebih rendah dibandingkan periode

triwulan IV 2016 (16,19%; yoy). Sementara penyaluran kredit ke sektor konstruksi tumbuh melambat di angka 9,38%

(yoy), dari triwulan IV 2015 yang tercatat 27,19% (yoy). Selain itu, penurunan juga terkonfirmasi dari hasil penjualan

eceran komoditas semen yang menunjukkan penurunan di triwulan laporan. Indeks penjualan eceran semen tumbuh

50,84% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan periode sebelumnya 55,95% (yoy).

(50)

0

50

100

150

200

250

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyRp Triliun

Listrik, Gas, dan Air gKredit Listrik, Gas, dan Air

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

% YOY

Semen

Page 30: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.41. Pengadaan Semen Grafik 1.42. Kredit kepada Sektor Konstruksi

1.3.7 Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran tercatat tumbuh melambat di triwulan I 2016. Di triwulan laporan,

lapangan usaha ini tumbuh 9,27% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di periode sebelumnya yang tercatat

10,08% (yoy). Hal ini searah dengan penyaluran pembiayaan ke sektor perdagangan yang menunjukkan perlambatan

pertumbuhan. Kredit ke sektor perdagangan tercatat mencapai Rp32,48 triliun atau tumbuh 12,93% (yoy), lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan di triwulan IV 2015 sebesar 13,58% (yoy). Kembalinya masyarakat ke aktivitas normal setelah

rangkaian perayaan hari besar keagamaan (tahun baru Islam dan natal) diperkirakan menjadi faktor perlambatan

pertumbuhan di sektor ini. Pertumbuhan sektor perdagangan juga terkonfirmasi dari hasil Survei Penjualan Eceran,

terutama untuk penjualan produk di kelompok bahan bakar kendaraan bermotor, kelompok barang lainnya seperti alas

kaki, tas, dan farmasi, serta kelompok barang budaya dan rekreasi seperti kertas karton dan alat tulis.

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Survei Penjualan Eceran

Grafik 1.43. Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 1.44. Penjualan Barang Eceran Riil

1.3.8 Lapangan Usaha Transportasi dan Penggudangan

Lapangan transportasi dan penggudangan tumbuh meningkat di triwulan laporan. Lapangan usaha ini tercatat tumbuh

12,86% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 5,70% (yoy). Hal ini searah dengan penyaluran kredit

ke sektor pengangkutan tercatat tumbuh positif 3,87% (yoy), setelah pada periode sebelumnya tumbuh 0,90% (yoy).

Aktivitas pergudangan mengalami peningkatan. Aktivitas penggudangan meningkat seiring dengan peningkatan volume

bongkar muat barang di pelabuhan Makassar. Aktivitas pergudangan diindikasikan mendorong pertumbuhan sektor ini. Di

sisi lain, moda transportasi udara mengalami penurunan yang cukup tinggi. Sepanjang triwulan I 2016, angkasa pura dan

otoritas pelabuhan Makassar mencatat adanya perbedaan pola pertumbuhan penumpang. Lalulintas penumpang

pesawat udara menunjukkan peningkatan yang signifikan, berkebalikan arah dengan pertumbuhan penumpang angkutan

laut yang justru mengalami kontraksi.

(5)

0

5

10

15

20

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyRibu Ton

Realisasi Pengadaan Semen Sulsel (Ton)

gRealisasi - Skala Kanan

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyRp Triliun

Konstruksi gKredit Konstruksi

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyRp Triliun

Perdagangan gKredit Perdagangan

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%YOYBahan Bakar Kendaraan Bermotor

Barang Lainnya

Barang Budaya & Rekreasi

Page 31: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 25

Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: PT Angkasa Pura I

Grafik 1.45. Perkembangan Kredit Pengangkutan Grafik 1.46. Lalu Lintas Penumpang Pesawat Udara

Sumber: Otoritas Pelabuhan Makassar Sumber: Otoritas Pelabuhan Makassar Grafik 1.47. Lalu Lintas Barang di Pelabuhan Makassar Grafik 1.48. Lalu Lintas Penumpang di Pelabuhan Makassar

1.3.9 Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh lebih tinggi pada triwulan I 2016. Di triwulan

laporan lapangan usaha ini tumbuh 9,55% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 7,66%

(yoy). Berlangsungnya perayaan tahun baru cina (imlek), hari besar keagamaan lain (hari raya nyepi) menjadi faktor

pendorong pertumbuhan sektor ini.

Sumber: Survei Penjualan Eceran, diolah

Grafik 1.49. Perkembangan Penjualan Pada Komoditas Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Peningkatan kinerja lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum tidak lepas dari peningkatan kinerja

sektor pariwisata. Meskipun pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan manca Negara masih mengalami kontraksi,

namun mengalami perbaikan. Jumlah kedatangan wisatawan manca Negara di Sulsel mencapai 2.813 orang atau tumbuh

-6,70% (yoy) dari periode sebelumnya tumbuh -15,23% (yoy). Di sisi lain, berdasarkan hasil liaison, jumlah hotel yang

semakin meningkat, mendorong hotel untuk menjaring konsumen dengan mengadakan promo dan menekan harga jual

kamar.

(20)(10)01020304050607080

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyRp Triliun

Pengangkutan gKredit Pengangkutan

-20

-10

0

10

20

30

40

50

0

200

400

600

800

1,000

1,200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Penumpang Penerbangan Domestik (Orang)

yoy (%) - Axis KananRibu

(15)

(10)

(5)

0

5

10

15

20

25

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyRibu Ton

Volume Bongkar Barang Dalam Negeri Volume Muat Barang Dalam Negeri

gTotal Bongkar & Muat

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

050

100150200250300350400450

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyRibu Orang

Kedatangan Dalam Negeri Keberangkatan Dalam Negeri

gPenumpang - Skala Kanan

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

-48

2

52

102

152

202

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Makanan, Minuman & Tembakau Pertumbuhan - Skala Kanan

Indeks YOY

Page 32: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.50. Jumlah Wisatawan Mancanegara Grafik 1.51. Rata-Rata Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang

1.3.10 Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi

Lapangan usaha informasi dan komunikasi tumbuh melambat di triwulan laporan. Lapangan usaha ini tercatat tumbuh

8,18% (yoy) di periode laporan, lebih rendah dari triwulan IV 2015 yang tumbuh 8,69% (yoy). Perlambatan sektor ini

diindikasi pengaruh dari traffic layanan SMS dan suara yang melambat pasca kegiatan natal dan tahun baru. Hal ini

dikonfirmasi dari hasil Survei Konsumen, pada pengeluaran konsumen sektor transport, komunikasi dan jasa keuangan

yang menunjukkan perlambatan dari 191,27 pada triwulan IV 2016 menjadi 183,03 pada triwulan laporan.

1.3.11 Lapangan Usaha Jasa Keuangan

Lapangan usaha jasa keuangan tumbuh 9,58% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya (7,56%; yoy).

Terjaganya kinerja sektor jasa keuangan lebih dipengaruhi oleh kinerja positif perbankan di Sulsel pada triwulan I 2016

yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Indikator utama yang menguat yaitu aset dan

kredit/pembiayaan yang disalurkan. Total aset mencapai Rp120,83 triliun atau tumbuh 15,14% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan dengan totalaset pada triwulan sebelumnya 117,57 triliun. Sementara kredit tercatat tumbuh 12,68% (yoy)

menjadi Rp102,28 triliun lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 101,26triliun.

Sumber: Survei Konsumen, diolah

Grafik 1.52. Perkembangan Pengeluaran Konsumen Pada Sektor Transpor,

Komunikasi dan Jasa Keuangan

1.3.12 Lapangan Usaha Real Estate

Lapangan usaha real estate tercatat menguat. Di periode laporan, lapangan usaha ini tumbuh 7,04% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 6,01% (yoy). Peningkatan di sektor ini sejalan dengan

menguatnya kondisi ekonomi di periode laporan yang berimplikasi terhadap permintaan rumah atau properti residensial.

Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) menunjukkan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) menguat menjadi

309,03 pada triwulan I 2016 dibandingkan triwulan sebelumnya (304,26). Peguatan terjadi pada seluruh rumah tipe kecil,

menengah dan besar.

(40)(30)(20)(10)010203040506070

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyOrang

Jumlah Kedatangan Wisman gWisman - Skala Kanan

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

TPK Sulsel

%

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Pertumbuhan - Skala Kanan

Indeks % YOY

Page 33: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 27

Sumber: Survei Harga Properti Residensial, diolah

Grafik 1.53. Perkembangan Indeks Harga Properti Residensial

1.3.13 Lapangan Usaha Jasa Perusahaan

Lapangan usaha jasa perusahaan tumbuh lebih tinggi di periode laporan. Lapangan usaha ini tercatat tumbuh 7,89%

(yoy) di triwulan I 2016, lebih tinggi dari periode sebelumnya tahun 2015 yang tecatat 7,40% (yoy). Hal ini searah dengan

pertumbuhan kredit kepada jasa dunia usaha yang menunjukkan peningkatan menjadi 14,62% (yoy), dari periode

sebelumnya hanya tumbuh 10,89% (yoy).

Sumber: Laporan Bank, diolah

Grafik 1.54. Perkembangan Kredit Jasa Dunia Usaha

1.3.14 Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Sosial Wajib

Lapangan usaha administrasi pemerintahan tumbuh melambat di periode laporan. Searah dengan kinerja keuangan

daerah yang stabil pada triwulan laporan, lapangan usaha administrasi pemerintahan tumbuh 8,18% (yoy), melambat

dibandingkan pertumbuhan sebelumnya 9,21% (yoy). Keuangan pemerintah sendiri tercatat tumbuh melambat di

triwulan I 2016, baik dari sisi realisasi pendapatan maupun belanja. Hingga triwulan I 2015, realisasi anggaran pendapatan

daerah telah mencapai 22,83%, menurun jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2015 yang mencapai

25,87%. Secara nominal, realisasi anggaran pendapatan daerah hingga triwulan I 2016 telah mencapai Rp1,56 triliun dari

total target pendapatan tahunan sebesar Rp6,85 triliun. Dari sisi belanja, hingga triwulan I 2016, realisasi pengeluaran

telah mencapai 13,75% atau sebesar Rp926miliar. Meskipun secara persentase hal ini lebih tinggi jika dibandingkan

dengan realisasi belanja pada triwulan I 2015 yang tercatat 9,53% atau Rp631 miliar dari target belanja Rp6,62 triliun.

1.3.15 Lapangan Usaha Jasa Pendidikan

Lapangan usaha jasa pendidikan tumbuh lebih meningkat di periode laporan. Lapangan usaha ini tercatat tumbuh

7,69% (yoy) di triwulan I 2016, tumbuh signifikan dibandingkan periode triwulan IV 2015 yang tumbuh 2,35% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan sektor jasa pendidikan terjadi seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru pada bulan Januari

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*

2011 2012 2013 2014 2015 2016

%, qtq

Umum Kecil Menengah Besar

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

60

70

0.00.51.01.52.02.53.03.54.04.55.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyRp Triliun

Jasa Dunia Usaha gKredit Jasa Dunia Usaha

Page 34: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

2016 di beberapa tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah. Hal ini terkonfirmasi dari hasil Survei Penjualan Eceran,

yang menunjukkan penjualan kertas, karton dan cetakan, serta alat tulis yang meningkat.

Sumber: Survei Penjualan Eceran, diolah Sumber: Survei Penjualan Eceran, diolah Grafik 1.55. Perkembangan Penjualan Alat Tulis Grafik 1.56. Perkembangan Penjualan Kertas, Karton dan Cetakan

1.3.16 Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh melambat. Lapangan usaha ini tercatat tumbuh 9,55% (yoy)

di triwulan I 2016, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 10,55% (yoy). Perlambatan diperkirakan

berasal dari penurunan kebutuhan masyarakat terhadap jasa kesehatan. Sementara kegiatan sosial juga mengalami

penurunan, yang dikonfirmasi menurunnya kredit yang disalurkan ke sektor jasa sosial masyarakat .

Sumber: Laporan Bank, diolah Grafik 1.57. Perkembangan Kredit Jasa Sosial Masyarakat

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Alat Tulis Pertumbuhan - Skala Kanan

Indeks YOY

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Kertas, Karton, Cetakan Pertumbuhan - Skala Kanan

Indeks YOY

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyRp Triliun

Jasa Sosial Masyarakat gKredit Jasa Sosial Masyarakat

Page 35: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 29

Boks 1.A. Aglomerasi Kawasan Perkotaan Mamminasata

Konsep aglomerasi didasari dari Marshall (1920) mengenai penghematan aglomerasi atau industri yang terlokalisir

(localized industries). Aglomerasi ekonomi muncul ketika sebuah industri memilih lokasi untuk kegiatan produksinya yang

memungkinkan dapat berlagsung lama dalam jangka panjang sehingga masyarakat dapat memperoleh keuntungan jika

mendirikan usaha disekitar lokasi tersebut. Aglomerasi ekonomi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah

tersebut karena tercipta efisiensi produksi. Selain itu, menurut Perroux (1955) dalam growth pole theory (teori kutub

pertumbuhan), pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah dalam waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di

beberapa tempat sebagai pusat pertumbuhan meski dengan intensitas berbeda.

Sesuai dengan Perpres 55 tahun 2011, Sulawesi Selatan memiliki kawasan metropolitan Mamminasata (Kota Makassar,

Maros, Sungguminasa, dan Takalar) menjadi proyek percontohan pengembangan tata ruang terpadu di Indonesia. Luas

kawasan ini dipersiapkan untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia Timur. Konsep pusat kegiatan

pengembangan Mamminasata dipusatkan menjadi 4 yaitu (1) Pusat Logistik dan Industri Pengolahan; (2) Pusat Industri

Jasa dan Informasi Komunikasi; (3) Pusat Perikanan dan Kelautan; (4) Pusat Real Estate. Konsep Pusat Logistik dan Industri

Pengolahan berada di kawasan New Port Makassar, Kawasan Industri Maros (KIROS), Kawasan Industri Makassar-Maros

(KIMAMA II), dan kawasan aerocity. Konsep Pusat Industri Jasa dan Informasi Komunikasi berada di Kawasan Center Point

of Indonesia, sementara Konsep Pusat Perikanan dan Kelautan berada di Kawasan Industri Takalar (KITA), dan Konsep

Pusat Real Estate berada di Kota Baru Mamminasata dan Kawasan Pendidikan Terpadu Mamminasata2.

Pengembangan kawasan Mamminasata sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia Timur mendorong migrasi di

wilayah ini. Jika dilihat penduduk migrasi3 kawasan Mamminasata tahun 2014 berasal dari Sulsel, Sultra, Kaltim, Sulut dan

Papua Barat, dengan sebagian besar berpendidikan SD dan SMA4. Sektor jasa dan Sektor perdagangan, hotel, dan

restoran menjadi lapangan kerja utama bagi penduduk migran. Pekerja yang terserap pada sektor Jasa umumnya adalah

migran dengan karaktersitik pendidikan tinggi. Sementara itu, mayoritas migran (umumnya pendidikan rendah) akan

terserap pada sektor diluar jasa dengan tingkat pendapatan di bawah UMK5.

Gambar 1.A.1. Tujuan Migrasi Kawasan Mamminasata Grafik1.A.1. Tujuan Migrasi Kawasan Mamminasata

Grafik1.A.2. Pendapatan Migran berdasarkan Sektor Grafik1.A.3. Pendidikan Migran

2 Dinas Tata Ruang Provinsi Sulawesi Selatan 3 Migrasi Risen: tempat tinggal saat ini berbeda dengan tempat tinggal 5 tahun lalu 4 Sumber data: Susenas (2014), diolah 5 UMK : Rp1.800.000 (BPS, 2014)

Total Migrasi

65.807

Kawasan AglomerasiMamminasata

Total Migrasi±60.000 sulsel, 56.7

sultra, 5.9

kaltim, 4.2

sulut, 3.9

pabar, 3.4

pap, 3.2

sulteng, 2.7

ntt, 2.7

dki, 2.5Lainnya, 14.8

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Pe

rtan

ian

Pe

rtam

ban

gan

Ind

ust

ri P

en

gola

han

List

rik

Ko

nst

ruks

i

Pe

rdag

anga

n

Tras

po

rtas

i & K

om

un

ikas

i

Keu

anga

n

Jasa

dibawah UMK diatas UMK

SD27%

SMP16%

SMA28%

D1/D2/D34%

D4/S123%

S2/S32%

Page 36: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

HALAMAN INI SENGAJA DI KOSONGKAN

Page 37: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 31

2. KEUANGAN PEMERINTAH

Bab 2 Keuangan Pemerintah

Realisasi belanja APBD Provinsi Sulsel triwulan I 2016 mencapai

Rp926,33 miliar atau 13,75% dari anggaran sebesar Rp6,74 triliun. Sumber

realisasi belanja sebagian besar berasal dari belanja operasional

dan transfer dengan nilai yang lebih besar dibandingkan tahun

sebelumnya.

Sedangkan realisasi belanja APBN di Sulsel mencapai Rp2,38 triliun

atau 12,5% dari yang dianggarkan sebesar Rp19,03 triliun, dengan

peningkatan terbesar pada belanja modal dan belanja pegawai.

Dengan kondisi demikian, maka realisasi penyerapan anggaran

APBD dan APBN di Sulsel mendorong peningkatan ekonomi Sulsel

triwulan I 2016.

Page 38: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 2 Keuangan Daerah

32 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

2.1. Struktur Anggaran

Keuangan Pemerintah di Sulsel terdiri atas keuangan pemerintah daerah (Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah/APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota) dan keuangan pemerintah pusat di daerah (APBN di Sulsel), dengan porsi

terbesar adalah APBD Kabupaten/Kota. Pada tahun anggaran 2016, pagu anggaran belanja keuangan pemerintah daerah

dan pemerintah pusat di Sulsel diperkirakan mencapai Rp60,51 triliun yang terbagi atas APBD Provinsi 11,1%, APBD

Kabupaten/Kota 57,4%, dan APBN di Sulsel 31,4% (Grafik 2.1).

Grafik 2.1. Struktur Anggaran Belanja Keuangan Pemerintah di Sulsel

Tahun 2016 (* Angka Anggaran Kab./Kota berdasarkan Historis 5 Tahun Terakhir)

Grafik 2.2. Struktur Realisasi Belanja Keuangan Pemerintah di Sulsel Triwulan I 2016

(* Angka Realisasi Kab./Kota berdasarkan Historis 5 Tahun Terakhir)

Sampai dengan triwulan I 2016, realisasi belanja APBD Kab/Kota memiliki porsi paling besar dibandingkan kelompok

belanja pemerintah lainnya. Realisasi APBD Kab/Kota pada triwulan I 2016 mencapai Rp3,95 triliun atau 54,5% dari total

realisasi belanja pemerintah di Sulsel, sementara realisasi APBN di Sulsel mencapai Rp2,38 triliun atau 32,8% dari total

realisasi belanja. Sedangkan APBD Provinsi mencapai Rp926 miliar atau 12,8% dari total realisasi belanja (Grafik 2.2).

2.2. Perkembangan Realisasi Anggaran APBD Provinsi

2.2.1 Pendapatan 2.2.1.1. Struktur Realisasi Pendapatan

Nilai realisasi pendapatan Provinsi Sulsel pada triwulan I 2016 mengalami penurunan. Jumlah realisasi pendapatan pada

triwulan I 2016 mencapai Rp1,56 triliun lebih rendah dari periode yang sama 2015 (Rp1,67 triliun). Secara

nominalpendapatan asli daerah (PAD) mencapai Rp623,18miliar atau 39,86% dari total pendapatan. Nilai PAD yang masih

rendah mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi pada awal tahun 2016 masih belum signifikan terhadap

penambahan PAD Sulsel. Sementara di sisi lain, nilai realisasi pendapatan transfer mencapai Rp940,2 miliar meningkat

lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya Rp698,76 miliar. Peningkatan yang cukup tinggi ini, mengindikasikan bahwa

transfer dana dari pemerintah pusat kepada Sulsel telah turut menopang ekonomi Sulsel di triwulan I 2016.

Sumber:Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Sulsel, diolah

Grafik 2.3. Proporsi Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sulsel

APBN; Rp19.028;

31,4%

APBD PROVINSI; Rp6.735;

11,1%

APBD KAB/ KOTA;

Rp34.749; 57,4%

ANGGARAN 2016

(Rp miliar)

APBN; Rp2.379;

32,8%

APBD PROVINSI;

Rp926; 12,8%

APBD KAB/

KOTA; Rp3.954,4

; 54,5%

REALISASI TW I 2016 (Rp miliar)

Rp474 Rp510 Rp597 Rp664 Rp623

Rp636 Rp599 Rp634 Rp699 Rp940

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Tw I-2012 Tw I-2013 Tw I-2014 Tw I-2015 Tw I-2016

Rp miliar

Pendapatan Transfer Pendapatan Asli Daerah

Page 39: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 2 Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 33

2.2.1.2. Perkembangan Realisasi Pendapatan

Persentase6realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulsel pada triwulan I 2016 baru mencapai 22,83% dari target yang

dianggarkan. Persentase realisasi pendapatan ini lebih rendah dari pencapaian triwulan I tahun lalu sebesar 25,87%.

Secara nominal, realisasi pendapatan daerah pada triwulan I 2016 sebesar Rp1,56 triliun, lebih rendah dari triwulan I

tahun lalu (Rp1,67 triliun). Penurunan pendapatan bersumber dari realisasi PAD, terutama komponan lain-lain PAD yang

sah (dengan komponen pendapatan hibah) sebesar Rp15,51 miliar (8,3%) lebih rendah dari triwulan I 2015 (Rp72,11

miliar atau 39,39% dari target). Namun untuk pendapatan pajak dan pendapatan retribusi masing mengalami

peningkatan secara nominal, masing-masing menjadi Rp588,41 miliar (18,71%) dan Rp19,26 miliar (22,21%).

Tabel 2.1. Anggaran dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Sulsel (Rp Miliar)

Keterangan: angka sementara (APBD Provinsi Sulawesi Selatan Unaudited) Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Sulsel

Realisasi pendapatan transfer pada triwulan I 2016 mengalami peningkatan baik secara nominal maupun persentase

dibandingkan dengan triwulan I tahun lalu. Persentase realisasi pendapatan transfer tahun lalu 23,38% dengan nominal

Rp698,76 miliar, sementara realisasi tahun ini 28,25% dengan nominal sebesar Rp940,2 miliar. Semua komponen

pendapatan transfer mengalami peningkatan, yakni dana bagi hasil (DBH) pajak dan bukan pajak, dana alokasi umum

(DAU), dana alokasi khusus (DAK), dan transfer pemerintah pusat lainnya. DBH triwulan I 2016 telah mencapai Rp67,53

miliar (23,97%), sementara triwulan I tahun lalu belum terealisasi. DAU telah mencapai Rp464,72 miliar (33,33%),

meningkat dari triwulan I tahun lalu sebesar Rp393,34 miliar (33,33%). DAK baru mencapai Rp120juta (0,03%), sementara

triwulan I tahun lalu belum terealisasi. Transfer pemerintah pusat lainnya telah mencapai Rp407,83 miliar (33,24%),

sementara triwulan I tahun lalu sebesar Rp305,43 miliar (24,47%). Demikian pula pada pos lain-lain pendapatan yang sah,

tercatat sebesar Rp830 juta (7,01%), lebih tinggi dari triwulan I 2015 yang baru sebesar Rp60 juta (0,25%).

2.2.2 Belanja

2.2.2.1. Struktur Realisasi Belanja

Porsi realisasi belanja transfer triwulan I 2016 meningkat dibandingkan triwulan I tahun sebelumnya. Porsi realisasi

belanja transfer menunjukkan peningkatan menjadi 26,2% (Rp242,78 miliar), lebih tinggi dari realisasi triwulan I 2015

sebesar 13,8% (Rp 87,19 miliar). Pada triwulan I 2016, porsi belanja operasional menjadi 73,7% (Rp682,49 miliar) lebih

rendah dari triwulan I 2015 sebesar 86,0% (Rp542,47 miliar). Sementara kontribusi belanja modal masih relatif rendah,

0,11% atau senilai Rp 1,05 miliar, lebih rendah dari porsi realisasi triwulan I 2015 sebesar 0,23% atau Rp1,44 miliar.

6Persentase realisasi menunjukkan kinerja (performance) realisasi dibandingkan dengan anggaran (perencanaan).

NOMINAL % REALISASI NOMINAL % REALISASI

PENDAPATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH 3.432,70 663,54 19,33% 3.511,64 623,18 17,75%

- Pendapatan Pajak Daerah 3.067,50 578,72 18,87% 3.145,44 588,41 18,71%

- Pendapatan Retribusi Daerah 93,12 12,72 13,66% 86,71 19,26 22,21%

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 89,01 - 0,00% 92,58 - 0,00%

- Lain-lain PAD yang Sah 183,06 72,11 39,39% 186,91 15,51 8,30%

PENDAPATAN TRANSFER 2.988,42 698,76 23,38% 3.328,11 940,20 28,25%

- Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 281,79 - 0,00% 281,79 67,53 23,97%

- DAU 1.180,01 393,34 33,33% 1.394,15 464,72 33,33%

- DAK 278,36 - 0,00% 425,08 0,12 0,03%

Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya 1.248,26 305,43 24,47% 1.227,09 407,83 33,24%

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 24,66 0,06 0,25% 11,82 0,83 7,01%

JUMLAH PENDAPATAN 6.445,78 1.667,79 25,87% 6.851,57 1.564,21 22,83%

ANGGARAN

2016

REALISASI TRIWULAN I 2016ANGGARAN

2015

REALISASI TRIWULAN I 2015U R A I A N

Page 40: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 2 Keuangan Daerah

34 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Sulsel

Grafik 2.4. Proporsi Realisasi Belanja APBD Provinsi Sulsel

2.2.2.2. Perkembangan Realisasi Belanja

Nilai realisasi belanja APBD Provinsi Sulsel pada triwulan I 2016 lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2015.

Realisasi belanja pada triwulan I 2016 tercatat sebesar Rp926,33 miliar atau 13,75% dari yang ditargetkan sebesar Rp6,74

triliun. Dengan demikian realisasi ini lebih besar jika dibandingkan dengan realisasi belanja triwulan I 2015 sebesar

Rp631,09 miliar atau secara persentase 9,53% dari target sebesar Rp6,62 triliun.

Tabel 2.2. Anggaran dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Sulsel (Rp Miliar)

Keterangan: angka sementara (APBD Provinsi Sulawesi Selatan Unaudited) Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Sulsel

Realisasi belanja operasional triwulan I 2016 yang bersifat rutin, tercatat lebih tinggi dari triwulan I 2015. Total pos

belanja operasional hingga awal 2016 terealisasi Rp682,49 miliar (15,36%), meningkat dibandingkan triwulan I 2015

sebesar Rp542,47 miliar (12,5%). Persentase realisasi belanja operasional yang lebih tinggi terjadi pada belanja barang

Rp488 Rp527 Rp574 Rp542 Rp682

Rp4

Rp0

Rp9

Rp1

Rp1

Rp135 Rp31 Rp201 Rp87 Rp243

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Tw I-2012 Tw I-2013 Tw I-2014 Tw I-2015 Tw I-2016

Rp miliar

Transfer Belanja Modal Belanja Operasional

NOMINAL % REALISASI NOMINAL % REALISASI

BELANJA

BELANJA OPERASIONAL 4.340,27 542,47 12,50% 4.444,69 682,49 15,36%

- Belanja Pegawai 1.158 188,08 16,24% 1.235,45 197,95 16,02%

- Belanja Barang 1.405 51,87 3,69% 1.445,46 55,84 3,86%

- Belanja Bunga 29 6,51 22,38% 39,50 6,31 15,97%

- Belanja Hibah 1.269 296,00 23,32% 1.324,05 422,39 31,90%

- Belanja Bantuan Keuangan 478,23 - 0,00% 400,22 - 0,00%

BELANJA MODAL 1.005,56 1,44 0,14% 882,28 1,05 0,12%

- Belanja Tanah 112,03 - 0,00% 25,25 - 0,00%

- Belanja Peralatan & Mesin 158,60 1,13 0,71% 149,95 1,01 0,68%

- Belanja Gedung dan Bangunan 154,41 0,05 0,03% 143,85 - 0,00%

- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 561,82 0,02 0,00% 544,85 0,03 0,01%

- Belanja Aset Tetap Lainnya 1,19 0,00 0,02% 1,52 - 0,00%

- Aset Lainnya 17,51 0,23 1,33% 16,86 0,00 0,02%

BELANJA TIDAK TERDUGA 4,50 - 0,00% 24,75 - 0,00%

JUMLAH BELANJA 5.350,33 543,90 10,17% 5.351,72 683,54 12,77%

TRANSFER 1.269,19 87,19 6,87% 1.383,43 242,78 17,55%

TOTAL BELANJA 6.619,51 631,09 9,53% 6.735,15 926,33 13,75%

SURPLUS / (DEFISIT) (173,73) 1.036,70 -596,71% 116,42 637,88 547,91%

PEMBIAYAAN

PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 309,73 153,24 49,47% 50,00 - 0,00%

PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 136,00 34,00 25,00% 50,00 - 0,00%

JUMLAH PEMBIAYAAN 173,73 119,24 68,63% - - 0,00%

ANGGARAN

2016

REALISASI TRIWULAN I 2016ANGGARAN

2015

REALISASI TRIWULAN I 2015U R A I A N

Page 41: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 2 Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 35

dan hibah masing-masing Rp55,84 miliar (3,86%) dan Rp422,39 miliar (31,9%) dari Rp51,87 miliar (3,69%) dan Rp296

miliar (23,32%). Sementara untuk belanja operasional yang cenderung menurun antara lain belanja pegawai dan belanja

belanja bunga menjadi masing-masing Rp197,95 miliar (16,02%) dan Rp6,31 miliar (15,97%) dari Rp188,08 miliar (16,24%)

dan Rp6,51 miliar (22,38%).

Pembangunan infrastruktur yang bersumber dari realisasi belanja modal pada triwulan I 2016 lebih kecil dibandingkan

realisasi pada triwulan I 2015. Pada triwulan I 2016 realisasi belanja modal baru mencapai 0,12% atau sebesar Rp1,05

miliar, lebih rendah dibandingkan triwulan I tahun lalu sebesar 0,14% atau Rp1,44 miliar. Belanja modal yang telah

terealisasi antara lain belanja peralatan/mesin dan belanja jalan/irigasi/jaringan, dengan nilai realisasi yang masih relatif

minimal, masing-masing sebesar Rp1,01 miliar (0,68%)dan Rp30 juta (0,01%).

Di sisi lain, realisasi transfer berupa bagi hasil pajak, retribusi, dan pendapatan ke Kabupaten/Kota, mengalami

peningkatan. Realisasi transfer pada triwulan I 2016 tercatat 17,55% (Rp242,78 miliar), lebih tinggi dari triwulan I tahun

sebelumnya 6,87% (Rp87,19 miliar). Peningkatan transfer ke Kabupaten/Kota diharapkan juga diserap dengan baik dan

akan meningkatkan ekonomi di daerah masing-masing.

Pada triwulan I 2016, masih terjadi surplus Rp637,88 miliar. Surplus tersebut lebih tinggi dibandingkan yang

direncanakan (Rp116,42 miliar). Hal ini disebabkan karena penyerapan belanja masih belum optimal, sementara dari sisi

pendapatan transfer telah diperoleh sesuai dengan polanya.

2.3. Perkembangan Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota se-Sulsel7

2.3.1 Struktur Realisasi Belanja

Di tingkat Kabupaten dan Kota, realisasi belanja operasional mendominasi pengeluaran dibanding komponen lainnya.

Porsi belanja operasional 2015 mencapai Rp18,58 triliun (73,7%), sementara belanja modal sebesar Rp6,14 triliun

(24,3%), transfer sebesar Rp470,83 miliar (1,9%), dan belanja tidak terduga sebesar Rp16,66 miliar (0,1%).

Grafik 2.5. Proporsi Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota di Sulsel

2.3.2 Perkembangan Realisasi Belanja

Persentase realisasi total belanja APBD Kabupaten/Kota pada 2015 tergolong relatif tinggi. Persentase realisasi belanja

mencapai Rp25,22 triliun (83,52%) dari yang dianggarkan Rp30,20 triliun.Pendorong cukup tingginya persentase realisasi

belanja terutama berasal dari belanja operasional sebesar Rp18,58 triliun. Penyerapan tertinggi (>90%) terdapat di Kab.

Luwu Timur, Kota Palopo, Kab. Pangkep, Kab. Kepulauan Selayar, Kab. Sidenreng Rappang, Kab. Luwu Utara, Kab. Maros,

dan Kab. Gowa. Sementara itu, realisasi belanja modal mencapai Rp6,14 triliun. Penyerapan tertinggi (>90%) terdapat di

Kab. Pangkep, Kab Gowa dan Kab. Pinrang.

7 Realisasi untuk triwulan I 2016 belum diperoleh. Pembahasan masih dari realisasi 2015, dari 21 Kabupaten dan Kota di Sulsel, antara lain Kab. Luwu

Timur, Kab. Luwu Utara, Kab.Toraja Utara, Kab.Tana Toraja, Kota Palopo, Kab. Luwu, Kab. Enrekang, Kab. Pinrang, Kab. Sidrap, Kota Parepare, Kab.Barru, Kab. Soppeng, Kab. Bone, Kab. Wajo, Kab. Bulukumba, Kab. Selayar, Kab. Pangkep, Kab. Maros, Kota Makasar, Kab. Gowa, dan Kab. Takalar.

Belanja Operasi

Rp18,58 T(73,7%)

Belanja Modal

Rp6,14T(24,3%)

Belanja tidak

terdugaRp16,66M

(0,1%)

Transfer RP470,83M

(1,9%)

Page 42: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 2 Keuangan Daerah

36 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Tabel 2.3.Pagu Realisasi Anggaran Per Jenis Belanja 2015 APBD Kabupaten dan Kota se-Sulsel

*) Angka perkiraan Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Sulsel

Sebagian besar Kabupaten/Kota merealisasikan APBD-nya relatif tinggi. Rata-rata persentase realisasi APBD

Kabupaten/Kota mencapai 83,52%, dimana 16 Kabupaten/Kota diantaranya mampu merealisasikan di atas persentase

rata-rata. Persentase realisasi APBD tertinggi dicapai oleh Kabupaten Luwu Timur (96,34%), sementara realisasi terendah

dicapai oleh Kota Parepare (55,31%). Penyerapan belanja Kabupaten dan Kota menjadi kunci untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi Sulsel yang lebih tinggi.

2.4. Perkembangan Realisasi Belanja APBN di Sulsel

2.4.1 Struktur Realisasi Belanja

Realisasi belanja modal pada APBN di Sulsel triwulan I 2016 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I 2015.

Pada triwulan I 2016, porsi belanja modal mengalami peningkatan menjadi 16,7% (Rp397,22 miliar), dari triwulan I tahun

lalu 5,77% (Rp120,36 miliar). Sementara porsi belanja pegawai mencapai 57,61% dari total keseluruhan realisasi belanja

APBN di Sulsel sebesar Rp6,89 triliun. Porsi belanja pegawai ini relatif turun dibandingkan triwulan I 2015 yang mencapai

58,85% (Rp1,23 triliun). Sementara, porsi belanja barang tercatat 25,52%, relatif naik dibandingkan triwulan I 2015

(20,25%). Sementara itu, porsi belanja untuk bantuan sosial pada triwulan I 2016 turun signifikan di kisaran 0,17% (Rp4,06

miliar) pada triwulan I 2016 dari realisasi triwulan I 2015 sebesar Rp315,41 miliar.

Belanja

Operasi

Belanja

Modal

Total

Belanja

Belanja

Operasi

Belanja

Modal

Total

Belanja

Belanja

Operasi

Belanja

Modal

Total

Belanja

Kab. Luwu Timur 868,71 482,42 1.352,63 875,52 427,64 1.303,16 100,78 88,65 96,34

Kab. Pangkep 888,38 440,04 1.329,43 820,06 404,46 1.224,99 92,31 91,91 92,14

Kab. Gowa 1.152,59 413,98 1.569,35 1.038,71 382,33 1.421,05 90,12 92,35 90,55

Kab. Pinrang 937,48 350,39 1.290,37 837,00 317,04 1.155,83 89,28 90,48 89,57

Kab. Luwu Utara 918,77 186,98 1.108,41 830,70 158,30 991,01 90,41 84,66 89,41

Kab. Kepulauan Selayar 613,60 223,36 838,37 564,16 182,50 747,75 91,94 81,70 89,19

Kab. Bantaeng* 602,39 79,96 683,35 532,91 61,83 604,53 88,47 77,32 88,47

Kab. Bone 1.467,87 336,57 2.020,02 1.252,20 301,18 1.760,52 85,31 89,49 87,15

Kab. Bulukumba 1.124,64 385,60 1.519,33 999,75 322,05 1.321,80 88,90 83,52 87,00

Kab. Sinja i* 579,26 135,73 717,98 512,45 104,95 619,27 88,47 77,32 86,25

Kab. Jeneponto* 759,39 200,63 965,93 671,80 155,14 831,92 88,47 77,32 86,13

Kab. Maros 854,07 362,79 1.218,36 771,51 275,90 1.047,73 90,33 76,05 86,00

Kab. Enrekang 711,14 323,99 1.035,88 629,79 256,89 886,68 88,56 79,29 85,60

Kota Palopo 657,31 229,01 887,30 621,85 137,38 759,23 94,61 59,99 85,57

Kab. Luwu 844,26 315,20 1.289,02 737,45 221,68 1.085,63 87,35 70,33 84,22

Kab. Sidenreng Rappang 746,23 465,67 1.249,52 678,04 333,13 1.045,78 90,86 71,54 83,69

Kota Makassar 2.683,61 779,06 3.475,89 2.216,07 667,96 2.893,63 82,58 85,74 83,25

Kab. Toraja Utara 638,82 199,47 840,33 550,18 135,66 687,43 86,12 68,01 81,80

Kab. Wajo 961,41 469,10 1.499,02 801,79 324,71 1.194,81 83,40 69,22 79,71

Kab. Soppeng 812,48 283,00 1.096,87 584,32 223,97 808,41 71,92 79,14 73,70

Kab. Barru 685,47 372,36 1.060,83 502,95 263,96 766,90 73,37 70,89 72,29

Kab. Tana Toraja 700,55 340,74 1.042,79 554,65 175,26 730,06 79,17 51,43 70,01

Kab. Takalar 852,93 263,85 1.156,71 647,43 133,66 807,51 75,91 50,66 69,81

Kota Pare-Pare 647,32 299,14 949,46 353,70 171,30 525,18 54,64 57,26 55,31

Total 21.708,69 7.939,05 30.197,16 18.584,98 6.138,86 25.220,84 85,61 77,32 83,52

Kabupaten/Kota

Anggaran 2015 (Rp miliar) Realisasi 2015 (Rp miliar) Realisasi Anggaran 2015 (%)

Page 43: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 2 Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 37

Sumber: DJPbN Prov. Sulsel, diolah

Grafik 2.6. Proporsi Belanja APBN di Sulsel

2.4.2 Perkembangan Realisasi Belanja Persentase realisasi belanja APBN Sulsel pada triwulan I 2016 lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan I 2015.

Pada triwulan I 2016, realisasi belanja APBN di Sulsel mencapai 12,5%, lebih tinggi dari pencapaian triwulan I 2015

(9,25%). Jika dilihat dari segi nominal, realisasi belanja APBN di Sulsel pada triwulan I 2016 tercatat Rp2,38 triliun, lebih

besar dari realisasi triwulan I tahun lalu sebesar Rp2,08 triliun. Peningkatan nominal penyerapan anggaran belanja APBN

di Sulsel ini dikarenakan himbauan untuk penyelesaian pembayaran dan optimalisasi penyerapan untuk belanja rutin

sesuai polanya.

Nominal realisasi anggaran per jenis belanja APBN di Sulsel masih didominasi oleh belanja pegawai. Pada triwulan I

2016, nominal realisasi belanja pegawai APBN di Sulsel mencapai Rp1,37 triliun atau 19,88% dari pagu anggaran. Realisasi

belanja pegawai ini lebih tinggi dibanding pencapaian triwulan I tahun lalu, baik secara persentase (18,4%) maupun secara

nominal (Rp1,23 triliun). Demikian pula, realisasi persentase belanja barang dan belanja modal masing-masing 8,64%

dan7,86%, meningkat dibandingkan triwulan I tahun lalu masing-masing 6,43%dan 1,56%. Sementara itu, belanja bantuan

sosial mengalami penurunan menjadi sebesar 7,87% (Rp4,06miliar), dari realisasi triwulan I tahun lalu sebesar 19,9%

(Rp315,41 miliar). Sementara itu, realisasi transfer untuk Dana Desa belum terealisasi sesuai tahapan8.

Tabel 2.4. Realisasi Belanja APBN Provinsi Sulsel Triwulan I Per Jenis Belanja

Sumber: DJPbN Prov. Sulsel, diolah

2.5. Peran Realisasi Keuangan Pemerintah Dalam PDRB

Peran realisasi komponen pendapatan terhadap ekonomi daerah9 pada triwulan I 2016 cenderung meningkat

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama peran transfer pemerintah pusat. Rasio pendapatan

transfer terhadap PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) pada triwulan I 2016 tercatat 1,07%, lebih tinggi dari triwulan I

2015 yang tercatat 0,89%. Sementara itu, rasio PAD terhadap PDRB ADHB memperlihatkan sedikit penurunan pada

8 Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan

Evaluasi Dana Desa disebutkan bahwa penyaluran Dana Desa dilakukan dalam 3 tahap, yaitu tahap I pada bulan April sebesar 40% (empat puluh per seratus); tahap II pada bulan Agustus sebesar 40% (empat puluh per seratus); dan tahap III pada bulan Oktober sebesar 20% (dua puluh per seratus).

9 Dihitung dengan rumus realisasi komponen pendapatan APBD dibagi dengan PDRB ADHB kumulatif.

Rp886,22 Rp978,42 Rp1.104,11 Rp1.226,54 Rp1.370,43

Rp390,42 Rp304,79

Rp451,39 Rp421,96 Rp607,01

Rp204,06 Rp280,56 Rp120,85

Rp120,36

Rp397,22 Rp166,48 Rp49,89

Rp132,93 Rp315,41 Rp4,06

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Tw I 2012 Tw I 2013 Tw I 2014 Tw I 2015 Tw I 2016

Rp miliar

Belanja Bantuan Sosial Belanja Modal Belanja Barang Belanja Pegawai

Nominal % Realisasi Nominal % Realisasi

Belanja Pegawai 6.666,25 1.226,54 18,40% 6.893,72 1.370,43 19,88%

Belanja Barang 6.562,07 421,96 6,43% 7.029,32 607,01 8,64%

Belanja Modal 7.722,19 120,36 1,56% 5.053,65 397,22 7,86%

Belanja Bantuan Sosial 1.584,60 315,41 19,90% 51,62 4,06 7,87%

JUMLAH BELANJA 22.535,11 2.084,28 9,25% 19.028,31 2.378,72 12,50%

ANGGARAN

2016

Realisasi s/d Triwulan I 2016U R A I A N

ANGGARAN

2015

Realisasi s/d Triwulan I 2015

Page 44: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 2 Keuangan Daerah

38 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

triwulan I 2016 (0,71%) dibandingkan triwulan I 2015 sebesar 0,85% (Grafik 2.7). Hal ini sebagai indikator bahwa peran

transfer dari pemerintah pusat (dana perimbangan) mampu mendorong peningkatan ekonomi Sulsel triwulan I 2016.

Grafik 2.7. Rasio Realisasi Pendapatan APBD Terhadap PDRB ADHB Grafik 2.8. Rasio Realisasi Belanja APBD Terhadap PDRB ADHB

Peran realisasi komponen belanja APBD dan APBN di Sulsel pada triwulan I 2016, untuk stimulus ekonomi daerah10

cenderung meningkat. Rasio belanja operasional terhadap PDRB ADHB pada triwulan I 2016 sebesar 3,03%, lebih tinggi

dari triwulan I 2015 yang tercatat 2,79%. Tingginya rasio belanja operasional searah dengan masih kuatnya investasi

pemerintah pada triwulan I 2016. Rasio belanja modal terhadap PDRB ADHB pada triwulan I 2016 meningkat menjadi

0,45% dari 0,16% pada triwulan I 2015. Realisasi pembangunan jaringan irigasi, jalan nasional, bendungan, dan kawasan

permukiman yang dilakukan pada awal 2016 telah mendorong peran belanja modal.

10 Dihitung dengan rumus realisasi komponen belanja APBD dibagi dengan PDRB ADHB kumulatif.

0,88 0,86 0,87 0,85 0,71

1,18

1,01 0,92 0,89

1,07

-

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

Tw I-2012 Tw I-2013 Tw I-2014 Tw I-2015 Tw I-2016

%

Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Transfer

3,29 3,05 3,09 2,79 3,03

0,39

0,47

0,19 0,16

0,45

-

0,05

0,10

0,15

0,20

0,25

0,30

0,35

0,40

0,45

0,50

2,50

2,60

2,70

2,80

2,90

3,00

3,10

3,20

3,30

3,40

Tw I-2012 Tw I-2013 Tw I-2014 Tw I-2015 Tw I-2016

% %

Belanja Operasi Belanja Modal - sisi kanan

Page 45: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 2 Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 39

Boks 2.A. Forum Fiskal-Moneter: Perkuat Ekonomi Regional

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Sulawesi Selatan bekerjasama dengan Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Perbendaharaan (DJPB) Provinsi Sulawesi Selatan menyelenggarakan kegiatan capacity building mengenai

ekonomi moneter dan fiskal pada 5 April 2016. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk sinergitas yang mencerminkan

terjalinnya koordinasi yang baik antara Sektor Moneter dan Fiskal di daerah. Kegiatan tersebut diperuntukkan khusus bagi

pegawai terutama pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, serta staf ahli DPRD.

Capacity building ini rencananya akan diselenggarakan di 5 kota besar di Sulsel yang dilakukan secara bergiliran.

Pembagian wilayah mengacu pada wilayah zona Inflasi Sulsel yaitu Zona Makassar (Kab. Pangkep, Maros, Gowa, Takalar

dan Kota Makassar), Zona Bone (Kab. Soppeng, Wajo, Sinjai dan Bone), Zona Palopo (Kab. Luwu, Luwu Timur dan Utara,

Toraja, Tana Toraja dan Kota Palopo), Zona Parepare (Kab. Enrekang, Pinrang, Sidrap, Barru dan Kota Parepare) dan Zona

Bulukumba (Kab. Bantaeng, Jeneponto, Selayar dan Bulukumba). Sebagai kota dengan bobot inflasi terbesar di Sulawesi

Selatan (mencapai sekitar 70%), Kota Makassar dan wilayah zona inflasinya, didaulat sebagai zona pertama yang

mengawali kegiatan capacity building.

Melalui kegiatan capacity building diharapkan para pegawai/pejabat dimaksud memiliki bekal pemahaman yang cukup

mengenai ekonomi, moneter dan fiskal. Dengan pemahaman yang cukup, diharapkan mampu merumuskan/menyusun

kebijakan daerah dengan baik, dalam arti memiliki bobot strategis yang tinggi, tidak berbenturan atau tumpang tindih

(overlap) dengan kebijakan pemerintah pusat/Nasional dan dapat diimplementasikan dengan mudah. Selain itu, dengan

memiliki bekal pemahaman moneter yang baik, mereka juga diharapkan dapat berkontribusi positif dalam upaya

pengendalian Inflasi di daerah. Sedangkan terkait dengan aspek fiskal, para pegawai/pejabat pemerintah daerah

diharapkan mampu menggali potensi sumber pendapatan asli daerah, dan dapat mendorong percepatan

penyerapan/realisasi anggaran belanja secara optimal, baik yang bersumber dari APBD maupun APBN yang dialokasikan

di daerah. Dengan demikian, setiap belanja yang direalisasikan memiliki multiplier effect yang tinggi, sehingga mampu

mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Sulsel.

Gambar 2.A.1. Keynote Speech Kepala Perwakilan BI Provinsi Sulsel Gambar 2.A.2. Kegiatan Capacity Building

Gambar 2.A.3. Peserta Kegiatan Capacity Building

Page 46: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 2 Keuangan Daerah

40 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 47: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 41

3. INFLASI DAERAH

Bab 3 Inflasi Daerah

Laju inflasi Sulsel pada triwulan I 2016 tercatat 5,70% (yoy) lebih tinggi

dari akhir 2015 (4,48%, yoy), yang secara umum disebabkan oleh

kelompok bahan makanan. Peningkatan inflasi pada kelompok bahan

makanan disebabkan oleh terbatasnya pasokan bahan pangan akibat

belum masuknya musim panen di beberapa sentra pangan Sulsel.Selain itu,

juga tercatat peningkatan tekanan inflasi pada kelompok transportasi,

komunikasi, dan jasa keuangan. Berdasarkan agregasinya, peningkatan

inflasi Sulsel di triwulan I 2016 terutama bersumber dari penurunan tekanan

inflasi di kelompok administered price dan volatile food, masing-masing

karena kenaikan tarif angkutan udara dan pergeseran musim panen.

Pelaksanaan koordinasi TPID di sepanjang periode laporan dilakukan

dengan melibatkan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dan instansi

lainnya melalui pelaksanaan rapat koordinasi TPID Provinsi Sulsel. Selain itu,

Bank Indonesia juga aktif dalam melakukan komunikasi dan program

pengembangan UMKM dan klaster komoditas pangan.

Page 48: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 3INFLASI

42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

3.1. Inflasi Umum

Laju inflasi Sulsel pada triwulan I 2016 meningkat, searah dengan peningkatan inflasi Nasional. Inflasi Sulsel di triwulan I

2016 tercatat 5,70% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi di akhir tahun 2015 yang tercatat 4,48% (yoy). Angka inflasi

Sulsel di triwulan laporan tercatat lebih tinggi dari inflasi Nasional sebesar 4,45% (yoy). Secara umum, peningkatan

tekanan inflasi disebabkan oleh peningkatan harga di kelompok Bahan Makanan. Peningkatan inflasi pada kelompok

Bahan Makanan disebabkan oleh terbatasnya pasokan bahan pangan akibat belum masuknya musim panen di beberapa

sentra pangan Sulsel. Selain kelompok Bahan Makanan, kelompok komoditas lain yang tercatat mengalami peningkatan

tekanan inflasi adalah kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan. Sementara itu, penurunan harga di tiga

kelompok komoditas lainnya menjadi faktor penahan inflasi Sulsel tidak bergerak lebih tinggi.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan

3.2. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa11

Berdasarkan kelompok komoditas, peningkatan harga di kelompok Bahan Makanan menjadi penyebab peningkatan

tekanan inflasi di triwulan I 2016. Inflasi kelompok Bahan Makanan tercatat 12,46% (yoy) lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya 8,78% (yoy). Kelompok komoditas lain yang tercatat mengalami peningkatan tekanan inflasi adalah

kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan. Sementara itu, tiga kelompok komoditas lainnya yaitu kelompok

Makanan Jadi, kelompok Perumahan, Kelompok Sandang, kelompok Kesehatan, dan kelompok Transpor mengalami

penurunan tekanan inflasi diperiode laporan.

Tabel 3.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa

Sumber: Badan Pusat Statistik

11 Terdapat 7 (tujuh) kelompok barang dan jasa dalam perhitungan inflasi

Page 49: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 3 INFLASI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 43

3.2.1 Kelompok Bahan Makanan

Pada triwulan I 2016, inflasi kelompok bahan makanan

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Tekanan inflasi meningkat dari 8,78% (yoy)

pada akhir tahun 2015 menjadi 12,46% (yoy) di triwulan I

2016. Peningkatan tekanan inflasi terjadi pada 5

subkelompok, yaitu subkelompok bumbu-bumbuan,

subkelompok sayur-sayuran, subkelompok bahan

makanan, subkelompok ikan segar, subkelompok daging

dan hasil-hasilnya, dan subkelompok buah-buahan. Inflasi

peningkatan inflasi tertinggi terjadi di subkelompok

bumbu-bumbuan dari -19,73% (yoy) di akhir tahun 2015

menjadi 33,94% (yoy) di triwulan I 2016.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.2. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Lebih rinci di tingkat komoditas, beras dan cabai menjadi komoditas utama pendorong penurunan tekanan inflasi di

triwulan I 2016. Beras tercatat inflasi 9,17% (yoy) dan memberikan andil 0,45% dari total dari total inflasi tahunan Sulsel

diakhir triwlan I 2016. Sementara cabai rawit tercatat inflasi 76,32% (yoy) dan memberikan andil 0,25%. Varian cabai

lainnya, yaitu cabai merah juga mengalami inflasi sebesar 61,02% (yoy) dengan andil inflasi 0,09%. Selain tiga komoditas

tersebut, komoditas lain yang tercatat memberikan andil inflasi adalah tomat sayur dan ikan bandeng. Kedua komoditas

ini memberikan andil inflasi masing-masing 0,20% dan 0,19% dari total dari total inflasi tahunan Sulsel diakhir triwulan I

2016.

Terbatasnya pasokan akibat siklus pertanian yang belum memasuki masa panen menjadi penyebab meningkatnya

tekanan inflasi di kelompok bahan makanan. Mundurnya musim tanam komoditas pangan utama khususnya beras

akibat kemarau panjang di akhir tahun berdampak pada mundurnya musim panen di awal tahun 2016. Padi diperkirakan

baru akan memasuki musim panen di akhir Maret hingga awal April 2016. Selain beras, komoditas lain yang mengalami

kendala pasokan di periode laporan adalah bawang merah dan cabai. Sama dengan beras, kedua komoditas ini juga

terkendala akibat siklus pertanian yang baru memasuki musim tanam di periode laporan.

Beras masih menjadi masalah utama inflasi di awal tahun 2016. Diperiode laporan, beras tercatat mengalami inflasi

9,17% (yoy). Meskipun lebih rendah dibandingkan inflasi di akhir tahun 2015 (18,32%; yoy), namun beras masih menjadi

penyumbang inflasi terbesar dengan andil inflasi 0,45% (yoy) terhadap inflasi tahunan Sulsel. Selain itu, tingginya inflasi

beras juga disebabkan oleh belum optimalnya manajemen stok baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

Kekuatan pedagang dalam menentukan harga, banyaknya pedagang dari luar Sulsel yang langsung membeli beras di

petani, dan fungsi Sulsel sebagai pemasok Beras di berbagai provinsi turut mengerek tingkat harga Beras di Sulsel (lihat

boks 3.A).

3.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Tekanan inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok,

dan tembakau pada akhir triwulan I 2016 tercatat

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Kelompok

ini mencatat laju inflasi tahunan 0,88% (yoy) pada triwulan

laporan, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat 4,82% (yoy) (Grafik 3.3). Penurunan tekanan

inflasi terjadi di seluruh subkelompok dengan penurunan

tertinggi terjadi di subkelompok minuman non alkohol dari

7,37% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi 6,20% (yoy) di

triwulan I 2016. Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.3. Inflasi Kelompok Makanan Jadi

Page 50: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 3INFLASI

44 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Lebih rinci ke tingkat komoditas, 26 dari 49 komoditas di kelompok makanan jadi, minuman, dan rokok mengalami

penurunan tekanan inflasi. Komoditasketupat/lontong sayur, rendang, roti manis, kembang gula dan coklat bubuk instan

tercatat sebagai lima komoditas utama pendorong penurunan tekanan inflasi di periode laporan. Di sisi lain, penurunan

tekanan inflasi ini tertahan oleh kenaikan harga di beberapa komoditas terutama di lima komoditas penyumbang inflasi

terbesar yaitumie, martabak, nasi dengan lauk, gula pasir, dan estercatat sebagai lima komoditas utama penyumbang

inflasi di periode laporan.

3.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar

Pada triwulan I 2016, laju inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami penurunan

dibandingkan akhir tahun 2015. Laju inflasi kelompok tersebut tercatat 3,40% (yoy), lebih rendah dari triwulan

sebelumnya yang tercatat 4,13% (yoy). Penurunan tekanan inflasi terjadi di subkelompok biaya tempat tinggal dan

subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air. Di periode laporan, kedua subkelompok ini mengalami inflasi masing-

masing sebesar 2,85% (yoy) dan 1,43% (yoy) lebih rendah dibandingkan inflasi di periode sebelumnya yang secara

berurutan mengalami inflasi masing-masing 3,87% (yoy) dan 3,86% (yoy). Di sisi lain, dua subkelompok lainnya yaitu

subkelompok perlengkapan rumah tangga dan subkelompok penyelenggaraan rumah tangga tercatat mengalami

peningkatan tekanan inflasi di periode laporan dari masing-masing 4,80% (yoy) dan 5,05% (yoy) di akhir tahun 2015

menjadi 6,65% (yoy) dan 5,09% (yoy) di triwulan I 2016.

Lebih rinci per komoditas, 33 dari 65 komoditas pada kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar

mengalami penurunan tekanan inflasi di periode laporan. Lima komoditas utama yang mendorong penurunan tekanan

inflasi adalah kusen, pasir, jasa pembuangan sampah, piring, dan lampu neon. Andil inflasi kelima komoditas ini turun

signifikan dari masing-masing 0,121% (yoy), 0,120% (yoy), 0,080% (yoy), 0,052% (yoy), 0,029% (yoy) di triwulan IV 2015

menjadi masing-masing 0,009% (yoy), 0,041% (yoy), 0,013% (yoy), 0,006% (yoy), dan 0,001% (yoy) di triwulan laporan.

Selain itu, terdapat dua komoditas yang mengalami penurunan harga yaitu besi beton dan batu bata/batu tela dengan

tingkat inflasi masing-masing sebesar -1,90% (yoy) dan -0,01% (yoy). Di sisi lain, penurunan tekanan inflasi di kelompok ini

tertahan oleh peningkatan tekanan inflasi di 32 komoditas. Lima komoditas yang mengalami peningkatan tekanan inflasi

tertinggi adalah tukang bukan mandor, kontrak rumah, bahan bakar rumah tangga, tempat tidur, dan lemari pakaian.

Andil kelima komoditas ini meningkat dari masing-masing 0,006% (yoy), -0,007% (yoy), 0,009% (yoy), 0,002% (yoy), dan

0,011% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi masing-masing 0,135% (yoy), 0,046% (yoy), 0,055% (yoy), 0,041% (yoy), dan

0,046% (yoy).

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Survei Harga Properti Residensial Grafik 3.4. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Gas, dan Bahan Bakar Grafik 3.5.Indeks Harga Properti Residensial

Penurunan tekanan inflasi di perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakarsecara langsung disebabkan olehpenurunan

tarif listrik, harga bensin, dan harga solar. Pada awal 2016, pemerintah mengeluarkan kebijakan penurunan harga BBM

bersubsidi seiring dengan penurunan harga minyak dunia dan relatif stabilnya nilai tukar rupiah. BBM bersubsidi jenis

Solar dan Bensin turun masing-masing dari Rp 6.700/liter dan Rp7.300/liter menjadi Rp5.950/liter (turun 4,79%) dan Rp

Rp7.150/liter (turun 15,67%). Selain itu, penurunan juga terjadi pada tarif listrik di beberapa golongan per 1 Februari

2016. Pada golongan 1.300 VA dan 2.200 VA terjadi penurunan sebesar Rp17 per kilowatt hour (kWh) atau sebesar

Rp1.392 per kWh dari tarif Januari sebesar Rp1.409 per kWh. Sementara, tarif listrik tarif listrik pada tegangan menengah

untuk bisnis skala besar, kantor pemerintah skala besar, dan industri skala menengah turun Rp13 per kWh, menjadi

Page 51: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 3 INFLASI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 45

Rp1.007,15 per kWh, dari Rp1.071 per kWh. Penurunan tarif listrik disebabkan oleh perhitungan Indonesia Crude Price

(ICP) pada periode Desember 2015 yang menjadi dasar perhitungan tarif listrik periode Februari 2016 mengalami

penurunan. ICP Desember turun dari USD41,44 per barel menjadi USD39 per barel.

Penurunan tekanan inflasi di kelompok ini terkonfirmasi juga dari hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang

dilaksanakan Bank Indonesia. Hasil SHPR triwulan I 2016 menunjukkan terjadinya perlambatan Indeks Harga Properti

Residensial (IHPR) dibandingkan periode sebelumnya. IHPR di triwulan laporan tercatat sebesar 309,03 dengan

pertumbuhan 9,87% (yoy), lebih lambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya 13,12% (yoy).

3.2.4 Kelompok Sandang

Inflasi kelompok sandang menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Di periode laporan, tingkat inflasi kelompok ini

tercatat 5,89% (yoy) lebih rendah dibandingkan inflasi di triwulan IV 2015 yang tercatat 6,01% (yoy). Penurunan tekanan

inflasi berasal dari subkelompok sandang laki-laki, subkelompok sandang wanita, dan subkelompok sandang anak-anak.

Inflasi ketiga subkelompok ini tercatat secara berurut 5,87% (yoy), 6,18% (yoy), dan 7,17% (yoy) di periode laporan, lebih

rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat secara berurut 6,24% (yoy), 6,54% (yoy), dan 8,82% (yoy).

Sementara itu, subkelompok barang pribadi dan sandang lain tercatat menalami peningkatan tekanan inflasi dari 3,61%

(yoy) di triwulan IV 2015 menjadi 4,83% (yoy) di periode laporan.

Lebih rinci per komoditas, 32 dari 69 komoditas pada kelompok sandang mengalami penurunan tekanan inflasi di

periode laporan. Lima komoditas utama yang mendorong penurunan tekanan inflasi adalahgaun/terusan, celana panjang

jeans, pembalut wanita, kaos kaki, dan popok bayi. Andil inflasi kelima komoditas ini turun dari masing-masing 0,067%

(yoy), 0,067% (yoy), 0,067% (yoy), 0,032% (yoy), dan 0,029% (yoy) di periode laporan menjadi masing-masing 0,002%

(yoy), 0,010% (yoy),0,032% (yoy), 0,003% (yoy), dan 0,000% (yoy). Di sisi lain, penurunan tekanan inflasi kelompok

sandang tertahan oleh peningkatan tekanan inflasi di 37 komoditas lainnya. Lima komoditas yang mengalami peningkatan

tekanan inflasi terbesar adalah baju kaos berkerah, tas tangan wanita, emas perhiasan, blus, celana dalam wanita. Andil

kelima komoditas ini meningkat dari masing-masing 0,002% (yoy), 0,012% (yoy), 0,000% (yoy), 0,001% (yoy), dan 0,001%

(yoy) di triwulan IV 2015 nenjadi masing-masing 0,064% (yoy), 0,044% (yoy), 0,020% (yoy), 0,016% (yoy), dan 0,014%

(yoy).

Peningkatan harga emas perhiasan dipengaruhi oleh pergerakan harga emas internasional.Peningkatan harga emas

disebabkan oleh trend harga emas global yang mulai meningkat dalam 2 triwulan terakhir. Meskipun masih tercatat

kontraksi, harga emas dunia tercatat mengalami peningkatan dari -7,91% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi -3,12% (yoy)

di angka USD1.180/troy oz pada triwulan laporan.

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: World Bank

Grafik 3.6 Inflasi Kelompok Sandang Grafik 3.7.Perubahan Harga Emas Internasional

3.2.5 Kelompok Kesehatan

Tekanan inflasi kelompok kesehatan mengalami penurunan pada triwulan I 2016.Pada triwulan laporan, kelompok ini

tercatat mengalami inflasi 2,87% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,02% (yoy).

Penurunan tekanan inflasi berasal dari subkelompok jasa kesehatan, subkelompok obat-obatan, dan subkelompok

Page 52: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 3INFLASI

46 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

perawatan jasmani dan kosmetika. Di periode laporan, ketiga subkelompok ini tercatat mengalami inflasi masing-masing

3,14% (yoy); 1,81% (yoy); dan 3,30% (yoy); lebih rendah dibandingkan inflasi sebelumnya yang tercatat masing-masing

15,08% (yoy); 4,52% (yoy); dan 3,69% (yoy). Penurunan inflasi dikelompok ini tertahan oleh peningkatan tekanan inflasi

pada subkelompok jasa perawatan jasmani dari 1,68% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi 10,06% (yoy) di periode laporan.

Lebih rinci per komoditas, 22 dari 40 komoditas pada kelompok kesehatan mengalami penurunan tekanan inflasi di

periode laporan. Lima komoditas utama yang mendorong penurunan tekanan inflasi di kelompok ini adalah kaca mata

plus/minus, tarip gunting rambut wanita, obat dengan resep, tarip puskesmas, dan deodorant. Kelima komoditas ini

mengalami penurunan andil inflasi dari masing-masing 0,042% (yoy); 0,042% (yoy); 0,025% (yoy); 0,011% (yoy); dan

0,012% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi masing-masing 0,001% (yoy); 0,013% (yoy); 0,002% (yoy); 0,000% (yoy); dan

0,002% (yoy) diperiode laporan. Di sisi lain, dari 18 komoditas yang mengalami peningkatan inflasi, 5 komoditas yang

mengalami peningkatan andil inflasi terbesar adalah bedak, dokter spesialis, tarip gunting rambut pria, dokter umum, dan

creambath. Kelima komoditas tersebut mengalami peningkatan andil inflasi dari 0,001% (yoy); 0,004% (yoy); 0,000%

(yoy); 0,001% (yoy); dan 0,000% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi 0,024% (yoy); 0,021% (yoy); 0,016% (yoy); 0,014%

(yoy); dan 0,006% (yoy).

3.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga juga mengalami penurunan tekanan inflasi di triwulan I 2016.Penurunan

tekanan inflasi didorong oleh penurunan inflasi di subkelompok pendidikan, subkelompok perlengkapan/perlengkapan

pendidikan, subkelompok rekreasi, dan subkelompok olahraga. Keempat subkelompok tersebut tercatat mengalami

penurunan inflasi dari masing-masing 3,83% (yoy); 0,94% (yoy); 1,62% (yoy); dan 3,88% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi

masing-masing 3,64% (yoy); 0,45% (yoy); 1,11% (yoy); dan 3,08% (yoy) di periode laporan. Di sisi lain, penurunan tekanan

inflasi di kelompok ini tertahan oleh peningkatan inflasi di subkelompok kursus/kursus dan pelatihan. Subkelompok ini

mengalami peningkatan tekanan inflasi dari 2,89% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi 2,97% (yoy) di triwulan laporan.

Lebih rinci per komoditas, 19 dari 44 komoditas pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami

penurunan tekanan inflasi pada periode laporan. Lima komoditas utama yang mendorong penurunan tekanan inflasi di

kelompok ini adalah tabloid, biaya foto copy, pakaian olah raga anak, majalah berkala/dewasa, dan personal

komputer/desktop. Kelima komoditas ini mengalami penurunan andil inflasi dari masing-masing 0,001% (yoy); 0,007%

(yoy); 0,001% (yoy); 0,001% (yoy); dan 0,003% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi masing-masing 0,000% (yoy); 0,003%

(yoy); 0,000% (yoy); 0,001% (yoy); dan 0,000% (yoy) di periode laporan. Di sisi lain, penurunan tekanan inflasi di kelompok

ini tertahan oleh inflasi di 11 komoditas, dimana 5 komoditas dengan peningkatan andil terbesar adalah taman kanak-

kanak, kursus komputer, sepeda anak, flash disk, dan vcd / dvd player. Kelima komoditas ini mengalami peningkatan andil

inflasi dari masing-masing 0,008% (yoy); 0,001% (yoy); 0,000% (yoy); 0,000% (yoy); dan 0,005% (yoy) di triwulan IV 2015

menjadi masing-masing 0,010% (yoy); 0,002% (yoy); 0,001% (yoy); 0,000% (yoy); dan 0,006% (yoy) di periode laporan.

Sementara itu, 14 komoditas lainnya tidak mengalami perubahan harga dibandingkan periode sebelumnya.

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.8. Inflasi Kelompok Kesehatan Grafik 3.9. Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Page 53: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 3 INFLASI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 47

3.2.7 Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Pada triwulan I 2016, tekanan inflasi kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Di periode laporan, kelompok ini tercatat mengalami inflasi 2,80% (yoy) lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami deflasi 0,99% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi di kelompok ini didorong

oleh inflasi di subkelompok transport dan jasa keuangan. Inflasi kedua subkelompok diperiode laporan mencapai 3,37%

(yoy) dan 1,53% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat mencapai -2,26% (yoy) dan 0,00%

(yoy). Peningkatan tekanan inflasi di kelompok ini tertahan oleh penurunan harga di subkelompok komunikasi dan

pengiriman dan subkelompok sarana dan penunjang transport yang tercatat mengalami penurunan tekanan inflasi dari -

0,01% (yoy) dan 9,38% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi -0,05% (yoy) dan 7,04% (yoy) di periode laporan.

Lebih rinci per komoditas, 10 dari 38 komoditas pada kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami

peningkatan tekanan inflasi di periode laporan. Lima komoditas utama yang mendorong peningkatan inflasi di kelompok

ini adalah bensin, angkutan dalam kota, biaya administrasi kartu atm, tarip sewa motor, dan angkutan antar kota. Kelima

komoditas tersebut mengalami peningkatan andil inflasi masing-masing dari -0,64% (yoy); -0,19% (yoy); 0,00% (yoy);

0,03% (yoy); dan -0,02% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi masing-masing 0,02% (yoy); 0,05% (yoy); 0,01% (yoy); 0,05%

(yoy); dan 0,00% (yoy). Di sisi lain, dari 14 komoditas yang mengalami penurunan tekanan inflasi, lima komoditas utama

yang memberikan andil penurunan inflasi adalah angkutan udara, mobil, pemeliharaan/service, tarip parkir, kendaraan

dan carter/rental. Kelima komoditas tersebut mengalami penurunan tekanan inflasi masing-masing dari 0,233% (yoy);

0,154% (yoy); 0,020% (yoy); 0,024% (yoy); dan 0,079% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi masing-masing 0,113% (yoy);

0,086% (yoy); 0,011% (yoy); 0,017% (yoy); dan 0,073% (yoy) di periode laporan.

Sumber: Badan Pusat Statistik Grafik 3.10. Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

3.3. Inflasi Menurut Kota IHK12

Secara spasial, peningkatan inflasi Sulsel di triwulan I 2016 disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi hampir di

seluruh kabupaten/kota IHK di Sulsel. Di triwulan laporan, Makassar, Palopo, Parepare, dan Watampone tercatat

mengalami peningkatan inflasi. Keempat kab/kota tersebut tercatat mengalami inflasi masing-masing 6,38% (yoy); 4,47%

(yoy); 3,82% (yoy); dan 1,94% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat masing-masing 5,18%

(yoy); 3,38% (yoy); 1,58% (yoy); dan 0,97% (yoy). Di sisi lain, peningkatan inflasi Sulsel tertahan oleh Bulukumba yang

tercatat mengalami penurunan tekanan inflasi dari 2,17% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi 2,16% di periode laporan.

Tekanan inflasi yang tinggi di daerah perkotaan (Makassar, Palopo, dan Parepare) mencerminkan karakteristik daerah

perkotaan yang memiliki permintaan tinggi, namun produksi relatif rendah, khususnya untuk komoditas pangan. Kondisi

ini menyebabkan daerah perkotaan harus dipasok dari daerah lain, dengan jalur distribusi yang relatif panjang.

12Mulai Januari 2014, inflasi Sulsel dihitung dari agregasi lima kota/kabupaten, yaitu Makassar, Palopo, Parepare, Watampone (Bone), dan Bulukumba.

Page 54: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 3INFLASI

48 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Tabel 3.2. Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Kota

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel 3.3. Sumbangan Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Kota

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Bulukumba kembali menunjukan perbaikan pengendalian inflasi. Semenjak dimasukkan sebagai salah satu kota inflasi di

awal tahun 2014, Bulukumba secara konsisten berhasil menurunkan tingkat inflasinya. Setelah berhasil menurunkan

inflasi dari 14,10% (yoy) di awal 2014 menjadi 2,17% (yoy) di akhir 2015, inflasi Bulukumba kembali tercatat membaik di

awal tahun 2016 ini di angka 2,16% (yoy). Meskipun secara level inflasi Bulukumba bukan yang terendah, namun daerah

ini merupakan daerah paling progresif dalam perbaikan inflasi. Sementara itu, Kota Makassar yang merupakan kota

dengan bobot inflasi terbesar di Sulsel (78,12%) masih memiliki inflasi tertinggi di Sulsel di triwulan I 2016 yaitu 6,38%

(yoy). Di triwulan laporan, komoditas utama yang menjadi penyebab peningkatan inflasi di Makassar adalah beras, cabai

rawit, bendeng, dan ikan layang.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.11. Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Kota

Secara umum, peningkatan tekanan inflasi disebabkan oleh penurunan pasokan bahan makanan khususnya beras. Di

tiga kota IHK, yaitu Makassar, Parepare, dan Bulukumba, beras masuk dalam lima komoditas utama penyumbang inflasi di

kota tersebut. Mundurnya musim tanam akibat kemarau panjang di akhir tahun berdampak pada mundurnya musim

panen di awal tahun 2016. Padi diperkirakan baru akan memasuki musim panen di akhir Maret hingga awal April 2016.

Tabel 3.4. Lima Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Per Kab/Kota IHK di Sulsel

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

Makassar 4.10 3.91 4.61 4.57 4.76 4.54 7.41 6.24 5.46 5.38 3.57 8.51 7.34 8.61 8.95 5.18 6.38

Palopo 4.27 3.99 4.15 4.11 4.34 3.03 5.33 5.25 6.22 7.36 4.03 8.95 6.95 6.89 7.19 3.38 4.47

Parepare 2.00 2.54 3.78 3.49 4.67 4.49 7.41 6.31 5.58 5.57 3.04 9.38 6.53 6.98 7.02 1.58 3.82

Watampone 5.69 4.42 3.94 3.65 2.90 3.28 6.72 6.86 7.86 8.14 4.55 8.22 5.66 4.27 4.33 0.97 1.94

Bulukumba 13.94 14.10 7.30 9.45 6.21 6.12 6.63 2.17 2.16

Sulawasi Selatan 4.06 3.85 4.48 4.40 4.61 4.36 7.24 6.22 5.88 5.92 3.72 8.61 7.13 8.06 8.36 4.48 5.70

201620152014Kota

2012 2013

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

Makassar 3.42% 3.24% 3.77% 3.71% 3.88% 3.68% 6.10% 5.25% 4.27% 4.20% 2.79% 6.65% 5.73% 6.73% 6.99% 4.05% 4.98%

Palopo 0.22% 0.21% 0.25% 0.24% 0.25% 0.24% 0.40% 0.34% 0.40% 0.47% 0.26% 0.57% 0.44% 0.44% 0.46% 0.22% 0.29%

Parepare 0.22% 0.21% 0.24% 0.24% 0.24% 0.23% 0.39% 0.33% 0.39% 0.39% 0.21% 0.66% 0.46% 0.49% 0.46% 0.11% 0.27%

Watampone 0.20% 0.19% 0.22% 0.22% 0.23% 0.22% 0.36% 0.31% 0.45% 0.47% 0.26% 0.47% 0.33% 0.25% 0.25% 0.06% 0.11%

Bulukumba 0.38% 0.39% 0.20% 0.26% 0.17% 0.17% 0.23% 0.06% 0.06%

Sulawasi Selatan 4.06% 3.85% 4.48% 4.40% 4.61% 4.36% 7.24% 6.22% 5.88% 5.92% 3.72% 8.61% 7.13% 8.07% 8.39% 4.48% 5.70%

201620152014Kota

2012 2013

No Makassar Parepare Watampone Bulukumba Palopo

1 Beras Mie Bandeng/Bolu Beras Tomat Sayur

2 Cabai Rawit Angkutan Dalam Kota Pisang Rokok Kretek Bawang Merah

3 Bandeng/Bolu Beras Cabai Rawit Rokok Kretek Filter Angkutan Antar Kota

4 Layang/Benggol Nasi dengan Lauk Layang/Benggol Mobil Bahan Bakar Rumah Tangga

5 Tomat Sayur Bahan Bakar Rumah Tangga Asam Pisang Daging Ayam Ras

Page 55: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 3 INFLASI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 49

3.4. Disagregasi Inflasi13

Peningkatan inflasi Sulsel di triwulan I 2016 terutama

bersumber dari penurunan tekanan inflasi di kelompok

administered price dan volatile food. Kelompok

administered price dan volatile food tercatat mengalami

peningkatan tekanan inflasi dari masing-masing -1,74%

(yoy) dan 9,29% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi 1,98%

(yoy) dan 13,24% (yoy) di periode laporan. Sementara itu,

kelompok inflasi inti (core) tercatat relatif stabil, dimana

kelompok komoditas ini mencatatkan inflasi 4,32% (yoy) di

periode laporan. Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 3.12. Inflasi Sulawesi Selatan Menurut Komponen Disagregasi

Peningkatan inflasi kelompok administered price didorong oleh peningkatan tarif angkutan udara. Angkutan udara

tercatat mengalami inflasi 15,22% (yoy) dengan andil 0,23% (yoy). Banyaknya libur panjang akhir pekan di penghujung

triwulan I 2016 mengakibatkan peningkatan permintaan disektor angkutan udara. Komoditas lain yang tercatat menjadi

penyumbang inflasi tertinggi di kelompok administered price adalah Bahan Bakar Rumah Tangga, Angkutan Dalam Kota,

dan Rokok Kretek Filter. Ketiga komoditas ini tercatat mengalami inflasi masing-masing 3,43% (yoy); 2,81% (yoy); dan

1,11% (yoy) dengan andil masing-masing 0,06% (yoy), 0,05% (yoy), dan 0,02% (yoy) terhadap total inflasi tahunan Sulsel.

Penurunan tarif listrik, harga bensin, dan harga solar menahan peningkatan inflasi kelompok administered price di

periode laporan. Pemerintah mengeluarkan kebijakan penurunan harga BBM bersubsidi seiring dengan penurunan harga

minyak dunia dan relatif stabilnya nilai tukar rupiah pada triwulan I 2016. BBM bersubsidi jenis Solar dan Bensin turun

masing-masing dari Rp 6.700/liter dan Rp7.300/liter menjadi Rp5.950/liter (turun 4,79%) dan Rp Rp7.150/liter (turun

15,67%). Selain itu, penurunan juga terjadi pada tarif listrik di beberapa golongan per 1 Februari 2016. Pada golongan

1.300 VA dan 2.200 VA terjadi penurunan sebesar Rp17 per kilowatt hour (kWh) atau sebesar Rp1.392 per kWh dari tarif

Januari sebesar Rp1.409 per kWh. Sementara, tarif listrik tarif listrik pada tegangan menengah untuk bisnis skala besar,

kantor pemerintah skala besar, dan industri skala menengah turun Rp13 per kWh, menjadi Rp1.007,15 per kWh, dari

Rp1.071 per kWh. Penurunan tariff listrik disebabkan oleh perhitungan Indonesia Crude Price (ICP) pada periode

Desember 2015 yang menjadi dasar perhitungan tarif listrik periode Februari 2016 mengalami penurunan. ICP Desember

turun dari USD41,44 per barel menjadi USD39 per barel.

Sumber: Pertamina Sumber: World Bank

Grafik 3.13 Perkembangan Harga BBM Jenis Premium dan Solar Grafik 3.14. Harga Minyak Mentah Global

Pada kelompok volatile food, faktor musim mempengaruhi tingkat inflasi bahan pangan utama, khususnya beras.

Mundurnya musim tanam komoditas pangan utama khususnya beras akibat kemarau panjang di akhir tahun berdampak

pada mundurnya musim panen di awal tahun 2016. Padi diperkirakan baru akan memasuki musim panen di akhir Maret

hingga awal April 2016. Selain beras, komoditas lain yang mengalami kendala pasokan di periode laporan adalah bawang

13Analisis disagregasi membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi noninti (volatile food dan administered prices). Hal ini dilakukan untuk

menghasilkan indikator inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.

Page 56: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 3INFLASI

50 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

merah dan cabai. Sama dengan beras, kedua komoditas ini juga terkendala akibat siklus pertanian yang baru memasuki

musim tanam di periode laporan.

Pada inflasi inti (core), tekanan inflasi relatif stabil (4,32%; yoy). Secara umum, inflasi di kelompok ini masih berasal dari

subkelompok makanan jadi, perumahan, dan sandang akibat peningkatan permintaan. Selain itu, masih tingginya biaya

bahan baku impor juga menjadi salah satu sumber tekanan inflasi di kelompok inti, khususnya komoditas berbahan baku

kedelai yang sebagian besar merupakan hasil impor.

3.5. Koordinasi Pengendalian Inflasi

Koordinasi pengendalian inflasi di Sulsel terus dilakukan secara intensif melalui melalui TPID Provinsi maupun TPID

Kabupaten/Kota. Selama triwulan I 2016, terdapat beberapa kegiatan yang mencakup penguatan kerjasama dan

koordinasi di TPID Provinsi dan TPID Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan (Tabel 3.5).

Tabel 3.5.Kegiatan TPID Triwulan I 2016

NO TPID KEGIATAN

KET TEMPAT TANGGAL

1 Provinsi Sulawesi Selatan Hotel Grand Clarion Makassar 3 Maret 2016 Rapat Teknis

Pada 3 Maret 2016, telah dilaksanakan Rapat Teknis TPID Provinsi Sulsel untuk pertama kali di Tahun 2016. Rapat

tersebut mengagendakan pembahasan persiapan kegiatan HLM TPID Provinsi Sulsel dan Kab/Kota se Sulsel. Selain itu,

pada rapat teknis ini juga membahas konsep roadmap TPID Sulsel yang akan digunakan sebagai acuan pengambilan

kebijakan pengendalian inflasi di Sulawesi Selatan.

Page 57: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 3 INFLASI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 51

Boks 3.A. Identifikasi Faktor-faktor Pembentuk Harga Beras di Sulsel Dalam

Kaitannya Dengan Upaya Pengendalian Inflasi

Inflasi di Sulsel selama ini lebih banyak dipicu dari sisi supply. Kenaikan harga pada komoditas volatile food tertentu

yang sering memicu inflasi diantaranya adalah ikan (bandeng), cabe merah, bawang merah dan beras. Faktor pemicu

kenaikan harga untuk tiga komoditi pertama lebih dikarenakan kurangnya pasokan (supply shock) terutama pada bulan-

bulan tertentu, sebagai akibat dari gagal panen atau penurunan hasil panen yang disebabkan oleh faktor musim atau

gangguan hama. Sementara itu, kenaikan harga beras yang juga sering memicu inflasi di Sulsel selalu menimbulkan

pertanyaan, mengingat Sulsel sebenarnya merupakan salah satu daerah penghasil/sentra produksi beras di Indonesia.

Untuk mengurai penyebab inflasi yang bersumber dari kenaikan harga beras, tentu diperlukan data dan informasi yang

akurat mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab kenaikan harga beras, antara lainsistem produksi, pengadaan,

manajemen stok serta distribusi, sistem pemasaran beras yang tidak sempurna, atau bergesernya pola konsumsi beras

seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat.

Harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani lebih tinggi dari harga pembelian GKP yang ditetapkan pemerintah.

Harga rata-rata GKP yang diterima petani Sulsel (2015) dari pedagang pengumpul (swasta) tercatat sebesar Rp4.327,00

per kilogram, lebih tinggi dari harga pembelian GKP yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp3.700,00 sebagai

patokan Perum BULOG dalam menyerap gabah petani. Adanya selisih harga yang relatif tinggi menyebabkan petani Sulsel

umumnya lebih memilih menjual gabah kepada pedagang pengumpul (swasta) dibanding menjual ke Perum BULOG.

Selain itu juga didorong faktor sosio-psikologis petani kepada pedagang pengumpul, yang umumnya juga sebagai pihak

pemberi pinjaman/modal usaha, serta terbatasnya pengetahuan petani terhadap jalur pemasaran beras. Alasan

lainpetani lebih senang menjual dalam bentuk GKP karena selain segera mendapatkan pembayaran secara tunai, dan

petani tidak perlu mengeluarkan tenaga/ongkos pengeringan dan ongkos angkut ke penggilingan.

Grafik 3.A.1. Perkembangan Harga GKP Di Petani dan

Harga Gabah Dunia

Grafik 3.A.2. Perkembangan Harga

Beras Di Konsumen Dan Harga Beras Dunia

Harga beras di Sulsel pada 2015 jauh lebih tinggi dari harga beras dunia. Harga rata-rata beras di tingkat konsumen

sebesar Rp8.923,00 per kilogram, jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan harga beras dunia yang hanya sebesar

Rp4.638,00 (lihat Grafik 3.A.2). Harga beras yang harus dibayar konsumen di Sulsel ini 15,0% lebih tinggi dari harga beras

di tingkat penggilingan. Sementara bila dibandingkan dengan harga GKP di tingkat petani (Rp4.327,00), harga beras di

tingkat konsumen telah mengalami lonjakan harga yang sangat mencolok yaitu naik sebesar Rp4.596,00 atau 106,2%.

Selisih harga yang sangat lebar antara harga GKP yang diterima petani dengan harga beras yang harus dibayar konsumen,

mencerminkan proses pembentukan harga beras di Sulsel tidak berjalan efisien. Inefisiensi terjadi tidak hanya di tingkat

petani (kepemilikan lahan kecil-kecil, harga pupuk dan obat-obatan mahal, produktivitas rendah), akan tetapi justru

sebagian besar terjadi di tingkat penggilingan dan perdagangan. Hal demikian dapat terjadi dikarenakan pasar beras di

Sulsel diindikasikan tidak bekerja secara sempurna. Dalam pembelian GKP pasar cenderung monopsonis, sementara

dalam sistem pemasaran beras di Sulsel diindikasikan terjadi praktik yang mengarah pada oligopoli.

Sistem perdagangan beras yang terindikasi mengarah ke pratik oligopoli terlihat dari cara “penetapan” harga beras.

Pihak Grosir selaku pemasok beras ke pengecer di Sulsel dan juga pemasok ke Provinsi lain/antar pulau, dalam

“menetapkan” harga jual beras di tingkat konsumen di Sulsel tampaknya selalu melihat kondisi pasar, terutama

perkembangan harga beras di Provinsi lain/antar pulau, selain juga mempertimbangkan kebijakan impor beras yang

ditempuh pemerintah. Hal ini dapat dibuktikan dari pola pergerakan harga beras di Sulsel yang cenderung berjalan searah

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

5.000

5.500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2015

Rp/Kg

HPP GKP Petani (Rp3.700/kg)

Harga GKP Petani

Harga Gabah Dunia (Paddy Glutinous)

Harga Gabah Dunia (Paddy White Rice)

Harga GKP Penggilingan

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

10.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2015

Rp/Kg

HPP Beras Bulog (Rp7.300/kg)

Harga Beras Konsumen Sulsel

Harga Beras Dunia (Thai Broken 5%)

Harga Beras Dunia (Vietnam 5%)

Page 58: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 3INFLASI

52 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

dengan pola pergerakan harga beras di Provinsi lain/antar pulau yang selama ini menjadi target pemasaran beras dari

Sulsel (Grafik 3.A.3).

Grafik 3.A.3. Perbandingan Harga Beras Di Tingkat Konsumen Di Sulsel Dan Harga Beras Di Wilayah Lain

Sementara itu, dari hasil analisis sisi permintaan (demand) disimpulkan kenaikan pendapatan belum merubah pola

pengeluaran. Pendapatan per kapita masyarakat Sulsel meningkat seiring dengan pertumbuhan perekonomian Sulsel

yang relatif baik (Tahun 2015 tumbuh 7,15%), namun peningkatan pendapatan tersebut belum merubah pola

pengeluaran masyarakat terhadap konsumsi bahan makanan, yang tercatat masih stabil di kisaran 51,2% (lihat Grafik 5).

Hal ini berarti separo lebih dari pendapatan masyarakat Sulsel masih dibelanjakan untuk pemenuhan kebutuhan primer

berupa bahan makanan, termasuk diantaranya beras. Dengan demikian, dalam konteks Sulsel, tampaknya belum berlaku

hukum Engel’s14

. Melihat pola konsumsi masyarakat Sulsel yang belum berubah, maka permintaan terhadap bahan

makanan (termasuk beras) pada kondisi saat ini dan beberapa tahun ke depan diprediksikan masih tetap tinggi. Oleh

karena itu, agar tidak terjadi excess demand terhadap bahan pangan yang berpotensi dapat memicu inflasi, maka

Pemerintah Provinsi Sulsel harus mampu menjaga kecukupan pasokan bahan makanan (khususnya beras), dengan harga

yang dapat dijangkau oleh masyarakat, terutama kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

Grafik 3.A.4. Pendapatan Per Kapita dan Pola Konsumsi Masyarakat Sulsel

14 Engel’s Law menyatakan bahwa seiring dengan meningkatnya pendapatan, maka konsumsi terhadap pangan pangsanya akan semakin menurun dari

total konsumsi dan pendapatan.

8.000

9.000

10.000

11.000

12.000

13.000

14.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2015

Rp/kg

Sulsel Surabaya Samarinda

Ambon Jayapura

8.000

9.000

10.000

11.000

12.000

13.000

14.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2015

Rp/kg

Sulsel Palu Kendari

Manado Gorontalo

Page 59: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 53

4. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Bab 4 Sistem Keuangan dan

Pengembangan Akses Keuangan

Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan I 2016 mengalami perlambatan

dibandingkan triwulan sebelumnya, terpantau dari perlambatan aset, dana

pihak ketiga (DPK), dan kredit/pembiayaan yang disalurkan, dengan

Makassar menjadi motor pertumbuhan industri perbankan. Risiko kredit

terpantau relatif aman. Secara kelembagaan, jumlah bank di Sulsel

mengalami penambahan, namun terdapat penguranganjumlah kantor.

Pada triwulan I 2016, dinamika aktivitas perbankan diwarnai dengan

meningkatnya penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan

penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Kondisi demikian

mendorongintermediasi perbankan meningkat dengan rasio LDR 122,94%

lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu (121,05%). Searah dengan

pertumbuhan perbankan umum, kinerja perbankan syariah juga menunjukkan

perlambatan, namun disisi lain kinerja BPR mengalami percepatan

pertumbuhan.

Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor korporasi maupun

rumah tangga di Sulsel masih kuat, yang tercermin dari perkembangan

penyaluran kredit dan penghimpunan DPK.Kualitas kredit di sektor

korporasi sedikit mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya,

tercermin dari NPLsedikitmeningkat menjadi 6,81%pada triwulan I 2016.

Penyaluran kredit ke sektor UMKM juga terus tumbuh, sehingga pangsa

kredit UMKM terhadap total kredit tetap terjaga di atas 30%.

Page 60: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

54 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

4.1. Kondisi Umum Perbankan15

4.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Dari sisi kelembagaan, pada triwulan I 2016, jumlah bank umum di Sulsel mengalami penambahan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Jumlah bank umum pada triwulan I 2016 tercatat sebanyak 52 bank, sedangkan jumlah BPR masih

tetap sebanyak 29 bank. Jumlah kantor mengalami pengurangan pada triwulan I 2016. Jumlah kantor keseluruhan

mencapai 977 kantor, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 985 kantor. Pengurangan tersebut terdiri dari 8

(delapan) Kantor Cabang (Tabel 4.1).

Tabel 4.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum dan BPR

4.1.2 Aset Perbankan

Pertumbuhan total aset bank umum pada triwulan I 2016 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Aset perbankan tercatat sebesar Rp120,83 triliun, tumbuh 15,14% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan

sebelumnya 16,01% (yoy) (Tabel 4.2). Perlambatan pertumbuhan disebabkan oleh perlambatan aset di kelompok bank

swasta nasional yang tumbuh 6,20% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 8,71%. Sementara itu, total

aset kelompok bank pemerintah tercatat tumbuh 21,85% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sedangkan total aset bank asing dan bank campuran justru mengalami kontraksi -23,57% (yoy), sedikit lebih baik

dibandingkan kontraksi di triwulan sebelumnya -21,91% (yoy).

Tabel 4.2. Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank

4.1.3 Intermediasi Perbankan

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum pada triwulan I 2016 mengalami perlambatan pertumbuhan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Dana yang dihimpun mencapai Rp78,34 triliun atau tumbuh 17,95% (yoy), lebih

rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya 18,69% (yoy) (Tabel 4.3).

Perlambatanpertumbuhan disebabkan oleh perlambatan pada komponen Giro yang tumbuh 26,98% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya 64,69%.Namun demikian, tabungan mengalami pertumbuhan menjadi 13,01% pada

triwulan pelaporan. Sementara deposito tumbuh 21,44% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 11,61%

(yoy).Menurunnya DPK diperkirakan efek dari pencairan dana di rekening giro untuk pembiayaan proyek-proyek

pembangunan.

Kredit yang disalurkan perbankan juga tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan I 2016. Kredit

tercatat tumbuh 12,90% (yoy) menjadi Rp96,31 triliun lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh

13,67% (yoy). Secara penggunaan, perlambatan pertumbuhan disebabkan oleh perlambatan penyaluran kredit di

kelompok investasi dan modal kerja. Kelompok kredit tersebut tumbuh masing-masing 21,59% (yoy) dan 14,44% (yoy),

lebih rendah dari pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang tercatat masing-masing 26,47% (yoy) dan 16,82% (yoy).

15 Dimulai dengan publikasi pada triwulan I 2014, asesmen perkembangan indikator perbankan menggunakan data lokasi bank untuk kredit yang

disalurkan serta menggunakan data lokasi bank pelapor untuk DPK yang dihimpun

2016

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

Bank Umum (Konv. + Syariah) 41 41 41 41 42 44 45 46 46 47 47 48 48 50 50 50 52

Konvensional 35 35 35 35 36 38 39 40 40 41 41 41 41 43 43 43 44

UUS 5 5 5 5 5 5 5 5 5 7 7 7 7 7 7 7 8

Syariah 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 8

Jumlah Kantor 848 895 925 936 940 950 959 971 974 979 980 972 973 978 978 985 977

BPR 27 27 28 28 28 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29

RINCIAN2012 2013 2014 2015

2016 2016

I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I

Total Aset 12.41 12.97 10.28 12.25 15.41 11.00 13.59 16.01 15.14 90,909 97,572 99,571 101,350 104,944 108,309 113,101 117,572 120,832

Bank Pemerintah 8.97 11.72 9.76 9.13 16.46 10.70 15.34 21.85 21.85 52,670 57,579 58,500 58,165 61,182 63,739 67,472 70,874 74,549

Bank Swasta Nasional 17.82 14.87 11.16 16.84 14.41 11.73 11.65 8.71 6.20 37,606 39,391 40,398 42,462 43,112 44,012 45,104 46,161 45,786

Bank Asing dan Bank Campuran 2.01 12.12 3.98 11.76 (9.54) (7.19) (21.91) (25.86) (23.57) 633 602 673 723 649 558 525 536 496

Nominal (Rp Miliar)

201520142014Aset Menurut Kelompok Bank

Pertumbuhan (%, yoy)

2015

Page 61: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 55

Sementara itu, kredit konsumsi tumbuh 7,53% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 5,12%. Secara

sektoral, perlambatan pertumbuhan kredit antara lain disebabkan oleh perlambatan penyaluran kredit disektor industri

pengolahan dan perdagangan yang tumbuh masing-masing 43,77% (yoy) dan 14,47% (yoy) pada triwulan I 2016, lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya masing-masing 57,71% (yoy) dan 16,25% (yoy). Di sisi lain, kredit sektor

listrik/gas/air mengalami kontraksi -19,81% (yoy) di triwulan pelaporan.

Tabel 4.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum

Dengan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK, indikator intermediasi perbankan (LDR)

dan risiko perbankan (NPL) terlihat sedikit meningkat. Kedua indikator tersebut tercatat masing-masing 122,94% dan

3,36% pada triwulan I 2016, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2015 yang tercatat masing-masing 121,05% dan 3,19%

(Tabel 4.3).

Tabel 4.4. Kredit Bank Umum Menurut Sektor Ekonomi

4.1.4 Bank Syariah

Aset perbankan syariah mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya. Aset perbankan

syariah pada triwulan I 2016 tercatat tumbuh 16,96% (yoy) menjadi Rp7,02 triliun, lebih rendah dari triwulan IV 2015

yang tumbuh 18,10% (yoy) (Tabel 4.5). Perlambatan pertumbuhan aset perbankan syariah pada periode triwulan laporan

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan aset pada kelompok bank swasta nasional. Pangsa aset perbankan syariah

terhadap total aset perbankan sedikit mengalami penurunan menjadi 5,49% dari triwulan sebelumnya 5,60%.

Kinerja indikator perbankan syariah Sulsel pada triwulan I 2016 menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Penghimpunan DPK menunjukkan perlambatan pertumbuhan di periode pelaporan. DPK tumbuh10,33%

(yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya 28,83% (yoy). Perlambatan pertumbuhan DPK disebabkan oleh

penurunan kinerja diseluruh komponen baik Giro, Tabungan, dan Deposito yang tumbuh masing-masing -38,04% (yoy),

18,36% (yoy), dan 22,90% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya masing-masing 57,57% (yoy), 19,34% (yoy),

dan31,58% (yoy). Di sisi lain, pembiayaan mengalami peningkatan dari 10,56% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi

11,05% (yoy) pada triwulan I 2016. Dengan pertumbuhan pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan DPK, mengakibatkan Financing to Deposit Ratio (FDR) mengalami peningkatan. Di triwulan I 2016, FDR

mencapai 165,43% lebih rendah dari triwulan sebelumnya 147,53%. Sementara itu, kualitas pembiayaan terlihat relatif

baik meskipun sedikit mengalami peningkatannon performing financing (NPF) dari 3,97% di triwulan IV 2015 menjadi

4,39% pada triwulan pelaporan.

2016 2016

I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I

DPK 11.20 14.86 12.17 9.38 14.20 12.16 12.58 18.69 17.95 58,162 61,402 64,339 66,112 66,419 68,867 72,433 78,467 78,342

a. Giro 2.83 20.24 5.11 1.89 27.09 21.48 28.66 64.69 26.98 7,990 9,730 9,693 7,994 10,154 11,820 12,471 13,165 12,894

b. Tabungan 10.66 10.31 8.58 6.92 5.24 5.16 7.65 12.81 13.01 32,446 33,168 34,828 37,428 34,147 34,881 37,491 42,221 38,589

c. Deposito 16.53 20.97 23.39 17.61 24.78 19.79 13.39 11.61 21.44 17,726 18,504 19,819 20,689 22,118 22,166 22,472 23,091 26,859

Kredit 10.97 8.77 7.26 10.84 12.43 10.37 11.74 13.67 12.90 75,874 79,336 80,463 83,560 85,303 87,563 89,911 94,981 96,310

a. Modal Kerja 4.92 9.01 14.09 15.46 20.25 19.15 16.85 16.82 14.44 27,257 29,062 29,847 31,442 32,776 34,627 34,876 36,730 37,510

b. Investasi 19.70 6.77 (1.98) 12.04 12.57 6.68 13.07 26.47 21.59 14,642 15,467 15,457 16,240 16,482 16,500 17,476 20,538 20,041

c. Konsumsi 12.65 9.48 6.27 6.58 6.10 4.68 6.82 5.12 7.53 33,974 34,807 35,159 35,877 36,045 36,436 37,558 37,713 38,759

LDR (%) 130.45 129.21 125.06 126.39 128.43 127.15 124.13 121.05 122.94

NPLs Gross (%) 3.14 3.54 3.57 3.13 3.36 3.16 3.85 3.19 3.36

Pertumbuhan (%, yoy)

2015 2014Komponen 2014

Nominal (Rp Miliar)

2015

2016 2016

I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I

Kredit 10.97 8.77 7.26 10.84 12.43 10.37 11.74 13.67 12.90 75,874 79,336 80,463 83,560 85,303 87,563 89,911 94,981 96,310

Pertanian 0.18 7.37 3.59 7.60 16.01 19.25 60.46 63.36 64.50 1,405 1,499 1,435 1,506 1,630 1,788 2,303 2,461 2,681

Pertambangan (15.62) 24.84 21.10 28.39 13.16 (30.41) (28.74) (19.45) 0.61 377 560 537 509 427 390 383 410 430

Industri Pengolahan (26.55) (24.54) (23.94) 13.41 28.49 21.37 23.85 57.71 43.77 3,918 4,210 4,283 4,747 5,035 5,109 5,304 7,487 7,239

Listrik, Gas, Air 63.77 111.80 91.49 83.27 75.06 68.62 71.61 8.24 (19.81) 218 245 232 350 382 413 398 379 306

Konstruksi 18.62 31.89 40.69 43.92 55.97 33.70 29.82 25.78 15.53 3,043 3,666 4,173 4,366 4,746 4,902 5,417 5,491 5,483

Perdagangan 22.08 11.45 10.23 12.02 14.73 13.35 14.08 16.25 14.47 24,334 25,587 25,748 27,033 27,920 29,003 29,373 31,424 31,959

Pengangkutan 12.48 6.76 3.02 (3.52) (6.00) (8.71) (9.45) (1.38) 1.52 2,960 2,950 2,951 2,820 2,782 2,693 2,672 2,781 2,824

Jasa Dunia Usaha 15.65 4.79 4.88 3.17 (0.37) 12.20 12.40 15.25 10.29 3,747 3,598 3,581 3,662 3,733 4,037 4,024 4,221 4,117

Jasa Sosial Masyarakat 12.94 19.27 22.03 31.42 35.29 36.25 12.91 8.96 (0.43) 1,828 1,968 2,115 2,340 2,473 2,681 2,388 2,549 2,462

Lain-lain 9.58 10.18 6.99 7.19 6.26 4.26 6.33 4.28 (100.00) 34,043 35,053 35,408 36,226 36,173 36,547 37,648 37,777 -

20142014

Pertumbuhan (%, yoy) Nominal (Rp Miliar)

2015 2015Komponen

Page 62: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

56 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Tabel 4.5. Perkembangan Indikator Bank Umum Syariah

4.1.5 Bank Perkreditan Rakyat

Kinerja BPR (termasuk BPR Syariah) mengalami percepatan pertumbuhan di periode pelaporan. Dari indikator aset,

aset BPR di triwulan I 2016 tumbuh 19,01% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 15,01% (yoy). DPK

tumbuh 40,12% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 31,75% (yoy), sementara Kredit tercatat tumbuh

20,76% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 15,60% (yoy) (Grafik 4.1 dan Grafik 4.2). Dengan peningkatan

aset yang lebih tinggi dari peningkatan kredit tersebut, loan to deposit ratio (LDR) mengalami penurunan. Pada periode

pelaporan LDR BPR tercatat 123,73%, sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 132,28%.

Grafik 4.1. Perkembangan Aset BPR Grafik 4.2. Perkembangan Intermediasi BPR

4.1.6 Perbankan per Kabupaten/Kota

Perbankan di Kabupaten Luwu Utara mencatat pertumbuhan aset tertinggi di triwulan I 2016. Namun demikian,

perbankan di Kota Makassar dengan kepemilikan aset yang paling besar tetap menjadi pendorong utama perekonomian

di Sulsel. Total aset perbankan di Makassar pada triwulan I 2016 mencapai Rp86,28 triliun atau porsinya 71,41% dari total

aset perbankan di Sulsel. Sementara pangsa aset perbankan di 23 kab/kota lainnya terhitung relatif masih sangat kecil,

rata-rata kurang dari 5% dari total aset perbankan di Sulsel. Pertumbuhan aset perbankan di Kota Makassar tercatat

16,84% (yoy). Pertumbuhan aset 5 daerah tertinggi lainnya terjadi di Kabupaten Luwu Utara (31,08%; yoy), Luwu (31,02%;

yoy), Gowa (29,12%; yoy), Barru (27,52%; yoy), dan Tana Toraja (24,42%; yoy).

Kabupaten Luwu Utara merupakan daerah dengan pertumbuhan kredit tertinggi di triwulan I 2016. Kredit di Kab. Luwu

Utara tumbuh 31,25% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 26,79% (yoy). Daerah lain yang

memiliki pertumbuhan kredit di atas 20% adalah Kabupaten Maros (25,54%; yoy), Gowa (25,46%; yoy), Soppeng (23,29%;

yoy), Bulukumba (22,68%; yoy), Jeneponto (22,06%; yoy), dan Bantaeng (20,84%; yoy). Namun, bila dilihat dari sisi pangsa

kredit, delapan daerah ini hanya menyumbang 8,97% dari total kredit Sulsel. Kredit terbesar masih berada di Kota

Makassar dengan total portfolio sebesar Rp65,93 triliun atau 68,46% dari total kredit di Sulsel. Di triwulan I 2016 ini kredit

di Makassar tumbuh 12,80% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 15,27% (yoy). Hal ini

menunjukkan, konsentrasi pertumbuhan ekonomi masih terpusat di Kota Makassar.

2016 2016

I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I

Aset 16.31 9.72 3.68 5.92 7.42 10.84 15.49 18.10 16.96 5,586 5,580 5,619 5,906 6,000 6,184 6,489 6,975 7,018

Bank Pemerintah 15.27 9.78 6.81 9.93 4.65 7.70 11.90 41.36 50.55 1,052 1,051 1,103 1,149 1,101 1,132 1,235 1,624 1,657

Bank Swasta Nasional 16.55 9.71 2.94 4.99 8.06 11.57 16.37 12.50 9.42 4,534 4,529 4,516 4,758 4,899 5,052 5,255 5,352 5,360

DPK 28.28 30.73 10.96 3.70 16.22 17.59 18.55 28.83 10.33 2,742 2,795 2,878 2,991 3,187 3,287 3,411 3,853 3,517

a. Giro (12.64) 12.69 42.14 12.31 147.17 111.60 22.23 57.57 (38.04) 221 262 346 380 547 554 423 598 339

b. Tabungan 30.17 29.51 15.06 13.13 18.01 24.53 23.74 19.34 18.36 1,261 1,261 1,337 1,479 1,488 1,570 1,654 1,765 1,761

c. Deposito 37.60 36.51 0.56 (8.60) (8.54) (8.63) 11.68 31.58 22.90 1,260 1,272 1,195 1,132 1,153 1,162 1,335 1,490 1,417

Pembiayaan 15.07 17.14 15.49 17.55 17.63 14.65 16.73 10.56 11.05 4,453 4,869 4,926 5,141 5,239 5,582 5,750 5,684 5,817

FDR (%) 162.40 174.20 171.16 171.91 164.36 169.84 168.54 147.53 165.43

NPF Gross (%) 1.65 2.97 3.27 2.74 3.80 2.81 4.17 3.97 4.39

Komponen 2014 20142015 2015

Nominal (Rp Miliar)Pertumbuhan (%, yoy)

(10)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyRp Miliar Aset

gAset - Skala Kanan

0

50

100

150

200

250

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2015

%Rp Miliar

DPK Kredit LDR - Skala Kanan

Page 63: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 57

Tabel 4.6. Perkembangan Aset Perbankan per Kabupaten/Kota

Tabel 4.7. Perkembangan Kredit Perbankan per Kabupaten/Kota

Kabupaten Takalar merupakan daerah dengan pertumbuhan DPK tertinggi di triwulan I 2016. Kabupaten Takalar

mencatatkan diri sebagai wilayah dengan pertumbuhan DPK tertinggi yaitu 86,72% (yoy) diikuti oleh Sinjai (70,15%; yoy),

Pinrang (51,00%; yoy), Luwu (44,05%; yoy), dan Gowa (33,25%; yoy). Sementara itu, DPK perbankan di Kota Makassar

tumbuh 19,28% (yoy), relatif stabil dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 19,39% (yoy). Total DPK di Kota

Makassar mencapai Rp51,21 triliun atau 65,37% dari total DPK Sulsel sebesar Rp78,34 triliun. Sementara itu, pangsa DPK

di 23 kabupaten/kota lainnya masih relatif kecil. Tercatat hanya terdapat 2 kabupaten/kota yang memiliki pangsa DPK di

atas 3%, yaitu Palopo (3,49%) dan Parepare (3,20%). Melihat potensi perekonomian yang dimiliki beberapa Kabupaten di

Sulsel yang relatif besar, perbankan dapat meningkatkan upaya penghimpunan DPK di luar Kota Makassar, melalui inovasi

produk yang semakin menarik atau pengembangan branchless banking.

Tabel 4.8. Perkembangan DPK Perbankan per Kabupaten/Kota

Kualitas kredit relatif terjaga di seluruh kab/kota, dengan sebagian besar kabupaten/kota merupakan daerah lending

(LDR > 100%). Kualitas kredit yang tercermin dari tingkat NPL di seluruh kabupaten/kota masih dalam level aman. Seluruh

kab/kota memiliki tingkat NPL di bawah angka psikologis (5%). Sementara dari sisi intermediasi perbankan, lebih dari

separuh daerah merupakan daerah lending, yang tercermin dari LDR lebih dari 100%. Terdapat 12 Kabupaten/Kota yang

2016 2016

I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I

Makassar 63,193,234 68,456,575 69,403,511 71,132,434 73,848,748 75,845,382 78,466,554 84,043,381 86,282,791 11.21% 12.22% 9.35% 12.12% 16.86% 10.79% 13.06% 18.15% 16.84%

Pinrang 1,378,048 1,408,966 1,443,501 1,298,572 1,404,261 1,349,728 1,508,561 1,401,600 1,581,980 13.89% 11.11% 9.53% 2.09% 1.90% -4.20% 4.51% 7.93% 12.66%

Gowa 1,333,884 1,469,332 1,457,978 1,371,424 1,456,946 1,602,648 1,735,899 1,702,710 1,881,165 10.66% 13.02% 10.29% 11.77% 9.23% 9.07% 19.06% 24.16% 29.12%

Wajo 1,872,823 1,957,611 2,014,949 1,913,810 1,925,314 1,991,624 2,215,356 2,171,439 2,015,265 14.41% 13.79% 7.44% 2.51% 2.80% 1.74% 9.95% 13.46% 4.67%

Bone 2,355,814 2,478,921 2,580,276 2,743,499 2,572,693 2,692,550 2,809,802 2,517,841 2,515,701 18.08% 19.34% 13.62% 14.06% 9.21% 8.62% 8.90% -8.23% -2.22%

Tana Toraja 1,045,636 1,111,721 1,200,044 1,180,292 1,137,758 1,218,190 1,328,488 1,405,397 1,415,571 17.08% 16.78% 14.17% 12.88% 8.81% 9.58% 10.70% 19.07% 24.42%

Maros 1,012,129 1,038,080 1,075,916 1,100,454 1,225,641 1,213,205 1,268,432 1,343,087 1,401,880 11.16% 7.49% 8.37% 9.21% 21.10% 16.87% 17.89% 22.05% 14.38%

Luwu 243,671 256,836 248,006 241,218 278,749 343,429 393,380 291,958 365,208 -0.61% 13.32% 11.14% 11.54% 14.40% 33.72% 58.62% 21.03% 31.02%

Sinjai 864,552 931,303 952,001 920,800 1,120,833 1,149,123 1,265,144 1,181,006 1,340,117 9.34% 13.78% 12.24% 7.97% 29.64% 23.39% 32.89% 28.26% 19.56%

Bulukumba 1,419,979 1,485,698 1,521,701 1,614,990 1,494,683 1,589,904 1,648,019 1,762,233 1,673,596 21.39% 15.84% 15.05% 9.74% 5.26% 7.01% 8.30% 9.12% 11.97%

Bantaeng 519,713 554,626 565,444 565,995 580,437 606,633 646,758 674,923 696,179 17.36% 16.32% 14.34% 10.31% 11.68% 9.38% 14.38% 19.25% 19.94%

Jeneponto 789,638 813,536 835,308 863,357 878,584 919,596 961,742 1,021,145 1,075,324 13.68% 11.33% 9.91% 11.81% 11.26% 13.04% 15.14% 18.28% 22.39%

Selayar 476,574 522,988 530,241 489,733 541,127 552,018 580,130 548,753 578,208 22.78% 24.56% 16.02% 20.61% 13.55% 5.55% 9.41% 12.05% 6.85%

Takalar 1,032,922 1,081,355 1,123,347 1,124,058 1,159,579 1,230,935 1,338,075 1,310,387 1,299,120 17.09% 15.47% 15.64% 11.12% 12.26% 13.83% 19.12% 16.58% 12.03%

Barru 631,415 637,442 694,797 706,553 720,682 740,815 876,392 850,054 919,010 16.54% 11.98% 13.25% 17.64% 14.14% 16.22% 26.14% 20.31% 27.52%

Sidrap 992,577 1,039,742 1,134,360 1,206,153 1,198,835 1,243,009 1,400,104 1,275,917 1,277,412 14.37% 12.74% 16.49% 20.73% 20.78% 19.55% 23.43% 5.78% 6.55%

Pangkep 1,015,646 985,815 1,062,605 1,011,552 1,111,143 1,061,717 1,143,839 1,105,549 1,310,146 13.01% 10.92% 10.81% -3.68% 9.40% 7.70% 7.64% 9.29% 17.91%

Soppeng 741,441 812,491 909,068 902,299 944,645 1,063,938 1,189,063 1,141,686 1,123,580 8.21% 12.63% 13.29% 17.84% 27.41% 30.95% 30.80% 26.53% 18.94%

Enrekkang 759,154 855,338 861,189 876,152 886,831 964,605 1,112,177 1,008,206 1,048,695 15.09% 18.06% 12.90% 15.12% 16.82% 12.77% 29.14% 15.07% 18.25%

Luwu Timur 771,774 782,208 877,836 760,727 895,955 986,298 890,271 721,345 738,070 9.19% 4.60% 8.74% 7.81% 16.09% 26.09% 1.42% -5.18% -17.62%

Luwu Utara 1,100,220 1,150,183 1,199,810 1,274,398 1,283,859 1,424,624 1,512,535 1,628,286 1,682,885 22.13% 17.57% 16.53% 18.85% 16.69% 23.86% 26.06% 27.77% 31.08%

Parepare 4,269,413 4,456,449 4,494,344 4,609,794 4,697,122 4,938,228 5,114,166 4,949,089 5,036,294 17.78% 17.77% 12.02% 5.65% 10.02% 10.81% 13.79% 7.36% 7.22%

Palopo 3,088,860 3,284,835 3,384,907 3,442,604 3,580,207 3,580,883 3,696,556 3,516,382 3,574,170 14.25% 15.19% 14.70% 10.93% 15.91% 9.01% 9.21% 2.14% -0.17%

TOTAL 90,909,117 97,572,051 99,571,139 101,350,868 104,944,632 108,309,082 113,101,443 117,572,374 120,832,367 12.41% 12.97% 10.28% 11.46% 15.44% 11.00% 13.59% 16.01% 15.14%

2015Kabupaten/Kota 2014 20142015

ASET - Rp Juta gASET - % (YOY)

2016 2016

I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I

Makassar 51,339,005 54,053,483 54,605,953 57,202,225 58,449,372 59,770,786 61,070,966 65,937,699 65,931,747 9.47% 7.48% 6.04% 11.77% 13.85% 10.58% 11.84% 15.27% 12.80%

Pinrang 1,249,856 1,264,142 1,286,816 1,263,434 1,210,324 1,257,828 1,307,321 1,356,638 1,428,524 12.18% 6.60% 4.75% 1.30% -3.16% -0.50% 1.59% 7.38% 18.03%

Gowa 1,185,818 1,257,610 1,295,780 1,292,792 1,290,086 1,356,996 1,422,694 1,497,291 1,618,590 9.85% 10.33% 9.96% 10.08% 8.79% 7.90% 9.79% 15.82% 25.46%

Wajo 1,654,611 1,707,624 1,704,340 1,709,338 1,710,673 1,758,469 1,761,154 1,724,665 1,767,148 11.29% 8.52% 5.47% 3.09% 3.39% 2.98% 3.33% 0.90% 3.30%

Bone 1,995,211 2,019,433 2,042,789 2,074,673 2,126,680 2,205,792 2,258,128 2,083,175 2,182,117 17.41% 10.71% 8.22% 7.50% 6.59% 9.23% 10.54% 0.41% 2.61%

Tana Toraja 865,246 894,250 904,520 911,839 903,610 928,282 949,726 1,000,293 1,060,369 16.38% 13.45% 9.41% 7.08% 4.43% 3.81% 5.00% 9.70% 17.35%

Maros 987,885 1,009,614 1,041,948 1,062,776 1,082,675 1,137,342 1,215,002 1,288,852 1,359,159 11.41% 8.27% 8.57% 9.36% 9.60% 12.65% 16.61% 21.27% 25.54%

Luwu 208,448 215,509 223,192 229,738 234,922 248,318 263,663 270,589 273,727 9.43% 9.00% 12.32% 12.60% 12.70% 15.22% 18.13% 17.78% 16.52%

Sinjai 852,924 872,262 883,476 900,419 1,036,999 1,066,222 1,097,804 1,146,907 1,215,702 8.10% 6.76% 5.44% 6.66% 21.58% 22.24% 24.26% 27.37% 17.23%

Bulukumba 1,100,470 1,142,943 1,146,980 1,166,858 1,172,101 1,222,741 1,291,757 1,361,630 1,437,917 8.37% 6.67% 7.25% 7.93% 6.51% 6.98% 12.62% 16.69% 22.68%

Bantaeng 499,116 521,060 532,122 543,466 559,107 582,687 616,715 647,900 675,627 19.74% 16.04% 13.32% 11.71% 12.02% 11.83% 15.90% 19.22% 20.84%

Jeneponto 782,364 796,730 821,830 846,776 859,893 893,649 926,728 985,320 1,049,571 13.70% 9.38% 9.54% 9.95% 9.91% 12.16% 12.76% 16.36% 22.06%

Selayar 258,359 261,319 273,267 284,956 291,130 305,451 317,218 325,054 343,376 10.80% 5.77% 6.39% 13.89% 12.68% 16.89% 16.08% 14.07% 17.95%

Takalar 1,015,635 1,052,448 1,075,470 1,100,046 1,114,386 1,148,274 1,203,601 1,283,220 1,255,090 18.34% 14.49% 13.85% 10.91% 9.72% 9.11% 11.91% 16.65% 12.63%

Barru 593,920 611,381 632,991 649,976 657,486 676,217 703,814 744,219 779,698 16.09% 11.61% 9.78% 11.50% 10.70% 10.60% 11.19% 14.50% 18.59%

Sidrap 980,989 1,009,458 1,051,507 1,104,850 1,135,338 1,198,286 1,248,932 1,148,314 1,219,971 17.64% 12.96% 13.05% 15.12% 15.73% 18.71% 18.78% 3.93% 7.45%

Pangkep 874,350 889,789 967,513 973,139 969,151 983,688 1,010,101 1,014,397 1,123,606 11.17% 10.63% 13.36% 12.02% 10.84% 10.55% 4.40% 4.24% 15.94%

Soppeng 634,870 647,342 660,062 678,512 707,957 738,096 775,593 826,100 872,835 4.88% 4.22% 4.79% 8.11% 11.51% 14.02% 17.50% 21.75% 23.29%

Enrekkang 576,703 593,161 610,207 625,347 632,834 647,567 671,580 721,700 747,900 14.56% 14.27% 12.74% 10.24% 9.73% 9.17% 10.06% 15.41% 18.18%

Luwu Timur 424,468 443,882 465,520 494,431 520,079 551,973 564,929 581,815 597,716 11.91% 11.57% 13.62% 17.57% 22.52% 24.35% 21.35% 17.67% 14.93%

Luwu Utara 1,088,647 1,121,187 1,170,893 1,206,009 1,239,634 1,360,437 1,456,400 1,529,152 1,626,984 23.84% 17.44% 15.65% 16.75% 13.87% 21.34% 24.38% 26.79% 31.25%

Parepare 4,044,773 4,196,144 4,244,009 4,318,282 4,420,933 4,556,238 4,695,131 4,607,896 4,694,476 18.47% 17.84% 11.81% 6.81% 9.30% 8.58% 10.63% 6.71% 6.19%

Palopo 2,659,891 2,755,306 2,821,428 2,920,360 2,978,330 2,967,569 3,081,776 2,898,975 3,048,644 12.88% 11.42% 10.94% 10.30% 11.97% 7.70% 9.23% -0.73% 2.36%

TOTAL 75,873,559 79,336,077 80,462,613 83,560,242 85,303,700 87,562,908 89,910,733 94,981,801 96,310,494 10.97% 8.77% 7.26% 10.84% 12.43% 10.37% 11.74% 13.67% 12.90%

2015

gKREDIT - % (YOY)

Kabupaten/Kota 2014 20142015

KREDIT - Rp Juta

2016 2016

I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I

Makassar 38,444,057 40,202,526 42,418,354 44,363,230 42,932,358 43,906,451 45,891,183 52,965,328 51,208,442 10.07% 13.44% 11.27% 8.01% 11.67% 9.21% 8.19% 19.39% 19.28%

Pinrang 760,396 801,186 870,317 869,725 811,798 852,610 942,380 1,007,942 1,225,840 15.71% 12.70% 17.47% 6.47% 6.76% 6.42% 8.28% 15.89% 51.00%

Gowa 1,053,497 1,184,727 1,209,472 1,172,086 1,177,269 1,297,704 1,372,836 1,509,299 1,568,661 2.52% 14.60% 19.05% 20.97% 11.75% 9.54% 13.51% 28.77% 33.25%

Wajo 1,624,206 1,713,045 1,767,127 1,739,434 1,747,744 1,879,970 2,066,062 2,033,112 1,975,850 15.45% 19.59% 10.47% 8.80% 7.61% 9.74% 16.92% 16.88% 13.05%

Bone 1,982,879 2,061,530 2,165,411 2,183,934 2,152,597 2,282,034 2,357,929 2,111,519 2,277,691 15.50% 17.37% 10.73% 12.37% 8.56% 10.70% 8.89% -3.32% 5.81%

Tana Toraja 977,207 1,019,270 859,224 1,036,690 1,075,740 1,146,823 1,213,516 1,259,943 1,275,190 16.80% 14.77% -9.26% 12.88% 10.08% 12.51% 41.23% 21.54% 18.54%

Maros 724,848 770,000 764,615 733,908 1,083,324 1,003,166 1,068,595 999,843 1,100,462 3.26% 16.32% 8.77% 11.08% 49.46% 30.28% 39.76% 36.24% 1.58%

Luwu 206,096 238,657 222,801 125,839 241,214 324,626 252,387 231,280 347,474 -1.68% 16.70% 14.38% 43.39% 17.04% 36.02% 13.28% 83.79% 44.05%

Sinjai 429,279 443,310 492,960 570,987 655,968 913,535 1,041,542 972,721 1,116,108 -14.79% -11.12% 16.75% 8.61% 52.81% 106.07% 111.28% 70.36% 70.15%

Bulukumba 1,165,322 1,260,349 1,298,810 1,258,031 1,355,908 1,379,750 1,399,517 1,386,440 1,464,564 20.04% 21.66% 13.52% 10.57% 16.35% 9.47% 7.75% 10.21% 8.01%

Bantaeng 338,046 393,348 373,800 355,712 409,647 431,000 505,393 421,760 541,147 0.03% 11.40% 1.57% 14.38% 21.18% 9.57% 35.20% 18.57% 32.10%

Jeneponto 395,043 486,577 508,578 414,258 504,163 604,097 670,170 537,269 638,349 14.46% 30.22% 37.32% 23.87% 27.62% 24.15% 31.77% 29.69% 26.62%

Selayar 444,986 484,146 484,954 434,831 495,356 512,310 530,937 464,125 549,079 24.21% 25.38% 16.81% 16.75% 11.32% 5.82% 9.48% 6.74% 10.85%

Takalar 341,318 356,206 376,936 438,929 386,664 398,499 440,658 682,926 721,964 14.99% 15.69% 13.34% 0.04% 13.29% 11.87% 16.91% 55.59% 86.72%

Barru 570,160 589,408 636,242 601,846 670,709 696,718 810,731 751,260 878,799 18.62% 17.97% 15.18% 15.51% 17.64% 18.21% 27.42% 24.83% 31.03%

Sidrap 698,228 771,196 823,683 819,416 917,739 926,559 1,113,253 952,149 1,032,992 13.17% 22.98% 17.96% 26.06% 31.44% 20.15% 35.16% 16.20% 12.56%

Pangkep 746,226 716,789 738,304 843,764 1,001,816 946,210 1,009,420 930,694 1,144,485 6.19% -0.30% -1.10% -4.50% 34.25% 32.01% 36.72% 10.30% 14.24%

Soppeng 685,880 756,247 828,286 749,967 890,907 1,004,401 1,107,310 1,041,695 1,095,568 8.34% 14.91% 13.72% 18.39% 29.89% 32.81% 33.69% 38.90% 22.97%

Enrekkang 685,666 808,593 801,073 761,391 840,342 835,730 1,048,176 921,389 999,369 26.95% 28.33% 19.05% 20.48% 22.56% 3.36% 30.85% 21.01% 18.92%

Luwu Timur 737,025 753,966 802,329 666,715 855,220 954,231 839,837 585,057 701,764 10.02% 5.43% 5.28% -1.29% 16.04% 26.56% 4.67% -12.25% -17.94%

Luwu Utara 801,562 886,464 909,699 918,436 1,017,692 1,160,131 1,162,034 1,179,794 1,243,318 22.03% 31.46% 29.35% 28.66% 26.96% 30.87% 27.74% 28.46% 22.17%

Parepare 2,222,365 2,400,925 2,534,938 2,579,445 2,613,764 2,813,141 2,909,004 2,766,350 2,503,176 16.40% 20.09% 18.14% 9.36% 17.61% 17.17% 14.76% 7.25% -4.23%

Palopo 2,127,461 2,303,426 2,451,413 2,473,589 2,582,006 2,597,787 2,680,471 2,755,086 2,731,479 18.51% 24.44% 21.44% 13.00% 21.37% 12.78% 9.34% 11.38% 5.79%

TOTAL 58,161,753 61,401,891 64,339,326 66,112,163 66,419,945 68,867,483 72,433,341 78,466,981 78,341,771 11.20% 14.86% 12.17% 9.38% 14.20% 12.16% 12.58% 18.69% 17.95%

2015 2015Kabupaten/Kota 2014 2014

gDPK - % (YOY)DPK - Rp Juta

Page 64: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

58 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

memiliki LDR di atas 100% yaitu Makassar, Pinrang, Gowa, Maros, Sinjai, Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Sidrap, Luwu

Utara, Parepare, dan Palopo. Untuk perbankan yang berlokasi di 13 kabupaten/kota tersebut, masih memiliki potensi

untuk penghimpunan DPK, terutama yang berupa dana murah (tabungan). Sementara daerah funding, dengan LDR

kurang dari 100%, masih memiliki potensi yang besar untuk mendorong kredit/pembiayaan.

Tabel 4.9. Perkembangan NPL dan Intermediasi Perbankan per Kabupaten/Kota

4.2. Stabilitas Sistem Keuangan

4.2.1 Ketahanan Sektor Korporasi16 Daerah

Pada triwulan I 2016, penyaluran kredit korporasi masih didominasi oleh sektor perdagangan. Kredit korporasi pada

triwulan I 2016 tercatat sebesar Rp20,72 triliun, dengan pangsa terbesar adalah sektor perdagangan (50,66%). Adapun

untuk porsi kredit yang ditujukan pada sektor penyumbang utama PDRB yaitu sektor pertanian masih relatif kecil tercatat

1,05%. Rendahnya porsi sektor pertanian menunjukkan bahwa peran perbankan bagi sektor utama masih berada di

bawah kapasitas potensialnya (Grafik 4.3).

Kredit korporasi tercatat tumbuh 9,91% (yoy), mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan IV 2015

16,81% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit tersebut terjadi hampir di seluruh sektor, kecuali sektor pertambangan

dan pengangkutan disebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi di lima sektor yaitu Industri Pengolahan (13,35%;

yoy), LGA (6,11%; yoy), Konstruksi (24,85%; yoy), Jasa Dunia Usaha (12,82%, yoy), dan Jasa Sosial Masyarakat (73,25%;

yoy). Sementara itu, pangsa kredit korporasi di sektor pertanian hanya 1,65% dari total kredit korporasi telah mengalami

percepatan pertumbuhan dari -22,59% (yoy) ditriwulan III 2015 menjadi 75,01% (yoy) di periode pelaporan. Sedangkan,

tiga sektor yang mengalami pertumbuhan negatif di triwulan laporan adalah sektor Pertambangan (-22,18%; yoy),

Pengangkutan (-20,12%; yoy), dan Lain-lain (-49,40%; yoy).

Grafik 4.3. Pangsa Kredit Menurut Sektor Korporasi Grafik 4.4. Pertumbuhan Kredit Korporasi

Dari sisi kualitas, penyaluran kredit korporasi menunjukkan penurunan kinerja dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pada triwulan laporan, kualitas penyaluran kredit yang diukur dari NPL tercatat 6,81%, sedikit lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya 6,29% (Grafik 4.5). Penurunan kualitas kredit disebabkan oleh meningkatnya kredit bermasalah di

16 Bukan lembaga keuangan dan sektor swasta lainnya.

2016 2016

I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I

Makassar 3.31% 3.81% 3.79% 3.38% 3.62% 3.41% 4.55% 3.93% 4.20% 133.54% 134.45% 128.73% 128.94% 136.14% 136.13% 133.08% 124.49% 128.75%

Pinrang 2.24% 2.30% 2.09% 1.33% 1.79% 1.49% 1.20% 0.86% 0.91% 164.37% 157.78% 147.86% 145.27% 149.09% 147.53% 138.73% 134.59% 116.53%

Gowa 2.46% 2.53% 2.86% 2.80% 3.54% 2.89% 1.78% 0.84% 0.99% 112.56% 106.15% 107.14% 110.30% 109.58% 104.57% 103.63% 99.20% 103.18%

Wajo 2.06% 2.45% 4.02% 3.77% 4.35% 5.63% 5.80% 2.32% 2.30% 101.87% 99.68% 96.45% 98.27% 97.88% 93.54% 85.24% 84.83% 89.44%

Bone 3.93% 3.89% 3.94% 2.66% 3.06% 3.12% 3.14% 3.79% 4.28% 100.62% 97.96% 94.34% 95.00% 98.80% 96.66% 95.77% 98.66% 95.80%

Tana Toraja 0.69% 1.02% 0.95% 0.62% 0.93% 1.06% 0.73% 0.48% 0.61% 88.54% 87.73% 105.27% 87.96% 84.00% 80.94% 78.26% 79.39% 83.15%

Maros 0.73% 1.04% 1.01% 0.78% 0.81% 0.70% 0.56% 0.46% 0.57% 136.29% 131.12% 136.27% 144.81% 99.94% 113.38% 113.70% 128.91% 123.51%

Luwu 0.56% 0.55% 0.60% 0.42% 0.22% 0.26% 0.30% 0.33% 0.37% 101.14% 90.30% 100.18% 182.57% 97.39% 76.49% 104.47% 117.00% 78.78%

Sinjai 2.50% 2.46% 2.21% 1.65% 2.17% 2.08% 1.72% 1.16% 1.32% 198.69% 196.76% 179.22% 157.70% 158.09% 116.71% 105.40% 117.91% 108.92%

Bulukumba 2.67% 2.89% 3.18% 2.00% 1.96% 2.15% 2.07% 1.61% 1.58% 94.43% 90.68% 88.31% 92.75% 86.44% 88.62% 92.30% 98.21% 98.18%

Bantaeng 1.19% 1.07% 1.21% 0.92% 1.26% 0.94% 0.70% 0.57% 0.85% 147.65% 132.47% 142.35% 152.78% 136.49% 135.19% 122.03% 153.62% 124.85%

Jeneponto 3.38% 3.27% 2.95% 2.19% 2.70% 2.37% 1.64% 1.32% 1.30% 198.05% 163.74% 161.59% 204.41% 170.56% 147.93% 138.28% 183.39% 164.42%

Selayar 0.39% 0.47% 0.71% 0.51% 0.53% 0.39% 0.26% 0.17% 0.36% 58.06% 53.98% 56.35% 65.53% 58.77% 59.62% 59.75% 70.04% 62.54%

Takalar 2.65% 2.61% 2.19% 2.44% 3.42% 2.99% 2.22% 1.30% 1.25% 297.56% 295.46% 285.32% 250.62% 288.21% 288.15% 273.14% 187.90% 173.84%

Barru 2.32% 2.40% 1.97% 1.45% 1.41% 1.32% 0.96% 0.61% 0.63% 104.17% 103.73% 99.49% 108.00% 98.03% 97.06% 86.81% 99.06% 88.72%

Sidrap 2.04% 2.01% 2.07% 1.64% 1.84% 2.13% 2.22% 0.76% 0.84% 140.50% 130.90% 127.66% 134.83% 123.71% 129.33% 112.19% 120.60% 118.10%

Pangkep 2.27% 2.08% 1.73% 1.44% 1.67% 1.50% 1.23% 0.86% 0.71% 117.17% 124.14% 131.05% 115.33% 96.74% 103.96% 100.07% 108.99% 98.18%

Soppeng 1.20% 1.05% 1.02% 0.74% 0.86% 1.00% 0.71% 0.51% 0.54% 92.56% 85.60% 79.69% 90.47% 79.46% 73.49% 70.04% 79.30% 79.67%

Enrekkang 0.83% 1.16% 1.02% 0.74% 1.10% 1.25% 1.12% 0.72% 0.76% 84.11% 73.36% 76.17% 82.13% 75.31% 77.49% 64.07% 78.33% 74.84%

Luwu Timur 1.97% 1.83% 1.66% 1.64% 1.58% 1.08% 1.09% 0.91% 0.96% 57.59% 58.87% 58.02% 74.16% 60.81% 57.84% 67.27% 99.45% 85.17%

Luwu Utara 1.21% 1.35% 1.23% 0.85% 1.19% 1.00% 0.89% 0.68% 0.68% 135.82% 126.48% 128.71% 131.31% 121.81% 117.27% 125.33% 129.61% 130.86%

Parepare 4.76% 5.02% 5.65% 5.24% 4.64% 4.30% 4.01% 2.64% 2.37% 182.00% 174.77% 167.42% 167.41% 169.14% 161.96% 161.40% 166.57% 187.54%

Palopo 4.13% 4.64% 4.57% 3.96% 4.06% 3.10% 3.01% 1.70% 1.79% 125.03% 119.62% 115.09% 118.06% 115.35% 114.23% 114.97% 105.22% 111.61%

Kabupaten/Kota 2014 2014

LDR - %

20152015

NPL - %

Pertanian (1.05%)

Pertambangan (1.54%)

Industri pengolahan (8.19%)

Listrik,Gas dan Air (1.20%)

Konstruksi (22.8%)

Perdagangan (50.6%)

Pengangkutan (2.83%)

Jasa Dunia Usaha (8.09%)

Jasa Sosial Masyarakat (3.05%)

Lain-lain (0.51%)

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

-50%

-30%

-10%

10%

30%

50%

70%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Total - Skala Kanan Jasa Dunia UsahaKonstruksi Industri pengolahanPerdagangan

YOY YOY

Page 65: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 59

sektor pertambangan dan industri pengolahan. NPL di sektor pertambangan meningkat dari 7,40% di triwulan IV 2015

menjadi 17,09% di periode pelaporan. Selain itu, rasio NPL di sektor industri pengolahan juga mengalami peningkatan dari

30,32% pada triwulan IV 2015 menjadi 33,48%pada triwulan pelaporan.

Grafik 4.5. NPL Kredit Korporasi

Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga dari sektor korporasi juga mengalami perlambatan pertumbuhan

pada triwulan I 2016. DPK sektor korporasi tercatat sebesar Rp6,73 triliun atau tumbuh 44,14% (yoy) lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 65,79% (yoy). Perlambatan pertumbuhan tersebut terutama

disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan Tabungan. Komponen Tabungan mengalami penurunan pertumbuhan dari

56,77% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi 26,63% (yoy) di triwulan pelaporan. Selain itu Giro juga mengalami penurunan

dari semula 82,19% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi 52,89% (yoy) di triwulan pelaporan. Sementara itu Deposito

mengalami percepatan pertumbuhan dari semula 33,58% (yoy) di triwulan IV 2015 menjadi 34,09% (yoy) di triwulan

pelaporan.

Grafik 4.6. Pertumbuhan DPK Korporasi Grafik 4.7. Komposisi DPK Korporasi

4.2.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Daerah

Kredit multiguna dan kredit pemilikan rumah (KPR) masih menjadi pangsa yang terbesar dalam struktur kredit rumah

tangga. Dari total kedit yang disalurkan kepada rumah tangga yang pada triwulan I 2016 tercatat sebesar Rp38,81 triliun,

kredit multiguna dan KPR memiliki pangsa paling tinggi mencapai 77,64%, disusul kredit kendaraan bermotor (KKB) dan

terakhir kredit rumah tangga lainnya, termasuk di dalamnya adalah kredit untuk perlengkapan/peralatan rumah tangga

maupun kebutuhan rumah tangga lainnya (Grafik 4.8). Adapun kredit lain-lain merupakan kredit bukan lapangan usaha,

serta kredit yang belum diklasifikasikan secara jelas.

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Total - Skala Kanan Jasa Dunia UsahaKonstruksi Industri pengolahanPerdagangan

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

DPK Giro Tabungan Deposito

YOY

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Giro Tabungan Deposito

Page 66: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

60 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Grafik 4.8. Pangsa Jenis Kredit Rumah Tangga

Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga mengalami percepatan pertumbuhan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Di triwulan I 2016, kredit sektor rumah tangga tumbuh 7,29% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

tumbuh 4,29% (yoy). Percepatan pertumbuhan terjadi di jenis Kredit Multiguna dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).Kredit

Multiguna mengalami percepatan pertumbuhan dari semula 15,60% (yoy) menjadi 17,66% (yoy) di triwulan

pelaporan.Sementara itu peningkatan KPR didorong oleh peningkatan pertumbuhan kredit kepemilikan rumah tipe 21,

tipe 22 s.d. 70, tipe di atas 70, dan kredit rumah toko (ruko) atau rumah kantor (rukan). Di sisi lain, Kredit Kendaraan

Bermotor (KKB) masih menunjukkan tren kontraksi dari semula -36,75% (yoy) menjadi -36,45% (yoy) di triwulan

pelaporan (Grafik 4.9).

Kualitas kredit ke sektor rumah tangga tetap terjaga pada tingkat yang aman. Seluruh jenis kredit rumah tangga

memiliki rasio NPL di bawah batas aman 5%. Secara umum, rasio NPL relatif stabil dari 1,80% menjadi 1,83% pada

triwulan pelaporan. Berdasarkan kondisi ini, dapat dikatakan bahwa ketahanan sektor rumah tangga Sulsel masih cukup

baik hingga triwulan I 2016 (Grafik 4.10).

Grafik 4.9. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.10. NPL Kredit Rumah Tangga

Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dari sektor rumah tangga mengalami percepatan pertumbuhan dibandingkan

triwulan sebelumnya. DPK sektor rumah tangga tercatat tumbuh 15,53% (yoy) pada triwulan I 2016, lebih tinggi

dibandingkan triwulan IV 2015 yang tumbuh 11,84% (yoy). Percepatan pertumbuhan DPK rumah tangga terjadi pada

seluruh komponen yaitu Giro, Tabungan, dan Deposito yang tercatat masing-masing 14,19% (yoy), 13,77% (yoy), dan

19,04% (yoy) pada triwulan I 2016, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat masing-masing 3,84%

(yoy), 12,16% (yoy), dan 12,48% (yoy). Secara komposisi, DPK rumah tangga masih didominasi oleh tabungan (61,27%)

diikuti oleh deposito (33,97%) dan giro (4,77%). Hal ini berarti sebagian besar sumber pendanaan perbankan didominasi

oleh dana jangka pendek (Grafik 4.12).

PANGSA TRIWULAN I 2016

Kredit Multiguna (43.4%)

Kredit Pemilikan Rumah, KPR(34.2%)

Kredit Lain-lain (13.4%)

Kredit Kendaraan Bermotor,KKB (6.63%)

Kredit Rumah TanggaLainnya (2.23%)

(50)

50

150

250

350

450

(60)(50)(40)(30)(20)(10)

01020304050

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoy%, yoy Total KPRKKB RT Lainnya - Skala KananMultiguna - Skala Kanan

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

4.5

5.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%

Total KPR KKB RT Lainnya Multiguna

Page 67: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 61

Grafik 4.11. Pertumbuhan DPK Rumah Tangga Grafik 4.12. Komposisi DPK Rumah Tangga

Pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan Survei

Konsumen Bank Indonesia pada Maret 2016, mayoritas pengeluaran rumah tangga pada triwulan I 2016 masih digunakan

untuk konsumsi (59,72%), meskipun sedikit terjadi penurunan porsi konsumsi dibandingkan triwulan sebelumnya

62,08%. Sementara itu, porsi untuk cicilan utang/kredit relatif stabil di kisaran 16,65%. Di sisi lain, porsi tabungan

mengalami peningkatan dari 21,59% di triwulan IV 2015 menjadi 23,63% pada periode pelaporan.

Grafik 4.13. Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Tw IV - 2015 Grafik 4.14 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Tw I - 2016

4.3. Pengembangan Akses Keuangan

Penyaluran kredit bagi UMKM pada triwulan I 2016 mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Kredit UMKM di triwulan IV 2015 tercatat sebesar Rp31,11 triliun, tumbuh 13,43% (yoy) dibandingkan

periode sebelumnya 10,72% (yoy). Pangsa kredit UMKM (produktif) terhadap total kredit adalah 32,30%. Dari nilai

tersebut, sekitar 66,83% merupakan kredit UMKM yang digunakan untuk modal kerja sedangkan sisanya digunakan untuk

investasi (Grafik 4.16). Angka rasio NPL kredit UMKM masih berada di bawah batas aman (5,0%) pada triwulan I 2016

sebesar 4,43%, sedikit meningkat dibandingkan rasio NPL pada triwulan sebelumnya4,26% (Grafik 4.15). Secara sektor

ekonomi, UMKM pada sektor pertambangan, konstruksi, dan jasa dunia usaha perlu mendapatkan perhatian khusus

dikarenakan memiliki rasio NPL di atas batas aman.

Grafik 4.15. Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM Grafik 4.16. Pangsa Kredit UMKM

-40.00%

-20.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Total DPK Giro Tabungan Deposito

YOY

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Giro Tabungan Deposito

Konsumsi, 62.08%

Cicilan, 16.33%

Tabungan, 21.59%

Konsumsi, 59.72%Cicilan, 16.65%

Tabungan, 23.63%

0

5

10

15

20

25

30

35

0

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoy%

NPLs UMKM Pertumbuhan Kredit UMKM - Skala Kanan

Total Kredit Non-UMKM

68%

Total Kredit UMKM

Produktif + Konsumtif

32% 67%

33%

Pangsa Kredit UMKM

Modal Kerja Investasi

Page 68: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

62 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Indikator akses keuangan di Sulsel terutama dari sisi penghimpunan dana mengalami peningkatan. Rasio jumlah

rekening DPK terhadap penduduk angkatan kerja di Sulsel menunjukkan tren peningkatan, dimana pada triwulan laporan

rasio tersebut tercatat 158,08%. Rasio yang lebih besar dari 100% menunjukkan bahwa terdapat penduduk angkatan

kerja di Sulsel yang memiliki rekening simpanan lebih dari satu. Meskipun memiliki rasio yang tinggi, namun akses

keuangan di Sulsel belum merata terlihat dari adanya ketimpangan. Terdapat kabupaten/kota yang memiliki rasio yang

tinggi seperti Kota Makassar, Parepare dan Palopo, sementara Luwu, Luwu Timur, Gowa dan Jeneponto merupakan

kabupaten yang memiliki rasio yang cukup rendah.

Indikator akses keuangan di Sulsel dari sisi kredit cenderung stagnan. Rasio jumlah rekening kredit terhadap penduduk

angkatan kerja di Sulsel cenderung tidak mengalami perubahan dan masih rendah di hampir semua Kabupaten/kota

terkecuali Makassar, Parepare, dan Palopo. Kondisi tersebut antara lain mengindikasikan masih kurangnya kegiatan

usaha/wirausaha baru yang didukung sektor perbankan atau dengan kata lain ekspansi kredit masih terkonsentrasi pada

debitur yang sudah ada.

Grafik 4.17. Perkembangan Akses Keuangan Sulsel Grafik 4.18. Akses Keuangan di Kab/Kota di Sulsel

15

17

19

21

23

25

27

29

15

35

55

75

95

115

135

155

Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

%%

Rasio kredit thd penduduk angk kerja yg bekerja - rhs Rasio DPK thd penduduk angk kerja yg bekerja

* Data Kredit & DPK menggunakan Lokasi Bank

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

%

Rasio kredit thd penduduk angk kerja yg bekerja Rasio DPK thd penduduk angk kerja yg bekerja

Page 69: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 63

Boks 4.A Dampak Pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM) Primer Dalam Rupiah Terhadap Perekonomian

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia tanggal 18 Februari 2016 memutuskan untuk menurunkan kewajiban

Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dalam Rupiah bagi Bank Umum Konvensional. Setelah menurunkan rasio

kewajiban Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dalam Rupiah sebesar 0,5% dari 8% menjadi 7,5% dari DPK dalam Rupiah

yang berlaku efektif mulai 1 Desember 2015 yang lalu, Bank Indonesia kembali menurunkan rasio kewajiban Giro Wajib

Minimum (GWM) Primer dalam Rupiah menjadi 6,5% yang berlaku efektif sejak 16 Maret 2016.Penurunan GWM tersebut

didasarkan oleh beberapa pertimbangan, antara lain:

a. Kondisi stabilitas makroekonomi semakin baik, khususnya laju inflasi yang terkendali, sehingga memberikan ruang

untuk dilakukan pelonggaran kebijakan moneter.

b. Tantangan dari sisi eksternal yang utamanya bersumber dari kemungkinan kenaikan Suku Bunga Kebijakan Bank

Sentral Amerika Serikat (Federal Funds Rate, FFR) semakin mereda. Pemulihan ekonomi Amerika Serikat yang belum

solid mengakibatkan perkiraan kenaikan FFR bergeser mundur dengan besaran kenaikan yang lebih rendah.

c. Menurunnya tekanan kenaikan FFR yang tidak seagresif perkiraan sebelumnya, juga menurunkan risiko yang mungkin

timbul dari keberagaman kebijakan moneter global mengingat beberapa maju di Kawasan Eropa dan Jepang masih

menerapkan kebijakan moneter yang longgar melalui quantitative easing (QE).

Gambar 4.A.1 Transmisi Penurunan GWM Primer Rupiah

Penurunan GWM primer dalam rupiah yang diiringi oleh penurunan suku bunga acuan BI diharapkan dapat

memperkuat upaya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, melalui:

a. Menjaga kecukupan likuditas perbankan untuk mendorong pertumbuhan kredit.DPK Bank Konvesional di Sulsel dalam

rupiah pada triwulan I – 2016 tercatat sebesar Rp72,21 trilun atau 96,50% dari total DPK Bank Konvensional yang

tercatat sebesar Rp74,83 triliun. Porsi DPK Bank Konvensional dalam rupiah terhadap total DPK Bank Konvensional

relatif stabil pada kisaran 95% s.d 97% (Grafik 4.A.1). Secara keseluruhan Sulsel, pelonggaran GWM rupiah 1% dapat

menambah potensi likuiditas perbankan di Sulsel sekitar Rp722 milyar17

. Penambahan likuiditas tersebut dapat

dimanfaatkan oleh perbankan di Sulsel untuk mendorong pertumbuhan kredit. Meskipun LDR Perbankan di Sulsel

cukup tinggi (122,94%), namun potensi penyaluran kredit di Sulsel masih tinggi terlihat dari rasio kredit terhadap PDRB

yang masih rendah (27,44%) dan risiko kredit yang masih terkendali tercermin dari NPL (3,36%) yang masih dalam

batas aman. Peningkatan kapasitas pembiayaan akan diharapkan dapat menambah kemampuan perbankan dalam

menyalurkan kredit untuk mendorong kegiatan dunia usaha.

b. Kombinasi penurunan BI rate dan GWM primer dalam rupiah akan memperkuat dan mempercepat transmisi moneter

ke perekonomian. Suku bunga kredit dan DPK perbankan di Sulsel pada tahun 2016 mengalami tren penurunan

sejalan dengan penurunan BI Rate(Grafik 4.A.2).Kebijakan Bank Indonesia menurunkan GWM primer dalam rupiah

akan menambah likuiditas perbankan sehingga penurunan BI rate akan lebih cepat direspon oleh perbankan melalui

penurunan suku bunga kredit maupun DPK. Dengan suku bunga yang relatif menurun diharapkan akan meningkatkan

minat masyarakat dan gairah pelaku usaha untuk mengembangkan bisnisnya dengan menggunakan sumber

pembiayaan dari kredit perbankan untuk menggerakkan roda ekonomi.

17Dihitung dari 1% (penurunan GWM rupiah) dikali Rp72,21 triliun (DPK Bank Umum Konvensional Dalam Rupiah di bulan Maret 2016).

BI RATE TURUN 0,25%

6,75%

GWM RUPIAH

TURUN 1% Likuiditas Perbankan

Kapasitas Penyaluran Kredit

Suku Bunga Perbankan

PermintaanKredit

KREDIT PDRB

Page 70: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 4 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

64 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Grafik 4.A.1 Perkembangan DPK Bank Konvensional di Sulsel

Grafik 4.A.2 Perkembangan BI Rate, Suku Bunga DPK dan

Kredit

96,50

74,83

72,21

95,0

95,2

95,4

95,6

95,8

96,0

96,2

96,4

96,6

96,8

97,0

50

55

60

65

70

75

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2015 2016

%Rp triliun

Porsi Rupiah - rhs

Total

Rupiah

6,75

3,65

12,89

12,6

12,7

12,8

12,9

13,0

13,1

13,2

13,3

13,4

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0

5,5

6,0

6,5

7,0

7,5

8,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2015 2016

%% BI Rate DPK KREDIT - rhs

Page 71: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 65

5. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

Bab 5 Sistem Pembayaran dan

Pengelolaan Uang

Perkembangan kinerja sistem pembayaran meningkat pada triwulan I2016,

mengikuti siklus perekonomian Sulsel.Hal ini tercermin dari nilai transaksi

keuangan melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) yang

mengalami peningkatan. Meningkatnya transaksi SKNBI sejalan dengan

diimplementasikannyaketentuan batas minimal transaksi melalui BI-RTGS

sebesar Rp500 juta dan disisi diberlakukannya kebijakan penambahan

waktu pelayanan SKNBI menjadi 5 (lima) kali sehari.

Sementara di sisi layanan uang tunai, jumlah outflow yang menurun dan

kenaikan jumlah uang yang masuk ke Bank Indonesia (inflow)

menyebabkannet inflowsebesar Rp4,74 triliun. Jumlah uang yang keluar

(outflow) dengan nilai yang menurun mengindikasikan adanya penurunan

kebutuhan uang kartal, sementara tingginya net inflowmerupakan siklus

musiman di awal tahun setelah momen libur natal dan tahun baru.

Untuk meningkatkan layanan ketersediaan uang layak edar, Bank Indonesia

senantiasa terus mendorongclean money policy melalui kegiatan pengelolaan

uang tunai dengan melakukan pembukaan layanan penukaran uang, kas

keliling, remise, pemusnahan uang tidak layak edar, dan edukasi ciri-ciri

keaslian mata uang rupiah.

Page 72: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

66 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran

5.1.1 Perkembangan Transaksi Kliring

Transaksi non-tunai melalui sarana kliring mengalami peningkatan pada triwulan I 2016 (Tabel 5.1). Jumlah warkat yang

dikliringkan pada periode laporan tercatat sebanyak 347 ribu lembar dengan nominal sebesar Rp18,23 triliun. Nilai kliring

pada triwulan laporan mengalami peningkatan pertumbuhan mencapai 86,7% (yoy) lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang tercatat 24,6% (yoy). Peningkatan ini juga terindikasi dari pertumbuhan

nominal rata-rata perputaran harian transaksi kliring dari 18,9% (yoy) menjadi 34,9% (yoy) di angka Rp0,30

triliun.Sementara itu, rasio Penolakan Cek/BG Kosong (terhadap Kliring Debet Penyerahan) menunjukkan sedikit

penurunan pada triwulan I 2016 menjadi 2,37% dari triwulan sebelumnya 2,50%.

Tabel 5.1. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong

5.1.2 Perkembangan Transaksi RTGS18

Pada triwulan III 2015, transaksi non tunai melalui sistem RTGS masih tumbuh negatif dibandingkan pertumbuhan

triwulan sebelumnya. Secara total, nilai transaksi BI-RTGS Sulsel pada Triwulan III 2015 sebesar Rp63,19 triliun tumbuh -

13,96% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya tercatat -1,80% (yoy). Transaksi BI-RTGS

pada periode laporan masih didominasi aliran transaksi yang masuk (to/incoming) ke perbankan Sulsel dengan nilai

Rp40,38 triliun, lebih tinggi dari aliran transaksi yang keluar (from/outgoing) dari perbankan Sulsel yang tercatat sebesar

Rp19,34 triliun, serta dari aliran transaksi antarbank yang ada di Sulsel (from-to) sebesar Rp3,48 triliun.

Pada triwulan III 2015, aliran dana masuk (RTGS-To) mengalami percepatan sementara aliran dana keluar (RTGS-From)

dan aliran dana antar wilayah (RTGS-From/To) mengalami perlambatan pertumbuhan. Transaksi RTGS-To tercatat

tumbuh 3,5% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang tercatat -2,95% (yoy). Sementara transaksi

RTGS-From dan RTGS-From/To tercatat mengalami perlambatan, secara berurut dari 24,93% (yoy) dan -55%,27% (yoy) di

triwulan III 2015 menjadi -16,92% (yoy) dan -69,29% (yoy) pada triwulan II 2015.

Grafik 5.1. Transaksi RTGS From/Outgoing (dari Bank di Sulsel) Grafik 5.2. Transaksi RTGS From-To (antarbank di Sulsel)

18Sejak implementasi RTGS Gen II (16 November 2016), data regional RTGS hanya bisa dipilah untuk data from per propinsi. Data To dan data From-To

tidak dapat lagi disediakan.

2016

I II III IV I II III IV I II III IV I

Total Perputaran Kliring Kredit dan Kliring

Debet Penyerahan

- Nominal (triliun rupiah) 9.74 9.98 10.24 10.67 9.48 9.62 9.72 11.20 9.76 10.49 11.36 13.95 18.23

- Lembar (ribuan) 284 286 281 290 260 266 261 281 262 285 297 314 347

Rata-rata Harian Total Perputaran Kliring

Kredit dan Debet Penyerahan

- Nominal (triliun rupiah) 0.16 0.17 0.17 0.17 0.16 0.16 0.16 0.18 0.16 0.17 0.19 0.22 0.30

- Lembar (ribuan) 4.73 4.76 4.68 4.68 4.33 4.43 4.21 4.53 4.30 4.67 4.87 4.99 5.69

Nisbah Rata-rata Penolakan Cek/BG Kosong

(terhadap Kliring Debet Penyerahan)

- Nominal (%) 2.41 2.75 3.28 2.60 2.61 3.66 2.56 2.60 2.70 2.22 2.24 2.50 2.37

- Lembar (%) 2.38 2.47 2.33 2.17 2.47 2.46 2.30 1.84 2.27 2.15 2.06 2.07 2.19

2013URAIAN

2014 2015

Page 73: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 67

Grafik 5.3. Transaksi RTGS To/Incoming (ke Bank di Sulsel) Grafik 5.4. Aliran Uang Kartal Inflow

5.2. Pengelolaan Uang Tunai

5.2.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal

Perkembangan aliran uang kartal di Sulsel pada triwulan I 2016 menunjukkan net inflow. Aliran uang masuk (inflow)

tercatat sebesar Rp6,23 triliun meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar Rp3,79 triliun atau secara triwulanan

meningkat hingga -64,31% (Grafik 5.6). Meskipun demikian, aliran uang yang keluar (outflow) dari Bank Indonesia

mengalami penurunan dari Rp3,20 triliun pada triwulan IV 2015 menjadi Rp1,49 triliun pada triwulan laporan, sehingga

tercatat net inflow sebesar Rp4,74 triliun (Grafik 5.5). Untuk meningkatkan kualitas layanan distribusi uang kartal, Bank

Indonesia pada akhir Tahun 2015 telah membuka kantor layanan kas titipan di Kota Parepare. Layanan tersebut turut

menunjang pemenuhan kebutuhan uang kartal wilayah Kota Parepare dan sekitarnya setelah sebelumnya Bank Indonesia

juga memiliki layanan serupa di Kota Palopo.

Grafik 5.5. Aliran Uang Kartal Outflow Grafik 5.6. Aliran Uang Kartal Inflow

Grafik 5.7. Selisih Inflow dan Outflow

(60)

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

0

1

2

3

4

5

6

7

I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016

%, yoyRp Triliun Outflow gOutflow - Skala Kanan

(20)

0

20

40

60

80

100

0

1

2

3

4

5

6

7

I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016

%, yoyRp Triliun Inflow gInflow - Skala Kanan

(1.0)

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016

Rp Triliun

Page 74: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

68 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

5.2.2 Penyediaan Uang Layak Edar

Bank Indonesia senantiasa menyelenggarakan layanan penukaran uang demi menjaga ketersediaan uang layak edar

(ULE) di masyarakat. Dalam rangka renovasi gedung Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, sejak

tanggal 28 April 2015, Bank Indonesia membuka pelayanan penukaran uang di luar kantor. Pelayanan tersebut telah

dilakukan secara rutin setiap hari Selasa-Rabu-Kamis dengan jam operasi 09.00 s.d. 13.00 WITA di Wisma Bank Indonesia,

Jalan Pasar Ikan No. 8, Makassar. Selain itu, kegiatan kas keliling keluar Kota Makassar juga telah dilakukan di beberapa

daerah yaitu Kabupaten Jeneponto, Bantaeng, Sinjai, Watampone, Soppeng, Bulukumba, Selayar, Wajo, Enrekang dan

Luwu Timur.

Dalam rangka penerapan clean money policy, kegiatan remise ke luar dari Sulsel juga ditempuh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan. Selama periode triwulan I 2016, telah dilakukan sebanyak 5 (lima) kali kegiatan

remise ke daerah lain di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yaitu ke Provinsi Maluku, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara

Timur, Sulawesi Barat, dan Papua masing-masing sebanyak 1 (satu) kali. Bank Indonesia juga melakukan kegiatan

pemusnahan uang tidak layak edar (UTLE). Kegiatan pemusnahan UTLE pada triwulan I 2016 tercatat sebesar Rp1,32

triliun, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp0,79 triliun (Grafik 5.8).

5.2.3 Perkembangan Temuan Uang Palsu

Pecahan besar yang mendominasi peredaran uang palsu ditemukan sebanyak 576 lembar pada triwulan I 2016.

Pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan pada triwulan laporan adalah pecahan Rp50.000 (65%), diikuti

Rp100.000 (31%) dan pecahan lainnya sebesar 4% (Grafik 5.10). Sebagai upaya untuk mengantisipasi peredaran uang

palsu sekaligus memberikan edukasi bagi masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan senantiasa telah melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah.

Grafik 5.8. Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) Grafik 5.9. Temuan Uang Palsu

Grafik 5.10. Temuan Uang Palsu Per Nominal

(400)

0

400

800

1,200

1,600

2,000

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016

%, yoyRp Triliun Nominal UTLE gUTLE - Skala Kanan

-120%

-80%

-40%

0%

40%

80%

120%

160%

200%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016

Temuan Uang Palsu Y.O.Y.

31%

65%

4%Pecahan100.000

Pecahan50.000

PecahanLainnya

Page 75: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 69

Boks 5.A Smart City (Kota Cerdas) Berkembang Bersama Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT)

Menurut Bappenas, konsep smart city dapat ditinjau dari 3 aspek, smart economy, smart society, dan smart

environment. Dalam smart economy, sebuah kota dituntut untuk mencari branding misalnya sebagai kota pariwisata, dst.

Selain itu, tingkat pendidikan dalam mendorong kualitas SDM, pengembangan industri dan kewirausahaan, serta

pemanfaatan sumber daya yang efisien menjadi utama dalam aspek ini. Smart society, suatu kota dituntut untuk

memberikan kemudahan akses terhadap pelayanan publik (kesehatan dan transportasi) maupun jaminan keamanan.

Sementara smart environment, terkait pengelolaan lingkungan dan pengembangan energi terbarukan menjadi syarat

utama kota cerdas.

Kota Makassar menjadi salah satu percontohan kota cerdas, hal tersebut tercermin dari visi Kota Makassar 2014-2019

yaitu “menjadi kota dunia dengan peningkatan layanan publik untuk kota cerdas“. Latar Belakang Pengembangan kota

cerdas di Makasssar antara lain jumlah penduduk yang tinggi (mencapai 1,7 juta jiwa), jumlah warga miskin (92,7 ribu),

warga tanpa pekerjaan (166 ribu), terdapat 54 SKPD, 18.103 PNS, 1,7 juta warga, 92,7 ribu warga miskin, 166 ribu warga

tanpa pekerjaan tetap, potensi bencana (banjir, dst) dan luas wilayah 175 km2. Selain itu, kontribusi ekonomi kota

Makassar mencapai 1/3 ekonomi Sulsel, dengan bobot inflasi tertinggi dibanding kota di Sulsel lainnya.

Sulsel membutuhkan kota cerdas dalam optimalisasi peran pemerintah dan sumber daya. Penerapan kota cerdas

sejalan dengan daya dukung yang dibutuhkan oleh Sulsel semakin meningkat, karena selama 5 tahun terakhir,

pertumbuhan ekonomi Sulsel selalu di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Bahkan, nilai produksi barang dan jasa Sulsel

tahun 2015, bila dilihat dari PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) mencapai Rp341,75 triliun. Perkembangan ini akan

menjadi tugas Bank Sentral untuk menyediakan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar. Transaksi ekonomi

yang besar tersebut akan semakin ringan apabila dilakukan secara non-tunai.

Pengembangan smart economy sejalan dengan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT), yang di launching secara Nasional

pada 14 Agustus 2014. Dan untuk wilayah Sulsel, kick off GNNT telah dilaksanakan pada tanggal 9 September 2014.

Pengembangan GNNT dan smart city yang juga saling bersinggungan antara lain Sosialisasi/roadshow GNNT ke sekolah-

sekolah; Makassar Smart Card yang berfungsi sebagai kartu identitas, ATM, debet dan e-money; pembayaran pajak secara

online; Layanan Keuangan Digital (LKD) yang saat ini sudah mencapai 2.225 agen; dan electronic money yang diterbitkan

oleh provider telekomunikasi maupun perbankan. Pemanfaatan electronic money sangat berguna untuk efisiensi

pembayaran di pintu toll Makassar.

Saat ini sudah ada 4 (empat) bank yang ikut serta dalam pembayaran dengan E-Toll. Ceruk transaksi e-toll ini memang

masih cukup dalam. Menurut pengelola toll di Makassar selama tahun 2015, volume lalulintas untuk seksi I dan II rerata

sebesar 57.150 kendaraan per hari, sementara untuk Seksi IV arah Bandara, 42.450 kendaraan perhari. Apabila dinilai

dapat mencapai Rp539 juta per hari. Tentu nilai yang tidak sedikit apabila harus bertransaksi secara tunai. Selain itu,

transaksi secara non tunai, atau menggunakan e-toll, tentunya akan lebih cepat dan efisien, sehingga akan mengurangi

penumpukan kendaraan di pintu toll.

Gambar 5.A.2. Launching E-Toll Card di Makassar

Gambar 5.A.2. Control Room Smart City Makassar

Page 76: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

70 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 77: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 71

6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Bab 6 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulsel mencapai 5,11% (Februari

2016) lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun 2015

(5,80%). Kemudian, tingkat kesejahteraan petani yang diukur dari Nilai

Tukar Petani (NTP) hingga triwulan I 2016 secara tahunan terpantau

membaik dibandingkan triwulan I 2015.

Sementara itu, jumlah penduduk miskin di Sulsel hingga September 2015

meningkat dibanding September 2014 baik di kota maupun di desa.

Persentase penduduk miskin di Sulsel (10,12%), tergolong cukup rendah jika

dibandingkan Provinsi lain di Sulampua maupun Nasional.

Page 78: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

72 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

6.1. Tenaga Kerja

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulsel

mencapai 5,11% (Februari 2016) lebih rendah

dibandingkan periode yang sama 2015. Secara nominal

jumlah pengangguran terbuka Sulsel turun dari 218,31

ribu orang per Februari 2015 menjadi 192,96 ribu orang

per Februari 2016. Penurunan pengangguran

diindikasikan terjadi sebagai dampak dari kebijakan

pemerintah (dana desa dan paket kebijakan ekonomi).

Dengan demikian, penyerapan tenaga kerja membaik,

sejalan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja

19.056 orang atau naik 0,51% dibandingkan periode

yang sama di tahun 2015.

Tabel6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sektor pertanian masih menjadi sektor penyerap tenaga kerja terbanyak. Pada periode Februari 2016, sektor pertanian

menyerap 40,28% dari total tenaga kerja atau 1,42 juta orang. Angka ini turun-0,69% dibandingkan periode yang sama

2015. Penurunan tenaga kerja sektor pertanian disebabkan adanya pengaruh penerapan mekanisme alat-alat pertanian

modern combine harvester (alat panen gabah) sehingga pekerja buruh musim panen diawal tahun 2016 berkurang. Hal

tersebut terkonfirmasi dari salah satu perusahaan mesin panen yang menyatakan bahwa 60% penjualan didominasi oleh

wilayah Sulawesi, dan Sulsel mendominasi 70% wilayah Sulawesi19

. Sementara itu, sektor industri, perdagangan dan

lainnya mengalami kenaikan jumlah tenaga kerja, meski sektor jasa mengalami pertumbuhan negatif.

Tabel 6.2. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sulsel tercatat menurunberbanding terbalik dengan jumlah angkatan kerja

yang bekerja yang meningkat. TPAK turun dari 62,2% pada Februari 2015 menjadi 61,6% pada Februari 2016. Jumlah

angkatan kerja pada Februari 2016 mencapai 3,77 juta orang, lebih tinggi dari periode yang sama di tahun 2015 sejumlah

3,75 juta orang. Secara sektoral, penurunan TPAK diperkirakan terjadi karena penurunan angkatan kerja di sektor

pertanian yang memiliki pangsa terbesar di Sulsel. Sementara 60% sektor lain mengalami pertumbuhan angkatan kerja

yang positif. Kondisi demikian dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen Bank Indonesia menunjukkan konsumen optimis

bahwa di periode laporan terdapat ketersediaan lapangan kerja. Rata-rata Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini

(IKLK) meningkat sebesar 107,17 dibanding triwulan sebelumnya (98,0). Sementara itu, Indeks Penghasilan Saat Ini

Dibanding 6 Bulan Lalu (IPD6) juga mengalami peningkatan optimisme dibandingkan periode sebelumnya dari 97,67

menjadi 112.

19 Sumber: anekdotal informasi

KEGIATAN UTAMA Februari Februari

2015 2016

Angkatan Kerja 3,755,870 3,774,926

a. Bekerja 3,537,559 3,581,957

b. Pengangguran 218,311 192,969

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 62.2% 61.6%

Tingkat Pengangguran Terbuka 5.80% 5.11%

Jumlah Pangsa Pertumbuhan Jumlah Pangsa Pertumbuhan

Pertanian 1,449,458 40.97% 2.91% 1,442,875 40.28% -0.45%

Industri 212,802 6.02% -8.26% 213,950 5.97% 0.54%

Perdagangan 738,999 20.89% 1.32% 774,310 21.62% 4.78%

Jasa 617,087 17.44% -4.22% 623,135 17.40% 0.98%

Lainnya 519,213 14.68% 15.32% 527,687 14.73% 1.63%

Total 3,537,559 100.00% 2.12% 3,581,957 100.00% 1.26%

Februari 2016KEGIATAN UTAMA

Februari 2015

Page 79: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 73

Sumber: Survei Konsumen, diolah Sumber: Survei Konsumen, diolah

Grafik 6.1. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini Grafik 6.2. Indeks Penghasilan Saat Ini

6.2. Penduduk Miskin20

Berdasarkan data September 2015, jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulsel hingga September 2015 menjadi

864 ribu orang atau 10,12% dari total penduduk, meningkat dibanding periode yang sama di tahun 2014. Jumlah

penduduk miskin di Sulsel mengalami peningkatandari 806 ribu orang di September 2014 menjadi 864 ribu orang di

September 2015, atau naik 7,21% (yoy). Persentase tersebut naik seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin

di kota maupun di desa. Jumlah penduduk miskin kota mengalami peningkatan1,80% (yoy) menjadi 157 ribu orang (Grafik

6.3). Hal yang sama juga dialami oleh penduduk pedesaan yang mengalami peningkatan8,50% (yoy), menjadi 707 ribu

orang (Grafik 6.3). Penduduk miskin di pedesaan menyumbang 81,82% dari total penduduk miskin yang ada, sedangkan

sisanya 18,18% disumbang oleh penduduk kota.

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 6.3. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan Grafik 6.4. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Sulampua Menurut Provinsi September 2015

Peningkatan kemiskinan terjadi baik di kota maupun di desa. Peningkatan tersebut sejalan dengan angka inflasi yang

cukup tinggi pada periode Juni hinggaSeptember 2015 di atas 8,00% (yoy). Tingginya inflasi didorong oleh tekanan harga

di seluruh kelompok barangdanjasa.Peningkatan harga tersebut selain diakibatkan oleh excess demand juga disebabkan

oleh faktor pelemahan nilai tukar rupiah, sehingga mendorong peningkatan harga beberapa produk pangan (tahu dan

tempe), yang sebagian besar bahan bakunya berupa kedele masih diimpor. Sementara disisi lain, peningkatan upah

minimum regional (UMR) 11,11% menjadi Rp2.000.000/bulan, lebih banyak dinikmati oleh penduduk di perkotaan/kaum

urban, sehingga laju pertumbuhan penduduk miskin di pedesan relatif tinggi, yang pada akhirnya secara keseluruhan

rasio penduduk miskin cenderung meningkat dibandingkan tahun 2014.

20BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai

ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

80

90

100

110

120

130

140

150

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Ketersediaan lapangan kerja

Growth yoy (%) - Skala Kanan

Indeks

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

80

90

100

110

120

130

140

150

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Penghasilan saat ini

Growth yoy (%) - Skala Kanan

Indeks

152.8 150.8 129.2 133.6 148.0 160.5 162.49154.40146.42157.18

930.3

880.9

696.6672.3

639.7

696.9701.81

651.95 651.3

707.34

10.3% 10.3%

10.1%

9.8%

9.5%

10.3%10.3%

9.5%

9.39%

10.12%

8.8%

9.0%

9.2%

9.4%

9.6%

9.8%

10.0%

10.2%

10.4%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15

ribu orang

Desa Kota % Total Penduduk Miskin - kanan

8.98

14.07

10.12

13.74

18.16

11.9

19.36

6.22

25.73

28.4

0

5

10

15

20

25

30

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Sulut Sulteng Sulsel SultraGorontaloSulbar Maluku Malut Irjabar Papua

Desa Kota % Total Penddk Miskin - kanan

Page 80: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

74 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Tingkat kemiskinan dan andil inflasi beras memiliki korelasi positif. Korelasi antara tingkat kemiskinan dan andil inflasi beras mencapai 70,05%. Korelasi positif tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan harga beras, maka akan berdampak meningkatkan kemiskinan di Sulsel. Sementara itu, korelasi kemiskinan dengan inflasi memiliki kecenderungan yang sama. Inflasi yang semakin meningkat akan menurunkan daya beli masyarakat, sehingga kesejahteraan menurun. Dengan demikian, upaya pengendalian inflasi perlu ditingkatkan, agar tingkat kemiskinan dapat ditekan menurun.

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 6.5. Grafik Kemiskinan dan Andil Inflasi Beras

Tabel 6.3. Garis Kemiskinan Sulsel

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Secaraspasial, persentase jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan relatif cukup rendah jika dibandingkan dengan

provinsi lain se-Sulampua. Jumlah penduduk miskin Sulawesi Selatan berada pada urutan ketiga terendah (10,12%)

setelah Provinsi Maluku Utara (6,22%) dan Sulawesi Utara (8,98%) (Grafik 6.4). Sedangkan persentase jumlah penduduk

miskin tertinggi di Sulampua tercatat 28,4% dan masih terdapat di Provinsi Papua.

Tabel 6.4. Perkembangan Kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel 6.5. Tingkat Kemiskinan Per Kab/Kota se Sulawesi Selatan

Sumber: BPS, diolah

-0.05

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

0.40

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

2011 2012 Mar2013

Sept2013

Mar2014

Sept2014

Mar2015

Sept2015

Kemiskinan Inflasi Andil_Beras - Skala Kanan

R2Kemiskinan - Andil Beras: 70,05%

%yoy %yoy

Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15

Kota 235,488 240,276 246,416 264,163 274,140 9.13% 8.29% 4.64% 9.94% 11.25% 7.24% 5.88% 3.72% 8.61% 8.36%

Desa 207,023 211,271 219,109 240,175 254,524 12.54% 9.94% 5.84% 13.68% 16.16%

Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bln) Pertumbuhan YoY Inflasi YoY

Kota Desa Total Kota Desa Total Kota Desa Total Kota Desa Total Kota Desa Total Kota Desa Total

Sulut 60.08 137.48 197.56 5.57 10.47 8.3 60.71 147.83 208.54 5.52 11.27 8.65 58.00 159.14 217.14 5.26 12.1 8.98

Sulteng 71.65 315.41 387.06 10.35 14.66 13.6 77.97 343.66 421.63 10.93 15.9 14.66 79.25 327.09 406.34 11.06 15.07 14.07

Sulsel 154.40 651.95 806.35 4.93 12.25 9.5 146.42 651.3 797.72 4.61 12.23 9.39 157.18 707.34 864.52 4.93 13.22 10.12

Sultra 45.79 268.30 314.09 6.62 15.17 12.8 52.06 269.82 321.88 7.24 15.19 12.9 56.77 288.25 345.02 7.84 16.12 13.74

Gorontalo 23.88 171.22 195.10 6.24 23.21 17.4 25.37 181.48 206.85 6.48 24.62 18.32 27.01 179.51 206.52 6.84 24.17 18.16

Sulbar 29.87 124.82 154.69 9.99 12.67 12.1 27.39 133.09 160.48 10.52 12.87 12.4 22.51 130.7 153.21 8.69 12.7 11.9

Maluku 47.58 259.44 307.02 7.35 25.49 18.4 51.77 276.64 328.41 7.91 26.9 19.51 51.6 276.17 327.77 7.83 26.7 19.36

Malut 11.17 73.62 84.79 3.58 8.85 7.4 12.25 67.65 79.9 3.85 7.95 6.84 8.29 64.35 72.64 2.61 7.57 6.22

Irjabar 14.06 211.40 225.46 5.52 35.01 26.3 19.34 206.03 225.37 5.86 37.97 25.82 18.82 206.72 225.54 5.68 37.94 25.73

Papua 35.61 828.50 864.11 4.46 35.87 27.8 37.27 821.88 859.15 4.61 36.66 28.17 30.28 867.93 898.21 3.61 37.34 28.4

Sep-15

Jumlah PersentaseProvinsi

Mar-15Sep-14

Persentase JumlahJumlah Persentase

No Tingkat Kemiskinan (%) 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 Kep. Selayar 18.49 16.41 15.00 13.49 12.87 14.23 13.13

2 Bulukumba 12.26 10.50 9.02 8.12 7.82 9.04 8.37

3 Bantaeng 10.94 9.96 10.25 9.21 8.89 10.45 9.68

4 Jeneponto 22.48 20.58 19.10 17.16 16.58 16.52 15.31

5 Takalar 12.68 11.06 11.16 10.04 9.59 10.42 9.62

6 Gowa 12.79 10.93 9.49 8.55 8.05 8.73 8.00

7 Sinjai 12.73 11.37 10.68 9.63 9.28 10.32 9.56

8 Maros 18.55 16.35 14.62 13.14 12.55 12.94 11.93

9 Pangkep 21.36 19.35 19.26 17.36 16.62 17.75 16.38

10 Barru 13.49 11.43 10.69 9.59 9.28 10.32 9.74

11 Bone 17.35 15.19 14.08 12.67 12.25 11.92 10.88

12 Soppeng 11.22 9.95 10.42 9.36 9.12 9.43 8.76

13 Wajo 10.16 8.93 8.96 8.06 7.83 8.17 7.74

14 Sidrap 7.64 6.73 7.00 6.29 6.00 6.30 5.82

15 Pinrang 9.65 8.70 9.01 8.12 7.82 8.86 8.20

16 Enrekang 20.51 18.10 16.86 15.18 14.44 15.11 13.90

17 Luwu 19.44 16.96 15.44 13.93 13.33 15.10 13.95

18 Tana Toraja 18.57 16.14 14.62 13.22 12.72 13.81 12.77

19 Luwu Utara 18.38 16.40 16.25 14.64 14.02 15.52 14.31

20 Luwu Timur 10.98 8.91 9.18 8.29 7.71 8.38 7.67

21 Toraja Utara - - 19.08 17.06 16.27 16.53 15.10

22 Makassar 5.36 5.52 5.86 5.29 5.02 4.70 4.48

23 Pare-pare 7.10 6.52 6.53 5.91 5.58 6.38 5.88

23 Palopo 12.83 11.85 11.28 10.22 9.46 9.57 8.80

Sulawesi Selatan 13.41 11.93 11.40 10.27 9.82 10.32 9.54

Page 81: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 75

Secara per wilayah, tingkat kemiskinan tertinggi terdapat di Kab. Pangkep. Berdasarkan data BPS tahun 2014, tingkat

kemiskinan di Kab. Pangkep mencapai 16,38% di ikuti oleh Jeneponto (15,31%), dan Toraja Utara (15,10%). Sementara itu,

daerah dengan tingkat kemiskinan terendah berada di wilayah Makassar dengan persentase kemiskinan mencapai 4,48%

di ikuti oleh Sidrap (5,82%), dan Parepare (5,88%). Secara keseluruhan, hampir di seluruh wilayah terjadi peningkatan

kemiskinan.

6.3. Rasio Gini21

Gini ratio Provinsi Sulawesi Selatan menurun di 2015. Nilaigini ratio Sulsel tahun 2015 sebesar 0,40, menurun

dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 0,45. Namun secara tren dari 2012, angka ini cenderung mengalami

peningkatan. Pada 2012, gini ratio Sulsel masih sama dengan nasional yakni 0,41. Dibandingkan provinsi lain di Sulampua,

nilai gini ratio Sulsel termasuk tinggi. Angka gini ratio tertinggi terjadi di Papua Barat (0,43). Sulsel, Gorontalo, dan Papua

tercatat sebagai provinsi dengan gini ratio kedua terbesar di Sulampua. Sementara itu, nilai gini ratio terendah (0,29)

terjadi di Provinsi Maluku Utara. Angka gini ratio yang tinggi diiringi dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi

menggambarkan bahwa masih tingginya kesenjangan pendapatan di Sulsel.

Tabel6.6. Nilai Gini Ratio

Sumber: BookletData Sosial Ekonomi, BPS

6.4. Nilai Tukar Petani22

Indikator kesejahteraan sektor unggulan (pertanian) sedikit meningkat, tercermin dari pertumbuhan Nilai Tukar Petani

(NTP) pada triwulan I 2016 dibandingkan dengan triwulan I 2015. NTP pada triwulan I 2016 (105,96) meningkat dari

triwulan I 2016 (104,23) atau tumbuh positif 1,66% (yoy). Peningkatan NTP tersebut didorong oleh peningkatan Indeks

yang Diterima Petani dari 121,93 pada triwulan I 2015 menjadi sebesar 130,51 pada periode lapotan atau mengalami

pertumbuhan 5,29% (yoy), namun Indeks yang Dibayar Petani juga mengalami peningkatan dari 116,98 menjadi 123,17

pada triwulan I 2016 atau tumbuh 7,04% (yoy). Hal ini menjadi penting untuk diperhatikan karena jenis barang/jasa dalam

keranjang inflasi merupakan komponen dalam indeks yang dibayar petani (subkelompok konsumsi rumah tangga).

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 6.6. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Grafik 6.7. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Dibayar Petani

21 Angka koefisien gini adalah ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Angka koefisien gini terletak antara 0 (nol)

dan 1 (satu). Nol mencerminkan kemerataan sempurna dan satu menggambarkan ketidakmeraaan sempurna. 22 NTP merupakan keseimbangan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan yang dibayar petani (Ib).

Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Gorontalo 0.43 0.46 0.44 0.44 0.45 0.40

Papua 0.41 0.42 0.44 0.44 0.46 0.39

Sulawesi Selatan 0.40 0.41 0.41 0.43 0.45 0.40

Sulawesi Tenggara 0.42 0.41 0.40 0.43 0.40 0.38

Papua Barat 0.38 0.40 0.43 0.43 0.41 0.43

Sulawesi Utara 0.37 0.39 0.43 0.42 0.44 0.37

Sulawesi Tengah 0.37 0.38 0.40 0.41 0.35 0.37

Maluku 0.33 0.41 0.38 0.37 0.33 0.34

Sulawesi Barat 0.36 0.34 0.31 0.35 0.38 0.36

Maluku Utara 0.34 0.33 0.34 0.32 0.32 0.29

Indonesia 0.38 0.41 0.41 0.41 0.41 0.40

-4%

-3%

-2%

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

85

90

95

100

105

110

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

yoyNilai Tukar Petanig.indeks - sisi kanan

Indeks

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

90

95

100

105

110

115

120

125

130

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

yoyIndeks yang Dibayar Petani

g.indeks - sisi kanan

Indeks

Page 82: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

76 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Peningkatan harga komoditas dalam inflasi serta panen raya tidak selalu diikuti perbaikan nilai tukar petani, karena

petani juga merupakan net consumer. Keterkaitan (korelasi) antara inflasi dan nilai tukar petani justru negatif (bertolak

belakang) (Grafik 6.9). Pada periode tahun 2009 – 2011negatif dari korelasi tersebut mencapai -0,38 dan periode tahun

2012 hingga 2015mencapai -0,68.Gap antara kenaikan inflasi dan perbaikan NTP semakin meningkat, pada saat terjadi

peningkatan harga pangan seperti terjadi pada Januari 2009 (kenaikan harga cabe merah, daging ayam ras, dan bawang

merah) dan Juni 2010 (kenaikan harga beras dan cabe merah). Demikian pula saat kenaikan harga bahan bakar minyak

bersubsidi di Juli 2013 dan November 2014, gap antara inflasi dan perkembangan NTP semakin besar.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 6.8. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Diterima Petani Grafik 6.9. Perkembangan Rata-rata Indeks yang Diterima Petani

Namun demikian, secara spasial NTP Sulsel di triwulan I 2016 menduduki peringkat ke-4 terbesar dibanding provinsi

lainnya, di bawah Jawa Barat, Sulawesi Barat dan Banten.Posisi ini lebih rendah dibandingkan dengan posisi Sulsel di

triwulan sebelumnya yang mampu menempati urutan ketiga secara Nasional.

Tabel6.6. Perkembangan NTP per Provinsi se Indonesia

Sumber: BPS, diolah

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

90

95

100

105

110

115

120

125

130

135

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

yoyIndeks yang Diterima Petani

g.indeks - sisi kananIndeks

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoy

Inflasi Nilai Tukar Petani

r 2012-2015 = -0,68r 2009-2011 = -0,38

Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 20142015-

TW1

2015-

TW2

2015-

TW3

2015-

TW4

2016-

TW1

Jawa Barat 96.14 97.22 99.28 104.92 108.94 109.53 104.43 105.70 102.78 104.74 107.08 106.93

Sulawesi Barat 102.13 105.51 105.49 104.31 104.41 104.20 102.96 102.23 103.81 105.22 106.16 106.07

Banten 97.31 97.76 101.83 104.81 108.45 110.06 104.75 105.23 102.77 104.02 107.02 105.97

Sulawesi Selatan 100.19 100.65 101.66 107.09 108.05 107.43 105.39 104.23 103.35 105.09 106.21 105.96

Bali 100.69 103.07 103.80 106.52 108.28 107.22 104.86 103.83 103.34 104.46 105.15 105.08

Jawa Timur 100.47 98.21 98.74 101.66 102.17 102.90 104.75 105.24 102.79 105.14 106.15 105.00

Gorontalo 102.42 99.47 101.66 104.07 102.33 100.66 101.32 101.50 100.91 102.49 104.21 104.95

Nusa Tenggara Barat 98.84 96.45 95.31 96.14 95.36 94.23 99.82 101.86 102.28 104.26 106.21 104.92

Maluku Utara 97.30 99.99 98.79 101.07 100.66 100.44 103.26 102.62 101.78 101.15 102.81 104.42

Maluku 103.07 106.62 103.54 104.81 104.70 105.48 100.51 100.75 100.11 100.30 102.02 103.76

DI Yogyakarta 105.28 107.85 112.64 115.12 116.46 116.89 102.20 100.22 99.44 101.80 103.06 103.47

Lampung 104.19 107.96 115.04 121.49 125.42 124.70 104.17 102.90 102.00 103.77 103.99 103.34

Kepulauan Bangka Belitung 99.08 94.41 95.77 99.17 99.17 100.26 101.55 103.48 105.17 106.30 103.86 101.75

Nusa Tenggara Timur 96.03 101.40 102.00 102.21 101.80 99.17 100.27 101.21 101.05 102.21 103.19 101.18

Jawa Tengah 99.77 98.67 101.62 104.84 105.35 105.90 100.65 100.86 98.09 100.11 101.87 100.48

Sulawesi Tenggara 103.51 107.30 108.64 107.62 106.45 105.99 101.32 98.83 98.35 100.21 100.76 99.75

Papua Barat 104.55 106.10 103.55 102.95 101.62 99.64 100.17 99.36 101.04 100.97 100.10 99.39

Sulawesi Tengah 101.15 98.58 97.17 98.86 97.79 97.01 102.18 97.99 96.95 98.14 99.37 99.28

Sumatera Utara 101.79 100.82 102.36 103.42 101.71 99.49 100.10 98.52 98.60 97.67 99.64 99.26

DKI Jakarta - - - - - - 100.49 98.84 98.34 97.34 98.19 99.25

Kalimantan Selatan 97.54 100.42 106.50 108.40 107.84 105.50 99.83 100.54 100.11 99.99 99.32 98.51

Kepulauan Riau 102.80 100.82 99.94 103.07 104.65 104.96 100.93 100.14 98.92 99.95 98.78 98.38

Sumatera Barat 105.17 103.71 105.48 106.25 105.02 104.14 100.61 98.72 97.36 97.14 97.73 98.15

Aceh 98.64 99.76 104.12 104.30 104.13 103.13 98.17 96.82 95.95 96.02 97.75 97.73

Kalimantan Timur 101.40 101.05 99.83 98.74 98.04 95.07 99.92 99.95 98.33 98.33 97.86 97.51

Sulawesi Utara 101.48 101.40 101.04 103.22 101.46 100.56 99.37 98.01 95.68 95.47 96.74 97.33

Kalimantan Tengah 98.74 98.38 102.88 101.08 99.24 97.93 101.29 98.99 98.47 99.03 98.14 96.81

Riau 101.75 99.07 104.11 105.07 104.26 101.40 96.95 96.84 95.97 93.55 94.61 96.61

Jambi 97.93 94.14 96.14 96.25 92.15 88.93 97.04 95.95 95.21 95.13 95.45 96.57

Papua 102.85 101.51 102.59 101.31 102.69 100.84 97.34 97.12 96.95 96.75 96.58 96.00

Kalimantan Barat 103.47 100.83 101.19 102.63 100.92 97.99 96.63 97.26 96.67 96.70 96.30 95.11

Sumatera Selatan 101.50 99.70 104.89 109.63 110.13 109.95 100.92 97.84 97.52 95.94 96.19 94.95

Bengkulu 105.50 103.58 104.67 102.97 102.41 99.62 96.35 95.47 94.12 92.71 93.36 92.24

Nasional 100.16 99.86 101.77 104.58 105.24 104.92 101.85 101.86 100.23 101.53 102.75 102.03

Page 83: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 77

Boks 6.A. Bank Indonesia Ikut Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan senantiasa ikut ambil bagian dalam rangka menunaikan

janji kemerdekaan Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan sumber daya manusia yang

berkualitas. Selain itu, dalam rangka pencapaian visi untuk menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di

regional, Bank Indonesia berupaya untuk terus mendekatkan diri dengan masyarakat, salah satunya melalui dunia

pendidikan sehingga kebijakan-kebijakan Bank Indonesia dapat dipahami dengan baik oleh masyarakat. Keterlibatan Bank

Indonesia dalam dunia pendidikan diwujudkan dalam berbagai bentuk, diantaranyanya adalah melalui penyaluran

Program Sosial Bank Indonesia (PSBI), program magang dan penerimaan kunjungan dari sekolah maupun universitas.

Sejak tahun 2004 melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI), Bank Indonesia telah menyalurkan beasiswa kepada

tiga universitas negeri di Makassar yaitu Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin

dan Universitas Hasanuddin (UNHAS). Hingga saat ini, penyaluran beasiswa terus mengalami penyesuaian baik dari

proses seleksi maupun nilai beasiswa yang diatur dalam Perjanjian Kerjasama Beasiswa antara Bank Indonesia dengan

pihak Universitas. Sejak bulan Oktober 2015, Universitas Hasanuddin merupakan satu-satunyasatu-satunya perguruan di

Kawasan Timur Indonesia yang memperoleh Beasiswa Unggulan dari Bank Indonesia.

Pada tahun 2016, tepatnya pada tanggal 28 Maret 2016, Bank Indonesia kembali menyalurkan beasiswa kepada 83

(delapan puluh tiga) mahasiwa dari UNM, UIN Alauddin dan UNHAS. Dengan demikian penerima beasiswa reguler Bank

Indonesia hingga tahun 2016 ini telah mencapai 1.480 mahasiswa, yang terdiri dari 520 mahasiswa UIN, 520 mahasiswa

UNM dan 440 mahasiswa UNHAS. Mulai tahun 2012, seluruh mahasiswa penerima beasiswa Bank Indonesia tergabung

dalam sebuah komunitas yang disebut Generasi Bank Indonesia (GenBI). GenBI merupakan perpanjangan tangan Bank

Indonesia untuk mengkomunikasikan kebijakan BI kepada komunitas mahasiswa dan masyarakat baik melalui media

cetak/sosial maupun edukasi langsung kepada masyarakat. GenBI juga diharapkan dapat menjadi role model di kalangan

pelajar, mahasiswa dan masyarakat baik role model dalam implementasi kebijakan BI (seperti bertransaksi non tunai,

merawat dan mengenal uang Rupiah) serta role model dalam bidang akademik maupun non akademik.

Gambar 6.A.1. Penandatangan Perjanjian Kerjasama Beasiswa

dihadiri oleh Rektor Universitas Negeri Makassar, UIN Alauddin, dan UNHAS

Program Sosial Bank Indonesia tahun 2016 melalui tema “Indonesia Cerdas” juga berupaya untuk memperkuat

edukasi masyarkat di bidang ekonomi melalui penyediaan sarana Pojok Baca atau yang disebut BI Corner. Pada tahun

2015, Bank Indonesia telah bekerja sama dengan Universitas Negeri Makassar untuk penyediaan BI Corner di

Perpustakaan UNM. Sementara untuk tahun 2016, BI Corner direncanakan akan dibangun di Univesitas Muhammadiyah

Parepare dan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Melalui sarana BI Corner, pengunjung diharapkan dapat

memperoleh banyak sumber informasi ekonomi yang berkualitas baik dari dalam maupun luar negeri. Selain itu, BI Corner

juga dapat menjadi sarana sosialisasi agar masyarakat semakin mengenal tugas dan peran Bank Indonesia dalam

perekonomian Indonesia melalui publikasi-publikasi rutin, baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Dengan semakin

banyak masyarakat yang paham tentang tugas dan fungsi Bank Indonesia diharapkan dapat lebih membantu Bank

Indonesia dalam mencapai visi dan misinya.

Masih dalam rangka kontribusi kepada dunia pendidikan dan edukasi kepada masyarakat, Bank Indonesia juga

membuka kesempatan bagi mahasiswa/i untuk melakukan praktek magang di Kantor Bank Indonesia. Mahasiswa

pemohon dapat menyampaikan surat permintaan magang dari universitas yang dilengkapi dengan Curriculum Vitae (CV)

ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia. Bank Indonesia akan melakukan seleksi wawancara terhadap permohonan magang

Page 84: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

78 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

yang masuk. Bank Indonesia juga menerima kunjungan dari sekolah maupun universitas untuk mengenalkan tugas dan

fungsi Bank Indonesia baik di bidang moneter, sistem pembayaran maupun stabilitas sistem keuangan. Hingga periode

laporan ini, Bank Indonesia telah menerima kunjungan dari 6 (enam) sekolah maupun unviersitas baik dari dalam

maupun luar provinsi Sulawesi Selatan. Bank Indonesia juga telah menyelenggarakan kegiatan magang sebanyak (dua)

gelombang) untuk mengenalkan lebih dekat kepada mahasiswa magang mengenai tupoksi dan budaya kerja di Bank

Indonesia.

Bank Indonesia juga aktif menjadi narasumber dalam seminar ekonomi yang diselenggarakan oleh universitas.Tujuan

kegiatan ini supaya dunia akademisi juga mengetahui isu-isu terkini terkait perkembangan ekonomi moneter dan fiskal.

Mahasiswa yang diutamakan hadir adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi yang telah lulus mata kuliah ekonomi makro.

Dengan kegiatan ini, diharapkan dunia akademisi mampu mengarahkan dan berpartisipasi dalam menciptakan tenaga

kerja yang lebih responsif terhadap perkembangan global, memiliki inovasi, dan selalu siap dalam menghadapi

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Gambar 6.A.5. Kegiatan Seminar Ekonomi dan Edukasi Kebanksentralan Bersama Pengamat Ekonomi Nasional

Gambar 6.A.6. Edukasi Kebanksentralan dan Sosialisasi Beasiswa Unggulan di Universitas Hasanuddin Bersama Gubernur Sulawesi

Selatan dan Rektor Universitas Hasanuddin

Page 85: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 79

7. PROSPEK PEREKONOMIANDAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Bab 7 Prospek Perekonomian dan

Rekomendasi Kebijakan

Perekonomian Sulsel pada triwulan II 2016 diperkirakan tumbuh pada

kisaran 7,6% - 8,0% (yoy). Demikian pula untuk keseluruhan 2016

diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,6% - 8,0% (yoy), membaik

dibandingkan 2015.

Jika dibandingkan dengan ekonomi nasional, pertumbuhan ekonomi Sulsel

triwulan II 2016 diperkirakan tetap lebih tinggi. Di sisi permintaan,

pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih akan ditopang oleh semua

komponen sisi pengeluaran (konsumsi, investasi, dan ekspor luar negeri). Di

sisi lapangan usaha, peningkatan pertumbuhan diperkirakan akan terjadi

pada sektor pertanian, sektor pengadaan listrik/gas, sektor konstruksi, dan

sektor jasa kesehatan/kegiatan sosial. Faktor risiko yang perlu diwaspadai

ke depan adalah berlanjutnya ketidakpastian ekonomi global, rebound-nya

harga minyak dunia, pergerakan nilai tukar rupiah, dan permasalahan

harmonisasi kebijakan ekonomi pemerintah pusat dan daerah.

Tekanan harga triwulan II 2016 dan sampai dengan akhir 2016

diperkirakan melemah, didukung peningkatan produksi pangan serta

lanjutan tren penurunan harga minyak dunia, sehingga terjadi penyesuaian

harga administered price. Oleh karena itu, inflasi 2016 diprakirakan tetap

terkendali dan berada dalam rentang target inflasi nasional.

Namun demikian, koordinasi tetap menjadi kata kunci keberhasilan dalam

mengendalikan inflasi, terutama dalam kaitannya dengan upaya menjaga

ketersediaan dan kelancaran arus distribusi bahan pangan ke berbagai

daerah di Sulsel.

Page 86: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

80 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulsel di triwulan II 2016 diperkirakan meningkat, yang ditopang oleh semua komponen sisi

pengeluaran (konsumsi, investasi,dan ekspor luar negeri). Peningkatan ekonomi Sulsel diperkirakan dalam kisaran 7,6% -

8,0% (yoy). Dari sisi pengeluaran, kenaikan konsumsi rumah tangga dan LNPRT, tercermin dari optimisme konsumen (hasil

survei BPS dan BI) dan akan adanya tunjangan hari raya. Investasi diperkirakan terakselerasi karena pembangunan

infrastruktur (energy, jalan, dan komunikasi). Sementara aktivitas ekspor diperkirakan akan sedikit membaik, disertai

risiko permintaan negara mitra dagang yang masih lemah, dengan disinsentif harga internasional. Dari sisi lapangan

usaha, peningkatan pertumbuhan di triwulan II 2016 diperkirakan akan terjadi pada sektor pertanian, sektor pengadaan

listrik/gas, sektor konstruksi, dan sektor jasa kesehatan/kegiatan sosial.

Dengan mempertimbangkan kondisi terkini indikator ekonomi domestik dan global, perekonomian Sulsel pada 2016

dan 2017 diperkirakan tumbuh sedikit membaik (7,6%-8,0%) dibandingkan pertumbuhan 2015 (7,15%, yoy).

Pertumbuhan ekonomi pada 2016, diperkirakan mengalami perbaikan dalam kisaran 7,6%-8,0%, dengan asumsi terjadi

perbaikan harga komoditas internasional dan ekonomi negara mitra dagang, khususnya dari negara maju (Amerika

Serikat, Kawasan Eropa, dan ASEAN). Dari sisi domestik, pendorong berasal dari realisasi penyaluran belanja pemerintah

pusat dan pembangunan infrastruktur. Faktor risiko yang perlu diwaspadai ke depan adalah ketidakpastian ekonomi

global yang masih akan berlanjut, kembali rebound-nya harga minyak dunia, pergerakan nilai tukar rupiah, dan

permasalahan harmonisasi kebijakan ekonomi pemerintah pusat dan daerah. Pada tahun 2017, pertumbuhan

perekonomian diprakirakan juga akan kembali meningkat dalam kisaran 7,6%-8,0%, seiring dengan terjaganya laju

pertumbuhan perekonomian global, membaiknya harga komoditas internasional, dan pembangunan infrastruktur.

Grafik 7.1. Perkembangan PDRB Sulsel dan Proyeksinya

7.1.1 Prospek Sisi Pengeluaran

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sulsel triwulan II 2016 yang berkisar 7,6%-8,0% (yoy) masih akan ditopang

oleh permintaan domestik. Permintaan domestik yang tumbuh meningkat antara lain konsumsi rumah tangga dan

LNPRT,konsumsi pemerintah, serta investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto). Konsumsi rumah tangga diperkirakan

tumbuh pada kisaran 6,8%-7,2% dengan optimism konsumen menjelang hari keagamaan.Kegiatan investasi diperkirakan

tumbuh 5,7%-6,1%, dengan berlanjutnya proyek infrastruktur multiyears dan percepatan pelaksanaan lelang proyek.

Sementara itu, ekspor luar negeri Sulsel diperkirakan membaik, di tengah tren positif ekonomi negara-negara mitra

dagang dan harga komoditas yang trennya membaik.

Konsumsi pada triwulan II 2016 diperkirakan menguat dibandingkan triwulan sebelumnya. Komponen konsumsi rumah

tangga meningkat tercermin dari indeks tendensi konsumen yang berada di level 107,6, terutama untuk ekspektasi

pendapatan mencapai 105,9, sedangkan indeks rencana pembelian barang durable berada pada level 110,7. Daya beli

masyarakat akan meningkat dengan dibayarkannya tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13 bagi pegawai negeri sipil

(PNS). Konsumsi pemerintah diperkirakan juga mulai terakselerasi, seiring disalurkannya dana desa23

, dan realisasi

23 Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan

Evaluasi Dana Desa disebutkan bahwa penyaluran Dana Desa dilakukan dalam 3 tahap, yaitu tahap I pada bulan April sebesar 40% (empat puluh per seratus); tahap II pada bulan Agustus sebesar 40% (empat puluh per seratus); dan tahap III pada bulan Oktober sebesar 20% (dua puluh per seratus).

4

5

6

7

8

9

10

20

14

Q1

20

14

Q2

20

14

Q3

20

14

Q4

20

15

Q1

20

15

Q2

20

15

Q3

20

15

Q4

20

16

Q1

20

16

Q2

20

16

Q3

20

16

Q4

20

17

Q1

20

17

Q2

20

17

Q3

20

17

Q4

%, yoy

2016:7,6% - 8,0%

2017:7,6% - 8,0%

2014:7,54%

2015:7,15%

Page 87: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 81

belanja/pendapatan pemerintah yang naik lebih tinggi dari 2015.Sebagai indikasi, realisasi belanja pemerintah pada

triwulan I 2016 telah mencapai 12,8%, sementara pada triwulan II 2016 diperkirakan akan mencapai 32,1%.

Sumber: Badan Pusat Statistik p) Perkiraan BPS Sumber: Survei Konsumen – BI

Grafik 7.2. Indeks Tendensi Konsumen BPS Grafik 7.3. Indeks Keyakinan Konsumen Bank Indonesia

Sumber: Kanwil Perbendaharaan Negara Sulsel dan

Badan Pengelola Keuangan Daerah Provinsi Sulsel

Grafik 7.4. Persentase Realisasi Pagu Anggaran Pemerintah Pusat di Daerah

Komponen investasi Sulsel pada triwulan II 2016 tetap tumbuh tinggi dan diperkirakan dalam tren meningkat sampai

dengan keseluruhan 2016. Beberapa proyek unggulan yang masih terus berlangsung selama 2016 antara lain:

1. Pelabuhan Makassar (Makassar New Port) dengan kapasitas 3 juta teus, yang berlangsung 2015 – 2018, yang

membutuhkan biaya sebesar Rp1,8 Triliun. Kemajuan pekerjaan mencapai 10 %, antara lain jalan menuju proyek,

dan struktur dermaga yang ada pada pinggir pantai.

2. Tiga Proyek Jalan yakni Bypass Mamminasata, Middle Ring Road dan Elevated Poros Maros-Bone, yang berlangsung

2015 – 2018 yang membutuhkan biaya Rp251,25 Miliar. Kemajuan pekerjaan penandatanganan kontrak untuk

pengerjaan tahap pertama.

3. Proyek kereta api Trans Sulawesi trace Makassar - Parepare, yang berlangsung 2015 – 2018, pada tahun 2016

membutuhkan biaya Rp1,3 triliun (APBN). Kemajuan pekerjaan konstruksi telah mencapai 10 Km dan pembebasan

lahan tahap I sepanjang 30 Km telah selesai 90%.

4. Pembangkit Listrik (Kapasitas PLTU Jeneponto tahap II 2x135 MW (gross capacity) atau 2x125 (net capacity), yang

berlangsung 2015-2016 membutuhkan biaya Rp 3 triliun. Kemajuan pekerjaan berupa groundbreaking yang telah

dilakukan pada Maret 2015.

5. Bendung Baliase yang berlangsung 2015 – 2019, membutuhkan biaya Rp200 miliar. Kemajuan pekerjaan berupa

mobilisasi, tenaga, alat, material on site.

6. Bendungan Karalloe yang berlangsung 2013 – 2017, membutuhkan biaya Rp500 miliar. Kemajuan pekerjaan berupa

pembebasan lahan.

7. Bendungan Paselloreng yang berlangsung 2015 – 2019, membutuhkan biaya Rp800 miliar. Kemajuan pekerjaan

berupa pembebasan lahan.

111,1 110,1 110,7 108,19 96,29 106,24 103,38 102,7 101,9

107,6

90

95

100

105

110

115

120

125

I II III IV I II III IV I IIp

2014 2015 2016

Indeks Tendensi KonsumenPerkiraan Pendapatan RTRencana pembelian barang durable

Sum

ber

: B

PS 90

100

110

120

130

140

150

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I IIp

2012 2013 2014 2015 2016

Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat IniIndeks Ekspektasi Konsumen

10,8%

30,9%

52,1%

89,8%

10,0%

29,5%

49,6%

90,1%

11,7%

32,4%

52,8%

91,4%

9,49%

24,37%

47,23%

88,58%

12,83%

32,07%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I IIP

2012 2013 2014 2015 2016

Page 88: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

82 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

8. Waduk Tunggu Nipa Nipa yang berlangsung 2015 – 2017, membutuhkan biaya Rp400 miliar. Kemajuan pekerjaan

berupa pembebasan lahan.

9. Bendung Baliase yang berlangsung 2015 - 2019, membutuhkan biaya Rp200 miliar. Kemajuan pekerjaan tahap

negosiasi dengan masyarakat.

10. Perbaikan Irigasi (Sekunder) yang berlangsung 2016, membutuhkan biaya Rp31,6 miliar. Kemajuan pekerjaan sampai

pada tahap kontrak kerja.

11. Perbaikan Irigasi (Tersier) yang berlangsung 2016, membutuhkan biaya Rp5,8 miliar. Kemajuan pekerjaan sampai

pada tahap kontrak kerja.

Kinerja ekspor dan impor diprakirakan semakin membaik, terutama pengiriman ke luar negeri. Rendahnya harga

komoditas andalan ekspor disikapi Pemda dengan melaksanakan kebijakan akselerasi ekspor melalui diversifikasi produk

dan Negara tujuan ekspor. Untuk mendukung kebijakan tersebut, Gubernur Sulsel telah mencanangkan kenaikan nilai

ekspor non-migas menjadi 3 kali lipat dari kondisi 2015, dan kepada setiap Kabupaten diminta agar mempunyai komoditi

andalan ekspor, dan kebijakan ini telah dimulai sejak Agustus 201524

.

Tabel 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara

Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy)

WEO (IMF) WEO (IMF) Apr-16 Jan-16

2015 2016p 2017p 2015 2016p 2017p

Amerika Serikat 2,5 2,6 2,6 2,4↓ 2,4↓ 2,5↓

Kawasan Eropa 1,5 1,7 1,7 1,6↓ 1,5↓ 1,6↓

Kawasan Asia 6,6 6,3 6,2 6,6→ 6,4↑ 6,3↑

Tiongkok 6,9 6,3 6,0 6,9→ 6,5↑ 6,2↑

Jepang 0,6 1,0 0,3 0,5↓ 0,5↓ -0,1↓

Kawasan ASEAN* 4,7 4,8 5,1 4,7→ 4,8→ 5,1→

Output Dunia 3,1 3,4 3,6 3,1→ 3,2↓ 3,5↓ *) Terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam p) Proyeksi Keterangan: ↑ Lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya → Sama dengan perkiraan sebelumnya ↓ Lebih rendah dari perkiraan sebelumnya

Harga internasional komoditas pertanian dan pertambangan diperkirakan semakin membaik meski masih pada tingkat

yang rendah, turut mendorong perbaikan ekspor luar negeri. Tren perbaikan harga internasional komoditas olahan

tambang diperkirakan baru mulai membaik pada akhir tahun 201625

, yang secara langsung diharapkan akan berimbas

positif pada peningkatan ekspor. Harga komoditas ekspor utama, yaitu nikel trennya akan membaik di akhir 2016, atau

akan tumbuh -2,4% (yoy), dimana pada akhir 2015 harga nikel tumbuh -40,6% (yoy) atau berada pada kisaran 8.708

USD/metrik ton. Saat ini, harga nikel tercatat membaik 8.878,86USD/metrik ton. Masih rendahnya harga nikel,

dikarenakan berkurangnya permintaan dari industri besi/baja, destocking sektor stainless steel, dan tetap rendahnya

output China.

24 Program ini dibuka secara simbolis oleh presiden Jokowi,yang melepas ekspor ke 24 negara tujuan dengan 27 komoditas berbeda dengan nilai Rp62

triliun. Dalam program ini Sulsel membidik 24 negara tujuan ekspor, diantaranya Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Italia, Puerto Rico, Jerman, Australia, Malaysia, Singapore Hongkong, Philipina , Inggris, Taiwan, Tiongkok , Israel, Polandia, Denmark, Dubai (Uni Emirat Arab), Kuwait, Saudi Arabia, Ukraina, Spanyol, Vietnam, Timor leste. Sedangkan komoditi yang di ekspor adalah udang beku, ikan tuna beku, kepiting, gurita beku, ikan segar, kakao liquer, kakao powder, kopi, kakao, buah markisa, jagung, budsudan (dupa), kayu olahan, rumput laut, karet, minyak mete, kulit mete, mete kupas, tepung terigu, dedak gandum, reptile skin, semen, nikel, marmer, ikan hidup, telur ikan terbang, daging kepiting, dan marmer.

25 Commodity Market Outlook, April 2016.

Page 89: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 83

Sumber: World Bank

Sumber: World Bank

Grafik 7.5. Perkembangan Harga Internasional Nikel Grafik 7.6. Perkembangan Harga Internasional Bijih Besi

Perdagangan dalam negeri (antarpulau) diperkirakan lebih banyak arus masuk, seiring masuknya musim hari besar,

seiring peningkatan kebutuhan bahan pangan saat hari besar keagamaan. Pengirimanbarang dari Sulsel cenderung

berupa bahan mentah yang nilai tambahnya rendah, sementara barang yang dikirim ke Sulsel memiliki nilai tambah yang

lebih tinggi, karena berupa barang jadi dan alat rumah tangga. Bahan makanan yang rutin dikirim dari Sulsel adalah beras,

yang dikirim kepada 22 provinsi.Pengiriman melalui mekanisme move Bulog, terutama untuk Kawasan Timur Indonesia

serta Kalimantan. Pengiriman didukung oleh infrastruktur yang semakin membaik akan mendukung perhubungan antar

pulau26

.

7.1.2 Prospek Sisi Lapangan usaha

Pada triwulan II 2016, sektor pertanian, sektor pengadaan listrik/gas, sektor konstruksi, sektor informasi/komunikasi,

dan sektor jasa kesehatan/kegiatan sosial diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel. Faktor-faktor

pendorong sektor-sektor tersebut antara lain faktor musiman (Ramadhan), kondisi cuaca yang kondusif (berlalunya El-

Nino), dan daya beli yang permintaankan produksi.

Lapangan usaha pertanian, terutama tanaman bahan makanan, diprakirakan akan meningkat pada triwulan II 2016.

Curah hujan yang cenderung kondusif (tingkat menengah) pada triwulan II 2016, diperkirakan optimal untuk penanaman

tabama maupun penangkapan ikan. Hasil pantauan BMKG, intensitas hujan berada pada intensitas menengah (200 – 300

mm), kondusif untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan laut dan kondusif untuk masa panen. Musim panen tanaman

bahan makanan (padi) diperkirakan akan mencapai puncaknya pada bulan Maret-Mei 2016. Dari sisi subsektor

perkebunan, tren harga internasional untuk kopi dan coklat diperkirakan membaik, sehingga ekspor komoditas tersebut

juga diperkirakan meningkat.

Sumber: World Bank

Sumber: World Bank

Grafik 7.7. Perkembangan Harga Internasional Coklat Grafik 7.8. Perkembangan Harga Internasional Kopi (Robusta)

26 Penambahan dermaga peti kemas, serta mulai beroperasinya lintas penyeberangan Pelabuhan Paciran, Jawa Timur dengan Pelabuhan Garongkong di

Kabupaten Barru.

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

20.000

I II III IV

I II III IV

I II III IV

I II III IV

I

IIP

2016

-p

2017

-p

2012 2013 2014 2015

yoy $/mt

Harga Internasional Nikel g.Harga Internasional Nikel - sisi kanan

-60%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV

I II III IV

I II III IV

I II III IV

I

IIP

20

16

-p

20

17

-p

2012 2013 2014 2015

yoy $/mt

Harga Internasional Iron Ore g.Harga Internasional Iron Ore - sisi kanan

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

I II III IV

I II III IV

I II III IV

I II III IV

I

IIP

201

6-p

201

7-p

2012 2013 2014 2015

yoy USD/kg

Harga Internasional Coklat g.Harga Internasional Coklat - sisi kanan

-25%

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

0

0,5

1

1,5

2

2,5

I II III IV

I II III IV

I II III IV

I II III IV

I

IIP

201

6-p

201

7-p

2012 2013 2014 2015

yoy USD/kg

Harga Internasional Kopi g.Harga Internasional Kopi - sisi kanan

Page 90: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

84 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Lapangan usaha pertambangan diprakirakan tumbuh melambat, seiring dengan perkiraan harga internasional nikel

yang terus turun dan mencapai terendah dalam kurun 10 tahun terakhir. Perusahaan tambangmasih untung dengan

harga nikel yang rendah, selama harga minyak bumi juga tetap rendah. Perkembangan harga internasional nikel, sampai

dengan April 2016 telah mengalami penurunan -37,09%(yoy) hingga level harga 8.878,86 USD /metrik ton. Harga bahan

bakar minyak dimanfaatkan perusahaan dengan meningkatkan produksi nikel perusahaan27

, dan dengan demikian

pendapatan perusahaan meningkat. Dalam menyiasati penurunan permintaan pasar dunia, perusahaan tambang di Sulsel

pada 2016, akan menunda belanja modal, yang berarti tidak ada ekspansi usaha pada 2016.

Lapangan usaha industri pengolahan diprakirakan terkoreksi ke bawah pada triwulan II 2016.Industri bahan makanan

diperkirakan sudah menggenjot produksinya pada triwulan I 2016 (terlihat dari pertumbuhan mencapai 12,8%; yoy),

karena mengantisipasi permintaan saat Ramadhan dan Idul Fitri. Sehingga triwulan II 2016 kegiatan industri pengolahan

cenderung terkoreksi ke bawah. Di samping itu,kegiatan industri pengolahan utama (terigu, kakao dan semen) masih

terbatas, karena permintaan negara mitra dagang juga masih lemah.

Lapangan usaha konstruksi diperkirakan tetap kuat pada triwulan II 2016. Beberapa proyek pembangunan skala besar

telah mulai berjalan pada 2015, dan masih berlanjut di 2016. Rencana pembangunan infrastruktur baru (jaringan irigasi,

waduk, dan embung) hingga periode triwulan I 2016 mencapai Rp1,05 miliar (0,12%) dari APBD dan Rp397,22 miliar

(7,86%) dari APBN. Diperkirakan realisasi belanja modal dalam tren meningkat, karena adanya Instruksi Presiden agar

seluruh Kementerian mempercepat realisasi anggaran di awal tahun. Dinas Pekerjaan Umum sudah mulai membuat

kontrak pada akhir tahun, sehingga proyek pembangunan dapat berjalan pada awal tahun.

Lapangan usaha perdagangan besar/eceran diprakirakan tetap kuat pada triwulan II 2016. Kegiatan perdagangan

diperkirakan meningkat menjelang Ramadhan/Idul Fitri. Hasil survei penjualan eceran yang dilakukan Bank Indonesia

memperlihatkan indeks penjualan eceran pada triwulan II 2016 diperkirakan sedikit membaik (-1,37%; yoy). Perbaikan

penjualan triwulan II 2016 diperkirakan terjadi pada suku cadang; perlengkapan rumah tangga lainnya; peralatan dan

komunikasi di toko; barang budaya dan rekreasi masing-masing 5,04%; -0,63%; -3,47%; dan 12,97% (yoy) dari triwulan

sebelumnya masing-masing 2,63%; -2,98%; -4,63%; dan 10,41% (yoy).

Grafik 7.9. Perkembangan Survei Penjualan Eceran

Lapangan usaha penyedia jasa akomodasi diperkirakan melambat pada triwulan II 2016. Menjelang Ramadhan dan Idul

Fitri diperkirakan kegiatan di hotel dan restauran menurun. Hasil liaison menyatakan occupancy rate di 2016 hanya akan

sedikit naik, sekitar 7-10% dibandingkan 2015. Hal ini didorong oleh permintaan dari perusahaan/bisnis melemah. Di sisi

lain, kegiatan MICE di awal tahun 2016 relatif belum banyak terselenggara. Sementara itu, tren pertumbuhan lapangan

usaha ini akan meningkat pada 2016, seiring penambahan unit dan kamar hotel28

baru.

Sementara itu, lapangan usaha jasa keuangan diperkirakan tetap kuat, sebagaimana yang diekspektasikan kalangan

banker. Hasil Survei Perbankan Bank Indonesia triwulan I 2016, memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2016 tetap

menguat, seiring optimisme perkiraan kondisi ekonomi tahun 2016 yang lebih baik dari tahun sebelumnya, menurunnya

risiko penyaluran kredit, dan rencana penurunan suku bunga kredit. Hasil dari survei tersebut memperkirakan untuk

27 er atat produksi nikel yang dilakukan perusahaan pengolahan nikel meningkat menjadi 58.875 mt pada 2015 dari sebelumnya hanya 58.141 mt pada

2014.

28 Jumlah kamar tersedia di Makassar 2015 mencapai 11.550 unit kamar. Pada 2016, akan bertambah 1.800 kamar, sehingga mencapai 13.350 kamar dengan rencana pengoperasian 11 hotel baru sepanjang 2016.

-40

-20

0

20

40

60

80

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I IIP

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoy

Indeks Total Suku cadang

Barang budaya dan rekreasi Peralatan dan komunikasi di toko

Perlengkapan rumah tangga lainnya

Page 91: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 85

keseluruhan 2016, secara nasional kredit akan tumbuh 12,3% (yoy) sedikit lebih tinggi dari hasil survei sebelumnya

(12,3%; yoy)29

.

7.2. Prospek Inflasi

Laju inflasi triwulan II 2016 secara umum diperkirakan stabil dengan rentang 4,0%±1,0% (yoy). Tekanan inflasi

khususnya dari kelompok volatile food diperkirakan melemah, seiring masuknya musim panen sehingga pasokan bahan

pangan mengalami penambahan. Tren penurunan harga minyak dunia diikuti penyesuaian harga/tarif administered price,

akan menjadi faktor penahan laju inflasi. Selain itu, Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-

Sulsel akan meningkatkan koordinasi untuk menjaga ketersediaan stok pangan guna meminimalisir gejolak harga.

Inflasi di akhir 2016 dan 2017 diperkirakan masih dalam rentang target inflasi Nasional. Melihat pola historis inflasi

pada lima tahun terakhir, akan terjadi koreksi inflasi pada awal tahun, seiring masuknya musim panen bahan makanan.

Selain itu, harga komoditas minyak dunia dalam level terendah dalam sepuluh tahun terakhir. Target inflasi Sulsel pada

2016 – 2017 sesuai dengan targei inflasi nasional di kisaran 4%±1%.Faktor-faktor yang mendukung adalah

ketersediaan/distribusi pangan berjalan optimal, berlanjutnya tren penurunan harga minyak dunia, diikuti dengan

tiadanya kebijakan dari pemerintah yang dapat meningkatkan tekanan inflasi secara simultan, serta telah berjalannya

fungsi TPID di seluruh Kab/kota secara optimal.

Grafik 7.10. Perkembangan dan Proyeksi Inflasi Sulsel

Kegiatan untuk menjaga ketersediaan barang dan kelancaran distribusi terus dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi

Daerah (TPID) Provinsi Sulsel maupun TPID di tingkat kabupaten/kota. Pada triwulan II 2016, TPID akan lebih

meningkatkan koordinasi di tingkat Provinsi maupun kabupaten/kota untuk menjaga ketersediaan pasokan dan

kelancaran distribusi. Pemerintah Provinsi Sulsel berkomitmen untuk mencapai tingkat inflasi 2016 sekitar 4%. Koordinasi

menjadi krusial seiring peningkatan tekanan inflasi karena aliran distribusi pasokan bahan pangan ke daerah lain yang ikut

mengerek harga di Sulsel. Kondisi tersebut mendorong realisasi inflasi pada April 2016, menjadi lebih tinggi menjadi

4,95% (yoy), lebih tinggi dibandingkan akhir 2015 (4,48%; yoy).

Tekanan inflasi volatile food diperkirakan melemah. Pergeseran jadwal tanam di beberapa wilayah di Sulsel yang semula

direncanakan pertengahan November 2015 menjadi pertengahan Desember 2015, sehingga pasokan pangan diperkirakan

akan tinggi pada triwulan I dan II 2016, dengan berlangsungnya musim panen. Selain itu, pada triwulan II 2016, faktor

cuaca relatif kondusif dengan curah hujan menengah yang menjamin ketersediaan air bagi lahan pertanian.Dengan

ketersediaan beras di Bulog, telah dilakukan pengiriman beras ke 14 provinsi antara lain DKI Jakarta, Sulawesi Tenggara,

Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Kalimatan Tengah, Maluku, Sulawesi Tengah, Sumatera Utara, Riau,

Aceh, Kalimatan Barat, Kalimatan Selatan, dan Papua.

Tekanan inflasi administered prices triwulan II tahun 2016 diperkirakan relatif rendah. Inflasi administered price

kemungkinan dapat terkoreksi ke bawah, seiring tren turunnya harga minyak dunia, yang berimplikasi terhadap

penurunan harga bahan bakar minyak30

dan tarif listrik31

. Peningkatan diperkirakan terjadi pada makanan jadi, karena

29 Statistik Perbankan Indonesia Triwulan I 2016. 30 Harga bahan bakar minyak turun Rp500 per liter, bensin Premium turun menjadi Rp6.450 per liter dari harga semula Rp6.950 per liter. Sedangkan

harga Solar turun menjadi Rp5.150 per liter dari harga sebelumnya Rp5.650 per liter. Perubahan harga ini berlaku mulai 1 April 2016.

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 . 12

2012 2013 2014 2015 2016

Infl

asi T

ahu

nan

Nasional

Sulsel

Sasaran Inflasi 2013: 4,5%+1Sulsel 2013: 6,22%Nasional 2013: 8,38%

Sasaran Inflasi 2012: 4,5%+1Sulsel 2012: 4,41%Nasional 2012: 4,30%

Sasaran Inflasi 2015: 4% + 1Sulsel 2015: 4,48%Nasional 2015: 3,35%

Sasaran Inflasi 2014: 4,5%+1Sulsel 2014: 8,61%Nasional 2014: 8,36%

Sasaran Inflasi 2016:

4% + 1

Page 92: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

86 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

pengenaan cukai untuk kemasan plastik akan memicu kenaikan harga jual. Salah satunya, harga jual makanan dan

minuman yang selama ini banyak memakai plastik untuk kemasannya. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman

Indonesia (GAPMMI) menyatakan kenaikan harga mengacu pada besaran cukai yang akan dikenakan, dan pengenaan

cukai itu akan menimbulkan efek berganda sampai ke konsumen32

.

April 2016 Mei 2016 Juni 2016

Keterangan:

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Gambar7.1. Prakiraan Curah Hujan Sulawesi Selatan

Tekanan inflasi komponen core inflation diperkirakan melemah, didorong oleh ekspektasi konsumen terhadap harga

yang cenderung turun dan stabilnya harga komoditas emas. Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan

datang melemah, yang tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) (Grafik 7.9), demikian pula indeks survei pedagang

eceran (SPE) (Grafik 7.10). Survei Konsumen indeksnya stabil menjadi 181,5 pada triwulan II 2016 sama dengan indeks

triwulan sebelumnya 181,5. Sementara indeks ekspektasi pedagang terhadap harga 3 (tiga) bulan yang akan datang

sedikit melambat menjadi 100,05 pada triwulan II 2016 dari indeks triwulan sebelumnya 100,09. Sementara itu, tren

harga emas diperkirakan stabil sampai dengan triwulan II 2016.

Sumber: Survei Konsumen Sumber: Survei Penjualan Eceran

Grafik 7.11. Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Harga Grafik 7.12. Indeks Ekspektasi Pedagang terhadap Harga

31 Tarif Rumah Tangga daya 1.300 Volt Ampere (VA) ke atas turun dari Rp 1.509,38 per kilo Watt hour (kWh) pada bulan Desember 2015, menjadi Rp

1.409,16 pada Januari 2016. Tarif bisnis daya 6.000 VA ke atas dan kantor pemerintah daya 6.600 VA ke atas juga turun hingga Rp 100,00. Kemudian tarif industri juga mengalami penurunan tipis.

32 Misalnya, harga produk dari pabrik Rp 1.000 dan cukai yang akan dikenakan nanti sebesar Rp 200, maka harga sudah naik menjadi Rp 1.200. Kemudian, dari pabrik ke distributor ada pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10%, jadi harga barang naik jadi Rp 1.320. Selanjutnya dari distributor ke grosir dikenakan lagi PPN 10%, dan harga naik lagi. Setiap tahapan distribusi dikenakan PPN 10%, belum lagi ditambah margin.

160

165

170

175

180

185

190

195

200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2012 2013 2014 2015 2016

Indeks perubahan harga umum 3 bulan yad

99,90

99,95

100,00

100,05

100,10

100,15

100,20

100,25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I IIP

2012 2013 2014 2015 2016

Ekspektasi Harga Umum 3 bln yad

Page 93: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 87

Sumber: World Bank

Grafik 7.13. Perkembangan Harga Internasional Emas

Tabel 7.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan (Tahun Dasar 2010)

7.3. Rekomendasi Kebijakan

Untuk mendorong Sulsel sebagai Pilar Utama Pembangunan Nasional dan Simpul Jejaring Akselerasi Kesejahteraan

kawasan, berikut ini beberapa kebijakan yang dapat disarankan kepada pemerintah daerah di Provinsi Sulsel:

a. Melakukan pembangunan infrastruktur perhubungan secara tepat waktu. Dalam masa pembangunan infrastruktur

tersebut, agar menghindari kontraproduktif terhadap kelancaran lalu lintas barang dan orang.

b. Program peningkatan ekspor agar dibarengi dengan kualitas lalu lintas darat dan laut yang memadai, mulai dari

kawasan industri hingga ke dan di pelabuhan.

c. Mendorong terciptanya industri dasar hingga menengah (low medium technology) terutama untuk kebutuhan

rumah tangga, baik dari sisi ketersediaan investor, tenaga kerja, hingga pemasarannya. Hal ini untuk menghindari

defisit neraca perdagangan antar pulau, akibat ketergantungan barang dari luar Sulsel, maupun nilai tambah barang

Sulsel yang relatif rendah karena masih berupa barang mentah.

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

1000

1100

1200

1300

1400

1500

1600

1700

1800

I II III IV

I II III IV

I II III IV

I II III IV

I

IIP

20

16

-p

20

17

-p

2012 2013 2014 2015

yoy USD/troy onz

Emas g.Emas - sisi kanan

IV Total I II III IV Total I IIP TotalP

Pertumbuhan Ekonomi 7,7 7,5 5,7 8,0 7,6 7,2 7,1 7,4 7,6-8,0 7,6-8,0 7,6-8,0

Sisi PengeluaranKonsumsi Rumah Tangga 5,5 5,9 5,3 5,5 5,0 5,36 5,3 5,3 6,8-7,2 6,2-6,6 5,2-6,2

Konsumsi LNPRT 4,9 11,3 (2,5) (2,1) 2,9 6,3 1,1 4,7 6,2-6,6 5,4-5,8 5,6-6,6

Konsumsi Pemerintah (2,1) 1,9 7,8 3,2 8,7 11,1 8,2 2,1 5,7-6,1 6,6-7,0 9,4-10,4

Pembentukan Modal Tetap Bruto 8,3 8,8 5,3 6,2 10,3 11,1 8,3 9,5 16,3-16,7 16,8-17,2 8,2-9,2

Ekspor Luar Negeri 7,8 9,8 (0,5) (8,0) (14,5) (15,5) (10,1) (32,3) 5,1-5,5 8,3-8,7 6,7-7,7

Impor Luar Negeri 7,6 (35,8) 0,0 (3,8) 72,1 12,33 19,2 (15,7) 4,5-4,9 8,9-9,3 3,7-4,7

Net Ekspor Antardaerah 3,8 (0,5) (45,5) 14,9 41,7 (31,4) 9,1 28,1 (5,6)-(5,2) (5,6)-(5,2) 5,9-6,9

Sisi Lapangan UsahaPertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7,9 10,0 3,5 11,6 5,2 1,4 5,6 0,9 7,3-7,7 5,6-6,0 6,0-7,0

Pertambangan dan Penggalian 15,6 11,1 2,4 8,1 12,1 8,4 7,9 2,6 2,0-2,4 5,3-5,7 7,3-8,3

Industri Pengolahan 14,6 8,9 5,8 7,5 4,4 9,0 6,7 12,8 7,0-7,4 8,1-8,5 8,0-9,0

Pengadaan Listrik, Gas 17,5 11,7 0,0 (6,9) (5,6) (3,3) (4,0) 8,2 9,4-9,8 6,5-6,9 4,2-5,2

Pengadaan Air (1,2) 2,1 0,6 (0,3) (2,5) 3,7 0,3 5,5 2,8-3,2 3,3-3,7 2,7-3,7

Konstruksi 5,6 6,3 7,2 5,9 9,2 10,7 8,3 9,3 9,2-9,6 9,8-10,2 8,2-9,2

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 3,4 7,2 5,6 6,6 9,1 10,1 7,9 9,3 9,3-9,7 9,1-9,5 6,9-7,9

Transportasi dan Pergudangan 4,4 1,7 4,4 7,1 10,4 5,7 6,9 12,9 11,2-11,6 8,2-8,6 6,6-7,6

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,6 7,8 5,1 4,0 6,0 7,7 5,7 9,5 7,0-7,4 7,9-8,3 6,9-7,9

Informasi dan Komunikasi 6,6 5,8 7,3 7,5 8,1 8,7 7,9 8,2 8,0-8,4 7,2-7,6 7,2-8,2

Jasa Keuangan 10,2 5,8 10,0 3,0 9,2 7,6 7,4 9,6 8,2-8,6 8,4-8,8 7,9-8,9

Real Estate 9,0 8,0 8,9 7,6 7,2 6,0 7,4 7,0 4,3-4,7 6,8-7,2 8,0-9,0

Jasa Perusahaan 7,4 6,8 4,8 4,5 6,8 7,4 5,9 7,9 6,3-6,7 6,8-7,2 6,5-7,5

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,9 2,6 5,5 7,1 9,3 9,2 7,8 8,2 8,1-8,5 8,4-8,8 6,9-7,9

Jasa Pendidikan 3,1 4,7 8,9 9,1 9,6 2,3 7,3 7,7 5,8-6,2 6,4-6,8 6,6-7,6

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3,3 10,2 7,4 7,8 11,3 10,5 9,3 9,5 9,3-9,7 8,0-8,4 9,4-10,4

Jasa lainnya 9,4 7,6 9,4 8,2 8,2 10,2 9,0 9,7 7,5-7,9 8,1-8,5 7,8-8,8

PDRB 7,7 7,5 5,7 8,0 7,6 7,2 7,1 7,4 7,6-8,0 7,6-8,0 7,6-8,0

Inflasi Sulsel 8,6 8,6 7,1 8,1 8,4 4,5 4,5 5,7 4,0±1,0 4,0±1,0 4,0±1,0

2016P2014Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi

Provinsi Sulsel

20152017P

Page 94: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

88 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

d. Belanja pemerintah yang masih menjadi penopang pertumbuhan Sulsel, seharusnya penyerapannya makin optimal

dan merata sepanjang tahun. Pemerintah daerah/pusat dapat menerapkan Rencana Penerimaan dan Pengeluaran

Bulanan (RPPB). Monitoring terhadap RPPB dijadikan sebagai indikator kinerja setiap satuan kerja perangkat daerah

(SKPD).

e. Penerapan smart city, perlu diiringi dengan pembangunan infrastruktur dasar kota, seperti pedestrian yang nyaman,

penerangan jalan utama yang memadai, serta taman yang tertata. Selain itu, fasilitas control room dilengkapi

dengan peraturan daerah yang kuat, sehingga dapat terintegrasi dengan instansi lainnya, yang cepat

menindaklanjuti apabila terjadi gangguan terhadap masyarakat maupun kerusakan infrastruktur.

Sesuai dengan kajian pada Bab 3, rekomendasi kebijakan yang dapat dirumuskan untuk pengendalian harga terutama

komoditas penyumbang inflasi terbesar di Sulsel adalah sebagai berikut:

a. Meyakinkan kepada para pemangku kebijakan terutama di tingkat daerah, bahwa benar terdapat indikasi telah

terjadi praktik pembentukan harga beras yang jauh dari prinsip-prinsip pasar persaingan sempurna. Kenaikan harga

beras yang nota bene harus ditanggung konsumen Sulsel tersebut sebagian besar dinikmati pihak penggiling dan

Grosir.

b. Mendorong pemerintah pusat dan daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) agar merumuskan kebijakan dan mengambil

langkah-langkah konkrit untuk meminimalisir dampak market failures. Kebijakan tersebut hendaknya diberlakukan

kepada mereka yang selama ini mengambil marjin keuntungan yang paling besar. Kebijakan bisa diimplementasikan

dalam bentuk himbauan, hingga sampai ke tingkat yang keras yaitu penghentian sementara/pencabutan izin usaha.

c. Mendorong Pemerintah Provinsi untuk menerapkan kebijakan domestic market obligation (DMO) dengan

mewajibkan grosir untuk memprioritaskan penyaluran beras di Sulsel sebesar persentase tertentu dari stok beras

yang mereka miliki, sehingga jumlah minimal stok beras yang dibutuhkan masyarakat Sulsel dalam situasi apapun

selalu tercukupi. Kebijakan ini juga dimaksudkan untuk menekan moral hazard pedagang, agar mereka tidak terlalu

mengambil margin keuntungan yang eksesif.

d. Memberikan masukan kepada pemerintah agar mengevaluasi kembali Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah

dan beras yang rasional dan obyektif, agar Perum BULOG mampu menyerap gabah dan beras sesuai yang

ditargetkan. Bila perlu dalam kondisi tertentu diberikan fleksibilitas dalam penetapan harga gabah dan beras

(sebesar persentase tertentu), serta dibekali dana yang cukup guna menyerap gabah dan beras dari hasil panen

petani, sehingga Perum BULOG mampu menjalankan operasi pasar secara efektif.

e. Mendorong Pemerintah Daerah (Provinsi/Pemkab/Pemkot) untuk memberikan bantuan dengan menyalurkan beras

kepada kelompok miskin terutama pada saat operasi pasar Perum BULOG dinilai kurang berjalan efektif.

f. Selain itu, agar pemerintah juga merevitalisasi Koperasi Unit Desa (KUD) dan Kelompok-kelompok Tani agar mampu

berperan efektif sebagai “Kaki angan” Perum BULOG dalam pengadaan gabah dan beras di lapangan (Gambar 7.2).

(a) + (b) : dilakukan apabila penyerapan beras BULOG tidak mencapai target

Gambar 7.2. Usulan Rantai Distribusi Beras di Sulsel

Page 95: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 89

g. Memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah (Provinsi/Pemkab/Pemkot) agar tidak mengeluarkan peraturan

yang kontra produktif misalnya retribusi/pungutan atau bentuk kebijakan lainnya, yang terkait dengan perdagangan

beras di Sulsel (tidak termasuk beras yang diperdagangkan ke Provinsi lain/antar pulau). Hal ini dimaksudkan untuk

menghindari shifting pembebanan biaya yang menyebabkan harga beras di tingkat konsumen meningkat, sehingga

merugikan konsumen (termasuk petani), mengingat beras merupakan kebutuhan pokok dengan karakteristik

permintaan in elastis, sementara sebagian petani di Sulsel diyakini merupakan net consumer beras.

h. Mengundang investor atau menggandeng swasta untuk mendirikan pabrik beras di Sulsel yang mampu

menghasilkan beras kualitas premium, guna memenuhi kebutuhan konsumen di Kawasan Timur Indonesia

(khususnya Sulsel), yang terdapat kecenderungan permintaannya semakin meningkat sehingga harganya juga

cenderung naik.

i. Menyiapkan sistem informasi yang simetris dan berkualitas yang mampu menyediakan informasi mengenai data

stok dan harga beras di tingkat regional, nasional maupun internasional, yang dapat diakses dengan mudah oleh

seluruh pelaku usaha di bidang perberasan, terutama petani.

j. Mendorong perbankan atau lembaga pembiayaan lainnya di Susel agar lebih giat dalam melaksanakan

program/kegiatan layanan keuangan inklusif, khususnya kepada petani agar lebih mudah dalam mengakses

pembiayaan, sehingga mereka tidak lagi tergantung kepada pemodal besar (pengumpul cq. pihak penggiling).

Page 96: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DANREKOMENDASI KEBIJAKAN

90 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 97: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 91

LAMPIRAN

Lampiran

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Tabel A.1. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan TD 2010 (Rp Triliun)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel A.2. PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku TD 2010(Rp Triliun)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

2016**

I II III IV TOTAL I

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 42.33 44.26 46.45 51.08 12.72 14.53 15.98 10.73 53.96 12.84

B Pertambangan dan Penggalian 11.90 12.53 13.24 14.71 3.53 3.78 4.25 4.30 15.87 3.62

C Industri Pengolahan 25.74 27.97 30.55 33.28 8.09 8.77 8.95 9.69 35.51 9.13

D Pengadaan Listrik, Gas 0.16 0.18 0.20 0.22 0.05 0.05 0.05 0.06 0.21 0.06

E Pengadaan Air 0.27 0.28 0.30 0.30 0.08 0.08 0.07 0.08 0.30 0.08

F Konstruksi 21.43 23.54 26.03 27.67 6.96 7.19 7.69 8.13 29.97 7.61

G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 25.17 28.15 30.19 32.36 8.21 8.62 9.41 8.68 34.92 8.97

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.01 7.95 8.45 8.60 2.15 2.24 2.41 2.39 9.19 2.43

H Transportasi dan Pergudangan 2.48 2.77 2.95 3.18 0.80 0.83 0.85 0.88 3.37 0.88

J Informasi dan Komunikasi 10.01 12.07 13.77 14.56 3.75 3.86 4.04 4.07 15.71 4.06

K Jasa Keuangan 6.04 7.00 7.63 8.07 2.14 2.08 2.19 2.25 8.66 2.35

L Real Estate 6.59 7.28 7.93 8.56 2.25 2.28 2.32 2.34 9.20 2.41

M,N Jasa Perusahaan 0.81 0.88 0.94 1.00 0.26 0.26 0.27 0.27 1.06 0.28

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 9.77 9.99 10.29 10.56 2.65 2.76 2.95 3.03 11.38 2.86

P Jasa Pendidikan 10.29 11.06 11.92 12.47 3.18 3.19 3.40 3.61 13.38 3.42

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.36 3.71 4.02 4.43 1.14 1.18 1.23 1.29 4.85 1.25

R,S,T,U Jasa lainnya 2.36 2.55 2.74 2.94 0.77 0.79 0.81 0.84 3.21 0.85

185.71 202.18 217.59 234.00 58.74 62.49 66.88 62.62 250.73 63.09

2014*2015**

Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2010

PRDB

2011 2012 2013

2016**

I II III IV TOTAL I

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 44.97 51.41 57.37 68.44 18.19 20.84 23.49 16.04 78.56 19.39

B Pertambangan dan Penggalian 14.65 16.18 17.88 22.65 5.64 5.87 6.03 5.81 23.35 4.87

C Industri Pengolahan 26.94 30.80 35.49 41.62 10.61 11.60 11.95 13.02 47.19 12.39

D Pengadaan Listrik, Gas 0.16 0.18 0.18 0.19 0.04 0.04 0.04 0.05 0.17 0.04

E Pengadaan Air 0.29 0.31 0.35 0.35 0.09 0.09 0.09 0.09 0.37 0.10

F Konstruksi 22.89 26.58 31.52 36.02 9.47 9.86 11.01 11.84 42.18 11.19

G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 26.49 30.65 33.63 37.62 9.94 10.65 11.98 11.22 43.79 11.70

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.32 8.96 10.43 11.99 3.20 3.38 3.72 3.75 14.05 3.82

H Transportasi dan Pergudangan 2.65 3.15 3.56 4.11 1.08 1.12 1.16 1.19 4.54 1.20

J Informasi dan Komunikasi 10.05 12.13 13.79 14.59 3.70 3.81 4.07 4.14 15.72 4.15

K Jasa Keuangan 6.42 8.24 9.60 10.82 2.99 2.93 3.12 3.22 12.26 3.39

L Real Estate 7.02 8.32 9.90 11.52 3.22 3.37 3.45 3.55 13.59 3.70

M,N Jasa Perusahaan 0.86 1.00 1.15 1.30 0.35 0.36 0.38 0.39 1.48 0.40

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 10.70 11.45 12.24 13.66 3.71 3.92 4.27 4.43 16.33 4.20

P Jasa Pendidikan 10.89 12.10 13.89 15.50 4.00 4.07 4.48 4.76 17.30 4.54

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.55 4.08 4.68 5.51 1.51 1.56 1.68 1.77 6.52 1.73

R,S,T,U Jasa lainnya 2.45 2.75 3.18 3.72 1.03 1.06 1.11 1.16 4.37 1.18

198.29 228.29 258.84 299.63 78.75 84.54 92.03 86.43 341.75 87.99

2014*2015**

PRDB

2011 2012 2013Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2010

Page 98: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

LAMPIRAN

92 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Tabel A.3. PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan TD 2010 (Rp Triliun)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel A.4. PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku TD 2010 (Rp Miliar)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel A.5. Pendapatan Per Kapita Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku TD 2010 (Rp Juta)

Sumber : Badan Pusat Statistik

2016**

I II III IV TOTAL I

1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 106.35 113.78 120.56 127.70 32.82 33.28 33.99 34.39 134.47 34.56

2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2.22 2.38 2.62 2.92 0.71 0.72 0.74 0.78 2.95 0.74

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 21.55 22.45 23.06 23.49 3.63 5.74 6.32 9.73 25.41 3.70

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 64.56 74.68 82.98 90.29 22.45 23.47 25.19 26.71 97.82 24.59

5 Perubahan Inventori 2.16 5.43 3.97 (0.97) 0.62 1.87 1.56 0.62 4.66 0.96

6 Ekspor 52.86 51.22 52.36 59.75 13.86 13.73 14.66 10.30 52.56 8.20

7 Impor 63.99 67.75 67.96 69.18 15.34 16.31 15.57 19.91 67.14 9.65

PDRB 185.71 202.18 217.59 234.00 58.74 62.49 66.88 62.62 250.73 63.09

2015**2013 2014*No Komponen 2011 2012

2016**

I II III IV TOTAL I

1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 113.55 129.69 146.64 165.19 44.64 45.72 47.48 48.68 186.52 49.61

2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2.31 2.60 3.08 3.86 1.00 1.03 1.09 1.15 4.27 1.12

3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 23.49 26.12 28.72 31.70 4.86 7.99 9.19 14.43 36.48 5.52

4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 66.70 82.68 94.88 113.16 29.14 31.00 33.80 36.41 130.34 33.90

5 Perubahan Inventori 2.50 5.66 4.42 (1.55) 0.90 2.01 1.84 0.90 5.64 1.49

6 Ekspor 57.26 58.19 59.93 78.01 18.91 18.67 19.75 12.76 70.08 11.13

7 Impor 67.52 76.66 78.84 90.73 20.69 21.88 21.11 27.89 91.57 14.77

PDRB 198.29 228.29 258.84 299.63 78.75 84.54 92.03 86.43 341.75 87.99

2015**2013 2014*No Komponen 2011 2012

Penduduk (Jiwa) 8,060,401 8,156,129 8,250,018 8,342,047 8,432,163 8,520,300

PDRB per Kapita (Juta Rp) 21.31 24.31 27.67 31.01 35.59 39.90

2015P2014Kategori 2010 2011 2012 2013

Page 99: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 93

B. Indeks Harga Konsumen (IHK)

Tabel B.1. IHK Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kelompok Pengeluaran

Sumber: BPS, diolah

Tabel B.2. IHK Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kota IHK

Tabel B.3. Angka Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kota IHK

Umum Bahan

Makanan

Makanan

Jadi,

Minuman,

Rokok, dan

Tembakau

Perumahan,

Air, Listrik,

Gas, dan

Bahan Bakar

Sandang Kesehatan

Pendidikan,

Rekreasi, dan

Olahraga

Transpor dan

Komunikasi

126.75 148.73 131.96 122.00 135.79 119.24 116.86 104.73

130.39 149.06 137.77 126.48 147.55 128.36 120.24 105.50

Triwulan I 132.89 156.33 139.19 128.22 149.63 129.86 120.33 105.61

Triwulan II 133.44 156.50 140.33 129.03 150.10 130.61 120.60 105.92

Triwulan III 135.69 161.48 143.21 129.73 154.94 130.98 121.38 106.22

Triwulan IV 136.14 158.86 144.70 130.72 158.05 132.02 124.35 106.72

Triwulan I 139.01 168.84 145.55 132.61 158.64 132.82 124.59 106.55

Triwulan II 139.26 166.24 146.83 133.67 154.02 133.21 124.61 110.11

Triwulan III 145.51 178.85 149.93 135.89 159.22 135.20 125.82 118.97

Triwulan IV 144.60 169.92 151.18 138.64 161.74 136.89 126.08 119.08

Triwulan I 109.16 111.25 108.80 109.10 108.00 105.49 103.66 110.65

Triwulan II 109.71 111.33 109.77 109.58 108.46 107.25 103.72 111.33

Triwulan III 111.72 114.94 112.34 111.74 110.06 108.51 105.35 111.29

Triwulan IV 116.89 125.03 114.11 114.88 110.82 109.25 105.45 121.49

Triwulan I 116.94 125.83 115.15 117.40 114.32 112.29 105.70 115.08

Triwulan II 118.55 128.30 116.95 118.18 113.74 113.18 106.16 118.01

Triwulan III 121.06 133.46 119.33 118.99 117.71 114.24 108.12 119.30

Triwulan IV 122.13 136.01 120.36 119.63 117.48 114.73 108.16 120.29

Triwulan I 123.62 141.22 121.28 121.08 119.52 115.87 108.29 118.70

2016

2015

2014

IHK

(Akhir Periode)

2010

2011

2012

2013

2016

I II III IV I II III IV I II III IV I

Makassar 134.91 137.86 138.15 144.29 143.33 143.33 108.94 109.26 111.45 116.50 116.50 116.94 118.67 121.42 122.54 122.54 124.40

Palopo 142.22 144.84 144.26 150.25 149.68 149.68 108.84 110.28 111.34 116.54 116.54 116.40 117.88 119.35 120.48 120.48 121.60

Parepare 134.76 137.33 137.57 144.44 143.26 143.26 108.29 109.33 110.89 117.71 117.71 115.36 116.96 118.67 119.57 119.57 119.77

Bone (Watampone) 148.83 151.29 151.92 159.23 159.04 159.04 109.81 111.58 112.81 117.35 117.35 116.02 116.35 117.70 118.49 118.49 118.27

Bulukumba** 117.21 118.31 119.99 125.61 125.61 124.49 125.55 127.95 128.34 128.34 127.18

Sumber: Badan Pusat Statis tik

*) Sejak tahun 2014 data IHK menggunakan tahun dasar 2012 **) Dihitung sebagai Kota Inflas i sejak tahun 2014

20142015

2015201320122013 2014*

Kota Inflasi

2016

I II III IV I II III IV I II III IV I

Makassar 4.57 4.76 4.54 7.41 6.24 6.24 5.46 5.38 3.57 8.51 8.51 7.34 8.61 8.95 5.18 5.18 6.38

Palopo 4.11 4.34 3.03 5.33 5.25 5.25 6.22 7.36 4.03 8.95 8.95 6.95 6.89 7.19 3.38 3.38 4.47

Parepare 3.49 4.67 4.49 7.41 6.31 6.31 5.58 5.57 3.04 9.38 9.38 6.53 6.98 7.02 1.58 1.58 3.82

Bone (Watampone) 3.65 2.90 3.28 6.72 6.86 6.86 7.86 8.14 4.55 8.22 8.22 5.66 4.27 4.33 0.97 0.97 1.94

Bulukumba** 13.94 14.10 7.30 9.45 9.45 6.21 6.12 6.63 2.17 2.17 2.16

Sumber: Badan Pusat Statis tik

*) Sejak tahun 2014 data IHK menggunakan tahun dasar 2012 **) Dihitung sebagai Kota Inflas i sejak tahun 2014

Kota Inflasi2014

201320122013

20142015

2015

Page 100: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

LAMPIRAN

94 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

C. Perbankan

Tabel C.1. Dana Pihak Ketiga (Lokasi Bank Pelapor) dan Kredit (Lokasi Bank) Bank Umum (Rp Miliar)

Giro Tabungan Deposito Jumlah Modal Kerja Investasi Konsumsi Jumlah

6,275 26,446 13,085 45,807 20,074 9,626 23,198 52,898 115.48%

Triwulan I 7,471 25,004 13,259 45,734 20,516 10,025 24,044 54,585 119.35%

Triwulan II 7,282 27,206 13,536 48,024 22,850 10,588 25,597 59,035 122.93%

Triwulan III 7,257 28,545 14,115 49,917 22,385 10,997 27,707 61,090 122.38%

Triwulan IV 7,345 31,466 14,907 53,717 25,506 11,380 29,335 66,221 123.28%

Triwulan I 7,770 29,321 15,211 52,302 25,980 12,232 30,158 68,371 130.72%

Triwulan II 8,092 30,068 15,297 53,457 26,659 14,486 31,793 72,937 136.44%

Triwulan III 9,221 32,076 16,062 57,359 26,160 15,769 33,085 75,014 130.78%

Triwulan IV 7,845 35,007 17,592 60,444 27,231 14,494 33,663 75,388 124.72%

Triwulan I 7,990 32,446 17,726 58,162 27,257 14,642 33,974 75,874 130.45%

Triwulan II 9,730 33,168 18,504 61,402 29,062 15,467 34,807 79,336 129.21%

Triwulan III 9,693 34,828 19,819 64,339 29,847 15,457 35,159 80,463 125.06%

Triwulan IV 7,995 37,428 20,690 66,112 31,442 16,241 35,877 83,560 126.39%

Triwulan I 10,154 34,147 22,118 66,420 32,776 16,482 36,045 85,304 128.43%

Triwulan II 11,820 34,881 22,166 68,867 34,627 16,500 36,436 87,563 127.15%

Triwulan III 12,471 37,491 22,472 72,433 34,876 17,476 37,558 89,911 124.13%

Triwulan IV 13,165 42,211 23,091 78,467 36,730 20,538 37,713 94,982 121.05%

Triwulan I 12,894 38,589 26,859 78,342 37,510 20,041 38,759 96,310 122.94%

2016

2015

LDRDPK KREDIT

Periode

2014

2013

2011

2012

Page 101: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 95

Tabel C.2. Penyaluran Kredit (Lokasi Bank) Menurut Sektor Ekonomi (Rp Miliar)

Tabel C.3. Suku Bunga Kredit Rupiah Menurut Kelompok Bank

Pertanian TambangIndustri

Pengolahan

Listrik, Gas,

dan AirKonstruksi Perdagangan Angkutan

Jasa Dunia

Usaha

Jasa Sosial

MasyarakatLain-lain

869 309 3,460 144 2,155 15,072 1,629 2,770 1,555 24,935 52,898

Triwulan I 906 312 3,468 137 2,065 15,459 1,744 2,917 1,570 26,007 54,585

Triwulan II 1,128 363 3,904 124 2,448 17,631 1,730 3,178 1,485 27,045 59,035

Triwulan III 1,171 375 4,008 135 2,582 17,741 1,794 3,131 1,372 28,781 61,090

Triwulan IV 1,215 399 5,250 141 2,674 19,027 2,321 3,105 1,404 30,684 66,221

Triwulan I 1,403 447 5,335 133 2,565 19,933 2,631 3,240 1,619 31,065 68,371

Triwulan II 1,396 449 5,579 116 2,780 22,957 2,763 3,433 1,650 31,814 72,937

Triwulan III 1,385 444 5,631 121 2,966 23,360 2,864 3,414 1,733 33,096 75,014

Triwulan IV 1,400 397 4,186 191 3,034 24,132 2,923 3,550 1,780 33,794 75,388

Triwulan I 1,405 377 3,918 218 3,043 24,334 2,960 3,747 1,828 34,043 75,874

Triwulan II 1,499 560 4,210 245 3,666 25,587 2,950 3,598 1,968 35,053 79,336

Triwulan III 1,435 537 4,283 232 4,173 25,748 2,951 3,581 2,115 35,408 80,463

Triwulan IV 1,506 509 4,747 350 4,366 27,033 2,820 3,662 2,340 36,226 83,560

Triwulan I 1,630 427 5,035 382 4,746 27,920 2,782 3,733 2,473 36,174 85,304

Triwulan II 1,788 390 5,109 413 4,902 29,003 2,693 4,037 2,681 36,547 87,563

Triwulan III 2,303 383 5,304 398 5,417 29,373 2,672 4,024 2,388 37,648 89,911

Triwulan IV 2,461 410 7,487 379 5,491 31,424 2,781 4,221 2,549 37,777 94,982

Triwulan I 2,681 430 7,239 306 5,483 31,959 2,824 4,117 2,462 38,809 96,310

Total

2011

2012

2013

2016

2015

2014

Kredit (Lokasi Bank)

Periode

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

Modal

KerjaInvestasi Konsumsi

13.55 11.83 12.83 13.34 13.61 14.09 10.62 6.81 28.61 13.45 12.84 13.32

Triwulan I 13.49 11.69 12.79 13.16 13.60 14.56 8.50 7.29 27.35 13.30 12.77 13.46

Triwulan II 13.24 11.34 12.70 12.74 13.62 14.36 9.32 7.91 27.67 13.00 12.60 13.35

Triwulan III 13.21 11.11 12.54 12.55 13.36 14.31 9.53 8.36 26.16 12.90 12.39 13.19

Triwulan IV 12.63 10.92 12.23 12.28 13.09 14.01 8.85 8.07 23.83 12.47 12.19 12.88

Triwulan I 12.56 10.74 12.20 12.31 12.89 14.04 7.21 8.21 23.67 12.40 12.05 12.85

Triwulan II 12.77 10.57 12.12 12.01 12.71 13.89 8.12 8.37 20.92 12.38 11.65 12.74

Triwulan III 12.94 10.79 12.11 12.72 12.99 13.83 9.14 9.16 21.14 12.80 12.02 12.72

Triwulan IV 13.00 11.08 12.18 13.04 13.53 13.91 10.20 10.06 20.92 12.99 12.57 12.78

Triwulan I 13.10 11.15 12.24 13.23 13.67 14.06 10.49 10.68 22.14 13.13 12.71 12.86

Triwulan II 13.26 11.44 12.41 13.51 13.53 14.05 10.08 10.72 22.94 13.33 12.75 12.97

Triwulan III 13.48 11.61 12.44 13.62 13.53 14.10 10.26 10.81 23.49 13.50 12.81 13.00

Triwulan IV 13.46 11.57 12.61 13.48 13.78 14.17 10.77 11.14 23.13 13.44 12.93 13.13

Triwulan I 13.81 12.12 11.45 14.04 15.29 14.74 10.03 11.38 23.11 13.25 13.13 13.59

Triwulan II 13.42 10.40 13.00 12.91 13.75 14.61 6.83 9.64 28.49 12.98 12.14 13.61

Triwulan III 13.28 10.26 13.22 13.01 13.69 14.62 8.84 11.46 28.73 13.09 12.00 13.76

Triwulan IV 12.95 9.53 13.31 12.86 13.34 14.72 9.52 11.89 28.40 12.86 11.30 13.82

Triwulan I 12.36 10.15 13.22 13.13 13.70 14.41 8.74 10.63 22.34 12.67 12.00 13.57

Bank Asing dan Campuran

2014

Bank Umum

Periode

2011

2012

2016

2015

2013

Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional

Page 102: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

LAMPIRAN

96 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

D. Sistem Pembayaran

Tabel D.1. Perkembangan Jumlah Aliran Uang Kertas di Depo KPw BI Provinsi Sulsel (Rp Triliun)

Tabel D.2. Perkembangan Jumlah Aliran Uang Logam di Depo KPw BI Provinsi Sulsel (Rp Miliar)

Inflow Outflow Netflow Inflow Outflow Netflow

I 4.41 1.71 2.69 13.90% -7.74% 33.88%

II 3.24 2.88 0.35 17.51% -9.03% 184.18%

III 4.87 5.31 (0.44) 24.12% 48.58% 224.77%

IV 4.07 4.16 (0.08) 27.33% 29.43% -531.87%

16.59 14.07 2.52 20.66% 19.06% 30.49%

I 5.30 2.34 2.96 20.17% 36.67% 9.67%

II 4.07 3.83 0.24 25.76% 32.62% -30.61%

III 5.56 5.64 (0.08) 14.15% 6.16% 82.72%

IV 4.30 4.10 0.21 5.65% -1.52% 346.91%

19.23 15.90 3.33 15.93% 13.03% 32.07%

I 6.18 2.25 3.94 16.71% -4.13% 33.23%

II 3.78 3.70 0.08 -7.20% -3.31% -68.17%

III 4.82 4.93 (0.11) -13.42% -12.60% -47.38%

IV 3.79 3.20 0.59 -11.94% -21.82% 181.69%

18.57 14.07 4.49 -3.47% -11.49% 34.80%

2016 I 6.23 1.49 4.74 0.72% -33.89% 20.47%

2013

2014

2014

2015

2015

PeriodeJumlah yoy

2013

Inflow Outflow Netflow Inflow Outflow Netflow

I 0.03 0.28 (0.25) -80.04% -84.46% 84.86%

II 0.08 0.78 (0.70) -39.81% -69.23% 70.77%

III 0.08 2.51 (2.43) 335.68% 192.39% -189.28%

IV 0.10 2.63 (2.53) 95.78% 670.88% -772.95%

0.29 6.20 (5.91) -16.80% 12.07% -13.98%

I 0.14 2.20 (2.05) 388.70% 685.69% -720.65%

II 0.04 3.22 (3.18) -47.69% 314.31% -353.25%

III 0.23 3.93 (3.70) 186.11% 56.42% -52.18%

IV 0.01 2.07 (2.06) -90.05% -21.19% 18.45%

0.42 11.42 (11.00) 47.75% 84.31% -86.08%

I 0.00 1.74 (1.73) -97.54% -20.95% 15.58%

II 0.00 4.03 (4.03) -97.29% 25.02% -26.53%

III 0.03 3.59 (3.56) -84.91% -8.54% 3.84%

IV 0.00 5.84 (5.83) -73.33% 181.97% -183.21%

0.04 15.20 (15.15) -90.11% 33.07% -37.79%

2016 I 0.00 4.45 (4.45) -43.02% 156.01% -156.41%

2015

2015

PeriodeJumlah yoy

2013

2013

2014

2014

Page 103: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 97

Tabel D.3. Perkembangan Transaksi Nontunai Melalui Real Time Gross Settlement (Rp Triliun)

E. Ekspor dan Impor

Tabel E.1. Perkembangan Komoditas Ekspor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan (US$ Ribu)

Ket: 10 besar komoditas ekspor sepanjang 2016 Sumber: Bea Cukai, diolah

Tabel E.2. Perkembangan Ekspor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Negara Tujuan (US$ Juta)

Ket: 10 besar negara tujuan ekspor sepanjang 2016

Sumber: Bea Cukai, diolah

From To From-To From To From-To

I 11.50 29.15 4.58 3.26% 24.82% -1.96%II 15.47 37.79 4.35 27.09% 45.01% -18.06%III 15.42 34.63 4.42 17.91% 1.86% -17.49%IV 19.88 40.65 5.05 25.54% 18.28% -17.24%

62.28 142.21 18.41 19.24% 20.75% -14.18%I 14.45 32.77 4.25 25.59% 12.42% -7.28%II 17.40 36.12 4.92 12.46% -4.41% 13.00%III 18.77 37.61 6.75 21.72% 8.61% 52.66%IV 20.54 41.48 7.30 3.32% 2.05% 44.57%

71.16 147.98 23.22 14.26% 4.06% 26.15%I 15.66 27.89 4.75 8.39% -14.89% 11.85%II 21.37 33.67 9.76 22.83% -6.79% 98.44%III 22.72 38.10 10.97 21.04% 1.28% 62.41%

III 25.66 41.37 11.87 24.93% -0.27% 62.68%

85.41 141.02 37.36 20.03% -4.70% 60.89%

I 14.45 32.77 4.29 -7.73% 17.51% -9.65%

II 26.71 31.93 4.27 24.96% -5.15% -56.25%

III 19.34 40.38 3.48 -14.88% 5.99% -68.29%

2012

PeriodeJumlah yoy

2015

2014

2013

2012

2013

2014

2016**

I II III IV I II III IV I II III IV I

1 Nikel 258,413 247,288 215,371 200,767 921,839 213,110 269,360 289,821 266,267 1,038,558 211,882 197,775 172,672 176,610 758,939 108,715

2 Cokelat Olahan 4,696 14,722 17,225 28,377 65,019 29,325 34,256 47,805 37,194 148,581 21,144 40,898 31,884 30,021 123,947 19,769

3 Ganggang Laut 15,882 21,039 27,430 26,942 91,292 33,321 35,918 38,832 39,176 147,247 28,146 32,547 26,357 18,757 105,807 18,289

4 Biji Cokelat 50,603 28,346 59,061 39,017 177,026 19,952 35,040 27,076 20,085 102,154 9,422 23,052 27,395 15,355 75,224 4,904

5 Udang Segar 11,805 13,911 16,464 19,577 61,757 14,593 18,007 23,090 12,773 68,463 11,834 14,979 14,107 16,532 57,452 12,091

6 Ikan Olahan 11,111 10,330 15,233 14,376 51,050 8,803 12,162 17,765 15,593 54,322 9,900 13,105 11,894 14,155 49,053 10,003

7 Buah/Sayur Olahan 6,848 6,214 6,677 5,646 25,385 5,926 7,916 6,292 5,543 25,677 8,386 10,161 10,570 11,640 40,757 15,784

8 Kayu Lapis 9,267 8,843 7,771 9,927 35,809 10,534 9,175 8,248 8,581 36,538 6,236 10,994 9,932 13,289 40,450 7,948

9 Sayur-Sayuran 65 199 295 165 723 175 139 105 5,242 5,661 30 8,427 9,797 260 18,514 85

10 Dedak/Bekatul 5,974 4,844 4,624 3,934 19,375 4,603 5,231 4,317 3,871 18,022 6,125 4,893 2,841 3,385 17,243 3,281

403,019 389,288 417,565 386,338 1,596,210 460,017 499,048 452,629 344,161 1,755,855 344,161 382,893 350,441 333,278 1,410,774 229,370

KOMODITAS EKSPOR UTAMA 20142014

2013*2013

2015*2015*

2016**

I II III IV I II III IV I II III IV I

1 Jepang 276,916 265,502 236,096 222,268 1,000,782 229,808 285,800 311,425 282,417 1,109,450 225,143 213,089 188,475 189,872 816,578 117,903

2 Malaysia 15,544 21,970 30,383 35,098 102,995 28,276 38,252 40,895 44,010 151,433 28,197 35,894 35,508 29,831 129,429 16,028

3 Amerika Serikat 37,186 20,355 49,647 46,967 154,155 31,358 43,734 37,866 22,781 135,739 22,395 32,804 41,494 31,259 127,952 25,540

4 Philipina 15,896 23,792 26,969 24,962 91,618 26,414 32,148 39,092 35,247 132,900 16,135 40,494 23,936 3,499 84,063 1,978

5 Singpura 3,759 4,103 4,511 3,529 15,902 4,784 4,348 5,126 9,554 23,811 2,212 11,210 12,884 4,620 30,926 2,259

6 Belanda 10,747 6,511 13,668 4,892 35,819 5,235 8,685 12,434 5,537 31,890 7,958 5,793 6,022 3,635 23,408 5,153

7 Korea Selatan 2,041 2,727 3,249 2,982 10,999 3,121 4,085 3,269 5,640 16,115 7,360 7,035 4,995 5,971 25,361 4,007

8 Jerman 2,714 4,225 5,959 5,027 17,925 5,462 5,994 10,525 7,103 29,084 6,972 4,541 7,410 2,760 21,683 3,898

9 Australia 3,061 4,265 3,095 5,854 16,274 6,494 9,624 7,580 6,191 29,890 4,414 4,530 3,952 4,151 17,047 5,408

10 Hongkong 4,514 4,803 3,702 4,110 17,129 4,296 3,314 5,116 3,646 16,373 4,460 3,346 3,888 3,765 15,459 4,015

366,672 338,889 362,336 335,808 1,403,705 318,197 400,004 428,820 389,604 1,536,625 344,161 382,891 350,441 333,278 1,410,772 229,370

2015*2015*

20142014

2013

NILAI EKSPOR SULSEL

NEGARA TUJUAN EKSPOR2013

Page 104: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

LAMPIRAN

98 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Tabel E.3. Perkembangan Komoditas Impor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan (US$ ribu)

Ket: 10 komoditas impor sepanjang 2015 Sumber: Bea Cukai, diolah

Tabel E.4. Perkembangan Impor Non-migas Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Negara Asal (US$ Ribu)

Ket: 10 besar negara importir sepanjang 2016

Sumber: Bea Cukai, diolah

F. Inklusi Keuangan

Tabel F.1. Perkembangan Rasio Jumlah Rekening terhadap Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan

Sumber: BPS, diolah

2016**

I II III IV I II III IV I II III IV I

1 Kapal Terbang dan Bagiannya - - - - - - - - - - - - 124,230 - 124,230 -

2 Bahan Kimia Anorganik 37,228 56,624 29,661 62,323 185,835 55,107 48,136 59,146 30,292 192,681 43,748 66,857 273 3,697 114,575 3,347

3 Karpet dan Alas Lantai 56,173 47,354 15,453 18,483 137,463 34,678 52,658 32,731 26,309 146,375 23,114 47,433 - - 70,547 -

4 Gandum-Ganduman - - - - - - - - - - - - 44,440 30,837 75,277 35,846

5 Aluminium 14,065 16,677 19,661 20,156 70,559 11,103 40,995 16,902 27,845 96,845 21,885 12,475 28 596 34,983 5

6 Mesin/Mesin/Pesawat Mekanik - - - - - - 41 43 202 287 32 47 31,330 37,787 69,196 35,071

7 Ampas/Sisa Industri Makanan - - - - - - - - - - - - 18,588 21,685 40,273 13,573

8 Kain Khusus 13,822 6,086 1,859 3,382 25,150 4,827 3,723 4,913 1,977 15,440 5,075 13,305 - - 18,380 -

9 Bulu dan Bunga Buatan - 3,070 2,277 210 5,557 1,570 - 2,581 1,436 5,588 13,900 538 - - 14,438 -

10 Sereal,Tepung, dan Susu 101 - 7,183 6,250 13,534 1,657 2,508 7,449 5,079 16,692 11,185 2,890 132 84 14,291 27

300,716 404,717 218,820 126,061 1,050,313 139,097 181,875 149,053 129,393 599,417 163,902 180,739 270,064 149,655 764,360 123,713 NILAI IMPOR SULSEL

KOMODITAS IMPOR UTAMA2013 2014 2015*

2015*20142013*

I II III IV I II III IV I II III IV I

1 Rusia 151,252 248,147 121,335 11,978 532,711 586 557 6,325 2,069 9,536 946 - 132,603 13,334 146,883 437

2 Tiongkok 28,368 2,948 11,288 15,463 58,066 24,588 36,507 29,472 20,987 111,554 29,420 34,987 59,722 60,503 184,632 42,693

3 Australia 29,359 41,531 29,849 29,355 130,093 40,047 36,627 40,027 18,364 135,066 59,175 47,954 16,828 9,655 133,612 25,410

4 Kanada 12,049 25,176 3,905 12,160 53,291 2,799 15,376 10,268 15,521 43,963 5,293 18,487 22,930 10,637 57,347 6,496

5 Singapura 13,586 11,955 9,626 3,094 38,262 7,901 4,377 8,400 10,861 31,538 26,556 11,061 3,437 9,330 50,383 636

6 Argentina 12,569 15,635 13,186 17,778 59,168 10,141 34,030 13,582 19,518 77,272 19,975 10,541 9,303 5,364 45,182 18,433

7 Jerman 14,314 9,187 393 749 24,643 424 10,070 10,238 2,471 23,203 978 21,430 170 1,839 24,417 165

8 Amerika Serikat 9,774 2,429 7,879 12,155 32,238 25,350 13,445 6,130 8,696 53,620 1,771 9,845 2,412 4,976 19,005 2,367

9 Thailand 11,310 5,838 3,313 3,155 23,616 9,381 3,380 2,539 7,106 22,406 2,477 4,540 4,573 2,444 14,035 4,657

10 Malaysia 1,470 3,137 2,006 4,153 10,766 5,031 10,675 3,832 1,811 21,350 300 2,722 5,723 1,153 9,898 1,153

300,716 404,717 218,820 126,061 1,050,313 139,097 181,875 149,053 129,393 599,417 163,067 180,739 270,064 149,655 763,524 123,713 NILAI IMPOR SULSEL

NEGARA ASAL IMPOR2013

2014*2015**

2015**2014*

2013*2016**

2012 2013 2014* 2015** 2016** 2012 2013 2014* 2015** 2016** 2012 2013 2014* 2015** 2016**

4,079 4,806 5,182 5,540 5,700 8,207 8,309 8,408 8,520 8,796 49.70 57.84 61.64 65.02 64.81

2012 2013 2014* 2015** 2016** 2012 2013 2014* 2015** 2016** 2012 2013 2014* 2015** 2016**

894 872 870 916 945 8,207 8,309 8,408 8,520 8,796 10.89 10.49 10.34 10.75 10.75

*) Jumlah penduduk merupakan proyeksi dari proporsi jumlah penduduk miskin berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS

**) Data terkini perbankan dan jumlah penduduk miskin

Jumlah Penduduk (Ribu Orang)*Jumlah Rekening Kredit Lokasi Bank (Ribu Rekening)

Jumlah Rekening DPK Lokasi KC/KCP (Ribu Rekening) Jumlah Penduduk (Ribu Orang)*Rasio Jumlah Rekening DPK terhadap Jumlah Penduduk

(%)

Rasio Jumlah Rekening Kredit terhadap Jumlah

Penduduk (%)

Page 105: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 99

G. Indikator Makro Per Kabupaten/Kota

Tabel G.1.PDRB menurut kabupaten/kota atas dasar harga berlaku dan konstan (Rp Milyar)

Sumber: BPS, diolah – Data PDRB Seri Tahun 2000

2012 2013 2014 2012 2013 2014

1 Kep Selayar 2,464.94 2,879.79 3,463.52 2,122.81 2,317.79 2,530.65 2 Bulukumba 6,243.26 7,170.12 8,345.26 5,483.24 5,910.22 6,395.65

3 Bantaeng 3,825.42 4,337.70 4,936.80 3,234.46 3,525.95 3,805.22

4 Jeneponto 4,720.38 5,258.35 6,139.98 4,147.46 4,423.31 4,764.31

5 Takalar 4,366.04 4,962.95 5,809.96 3,809.14 4,144.47 4,517.63

6 Gowa 9,380.48 10,702.76 12,001.82 8,289.11 9,071.49 9,701.44

7 Sinjai 4,926.59 5,600.99 6,482.80 4,366.71 4,707.26 5,035.79

8 Maros 10,428.66 11,885.15 14,750.54 9,044.51 9,612.78 10,115.50

9 Pangkep 11,766.21 13,508.09 15,921.63 10,288.64 11,248.99 12,391.77

10 Barru 3,363.62 3,816.79 4,396.91 3,000.72 3,238.15 3,453.22

11 Bone 14,833.10 16,656.17 19,739.12 12,730.12 13,533.60 14,741.06

12 Soppeng 4,761.84 5,401.13 6,176.04 4,259.55 4,567.99 4,876.75

13 Wajo 10,166.67 11,620.59 13,568.44 8,819.11 9,424.44 10,286.60

14 Sidrap 6,108.34 6,937.94 8,036.28 5,297.54 5,665.20 6,104.75

15 Pinrang 8,738.25 9,847.32 11,358.26 7,708.90 8,270.31 8,941.22

16 Enrekang 3,458.74 4,121.14 4,617.89 3,021.20 3,197.79 3,385.82

17 Luwu 6,698.54 7,679.83 9,006.39 5,915.10 6,373.02 6,929.57

18 Tana Toraja 3,232.30 3,701.18 4,267.52 2,793.72 2,997.15 3,193.81

19 Luwu Utara 5,560.28 6,339.52 7,558.98 4,911.00 5,274.63 5,721.30

20 Luwu Timur 15,266.46 16,623.15 20,363.59 11,963.26 12,717.59 13,794.39

21 Toraja Utara 3,546.30 4,248.57 5,045.16 2,971.71 3,261.43 3,507.40

22 Makassar 78,013.04 88,169.95 100,026.50 70,851.04 76,907.41 82,592.00

23 Pare-pare 3,501.13 3,938.49 4,428.05 3,150.26 3,401.32 3,608.58

24 Palopo 3,690.92 4,180.46 4,743.86 3,363.25 3,634.87 3,877.03

NO ATAS DASAR HARGA BERLAKU ATAS DASAR HARGA KONSTAN

KABUPATEN/KOTA

Page 106: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

LAMPIRAN

100 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Tabel G.2.Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota Harga Konstan (Rp Milyar)

Sumber: BPS, diolah – Data PDRB Seri Tahun 2000

Tabel G.3.PDRB Perkapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Berlaku (Rp juta rupiah)

Sumber: BPS, diolah – Data PDRB Seri Tahun 2000

2011 2012 2013 2014

1 Kep. Selayar 8.88 7.88 9.18 9.18

2 Bulukumba 5.49 9.65 7.79 8.21

3 Bantaeng 9.38 9.67 9.01 7.92

4 Jeneponto 8.44 7.55 6.65 7.71

5 Takalar 7.59 6.58 8.80 9.00

6 Gowa 7.46 8.15 9.44 6.94

7 Sinjai 7.60 7.32 7.80 6.98

8 Maros 11.24 11.14 6.28 5.23

9 Pangkep 9.84 8.26 9.33 10.16

10 Barru 8.13 8.39 7.91 6.64

11 Bone 6.40 8.21 6.31 8.92

12 Soppeng 7.17 6.93 7.24 6.76

13 Wajo 10.11 6.50 6.86 9.15

14 Sidrap 9.63 8.93 6.94 7.76

15 Pinrang 7.71 8.51 7.28 8.11

16 Enrekang 8.08 7.30 5.84 5.88

17 Luwu 7.89 7.00 7.74 8.73

18 Tana Toraja 7.78 8.58 7.28 6.56

19 Luwu Utara 8.04 6.81 7.40 8.47

20 Luwu Timur -4.29 5.62 6.31 8.47

21 Toraja Utara 8.36 9.45 9.75 7.54

22 Makassar 10.36 9.64 8.55 7.39

23 Pare-pare 8.42 8.80 7.97 6.09

24 Palopo 7.90 7.00 8.08 6.66

NO KABUPATEN/KOTA PERTUMBUHAN PERTAHUN

2010 2011 2012 2013

1 Kep. Selayar 9.25 11.17 13.61 15.85

2 Bulukumba 9.51 10.74 12.55 14.40

3 Bantaeng 10.33 12.21 14.11 16.30

4 Jeneponto 6.61 7.73 8.88 10.12

5 Takalar 7.60 8.65 9.92 11.16

6 Gowa 7.76 8.87 9.95 11.25

7 Sinjai 12.26 13.98 15.94 18.24

8 Maros 8.12 9.38 10.66 12.11

9 Pangkep 17.54 20.67 24.27 28.06

10 Barru 10.00 11.37 13.00 14.78

11 Bone 10.46 12.19 14.22 16.06

12 Soppeng 12.15 14.28 16.39 18.87

13 Wajo 14.00 17.16 19.87 22.89

14 Sidrap 12.34 15.26 17.63 19.92

15 Pinrang 15.02 17.50 20.20 22.87

16 Enrekang 10.06 11.89 13.78 16.89

17 Luwu 11.15 12.91 14.77 16.83

18 Tana Toraja 6.64 8.04 9.74 11.35

19 Luwu Utara 10.64 12.25 14.12 16.32

20 Luwu Timur 34.02 38.65 40.77 48.63

21 Toraja Utara 6.89 8.31 9.98 11.74

22 Makassar 27.56 31.82 36.55 41.76

23 Pare-pare 13.85 15.77 17.82 20.50

24 Palopo 13.12 14.98 16.84 19.16

No Kabupaten/Kota PDRB perkapita

Page 107: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 101

Tabel G.4.Jumlah Penduduk Sulawesi Selatan Menurut Kabupaten/Kota

Sumber: BPS, diolah

Tabel G.5.Tingkat Partisipasi Angkatan Lerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Sulawesi Selatan Menurut

Kabupaten/Kota (%)

Sumber: BPS, diolah

No Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014

1 Kep. Selayar 124,104 125,603 127,220 128,744

2 Bulukumba 399,000 401,897 404,896 407,775

3 Bantaeng 178,596 179,800 181,006 182,283

4 Jeneponto 346,308 348,680 351,111 353,287

5 Takalar 273,891 277,218 280,590 283,762

6 Gowa 668,875 682,597 696,096 709,386

7 Sinjai 231,425 233,200 234,886 236,497

8 Maros 324,097 327,998 331,796 335,596

9 Pangkep 310,288 313,722 317,110 320,293

10 Barru 167,511 168,397 169,302 170,316

11 Bone 724,923 729,516 734,119 738,515

12 Soppeng 224,804 225,180 225,512 225,709

13 Wajo 387,815 389,284 390,603 391,980

14 Sidrap 276,327 279,810 283,307 286,610

15 Pinrang 355,312 358,312 361,293 364,087

16 Enrekang 192,822 194,606 196,394 198,194

17 Luwu 336,989 340,491 343,793 347,096

18 Tana Toraja 223,297 224,812 226,212 227,588

19 Luwu Utara 291,414 294,402 297,313 299,989

20 Luwu Timur 250,223 256,699 263,012 269,405

21 Toraja Utara 219,084 220,777 222,393 224,003

22 Makassar 1,364,955 1,387,033 1,408,072 1,429,242

23 Pare-pare 131,514 133,381 135,192 136,903

24 Palopo 152,573 156,603 160,819 164,903

Sulawesi Selatan 8,156,129 8,250,018 8,342,047 8,432,163

2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014

1 Kep. Selayar 65.1 62.7 61.11 60.6 4.68 3.25 4.62 2.1

2 Bulukumba 64.2 68.4 62.25 65 5.46 2.71 4.16 2.8

3 Bantaeng 65.5 72.2 68.74 71.9 5.54 7.02 6.44 2.4

4 Jeneponto 64.5 67.0 61.96 61.7 5.06 4.35 2.77 2.7

5 Takalar 64.5 62.3 57.69 62.9 5.54 6.21 2.73 2.7

6 Gowa 65.6 62.1 64.17 66.3 7.05 4.01 2.63 2.3

7 Sinjai 65.1 73.1 70.34 68.8 5.59 2.84 0.43 0.9

8 Maros 64.9 64.3 60.98 63.0 6.94 6.43 5.71 4.6

9 Pangkep 65.0 57.6 54.41 57.6 6.09 8.03 5.7 9.9

10 Barru 64.2 56.8 53.43 50.4 5.75 4.78 4.51 2.3

11 Bone 64.0 64.8 63.3 63.9 5.98 3.51 3.8 5

12 Soppeng 63.4 62.1 57.22 57.6 5.16 6.15 6.65 2.4

13 Wajo 67.0 59.9 58.16 55.6 7.45 3.13 3.72 4.9

14 Sidrap 64.6 57.2 52.25 54.0 4.78 6.99 7.62 6.2

15 Pinrang 64.5 55.0 52.07 60.1 6.55 5.35 1.96 2.8

16 Enrekang 66.6 74.5 70.27 68.2 6.66 3.05 1.61 1.4

17 Luwu 65.3 59.7 58.69 62.5 7.41 10.55 7.14 5.1

18 Tana Toraja 67.1 76.3 70.55 80.3 5.56 4.63 3.26 3.3

19 Luwu Utara 65.9 65.6 62.02 66.7 4.47 5.03 4.48 1.8

20 Luwu Timur 68.3 67.3 65.01 67.2 7.16 8.12 6.28 8.1

21 Toraja Utara 63.5 68.3 65.25 69.8 6.05 5.08 2.82 3.7

22 Makassar 61.0 57.9 57.8 56.9 8.41 9.97 9.53 10.9

23 Pare-pare 62.0 60.4 57.72 60.6 7.97 4.21 4.86 7.1

24 Palopo 63.1 59.6 58.13 58.0 9.47 8.43 9.03 8.1

Sulawesi Selatan 64.3 62.8 60.49 62.0 6.56 5.87 5.1 5.1

Kabupaten / KotaTPAK TPT

No

Page 108: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

LAMPIRAN

102 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Tabel G.6.Indikator Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan

Sumber: BPS, diolah

Jumlah

(ribu) % P1 P2

Jumlah

(ribu) % P1 P2

1 Kep. Selayar 16.2 12.87 2.34 0.61 18.2 14.23 2.32 0.54

2 Bulukumba 31.5 7.83 0.93 0.18 36.7 9.04 1.01 0.17

3 Bantaeng 16.00 8.90 1.64 0.45 18.9 10.45 1.68 0.49

4 Jeneponto 58.0 16.59 2.64 0.68 58.1 16.52 2.42 0.61

5 Takalar 26.7 9.60 1.57 0.48 29.3 10.42 1.48 0.35

6 Gowa 55.3 8.06 1.66 0.64 61.0 8.73 1.19 0.25

7 Sinjai 21.7 9.29 1.26 0.26 24.3 10.32 1.41 0.33

8 Maros 41.3 12.56 2.36 0.60 43.1 12.94 2.24 0.63

9 Pangkep 52.3 16.63 2.76 0.77 56.4 17.75 3.15 0.85

10 Barru 15.7 9.28 1.50 0.37 17.5 10.32 1.33 0.26

11 Bone 89.5 12.25 1.90 0.51 87.7 11.92 1.75 0.47

12 Soppeng 20.6 9.12 1.08 0.21 21.3 9.43 0.93 0.15

13 Wajo 30.5 7.83 0.87 0.16 31.9 8.17 1.27 0.35

14 Sidrap 16.9 6.00 0.77 0.14 17.9 6.3 1.00 0.23

15 Pinrang 28.1 7.83 1.37 0.40 32.1 8.86 1.16 0.22

16 Enrekang 28.2 14.45 1.79 0.38 29.7 15.11 2.02 0.44

17 Luwu 45.5 13.34 1.97 0.47 52.0 15.10 2.25 0.52

18 Tana Toraja 28.7 12.73 1.98 0.46 31.3 13.81 1.81 0.38

19 Luwu Utara 41.4 14.03 2.68 0.75 46.2 15.52 2.06 0.43

20 Luwu Timur 19.9 7.72 1.13 0.29 2.2 8.38 1.37 0.32

21 Toraja Utara 36.0 16.28 2.44 0.52 36.8 16.53 3.03 0.86

22 Makassar 69.9 5.02 0.76 0.17 66.4 4.7 0.84 0.24

23 Pare-pare 7.5 5.58 0.88 0.21 8.6 6.38 0.83 0.18

23 Palopo 14.9 9.47 1.61 0.44 15.5 9.57 1.42 0.3

Sulawesi Selatan 812.3 9.82 1.68 0.42 863.2 10.32 1.65 0.40

Kabupaten/Kota

2012 2013

NO

Page 109: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 103

H. Daftar Istilah

Istilah Keterangan

Administered prices Komponen inflasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur pemerintah

Abenomics Mencakup serangkaian langkah-langkah kebijakan yang dirancang untuk mengatasi masalah ekonomi makro Jepang dari

resesi berkepanjangan di negara itu, isu-isu seperti kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan investasi swasta untuk

meningkatkan konsumsi dalam negeri sekaligus meningkatkan ekspor

Austerity program Program kebijakan ekonomi yang bertujuan mengurangi defisit atau belanja pemerintah

Bail out Injeksi dana talangan bagi pihak yang mengalami kesulitan dana/likuiditas

Balance sheet Neraca

Banking union Kerangka kerja perbankan yang terintegrasi dengan tujuan menjaga stabilitas perbankan

Barrel Satuan pengukur volume yang biasa digunakan dalam perdagangan minyak internasional

Basel III Standar regulasi global mengenai tingkat kesehatan bank yang didasarkan pada kecukupan modal bank, stress testing, dan

risiko likuiditas pasar; disepakati oleh ang gota Basel Committee on Banking Supervision dan akan diimplementasikan 2013-

2018

BI rate Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

Branchless banking Strategi pemberian pelayanan jasa keuangan perbankan tanpa bergantung pada keberadaan kantor cabang

Bullish Kecenderungan harga untuk meningkat

Clean money policy Kebijakan penggantian uang rusak dengan uang layak edar

Consensus forecast Prediksi masa depan yang dibuat dengan menggabungkan bersama beberapa perkiraan terpisah yang sering dibuat

menggunakan metodologi yang berbeda

Core-deposit Sumber dana andalan bank yang bersifat stabil sebagai basis pinjaman bank

Cost push inflation Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya

Cost of capital Biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik hutang, saham preferen, saham biasa,

maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi perusahaan

Credit Limit Batas kredit

Credit rating Sebuah penaksiran kelayakan kredit dari individu atau korporasi

Crisis management

protocol

Prosedur manajemen krisis ini menetapkan protokol penggelaran tim manajemen dan mendefinisikan peran dan tanggung

jawab anggota tim itu

Debt ceiling Pagu hutang

Debt service ratio Rasio beban pembayaran utang terhadap penerimaan ekspor suatu negara

Debt swap Serangkaian transaksi yang mempertukarkan pembayaran utang oleh dua entitas ekonomi

Deflasi Penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum

Dependency ratio Rasio ketergantungan penduduk usia nonproduktif terhadap penduduk yang produktif

Deposit facility Fasilitas deposit untuk membuat deposito overnight dengan bank sentral

Deposit rate Tingkat suku bunga simpanan

Deposito Produk bank sejenis jasa tabungan yang memiliki jangka waktu penarikan, berdasarkan kesepakatan antara bank dengan

nasabah

Depresiasi rupiah Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

Devisa Semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional

Disposable income Jumlah pendapatan pribadi individu memiliki setelah pajak dan biaya pemerintah, yang dapat dihabiskan pada kebutuhan,

atau non-penting, atau diselamatkan

Double-dip recession Peristiwa dimana resesi menimpa suatu negara setelah sempat membaik dari resesi sebelumnya dalam waktu yang pendek

Double taxation Pengenaan pajak oleh suatu yurisdiksi lebih dari satu kali

Down payment Pembayaran awal sebelum melunasi pembelian

Page 110: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

LAMPIRAN

104 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Istilah Keterangan

Dropshot Pembayaran uang layak edar (ULE) setoran dari bank kepada bank yang sama (bank penyetor) atau kepada bank berbeda,

dimana terhadap setoran ULE dari bank tersebut, Bank Indonesia tidak melakukan perhitungan rinci dan penyortiran

Ekspansi fiskal Kebijakan peningkatan fiskal dengan cara menambah pengeluaran pemerintah

Emerging market Kelompok negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat yang antara lain tercermin dari perkembangan pasar

keuangan dan industrialisasi

E-money Uang elektronik

Exchange rate pass

through

Persentase perubahan dalam mata uang lokal harga impor akibat perubahan satu persen dalam nilai tukar antara negara-

negara pengekspor dan pengimpor

External imbalance Keseimbangan eksternal terjadi ketika transaksi berjalan tidak terlalu positif atau negatif berlebihan

Fee based income Pendapatan bank yang berasal dari transaksi jasa-jasa bank selain dari selisih bunga

Financial sophistication Kecang gihan dalam pengelolaan keuangan financial exclusion pemberian layanan keuangan dengan biaya terjangkau

untuk bagian segmen yang kurang beruntung dan berpenghasilan rendah masyarakat

Fiscal space Ruang ekspansi kebijakan fiskal

Flight to quality Istilah yang digunakan untuk menyatakan fenomena di pasar keuangan, dimana investor menjual apa yang mereka anggap

sebagai investasi berisiko dan membeli investasi yang lebih aman

Fiscal sustainability Kemampuan pemerintah untuk menjaga kesinambungan belanja, pajak, dan kebijakan lainnya dalam jangka panjang tanpa

risiko gagal bayar

Giro Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau surat perintah

pembayaran lain atau dengan pemindahbukuan

Good corporate

governance

Tata kelola yang baik

Growth-supporting

funding facility

Fasilitas pendanaan yang disediakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi

Hedging Strategi untuk melindung nilai dengan membatasi risiko atau probabilitas kerugian yang dapat ditimbulkan

Holding company Perusahaan induk dari beberapa perusahaan

Idle money Uang yang tidak terpakai

Imported inflation Inflasi yang disebabkan kenaikan harga barang-barang impor

Indeks kedalaman

kemiskinan

Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin

Indeks keparahan

kemiskinan

Ukuran penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin

Industrial upgrading Peningkatan industri produk nonkomoditas

Inflasi Kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum

Inflasi inti

Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan

dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, harga komoditas internasional,

inflasi mitra dagang dan ekspektasi Inflasi

Inter-bank lending Penempatan dana bank pada bank lain

Intercompany loans Pinjaman yang dilakukan oleh suatu departemen kepada departemen lain dalam satu struktur organisasi

Intra-regional trade Perdagangan internasional negara-negara dalam satu kawasan

Investasi portofolio Investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar keuangan

Investment grade Peringkat layak investasi

Leading indicator Indikator penuntun yang menunjukkan arah variabel acuan ke depan

Lending facility Sebuah mekanisme yang digunakan saat bank sentral meminjamkan dana kepada dealer utama

Less cash society Masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran nontunai

Long-term financing Skema fasilitas pinjaman murah (bunga 1%) dari ECB bagi perbankan eropa dalam rangka mencegah keketatan likuiditas

Page 111: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

LAMPIRAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel 105

Istilah Keterangan

operation Credit crunch dengan jangka waktu 3 tahun

M1 Uang dalam arti sempit (uang kartal dan giral)

M2 Uang dalam arti luas (uang kartal, giral, dan deposito)

Makroprudensial Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem keuangan secara keseluruhan

Margin Selisih

Mikroprudensial Kehati-hatian yang terkait dengan pengelolaan lembaga keuangan secara individu agar tidak membahayakan kelangsungan

usahanya

Monetary union Penggunaan satu mata uang tunggal dalam satu kawasan

Monetisasi Proses konversi/perubahaan sesuatu (aset) menjadi uang

Moral hazard Kecenderungan untuk melakukan kecurangan

Mtm Month-to-month growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, atau

bulan) terhadap satu bulan sebelumnya

Online banking Transaksi keuangan yang dilakukan dengan memanfaatkan koneksi internet

Operation twist Kebijakan The Fed pada akhir 2011, dimana The Fed mengambil inisiatif membeli surat berharga jangka panjang dan secara

simultan menjual yang jangka pendek untuk menurunkan tingkat suku bunga jangka panjang

Operasi Pasar Kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan bank dan pihak lain dalam rangka

pengendalian moneter

Pagu hutang / debt

ceiling

Jumlah total utang pemerintah Amerika Serikat yang boleh diterbitkan dalam periode tertentu

Pasar obligasi Tempat diperdagangkannya obligasi

Pendapatan disposibel Bagian dari pendapatan yang siap untuk dibelanjakan

Price taker Pengambil harga

Primary reserves Cadangan utama, bisanya bersifat likuid (dapat diuangkan sewaktu-waktu)

Push factor Faktor pendorong

Quantitative easing Kebijakan dimana The Fed mencetak uang baru dan menyalurkannya pada bank untuk memberikan dukungan

pembiayaan/pendanaan usaha/bisnis dengan bunga terjangkau

Qtq Quarter-to-quarter growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu,

bulan, atau kuartal) terhadap titik waktu yang sama tiga bulan (1 kuartal) sebelumnya

Rasio gini Suatu ukuran yang biasa digunakan untuk memperlihatkan tingkat ketimpangan pendapatan

Second round effect Dampak lanjutan

Short-term liquidity Likuiditas jangka pendek

Sistem pembayaran Sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain

Solvabilitas Kemampuan perusahaan untuk membayar segala kewajibannya

Sovereign debt crisis Krisis timbul akibat kegagalan pemerintah negara penerbit surat berharga untuk memenuhi kewajibannya (bunga dan

pokoknya)

Stimulus fiskal Kebijakan fiskal pemerintah yang ditujukan untuk mempengaruhi permintaan agregat (aggregate demand) yang

selanjutnya (diharapkan) akan berpangaruh pada aktivitas perekonomian dalam jangka pendek

Sukuk Suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi

syariah

Tenor Masa pelunasan pinjaman, dinyatakan dalam hari, bulan atau tahun

Term of trade Perbandingan harga ekspor suatu negara terhadap impornya

Unbanked Orang-orang atau bisnis yang tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan utama biasanya ditawarkan oleh bank-bank

ritel

Velositas uang Kecepatan perputaran uang yang beredar

Page 112: Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan · ... manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan ... Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi

LAMPIRAN

106 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Istilah Keterangan

Volatile food Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam,

atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan

internasional

Yield Imbal hasil

Yoy Year-on-year growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, bulan,

triwulan, semester, atau tahun) terhadap titik waktu yang sama satu tahun sebelumnya

Ytd Year-to-date growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari, minggu, bulan,

triwulan, semester) terhadap titik waktu terakhir pada tahun sebelumnya (31 Desember). Ytd biasanya untuk mengukur

pertumbuhan secara akumulatif.

Yuan Mata uang Tiongkok