kajian ekonomi dan keuangan regional provinsi … · bandung, 1 september 2016 kepala perwakilan...

176
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT 2016 AGUSTUS

Upload: letram

Post on 18-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

2016AGUSTUS

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan rahmat dan ridha-Nya, buku “Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Provinsi Jawa Barat Agustus 2016” dapat diterbitkan. Buku ini merupakan

asesmen terhadap perkembangan ekonomi Jawa Barat terkini yang berisi

mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran,

keuangan daerah, ulasan perkembangan kesejahteraan masyarakat serta

mencakup pula prospek perekonomian ke depan.

Dalam penyusunan buku ini, data dan informasi selain dari internal

Bank Indonesia, juga bersumber dari berbagai instansi terkait, seperti Pemer-

intah Provinsi Jawa Barat dan dinas-dinas terkait, BPS Jawa Barat, BULOG

Divre III, Kementerian Keuangan c.q. DJP Jawa Barat I, Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat, PLN, berbagai perusahaan, asosiasi dan

akademisi. Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami mengu-

capkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah

membantu penyusunan buku ini.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi

pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya

dan menerangi setiap langkah kita.

Bandung, 1 September 2016

Kepala Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat

Ttd

Rosmaya Hadi

Direktur Eksekutif

KATA PENGANTAR

i Kata Pengantar

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

iiKAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GRAFIK

RINGKASAN EKSEKUTIF

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAWA BARAT

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL

Boks 1 Potensi Pelabuhan Patimban dalam Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi

Sisi Permintaan

1.1.1 Konsumsi

1.1.2 Investasi

1.1.3 Ekspor Impor

Sisi Penawaran

1.2.1 Industri Pengolahan

1.2.2 Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor

1.2.3 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

1.2.4 Konstruksi

1.2.5 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Program Pengembangan Ekonomi Daerah

Boks 2 Perkembangan Trade Balance Jawa Barat BAB II KEUANGAN PEMERINTAH

Boks 3 Perkembangan Penyaluran Dana Desa Tahun 2016

Gambaran Umum

APBD Provinsi Jawa Barat

2.2.1 Anggaran Pendapatan Provinsi Jawa Barat

2.2.2 Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Hingga Triwulan II 2016

2.2.3 Anggaran Belanja Provinsi Jawa Barat

2.2.4 Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Hingga Triwulan II 2016

Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Belanja APBN di Jawa Barat

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI

Boks 4 Operasi Pasar Murah Di Jawa Barat Dalam Rangka Pengendalian

Perkembangan Inflasi Periode Triwulan II 2016

APBD Provinsi Jawa Barat

3.1.1 Inflasi Bulanan (mtm)

3.1.2 Inflasi Tahunan (yoy)

3.1.3 Perkembangan Inflasi Menurut Kota

3.1.4 Perkembangan Inflasi Berdasarkan Disagregasi

Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Belanja APBN di Jawa Barat Perkembangan Inflasi Triwulan III 2016

3.2.1 Perkembangan Disagregasi Inflasi

3.2.2 Perkembangan Inflasi Kota Program Pengendalian Inflasi Daerah

3.3.1 Pelaksanaan Kegiatan FKPI Jawa Barat

3.3.2 Tantangan Dalam Pelaksanaan Pengendalian Inflasi Daerah

Daftar Isi

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Boks 5 Program Bank Indonesia dalam Pengembangan UMKM

iiDaftar Isiii

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Perkembangan Realisasi APBD Provinsi Jawa Barat

4.1.1 Aset dan Aktiva Produktif

4.1.2 Dana Pihak Ketiga

4.1.3 Kredit

4.1.3.1 Penyaluran Kredit di Sektor Utama Penopang Perekonomian Jawa Barat

4.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat

4.1.4 Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

4.1.4.1 Penyaluran Kredit UMKM di Jawa Barat

4.1.4.2 Penyaluran Kredit UMKM Menurut Kabupaten/Kota

Asesmen Sektor Korporasi

4.2.1 Sumber-Sumber Kerentanan Sektor Korporasi

4.2.2 Kinerja Korporasi dan Penilaian Risiko

4.2.3 Eksposur Perbankan pada Sektor Korporasi

Asesmen Sektor Rumah Tangga

4.3.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga

4.3.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga

4.3.3 Eksposur Perbankan pada Sektor Rumah Tangga

Boks 6 GEPUK: Gerakan Peduli Uang Koin

Boks 7 Penggunaan Non Tunai untuk Meminimalisir Kemacetan di Tol

Boks 8 Kesenjangan Nelayan Pantai Utara dan Selatan

BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Sistem Pembayaran Non Tunai

5.1.1 Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

5.1.2 Upaya Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran

5.1.3 Upaya Pengembangan Layanan Keuangan Non Tunai dan Elektronifikasi

Pengelolaan Uang Rupiah

5.2.1 Penarikan dan Penyetoran Perbankan

5.2.2 Upaya Penyediaan Uang Layak Edar

5.2.3 Temuan Uang yang Tidak Sesuai Dengan Ciri Keaslian Rupiah

5.2.4 Upaya Menekan peredaran uang palsu

BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Ketenagakerjaan

Nilai Tukar Petani

Kesejahteraan

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN

LAMPIRAN

TIM PENYUSUN

Prospek Ekonomi Makro Regional

Prakiraan Inflasi

Daftar Isi

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

iv Daftar Tabel

Tabel 1.1

Tabel 1.2

Tabel 1.3

Tabel 1.4

Tabel 1.5

Tabel 1.6

Tabel 1.7

Tabel 1.8

Tabel 1.9

Tabel 1.10

Tabel 1.11

Tabel 1.12

Tabel 2.1

Tabel 2.2

Tabel 2.3

Tabel 2.4

Tabel 2.5

Tabel 2.6

Tabel 2.7

Tabel 2.8

Tabel 3.1

Tabel 3.2

Tabel 3.3

Tabel 3.4

Tabel 3.5

Tabel 3.6

Tabel 3.7

Tabel 3.8

Tabel 3.9

Tabel 3.10

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 6.1

Tabel 6.2

Tabel 6.3

Tabel 6.4

Tabel 6.5

Tabel 6.6

Tabel 6.7

Tabel 7.1

Struktur PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Penggunaan Atas Dasar

Harga Konstan (ADHK).

Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Penggunaan (% yoy)

Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Penggunaan (%)

Struktur Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan

(ADHK)

Struktur Komponen Investasi Provinsi Jawa Barat (% yoy)

Investasi Pelaku Usaha di Jawa Barat

Struktur Ekspor-Impor Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan (%)

Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Jawa Barat (HS 2 Digit)

Struktur PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

Konstan

Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha (% yoy)

Andil Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha

Daftar Pelabuhan Laut Existing di Jawa Barat

Ringkasan Realisasi APDB Provinsi Jawa Barat Hingga Triwulan II 2016

Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat 2015 dan 2016

Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Hingga Triwulan II 2016

Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 dan 2016

Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Hingga Triwulan II 2016

Anggaran Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat

Realisasi Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat Hingga Triwulan II 2016

Realisasi Komponen Belanja Modal APBN di Provinsi Jawa Barat

Perbandingan Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang (%, mtm)

Andil Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Perkembangan Dampak Penurunan Harga BBM (%)

Perkembangan Inflasi Berdasarkan Disagregasi (%, mtm)

Sumbangan Inflasi & Deflasi Komoditas Penyumbang Utama (%, mtm)

Inflasi & Andil Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang & Jasa (%, yoy)

Perkembangan Inflasi dan Andil Inflasi Kota Terhadap Inflasi IHK Jawa Barat (%, yoy)

Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Adminstered Prices di Jawa Barat

Triwulan II 2016 (%, yoy)

Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Volatile food di Jawa Barat Triwulan

II 2016 (%, yoy)

Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Core Inflation di Jawa Barat Triwulan

I 2016 (%, yoy)

Dana Rumah Tangga Untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Tingkat

Pengeluaran/Bulan.

Dana Rumah Tangga Untuk Menabung dan Perubahannya Berdasarkan Tingkat

Pengeluaran/Bulan

Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (Juta Orang)

Jenjang Pendidikan TPK

Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan (Juta Orang)

Klasifikasi Penduduk Bekerja (Juta Orang)

Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha (Juta Orang)

Perbandingan Kinerja lapangan Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerjanya

Penduduk Bekerja Menurut Status Kegiatan Pekerja (Juta Orang)

Upward dan Downward Risk Inflasi Jawa Barat Triwulan IV 2016

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

iv Daftar Grafik

Grafik 1.1

Grafik 1.2

Grafik 1.3

Grafik 1.4

Grafik 1.5

Grafik 1.6

Grafik 1.7

Grafik 1.8

Grafik 1.9

Grafik 1.10

Grafik 1.11

Grafik 1.12

Grafik 1.13

Grafik 1.14

Grafik 1.15

Grafik 1.16

Grafik 1.17

Grafik 1.18

Grafik 1.19

Grafik 1.20

Grafik 1.21

Grafik 1.22

Grafik 1.23

Grafik 1.24

Grafik 1.25

Grafik 1.26

Grafik 1.27

Grafik 1.28

Grafik 1.29

Grafik 1.30

Grafik 1.31

Grafik 1.32

Grafik 1.33

Grafik 1.34

Grafik 1.35

Grafik 1.36

Grafik 1.37

Grafik 1.38

Grafik 1.39

Grafik 1.40

Grafik 1.41

Grafik 1.42

Grafik 1.43

Grafik 1.44

Grafik 1.45

Grafik 1.46

Grafik 1.47

Grafik 1.48

Grafik 1.49

Grafik 1.50

Grafik 1.51

Grafik 1.52

Grafik 1.53

Grafik 1.54

Grafik 1.55

Grafik 1.56

Pertumbuhan Ekonomi Jabar & Nasional

Pertumbuhan Komponen Konsumsi RT

Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Penggunaan Pendapatan Rumah Tangga

Pendaftaran Mobil & Sepeda Motor Baru

Perkembangan Harga Properti Residensial

Pertumbuhan Harga Properti Per Tipe

Indeks Perkembangan Dunia Usaha

Perkembangan Permintaan Domestik - Liaison

Perkembangan Nilai Tukar Petani

Perkembangan Impor Barang Konsumsi

Perkembangan Kredit Konsumsi

Perkembangan KPR, KKB, dan Multiguna

Perkembangan Suku Bunga Kredit Konsumsi

Perkembangan Nilai Tukar Petani

Perkembangan KPR, KKB, dan Multiguna

Perkembangan Indeks Penjualan Riil

Struktur Penggunaan Pendapatan

Permintaan Domestik - Liaison

Realisasi Belanja Operasional – APBN Jawa Barat

Realisasi Belanja Operasional – APBD Provinsi Jawa Barat

Simpanan Pemda di Perbankan

Posisi Giro & Deposito Pemerintah di Bank

Pertumbuhan Komponen Investasi

Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Jawa Barat

Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) Jawa Barat

Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Bangunan

Perkembangan Kegiatan Dunia usaha Sektor Konstruksi - SKDU

Penjualan Semen Jawa Barat

Impor Barang Modal Jawa Barat

Perkembangan Investasi Dunia Usaha - SKDU

Perkembangan Investasi Pelaku Usaha - Liaison

Perkembangan Kredit Investasi Jawa Barat

Perkembangan Suku Bunga Kredit Investasi

Inflasi Kelompok Bahan Bangunan

Perkiraan Investasi (SKDU)

Perkembangan Neraca Perdagangan Luar Negeri Jawa Barat

Perkembangan Neraca Perdagangan Antar Daerah Jawa Barat

Pertumbuhan Ekonomi Kawasan di Indonesia (yoy)

IKK Provinsi Mitra Dagang Jawa Barat (Survei Konsumen Bank Indonesia)

Perkembangan Nilai & Volume Ekspor Jawa Barat

Penjualan Ekspor Pelaku Usaha – Liaison Bank Indonesia

Struktur Komoditas Ekspor Jawa Barat

Pertumbuhan Ekspor Manufaktur Jawa Barat

Ekspor Jawa Barat ke Negara/Kawasan Tujuan Utama

Perkembangan PMI Negara Mitra Dagang Utama

Perkembangan Nilai Volume Impor Jawa Barat

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD

Pangsa Komoditas Impor Berdasarkan Jenis Penggunaan

Perkembangan Impor Jenis Penggunaan

Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks Kondisi Ekonomi

Produksi Mobil Nasional

Penjualan Mobil Nasional

Ekspor Mobil Nasional

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

vKAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Grafik 1.57

Grafik 1.58

Grafik 1.59

Grafik 1.60

Grafik 1.61

Grafik 1.62

Grafik 1.63

Grafik 1.64

Grafik 1.65

Grafik 1.66

Grafik 1.67

Grafik 1.68

Grafik 1.69

Grafik 1.70

Grafik 1.71

Grafik 1.72

Grafik 1.73

Grafik 1.74

Grafik 1.75

Grafik 1.76

Grafik 1.77

Grafik 1.78

Grafik 1.79

Grafik 1.80

Grafik 1.81

Grafik 1.82

Grafik 1.83

Grafik 1.84

Grafik 1.85

Grafik 1.86

Grafik 1.87

Grafik 1.88

Grafik 1.89

Grafik 1.90

Grafik 2.1

Grafik 2.2

Grafik 2.3

Grafik 2.4

Grafik 2.5

Grafik 2.6

Grafik 2.7

Grafik 2.8

Grafik 2.9

Grafik 2.10

Grafik 2.11

Grafik 2.12

Grafik 2.13

Grafik 3.1

Grafik 3.2

Grafik 3.3

Grafik 3.4

Grafik 3.5

Grafik 3.6

Grafik 3.7

Grafik 3.8

Grafik 3.9

Produksi Mobil Nasional

Penjualan Mobil Nasional

Indeks SKDU

Kapasitas Produksi - SKDU

Prompt Manufacturing Indeks

Kredit Industri Pengolahan

Impor Barang Konsumsi

Indeks konsumsi durable goods

Pengajuan Izin Kepemilikan Kendaraan Bermotor

Indeks Penjualan Riil Suku Cadang

SKDU Perdagangan

Indeks Harga Jual

Kredit Sektor Perdagangan

Kredit Konsumsi

Indeks Penjualan Eceran (IPR)

IPR Suku Cadang

Kredit Sektor Perdagangan hingga Juli 2016

Kredit Konsumsi hingga Juli 2016

SKDU Pertanian

Perkiraan Dampak La Nina

NTP Jawa Barat dan Komponen Penyusunnya

NTP Berdasarkan Subsektor di Jawa Barat

Kredit Sektor Pertanian

NPL Sektor Pertanian

Kredit Sektor Pertanian hingga Juli 2016

Likert Scale Penggunaan Tenaga Kerja Pertanian

SKDU Konstruksi

Kredit Perumahan Rakyat

Kredit Sektor Konstruksi

Indeks Prakiraan Dunia Usaha – Konstruksi

TPK Hotel Berbintang

Wisatawan Mancanegara melalui Bandara Husein Sastranegara

IPR Makanan Minuman

Indeks Prakiraan Dunia Usaha – Akomodasi dan Penyediaan Mamin

Perkembangan APBD Provinsi Jawa Barat

Perkembangan Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Pangsa Komponen Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Barat

Proporsi Anggaran Belanja Provinsi Jawa Barat

Perkembangan Belanja Operasi dan Modal

Pangsa Belanja Operasi (%)

Perkembangan Komponen Belanja Operasi

Pangsa Anggaran Belanja Kab/Kota 2016 (%)

Struktur Belanja APBD Kab/Kota 2015 dan 2016

Perkembangan Realisasi Belanja 20 Kab/Kota di Jawa Barat s.d. Tw II’16

Pangsa Belanja APBN di Jawa Barat TA 2016

Perkembangan Belanja APBN di Jawa Barat

Persentase Realisasi APBN di Jawa Barat Berdasarkan Jenis Belanja Per Triwulan

Inflasi Tahunan Jawa Barat vs Nasional

Inflasi Tahunan Provinsi di Kawasan Jawa

Rata-rata Inflasi Bulanan 5 Tahun Terakhir

Inflasi Bulanan Provinsi di Kawasan Jawa

Disagregasi Inflasi (mtm)

Andil Disagregasi Inflasi (mtm)

Perkembangan Harga Jual – Liaison

Perkembangan Harga Jual Per Sektor – Liaison

Inflasi Kota di Jawa Barat Triwulan II 2016 (yoy)

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

iv Daftar Grafik

Grafik 3.10

Grafik 3.11

Grafik 3.12

Grafik 3.13

Grafik 3.14

Grafik 3.15

Grafik 3.16

Grafik 3.17

Grafik 3.18

Grafik 3.19

Grafik 3.20

Grafik 3.21

Grafik 3.22

Grafik 3.23

Grafik 3.24

Grafik 3.25

Garfik 3.26

Grafik 3.27

Grafik 3.28

Grafik 3.29

Grafik 3.30

Grafik 3.31

Grafik 3.32

Grafik 3.33

Grafik 4.1

Grafik 4.2

Grafik 4.3

Grafik 4.4

Grafik 4.5

Grafik 4.6

Grafik 4.7

Grafik 4.8

Grafik 4.9

Grafik 4.10

Grafik 4.11

Grafik 4.12

Grafik 4.13

Grafik 4.14

Grafik 4.15

Grafik 4.16

Grafik 4.17

Grafik 4.18

Grafik 4.19

Grafik 4.20

Grafik 4.21

Grafik 4.22

Grafik 4.23

Grafik 4.24

Grafik 4.25

Grafik 4.26

Grafik 4.27

Grafik 4.28

Grafik 4.29

Grafik 4.30

Grafik 4.31

Historis Inflasi Tahunan Kota Perhitungan Inflasi di Jawa Barat

Inflasi Tahunan Kota Inflasi

Inflasi Pangan Tahunan Kota Inflasi

Inflasi Kota Berdasarkan Kelompok Barang

Disagregrasi Inflasi Jawa Barat

Perbandingan Inflasi Per Komponen

Perkembangan Tarif Listrik Berdasarkan Kelompok Pelanggan

Inflasi Administered prices Kelompok Energi dan Non Energi (yoy)

Perkembangan Inflasi Core Traded dan Non Traded (yoy)

Disagregasi Inflasi Core Traded (yoy)

Inflasi Core Lapangan Usaha Perumahan

Inflasi Core Kelompok Bahan Bangunan

Harga Komoditas Emas

Harga Komoditas Emas

Perkembangan Inflasi Jawa Barat dan Nasional (yoy)

Perkembangan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy)

Perkembangan Inflasi Jawa Barat dan Nasional (yoy)

Perkembangan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy)

Disagregasi Inflasi Jawa Barat (yoy)

Disagregasi Inflasi Jawa Barat (yoy)

Perkembangan Inflasi Core (mtm)

Perkembangan Inflasi Adm. Prices (mtm)

Inflasi Bulanan 7 Kota IHK Provinsi Jawa Barat (Juli 2016)

Inflasi Tahunan 7 Kota IHK Provinsi Jawa Barat (Juli 2016)

Pertumbuhan aset perbankan

Pangsa aset per kelompok bank

Pertumbuhan DPK dan Komponennya

Pertumbuhan DPK per Kelompok Bank

Pertumbuhan DPK BPD

Struktur DPK berdasarkan jenisnya

DPK berdasarkan kelompok Bank

Pertumbuhan Deposito dibanding

Perkembangan Kredit per Kel Debitur

Perkembangan Kredit vs Suku Bunga

Perkembangan Kredit menurut Jenisnya

Perkembangan LDR

Perkembangan NPL

Pemetaan NPL dan LDR berdasarkan BUKU Bank

Proporsi Kredit Sektoral

Kredit Industri Pengolahan

Kredit Sektor Perdagangan

NPL dan Kredit Ind Pengolahan

NPL dan Kredit Sektor Perdagangan

NPL Industri Pengolahan

Sebaran Kredit Kota/kabupaten

NPL Kredit per Kota/Kab

Perkembangan Kredit UMKM

NPL Kredit UMKM

Proporsi Kredit UMKM

Kredit UMKM Kota/kabupaten

NPL Kedit UMKM per Kota/Kab

Perkembangan Ekspor Manufaktur

PMI Negara Mitra dagang Utama

Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks Kondisi Ekonomi

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

iv Daftar Grafik

Grafik 4.32

Grafik 4.33

Grafik 4.34

Grafik 4.35

Grafik 4.36

Grafik 4.37

Grafik 4.38

Grafik 4.39

Grafik 4.40

Grafik 4.41

Grafik 4.42

Grafik 4.43

Grafik 4.44

Grafik 4.45

Grafik 4.46

Grafik 4.47

Grafik 4.48

Grafik 4.49

Grafik 4.50

Grafik 5.1

Grafik 5.2

Grafik 5.3

Grafik 5.4

Grafik 5.5

Grafik 5.6

Grafik 5.7

Grafik 5.8

Perkembangan Kegiatan Usaha – SKDU

Kapasitas Produksi – SKDU

Likert scale Permintaan Domestik

Likert Scale Penjualan Ekspor

Perkembangan Kredit Korporasi

Kredit Koporasi Sektora Utama

NPL Kredit Korporasi

Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Jawa Barat

Indeks Keyakinan Konsumen Rumah Tangga Jawa Barat

Persepsi Rumah Tangga Jawa Barat Terhadap Perkembangan Ekonomi Saat Ini

Ekspektasi Rumah Tangga Jawa Barat Terhadap Kondisi Ekonomi 6 Bulan

Mendatang

Perubahan Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 Bulan yang Lalu

Ekspektasi Perubahan Harga Oleh Rumah Tangga 3 Bulan Mendatang

Ekspektasi Perubahan Harga 3 Bulan Mentang Berdasarkan Komoditas

Ekspektasi Perubahan Harga Oleh Rumah Tangga 3 Bulan Mendatang

Ekspektasi Perubahan Harga 3 Bulan Mentang Berdasarkan Komoditas

Perkembangan Kredit RT

NPL Kredit RT

Suku Bunga Tertimbang Kredit RT

Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks Kondisi Ekonomi

Pergeseran Proporsi Kliring

Spasial Kliring

Penarikan dan Penyetoran Perbankan

Indeks Kondisi Ekonomi

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

RINGKASANEKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAWA BARAT

AGUSTUS 2016

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Pertumbuhan

ekonomi Jawa Barat

meningkat pada

triwulan II 2016 yang

didorong oleh

peningkatan

konsumsi rumah

tangga,investasi,

dan ekspor serta

industri pengolahan

dan perdagangan

dari sisi lapangan

usaha

tangga masih menjadi sumber pertum-

buhan utama pada perekonomian Jawa

Barat dengan peran sebesar 62%.

Dari sisi sektoral, sebagaimana prakiraan Bank Indonesia sebelumnya, lapangan usaha pengolahan dan perd-agangan pada triwulan II 2016 tumbuh meningkat sebagai bentuk respon pelaku usaha terhadap menguatnya permintaan konsumen yang didorong momen Ramadhan, Lebaran dan Tahun Ajaran Baru. Sementara itu, efek La

Nina (kemarau basah) yang tergolong

rendah dengan kondisi cuaca relatif

normal membuat produktivitas panen

meningkat yang mendorong lapangan

usaha pertanian tumbuh lebih baik di

triwulan laporan.

Perekonomian Jawa Barat pada triwu-lan III 2016 diperkirakan tumbuh sedik-it melambat dibanding triwulan II. Hal

ini merupakan sebagai dampak dari

pergeseran momen Ramadhan ke akhir

triwulan II serta siklus pola konsumsi

masyarakat yang kembali melambat

sehingga mendorong konsumsi rumah

tangga tumbuh lebih rendah dibanding

triwulan II. Namun demikian, perlam-

batan yang lebih dalam mampu ditahan

oleh perkembangan konsumsi pemerin-

tah untuk merealisasikan belanja APBD,

investasi, dan kinerja net ekspor yang

diperkirakan mengalami akselerasi.

viii Ringkasan Eksekutif

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan pada triwulan II 2016 dibandingkan triwulan sebelumnya didorong oleh perbaikan kinerja mayoritas komponen penyusunnya. Hal ini sejalan dengan proyeksi Bank

Indonesia pada triwulan I 2016 yang

memprakirakan pertumbuhan

ekonomi pada triwulan II 2016 akan

meningkat dibanding triwulan I 2016.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat

triwulan II 2016 tercatat berada pada

level 5,88% (yoy) meningkat jika

dibandingkan triwulan I 2015 sebesar

5,13%. Dengan demikian, perekono-

mian Jawa Barat mencatatkan

pertumbuhan triwulanan tertinggi

sejak tahun 2014.

Dari sisi permintaan, komponen konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor mengalami peningkatan yang cukup signifikan diiringi dengan daya beli atau konsumsi rumah tangga yang juga terus mem-baik. Stimulus yang diberikan baik

melalui otoritas fiskal maupun mon-

eter melalui kebijakan penurunan

suku bunga, GWM, dan instrumen

makroprudensial turut berperan

dalam mendorong perbaikan ini. Di

sisi lain, sisi permintaan juga semakin

meningkat selama triwulan II 2016

seiring pola siklikal bulan Ramadhan

dan Idul Fitri. Konsumsi rumah

Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Inflasi Jawa Barat

tercatat menurun

seiring dengan

pergeseran musim

panen komoditas

beberapa komoditas

utama ke triwulan II

yang menahan

tekanan inflasi

volatile food serta

berlanjutnya tren

penguatan nilai

tukar rupiah dan

ekspektasi yang

terjaga sehingga

inflasi core

terkendali.

ixKAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

(yoy) menjadi 10,80% (yoy) pada triwu-

lan II 2016. Peningkatan permintaan ini

terutama didorong oleh momentum

Bulan Ramadhan yang mengalami

pergeseran dibanding tahun lalu sehing-

ga hampir seluruhnya berlangsung di

akhir triwulan II 2016.

Inflasi IHK tahunan Jawa Barat pada

triwulan III 2016 diperkirakan sedikit

meningkat dibanding triwulan sebelumn-

ya dan berada pada rentang 3,16% -

3,56%. Perkiraan ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain periode

Lebaran yang berlangsung di awal triwu-

lan, bergesernya musim panen padi dari

triwulan III ke awal triwulan IV 2016, tren

harga minyak dunia yang mulai mening-

kat seiring dengan menurunnya pasokan,

serta potensi peningkatan likuiditas

seiring dengan masuknya dana dari tax

amnesty.

Koordinasi dan intensitas komunikasi terus ditingkatkan oleh Bank Indonesia baik dengan Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota di Jawa Barat melalui forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) serta Pemerintah Pusat sebagai upaya untuk menahan laju infla-si agar tetap terkendali. Melalui tema

program Proper Kahiji Utama, Forum

Koordinasi Pengendalian Inflasi (FKPI)

Jawa Barat akan fokus kepada penguata-

n/pemberdayaan petani melalui sinergi

dengan pihak terkait serta mengaktifkan

Sistem Resi Gudang (SRG) sebagai

upaya mengatasi permasalahan di

bidang infrastruktur, logistik, dan kelem-

bagaan pertanian. Dengan perkemban-

gan tersebut, optimisme akan kinerja

pengendalian inflasi di Jawa Barat dalam

mencapai target sasaran inflasi nasional

2016 sebesar 4,0±1% semakin terjaga.

Inflasi Jawa Barat pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 2,89% (yoy), menurun dari triwulan I 2016 sebesar 3,78%. Realisasi inflasi ini kembali

lebih rendah dibanding dengan

nasional yang mencapai 3,45%. Selain

itu, tingkat inflasi ini juga lebih rendah

dibandingkan rata-rata inflasi triwulan

I pada 5 tahun terakhir (2011-2015)

sebesar 5,66%. Secara umum, perkem-

bangan inflasi Jawa Barat hingga

triwulan II 2016 ini relatif rendah dan

secara historis merupakan realisasi

inflasi triwulan II terendah sejak tahun

2009.

Penurunan tekanan inflasi tahunan ini disebabkan baik oleh faktor non fundamental yakni dari kelompok administered prices serta faktor fundamental pada kelompok core. Penurunan tekanan inflasi terutama

terjadi pada kelompok administered

prices yang menurun dari 3,23% (yoy)

menjadi -0,24% (yoy) pada triwulan II,

didorong oleh kebijakan pemerintah

yang kembali menurunkan harga

bahan bakar minyak pada awal triwu-

lan II 2016 dalam persentase

penurunan yang lebih besar dibanding

awal tahun. Tingkat inflasi core men-

galami penurunan dari 2,38% (yoy)

pada triwulan I menjadi 2,28% (yoy)

pada triwulan II, didorong oleh tren

penguatan nilai tukar rupiah yang

berlangsung secara konsisten sejak

awal tahun serta masih terdapatnya

kecenderungan masyarakat untuk

menahan konsumsi pada jenis kebutu-

han yang bersifat non-primer.

Namun penurunan tekanan yang lebih

dalam ditahan oleh perkembangan

pada kelompok volatile food yang

mengalami peningkatan dari 9,49%

Perkembangan Inflasi

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Stabilitas keuangan

masih terjaga

terbukti dengan

penyaluran kredit

yang meningkat dari

triwulan sebelumnya

serta sektor

korporasi dan rumah

tangga yang berada

dalam kondisi stabil.

rumah tangga yang berada dalam kondisi stabil. Meski demikian risiko

pemburukan kualitas kredit perlu

mendapat perhatian mengingat trennya

yang mulai meningkat.

Risiko perekonomian global dan

domestik turut berpengaruh pada

perlambatan kinerja perbankan di

Jawa Barat, yang tercermin dengan

perlambatan pertumbuhan aset dan DPK pada triwulan laporan. Namun stabilitas keuangan masih terjaga terbukti dengan penyaluran kredit yang meningkat dari triwulan sebel-umnya serta sektor korporasi dan

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan Dan Umkm

Terjadi kenaikan

net outflow

serta kenaikan

transaksi kliring

yang signifikan

sebagai akibat

tingginya konsumsi

di bulan Ramadhan

2016. Hal ini sejalan dengan menguatnya

konsumsi dan sesuai pola historis ketika

Ramadhan.

Sementara itu, pada sistem pemba-yaran tunai, terjadi kenaikan net outflow pada triwulan II 2016. Hingga

Tw II 2016, Jawa Barat mengalami net

penyetoran sebesar Rp 9,24 triliun.

Disamping itu, baik volume maupun

nilai transaksi kliring mengalami

pertumbuhan dibandingkan triwulan I

Perkembangan Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Rupiah

Menguatnya kinerja

perekonomian Jawa

Barat pada triwulan

II 2016 berdampak

pada perbaikan

kondisi

ketenagakerjaan dan

kesejahteraan pada

triwulan laporan

menunjukkan penguatan dengan

peningkatan Saldo Bersih Tertimbang

(SBT) dari triwulan I 2016 sebesar -1,72

menjadi 1,53 pada triwulan II 2016.

Demikian halnya dengan angka kemi-

skinan yang menunjukkan penurunan

pada maret 2016 dibandingkan dengan

Maret 2015.

Menguatnya kinerja perekonomian Jawa Barat pada triwulan II 2016 berdampak pada perbaikan kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan pada triwulan laporan. Berdasarkan

hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha,

kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat

yang tercermin dari indeks perkem-

bangan penggunaan tenaga kerja

Perkembangan Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan

viii Ringkasan Eksekutif

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

ixKAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Pertumbuhan

Ekonomi Jawa Barat

triwulan IV 2016

diperkirakan

meningkat,

sementara tekanan

inflasi diperkirakan

relatif menurun

hingga akhir tahun

si maupun konsumsi masyarakat. Semen-

tara itu dari sisi penawaran (lapangan

usaha), meningkatnya kinerja industri

pengolahan dan konstruksi menjadi

pendorong utama pertumbuhan di

triwulan IV 2016. Sedangkan perdagan-

gan dan pertanian diperkirakan melam-

bat sebagai dampak berakhirnya momen

ramadhan serta dimulainya masa tanam

.

Di sisi lain, tekanan inflasi diperkirakan menurun seiring dengan penurunan tekanan dari kelompok core dan volatile food. Pergeseran masa panen menye-

babkan puncak panen padi diperkirakan

terjadi pada awal triwulan IV 2016.

Secara fundamental, stabilitas makro

ekonomi dan terjaganya ekspektasi infla-

si masyarakat, serta risiko gangguan

distribusi menjadi faktor penahan inflasi

hingga akhir tahun.

Setelah mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada triwulan II 2016 dengan pertumbuhan sebesar 5,88% dan perkembangan ekonomi yang sedikit melambat memasuki triwulan III, kinerja perekonomian Jawa Barat pada triwulan IV 2016 diperkirakan kembali tumbuh meningkat. Dengan

demikian, untuk keseluruhan tahun

2016 perekonomian Jawa Barat

diperkirakan tumbuh pada kisaran

5,5% - 5,9% (yoy). Dari sisi permintaan,

kinerja seluruh komponen diperkira-

kan meningkat. Stimulus baik dari sisi

fiskal (implementasi paket kebijakan

secara lebih komprehensif) maupun

moneter (pelonggaran suku bunga

kebijakan, penurunan Giro Wajib

Minimum (GWM), dan pelonggaran

ketentuan LTV-loan to value ratio)

juga diharapkan tetap menjadi motor

pendorong baik bagi kegiatan investa-

Prakiraan Perekonomian Ke Depan

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

xKAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAWA BARAT

I. Ekonomi Makro Regional

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat ( r) Angka Revisi) ; Ket : Data IHK menggunakan Tahun Dasar 2012.

Konsumsi Rumah Tangga

2013 20142015 2016

2016-I 2016-II2015

Konsumsi Pemerintah

PMTB

Ekspor

Impor

4,37

0,89

-1,02

-6,29

-17,47

4,50

1,25

7,19 5,11 3,98 3,23 4,86 4,42

3,95

4,16

10,17

7,85

11,06

0,58

1,57

4,55

-8,42

5,23

-2,33

8,53

16,11

12,37

0,12

0,54

Berdasarkan Penaearan/Lapangan Usaha

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertamabangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Litrik, Gas

Pengadaan Air

Konstruksi

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan

Jasa Perusahaan

Real Estate

Administrasi Pemerintahan, Pertahanandan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan sosial

Jasa Lainnya

Ekspor

Nilai Ekspor Non Migas

Volume Ekspor Non Migas

Perdaganan Besar dan Eceran, danReparasi Mobil dan Sepeda Motor

Impor

Nilai Impor Non Migas

Volume Impor Non Migas

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Jawa Barat

Jawa Barat

Kota Bandung

Kota Bekasi

Kota Depok

Kota Bogor

Kota Cirebon

Kota Sukabumi

Kota Tasikmalaya

Kota Bandung

Kota Bekasi

Kota Depok

Kota Bogor

Kota Cirebon

Kota Sukabumi

Kota Tasikmalaya

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

Indikator

Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Berdasarkan Permintaan/Penggunaan

5,22

6,10

7,23

1,88

-6,25

5,62

5,31

4,07

12,28

5,23

4,06

0,64

-4,99

-0,25

5,76 5,07 5,78 5,92

6,33 5,09 4,91 4,94 5,02 5,23 5,03 5,13 5,88

7,56

4,50

8,53

6,02

5,24

-1,88

-3,38

2,30

2,30

5,85

2,76

5,46

4,87

-11,64

7,83

5,87

15,91

13,44

5,58

-5,63

6,53

11,59

-2,06

12,28

16,61

8,15

6,50

8,15

4,91

4,75

9,10

12,42

5,41

-1,39 0,46 0,98 4,38 8,76 5,38

4,79

5,95

5,45

7,78

6,00

17,47

4,36

4,46

8,88

7,21

-12,67

9,84

6,02

11,22

8,24

17,96 16,31

7,36

5,46

-6,67

6,62

5,18

11,31

6,34

19,12

1,78

6,47

-7,95

6,87

7,63

11,10

6,09

14,87

7,95

4,23

-5,32 -8,14 3,63 -2,84

5,88

5,98

5,21 3,31 3,58 3,93 4,64 3,66

9,58

8,10

5,01

16,71

10,18

7,93

2,46

6,17

2,41

7,57

9,24

13,95

14,43

18,46

6,86

5,62

6,95

4,16

6,90

6,68

7,10

13,73

10,72

4,07

7,79 6,92 6,44 8,158,01 8,88 7,71 6,619,21

0,78

5,11

2,53

4,98

11,89

8,93

6,61

7,88

7.050

12.202

2.081

109,69 117,81 117,33 118,67 121,08 121,03

14,43

15,78

8,80

6.537

11.890

2.143 468

7,95

14,71

8,03

1.605

2.826 10.928

1961

8,43

12,82

7,96

1.751

2.856

523

10,43

13,00

7,94

1.588

2.581

458

13,72 10,19 10,66 7,30

14,14

8,96

25.822 26.318 6.132 6.399 6.063 24.791

6.661

121,77

2.735

521

11,86

10,88

5.891

1.622

122,49

2.921

591

7,33

7,81

6.500

1.669

121,03

2.665

512

15,98

11,78

6.197

1.717

108,67

109,11

110,68

110,92

109,37

108,22

9,15

7,97

9,46 7,68 5,04 6,52 6,07 2,22

117,11

117,49

118,98

118,49

117,11

116,97

7,41

7,76

5,46

6,26

117,33

116,79

117,80

118,09

116,00

116,74

2,73

3,93

119,02

117,89

118,75

119,96

117,61

118,18

6,51

7,31

120,61

119,37

120,15

121,30

118,30

119,13

6,11

6,90

121,71 121,71 122,42 123,23

121,20

120,15

121,69

110,11 119,33 119,09 119,79 120,94 121,96

118,94

121,10

3,33

3,78

4,34

120,68

121,94

122,98

122,62

119,28

122,01

2,75

3,22

3,54

121,13

122,89

123,58

123,03

120,10

123,07

2,22

2,73

3,93

121,20

120,15

121,69

121,96

118,94

121,10

10,97

8,55

8,03

7,86

7,49

6,83

8,38

7,08

5,09

5,03

6,09

4,52

5,73

6,55

5,83

5,33

5,53

6,25

5,74

4,04

1,87 1,87 3,51 3,49

2,70

2,20

1,56

6,89 8,09 5,90 6,40 5,81 3,53

4,14

2,96

2,83

4,51

3,02

2,70

2,12

4,14

2,70

2,20

1,56

3,53

r) r)

2015-I r) 2015-II r) 2015-IIIr) r)2015-IV

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

II. Perbankan

III. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Sumber: Bank Indonesia* Lokasi bank pelapor :

* Lokasi proyek :

Sumber: Bank Indonesia

pencatatan berdasarkan transaksi perbankan (baik penghimpunan dana maupun penyaluran kredit) yang dilakukan oleh bank-bank yang berkantor di Jawa Baratpencatatan berdasarkan realisasi kredit yang disalurkan di wilayah Jawa Barat (tidak terbatas kepada penyaluran oleh bank yang berkantor di Jawa Barat

xi Tabel Indikator

Total Aset

2013 2014

2015 2016

2016-I 2016-II

2015

Dana Pihak Ketiga (DPK) - Lokasi Bank Pelapor

Kredit - Lokasi Bank Pelapor

Kredit - Lokasi Proyek

Bank Umum Syariah

Loan to Deposito (LDR) (%)

Total Aset

378,13

279,43

247,10

390,47

29,26

21,24

21,55

27,01

101,46 110,71 114,27 115,23 112,33 107,60

420,76

309,11

279,37

447,73

33,37

23,37

25,87

38,31

26,03

34,12

435,18

314,06

279,83

454,75

32,49

22,78

28,40

36,38

Dana Pihak Ketiga (DPK) - Lokasi Bank Pelapor

Pembiayaan - Lokasi Bank Pelapor

Pembiayaan - Lokasi Proyek

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Total Bank Umum

Total Aset

Dana Pihak Ketiga (DPK) - Lokasi Bank Pelapor

Tabungan

Deposito

Kredit/Pembiayaan - Lokasi Bank Pelapor

Kredit/Pembiayaan - Lokasi Proyek

Investasi

Modal Kerja

Konsumsi

Kredit UMKM - Lokasi Proyek

Loan to Deposit Ratio (LDR) (%)

Ratio Non Peforming Loan (NLP) Gross

Giro

Indikator(dalam Rp Triliun kecuali diyatakan lain)

Bank umum Konvensional

462,39

331,72

290,74

471,76

33,77

23,51

27,09

34,01

474,29

339,29

298,44

487,33

34,88

24,59

27,62

35,18

472,30 472,30 476,61 496,02

343,94

306,13

489,93

88,43 90,38 89,10 87,65 87,96 89,01

36,78

26,40

108,57

28,38

36,17

346,71

308,24

486,83

88,91

36,90

26,14

105,08

28,76

39,39

358,29

321,91

505,75

89,85

38,32

27,37

107,60

28,40

36,38

343,94

306,13

489,93

89,01

36,78

26,40

407,39

300,67

113,73

114,01

268,65

417,48

173,60

157,42 182,40 185,78 192,45 198,74 205,15

454,13

332,47

141,81

131,29

305,24

486,04

200,26

488,87

200,74

467,67

336,83

132,06

140,91

305,86 334,54

526,31

213,97

496,16

355,23

136,22

149,90

317,83

505,76

210,27

509,17

363,88

142,92

147,11

326,06

522,51

218,09

509,07

370,33

54,93 59,38 63,86 69,61 73,85 64,17

155,41

150,75

209,93

336,62

523,01

206,52

515,52

372,85

74,77

148,82

149,26

218,59

350,67

546,19

215,90

534,34

385,66

72,83

162,59

150,24

205,15

334,54

526,31

213,97

86,46 103,39 102,34 107,18103,04 105,67 106,56 111,69107,18

509,07

370,33

64,17

155,41

150,75

81,51

89,35

2,32

96,99

91,81

2,41

95,23

90,80

2,73

97,85

89,47

2,78

97,90

89,61

2,84

100,54 100,54 100,50 107,86

90,33

2,45

90,28

2,81

90,93

3,51

90,33

2,45

2015-I 2015-II 2015-III r)2015-IV

2013 2014INDIKATOR 2015

20152016

Net penarikan/penyetoran

Penyetoran

36.60

72.42

43.37

78.6

Pengelolaan Uang Rupiah

13.75

20.33

5.75

18.07

5.02

17.89

-4.22

17.36

34.24

81.30

15.30

22.30

9.77

25.01

Nominal

Volume (Juta)

167.74

5.46

177.42

5.25

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

43.96

1.30

46.79

1.36

64.99

1.66

97.22

2.30

207.01

5.77

89.51

2.15

51.26

1.45

Penarikan 35.82 35.29 6.58 12.37 12.87 21.5747.06 7.0015.24

(dalam Rp Triliun kecuali dinyatakan lain) 2015-I 2015-II 2015-III 2015-IV 2016-I 2016-II

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Ekonomi MakroRegional01

BAB

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAWA BARAT

AGUSTUS 2016

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

1 Ekonomi Makro Regional

Sinyal perbaikan pada perekonomian Jawa Barat semakin menguat seiring dengan peningkatan yang cukup signifikan pada laju pertumbuhan ekonomi (LPE) triwulan II 2016. Hal ini sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia

pada triwulan I 2016 yang memprakirakan laju

pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada

triwulan II 2016 akan meningkat dibanding

triwulan I 2016. Pertumbuhan ekonomi Jawa

Barat triwulan II 2016 tercatat berada pada level

5,88% (yoy) meningkat jika dibanding triwulan I

2016 sebesar 5,13%. Adapun level pertumbuhan

triwulan ini merupakan yang tertinggi sejak

tahun 2014 dan di atas rata-rata pertumbuhan

triwulanan periode 2012-2015 sebesar 5,74%

(yoy). Perekonomian Jawa Barat juga kembali

tumbuh di atas nasional sebesar 5,18% (Grafik

1.1).

dengan hal tersebut, Pembentukan Modal Tetap

Bruto (PMTB) juga kembali meningkat pada triwu-

lan II, didorong oleh percepatan pembangunan

proyek-proyek infrastruktur strategis serta mem-

baiknya persepsi pelaku usaha. Hal ini tercermin

pada meningkatnya kegiatan investasi baik

bangunan maupun non bangunan. Membaiknya

kegiatan dunia usaha juga tercermin dari kinerja

ekspor dan impor yang mengalami peningkatan

cukup signifikan, khususnya dari kegiatan perda-

gangan (ekspor-impor) antar daerah selama

momentum Ramadhan dan menyambut Lebaran.

Dari sisi penawaran, tiga lapangan usaha utama penopang perekonomian Jawa Barat yakni industri pengolahan, perdagangan besar-eceran & reparasi mobil-motor serta pertanian, kehutan-an, perikanan tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. lndustri pengolahan masih

memberikan andil pertumbuhan terbesar (2,36%),

diikuti dengan lapangan usaha perdagangan

(0,65%) dan konstruksi (0,55%). Sebagaimana

prakiraan Bank Indonesia sebelumnya, lapangan

usaha pengolahan dan perdagangan pada triwu-

lan II 2016 ini tumbuh meningkat sebagai bentuk

respon pelaku usaha terhadap kenaikan perminta-

an masyarakat yang didorong oleh menguatnya

keyakinan konsumen serta momen Ramadhan dan

Lebaran. Sementara itu, lapangan usaha pertanian

memberikan andil 0,42% dengan laju pertumbu-

han yang menggembirakan dari sebelumnya

-1,90% ke 4,87% (yoy). Kondisi cuaca yang stabil

dengan efek La Nina yang rendah menyebabkan

panen berjalan lancar dan produktivitas pertanian

meningkat.

Dari sisi permintaan, mayoritas komponen men-galami peningkatan laju pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya (kecuali konsumsi LNPRT) seiring dengan semakin membaiknya keyakinan

dan daya beli masyarakat serta adanya momen-

tum Bulan Ramadhan yang hampir seluruhnya

berlangsung pada triwulan II 2016 dan persiapan

menjelang Lebaran. Hal ini yang kemudian men-

dorong konsumsi rumah tangga kembali mening-

kat serta masih menjadi sumber pertumbuhan

utama pada perekonomian Jawa Barat. Membai-

knya pola realisasi belanja/konsumsi pemerintah

juga terus berlanjut, tercermin dari tingkat

serapan yang lebih baik dibanding periode sama

tahun sebelumnya sehingga mendorong konsum-

si pemerintah kembali tumbuh meningkat. Sejalan

9

8

8

7

7

6

6

5

2012

I II III IV2013

I II III IV2014

I II III IV2015 2016

I III IIIII IV

5

4

4

5,88

5,18

Jawa Barat

Nasional

% (YOY)

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jabar & Nasional

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

2KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

ekspor, walau berdasarkan kontribusinya konsumsi rumah tangga masih menjadi komponen pemberi andil terbesar. Namun demikian, khususnya pada Provinsi Banten dan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta terjadi perlambatan pertumbuhan ekspor.

Perekonomian Jawa Barat diperkirakan masih tetap tumbuh solid pada triwulan III 2016 walaupun sedikit melambat dibanding triwulan II. Hal ini merupakan dampak seasonal akibat pergeseran momen Ramadhan ke akhir triwulan II serta kembali stabilnya pola konsumsi masyarakat sehingga mendorong konsumsi rumah tangga tumbuh lebih rendah dibanding triwulan II.

Secara spasial, level pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan I 2016 lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional (5,13%) merupakan yang tertinggi di kawasan Jawa. Setelah sempat tumbuh di bawah rata-rata kawasan Jawa sejak tahun 2014, pada triwulan II 2016 Jawa Barat mampu tumbuh mengungguli provinsi lainnya di Jawa yakni DKI Jakarta (5,86%), Jawa Tengah (5,75%), Jawa Timur (5,62%), DI Yogykarta (5,57%), dan Banten (5,16%). Secara umum, baik nasional serta seluruh provinsi di Pulau Jawa mengalami peningkatan laju pertumbuhan dibanding triwulan I 2016. Faktor pendorong pertumbuhan cukup seragam di mayoritas provinsi yakni peningkatan pada konsumsi pemerintah dan

daerah tumbuh meningkat dibanding triwulan sebelumnya dengan peningkatan pertumbuhan yang lebih besar pada ekspor. Ekspor tercatat tumbuh cukup signifikan yakni dari 5,85% pada triwulan I 2016 menjadi 15,91% pada triwulan II 2016. Sejalan dengan hal tersebut, impor juga mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yakni dari 2,76% menjadi 13,44%. Selain karena meningkatnya permintaan menjelang Hari Raya, berlanjutnya tren penguatan rupiah menjadi salah satu faktor pendorong impor luar negeri.

Berdasarkan kontribusinya, konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama perekonomian Jawa Barat, dengan pangsa mencapai 62,30% terhadap PDRB Jawa Barat Pada triwulan ini, konsumsi rumah tangga masih menunjukkan peningkatan kinerja yang

Peningkatan kinerja perekonomian Jawa Barat triwulan II 2016 didorong oleh meningkatnya kinerja mayoritas komponen permintaan, khususnya konsumsi pemerintah dan ekspor. Hal ini mengacu kepada pola penyerapan anggaran pemerintah yang cenderung terus meningkat hingga akhir tahun dan juga didukung oleh tingkat serapan anggaran yang lebih baik dibanding periode yang sama tahun lalu. Walaupun memberikan kontribusi yang relatif kecil terhadap PDRB Jawa Barat yakni sebesar 5,05% (Tabel 1.1), namun dengan pertumbuhan sebesar 7,83% (Tabel 1.2), andil konsumsi pemerintah terhadap laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat meningkat cukup besar dari 0,10% pada triwulan I 2016 menjadi 0,39% pada triwulan II 2016 (Tabel 1.3.). Selain itu, seiring dengan meningkatnya permintaan menjelang Lebaran, terjadi peningkatan transaksi antara daerah yang mendorong baik ekspor maupun impor antar

1.1. Sisi Permintaan

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

3 Ekonomi Makro Regional

pembangunan infrastruktur mendorong kegiatan

investasi terus meningkat, baik dari sisi investasi

bangunan maupun non bangunan. Hal ini juga

tercermin dari kenaikan andil investasi terhadap

pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi

dibanding komponen permintaan lainnya, yakni

dari 0,59% menjadi 1,50% (Tabel 1.3.).

cukup baik sehingga turut mendorong

peningkatan kinerja perekonomian. Pada

peringkat kedua, PMTB/investasi memberikan

kontribusi sebesar 25,48% terhadap PDRB,

relatif meningkat dibanding kontribusi pada

triwulan I 2016 sebesar 25,18%. Membaiknya

persepsi pelaku usaha serta percepatan

oleh PMTB dengan andil sebesar 1,50%.

Selanjutnya, dengan perkembangan ekspor

yang tumbuh lebih pesat daripada impor, net

ekspor memberikan andil terbesar ketiga yakni

sebesar 1,01%. Secara umum, mayoritas

komponen mengalami peningkatan andil

pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya

Pada aspek sumber pertumbuhan, konsumsi rumah tangga masih menjadi sumber pertumbuhan utama pada perekonomian Jawa Barat triwulan II 2016 dengan besaran kontribusi yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Dengan laju pertumbuhan PDRB

sebesar 5,88% (yoy), konsumsi rumah tangga

memberikan andil sebesar 3,69% dan diikuti

Tabel 1.1Struktur PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)

Tabel 1.2Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Penggunaan (% yoy)

2013 2014

2015 2016

2015

Konsumsi Pemerintah

PMTB

Impor

Ekspor

Komponen Peggunaan

Konsusmi Rumah Tangga 63,60 62,91 63,41 62,28 62,30 63,78 62,94 63,80 62,30

5,38 5,34 4,33 4,95 5,70 6,81 5,46 4,21 5,05

24,54 25,72 25,88 25,49 25,14 25,88 25,59 25,18 25,48

34,67 35,58 35,66 33,01 35,56 42,75 36,77 35,90 36,14

33,68 35,59 34,74 31,54 33,45 43,85 35,92 33,96 33,79

I II IIIr) I IIr)

r) r)

r) r) IV

2013 2014

2015 2016

2015

Konsumsi Pemerintah

PMTB

Impor

Ekspor

PDRB

Komponen Peggunaan

Konsusmi Rumah Tangga 4,37 3,95 5,23 5,22 4,07 5,76 5,07 5,78 5,92

0,89 4,16 -2,33 6,10 12,28 11,59 7,56 2,30 7,83

-1,02 10,17 8,53 7,23 5,23 -2,06 4,50 2,30 5,87

-6,29 7,85 16,11 1,88 12,284,06 8,53 5,85 15,91

-17,47 11,06 12,37 -6,25 0,46 16,61 6,02 2,76 13,44

6,33 5,09 4,91 4,94 5,02 5,23 5,03 5,13 5,88

I II IIIr) I IIr)

r) r)

r) r) IV

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Perhitungan Sta� BIKet: r) Angka Revisi

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Perhitungan Sta� BIKet: r) Angka Revisi

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

4KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

inventori sejalan dengan meningkatnya

permintaan masyarakat khususnya terhadap

barang jadi menjelang momentum Lebaran

sehingga semakin menurunkan jumlah

persediaan/inventori.

(kecuali konsumsi LNPRT dan perubahan

inventori), dengan kenaikan andil terbesar pada

PMTB (0,90%) dan konsumsi pemerintah

(0,29%). Khususnya penurunan laju

pertumbuhan dan andil pada perubahan

terbanyak secara nasional sehingga konsumsin-

ya juga didominasi oleh kebutuhan dasar.

Adapun pertumbuhan 2 (dua) komponen

konsumsi rumah tangga utama yakni makanan

dan minuman (7,23%) serta transportasi dan

komunikasi (5,99%) mengalami peningkatan

laju pertumbuhan dibanding triwulan sebelumn-

ya, sejalan dengan perkembangan seasonal

berupa persiapan menjelang Hari Raya dan libur

panjang yang diikuti dengan tradisi mudik

(Grafik 1.2). Di sisi lain, konsumsi perlengkapan

rumah tangga mengalami perlambatan diband-

ing triwulan sebelumnya yang mencerminkan

peralihan pola konsumsi masyarakat dari kebu-

tuhan tidak mendesak untuk memenuhi season-

al spending-nya yang mendesak.

Konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II 2016 dengan pangsa sebesar 62,30%. Laju pertumbuhan konsumsi

rumah tangga pada triwulan II 2016 tercatat

sebesar 5,92% (yoy) meningkat dibandingkan

laju pertumbuhan pada triwulan I 2016 sebesar

5,78%. Peningkatan kinerja komponen ini yang

menjadi salah satu faktor pendorong tingginya

pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwu-

lan II 2016.

Berdasarkan struktur komponen penyusunnya,

konsumsi rumah tangga di Jawa Barat didomi-

nasi oleh konsumsi makanan dan minuman

selain restoran dengan pangsa sebesar 35,79%

dan diikuti oleh transportasi dan komunikasi

(28,30%) serta perumahan dan perlengkapan

rumah tangga (12,39%) (Tabel 1.4). Karakteristik

ini sejalan dengan profil demografi Jawa Barat

sebagai provinsi dengan jumlah penduduk

1.1.1. KonsumsiKonsumsi Rumah TanggaEvaluasi Triwulan II 2016

Tabel 1.3Sumber Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Berdasarkan Komponen Penggunaan (%)

2014

2015 2016

2015

Konsumsi Pemerintah

PMTB

Dikurangi Impor

Ekspor

PDRB

Komponen Peggunaan

Konsusmi Rumah Tangga 2,51 3,30 3,25 2,56 3,66 3,19 3,66 3,69

0,22 -0,11 0,30 0,66 0,74 0,40 0,10 0,39

2,49 2,13 1,80 1,31 -0,57 1,16 0,59 1,50

2,72 5,19 0,64 4,921,46 3,03 2,09 5,25

3,72 4,01 -2,21 0,22 6,57 2,14 0,96 4,24

5,09 4,91 4,94 5,02 5,23 5,03 5,13 5,88

I II IIIr) I IIr)

r)

r) r) IV

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Perhitungan Sta� BIKet: r) Angka Revisi

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

5 Ekonomi Makro Regional

peningkatan pada periode laporan (Grafik 1.3).

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

meningkat dari 88,5 pada triwulan I menjadi

90,4 pada triwulan II. Berdasarkan komponen

penyusunnya, hal ini didorong oleh

peningkatan indeks konsumsi barang

kebutuhan lama dari 76,2 menjadi 85,6 pada

triwulan II 2016 (Grafik 1.4). Selain itu, dari sisi

alokasi pendapatan rumah tangga, terjadi

peningkatan pada share alokasi pendapatan

untuk konsumsi dari 63,6% menjadi 64,5% dari

total pendapatan, yang diikuti dengan

penurunan share pada alokasi tabungan dari

22,3% menjadi 21,2% (Grafik 1.5). Dari

perkembangan hasil survei konsumen pada

triwulan II ini dapat disimpulkan bahwa

keyakinan masyarakat umum secara umum

Meningkatnya konsumsi rumah tangga tercermin dari menguatnya optimisme dan kinerja ekonomi rumah tangga dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara umum,

peningkatan optimisme dan daya beli

masyarakat didorong oleh beberapa faktor

antara lain : (1) tingkat inflasi yang terkendali

dan relatif rendah; (2) berlanjutnya tren

penguatan nilai tukar rupiah; (3) penurunan

suku bunga kredit sebagai bentuk transmisi dari

pelonggaran kebijakan moneter (penurunan BI

Rate); dan (4) kebijakan pemerintah

memberikan gaji ke-13 dan ke-14 kepada PNS

menjelang Hari Raya. Berdasarkan hasil Survei

Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia,

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Indeks

Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) mengalami

Tabel 1.4Struktur Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)

Grafik 1.2Pertumbuhan Komponen Konsumsi RT

Pakaian dan Alas Kaki

2014

2015 2016

2015

Perumahan dan PerlengkapanRumah Tangga

Kesehatan dan Pendidikan

Transportasi dan Komunikasi

Lainnya

Restoran dan Hotel

Konsumsi Rumah Tangga

4,69 4,73

Komponen Konsumsi Rumah Tangga

Makanan dan Minuman,Selain Restoran

4,28 4,92 4,74 4,80 4,74 4,80

34,88 35,28 35,36 35,45 35,58 35,42 35,54 35,79

12,28 12,18 12,23 12,34 12,63 12,35 12,57 12,39

6,57 6,51 6,47 6,47 6,34 6,44 6,35 6,28

28,42 28,22 28,29 28,05 28,11 28,16 28,20 28,30

7,05 6,93 6,83 6,856,80 6,85 6,86 6,77

6,16 6,15 6,01 5,97 5,75 5,97 5,74 5,66

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

I II IIIr) I IIr)

r)2013

4,75

34,33

12,54

6,51

28,60

7,34

5,93

100,00

r)

r) r) IV

% (yoy) Konsumsi RTTrasnsporkom

Mamin

7,23

7,23

5,99

Perlengkapan RT

2011 2012 2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

2016

8

10

12

6

4

2

0

-2

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat. Perhitungan Sta� BIKet: r) Angka Revisi

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

6KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

diperkirakan mulai terjadi shifting dari penggu-

na sepeda motor ke mobil tipe LCGC. Dari sisi

perkembangan properti, Survei Harga Properti

Residensial (SHPR) oleh Bank Indonesia menun-

jukkan berlanjutnya peningkatan harga properti

setelah mengalami pertumbuhan terendahnya

pada akhir tahun 2015 (Grafik 1.7). Berdasarkan

tipe rumahnya, peningkatan harga jual properti

residensial khususnya terjadi pada tipe rumah

menengah dan besar (Grafik 1.8). Perkembangan

ini turut menjadi sinyal dari mulai membaiknya

keyakinan dan konsumsi masyarakat serta tidak

lagi terbatas pada pemenuhan kebutuhan

mendesak saja.

mulai pulih dan dicerminkan oleh semakin

meningkatnya kegiatan konsumsi. Khususnya

pada triwulan II hal ini juga tidak terlepas dari

periode Ramadhan yang hampir seluruhnya

berlangsung pada triwulan II dan persiapan

menjelang Lebaran.

Sejalan dengan hasil survei tersebut, mening-

katnya kegiatan konsumsi masyarakat juga

dikonfirmasi oleh beberapa indikator riil antara

lain meningkatnya laju pertumbuhan pendafa-

taran mobil pribadi baru yang tercatat di Dinas

Pendapatan Daerah. Pendaftaran mobil pribadi

baru tumbuh dari 9,40% pada triwulan I menja-

di 11,31% pada triwulan II (Grafik 1.6). Di sisi lain,

terjadi penurunan pada pendaftaran sepeda

motor baru. Hal ini diperkirakan karena adanya

kecenderungan masyarakat untuk mengganti

kendaraannya sebelum mudik Hari Raya.

Dengan perkembangan harga mobil yang

semakin terjangkau (khususnya LCGC),

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

7 Ekonomi Makro Regional

dengan pola seasonal menjelang Lebaran. Hal

ini juga dikonfirmasi melalui wawancara liaison

oleh Bank Indonesia kepada 48 (empat puluh

delapan) perusahaan di Jawa Barat yang secara

umum menyampaikan terjadi peningkatan laju

pertumbuhan penjualan domestik pada triwulan

II 2016 dibanding triwulan sebelumnya dengan

likert scale meningkat dari 0,14 pada triwulan I

2016 menjadi 0,73 (Grafik 1.10).

Dari sisi dunia usaha, respon terhadap peningkatan konsumsi rumah tangga juga tercermin dari peningkatan indeks perkembangan dunia usaha serta penjualan domestik. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) menunjukkan terjadi peningkatan

kegiatan dunia usaha yang mengindikasikan

permintaan yang meningkat pada triwulan

laporan (Grafik 1.9). Peningkatan tertinggi

terjadi pada sektor perdagangan, sejalan

Grafik 1.3 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.4 Indeks Kondisi Ekonomi Saat IniSumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Jawa Barat, diolah

Sumber: Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia Sumber: Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia

Grafik 1.5 Penggunaan Pendapatan Rumah Tangga Grafik 1.6 Pendaftaran Mobil & Sepeda Motor Baru

Grafik 1.7 Perkembangan Harga Properti Residensial Grafik 1.8 Pertumbuhan Harga Properti Per Tipe

Indeks Konsidi Ekonomi Saat IniIndeks Keyakinan KonsumenIndeks Ekspektasi Konsumen

120,0

130,0

140,0

150,0

128,4

109,4

90,4

110,0

100,0

90,0

80,0

70,0

pes

imis

op

tim

is

2011 2012 2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

2016

TabunganCicilan PinjamanKonsumsi

90

100

10

20

0

30

80

70

60

50

40

2012 2013 2014 2015 2016I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

64,5

14,3

21,2

Indeks Konsumsi Barang Kebutuhan Tahan Lama

Indeks Penghasilan Saat Ini

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Indeks Konsidi Ekonomi Saat Ini

90

100

110

120

140

130

80

70

60

50

40

pes

imis

2012 2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

2016

5,87

11,31Sepeda Motor Baru

Growth yoy (%)

Mobil Pribadi baru

2014 2015 2016

I III II III IVI II III IV

25

20

15

10

5

0

-5

-10

-15

-25

-20

Indeks %

8

10

14

12

6

4

2

0

-2

220

230

240

250

210

200

190

180

170

2012

Growth (qtq)Growth (yoy)IHPR-LHS

2013 2014 2015

Q1 Q2Q1 Q4Q3Q2Q1 Q4Q3Q2Q1 Q4Q3Q2Q1 Q4Q3Q2

20162012

Tipe BesarTipe MenengahTipe Kecil

2013 2014 2015

Q1 Q2Q1 Q4Q3Q2Q1 Q4Q3Q2Q1 Q4Q3Q2Q1 Q4Q3Q2

2016

(%) YOY

1820

24

0

6

16141210

8

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

8KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

dengan berlanjutnya tren penguatan nilai tukar

rupiah, pertumbuhan impor barang konsumsi

juga kembali meningkat dari 7,21% (yoy) pada

triwulan I menjadi 7,24% (yoy) pada triwulan II

(Grafik 1.12). Adapun kelompok impor barang

konsumsi dengan peningkatan pertumbuhan

yang signifikan adalah impor kelompok barang

konsumsi yang bersifat semi-durable (jenis

barang yang tidak bertahan dalam jangka

waktu yang sangat lama seperti pakaian).

Dari sektor pertanian, hal ini dikonfirmasi oleh

perkembangan pertumbuhan tahunan NTP

Jawa Barat yang meningkat dari 0,37% (yoy)

menjadi 0,97% (yoy) pada triwulan II 2016

(Grafik 1.11). Hal ini menjadi indikator dari

potensi meningkatnya kegiatan konsumsi

khususnya masyarakat pedesaan seiring

dengan meningkatnya pendapatan. Selain itu,

dalam merespon meningkatnya permintaan

masyarakat menjelang Lebaran yang dibarengi

Rumah (KPR) yang tumbuh dari 13,38% menjadi

15,28%, di mana peningkatan ini terjadi pada

KPR seluruh tipe rumah (besar, kecil, dan

menengah). Perkembangan ini tidak terlepas

dari penurunan BI Rate yang berdampak

kepada penurunan suku bunga sejak awal

tahun, yakni antara lain suku bunga kredit

konsumsi (7 bps), KPR (22 bps) dan KKB (12

bps) (Grafik 1.15).

Dari indikator perbankan, meningkatnya kegiatan konsumsi rumah tangga juga tercermin dari peningkatan laju pertumbuhan kredit konsumsi, KPR dan multiguna dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit

konsumsi terus meningkat secara bertahap dari

13,0% pada triwulan I 2016 menjadi 13,6% pada

triwulan II 2016 (Grafik 1.13). Sejalan dengan hal

tersebut, penyaluran kredit multiguna juga

mengalami peningkatan laju pertumbuhan dari

16,60% menjadi 16,89% pada triwulan II 2016

(Grafik 1.14). Peningkatan yang cukup signifikan

terjadi pada penyaluran Kredit Pemilikan

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat (diolah)

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank IndonesiaGrafik 1.9 Indeks Perkembangan Dunia Usaha Grafik 1.10 Perkembangan Permintaan Domestik -

Grafik 1.11 Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 1.12 Perkembangan Impor Barang Konsumsi

PerdaganganPertanianIndustri PengolahanTotal

% SBT25

20

15

10

5

0

-5

-10

-15

2012 2013 2014 2015I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

2016

Indeks

3

4

7

6

5

2

1

0

1,00

1,50

2,00

0,50

0,00

-0,50

2012Permintaan Domestik Konsumsi RT - kanan

2013 2014 2015

Q1 Q2Q1 Q4Q3Q2Q1 Q4Q3Q2Q1 Q4Q3Q2Q1 Q4Q3Q2

2016

5,92

0,73

2013 2014 2015Q1 Q2Q1 Q4Q3Q2Q1 Q4Q3Q2Q1 Q4Q3Q2

2016

NTP Jabar Growth - RHS % (yoy)Indeks

104

105

106

108

107

103

102

101

-1

0

2

2

1

1

-1

-2

-2

Impor Brg. Konsumsi g. Impor Brg. KonsumsiUSD Miliar

0,10

0,15

0,20

0,05

0,00

0,25

2012 2013 2014 2015I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

2016

% (yoy)

20

30

40

70

80

100

90

60

50

10

0

-10

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

9 Ekonomi Makro Regional

Grafik 1.13 Perkembangan Kredit Konsumsi Grafik 1.14 Perkembangan KPR, KKB, dan Multiguna

Grafik 1.15 Perkembangan Suku Bunga Kredit

lan II 2016 menjadi 0,14% (yoy) pada Juli 2016 (Grafik 1.16). Hal ini sejalan dengan perkembangan permintaan terhadap komoditas pangan pada periode Lebaran kali ini tidak sebesar periode sebelumnya sejalan dengan perjalanan mudik ke luar Jawa Barat oleh sebagian masyarakat. Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan penyaluran kredit rumah tangga pada awal triwulan III 2016 (Juli 2016) juga mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya, yakni pada kredit konsumsi (dari 13,58% menjadi 13,15%) dan Kredit Pemilikan Rumah (dari 15,28% menjadi 14,64%), di mana penurunan terdalam terjadi pada kredit multiguna (dari 16,89% menjadi 9,72%) (Grafik 1.17). Hal ini terjadi di tengah suku bunganya yang secara konsisten masih mengalami penurunan. Secara umum, hal ini merupakan cerminan stabilisasi pada spending masyarakat yang telah meningkat cukup tinggi pada akhir triwulan II 2016 atau men-jelang Lebaran.

Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh melambat dibanding triwulan II 2016 pada rentang 5,6% - 6,0%. Hal ini sejalan dengan stabil-isasi pola konsumsi masyarakat pasca momentum Hari Raya, serta adanya pergeseran Bulan Ramad-han yang hampir seluruhnya berlangsung di triwu-lan II. Selain itu, selama periode mudik Lebaran, sebagian besar penduduk khususnya pada kota-kota sub urban (Bekasi, Bogor, Depok) melakukan perjalanan mudik ke luar Jawa Barat. Selain itu, selama berlangsungnya musim tanam komoditas beras dan di tengah kondisi cuaca dengan curah hujan tinggi yang berpotensi menurunkan volume panen komoditas hortikultu-ra, diperkirakan tingkat harga pangan akan relatif tinggi selama triwulan III dan berpotensi menurunkan daya beli masyarakat.Memasuki awal triwulan III 2016, daya beli masyarakat pedesaan yang tercermin dari perkembangan nilai tukar petani (NTP) tumbuh melambat yakni dari 0,97% (yoy) pada akhir triwu-

Tracking Triwulan III 2016

Kredit Konsumsi g. Kredit Konsumsi - rhs

2012 2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

2016

Rp Triliun

100

150

200

50

0

250

% (yoy)

10

15

25

30

20

5

0

Multiguna - kananKPR KKB

2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

2016

16,89

-0,52

15,28

% yoy40

35

30

25

20

15

10

5

0

-5

-10

-15

% (yoy)

40

60

100

120

80

20

-20

0

% (Suku Bunga Tertimbang) SB KreditSB KPR SB Kredit Konsumsi

SB KKB

2012 2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

2016

10,78

11,64

13,38

11,78

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

pada triwulan II 2016 menjadi 63,8% pada triwu-

lan III 2016 (Grafik 1.19). Sementara di sisi lain,

share alokasi untuk tabungan mengalami

peningkatan, di mana masyarakat kembali

meningkatkan simpanannya setelah pada triwu-

lan II lalu digunakan dalam persiapan menjelang

Lebaran. Dari sisi pelaku usaha, tren perlam-

batan ini juga dikonfirmasi melalui hasil liaison

di mana likert scale permintaan domestik

menurun dari 0,73 menjadi 0,38 hingga perten-

gahan triwulan III 2016 (Grafik 1.20). Hal ini teru-

tama dikonfirmasi oleh contact liaison yang

bergerak di sektor manufaktur peralatan elek-

tronik rumah tangga (televisi), baik produk

televisi dari brand Jepang maupun Korea.

Selain itu, indikasi ini juga dikonfirmasi melalui

hasil survei dan wawancara liaison yang dilaku-

kan oleh Bank Indonesia hingga pertengahan

triwulan III 2016. Survei Penjualan Eceran

hingga Juli 2016 menunjukkan adanya

penurunan pada Indeks Penjualan Eceran Riil

(IPR) yang tumbuh melambat dari 21,16% (yoy)

pada triwulan II 2016 menjadi 7,85% (yoy)

hingga awal triwulan III 2016 (data s.d. Juli). Hal

ini terutama didorong oleh penurunan penjual-

an eceran pada kelompok barang utama yakni

makanan & minuman, peralatan komunikasi, dan

peralatan rumah tangga (Grafik 1.18). Survei

Konsumen hingga Agustus 2016 menunjukkan

adanya penurunan share alokasi pendapatan

(disposable income) untuk konsumsi dari 64,5%

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat (diolah)Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 1.17 Perkembangan KPR, KKB, dan Multiguna

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat (diolah)Grafik 1.18 Perkembangan Indeks Penjualan Riil Grafik 1.19 Struktur Penggunaan Pendapatan

Grafik 1.20 Permintaan Domestik - Liaison

10KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

tan. Hingga triwulan ini belanja operasional

pemerintah provinsi mencapai Rp7,50 Triliun

atau lebih tinggi dibanding realisasi belanja

operasional hingga triwulan II 2015 sebesar

Rp4,31 Triliun. Dengan demikian, realisasi belan-

ja operasional pada triwulan II 2016 ini tumbuh

signifikan yakni sebesar 73,96% (yoy) (Grafik

1.22). Sejalan dengan hal tersebut, tingkat sera-

pan belanja operasi terhadap pagu anggaran

pada triwulan II 2016 sebesar 40,24% lebih baik

dibandingkan tingkat serapan pada triwulan II

2015 sebesar 26,48%. Berdasarkan komponenn-

ya, hal ini didorong oleh tingkat serapan yang

tinggi pada pos belanja hibah (53,13%) yang

didorong oleh penyaluran Dana Bantuan Opera-

sional Sekolah (BOS). Meningkatnya serapan

belanja pemerintah ini juga tercermin pada

simpanan Pemerintah Daerah di perbankan

yang tumbuh melambat dari 24,6% (yoy) pada

triwulan I 2016 menjadi -12,4% (yoy) pada triwu-

lan II 2016 (Grafik 1.23). Kinerja pemerintah, baik di level pemerintah pusat maupun provinsi pada triwulan ini dalam merealisasikan anggaran belanja operasionalnya tergolong cukup baik dan mencerminkan adanya perbaikan khususnya pada APBD Provinsi. Hal ini yang kemudian mendorong konsumsi pemerin-tah menjadi salah satu faktor pendorong pertum-buhan ekonomi yang cukup tinggi pada triwulan II 2016.

Kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan II 2016 mengalami peningkatan dibanding triwu-lan sebelumnya seiring dengan membaiknya pola serapan anggaran pemerintah. Pertumbu-

han konsumsi pemerintah pada triwulan II 2016

tercatat sebesar 7,83% (yoy) meningkat diband-

ing triwulan sebelumnya sebesar 2,30%. Secara

umum, peningkatan kinerja konsumsi pemerin-

tah ini sejalan dengan pola penyerapan yang

cenderung meningkat hingga akhir tahun.

Selain itu, hal ini juga didukung oleh semakin

membaiknya pola penyerapan anggaran belanja

dibanding periode yang sama tahun lalu.

Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada peri-

ode ini tercatat lebih tinggi dari tingkat pertum-

buhan pada triwulan II 2016 sebesar 6,10%

(yoy).

Realisasi belanja operasional Pemerintah Pusat

di Jawa Barat yang terdiri dari belanja pegawai,

belanja barang, dan belanja bantuan sosial

melalui APBN pada triwulan ini mencapai

Rp9,42 Triliun, sedikit menurun dibanding

triwulan II 2015 sebesar Rp10,04 Triliun atau

terkontraksi sebesar -6,18% (yoy) (Grafik 1.21).

Penurunan ini sejalan dengan kebijakan pemer-

intah melakukan pengetatan anggaran sehingga

pagu anggaran ke daerah juga mengalami

penurunan.

Sebaliknya, realisasi belanja pemerintah daerah

melalui APBD Provinsi mencatatkan peningka-

Konsumsi Pemerintah

Evaluasi Triwulan II 2016

Grafik 1.21Realisasi Belanja Operasional – APBN Jawa Barat

Grafik 1.22Realisasi Belanja Operasional – APBD Jawa Barat

% Serapan Belanja Terhadap Pagug. Belanja Pegawai, Barang, dan Bansos - kanan

2014 2015I II III IV I II IIIII IV I

2016

29,06

%

100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0

% (yoy)

5

10

20

25

30

15

0

-10

-5-6,18

% Serapan Belanja Terhadap Pagug. Belanja Operasi

2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

2016

40,24

%

100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0

74,0

% (yoy)

20

40

80

100

60

-20

0

Sumber: Kanwil Perbendaharaan Jawa Barat Sumber: Biro Keuangan Pemprov Jawa Barat

11 Ekonomi Makro Regional

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Konsumsi pemerintah diperkirakan kembali

mengalami akselerasi pada triwulan III 2016

pada rentang 10,0% - 10,4%. Hal ini sejalan

dengan sejalan dengan pola historis belanja

yang akan terus terakselerasi hingga akhir tahun

serta adanya momentum PON yang menyerap

belanja bantuan keuangan. Dalam rangka final-

isasi persiapan serta penyelanggaraan PON

pada September 2016 ini, diperkirakan serapan

belanja pemerintah akan semakin meningkat

pada triwulan III, khususnya dari pos belanja

bantuan keuangan. Penyelenggaraan PON ini

akan tersebar di 15 kab/kota di Jawa Barat. Dari

total alokasi anggaran untuk PON sebesar

Rp2,6 T, sebesar Rp800 M ditujukan untuk

penyelenggaraan pada hari-H.

Giro pemerintah masih tumbuh melambat pada

awal triwulan III 2016, yakni sebesar 21,1% (yoy)

dari triwulan sebelumnya sebesar 25,8% (Grafik

1.24). Hal ini menunjukkan terus meningkatnya

pemanfaatan anggaran pemerintah terus

melalui simpanannya pada perbankan. Selain

itu, Berdasarkan data pada situs Tim Evaluasi

dan Pengawasan Realisasi Anggaran (TEPRA),

realisasi progress keuangan/belanja APBD

Provinsi Jawa Barat hingga Juli 2016 telah men-

capai 38,56% (meningkat dibanding triwulan II

2016 sebesar 32,95%). Adapun realisasi APBD

dari 11 Kab/Kota di Jawa Barat (dengan pangsa

anggaran sebesar 45% terhadap total se-Jawa

Barat) hingga bulan Juli 2016 mencapai 37,77%.

Walaupun sempat terkena sanksi konversi dana

perimbangan pada periode April lalu akibat

adanya saldo berlebih pada rekening pemerin-

tah di bank, dana tersebut sudah dicairkan kem-

bali dan dapat digunakan pada triwulan III 2016

ini.

Tracking Triwulan III 2016

Grafik 1.23Simpanan Pemda di Perbankan Jawa

Grafik 1.24Posisi Giro & Deposito Pemerintah di Bank

2013 2014 2015 2016

Simpanan Pemda g. Simpanan Pemda

I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

Rp Triliun

20

30

40

50

10

0

70

60

% (yoy)

0

10

30

40

20

-20

-10-12,4

12KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

13 Ekonomi Makro Regional

bangunan dengan pangsa sebesar 70,99% (Tabel

1.5). Pertumbuhan investasi bangunan cenderung

relatif stabil dan pada triwulan II 2016 mencatat-

kan pertumbuhan triwulanan tertinggi sejak

tahun 2014 (Grafik 1.25). Di sisi lain, investasi non

bangunan yang telah mencapai titik terendahnya

pada triwulan IV 2015 terus tumbuh meningkat

dan semakin membaik pada triwulan II 2016.

Investasi non bangunan yang umumnya bersum-

ber dari pelaku usaha/swasta ini menunjukkan

pulihnya persepsi pelaku usaha terhadap kondisi

ekonomi.

Pertumbuhan komponen Penanaman Modal

Tetap Bruto (PMTB) kembali mengalami pening-

katan dibanding triwulan sebelumnya yakni

tumbuh dari 2,30% pada triwulan I 2016 menjadi

5,87% pada triwulan II 2016. Peningkatan ini

didorong oleh semakin positifnya persepsi

pelaku usaha terhadap kondisi ekonomi serta

percepatan pembangunan proyek infrastruktur

pemerintah sehingga baik investasi bangunan

maupun non bangunan mengalami peningkatan

pertumbuhan pada triwulan ini. Adapun investa-

si di Jawa barat didominasi oleh investasi

1.1.2. Investasi

Evaluasi Triwulan II 2016

Tabel 1.5Struktur Komponen Investasi Provinsi Jawa Barat (% yoy)

Grafik 1.25Pertumbuhan Komponen Investasi

Investasi Bangunan

2013 2014

2015 2016

2015

Investasi non Bangunan

Total

77,43 73,24 69,14

Komponen Investasi

Struktur

71,43 74,77 75,74 72,74 70,29 70,99

22,57 26,76 30,86 28,57 25,53 24,26 27,16 29,71 29,01

100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

I II IIIr) I IIr)

r) r)

r) r) IV

Investasi Non BangunanBangunan

2011 2012 2013 2014 2015I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

2016

3,18

% yoy

50

40

30

20

10

0

-10

-20

-30

-40

-50

6,95

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

14KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

k h u s u s n y a d a l a m mempermudah kegiatan

investasi dan pengurusan perijinan juga menjadi

salah satu faktor pendorong. Dari 14 (empat

belas) Kawasan Industri yang ditetapkan

pemerintah untuk mengimplementasikan KLIK

(Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi),

sebanyak 5 Kawasan Industri tersebut berlokasi di

Jawa Barat.

Sementara itu, pada triwulan II 2016, nilai realisasi

PMA di Jawa Barat mencapai 1,2 Miliar USD atau

setara dengan Rp16,14 Triliun. Adapun

pertumbuhan PMA pada triwulan ini relatif lebih

rendah dibanding triwulan I 2016. Namun

demikian, minat investasi PMA tertinggi masih

berada di Jawa Barat (Grafik 1.27).

Peningkatan laju pertumbuhan investasi tersebut

juga dikonfirmasi oleh data Badan

Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI yang

menunjukkan bahwa pada triwulan II 2016 terjadi

akselerasi investasi di Jawa Barat khususnya yang

bersumber dari PMDN. Nilai realisasi PMDN pada

triwulan II 2016 sebesar Rp8,8 Triliun atau tumbuh

sebesar 83,50% (Grafik 1.20). Pertumbuhan

PMDN pada triwulan ini meningkat cukup

signifikan dibanding triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar -42,69%.Nilai realisasi investasi

tersebut menduduki peringkat kedua terbesar di

antara provinsi-provinsi lainnya di Indonesia

setelah Jawa Timur. Peningkatan PMDN tersebut

didorong oleh meningkatnya outlook dan

persepsi terhadap pemulihan kondisi ekonomi

serta merespon peningkatan permintaan

menjelang Lebaran. Selain itu, dukungan

implementasi Paket Kebijakan E k o n o m i

Grafik 1.26Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) Jawa BaratGrafik 1.27

Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) Jawa Barat

2013 2014 2015 2016I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

PMDN Pertumbuhan (Axis Kanan)

Rp Miliar

4000

6000

8000

10.000

2000

0

12.000

% (yoy)

200300400500

800900

600700

100

-200-1000

83,5

2013 2014 2015 2016I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

PMA Pertumbuhan (Axis Kanan)

USD Juta

4000

1500

2000

500

0

2500% (yoy)

50

100

150

-100

-50

0-28,8

Sumber: BKPM RI, diolah Sta� BI Sumber: BKPM RI, diolah Sta� BI

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

15 Ekonomi Makro Regional

Meningkatnya investasi bangunan selain didorong

oleh percepatan pembangunan infrastruktur

strategis di Jawa Barat juga didukung oleh realisa-

si investasi bangunan oleh pihak swasta.

Berdasarkan informasi anekdotal, diketahui

bahwa selama triwulan II 2016 terdapat aktivitas

investasi berupa pembangunan yang dilakukan

oleh beberapa perusahaan besar antara lain:

Selain itu, meningkatnya investasi bangunan juga

terindikasi dari tingkat inflasi kelompok bahan

bangunan baik barang maupun jasa yang terus

meningkat pada triwulan II 2016 (Grafik 1.28)

dengan peningkatan yang lebih tinggi pada

kelompok jasa. Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia juga

menunjukkan adanya peningkatan pada indeks

kegiatan dunia usaha untuk sektor konstruksi dari

-0,9 pada triwulan I 2016 ke 0,5 pada triwulan II

2016 (Grafik 1.29). Namun di sisi lain, penjualan

semen di Jawa Barat masih terus mengalami

penurunan khususnya sejak triwulan I 2016 (Grafik

1.30)

Peningkatan kinerja investasi khususnya yang

bersifat non-bangunan tercermin dari

peningkatan impor barang modal. Pada triwulan II

2016, impor barang modal ke Jawa Barat tumbuh

sebesar -8,0% atau membaik dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar -25,3%

(Grafik 1.31).

1Pembangunan infrastruktur jaringan BTS,

switching dengan nilai realisasi Rp60

Miliar pada salah satu pelaku usaha di

subsektor komunikasi

Peresmian pabrik LED TV terbaru dengan

nilai investasi sebesar Rp55 Miliar oleh

salah satu pelaku usaha di subsektor

elektronik, di mana pabrik ini menyerap

sekitar 172 orang tenaga kerja lokal dan 1

(satu) orang tenaga kerja asing serta

bekerja sama dengan 44 supplier lokal.

Mulai dibangunnya pabrik garmen baru di

Tasikmalaya dengan kapasitas produksi

6-7 juta pcs/tahun dan nilai investasi awal

sebesar USD 10 juta. Jika sudah

dioperasikan pada awal 2017 mendatang,

diperkirakan menyerap 3.700 tenaga kerja.

Peresmian pabrik beton baru di Subang

pada Juni 2016 dengan total nilai investasi

Rp181 Miliar.

1.

2.

3.

4.

Grafik 1.28Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Bangunan

Grafik 1.29Perkembangan Kegiatan Dunia usaha Sektor Konstruksi -

SKDU

Bahan Bangunan

Bahan Bangunan Jasa

Bahan Banguan Barang

1

5

6

4

3

2

1

0

% (yoy)

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 6543

2015 2016

2012 2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

2016

0,5

5

6

4

3

3

2

1

0

% SBT

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

16KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

outlet penjualan barang, perluasan bangunan,

maupun penambahan armada transportasi untuk

distribusi barang. Sejalan dengan hal tersebut,

hasil wawancara liaison pada triwulan II 2016 juga

menunjukkan peningkatan kegiatan investasi

yang tercermin dari likert scale investasi yang

meningkat dari 0,80 pada triwulan I 2016 menjadi

0,95 pada triwulan laporan (Grafik 1.33). Sejalan

dengan hasil SKDU, investasi pada ketiga sektor

ekonomi utama berdasarkan hasil liaison juga

mengalami peningkatan, dengan peningkatan

terbesar pada sektor pertanian (Grafik 1.33).

Secara umum, meningkatnya kegiatan investasi

pada triwulan II juga dikonfirmasi oleh hasil Survei

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan

indeks perkembangan investasi seluruh lapangan

usaha pada triwulan I 2016 meningkat dari 5,80%

SBT pada triwulan I 2016 menjadi 15,67%SBT

pada triwulan laporan (Grafik 1.32). Secara

sektoral, peningkatan kegiatan investasi ini terjadi

di ketiga sektor ekonomi utama (industri pengo-

lahan, perdagangan, dan pertanian) dengan

peningkatan SBT tertinggi pada sektor perdagan-

gan (2,46%). Umumnya investasi pada sektor

perdagangan ini berupa penambahan jumlah

Grafik 1.30 Penjualan Semen Jawa Barat Grafik 1.31 Impor Barang Modal Jawa Barat

2012 2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

2016

-1,6

3,0

3,5

2,5

1,5

2,0

1,0

0,5

-

Juta Ton

Penjualan Semen Pertumbuhan (Kanan)

(yoy)

0

5

20

25

10

15

-10

-5

I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

2012 2013 2014 2015 2016

USD Miliar

0,20

0,30

0,40

0,50

0,10

0,00

0,70

0,60

% (yoy)

50

100

150

250

200

-100

-50

0

-8.0

Impor Brg. Modal g. Impor Brg. Modal

Grafik 1.32Perkembangan Investasi Dunia Usaha - SKDU

Grafik 1.33Perkembangan Investasi Pelaku Usaha - Liaison

14121086420-2-4

2Likert Scale Growth (%)

2

1

0

0

1

1

2012 2013 2014 2015 2016

I II III IV I II III IV I II IIIII IV I III III IV

Investasi - Liason g. PMTB-kanan

0.95

20

15

10

5

-5

2014 2015 2016

Tw I Tw II Tw II Tw II Tw II Tw II Tw II Tw II Tw II Tw II

0

SBT (%)TOTALPerdagangan

Industri PengolahanPertanian

subsektor industri pengolahan tertentu mengakui

bahwa dalam beberapa tahun ke depan

perusahaan akan secara bertahap mulai

meningkatkan level intensifikasi penggunaan

barang modal perusahaan dengan meningkatkan

jumlah mesin berteknologi tinggi, mengingat upah

tenaga kerja di Jawa Barat yang setiap tahun

selalu naik dan semakin membebani perusahaan.

Selain informasi anekdotal di atas, kegiatan

investasi secara umum juga terkonfirmasi melalui

wawancara liaison oleh Bank Indonesia kepada

sejumlah pelaku usaha besar di Jawa Barat.

Secara umum, investasi yang dilakukan pelaku

usaha khususnya di sektor industri pengolahan

adalah berupa pembelian mesin baru ataupun

pemeliharaan mesin. Responden liaison pada

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

17 Ekonomi Makro Regional

Tabel 1.6Investasi Pelaku Usaha di Jawa Barat

Sumber : Wawancara Liaison Bank Indonesia Periode Triwulan II 2016.

Maintenance mesin

Maintenance mesin

Pembelian mesin celup

Maintenance mesin

Pembelian tanah dan mesin pemotong kayuPembuatan workshop

Perdagangan besar dan eceran Renovasi dan Maintenance gedung

Hotel

Renovasi kamar mandi

Maintenace dan perbaikan fasilitas kamar

Perbaikan lahan parkir

Perbaikan pipa

PertanianRevitalisasi fasilitas pabrik

Pembangunan gudang penyimpanan pupuk

Pembelian pompa

Peternakan

Investasi Hatchery (Penetasan)

Investasi berupa 5 close house rangka besi dan 12 close house rangka kayu

Investasi pembanguan kandang peralatan

Pengangkutan

Komunkasi

Pembangunan gudang

Pembangunan infrastruktur jaringan BTS,switching, dll

Pembelian sejumlah pernakat komputer

Industri Pengolahan

Industri makanan danminuman

Pembangunan lini produksi baru meliputi perluasan pabrik danpengadaan mesin

Industri otomotif dankomponen

Industri tekstil danproduk tekstil

Industri furnitur

Perdaganan, Hotel,dan Restoran

Pertanian dan Peternakan

Pengakuan dan Komunikasi

Sektor Subsektor Investasi

semakin memperkuat sinyal rebound pada

ekspansi kredit investasi setelah sempat

mengalami penurunan pertumbuhan yang cukup

dalam pada tahun 2015. Selain didukung oleh

membaiknya iklim usaha dan iklim investasi,

perkembangan ini juga didukung oleh suku bunga

kredit investasi yang terus bergerak dalam tren

menurun seiring dengan pelonggaran kebijakan

moneter (penurunan suku bunga kebijakan/BI

Rate) (Grafik 1.35).

Pada sisi kredit, peningkatan laju pertumbuhan PMTB juga tercermin dari meningkatnya pertumbuhan kredit investasi pada triwulan laporan dibanding triwulan sebelumnya. Kredit

investasi untuk lokasi proyek di Jawa Barat pada

triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp111,69 Triliun

atau tumbuh 8,39% (yoy) (Grafik 1.34). Laju

pertumbuhan kredit investasi pada triwulan ini

meningkat cukup signifikan dari triwulan I 2016

yang hanya tumbuh sebesar 4,12% (yoy). Hal ini

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

18KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Grafik 1.34 Perkembangan Kredit Investasi Jawa Grafik 1.35 Perkembangan Suku Bunga Kredit Investasi

8.4

kredit Investasig. kredit investasi-rhs

100%

120%

% (YOY)Rp Triliun

60

50

40

30

20

10

0

80%

60%

40%

20%

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

I II III IV

2015 2016

I III III IV0%

II

% (Suku Bunga Tertimbang)

SB KreditSB Kredit Investasi - Kanan

13

11

11

11

10

10

101010

999

12

12

11

11

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

I II III IV

2015 2016

I III III IV10

II

11.78

9.87

dalam waktu dekat adalah Tol Soroja yang akan

digunakan pada saat PON (akhir triwulan III

2016). Berikutnya adalah Bandara Internasional

Kertajati yang ditargetkan soft launch pada

pertengahan tahun 2017 mendatang dan sedang

dalam proses pembangunan infrastruktur darat

(seperti terminal). Selain itu, Pemerintah juga

berencana membangun Stasiun KRL di Telaga

Murni (Cikarang Barat) yang ditandai dengan

ground breaking pada tanggal 8 Agustus 2016.

Seiring dengan aktifnya berbagai proyek pemba-

ngunan ini, inflasi pada kelompok bahan bangu-

nan jasa terus meningkat khususnya sejak triwu-

lan II 2016 (Grafik 1.36).

Selain itu, Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

menunjukkan bahwa perkiraan investasi mening-

kat dari 16,89 SBT pada triwulan II 2016 menjadi

17,36 SBT pada triwulan III 2016 (Grafik 1.37).

Secara sektoral, kenaikan ini didorong oleh

sektor perdagangan dan pertanian (di tengah

berlangsungnya musim tanam) sementara

investasi sektor industri pengolahan diperkirakan

menurun.

Investasi diperkirakan kembali mengalami akselerasi pada triwulan III 2016 dengan tumbuh pada rentang 6,6% - 7,0%. Hal ini terjadi

seiring dengan membaiknya persepsi pelaku

usaha, implementasi kebijakan pemerintah

dalam mendorong kemudahan berinvestasi,

serta percepatan penyelesaian pembangunan

infrastruktur strategis oleh pemerintah. Perkem-

bangan daya beli masyarakat yang semakin

membaik dibanding tahun lalu serta berbagai

upaya pemerintah untuk mendorong kegiatan

ekonomi baik dari sisi kemudahan perizinan

maupun perpajakan menjadi salah faktor

pendorong meningkatnya kegiatan investasi

pelaku usaha. Implementasi Paket Kebijakan

berupa KLIK di 5 kawasan industri untuk men-

dorong investasi di Jawa Barat telah berjalan

dengan baik, di mana beberapa proyek sudah

memasuki tahap konstruksi.

Terdapat sejumlah proyek infrastruktur strategis

yang sedang menjadi fokus pembangunan

pemerintah di

Jawa Barat. Proyek yang ditargetkan selesai

Tracking Triwulan III 2016

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

19 Ekonomi Makro Regional

Grafik 1.36 Inflasi Kelompok Bahan Bangunan Grafik 1.37 Perkiraan Investasi (SKDU)

sebelumnya yang tumbuh sebesar -7,27% (yoy)

(Grafik 1.38). Sejalan dengan hal tersebut, net

ekspor antar daerah pada triwulan II 2016 tumbuh

sebesar -15,01% (yoy), membaik dibanding

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

-21,04% (yoy) (Grafik 1.39). Perbaikan kinerja net

ekspor luar negeri dan antar daerah ini didukung

oleh peningkatan permintaan dari mitra dagang

khususnya dalam negeri dalam menyambut

momentum Lebaran.

Neraca perdagangan Jawa Barat pada triwulan II 2016 secara total mencatatkan surplus. Pencapaian ini khususnya didukung oleh kinerja

net ekspor luar negeri selalu mencatatkan surplus

dan meningkat pada triwulan II 2016 menjadi

Rp29,6 Triliun (ADHK 2010) atau Rp42,24 Triliun

(ADHB). Di sisi lain, net ekspor antar daerah Jawa

Barat masih tetap mencatatkan defisit

sebagaimana karakterisrik historisnya, di mana

defisit pada triwulan II 2016 sebesar Rp22,11

Triliun (ADHK 2010) atau Rp52,51 Triliun (ADHB).

Namun demikian, kinerja pertumbuhan net

ekspor baik luar negeri maupun antar daerah

pada triwulan II 2016 membaik dibanding

triwulan sebelumnya. Net ekspor luar negeri Jawa

Barat pada triwulan II 2016 tumbuh sebesar

-2,82% (yoy), membaik dibanding triwulan

1.1.3. Ekspor Impor

Evaluasi Triwulan II 2016

Tabel 1.7Struktur Ekspor-Impor Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan (%)

Komponen 2013r)

64.81

35.19

37.88

62.12

63.45

36.55

36.31

63.69

60.38

39.64

34.36

65.64

65.77

34.23

36.79

63.21

59.40

40.60

34.48

65.54

50.17

49.83

26.48

73.54

58.33

41.67

32.47

67.53

55.72

44.28

34.00

66.00

57.45

42.55

33.98

66.02

2014r)2015

20152016

Ir) IIr) Ir) IIIIIr) IV

Ekspor

Ekspor Luar Negeri

Ekspor Antar Provinsi

Impor

Impor Luar Negeri

Impor Antar Provinsi

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

20KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

ayam ras dan telur ayam ras. Seiring dengan aksel-

erasi pertumbuhan ekonomi nasional, perekono-

mian mayoritas kawasan di Indonesia juga turut

mengalami peningkatan (kecuali Maluku & Papua)

(Grafik 1.40). Sejalan dengan hal tersebut, pertum-

buhan kawasan Jawa dan Sumatera yang menjadi

mitra dagang utama Jawa Barat juga mengalami

akselerasi dibanding triwulan sebelumnya.

Berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia,

peningkatan keyakinan konsumen terjadi di Jawa

Tengah (dari 119,40 menjadi 125,47) dan Sumatera

Selatan (dari 116,93 menjadi 124,73) (Grafik 1.41).

Net ekspor antar daerah pada triwulan ini men-

galami akselerasi dari -21,04% (yoy) menjadi

-15,01% (yoy). Peningkatan kinerja net ekspor ini

terutama didorong oleh pertumbuhan ekspor

antara daerah yang meningkat cukup signifikan

yakni dari 18,26% (yoy) pada triwulan I menjadi

44,06% (yoy) pada triwulan II 2016. Hal ini tidak

terlepas dari momentum menyambut Lebaran di

awal triwulan III yang meningkat permintaan baik

dari produk pertanian maupun produk industri

pengolahan (otomotif, elektronik, tekstil).

Sebagaimana diketahui, Jawa Barat merupakan

provinsi dengan penyumbang PDRB sektor indus-

tri pengolahan terbesar terhadap PDB nasional.

Selain itu, Jawa Barat juga menjadi salah satu

lumbung beberapa produk pangan seperti daging

Grafik 2.32Pertumbuhan Ekonomi Kawasan di Indonesia (yoy)

Grafik 2.33IKK Provinsi Mitra Dagang Jawa Barat (Survei Konsumen

Bank Indonesia)

Grafik 1.38Perkembangan Neraca Perdagangan

Luar Negeri Jawa Barat

Grafik 1.39Perkembangan Neraca Perdagangan

Antar Daerah Jawa Barat

Ekspor-Impor Antar Daerah

2011

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II I IIIII IV10

15

20

25

30

35

Rp TriliunNet ekspor LN g. ekspor LN g. impor LN

2012 2013 2014 2015 2016

50

40

30

20

10

0

-10

-20

50

-5-10-15

-20-25-30-35-40-45

Rp TriliunNet ekspor DN g. ekspor DN g. impor DN

2011

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II I IIIII IV

2012 2013 2014 2015 2016

200

150

100

50

0

-50

g. PDRB (%, yoy)

Tw II’16

Tw I’16

-4 -2 0 2 4 6 8 10

Maluku & Papua

Sulawesi

Kalimantan

Balnustra

Jawa

SumateraI II III IV

2013

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II

2016

140

130

120

110

100

90

80

70

60

Indeks DKI JakartaSumut

Jateng JatimSumsel

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

21 Ekonomi Makro Regional

Grafik 1.40Perkembangan Nilai & Volume Ekspor Jawa Barat

Grafik 1.41Penjualan Ekspor Pelaku Usaha – Liaison

Bank Indonesia

Barat pada triwulan ini mencapai USD6.499 juta,

meningkat dibanding triwulan I sebesar USD5.890

juta. Peningkatan permintaan ekspor ini juga

dikonfirmasi melalui wawancara liaison kepada

pelaku usaha di Jawa Barat, di mana pada likert

scale permintaan ekspor membaik dari -0,05 pada

triwulan I 2016 menjadi 0,54 pada triwulan II 2016

(Grafik 1.43). Sama halnya dengan perkembangan

ekspor FOB, likert scale penjualan ekspor Jawa

Barat untuk pertama kalinya bernilai positif

setelah sejak awal 2015 bernilai negatif.

Kinerja ekspor luar negeri riil (ADHK 2010) Jawa

Barat mengalami akselerasi yakni dari -2,30%

(yoy) pada triwulan I 2016 menjadi 1,25% (yoy)

pada triwulan II 2016. Sejalan dengan hal tersebut,

nilai ekspor FOB (freight on board) pada triwulan

ini juga meningkat dari -3,94% (yoy) pada

triwulan I 2016 menjadi 1,57% (yoy) pada triwulan

II 2016 (Grafik 1.42). Dengan demikian, untuk

pertama kalinya kinerja pertumbuhan ekspor FOB

Jawa Barat kembali mengalami pertumbuhan

positif setelah sejak awal 2015 secara konsisten

mengalami kontraksi. Total nilai ekspor FOB Jawa

oleh subkelompok kendaraan (tumbuh dari 1,0%

menjadi 24,6%) serta elektronik (tumbuh dari

-13,1% menjadi -4,6%) (Grafik 1.45). Negara tujuan

ekspor utama untuk produk kendaraan dari Jawa

Barat adalah Thailand (30,36%) dan Jepang

(11,08%). Pertumbuhan ekspor kendaraan kepada

dua negara mitra dagang tersebut mengalami

pertumbuhan yang cukup signifikan pada

triwulan II, di mana ekspor ke Thailand tumbuh

dari -6,41% (yoy) menjadi 14,23% (yoy) sementara

ekspor ke Jepang tumbuh dari 32,28% menjadi

63,20%.

Ekspor luar negeri produk manufaktur yang memegang pangsa sekitar 99,5% terhadap total ekspor luar negeri Jawa Barat mengalami akselerasi pertumbuhan pada triwulan II 2016. Berdasarkan pangsanya, komoditas ekspor

terbesar dari Jawa Barat adalah dari

subkelompok Tekstil dan Produk Tekstil (23%),

diikuti oleh Elektronik (15,9%), Mesin (8,9%), serta

Kendaraan (8,5%) (Grafik 1.44). Pertumbuhan

ekspor luar negeri produk manufaktur Jawa Barat

pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 1,7%,

membaik dibanding pertumbuhan triwulan

sebelumnya sebesar -3,9%. Secara khusus,

peningkatan kinerja ekspor luar negeri ini dialami

Ekspor-Impor Luar NegeriEkspor Luar Negeri

I II III IV

20132012

I II III IV

2014

I II III IV I III IIIII IV

2015 2016

20.00

15.00

10.00

5.00

0.00

-5.00

-10.00

-15.00

Growth yoy (%) Growth Ekspor Growth Volume Ekspor

1.6

-4.7

2 15

10

5

0

-5

-10

2

1

1

0

-1

-1I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II

2016

Likert Scale Penjualan Ekspor - Liaison % (yoy)

-1.57

0.54

Ekspor LN (rhs)

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

22KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Grafik 1.42Struktur

Komoditas Ekspor

Jawa Barat

Grafik 1.43Pertumbuhan Ekspor Manufaktur Jawa Barat

Tabel 1.8Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Jawa Barat (HS 2 Digit)

dalam tren meningkat. Sejalan dengan hal

tersebut, pertumbuhan ekspor ke ASEAN juga

kembali membaik dari -5,55% (yoy) menjadi

-1,64% pada triwulan II 2016. Ketidakpastian yang

terus berkembang di beberapa negara-negara

maju utama mendorong investasi yang semakin

meningkat ke negara-negara berkembang

sehingga mendorong perekonomiannya

diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan

negara maju. Adapun ekspor ke Eropa juga

kembali meningkat yakni dari 0,31% (yoy) menjadi

5,25% (yoy) pada triwulan II. Hal ini turut

dikonfirmasi oleh perkembangan Purchasing

Managers Index (PMI) Eropa yang meningkat dari

51,70 pada triwulan I menjadi 52,00 pada triwulan

II (Grafik 1.47).

Sementara itu dari sisi negara tujuan, terlihat bahwa pertumbuhan ekspor Jawa Barat ke tiga kawasan tujuan ekspor utama (ASEAN, Amerika Serikat, dan Eropa) terus mencatatkan peningkatan secara konsisten sejak awal tahun. Nilai ekspor FOB dari Jawa Barat ke ASEAN,

Amerika Serikat, dan Eropa tercatat

masing-masing sebesar USD1.331 juta, USD1.392

juta dan USD972 juta. Pertumbuhan ekspor ke

kawasan utama yakni Amerika Serikat kembali

membaik yakni dari 1,14% (yoy) menjadi 5,56%

(yoy) pada triwulan II 2016 (Grafik 1.46).

Perbaikan pada ekonomi Amerika Serikat yang

terus berlanjut tercermin dari sektor tenaga kerja

yang terus membaik dan meningkatnya

pendapatan rumah tangga serta personal

consumption expenditure (PCE) yang berada

4,9%

6,9%

7,2%

7,2%

7,9%

8,5%

8,9%

15,9%

23,0

% TPT

Elektronik

Mesin

Kendaraan

Karet & Plastic

Kimia

Kulit

Makanan danMinuman

60.0%

50.0%

40.0%

30.0%

20.0%

10.0%

0.0%

-10.0%

-20.0%I II III IV

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

I II III IV

2015

I II

2016

%(yoy) ManufakturKaret & Plastik

TPTKendaraan

Elektronik

Tw I 2016

Komoditas (H S 2 Digit)

85 - Elect. machinery, sound rec., tvetc 956 16,23

8,86

7,41

7,20

6,21

5,96

5,71

5,29

3,67

3,54

3,27

26,65

522

436

424

366

351

337

312

216

208

193

1570

5891

84 - Nuclear react., boilers, mech. appli.

87 - Vehicles other than railway

61 - Articles of apparel accesories

62 - Articles of apparel acces. not knit

40 - Rubber and articles thereof

64 - Footwear, part of such articles.

55 - Man-made staple fibres

54 - Man-made filaments

48 - Paper and paperboard

39 - Plastic and articles thereof

Lainnya

Total

Nilai Ekspor(Juta USD)

Pangsa(%)

Tw II 2016

Komoditas (H S 2 Digit)

85 - Elect. machinery, sound rec., tvetc 1017 15,65

10,07

7,52

7,44

6,48

6,23

5,65

4,63

3,62

3,21

2,93

26,57

654

489

483

421

405

367

301

235

209

191

1727

6500

84 - Nuclear react., boilers, mech. appli.

87 - Vehicles other than railway

61 - Articles of apparel accesories

62 - Articles of apparel acces. not knit

40 - Rubber and articles thereof

64 - Footwear, part of such articles.

55 - Man-made staple fibres

54 - Man-made filaments

48 - Paper and paperboard

39 - Plastic and articles thereof

Lainnya

Total

Nilai Ekspor(Juta USD)

Pangsa(%)

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

23 Ekonomi Makro Regional

Grafik 1.44Ekspor Jawa Barat ke Negara/Kawasan Tujuan Utama

Grafik 1.45Perkembangan PMI Negara Mitra Dagang Utama

Grafik 1.46Perkembangan Nilai Volume Impor Jawa Barat

Grafik 1.47Pangsa Komoditas Impor Berdasarkan Jenis Penggunaan

Barat pada triwulan ini mencapai USD2.921 juta, meningkat dibanding triwulan I sebesar USD2.735 juta. Sejak awal tahun hingga akhir semester I 2106, perkembangan nilai tukar rupiah terhadap USD secara konsisten berada dalam tren menguat (Grafik 1.49) sehingga semakin mengurangi beban impor.

Kinerja impor luar negeri riil (ADHK 2010) Jawa Barat juga kembali mengalami akselerasi yakni dari 1,70% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi 4,80% (yoy) pada triwulan II 2016. Sejalan dengan hal tersebut, nilai impor CIF pada triwulan ini juga meningkat dari -3,24% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi 2,27% (yoy) pada triwulan II 2016 (Grafik 1.48). Total nilai impor CIF Jawa

2016. Meningkatnya impor barang modal ini juga sejalan dengan perkembangan investasi non-bangunan di Jawa Barat yang mulai meningkat pada triwulan II 2016. Selanjutnya, impor bahan baku juga meningkat dari 0,67% (yoy) menjadi 3,89% (yoy) pada triwulan II 2016. Sejalan dengan perkembangan impor barang modal, kenaikan impor bahan baku juga terutama terjadi pada bahan baku spare part dan aksesoris kendaraan bermotor.

Berdasarkan jenis penggunaannya, impor ke Jawa Barat didominasi oleh impor bahan baku (79,57%), sedangkan impor barang modal dan barang konsumsi masing-masing memiliki pangsa 13,82% dan 6,61% (Grafik 1.50). Secara umum, pertumbuhan impor ketiga kelompok barang mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya, dengan peningkatan terbesar pada impor barang modal dari -25,27% (yoy) menjadi -7,99% (yoy) pada triwulan II 2016 (Grafik 1.51). Secara khusus, peningkatan ini terjadi pada impor barang modal untuk kebutuhan manufaktur kendaraan & komponennya yakni dari -24,38% (yoy) pada triwulan I menjadi 110,80% (yoy) pada triwulan II

Impor Luar Negeri

Lainnya

ASEAN

Eropa

USA

g.ASEAN-rhs

g.Eropa-rhs

g.USA-rhs

2012 2013 2014 2015I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

2016

%

100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0

-5

0

5

15

10

-20

-15

-10

JepangChinaEuro US

2012 2013 2014 2015I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

2016

Index58

56

54

50

52

48

46

44

42

40

2012 2013 2014 2015 2016

Growth yoy (%)

0,00

5,00

10,0015,00

20,0025,00

-5,00-10,00

-15,00

-20,00

-25,00

Growth Impor Growth Volume Impor

12,9

2,3

I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

IDR/USD Monthly Average Quarterly Average

9/3/2

015

10/3/2

015

11/3/2

015

12/3/2

015

1/3/2

016

2/3/2

016

3/3/2

016

4/3/2

016

5/3/2

016

6/3/2

016

7/3/2

016

8/3/2

016

8/3/2

015

USD/IDR

13.800

14.000

14.200

14.400

14.600

14.800

15.000

13.600

13.400

13.200

13.000

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

24 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Di sisi lain, meningkatnya prospek ekspor luar

negeri khususnya manufaktur dari Jawa Barat

turut meningkatkan prospek pertumbuhan impor

luar negeri, khususnya bahan baku yang menjadi

komoditas impor utama Jawa Barat. Masih

berlanjutnya tren penguatan/apresiasi rupiah

hingga Agustus 2016 diprakirakan dapat menjadi

pertimbangan perusahaan untuk melakukan

stock building seiring dengan beban valas yang

lebih rendah. Implementasi salah satu poin dalam

Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II yakni insentif

fasilitas di Kawasan Pusat Logistik Berikat (PLB)

yang membebaskan bea masuk impor di PLB

dapat menjadi pertimbangan pelaku usaha di

subsektor TPT untuk meningkatkan impor kapas

ke depannya. Dengan adanya gudang kapas

pada PLB di Cikarang Dry Port, maka beban

logistik impor kapas akan semakin murah. Selain

itu, dengan berlangsungnya musim tanam serta

adanya kendala cuaca, diperkirakan transaksi

impor antar daerah akan meningkat khususnya

terkait pemenuhan kebutuhan pangan.

Kinerja ekspor Jawa Barat juga diperkirakan kem-

bali mengalami akselerasi pada triwulan III 2016

dengan tumbuh pada rentang 15,8% - 16,2%.

Sejalan dengan hal tersebut, kinerja impor juga

diperkirakan kembali meningkat pada rentang

14,1% - 14.5%. Peningkatan kinerja ekspor khusus-

nya luar negeri seiring dengan perbaikan secara

bertahap pada perekonomian negara tujuan

ekspor utama khususnya Amerika Serikat serta

ASEAN yang masih tumbuh solid. Selain itu,

strategi diversifikasi ekspor yang terus diterapkan

oleh pelaku usaha juga berperan dalam peningka-

tan ekspor. Peningkatan harga beberapa komodi-

tas dunia, khususnya minyak mentah umumnya

akan diikuti dengan peningkatan harga jual

beberapa produk ekspor Jawa Barat khususnya

produk tekstil dengan bahan polyester. Perdagan-

gan antar daerah juga diperkirakan meningkat

khususnya mengacu kepada prospek pertumbu-

han DKI Jakarta yang menjadi tujuan ekspor

utama seiring dengan reformasi strukturalnya,

serta meningkatnya pertumbuhan provinsi mitra

dagang lainnya seperti Jawa Tengah, Jawa Timur,

dan Banten.

Tracking Triwulan III 2016

Grafik 1.48Pangsa Komoditas Impor Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 1.49Perkembangan Impor Jenis Penggunaan

I II III IV2013

Bahan Baku Konsumsi Modal100%90%80%70%60%50%40%30%20%10%0%

I II III IV2014

I II I IIIII IV2015 2016

1008060

40

20

0

-20

-40

% (YOY) % (YOY)Bahan Baku Brg Konsumsi Brg Modal - kanan

2011I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II I IIIII IV

2012 2013 2014 2015 2016

250

200

150

100

50

0

-50

-100

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

25 Ekonomi Makro Regional

penopang utama perekonomian Jawa Barat

dengan pangsa mencapai 75,05%. Industri

pengolahan yang pada triwulan II tumbuh 5,46%

dengan pangsa sebesar 43,13% menjadi motor

utama penggerak perekonomian Jawa Barat

Pada triwulan II 2016, 4 (empat) lapangan usaha

yang terdiri dari Industri Pengolahan; Perdagan-

gan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor; Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan; serta Konstruksi masih menjadi

yang rendah menyebabkan panen berjalan lancar

dan produktivitas pertanian meningkat. Di samp-

ing itu berbagai program pemerintah Jawa Barat

dalam rangka pembangunan ketahanan pangan

juga turut mendorong kinerja lapangan usaha

pertanian, seperti: optimalisasi pemanfaatan

lahan sawah melalui peningkatan lndeks Pertana-

man (IP), pengembangan ahan pertanian pangan

berkelanjutan untuk antisipasi alih fungsi lahan,

pencetakan sawah baru dan perbaikan serta

pemeliharaan jaringan irigasi. Pada triwulan ini,

lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi men-

galami pertumbuhan tertinggi mencapai 18,46%.

Kondisi perekonomian yang membaik

berdampak pada peningkatan permodalan dan

likuiditas perbankan di triwulan II 2016. Hal ini

juga mendorong perbankan lebih percaya diri

dalam menyalurkan kredit, tercermin dari penyal-

uran kredit perbankan Jawa Barat yang tumbuh

dari 10,06% ke 10,44%.

Dari sisi lapangan usaha, tiga lapangan usaha

utama penopang perekonomian Jawa Barat yakni

industri pengolahan, perdagangan besar-eceran

& reparasi mobil-motor serta pertanian, kehutan-

an, perikanan tumbuh meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya. lndustri pengolahan masih

memberikan andil pertumbuhan terbesar (2,36%),

diikuti dengan lapangan usaha perdagangan

(0,65%) dan konstruksi (0,55%).

Sebagaimana prakiraan Bank Indonesia sebelum-

nya, lapangan usaha pengolahan dan perdagan-

gan pada triwulan II 2016 ini tumbuh meningkat

sebagai bentuk respon pelaku usaha terhadap

kenaikan permintaan masyarakat yang didorong

oleh menguatnya keyakinan konsumen serta

momen Ramadhan dan Lebaran. Sementara itu,

lapangan usaha pertanian memberikan andil

0,42% dengan laju pertumbuhan yang menggem-

birakan dari sebelumnya -1,90% ke 4,87% (yoy).

Kondisi cuaca yang stabil dengan efek La Nina

Tabel 1.9Struktur PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

Sumber: BPS, hasil kalkulasi staf BIKet: r) Angka Revisi

1.2. Sisi Penawaran

Lapangan Usaha 2013r)

2.48

43.68

0.08

8.03

2.20

43.88

0.08

8.62

2.25

43.49

0.08

7.73

2.31

43.31

0.08

7.93

2.30

42.94

0.08

8.23

2.23

44.03

0.08

8.62

2.27

43.44

0.08

8.13

2.07

43.53

0.08

7.81

1.93

8.45 6.42 8.40 8.69 8.03 5.67 7.71 7.84 8.61

0.56 0.56 0.47 0.48 0.47 0.50 0.48 0.47 0.44

16.25 16.50 15.60 15.56 15.83 16.08 15.77 15.20 15.31

4.39 4.64 4.73 4.66 4.75 4.63 4.69 4.84 4.71

2.38 2.34 2.44 2.48 2.46 2.49 2.47 2.53 2.50

2.80 3.34 3.43 3.41 3.43 3.61 3.47 3.81 3.69

2.41 2.42 2.48 2.29 2.46 2.54 2.45 2.60 2.56

1.15 1.16 1.16 1.14 1.14 1.15 1.15 1.19 1.15

0.39 0.40 0.41 0.41 0.41 0.41 0.41 0.42 0.41

2.16 2.16 1.99 1.95 2.13 2.20 2.07 1.99 2.10

2.35 2.61 2.61 2.63 2.67 2.82 2.69 2.75 2.66

0.61 0.69 0.74 0.72 0.72 0.76 0.74 0.78 0.73

1.86 1.96 1.98 1.96 1.96 2.09 2.00 2.09 2.00

100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

43.13

0.08

8.01

2014r)2015

20152016

Ir) IIr) Ir) IIIIIr) IV

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik, Gas

Pengadaan Air

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi & Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanandan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa Lainnya

PDRB

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

26KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Sumber: BPS, perhitungan staf BIKet: r) Angka Revisi

Sumber: BPS, hasil kalkulasi staf BIKet: r) Angka Revisi

Tabel 1.11Andil Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha

Tabel 1.10Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Lapangan Usaha (% yoy)

Lapangan Usaha 2013r)

-1.25

7.19

6.50

8.15

1.57

5.11

5.95

5.45

-8.42

3.98

9.84

6.02

5.31

3.23

6.62

5.18

-0.25

4.86

6.87

7.63

6.53

5.58

0.78

5.11

0.54

4.42

5.88

5.98

-3.38

5.24

2.46

6.17

-11.64

4.50 0.58 4.55 5.62 -4.99 -5.63 0.12 -1.88 4.87

8.15 4.79 -12.67 -6.67 -7.95 -5.32 -8.14 3.63 -2.84

5.21 3.31 3.58 3.93 4.64 2.53 3.66 2.41 4.16

4.91 7.78 11.22 11.31 11.10 4.98 9.58 7.57 6.90

4.75 6.00 8.24 6.34 6.09 11.89 8.10 9.24 6.68

9.10 17.47 17.96 19.12 14.87 13.73 16.31 16.71 14.43

12.42 4.36 8.88 1.78 7.95 10.72 7.36 10.18 18.46

5.41 4.46 7.21 6.47 4.23 4.07 5.46 7.93 6.86

7.79 6.92 6.44 8.01 8.88 9.21 8.15 7.71 6.61

-1.39 0.46 0.98 4.38 8.76 7.10 5.38 5.01 13.95

8.93 14.43 7.95 8.43 10.43 13.72 10.19 10.66 7.30

6.61 15.78 14.71 12.82 13.00 15.98 14.14 11.86 7.33

7.88 8.80 8.03 7.96 7.94 11.78 8.96 10.88 7.81

6.33 5.09 4.91 4.94 5.02 5.23 5.03 5.13 5.88

5.46

5.62

6.95

2014r)2015

20152016

Ir) IIr) Ir) IIIIIr) IV

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertambangan dan penggalian

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik, Gas

Pengadaan Air

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi & Makan Minum

Informasi dan Komunikasi

Jasa Keuangan

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan, Pertahanandan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa Lainnya

PDRB

Administrasi Pemerintahan, Pertahanandan Jaminan Sosial Wajib

Pertambangan dan Penggalian

2014

2015 2016

2015

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik, Gas

Pengadaan Air

Perdangangan Besar dan Eceran, danReparasi Mobil dan Sepeda Motor

Konstruksi

Transportasi dan Pergudangan

Informasi dan Komunikasi

Penyediaan Akomodasi dan Makanan

Jasa Keuangan

Real Estate

Jasa Perusahaan

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Jasa Lainnya

PDRB

0,04 -0,22

Lapanangan Usaha

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

-0,12 -0,01 0,14 0,01 -0,08 -0,27

0,05 0,38 0,49 -0,44 -0,36 0,01 -0,16 0,42

2,23 1,75 1,42 2,09 2,45 1,93 2,28 2,36

0,03 -0,07 -0,04 -0,04 -0,03 -0,04 0,02 -0,01

0,00 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00

0,44 0,46 0,41 0,440,61 0,48 0,48 0,55

0,54 0,57 0,62 0,74 0,42 0,59 0,38 0,65

0,34 0,50 0,50 0,50 0,23 0,43 0,36 0,32

0,14 0,19 0,16 0,15 0,28 0,19 0,23 0,17

0,49 0,55 0,58 0,47 0,46 0,51 0,57 0,49

0,10 0,10 0,09 0,09 0,11 0,10 0,09 0,05

0,16 0,15 0,15 0,23 0,23 0,17 0,22 0,15

5,09 4,91 4,94 5,02 5,23 5,03 5,13 5,88

0,11 0,21 0,04 0,19 0,26 0,18 0,25 0,42

0,05 0,08 0,07 0,05 0,05 0,06 0,09 0,08

0,03 0,03 0,03 0,03 0,04 0,03 0,03 0,03

0,01 0,02 0,09 0,18 0,15 0,11 0,10

0,270,34 0,20 0,21 0,27 0,36 0,26 0,28

0,19

I II IIIr) I IIr)

r)

r) r) IV

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

27 Ekonomi Makro Regional

Peningkatan kinerja Sektor Industri Pengolahan tidak lepas dari dampak menguatnya konsumsi masyarakat. Hal ini terkonfirmasi dari hasil survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat dari 106,5 menjadi 109,4 pada Tw II 2016, diikuti peningkatan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekonomi Kedepan (IEK). Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) Tw II 2016 meningkat dari 88,5 menjadi 90,4. Peningkatan ini diikuti oleh peningkatan pada komponen penyusunannya dengan kenaikan terbesar pada Indeks Konsumsi Barang Kebutuhan Tahan Lama (durable goods) yakni dari 76,2 menjadi 85,6. Selain menunjukkan peningkatan keyakinan masyarakat, indeks konsumsi durable goods ini juga merupakan sinyal positif meningkatnya konsumsi mas-yarakat atas produk otomotif dan elektronik yang merupakan salah satu unggulan manufak-tur Jabar.

Kinerja lapangan usaha atau Sektor Industri Pengolahan pada triwulan II 2016 tercatat meningkat pada level 5,46% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,24% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan Sektor Indus-tri Pengolahan Jawa Barat terutama bersumber dari membaiknya kinerja industri alat angkutan yang memiliki pangsa kurang lebih 18,55% dari total industri pengolahan di Jawa Barat. Di samping itu, kinerja industri pengolahan makanan dan minuman juga terindikasi membaik sejalan dengan meningkatnya permintaan mas-yarakat selama bulan Ramadhan. Meski demiki-an, berdasarkan data produksi industri manufak-tur BPS Provinsi Jawa Barat yang dirilis pada triwulan II 2016, produksi industri manfaktur besar dan sedang tercatat mengalami pertum-buhan tahunan sebesar 9,45%, relatif stabil dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2016 sebesar 9,47%. Demikian halnya pertumbuhan tahunan produksi industri manufaktur mikro kecil yang tercatat melambat dari triwulan I 2016 sebesar 2,81% menjadi 2,33% di triwulan II 2016.

1.2.1. Industri Pengolahan

Evaluasi Triwulan II 2016

Grafik 1.50 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.51 Indeks Kondisi Ekonomi

109,4

128,4

90,4

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

70,0

80,0

90,0

100,0

110,0

120,0

130,0

140,0

150,0

2012 2013 2014 2015 2016I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Penghasilan Saat Ini

Indeks Konsumsi Barang Kebutuhan Tahan Lama

2012 2013 2014 2015 2016

Pesi

mis

Opt

imis

40,0

50,0

60,0

80,0

70,0

90,0

100,0

120,0

110,0

130,0

140,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

28KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

-5,35% menjadi 8,87%. Perbaikan kinerja ini

diprediksi masih akan berlanjut hingga triwulan III

2016. Penjualan ekspor produk otomotif juga

tercatat meningkat signifikan baik kategori CBU

(Complete Built Up), CKD (Complete Knock

Down) set dan komponen yang meningkat

masing-masing dari -28,87% ke 1,93%; 24,79% ke

122,64%; dan 13,16% ke 44,81%. Peningkatan

penjualan ekspor otomotif memberikan sinyal

perbaikan yang diaharapkan bertahan hingga

akhir tahun 2016, setelah pada tahun sebelumnya

sempat mengalami kontraksi.

Peningkatan kinerja Sub Sektor Industri Alat

Angkutan di Jawa Barat terkonfirmasi dari

peningkatan produksi mobil nasional serta

penjualan mobil nasional baik penjualan domestik

maupun penjualan ekspor, di mana industri alat

angkutan Jawa Barat memiliki pangsa terbesar

terhadap industri manufaktur alat angkutan

nasional. Berdasarkan data GAIKINDO, produksi

mobil nasional hingga Tw II 2016 menunjukkan

perbaikan pertumbuhan yang signifikan dari

-5,05% menjadi 13,36%. Selain itu, penjualan

domestik mobil nasional juga meningkat dari

Grafik 1.54 Ekspor Mobil Nasional

Grafik 1.52 Produksi Mobil Nasional Grafik 1.53 Penjualan Mobil Nasional

13,36%

2014 2015 2016

0

50.000

100.000

200.000

150.000

250.000

350.000

300.000

400.000

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

-5,00%

-10,00%

-15,00%

-20,00%

Produksi g.Produksi

I II III IV I II IIIII IV I

8,87%

0

50.000

100.000

200.000

150.000

250.000

350.000

300.000

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

-5,00%

-10,00%

-15,00%

-20,00%

-25,00%

Market g.Market

2014 2015 2016I II III IV I II IIIII IV I

g_Ekspor (CBU)

g_Ekspor (CKD SET)

g_EKspor (components)-pieces

2014 2015 2016

0

50.000

100.000

200.000

150.000

250.000

300.000

I II III IV I II IIIII IV I

Sumber: GAIKINDO, diolah Sumber: GAIKINDO, diolah

Sumber: GAIKINDO, diolah

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

29 Ekonomi Makro Regional

menjadi -7,3%). Di samping itu, pada triwulan II

2016 terdapat kenaikan impor bahan baku dipros-

es dari 1,7% menjadi 7,4% yang mengindikasikan

peningkatan proses produksi oleh perusahaan

manufaktur.

Peningkatan performa industri manufaktur Jawa

Barat juga tercermin dari kinerja ekspor produk

manufaktur Jawa Barat yang pada triwulan II 2016

mengalami peningkatan pertumbuhan dari -3,9%

menjadi -1,8%, khususnya untuk kendaraan (dari

7,4% menjadi 14,9%) dan elektronik (dari -13,1%

dapi permintaan produk tekstil yg meningkat

selama Ramadhan dan Lebaran. Selain itu, indeks

penggunaan tenaga kerja, investasi dan harga jual

industri pengolahan di triwulan II 2016 juga

menunjukkan peningkatan (masing-masing -2,20

ke -1,93 SBT, 1,51 ke 2,49 SBT dan 3,88 ke 4,18

SBT). Kenaikan penggunaan tenaga kerja merupa-

kan respon perusahaan dalam menghadapi

kenaikan permintaan sedangkan kenaikan indeks

investasi menunjukkan adanya performa usaha

positif yang membuat perusahaan memiliki

kemampuan untuk ekspansi.

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) oleh Bank

Indonesia turut mengkonfirmasi hal ini. Hasil

SKDU mengindikasikan bahwa industri pengolah-

an mencatatkan pertumbuhan dibanding triwulan

I 2016, terlihat dari peningkatan indeks realisasi

usaha manufaktur yang cukup signifikan dari

-6,28 ke 2,49 SBT. Peningkatan kinerja manufaktur

ini didorong oleh membaiknya permintaan ekspor

maupun domestik khususnya menghadapi

Ramadhan dan Lebaran di akhir Tw II 2016. Dari

SKDU juga terlihat peningkatan kapasitas produk-

si industri manufaktur dari 77,93% ke 78,69%,

seperti industri tekstil yang kapasitasnya mening-

kat dari 79,23% ke 80,11% sebagai respon mengha-

Grafik 1.55 Produksi Mobil Nasional Grafik 1.56 Penjualan Mobil Nasional

Grafik 1.57 Indeks SKDU Grafik 1.58 Kapasitas Produksi - SKDU

Karet & Plastik

Manufaktur

TPT

Kendaraan

Elektronik

2012 2013 2014 2015 2016

% (yoy)

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

-10,00%

-20,00%I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

Impor Barang Konsumsi Non Durable

Impor Bahan Baku Diproses

7,4

200

% (YOY)

150

100

50

0

-50

2012 2013 2014 2015 2016

% (yoy)

-10

-5

0

5

10

15

-15

-20

12,5

I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

Tenaga Kerja

Realisasi Usaha

Investasi

Harga Jual

2012 2013 2014 2015 2016

% SBT

-10

-5

0

5

10

15

-15

4,18

1,89

-1,93

2,49

I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

TekstilKap Produksi

2012 2013 2014 2015 2016

%

60

65

70

75

80

85

90

55

80,11

78,69

I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

Sumber: GAIKINDO, diolah

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

30KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

menyebutkan bahwa pembiayaan perusahaan manufaktur lebih banyak berasal dari non-bank (parent company) dengan proporsi rata-rata: pembiayaan investasi sebesar 28,2% (bank) dan 71,70% (non bank) dan pembiayaan modal kerja 28,01% (bank) dan 71,99& (non bank). Dengan demikian, meski laju pertumbuhan kredit manu-faktur melambat namun kinerja sektor dapat tetap tumbuh karena pembiayaan yang sebagian besar berasal dari parent company (non-bank). Namun demikian, repayment capacity industri pengolahan perlu diwaspadai, khususnya subsek-tor Mamin dan Elektronik yang mengalami kenaikan NPL cukup tinggi, dari 3,12% di Tw I men-jadi 13,96% untuk Mamin, sedangkan elektronik dari 1,99% menjadi 14,40%. Selain itu, risiko nilai tukar atas pembiayaan dari parent company di luar negeri juga perlu diwaspadai.

Informasi liaison mengindikasikan bahwa penjual-an eskpor perusahaan manufaktur mencatatkan pertumbuhan yangg meningkat sebagai dampak dari mulai membaiknya kondisi perekonomian negara mitra dagang, di samping mulai dilakukan-nya diversifikasi negara tujuan ekspor. Selain itu, penjualan domestik juga terindikasi tumbuh meningkat sebagai dampak dari momen Ramad-han dan Lebaran yang mendorong produksi sektor pengolahan khususnya makana minuman dan tekstil.Di sisi lain, perkembangan kredit atau pembiayaan dari perbankan pada Sektor Industri Pengolahan masih tumbuh melambat. Laju pertumbuhan kredit industri pengolahan pada triwulan II 2016 menurun dari 3,51 (yoy) menjadi -2,14 (yoy) yang dibarengi dengan kenaikan NPL dari 2,55% menja-di 4,80%. Meski demikian, informasi liaison

Tw II sebesar 92,0 menjadi 97,0. Peningkatan ini diikuti oleh peningkatan pada komponen peny-usunannya dengan kenaikan terbesar pada Indeks Konsumsi Barang Kebutuhan Tahan Lama (dari 87,4 menjadi 92,4). Selain menunjukkan peningka-tan keyakinan masyarakat, indeks konsumsi dura-ble goods ini juga sinyal positif meningkatnya konsumsi masyarakat atas produk otomotif dan elektronik yg merupakan salah satu unggulan manufaktur Jawa Barat. Namun demikian, laju pertumbuhan kredit industri pengolahan yang pada Juli 2016 menurun dari -2,14 (yoy) menjadi -4,21 (yoy) menjadi sinyal bahwa pertumbuhan industri pengolahan akan sedikit tertahan diband-ingkan triwulan II 2016.

Industri pengolahan di triwulan III 2016 diperkira-kan tumbuh stabil dibandingkan triwulan II, kinerja industri otomotif diperkirakan masih positif namun berlalunya momen Ramadhan membuat pertumbuhan industri manufaktur khususnya mamin dan tekstil tidak setinggi sebelumnya. Industri pengolahan di triwulan III 2016 diperkira-kan tumbuh dalam kisaran 5,2% - 5,6% (yoy). Indikasi ini juga sejalan dengan Prompt Manufac-turing Index (PMI) Prakiraan industri pengolahan yang mengalami peningkatan dari 47,44% ke 55,55%, dengan peningkatan utama di indeks prakiraan volume produksi dan penggunaan tenaga kerja. Selain itu, Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) hingga Agustus 2016 meningkat dari

Tracking Triwulan III 2016

Grafik 1.59 Prompt Manufacturing Indeks Grafik 1.60 Kredit Industri PengolahanSumber: Survei Bank Indonesia

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

31 Ekonomi Makro Regional

sebesar 7,2%. Peningkatan ini terutama didominasi

oleh impor bahan makanan yang naik signifikan

dari -49,0% ke 383,9%. Selain itu, perdagangan

besar seperti otomotif dan elektronik juga

tercatat membaik yang terkonfirmasi dari

peningkatan indeks Konsumsi Barang Kebutuhan

Tahan Lama (durable goods) dari 76,2 menjadi

85,6. Peningkatan penjualan kendaraan

b e r m o t o r t e r k o n fi r m a s i d a r i

meningkatnya pengajuan ijin kepemilikan

kendaraan bermotor khususnya mobil yang

mengalami pertumbuhan dari 9,40% ke 11,31%.

Sementara itu, subsektor reparasi juga tercatat

mengalami peningkatan seir ing dengan

meningkatnya permintaan servis dan reparasi

kendaraan menjelang musim mudik. Hal ini

terkonfirmasi dari peningkatan indeks penjualan

riil (IPR) suku cadang dari 12,67% di triwulan I 2016

menjadi 29,36% yang menunjukkan naikknya

harga suku cadang akibat kenaikan permintaan.

Kinerja lapangan usaha perdagangan besar,

eceran & reparasi pada triwulan II 2016 meningkat

dari triwulan s e b e l u m n y a s e i r i n g d e n g a n

meningkatnya keyakinan konsumen dan sesuai

pola historis kenaikan konsumsi barang eceran

saat Ramadhan, Lebaran dan Libur Sekolah yang

jatuh di bulan yg sama. Kinerja lapangan usaha

Perdagangan Besar-Eceran & Reparasi

Mobil-Sepeda Motor tumbuh dari 2,41% menjadi

4,16% d i t r i w u l a n I I 2 0 1 6 .

Sama halnya dengan kinerja industri pengolahan,

peningkatan kinerja sektor perdagangan di

triwulan II 2016 juga merupakan dampak dari

peningkatan konsumsi masyarakat, terutama yang

didorong oleh momen Ramadhan dan Tahun

Ajaran Baru. Pola historis pembelian barang

konsumsi terutama mamin yang meningkat saat

Ramadhan dan menjelang Hari Raya salah satunya

t e r c e r m i n d a r i p e r t u m b u h a n impor

barang konsumsi pada triwulan II 2016 sebesar

7,9% meningkat dibandingkan triwulan I 2016

Grafik 1.61 Impor Barang Konsumsi Grafik 1.62 Indeks konsumsi durable goods

Grafik 1.63Pengajuan Izin Kepemilikan Kendaraan Bermotor

Grafik 1.64 Indeks Penjualan Riil Suku Cadang

1.2.2. Perdagangan Besar-Eceran & Reparasi Mobil-Sepeda Motor

I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

Impor Bahan Makanan - kanan

Impor Barang Konsumsi

2012 2013 2014 2015 2016

% (YOY)

0

1020

30

4050

6070

80

90100

-10

300

400

500

% (YOY)

200

100

0

-100

-200

7,9

383,9

Mobil Pribadi Baru

11,31

2014 2015 2016

Growth yoy (%)

-10

-5

0

5

10

15

20

25

-15

-25

-20

I II III IV I II IIIII IV I 2013 2014 2015 2016

Indeks (Rebase 2010)

0

5

10

15

20

25 IPR Suku Cadang dan AksesoriGrowth yoy (%)

-10

0

10

20

30

40

50

50

70

-20

29,16

I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

2012 2013 2014 2015 2016

70,0

80,0

90,0

100,0

110,0

120,0

130,0

140,0

150,0137,6

116,5

95,4

I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

Pesi

mis

Opt

imis

Evaluasi Triwulan II 2016

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

32KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

penggunaan tenaga kerja merupakan respon

perusahaan dalam menghadapi tingginya

permintaan sedangkan kenaikan indeks investasi-

menunjukkan adanya performa usaha positif yang

membuat perusahaan memiliki kemampuan

menambah investasi. Namun, indeks harga jual

sektor perdagangan menunjukkan penurunan dari

6,46 ke 4,52 SBT. Dengan kondisi peningkatan

volume penjualan, hal ini mengindikasikan pelaku

usaha perdagangan menurunkan harga jual untuk

menarik lebih banyak pembeli dalam merespon

persaingan penjualan di momen Ramadhan dan

Lebaran.

Peningkatan kinerja Sektor Perdagangan

dan Reparasi juga terkonfimasi dari indeks

realisasi usaha SKDU. Hasil SKDU mengindi-

kasikan bahwa sektor perdagangan men-

catatkan pertumbuhan dibanding triwulan I

2016, terlihat dari peningkatan indeks realisasi

usaha yang signifikan dari -1,03 ke 7,55 SBT. Hal ini

disebabkan meningkatnya penjualan barang retail

khususnya mamin ketika Ramadhan. Pertumbu-

han tersebut juga terindikasi dari peningkatan

indeks penggunaan tenaga kerja dan investasi

sektor perdagangan dari 0,16 ke 2,57 SBT (tenaga

kerja) dan 0,16 ke 2,46 SBT (investasi). Kenaikan

Grafik 1.65 SKDU Perdagangan Grafik 1.66 Indeks Harga Jual

Grafik 1.67 Kredit Sektor Perdagangan Grafik 1.68 Kredit Konsumsi

konsumsi pada triwulan II 2016 juga meningkat

dibandingkan triwulan I 2016, yakni dari 13,00%

menjadi 13,58%. Meski demikian repayment

capacity sektor perdagangan yang ditunjukkan

dari peningkatan NPL dari 4,74% mjd 4,82%

(mendekati 5%) perlu diwaspadai.

Dari segi perbankan, pembiayaan perbankan

pada sektor perdagangan melalui kredit

mengalami pertumbuhan pada triwulan II 2016,

meningkat dari 7,91% (yoy) menjadi 9,45% (yoy).

Hal ini menjukkan meningkatnya kepercayaan

perbankan pada kinerja sektor perdagangan di

triwulan II 2016. Laju pertumbuhan kredit

Tenaga KerjaRealisasi Usaha Investasi

% SBT

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

-8

2012 2013 2014 2015 2016

7,55

2,46

2,57

I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

2012 2013 2014 2015 2016

% SBT

2

3

-2

5

6

7

8

9

10

1

Harga Jual

4,52

I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

Tenaga KerjaIPR Suku Cadang dan Aksesori

2013 2014 2015 2016

10,00

0,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

90,00

80,00

5,00

0,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

45,00

50,00

YOY

40,00

9,45

I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

GrowthKK

2013 2014 2015 2016I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

50,00

0,00

100,00

150,00

200,00

250,00

5,00

0,00

10,00

15,00

20,00

25,00YOY

13,58

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

33 Ekonomi Makro Regional

Grafik 1.69 Indeks Penjualan Eceran (IPR) Grafik 1.70 IPR Suku Cadang

Grafik 1.71 Kredit Sektor Perdagangan hingga Juli 2016 Grafik 1.72 Kredit Konsumsi hingga Juli 2016

35,0% ke 26,0% yang menunjukkan perlambatan pada kinerja subsektor servis kendaraan bermotor yang ditunjukkan dengan adanya penurunan permintaan atas suku cadang. Pembiayaan perbankan pada sektor perdagangan melalui kredit juga mengalami perlambatan pada Juli 2016, turun dari 9,45% (yoy) menjadi 8,95% (yoy). Hal ini menunjukkan sektor perdagangan mulai membatasi ekspansi seiring berlalunya momen Ramadhan yang turut mengurangi jumpah permintaan masyarakat akan barang-barang konsumsi. Selain itu, laju pertumbuhan kredit konsumsi pada Juli 2016 juga menurun dibanding-kan triwulan II 2016 (dari 13,58% menjadi 13,15%) seiring mulai normalnya kebutuhan konsumsi masyarakat dengan berlalunya Ramadhan dan Tahun Ajaran Baru.

Kinerja lapangan usaha Perdagangan besar, eceran & reparasi pada TW III 2016 diperkirakan melambat dibanding triwulan sebelumnya seiring dengan berlalunya momen Ramadhan dan Tahun Ajaran Baru. Pada triwulan II 2016 lapangan usaha ini diperkirakan tumbuh dalam kisaran 3,7% - 4,1%. Meski indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mening-kat dari 111,9 di triwulan II 2016 menjadi 118,2 pada Tw III (Agustus) 2016, diikuti peningkatan IKE dan IEK namun Indeks Penjualan Riil menunjukkan arah perlambatan dibandingkan triwulan sebel-umnya, dari 15,2% menjadi 7,8%, terutama terlihat dalam penurunan IPR makanan minuman dan tembakau yang turun dari 12,1% ke 8,6%. Penurunan indeks ini menunjukkan berkurangnya permintaan barang eceran di masyarakat. Sejalan dengan IPR makanan minuman dan tembakau, IPR suku cadang juga mengalami penurunan dari

Tracking Triwulan III 2016

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Grafik 1.73 SKDU Pertanian Grafik 1.74 Perkiraan Dampak La Nina

1.3.3. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

tidak terkendala. Peningkatan kinerja sektor

pertanian triwulan II 2016 juga tercermin dari

peningkatan prognosa produksi dibanding triwu-

lan sebelumnya pada beberapa komoditas, seperti

: bawang merah, cabai merah dan cabai rawit

(informasi Dispertan Jabar). Realisasi produktivi-

tas padi sawah hingga Juni 2016 telah mencapai

101,77% sedangkan padi ladang sebesar 112,52%

dari sasaran tahun 2016 (kuintal/hektar). Kondisi

cuaca yang lebih baik dibandingkan tahun 2015

menyebabkan produksi beras pada musim panen

tahap I 2016 ini lebih baik dibandingkan tahun

sebelumnya. Demikian halnya dengan produktivi-

tas kentang yang mencapai 140,09% (kuintal/Ha)

dan bawang merah 10,69% (Kuintal/Ha) dari sasa-

ran. Informasi dari BMKG menyebutkan bahwa

pada triwulan II 2016, dampak iklim global di Jawa

Barat masuk kategori moderat (La Nina lemah)

sehingga tidak menyebabkan curah hujan berlebih

yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman

pangan serta ternak.

Kinerja sektor Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan pada triwulan laporan tumbuh sebesar

4,17% setelah pada triwulan sebelumnya terkon-

traksi -1,88%. Peningkatan kinerja Sektor Pertanian

yang cukup signifikan terutama disebabkan oleh

pergeseran masa tanam akibat El Nino. Masa

tanam yang seharusnya berada pada triwulan IV

2015 bergeser menjadi triwulan I 2016 sehingga

panen raya terjadi di triwulan II 2016. Berdasarkan

hasil liaison, kondisi cuaca yang baik pada triwu-

lan II 2016 mendukung keberlangsungan musim

panen serta peningkatan kualitas komoditas

khususnya produk holtikultura seperti cabai. Hasil

SKDU mengindikasikan bahwa sektor pertanian

mencatatkan pertumbuhan dibanding Tw I 2016,

terlihat dari peningkatan indeks realisasi usaha

dari 0,09 ke 5,38 SBT. Pertumbuhan tersebut juga

terindikasi dari peningkatan indeks penggunaan

tenaga kerja dan investasi sektor pertanian dari

-1,24 ke 0,78 SBT (tenaga kerja) dan 0,54 ke 2,36

SBT (investasi). Kondisi cuaca yang mendukung

dengan efek La Nina yang lemah membuat panen

Tenaga Kerja

Realisasi Usaha

Investasi

2012 2013 2014 2015 2016

I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

% SBT

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

-8

5,38

0,70

2,36

Oct

Jul

Ap

r

Jan 2016

Oct

Jul

Ap

r

Jan 2015

Oct

Jul

Ap

r

Jan 2014

Oct

Jul

Ap

r

Jan 2013

Oct

Jul

Ap

r

Jan 2012

Oct

Jul

Ap

r

Jan 2011

Oct

Jul

Ap

r

Jan 2010

Oct

Jul

Ap

r

Jan 200

9

Aliran massa uap air dariIndonesia SamuderaPasifik

Aliran massa uap air dariSamudera Pasifik Indonesia

3,0

3,5

2,5

1,5

2,0

1,0

0,5

-3,0

-3,5

-2,5

-1,5

-2,0

-1,0

-0,5

0

El Nino Kuat

El Nino Kuat

El Nino Moderate

El Nino Moderate

Ind

eks

Nin

o

El Nino Lemah

El Nino Lemah

Normal

CurrentJamstec

NCEP/NOAABoM

BMKG

34KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Evaluasi Triwulan II 2016

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II 2016

yang mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan I 2016. Peningkatan NTP merupakan

indikasi kesejahteraan petani mengalami

perbaikan akibat naiknya daya beli petani di

pedesaan. Hal ini tercermin dari indeks yang

diterima petani naik lebih tinggi dibandingkan

dengan indeks yang dibayar petani. Peningkatan

NTP tersebut juga dapat disebabkan oleh

membaiknya kondisi panen pada triwulan laporan.

Peningkatan NTP Jawa Barat pada triwulan II 2016

didorong oleh NTP subsektor hortikultura,

tanaman pangan dan perikanan. Sedangkan NTP

subsektor tanaman perkebunan rakyat dan NTP

peternakan tumbuh melambat pada triwulan II

2016. Subsektor yang mengalami pertumbuhan

NTP paling besar adalah subsector holtikultura

yang tumbuh sebesar 6,48%, diikuti dengan

subsektor perikanan dan tanaman pangan yang

masing-masing tumbuh 0,25% dan -2,06%.

Program pemerintah dalam rangka pembangunan

ketahanan pangan juga diperkirakan ikut

mendorong kinerja sektor pertanian, seperti:

optimalisasi pemanfaatan lahan sawah melalui

peningkatan Indeks Pertanaman (IP),

pengembangan lahan pertanian pangan

berkelanjutan untuk antisipasi alih fungsi lahan,

pencetakan sawah baru, perbaikan dan

pemeliharaan jaringan irigasi, perbaikan teknologi

budidaya, serta pengembangan konservasi,

rehabilitasi lahan dan air. Selain itu, program

Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang menambah

luas tambah tanam (LTT) sebanyak 962.625

hektar untuk periode April sampai September

2016 diperkirakan semakin mendorong

produktivitas pertanian hingga akhir tahun.

Hingga Juli lalu target dimaksud telah terpenuhi

69,42%.

Peningkatan kinerja lapangan ushaa pertanian

juga terkonfirmasi dari pertumbuhan tahunan

35 Ekonomi Makro Regional

Grafik 1.75 NTP Jawa Barat dan Komponen Penyusunnya Grafik 1.76 NTP Berdasarkan Subsektor di Jawa Barat

Grafik 1.77 Kredit Sektor Pertanian Grafik 1.78 NPL Sektor Pertanian

dari 3,89% menjadi 4,19% yang dibarengi dengan penurunan NPL dari 7,02% menjadi 6,99%. Pertumbuhan penyaluran kredit di sektor ini mengindikasikan adanya peningkatan kinerja di sektor pertanian.

Di sisi lain, perkembangan kredit atau pem-biayaan dari perbankan pada sektor pertanian juga terlihat mengalami pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya. Laju pertumbuhan kredit sektor pertanian pada triwulan II 2016 meningkat

GrowthPertanian & Peternakan

2013 2014 2015 2016

I II III IV I II III IV I II IIIII IV I0,00

1,002,00

3,00

4,005,00

6,007,00

8,00

90010,00

-10,00

-5,000,00

5,00

10,0015,00

20,0025,00

30,00

35,0040,00

YOY

4,19

NPL_Pertanian Peternakan

2013 2014 2015 2016

I II III IV I II III IV I II IIIII IV I0,001,002,003,004,005,006,007,008,00900

10,00

YOY

6,99

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Grafik 1.79Kredit Sektor Pertanian hingga Juli 2016

Grafik 1.80Likert Scale Penggunaan Tenaga Kerja Pertanian

1.2.4. Konstruksi

tenaga kerja di sektor konstruksi stabil rendah

dengan kecenderungan meningkat dibanding

triwulan sebelumnya, yang terkonfirmasi dari Saldo

Bersih Tertimbang (SBT) indeks penggunaan tenaga

kerja pada level 0,00. Hasil SKDU juga menunjukkan

bahwa sektor konstruksi mencatatkan pertumbuhan

yang terlihat dari peningkatan indeks realisasi usaha

konstruksi dari -0,90 ke 0,46 SBT. Peningkatan

kinerja sektor konstruksi didorong oleh

pembangunan infrastruktur yang dilakukan

pemerintah (seperti: tol Soroja, Cisumdawu) serta

beberapa investasi bangunan (fisik) yang dilakukan

oleh swasta di Jawa Barat, seperti pembangunan

Pabrik Wooling dan Mitsubishi.

Sektor Konstruksi merupakan sektor dengan share

ekonomi terbesar keempat yaitu dengan pangsa

sekitar 7,8% pada triwulan II 2016. Pada triwulan II

2016, Sektor Konstruksi tercatat mengalami

pertumbuhan pada level pertumbuhan 6,95% (yoy)

setelah pada triwulan I 2016 tumbuh sebesar 6,17%

(yoy). Meningkatnya kinerja Sektor Konstruksi

terkonfirmasi antara lain dari hasil indeks

penggunaan tenaga kerja Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) Provinsi Jawa Barat, sektor konstruksi

menunjukkan perbaikan kinerja yang tercermin dari

peningkatan penggunaan tenaga kerja di sektor ini.

Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia, diperoleh

informasi bahwa pelaku usaha sektor konstruksi

secara umum menjelaskan bahwa penggunaan

juga ditunjukkan oleh perkembangan kredit sektor pertanian yang mengalami perlambatan pada Juli 2016, dari 4,19% menjadi 3,82%. Selain itu, informasi liaison juga menunjukkan adanya penurunan di penjualan produk pertanian yang terlihat dari penurunan likert scale dari 0,73 men-jadi 0,50. Informasi liasion juga menunjukkan penurunan pada penggunaan tenaga kerja sektor pertanian dari LS 0,18 menjadi -0,67 yang menun-jukkan kembali terbatasnya produksi di sektor pertanian.

Kinerja sektor pertanian triwulan III 2016 diperkira-kan melambat seiring berlalunya masa panen raya di triwulan II 2016. Pada triwulan III 2016 lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan diperkirakan tumbuh di kisaran 4,2% - 4,6%. Masuknya masa tanam diperkirakan menjadi faktor utama penurunan di sektor ini, setelah pada triwulan sebelumnya berlangsung masa panen yang lancar. Selain itu, efek La-Nina yang meski relatif tidak besar menyebabkan kondisi kemarau basah yang diperkirakan mengganggu produktivi-tas pertanian. Perkiraan perlambatan sektor ini

Tracking Triwulan III 2016

Evaluasi Triwulan II 2016

36KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

37KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

juga tercatat meningkat dengan laju pertumbu-

han kredit sektor konstruksi sebesar 16,39%,

meningkat dari triwulan sebelumnya 15,26%.

Meski demikian repayment capacity sektor

konstruksi yang ditunjukkan dari peningkatan

NPL dari 4,28% menjadi 4,63% (mendekati 5%)

perlu diwaspadai.

Peningkatan kinerja sektor konstruksi salah

satunya didorong oleh meningkatnya pemban-

gunan perumahan yang tercermin dari kenaikan

laju pertumbuhan kredit perumahan rakyat

(KPR). Pada triwulan II 2016, laju pertumbuhan

kredit perumahan rakyat (KPR) pada meningkat

dari 13,38% (yoy) menjadi 15,28% (yoy). Selain itu

pembiayaan perbankan pada sektor konstruksi

tumbuh pada kisaran 7,7% - 8,1%. Perkiraan

pertumbuhan ini juga didukung oleh indeks

prakiraan dunia usaha untuk sektor bangunan

yang menunjukka kenaikan saldo bersih tertim-

bang dari 1,88 menjadi 3,25 SBT.

Kinerja lapangan usaha konstruksi pada triwulan

III 2016 diperkirakan meningkat seiring realisasi

pembangunan infrastruktur pemerintah serta

dampak pelonggaran kebijakan Loan to Value

(LTV) untuk pembangunan rumah tapak. Pada

triwulan III 2016, lapangan usaha ini diperkiran

Tracking Triwulan III 2016

Grafik 1.81 SKDU Konstruksi

Grafik 1.82 Kredit Perumahan Rakyat

Grafik 1.84 Indeks Prakiraan Dunia Usaha - Konstruksi

Grafik 1.83 Kredit Sektor Konstruksi

YOY

20142013 2015 2016

Tw I

Tw II

TwIII

Tw IV

Tw I

Tw II

TwIII

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw I

Tw II

TwIII

Tw IV

40.0040.0040.0040.0040.0040.0040.0040.0040.0040.0040.00

40.0035.00

30.0025.0020.0015.0010.005.000.00

KPR Growth

15.28

YOY

20142013 2015 2016

Konstruksi Growth

25.00

20.00

15.00

10.00

5,00

0,00Tw I

Tw II

TwIII

Tw IV

Tw I

Tw II

TwIII

Tw IV

Tw I

Tw II

Tw I

Tw II

TwIII

Tw IV

40.0035.00

30.0025.00

20.00

15.0010.00

5.00

0.00

16.39

2012 2013 2014 2015 2016I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

Tenaga Kerja

Realisasi Usaha

Investasi

Harga Jual

% SBT

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

-4

1,84

0,00

0,46

-0,46

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

38 Ekonomi Makro Regional

tawan mancanegara yang melalui Bandara

Husein Sastranegara, dari 15.835 orang pada

triwulan I 2016 menjadi 14.343 orang pada

triwulan II 2016. Berkurangnya jumlah wisa-

tawan ke Jawa Barat tentunya berdampak pada

berkurangnya tingkat peghunian kamar (TPK)

hotel-hotel di Jawa Barat sehingga memberikan

andil perlambatan pada kinerja Sektor Penye-

diaan Akomodasi dan Makan Minum. Pada

triwulan II 2016 TPK hotel berbintang tercatat

sebesar 41,52%, menurun dibandingkan triwulan

I 2016 sebesar 50,37%

Lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum memiliki share sebesar 2,50%

pada triwulan II 2016. Setelah tumbuh sebesar

9,24% pada triwulan I 2016, kinerja sektor ini

tercatat melambat menjadi 6,68% pada triwulan

laporan. Perlambatan yang terjadi pada sektor

ini merupakan dampak dari adanya momen

Ramadhan yang menyebabkan berkurangnya

kunjungan wisatawan ke Jawa Barat. Adapun

momen hari raya dan mudik terjadi di triwulan III

2016 sehingga tidak tertangkap dalam kinerja

PDRB triwulan II 2016. Penurunan tersebut

dapat dilihat dari berkurangnya jumlah wisa-

penjualan riil mamin pada triwulan laporan

tercatat sebesar 8,6%, lebih rendah daripada

triwulan sebelumnya sebesar 12,1%.

Dari subsektor penyediaan makan minum,

perlambatan kinerja pada sektor ini terlihat dari

menurunnya indeks penjualan riil untuk kelom-

pok barang makanan dan minuman. Indeks

1.2.5. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Evaluasi Triwulan II 2016

Grafik 1.87 IPR Makanan Minuman

Grafik 1.85 TPK Hotel Berbintang Grafik 1.86Wisatawan Mancanegara melalui Bandara Husein

Sastranegara

25.000,00

20.000,00

15.000,00

10.000,00

500,00

0,00Tw I

Tw II

TwIII

Tw IV

Tw I

Tw I

Tw II

TwIII

Tw IV

2014 2015 2016

Wisatawan mancanegara

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

39KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

indeks prakiraan realisasi usaha akomodasi dan

penyediaan makanan minuman yang tumbuh

dari 8,03 SBT menjadi 11,15 SBT. Di samping itu,

penyelenggaraan PON diperkirakan cukup men-

dorong sektor ini terutama untuk subsektor

akomodasi.

Kinerja lapangan usaha konstruksi pada triwulan

III 2016 diperkirakan meningkat seiring

berlangsungnya gelaran Pekan Olahraga Nasion-

al (PON) ke XIX di Jawa Barat. Pada triwulan III

2016, lapangan usaha ini diperkiran tumbuh pada

kisaran 6,5% - 6,9%. Prakiraan ini dikuatkan oleh

Tracking Triwulan III 2016

Grafik 1.88Indeks Prakiraan Dunia Usaha – Akomodasi dan

Penyediaan Mamin

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

40 Ekonomi Makro Regional

Dalam rangka mendorong akselerasi pertumbu-

han ekonomi Jawa Barat, Pemerintah Daerah di

Jawa Barat terus berinovasi dalam menciptakan

program-program pengembangan ekonomi

yang berbasiskan pemerataan kesejahteraan

maupun mengoptimalkan program-program

yang sudah. Selama triwulan II 2016 dan mema-

suki triwulan III 2016, terdapat beberapa

program pengembangan ekonomi yang digagas

oleh Pemerintah Daerah di Jawa Barat, antara

lain meliputi :

Dalam rangka meningkatkan mobilitas sekitar 600.000 penumpang yang berada di Kabupaten Bekasi, Pemerintah Kabu-paten Bekasi bekerjasama dengan PT. Kereta Api Indonesia dalam membuka jalur KRL jurusan Jakarta-Cikampek yang mulai melintas pada pertengahan Agustus 2016. Bursa Efek Indonesia baru saja membuka kantor BEI-Pusat Informasi Go Public di Bandung. Pembukaan kantor cabang ini merupakan upaya untuk menopang peru-sahaan lokal di Jawa Barat yang berniat untuk menjadi perusahaan terbuka atau go public. Selain itu, kantor cabang BEI ini juga menjadi pemberi layanan one stop service tax amnesty (OSSTA), karena dana repatriasi dari amnesti pajak dapat diman-faatkan perusahaan IPO.

1.3. Program Pengembangan Ekonomi Daerah

Sebagai bentuk penyederhanaan dalam pengurusan izin investasi, Pemerintah Provinsi Jawa Barat kini telah mengganti kewajiban calon investor untuk mengurus rekomendasi teknis SKPD menjadi koordi-nasi pembahasan teknis pada BPMPTSP atau dengan kata lain calon investor tidak perlu mengurus ke beberapa SKPD lain untuk memperoleh rekomendasi terhadap rencana investasinya, cukup melalui BPMPT (dengan catatan rencana investasi tersebut tidak berhubungan dengan potensi risiko yang membutuhkan analisis spesifik lebih lanjut misal terkait bahan kimia, dll) Sebagai bentuk implementasi Paket Kebi-jakan Ekonomi II, Pemerintah telah meres-mikan Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK) di 14 Kawasan Industri, di mana 5 di antara kawasan industri terse-but berada di Jawa Barat. Implementasi kemudahan perizinan melalui KLIK di Jawa Barat saat ini telah berjalan dan beberapa proyek telah memasuki tahap konstruski. Adapun Kawasan Industri yang paling aktif adalah yang berlokasi di Kab. Bekasi.Dalam rangka mempromosikan pariwisata daerah, pemerintah menyelenggarakan Ciletuh Palabuhan Ratu Geopark Festival 2016. Adapun Ciletuh Geopark merupakan salah satu tujuan wisata baru yang masih terus dikembangkan oleh Pemerintah Daerah dan diharapkan dapat menyaingi tujuan wisata modern yang ada di kota-ko-ta besar.

a.

b.

c.

d.

e.

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

industri di Jawa Barat ke Tanjung Priok maupun

time cost akibat kemacetan yang seringkali

dihadapi.

Kementerian Perindustrian RI mencatat bahwa

dari sisi luas area, total luas kawasan industri di

Jawa Barat mencapai 14,3 ribu hektar atau 39,4

% dari seluruh kawasan industri di Indonesia

seluas 36,3 ribu hektar. Dengan banyaknya

jumlah industri yang beroperasi di Jawa Barat

serta tingginya orientasi ekspor, maka

keberadaan Pelabuhan Utama di wilayah Jawa

Barat menjadi semakin vital untuk mendorong

efisiensi serta daya saing khususnya dari sisi

logistik.

Berdasarkan fungsinya, hierarki pelabuhan

dibagi ke dalam 3 tingkatan yakni pelabuhan

utama yang melayani pelayaran internasional,

pelabuhan pengum-pul yang menjadi peng-

hubung antar provinsi, serta pelabuhan peng-

umpan yang menghubungkan

daerah dalam satu provinsi saja. Saat ini Jawa

Barat telah memiliki 5 (lima) buah pelabuhan

namun belum ada pelabuhan yang berstatus

pelabuhan utama atau menangani kegiatan

pelayaran internasional. Selain pelabuhan, Jawa

Barat juga memiliki sejumlah terminal khusus

(tersus) untuk menangani kegiatan bongkar

muat sejumlah komoditas seperti batu bara,

LPG, pasir besi, listrik, dan kimia.

Sebagai negara kepulauan, pelabuhan memiliki

peran yang sangat vital bagi perekonomian

Indonesia. Kehadiran pelabuhan menjadi faktor

penting dalam menunjang mobilitas baik

barang dan manusia antar pulau maupun antar

negara. Bagi suatu perekonomian, pelabuhan

merupakan salah satu rantai yang sangat pent-

ing dari seluruh proses perdagangan yang men-

jadi titik temu antara transportasi darat dan

laut. Dalam konteks Jawa Barat, peran penting

pelabuhan khususnya timbul dalam kaitannya

untuk mendukung kelancaran proses logistik

perdagangan dari sektor industri pengolahan

yang menjadi penopang utama perekonomian

Jawa Barat.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari

wawancara liaison yang dilakukan oleh KPw BI

Provinsi Jawa Barat, secara umum diketahui

bahwa sektor industri pengolahan di Jawa Barat

berorientasi ekspor, dengan perbandingan

pangsa penjualan ekspor dan domestik menca-

pai 74,67% : 25,33%. Dengan proses ekspor yang

sebagian besar mengandalkan transportasi laut,

kebutuhan pelabuhan sebagai gerbang pengiri-

man ekspor barang menjadi sangat vital.

Selama ini mayoritas kegiatan shipment barang

ke luar negeri dilakukan melalui Tanjung Priok di

Jakarta. Hal ini tentu menimbulkan tambahan

logistic cost baik ongkos angkut dari kawasan

41KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

BOKS

01POTENSI PELABUHANPATIMBAN DALAMMENGAKSELERASIPERTUMBUHAN EKONOMI

Gambar 1. Peta Pelabuhan Non Perikanan di Jawa

BOKS 01POTENSI PELABUHAN PATIMBAN DALAM MENGAKSELERASIPERTUMBUHAN EKONOMI

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

han Cilamaya ke lokasi yang lebih timur. Kepu-

tusan ini didasarkan kepada beberapa pertim-

bangan, yakni : (1) keberadaan pipa gas Pertam-

ina; (2) banyaknya jumlah anjungan dan rig

pengeboran minyak; dan (3) area timur (Subang

atau Indramayu) belum terlalu padat. Akhirnya

pemerintah kemudian mulai menjajaki kese-

suaian tata ruang wilayah untuk pelabuhan

Patimban Kabupaten Subang sesuai RT RW

Provinsi Jawa Barat. Lalu pada bulan Maret 2016

dilakukan pengesahan dokumen pra studi kelay-

akan pembangunan pelabuhan baru di Patim-

ban Utara dan studi kelayakan pembangunan

pelabuhan Patimban . Hasil studi ini menya-

takan bahwa pelabuhan Patimban layak sebagai

lokasi pengganti pelabuhan Cilamaya. Pada

tanggal 25 Mei 2016 kemudian dikeluarkan

Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2016 tentang

Penetapan Pelabuhan Patimban di Kabupaten

Subang Sebagai Proyek Strategis Nasional.

Pada tahun 2007 pemerintah menandatangani

MoU pembangunan Pelabuhan Peti Kemas di

Cilamaya dengan PT. Eurocor Indonesia di mana

tindak lanjut dari MoU tersebut adalah dilaku-

kannya studi kelayakan. Pada tahun 2011, atas

inisiatif Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,

proyek pembangunan Pelabuhan di Cilamaya ini

masuk dalam PerPres No. 32/2011 tentang Mas-

terplan Percepatan dan Perluasan Pembangu-

nan Ekonomi Indonesia (MPPPEI) 2011-2025.

Selanjutnya, pada tahun 2012 Japan Internation-

al Cooperation Agency (JICA) ikut mengkaji

proyek yang rencananya dilakukan di Keca-

matan Tempuran, Karawang. Kemudian pada

bulan Maret 2015 Kajian kelanjutan pembangu-

nan Cilamaya dilaporkan sudah selesai oleh

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional

kepada Presiden. Namun akhirnya pada tanggal

2 April 2015 saat Wakil Presiden melakukan

tinjauan lapangan untuk mengecek langsung

rencana pembangunan, diambil keputusan

untuk menggeser lokasi pembangunan pelabu-

42 Boks 01POTENSI PELABUHAN

PATIMBAN DALAMMENGAKSELERASI

PERTUMBUHAN EKONOMI

BOKS

01

Tabel 1.12 Daftar Pelabuhan Laut Existing di Jawa Barat

Sumber : Bappeda Jawa Barat

Sumber : Bappeda Jawa Barat

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Pada dasarnya, Pelabuhan Patimban ini sejak

tahun 2010 telah dibangun dengan tujuan untuk

menjadi Pelabuhan Pengumpan Regional.

Dengan adanya PP ini maka status pembangu-

nan Pelabuhan Patimban kemudian di-upgrade

menjadi Pelabuhan Utama. Adapun perkemban-

gan pembangunan Pelabuhan Patimban hingga

tahun 2015 dengan status awal sebagai Pelabu-

han Pengumpan Regional adalah :

mencapai 152,1 ton dengan nilai produksi men-

capai Rp711 juta. Diharapkan dengan peningka-

tan kapasitas pelabuhan akan turut meningkat-

kan produksi perikanan.

Adapun alasan pemilihan lokasi Pelabuhan

Patimban sebagai Pelabuhan Utama pengganti

Cilamaya adalah :

Untuk fasilitas pelabuhan telah terbangun

causeway sepanjang 357,5 m dan trestle

sepanjang 570 m

Akuisisi lahan pelabuhan mencapai 8.256

m2 dari rencana target awal seluas 5 hektar

Telah dibangun jalan akses ke Pantura

seluas 30 m x 8.000 m

1.

2.

3.

Kelayakan aspek teknis, sedimentasi

rendah, serta jumlah bangkitan demand

tidak jauh berbeda dengan Cilamaya

Menekan biaya logistik dengan mendekat-

kan pusat produksi

Menurunkan tingkat kemacetan Ibukota

Mengembangkan jaringan logistik dari

pusat-pusat industri di kawasan pinggiran

Jabodetabek

1.

2.

3.

4.

43KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

BOKS

01POTENSI PELABUHANPATIMBAN DALAMMENGAKSELERASIPERTUMBUHAN EKONOMI

Dengan dibangunnya pelabuhan Patimban yang

berskala internasional, maka beberapa kawasan

industri di Jawa Barat memiliki pelabuhan

ekspor yang secara jarak dan waktu tempuh

lebih dekat daripada Tanjung Priok. Hal ini

memberikan keuntungan efisiensi bagi perusa-

haan yang diharapkan dapat mendorong ekspor

Jawa Barat. Berdasarkan perbandingan jarak

antara ke Tanjung Priok dan ke Pelabuhan

Patimban, diketahui bahwa 9 Kota/Kabupaten

berjarak lebih dekat ke Tj. Priok sementara 17

Kota/Kabupaten berjarak lebih dekat ke Patim-

ban.

Selain dampaknya kepada efisiensi proses logis-

tik dalam rangka ekspor, Pelabuhan Patimban

juga memiliki potensi perikanan. Pada kondisi

saat ini, volume produksi Pelabuhan Patimban

Gambar 3. Perbandingan Jarak Lokasi Industri ke Pelabuhan

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

meningkat dibandingkan 2015 masing-masing

sebesar 9,39% dan 10,69% (yoy). Menurunnya

nilai impor ditengah meningkatnya volume

impor mengindikasikan kebutuhan impor yang

masih tinggi ditengah menurunnya harga

komoditas.

Datangnya bulan Ramadhan dan Idul Fitri telah

mendorong meningkatnya impor April sebesar

3,68% (yoy) menjadi USD971 ,8 juta. Namun

secara kumulatif Januari-April 2016, impor

melambat -1,52% (yoy) menjadi USD3,71 miliar.

Sementara berdasarkan volume, pertumbuhan

impor baik bulanan maupun kumulatif 2016

meningkat meskipun impor bahan baku industri

relatif stabil. Nilai impor terbesar berasal dari

bahan baku untuk industri yaitu tekstil

USD852,64 juta; alat listrik, ukur, fotografi, dll

USD714,11 juta; barang logam USD230,18 juta;

dan bahan kimia USD65,17 juta. Hal ini sejalan

dengan sektor industri utama Jabar yang beras-

al dari subsektor TPT, elektronik dan listrik serta

mesin dan otomotif. Sementara impor bahan

baku pertanian terbesar terdiri dari komoditas

bulu bebek USD9,6 juta dan tanaman obat

USD2,1 juta.

Berdasarkan kelompok, barang konsumsi

meningkat paling tinggi dibandingkan kelom-

pok lainnya yakni mencapai 8,29% (kumulatif

yoy) berdasarkan nilai dan 30,27% (kumulatif

yoy) berdasarkan volume. Dari sisi share, peran

impor barang konsumsi hanya sebesar 6,09%

jauh lebih kecil dibandingkan impor bahan

baku/penolong yang mencapai 80,95%. Impor

barang penolong/bahan baku kumulatif

Jan-Apr 2016 sebesar USD3,0 miliar atau

tumbuh 1,5% (yoy) lebih tinggi dibandingkan

Jan-Apr 2015 yang kontraksi -7,1% (yoy). Barang

penolong yang diimpor terutama jenis industri

sebesar USD2,95 miliar (peran 98,3%), pertani-

an USD37,37 juta (1,2%), dan pertambangan

USD13,46 juta (0,5%).

Secara tahunan pada April 2016, pertumbuhan

total impor bahan baku mencapai 3,92% disertai

pertumbuhan impor bahan baku pertanian

35,49% dan bahan baku industri 3,69%. Secara

keseluruhan, total impor bahan baku dalam tren

Tabel 1. Perkembangan Impor

BOKS 02PERKEMBANGAN TRADE BALANCE JAWA BARAT

44 Boks 02PERKEMBANGANTRADE BALANCE

JAWA BARAT

BOKS

02

Sumber : KPw BI Provinsi Jawa Barat (diolah)

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

45KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

BOKS

02PERKEMBANGANTRADE BALANCEJAWA BARAT

Grafik 1. Perkembangan Impor Bahan Baku Grafik 2. Perkembangan Impor Non Durable Goods

Grafik 3. Pertumbuhan Impor Barang Modal Grafik 4. Impor Barang Modal Alat Listrik

impor makanan olahan juga merupakan barang

impor yang cukup besar mencapai USD10 juta

atau tumbuh 36,03% (yoy). Perkembangan

impor barang modal sepanjang 2016 hingga

April menunjukkan perkembangan yang baik

dan berada dalam tren meningkat sebagaimana

ditandai oleh pertumbuhan sebesar 18,82%

(kumulatif, yoy) atau mencapai USD42,73 juta

dan lebih tinggi dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh

7,46% (kumulatif, yoy).

Peningkatan impor barang modal Jabar teruta-

ma disumbang oleh impor barang alat listrik,

ukur, fotografi dll yang mencapai USD 12,89

juta; meubel dan bagiannya USD5,99 juta; serta

hasil industri lainnya, terutama komputer dan

bagiannya sebesar USD787 ribu. Sementara

impor barang modal dari logam hanya sebesar

USD2,01 juta yang disumbang oleh barang

aluminium USD266 ribu dan barang besi/baja

USD235 ribu.

Impor barang konsumsi kumulatif Jan-Apr 2016

sebesar USD225,9 juta atau tumbuh 8,29% (yoy)

didominasi oleh barang tidak tahan lama

(non-durable goods) sebesar 56,3% atau men-

capai USD127,04 juta, sisanya durable goods

sebesar 43,7% atau mencapai USD98,79 juta.

Hingga April 2016, kelompok non-durable

goods tumbuh 26,31% (yoy), seiring datangnya

Ramadhan dan Idul Fitri yang diikuti meningkat-

nya konsumsi non-durable goods. Sementara

untuk kelompok durable goods hingga April

mengalami pertumbuhan negatif sebesar -1,71%

(yoy). Hal ini diduga krn masyarakat menahan

untuk mengkonsumsi barang impor yang lebih

mahal seperti meubel dan tekstil, dan lebih

mengutamakan produk domestik.

Komoditas impor barang konsumsi terbesar

terutama didominasi oleh minyak atsiri menca-

pai USD42,85 juta yang digunakan sebagai

bahan dasar kosmetik, parfum, aromatherapi,

obat, suplemen hingga makanan. Sementara itu,

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

46 Boks 02PERKEMBANGANTRADE BALANCE

JAWA BARAT

BOKS

02

Nilai tukar berdampak signifikan terhadap

kinerja ekspor dan impor (dengan dampak

yang berbeda)

Dampak pelemahan nilai tukar secara

umum negatif baik terhadap ekspor

maupun impor sehingga depresiasi nilai

tukar juga menyebabkan penurunan

ekspor. Hal ini diduga terkait dengan peri-

ode data yang digunakan yang diwarnai

kondisi perekonomian global yang masih

lemah dan ketidakpastian akibat kebijakan

moneter AS.

Hanya untuk impor barang konsumsi mem-

punyai sign (+) dikarenakan ketergantun-

gan impor terhadap sejumlah komoditas

yang belum bisa diproduksi di dalam negeri

sehingga meskipun nilai tukar Rupiah

terdepresiasi, elastisitasnya masih positif.

Secara singkat, elastisitas pelemahan 1

Rupiah terhadap ekspor impor Jawa Barat

terhadap satuan USD adalah

Ket: **) signifikan pada level 95%

****) signifikan pada level 99%

1.

2.

3.

4.

dll; kertas dan barang dari kertas; karet alam

olahan; kayu olahan; makanan olahan; dll.

Sementara itu, komoditas yang kurang mempu-

nyai daya saing al. barang dari logam tidak

mulia; kulit dan barang dari kulit; dan bahan

kimia.

Berdasarkan pengujian ekonometrik pada peri-

ode Januari 2012 s.d. April 2016 diperoleh

bahwa dampak dari nilai tukar sebagai proxy

perkembangan eksternal terhadap kinerja

ekspor/impor Jawa Barat sbb:

Impor barang modal alat listrik dan meubel

terindikasi mengalami perlambatan sebagaima-

na terlihat dari pertumbuhan yoy pada April

2016 sebesar 12,73% dan 11,62% lebih rendah

dari pertumbuhan pada bulan-bulan sebelumn-

ya. Sementara impor barang modal dari logam

meski nilainya kecil namun dalam tren mening-

kat.Kinerja ekspor Jawa Barat Jan-Apr 2016

mencapai USD7,95 miliar atau melambat -4,0%

dibandingkan periode yang sama tahun sebel-

umnya. Pertumbuhan negatif kinerja ekspor

terjadi pada seluruh sektor usaha, terutama

sektor pertanian sebesar -6,97% dan industri

-3,96% yang merupakan sektor utama dengan

peran utama dalam total ekspor masing-masing

sebesar 0,84% dan 99,14%. Sementara itu,

secara bulanan yoy ekspor Jabar juga tumbuh

negatif sebesar -4,17% disertai juga dengan

pertumbuhan negatif untuk sektor industri

-4,03% menjadi USD2,04 miliar.

Kondisi tersebut dipengaruhi oleh perkemban-

gan perekonomian eksternal yang mengalami

perlambatan pertumbuhan di semua kawasan

seperti Cina, AS, Jepang, Eropa, dll. Produk

ekspor unggulan berasal dari komoditas industri

pengolahan yaitu TPT, alat listrik, makanan

olahan, karet alam olahan, kertas dan barang

kertas, barang dari logam, meubel, minyak atsiri

dan olahan, kayu olahan, produk farmasi, serta

minyak nabati. Kinerja ekspor Jawa Barat

Jan-Apr 2016 mencapai USD7,95 miliar atau

melambat -4,0% dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya.

Kondisi neraca perdagangan Jawa Barat selama

Jan-Apr 2016 masih tercatat net ekspor/suplus

USD4,24 miliar. Surplus tersebut menyusut

sebesar -6,07% dibandingkan periode yang

sama 2015 yang mencapai USD4,52

miliar.Penurunan tersebut dipengaruhi oleh

kondisi permintaan global yang melambat

akibat terjadinya tekanan ekonomi di sejumlah

negara utama tujuan ekspor. Meski demikian

sejumlah komoditas ekspor unggulan Jabar

masih menunjukkan daya saingnya sebagaima-

na tercermin dari komoditas ekspor yang lebih

besar dibandingkan komoditas bahan baku

impor. Komoditas yang memiliki daya saing

cukup baik al. tekstil; alat listrik, ukur, fotografi,

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

KeuanganPemerintah02

BAB

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAWA BARAT

AGUSTUS 2016

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

47 Keuangan Pemerintah

2.1. Gambaran Umum

nya, realisasi belanja APBD terbesar diraih oleh

Kota Bandung (Rp 2,13 Triliun) sementara

persentase realisasi tertinggi terhadap total

anggaran diraih oleh Kabupaten Ciamis

(44,80%). Di sisi lain, realisasi belanja APBN di

Provinsi Jawa Barat hingga triwulan II 2016 men-

capai 27,61% terhadap pagu anggaran, sedikit

lebih tinggi dibanding realisasi triwulan II 2015

sebesar 26,17%. Namun demikian, secara nominal

terdapat penurunan baik pada pagu maupun

realisasi APBN di Jawa Barat hingga triwulan II

2016 seiring dengan kebijakan pengetatan

anggaran yang diterapkan oleh Pemerintah

Pusat.

Dari sisi pendapatan, realisasi penerimaan APBD

Provinsi Jawa Barat hingga triwulan II 2016 men-

capai 50,33% terhadap target. Tingkat realisasi

ini lebih baik dibanding pencapaian pada triwu-

lan II 2015 sebesar 49,04%. Tingginya realisasi

pendapatan ini terutama didorong oleh realisasi

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup

tinggi yakni mencapai 51,00%, lebih tinggi

dibanding triwulan II 2015 sebesar 46,81%.

Total anggaran belanja fiskal Jawa Barat untuk

tahun 2016 mencapai Rp150,72 Triliun, meliputi

belanja APBD Provinsi Jawa Barat sebesar

Rp28,60 Triliun (pangsa 18,98%), belanja APBD

kabupaten/kota di Jawa Barat1 sebesar Rp83,42

Triliun (pangsa 55,35%) dan belanja APBN sebe-

sar Rp38,70 Triliun (pangsa 25,67%). Secara

spasial, anggaran belanja APBD kabupaten/kota

tertinggi dimiliki oleh Kota Bandung yang men-

capai Rp7,29 Triliun (pangsa 8,7%) dan terendah

adalah Kota Banjar sebesar Rp916,90 Miliar

(pangsa 1,10%).

Hingga triwulan II 2016, realisasi belanja untuk

ketiga anggaran belanja tersebut relatif baik

tercermin dari adanya peningkatan dibanding

tingkat realisasi belanja dibanding periode yang

sama tahun lalu. Realisasi anggaran belanja

APBD Provinsi Jawa Barat mencapai 32,95% atau

lebih tinggi dibanding tingkat realisasi hingga

triwulan II 2015 sebesar 22,94%, di mana realisasi

terbesar pada pos belanja operasi yang menca-

pai 40,24% (Tabel 4.1). Adapun anggaran belanja

untuk APBD dari 20 (dua puluh)2 Kab/Kota

terealisasi sebesar 31,70%. Berdasarkan nominal-

1 Data APBD Kab/Kota mencakup 26 kab/kota dari 27 kab/kota yang ada di Jawa Barat, di mana data

diambil dari situs Tim Evaluasi dan Pengawasan Realisasi Anggaran (TEPRA) : monev.lkpp.go.id

2Hingga periode penyusunan laporan, data yang tersedia di situs TEPRA untuk realisasi hingga Juni 2016

hanya tersedia untuk 20 kabupaten/kota di Jawa Barat

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

48KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

2.2. APBD Provinsi Jawa Barat

triwulan II 2016 lebih baik dibanding realisasi

pada triwulan II 2015. Dari sisi pertumbuhan

tahunan, pertumbuhan realisasi belanja pada

triwulan II 2016 sedikit melambat dibanding

triwulan I 2016, di mana pada triwulan I terdapat

lonjakan yang cukup tajam pada realisasi

belanja APBD (Grafik 4.2). Walaupun melambat,

tingkat pertumbuhan belanja pada triwulan II

2016 ini masih lebih tinggi dibanding

historisnya. Sejalan dengan hal tersebut,

persentase realisasi penerimaan juga lebih baik

dibanding triwulan II 2015 dan tumbuh

meningkat dibanding triwulan I 2016.

Dukungan fiskal Provinsi Jawa Barat untuk

tahun 2016 mencapai Rp26,81 Triliun untuk

anggaran pendapatan dan Rp28,60 Triliun

untuk anggaran belanja dan transfer (Grafik 4.1).

Anggaran pendapatan meningkat 12,09%

dibanding tahun 2015 sebesar Rp23,91 Triliun.

Adapun anggaran belanja meningkat sebesar

15,55% dibanding anggaran belanja tahun 2015

sebesar Rp24,75 Triliun. Secara umum, baik

anggaran pendapatan maupun belanja pada

APBD Provinsi Jawa Barat terus mengalami

peningkatan setiap tahunnya.

Secara ringkas, persentase realisasi baik pada

anggaran belanja dan pendapatan hingga

Tabel 2.1 Ringkasan Realisasi APDB Provinsi Jawa Barat Hingga Triwulan II 2016

Grafik 2.1 Perkembangan APBD Provinsi Jawa BaratSumber: Biro Keuangan Pemprov Jabar (diolah staf BI)

Grafik 2.2Perkembangan Pendapatan dan Belanja Pemerintah

Provinsi Jawa BaratSumber: Biro Keuangan Pemprov Jabar (diolah staf BI)

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat, perhitungan staf BI

Pendapatan Asli Daerah

APBD 2105P (RpMiliar)

APBD 2106(Rp

Miliar)

S.d. Triwulan II 2015

Dana Perimbangan

Lain-lain Pendapatan

15,415,1 7.419,7 46,81

Komponen Investasi

No

1

2

3

1

2

3

4

Pendapatan

Belanja Operasi

Belanja Modal

Surplus/(Defisit)

Belanja Tidak Terduga

Belanja transfer

Belanja

16.180,2 3.401,9 21,03 8. 251,5 51,00

23.981,9 11.728,7 49,04 26.806,9 5.961,3 22,24 13,491 50,33

3.046,2 1.572,8 62,19 10.594,9 689,7 6,51 5.225,8 49,32

5.520,5 2.736,2 49,44 31,7 1.869,7 5.891,80 14,0 44,18

18.244,0 4.308,6 24,68 21.488,8 3.590,2 16,71 7.495,2 34,88

27.752,7 5.677,3 22,94 28.603,3 3.601,2 12,59 9.424,6 32,95

2.826,2 174,2 7,80 3.545,9 11,0 0,31 410,2 11,57

85,3 - - 45,2 - - - -

6.597,2 1.194,6 19,47 3.523,3 - - 1.519,3

(3.770,8) 6.051,4 (1.796,4) 2.360,1 4.066,7

43,12

Realisasi(Rp Miliar)

%Realisasi

S.d. Triwulan I 2016

Realisasi(Rp Miliar)

%Realisasi

S.d. Triwulan II 2016

Realisasi(Rp Miliar)

%Realisasi

I

II

2012 2013 2014 2015 2015

10

15

25

30

35

Rp TriliunPendapatan Daerah Belanja Daerah

20

5

02013 2014 2015 2016

I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

Rp Miliar

10.000

15.000

20.000

25.000

5.000

0

30.000

Belanjag. Belanja

Pendapatang. Pendapatan

60

80

100

Growth yoy (%)

40

20

0

-20

-40

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

49 Keuangan Pemerintah

2 .2.1. Anggaran Pendapatan Provinsi Jawa Barat

yang pada tahun 2015 disalurkan melalui Dana

Penyesuaian dan pada tahun 2016 melalui DAK.

Pendapatan asli daerah (PAD) yang umumnya

menjadi pendorong pertumbuhan pada tahun

2016 hanya tumbuh 2,08%, di mana hal ini

disebabkan oleh adanya penurunan target

penerimaan pajak daerah dari Rp14,94 Triliun

pada tahun 2015 menjadi Rp14,93 Triliun pada

tahun 2016 (-0,08%, yoy).

Pertumbuhan anggaran pendapatan daerah

Provinsi Jawa Barat terutama ditopang oleh

transfer dana perimbangan yang naik signifikan

hingga 318,95%, khususnya didorong oleh

peningkatan pada Dana Alokasi Khusus (DAK)

yang meningkat dari Rp23,6 Miliar pada tahun

2015 menjadi Rp7.747,4 Miliar pada tahun 2016

(Tabel 4.2). Namun hal ini disebabkan oleh

adanya pemindahan penempatan dana BOS

juga lebih rendah dibanding realisasi

penerimaan pajak daerah tahun 2015 yang

tumbuh sebesar 6,28% (yoy). Penurunan target

pendapatan pajak daerah tersebut diperkirakan

menjadi salah satu upaya Pemerintah Provinsi

Jawa Barat untuk mendorong kapasitas ekonomi

masyarakat khususnya melalui kegiatan

konsumsi rumah tangga.

Rasio derajat otonomi fiskal (DOF) Provinsi Jawa

Barat masih dalam kategori baik, tercermin dari

60,36% anggaran pendapatan pada tahun 2016

bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Pajak daerah masih menjadi komponen terbesar

PAD namun mengalami penurunan pangsa dari

tahun 2015 sebesar 94,3% menjadi 92,3% pada

tahun 2016. Pertumbuhan target penerimaan

pajak daerah tahun 2016 sebesar -0,08% (yoy)

Tabel 2.2 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat 2015 dan 2016

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat (angka sementara), perhitungan staf BI

Pajak Daerah

APBD 2105(Rp Miliar)

APBD 2106(Rp Miliar)

Retribusi Daerah

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

Lain-lain PAD

UraianNo

a

b

c

d

a

b

c

a

b

c

PAD

Bagi Hasil Pajak

Dana Alokasi Umum

Bantuan Keuangan (Hibah)

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

Total Pedapatan

Lain-lain Penerimaan

Dana Alokasi Khusus

Lain-lain Pendapatan

Dana Perimbangan

14,942.47 14,930.51 (0,08)

15,851.20 16,180.20 2.08

62.04 66.27 6.82

277.35 310.07 11.80

2,528.92 10,594.92 318.95

569.35 873.36 53.40

1,201.63

1,303.65

23.63

5,534.37

1,600.47

1,247.05

33.19

(4.34)

7,747.40

31.73

32,686.26

(99.43)

24.45

-

5,509.92

23,914.49

26.73

-

9.35

-

5.00

26,806.85

(99.91)

12.09

% Perubahan(yoy)

I

II

III

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

50KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

2.2.2. Anggaran Pendapatan Provinsi Jawa Barat

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

yang pada tahun 2015 disalurkan melalui Dana

Penyesuaian dan pada tahun 2016 melalui DAK.

Pendapatan asli daerah (PAD) yang umumnya

menjadi pendorong pertumbuhan pada tahun

2016 hanya tumbuh 2,08%, di mana hal ini

disebabkan oleh adanya penurunan target

penerimaan pajak daerah dari Rp14,94 Triliun

pada tahun 2015 menjadi Rp14,93 Triliun pada

tahun 2016 (-0,08%, yoy).

Pertumbuhan anggaran pendapatan daerah

Provinsi Jawa Barat terutama ditopang oleh

transfer dana perimbangan yang naik signifikan

hingga 318,95%, khususnya didorong oleh

peningkatan pada Dana Alokasi Khusus (DAK)

yang meningkat dari Rp23,6 Miliar pada tahun

2015 menjadi Rp7.747,4 Miliar pada tahun 2016

(Tabel 4.2). Namun hal ini disebabkan oleh

adanya pemindahan penempatan dana BOS

sebelumnya. Peningkatan ini terutama didorong

meningkatnya konsumsi masyarakat khususnya

untuk jenis kendaraan bermotor menjelang

momentum Hari Raya Idul Fitri.

Hingga triwulan II 2016, realisasi Pendapatan Asli

Daerah (PAD) mencapai Rp8,25 triliun atau 51%

terhadap total anggaran, lebih tinggi dibanding

realisasi pada periode yang sama tahun

Grafi k 2.3 Pangsa Komponen Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Barat

Tabel 2.3 Realisasi Pendapatan Provinsi Jawa Barat Hingga Triwulan II 2016

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat (angka sementara), perhitungan staf BI

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Hasil PengelolaanKekeayaan Daerah

Lain-lain Daerah

0,4%

5,4%

92,3%

1,9%0,4%

3,6%1,7%

94,3%

APBD 2105P (RpMiliar)

APBD 2106(Rp

Miliar)

S.d. Triwulan II 2015

14.942,5 6.659,3 44,6

Komponen Investasi

No

14.930,5 3.274,7 21,9 7.521,4 50,4

15.851,2 7.419,7 46,8 16.180,2 3.401,9 21,0 8.251,5 51,0

62,0 30,9 49,8 66,3 13,8 20,8 36,8 55,5

277,3 270,4 97,5 310,1 0,0 0,0 319,4 103,0

2.528,9 1.572,8 62,2 10.594,9 2.559,3 24,2 5.225,8 49,3

569,4 459,1 80,6 873,4 113,5 13,0 373,9 42,8

1.201,6 805,2 67,0 1.600,5 377,9 23,6 919,3 57,4

1.303,7 760,5 58,3 1.247,0 311,8 25,0 519,6

23,6 7,1 30,0

49,4

7.747,4 1.869,7 24,1 3.786,9

5.534,4 2.736,2 31,7 0,0 3.786,90,0 48,9

48,9

41,7

24,4 8,9 36,5 26,7 0,0 0,0 14,0 33,7

0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

5.509,9 2.727,3 49,5

49,0

5,0 0,0 0,0 5,0

23.914,5 11.728,7 26.806,9 5.961,3 13.491,322,2 50,3

100,0

0,0

Realisasi(Rp Miliar)

%Realisasi

S.d. Triwulan I 2016

Realisasi(Rp Miliar)

%Realisasi

S.d. Triwulan II 2016

Realisasi(Rp Miliar)

%Realisasi

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Hasil Pengelolaan KekayaanDaerah

Lain-lain PAD

a

b

c

d

a

b

c

a

b

c

PAD

Bagi Hasil Pajak

Dana Alokasi Umum

Bantuan Keuangan (Hibah)

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

Total Pedapatan

Lain-lain Penerimaan

Dana Alokasi Khusus

Lain-lain Pendapatan

Dana Perimbangan

I

II

III

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

51 Keuangan Pemerintah

2016. Hal ini diperkirakan karena menjelang

Lebaran umumnya masyarakat cenderung memi-

lih mengganti kendaraannya (baik baru maupun

bekas) untuk dibawa ke kampung halaman.

Adapun market share Jawa Barat untuk penjual-

an kendaraan bermotor merupakan yang terbe-

sar secara nasional yakni mencapai 18%. Selain

itu, upaya Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk

mengintensifkan pungutan pajak juga turut

berperan terhadap capaian ini. Sementara itu,

sumber PAD lainnya juga terealisasi lebih tinggi

dibanding triwulan II 2015, yakni retribusi daerah

sebesar Rp36,8 Miliar atau 55,% terhadap angga-

ran dan hasil pengelolaan kekayaan daerah sebe-

sar Rp319,4 Miliar atau 103% terhadap anggaran.

Berdasarkan komponennya, peningkatan realisa-

si PAD ini didorong oleh realisasi sebagian besar

komponennya yakni pajak daerah, retribusi

daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang lebih tinggi dibanding realisasi pada triwu-

lan II 2015. Adapun komponen pajak daerah

sebagai komponen dengan pangsa terbesar

(91,2%) terealisasi sebesar 50,4% atau meningkat

cukup signifikan dari realisasi pada triwulan II

2015 sebesar 44,6%. Penerimaan pajak daerah ini

terutama bersumber dari Pajak Kendaraan

Bermotor/PKB (40,20%), Bea Balik Nama Kend-

araan Bermotor/BBNKB (34,39%), dan Pajak

Bahan Bakar Kendaraan Bermotor/PBBKB

(14,67%). Pendapatan pajak melalui PKB dan

BBNKB melonjak cukup tinggi pada triwulan II

Dana Perimbangan

jelang akhir tahun, sementara realisasi pendapa-

tan dapat berlangsung secara lebih merata di

setiap triwulan. Pola backloading pada realisasi

anggaran belanja ini disebabkan oleh beberapa

faktor, antara lain keterlambatan proses lelang

serta penagihan oleh vendor yang seringkali

digabungkan menjelang akhir tahun.

Dilihat dari sumbernya, komponen Dana Alokasi

Khusus (DAK) memberikan kontribusi terbesar

yakni mencapai 72,47%, disusul oleh dana bagi

hasil pajak (17,59%), dan Dana Alokasi Umum

(9,94%). Tingginya realisasi DAK ini sehubungan

dengan pencairan dana BOS yang harus direal-

isasikan pada semester I. Dana Alokasi Umum

(DAU) sangat penting bagi daerah karena dana

yang bersumber APBN ini merupakan bagian

dari perwujudan desentralisasi dan dialokasikan

untuk pemerataan kemampuan keuangan antar-

daerah dalam rangka mendanai kebutuhan

daerah. Pengalokasian DAU tersebut didasarkan

atas fiscal gap3 dan alokasi dasar4.

Hingga triwulan II 2016, realisasi dana perimban-

gan mencapai Rp5,23 Triliun atau 49,3% terdapat

total anggaran. Walau secara nominal nilai

realisasi dana perimbangan pada triwulan II 2016

lebih tinggi dibanding triwulan II 2015, sebalikn-

ya persentase realisasinya sebesar 49,3% lebih

rendah dibanding triwulan II 2015 sebesar 62,2%.

Hal ini salah satunya disebabkan oleh meningkat-

nya pagu anggaran dana perimbangan sejalan

dengan adanya pegalihan penempatan Dana

BOS dari Dana Penyesuaian pada tahun 2015

menjadi dialihkan ke Dana Alokasi Khusus (DAK)

pada tahun 2016.

Selain itu, mengacu kepada implementasi PMK

235, pada bulan April 2016 Pemerintah Provinsi

Jawa Barat terkena sanksi konversi DAU menjadi

surat berharga negara (SBN) sebesar Rp103

Miliar akibat penilaian saldo tidak wajar di reken-

ing BPD. Menurut Biro Keuangan Pemerintah

Provinsi Jawa Barat, hal ini relatif wajar mengin-

gat akselerasi belanja umumnya terjadi men-

3 Fiscal gap adalah kebutuhan fiskal (meliputi jumlah penduduk, luas wilayah, indeks kemahalan

konstruksi, PDRB per kapita, dan indeks pembangunan manusia (IPM)) dikurangi dengan kapasitas fiskal

daerah (terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Bagi Hasil (DBH).

4Alokasi dasar dihitung berdasarkan atas jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah.

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

52KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

2.2.3. Anggaran Belanja Provinsi Jawa Barat

operasi yakni sebesar Rp2,36 Triliun (14,49%,

yoy). Adapun pada belanja operasi, mayoritas

komponen belanja mengalami peningkatan

dibanding tahun 2015 (kecuali belanja bantuan

keuangan), di mana nilai peningkatan terbesar

terjadi pada belanja hibah sebesra Rp2,50 Triliun

(35,01%), kemudian diikuti oleh belanja pegawai

dan belanja barang yang masing-masing

meningkat sebesar Rp389 Miliar dan Rp377

Miliar. Berdasarkan strukturnya, komponen

belanja operasi masih mendominasi alokasi

belanja APDB Pemerintah Provinsi Jawa Barat

dengan pangsa yang mencapai 83,8%

(Grafik4.3).

Anggaran belanja Pemerintah Provinsi Jawa

Barat terdiri dari anggaran belanja dan transfer

dengan total anggaran mencapai Rp28,60

Triliun atau meningkat sebesar 15,55% dibanding

tahun 2015 (Tabel 4.3). Peningkatan terbesar

terjadi pada anggaran belanja yang meningkat

dari Rp18,62 Triliun pada tahun 2015 menjadi

Rp22,22 Triliun pada tahun 2016 (19,33%, yoy).

Sejalan dengan hal tersebut, anggaran transfer

juga meningkat dari Rp6,13 Triliun pada tahun

2015 menjadi Rp6,38 Triliun pada tahun 2016

(4,07%, yoy).

Secara nominal, komponen belanja yang men-

galami peningkatan terbesar adalah belanja

Lain-lain Pendapatan

pendapatan seluruhnya diperoleh dari

bantuan keuangan (hibah) sebesar Rp9

Miliar atau terealisasi 33,7% dan dana

penyesuaian dan otonomi khusus sebe-

sar Rp5 Miliar yang telah terealisasi

100%.

Pada komponen lain-lain pendapatan, realisasi

sampai dengan triwulan II 2016 mencapai Rp14

Miliar di mana angka ini menurun dibanding

triwulan II sebesar Rp2,74 Triliun sejalan dengan

adanya pemindahan anggaran dari pos dana

penyesuian ke Dana Alokasi Khusus (DAK).

Sumber pemasukan komponen lain-lain

Tabel 2.4 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 dan 2016

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat, perhitungan staf BI

Belanja Pegawai

APBD 2105(Rp Miliar)

APBD 2106(Rp Miliar)

Belanja Barang

Belanja Bunga

Belanja Subsidi

UraianNo

a

b

c

d

a

b

c

Belanja Operasi

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Bantuan Keuangan

Transfer

Belanja

Transfer/ Bagai hasil retribusi

Total Pedapatan

Transfer/ Bagi hasil pajak

Belanja Modal

Belanja tak terduga

Belanja Hibah

2.656,78 2.376,66 19,56

16.269,56 18.627,51 14,49

18.618,97 22.218,69 19,33

2,656,96 3.034,42 14,21

0,00 0,00 0,00

7.154,14 9.658,67 35,01

10,00 15,00 50,00

12,00

4.448,67

2.232,41

117,00

19,46

3.523,31

62,13

-20,80

3.545,94

45,25

58,84

-61,33

6.134,79

6.134,79

0,00

24.753,76

6384,56

6384,56

4,07

4,07

0,00

28.603,25

0,00

15,55

% Perubahan(yoy)

1

3

2

2

1

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

53 Keuangan Pemerintah

infrastruktur pendukung, salah satunya seperti

Jalan Tol Soreang-Pasir Koja (Soroja). Berdasar-

kan strukturnya, pangsa belanja modal terhadap

total anggaran belanja APBD mengalami sedikit

peningkatan dari 12% pada tahun 2015 menjadi

16% pada tahun 2016, di mana hal ini mencer-

minkan komitmen pemerintah yang semakin

tinggi terhadap kegiatan pembangunan yang

bersifat produktif.

Sejalan dengan perkembangan belanja operasi,

anggaran untuk komponen belanja modal juga

mengalami peningkatan sebesar Rp1,3 Triliun

(58,84%, yoy). Hal ini sejalan dengan tema pem-

bangunan baik di level nasional maupun regional

yang fokus kepada percepatan pembangunan

infrastruktur. Selain itu, adanya momentum

penyelenggaraan PON ke-19 di Jawa Barat juga

mendorong percepatan penyelesaian beberapa

Grafik 2.4 Proporsi Anggaran Belanja Provinsi Jawa BaratSumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat, perhitungan staf BI

75,2%

87,4

%

12,0%

0,6

%

83

,8%

16,0%

0,2

%

24.8%

77,7%

22,3%

Belanja

Transfer

Belanja Operasi

Belanja Modal

Belanja Tak Terduga

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

54KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

2.2.4. Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Hingga Triwulan II 2016

tahun-tahun sebelumnya. Baik komponen

belanja maupun transfer terealisasi lebih tinggi

dibanding periode yang sama tahun

sebelumnya. Khususnya pada komponen belanja,

belanja operasi terealisasi sebesar 40,24%

meningkat cukup signifikan dibanding realisasi

pada triwulan II 2015 sebesar 26,48%, di mana

hal ini khususnya disebabkan oleh adanya

pemberian gaji ke-13 dan ke-14 menjelang

Lebaran serta belanja dalam rangka persiapan

penyelenggaraan PON ke-19 di Jawa Barat.

Realisasi belanja dan transfer APBD Provinsi

Jawa Barat pada triwulan II 2016 mencapai

32,95%, lebih tinggi dibanding pencapaian pada

triwulan II 2015 sebesar 22,94% (Tabel 4.4).

Sesuai polanya, realisasi belanja akan terus

meningkat dari triwulan I hingga akhir tahun di

mana puncak penyerapan biasanya berlangsung

pada triwulan IV (pola backloading). Namun

pada tahun 2016, mulai terlihat adanya

perubahan dan perbaikan di mana tingkat

realisasi anggaran pada triwulan I dan triwulan II

sudah semakin tinggi dan lebih baik dibanding

2016. Adapun komponen belanja operasi

walaupun tumbuh sedikit melambat namun

masih lebih tinggi dibanding rata-rata

pertumbuhan historisnya (Grafik 4.4).

Berdasarkan nilainya, pertumbuhan yang sangat

signifikan terjadi pada komponen belanja modal

yang tumbuh dari -17,94% (yoy) pada triwulan I

2016 menjadi 135,50% (yoy) pada triwulan II

Tabel 2.5 Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Hingga Triwulan II 2016

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat, perhitungan staf BI

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Bunga

Belanja Subsidi

a

b

c

d

a

b

c

Belanja Operasi

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Bantuan Keuangan

Transfer

Belanja

Transfer/ Bagai hasil retribusi

Total Belanja

Transfer/ Bagi hasil pajak

Belanja Modal

Belanja tak terduga

Belanja Hibah

1

3

2

2

1

APBD 2105 (Rp Miliar)

APBD 2106(Rp Miliar)

S.d. Triwulan II 2015UraianNo

Realisasi(Rp Miliar)

%Realisasi

S.d. Triwulan I 2016

Realisasi(Rp Miliar)

%Realisasi

S.d. Triwulan II 2016

Realisasi(Rp Miliar)

%Realisasi

16.269,56 4.308,58 26,48 18.627,51 3.590,19 19,27 7.495,18 40,24

18.618,97 4.428,75 24,08 22.218,69 3.601,21 16,21 7.905,34 35,58

1.987,78 723,59 36,40 2.376,66 290,82 12,24 1.112,14 46,79

2.656,96 704,76 26,52 3.034,42 192,57 6,35 969,15 31,94

10,00 0,00 0,00 15,00 - - - -

- - - - - - - -

7.154,14 2.857,67 39,94 9.658,79 3.106,79 32,17 5.131,70 53,13

12,00 0,00 0,00 19,46 - - -

4.448,67 22,57 0,51

7,80

3.532,31 - - 282,20

2.232,41 174,17 3.545,94 11,02 410,160,31 11,57

8,01

-

117,00 0,00 0,00 45,25 - - - -

6.134,79 1.194,57 19,47 6.384,56 - - 1.519,26

6.134,79 1.194,57 19,47

-

6.384,56 - - 1.519,26

- - - - -- -

22,9424.753,76 5.677,32 28.603,26 3.601,21 9.424,6115,29 32,95

-

23,80

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

55 Keuangan Pemerintah

dengan pangsa mencapai 68,5%, diikuti oleh

belanja pegawai (14,8%), dan belanja barang

(12,9%) (Grafik 4.5). Adapun komponen belanja

operasi yang tumbuh meningkat dibanding

triwulan sebelumnya adalah belanja pegawai

yang tumbuh dari -3,72% (yoy) pada triwulan I

menjadi 53,70% (yoy) pada triwulan II, serta

belanja barang yang tumbuh dari -25,07% (yoy)

menjadi 37,51% (yoy) pada triwulan II (Grafik

4.6).

Realisasi belanja operasi hingga akhir triwulan II

2016 mencapai sebesar Rp7,50 triliun atau sebe-

sar 40,24% terhadap total pagu belanja operasi

pada APBD tahun 2016. Realisasi tersebut

tumbuh sebesar 73,96% (yoy) atau sedikit

melambat dibanding triwulan I 2016 sebesar

86,86% (yoy), namun masih lebih tinggi diband-

ing rata-rata historis pertumbuhan belanja oper-

asi pada triwulan II (periode 2013-2015) sebesar

6,92% (yoy). Kontributor utama dari belanja

operasi tersebut adalah komponen belanja hibah

realisasi didorong oleh belanja sarana/prasarana

dalam rangka persiapan penyelenggaraan PON.

Sejalan dengan hal tersebut, komponen belanja

hibah juga mencatatkan realisasi yang tinggi

yakni mencapai 53,13% (meningkat dibanding

triwulan II 2015 sebesar 39,94%).

Kenaikan pada belanja pegawai didorong oleh

kebijakan pemerintah untuk memberikan insentif

berupa gaji ke-13 dan ke-14 bagi PNS di tahun

2016. Pada komponen belanja bantuan keuangan

yang terealisasi sebesar 11,57% (meningkat

dibanding triwulan II 2015 sebesar 0,51%),

Grafik 2.5 Perkembangan Belanja Operasi dan ModalSumber : Biro Keuangan Prov.Jawa Barat, diolah staf BI

Grafik 2.6 Pangsa Belanja Operasi (%)Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat

Grafik 2.7 Perkembangan Komponen Belanja OperasiSumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat

Belanja Modalg. Total Belanja g. Belanja Operasi

Belanja Operasi

g. Belanja Modal

2013 2014 2015 2016I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

4

6

10

12

14

16

18

20

Rp Triliun

8

2

-

150

Growth yoy (%)

100

50

0

(50)

(100)

3.8

%

68

,5%

12,9%

14,8

%Belanja Hibah

Belanja Barang

Belanja Pegawai

Belanja BantuanKeuangan

g. Belanja Pegawaig. Belanja Barangg. Total Belanja Operasi

g. Belanja Hibah

2013 2014 2015 2016I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

% (YOY)

150

100

50

0

-50

-100

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

56KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

2.3. Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Adapun rincian alokasi dana hibah ini adalah

sebagai berikut:

Adapun anggaran dalam rangka belanja panitia

PB/PON juga akan disalurkan dari pos belanja

hibah.

Sebanyak 54,19% dari anggaran untuk peny-

aluran Dana BOS bagi jenjang SD (di mana

untuk tahun 2016 total Dana BOS untuk Jawa

Barat mencapai 5 Triliun dan telah disalurkan

2,78 Triliun hingga akhir triwulan II 2016)

Sebanyak 24,25% merupakan alokasi hibah

untuk lembaga berbadan hukum (umumnya

koperasi)

a.

b.

Sebanyak 20,32% merupakan hibah dalam

bentuk penyaluran Dana BOS untuk jenjang

SMP

Sebesar 1,23% merupakan hibah kepada

pemerintah pusat yakni umumnya dalam

rangka kegiatan pengamanan di daerah

(contoh : KODAM).

c.

d.

Belanja Modal

persiapan berupa maintenance dan perbaikan

jalan untuk mendukung kelancaran akomodasi

selama periode mudik. Dalam rangka

mendukung penyelenggaraan PON, Pemerintah

juga berfokus dalam menyelesaikan proyek jalan

Tol Soroja yang merupakan salah satu akses

pendukung acara tersebut. Terdapat beberapa

proyek infrastruktur strategis di Jawa Barat,

yakni antara lain pembangunan Tol Cisumdawu,

Tol Soroja, Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi, dan

Bandara Internasional Kertajati. Pembebasan

lahan masih menjadi kendala yang kerap muncul

dan hal ini juga berpotensi untuk menghambat

realisasi penyerapan belanja modal dari

pembangunan fisiknya.

Realisasi belanja modal hingga triwulan I 2016

tercatat sebesar Rp410,16 Miliar atau 11,57% dari

pagunya. Tingkat realisasi tersebut mengalami

peningkatan dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya dengan pencapaian

sebesar 7,80% terhadap total pagu belanja

modal 2015. Secara nominal, pertumbuhan

belanja modal triwulan II 2016 juga mengalami

peningkatan yang signifikan yakni dari tumbuh

sebesar -17,94% (yoy) pada triwulan I 2016

menjadi 135,50% (yoy) pada triwulan II 2016. Hal

ini sejalan dengan p e r c e p a t a n

p e m b a n g u n a n infrastruktur yang terus

digagas baik oleh pemerintah pusat maupun

daerah. Selain itu, dalam rangka persiapan

menjelang Lebaran, pemerintah juga melakukan

Triliun. Secara spasial, anggaran belanja untuk 5

kab/kota besar di Jawa Barat memiliki pangsa

mencapai 35,8% terhadap total anggaran belanja

kab/kota di Jawa Barat.

Dari 27 kabupaten/kota yang ada di Jawa Barat,

anggaran belanja untuk 26 kabupaten/kota5

pada tahun 2016 tercatat sebesar Rp83,42 Triliun

atau meningkat sebesar 13,00% dibanding

anggaran belanja tahun 2015 sebesar Rp73,82

5 Data bersumber dari situs TEPRA, di mana pada situs tersebut data tersedia untuk 26 kabupaten/kota

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

57 Keuangan Pemerintah

Grafik 2.8 Pangsa Anggaran Belanja Kab/Kota 2016 (%)Sumber : Situs TEPRA (monev.lkpp.go.id)

Grafik 2.9 Struktur Belanja APBD Kab/Kota 2015 dan 2016Sumber : Situs Tim Evaluasi & Pengawasan Realisasi Anggaran (TEPRA)

pangsa belanja terendah adalah Kota

Tasikmalaya (1,84%), Kota Sukabumi (1,48%),

Kab. Pangandaran (1,34%), dan Kota Banjar

(1,10%).

Adapun anggaran belanja tertinggi dimiliki oleh

kota Bandung dengan pangsa mencapai 8,7%,

diikuti oleh Kab. Bogor (8,6%), Kab. Bekasi

(6,6%), Kab. Bandung (6,2%), dan Kota Bekasi

(5,6%) (Grafik 4.7). Di sisi lain, kab/kota dengan

(21,8%), belanja barang dan jasa (20,7%), dan

belanja hibah & bantuan (10,5%). Karakteristik ini

sedikit berbeda dengan

Berdasarkan strukturnya, anggaran belanja

kab/kota didominasi oleh belanja pegawai

(46,9%), kemudian diikuti oleh belanja modal

mencapai Rp2,13 Triliun sementara nilai realisasi

terendah dialami oleh Kab. Pangandaran sebesar

Rp355,8 Miliar (Grafik 4.9). Perkembangan

realisasi belanja APBD Kab/Kota juga relatif

lebih baik dan menunjukkan adanya upaya

pemerintah kab/kota untuk memperbaiki pola

realisasi anggarannya.

Hingga triwulan II 2016, realisasi belanja APBD

dari 20 kab/kota6 yang ada di Jawa Barat

mencapai 31,70% terhadap total anggaran.

Adapun realisasi terendah dialami oleh oleh Kota

Bogor (21,90%) sementara realisasi tertinggi

dialami oleh Kab. Ciamis (44,80%). Secara

nominal, realisasi belanja tertinggi hingga

triwulan II 2016 dialami oleh Kota Bandung yang

6 Hingga periode penyusunan laporan, data yang tersedia di situs TEPRA untuk realisasi hingga Juni 2016

hanya tersedia untuk 20 kabupaten/kota di Jawa Barat

64,17%8,

7%

8,6%

6,6%

6,2%

5,6%

Kota Bandung

Kab. Bogor

Kab. Bekasi

KAb. Bandung

Kota Bekasi

Lainnya

Belanja Pegawai

Belanja Hibah & Bantuan

Belanja Barang/Jasa

Belanja Modal

50,2%

8,7

%

20,8%

20,3%

10,5

%

21,8%

20,7%

46,9%

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

58KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Grafik 2.10 Perkembangan Realisasi Belanja 20 Kab/Kota di Jawa Barat s.d. Tw II’16Sumber : Situs TEPRA (monev.lkpp.go.id)

Tabel 2.6 Anggaran Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Jawa Barat (diolah)

2.3 Belanja APBN di Jawa Barat

digunakan untuk membiayai gaji pegawai

Kementerian atau instansi pemerintah pusat

yang berada di Jawa Barat, seperti Kantor

Wilayah Perbendaharaan Negara dan Kantor

Wilayah Pajak. Selain itu, anggaran ini juga digu-

nakan untuk membiayai proyek-proyek infras-

truktur strategis yang dicanangkan oleh pemer-

intah pusat. Berdasarkan strukturnya, belanja

APBN di Jawa Barat terutama dialokasikan untuk

belanja pegawai (43,48%) dan belanja barang

(39,71%) (Tabel 4.5).

Dalam rangka membiayai belanja serta program-

nya di daerah, pemerintah pusat mengalokasikan

sejumlah anggaran APBD untuk direalisasikan di

Jawa Barat. Anggaran penerimaan APBN terse-

but hanya berasal dari penerimaan dalam negeri

yang bersumber dari pajak, Penerimaan Negara

Bukan Pajak (PNBP), serta hibah. Selain alokasi

ini, belanja APBN juga disalurkan dalam bentuk

Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah

melalui Dana Perimbangan dan Lain-Lain

Pendapatan Daerah yang Sah. Belanja pemerin-

tah pusat melalui APBN tersebut antara lain

ja APBN hingga ini mengalami penurunan nilai

dibanding triwulan II 2015 yang mencapai

Rp10,84 Triliun. Berdasarkan komponennya,

tingkat realisasi mayoritas komponen meningkat

dibanding triwulan II 2015, kecuali pada kom-

ponen belanja bantuan sosial.

Hingga triwulan II 2016, realisasi belanja APBN di

Jawa Barat telah mencapai Rp10,68 Triliun atau

27,61% terhadap total anggaran, di mana persen-

tase realisasi ini sedikit lebih tinggi dibanding

triwulan II 2015 sebesar 26,17% (Tabel 4.6).

Namun demikian, secara nominal realisasi belan-

2500 50%45%40%35%30%25%20%15%10%5%0%

2000

1500

1000

500

0

Kab

.Ban

du

ng

Kab

.Bo

go

r

Kab

.Gar

ut

Kab

.Bek

asi

Kab

.Su

kab

um

i

Kab

.Kar

awan

g

Kab

.Cia

nju

r

Kab

.Tas

ikm

alay

a

Kab

.Su

med

ang

Kab

.Su

ban

g

Kab

.Maj

alen

gka

Ko

ta D

epo

k

Kab

.Cia

mis

Kab

.Ban

du

ng

Bar

at

Ko

ta T

asik

mal

aya

Ko

ta C

imah

i

Ko

ta B

og

or

Ko

taS

uka

bu

mi

Kab

,Pan

gan

dar

an

Nilai Realisasi Belanja

% Realisasi Belanjas.d Tw II’16

Rp Miliar %

No.

1

2

3

4

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Modal

Belanja Bantuan Sosial

Total Belanja

17122,75

14129,15

7639,69

2543,65

41435,24

41,32

34,10

18,44

6,14

100,00

jenis Belanja %Perubahan

(yoy)

TA 2015

Pagu(Rp Miliar)

Pangsa(%)

TA 2016

Pagu(Rp Miliar)

Pangsa(%)

16824,95

15364,78

6289,16

216,79

38695,68

43,48

39,71

16,25

0,56

100,00

-1,74

8,75

-17,68

-91,48

0,24

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

59 Keuangan Pemerintah

realisasi belanja modal dan belanja barang masih

mencatatkan pertumbuhan positif secara tahu-

nan. Sebaliknya, komponen belanja pegawai

mengalami kontraksi dari 14,23% (yoy) pada

triwulan I menjadi -20,76% (yoy) pada triwulan II.

Secara umum, perkembangan ini sejalan dengan

kebijakan pemerintah pusat yang mulai melaku-

kan pengetatan anggaran pada awal triwulan II

2016 seiring dengan perkembangan defisit

belanja terhadap PDB yang semakin membesar.

Berdasarkan nilai pertumbuhannya, terjadi

perlambatan pada laju pertumbuhan realisasi

belanja pegawai, belanja barang, dan belanja

modal (Grafik 2.12). Hal ini terjadi setelah sebel-

umnya laju pertumbuhan belanja barang dan

belanja modal meningkat cukup signifikan pada

triwulan I. Penurunan pertumbuhan terdalam

terjadi pada belanja modal yang melambat dari

877,22% (yoy) pada triwulan I menjadi 57,30%

(yoy) pada triwulan II. Meski demikian, baik

Tabel 2.7 Realisasi Belanja APBN di Provinsi Jawa Barat Hingga Triwulan II 2016

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Jawa Barat (diolah)

Grafik 2.11 Pangsa Belanja APBN di Jawa Barat TA Sumber : Ditjen Perbendaharaan Jawa Barat (diolah)

Grafik 2.12 Perkembangan Belanja APBN di Jawa BaratSumber : Ditjen Perbendaharaan Jawa Barat (diolah)

Grafik 2.13 % Realisasi APBN di Jawa Barat Berdasarkan Jenis Belanja Per TriwulanSumber : Ditjen Perbendaharaan Jawa Barat (diolah)

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Modal

Belanja Bantuan Sosial

43,5%

0,6

%

16,3%

39,7%

100 1000

% (yoy) % (yoy)

800

600

400

200

0

-200

80

60

40

20

0

-20

-40I II I IIIII

2015 2016

IV

g. Total Belanja

g. Belanja Barang

g. Belanja Pegawai

g. Belanja Modal-kanan

Tw I Tw II Tw III Tw IV

0102030405060708090

100

2014 2015 2016TOTAL BELANJA

2014 2015 2016BELANJA PEGAWAI

2014 2015 2016BELANJA MODAL

2014 2015 2016BELANJA BANTUAN SOSIAL

10

32

60

91

11

26

52

92

14

2821

45

75

96

20

39

69

98

2032

0214

35

84 88

30

1101

0820

01

30

58

97 92

63

1704 02 07

Realisasi s.d. Triwulan II 2015 Realisasi s.d. Triwulan II 2016Jenis BelanjaNo.

Belanja Pegawai 17122,751

2

3

4

31,59

26,61

20,13

6,67

27,61

14129,15

7639,69

2543,65

41435,24

6706,89

2900,16

804,76

430,53

10842,35

39,17

20,53

10,53

16,93

26,17

16824,95

15364,78

6289,16

216,79

38695,68

5314,24

4088,36

1265,91

14,65

10683,16

Belanja Barang

Belanja Modal

Belanja Bantuan Sosial

TOTAL BELANJA

Realisasi(Rp Miliar)

Pagu(Rp Miliar)

Pagu(Rp Miliar)% Realisasi Realisasi

(Rp Miliar) % Realisasi

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

60KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

(pangsa 7,33) (Tabel 4.7). Hingga triwulan II

2016, realisasi tertinggi diraih oleh fungsi

pertahanan (49,01%), diikuti oleh fungsi ekonomi

(14,87%), dan fungsi perlindungan sosial (11,91%).

Berdasarkan fungsinya, alokasi belanja modal di

Jawa Barat terutama ditujukan untuk

mendukung fungsi ekonomi (pangsa 65,13%),

pendidikan (pangsa 11,63%), dan kesehatan

Grafik 2.8 Realisasi Komponen Belanja Modal APBN di Provinsi Jawa Barat Sumber : Ditjen Perbendaharaan Jawa Barat

Tw I 2016 Tw II 2016FungsiNo.

Pelayanan Umum 165,561

2

3

4

5

6

7

8

9

10

4,71

49,01

3,80

14,87

4,12

6,91

4,38

0,26

7,00

11,91

11,72

11,00

212,14

4096,37

107,17

410,95

460,78

73,93

731,44

19,83

6289,16

3,58

0,00

1,90

178,39

1,33

22,27

1,79

0,45

12,84

0,25

222,79

2,16

0,00

0,90

4,35

1,24

5,42

0,39

0,60

1,75

1,28

3,54

7,80

5,39

8,06

609,10

28,38

4,42

20,18

0,19

51,23

2,36

737,11

Pertahanan

Ketertiban & Keamanan

Ekonomi

Lingkungan Hidup

Perumahan & Fasilitas Umum

Kesehatan

Agama

Pendidikan

Perlindungan Sosial

TOTAL BELANJA MODAL

Pagu(Rp Miliar) Realisasi

(Rp Miliar) % Realisasi Realisasi(Rp Miliar) % Realisasi

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

faktor-faktor tersebut disesuaikan juga dengan

kesulitan geografis masing-masing desa.

Alokasi APBN untuk Dana Desa di Provinsi Jawa

Barat pada tahun 2016 ini meningkat cukup

signifikan, dari Rp1,59 triliun menjadi Rp3,57

triliun dengan besaran rata-rata desa menerima

Rp670,89 juta, atau naik sekitar 124,47%. Dilihat

dari wilayahnya, hanya 3 Kota/Kabupaten di

Provinsi Jawa Barat yang menerima dana desa

kurang dari Rp 100 miliar yakni Kabupaten

Subang, Kota banjar dan Kabupaten Panganda-

ran. Hal ini dikarenakan faktor-faktor penentu di

3 Kota/Kabupaten tersebut yang terbatas, teru-

tama seperti jumlah penduduk dan luas wilayah

serta kesulitan geografis.

Sebagaimana amanat oleh UU No.6 tahun 2014

tentang Desa maka pemerintah diberi tugas

untuk meningkatkan kesejahteraan dan pemer-

ataan pembangunan desa melalui peningkatan

pelayanan publik di desa, memajukan perekono-

mian desa, mengatasi kesenjangan pembangu-

nan antar desa serta memperkuat masyarakat

desa sebagai subyek dari pembangunan. Salah

satu wujud konkrit upaya ini dicerminkan

melalui penyaluran dana desa yang bersumber

dari APBN yang diperuntukkan untuk desa dan

desa adat yang ditransfer melalui APBD Kabu-

paten/Kota. Alokasi dana desa tersebut mem-

pertimbangkan faktor-faktor jumlah penduduk,

luas wilayah, dan angka kemiskinan. Selanjutnya

Pencairan dana desa tahun anggaran 2016 dari

Pemerintah Pusat sesuai rencana dilakukan

dalam 2 tahap sebagai berikut:

Tahap I sebesar 60%, dilaksanakan pada

bulan Maret 2016

Tahap II sebesar 40% dilaksanakan pada

bulan Agustus 2016

61 Boks 03PERKEMBANGAN

PENYALURANDANA DESATAHUN 2016

BOKS

03

Gambar 1. Alokasi dana Desa per Kabupaten di Provinsi Jawa Barat

BOKS 03PERKEMBANGAN PENYALURAN DANA DESA TAHUN 2016

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Gambar 2. Alur Kronologis Rekrutmen Pendamping Desa

62KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

BOKS

03PERKEMBANGANPENYALURANDANA DESATAHUN 2016

Pencairan dilakukan melalui pemidahbukuan

dari RKUN (Rekening Kas Umum Negara) ke

RKUD (Rekening Kas Umum Daerah). Selanjutn-

ya dari RKUD akan dikirimkan ke RKD (Rekening

Desa). Penyaluran dana desa dari RKUD ke RKD

dilakukan selambatnya 7 hari kerja setelah dana

desa diterima RKUD.

Dalam realisasinya, hingga Juni 2016, penyalu-

ran dana desa masih terkendala. Meski sudah

100% dropping Dana Desa Tahap I 2016 dari

RKUN ke RKUD dilakukan ke semua kabupaten,

namun dana tersebut belum dapat dicairkan ke

desa-desa. Penyebab dari kesulitan pencairan

dana desa tersebut antara lain:

Di Provinsi Jawa Barat terdapat 538 kecamatan

(yang memiliki desa) dengan total jumlah desa

sebanyak 5.319 desa. Dengan demikian, total

jumlah kebutuhan pendamping desa (dari level

desa hingga kabupaten) adalah 2.927 orang.

Pada Juli 2015, Kementerian Desa telah

menyebutkan bahwa seluruh pegawai eks PNPM

akan berganti peran dan dilantik menjadi

Pendamping Desa. Untuk tahun 2016, kontrak

kerja pegawai eks PNPM sebagai pendamping

desa hanya diperpanjang s.d. 31 Mei 2016 oleh

Kementerian Desa.

Kemudian pada Mei 2016 Kementerian Desa

mensyaratkan jika pegawai eks-PNPM ingin

tetap menjadi Pendamping Desa, maka yang

bersangkutan harus mengikuti proses

seleksi/rekruitmen Pendamping Desa periode

tahun 2016 yang dimulai pada 28 Mei 2016. Pada

realitanya, hampir tidak ada pegawai eks-PNPM

yang mengikuti proses seleksi/rekrutmen ini.

Dengan jumlah pendamping desa rekrutmen

baru tahun 2015 sebanyak 635 orang, tanpa

beroperasinya pendamping desa lama

(eks-PNPM), maka shortage dari kuota menca-

pai 2.292 orang.

Kurangnya pengetahuan dan kapasitas

perangkat Desa untuk meyusun APBDes.

Rata-rata 90% APBDes terkait pembangu-

nan infrastruktur yang membutuhkan peny-

usunan RAB yang tidak sederhana bagi

perangkat Desa.

Kekhawatiran bahwa perencanaan yang

keliru akan berakibat pada temuan auditor.

Kekosongan Pendamping Desa yang sebel-

umnya aktif membantu Desa dalam melaku-

kan perencanaan. Terkait kekosongan

pendamping desa tersebut berasal dari

shortage pendamping karena diakhirinya

kontak pendamping desa lama (ex PNPM)

sedangkan rekruitmen pendamping desa

baru belum sepenuhnya siap.

memiliki peranan yang sangat penting dalam

memberikan guidance dan mendorong desa

dalam menyusun proposal rencana pembangu-

nan/proyek yang menjadi syarat penyaluran

Dana Desa.

Dapat disimpulkan bahwa permasalahan

menurunnya daya dukung Pendamping Desa

dimaksud berdampak cukup signifikan pada

pencairan Dana Desa dan realisasi ke depan. Hal

ini disebabkan Pendamping Desa sejauh ini

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

PerkembanganInflasi03

BAB

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAWA BARAT

AGUSTUS 2016

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

63KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

menjadi 2,28% (yoy) pada t r i w u l a n I I . B e r -d a s a r k a n subkelompoknya, penurunan ini terutama disebabkan oleh kelompok core yang bersifat non-traded seiring dengan penurunan permintaan terhadap komoditas jasa utama. Hal ini menjadi salah satu indikasi adanya kecend-erungan masyarakat untuk menahan konsumsi pada jenis kebutuhan yang bersifat non-primer. Selain itu, tren penguatan nilai tukar rupiah yang berlangsung secara konsisten sejak awal tahun turut berkontribusi kepada rendahnya tekanan imported inflation pada kelompok core traded, khususnya pada jenis barang elektronik dan bahan bangunan.

Di sisi lain, penurunan tekanan harga ini ditahan oleh perkembangan pada kelompok volatile food yang mengalami peningkatan harga yang cukup tinggi pada triwulan II. Inflasi kelompok volatile food meningkat dari 9,49% (yoy) pada triwulan I menjadi 10,80% (yoy) pada triwulan II 2016. Real-isasi inflasi tahunan ini merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan historis inflasi tahunan volatile food bulan Ramadhan elama periode 2011-2015 (exclude 2013). Secara seasonal,pen-ingkatan permintaan didorong oleh momentum Bulan Ramadhan yang mengalami pergeseran dibanding tahun lalu s e h i n g g a h a m p i r s e l u r u h n y a berlangsung di akhir triwulan II 2016. Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia serta mayor-itas penduduknya khususnya di suburban (Bekasi , Depok, Bogor) yang merupakan pendatang menyebabkan permintaan yang cenderung lebih tinggi pada periode Ramadhan daripada Lebaran. Selain itu, meningkatnya dukungan infrastruktur terhadap konektivitas antar provinsi (salah satunya melalui beroper-asinya Tol Cipali) juga meningkatkan distri-busi bahan pangan dari beberapa sentra produk-si di Jawa Barat untuk memenuhi permintaan di luar Jawa Barat.

Perkembangan inflasi Jawa Barat relatif terken-dali pada triwulan II 2016 seiring dengan kebi-jakan pemerintah menurunkan harga bahan bakar di awal triwulan serta tren penguatan nilai tukar rupiah yang berlangsung secara konsisten sejak awal tahun. Inflasi IHK pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 3,22% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan I 2016 sebesar 3,78%. Perkembangan inflasi Jawa Barat pada triwulan ini kembali mencatatkan realisasi yang lebih rendah dibanding inflasi nasional sebesar 3,45% (yoy). Secara spasial di Kawasan Jawa, realisasi inflasi tahunan Jawa Barat merupakan yang yang tertinggi kedua setelah Banten (3,78%). Sementara secara triwulanan inflasi IHK Jawa Barat menurun dari triwulan I 2016 sebesar 0,61% (qtq) menjadi sebesar 0,59% pada triwu-lan II 2016, serta lebih rendah dibanding triwulan II 2015 yang tercatat sebesar 1,14% (qtq). Secara umum, perkembangan inflasi Jawa Barat hingga triwulan II 2016 ini relatif rendah dan secara historis merupakan realisasi inflasi triwulan II terendah sejak tahun 2009.

Penurunan tekanan inflasi tahunan ini disebab-kan baik oleh faktor non fundamental yakni dari kelompok administered prices serta faktor fundamental pada kelompok core. Berdasarkan andilnya, inflasi pada triwulan II terutama dise-babkan oleh kelompok volatile food dengan andil sebesar 1,54%, kemudian diikuti oleh kelompok core dengan andil sebesar 1 , 5 4 % . A d a p u n k e l o m p o k administered prices memberikan andil deflasi sebesar 0,01% dan mengalami penurunan inflasi dari 3,23% (yoy) pada triwulan I menjadi -0,24% (yoy) pada triwu-lan II. Penurunan tekanan yang cukup besar pada kelompok administered prices terutama didorong oleh kebijakan pemerintah yang kem-bali menurunkan harga bahan bakar minyak pada awal triwulan II 2016 dalam persentase penurunan yang lebih besar dibanding awal tahun, mengacu kepada perkembangan harga minyak dunia yang masih mengalami penurunan hingga awal triwulan II. Adapun kelompok core secara konsisten mengalami penurunan tekanan sejak akhir tahun 2016 dan menjadi faktor salah satu faktor utama yang mendorong tren inflasi yang relatif rendah. Tingkat inflasi core mengala-mi penurunan dari 2,38% (yoy) pada triwulan I

Sisi Permintaan

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

historisnya. Perkembangan serupa juga terjadi di

Kawasan Jawa, di mana realisasi inflasi seluruh

provinsi pada triwulan II 2016 berada di bawah

historis periode yang sama padatahun 2014 dan

2015 (Grafik 3.2).

Khususnya sejak tahun 2014, perkembangan

inflasi Jawa Barat secara konsisten berada di

bawah level inflasi nasional (Grafik 3.1).

Penurunan tekanan inflasi pada triwulan II yang

dialami baik di level nasional maupun Jawa Barat

secara umum berada di bawah rata-rata tren

64 Perkembangan Inflasi

Grafik 3.1 Inflasi Tahunan Jawa Barat vs Nasional

Grafik 3.2 Inflasi Tahunan Provinsi di Kawasan Jawa

3.45

3.22

Jabar Nasional

% (yoy)10987654321

0I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Rata-rata InflasiJabar 5 tahun terakhir : 5,30%

Sumber : BPS (diolah)

Sumber : BPS (diolah)

% (yoy)10987654321

0Tw II’14 Tw II’15 Tw II’16

JabarJatim JatengJakartaJogjaBanten

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

serta persiapan masyarakat menyambut Hari

Raya Idul Fitri. Jika dibandingkan dengan

provinsi lain di kawasan Jawa, rata-rata inflasi

bulanan Jawa Barat pada triwulan II 2016

(0,20%) merupakan yang tertinggi, diikuti oleh

Jawa Timur dan DKI Jakarta (0,16%), DI

Yogyakarta (0,15%), Banten (0,07%), dan Jawa

Tengah (0,03%) (Grafik 3.4).

Pada triwulan II 2016, rata-rata inflasi bulanan

Jawa Barat sebesar 0,20% (mtm), sama dengan

rata-rata inflasi bulanan pada triwulan I 2016.

Realisasi ini relatif lebih rendah dibanding

dengan rata-rata historis inflasi bulanan di

triwulan II (periode 2011-2015) sebesar 0,24%

(Tabel 3.1). Selama triwulan II 2016, tekanan

inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni 2016

seiring dengan berlangsungnya bulan Ramadhan

65KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Grafik 3.3 Rata-rata Inflasi Bulanan 5 Tahun Terakhir

Grafik 3.4 Inflasi Bulanan Provinsi di Kawasan Jawa

3.1. Perkembangan Inflasi Periode Triwulan II 20163.1.1. Inflasi Bulanan (mtm)

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

% (mtm)

5.00

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00

-1.00Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

Rata-rata 2011-2015

2012

2013

2014

2015

2016

% (yoy)0,80

0,70

0,60

0,50

0,40

0,30

0,20

0,10

0,00Tw II’14 Tw II’15 Tw II’16

JabarJatim JatengJakartaJogjaBanten

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

khususnya untuk jenis barang impor (imported

inflation) sehingga terdapat penurunan tekanan

inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan

olahraga dibanding triwulan sebelumnya dengan

rata-rata andil deflasi bulanan sebesar -0,01% .

Hal ini khususnya disumbang oleh sejumlah

komoditas pada sub kelompok perlengkapan

pendidikan yang umumnya diperoleh melalui

impor. Selain itu, terjadinya pergeseran musim

panen pada komoditas beras dari biasanya di

akhir triwulan I 2016 ke awal triwulan II 2016 juga

turut menjadi faktor yang menahan tekanan

inflasi pangan yang lebih tinggi pada triwulan II

2016.

Tekanan inflasi IHK bulanan di triwulan II teruta-

ma didorong oleh faktor seasonal baik tradisi

menyambut Ramadhan (munggahan) yang

kental di kalangan masyarakat Sunda serta Bulan

Ramadhan yang hampir seluruhnya berlangsung

pada akhir triwulan. Momentum ini mendorong

peningkatan permintaan khususnya pada kelom-

pok bahan makanan dan kelompok makanan

jadi, minuman, dan tembakau. Adapun rata-rata

inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan II

2016 sebesar 0,87% lebih tinggi dibanding

rata-rata historis triwulan II (2011-2015) sebesar

0,03% (Tabel 3.1). Sejalan dengan hal tersebut,

kelompok bahan makanan juga memberikan

rata-rata andil inflasi bulanan terbesar pada

triwulan II 2016 yakni mencapai 0,18% kemudian

disusul oleh kelompok makanan jadi, minuman,

dan tembakau sebesar 0,06% (Tabel 3.2). Hal ini

terutama disebabkan oleh tingginya tekanan

inflasi khususnya dari subkelompok sayur-sayu-

ran seiring dengan semakin meningkatnya keter-

gantungan Jawa Barat terhadap pasokan beber-

apa jenis komoditas sayur-sayuran dari provinsi

lain di tengah tingkat konsumsi yang terus

meningkat setiap tahunnya.

Namun demikian, perkembangan inflasi bulanan

Jawa Barat pada triwulan II 2016 ini sedikit lebih

rendah dibanding rata-rata historis 2011-2015

sebesar 0,24%. Meningkatnya tekanan harga dari

komoditas pangan mampu ditahan oleh perkem-

bangan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang

kembali diturunkan oleh pemerintah pada awal

triwulan II 2016 (dengan persentase penurunan

yang lebih besar dibanding awal triwulan I 2016),

mengacu kepada perkembangan harga minyak

dunia yang terus menurun selama awal tahun.

Sebagai dampaknya, inflasi pada kelompok

transportasi, komunikasi dan jasa keuangan serta

kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan

bakar menurun cukup dalam khususnya pada

awal triwulan. Adapun kelompok transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan memberikan

rata-rata andil deflasi bulanan terbesar pada

triwulan II 2016 yakni sebesar -0,06%. Selain itu,

tren penguatan rupiah yang terus berlanjut

secara konsisten sejak awal tahun juga men-

dorong adanya penurunan tekanan inflasi

66 Perkembangan Inflasi

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

dengan kedua kelompok lainnya, kelompok

administered prices secara rata-rata mengalami

deflasi pada triwulan II 2016, didorong oleh

tekanan deflasi yang besar pada awal triwulan.

Hal ini sebagai dampak dari kebijakan pemerin-

tah yang kembali menurunkan harga Bahan

Bakar Minyak (BBM) yang berlaku per tanggal 1

April 2016 serta PT. PLN yang melakukan

penurunan tarif listrik pada awal bulan April

2016.

Berdasarkan disagregasi kelompok, tekanan

inflasi terutama bersumber dari kelompok vola-

tile food dengan rata-rata inflasi sebesar 0,96%

(Grafik 3.5) dan memberikan andil terbesar men-

capai 0,17% (Grafik 3.6). Selanjutnya, tekanan

inflasi juga diberikan oleh kelompok core dengan

rata-rata inflasi bulanan sebesar 0,14% dan andil

sebesar 0,09%. Adapun perkembangan tekanan

inflasi bulanan kelompok core terpantau berger-

ak dalam tren menurun dibanding triwulan I 2016

dengan rata-rata inflasi bulanan sebesar 0,17%

dan andil mencapai 0,11%. Penurunan tekanan

inflasi bulanan dibanding triwulan sebelumnya

ini didorong oleh tren penguatan rupiah serta

terbatasnya permintaan masyarakat khususnya

pada sektor properti jasa (sewa). Berbeda

67KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Tabel 3.1 Perbandingan Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang (%, mtm)

Tabel 3.2 Andil Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

Umum -0,12 0,17 0,69 0,590,24 -0,17 0,20 -0,370,20 0,25 0,72 0,20

1 Bahan Makanan -1,40 -0,02 1,52 2,840,03 -0,87 0,83 -0,560,94 0,51 2,66 0,87

2Makanan jadi, minumanrokok & tembakau

0,31 0,42 0,42 0,410,38 0,55 0,38 0,260,45 0,49 0,38 0,38

6Pendidikan, rekreasi,dan olahraga

0,04 0,00 0,06 0,250,03 0,01 -0,09 0,000,06 0,01 -0,21 -0,07

7Transportasi, komunikasi,dan jasa keuangan

0,39 0,08 1,04 -1,060,51 -0,20 -0,12 -1,45-0,46 0,02 0,34 -0,36

4 Sandang -0,05 0,00 0,11 0,120,02 0,15 0,32 0,210,20 0,53 0,10 0,42

5 Kesehatan 0,24 0,31 0,18 0,490,24 0,05 0,13 0,010,22 0,13 0,10 0,08

3Perumahan, air, listrik,dan bahan bakar

0,33 0,32 0,25 0,300,30 -0,25 -0,12 -0,16-0.02 0,07 0,10 0,00

Kelompok Tw II (2011-2015)

AprNo

Mei Jun

Rata-rata

Tw I 2016

Jan Feb Mar

Rata-rata

Tw II 2016

Apr Mei Jun

Rata-rata

1 Bahan Makanan -0,37 0,25 0,66 -0,130,18 0,10 0,57 0,18

2Makanan jadi, minumanrokok & tembakau

-0,04 -0,14 0,22 0,040,01 0,09 0,06 0,06

6Pendidikan, rekreasi,dan olahraga

-0,01 0,00 -0,03 0,00-0,01 0,00 -0,02 -0,01

7Transportasi, komunikasi,dan jasa keuangan

0,13 0,05 -0,09 -0,250,03 0,00 0,06 -0,06

4 Sandang 0,00 -0,01 0,05 0,010,01 0,02 0,02 0,02

5 Kesehatan -0,01 0,00 0,02 0,000,00 0,01 0,00 0,00

3Perumahan, air, listrik,dan bahan bakar

-0,05 0,09 -0,12 -0,05-0,03 0,02 0,03 0,00

KelompokNo Tw I 2016

Okt Nov Des

Rata-rata

Tw II 2016

Jan Feb Mar

Rata-rata

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

ing periode Januari, di mana secara total andil

deflasi kelompok jasa terkait sebesar -0,03%

sementara pada bulan Januari tidak berdampak

pada kelompok jasa. Hal ini salah satunya

didorong oleh arahan Presiden yang menghim-

bau penurunan tarif angkutan dalam kota mini-

mal sebesar 3% menyusul penurunan harga BBM.

Namun demikian, dampak lanjutan penurunan

BBM dari awal triwulan ke akhir triwulan lebih

besar pada triwulan I dibanding triwulan II,

didorong oleh meningkatnya permintaan men-

jelang Lebaran khususnya terkait distribusi

barang dan pangan.

Khususnya terkait penurunan BBM mengacu

kepada ketentuan pemerintah untuk mengevalu-

asi harga bahan bakar setiap triwulan, adapun

persentase penurunan harga premium pada

triwulan II 2016 sebesar -7,09% (qtq) lebih tinggi

dibanding penurunan pada triwulan I (-4,73%),

sementara itu, persentase penurunan harga solar

lebih rendah. Sejalan dengan hal tersebut, andil

deflasi bulanan komoditas bensin pada bulan

April sebesar -0,21% lebih tinggi dibanding bulan

Januari sebesar -0,14% (Tabel 3.3). Dampak

penurunan harga BBM pada bulan April terhadap

komoditas jasa terkait juga lebih besar diband-

68 Perkembangan Inflasi

Tabel 3.3 Perkembangan Dampak Penurunan Harga BBM (%)

Grafik 3.5 Disagregasi Inflasi (mtm)Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Grafik 3.6 Andil Disagregasi Inflasi (mtm)

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00-1,00-2,00

RATA-RATA TW II’16

JUN’16

MEI’16

APR’16 -1,50

-0,31

-0,73

0,09

0,520,120,19

0,450,14

0,96

0,14

3.08

Core Inflation

Administreted Prices

Volatile Food

0,00 0,20 0,40 0,60-0,20-0,40

RATA-RATA TW II’16

JUN’16

MEI’16

APR’16 -0,30

-0,06

-0,13

0,06

0,090,02

0,12

0,090,09

0,17

0,09

0,55

Core Inflation

Administreted Prices

Volatile Food

TOTAL SUMBANGAN -0,20 -0,05 -0,03 0,27 -0.01 0,04

Biaya Pengiriman Barang 0,000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Tarip Kendaraan Travel 0,00 0,460,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Tarip Taxi 0,00 -4.50 0,00-0,01 0,00 0,05 0,000,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Kendaraan Carter 0,000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Angkutan Dalam Jasa 0,00 -0,38 -0,020,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,000,00

Angkutan Antar Kota 0,000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,000,00 0,00 0,00 0,00

JASA 0,00 0,00 0,00 -0,03 0,00 0,05

Solar 0,00 0,00 0,00 0,00-13,64 -0,06 -2,35 0,00-0,01 0,00 -8,85 -0,03

Bensin -3,79 -0,14 -1,22 -0,98-0,04 -0,03 -6,28 -0,28-0,28 -0,01 -0,22 -0,01

BARANG -0,20 -0,05 -0,03 -0,24 -0,01 -0,01

Dampak Penurunan Tarif Energi Januari’16 Dampak Penurunan Tarif Energi April’16

Komoditas

Januari’16Inflasi

mtm(%)Andil

mtm(%)

Februari’16Inflasi

mtm(%)Andil

mtm(%)

Maret’16Inflasi

mtm(%)Andil

mtm(%)

April’16Inflasi

mtm(%)Andil

mtm(%)

Mei’16Inflasi

mtm(%)Andil

mtm(%)

Juni’16Inflasi

mtm(%)Andil

mtm(%)

Premium : 7.400 7.050 (-4,73%, qtq)Pertamax : 8.750 8.600 (-1,70%, qtq)

Solar : 6.800 5.750 (-15,44%, qtq)LPG : 135,2rb 129,6rb (-4,12%, qtq)

Premium : 7.050 6.550 (-7,09%, qtq)

Solar : 5.750 5.250 (-8,70%, qtq)

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

69KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Tabel 3.4 Perkembangan Inflasi Berdasarkan Disagregasi (%, mtm)

Tabel 3.5 Sumbangan Inflasi & Deflasi Komoditas Penyumbang Utama (%, mtm)

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

Headline -0,37 -0,25 0,21 0,22 0,41 0,51 0,79 0,58 -0,18 -0,17 0,18 0,79 0,59 -0,17 0,20 -0,37 0,25 0,72

Core 0,26 0,27 0,35 0,11 0,22 0,20 0,25 0,33 0,32 0,14 0,12 0,14 0,22 0,23 0,07 0,09 0,19 0,14

Core Traded 0,38 0,26 0,28 0,13 0,32 0,12 0,35 0,38 0,39 0,21 0,10 0,21 0,27 0,23 0,11 0,11 0,29 0,21

Core Non Traded 0,09 0,28 0,46 0,08 0,05 0,33 0,08 0,25 0,22 0,04 0,16 0,04 0,14 0,24 0,01 0,05 0,04 0,04

Administered Prices -2,93 -1,31 0,85 1,76 0,35 0,40 1,21 0,16 0,01 0,05 0,13 0,56 -0,64 -0,62 -1,50 -1,50 0,12 0,45

Energi -5,93 -3,04 1,92 3,15 0,38 0,63 0,05 0,09 -0,40 -0,35 -0,19 0,58 -1,70 -2,02 -3,47 -3,47 -0,20 0,17

Non Energi -0,39 0,07 0,02 0,66 0,34 0,22 2,16 0,21 0,32 0,37 0,39 0.55 0,19 0,44 -0,05 -0,05 0,35 0,65

Volatile Food 0,43 -0,96 -1,03 -1,38 1,28 1,76 2,38 1,98 -2,20 -1,66 0,38 3,35 3,22 -1,07 1,09 -0,73 0,52 3,08

BARANGInflasi (mtm)

2015 2016

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Komoditas Penyumbang Inflasi

Tomat Sayur 0,07 Daging Ayam Ras 0,09 Daging Ayam Ras 0,08

Bawang Merah 0,04 Telur Ayam Ras 0,04 Telur Ayam Ras 0,08

Bawang Putih 0,03 Kentang 0,03 Kentang 0,08

Tomat Buah 0,03 Rokok Kretek Filter 0,02 Beras 0,07

Jeruk 0,02 Emas Perhiasan 0,02 Wortel 0,06

Bawang Daun 0,01 Gula Pasir 0,02 Angkutan Antar Kota 0,05

Minyak Goreng 0,01 Minyak Goreng 0,01 Jengkol 0,03

Ketimun 0,01 Tukang Bukan Mandor 0,01 Petai 0,03

Pemeliharaan 0,01 Ayam Hidup 0,01 Ketimun 0,02

Bayam 0,01 Bawang Putih 0,01 Nasi Dengan Lauk 0,02

April 2016

Komoditas

Mei 2016 Juni 2016

Sumbangan (%) Komoditas Sumbangan (%) Komoditas Sumbangan (%)

Komoditas Penyumbang Deflasi

Bensin -0,21 Cabai Merah -0,06 Bawang Merah -0,05

Cabai Merah -0,14 Cabai Rawit -0,02 Laptop/Notebook -0,02

Daging Ayam Ras -0,07 Beras -0,02 Tomat Sayur -0,02

Beras -0,06 Ketimun -0,02 Jeruk -0,01

Tarip Listrik -0,05 Bensin -0,01 Tomat Buah -0,01

Kentang -0,04 Tarip Listrik -0,01 Bensin -0,01

Telur Ayam Ras -0,03 Kacang Panjang -0,01 Papaya 0,00

Solar -0,03 Daging Sapi -0,01 Semen 0,00

Cabai Rawit -0,02 Bawang Merah -0,01 Cabai Rawit 0,00

Angkutan Dalam Kota -0,02 Tomat Buah -0,01 Tauge/kecambah 0,00

April 2016

Komoditas

Mei 2016 Juni 2016

Sumbangan (%) Komoditas Sumbangan (%) Komoditas Sumbangan (%)

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

70 Perkembangan Inflasi

Di sisi lain, deflasi yang terjadi pada kelompok

transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan

akibat kebijakan pemerintah menurunkan harga

BBM di awal triwulan, tren penguatan nilai tukar

rupiah yang terus berlanjut, serta terkendalinya

ekspektasi masyarakat mampu meredam tekanan

inflasi yang lebih tinggi akibat gejolak harga

pangan. Hal ini tercermin dari realisasi inflasi

triwulan II 2016 yang lebih rendah baik dibanding

dengan rata-rata historis inflasi triwulan II periode

2011-2015 (exclude 20131) sebesar 8,33% maupun

terhadap rata-rata historis inflasi Ramadhan

periode 2011-2015 sebesar 7,21%.

Pada triwulan II 2016, inflasi Jawa Barat mencapai

3,22% (yoy) atau masih berada di dalam rentang

target inflasi (4%±1%) dan berada di bawah

tingkat inflasi nasional (3,45%). Tingkat inflasi

tahunan ini mengalami penurunan dibanding

triwulan II 2016 sebesar 3,78% (yoy). Berdasarkan

kelompok barang, tekanan inflasi pada triwulan II

2016 terutama bersumber dari kelompok bahan

makanan dan kelompok makanan jadi, minuman,

rokok & tembakau (Tabel 3.6). Momentum

Ramadhan yang bergeser hampir seluruhnya ke

triwulan II serta persiapan menjelang Lebaran

menjadi faktor utama pendorong tekanan inflasi

pada triwulan ini.

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

3.1.2. Inflasi Tahunan (yoy)

Tabel 3.6 Inflasi & Andil Inflasi Tahunan Jawa Barat Menurut Kelompok Barang & Jasa (%, yoy)

1 Pada Juni 2013 Pemerintah menaikkan harga BBM yakni premium sebesar 44,4% dan solar sebesar

22,2% yang mengakibatkan kenaikan inflasi yang cukup signifikan baik pada first round e�ect maupun

second round e�ect yang jatuh momentum Ramadhan.

Umum 5,46 6,51 6,11 3,782,73 3,22 5,46 6,116,51 2,73 3,78 3,22

1 Bahan Makanan 4,63 7,59 8,01 8,744,73 9,88 0,94 1,601,51 0,95 1,75 1,89

2Makanan jadi, minumanrokok & tembakau 5,26 5,21 5,34 5,355,30 5,46 0,89 0,910,89 0,87 0,90 0,92

6 Pendidikan, rekreasi,dan olahraga

4,93 4,88 1,79 1,411,44 1,11 0,41 0,150,40 0,12 0,12 0,09

7 Transportasi, komunikasi,dan jasa keuangan

7,51 9,90 10,50 2,44-1,02 -1,04 1,37 1,911,81 -0,20 0,45 -0,20

4 Sandang 2,05 2,58 2,99 1,972,23 2,72 0,10 0,140,12 0,10 0,09 0,12

5 Kesehatan 4,96 4,90 5,19 3,624,60 3,25 0,20 0,200,19 0,18 0,14 0,13

3 Perumahan, air, listrik,dan bahan bakar

5,72 5,74 4,40 1,212,53 0,61 1,59 1,231,60 0,69 0,34 0,17

KelompokInflasi Tahunan (%) Andil Inflasi Tahunan (%)

Tw I

NoTw II Tw III Tw IV Tw I

20162015 20162015

Tw II Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

71KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

0,47 pada triwulan II 2016 (Grafik 3.9). Menurut contact liaison, penurunan harga terse-but dilakukan seiring dengan penurunan biaya energi serta untuk mempertahankan daya saing perusahaan. Secara sektoral, penurunan harga jual terjadi pada sektor pertanian dan industri pengo-lahan (Grafik 3.10.). Pada sektor pertanian, penurunan harga komoditas beras disebabkan oleh penurunan kualitas gabah akibat faktor cuaca, sementara pada komoditas cabai penurunan harga jual didorong oleh melimpahnya pasokan. Sementara itu pada sektor industri pengolahan, penurunan harga jual secara tahunan dilakukan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat di tengah permintaan domestik yang masih belum terlalu menguat.

Kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau merupakan pemberi andil inflasi terbesar pada triwulan II 2016, masing-masing sebesar 1,98% dan 0,92%.Tekanan inflasi pada kedua kelompok ini meningkat dibanding triwulan sebelumnya seiring dengan adanya momentum seasonal. Namun demikian, secara umum inflasi IHK triwulan II 2016 menurun dibanding triwulan sebelumnya akibat andil deflasi dari kelompok transportasi, komuni-kasi, dan jasa keuangan sebesar -0,20%. Penurunan tekanan inflasi tahunan pada triwulan II 2016 ini juga dikonfirmasi melalui wawancara liaison kepada pelaku usaha di Jawa Barat, di mana secara agregat likert scale harga jual menurun dari 0,73 pada triwulan I 2016 menjadi

Grafik 3.7 Perkembangan Harga Jual - Liaison

Grafik 3.8 Perkembangan Harga Jual Per Sektor -

Likert Scale %(YOY)

1.2

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

109876543210

2012 2013 2014

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016

0.47

Inflasi yoy - kananHarga Jual

1.80

1.50

1.20

0.90

0.60

0.30

0.00

0.33

0.31

0.59

0.75

1.56

0.36

IndustriPengolahan

Tw I’16

Tw II’16

Perdagangan Pertanian

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

72 Perkembangan Inflasi

triwulan II 2016 dengan realisasi inflasi sebesar

2,12% (yoy). Secara keseluruhan, tingkat inflasi

tahunan dari seluruh kota-kota inflasi tersebut

pada triwulan II 2016 mengalami penurunan

dibanding triwulan I 2016 (Grafik 2.16).

Pada triwulan II 2016, terdapat 3 kota yang

mengalami inflasi tahunan di atas tingkat inflasi

Jawa Barat yaitu Tasikmalaya (4,14%), Bandung

(3,54%), dan Depok (3,49%) (Grafik 3.11).

Sementara itu, Cirebon kembali menjadi kota

dengan inflasi terendah di Jawa Barat pada

ta besar yang menawarkan harga lebih tinggi. Hal

ini yang menyebabkan mayoritas produksi pangan

dari Tasikmalaya lebih banyak didistribusikan ke

kota-kota besar.

Terdapat risiko yang perlu diwaspadai khususnya

pada kota-kota dengan bobot inflasi yang besar

terhadap Jawa Barat. Jika dilakukan pemetaan

dengan menggunakan variabel bobot kota dan

tingkat inflasi, dapat dilihat bahwa kota dengan

bobot inflasi tertinggi (khususnya Bandung dan

Depok) juga mengalami inflasi yang relatif tinggi

(Grafik 3.9). Sejalan dengan hal tersebut, pemeta-

an dengan menggunakan data inflasi pangan juga

memperlihatkan bahwa ketiga kota dengan bobot

inflasi tertinggi (Bandung, Bekasi, dan Depok)

juga mengalami inflasi pangan yang tinggi jika

dibandingkan dengan kota-kota inflasi lainnya

(Grafik 3.10). Secara umum, kondisi ini disebabkan

oleh tingginya ketergantungan kota-kota besar

dengan bobot inflasi tertinggi tersebut terhadap

pasokan barang (khususnya komoditas pangan)

dari daerah-daerah yang merupakan sentra peng-

hasil. Khususnya pada kota Tasikmalaya, walaupun

dikenal sebagai sentra penghasil beberapa jenis

komoditas pangan strategis (seperti beras, daging

ayam, dan telur ayam), namun terdapat kecend-

erungan para produsen yang lebih menguta-

makan untuk memenuhi permintaan dari kota-ko-

Grafik 3.9Inflasi Kota di Jawa Barat Triwulan II 2016 (yoy)

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI)Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI)

Grafik 3.10Historis Inflasi Tahunan Kota Perhitungan Inflasi

di Jawa Barat

3.1.3. Perkembangan Inflasi Menurut Kota

%(YOY)4.50

4.00

3.50

3.00

2.50

2.00

3.54

2.75

3.49

2.70

2.12

4.14

Jabar : 3.22%

Bandung Bekasi Depok Bogor Sukabumi Cirebon Tasikmalaya

3.02

%(YOY)12

10

8

6

4

2

8

Bandung Bekasi Depok BogorSukabumi Cirebon Tasikmalaya

2012 2013 2014 2015 2016

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

73KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

di atas tingkat inflasi Jawa Barat adalah kota

Tasikmalaya. Sementara itu berdasarkan andilnya,

kota Depok menjadi pemberi andil inflasi tahunan

terbesar di Jawa Barat (0,66%) dan disusul oleh

kota Bandung (0,60%).

Selain itu, jika dievaluasi berdasarkan capaian

inflasi di kota-kota inflasi dibandingkan dengan

inflasi Jawa Barat, kota Bandung secara konsisten

sejak triwulan I 2015 mengalami inflasi di atas

tingkat inflasi Jawa Barat (Tabel 2.8). Dua kota

lainnya yang juga relatif sering mengalami inflasi

tembakau, dan rokok. Tekanan deflasi

bersumber dari kelompok transportasi ,

komunikasi , dan jasa keuangan seir ing

dengan penurunan harga BBM dan tarif

l istr ik. (Grafik 2.15).

Berdasarkan kelompok barang, sejalan

dengan realisasi inflasi di Jawa Barat,

tekanan di kota-kota inflasi juga

bersumber dari kelompok bahan makanan

serta kelompok makanan jadi , minuman,

Grafik 3.11 Inflasi Tahunan Kota Inflasi

Tabel 3.7 Perkembangan Inflasi dan Andil Inflasi Kota Terhadap Inflasi IHK Jawa Barat (%, yoy)

Grafik 3.12 Inflasi Pangan Tahunan Kota InflasiSumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BIKet : Inflasi kota di atas inflasi Jawa Barat

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Jawa Barat 5,46 6,51 6,11 3,782,73 3,22 5,46 6,116,51 2,73 3,78 3,22

1 Kota Bandung 6,26 7,31 6,90 4,343,93 3,54 1,05 1,161,23 0,66 0,73 0,60

2 Kota Bekasi 5,04 6,52 6,07 3,332,22 2,75 0,87 1,041,12 0,38 0,57 0,47

3 Kota Depok 5,09 5,73 5,53 3,511,87 3,49 0,97 1,061,10 0,36 0,67 0,66

4 Kota Bogor 5,03 6,55 6,25 4,142,70 3,02 0,68 0,850,89 0,36 0,56 0,41

5 Kota Sukabumi 6,09 5,83 5,74 2,962,20 2,70 0,71 0,670,68 0,26 0,35 0,31

6 Kota Cirebon 4,52 5,33 4,04 2,831,56 2,12 0,49 0,440,58 0,17 0,30 0,23

7 Kota Tasikmalaya 5,90 6,40 5,81 4,513,53 4,14 0,64 0,630,69 0,38 0,49 0,45

KelompokInflasi Tahunan (%) Andil Terhadap Inflasi Tahunan Jabar (%)

Tw I

NoTw II Tw III Tw IV Tw I

20162015 20162015

Tw II Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

in�a

si T

ahun

an (y

oy)

Bobot Kota

Keterangan:

6,4% 4,14%

20,5% 3,49%

28,0% 3,54%

2,75%27,7%

Bobot kab/kot terhadap in�asi Jawa BaratIn�asi Tw II 2016 (yoy)

Depok

TasikmalayaBandung

Bekasi

in�a

si P

anga

n (y

oy)

Bobot Kota

Keterangan:

6,4% 10,02%

20,5% 12,26%

28,0% 9,85%

9,84%27,7%

Bobot kab/kot terhadap in�asi Jawa BaratIn�asi pangan Tw II 2016 (yoy)

Depok

Tasikmalaya Bandung

Bekasi

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

74 Perkembangan Inflasi

Grafik 3.13 15 Inflasi Kota Berdasarkan Kelompok Barang

Grafik 3.14 Disagregrasi Inflasi Jawa Barat Grafik3.15 Perbandingan Inflasi Per KomponenSumber : BPS, Perhitungan Staf BISumber : BPS, Perhitungan Staf BI

BahanMakanan

Makananjadi, rorkok

Perumahan,air, listrik Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi

10

8

6

4

2

0

-2

-4

-6

-8

BandungBekasi

SukabumiCirebon

DepokBogor

Tasikmalaya

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

suku bunga kebijakan (BI Rate) serta tren nilai

tukar rupiah yang secara konsisten menguat

kemudian menahan tekanan inflasi dari kelompok

core, sehingga realisasi inflasi core pada triwulan II

2016 sebesar 2,28% (yoy) menurun dibanding

triwulan I 2016 sebesar 2,38% (yoy). Jika diband-

ingkan dengan rata-rata historis inflasi pada triwu-

lan II (2012-2016) secara umum realisasi inflasi dari

kelompok administered prices dan core pada

triwulan II 2016 lebih rendah dibanding rata-rata

historisnya, sebaliknya inflasi kelompok volatile

food lebih tinggi dibanding rata-rata historisnya

(Grafik 2.17). Penguatan nilai tukar rupiah serta

terkendalinya ekspektasi inflasi mampu men-

dorong inflasi berada pada level moderat dan

terkendali.

Berdasarkan disagregasi kelompok, peningkatan

inflasi tahunan dibanding triwulan lalu terjadi

pada kelompok volatile food, sementara tekanan

pada kelompok administered prices dan core

menurun dibanding triwulan sebelumnya. Seiring

dengan melonjaknya permintaan selama Bulan

Ramadhan, tingkat inflasi pada kelompok volatile

food meningkat dari 9,49% (yoy) pada triwulan I

menjadi 10,80% (yoy) pada triwulan II (Graik 2.16).

Namun demikian, penurunan tarif BBM pada

bulan April menyebabkan kelompok administered

prices untuk pertama kalinya mengalami deflasi

secara tahunan sejak tahun 2015, sehingga

tekanan inflasi kelompok ini menurun dari 3,23%

(yoy) pada triwulan I menjadi -0,24% (yoy) pada

triwulan II. Sejalan dengan hal tersebut, terjagan-

ya ekspektasi inflasi seiring dengan penurunan

3.1.4. Perkembangan Inflasi Berdasarkan Disagregasi

11

9

8

5

3

1

-1

% (YOY)

3.452.28

7.50

-0.24

9.8410.80

Rata-rataJuni 2012-2016

Jun-16 Rata-rataJuni 2012-2016

Jun-16 Rata-rataJuni 2012-2016

Jun-16

INTI Adm.Prices Vol.FoodsJawa BaratYOY (%)

Administered Price (yoy) Core Indlation (yoy)Volatile Food (yoy)Nasional

1

-5

0

5

10

15

20

25

2 3 5 6 74 9 10 11 12 2 3 4 68 51 7 8 9 10 11 12 1 3 4 5 6 7 982 10 11 12 3 4

20162015

10.80

-0.24

2.28

20142013

5 621

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

75KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Grafik 3.16Perkembangan Tarif Listrik Berdasarkan

Kelompok PelangganSumber : PT. PLN , Perhitungan Staf BI Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Grafik 3.17Inflasi Administered prices Kelompok Energi dan

Non Energi (yoy)

BBM solar turun dari Rp5.750,-/liter menjadi

Rp5.250,-/liter (-8,70%, qtq). Penurunan kedua

adalah pada pertengahan Mei di mana pemerin-

tah menurunkan harga BBM non subsidi yakni

Pertamax dan Pertamax Plus sebesar

Rp200,-/liter serta Pertamina Dex sebesar

Rp300,-/liter. Selain itu, kebijakan pembatasan

kuota elpiji 3 kg menyebabkan langkanya

komoditas ini di sejumlah kota serta peningkatan

harga jual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).

Selain itu, sejalan dengan perkembangan harga

minyak dunia dan nilai tukar, PT. PLN (Persero)

kembali menurunkan tarif listrik pada bulan April,

namun mulai meningkat pada bulan Mei dan Juni

seiring dengan mulai meningkatnya tren harga

minyak dunia (Grafik 2.18).

Perkembangan tekanan inflasi kelompok admin-

istered prices pada akhir triwulan II 2016

menurun dibanding akhir triwulan I 2016, dengan

penurunan terdalam terjadi di bulan April saat

pemerintah melakukan penyesuaian harga dan

mulai meningkat menjelang akhir triwulan seiring

dengan meningkatnya aktivitas baik terkait

distribusi maupun persiapan masyarakat men-

jelang mudik dan libur panjang. Selama triwulan

II 2016, Pemerintah melakukan penyesuaian

harga bahan bakar sebanyak 2 kali. Penurunan

pertama adalah pada bulan April (sesuai dengan

ketentuan penyesuaian harga energi dengan

harga keekonomiannya di setiap awal triwulan)

yakni penurunan harga BBM subsidi, di mana

harga BBM premium turun dari Rp7.050,-/liter

menjadi Rp6.550,-/liter (-7,09%, qtq) dan harga

mudiknya dari kereta api menjadi kendaraan

pribadi. Selain tarif angkutan, kenaikan tekanan

inflasi juga didorong oleh meningkatnya harga

rokok kretek seiring dengan penyesuaian

bertahap harga rokok merespon kenaikan cukai

rokok tahun 2016 sebesar 11,19% dan tarif angku-

tan dalam kota dan luar kota. Secara umum, kom-

binasi dari kondisi-kondisi di atas masih men-

dorong tingkat inflasi administered prices

menurun, khususnya pada kelompok energi,

sementara kelompok non-energi meningkat

seiring kenaikan harga rokok (Grafik 3.19).

Namun demikian, dampak penurunan ini ditahan

oleh kenaikan khususnya pada moda angkutan

seiring dengan mulai meningkatnya permintaan

atau pemesanan menjelang periode mudik dan

libur panjang pada awal triwulan III serta penera-

pan skema kenaikan tarif angkutan (tuslah) oleh

pemerintah daerah. Adapun tarif angkutan yakni

angkutan antar kota, kereta api, serta angkutan

udara menjadi pendorong utama inflasi adminis-

tered prices khususnya pada triwulan II 2016

(Tabel 2.8). Berbeda dengan tahun sebelumnya,

kenaikan harga pada tarif kereta api tidak setinggi

historisnya. Dengan beroperasinya tol Cipali yang

langsung mengubungkan Jawa Barat dengan

Jawa Tengah diperkirakan mendorong sebagian

masyarakat mengalihkan moda transportasi

Administered prices

600

2014

5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 5 7 8 9 10 11 1264 1 2 5 63 4

2015 2016

995

1,207

1,365

700

800

900

1000

1100

1200

1300

1400

1500

1600Rp/kWh

Rumah Tangga Bisnis Industri1

-10

-5

0

5

10

15

20% (yoy)

Adm. Prices AP Energi AP Non Energi

2 5 7 8 9 10 11 1263 4 1 2 5 63 4

-0,70

6,33 6,06

-8,03

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

76 Perkembangan Inflasi

Sumber: BPS , Perhitungan Staf BI

Tabel 3.8 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Adminstered Prices di Jawa Barat Triwulan II 2016 (%, yoy)

Volatile Food

gangguan pada sentra produksi pasca erupsi gunung Bromo turut mempengaruhi harga jual komoditas ini. Adapun pada komoditas wortel, kenaikan ini didorong oleh karakteristik masyarakat Jawa Barat yang lebih memilih jenis wortel impor dan pada akhir triwulan terjadi kenaikan harga yang tinggi pada komoditas wortel impor.

Pada komoditas daging, kenaikan harga pada komoditas daging sapi umumnya terjadi sebagai efek seasonal selama Bulan Ramadhan dan men-jelang Lebaran. Selain itu, kenaikan juga turut disebabkan oleh preferensi masyarakat Jawa Barat yang tidak menyukai konsumsi daging beku, sementara pemerintah dalam rangka mengenda-lian harga selain melakukan impor sapi bakalan juga melakukan impor daging yang sudah dipo-tong. Pada komoditas daging ayam ras, kenaikan harga selain didorong oleh lonjakan permintaan juga disebabkan oleh harga pakan ayam yang masih relatif tinggi.

Tekanan inflasi terhadap komponen volatile food pada triwulan II 2016 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari 9,49% (yoy) pada triwulan I menjadi 10,80% pada triwulan II, di mana realisasi ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2015. Beberapa faktor yang mendorong perkembangan ini adalah pergeseran Bulan Ramadhan yang hampir seluruhnya berlangsung pada triwulan II sehingga meningkatkan permintaan dibanding periode yang sama tahun lalu serta anomali cuaca sebagai dampak El Nino. Selain itu, dengan sema-kin membaiknya akses infrastruktur dan konekti-vitas antar provinsi diperkirakan semakin men-dorong kegiatan perdagangan serta pengiriman produksi ke luar daerah. Melonjaknya permintaan dan tekanan inflasi ini khususnya terjadi di kota-kota inflasi utama di Jawa Barat yakni Bekasi, Bandung, dan Depok dengan jumlah penduduk yang tinggi akibat tingkat imigrasi yang juga besar.

Berdasarkan komoditasnya, kenaikan pada komoditas beras seiring dengan berlalunya masa panen di awal triwulan serta adanya penurunan kualitas gabah di sejumlah sentra sehingga menurunkan harga jualnya. Adapun pada kelom-pok hortikultura, curah hujan yang tinggi menjadi faktor utama yang menyebabkan penurunan kualitas dan volume panen karena menyebabkan tanaman rentan penyakit dan busuk. Khususnya pada komoditas sayur-sayuran, terdapat keter-gantungan pada pasokan dari provinsi lain seperti komoditas seperti kentang sehingga adanya

Angkutan Dalam Kota

Rokok Kretek Filter

Bensin

Solar

KomoditasInflasi (yoy)

Inflasi

24,90

12,42

Sumbangan

0,25

0,22

KomoditasDeflasi (yoy)

Deflasi Sumbangan

-13,67 -0,51

-25,36 -0,12

Rokok Kretek

Tarip Kereta Api

Bahan Bakar Rumah Tangga

Tarip Listrik

9,59

12,45

0,11

0,04

-3,16 -0,05

-1,46 -0,05

Rokok Putih

Tarip Parkir

Angkutan Dalam Kota

Tarip Taksi

8,65

10,07

0,03

0,02

-,023 -0,01

-4,46 -0,01

Tarip Air Minum PAM

Angkatan Udara

2,89

18,86

0,01

0,01

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

77KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Tabel 3.9 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Volatile food di Jawa Barat Triwulan II 2016 (%, yoy)

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

rupiah juga menjadi faktor pendorong penurunan

tingkat inflasi kelompok core. Jika dianalisis

secara lebih dalam, penurunan ini khususnya

didorong oleh menurunnya tekanan inflasi pada

kelompok core non traded khususnya terkait

properti jasa (kontrak rumah dan sewa rumah)

(Grafik 2.20). Adapun kelompok core traded

terpantau mengalami sedikit peningkatan khusus-

nya bersumber dari kelompok food related dan

construction (Grafik 2.21).

Inflasi core pada triwulan II 2016 kembali men-

galami penurunan, yaitu dari sebesar 2,38% (yoy)

pada triwulan I 2016 menjadi 2,28% (yoy) pada

triwulan II 2016. Tingkat inflasi kelompok core

terpantau mengalami penurunan secara konsisten

sejak awal tahun 2014, sejalan dengan tren

perlambatan ekonomi yang menyebabkan

permintaan masyarakat relatif terbatas. Selain itu,

terjaganya ekspektasi inflasi seiring dengan

kebijakan BI menurunkan suku bunga kebijakan

serta berlanjutnya tren penguatan nilai tukar

Inflasi Core

Grafik 3.18Perkembangan Inflasi Core Traded dan Non Traded (yoy)

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Grafik 3.19Disagregasi Inflasi Core Traded (yoy)

Bawang Putih 83,13 0,18

KomoditasInflasi (yoy)

Inflasi SumbanganKomoditas

Deflasi (yoy)

Deflasi Sumbangan

Beras Minyak Goreng8,05 0,28 -1,72 -0,02

Bawang Merah 22,91 0,14

Kentang 48,76 0,13

Daging Sapi 15,69 0,12

Tomat Sayur 49,98 0,10

Wortel 113,33 0,09

Pisang 22,34 0,06

Daun Bawang 92,03 0,05

Daging Ayam Ras 3,75 0,05

11.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

Core Core Traded2015 2016

Core Non Traded

2 5 7 8 9 10 11 1263 4 1 2 5 63 4

1,32

2,89

% (yoy)

11.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

Core Traded Food Related2015

% (yoy)

2016Construction

2 5 7 8 9 10 11 1263 4 1 2 5 63 4

0,99

2,12

4,37

Other

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

78 Perkembangan Inflasi

percepatan pembangunan infrastruktur strategis

oleh pemerintah serta mulai membaiknya persepsi

pelaku usaha yang ditransmisikan kepada

meningkatnya kegiatan investasi bangunan di

triwulan II. Hal ini tercermin pada tingkat inflasi

kelompok bahan bangunan baik barang maupun

jasa yang meningkat dibanding triwulan I 2016

(Grafik 3.23). Selain itu, peningkatan inflasi

kelompok core food related terjadi seiring dengan

melonjaknya permintaan terhadap makanan jadi

selama Bulan Ramadhan dengan adanya tradisi

buka bersama serta munggahan sebelum

Ramadhan.

Sejalan dengan penurunan tingkat inflasi dari

kelompok core non traded terkait properti jasa,

tekanan inflasi dari kelompok papan baik barang

maupun jasa juga terus menurun dan telah

berlangsung sejak awal tahun 2015 (Grafik 3.22).

Hal ini mencerminkan permintaan masyarakat

terhadap properti jual yang masih relatif terbatas

seiring perekonomian yangmasih tumbuh

terbatas, sehingga hal ini juga diikuti oleh harga

sewa properti yang ikut menurun.

Di sisi lain, kenaikan pada kelompok core traded

khususnya construction sejalan dengan

rupiah. Di sisi lain, penurunan ini ditahan oleh

perkembangan harga emas perhiasan yang sema-

kin meningkat sejalan dengan peningkatan harga

emas global (Grafik 3.25). Peningkatan harga

emas umumnya terjadi seiring dengan pelemahan

nilai tukar dollar karena emas menjadi alternatif

investasi yang dinilai lebih aman.

Terkait faktor eksternal, tren penguatan nilai

rupiah yang terus berlanjut (Grafik 3.24) turut

berkontribusi kepada penurunan tekanan inflasi

beberapa komoditas pada kelompok core traded.

Hal ini khususnya terjadi pada kelompok others

sebagai contoh laptop/notebook yang beban

impornya menurun seiring dengan penguatan

Grafik 3.20 Inflasi Core Lapangan Usaha Perumahan Grafik 3.21 Inflasi Core Kelompok Bahan BangunanSumber : BPS , Perhitungan Staf BI Sumber : BPS , Perhitungan Staf BI

Sumber : Bloomberg, Perhitungan Staf BI Sumber : Bloomberg, Perhitungan Staf BIGrafik 3.22 Harga Komoditas Emas Grafik 3.23 Harga Komoditas Emas

1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

-1

%(yoy)

2015 20162 5 7 8 9 10 11 1263 4 1 2 5 63 4

0,76

1,42

0,46

0,19

Papan BarangPapan Jasa

Papan

1

1

2

3

4

5

6

0

%(yoy)

2015 20162 5 7 8 9 10 11 1263 4 1 2 5 6 73 4

1,22 1,66

0,89

Papan BarangPapan Jasa

Papan

0,51

13.000

8/3/2

015

9/3/2

015

10/3

/2015

11/3/

2015

12/3

/2015

1/3/

2016

2/3/

2016

3/3/

2016

4/3/2

016

5/3/

2016

6/3/2

016

7/3/

2016

8/3/2

016

13.200

13.400

13.600

13.800

14.000

14.200

14.400

14.600

14.800

15.000USD/IDR

IDR/USD Mounthly Average Quarterly Average

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000$/OZ %(YOY)

2011 2012 2013 2014 2015 2016

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

1

G. Harga Emas-kananHarga Emas

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

79KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

tabel 3.10 Komoditas Penyumbang Inflasi & Deflasi Kelompok Core Inflation di Jawa Barat Triwulan I 2016 (%, yoy)

mempunyai sumbangan inflasi sebesar 0,09%.

Secara historis komoditas jasa sewa rumah menja-

di komponen inflasi IHK yang mempunyai

sumbangan inflasi yang paling tinggi dibanding-

kan komoditas-komoditas lainnya.

Dari sisi sumbangan inflasi core, komoditas jasa

sewa rumah memberikan sumbangan terbesar

yakni mencapai 0,21% dibandingkan komodi-

tas-komoditas lainnya seperti mobil 0,16%, mobil

sebesar 0,16%, mie dan nasi lauk masing-masing

Inflasi IHK tahunan Jawa Barat pada triwulan III

2016 diperkirakan sedikit meningkat dibanding

triwulan sebelumnya dan berada pada rentang

3,16% - 3,56%. Terdapat beberapa faktor yang

diperkirakan berpotensi mendorong kenaikan

tingkat inflasi di triwulan III 2016, yakni antara lain :

mengalami kenaikan sekitar 7%. Pada sektor

pertanian, harga jual mengalami peningkatan

terutama dipengaruhi oleh meningkatnya

permintaan. Selain itu, khususnya pada sektor

pengolahan hasil laut, peningkatan harga jual

dipengaruhi oleh siklus musiman dari panen hasil

laut (rajungan, udang, ikan tuna, dan cumi-cumi).

Meningkatnya likuiditas baik di lembaga

perbankan maupun pasar keuangan seiring

dengan mulai masuknya dana hasil tax amnes-

ty yang pada akhirnya akan meningkatkan

potensi aliran dana ke masyarakat

Sumber: BPS , Perhitungan Staf BI

3.2. Perkembangan Inflasi Triwulan III 2016

Periode Lebaran yang berlangsung di awal

triwulan yang kemudian meningkatkan inflasi

pada kelompok pangan maupun tarif angku-

tan;

Bergesernya musim panen padi dari triwulan III

ke awal triwulan IV 2016;

Curah hujan yang tinggi berpotensi menyebab-

kan tanaman rentan terkena penyakit dan

busuk sehingga menurunkan produksi khusus-

nya pada komoditas hortikultura;

Tren harga minyak dunia yang mulai

mengalami rebound seiring dengan

menurunnya pasokan berpotensi menaikkan

tarif listrik maupun harga BBM pada jadwal

penyesuaian tarif energi berikutnya;

Adanya wacana di mana pemerintah akan

menaikkan harga rokok hingga 100%;

1.

2.

3.

4.

5.

6.

KomoditasInflasi (yoy)

Inflasi SumbanganKomoditas

Deflasi (yoy)

Deflasi Sumbangan

Bihun Laptop/Notebook6,15 0,00 -6,43 -0,02

Ketela Pohon Semen8,77 0,00 -0,98 -0,01

Sewa Rumah Kamera1,49 0,06 -7,50 -0,01

Bubur Besi Beton9,85 0,06 -1,77 -0,01

Nasi dengan Lauk 2,61 0,06

Mie 4,46 0,06

Gula Pasir 16,27 0,06

Mobil 2,95 0,05

Ayam Goreng 6,28 0,04

Tarip Rumah Sakit 5,91 0,04

Di sisi lain, kenaikan tekanan inflasi yang lebih

tinggi pada triwulan III diperkirakan akan ditahan

oleh beberapa faktor seperti tren penguatan nilai

tukar rupiah yang diperkirakan akan terus

berlanjut serta masih terbatasnya permintaan

masyarakat khususnya di sektor properti.

Prakiraan ini juga didukung oleh hasil wawancara

liaison yang dilakukan oleh Bank Indonesia

hingga pertengahan triwulan III 2016 (Agustus

2016), di mana hingga tendensi kenaikan harga

jual oleh pelaku usaha tercermin dari likert scale

harga jual yang meningkat dari 0,47 pada

triwulan II menjadi 0,50 pada triwulan III (Grafik

3.24). Secara sektoral, kenaikan ini secara

rata-rata disampaikan oleh pelaku usaha di ketiga

sektor ekonomi utama Jawa Barat, dengan

kenaikan tertinggi pada sektor perdagangan

kemudian diikuti oleh sektor pertanian (Grafik

3.25). Adapun pelaku usaha pada sektor

perdagangan mengakui bahwa peningkatan

harga jual ini merupakan kebijakan yang tidak

dapat dihindari perusahaan terutama selama

momentum Lebaran yang bersamaan dengan

libur sekolah tahun ini. Adapun harga produk

yang diterima dari supplier rata-rata juga

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

80 Perkembangan Inflasi

Grafik 3.26Perkembangan Inflasi Jawa Barat dan Nasional (yoy)

Grafik 3.27Perkmebangan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy)

mengalami kenaikan sekitar 7%. Pada sektor

pertanian, harga jual mengalami peningkatan

terutama dipengaruhi oleh meningkatnya

permintaan. Selain itu, khususnya pada sektor

pengolahan hasil laut, peningkatan harga jual

dipengaruhi oleh siklus musiman dari panen hasil

laut (rajungan, udang, ikan tuna, dan cumi-cumi).

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Grafik 3.24Perkembangan Inflasi Jawa Barat dan Nasional (yoy)

Grafik 3.25Perkmebangan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy)

Sumber : Wawancara Liaison Bank Indonesia Sumber : Wawancara Liaison Bank Indonesia

2012 2013 2014 2015 2016

1 2 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

YOY(%)

0

2

4

6

8

10

12

3,21

2,89

Nasional Jawa Barat

DKI0,00

Jabar Jateng Jatim DIY BantenJakarta

Inflasi Tahunan Juli 2016 (%, yoy)

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

2,742,89

3,05 3,19 3,26 3,38 TargetInflasi

Nasional4+-1%

3,00

3,50

4,00

Di sisi lain, kenaikan tekanan inflasi yang lebih

tinggi pada triwulan III diperkirakan akan ditahan

oleh beberapa faktor seperti tren penguatan nilai

tukar rupiah yang diperkirakan akan terus

berlanjut serta masih terbatasnya permintaan

masyarakat khususnya di sektor properti.

Prakiraan ini juga didukung oleh hasil wawancara

liaison yang dilakukan oleh Bank Indonesia

hingga pertengahan triwulan III 2016 (Agustus

2016), di mana hingga tendensi kenaikan harga

jual oleh pelaku usaha tercermin dari likert scale

harga jual yang meningkat dari 0,47 pada

triwulan II menjadi 0,50 pada triwulan III (Grafik

3.24). Secara sektoral, kenaikan ini secara

rata-rata disampaikan oleh pelaku usaha di ketiga

sektor ekonomi utama Jawa Barat, dengan

kenaikan tertinggi pada sektor perdagangan

kemudian diikuti oleh sektor pertanian (Grafik

3.25). Adapun pelaku usaha pada sektor

perdagangan mengakui bahwa peningkatan

harga jual ini merupakan kebijakan yang tidak

dapat dihindari perusahaan terutama selama

momentum Lebaran yang bersamaan dengan

libur sekolah tahun ini. Adapun harga produk

yang diterima dari supplier rata-rata juga

Juli 2016 sebesar 1,69% (ytd) atau masih berada

dalam rentang target inflasi tahunan sebesar

4%±1%. Secara umum, faktor seasonal berupa

libur Lebaran dan sekolah menjadi pendorong

utama permintaan masyarakat dan pada akhirnya

tekanan harga. Realisasi inflasi pada bulan

periode Lebaran tahun ini merupakan yang

terendah selama 5 tahun terakhir (2011-2015) di

mana rerata inflasi di bulan Lebaran sebesar

0,80% (mtm) atau 4,64% (yoy). Selain itu, inflasi

Jawa Barat pada bulan Juli juga lebih rendah

dibanding realisasi inflasi nasional (3,21%, yoy)

(Grafik 3.26). Secara kawasan, inflasi Jawa Barat

merupakan yang terendah kedua di Pulau Jawa

setelah DKI Jakarta (2,74%) (Grafik 3.27).

Pada awal triwulan III 2016 atau bulan Juli 2016,

Jawa Barat tercatat mengalami inflasi sebesar

0,47% (mtm) atau 2,89% (yoy). Realisasi inflasi ini

menurun dibanding akhir triwulan II pada saat

periode Ramadhan berlangsung (3,22%, yoy). Hal

ini menunjukkan bahwa karakteristik inflasi di

Jawa Barat cenderung tinggi pada bulan Ramad-

han dan menurun pada periode Lebaran. Hal ini

disebabkan karena mayoritas penduduk Jawa

Barat khususnya di sub urban city seperti Bekasi,

Depok, dan Bogor mayoritas merupakan

pendatang sehingga melakukan perjalanan

mudik ke luar Jawa Barat selama libur Lebaran

yang berbarengan dengan libur sekolah.

Adapun inflasi tahun berjalan Jawa Barat hingga

Page 100: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

81KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

adalah volatile food (1,63%) dan core (1,34%) sedangkan administered prices memberikan andil deflasi sebesar -0,01%. Jika dibandingkan dengan rata-rata historis inflasi periode 2012-2016, realisa-si inflasi tahunan pada ketiga kelompok tersebut di bulan Juli lebih rendah dibanding rata-rata historis. Adapun kelompok administered prices mengalami gap yang cukup jauh dengan rata-rata historisnya.

Pada bulan Juli 2016, tekanan inflasi di Jawa Barat terutama disebabkan oleh kelompok volatile food yang mengalami inflasi sebesar 0,57% (mtm) atau 8,84% (yoy), kemudian diikuti oleh kelompok administered prices yang mengalami inflasi sebe-sar 1,43% (yoy) atau -0,03% (yoy) (Grafik 2.28). Adapun kelompok core mengalami inflasi sebesar 0,14% dengan inflasi tahunan sebesar 2,17% (yoy) yang menurun dibanding akhir triwulan II 2016. Adapun pemberi andil inflasi bulanan secara berurutan adalah administered prices (0,47%), volatile food (0,11%), dan core (0,09%). Sementara itu, pemberi andil inflasi tahunan secara berurutan

3.2.1. Perkembangan Disagregasi Inflasi

Grafik 3.28 Disagregasi Inflasi Jawa Barat (yoy) Grafik 3.29 Disagregasi Inflasi Jawa Barat (yoy)

mengalami kenaikan sekitar 7%. Pada sektor

pertanian, harga jual mengalami peningkatan

terutama dipengaruhi oleh meningkatnya

permintaan. Selain itu, khususnya pada sektor

pengolahan hasil laut, peningkatan harga jual

dipengaruhi oleh siklus musiman dari panen hasil

laut (rajungan, udang, ikan tuna, dan cumi-cumi).

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

2013 2014 2015 20161

YOY(%) Volatile Food (yoy)

0

5

-5

10

15

20

25

8,84

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7

2,17

-0,03

Jawa Barat Nasional

Administratered Price (yoy) Core Inflation (yoy)

% (yoy)

3,51

Rata-rataJuli 2012-

2016

2,17

Jul - 16 Rata-rataJuli 2012-

2016

Jul - 16 Rata-rataJuli 2012-

2016

Jul - 16

7,90

9,698,84

-0,03

11

9

7

5

3

1

-1

INTI Adm. Prices Vol. Foods

Di sisi lain, kenaikan tekanan inflasi yang lebih

tinggi pada triwulan III diperkirakan akan ditahan

oleh beberapa faktor seperti tren penguatan nilai

tukar rupiah yang diperkirakan akan terus

berlanjut serta masih terbatasnya permintaan

masyarakat khususnya di sektor properti.

Prakiraan ini juga didukung oleh hasil wawancara

liaison yang dilakukan oleh Bank Indonesia

hingga pertengahan triwulan III 2016 (Agustus

2016), di mana hingga tendensi kenaikan harga

jual oleh pelaku usaha tercermin dari likert scale

harga jual yang meningkat dari 0,47 pada

triwulan II menjadi 0,50 pada triwulan III (Grafik

3.24). Secara sektoral, kenaikan ini secara

rata-rata disampaikan oleh pelaku usaha di ketiga

sektor ekonomi utama Jawa Barat, dengan

kenaikan tertinggi pada sektor perdagangan

kemudian diikuti oleh sektor pertanian (Grafik

3.25). Adapun pelaku usaha pada sektor

perdagangan mengakui bahwa peningkatan

harga jual ini merupakan kebijakan yang tidak

dapat dihindari perusahaan terutama selama

momentum Lebaran yang bersamaan dengan

libur sekolah tahun ini. Adapun harga produk

yang diterima dari supplier rata-rata juga

Page 101: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

82 Perkembangan Inflasi

Adapun komoditas semen dan besi beton

masing-masing tercatat mengalami deflasi sebe-

sar -0,62% (mtm) dan -1,55% (mtm).

Berbeda dengan kelompok traded, tekanan inflasi

kelompok core non tradeable terpantau mengala-

mi peningkatan dibanding bulan sebelumnya (dari

0,04% menjadi 0,13%). Hal ini didorong oleh efek

seasonal memasuki Tahun Ajaran Baru sehingga

terjadi peningkatan pada tarif taman kanak-kanak

(3,36%, mtm) dan bimbingan belajar (1,78%).

Adapun tingkat inflasi dari tarif pendidikan lainnya

seperti Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah

Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

(SMA) terpantau stagnan.

Secara bulanan, tekanan inflasi core tradeable

telah konsisten mengalami penurunan sejak bulan

Mei (0,29%) hingga Juli (0,15%) (Grafik 2.30).

Masih berlanjutnya tren penguatan nilai tukar

rupiah yang tercermin melalui apresiasi yang

cukup besar seiring dengan ketidakpastian global

yang meningkat khususnya di kawasan Eropa

pasca Brexit. Pada bulan Juli nilai tukar rupiah

(USD/IDR) tercatat mengalami depresiasi sebesar

-1,77% (mtm) atau lebih besar dibandingkan

depresiasi bulan Juni sebesar -0,48% (mtm). Hal

ini memberikan kontribusi dalam meredam

tekanan imported inflation dan inflasi core trade-

able khususnya di tengah melonjaknya impor

barang konsumsi menjelang Lebaran.

Adapun penurunan tekanan inflasi core pada

kelompok tradeable ini terutama didorong oleh

penurunan dari sub kelompok food related (dari

0,42% menjadi 0,24%) dan sub kelompok

constructions (dari -0,04% menjadi -0,11%). Pada

sub kelompok food related, permintaan terhadap

nasi dengan lauk cenderung menurun selama libur

panjang kali ini karena didorong aktivitas mudik

ke luar Jawa Barat walaupun dibarengi dengan

masih tingginya permintaan terhadap gula pasir

dan kue kering minyak selama momentum Leba-

ran. Pada sub kelompok constructions, terbatasn-

ya kegiatan pembangunan fisik dikarenakan libur

panjang yang berlangsung hingga sekitar 2 (dua)

minggu menyebabkan penurunan permintaan

khususnya pada komoditas bahan bangunan.

Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

Inflasi Core

Grafik 3.30 Perkembangan Inflasi Core (mtm)

1

%(mtm)

2015 20162 5 7 8 9 10 11 1263 4 1 2 5 63 4

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1Core Traded Non Traded

Page 102: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

83KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Brebes yang merupakan sentra produksi pada

masa panen Juli 2016 ini menurun 50% akibat

terendam banjir.

Berlanjutnya kenaikan harga komoditas kentang

disebabkan oleh semakin terbatasnya pasokan

akibat petani di sejumlah sentra memilih melaku-

kan panen dini menjelang bulan Ramadhan lalu.

Adapun pada komoditas beras, tengah

berlangsungnya masa tanam menjadi penyebab

kenaikan harga walaupun hal ini umum terjadi

secara seasonal. Namun demikian,

tekanan inflasi volatile food ini ditahan oleh

penurunan tekanan harga pada subkelompok

sayur-sayuran yang mengalami deflasi sebesar

-2,37% (mtm) serta subkelompok telur, susu, dan

hasil-hasilnya sebesar -1,34% (mtm). Menurunnya

permintaan hingga akhir bulan pasca Lebaran di

tengah terjaganya kecukupan stok sejumlah

komoditas utama menjadi penyebab utama

terjadinya deflasi pada kelompok ini. Penurunan

harga komoditas telur ayam ras yang selama dua

bulan sebelumnya mencatatkan inflasi tinggi salah

satunya disebabkan oleh menurunnya permintaan

masyarakat khususnya untuk pembuatan kue

yang umumnya dilakukan sebelum Lebaran.

Tekanan inflasi kelompok volatile food pada bulan

Juli 2016 relatif terkendali dan menurun dibanding

bulan Juni di mana periode Ramadhan

berlangsung. Adapun inflasi kelompok volatile

food pada bulan Juli 2016 adalah sebesar 0,57%

(mtm) atau 8,84% (yoy), lebih rendah dibanding

bulan Juni sebesar 3,08% (mtm) atau 10,80%

(yoy). Realisasi inflasi ini juga lebih rendah diband-

ing dengan historis rata-rata inflasi volatile food di

bulan periode Lebaran sebesar 1,77% (mtm).

Relatif terkendalinya inflasi kelompok volatile food

selama periode Lebaran dan libur panjang kali ini

diperkirakan salah satunya dipengaruhi oleh tren

perjalanan mudik ke luar Jawa Barat khususnya

oleh masyarakat di kota-kota seperti Bekasi,

Depok, dan Bogor. Adapun tekanan inflasi kelom-

pok volatile food pada bulan Juli ini terutama

bersumber dari subkelompok bumbu-bumbuan

yang mengalami inflasi sebesar 4,00% (mtm),

kemudian diikuti oleh subkelompok daging dan

hasil-hasilnya serta padi-padian yang

masing-masing mengalami inflasi sebesar 1,89%

(mtm) dan 1,12% (mtm). Tingginya tekanan inflasi

pada subkelompok bumbu-bumbuan merupakan

akibat dari curah hujan yang tinggi selama musim

kemarau basah ini (efek La Nina) sehingga menye-

babkan tanaman terendam dan rentan busuk yang

pada akhirnya menurunkan produksi/volume

panen khususnya pada komoditas bawang merah.

Sebagai perbandingan, produksi bawang merah di

Volatile Food

Page 103: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

84 Perkembangan Inflasi

Dari sub kelompok energi, kenaikan inflasi teruta-

ma disebabkan oleh tarif listrik yang kembali naik

pada bulan Juli 2016 pada rentang Rp33-Rp48/k-

Wh untuk 12 golongan pelanggan (non-subsidi).

Adapun rentang kenaikan tarif pada bulan Juli ini

lebih tinggi dibandingkan kenaikan pada bulan

Juni sebesar Rp8-11/kWh (0,84%, mtm). Dengan

rata-rata kenaikan tarif sebesar 3,5% (mtm) pada

bulan Juli, inflasi untuk tarif listrik pada bulan Juli

adalah sebesar 1,24% (mtm) atau lebih tinggi

dibanding inflasi Juni sebesar 0,58% (mtm). Real-

isasi inflasi yang lebih rendah dibanding persen-

tase kenaikan tarif ini disebabkan karena tarif

untuk kelompok pelanggan yang disubsidi (rumah

tangga dengan pemakaian di bawah 1.300 VA)

tidak mengalami perubahan.

Kelompok administered prices pada Juli 2016

memberikan andil inflasi bulanan sebesar 0,28%

atau meningkat dibanding bulan sebelumnya

dengan andil sebesar 0,09%. Kenaikan inflasi bula-

nan ini disebabkan oleh kenaikan harga-harga baik

pada sub kelompok energi maupun non energi

(Grafik 2.30). Hal ini sejalan dengan efek seasonal

yakni tradisi mudik selama libur Lebaran yang

bersamaan dengan libur sekolah. Namun demiki-

an, perkembangan inflasi tahunan administered

prices masih mengalami deflasi sebesar -0,03%

(yoy).

Dari sub kelompok non-energi, kenaikan

harga-harga terutama terjadi pada tarif angkutan

yakni angkutan antar kota yang mengalami inflasi

sebesar 17,64% (mtm). Libur Lebaran yang bersa-

maan dengan libur sekolah mendorong sebagian

masyarakat memperpanjang masa liburnya

hingga 2 (dua) minggu. Sebagai akibatnya,

perjalanan mudik juga menjadi lebih panjang dan

fleksibel atau tidak hanya terikat pada periode

menjelang Lebaran saja. Sebagian masyarakat

juga masih melakukan perjalanan mudik hingga

beberapa hari setelah Lebaran. Periode mudik

yang berkepanjangan ini menyebabkan tingginya

tarif angkutan bahkan hingga akhir bulan Juli.

Namun, berdasarkan informasi dari Dinas

Perhubungan Jawa Barat, kenaikan tarif angkutan

ini khususnya terjadi pada kelas non-ekonomi

(pemerintah hanya mensupervisi tarif angkutan

kelas ekonomi). Selain itu, dengan dibukanya tol

Cipali yang semakin mempermudah akses perjala-

nan darat dari Jawa bagian Barat ke bagian

Tengah maupun Timur menyebabkan permintaan

terhadap angkutan darat antar kota meningkat

lebih tinggi dibandingkan kereta api. Selain tarif

angkutan umum, komoditas rokok kretek filter

kembali menjadi penyumbang utama inflasi

sejalan dengan penyesuaian harga akibat

kenaikan cukai rokok yang dilakukan secara

bertahap.

Administered Prices

Grafik 3.31 Perkembangan Inflasi Adm. Prices (mtm)Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

1

%(mtm)

2015 20162 5 7 8 9 10 11 1263 4 1 2 5 6 73 4

-8

-6

-4

-2

0

2

4

Administered Prices Energi Non Energi

Page 104: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

85KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Secara tahunan, inflasi tertinggi masih terjadi di Kota Tasikmalaya sebesar 4,12% dan terendah di Kota Cirebon sebesar 1,43%. Sementara itu kota-kota lainnya yaitu Kota Bandung mengalami inflasi sebesar 3,40%; Kota Depok sebesar 3,00%; Kota Bogor sebesar 2,85%; Kota Bekasi sebesar 2,19%; dan Kota Sukabumi sebesar 3,11%. Perkem-bangan inflasi 4 (empat) kota dari 7 (tujuh) kota tersebut, yaitu Kota Tasikmalaya, Bandung, Suka-bumi, dan Depok menunjukkan inflasi tahunan periode Juni 2016 yang lebih tinggi dibanding Jawa Barat.

Secara kumulatif, inflasi tahun berjalan dari seluruh kota di Jawa Barat masih relatif rendah jika dibandingkan dengan target inflasi nasional sebesar 4%±1%. Inflasi tahun berjalan Jawa Barat hingga Juli 2016 sebesar1,69% (ytd). Inflasi tahun berjalan Kota Tasikmalaya (2,14%), Kota Bogor (1,88%), Kota Depok (1,88%), Kota Sukabumi (1,81%), dan Kota Bandung (1,97%) berada di atas Jawa Barat.

Dari tujuh kota yang menjadi basis perhitungan inflasi di Jawa Barat, seluruhnya (7 kota) mengala-mi inflasi pada Juli 2016 dengan inflasi tertinggi terjadi di Kota Sukabumi sebesar 0,93% (mtm) dan terendah di Kota Cirebon sebesar 0,24% (mtm). Sementara itu kota-kota lainnya yaitu Kota Depok mengalami inflasi sebesar 0,48% (mtm); Kota Tasikmalaya sebesar 0,50% (mtm); Kota Bandung sebesar 0,71% (mtm); Kota Bekasi sebe-sar 0,26% (mtm); serta Kota Bogor sebesar 0,32% (mtm). Perkembangan inflasi 4 (empat) kota dari 7 (tujuh) kota tersebut, yaitu Kota Sukabumi, Bandung, Tasikmalaya dan Depok menunjukkan inflasi bulanan Juli 2016 yang lebih tinggi diband-ing Jawa Barat. Dari perkembangan ini dapat dilihat bahwa perkembangan inflasi untuk kota-kota besar yang masyarakatnya mayoritas melakukan aktivitas mudik ke luar Jawa Barat seperti kota Bekasi, Bogor, dan Depok relatif rendah dibandingkan dengan kota-kota yang umumnya menjadi tujuan mudik di Jawa Barat seperti Sukabumi dan Tasikmalaya.

identifikasi masalah dan kebijakan yang diambil

oleh FKPI Jawa Barat setiap tahunnya adalah

sebagai berikut:

Sepanjang tahun 2009 s.d 2016, FKPI Jawa Barat

telah melakukan banyak upaya baik dalam hal

penguatan kelembagaan maupun dalam upaya

pengendalian inflasi di Jawa Barat. Secara ringkas

3.2.2. Perkembangan Inflasi Kota

3.3. Program Pengendalian Inflasi Daerah

Grafik 3.32 Inflasi Bulanan 7 Kota IHK

Provinsi Jawa Barat (Juli 2016)

Grafik 3.33Inflasi Tahunan 7 Kota IHK

Provinsi Jawa Barat (Juli 2016)Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI Sumber : BPS, Perhitungan Staf BI

0.00

Cirebon

Bekasi

Bogor

Jawa Barat

Depok

Tasikmalaya

Nasional

Bandung

Sukabumi 0.93

0.20 0.40 0.60 0.80 1.00

Inflasi Bulanan Juli 2016 (%, mtm)

0.71

0.69

0.50

0.48

0.47

0.32

0.26

0.24

0.00

Cirebon

Bekasi

Bogor

Jawa Barat

Depok

Sukabumi

Nasional

Bandung

Tasikmalaya 4.12

1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

Inflasi Tahunan Juli 2016 (%, yoy)

3.40

3.21

3.11

3.00

2.89

2.85

2.19

1.43

Page 105: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

86 Perkembangan Inflasi

Pada tahun 2016, komoditas pangan masih

merupakan penyumbang utama tingkat inflasi.

Kondisi ketersediaan pangan dan distribusinya

dipastikan mempengaruhi tingkat inflasi, baik ke

arah positif maupun ke arah negatif. FKPI Provinsi

Jawa Barat mulai pada 2016 mulai menjalankan

pendekatan yang lebih fokus terhadap permasala-

han dimaksud. Adapun program kerja dimaksud

yaitu “Paket 5 Plus 1 UTAMA” atau disebut

PROPER KAHIJI UTAMA:

Peningkatan produksi komoditas penyumbang

inflasi;

Antisipasi lonjakan permintaan menjelang

peak season;

Revitalisasi pasar;

Penyusunan kajian pendukung pengendalian

inflasi dan peningkatan kompetensi sumber

daya pendukung;

Peningkatan kualitas infrastruktur pendukung

(irigasi, perbaikan jalan, jembatan) serta

penguatan sistem logistik bahan pangan strat-

egis;

Peningkatan jaringan konektivitas, koordinasi

dan kerjasama; serta

Usaha Tani Mandiri, yaitu penguatan/pember-

dayaan petani melalui sinergi dengan pihak

terkait.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Tahun Identifikasi Masalah Kebijakan

2009

Kurangnya Awareness Anggota

Kenaikan harga gula pasir

Edukasi peningkatan Awareness pentingnya pengendali Inflasi

Jangka Pendek

Jangka Panjang

:

:

Pasar Murah dan Operasi Pasar

Revitalisasi merin dan pabrik gula, ekspansi

lahan tebu dan pabrik gula

2010 Potensi kenaikan harga beras

Rapat tingkat tinggi (HLM), percepatan launching raskin,

mendorong pembak/kota mempercepat penyaluran raskin dan

pelaksanaan OP serta mengarahkan ekspektasi masyarakat yang

diantaranya melalui kunjungan ke gedung BULOG

2011 Gangguan produksi bahan pangan

10 langkah pengendalian Inflasi

Contoh : meningkatkan produktifitas padi, memberikan

pembentukan TPID Kota Bekasi, Depok, Sukabumi, meningkatkan

awareness masyarakat terhadap inflasimelalui media massa

2012 Kebijakan Pemerintah dan GangguanProduksi bahan pangan

5 Plus 1 Paket Kebijakan Inflasi, diantaranya mendedukasiMasyarakat melalui media massa secara interaktif

2013 Kebijakan Pemerintah Pusatterkait harga/tarif

3 Plus 1, memperkuat upaya stabilisasi melalui peningkatanproduksi dan stok, akses informasi, dan kelancaran distribusiserta mengoptimalkan kerjasama perdagangan antar daerah

2014 Kebijakan Pemerintah Pusatterkait harga/tarif

4 Plus 1, Meningkatkan kerjasama antar-SKPD, dinas, instansiserta antar Kabupaten/Kota

2015 Penguatan Inflastruktur 5 Plus 1 (PROPER KAHIJI), Jangka Panjang : Revitalisasi merindan pabrik gula, ekspansi lahan tebu dan pabrik gula

Page 106: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

87KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Penambahan UTAMA atau disebut Usaha Tani Mandiri merupakan salah satu upaya FKPI Provinsi Jawa

Barat dalam mendorong pemberdayaan petani.

Gambar 3.1 Langkah Strategis 5 plus 1 UTAMA Pengendalian Inflasi Jawa Barat

Gambar 3.2 Penyebutan Langkah Strategis 5 plus 1 UTAMA Sebagai “Proper Kahiji UTAMA”

Peningkatan Produksi komoditas Penyumbang Inflasi1.

2.

3.

4.

5.

6.

Antisipasi Lonjakan Permintaan menjelang peak season

Revitallisasi Pasar

Penyusunan kajian pendukung pengendalian inflasi dan peningkatan kompetensi sumber daya pendukung

Peningkatan kualitas infrastruktur pendukung(irigasi, perbaikan jalan, jembatan) seta penguatan sistem logistik bahan pangan strategis

Peningkatan jaringan konektivitas,koordinasi dan kerjasama

UTAMAUsaha TAni MAndiri

5+1

Peningkatan Produksi komoditas Penyumbang Inflasi PRODUKSI

PROPER KAHIJI

PERODUKSI

PASAR

KAJIAN

INFRASTRUKTUR

JARINGAN

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Antisipasi Lonjakan Permintaan menjelang peak season

Revitallisasi Pasar

Penyusunan kajian pendukung pengendalian inflasi dan peningkatan kompetensi sumber daya pendukung

Peningkatan kualitas infrastruktur pendukung(irigasi, perbaikan jalan, jembatan) seta penguatan sistem logistik bahan pangan strategis

Peningkatan jaringan konektivitas,koordinasi dan kerjasama

UTAMAUsaha TAni MAndiri

Page 107: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

88 Perkembangan Inflasi

Pemerintah Pusat, Rapat Kunjungan TPID lain,

serta Rapat Forum Teknis. Upaya pengendalian

inflasi tersebut dilakukan melalui Program Kerja

FKPI baik Program Rutin dan Program Strategis.

Sepanjang semester awal di tahun 2016, berbagai

upaya pengendalian inflasi telah dilakukan oleh

FKPI Jawa Barat, baik dari sisi koordinasi, seperti

penyelenggaraan pertemuan-pertemuan meliputi

High Level Meeting, Rapat Kunjungan Instansi

3.3.1. Pelaksanaan Kegiatan FKPI Jawa Barat

Gambar 3.3 Program Kerja Rutin dan Strategis FKPI Provinsi Jawa Barat

RUTIN

Rapat Teknis

Rapat HLM

Rakor se-Jawa Barat

Rakor Antar Provinsi / Rakornas

Capacity Building

STRATEGISRevitalisasi Sistem Resi Gudang

Revitalisasi Priangan

Penyusunan Model Kerjasama

antar Daerah

-

-

-

-

-

-

-

-

Page 108: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Rapat teknis FKPI dalam rangka evaluasi program kerja tahun 2015 dan persiapan program kerja tahun 2016.

89KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Program Rutin

Rapat Teknis

Tanggal

13 Januari 2016 Rapat Teknis FKPI dalam rangka pembahasan program Usaha Tani Mandiri.

4 Februari 2016

1 April 2016 Rapat Teknis FKPI terkait pembahasan penguku-ran kinerja Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) oleh Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) untuk periode 2015.

High Level Meeting

15 April 2016 High Level Meeting FKPI Provinsi Jawa Barat dibuka dan dipimpin langsung oleh Ketua FKPI, Bp. Denny Juanda Puradimaja. Dalam rapat tersebut dibahas mengenai Roadmap Pengenda-lian Inflasi FKPI dan Forum Pengembangan Ekonomi Daerah Provinsi Jawa Barat

9 Mei 2016 High Level Meeting FKPI Provinsi Jawa Barat yang dibuka langsung oleh Gubernur Jawa Barat, Bp. Ahmad Heryawan. Rapat dimaksud memba-has mengenai perkembangan inflasi di Jawa Barat dan persiapan dalam rangka menghadapi Ramadhan 1437 H

Rakor Se-Jawa Barat

5 April 2016

10 Mei 2016

Rakor TPID se-Jawa Barat yang membahas men-genai penilaian TPID untuk tingkat Provinsi, TPID Kota yang termasuk penghitung inflasi dan TPID yang tidak termasuk penghitung inflasi.

Rakor TPID se-Jawa Barat yang membahas men-genai persiapan dalam rangka menghadi Ramad-han 1437 H.

Keterangan

A. Program Rutin FKPI

Page 109: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

90 Perkembangan Inflasi

Capacity Building

25-26 Februari 2016 Mengundang TPID Kabupaten/Kota se-Jawa

Barat di Hotel Rancamaya, Bogor. Materi

yang disampaikan yaitu Penghitungan Inflasi,

Linkage LDPM dengan Sistem Resi Gudang

dan Progress Kegiatan FKPI 2015 dan

Rencana Program Kerja 2016.

Sampai dengan saat ini, pengembangan

Portal Informasi Harga Pangan (PRIANGAN)

telah memasuki tahap pengembangan

generasi III. Adapun pengembangan PRIAN-

GAN tersebut terdiri dari pengembangan

PRIANGAN untuk aplikasi mobile, Early

Warning System berbasis aplikasi mobile,

pengembangan data mengenai harga

komoditas dari produsen dan penambahan

fitur mengenai informasi TPID Kabupat-

en/Kota di Jawa Barat.

Pembahasan mengenai roadmap pengenda-

lian inflasi daerah yang rencananya akan

disampaikan kepada Gubernur Jawa Barat.

1.

2.

3.

ProgramStrategis

Revitalisasi Sistem Resi Gudang

Tanggal

26 Januari 2016 Pembahasan Tim Task Force SRG mengenai tindaklanjut dari MoU pengembangan dan percepatan implementasi Sistem Resi Gudang di Jawa Barat. Adapun pertemuan dimaksud difokuskan kepada peran dan dukungan masing-masing lembaga (BI, PT Pos Indonesia, BAPPEBTI dan Disperindag Jabar) dalam pengembangan SRG.

10 Februari 2016 Pertemuan Tahunan Pemangku Kepentingan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas Tahun 2016 Dalam rangka mendorong percepatan implementasi Sistem Resi Gudang dan optimalisa-si pemanfaatan Pasar Lelang Komoditas.

25 Mei 2016 Capacity Building Sistem Resi Gudang Kabupaten Ciamis dalam rangka meningkatkan pemahaman petani, poktan, gapoktan dan pengelola akan manfaat SRG.

Keterangan

B. Program Strategis FKPI

Page 110: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

91KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS2016

Revitalisasi Priangan

8 Maret 2016 Pembahasan mengenai pengembangan fitur PRIANGAN antara lain: a) aplikasi mobile app; b) aplikasi Call for Meeting; c) penambahan data produsen; dan d) penambahan konten untuk kabupaten/kota di menu utama.

31 Mei 2016 Launching PRIANGAN Generasi ke III, antara lain: a) aplikasi mobile app; b) aplikasi Call for Meeting; c) penambahan data produsen; dan d) penambahan konten untuk kabupaten/kota di layout.

Gambar 2.4 Evaluasi SRG se-Jawa Barat

Sangat Baik Sangat Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Jalan

SRG Cianjur SRG Indramayu

SRG Subang

SRG Tasikmalaya

SRG Ciamis

SRG Sumedang

SRG Kuningan

SRG Bogor

SRG Garut

SRG Majalengka

SRG Purwakarta

Pengelola : koperasi

Niaga Mukti

Pengelola: PT. BumiWiralodraIndramayu

Pengelola: KoperasiAnnisa

Pengelola: PT. Pos

Indonesia

Pengelola: PT. Pos

Indonesia

Pengelola: Koperasi

UPJA

Pengelola: Koperasi

UPJA

Pengelola: PT. Food Station

Pengelola: Koperasi

Mukti Tani

Pengelola: PT. Sindang Kasih Multi

Usaha

Pengelola: A.N

Tindak Lanjut :

1. Dijadikan SRG

percontohan

2. Sharing ilmu

pengelola ke

seluruh SRG.

Tindak Lanjut :

1. Linkage dgn

PT. Food

Station

2. Monitoring

danFasilitasi

3. Linkage

Perpadi

(Rencana Pasar

Beras Kab.

Cirebon)

1. Telah

berlangsung

sejak tahun

2011

2. Total resi 265

(s.d Des 2015)

& Rata- rata

resi pertahun

53 resi

3. Total

penyaluran

kredit 29,19

miliar

4. Pencairan

kredit relatif

cepat

5. Koordinasi

antara

pengelola

gudang dengan

pemda sangat

baik

6. Tersedia Rice

Milling Unit

7. Pemahaman

pengelola thdp

bisnis proses

dan ketentuan

SRG sangat

baik

1. Telah

berlangsung

sejak tahun

2010

2. Telah

dikeluarkan resi

secara aktif

(kec. Thn 2015

krn ada

mismanajemen)

3. Total kredit

30,37 miliar

4. Penyimpanan

gabah optimal

5. Pemahaman

pengelola thdp

bisnis proses

dan ketentuan

SRG sangat

baik.

1. Diresmikan th

2012 & sudah

terdapat resi

pd th.2012 &

2015 dgn total

420,82 juta

2. Gudang tdk

memiliki alat uji

mutu

3. Tingginya

ketergantungan

thdp tengkulak

4. Pencairan

resi mencapai

1-2 minggu

1. Diresmikan

tahun 2012 &

resi mulai aktif

sejak 2014

2. Total kredit

2,74 miliar

3. Potensi

penyimpanan

relatif besar

1. Diresmikan

th.2009 dan

sudah terdapat

resi pd th. 2015

dgn total 150

juta

2. Minat petani

untuk

menyimpan di

gudang SRG

masih rendah

3.

Ketergantun-

gan terhadap

pemodal

1. Diresmikan

th.2009

2. Perbankan

belum

memberikan

pinjaman

karena

pengelolaan

gudang yang

baru kembali

aktif

3. Kesulitan

pengelola

merubah pola

pikir petani

yang masih

terbiasa

dengan

penjualan

langsung

1. Telah

berlangsung

sejak tahun

2010

2. Telah

dikeluarkan resi

secara aktif

(kec.Thn 2015

krn ada

kendala fraud

oleh pengelola

lama -

PT.Pertani)

3. Total

penyaluran

kredit 53,67

miliar

4.

Penyimpanan

gabah optimal

5. Lokasi SRG

berada di rice

center

Indramayu &

tersedia Rice

Milling Unit

yang sangat

canggih.

Tindak Lanjut :

1. Monitoring

dan Fasilitasi

(DRG Benteng)

2. Edukasi dan

Fasilitasi (SRG

Purwadadi)

Tindak Lanjut :

1. Linkage dgn

PT.POS

2. Monitoring

dan Fasilitasi

1. Diresmikan

tahun 2011

2. Belum ada

serah terima

gudang

3. Belum ada

kegiatan SRG

Tindak Lanjut :

1. Mendorong

Bappebti serah

terima gudang

2. Linkage dgn

PT. Pos

3. Mendorong

Pemkab untuk

proaktif

1. Diresmikan

tahun 2009

2. Belum ada

resi yang

dikeluarkan

3. Belum ada

penyaluran

kredit

4. Gudang blm

beroprasional

5.

Ketergantun-

gan thdp

tengkulak

6. Pengelola

Baru ditunjuk

oleh pemkabTindak Lanjut :

Linkage dengan

PT. Food

Station

1. Diresmikan

tahun 2009

dan sudah ada

kegiatan tunda

jual

2. Belum ada

resi yang

dikeluarkan krn

gudang belum

SNI

3. Belum ada

penyaluran

kredit

Tindak Lanjut :

1. Mendorong

implementasi

SNI gudang

SRG Jagung

2. Mendorong

SRG kopi

Tindak Lanjut :

1. Peningkatan

kemampuan

pengelola SRG

2. Monitoring

dan Fasilitasi

Tindak Lanjut :

Monitoring dan

Fasilitasi

bersama DPUM

Tindak Lanjut :

Mendorong

keproaktifan

pengelola

Gudang

Tindak Lanjut :

Monitoring dan

Fasilitasi

1. Diresmikan

th.2009 & sdh

terdapat resi

pada thn 2012

sebesar 344

juta

2. Kurangnya

sosialisasi

terkait SRG

kepada para

petani

3. Terdapat

beberapa

petani yang

ditolak oleh

pihak pengelola

karena tidak

lolos uji mutu

Page 111: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

92 Perkembangan Inflasi

Pasar Lelang dan Operasi Pasar di Jawa Barat sebagai dasar pembuatan rekomendasi kebijakan kegiatan Pasar Lelang dan Operasi Pasar. Selain kegiatan konsinyering, dilakukan pula kegiatan kunjungan langsung ke Koperasi Pasar Lelang Komoditas Jawa Barat untuk melihat dan mengetahui proses pasar lelang tersebut.

Kegiatan Konsinyering Penyusunan Rekomendasi Pengembangan Pasar Lelang Komoditi dan Pedoman Baku Pelaksanaan Operasi Pasar bersama TPI – Pokjanas dan Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter yang dilaksanakan dari tanggal 22 – 24 Maret 2016. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk mengumpulkan informasi mengenai pelaksanaan

A. Kegiatan Konsinyering Penyusunan Rekomendasi Pasar Lelang Komoditas dan Pelaksanaan Operasi Pasar

C. Program Kerja FKPI lainnya

B. Kunjungan TPID Provinsi Sulawesi SelatanKunjungan TPID Provinsi Sulawesi Selatan

C. Kunjungan TPID Provinsi Kalimantan Selatan

D. Forum Silaturahmi Ulama se-Jawa Barat

mengenai rencana pelaksanaan pasar murah, Portal Informasi Harga Pangan (PRIANGAN), dan pengembangan Sistem Resi Gudang. Selain itu, dilakukan pula kunjungan ke salah satu klaster binaan KPwBI Provinsi Jawa Barat di Kabupaten Bandung Barat yaitu klaster Lembang Agri (Hortikultura).

Pada tanggal 18 Mei 2016 bertempat di Hotel Holiday Inn, telah diselenggarakan kunjungan dari TPID Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam kegiatan tersebut, dihadiri oleh perwakilan dari KPwBI Provinsi Jawa Barat sebagai anggota FKPI Provinsi Jawa Barat. Adapun tujuan pelaksanaan kunjungan dimaksud salah satunya membahas

Provinsi Jawa Barat. Adapun tujuan pelaksanaan kunjungan dimaksud salah satunya membahas mengenai rencana pelaksanaan pasar murah, Portal Informasi Harga Pangan (PRIANGAN), dan pengembangan Sistem Resi Gudang.

Pada tanggal 30 Mei 2016 bertempat di Gedung Sate, Kompleks Perkantoran Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah diselenggarakan kunjungan dari TPID Provinsi Kalimantan Selatan. Dalam kegiatan tersebut, dihadiri oleh perwakilan dari KPwBI Provinsi Jawa Barat sebagai anggota FKPI

Agama, dan Perwakilan Kantor Kementerian Agama, kegiatan tersebut turut pula dihadiri oleh seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Muspida Provinsi Jawa Barat serta Tim Pengendalian Inflasi Daerah tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Adapun tujuan dari kegiatan dimaksud yaitu memberikan pemahaman kepada para ulama mengenai inflasi dan dampaknya terhadap masyarakat.

Kegiatan silaturahim Ulama se-Jawa Barat tahun 2016 diselenggarakan di Aula Barat, Gedung Sate, Kompleks Perkantoran Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada tanggal 31 Mei 2016. Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh Gubernur Jawa Barat, H. Ahmad Heryawan (atau Wakil Gubernur – Bp. Dedi Mizwar) sekaligus menyampaikan tausiyah mengenai pentingnya pengendalian inflasi. Acara yang diselenggarakan dengan tujuan memberikan pembekalan kepada para ulama mengenai inflasi dan dampaknya terhadap masyarakat tersebut memiliki makna penting dalam upaya pengendalian inflasi di Jawa Barat. Selain itu turut pula dihadiri oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Ibu Rosmaya Hadi, Ketua MUI Provinsi Jawa Barat, KH. Rachmat Syafe’I dan 200 peserta ulama dari berbagai daerah di Jawa Barat yang terdiri dari komponen Dewan Kesejahteraan Masjid, Majelis Ulama Indonesia, Pimpinan Pondok Pesantren, Penyuluh

Page 112: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

93KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Diskusi dengan Departemen Pengembangan UMKM (DPUM), Bank Indonesia dan Konsultan World Bank serta Pihak Terkait Dalam Rangka Penguatan Sistem Resi Gudang di Indonesia

E.

Publikasi Ke Media Dalam Rangka Menjaga Ekspektasi Masyarakat Terhadap Gejolak Harga di Saat RamadhanF.

Pasar Murah Pengendali Inflasi Ramadhan 1437 HG.

tanggal 13 – 15 Juni 2016. Adapun hal-hal yang dalam dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan ini diantaranya:

Dalam rangka implementasi program Financial Inclusion Support Framework (FISF), Bank Indonesia bekerjasama dengan World Bank akan melakukan penyusunan analytical note untuk penguatan Sistem Resi Gudang (SRG) di Indonesia, yang akan disusun oleh konsultan internasional dan domestik yang ditunjuk oleh World Bank. Sehubungan dengan hal tersebut, Bank Indonesia Pusat (DPUM) memilih SRG yang berada di Jawa Barat untuk penyusunan dimaksud. kegiatan tersebut dilaksanakan dari

Penjelasan mengenai praktek Sistem Resi Gudang di Jawa Barat;Penjelasan mengenai pasar lelang komoditas di Jawa Barat;Penjelasan mengenai mekanisme pembiayaan SRG di Jawa Barat;Kunjungan ke lokasi SRG Kabupaten Cianjur dan diskusi dengan pengelola gudang.

Ramadhan utamanya disebabkan oleh peningkatan pola konsumsi masyarakat (faktor budaya). Adapun kegiatan yang dilaksanakan terkait program publikasi dimaksud diantaranya:

Tanggal 14 s.d 16 Juni 2016:Halaman Parkir Kereta Api Kiaracondong,Jl. Ibrahim Adjie, Kelurahan Babakansari, Kecamatan Kiaracondong; dan

a.

Halaman Parkir Kantor Pos, Jl. Ahmad Yani, Kecamatan Lengkong.

b.

Dalam rangka menjaga stabilitas harga menjelang dan saat Ramadhan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan menyelenggarakan kegiatan publikasi media mengenai penjelasan inflasi di saat Ramadhan. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan dimaksud yaitu untuk membentuk ekspektasi dan pola konsumsi masyarakat agar tidak konsumtif saat bulan Ramadhan. Berdasarkan data historis, inflasi yang terjadi saat

Dialog interaktif di media elektronik (televisi dan media);Iklan layanan masyarakat terkait inflasi Ramadhan di media massa.

Tanggal 27 s.d 29 Juni 2016 di Halaman Parkir Kereta Api Kiaracondong, Jl. Ibrahim Adjie, Kelurahan Babakansari, Kecamatan Kiaracondong.

diselenggarakannya kegiatan Pasar Murah Pengendali Jawa Barat ini. Penyelenggaraan Pasar Murah Pengendali Inflasi dilaksanakan secara dua tahap yaitu:

Pada saat Ramadhan dan menjelang Idul Fitri, kondisi di Indonesia terutama di Jawa Barat memiliki kecenderungan cukup tinggi untuk terjadinya peningkatan inflasi. Adapun faktor utama pendorong inflasi pada saat momen Ramadhan dan Idul Fitri terutama disebabkan oleh faktor budaya disamping faktor infrastruktur (jalur distribusi) dan tata niaga. Melihat hal tersebut, Bank Indonesia sebagai lembaga yang diberi mandat oleh Pemerintah dalam pengendalian inflasi merasa perlu bersinergi dalam koridor Forum Koordinasi Pengendali Inflasi (FKPI) Provinsi Jawa Barat maupun personal, terutama dalam menjaga stabilitas inflasi saat Ramadhan dan Idul Fitri. Oleh karena itu, hal tersebut yang menjadi salah satu dasar

Page 113: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

94 Perkembangan Inflasi

3.3.2. Tantangan Dalam Pelaksanaan Pengendalian Inflasi Daerah

sebagaimana dijelaskan sebelumnya yang cukup krusial dalam pengendalian inflasi yaitu mengenai distribusi komoditas pangan strategis yang tidak merata. Selama ini, distribusi komoditas pangan strategis, contohnya saja cabai merah dan beras, yang sebagian besar dipasok ke luar Jawa Barat.

Secara umum, tantangan atau kendala dalam rangka pengendalian inflasi di Jawa Barat masih bersumber dari faktor cuaca, momen tahunan seperti hari besar keagamaan dan faktor kebijakan pemerintah pusat terkait harga bahan bakar rumah tangga dan bahan bakar kendaraan. Namun demikian, selain tantangan atau kendala

Page 114: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

hingga menjelang Lebaran atau selama periode

bulan Juni 2016. Pada tahun 2015 terdapat 5

komoditas kebutuhan pokok masyarakat

(kepokmas) yang menjadi target subsidi OPM,

yaitu : beras, gula pasir, minyak goreng, telur

ayam, dan daging sapi. Sedangkan pada tahun

2016 terdapat 6 komoditas yang menjadi target

OPM, yakni:

Adapun perkembangan harga kelima komodi-

tas tersebut hingga Mei 2016 adalah sebagai

berikut:

Beras premium produksi dalam negeri

pengadaan tahun berjalan;

Gula Kristal putih bukan rafinasi

Minyak goreng kemasan produksi dalam

negeri berstandar nasional Indonesia

Telur ayam negeri

Daging sapi

Daging ayam ras

a.

b.

c.

d.

e.

f.

95KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

BOKS

04OPERASI PASAR MURAHDI JAWA BARATDALAM RANGKAPENGENDALIAN INFLASI

BOKS 04OPERASI PASAR MURAH DI JAWA BARAT DALAM RANGKAPENGENDALIAN INFLASI

Dalam rangka memenuhi kebutuhan pokok

sehari-hari bagi masyarakat khususnya pada

golongan menengah ke bawah selama Bulan

Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri

2016, Pemerintah Provinsi Jawa telah melak-

sanakan serangkaian kegiatan Operasi Pasar

Murah (OPM) untuk sejumlah komoditas yang

tergolong ke dalam kebutuhan pokok mas-

yarakat (kepokmas). Secara umum, output akhir

dari kegiatan OPM ini adalah untuk mencapai

stabilisasi serta penurunan disparitas harga

barang kebutuhan pokok.

Pada tahun 2016, Pemerintah Provinsi Jawa

Barat telah menganggarkan dana sebesar Rp15

Miliar untuk pelaksanaan OPM di tahun 2016

melalui pos anggaran belanja subsidi di APBD

Provinsi Jawa Barat tahun 2016. Nilai ini

meningkat dibandingkan alokasi subsidi tahun

2015 sebesar Rp10 Miliar. Penyelenggaraan OPM

ini berlangsung selama periode Ramadhan

Tabel 1. Perkembangan Harga Komoditas OPM Januari –Mei 2016

Sumber: Survei Pemantauan Harga Mingguan KPw BI Provinsi Jawa Barat

Page 115: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

96 Boks 04OPERASI PASAR MURAH

DI JAWA BARATDALAM RANGKA

PENGENDALIAN INFLASI

BOKS

04

kat cukup signifikan memasuki bulan Juni. Jika

dibandingkan dengan data historis di tahun

2015, sebagian besar komoditas OPM tersebut

merupakan komoditas penyumbang inflasi

utama selama periode Ramadhan dan Lebaran

(Tabel 2.)

Secara umum, harga ke-5 jenis barang tersebut

telah mengalami kenaikan sejak awal tahun

dengan peningkatan harga tertinggi khususnya

pada minyak goreng. Adapun komoditas telur

ayam ras dan daging ayam ras masih relatif

rendah hingga akhir Mei, namun mulai mening-

dapat disalurkan untuk tiap keluarga. Dengan

total nilai subdisi sebesar Rp15 Miliar dan nilai

subsidi per keluarga sebesar Rp158 ribu maka

diperkirakan manfaat dari penyelenggaraan

OPM ini dapat dirasakan oleh 94.937 keluarga.

Adapun nilai jual setiap komoditas dalam OPM

ini berada di bawah harga pasar (sebagaimana

tertera dalam Gambar 1 di bawah). Dalam meny-

alurkan komoditas subsidi pada OPM ini, selain

menetapkan harga jual subsidi, pemerintah juga

menetapkan jumlah (kg) per komoditas yang

Tabel 2. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama Periode Ramadhan & Lebaran 2015

Gambar 1. Mapping Alokasi Subsidi OPM Per Keluarga

Page 116: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

pelabuhan khususnya timbul dalam kaitannya

untuk mendukung kelancaran proses logistik

perdagangan dari sektor industri pengolahan

yang menjadi penopang utama perekonomian

Jawa Barat.

Adapun perbandingan harga jual dengan harga

subsidi serta bobot konsumsi setiap komoditas

di Jawa Barat yang menjadi dasar perhitungan

dampak kegiatan operasi pasar murah (OPM)

adalah sebagai berikut:

97KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

BOKS

04OPERASI PASAR MURAHDI JAWA BARATDALAM RANGKAPENGENDALIAN INFLASI

Sebagai negara kepulauan, pelabuhan memiliki

peran yang sangat vital bagi perekonomian

Indonesia. Kehadiran pelabuhan menjadi faktor

penting dalam menunjang mobilitas baik

barang dan manusia antar pulau maupun antar

negara. Bagi suatu perekonomian, pelabuhan

merupakan salah satu rantai yang sangat pent-

ing dari seluruh proses perdagangan yang men-

jadi titik temu antara transportasi darat dan

laut. Dalam konteks Jawa Barat, peran penting

OPM pada tahun 2015, maka dengan subsidi

sebesar Rp 15 Miliar selama bulan Ramadhan

tahun 2016 diperkirakan men-generate oppor-

tunity saving sebesar Rp 163 Miliar (Tabel 3.)

Namun demikian, total dampak (saving) ini

berpotensi lebih besar dari Rp 163 Miliar khusus-

nya mempertimbangkan kemungkinan terjadin-

ya peningkatan permintaan di atas estimasi

kebutuhan seiring dengan penurunan harga di

pasar (elastisitas volume permintaan).

Dari gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa subsi-

di yang cukup besar khususnya diberikan untuk

komoditas daging sapi di mana dengan harga

pasar terakhir sebesar Rp126.634,-, pemerintah

menjualnya senilai Rp60.000,- melalui OPM.

Berdasarkan bobot konsumsinya, komoditas

dengan bobot terbesar adalah beras dengan

bobot mencapai 3,67% terhadap total nilai

konsumsi masyarakat Jawa Barat.

Dengan menggunakan asumsi elastisitas

penurunan harga pasar mengikuti pelaksanaan

Gambar 2. Perbandingan Harga dan Subsidi Komoditas OPM di Jawa Barat

Page 117: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

98 Boks 04OPERASI PASAR MURAH

DI JAWA BARATDALAM RANGKA

PENGENDALIAN INFLASI

BOKS

04

Secara umum, penyelenggaraan Operasi Pasar

Murah (OPM) yang bertujuan untuk menahan

kenaikan harga-harga bahan pangan utama

selama Ramadhan dan Lebaran ditransmisikan

melalui dua jalur, yaitu :

kepada dampak OPM pada tahun 2015, maka

berdasarkan perhitungan, OPM pada bulan

Ramadhan tahun 2016 sebesar Rp 15 Miliar

diperkirakan mendorong penghematan (oppor-

tunity saving) sebesar Rp 163 Miliar melalui jalur

penurunan harga pasar. Namun demikian, angka

ini berpotensi lebih besar lagi jika mempertim-

bangkan dampak lanjutan berupa peningkatan

volume permintaan masyarakat seiring dengan

harga pasar yang semakin murah. Lebih lanjut,

hal ini juga berdampak terhadap penurunan

tekanan inflasi di bulan Ramadhan. Penyeleng-

garaan OPM juga diperkirakan memberikan

second round e�ect berupa penurunan tekanan

inflasi dari komoditas pada kelompok makanan

jadi yang memanfaatkan komoditas yang disub-

sidi melalui OPM sebagai bahan bakunya.

Penurunan harga pasar mengikuti penurunan

harga bahan pokok yang disubsidi melalui

OPM (elasitistas harga)

Peningkatan volume permintaan masyarakat

seiring dengan harga-harga yang cenderung

menurun (elastisitas permintaan)

1.

2.

Tabel 3. Perkiraan Opportunity Saving Masyarakat Sebagai Dampak Dari Pelaksanaan OPM 2016

Berdasarkan evaluasi pelaksanaan OPM tahun

2015, diketahui bahwa OPM cukup efektif dalam

menggiring penurunan harga pasar dari bahan

pokok yang disubsidi (khususnya beras, minyak

goreng, gula pasir, dan telur ayam ras). Mengacu

Page 118: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM04

BAB

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAWA BARAT

AGUSTUS 2016

Page 119: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

99 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

4.1. Perkembangan Kinerja Bank Umum

4.1.1. Aset dan Aktiva Produktif

berkualitas buruk yang menekan keuntungan maupun modal bank. Dilihat dari kelompok banknya, Bank Pemerintah masih memiliki asset terbesar di antara bank lainnya. Dibandingkan dengan triwulan I 2016, aset BPD dan bank asing mengalami penurunan proporsi dibandingkan dengan aset bank pemerintah dan bank swasta.

Total aset bank umum di Jawa Barat periode ini mencapai Rp 534,34 triliun, tumbuh sebesar 7,69% atau melambat dari periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,93%. Perlambatan pertumbuhan aset perbankan di Jawa Barat disinyalir merupakan dampak masih lambatnya pertumbuhan kredit dan meningkatnya kredit

4.1.2. Dana Pihak Ketiga

yang terutama dipengaruhi oleh perlambatan deposito kelompok nasabah pemerintah dari 20,63% menjadi -19,04%. Perlambatan deposito pemerintah di BPD tersebut diperkirakan merupakan dampak percepatan realisasi belanja pemerintah daerah yang lebih progresif di triwulan kedua. Selain itu, disinsentif kebijakan konversi DBH (Dana Bagi Hasil) dan/atau DAU (Dana Alokasi Umum) dalam bentuk non tunai berupa SBN (Surat Berharga Negara) yang ditetapkan oleh pemerintah pusat diperkirakan turut mendorong pemerintah daerah untuk melakukan penyerapan APBD yang optimal dan tepat waktu, serta mengurangi uang kas dan/atau simpanan pemerintah daerah di bank dalam jumlah yang berlebih.

Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum pada triwulan II 2016 mencapai Rp385,66 triliun atau secara tahunan tumbuh 8,57%, melambat dibandingkan triwulan I 2016 yang tumbuh sebesar 10,62%. Perlambatan terjadi pada komponen giro dan deposito yang masing-masing melambat dari 17,07% menjadi 4,62% dan 5,81% menjadi 0,56%, sedangkan komponen tabungan mengalami peningkatan dari 12,63% menjadi 19,36%. Berdasarkan kelompok bank, DPK pada semua kelompok bank tumbuh melambat kecuali pada bank swasta. Perlambatan paling dalam dialami oleh Bank Pemerintah Daerah (BPD), yaitu dari 3,96% menjadi -9,34%. Perlambatan tersebut terutama terjadi pada jenis simpanan deposito, dari -8,32% menjadi -25,37%,

Grafik 4.1 Pertumbuhan aset perbankan Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Grafik 4.2 Pangsa aset per kelompok bank

Page 120: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

100KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

dari 15,25% menjadi 14,81% untuk bank pemerintah dan 2,78% menjadi -8,20% untuk bank asing. Kondisi ini dipengaruhi oleh penurunan suku bunga deposito bank pemerintah dari 6,29% menjadi 6,09% dan penurunan suku bunga deposito bank asing yang tidak jauh berbeda yakni dari dari 6,41% menjadi 6,06%. Sementara itu, kenaikan suku bunga tabungan pada bank asing dari 1,32% menjadi 1,41% mampu mendorong

DPK bank pemerintah dan bank asing juga turut melambat, masing-masing dari 17,07% menjadi 13,44% dan dari 5,43% menjadi 3,56%, keduanya didorong oleh perlambatan yang terjadi pada komponen deposito dari 16,02% menjadi 8,37% untuk bank pemerintah dan 5,28% menjadi -8,75% untuk bank asing. Perlambatan deposito dimaksud khususnya terjadi pada kelompok nasabah perseorangan yang tumbuh melambat

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Grafik 4.3 Pertumbuhan DPK dan Komponennya

Grafik 4.5 Pertumbuhan DPK BPD

Grafik 4.4 Pertumbuhan DPK per Kelompok Bank

Grafik 4.6 Struktur DPK berdasarkan jenisnya Grafik 4.7 DPK berdasarkan kelompok Bank

Page 121: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

101 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

bank pemerintah mengalami penurunan dari 1,33% menjadi 1,25%, namun pertumbuhan komponen tabungan pada bank pemerintah ternyata masih positif (dari 12,69% menjadi 18,16%).

mendorong kinerja penghimpunan tabungan dari 9,09% menjadi 20,13% sehingga menahan perlambatan DPK bank asing secara keseluruhan. Namun, tidak demikian halnya dengan bank pemerintah. Meski suku bunga tabungan pada

menunjukkan peningkatan proporsi penghasilan masyarakat untuk ditabung. Meski demikian, pengaruh suku bunga yang lebih terlihat pada deposito dibandingkan tabungan mengindi-kasikan bahwa masyarakat pada dasarnya masih lebih memilih instrumen jangka pendek meski imbal hasil yang diberikan tidak meningkat. Hal ini menunjukkan masih adanya keraguan dari seba-gian masyarakat terhadap pemulihan kondisi ekonomi ke depan.

Berbeda dengan tren perlambatan DPK yang terjadi pada bank pemerintah dan bank asing, DPK bank swasta mengalami peningkatan dari 7,05% menjadi 9,93% terutama dipengaruhi peningkatan jenis simpanan tabungan dari 12,13% menjadi 20,11%. Sama halnya dengan kondisi di bank pemerintah, peningkatan tabungan pada bank swasta juga terjadi di tengah penurunan suku bunga tabungan dari 1,84% menjadi 1,81%. Kondisi ini memang sejalan dengan hasil survei konsumen Bank Indonesia triwulan II 2016 yang

Sumber : Bank IndonesiaGrafik 4.8 Pertumbuhan Deposito dibanding

4.1.3. Kredit

pertumbuhan kredit perseorangan yang tumbuh dari 8,87% menjadi 9,95% dengan pangsa sebesar 56,42%. Sementara itu, pertumbuhan kredit untuk kelompok debitur swasta tercatat melambat dari 5,87% menjadi 5,18%. Pertumbuhan kredit terjadi seiring dengan penurunan suku bunga untuk semua kelompok debitur, dengan rata-rata suku bunga kredit adalah 11,78%, turun dari triwulan sebelumnya sebesar 11,90%.

Pertumbuhan tahunan kredit perbankan Jawa Barat pada triwulan II 2016 adalah sebesar 7,99%, meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 6,98%. Berdasarkan kelompok debitur, pertumbuhan kredit paling signifikan terjadi pada kelompok debitur pemerintahan yang tumbuh dari -5,39% menjadi 9,65% namun dengan pangsa yang relatif kecil yakni sebesar 4,68%. Adapun pertumbuhan kredit di triwulan II terutama disumbangkan oleh

Page 122: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

102KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

yang tumbuh dari 4,12% menjadi 8,39% dan kredit konsumsi yang tumbuh dari 13,00% menjadi 13,58%. Sementara itu, kredit modal kerja tercatat tumbuh melambat dari 6,98% menjadi 7,99%. Meskipun pada triwulan II 2016, pertumbuhan dunia usaha terdorong oleh momen Ramadhan, namun kondisi dunia usaha yang masih menga- lami tekanan sebagai akibat pelemahan ekonomi global serta penurunan harga komoditas telah menahan permintaan kredit modal kerja, meski-pun rata-rata suku bunga kredit mengalami penurunan. Suku bunga kredit modal kerja sedikit turun dari 11,28% menjadi 11,16%, demikian pula dengan suku bunga kredit investasi yang turun dari 10,11% menjadi 9,87% dan rata-rata suku bunga kredit konsumsi yang turun dari 13,43% menjadi 13,38%.

Sejalan dengan hal tersebut, jika dilihat dari skala usaha debitur, pertumbuhan kredit terjadi pada kredit rumah tangga yang tumbuh dari 7,54% menjadi 8,84% dengan pangsa sebesar 57,48%. Pertumbuhan kredit rumah tangga pada triwulan II 2016 terjadi seiring dengan penurunan suku bunga dari 13,70% menjadi 13,64% Sementara itu, kredit korporasi dengan pangsa sebesar 38,66% mengalami perlambatan dari 8,35% menjadi 8,13%, meski demikian suku bunga kredit korpora-si tidak tercatat naik. Kinerja industri pengolahan sebagai korporasi utama Jawa Barat yang tercatat tumbuh positif di triwulan II 2016, mengindi-kasikan adanya pendanaan lain yang diterima korporasi selain dari perbankan, seperti pem-biayaan dari parent company. Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit bank umum didorong oleh kredit investasi

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 4.9 Perkembangan Kredit per Kel Debitur

Grafik 4.11 Perkembangan Kredit menurut Jenisnya

Grafik 4.10 Perkembangan Kredit vs Suku Bunga

Page 123: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

103 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank IndonesiaGrafik 4.12 Perkembangan LDR Grafik 4.13 Perkembangan NPL

kelompok bank pemerintah, yaitu mencapai 104,8% dan telah melewati batas LDR maksimal sebesar 93.5% (PBI No. l 8/3/PBV2016). Kondisi ini perlu dicermati untuk memitigasi risiko likuditas di masa mendatang. Peningkatan risiko likuiditas pada periode ini tercermin pula melalui komponen alat likuid yang didominasi dana jangka pendek yakni tabungan (39,6%), deposito janqka waktu 1 bulan (18,5%}, giro (17,6%). serta deposito jangka waktu 3 bulan (14,7%). Dari sisi kualitas kredit, pertumbuhan penyaluran kredit dibayangi dengan pemburukan kualitas kredit yang tercermin melalui peningkatan rasio NPL dari 2,81% menjadi 3,51%. Berdasarkan jenis kreditnya, peningkatan ini terutama terjadi pada kredit investasi dan kredit modal kerja yang masing-masing naik dari 2,83% menjadi 4,65% dan dari 3,70% menjadi 4,54%. Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat ternyata peningkatan kinerja korporasi sektor-sektor utama di triwulan II 2016 tidak serta merta membuat kemampuan bayar rata-rata debitur meningkat.

Sejalan dengan peningkatan kredit investasi di triwulan II 2016, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) juga menunjukkan peningkatan kinerja investasi di Jawa Barat, yang tercermin dari peningkatan angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT) dari 5,80 pada triwulan I 2016 menjadi 15,67. Peningkatan kinerja investasi tersebut terutama didorong oleh peningkatan investasi pada sektor perdagangan, industri pengolahan, pertanian dan jasa keuangan. Investasi sektor perdagangan hasil SKDU menunjukkan peningkatan saldo bersih tertimbang dari 0,16 menjadi 2,46.Likuiditas Bank Umum (tercermin dari rasio LDR) secara kumulatif masih terjaga namun perlu mendapat perhatian mengingat pada triwulan II 2016, rasio LDR rata-rata bank umum di Jawa Barat mencapai 91,01% (melebihi 90%) dan tercatat naik dari triwulan sebelumnya sebesar 90,28%. Kenaikan LDR ini dipengaruhi oleh peningkatan penyaluran kredit yang tidak dibarengi dengan pertumbuhan DPK. Dilihat dari kelompok bank, rasio LDR tertinggi dimiliki oleh

dalam penyaluran kredit bank, meskipun secara agregat porsi penyaluran kredit dari bank BUKU I masih yang paling kecil (3,50%). Adapun jika dilihat dari besaran LDR-nya, kenaikan LDR pada triwulan II 2016 disebabkan oleh kenaikan LDR bank BUKU IV yang cukup signifikan yakni dari 53,67% menjadi 70,75%. Sementara itu, LDR pada kelompok bank lain tercatat masih tinggi meski-pun sedikit mengalami penurunan. Keketatan paling besar terjadi pada bank BUKU I di mana nilai LDR mencapai 123,70%, diikuti oleh bank BUKU III sebesar 108,75% dan bank BUKU II sebe-sar 101,66%.

Jika dilihat dari klasifikasi per-BUKU bank, kenaikan NPL terjadi di semua kelompok bank. NPL tertinggi masih terjadi pada bank-bank yang tergolong BUKU I, dengan rata-rata NPL sebesar 8,74%, diikuti oleh bank BUKU II sebesar 4,67%, bank BUKU IV sebesar 3,57% dan terendah adalah pada kelompok bank BUKU III sebesar 3,03%. Pada triwulan ini, kenaikan NPL pada bank BUKU IV cukup signifikan dan perlu mendapat perhatian mengingat besarnya pangsa penyaluran kredit BUKU IV (26,51%). Selain itu, NPL yang tinggi dan melampui ambang batas 5% pada bank BUKU I perlu menjadi perhatian terhadap kehati-kehatian

Page 124: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

104KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 4.14Pemetaan NPL dan LDR berdasarkan BUKU Bank

Grafik 4.15Proporsi Kredit Sektoral

4.1.3.1 Penyaluran Kredit di Sektor Utama Penopang Perekonomian Jawa Barat

Pengolahan sebesar Rp135,76 triliun, mendominasi 24,86% dari total portofolio kredit, diikuti Sektor Perdagangan sebesar Rp84,85 triliun dengan pangsa 15,53%. Sementara itu, kredit untuk Sektor Pertanian masih relatif kecil, yaitu hanya Rp8,40 triliun atau 1,54% dari total kredit yang disalurkan.

Sejalan dengan struktur perekonomian Jawa Barat yang ditopang oleh sektor lndustri Pengolahan, sektor Perdagangan Besar dan Eceran, serta Sektor Pertanian, kredit perbankan juga didominasi oleh sektor-sektor tersebut, kecuali sektor Pertanian. Pada triwulan II 2016, penyaluran kredit pada sektor lndustri

28,2% (bank) dan 71,70% (non bank) dan pembiayaan modal kerja 28,01% (bank) dan 71,99% (non bank). Dengan demikian, kinerja sektor industri pengolahan dapat tetap tumbuh meski laju pertumbuhan kredit industri manufaktur melambat, namun hal ini sekaligus mengimplikasikan adanya exposure risiko nilai tukar yang lebih besar bagi industri pengolahan Jawa Barat disebabkan oleh rata-rata parent company yang berasal dari luar negeri.

Pertumbuhan tahunan kredit sektor lndustri Pengolahan melambat dari 3,51% pada triwulan I 2016 menjadi -2,14%, sementara itu kinerja lapangan usaha industri pengolahan meningkat cukup signfikan pada triwulan ini yang mengindikasikan adanya sumber pendanaan lain bagi industri pengolahan. Sejalan dengan hal tersebut, informasi liaison menyebutkan bahwa pembiayaan perusahaan manufaktur lebih banyak berasal dari non-bank (parent company) dengan proporsi rata-rata pembiayaan investasi sebesar

Page 125: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

105 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank IndonesiaGrafik 4.16 Kredit Industri Pengolahan Grafik 4.17 Kredit Sektor Perdagangan

Grafik 4.18 NPL dan Kredit Ind Pengolahan Grafik 4.19 NPL dan Kredit Sektor Perdagangan

Dari sisi kualitas kredit, hampir seluruh sektor

utama mengalami peningkatan rasio NPL, kecuali

sektor pertanian. Sementara itu, rasio NPL sektor

utama Jawa Barat meningkat khususnya pada

sektor industri pengolahan, yakni dari 2,55%

menjadi 4,80%. Kenaikan NPL yang cukup

signifikan ini terutama disebabkan oleh kenaikan

NPL di subsektor industri pengolahan makanan,

minuman dan tembakau serta subsektor industri

pengolahan elektronik. Berdasarkan focus group

discussion yang dilakukan Bank Indonesia terha-

dap perbankan Jawa Barat, peningkatan rasio NPL

sektor industri pengolahan antara lain dipengaruhi

oleh pemburukan kinerja beberapa korporasi di

sektor dimaksud.

Berbeda dengan kredit di sektor industri pengola-

han, pertumbuhan tahunan kredit di sektor perda-

gangan pada triwulan II 2016 meningkat dari 7,91%

menjadi 9,44%. Hal ini sejalan dengan peningka-

tan kinerja lapangan usaha perdagangan yang

meningkat sebagai dampak dari peningkatan

konsumsi masyarakat selama Ramadhan dan

Tahun Ajaran Baru. Hal ini juga terkonfimasi dari

peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen hasil

Survei Konsumen Bank Indonesia menjadi 109,4

dari 106,5. Demikian halnya dengan kredit yang

disalurkan pada sektor konstruksi yang mengala-

mi peningkatan dari 15,26% menjadi 16,37%,

sejalan dengan peningkatan kinerja lapangan

usaha konstruksi yang tumbuh sebagai dampak

akselerasi pembangunan proyek infrastruktur

pemerintah dan invetasi bangunan oleh sektor

swasta.

Page 126: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

106KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Grafik 4.20 NPL Industri Pengolahan

Grafik 4.21 Sebaran Kredit Kota/kabupaten Grafik 4.22 NPL Kredit per Kota/Kab

3.1.3.2 Penyaluran Kredit Menurut Kota/Kabupaten di Jawa Barat

lokasi kantor atau pabrik industri pengolahan dan perdagangan. Kelima daerah tersebut juga memiliki rasio NPL yang terjaga di bawah 5% kecuali untuk Kabupaten Bandung dengan NPL sebesar 5,77%. Sementara itu, beberapa daetah lain yang masih memiliki NPL di atas ambang batas 5% adalah Kabupaten Sukabumi (8,18%), Kabupaten Garut (7,06%), Kabupaten Tasikmalaya (5,70%) dan Kabupaten Subang (5,61%).

Secara spasial penyaluran kredit bank umum masih terkonsentrasi di 5 (lima) kabupaten/kota di Jawa Barat yang mencapai pangsa 61,18% dari total kredit yang disalurkan di Jawa Barat, yaitu meliputi Kabupaten Bekasi (18,39%), Kota Bandung (17,18%), Kabupaten Bogor (9,08%), Kabupaten Bandung (9,00%), dan Kabupaten Karawang (7,53%). Penyaluran kredit di Jawa Barat masih terkonsentrasi di kota/kabupaten

4.1.4. Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

4.1.4.1. Penyaluran Kredit UMKM di Jawa Barat

13,88% menjadi 13,84%. Berdasarkan skala usahanya, kredit UMKM didominasi oleh usaha menengah yang mencapai Rp 50,11 triliun, dengan pangsa 46,83%, diikuti skala usaha kecil sebesar Rp 29,57 triliun (pangsa 27,63%) dan skala usaha mikro sebesar Rp 27,33 triliun dengan pangsa 25,54%. Peningkatan pertumbuhan penyaluran

Berbeda dengan penyaluran kredit secara umum, penyaluran kredit UMKM di Jawa Barat mengalami perlambatan pada triwulan II 2016 dibandingkan triwulan I 2016, dari 12,04% menjadi 9,36% dengan nominal sebesar Rp 107 triliun. Perlambatan terjadi meskipun suku bunga kredit telah turun walaupun sangat kecil yakni dari

Page 127: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

107 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank IndonesiaGrafik 4.23 Perkembangan Kredit UMKM

Grafik 4.25 Proporsi Kredit UMKM

Grafik 4.24 NPL Kredit UMKM

kualitas kredit UMKM di Jawa Barat mengalami perbaikan dengan penurunan rasio NPL dari 5,54% menjadi 5,49%, meski demikian rasio tersebut telah melewati ambang batas 5% dan perlu mendapat perhatian lebih lanjut.

kredit terjadi pada kelompok usaha mikro dari 10,33% menjadi 11,15%. Sementara penyaluran kredit untuk usaha kecil dan menengah tercatat melambat. Hal ini sejalan dengan peningkatan jumlah debitur usaha mikro. Secara umum,

kualitas kredit UMKM di Jawa Barat mengalami perbaikan dengan penurunan rasio NPL dari 5,54% menjadi 5,49%, meski demikian rasio tersebut telah melewati ambang batas 5% dan perlu mendapat perhatian lebih lanjut.

kredit terjadi pada kelompok usaha mikro dari 10,33% menjadi 11,15%. Sementara penyaluran kredit untuk usaha kecil dan menengah tercatat melambat. Hal ini sejalan dengan peningkatan jumlah debitur usaha mikro. Secara umum,

berupaya mendorong peningkatan kinerja kredit UMKM melalui penerbitan kebijakan insentif memperlonggar batas LFR (Loan to Funding Ratio) menjadi 94% per 1 Agustus 2015 bagi bank yang sudah memenuhi pencapaian tertentu kredit UMKM dengan kualitas kredit yang baik sesuai Peraturan Bank Indonesia No.17/11/PBl/2015.

Bank Indonesia terus mendorong penyaluran kredit UMKM dengan menetapkan target proporsi kredit UMKM pada perbankan berdasarkan milestone tertentu. Pada tahun 2015, target yang ditetapkan Bank Indonesia adalah 5%, tahun 2016 sebesar 10%, tahun 2017 sebesar 15% dan minimal 20% di tahun 2018 (Peraturan Bank lndonesia No.14/12/PBl/2012). Selain itu, Bank Indonesia

Page 128: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

4.1.4.2. Penyaluran Kredit UMKM Menurut Kabupaten/Kota

UMKM tersebut memiliki rasio rasio NPL kredit UMKM di bawah 5%, kecuali kabupaten Bandung. Namun demikian terdapat beberapa kabupaten/kota dengan rasio NPL kredit UMKM diatas 5%, dua diantara yang tertinggi adalah kabupaten Garut dan Sukabumi.

Secara spasial 54,42% penyaluran kredi UMKM di Jawa Barat terkonsentrasi di 6 daerah, meliputi Kota Bandung (17,89%), Kabupaten Bekasi (10,62%), Kabupaten Bogor (7,95%), Kabupaten Bandung (6,90%), Kota Bekasi (5,93%) dan Kabupaten Karawang (5,13%). Dari sisi kualitas kredit, mayoritas daerah utama penyaluran kredit

Grafik 4.26 Kredit UMKM Kota/kabupaten Grafik 4.27 NPL Kedit UMKM per Kota/Kab

Grafik 4.28 Kredit UMKM Kota/kabupaten Grafik 4.29 NPL Kedit UMKM per Kota/Kab

108KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

4.2. Asesmen Sektor Korporasi

4.2.1 Sumber-Sumber Kerentanan Sektor Korporasinegeri ini dialami oleh subkelompok kendaraan (tumbuh dari 1,0% menjadi 24,6%) serta elektronik (tumbuh dari -13,1% menjadi -4,6%). Negara tujuan ekspor utama untuk produk kendaraan dari Jawa Barat adalah Thailand (30,36%) dan Jepang (11,08%). Pertumbuhan ekspor kendaraan kepada dua negara mitra dagang tersebut mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan pada triwulan II, di mana ekspor ke Thailand tumbuh dari -6,41% (yoy) menjadi 14,23% (yoy) sementara ekspor ke Jepang tumbuh dari 32,28% menjadi 63,20%.

Salah satu faktor yang dapat memberikan tekanan pada kinerja korporasi Jawa Barat khususnya sektor industri pengolahan adalah permintaan global atau demand negara mitra dagang. Pada triwulan II 2016, demand Negara mitra dagang jawa Barat tercatat membaik. Pertumbuhan ekspor luar negeri produk manufaktur Jawa Barat pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 1,7%, membaik dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar -3,9%. Secara khusus, peningkatan kinerja ekspor luar

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Page 129: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

109 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Saat Ini (IKE) meningkat dari 88,5 pada triwulan I menjadi 90,4 pada triwulan II. Berdasarkan komponen penyusunnya, hal ini didorong oleh peningkatan indeks konsumsi barang kebutuhan lama dari 76,2 menjadi 85,6 pada triwulan II 2016. Selain itu, dari sisi alokasi pendapatan rumah tangga, terjadi peningkatan pada share alokasi pendapatan untuk konsumsi dari 63,6% menjadi 64,5% dari total pendapatan, yang diikuti dengan penurunan share pada alokasi tabungan dari 22,3% menjadi 21,2%. Menguatnya konsumsi rumah tangga juga tidak terlepas dari adanya momen Ramadhan, Tahun Ajaran Baru serta pembayaran gaji ke-13.

Permintaan domestik juga merupakan sumber tekanan pada kinerja korporasi manufaktur di Jawa Barat khususnya subsektor industri pengolahan makanan dan minuman yang banyak bertumpu pada konsumsi domestik. Di triwulan II 2016 ini, konsumsi rumah tangga tercatat menguat. Meningkatnya konsumsi rumah tangga tercermin dari menguatnya optimisme dan kinerja ekonomi rumah tangga dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) mengalami peningkatan pada periode laporan. Indeks Kondisi Ekonomi

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -0,05 SBT. SKDU juga mengindikasikan adanya perbaikan produksi industri manufaktur yang tercermin dari peningkatan kapasitas produksi industri pengolahan dari 77,93% menjadi 78,69%.

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia mengindikasikan adanya peningkatan kinerja korporasi sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi Jawa Barat di triwulan II 2016. Peningkatan kinerja korporasi tersebut tercermin dari peningkatan saldo bersih tertimbang kegiatan usaha sebesar 16,8 SBT,

4.2.2 Kinerja Korporasi dan Penilaian Risiko

Grafik 4.30 Pertumbuhan aset perbankan Grafik 4.31 Pangsa aset per kelompok bank

Grafik 4.32 Pertumbuhan aset perbankan Grafik 4.33 Pangsa aset per kelompok bank

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Page 130: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

110KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

debt to service ratio yang membaik dari 1,62 menjadi 1,49.Informasi liaison juga menunjukkan peningkatan kinerja korporasi di Jawa Barat. Penjualan domestik dari perusahaan di Jawa Barat pada triwulan II 2016 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebagaimana tercermin dari likert scale penjualan domestik sebesar 0,80 meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 0,14. Peningkatan penjualan domestik secara tahunan ditunjukkan oleh contact pada mayoritas sektor seperti industri pengolahan, perdagangan, pertanian, pengangkutan dan komunikasi, dan perhotelan. Sementara itu, kinerja penjualan ekspor pada triwulan II 2016 juga mengalami tren peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan ini terutama terjadi pada contact di sektor industri pengolahan untuk subsektor makanan & minuman; tekstil & produk tekstil; peralatan listrik, serta bahan kimia & barang dari bahan kimia. Peningkatan kinerja penjualan ekspor tersebut terutama didorong oleh strategi pemasaran beberapa contact dalam menambah cakupan negara pasar ekspor baru yang mendorong peningkatan permintaan ekspor (a.l. Kawasan Timur Tengah dan Korea).

Walaupun masih dibayangi dengan risiko perekonomian global, membaiknya kondisi perekonomian domestik, konsumsi masyarakat yang tumbuh semakin solid dan diversifikasi ekspor yang mulai dilakukan memberikan dampak positif pada kinerja keuangan korporasi di Jawa Barat, khususnya korporasi industri pengolahan yang memiliki share terbesar di Jawa Barat. lndikator kinerja keuangan korporasi yang diukur dari produktivitas, profitabilitas, solvabilitas, likuiditas dan Debt Equity Ratio (DER) korporasi industri pengolahan cenderung stabil1.Rentabilitas perusahaan yang dilihat dari rasio return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) cenderung stabil dari triwulan IV 2015 ke triwulan I 2016 sedangkan profit margin tercatat meningkat dari 6,94% menjadi 7,39%. Sementara itu, current ratio dan quick ratio yang menunjukkan likuiditas perusahaan juga tercatat stabil. Rasio solvabilitas jangka panjang yang ditunjukkan dengan solvability ratio dan debt to equity ratio menunjukkan peningkatan. Solvability ratio meningkat dari 1,97 menjadi 2,03 sedangkan debt to equity ratio membaik dari semula 1,03 menjadi 0,97. Demikian halnya dengan, repayment capacity yang ditunjukkan dengan

1Data 16 korporasi Manufaktur Tbk di Jawa Barat, data terakhir per triwulan I 2016

Page 131: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

111 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

terjadi pada beberapa sektor utama termasuk di dalamnya adalah industri pengolahan yang melambat dari 7,02% menjadi 1,33%. Hal ini sejalan dengan perkembangan risiko kredit yang mening-kat pada sektor tersebut. NPL kredit korporasi pada sektor industri pengolahan meningkat dari 2,50% menjadi 5,09%. Peningkatan NPL yang cukup signifikan ini perlu mendapat mendapat perhatian mengingat meningkatnya risiko repay-ment capacity pada korporasi manufaktur.

Berbeda dengan penyaluran kredit secara umum di Jawa Barat yang tumbuh meningkat di triwulan II 2016, penyaluran kredit korporasi justru tertahan dengan tumbuh sebesar 8,13% setelah pada triwu-lan sebelumnya tumbuh 8,35%. Dilihat dari jenisn-ya, perlambatan kredit korporasi terutama didorong oleh perlambatan kredit modal kerja dari 10,33% menjadi 7,18%. Sementara itu, kredit investasi mengalami peningkatan dari 4,51% ke 9,92%. Secara sektoral, perlambatan terutama

Grafik 4.34 Likert scale Permintaan Domestik Grafik 4.35 Likert Scale Penjualan Ekspor

Grafik 4.36 Perkembangan Kredit Korporas Grafik 4.37 Kredit Koporasi Sektora Utama

Grafik 4.38 NPL Kredit Korporasi

4.2.3 Eksposur Perbankan pada Sektor Korporasi

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Page 132: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

112KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Grafik 4.39Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga

Terhadap PDRB Jawa Barat

Grafik 4.40Indeks Keyakinan Konsumen Rumah Tangga Jawa Barat

4.3. Asesmen Sektor Rumah Tangga

4.3.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga

dibanding triwulan I sebesar 106,5. Perkembangan ini terutama didorong oleh Indeks Ekspektasi Konsumen yang terakselerasi di atas IKK. Adapun faktor yang meningkatkan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini adalah : 1) penghasilan yang meningkat; 2) ketersediaan lapangan kerja yang meningkat; dan 3) meningkatnya konsumsi atas barang tahan lama yang mencerminkan peningkatan daya beli untuk kebutuhan non-primer (Grafik 4.17). Selain itu, tren inflasi yang terkendali di tengah perkembangan harga bahan bakar yang juga relatif rendah serta stimulus moneter berupa pelonggaran suku bunga kebijakan sejak awal tahun turut berkontribusi dalam menjaga optimisme rumah tangga untuk melakukan kegiatan konsumsi. Di sisi lain, untuk 6 bulan ke depan, membaiknya ekspektasi rumah tangga terhadap kondisi ekonomi terutama didorong oleh ekspektasi meningkatnya ketersediaan lapangan kerja. Hal ini menjadi faktor yang memperkecil kerentanan sektor rumah tangga dalam sektor keuangan di Jawa Barat.

Dalam suatu sistem keuangan, rumah tangga berperan baik sebagai pihak penyedia dana (lender) maupun penerima pendanaan dari institusi keuangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan rumah tangga adalah tingkat pendapatan, tingkat pengangguran, tingkat konsumsi, dan kondisi pembiayaan/kredit oleh rumah tangga. Secara umum, tingkat pendapatan, tingkat pengangguran dan tingkat konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh kinerja perekonomian.Pada triwulan II 2016, kinerja perekonomian Jawa Barat mengalami akselerasi yang cukup signifikan dibanding triwulan sebelumnya. Dari sisi penggunaan, komponen konsumsi rumah tangga yang kembali meningkat masih menjadi motor pendorong utama pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dengan andil terbesar. Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2016 tumbuh sebesar 5,92% atau meningkat dibanding triwulan II 2016 yang tumbuh sebesar 5,78%. Hal ini juga dikonfirmasi oleh perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Jawa Barat yang pada triwulan II mencapai 109,4 atau meningkat

Sumber : Bank IndonesiaSumber : Bank Indonesia

Page 133: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

113 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Grafik 4.41Persepsi Rumah Tangga Jawa Barat Terhadap

Perkembangan Ekonomi Saat Ini

Grafik 4.42Ekspektasi Rumah Tangga Jawa Barat Terhadap Kondisi

Ekonomi 6 Bulan Mendatang

Grafik 4.43Perubahan Penghasilan Saat Ini Dibanding

6 Bulan yang Lalu

harga yang berdampak kepada penurunan daya beli masyarakat. Pada awal triwulan III 2016, rumah tangga di Jawa Barat menghadapi tekanan harga yang relatif tinggi secara triwulanan yang disebabkan oleh faktor seasonal berlangsungnya Hari Raya Idul Fitri yang berbarengan dengan libur sekolah (Grafik 4.20). Sejalan dengan momentum tersebut, permintaan terhadap kelompok bahan makanan dan makanan jadi melonjak yang berdampak kepada meningkatnya tekanan harga. Pada triwulan III, tekanan harga diperkirakan bergerak dalam tren menurun hingga akhir triwulan, di mana penurunan tekanan harga terbesar diperkirakan terjadi pada kelompok bahan makanan (Grafik 4.21). Stabilisasi permintaan dan pasokan ke pasar pasca momentum Hari Raya serta berlanjutnya tren penguatan nilai tukar rupiah menjadi faktor utama yang meredam tekanan harga di triwulan III dan berpotensi meningkatkan daya beli rumah tangga.

Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Jawa Barat, peningkatan penghasilan rumah tangga pada triwulan II 2016 dialami oleh 37,22% responden sementara sebanyak 43,15% responden mengaku bahwa pendapatan mereka sama dengan 6 bulan yang lalu. Sisanya sebanyak 19,63% responden mengaku bahwa pendapatan mereka menurun dibanding 6 bulan yang lalu (Grafik 4.19). Berdasarkan sektornya, persentase yang mengalami peningkatan pendapatan terbesar dialami oleh responden yang bekerja di sektor jasa keuangan dan asuransi (43%), diikuti oleh sektor restoran & hotel (42%), jasa profesional (39%), jasa pendidikan (38%), dan perdagangan (36%). Di sisi lain, persentase yang mengalami penurunan pendapatan terbesar terjadi di sektor jasa kesehatan (29%). Meskipun demikian, persentase yang mengalami penurunan penghasilan pada sektor tersebut masih relatif rendah dibandingkan dengan persentase responden yang mengalami peningkatan penghasilan. Sumber tekanan lainnya adalah potensi tekanan

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Page 134: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

114KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Grafik 4.44Ekspektasi Perubahan Harga OlehRumah Tangga 3 Bulan Mendatang

Grafik 4.45Ekspektasi Perubahan Harga 3 Bulan Mentang

Berdasarkan Komoditas

Grafik 4.46Ekspektasi Perubahan Harga OlehRumah Tangga 3 Bulan Mendatang

Grafik 4.47Ekspektasi Perubahan Harga 3 Bulan Mentang

Berdasarkan Komoditas

4.3.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga

pinjaman maupun mengambil dana dari tabungan pribadi. Apabila dilihat berdasarkan golongan pendapatannya, pangsa pengeluaran konsumsi terbesar dimiliki oleh kelompok rumah tangga golongan menengah ke bawah dengan pengeluaran bulanan >Rp 4 juta (Grafik 4.23). Namun demikian, secara umum tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada porsi pengeluaran untuk konsumsi antar golongan. Diferensiasi pangsa tercermin pada cicilan pinjaman, di mana terlihat bahwa semakin besar pengeluaran bulanan rumah tangga maka semakin besar pula cicilan pinjamannya. Porsi pembayaran cicilan pinjaman terbesar adalah pada rumah tangga yang memiliki pengeluaran lebih dari Rp5 juta.

Secara umum, alokasi penggunaan pendapatan rumah tangga (disposable income) terbesar masih ditujukan untuk keperluan konsumsi. Pada triwulan II 2016, pengeluaran untuk konsumsi mencapai 64,5% terhadap total pengeluaran, meningkat dibanding triwulan sebelumnya dengan pangsa sebesar 63,6% (Grafik 4.22). Selain itu, pangsa cicilan pinjaman juga sedikit meningkat dari 14,2% menjadi 14,3%. Peningkatan pada kedua segmen pengeluaran ini diiringi dengan penurunan pangsa pengeluaran untuk tabungan dari 22,3% menjadi 21,2%. Sejalan dengan momentum Hari Raya Idul Fitri dan libur sekolah mendorong masyarakat meningkatkan pengeluaran konsumsi musimannya di mana pembiayaan untuk konsumsi ini selain berasal dari pendapatan pribadi juga bersumber dari

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Page 135: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

115 Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Tabel 4.1Dana Rumah Tangga Untuk Membayar Cicilan dan

Perubahannya Berdasarkan Tingkat Pengeluaran/Bulan

TMP : Tidak memiliki pinjaman*Perubahan triwulan II 2016 dibanding triwulan I 2016Sumber : Survei Konsumen KPw BI Jawa Barat, diolah

TMB : Tidak menabung*Perubahan triwulan II 2016 dibanding triwulan I 2016Sumber : Survei Konsumen KPw BI Jawa Barat, diolah

Tabel 4.2Dana Rumah Tangga Untuk Menabung dan Perubahannya

Berdasarkan Tingkat Pengeluaran/Bulan

menjadi penyebab NPL (non performing loan). Di sisi lain, terjadi peningkatan risiko pada perilaku menabung. Hal ini tercermin dari bertambahnya persentase rumah tangga yang tidak menabung hingga 30,65% (qtq) (Tabel 4.2). Rumah tangga yang paling besar peningkatannya dalam hal tidak menabung adalah pada kelompok pendapatan Rp3,1 juta s.d. Rp4 juta. Rumah tangga yang tidak dapat menabung menimbulkan risiko pada stabilitas keuangan daerah karena berpotensi mengganggu likuiditas insitusi keuangan dari sisi penghimpunan dana.

Sementara itu jika dilihat dari perilaku berutang, terdapat penurunan risiko dari sisi kredit karena secara agregat terjadi penurunan jumlah rumah tangga yang memiliki debt service ratio lebih dari 30% pendapatannya (DSR>30%). Pada triwulan II 2016, jumlah rumah tangga dengan DSR>30% turun sebesar 7,32% dibanding triwulan sebelumnya (Tabel 4.1.) Penurunan ini terutama disebabkan oleh menurunnya rasio DSR pada kelompok rumah tangga dengan golongan pengeluaran di atas Rp4 juta. Institusi keuangan menilai bahwa rumah tangga dengan DSR>30% memiliki risiko yang tinggi dan berpotensi

Page 136: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

116KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Grafik 4.48 Perkembangan Kredit RT

Grafik 4.50 Suku Bunga Tertimbang Kredit RT

Grafik 4.49 NPL Kredit RT

4.3.3 Eksposur Perbankan pada Sektor Rumah Tangga

perlambatan. Sedangkan KKB mengalami perlambatan dari 2,72% menjadi 0,52% pada triwulan II 2016 diiringi dengan kenaikan NPL dari 1,41% ke 1,57%. Adapun NPL kredit RT lainnya justru menurun pada triwulan II 2016 ini. Peningkatan penyaluran kredit ini antara lain disebabkan oleh penurunan suku bunga kredit secara bertahap (kecuali multiguna). Sedangkan untuk KKB, penyaluran menurun karena masyarakat cenderung menahan pengajuan kredit kendaraan dalam momen Ramadhan.

Penyaluran kredit rumah tangga pda bulan triwulan II 2016 meningkat dibanding triwulan I 2016, tercermin dari peningkatan penyaluran KPR, KKB, dan Multiguna. Peningkatan terjadi pada penyaluran kredit multiguna yang meningkat dari 16,60% pada triwulan I 2016 menjadi 16,89 pada triwulan II 2016. Sejalan dengan hal tersebut, penyaluran KPR juga meningkat dari 13,38% menjadi 15,28% pada Triwulan II 2016. Namun, berdasarkan tipenya peningkatan ini terutama disebabkan oleh KPR tipe menengah, sementara KPR tipe kecil dan besar menunjukkan

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Page 137: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

117 Boks 05

kan ketersediaan pasokan bahan pangan teruta-

ma komoditas penyumbang inflasi. Untuk itu,

sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2016,

KPw BI Provinsi Jabar telah melakukan pembi-

naan kebeberapa klaster, sebagai berikut:

PROGRAMBANK INDONESIA DALAM

PENGEMBANGAN UMKM

BOKS

05

Bank Indonesia mempunyai tujuan utama yaitu

terkait pengendalian inflasi terutama dari sisi

supply. Berkenaan dengan hal tersebut, yang

dapat dilakukan oleh Kantor Perwakilan adalah

menjaga inflasi dari sisi supply, yaitu memasti-

Selain melakukan pembinaan kepada klaster

terpilih, Bank Indonesia juga melakukan pembi-

naan terhadap UMKM Unggulan di Jawa Barat

untuk dikembangkan baik dari sisi produksi

ataupun akses pasar. Pengembangan UMKM

Unggulan tersebut dipilih berdasarkan

tema/kriteria, antara lain:

Sumber : Bank Indonesia

Menindaklanjuti hal tersebut, KPw BI Jawa Barat

memilih pengembangan UMKM Unggulan

dengan kategori “Komoditi ekspor/substitusi

impor” dengan mengandeng klaster sayuran di

Lembang, Kab.Bandung Barat. Pemilihan UMKM

dengan kategori sebagaimana dimaksud

dengan pertimbangan:

kreatif dalam perekonomian

Komoditi ekspor/subtitusi impor; menekan

defisit neraca perdaganan berbasis pada

komoditi ekspor/subtitusi impor, mening-

katkan kemandirian ekonomi.

BOKS 05 Program Bank Indonesia dalam Pengembangan UMKM

Daerah perbatasan/tertinggal; perbatasan

representasi kedaulatan NKRI, meningkat-

kan penggunaan Rupiah melalui peningka-

tan perekonomian daerah

Pemberdayaan perempuan; peran wanita

dalam menentukan kesejahteraan keluarga

dan dominasi TKI perempuan, meningkat-

kan partisipasi wanita dalam kegiatan

produktif dan mengurangi pengiriman TKW

low skill ke LN

Nelayan ; mengoptimalkan potensi

ekonomi sektor kelautan Indonesia

Industri kreatif; keragaman budaya dan

tingginya kreativitas anak bangsa merupa-

kan potensi utk tumbuhnya industri kreatif

kedepan, meningkatkan kontribusi ekonomi

a.

b.

c.

d.

Lokasi yang tidak terlalu jauh sehingga

memudahkan untuk pelaksanaan

monitoring.

1.

2.

3.

e.

Hasil survey KPJU Unggulan tahun 2011,

sektor sayuran di Kecamatan Cisarua

masuk dalam kategori komoditas unggulan

dengan indeks 3,8 yang merupakan nilai

indeks tertinggi persektor;

Merupakan komoditi ekspor karena hasil

produknya (buncis, tomat) telah masuk

akses pasar ke Singapura;

Sudah mempunyai kelompok tani, sehingga

memudahkan proses penguatan/peningka-

tan kelembagaan (misal:koperasi)

Page 138: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

118KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Program dan Roadmap Pengembangan UMKM Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat

BOKS

05PROGRAMBANK INDONESIA DALAMPENGEMBANGAN UMKM

Selain pengembangan klaster dan UMKM Ung-

gulan, selama tahun 2016 ini, Bank Indonesia

memiliki program kerja lain yaitu:

Pendampingan WUBI (Wirausaha Bank

Indonesia), yang bertujuan untuk mening-

katkan kemandiria, skill dan akses pasar,

yang dapat dilakukan melalui kegiatan

keikutsertaan WUBI dalam berbagai pam-

eran atau pemberian pelatihan.

Pelaksanaan PSBI (Program Sosial Bank

Indonesia).

3.

4.

Lokasi yang tidak terlalu jauh sehingga

memudahkan untuk pelaksanaan

monitoring.

4.

Hasil survey KPJU Unggulan tahun 2011,

sektor sayuran di Kecamatan Cisarua

masuk dalam kategori komoditas unggulan

dengan indeks 3,8 yang merupakan nilai

indeks tertinggi persektor;

Merupakan komoditi ekspor karena hasil

produknya (buncis, tomat) telah masuk

akses pasar ke Singapura;

Sudah mempunyai kelompok tani, sehingga

memudahkan proses penguatan/peningka-

tan kelembagaan (misal:koperasi)

Pelaksanaan Penelitian Kajian Komodi-

tas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) tahun 2016,

yang bertujuan untuk mengklasifikasikan

UMKM yang dikategorikan sebagai unggu-

lan dan potensial unggulan dimulai dari

tingkat kecamatan sampai dengan tingkat

provinsi.

Penyusunan BI-SAID (Bank Indone-

sia-Sistem Aplikasi Input Database), yang

bermanfaat sebagai sarana basis data

UMKM potensial yang disajikan untuk mem-

berikan informasi bagi lembaga keuangan

dan lembaga lainnya. Sedangkan manfaat

bagi UMKM adalah untuk memperkenalkan

usahanya.

1.

2.

Bagan diatas adalah roadmap pengembangan

UMKM yang terdiri atas 4 tahapan sesuai

dengan arahan dari Kantor Pusat Bank Indone-

sia, dimana masing-masing bagian memiliki

tahapan-tahapan kembali yang harus dicapai.

Demikian penjelasannya:

Sumber : Bank Indonesia

Tahap 1, Formulating Activities & Getting Commitment

Identifikasi potensi

Identifikasi program

Koordinasi dengan stakeholders

Asesmen, perumusan fokus program dan

strategi LED

Pembagian peran dan mendapatkan

komitmen stakeholders

Menetapkan program dan ketentuan

pendukung

a.

b.

c.

d.

e.

f.

Tahap 2, Implementing Local Economic Development

Pembentukan kelembagaan

Pendampingan dan pembinaan

Peningkatan kinerja usaha

Monev tahapan pelaksanaan LED

Asesmen perluasan aktivitas LED

a.

b.

c.

d.

e.

Tahap 3, Expanding the E�ort measuring the impact

Pelaksanaan perluasan aktivitas LED

Koordinasi kerjasama dan fasilitasi dalam

rangka akses pasar dan akses pembiayaan.

Monitoring dan evaluasi perluasan aktivitas

LED

Pengukuran hasil pengembangan

a.

b.

c.

Formulating activities & getting commitment

Implementing Local Economic Development

Expanding the e�ort measuring the impact

Phasing out : evaluating & monitoring

Page 139: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

119 Boks 05PROGRAM

BANK INDONESIA DALAMPENGEMBANGAN UMKM

BOKS

05

Terkait dengan peningkatan akses pasar dan

akses pembiayaan menjadi salah satu indikator

kemandirian bagi klaster, untuk itu Bank Indone-

sia terus berupaya melakukan pendampingan

dan pemberian bantuan untuk menunjang

peningkatan kedua hal tersebut.

Upaya peningkatan akses pasar, antara lain:

Secara umum, tantangan atau kendala dalam

rangka akses pembiayaan adalah penilaian dari

perbankan atau lembaga keuangan lainnya terh-

adap profil dari kelompok tani tersebut.

Perbankan atau lembaga keuangan lainnya

sesuai dengan ketentuan, akan menilai secara

detail kelengkapan dokumen-dokumen atau

operasional produksi dari petani, hal ini terasa

cukup memberatkan petani. Kendala dari sisi

pembiayaan berkaitan dengan (1) kesenjangan

skala (scale gap) yaitu besarnya pinjaman kredit

yang diharapkan pelaku UMKM dan maksimal

kebutuhan kredit mikro oleh bank yang relatif

kecil; (2) kesenjangan perizinan (formalization

gap) persyaratan formal bank seperti perizinan

usaha, sertifikasi, pajak, dan hal-hal lain yang

berkaitan dengan usaha; serta (3) kesenjangan

informasi (information gap) seperti informasi

mengenai persyaratan dan prosedur bank.

Terkait dengan peningkatan akses pembiayaan,

beberapa upaya yang dilakukan antara lain:

Tahap 4, Phasing out: evaluating & monitoring Tantangan Dalam Peningkatan Akses Pembiayaan

Pengukuran hasil pengembangan

Phasing out ke Pemda

Monitoring dan evaluasi oleh BI

a.

b.

c.

Pembuatan kajian yang terkait dengan

komoditas tersebut, untuk memberikan

pedoman dasar pelaksanaan pengemban-

gan klaster binaan;

Peningkatan produktifitas yang dibarengi

dengan peningkatan kualitas produk. Hal

ini dilakukan melalui pemberian bantuan:

Bantuan teknis peralatan tepat guna,

seperti rain shelter, mesin cuci sayuran,

cultivator, sumur bor air tanah; dan

Bantuan pelatihan, seperti perencanaan

keuangan, kelembagaan, pengawetan,

dll

-

-

1.

2.

Pembuatan kajian terkait dengan Value

Chain Financing;

Pendampingan koordinasi antara klaster

binaan dengan stakeholder lainnya.

1.

2.

Pendampingan bagi klaster3.

Sumber : Bank Indonesia

Page 140: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Penyelenggaraan Sistem Pembayarandan Pengelolaan Uang Rupiah05

BAB

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAWA BARAT

AGUSTUS 2016

Page 141: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

120 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

5.1. SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI5.1.1 SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA (SKNBI)

pada triwulan laporan. Volume transaksi SKNBI

tercatat meningkat dari 2,15 juta transaksi men-

jadi 2,30 juta transaksi. Sementara berdasarkan

nominalnya, transaksi SKNBI mengalami pening-

katan dari Rp 89,51 triliun menjadi Rp 97,22

triliun atau tumbuh 107,76% (yoy). Selain karena

pola seasonal Ramadhan, kenaikan nominal

SKNBI yang signifikan juga disebabkan pembu-

kaan caping atas SKNBI yang berlangsung sejak

November 2015.

Hingga triwulan II 2016, baik volume maupun

nilai transaksi kliring mengalami pertumbuhan

dibandingkan triwulan I 2016. Hal ini sejalan

dengan menguatnya konsumsi dan sesuai pola

historis ketika Ramadhan, Lebaran dan Kenaikan

Sekolah. Aktivitas dan nilai transaksi menggu-

nakan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia

(SKNBI) di Jawa Barat pada triwulan II 2016

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Peningkatan ini sejalan dengan

pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang terjadi

kin dikuatkan dengan pergeseran proporsi kliring

yang setelah pembukaan caping didominasi oleh

klring kredit (tanpa Cek/BG). Hal ini mengindi-

kasikan bahwa masyarakat memanfaatkan jasa

SKNBI untuk transaksi nilai besar layaknya RTGS.

Sejak triwulan IV 2015 nilai transaksi kliring men-

galami pertumbuhan yang sangat tajam,

diperkirakan hal ini dipengaruhi oleh ketentuan

Bank Indonesia yang sejak 16 November 2015

s.d. 30 Juni 2016 nanti membuka caping SKNBI

(nominal transaksi tidak dibatasi). Hal ini sema-

Grafik 5.1 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 5.2 Indeks Kondisi Ekonomi

Grafik 5.3 Pergeseran Proporsi Kliring

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Page 142: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

121KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

5.1.2 UPAYA MENJAGA KELANCARAN SISTEM PEMBAYARAN

ah-daerah tersebut relatif memiliki usaha kecil

menengah lebih banyak dari daerah lainnya di

Jawa Barat.

Dilihat dari spasialnya, transaksi kliring terutama

terjadi di kota Bandung (48%), Kab. Bekasi (11%),

Kota Bogor (11%), Cirebon (10%) dan Tasikmalaya

(6%). Pola ini sesuai dengan karakteristik daer-

a.

RTGS & SKNBI

Memberikan edukasi mengenai mitigasi

risiko terkait dengan cek/BG palsu dan

pembahasan SOP dan pengawasan

SKNBI untuk KPWD. Untuk melengkapi

materi agar lebih detil, direncanakan

untuk turut mengundang narasumber

dari Kantor Pusat yaitu:Divisi Transfer Dana dan Kliring

berkaitan dengan kebijakan terkini terh-

adap Cek/BG

Departemen Penyelenggaraan Sistem

Pembayaran (DPSP) terkait dengan

SOP dan pengawasan KPWD.

Peserta meliputi KPWD oleh Bank Indo-

nesia serta KPWD selain Bank Indonesia

yang meliputi Purwakarta, Subang,

Sukabumi, Cianjur, Sumedang, dan

Garut.

-

-

b.

KUPVA & PTD

Memberikan sosialisasi kepada penyeleng-

gara, terkait dengan pembenahan sistem

pembayaran dan koordinasi penanggulan-

gan KUPVA tidak berizin. Disamping itu

dilakukan diseminasi secara rutin terkait

dengan ketentuan teknis serta peraturan

pelaksanaan KUPVA dan PTD, lalu melaku-

kan pertemuan rutin terpisah dengan ma-

sing-masing pelaku kegiatan untuk melaku-

kan pemeriksaan dan dialog terbatas untuk

penyelesaian permasalahan.

Melakukan kerjasama dengan Kepolisian

setempat untuk pemeriksaan KUPVA dan

PTD tidak berizin, dan memberikan sosiali-

sasi kepada masyarakat melalui media

publikasi seperti leaflet dan pamflet.

Grafik 5.4 Spasial Kliring

Sumber : Bank Indonesia

Page 143: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

122 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Perluasan layanan LKD pada masyarakat

umum, langkah yang dilakukan antara

lain:

Monitoring melalui kunjungan on-site

bersama dengan penyedia layanan

keuangan kepada beberapa agen terpilih.

Kunjungan dilakukan untuk melihat

kondisi langsung di lapangan mengenai

kondisi agen, fasilitas yang dapat dilaku-

kan melalui agen, serta feedback dari

masyarakat sekitar mengenai keberadaan

agen tersebut.

Identifikasi pondok pesantren melalui

pemilihan ponpes berdasarkan beberapa

kriteria (contoh keberadaan koperasi,

lokasi ponpes, lokasi layanan keuangan

disekitar ponpes, dll).

Melakukan kunjungan on-site untuk

pemeriksaan kondisi lapangan dan koor-

dinasi awal dengan pengelola/pengurus

pondok pesantren.

-

-

1.

2.

a.

b.

c.

d.

Data statistik sistem pembayaran jawa barat

(terlampir).

Elektronifikasi transaksi pemerintah.

Edukasi sistem pembayaran non tunai.

Edukasi diberikan kepada setiap kunjungan

yang dilakukan oleh pihak luar kepada Bank

Indonesia Provinsi Jawa Barat. disamping

itu, edukasi turut diberikan kepada mas-

yarakat umum seperti kepada Ikatan Warga

Pedagang Pasar (IWAPPA), santri di

kawasan pondok pesantren, mahasiswa,

pelajar, dan masyarakat umum lainnya.

Layanan keuangan digital.

Pertemuan rutin bulanan yang dilaku-

kan pada beberapa sesi dalam satu hari.

Pertemuan dilakukan untuk memper-

mudah proses konfirmasi data kepada

masing-masing perbankan.

Pertemuan besar dengan mengundang

seluruh bank pada satu waktu, dan

menghadirkan narasumber terkait

dengan sistem pembayaran non tunai.

Pertemuan tingkat tinggi dalam suasa-

na informal antara Kepala Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat

bersama dengan pimpinan dari mas-

ing-masing perbankan untuk diskusi

terbuka terkait dengan forum data

tersebut.

Bandung Smart Card

Elektronifikasi Transaksi melalui event

besar di Jawa Barat yaitu PON XIX pada

bulan September 2016 nanti.

Percepatan implementasi LKD di

kawasan pondok pesantren. Langkah

yang dilakukan antara lain :

-

-

-

-

-

-

-

5.1.3 UPAYA PENGEMBANGAN LAYANAN KEUANGAN NON TUNAI DAN ELEKTRONIFIKASI

Memberikan edukasi terkait sistem pem-

bayaran kepada ponpes.

Menghimbau pihak penyedia layanan

keuangan untuk identifikasi potensi di

pondok pesantren, dan melakukan perce-

patan implementasi LKD di kawasan

pondok pesantren.

Monitoring data perkembangan agen

LKD melalui LKPBU.

Koordinasi dengan penyedia layanan

keuangan terkait dengan percepatan

implementasi agen LKD baru serta stra-

tegi yang dapat diterapkan untuk

meningkatkan jumlah agen dan transaksi

melalui program tersebut.

3.

4.

1.

2.

Page 144: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

123KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Grafik 5.5 Penarikan dan Penyetoran Perbankan Grafik 5.6 Indeks Kondisi Ekonomi

Grafik 5.7 Perkembangan pemusnahan

5.2. PENGELOLAAN UANG RUPIAH5.2.1 PENARIKAN DAN PENYETORAN PERBANKAN

Sesuai pola historisnya, perputaran uang kartal

saat momen Ramadhan dan Lebaran selalu

tinggi mengingat tingginya konsumsi mas-

yarakat untuk mamin dan hasil tekstil. Ditambah

dengan momen Libur Sekolah, maka kenaikan

perputaran uang kartal di triwulan II 2016 menja-

di semakin tinggi.

Hingga Tw II 2016, Jawa Barat mengalami net

penyetoran sebesar Rp 9,24 triliun. Laju pertum-

buhan penarikan dan penyetoran uang menga-

lami peningkatan dari triwulan sebelumnya ma-

sing-masing 6,38 ke 24,83 dan 9,69 ke 36,66

(yoy), sedangkan net penyetoran mengalami

pertumbuhan dari 11,28 menjadi 62,35 (yoy).

UTLE sejalan dengan menurunnya net inflow

pada triwulan II 2016 serta komitmen Bank Indo-

nesia dalam menjaga kelayakan uang beredar.

Hingga triwulan II 2016, presentase pemusnahan

terhadap net penyetoran mengalami penurunan.

Perkembangan pemusnahan dilakukan sejalan

dengan perkembangan net penyetoran.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa

Barat senantiasa memastikan ketersediaan uang

layak edar bagi masyarakat di wilayah kerja baik

melalui kerjasama dengan perbankan maupun

penyelenggaraan layanan kas keliling. Pada

triwulan kedua tahun 2016, jumlah pemusnahan

UTLE mengalami penurunan dari Rp 22,89 triliun,

menjadi Rp 14,47 triliun. Penurunan pemusnahan

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia

Page 145: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

124 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

c.

-

-5.2.2 UPAYA PENYEDIAAN UANG LAYAK EDAR

1.

2.

a.

b.

c.

a.

b.

Kecukupan Stock Uang Layak Edar di KPw.

BI Provinsi Jawa Barat :

Optimalisasi Layanan Kas Dalam Rangka

Penyediaan Uang Layak Edar di Masyarakat :

Kedisiplinan perbankan dalam melak-

sanakan kegiatan Setoran dan

Bayaran sebagaimana ketentuan

terkait dengan kegiatan setoran dan

bayaran (SetBay) dan Bank Indonesia

Sistem Informasi Layanan Kas

(BISILK).

Himbauan kepada perbankan terkait

beberapa hal berikut :

Melakukan penerimaan setoran

atau penukaran uang baik dari

nasabahnya atau bukan, khusus-

nya pada uang tidak layak edar

(UTLE), uang rusak, uang di-

tarik/dicabut dari peredaran baik

uang logam maupun uang kertas.

Melakukan koordinasi dengan

masing-masing kantor cabangnya

yang berada di luar kota untuk

menyetorkan uang tidak layak

edarnya kepada kantor koordi-

natornya dan segera disetorkan ke

Bank Indonesia,

Melakukan pembayaran kepada

nasabah dengan menggunakan

uang layak edar dan termasuk

dalam pengisian uang pada mesin

ATM.

Melakukan koordinasi dengan Kantor

Pusat (DPU) dan KPw. BI Lainnya di

Wilayah koordinasi dan di luar wilayah

koordinasi dalam rangka pemenuhan

stock uang layak edar (Realisasi EKU).

Optimalisasi Kegiatan Sortasi Uang

Masuk (Inflow) dengan menggunakan

soil level sebagaimana yang ditetapkan

oleh DPU (Departemen Pengelolaan

Uang).

Bekerjasama dan berkoordinasi dengan

perbankan terkait hal-hal berikut :

Mengawal proses hukum dengan hara-

pan agar penegakkan hukum dapat

dilakukan secara maksimal.

Bekerjasama dengan Kepolisian dalam

mempercepat proses klarifikasi uang

palsu maupun penyerahan bukti uang

palsu untuk mempercepat penyelesaian

di pengadilan.

-

-

-

-

-

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Membuat jadwal kegiatan kas keliling

dan diinformasikan kepada media dan

masyarakat,

Menarik uang tidak layak edar di

perbankan dengan kas keliling whole-

sale,

Bekerjasama dengan PD. Pasar Band-

ung Bermartabat dan Mita Kerja SP/I-

WAPPA (Ikatan Warga Pedagang

Pasar) dalam melakukan kas keliling

di pasar-pasar.

Bekerjasama dengan Aprindo menge-

nai penukaran kepada minimarket

diantaranya Alfamart, Indomart,

Circle K, Yomart dan minimarket

lainnya.

Meningkatkan frekuensi dan jangkau-

an kegiatan kas keliling di luar kota.

Melakukan percepatan pembukaan

Kas Titipan di wilayah Kota Sukabumi

pada semester 2 th. 2016 dan Kas

Titipan Subang Semester 1 2017.

Kerjasama Layanan Penukaran dengan

Bank Umum dan BPR baik di dalam kota

maupun di luar kota dalam rangka men-

suplai uang layak edar dan menarik uang

tidak layak edarnya di masyarakat.

Meningkatkan frekuensi dan jangkauan

kas keliling dengan mempertimbangkan

efektifitasnya, diantaranya dengan :

Meningkatkan frekuensi edukasi CIKUR

dan Cara Memperlakukan Uang Dengan

Baik kepada masyarakat, perbankan dan

instansi lainnya.

Optimalisasi dalam penyebaran infor-

masi Layanan Bank Indonesia melalui

media cetak dan elektronik serta iklan

layanan masyarakat.

-

-

-

-

-

Menyelenggarakan Workshop dengan

Kejaksaan dan Pengadilan se Jawa Barat,

Workshop dengan Kepolisian di wilayah

Hukum Polrestabes Bandung dan Kepoli-

sian di wilayah yang banyak terdapat

kasus uang palsu.

-

d.

Page 146: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

125KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

a.

b.

Meningkatkan frekuensi kegiatan sosialisasi

ciri-ciri keaslian uang Rupiah dan sanksi

hukum terhadap pelaku tindak pidana

pemalsuan Uang Rupiah dengan cara edu-

kasi kepada Masyarakat Umum, Pedagang,

Pegawai Perbankan, Pelajar, Mahasiswa,

Pegawai Instansi Pemerintah/Swasta baik di

dalam kota maupun di luar kota termasuk

dan di pelosok daerah (termasuk daerah

remote area) guna mempermudah mas-

yarakat mengenali keaslian uang Rupiah.

Melakukan Pemetaan daerah temuan kasus

tindak pidana pemalsuan Uang Rupiah,

dalam rangka peningkatan koordinasi

c.

Grafik 5.8 Perkembangan Upal

oleh penguatan koordinasi dengan perbankan

dan pihak berwajib mengenai penanganan lapo-

ran masyarakat terkait uang yang diragukan

keasliannya. Hingga triwulan II 2016, temuan upal

juga mengalami pertumbuhan dari 74,01% men-

jadi 324% (yoy). Pertumbuhan temuan ini seiring

dengan semakin baiknya koordinasi dengan

Kepolisian. Selama momen Ramadhan, pemu-

karan di luar yang dilayani oleh perbankan rawan

menjadi temuan upal.

Jumlah uang palsu (atau yang diragukan keasli-

annya) yang dilaporkan kepada Bank Indonesia

pada triwulan kedua tahun 2016 tercatat seban-

yak 13.150 lembar, turun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebanyak 16.767 lembar. Upaya

mengantisipasi peningkatan uang palsu dan

upaya-upaya edukasi kepada masyarakat terkait

ciri-ciri keaslian uang rupiah akan senantiasa

ditingkatkan guna semakin menekan peredaran

uang palsu. Hal tersebut juga akan didukung

Mengawal proses hukum dengan hara-

pan agar penegakkan hukum dapat

dilakukan secara maksimal.

Bekerjasama dengan Kepolisian dalam

mempercepat proses klarifikasi uang

palsu maupun penyerahan bukti uang

palsu untuk mempercepat penyelesaian

di pengadilan.

-

-

5.2.3 TEMUAN UANG YANG TIDAK SESUAI DENGAN CIRI KEASLIAN RUPIAH

5.2.4 UPAYA MENEKAN PEREDARAN UANG PALSU

dengan para penegak hukum dan peningka-

tan kegiatan edukasi dan sosialisasi Keaslian

Uang Rupiah.

Kerjasama dengan Penegak Hukum (Kepoli-

sian, Kejaksaan dan Pengadilan) yang antara

lain dalam rangka :

Menyelenggarakan Workshop dengan

Kejaksaan dan Pengadilan se Jawa Barat,

Workshop dengan Kepolisian di wilayah

Hukum Polrestabes Bandung dan Kepoli-

sian di wilayah yang banyak terdapat

kasus uang palsu.

-

d.

Sumber : Bank Indonesia

Page 147: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

126 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

c.

Mengawal proses hukum dengan hara-

pan agar penegakkan hukum dapat

dilakukan secara maksimal.

Bekerjasama dengan Kepolisian dalam

mempercepat proses klarifikasi uang

palsu maupun penyerahan bukti uang

palsu untuk mempercepat penyelesaian

di pengadilan.

-

-

Kerjasama dengan Mitra SP/IWAPPA (Ikatan

Warga Pedagang Pasar) dengan cara edu-

kasi kepada warga pasar (pedagang pasar)

dalam rangka meminimalisir beredarnya

uang palsu, serta tidak menyimpan uang

palsu.

Menyelenggarakan Workshop dengan

Kejaksaan dan Pengadilan se Jawa Barat,

Workshop dengan Kepolisian di wilayah

Hukum Polrestabes Bandung dan Kepoli-

sian di wilayah yang banyak terdapat

kasus uang palsu.

-

d.

Page 148: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

c.

Mengawal proses hukum dengan hara-

pan agar penegakkan hukum dapat

dilakukan secara maksimal.

Bekerjasama dengan Kepolisian dalam

mempercepat proses klarifikasi uang

palsu maupun penyerahan bukti uang

palsu untuk mempercepat penyelesaian

di pengadilan.

-

-

Menyelenggarakan Workshop dengan

Kejaksaan dan Pengadilan se Jawa Barat,

Workshop dengan Kepolisian di wilayah

Hukum Polrestabes Bandung dan Kepoli-

sian di wilayah yang banyak terdapat

kasus uang palsu.

-

d.

127KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

BOKS

06GEPUK:GERAKANPEDULIUANG KOIN

BOKS 06GEPUK: GERAKAN PEDULI UANG KOIN

“Tidak menyimpan Uang Rupiah Logam,gunakan untuk bertransaksi dan setorkan ke bank”

Gepuk adalah sebuah gerakan yang dilakukan

oleh Kantor Perwakilan BI Provinsi Jawa Barat

dalam rangka upaya untuk menghimbau dan

mengajak masyarakat untuk senantiasa peduli

terhadap peredaran uang Rupiah logam karena

ada kecenderungan masyarakat menyimpan koin

dengan tidak membelanjakan uang logam atau

ada keengganan masyarakat untuk menyetorkan

ke perbankan.

Gerakan ini dilatarbelakangi oleh outflow (uang

keluar dari BI ke masyarakat) uang logam pecah-

an kecil yakni Rp 1.000,- dan Rp 500,- memiliki

pola musiman yakni melonjak tinggi ketika

musim libur sekolah dan mudik. Diperkirakan

penyebab utama lonjakan tersebut adalah kebu-

tuhan uang pecahan kecil untuk pengembalian

transaksi pembayaran tol. Hal ini semakin terkon-

firmasi bahwa sejak beroperasinya tol Cipali

kebutuhan uang pecahan kecil makin melonjak.

Rata-rata Uang Logam yang kembali ke BI

kurang dari 50% tiap tahunnya.

Agar program "GEPUK" bisa menjangkau secara

luas di masyarakat maka BI melakukan hal-hal

sbb:

Lebih lanjut, BI juga melakukan sosialisasi ke

Masyarakat untuk dapat menggunakan uang

rupiah logam untuk bertransaksi atau dapat

menyetorkan uang rupiah logam ke perbankan

dengan terlebih dahulu dilakukan pemilahan

untuk masing-masing jenis pecahan melalui

acara edukasi yang dilakukan bersamaan dengan

sosialisasi & edukasi ciri-ciri keaslian uang

rupiah.

Menghimbau kepada perbankan dengan

menyampaikan surat keseluruh perbankan

untuk dapat menerima setoran maupun penu-

karan uang rupiah logam dari masyarakat.

Secara lebih rinci BI menghimbau kepada

perbankan agar:

Menerima setoran Uang Rupiah Logam

dari Masyarakat

Tidak membatasi Penukaran/Penyetoran

Uang Rupiah Logam dari masyarakat.

Melayani Penukaran Uang Rupiah Logam

kepada masyarakat (Tidak hanya Nasabah

Bank)

Melakukan kerjasama dengan nasabah

besar (antara lain Jasa Marga, Perusahaan

Ritel) untuk memperbanyak penggunaan

uang elektronik/transaksi non tunai.

a.

b.

c.

d.

1.

Menyampaikan himbauan kepada seluruh

masyarakat melalui pers conference kesiapan

layanan kas Ramadhan & Lebaran tahun 2016

pada tanggal 6 Juni 2016, meliputi:

Gunakan Uang Rupiah Logam untuk keper-

luan bertransaksi

Menyetorkan/menukarkan ke bank Uang

Rupiah Logam dengan terlebih dahulu

memilah sesuai dengan jenis pecahan

uang.

Jangan menyimpan Uang Rupiah

Logam/Kertas di rumah (Simpanlah uang

di bank)

Perlakukan Uang Rupiah Dengan Baik.

a.

b.

c.

d.

2.

Gambar 1. Himbauan Dalam Gerakan Peduli Uang Koin (GEPUK)Sumber : Bank Indonesia

Page 149: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

128 Boks 07BOKS

07PENGGUNAAN

NON TUNAIUNTUK MEMINIMALISIR

KEMACETAN DI TOL

BOKS 07PENGGUNAAN NON TUNAI UNTUK MEMINIMALISIR KEMACETAN DI TOL

kebutuhan/penyediaan stok uang rupiah pecah-

an kecil yang digunakan untuk kebutuhan

transaksi di gerbang tol. Ketika terjadi lonjakan

arus lalu lintas saat lebaran maka kebutuhan stok

Rupiah pecahan kecil juga melonjak signifikan.

Hingga saat ini tercatat bahwa share transaksi

tunai mendominasi di GT utama di Provinsi Jawa

Barat sebagaimana terlihat pada gerbang tol

Cikarang Utama sebesar 85,32%, gerbang tol

Palimanan sebesar 95,29%, dan gerbang tol

Cileunyi sebesar 83,57%. Hal ini dapat menjadi

salah satu potensi permasalahan di tahun men-

datang, tidak hanya dari aspek penyediaan uang

kecil yang cukup, keamana, namun juga kelanca-

ran lalu lintas di jalan tol.

Gambar 1. Dampak Volume Kendaraan Mudik Bagi Peningkatan Kebutuhan uang Pecahan Kecil

Pada saat mudik lebaran 2016 yang lalu, tercatat

adanya peningkatan volume kendaraan secara

signifikan yang melewati jalan tol. Hal ini dian-

taranya terlihat pada Gerbang Tol (GT) Cikarang

Utama yang meningkat sebesar 45,1% menjadi

107.769 kend/hari; GT. Palimanan sebesar 66,1%

menjadi 85.345 kend/hari, dan GT. Cileunyi sebe-

sar 73,8% menjadi 50.400 kend/hari. Kondisi ini

tentu berdampak kepada antrian lalu lintas yang

tinggi ketika melakukan transaksi di GT.

Berdasarkan kajian diketahui bahwa penggunaan

transaksi tunai memakan waktu lebih lama (8-10

detik/transaksi) dibandingkan dengan non tunai

(2-3detik/transaksi). Selain memerlukan waktu

lebih lama, transaksi tunai berdampak kepada

Sumber : Bank Indonesia

Page 150: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

129KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

BOKS

07PENGGUNAANNON TUNAIUNTUK MEMINIMALISIRKEMACETAN DI TOL

meminimalisir permasalahn yang ada. Oleh

karena itu, perkembangan transaksi non tunai di

jalan tol dapat menjadi salah satu solusi mengu-

rai kemacetan di gerbang tol. Meski demikian,

walaupun infrastruktur GTO telah cukup masif

dibangun, namun rasio utilisasi GTO yang meng-

gambarkan pemanfaatan uang elektronik masih

belum optimal dibandingkan dengan utilisasi

gardu reguler. Berdasarkan penghitungan staf

Bank Indonesia dari data PT. Jasa Marga, dari

100% kendaraan yang melintas di tol, hanya 22%

yang menggunakan transaksi non tunai (gardu

tol otomatis) sedangkan 78%nya masih memilih

untuk menggunakan gardu regular.

Tabel Rasio Penggunaan Non Tunai vs Tunai di Tol

Untuk mengurangi waktu antrian di gerbang tol

dan biaya cash handling untuk penyediaan stok

uang rupiah pecahan kecil termasuk biaya

pengelolaan uang Rupiah, salah satu upaya yang

dapat dilakukan adalah dengan peningkatan

transaksi non tunai pada gerbang tol. Namun

implementasi penggunaan transaksi non tunai di

masyarakat belum optimal karena terdapat

beberapa kendala terutama masalah awareness

masyarakat dan kendala top up.

Kemacetan di jalan tol memang tidak semata

hanya karena permasalahan durasi waktu

transaksi di gardu tol saja, namun dikontri-

busikan juga oleh peningkatan volume kenda-

raan. Namun upaya penggunaan non tunai dapat

terus didorong. Semua pemangku kepentingan

diharapkan terus bergandengan tangan untuk

melakukan terobosan dengan berbagai kemuda-

han menggunakan infrastruktur transaksi non

tunai dan mengedukasi masyarakat agar berpin-

dah dari transaksi tunai ke non tunai.

Melihat risikonya yang besar dan semakin besar

dari tahun ke tahun, terutama terkait dengan

efisiensi antrian di GT dan dampak kemacetan

yang ditimbulkan serta kerugian baik ekononomi

maupun non ekonomi, maka upaya yang terkoor-

dinasi penggunaan transaksi non tunai perlu

Sumber : Bank Indonesia

Page 151: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Ketenagakerjaandan Kesejahteraan06

BAB

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAWA BARAT

AGUSTUS 2016

produktif yang memilih untuk mengurus rumah

tangga, dengan kenaikan 11,28% dari periode

yang sama tahun sebelumnya sehingga

kelompok tersbut terhitung sebagai bukan

angkatan kerja.

Potensi pasokan tenaga kerja Jawa Barat yang

tersedia pada triwulan laporan mengalami

peningkatan, tercermin dari jumlah penduduk

usia kerja Jawa Barat pada Februari 2016 yang

mengalami peningkatan dibandingkan Februari

2015. Pada Februari 2016 jumlah penduduk usia

kerja atau usia produktif Jawa Barat sebesar

34,42 juta orang, atau meningkat 1,84%

dibandingkan dengan Februari 2015 yang

berjumlah 33,79 juta orang. Potensi tenaga kerja

di Jawa Barat masih sangat banyak jika dilihat

dalam hal kuantitas penduduk usia produktif.

Meski memiliki potensi penduduk usia produktif

yang besar, namun penduduk usia produktif

yang menjadi angkatan kerja mengalami

penurunan di triwulan laporan. Jumlah angkatan

kerja menurun 0,70% dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari

22,33 juta orang menjadi sebanyak 22,17 juta

orang. Penurunan tersebut terutama diakibatkan

oleh peningkatan jumlah penduduk usia

Page 152: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

130KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

6.1. KETENAGAKERJAAN

sud terjadi di hampir semua lapangan usaha

utama, sesuai dengan perbaikan kinerja PDRB

sektor utama pada triwulan II 2016. Indeks peng-

gunaan tenaga kerja di lapangan usaha perda-

gangan menunjukkan kenaikan paling tinggi dari

0,76 menjadi 2,57 SBT. Sementara itu, indeks

penggunaan tenaga kerja lapangan usaha indus-

tri pengolahan meningkat dari -2,20 menjadi

-1,93 SBT dan pertanian meningkat dari -1,24

menjadi 0,78 SBT. Sedangkan indeks penggu-

naan tenaga kerja di lapangan usaha konstruksi

menunjukkan penurunan dari 0,00 menjadi -0,46

SBT, penurunan ini diperkirakan akibat tenaga

kerja konstruksi yang sifatnya musiman dan

cenderung menurun di periode Ramadhan.

Perkembangan ketenagakerjaan di Provinsi Jawa

Barat pada triwulan II 2016 menunjukkan kondisi

perbaikan dibanding triwulan sebelumnya.

Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha,

kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat yang

tercermin dari indeks perkembangan penggu-

naan tenaga kerja menunjukkan perbaikan

dengan kenaikan Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

dari triwulan I 2016 sebesar -1,72 menjadi 1,53

pada triwulan II 2016. Kondisi perbaikan

ketenagakerjaan ini juga diperkirakan semakin

membaik pada triwulan III 2016 sesuai dengan

indeks prakiraan perkembangan penggunaan

tenaga kerja SKDU yang meningkat di triwulan III

2016. Perbaikan kondisi ketenagakerjaan dimak-

tan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) dari triwulan

I 2016 sebesar -1,72 menjadi 1,53 pada triwulan II

2016. Demikian halnya dengan angka kemiskinan

yang menunjukkan penurunan pada maret 2016

dibandingkan dengan Maret 2015.

Menguatnya kinerja perekonomian Jawa Barat pada triwulan II 2016 berdampak pada perbaikan kondisi ketenagakerjaan dan kese-jahteraan pada triwulan laporan. Berdasarkan

hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha, kondisi

ketenagakerjaan di Jawa Barat yang tercermin

dari indeks perkembangan penggunaan tenaga

kerja menunjukkan penguatan dengan peningka-

produktif yang memilih untuk mengurus rumah

tangga, dengan kenaikan 11,28% dari periode

yang sama tahun sebelumnya sehingga

kelompok tersbut terhitung sebagai bukan

angkatan kerja.

Potensi pasokan tenaga kerja Jawa Barat yang

tersedia pada triwulan laporan mengalami

peningkatan, tercermin dari jumlah penduduk

usia kerja Jawa Barat pada Februari 2016 yang

mengalami peningkatan dibandingkan Februari

2015. Pada Februari 2016 jumlah penduduk usia

kerja atau usia produktif Jawa Barat sebesar

Grafik 6.1 Indeks Penggunaan Tenaga KerjaSumber: Survei Bank Indonesia

2012 2013 2014 2015 2016

I II III IV I II III IV I II III IV I II IIIII IV I-4,00

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

-6,00

Bangunan

Indusrti Pengolahan

Perdagangan, Hoteldan Restoran

Pertanian

1,73

TOTAL SELURUH SEKTOR

34,42 juta orang, atau meningkat 1,84%

dibandingkan dengan Februari 2015 yang

berjumlah 33,79 juta orang. Potensi tenaga kerja

di Jawa Barat masih sangat banyak jika dilihat

dalam hal kuantitas penduduk usia produktif.

Meski memiliki potensi penduduk usia produktif

yang besar, namun penduduk usia produktif

yang menjadi angkatan kerja mengalami

penurunan di triwulan laporan. Jumlah angkatan

kerja menurun 0,70% dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari

22,33 juta orang menjadi sebanyak 22,17 juta

orang. Penurunan tersebut terutama diakibatkan

oleh peningkatan jumlah penduduk usia

Page 153: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

131 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

produktif yang memilih untuk mengurus rumah

tangga, dengan kenaikan 11,28% dari periode

yang sama tahun sebelumnya sehingga

kelompok tersbut terhitung sebagai bukan

angkatan kerja.

Potensi pasokan tenaga kerja Jawa Barat yang

tersedia pada triwulan laporan mengalami

peningkatan, tercermin dari jumlah penduduk

usia kerja Jawa Barat pada Februari 2016 yang

mengalami peningkatan dibandingkan Februari

2015. Pada Februari 2016 jumlah penduduk usia

kerja atau usia produktif Jawa Barat sebesar

Berdasarkan hasil Sakernas bulan Februari 2016,

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di

Provinsi Jawa Barat diperkirakan sebesar

64,43%. Jika dibandingkan dengan Februari 2015

yang sebesar 66,08%, terjadi penurunan TPAK

sebesar 1,65 %. Penurunan TPAK menunjukkan

adanya peningkatan TPT. Dalam setahun terakh-

ir, TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) naik

sebesar 0,17% dari 8,40% menjadi 8,57%. TPT

pada Februari 2016 sebesar 8,57% artinya, dari

100 orang angkatan kerja, sekitar 9 orang dian-

taranya tidak bekerja atau sedang mencari

pekerjaan atau sedang mempersiapkan usaha.

Pada Februari 2016, TPT terendah ada pada

penduduk dengan jenjang pendidikan SD ke

bawah yaitu sebesar 6,05%, sementara TPT

tertinggi pada jenjang pendidikan Sekolah

Menengah Kejuruan sebesar 14,30%. Dalam seta-

hun terakhir, TPT pada jenjang pendidikan SMK,

Diploma dan Universitas mengalami kenaikan,

jenjang pendidikan lainnya mengalami

penurunan.

Tingkat pengangguran Jawa Barat per Februari

2016 menunjukkan peningkatan dibandingkan

dengan periode yang sama tahun lalu. Pada

Februari 2016, dari 22,17 juta angkatan kerja, 1,90

juta diantaranya masih dalam posisi mencari

pekerjaan atau menganggur (belum diserap oleh

pasar kerja), angka ini meningkat 1,27% dari

Februari 2015. Angka penganggur yang mening-

kat sementara jumlah angkatan kerja menurun

menunjukkan adanya penurunan jumlah

penduduk yang bekerja. Dalam setahun terakhir,

jumlah angkatan kerja berkurang sekitar 156 ribu

orang, jumlah penduduk bekerja berkurang

sekitar 180 ribu orang dan jumlah penganggur

bertambah sekitar 24 ribu orang.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada

Februari 2016 juga mengalami penurunan

dibandingkan dengan periode yang sama tahun

lalu. TPAK, yang mengindikasikan besarnya

persentase penduduk usia kerja yang aktif

secara ekonomi, mengalami penurunan diband-

ingkan periode yang sama tahun sebelumnya

Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (Juta Orang)

Sumber: BPS, diolah

Angkatan Kerja

2014

Feb

2015

Feb

2016

Feb

- Bekerja

- Pengangguran

Bukan Angkatan Kerja

Indikator

Penduduk 15 Tahun ke Atas

- Mengurus Rumah Tangga

- Lainnya

Total (Pekerja Tidak Penuh)

TIngkat Pengangguran Terbuka (%)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%)

Setengah Pengangguran

Pekerja Paruh Waktu

- Sekolah

21.29 22.33 22.18

33.07 33.80 34.42

19.44 20.46 20.28

1.84 1.88 1.90

2.97 3.09 2.93

11.79 11.47 12.25

7.51

1.30

1.89

3.04

7.08

1.30

7.88

1.44

1.54

2.87

1.72

3.08

4.92

64,36

8,66

4.41

66,08

4.80

64,43

8,40 8,57

34,42 juta orang, atau meningkat 1,84%

dibandingkan dengan Februari 2015 yang

berjumlah 33,79 juta orang. Potensi tenaga kerja

di Jawa Barat masih sangat banyak jika dilihat

dalam hal kuantitas penduduk usia produktif.

Meski memiliki potensi penduduk usia produktif

yang besar, namun penduduk usia produktif

yang menjadi angkatan kerja mengalami

penurunan di triwulan laporan. Jumlah angkatan

kerja menurun 0,70% dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari

22,33 juta orang menjadi sebanyak 22,17 juta

orang. Penurunan tersebut terutama diakibatkan

oleh peningkatan jumlah penduduk usia

Page 154: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

produktif yang memilih untuk mengurus rumah

tangga, dengan kenaikan 11,28% dari periode

yang sama tahun sebelumnya sehingga

kelompok tersbut terhitung sebagai bukan

angkatan kerja.

Potensi pasokan tenaga kerja Jawa Barat yang

tersedia pada triwulan laporan mengalami

peningkatan, tercermin dari jumlah penduduk

usia kerja Jawa Barat pada Februari 2016 yang

mengalami peningkatan dibandingkan Februari

2015. Pada Februari 2016 jumlah penduduk usia

kerja atau usia produktif Jawa Barat sebesar

sebanyak 5,71 juta orang atau meningkat diband-

ingkan Februari 2015 yang tercatat sebanyak

5,28 juta orang. Sementara itu, jumlah penduduk

bekerja dengan pendidikan tinggi (Diploma dan

Universitas) tercatat sebanyak 2,16 juta orang,

sedikit menurun dibandingkan periode sebelum-

nya sebesar 2,21 juta orang. Hal ini menandakan

bahwa ketersediaan jumlah tenaga kerja dengan

keterampilan yang lebih tinggi (pendidikan

menengah) di Jawa Barat pada tahun 2016 telah

mengalami peningkatan.

Latar belakang pendidikan penduduk yang

bekerja di Jawa Barat masih didominasi oleh

jenjang pendidikan rendah (SMP kebawah),

namun jenjang pendikan menengah mengalami

kenaikan proporsi dibanding periode yang sama

tahun sebelumnya. Pada Februari 2016, jumlah

penduduk yang bekerja dengan tingkat pendi-

dikan SMP ke bawah tercatat sebanyak 12,41 juta

orang atau menurun dibandingkan Februari 2015

yang tercatat sebanyak 12,97 juta orang. Sedang-

kan jumlah penduduk yang bekerja dengan

tingkat pendidikan menengah (SMA) tercatat

yang tercatat sebanyak 16,04 juta orang. Penyer-

apan tenaga kerja Jawa Barat pada periode lapo-

ran sebesar 76,32% merupakan pekerja berwaktu

penuh (full time worker), yaitu penduduk yang

bekerja pada kelompok 35 jam ke atas per

minggu. Sementara untuk jumlah pekerja

berwaktu tidak penuh mengalami peningkatan,

yaitu dari 4,41 juta menjadi 4,80 juta orang pada

periode yang sama.

Secara umum, komposisi jumlah penduduk

bekerja menurut jam kerja perminggu tidak men-

galami perubahan. Jumlah pekerja penuh waktu

Jawa Barat sedikit mengalami penurunan

dibandingkan dengan periode yang sama tahun

lalu. Sejalan dengan kinerja ekonomi Jawa

Tengah triwulan I 2016 yang melambat diband-

ingkan periode yang sama tahun lalu, jumlah

pekerja berwaktu penuh Jawa Tengah per Febru-

ari 2016 tercatat sebanyak 15,47 juta orang atau

menurun dibandingkan dengan Februari 2015

Tabel 6.2 Jenjang Pendidikan TPK

Sumber: BPS, diolah

Tabel 6.3 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan (Juta Orang)

Sumber: BPS

132KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Sekolah Menengah Petama

TPT (%)Februari 2015

TPT (%)Februari 2016

Sekolah Menengah Atas

Sekolah Menengah Kejuruan

Diploma I/II/III

Pendidikan Tertinggiyang Ditamatkan

SD Kebawah

Total

Universitas

10,77 10,30

6,34 6,05

11,54 8,91

11,67 14,30

4,71 8,39

5,50 8,33

8,40 8,57

Feb 2016

Tahun

Feb 2105(25,57%) (10,80%)

5,28 2,21

5,71 2,16

(28,15%) (10,67%)

Pendidikan

AtasMenengahRendah

(63,41%)

12,97

12,41

(61,18%)

34,42 juta orang, atau meningkat 1,84%

dibandingkan dengan Februari 2015 yang

berjumlah 33,79 juta orang. Potensi tenaga kerja

di Jawa Barat masih sangat banyak jika dilihat

dalam hal kuantitas penduduk usia produktif.

Meski memiliki potensi penduduk usia produktif

yang besar, namun penduduk usia produktif

yang menjadi angkatan kerja mengalami

penurunan di triwulan laporan. Jumlah angkatan

kerja menurun 0,70% dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari

22,33 juta orang menjadi sebanyak 22,17 juta

orang. Penurunan tersebut terutama diakibatkan

oleh peningkatan jumlah penduduk usia

Page 155: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

sebesar 25,26%. Namun demikian, jumlah

penduduk yang bekerja di lapangan usaha perta-

nian dan industri pengolahan mengalami

penurunan cukup dalam. Penyerapan pekerja di

lapangan usaha pertanian menurun dari 20,37%

menjadi 17,47% pada Februari 2016. Demikian

halnya dengan pekerja di lapangan usaha indus-

tri pengolahan yang menurun dari 20,88% men-

jadi 19,64%.

Struktur lapangan pekerjaan tidak mengalami

perubahan. Sektor Perdagangan masih menjadi

penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja

di Jawa Barat. Pada Februari 2016, lapangan

usaha tersebut menyerap tenaga kerja sebesar

5,10 juta orang atau 28,58% dari total penduduk

yang bekerja di Jawa Barat. Penyerapan tenaga

kerja di lapangan usaha perdagangan mengalami

peningkatan dari periode sebelumnya yang

Dari aspek ketenagakerjaan, sebaran penyerapan

tenaga kerja tidak sejalan dengan distribusi pada

PDRB berdasarkan lapangan usaha, pangsa

PDRB Jawa Barat terpusat di sektor industri

pengolahan (42,48%), lalu diikuti oleh sektor

perdagangan (17,32%), dan sektor pertanian

(9,93%). Hal ini menjadi indikasi awal dari distri-

busi pendapatan yang kurang merata, di mana

Tabel 6.4 Klasifikasi Penduduk Bekerja (Juta Orang)

Tabel 6.5 Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha (Juta Orang)

Sumber: BPS

Sumber: BPS

133 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Setengah Pengangguran

Jumlah % Jumlah %

Februari 2015 Februari 2016

Pekerja Paruh Waktu

Pekerja Penuh

Total

Penduduk yang Bekerja

Pekerja TIdak Penuh

7,55 1,72

21,58 4,80

14,03 3,08

78,42 15,48

100,00

1,54

4,41

2,87

16,04

20,46 20,28

8,49

23,68

15,19

76,32

100,00

2014

Feb

2015

Feb

2016

Feb

Industri

Konstruksi

Lapangan PekerjaanUtama

Peetanian, Perkebunan,Kehutanan, dan Perburuan

Perdagangan, Rumah Makan,dan Jasa Akomdasi

TOTAL

(19,8%) (20,37%) (17,47%)

3,85 4,17 3,54

4,01 2,47 3,98

(20,01%) (20,88%) (19,64%)

(8,77%) (7,10%) (6,89%)

1,57 1,45 1,41

5,09

(26,18%)

19,44

5,17

(25,26%)

5,79

(28,58%)

(100%) (100%) (100%)

20,46 20,28

sektor industri pengolahan dengan pangsa

terbesar hanya menyerap 20% tenaga kerja.

Sementara sektor perdagangan yang menyerap

28 tenaga kerja hanya memperoleh kontribusi di

PDRB sebesar 17,32%. Demikian juga halnya

dengan pertanian yang bahkan gap antara

pangsa serapan tenaga kerja dengan pangsa

PDRB sektoralnya lebih besar.

Page 156: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Tabel 6.6 Perbandingan Kinerja lapangan Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerjanya

134KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

juta orang atau 48,92% sedangkan pekerja di

sektor informal sebesar 10,36 juta atau 51,08%.

Jumlah pekerja di sektor formal mengalami

pengingkatan dari periode Februari 2015 sebesar

47,92% sedangkan pekerja di sektor formal men-

galami penurunan dari sebelumnya sebesar

52,08%.

Jenis pekerjaan yang dominan pada Februari

2016 adalah kelompok orang yang bekerja

sebagai buruh/karyawan sebesar 45,76%. Meski

demikian, secara agregat penduduk bekerja di

jawa Barat lebih banyak terjun ke sektor informal.

Data pada bulan Februari 2016 mencatat jumlah

pekerja sektor formal Jawa Barat sebanyak 9,92

utama yang menunjukkan perbaikan di triwulan II

2016. Indikasi kenaikan penyerapan jumlah

tenaga kerja sektor pertanian di triwulan II 2016

juga terlihat dari perkembangan Nilai Tukar

Petani (NTP). Pada triwulan II 2016, NTP Jawa

Barat sebagai indeks yang mencerminkan

persepsi kesejahteraan petani mengalami

pertumbuhan tahunan yang lebih baik diband-

ingkan triwulan I 2016, dari 0,37% menjadi 0,97%.

Meski demikian, untuk periode triwulan II 2016,

diperkirakan penyerapan tenaga kerja di bidang

pertanian maupun industri pengolahan sudah

kembali meningkat. Hal ini sebagaimana ditun-

jukkan dengan indeks penyerapan tenaga kerja

sektor pertanian dan industri pengolahan

(SKDU) yang meningkat di triwulan II 2016

setelah sebelumnya menurun di triwulan I 2016.

Kenaikan penyerapan tenaga kerja tersebut juga

sejalan dengan pertumbuhan di tiga sektor

Grafik 6.2 Perkembangan NTP Jawa BaratSumber: BPS, diolah

Sumber: BPS, diolah

2013 2014 2015 2016I II III IV I II III IV I II IIIII IV I

60

65

70

75

80

85

90Indeks

55

-2

-1

-1

0

1

1

2

2

3

% (yoy)

-2

0,97

Tenaga Kerja

IPR Suku Cadang dan Aksesori

Page 157: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Pada triwulan II 2016, konsumen telah meman-

dang kondisi ketenagakerjaan Jawa Barat triwu-

lan II 2016 lebih baik dibandingkan dengan triwu-

lan I 2015. Hal tersebut tercermin dari hasil survei

konsumen di Jawa Barat yang menunjukkan

bahwa tingkat keyakinan konsumen Jawa Barat

terhadap kondisi lapangan usaha saat ini

meningkat dibandingkan dengan triwulan sebel-

umnya. Indeks keyakinan konsumen terhadap

kondisi lapangan usaha pada triwulan II 2016

meningkat menjadi 81,8 dari sebelumnya 73,3.

Peningkatan tingkat keyakinan tersebut sejalan

dengan peningkatan tingkat keyakinan

konsumen terhadap kondisi penghasilan saat

ini. Hal ini merupakan sinyal positif bahwa

kondisi ketenagakerjaan di triwulan II 2016

sudah lebih baik.

Kondisi ketenagakerjaan yang akan datang juga

dipandang semakin membaik. Berdasarkan hasil

survei konsumen di Jawa Barat, pandangan

konsumen melihat kondisi lapangan kerja yang

akan datang semakin optimis. Hal ini terlihat dari

indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja

yang meningkat menjadi 122,9 dari sebelumnya

119,1. Peningkatan ekspektasi ketersediaan lapa-

nagan pekerjaan tersebut sejalan dengan

peningkatan ekspektasi konsumen dari 131,8

pada triwulan II 2016 menjadi 139,4 pada triwu-

lan II 2016. Peningkatan optimisme ini juga

sejalan dengan peningkatan optimisme

konsumen terhadap kondisi penghasilan ke

depan.

Grafik 6.3Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan Penghasilan Saat Ini

Sumber: Survei Bank Indonesia

Grafik 6.5Indeks Kondisi Ketenagakerjaan, dan Penghasilan Saat Ini

Sumber: Survei Bank Indonesia

Formal

Informal

9.80

10.65

47,92

52,08

Kegiatan Pekerja Utama

Februari 2015

Jumlah %

9.92

10.36

48,92

51,08

Februari 2016

Jumlah %

135 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Penghasilan Saat IniIndeks Ketersediaan Lapangan Kerja

40.0

60.0

80.0

120.0

100.0

140.0

160.0

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

I II III IV

2015 2016

I III III IV II

81.8PESI

MIS

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)Indeks Ekspektasi PenghasilanIndeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan KerjaIndeks Ekspektasi Kegiatan Usaha

80.0

90.0

100.0

110.0

120.0

130.0

140.0

150.0

160.0

2012

I II III IV

2013

I II III IV

2014

I II III IV

2015 2016

I III III IV II 7 8

PESI

MIS

OPT

IMIS

112.9

Tabel 6.7 Penduduk Bekerja Menurut Status Kegiatan Pekerja (Juta Orang)

Page 158: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

136KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

5.2. Nilai Tukar Petani

yang dibayar petani. Peningkatan NTP tersebut

juga dapat disebabkan oleh membaiknya kondisi

panen pada triwulan laporan.

Peningkatan NTP Jawa Barat pada triwulan II

2016 didorong oleh NTP subsektor hortikultura,

tanaman pangan dan perikanan. Sedangkan NTP

subsektor tanaman perkebunan rakyat dan NTP

peternakan tumbuh melambat pada triwulan II

2016. Subsektor yang mengalami pertumbuhan

NTP paling besar adalah subsector holtikultura

yang tumbuh sebesar 6,48%, diikuti dengan

subsektor perikanan dan tanaman pangan yang

masing-masing tumbuh 0,25% dan -2,06%.

Pertumbuhan tahunan Nilai Tukar Petani (NTP)

pada triwulan II 2016 mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan I 2016 sejalan dengan

peningkatan kinerja pertumbuhan lapangan

usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan pada

triwulan laporan. Lapangan usaha tersebut pada

triwulan laporan tercatat mengalami pertumbu-

han sebesar 4,87% (yoy) atau meningkat diband-

ingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar -1,88%

(yoy). Peningkatan NTP merupakan indikasi

kesejahteraan petani mengalami perbaikan

akibat naiknya daya beli petani di pedesaan. Hal

ini tercermin dari indeks yang diterima petani

naik lebih tinngi dibandingkan dengan indeks

pangan, tanaman perkebunan rakyat dan peter-

nakan mengalami perlambatan pertumbuhan.

Membaiknya pertumbuhan NTP yang diiringi

dengan perlambatan pertumbuhan IT mengindi-

kasikan bahwa terdapat perlambatan pertumbu-

han indeks yang dibayar petani (IB). Indeks yang

dibayar petani pada triwulan II 2016 tumbuh

sebesar 4,55%, menurun disbanding triwulan I

2016 yang tumbuh sebesar 5,17%. Perlambatan

indeks ini terjadi pada seluruh subsektor. Namun

demikian, perlambatan paling dalam terjadi pada

subsektor tanaman pangan.

Indeks yang diterima petani (IT) pada triwulan II

2016 tumbuhynsebesar 5,57%, meningkat

dibandingkan triwulan I 2016 yang tumbuh sebe-

sar 5,56%. Peningkatan tersebut terutama

didorong oleh kenaikan indeks yang diterima

untuk subsektor holtikultura. Indeks yang diteri-

ma untuk subsektor tersebut pada triwulan II

2016 tercatat tumbuh sebesar 3,59%, meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 8,91%. Selain subsektor hortikul-

tura, perikanan juga mencatatkan pertumbuhan

indeks diterima petani yang membaik dari triwu-

lan sebelumnya. Sementara itu, indeks yang

diterima petani untuk subsektor tanaman

Grafik 6.5 Jawa Barat dan Komponen PenyusunnyaSumber: BPS. Diolah

Grafik 6.6 NTP Berdasarkan Subsektor di Jawa BaratSumber: BPS. Diolah

Page 159: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

137 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

laporan terutama didorong oleh subsektor holti-

kultura. Hal ini sejalan dengan adanya peningka-

tan signifikan pada indeks yang diterima petani

(IT) subsektor holtikultura sementara indeks

yang dibayar (IB) mengalami penurunan, sehing-

ga petani di subsektor holtikultura mendapatkan

insentif dalam meningkatkan produksinya.

Kemampuan produksi petani pada periode lapo-

ran tercatat mengalami perbaikan. Kemampuan

produksi petani yang tercermin dari Nilai Tukar

Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) pada

triwulan II 2016 tumbuh sebesar 3,22%, mening-

kat dibandingkan pertumbuhan di triwulan I 2016

sebesar 2,69%. Peningkatan NTUP pada triwulan

Grafik 6.7 Indeks yang Diterima Petani Jawa BaratSumber: BPS. Diolah

Grafik 6.8 Indeks yang Dinayar Petani Jawa BaratSumber: BPS. Diolah

Grafik 6.9 Nilai Tukar Usaha Petani Jawa BaratSumber: BPS. Diolah

5.3. Kesejahteraan

dari jumlah penduduk. Penurunan jumlah

penduduk miskin tersebut terutama didorong

oleh penurunan jumlah penduduk miskin yang

berada di pedesaan, dari 2.790 ribu jiwa pada

Maret 2015 menjadi 2.716 ribu pada Maret 2016.

Di sisi lain, jumlah penduduk miskin yang ada di

perkotaan mengalami peningkatan bila diband-

ingkan dengan periode yang sama tahun lalu,

dari 1.772 ribu jiwa pada Maret 2015 menjadi

1.790 ribu pada Maret 2016.

Angka kemiskinan Jawa Barat pada Maret 2016

mengalami penurunan bila dibandingkan dengan

periode yang sama tahun lalu. Penurunan terse-

but terutama didorong oleh penurunan angka

kemiskinan yang ada di kawasan pedesaan Jawa

Barat. Tingkat kemiskinan Jawa Barat per Maret

2016 tercatat sebanyak 4.506 ribu jiwa atau

13,32% dari jumlah penduduk Jawa Barat,

menurun dibandingkan periode yang sama tahun

lalu yang berjumlah 4.562 ribu jiwa atau 13,58%

Page 160: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

138KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Grafik 6.10Persentase Jumlah Penduduk Miskin dan Indeks

Kedalaman dan Keparahan KemiskinanSumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah sta� BI

Grafik 6.11Persentase Jumlah Penduduk Miskin

Perkotaan dan PerdesaanSumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah sta� BI

Garis Kemiskinan terus mengalami peningkatan.

Peningkatan tersebut terutama didorong oleh

peningkatan garis kemiskinan pedesaan.

Berdasarkan pembagian kelompok kemiskinan

antara perkotaan dan pedesaan, garis

kemiskinan di perkotaan dalam periode yang

sama tercatat mengalami peningkatan tahunan

sebesar 7,74% dari Rp286.014 per kapita/bulan

menjadi Rp308.163 per kapita/bulan. Sementara

itu, garis kemiskinan di daerah pedesaan

mengalami kenaikan sebesar 11,69%, dari

Rp277.802 per kapita/bulan menjadi Rp310.295

per kapita/bulan.

Dalam satu tahun terakhir, garis kemiskinan kota

dan desa meningkat 9,78% dari Rp281.750

perkapita/bulan pada Maret 2015 menjadi

Rp309.314 per kapita/bulan pada Maret 2016.

Apabila rata-rata pengeluaran per kapita per

bulan di bawah garis kemiskinan di lapangan

usahakan sebagai penduduk miskin maka

kenaikan garis kemiskinan dapat memengaruhi

angka kemiskinan karena ambang nilai

kemiskinan turut mengalami peningkatan.

Sementara itu, angka kemiskinan di tingkat

nasional mengalami peningkatan bila

dibandingkan dengan periode yang sama tahun

lalu. Jumlah penduduk miskin di tingkat nasional

mengalami peningkatan sebesar 0,78 juta jiwa

dibandingkan Maret 2015 menjadi 28,51 juta jiwa

atau 11,13% dari total penduduk Indonesia.

Provinsi Jawa Barat menyumbang 0,047% dari

total penduduk miskin nasional, turun

dibandingkan sumbangan pada bulan Maret

2015 sebesar 0,049%.

Dibandingkan dengan kondisi di bulan

September 2015, angka kemiskinan Jawa Barat

pada Maret 2016 juga mengalami penurunan,

yang terutama didorong oleh penurunan jumlah

penduduk miskin di daerah perkotaan. Apabila

dibandingkan dengan periode September 2015,

jumlah penduduk miskin di perkotaan turun

sebesar 2,59% atau setara dengan 48 ribu orang.

Sementara di pedesaan, jumlah penduduk miskin

turun sebesar 0,86% atau setara dengan 24 ribu

orang. Jumlah penduduk miskin di pedesaan

pada Maret 2016 mencapai 2.716 ribu jiwa

sedangkan di perkotaan mencapai 1.790 ribu jiwa

atau memiliki porsi sekitar 40% dari total

penduduk miskin di Jawa Barat.

Page 161: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

dengan garis pantai terbentang sepanjang

396,05 km. Perbedaan geografis tersebut

berdampak kepada karakteristik orientasi

kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh mas-

yarakat dan nelayan di pantai utara dan pantai

selatan (Tabel 1)

Pantai Utara Provinsi Jawa Barat meliputi Kab.

Bekasi, Kab. Karawang, Kab. Subang, Kab. Indra-

mayu, Kota Cirebon dan Kab. Cirebon dengan

garis pantai terbentang sepanjang 354,2 km.

Sedangkan wilayah Pantai Selatan Jawa Barat

meliputi Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab.

Garut, Kab. Tasikmalaya dan Kab. Pangandaran

BOKS 08KESENJANGAN NELAYAN PANTAI UTARA DAN SELATAN

didukung pula dengan banyaknya kapal yang

digunakan, yaitu 3 kali lipat dari jumlah kapal di

wilayah selatan. Dengan banyaknya kapal dan

alat penangkap ikan yang digunakan, maka hasil

tangkapan ikan di pantai utara Jawa Barat jauh

lebih banyak dibandingkan dengan hasil tang-

kapan ikan di pantai selatan yaitu dengan

perbandingan 9:1.

Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Kelautan

Provinsi Jawa Barat tahun 2015, secara

keseluruhan baik jumlah nelayan, Kegiatan

Usaha Bersama, Kapal, Alat Penangkap Ikan dan

hasil produksi ikan, pantai utara memiliki

persentase yang lebih tinggi dibandingkan

pantai selatan. 75% dari total nelayan di Jawa

Barat sebanyak 104.520 orang adalah nelayan di

wilayah pantai utara, sedangkan di pantai sela-

tan hanya 25% dari total nelayan di Jawa Barat.

Banyaknya jumlah nelayan di pantai utara

139 Boks 08KESENJANGAN NELAYAN

PANTAI UTARADAN SELATAN

BOKS

08

Tabel 1 Perbandingan Kondisi Pantai Utara dan Selatan Jawa Barat

Page 162: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

diminati karena dengan modal sekali melaut (1

malam) sebesar Rp300ribu dapat menghasilkan

minimal Rp1juta dan bahkan jika hasil tangka-

pannya sangat baik bisa mencapai Rp10juta.

Lebih lanjut, jumlah pelabuhan di wilayah pantai

utara Jawa Barat yang terdiri dari Pelabuhan

Perikanan Nusantara (PPN), Pelabuhan Peri-

kanan Pantai (PPP) dan Pangkalan Pendaratan

Ikan (PPI) lebih banyak terdapat di wilayah

utara yaitu sebanyak 58, sedangkan di wilayah

selatan jumlah PPN, PPP dan PPI sebanyak 26.

Di wilayah pantai selatan seperti Kabupaten

Pangandaran, sebagian besar nelayan masih

menggunakan teknik penangkapan tradisional

dengan armada perahu/kapal didominasi

dengan kapal ukuran di bawah 5 GT (gross ton).

Dengan armada di bawah 5 GT, nelayan hanya

dapat menjangkau daerah tangkapan maksimal

4 mil dari garis pantai. Akibatnya, masih banyak

potensi sumber daya ikan yang belum dapat

dimanfaatkan secara optimal. Penangkapan

ikan dengan teknik tradisional ini masih sangat

Tabel Perbandingan Nelayan dan Hasil tangkapan per Kabupaten

Tabel Perbandingan Jumlah Pelabuhan

140KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

BOKS

08KESENJANGAN NELAYANPANTAI UTARADAN SELATAN

Page 163: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

pertanian dan pariwisata.

Jumlah nelayan dan kapal yang lebih banyak di

wilayah utara juga menjadikan hasil tangkapan

ikan di wilayah utara jauh lebih banyak diband-

ingkan wilayah selatan. Potensi ikan di wilayah

selatan masih cukup tinggi dan belum diman-

faatkan secara optimal. Salah satu kendalanya

adalah sebagian besar nelayan di wilayah sela-

tan masih menggunakan cara tradisional dalam

menangkap ikan.

Dalam rangka meningkat kesejahteraan

nelayan, Pemerintah melaksanakan Program

Kenelayanan sebagai berikut:

Berdasarkan kondisi geografis dan kondisi

pantai, wilayah pantai utara Jawa Barat lebih

berkembang dibandingkan dengan wilayah

pantai selatan. Kondisi pantai utara yang landai

dan terlindung menyebabkan perkembangan

pembangunan lebih cepat. Salah satunya adalah

pembangunan infrastuktur berupa jalan tol dan

perkembangan di sektor industri. Sementara itu

pantai selatan dengan kondisi daerah yang

bergunung-gunung dan ombak yang cukup

tinggi membuat akses ke daerah ini cukup sulit.

Saat ini perkembangan pembangunan di

wilayah pantai selatan lebih terkonsentrasi di

141 Boks 08KESENJANGAN NELAYAN

PANTAI UTARADAN SELATAN

BOKS

08

Tabel Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesejahteraan Nelayan

Page 164: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Prospek Perekonomian07

BAB

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAWA BARAT

AGUSTUS 2016

Page 165: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

142 Prospek Perekonomian

primer. Dari sisi eksternal, perkembangan ekonomi Amerika Serikat yang masih di bawah ekspektasi diperkirakan mendorong peningkatan Fed’s Fund Rate hanya akan berlangsung satu kali selama tahun 2016. Di sisi lain, terdapat beberapa faktor perlu diwaspadai karena berpo-tensi mendorong tekanan inflasi, di antaranya adalah perkembangan harga minyak dunia yang mulai bergerak dalam tren meningkat khususnya sejak triwulan III 2016 walaupun masih bersifat volatil. Pada jadwal penyesuaian harga energi di awal triwulan III 2016, pemerintah memutuskan untuk tetap mempertahankan harga minyak sehingga kenaikan berpotensi terjadi di triwulan III atau IV mengacu kepada perkembangan harga minyak dunia. Perkembangan harga minyak dunia ini juga mempengaruhi penyesuaian tarif listrik (tari� adjustment) yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) setiap bulan. Dari sisi domestik, mulai meningkatnya aliran dana masuk sebagai hasil tax amnesty diperkirakan akan semakin meningkatkan likuiditas dan pada akhirnya permintaan di dalam negeri. Adanya wacana pemerintah untuk menaikkan harga rokok hingga 100% juga menjadi faktor yang terus diwaspadai oleh Bank Indonesia.

Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Provinsi Jawa Barat di triwulan III 2016 diperkirakan akan tumbuh sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, kemudian kembali tumbuh meningkat pada triwulan IV 2016. Secara keseluruhan 2016, LPE Provinsi Jawa Barat diperkirakan tumbuh dengan kisaran 5,5% - 5,9% (yoy).Dari sisi permintaan, semakin membaiknya kiner-ja investasi yang didorong oleh percepatan pem-bangunan infrastruktur menjelang akhir tahun diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan pada triwulan IV 2016. Dari sisi swasta, mulai terlihatnya indikasi peningkatan permintaan investasi swasta baik yang bersifat bangunan maupun non bangunan sebagai dampak stimulus fiskal, penurunan suku bunga, dan relaksasi makroprudensial oleh Bank Indonesia diperkirakan terus berlanjut hingga akhir tahun. Selain itu, konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat menjelang Hari Raya dan libur di akhir tahun. Stimulus baik dari sisi fiskal (implementasi paket kebijakan secara lebih kom-prehensif) maupun moneter (pelonggaran suku bunga kebijakan, penurunan Giro Wajib Mini-mum, dan pelonggaran ketentuan loan to value ratio) juga diharapkan tetap menjadi motor pendorong baik bagi kegiatan investasi maupun konsumsi masyarakat. Implementasi kebijakan tax amnesty yang diperkirakan mulai menarik aliran dana masuk ke dalam negeri pada triwulan IV dapat menjadi tambahan likuiditas bagi sumber pembiayaan di dalam negeri yang diharapkan dapat mendorong perekonomian tumbuh lebih tinggi. Sementara itu dari sisi penawaran (lapangan usaha), meningkatnya kinerja industri pengolahan dan perdagangan dalam merespon peningkatan permintaan men-jadi pendorong utama pertumbuhan. Sejalan dengan hal tersebut, kinerja sektor pertanian juga diperkirakan kembali meningkat seiring dengan masa panen khususnya komoditas padi yang bergeser ke triwulan IV 2016. Di sisi lain, tekanan inflasi diperkirakan menurun menjelang akhir tahun dan masih berada dalam kisaran sasaran inflasi tahun 2016 sebesar 4%±1%. Hal ini seiring dengan pergeseran musim panen raya padi dari triwulan III ke triwulan IV, prospek penguatan nilai tukar rupiah yang terus berlanjut, terjaganya ekspektasi inflasi mas-yarakat, serta permintaan domestik yang masih relatif terbatas khususnya untuk kebutuhan non

Page 166: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

143KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

triwulan III (s.d. Agustus 2016). Kenaikan ini didorong oleh peningkatan ekspektasi pada seluruh komponen yang menyusun IEK yakni Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja, Indeks Ekspektasi Penghasilan, dan Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha (Grafik 6.7.). Sejalan dengan hal tersebut Indeks Pengeluaran 3 Bulan Mendatang juga mengalami peningkatan men-jelang akhir tahun walaupun mengalami penurunan cukup dalam pada awal triwulan (Grafik 6.8). Terdapat beberapa faktor yang men-dorong peningkatan keyakinan serta daya beli masyarakat ke depannya antara lain stimulus melalui penurunan suku bunga kebijakan serta pelonggaran kebijakan LTV yang akn mulai diter-apkan pada akhir triwulan III. Dari sisi fiskal, kebi-jakan pemerintah menaikkan tingkat PTKP dari Rp3 juta menjadi Rp4,5 juta juga berpotensi meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat.

Kinerja ekonomi Jawa Barat diperkirakan meningkat pada triwulan IV 2016 pada kisaran 5,8% - 6,2% (yoy). Dengan demikian, untuk keseluruhan tahun 2016 perekonomian Jawa Barat diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,5% - 5,9% (yoy), meningka dibanding perekonomian tahun 2016 yang tumbuh sebesar 5,03%. Hal ini sejalan dengan terjaganya prospek perekonomi-an global serta peningkatan prospek ekonomi nasional tahun 2016.Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2016 diperkirakan tetap tumbuh kuat pada kisaran 5,8% - 6,2% (yoy) sehingga keseluruhan tahun 2016 konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh pada kisa-ran 5,7% - 6,1% (yoy). Masih kuatnya perkiraan konsumsi rumah tangga tercermin dari salah satu indikator Survei Konsumen yaitu Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 6 bulan mendatang di Jawa Barat yang meningkat dari rata-rata 128,4 pada triwukan II 2016 menjadi 138,5 pada

berada pada rentang 31%-33% terhadap total anggaran, sehingga sekitar 70% anggaran akan diserap pada semester II 2016. Hal ini khususnya didukung oleh kapasitas fiskal pemerintah daerah yang tercermin dari capaian penerimaan daerah khususnya pemerintah provinsi yang bahkan sudah melebihi 50% pada semester I. Dengan adanya rencana pemotongan anggaran dana perimbangan dari pemerintah pusat pada semester II, diharapkan potensi kapasitas fiskal provinsi dan kab/kota di Jawa Barat yang masih tinggi dapat menopang perekonomian Jawa Barat hingga akhir tahun 2016. Sejalan dengan hal tersebut, akselerasi penyerapan anggaran

Sesuai dengan pola historisnya, konsumsi pemerintah diperkirakan akan terus meningkat dan mencapai puncaknya pada akhir tahun, sehingga pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2016 diperkirakan berada pada kisaran 12,0% - 12,4% (yoy) dan untuk keseluruhan tahun 2016 berada pada rentang 8,6% - 9,0% (yoy). Perbaikan pada pola penyera-pan anggaran pemerintah yang selama ini cend-erung bersifat backloading sudah mulai tercer-min pada realisasi triwulan I dan triwulan II. Namun demikian, secara keseluruhan hingga semester I 2016 penyerapan anggaran baik pemerintah provinsi maupun kab/kota masih

7.1. PROSPEK EKONOMI MAKRO REGIONAL

2014 2015 2016

100

120

140

180

160

200

220

Nahan Makanan

Transpor & Komunikasi

Mamin & Tembakau

Total Kelompok

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Konsumen Jawa BaratSumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik 7.2. Indeks Pengeluaran 3 Bulan MendatangSumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Page 167: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

144 Prospek Perekonomian

Komponen ekspor pada triwulan IV 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran 18,1% - 18,5% sehingga keseluruhan tahun 2016 kinerja ekspor diperkirakan tumbuh pada kisaran 14,1% - 14,5% (yoy). Berdasarkan data Pemberitahuan Ekspor Barang, Amerika Serikat masih menjadi negara tujuan utama ekspor Jawa Barat. Pangsa ekspor Jawa Barat ke negara tersebut mencapai sekitar 20%. Walaupun realisasi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada triwulan II 2016 berada di bawah ekspektasi, namun diharapkan kinerja ekonomi Amerika Serikat semakin mem-baik di semester II seiring dengan tingkat konsumsi yang terus membaik secara konsisten serta kondisi ketenagakerjaan yang juga terus mengalami pemulihan. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui kegiatan liaison, mayori-tas pelaku usaha memperkirakan kinerja penjual-an ekspor akan meningkat dibanding tahun 2015. Seiring dengan masih terbatasnya pemulihan ekonomi pada negara-negara maju, beberapa pelaku usaha sektor manufaktur di Jawa Barat berusaha meningkatkan penetrasi pasar ekspornya negara-negara tujuan ekspor baru. Adapun negara tujuan ekspor baru yang mayori-tas dituju adalah negara-negara di kawasan Asia dan Timur Tengah. Selain itu, pelaku usaha juga menerapkan strategi ekstensifikasi produk sebagai upaya dalam meningkatkan kinerja ekspornya. Salah satu dukungan Pemerintah melalui PMK No 176/PMK.04/2013 dan PMK No. 177/PMK.04/2013 tentang KITE / Kemudahan Impor Tujuan Ekspor diakui mampu meringankan biaya bea masuk bagi bahan baku impor perusa-haan. Selain itu, dari sisi transaksi perdagangan antar daerah, adanya prospek perbaikan kinerja ekonomi pada mayoritas kawasan di Indonesia khususnya di Jawa yang menjadi dagang utama Jawa Barat turut mendukung peningkatan kiner-ja ekspor antar daerah. Umumnya permintaan ekspor antar daerah meningkat cukup signifikan pada momentum-momentum hari besar atau libur panjang yang akan terjadi pada akhir tahun. Dengan adanya dukungan infrastruktur yang semakin baik seperti tol antar provinsi, diperkira-kan akan mendorong kegiatan transaksi perda-gangan antar daerah yang semakin lancar dan kondusif.

anggaran juga didorong oleh adanya momentum penyelenggaraan PON ke-19 serta Peparnas ke-15 di Jawa Barat pada akhir triwulan III hingga awal triwulan IV 2016. Sementara itu, penanaman modal tetap bruto (PMTB) atau investasi diperkirakan tumbuh pada kisaran 9,5% - 9,9% (yoy) pada triwulan IV sehingga pada keseluruhan tahun 2016 kinerja investasi diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,0% - 6,4% (yoy). Meningkatnya perkiraan investasi ini dipengaruhi oleh perkembangan investasi swasta yang mulai membaik khususnya sejak investasi baik bangunan maupun non bangunan mulai meningkat pada triwulan II 2016. Peningkatan optimisme pelaku usaha ini seiring dengan komitmen pemerintah dalam memperce-pat implementasi paket kebijakan ekonomi hingga ke tataran teknis yang dikawal oleh Satgas khusus sebagaimana arahan Presiden. Selain itu, potensi peningkatan likuiditas seiring dengan adanya aliran dana masuk dari tax amnesty diharapkan dapat semakin memperluas kesempatan pembiayaan dalam rangka ekspansi kegiatan dunia usaha. Dari sisi moneter, pelong-garan suku bunga kebijakan yang dibarengi dengan stabilitas makroprudensial yang terjaga juga diharapkan dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi dunia usaha. Perce-patan penyelesaian proyek-proyek strategis di Jawa Barat juga menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan investasi khususnya yang bersifat bangunan. Salah satu proyek strat-egis yakni jalan Tol Soroja yang mengalami keterlambatan penyelesaian dari jadwal semula, diperkirakan akan dapat diselesaikan pada akhir tahun. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui kegiatan wawancara liaison, investasi yang dilakukan oleh mayoritas pelaku usaha merupakan investasi yang bersifat non-bangu-nan, yakni berupa pembelian mesin dengan spesifikasi baru atau peremajaan mesin. Mencer-mati kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya kembali ke kondisi normal, realisasi investasi non-ekspansif seperti maintenance dan perema-jaan mesin diperkirakan akan masih mendomina-si kegiatan investasi contact liaison sepanjang tahun 2016.

Meningkatnya kinerja ekspor dan konsumsi rumah tangga diperkirakan juga akan berdampak pada peningkatan laju impor pada triwulan IV 2016 tumbuh pada kisaran 15,8 – 16,2% (yoy) sehingga untuk keseluruhan tahun 2016 impor diperkirakan tumbuh pada kisaran 14,1 - 14,5% (yoy). Hal ini terutama tercermin dari karakteristik industri manufaktur di Jawa Barat yang masih bergantung kepada impor baik khususnya dalam pemenuhan bahan baku (menyumbang pangsa impor terbesar) maupun barang modal. Perkembangan nilai tukar rupiah yang relatif stabil dan berada dalam tren men-guat juga menjadi salah satu faktor yang merin-gankan beban impor luar negeri. Selain itu, momentum menjelang hari besar keagamaan dan libur akhir tahun juga diperkirakan dapat mendorong peningkatan permintaan terhadap impor barang konsumsi baik dari luar negeri maupun antar daerah. Sebagai salah satu imple-mentasi dari Paket Kebijakan, Pemerintah telah meresmikan sejumlah Pusat Logistik Berikat (PLB) di Jawa Barat yang tersebar di beberapa wilayah basis kawasan industri. Dengan adanya PLB, para importir dapat langsung menyimpan barang maupun bahan baku industri yang diim-por pada gudang PLB di Indonesia tanpa harus menyimpan di gudang di negara lain. Dengan demikian, kepastian stok bahan baku industri menjadi lebih terjaga untuk mendukung kesinambungan dan perkembangan produksi perusahaan-perusahaan industri di dalam negeri. Selain itu, perusahaan importir juga mendapat keuntungan karena kewajiban membayar bea masuk dan pajak baru timbul pada saat barang bahan baku impor terjual sehingga kurs yang digunakan untuk membayar bea masuk dan kurs harga penjualan berada pada level yang sama.

Dari sisi lapangan usaha, lapangan usaha indus-tri pengolahan dengan pangsa terbesar terha-dap perekonomian Jawa Barat diperkirakan tumbuh kisaran 5,2%-5,6% (yoy), sehingga pada keseluruhan tahun 2016 kinerja lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,2%-5,6% (yoy). Permintaan ekspor serta konsumsi domestik yang tumbuh mening-kat diperkirakan turut mendorong kinerja sektor pengolahan. Mulai diimplementasikannya poin-poin dalam Paket Kebijakan Pemerintah seperti insentif PPh 21 untuk industri padat karya, kemudahan izin investasi, dan pembukaan

Pusat Logistik Berikat (PLB) diperkirakan dapat mendorong sektor industri pengolahan untuk bekerja lebih efektif dan efisien.

Kinerja Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor juga diperkirakan meningkat pada kisaran 4,3%-4,7% (yoy), sehingga pada keseluruhan tahun 2016 kinerja lapangan usaha perdagan-gan diperkirakan tumbuh pada kisaran 3,5%-3,9% (yoy). Berlangsungnya hari raya keagamaan serta libur akhir tahun diharapkan menjadi faktor yang mendorong kinerja sektor perdagangan di triwulan akhir 2016. Hal ini juga didukung oleh indikasi perbaikan pada kinerja penjualan mobil dan sepeda motor nasional yang mulai mengalami rebound pada triwulan I 2016. Selain itu, tingkat inflasi yang terkendali dan lebih rendah dibandingkan rata-rata historisnya diperkirakan mampu mendorong peningkatan daya beli serta permintaan masyarakat. Penurunan suku bunga acuan (BI Rate) selama tiga bulan berturut-turut mulai menunjukkan transmisinya tercermin dari mulai turunnya suku bunga walaupun masih terbatas, yakni suku bunga kredit total, kredit konsumsi, dan kredit kendaraan bermotor yang masing-masing turun sebesar 10 bps. Penurunan suku bunga ini diperkirakan akan berlanjut ke depannya seiring dengan terjaganya risiko-risiko ekonomi sehing-ga dapat mendorong pemanfaatan pembiayaan oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan konsumsi yang memberikan nilai tambah pada sektor perdagangan.

Pertumbuhan lapangan usaha pertanian yang merupakan lapangan usaha dengan share terbesar ketiga di Jawa Barat diperkirakan berada pada kisaran 2,5%-2,9% (yoy), sehingga pada keseluruhan tahun 2016 kinerja lapangan usaha pertanian diperkirakan tumbuh pada kisaran 2,3%-2,7% (yoy). Tanaman pangan adalah subkategori usaha dengan porsi sumban-gan PDRB terbesar terhadap lapangan usaha pertanian Jawa Barat. Share sub lapangan usaha tersebut mencapai 46% terhadap lapangan usaha pertanian secara keseluruhan. Hal ini menyebabkan pergeseran masa tanam padi hingga triwulan III 2016 akan menahan pertum-buhan kinerja lapangan usaha pertanian Jawa Barat.

Lapangan usaha konstruksi diperkirakan tumbuh pada kisaran 8,6%-9,0% (yoy), sehing-ga pada keseluruhan tahun 2016 kinerja lapan-gan usaha konstruksi diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,3%-7,7% (yoy). Peningkatan kinerja lapangan usaha konstruksi diperkirakan terjadi seiring percepatan penyelesaiian pembangunan infrastruktur pemerintah. Selain itu, kebijakan pelonggaran Loan to Value (LTV) oleh Bank Indonesia pada yang dimulai pada triwulan III 2016 diperkirakan turut mendorong kinerja lapa-ngan usaha konstruksi hingga akhir tahun dalam hal bertambahnya permintaan pembangunan rumah tapak.

Berdasarkan asesmen terhadap faktor-faktor risiko (balance of risk) terhadap realisasi PDRB dari prakiraan baselinenya, maka terlihat bahwa faktor eksternal lebih berisiko dalam menurunk-an LPE Provinsi Jawa Barat dari pertumbuhan baselinenya. Sementara itu, faktor yang men-dorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari baselinenya adalah berasal dari belanja pemerin-tah yang dapat memberikan stimulus lebih besar bagi perekonomian Jawa Barat, terlebih di tengah hadirnya event PON.

Page 168: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

145KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Komponen ekspor pada triwulan IV 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran 18,1% - 18,5% sehingga keseluruhan tahun 2016 kinerja ekspor diperkirakan tumbuh pada kisaran 14,1% - 14,5% (yoy). Berdasarkan data Pemberitahuan Ekspor Barang, Amerika Serikat masih menjadi negara tujuan utama ekspor Jawa Barat. Pangsa ekspor Jawa Barat ke negara tersebut mencapai sekitar 20%. Walaupun realisasi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada triwulan II 2016 berada di bawah ekspektasi, namun diharapkan kinerja ekonomi Amerika Serikat semakin mem-baik di semester II seiring dengan tingkat konsumsi yang terus membaik secara konsisten serta kondisi ketenagakerjaan yang juga terus mengalami pemulihan. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui kegiatan liaison, mayori-tas pelaku usaha memperkirakan kinerja penjual-an ekspor akan meningkat dibanding tahun 2015. Seiring dengan masih terbatasnya pemulihan ekonomi pada negara-negara maju, beberapa pelaku usaha sektor manufaktur di Jawa Barat berusaha meningkatkan penetrasi pasar ekspornya negara-negara tujuan ekspor baru. Adapun negara tujuan ekspor baru yang mayori-tas dituju adalah negara-negara di kawasan Asia dan Timur Tengah. Selain itu, pelaku usaha juga menerapkan strategi ekstensifikasi produk sebagai upaya dalam meningkatkan kinerja ekspornya. Salah satu dukungan Pemerintah melalui PMK No 176/PMK.04/2013 dan PMK No. 177/PMK.04/2013 tentang KITE / Kemudahan Impor Tujuan Ekspor diakui mampu meringankan biaya bea masuk bagi bahan baku impor perusa-haan. Selain itu, dari sisi transaksi perdagangan antar daerah, adanya prospek perbaikan kinerja ekonomi pada mayoritas kawasan di Indonesia khususnya di Jawa yang menjadi dagang utama Jawa Barat turut mendukung peningkatan kiner-ja ekspor antar daerah. Umumnya permintaan ekspor antar daerah meningkat cukup signifikan pada momentum-momentum hari besar atau libur panjang yang akan terjadi pada akhir tahun. Dengan adanya dukungan infrastruktur yang semakin baik seperti tol antar provinsi, diperkira-kan akan mendorong kegiatan transaksi perda-gangan antar daerah yang semakin lancar dan kondusif.

anggaran juga didorong oleh adanya momentum penyelenggaraan PON ke-19 serta Peparnas ke-15 di Jawa Barat pada akhir triwulan III hingga awal triwulan IV 2016. Sementara itu, penanaman modal tetap bruto (PMTB) atau investasi diperkirakan tumbuh pada kisaran 9,5% - 9,9% (yoy) pada triwulan IV sehingga pada keseluruhan tahun 2016 kinerja investasi diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,0% - 6,4% (yoy). Meningkatnya perkiraan investasi ini dipengaruhi oleh perkembangan investasi swasta yang mulai membaik khususnya sejak investasi baik bangunan maupun non bangunan mulai meningkat pada triwulan II 2016. Peningkatan optimisme pelaku usaha ini seiring dengan komitmen pemerintah dalam memperce-pat implementasi paket kebijakan ekonomi hingga ke tataran teknis yang dikawal oleh Satgas khusus sebagaimana arahan Presiden. Selain itu, potensi peningkatan likuiditas seiring dengan adanya aliran dana masuk dari tax amnesty diharapkan dapat semakin memperluas kesempatan pembiayaan dalam rangka ekspansi kegiatan dunia usaha. Dari sisi moneter, pelong-garan suku bunga kebijakan yang dibarengi dengan stabilitas makroprudensial yang terjaga juga diharapkan dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi dunia usaha. Perce-patan penyelesaian proyek-proyek strategis di Jawa Barat juga menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan investasi khususnya yang bersifat bangunan. Salah satu proyek strat-egis yakni jalan Tol Soroja yang mengalami keterlambatan penyelesaian dari jadwal semula, diperkirakan akan dapat diselesaikan pada akhir tahun. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui kegiatan wawancara liaison, investasi yang dilakukan oleh mayoritas pelaku usaha merupakan investasi yang bersifat non-bangu-nan, yakni berupa pembelian mesin dengan spesifikasi baru atau peremajaan mesin. Mencer-mati kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya kembali ke kondisi normal, realisasi investasi non-ekspansif seperti maintenance dan perema-jaan mesin diperkirakan akan masih mendomina-si kegiatan investasi contact liaison sepanjang tahun 2016.

Meningkatnya kinerja ekspor dan konsumsi rumah tangga diperkirakan juga akan berdampak pada peningkatan laju impor pada triwulan IV 2016 tumbuh pada kisaran 15,8 – 16,2% (yoy) sehingga untuk keseluruhan tahun 2016 impor diperkirakan tumbuh pada kisaran 14,1 - 14,5% (yoy). Hal ini terutama tercermin dari karakteristik industri manufaktur di Jawa Barat yang masih bergantung kepada impor baik khususnya dalam pemenuhan bahan baku (menyumbang pangsa impor terbesar) maupun barang modal. Perkembangan nilai tukar rupiah yang relatif stabil dan berada dalam tren men-guat juga menjadi salah satu faktor yang merin-gankan beban impor luar negeri. Selain itu, momentum menjelang hari besar keagamaan dan libur akhir tahun juga diperkirakan dapat mendorong peningkatan permintaan terhadap impor barang konsumsi baik dari luar negeri maupun antar daerah. Sebagai salah satu imple-mentasi dari Paket Kebijakan, Pemerintah telah meresmikan sejumlah Pusat Logistik Berikat (PLB) di Jawa Barat yang tersebar di beberapa wilayah basis kawasan industri. Dengan adanya PLB, para importir dapat langsung menyimpan barang maupun bahan baku industri yang diim-por pada gudang PLB di Indonesia tanpa harus menyimpan di gudang di negara lain. Dengan demikian, kepastian stok bahan baku industri menjadi lebih terjaga untuk mendukung kesinambungan dan perkembangan produksi perusahaan-perusahaan industri di dalam negeri. Selain itu, perusahaan importir juga mendapat keuntungan karena kewajiban membayar bea masuk dan pajak baru timbul pada saat barang bahan baku impor terjual sehingga kurs yang digunakan untuk membayar bea masuk dan kurs harga penjualan berada pada level yang sama.

Dari sisi lapangan usaha, lapangan usaha indus-tri pengolahan dengan pangsa terbesar terha-dap perekonomian Jawa Barat diperkirakan tumbuh kisaran 5,2%-5,6% (yoy), sehingga pada keseluruhan tahun 2016 kinerja lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,2%-5,6% (yoy). Permintaan ekspor serta konsumsi domestik yang tumbuh mening-kat diperkirakan turut mendorong kinerja sektor pengolahan. Mulai diimplementasikannya poin-poin dalam Paket Kebijakan Pemerintah seperti insentif PPh 21 untuk industri padat karya, kemudahan izin investasi, dan pembukaan

Pusat Logistik Berikat (PLB) diperkirakan dapat mendorong sektor industri pengolahan untuk bekerja lebih efektif dan efisien.

Kinerja Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor juga diperkirakan meningkat pada kisaran 4,3%-4,7% (yoy), sehingga pada keseluruhan tahun 2016 kinerja lapangan usaha perdagan-gan diperkirakan tumbuh pada kisaran 3,5%-3,9% (yoy). Berlangsungnya hari raya keagamaan serta libur akhir tahun diharapkan menjadi faktor yang mendorong kinerja sektor perdagangan di triwulan akhir 2016. Hal ini juga didukung oleh indikasi perbaikan pada kinerja penjualan mobil dan sepeda motor nasional yang mulai mengalami rebound pada triwulan I 2016. Selain itu, tingkat inflasi yang terkendali dan lebih rendah dibandingkan rata-rata historisnya diperkirakan mampu mendorong peningkatan daya beli serta permintaan masyarakat. Penurunan suku bunga acuan (BI Rate) selama tiga bulan berturut-turut mulai menunjukkan transmisinya tercermin dari mulai turunnya suku bunga walaupun masih terbatas, yakni suku bunga kredit total, kredit konsumsi, dan kredit kendaraan bermotor yang masing-masing turun sebesar 10 bps. Penurunan suku bunga ini diperkirakan akan berlanjut ke depannya seiring dengan terjaganya risiko-risiko ekonomi sehing-ga dapat mendorong pemanfaatan pembiayaan oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan konsumsi yang memberikan nilai tambah pada sektor perdagangan.

Pertumbuhan lapangan usaha pertanian yang merupakan lapangan usaha dengan share terbesar ketiga di Jawa Barat diperkirakan berada pada kisaran 2,5%-2,9% (yoy), sehingga pada keseluruhan tahun 2016 kinerja lapangan usaha pertanian diperkirakan tumbuh pada kisaran 2,3%-2,7% (yoy). Tanaman pangan adalah subkategori usaha dengan porsi sumban-gan PDRB terbesar terhadap lapangan usaha pertanian Jawa Barat. Share sub lapangan usaha tersebut mencapai 46% terhadap lapangan usaha pertanian secara keseluruhan. Hal ini menyebabkan pergeseran masa tanam padi hingga triwulan III 2016 akan menahan pertum-buhan kinerja lapangan usaha pertanian Jawa Barat.

Lapangan usaha konstruksi diperkirakan tumbuh pada kisaran 8,6%-9,0% (yoy), sehing-ga pada keseluruhan tahun 2016 kinerja lapan-gan usaha konstruksi diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,3%-7,7% (yoy). Peningkatan kinerja lapangan usaha konstruksi diperkirakan terjadi seiring percepatan penyelesaiian pembangunan infrastruktur pemerintah. Selain itu, kebijakan pelonggaran Loan to Value (LTV) oleh Bank Indonesia pada yang dimulai pada triwulan III 2016 diperkirakan turut mendorong kinerja lapa-ngan usaha konstruksi hingga akhir tahun dalam hal bertambahnya permintaan pembangunan rumah tapak.

Berdasarkan asesmen terhadap faktor-faktor risiko (balance of risk) terhadap realisasi PDRB dari prakiraan baselinenya, maka terlihat bahwa faktor eksternal lebih berisiko dalam menurunk-an LPE Provinsi Jawa Barat dari pertumbuhan baselinenya. Sementara itu, faktor yang men-dorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari baselinenya adalah berasal dari belanja pemerin-tah yang dapat memberikan stimulus lebih besar bagi perekonomian Jawa Barat, terlebih di tengah hadirnya event PON.

Page 169: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

146 Prospek Perekonomian

Komponen ekspor pada triwulan IV 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran 18,1% - 18,5% sehingga keseluruhan tahun 2016 kinerja ekspor diperkirakan tumbuh pada kisaran 14,1% - 14,5% (yoy). Berdasarkan data Pemberitahuan Ekspor Barang, Amerika Serikat masih menjadi negara tujuan utama ekspor Jawa Barat. Pangsa ekspor Jawa Barat ke negara tersebut mencapai sekitar 20%. Walaupun realisasi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada triwulan II 2016 berada di bawah ekspektasi, namun diharapkan kinerja ekonomi Amerika Serikat semakin mem-baik di semester II seiring dengan tingkat konsumsi yang terus membaik secara konsisten serta kondisi ketenagakerjaan yang juga terus mengalami pemulihan. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui kegiatan liaison, mayori-tas pelaku usaha memperkirakan kinerja penjual-an ekspor akan meningkat dibanding tahun 2015. Seiring dengan masih terbatasnya pemulihan ekonomi pada negara-negara maju, beberapa pelaku usaha sektor manufaktur di Jawa Barat berusaha meningkatkan penetrasi pasar ekspornya negara-negara tujuan ekspor baru. Adapun negara tujuan ekspor baru yang mayori-tas dituju adalah negara-negara di kawasan Asia dan Timur Tengah. Selain itu, pelaku usaha juga menerapkan strategi ekstensifikasi produk sebagai upaya dalam meningkatkan kinerja ekspornya. Salah satu dukungan Pemerintah melalui PMK No 176/PMK.04/2013 dan PMK No. 177/PMK.04/2013 tentang KITE / Kemudahan Impor Tujuan Ekspor diakui mampu meringankan biaya bea masuk bagi bahan baku impor perusa-haan. Selain itu, dari sisi transaksi perdagangan antar daerah, adanya prospek perbaikan kinerja ekonomi pada mayoritas kawasan di Indonesia khususnya di Jawa yang menjadi dagang utama Jawa Barat turut mendukung peningkatan kiner-ja ekspor antar daerah. Umumnya permintaan ekspor antar daerah meningkat cukup signifikan pada momentum-momentum hari besar atau libur panjang yang akan terjadi pada akhir tahun. Dengan adanya dukungan infrastruktur yang semakin baik seperti tol antar provinsi, diperkira-kan akan mendorong kegiatan transaksi perda-gangan antar daerah yang semakin lancar dan kondusif.

anggaran juga didorong oleh adanya momentum penyelenggaraan PON ke-19 serta Peparnas ke-15 di Jawa Barat pada akhir triwulan III hingga awal triwulan IV 2016. Sementara itu, penanaman modal tetap bruto (PMTB) atau investasi diperkirakan tumbuh pada kisaran 9,5% - 9,9% (yoy) pada triwulan IV sehingga pada keseluruhan tahun 2016 kinerja investasi diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,0% - 6,4% (yoy). Meningkatnya perkiraan investasi ini dipengaruhi oleh perkembangan investasi swasta yang mulai membaik khususnya sejak investasi baik bangunan maupun non bangunan mulai meningkat pada triwulan II 2016. Peningkatan optimisme pelaku usaha ini seiring dengan komitmen pemerintah dalam memperce-pat implementasi paket kebijakan ekonomi hingga ke tataran teknis yang dikawal oleh Satgas khusus sebagaimana arahan Presiden. Selain itu, potensi peningkatan likuiditas seiring dengan adanya aliran dana masuk dari tax amnesty diharapkan dapat semakin memperluas kesempatan pembiayaan dalam rangka ekspansi kegiatan dunia usaha. Dari sisi moneter, pelong-garan suku bunga kebijakan yang dibarengi dengan stabilitas makroprudensial yang terjaga juga diharapkan dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi dunia usaha. Perce-patan penyelesaian proyek-proyek strategis di Jawa Barat juga menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan investasi khususnya yang bersifat bangunan. Salah satu proyek strat-egis yakni jalan Tol Soroja yang mengalami keterlambatan penyelesaian dari jadwal semula, diperkirakan akan dapat diselesaikan pada akhir tahun. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui kegiatan wawancara liaison, investasi yang dilakukan oleh mayoritas pelaku usaha merupakan investasi yang bersifat non-bangu-nan, yakni berupa pembelian mesin dengan spesifikasi baru atau peremajaan mesin. Mencer-mati kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya kembali ke kondisi normal, realisasi investasi non-ekspansif seperti maintenance dan perema-jaan mesin diperkirakan akan masih mendomina-si kegiatan investasi contact liaison sepanjang tahun 2016.

lead sebesar 8,6 bulan, diperkirakan pertumbu-han ekonomi Jawa Barat akan terus mengalami akselerasi hingga triwulan ke-3 dan ke-4 tahun 2016.

Sementara itu, berdasarkan model CLI PDRB Jawa Barat telah melalui titik thorugh-nya pada triwulan III 2015 dan mengalami increasing hingga beberapa triwulan ke depan. Dengan avg.

Meningkatnya kinerja ekspor dan konsumsi rumah tangga diperkirakan juga akan berdampak pada peningkatan laju impor pada triwulan IV 2016 tumbuh pada kisaran 15,8 – 16,2% (yoy) sehingga untuk keseluruhan tahun 2016 impor diperkirakan tumbuh pada kisaran 14,1 - 14,5% (yoy). Hal ini terutama tercermin dari karakteristik industri manufaktur di Jawa Barat yang masih bergantung kepada impor baik khususnya dalam pemenuhan bahan baku (menyumbang pangsa impor terbesar) maupun barang modal. Perkembangan nilai tukar rupiah yang relatif stabil dan berada dalam tren men-guat juga menjadi salah satu faktor yang merin-gankan beban impor luar negeri. Selain itu, momentum menjelang hari besar keagamaan dan libur akhir tahun juga diperkirakan dapat mendorong peningkatan permintaan terhadap impor barang konsumsi baik dari luar negeri maupun antar daerah. Sebagai salah satu imple-mentasi dari Paket Kebijakan, Pemerintah telah meresmikan sejumlah Pusat Logistik Berikat (PLB) di Jawa Barat yang tersebar di beberapa wilayah basis kawasan industri. Dengan adanya PLB, para importir dapat langsung menyimpan barang maupun bahan baku industri yang diim-por pada gudang PLB di Indonesia tanpa harus menyimpan di gudang di negara lain. Dengan demikian, kepastian stok bahan baku industri menjadi lebih terjaga untuk mendukung kesinambungan dan perkembangan produksi perusahaan-perusahaan industri di dalam negeri. Selain itu, perusahaan importir juga mendapat keuntungan karena kewajiban membayar bea masuk dan pajak baru timbul pada saat barang bahan baku impor terjual sehingga kurs yang digunakan untuk membayar bea masuk dan kurs harga penjualan berada pada level yang sama.

Dari sisi lapangan usaha, lapangan usaha indus-tri pengolahan dengan pangsa terbesar terha-dap perekonomian Jawa Barat diperkirakan tumbuh kisaran 5,2%-5,6% (yoy), sehingga pada keseluruhan tahun 2016 kinerja lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,2%-5,6% (yoy). Permintaan ekspor serta konsumsi domestik yang tumbuh mening-kat diperkirakan turut mendorong kinerja sektor pengolahan. Mulai diimplementasikannya poin-poin dalam Paket Kebijakan Pemerintah seperti insentif PPh 21 untuk industri padat karya, kemudahan izin investasi, dan pembukaan

Pusat Logistik Berikat (PLB) diperkirakan dapat mendorong sektor industri pengolahan untuk bekerja lebih efektif dan efisien.

Kinerja Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor juga diperkirakan meningkat pada kisaran 4,3%-4,7% (yoy), sehingga pada keseluruhan tahun 2016 kinerja lapangan usaha perdagan-gan diperkirakan tumbuh pada kisaran 3,5%-3,9% (yoy). Berlangsungnya hari raya keagamaan serta libur akhir tahun diharapkan menjadi faktor yang mendorong kinerja sektor perdagangan di triwulan akhir 2016. Hal ini juga didukung oleh indikasi perbaikan pada kinerja penjualan mobil dan sepeda motor nasional yang mulai mengalami rebound pada triwulan I 2016. Selain itu, tingkat inflasi yang terkendali dan lebih rendah dibandingkan rata-rata historisnya diperkirakan mampu mendorong peningkatan daya beli serta permintaan masyarakat. Penurunan suku bunga acuan (BI Rate) selama tiga bulan berturut-turut mulai menunjukkan transmisinya tercermin dari mulai turunnya suku bunga walaupun masih terbatas, yakni suku bunga kredit total, kredit konsumsi, dan kredit kendaraan bermotor yang masing-masing turun sebesar 10 bps. Penurunan suku bunga ini diperkirakan akan berlanjut ke depannya seiring dengan terjaganya risiko-risiko ekonomi sehing-ga dapat mendorong pemanfaatan pembiayaan oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan konsumsi yang memberikan nilai tambah pada sektor perdagangan.

Pertumbuhan lapangan usaha pertanian yang merupakan lapangan usaha dengan share terbesar ketiga di Jawa Barat diperkirakan berada pada kisaran 2,5%-2,9% (yoy), sehingga pada keseluruhan tahun 2016 kinerja lapangan usaha pertanian diperkirakan tumbuh pada kisaran 2,3%-2,7% (yoy). Tanaman pangan adalah subkategori usaha dengan porsi sumban-gan PDRB terbesar terhadap lapangan usaha pertanian Jawa Barat. Share sub lapangan usaha tersebut mencapai 46% terhadap lapangan usaha pertanian secara keseluruhan. Hal ini menyebabkan pergeseran masa tanam padi hingga triwulan III 2016 akan menahan pertum-buhan kinerja lapangan usaha pertanian Jawa Barat.

Lapangan usaha konstruksi diperkirakan tumbuh pada kisaran 8,6%-9,0% (yoy), sehing-ga pada keseluruhan tahun 2016 kinerja lapan-gan usaha konstruksi diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,3%-7,7% (yoy). Peningkatan kinerja lapangan usaha konstruksi diperkirakan terjadi seiring percepatan penyelesaiian pembangunan infrastruktur pemerintah. Selain itu, kebijakan pelonggaran Loan to Value (LTV) oleh Bank Indonesia pada yang dimulai pada triwulan III 2016 diperkirakan turut mendorong kinerja lapa-ngan usaha konstruksi hingga akhir tahun dalam hal bertambahnya permintaan pembangunan rumah tapak.

Berdasarkan asesmen terhadap faktor-faktor risiko (balance of risk) terhadap realisasi PDRB dari prakiraan baselinenya, maka terlihat bahwa faktor eksternal lebih berisiko dalam menurunk-an LPE Provinsi Jawa Barat dari pertumbuhan baselinenya. Sementara itu, faktor yang men-dorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari baselinenya adalah berasal dari belanja pemerin-tah yang dapat memberikan stimulus lebih besar bagi perekonomian Jawa Barat, terlebih di tengah hadirnya event PON.

Grafik 7.3. Balance of Risk PDRB Provinsi Jawa Barat 2016

Grafik 7.4. Balance of Risk PDRB Provinsi Jawa Barat 2016

Page 170: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

147KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Komponen ekspor pada triwulan IV 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran 18,1% - 18,5% sehingga keseluruhan tahun 2016 kinerja ekspor diperkirakan tumbuh pada kisaran 14,1% - 14,5% (yoy). Berdasarkan data Pemberitahuan Ekspor Barang, Amerika Serikat masih menjadi negara tujuan utama ekspor Jawa Barat. Pangsa ekspor Jawa Barat ke negara tersebut mencapai sekitar 20%. Walaupun realisasi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada triwulan II 2016 berada di bawah ekspektasi, namun diharapkan kinerja ekonomi Amerika Serikat semakin mem-baik di semester II seiring dengan tingkat konsumsi yang terus membaik secara konsisten serta kondisi ketenagakerjaan yang juga terus mengalami pemulihan. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui kegiatan liaison, mayori-tas pelaku usaha memperkirakan kinerja penjual-an ekspor akan meningkat dibanding tahun 2015. Seiring dengan masih terbatasnya pemulihan ekonomi pada negara-negara maju, beberapa pelaku usaha sektor manufaktur di Jawa Barat berusaha meningkatkan penetrasi pasar ekspornya negara-negara tujuan ekspor baru. Adapun negara tujuan ekspor baru yang mayori-tas dituju adalah negara-negara di kawasan Asia dan Timur Tengah. Selain itu, pelaku usaha juga menerapkan strategi ekstensifikasi produk sebagai upaya dalam meningkatkan kinerja ekspornya. Salah satu dukungan Pemerintah melalui PMK No 176/PMK.04/2013 dan PMK No. 177/PMK.04/2013 tentang KITE / Kemudahan Impor Tujuan Ekspor diakui mampu meringankan biaya bea masuk bagi bahan baku impor perusa-haan. Selain itu, dari sisi transaksi perdagangan antar daerah, adanya prospek perbaikan kinerja ekonomi pada mayoritas kawasan di Indonesia khususnya di Jawa yang menjadi dagang utama Jawa Barat turut mendukung peningkatan kiner-ja ekspor antar daerah. Umumnya permintaan ekspor antar daerah meningkat cukup signifikan pada momentum-momentum hari besar atau libur panjang yang akan terjadi pada akhir tahun. Dengan adanya dukungan infrastruktur yang semakin baik seperti tol antar provinsi, diperkira-kan akan mendorong kegiatan transaksi perda-gangan antar daerah yang semakin lancar dan kondusif.

anggaran juga didorong oleh adanya momentum penyelenggaraan PON ke-19 serta Peparnas ke-15 di Jawa Barat pada akhir triwulan III hingga awal triwulan IV 2016. Sementara itu, penanaman modal tetap bruto (PMTB) atau investasi diperkirakan tumbuh pada kisaran 9,5% - 9,9% (yoy) pada triwulan IV sehingga pada keseluruhan tahun 2016 kinerja investasi diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,0% - 6,4% (yoy). Meningkatnya perkiraan investasi ini dipengaruhi oleh perkembangan investasi swasta yang mulai membaik khususnya sejak investasi baik bangunan maupun non bangunan mulai meningkat pada triwulan II 2016. Peningkatan optimisme pelaku usaha ini seiring dengan komitmen pemerintah dalam memperce-pat implementasi paket kebijakan ekonomi hingga ke tataran teknis yang dikawal oleh Satgas khusus sebagaimana arahan Presiden. Selain itu, potensi peningkatan likuiditas seiring dengan adanya aliran dana masuk dari tax amnesty diharapkan dapat semakin memperluas kesempatan pembiayaan dalam rangka ekspansi kegiatan dunia usaha. Dari sisi moneter, pelong-garan suku bunga kebijakan yang dibarengi dengan stabilitas makroprudensial yang terjaga juga diharapkan dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi dunia usaha. Perce-patan penyelesaian proyek-proyek strategis di Jawa Barat juga menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan investasi khususnya yang bersifat bangunan. Salah satu proyek strat-egis yakni jalan Tol Soroja yang mengalami keterlambatan penyelesaian dari jadwal semula, diperkirakan akan dapat diselesaikan pada akhir tahun. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui kegiatan wawancara liaison, investasi yang dilakukan oleh mayoritas pelaku usaha merupakan investasi yang bersifat non-bangu-nan, yakni berupa pembelian mesin dengan spesifikasi baru atau peremajaan mesin. Mencer-mati kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya kembali ke kondisi normal, realisasi investasi non-ekspansif seperti maintenance dan perema-jaan mesin diperkirakan akan masih mendomina-si kegiatan investasi contact liaison sepanjang tahun 2016.

Meningkatnya kinerja ekspor dan konsumsi rumah tangga diperkirakan juga akan berdampak pada peningkatan laju impor pada triwulan IV 2016 tumbuh pada kisaran 15,8 – 16,2% (yoy) sehingga untuk keseluruhan tahun 2016 impor diperkirakan tumbuh pada kisaran 14,1 - 14,5% (yoy). Hal ini terutama tercermin dari karakteristik industri manufaktur di Jawa Barat yang masih bergantung kepada impor baik khususnya dalam pemenuhan bahan baku (menyumbang pangsa impor terbesar) maupun barang modal. Perkembangan nilai tukar rupiah yang relatif stabil dan berada dalam tren men-guat juga menjadi salah satu faktor yang merin-gankan beban impor luar negeri. Selain itu, momentum menjelang hari besar keagamaan dan libur akhir tahun juga diperkirakan dapat mendorong peningkatan permintaan terhadap impor barang konsumsi baik dari luar negeri maupun antar daerah. Sebagai salah satu imple-mentasi dari Paket Kebijakan, Pemerintah telah meresmikan sejumlah Pusat Logistik Berikat (PLB) di Jawa Barat yang tersebar di beberapa wilayah basis kawasan industri. Dengan adanya PLB, para importir dapat langsung menyimpan barang maupun bahan baku industri yang diim-por pada gudang PLB di Indonesia tanpa harus menyimpan di gudang di negara lain. Dengan demikian, kepastian stok bahan baku industri menjadi lebih terjaga untuk mendukung kesinambungan dan perkembangan produksi perusahaan-perusahaan industri di dalam negeri. Selain itu, perusahaan importir juga mendapat keuntungan karena kewajiban membayar bea masuk dan pajak baru timbul pada saat barang bahan baku impor terjual sehingga kurs yang digunakan untuk membayar bea masuk dan kurs harga penjualan berada pada level yang sama.

Dari sisi lapangan usaha, lapangan usaha indus-tri pengolahan dengan pangsa terbesar terha-dap perekonomian Jawa Barat diperkirakan tumbuh kisaran 5,2%-5,6% (yoy), sehingga pada keseluruhan tahun 2016 kinerja lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,2%-5,6% (yoy). Permintaan ekspor serta konsumsi domestik yang tumbuh mening-kat diperkirakan turut mendorong kinerja sektor pengolahan. Mulai diimplementasikannya poin-poin dalam Paket Kebijakan Pemerintah seperti insentif PPh 21 untuk industri padat karya, kemudahan izin investasi, dan pembukaan

Pusat Logistik Berikat (PLB) diperkirakan dapat mendorong sektor industri pengolahan untuk bekerja lebih efektif dan efisien.

Kinerja Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor juga diperkirakan meningkat pada kisaran 4,3%-4,7% (yoy), sehingga pada keseluruhan tahun 2016 kinerja lapangan usaha perdagan-gan diperkirakan tumbuh pada kisaran 3,5%-3,9% (yoy). Berlangsungnya hari raya keagamaan serta libur akhir tahun diharapkan menjadi faktor yang mendorong kinerja sektor perdagangan di triwulan akhir 2016. Hal ini juga didukung oleh indikasi perbaikan pada kinerja penjualan mobil dan sepeda motor nasional yang mulai mengalami rebound pada triwulan I 2016. Selain itu, tingkat inflasi yang terkendali dan lebih rendah dibandingkan rata-rata historisnya diperkirakan mampu mendorong peningkatan daya beli serta permintaan masyarakat. Penurunan suku bunga acuan (BI Rate) selama tiga bulan berturut-turut mulai menunjukkan transmisinya tercermin dari mulai turunnya suku bunga walaupun masih terbatas, yakni suku bunga kredit total, kredit konsumsi, dan kredit kendaraan bermotor yang masing-masing turun sebesar 10 bps. Penurunan suku bunga ini diperkirakan akan berlanjut ke depannya seiring dengan terjaganya risiko-risiko ekonomi sehing-ga dapat mendorong pemanfaatan pembiayaan oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan konsumsi yang memberikan nilai tambah pada sektor perdagangan.

Pertumbuhan lapangan usaha pertanian yang merupakan lapangan usaha dengan share terbesar ketiga di Jawa Barat diperkirakan berada pada kisaran 2,5%-2,9% (yoy), sehingga pada keseluruhan tahun 2016 kinerja lapangan usaha pertanian diperkirakan tumbuh pada kisaran 2,3%-2,7% (yoy). Tanaman pangan adalah subkategori usaha dengan porsi sumban-gan PDRB terbesar terhadap lapangan usaha pertanian Jawa Barat. Share sub lapangan usaha tersebut mencapai 46% terhadap lapangan usaha pertanian secara keseluruhan. Hal ini menyebabkan pergeseran masa tanam padi hingga triwulan III 2016 akan menahan pertum-buhan kinerja lapangan usaha pertanian Jawa Barat.

Lapangan usaha konstruksi diperkirakan tumbuh pada kisaran 8,6%-9,0% (yoy), sehing-ga pada keseluruhan tahun 2016 kinerja lapan-gan usaha konstruksi diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,3%-7,7% (yoy). Peningkatan kinerja lapangan usaha konstruksi diperkirakan terjadi seiring percepatan penyelesaiian pembangunan infrastruktur pemerintah. Selain itu, kebijakan pelonggaran Loan to Value (LTV) oleh Bank Indonesia pada yang dimulai pada triwulan III 2016 diperkirakan turut mendorong kinerja lapa-ngan usaha konstruksi hingga akhir tahun dalam hal bertambahnya permintaan pembangunan rumah tapak.

7.2. PRAKIRAAN INFLASIBerdasarkan asesmen terhadap faktor-faktor risiko (balance of risk) terhadap realisasi PDRB dari prakiraan baselinenya, maka terlihat bahwa faktor eksternal lebih berisiko dalam menurunk-an LPE Provinsi Jawa Barat dari pertumbuhan baselinenya. Sementara itu, faktor yang men-dorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari baselinenya adalah berasal dari belanja pemerin-tah yang dapat memberikan stimulus lebih besar bagi perekonomian Jawa Barat, terlebih di tengah hadirnya event PON.

Tekanan inflasi Jawa Barat pada triwulan IV 2016 diperkirakan menurun dibandingkan triwulan III 2016 dan berada pada kisaran 3,03% - 3,43% (yoy). Dengan demikian realisasi inflasi pada tahun 2016 berada dalam sasaran target inflasi 4% ± 1%. Secara umum, perkembangan inflasi Jawa Barat menunjukkan tren penurunan sejak tahun 2013. Pada akhir tahun 2015 inflasi Jawa Barat berada pada level 2,73% (yoy) dan merupakan inflasi tahunan terendah sejak tahun 2016. Pada kelompok volatile food, penurunan tekanan inflasi terjadi seiring dengan puncak musim panen padi yang diperkirakan bergeser dari triwulan III ke awal triwulan IV 2016. Dengan mempertimbangkan bobot komoditas beras yang besar terhadap kelompok volatile food, hal ini berpotensi meredam tekanan harga pada kelompok ini. Selain itu, dalam rangka mengha-dapi lonjakan permintaan menjelang hari besar keagamaan di akhir tahun, Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga telah menyiapkan sejumlah anggaran untuk pengendalian melalui operasi pasar. Khususnya pada komoditas daging ayam, mulai stabilnya jumlah DOC serta upaya pemer-intah mengendalian harga pakan jagung melalui andil impor oleh pemerintah serta operasi pasar diharapkan dapat menjaga harga komoditas ini dari lonjakan menjelang hari besar keagamaan di akhir tahun. Namun demikian perlu diwaspadai gejolak dari kelompok hortikultura seiring dengan curah hujan yang diperkirakan relatif tinggi hingga akhir tahun sejalan dengan adanya La Nina. Selain itu, dengan semakin meningkatn-ya konektivitas serta akses infrastruktur antar provinsi, diperkirakan kegiatan distribusi produk-si pangan ke luar Jawa Barat akan semakin meningkat sehingga hal ini perlu untuk terus dijaga melalui koordinasi antar instansi terkait.Dari kelompok administered prices, perkemban-gan harga minyak dunia yang masih volatile namun mulai bergerak dalam tren meningkat berpotensi untuk mendorong kenaikan harga BBM pada jadwal penyesuaian tarif berikutnya (awal triwulan IV 2016). Harga minyak dunia mulai bergerak meningkat (walaupun belum solid) sejak pertengahan triwulan II, namun pemerintah memutuskan untuk tetap memper-tahankan harga BBM pada awal triwulan III yang

jatuh bersamaan dengan momentum Lebaran. Selain itu, penyesuaian tarif listrik yang dilakukan oleh PLN setiap bulannya juga mulai meningkat pada triwulan II dan berpotensi meningkat men-gacu kepada perkembangan harga minyak dunia. Kenaikan harga rokok dalam merespon kenaikan cukai rokok tahun 2016 diperkirakan akan terus berlangsung secara bertahap hingga akhir tahun. Terkait hal ini, adanya wacana pemerintah untuk menaikkan harga rokok hingga 100% menjadi salah satu faktor yang akan terus diwaspadai dampaknya terhadap perkembangan inflasi, mengingat bobotnya yang juga cukup besar terhadap konsumsi Jawa Barat. Dari kelompok core, tekanan terpantau stabil namun bergerak dalam tren menurun khususnya sejak awal tahun. Perkembangan nilai tukar rupiah yang mengalami penguatan secara konsisten sejak awal tahun menjadi faktor penah-an tekanan inflasi pada kelompok core khususn-ya kelompok core traded seiring dengan penurunan tekanan imported inflation. Kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih secara solid berdampak kepada permintaan masyarakat yang masih relatif tertahan khususnya untuk kelompok properti jasa. Di sisi lain, terjaganya ekspektasi inflasi di tengah kondisi ekonomi makro dan keuangan yang terjaga turut berper-an dalam menjaga tingkat inflasi inti yang stabil. Berdasarkan hasil Survei Konsumen, Indeks Ekspertasi Harga, potensi kenaikan harga akan meningkat pada triwulan III 2016 dan kembali menurun pada triwulan IV 2016. Tekanan kenaikan harga menurun cukup signifikan pada Oktober 2016 seiring dengan berlangsungnya panen raya padi. Baik IEH 3 bulan maupun IEH 6 bulan memperkirakan tekanan harga kemudian akan kembali meningkat pada bulan November. Selanjutnya, IEH 6 bulan memperkirakan tekana harga akan menurun cukup signifikan pada akhir tahun (Desember) seiring dengan terjaganya pasokan pangan. Berdasarkan kelompok barang-nya, penurunan tekanan harga terutama terjadi pada kelompok Sandang dan kelompok Bahan Makanan.

Page 171: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

perlu diwaspadai. Namun demikian, pada akhir tahun inflasi Jawa Barat diperkirakan dapat berada dalam rentang sasaran inflasi nasional.

Untuk keseluruhan tahun, potensi peningkatan harga minyak dunia yang mulai terlihat sejak akhir triwulan I 2016 menjadi risiko yang juga

min dari fanchart inflasi yang cenderung bias ke atas dari kisaran proyeksinya.

Prakiraan inflasi dibandingkan baselinenya dipra-kirakan akan lebih rendah sebagaimana tercer-

Grafik 7.5. Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 3 Bulan Mendatang

Tabel 7.1. Upward dan Downward Risk Inflasi Jawa Barat Triwulan IV 2016

Grafik 7.7. Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 6 Bulan Mendatang

Grafik 7.6. Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 6 Bulan Mendatang

Meningkatnya permintaan menjelang hari Besar Keagamaan dan libur akhir tahunPotensi peningkatan harga BBM pada awal triwulan IV 2016 mengacu kepada peningkatan harga minyak dunia yang berlangsung secara bertahap sejak triwulan IIPotensi peningkatan Tarif Tenaga Listrik (TTL) mengacu kepada perkembangan harga minyak duniaMeningkatnya likuiditas domestik seiring dengan aliran dana masuk pasca tax amnesty yang berpotensi meningkatkan permintaan masyarakat

Pergeseran musim panen raya padi dari akhir triwulan III ke awal triwulan IV 2016Berlanjutnya tren penguatan nilai tukar rupiah yang mengurangi tekanan imported inflationTerjaganya eksprektasi masyarakatUpaya pengendalian inflasi baik melalui operasi pasar pemerintah provinsi maupun program FKPI dan TPID se-Jawa Barat

Upward Risk Downward Risk

148 Prospek Perekonomian

Page 172: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Lampiran

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAWA BARAT

AGUSTUS 2016

Page 173: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur

oleh pemerintah.

Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap

tingkat inflasi secara keseluruhan.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah

yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan

dengan peraturan daerah.

Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara

keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap

komoditas tersebut.

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan

kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan

moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksternal, serta

ekspektasi inflasi masyarakat

Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan

otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods), serta

harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (administered price)

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga

di luar negeri (eksternal)

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap

ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1–100.

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang

dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Sejak Januari 2014 menggunakan

Tahun Dasar 2012 = 100.

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap

kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1–100.

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan

ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Indeks ini memiliki skala 1–100.

Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.

Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif

yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi

mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan

didokumentasikan dalam bentuk laporan

Minyak dan gas. Merupakan kelompok lapangan usaha industri yang mencakup industri

minyak dan gas.

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil

kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu dengan menetapkan tahun 2010

sebagai Tahun Dasar.

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah,

retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah negara

Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

Selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “meningkat”

dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “menurun”

danmengabaikan jawaban “sama”.

Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih lapangan

usaha/subkategori usaha yang bersangkutan dengan bobot lapangan usaha/subkategori

usaha yang bersangkutan sebagai penimbangnya.

Lapangan usaha ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai

149KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI JAWA BARATAGUSTUS 2016

Administered price

Andil inflasi

APBD

Bobot inflasi

Dana Perimbangan

Faktor Fundamental

Faktor Non Fundamental

Imported inflation

Indeks Ekspektasi

Konsumen

Indeks Harga Konsumen

(IHK)

Indeks Kondisi Ekonomi

Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK)

Investasi

Inflasi inti

Liaison

Migas

Mtm

Omzet

PDRB

Pendapatan Asli Daerah

(PAD)

Perceived risk

Qtq

Saldo Bersih

SBT

Lapangan usaha ekonomi

dominan

Daftar Istilah

Page 174: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

150 Lampiran

Volatile food

West Texas Intermediate

Yoy

pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat

bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia.

Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Page 175: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

151 Tim Penyusun

TIM PENYUSUN

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA BARAT

Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan Daerah

Jl. Braga No. 108 Bandung, 40111

No. Telp. (022) 4230223 ext. 8290 No. Fax.(022) 4214326

Email : [email protected]

Softcopy dapat diunduh di

http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Jabar/

Penanggung JawabRosmaya Hadi K, Soekowardojo

Koordinator Penyusun Azka Subhan

EditorWahyu Ari Wibowo

Tim PenulisRahma Dewi P, Nur Annisa H

KontributorTim Data Statistik Ekonomi dan Keuangan DaerahDivisi Sistem Pembayaran, Komunikasi dan Layanan Publik

Produksi dan DistribusiDevy Anggraeni Mulyani

Page 176: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Bandung, 1 September 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Ttd ... Belanja APBD Kabupaten/Kota di Jawa Barat

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA BARAT

Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan Daerah

Jl. Braga No. 108 Bandung, 40111

No. Telp. (022) 4230223 ext. 8290 No. Fax.(022) 4214326

Email : [email protected]