kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

34
KAJIAN BANJIR BANDANG (Studi Kasus Sub Das Tengku Das Kreung Aceh Kabupaten Aceh Besar) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Lembaga dan Kemitraan dalam Mitigasi Bencana Oleh: KELOMPOK I Firdaus, Indra Syahputra, Intan Maslida, Irwansyah Pocut Zairiana Finzia, Sabaruddin Dosen Pengasuh Dr. Azmeri, ST, M.T PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER KEBENCANAAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2013

Upload: wein-rawana

Post on 16-Apr-2017

805 views

Category:

Environment


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

i

KAJIAN BANJIR BANDANG(Studi Kasus Sub Das Tengku Das Kreung Aceh

Kabupaten Aceh Besar)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata KuliahLembaga dan Kemitraan dalam Mitigasi Bencana

Oleh:KELOMPOK I

Firdaus, Indra Syahputra, Intan Maslida, IrwansyahPocut Zairiana Finzia, Sabaruddin

Dosen PengasuhDr. Azmeri, ST, M.T

PROGRAM PASCA SARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBENCANAANUNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2013

Page 2: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Dengan mengucapkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT Karena atas

Rahmat dan HidayahNya kami dari Kelompok I telah dapat menyelesaikan

penulisan Makalah/Paper ini dengan judul “Kajian Banjir Bandang Studi

Kasus SUB DAS Tengku DAS Krueng Aceh Kabupaten Aceh Besar”

kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengasuh mata

kuliah Gempa Bumi, Tsunami dan Banjir atas bimbingannya.

Makalah/paper ini disusun berdasarkan panduan bahan referensi dari

internet yang berhubungan dengan bencana banjir. Makalah/paper ini dibuat agar

pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang proses terjadi nya bencana

banjir dan penyebabnya serta cara penanganannya.

kami menyadari bahwa penyusunan makalah/paper ini masih jauh dari

kata sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun untuk kesempurnaan selanjutnya.

Page 3: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. iDAFTAR ISI ................................................................................................. iiDAFTAR GAMBAR .................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Tujuan Penelitian ................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 2

2.1 Pengertian Banjir .................................................................... 2

2.2 Jenis Banjir dan Penyebab Utamanya .................................... 2

2.3 Dampak Banjir ........................................................................ 4

2.4 Manajemen Bencana Banjir ..................................................... 4

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 9

3.1 Penutupan Lahan .................................................................... 9

3.2 Upaya Mitigasi Bencana Banjir Sungai ................................. 22

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 29

4.1 Kesimpulan ........................................................................... 29

4.2 Saran ...................................................................................... 29

REFERENSI .................................................................................................. 30

Page 4: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Tutupan Lahan Pada Sub DAS Tengku Seulimum

Kecamatan Aceh Besar ................................................................. 10

Gambar 2. Peta Kelas Kekritisan Lahan Pada Sub DAS Tengku

Kec. Seulimum Kab. Aceh Besar ................................................. 11

Gambar 3. Peta Potensi Bencana Pada Sub DAS Tengku

Kec. Seulimum Kabupaten Aceh Besar ...................................... 14

Gambar 4. Peta Kelas Kemiringan Lahan Pada Sub DAS Tengku

Kec. Seulimum Kabupaten Aceh Besar ...................................... 15

Gambar 5. Peta Jenis Tanah Pada Sub DAS Tengku

Kec. Seulimum Kabupaten Aceh Besar ...................................... 17

Gambar 6. Tingkat Kedalaman Tanah .......................................................... 18

Gambar 7. Peta Sebaran DAS dan Sub DAS Pada Kabupaten Aceh Besar .. 20

Gambar 8. Aktifitas Normalisasi Sub DAS Tengku .................................... 22

Page 5: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara geografis Sub DAS Krueng Teungku terletak pada 950 35’ 00 – 950

40’ LU dan 50 27’ – 50 37’ BT, secara administratif Desa Beurenuet terletak di

Mukim Lamteuba Kecamatan Lembah Seulawah (Seulimuem) dan Kecamatan

Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Sub DAS Krueng Teungku terdiri atas

penggunaan lahan yaitu pemukiman, kebun campuran, perkebunan, semak belukar

dan hutan sekunder dengan luas ± 619 Km2.

Pada tanggal 3 Januari 2013, Desa Beurenuet dilanda banjir yang

diakibatkan hujan yang melanda daerah tersebut, tercatat banjir tersebut juga

melanda sampai kea rah pesisir Krueng Raya.

Dari data sekunder, banjir yang terjadi akibat luapan sungai Krueng Cut

Aya melanda Desa Beurenuet, Desa Meunasah Keude, sebagian Meunasah Mon,

Meunasah Kulam, dan Paya Kameng. Sekitar 300 kepala keluarga atau sekira 800

jiwa terpaksa mengungsi ke desa tetangga, Meunasah Mon. Mereka terkonsentrasi

di meunasah (surau) atau rumah-rumah warga.

Maka melihat permasalahan yang ada, maka dianggap perlu untuk mencari

tahu penyebab banjir yang terjadi di Sub DAS Teungku yang merupakan bagian

dari DAS Krueng Aceh. Sehingga disusunlah paper dengan judul “Pengendalian

Banjir di Sub DAS Tengku”.

1.2 Tujuan Penelitian

2. Mengidentifikasi Penyebab banjir di Sub DAS Krueng Tengku

tepatnya Krueng Cut Aya.

3. Mencari solusi penanganan banjir di Sub DAS Krueng Tengku DAS

Krueng Aceh.

Page 6: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Banjir

Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan

merendam daratan. Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti

masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air

seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air

keluar dari batasan alaminya.

Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah

hujan dan pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali

jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan

permukiman lain.

Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas

saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan

rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski

kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan

badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari

nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang

lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti

bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir

periodic (http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir).

2.2 Jenis Banjir dan Penyebab Utamanya

a. Banjir Sungai

Lama: Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi kapasitas

saluran sungai. Diakibatkan hujan deras monsun, hurikan dan depresi

tropis, angin luar dan hujan panas yang mempengaruhi salju. Rintangan

drainase tidak terduga seperti tanah longsor, es, atau puing-puing dapat

mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.

Page 7: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

3

Cepat: Termasuk banjir bandang akibat curah hujan konvektif (badai petir

besar) atau pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di belakang

bendungan, tanah longsor, atau gletser

b. Muara

Biasanya diakibatkan oleh penggabungan pasang laut yang diakibatkan

angin badai. Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis

masuk dalam kategori ini.

c. Pantai

Diakibatkan badai laut besar atau bencana lain seperti tsunami atau

hurikan). Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk

dalam kategori ini.

d. Malapetaka

Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti jebolnya bendungan atau

bencana lain seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi).

e. Manusia

Kerusakan tak disengaja oleh pekerja terowongan atau pipa.

f. Lumpur

Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian.

Sedimen kemudian terpisah dari endapan dan terangkut sebagai materi

tetap atau penumpukan dasar sungai. Endapan lumpur mudah diketahui

ketika mulai mencapai daerah berpenghuni. Banjir lumpur adalah proses

lembah bukit, dan tidak sama dengan aliran lumpur yang diakibatkan

pergerakan massal.

g. Lainnya1) Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air

(misalnya akibat hujan) dan tidak dapat terserap dengan cepat

(orientasi lemah atau penguapan rendah).

2) Rangkaian badai yang bergerak ke daerah yang sama.

3) Berang-berang pembangun bendungan dapat membanjiri wilayah

perkotaan dan pedesaan rendah, umumnya mengakibatkan kerusakan

besar. (http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir)

Page 8: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

4

2.3 Dampak Dari Banjir

a. Dampak primer

Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk

jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dan

kanal.

b. Dampak sekunder

1) Persediaan air – Kontaminasi air. Air minum bersih mulai langka.

2) Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.

3) Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan

oleh kegagalan panen. Namun, dataran rendah dekat sungai

bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah

mineral tanah setempat.

4) Pepohonan' - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa

bernapas.

5) Transportasi - Jalur transportasi hancur, sulit mengirimkan bantuan

darurat kepada orang-orang yang membutuhkan.

c. Dampak tersier/jangka panjang

Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena penurunan jumlah wisatawan, biaya

pembangunan kembali, kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan

harga, (http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir).

2.4 Manajemen Bencana Banjir

a. Pengendalian Banjir

Pengendalian banjir dimaksudkan untuk memperkecil dampak negatif dari

bencana banjir, antara lain: korban jiwa, kerusakan harta benda, kerusakan

lingkungan, dan terganggunya kegiatan sosial ekonomi.

b. Prinsip Pengendalian Banjir

1) Menahan air sebesar mungkin di hulu dengan membuat waduk dan

konservasi tanah dan air.

Page 9: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

5

2) Meresapkan air hujan sebanyak mungkin ke dalam tanah dengan

sumur resapan atau rorak dan menyediakan daerah terbuka hijau.

3) Mengendalikan air di bagian tengah dengan menyimpan sementara di

daerah retensi.

4) Mengalirkan air secepatnya ke muara atau ke laut dengan menjaga

kapasitas wadah air.

5) Mengamankan penduduk, prasarana vital, dan harta benda.

c. Strategi Pengendalian Banjir

Dalam melakukan pengendalian banjir, perlu disusun strategi agar dapat

dicapai hasil yang diharapkan. Berikut ini strategi pengendalian banjir.

1) Pengendalian tata ruang

Pengendalian tata ruang dilakukan dengan perencanaan penggunaan

ruang sesuai kemampuannya dengan mepertimbangkan permasalahan

banjir, pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya, dan

penegakan hukum terhadap pelanggaran rencana tata ruang yang telah

memperhitungkan Rencana Induk Pengembangan Wilayah Sungai.

2) Pengaturan debit banjir

Pengaturan debit banjir dilakukan melalui kegiatan pembangunan dan

pengaturan bendungan dan waduk banjir, tanggul banjir, palung

sungai, pembagi atau pelimpah banjir, daerah retensi banjir, dan

sistem polder.

3) Pengaturan daerah rawan banjir

a) pengaturan tata guna lahan dataran banjir (flood plain

management).

b) penataan daerah lingkungan sungai, seperti: penetapan garis

sempadan sungai, peruntukan lahan di kiri kanan sungai, dan

penertiban bangunan di sepanjang aliran sungai.

Page 10: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

6

4) Peningkatan peran masyarakat

Peningkatan peran serta masyarakat diwujudkan dalam:

a) pembentukan forum peduli banjir sebagai wadah bagi masyarakat

untuk berperan dalam pengendalian banjir.

b) bersama dengan Pemerintah dan pemerintah daerah dalam

menyusun dan menyosialisasikan program pengendalian banjir.

c) menaati peraturan tentang pelestarian sumber daya air, antara lain

tidak melakukan kegiatan kecuali dengan ijin dari pejabat yang

berwenang untuk:

d) mengubah aliran sungai;

e) mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan di

dalam atau melintas sungai;

f) membuang benda-benda atau bahan-bahan padat dan/atau cair

ataupun yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai

yang diperkirakan atau patut diduga akan mengganggu aliran; dan

g) pengerukan atau penggalian bahan galian golongan C dan/atau

bahan lainnya.

5) Pengaturan untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat

a) Penyediaan informasi dan pendidikan.

b) Rehabilitasi, rekonstruksi, dan/atau pembangunan fasilitas umum.

c) Melakukan penyelamatan, pengungsian, dan tindakan darurat

lainnya

d) Penyesuaian pajak; dan

e) Asuransi banjir.

6) Pengelolaan daerah tangkapan air

a) Pengaturan dan pengawasan pemanfaatan lahan (tata guna hutan,

kawasan budidaya, dan kawasan lindung);

b) Rehabilitasi hutan dan lahan yang fungsinya rusak;

c) Konservasi tanah dan air, baik melalui metoda vegetatif, kimia,

maupun mekanis;

d) Perlindungan/konservasi kawasan–kawasan lindung.

Page 11: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

7

7) Penyediaan dana

a) pengumpulan dana banjir oleh masyarakat secara rutin dan

dikelola sendiri oleh masyarakat yang tinggal di daerah rawan

banjir;

b) penggalangan dana oleh masyarakat umum di luar daerah yang

rawan banjir; dan

c) penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah dan

pemerintah daerah.

d. Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir

1) Tahap sebelum terjadi banjir

Kegiatan yang dilakukan adalah meningkatkan kesiapsiagaan

menghadapi ancaman bahaya banjir, meliputi:

a) penyebarluasan peraturan perundang-undangan atau informasi-

informasi, baik dari Pemerintah maupun pemerintah daerah,

berkaitan dengan masalah banjir;

b) pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-menerus;

c) optimasi pengoperasian prasarana dan sarana pengendali banjir;

d) penyebarluasan informasi daerah rawan banjir, ancaman/bahaya,

dan tindakan yang harus diambil oleh masyarakat yang tinggal di

daerah rawan bencana;

e) peningkatan kesiapsiagaan organisasi dan manajemen

pengendalian banjir dengan menyiapkan dukungan sumber daya

yang diperlukan dan berorientasi kepada pemotivasian individu

dalam masyarakat setempat agar selalu siap sedia mengendalikan

ancaman/bahaya;

f) Persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman;

g) penyediaan bahan-bahan banjiran untuk keadaan darurat, seperti:

karung plastik, bronjong kawat, dan material-material pengisinya

(pasir, batu ,dan lain-lain), dan disediakan pada lokasi-lokasi yang

diperkirakan rawan/kritis;

Page 12: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

8

h) enyediaan peralatan berat (backhoe, excavator, truk, buldozer, dan

lain-lain) dan disiapsiagakan pada lokasi yang strategis, sehingga

sewaktu-waktu mudah dimobilisasi;

i) penyiapan peralatan dan kelengkapan evakuasi, seperti: speed

boat, perahu, pelampung, dan lain-lain.

2) Saat terjadi banjir

Kegiatan yang dilakukan dititikberatkan pada:

a) Penyelenggaraan piket banjir di setiap posko.

b) Pengoperasian sistem peringatan banjir (flood warning system)

Pemantauan tinggi muka air dan debit air pada setiap titik

pantau.

Melaporkan hasil pemantauan pada saat mencapai tingkat

siaga kepada dinas/instasi terkait, untuk kemudian

diinformasikan kepada masyarakat sesuai dengan Standar

Prosedur Operasional Banjir.

c) Peramalan

Peramalan banjir dapat dilakukan dengan cara:

analisa hubungan hujan dengan banjir (rainfall – runoff

relationship),

metode perambatan banjir (flood routing),

metode lainnya.

d) Komunikasi

Sistim komunikasi digunakan untuk kelancaran penyampaian

informasi dan pelaporan, dapat menggunakan radio komunikasi,

telepon, faximili, dan sarana lainnya.

e) Gawar/Pemberitaan Banjir (Pemberitaan)

Gawar/pemberitaan banjir dilakukan dengan sirine, kentongan,

dan/atau sarana sejenis lainnya dari masing-masing pos

pengamatan berdasarkan informasi dari posko banjir.

Page 13: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

9

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Penutupan Lahan

Vegetasi penutup lahan memegang peranan penting dalam proses

intersepsi hujan yang jatuh dan transpirasi air yang terabsorpsi oleh akar. Lahan

dengan penutupan yang baik memiliki kemampuan meredam energi kinetis hujan,

sehingga memperkecil terjadinya erosi percik ('splash erosion'), memperkecil

koefisien aliran sehingga mempertinggi kemungkinan penyerapan air hujan,

khususnya pada lahan dengan solum tebal ('sponge effect'). Beberapa kelas

penggunaan lahan yang perlu diidentifikasi dalam melakukan analisis masalah

hidrologi adalah:

a. Persentase tanaman pertanian

b. Persentase rumput dan padang penggembalaan

c. Persentase hutan

d. Persentase pemukiman dan jalan kedap air

e. Persentase padang rumput dan pohon yang tersebar

f. Persentase lahan kosong

g. Persentase rawa dan waduk

Page 14: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

10

Gambar 1. Peta Tutupan Lahan Pada Sub DAS Tengku Seulimum KecamatanAceh Besar (SIMDAS KEMENHUT,2012)

Page 15: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

11

Berdasarkan peta dapat dilihat tingkat tutupan lahan terbesar yang terdapat

pada Sub DAS Tengku terdiri dari sawah dan lahan pertanian kering, dengan

kondisi ini menyebabkan proses serapan air tanah oleh tanaman menjadi sangat

lemah.

a. Tingkat Kekritisan Lahan Pada Sub Das Tengku

Sub DAS Tengku memiliki topografi landai hingga curam telah

mengalami peralihan fungsi lahan untuk pertanian sehingga menyebabkan

terbukanya areal tutupan lahan yang mengakibatkan kondisi lahan menjadi kritis.

Gambar 2. Peta Kelas Kekritisan Lahan Pada Sub DAS Tengku Kec. SeulimumKab. Aceh Besar (Sumber Peta, SIMDAS KEMENHUT, 2012)

Page 16: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

12

b. Prediksi Erosi dan Potensi Bencana

Pendugaan erosi Sub DAS Krueng Cut Aya dianalisis pada setiap titik

yang terdapat pada masing-masing satuan lahan homogen yang menggunakan

beberapa nilai parameter.

Parameter-parameter yang ditentukan dalam perhitungan erosi adalah

erovitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), lereng (LS), pengelolaan tanaman (C),

dan pengelolaan Tanah (P). produksi pertanian yang cukup tinggi secara terus

menerus dapat dipertahankan apabila erosi pada masing-masing satuan lahan

homogen tersebut lebih kecil dari erosi yang dapat ditoleransi (ETol), dan bila

erosi lebih besar dari ETol maka produktivitas lahan akan segera menurun,

sehingga produksi yang tinggi hanya dapat dipertahankan beberapa tahun saja

yang akhirnya lahan pertanian tersebut menjadi tidak produktif atau bahkan

menjadi lahan kritis.

Faktor iklim terpenting yang menyebabkan terdispersinya agregat tanah,

aliran permukaan dan erosi adalah hujan. Air hujan yang jatuh menimpa tanah

yang terbuka akan menyebabkan tanah terdispersi dan sebagian dari air hujan

yang jatuh tersebut akan mengalir di atas permukaan tanah nilai erosivitas hujan

(R) dihitung berdasarkan curah hujan sepuluh tahunan di Sub DAS Krueng Cut

Aya, dikarenakan tidak ada data hujan harian dari penangkar otomatik maka

untuk menghitung nilai erosivitas hujan ditentukan berdasarkan persamaan

Lenvain (1975 dalam Asdak 1995) :

EI30 = 2,21 (CHm)1,36

Dimana :

EI30 = Intensitas hujan maksimum 30 menit

(CHm) = Curah hujan bulanan

Erodibilitas tanah (K) merupakan ukuran kepekaan tanah tererosi oleh air.

Nilai erodibilitas tanah sangat dipengaruhi oleh tekstur, kandungan bahan organic,

permeabilitas dan kemantapan struktur tanah. Faktor panjang lereng (L) dan faktor

kemiringan lereng (S) dapat dihitung terpisah atau dihitung sekaligus sebagai

Page 17: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

13

faktor LS. Kedua unsure topografi tersebut (nilai LS) sangat mempengaruhi erosi

dan aliran permukaan. Panjang lereng (L) merupakan jarak dari titik awal aliran

sampai titik dimana mulai ada pengendapan atau aliran permukaan masuk ke

saluran.

Makin panjang lereng permukaan tanah, makin tinggi potensial erosi

karena akumulasi air aliran permukaan semakin tinggi. Kemiringan lereng (S)

sangat berpengaruh terhadap aliran permukaan, dimana makin curam lereng maka

kecepatan aliran permukaan semakin besar, dan jumlah butir-butir tanah yang

terpercik ke atas oleh tumbukan butiran hujan juga semakin banyak.

Nilai prediksi erosi yang didapat lebih besar dari nilai Etol dikarenakan

oleh faktor lereng yaitu lereng yang curam. Semakin curamnya lereng

mengakibatkan kecepatan aliran permukaan meningkat sehingga kekuatan

mengangkut partikel-partikel tanah juga akan meningkat. Factor lain yang

mengakibatkan nilai prediksi erosi actual lebih besar dari nila ETol adalah

penggunaan lahan yang tidak disertai dengan teknik konservasi tanah seperti

pergiliran tanaman, pemakaian tanaman penutup tanah atau pupuk hijau,

pengolahan tanah minimum, penggunaan mulsa atau kombinasi dari teknik

konservasi. Untuk itu diperlukan perubahan pola tanam dan penerapan

agroteknologi alternative untuk memperkecil nilai prediksi erosi yang akan

terjadi.

Page 18: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

14

Gambar 3. Peta Potensi Bencana Pada Sub DAS Tengku Kec. SeulimumKabupaten Aceh Besar (Sumber Peta, SIMDAS KEMENHUT, 2012)

Dari gambar 3 di atas dapat dilihat bahwa tingkat potensi bencana yang

akan terjadi pada SUB DAS Tengku terdiri badan air, rendah sampai tinggi

dengan kemiringan lahan berkisar 18 – 25 % sesuai dengan peta kemiringan lahan

yang telah diukur menggunakan aplikasi GIS.

Page 19: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

15

Gambar 4. Peta Kelas Kemiringan Lahan Pada Sub DAS Tengku Kec. SeulimumKabupaten Aceh Besar (Sumber Peta, SIMDAS KEMENHUT, 2012)

sehingga diperlukan penanganan yang serius dalam upaya penyelamatan

areal Sub DAS guna mencegah terjadinya bencana yang lebih besar di kemudian

hari.

Page 20: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

16

c. Jenis Tanah

Tanah merupakan bahan hasil pelapukan batuan. Karakteristik tanah dan

sebaran jenisnya dalam DAS sangat menentukan besarnya infiltrasi limpasan

permukaan ('overland flow') dan aliran bawah permukaan ('subsurface flow').

Karakteristik tanah yang penting untuk diketahui antara lain berat isi, tekstur,

kedalaman, dan pelapisan tanah (horison), kondisi jenis tanah pada SUB DAS

Tengku terdiri dari 1) Tanah Aluvial, 2) Latosol dan 3) Andosol.

1) Berat isi tanah (BI)

Berat isi tanah merupakan ukuran masa per volume tanah (gr/cm ),

termasuk di dalamnya volume pori-pori tanah. Berat isi tanah bersama

dengan tekstur dan bahan organik tanah menentukan besarnya infiltrasi.

Semakin tinggi nilai BI, tanah tersebut semakin padat yang berarti semakin

sulit meneruskan air. Berat isi tanah dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Rendah: < 0.9

b) Sedang: 0.9-1.1

c) Tinggi: > 1.1

2) Tekstur tanah

Tekstur merupakan perbandingan komposisi (%) butir-butir penyusun

tanah yang terdiri dari fraksi pasir (50μm - 2mm), debu (50 m - 2 m), dan liat

(<2μm). Semakin halus tekstur tanah, semakin tinggi kapasitas infiltrasinya. Kelas

tekstur tanah dikategorikan menjadi:

a) Sangat halus (sh) : liat

b) Halus (h) : liat berpasir, liat berdebu

c) Agak halus (ah) : lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat

berdebu

d) Sedang (s) : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung

berdebu, debu

e) Agak kasar (ak) : lempung berpasir

f) Kasar (k) : pasir berlempung

Page 21: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

17

Persentase kandungan pasir, debu dan liat dari masing-masing kategori

kelas tekstur.

Gambar 5. Peta Jenis Tanah Pada Sub DAS Tengku Kec. Seulimum KabupatenAceh Besar (Sumber Peta, SIMDAS KEMENHUT, 2012)

Page 22: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

18

3) Kedalaman Tanah

Kedalaman tanah atau solum (cm) merupakan ukuran ketebalan lapisan

tanah dari permukaan sampai atas lapisan bahan induk tanah. Pada profil tanah

solum tersebut mencakup horison A dan B. Ketebalan solum mempengaruhi

kapasitas penyimpanan air, yang secara umum dapat dibedakan menjadi:

a) Sangat dangkal: < 20cm

b) Dangkal: 20 - 50cm

c) Sedang: 50 - 75cm

d) Dalam: > 75 cm

Gambar 6. Tingkat Kedalaman Tanah

4) Horizontal tanah

Horizonisasi tanah merupakan bentukan lapisan tanah secara vertikal.

Horison tanah berbeda dengan lapisan tanah. Horison tanah dinyatakan dengan

symbol A, B dan C, sedangkan lapisan tanah dinyatakan dengan simbol I, II, III

dst. Bentukan tanah ini merupakan cerminan perkembangan tanah yang

dipengaruhi oleh kondisi iklim, topografi, bahan induk, vegetasi, organism dan

waktu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melihat penampang tanah

adalah kedalaman horizon, baik pada horison atas maupun horizon bawah,

keberadaan lapisan kedap air, dan permeabilitasnya. Pada jenis tanah tertentu

Page 23: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

19

terdapat hambatan perkembangan yang ditandai dengan adanya horison kedap air.

Horison ini dapat menyebabkan proses infiltrasi terhambat.

d. Morfometri DAS

Morfometri DAS merupakan ukuran kuantitatif karakteristik DAS yang

terkait dengan aspek geomorfologi suatu daerah. Karakteristik ini terkait dengan

proses pengatusan (drainase) air hujan yang jatuh di dalam DAS. Parameter

tersebut adalah luas DAS, bentuk DAS, jaringan sungai, kerapatan aliran, pola

aliran, dan gradien kecuraman sungai.

e. Bentuk SUB DAS Tengku

Bentuk SUB DAS mempengaruhi waktu konsentrasi air hujan yang

mengalir menuju outlet. Dimana pada SUB DAS tengku berbentuk bulu ayam

yang memiliki debit banjir sekuensial dan berurutan yang memerlukan waktu

lebih pendek untuk mencapai mainstream, memiliki topografi yang lebih curam

dibandingkan dengan bentuk DAS lainnya..

f. Jaringan Sungai

Jaringan sungai dapat mempengaruhi besarnya debit aliran sungai yang

dialirkan oleh anak-anak sungainya. Parameter ini dapat diukur secara kuantitatif

dari nisbah percabangan yaitu perbandingan antara jumlah alur sungai orde

tertentu dengan orde sungai satu tingkat di atasnya. Nilai ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi nisbah percabangan berarti sungai tersebut memiliki banyak anak-

anak sungai dan fluktuasi debit yang terjadi juga semakin besar.

Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam urutannya

terhadap induk sungai pada suatu DAS. Semakin banyak jumlah orde sungai,

semakin luas dan semakin panjang pula alur sungainya. Orde sungai dapat

ditetapkan dengan metode Horton, Strahler, Shreve, dan Scheidegger. Namun

pada umumnya metode Strahler lebih mudah untuk diterapkan dibandingkan

dengan metode yang lainnya. Berdasarkan metode Strahler, alur sungai paling

hulu yang tidak mempunyai cabang disebut dengan orde pertama (orde 1),

pertemuan antara orde pertama disebut orde kedua (orde 2), demikian seterusnya

Page 24: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

20

sampai pada sungai utama ditandai dengan nomor orde yang paling besar. Sebaran

sungai pada Das Krung Aceh dan Sub Das pendukungnya dapat dilihat pada Peta

Berikut :

Gambar 7. Peta Sebaran DAS dan Sub DAS Pada Kabupaten Aceh Besar(Sumber Peta. SIMDAS KEMENHUT, 2012)

g. Pengolahan Data Peta Sub DAS Tengku.

Peta-peta yang terdapat pada paper ini di olah dengan menggunak aplikasi

GIS dengan menggunakan beberapa sumber peta pendukung yang di overlay

menjadi peta yang di inginkan. Peta-peta pendukung bersumber di Peta

Page 25: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

21

BakoSutanal Tahun 2011 dan Peta Vektor pada Aplikasi DAS yang dikeluarkan

oleh Kementerian Kehutanan Tahun 2012 sebagai berikut :

a) Peta Adminitrasi Aceh

b) Peta Batas Kecamatan aceh Besar

c) Peta DAS Besar Kabupaten Aceh Besar

d) Peta Sub DAS Kabupaten Aceh Besar

e) Peta Jenis Tanah

f) Peta Topografi untuk melihat kelas lereng dan kemiringan tanah

g) Peta Tutupan Lahan pada Vektor SIMDAS

h. Penyebab Terjadinya Banjir Sub DAS Tengku.

Penyebab utama terjadinya banjir pada Sub DAS Tengku adalah akibat

tertutupnya aliran air yang berada pada anak-anak sungai yang terdapat pada hulu

Sub DAS di akibatkan oleh erosi dan sampah-sampah akibat pembukaan lahan

yang dikarenakan peralihan fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian kering.

Besarnya luasan peralihan lahan yang terdapat di Sub Das Tengku dapat dilihat

pada Peta Tutupan Lahan Pada Gambar 1.

i. Pengendalian Banjir Sub DAS Tengku Kec. Seulimum

Penanggulangan banjir tidak bisa hanya diselaikan dengan metode-metode

konvesional akan tetapi perlu adanya kegiatan normalisasi, pembuatan tanggul,

pembuatan talud dan segala macam kontruksi sipil dan perlu adanya upaya

rehabilitasi bagian hulu berupa rehabilitasi hutan dan lahan seperti penanaman

sepadan sungai, penanaman areal terbuka dan mengurangi kegiatan perladangan

berpindah.

Sub DAS Tengku telah dilakukan upaya pengendalian banjir berupa

normalisasi sungai, namun hal ini belum cukup mengingat areal terbuka pada

bagian hulu Sub DAS Sudah sangat kritis maka diharapkan pemerintah maupun

masyarakat perlu melakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan kawasan hulu.

Page 26: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

22

Gambar 8. Aktifitas Normalisasi Sub DAS Tengku (Sumber Gambar, BPBDKab. Aceh Besar, 2013)

3.2 Upaya Mitigasi Banjir Sungai.

a. Penanggulangan Bencana Banjir

1) Mitigasi

Mitigasi ancaman bahaya banjir dilakukan agar keadaan darurat

yang ditimbulkan oleh bahaya banjir dapat diringankan atau

dijinakan efeknya melalui:

a) Pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan prasarana

pengendalian banjir.

b) Perlindungan sumberdaya air dan lingkungan.

2) Tanggap Darurat

Tanggap darurat ditujukan untuk meningkatkan kemampuan

mengatasi keadaan darurat akibat banjir, dilakukan dengan cara:

Page 27: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

23

a) Mengerahkan sumber daya seperti: personil, bahan banjiran,

peralatan, dana dan bantuan darurat menggerakkan

masyarakat dan petugas satuan tugas penanggulangan

bencana banjir.

b) Mengamankan secara darurat sarana dan prasarana

pengendali banjir yang berada dalam kondisi kritis dan

c) Mengevakuasi penduduk dan harta benda.

3) Pemulihan

Pemulihan dilakukan terhadap sarana dan prasarana sumber daya

air serta lingkungan akibat bencana banjir kepada fungsi semula,

melalui:

a) Inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan

prasarana sumber daya air, kerusakan lingkungan, korban

jiwa, dan perkiraan kerugian yang ditimbulkan;

b) Merencanakan dan melaksanakan program pemulihan,

berupa: rehabilitasi, rekonstruksi atau pembangunan baru

sarana dan prasarana sumberdaya air; dan

c) Penataan kembali kondisi sosial ekonomi masyarakat yang

terkena bencana banjir.

4) Pengawasan

Salah satu tugas dinas dan/atau badan hukum yang mengelola

wilayah sungai adalah melaksanakan pengendalian banjir. Agar

tugas tersebut dapat terlaksana sebagaimana mestinya, maka

diperlukan pengawasan oleh BPBD provinsi (atau Satkorlak) dan

BPBD kabupaten/kota (Satlak) yang meliputi:

a) Pengawasan terhadap dampak dari banjir

b) Pengawasan terhadap upaya penanggulangannya.

Page 28: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

24

5) Kelembagaan

Pengaturan

Pengendalian banjir di suatu wilayah sungai diselenggarakan oleh

Pemerintah, pemerintah daerah, atau badan hukum sesuai

kewenangan masing-masing, yang pelaksanaannya

dikoordinasikan oleh BNPB, BPBD provinsi (atau Satkorlak), dan

BPBD kabupaten/kota (Satlak).

6) Organisasi

Pengendalian banjir merupakan sebagian tugas yang diemban

oleh pengelola sumber daya air wilayah sungai. Untuk

melaksanakan tugas tersebut, di dalam struktur organisasi

pengelola sumber daya air wilayah sungai terdapat unit yang

menangani pengendalian banjir.

Tugas-tugas unit yang menangani pengendalian banjir adalah:

a) Melaksanakan pengumpulan data, pembuatan peta banjir,

penyusunan rencana teknis pengendalian banjir;

b) Melaksanakan analisis hidrologi dan penyebab banjir;

c) Melaksanakan penyusunan prioritas penanganan daerah

rawan banjir;

d) Melaksanakan pengendalian bahaya banjir, meliputi tindakan

darurat pengendalian dan penanggulangan banjir;

e) Menyusun dan mengoperasikan sistem peramalan dan

peringatan dini banjir;

f) Melaksanakan persiapan, penyusunan, dan penetapan

pengaturan dan petunjuk teknis pengendalian banjir; dan

g) Menyiapkan rencana kebutuhan bahan untuk penanggulangan

banjir.

Page 29: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

25

Sumber Daya Pendukung

Personil

a) Kelompok tenaga ahli

Tenaga ahli yang diperlukan adalah tenaga ahli yang

memenuhi kualifikasi di bidang sumber daya air, antara lain:

bidang hidrologi, klimatologi, hidrolika, sipil, elektro

mekanis, hidrogeologi, geologi teknik, dan tenaga ahli

lainnya yang berhubungan dengan masalah banjir.

b) Kelompok tenaga lapangan

Dalam pelaksanaan pengendalian banjir, dibutuhkan petugas

lapangan dalam jumlah cukup, utamanya untuk kegiatan

pemantauan dan tindakan turun tangan.

Sarana dan Prasarana

Peralatan dan bahan dalam rangka pengendalian banjir terdiri

dari:

c) Peralatan hidrologi dan hidrometri (antara lain: peralatan

klimatologi, AWLR, ARR, extensometer);

d) Peralatan komunikasi (antara lain: radio komunikasi, telepon,

faksimili);

e) Alat-alat berat dan transportasi (antara lain: bulldozer,

excavator, truk);

f) Perlengkapan kerja penunjang (antara lain: sekop, gergaji,

cangkul, pompa air);

g) Perlengkapan untuk evakuasi (antara lain: tenda darurat,

perahu karet, dapur umum, obat obatan);

h) Bahan banjiran (a.l. karung plastik, bronjong kawat, bambu,

dolken kayu).

Page 30: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

26

Dana

Dalam pengendalian banjir, diperlukan alokasi dana yang

diupayakan selalu tersedia. Dana yang diperlukan tersebut harus

dialokasikan sebagai dana cadangan yang bersumber dari APBN,

APBD, atau sumber dana lainnya. Dana cadangan disediakan

sesuai ketentuan yang berlaku.

Koordinasi

Lembaga Koordinasi

Berkaitan dengan pengendalian banjir, lembaga koordinasi yang

ada adalah Tim Penanggulangan Bencana Alam. Pada tingkat

nasional adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana

(BNPB), pada tingkat provinsi adalah BPBD provinsi (jika belum

dibentuk dikoordinir oleh Satkorlak PB), dan pada tingkat

kabupaten/kota adalah BPBD kabupaten/kota (jika tidak dibentuk

dikoordinir oleh Satlak PB).

Obyek yang dikoordinasikan dalam pengendalian serta

penanggulangan banjir dapat dipisahkan menjadi tahapan sebelum

banjir, saat banjir, dan sesudah banjir.

a) Sebelum Banjir

o Perencanaan rute evakuasi dan tempat penampungan

penduduk.

o Perencanaan program penyelamatan dan pertolongan

kepada masyarakat.

o Perencanaan rute pengiriman material penanggulangan

pada tempat-tempat kritis.

o Perencanaan rute pengiriman logistik kepada

masyarakat.

o Perencanaan jenis dan jumlah bahan serta peralatan

banjiran.

Page 31: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

27

o Penyiapan sarana dan prasarana pendukung serta

Sumberdaya Manusia.

b) Saat Banjir

o Evakuasian penduduk sesuai dengan prosedur.

o Memberikan bantuan kepada penduduk.

c) Sesudah Banjir

o Pemulihan kembali pemukiman penduduk, prasarana

umum, bangunan pengendali banjir, dan lain-lain.

o Pengembalian penduduk ke tempat semula.

o Pengamatan, pendataan kerugian dan kerusakan banjir.

d) Mekanisme Koordinasi

Koordinasi dalam pengendalian banjir dilakukan secara

bertahap melalui BPBD kabupaten (Satlak PB), BPBA, dan

BNPB. Dalam forum koordinasi tersebut, dilakukan

musyawarah untuk memutuskan sesuatu yang sebelumnya

mendengarkan pendapat dari anggota yang mewakili instansi

terkait.

e) Sistem Pelaporan

Dinas/Instansi/Badan hukum pengelola wilayah sungai

melaporkan hal-hal sebagai berikut:

o Karakteristik banjir (antara lain: hidrologi banjir, peta

daerah rawan banjir, banjir bandang);

o Kejadian banjir (antara lain: waktu, lokasi, lama dan luas

genangan banjir);

o Kerugian akibat banjir (antara lain: korban jiwa, harta

benda, sosial ekonomi);

Page 32: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

28

o Kerusakan (antara lain: sarana dan prasarana,

permukiman, pertanian, perikanan, lingkungan);

o Penanggulangan darurat; dan

o Usulan program pemulihan secara menyeluruh.

Laporan tersebut di atas disampaikan kepada

Bupati/Walikota/Gubernur/Menteri sesuai dengan jenis dan

tingkatannya (http://piba.tdmrc.org)

Page 33: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

29

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan.

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diambil

kesimpulan :

1. Sub DAS Tengku bermuara pada Sungai Krueng Raya Kecamatan

Masjid Raya Kabupaten Aceh Besar.

2. Tingkat tutupan lahan pada Sub DAS Tengku telah mengalami

pengurangan yang diakibatkan oleh aktivitas masyarakat membuat

perladangan berpindah.

3. Persentase kerusakan lahan akibat banjir ± 62.37 Ha. Dari Luasan

Sub DAS Tengku ± 619 KM2

4. Konsep penanggulangan banjir Sub DAS Tengku dilakukan hanya

menggunakan metode normalisasi semata tanpa memperhatikan

struktur ekologis.

4.2 Saran

1. Pengembangan konsep pengendalian banjir diharapkan

memperhatikan kondisi ekologis hulu sungai.

2. Adanya upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap

kelestarian lingkungan.

3. Adanya kebijakan dati pemerintah untuk mengaplikasikan konsep

pengendalian berbasis sadar lingkungan.

Page 34: Kajian banjir bandang (studi kasus sub das tengku das kreung aceh kabupaten aceh besar)

30

REFFERENSI

1. http://www.portalkbr.com/nusantara/acehdansumatera/2418858_4264.ht

ml (dikutip pada 14 Mei 2013, jam 10.00 WIB)

2. http://aceh.tribunnews.com/2013/01/03/banjir-luapan-rendam-beureuneut

(dikutip pada 14 Mei 2013, jam 10.30 WIB)

3. http://www.acehkita.com/berita/sejumlah-desa-di-aceh-besar-banjir/

(dikutip pada 14 Mei 2013, jam 11.00 WIB)

4. http://www.tempo.co/read/news/2013/01/05/058452236/Banjir-di-Aceh-

Besar-Satu-Tewas (dikutip pada 14 Mei 2013, jam 20.00 WIB)

5. http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir (dikutip pada 15 Mei 2013, jam 14.00

WIB)

6. http://piba.tdmrc.org (dikutip pada 15 Mei 2013, jam 15.00 WIB)

7. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Aceh Besar

8. SIMDAS KEMENHUT, 2012