kaidah dasar bioetika copi
DESCRIPTION
assasTRANSCRIPT
Buku Ajar : Bioetik dan Hukum Kedokteran
Kaidah dasar bioetika ( alturism dalam berpraktek )
Benefecience
No Kriteria Ada Tidak ada
1 Mengutamakan altruism
2 Menjamin nilai pokok harkat & martabat manusia
3 Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter
4 Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya
5 Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang
6 Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7 Pembatasan goal-based
8 Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9 Minimalisasi akibat buruk
10 Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11 Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12 Tidak menarik honorarium di luar kepantasan
13 Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14 Mengembangkan profesi secara terus-menerus
15 Memberikan obat berkhasiat namun murah
16 Menerapkan Golden Rule Principle
Bab V : BIOETIK - dr Meivy Isnoviana,SH
26
Buku Ajar : Bioetik dan Hukum Kedokteran
KDB NONMALEFICENCE
No Kriteria Ada Tidak ada
1 Menolong pasien emergensi
2 Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah:
Pasien dalam keadaan amat berbahaya (darurat)/ beresiko hilangnya sesuatu yang penting (gawat)
Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
Tindakan dokter tersebut terbukti efektif
Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami resiko minimal)
3 Mengobati pasien yang luka
4 Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia)
5 Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien
6 Tidak memandang pasien sebagai objek
7 Mengobati secara tidak proporsional
8 Tidak mencegah pasien dari bahaya
9 Menghindari misrepresentasi dari pasien
10 Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian
11 Tidak memberikan semangat hidup
12 Tidak melindungi pasien dari serangan
13 Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan/kerumahsakitan yang merugikan pihak pasien/keluarganya
Bab V : BIOETIK - dr Meivy Isnoviana,SH
27
Buku Ajar : Bioetik dan Hukum Kedokteran
KDB OTONOMI
No Kriteria Ada Tidak ada
1 Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2 Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada kondisi elektif)
3 Berterus terang
4 Menghargai privasi
5 Menjaga rahasia pasien
6 Menghargai rasionalitas pasien
7 Melaksanakan informed consent
8 Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9 Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien
10 Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri
11 Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
12 Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13 Menjaga hubungan (kontrak)
Bab V : BIOETIK - dr Meivy Isnoviana,SH
28
Buku Ajar : Bioetik dan Hukum Kedokteran
KDB JUSTICE
No Kriteria Ada Tidak ada
1 Memberlakukan segala sesuatu secara universal
2 Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3 Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4 Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, accessibility, availability, quality)
5 Menghargai hak hukum pasien
6 Menghargai hak orang lain
7 Menjaga kelompok yang rentan (paling dirugikan)
8 Tidak melakukan penyalahgunaan
9 Bijak dalam makro alokasi
10 Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien
11 Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kebutuhan pasien
12 Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil
13 Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14 Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat
15 Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan
16 Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status sosial, dll
Bahan Bacaan : Basic of Bioethics ( Robert Mc Veatch) bab II hal 37-51
Bab V : BIOETIK - dr Meivy Isnoviana,SH
29
Buku Ajar : Bioetik dan Hukum Kedokteran
Kasus I ( Beneficience )
Ardi adalah seorang dokter yang baru saja lulus dari fakultas
Kedokteran, setelah mendapatkan STR Ardi melamar menjadi dokter
PTT dan diterima didaerah Dampit kecamatan Ubalan Malang Selatan.
Perjalanan yang dia tempuh menuju ke Puskemas pembantu
yang dia tempati lumayan sulit, karena dia hanya bisa menggunakan
motor untuk menyebrang sungai kecil dan melewati makam desa.
Dengan jalan yang masih makadam. Namun karena rasa
pengabdiannya dia tak pernah mengeluh, penduduk sekitar PUSTU
merasa terbantu dengan kedatangan Ardi yang tanpa kenal lelah
selalu menyempatkan mampir kerumah penderita yang membutuhkan
pertolongannya.
Suatu malam sekitar pukul 11 ,saat Ardi baru saja pulang dari
Kabupaten, rumah kosnya diketuk penduduk sekitar yang memintanya
untuk memeriksa Pak Karto yang usianya sudah 70 tahun dan
menderita sesak. Dengan mata sedikit terpejam Ardi menuruti
permintaan anak Pak Karto, padahal saat itu hujan deras baru saja
reda sehingga jalan yang dilalui semakin sulit dengan lumpur yang
tebal. Jarak rumah kosnya dengan rumah pak Karto dalam kondisi
seperti ini susah dilalui oleh oleh motor dan memerlukan waktu sekitar
1 jam berjalan kaki. Sesampainya disana Motor Ardi dititipkan pada
rumah salah satu penduduk dan dia bersama anak Pak Karto berjalan
kaki menyebrangi persawahan yang licin. Tapi hal ini tidak membuat
Ardi patah semangat mengingat profesi dokter adalah cita-citanya
sejak kecil. Sesampainya disana kondisi pak karto agak memburuk
dengan panas dan dehidrasi, tanpa ragu Ardi memasang infus serta
Bab V : BIOETIK - dr Meivy Isnoviana,SH
30
Buku Ajar : Bioetik dan Hukum Kedokteran
meminta anak pak karto untuk terus mengompresnya, Ardi
menghabiskan waktu sampai subuh dirumah pak karto sambir
menunggu cairan infus habis. Setelah kondiri pak Karto membaik Ardi
memberi pak Karto obat-obatan untuk diminum dan memintanya
kontrol ke puskemas setelah obat habis. Ardipun undur diri setelah
semua urusan selesai, dan kembali ketempat kosnya. Pukul 8 pagi Ardi
telah kembali bertugas dipuskemas dan ditunggu oleh ratusan
pasiennya.
KASUS II ( Nonmalefiecence )
Dalam Perjalanan ke Malang , Ita melihat ada kecelakaan di jalan
antara sepeda motor dengan Truk tronton. Sepeda motor seorang
pemuda itu ringsek, dengan kondisi pengemudinya tergeletak dijalan.
Sebenarnya hari Ita harus melapor ke direktur rumah sakit berkaitan
dengan tugasnya sebagai dokter jaga pindahan dari rumah sakit
lawang.
Kondisi pemuda tersebut cukup mengenaskan karena dia
terlempar sejauh 200 meter . Ita memeriksa dengan seksama ,
ternyata ada luka dikepala dan dari hidung keluar darah segar, segera
Ita melakukan pertolongan pertolongan basic life support dan
meminta beberapa orang membuat pagar betis untuk memberi ruang
pada penderita serta menelpon untuk meminta bantuan ambulans
untuk dibawa kerumah sakit terdekat, karena Ita menyimpulkan
pemuda itu menderita gegar otak serta melarang orang mengangkat
pemuda tersebut karena dikuatirkan akan timbul trauma kepala lebih
parah. Ita menunggu sampai ambulans tiba ditempat kejadian.
Petugas segera membawa pemuda tersebut ke rumah sakit dan
Ita kembali menerurskan perjalanan ke Malang dengan resiko akan
mendapat teguran karena datang terlambat.
Bab V : BIOETIK - dr Meivy Isnoviana,SH
31
Buku Ajar : Bioetik dan Hukum Kedokteran
KASUS III ( AUTONOMI )
Seorang pasien berobat kerumah sakit swasta terkenal di kota X
dengan keluhan nyeri nyeri perut bagian bawah. Oleh dokter jaga UGD
penderita disarankan untuk cek laboratorium serta melakukan foto
USG, mengingat ada keluhan panas serta mual . Tetapi penderita
bersikeras menolak melakukan foto USG karena dia menganggap
dirinya tidak apa-apa tetapi tetap bersedia melakukan tes laboratorium
. Hasil tes laboratorium leukosit menunjukkan hasil diatas normal
sehingga dokter jaga menyarankan penderita untuk tes USG karena
dikuatirkan terserang usus buntu dan menjalani rawat inap untuk
observasi. Penderita tetap bersikeras menolak dan meminta berobat
jalan. Karena tidak mau mengambil resiko dokter jaga memberikan
surat persetujuan atau informed consent untuk ditandatangani bahwa
penderita menolak rawat inap serta tes USG .Sambil dokter jaga
menerangkan secara detail akibat yang bisa terjadi bila tidak dilakukan
operasi dan berpesan untuk segera kerumahsakit terdekat bila muntah
dan panas yang tidak kunjung datang. Dengan berat hati penderita
menandatangani surat persetujuan tersebut dan mendapatkan resep
untuk ditebus di apotik .
Bab V : BIOETIK - dr Meivy Isnoviana,SH
32
Buku Ajar : Bioetik dan Hukum Kedokteran
KASUS IV ( JUSTICE )
Dr Cantik adalah dokter praktek perorangan yang prakteknya
lumayan ramai walaupun terletak di sudut kota. Setiap hari dr Cantik
membuka prakteknya pukul 6 sore sampai 11 malam, bahkan bisa
lebih tergantung pasien yang datang. Karena tempat prakteknya jauh
dari apotik maka dokter Cantik meberikan obat langsung kepada
pasien, atau yang lebih dikenal dengan dispensing. Karena tarif yang
sangat murah pasien rela antri dengan tertib sesuai dengan nomor
urut yang dibagikan oleh suster kemayu yang membantu dokter
Cantik.
Suatu hari saat-saat pasien dalam antrian , tiba-tiba ada seorang
ibu dengan dandanan menor mendadak masuk. Otomatis pasien yang
lain protes, karena ibu tadi masuk tanpa antrian. Suster hanya
mengatakan beliau adalah ibu pejabat yang sudah menelpon. Setelah
ibu pejabat keluar pasien yang gilirannya diserobot langsung protes
pada dokter Cantik. Dengan lemah lembut dokter Cantik meminta Bab V : BIOETIK - dr Meivy Isnoviana,SH
33
Buku Ajar : Bioetik dan Hukum Kedokteran
maaf karena telah membiarkan Pak Narto menungga sedikit lebih
lama, karena ibu walikota hanya ingin berkonsultasi dengan dokter
Cantik. Pak Narto tidak lagi mempersoalkan baginya dokter Cantik
sudah minta maaf serta memeriksanya .
KAIDAH DASAR BIOETIKA
Kaidah dasar (prinsip) Etika / Bioetik adalah aksioma yang
mempermudah penalaran etik. Prinsip-prinsip itu harus spesifik. Pada
praktiknya, satu prinsip dapat dibersamakan dengan prinsip yang lain.
Tetapi pada beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip
menjadi lebih penting dan sah untuk digunakan dengan mengorbankan
prinsip yang lain. Keadaan terakhir disebut dengan prima facie. Konsil
Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran
barat, menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu
kepada 4 kaidah dasar moral (sering disebut kaidah dasar etika
kedokteran atau bioetika), juga prima facie dalam penerapan
praktiknya secara skematis dalam gambar berikut
Bab V : BIOETIK - dr Meivy Isnoviana,SH
34
Prima Facie ‘ilat yang sesuaibeneficence
Autonomy
Non maleficence Justice
Buku Ajar : Bioetik dan Hukum Kedokteran
Gambar. empat kaidah dasar etika dalam praktik kedokteran, dengan
prima facie sebagai judge; penentu kaidah dasar mana yang dipilih
ketika berada dalam konteks tertentu (‘ilat) yang relevan.
Menghormati martabat manusia (respect for person/autonomy).
Menghormati martabat manusia. Pertama, setiap individu (pasien)
harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki otonomi (hak
untuk menentukan nasib diri sendiri), dan kedua, setiap manusia
yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan
perlindungan.
Pandangan Kant : otonomi kehendak = otonomi moral yakni : kebebasan bertindak,
memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran
terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau
campur-tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar
prinsip rasional atau self-legislation dari manusia.
Pandangan J. Stuart Mill : otonomi tindakan/pemikiran = otonomi individu, yakni
kemampuan melakukan pemikiran dan tindakan (merealisasikan keputusan dan
kemampuan melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi pandang pribadi.
<!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->Menghendaki, menyetujui, membenarkan,
mendukung, membela, membiarkan pasien demi dirinya sendiri = otonom
(sebagai mahluk bermartabat).
<!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->Didewa-dewakan di Anglo-American yang
individualismenya tinggi.
<!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->Kaidah ikutannya ialah : Tell the truth,
hormatilah hak privasi liyan, lindungi informasi konfidensial, mintalah consent
untuk intervensi diri pasien; bila ditanya, bantulah membuat keputusan penting.
<!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->Erat terkait dengan doktrin informed-consent,
kompetensi (termasuk untuk kepentingan peradilan), penggunaan teknologi baru,
Bab V : BIOETIK - dr Meivy Isnoviana,SH
35
Buku Ajar : Bioetik dan Hukum Kedokteran
dampak yang dimaksudkan (intended) atau dampak tak laik-bayang (foreseen
effects), letting die.
b. <!--[endif]-->Berbuat baik (beneficence). Selain menghormati
martabat manusia, dokter juga harus mengusahakan agar pasien
yang dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya (patient welfare).
Pengertian ”berbuat baik” diartikan bersikap ramah atau menolong,
lebih dari sekedar memenuhi kewajiban.
Tindakan berbuat baik (beneficence)
General beneficence :
o melindungi & mempertahankan hak yang lain
o mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
o menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,
Specific beneficence :
o menolong orang cacat,
o menyelamatkan orang dari bahaya.
Mengutamakan kepentingan pasien
Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter/rumah
sakit/pihak lain
Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya > akibat-buruk)
Menjamin nilai pokok : “apa saja yang ada, pantas (elok) kita bersikap baik
terhadapnya” (apalagi ada yg hidup).
Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence). Praktik Kedokteran
haruslah memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan paling
besar manfaatnya. Pernyataan kuno: first, do no harm, tetap
berlaku dan harus diikuti.
Bab V : BIOETIK - dr Meivy Isnoviana,SH
36
Buku Ajar : Bioetik dan Hukum Kedokteran
Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien, seperti :
Tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien
Minimalisasi akibat buruk
Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal :
Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang
penting
Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal).
Norma tunggal, isinya larangan.
Keadilan (justice). Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi,
pandangan politik, agama dan faham kepercayaan, kebangsaan
dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan jender
tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap
pasiennya. Tidak ada pertimbangan lain selain kesehatan pasien
yang menjadi perhatian utama dokter.
Treat similar cases in a similar way = justice within morality.
Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai fairness) yakni :
Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari kebutuhan
mereka (kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien yang
memerlukan/membahagiakannya)
b. Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka
(kesamaan beban sesuai dengan kemampuan pasien). Bab V : BIOETIK - dr Meivy Isnoviana,SH
37
Buku Ajar : Bioetik dan Hukum Kedokteran
Tujuan : Menjamin nilai tak berhingga setiap pasien sebagai
mahluk berakal budi (bermartabat), khususnya : yang-hak dan
yang-baik
Jenis keadilan :
Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima)
Distributif (membagi sumber) : kebajikan membagikan sumber-sumber
kenikmatan dan beban bersama, dengan cara rata/merata, sesuai keselarasan
sifat dan tingkat perbedaan jasmani-rohani; secara material kepada :
Setiap orang andil yang sama
Setiap orang sesuai dengan kebutuhannya
Setiap orang sesuai upayanya.
Setiap orang sesuai kontribusinya
Setiap orang sesuai jasanya
Setiap orang sesuai bursa pasar bebas
c. Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan
kesejahteraan bersama :
Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi
menekankan efisiensi social dan memaksimalkan nikmat/keuntungan
bagi pasien.
Libertarian : menekankan hak kemerdekaan social – ekonomi
(mementingkan prosedur adil > hasil substantif/materiil).
Komunitarian : mementingkan tradisi komunitas tertentu
Bab V : BIOETIK - dr Meivy Isnoviana,SH
38
Buku Ajar : Bioetik dan Hukum Kedokteran
Egalitarian : kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap
bernilai oleh setiap individu rasional (sering menerapkan criteria
material kebutuhan dan kesamaan).
Hukum (umum) :
Tukar menukar : kebajikan memberikan / mengembalikan hak-hak kepada
yang berhak.
pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup
bersama) mencapai kesejahteraan umum.
Prima Facie : dalam kondisi atau konteks tertentu, seorang dokter
harus melakukan pemilihan 1 kaidah dasar etik ter-”absah” sesuai
konteksnya berdasarkan data atau situasi konkrit terabsah (dalam
bahasa fiqh ’ilat yang sesuai). Inilah yang disebut pemilihan
berdasarkan asas prima facie.
Norma dalam etika kedokteran (EK) :
Merupakan norma moral yang hirarkinya lebih tinggi dari norma hukum dan norma
sopan santun (pergaulan)
Fakta fundamental hidup bersusila :
Etika mewajibkan dokter secara mutlak, namun sekaligus tidak memaksa. Jadi dokter
tetap bebas,. Bisa menaati atau masa bodoh. Bila melanggar : insan kamil (kesadaran
moral = suara hati)nya akan menegur sehingga timbul rasa bersalah, menyesal, tidak
tenang.
Sifat Etika Kedokteran :
Bab V : BIOETIK - dr Meivy Isnoviana,SH
39
Buku Ajar : Bioetik dan Hukum Kedokteran
1. Etika khusus (tidak sepenuhnya sama dengan etika umum)
2. Etika sosial (kewajiban terhadap manusia lain / pasien).
3. Etika individual (kewajiban terhadap diri sendiri = selfimposed,
zelfoplegging)
4. Etika normatif (mengacu ke deontologis, kewajiban ke arah
norma-norma yang seringkali mendasar dan mengandung 4 sisi
kewajiban = gesinnung yakni diri sendiri, umum, teman sejawat
dan pasien/klien & masyarakat khusus lainnya)
5. Etika profesi (biasa):
bagian etika sosial tentang kewajiban & tanggungjawab profesi
bagian etika khusus yang mempertanyakan nilai-nilai, norma-norma/kewajiban-
kewajiban dan keutamaan-keutamaan moral
Sebagian isinya dilindungi hukum, misal hak kebebasan untuk menyimpan
rahasia pasien/rahasia jabatan (verschoningsrecht)
Hanya bisa dirumuskan berdasarkan pengetahuan & pengalaman profesi
kedokteran.
Untuk menjawab masalah yang dihadapi (bukan etika apriori); karena telah
berabad-abad, yang-baik & yang-buruk tadi dituangkan dalam kode etik
(sebagai kumpulan norma atau moralitas profesi)
Isi : 2 norma pokok :
sikap bertanggungjawab atas hasil pekerjaan dan dampak praktek profesi bagi
orang lain;
bersikap adil dan menghormati Hak Asasi Manusia (HAM).
6. Etika profesi luhur/mulia :
Bab V : BIOETIK - dr Meivy Isnoviana,SH
40
Buku Ajar : Bioetik dan Hukum Kedokteran
Isi : 2 norma etika profesi biasa ditambah dengan :
Bebas pamrih (kepentingan pribadi dokter < style="">
Ada idealisme : tekad untuk mempertahankan cita-cita luhur/etos profesi =
l’esprit de corpse pour officium nobile
7. Ruang lingkup kesadaran etis : prihatin terhadap krisis moral akibat pengaruh
teknologisasi dan komersialisasi dunia kedokteran.
KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA PENYELENGGARAAN PRAKTIK
KEDOKTERAN YANG BAIK DI INDONESIA 2006
Agus Purwadianto, Segi Kontekstual Pemilihan Prima Facie Kasus
Dilemma Etik dan Penyelesaian Kasus Konkrit Etik, dalam bahan
bacaan Program Non Gelar Blok II FKUI Juni 2007
Professor Omar Hasan Kasule; September 2007; Filosofi Dalam Etika
Kedokteran : Studi Banding Antara Sudut Pandang Islam dan Barat
(Eropa); Seminar dan Lokakarya Implementasi Nilai-nilai Islam di dalam
Pendidikan Kedokteran di Indonesia 8 – 9 September 2007
Agus Purwadianto, Segi Kontekstual Pemilihan Prima Facie Kasus Dilemma Etik dan Penyelesaian Kasus Konkrit Etik, dalam bahan bacaan Program Non Gelar Blok II FKUI Juni 2007
Bab V : BIOETIK - dr Meivy Isnoviana,SH
41