kadar timbal (pb) dalam darah dan hubungannya dengan...

6
BioSMART ISSN: 1411-321X Volume 7, Nomor 1 April 2005 Halaman: 60-65 2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta Alamat korespondensi: Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126 Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected] Kadar Timbal (Pb) dalam Darah dan Hubungannya dengan Kadar Hb Darah Akibat Emisi Kendaraan Bermotor pada Petugas DLLAJ di Kota Surakarta Plumbum (Pb) content in blood and its correlation to Hb content in blood of result motorized vehicles of DLLAJ officials in Surakarta TUNGGUL RINA MARDANI, PRABANG SETIYONO , SHANTI LISTYAWATI Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126 Diterima: 5 Januari 2005. Disetujui: 1 Maret 2005. ABSTRACT The purposes of this research were to know the content of Pb in air dust, the content of Pb and Hb in DLLAJ official’s blood and aimed to explain the corelation between Pb and Hb content in blood of both DLLAJ officials, worked in the Tirtonadi bus station of Surakarta and those worked in the office of DLLAJ of Surakarta. Data was collected through purposive quota random sampling technique. Thirty DLLAJ field officials were choosed as object of this research. They were devided into two groups, i.e. polluted group and non polluted group. Data was analized by using t-test to find out differences between polluted and non polluted. The analysis continued by regression correlation to seek relation between parameters. The result showed that Pb content in dust in Tirtonadi bus stations was 0.0438 µg/m 3 and in the DLLAJ office was 0.0065 µg/m 3 . The Pb content in blood of Tirtonadi bus stations officials was 0.3251 ppm. Other wise, Pb content in the office DLLAJ blood was 0.1970 ppm. Hb content in blood of Tirtonadi bus stations official was 16,09 g Hb/dl. Other wise, Hb content in office DLLAJ blood was 16,51 g Hb/dl. There was no significant correlation beetwen Pb and Hb content in blood. Keywords: Pb content, air dust, blood, Hb, correlation values. PENDAHULUAN Pembangunan di bidang teknologi dan industri berjalan sangat pesat. Pembangunan tersebut merupakan usaha un- tuk menyediakan sarana dan prasarana pendukung kesejah- teraan manusia. Salah satu di antaranya adalah pertambah- an sarana transportasi kendaraan bermotor. Pertambahan sarana transportasi memang memberikan dampak positif, namun ternyata juga memberikan dampak negatif karena dapat menurunkan kualitas lingkungan, salah satunya terjadi karena adanya emisi gas buang dari kendaraan berbahan bakar yang mengandung Pb. Emisi gas buang merupakan hasil samping dari pembakaran yang terjadi dalam mesin-mesin kendaraan. Pb yang merupakan hasil samping dari pembakaran ini berasal dari senyawa tetrametil-Pb dan tetraetil-Pb yang selalu ditambahkan dalam bahan bakar kendaraan bermotor dan berfungsi sebagai anti ketuk (anti-knock) pada mesin-mesin kendaraan (Heryando, 1994). Emisi gas buang yang mengandung Pb jika dihirup oleh manusia akan menyebabkan keracunan sistemik. Menurut Slamet (1994) keracunan Pb akan menimbulkan gejala: rasa logam di mulut, garis hitam pada gusi, gangguan pencernakan, anoreksia, muntah-muntah, kolik, encephalitis, wrist drop, iritasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan dan kebutaan. Basophilic stippling dari sel darah merah merupakan gejala patognomonis bagi keracunan Pb. Gejala lain dari keracunan ini berupa anemia dan albuminuria. Penelitian yang dilakukan oleh Ludirdja dkk. (1996) menyatakan adanya kelainan pada cairan semen yaitu: jumlah spermatozoa lebih sedikit dari standar normal, gerakan spermatozoa lebih lambat dari standar normal dan bentuk spermatozoa normal mempunyai nilai yang lebih rendah dari standar normal. Menurut Connel dan Miller (1995) Pb mempengaruhi pembentukan sel-sel darah dalam tulang belakang dan menghambat sintesis hemoglobin. Faktor meteorologis mempunyai peran yang sangat utama dalam menentukan kualitas udara di suatu daerah. Dalam sistem pencemaran udara intensitas emisi pencemar sumber akan masuk ke dalam atmosfer sebagai medium penerima. Atmosfer sendiri merupakan suatu medium yang sangat dinamik, ditandai dengan kemampuan-kemampuan sebagai berikut: (i) penyebaran (dispersi), (ii) pengenceran (dilusi), (iii) difusi (antar molekul gas dan atau partikel/aerosol), (iv) transformasi fisik-kimia dalam proses dan mekanisme kinetik atmosferik. Kemampuan atmosfer tersebut sangat ditentukan oleh berbagai faktor meteorologis seperti: (i) kecepatan dan arah angin, (ii) kelembaban, (iii) temperatur (gradien temperatur horisontal dan vertikal), (iv) tekanan (horisontal dan vertikal), (v) aspek permukaan (topografi morfologi) (Soedomo, 2001).

Upload: buicong

Post on 06-Jul-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kadar Timbal (Pb) dalam Darah dan Hubungannya dengan …biosains.mipa.uns.ac.id/B/B0701/B070113.pdf · normal dan bentuk spermatozoa normal mempunyai nilai yang lebih rendah dari

B i o S M A R T ISSN: 1411-321X Volume 7, Nomor 1 April 2005 Halaman: 60-65

2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

♥ Alamat korespondensi:

Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191. Tel. & Fax.: +62-368-21273. e-mail: [email protected], [email protected]

♥ Alamat korespondensi:

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126 Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail: [email protected]

Kadar Timbal (Pb) dalam Darah dan Hubungannya dengan Kadar Hb Darah Akibat Emisi Kendaraan Bermotor pada Petugas DLLAJ di Kota Surakarta

Plumbum (Pb) content in blood and its correlation to Hb content in blood of result motorized

vehicles of DLLAJ officials in Surakarta

TUNGGUL RINA MARDANI, PRABANG SETIYONO♥, SHANTI LISTYAWATI Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126

Diterima: 5 Januari 2005. Disetujui: 1 Maret 2005.

ABSTRACT

The purposes of this research were to know the content of Pb in air dust, the content of Pb and Hb in DLLAJ official’s blood and aimed to explain the corelation between Pb and Hb content in blood of both DLLAJ officials, worked in the Tirtonadi bus station of Surakarta and those worked in the office of DLLAJ of Surakarta. Data was collected through purposive quota random sampling technique. Thirty DLLAJ field officials were choosed as object of this research. They were devided into two groups, i.e. polluted group and non polluted group. Data was analized by using t-test to find out differences between polluted and non polluted. The analysis continued by regression correlation to seek relation between parameters. The result showed that Pb content in dust in Tirtonadi bus stations was 0.0438 µg/m3

and in the DLLAJ office was 0.0065 µg/m3. The Pb content in blood of Tirtonadi bus stations officials was 0.3251 ppm. Other wise, Pb content in the office DLLAJ blood was 0.1970 ppm. Hb content in blood of Tirtonadi bus stations official was 16,09 g Hb/dl. Other wise, Hb content in office DLLAJ blood was 16,51 g Hb/dl. There was no significant correlation beetwen Pb and Hb content in blood. Keywords: Pb content, air dust, blood, Hb, correlation values.

PENDAHULUAN Pembangunan di bidang teknologi dan industri berjalan

sangat pesat. Pembangunan tersebut merupakan usaha un-tuk menyediakan sarana dan prasarana pendukung kesejah-teraan manusia. Salah satu di antaranya adalah pertambah-an sarana transportasi kendaraan bermotor. Pertambahan sarana transportasi memang memberikan dampak positif, namun ternyata juga memberikan dampak negatif karena dapat menurunkan kualitas lingkungan, salah satunya terjadi karena adanya emisi gas buang dari kendaraan berbahan bakar yang mengandung Pb. Emisi gas buang merupakan hasil samping dari pembakaran yang terjadi dalam mesin-mesin kendaraan. Pb yang merupakan hasil samping dari pembakaran ini berasal dari senyawa tetrametil-Pb dan tetraetil-Pb yang selalu ditambahkan dalam bahan bakar kendaraan bermotor dan berfungsi sebagai anti ketuk (anti-knock) pada mesin-mesin kendaraan (Heryando, 1994).

Emisi gas buang yang mengandung Pb jika dihirup oleh manusia akan menyebabkan keracunan sistemik. Menurut Slamet (1994) keracunan Pb akan menimbulkan gejala: rasa logam di mulut, garis hitam pada gusi, gangguan pencernakan, anoreksia, muntah-muntah, kolik,

encephalitis, wrist drop, iritasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan dan kebutaan. Basophilic stippling dari sel darah merah merupakan gejala patognomonis bagi keracunan Pb. Gejala lain dari keracunan ini berupa anemia dan albuminuria. Penelitian yang dilakukan oleh Ludirdja dkk. (1996) menyatakan adanya kelainan pada cairan semen yaitu: jumlah spermatozoa lebih sedikit dari standar normal, gerakan spermatozoa lebih lambat dari standar normal dan bentuk spermatozoa normal mempunyai nilai yang lebih rendah dari standar normal. Menurut Connel dan Miller (1995) Pb mempengaruhi pembentukan sel-sel darah dalam tulang belakang dan menghambat sintesis hemoglobin.

Faktor meteorologis mempunyai peran yang sangat utama dalam menentukan kualitas udara di suatu daerah. Dalam sistem pencemaran udara intensitas emisi pencemar sumber akan masuk ke dalam atmosfer sebagai medium penerima. Atmosfer sendiri merupakan suatu medium yang sangat dinamik, ditandai dengan kemampuan-kemampuan sebagai berikut: (i) penyebaran (dispersi), (ii) pengenceran (dilusi), (iii) difusi (antar molekul gas dan atau partikel/aerosol), (iv) transformasi fisik-kimia dalam proses dan mekanisme kinetik atmosferik. Kemampuan atmosfer tersebut sangat ditentukan oleh berbagai faktor meteorologis seperti: (i) kecepatan dan arah angin, (ii) kelembaban, (iii) temperatur (gradien temperatur horisontal dan vertikal), (iv) tekanan (horisontal dan vertikal), (v) aspek permukaan (topografi morfologi) (Soedomo, 2001).

Page 2: Kadar Timbal (Pb) dalam Darah dan Hubungannya dengan …biosains.mipa.uns.ac.id/B/B0701/B070113.pdf · normal dan bentuk spermatozoa normal mempunyai nilai yang lebih rendah dari

MARDANI dkk. – Kadar Pb dalam darah petugas DLLAJ Kota Surakarta 61

Petugas lapangan DLLAJ yang bekerja di terminal bus mempunyai kencenderungan yang besar keracunan logam berat Pb, karena menurut Darmono (1995) bahwa keracunan Pb pada orang dewasa biasanya terjadi di tempat mereka bekerja. Berdasarkan atas pertimbangan tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai kadar bahan pencemar Pb dalam darah yang akan berhubungan dengan kadar Hb darah para petugas DLLAJ di Terminal Tirtonadi dan di Kantor DLLAJ Kota Surakarta dengan memperhatikan adanya faktor-faktor meteorologis di lokasi penelitian tersebut.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan lokasi Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September

2002. Tempat penelitian dilakukan di Terminal Tirtonadi sebagai lokasi terpapar dan kantor DLLAJ kota Surakarta sebagai lokasi tidak terpapar (kontrol).

Bahan dan alat

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel darah, sampel debu, EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetat) 1%, HCl 70%, HNO3 65% , H2O2 30%, aquades, HNO3 10%, Na2CO3 1 g, KCN 50 mg, K3Fe(CN)6 200 mg, K2SO4 25 g, alkohol 70%.

Alat-alat yang digunakan adalah termometer, hygrome-ter, anemometer, vakum bener, AAS (Atomic Absorbtion Spectrofotometri), spektrofotometer, gelas piala, kaca arloji, kertas saring Whatman ukuran 42, hotplate, jarum suntik dan disposible syring ukuran 5 mL, oven, corong plastik, cangkir porselin ukuran 100 mL, pipet sahli, cuvet, timbangan elektrik, furnace, gelas ukur, botol flakon

Cara kerja

Pengamatan intensitas kendaraan satuan kendaraan/jam dilakukan di enam lokasi di lingkungan terminal tirtonadi, yaitu: jalan masuk ke terminal, jalan keluar sebelah barat terminal, jalan keluar sebelah timur terminal, jalan di depan terminal, jalan di barat terminal, dan jalan di timur terminal. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali secara acak masing-masing selama lima menit dan dilakukan dua kali ulangan pada hari yang berbeda. Hasil rata-rata selama lima menit pada hari yang berbeda kemudian dikonversi-kan ke dalam satuan jam yaitu jumlah kendaraan yang dihitung selama 5 menit dikalikan 12 per jam. Pengamatan ini dilakukan pada tanggal 13 dan 15 Agustus 2002.

Pengukuran kualitas udara meliputi faktor-faktor fisik dan kimia. Pengukuran faktor-faktor fisik meliputi faktor-faktor meteorologis yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Pengukuran dilakukan dua kali dan tiga kali ulangan. Pengukuran faktor-faktor kimia meliputi kadar debu udara, kadar Pb dalam debu udara, kadar Pb dalam darah, dan kadar Hb darah.

Pengukuran kadar debu udara. Kertas saring Whatman 42 dikeringkan dalam oven selama satu jam, kemudian ditimbang menggunakan timbangan elektrik diberi kode dan dicatat beratnya. Kertas saring yang sudah diketahui berat awalnya dipasang dalam vacum bener

berkekuatan 900 watt selama satu jam. Kertas saring dikeringkan kembali dalam oven selama satu jam dan ditimbang untuk diketahui berat akhir. Berat debu diperoleh dari hasil pengurangan berat akhir dikurangi berat awal kertas saring. Kadar debu dalam satuan mg/m3 dilakukan dua kali pengukuran dan tiga kali ulangan.

Pengukuran kadar Pb dalam debu udara. Menggunakan metode AAS (Atomic Absorbtion Spektrofotometri). Contoh uji (debu yang telah diukur beratnya) dimasukkan ke dalam gelas piala 200 mL. Ditambahkan 60 mL HCl dan 5 mL H2O2 kemudian ditutup dengan kaca arloji. Dipanaskan hingga hampir kering. Ditambahkan 5 mL H2O2 (30%), lalu didinginkan. Disaring (gelas piala dicuci dengan aquades), kemudian ditambahkan 20 mL HNO3 dan ditutup dengan gelas arloji, lalu dipanaskan. Dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 mL dan dihitung dengan menggunakan AAS (Martini, 1997).

Pengukuran kadar Pb dalam darah. Sampel darah sebanyak 5 mL dimasukkan ke dalam cangkir porselin yang sudah ditimbang terlebih dahulu, kemudian ditambah 5 mL asam nitrat pekat dan asam pengabuan (campuran 25 g kalium sulfat dengan 100 mL asam nitrat pekat). Dipanaskan dalam furnace pada suhu 400oC, sampai diperoleh serbuk berwarna putih, kemudian ditambahkan dengan aquades sebanyak 10 mL, kemudian dipanaskan berulang-ulang sampai asam nitratnya habis. Kandungan timbal dalam darah dapat dibaca dengan menggunakan AAS (Trussell, 1989; Darmono, 1995).

Pengukuran kadar Hb darah. Pengukuran kadar Hb darah dengan metode Cyanmethemoglobin. Dibuat larutan Drabkin’s dengan mencampur: Sodium bikarbonat (Na2CO3) 1,0 g, Potassium Cyanida (KCN) 50,0 mg, Potassium ferricyanida (K3Fe(CN)6) 200,0 mg. Dicampur dengan air suling sampai mencapai 1000 mL. Pengukuran Hb dengan alat spektrofotometri, sebagai berikut: larutan Drabkin’s sebanyak 5 mL dimasukkan ke dalam kuvet yang sudah bersih dan kering, lalu ditambahkan sampel darah sebanyak 0,02 mL yang diambil dengan menggunakan pipet sahli dan dibiarkan selama 3 menit. Dilihat dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 540 nm. Larutan Drabkin’s digunakan sebagai blanko sampai menunjukkan angka 100. Hasil pembacaan pada jarum penunjuk dikalikan dengan 36,8 (g Hb/dl) (Benjamin, 1978).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini diukur dengan Teknik Purpusive Quota Random Samping yang berarti memilih subyek penelitian berdasarkan ciri-ciri yang telah ditentukan sebelumnya (Sutrisno, 2000). Sampel darah diambil dari petugas lapangan DLLAJ di Terminal Tirtonadi sebagai kelompok terpapar sebanyak 15 orang dan petugas DLLAJ di kantor DLLAJ Kota Surakarta sebanyak 15 orang sebagai kontrol. Kriteria populasi sampel adalah jenis kelamin laki-laki, berusia antara 30 sampai 50 tahun, lama bekerja kurang lebih sepuluh tahun. Sampel darah diambil dari vena bagian lengan atas dengan menggunakan disposibel syring ukuran 5 mL oleh mahasiswa Co-As Fakultas Kedokteran UNS Surakarta. Setelah sampel darah diperoleh kemudian disimpan dalam botol flakon yang sudah diisi dengan serbuk EDTA 1%,

Page 3: Kadar Timbal (Pb) dalam Darah dan Hubungannya dengan …biosains.mipa.uns.ac.id/B/B0701/B070113.pdf · normal dan bentuk spermatozoa normal mempunyai nilai yang lebih rendah dari

B i o S M A R T Vol. 7, No. 1, April 2005, hal. 60-65 62

kemudian dianalisis di Laboratorium Pusat MIPA UNS Sub Laboratorium Kimia dan Sub Laboratorium Biologi.

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan bantuan komputer program SPSS versi 9. Analisis data dengan menggunakan uji-t untuk mengetahui perbedaan antara data di Terminal Tirtonadi (lokasi terpapar) dengan di Kantor DLLAJ Kota Surakarta (lokasi tidak terpapar). Untuk mengetahui hubungan parameter meteorologis (suhu, kelembaban dan kecepatan angin) dengan kadar Pb dalam debu udara dan hubungan kadar Pb dalam debu udara dengan kadar Pb dalam darah serta hubungan kadar Pb dalam darah dengan kadar Hb darah menggunakan analisis korelasi regresi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Intensitas satuan kendaraan/jam di Terminal Tirtonadi Menurut Hunter (1976) dalam Iredale, et. al. (1993)

bahwa 99% kandungan Pb di perkotaan berasal dari asap buangan kendaraan bermotor. Hasil penghitungan bus dan kendaraan bermotor non bus ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata intensitas satuan kendaraan/jam di terminal tirtonadi Surakarta.

Lokasi penghitungan Rata-rata intensitas satuan kendaraan/jam

Jalan masuk terminal 227 Jalan keluar barat terminal 133 Jalan keluar timur terminal 250 Jalan di depan terminal 2604 Jalan di barat terminal 733 Jalan di timur terminal 180 Jumlah rata-rata total 4127 Sumber: Data primer tanggal 13 dan 15 Agustus 2002.

Berdasarkan penelitian Anggarwulan, dkk. (2001),

bahwa ada korelasi erat antara kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor dengan kandungan Pb pada daun angsana (Pterocarpus indicus Wild) dan penelitian lain yang dilakukan oleh Manalu (2001), bahwa ada korelasi antara kepadatan lalu lintas dengan Pb udara dan kadar Pb dalam darah padagang kaki lima di kota Surakarta, hal ini juga terjadi di lokasi penelitian. Pada jam-jam sibuk (pagi dan siang hari) di lingkungan Terminal Tirtonadi sering terjadi kemacetan, terutama di lokasi penurunan penumpang (jalan masuk ke terminal) maupun jalan keluar terminal serta di jalan depan terminal dan sebelah timur terminal. Hal ini akan mempertinggi pencemaran udara oleh Pb akibat emisi gas buang kendaraan. Kemacetan menyebabkan pola berkendaraan mempunyai frekuensi berjalan dan berhenti yang besar. Menurut Soedomo (2001), bahwa pola berkendaraan yang ditandai dengan besarnya frekuensi berjalan dan berhenti akan mengeluarkan bahan pencemar dalam jumlah yang besar.

Kualitas udara

Pada penelitian ini, faktor-faktor lingkungan yang diukur adalah suhu, kelembaban, kecepata angin, kadar

debu, dan Pb dalam debu udara. Data hasil pengukuran selama penelitian ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata suhu, kelembaban, kecepatan angin, kadar debu udara dan kadar Pb debu udara di Terminal Tirtonadi dan Kantor DLLAJ Kota Surakarta.

Parameter Terukur Terminal Tirtonadi

Kantor DLLAJ

1. Suhu udara (oC) 31,21 a 29,44 b

2. Kelembaban udara (%) 50,41 a 57,57 b 3. Kecepatan angin (km/jam) 2,775 a 2,03 b

4. Kadar debu udara (g/m3) 0,1145 a 0,0403 b

5. Kadar Pb debu udara (µg/m3) 0,0438 a 0,0065 b

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada baris menunjukan berbeda nyata pada uji-t 5%.

Suhu udara Menurut Pepper et. al. (1996), bahwa perbedaan suhu

secara vertikal akan mengendalikan intensitas turbelensi termis dan selanjutnya mengatur dispersi ke atas dan laju pergantian udara yang lebih bersih dari atas ke bawah. Hasil pengukuran suhu udara di lokasi penelitian adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa suhu rata-rata di Terminal Tirtonadi adalah 31,21oC. Suhu rata-rata di kantor DLLAJ kota Surakarta adalah 29,44oC. Hasil uji-t diperoleh t hitung sebesar 13, 119 dengan p < 0,05. Dengan demikian terdapat perbedaan yang nyata antara suhu udara di Terminal Tirtonadi dengan di Kantor DLLAJ. Suhu udara di Terminal Tirtonadi lebih tinggi daripada di Kantor DLLAJ karena terminal ini berupa areal terbuka sehingga intensitas cahaya matahari langsung mengenai lokasi, selain itu adanya gas emisi kendaraan bermotor yang mengandung CO2 yang tinggi juga menyebabkan suhu udara di Terminal Tirtonadi juga semakin tinggi. Suhu udara yang tinggi menyebabkan semakin cepatnya distribusi bahan pencemar Pb di lokasi penelitian.

Kelembaban udara

Tinggi rendahnya kelembaban relatif dapat menentukan besar kecilnya kandungan bahan pencemar (Hyland, 1989 dalam Ali, 1998). Rata-rata kelembaban udara di Terminal Tirtonadi adalah 50,41% (Tabel 2.). Rata-rata kelembaban udara di Kantor DLLAJ Kota Surakarta adalah 57,57%. Hasil uji-t diperoleh t hitung sebesar (–5,230) dengan p < 0,05. Dengan demikian terdapat perbedaan yang nyata antara kelembaban udara di Terminal Tirtonadi dengan di Kantor DLLAJ. Penelitian ini dilakukan pada musim kemarau yang memiliki kelembaban udara yang rendah. Rendahnya kelembaban udara ini karena intensitas cahaya matahari tinggi dan kadar air di udara rendah. Rendahnya kelembaban udara akan menyebabkan bahan pencemar Pb akan meningkat.

Kecepatan angin

Angin merupakan faktor penting dalam pendistribusian, transportasi, dan dispersi bahan polutan di udara. Kecepatan angin dapat menentukan lama waktu perjalanan partikel ke reseptor dan juga laju dispersi bahan polutan atau bahan pencemar. Hasil pengukuran kecepatan angin dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan tabel tersebut

Page 4: Kadar Timbal (Pb) dalam Darah dan Hubungannya dengan …biosains.mipa.uns.ac.id/B/B0701/B070113.pdf · normal dan bentuk spermatozoa normal mempunyai nilai yang lebih rendah dari

MARDANI dkk. – Kadar Pb dalam darah petugas DLLAJ Kota Surakarta 63

diketahui rata-rata kecepatan angin di Terminal Tirtonadi adalah 2,775 km/jam. Rata-rata kecepatan angin di Kantor DLLAJ kota Surakarta adalah 2,03 km/jam. Hasil uji-t diperoleh t hitung 3,140 dengan p < 0,05. Dengan demikian terdapat perbedaan yang nyata antara kecepatan angin di Terminal Tirtonadi dengan di Kantor DLLAJ. Kecepatan angin di Terminal tinggi terutama di bagian tengah terminal tempat masuknya bus dan tempat penurunan penumpang. Terminal Tirtonadi di bagian tengah memiliki kecepatan angin yang tinggi dibandingkan di bagian lain terminal karena memiliki pintu masuk lebar yang menghadap ke daerah terbuka yaitu bantaran Kali Anyar. Kecepatan angin di Terminal Tirtonadi dipengaruhi oleh kondisi musim pada saat penelitian. Penelitian dilakukan pada musim kemarau, pada saat itu kecepatan angin tinggi terutama terjadi pada siang hingga sore hari.

Kadar debu udara

Pencemaran udara bukan hanya dalam bentuk gas. Debu yang halus dan uap air yang secara umum disebut Total Debu atau Partikulat juga merupakan salah satu bentuk pencemar yang berbahaya. Banyak bentuk senyawa kimia di udara terikat dalam partikel. Besarnya debu ini sangat mempengaruhi keberadaannya di udara. Bertambah kecil diameternya keberadaannya tambah lama atau penyebarannya semakin luas (Bapedal DKI, 2000). Berdasarkan Tabel 2 di atas Rata-rata kadar debu udara di Terminal Tirtonadi adalah 0,1145 mg/m3 dan rata-rata kadar debu udara di Kantor DLLAJ Kota Surakarta adalah 0,0403 mg/m3. Baku mutu yang diperkenankan untuk kadar debu udara 0,26 mg/m3. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kadar debu udara di lokasi penelitian masih di bawah ambang batas. Hasil analisis statistik uji-t diperoleh t hitung 25,317 dengan p < 0,05. Dengan demikian terdapat perbedaan yang nyata antara kadar debu udara antara di Terminal Tirtonadi dengan di Kantor DLLAJ. Kadar debu udara yang tinggi di Terminal Tirtonadi akan menyebabkan tingginya bahan pencemar Pb, karena Pb di alam tidak mungkin ditemukan dalam bentuk murni sehingga Pb ditemukan dalam keadaan terikat dengan unsur-unsur lain dalam bentuk partikulat.

Kadar Pb dalam debu udara

Kadar Pb dalam debu di udara umumnya merupakan hasil pembakaran bahan bakar minyak yang mengandung Tetra Ethyl Lead (TEL) yang ditambahkan guna mening-katkan nilai oktan bahan bakar. Kadar Pb dalam debu udara adalah derajat konsentrasi Pb dalam debu udara atmosfer di lingkungan lokasi penelitian dan dinyatakan dalam µg/m3 (Bapedal DKI, 2000). Rata-rata hasil pengukuran kadar Pb dalam debu udara ditunjukkan pada Tabel 2. Berdasarkan tabel tersebut diketahui rata-rata kadar Pb dalam debu udara di Terminal Tirtonadi adalah 0,0438 µg/m3. Rata-rata kadar Pb dalam debu udara di Kantor DLLAJ adalah 0,0065 µg/m3. Baku mutu yang diperkenankan untuk kadar Pb dalam debu adalah 60 µg/m3. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kadar Pb dalam debu udara di lokasi penelitian masih memenuhi baku mutu. Rendahnya kadar Pb dalam debu udara di terminal Tirtonadi kemungkinan karena sebagian besar kendaraan yang berada di

lingkungan tersebut adalah bus yang berbahan bakar solar (tidak mengandung TEL). Pb dalam debu udara yang ditemukan di lingkungan terminal kemungkinan besar berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor (berbahan bakar bensin premium/premix atau solar tidak murni yang mengandunga zat aditif TEL) yang lewat di jalan sekitar terminal. Hasil analisis statistik uji-t diperoleh t hitung 15,516 dengan p < 0,05. Dengan demikian terdapat perbedaan yang bermakna kadar Pb debu udara di Terminal Tirtonadi dengan di Kantor DLLAJ.

Kadar Pb dalam darah

Hasil pengukuran kadar Pb dalam darah dan Hb darah petugas DLLAJ di Terminal Tirtonadi dan di Kantor DLLAJ Kota Surakarta selama penelitian disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata kadar Pb dalam darah dan Hb darah.

Parameter Terukur Terminal Tirtonadi

Kantor DLLAJ

1. Kadar Pb dalam darah (ppm) 0,3251 a 0,1970 b

2. Kadar Hb darah (g Hb/dl) 16,09 a 16,51 a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama pada baris menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji-t 5%.

Intoksikasi akibat Pb, diklasifikasikan pada keracunan

kronik Pb dimana para penderita yang terpapar terus-menerus menyebabkan Pb yang terhirup akan terakumulasi dalam tubuh sampai suatu tingkat tertentu sehingga memberikan tanda-tanda keracunan. Menurut Fardiaz (1992), analisis Pb di dalam tulang cukup sulit, maka kandungan Pb dalam tubuh ditetapkan dengan menganalisis konsentrasi Pb dalam darah dan urin. Konsentrasi Pb dalam darah merupakan indikator yang lebih baik dibandingkan konsentrasi di dalam urin.

Hasil analisis kadar Pb dalam darah dengan AAS (Atomic Absorbance Spectrophotometry) ditunjukkan pada Tabel 3. Berdasarkan tabel tersebut diketahui rata-rata kadar Pb dalam darah petugas DLLAJ di Terminal Tirtonadi adalah 0,3251 ppm. Rata-rata kadar Pb dalam darah petugas DLLAJ di Kantor DLLAJ Kota Surakarta adalah 0,1970 ppm. Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO ambang batas kandungan timbal dalam darah sebanyak 20 mikrogram per 100 mililiter darah atau 0,20 ppm. Pada kelompok terpapar kadar Pb darah sudah di ambang batas baku mutu tetapi masih dapat ditoleransi. Menurut Frank (1995) efek keracunan dapat terjadi setelah kadar Pb lebih tinggi dari 0,8 ppm yang akan mengakibatkan anemia (kekurangan hemoglobin). Pada kadar 0,3 ppm Pb baru sampai pada tahap menghambat kerja enzim ALAD yang berperan pada sintesis hemoglobin. Hasil analisis uji-t menghasilkan t hitung 8,023 dan p < 0,05, sehingga terdapat perbedaan yang nyata kadar Pb dalam darah pada kelompok terpapar dengan kelompok tidak terpapar atau paparan memberikan perbedaan yang signifikan terhadap kadar Pb dalam darah petugas DLLAJ. Hal ini terjadi karena kadar Pb dalam debu udara di lokasi terpapar lebih besar daripada lokasi tidak terpapar. Semakin besar kadar Pb dalam debu udara

Page 5: Kadar Timbal (Pb) dalam Darah dan Hubungannya dengan …biosains.mipa.uns.ac.id/B/B0701/B070113.pdf · normal dan bentuk spermatozoa normal mempunyai nilai yang lebih rendah dari

B i o S M A R T Vol. 7, No. 1, April 2005, hal. 60-65 64

yang dihirup dan diabsorbsi oleh tubuh maka akan memperbesar jumlah paparan Pb dalam darah. Kadar Hb darah

Efek utama Pb adalah mempengaruhi sintesa heme yang selanjutnya akan menyebabkan kerusakan pada darah (Anil, 1987). Pengamatan terhadap kadar Hb darah dapat memberikan informasi mengenai fungsi fisiologis hemoglobin sehingga dapat diketahui hubungan antara hemoglobin dengan kadar logam berat Pb. Data kadar Hb darah yang diperoleh seperti pada Tabel 3. Berdasarkan tabel tersebut diketahui rata-rata kadar Hb darah petugas DLLAJ di Terminal Tirtonadi adalah 16,09 g Hb/dl. Rata-rata kadar Hb darah petugas DLLAJ di Kantor DLLAJ Kota Surakarta adalah 16,51 g Hb/dl. Kadar Hb darah petugas DLLAJ di Terminal Tirtonadi dan di Kantor DLLAJ Kota Surakarta masih tergolong normal karena masih di antara 13,5-18 g Hb/dl untuk laki-laki dewasa.

Kadar Hb darah petugas DLLAJ di Terminal Tirtonadi dan Kantor DLLAJ Kota Surakarta dilihat perbedaannya secara statistik menggunakan uji-t dan diperoleh t hitung sebesar (-1,369) dengan p > 0,05. Dengan demikian paparan tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap kadar Hb darah. Hal ini terjadi kemungkinan karena paparan Pb di dalam tubuh baru sampai pada tahap menghambat kerja enzim yang berperan pada sintesis hemoglobin belum sampai menyebabkan anemia. Menurut Frank (1995) bahwa kadar Pb dalam darah 0,3 menghambat kerja enzim ALAD. Setelah kadar Pb lebih tinggi dari 0,8 ppm mengakibatkan anemia karena sudah terjadi keracunan dalam tubuh.

Hubungan kelembaban dan kecepatan angin dengan kadar Pb dalam debu udara

Pengaruh kondisi meteorologis sangat besar terhadap konsentrasi Pb debu udara. Variasi parameter meteorologi ini akan menentukan kemampuan atmosfer dalam mengen-cerkan, menyebarkan dan mendifusikan senyawa Pb yang dikeluarkan dari asap kendaraan bermotor. Pada penelitian ini faktor-faktor meteorologis yang diperhitungkan secara statistik adalah kelembaban udara dan kecepatan angin. Hasil analisis korelasi regresi hubungan antara kelembaban dan kecepatan angin dengan kadar Pb debu udara diperoleh seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil analisis korelasi dan regresi hubungan antara kelembaban dan kecepatan angin dengan kadar Pb dalam debu udara.

Faktor (X) koefisien korelasi

(r) Persamaan regresi

Kelembaban 0,889 Y = -0,004622+0,0009605 X (linier) Kecepatan angin

0,944 Y = 0,02887+0,005381 X (linier)

Kelembaban udara Berdasarkan hasil analisis korelasi diperoleh hubungan

yang signifikan antara kelembaban udara dan kadar Pb debu udara dengan nilai korelasi positif sebesar (r = 0,881), artinya bahwa 88,1 persen kadar Pb dalam debu udara dipengaruhi oleh kelembaban udara dan sebagian (11,9

persen) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Persamaan regresi linier yang diperoleh sebagai berikut:

Y = -0,004622+0,0009605 X Y = Kadar Pb debu udara, X = Kelembaban udara.

Berdasarkan analisis korelasi regresi di atas menunjukkan bahwa nilai β yaitu 0009605 dan α adalah -0,004622. Kelembaban yang tinggi akan menyebabkan suhu udara rendah dan penyebaran Pb debu udara akan lambat sehingga kadar Pb debu udara akan tinggi. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa kelembaban udara berhubungan langsung dengan kadar Pb dalam debu udara.

Kecepatan angin

Berdasarkan hasil analisis korelasi dan regresi antara kecepatan udara dengan kadar Pb udara diperoleh hubungan yang signifikan dengan nilai korelasi positif (r = 0,944), artinya 94,4 persen kadar Pb dalam debu udra dipengaruhi oleh kecepatan angin dan sebagian (5,6 persen) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Persamaan regresi yang diperoleh adalah persamaan linier, yaitu:

Y = 0,02887+0,005381 X Y = Kadar Pb debu udara, X = Kecepatan angin.

Persamaan di atas mempunyai korelasi positif dengan nilai β sebesar 0,005381 dan nilai α sebesar 0,02887. Kecepatan angin berkaitan dengan tekanan udara, sedangkan tekanan udara berkaitan dengan suhu udara. Suhu udara yang tinggi menyebabkan tekanan udara yang rendah sehingga kecepatan angin pun rendah pula. Kecepatan angin yang rendah akan memperlambat pendistribusian Pb di udara, sehingga kadar Pb debu udara akan tinggi. Hal ini berarti bahwa hasil dari penelitian tentang kecepatan angin sesuai dengan hipotesis yang ada yaitu kecepatan angin berhubungan langsung dengan kadar Pb dalam debu udara.

Hubungan Pb dalam debu udara dengan kadar Pb darah

Hasil analisis korelasi regresi hubungan Pb dalam debu udara dengan kadar Pb dalam darah ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil analisis korelasi regresi hubungan kadar Pb debu udara dengan kadar Pb dalam darah dan kadar Pb dalam darah dengan kadar Hb darah.

Faktor Koefisien Korelasi

(r) Persamaan Regresi

Kadar Pb debu udara dengan Pb dalam darah di Terminal Tirtonadi

0,617 Y = 0,184+3,227 X (linier)

Kadar Pb debu udara dengan kadar pb dalam darah di Kantor DLLAJ

0,764 Y = -0,347+83,693 X (linier)

Kadar Pb dalam darah dengan kadar Hb darah kelompok terpapar

-0,39920 Y = -73,844188+110,245561 X+28,102877 X2 (kuadratik)

Kadar Pb dalam darah dengan kadar Hb darah kelompok tidak terpapar

-0,10060 Y = -23,671543+61,384101 X+18,696939 X2 (kuadratik)

Page 6: Kadar Timbal (Pb) dalam Darah dan Hubungannya dengan …biosains.mipa.uns.ac.id/B/B0701/B070113.pdf · normal dan bentuk spermatozoa normal mempunyai nilai yang lebih rendah dari

MARDANI dkk. – Kadar Pb dalam darah petugas DLLAJ Kota Surakarta 65

Keterangan: Kelompok terpapar adalah petugas DLLAJ yang bekerja di Terminal Tirtonadi. Kelompok tidak terpapar adalah petugas DLLAJ yang bekerja di Kantor DLLAJ.

Dari uji korelasi regresi terbukti ada hubungan yang nyata kadar Pb udara dengan Pb dalam darah dengan korelasi positif .Hal ini terjadi pada lokasi terpapar yaitu di Terminal Tirtonadi dan di lokasi tidak terpapar di Kantor DLLAJ Kota Surakarta. Besarnya korelasi dan persamaan regresi yang terbentuk dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai korelasi kadar Pb debu udara dengan kadar Pb dalam darah petugas DLLAJ di Terminal Tirtonadi yaitu 0,617, artinya 61,7 persen kadar Pb dalam darah dipengaruhi oleh kadar Pb dalam debu udara di lokasi penelitian tersebut dan sebagian (38,3 persen) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Nilai korelasi kadar Pb dalam debu udara dengan kadar Hb darah petugas DLLAJ di kantor DLLAJ Kota Surakarta sebesar 0,764, artinya 76,4 persen kadar Pb dalam darah dipengaruhi oleh kadar Pb dalam debu udara di lokasi penelitian tersebut dan sebagian (23,6 persen) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Pada Tabel 5 juga dapat dilihat ada hubungan yang nyata kadar Pb dalam darah dengan kadar Hb darah. Hal ini berarti sesuai dengan hipotesis bahwa ada hubungan kadar Pb dalam darah dengan Hb darah petugas DLLAJ di Terminal Tirtonadi. Besar nilai korelasi di Terminal Tirtonadi yaitu (-0,39920), artinya 39,920 persen kadar Hb dalam darah dipengaruhi oleh kadar Pb dalam darah dan sebagian (60,08 persen) lainnya dipengaruhi faktor-faktor lainnya, sedangkan nilai korelasi kadar Pb dalam darah dengan kadar Hb darah petugas DLLAJ di Kantor DLLAJ Kota Surakarta sebesar (-0,10060), nilai korelasi ini sangat kecil pengaruhnya sehingga dapat diabaikan. Hasil penelitian di Terminal Tirtonadi sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwandi (1995) bahwa adanya gangguan bahan pencemar pada daerah terpapar Pb berpengaruh terhadap tingginya kadar Pb darah dan rendahnya Hb darah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Istiqomah (2001) juga menyebutkan bahwa logam berat Pb di perairan kali Surabaya berpengaruh terhadap penurunan Hb darah ikan Liposarcus pardalis.

KESIMPULAN Kadar Pb dalam debu udara di Terminal Tirtonadi

sebesar 0,0438 µg/m3 dan di Kantor DLLAJ Kota Surakarta sebesar 0,0065 µg/m3. Kadar Pb dalam debu udara masih berada di bawah baku mutu udara (60 µg/m3) serta kelembaban dan kecepatan angin berhubungan langsung dengan kadar Pb dalam debu udara. Kadar Pb dalam darah petugas DLLAJ yang bekerja di Terminal Tirtonadi sebesar 0,3251 ppm dan yang bekerja di kantor DLLAJ sebesar 0,1970 ppm. Kadar Pb dalam petugas

DLLAJ di Terminal Tirtonadi sudah berada di ambang batas yang sudah ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia WHO (20µg/100mL atau 0,20 ppm). Kadar Hb darah petugas DLLAJ yang bekerja di Terminal Tirtonadi sebesar 16,09 g Hb/dl dan yang bekerja di kantor DLLAJ sebesar 16,51 g Hb/dl, kadar Hb darah petugas DLLAJ masih berada pada standar normal (13,5-18 mg Hb/dl). Kadar Pb dalam darah petugas DLLAJ belum berpengaruh terhadap kadar Hb darahnya.

DAFTAR PUSTAKA Anggarwulan, E., Sugiarto, dan E. Mahajoeno. 2001. Kandungan timbal

(Pb) pada daun angsana (Pterocarpus indicus Wild) di daerah padat lalu-lintas Kota Surakarta. BioSMART 3 (1): 40-43.

Anil, K.D. 1987. Environmental Chemistry. New Delhi: Willey Eastern Ltd. Bapedal DKI. 2000. Sumberdaya Udara. //bapedalda.dki.go.id./Buku

II/docs/54 htm. Benjamin, S.S. 1987. Outline of Veterinary Clinical Patology, 3th ed.

Ames, Iowa: The Iowa State University Press. Connel, D.W. dan G.J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi

Pencemaran. Penerjemah: Koestoer, Y. Jakarta: UI Press. Darmono. 1995. Logam dan Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI Press. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hadi, S. 2000. Metodologi Research I. Yogyakarta: Andi Offset. Heryando, P. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta:

Rineka Cipta. Iredale, S.E., D. Scott, and F.W. Young. 1993. The effectof vehicular

traffic on the lead of wayside flora in Glascow. Journal of Biological Education 27 (4): 283-286.

Istiqomah, N. 2001. Tingkat Pencemaran Logam Berat Pb pada Air dan Daging Ikan sapu-sapu (Liposarcus pardalis) di Perairan Kali Surabaya. [Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM.

Lu, Frank C. 1995. Toksikologi Dasar (Asas, Organ, Sasaran, dan Peneli-tian Resiko). Edisi kedua. Penerjemah: Nugroho, E. Jakarta: UI Press.

Ludirdja, H., U.S. Tjokronegoro, dan Setyawati. 1996. Pengaruh timbal dari emisi kendaraan bermotor terhadap kualitas semen (air mani) polisi lalu-lintas di Jakarta, 1995. Majalah Kedokteran Kerja Indonesia 1: 26-31.

Manalu, J. 2001. Hubungan Tingkat Kepadatan Lalu lintas Kendaraan Bermotor dan Kandungan Timbal Udara dengan Kandungan Timbal dalam Darah Pedagang Kaki Lima di Kota Surakarta. [Tesis]. Surakarta: Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UNS.

Martini, T. 1997. Polutan Partikulat dan Pengukurannya. Workshop Pemetaan Kandungan Gas Polutan di Daerah Rawan Polusi. Surakarta: Laboratorium Kimia Pusat UNS.

Pepper, I.L., P.G. Charles, and L.B. Mark, 1996. Pollution Science. London: Academic Press.

Slamet, J.S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: GMU Press. Soedomo, M. 2001. Kumpulan Karya Ilmiah Pencemaran Udara.

Bandung: Penerbit ITB. Suwandi, M.B. 1995. Pengaruh Kandungan Timah Hitam di Udara dari

PT. IMLI terhadap Kesehatan Masyarakat Desa Gunung Gangsing Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruhan. Healt Service Research. Jakarta: Bagian Perpustakaan dan Informasi Penelitian dan Pengembangan Kesehatan .

Ali, S. 1998. Pengaruh Faktor Lalu-lintas Kendaraan Bermotor dan Faktor Lingkungan Terhadap Kadar CO Ambien di Jalan Malioboro Yogyakarta. [Tesis]. Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM.

Trussell, R.H. 1989. Standard Method for The Examition Engineering. New York: Mc. Graw Hill International.